peranan pembelajaran aqidah...
TRANSCRIPT
PERANAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA DI MTs’N PARUNG
Disusun Oleh:
ANDRI JAELANI
206011000024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK
Andri Jaelani, “Peranan Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadapa Tingkah
laku Siswa di MTs‟N Parung Bogor”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Berkaitan kepada pendidikan yang menyeluruh dan berlandasan ketuhanan
pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran
Agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk
menjadi muslim yang sejati, wajib di pelajari dan di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki
akhlak yang mulia, salah satunya adalah harus mempelajari aqidah akhlak.
Dengan di pelajarinya aqidah akhlak diharapkan siswa memiliki aqidah yang kuat
dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang baik. Kemudian untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang studi aqidah akhlak dan
keadaan tingkah laku siswanya, maka penulis mengamati proses pembelajaran
yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu atau terus
menerus kepada siswa. Sehingga dapat dipraktekkan dalam lingkungan, sekolah
atau di luar sekolah.
Oleh karena itu penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan
guru dan di tambah siswa mengisi angket sehingga menghasilkan informasi yang
valid, dengan di pelajarinya aqidah akhlak di sekolah diharapkan dapat
bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan yang akan datang.
Penelitian yang penulis lakukan adalah merupakan kombinasi antara
penelitian kepustakaan (Library research),dan penelitian lapangan (field research)
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan yaitu
kepada obyek penelitian, karena dalam penelitian ini memerlukan data-data yang
valid agar dapat dipertangung jawabkan kebenarannya. dengan menggunakan
data-data empiris.
Tujuan dari penulis ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan
pembelajaran aqidah akhlak dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara
pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa.
Setelah melakukan penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran aqidah akhlak berperan dalam rangka memperbaiki tingkah laku
siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dan dengan
mempelajari aqidah akhlak juga diharapkan dapat tercapainya tujuan pendidikan
yaitu menjadikan siswa yang memiliki akhlaqul karimah.
KATA PENGANTAR
Sembah dan sujud kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah
menciptakan bumi beserta isinya, serta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikut yang setia.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang penulis miliki. Namun berkat
dorongan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun
masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati sudah sepantasnya penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesainya skripsi ini. Ucapan terimaksih tersebut penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Zaimuddin. M.Ag, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
5. Seluruh staf pengajar Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama dalam
perkuliahan.
6. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala MTs‟N Parung beserta stafnya, atas kesempatan dan informasi
yang telah dierikan selama penulis melakukan penelitian.
8. Ayahanda H.Acep dan Ibunda Hj. Wiwi yang tercinta, yang telah berjuang
dan berkorban untuk membesarkan, mendidik, dan tidak lupa pula
mendoakan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Islam Negeri Jakarta. Bapak dan Ibu adalah sumber motivasi
bagi penulis, tidak akan mampu penulis membalas jasa-jasa bapak dan ibu.
Jazakumullah khairan katsiron.
9. Teruntuk kakakku tercinta dan keponakanku tersayang Neneng dan Siti
Zaenab dan Siti Kholisoh yang senantiasa memberikan dukungan dan
kasih sayangnya kepada penulis.
10. Teruntuk Maisyaroh atas limpahan kasih sayangnya dan motivasi kepada
penulis.
11. Teruntuk Semi (Wulan) yang banyak membantu dan memberikan
dukungan kepada penulis.
12. Sahabat-sahabatku Bisri, Zamroni, Angga, Dona, Qiwer, Busro, Lupeng,
Didi, Darmawan, Imam, Givar, Shary, dan Hermawan (angkatan 2006)
dan anak-anak kozan Iqbal dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu
dan kawan-kawan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam ekstensi
kelas A dan B angkatan 2006 terimakasih atas doa, bantuan dan
dukungannya.
13. Teruntuk sahabatku yang selalu menemani ngopi Dede (Icham) yang
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis
14. Juga kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi
ini.
Akhirnya hanya kepada Allah swt jualah penulis serahkan, semoga jasa
baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat
balasan dari Allah swt, amien.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah ................... 4
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Aqidah Akhlaq di MTs‟N ................................. 6
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ................................ 6
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ............ 10
3. Pengertian Aqidah Akhlak ................................................ 14
4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah
Akhlak di MTs‟N .............................................................. 17
5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N .............. 19
6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ....................... 19
B. Tingkah Laku .......................................................................... 20
1. Pengertian Tingkah Laku .................................................. 20
2. Macam-Macam Tingkah Laku .......................................... 21
3. Faktor yang Mempengaruhi pembentukan Tingkah Laku 23
4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia .. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian ................................................... 29
B. Latar Penelitian ......................................................................... 29
C. Metode Penelitian ..................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31
E. Fokus Penelitian ....................................................................... 33
F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................... 34
BAB IV PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs’N
PARUNG BOGOR
A. Gambaran Umum MTs‟N Parung Bogor ................................ 35
1. Sejarah Singkat MTs‟N Parung Bogor ............................. 35
2. Visi dan Misi ..................................................................... 36
B. Karekteristik Responden ......................................................... 37
C. Pengajaran Aqidah Akhlak dan Prilaku Siswa di MTs Negri
Parung
..................................................................................................
43
D. Proses Pembelajaran di kelas .................................................. 47
E. Intrepestasi data ....................................................................... 49
F. Faktor penghambat dan faktor pendorong .............................. 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 52
B. Saran ........................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental
dalam kehidupan bermasyarakat. Karena bagaimanapun pandainya seorang anak
didik dan tingginya tingkat intelegensi anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak
yang baik, atau budi pekerti yang luhur maka kelak tidak akan mencerminkan
kepribadian yang baik.
Masalah akhlak adalah masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan
umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang yang
tidak berakhlak akan hilang harga dirinya dihadapan Allah swt dan masyarakat.
Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum betindak, ia harus beradab,
berakhlak terhadap dirinya sendiri karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap
keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masarakat.
Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, serta
berahklak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.1
Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut merupakan penjabaran Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Th 2003 bab II pasal 3 tentang
fungsi pendidikan nasional yaitu:
1 Alisuf Sabri, Ilmu pendidikan, (Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 75
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakqa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
Berkaitan dengan pendidikan yang menyeluruh dan berlandaskan ketuhanan
pendidikan agama islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran agama
Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk menjadi
muslim yang sejati, wajib dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena ajaaran-ajaran Islam tersebut dapat menuntun manusia dalam
kehidupannya, baik mengenai kehidupan manusia dengan Tuhannya, maupun
manusia dengan manusia dan alam sekitarnya.
Aqidah, syaria‟ah dan akhlak merupakan 3 ajaran pokok yang saling
berkaitan atau satu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan
diaplikasikan oleh umat Islam. Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan
dan membenarkan dengan hati bahwa semua yang dibawa Rasulallah adalah benar
dan hak. Pengakuan tersebut diimplementasikan melalui syari‟at yang
mengandung cara/metode peraturan ibadah seperti sholat, puasa, zakat, ibadah
haji dan lainnya, yang dalam istilah lain disebut dengan “Hablum minallah”.
Syariat ini juga mengandung ajaran muamalat seperti perkawinan, hutang,
piutang, jual beli, keadilan social, pendidikan dan lain-lain yang menyangkut
hubungan umat manusia, atau disebut juga “Hablum minannas”.
Sedangkan Akhlak adalah sifat yang meresap dalam jiwa yang
mencerminkan perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat. Jadi, untuk
mendapatkan manfaat selain harus berpegang kepada kedua cabang tersebut
(aqidah dan syari‟ah) juga harus berpegang teguh pada cabang ilmu lainnya atau
akhlak, karena dengan akhlak dapat memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan
kemaslahatan.
2 UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 5
Disinilah peran pembelajaran aqidah akhlak yang bertujuan menanamkan
dasar-dasar akhlak sehingga dapat merubah tingkah laku yang kurang baik
menjadi lebih baik.
Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki
akhlak yang mulia, salah satu caranya adalah harus mempelajari kedua cabang
ilmu tersebut, baik dipondok pesantren maupun di lembaga-lembaga pendidikan
Islam lainnya.
Dengan diberikannya bidang study aqidah akhlak diharapkan agar siswa-
siswinya memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang
baik. Namun selama ini penulis belum mengetahui secara pasti dan akurat tentang
bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang study aqidah akhlak dan
keadaan tingkah laku siswanya. Maka penulis mengamati proses pembelajaran
yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu/terus
menerus kepada siswa. Sehingga dapat di praktekkan dalam lingkungan, baik
lingkungan sekolah atau di luar sekolah.
Selain itu dipilihnya Madrasah Tsanawiyah yang menjadi objek penelitian
karena merupakan lembaga pendidikan yang berciri khas Islam yang berusaha
mengubah sikap, pola pikir dan cara bersikap siswa ke arah yang lebih positif,
sesuai dengan norma-norma Islam.
Dengan melihat pentingnya pembelajaran aqidah akhlak yang diberikan
kepada siswa, maka mendorong penulis tertarik untuk meneliti permasalahan
tersebut yang dituangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul ”Peranan
Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa di MTs’N
Parung Bogor”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis mengidentifikasikan
masalah diatas sebagai berikut:
a. Kurang tertanamnya keimanan (aqidah) siswa dilihat dari sedikitnya jumlah
siswa yang ikut dalam shalat berjama‟ah yang dilaksanakan di sekolah
maupun dalam hal-hal yang bersifat religi (keagamaan)
b. Siswa banyak yang melakukan tindakan amoral/akhlak yang tidak baik.
c. Minimnya kerjasama antara guru dengan siswa dalam menanmkan aqidah
dan akhlak siswa di MTs‟N Parung.
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang
dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan, maka penulis membatasi masalah ini hanya pada:
a. Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MTs‟N Parung.
b. Akhlak siswa yang diteliti di MTs parung mengenai prilaku siswa yang
dipelajari pada materi aqidah akhlak di semester 1 kelas VIII
c. Mengamati prilaku siswa dalam menerapkan ilmu akhlak setelah belajar di
sekolah
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
Bagaimana peran pembelajaran Aqidah Akhlak dalam merubah tingkah
laku siswa?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian:
a. Untuk mengetahui dan mengungkap tentang pelaksanaan pembelajaran
aqidah akhlak di MTs parung.
b. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tingkah laku siswa MTs
tersebut.
c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran aqidah
akhlak dengan tingkah laku siswa di MTs tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Kata “Pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahsa Inggris
instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang sangat luas dari pada
pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang)
formal, pembelajaran atau instruction mencangkup pula kegiatan belajar mengajar
yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang
ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam
diri siswa kita sebut pembelajaran.3
Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah “pengajaran”
meskipun kedua istilah tersebut sering dipergunakan bergantian dengan arti yang
sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman.
Selain itu pengertian pembelajaran dalam definisi psikologi pembelajaran
berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Pembelajaran itu sendiri
merupakan suatu upaya mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar. Di
dalam proses pembelajaran terkandung 2 aktifitas sekaligus, yaitu aktifitas
mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan
proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa.4
3Arif, S Sadiman, et Al, Media pendidikan: pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya, (Jakarta : Rajawali, 1986), cet ke-1, h.7 4Tohirin , psikologi pembelajaran Agama Islam. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2005), cet ke-1, Ed-1, h.7
Pembelajaran adalah kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik atau siswa.
Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berpusat
pada kegiatan siswa.
Oleh karena itu, hakekatnya pembelajaran aqidah akhlak adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan
masalah keimanan dan akhlak sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang
menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.
Pembelajaran merupakan kata lain dari proses belajar mengajar yang
mempunyai pengertian sebagai berikut.
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena
adanya interaksi antara dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Hal
ini berarti bahwa belajar mempunyai tujuan untuk merubah tingkah laku individu
baik aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya.5
Belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Pengertian tingkah laku diperluas tidak saja kasat mata (yang tampak, misalnya
menulis huruf, mengangguk, mengendarai sepeda) tetapi mencangkup juga yang
tidak kasat mata (contohnya, berupa sikap, minat, pikiran, perasaan dan percaya
diri).
Definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru
atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui
usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu
relative konstan.
5M. Uzer Usman, menjadi Guru Profisional, (Bandung : Rosda Karya, 1997), Cet ke VIII,
h. 5
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh W. J. S.
Poerwadarminta disebutkan belajar sebagai usaha memperoleh suatu kepandaian.6
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,
para ahli akan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut:
a) Hilgard dan Bower, mengemukakan belajar adalah berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang.
b) Gagne, menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi.
c) Morgan, mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
d) Witherington, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola dari pada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.7
Dalam buku Psikologi Pendidikan M. Dalyono mendefinisikan belajar
adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam
diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.8
Slameto berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
6W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),
cet. Ke-3, h. 82. 7M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
cet. Ke-23, h. 84. 8M. Dalyono, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1997), cet ke- 1, h. 49.
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.9
Sedangkan pengertian belajar juga didefinisikan oleh Syaiful Bahri yang
mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik.10
Dan definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru
atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui
usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu
relative konstan.
Berdasarkan teori belajar yang telah diuraikan, maka penulis menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan setiap individu yang berusaha
mencapai tujuan dan mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, atau sebuah
hasil yang telah dicapai dari mempelajari pengetahuan yang dapat diamati dengan
perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
b. Pengertian mengajar
Mengajar adalah merupakan perbuatan mengatur dan mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekita siswa sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan belajar.11
Sedangkan menurut M. Basyriruddin dalam bukunya “Metodologi
Pembelajaran Agama Islam menyatakan bahwa mengajar adalah suatu usaha
9Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung, PT.
Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 2. 10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002), cet. 1, h.
12-13. 11
Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar yang Ideal, (Bandung : Rosdakarya,
1997), h.3
bagaimana mengatur lingkungannya dan adanya interaksi subjek didik (anak)
dengan lingkungannya, sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.12
Menurut Suryo Subroto, pembelajaran dapat mengandung dua pengertian
yaitu: pertama, rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan kedua,
rentetan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, kegiatan sampai evaluasi dan tindak
lanjut.13
Jadi dapat disimpulkan pengertian mengajar adalah suatu perbuatan yang
mengatur lingkungan yang ada di sekitar siswa seperti perencanaan, pelaksanaan
belajar, evaluasi dan tindak lanjut (melakukan remedial).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Dibawah ini akan diuaraikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
sebagai berikut:
Syaiful Bahri juga mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar kedalam dua bagian, yaitu:
a. Faktor dari dalam diri pelajar, terdiri dari dua kelompok yaitu:
1) Faktor- faktor alam, seperti keadaan cuaca, suhu, udara, dan lain
sebagainya.
2) Faktor- faktor sosial, seperti suasana ribut yang dapat menggangu
konsentrasi belajar.
b. Faktor-faktor dari luar diri pelajar, terdiri dari dua kelompok, yaitu:
1) Faktor Psikologi, seperti kondisi psikologis dan kondisi panca indra.
2) Faktor Fisiologis, seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan
kemampuan kognitif. 14
12
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajara Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,
2002), cet ke-1,h.21 13
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rinek Cipta, 1997), Cet
ke-1,h.9 14
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002), cet. 1, h.
142-143.
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska dalam buku “Psikologi Pengantar
Memahami Diri dan Lingkungan” beliau merumuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar kedalam dua faktor, yaitu:
1) Internal atau Dalam, yakni:
a. Faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indra.
1. Fisik mempengaruhi prestasi belajar karena jika fisiknya tidak sehat
maka belajarnya pun akan terganggu karena tidak konsentrasi.
2. Panca indra adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing. Jika
panca indranya terdapat kekurangan maka itu akan mempengaruhi
dirinya dalam belajar karena akan mengalami kesulitan.
b. Faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan
kemampuan kognisi.
1. Bakat
Bakat adalah kemampuan yang spesifik yang diberikan pada individu
pada suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,
kecakapan atau keterampilan tertentu melalui suatu latihan.
2. Kecerdasan
Kecerdasan adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berfikir secara rasional, oleh karena itu kecerdasan tidak dapat diamati
secara langsung melainkkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan menifestasi dari proses berpikir rasional.
3. Minat
Minat adalah keinginan atau kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu,
faktor ini muncul biasanya dari sesuatu yang digemari atau disukai.
4. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong prilaku kerah tujuan. Oleh karena itu motivasi mempunyai
tiga aspek yaitu: (1) keadaan terdorong dari diri organisme yaitu
kesipan bergerak karena kebutuhan, (2) prilaku yang timbul dan terarah
karena kedaan, (3) tujun yang dituju oleh prilaku tersebut. 15
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Zikri Neni di atas, Slameto
menambahkan faktor- faktor internal, yaitu:
a. Perhatian
Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu
menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi
atau bakatnya.
b. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkah tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
c. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau beraksi. Kesediaan itu
timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.16
2. Ekternal atau luar, yakni:
a. Lingkungan yang terdiri dari alam dan sosial
1) Lingkungan alam
Maksudnya adalah keadaan cuaca yang mempengaruhi minat belajar
anak misalnya pada musim hujan anak- anak malas untuk pergi ke sekolah
karena jalan menuju sekolah mereka banjir.
2) Lingkungan sosial
Muhibbin Syah merumuskan bahwa yang dimaksud faktor lingkungan
sosial terdiri dari tiga, yaitu: lingkungan sekolah, masyarakat, dan
lingkungan keluarga.
15
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother, 2008), cet ke- 2, h.84- 85.
16 Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung, PT.
Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 56- 59.
Lingkungan masyarakat dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat
tinggal siswa. Syah menjelaskan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan kumuh
yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya akan sangat
mempengaruhi aktifitas belajar siswa karena mereka tidak menemukan teman
belajar atau berdiskusi.
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan
keluarga siswa itu sendiri, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga dan letak demokrasi keluarga (letak rumah) semua akan
memeberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang
dicapai siswa, sedangkan yang terakhir adalah faktor lingkungan sekolah di mana
siswa itu dididik.17
Sedangkan Alisuf Sabri menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:
a. Faktor- Faktor Instrumental
faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta
strategi belajar mengajar.
b. Faktor- Faktor Kondisi Internal Siswa
Faktor kondisi siswa diuraikan atas dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa
dan kondisi psikologis siswa.
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik dan kondisi panca inderanya terutama pengelihatan dan pendengarannya.
Adapun faktor psikologis adalah faktor minat, bakat, intelegensi, motivasi
dan kemampuan- kemampuan kognitif, kemampuan persepsi dan dasar
pengetahuan yang dimiliki siswa. 18
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), cet ke- 7, h. 135.
18
M. Aliusuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 59- 60.
Setelah melihat penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga yaitu faktor internal dan eksternal serta
faktor instrumental yang berupa gedung sekolah, media yang digunakan,
kurikulum serta strategi dalam mengajar.
3. Pengertian Aqidah Akhlak
Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran
yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara
etimologi kata “Akhlak”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda yang
berarti kepercayaan atau keyakinan.19
Dr. Ibrahim Muhammad membagi
pengertian aqidah kepada tiga tahap perkembangan makna, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap pertama, kata aqidah diartikan dengan: tekad yang bulat (al-Azmul
Muakkad), mengumpulkan (al-jam’u), niat (an-Niyah), menguatkan perjanjian
(at-tautsiq lil uqud), dan sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia, baik
itu benar atau batil (ma yadiimu al-insan sawaun kaana haqqan au bathilan).
2) Tahap kedua, perbuatan hati, disinilah aqidah mulai diartikan sebagai
perbuatan hati sang hamba.
3) Tahap ketiga, disini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia telah
terstruktur sebagai displin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan tersendiri.
Inilah tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai “ilmu tentang
hukum-hukum syariat dalam bidang aqidah yang diambil dari dalil-dalil
yaqiniyah (mutlak) dan menolak subhat serta dalil-dalil khilafiyah yang cacat.20
Dalam Islam aqidah adalah pokok kepercayaan yang harus diyakini
kebenarannya oleh semua orang Islam, berdasarkan dalil-dalil aqli dan dalil naqli
serta bersih dari kebimbingan dan keraguan. Pokok-pokok kepercayaan itu
meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir.
19
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Bahasa Arab Indonesia. (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), h. 1024 20
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Study Aqidah Islam, (Jakarta:
Robbani press, 2000), Cet ke II, h.4-5
Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologi, kata akhlak berasal dari
bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari kata “khuluq” khuluq berarti “perangai”.21
Secara terminology, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, menurut
ibn Maskawih “akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.22
الخلق هىحبل الىفس داعيت الى افعبلهب مه غيرفكر وال رويت
Menurut Ahmad Amin “akhlak adalah kehendak yang dibiasakan
maksudnya, jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
disebut akhlak.23
Di dalam buku Ihya Ulumuddin di jelaskan bahwa Al-Khalqu (artinya:
ciptaan, makhluk) dan Al-Khuluqu (artinya: budi pekerti) itu adalah dua
ibarat yang dipergunakan bersama-sama. Diucapkan, fulan itu bagus
ciptaannya dan budi pekertinya. Yang dimaksudkan dengan Al-Khalqu
adalah bentuk lahiriyah dan yang dimaksudkan dengan Al-Khuluqu adalah
bentuk batiniyah. Yang demikian itu karena manusia terdiri dari jasad yang
dapat dilihat oleh mata dan dari ruh dan jiwa yang dapat dilihat dengan
penglihatan hati.24
Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Moh Ardani dalam buku Al-
Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV, akhlak ialah
الخلق عببرةعه هيئت فى الىفس راسخت عىهب تصذراالفعبل بسهىلت ويسرمه غيرحبجت
الى فكرة وال رويت فبن كبوت الهيئت بحيث تصذر عىهب االفعبل الجميلت المحمىدةعقال
كبن الصبدر عىهب االفعبل القبيحت سميت الهيئت وشرعب سميت تلك الهيئت خلقب حسىب وان
التى المصذر خلقب سيئب
21
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia. (Jkarta : Yayaysan Penyelenggaraan
Penerjemah atau Penafsiran Al-Qur‟an, 1998), Cet ke II, h.4-5 22
Abu Ali Ahmad Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terjemah Helmi
Hidayat, (Bandung:Mizan, 1994) H.56 23
Moh. Ardani, AL-qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, (Yogyakarta: indra Bayu
Grafika, 1998) cet ke-2 h, 271 24
Imam Al-Ghazali, ihya ulumuddin, (semarang: CV, Assyifa 1994) cet 1, juz, 5, h, 107-
108
Artinya: khuluq (jama’nya akhlak) ialah ibarat (keterangan) tentang keadaan
dalam jiwa yang menetap didalmnya dari padanya terbit perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada
pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, dimana terbit padanya
perbuatan-perbuatan terpuji menurut akal dan syara’, keadaan itu
dinamai akhlak yang baik. Dan kalau yang terbit itu perbuatan-
perbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkannya dinamakan akhlak
yang buruk.25
Definisi-definisi yang telah di sebut diatas memperlihatkan bahwa akhlak
adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang
melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan
pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami
(thabi‟i) yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau
tidak melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian mata pelajaran aqidah akhlak
adalah sub mata pelajaran pada jenjang Pendidikan Dasar yang membahas ajaran
Agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak.
Mata Pelajara Aqidah Akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran
Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,
menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai teori sebagaimana dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah
materi tentang hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada
sekolah yang berciri khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengetahui dan memahami serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan
menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela serta memahami masalah-masalah
keimanan dan berakhlak terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan merasa
bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
25
Moh. Ardani…..h, 270
4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs
a. Ruang Lingkup
Sasaran perbuatan manusia pada hakekatnya terbagi dua, yaitu: sasaran
Vertical yang bersifat Ilahiyah dan sasaran horizontal yang beraspek sosiologis.
Dari dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan
manusia dengan Tuhan melalui Ibadah, dan hubungan manusia dengan
manusia melalui muamalah, adapun hubungan manusia dengan dirinya sendiri
melalui penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau
mahluk Allah lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran
aqidah akhlak pun tidak terlepas dari sasaran perbuatan tersebut.
Ruang lingklup pendidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah
cakupan pembahasan kurikulumnya dan hasil belajar meliputi:
1. Hubungan Manusia dengan Allah.
Hubungan ini disebut juga dengan hubungan vertical, yaitu hubungan
antara manusia dengan khaliqnya yang mencakup dari segi aqidah, yang
meliputi: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikatNya, Iman
kepada kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, iman kepada hari Akhir,
iman kepada Qadha dan QadarNya.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam beribadah kepada Allah.
Diantaranya dengan tidak menyekutukan-Nya, taqwa kepada,Nya mencintai-
Nya, takwa kepada-Nya, beribadah, meniru sifat-Nya, dan selalu berusaha
mencari keridhaan-Nya.
2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia.
Materi yang dipelajari meliputi akhlaq dalam pergaulan hidup sesama
manusia, kewajiban membiasakan berakhlaq yang baik terhadap diri sendiri
dan orang lain, serta menjauhi akhlaq yang buruk. Anjuran melakukan sifat
terpuji terhadap sesama manusia, antara lain:
1) Berbakti kepada Orang tua, yaitu membantu orang tua merasa senang dan
bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan.
2) Menghormati tetangga dan tamu.
3) Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati Orang lain.
3. Hubungan Manusia dengan alam atau Lingkungannya.
Materi yang dipelajari meliputi akhlaq manusia terhadap akan
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak benyawa.
Berkenaan dengan ini dalam al-Qur‟an surat al-an‟am (6:58) ditegaskan
bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia
juga, sehingga semuanya seperti ditulis al-Qurtubhi dalam tafsirnya “tidak
boleh diperlakukan secara aniaya”.
Untuk dapat melakukan pembelajaran pada mata pelajaran akhlak dapat
dilakukan dengan beberapa pendekatan:
1. Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk menggugah emosi siswa
dalam memahami dan meyakini aqidah Islam serta memberi motivasi agar
ikhlas mengamalkan ajaran Islam khususnya yang berkaitan dengan akhlak
yang baik.
2. Pendekatan secara rasional
Yaitu, usaha memberikan peranan akal dalam memahami dan menerima
ajaran Islam.
3. Pendekatan Fungsional
Pendekatan yang menyajikan ajaran Islam dengan menekankan kepada
anak didik dari segi kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan Keteladanan
Yaitu, menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan cermin dari
manusia yang memilki keyakinan tauhid yang teguh dan berprilaku. Atau
menyuguhkan keteladanan baik yang langsung melalui penciptaan kondisi,
perilaku pendidik dan tetangga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak
terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-
kisah keteladanan.
5. Selain pendekatan-pendekatan di atas, dalam rangka mengupayakan perolehan
(hasil belajar) yang bermakna dan tahan lama jika memungkinkan pendekatan
yang lainnya.
5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs
Tujuan sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata
pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah untuk menanamkan dan
meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan kesadaran untuk berakhlak
mulia. Sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran Aqidah akhlak adalah memberikan pengetahuan kepada siswa akan
hal-hal yang harus diimani, mengamalkan akhlak yang baik, menjauihi akhlak
yang buruk dan memberikan bekal kepada siswa untuk menjalani hidup di
kemudian hari.
6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak
SEMESTER I
1) Iman kepada kitab-kitab Allah swt
a. Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah swt
b. Dalil kebenaran adanya kitab-kitab Allah swt
c. Macam-macam fungsi dan isi kitab-kitab Allah swt
d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada Allah swt
2) Iman kepada Rasul-rasul; Allah swt
a. Pengertian dan pentingnya beriman kepada Allah swt
b. Dalil-dalil kebenaran adanya Rasul-rasul Allah swt
c. Sifat-sifat rasul Allah swt
d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul-rasul Allah swt
3) Mukjizat Allah
a. Menjelaskan pengertian mu‟jizat (karomah, maunah, irhas)
b. Hikmah adanya mu‟jizat (karomah, maunah, irhas)
4) Akhlak terpuji kepada diri sendiri
a. Pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
b. Bentuk dan contoh prilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
c. Contoh-contoh prilaku tawakal, iktiar, sabar, syukur, dan qanaah
B. Tingkah Laku
1. Pengertian Tingkah Laku
Dalam kamus bahasa Indonesia di sebutkan bahwa tingkah laku itu sama
artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian
ini lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang26
.
Menurut caplin, tingkah laku itu merupakan sebarang respon yang mungkin
berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh organism.
Tingkah laku juga bias berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang secara
khusus tingkah laku juga biasa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.
Sementara itu, budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas.
Menurutnya tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan,
yang dimuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini tingkah itu walaupun
harus mengikuti sertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada
diotak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan dan sebagainya.
Tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.27
Adapun perilaku dalam kamus umum bahasa Indonesia dapat dikatakan juga
dengan kata tingkah laku. Secara termilogis perilaku artinya apa yang dilakukan
seseorang. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa “perilaku adalah
setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Prilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar”.28
Sigmund Freud berpendapat bahwa tingkah laku adalah “pergolongan jiwa
seorang tidak hanya melibatkan aktivitas bawah sadar, oleh freud, jiwa manusia
26
Rama Yulis, psikologi Agama, (Jakarta : kalam Mulia, 2002) h,,97 27
Rama Yulis…. h. 97-98 28
Singgih D. Gunarsa, psikologi praktis Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 1999), h, 5
digambarkan seperti gunung es di tengah samudra, dan yang Nampak
dipermukaan laut hanyalah seperpuluhnya saja yaitu alam sadar, Sembilan-
seperpuluhnya berada dalam samudra (bawah sadar).
Tingkah laku menurut Alfred Alder ada dua rasa yang fundamental dalam
diri manusia, yaitu rasa minder buatan seseorang baik benar, maupun tidak benar,
juga ditentukan oleh keharmonisan / kestabilan pribadinya.
Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan
hubungan factor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga
pendorong arah sikap negative atau positif akan terlibat dalam tingkah laku nyata
(overt bebeviour) pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen
afeksi biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan
berperan sebagai pusat sikap (central attitude) yang artinya akan membantu
kecendrungan / predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada
tingkat usia dini.29
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah tingkah
laku, suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang yang nyata dapat dilihat atau
bersifat kongkrit, dan tanpa melalui pembinaan dalam jiwa terlebih dahulu.
2. Macam-macam Tingkah laku
Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku:
1) Tingkah laku intelektualitas atau tinggi, maksudnya adalah sejumlah perbuatan
yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan
intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu.
2) Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang
timbul pada manusia secra mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata sebab
29
Jalaludin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada 2004) cet,
VIII, h, 209
kena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada anak-anak, seperti
menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.30
Adapun melihat dan memperhatikan prilaku seseorang maka akan terlihat
macam-macamnya:
a. Perilaku yang over bisa dibagi lagi dalam:
1. Perilaku yang disadari, dilakukan dengan penuh, tergantung dari aksi dalam
otak besar (voluntary movement) berkaitan dengan otak kecil sebelah
belakang yang menguasai kordinasi otak-otak (cerebrum)
2. Perilaku reflektoris, gerakan reflex yang dalam tahap pertama berkaitan
dengan sumsum tulang belakang belum disadari. Baru kemudian tingkah
laku reflex disadari, bila kesan sudah sampai ke pusat persyaratan.
3. Perilaku diatur pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada
sumsum penyambung (medulla oblongata) atau gerakan otot karena
pendekatan otot.
b. Perilaku yang tidak mudah kelihatan, terselubungi:
1. Kognisi: penyadarn melalui proes penginderaan terhadap rangsangan dan
interprestasinya. Perilaku meliputi segala hal berupa reaksi terhadap
rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apa
yang dipelajari.
2. Emosi: affek, perasaan, suasana di dalam diri yang di munculkan oleh
penyadaran terhadap isi perangsang.
3. Konasi: pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk
perilaku.
4. Pengideraan: melalui penyampaian atau mengantar (rangsangan) sampai ke
susunan syaraf pusat, pusat pengertia.31
30
Hasan Langgulung, Azas-azas pendidikan Islam, (Jakarta : pustaka Al-Husna, 1998) h,
274 31
Singgih D. Gunarsa…. h, 4-5
Dari uraian di atas tentang perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu
adalah perbuatan atau tingkah laku manusia baik secara reflek maupun secara
sadar, baik jasmani atau pun rohani. Contoh, ketika mendapatkan anak yang jatuh
dari pohon maka ia akan segera berperilaku/bertintak dengan menggotong dan
memberitahukan kepada orang tuanya
Jadi perilaku mempunyai sifat kongkrit yang berkaitan dengan raga
seseorang terahdap stimulus-stimulus yang diterimanya. Perilaku ini merupakan
manifestasi dari pada sikap. Seseorang berperilaku dapat secara spontanitas tanpa
melalui pembentukan-pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat
melalui pembentukan atau pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.
Maka oleh karena itu tingkah laku dan sikap semakin erat hubungannya dan tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
3. Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Tingkah laku
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Tingkah laku seseorang
menurut P. sondang Siagian adalah:
1) Faktor genetik
Faktor genetic atau yang disebut juga factor keturunan/unsur bawaan ialah
proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir merupakan warisan dari
orang tuanya, berupa cirri-ciri/sifat secara fisik dan mental psikologik serta
kemampuan berupa bakat, tingkat kecerdasan, social, intelegensi, fantasi dan
pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Semuanya
merupakan potensi dasar atau factor bawaan yang akan mempengaruhi proses
perkembangan anak.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam rumah
dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat
yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini sebagai tempat
bernaung, sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai
tempat untuk menentukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam
bertingkah laku.
4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia
Tiap-tiap perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar disebut sebagai
kelakuan tingkah laku (behavior). Untuk mengetahui tingkah laku seseorang tidak
cukup dengan melihat tingkah laku yang nampak, tetapi harus menganalisis dasar-
dasar yang menjadi lahirnya tingkah laku itu, yaitu jiwanya. Diantara hal-hal yang
mendasari terjadinya tingkah laku adalah sebagai berikut:
1) Instinct
Instinct yang disebut juga dengan istilah naluri. Setiap manusia memiliki
naluri sebagai sifat basyariah, dimana baik disadari maupun tidak, instinc
mendorong lahirnya prilaku tertentu. Secara naluriah manusia akan merasakan
harus jika di dalam tubuhnya kurang cairan, merasa lapar jika kekurangan
makanan, merasa ngantuk jika tubuhnya lelah.
2) Adat kebiasaan
Perbuatan yang diulang-ulang dalam waktu lama oleh perorangan atau
oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah mengerjakannya disebut
adat kebiasaan. Sebenarnya sebagian dasar tingkah laku manusia terbentuk
melalui pembiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan kegembiraan, dan
cara mengungkapkan kemarahan.
Secara psikologis, adat kebiasaan itu pakan penyesuaian otak dengan urat
saraf. Segala hal yang dirasakan dan diperbuat oleh manusia berhubungan erat
dengan dan urat syaraf dan otak. Sifat urat syaraf itu lentur dan menerima
perobahan sepanjang sesuai dengan kodratnya.
Kebiasaan bisa dibentuk tetapi tidak semua perbuatan bisa dijadikan
kebiasaan. Suatu fikiran atau perbuatan dapat dibentuk menjadi adat kebiasaan
apabila memenuhi syarat-syaratnya.:
a. Perbuatan yang diulang-ulang itu menyenangkan.
b. Memberi kemudahan kepada perbuatan yang dibiasakan.
c. Menghemat waktu.
3) Keturunan
Ada teori yang memandang bahwa manusia mewarisi genetika orang
tuanya, oleh karena itu faktor keturunan sangat signifikan dalam
membentuknya menjadi siapa. Di lingkungan ilmu pendidikan, baik faktor
hereditas atau keturunan maupun faktor miliu atau lingkungan, keduanya
diakui mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku manusia.
4) Lingkungan
Dunia pendidikan mengenal tiga lingkaran pendidikan, yaitu rumah
tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi anak yang lingkungan
keluarganya tidak sehat, maka sepenuhnya anak itu akan dibentuk oleh
lingkungan masyarakatnya dibanding oleh sekolahnya.
5) Motivasi
Setiap manusia yang normal, setiap kali mengerjakan suatu perbuatan
pasti dibalik perbuatan itu ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan itu
terkadang hanya bersifat pemuasan kebutuhan biologis, terkadang pemuasan
kebutuhan psikologis, atau bisa juga untuk pencapaian nilai-niali tertentu
sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya.32
Adapun faktor lingkungan di bagi pada tiga bagian:
a. Lingkungan keluarga
Para ahli berpendapat bahwa perilaku seseorang dewasa banyak dipengaruhi
oleh kondisi dalam kehidupan rumah tangga manusia pada waktu kecil. Bahkan
ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika
masih berada dalam kandungan seorang ibu. Arah lebih lanjut pembentukan
kepribadian di tentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan
dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan besifat
baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah,
gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoisyis
dan memiliki rasa simpatik.
32
Achmad Mubarak ,. Psikologi keluarga (Jakarta: Bina Rena Pariwara 2005) cet 1, h,57-
64
Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia,
sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif.
Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah,
memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah
memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati.
Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali di mana orang tua
harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam
suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperhatikan masing-masing
anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan melarang perbutan-
perbuatan yang tidak baik secara terus menerus sehingga akan terwujud keluarga
yang bahagia dan harmonis.
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah juga merupakan pengaruh perkembangan perilaku
anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid
akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral
yang masih mengalami perubahan.
Ajaran agama islam tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna
mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan
seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Sebagaimana telah
diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang
berbunyi:
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalaui pendidikan formal
dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya
dipandang tidak hanya tempat untuk menambah ilmu yang digunakan sebagai
modal hidup dikemdian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap
mental dan tingkah laku social yang baik.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan
perilaku anak. Makin bertambah umur makin memperoleh kesempatan luas untuk
mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain yang sebaya
(bergaul), sekalipun konflk akan terjadi bila norma-norma yang ada di lingkungan
teman-teman.
Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses
perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan
mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab
pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat
negative yaitu pengaruh lingkungan yang tidak baik akan menghambat/merusak
perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau
menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjukan perkembangan
anak.
Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang anak
adalah:
1) Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari
kehidupan yang curiga dan mencurigai.
2) Lingkungan yang rukun di mana sesama warga tidak saling mencampuri
urusan orang lain, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh.
3) Lingkungan yang bersih dalam arti fisik.
4) Tersedia fasilitas bergaul yang memadai seperti untuk berolah raga,
berbincang-bincang dengan rekan-rekan sebaya, maupun lebih tua dan
sebagainya.
Oleh karna itu masyarakat yang dekat merupakan lingkungan pergaulan
yang dihadapi setiap hari, maka jelas pengaruhnya terhadap pembentukan
perilaku. Apabila seseorang hidup di lingkungan yang tentram, damai dan penuh
toleransi maka ia akan memiliki prilaku yang baik. Jadi peran orang tua dan guru
diharapkan dapat mengawasi prilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan
rumah, sehingga dapat terhindar dari perbuatan yang tidak baiik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di MTs‟N Parung
Bogor. Penulis mengadakan penelitian ini dimulai sejak bulan Januari sampai
bulan Maret 2011
B. Latar Penelitian
“Menurut Loflan dan Loflan, latar terbuka terdapat di lapangan umum
seperti tempat berpidato, orang berkumpul di taman, toko, bioskop, ruang tunggu
rumah sakit. Pada latar demikian peneliti barang kali hanya akan mengandalkan
pengamatan dan kurang sekali mengadakan wawancara.”33
Dalam hal ini
hubungan peneliti dengan subyek kurang mesra. Sebaliknya, pada latar tertutup
hubungan peneliti perlu akrab karena latar demikian bercirikan orang –orang
sebagai subyek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara mendalam.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan latar tertutup karena penulis terjun
langsung ke lapangan obyek penelitian, dan melakukan wawancara dengan
orang-orang yang terkait dengan penelitian ini secara mendalam.
33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Remaja Rosda Karya,2006), cet.
XXII …, h 137
C. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif (penelitian alamiah) yang menjawab setiap permasalahan
secara mendalam dan menyeluruh mengenai obyek yang akan diteliti guna
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam konteks waktu dan situasi yang
bersangkutan.
Metode ini memandang kenyataan sebagai suatu dimensi jamak, utuh,
merupakan kesatuan dan berubah open ended. Karena itu tidak mungkin disusun
rancangan penelitian yang rinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian
berkembang selama proses penelitian berlangsung.34
Selain itu, jenis penelitian
yang penulis lakukan merupakan kombinasi antara penelitian kepustakaan
(Library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan
data-data empiris.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif bersumber dari intensitas
pengamatan interview atau wawancara, baca buku (bedah buku). Terhadap suatu
benda atau orang dilakukan pengamatan yang serius dan beberapa kali. Sedangkan
dalam membaca buku dilaksanakan dengan tekun, cermat, kritis dan beberapa kali
dengan menggunakan konsep sudah jenuh.35
Hal tersebut dilakukan agar data atau konsep yang ditemukan tidak ada lagi
data lain yang membatalkanya tentang kebenaran konsep tersebut. Adapun
sumber data yang peneliti maksud adalah data internal seperti memo,
pengumuman, instruksi, aturan suatu masyarakat atau daerah tertentu yang
digunakan dalam kalangan tersendiri (risalah, laporan, rapat, hasil seminar,
keputusan pemimpin dll), catatan pribadi peneliti, ataupun gambar yang peneliti
berhasil rekam.
34
Herry Widyastono, “Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah”, dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 068, Tahun ke-13, September 2007, h. 760 35
Rusmin Tumanggor, “Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam Penelitian,” dalam
Narasi, Vol. V, Desenber 2004, h. 169
Sedangkan sumber data eksternal berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan dari persoalan atau lembaga sosial, buku, majalah, buletin, pernyataan
atau berita dari media massa dan juga data-data dari dunia maya (internet).
D. Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi (Pengamatan)
Karena penelitian ini bersifat kualitatif maka pengumpulan data dengan cara
pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya karena: pertama, tehnik pengamatan
didasarkan atas pengalaman langsung. Kedua, tehnik pengamatan juga
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kejadian-kejadian yang ada pada
saat penelitian, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada
keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun
pengetahuan yang langsung diolah dari data. Keempat, sering terjadi ada
keraguan pada peneliti terhadap data yang diperolehnya. Kelima, Pengamatan
memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Dan yang
keenam, pengamatan menjadi alat komunikasi yang sangat bermanfaat dalam
kasus-kasus tertentu.36
2. Pengumpulan Dokumen
Dalam penelitian ini dokumen yang peneliti kumpulkan adalah data-data
hasil wawancara peneliti dengan informan, baik secara resmi dengan
menggunakan alat pewawancara atau pun dengan hasil dari obrolan santai yang
menyangkut tema yang sedang peneliti teliti. Adapun jenis dokumen yang
penulis akan kumpulkan adalah berupa kata-kata dan tindakan, sumber tertulis
seperti buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi,
catatan kecil peneliti baik itu berasal dari informan ataupun hasil pengamatan
subyek penelitian,dan tidak ketinggalan hasil catatan kecil yang peneliti amati
dari display serta gambar kegiatan keagamaan, data-data siswa dan dokumen-
36
Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosda Karya,2006),
cet. XXII, h. 187
dokumen lain yang berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap
tingkah laku sisiwa.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
mengadakan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, antar
lain mengkonstruksi mengenai orang , kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Dan wawancara tersebut dilakukan sebagai
pendukng observasi dan sebagai dokumen yang akan dipelajari nanti pada saat
penulisan laporan hasil penelitian.
Jenis wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara karena penulis membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan,37
tentang
Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa. Dalam penelitian ini
penulis mewawancarai kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dan guru Aqidah
akhlak dan siswa untuk mencari data-data tentang gambaran umum MTs‟N, dari
segi visi, misi, sejarah, kurikulum, system rekrutmen tenaga edukatif, bentuk
penilaian terhadap tenaga edukatif, mekanisme penerimaan peserta didik, pola
hubungan sekolah dengan orang tua murid. Serta data-data lain yang menunjang.
Dari guru Aqidah Akhlak dan siswa, peneliti mengumpulkan informasi
tentang keseluruhan proses pembelajaran Aqidah Akhlak yang meliputi
karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak, materi kurikulum Aqidah Akhlak,
prilaku siswa dalam kelas, proses belajar mengajar, metode, pendekatan, evaluasi
dan lain sebagainya.
4. Analisis Data
Perspektif yang dikembangkan dalam analisis ini adalah pendidikan
islam/pendidikan akhlak. Pendidikan islam adalah upaya untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agama islam melalui berbagai macam kegiatan, bimbingan, pengajaran dan
37
Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi…, h.187
latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan antar umat beragama.
Pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki tujuan untuk menanamkan dan
meningktakan keimanan siswa, serta meningktakan kesadaran untuk berakhlak
mulia sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt.
Untuk menganalisis data dalam penelitianm ini, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Analisa Domain (katagori simbolis), yaitu memperoleh gambaran umum dan
menyeluruh dari objek penelitian atau situasi social. Melalui pertanyaan umum
dan pertanyaan rinci peneliti menemukan berbagai kategori atau domain
tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya.
2. Analisis Taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi
rinci untuk mengetahui struktur internal. Hal ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan yang lebih berfokus.
3. Analisis Komponen, yaitu mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal
dengan cara mengontranskan antar elemen. Hal ini dilakukan melalui
observasi dan wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang mengontranskan.
E. Fokus Penelitian
Adapun penelitian ini difokuskan pada proses pelaksanaan pembelajaran
Aqidah akhlak yang diimplementasikan dalam pergaulan sehari-hari, yaitu dalam
pergaulan siswa-siswi MTs‟N kelas VIII/1 secara keseluruhan baik itu di dalam
kelas maupun di luar kelas yang diamati secara mendalam oleh peneliti.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar keberadaan peneliti di MTs‟N
tidak mengganggu proses pembelajaran ataupun menimbulkan ketidaknyamanan
terhadap para siswa atau guru.
Selain itu bertujuan untuk memperoleh gambaran yang berbeda dari tiap-
tiap kondisi yang peneliti alami.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data mempunyai validitas, relibilitas, dan objektifitas yang tinggi,
perlu dilakukan triangulasi data. Menurut Bambang (2005) triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data ini
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pebanding terhadap data tersebut.
Adapun Triangulasi di bagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Triangulasi tekhnik pengumpulan data yaitu sudut pandang dari data observasi,
sudut pandang dari data wawancara, dan sudut pandang dari data dokumentasi.
2. Triangulasi sumber data yaitu sudut pandang dari pristiwa, sudut pandang dari
informasi, dan sudut pandang dari dokumen.
Setiap sudut pandang mempunyai kedudukan yang unik dalam kaitannya
dengan akses data mengenai dengan pembelajran Aqidah Akhlak dalam
perubahan tingkah laku siswa.
BAB IV
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs’N PARUNG
BOGOR
A. Gambaran Umum MTs’N Parung Bogor
1. Sejarah Singkat MTs’N Parung Bogor
Parung adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa
Barat. Parung berbatasan dengan Kecamatan Sawangan Depok, Kecamatan
Jampang dan Kecamatan Kemang.
Parung dilalui hanya satu jalur yang memudahkan akses jalan ke lebak
wangi atau ketempat sekolah MTs‟N.
Berdirinya MTs‟N Parung Bogor berawal dari PGAN selama 4 tahun,
dan pada tahun 1982 menjadi MTs Negri Parung yang terletak di kabupaten
Bogor yang beralamat di jalan Raya Parung, lebak wangi.
MTs Negri Parung terletak tidak jauh dari jalan raya sehingga letaknya
sangat strategis, karena di lalui oleh kendaraan umum sehingga mudah di
jangkau oleh masyarakat. Berbagai prestasi diperoleh MTs Negri parung
sangat menggembirakan, baik akademik maupun non akademik. Dan
lulusannya pun banyak yang melanjutkan sekolah pada jenjang berikutnya
baik di MAN, SMA, SMUN bahkan ada yang ke Pesantren dan lain-lain
bahkan sampai perguruan tinggipun sering mendominasi baik di bidang osis
maupun prestasi belajaranya.
2. Visi dan Misi
Visinya yaitu mewujudkan sebuah Madrasah yang menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas di bidang Imtaq dan
Iptek.
Sedangkan Misinya yaitu menyelenggarakan pendidikan yang
berkualitas baik di bidang Imtaq dan Iptek dengan mewujudkan sebagai
berikut:
a. Lingkungan yang kondusif (bersih, asri, nyaman dan agamis)
b. Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dan
efektifitas pembinaan ekstrakurikuler.
c. Menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat.
TABEL I
Keadaan Siswa/I MTs Negri Parung Tahun 2010/2011
KELAS
ROMBEL
SISWA
LK PR JUMLAH
VII 9 157 222 379
VIII 8 180 200 380
IX 9 181 253 434
JUMLAH 26 518 675 1193
F. Karekteristik Responden
Responden pada peneliti ini adalah sebagian siswa kelas VIII/I di
sekolah MTs Negri parung yang berjumlah 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut
terdiri dari 23 jumlah siswa perempuan dan 17 jumlah siswa laki-laki.
Adapun mengenai tingkah laku siswa yang peneliti amati dan
menyebarkan angket kepada siswa sehingga dihasilkan data-data sebagai
berikut:
TABEL II
Data Prilaku Siswa di sekolah
NO Siswa/Responden Skor Keterangan
1 Fitri arya rahayu 26 Baik
2 Fitri arya rahayu 25 Baik
3 Ayu nita 25 Baik
4 Ilham K 26 Baik
5 M. Irfan 20 cukup
6 Giri Yudha 26 Baik
7 Iqbal Ghani. S 20 Cukup
8 Lulu Multifatun n 27 Baik
9 Ade Saputra 26 Baik
10 Sri Defi 19 Cukup
11 Haris S 23 Baik
12 Haminuzar V 24 Baik
13 Susana L 20 Cukup
14 Nur Adjizah 25 Baik
15 Oktavian 18 Cukup
16 Nani A 30 Amat Baik
17 Elisa putri U 28 Baik
18 Eka Wahyu U 26 Baik
19 Novi a 23 Baik
20 Nur M Rizki 20 Cukup
21 Winda P 19 Cukup
22 Tiara febri A 24 Baik
23 M Khadafi 26 Baik
24 Ulfi Tyas R 26 Baik
25 Melati nur fajriani 24 Baik
26 Pedrik 10 kurang
27 Derriyan R.K 25 Baik
28 Ahmad F 20 Cukup
29 Andini maulida R 20 Cukup
30 Safitri R 24 Baik
31 Farihah M 25 Baik
32 Khoirul hakim 27 Baik
33 Anggit prastiwi G 20 Cukup
34 Amel 25 Baik
35 Nanda wigun agustia 10 kurang
36 Burhanudin 18 Cukup
37 Dini Safitri 24 Baik
38 Yusuf noval assidiq 30 Amat Baik
39 Mustaqim al farisi 26 Baik
40 Irma fatmawati 20 Cukup
Keterangan
1. 40-30 : Amat Baik
2. 30-20 : Baik
3. 20-10 : Cukup
4. 10-0 : Kurang
Tabel di atas memberikan informasi bahwa jumlah siswa yang
berprilaku baik mendapat peringkat tertinggi dengan jumlah 24 yaitu 50%
peringkat ke dua yaitu siswa yang berprilaku cukup dengan jumlah 12 siswa
yaitu 30%, dan peringkat ke tiga yaitu siswa yang berprilaku amat baik dan
kurang dengan jumlah masing-masing 2 siswa yaitu 5%.
Gambaran prilaku siswa dapat mengindefikasikan bahwa tujuan
pembelajaran aqidah akhlak sudah tercapai. Hal ini terlihat dari kemauan
yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang
buruk, baik hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
manusia maupun dengan alam lingkungannya.
Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan
murid akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-
nilai moral yang masih mengalami perubahan.
Ajaran agama islam tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna
mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah
memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan.
Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalaui pendidikan
formal dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah
hendaknya dipandang tidak hanya tempat untuk menambah ilmu yang
digunakan sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai
tempat pembinaan sikap mental dan tingkah laku sosial yang baik
Prilaku siswa dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor genetik merupakan bawaan atau turunan dari orang tuanya, kemudian
faktor lingkungan yang merupakan kondisi seseorang di dalam rumah dan
lingkungan terutama lingkungan sekolah dan masyarakat. Jika seseorang
dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku
seseorang akan besifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang
positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama
dengan orang lain, tidak egoistis dan memiliki rasa simpatik.
Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang
positif. Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat
toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan
curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati.
Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali di mana orang
tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa
berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang
diperhatikan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap
hari dan melarang perbutan-perbuatan yang tidak baik secara terus menerus
sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis
Sebagaimana penuturan yang diberikan oleh guru aqidah akhlak pada
sekolah tersebut, hasil wawancara yaitu: waktu siswa lebih banyak
dihabiskan di rumah, disini peran orang tua sangat diperlukan dalam
memperhatikan perkembangan prilaku anak, orang tua juga harus
memberikan contoh tauladan akan prilaku yang baik agar anak dapat meniru
prilaku baik orang tuanya.38
.
Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses
perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan
mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab
pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat
negative yaitu pengaruh lingkungan yang tidak baik akan
menghambat/merusak perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang
tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar
dapat menunjukan perkembangan anak.
Dari analisa di atas dapat disimpulkan bahwa tingkah laku sesorang
yaitu dari factor genetic dan lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat). Kedua factor tersebut saling berkaitan dengan perubahan
tingkah laku seseorang, dari yang tidak baik menjadi baik begitu pun
sebaliknya dari yang baik menjadi tidak baik. Oleh karna itu orang tua
berperan dalam mengawasi tingkah laku anaknya.
38
Wawancara peneliti dengan Ibu muniroh pukul 09-45-10-35 WIB, Parung Senin, 17
januari 2011,Lampiran I
Sedangkan mengenai mata pelajaran Guru sebagai berikut
TABEL III
No DATA GURU JUMLAH
1 Aqidah Akhlak 9
2 B.Inggris 5
3 B.Arab 7
4 B.Indonesia 8
5 IPS 6
6 IPA 5
7 Fiqh 6
8 Matematika 5
9 PPKN 4
10 Seni Budaya 3
11 Qur‟an Hadis 6
- Jumlah 65
Tabel di atas sebagian besar merupakan guru bidang study aqidah akhlak
yang berjumlah 9 guru, guru Bahasa Indonesia berjumlah 8, guru Bahasa Arab
yang berjumlah 7 guru, IPA, Fiqih, Qur‟an Hadist berjumlah masing-masing 6
guru, sedangkan pelajaran Bahasa Inggris, IPA, Matematika masing-masing
berjumlah 5 guru dan lain sebagainya.
Keterangan di atas memberikan indikasi bahwa sebagian besar guru
mengajar study Aqidah Akhlak dan sebagian lainnya mengajar pelajaran umum.
Melihat siswa yang berjumlah 1193 dengan jumlah guru 65 orang, maka
masing-masing-masing guru bisa mangajar 18 orang murid, sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan secara efisien, karena siswa yang di ajar oleh guru
tidak melebihi 20 orang siswa.
Guru di MTs‟N parung sebagian ada yang mengajar 2 mata pelajaran seperti
ibu Yayah yang mengajar seni budaya, tetapi mereka yang mengajar 2 pelajaran
menguasai 2 materi yang di ajarkan meskipun terkadang tidak sesuai dengan
bidang studinya. Seperti penuturan dari guru Aqidah ahlak pada sekolah tersebut,
hasil wawancara yaitu:
“Saya lulusan sarjana Agama (S.Ag) akan tetapi selain mengajar Aqidah
ahlak saya juga mengajar seni budaya karena selain menguasai bidang
Aqidah ahlak kebetulan dulu saya pernah ikut latihan sanggar (seni budaya)
akhirnya saya juga di tunjuk oleh kepala sekolah untuk mengajar materi seni
budaya di sekolah.”39
Oleh karena itu dapat di katakana guru di MTs‟N parung sebagian dapat
menguasai beberapa materi yang ada di sekolah tersebut. Meskipun terkadang
tidak sesuai dengan jurusan yang diambil ketika kuliah, akan tetapi mereka dapat
menguasai materi tersebut dengan baik.
TABEL IV
Data Guru Berdasarkan Jenis Kelamin
No Personal L P Jumlah
1 Guru PNS 18 25 43
2 GTT 14 3 17
3 Kordinator BP - 3 3
4 Bidang Kurikulum 1 - 1
39
Wawancara peneliti dengan Ibu Yayah pukul 09-45-10-30 WIB, Parung Rabu, 19
Januari 2011, Lampiran II..
5 Bidang Kesiswaan 1 - 1
Jumlah 65
Keterangan
1. PNS : Pegawai Negri Sipil
2. GPT : Guru Tidak Tetap
3. BP : Bimbingan Penyuluhan
Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar
Guru PNS rediri dari Perempuan yang berjumlah 25, guru tidak tetap
sebagian besar terdiri dari laki-laki yang berjumlah 14, koordinator BP
terdiri dari 3 orang perempuan sedangkan bidang kurikulum dan
kesiswaan masing-masing terdiri 1 orang guru laki-laki.
G. Pengajaran Aqidah Akhlak dalam Prilaku Siswa di MTs Negri Parung
Pengajaran Aqidah Akhlak dalam prilaku siswa di MTs Negri Parung belum
dapat dikatakan berjalan maksimal. Seperti penurutan dari guru Aqidah Akhlak
pada sekolah tersebut, hasil wawancara yaitu:
“Kondisi latar belakang lingkungan yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi prilaku siswa, pada umumnya tidak semua lingkungan itu
memilki pergaulan yang baik, oleh karna itu siswa harus bisa membawa diri
agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Dengan demikian,
para pendidik utama kurang memberikan arahan dan bimbingan terhadap
pendidikan agama termasuk pendidikan akhlak.”40
40
Wawancara peneliti dengan guru Aqidah Akhlak yaitu bapak Amin Harun S. Ag, pukul
09-45-10-35 WIB, Parung senin, 24 januari 2011, lampiran III
Di sini dibutuhkan bimbingan dari orang tua dan guru dalam membina
akhlak siswa, karena orang tua dan guru merupakan dua faktor yang saling
mendukung pembentukan akhlak siswa yang berbudi pekerti baik. Dan tidak lupa
pula siswa sejak dini harus ditanamkan dasar-dasar Agama.
Untuk membahas pelajaran pendidikan akhlak di sekolah akan di bahas
beberapa ruang lingkup akhlak, di antaranya:
1. Hablu Minallah
Pengajaran Aqidah Akhlak terhadap Allah di sekolah MTs Negri Parung
yaitu berbentuk ketaatan seperti mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya. Salah satu perintah Allah yang ditekankan dalam pendidikan akhlak terhadap
Allah yaitu perintah shalat.
Biasanya siswa itu ketika jam istirahat tidak semua siswa melakukan shalat
sunnah dhuha. Hal ini karena sebagian siswa saja yang memiliki kesadaran untuk
melaksanakan shalat duha dan sebagian siswa yang lain sibuk dengan bermain,
maka dari itu guru sebagai tauladan di harapkan memberikan contoh tauladan
yang baik bagi siswa dengan itu ketika waktu shalat duha tiba hanya sebagian
anak yang mengerjakan shalat duha tersebut. Guru sebagai pendidik diharapkan
dapat mengajak siswa untuk melakukan shalat duha secara individu.
Dan pada waktu-waktu lain anak diingatkan oleh guru untuk shalat lima
waktu juga. Kegiatan shalat ini menurut guru bertujuan untuk menumbuhkan rasa
keimanan pada anak.
Ada siswa setelah pulang sekolah siswa tersebut langsung bekerja dengan
membantu kedua orang tua yaitu dengan berdagang. Siswa tersebut bernama
Khoirul Hakim yang duduk di bangku kelas VIII/II, dalam keadaan yang sangat
lelah tetapi siswa tersebut tidak pernah lupa untuk melakukan shalat 5 waktu,
karena orang tuanya selalu menanamkan pendidikan Agama kepada anak-anaknya
sehingga anak tersebut selalu berusaha menjalankan apa yang telah diajarkan oleh
orang tuanya.41
41
Wawancara peneliti dengan siswa kelas VIII yaitu Khoirul Hakim pukul 09-45-10-15
WIB, Parung selasa, 26 Januari 2011, lampiran IV
Akhlak kepada Allah seperti mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan
siapa pun juga dengan mempergunakan Firman-Nya dalam al-Qur‟an sebagai
pedoman hidup dan kehidupan, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan-Nya,
mensyukuri nikmat dan karunia-Nya, menerima dengan ikhlas semua kada dan
kadar ilahi setelah berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknyaa hingga batas
tinggi), memohon ampun hanya kepada-Nya, bertaubat hanya kepada-Nya
tawakal (berserah diri) kepada-Nya. Rincian Akhlak terhadap Allah swt tersebut
merupakan materi yang harus disampaikan pada orang tua dan guru di sekolah
terhadap anak akan tetapi hanya sedikit materi yang disampaikan sehingga
pendidikan dalam hal ini tidak berjalan dengan baik.
2. Hablu Minannas
Saling tolong menolong, bantu membantu, menjenguk yang sakit dan tidak
saling mengolok merupakan beberapa contoh dalam bersikap dengan orang lain.
Orang lain yang dimaksud termasuk guru, teman sekelas atau teman satu
organisasi. Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak dapat berdiri sendiri tanpa
membutuhkan pertolongan orang lain, apalagi manusia merupakan makhluk yang
dikenal lemah.
Mayoritas guru yang berada di MTs Negri parung memiliki jiwa solidaritas
yang tinggi terhadap orang lain. Jika salah satu diantara mereka yang sedang sakit
maka dengan suka rela mereka menjenguknya. Guru disini baik guru laki-laki
maupun guru perempuan. Selain itu jika ada salah satu guru yang mempunyai
hajat seperti acara khitan, aqiqah atau haul maka para guru yang lain saling
berdatangan untuk membawakan kue atau sejenis makanan lainnya, dan ada juga
yang membantu dengan memberikan tenaga dengan membantu memasak,
menyiapkan ruang acara atau membersihkan tempat yang akan digunakan dan
sebagainya.
Dari contoh yang diberikan para guru tersebut di atas, maka para siswa akan
mencontohnya. Jika terdapat teman di sekolahnya sakit maka siswa/I
mengumpulkan dana untuk membelikan sesuatu yang akan dibawa kerumah
temannya yang sakit.
Sudah kebiasaan bahwa setiap dalam pergaulan terdapat teman yang
menurut salah satu guru yang memang sampai seperti anggota keluarga sendiri,
teman yang seperti ini sering disebut teman akrab atau teman dekat. Hal ini karena
teman akrab merupakan teman yang mau dijadikan tempat untuk mencurahkan
sebuah masalah baik senang maupun susah sampai meminta solusi yang baik
untuk memecahkannya. Sehingga jika terdapat waktu luang mereka meluangkan
waktu untuk berbicara dan bersenda gurau dengan teman dekat mereka. Seperti
penuturan ibu Deswati, hasil wawancara yaitu:
„saya sudah biasa berbincang-bincang dengan mama Difa (panggilan untuk
teman akrabnya) setelah pulang dari sekolah. Hal yang biasa kami bicarakan
masalah anak dan pekerjaan (mengajar). Ketika ada masalah pun kami
selalu saling bebicara, saling membantu dan meminta pendapat satu sama
lain, yah.. kedekatan kami ini sudah seperti keluarga sendiri42
Dan sedikit guru yang tidak memilki jiwa solidaritas yang tinggi. Mungkin
hal ini dikarenakan mereka kurang bersosialisasi dengan baik terhadap guru yang
lain karena kesibukannya. Sikap seperti ini membuat asumsi negatif di kalangan
guru yang lain, guru satu dengan yang lainnya saling mencurigai, karna tidak
pernah ikut gabung dengan guru yang lain. Tentu saja hal seperti ini memuculkan
anggapan bahwa guru yang disebutkan sombong.43
Salah satu kompetensi yang dimiliki seorang guru adalah sosialisasi, yaitu
guru memiliki hubungan yang baik kepada siswa. Orang tua murid dan sesama
guru. Sehingga guru tersebut orang memiliki kepribadian yang baik dan menjadi
tauladan bagi siswa.
Oleh karna itu sebagai seorang manusia kita harus memiliki hubungan yang
baik antara sesama manusia, seperti saling tolong menolong, saling membantu,
42
Wawancara peneliti dengan Ibu Deswati pukul 09-45-10-30 WIB, Parung Kamis, 27
Januari 2011, lampiran V 43
Wawancara peneliti dengan Ibu A.firiawati pukul 09-45-10-25 WIB, Parung Senin, 07
Februari 2011, lampiran VI
menjenguk orang yang sakit dan lain-lain. Sehingga akan membentuk hubungan
yang baik sesama manusia
H. Proses pembelajaran Aqidah akhlak di MTs Negri parung
Proses pembelajaran aqidah akhlak dapat dilihat dari cara guru
menyampaikan materi didalam kelas dan siswa memperhatikan materi yang
diberikan guru.
Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam menyampaikan
materi kepada siswa di dalam kelas. Oleh karna itu, guru harus memiliki
keterampilan dalam mengajar mulai dari pembukaan, isi materi dan penutup di
akhir pelajaran.
Tidak lupa pula seorang guru harus dapat mmemperhatikan suasana kelas
agar tercipta suasana yang efektif dan kondisuf, serta mengkondisikan keadaan
siswa yang tenang dalam kelas, seperti, letak tempat duduk siswa, bagi siswa
yangb berbadan besar di tempatkan di belakang, kemudian siswa yang berbadan
kecil di tempatkan di depan, kemudian bagi siswa yang berkacamata di tempatkan
tidak terlalu jauh dari papan tulis dan sebagainya.
Seorang guru pun di tuntut memiliki kreatifitas mengajar yang tinggi dalm
menggunakan media dan metode mengajar seperti: ketika guru merangkan
pelajaran metode yang di gunakan selain ceramah dapat juga di campur dengan
metode Tanya jawab atau metode dril, kemudian juga dapat menggunakan media
seperti: karton, gambar, gabus, spidol, permainan dan sejenisnya terdapat
membantu siswa memahami materi yang di jelaskan oleh guru di kelas.
Proses pembelajaran aqidah akhlak siswa diharapkan memperhatikan
penjelasan yang guru berikan didalam kelas, karena perhatian siswa didalam kelas
mempengaruhi pemahaman siswa.
Perhatian siswa di dalam kelas tidak hanya tertuju dengan penjelasan dari
guru saja tetapi ada sebagian siswa yang ketika guru menjelaskan siswa tersebut
berbincang (bercanda) dengan teman sebelahnya, sehingga ketika guru
memberikan pertanyaan siswa tersebut tidak dapat menjawab.
Dalam penyampaian materi guru harus bias menyampaikannya secara
menarik agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam memperhatikan materi
yang guru ajarkan seperti penuturan dari siswa kelas VIII:
“Terkadang siswa memperhatikan materi jika guru yang mengajar dapat
memberikan materi kepada siswa dengan baik dan menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Sebaliknya apabila
guru yang mengajar terlalau tegas dan membuat siswa merasa takut sehingga tidak
dapat berkonsentrasi ketika guru menjelaskan materi.”44
Oleh karna itu seorang guru dalam mengajar jangan membuat siswa merasa
tegang dan takut, karena akan mengakibatkan siswa menjadi malas
memperhatikan penjelasan guru. Kemudian ketika keadaan kelas itu ramai maka
siswa yang ingin belajar serius dapat terganggu sehingga akan mengganggu
konsentrasi siswa yang lainnya juga.
Siswa yang ingin di harapkan membantu menjelaskan materi yang di
sampaikan oleh guru kepada temannya yang belum memahami, sehingga semua
siswa dapat mengikuti pelajaran yang di berikan guru dan tidak ada yang
tertinggal dalam materi pelajaran tersebut. Seorang guru juga harus dapat
memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa rajin dan bersemangat
dalam belajar.
Dari pengamatan yang di lakukan, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa; siswa memperhatikan mater ketika guru menerangkan pelajaran dengan
santai dan menyenangkan karena cara penyampaian guru juga dapat
mempengaruhi perhatian siswa. Konsentrasi siswa itu tegantung pada diri siswa
tersebut, seramai apapun kondisi kelas di kelas jika ia berkonsentrasi maka tidak
akan terganggu, sebaliknya setenang apapun kondisi kelas jika tidak
berkonsentrasi maka tidak akan dapat memperhatikan pelajaran.
Seperti ketika guru menggunakan metode diskusi maka konsdisi di dalam
kelas akan ramai akan tetapi siswa lebih aktif dan kompratif terhadap materi yang
di ajarkan. Keadaan yang ramai tersebut menjadikan siswa belajar lebih semangat
44
Wawancara peneliti dengan siswa kelas VIII yaitu Ade Saputra pukul 09-45-10-15 WIB,
Parung, rabu 22 Februari 2011, lampiran XI
dan membantu siswa lebih percaya diri ketika mengeluarkan pendapatnya, dan
sebaliknya, dan sebaliknya ketika guru menggunakan metode ceramah keadaan
kelas tenang tetapi membuat siswa merasa bosan dengan mendengarkan
penjelasan guru. Oleh karena itu guru harus dapat menggunakan metode yang
bervariasi agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh ketika mendengarkan
penjelasan dari guru.
I. Intrepestasi data
Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran
yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara
etimologi kata “Akhlak”.
Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah materi tentang hubungan
antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada sekolah yang berciri
khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami
serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan menjauhkan diri dari sifat-
sifat tercela serta memahami masalah-masalah keimanan dan berakhlak terpuji
terhadap Allah, sesame manusia dan merasa bertanggung jawab terhadap
lingkungan hidup.
Pembelajaran adalah kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik atau siswa.
Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berpusat
pada kegiatan siswa.
Oleh karena itu, hakekatnya pembelajaran aqidah akhlak adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan
masalah keimanan dan akhlak sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang
menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.
Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup
terhadap lingkungannya.45
Dengan pembelajaran Aqidah Akhlak diharapkan dapat merubah prilaku
siswa dari yang tidak baik menjadi lebih baik sehingga dapat tercapainyatujuan
pendidikan yaitu menjadikan siswa yang berakhlakul karimah. Perubahan tingkah
laku siswa tidak hanya di pengaruhi dari pendidikan formal di sekolah, tetapi
peran orang tua sebagai pendidik utama juga berperan sangat penting karena
orang tua memiliki waktu yang lebih lama untuk mengawasi perkembangan
tingkah laku siswa di lingkungan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis terlihat bahwa pembelajaran
aqidah akhlak disekolah dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku
siswa dari yang kurang baik menjadi lebih baik antara guru, orang tua dan siswa.
F. Faktor Penghambat dan Faktor Pendorong
a. Faktor penghambat
Dalam pembelajaran aqidah akhlak yang bertujuan untuk merubah
tingkah laku siswa/siswi, terdapat beberapa factor penghambat diantaranya
adalah:
Pertama, kurangnya kesadaran siswa tersebut, seperti kesadran untuk
berubah baik, kedua, kurangnya perhatian dari orang tua seperti kurangnya
pengawasan orang tua untuk shalat tepat pada waktunya, ketiga, kurangnya
ketauladanan seorang guru seperti ketauladanan untuk berbuat baik dengan
lingkungan dan untuk dating tepat waktu, keempat, pengaruh dalam
lingkungan seperti siswa mengikuti prilaku temannya yang tidak baik ketika
bermain.
Keempat faktor tersebut merupakan factor yang dapat menghambat
tercapainya tujuan pendidikan yaitu menjadikan siswa yang memiliki aklaqul
karimah.
45
Singgih D. Gunarsa, psikologi praktis Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 1999), h, 5
c. Faktor pendukung
Untuk mencapai tujuan dalam mempelajari aqidah akhlak diperlukan
beberapa factor yang mendukung di antaranya adalah:
Pertama, adanya kesadaran siswa untuk berubah seperti memiliki kemauan
atau niat untuk memperbaiki diri, kedua, adanya keinginan siswa untuk merubah
tingkah lakunya menjadi lebih baik, seperti berubah menjadi lebih sopan ketika
berbicara dengan orang yang lebih tua, ketiga, adanya motivasi dari orang tua dan
guru seperti guru dan orang tua selalu mengingatkan dan member dukungan agar
siswa merasa ada yang memperhatikannya, dan yang keempat, adanya
pengawasan ekstra dari orang tua tentang perubahan tingkah laku siswa seperti
ketika siswa mulai malas shalat maka orang tua mengingatkan dan mengawasi
prilakunya ketika dirumah.
Faktor diatas merupakan faktor yang dapat mendukung terwujudnya tujuan
dalam mempelajari aqidah akhlak, sehingga dapat menghasilkan siswa yang
memiliki akhlaqul karimah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah “Bagaimana Pembelajaran Aqidah akhlak
terhadap Tingkah laku siswa” dan hasil penelitian yang di lakukan, maka dapat di
simpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran Aqidah akhlak berperan dalam rangka memperbaiki tingkah laku
siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Dengan mempelajari aqidah akhlak dapat memperbaiki tingkah laku siswa
sehingga siswa memiliki akhlak terpuji kepada guru, teman terutama orang
tua.
2. Pembelajaran aqidah akhlak memberikan kemauan yang kuat untuk dapat
mengubah prilaku siswa kearah yang lebih baik lagi dan dapat mengamalkan
akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang kurang baik.
3. Dengan mempelajari Aqidah akhlak dapat memberikan bekal pada siswa
tentang akhlak yang baik untuk melanjutkan hidup yang akan datang.
4. Dalam pembelajaran aqidah akhlak dapat memberikan pengetahuan dalam
mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Hal ini
sesuai dengan tujuan dari pendidikan yaitu membentuk siswa yang berakhlakul
karimah.
B. Saran
Dari kesimpulan yang di peroleh penulis, saran yang dapat di kemukakan
oleh penulis adalah:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran aqidah akhlak agar dapat memperbaiki
tingkah laku siswa dengan baik, dengan salah satu cara guru memberikan
tauladan tentang akhlak yang baik kepada siswa.Seperti contoh dalam materi
Aqidah akhlak terdapat materi tentang akhlak terpuji kepada diri sendiri. Salah
satunya adalah sabar, dari materi tersebut diharapkan dapat dipahami dan dapat
merubah dan memperbaiki tingkah laku siswa.
2. Guru dalam memberikan pelajaran di harapkan dapat memberikan contoh-
contoh tentang tingkah laku yang baik, sehingga siswa mendapat pengetahuan
yang luas. Dengan guru memberikan contoh di harapkan siswa dapat lebih
mudah memahami apa yang di maksud dengan tingkah laku itu. Seperti materi
tentang iman kepada rasul-rasul Allah, guru diharapkan dapat memberikan
contoh tentang sifat-sifat rasul agar siswa dapat meneladani sifat-sifat terpuji
dari rasul dan dapat meneladani sifat-sifat terpuji dari rasul dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Guru di harapkan dapat menjelaskan pelajaran dengan menyenangkan agar
siswa dapat benar-benar memperhatikan dan memahami akhlak yang baik dan
akhlak yang buruk sehingga tidak terpengaruh terhadap lingkungan yang tidak
baik. Agar gurudapat menyenangkan dalam belajar bisa menggunakan
permainan agar pelajarn tidak membosankan. Sehingga siswa memahami
materi yang diajarkan guru dan dapat mengamalkannya dalam hidup sehari-
hari.
4. Dapat memanfaatkan materi aqidah akhlak dalam kehidupan dan bias berguna
bagi orang lain. Dengan bekal yang dimiliki siswa di harapkan dapat menjaga
diri dari lingkungan yang kurang baik dan orang tua sebagai pendidik utama di
harapkan dapat mengawasi tingkah laku siswa di rumah. Seperti dalam
pergaulan siswa diluar lingkungan sekolah orang tua sebagai pendidik utama
harus dapat mengawasi pergalan anaknya agar siswa tidak terjerumus dalam
pergaulan yang tidak baik (pergaulan bebas).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ibnu Miskawih Abu Ali, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terjemah Helmi
Hidayat, (Bandung:Mizan, 1994).
Al-Ghazali, Imam, ihya ulumuddin, (semarang: CV, Assyifa 1994) cet 1, juz, 5.
Ardani, Moh., AL-qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, (Yogyakarta: indra
Bayu Grafika, 1998) cet ke-2.
Agama RI Departemen. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP),
Madrasah Tsanawiyah, Cet, ke-1 1993.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002),
cet. 1.
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1997), cet ke- 1.
D. Gunarsa, Singgih, psikologi praktis Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 1999).
Iska Zikri, Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (Jakarta:
Kizi Brother, 2008), cet ke- 2.
Jalaludin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada
2004) cet, VIII, h, 209
Langgulung, Hasan, Azas-azas pendidikan Islam, (Jakarta : pustaka Al-Husna,
1998) h, 274
Muhammad bin Abdullah, al-Buraikan Ibrahim, Pengantar Study Aqidah Islam,
(Jakarta: Robbani press, 2000), Cet ke II.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif , (Remaja Rosda Karya,2006),
cet. XXII …, h 137
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), cet. Ke-23.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), cet. Ke-3.
Sabri, M.Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya, 1999).
______,Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1995).
Sadiman, Arif, S, et Al, Media pendidikan: pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya, (Jakarta : Rajawali, 1986), cet ke-1.
Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung,
PT. Rineka Cipta, 2010), cet ke-5.
Sudjana, Nana, Apa dan Bagaimana Mengajar yang Ideal, (Bandung :
Rosdakarya, 1997), h.3
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rinek Cipta,
1997), Cet ke-1.
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002), cet ke- 7.
______, Psikologi Belajar, (Jakrta : Logos, 1999), Cet. 1.
Tumanggor, Rusmin, “Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam Penelitian,”
dalam Narasi, Vol. V, Desenber 2004.
Tohirin , psikologi pembelajaran Agama Islam. (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005), cet ke-1, Ed-1.
UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, M. Uzer, menjadi Guru Profisional, (Bandung : Rosda Karya, 1997), Cet
ke VIII.
Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajara Agama Islam, (Jakarta :
Ciputat Pers, 2002), cet ke-1.
Warson, Munawir Ahmad, Kamus Al-Munawir Bahasa Arab Indonesia.
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997).
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia. (Jkarta : Yayaysan Penyelenggaraan
Penerjemah atau Penafsiran Al-Qur‟an, 1998), Cet ke II.
Yulis Rama, psikologi Agama, (Jakarta : kalam Mulia, 2002).
Widyastono, Herry, “Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah”, dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 068, Tahun ke-13, September 2007.
Catatan Lapangan
10 Januari 2011
Hari senin tanggal 10 Januarri 2011, saya mendatangi tempat penelitian saya yaitu
di MTs‟N parung bogor jalan raya parung bogor, Lebakwangi. Tepatnya pukul
09:00 WIB, pertama saya mengunjungi kepala sekolah untuk menyampaikan
permohonan izin penelitian saya untuk meneliti sekolah MTs‟N parung bogor. Ibu
Hj Eti Munyanti, S.Ag menanyakan pritual kedatangan saya, saya pun langsung
menyampaikan surat permohonan izin penelitian dengan keperluan saya untuk
menjelaskan tugas akhir. Beliau pun menerima dengan baik dan mengizinkan saya
memberikan arahan kepada saya untuk mendatangi bagian Tata usaha (TU) untuk
mendapatkan data tentang geogravi (sejarah, visi, misi ,karakteristik responden
dan kurikulum aqidah akhlak). Mengenai kurikulum secara umum dan Ibu Hj. Eti
Munyanti S.Ag itu pun menjawab serta memberikan data-data tentang kurikulum
yang digunakan di sekolah tersebut. Setelah itu, saya pamit dari sekolah tersebut
pada pukul 10:35 WIB. Setelah itu, saya mengunjungi bagian tata usaha (TU),
merekapun memberikan data-data yang saya perlukan dan siap membantu apabila
ada data yang kurang jelas. Ketika saya ingin menuju ke bagian tata usaha (TU)
saya melewati perpustakaan dan ruang belajar siswa dan mengamati sekilas proses
belajar mengajar.
17 Januari 2011
Hari senin tanggal 17 Januari 2911 saya melanjutkan lagi penelitian saya. Hari ini
Saya memulai mengamati beberapa kelas yang sedang digunakan untuk proses
belajar mengajar yang saya jadikan pengamatan. Hari ini saya mengunjungi satu
kelas, yang pertama, pukul 09:30 WIB saya mengamti kelas VIII/1 letaknya
samping kantor atau ruang guru, pada saat itu sedang menerangkan pelajaran
aqidah akhlak, saya mengamati siswa dalam memperhatikan bagaimana guru
tersebut dalam menerangkan materi dikelas apakah penjelasannya mudah
dipahami siswa dan tidak membuat siswa jenuh dalam mendengarkan materi. “
yang saya amati waktu proses belajar berlangsung siswa ada yang serius
memperhatikannya dan ada juga yang ngobrol atau tidak serius dalam belajarnya”.
Setelah mengamti proses belajar mengajar di kelas kemudian saya mewawancarai
guru aqidah akhlak tersebut tentang pengaruh pembelajaran aqidah akhlak
terhadap perubahan tigkah laku siswa. Ibu Muniroh pun menjawab serta
menjelaskan apa yang saya tanyakan kepadanya, setelah mewawancarai guru
aqidah akhlak saya juga mewawancarai siswa menanyakan bagaimana guru dalam
menerangkan materi apakah membosankan atau tidak. Siswa pun menjawab
pertanyaan yang saya tanyakan. Pengamatan saya hari ini disekolah, saya juga
melihat lingkungan di sekolah seperti kantor tempat guru istirahat dan kantin
siswa ketika jam istirahat, saya mengamati bagaimana tingkah laku guru dan
siswa di luar kelas. Hal ini memberikan indikasi bahwa tingkah laku siswa juga di
pengaruhi oleh lingkungan dimana siswa itu bergaul seperti lingkungan teman
bermain.
19 Januari 2011
Hari Rabu tanggal 19 Januari 2011 saya melanjutkan penelitian saya. Hari ini saya
mengunjungi satu kelas pada pukul 09:45 WIB, saya mengamati guru yang
sedang mengajar seni budaya, padahal guru tersebut merupakan lulusan sarjana
Agama akan tetapi beliau juga mengajar bidang lain. Ketika guru menerangklan
saya melihat beliau mengajar sangat baik dan dapat menguasai materi yang
diajarkan kepada siswa. Setelah mengamati proses belajar mengajar kemudian
saya mewawancarai guru yang mengajar dua mata pelajaran yang berbeda yaitu
ibu yayah tentang pemahaman beliau dalam mengajar materi yang berbeda. Ibu
yayah pun menjawab.“Saya lulusan sarjana Agama (S,Ag) akan tetapi selain
mengajar aqidah akhlak saya juga mengajar seni budaya karena selain menguasai
bidang Aqidah akhlak kebetulan dulu saya pernah ikut latihan sanggar (seni
budaya). Akhirnya saya juga di tunjuk oleh kepala sekolah untuk menagajr materi
seni budaya di sekolah”. Oleh karna itu guru sebagai seorang pendidik harus dapat
menguasai materi yang diajarkan meskipun bukan bidang studi yang di
pelajarinya. Dan saya mengakhirinya pengamatan saya pada pukul 10:36 WIB dan
penelitian saya pun hari ini usai.
24 Januari 2011
Hari senin tanggal 24 Januari 2011, saya melanjutkan penelitian lagi di MTs‟N
parung bogor, saya mendatangi guru Aqidah akhlak yang saya jadikan
pengamatan saya. Guru aqidah akhlak yang bernama bapak amin harun kebetulan
waktu jam istirahat pada pukul 09:55, bapak amin (guru aqidah akhlak) ini
sedang santai sambil minum kopi dan sambil merokok. sayapun disuguhkan
segelas air. saya mulai mewawancarai tentang latar belakang lingkungan
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi prilaku siswa. Beliau menjawab
semua pertanyaan yang saya ajukan dengan jelas, dan beliau pun memberikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti: di lingkungan bermain seorang anak
harus bisa membawa diri agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik.
Kemudian saya melanjutkan penelitian dengan mengamati prilaku siswa ketika
sedang bermain pada jam istirahat, “dan saya pun melihat ada salah satu siswa
yang berprilaku kurang baik yaitu berkelahi dengan temannya ketika sedang
bercanda kemudian mereka saling mengejek satu sama lain”, kemudian akhirnya
mereka berkelahi tetapi ada salah satu siswa yang melerai atau memisahkannya
sehingga tidak terjadi pertengkaran yang dahsyat. Kemudian mereka yang
berkelahi itu saling memaafkan dan salam-salaman tangan. Dari peristiwa di atas
saya dapat mengambil kesimpulan bahwa dilingkungan bermaian t5idak semua
siswa memiliki prilaku yang kurang baik akan tetapi ada salah satu siswa yang
memiliki prilaku yang baik, sehingga prilaku siswa itu tergantung pada diri siswa
masing-masing. Apakah siswa itu termasuk orang yang memiliki prilaku yang
baik atau prilaku yang tidak baik. Dan saya pun mengakhiri penelitian dan
meninggalkan sekolah pada pukul 10:35
26 Januari 2011
Hari Rabu tanggal 26 januari 2011, saya melanjutkan penelitian lagi di MTs‟N
parung bogor, saya mengamati siswa yang sedang keluar kelas pada jam istirahat,
saya melihat ada salah satu siswa yang membuat saya tertarik untuk
mengamatinya, kemudian saya mendekati dan bertanya kepadanya, ia bernama
khairul hakim, saya terkagum melihatnya ketika teman-teman yang lainnya sibuk
membeli jajanan ia pergi ke musalah untuk melakukan shalat sunnah dhua.
Kemudian saya bertanya kepadanya apakah kamu rutin melakukan shalat dhuha
ini di sekolah, hakim pun menjawab dengan lembut, ia insya allah saya
menyempatkan waktu untuk shalat dhuha karena orang tua saya selalau
mengingatkan dan member tauladan bagi saya dan adik-adik saya. Dan yang
paling penting orang tua saya selalu mengingatkan agar tidak boleh meninggalkan
shalat lima waktu. Dari hasil wawancara yang saya lakukan hari ini saya dapat
mengambil sebuah kesim,pulan bahw a keteladanan orang tua sangat di perlukan
dalam menanamkan akhlaqul qarimah pada anak karena anak akan mencontoh apa
yang dilakukan oleh orang tuanya, oleh karna itu orang tua harus memberikan
suritauladan tentang prilaku yang baik agar dapat di contoh oleh anaknya. Dan
saya mengakhiri penelitian pada hari ini pada pukul 10:15.
27 Januari 2011
Hari kamis tanggal 27 Januari 2011, saya melanjutkan penelitian lagi di MTs‟N
parung bogor. Hari ini saya melakukan pengamatan satu kelas yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar dikelas. Saya mengamati penelitian pada pukul
09:45 WIB yaitu dikelas VIII/2, kebetulan ketika saya datang guru sedang
menerangkan materi sehingga saya bisa langsung mengamati guru dalam
menerangkan materi dikelas tentang penggunaan metode dan media pembelajaran
yang di gunakan. Kemudian tentang kondisi kelas apakah efektif ketika guru
menerangkan sehingga siswa mendengarkan penjelasan guru atau sebaliknya.
Sayapun tidak lupa mengamati keadaan siswa dikelas tersebut, apakah siswa
dikelas itu mendengarkan penjelasan guru atau tidak. Setelah proses belajar
mengajar selesai untuk memperjelas pengamatan saya di dalam kelas tadi
kemudian saya mewawancarai siswa dan komunikasi guru dengan guru itu harus
bisa berkomunikasi baik dengan siswa untuk mengetahui masalah belajar yang di
hadapi siswa dan dengan sesama guru untuk menciptakan keakraban dan
menciptakan hubungan sosialisasi dengan baik. Guru menjawab dan menjelaskan
tentang apa yang saya tanyakan. Setelah selesai mewawancari ibu deswati
kemudian saya meninggalkan sekolah pukul 10:45
7 Februari 2011
Hari senin tanggal 7 Februari 2011 saya melanjutkan penelitian di MTs‟N parung
bogor, har ini saya akan mengamati ibu fitriawati. Saya bertemu dengan ibu
fitriawati pada pukul 09:45 dan sayapun mewawancarai ibu fitriawati, saya
menanyakan kepada ibu fitriawati apakah memilki waktu luang untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan, beliaupun merespond dengan baik dan
bersedia untuk diwawancarai. Kemudian saya memberi pertanyaan tentang
solidaritas guru dalam bersosialisasi dengan guru yang lain. Beliaupun
memberikan jawaban dengan jelas terhadap pertanyaan yang saya ajukan
kemudian beliau menjawab pertanyaan saya bahwa hanya sedikit guru yang
kurang bersosialisasi dengan baik dikarenakan kesibukannya tetapi sebagian guru
berasumsi bahwa guru tersebut sombong karena jarang terlihat berkumpul dengan
guru-guru yang lain, akan tetapi asumsi yang timbul tersebut tidak benar karena
pada kenyataannya guru tersebut tidak sombong tapi guru tersebut memiliki
kesibukan yang membuatnya jarang berkumpul dengan guru-guru yang lain. Dan
wawancara saya pun berakhir pada pukul 10:35 kemudian saya meninggalkan
sekolah.
16 Februari 2011
Hari Rabu tanggal 16 februari 2011 saya melanjutkan penelitian di MTs‟N parung
bogor hari ini saya melakukan penelitian kepada siswa tentang ikhtiar pada pukul
10:50 (jam istirahat). Saya melakukan pendekatan terlebih dahulu kemudian saya
bertanya apakah anda bersedia untuk saya wawancarai, Siswa tersebut bersedia
untuk diwawancarai. Saya menanyakan tentang ikhtiar (kerja keras). Siswa pun
menjawabnya bahkan dia menceritakan apa yang dia lakukan sehari-hari, saya
(siswa) sealalu bekerja setelah pulang sekolah dikarenakan untuk membantu orang
tua saya untuk membayar biaya sekolah. Dia bekerja keras demi membiayai uang
sekolah sendiri walaupun tidak sepenuhnya dari siswa itu sendiri tetapi dia tidak
pernah putus asa dan selalu berusaha karena dia memiliki keyakinan bahwa segala
sesuatu jika dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan berhasil dan tercapai
tujuannya. Setelah melakukan pengamatan tersebut saya berkata di dalam hati
bahwa yusuf (siswa) adalah orang yang berjiwa besar dan dia tidak pernah
berputus asa untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sehingga yusuf dapat
membantu meringankan ekonomi. Disini saya dapat menyimpulkan bahwa ketika
kita menginginkan sesuatu kita harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan
berusaha dengan sekuat tetanaga sehingga tujuan yang ia inginkan dapat
tercapai..dan wawancara saya pun berakhir pada pukul 10:15 kemudian saya
meninggalkan sekolah tersebut
21 Februari 2011
Hari senin tanggal 21 Februari 2011, saya melanjutkan penelitian di MTs‟N
parung bogor, hari ini saya mengamati siswa pada pukul 10:45, kebetulan hari ini
saya melihat di bagikan hasil ulangan. saya mengamati siswa setelah menerima
hasil ulangan yang di bagikan oleh guru sebagian siswa bersyukur karena hasil
nilai yang di dapat memuaskan dan sebagian yang lainnya merasa tidak puas
dengan hasil yang di dapat karena sebelum ulangan merasa belajar bersama-sama
tapi ketika hasil ulangan yang di bagikan, nii mereka berbeda sehingga
menimbulkan sifat kurangnya yang seharusnya di lakukan siswa tersebut adalah
bersyukur terhadap apa yang di perolehnya, maksudnya adalah menerima hasil
yang diperoleh walaupun hasilnya kurang memuaskan baginya. Oleh karena itu
orang tua sebagai pendidik utama dapat memberikan motivasi belajar dan
mengawasi dan menemani ketika siswa belajar dan menghadapi persoalan dalam
belajar. Dan saya mengakhiri pengamatan saya pada pukul 10:10 WIB dan
penelitian saya pun hari itu usai
22 Februari 2011
Hari selasa tanggal 22 Februari 2011 saya melanjutkan kembali penelitian saya.
Hari ini saya mengamti siswa kebetulan saya datang kesekolah pada jam 09:55 (
pada jam istirahat). Saya mengamti salah satu siswa ketika mereka istirahat di
kantin, saya pun sambil membeli makanan di kantin, ada siswa membeli makanan
lebih sedikit dari pada siswa yang lain. Kemudian saya menegur kepada siswa
tersebut, “kenapa kamu membeli makanan hanya sedikit dibandingkan dengan
teman lainnya dan dia pun menjawab karna saya di beri uangnya sedikit dan
siswapun menjawab lagi bahwa kita harus berusaha menerima apa yang di
dapatkannya meskipun hanya sedikit uang jajan yang di terimanya dengan rasa
bersyukur”. Saya sebagai penulis benar-benar kagum pada siswa tersebut. Dari
peristiwa tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa seberapa pun uang yang di
terima siswa maka ia harus bersyukur dengan apa yang di berikan oleh orang
tuanya. Dan saya pun mengakhiri penelitian hari ini pada pukul 10:10 kemudian
saya meninggalkan sekolah.
24 Februari 2011
Hari Kamis tanggal 24 Februari 2011 saya melanjutkan penelitian kembali di
MTs‟N parung bogor, hari ini saya mendatangi guru aqidah akhlak, saya
mewawancarai guru Aqidah akhlak yaitu Tsamrotul Basiroh pada pukul 09:45
ketika ibu muniroh sedang santai bersama guru-guru lainnya karena waktu jam
istirahat sebagian guru ada yang sedang makan dan lain sebagainya. Kemudian
saya mewawancarai ibu muniroh, Saya memberikan pertanyaan tentang
bagaimana cara guru menyampaikan materi dikelas. Beliau pun menjawab
pertanyaan yang saya berikan dengan jelas yaitu: “guru dapat memiliki
ketrampilan dalam mengajar salah satunya adalah penjelasan materi yang akan di
ajarkan kepada siswa dan tidak lupa pula guru mempersiapkan materi yang akan
di sampaikan kepada siswa. Beliau pun menambahkan bahwa seorang guru dapat
memiliki kreativitas mengajar dan memudahkan siswa dalam menggunakan media
dan metode mengajar dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang akan
di sampaikan oleh guru tersebut, seperti: “ yang saya lihat ketika guru
menerangkan materi di kelas guru tersebut menggunakan metode ceramah, Tanya
jawab dan latihan sehingga siswa tidak merasa bosan. Dan saya pun mengakhiri
penelitian ini pada pukul 10:35 WIB kemudian saya meninggalkan sekolah.
28 Februari 2011
Hari senin tanggal 22 Februari 2011, saya pun melanjutkan penelitian kemabali di
MTs‟N parung bogor. Hari ini saya mendatangi salah seorang siswa untuk
mewawancari, siswa tersebut yaitu kelas VIII/2 yang beranama saputra pada
pukul 09:55 ketika jam istirahat tiba, saya memberikan pertanyaan tentang
bagaimana cara siswa memperhatikan materi yang guru berikan, ade pun
menjawab: “kadang siswa memperhatikan materi yang di berikan oleh guru ketika
dalam penyampaian materi tersebut tidak membosankan” seperti: dalam
pertengahan materi guru memberikan permainan yang berhubungan dengan
materi yang di ajarkan agar siswa tidak merasa bosan dan sebaliknya jika guru
mengajar dengan satu metode saja seperti ceramah maka siswa akan merasa bosan
dan tidak memperhatikan penjelasan yang di berikan oleh guru. Dan saya pun hari
ini selesai mewawancarai sisiwa pada pukul 10:15 WIB kemudian saya
meninggalkan sekolah.
ANGKET PENELITIAN
“Peranan Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku Siswa di
MTs’N Parung”
Nama :
Kelas :
PETUNJUK
1. Bacalah dengan seksama pertanyaan-pertanyaan pada angkat di bawah ini.
2. Berilah tanda silang pada (X) pada jawaban yang anda kehendaki.
3. Jawaban yang anda pilih tidak mempengaruhi nilai mata pelajaran.
PERTANYAAN
1. Siswa senang mempelajari aqidah akhlak?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah
2. Guru aqidah akhlak menjelaskan pelajaran dengan jelas?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah
3. Siswa mengerjakan tugas yang di berikan guru aqidah akhlak?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah
4. Siswa membolos ketika jam pelajaran aqidah akhlak?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah
5. Siswa menjawab pertanyaan dari guru aqidah akhlak?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah
6. Siswa menerapkan pelaaran aqidah akhlak dalam kehidupan sehari-hari?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah
7. Siswa melanggar tata tertib sekolah?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah
8. Siswa bersemangat dalam memperhatikan penjelasan guru?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah
9. Siswa sudah membaca materi aqidah akhlak di rumah?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D. Tidak pernah
10. Siswa bertanya pada guru jika ada penjelasan yang belum jelas?
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah
HASIL PENELITIAN DENGAN MENYEBARKAN ANGKET
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 Fitri arya rahayu 4 3 4 1 2 2 2 3 3 2 26
2 Fitri arya rahayu 3 2 4 1 2 2 2 4 3 2 25
3 Ayu nita 4 2 4 1 2 2 2 4 2 2 25
4 Ilham K 3 3 4 2 2 1 2 4 3 2 26
5 M. Irfan 3 2 4 1 2 1 2 3 3 2 20
6 Giri Yudha 2 4 4 1 3 2 2 3 2 3 26
7 Iqbal Ghani. S 4 3 2 1 3 2 1 3 2 2 20
8 Lulu Multifatun n 3 3 4 1 3 2 2 3 2 4 27
9 Ade Saputra 2 4 3 2 1 3 2 4 2 3 26
10 Sri Defi 3 4 2 1 2 2 1 2 1 2 19
11 Haris S 4 3 4 1 2 2 2 3 4 2 23
12 Haminuzar V 4 3 2 1 2 2 2 3 4 2 24
13 Susana L 3 2 3 2 1 2 1 2 2 1 20
14 Nur Adjizah 3 3 4 1 2 2 1 4 2 3 25
15 Oktavian 4 2 3 1 2 1 1 3 1 3 18
16 Nani A 4 3 3 1 2 3 2 4 4 4 30
17 Elisa putri 3 3 4 1 2 3 1 3 4 4 28
18 Eka Wahyu U 3 4 4 1 2 3 1 4 4 3 26
19 Novi a 3 4 4 1 1 1 2 4 3 3 23
20 Nur M Rizki 3 2 4 1 2 2 2 3 2 3 20
21 Winda P 4 2 2 2 2 1 2 2 2 1 19
22 Tiara febri A 4 2 4 1 1 2 2 4 2 2 24
23 M Khadafi 4 3 4 1 1 2 2 4 2 3 26
24 Ulfi Tyas R 4 2 4 1 1 2 2 4 4 2 26
25 Melati nur fajriani 4 3 3 1 2 3 1 4 2 3 24
26 Pedrik 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 10
27 Derriyan R.K 3 2 4 2 2 2 2 3 3 2 25
28 Ahmad F 3 3 2 1 2 2 1 3 1 2 20
29 Andini maulida R 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 20
30 Safitri R 4 3 2 2 2 2 2 3 4 2 24
31 Farihah M 4 3 3 1 2 2 2 4 2 2 25
32 Khoirul hakim 3 3 4 1 2 2 2 3 4 3 27
33 Anggit prastiwi G 3 4 3 1 1 2 1 2 2 1 20
34 Amel 3 2 4 1 2 2 2 4 3 2 25
35 Nanda wigun agustia 3 1 3 1 1 1 1 3 1 1 10
36 Burhanudin 4 3 2 1 2 1 1 3 1 2 18
37 Dini Safitri 4 2 3 1 3 1 2 3 4 3 24
38 Yusuf noval assidiq 4 2 4 2 3 3 2 4 3 3 30
39 Mustaqim al farisi 4 3 3 1 2 2 2 4 3 2 26
40 Irma fatmawati 4 3 2 1 2 2 1 2 2 1 20