perbandingan obat
DESCRIPTION
perbandingaaaaaaaaaaanTRANSCRIPT
Perbandingan obat-obat antimikroba pada pengobatan demam tifoid:
1. Efikasi
Drugs (AM) Raw Score Score
1. Ampicilin 3 90
2. Ceftriaxon 1 30
3. Ciprofloxacin 4 120
4. Cotrimoxazole 2 60
5. chlorampenicol 5 150
2. Keamanan
Drugs (AM) Raw Score Score
1. Ampicilin 5 150
2. Ceftriaxon 4 120
3. Ciprofloxacin 2 60
4. Cotrimoxazole 3 90
5. chlorampenicol 1 30
3. Kecocokan
Drugs (AM) Raw Score Score
1. Ampicilin 5 150
2. Ceftriaxon 4 120
3. Ciprofloxacin 1 30
4. Cotrimoxazole 3 90
5. chlorampenicol 2 60
4. Harga
Drugs (AM) Raw Score Score
1. Ampicilin 5 50
2. Ceftriaxon 1 10
3. Ciprofloxacin 2 20
4. Cotrimoxazole 4 40
5. chlorampenicol 3 30
5. Skor total
Drugs (AM) Raw Score Score
1. Ampicilin 18 440
2. Ceftriaxon 10 280
3. Ciprofloxacin 9 230
4. Cotrimoxazole 13 280
5. chlorampenicol 11 270
PEMBAHASAN
Efikasi
Pada bagian efikasi obat, kelompok 10 memilih kloramfenikol sebagai lini pertama pengobatan
demam tifoid, selanjutnya diikuti dengan ciprofloxacin, ampicilin, cotrimoxazol, dan yang
terakhir adalah ceftriaxone.
Kloramfenikol memiliki kerja menghambat dinding sintesis protein bakteri dan bersifat
bakteriostatik, sehingga obat ini tidak akan mematikan flora normal di usus manusia.
Keampuhan kloramfenikol pada pengobatan demam tifoid telah diakui berdasarkan
efektifitasnya terhadap Salmonella typhii. Obat selanjutnya adalah ciprofloxacin yang merupakan
salah satu jenis dari fluorokuinolon. Semua fluorokuinolon bersifat bakterisidal. Secara umum,
efektif terhadap organism-organisme gram negatif seperti enterobacteriaceae, pseudomonas, dll.
Ciprofloxacin adalah obat fluorokuinolon yang paling poten. Ciprofloxacin sangat poten
mengobati infeksi pathogen enteric seperti Salmonella.
Obat selanjutnya adalah ampisilin. Ampisilin memiliki spectrum antibakteri yang luas (kokus
gram postif dan negatif, basil gram positif dan negatif, dan spirokaeta), tetapi obat ini lebih
efektif terhadap bakteri basil gram negatif. Ampisilin menurunkan demam sedikit lebih lama bila
dibandingkan dengan penggunaan kloramfenikol.
Lalu obat yang keempat adalah cotrimoxazol. Obat ini merupakan kombinasi dari
sulfamektosazol dan trimetoprim. Cotrimoxazol memiliki kerja terhadap infeksi gastrointestinal
yaitu berguna pada pengobatan salmonella non-tifoid dan efektif untuk carrier Salmonella typhi.
Obat terakhir adalah Ceftriaxon. Ceftriaxon merupakan sephalosphorin golongan ke 3. Awalnya
sephalosporin lebih efektif terhadap infeksi bakteri gram positif, Namun, semakin tinggi
golongan sephalosporin, maka kemampuannya dalam melawan bakteri gram negatif, khususnya
dalam bentuk basil pun meningkat.
Keamanan
Kelompok kami memilih ampicilin sebagai obat yang paling aman karena efek samping yang
ditimbulkannya tidak seberat ke empat obat lainnya. Efek samping dari ampicilin adalah
Hipersensitivitas ,diare,nefritis,gangguan fungsi ginjal,pembekuan darah,tosisitas kation. Namun
efek samping yang terakhir sangat jarang terjadi. Ampicilin juga aman diberikan untuk ibu
hamil.
Ciprofloxacin, cotrimoxazol, ceftriaxone memiliki efek samping yang cukup banyak mulai dari
yang ringan berupa mual dan muntah hingga yang berat berupa gangguan ginjal (nefritis) dan
gangguan fungsi hati.
Chlorampenicol memiliki tingkat keamanan yang paling rendah karena efek samping yang
ditimbulkannya sangat besar, yaitu grey baby syndrome (pada bayi), anemia aplastik, hingga
yang terberat adalah depresi sumsum tulang.
Kecocokan terhadap kasus
Kasus: hamil, berumur 29 tahun, dari sosial ekonomi yang rendah, dan tidak dirawat di rumah
sakit.
Obat pilihan kelompok kami yang paling cocok dengan kasus adalah ampicilin. Ampicilin adalah
obat yang dapat dengan aman digunakan oleh ibu hamil ( kategori US FDA : B), harganya
termasuk murah, dan ada sediaan obat peroral.
Obat pilihan kedua adalah ceftriaxon. Obat ini boleh diberikan kepada ibu hamil ( kategori US
FDA : B). Walaupun obat ini bias diberikan kepada ibu hamil, jika mempertimbangkan keadaan
pada kasus obat ini kurang direkomendasikan karena hanya ada sediaan parenteral (pasien
dirawat di rumah, bukan di rumah sakit).
Ciprofloxacin, cotrimoxazol, dan chloramphenicol walaupun memiliki harga yang tidak terlalu
mahal dan ada sediaan peroral , namun tidak dianjurkan untuk diberikan pada ibu hamil
( kategori US FDA: C). chlorampenicol mempunyai efek teratogenik.
Harga
Kelompok kami memilih ampisilin yang memiliki harga pengobatan paling murah.
Ampiciln memiliki harga perbutir kurang lebih Rp. 75, diberikan 4 kali sehari selama 14 hari =
Rp. 4200,-
Kemudian ,cotrimoxazol dengan harga perbutir adalah Rp. 1650, diberikan 2 kali sehari selama
14 hari = Rp. 46.200,-
Chloramphenicol dengan harga perbutir adalah Rp. 1050, diberikan 4 kali sehari, selama 14 hari
= Rp. 58.800,-
Ciprofloxacin dengan harga perbutir adalah Rp. 9.000, diberikan 2 kali sehari, selama 7 hari =
Rp. 126.000,-
Ceftriaxon dengan harga 1 vial adalah Rp. 130.000, diberikan 1 kali sehari, selama 5 hari =
Rp. 650.000,-
KESIMPULAN
Dari praktikum mengenai antimikroba yang tepat untuk pengobatan demam tifoid pada kasus,
kami kelompok sepuluh sepakat memilih Ampicilin sebagai obat yang paling tepat diberikan
kepada Ny. Rina.
Ampicilin merupakan obat broad spectrum, namun efektif untuk basil gram negatif. Menurut
FDA, ampicilin aman diberikan selama kehamilan dan laktasi. Selain itu ampicilin memiliki
sediaan peroral sehingga cocok untuk penderita yang tidak rawat inap. Ampicilin juga
mempunyai harga yang relatif murah sehingga cocok untuk Ny. Rina yang berasal dari kalangan
sosio-ekonomi yang rendah.