perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBE KEBIS D PROG FAKULT EDAAN S SINGAN DI BAGI IN GRAM DIII TAS KEDO LAPO STRES K DI BAG IAN PAC NDONES Anis Sho NIM I HIPERK OKTERAN SU ORAN KHU KERJA A GIAN SAC CKING P IA, KAR Oleh: fiyatul Ma M. R00060 KES DAN K N UNIVER URAKART 2009 USUS AKIBAT CHET F PT HEIN RAWANG ahbubah 93 KESELAM RSITAS SE TA T INTENS FILLING NZ ABC G MATAN KE EBELAS M SITAS G DAN ERJA MARET

Upload: hoangminh

Post on 18-Jan-2017

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEKEBIS

D

PROGFAKULT

EDAAN SSINGAN DI BAGI

IN

GRAM DIIITAS KEDO

LAPO

STRES KDI BAG

IAN PACNDONES

Anis ShoNIM

I HIPERKOKTERAN

SU

ORAN KHU

KERJA AGIAN SACCKING PIA, KAR

Oleh: fiyatul Ma

M. R00060

KES DAN KN UNIVER

URAKART2009

USUS

AKIBATCHET FPT HEINRAWANG

ahbubah 93

KESELAMRSITAS SE

TA

T INTENSFILLINGNZ ABC G

MATAN KEEBELAS M

SITAS G DAN

ERJA MARET

Page 2: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

Perbedaan Stres Kerja Akibat Intensitas Kebisingan di Bagian Sachet Filling dan di Bagian Packing PT. Heinz ABC Indonesia, Karawang.

dengan peneliti :

Anis Shofiyatul Mahbubah

NIM. R0006093

telah diuji dan disahkan pada:

Hari : ……. …tanggal : …………... Tahun:……… Pembimbing I Pembimbing II

Sumardiyono, SKM, M. Kes Hardjono.Drs., M.Si. NIP. 19650706 198803 1 002 NIP. 19590119 198903 1 002

An. Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sekretaris,

Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002

Page 3: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Anis Shofiyatul Mahbubah, 2009. PERBEDAAN STRES KERJA TENAGA KERJA AKIBAT TERPAPAR KEBISINGAN DI BAGIAN SACHET FILLING DAN DI BAGIAN PACKING DI PT. HEINZ ABC INDONESIA KARAWANG. PROGRAM DIII HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas permasalahan ada atau tidaknya perbedaan tingkat stres kerja pada tenaga kerja bagian bagian sachet filling dan bagian packing akibat terpapar kebisingan di PT. HEINZ ABC Indonesia, Karawang.

Kerangka pemikiran ini adalah stres kerja dipengaruhi oleh intensitas kebisingan. Jika kebisingan melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) dapat menyebabkan stres kerja, sedangkan untuk kebisingan yang kurang dari NAB tenaga kerja tidak terlalu mengalami stres. Akan tetapi stres kerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti gaji, teman sekerja, promosi, lamanya kerja.

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara purposive non random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner, observasi lapangan langsung, dan pengukuran langsung. Untuk mengetahui perbedaan stres kerja tenaga kerja akibat terpapar bising dilakukan uji independent simple t-test.

Hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,000 sehingga (p ≤ 0,001) dan dinyatakan sangat signifikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan stres kerja yang sangat signifikan antara karyawan di bagian Sachet Filling maupun di bagian Packing. Saran yang diajukan adalah dilakukan pengendalian kebisingan sesuai hierarki pengendalian bahaya, dan rekayasa untuk mengurangi kebisingan yang ada di hampir seluruh area produksi. Selain itu, dilakukan kontrol terhadap pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) ear plug karena banyak karyawan yang enggan memakai APD tersebut.

Kata kunci : Stres kerja, Kebisingan Kepustakaan :19, 1991-2008

Page 4: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lancar.

Penulisan laporan umum mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.

HEINZ ABC Indonesia Karawang, Jawa Barat ini disusun guna memenuhi salah

satu persyaratan kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh yaitu Program

DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret, Surakarta. Selain itu untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi penulis maupun pembaca.

Laporan magang ini disusun berdasarkan pengamatan dan pengalaman

penulis selama melakukan praktek kerja lapangan/magang di PT. HEINZ ABC

Indonesia Karawang, Jawa Barat dengan data dan informasi yang didapat dari

karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.

Atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., M.S., P.K.K., Sp.Ok., selaku Ketua Pogram DIII

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret.

3. Bapak Sumardiyono, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I.

Page 5: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Bapak Hardjono, Drs., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II.

5. Bapak Ahmad Komara, Selaku Plant Manager PT. HEINZ ABC Indonesia

Karawang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

6. Bapak Budi Hermawan selaku HR. Manager yang telah memberikan ijin,

kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama melaksanakan PKL.

7. Ibu Titik Jasmani selaku EHS supervisor dan sekaligus pembimbing lapangan

yang telah banyak memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis

mengenai EHS dalam penyusunan laporan ini.

8. Bapak Amad Muttajid, Bp. Catur, Bp. Surono, Bp. Bibit, Bp. Solikin, dan Mas

Hermei atas segala bantuan dan bimbingannya.

9. Teman-teman angkatan 2006, Hanik dan Umi Tri Widiawati sebagai teman

seperjuangan magang.

10. Bapak-bapak dan ibu karyawan PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang yang

telah membantu selama magang.

11. Bapak, ibuku, kakakku dan adikku tercinta serta keluarga semuanya, yang

tidak henti-hentinya memberikan curahan do’a dan kasih sayang kepada

penulis.

Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari

sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

demi kemajuan Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta penulis pada

khususnya. Terima kasih.

Surakarta, Juni 2009

Penulis

Page 6: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

ABSTRAK .... ............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 5

BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 31

C. Hipotesis ................................................................................ 33

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 34

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 34

B. Lokasi Penelitian ..................................................................... 34

C. Waktu Penelitian ................................................................... 34

D. Populasi dan Sampel ............................................................. 35

Page 7: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

E. Teknik Sampling .................................................................... 35

F. Variabel Penelitian ................................................................ 36

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................. 36

H. Sumber Data ............................................................................ 38

I. Instrument dan Validasinya .................................................. 39

J. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 41

K. Analisis Data ......................................................................... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 43

A. Hasil Penelitian ..................................................................... 43

B. Pembahasan ........................................................................... 45

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................ 48

A. Kesimpulan ........................................................................... 48

B. Implikasi ................................................................................ 49

C. Saran ...................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51

LAMPIRAN

Page 8: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. NAB Kebisingan yang Diperkenankan ........................................... 3

Tabel 2. Akibat-Akibat Kebisingan ............................................................ 14

Tabel 3. NAB Kebisingan yang Diperkenankan ACGIH ........................... 16

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kebisingan di Bagian Sachet Filling. .............. 43

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kebisingan di Bagian Packing. ....................... 44

Tabel 6. Hasil Perincian Butir-butir Kuesioner Stres Kerja yang Valid ..... 44

Tabel 7. Hasil Penilaian Stres Kerja pada Bagian Sachet Filling dan

bagian Packing ............................................................................ 45

Page 9: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perhitungan SPSS

Lampiran 2. Hasil Analisis Validitas Kuesioner Stres Kerja

Lampiran 3. Kuesioner Stres Kerja

Lampiran 4. Contoh Kuesioner Stres Kerja

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Kebisingan.

Lampiran 6. Resume Aktivitas Harian Magang

Lampiran 7. Surat Keterangan Magang.

Page 10: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam jaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia

semakin sibuk. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di

lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah.

Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi tenaga kerja yang lebih besar dari

yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut stres

dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa. Masalah-masalah tentang

stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi di

lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan

dengan aspek-aspek pekerjaannya. Lingkungan kerja fisik seperti kebisingan juga

memberikan andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat

sensitif pada kebisingan dibanding yang lain, sehingga dapat menyebabkan

penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja.

Dengan adanya lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit akibat

kerja atupun kecelakaan kerja, maka area kerja harus ditata menurut proses kerja

yang ada sehingga aliran proses dan material yang ada dapat berjalan lancar sesuai

dengan apa yang diinginkan sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi. Dalam

menata area kerja perlu juga diperhatikan banyak hal, dan salah satu faktornya

adalah peralatan kerja yang menimbulkan suara bising. Agar tidak menimbulkan

kelelahan kerja yang berlebih, ketidaknyamanan kerja, dan stres kerja, maka perlu

Page 11: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan rancangan peralatan kerja pada setiap area dan juga perlu diadakan

upaya-upaya pengendalian untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

Berbagai upaya perlu dilakukan dalam memelihara keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja serta memperkecil kerugian yang ada. Kecelakan tidak disebabkan keadaan

yang tidak selamat saja, melainkan juga oleh perbuatan yang tidak selamat

(Bennet & Rumondang Silalahi, 1995).

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja antara lain

gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian.

Suma’mur (1996) menggolongkan dampak bising menjadi dua yaitu dampak

auditorial dan dampak non auditorial. Dampak auditorial yaitu berhubungan

langsung dengan fungsi pendengaran seperti menurunnya daya dengar tenaga

kerja, sedangkan dampak non auditorial seperti komunikasi terganggu, ancaman

keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan kerja dan stres.

Besarnya Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja memiliki

hubungan yang sangat erat dengan kesehatan kerja, kecelakaan kerja dan juga

produktivitas kerja, sehingga NAB kebisingan di tempat kerja harus disesuaikan

dengan jenis pekerjaannya. Tidak semua peralatan kerja memiliki intensitas

kebisingan yang sama seperti dalam tabel berikut :

Page 12: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan yang Diperkenankan

Waktu Pemajanan perHari Intensitas kebisingan dalam dBA

8 jam 85 4 jam 88 2 jam 91 1 jam 94

30 menit 97 15 menit 100 7,5 menit 103 3,75 menit 106 1,88 menit 109 0,94 menit 112 28,12 detik 115 14,06 detik 118 7,03 detik 121 3,52 detik 124 1,76 detik 127 0,88 detik 130 0,44 detik 133 0,22 detik 136 0,11 detik 139

Sumber : Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 (Depnakertrans R.I., 2007).

Batas kebisingan yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No.Kep-51/MEN/1999 adalah maksimal 139 dBA sehingga tenaga kerja

tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat (Depnakertrans, 2007).

Berdasarkan sistem jam kerja yang diterapkan oleh PT. HEINZ ABC Indonesia

Karawang yaitu 8 jam perhari, maka NAB pemajanan kebisingan adalah tidak

lebih dari 85 dB.  

PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang, merupakan perusahaaan yang

bergerak di bidang produksi makanan. Dalam rangka memperluas usahanya maka

tidak mungkin lepas dari permasalahan yang ada seperti seputar lingkungan kerja.

Adapun salah satu masalah yang timbul adalah masalah kebisingan yang

Page 13: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berhubungan dengan stres tenaga kerja, seperti halnya di bagian Sachet Filling

dan Packing.

Dari latar belakang di atas, maka dapat dikaitkan faktor fisik kebisingan

dengan stres kerja dengan membandingkan perbedaan tingkat stres tenaga kerja

yang bekerja di lingkungan yang terpapar kebisingan di atas NAB khususnya di

bagian Sachet Filling dan di lingkungan yang terpapar kebisingan di bawah NAB

khususnya di bagian Packing. 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat disusun rumusan

masalah sebagai berikut : “Apakah ada perbedaan stres kerja akibat intensitas

kebisingan di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing PT. HEINZ ABC

Indonesia Karawang?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan stres kerja akibat intensitas kebisingan di bagian Sachet

Filling dan di Packing PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang.

Page 14: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Pihak Perusahaan

Diharapkan sebagai informasi, masukan, dan bahan evaluasi terhadap

pelaksanaan pengukuran intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di

bagian Packing di PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang.

2. Penulis

Diharapkan sebagai sarana untuk memperdalam dan menambah wawasan,

pengetahuan, pengalaman, serta ketrampilan dalam pelaksanaan pengukuran

intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing, akibat

terpapar kebisingan di PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang.

Page 15: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjuan Pustaka

1. Bunyi

Bunyi adalah suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat

yang saling beradu satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga

menimbulkan gelombang dan meneruskan energi serta sebagian dipantulkan

kembali (Emil Salim, 2002). Media yang dilalui mempunyai masa yang elastis

sehingga menghantarkan bunyi tersebut.

Bunyi merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/detik pada

suhu 20º C dan menimbulkan gelombang dengan sumber bunyi sebagai titik pusat

dan disebarkan radial membentuk bidang gelombang (Emil Salim, 2002).

Tipe bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai berikut (Emil

Salim, 2002) :

a. Infra sonic, bila suara dengan gelombang antara 0-16 Hz.

Infra sonic tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan biasanya

ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan. Frekuensi < 16 Hz akan

mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu dan kadang-kadang

mengalami perubahan penglihatan.

b. Sonic, bila gelombang suara antara 16-20.000 Hz.

Merupakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.

6

Page 16: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Ultra Sonic, bila gelombang > 20.000 Hz.

Frekuensi di atas 20.000 Hz, sering digunakan dalam bidang kedokteran

seperti untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan katarak karena dengan

frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai daya tembus jaringan yang cukup

besar sedangkan suara dengan frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh

manusia.

2. Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki manusia yang

bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Bennet & Rumondang Silalahi,

1995). Oleh karenanya, kebisingan sering kali mengganggu aktivitas, apalagi jika

kebisingan itu bernada tinggi. Pengaruh kebisingan terputus-putus atau datang

secara tiba-tiba dan tak terduga, sangat terasa. Lebih-lebih bila sumber kebisingan

itu tidak diketahui (Anhar Hadian, 2000).

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja

(occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan mengganggu/tidak

diinginkan secara:

a. Fisik (menyakitkan telinga pekerja)

b. Psikis (menganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi)

(Sihar Tigor, 2005).

Saat situasi terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan identitas suara

berubah menjadi kebisingan (noise). Kebisingan di tempat kerja menjadi bahaya

kerja bagi sistem penginderaan manusia dalam hal ini bagi sistem pendengaran

(hearing loss) (Sihar Tigor, 2005).

Page 17: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health

(NIOSH) telah mendefiniskan status suara/kondisi kerja di mana suara berubah

menjadi secara jelas,yaitu (dalam Sihar Tigor, 2005) :

a. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA.

b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi

tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam (maksimum 85

dBA per 8 jam).

1. Jenis-Jenis Kebisingan

Menurut Sihar Tigor (2005) di tempat kerja kebisingan diklasifikasikan ke

dalam dua jenis golongan besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan

kebisingan tidak tetap (non-steady noise). Kebisingan tetap sendiri masih dibagi

menjadi dua jenis yaitu:

a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frekuensi noise)

Kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam,

contohnya antara lain suara mesin dan suara kipas.

b. Broad band noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama

digolongkan sebagai kebisingan tetap. Perbedaannya adalah broad band noise

terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan nada murni).

Selanjutnya, menurut Sihar Tigor (2005) kebisingan tidak tetap (non-

steady noise) dibagi lagi menjadi:

Page 18: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

b. Intermittent noise

Sesuai dengan terjemahannya, Intermittent noise adalah kebisingan yang

terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu

lintas.

c. Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi

(memekakan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan

senjata api.

2. Sumber Kebisingan

Di tempat kerja disadari maupun tidak, cukup banyak fakta yang

menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan

dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya:

a. Mengoperasikan mesin yang sudah cukup tua.

b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja yang

cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.

c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi yang tidak teratur,

misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan

parah.

d. Melakukan modifikasi/perubahan/penggantian secara parsial pada komponen-

komponen mesin produksi tanpa mengindahkan aturan-aturan yang ada,

termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan.

Page 19: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat

(terbalik atau terlalu longgar), terutama pada bagian penghubung antara

modul mesin (bad connection).

f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya

penggunaan palu/alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal

atau alat bantu pembuka baut.

(Sihar Tigor, 2005).

3. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan

Menurut Sihar Tigor (2005) kebisingan dapat menyebabkan dua jenis

gangguan pada manusia, antara lain:

a. Dampak Auditorial

Dampak Auditorial dari kebisingan ini cukup banyak jenisnya dengan tingkat

keparahan yang beragam, mulai yang bersifat sementara dan dapat

disembuhkan/sembuh dengan sendirinya hingga permanen.

Salah satu dampak auditorial yang cukup terkenal adalah tinnitus.

Gangguan jenis ini dapat dikenali dari adanya bunyi “deringan” atau “siulan”

di telinga saat suara yang memekakkan telinga dihentikan dan dapat terus

berlanjut hingga waktu yang cukup lama serta akan makin mudah

diidentifikasi saat penderita di tempat yang cukup sunyi atau hendak tidur.

Tinnitus terjadi karena durasi kontak antara telinga dan kebisingan

terjadi terlalu lama hingga akhirnya bagian dalam telinga mengalami iritasi.

Tinnitus dapat menjadi gangguan yang sifatnya permanen jika tidak ditangani

dengan serius.

Page 20: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Dampak Non auditorial

Selain menimbulkan dampak negatif terhadap sistem pendengaran,

kebisingan juga dapat mengganggu :

1) Sistem keseimbangan

2) Cardiovascular dengan ciri-ciri sebagai berikut : tekanan darah naik,

denyut nadi meningkat, peningkatan pada adrenalin.

3) Kualitas tidur : Tingkat gangguan tidur sangat bervariasi pada setiap

orang, mulai dari ringan hingga berat, misalnya sering terbangun tanpa

sebab yang jelas, tidur tidak tenang (sering berpindah-pindah), perubahan

pada gerakan mata.

4) Kondisi kejiwaan pekerja (stres).

4. Efek Kebisingan kepada Daya Kerja

Pengaruh utama dari paparan kebisingan adalah gangguan terhadap indera-

indera pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif. Ditempat kerja, tingkat

kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat merusak pendengaran dan dapat

pula menimbulkan gangguan kesehatan (tingkat kebisingan 80-90 dB (A) atau

lebih dapat membahayakan pendengaran). Pendengaran akan terganggu apabila

tenaga kerja terpapar terus menerus terhadap bising diatas 85 dB dibanding

dengan pemaparan secara intermitten yang kurang berbahaya (Suma’mur, 1996).

Menurut Emil Salim (2002), ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan

akibat pemaparan terus menerus tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu :

Page 21: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Temporary deafness

Kehilangan pendengaran sementara. Tuli sementara diakibatkan

pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan

mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu

pemaparan terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu

istirahat secara cukup maka daya dengarnya akan pulih kembali kepada

ambang dengar semula dengan sempurna.

2) Permanent deafness

Kehilangan pendengaran secara permanen. Tuli permanen atau menetap

atau disebut juga ketulian syaraf biasanya diakibatkan oleh karena pemaparan

yang lama (kronis).

Besarnya tuli menetap dipengaruhi oleh faktor berikut ini tingginya level

suara,lamanya pemaparan, spektrum suara, temporal pattern (bila kebisingan

kontinue kemungkinan terjadinya tuli sementara akan lebih besar), kepekaan

indvidu, keadaan kesehatan dan pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan

dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan

dengan kontak suara, misal quinine, aspirin, streptomycin, kansmycin dan

beberapa obat lainnya (Emil Salim, 2002).

Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan

pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja ditempat bising. Tetapi

kerja terus menerus ditempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang

menetap dan tidak pulih kembali, biasanya dimulai pada frekuensi-frekuensi

sekitar 4000 Hz dan kemudian menghebat dan meluas ke frekuensi-frekuensi

Page 22: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi-frekuensi yang digunakan untuk

percakapan (Emil Salim, 2002).

Menurut Buchari (2007), bahaya bising dihubungkan dengan beberapa

faktor, yaitu :

1) Intensitas

Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan

logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang

yang dapat di dengar. Jadi tingkat tekanan bunyi di ukur dengan skala

logaritma dalam desibel (dB).

2) Frekuensi

Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16-

20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalam rentang 250-4000 Hz. Bunyi

frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya.

3) Durasi

Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan

kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga

dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua element lingkungan akustik yang

dapat merekam dan memadukan bunyi

4) Sifat

Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,

intermitten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan

durasi kurang dari 11 detik) sangat berbahaya.

Page 23: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tingkat kebisingan yang terlalu tinggi dapat juga menyebabkan terjadinya

kecelakaan dan efek terhadap produksi karena tanda peringatan dan sinyal lainnya

tidak dapat didengar. Selain itu, iritasi terhadap suara bising juga dapat

mengganggu pekerjaan dan dapat menyebabkan timbulnya kesalahan karena

tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi.

Akibat yang ditimbulkan dari paparan kebisingan dapat di lihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 2. Akibat-akibat kebisingan

Tipe Uraian

Akibat lahiriah

Kehilangan pendengaran

Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan

Akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering

Akibat psikologis

Gangguan emosional

Kejengkelan, kebingungan

Gangguan gaya hidup

Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.

Gangguan pendengaran

Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan sebagainya.

Sumber : Arif Susanto (2006).

Baik gangguan terhadap fisiologis maupun psikologis seperti yang telah

dijelaskan pada tabel di atas, semuanya itu dapat menyebabkan tenaga kerja untuk

mengalami kelelahan kerja (Buchari, 2007).

5) Pengukuran Kebisingan

Pemilihan alat-alat untuk mengkur kebisingan ditentukan oleh tipe dari

kebisingan yang akan diukur. Menurut Suma’mur (1996) pengukuran kebisingan

Page 24: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan dengan tujuan memperoleh data kebisingan dan mengurangi tingkat

kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan.

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat

ini mengukur kebisingan diantara 30-130 dB dan dari frekuensi-frekuensi dari 20-

20000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri kecuali untuk

kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai

kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh

amplifier. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi ini yang

tergantung dari tekanan udara sehingga perlu koreksi tergantung dari tekanan

barometer (Suma’mur, 1996).

Mekanisme kerja Sound Level Meter adalah apabila ada benda bergetar,

maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat

ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter petunjuk. Untuk

mengukur atau menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepatnya yaitu digunakan

Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat

kerja selama 8 jam kerja (Emil Salim, 2002).

5. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas adalah standart faktor tempat kerja yang diterima

tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam perhari atau 40 jam

perminggu (Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999). Baku Mutu atau pedoman yang

digunakan adalah Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Page 25: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB)

berdasarkan American Conference Of Govermental Industrial Hygienists

(ACGIH) 2005.

Tabel 3. Batas Pemaparan Kebisingan

Waktu Pemajanan Perhari Intensitas Kebisingan Dalam dB (A)

24

Jam

80 16 82 8 85 4 88 2 91 1 94 30

Menit

97 15 100 7.5 103 3.75 106 1.88 109 0.94 112 28.12

Detik

115 14.06 118 7.03 121 3.52 124 1.76 127 0.88 130 0.44 133 0.22 136 0.11 139

Sumber : ACGIH, (2005), Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices

6. Stres Kerja

a. Definisi stres kerja

Stres bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan tentu saja subjektif

sifatnya. Levi (1991 dalam Tarwaka dkk., 2004) mendefinisikan stres sebagai

berikut : Dalam bahasa teknik, stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari

Page 26: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bagian-bagian tubuh. Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stres dapat diartikan

sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan

lingkungan terhadap tubuh. Secara umum. Stres dapat diartikan sebagai tekanan

psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.

Stres secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan

berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan).

Secara lebih tegas Manuaba (1998 dalam Tarwaka dkk., 2004)

memberikan definisi sebagai berikut : Stres adalah segala rangsangan atau aksi

dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu

sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan

mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit.

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stres tersebut akan

menjurus kepada performansi, efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan.

Heerdjan (1990 dalam Tarwaka dkk., 2004) menguraikan bahwa stres

dapat digambarkan sebagai suatu kekuatan yang dihayati mendesak atau

mencekam dan muncul dalam diri seseorang sebagai akibat ia mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan diri. Menurut Mendelson (1990 dalam Tarwaka

dkk., 2004) stres merupakan suatu ketidaknyamanan dalam kerja. Respons stres

merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis

terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka

dapat di simpulkan bahwa stres muncul akibat adanya berbagai stresor yang

diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam

beraneka ragam tampilan.

Page 27: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Secara konsep stres dapat didefinisikan menurut variabel kajian, yaitu

Mendelson (1990 dalam Tarwaka dkk., 2004):

1) Stres sebagai stimulus. Stres sebagai variabel bebas (independent variable)

menitikberatkan lingkungan sekitarnya sebagai stresor. Sebagai contoh,

petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh risiko

tinggi, sehingga mereka sering mengalami stres akibat lingkungan

pekerjaannya tersebut.

2) Stres sebagai respons. Stres sebagai variabel tergantung (dependent variable)

memfokuskan reaksi tubuh terhadap stresor. Sebagai contoh, seseorang

mengalami stres apabila akan menjalani ujian. Respons tubuh (strain) yang

dialami dapat berupa respons psikologis (perilaku, pola pikir, emosi dan

perasaan stres itu sendiri) dan respons fisiologis (jantung berdebar, perut

mulas-mulas, badan berkeringat dan lain-lain).

3) Stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stres di sini

merupakan suatu proses penghubung antara stresor dan strain dengan reaksi

stres yang berbeda pada stresor yang sama.

b. Jenis- jenis stres

Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua yaitu :

1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif

dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance

yang tinggi.

Page 28: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Distress, yaitu hasil dari respon tehadap stres yang bersifat tidak sehat,

positif dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskuler

dan tingkat ketidakhadirn (absenteeisme) yang tinggi, yang diasosiasikan

dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.

c. Gejala stres kerja

Cary Cooper dan Alison Straw (1995 dalam Tarwaka dkk., 2004) 

mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:

1) Fisik, yaitu napas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan

lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit,

letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,

tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,

kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat

kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan

hilangnya minat terhadap orang lain.

3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang

berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi

rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak. Sedangkan gejala stres di

tempat kerja, yaitu meliputi:

a) Kepuasan kerja rendah,

b) Kinerja yang menurun,

c) Semangat dan energi menjadi hilang,

Page 29: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Komunikasi tidak lancar,

e) Pengambilan keputusan jelek,

f) Kreativitas dan inovasi kurang,

g) Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan

kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

Dari beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa stres

merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses

berpikir, dan kondisi seseorang, karena ia terpaksa memberikan tanggapan

melebihi kermampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal

(lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang

untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan

berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan

kerja mereka.

Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus

stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala stres pada individu, yaitu :

1) Gejala psikologis, gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil

penelitian mengenai stres pekerjaan adalah :

a) Kecemasan, ketegangan , kebingungan dan mudah trsinggung,

b) Perasaa frustasi, rasa marah, dan dendam (kebencian),

c) Sensitif dan hyperreactivity,

d) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi,

e) Komunikasi yang tidak efektif,

Page 30: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f) Perasaan terkucil dan terasing,

g) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja,

h) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilangan

konsentrasi,

i) Kehilangan spontanitas dan kreatifitas,

j) Menurunnya rasa percaya diri.

2) Gejala fisiologis, gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja

adalah:

a) Meningkatnya denyut jantung,tekanan darah, dan kecenderungan

mengalami penyakit kerdiovaskuler,

b) Meningkatnya sekresi dari hormon stres,

c) Gangguan gastrointestinal,

d) Meningkatnya frekuensi dari luka fisisk dan kecelakaan,

e) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom

kelelahan yang kronis,

f) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kndisis yang ada,

g) Gangguan pada kulit,

h) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot,

i) Rusaknya fungsi imin tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan

terkena kanker.

3) Gejala perilaku, gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah :

a) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan,

b) Menurunnya prestasi ( performance ) dan produktivitas,

Page 31: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan,

d) Perilaku sabotase dalam pekerjaan,

e) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

mengarah ke obesitas,

f) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai bentuk

penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba,

kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi,

g) Meningkatnya kecenderungan berperilaku berisiko tinggi, seperti

menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi,

h) Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas.

d. Faktor-faktor penyebab stres akibat kerja

Untuk dapat mengetahui secara pasti, faktor apa saja yang dapat

menyebabkan terjadinya stres sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung

dengan sifat dan kepribadian seseorang. Suatu keadaan yang dapat menimbulkan

stres pada seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama

terhadap orang lain. Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat

menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu

faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan

karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi Hurrel

(dalam A.S. Munandar, 1991):

Page 32: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Faktor-faktor Intrinsik dalam pekerjaan

Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan

fisik misalnya faktor kebisingan, sedangkan faktor tugas mencakup: kerja malam,

beban kerja, dan penghayatan dari risiko dan bahaya.

a) Tuntutan fisik : kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan

psikologis diri seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan

pembangkit stres (stresor). Suara bising selain dapat menimbulkan gangguan

sementara atau tetap pada alat pendengaran, juga dapat merupakan sumber

stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan ketidakseimbangan

psikologis. Kondisi demikian memudahkan timbulnya kecelakaan. Misalnya

tidak mendengar suara-suara peringatan sehingga timbul kecelakaan.

Ivancevich & Matteson (dalam A.S. Munandar, 1991) bependapat bahwa

bising yang berlebih (sekitar 80 desibel) yang berulangkali didengar, untuk

jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan stres. Bising oleh para pekerja

pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang membahayakan.

b) Tuntutan tugas : penelitian menunjukkan bahwa shift/kerja malam merupakan

sumber utama dan stres bagi para pekerja pabrik (Monk & Tepas dalam A.S.

Munandar, 1991). Para pekerja shift malam lebih sering mengeluh tentang

kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi/siang dan dampak

dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan

gangguan-gangguan perut. Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu

sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut

ke dalam beban kerja berlebih/terlalu sedikit "kuantitatif', yang timbul

Page 33: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan kepada

tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja

berlebih/terlalu sedikit "kualitatif, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk

melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan ketrampilan dan/atau

potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan

kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam

yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stres.

2) Peran individu dalam organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya

setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai

dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh

atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan

perannya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang

merupakan pembangkit stres yaitu meliputi: konflik peran dan ketidakjelasan

peran (role ambiguity).

a) Konflik peran : konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami

adanya:

(1) Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara

tanggung jawab yang ia miliki.

(2) Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan

merupakan bagian dari pekerjaannya.

(3) Tuntutan-tunlutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya,

atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.

Page 34: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4) Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu

melakukan tugas pekerjaannya.

b) Ketidakjelasan peran : jika seorang pekerja tidak memiliki cukup informasi

untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi

harapan-harapan yang berkaitan dengan peran lertentu. Faktor-faktor yang

dapat menimbulkan ketidakjelasan meliputi: Ketidakjelasan dari saran-saran

(tujuan-tujuan) kerja.

(1) Kesamaran tentang tanggung jawab.

(2) Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.

(3) Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain.

(4) Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang produktifitas kerja.

Menurut Kahn dkk., (dalam A.S. Munandar, 1991), stres yang timbul karena

ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang

memiliki kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi,

motivasi rendah untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan delak nadi, dan

kecenderungan untuk meninggaikan pekerjaan.

3) Pengembangan karir

Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup

ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.

a) Job Insecurity : perubahan-perubahan lingkungan menimbulkan masalah

baru yang dapat mempunyai dampak pada perusahaan. Reorganisasi

dirasakan perlu untuk dapat mcnghadapi perubahan lingkungan dengan

Page 35: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lebih baik. Setiap reorganisasi menimbulkan ketidakpastian pekerjaan,

yang merupakan sumber stres yang potensial.

b) Over dan Under-promotion : setiap organisasi industri mempunyai proses

pertumbuhan masing-masing. Ada yang tumbuhnya cepat dan ada yang

lambat, ada pula yang tidak tumbuh atau setelah tumbuh besar mengalami

penurunan, organisasi menjadi lebih kecil. Pola pertumbuhan organisasi

industri berbeda-beda. Sedangkan stres yang timbul karena over-

promotion memberikan kondisi beban kerja yang berlebihan serta adanya

tuntutan pengetahuan dan ketrampilan yang lidak sesuai dengan bakatnya.

4) Hubungan dalam pekerjaan

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya

kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah

dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan

ketidakjelasan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi

yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk

kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa

diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya (Kahn dkk., dalam A.S. Munandar,

1991).

5) Struktur dan iklim organisasi

Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah terpusat pada sejauh

mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada suport sosial. Kurangnya

peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan

suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta

Page 36: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan

mental dan fisik.

6) Tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan

Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan

seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja

di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu, sebagaimana

halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan

keluarga dan pribadi.

7) Ciri-ciri individu

Menurut pandangan interaktif dari stres, stres ditentukan pula oleh

individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.

Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres

adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri

kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap,

kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan

(antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian,

faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara

rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan

individu.

Sumber penyebab stres merupakan faktor penekan yang mempunyai potensi

menciptakan stres (A.S. Munandar, 1991). Sumber-sumber yang menyebabkan

stres dibagi dau, yaitu :

Page 37: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Sumber internal : Sumber stres yang berasal dari dalam diri seseorang yang

mengalami stres. Dipengaruhi oleh kondisis fisik, minat, bakat, inteligensi,

keterampilan, usia, masa kerja, pendidikan, ppekerjaan lain, pengalaman stres

(Agus M. Hardjana, 1994).

2) Sumber eksternal : Sumber stres yang berasal dari luar individu yang

mengalami stres, meliputi :

a). Lingkungan sosial, yaitu meliputi lingkungan keluarga dan masyarakat,

b). Faktor upah atau gaji,

c). Lingkungan fisik tempat kerja, misal : bising, penerangan dan tekanan

panas,

d). Lingkungan kerja dan pekerjaan.

e. Pengaruh stres

Mathews (1989 dalam Tarwaka dkk., 2004) menjelaskan secara spesifik

tentang reaksi stres akibat kerja :

1) Reaksi psikologis. Stres biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang

sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan (anxiety) dan depresi. Reaksi

psikologis kepada stres dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental,

kelelahan dan perilaku (arousal).

2) Respons sosial. Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi,

konflik dan stres di tempat kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke

dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

3) Respons stres kepada gangguan kesehatan atau reaksi fisiologis. Bila tubuh

mengalami stres, maka akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban

Page 38: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atast terjadinya stres. Sistem di dalam tubuh yang mengadakan respon

adalah diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan

pengeluaran katekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi organ di

dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem gastro intestinal dan

gangguan penyakit lainnya (Wantoro, 1999).

4) Respons individu. Pengaruhnya sangat tergantung dari sifat dan

kepribadian seseorang. Dalam menghadapi stres, individu dengan

kepribadian introvert akan bereaksi lebih negatif dan menderita

ketegangan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian

ekstrovert. Seseorang dengan kepribadian fleksibel atau luwes akan

mengalami ketegangan yang lebih besar dalam suatu konflik,

dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian rigid (kaku).

(dalam Tarwaka dkk., 2004).

f. Pencegahan dan pengendalian stres akibat kerja

Berbagai faktor penyebab terjadinya stres merupakan bagian

terintregrasi dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu

saja. Faktor penyebab terjadinya stres tersebut sangatlah kompleks dan

bervariasi serta sangat sulit untuk diidentifikasikan secara pasti apa yang

menjadi penyeab stres sesungguhnya, sehingga seseorang yang terkena stres

biasanya tidak menyadari terhadap apa yang sedang dialaminya (Tarwaka

dkk., 2004).

Sauter et al (1990 dalam Tarwaka dkk., 2004) dikutip dari National

Institute For Occupational Safety and Health (NIOSH) memberikan

Page 39: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

rekomendasi tentang bagaimana cara mengurangi atau meminimalisasi stres

akibat kerja sebagai berikut :

1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan

kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan

menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban yang terlalu ringan.

2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun

tanggung jawab diluar pekerjaan.

3) Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,

mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlian.

4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja

yang satu dengan yang lain, tenaga kerja supervisor yang baik dan sehat

dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman.

5) Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi

dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi

tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan pengembangan

usaha.

Cartwright et al (1995 dalam Tarwaka dkk., 2004) juga memberikan cara-

cara untuk mengurangi stres akibat kerja secara lebih spesifik, yaitu :

1) Redesain tugas-tugas pekerjaan,

2) Redesain lingkungan kerja,

3) Menerapkan waktu kerja yang fleksibel,

4) Menerapkan manajemen partisipatoris,

5) Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier,

Page 40: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6) Mengalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan (goals),

7) Mendukung aktivitas social.

B. Kerangka Pemikiran

PT. Heinz ABC Indonesia seperti tempat kerja pada umumnya berpotensi

untuk menimbulkan faktor bahaya. Seperti faktor bahaya fisik yang didalamnya

terdapat sumber bising, salah satu area yang berpotensi menimbulkan kebisingan

yaitu di bagian Sachet Filling, sumber bising berasal dari mesin-mesin produksi.

Bising yang melebihi NAB dapat mempengaruhi rangsangan psikologis, fisiologis

dan perilaku. Rangsangan tersebut jika di terima oleh tenaga kerja secara terus

menerus dapat menimbulkan gejala-gejala psikologis yang berdampak pada

timbulnya stres kerja. Dari narasi di atas didapatkan bagan kerangka pemikiran

seperti di bawah ini.

Page 41: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 1: Bagan Kerangka Pemikiran

Kebisingan

Rangsangan Psikologis, Fisiologis, Perilaku

Gejala- gejala : • Kinerja yang menurun, kepuasan kerja

rendah • Semangat dan energi menjadi hilang,

komunikasi tidak lancar • Pengambilan keputusan jelek, kreativitas

dan inofasi kurang

Stres Kerja

Faktor Eksternal :

• Lingkungan

sosial

• Lingkungan kerja

dan pekerjaan

• Beban kerja

• Kapasitas kerja

Faktor Internal :

• Kondisi fisik

• Minat, bakat

• Jenis kelamin

• Umur, masa kerja

• Pendidikan

• Penyakit

Page 42: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori di atas, maka dapat

diajukan suatu hipotesis sebagai berikut : “Ada perbedaan stres kerja akibat

intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing di PT.

HEINZ ABC Indonesia Karawang ”.

Page 43: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan menggunakan

model pendekatan cross sectional karena variabel bebas (faktor risiko) dan

variabel tergantung (efek) yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang

sama (Muchammad Arief, 2003).

B. Lokasi Penelitian

Nama Perusahaan : PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang

Lokasi : Di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing

Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah :

1. Menurut data kebisingan tahun 2009, kebisingan di bagian Sachet Filling

melebihi nilai ambang batas.

2. Di bagian Sachet Filling tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya setiap

hari terpapar oleh bising.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai tanggal 2

Februari 2009 sampai dengan 30 April 2009 pada setiap hari kerja yaitu Senin-

Jum’at pukul 07.30 – 16.30 WIB.

Page 44: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2002).

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah tenaga kerja yang

bekerja pada bagian Sachet Filling yang terpapar bising di atas NAB dan Packing

yang terpapar bising di bawah NAB, tiap bagian mempunyai jumlah tenaga kerja

yang berbeda-beda. Tenaga kerja bagian Sachet Filling berjumlah 35 orang,

sedangkan tenaga kerja bagian Packing berjumlah 30 orang.

Pada penelitian ini yang diambil sebagai sampel adalah tenaga kerja yang

mempunyai kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

2. Umur antara 20-32 tahun,

3. Masa kerja lebih dari 1-10 tahun.

4. Pendidikan SMP.

E. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive non

random sampling, yang artinya pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau

sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Muchammad Arief,

2003). Dalam hal ini karakteristik populasi harus sudah diketahui lebih dahulu

dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Page 45: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari jumlah tenaga kerja yang bekerja di bagian Sachet Filling sebanyak

35 orang yang diambil hanya 18 orang saja, sedangkan untuk bagian Packing

yang berjumlah 30 orang yang di ambil hanya 18 orang saja.

F. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian sebagai berikut :

1. Variabel bebas : Intensitas Kebisingan

2. Variabel terikat : Stres Kerja Karyawan

3. Variabel pengganggu :

a. Variabel terkendali

Meliputi : umur, jenis pekerjaan, masa kerja, pendidikan.

b. Variabel tak terkendali

Meliputi: bakat, minat, beban kerja, jenis kelamin, lingkungan sosial,

lingkungan kerja.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Intensitas Kebisingan

Intensitas kebisingan adalah arus energi per satuan luas yang datang secara

tegak lurus arah perambatannya dan dapat ditimbulkan oleh bunyi, dalam suatu

logaritma yang disebut decibel (Suma’mur, 1996). Pengukuran ini dilakukan pada

tenaga kerja yang bekerja di bagian Sachet Filling yang terpapar bising melebihi

NAB dan pada tenaga kerja yang bekerja di bagian Packing yang terpapar bising

kurang dari NAB.

Page 46: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengukuran intensitas kebisingan ini menggunakan :

a. Alat ukur : Sound Level Meter

b. Satuan : Decibel (dB)

Dalam penelitian ini ditetapkan intensitas kebisingan dibedakan menjadi dua

yaitu:

1) Intensitas kebisingan melebihi NAB 85 dB di bagian Sachet Filling yaitu

88,5-96,2 dB.

2) Intensitas kebisingan kurang dari 85 NAB dB di bagian Packing yaitu

67,5-77,4 dB.

c. Skala pengukuran : nominal

2. Stres Kerja

Stres kerja adalah suatu perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam

menghadapi pekerjaaannya, dapat diakibatkan faktor lingkungan kerja dan

pekerjaan maupun karena faktor individu itu sendiri.

Stres kerja diukur dengan menggunakan :

a. Alat ukur : kuesioner

b. Satuan : jumlah skor jawaban

c. Skala pengukuran : interval

Page 47: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

H. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di bagian

Sachet Filling dan di bagian Packing yang diteliti dan data yang diperoleh secara

langsung dari responden. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa :

a. Data hasil pengukuran kebisingan dari sound level meter.

b. Data hasil pengisian kuesioner dan tanya jawab (interview) dari tenaga kerja

di bagian Sachet Filling dan di bagian Packing yang terkait.

c. Data hasil pengamatan atau observasi langsung mengenai objek yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tidak

langsung. Data tersebut diperoleh dari data yang sudah ada di perusahaan tempat

penelitian dilakukan ataupun dari sumber lain yang berasal dari dokumentasi

perusahaan.

I. Instrumen dan Validasinya

1. Sound Level Meter

Sound level meter adalah alat untuk mengukur besarnya intensitas

kebisingan dalam satuan decibel (dBA). Alat ini mengukur kebisingan antara 30-

130 dBA dan frekuensi 20-20.000 Hz. Cara penggunaan alat sound level meter

merek Rion seri NA-20 adalah sebagai berikut:

Page 48: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Memasang baterai

b. Mengecek voltase dengan cara memutar switch ke BATT. Jika jarum tidak

menunjuk pada pointer BATT, maka voltase baterai telah habis.

c. Melakukan kalibrasi dengan cara putar switch/in the level indicating window

at centre pada 70 dB, kemudian pada FILTER-CAL-INT switch ke CAL. Jarum

akan menunjuk pada CAL mark, jika tidak maka putar sensitivity adjustment.

d. Langkah-langkah pengukuran intensitas kebisingan adalah sebagai berikut:

1) Memutar switch ke A

2) Memutar FILTER-CAL-INT switch ke arah INT

3) Memutar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur

4) Mengunakan Meter Dynamic Characteristic Selector Switch

SLOW untuk bising yang impulsive dan FAST untuk bising yang continue

5) Mencatat hasil pengukurannya

6) Menghitung rata-rata bising sesaat dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

N = Jumlah kegiatan/jumlah data pengukuran

n = Frekuensi kemunculan Ln

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu alat yang berisi daftar pertanyaan yang harus

diisi oleh responden sesuai dengan objek permasalahan yang akan diteliti.

dBAnnnnN

LLLL

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛×++×+×+×= 10

n

n10

3

310

2

210

1

1 10....101010110Log Lek

Page 49: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen pengumpul data yang digunakan

untuk mengetahui stres tenaga kerja.

Stres kerja ini dapat diukur berdasarkan faktor-faktor penyebab stres kerja.

Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat stres kerja tenaga kerja dalam

penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berisi 40 pertanyaan yang diambil

dari teorinya Munandar (2001), dan bersumber dari hasil penelitian Ni Nyoman

Novitasari Andraeni (2003), dengan alternatif jawaban dan skor sebagai berikut :

Sangat setuju nilainya (5), Setuju nilainya (4), Antara setuju dan tidak setuju

nilainya (3), Tidak setuju nilainya (2), Sangat tidak setuju nilainya (1).

1. Validasi

Alat sound level meter yang digunakan adalah benar-benar alat yang

sesuai dengan standar yang dipergunakan sebagaimana mestinya. Merupakan

peralatan resmi yang digunakan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik

Indonesia dalam melakukan survei kebisingan di tempat kerja atau perusahaan.

Kuesioner yang digunakan dapat mengukur stres kerja berdasarkan faktor-

faktor penyebab stres kerja yang bersumber dari hasil penelitian Ni Nyoman

Novitasari Andraeni (2003), yaitu :

a. Konflik kerja yang dijabarkan menjadi 5 pernyataan (pernyataan nomor 1, 2,

3, 4, dan5).

b. Beban kerja yang dijabarkan menjadi 5 pernyataan (pernyataan nomor 6, 7, 8,

9, dan 10).

c. Waktu kerja yang dijabarkan menjadi 1 pernyataan (pernyataan nomor 11).

Page 50: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Karakteristik kerja yang dijabarkan menjadi 8 pernyataan (pernyataan nomor

12, 13, 14, 15, 16, 17,18 dan 19).

e. Dukungan kelompok yang dijabarkan menjadi 1 pernyataan (pernyataan

nomor 20).

f. Pengaruh kepemimpinan yang dijabarkan menjadi 1 pernyataan (pernyataan

nomor 21).

Nilai kusioner terendah 1 dan nilai tertinggi 5 unyuk tiap-tiap pernyataan.

Data yang diperoleh berupa angka. Pengujian validitas stres kerja dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji kesahihan butir dan uji

keandalan alpha dari Cronbach (Sutrisno Hadi, 2005).

J. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi dan Wawancara

Observasi bertujuan untuk melihat lokasi pengukuran, menentukan titik

pengukuran dan mencari data sampel. Sedangkan wawancara digunakan untuk

memperoleh keterangan-keterangan dari pihak perusahaan mengenai kondisi

perusahaan serta tenaga kerjanya.

2. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan kerja dilakukan pada tanggal 24 April 2009, pada

pagi hari pukul 09.00 WIB, di setiap area yang terpapar bising.

Page 51: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Pembagian Kuesioner

Kuesioner dibagikan melalui 2 tahap yaitu tanggal 27 April 2009 untuk

area yang terpapar bising melebihi NAB, dan 28 April 2009 untuk area yang

terpapar bising kurang dari NAB.

K. Analisis Data

Sesuai dengan data yang berskala nominal untuk kebisingan dan interval

untuk stres kerja, maka untuk mengetahui perbedaan stres kerja akibat paparan

kebisingan, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

independent simple t-test dalam Program SPSS versi 17.0.

Probabilitas (p value) adalah peluang munculnya kejadian (Dwi Priyatno,

2008). Taraf signifikansinya : p ≤ 0,01 = Sangat signifikan

p > 0,01 tetapi p ≤ 0,05 = Signifikan

p > 0,05 = Tidak signifikan

Page 52: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT HEINZ ABC Indonesia Karawang,

bersamaan dengan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 2 Februari

sampai 30 April 2009. Sebelum pengukuran diadakan pengamatan langsung

terhadap lingkungan kerja, jalannya proses produksi dan keadaan dari tenaga

kerja.Hasil pengukuran yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki manusia yang

bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Bennet & Rumondang Silalahi,

1995).

Batas kebisingan yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No.Kep-51/MEN/1999 adalah maksimal 139 dBA sehingga tenaga kerja

tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat (Depnakertrans R.I.,

2007). Berdasarkan sistem jam kerja yang diterapkan oleh PT. HEINZ ABC

Indonesia Karawang yaitu 8 jam perhari maka NAB pemajanan kebisingan adalah

tidak lebih dari 85 dB.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Bagian Sachet Filling

No Lokasi Titik Pengukuran Intensitas Kebisingan dB (A) 1 I 88.5 2 II 90.0 3 III 94.3 4 Sachet filling IV 94.8

Bersambung......

Page 53: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sambungan.... 5 V 95.3 6 VI 95.8 7 VII 95.9 8 VIII 96.2

Rata-rata 93.9 Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 24 April 2009.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Bagian Packing

No Lokasi Titik Pengukuran Intensitas Kebisingan dB (A) 1 I 67.5 2 II 68.2 3 III 69.5 4 Packing IV 70.9 5 V 71.3 6 VI 71.2 7 VII 76.2 8 VIII 77.4 9 Rata-rata 71.5

Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 24 April 2009.

2. Hasil Uji Validitas

Berdasarkan kuesioner yang diterima dari sampel, dan setelah dilakukan

uji validitas, didapat 21 butir yang valid dan 19 butir yang gugur. Nilai r dari butir

yang valid berkisar antara 0,488 sampai dengan 0,909. Di bawah ini disajikan

tabel mengenai butir kuesioner stres kerja yang valid.

Table 6. Hasil Perincian Butir-butir Kuesioner Stres Kerja yang Valid.

No Faktor penyebab Nomor item

Jumlahstres kerja Favorable Unfavorable

1 Konflik kerja 9,15,17,18 4 5 2 Beban kerja 20,21,23 24,22 5 3 Waktu kerja 25 1 4 Karakteristik kerja 26,28,32,33,34 29,30,31 8

Bersambung......

Page 54: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sambungan....

5 Dukungan kelompok 36 1 6 Pengaruh kepemimpinan 38 1

Total 15 6 21

3. Stres Kerja

Table 7. Hasil Penilaian Kuesioner Stres Kerja pada Bagian Sachet Filling dan di Bagian packing

No Responden area Stres No Responden area Stres Sampel Bising > NAB Kerja Sampel Bising < NAB Kerja

1 Sachet Filling 103 1 Packing 54 2 Sachet Filling 88 2 Packing 55 3 Sachet Filling 85 3 Packing 52 4 Sachet Filling 99 4 Packing 47 5 Sachet Filling 79 5 Packing 50 6 Sachet Filling 72 6 Packing 51 7 Sachet Filling 73 7 Packing 51 8 Sachet Filling 88 8 Packing 51 9 Sachet Filling 70 9 Packing 50 10 Sachet Filling 75 10 Packing 60 11 Sachet Filling 77 11 Packing 53 12 Sachet Filling 79 12 Packing 55 13 Sachet Filling 77 13 Packing 47 14 Sachet Filling 62 14 Packing 60 15 Sachet Filling 82 15 Packing 42 16 Sachet Filling 74 16 Packing 54 17 Sachet Filling 95 17 Packing 44 18 Sachet Filling 90 18 Packing 49

B. Pembahasan Hasil

1. Intensitas Kebisingan di Bagian Sachet Filling dan di Bagian Packing

Tenaga kerja yang bekerja pada intensitas kebisingan melebihi NAB yaitu

85 dB bisa mengalami penyakit akibat kerja seperti gangguan fisiologis, gangguan

psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian yang disebabkan oleh intensitas

Page 55: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebisingan yang melebihi NAB yang telah ditentukan dalam Keputusan Menteri

Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 yang berisi tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika di Tempat Kerja.

NAB intensitas kebisingan yang diperkenankan adalah 85 dB untuk

bekerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Dari hasil pengukuran rata-rata

didapat 93,9 di bagian Sachet Filling, dan 71,5 di bagian Packing. Dengan

demikian kebisingan di bagian Sachet Filling melebihi NAB dan di bagian

Packing tidak melebihi NAB.

2. Hasil Penelitian Mengenai Stres Kerja pada Karyawan di Bagian Sachet

Filling dan di Bagian Packing

Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian persepsi baik karyawan di

bagian Sachet Filling maupun di bagian Packing tentang adanya stres pada

dirinya. Persepsi tersebut diketahui dari kuesioner stres kerja yang diisi oleh

sampel. Selanjutnya kuesioner diberi skor dan diuji validitasnya. Jumlah nilai dari

butir yang valid merupakan skor total stres kerja sampel. Kemudian untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan stres kerja karyawan di bagian Sachet

Filling maupun di bagian Packing signifikan atau tidak signifikan, maka data

yang diperoleh diuji statistik dengan Independent Sample T-Test yaitu, untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel

yang tidak berhubungan.

Hasil analisa statistik dengan Independent Sample T-Test menunjukkan

nilai p = 0,000 sehingga p ≤ 0,01 dan dinyatakan sangat signifikan. Hal ini artinya

ada perbedaan stres kerja yang sangat signifikan antara karyawan di bagian Sachet

Page 56: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Filling maupun di bagian Packing. Dari hasil pengukuran di atas, dapat diketahui

bahwa skor tertinggi adalah 103 dan terendah 62 di bagian Sachet Filling dan skor

tertinggi adalah 60 dan terendah 44 di bagian Packing. Hipotesis penelitian ini

dapat diterima yaitu ada perbedaan stres kerja antara karyawan di bagian Sachet

Filling dan di bagian Packing.

 

Page 57: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah penulis lakukan,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling yaitu

didapatkan rata-rata 93,9 dB, sedangkan intensitas kebisingan di bagian

packing yaitu didapatkan rata-rata 71,5 dB. Hal ini menunjukkan bahwa

intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling melebihi NAB yang

diperkenankan, dimana tenaga kerja yang bekerja selama 8 jam perhari atau

40 jam seminggu. Sedangkan di bagian packing intensitas kebisingannya di

bawah NAB sehingga tenaga kerja aman bekerja selama 8 jam perhari dan 40

jam perminggu.

2. Hasil analisis statistik dengan Independent Sample T-Test menunjukkan nilai

p = 0,000 sehingga p ≤ 0,01 dan dinyatakan sangat signifikan. Dengan

demikian terdapat perbedaan stres kerja antara karyawan di bagian Sachet

Filling dan di bagian Packing. Hasil pengukuran skor tertinggi adalah 103

dan terendah 62 di bagian Sachet Filling dan skor tertinggi adalah 60 dan

terendah 44 di bagian Packing.

Page 58: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Implikasi

Tempat kerja yang aman dan nyaman sangat ideal untuk bekerja. Untuk

menciptakan suatu tempat kerja yang aman dan nyaman, maka tempat kerja

tersebut harus memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja.

Tempat kerja yang kurang nyaman dan aman sering kali mengganggu

tenaga kerja yang ada di dalamnya, misalnya tempat kerja dengan intensitas

kebisingan tinggi dapat menurunkan daya kerja. Daya kerja tersebut seperti stres

kerja yang akhirnya nanti dapat menurunkan produktivitas kerja.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, bahwa NAB intensitas

kebisingan yang diperkenankan untuk pemajanan 8 jam perhari adalah 85 dB. Di

tempat kerja yang intensitas kebisingannya sudah melebihi NAB kebisingan perlu

dilaksanakan upaya-upaya pengendalian untuk mengurangi bahaya akibat

kebisingan yang melebihi NAB. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain dengan

pengendalian secara teknis, pengendalian administrasi dan penggunaan alat

pelindung telinga (APT).

C. Saran

Berdasarkan hasil observasi langsung selama melakukan Praktek Kerja

Lapangan PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang dan hasil penelitian pengaruh

stres tenaga kerja akibat intensitas kebisingan di bagian Sachet Filling dan di

bagian Packing, dapat disampaikan saran sebagai berikut :

Page 59: perbe kebis d edaan s singan di bagi in stres k di bag ian pac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Perusahaan supaya lebih tegas dalam memberi sanksi terhadap tenaga kerja

yang tidak mematuhi aturan terutama dalam penggunaan alat pelindung

telinga (APT) seperti, ear plugg, ear muff, dan juga pemberian penghargaan

kepada tenaga kerja yang paling taat menggunakan alat pelindung telinga

APT.

2. Dilakukan pengendalian kebisingan sesuai hirarki pengendalian bahaya.

Diupayakan rekayasa untuk mengurangi kebisingan yang ada di hampir

seluruh area produksi. Selain itu, dilakukan kontrol terhadap pemakaian

APD ear plug karena banyak karyawan yang enggan memakai APD

tersebut. Pemasangan pamflet tentang bahaya kebisingan juga sangat

diperlukan untuk meningkatkan kesadaran karyawan akan kesehatan

pendengaran.

3. Pemeriksaan mesin-mesin dan ruang kerja secara teratur dapat mengurangi

intensitas kebisingan meskipun sedikit, perawatan mesin juga dapat

membuat mesin menjadi lebih tahan lama.

4. Memberi tanda peringatan pada tempat yang memiliki intensitas kebisingan

tinggi.

5. Pemeriksaan audiometri secara berkala yaitu tiap 6 bulan sekali terhadap

seluruh tenaga kerja di PT. HEINZ ABC Indonesia Karawang untuk

memantau kondisi ambang dengar tenaga kerja.