perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEKEBIS
D
PROGFAKULT
EDAAN SSINGAN DI BAGI
IN
GRAM DIIITAS KEDO
LAPO
STRES KDI BAG
IAN PACNDONES
Anis ShoNIM
I HIPERKOKTERAN
SU
ORAN KHU
KERJA AGIAN SACCKING PIA, KAR
Oleh: fiyatul Ma
M. R00060
KES DAN KN UNIVER
URAKART2009
USUS
AKIBATCHET FPT HEINRAWANG
ahbubah 93
KESELAMRSITAS SE
TA
T INTENSFILLINGNZ ABC G
MATAN KEEBELAS M
SITAS G DAN
ERJA MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Laporan Khusus dengan judul :
Perbedaan Stres Kerja Akibat Intensitas Kebisingan di Bagian Sachet Filling dan di Bagian Packing PT. Heinz ABC Indonesia, Karawang.
dengan peneliti :
Anis Shofiyatul Mahbubah
NIM. R0006093
telah diuji dan disahkan pada:
Hari : ……. …tanggal : …………... Tahun:……… Pembimbing I Pembimbing II
Sumardiyono, SKM, M. Kes Hardjono.Drs., M.Si. NIP. 19650706 198803 1 002 NIP. 19590119 198903 1 002
An. Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sekretaris,
Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Anis Shofiyatul Mahbubah, 2009. PERBEDAAN STRES KERJA TENAGA KERJA AKIBAT TERPAPAR KEBISINGAN DI BAGIAN SACHET FILLING DAN DI BAGIAN PACKING DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG. PROGRAM DIII HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas permasalahan ada atau tidaknya perbedaan tingkat stres kerja pada tenaga kerja bagian bagian sachet filling dan bagian packing akibat terpapar kebisingan di PT. HEINZ ABC Indonesia, Karawang.
Kerangka pemikiran ini adalah stres kerja dipengaruhi oleh intensitas kebisingan. Jika kebisingan melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) dapat menyebabkan stres kerja, sedangkan untuk kebisingan yang kurang dari NAB tenaga kerja tidak terlalu mengalami stres. Akan tetapi stres kerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti gaji, teman sekerja, promosi, lamanya kerja.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara purposive non random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner, observasi lapangan langsung, dan pengukuran langsung. Untuk mengetahui perbedaan stres kerja tenaga kerja akibat terpapar bising dilakukan uji independent simple t-test.
Hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,000 sehingga (p ≤ 0,001) dan dinyatakan sangat signifikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan stres kerja yang sangat signifikan antara karyawan di bagian Sachet Filling maupun di bagian Packing. Saran yang diajukan adalah dilakukan pengendalian kebisingan sesuai hierarki pengendalian bahaya, dan rekayasa untuk mengurangi kebisingan yang ada di hampir seluruh area produksi. Selain itu, dilakukan kontrol terhadap pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) ear plug karena banyak karyawan yang enggan memakai APD tersebut.
Kata kunci : Stres kerja, Kebisingan Kepustakaan :19, 1991-2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lancar.
Penulisan laporan umum mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.
HEINZ ABC Indonesia Karawang, Jawa Barat ini disusun guna memenuhi salah
satu persyaratan kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh yaitu Program
DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. Selain itu untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi penulis maupun pembaca.
Laporan magang ini disusun berdasarkan pengamatan dan pengalaman
penulis selama melakukan praktek kerja lapangan/magang di PT. HEINZ ABC
Indonesia Karawang, Jawa Barat dengan data dan informasi yang didapat dari
karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.
Atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., M.S., P.K.K., Sp.Ok., selaku Ketua Pogram DIII
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
3. Bapak Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Bapak Hardjono, Drs., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Ahmad Komara, Selaku Plant Manager PT. HEINZ ABC Indonesia
Karawang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
6. Bapak Budi Hermawan selaku HR. Manager yang telah memberikan ijin,
kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama melaksanakan PKL.
7. Ibu Titik Jasmani selaku EHS supervisor dan sekaligus pembimbing lapangan
yang telah banyak memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis
mengenai EHS dalam penyusunan laporan ini.
8. Bapak Amad Muttajid, Bp. Catur, Bp. Surono, Bp. Bibit, Bp. Solikin, dan Mas
Hermei atas segala bantuan dan bimbingannya.
9. Teman-teman angkatan 2006, Hanik dan Umi Tri Widiawati sebagai teman
seperjuangan magang.
10. Bapak-bapak dan ibu karyawan PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang yang
telah membantu selama magang.
11. Bapak, ibuku, kakakku dan adikku tercinta serta keluarga semuanya, yang
tidak henti-hentinya memberikan curahan do’a dan kasih sayang kepada
penulis.
Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
demi kemajuan Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta penulis pada
khususnya. Terima kasih.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
ABSTRAK .... ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 31
C. Hipotesis ................................................................................ 33
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 34
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 34
B. Lokasi Penelitian ..................................................................... 34
C. Waktu Penelitian ................................................................... 34
D. Populasi dan Sampel ............................................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Teknik Sampling .................................................................... 35
F. Variabel Penelitian ................................................................ 36
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................. 36
H. Sumber Data ............................................................................ 38
I. Instrument dan Validasinya .................................................. 39
J. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 41
K. Analisis Data ......................................................................... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 43
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 43
B. Pembahasan ........................................................................... 45
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................ 48
A. Kesimpulan ........................................................................... 48
B. Implikasi ................................................................................ 49
C. Saran ...................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. NAB Kebisingan yang Diperkenankan ........................................... 3
Tabel 2. Akibat-Akibat Kebisingan ............................................................ 14
Tabel 3. NAB Kebisingan yang Diperkenankan ACGIH ........................... 16
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kebisingan di Bagian Sachet Filling. .............. 43
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kebisingan di Bagian Packing. ....................... 44
Tabel 6. Hasil Perincian Butir-butir Kuesioner Stres Kerja yang Valid ..... 44
Tabel 7. Hasil Penilaian Stres Kerja pada Bagian Sachet Filling dan
bagian Packing ............................................................................ 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Perhitungan SPSS
Lampiran 2. Hasil Analisis Validitas Kuesioner Stres Kerja
Lampiran 3. Kuesioner Stres Kerja
Lampiran 4. Contoh Kuesioner Stres Kerja
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Kebisingan.
Lampiran 6. Resume Aktivitas Harian Magang
Lampiran 7. Surat Keterangan Magang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam jaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia
semakin sibuk. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di
lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah.
Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi tenaga kerja yang lebih besar dari
yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut stres
dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa. Masalah-masalah tentang
stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi di
lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan
dengan aspek-aspek pekerjaannya. Lingkungan kerja fisik seperti kebisingan juga
memberikan andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat
sensitif pada kebisingan dibanding yang lain, sehingga dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja.
Dengan adanya lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja atupun kecelakaan kerja, maka area kerja harus ditata menurut proses kerja
yang ada sehingga aliran proses dan material yang ada dapat berjalan lancar sesuai
dengan apa yang diinginkan sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi. Dalam
menata area kerja perlu juga diperhatikan banyak hal, dan salah satu faktornya
adalah peralatan kerja yang menimbulkan suara bising. Agar tidak menimbulkan
kelelahan kerja yang berlebih, ketidaknyamanan kerja, dan stres kerja, maka perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan rancangan peralatan kerja pada setiap area dan juga perlu diadakan
upaya-upaya pengendalian untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
Berbagai upaya perlu dilakukan dalam memelihara keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja serta memperkecil kerugian yang ada. Kecelakan tidak disebabkan keadaan
yang tidak selamat saja, melainkan juga oleh perbuatan yang tidak selamat
(Bennet & Rumondang Silalahi, 1995).
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja antara lain
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian.
Suma’mur (1996) menggolongkan dampak bising menjadi dua yaitu dampak
auditorial dan dampak non auditorial. Dampak auditorial yaitu berhubungan
langsung dengan fungsi pendengaran seperti menurunnya daya dengar tenaga
kerja, sedangkan dampak non auditorial seperti komunikasi terganggu, ancaman
keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan kerja dan stres.
Besarnya Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja memiliki
hubungan yang sangat erat dengan kesehatan kerja, kecelakaan kerja dan juga
produktivitas kerja, sehingga NAB kebisingan di tempat kerja harus disesuaikan
dengan jenis pekerjaannya. Tidak semua peralatan kerja memiliki intensitas
kebisingan yang sama seperti dalam tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan yang Diperkenankan
Waktu Pemajanan perHari Intensitas kebisingan dalam dBA
8 jam 85 4 jam 88 2 jam 91 1 jam 94
30 menit 97 15 menit 100 7,5 menit 103 3,75 menit 106 1,88 menit 109 0,94 menit 112 28,12 detik 115 14,06 detik 118 7,03 detik 121 3,52 detik 124 1,76 detik 127 0,88 detik 130 0,44 detik 133 0,22 detik 136 0,11 detik 139
Sumber : Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 (Depnakertrans R.I., 2007).
Batas kebisingan yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No.Kep-51/MEN/1999 adalah maksimal 139 dBA sehingga tenaga kerja
tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat (Depnakertrans, 2007).
Berdasarkan sistem jam kerja yang diterapkan oleh PT. HEINZ ABC Indonesia
Karawang yaitu 8 jam perhari, maka NAB pemajanan kebisingan adalah tidak
lebih dari 85 dB.
PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang, merupakan perusahaaan yang
bergerak di bidang produksi makanan. Dalam rangka memperluas usahanya maka
tidak mungkin lepas dari permasalahan yang ada seperti seputar lingkungan kerja.
Adapun salah satu masalah yang timbul adalah masalah kebisingan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berhubungan dengan stres tenaga kerja, seperti halnya di bagian Sachet Filling
dan Packing.
Dari latar belakang di atas, maka dapat dikaitkan faktor fisik kebisingan
dengan stres kerja dengan membandingkan perbedaan tingkat stres tenaga kerja
yang bekerja di lingkungan yang terpapar kebisingan di atas NAB khususnya di
bagian Sachet Filling dan di lingkungan yang terpapar kebisingan di bawah NAB
khususnya di bagian Packing.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut : “Apakah ada perbedaan stres kerja akibat intensitas
kebisingan di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing PT. HEINZ ABC
Indonesia Karawang?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan stres kerja akibat intensitas kebisingan di bagian Sachet
Filling dan di Packing PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Pihak Perusahaan
Diharapkan sebagai informasi, masukan, dan bahan evaluasi terhadap
pelaksanaan pengukuran intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di
bagian Packing di PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang.
2. Penulis
Diharapkan sebagai sarana untuk memperdalam dan menambah wawasan,
pengetahuan, pengalaman, serta ketrampilan dalam pelaksanaan pengukuran
intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing, akibat
terpapar kebisingan di PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjuan Pustaka
1. Bunyi
Bunyi adalah suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat
yang saling beradu satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga
menimbulkan gelombang dan meneruskan energi serta sebagian dipantulkan
kembali (Emil Salim, 2002). Media yang dilalui mempunyai masa yang elastis
sehingga menghantarkan bunyi tersebut.
Bunyi merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/detik pada
suhu 20º C dan menimbulkan gelombang dengan sumber bunyi sebagai titik pusat
dan disebarkan radial membentuk bidang gelombang (Emil Salim, 2002).
Tipe bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai berikut (Emil
Salim, 2002) :
a. Infra sonic, bila suara dengan gelombang antara 0-16 Hz.
Infra sonic tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan biasanya
ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan. Frekuensi < 16 Hz akan
mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu dan kadang-kadang
mengalami perubahan penglihatan.
b. Sonic, bila gelombang suara antara 16-20.000 Hz.
Merupakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Ultra Sonic, bila gelombang > 20.000 Hz.
Frekuensi di atas 20.000 Hz, sering digunakan dalam bidang kedokteran
seperti untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan katarak karena dengan
frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai daya tembus jaringan yang cukup
besar sedangkan suara dengan frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh
manusia.
2. Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki manusia yang
bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Bennet & Rumondang Silalahi,
1995). Oleh karenanya, kebisingan sering kali mengganggu aktivitas, apalagi jika
kebisingan itu bernada tinggi. Pengaruh kebisingan terputus-putus atau datang
secara tiba-tiba dan tak terduga, sangat terasa. Lebih-lebih bila sumber kebisingan
itu tidak diketahui (Anhar Hadian, 2000).
Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja
(occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu/tidak
diinginkan secara:
a. Fisik (menyakitkan telinga pekerja)
b. Psikis (menganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi)
(Sihar Tigor, 2005).
Saat situasi terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan identitas suara
berubah menjadi kebisingan (noise). Kebisingan di tempat kerja menjadi bahaya
kerja bagi sistem penginderaan manusia dalam hal ini bagi sistem pendengaran
(hearing loss) (Sihar Tigor, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health
(NIOSH) telah mendefiniskan status suara/kondisi kerja di mana suara berubah
menjadi secara jelas,yaitu (dalam Sihar Tigor, 2005) :
a. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA.
b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi
tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam (maksimum 85
dBA per 8 jam).
1. Jenis-Jenis Kebisingan
Menurut Sihar Tigor (2005) di tempat kerja kebisingan diklasifikasikan ke
dalam dua jenis golongan besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan
kebisingan tidak tetap (non-steady noise). Kebisingan tetap sendiri masih dibagi
menjadi dua jenis yaitu:
a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frekuensi noise)
Kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam,
contohnya antara lain suara mesin dan suara kipas.
b. Broad band noise
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama
digolongkan sebagai kebisingan tetap. Perbedaannya adalah broad band noise
terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan nada murni).
Selanjutnya, menurut Sihar Tigor (2005) kebisingan tidak tetap (non-
steady noise) dibagi lagi menjadi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)
Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
b. Intermittent noise
Sesuai dengan terjemahannya, Intermittent noise adalah kebisingan yang
terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu
lintas.
c. Impulsive noise
Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi
(memekakan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan
senjata api.
2. Sumber Kebisingan
Di tempat kerja disadari maupun tidak, cukup banyak fakta yang
menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan
dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya:
a. Mengoperasikan mesin yang sudah cukup tua.
b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja yang
cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.
c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi yang tidak teratur,
misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan
parah.
d. Melakukan modifikasi/perubahan/penggantian secara parsial pada komponen-
komponen mesin produksi tanpa mengindahkan aturan-aturan yang ada,
termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat
(terbalik atau terlalu longgar), terutama pada bagian penghubung antara
modul mesin (bad connection).
f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya
penggunaan palu/alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal
atau alat bantu pembuka baut.
(Sihar Tigor, 2005).
3. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan
Menurut Sihar Tigor (2005) kebisingan dapat menyebabkan dua jenis
gangguan pada manusia, antara lain:
a. Dampak Auditorial
Dampak Auditorial dari kebisingan ini cukup banyak jenisnya dengan tingkat
keparahan yang beragam, mulai yang bersifat sementara dan dapat
disembuhkan/sembuh dengan sendirinya hingga permanen.
Salah satu dampak auditorial yang cukup terkenal adalah tinnitus.
Gangguan jenis ini dapat dikenali dari adanya bunyi “deringan” atau “siulan”
di telinga saat suara yang memekakkan telinga dihentikan dan dapat terus
berlanjut hingga waktu yang cukup lama serta akan makin mudah
diidentifikasi saat penderita di tempat yang cukup sunyi atau hendak tidur.
Tinnitus terjadi karena durasi kontak antara telinga dan kebisingan
terjadi terlalu lama hingga akhirnya bagian dalam telinga mengalami iritasi.
Tinnitus dapat menjadi gangguan yang sifatnya permanen jika tidak ditangani
dengan serius.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Dampak Non auditorial
Selain menimbulkan dampak negatif terhadap sistem pendengaran,
kebisingan juga dapat mengganggu :
1) Sistem keseimbangan
2) Cardiovascular dengan ciri-ciri sebagai berikut : tekanan darah naik,
denyut nadi meningkat, peningkatan pada adrenalin.
3) Kualitas tidur : Tingkat gangguan tidur sangat bervariasi pada setiap
orang, mulai dari ringan hingga berat, misalnya sering terbangun tanpa
sebab yang jelas, tidur tidak tenang (sering berpindah-pindah), perubahan
pada gerakan mata.
4) Kondisi kejiwaan pekerja (stres).
4. Efek Kebisingan kepada Daya Kerja
Pengaruh utama dari paparan kebisingan adalah gangguan terhadap indera-
indera pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif. Ditempat kerja, tingkat
kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat merusak pendengaran dan dapat
pula menimbulkan gangguan kesehatan (tingkat kebisingan 80-90 dB (A) atau
lebih dapat membahayakan pendengaran). Pendengaran akan terganggu apabila
tenaga kerja terpapar terus menerus terhadap bising diatas 85 dB dibanding
dengan pemaparan secara intermitten yang kurang berbahaya (Suma’mur, 1996).
Menurut Emil Salim (2002), ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan
akibat pemaparan terus menerus tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Temporary deafness
Kehilangan pendengaran sementara. Tuli sementara diakibatkan
pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan
mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu
pemaparan terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu
istirahat secara cukup maka daya dengarnya akan pulih kembali kepada
ambang dengar semula dengan sempurna.
2) Permanent deafness
Kehilangan pendengaran secara permanen. Tuli permanen atau menetap
atau disebut juga ketulian syaraf biasanya diakibatkan oleh karena pemaparan
yang lama (kronis).
Besarnya tuli menetap dipengaruhi oleh faktor berikut ini tingginya level
suara,lamanya pemaparan, spektrum suara, temporal pattern (bila kebisingan
kontinue kemungkinan terjadinya tuli sementara akan lebih besar), kepekaan
indvidu, keadaan kesehatan dan pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan
dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan
dengan kontak suara, misal quinine, aspirin, streptomycin, kansmycin dan
beberapa obat lainnya (Emil Salim, 2002).
Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan
pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja ditempat bising. Tetapi
kerja terus menerus ditempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang
menetap dan tidak pulih kembali, biasanya dimulai pada frekuensi-frekuensi
sekitar 4000 Hz dan kemudian menghebat dan meluas ke frekuensi-frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi-frekuensi yang digunakan untuk
percakapan (Emil Salim, 2002).
Menurut Buchari (2007), bahaya bising dihubungkan dengan beberapa
faktor, yaitu :
1) Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang
yang dapat di dengar. Jadi tingkat tekanan bunyi di ukur dengan skala
logaritma dalam desibel (dB).
2) Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16-
20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalam rentang 250-4000 Hz. Bunyi
frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya.
3) Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga
dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua element lingkungan akustik yang
dapat merekam dan memadukan bunyi
4) Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
intermitten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan
durasi kurang dari 11 detik) sangat berbahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tingkat kebisingan yang terlalu tinggi dapat juga menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan efek terhadap produksi karena tanda peringatan dan sinyal lainnya
tidak dapat didengar. Selain itu, iritasi terhadap suara bising juga dapat
mengganggu pekerjaan dan dapat menyebabkan timbulnya kesalahan karena
tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi.
Akibat yang ditimbulkan dari paparan kebisingan dapat di lihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 2. Akibat-akibat kebisingan
Tipe Uraian
Akibat lahiriah
Kehilangan pendengaran
Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan
Akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering
Akibat psikologis
Gangguan emosional
Kejengkelan, kebingungan
Gangguan gaya hidup
Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.
Gangguan pendengaran
Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan sebagainya.
Sumber : Arif Susanto (2006).
Baik gangguan terhadap fisiologis maupun psikologis seperti yang telah
dijelaskan pada tabel di atas, semuanya itu dapat menyebabkan tenaga kerja untuk
mengalami kelelahan kerja (Buchari, 2007).
5) Pengukuran Kebisingan
Pemilihan alat-alat untuk mengkur kebisingan ditentukan oleh tipe dari
kebisingan yang akan diukur. Menurut Suma’mur (1996) pengukuran kebisingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan dengan tujuan memperoleh data kebisingan dan mengurangi tingkat
kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan.
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat
ini mengukur kebisingan diantara 30-130 dB dan dari frekuensi-frekuensi dari 20-
20000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri kecuali untuk
kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai
kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh
amplifier. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi ini yang
tergantung dari tekanan udara sehingga perlu koreksi tergantung dari tekanan
barometer (Suma’mur, 1996).
Mekanisme kerja Sound Level Meter adalah apabila ada benda bergetar,
maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat
ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter petunjuk. Untuk
mengukur atau menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepatnya yaitu digunakan
Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat
kerja selama 8 jam kerja (Emil Salim, 2002).
5. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai Ambang Batas adalah standart faktor tempat kerja yang diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari atau 40 jam
perminggu (Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999). Baku Mutu atau pedoman yang
digunakan adalah Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB)
berdasarkan American Conference Of Govermental Industrial Hygienists
(ACGIH) 2005.
Tabel 3. Batas Pemaparan Kebisingan
Waktu Pemajanan Perhari Intensitas Kebisingan Dalam dB (A)
24
Jam
80 16 82 8 85 4 88 2 91 1 94 30
Menit
97 15 100 7.5 103 3.75 106 1.88 109 0.94 112 28.12
Detik
115 14.06 118 7.03 121 3.52 124 1.76 127 0.88 130 0.44 133 0.22 136 0.11 139
Sumber : ACGIH, (2005), Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices
6. Stres Kerja
a. Definisi stres kerja
Stres bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan tentu saja subjektif
sifatnya. Levi (1991 dalam Tarwaka dkk., 2004) mendefinisikan stres sebagai
berikut : Dalam bahasa teknik, stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bagian-bagian tubuh. Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stres dapat diartikan
sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan
lingkungan terhadap tubuh. Secara umum. Stres dapat diartikan sebagai tekanan
psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
Stres secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan
berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan).
Secara lebih tegas Manuaba (1998 dalam Tarwaka dkk., 2004)
memberikan definisi sebagai berikut : Stres adalah segala rangsangan atau aksi
dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu
sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan
mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stres tersebut akan
menjurus kepada performansi, efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan.
Heerdjan (1990 dalam Tarwaka dkk., 2004) menguraikan bahwa stres
dapat digambarkan sebagai suatu kekuatan yang dihayati mendesak atau
mencekam dan muncul dalam diri seseorang sebagai akibat ia mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri. Menurut Mendelson (1990 dalam Tarwaka
dkk., 2004) stres merupakan suatu ketidaknyamanan dalam kerja. Respons stres
merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis
terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka
dapat di simpulkan bahwa stres muncul akibat adanya berbagai stresor yang
diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam
beraneka ragam tampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara konsep stres dapat didefinisikan menurut variabel kajian, yaitu
Mendelson (1990 dalam Tarwaka dkk., 2004):
1) Stres sebagai stimulus. Stres sebagai variabel bebas (independent variable)
menitikberatkan lingkungan sekitarnya sebagai stresor. Sebagai contoh,
petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh risiko
tinggi, sehingga mereka sering mengalami stres akibat lingkungan
pekerjaannya tersebut.
2) Stres sebagai respons. Stres sebagai variabel tergantung (dependent variable)
memfokuskan reaksi tubuh terhadap stresor. Sebagai contoh, seseorang
mengalami stres apabila akan menjalani ujian. Respons tubuh (strain) yang
dialami dapat berupa respons psikologis (perilaku, pola pikir, emosi dan
perasaan stres itu sendiri) dan respons fisiologis (jantung berdebar, perut
mulas-mulas, badan berkeringat dan lain-lain).
3) Stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stres di sini
merupakan suatu proses penghubung antara stresor dan strain dengan reaksi
stres yang berbeda pada stresor yang sama.
b. Jenis- jenis stres
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua yaitu :
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance
yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Distress, yaitu hasil dari respon tehadap stres yang bersifat tidak sehat,
positif dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskuler
dan tingkat ketidakhadirn (absenteeisme) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.
c. Gejala stres kerja
Cary Cooper dan Alison Straw (1995 dalam Tarwaka dkk., 2004)
mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1) Fisik, yaitu napas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,
kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat
kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan
hilangnya minat terhadap orang lain.
3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi
rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak. Sedangkan gejala stres di
tempat kerja, yaitu meliputi:
a) Kepuasan kerja rendah,
b) Kinerja yang menurun,
c) Semangat dan energi menjadi hilang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Komunikasi tidak lancar,
e) Pengambilan keputusan jelek,
f) Kreativitas dan inovasi kurang,
g) Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan
kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.
Dari beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa stres
merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seseorang, karena ia terpaksa memberikan tanggapan
melebihi kermampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal
(lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan
berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan
kerja mereka.
Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus
stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala stres pada individu, yaitu :
1) Gejala psikologis, gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan adalah :
a) Kecemasan, ketegangan , kebingungan dan mudah trsinggung,
b) Perasaa frustasi, rasa marah, dan dendam (kebencian),
c) Sensitif dan hyperreactivity,
d) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi,
e) Komunikasi yang tidak efektif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f) Perasaan terkucil dan terasing,
g) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja,
h) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilangan
konsentrasi,
i) Kehilangan spontanitas dan kreatifitas,
j) Menurunnya rasa percaya diri.
2) Gejala fisiologis, gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja
adalah:
a) Meningkatnya denyut jantung,tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kerdiovaskuler,
b) Meningkatnya sekresi dari hormon stres,
c) Gangguan gastrointestinal,
d) Meningkatnya frekuensi dari luka fisisk dan kecelakaan,
e) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom
kelelahan yang kronis,
f) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kndisis yang ada,
g) Gangguan pada kulit,
h) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot,
i) Rusaknya fungsi imin tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker.
3) Gejala perilaku, gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah :
a) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan,
b) Menurunnya prestasi ( performance ) dan produktivitas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan,
d) Perilaku sabotase dalam pekerjaan,
e) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas,
f) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai bentuk
penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,
kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi,
g) Meningkatnya kecenderungan berperilaku berisiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi,
h) Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas.
d. Faktor-faktor penyebab stres akibat kerja
Untuk dapat mengetahui secara pasti, faktor apa saja yang dapat
menyebabkan terjadinya stres sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung
dengan sifat dan kepribadian seseorang. Suatu keadaan yang dapat menimbulkan
stres pada seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama
terhadap orang lain. Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat
menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu
faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan
karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi Hurrel
(dalam A.S. Munandar, 1991):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Faktor-faktor Intrinsik dalam pekerjaan
Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan
fisik misalnya faktor kebisingan, sedangkan faktor tugas mencakup: kerja malam,
beban kerja, dan penghayatan dari risiko dan bahaya.
a) Tuntutan fisik : kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan
psikologis diri seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan
pembangkit stres (stresor). Suara bising selain dapat menimbulkan gangguan
sementara atau tetap pada alat pendengaran, juga dapat merupakan sumber
stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan ketidakseimbangan
psikologis. Kondisi demikian memudahkan timbulnya kecelakaan. Misalnya
tidak mendengar suara-suara peringatan sehingga timbul kecelakaan.
Ivancevich & Matteson (dalam A.S. Munandar, 1991) bependapat bahwa
bising yang berlebih (sekitar 80 desibel) yang berulangkali didengar, untuk
jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan stres. Bising oleh para pekerja
pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang membahayakan.
b) Tuntutan tugas : penelitian menunjukkan bahwa shift/kerja malam merupakan
sumber utama dan stres bagi para pekerja pabrik (Monk & Tepas dalam A.S.
Munandar, 1991). Para pekerja shift malam lebih sering mengeluh tentang
kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi/siang dan dampak
dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan
gangguan-gangguan perut. Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu
sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut
ke dalam beban kerja berlebih/terlalu sedikit "kuantitatif', yang timbul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan kepada
tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja
berlebih/terlalu sedikit "kualitatif, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk
melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan ketrampilan dan/atau
potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan
kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam
yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stres.
2) Peran individu dalam organisasi
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya
setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai
dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan
perannya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang
merupakan pembangkit stres yaitu meliputi: konflik peran dan ketidakjelasan
peran (role ambiguity).
a) Konflik peran : konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami
adanya:
(1) Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara
tanggung jawab yang ia miliki.
(2) Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan
merupakan bagian dari pekerjaannya.
(3) Tuntutan-tunlutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya,
atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4) Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu
melakukan tugas pekerjaannya.
b) Ketidakjelasan peran : jika seorang pekerja tidak memiliki cukup informasi
untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi
harapan-harapan yang berkaitan dengan peran lertentu. Faktor-faktor yang
dapat menimbulkan ketidakjelasan meliputi: Ketidakjelasan dari saran-saran
(tujuan-tujuan) kerja.
(1) Kesamaran tentang tanggung jawab.
(2) Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.
(3) Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain.
(4) Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang produktifitas kerja.
Menurut Kahn dkk., (dalam A.S. Munandar, 1991), stres yang timbul karena
ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang
memiliki kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi,
motivasi rendah untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan delak nadi, dan
kecenderungan untuk meninggaikan pekerjaan.
3) Pengembangan karir
Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup
ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.
a) Job Insecurity : perubahan-perubahan lingkungan menimbulkan masalah
baru yang dapat mempunyai dampak pada perusahaan. Reorganisasi
dirasakan perlu untuk dapat mcnghadapi perubahan lingkungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih baik. Setiap reorganisasi menimbulkan ketidakpastian pekerjaan,
yang merupakan sumber stres yang potensial.
b) Over dan Under-promotion : setiap organisasi industri mempunyai proses
pertumbuhan masing-masing. Ada yang tumbuhnya cepat dan ada yang
lambat, ada pula yang tidak tumbuh atau setelah tumbuh besar mengalami
penurunan, organisasi menjadi lebih kecil. Pola pertumbuhan organisasi
industri berbeda-beda. Sedangkan stres yang timbul karena over-
promotion memberikan kondisi beban kerja yang berlebihan serta adanya
tuntutan pengetahuan dan ketrampilan yang lidak sesuai dengan bakatnya.
4) Hubungan dalam pekerjaan
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya
kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah
dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan
ketidakjelasan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi
yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk
kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa
diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya (Kahn dkk., dalam A.S. Munandar,
1991).
5) Struktur dan iklim organisasi
Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah terpusat pada sejauh
mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada suport sosial. Kurangnya
peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan
suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan
mental dan fisik.
6) Tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan
Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan
seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja
di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu, sebagaimana
halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan
keluarga dan pribadi.
7) Ciri-ciri individu
Menurut pandangan interaktif dari stres, stres ditentukan pula oleh
individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.
Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres
adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri
kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap,
kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan
(antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian,
faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara
rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan
individu.
Sumber penyebab stres merupakan faktor penekan yang mempunyai potensi
menciptakan stres (A.S. Munandar, 1991). Sumber-sumber yang menyebabkan
stres dibagi dau, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Sumber internal : Sumber stres yang berasal dari dalam diri seseorang yang
mengalami stres. Dipengaruhi oleh kondisis fisik, minat, bakat, inteligensi,
keterampilan, usia, masa kerja, pendidikan, ppekerjaan lain, pengalaman stres
(Agus M. Hardjana, 1994).
2) Sumber eksternal : Sumber stres yang berasal dari luar individu yang
mengalami stres, meliputi :
a). Lingkungan sosial, yaitu meliputi lingkungan keluarga dan masyarakat,
b). Faktor upah atau gaji,
c). Lingkungan fisik tempat kerja, misal : bising, penerangan dan tekanan
panas,
d). Lingkungan kerja dan pekerjaan.
e. Pengaruh stres
Mathews (1989 dalam Tarwaka dkk., 2004) menjelaskan secara spesifik
tentang reaksi stres akibat kerja :
1) Reaksi psikologis. Stres biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang
sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi. Reaksi
psikologis kepada stres dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental,
kelelahan dan perilaku (arousal).
2) Respons sosial. Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi,
konflik dan stres di tempat kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke
dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
3) Respons stres kepada gangguan kesehatan atau reaksi fisiologis. Bila tubuh
mengalami stres, maka akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atast terjadinya stres. Sistem di dalam tubuh yang mengadakan respon
adalah diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan
pengeluaran katekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi organ di
dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem gastro intestinal dan
gangguan penyakit lainnya (Wantoro, 1999).
4) Respons individu. Pengaruhnya sangat tergantung dari sifat dan
kepribadian seseorang. Dalam menghadapi stres, individu dengan
kepribadian introvert akan bereaksi lebih negatif dan menderita
ketegangan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian
ekstrovert. Seseorang dengan kepribadian fleksibel atau luwes akan
mengalami ketegangan yang lebih besar dalam suatu konflik,
dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian rigid (kaku).
(dalam Tarwaka dkk., 2004).
f. Pencegahan dan pengendalian stres akibat kerja
Berbagai faktor penyebab terjadinya stres merupakan bagian
terintregrasi dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu
saja. Faktor penyebab terjadinya stres tersebut sangatlah kompleks dan
bervariasi serta sangat sulit untuk diidentifikasikan secara pasti apa yang
menjadi penyeab stres sesungguhnya, sehingga seseorang yang terkena stres
biasanya tidak menyadari terhadap apa yang sedang dialaminya (Tarwaka
dkk., 2004).
Sauter et al (1990 dalam Tarwaka dkk., 2004) dikutip dari National
Institute For Occupational Safety and Health (NIOSH) memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rekomendasi tentang bagaimana cara mengurangi atau meminimalisasi stres
akibat kerja sebagai berikut :
1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan
kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan
menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban yang terlalu ringan.
2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun
tanggung jawab diluar pekerjaan.
3) Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlian.
4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja
yang satu dengan yang lain, tenaga kerja supervisor yang baik dan sehat
dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman.
5) Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi
dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi
tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan pengembangan
usaha.
Cartwright et al (1995 dalam Tarwaka dkk., 2004) juga memberikan cara-
cara untuk mengurangi stres akibat kerja secara lebih spesifik, yaitu :
1) Redesain tugas-tugas pekerjaan,
2) Redesain lingkungan kerja,
3) Menerapkan waktu kerja yang fleksibel,
4) Menerapkan manajemen partisipatoris,
5) Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Mengalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan (goals),
7) Mendukung aktivitas social.
B. Kerangka Pemikiran
PT. Heinz ABC Indonesia seperti tempat kerja pada umumnya berpotensi
untuk menimbulkan faktor bahaya. Seperti faktor bahaya fisik yang didalamnya
terdapat sumber bising, salah satu area yang berpotensi menimbulkan kebisingan
yaitu di bagian Sachet Filling, sumber bising berasal dari mesin-mesin produksi.
Bising yang melebihi NAB dapat mempengaruhi rangsangan psikologis, fisiologis
dan perilaku. Rangsangan tersebut jika di terima oleh tenaga kerja secara terus
menerus dapat menimbulkan gejala-gejala psikologis yang berdampak pada
timbulnya stres kerja. Dari narasi di atas didapatkan bagan kerangka pemikiran
seperti di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1: Bagan Kerangka Pemikiran
Kebisingan
Rangsangan Psikologis, Fisiologis, Perilaku
Gejala- gejala : • Kinerja yang menurun, kepuasan kerja
rendah • Semangat dan energi menjadi hilang,
komunikasi tidak lancar • Pengambilan keputusan jelek, kreativitas
dan inofasi kurang
Stres Kerja
Faktor Eksternal :
• Lingkungan
sosial
• Lingkungan kerja
dan pekerjaan
• Beban kerja
• Kapasitas kerja
Faktor Internal :
• Kondisi fisik
• Minat, bakat
• Jenis kelamin
• Umur, masa kerja
• Pendidikan
• Penyakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori di atas, maka dapat
diajukan suatu hipotesis sebagai berikut : “Ada perbedaan stres kerja akibat
intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing di PT.
HEINZ ABC Indonesia Karawang ”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan menggunakan
model pendekatan cross sectional karena variabel bebas (faktor risiko) dan
variabel tergantung (efek) yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang
sama (Muchammad Arief, 2003).
B. Lokasi Penelitian
Nama Perusahaan : PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang
Lokasi : Di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing
Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah :
1. Menurut data kebisingan tahun 2009, kebisingan di bagian Sachet Filling
melebihi nilai ambang batas.
2. Di bagian Sachet Filling tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya setiap
hari terpapar oleh bising.
C. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai tanggal 2
Februari 2009 sampai dengan 30 April 2009 pada setiap hari kerja yaitu Senin-
Jum’at pukul 07.30 – 16.30 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2002).
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah tenaga kerja yang
bekerja pada bagian Sachet Filling yang terpapar bising di atas NAB dan Packing
yang terpapar bising di bawah NAB, tiap bagian mempunyai jumlah tenaga kerja
yang berbeda-beda. Tenaga kerja bagian Sachet Filling berjumlah 35 orang,
sedangkan tenaga kerja bagian Packing berjumlah 30 orang.
Pada penelitian ini yang diambil sebagai sampel adalah tenaga kerja yang
mempunyai kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
2. Umur antara 20-32 tahun,
3. Masa kerja lebih dari 1-10 tahun.
4. Pendidikan SMP.
E. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive non
random sampling, yang artinya pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau
sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Muchammad Arief,
2003). Dalam hal ini karakteristik populasi harus sudah diketahui lebih dahulu
dari penelitian-penelitian sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari jumlah tenaga kerja yang bekerja di bagian Sachet Filling sebanyak
35 orang yang diambil hanya 18 orang saja, sedangkan untuk bagian Packing
yang berjumlah 30 orang yang di ambil hanya 18 orang saja.
F. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian sebagai berikut :
1. Variabel bebas : Intensitas Kebisingan
2. Variabel terikat : Stres Kerja Karyawan
3. Variabel pengganggu :
a. Variabel terkendali
Meliputi : umur, jenis pekerjaan, masa kerja, pendidikan.
b. Variabel tak terkendali
Meliputi: bakat, minat, beban kerja, jenis kelamin, lingkungan sosial,
lingkungan kerja.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Intensitas Kebisingan
Intensitas kebisingan adalah arus energi per satuan luas yang datang secara
tegak lurus arah perambatannya dan dapat ditimbulkan oleh bunyi, dalam suatu
logaritma yang disebut decibel (Suma’mur, 1996). Pengukuran ini dilakukan pada
tenaga kerja yang bekerja di bagian Sachet Filling yang terpapar bising melebihi
NAB dan pada tenaga kerja yang bekerja di bagian Packing yang terpapar bising
kurang dari NAB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengukuran intensitas kebisingan ini menggunakan :
a. Alat ukur : Sound Level Meter
b. Satuan : Decibel (dB)
Dalam penelitian ini ditetapkan intensitas kebisingan dibedakan menjadi dua
yaitu:
1) Intensitas kebisingan melebihi NAB 85 dB di bagian Sachet Filling yaitu
88,5-96,2 dB.
2) Intensitas kebisingan kurang dari 85 NAB dB di bagian Packing yaitu
67,5-77,4 dB.
c. Skala pengukuran : nominal
2. Stres Kerja
Stres kerja adalah suatu perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaaannya, dapat diakibatkan faktor lingkungan kerja dan
pekerjaan maupun karena faktor individu itu sendiri.
Stres kerja diukur dengan menggunakan :
a. Alat ukur : kuesioner
b. Satuan : jumlah skor jawaban
c. Skala pengukuran : interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di bagian
Sachet Filling dan di bagian Packing yang diteliti dan data yang diperoleh secara
langsung dari responden. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa :
a. Data hasil pengukuran kebisingan dari sound level meter.
b. Data hasil pengisian kuesioner dan tanya jawab (interview) dari tenaga kerja
di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing yang terkait.
c. Data hasil pengamatan atau observasi langsung mengenai objek yang diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tidak
langsung. Data tersebut diperoleh dari data yang sudah ada di perusahaan tempat
penelitian dilakukan ataupun dari sumber lain yang berasal dari dokumentasi
perusahaan.
I. Instrumen dan Validasinya
1. Sound Level Meter
Sound level meter adalah alat untuk mengukur besarnya intensitas
kebisingan dalam satuan decibel (dBA). Alat ini mengukur kebisingan antara 30-
130 dBA dan frekuensi 20-20.000 Hz. Cara penggunaan alat sound level meter
merek Rion seri NA-20 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Memasang baterai
b. Mengecek voltase dengan cara memutar switch ke BATT. Jika jarum tidak
menunjuk pada pointer BATT, maka voltase baterai telah habis.
c. Melakukan kalibrasi dengan cara putar switch/in the level indicating window
at centre pada 70 dB, kemudian pada FILTER-CAL-INT switch ke CAL. Jarum
akan menunjuk pada CAL mark, jika tidak maka putar sensitivity adjustment.
d. Langkah-langkah pengukuran intensitas kebisingan adalah sebagai berikut:
1) Memutar switch ke A
2) Memutar FILTER-CAL-INT switch ke arah INT
3) Memutar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur
4) Mengunakan Meter Dynamic Characteristic Selector Switch
SLOW untuk bising yang impulsive dan FAST untuk bising yang continue
5) Mencatat hasil pengukurannya
6) Menghitung rata-rata bising sesaat dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
N = Jumlah kegiatan/jumlah data pengukuran
n = Frekuensi kemunculan Ln
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu alat yang berisi daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh responden sesuai dengan objek permasalahan yang akan diteliti.
dBAnnnnN
LLLL
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛×++×+×+×= 10
n
n10
3
310
2
210
1
1 10....101010110Log Lek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen pengumpul data yang digunakan
untuk mengetahui stres tenaga kerja.
Stres kerja ini dapat diukur berdasarkan faktor-faktor penyebab stres kerja.
Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat stres kerja tenaga kerja dalam
penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berisi 40 pertanyaan yang diambil
dari teorinya Munandar (2001), dan bersumber dari hasil penelitian Ni Nyoman
Novitasari Andraeni (2003), dengan alternatif jawaban dan skor sebagai berikut :
Sangat setuju nilainya (5), Setuju nilainya (4), Antara setuju dan tidak setuju
nilainya (3), Tidak setuju nilainya (2), Sangat tidak setuju nilainya (1).
1. Validasi
Alat sound level meter yang digunakan adalah benar-benar alat yang
sesuai dengan standar yang dipergunakan sebagaimana mestinya. Merupakan
peralatan resmi yang digunakan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia dalam melakukan survei kebisingan di tempat kerja atau perusahaan.
Kuesioner yang digunakan dapat mengukur stres kerja berdasarkan faktor-
faktor penyebab stres kerja yang bersumber dari hasil penelitian Ni Nyoman
Novitasari Andraeni (2003), yaitu :
a. Konflik kerja yang dijabarkan menjadi 5 pernyataan (pernyataan nomor 1, 2,
3, 4, dan5).
b. Beban kerja yang dijabarkan menjadi 5 pernyataan (pernyataan nomor 6, 7, 8,
9, dan 10).
c. Waktu kerja yang dijabarkan menjadi 1 pernyataan (pernyataan nomor 11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Karakteristik kerja yang dijabarkan menjadi 8 pernyataan (pernyataan nomor
12, 13, 14, 15, 16, 17,18 dan 19).
e. Dukungan kelompok yang dijabarkan menjadi 1 pernyataan (pernyataan
nomor 20).
f. Pengaruh kepemimpinan yang dijabarkan menjadi 1 pernyataan (pernyataan
nomor 21).
Nilai kusioner terendah 1 dan nilai tertinggi 5 unyuk tiap-tiap pernyataan.
Data yang diperoleh berupa angka. Pengujian validitas stres kerja dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji kesahihan butir dan uji
keandalan alpha dari Cronbach (Sutrisno Hadi, 2005).
J. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi dan Wawancara
Observasi bertujuan untuk melihat lokasi pengukuran, menentukan titik
pengukuran dan mencari data sampel. Sedangkan wawancara digunakan untuk
memperoleh keterangan-keterangan dari pihak perusahaan mengenai kondisi
perusahaan serta tenaga kerjanya.
2. Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan kerja dilakukan pada tanggal 24 April 2009, pada
pagi hari pukul 09.00 WIB, di setiap area yang terpapar bising.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pembagian Kuesioner
Kuesioner dibagikan melalui 2 tahap yaitu tanggal 27 April 2009 untuk
area yang terpapar bising melebihi NAB, dan 28 April 2009 untuk area yang
terpapar bising kurang dari NAB.
K. Analisis Data
Sesuai dengan data yang berskala nominal untuk kebisingan dan interval
untuk stres kerja, maka untuk mengetahui perbedaan stres kerja akibat paparan
kebisingan, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
independent simple t-test dalam Program SPSS versi 17.0.
Probabilitas (p value) adalah peluang munculnya kejadian (Dwi Priyatno,
2008). Taraf signifikansinya : p ≤ 0,01 = Sangat signifikan
p > 0,01 tetapi p ≤ 0,05 = Signifikan
p > 0,05 = Tidak signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT HEINZ ABC Indonesia Karawang,
bersamaan dengan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 2 Februari
sampai 30 April 2009. Sebelum pengukuran diadakan pengamatan langsung
terhadap lingkungan kerja, jalannya proses produksi dan keadaan dari tenaga
kerja.Hasil pengukuran yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki manusia yang
bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Bennet & Rumondang Silalahi,
1995).
Batas kebisingan yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No.Kep-51/MEN/1999 adalah maksimal 139 dBA sehingga tenaga kerja
tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat (Depnakertrans R.I.,
2007). Berdasarkan sistem jam kerja yang diterapkan oleh PT. HEINZ ABC
Indonesia Karawang yaitu 8 jam perhari maka NAB pemajanan kebisingan adalah
tidak lebih dari 85 dB.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Bagian Sachet Filling
No Lokasi Titik Pengukuran Intensitas Kebisingan dB (A) 1 I 88.5 2 II 90.0 3 III 94.3 4 Sachet filling IV 94.8
Bersambung......
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sambungan.... 5 V 95.3 6 VI 95.8 7 VII 95.9 8 VIII 96.2
Rata-rata 93.9 Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 24 April 2009.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Bagian Packing
No Lokasi Titik Pengukuran Intensitas Kebisingan dB (A) 1 I 67.5 2 II 68.2 3 III 69.5 4 Packing IV 70.9 5 V 71.3 6 VI 71.2 7 VII 76.2 8 VIII 77.4 9 Rata-rata 71.5
Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 24 April 2009.
2. Hasil Uji Validitas
Berdasarkan kuesioner yang diterima dari sampel, dan setelah dilakukan
uji validitas, didapat 21 butir yang valid dan 19 butir yang gugur. Nilai r dari butir
yang valid berkisar antara 0,488 sampai dengan 0,909. Di bawah ini disajikan
tabel mengenai butir kuesioner stres kerja yang valid.
Table 6. Hasil Perincian Butir-butir Kuesioner Stres Kerja yang Valid.
No Faktor penyebab Nomor item
Jumlahstres kerja Favorable Unfavorable
1 Konflik kerja 9,15,17,18 4 5 2 Beban kerja 20,21,23 24,22 5 3 Waktu kerja 25 1 4 Karakteristik kerja 26,28,32,33,34 29,30,31 8
Bersambung......
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sambungan....
5 Dukungan kelompok 36 1 6 Pengaruh kepemimpinan 38 1
Total 15 6 21
3. Stres Kerja
Table 7. Hasil Penilaian Kuesioner Stres Kerja pada Bagian Sachet Filling dan di Bagian packing
No Responden area Stres No Responden area Stres Sampel Bising > NAB Kerja Sampel Bising < NAB Kerja
1 Sachet Filling 103 1 Packing 54 2 Sachet Filling 88 2 Packing 55 3 Sachet Filling 85 3 Packing 52 4 Sachet Filling 99 4 Packing 47 5 Sachet Filling 79 5 Packing 50 6 Sachet Filling 72 6 Packing 51 7 Sachet Filling 73 7 Packing 51 8 Sachet Filling 88 8 Packing 51 9 Sachet Filling 70 9 Packing 50 10 Sachet Filling 75 10 Packing 60 11 Sachet Filling 77 11 Packing 53 12 Sachet Filling 79 12 Packing 55 13 Sachet Filling 77 13 Packing 47 14 Sachet Filling 62 14 Packing 60 15 Sachet Filling 82 15 Packing 42 16 Sachet Filling 74 16 Packing 54 17 Sachet Filling 95 17 Packing 44 18 Sachet Filling 90 18 Packing 49
B. Pembahasan Hasil
1. Intensitas Kebisingan di Bagian Sachet Filling dan di Bagian Packing
Tenaga kerja yang bekerja pada intensitas kebisingan melebihi NAB yaitu
85 dB bisa mengalami penyakit akibat kerja seperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian yang disebabkan oleh intensitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebisingan yang melebihi NAB yang telah ditentukan dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 yang berisi tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja.
NAB intensitas kebisingan yang diperkenankan adalah 85 dB untuk
bekerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Dari hasil pengukuran rata-rata
didapat 93,9 di bagian Sachet Filling, dan 71,5 di bagian Packing. Dengan
demikian kebisingan di bagian Sachet Filling melebihi NAB dan di bagian
Packing tidak melebihi NAB.
2. Hasil Penelitian Mengenai Stres Kerja pada Karyawan di Bagian Sachet
Filling dan di Bagian Packing
Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian persepsi baik karyawan di
bagian Sachet Filling maupun di bagian Packing tentang adanya stres pada
dirinya. Persepsi tersebut diketahui dari kuesioner stres kerja yang diisi oleh
sampel. Selanjutnya kuesioner diberi skor dan diuji validitasnya. Jumlah nilai dari
butir yang valid merupakan skor total stres kerja sampel. Kemudian untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan stres kerja karyawan di bagian Sachet
Filling maupun di bagian Packing signifikan atau tidak signifikan, maka data
yang diperoleh diuji statistik dengan Independent Sample T-Test yaitu, untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel
yang tidak berhubungan.
Hasil analisa statistik dengan Independent Sample T-Test menunjukkan
nilai p = 0,000 sehingga p ≤ 0,01 dan dinyatakan sangat signifikan. Hal ini artinya
ada perbedaan stres kerja yang sangat signifikan antara karyawan di bagian Sachet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Filling maupun di bagian Packing. Dari hasil pengukuran di atas, dapat diketahui
bahwa skor tertinggi adalah 103 dan terendah 62 di bagian Sachet Filling dan skor
tertinggi adalah 60 dan terendah 44 di bagian Packing. Hipotesis penelitian ini
dapat diterima yaitu ada perbedaan stres kerja antara karyawan di bagian Sachet
Filling dan di bagian Packing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah penulis lakukan,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling yaitu
didapatkan rata-rata 93,9 dB, sedangkan intensitas kebisingan di bagian
packing yaitu didapatkan rata-rata 71,5 dB. Hal ini menunjukkan bahwa
intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling melebihi NAB yang
diperkenankan, dimana tenaga kerja yang bekerja selama 8 jam perhari atau
40 jam seminggu. Sedangkan di bagian packing intensitas kebisingannya di
bawah NAB sehingga tenaga kerja aman bekerja selama 8 jam perhari dan 40
jam perminggu.
2. Hasil analisis statistik dengan Independent Sample T-Test menunjukkan nilai
p = 0,000 sehingga p ≤ 0,01 dan dinyatakan sangat signifikan. Dengan
demikian terdapat perbedaan stres kerja antara karyawan di bagian Sachet
Filling dan di bagian Packing. Hasil pengukuran skor tertinggi adalah 103
dan terendah 62 di bagian Sachet Filling dan skor tertinggi adalah 60 dan
terendah 44 di bagian Packing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi
Tempat kerja yang aman dan nyaman sangat ideal untuk bekerja. Untuk
menciptakan suatu tempat kerja yang aman dan nyaman, maka tempat kerja
tersebut harus memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja.
Tempat kerja yang kurang nyaman dan aman sering kali mengganggu
tenaga kerja yang ada di dalamnya, misalnya tempat kerja dengan intensitas
kebisingan tinggi dapat menurunkan daya kerja. Daya kerja tersebut seperti stres
kerja yang akhirnya nanti dapat menurunkan produktivitas kerja.
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, bahwa NAB intensitas
kebisingan yang diperkenankan untuk pemajanan 8 jam perhari adalah 85 dB. Di
tempat kerja yang intensitas kebisingannya sudah melebihi NAB kebisingan perlu
dilaksanakan upaya-upaya pengendalian untuk mengurangi bahaya akibat
kebisingan yang melebihi NAB. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain dengan
pengendalian secara teknis, pengendalian administrasi dan penggunaan alat
pelindung telinga (APT).
C. Saran
Berdasarkan hasil observasi langsung selama melakukan Praktek Kerja
Lapangan PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang dan hasil penelitian pengaruh
stres tenaga kerja akibat intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di
bagian Packing, dapat disampaikan saran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Perusahaan supaya lebih tegas dalam memberi sanksi terhadap tenaga kerja
yang tidak mematuhi aturan terutama dalam penggunaan alat pelindung
telinga (APT) seperti, ear plugg, ear muff, dan juga pemberian penghargaan
kepada tenaga kerja yang paling taat menggunakan alat pelindung telinga
APT.
2. Dilakukan pengendalian kebisingan sesuai hirarki pengendalian bahaya.
Diupayakan rekayasa untuk mengurangi kebisingan yang ada di hampir
seluruh area produksi. Selain itu, dilakukan kontrol terhadap pemakaian
APD ear plug karena banyak karyawan yang enggan memakai APD
tersebut. Pemasangan pamflet tentang bahaya kebisingan juga sangat
diperlukan untuk meningkatkan kesadaran karyawan akan kesehatan
pendengaran.
3. Pemeriksaan mesin-mesin dan ruang kerja secara teratur dapat mengurangi
intensitas kebisingan meskipun sedikit, perawatan mesin juga dapat
membuat mesin menjadi lebih tahan lama.
4. Memberi tanda peringatan pada tempat yang memiliki intensitas kebisingan
tinggi.
5. Pemeriksaan audiometri secara berkala yaitu tiap 6 bulan sekali terhadap
seluruh tenaga kerja di PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang untuk
memantau kondisi ambang dengar tenaga kerja.