peran pidana kisas dalam upaya pencegahan...

93
PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN Oleh: RIZQI FARAHYONA 102045125140 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Upload: dodien

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

PERAN PIDANA KISAS

DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN

Oleh:

RIZQI FARAHYONA

102045125140

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

PERAN PIDANA KISAS

DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Rizqi Farahyona

102045125140

Di Bawah Bimbingan:

Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Page 3: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Skripsi yang berjudul “PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN

KEJAHATAN” setelah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Jurusan Jinayah Siyasah.

Jakarta, 10 Juni 2006

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH., MA., M.M.,

NIP: 150 210 422

PANITIA SIDANG MUNAQOSAH

Ketua : Asmawi, M.Ag (………………...…)

NIP: 150 282 394

Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag (………………...…)

NIP: 150 282 403

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH., MA., M.M.,

(………………...…)

NIP: 150 210 422

Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA

(………………...…)

NIP: 150 169 102

Penguji II : Sri Hidayati, M.Ag

(………………...…)

NIP: 150 282 403

Page 4: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN

KEJAHATAN” setelah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10

Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Jurusan Jinayah Siyasah.

Jakarta, 10 Juni 2006

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH., MA., M.M.,

NIP: 150 210 422

PANITIA SIDANG MUNAQOSAH

Ketua : Asmawi, M.Ag

(………………...…)

NIP: 150 282 394

Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag

(………………...…)

NIP: 150 282 403

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma SH., MA., M.M.,

(………………...…)

NIP: 150 210 422

Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA (………………...…)

NIP: 150 169 102

Page 5: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Penguji II : Sri Hidayati, M.Ag

(………………...…) NIP: 150 282 403

Page 6: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Salah satu keindahan di dunia ini yang akan selalu dikenang adalah ketika kita

bisa melihat atau merasakan sebuah impian menjadi kenyataan, bagi penulis skripsi ini

adalah salah satu keindahan itu.

Terima kasih dan rasa syukur yang tak terhingga terucapkan kepada Allah SWT

sang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, yang telah memberikan cinta yang tak

terhingga, nikmat yang tak berujung. Shalawat serta salam penulis persembahkan

kepada baginda Nabi Muhammad Saw. atas segala perjuangan dan amanah yang tak

pernah padam sampai akhir zaman.

Terima kasih kepada yang tercinta kedua orang tua Ayahanda Drs. H.

Teungku Anwar Abbas, Ibunda Dra. Cut Rahmani dan Adinda Putri Lubna Tari, S.S,

Nenek tercinta Cut Cahya Khairani dan Ce’ Nurjannah Abbas, S.Pd. dan semua

Cece’ juga seluruh keluarga besar di Aceh dengan rasa kasih sayang dari semuanya

yang terus mendo’akan, menasehati, membimbing dan memberikan dukungan moral,

dan materil. Tanpa mereka penulis tidak dapat merampungkan skripsi ini. Semoga

Allah mengampuni dan membukakan pintu rahmat dan kelak menjadikan mereka

penghuni surga firdaus-Nya… Amin yaa rabbal ‘alamin…

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., M.M., selaku Pembimbing

Penulis dalam penyusunan skripsi ini sekaligus Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

2. Bapak Asmawi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah dan Ibu Sri Hidayati,

M.Ag, selaku sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah.

3. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan.

4. Seluruh Karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan

Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Semua teman-teman Pidana Islam ’02 Eva, Sari, Dian, Irma, Opah, Ulva,

Wava, Sensen, Ari, Edi, Mamak, Cecep, Ewok, Ableh, Oman, Hafidz, dan

lainnya yang tak bisa disebut satu persatu..(jangan marah ya…)

6. Sahabat-sahabat sejati dimanapun berada, Ana, Tante, Nora, Yayan, kostan RR

thank you, para Balance cheer (jangan gossip mulu tar masuk neraka…), buat

PSM slendro, rampak, reff, ce jazz, ka’ toleng, kromong, sarba juga deh,

Sanggar TARI imapa Acut, Nada, D’nong, Inong, Linda, Ka’ Dina, Pooja, Rina

(tetep kompak ya..), dan semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.

7. Especially to my one and only brother in the world Mr. Abdel Salam every

where you are, thank you for the support, thank you to take me to the place I’ve

never been before, the exhibition is great and that’s amazing and unforgettable!

Thank you for your kindness and your attention…

Page 8: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Akhirnya penulis berharap skripsi ini menjadi salah satu pengabdian penulis

kepada Allah SWT, kontribusi penulis terhadap bangsa Indonesia dan pelayanan penulis

kepada sesama manusia.

Jakarta, 30 Mei 2008

Penulis

Page 9: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah.................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 7

D. Tinjauan Pustaka................................................................. 8

E. Metode Penelitian ............................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11

BAB II DESKRIPSI PIDANA KISAS DAN HAL-HAL YANG

BERKAITAN

A. Pengertian Tindak Pidana dan Pidana Kisas ........................ 13

B. Bentuk-bentuk Hukuman Pidana Kisas ............................... 27

C. Tindak Pidana Yang Dapat Dikenakan Pidana Kisas ........... 35

D. Pendapat Imam Syafi’i Tentang Kisas................................. 42

BAB III PERIHAL PENCEGAHAN KEJAHATAN DAN

PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Pencegahan Kejahatan ....................................... 50

B. Permasahalan Sekitar Pencegahan Kejahatan ...................... 53

C. Kaitan Penegakkan Hukum Dengan Pencegahan Kejahatan 59

Page 10: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

BAB IV TINJAUAN PERAN PIDANA KISAS DALAM HAL UPAYA

MENCEGAH KEJAHATAN

A. Penerapan Kisas Sebagai Hukuman Dalam Hukum Islam ... 64

B. Peran Pidana Kisas Sebagai Pencegah Kejahatan ................ 72

C. Upaya Hukum Islam Mencegah Kejahatan.......................... 77

BAB V PENUTUP

A. .......................................................................................Kesimpula

n ........................................................................................... 84

B. .......................................................................................Saran-

saran ..................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang diturunkan dengan tujuan menciptakan rahmatan lil

‘alamin yang fungsinya sebagai agama adalah sebuah pedoman dalam menjalankan

roda kehidupan. Islam mengatur sisi kehidupan bahkan lebih sempurna dari sistem yang

telah ada bukan hanya perkara muamalah dan ibadah dan tetapi juga mengatur masalah

kehidupan pendidikan, ekonomi, politik, sosial, budaya, ataupun tentang pertahanan dan

keamanan tetapi juga masalah hukum terutama pidana, dikatakan lebih sempurna di sini

adalah karena bersumber dari sang pencipta Allah SWT.

Hukum yang berlaku haruslah selaras dengan kondisi sosial masyarakat

melalui beberapa pertimbangan, artinya hukum tidak boleh bersifat kaku meskipun dari

satu sisi harus tegas. Kebutuhan manusia terhadap suatu peraturan atau hukum itu

adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan

mana pula yang harus dihindari. Allah SWT dalam mensyariatkan agama Islam sebagai

rahmat bagi alam semesta ini dengan kemaslahatan umum.

Melalui ketentuan yang dikaruniai yang berarti ketentuan hukum yang dapat

memelihara kemaslahatan umum. Ketentuan dharuriyat ini secara umum bermuara pada

upaya memelihara lima pokok kebutuhan yang bersifat esensial bagi kehidupan

manusia, lima pokok kebutuhan tersebut adalah memelihara agama( ا���� ��), kedua

memelihara akal ( ا����), ketiga, memelihara jiwa (ا���� �), keempat, memelihara

keturunan (ا���� �), dan kelima, memelihara harta benda ( 1.(ا���ل �

1 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 126.

Page 12: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Memelihara jiwa mendapat kedudukan kedua dalam peringkat yang wajib

dipelihara, hal-hal tersebut adalah gambaran utuh tentang teori Maqashid al-Syari’ah2

atau tujuan dari syariah agama yang artinya juga menjaga jiwa dan segala macam yang

berhubungan dengan kehidupan manusia, di sini jelas terbaca bahwa agama Islam

adalah agama yang benar-benar menjaga jiwa dan juga kehidupan manusianya secara

menyeluruh yang tergambarkan jelas di atas.

Guna terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang utuh tentram serta

nyaman dan jauh dari ketidakteraturnya kehidupan maka diciptakanlah peraturan yang

mana isinya adalah mengatur tata cara berkehidupan yang baik agar cita-cita untuk

mewujudkan tatanan hidup masyarakat tentram dan damai akan terealisasi,

permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat beraneka ragam baik yang

menyangkut masalah sosial, pendidikan, kultur, ekonomi, kriminal juga merupakan

salah satu problem yang harus diperhatikan karena akhir-akhir ini kriminalitas

meningkat terutama di Indonesia, maka dari itu peraturan memiliki peran penting

terutama dalam berbagai masalah apalagi untuk masalah kriminal.

Peraturan dibuat untuk dipatuhi dan jika ada peraturan pastilah ada sanksi,

sanksi adalah kata lain dari hukuman, jika seorang melanggar sebuah peraturan maka

wajib baginya untuk dikenakan sanksi atau hukuman, yang mana hukuman atau sanksi

tersebut adalah bertujuan untuk membuat jera dan agar pelaku tidak mengulangi lagi

perbuatan yang melanggar hukum tersebut. Dari penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan

bahwa secara tidak langsung hukuman juga dibutuhkan untuk menjaga stabilitas

keamanan bagi kehidupan, dan secara tidak langsung juga merupakan cara efektif untuk

mencegah kejahatan.

2 Ibid.,

Page 13: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Setiap negara atau daerah tentu memiliki sistem hukum yang berbeda-beda,

salah satu bidang hukum itu adalah hukum pidana. Salah satu contoh di Indonesia

sendiri terlihat adanya beberapa perbedaan sistem hukum. Misalnya di Indonesia saat ini

ada hukum yang berlaku secara formal serta ada hukum adat dan hukum Islam.

Mayoritas agama penduduk Indonesia sendiri adalah Islam. Islam bukan saja

merupakan agama resmi bahkan hukum yang berlaku di daerah tersebut adalah hukum

Islam sehingga dari sini dapat dilihat bahwa ada keinginan dari kalangan umat Islam

yang secara riil mayoritas untuk dapat hidup sesuai dengan agamanya dan salah satu

dari ketentuan hukum Islam adalah hukum pidana Islam yang sayangnya selama ini

banyak kalangan yang menganggap bahwa Hukum Pidana Islam adalah hukum yang

kejam, tidak manusiawi dan tidak menghormati hak-hak asasi manusia, mungkin hal ini

terjadi karena mereka hanya mempelajari Hukum Pidana Islam secara parsial belum

menyeluruh. Sikap pembelajaran yang demikian sudah saatnya ditinjau kembali dengan

menempatkan semua sistem hukum yang ada sebagai sistem hukum yang sejajar dan

sebanding untuk kemudian dipelajari dan ditelaah sepenuhnya sampai diperoleh norma

hukum yang sejalan dengan nilai kebenaran dan keadilan yang akan dapat memberikan

sumbangan positif bagi pembinaan hukum pidana nasional yang akan datang.

Dalam hukum positif di negara kita ini peraturan bermacam-macam mulai dari

UUD 1945, KUHP, Kompilasi Hukum Islam, Peraturan Daerah, Qanun di Nanggore

Aceh Darussalam, Peraturan Lalu Lintas, serta peraturan-peraturan yang lainnya, maka

sanksi bagi pelanggaran peraturan-peraturan tersebut juga bermacam-macam di

antaranya sanksi denda, penjara, pengasingan bahkan mati dan hukuman-hukuman yang

lainnya.

Page 14: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sedangkan dalam Hukum Pidana Islam (Jina’ al-Islam) peraturan-

peraturannya bersumber langsung dari al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’, Qiyas, dan beberapa

ijtihad ulama lainnya, dalam Islam pelanggaran hukuman dikelompokkan pada dua

istilah yaitu jinayah dan hudud. Jinayah yaitu pelanggaran yang dilakukan mengancam

jiwa keselamatan jiwa manusia, seperti pemukulan, pembunuhan, perampokkan, dan

sejenisnya, H.M Arsjad Thalib Lubis memasukan juga di dalamnya mengenai yang

berkaitan dengan kenegaraan, misalnya hukum pengangkatan kepala negara, hukum

kehakiman, hukum perang dan sejenisnya.3 Pelanggaran yang dilakukan oleh seorang

dapat diberikan hukuman had (dera atau cambuk), ta’zir (penjara), atau hukuman kisas

(balas). Hukuman itu tergantung tingkat pelanggaran yang dilakukan, sedangkan hudud

adalah pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang dilarang oleh syara’ seperti zina,

qadzaf (menuduh orang berzina tanpa empat orang saksi), judi, minuman keras,

menyamun, murtad, dan sejenisnya. Dalam hal ini kisas merupakan salah satu dari

sekian sanksi (uqubah) yang dijatuhkan kepada pelanggaran peraturan kriminalitas

(jarimah) dari tindak pidana atau jarimah yang dilakukan seseorang. Jarimah atau juga

jinayat diidentifikasikan sebagai balasan berbentuk ancaman yang jenisnya ditetapkan

oleh syara’ untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan-peraturan demi

terwujudnya kemaslahatan,4 macam-macam hukuman jarimah kisas serta uqubah-

uqubah kisas sebagian besar telah ditetapkan di dalam al-Qur’an dan Hadits.

Berlakunya hukuman adalah untuk membenahi kehidupan agar manusia lebih

teratur, kemaslahatan terjaga, hidup lebih terjamin, dan stabilitas umat manusia dapat

terwujud dengan baik. Kisas merupakan salah satu bentuk hukuman yang membuktikan

bahwa agama Islam dengan syariatnya menjaga hak-hak manusia.

3 http//www.artikelparamadina.ac.id

4 Ibid.,

Page 15: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Dapat diyakini bahwa semakin tinggi peradaban umat manusia, setan semakin

memainkan perannya, orang menjadi aniaya (zhalim) dan bodoh (jahl), 5 bukannya

mengikuti petunjuk yang dianugerahi Allah sang pencipta melalui Rasul dan Nabi-Nya

sepanjang masa, tidak ada masalah betapapun murni dan barunya suatu masyarakat,

tindak pidana tetap dilakukan karena itu pemutusan hukuman-hukuman yang sesuai

perlu dilakukan guna mencegah meningkatnya rata-rata jarimah atau kriminalitas di

masa yang akan datang. Di manapun masyarakat perlu disahkan juga struktur lembaga

kemasyarakatan, pemimpin serta anggota masyarakat yang membantu dan merangsang

timbulnya tindak pidana tertentu. Ibnu Hasan ketika membahas tentang seorang laki-

laki tak berdaya karena lapar lalu makan bangkai atau daging babi yang diharamkan

dalam Islam, beliau berkata:

“Haram hukumnya bagi seorang muslim makan makanan yang diharamkan

sekalipun dalam keadaan tak berdaya, tetangganya yang muslim atau dzalimi

atau anggota masyarakat yang memiliki lebih makanan dan minuman

diwajibkan memberi makan orang yang lapar tadi. Dalam keadaan demikian

dia mempunyai hak untuk memperoleh makanan dari tetangga-tetangganya

yang kaya. Bila dia harus berjuang untuk memperoleh makan kemudian

terbunuh, pembunuhnya akan mendapatkan kisas”.6

Maka dari itu hukuman kisas secara tidak langsung juga memegang peranan

penting dalam upaya menekan jumlah kriminal, karena kriminal tidak akan mungkin

lenyap dari muka bumi dan hukuman kisas mungkin akan dianggap efektif dan benar-

benar urgen, contohnya saja masyarakat yang bersalah dihukum secara tidak langsung

masyarakat akan takut untuk melakukan kesalahan.

Dalam hukum pidana Islam sanksi kisas dan kaitannya dengan upaya

pencegahan kejahatan perlu dibahas guna mendapat kejelasan lagi. Maka dari itu

5 A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah, Jakarta, Raja Grafindo Persada,

2002, h. 285. 6 Ibid.,

Page 16: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

penulis merasa perlu untuk mengangkat masalah upaya pencegahan kejahatan dengan

kisas sebagai salah satu hukuman yang mungkin bermanfaat dan seberapa penting dan

urgen perannya dalam hal pencegahan kejahatan. Melihat permasalahan di atas penulis

memberi judul skripsi ini: “PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA

PENCEGAHAN KEJAHATAN”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Kisas merupakan permasalahan yang cukup luas dan kompleks yang hingga saat

ini juga masih diperbincangkan apakah hukuman kisas ini layak dipakai sebagai

hukuman atau tidak dan sejauh mana hukuman ini berperan sebagai sebuah bentuk

usaha pencegahan kejahatan. Agar pembahasan masalah dalam skripsi ini tidak melebar

dan meluas maka pembahasan dalam skripsi ini dibatasi kepada pengertian pidana kisas

dan hukuman-hukumannya serta apa perannya dalam upaya pencegahan kejahatan.

Dari pembahasan masalah tersebut dapat dirumuskan pokok-pokok bahasan

skripsi ini sebagai masalah kisas yang seharusnya berlaku di negara Islam tetapi kisas

ini tidak semua negara Islam menerapkan hukuman kisas.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kajian tentang kisas lebih luas lagi dan dapat memberikan

pemahaman yang lebih mendalam tentang apa itu kisas dan apa peranannya dalam mencegah perbuatan kejahatan, faktor apa yang

membuat seseorang dijatuhi hukuman kisas, apakah kisas adalah hukuman yang setimpal dalam permasalahan ini. Penulis juga ingin

menjabarkan bagaimana pendapat hukum pidana Islam dan sejauh mana peran pidana kisas dalam upayanya mencegah terjadinya

kejahatan.

Kisas bukanlah merupakan permasalahan yang mudah dan ringan dalam kehidupan, tetapi merupakan masalah yang pelik yang penuh dengan problematikanya, kajian tentang kisas ini telah ada sejak zaman dahulu begitu saja dengan penerapannya. Maka

penulis ingin menggali lagi lebih jauh bagaimana pidana kisas saat ini dan sejauh mana dampaknya, apakah orang bisa jera

melakukan tindakan tindakan kejahatan setelah adanya hukuman kisas itu.

Selain itu tujuan primer pembuatan skripsi ini adalah syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Islam pada tingkat Strata 1

(S1) Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

D. Tinjauan Pustaka

Page 17: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sumber-sumber yang akan diambil tentunya yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis bahas, diantaranya buku-buku

yang didalamnya mencakup bahasan-bahasan tentang perbuatan jarimah yang dikenakan hukuman pidana kisas dan sepenting apakah peran pidana kisas dalam upaya mencegah terjadinya kejahatan.

Banyak sekali kajian, penelitian, seminar-seminar, juga buku-buku yang mengupas masalah kisas dan filsafat hukum Islam. Buku

karangan Drs. Ahmad Wardi Muslih yang berjudul Hukum Pidana Islam berisi tentang penjelasan hukum-hukum pidana Islam

seperti tindak pidana apa saja yang dikenakan hukuman-hukuman seperti diyat, kisas, tetapi dalam penelitian yang dilakukan,

peneliti akan lebih mengupas tentang hukuman-hukuman kisas dan tidak semua hukuman yang ada dalam pidana Islam dibahas

dalam penelitian ini tetapi hanya kisas.

Dalam buku karangan A. Rahman I, Doi yang berjudul Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, juga salah satu buku yang menjelaskan hukuman pidana (al-‘Uqubat) dan hukuman (al-Hudud) dan juga referensi tentang tindak pidana lainnya, tetapi pada

penelitian ini hanya dibatasi sebatas tindak pidana kisas begitu juga hukuman-hukumannya, hanya tentang pidana kisas tidak

mencakup pidana-pidananya lainnya.

Sedangkan materi-materi yang berhubungan dengan pendapat ulama peneliti memilih buku Ringkasan Kitab al-Umm karangan

Imam Syafi’i Abu Abdillah Muhammad bin Idris, yang mana di dalam buku ini berisi pendapat Imam Syafi’i tentang kisas dan

masalah-masalah lainnya yang masih berhubungan dengan kisas.

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional yang peneliti rasa juga

perlu untuk dijadikan referensi dalam hal mencari makna dan pengertian tentang istilah-istilah yang ada dalam skripsi in.

E. Metode Penelitian

Untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang ilmiah sebaiknya dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung tentunya penulis atau peneliti harus

mengumpulkan data-data dan bahan-bahan yang berkaitan dengan permasalahan yang

akan dibahas.

Penelitian ini bercorak studi kepustakaan (library research) yaitu memperoleh

dan mengumpulkan data-data dan untuk mendapatkan data yang valid dan representatif

sekitar permasalahan yang akan dibahas. Permasalahan dalam skiripsi ini jenis datanya

adalah data kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan adalah deskripsi berupa ungkapan

dari fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis berupaya mengupas dan

mencermati sesuatu secara alamiyah dan kualitatif mengenai peran hukuman kisas

dalam mencegah kejahatan.

Sedangkan sifat data dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian yang

bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi

yang diperoleh dari penelitian kepustakaan secara mendalam. Dengan kata lain,

penelitian ini untuk menggambarakan secara komprehensif konsep hukuman kisas baik

dalam literatur hukum positif ataupun dalam literatur hukum Islam berdasarkan yang

Page 18: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

didapat dari penelusuran perpustakaan, dari data-data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian, kemudian penulis akan menganalisis agar dapat memberikan pemahaman

yang optimal. Analisis ini digunakan untuk mengetahui secara kualitatif tentang

hukuman kisas dalam upaya mencegah tindak kejahatan, sehingga dapat membantu

memecahkan dan menemukan solusi terhadap persoalan yang diteliti skripsi ini.

Dalam menganalisis data dan materi yang disajikan, penulis menggunakan

beberapa metode, yaitu:

Pertama, deskrptif. Pada umumnya metode ini digunakan dalam mengurai

sejarah, pengertian, mengutip, atau menjelaskan bunyi peraturan perundang-undangan

dari dalam setiap uraian umum.

Kedua, analisis. Metode ini digunakan untuk mencari, menganalisa lalu

mengumpulkan bahan-bahan hukum Islam. Dalam hal ini berbagai kitab-kitab fiqih

jinayah, dan buku-buku yang berhubungan dengan pidana kisas dan jinayah sebagai

bahan penjelasan hukum Islam

Ketiga, problem solving atau pemecahan masalah. Dari permasalahan yang ada

penulis mengidentifikasi, menganalisis, kemudian memberikan alternatif pemecahannya

melalui kritik dan saran.

Kitab atau buku yang menjadi rujukan penulis dalam penelitian adalah kitab atau

buku yang secara langsung mengungkap tentang pembahasan tentang hukuman kisas

ini, bahan data yang bersifat primer adalah kitab-kitab atau buku-buku Fiqih Jinayah,

tentang hukuman kisas dalam hukum Islam dan hukum positif, atau data-data yang

berkaitan dengan apa yang peneliti teliti dan didukung dengan sumber yang bersifat

sekunder seperti tabloid, media cetak lainnya dan media elektronik.

Page 19: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sedangkan tekhnik penulisan, penulis berpedoman pada kaidah-kaidah penulisan

skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penguraian dalam skripsi ini penulis membaginya ke

dalam lima bab yang masing-masing bab dipecah ke dalam sub-sub yang gunanya untuk

merinci keterangan bab yang umum sifatnya dan satu sama lainnya ada saling

keterkaitan antara bab sebelumnya dengan bab berikutnya. Agar lebih jelas

perinciannya adalah sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN, merupakan garis besar masalah yang akan dibahas dalam

skripsi yang mana bab ini terbagi lagi atas lima sub bagian, yaitu: Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II : DESKRIPSI PIDANA KISAS DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN. Bab

ini berisi Pengertian Tindak Pidana dan Pidana Kisas, Bentuk-bentuk

Hukuman Pidana Kisas, Tindak Pidana yang Dapat Dikenakan Pidana Kisas,

dan Pendapat Ulama Syafi’i Tentang Kisas.

BAB III : PERIHAL PENCEGAHAN KEJAHATAN DAN PERMASALAHANNYA.

Bab ini berisi Pengertian Pencegahan Kejahatan, Permasalahan Sekitar

Pencegahan Kejahatan, Kaitan Penegakan Hukum Dengan Pencegahan

Kejahatan

BAB IV : TINJAUAN PERAN PIDANA KISAS DALAM HAL UPAYA

MENCEGAH KEJAHATAN. Bab ini berisi Penerapan Kisas Sebagai

Page 20: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Hukuman dalam Hukum Islam, Peran Pidana Kisas Sebagai Pencegah

Kejahatan dan Upaya Hukum Islam Mencegah Kejahatan.

BAB V : PENUTUP, sebagian penutup skripsi ini berisi rangkuman pembahasan-

pembahasan yang dibahas dan juga saran-saran penulis terhadap pembahasan

dalam skripsi ini.

Page 21: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

BAB II

DESKRIPSI PIDANA KISAS DAN

HAL-HAL YANG BERKAITAN

A. Pengertian Tindak Pidana dan Pidana Kisas

Sebelum membahas kisas lebih jauh ada baiknya mengacu terlebih dahulu

kepada pengertian tindak pidana (jinayah). Dalam hukum pidana positif dilihat dari

garis-garis besarnya, dengan berpijak pada kodifikasi sebagai sumber utama atas

sumber pokok hukum pidana, maka hukum pidana itu adalah bagian hukum publik yang

memuat berbagai ketentuan-ketentuan tentang:

1. Aturan umum hukum pidana yang dikaitkan dan berhubungan dengan larangan

melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai dengan ancaman sanksi

berupa pidana (straf) bagi yang melanggar larangan itu.

2. Syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi si pelanggar untuk dapat

dijatuhkannya sanksi pidana yang diancamkan pada larangan perbuatan yang

dilanggarnya.

3. Tindakan dan upaya-upaya yang boleh atau harus dilakukan negara melalui alat-

alat perlengkapannya, misalnya polisi, jaksa, hakim terhadap yang disangka dan

didakwa sebagai pelanggar hukum pidana dalam rangka usaha negara

menentukan, menjatuhkan dan melaksanakan sanksi pidana terhadap dirinya,

serta tindakan dan upaya-upaya yang boleh dan harus dilakukan oleh tersangka

atau terdakwa pelanggar hukum tersebut dalam usaha melindungi dan

mempertahankan hak-haknya dari tindakan negara dalam upaya menegakkan

hukum pidana tersebut.

Page 22: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Pidana berasal dari kata straf (Belanda) yang adakalanya disebut dengan istilah

hukuman. Walaupun istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman, karena hukum

merupakan sudah lazim terjemahan dari recht. Pidana lebih tepat didefinisikan sebagai

suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan, diberikan oleh negara pada seorang atau

beberapa orang sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah

melanggar larangan hukum pidana. Secara khusus larangan dalam hukum pidana ini

disebut tindak pidana (stafbaar feit).7

Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

pidana Belanda yaitu “stafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda

dengan demikian juga WvS Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resmi

tentang apa yang dimaksud dengan stafbaar feit itu. Karena itu para ahli hukum

berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya sampai kini belum

ada keseragaman pendapat.

Istilah-istilah yang pernah digunakan baik dalam perundang-undangan yang ada

maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar feit

adalah Tindak Pidana, dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundang-undangan

pidana kita. Peristiwa Pidana, digunakan oleh beberapa ahli hukum. Delik, yang

sebenarnya berasal dari bahasa latin “delictum”juga digunakan untuk menggambarkan

tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit. Pelanggaran Pidana. Perbuatan yang

boleh dihukum. Perbuatan yang dapat dihukum Perbuatan Pidana.8

Strafbaar feit terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar dan feit9. Dari 7 istilah yang

digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf diterjemahkan

dengan pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh.

7 Chairur Arrasyid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2004, h. 17. 8 Ibid., h.18 9 Ibid., h.15

Page 23: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan

perbuatan.

Secara literlijk kata “straf” artinya pidana, “baar” artinya dapat atau boleh dan

feit adalah perbuatan10. Dalam kaitannya dengan istilah strafbaar feit secara utuh,

ternyata straf diterjemahkan juga dengan kata hukum, pada hal sudah lazim hukum itu

adalah berupa terjemahan dari kata recht, seolah-olah arti straf sama dengan recht, yang

sebenarnya tidak demikian halnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tindak berarti langkah atau perbuatan,

pidana adalah hukuman kejahatan terhadap pembunuhan, perampokan, korupsi,

kriminal. Dan sebagainya. Sedangkan tindak pidana adalah perbuatan pidana atau

perbuatan kejahatan.11

Fiqih Jinayah adalah ilmu tentang hukum syara’ yang berkaitan dengan

masalah perbuatan yang dilarang (jarimah), dan hukumannya (‘uqubah) diambil dari

dalil-dalil yang terperinci12. Definisi tersebut merupakan gabungan antara pengertian

fiqih dan jinayah. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa objek pembahasan

fiqih jinayah itu secara garis besar ada dua, yaitu jarimah atau tindak pidana dan

‘uqubah atau hukumannya13

. Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh Imam

al-Mawadi sebagai berikut:

“Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang

diancam oleh Allah dengan had atau ta’zir”14

.

10 Ibid., 11 Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai

Pustaka, 2005, h.871. 12 A. Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta, Grafindo Persada, 2000, h. 1. 13 Ibid., h.1 14 Abu al-Hasan al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulthaniyah, Mesir, Musthafa al-Baby al-Halaby,

1975, h. 29.

Page 24: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Dalam istilah lain Jarimah disebut juga dengan jinayah, menurut Abdul Qadir

Audah pengertian jinayah adalah sebagai berikut:

“Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’,

baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta atau lainnya”.15

Pada dasarnya, pengertian dari istilah jinayah mengacu kepada hasil perbuatan

seseorang. Biasanya, pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Di

kalangan fuqaha perkataan jinayah berarti perbuatan-perbuatan yang terlarang menurut

syara'. Meskipun demikian, pada umumnya fuqaha menggunakan istilah tersebut hanya

untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan,

pembunuhan, dan sebagainya. Selain itu, terdapat fuqaha yang membatasi istilah

jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan kisas,

tidak termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman ta'zir. Istilah lain

yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu larangan-larangan syara'

yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta'zir16.

Dari berbagai batasan mengenai istilah jinayah di atas, maka pengertian jinayah

dapat dibagi ke dalam dua jenis pengertian, yaitu: pengertian luas dan pengertian

sempit.

Klasifikasi pengertian ini dilihat dari sanksi yang dapat dikenakan terhadap

jinayah.

1. Dalam pengertian luas, jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang dilarang

oleh syara' dan dapat mengakibatkan hukuman had atau ta'zir.

2. Dalam pengertian sempit, jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang dilarang

oleh syara' dan dapat menimbulkan hukuman had, bukan ta'zir.

15 Abdul Qadir Audah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islamiy, Juz I Beirut, Daarul Kitab al-Araby, h. 67. 16 Djazuli, Fiqih Jinayah, h. 1

Page 25: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengertian jinayah mengacu kepada

perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara' dan diancam dengan hukuman had atau

ta'zir. Dalam kaitan ini, larangan tersebut dapat berupa larangan untuk tidak melakukan

sesuatu atau larangan untuk melakukan sesuatu.

Pengertian di atas mengisyaratkan bahwa larangan-larangan atas perbuatan-

perbuatan yang termasuk kategori jinayah berasal dari ketentuan-ketentuan (nash-nash)

syara'. Artinya, perbuatan-perbuatan manusia dapat dikategorikan sebagai jinayah jika

perbuatan-perbuatan tersebut diancam hukuman.

Karena larangan-larangan tersebut berasal dari syara', maka larangan-larangan

tadi hanya ditujukan kepada orang-orang yang berakal sehat. Hanya orang yang berakal

sehat saja yang dapat menerima panggilan (khithab) dan, dari sebab itu, mampu

memahami pembebanan (taklif) dari syara'. Perbuatan-perbuatan merugikan yang

dilakukan oleh orang gila atau anak kecil tidak dapat dikategorikan sebagai jinayah,

karena mereka tidak dapat menerima khithab atau memahami taklif17.

Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik unsur atau rukun umum dari jinayah.

Unsur atau rukun jinayah tersebut adalah :

a. Adanya nash, yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai

ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatan di atas. Unsur ini dikenal dengan

istilah "unsur formal" (al-Rukn al-Syar'i).

b. Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa melakukan

perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diharuskan. Unsur

ini dikenal dengan istilah "unsur material" (al-Rukn al-Madi).

17 Ibid., h. 2

Page 26: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

c. Pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima khithab atau dapat

memahami taklif, artinya pelaku kejahatan tadi adalah mukallaf, sehingga

mereka dapat dituntut atas kejahatan yang mereka lakukan. Unsur ini dikenal

dengan istilah "unsur moral" (al-Rukn al-Adabi)18.

Sesuatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai jinayah jika perbuatan tersebut

mempunyai unsur-unsur atau rukun-rukun tadi. Tanpa ketiga kategori tersebut, suatu

perbuatan tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan jinayah.

Disamping unsur umum ini, ada unsur khusus yang hanya berlaku di dalam satu

jarimah dan tidak sama dengan unsur khusus jarimah lain, misalnya mengambil harta

orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi adalah unsur khusus untuk pencurian. Hal

ini berbeda dengan unsur khusus di dalam perampokan yaitu mengambil harta orang

lain dengan terang-terangan.

Dari berbagai pengertian di atas, konsep jinayah berkaitan erat dengan masalah

"larangan" karena setiap perbuatan yang terangkum dalam konsep jinayah merupakan

perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara'. Larangan ini timbul karena perbuatan-

perbuatan itu mengancam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dengan

adanya larangan, maka keberadaan dan kelangsungan hidup bermasyarakat dapat

dipertahankan dan dipelihara.

Sesuai dengan ketentuan fiqh, larangan untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu tidak hanya cukup dengan niat baik, tetapi harus disertai dengan sanksi

(hukuman). Hukuman tersebut diancam kepada seorang pelaku kejahatan, dan pada

gilirannya pelaksanaan hukuman dapat dijadikan contoh oleh masyarakat untuk tidak

melakukan kejahatan.

18 Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1993, h.33.

Page 27: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Hukuman merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini didasarkan

pada pertimbangan bahwa secara intrinsik hukuman itu sendiri tidak merupakan suatu

kebaikan; sekurang-kurangnya bagi pelaku kejahatan itu sendiri.

Dalam pada itu, dari sisi lain, perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai

jinayah pun menguntungkan. Paling tidak, jinayah dapat menguntungkan pelaku

kejahatan. Akan tetapi, keuntungan seperti itu tidak menjadi pertimbangan syara'.

Alasannya, perbuatan yang tidak termasuk jinayah hanya memberi keuntungan bagi

kepentingan-kepentingan yang bersifat individual, tetapi menimbulkan kerugian-

kerugian bagi kepentingan sosial.

Sebagaimana peristiwa sosial lainnya, jinayah mempunyai dua sisi

menguntungkan dan merugikan. Tidak ada perbuatan yang hanya menguntungkan atau

merugikan semata. Setiap perbuatan memiliki keuntungan dan kerugian tertentu.

Oleh karena itu, dasar larangan dari perbuatan-perbuatan yang dikategorikan

sebagai jinayah adalah karena perbuatan-perbuatan itu merugikan masyarakat. Dengan

kata lain, penetapan perbuatan-perbuatan jinayah dan sanksi-sanksinya dimaksudkan

untuk mempertahankan dan memelihara keberadaan serta kelangsungan hidup

bermasyarakat.

Memang ada manusia yang tidak mau melakukan larangan dan tidak mau

meninggalkan kewajiban bukan karena adanya sanksi, tetapi semata-mata karena

ketinggian moralnya, mereka orang-orang yang akhlaknya mulia. Akan tetapi,

kenyataan empirik menunjukkan di mana pun di dunia ini selalu ada orang-orang yang

hanya taat karena adanya sanksi, oleh karena itu jinayah tanpa sanksi tidaklah realistik.

Page 28: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Setelah memahami apa itu jinayah, pembahasan berikutnya adalah tentang

pengertian kisas. Perkataan kisas berasal dari kata ( ا����� ), yang artinya mengikuti jejak

:Dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan .(ن��� ا���)

��� )64:ا�345 ( �ل ذ0� م�آ�)� ن�, +�رت�)ا '&% ءا��ره��

“Musa berkata: Itulah tempat yang kita cari lalu keduanya kembali mengikuti

jejak mereka semula” (al-Kahfi: 64).

Jadi kisas itu berarti memberlakukan seseorang sebagaimana orang itu

memperlakukan orang lain. Atau dengan perkataan lain, mengikuti jejak si fulan apabila

si fulan diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Oleh karena itu, maka

kisas adalah mengikuti darah yang tertumpah dengan pembalasan penumpahan darah

:Allah menyatakannya dalam surat al-Qashash ayat 11 .(ن��� ا��م ب���;د)

��ت بD �' E�� وهA B�@��ون�+ EGH� E�I� J�� و )K� )11: ا��

“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara perempuan Musa: Ikutilah dia, maka

kelihatanlah olehnya Musa dari jauh sedang mereka tidak mengetahuinya”. (al-

Qashash : 11)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kisas berarti pembalasan dalam hukum

Islam seperti hukuman bagi orang yang membunuh dibalas dengan membunuh lagi lalu

mengkisas artinya adalah menjalankan kisas atau menuntut balas19.

Dalam kamus istilah fiqih, kisas adalah hukuman yang dijatuhkan sebagai

pembalasan serupa dengan perbuatan atau pembunuhan atau melukai atau merusak

anggota badan dan menghilangkan manfaatnya, berdasarkan ketentuan yang diatur

syara’20

.

Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa kisas ada dua macam:

a) Kisas jiwa, yaitu hukum bunuh bagi tindak pidana pembunuhan.

19 Anton M Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1989, h.42. 20 M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah, Syafi’iah AM, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta, Pustaka

Firdaus, 1994, h. 287.

Page 29: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

b) Kisas anggota badan, yaitu hukum kisas atau tindak pidana melukai, merusak

anggota badan dan menghilangkan manfaatnya.

Baik bagi jenis kisas jiwa maupun kisas anggota badan harus memenuhi

beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Pembunuh sudah baligh dan berakal (mukallaf)

b. Pembunuh bukan ayah dari yang terbunuh

c. Yang terbunuh sama derajatnya dari pembunuh, seperti muslim sesama muslim,

merdeka sesama merdeka.

d. Kisas itu dilakukan dalam hal yang sama, seperti jiwa dengan jiwa, mata dengan

mata, telinga dengan telinga, dan lain-lain.

e. Kisas dilakukan dengan jenis barang yang telah digunakan oleh pembunuh atau

yang melukai.

f. Orang yang terbunuh berhak dilindungi jiwanya baik dari orang Islam maupun

orang kafir.

Sedangkan dalam ensiklopedi Islam kisas diartikan sebuah prinsip yang

diberlakukan oleh al-Qur’an untuk menghukum pelaku tindak kejahatan penganiayaan

ketika terjadi tindak pembunuhan dimana pihak korban dan pihak pelaku dalam status

yang sama, maka pembunuhan terhadap pelaku merupakan hukuman akibat tindak

pembunuhan yang dilakukan terhadap pihak korban, demikian juga dengan pelukaan-

pelukaan ringan pada korban berakibat hukuman perlakuan yang setimpal atas

pelakunya.21

Bersamaan dengan pemberlakuan prinsip hukuman ini secara bijaksana

Islam juga mengesahkan penggantian hukuman, berdasarkan adanya pemaafan dari

21 Ensiklopedi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999, h. 328.

Page 30: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

pihak korban dengan sejumlah ganti kerugian yang bersifat material untuk tindak

kejahatan penganiayaan.

Dalam prakteknya, Nabi Muhammad cenderung kepada penerapan hukuman

yang lebih ringan atau kepada batas hukuman yang telah ditetapkan dalam

menyelesaikan tindak kejahatan yang dilakukan kepada Nabi, sekalipun demikian Nabi

memutuskan dengan mempertimbangkan sifat intrinsik yang terdapat pada kasus

tertentu, namun pada suatu kasus Nabi memerintahkan eksekusi seorang laki-laki yang

terbukti membunuh seorang wanita22

. Dalam kasus tersebut nabi meneliti sifat kejahatan

pembunuhan tersebut sebelum nabi mempermasalahkan status kekeluargaan antara

kedua belah pihak. Prinsip kisas sesungguhnya merupakan bentuk modifikasi dari rasa

keadilan bangsa Arab, hukum yang bercorak kesukuan di kalangan bangsa Arab telah

mengenal prinsip hukuman pembalasan atas sebuah tindak penganiayaan dalam kasus

pelukaan seseorang berlaku hukuman sa’r atau pembalasan darah,23 dan pembalasan ini

bisa saja berlaku pada setiap anggota klan pelaku penganiayaan tersebut, sedang kisas

menjadikan pelaku tindak kejahatan sebagai pribadi yang mempertanggung-jawabkan

suatu tindak kejahatan dan ia sendiri yang layak dikenai suatu hukuman dan bahkan

dalam kisas hukuman harusnya setimpal dengan kejahatan. Jadi, kisas merupakan

esensi sebuah prinsip keadilan menegaskan adanya konsekuensi dalam sebuah tindak

kejahatan atau adanya efek tertentu yang turut melatarbelakangi suatu tindakan dalam

Islam sebagaimana dalam judaisme24

objektifitas kisas dijadikan sebagai prinsip

hukum, prinsip ini menggantikan prinsip hukuman pembalasan kesukuan yang

bersyarat subjektif yang telah ada sebelumnya.

22 Ibid., 23 Ibid., h.329 24 Ibid.,

Page 31: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Turunnya ayat-ayat tentang kisas dilatarbelakangi oleh perintah Allah untuk

menghormati nyawa manusia. Atau larangan Allah untuk sikap atau tindakan tidak

menghormati nyawa manusia. Karena memelihara nyawa manusia merupakan salah satu

tujuan utama dari lima tujuan syariat yang diturunkan oleh Allah Swt. Bahkan

memelihara nyawa manusia menempati tempat kedua dari kelima hal itu, yakni:

memelihara agama, memelihara nyawa, memelihara akal, memelihara keturunan dan

kehormatan, dan memelihara harta benda.25

Allah menyatakan di dalam al-Qur’an:

� ��&�D ��+ م�;&Mم ;EHG� وAت��&;ا ا��)�� ا�)R� �)م اQ إA) ب�HNO� وم� � )33: اWس�اء(س&�Uن� +T���ف +R ا��� إن)E آ�ن م��;را

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)

melainkan dengan sesuatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh

secara dzalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli

warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh,

sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (al-Isra:33).

��4Z ا�)\�� ءام�;ا آ�� '&B5G ا����ص +R ا���&% اZ��O� ب��H�O� وا����� ب������ ��أ E��G�����ع ب�������وف وأداء إHء +�تRش�� E��GIم��� أ E��� R���' ����+ %وا�ن��% ب����ن

H3 مG�a��ن ذ0� تbب BG��اب أ\�' E�&+ 0��ا'���ى ب��� ذ ��+ e�ور B5Hر)ب �

)178:ا����ة(

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas berkenaan dengan

orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba

dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat

suatu pemaafan dari saudaranya hendaklah yang dimaafkan mengikuti dengan

cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada

yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula), yang demikian itu adalah

suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang

melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan

dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang

yang berakal, supaya kamu bertakwa”.(al-Baqarah : 178)

25 Amin Suma, dkk, Pidana Islam di Indonesia, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2001, h. 91.

Page 32: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sebab turunnya ayat ini menurut suatu riwayat dari Qatadah bahwa orang-orang

jahiliyah sudah dijangkiti penyakit suka melakukan kejahatan dan kedzaliman (jinayah)

dan sudah tergoda setan. Perbuatan ini biasanya dilakukan apabila mereka merasa kuat,

apabila budak mereka membunuh budak lain. Mereka lalu mengatakan bahwa kami

tidak akan membunuh kecuali orang-orang merdeka, yang merupakan kesombongan

mereka terhadap orang lain. Dan apabila wanita mereka membunuh wanita lain, mereka

menyatakan kami tidak akan membunuh kecuali orang laki-laki, maka turunlah ayat:

)178:���ةا�(اZ�O� ب�H�O� وا���� ب����� وا�ن% ب��ن%

“…orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita

dengan wanita...“ (al-Baqarah : 178) Dalam suatu riwayat dari Said bin Juber diberikan bahwa orang-orang Arab

pada masa sebelum datangnya Islam suka berperang karena persoalan kecil, maka

terjadilah pembunuhan dan persoalan melukai itu adalah persoalan biasa bagi

mereka, bahkan sampai mereka membunuh budak dan wanita. Keadaan itu

berlangsung terus sampai masuk Islam. Maka merupakan kejadian biasa bila ada

yang menyombongkan kekuatannya pada pihak lain. Misalnya, apabila di pihaknya

ada budak atau wanita dibunuh oleh pihak yang menjadi korban tidak akan rela

kalau tidak membunuh orang merdeka atau laki-laki dari pihak lawannya.

Dalam al-Qur’an, dalil-dalil tentang kisas tertera pada QS 2: 179, 194 dan QS

5:45, QS 25:68.

)179:ا����ة (وR+ B5� ا����ص �Gة ��أوR� ا����ب ��&)B5 ت�)�;ن “Dan dalam kisas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-

orang yang berakal supaya kamu bertaqwa” (al-Baqarah: 179)

ا�@)4� اO��ام ب��@)4� اO��ام واO��م�ت ��ص +�� ا'��ى '&B5G +�'��وا EG&'

)194: ا����ة (

Page 33: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

“Bulan haram dengan bulan haram dan pada sesuatu yang patut diihormati

berlaku hukum kisas. Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu maka

seranglah ia” (al-Baqarah: 194)

وآ���� '&j4G+ B4Gأن) ا��)�� ب���)�� وا��G� ب���G� وا�ن3 ب��ن3 وا�ذن (��ق بE +4; آ�)�رة �)E وم� �)B ب��ذن وا���H) ب���H�H واl��وح ��ص +�� ت

) 45: ا����nة ( B5O� بj�أنpل اo+ Qو0nA هB ا�M)���;ن“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalam Taurat bahwasanya jiwa

dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan

telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada kisasnya. Barang siapa yang

melepaskan hak kisashnya maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa

baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan

Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim” (al-Maidah : 45)

HNO�ب�� (Aإ Qم ا(�� R��(ن ا���)�� ا�;�&���Aو ��Iإ�4� ءا Qن م� ا;'��A ��\(وا� )68: ا��� �ن (وp�Aن;ن وم� �)�� ذN&� 0� أ��م�

“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan

tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang

benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya

dia mendapat pembalasan dosanya” (al-Furqan : 68)

Artinya pembalasan yang dimaksud ialah pembalasan yang dikenakan kepada

orang yang melakukan pembunuhan dengan secara dibunuh juga, hukuman tersebut

dijatuhkan oleh hakim melalui proses pengadilan. Namun apabila keluarga yang

terbunuh itu memaafkan si pelaku pembunuhan maka hukum kisas tidak dikenakan

pada pembunuh sebagai gantinya si pembunuh harus membayar diat.

B. Bentuk-bentuk Hukuman Pidana Kisas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia hukuman berarti siksa yang dikenakan

kepada orang yang melanggar Undang-Undang dan sebagainya, keputusan yang

dijatuhkan oleh hakim, hasil atau akibat menghitung.26

26 Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.317

Page 34: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Hukuman untuk tindak pidana pembunuhan.27

Pembunuhan dibagi menjadi tiga,

yaitu:

1. Pembunuhan sengaja, yaitu suatu pembunuhan dimana pelaku perbuatan tersebut

sengaja melakukan suatu perbuatan dan dia menghendaki akibat dari perbuatannya,

yaitu matinya orang yang menjadi korban. Sebagai indikator dari kesengajaan untuk

membunuh tersebut dapat dilihat dari alat yang digunakannya. Dalam hal ini alat

yang digunakan untuk membunuh korban adalah alat yang lumrahnya dapat

mematikan korban, seperti senjata api, senjata tajam, dan lain sebagainya.

Unsur-unsur pembunuhan sengaja adalah korban harus berupa manusia yang

hidup, apabila korban bukan manusia hidup tetapi ia sudah meninggal terlebih

dahulu maka ia bukanlah korban pembunuhan sengaja. Kematian adalah merupakan

akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pembunuhan. Pembunuhan

dianggap sebagai pembunuhan sengaja apabila dalam diri pelaku terdapat niat untuk

membunuh korban bukan hanya kesengajaan dalam perbuatannya saja tetapi niat

untuk membunuh.

2. Pembunuhan menyerupai sengaja. Menurut Hanafiyah,28

pembunuhan menyerupai

sengaja ada suatu pembunuhan dimana pelaku sengaja memukul korban dengan

tongkat, cambuk, batu, tangan, benda lain yang mengakibatkan kematian. Menurut

definisi ini pembunuhan menyerupai sengaja memiliki dua unsur yaitu, unsur

kesengajaan. Terlihat dalam kesengajaan berbuat berupa pemukulan, unsur

kekeliruan terlihat dalam ketiadaan niat membunuh. Dengan demikian pembunuhan

tersebut menyerupai sengaja karena adanya kesengajaan dalam berbuat.

27 Ahmad Wadi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2005, h. 36. 28 Ibid.,

Page 35: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Unsur-unsur lainnya yaitu perbuatan tersebut mengakibatkan kematian,

adanya kesengajaan dalam melakukan perbuatan tetapi kematian yang terjadi

merupakan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku.

3. Pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid Sabiq:

“Pembunuhan karena kesalahan adalah apabila seorang mukallaf melakukan

perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan, seperti menembak binatang buruan

atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian mengenai orang yang dijamin

keselamatannya dan membunuhnya.29

Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat

diambil intisari bahwa dalam pembunuhan karena kesalahan, sama sekali tidak ada

unsur kesengajaan untuk melakukan perbuatan yang dilarang, dan tindak pidana

pembunuhan terjadi karena kurang hati-hati atau karena kelalaian dari pelaku.

Unsur-unsurnya perbuatan yang mengakibatkan kematian korban dan perbuatan

tersebut terjadi karena kekeliruan. Adanya hubungan sebab akibat antara kekeliruan

dan kematian, hukuman sebab akibat dianggap ada karena pelaku yang menjadi

penyebab dari perbuatan yang mengakibatkan kematian tersebut.

Hukuman untuk tindak pidana pembunuhan dalam syari’at Islam adalah kisas.

Kisas juga merupakan hukuman pokok untuk pembunuhan yang disengaja selain

kifarat. Sedangkan penggantinya adalah diat dan ta’zir30

.

Seseorang yang akan menjalani hukuman kisas haruslah seorang mukallaf yaitu

baligh dan berakal karena kisas tidak bisa dilaksanakan untuk anak kecil dan orang gila,

pelaku melakukan pembunuhan dengan sengaja yaitu menghilangkan nyawa. Pelaku

29 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz II, Beirut, Dar al-Fikri, 1980, h. 438. 30 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.32

Page 36: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

pembunuhan merupakan orang yang bebas (merdeka) dan tidak dipaksa melakukan

pembunuhan31.

Hukuman untuk tindak pidana pembunuhan sengaja adalah kisas32, sedangkan

hukuman pembunuhan menyerupai sengaja diancam dengan beberapa hukuman, yaitu

diat dan kifarat tidak dengan kisas. Untuk pembunuhan karena kesalahan hukumannya

adalah diat dan kifarat juga tidak dengan kisas.

Hukuman untuk tindak pidana selain jiwa seperti bagian athraf33

dikenakan

hukuman pokok yaitu kisas jika dilakukan dengan sengaja dengan hukuman

penggantinya diat dan ta’zir34

, adapun hukuman pokok untuk perusakan athraf yang

menyerupai sengaja dan kekeliruan adalah diat sedangakan hukuman penggantinya

adalah ta’zir. Jadi kisas khusus untuk perusakan athraf atau sengaja.

Hukuman lain untuk pidana selain jiwa yaitu hukuman atas menghilangkan

manfaat anggota badan adalah kisas. Meskipun faktor kesulitan untuk melaksanakan

hukuman kisas dalam tindak pidana menghilangkan manfaat ini sangat besar, namun

menurut Jumhur Fuqaha selama hal itu memungkinkan, tetap diupayakan untuk

melaksanakannya35

. Apabila kisas betul-betul tidak memungkinkan untuk

melaksanakan maka pelaku dibebani hukuman diat.

Hukuman untuk syajjaj36

yang merupakan bagian dari tindak pidana atas selain

jiwa. Dari sebelas jenis yang dikemukakan oleh Abu Hanifah37

, hanya satu jenis yang

31 Ibid., 32 Ibid., h.38 33 Tindakan perusakan terhadap anggota badan dan anggota lain yang disetarakan dengan

anggota badan 34 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.38 35 Ibid., h.39 36 Pelukaan khusus pada bagian muka dan kepala 37 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.40

Page 37: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

disepakati oleh para fuqaha untuk dikenakan kisas yaitu Mudhihah38

sebagaimana telah

dikemukakan mudhihah adalah pelukaaan yang agak dalam sehingga memotong dan

merobek selaput antara daging dan tulang sehingga tulang tersebut kelihatan.

Sedangkan jenis-jenis syajjaj di atas mudhihah, yaitu hasyimah39

, munqilah40

, al-

ammah41, dan ad-damighah

42. Para fuqaha telah sepakat tidak berlaku hukuman kisas,

karena sangat sulit untuk dilaksanakan secara tepat tanpa ada kelebihan43

. Adapun jenis-

jenis syajjaj di bawah mudhihah, para fuqaha berbeda pendapat tentang diterapkannya

hukuman kisas atas jenis-jenis syajjaj tersebut. Imam Malik berpendapat bahwa dalam

semua jenis syajjaj sebelum mudhihah berlaku hukuman kisas, karena hal itu masih

mungkin untuk dilaksanakan. Menurut Imam Abu Hanifah, mengacu kepada riwayat al-

Hasan tidak ada kisas kecuali pada mudhihah dan simhaq44

, itupun kalau

memungkinkan. Sementara menurut Imam Muhammad, kisas bisa diterapkan pada

mudhihah, simhaq, badi’ah, dan damiyah, karena kesepadanan masih mungkin

dilaksanakan dengan mengukur lukanya, baik lebar maupun dalamnya. Menurut

mazhab Syafi’i dan Hanbali, tidak ada hukuman kisas pada syajjaj sebelum mudhihah,

karena luka-luka tersebut tidak sampai pada tulang sehingga tidak ada batas pasti yang

aman dari kelebihan45

.

Sedangkan hukuman kisas untuk jirah46

ini diperselisihkan oleh para fuqaha.

Imam Malik berpendapat bahwa kisas berlaku pada semua jirah, baik lukanya munqilah

38 Pelukaan yang lebih dalam sehingga memotong atau merobek selaput tersebut sehingga

tulangnya kelihatan. 39 Pelukaan yang lebih dalam lagi sehingga memotong atau memecahkan tulang. 40 Pelukaan yang sampai memindahkan posisi tulang dari tempat asalnya. 41 Pelukaan yang lebih dalam lagi sehingga sampai kepada selaput tulang dan otak. 42 Pelukaan yang merobek selaput antara tulang dan otak sehingga otaknya kelihatan. 43 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.40 44 Pelukaan memotong daging sehingga selaput antar daging dan tulang kelihatan. 45 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.40 46 Pelukaan anggota badan meliputi leher sampai batas pinggul.

Page 38: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

maupun hasyimah47

. Alasannya adalah kisas dengan keseimbangan masih

memungkinkan, kecuali kalau menimbulkan kekhawatiran. Sedangkan untuk jaifah

tidak berlaku hukuman kisas.

Abu Hanifah berpendapat bahwa di dalam jirah tidak berlaku hukuman kisas

sama sekali, baik jaifah48 maupun ghairu jaifah

49. Alasannya adalah karena sulit untuk

menerapkan kesepadanan dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, apabila jirah tersebut

mengakibatkan kematian, pelaku wajib di kisas jika ia sengaja melakukan

pembunuhan50

.

Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa dalam jirah berlaku

hukuman kisas apalagi pelukaannya sampai mudhihah, yaitu pelukaan yang sampai

kepada tulangnya51

. Alasannya karena dalam hal ini kesepadanan mungkin diterapkan

karena ada batas, yaitu tulang. Akan tetapi, sebagian dari pengikut imam Syafi’i

berpendapat bahwa dalam jirah sama sekali tidak berlaku hukuman kisas alasan mereka

adalah karena dalam mudhihah kepala dan wajah ada ganti rugi yang tertentu,

sedangkan pada jirah tidak ada. Oleh karena itu, keduanya tidak boleh disamakan. Akan

tetapi pendapat tersebut ditolak, karena dasar kisas bukan ganti rugi, melainkan firman

Allah dalam surah al-Maidah ayat 45:

)45: ا����nة (واl��وح ��ص “Dan setiap luka ada qishasnya” (al-Maidah : 45)

Hukuman untuk tindakan selain yang telah disebutkan di atas. Apabila tindak

pidana atas selain jiwa tidak menimbulkan luka pada athraf, tidak pula menghilangkan

manfaatnya, juga tidak menimbulkan syajjaj, dan tidak pula jirah, menurut kebanyakan

47 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.40 48 Pelukaan sampai ke bagian dalam dari dada. 49 Pelukaan tidak sampai ke bagian dalam dada. 50 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.41 51 Ibid.,

Page 39: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

pendapat fuqaha dalam kasus ini tidak berlaku hukuman kisas. Tindakan

penempelengan, pemukulan, dengan cambuk dan tongkat semuanya itu tidak dikenakan

hukuman kisas apabila tidak meninggalkan bekas52.

Imam Malik, berpendapat bahwa dalam pemukulan dengan cambuk berlaku

hukuman kisas, walaupun tidak menimbulkan jirah atau syajjaj53. Akan tetapi, dalam

penempelengan dan pemukulan dengan tongkat dan penempelengan tidak berlaku

hukuman kisas, kecuali apabila menimbulkan luka jirah atau syajjaj. Menurut Syamsu

Ad-Din Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah, di dalam penempelengan dan pemukulan juga

berlaku hukuman kisas, berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 126:

�)�ب��� &� �GI ;4� Bص��ت �s�و Eب B�� ;'م� (وإن '� B�� +�� �;ا ب�Oا�� :126(

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang

sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu

bersabar, sesungguhnya itulah lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (an-

Nahl: 126)

Ayat di atas menjelaskan tentang kesepadanan dalam hukuman dan perbuatan

dalam kasus ini penempelengan dibalas dengan penempelengan dan pemukulan dibalas

dengan pemukulan adalah suatu tindakan yang lebih dekat kepada kesepadanan dan

keseimbangan disbanding dengan ta’zir yang berlainan jenis dengan perbuatan yang

dilakukan oleh terhukum. Pendapat Ibnu Al-Qayyim ini diperkuat dengan merujuk

kepada pendapat Imam Ahmad Ibnu Hambal yang mengatakan bahwa untuk

penempelengan dan pemukulan berlaku hukuman kisas. Demikian pula para sahabat

seperti Abu Bakar, Utsman, Ali, dan Khalid bin Walid pernah meng-kisas pelaku

penempelengan54

.

52 Ibid., 53 Ibid,. 54 Ibid., h.42

Page 40: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sebagian fuqaha dari kalangan Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa untuk

penempelengan berlaku hukuman khusus jika tindakan tersebut menghilangkan daya

penglihatan55. Akan tetapi untuk penempelengannya sendiri, mereka tidak

memberlakukan hukuman kisas. Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa menurut pendapat

jumhur fuqaha, untuk tindak atas selain jiwa yang tidak mengakibatkan luka pada

athraf, syajjaj, atau jirah, hukumannya adalah ganti rugi yang tidak tertentu atau

hukumah, yaitu ganti rugi yang ketentuannya diserahkan kepada kebijaksanaan dan

ijtihad hakim, dan ini hampir mirip dengan ta’zir.

Menurut R. Soesilo, hukuman adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang

dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada orang yang melanggar undang-undang

hukum Pidana.56

Sedangkan, menurut Wiryono Prodjodikoro hukuman adalah hal-hal

yang dipidanakan oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum

sebagai hal yang tidak enak dirasakannya, dan juga hal yang tidak sehari-hari

dilimpahkan.

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa hukuman adalah suatu penyiksaan

atau penderitaan yang khusus dijatuhkan kepada orang yang melanggar norma-norma

atau kaidah-kaidah hukum pidana melalui vonis hakim.

Dalam istilah hukum pidana Islam, pemidanaan ataupun hukuman disebut

dengan istilah ‘uqubah.57

Dalam al-Quran tidak dijumpai kata ini, yang ada hanyalah

kata ‘iqab yang disebut sebanyak 20 kali dalam 11 surat dan 20 ayat, yang berarti siksa

55 Ibid., 56

R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor, Politea,

1965, h. 26. 13

Kata ‘uqubah berasal dari akar kata ‘aqaba-ya’qibu/ya’qubu-‘aqban-‘uquban. Namun

demikian, kata ‘uqubah identik dengan kata al-‘iqab dan al-qishash yang secara harfiah berarti hukuman.

Lihat Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Surabaya, Pustaka Progressif, Edisi II, h. 1022.

Page 41: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

atau siksaan. Kata lain yang menyerupai kata ‘iqab adalah kata ‘adzab yang juga berarti

siksa, di samping berarti sakit dan pedih (al-alam).58

Sedangkan secara terminologi, ‘uqubah adalah sebutan bagi sesuatu yang

menyakitkan atau tidak menyenangkan yang dikenakan atau ditimpakan kepada pelaku

tindak kejahatan dalam rangka mencegah (menghalangi) pelaku, atau suatu yang tidak

menyenangkan atau menyakitkan yang disyariatkan (oleh Allah) untuk mencegah

timbulnya berbagai kerusakan atau mafasid.59

C. Tindak Pidana Yang Dapat Dikenakan Pidana Kisas

Tindak pidana yang dapat dikenakan hukuman kisas antara lain: Pembunuhan.

Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan, atau cara

membunuh.60 Sedangkan pengertian membunuh adalah mematikan, menghilangkan

(menghabisi, mencabut nyawa).61 Dalam bahasa Arab pembunuhan disebut (al-qatlu)

berasal dari kata qatala yang sinonimnya amaaata62 yang artinya mematikan. Dalam

istilah pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah al-Zuhaili yang mengutip pendapat

Syarbini Khatib sebagai berikut:

“Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa

seseorang”.63

Abdul Qadir Audah memberikan definisi pembunuhan sebagai berikut:

14Muhammad Amin Suma, “Hukum Pidana Islam: Visi, Misi dan Filosofinya dalam Perspektif

Qur’an dan Sunnah”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Hukum Pidana Islam: Deskripsi,

Analisis Perbandingan dan Kritik Konstruktif, Fakultas Syariah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23-24

Juni 1999, h. 12. 15Ibid., 60 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1989, h. 138. 61 Ibid., 62 Ibrahim Unais, Al-Mu’jam al-Wasith, Juz II, Daar Ihya’ At-turats al-‘Arabi T.Th, h. 715. 63 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Juz VI, Damaskus, Dar Al-Fikr, 1989,

h.217.

Page 42: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

“Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menghilangkan kehidupan yakni

pembunuhan itu adalah menghilangkan nyawa manusia dengan sebab

perbuatan manusia yang lain”.64

Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa pembunuhan adalah

perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan nyawa, baik perbuatan

tersebut dilakukan sengaja ataupun tidak disengaja. Pembunuhan merupakan perbuatan

yang dilarang oleh syara’. Hal ini didasarkan kepada firman Allah dalam al-Qur’an.

1. Surat al-Isra ayat 31:

وAت��&;ا أوAدآeG@I B إمTق ن)O� ن�ز B4 وإ�)�آB إن) �&B4 آ�ن �sUI آG��ا

)31: اWس�اء(“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.

Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka juga kepadamu.

Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” (al-Israa: 31)

2. Surat al-Isra ayat 33:

HNO�ب� (Aإ Qم ا(� R�(ا� ��(�&;ا ا���تAو)س�اءW33: ا ( “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan, melainkan dengan

suatu alasan yang benar” (al-Israa: 33)

3. Surat al-Furqan ayat 68:

HNO�ب� (Aإ Qم ا(� R�(ن ا��)�� ا�;&���Aو �Iإ�4� ءا Qن م� ا;'��A ��\(وا� )68: ا��� �ن (N أ��م� وp�Aن;ن وم� �)�� ذ0� �&

“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan

tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang

benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya

dia mendapat pembalasan dosanya” (al-Furqan: 68)

Larangan perbuatan juga terdapat pada beberapa hadits nabi, antara lain hadits

yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

BA&)س وEG& '% اQ&) ص اQل;س ر�ل : �ل E� ' اvRQ رد;�� م�� اب'�OZ: ثT �ي�b بA) إ اQل;سR رنHأ و اAQ) إ�E إ Aن أB� @4�&� مئ� امم د

) م��EG&' N (l�'�e& �ق�ر��� اE��� �ك�رت و�����) ب��ا��)R وان ا�HG�(pا�)

64 Audah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islamiy, h. 6

Page 43: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

“Dari Ibn Mas’ud r.a berkata: Rasulullah saw.telah bersabda: “Tidak halal

darah seorang muslim yang telah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan

melainkan Allah dan bahwa aku utusan-Nya, kecuali dengan salah satu dari

tiga perkara: (1) Pezina Muhsan, (2) Membunuh, dan (3) Orang yang

meniggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jama’ah.” (Muttafaqun

alaihi)65

Dari beberapa ayat al-Qur’an dan al-Hadits tersebut, jelaslah bahwa

pembunuhan merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara’, kecuali ada alasan yang

dibenarkan oleh hukum syara’.

Selain pembunuhan tindak pidana yang dapat dikenakan kisas adalah tindak

pidana atas selain jiwa. Yang dimaksud dengan tindak pidana atas selain jiwa, seperti

yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah adalah:

“Setiap Perbuatan yang menyakiti orang lain yang mengenai badannya, tetap

tidak sampai menghilangkan nyawanya”.66

Pengertian ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili,

bahwa tindak pidana atas selain jiwa adalah setiap tindakan melawan hukum atas badan

manusia, baik berupa pemotongan anggota badan, pelukaan, maupun pemukulan,

sedangkan jiwa atau nyawa dan hidupnya masih tetap tidak terganggu.67

Istilah tindak pidana atau selain jiwa (م� دون ا���� %&' e���D) digunakan secara jelas

oleh Hanafiah68

. Istilah ini lebih luas daripada apa yang dikemukakan oleh Undang-

Undang hukum pidana Mesir, yang menyebutnya dengan istilah pelukaan (al-jarhu) dan

pemukulan (al-dharbu).

Inti dari unsur tindak pidana atas selain jiwa, seperti yang dikemukakan dalam

definisi di atas adalah perbuatan yang menyakiti. Dengan demikian yang termasuk

65 Muhammad Ibn Isma’il Al-Kahlani, Subulus Salam Juz. III, Mesir, Mustafa al-Baaby Al-

Halabiy, 1960, h. 260. 66 Ibid., 67 Ibid., 68 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.45

Page 44: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

dalam perbuatan menyakiti, setiap jenis pelanggaran yang bersifat menyakiti, atau

merusak anggota badan manusia, seperti pelukaan, pemukulan, pencekikan,

pemotongan, dan penempelengan. Oleh karena sasaran tindak pidana ini adalah badan

atau jasmani manusia maka perbuatan yang menyakiti perasaan orang tidak termasuk

dalam definisi di atas, karena perasaaan bukan jasmani dan sifatnya abstrak, tidak

konkrit. Perbuatan yang menyakiti perasaan dapat dimasukkan dalam tindak pidana

penghinaan atau tindak pidana lain yang tergolong jarimah ta’zir.

Ditinjau dari sasarannya tindak pidana atas selain jiwa dapat dibagi kepada lima

bagian69

, yaitu:

1. Penganiayaan atas anggota badan dan semacamnya. Adapun yang dimaksud

dengan jenis yang pertama ini adalah tindakan perusakan terhadap anggota

badan dan anggota lain yang disetarakan dengan anggota badan (athraf) baik

berupa pemotongan atau pelukaan. Dalam kelompok ini termasuk pemotongan

tangan, kaki, jari, kuku, hidung, zakar, biji pelir, telinga, bibir, pencongkelan

mata, merontokkan gigi, pemotongan rambut, alis, bulu mata, jenggot, kumis,

bibir kemaluan perempuan, dan lidah.

2. Menghilangkan manfaat anggota badan sedangkan jenisnya masih tetap utuh.

Maksud dari jenis yang kedua ini adalah tindakan yang merusak manfaat dari

anggota badan, sedangkan jenis anggota badannya masih utuh. Dengan

demikian, apabila anggota badannya hilang atau rusak, sehingga manfaatnya

juga ikut hilang maka perbuatannya termasuk kelompok pertama, yaitu

perusakan anggota badan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah

menghilangkan daya pendengaran penglihatan, penciuman, pembicaraan, suara,

69 Ibid., h.47

Page 45: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

rasa (dzauq), penguyahan (madhghun), pengeluaran mani (imna’), penghamilan

(ihbal), persetubuhan (ijma’), pengeluaran air seni (ifdha’), daya gerak

(bathsyu’), dan berjalan.

3. Hukuman Syajjaj. Yang dimaksud dengan asy-syajjaj adalah pelukaan khusus

pada bagian muka dan kepala. Sedangkan pelukaan atas badan selain muka

kepala termasuk kelompok keempat, yaitu jirrah.

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa syajjaj adalah pelukaan pada

bagian muka dan kepala, tetapi khusus di bagian-bagian tulang saja, seperti dahi.

Sedangkan pipi yang banyak dagingnya tidak termasuk syajjaj, tetapi ulama

yang lan berpendapat bahwa syajjaj adalah pelukaan pada bagian muka dan

kepala secara mutlak.70

Adapun organ-organ tubuh yang termasuk kelompok

anggota badan, meskipun ada pada bagian muka, seperti mata, telinga, dan lain-

lain tidak termasuk syajjaj.

Menurut Imam Abu Hanifah71, syajjaj itu ada sebelas macam:

a) Al-Kharishah, yaitu pelukaan atas kulit, tetapi tidak sampai mengeluarkan

darah.

b) Ad-Dami’ah, yaitu pelukaan yang mengakibatkan pendarahan, tetapi

darahnya tidak sampai mengalir, melainkan seperti air mata.

c) Ad-Damiyah, yaitu pelukaan yang berakibat mengalirkan darah.

d) Al-Badhi’ah, yaitu pelukaan yang sampai memotong daging.

e) Al-Mutalahimah, yaitu pelukaan yang memotong daging lebih dalam

daripada al-Badhi’ah.

70 Audah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islamiy, h.206 71 Muslich, Hukum Pidana Islam, h.48.

Page 46: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

f) As-Simhaq, yaitu pelukaan yang memotong daging lebih dalam lagi,

sehingga kulit halus (selaput antar daging dan tulang kelihatan. Selaputnya

itu sendiri disebit simhaq.

g) Al-Mudhihah, yaitu pelukaan yang lebih dalam, sehingga memotong atau

merobek selaput tersebut sehingga tulangnya kelihatan.

h) Al-Hasyimah, yaitu pelukaan yang lebih dalam lagi, sehingga memotong

atau memecahkan tulang.

i) Al-Munqilah, yaitu pelukaan yang bukan hanya sekedar memotong tulang,

tetapi sampai memindahkan posisi tulang dari tempat asalnya.

j) Al-Ammah, yaitu pelukaan yang lebih dalam lagi sehingga sampai kepada

ummud dimagh ( ام ا��م�غ), yaitu selaput antara tulang dan otak.

k) Ad-Damighah, yaitu pelukaan yang merobek selaput antara tulang dan otak

sehingga otangknya kelihatan.

Menurut Abdurrahman Al-Jaziri, sebenarnya jenis syajjaj yang

disepakati oleh para fuqaha adah sepuluh macam72, yaitu tanpa memasukkan

jenis yang kesebelas yaitu ad-Damighah. Hal ini karena ad-Damighah itu

pelukaan yang merobek selaput otak, sehingga karenanya otak tersebut akan

berhamburan, dan kemungkinan mengakibatkan kematian. Itulah sebabnya ad-

Damighah tidak dimasukkan ke dalam kelompok syajjaj.

4. Al-Jirah, adalah pelukaan pada anggota badan selain wajah, kepala, dan atraf73

.

Anggota badan yang pelukaannya termasuk jirah ini meliputi leher, dada, perut,

sampai batas pinggul. Al-Jirah ini ada dua macam, yaitu:

72 Ibid., h. 49 73 Ibid.,

Page 47: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

a. Jaifah, yaitu pelukaan yang sampai ke bagian dalam dari dada dan perut,

baik pelukaan dari depan, belakang maupun dari samping.

b. Ghair Jaifah, yaitu pelukaan yang tidak sampai ke bagian dalam dari dada

atau perut, melainkan hanya pada bagian luarnya saja.

5. Tindakan selain yang telah disebutkan di atas

Adapun yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah setiap tindakan

pelanggaran, atau menyakiti yang tidak sampai merusak athraf atau

menghilangkan manfaatnya, dan tidak pula menimbulkan luka atau syajjaj atau

jirah74

. Sebagai contoh dapat dikemukakan, seperti pemukulan pada bagian

muka, tangan, kaki atau badan, tetapi tidak sampai menimbulkan atau

mengakibatkan luka, melainkan hanya memar, muka merah atau terasa sakit.

Hanafiyah sebenarnya hanya membagi tindak pidana atas selain jiwa ini

kepada empat bagian, tanpa memasukkan bagian yang kelima karena bagian yang

kelima ini adalah suatu tindakan yang tidak mengakibatkan luka pada athraf

(anggota badan), tidak menghilangkan manfaatnya, juga tidak menimbulkan luka

syajjaj,dan tidak pula luka pada jirah75

.

D. Pendapat Imam Syafi’i Tentang Kisas

Siapa yang dijatuhi hukuman kisas dalam masalah pembunuhan maupun dalam

masalah penganiayaan dalam hal ini Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada kisas

atas orang yang tidak wajib atasnya hudud (hukuman-hukuman yang telah ditetapkan

kadarnya). Orang yang memiliki kriteria seperti ini dari kaum laki-laki adalah yang

belum pernah mimpi bersenggama, sedangkan dari kaum wanita adalah yang belum

74 Ibid., h.50 75 Ibid.,

Page 48: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

mengalami haid atau yang usianya belum cukup 15 tahun dari keduanya, serta orang

yang akalnya tidak sehat dengan sebab apapun kecuali karena mabuk.76 Apabila seorang

laki-laki baligh yang tidak dilarang membelanjakan hartanya yang diterima

pengakuannya mengaku telah melakukan tindak kriminal secara sengaja dan ia

memerinci tindak kriminal tersebut, lalu ia gila atau mengalami gangguan otak, maka

kisas-kisas dilaksanakan atasnya. Adapun bila ia mengaku melakukan hal itu tanpa

sengaja, maka ia harus mengganti kerugian yang ditimbulkan dengan hartanya. Akalnya

yang terganggu tidak menghalangi untuk diambil hak orang lain darinya. Imam Syafi’i

juga berpendapat apabila seseorang yang telah baligh mengaku telah melakukan tindak

kriminal terhadap orang secara sengaja dan ia mengaku bahwa saat terjadinya tindak

pidana itu ia masih di bawah umur, maka perkataannya dapat diterima di mana ia tidak

dijatuhi hukuman kisas, namun ia tetap membayar kerugian yang ditimbulkan oleh

perbuatannya.

Menurut Imam Syafi’i tindak pidana secara sengaja yang berlaku padanya kisas

adalah pembunuhan yang dapat ditinjau dari tiga segi77 Pertama, pembunuhan yang

disengaja dan berlaku padanya hukum kisas, dalam hal ini ahli waris orang yang

terbunuh dapat menuntut pelaku agar dihukum bunuh. Kedua, pembunuhan serupa

sengaja namun tidak berlaku padanya hukum kisas. Ketiga, pembunuhan tanpa sengaja

tidak berlaku padanya hukum kisas.

Batasan tindak pidana yang berlaku padanya hukum kisas adalah seseorang

yang dengan sengaja mendatangi orang lain lalu menghujamkan senjata yang biasa

digunakan untuk menumpahkan darah dan dapat melukai daging seperti pedang atau

76 Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab al-Umm II, Jakarta, Pustaka Azzam, 2004, h. 570. 77 Ibid.,

Page 49: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

pisau karena senjata tersebut adalah senjata diperintahkan Allah untuk dibawa saat

shalat khauf.78

Imam Syafi’i juga berpendapat apabila seorang memukul orang lain dengan

menggunakan bagian lain sisi yang tidak tajam dari pedang atau pisau dan tidak

melukainya namun korban meninggal dunia maka dalam kasus ini pelaku tidak

dijatuhkan hukuman mati79

. Seseorang dapat dijatuhi hukuman mati karena membunuh

dan apabila besi yang ia gunakan dapat melukai atau mengoyakkan badan seperti batu

yang besar. Apabila seseorang memukul orang lain dengan menggunakan sisi tajam

pedang atau pisau dan korban tidak terluka namun ia meninggal dunia maka dalam

kasus ini pelaku diharuskan membayar denda dan tidak dijatuhi hukuman mati. Jika

seseorang memukul orang lain dengan menggunakan batu yang tidak bersisi tajam dan

ukurannya relatif ringan, lalu batu itu dipukulkan ke kepala korban dan korban

meninggal dunia maka dalam kasus ini pelaku tidak dijatuhi hukuman mati jika pelaku

memukuli korban dengan batu itu dan menimbulkan luka di kepala yang umumnya

dapat membawa kepada kematian maka pelaku dijatuhi hukuman mati sebab batu dapat

melukai dengan sebab ukurannya yang berat sekiranya batu itu memiliki sisi tajam lalu

melukai korban sehingga meninggal dunia, maka pelaku dijatuhi hukuman mati80

.

Adapun sesuatu yang lebih berat dari ini maka bila dipukulkan, ditindihkan atau

dijatuhkan kepada seseorang, maka orang itu tidak akan bertahan hidup. Apabila

seseorang menggunakan benda seperti ini untuk memukul atau melempar orang lain dan

korban tidak mampu keluar darinya atau benda itu ditimpakan kepadanya lalu korban

meninggal dunia maka dalam kasus ini berlaku hukum kisas. Sebagai contoh seseorang

yang memukul orang lain dengan menggunakan kayu yang besar dan dapat melukai

78 Ibid., h. 571 79 Ibid., 80 Ibid.,

Page 50: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

kepala, dada maupun pinggang korban hingga membunuhnya, atau pelaku

menggunakan benda lain yang mirip dengan ini dimana umumnya orang yang dipukul

dengan benda itu tidak akan bertahan hidup maka dalam kasus ini pelaku dijatuhi

hukuman mati dan dieksekusi sebagaimana cara ia membunuh korban. Begitu pula

apabila seseorang menyalakan api lalu melempar orang lain ke dalam api itu dalam

keadaan terikat atau ia mengikat orang lain dan melemparkan ke air dan korban

meninggal dunia saat itu juga atau meninggal beberapa waktu kemudian akibat sakit

yang ia derita karena penganiayaan itu maka dalam kasus ini pelaku dihukum mati.

Imam syafi’i berpendapat barang siapa mengalami penganiayaan dari seseorang, maka

hendaknya diperhatikan waktu terjadinya peristiwa itu. Apaila umumnya apa yang

menimpanya dapat membunuh seseorang, maka pelaku dijatuhi hukuman mati. Dan

apabila seseorang menempatkan orang lain dalam suatu ruangan tanpa menyisakan

lubang yang dapat digunakan untuk mengirim makanan dan minuman kepada orang itu

hingga berhari-hari lalu korban meninggal dunia atau ia memenjarakan orang itu di

suatu tempat meski bukan dalam tembok tertutup lalu ia melarang untuk diberikan

kepada korban makanan dan minuman selama waktu yang umumnya orang akan

meninggal dunia dalam masa tersebut tanpa makan dan minum hingga akhirnya korban

meninggal dunia maka pelaku dijatuhi hukuman mati.81

Adapun bila korban meninggal

pada masa yang umumnya seseorang tetap hidup tanpa makan dan minum, maka pelaku

tidak dijatuhi hukuman mati, tapi harus membayar denda.

Dalam hal penganiayaan fisik secara sengaja yang tidak mencapai tingkat

pembunuhan Imam Syafi’i berpendapat bahwa penganiayaan fisik yang tidak mencapai

tingkat pembunuhan berbeda dengan hukuman pembunuhan itu sendiri dalam sebagian

81 Ibid., h. 572

Page 51: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

perkara yang dilakukan secara sengaja82

. Apabila seseorang dengan sengaja menusuk

mata orang lain dengan jari tangannya hingga mencungkilnya maka pelaku dijatuhi

hukuman yang serupa dengan perbuatannya atau kisas. Demikian pula apabila

seseorang memasukkan jari tangannya di mata orang lain hingga mata orang itu

mengalami cedera sampai akhirnya ia buta maka pelaku dijatuhi hukuman yang sama

dengan perbuatannya83

.

Allah telah menetapkan hukum yang adil juga telah menyamakan diantara

hamba-hambaNya baik yang berstatus sosial tinggi maupun yang berstatus sosial rendah

di hadapan hukum Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 50 :

: ا����nة (أ+B5O ا�l�ه&G)e ��|;ن وم� أ�� م� ا QH� ��5�;م �; �;ن50(

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang

lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (al-Maidah :

50)

Sesungguhnya Islam diturunkan pada saat sebagian bangsa Arab saling

membalas karena pembunuhan atau penganiayaan maka diturunkan pada mereka

firman-Nya:

��أ��4Z ا�)\�� ءام�;ا آ�� '&B5G ا����ص +R ا���&% اZ�O� ب�H�O� وا���� ب����� �وف وأداء إEG� وا�ن% ب��ن% +�� 'E� R� م� أEGI شRء +�تH��ع ب����

BG�اب أ\' E&+ 0�ا'��ى ب�� ذ ��+ e�ور B5Hر)ب �H3 مG�a��ن ذ0� تbب )178:ا����ة (

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,

hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang

mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar

(diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian

itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa

82 Ibid., 83 Ibid.,

Page 52: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih” (al-

Baqarah:178)

Imam Syafi’i berkata siapa saja yang membunuh seseorang maka ahli waris

korban berhak memilih antara membunuh pelaku pembunuhan atau mengambil diyat

atau memberi maaf tanpa mengambil diyat84

. Allah SWT telah mengirimkan

firmanNya:

�� ا�)R� �)م اQ إA) ب�HNO� وم� � مM&;م� +�� EHG�;� ��&�D وAت��&;ا ا��) )33:اWس�اء( س&�Uن� +T���ف +R ا��� إن)E آ�ن م��;را

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),

melainkan dengan suatu (alasan) yang benar, dan barangsiapa dibunuh secara

zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,

tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya

ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (al-Israa: 33)

Apabila ahli waris orang yang dibunuh memilih mengambil diyat dan tidak

melakukan kisas maka pembunuh harus menerima keputusan ini baik ia tidak

menyukainya karena sesungguhnya Allah SWT hanya memberi kekuasaan kepada ahli

waris. Adapun yang memegang kekuasaan ini adalah seluruh ahli waris yang terdiri dari

isteri dan selainnya. Tidak boleh bagi wali memutuskan untuk menuntut bunuh atas

pelaku pembunuhan hingga berkumpul seluruh ahli waris. Ahli waris yang tidak berada

di tempat ditunggu hingga hadir atau menunjuk wakil dan ahli waris yang masih kecil

ditunggu hingga baligh adapun pembunuh tetap ditahan hingga ahli waris yang tidak

berada di tempat hadir dan yang masih kecil menjadi baligh. Apabila ahli waris yang

tidak hadir atau masih kecil maupun yang telah baligh meninggal dunia sebelum mereka

berkumpul untuk menentukan hukuman atas pelaku pembunuhan anggota keluarga

84 Ibid., h. 575

Page 53: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

mereka maka ahli waris yang tersisa tetap berhak memilih antara menuntut hukuman

bunuh atau denda atau memberi maaf tanpa diyat85.

Apabila satu kelompok yang terdiri beberapa orang memukuli satu orang secara

bersama-sama hingga meninggal dunia namun satu orang diantara mereka

menggunakan besi satu orang menggunakan tongkat yang ringan satu orang

menggunakan batu atau cambuk lalu orang yang dipukuli meninggal dunia akibat

perbuatan mereka maka mereka semua dianggap telah memukul secara sengaja namun

tidak ada kisas atas mereka karena kita tidak tahu pasti pukulan mana yang

mengakibatkan kematian86

.

Imam Syafi’i berpendapat apabila masing-masing keluarga korban yang dibunuh

mengajukan bukti bahwa anggota keluarganya dibunuh terlebih dahulu maka yang

dijadikan pegangan adalah perkataan si pelaku pembunuhan87. Apabila pelaku tidak

membuat pengakuan tentang siapa yang lebih dahulu yang dibunuh maka saya

menyukai bila Imam mengundi diantara keluarga para korban itu siapa saja yang

menang undian maka anggota keluarganyalah yang dinyatakan lebih dahulu dibunuh

sementara keluarga korban yang lain berhak mendapatkan diyat dari harta pelaku

pembunuhan itu. Demikian pula apabila si pelaku membunuh para korban itu secara

bersamaan saya menyukai bila imam mengundi untuk menentukan siapa yang

mendapatkan bayaran diyat dan dibalas dengan kisas.88

Apabila seseorang memotong

satu tangan korban dan memotong kaki korban yang lain serta membunuh korban ketiga

kemudian para wali korban itu menuntut dilaksanakan kisas maka terlebih dahulu

dipotong tangan dan kakinya setelah itu dibunuh.

85 Ibid., 86 Ibid., h. 576 87 Ibid., h. 588 88 Ibid., h. 588.

Page 54: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Batasan kisas untuk kejahatan yang tidak mencapai tingkat pembunuhan dalam

hal ini Imam Syafi’i berpendapat bahwa kisas pada kejahatan yang tidak mencapai

tingkat pembunuhan ada dua hal, yaitu luka dibalas dengan luka dan anggota badan

dibalas dengan anggota badan.89 Apabila seseorang melukai orang lain hingga terlihat

tulang yang terbentang antara dua telinga korban sementara jarak antara dua telinga

korban lebih lebar dari pada jarak antara dua telinga pelaku maka yang diperhatikan

adalah tempat tumbuh rambut hingga kedua telinga sebab kepala adalah salah satu

anggota tubuh yang batasannya tidak lebih dari tempat tumbuh rambut. Oleh karena itu

adalah satu bagian dari anggota tubuh maka kisas tidak dapat dilebihkan darinya ke

anggota tubuh yang lain, demikian pula halnya dengan semua anggota tubuh,

diperhatikan panjang anggota tubuh itu tanpa berlebihan pada anggota tubuh lain.

Apabila korban dilukai dengan bentuk luka bulat maka pelaku dilukai dengan luka yang

sama seperti itu. Demikian pula apabila luka berbentuk memanjang, maka pelaku

dilukai seperti itu. Apabila seseorang menampar mata orang lain hingga penglihatannya

rusak maka pelaku dapat ditampar pula pada matanya bila tamparan ini dapat merusak

penglihatannya maka persoalan telah selesai tapi bila tamparan itu tidak merusak

penglihatannya maka didatangkan para ahli untuk merusak penglihatan si pelaku dengan

cara yang tidak menimbulkan rasa sakit hingga batas maksimal.90

Kisas pada anggota badan didasarkan pada nama91

bukan didasarkan pada

panjang pendeknya anggota badan yang terpotong, tangan dipotong karena memotong

tangan kaki dengan kaki serta telinga dengan telinga. Begitu pula mata dicungkil

dengan sebab mencungkil mata dan gigi dicabut apabila pelaku mencabut gigi korban

sebab baik mata maupun gigi termasuk angota badan.

89 Ibid., h.613 90 Ibid., h.614 91 Ibid., h. 615.

Page 55: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

BAB III

PERIHAL PENCEGAHAN KEJAHATAN

DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Pencegahan Kejahatan

Pencegahan berasal dari kata ‘cegah’ yang berarti dicegah dan ditangkal untuk

melakukan sesuatu atau dikenai larangan. Mencegah berarti menahan sesuatu agar tidak

terjadi, tidak menurutkan, merintangi, melarang, mengikhtiarkan supaya jangan

terjadi.92

Pencegahan berarti proses atau cara perbuatan mencegah, penegahan,

penolakan.93

Kejahatan berasal dari kata ‘jahat’ yang berarti sangat jelek, buruk, sangat

tidak baik (kelakuan, tabiat, perbuatan). Kejahatan berarti perbuatan jahat, sifat yang

jahat, dosa, perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku yang telah

disahkan untuk melakukan demikian.94

Masyarakat pada umumnya pasti memandang perilaku kejahatan adalah

perbuatan buruk karena manusia berakal sehat pada dasarnya menginginkan kehidupan

dirinya dan keluarga adalah kehidupan yang aman dan nyaman bahkan tidak ada

perilaku yang berkaitan dengan kejahatan sama sekali95

. Masalah kebutuhan hidup

ekonomi saja sudah merupakan persoalan yang besar, rumit, yang membutuhkan

ketekunan, pemusatan perhatian, dan kerja keras. Untuk bisa memusatkan perhatian

pada pekerjaan mencari nafkah secara halal membutuhkan kehidupan keluarga yang

tenang dan nyaman serta berjalan normal tanpa gangguan. Setiap orang dewasa yang

92

Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 871 93 Ibid., 94 Ibid., 95 JE Sahetapi dan B.Mardjono Reksodiputro, Kejahatan, Penjahat, dan Reaksi Sosial, Bandung,

Alumni, 1990, h. 71.

Page 56: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

berakal sehat sudah pasti tidak menginginkan anak-anaknya, sanak saudara, atau orang

tuanya melakukan tindakan kejahatan, misalnya dia bisa membunuh atau menganiaya

orang untuk merampas harta orang lain yang mana dikarenakan kebutuhan ekonomi

yang mendesak. Karena itu, seharusnya diri sendiri tidak melakukan kejahatan bukan

karena ia nantinya akan mendapat hukuman tapi dampak negatifnya sangat besar

terutama keluarga, orang tua, atau saudaranya dan masyarakat yang mana pelaku akan

lebih banyak merasakan nestapa. Setiap orang berakal sehat pasti tidak menginginkan

nestapa terjadi padanya atau keluarganya. Apa yang buruk bagi kita juga buruk bagi

orang lain dan apa yang diinginkan baik untuk kita dan keluarga kita juga diinginkan

baik oleh orang lain dan keluarganya96

.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak boleh berpikir subjektif untuk

kepentiingan dirinya dan keluarganya saja. Tetapi merugikan kepentingan orang lain.

Hal ini sesuai dengan hadits nabi Muhammad SAW yang sangat populer, yaitu:

A� ~أ�م آ�B (�� %O(� �IGEم � �OZ�� ���E) EG&' Nم��(

“Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya

sebagaimana ia mencintai diri sendiri”. (H.R Muttafaq ‘Alaihi)97

Jadi harus ada keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial, hanya

yang menjadi masalah adakalanya orang dalam kondisi tertentu yaitu dalam keadaan

nafsu untuk berbuat kejahatan dominan dari akal sehatnya maka pada waktu itu akal

sehatnya tidak berfungsi sehingga ia melakukan kejahatan tersebut.

Dalam situasi dan kondisi nafsu manusia yang memuncak, perbuatan kejahatan

bukan saja akan menutupi akal sehat tapi juga akan menutupi keimanan yang telah

96 Ibid., 97 Muhammad Fuad al-Baqi, al-Lu’lu wa al-Marjan, Jilid I, t.k: daar al-Fikri, tth. 11.

Page 57: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

bersemi di dalam hati manusia dan menghilangkan rasa malu dan rasa bersalah untuk

berbuat kejahatan98.

Aturan hukum pidana Islam yang memandang perilaku kejahatan sebagai

perbuatan yang sangat buruk dan keji sifatnya yang diharamkan Allah merupakan

aturan hukum yang sangat sesuai dengan akal sehat serta dapat dipandang adil karena di

dalamnya terdapat keseimbangan antara hak-hak dan kewajiban manusia sebagai

individu dengan individu yang lain dalam masyarakat dan adanya keseimbangan antara

kejahatan yang dilakukan dengan hukuman terhadap pelakunya99

. Adanya

keseimbangan antara hak dan kewajiban individu dengan individu lain dalam

masyarakat merupakan jaminan dapat terciptanya ketertiban, ketentraman dan

kenyamanan hidup dalam masyarakat sehingga terpelihara kehidupan agama, manusia,

akal sehat, serta kehormatan keluarga dan anak keturunan manusia dan harta benda

kekayaan manusia, terhindar dari perbuatan kejahatan berperan bagi terwujudnya

kelima tujuan syariat tersebut karena maraknya perilaku kejahatan berperan bagi

rusaknya kelima tujuan syariat tersebut dalam masyarakat100. Jika masyarakat atau akal

sehat manusia memandang perbuatan kejahatan adalah perbuatan buruk atau sangat

buruk maka sudah barang tentu mestinya masyarakat atau manusia akal sehat

menginginkan perbuatan kriminal tersebut tidak terjadi dalam masyarakat karena

hukuman terhadap perbuatan kejahatan yang dibutuhkan masyarakat secara logika akal

sehat adalah hukuman yang keras yang bernilai daya preventif dan edukatif yang paling

tinggi, sebab apabila hukuman terhadap pelaku kejahatan tersebut tidak keras atau

hanya ringan-ringan saja yang tidak bernilai daya preventif dan edukatif tinggi maka

98 Reksodiputro, Kejahatan, Penjahat, dan Reaksi Sosial, h. 72 99 Ibid., h. 211 100 Ibid.,

Page 58: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

harapan masyarakat agar perbuatan kejahatan itu tidak ada artinya hukuman tersebut

karena masyarakat yang sekaligus merupakan tujuan syariat itu tidak akan tercapai101.

Dengan perkataan lain hukuman ringan yang diberikan itu sama saja dengan

hukuman main-main karena hukuman ringan tersebut tidak akan mampu mematahkan

nafsu berbuat kejahatan yang mendominasi akal sehatnya. Pelaku perbuatan kejahatan

tidak akan jera mengulang perbuatan kejahatan dan anggota masyarakat lain yang

rendah akhlaknya tidak akan ada rasa takut dan rasa malu sedikitpun untuk berbuat

kejahatan dan agamapun akan dijadikan permainan untuk melakukan kejahatan102

.

B. Permasalahan Sekitar Pencegahan Kejahatan

Beberapa aspek sosial yang oleh Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana,

Cuba, diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan

(khususnya dalam masalah "urban crime")103, antara lain:

a. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan (kebodohan), ketiadaan atau

kekurangan perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yang

tidak cocok atau serasi.

b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek (harapan)

karena 81 proses integrasi sosial, juga karena memburuknya ketimpangan-

ketimpangan sosial.

c. Mengendurnya ikatan sosial dan keluarga.

d. Keadaan-keadaan atau kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang

beremigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain.

101 Ibid., h. 212 102 Ibid., 103 Mulyana W. Kusumah, Kriminologi dan Masalah Kejahatan “Suatu Pengantar Ringkas”,

Bandung, Armico, 1984, h. 140.

Page 59: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

e. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya

rasisme dan diskriminasi menyebabkan kerugian atau kelemahan dibidang

sosial, kesejahteraan klan lingkungan pekerjaan.

f. Menurun atau mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang mendorong

peningkatan kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas

lingkungan atau bertetangga.

g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk

berintegrasi sebagaimana mestinya didalam lingkungan masyarakatnya,

keluarganya, tempat kerjanya atau lingkungan sekolahnya.

h. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakaiannya juga

diperlukan karena faktor-faktor yang disebut diatas.

i. Meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius

dan penadahan barang-barang curian.

j. Dorongan-dorongan (khususnya oleh mass media) mengenai ide-ide dan sikap-

sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan (hak) atau sikap-

sikap tidak toleransi.

Beberapa masalah dan kondisi sosial yang dapat merupakan faktor kondusif

penyebab timbulnya kejahatan jelas merupakan masalah yang tidak dapat diatasi

semata-mata dengan "penal'104

. Disinilah keterbatasan jalur penal klan oleh karena ltu

harus ditunjang oleh jalur non-penal. Salah satu jalur non-penal untuk mengatasi

masalah-masalah sosial seperti yang dikemukakan diatas adalah lewat jalur kebijakan

104 Barda Nawawi, Upaya Non Penal dalam Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

Semarang,Raja Grafindo Persada, 1971, h. 152.

Page 60: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

sosial105

. Kebijakan sosial pada dasarnya adalah kebijakan atau upaya-upaya rasional

untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Jadi identik dengan kebijakan atau

perencanaan pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek yang cukup luas dari

pembangunan.

Penanganan atau kebijakan berbagai aspek pembangunan ini sangat penting

karena disinyalir dalam berbagai kongres PBB106

, bahwa pembangunan itu sendiri dapat

bersifat kriminogen apabila pembangunan itu :

a. Tidak direncanakan secara rasional, atau direncanakan secara timpang, tidak

memadai atau tidak seimbang.

b. Mengabaikan nilai-nilai kultural dan moral.

c. Tidak mencakup strategi perlindungan masyarakat yang menyeluruh atau

integrasi.

Salah satu aspek kebijakan sosial yang kiranya patut mendapat perhatian ialah

penggarapan masalah kesehatan jiwa (social hygiene), baik secara individual sebagai

anggota masyarakat maupun kesehatan atau kesejahteraan keluarga (termasuk masalah

kesejahteraan anak dan remaja) serta masyarakat luas pada umumnya107

.

Prof. Soedarto, pernah juga mengemukakan bahwa kegiatan Karang Taruna dan

kegiatan Pramuka dan penggarapan kesehatan jiwa masyarakat dengan pendidikan

agama merupakan upaya-upaya non-penal dalam mencegah dan menanggulangi

kejahatan108

.

Peranan pendidikan agama dan berbagai bentuk media penyuluhan keagamaan

adalah sangat penting dalam memperkuat kembali keyakinan dan kemampuan manusia

105 Ibid., 106 Ibid., 107 J.E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodiputro, Kejahatan, Penjahat, dan Reaksi Sosial,

Bandung, Alumni, 1990, h. 82. 108 Ibid.,

Page 61: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

untuk mengikuti jalan kebenaran dan kebaikan109

. Dengan pendidikan dan penyuluhan

agama yang efektif, tidak hanya diharapkan terbinanya pribadi manusia yanag sehat

jiwa atau rohaninya tapi juga terbinanya keluarga yang sehat dan lingkungan sosial yang

sehat. Pembinaan dan penggarapan kesehatan jiwa masyarakat memang tidak berarti

semata-mata kesehatan rohani atau mental, tapi juga kesehatan budaya dan nilai-nilai

pandangan hidup kemasyarakatan110

. Ini berarti penggarapan kesehatan masyarakat atau

lingkungan sosial yang sehat tidak harus berorientasi pada pendekatan religius tapi juga

berorientasi pada pendekatan identitas budaya nasional.

Disamping upaya-upaya non-penal dapat ditempuh dengan menyehatkan

masyarakat lewat kebijakan sosial dan dengan menggali berbagai potensi yang ada

didalam masyarakat itu sendiri, dapat pula upaya non-penal itu digali dari berbagai

sumber lainnya yang juga mempunyai potensi efek-preventif111. Sumber lain itu

misalnya media pers atau media massa, pemanfaatan kemajuan teknologi (dikenal

dengan istilah techno-prevention) dan pemanfaatan potensi efek preventif dari aparat

penegak hukum. Mengenai yang terakhir ini Prof. Soedarto menyatakan bahwa

kegiatan patroli dari polisi yang dilakukan secara kontinyu termasuk upaya non-penal

yang mempunyai pengaruh preventis bagi penjahat (pelanggar hukum)112

.

Sehubungan dengan hal ini, kegiatan razia atau operasi yang dilakukan pihak

kepolisian di beberapa tempat tertentu dan kegiatan yang berorientasi pada pelayanan

masyarakat atau kegiatan komunikatif-edukatif dengan masyarakat perlu diefektitkan113

.

Kegiatan operasi-operasi untuk pemberantasan kejahatan bukan merupakan hal yang

baru di kepolisian, misalnya operasi atau razia pemilikan senjata api gelap, operasi

109 Ibid., h. 157 110 Ibid., 111 Ibid., h. 159 112 Ibid., h. 160 113 Ibid.,

Page 62: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

penembakan pelaku kejahatan (residivis) dan lain-lain114

.Kegiatan ini mempunyai

tujuan ganda yakni pertama sebagai upaya jangka pendek untuk dalam waktu singkat

menekan peningkatan angka kejahatan dan kedua menciptakan pemenuhan kebutuhan

warga masyarakat atas rasa aman.

Kegiatan itu seringkali juga memperlihatkan tanggapan kelembagaan aparat

keamanan atas kecemasan bahkan rasa takut atas kejahatan (fear of crime) yang diyakini

dalam proses pengendalian sosial115

.

Keberhasilan dan efektivitas langkah-langkah operasional polisi jelas hanya

dapat dicapai dengan dukungan kedua aspek lain yaitu lingkungan tempat polisi bekerja

dan faktor intern polisi116

. Dalam hubungan itu, maka hubungan polisi dengan

masyarakat harus senantiasa diperhitungkan kedalam rencana-rencana operasi dan

dikonkritkan dalarm bentuk tim kerja ini memerlukan syarat telah berjalannya

pengembangan gagasan mengenai tanggung jawab bersama atas bekerjanya tata

peradilan pidana dan telah terciptanya pengertian bersama dengan masyarakat.

Faktor intern polisi yang menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas serta

efektivitasnya117

, yakni perbandingan rasional antara sumber daya yang dicapai.

Persyaratan lainnya terletak pada unsur operasional, seperti stabilitas patroli dalam

wilayah-wilayah geografsis yang rawan serta interaksi maksimal dengan masyarakat

dan unsur-unsur organisasional seperti kesatuan supervisi dan peningkatan

profesionalisme.

Penghukuman yang merupakan pencegahan dari segi represif juga tidak boleh

mengabaikan segi pembinaan dengan dasar pemikiran bahwa prilaku hanya mungkin

114 Soedjono D, Konsepsi Kriminologi Dalam Usaha Penanggulangan Kejahatan “Crime

Pervention”, Bandung, Alumni, 1970, h. 119. 115 Ibid., 116 Ibid., 117 Ibid.,

Page 63: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

melalui interaksi maksimal dengan kehidupan masyarakat dan pelaksanannya tidak

dapat dipisahkan dari strategi perencanaan sosial yang lebih luas. Perlu juga kiranya

penyuluhan hukum bagi masyarakat yang bertujuan untuk sedikit demi sedikit

mengurangi proses stigmatisasi atau proses pemberian cap terhadap pelanggar hukum

dan bekas narapidana118.

Kejahatan adalah suatu persoalan yang selalu melekat dimana masyarakat itu

ada119

. kejahatan selalu akan ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang

seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke tahun. Segala daya

upaya dalam menghadapi kejahatan hanya dapat menekan atau mengurangi

meningkatnya jumlah kejahatan dan memperbaiki penjahat agar dapat kembali sebagai

warga masyarakat yang baik.

Masalah pencegahan dan penanggulangan kejahatan, tidaklah sekedar mengatasi

kejahatan yang sedang terjadi dalam lingkungan masyarakat, tapi harus diperhatikan

pula, atau harus dimulai dari kondisi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.

Perlu digali, dikembangkan dan dimanfaatkan seluruh potensi dukungan dan partisipasi

masyarakat dalam upaya untuk menanggulangi kejahatan120

. Hal itu menjadi tugas dari

setiap kita, karena kita adalah bagian dari masyarakat.

C. Kaitan Penegakkan Hukum Dengan Pencegahan Kejahatan

“Serahkan apa yang menjadi hak negara kepada Kaisar (pimpinan negara) dan

serahkanlah apa yang menjadi hak agama kepada Tuhan”.121

Begitulah kaum sekularis

berteriak padahal tujuan fundamental kehadiran agama Islam adalah menciptakan

118 Ibid., h.133 119 Ibid., 120 Ibid., 121 Said Agil Husein Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Pena Madani: Jakarta,

2004), h. X

Page 64: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

keadilan sosial dengan menyerukan kebajikan dan mencegah kejahatan seperti dalam

firmanNya:

اG�D Q�� وA ت��) ;ا واذآ�وا ن�J� اB5G&' Q إذ آ�B� أ'��ء �Oا ب;��وا'��ر +�o)3 بG� &;بo+ B5صB�O� ب��E�� إI;ان� وآ�B� '&% ش�� ��ة مH� ا��)

)���: '��ان �ل(+oن�\آB م�4�H آ\HG�� 0�� اB5� Q ءا��تE ��&)B5 ت4��ون Artinya:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah

kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu

dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,

lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan

kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari

padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk. (Ali Imran : 103)

: �ل '��ان( وQ م� +R ا��)��وات وم� +R ا�رض وإ�% اQ تD�� ا�م;ر109(

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah

dikembalikan segala urusan. (Ali Imran : 109)

Bوه G(ء ا�jءان Qن ءا��ت ا;&�� e�nj e(ا5���ب أم G��;ا س;�ء مH� أه l���ون

)113 : ان�ل '��(“Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku

lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari,

sedang mereka juga bersujud (sembahyang)”. (Ali Imran : 113)

Karenanya barang siapa menghendaki pencapaian suatu tujuan, hendaklah

bersedia melakukan cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut bukankah

mengurusi masalah-masalah manusia merupakan salah satu syariat di antara syarat-

syarat terpenting dari kehadiran sebuah agama bahkan tanpa mengurusi masalah-

Page 65: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

masalah manusia agama tidak akan bertahan karena tugas agama adalah memberikan

proteksi moralnya untuk tegaknya sebuah hukum yang adil122.

Doktrin pokok yang dikemukakan al-Qur’an adalah pencapaian hidup manusia

di dunia ini maupun di akhirat kelak, dua kebahagiaan ini hanya mungkin dicapai kalau

manusia mampu memahami kehendak Allah dimanifestasikan dalam bentuk hukum-

hukum yang dibangun manusia sejalan dengan kebutuhan objektifnya123

.

Ikhtiar pembentukan hukum perlu kiranya memperhatikan beberapa landasan

epistimologis yang berintikan antara lain dasar keadilan dan kebenaran, nilai sosial dan

kultural, nilai yuridis dan normatif yang menghidupi masyarakat sejalan dengan

ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di sebuah negara124

. Dalam

konteks pembentukan hukum dalam upaya pencegahan kejahatan dan pembangunan

hukum yang berskala besar sejatinya melibatkan dimensi-dimensi pembangunan hukum

yang saling terkait satu dengan yang lainnya dan saling menopang, yaitu dimensi

“pemeliharaan” yang maksudnya sebagai memelihara yang lama dan yang masih baik.

Yang kedua adalah dimensi “pembaruan” dimaksudkan sebagai mengambil yang baru

yang lebih baik125

. Dan kedua dimensi ini sejalan dengan kaidah ushul.

eM+�O�ا %&' ا�����B (� �&ص�ا l�����ب \I�او ���ا� “Memelihara yang lama yang masih baik seraya mengambil yang baru yang

lebih baik”.

Terakhir dimensi “penyempurnaan” dimaksud sebagai ikhtiar serius untuk

melakukan kritik internal terhadap teks dan hukum agar selalu relevan dengan ruang

dan waktu manusia yang mana gagasan ini sejalan dengan kaidah ushul126 yaitu :

122 Ibid., h. 9 123 Ibid., 124

Ibid., h.11 125 Ibid., 126 Ibid.,

Page 66: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

5�eم�او �نمز�ا ZG�|�ب �م5�ا ZG�|ت “Perubahan suatu hukum bergantung pada perubahan waktu dan ruang”

Itu berarti penyempurnaan konsep hukum selalu melibatkan dimensi ruang dan

waktu127

. Paradigma hukum saat ini dalam suatu tatanan sosial merupakan kelanjutan

dari paradigma hukum masa lalu dan paradigma hukum masa depan akan lebih banyak

ditentukan oleh corak dan perspektif hukum yang dibangun pada masa kini, bangunan

hukum masa kini sudah pasti haruslah berpijak pada perubahan sosial dan budaya yang

dirancang secara sistematis dan berlanjut dari waktu ke waktu seiring dengan kebutuhan

pencegahan kejahatan dan terciptanya penegakkan hukum secara keseluruhan.

Sesungguhnya materi hukum meliputi aturan tertulis maupun tidak tertulis aturan ini

berlaku normal dalam penyelenggaraan segenap dimensi kehidupan masyarakat

berbangsa dan bernegara serta bersifat mengikat baik bagi semua pihak, materi hukum

tersebut ditujukan untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang penegakkan

hukum akan mencegah kejahatan. Penegakan hukum di negara yang penduduknya

beragama Islam unsur agama menjadi sangat urgen untuk diperhatikan.128 Pencegahan

kejahatan menjadi lebih mendesak untuk penegakan hukum hal itu disebabkan

penegakkan hukum telah mendorong pencegahan kejahatan selalu mengadakan

penataan karena terciptanya suatu suasana yang akan saling mendukung satu sama lain.

Penegakan hukum akan mencegah tindakan kejahatan dan begitu pula sebaliknya bila

tindakan kejahatan berkurang penegakan hukum akan berjalan.

Pada hakikatnya pembangunan dalam bidang hukum sangat berkaitan dengan

pencegahan kejahatan dan juga penegakkan hukum yang mana merupakan ikhtiar

127 Ibid., h.13 128 Ibid., h.15

Page 67: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

bersama dalam mengadakan pembangunan di bidang tersebut129

. Al-Qur’an menetapkan

bahwa Allah SWT menghendaki setiap muslim melaksanakan hukum-hukumNya

karena sudah menjadi keyakinan setiap muslim bahwa jika manusia menjalankan

hukum-hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah akan berakibat

kesengsaraan hidup di dunia ini maupun di akhirat nanti.130 Sebagai akibat logis dari

sifat keuniversalan hukum Islam adalah ketentuan hukumnya ada yang ditujukkan

khusus untuk orang-orang Islam, adapula yang ditujukkan khusus untuk orang-orang

non Islam, penghapusan ini dimaksudkan agar prinsip-prinsip hukum Islam yang ingin

ditegakkan haruslah senantiasa menghargai dan menghormati elemen hukum yang

ditegakkan oleh agama lain. Prinsip Islam adalah tidak ada paksaan di dalam agama131

.

129 Ibid., 130 Ibid., h. 18 131 Ibid.,

Page 68: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

BAB IV

TINJAUAN PERAN PIDANA KISAS

DALAM HAL UPAYA MENCEGAH KEJAHATAN

A. Penerapan Kisas Sebagai Hukuman Dalam Hukum Islam

Dalam memahami arti Islam, kadang-kadang timbul kesalahan. Kesalahpahaman

tersebut muncul baik dari orang-orang non muslim maupun dari kalangan orang Islam

itu sendiri. Penyebab kesalahpahaman tersebut bisa terjadi karena tidak atau kurang

memahami substansi Islam dengan benar dan lengkap atau kesalahan metodologis

dalam memahami Islam tersebut.

Menurut Daud Ali, paling tidak ada tiga hal-hal yang menyebabkan munculnya

kesalahpahaman terhadap Islam dan hukum Islam132, yaitu:

1) Salah memahami ruang lingkup ajaran Islam

2) Salah menggambarkan kerangka dasar ajaran Islam

3) Salah menggunakan metode mempelajari Islam.

Kesalahan memahami ruang lingkup ajaran Islam itu terjadi, disebabkan karena

orang menganggap bahwa semua agama itu sama, maka ruang lingkup ajarannyapun

sama133

. Umpamanya karena dipengaruhi oleh ajaran Nasrani yang ruang lingkupnya

hanya menganut hubungan manusia dengan Tuhan, maka kemudian orang menganggap

agama Islam pun demikian juga. Padahal kita tahu sebagaimana telah diuraikan di muka

bahwa konsep dien al-Islam yang mencakup pengaturan hubungan manusia dengan

132 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia”, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, h. 57. 133 Ibid., h. 26

Page 69: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Tuhan dan hubungan antar makhluk Tuhan, berbeda dengan konsep religion yang hanya

mengandung norma pengaturan hubungan manusia dengan Tuhan134.

Kesalahan memahami Islam dan hukum Islam, karena salah menggambarkan

agama Islam, tidak secara menyeluruh sebagai satu kesatuan. Mereka menggambarkan

Islam secara parsial, sepotong-sepotong atau sebagian-sebagian saja, tidak utuh.

Umpanya dengan membuat gambaran yang memberi kesan seolah-olah agama Islam itu

hanyalah berisi akidah, atau hanya berisi ajaran hukum Islam, atau hanya berisi moral

saja.135

Kesalahan memahami Islam dan hukum Islam bisa terjadi karena salah

mempergunakan metode mempelajari Islam. Umpama kesalahan yang dilakukan para

orientalis sebelum perang dunia kedua. Mereka menjadikan bagian-bagian bahkan

seluruh ajaran Islam semata-mata sebagai obyek studi analisa. Dengan mengutip kata-

kata Fazlurrahman, selanjutnya Daud menulis:

“Laksana dokter bedah mayat, para orientalis itu meletakkan Islam di atas meja

operasinya, memotong bagian demi bagian dan menganalisa bagian-bagian itu

dengan mempergunakan norma-norma atau ukuran-ukuran mereka sendiri yang

unislamic. Artinya mereka mempergunakan metode mempelajari dan

menganalisa ajaran Islam dengan metode dan analisa serta ukuran-ukuran

yang tidak Islami, tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hasilnya tentu saja tidak

memuaskan dan pasti menimbulkan salah paham terhadap Islam”.136

Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran Islam yang benar, dan tidak

menimbulkan kesalahpahaman terhadap Islam, maka Islam harus dipelajari, harus dikaji

dengan metode yang sesuai dengan ajaran Islam. Untuk mendapatkan gambaran tentang

Islam yang benar, banyak metode yang telah dikemukakan oleh sarjana muslim seperti

Ismail R. Faruqi, M. Najib Alatas, S.Hossein Nasr, Fazlurrahman, Ali Syari’ati, Deliar

134 Ibid., 135 Hukum Islam, Azas-azas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia,

Jakarta, Gaya Media Pratama, 2001, h. 26. 136 Ali, Hukum Islam “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, h. 60

Page 70: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Noer, dan Harun Nasution. Islam bisa dipelajari, dikaji umpanya melalui metode

filosofis, metode sejarah dan sosiologis, dan untuk gejala-gejala alam bisa

menggunakan metodologi ilmu alam, demikian juga bagi kajian hukum Islam, maka

harus dipelajari, melalui metodologi kajian ilmu hukum137.

Apapun metodologi yang digunakan dalam mengkaji Islam, kajian tersebut

harus tetap konsisten bahwa Islam sebagai al-Din, tidak bisa dilepaskan hubungannya

dengan sumber-suber samawi (al-wahyu al-ilahy), yaitu sumber ajaran yang datang dari

Tuhan138

. Islam tidak hanya berisi konsep yang bertujuan menciptakan kebahagiaan

hidup manusia di dunia, namun Islam juga mengandung ajaran tentang kebahagiaan di

akhirat kelak.

Berkenaan dengan kesalahan pemahaman tentang Islam, Harun Nasution antar

lain menulis :

Di kalangan masyarakat Indonesia terdapat kesan bahwa Islam bersifat sempit.

Kesan itu timbul dari salah pengertian tentang hakikat Islam. Kekeliruan paham

ini terdapat bukan hanya di kalangan Islam tetapi juga di kalangan umat Islam

sendiri, bahkan juga di kalangan sebagian agamawan Islam. Kekeliruan paham

ini terjadi karena kurikulum pendidikan agama Islam yang banyak dipakai di

Indonesia ditekankan pada pengajaran ibadat, fiqih, tauhid, hadits, dan bahasa

Arab. Dan itupun ibadat, fiqih, tauhid biasanya diajarkan hanya menurut satu

madzhab dan aliran saja…

Dalam Islam sebenarnya terdapat aspek-aspek selain dari yang tersebut di atas

seperti aspek teologi, aspek ajaran spiritual dan moral, aspek sejarah, aspek

politik dan aspek hukum…139

Kesalahan atau kekeliruan memahami Islam dan hukum Islam, bisa juga muncul

karena memandang dan memahami Islam dari perilaku sebagian orang Islam. Seseorang

yang pemahamannya sempit tentang Islam ia memandang atau mengidentikkan bahwa

ajaran Islam itu adalah sebagaimana dipraktekkan oleh sebagian umat Islam pada masa

137 Ibid., h. 27 138 Ibid., 139 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, UI Press, 1985, h.6.

Page 71: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

atau suatu wilayah tertentu. Tidak jarang ada bangsa Arab adalah identik atau

disamakan dengan ajaran Islam, sehingga oleh karenanya wajib diikuti secara mutlak.

Padahal sebenarnya tidak semua yang dipraktekkan oleh orang (bangsa) Arab secara

mutlak adalah ajaran Islam, sekalipun nabi Muhammad saw, berasalah dari bangsa Arab

dan sumber hukum Islam yang utama berbahasa Arab.140

Kembali kepada pemahaman hukum Islam, untuk mendapatkan gambaran

pemahaman hukum Islam yang benar, menurut Daud Ali141

dalam mengkaji dan

memahami Hukum Islam, maka berarti hukum Islam:

1) Harus dipelajari dalam kerangka dasar ajaran Islam, untuk mendapatkan gambaran

pemahaman hukum Islam sebagai salah satu bagian dari agama Islam.

2) Harus dihubungkan dengan iman (akidah) dan kesusilaan (akhlak, etika, atau

moral), karena dalam hukum Islam, iman, hukum dan kesusilaan itu tidak dapat

dicerai-pisahkan

3) Harus dikaitkan dengan beberapa istilah kunci diantaranya adalah syari’ah dan

fiqih yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dicerai-pisahkan.

4) Mengatur seluruh tata hubungan kehidupan manusia, baik dengan Tuhan, atau

dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain, dan benda alam masyarakat serta

alam sekitarnya.

Salah satu kejahatan tertua di kalangan manusia adalah pembunuhan, yakni

lakon Qabil-Habil142

. Selain menghilangkan jiwa pembunuhan sering didahului dengan

140 Para ulama Ushul Fiqh membahas secara khusus tentang perbuatan yang dilakukan oleh

Muhammad saw, menjadi tiga kategori: (1) Perbuatan yang muncul dari Muhammad saw, sebagai

manusia biasa, seperti makan, minum, duduk, jalan dan berpakaian. Walaupun tentu tidak dilarang akan

mengikuti prilaku tersebut. (2) Perbuatan yang dilakukan oleh Muhammad saw dan alasan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu khusus untuk dirinya, seperti shalat tahajjud tiap malam, puasa wishal,

tidak menerima sedekah dari orang lain. Perbuatan ini khusus untuk dirinya dan tidak wajib diikuti oleh

ummatnya. (3) Perbuatan yang dilakukan oleh Muhammad saw sebagai Rasulullah yang berkaitan dengan

hukum, dan ada alasan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu berlaku juga bagi umatnya. Perbuatn ini

menjadi syari’at bagi umat Islam. Lihat Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, Jakarta, Logos, 1996, h. 40. 141 Ali, Hukum Islam “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, h. 63

Page 72: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

kejahatan yang lebih ringan yaitu penganiayaan yang menyebabkan cedera atau cacat

pada anggota tubuh. Untuk menyelesaikan problem ini, Allah SWT telah menetapkan

hukum yang terdiri 3 tingkatan yaitu: kisas (balasan setimpal), diyat (denda damai) atau

permintaan maaf. Meski telah menetapkan kisas sebagai hukuman maksimal atas

kejahatan pembunuhan, Islam tidak memandangnya sebagai hukuman yang wajib-

mutlak harus dilaksanakan. Bagi wali korban atau ahli warisnya, syari’at Islam memberi

pilihan antara menuntut kisas dan memberikan maaf143

.

Kejahatan-kejahatan yang oleh syari’at telah ditetapkan jenis hukumannya,

merupakan pelanggaran terhadap hak Allah SWT144

. Yakni hak-hak yang berkaitan

dengan kehormatan agama, keturunan, dan ketentraman umum. Inilah yang disebut

hududullah (batas-batas hukum Allah)145

. Sedangkan kejahatan yang berkaitan dengan

kehormatan jiwa dan anggota tubuh manusia, merupakan pelanggaran terhadapa hak

hamba. Inilah yang mengandung konsekuensi hukum kisas.

Dalam penerapannya, kedua hukuman tersebut harus dilakukan secara cermat

dan sangat hati-hati, sebagaimana pesan Nabi saw :

“Hindarkanlah hukuman hudud karena keraguan dan cegahlah pembunuhan

(qishas) terhadap sesama muslim sekuat kalian. “Katanya lagi, “Hindarkanlah

hukuman hudud atas seorang muslim sejauh dapat dilakukan”. Jika kalian

melihat jalan kebebasan bagi muslim itu, maka bebaskanlah dia. Sesungguhnya

seorang imam (penguasa) lebih baik keliru memberi maaf (membebaskan)

daripada salah menjatuhkan hukuman”.

Sepintas, hukuman kisas nampak kejam. Memang, ia hukuman yang kejam,

karena pelakunya kejam dan sangat kejam146. Lihatlah karena ambruknya wibawa dan

penegakan hukum, nyawa manusia menjadi sangat murah. Bila kejahatan itu terus

142 Abdurrahman Madjrie dan Fauzan al-Anshari, Qishash Pembalasan Yang Hak, Jakarta,

Khairul Bayan, 2003, h. III. 143

Ibid., 144

Ibid., h.IV 145 Ibid., 146 Ibid.,

Page 73: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

dibiarkan, eksistensi kehidupan manusia akan terancam. Karena itu Allah SWT

memeperingatkan kita dalam surat al-Baqarah ayat 179:

) 179: ا����ة(R+ B5 ا����ص �Gة ��أوR� ا����ب ��&)B5 ت�)�;ن و�

“Dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-

orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa”. (al-Baqarah : 179)

Kekejaman memang harus dihentikan dengan hukuman yang setimpal agar bisa

menjerakan (deternsif). Dengan kisas, maka pelaku sebelum berbuat jahat akan pikir-

pikir dulu, karena korban atau ahli warisnya (bila korban meninggal) berhak membalas

dendam dengan perlakuan setimpal147

.

Ada pengalaman menarik yang dialami oleh Abdurrahman Madjrie ketika

menunaikan ibadah haji.148 Kala itu, ia cekcok dengan sopir taksi yang mengangkutnya

lantaran si sopir memungut ongkos melebihi tarif semestinya. Sopir itu menahan

barangnya sampai is mau membayar sesuai keinginannya. Ia menolak, sopir itu makin

marah, matanya melotot dan tangannya bergoyang-goyang. Anehnya, meski berbadan

lebih besar, ia tidak sampai memukul atau melukainya149

.

Datanglah seorang polisi melerai mereka. Akhirnya, ia menegur sopir tadi dan ia

pun dibebaskan150

. Ia sempat bertanya pada polisi bagaimana jika sopir tadi

memukulnya. “Kalau begitu, dia akan dikenai hukuman kisas (balas pukul), didenda,

atau dimaafkan. Hukuman itu bergantung pada pilihan anda atau ahli waris anda.” Tutur

polisi.

147 Ibid., 148 Ibid.,h.v. 149 Ibid., 150 Ibid.,

Page 74: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Mendengar uraian tersebut, ia berkomentar, duhai andaikata kisas diterapkan di

negerinya, niscaya orang-orang akan berpikir tujuh kali sebelum memukul, melukai,

atau membunuh orang lain.

Bagi sebagian orang, jenis hukuman kisas dinilai tidak manusiawi, primitif,

barbar, atau ketinggalan zaman. Karenanya, orang-orang yang telah menjadi korban

penyesatan opini semacam ini, menjadi benci terhadap hukum Islam, lalu memilih

hukum lain (hukum positif)151

. Padahal, penyakit sosial yang bernama pembunuhan

yang hanya dapat dicegah dengan obat yang telah disediakan oleh yang menciptakan

nyawa manusia dengan kisas.

Penjara bukanlah obat mujarab bagi pembunuh152

. Pasalnya, seringkali terjadi

seorang pembunuh “kelas teri” tiba-tiba berubah menjadi pembunuh “kelas kakap”

justru setelah ia keluar dari penjara. Karena, selama di penjara rupanya ia sering

berinteraksi dengan pembunuh lainnya yang lebih profesional. Dan dia pun belajar

kepada seniornya itu.

Di samping itu, biaya yang harus dikeluarkan negara untuk memberi makan

para napi jelas memberatkan kas. Seperti diketahui, biaya makan setiap napi per hari

adalah Rp. 3.500,00. jadi selama di penjara, misalnya 15 tahun seperti yang dijatuhkan

kepada Tommy Soeharto, maka negara harus mengeluarkan dana makan sebesar: 15 x

365 x Rp.3.500,00 = Rp. 19.162.500,00, belum lagi biaya kesehatan, pakaian, dan

sebagainya. Padahal, dia telah terbukti melakukan kejahatan.153

Jadi logiskah orang-

orang yang di luar penjara harus memberi makan orang-orang yang jahat yang dipenjara

yang mungkin akan mengulangi kejahatannya.

151 Ibid., 152 Ibid., 153 Ibid., h. VI

Page 75: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Obat harus diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita berdasarkan hasil

diagnosis yang akurat. Karena itu, Allah SWT telah menyediakan obat mujarab untuk

menanggulangi bentuk kejahatan manusia ini. Sebaliknya bila manusia mengambil obat

selainnya, maka penyakit masyarakat tersebut kian parah.

Demi kemaslahatan di dunia dan akhirat, Allah SWT meminta kaum beriman

menjalankan Islam secara kaffah (utuh), sebagai firman-Nya dalam surat al-Baqarah

ayat 208:

Hا�� R+ ا;&I�4 ا�)\�� ءام�;ا ادZ��أ� B5� E(ن إن�UG(@ات ا�;UI ت�)��;ا Aو e(+jآ B& �G�Zة ('�و� م��208: ا��(

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,

dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu

musuh yang nyata bagimu”. (al-Baqarah : 208)

B. Peran Pidana Kisas Sebagai Pencegahan Kejahatan

Banyak orang beranggapan bahwa hukum kisas ini adalah kejam dan tidak

manusiawi. Memang hukum kisas ini kejam, karena pelaku tindak kejahatan juga kejam

bahkan sering lebih kejam154. Sebelum kisas diberlakukan kebanyakan pelaku kejahatan

menganggap murah harga orang lain. Bahkan di negara-negara Barat nyawa manusia

lebih murah daripada anjing. Pembunuh sering menggunakan senjata canggih yang

mudah didapat di pasar-pasar gelap. Sehingga tindakan kriminalitas lainnya sangat

tinggil. Selain penjahat dengan seenaknya menghilangkan nyawa si korban, juga sering

melukainya. Bahkan dalam banyak peristiwa kejahatan sering dibarengi dengan tindak

kejahatan lainnya, seperti pemerkosaan, perampokan, penyanderaan, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, seharusnya kita bertanya: Mengapa kita merasa kasihan kepada

para pembunuh itu? Mengapa kita tidak menaruh belas kasihan kepada para korban, ahli

154 Ibid., h.92

Page 76: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

waris, dan calon mangsanya? Selain dengan ancaman kisas, apa ada cara lain yang lebih

efektif dan efisien melindungi eksistensi dari bahaya pembunuh dan pencederaan?

Dalam kenyataannya, kekejaman hukuman kisas telah menyelamatkan penjahat

dari kisas, sebab sebagaimana juga tindakan itu telah menyelamatkan jiwa orang yang

dijahati dan memlihara ketentraman untuk semua orang yang dijahati dan memlihara

ketentraman untuk semua orang155

. Hukuman kisas itu selalu dilakukan di depan publik

dengan tujuan agar perbuatan membunuh atau melukai itu benar-benar jangan

dikerjakan orang lain.

Dr. Ma’ruf Ad-Dawalibi, delegasi Arab Saudi yang mengikuti seminar ilmiah

tentang “Syari’at Islam dan Hak-hak Asasi Manusia (HAM)” yang diselenggarakan di

Riyadh, 22 Maret 1972, menceritakan kenyataan ketika hukum potong tangan

diberlakukan di Arab Saudi:

“Saya dapat mengumumkan di sini, bahwa saya telah tinggal di negeri ini

selama tujuh tahun. Dalam masa itu, saya belum pernah mendengar atau

menyaksikan potong tangan, karena hal itu sangat jarang terjadi. Demikianlah,

apa yang tinggal dari hukuman ini adalah kekejamannya, suatu hal yang telah

menjadikan manusia semuanya dapat hidup dalam keamanan dan ketentraman.

Bahkan orang yang berniat untuk mencuri menjadi selamat tangannya, karena

adanya hukuman ini. Karena kekejaman hukuman itu sendirilah yang telah

melarangnya melakukan kejahatan”.156

Pada waktu negeri ini berada di bawah sistem hukum pidana Perancis pada

zaman Kerajaan Utsmani, orang-orang haji tidak dapat melakukan perjalanan dengan

perasaan aman dan tenteram terhadap jiwa dan harta mereka, (terutama dalam

perjalanan) antara kedua kota suci Madinah al-Munawwarah dan Mekah al-

Mukarramah, kalau tidak dilindungi oleh penjagaan tentara yang kuat. Tetapi, tatkala

pemerintah di negeri ini berpindah ke tangan negara Saudi Arabia dan dinyatakan

bahwa hukum al-Qur’an (syari’at Islam) berlaku, maka segala tindakan kejahatan itu

155 Ibid., h.93 156Ibid.,

Page 77: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

dengan segera berhenti. Orang-orang yang bepergian dari kota Dahran di tepi Teluk

Arab (Persi) sampai ke kota Jeddah di tepi Laut Merah, jangankan perjalanan antara

kedua kota suci itu, mungkin melakukan perjalanan sendirian dengan mobil pribadinya

pasti dijamin keamanannya. Siapapun dapat menempuh padang pasir, menempuh jarak

lebih dari 1500 km tanpa merasa khawatir akan keselamatan jiwa dan hartanya,

sekalipun ia membawa uang jutaan dolar dan sekalipun ia orang asing di negeri ini.

Kemudian delegasi itu melanjutkan kisahnya:

“Demikianlah, harta benda milik negara di sini, dimana dijalankan syari’at

Islam, dibawa dari sati kota ke kota yang lain dengan mobil biasa saja,

demikian pula antara satu bank ke bank lainnya tanpa dijaga dan dikawal

selain dari sopir kendaraan itu saja”.

Cobalah terangkan kepada saya apakah negara-negara Barat mampu

memindahkan sejumlah besar uang dari satu bank ke bank lainnya di salah satu ibu

kotanya tanpa dikawal oleh sejumlah besar kendaraan berlapis baja? Hanya di negeri

tempat hukum syari’at Islam dilaksanakan, kemanan terjamin157

.

Menteri Luar Negeri AS, Mr. Rogers, dalam kunjungannya ke Kerajaan Arab

Saudi pada tahun 1971 bersama rombongannya tidak menggunakan fasilitas anti peluru.

Biasanya fasilitas ini selalu ada mengiringi mereka dalam pesawat-pesawat terbang

khusus dalam setiap kunjungan mereka ke berbagai negara. Hanya di sinilah, Kerajaan

Arab Saudi, kami tidak rela kalau para tamu itu mempergunakan kendaraan anti peluru

mereka. Pada bagian akhir dari kunjungan itu, Mr. Rogers tidak lagi menggunakan

pengawal kehormatan yang disediakan baginya, sebagaimana yang disediakan bagi

tamu-tamu kehormatan yang datang di negara lain. Ia pergi ke pasar sendirian tanpa

157 Ibid., h. 94

Page 78: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

penjagaan158

. Ia berkata, bahwa hanya di negara ini sajalah orang merasa aman tenteram

dan tidak perlu ada penjagaan dan pengawalan.

Akhirnya Dr. Dawalabi menyudahi pidatonya:

“Setelah mendengarkan semuanya itu, apakah anda semua tidak merasa bersama

kami. Setelah menyaksikan hasil yang amat hebat itu, yang berupa keamanan,

ketentraman, dan ketenangan hati di negeri ini, baik terhadap jiwa maupun harta.

Adalah menjadi kewajiban bagi kami untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum

agama kami dalam hal memberikan hukuman kepada tindakan-tindakan kriminal

yang hampir (mustahil dihentikan di negara Anda) dan tidak pernah kedengaran

ada di negeri ini.

Sedangkan, konon di kota-kota metropolitan lain yang (konon) keberbudayaan

tinggi itu, dimana yang berlaku adalah Undang-Undang bikinan manusia, (ternyata)

manusia tidak dapat memperoleh perasaan ketentraman seperti (yang diharapkan) itu.

“Saya masih tetap ingat apa yang terjadi pada musim panas beberapa tahun

kemudian yang lalu, sewaktu saya berada di kota Paris, pada waktu terjadi

suatu perampokan bersenjata terhadap sebuah restoran terbesar di kota itu

yang berada di dekat jalan Champ Elysees. Di depan mata ratusan pengunjung

yang ada pada waktu itu, para penjahat telah berhasil menguras kas restoran

itu, sementara para pengunjung (cuma dapat) memperhatikan tanpa dapat

bergerak. Keesokan harinya, berita itu telah disiarkan oleh semua harian di

kota paris”.

Pengalaman menarik Dr. Dawalibi tentunya tidak terlalu mengherankan jika

kita membaca dan memperhatikan dengan seksama tindakan kriminal yang sering

terjadi di kota metropolitan. Jakarta, ibu kota Republik Indonesia, negara yang

penduduknya mayoritas beragama Islam (87,5%), sayangnya mereka tidak menjalankan

syari’at Islam dalam seluruh aspek kehidupan, terutama dalam mengatur kehidupan,

kehidupan berbangsa dan bernegara. Pencurian, perampokan, pemerkosaan, bahkan

pembunuhan hampir pasti menjadi menu berita harian. Seolah-olah hidup ini terasa

belum lengkap jika tidak mendengar peristiwa kriminal di setiap harinya159.

158 Ibid., 159 Ibid., h. 95

Page 79: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Mengapa semua ini terjadi dan seolah tidak mungkin bisa dihentikan oleh

kekuatan apapun? Padahal jumlah polisi Indonesia konon sekitar 500 ribu orang. Tapi

seolah sudah tidak sanggup lagi menjamin keamanan penduduk dari berbagai ancaman

tindak kriminal. Bahkan tak jarang terjadi, justru oknum polisi terlibat aktif dalam

opearai kejahatan yang diciptakannya sendiri160.

Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah dengan menerapkan syari’at Islam,

termasuk hukum kisas. Sebagaimana pengalaman yang diutarakan Dr. Dawalibi di

muka, bahwa sebelum hukum positif yang berlaku di Arab Saudi berpindah dari hukum

warisan kolonial Perancis ke hukum syari’at Islam, maka keamanan para tamu Allah

(haji) tidak bisa dijamin. Mereka harus dikawal dengan pasukan dalam jumlah besar.

Dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk menjaga

para tamu itu pun besar pula161.

Namun, setelah diberlakukan syariat Islam termasuk kisas, maka keamanan dan

ketentraman, baik untuk warga pribumi maupun orang asing di sana terjamin. Bahkan

siapapun dengan leluasa dapat membawa uang banyak di jalan-jalan tanpa rasa takut.

Tidak seperti keadaan kita di Jakarta, bila membawa uang atau mengambil sejumlah

uang yang cukup besar dari suatu bank, selalu diliputi perasaan was-was dibayang-

banyangi oleh ancaman perampokan dan pembunuhan, kendatipun mereka sudah

dikawal oleh polisi162

.

Selain itu, tanpa diberlakukan hukuman yang menjerakan terhadap para pelaku

pembunuhan, maka jiwa manusia tidak akan lagi dihargai. Harga nyawa manusia bisa

merosot sampai tak ada harganya sama sekali, karenanya kita sering menyaksikan

seseorang yang dipukuli massa sampai mati gara-gara diteriaki maling padahal belum

160 Ibid., 161 Ibid., h.96 162 Ibid.,

Page 80: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

tentu ia mencuri. Salah satu sebab hal itu terjadi adalah karena pelaku pembunuhan

sering dibebaskan oleh aparat, sehingga menimbulkan kekecewaan di dalam hati

masyarakat163.

C. Upaya Hukum Islam Mencegah Kejahatan

Bila dikatakan secara umum dalam pemikiran Barat agama telah dilepaskan dari

wilayah hukum karena pengaruh rasionalisme dan Aufklarung yang sangat dominan164

.

Tetapi, Friedrich Julius Stahl masih mengakui adanya pengaruh agama terhadap hukum

ia berpendapat bahwa hukum juga memperoleh kekuatan mengikat dari ordonansi

ketuhanan yang menjadi sandaran negara165

. Sekalipun hukum adalah produk manusia,

tetapi hukum digunakan untuk membantu mempertahankan tata tertib dunia ketuhanan

karena tak ada hukum yang tak membantu tata tertib dunia ketuhanan karena tak ada

hukum yang membantu ke arah itu maka hukum yang terburuk pun masih mempunyai

sanksi ketuhanan secara umum dapat dikatakan bahwa para ahli dalam bidang hukum

Islam telah sependapat bahwa ada kaitan yang sangat erat antara agama dan hukum

dalam Islam hukum adalah satu sektor dari agama Islam166

.

Salah satu argumen yang paling kuat yang mendukung pendapat bahwa dalam

Islam hukum dan agama tidak dapat dipisahkan ialah sumber hukum itu sendiri, dalam

kepustakaan hukum Islam selalu disebutkan bahwa sumber-sumber hukum Islam adalah

al-qur’an yang terutama kemudian sunnah Rasul167

. Agama Islam pun bersumber dari

163 Ibid., 164 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsipnya di lihat

dari segi Hukum Islam, Implementasi pada Periode Negara Madinah, Bogor, Kencana, 2003, h.59. 165 Ibid., h.60 166 Ibid., h.60 167 Ibid.,

Page 81: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

al-qur’an dan sunnah dengan demikian baik agama Islam maupun hukum Islam kedua-

duanya bersumber dari al-qur’an dan sunnah.

Seorang ahli hukum adat dan hukum Islam yang semasa hidupnya menjabat

guru besar di universitas Indonesia, Hazairin telah menyanggah pandangan barat yang

memisahkan hukum dari agama dengan argumen sebagai berikut:

“Hukum bukanlah hanya satu segi dari penjelmaan hidup kemasyarakatan saja,

yang semata-mata hanya takluk kepada unsur-unsur yang ada dalam pergaulan

manusia dengan manusia saja dalam masyarakat itu. Selain hubungan antara

manusia dengan manusia yang dengan demikian merupakan masyarakat

sesama manusia, setiap manusia yang menjadi anggota masyarakat itu

mempunyai pula mau tak mau perhubungan roh dengan roh akbar, tiap menit

hubungan dengan tuhannya yang Maha Esa kepada siapa tergantung hidup dan

matinya, demikian juga keselamatan hidup kemasyarakatannya. Menurut

paham ini masyarakat manusia itu pula bukan urusan manusia saja, tetapi juga

menjadi urusan sang penjelma manusia itu sendiri, sehingga pergaulan hidup

sesama manusia itu bukanlah perhubungan antara tiga, yaitu antara manusia

dan manusia dan tuhannya bersama itu”.

Sangat berbeda dengan pendekatan Barat yang telah mengasingkan agama dari

wilayah hukum, Hazairin berpendirian bahwa urusan hukum bukan semata-mata urusan

manusia, tetapi juga urusan Allah yang menciptakan manusia itu sendiri, menurut

Hazairin paham inilah yang dianut oleh para nabi dan rasul terakhir oleh Muhammad

dalam al-Qur’an168

. Lebih lanjut Hazairin menegaskan, apabila hukum dilihat dari sudut

keadilan menurut Hazairin sekalipun telah diatur sebaik-baiknya belumlah ia

merupakan suatu paparan keadilan tetapi barulah memberikan pegangan-pegangan

pokok demi mencapai keadilan ini berarti kemampuan manusia sangat terbatas untuk

dapat mengaplikasikan keadilan secara ideal. Hazairin melukiskan bahwa manusia itu

bersifat lemah meskipun ia seorang filosof atau guru besar169.

168 Ibid., h.62 169 Ibid.,

Page 82: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Sesungguhnya hukum Islam memiliki ciri yang khas karena ia tidak pernah

memisahkan hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan hidupnya terutama

dalam Allah tuhan yang menciptakan manusia dan alam semesta170. Namun demikian

sebagaimana diungkapkan oleh Roger Garaudy dalam hukum Islam tidak ada

immobilisme (sifat beku) sebagai hukum yang bersumber dari wahyu Allah ia

mengandung nilai abadi yang tidak bertentangan dengan validitas yang kreatif dan

permanen bahkan dalam hukum Islam terkandung sifat itu.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pemidanaan adalah proses, cara perbuatan

memidana171

. Dalam hukum pidana positif menentukan tujuan pemidanaan menjadi

persoalan yang cukup dilematis, terutama dalam menentukan apakah pemidanaan

ditujukkan untuk melakukan pembalasan atas tindak pidana yang terjadi atau

merupakan tujuan yang layak dari proses pidana adalah pencegahan tingkah laku yang

anti sosial, menentukan titik temu dari dua pandangan tersebut jika tidak berhasil

dilakukan memerlukan formulasi baru dalam sistem atau tujuan pemidanaan dalam

hukum pidana. Pemidanaan mempunyai beberapa tujuan dan bisa diklasifikasikan

berdasarkan teori-teori tentang pemidanaan. Teori tentang tujuan pemidanaan yang

berkisar pada perbedaan hakikat ide dasar tentang pemidanaan dapat dilihat dari

beberapa pandangan.

Herbert L. Packer menyatakan bahwa ada dua pandangan konseptual yang

masing-masing mempunyai implikasi moral yang berbeda satu sama lain, yakni

pandangan retributif dan pandangan utilitarian.172

Pandangan retributif mengandaikan

pemidanaan sebagai ganjaran negatif terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan

170 Ibid., h.63 171 Meoliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 311 172 Herbert L Packer, The Limit Of The Criminal Sanction, California, Stanford University Press,

1968, h. 9

Page 83: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

oleh warga masyarakat sehingga pandangan ini melihat pemidanaan hanya sebagai

pembalasan terhadap kesalahan yang dilakukan atas dasar tanggungjawab moralnya

masing-masing. Pandangan ini diaktakan bersifat melihat ke belakang. Pandangan

utilitarian melihat pemidanaan dari segi manfaat atau kegunaannya di mana yang dilihat

adalah situasi atau keadaan yang ingin dihasilkan dengan dijatuhkannya pidana itu, di

satu pihak pemidanaan dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah laku

terpidana dan di pihak lain pemidanaan itu juga dimaksudkan untuk mencegah orang

lain dari kemungkinan melakukan perbuatan yang serupa. Pandangan ini dikatakan

berorientasi ke depan dan sekaligus mempunyai sifat pencegahan.173

Perkembangan teori tentang pemidanaan selalu mengalami pasang surut dalam

perkembangannya, teori pemidanaan yang bertujuan rehabilitasi telah dikritik karena

didasarkan pada keyakinan bahwa tujuan rehabilitasi tidak dapat berjalan. Pada tahun

1970an telah terdengar tekanan-tekanan bahwa treatment terhadap rehabilitasi tidak

berhasil serta inderteminate sentence tidak diberikan dengan tepat tanpa garis-garis

pedoman. Terhadap tekanan atas tujuan rehabilitasi lahir model keadilan sebagai

justifikasi modern untuk pemidanaan yang dikemukakan oleh Soe Titus Reit.174

Model

keadilan yang dikenal juga dengan pendekatan keadilan atau model ganjaran setimpal

yang didasarkan pada dua teori tentang tujuan pemidanaan, yaitu pencegahan dan

retribusi. Dasar retribusi dalam model ganjaran setimpal menganggap bahwa pelanggar

akan dinilai dengan sanksi yang patut diterima oleh mereka mengingat kejahatan-

kejahatan yang telah dilakukannya, sanksi yang tepat akan mencegah para kriminal

melakukan tindakan-tindakan kejahatan lagi dan mencegah orang lain melakukan

kejahatan. Dengan skema model ganjaran setimpal ini pelaku dengan kejahatan yang

173 Ibid., h.10 174 Position Paper Advokasi, Pemidanaan, Pidana dan Tindakan Dalam Rancangan KUHP.

Jakarta, eLSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), 2005, h. 10.

Page 84: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

sama akan menerima penghukuman yang sama dan pelaku kejahatan yang lebih serius

akan mendapatkan hukuman yang lebih keras daripada pelaku kejahatan yang lebih

ringan.

Inti dari tujuan pemidanaan adalah sebagai perlindungan masyarakat

sebagaimana disebutkan di atas bahwa tujuan pemidanaan salah satunya adalah

perlindungan masyarakat dengan rumusan mencegah dilakukannya tindak pidana

dengan menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat dan menyelesaikan

konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan

mendatangkan rasa damai dalam masyarakat. Selain dari perlindungan masyarakat

tujuan pemidanaan juga sebagai pembinaan individu pelaku tindak pidana yang mana

ketentuan mengenai pemidanaan ini juga memberikan kesempatan untuk melakukan

perubahan atau penyesuaian pidana terhadap pelaku, pelaku dijatuhi pidana atau

tindakan yang berkekuatan hukum dapat dilakukan perubahan atau penyesuaian dengan

mengingat tujuan pemidanaan175.

Dalam ajaran hukum Islam terdapat beberapa metode untuk mencegah dan

menanggulangi kejahatan176

. Yaitu: Pertama, Metode Preventif. Metode ini dalam

melakukan pencegahan kejahatan yakni dengan usaha pencegahan sebelum melakukan

kejahatan. Pencegahan itu dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di antaranya

menekankan pada segi-segi pembinaan diri yang baik seperti peningkatan keimanan,

ibadah dan akhlak serta kegiatan dan hal-hal yang bersifat positif karena hal tersebut

merupakan benteng yang kokoh untuk tidak melakukan kejahatan.

175 Bambang Purnomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Yogya,

Liberti, 1986, h.23. 176 Abdul Wahab Khallaf, Perkembangan Hukum Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2000, h.48.

Page 85: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Pembinanaan segi-segi tersebut merupakan langkah paling awal dalam

pencegahan kejahatan yang dimulai dari pembinaan diri, lingkungan keluarga,

masyarakat dan lingkungan lain. Metode preventif melalui lingkungan keluarga dalam

masyarakat ini merupakan langkah yang sangat efektif. Sutherland mengatakan

sebagaimana telah diungkapkan oleh Soedjono SH, antara lain:

“Dengan melihat fakta-fakta bahwa prevensi lebih efektif bila diserahkan

kepada masyarakat sendiri dengan bimbingan tenaga ahli serta usaha-isaha ke

arah reorganisasi terhadap sosial disorganisasi dan perbaikan kesejahteraan

sosial, rekreasi dan lain-lain akan lebih memberi efek yang besar daripada kita

langsung kepada prevensi kejahatan itu sendiri”.177

Berdasarkan pendapat Sutherland di atas, jelas bahwa selain keluarga

masyarakat pun memegang peranan penting dalam pencegahan kejahatan, maka

pendapat Sutherland tersebut merupakan dukungan yang sangat besar terhadap metode

yang dikemukakan oleh ajaran-ajaran hukum Islam karena tujuan dasar dari semua

ajaran agama Islam memanglah untuk mencegah manusia dari perbuatan buruk atau

jahat dan selanjutnya mendorong manusia kepada perbuatan baik dari manusia yang

baik dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat baik dapat diwujudkan178.

Yang kedua, ajaran Islam mengenal metode represif yang bmerupakan tindak

lanjut dari tindakan preventif yaitu jika masih terdapat orang-orang yang melakukan

kejahatan maka hukum Islam memberantasnya dengan cara memberikan hukuman

terhadapa setiap pelaku kejahatan. Hukuman tersebut sebagai konsekuensi atas kelalaian

dan perbuatan melanggar hukum. Hukum tersebut dijatuhkan oleh Hakim sebagai orang

yang berkuasa untuk memberikan hukuman yang sesuai dengan kebenaran yang

diperoleh dalam proses sidang yang berlangsung. Hukuman dalam pidana Islam

dipandang sebagai pembalasan (al-jazaa) jadi kejahatan itu mesti dijatuhi hukuman

177 Soedjono D, Konsepsi Kriminologi Dalam Penanggulangan Kejahatan, Bandung, Alumni,

1970, h. 156. 178 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jakarta, UI Press : 1974, h.54

Page 86: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

karena kejahatan itu merupakan perbuatan yang mengganggu ketentraman masyarakat

oleh karena itu Allah SWT memberikan peraturan-peraturan yang jelas tentang

perbuatan-perbuatan tertentu dengan hukuman yang telah ditentukan pula. Itu semua

diatur dalam al-Qur’an dan al-Hadits.

Yang ketiga, metode edukatif, yaitu setiap sanksi yang dijatuhkan terhadap

pelaku kejahatan adalah supaya pelaku kejahatan tersebut menjadi insaf atau dapat

kembali menjadi anggota masyarakat yang baik dan mendapatkan pelajaran dari apa

yang telah ia perbuat sebelumnya dan mengambil hikmah atas kejadian tersebut.

Page 87: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai macam penjelasan tentang kisas pada bab-bab sebelumnya yang

diangkat dalam skripsi ini, penyusun mengambil beberapa kesimpulan yaitu: kisas

adalah sebuah prinspi hukum yang diberlakukan dalam al-qur’an yaitu sebuah hukuman

yang dijatuhkan kepada pelaku kejahatan yang melakukan kejahatan. Hukuman tersebut

merupakan pembalasan yang serupa yang dijatuhkan atas tindak pidana pembunuhan

atau menghilangkan jiwa, melukai atau pengrusakan anggota badan dan menghilangkan

manfaatnya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum syara’.

Menurut penulis tindak pidana sampai kapanpun tidak mungkin dimusnahkan,

oleh karenanya salah satu cara yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir kejahatan

tersebut adalah bagaimana membuat suatu peraturan hukum yang tegas dan bisa

mengingatkan pelaku hukum sehingga hukum tersebut menjadi efektif dan dipatuhi oleh

masyarakat serta para pelaku pembuat hukum, tidak hanya membuat pelaksanaan teori

yang diterapkan pada masyarakat namun mereka harus bisa memberikan contoh yang

teladan terlebih dulu kepada warga masyarakat dari apa-apa yang telah mereka tetapkan.

Sepintas hukuman kisas dalam hukum Islam nampak kejam tetapi hal tersebut

dikarenakan kesalahpahaman orang dalam memahami dan mempelajari hukum Islam.

Dalam kenyataannya kekejaman hukum kisas telah menyelamatkan seseorang yang

akan berbuat kejahatan dari kisas itu sendiri, sebab bagaimanapun juga tindakan itu

telah menyelamatkan jiwa orang yang dijahati dan memelihara ketentraman untuk

semua orang yang mungkin akan dijahati dan memelihara ketentraman untuk semua

Page 88: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

orang. Hukum kisas itu selalu dilakukan di depan publik dengan tujuan agar tindak

pidana itu benar-benar tidak dikerjakan oleh orang lain.

B. Saran-Saran

Penulis bersyukur atas selesainya skripsi ini mudah-mudahan tulisan yang

sangat sederhana ini bisa memberikan kontribusi terhadap masyarakat dengan harapan

sedikit lebih menambah pengertian dan ilmu dalam memahami hukum Islam terutama

tentang tindak pidana kisas.

Saran yang dapat penulis berikan tenang kisas ini adalah memasukkan kajian

atau pelajaran tentang kisas dalam kurikulum sekolah agar pengetahuan tentang kisas

sudah didapat sejak dini.

Sosialisasi tentang kisas itu lewat semua media baik media elektronik atau

media massa, kuliah subuh, khutbah Jum'at dan lain-lain.

Page 89: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, 1971.

Amir, Abdul Azis, Al-Ta’zir fi Al-Syari’ah Al-Islamiyah, Kairo, Dar al-Fikr, 1969.

Anderson, J.N.D., Hukum Islam di Dunia Modern (terj.), Surabaya, Amarpress, 1991.

Arrasjid, SH., Chairur, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2004.

Ash-Shiddiqy, Muhammad Hasby, Falsafah Hukum Islam, Cet. V, Jakarta, Bulan

Bintang, 1993.

Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islamiy, Juz I, Beirut, Daarul Kitab Al-

Araby.

Awwa, Muhammad Salim, “The Basic of Islamic Penal Legislation” dalam M. Cherif

Bassiouni, The Islamic Criminal Justice System, London, New York, Oceana

Publication, 1982.

Azhary, Muhammad Tahir, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsipnya

Dilihat Dari Segi Hukum Islam Dan Implementasinya Pada Periode Negara Madinah, Bogor, Kencana, 2003.

Bawengan, Gerson W., Pengantar Psychologi Kriminil, Pradnya Paramita, Jakarta,

1977.

Bisri, Cik Hasan, Bunga Rampai Peradilan Islam di Indonesia, Bandung, Ulul Albab Press, 1997.

Bisri, Cik Hasan, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta, Raja

Grafindo Persada, 2004.

Chotib, Ahmad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta, Fakultas Syari’ah IAIN Jakarta Press,

1989.

D, Soedjono, Konsepsi Kriminologi Dalam Usaha Penanggulangan Kejahatan (Crime

Pervention), Bandung, Alumni, 1970.

Daud Ali, Muhammad, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. 5.

Daud, Abu, Sunan Abu Dawud, Beirut, Daar al-Fikr, t.th., Juz III.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, Cet. III.

Djamil, Fathurrahman, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, Cet. I, Jakarta,

Logos Publishing House, 1995.

Page 90: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Djazuli, A., Fiqih Jinayah (Upaya Penanggulangan Kejahatan Dalam Islam), Jakarta, Raja Grafindo, 2000.

Doi., A. Rahman I. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), Jakarta, Raja

Grafindo Persada, 2002.

Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2005.

Dutton, Yasin, Asal Mula Hukum Islam, Al-Qur’an, Muwatta’, dan Praktek Madinah,

Jogjakarta, Islamika, 2003.

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 3, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Hallaq, Wael B., Sejarah Teori Hukum Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001.

Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum PIdana Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1993, Cet.

Ke-5.

Harun, Nasrun, Ushul Fiqh, Jakarta, Logos, 1996.

Hatta, Muhammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta, Tinta Mas, 1952.

Jurnal Islamic Studies, Karachi, Vol. IV, No.3, September 1965.

Kahlani, Muhammad Ibn Isma’il, Subulus Salam Juz. III Mustafa al-Baaby Al-Halabiy, Mesir, Cet. IV, 1960.

Khallaf, Abdul Wahhab, Perkembangan Hukum Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2000.

Kusumah, Mulyana W., Kriminologi dan Masalah Kejahatan (Suatu Pengantar

Ringkas), Armico, Bandung, 1984.

M. Noer, Hasan, Kontekstualitas al-Qur’an, Jakarta, Pena Madani, 2000.

Madjrie, Abdurrahman, Fauzan al-Anshari, Qishas Pembalasan Yang Hak, Jakarta,

Khairul Bayan, 2003.

Mawardi, Abu Al-Hasan, Al-Ahkam As-Sulthaniyah, Mesir, Musthafa al-Baby al-

Halaby, 1975.

Moeliono, M. Anton, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.

Mujieb, M. Abdul, Mabruri Thalhah, Syafi’iah AM, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta,

Pustaka Firdaus, 1994.

Mulyana W. Kusumah, Kejahatan,Penjahat, dan Reaksi Sosial, Alumni, Bandung,1983.

Page 91: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

________,W. Kusumah, Kriminologi dan Masalah Kejahatan (Suatu Pengantar

Ringkas), Armico Bandung, 1984.

Munawar, Said Agil Husin, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta, Pena Madani, 2004.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Surabaya, Pustaka Progressif.

Nasution, Harun, Gagasan dan Pemikiran, Bandung, Mizan, 1995.

________, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, UI Press, 1985, Jilid

I dan II.

Nawawi Arief, Barda, Upaya Non Penal Dalam Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

Semarang, 1991.

Poernomo, Bambang, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan,

Yogyakarta, Liberty, 1986.

Poerwadarmita, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1983.

Position Paper Advokasi RUU KUHP, Pemidanaan, Pidana dan Tindakan Dalam

Rancangan KUHP, Jakarta, Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat),

2005.

Rasyidi, H.M., Keutamaan Hukum Islam, Cet.II, Jakarta, Bulan Bintang, 1972.

Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim al-Masyhur bi “Tafsir Al-

Manar”, Cet. II, Jilid III, Beirut, Dar el-Ma’arif, t.th.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Juz II, Dar al-Fikri, Beirut, 1980.

Sahetapy, J.E., dan Reksodiputro, B. Mardjono, Kejahatan, Penjahat, dan Reaksi

Sosial, Bandung, Alumni 1990.

________, J.E., dan Reksodiputro, B. Mardjono, Parados Dalam Kriminologi, Rajawali

Press, Jakarta, 1982.

Saifuddin, Endang, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya, Bina Ilmu, 1991.

Sastrawidjaja, Sofjan, Hukum Pidana Asas Hukum Pidana Sampai Dengan Alasan

Peniadaan Pidana, Bandung, Amrico, 1995.

Soedjono D., Konsepsi Kriminologi Dalam Usaha Penanggulangan Kejahatan

(CrimePervention), Alumni, Bandung, 1970.

Soesilo, R., KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor,

Politea, 1965.

Page 92: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta

Solehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Islam (Ide Dasar Double Track System dan

Implementasinya), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003.

Suma, Muhammad., Amin, dkk, Pidana Islam di Indonesia, Jakarta, Pustaka Firdaus,

2001.

________, Muhammad. Amin, MA, SH, Pengantar Tafsir Ahkam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001.

________, Muhammad Amin, “Hukum Pidana Islam: Visi, Misi dan Filosofinya dalam

Perspektif Qur’an dan Sunnah”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional

Hukum Pidana Islam: Deskripsi, Analisis Perbandingan dan Kritik Konstruktif,

Fakultas Syariah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23-24 Juni 1999.

Sutherland, Edwin H., Asas-Asas Kriminologi, Alumni, Bandung, 1969.

Syafi’i, Imam, Ringkasan Kitab Al-Umm, Jakarta, Pustaka Azzam, 2004.

Taimiyah, Ibnu, Al-Siyasah al-Syar’iyah fi al-Ra’i wa al-Ra’iyyah, Beirut, Dar al-Fikr,

T.Th.

Unais, Ibrahm, Al-Mu’jam al-Wasith, Juz II, Daar Ihya’ At-turats al-‘Arabi, Tt.

Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2004, Cet. Ke-2.

Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Juz VI, Dar Al-Fikr, Damaskus,

1989.

Page 93: PERAN PIDANA KISAS DALAM UPAYA PENCEGAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10739/1/RIZQI... · adalah bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta