perbandingan skor self-management pasien diabetes …digilib.unila.ac.id/60616/3/skripsi tanpa...

68
PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN STATUS AKREDITASI PUSKESMAS DI PUSKESMAS MADUKORO DAN PUSKESMAS RAWAT INAP KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Skripsi) Oleh: Rizky Aprilia Wikayanti PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

Upload: others

Post on 02-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN STATUS AKREDITASI PUSKESMAS

DI PUSKESMAS MADUKORO DAN PUSKESMAS RAWAT INAP

KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(Skripsi)

Oleh:

Rizky Aprilia Wikayanti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

ii

PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN STATUS AKREDITASI PUSKESMAS

DI PUSKESMAS MADUKORO DAN PUSKESMAS RAWAT INAP

KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

RIZKY APRILIA WIKAYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 3: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8
Page 4: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8
Page 5: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8
Page 6: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonomarto pada tanggal 14 April 1998, sebagai anak

pertama dari 3 bersaudara dari Bapak Siswoko dan Ibu Meriyanti.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Wonomarto

yang diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP

Negeri 6 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2013, dan Sekolah Menengah

Akhir (SMA) di SMA Negeri 2 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2016.

Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswi,

penulis aktif mengikuti organisasi FSI Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

dan Lampung University Medical Research (LUNAR) Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

Page 7: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

vii

Allah has a perfect

timing for everything

Page 8: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

viii

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat serta

salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dengan mengharap

syafaatnya di yaumil akhir kelak.

Skripsi dengan judul “Perbandingan Skor Self-Management Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 Berdasarkan Status Akreditasi Puskesmas di Puskesmas

Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang Kabupaten Lampung

Utara” terselesaikan oleh karena penulis banyak mendapat masukan, kritik dan

saran, serta dukungan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Dyah Wulan SRW, S.K.M., M.Kes., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

3. Dr. dr. TA Larasati, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan kesempatan waktu dan tempatnya untuk memberikan kritik

dan saran serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 9: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

ix

4. dr. Rodiani, S.Ked., M.Sc., Sp.OG, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan masukan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K., selaku Pembahas atas kesediaannya

dalam membahas serta memberikan kritik dan saran yang membangun

dalam penyelesaian skripsi ini.

6. dr. Rizki Hanriko, S.Ked., Sp.PA., selaku dosen Pembimbing Akademik

penulis selama penulis menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung yang telah memberikan masukan dan dukungannya

dalam bidang akademik.

7. Kedua orang tua penulis, Siswoko dan Meriyanti, yang telah melahirkan

dan membesarkan penulis serta memberikan dukungan dan ridhonya

kepada penulis.

8. Kepada saudara kandung penulis, Muhammad Reza Sabila dan Raissa

Qanita Putri yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis

9. dr. Hj. Siti Hantina Johan, S.Ked. dan dr. Hi. Dian Mauli, S.Ked., M.H,

selaku dokter penanggungjawab di Puskesmas Madukoro dan Puskesmas

Rawat Inap Ketapang, yang telah memberikan waktu, tempat, dan izinnya

sehingga penulis dapat melakukan penelitian di lokasi.

10. Seluruh responden penelitian penderita Diabetes Melitus di Puskesmas

Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang yang telah bersedia

Page 10: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

x

menjadi responden dalam penelitian ini, semoga Allah Swt. selalu

memberikan kesehatan dan lindungan-Nya. Aamiin.

11. Teman-teman seperjuangan, Icha, Bagus, Januar, Ayu Darma, Revina, dan

sobat belajar OSCE (Fakhira, Karin, Nadhila, Andin, Dea, Monic, Arif,

Rheza) dan masih banyak lagi teman-teman TR16EMINUS yang telah

membantu, bekerja sama, dan menemani penulis dari awal perkuliahan

hingga penyelesaian skripsi ini dan seterusnya

12. Teman-teman Asisten Dosen Anatomi 2018, Cika, Jihan, Dhanti, Haqi,

Rendy, Bagus, Bustami, Dwiky, Deo, Daniel, Hasna, Humairoh, Karina

dan Fasya terimakasih atas kerjasama dan dukungan kepada penulis

13. Seluruh staff dosen dan karyawan FK Unila yang telah membantu dalam

pemenuhan berkas dan syarat sehingga skripsi ini terselesaikan.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan serta menyumbangkan ilmu, ide, dan pemikirannya

dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan ilmu baik kepada pembaca maupun penulis.

Bandarlampung, Januari 2020

Penulis,

Rizky Aprilia Wikayanti

Page 11: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xi

ABSTRACT

THE COMPARISON OF TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS

SELF-MANAGEMENT’S SCORE BASED ON STATUS OF PRIMARY

HEALTH CARE ACCREDITATION IN PUSKESMAS MADUKORO AND

PUSKESMAS RAWAT INAP KETAPANG NORTH LAMPUNG

REGENCY

By

RIZKY APRILIA WIKAYANTI

Background: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease and patients must be

able to carry out good self-management to assess the progress of their disease

experienced. Puskesmas is a first-level health service facility with quality

improvement and the quality of puskesmas is standardized through accreditation.

This study aims to determine the comparison of type 2 DM patients self

management score based on status of primary health care accreditation ini

Puskesmas Madukoro which have utama accreditation status and Puskesmas

Rawat Inap Ketapang which madya accreditation status in North Lampung.

Method: This research is a comparative analytic study using cross sectional study.

Sampling uses a total sampling method with a questionnaire. Data analysis was

performed using an unpaired t test.

Result: The study was conducted on 108 respondents with a category of self-

management scores at Puskesmas Madukoro 73.68% in good category and

26.31% in moderate category. Puskesmas Rawat Inap Ketapang has 29.41% self-

management in good category, 68.62% in moderate category and 1,9% in low

category. The unpaired t test results obtained p=0.001. There is a defference of

self-management score of DM type 2 patients based on accreditation status in

Puskesmas with Utama accreditation status and Puskesmas with Madya

accreditation status in North Lampung.

Conclusion: This study has a defference of self-management score of DM type 2

patients based on accreditation status in Puskesmas with Utama accreditation

status and Puskesmas with Madya accreditation status in North Lampung.

Keywords: Accreditation, Diabetes Mellitus, Puskesmas, Self-management

Page 12: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xii

ABSTRAK

PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN STATUS AKREDITASI PUSKESMAS

DI PUSKESMAS MADUKORO DAN PUSKESMAS RAWAT INAP

KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

RIZKY APRILIA WIKAYANTI

Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis serius dan

penderita harus mampu menjalankan self-management yang baik untuk menilai

kemajuan terhadap penyakit yang dialaminya. Puskesmas merupakan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan mutu dan kualitasnya distandardisasi

melalui akreditasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan rerata

skor self-management pasien DM tipe 2 terhadap akreditasi Puskesmas Madukoro

dengan status akreditasi utama dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang dengan

status akreditasi madya di Kabupaten Lampung Utara.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan

menggunakan cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan metode

total sampling dengan alat ukur berupa kuesioner. Analisis data dilakukan dengan

uji t tidak berpasangan.

Hasil Penelitian: Penelitian dilakukan terhadap 108 responden dengan kategori

skor self-management pada Puskesmas Madukoro sebesar 73,68% kategori baik

dan 26,31% kategori cukup. Puskesmas Rawat Inap Ketapang memiliki 29,41%

self-management dengan kategori baik, 68,62% kategori cukup dan 1,9% kategori

buruk. Hasil uji t tidak berpasangan didapatkan nilai p=0,001. Terdapat perbedaan

rerata skor self-management pasien DM tipe 2 Berdasarkan Status Akreditasi di

Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya Kabupaten

Lampung Utara.

Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat perbedaan rerata skor self-management

pasien DM tipe 2 Berdasarkan Status Akreditasi di Puskesmas Akreditasi Utama

dan Puskesmas Akreditasi Madya Kabupaten Lampung Utara.

Kata Kunci: Akreditasi, Diabetes Mellitus, Puskesmas, Self-management

Page 13: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL.....................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi

DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan ...................................................................... 6

1.4.2 Bagi Peneliti............................................................................................ 6

1.4.3 Bagi Peneliti Lain ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

2.1 Diabetes Melitus ............................................................................................ 7

2.1.1 Definisi ................................................................................................... 7

2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi .......................................................................... 8

2.1.3 Patofisiologi .......................................................................................... 10

2.1.4 Diagnosis .............................................................................................. 11

2.1.5 Komplikasi ............................................................................................ 12

2.2 Akreditasi Puskesmas .................................................................................. 13

Page 14: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xiv

2.3 Akreditasi Puskesmas dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus ................... 15

2.4 Self-Management pada Pasien Diabetes Melitus ........................................ 18

2.5 Chronic Care Model (CCM) ....................................................................... 23

2.6 Kerangka Teori ............................................................................................ 32

2.7 Kerangka Konsep ........................................................................................ 33

2.8 Hipotesis ...................................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 34

3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 34

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 34

3.2.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 34

3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................................. 34

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 35

3.3.1 Populasi ................................................................................................ 35

3.3.2 Sampel .................................................................................................. 35

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 36

3.4 Kriteria Penelitian ....................................................................................... 37

3.4.1 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 37

3.4.2 Kriteria Eksklusi ................................................................................... 37

3.5 Identifikasi Variabel .................................................................................... 37

3.6 Cara Pengambilan Data ............................................................................... 38

3.7 Definisi Operasional .................................................................................... 38

3.8 Instrumen Penelitian .................................................................................... 39

3.9 Alur Penelitian ............................................................................................. 43

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 44

3.10.1 Pengolahan Data ................................................................................. 44

3.10.2 Analisis Data ....................................................................................... 44

3.11 Etika Penelitian ......................................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 46

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 46

4.2 Profil Lokasi Penelitian ............................................................................... 46

Page 15: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xv

4.1.1 Analisis Univariat ................................................................................. 47

4.1.2 Analisis Bivariat ................................................................................... 54

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 57

4.2.1 Pembahasan Analisis Univariat ................................................................ 57

4.2.2 Pembahasan Analisis Bivariat .................................................................. 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 69

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 69

5.2 Saran ............................................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70

LAMPIRAN ......................................................................................................... 74

Page 16: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Konsep Chronic Care Model.................................................................23

2. Kerangka Teori……………………………………..…………………32

3. Kerangka Konsep…………………………………………..…………33

4. Alur Penelitian……………………………………………..………....43

Page 17: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis DM………………….12

2. Definisi Operasional………………………………….…….…………...38

3. Karakteristik Responden Puskesmas Akreditasi Utama dan Akreditasi

Madya.......................................................................................................48

4. Penilaian Skor DSMQ Pada Puskesmas Akreditasi Utama Dan

Akreditasi Madya.....................................................................................50

5. Kategori Skor Self-Management Pasien DM Tipe 2 Di Puskesmas

Akreditasi Utama dan Puskesmas Akrditasi Madya................................51

6. Rerata Tiap Subdomain Penilaian DSMQ Di Puskesmas Akreditasi

Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya................................................52

7. Uji Normalitas Data skor Self-Management Pasien DM Tipe 2 di

Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya...........54

8. Hasil Uji T- Tidak Berpasangan Rerata Skor Self-Management pasien

DM tipe 2................................................................................................55

9. Hasil Uji T- Tidak Berpasangan Rerata Skor Tiap Subdomain Self-

Management Pasien DM Tipe 2.............................................................56

Page 18: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir Isian Subjek

2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Kaji Etik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

4. Hasil Uji Statistik

5. Daftar Responden Penelitian

6. Dokumentasi Penlitian

Page 19: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis serius yang terjadi ketika

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula

darah) atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkannya sehingga kadar gula darah dapat mengalami peningkatan.

Jumlah kasus dan prevalensi DM terus meningkat selama beberapa dekade

terakhir (WHO, 2016).

Diabetes Melitus dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita sehingga

membutuhkan perawatan medis berkelanjutan. Penderita harus mampu

menjalankan self-management atau manajemen diri yang baik. Self-

management penting untuk dilakukan guna menilai kemajuan yang telah

dicapai seorang penderita DM yang tercermin sebagai kemampuan individu

dalam mengelola kehidupannya setiap hari sehingga dapat mencegah

terjadinya komplikasi baik akut maupun risiko komplikasi jangka panjang

yang berupa keadaan retinopati diabetikum, neuropati bahkan risiko kematian

(ADA, 2018).

Berdasarkan data WHO tahun 2016 Diabetes Melitus (DM) menyebabkan

kejadian 1,5 juta kematian pada tahun 2012 (WHO, 2016). Menurut Riset

Page 20: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

2

Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan angka penderita DM berkisar 12

juta penduduk di Indonesia. Kemudian dalam riset tersebut juga melaporkan

bahwa prevalensi penyakit DM di Provinsi Lampung adalah 0,8%. Menurut

data Riset Kesehatan Dasar di tahun 2018 Provinsi Lampung memiliki

peningkatan dalam jumlah kasus DM dari tahun 2013 yaitu dari 0,8%

menjadi 1,8% di tahun 2018. Proporsi periksa rutin DM pada usia >15tahun

di Provinsi Lampung tahun 2018 masih sangat rendah yaitu 0,8%. Prevalensi

kejadian DM berdasarkan gejala dan diagnosa di Lampung Utara berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah 0,6% dan meningkat menjadi

0,93% di tahun 2018 (Balitbangkes RI, 2013; Balitbangkes RI, 2018).

Perilaku self-management pada pasien DM tercermin dari beberapa hal,

berdasarkan penelitian Sulistria (2013) perilaku yang mencerminkan self-

management pada pasien berupa kemampuannya dalam pengaturan pola

makan, kemudian menurut penelitian Sri Mulyani (2016) menunjukkan bahwa

perilaku self-management pasien juga tercermin dari kemampuannya dalam

pengaturan kadar gula darah. Menurut Annesi dan Gorjala (2010) dalam

Banna (2017) menunjukkan pengaturan diri pada pasien DM juga tercermin

dari kemampuannya untuk mengatur kegiatan jasmani atau aktivitas fisiknya

setiap hari yang akan berdampak pada indeks massa tubuhnya. Perawatan kaki

merupakan kegiatan harian pasien untuk mencegah kemungkinan munculnya

ulkus. Menurut penelitian Chin, Huang & Hsu (2013) perilaku tersebut juga

mecerminkan kemampuan diri pasien DM dalam mengelola penyakitnya.

Berdasarkan Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia

tahun 2015, perilaku sehat yang merepresentasikan self-management pada

Page 21: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

3

pasien DM juga tercermin dari kemampuannya dalam melaksanakan

pengobatan DM yang aman serta teratur.

Perawatan penyakit kronis seperti DM membutuhkan pengetahuan dan

pemahaman oleh keluarga dan pasien. Kepatuhan dari pasien dan keluarga

untuk melakukan kontrol ke layanan kesehatan sangat diperlukan dalam

mendukung upaya pencegahan kejadian DM yang lebih parah, maka

diperlukan konsep pelayanan dari fasilitas kesehatan yang ada termasuk

sumber daya komunitas, dan kualitas pelayanan. Saat ini model integrasi yang

digunakan yaitu Chronic Care Model (CCM) yang didasari oleh beberapa

elemen penting yang dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan bagi

penyedia layanan dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kepada pasien

seperti struktur, proses, serta outcome harus ditargetkan secara rinci (Baptista

et al., 2016).

Penatalaksanaan DM di Indonesia sudah dilaksanakan mulai dari Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dengan tujuan untuk mencegah dan

menanggulangi kasus tersebut. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan perorangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

71 Tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit tidak menular menerangkan

bahwa pengendalian ini mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa

mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan

yang baik (PMK No. 71 Tahun 2015).

Page 22: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

4

Kejadian DM terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia dan puskesmas

menjadi awalan untuk meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas akibat

DM. Oleh karena itu, perlunya peningkatan mutu dan kualitas puskesmas yang

distandardisasi melalui akreditasi. Kegiatan akreditasi yang dilaksanakan

dengan berkelanjutan, tepat waktu dan sesuai lama berlaku akan berdampak

baik pada peningkatan kualitas pelayanan puskesmas, sehingga status

terakreditasi dapat dikatakan sebagai upaya untuk menjaga mutu pelayanan

(Kementerian Kesehatan, 2015). Menurut Poerwani dan Sopacua (2006),

pelaksanaan kegiatan akreditasi bertujuan untuk meningkatkan mutu

pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan. Penilaian akreditasi memiliki banyak

indikator seperti tenaga medis, tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan

tersedia dengan baik dengan adanya laboratorium yang mencukupi. Selain itu,

adanya perencanaan, monitoring, dan evaluasi layanan klinis untuk pasien

menjadikan puskesmas semakin baik dalam segi kualitas (Poerwani dan

Sopacua, 2006).

Puskesmas Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang sudah memiliki

status akreditasi dan sudah menjalankan program untuk penanggulangan kasus

DM, namun belum terdapat penelitian terhadap skor self-management pasien

DM di kedua puskesmas tersebut. Hal ini yang menjadikan dasar peneliti

untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana perbandingan rerata skor self-

management pasien Diabetes Melitus tipe 2 berdasarkan status akreditasi

puskesmas di Puskesmas Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang di

Kabupaten Lampung Utara.

Page 23: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah yaitu bagaimana perbandingan rerata antara skor self-

management pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 pada dua puskesmas yang

memiliki status akreditasi berbeda yaitu Puskesmas Madukoro dan

Puskesmas Rawat Inap Ketapang di Kabupaten Lampung Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan rerata

skor self-management pasien Diabates Melitus tipe 2 pada dua puskesmas

yang memiliki status akreditasi berbeda yaitu pada Puskesmas Madukoro

dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang di Kabupaten Lampung Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui skor self-management pasien DM tipe 2 di Puskesmas

Madukoro di Kabupaten Lampung Utara.

2. Mengetahui skor self-management pasien DM tipe 2 di Puskesmas

Rawat Inap Ketapang di Kabupaten Lampung Utara.

3. Mengetetahui perbandingan rerata skor self-management pada pasien

DM tipe 2 pada dua puskesmas yang memiliki status akreditasi

berbeda yaitu pada Puskesmas Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap

Ketapang di Kabupaten Lampung Utara.

Page 24: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi

peningkatan mutu puskesmas dalam penanganan kasus DM tipe 2 di

Puskesmas pada Kabupaten Lampung Utara.

1.4.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman dan menambah wawasan

peneliti dalam penerapan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Peneitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang

ingin meneliti dengan kesamaan bidang.

Page 25: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015). Sedangkan

menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Lampung tahun 2013,

DM adalah penyakit metabolik yang merupakan suatu kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di

atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan pada

metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin. DM memiliki gejala berupa

rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama

malam hari, sering merasa lapar (polifagi), berat badan yang turun dengan

cepat, keluhan lemah, kesemutan pada tangan dan kaki, gatal-gatal,

penglihatan menjadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan,

penyakit kulit akibat jamur di bawah lipatan kulit, dan pada ibu-ibu sering

melahirkan bayi besar dengan berat badan >4 Kg (Balitbangkes RI, 2013).

Page 26: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

8

2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi

Penyakit DM tidak memandang usia, DM dapat menyerang orang tua dan

juga bisa menyerang anak-anak. Penyebab terjadinya DM terdiri dari

banyak hal, contohnya kelebihan berat badan, sehingga olahraga secara

rutin sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan

resistensi insulin. Selain itu riwayat hidup keluarga atau pengaruh dari

faktor keturunan juga berperan untuk seseorang terkena DM. Kemudian

pada penderita DM juga terjadi kerusakan pada sel pankreas sehingga

hormon insulin yang diproduksi tidak mampu mencukupi kebutuhan

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Klasifikasi DM menurut Global Report WHO 2016 adalah sebagai

berikut:

a. Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus tipe 1 dahulu dikenal sebagai tipe juvenile onset.

Kelainan ini dapat muncul di berbagai usia dengan jumlah kasus baru

mencapai 30.000 setiap tahunnya. Terdapat 2 subtipe dari DM tipe 1

yaitu autoimun dan idiopatik. Tipe autoimun terjadi akibat adanya

disfungsi autoimun dengan kerusakan atau kekurangan sel-sel beta

pankreas. Tipe selanjutnya yaitu tipe idiopatik, yang timbul tanpa

adanya bukti autoimun dan tidak diketahui penyebabnya. Subtipe ini

lebih sering ditemui pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia

(Price & Wilson, 2006).

Page 27: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

9

b. Diabetes Melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

DM tipe ini sebelumnya disebut diabetes yang tidak tergantung insulin

atau diabetes onset dewasa yang disebabkan oleh penggunaan insulin

yang tidak efektif di dalam tubuh. Gejalanya mungkin mirip dengan

DM tipe 1, tetapi sering tanpa gejala. Akibatnya, penyakit ini mungkin

tidak terdiagnosis selama beberapa tahun, sampai komplikasi telah

muncul. Selama bertahun-tahun DM tipe 2 hanya terdiagnosa pada

orang dewasa tetapi saat ini sudah mulai terjadi pada anak-anak.

Faktor risiko dari DM tipe 2 ditentukan oleh interaksi faktor genetik

dan metabolisme. Riwayat keluarga diabetes, usia yang lebih tua,

kelebihan berat badan dan obesitas, diet tidak sehat, aktivitas fisik dan

merokok dapat meningkatkan risiko DM (WHO, 2016).

c. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Gestasional adalah kondisi sementara yang terjadi pada

kehamilan dan dapat membawa risiko diabetes tipe 2 jangka panjang

serta mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Kondisi ini terjadi

ketika nilai glukosa darah di atas normal tetapi masih di bawah

diagnostik diabetes. Wanita dengan diabetes gestasional berisiko lebih

tinggi mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan, begitu

pula bayi mereka (WHO, 2016).

d. Diabetes Melitus tipe lain

Tipe khusus lain adalah kelainan dalam sel beta pankreas seperti yang

dikenali pada Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY).

Page 28: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

10

Diabetes subtipe ini memiliki prevalensi yang tinggi dan

bermanifestasi pada usia <14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan

resisten terhadap insulin. Kelainan genetik telah dikenali dengan baik

dalam empat bentuk mutasi dan fenotipe yang berbeda (MODY 1,

MODY 2, MODY 3, MODY 4). Diabetes Melitus tipe lain juga

mencakup kelainan genetik pada kerja insulin yang menyebabkan

sindrom resistensi insulin berat, penyakit endokrin seperti cushing

syndrome dan akromegali, obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-

sel beta, dan adanya infeksi (Price & Wilson, 2006).

2.1.3 Patofisiologi

DM tipe 1 timbul ditandai dengan adanya kerusakan sel-sel beta pankreas

akibat dari proses autoimun. Proses autoimun ini dapat menyebabkan

ketidakmampuan sel beta pankreas untuk menghasilkan hormon insulin

sehingga kadar gula darah akan mengalami peningkatan (Price & Wilson,

2006).

Pada DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan seperti timbulnya

resistensi insulin pada jaringan tubuh dan adanya peningkatan produksi

glukosa berlebih yang akan menimbulkan hiperglikemi. Resistensi insulin

dapat terjadi pada jaringan lemak, otot, dan hati yang menyebabkan respon

reseptor terhadap insulin berkurang sehingga penggunaan glukosa pada

jaringan tersebut berkurang (Guyton, 2014).

Page 29: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

11

2.1.4 Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.

Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa

dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat

dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler

dengan glukometer. Diagnosis DM tidak dapat ditegakkan hanya atas

dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat saja ditemukan pada

penyandang DM (PERKENI, 2015).

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:

1. Keluhan klasik DM: poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (rasa

haus berlebih sehingga sering minum), polifagia (sering lapar) dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal maupun kriteria

DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: Glukosa

Darah Puasa Terganggu (GDPT) dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)

(PERKENI, 2015).

a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) adalah hasil pemeriksaan

glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO

glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl;

Page 30: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

12

b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah hasil pemeriksaan glukosa

plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma

puasa <100 mg/dl;

c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT;

d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.

Tabel 1. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis daibetes dan prediabetes

(PERKENI, 2015).

HbA1c(%) Glukosa darah

puasa (mg/dL)

Glukosa plasma 2

jam setelah

TTGO (mg/dL)

Diabetes >6,5 126 >200

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal <5,7 <100 <140

2.1.5 Komplikasi

Penyakit DM yang tidak terkendali akan menyebabkan komplikasi

metabolik akut maupun komplikasi vaskular kronik. Komplikasi ini dapat

berupa kerusakan saraf. Hal tersebut terjadi karena kadar gula darah yang

tidak terkontrol akan menyebabkan keadaan hiperglikemia terus menerus

dan akan merusak dinding kapiler. Pembuluh kapiler yang rusak tidak akan

bisa menyuplai energi ke jaringan saraf, sehingga saraf tidak dapat

menghantarkan impuls. Selain itu rusaknya dinding kapiler dapat juga

terjadi di mata dan menyebabkan terjadinya retinopati, katarak, dan

glaukoma. Kadar gula darah yang berlebih didalam tubuh juga akan

Page 31: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

13

mengakibatkan penyumbatan pembuluh kapiler yang memperdarahi jantung,

akibatnya suplai darah ke jantung tidak optimal. Hal tersebut bisa

menyebabkan tekanan darah meningkat dan kematian mendadak (Ndraha,

2014).

2.2 Akreditasi Puskesmas

Akreditasi puskesmas merupakan pengakuan yang diberikan oleh lembaga

independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah

memenuhi standar akreditasi. Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang

dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu, penyelenggaraan

upaya kesehatan masyarakat, dan sistem pelayanan klinis untuk memenuhi

standar akreditasi yang ditetapkan dan peraturan perundangan serta pedoman

yang berlaku (Kementerian Kesehatan RI, 2014; PMK No.46 Tahun 2015).

Akreditasi bertujuan menilai sistem mutu dan sistem pelayanan di Puskesmas

dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) lainnya, tetapi

juga bertujuan untuk membina fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dalam

upaya berkelanjutan untuk memperbaiki sistem pelayanan dan kinerja yang

berfokus pada kebutuhan masyarakat, keselamatan, dan manajemen risiko.

Terdapat 9 Bab Standar Akreditasi puskesmas dengan 772 Elemen Penilaian

(EP), diantaranya:

1. Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) dengan 59EP.

2. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan

90EP.

Page 32: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

14

3. Bab III. Peningkatan Mutu Puskemsas (PMP) dengan 32EP.

4. Bab IV. Program Puskesmas yang Berorientasi Sasaran (PPBS)

dengan 53EP.

5. Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Program Puskesmas

(KMPP) dengan 102 EP.

6. Bab VI. Sasaran Kinerja dan MDG’s (SKM) dengan 55EP.

7. Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan

151EP.

8. Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)dengan

172 EP.

9. Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

dengan 58EP.

Akreditasi puskesmas terbagi dalam beberapa jenis diantaranya:

1. Tidak Terakreditasi: Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III kurang

dari 75% dan Bab IV, V, VI <60%, VII, VIII, IX kurang dari 20%

2. Terakreditasi Dasar: Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III ≥75%,

dan Bab IV, V, VI ≥60% Bab VII, VIII, IX ≥20%

3. Terakreditasi Madya: Jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V

≥75%, BabVI, VII ≥60% VIII, IX≥20 %

4. Terakreditasi Utama: Jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V, VI,

VII ≥75 Bab VIII, IX ≥60 %

5. Terakreditasi Paripurna: Jika pencapaian nilai semua Bab ≥75%

(PMK No.46 Tahun 2015).

Page 33: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

15

2.3 Akreditasi Puskesmas dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.46 Tahun 2015 tentang

Akreditasi Puskesmas bahwa Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya perorangan

tingkat pertama, dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya. Akreditasi Puskesmas memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu

pelayanan dan keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber

daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya serta untuk

meningkatkan kinerja puskesmas. Penyelenggaraan Akreditasi Puskesmas

dilaksanakan selama 3 tahun sekali dan dilakukan berdasarkan standar

Akreditasi (PMK No. 46 Tahun 2015).

Untuk penatalaksanaan diabetes melitus sesuai dengan penatalaksanaan

penyakit kronis berdasarkan Chronic Care Model dibutuhkan pelayanan yang

komprehensif atau secara menyeluruh yang disediakan oleh puskesmas

dimana pasien memperoleh pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Berdasarkan penilaian Akreditasi Puskesmas terdapat poin-poin penilaian

yang mencakup pelayanan terhadap pasien dengan penyakit diabetes melitus,

yaitu penilaian sumber daya manusia tenaga kesehatan yang berupa penilaian

kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan serta jumlah tenaga

kesehatan di puskesmas tersebut. Kajian awal pasien dianalisa oleh petugas

kesehatan yang profesional antar profesi yang akan menyusun keputusan

layanan klinis. Penilaian penunjang layanan klinis juga dilaksanakan berupa

hasil dari pemeriksaan laboratorium selesai dan tersedia dalam waktu yang

Page 34: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

16

sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kemudian petugas memiliki akses

informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerjaan.

Peralatan di puskesmas juga harus dipersiapkan dan dikalibrasi secara rutin

agar terpelihara. Poin yang tak kalah penting juga berupa tenaga klinis

berperan aktif dalam proses peningkatan mutu layanan klinis dan upaya

keselamatan pasien. Sehingga apabila akreditasi puskesmas lebih tinggi maka

penilaian terhadap poin-poin tersebut juga tinggi (PMK No. 46 Tahun 2015).

Tersedia tenaga medis, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan

sesuai dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang disediakan merupakan

salah satu aspek penilaian akreditasi puskesmas. Tenaga kesehatan dan/atau

tim kesehatan antar profesi yang profesional melakukan kajian awal untuk

menetapkan diagnosis medis dan diagnosis keperawatan. Proses kajian

tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim

kesehatan antar profesi yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan,

dan tenaga kesehatan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien. Kajian awal

tersebut memberikan informasi untuk:

a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien

b. Menetapkan diagnosis awal

c. Mengetahui riwayat pasien terhadap pengobatan sebelumnya

d. Memahami respons pasien terhadap pengobatan sebelumnya

e. Memilih jenis pelayanan/tindakan yang terbaik bagi pasien serta

rencana tindak lanjut dan evaluasi (PMK No.46 Tahun 2015).

Page 35: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

17

Kolaborasi antar tenaga kesehatan yang profesional dibutuhkan untuk

mencapai target pelayanan yang optimal. Komunikasi dalam kolaborasi

merupakan unsur penting untuk kualitas perawatan dan keselamatan pasien.

Kolaborasi antar profesi ini terjadi ketika dua atau lebih profesi bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama dan sering digunakan sebagai sarana untuk

memecahkan berbagai masalah terutama masalah yang kompleks. Manfaat

kolaborasi memungkinkan peserta untuk mencapai suatu hal lebih dari yang

mereka peroleh dengan bekerja secara individu dan mampu melayani

kelompok yang lebih besar (Green & Johnson, 2015).

Rencana pelayanan terpadu disusun secara komprehensif oleh tim kesehatan

antar profesi dengan kejelasan tanggung jawab dari masing-masing

anggotanya. Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan

tentang pelayanan yang diterimanya adalah dengan cara memberikan

informed consent/informed choice. Untuk menyetujui/memilih tindakan,

pasien harus diberi penjelasan/konseling tentang hal yang berhubungan

dengan pelayanan yang direncanakan, karena diperlukan untuk suatu

keputusan persetujuan (PMK No.46 Tahun 2015).

Informed consent dapat diperoleh pada berbagai titik waktu dalam proses

pelayanan. Misalnya, informed consent diperoleh ketika pasien masuk rawat

inap dan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko.

Proses persetujuan ditetapkan dengan jelas oleh Puskesmas dalam kebijakan

dan prosedur, yang mengacu kepada undang-undang dan peraturan yang

berlaku. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan, prosedur, dan

Page 36: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

18

pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat

memberikan persetujuan (misalnya, diberikan secara lisan, dengan

menandatangani formulir persetujuan, atau dengan cara lain). Pasien dan

keluarga memahami siapa yang dapat memberikan persetujuan selain pasien.

Petugas pelaksana tindakan yang diberi kewenangan telah terlatih untuk

memberikan penjelasan kepada pasien dan mendokumentasikan persetujuan

tersebut (PMK No.46 Tahun 2015).

2.4 Self-Management pada Pasien Diabetes Melitus

Self-management merupakan kemampuan seorang individu untuk

mengelola, mengendalikan, serta mengurangi dampak penyakit yang

dideritanya. Perilaku sehat yang merepresentasikan self-management pada

pasien DM antara lain mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan

jasmani, mengonsumsi obat DM dan obat-obat pada keadaan khusus secara

aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar gula darah serta melakukan

perawatan kaki secara berkala (Handayani et al., 2013; PERKENI, 2015).

Selain itu penderita DM juga harus memiliki kemampuan untuk mengenal

dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat, mempunyai keterampilan

mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung dengan kelompok

penyandang DM serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan

penyandang DM, kemudian mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada (PERKENI, 2015).

Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM

tipe 2 secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan

Page 37: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

19

secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan

yang lain serta pasien dan keluarganya). Karbohidrat yang dianjurkan untuk

terapi nutrisi penderita DM sebesar 45-65% total asupan energi, terutama

karbohidrat yang berserat tinggi. Pada penderita DM tipe 2 asupan lemak

dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak diperkenankan

melebihi 30% total asupan energi. Anjuran asupan natrium untuk

penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari. Anjuran

konsumsi serat untuk penderita DM adalah 20-35 gram/hari yang berasal

dari berbagai sumber bahan makanan seperti serat dari kacang-kacangan,

buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Fruktosa tidak

dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena dapat meningkatkan

kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah dan

sayuran yang mengandung fruktosa alami (PERKENI, 2015).

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2

apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan

latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama

sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Pasien DM

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan

jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan

untuk menunda latihan jasmani. Latihan jasmani selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah (PERKENI,

2015).

Page 38: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

20

Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan

darah kapiler. Tujuan pemeriksaan glukosa darah pada penderita DM ini

adalah mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai dan dapat juga untuk

melihat penyesuaian dosis obat bila sasaran terapi belum tercapai.

Pemeriksaan glukosa darah meliputi pemeriksaan kadar glukosa darah

puasa, glukosa 2 jam setelah makan, atau glukosa darah pada waktu yang

lain secara berkala sesuai dengan kebutuhan (PERKENI, 2015).

Menurut American Diabetes Association (ADA) (2016) membantu penderita

diabetes untuk belajar dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan

strategi perilaku, pemecahan masalah, dan penanggulangan membutuhkan

keseimbangan dari beberapa faktor. Ada interaksi antara individu dan

konteks di mana dia tinggal, seperti status klinis, budaya, nilai-nilai,

keluarga, dan lingkungan sosial dan komunitas dapat mempengaruhi self-

management pasien DM (ADA, 2016).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang membutuhkan orang lain

dalam penatalaksanaanya, untuk menerapkan manajemen diri yang baik

pada seorang penderita DM maka haruslah memberikan pengetahuan serta

dukungan yang baik pula. Diabetes Self-Management Education (DSME)

adalah suatu proses yang memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan yang diperlukan untuk perawatan diri DM. Kemudian pasien

DM juga membutuhkan dukungan dari orang lain untuk proses

pengaturannya. Diabetes Self-Management Support (DSMS) mengacu pada

dukungan yang diperlukan untuk menerapkan dan mempertahankan

Page 39: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

21

keterampilan dan perilaku yang diperlukan pasien untuk mengelola diri

secara berkelanjutan (Brunisholz et al., 2014).

Tujuan dari edukasi untuk pasien DM adalah untuk mendukung

pengambilan keputusan berdasarkan informasi, perilaku perawatan diri,

pemecahan masalah, dan kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dan untuk

meningkatkan status kesehatan, dan kualitas hidup pasien. Kemudian jenis

dukungan yang diberikan dapat berupa perilaku, pendidikan, psikososial,

atau klinis (Brunisholz et al., 2014).

Waktu yang tepat untuk melakukan edukasi dan dukungan terhadap pasien

penderita DM terdiri dari empat saat, yaitu saat pasien pertama kali

terdiagnosis, saat pasien melakukan penilaian rutin, saat munculnya

komplikasi pada pasien, dan saat terjadinya perubahan status kesehatan pada

pasien. Pertama yaitu pada saat pasien pertama kali terdiagnosis DM, respon

emosional terhadap diagnosis dapat menjadi hambatan signifikan untuk

mengedukasi dan mendukung manajemen diri pasien DM (ADA, 2016).

Tenaga kesehatan harus bekerjasama dengan pasien dan anggota

keluarganya untuk mulai mengatasi diagnosis dan melaksanakan

manajemen diri dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat terdiagnosis, pesan

penting harus dikomunikasikan dengan baik, bahwa semua jenis diabetes

perlu ditangani dengan serius, komplikasi tidak bisa dihindari, dan

munculnya respon emosional merupakan hal yang biasa. Edukasi dan

dukungan pada saat pasien pertama terdiagnosis juga meliputi target

Page 40: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

22

perawatan, kondisi psikososial, strategi perubahan perilaku, merencanakan

makan, aktivitas fisik dan pemeriksaan glukosa darah (ADA, 2016).

Kedua yaitu saat penilaian rutin terhadap pengetahuan, nutrisi dan

emosional penderita. Petugas kesehatan dan tim akan mengedukasikan

bagaimana mempertahankan kemampuan pasien dalam memanajemen

dirinya. Kunjungan tahunan ini disarankan untuk menilai semua bidang

manajemen diri, meninjau strategi perubahan perilaku, dan keterampilan

memecahkan masalah. Edukasi dan dukungan yang lebih sering mungkin

diperlukan ketika pasien mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia, target

pengobatan tidak terpenuhi, dan keadaan klinis memburuk (ADA, 2016).

Kemudian saat komplikasi muncul pada penyakit DM, karena dapat

mempengaruhi kemampuan manajemen diri pasien. Komplikasi yang timbul

memerlukan perhatian segera dan penanganan yang tepat. Selama perawatan

rutin, tenaga kesehatan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

perawatan dan rencana manajemen diri selanjutnya. Dukungan emosional

keluarga mungkin diperlukan untuk mengurangi kecemasan, stres, dan

tekanan terkait DM (Fisher et al., 2013). Kemampuan manajemen diri

pasien dapat menjadi buruk apabila faktor-faktor sosial tak terpenuhi,

berupa kesulitan membayar makanan dan obat-obatan dan tidak mampu

melakukan perawatan medis (Berkowitz et al., 2015).

Terakhir yaitu pada saat terjadinya perubahan status kesehatan pada pasien.

Perubahan usia, status kesehatan, situasi hidup, atau jaminan kesehatan

mungkin dapat dievaluasi ulang untuk menentukan kembali manajemen diri

Page 41: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

23

yang dibutuhkan. Manajemen diri yang praktis dan realistis serta rencana

perawatan dapat menjadi modal yang efektif untuk keberhasilan manajemen

diri pada perubahan situasi pasien. Perencanaan perawatan secara tertulis

dipersiapkan untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pasien dan

anggota keluarga untuk membantu terlaksanannya perubahan ke arah yang

positif. Rencana tersebut harus memuat target perawatan DM berupa

pengobatan, edukasi, kondisi psikososial, risiko hipoglikemi dan

hiperglikemi, kebutuhan nutrisi dan faktor pendukung lainnya (ADA, 2016).

2.5 Chronic Care Model (CCM)

Chronic Care Model (CCM) merupakan konsep perawatan penyakit kronis

dengan memberikan pertimbangan-pertimbangan bagi penyedia layanan

dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kepada pasien seperti struktur,

proses, serta outcome yang disusun dengan jelas dan rinci.

Gambar 1. Konsep CCM (Baptista et al., 2016).

Page 42: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

24

Model perawatan penyakit kronis atau CCM menyediakan kerangka kerja

untuk pengorganisasian dan peningkatan perawatan pada pasien dengan

penyakit kronis. CCM mengusulkan interaksi yang produktif dari tim yang

proaktif dengan pasien dan keluarga yang telah diberikan edukasi agar

mengarah pada hasil pengobatan yang lebih baik. CCM memiliki beberapa

komponen, mulai dari organisasi layanan kesehatan sampai dengan sistem

pengiriman layanan dan dapat disesuaikan dengan item-item penilaian

pada Instrumen Akreditasi Puskesmas yang akan diterangkan sebagai

berikut:

1. Komunitas (Community)

Sumber daya masyarakat sering diabaikan dan tidak terintegrasi ke

dalam perawatan untuk pasien DM, seolah dipandang sebagai

bagian eksternal dari sistem. Dalam CCM, sumber daya

masyarakat sangat penting untuk perawatan pasien. Dalam

perawatan DM, dukungan komunitas yang dipimpin oleh rekan

kelompok merupakan pendekatan yang efektif dalam menjangkau

populasi yang membutuhkan dukungan tambahan. Sumber daya di

masyarakat dapat membantu dalam membantu pasien mengisi

waktu luang dalam perawatan dan dukungan medis mereka yang

tidak tersedia atau tidak dapat diakses. Melalui komunitas pasien

dapat meningkatkan pengetahuan, dukungan sosial, dan

mengurangi tekanan emosional serta depresi yang mungkin

menyertai penyakit kronisnya (Stuckey et al., 2011).

Page 43: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

25

2. Sistem Kesehatan (Health System)

Perawatan diabetes harus dipromosikan dengan strategi yang

efektif dan dukungan yang optimal khususnya melalui pengaturan

yang efektif untuk menjadi lebih baik. Sistem kesehatan yang

efektif akan menciptakan hasil yang luar biasa. Untuk menerapkan

sistem kesehatan yang berhasil sistem kesehatan harus fokus dan

bertanggung jawab atas kesehatan masyarakatnya (Stuckey et al.,

2011).

a. Organisasi Layanan Kesehatan (Organization of health

care services)

Pengaturan pelayanan kesehatan oleh para pemimpin menjadi

bagian penting dari rencana strategis perawatan pasien.

Organisasi pelayanan kesehatan harus fokus pada penciptaan

budaya, perawatan yang aman dan berkualitas tinggi. Untuk

meningkatkan layanan kesehatan, peningkatan organisasi

layanan dengan pengenalan strategi untuk memfasilitasi

perubahan, dan manajemen kesalahan serta kontrol kualitas

juga diperlukan. Komunikasi dan koordinasi layanan kesehatan

yang salah harus dicegah. Perawatan yang efektif pada kondisi

kronis memerlukan sistem informasi untuk memastikan akses

siap ke data utama dari populasi, subpopulasi, dan individu

(Baptista et al., 2016).

Page 44: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

26

Berdasarkan Instrumen Akreditasi Puskesmas (IAP) terdapat

beberapa item penilaian yang mencakup penilaian organisasi

layanan kesehatan. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menyediakan pelayanan

kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlu ditetapkan jenis-

jenis pelayanan yang disediakan kepada masyarakat sesuai

dengan kebutuhan dan masalah kesehatan yang ada di wilayah

kerja puskesmas tersebut. Penilaian ini dilakukan berdasarkan

poin analisis kebutuhan masyarakat dan perencanaan

puskesmas yang tertera pada bagian 1.1.1 IAP (Dirjen Bina

Upaya Kesehatan, 2015).

Selanjutnya berdasarkan analisis hasil kebutuhan masyarakat

tersebut, disusunlah perencanaan operasional puskesmas

secara terintegerasi dan berdasarkan visi, misi dan tujuan

puskesmas serta perencanaan strategis Dinas Kesehatan

Kota/Kabupaten setempat yang termuat dalam bagian 1.1.4

IAP. Selain itu, kinerja dan strategi puskesmas dalam

pelayanan dan penyelenggaraan upaya puskesmas dianalisis

juga sebagai bahan evaluasi dan perbaikan yang termuat dalam

bagian 1.3.1 IAP (Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2015).

b. Dukungan perawatan diri (Self-care support)

Pemberdayaan pasien menekankan peran pasien dalam

mengelola kesehatan mereka sendiri, penggunaan strategi

Page 45: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

27

dukungan untuk perawatan diri, penetapan tujuan pengobatan,

rencana persiapan perawatan dan pemantauan. Baik pasien dan

petugas kesehatan harus dapat menentukan masalah,

menetapkan prioritas, mengusulkan tujuan, mengembangkan

rencana perawatan, dan memantau hasil untuk perawatan diri.

Tenaga medis yang profesional harus memprioritaskan

manajemen perawatan kolaboratif sehingga pemberi resep

menjadi mitra dengan pasien melalui sistem perawatan

kesehatan (Baptista et al., 2016).

Berdasarkan Instrumen Akreditasi Puskesmas (IAP) terdapat

beberapa item penilaian yang mencakup penilaian dukungan

perawatan diri pada pasien. Agar puskesmas dapat

memberikan pelayanan yang optimal dan aman bagi pasien

dan masyarakat yang dilayani perlu dilakukan analisis

kebutuhan tenaga dan diupayakan untuk memenuhi

ketersediaan tenaga baik jenis dan jumlah yang memenuhi

peryaratan kompetensi, maka hal ini dinilai dalam IAP pada

bagian 2.2.2. Dalam upaya kesehatan masyarakat penanggung

jawab harus membina komunikasi lintas program agar

mendukung perawatan pasien serta dapat merencanakan

perawatan bagi pasien secara optimal seperti yang terdapat

pada IAP bagian 5.4. Berdasarkan IAP bagian 7.3.1, terdapat

pula poin penilaian Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien,

yaitu tenaga kesehatan dan/atau tim kesehatan antar profesi

Page 46: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

28

yang profesional melakukan kajian awal untuk menetapkan

diagnosis bagi pasien (Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2015).

c. Dukungan keputusan klinis (Clinical decision support)

Dukungan keputusan klinis mendorong perhatian yang

konsisten dalam perawatan kesehatan melalui pengenalan

pedoman klinis berbasis ilmiah. Untuk meningkatkan

pemahaman pasien, keputusan klinis harus didiskusikan dan

dibuat bersama dengan pasien (Baptista et al., 2016).

Berdasarkan Instrumen Akreditasi Puskesmas (IAP) terdapat

beberapa item penilaian yang mencakup penilaian dukungan

keputusan klinis pasien. Rencana layanan ditetapkan

berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam bentuk

diagnosis. Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan

terhadap layanan yang akan diperolehnya sesuai dengan IAP

bagian 7.4.2. Pasien/keluarga diberi peluang untuk

bekerjasama dalam menuyusun rencana pelayanan klinis yang

akan dilakukan tersebut. Dalam menyusun rencana layanan

perlu dipandu oleh kebijakan prosedur yang jelas sesuai

dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan yang

ditetapkan. Pelayanan tersebut disusun secara komprehensif

oleh tim kesehatan antar profesi dengan kejelasan dari masing-

masing anggotanya. Semua aspek tersebut dinilai dalam IAP

Page 47: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

29

pada bagian 7.4.3 guna peningkatan mutu dan pelayanan

puskesmas (Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2015).

d. Sistem informasi klinis (Clinical information systems)

Sistem informasi klinis bertujuan untuk mengatur data pasien

untuk memfasilitasi sistem perawatan peringatan, pengingat,

dan umpan balik tepat waktu untuk tenaga medis serta layanan

pasien harus digunakan saat mengatur data pasien. Organisasi

data pasien juga harus merangkum informasi klinis untuk

membantu mengidentifikasi kelompok risiko yang

memerlukan pendekatan perawatan kesehatan yang berbeda

dan untuk pemantauan kinerja sistem serta untuk memberikan

kualitas layanan yang lebih baik (Baptista et al., 2016).

Berdasarkan Instrumen Akreditasi Puskesmas (IAP) terdapat

beberapa item penilaian yang mencakup penilaian sistem

informasi klinis. Dalam IAP bagian 7.1.1 memuat penilaian

berupa kebutuhan pasien perlu diperhatikan, diupayakan dan

dipenuhi sesuai dengan misi dan sumber daya yang tersedia di

puskesmas. Keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien

dapat diperoleh pada saat pendaftaran yang mana informasi

tentang pendaftaran pasien harus tersedia dan terdokumentasi.

Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi, maka dapat

dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

sesuai dengan bagian 7.10.3. Tahapan pelayanan klinis harus

Page 48: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

30

diinformasikan kepada pasien untuk menjamin kesinambungan

pelayanan. Tahapan tersebut dimuat dalam rekam medis pasien

yang mudah diakses oleh petugas bertanggung jawab sesuai

dengan penilaian pada bagian 7.2.2 (Dirjen Bina Upaya

Kesehatan, 2015).

e. Sistem pengiriman layanan (Design of the service delivery

system)

Meningkatkan kesehatan pasien dengan kondisi kronis

memerlukan transformasi sistem perawatan kesehatan yang

pada dasarnya reaktif, episodik, fokus pada peristiwa,

integratif, berkelanjutan, dan berfokus pada pasien dan

keluarga yang dikhususkan untuk mempromosikan dan

menjaga kesehatan. Hal ini menjadikan pasien harus menerima

perhatian terstruktur yang direncanakan dan disediakan oleh

tenaga medis multidisiplin. Tujuannya adalah untuk mengatur

jumlah pelayanan yang sudah dijadwalkan sebelumnya dan

untuk memastikan bahwa pelayanan ini tidak dilakukan

melalui permintaan mendadak (Baptista et al., 2016).

Berdasarkan Instrumen Akreditasi Puskesmas (IAP) terdapat

beberapa item penilaian yang mencakup penilaian sistem

pengiriman layanan. Pada IAP bagian 7.5.2 memuat penilaian

berupa pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk

memperoleh informasi tentang rencana rujukan. Rencana

Page 49: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

31

rujukan tersebut harus dengan mudah dipahami oleh

pasien/keluarga pasien untuk menjamin kesinambungan

pelayanan. Informasi tersebut meliputi: alasan rujukan,

fasilitas kesehatan yang dituju serta kapan rujukan tersebut

harus dilakukan. Pelaksanaan rujukan tersebut harus atas dasar

kebutuhan dan pilihan pasien (Dirjen Bina Upaya Kesehatan,

2015).

Page 50: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

32

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2. Modifikasi kerangka teori berdasarkan The Chronic Care Model for type 2

Diabetes (Baptista et al., 2016).

: Diteliti

: Tidak diteliti

dinilai

dalam

Perawatan Penyakit Kronis:

Diabetes Melitus Tipe 2

Pengelolaan kesehatan

pasien:

Organisasi layanan

kesehatan

Dukungan perawatan diri

Dukungan keputusan

klinis

Sistem informasi klinis

Sistem pengiriman

layanan

Komunitas

Sumber daya

dan Kebijakan

Fungsional:

Kualitas hidup pasien

Klinik:

Morbiditas

Mortalitas

Poin penilaian Akreditasi Puskesmas

terkait penatalaksanaan penyakit kronis:

Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas

(PPP)

Kepemimpinan dan Manajemen

Puskesmas (KMP)

Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

Upaya Kesehatan Masyarakat yang

Berorientasi Sasaran (UKMBS)

Kepemimpinan dan Manajemen Upaya

Kesehatan Masyarakat (KMUKM)

Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan

Masyarakat

Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien

(LKBP

Manajemen Penunjang Layanan Klinis

(MPLK

Peningkatan Mutu Klinis dan

Keselamatan Pasien (PMKP)

Pemberdayaan pasien

dan keluarga: Self-

management pasien

Tim yang siap dan

proaktif.

Outcomes

Akreditasi Puskesmas:

Utama

Madya

Paripurna

Dasar

Tidak terakreditasi

Page 51: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

33

2.7 Kerangka Konsep

Varibel bebas Variabel Terikat

Gambar 3. Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. H0: Tidak terdapat perbedaan rerata skor self-management pasien DM tipe

2 Berdasarkan Status Akreditasi di Puskesmas Madukoro dan Puskesmas

Rawat Inap Ketapang Kabupaten Lampung Utara.

b. H1: Terdapat perbedaan rerata skor self-management pasien DM tipe 2

Berdasarkan Status Akreditasi di Puskesmas Madukoro dan Puskesmas

Rawat Inap Ketapang Kabupaten Lampung Utara.

Status Akreditasi Puskesmas

Madukoro

Self-Management pasien

DM tipe 2

Status Akreditasi Puskesmas

Rawat Inap Ketapang

Page 52: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif numerik tak

berpasangan dua kelompok dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti

akan mempelajari perbedaan rerata skor self-management pasien diabates

melitus tipe 2 pada dua puskesmas yang memiliki perbedaan status akreditasi

yaitu di Puskesmas Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang di

Kabupaten Lampung Utara. Pendekatan cross sectional yaitu dimana

pengambilan data dilakukan hanya sekali pada setiap responden melalui

kuesioner sebagai data penelitian (Notoatmodjo, 2014).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2019.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lampung Utara pada Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang

yang ada di Kabupaten Lampung Utara.

Page 53: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

35

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Populasi

penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 di Puskesmas Rawat Inap

Ketapang yaitu 51 penderita dan Puskesmas Madukoro 57 penderita terlihat

dari laporan angka kunjungan pasien DM tipe 2 dalam 3 bulan terakhir.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Dahlan, 2013). Sampel penelitian ini adalah penderita DM

tipe 2 di Puskesmas Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang pada

Kabupaten Lampung Utara. Pengambilan sampel dilakukan secara total

sampling, yaitu pengambilan sampel dengan jumlah sesuai dengan populasi

yang ada. Metode penelitian ini dilakukan sehingga seluruh anggota

populasi tersebut dapat menjadi subjek yang dipelajari untuk memberikan

sumber informasi (Sugiyono, 2017). Penentuan besar sampel minimal

menggunakan rumus analitik komparatif numerik tidak berpasangan,

sebagai berikut (Dahlan, 2013):

2

2

2

2

Page 54: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

36

Keterangan:

Zα = deviat baku alpha

Zβ = deviat baku beta

S = simpangan baku gabungan (Sari, 2018).

X1 – X2 = selisih rerata minimal yang dianggap bermakna (Sari, 2018).

Berdasarkan pertimbangan untuk mengurangi kesalahan acak selama penelitian

berupa ukuran sampel yang tidak cukup besar, ketidaktepatan dalam

pengukuran variabel, maka jumlah sampel ditambah 10% untuk mengantisipasi

responden yang lose to follow up or drop out selama penelitian sehingga

minimal sampel menjadi 42,9 atau 43 responden. Total sampel pada tempat

penelitian berjumlah 108 responden, dimana 57 terdapat di Puskesmas

Madukoro dan 51 di Puskesmas Rawat Inap Ketapang.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan metode total sampling. Total sampling berarti

seluruh populasi yang memiliki karakteristik sesuai dengan penelitian akan

dijadikan subjek penelitian. Sampel pasien DM diambil di Puskesmas

Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap Ketapang, Kabupaten Lampung

Utara.

Page 55: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

37

3.4 Kriteria Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Pasien yang sedang menjalani pengobatan selama tiga bulan terakhir

di Puskesmas.

b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan menandatangani

persetujuan.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Pasien mengalami gangguan pendengaran dan gangguan ingatan.

b. Pasien penderita DM yang baru terdiagnosa <8 minggu.

3.5 Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas penelitian ini adalah Status Akreditasi Puskesmas.

b. Variabel terikat penelitian ini adalah skor self-management pasien

DM tipe 2.

Page 56: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

38

3.6 Cara Pengambilan Data

Pada penelitian ini data diperoleh langsung dari responden. Data

penelitian ini diperoleh berdasarkan data status akreditasi puskesmas

yang dimiliki Puskesmas Madukoro dan Puskesmas Rawat Inap

Ketapang. Data primer diperoleh dari hasil penilaian skor self-

management pasien DM tipe 2 di Puskesmas tempat penelitian melalui

wawancara yang berpedoman dengan kuesioner The Diabetes Self-

Management Questionnaire (DSMQ).

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah (Notoatmodjo, 2014)

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

Variabel

bebas:

Status

Akreditasi

Puskesmas

Pengakuan yang

diberikan oleh

lembaga

independen

penyelenggara

Akreditasi yang

ditetapkan oleh

Menteri setelah

memenuhi

standar

Akreditasi

(PMK No. 46

tahun 2015)

Data

Sekunder

Melihat data

sekunder

(1)Utama=

Status

Akreditasi

Puskesmas,

(2)Madya=

Status

Akreditasi

Puskesmas

Kategorik

Variabel

terikat:

Self-

managemen

t Pasien

DM

tipe 2

Self-

management

merupakan

kemampuan

seorang individu

untuk

mengelola,

mengendalikan,

serta

mengurangi

dampak penyakit

yang dideritanya

(PERKENI,

2015)

Instrumen

kuesioner

DSMQ

(The

Diabetes

Self-

Managem

ent

Questionn

aire)

Mewawan-

carai

pasien DM

Tipe 2

dengan

panduan

kuesioner

DSMQ yang

terdiri dari

16

pertanyaan

Skor 0-48

(0≤X≤48)

Min= 0

Max= 48

Numerik

Page 57: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

39

3.8 Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen yang digunakan untuk

mengukur variabel terkait penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa

kuesioner :

1. Informed consent

Informed consent atau lembar persetujuan akan diberikan sebelum

klien mengisi kuesioner. Hal ini bertujuan untuk meminta

persetujuan subjek sebagai responden penelitian. Pada informed

consent terdapat nama subjek yang diganti menjadi inisial, usia

subjek, tanda tangan subjek dan pernyataan dari peneliti terkait

nama peneliti, judul penelitian serta pernyataan persetujuan dari

subjek untuk menjadi responden, peneliti juga menambahkan kode

responden untuk memudahkan peneliti dalam menghitung jumlah

responden.

Saat membagikan lembar Informed consent pada calon responden,

sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud dan

tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, jika ada peneliti harus

menjelaskan mengenai risiko-risiko yang dapat ditimbulkan

dikemudian hari setelah mengisi kuesioner.

Page 58: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

40

2. Data demografi

Data demografi dalam penelitian ini meliputi data demografi

pasien DM tipe 2. Data demografi pasien DM tipe 2 meliputi: usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan dan lama

menderita diabetes.

3. Kuesioner untuk mengukur self-management pasien DM

Manajemen diri pada pasien DM merupakan konsep yang rumit.

Sebelum penilaian manajemen diri pasien itu sendiri dibutuhkan

kuesioner yang valid agar memperoleh data yang baik. Penilaian

kemampuan manajemen diri pasien DM dapat menggunakan

berbagai macam kuesioner. Diabetes Self-Management Instrumen

(DSMI) dikembangkan untuk menilai bagaimana pasien DM tipe 2

dapat merawat dirinya dan mengerti apa yang harus mereka

lakukan untuk dirinya. DSMI memiliki 35 item pertanyaan yang

akan dijawab menggunakan skala likert 1: tidak relevan, 2: cukup

relevan, 3: relevan, 4: sangat relevan. DSMI terdiri dari lima aspek

pertanyaan meliputi integrasi diri, pengaturan diri, interaksi dengan

petugas kesehatan, manajemen kadar gula darah, dan kepatuhan

pengobatan dengan nilai reliabilitas kuesioner adalah 0.94 (Lin et

al., 2008).

Selanjutnya yaitu, SDSCA (The Summary of Diabates Self-Care

Activities) yang terdiri dari 14 pertanyaan mengenai perencanaan

makan, aktivitas fisik, kepatuhan minum obat secara aman dan

Page 59: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

41

teratur, monitoring gula darah mandiri, dan perawatan kaki.

Instrumen ini terdiri dari 8 alternatif jawaban yaitu 0 hari sampai

dengan 7 hari. Untuk pernyataan positif, pada pernyataan 1-4, 7-

14, skor yang diberikan yaitu 0 hari (skor=0), 1 hari (skor=1), 2

hari (skor=2), 3 hari (skor=3), 4 hari (skor=4), 5 hari (skor=5), 6

hari (skor=6) dan 7 hari (skor=7). Sedangkan untuk pertanyaan

negatif pada pertanyaan no. 5 dan 6 skor yang diberikan yaitu 0

hari (skor=7), 1 hari (skor=6), 2 hari (skor=5), 3 hari (skor=4), 4

hari (skor=3), 5 hari (skor=2), 6 hari (skor=1), 7 hari (skor=0).

Hasil skor pengukuran ini dinyatakan dalam bentuk interval

dengan menghitung jumlah skor komulatif self care diabetes dibagi

jumlah pertanyaan (Toobert et al., 2000).

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur self-management

pasien DM tipe 2 pada penelitian ini adalah kuesioner DSMQ (The

Diabetes Self-Management Questionnaire) yang terdiri dari 16

pernyataan menggunakan skala likert, yaitu selalu dilakukan (3),

kadang-kadang dilakukan (2), jarang dilakukan (1), dan tidak

pernah dilakukan (0). Pada kuesioner ini terdapat 8 item

pernyataan yang favorable (1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 14) dan 8 item

pernyataan nonfavorable (5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16), dengan

penggunaan skala terbalik pada item nonfavorable. Subdomain

DSMQ terdiri dari glucose management (1, 4, 6, 10, 12), dietary

control (2, 5, 9, 13), physical activity (8, 11, 15), health-care use

(3, 7, 14), dan overall self care (16) (Schmitt et al., 2013). Skor

Page 60: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

42

tiap subdomain dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

× 10 dengan skor skala tiap subdomain

antara 0-10. Contoh pada glucose management memiliki 5 item

pernyataan dengan skor tertinggi 15, jika didapatkan hasil skor

terukur sebesar 12, berarti perhitungannya menjadi: 10 = 8.

Setiap subdomain dihitung skornya, dijumlahkan, kemudian

dihitung skor rata-rata untuk tiap subdomain (Schmitt et al., 2013).

Kuesioner DSMQ bahasa Indonesia telah diujikan validitas dan

reliabilitasnya oleh Keban & Ramdhani (2016) pada penelitiannya

yang dilakukan di Rumah Sakit Bina Husada Cibinong dengan

nilai p >0,05 (valid) dan memiliki koefisien alpha cronbach sebesar

0,889 (reliabel) (Keban & Ramdhani, 2016).

Pemilihan DSMQ sebagai kuesioner pada penelitian ini dengan

pertimbangan bahwa DSMQ merupakan kuesioner paling baru

dibandingkan dengan kuesioner lainnya, selain itu kuesioner

DSMQ lebih efisien terhadap perilaku perawatan diri yang terkait

dengan kontrol glikemik (Schmitt et al, 2013).

Page 61: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

43

3.9 Alur Penelitian

Gambar 4. Alur penelitian

Pencatatan dan pemasukan

data

Analisa program statistik

Interpretasi hasil penelitian

3. Tahap pengolahan data

Survei pendahuluan dan

pembuatan proposal

Mengurus Ethical clearence

1. Tahap persiapan

Seminar dan persetujun

proposal

Pengisian kuesioner DSMQ

oleh pasien DM tipe 2

Pengisian informed consent

Perizinan dan pengambilan

data

2. Tahap pelaksanaan

Page 62: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

44

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari hasil pertemuan dengan responden akan

diubah dalam bentuk tabel, kemudian data tersebut akan diolah

menggunakan perangkat komputer. Pengolahan data tersebut terdiri

beberapa langkah sebagai berikut:

a. Editing, melakukan pengecekan dari isian formulir atau kuesioner

yang dibutuhkan.

b. Coding, merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

angka/bilangan atau menerjemahkan data yang dikumpulkan selama

penelitian ke dalam simbol yang sesuai untuk keperluan analisis.

Manfaatnya adalah untuk mempercepat dan mempermudah pada saat

analisis data.

c. Data entry, memasukan data ke dalam program komputer.

d. Cleaning, pengecekan kembali data dari setiap sumber data atau

responden untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi (Notoatmodjo,

2014).

3.10.2 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program analisis data

pada perangkat komputer. Analisis univariat diterapkan untuk

mendeskripsikan karateristik masing-masing variabel yang diteliti

Page 63: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

45

meliputi karakteristik variabel bebas dan variabel terikat. Data yang

telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan tidak ada

kesalahan pada saat proses input data.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji T tidak

berpasangan karena kedua variabel yang diteliti berbentuk skala

kategorik dan skala numerik. Untuk menguji kemaknaan digunakan

derajat kemaknaan α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Variabel bebas

dan terikat dikatakan memiliki perbandingan rerata apabila nilai p

<0,05. Nilai p inilah yang akan menunjukkan apakah H0 penelitian ini

diterima atau ditolak. Jika p <0,05 maka H0 akan ditolak dan jika p

>0,05 maka H0 diterima.

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat persetujuan etika penelitian dari Komite Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan

No. 3170/UN26.18/PP.05.02.00/2019 pada tanggal 5 November 2019.

Page 64: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Skor self-management pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di Puskesmas

Madukoro Kabupaten Lampung Utara yaitu minimal 17 dan maksimal 46.

2. Skor self-management pasien DM tipe 2 di Puskesmas Rawat Inap

Ketapang Kabupaten Lampung Utara yaitu minimal 15 dan maksimal 38.

3. Terdapat perbedaan bermakna dari skor self-management pasien DM tipe

2 di Puskesmas Madukoro dan di Puskesmas Rawat Inap Ketapang

Kabupaten Lampung Utara dengan nilai p yaitu 0,001.

5.2 Saran

1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi akreditasi puskesmas

terhadap skor self-management pasien diabetes melitus.

2. Bagi institusi pemerintahan, perlu dipertimbangkan untuk lebih

meningkatkan status akreditasi layanan kesehatan di wilayahnya.

Page 65: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

DAFTAR PUSTAKA

Adhikari. 2017. Factors influencing quality of life among elderly population with

type 2 diabetes mellitus: a clinic based cross sectional study in kathmandu vall y

[tesis]. Thailand: Chulalongkorn University.

American Diabetes Association. 2018.Standardof medical care in diabetes 2018.

American Diabetes Association. 2016. Diabetes Self-management Education and

Support in Type 2 Diabetes: A Joint Position Statement of the American Diabetes

Association, the American Association of Diabetes Educators, and the Academy

of Nutrition and Dietetics. Clin Diabetes. 2016 Apr; 34(2): 70–80.

Annesi, J. J., & Gorjala, S. 2010. Relations of self-regulation and selfefficacy for

exercise and eating and BMI change: A field investigation. BioPsychoSocial

Medicine.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta:Balitbang RI

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018.

Jakarta:Balitbang RI.

Banna, Triani. 2017. Self-efficacy dalam pelaksanaan manajemen diri (self

management) pada pasien diabetes melitus. Volume VII, Nomor 2, Mei 2017.

Baptista DR, Astrid W, Roberto P, Larra L, Walleri CTR, Cassiano JC. 2016. The

chronic care model for type 2 diabetes a systematic review. Article of Diabetology

of Metabolic Syndrome.

Berkowitz BA, Meigs JB, DeWalt D, Seligman HK, Barnard LS, Bright OJ, et al.

2015. Material need insecurities, control of diabetes mellitus, and use of health

care resources: results of the measuring economic insecurities in Diabetes Study.

JAMA Intern Med. 175: 257-265.

BPJS. 2014. Program pengelolaan penyakit kronis.

Brunisholz KD, Briot P, Hamilton S, Joy EA, Lomax M, Barton N, et al. 2014.

Diabetes self-management education improves quality of care and clinical

Page 66: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

71

outcomes determined by a diabetes bundle measures. J Multidiscip Health. 7: 533-

542

Chin, Y.F., Huang, T.T., & Hsu, B. R.S.2013. Impact of action cues, selfefficacy

and perceived barriers on daily foot exam practice in type 2 diabetes mellitus

patients with peripheral neuropathy. Journal of Clinical Nursing, 22(1-2), 61–8.

Dahlan SM. 2013. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian

kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Dhamayanti, FA. 2018. Hubungan manajemen diri diabetes dengan kontrol gula

darah pasien diabetes melitus tipe II pada peserta prolanis di Bandar Lampung

[Skripsi]. Bandar Lampung: UNILA.

Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. 2015. Instrumen akreditasi puskesmas.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Emaliyawati, Nursiswati, Junianty. 2011. Hubungan Self care Dengan Kejadian

Komplikasi Pada DM Tipe 2 Di Ruang Rawat Inap RSUD [tesis]. Fakultas Ilmu

Keperawatan Universiras Padjajaran, Bandung: Jawa Barat.

Fahra RU, Nur W, Jon HS. 2017. Hubungan peran perawat sebagai edukator

dengan perawatan diri pasien diabetes melitus tipe 2 di poli penyakit dalam

Rumah Sakit Bina Sehat Jember. NurseLine Journal. 2 (1): 61-72

Fisher L, Hessler D, Glasgow RE, Arean PA, Masharani U, Naranjo D, et al.

2013. REDEEM: a pragmatic trial to reduce diabetes distress. Diabetes Care: 36:

2551-2558

Fitriyani, II. 2016. Hubungan kesiapan dalam interprofessional education (IPE)

dengan kemampuan shared-decision making (SDM) pada mahasiswa profesi

FKIK UMY [skripsi]. Yogyakarta: UMY.

Gautam, Sharma, Agarwal, Bhatnagar, Trehan. 2009. A Cross Sectional Study of

QOL of diabetic patient at tertiary care hospital in Delhi. IndianJournal of

Community Medicine. 34 (4):1-10.

Green BN and Johnson CD. 2015. Interprofessional collaboration in research,

education, and clinical practice: working together for a better future. Journal of

Chiropractic Education.

Guyton AC. 2014. Fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta: Saunders Elsevier.

Handayani DS, Yudianto K, Kurniawan T. 2013. Perilaku self-management

pasien diabetes melitus (DM). Jurnal Keperawatan Padjadjaran.

Hidayah. 2019. Hubungan Perilaku Self-Management Dengan Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu,

Surabaya. Amerta Nutrition. 1(2):176-182.

Page 67: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

72

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Kenali kebiasaan penyebab diabetes.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 46

Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71

Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Jakarta.

Keban SA, Ramdhani UA. 2016. Hubungan Rasionalitas Pengobatan dan Selfcare

dengan Pengendalian Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit

Bina Husada Cibinong. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 14(1):66-72

Kumalasari. 2017. Hubungan Tingkat Self Care Dan Kepatuhan Terhadap

Outcome Terapi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta Februari-Maret 2017. Solo: Universitas Sebelas Maret.

Kurniawan, I., 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Majalah

Kedokteran Indonesia, Volum: 60, Nomor: 12, Bangka Belitung

Kusniawati. 2011. Self care diabetes pada klien diabetes melitus tipe 2 di rumah

sakit umum Tangerang [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Lin CC, Robert MA, Chao-Sung C, Bonnie MH, Carol JLC. 2008. Development

and testing of the diabetes self-management instrument: a confirmatory anlysis.

Research in Nursing & Health. 31 : 370-380.

Ndraha S. 2014. Diabetes melitus tipe 2 dan tatalaksana terkini. Medicinus.

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nunung. 2016. Hubungan Self Management Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Dengan Kadar Gula Darah Di Rumah Sakit Kota Banda Aceh. Politek. Kesehat.

Kementeri. Kesehat. Aceh. 3(1):56– 63.

Perkumpulan Endrokinologi Indonesia. 2015. Konsensus pengelolaan dan

pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2015.

Poerwani, SK dan Evie Sopacua. 2006. Akreditasi Sebagai Upaya Peningkatan

Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 9 No. 3.

hlm: 125-133

Pohan, I. 2012. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit EGC.

Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit.

Edisi 6. Jakarta: EGC.

Page 68: PERBANDINGAN SKOR SELF-MANAGEMENT PASIEN DIABETES …digilib.unila.ac.id/60616/3/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf · Puskesmas Akreditasi Utama dan Puskesmas Akreditasi Madya.....54 8

73

Ramadhani, Firdiawan, Andayani, Endarti. 2019. Pengaruh Self-care Terhadap

Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus Tipe-2. JMPF. 9(2): 118-

125.

Rantung J, Krisna Y, Tuti H. 2015. Hubungan self-care dengan kualitas hidup

pasien diabetes melitus (DM) di Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Cabang

Cimahi. Jurnal Skolastik Keperawatan 1(1):38-51

Sari, Yamin, Santoso. 2018. Hubungan Self-Management dan Self-Efficacy Pada

Pasien Diabetes Melitus di Kota Bandung. Jurnal Keperawatan BSI. 6(1):1-10.

Schmitt A, Reimer A, Kulzer B, Haak T, Gahr A, Hermanns N. 2014.

Assessmentof diabetes acceptance can help identify patients with ineffective

diabetes self care and poor diabetes control. Diabetes Medicine. 31(11):1446-51.

Stuckey H L, Adelman A N, Gabbay R A, 2011. Improving care by delivering the

chronic care model for diabetes. Diabetes Manage. (2011) 1(1), 37–52

Sri Mulyani, N. 2016. Hubungan Self-Management pasien Diabetes Mellitus tipe

II dengan kadar gula darah di Rumah Sakit Kota Banda Aceh. SEL Vol. 3. No. 2

November 2016: 56-63.

Sugiyono. 2017. Metode penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sulistria, YM. 2013. Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe

II di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Vol.2, No. 2, Tahun 2013.

The Royal Australian College of General Practitioners and Diabetes Australia.

2014. Guideline of Diabetes Mellitus. Australian: RACGP.

Toobert DJ, Hampson SE, and Glasgow RE. 2000. The summary of diabetes

selfcare. Diabetes Care Journal.

Toll, Baghbanian, Rahimi, Shojaeizadeh, Mohebbi, Majlessi. 2013. The

Relationship between perceived social support from family and diabetes control

among patients with diabetes type 1 and type 2. Journal of Diabetes and Metabolic

Disorders. 10(1):1-8.

Werdhani RA. 2017. Leadership in doctor-patient relationship: implementation on

patient’s case management in primary care. Med J Indones. 26(2):158–166.

Werdhani RA. 2018. Correlation of leadership and care coordinator performance

among primary care physicians. Journal of Multidisciplinary Healthcare. 11

(1):691–698.

WHO. 2016. Global report on diabetes. World health organization.