peranan pendidik dalam pengelolaan lingkungan hidup menu

7
169 PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU RUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4/1982 '---_________ Oleh: Soetrisno Hadi __________ _ PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan hidup se - benarnya telah ada dan berkembang semenjak manusia ada di bumi ini. Akan tetapi perhatian terhadap dan kegiatan dalam bidang lingkungan hi- dup ini meningkat pada dasawarsa 1950-an, I 960-an, dan memuncak pa- da dasawarsa 1970-an, ketika Perseri- katan Bangsa-bangsa (PBB) pada tang- galS Juni 1972 di Stockholm menye- lenggarakan konferensi ten tang Ling- kungan Hidup, yang dihadiri oleh ba- nyak utusan dari berbagai negara di dunia termasuk Indonesia_ Studi kepustakaan menunjukkan tercatat sejak enam puluh Juta tahun yang lalu telah terjadi kepunah- an makhluk pemula seperti; Australo- pithecus africanus, Australopithecus ro- bustus di Afrika. Homo Erectus di Afrika, Jawa dan Cina serta manusia Nederthal di Eropa dan Timur Tengah. Kitab su ci agama Islam, Kristen dan Yahudi juga telah mengisyaratkan ada- nya masalah lingkungan yang dihadapi manu sia , seperti air bah yang dialami pada masa Nabi Nuh, kesulitan yang diderita Nabi Musa ketika dalam pe- ngembaraannya dari Mesir ke Kanaan. Dalam perkembangannya pada abad ke-14 di Eropa dilanda oleh wabah 'pes' yang menewaskan beribu-ribu manusia, serta pada abad ke-19 kota- kota industri di sana diselimuti oleh kabut berjelaga (smog) yang menye- . sakkan sebagai akibat dari pembakaran batubara untuk pemanas rumah dan proses industri. Di sam ping itu kepu- nahan yang menimpa makhluk lain seperti hewan, tumbuh -tumbuhan dan lainnyapun dialami sebagai akibat da- ri berbagai peristiwa alam seperti; me- letusnya Gunung Tambora (1815), Gunung Krakatau di Selat Sunda (1883), Gunung Agung di Bali (1962) dan Gunung Galunggung di Jawa Barat (1982) yang baru lalu. Hal yang amat memprihatinkan adalah pencemaran yang diakibatkan oleh lim bah industri, limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, di mana setiap tahl:utnya tercatat lebih dari lima juta orang menderita sakit "muntah berak," karena tercemarnya air dan makanan oleh kotoran manu- . sia . Sementara itu lebih dari lima pu- luh persen penduduk Indonesia men- derita penyakit cacing yang disebab- kan oleh tercemarnya tanah, air dan makanan oleh tinja. 1 ) Terwujudnya suatu lingkungan yang bermutu, merupakan dambaan setiap insan. Karenanya segenap pihak berke- pentingan untuk turut-serta menjadi- kan lingkungannya sehat, baik dan menyebabkan ia "kerasan," merasa betah tinggal di dalamnya. Para pen- . lOtto Soemarwoto , Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Penerbit Jambatan, Cetakan Kesatu, Tahun 1983). hIm. 7. Ap r il 1986

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU

169

PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU RUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4/1982

'---_________ Oleh: Soetrisno Hadi __________ _

PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan hidup se­

benarnya telah ada dan berkembang semenjak manusia ada di bumi ini. Akan tetapi perhatian terhadap dan kegiatan dalam bidang lingkungan hi­dup ini meningkat pada dasawarsa 1950-an, I 960-an, dan memuncak pa­da dasawarsa 1970-an, ketika Perseri­katan Bangsa-bangsa (PBB) pada tang­galS Juni 1972 di Stockholm menye­lenggarakan konferensi ten tang Ling­kungan Hidup, yang dihadiri oleh ba­nyak utusan dari berbagai negara di dunia termasuk Indonesia_

Studi kepustakaan menunjukkan bahw~ tercatat sejak enam puluh Juta tahun yang lalu telah terjadi kepunah­an makhluk pemula seperti; Australo­pithecus africanus , Australopithecus ro­bustus di Afrika. Homo Erectus di Afrika, Jawa dan Cina serta manusia Nederthal di Eropa dan Timur Tengah. Kitab suci agama Islam, Kristen dan Yahudi juga telah mengisyaratkan ada­nya masalah lingkungan yang dihadapi manu sia , seperti air bah yang dialami pada masa Nabi Nuh, kesulitan yang diderita Nabi Musa ketika dalam pe­ngembaraannya dari Mesir ke Kanaan.

Dalam perkembangannya pada abad ke-14 di Eropa dilanda oleh wabah 'pes' yang menewaskan beribu-ribu manusia , serta pada abad ke-19 kota­kota industri di sana diselimuti oleh kabut berjelaga (smog) yang menye-

.

sakkan sebagai akibat dari pembakaran batubara untuk pemanas rumah dan proses industri. Di sam ping itu kepu­nahan yang menimpa makhluk lain seperti hewan, tumbuh-tumbuhan dan lainnyapun dialami sebagai akibat da­ri berbagai peristiwa alam seperti; me­letusnya Gunung Tambora (1815), Gunung Krakatau di Selat Sunda (1883), Gunung Agung di Bali (1962) dan Gunung Galunggung di Jawa Barat (1982) yang baru lalu.

Hal yang amat memprihatinkan adalah pencemaran yang diakibatkan oleh lim bah industri, limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, di mana setiap tahl:utnya tercatat lebih dari lima juta orang menderita sakit "muntah berak," karena tercemarnya air dan makanan oleh kotoran manu-

. sia . Sementara itu lebih dari lima pu­luh persen penduduk Indonesia men­derita penyakit cacing yang disebab­kan oleh tercemarnya tanah , air dan makanan oleh tinja.1)

Terwujudnya suatu lingkungan yang bermutu , merupakan dambaan setiap insan. Karenanya segenap pihak berke­pentingan untuk turut-serta menjadi­kan lingkungannya sehat, baik dan menyebabkan ia "kerasan," merasa betah tinggal di dalamnya . Para pen- .

lOtto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Penerbit Jambatan, Cetakan Kesatu, Tahun 1983). hIm. 7.

April 1986

Page 2: PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU

170

. didik sebagai bagian dari masyarakat­punberkepentingan akan hal itu bah­kan mempunyai peran dan tanggung jawab yang tidak keeil artinya _ Tulisan ini akan mengungkapkan peranan di~ maksud menurut UU No_ 4 Tahun 1982, dengan perluasan arti pendidik tidak sekedar pendidik karena jabatan.

Ruang Lingkup

Kedudukan seseorang dalam masya­rakat amat erat kaitannya dengan pe­ranan yang dapat dimainkannya, seba­gai aspek dinamis dari kedudukannya dalam masyarakat di mana ia berada.

Begitu pula halnya dengan seorang pendidik, di mana sedikitnya ada tiga hal yang akan dieakup melalui status­nya itu, yaitu 2) :

a) Peranan yang meliputi norma-nor­ma yang dihubungkan dengan posisi atau tempatnya dalam masyarakat. Dalam arti peranan merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehi­dup.an kemasyarakatan,

b) Peranan sebagai konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh indivi­du dalam masyarakat sebagai suatu organisasi,

c) Peranan sebagai perikelakuan indivi­du yang penting bagi struktur so sial masyarakat.

Menurut Crijns dan Reksosiswojo ,3) Pendidik adalah mereka yang ber­tanggung jawab atas pertumbuhan se­seorang anak untuk membawanya ke tingkat -dewasa. Kedewasaan yang hen-

2 Soerjono Soekanto . Sosiologi Suatu Pe­ngantar, Edisi Baru, 1982, hIm. 238-239.

3 C" d rl)ns an Reksosiswojo, Pengan tar di dalam Prak tek Pengajaran dttn Pendidikan Jilid IV, Noordhoff-KoIff NV, 1952, Cetak: an Kesatu, hIm. 6 . '

Hukum dan Pembanllunan

dak dieapai dalam suatu pendidikan meneakup kedewasaan jasmani dan rohani , dengan penekanan pada rohani sebagai sa saran utama, yaitu kemam­puan manusia untuk berusaha 'mandi­ri' dalam meneapai tujuan hidup, me­me gang teguh dan bertindak menuruL pendirian-pendirian yang telah ditetap­kan sendiri.

Tugas mendidik tidak hanya ter­tumpu pada mereka yang karena ja­batannya disebut sebagai pendidik, akan tetapi adalah semua orang tua, ibu bapak, anggota masyarakatnya da­lam lingkungan di mana individu itu berada serta lingkungan kemasyarakat­an keagamaan. Peranan orang tua da­lam mendidik terutima dimaksudkan agar sang anak dapat 'hid up' dengan baik , bahkan lebih dari itu agar ia tumbuh dan berkembang ke tingkat "dewasa." Lingkungan masya­rakat kenegaraan berkewajiban untuk memberi ,ertolongan agar anak itu bahkan tiap-tiap individu yang ber­tempat tinggal di dalam lingkungannya menjadi warga negara yang baik. Se· meiltara lingkungan masyarakat keaga· maan berkewajiban memberi perto­longan agar setiap individu pemeluk agama menjadi orang yang taat kepada agamanya.

Konsepsi

Bumi sebagai produk eiptaan Tu­han, ditempati oleh berbagai ragam makhluk ciptaan lainnya, seperti: ma­nusia, flora, fauna, jasad renik. Di sam­

ping makhluk hidup yang menempati ruang yang terdapat di atasnya, ada pula renda-benda tak hidup, seperti: udara, yang terdiri atas bermaeam-ma­cam gas, air dalam bentuk uap eair . dan · padat, tanah dan batu. Ruang yang dipergunakan sebagai temp at

Page 3: PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU

Pendldik Linllkunllan Hidup

makhluk hid up bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya dike­nal sebagai "lingkungan hidup."

Pengertian lingkungan hidup menu · rut perumusan pasal dalam UU No.4 · Tahun 1982, pada Pasal 1 ayat 1 dise· butkan bahwa lingkungan hidup ada lah kesatuan ruang dengan semua ben­da, daya, keadaan, dan makhluk hi· dul', termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kese­jahteraan manusia serta makhluk hi dup lainnya. Membicarakan lingkung­an pada dasarnya membicarakan ten­tang mutu lingkungan tersebut , di ma­na pengelolaan lingkungan dimaksud­kan untuk mendapatkan kondisi opti­mum yang didasarkan pada pertim­bangan untung rugi. Rezeki udara yang sejuk, segar, dan kontak so sial yang baik merupakan kebutuhan ma­nusia hidup . Optimasi kebutuhan hi­dup manusia itu sebagai faktor yang saling berkaitan secara terintegrasi akan menciptakan suatu perasaan 'ke­rasan,' merasa betah dalam lingkungan terse but. Sehingga semakin tinggi derajat mutu hidup dalam suatu lingkungan tertentu makin pula derajat mutu lingkungan terse but dan sebaliknya. Karena mutu hidup tergim­tung dari derajat pemenuhan kebutuh­an dasar , di mana mutu lingkungan da­pat diartikan sebagai derajat pemenuh­an kebutuhan dasar dalam kondisi lingkungan tersebut , maka makin ting­gi derajat pemenuhan kebutuhan dasar itu, makin tinggi pula mutu lingkungan itu dan sebaliknya.

Tujuan

derajat atau optimasi pemenuhan kebutuhan dasar manusia

, merupakan tujuan yang hendak dica-

171

pai dalam pengelolaan lingkungan hi­dup. Pasal 3 UU No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, me­nyebutkan bahwa pengelolaan ling­kungan hidup berasaskan pada peles­tarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manu­~a, h

Pengelolaan lingkungan hidup seba-gai upaya terpadu dalam pemanfaatan penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengem­bangan lingkungan hidup (pasal 1 ayat 2 UU No.4 Tahun 1982), diarahkan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut: a) Tercapainya keselarasan hubungan

antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun

, manusia Indonesia seutuhnya (pasal 4 sub a).

b) Terkendalinya pemanfaatan sum­berdaya secara bijaksana (pasal 4 sub b).

c) Terwujudnya manusia Indonesia se­bagai pembina lingkungan hidup (pasal4 sub c).

d) Terlaksananya pembangunan ber­wawasan lingkungan untuk kepen­tingan generasi sekarang dan men­datang (pasal 4 sub d).

e) Terlindunginya negara terhadap as­pek dampak kegiatan di luar wila­yah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran ling­kungan(pasal4 sub e).

Melihat asas dan tujuan pengelolaan lingkungan hidup menurut UU No. 4 Tahun 1982 di atas, maka setiap orang yang mendiami ruang lingkup, tempat negara Republik Indonesia melaksana­kan kedaulatannya, mempunyai hak dan kewajiban dalam upaya dimaksud.

April 1986

Page 4: PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU

172 •

Demikian pula halnya dengan pendi­dik sebagai bagian dari masyarakat tidak terkecuali mempunyai hak atas lingkungan yang baik dan sehat seka­ligus berkewajiban pula untuk meme­lihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya, sejalan dengan peru­musan Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1982.

Terwujudnya suasana yang baik dan sehat seperti diinginkan dalarn upaya

pengelolaan lingkungan hidup ini men-jadi pula tujuan pembangunan, sebagai upaya pengarnalan Pancasila dan Un­dang-Un dang Dasar 1945, seperti ter­tera dalarn Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/ 1983, tentang Garis-garis Be­sar Haluan Negara (GBHN) Bab II huruf A. Tujuan Pembangunan Nasio­nal yaitu mewujudkan suatu masyara­kat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pan­casila di dalam wadah Negara Kesatu­an Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang arnan, tenteram , tertib dan dinarnis serta dalam lingkungan pergaulatan dunia yang merdeka, ber­sahabat , tertib dan darnai.4 )

Lingkungan Keluarga

Peranan orang tua sebagai pendidik langsung terhadap anak dan keluarga­nya arnat besar , terutarna dalam me­ningkatkan pertumbuhan dan hubung­annya dengan upaya pengelolaan ling­kungan hidup. Jika kita lihat peranan orang tua sebagai pendidik dalam arti yang pertarna menurut pengertian so­siologis, maka setiap orang tua (bapak

4 Ketetapan MPR Rr Tahun 1983. BP7 Pusat. 1983. hIm. 53.

Hukum dan Pembanl1unan

dan ibu), secara yuridispun mempu­nyai kewajiban (pasal 5 UUD No.4 Tahun 1982) untuk memelihara ling­kungan dan mencegah timbulnya keru-

. sakan, berupa pemaharnan secara baik akan nonna-norma yang terkandung dalam masyarakat.

Norma-norma yang tersebar dalarn setiap masyarakat amat beragarn, meli­puti norma adat, kebiasaan, sopan­san tun termasuk di dalamnya ten tang pengelolaan llingkungan dalam arti mikro yaitu mengendalikan dan mene­kan sekecil mungkin darnpak negatif dari limbah domestik yang dihasilkan oleh karen a proses kehidupan mereka dalarn berkeluarga.

Pemahaman orang tua terhadap norma kemasyarakatan yang berkait­an dengan pengelolaan lingkungan hi­dup arnat penting artinya, sehingga melalui interaksi dengan anggota ke­luarganya yang didasarkan pada fak­tor-faktor imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati akan diharapkan terjadi­nya proses sosialisasi, institusionalisasi dan internalisasi norma-norma terse­but. Sebagai contoh dapat dikemuka­kan misalnya pandangan masyarakat Jawa ten tang pemanfaatan sumberda­ya alam (natural resources), yang terkenal sebagai " 5 S" , yaitu sabutuhe , sacukupe , saperlune , samestine, dan .sa­benere.

Air sebagai salah satu sumberdaya alam yang arnat berguna dan menentu­kan bagi kelangsungan hidup manusia, apabila dalarn hal pemanfaatannya memperhatikan prinsip 5S itu, diha­rapkan akan tercipta suatu keseim­bangan dan keserasian dalarn hubung­an timbal-balik antara manusia de­ngan lingkungannnya. Keseimbangan

dan keserasian seperti itulah yang men­jadi tujuan dari pengelolaan lingkung- '

Page 5: PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU

Pendldik Lingkungan Hidup

an hidup. Pernanfaatan surnberdaya aIarn berupa air secara "sa-butuhe", didasarkan pada kebutuhan yang nyata (real), sehingga akan terhindar penggu­naan yang bersifat 'pernborosan dan mubazir'. Dalam pemanfaatan air se­cara "sa-cukupe", menghendaki setiap individu untuk berlaku efektif, berha­sil guna. Pernanfaatan air secara "sa­perlune", rnengajarkan setiap individu untuk berbuat hemat, efisien, tepat guna, tidak berlebihan dan tidak pula kurang. Pemanfaatan air untuk keper­luan hidup pribadi dan berkelompok hendaklah ' pula dilakukan secara "sa­mestine", artinya didasarkan pada nor­ma-norma yang berlaku daIam masya­rakat. Sernentara itu dalarn hal ling­kungan keluarga rnelakukan hubungan sosial antara satu dengan lainnya hendaknya dilakukan dengan "sa-be­nere", artinya dapat digali dan meng­gall kebenaran sekaIigus menyampai: kan kebenaran yang ada.

Keluarga sebagai suatu lembaga daIam masyarakat yang melangsung­kan pemenuhan kebutuhan dasar ma­nusia akan hidup hayati, hidup manu­siawi serta hidup selektif, dalam prak­tek sehari-hari arnat banyak mengha­silk an limbah. Di antara kebutuhan dasar itu, kebutuhan dasar akan hidup hayati rnenduduki posisi dominan. Ka­renanya peranan orang tua dalam memberikan contoh teladan serta bim­bingan daIam pemenuhan kebutuhan dasar, pernanfaatannya serta pem­buangannya berupa limbah kepada anggota keluarganya amatlah dituntut. Keteladanan itu akan membawa suasa­na hidup yang haik dan sehat sehing­ga mernenuhi persyaratan lingkungan.

Lingkungan Masyarakat

Yang dirnaksud dengan lingkungan

173

masyarakat yaitu rnereka yang ber­tanggung jawab terhadap perturnbuhan seseorang sehingga mencapai tingkat "kedewasaan" di luar rumah. Amat banyak orang atau lembaga kernasyara­katan yang dapat dimasukkan ke da­lam kelompok pendidik inL Akan hal­nya daIam tulisan ini, hanya akan diba­tasi pada tiga kelompok yaitu; pendi­dik karena jabatan, lingkungan masya­rakat sekitar rumah dan pemerintah.

Pendidik karena "jabatan" lazim di­kenaI sebagai guru, staf pengajar, do­sen dan teQnasuk guru besar. Mereka yang karen a jabatannya menjaIankan fungsi pendidikan terhadap anggota masyarakat, amat besar peranannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan pada anak didiknya. Melalui pendidik­an sebagai medium dapat dimasukkan unsur-unsur pengetahu an , norma-nor­ma tentang pengelolaan lingkungan hi­dup yang didukung oleh faktor kete­ladanan sebagai motivator bagi anak didiknya.

Lingkungan masyarakat sekitar ru­mah, seperti; dalam lingkungan RI, RW, Desa atauDukuh serta ternan sepergaulan sehari-hari (peer group) ju­ga merupakan pendidik tidak langsung

terhadap seseorang. Karena melaIui kontak-kontak sosial yang mereka la­kukan seringkaIi secara tidak disadari berlangsung proses pemindahan nor­ma-norma tersebut. DaIam hubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup, peranan merekapun dapat diharapkan setelah mereka memahami seca:ra baik pengertian-pengertian ten tang dan se­kitar pengelolaan lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan adanya mobili-

sasi umum terhadap mereka yang da-pat dilakukan oleh mereka sebagai pendidik daIam kategori ketiga yaitu pemerintah.

April 1986

Page 6: PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU

174

Pemerintah sebagai unsur ketiga da· lam suatu negara setelah wilayah dan rakyat, amat banyak menentukan arah dan warn a budaya masyarakat dan rakyatnya. Sehingga karena pemerin­tah pun merupakan unsur pendidik masyarakat yang baik. Melalui kekua­saan yang dimilikinya pemerintah da­pat memanfaatkan ialur-ialur penera­ngan , media massa untuk mempenga-

rum dan mendidik masyarakat dalam mengenal , memahami, dan menghayati pengelolaan lingkungan hidup sebagai bagian dari pembangunan nasional .

Lingkungan Keagamaan ,

Bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara, di mana sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan inti asas yang telah lama dipegang te­guh dan berurat berakar dalam masya­rakat. Dalam sistem ketatanegaraan yang demikian kehidupan beragama warga masyarakatnya amatlah mewar­nai gerak budaya bangsa, di mana pe­ranan masyarakat keagamaan sangatlah besar. Tokoh-tokoh keagamaan seper­ti; Ulama, Muballigh, Pendeta, Pastor, Seminari , Bhiksu dan lain-Iainnya dike­nal dekat dengan anggota jemaahnya, sehingga karenanya peranan mereka dalam membimbing dan mengarahkan gerak kehidupan anggotanya amat pula menentukan.

Melalui media resmi keagamaan yang tersedia, dalam kegiatan ritus mereka sehari-hari, seperti; khutbah­khutb'ah, ceramah-ceramah, bimbing­an-bimbingan rohani dapat dimasuk­kan unsur-unsur pengetahuan dan pe-

Hukum dan Pembangunan

mahaman tentang pengelolaan ling­kungan hidup. Asas dan tujuan penge­lolaan lingkungan hidup seperti tertera dalam Pasal 3 UU No.4 Tahun 1982, berupa pelestarian kemampuan ling­kungan yang serasi dan seimbang un­tuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan dari peningkatan kesejahteraan manusia, merupakan un­sur yang " universal", sehingga dapat diterima oleh semua agama yang ada.

PENUTUP

Terciptanya lingkungan hidup yang baik dan sehat menjadi hak sekaligus kewajiban setiap orang yang men­diami ruang, tempat Negara Republik Indonesia melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat serta yurisdiksinya (pa­sal 2 dan 5 UU No.4 Tahun 1982). Karenanya setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan ser­ta dalam rangka pengelolaan lingkung­an hidup (Pasal 6 UU No . 4 Tahun 1982).

Para pendidik yang melipu ti tiga lapisan masyarakat, yaitu orang tua (lingkungan keluarga), lingkungan ma­syarakat kenegaraan , termasuk peme­rintah dan lingkungan masyarakat ke· agamaan amat besar peranannya dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkung­an yaitu tercapainya keselarasan hu­bungan an tara manusia dengan ling­kungan hidup sebagai tujuan memba­ngun manusia Indonesia seu tuhnya (pasal 3 dan 4 UU No.4 Tahun 1982) .

***

,

Page 7: PERANAN PENDIDIK DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MENU

Pendidik Llngkungan Hldup 175

Oaf tar Pustaka

BP 7 Pusat, Ketetapan Ma/elis Permusyawaratan Rakyat 1985, (Jakarta: BP 7 Pusat, 1983). Crijns dan Reksosiswojo, Pengantar di dalam Praktek Penga/aran dan Pendidikan, Jilid IV,

(Jakarta: Noordhoff Kolff NV, Cetakan Kesatu, 1952). Djohan Effendi, Agama dalam Pembangunan Nasional, Himpunan Sambutan Presiden Soe­

harta, (Jakarta: Pustaka Biru, Cetakan Pertama, 1979). Lembaran Negara Republik Indonesia 1982 Nomor 12, Undang-undang Nomor 4 Tahun

1982 ten tang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, (LN RI Th . 1982 No. 12).

Soemarwoto, Otto. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Penerbit Jam­batan, Cetakan Kesatu, 1983).

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, Edisi Baru, 1982). Wojowasito, Kamus Umum Inggris-Indonesia, (Jakarta: Penerbit Tiara, Cetakan Kedua,

1967). •

* * *

April 1986