perbandingan hasil belajar materi ikatan …repository.unja.ac.id/3576/1/artikel ilmiah -...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATERI IKATAN KIMIA
MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TAI DAN STAD
ARTIKEL ILMIAH
OLEH
NURJANAH
A1C113009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
MARET, 2018
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Artikel ilmiah berjudul: “Perbandingan Hasil Belajar Materi Ikatan Kimia
Menggunakan Media Komik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
dan STAD” yang disusun oleh Nurjanah NIM A1C113009 telah diperiksa dan
disetujui.
Pembimbing I
Jambi, Maret 2018
Dr. Harizon, M.Si
NIP. 19651016 199203 1 010
Pembimbing II
Jambi, Maret 2018
Drs. Affan Malik, M.E
NIP. 19580717 198403 1 003
1
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATERI IKATAN KIMIA
MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TAI DAN STAD
Oleh
Nurjanah1, Harizon2
, Affan Malik2
1Alumni Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi
2Staf Pengajar Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh terbatasnya media ajar yang membantu siswa
dalam proses memahami materi serta rendahnya ketertarikan siswa akan materi kimia
yang diajarkan yang mana hal ini juga berdampak terhadap hasil belajar siswa.
Penggunaan media komik didalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan STAD
dapat menjadi salah satu alternative yang dapat diterapkan untuk menarik minat dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan hasil belajar siswa materi ikatan kimia menggunakan media komik
melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan tipe STAD. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa Post-test Only Control Design. Pengambilan sampel dilakukan
dengan total sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes essay. Data
yang didapat dianalisis menggunakan uji-t. Uji prasyarat menggunakan uji normalias
dan uji homogenitas. Adapun rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa kelas
eksperimen I menggunakan media komik melalui model pembelajaran kooperatif tipe
TAI adalah 77,3, kelas eksperimen II yang menggunakan media komik melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 63,88. Pengujian hipotesis dihitung dengan
menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi = 0,05 didapat thitung > ttabel dimana thitung
= 5,54 dan ttabel = 1,67. Dari hasil analisis ini disimpulkan bahwa hasil belajar materi
ikatan kimia menggunakan media komik melalui model pembelajaran kooperatif tipe
TAI lebih baik dari pada penggunaan media komik melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Kata kunci: Komik Kimia, Team Assisted Individualization (TAI), Student Team
Achievement Division (STAD), Hasil Belajar Siswa
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung
2
jawab (Pasal 3 Undang-undang No. 20
Tahun 2003). Pembaharuan di bidang
pendidikan sekarang didasarkan dan
ditujukan pada perbaikan situasi dan
kondisi belajar, untuk mencapai
perbaikan mutu pendidikan. Kemajuan
ilmu dan teknologi berkaitan dengan
pembaharuan dan keterampilan yang
baik dalam memilih dan menggunakan
media.
Materi Ikatan kimia merupakan
kompetensi wajib bagi siswa kelas X di
SMA. Terdiri dari konsep-konsep dan
contoh soal yang cukup banyak,
membutuhkan daya hafalan dan
pemahaman yang tinggi karena siswa
akan dikenalkan pada jenis-jenis ikatan
dan proses terjadinya ikatan. Tidak
semua siswa dapat dengan mudah
memahami bagaimana proses terjadinya
ikatan dalam suatu senyawa. Oleh
karena itu butuhkan suatu alternatif
yang dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi ini.
Informasi yang diperoleh dari
guru kimia di SMA Negeri 1 Betara
Tanjung Jabung Barat, menyebutkan
bahwa mereka sudah menerapkan
berbagai model pembelajaran dalam
pembelajaran kimia diantaranya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, CTL, Jigsaw, Discovery
learning dan TAI. Banyak siswa yang
hasil pembelajarannya rendah.
Kesulitan yang dialami siswa ialah
materi ikatan kimia yang membutuhkan
tingkat pemahaman yang tinggi.
Kemudian siswa kurang tertarik
mengikuti proses pembelajaran. Guru
terkadang juga menggunakan media
power point dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa yang diperoleh
lumayan baik, walaupun ada sebagian
siswa yang kurang berpartisipasi dalam
proses pembelajaran.
Media adalah alat yang dapat
membantu proses belajar mengajar yang
berfungsi memperjelas makna pesan
yang disampaikan sehingga tujuan
pengajaran dapat tercapai dengan baik
(Daryanto, 1993). Media pembelajaran
yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah media pembelajaran komik
kimia yang telah dikembangkan oleh
peneliti terdahulu, yaitu penelitian oleh
Kurniawan (2016). Hasil dari
pengembangan media pembelajaran
komik kimia dapat mendukung dalam
pembelajaran ikatan kimia.
Menurut Waluyanto (2005) komik
merupakan bentuk media komunikasi
visual yang memiliki kekuatan untuk
menyampaikan informasi secara
popular dan mudah dimengerti, hal ini
karena komik memadukan kekuatan
gambar dan tulisan yang dirangkai
dalam suatu alur cerita yang membuat
informasi menjadi lebih mudah diserap.
Teks dan gambar membuat komik
menjadi lebih mudah dimengerti,
sedangkan alur pembuatannya menjadi
lebih mudah diikuti dan diingat.
Sehingga pesan yang disampaikan
melalui komik tersimpan dalam memori
jangka panjang yang tidak mudah
dilupakan meskipun telah lama dibaca
dan sewaktu-waktu dengan mudah
dapat diceritakan/recall kembali.
Model pembelajaran merupakan
komponen dalam pembelajaran, yang
diyakini efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang
mendorong siswa aktif menemukan
sendiri pengetahuannya melalui
keterampilan proses. Contoh model
pembelajaran kooperatif adalah TAI.
Model pembelajaran ini menerapkan
bimbingan antar teman, siswa
dikelompokkan ke dalam kelompok
kecil yang terdiri 4-5 anak dengan
tingkat kemampuan yang berbeda antara
individu. Model pembelajaran yang
diprakarsai oleh Robert Slavin ini
merupakan model pembelajaran secara
berkelompok dimana terdapat seorang
3
siswa yang lebih mampu berperan
sebagai asisten yang bertugas
membantu secara individual siswa lain
yang kurang mampu dalam suatu
kelompok.
Contoh model pembelajaran
kooperatif lainnya adalah STAD. Slavin
dalam Trianto (2015) menyatakan
bahwa pada STAD siswa ditempatkan
dalam tim belajar beranggotakan 4-5
orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin
dan suku. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis dan
penghargaan kelompok.
Model pembelajaran memerlukan
suatu media untuk membantu
mempercepat tercapainya tujuan
pembelajaran. Menurut Gagne dalam
Octavianti, dkk (2014) media
pembelajaran adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Berdasarkan penelitian Lestari,
dkk (2014) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dan
STAD dapat digunakan dengan mudah
dalam kelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TAI yang
dilengkapi media animasi memberikan
prestasi belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang dilengkapi media animasi terhadap
prestasi belajar aspek kognitif siswa.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dijelaskan diatas, peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian
dengan judul “Perbandingan Hasil
Belajar Materi Ikatan Kimia
Menggunakan Media Komik Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI dan STAD”.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktivitas atau
suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Dalam konteks menjadi tahu atau proses
memperoleh pengetahuan, menurut
pemahaman sains konvensional, kontak
manusia dengan alam disebut dengan
pengalaman (experience). Pengalaman
yang terjadi berulang kali melahirkan
pengetahuan, (knowledge), a body of
knowledge. Definisi ini merupakan
definisi umum dalam pembelajaran
sains secara konvensional, dan
beranggapan bahwa pengetahuan sudah
terserak di alam, tinggal bagaimana
siswa atau pembelajar berekplorasi,
menggali dan menemukan kemudian
memungutnya, untuk memperoleh
pengetahuan (Suyono dan Hariyanto,
2014).
Pembelajaran menurut Dimyati
dan Mudjiono dalam Sagala (2014)
adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif,
yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun
2003 menyatakan pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan
pendidikan dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran yang bernaung
dalam teori konstruktivis adalah
kooperatif. Pembelajaran kooperatif
muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika
mereka saling berdiskusi dengan
temannya. Di dalam kelas kooperatif
siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang siswa yang sederajat tetapi
4
heterogen, kemampuan, jenis kelamin,
suku/ras, dan satu sama lain saling
membantu. Tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah untuk
memberikan kesempatan kepada semua
siswa untuk dapat terlibat secara aktif
dalam proses belajar (Trianto, 2007).
Team Assisted Individualization
atau yang lebih sering disingkat TAI
merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang menarik
karena menerapkan gabungan dari dua
hal, yaitu belajar dengan kemampuan
masing-masing individu dan belajar
kelompok. Model pembelajaran
kooperatif tipe TAI ini dikembangkan
oleh Robert E. Slavin dalam karyanya
Cooperative Learning: Theory,
Research and Practice. Slavin (2016)
memberikan penjelasan bahwa dasar
pemikirannya adalah untuk
mengadaptasi pengajaran terhadap
perbedaan individual berkaitan dengan
kemampuan siswa maupun pencapaian
prestasi siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif
yang menggunakan kelompok kecil
dengan jumlah 4-5 orang siswa secara
heterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis dan penghargaan
kelompok. Slavin dalam Trianto (2015)
menyatakan bahwa pada STAD siswa
ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian
siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim
telah menguasai pelajaran tersebut, pada
saat tes ini mereka tidak dibolehkan
saling membantu.
Media pembelajaran komik Kata media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium. Secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Dengan
demikian, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Pembelajaran adalah
usaha-usaha belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri siswa (Sardiman,
2014).
Menurut Waluyanto (2005) komik
merupakan bentuk media komunikasi
visual yang memiliki kekuatan untuk
menyampaikan informasi secara
popular dan mudah dimengerti, hal ini
karena komik memadukan kekuatan
gambar dan tulisan yang dirangkai
dalam suatu alur cerita yang membuat
informasi menjadi lebih mudah diserap.
Teks dan gambar membuat komik
menjadi lebih mudah dimengerti,
sedangkan alur pembuatannya menjadi
lebih mudah diikuti dan diingat.
Sehingga pesan yang disampaikan
melalui komik tersimpan dalam memori
jangka panjang yang tidak mudah
dilupakan meskipun telah lama dibaca
dan sewaktu-waktu dengan mudah
dapat diceritakan/recall kembali.
Media komik yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini masuk
pada faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu faktor eksternal
instrumental. Sebab media tersebut
merupakan instrumen yang sengaja
peneliti rancang untuk menumbuhkan
faktor internal siswa, sehingga pada
akhirnya siswa menjadi lebih senang
dan mudah dalam mempelajari
pelajaran khususnya pelajaran kimia.
Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang
terjadi antaratom atau antarmolekul,
dengan cara atom yang satu melepaskan
elektron, sedangkan atom yang lain
menerima elektron. Penggunaan
5
H H H H
bersama pasangan elektron yang berasal
dari salah satu atom. Tujuan
pembentukan ikatan kimia adalah agar
terjadi pencapaian kestabilan suatu
unsur. Elektron yang berperan pada
pembentukan ikatan kimia adalah
elektron valensi dari suatu atom/unsur
yang terlibat. Dalam pembentukan
ikatan kimia, atom-atom akan
membentuk konfigurasi elektron seperti
pada unsur gas mulia. Berdasarkan
perubahan konfigurasi elektron yang
terjadi pada pembentukan ikatan, maka
ikatan kimia dibedakan menjadi empat
bagian yaitu: ikatan ion, ikatan kovalen,
ikatan kovalen koordinat, dan ikatan
logam.
Ikatan ion terjadi jika atom unsur
yang memiliki energi ionisasi rendah
melepaskan elektron valensinya
(membentuk kation) dan atom unsur
lain yang mempunyai afinitas elektron
tinggi menangkap/menerima elektron
tersebut (membentuk anion). Kedua ion
tersebut kemudian saling berikatan
dengan gaya elektrostatis.
Contoh:
Ikatan antara Mg12 dan O8
Konfigurasi elektronnya:
28,2,Mg12
62,O8
82282
2eMgMg 2
8O + 2e- →
O2-
(2,6) (2,8)
Terjadi tarik menarik antara 2 elektron
Mg2+
dengan ion O2-
membentuk
gabungan ion MgO.
Ikatan kovalen adalah ikatan yang
terjadi akibat pemakaian pasangan
elektron secara bersama oleh kedua
atom yang berikatan. Berdasarkan
banyaknya pasangan elektron yang
membentuk ikatan, ada tiga jenis ikatan
kovalen, yaitu ikatan kovalen tunggal,
rangkap dua, dan rangkap tiga.
Ikatan kovalen tunggal ialah
ikatan dengan sepasang elektron yang
berikatan.
Contoh:
Ikatan yang terjadi antara atom H
dengan atom H membentuk molekul H2
Konfigurasi elektronnya: 1H = 1
Rumus struktur: H – H
Rumus kimia: H2
Ikatan kovalen rangkap dua ialah ikatan
dengan dua pasang elektron yang
berikatan.
Contoh:
Ikatan yang terjadi antara atom O
dengan atom O membentuk molekul O2
Konfigurasi elektronnya: 8O = 2 6
Rumus struktur: O ═ O
Rumus kimia: O2
Ikatan kovalen rangkap tiga ialah ikatan
dengan tiga pasang elektron yang
berikatan.
Contoh:
Ikatan yang terjadi antara atom N
dengan atom N membentuk molekul N2
Konfigurasi elektronnya: 7N = 2 5
Rumus struktur: N ≡ N
Rumus kimia: N2
Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan
yang terbentuk dengan cara penggunaan
bersama pasangan elektron bebas yang
berasal dari salah satu atom yang
berikatan, sedangkan atom yang lain
hanya menerima pasangan elektron
O
O
O O
N
N
N N
6
yang digunakan bersama. Ikatan logam
adalah ikatan yang terbentuk akibat
adanya gaya tarik-menarik yang terjadi
antara muatan positif dari ion-ion logam
dengan muatan negative dari elektron-
elektron yang bebas bergerak (Akbar,
2009).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen dengan rancangan
penelitian Posttest-Only Control
Design, yang digambarkan sebagai
berikut: Tabel 1. Rancangan penelitian
Kelas Perlakuan Posttest
Eksperimen I Media
Komik (TAI) X T
Eksperimen II Media
Komik (STAD) Y T
Keterangan:
X = Perlakuan menggunakan media
komik melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TAI
Y = Perlakuan menggunakan media
komik melalui model
pembelajaran kooperatif tipe
STAD
T = Hasil posttest yang diberikan pada
kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II.
Berdasarkan rancangan penelitian
yang telah dirancang, maka prosedur
penelitian dilakukan dalam beberapa
tahap dengan urutan sebagai berikut: (1)
Memberikan perlakuan X berupa
penggunaan media komik melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TAI
pada kelas eksperimen I dan perlakuan
Y berupa penggunaan media komik
melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada kelas eksperimen II,
(2) Memberikan posttest pada kedua
kelas untuk mengukur rata-rata
kemampuan kognitif (hasil belajar), (3)
Mengukur rata-rata posttest kognitif
(hasil belajar) pada masing-masing
kelas setelah diberi perlakuan X dan Y,
(4) Menggunakan uji statistik yaitu
dengan uji-t pihak kanan untuk
membuktikan hipotesis, (5) Menarik
kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X SMA Negeri 1
Betara Tanjung Jabung Barat tahun
ajaran 2017/2018. Penentuan sampel
dalam penelitian ini menggunakan
teknik Nonprobability yaitu sampel
jenuh atau sering disebut total sampling
(Sugiyono, 2016). Di SMA Negeri 1
Betara Tanjung Jabung Barat terdapat 2
kelas X IPA, yaitu kelas X IPA I dan
kelas X IPA II. Kedua kelas ini
dijadikan sebagai kelas sampel yaitu
kelas X IPA I sebagai kelas eksperimen
I dengan menggunakan media komik
melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TAI dan kelas X IPA II sebagai
kelas eksperimen II dengan
menggunakan media komik melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Teknik pengambilan data
dilakukan dengan metode tes essay
untuk mengetahui hasil belajar kognitif
siswa. Untuk uji hipotesis digunakan
uji-t pihak kanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa
pada materi ikatan kimia pada aspek
kognitif. Data penelitian mengenai hasil
belajar siswa secara ringkas disajikan
pada Tabel 2.
Table 2. Rata-rata hasil belajar siswa
menggunakan media komik melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
TAI dan STAD
Kelas Jumlah
siswa Rata-rata
Eksperimen I Media
Komik (TAI) 36 77,3
Eksperimen II Media
Komik (STAD) 27 63,88
7
Berdasarkan Tabel 2 terlihat
bahwa rata-rata nilai kognitif pada kelas
eksperimen I (menggunakan media
komik melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TAI) lebih tinggi
dibandingkan kelas eksperimen II
(menggunakan media komik melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD).
Uji normalitas dilakukan dengan
metode Liliefors pada taraf signifikansi
sebesar 95%.
Hasil uji normalitas terangkum
dalam Tabel 3. Sedangkan uji
homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji F. Ringkasan hasil uji
homogenitas terangkum dalam Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 3 dan 4 data hasil
penelitian dinyatakan terbukti normal
dan homogen sebab harga L0 < Ltabel dan
Fhitung < Ftabel, sehingga data tersebut
telah memenuhi syarat untuk uji-t pihak
kanan.
Tabel 3. Uji normalitas hasil belajar siswa menggunakan media komik melalui model pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI dan STAD Kelas L0 Lt Keterangan
Eksperimen I Media Komik (TAI) 0,1344 0,1476 Normal
Eksperimen II Media Komik (STAD) 0,1370 0,1705 Normal
Tabel 4. Uji homogenitas hasil belajar siswa menggunakan media komik melalui model pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI dan STAD
Kelas Varians (S2) Uji Homogenitas Keterangan
Eksperimen I Media Komik (TAI) 70,8 Fhitung < Ftabel
(1,664 < 1,874) Homogen
Eksperimen II Media Komik (STAD) 117,9
Dari hasil perhitungan diperoleh
harga thitung = 5,54, sedangkan dari tabel
distribusi t didapat ttabel = 1,67, dengan
demikian thitung > ttabel, maka H0 ditolak
dan H1 diterima dengan kata lain µ1 >
µ2. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar materi ikatan kimia
menggunakan media komik melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TAI
lebih baik dibandingkan menggunakan
media komik melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini, kedua kelas
eksperimen diberikan waktu
pembelajaran sebanyak 3 jam pelajaran,
dimana diakhir pertemuan penelitian ini
digunakan untuk posttest. Kedua kelas
eksperimen mempunyai jumlah siswa
yang berbeda, yaitu kelas eksperimen I
sebanyak 36 siswa dan kelas
eksperimen II sebanyak 27 siswa.
Untuk setiap kelas dibentuk kelompok
yang dibagi secara heterogen.
Setelah kelompok terbentuk,
untuk kelas eksperimen I menggunakan
media komik melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TAI guru
memperkenalkan konsep-konsep utama
materi ikatan kimia pada siswa dalam
presentasi kelas yang dibantu dengan
penanyangan media komik didepan
kelas, selanjutnya pada tahap Student
Creative sebelum siswa bekerja dalam
kelompoknya terlebih dahulu masing-
masing siswa diminta untuk mencoba
memahami materi ikatan kimia secara
mandiri. Kemudian siswa berdiskusi
dalam kelompok membahas tentang
materi ikatan kimia dan soal-soal yang
diberikan guru. Dalam kelas eksperimen
I yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI
dengan media komik ini terdapat satu
orang asisten dalam kelompok untuk
membantu guru dalam menjelaskan
materi, dimana jika dalam diskusi
kelompok ada anggota kelompok yang
8
kurang paham bisa bertanya kepada
asisten. Jika asisten tidak dapat
membantu anggota kelompoknya,
asisten dapat bertanya kepada guru yang
berperan sebagai fasilitator dalam
menyelesaikan masalah kelompok.
Setelah itu, tahap selanjutnya adalah
diskusi kelas. Dalam diskusi kelas
ketika ada kelompok yang
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, maka tugas kelompok
lain adalah menanggapi jawaban dari
hasil kerja kelompok yang dihasilkan.
Diakhir pembelajaran guru memberikan
penghargaan berupa nilai kepada
kelompok terbaik.
Pada kelas eksperimen II yang
menggunakan media komik melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, setelah kelompok terbentuk,
guru memperkenalkan materi dengan
cara menjelaskan materi ikatan kimia
secara garis besar dalam presentasi
kelas dibantu dengan menayangkan
media komik. Setelah itu, para siswa
belajar dan berdiskusi sesuai kelompok
masing-masing untuk mediskusikan
materi dan mengerjakan soal-soal yang
diberikan guru. Setelah dilakukan
diskusi kelompok disampaikan dalam
diskusi kelas. Kemudian diberikan kuis
untuk dikerjakan secara individu dan
diakhir pembelajaran guru memberikan
penghargaan berupa nilai pada
kelompok berprestasi.
Kedua kelas eksperimen sama-
sama menggunakan media komik dalam
proses pembelajaran. Dalam media
komik terdapat materi yang
disampaikan dalam bentuk gambar dan
tulisan yang dirangkai dalam suatu alur
cerita yang membuat informasi menjadi
mudah diserap. Teks dan gambar
membuat komik menjadi lebih mudah
dimengerti, sedangkan alur
pembuatannya menjadi lebih mudah
diikuti dan diingat. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh Wati, dkk (2014)
bahwa dengan media komik dapat
menjadikan siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran dan penggunaan
media komik dapat menambah daya
ingat dan membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik.
Setelah kedua kelas sampel diberi
perlakuan, diakhir pembelajaran materi
diberikan posttest untuk mengetahui
seberapa besar siswa mampu menguasai
materi ikatan kimia yang telah dipelajari
pada saat pembelajaran. Dari hasil
pengujian hipotesis pada lampiran 23
telah diketahui bahwa pembelajaran
kimia dengan menggunakan media
komik melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TAI memberikan hasil
belajar yang lebih tinggi (lebih baik)
dibandingkan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
Yunindar, dkk (2014) bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TAI
memberikan prestasi belajar kognitif
yang lebih baik dibandingkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Adanya perbedaan nilai rata-rata
hasil belajar diduga karena pada
pembelajaran kooperatif tipe TAI terjadi
diskusi kelompok yang kondusif. Hal
ini karena dalam setiap kelompok
terdapat seorang asisten yang bertugas
sebagai ketua kelompok dan bertugas
membantu teman-temannya untuk
memahami materi. Dalam setiap diskusi
kelompok asisten ikut
bertanggungjawab terhadap anggota
kelompok yang kurang paham dengan
materi. Dalam pembelajaran ini apabila
ada siswa yang kurang paham dapat
bertanya kepada asisten. Asisten juga
bertugas dalam memimpin diskusi
kelompok lebih aktif dan efektif.
Model pembelajaran kooperatif
tipe TAI dan STAD memiliki
karakteristik pembelajaran yang hampir
sama, dalam setiap pembelajaran siswa
belajar dalam kelompok. Dalam kerja
9
kelompok, siswa saling membantu
untuk memahami materi pelajaran,
sehingga anggota kelompok
bersemangat untuk memahami materi
yang belum dipahami. Selain itu, dari
kedua kelas sampel eksperimen sama-
sama menggunakan media komik yang
membuat siswa termotivasi untuk
mengikuti proses pembelajaran. Dengan
bantuan media komik ini, siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajaran karena
media ini menampilkan materi melalui
gambar dan tulisan secara singkat,
sehingga siswa perlu mendiskusikan
materi dengan anggota kelompok yang
lain. Berdasarkan hasil uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media komik melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih
tinggi (lebih baik) dibandingkan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media
komik melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TAI memberikan hasil
belajar yang lebih baik dibandingkan
melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada materi ikatan kimia
siswa kelas X SMA Negeri 1 Betara
Tanjung Jabung Barat. Hal ini
dibuktikan dengan hasil perhitungan
menggunakan uji-t pihak kanan dengan
taraf signifikansi 95% diperoleh thitung =
5,54 > ttabel = 1,67.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, F. R., 2009. Kimia untuk Kelas
X. Depok: Arya Duta.
Anonim, http://www.kemenag.go.id.
Diakses tanggal 10 Juni 2017.
Daryanto, 1993. Media Visual untuk
Pengajaran Teknik. Bandung:
Tarsito.
Kurniawan, E. D. A., 2016.
Pengembangan media
pembelajaran komik kimia
menggunakan 3d pageflip untuk
materi ikatan kimia siswa SMA
Negeri 10 Kota Jambi, Skripsi,
Universitas Jambi, Jambi.
Lestari, N. D., Ariani, S. R. D., dan
Ashadi., 2014. Pengaruh
pembelajaran kimia menggunakan
metode Student Teams
Achievement Divisions (STAD)
dan Team Assisted
Individualization (TAI)
dilengkapi media animasi
terhadap prestasi belajar siswa
pada materi asam basa kelas XI
semester ganjil SMK Sakti
Gemolong tahun pelajaran
2013/2014. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK), 3 (1): 45-46.
Octavianti, S., Ashadi., dan Redjeki, T.,
2014. Studi Komparasi Model
Pembelajaran Kooperatif Metode
STAD (Student Team
Achievement Division)
Berbantuan Macromedia Flash
pada Pembelajaran Materi
Senyawa Hidrokarbon. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK), 3(1): 67.
Sagala, S., 2014. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Sardiman, 2014. Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
10
Slavin, R. E., 2016. Cooperative
Learning: Theory, Research and
Practice. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suyono dan Hariyanto, 2014. Belajar
dan Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Trianto, 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
_______, 2015. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual. Jakarta:
Kencana.
Waluyanto, H. D., 2005. Komik sebagai
media komunikasi visual
pembelajaran. Jurnal Nirmana, 7
(1): 34.