akseptor kb

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi diIndonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana. Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan

Upload: ocu-kampa

Post on 12-Jun-2015

25.143 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akseptor KB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis

masalah. Masalah utama yang dihadapi diIndonesia adalah dibidang kependudukan

yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian

telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin

tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk

mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya

untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana.

Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga

pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan

mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial

bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian

penduduk.

Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan bahwa

pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret

hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur,

sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan

manusia telah menjadi kenyataan.

Berdasarkan pendapat di atas, diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan

merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan berkenaan dengan hal tersebut.

Paradigma baru Program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan

NKKBS menjadi “Keluarga berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak

Page 2: Akseptor KB

yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis, dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono, 2003 ).

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran

serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri.

Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena

pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih

kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila

dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21 % akseptor

KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02 % memilih Pil, 4,93 % memilih

Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat

memilih metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine

Devices (IUD). Implamt, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita

(MOW) kurang diminati. (www. bkkbn. go. id, 2005).

Berdasarkan data dari BKKBN propinsi Lampung akseptor aktif IUD

sebanyak 13,01%. Kabupaten Kota Madya Metro jumlah peserta KB aktif IUD 2.541

orang atau 14,61 % dari seluruh metode KB. Menurut data yang diperoleh dari

Puskesmas Banjarsari Metro Utara tahun 2006, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

adalah 4.037 jiwa, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif adalah 3.632 jiwa.

Dengan perincian sebagai berikut : KB Pil 1.341 orang atau 36,92 %, KB Suntik

1.174 orang atau 32,32 %, KB Implant 548 orang atau 15,08 %, KB IUD 395 orang

atau 10,87%, KB MOW 146 orang atau 4,01 %, KB MOP 18 orang atau 0,49%, KB

Kondom 10 orang atau 0,27 %.

Berdasarkan prasurvey di Puskesmas Banjarsari Metro Utara bahwa pengguna

alat kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang khususnya IUD dipengaruhi

oleh beberapa faktor-faktor misalnya faktor tingkat ekonomi, usia, paritas,

pendidikan. Pada umumnya PUS (Pasangan Usia Subur) yang telah menjadi akseptor

KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini

akseptor lebih dianjurkan untuk menggunakan program Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi spiral (IUD), susuk (Implant) dan kontap

Page 3: Akseptor KB

(Vasektomi dan Tubektomi). Metode ini lebih ditekankan karena MKJP dianggap

lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom

maupun suntikan(www.bkkbn.go.id,1998). Hal inilah yang melatarbelakangi penulis

untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang mempengaruhi Keenganan

Akseptor KB untuk Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD ” .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil prasurvey di Puskesmas Banjarsari Metro Utara dari jumlah

peserta KB aktif 3,632orang yang hanya menjadi peserta KB IUD hanya 10,87%. Hal

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor misalnya faktor tingkat ekonomi,

usia, paritas, pendidikan. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui faktor apa saja

yang mempengaruhi keenganan akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi

IUD.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut

“Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keenganan akseptor KB untuk

menggunakan alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro Utara

tahun 2006” .

1.4 Pertanyaan Peneliti

1.4.1 Apakah tingkat ekonomi berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi

IUD di Puskesmas Banjarsari?

1.4.2 Apakah usia berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD di

Puskesmas Banjarsari ?

1.4.3 Apakah paritas berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD

diPuskesmas Banjarsari?

1.4.4 Apakah pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD di

Puskesmas Banjarsari?

Page 4: Akseptor KB

1.5 Tujuan

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi keenganan akseptor KB

untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah tingkat ekonomi berpengaruh terhadap

pemilihan kontrasepsi IUD.

b. Untuk mengetahui apakah usia berpengaruh terhadap pemilihan

kontrasepsi IUD.

c. Untuk mengetahui apakah paritas berpengaruh terhadap pemilihan

kontrasepsi IUD.

d. Untuk mengetahui apakah pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan

alat kontrasepsi IUD.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna peningkatan

pelayanan kontasepsi IUD demi terciptanya metode kontraswpsi efektif dan

berjangka panjang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam

memperbanyak referensi tentang alat kontrasepsi IUD dan sebagai acuan bagi

peneliti selanjutnya.

3. Bagi akseptor IUD (Responden)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi masyarakat

setempat untuk mengerti dan memahami tentang fungsi, manfaat, serta

Page 5: Akseptor KB

efektifitas kontrasepsi IUD sehingga masyarakat semakin mengenal dan

pemakaian kontrasepsi IUD semakin bertambah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dan wawasan

dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah

didapatkan selama kuliah.

5. Bagi Peneliti Lain

Agar dapat dijadikan masukan dalam penelitian serupa dan dapat lebih

memperdalam penelitian yang sudah ada.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Objek Penelitian : Faktor- faktor yang mempengaruhi keenganan

akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi

IUD.

2. Subjek Penelitian : Seluruh akseptor KB di wilayah Pusksesmas

Banjarsari Kecamatan Metro Utara

3. Lokasi Peneliti : Wilayah Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro

Utara

4. Waktu Penelitian :

5. Jenis Penelitian : Studi Deskriptif dengan pendekatan cross sectional

6. Alasan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

keenganan akseptor KB untuk menggunakan alat

kontrasepsi IUD di Puskesmas Banjarsari Metro

Utara Tahun 2006

Page 6: Akseptor KB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan

pelayanan promotive, preventif, kurative dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh

dan mudah dijangkau dalam suatu wilayah kerja Kecamatan/ sebagian di Kota

Madya/Kabupaten.

2.1.2 Kegiatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka

kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda pula.

Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan

adalah sebagai berikut :

1. KIA

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Kesehatan Sekolah

9. Kesehatan Olah Raga

10. Perawatan Kesehatan Masyarakat

Page 7: Akseptor KB

11. Kesehatan Kerja

12. Kesehatan Gigi dan Mulut

13. Kesehatan Jiwa

14. Kesehatan Mata

15. Laboratorium Sederhana

16. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan

17. Kesehatan Usia Lanjut

18. Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai

satuan masyarakat terkecil. Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan

keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya (Depkes RI, 1992).

2.1.3 Fungsi Puskesmas

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat wilayah kerjanya.

2.2 Keluarga Berencana (KB)

2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana Menurut BKKBN (1998) Artinya mengatur jumlah anak

sesuai kehendak anda dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil atau salah satu

usaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian yang terpadu dalam

program Pembangunan Nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan

kesejahteraan ekonomi, spiritual, sosbud penduduk Indonesia agar dapat dicapai

keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi Nasional.

Page 8: Akseptor KB

2.2.2 Pengertian Alkon IUD

2.2.1 Alkon Menurut (W.J.S.Poerwadarminta)

Benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu/ mempengaruhi berpengaruh

pada keadaan batin seseorang akan akan daya kerjanya.

2.2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi Menurut Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana

(Depkes RI, 1999).

Berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan Konsepsi

adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)

yang mengakibatkan kehamilan.

Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran 2001) adalah upaya

mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan

tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan

operasi.

Menurut (Hanafi Winkjosastro 2002) Kontrasepsi adalah upaya untuk

mencegah terjadinya kehamilan.

Pada umumnya cara/ metode Kontrasepsi dapat dibagi menjadi 3 kategori :

1. Metode Sederhana

a. Tanpa alat/obat

1. Sengama Terputus

2. Pantang Berkala

b. Dengan Alat/Obat

1. Kondom

2. Diafragma atau Cup

3. Cream, Yelly dan Cairan berbusa

Page 9: Akseptor KB

4. Tablet berbusa (Vaginal Tablet)

2. Metode Efektif

1. Pil KB

2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

3. Susuk KB

3. Metode Mantap dengan Cara Operasi(Kontrasepsi Mantap)

a. Pada wanitaTubektomi

b. Pada pria Vasektomi

(Depkes RI, 1999) Buku Petugas Fasilitas Pelayanan KB

2.3.3 Intra Uterin Devices (IUD)

1. Pengertian IUD

Adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral

(Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380A atau ML Cu 250) yang dipasang

didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedis

lain yang sudah dilatih (Buku Petugas Fasilitas Pelayanan KB Depkes, RI

1999).

IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus, lembut

dan lentur yang diletakkan dalam rongga rahim.

IUD (Intra Uterine Device) adalah rangka plastik kecil yang dipasang

kedalam rahim lewat vagina (www. BKKBN.Go.id, 2005)

2. Jenis IUD

Macam-macam IUD menurut Hartanto (2003) yang dikategorikan menjadi 2

yaitu:

Page 10: Akseptor KB

1. Un Medicated IUD

a. Lippes Loop

Diperkenalkan pada awal 1960an dan dianggap sebagai IUD standar,

terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah

Barium Sulfat.

Ada empat macam IUD Lippes Loop yaitu Lippes Loop A, B, C, D

2. Medicated IUD

a. Cooper IUD

Yang paling dikenal sampai saat ini adalah CuT-380 A

b. IUD yang Mengandung Hormon

Progestasert – T = Alza T. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2

lembar benang ekor warna hitam. Mengandung 38 mg Progesterone,

dan Barium Sulfat melepaskan 65 mcg Progesterone per hari. Tabung

inserternya berbentuk lengkung. Daya kerja 18 bulan.

3. Daya Guna

Daya guna IUD biasa (non medicated IUD) seperti Lippes Loop (ukuran D)

dan cincin anti karat mempunyai angka kegagalan tinggi. Yaitu 2 sampai 6

untuk 100 wanita. Sebaliknya IUD tembaga ( Tcu 380 dan MLCu 375) yang

mempunyai luas permakaian tembaga yang besar adalah IUD yang sangat

efektif karena kegagalan tahun pertamanya hanya atau kurang dari 1. Angka

kehamilan tahun pertama dan kumulatif dalam 8 tahun adalah 0,6 dan 2,3

untuk Copper T 380A. IUD dengan luas permukaan tembaga yang lebih

kecil ( Tcu 200, Tcu 220, dan Tcu7) dan progestase ( IUD yang melepaskan

progesterone) mempunyai angka kegagalan pertama 1 sampai 3 per 100

wanita (Hartanto, 2003)

4. Daya Tahan

Page 11: Akseptor KB

Daya tahan IUD sekitar 3,5 sampai 8 tahun. Untuk jenis IUD yang

mengandung hormon (progestasen- T) mempinyai daya tahan selama 18

bulan. Untuk IUD jenis Lippes Loop mempunyai daya kerja untuk selama-

lamanya sampai menopause selama tidak menimbulkan masalah atau

leluhan pemakaianya (Hartanto, 2003)

5. Cara Kerja IUD

IUD adalah suatu alat yang terbuat dari plastik yang biasa mengandung

tembaga hormon steroid. IUD akan berada dalam uterus, bekerja terutama

mencegah terjadinya pembuahan (fertilasi) dengan memblok bersatunya

ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba

falopi dan menginaktifkan sperma.

Mekanisme cara kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa

mekanisme cara kerja IUD yang telah diajukan yaitu:

a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uterik

sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Disamping itu,

dengan munculnya leokosit, makrofag, foreign body giant cells, sel

mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari

spermatozoa atau ovum dan blastocyst.

b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan

terhambatnya implantasi.

c. Gangguan atau terlepasnya blastocyst telah berimplantasi didalam

endrometrium

d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii

e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri

f. Dari penelitian- penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah

spermatozoa membuahi sel telur.

g. Untuk IUD yang mengandung Cu :

Page 12: Akseptor KB

1. Antogonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terhadap dalam

enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus

genetalia wanita diman Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase

sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga

menghambat aktifitas alkali phosphatase.

2. Menganggu pengambilan esterogen endogenouse oleh mokosa uterus

3. Menganggu jumlah DNA (Deoksiribo Nukleat Acid) dalam

endometrium

4. Menganggu metabolisme endogen

h. Untuk IUD yang mengandung hormon progesterone

1. Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga timbul

penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi.

2. Lendir selvik yang menjadi lebih kental atau tebal karena pengaruh

progestin

(Hartanto, 2003)

Melihat urian diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja IUD

tidak mencegah ovulasi dan tidak mengganggu corpus luteum.

6. Efektifitas

1. Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation

rate) yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa:

a. Ekspulsi spontan.

b. Terjadinya kehamilan.

c. Pengangkatan/ pengeluaran karena alasan- alasan medis atau pribadi.

2. Efektifitas dari bermacam- macam IUD tergantung pada:

a.IUD-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau Progesterone.

Page 13: Akseptor KB

b. Akseptor yaitu umur, paritas, frekuensi seggama

3. Dari faktor- faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan

paritas, diketahui :

a.Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan

pengangkatan/ pengeluaran IUD.

b. Makin muda usia, teritama pada nulligravid, makin tinggi angka

ekspulsi dan pengangkatan/ pengeluaran IUD.

4. Dari uraian diatas, maka use- beffectiveness dari IUD tergantung pada

variabel administratif, pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi,

pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor,

kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan

kemudahan aksepror untuk mendapatkan pertolongan medis.

(Hartanto, 2003)

7. Keuntungan

Keuntungan- keuntungan IUD adalah sebagai berikut:

a. Sangat nefektif 0,6- 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun

pertam (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

b. Efektif dengan potensi jangka panjang (sampai 8 tahun atau lebih)

untuk Copper T 380 A.

c. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

d. Tidak menganggu hubungan seksual suami istri.

e. Tidak dapat efek samping hormonal dengan Cu IUD.

f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.

g. Cocok untuk ibu- ibu yang sedang menyusui.

h. Dapat digunakan sampai masa menopouse.

Page 14: Akseptor KB

i. Tidak ada interaksi dengan obat- obat.

j. Membantu mencegah kehamilan ektopik

( Saifudin, 2003).

8. Kerugian

IUD bukanlah alat kontarsepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat

beberapa kerugian, antara lain:

a. Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia diperlukan

sebelum pemasangan IUD.

b. Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul (RPP)

c. Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan

mencabutnya

d. Bertambah darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama

pemakaian IUD.

e. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUDnya.

f. Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS (Penyakit Menular

Seksual), AIDS/HIV.

g. IUD dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar vagina.

h. Bertambahnya resiko mendapat penyakit radang panggul pada

pemakaian IUD

(Saifudin, 2003)

9. Kontra Indikasi

Kontra indikasi menurut Hartanto(2003) Kontra indikasi IUD terbagi

menjadi 2 yaitu :

a. Kontra-indikasi absolut:

1.Infeksi pelvis akut, termasuk persangkaan Gonorrhoe atau Chlamyda.

Page 15: Akseptor KB

2.Kehamilan atau persangkaan kehamilan.

b. Kontra-indikasi relatif kuat ;

1. Partner seksual yang banyak

2. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi

komplikasi

3. Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren,

post-partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan

terakhir.

4. Cervicitis akut atau purulent.

5. Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya

6. Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang

menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.

7. Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih memungkinkan

kehamilan selanjutnya.

8. Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes Melitus,

pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain)

9. Kelainan pembekuaan darah.

c. Keadaan- keadaan lain yang dapat menyebabkan kontra indikasi untuk

insersi IUD :

Penyakit katup jantung (Kemungkinan terjadi sub-akut bakterial

endokarditis), keganasan endometrium atau serviks, stenosis servik yang

sehat, uterus yang kecil sekali, endometriosis, myoma uteri, polip

endometrium, kelainan kongenital uterus, dismenore yang hebat, darah

haid yang banyak, haid yang ireguler, atau perdarahan bercak atau

(spotting), alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit

gangguan Cu yang turun menurun,anemia, ketidakmampuan untuk

Page 16: Akseptor KB

mengetahui tanda-tanda bahaya IUD, ketidakmampuan untuk

memeriksa sendiri ekor IUD, riwayat Gonorge, Chlaimyda, Syphilis,

atau Herpes, Actinomycosis genetalia, riwayat reaksi vaso-vagal yang

berat atau pingsan, Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh

negatif, pernah mengalami problem ekspulsi IUD, leukore atau infeksi

vagina, riwayat infeksi pelvis, riwayat operasi pelvis, keinginan untuk

mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan

dimasa yang akan datang.

Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2002) terdapat beberapa kontra indikasi

IUD antara lain :

Indikasi-kontra mutlak pemakaian IUD ialah kehamilan, penyakit radang

panggul aktif atau rekuren, karsinoma servik, karsinoma korporis uteri

Indikasi-kontra relatif lain ialah tumor ovarium, kelainan utrerus 9mioma,

kanalis servikalis, dan sebagainya), Gonorgea, servisitis, kelainan haid,

dismenore, stenosis kanalis servikalis.

10. Waktu Pemasangan IUD

Waktu pemasangan IUD menurut (Manuaba, 1998) menyatakan IUD dapat

dipasang pada:bersamaan dengan menstruasi, segera setelah bersih menstruasi,

pada masa akhir puerperium, tiga bulan pasca persalinan, bersamaan dengan

seksio sesarea, bersamaan dengan abortus dan kuretage, hari kedua-ketiga pasva

persalinan.

11. Periksa Ulang IUD

Pemerisaan ulang IUD menurut (Manuaba, 1998) menyatakan jadwal

pemeriksaan ulang IUD sebagai berikut : 2 minggu setelah pemasangan, 1

Page 17: Akseptor KB

bulan setelah pemeriksaan pertama, 3 bulan setelah pemeriksaan kedua, setiap

6 bulan sampai 1 tahun

12, Efek Samping

Kemungkinan terjadinya kehamilan, ekspulsi, dan beberapa efek samping

hendaknya dijelaskan kepada pasien.

Ekspulsi biasanya terjadi pada 3-6 bulan pertama, yang dapat sebagian atau

seluruh IUD. Ekspulsi dapat diketahui oleh pasien pada waktu memperhatikan

darah haidnya. Pasien dapat pula diberi petunjuk cara meraba filamen sendiri

sebelum senggama dan sesudah haid selesai.

Beberapa efek samping yang ringan ialah sebagai berikut:

1. Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri sekali, dapat dilakukan

anestesia paraservikal.

2. Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat diatasi

dengan memberikan spasmolitikum atau pemakaian IUD lebih kecil

ukurannya.

3. Nyeri pelvik. Pemberian spasmolitikum dapat mengurangi keluhan ini.

4. Semaput dapat terjadi pada pasien dengan prediposisi untuk keadaan ini.

Dapat diberikan atropin sulfas sebelum pemasangan, untuk mengurangi

frekuensi bradikardia dan refleks vasovagal.

5. Perdarahan diluar haid (spotting)

6. Darah haid lebih banyak (menoragia)

7. Sekret vagina lebih banyak.

Disamping itu pula terjadi efek samping yang lebih serius, walaupun jarang dan

biasanya segera dikenal, yaitu sebagai berikut:

Page 18: Akseptor KB

1. Perforasi uterus.

Dalam keadaan ini IUD harus dikeluarkan melalui laparoskopi, atau

laparotomi. Hal ini lebig-lebih harus dilakukan kalau terjadi perforasi pada

IUD tembaga, karena dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dengan usus.

2. Infeksi Pelvik.

Infeksi yang ringan umumnya dapat diobati dengan antibiotika. Jika

infeksinya berat, hendaknya dibuat biakan dan uji kepekaan dari daerah

endoservuks. IUD itu harus dikeluarkan, dan antibiotika yang sesuai

diberikan.

3. Endrometritis

Gejala dini endometritis denagn IUD ini ialah keputihan yang berbau,

disparenia, metroragia, dan menoragia. Lebih lanjut dapat menjadi

parametritis, pembentukan abses pelvik, dan peritonitis. Pemeriksaan

bakteriologik dari endoserviks dan uterus harus dilakukan, dan IUD

dikeluarkan.

( Wikjnjosastro, 2002)

13. Pencabutan IUD

IUD ( Intra Uterine Devices) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai :

- Ingin hamil kembali

- Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus

- Terjadi Infeksi

- Terjadi Perdarahan

- Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan IUD.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi IUD

1. Ekonomi

Page 19: Akseptor KB

Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang. Ekonomi

juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (Depdiknas, 2002).

Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini

disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan

akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi

yang diteliti adalah penghasilan rendah < Rp750.000,- / bulan, sedang Rp

750.000- Rp 1. 400.000,- / bulan, tinggi > Rp.1.400.000,- / bulan. (Biro Pusat

Statistik Propinsi Lampung).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ekonomi adalah ilmu mengenai

azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan,

pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga.

Penggolongan Masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan dalam Stratifikasi

berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan 3 tingkatan yaitu: Upper class

(Tingkat atas), Meddlo class (Tingkat Menengah), Lower class (Tingkat

Bawah).

2. Usia

Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. (Depdiknakes, 2002). Usia

yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi akseptor

dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor usia dapat ditentukan

fase-fase. Usia kurang 20 tahun; fase menunda kehamilan, usia antara 20-30

tahun; fase menjarangkan kehamilan. Usia antara 30 tahun lebih; fase

mengakhiri kehamilan. (Hartanto, 2002).

3. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang diteliti seseorang wanita

(Kamus Besar Indonesia 1990). Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas

mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah

paritas 1-2, paritas 2-4, paritas > 4. Hal ini dikarenakan akseptor yaitu

mempunyai anak lebih dari empat cenderung mengalami resiko tinggi

Page 20: Akseptor KB

persalinan. Apabila terjadi kehamilan tersebut digolongkan dalam kehamilan

resiko tinggi (Wiknjosastro, 1999).

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2000). Sedangkan

Menurut beberapa ahli salah satunya adalah Dictionory of Education

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan

sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia

hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga

dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individu yang optimum (Dasar-Dasar Kependidikan Ihsan Fuad,

2005).

Adapun jenjang pendidikan akseptor yang diteliti :

a. Pendidikan Dasar (SD)

b. Pendidikan Menengah (SMP dan SMA)

c. Pendidikan Tinggi

Diseluruh dunia terdapat 6000 juta penduduk buta huruf, sekalipun mesin otak

telah ditemukan 500 tahun yang lalu. Hampir dapat dipastikan kemampuan

menyediakan fasilitas pendidikan semakin terbatas menyediakan fasilitas

terbatas maka seharusnya jumlah yang memanfaatkan harus terkendali dengan

jalan Keluarga Berencana.

BAB III

KERANGKA KONSEP

Page 21: Akseptor KB

3.1. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmojo (2002) Kerangka konsep penelitian adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian

yang akan di lakukan.

Berdasarkan teori dan literatur yang di dapat, maka penulis hanya memilih

variabel tunggal.

Gambar 1. Bagian kerangka konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi IUD

3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

- Tingkat Ekonomi- Umur- Paritas- Pendidikan

Pemakaian alat kontrasepsi IUD

MenggunakanTidak

Menggunakan

Page 22: Akseptor KB

1 Akseptor KB Seseorang yang menggunakan salah satu cara kontrasepsi atau mencegah kehamilan dengan cara di pasang IUD

Angket dan wawancara

Kuisioner - KB

- Tidak KB

Nominal

2 Ekonomi Menghasilkan rata-rata yang diperoleh keluarga setiap bulannya

Angket Kuisioner -1.400.000,- /bulan)

-750.000 - Rp. 1.400.000,- /bulan)

-750.000/ Bulan)

Interval

3 Usia Lama waktu hidup sejak dilahirkan

Angket Kuisioner -

-th)

-

Interval

4 Paritas Jumlah kelahiran hidup yang di mulai seorang wanita

Angket Kuisioner -

-

-

Interval

5 Pendidikan Sekolah tertinggi yang pernah dicapai oleh ibu

Angket Kuisioner -(SD)

-menengah (SMP-SMA)

-(PT)

Nominal

3.3 Hipotesa

3.3.1 Ho : tidak ada pengaruh tingkat ekonomi dengan pemakaian kontrasepsi IUD.

Ha : ada pengaruh pengaruh tingkat ekonomi dengan pemakaian

kontrasepsi IUD.

Page 23: Akseptor KB

3.3.2 Ho : tidak ada pengaruh usia dengan pemakaian kontrasepsi IUD.

Ha : ada pengaruh pengaruh usia dengan pemakaian kontrasepsi IUD.

3.3.3 Ho : tidak ada pengaruh paritas dengan pemakaian kontrasepsi IUD.

Ha : ada pengaruh pengaruh paritas dengan pemakaian kontrasepsi IUD.

3.3.4 Ho : tidak ada pengaruh tingkat pendidikan dengan pemakaian kontrasepsi

IUD.

Ha : ada pengaruh pengaruh tingkat pendidikan dengan pemakaian

kontrasepsi IUD.

Ho diterima jika x2 hitung < x2 tabel dan Ho ditolak jika x2 hitung > x2 tabel

(Chi Kuadrat Pengujian Independensi)

Page 24: Akseptor KB

BAB IV

METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan metode cross sectional, yaitu

penelitian yang mengganbarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi IUD di

wilayah Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro Utara.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah diwilayah kerja Puskesmas

Banjarsari Kecamatan Metro Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah belum

adanya penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi IUD di

Wilayah Puskesmas Banjarsari Metro Utara.

4.5 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2002). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian,

maka penelitianya merupakan penelitian populasi.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemakai kontrasepsi

IUD yang berada diwilayah Puskesmas Banjarsari Metro Utara dengan jumlah 389

jiwa.

Page 25: Akseptor KB

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang memiliki dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2002). Sampel penelitian ini

menggunakan tekhnik simpel ramdom sampling dengan cara penganbilan sampel dari

seluruh anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu.

Untuk menentukan sampel pada penelitian ini maka digunakan teori yang

dikemukakan oleh Notoatmodjo (2002) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

N = Besar Populasi (seluruh akseptor KB)

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan (15%)

Dengan menggunakan rumus di atas dapat diambil jumlah sampel sebagai

berikut:

Page 26: Akseptor KB

4.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2006, dengan cara

memberikan kuesioner pada akseptor IUD yang terpilih sebagai sampel, metode yang

digunakan adalah wawancara.

4.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer melalui langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Coding

Memberikan kode pada setiap jawaban dalam kuesioner yang di isi oleh

responden untuk memudahkan dalam entry data.

2. Editing

Melakukan pemeriksaan pada setiap kuesioner yang di isi oleh responden untukn

memastikan bahwa tidak da kesalahan dalam pengisian kuesioner.

3. Entry

Memastikan data yang mendapatkan melalui kuesioner yang di isi oleh responden

kedalam program komputer.

4. Cleaning

Memeriksa kembali data yang ada diprogram komputer dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam entry

data.

4.6. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis bivarat.

Page 27: Akseptor KB

Analisa Bivarat

Analisa bivarat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen. Analisis yang digunakan adalah

Chisquare. Dengan α : 5%

α : Tingkat kemaknaan

O : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi yang diharapkan

Ho : Hipotetis Nol

Hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu

dengan variabel yang lain.

Ha : Hipotesis alternatif

Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara variabel satu

dengan variabel lain.

Bila nilai perhitungan uji statistik lebih besar dibandingkan nilai yang berasal

dari tabel (nilai perhitungan > nilai table) maka keputusannya : Ho ditolak

dan Ha diterima.

Artinya ada hubungan antara variabel satu dengan yang lain.