peran pekerja sosial masyarakat ( psm ) …
TRANSCRIPT
PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT ( PSM ) PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM MEMBERIKAN
PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS MENTAL (ODGJ) DI KOTA
PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG
(Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
R A H M A D I N I
NIM : 16510022
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2020
iv
MOTTO
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al-Baqarah: 286)
‘’ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sutau kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ‘’ (QS. Ar- Ra’d: 11)
‘’ Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya’’
(An- Najm: 39)
‘’ Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya yang ditunjukan untuk
mencari ridho Allah bahkan hanya untuk mendapatkan kedudukan/kekayaan duniawi maka ia
tidak akan mendapatkan baunya syurga nanti pada hari kiamat’’ (riwayat Abu Hurairah radhiallahu anhu)
‘’ Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk
menyelesaikannya’’
(Penulis)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji Syukur Kepada Allah SWT karena dengan segala karunia-Nya yang dilimpahkan
sehingga saya mampu menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata (1) di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:
1. Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya sederhana ini kepada kedua orang tua Ibu Susi dan Ayah Ihsan yang telah
memberikan kasih sayang, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil,
yang selalu berdoa dalam setiap saat untuk kebaikan anak-anaknya, yang selalu
memberikan nasehat, memberikan teguran-teguran bila saya salah, selalu memberikan
semangat, yang selalu memberikan kepercayaan dalam setiap langkah saya, dan selalu
memberikan cinta kasih yang tak terhingga, hingga saya bisa menyeselaikan studi S1
saya. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu & Ayah bahagia karena saya
sadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Terimakasih Ibu & Terimakasih Ayah.
2. Kepada adik – adik saya Septi & Fahri yang selalu memberikan dukungan serta
memberikan motivasi, selalu bertanya ‘’kapan selesai kuliahnya, selesai kuliah langsung
kerja ya kak’’ dan memberikan semangat untuk kakaknya di tanah rantau (jogja) terima
kasih yang tak terhingga adik – adikku.
3. Kepada keluarga besar Hj. Adamhuri Dahlan yang telah memberikan support serta
memberikan target 3,5 tahun untuk menyelesaikan massa kuliah saya, terimakasi atas
dukungan yang diberikan baik moral maupun materil, memberikan kepercayaan, dan
terimakasih juga untuk Ummi, Acu Muhai, Acik Zaini, Acik Zainal, Acik Dedy, Pakwo,
Bunda, yuk Sari, yuk Dela, yuk Ella, dan Teteh Nung yang telah memberikan dukungan
vi
sehingga membuat saya semangat untuk menggapai gelar sarjana (S1) di Kota
Yogyakarta.
4. Terimakasih kepada Ibu Ratna Sesotya Wedadjati, S.Psi. M.Si yang telah membimbing
saya dengan sabar, dengan penuh ketelitian, dan memberikan pemahaman sehingga saya
dapat menyelesaikan Skripsi saya. Terimakasi atas semuanya Bu.
5. Untuk teman – teman IS angkatan 2016 terima kasih telah memberikan tawa dan
candaan di dalam kelas yang selalu heboh kalau saya enggak masuk kelas hahaha
semoga kita selalau diberikan kesehatan di lain waktu dan semoga kita sukses selalu.
Terimakasih kepada teman dekat saya Intan, Yogi, Bimo, Tiwi, Talita, Zulinar, Eyas,
Agus, Naufal, Danang, Udin, Santi, Alvi, Sr. Serly, Sr. modesta, Sr. Tiar serta teman –
teman kelas yang tidak bisa saya tulis satu persatu terimakasih selalu heboh kalau saya
tidak masuk kelas atau telat masuk kelas,dan kebacotan kalian di dalam kelas apalagi
kalau saya maju depan persentasi, dan selalu tanya gimana skirpsinya san, revisiannya
udah selesai kah san semangat ya san, jangan terlalu main ke jalan magelang terus,
terimakasih sudah berjuang bersama – sama di tengah wabah covid-19 ini dan
memberikan kenangan selama hampir 4 tahun ini, sehat selalu ya teman – teman semoga
kita bisa bertemu di lain waktu. Terimakasih Bertha yang selalu membantu saya untuk
menyelesaikan skripsi ini sampai detik ini.
6. Terimakasih kepada Bethari Squad Kaka Tere, Paska, Hamila, Sitna, Yuk Ima, Yuk
Char, Erni yang menjadi kaka, teman rasa sodara, yang selalu ada disetiap saat, yang
selalu berkata iya disetiap orang meminta bantuan bahkan saat kaka susah sekalipun,
terimakasih karena selalu mendukung saya, membantu saya, memberikan motivasi,
memberikan arahan, nasehat, hiburan dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas akhir saya.
vii
7. Terimakasih untuk teman seperantauan dan seperjuangan walaupun kita beda kampus
Cinda, Andes, Diyut, Mel, Wenda dan Nunuk yang selalu memberikan semangat,
memberikan dukungan, yang menjadi patner jalan-jalan keliling jogja, patner makan,
patner nongkrong, dan patner pergi ke mall, yang selalu chat tanya ‘’ main lah yuk udah
lama banget enggak keluar kostan cari anggin segar gitu ‘’ terimakasih karena atas
kebersamaannya selama kurang dari 4 tahun ini dan terimakasih telah mendukung,
mensuport saya sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini.
8. Terimakasih teman malam dan teman minum ku yang keluar saat malam senin, kamis
dan minggu Pintia, Eva, Ocha, Shena, Wawan, Ben, Baim, Yoka, Irwansyah, Ivan, Bang
Yodai, Bang Berak, Bang David, Bang Ade, Farhan dan Tolek. Terimakasih untuk
malam – malam yang penuh kelap kelipnya dan minumnya sampai tepar dak bergerak.
9. Terimakasih kepada teman KKN, Sekar, kak Ondo, kak Robi, kak Rul, Wido, Ridho, Ita,
Kak Alan terimakasih telah mengajarkan arti sebuah pertemanan di tempat orang
walaupun kita beda padukuhan.
10. Terimakasih untuk teman kecil saya Sindi, Cikyu, Pia, Rani, Nadia, Virdia, Abdul, Dika.
Terimakasih untuk dukungan dan semangatnya untuk saya ‘’ akhirnya temen kalian
sudah sarjana’’.
11. Terimakasih untuk mantan – mantan ku yang sudah hadir walau sesaat dan maaf aku
wisuda duluan ya hehe, tetap semangat menjalani hidup kalian.
12. Terimakasih kepada Nimas dan Shara teman pertama di Jogja yang selalu menjadi kakak
terbaik bagi saya walaupun kita pernah berantem, enggak teguran dalam waktu yang
sangat lama cuma gara – gara hal sepele, terimakasih sudah ngejagain saya selama di
jogja, yang selalu ngelarang ini itu tapi sekarang saya langgarin maaf ya sudah
ngerepotin dan selalu ngejaga adek yang satu ini yang bandelnya luar biasa bagi kalian.
13. Untuk Almamater Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skirpsi dengan baik yang berjudul
“Peran PSM Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam Memberikan
Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas Mental (ODGJ) Di Kota Pangkalpinang ”.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana S-1 pada
program studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta.
Terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pembimbing
yang terhormat Ibu Ratna Sesotya Wedadjati, S.Psi,M.Si selaku dosen pembimbing, yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan juga pikirannya untuk membimbing penulis dalam
menyusun Skripsi ini. Salain pembimbing penulis juga ingin mengucapkan terimakasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Ibu Dra. Oktarina Albizzia, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Sosial / Pembangunan Sosial
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
3. Bapak dan Ibu Dosen pengajar di Program Studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta, yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh studi.
4. Seluruh Pegawai Dinas Sosial dan PSM Kota Pangkalpinang yang telah memberikan
kemudahan dalam proses pengambilan data untuk penulisan Skripsi ini.
5. Masyarakat Pangkalpinang yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iii
MOTTO .. ..................................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..................................................... 10
D. Kerangka Teori ............................................................................................. 11
1. Peran ..................................................................................................... 12
2. Pekerja Sosial Masyarakat ...................................................................... 17
3. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ................................ 25
4. Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas Mental ..................................... 26
E. Metode Penelitian ......................................................................................... 34
1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 34
2. Ruang Lingkup ...................................................................................... 34
3. Obyek Penelitian .................................................................................... 35
4. Definsi Konseptual ................................................................................. 36
5. Jenis Penelitian ...................................................................................... 34
xi
6. Subyek Penelitian ................................................................................... 38
7. Lokasi Penelitian .................................................................................... 38
8. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38
9. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Profil Pekerja Sosial Masyarakat Pemberdayan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Pangkalpinang ................................. 42
1. Sejarah Berdirinya Pekerja Sosial Masyarakat ........................................... 42
2. Visi Misi, Motto, Janji Layanan, Tugas pokok dan
fungsi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang ....................... 43
3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial ....................................... 47
4. Landasan Hukum....................................................................................... 48
5. Program kerja ............................................................................................ 48
6. Strategi dan Arah kebijakan ....................................................................... 49
7. Faktor penghambat .................................................................................... 50
8. Faktor pendorong ...................................................................................... 50
9. Sumber Daya Perangkat Daerah ................................................................ 51
10. Alat/Sarana dan Prasarana Berdasarkan Kondisi
Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan AnakTahun 2018 ................................................................. 54
BAB III ANALISIS DATA
A. Deskripsi Informan .................................................................................... 56
B. Peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam Memberikan
Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas Mental (ODGJ) ........................... 59
xii
1. Sebagai fasilitator ................................................................................ 59
2. Sebagai Pelayanan Masyarakat ............................................................ 63
3. Sebagai pendamping ............................................................................ 65
4. Sebagai Mitra ...................................................................................... 67
5. Sebagai penguhubung dana .................................................................. 70
6. Faktor pendukung dan penghambat ...................................................... 72
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Persentase Penyandang Cacat Berdasarkan Jenis Kecacatan .......................... 3
Tabel II.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Dinas
Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ............................ 51
Tabel II.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan di Dinas Sosial,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ....................................... 51
Tabel II.3 Data Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) ................................. 52
Tabel 11.4 Data Penyandang Disabilitas Mental Odgj Kota Pangkalpinang ................... 53
Tabel II.5 Alat/Sarana dan Prasarana Berdasarkan Kondisi Dinas Sosial,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ....................................... 54
Tabel III.1 Identitas Informan Dinas Sosial ..................................................................... 57
Tabel III.2 Identitas informan Pekerja Sosial Masyarakat menurut jenis
kelamin, umur dan Pekerjaan......................................................................... 58
Tabel III.3 Identitas Informan Orang Tua / Penyandang Disabilitas
Mental menurut jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan .................... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakaketnya manusia tidak bisa terlepas dari peran baik dalam keluarga,
masyarakat, pekerjaan. Manusia ialah makhluk sosial yang dimana selalu
membutuhkan orang lain, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan orang lain
dalam kehidupan. Contoh saat sedang sakit seseorang pasti membutuhkan bantuan
seorang dokter atau bidan untuk mengetahui penyakit yang di alaminya, maka peran
seorang dokter atau bidan sangat penting karena telah memberikan bantuan
pertolongan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari interaksi sosial baik
dalam interaksi sesama manusia.
Tidak jauh beda dengan peran, peranan merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan
peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan
karena satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tidak ada peranan tanpa
kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya kedudukan, peranan
juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam – macam peranan yang
berasal dari pola – pola pergaulan hidupnya ( Edy Suhardono 2015 ). Hal itu sekaligus
berarti bahwa peranan menentukan apa yang di perbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatan – kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya
peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan batas –
2
batas tertentu dapat meramalkan perbuatan – perbuatan lain. Orang yang bersangkutan
akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan orang – orang sekelompoknya (
Barkir Suyoto 2009 ).
Dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang diciptakan dengan kondisi fisik
ataupun mental yang sempurna. Ada sebagian orang yang memiliki kekurangan
seperti tidak dapat mendengar, tidak dapat berbicara, keterbelakangan mental dan
sebagainya, ada juga yang terlahir sempurna tetapi karena suatu peristiwa tertentu
seperti bencana alam dan kecelakaan parah yang mengakibatkan orang tersebut
mengalami keterbatasan fisik dan tidak bisa menjalani kehidupan baik secara
pribadi maupun kemasyarakatan ( Kartini Kartono 2000 ).
Hal ini menyebabkan sebagian dari mereka menjadi minder atau rendah diri
dalam pergaulan mereka. Apalagi jika mereka mendapat sebutan orang cacat dari
lingkungan sekitarnya, dan membuat mereka semakin tidak percaya diri dengan
keadaan mereka yang sedang di alaminya. Dalam hal ini peran keluarga sangatlah
penting untuk memberikan dukungan atau motivasi bagi keluarga mereka yang
sedang mengalami keterbatasan fisik atau yang lebih sering digunakan penyandang
disabilitas. Penyandang disabilitas membutuhkan data sebagai acuan untuk
membuat program. Kementrian Sosial menjadi salah satu lembaga yang mengurus
kondisi penyandang disabilitas mulai dari pemberdayaan, rehabilitas dan
sebagainya. Menurut survei penduduk Antarsensus Badan Statistik (BPS) pada
tahun 2015, terdapat 21,84 juta penyandang disabilitas atau 8,56% dari total jumlah
penduduk. Riset Kesehatan Dasar 2018 , sebanyak 3,3% anak (usia 5-17 tahun)
menyandang disabilitas.(Koran Kompas, 16 Desember 2019)
3
Tabel I.1
Persentase Penyandang Cacat Berdasarkan Jenis Kecacatan
Jenis Kecacatan Persentase
Mata/Netra 15,93
Rungu/Tuli 10,52
Wicara/Bisu 7,12
Bisu/Tuli 3,46
Tubuh 33,75
Mental/Grahita 13,68
Fisik dan Mental/Ganda 7,03
Jiwa 8,52
Jumlah Total 100,0
Sumber : BPS, Susenas 2019
Penyandang disabilitas tersebar di berbagai wilayah Indonesia termasuk di
Bangka Belitung Kota Pangkalpinang Negeri Serumpun Sebalai pada tahun 2014
menurut Dinas Kesejahteran dan Sosial (DINKESSOS) mencapai 5.393 orang,
sementara penyandang cacat fisik sebanyak 2.534 orang, sedangkan penyandang cacat
mental sebanyak 1.184 orang. Angka cacat fisik yang dikeluarkan oleh DINKESSOS
tersebut sekaligus menegaskan jika cacat fisik di Bangka Belitung merupakan tertinggi
apabila dibandingkan dengan cacat lainnya. Jumlah penyandang cacat fisik dan mental
yaitu 538 orang, tunanetra 474 orang, tuna rungu wicara 538 orang.
(https://www.radarbangka.co.id/berita/detail/pangkalpinang/26484/cacat-fisik-di-
babel-tertinggi-2534-orang.html)
Penyandang disabilitas merupakan keadaan seseorang yang
ketidakmampuannya berupa fisik dan mental tersebut. Istilah disabilitas tersebut sering
digunakan karena lebih halus dibandingkan dengan penyandang cacat. Seseorang yang
mempunyai keterbatasan fisik atau mental sering kali dipandang sebelah mata dan
4
dianggap lemah serta menghambat pekerjaan. Tetapi, mereka yang memiliki
keterbatasan fisik mempunyai hak, kewajiban dan peran yang sama, mereka yang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam aspek kehidupan dan penghidupan (
Kartini Kartono 2003 ).
Undang – Undang Nomer 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
disebutkan bahwa penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik dalam jangka waktu lama
yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan
dalam berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak, undang – undang tersebut telah disahkan oleh Presiden
Joko Widodo pada tanggal 15 April 2016. Dari data Word Health Organization
(WHO), jumlah penyandang disabilitas di negara – negara berkembang mencapai 10%,
dan setiap tahun semakin meningkat. Dalam hal ini landasan hukum untuk penyandang
disabilitas diatur dalam pasal 20, pasal 21, pasal 28 ayat 1,2,4 dan 5, serta pasal 28 J
dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Negara
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar tahun
1945 yaitu menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Hak
asasi manusia sebagai hak dasar yang secara kodrat melekat pada diri manusia yang
bersifat universal, perlu untuk dilindungi, dihormati dan dipertahankan sehingga
perlindungan dan hak asasi manusia terhadap kelompok rentan, khusunya penyandang
disabilitas.
Penyandang disabilitas tidak terjadi pada waktu dilahirkan tetapi ada beberapa
faktor atau peristiwa tertentu yang menyebabkan terjadinya disabilitas tersebut.
5
Penyandang disabilitas itu sendiri memilki jiwa yang sama dengan kebanyakan orang
normal hanya saja fisik dan mental yang membedakan mereka. Penyandang disabilitas
juga dibagi menjadi dua yaitu, penyandang disabilitas fisik dan penyandang disabilitas
mental. Kementrian Sosial RI, c.q Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitas Sosial
terus berupaya agar penyandang disabilitas dapat di terima di Instansi pemerintahan
maupun swasta untuk berkerja dengan baik tanpa memandang faktor fisik mereka.
Seperti yang diketahui banyak dari penyandang disabilitas tidak dapat bekerja
dikarenakan fisik mereka yang tidak memenuhi syarat dalam bekerja. Selama ini
penyandang disabilitas dianggap lemah, tidak memiliki potensi yang bisa dihasilkan,
menghambat pekerjaan orang – orang normal, serta banyak lagi yang mereka terima
dari masyarakat yang memandang sebelah mata. Mungkin saja mereka yang memiliki
keterbatasan fisik mereka mampu mengembalikan semangat mereka dan mendukung
diri mereka sendiri untuk dapat bekerja serta membuktikan kepada masyarakat atau
dunia bahwa mereka mampu, mereka bisa dengan semangat yang tinggi. Banyak dari
mereka penyandang disabilitas telah membuktikan bahwa mereka mampu dan diakui
oleh seluruh dunia.
Bahkan dalam Undang - Undang Nomer 4 Tahun 1997 menyatakan bahwa
perusahan negara dan swasta mewajibkan untuk menjamin kesempatan bekerja kepada
penyandang disabilitas atau cacat. Dalam pasal 14 menegaskan bahwa perusahaan
negara maupun swasta yang memperkerjakaan 100 orang wajib memperkerjakaan satu
orang penyandang disabilitas atau cacat. Bahkan pasal 28 memberikan dan mengatur
sanksi pidana berupa kurungan maksimal enam bulan atau denda paling besar Rp.200
6
Juta bagi pelanggar tersebut. Penyandang disabilitas tentu bukan hanya fisik tetapi bisa
saja mental.
Penyandang disabilitas mental ialah seseorang yang mendapat kegangguan
kejiwaan atau yang lebih sering di dengar oleh masyarakat adalah orang gila.
Penyandang disabilitas mental ini tidak hanya menyerang orang dewasa saja tetapi bisa
juga menyerang anak kecil, terjadinya penyandang disabilitas mental ini di akibatkan
beberapa faktor seperti kecanduan game online, sakit demam berdarah, tekanan dari
orang tua, impian yang belum tercapai serta mengkhayal terlalu tinggi bisa
mengakibatkan gangguan mental. Masyarakat banyak menilai bahwa orang yang
memiliki penyandang disabilitas mental atau orang gila tersebut sangatlah berbahaya
apalagi di lingkungan masyarakat sekitar yang tinggal di daerah tersebut.
Undang – Undang Nomor 8 tahun 2016 pasal 3 tentang penyandang disabilitas,
pemerintah memastikan pelaksanan upaya pengormatan, pemajuan, perlindungan dan
pemenuhan hak penyandang disabilitas untuk mengembangkan diri serta
menyadahgunakan seluruh kemampuan sesuai bakat dan minat yang dimilikinya untuk
dinikmati, berperan serta berkontribusi secara optimal, aman, leluasa, dan bermartabat
dalam segala aspek kehidupan bangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dalam Undang –
Undang tersebut penyelenggara Kesejahteran Sosial terus diupayakan oleh pemerintah,
melalui Kementrian Sosial terus meningkatkan partisipasi masyarakat, salah satunya
potensi dan sumber Kesejahteraan Sosial atau yang biasa disebut dengan PSKS
merupakan sumber yang ada pada manusia, alam dan institusi sosial yang bergerak di
bidang Kesejahteraan Sosial. Diantara 14 PSKS tersebut yang salah satunya ialah
dengan adanya Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). Menurut Permensos RI No. 01 tahun
7
2012 Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) adalah seseorang sebagai warga masyarakat
yang mempunyai jiwa pengabdian sosial, kemauan, dan kemampuan dalam
penyelenggaraan kesejahteran sosial, serta telah mengikuti bimbingan atau pelatihan
dibidang kesejahteran sosial. Tujuan tersebut diadakannya bahwa Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) untuk mewujudkan warga masyarakat yang memiliki keberfungsian
sosial mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan tertangani masalah sosial
tersebut. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) berkedudukan di desa atau kelurahan.
Upaya pemecahan masalah sosial dalam menangani penyandang disabilitas melibatkan
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) setiap tahunnya terus diupayakan.
Penyandang disabiliatas mental di bagi menjadi 2 yaitu penyandang disabilitas
intelektual dan ODGJ. ODGJ atau Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dalam jangka
waktu lama mengalami hambatan dalam interaksi dan partisipasi di masyarakat
berdasarkan kesejahteraan dengan lainnya. ODGJ tersebut adalah orang yang
mempunyai masalah fisik berupa fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, atau kualiatas hidup sehingga resiko mengalami gangguan kejiwaan.
Masalah gangguan kejiwaan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu :
faktor biologis, dan faktor psikologis. Undang - Undang Kesehatan Jiwa nomer 18
tahun 2014 menyatakan bahwa permasalahan yang berkaitan dengan gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala
atau perubahan perilaku. Permasalahan gangguan kejiwaan tersebut dapat dialami oleh
siapa saja, dan dapat menimbulkan beban bagi penyandangnya maupun keluarganya,
apabila tidak mendapat penanganan secara tepat (Kartini Kartono 2003 ).
8
Tidak hanya penyandang disabilitas yang mengalami diskriminasi tetapi perempuan
dan anak juga sering mengalami diskriminasi. Pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak sangatlah dibutuhkan bagi perempuan dan anak- anak yang kerap
mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Maka dalam hal ini pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak harus tetap di prioritaskan sehingga tidak ada lagi
yang mengalami kekerasan rumah tangga maupun pelecehan seksual. Pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak adalah dimana perempuan dan anak mendapat hak
perlindungan dari pemerintah. Pancasila Undang – Undang Dasar 1945, GBHN atau
RPJM sebagai landasan hukum yang menetapkan perempuan dan anak sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan keluhuran harkat dan martabatnya, dan
setiap warga negara memiliki kedudukan, hak, kewajiban, tanggungjawab,peranan dan
kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berperan dalam berbagai kehidupan dan
segenap kegiatan pembangunan.
Perempuan dan anak sering kali dianggap sebagai makhluk yang lemah,
menyusahkan dan sebagainya, tetapi dengan dianggapnya sebagai makhluk yang lemah
perempuan dan anak bangkit dan menunjukkan kemampuan mereka terhadap orang –
orang yang meremehkan mereka. Peran pemerintah sangat penting dan pemerintah
harus lebih perhatian terhadap kondisi warga negaranya terkhususnya kaum
penyandang disabilitas, perempuan dan anak. Maka, dengan hal ini untuk mewujudkan
keberhasilan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak pemerintah telah
mengembangkan kebijakan – kebijakan dan strategi melalui tahapan pembangunan
lima tahunan (PELITA) yang telah dilakukan sejak tahun 1978 hingga saat ini yang
disebutkan dengan era reformasi. Pemberdayaan dan perlindungan anak seharusnya
9
dihormati dan dilindungi sebagai warga negara yang berlandasan hukum, setiap
tanggal 22 Desember selalu di peringati sebagai Hari IBU Nasional Sebagai bentuk
mengormati dan menghargai serta dilindungi, apalagi perempuan dan anak tersebut
mengalami penyandang disabilitas fisik maupun mental.
Dari beberapa jurnal, skripsi maupun tesis yang menyangkut judul dengan peran
dinas sosial sudah di teliti oleh beberapa mahasiswa yaitu (Skripi Oca Pawalin 2017)
yang berjudul Peran Dinas Sosial Pemberdayaan Penyandang Disabilitas, dari skripsi
oca tersebut lebih memfokuskan pemberdayaan penyandang disabilitas agar
pendanyang disabilitas lebih bisa memandirikan penyandang disabilitas. (Jurnal Arini
Sosiawati 2015) mengambil judul Peran Dinas Sosial Provinsi DIY dalam pemenuhan
hak anak penyandang disabilitas, peneliti arini lebih fokus pada pemenuhan hak anak
bagi penyandang disabilitas. (Tesis Maulinia 2012) mengambil judul pemberdayaan
perempuan penyandang disabilitas pada himpunan wanita penyandang cacat Indonesia,
peneliti maulinia lebih fokus pada pemberdayaan perempuan penyandang disabilitas
agar perempuan – perempuan di Indonesia khususnya penyandang disabilitas bisa
mengembangkan kemampuan dibidang yang disukainya. Dari beberapa penelitian
jurnal, skripsi maupun tesis belum ada yang membahas tentang peran dinas sosial
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam memberikan pelayanan bagi
penyandang disabilitas mental (ODGJ) tersebut. Maka dalam hal ini peneliti sangat
tertarik mengambil judul tersebut dan memfokuskan peran pekerja sosial masyarakat
agar peneliti bisa mengetahui apa saja peran pekerja sosial masyarakat terkhususnya di
bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak bagi penyandang disabilitas
terutama ODGJ.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneiliti menyampaikan rumusan masalah
yaitu Bagaimana Peran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak dalam Memberikan Pelayanan bagi Penyandang Disabilitas
Mental (ODGJ) di Kota Pangkalpinang ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Suatu penelitian pada umumnya bertujuan umtuk memenuhi dan mengembangkan,
menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan, menentukan bearti berusaha untuk
mendapatkakn sesuatu guna mengisi kekosongan dan kekurangan, mengembangkan
bearti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang ada, sedangkan menguji
kebenaran jika masih di ragukan kebenarannya (Sutrisno Hadi, 1989 : 34).Berdasarkan
rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui peran pekerja sosial masyarakarat pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak dalam memberikan pelayanan bagi penyandang disabilitas
mental di Kota Pangkalpinang.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor pendukung dan penghambat pekerja sosial
masyarakat pemberdayaan perempuan dan perlindungan dalam memberikan
pelayanan bagi penyandang disabilitas mental di Kota Pangkalpinang.
Adapaun manfaat bagi peneliti ini diharapkan memberikan manfaat dan kegunaan
baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Merupakan mampu memberikan pengalaman yang berharga serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang peran pekerja sosial
11
masyarakat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam memberikan
pelayanan bagi penyandang disabilitas mental di kota pangkalpinang.
2. Manfaat praktis
Sebagai ilmu pengetahuan baik bagi peneliti sendiri, masyarakat, dan
lembaga-lembaga pemerintahan yang bergerak pada bidang sosial.
D. Kerangka Teori
Teori berasal dari kata theoria dalam bahasa latin yang bearti ‘’ perenungan’’, dan
berasal dari kata thea dalam bahasa yunani yang artinya realitas. Beberapa para ahli
mengunakan kata ‘’ teori ‘’ sebagai bangunan berpikir yang tersusun sistematis, logis
(rasional), empiris, dan simbolis ( Otje Salman dan Anton F.S, 2005 : 19). Menurut Paul
Edward (1965 : 1037),mengatakan bahwa teori adalah postulat atau asumsi dasar untuk
membuktikan penelitian ilmiah yang dijadikan prinsip dasar dan general, yang tingkat
kebenarannya dijadikan rujukan dan diikuti oleh kalangan ilmuan.
Di dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tidak akan lepas yang
namanya peran baik dalam peran keluarga, peran dinas sosial, peran masyarakat, dan
peran pemerintah. Tidak ada manusia yang tidak lepas dari peran. Dalam hal ini peran
memiliki fungsi sendiri. Suatu teori akan berguna sekali jika mempermudah
memecahkan masalah dengan ruang lingkup yang sedemkian luasnya. Teori tertentu
sebenarnya merupakan hasil kegiatan ilmiah untuk menyatukan fakta tertentu
sedemikian rupa, sehingga lebih mudah untuk mempelajari keseluruhannya ( J.H. Turner
1974 : 2 ). Menurut C. Wright Mills (1959) jika tidak dikaitkan dengan penelitian ini,
tanpa teori, teori akan abstrak dan kosong. Demikian juga dengan penelitian ini, tanpa
teori penelitian ini tidak ada harganya, penelitian hanya kumpulan fakta tanpa makna.
12
Menurut James M. Hensiln (2006 : 20) unsur yang paling penting dalam penelitian
adalah dengan adanya suatu teori karena dengan adanya suatu teori, peneliti akan
mencoba menerangkan fenomena yang menjadi suatu pusat perhatian. Dengan hal ini
dapat peneliti menerangkan kerangka teori sebagai berikut :
1. Peran
Peran merupakan seperangkat patokan yang membatasi perilaku yang dimana
mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi. Menurut Keliat dalam
Muhith, (2015 : 90) ‘’ peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat’’. (Endarlina, 2018
: 13) selain itu peran dapat diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan diharapkan
sebagai posisi tertentu di dalam masyarakat yang mungkin tinggi, sedang – sedang
saja atau rendah. ( Gerungan, 1998:135 ) peran merupakan perspektif atau
pandangan ilmu psikologi sosial didefinisikan dengan suatu perilaku atau tindakan
yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang memiliki suatu status di dalam
kelompok tertentu. Peran adalah suatu komplek pengarapan manusia terhadap
caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan
status dan fungsinya sosialnya, serta peran yang memiliki suatu set perilaku yang
kurang lebih memiliki sifat homogeny dan dapat diartikan sebuah harapan secara
normative dari seseorang okupan dalam siatusu sosial tertentu ( Nye 1976, dalam
Andarmoyo 2012, dan Abu Ahmadi 1982 ). Menurut ( Kurniawan 2008)
berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
peran. Hal ini diketahui dapat dari ‘’ Kelas Sosial’’,’’ Bentuk Keluarga’’, dan
13
‘’Latar Belakang Keluarga ‘’, dan ‘’ Pengetahuan’’. Adapun beberapa dari faktor
– faktor yang mempengaruhi peran yaitu :
1. Kelas Sosial
Fungsi dari peran dalam kelas sosial adalah peran suami tertentu yang
dipengaruhi oleh adanya tuntunan kepentingan dan kebutuhan yang terdapat
dalam keluarga.
2. Bentuk Keluarga
Keluarga dengan orang tua tunggal diartikan sebagai sesuatu yang jelas berbeda
dengan orang tua yang masih lengkap sehingga demikian antara keluarga inti
dengan keluarga besar yang beragam untuk dapat mengambil keputusan dan
kepentingan akan rawan terhadap suatu konflik.
3. Latar Belakang Keluarga
Dalam latar belakang keluarga sebagai faktor yang mempengaruhi peran
dijelaskan dengan macam – macam pemabagian yaitu :
3.1.Kesadaran dan kebiasaan keluarga, yang dimaksud dengan hal ini diartikan
sebagai kesadaran titik temu atau equilibrium dari macam – macam
pertumbuhan dan perbandingan yang menghasilkan keyakinan. Seperti
halnya kebiasaan yang dapat meningkatkan kesehatan, contohnya ialah
tidak merokok, pengontrolan berat badan, tidur yang tertaur, tidak minum-
minuman keras, sarapan setiap hari serta tidak makan yang sembarangan.
3.2. Sumber daya keluarga, sebagai faktor yang mempengaruhi peran, sumber
daya keluarga merupakan penerimaan seseorang sebagai suatu imbalan atas
14
seluruh yang telah dilakukan dengan tenaga atau pikiran seseorang
terhadap orang lain atau organisasi tertentu.
3.3.Siklus keluarga, siklus keluarga ini merupakan suatu bagian dari faktor
latar belakang keluarga sebagai sesuatu yang mempenagruhi peran
diartikan sebab adanya perbedaan kebutuhan dan kepentingan. Contohnya
ialah ibu, ibu berperan sebagai asuh, asah dan asih. Sedangkan ayah
berperan sebagai pencari nafkah dan anak bertugas belajar dan juga
menuntut ilmu.
3.4.Pengetahuan, sebagai faktor yang mempengaruhi peran, menurut
(Notoatmojo 2007) bahwa pengetahuan atau kognitif sebagai suatu hal
yang mempengaruhi disebabkan domain yang sangat penting dalam
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi yang
menganggap sebagaian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori – kategori
yang ditetapkan secara sosial. setiap peran sosial adalah serangkaian hak,
kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan
dipenuhi. Dalam hal ini peran keluarga sangat penting bagi pemulihan peyandang
disabilitas mental tersebut. Upaya dalam pemulihan penyandang disabilitas mental
(PDM/ Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), yang tidak kalah pentingnya dari
pengobatan di Rumah Sakit Jiwa adalah peran keluarga PDM. Keluarga lah yang
menjadi faktor utama untuk proses rehabilitas sosial PDM, karena setelah menjalani
perawatan medis di Rumah Sakit Jiwa, PDM akan segera kembali ke rumah, dalam
15
artian orang dengan gangguan jiwa tersebut dapat bisa disembuhkan dan dianggap
sebagai orang normal lainnya.
Peran menyebabkan seseorang pada batas – batas tertentu untuk meramalkan
perbuatan – perbuatan orang lain. Peran lebih banyak menunjukkan fungsi,
penyesuain diri sebagai suatu proses, jika seseorang menduduki suatu posisi dalam
masyarakat serta menjalani suatu peran dalam suatu tempat individu maupun
organisasi yang berjalan. Peran meliputi norma – norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Adapaun menurut Rivai (2003 :
148),’’ peran adalah orientasi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam
posisi sosialnya’’. Peran merupakan suatu perilaku yang dapat berwujud sebagai per
orang sampai kelompok, baik kecil maupun besar yang semuanya dijalankan
dengan sesuai perannya masing – masing. .
Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu (sosial-
position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada
organisasi masyarakat. Peran mungkin mencakup tiga hal yaitu sebagai berikut :
1) Peran meliputi norma – norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkain
peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2) Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
16
3) Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi stuktur
sosial masyarakat.
Dalam kehidupan ini kata – kata peran semakin sering digunakan baik dalam
kemasyarakatan, pengorganisasian maupun keluarga. Beberapa pendapat ahli yang
menyimpulkan tentang peran yaitu , Poerwadarminta.1995. Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta PT Balai Pustaka ‘’Peran merupakan tindakan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang dalam peristiwa’’. Maksud dari tindakan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa tersebut
merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau
seseorang yang berkedudukan di masyarakat.
Bryan dan White dalam Amira (2019:9) menyatakan bahwa peran didefinisikan
sebagai suatu ‘’deskripsi pekerjaan’’ untuk seseorang atau individu yang
mengandung harapan – harapan tertentu yang tidak memperdulikan siapa yang
menduduki suatu posisi tersebut. Definisi tersebut menjelaskan bahwa peran yang
merupakan suatu deskripsi pekerjaan atau tugas seseorang yang didalamnya
mengandung harapan – harapan terhadap orang – orang yang menduduki posisi
tersebut. Pengharpan merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya
peran. Konsep peran selalu berkaitan dengan stuktur organisasi (lembaga atau
institusi formal) karena dari peran tersebut dapat diketahui stuktur organisasi yang
ada disuatu lembaga atau instusi yang berisi tentang uraian status atau kedudukan
seseorang atas suatu peran yang dilakukan dan bersifat kolektif.
17
2. Pekerja Sosial Masyarakat
a. Pekerja Sosial Masyarakat
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Menurut Permensos RI No. 01 Tahun 2012
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) adalah seseorang warga masyarakat yang
mempunyai jiwa pengabdian sosial, kemauan dan kemampuan dalm
penyelanggaraan kesejahteran sosial, serta telah mengikuti bimbingan atau
pelatihan dibidang kesejahteran sosial.
b. Tujuan Pekerja Sosial Masyarakat
1) Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkesajahteraan sosial.
2) Terwujudnya warga masyarakat yang memiliki keberfungsian sosial yang
mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri.
3) Tertangani masalah sosial.
c. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
1) Kedudukan PSM meliputi
Pekerja Sosial Masyarkat berkedudukan di desa atau keluruhan, dan;
Pekerja Sosial Masyarakat mempunyai wilayah kerja didesa atau kelurahan,
kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional.
2) Tugas PSM
Menginisiasi penanganan masalah sosial; mendorong, menggerakkan, dan
mengembangkan kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; sebagai
pendamping sosial bagi warga masyarakat penerima manfaat dalam
penyelenggaran kesejahteraan sosial; sebagai mitra pemerintah/ institusi
18
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, dan; memantau program
penyelenggaran kesejahteraan sosial.
3) Fungsi PSM di dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi;
perencana dan insiator program dalam penyelenggaraan kesejahteran sosial;
pelaksana dan pengorganisasi program dalam penyelanggaraan
kesejahteran sosial; pengembang kemitraan dan peningkatan kerjasama
dalam penyelenggaraan kesejahteran sosial dan; pengendali program dalm
penyelenggaran kesejahteran sosial.
d. Kriteria
Kriteria PSM ini meliputi: peduli kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS); aktif melaksanakan penyelenggaran kesejahteraan sosial, baik
sendiri maupun bersama – sama, dan; mendapat pengakuan dari masyarkat dan
organisasi yang menjadi wadah PSM.
e. Persyaratan
Warga Negara Republik Indonesia, baik laki – laki maupun perempuan, setia
dan taat kepada Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, telah berumur 18 tahun keatas, sehat jasmani dan rohani, atas
kemauan dan inisatif sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun, memiliki jiwa
dan kepedulian terhadap permasalahan sosial di lingkungannya, telah
mengikuti pelatihan dasar PSM dan bimbingan atau pelatihan di bidang
kesejahteraan sosial lainnya, dan mengabdi untuk kepentingan kemanusiaan
dan sosial.
19
f. Karakteristik
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; setia pada Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945 serta NKRI; menjujung tinggi harkat dan martabat
manusia; rela berkorban, pantang menyerah, berani dan jujur dalam
mewujudkan pengabdiannya di bidang kemanusiaan dan pembangunan
kesejahteran sosial; mengutamakan tugas dan pengabdian kemanusiaan dari
pada kepentingan pribadi atau golongan; kratif dan tanggap/ peka terhadap
lingkungan.
g. Klasifikasi PSM
1) Berdasarkan lamanya waktu menjadi anggota PSM, dan credit point atau
rack record yang telah dicapai oleh setiap anggota PSM, mengklasifikasi
PSM terbagi menjadi 3(tiga) tingkatan yaitu, Pratama, Madya, dan Utama;
PSM Pratama adalah PSM yang ditunjuk, ditetapkan dan disahkan oleh
instansi sosial Kabupaten/Kota sebagai PSM Pratama, dengan kriteria
sebagai berikut; pernah mengikuti latihan / bimbingan sosail tingkat dasar;
Pengabdian dibidang penyelenggaran kesejahteran sosial kurang dari 2
(dua) tahun; jaringan kerjanya masih sangat terbatas di tingkat lokal;
Terbatas dalam melaksanakan penyelenggaran kesejahteran sosial yang
dilakukan oleh pemerintah daerah atau pihak luar; Sasaran pelayanan
masih terbatas pada penyandang masalah kesejahteraan sosial tertentu.
2) PSM Madya adalah PSM yang ditunjuk, ditetapkan dan disahkan oleh
instansi sosial Provinsi sebagai PSM Madya, dengan kriteria sebagai
berikut; pernah mengikuti latihan/ bimbingan sosial lanjutan; orientasi
20
pelayanan adalah filantropis; pengabdian di bidang penyelenggaran
kesejahteran sosial sudah dilakukan lebih dari 2 (dua) tahun; jaringan
kerjanya sudah lebih luas; memiliki keterampilan pemecah masalah;
memiliki kreativitas; mampu menggali sumberdaya dalam lingkup terbatas,
dan; orientasi tugasnya sebagai penyuluh, pembimbing dan pendamping.
3) PSM Utama adalah PSM yang ditunjuk, ditetapkan dan disahkan oleh
instansi sosial Provinsi ataupun Menteri Sosial Direktur Pemberdayaan
Sosial Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM),
dengan kriteria sebagai berikut; pernah mengikuti pelatihan dasar, lanjutan
dan pengembangan maupun seminar, diskusi dan lain – lainnya; pelayanan
sosial yang dilakukan bersifat profesional; pengabdian di bidang
penyelenggaraan kesejahteran sosial lebih dari 5 (lima) tahun; mampu
mengakses sumber; kreatif dan mandiri; jaringan kerja sudah sangat luas,
dan; orientasi tugas sebagai penyuluh, pembimbing dan pendamping, serta
pelaksana penyelenggaraan kesejahteraan.
h. Kegiatan PSM
Melakukan pendataan tentang kebutuhan, masalah dan sumber yang dapat
dipergunakan untuk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; mengusulkan
rencana program Penyelenggaran Kesejahteran Sosial berdasarkan kebutuhan
masyarakat setempat; meningkatkan dan menggunakan secara efektif
kemampuan masyarakat untuk melaksanakan tugas – tugas kehidupan dan
pemecahan masalah; menghubungkan antara penyandang masalah
kesejahteraan sosial dengan sumber – sumber kesejahteran sosial; menyediakan
21
informasi mengenai sumber – sumber kesejahteraan sosial yang tersedia dan
prosedur yang memperoleh manfaat dari sumber tersebut, dan; memberikan
sumbangan bagi perubahan dan perbaikan masyarakat.
Menurut Sihombing (Skripsi Antonius 2018:8 STPMD ‘’ APMD ‘’) ada
beberapa kriteria peran yang diharapkan dapat dilaksanakan yaitu :
a.) Sebagai Fasilitator
Pekerja Sosial Masyarakat seharusnya merupakan fasilitator yang ramah,
menyatu dengan masyarakat, bersahabat, mampu menemukan jalan
permasalahan, mampu membantu menemukan peluang , mampu memberikan
dukungan, meringkankan beban pekerjaan masyarakat, serta memberikan
kehidupan bagi masyarakat. Fasilitator adalah seseorang yang membantu
sekelompok orang memahami tujuan bersama dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam
berdiskusi serta dapat memecahkan masalah bersama – sama dan fasilitator
bukanlah seseorang yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan
nasihat atau pendapat. Fasilitator juga bisa menjadi pengarah yang baik untuk
berbagai permasalahan. Adapun syarat untuk menjadi fasilitator yang baik adalah
sebagai berikut, pertama, memiliki kepedulian dan komitmen atas rencana
pelatihan, kedua, tidak memiliki konflik kepentingan, ketiga, tidak diskriminatif
terhadap peserta,keempat, memiliki kemauan untuk belajar hal – hal baru dari
proses pelatihan,kelima, memiliki kemampuan dan keahlian dalam memfasilitasi
pelatihan, serta dapat menyampaikan materi pelatihan dengan jelas, keenam,
mampu menghargai dan menghormati hak – hak peserta pelatihan, dan ketujuh,
22
bukan pelaku yang menyimpang dari maksud dan tujuan pelatihan. Sedangkan
fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan serta
memperlancar pelaksanaan dengan suatu usaha tertentu. Fasilitas ialah suatu
bantuan yang berupa uang atau benda dalam mempermudah suatu pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama contoh memfasilitasi berupa benda untuk
sekolah adalah meja, kursi, gedung sekolah atau dll. Dalam hal ini fasilitator dan
fasilitas sangat berbeda walaupun hampir sama tujuan untuk yang dicapai
tersebut.
b.) Sebagai Pelayan Mayarakat
Dalam hal ini Pekerja Sosial Masyarakat sebagai pelayan masyarakat terbaik
bagi masyarakat serta kewajiban dan pekejaan yang dilakukan oleh Pekerja
Sosial Masyarakat. Melayani masyarakat merupakan pilar utama dalam
memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan kekuatan dirinya
untuk bisa berkembang secara optimal. Pekerja Sosial Masyarakat secara cepat
dan tanggap dalam memberikan perhatian bagi masyarakat yang mempunyai
permasalahan seperti disabilitas mental dan sebagainya, serta masyarakat harus
di posisikan sebagai fokus pelayanan utama.
c.) Sebagai Pendamping
Sudah seharusnya Pekerja Sosial Masyarakat sebagai pendamping
masyarakat untuk mengembangkan program – program yang dijalani serta
melayani dan memfasilitasi berbagai kebutuhan dan aktivitas. Pekerja dinas
sosial bisa sebagai teman, sahabat, mitra setia dalam membahas, mendiskusikan,
membantu merencakan dan menyelenggarakan kegiatan yang dibutuhkan oleh
23
masyarakat perlu terus untuk di kembangkan. Sebagai pendamping, mereka yang
telah di latih untuk dapat memberikan kontribusi pada masyarakat dalam
memerankan diri sebagai pendamping. Acuan kerja yang dipegangnya adalah
Tutwuri Handayni (mengikuti dari belakang, tetapi memberikan peringatan bila
akan terjadi penyimpangan). Pada saat yang tepat mereka mampu menampilkan
Ing Madya Mangun Karsa ( bila berada diantar mereka, pekerja memberikan
semangat). Dan disaat menjadi seorang pendamping, pekerja harus dapat
dijadikan sebagai panutan masyarakat ( Inggarsa Sung Tulodo). Sebagai
pendamping tentu memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan program
– program yang dijalankannya, pendamping bukanlah sebagai penyembuh atau
pemecah masalah secara langsung tetapi pendamping biasanya terlibat dalam
penguatan partisipasi rakyat dalam proses perencanan, implementasi, maupun
monitoring serta evaluasi dalam program kegiatannya. Dalam hal ini
pendamping diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup luas, membangun
komunikasi dan memperkuat jaringan antar individu dengan individu atau
kelompok dengan kelompok atau kelompok dengan individu, serta mampu
memposisikan sebagaimana pendamping dalam kegitannya tersebut.
d.) Sebagai Mitra
Konsep pemberdayaan yang menempatkan masyarakat sebagai subjek, maka
masyarakat harus di anggap sebagai mitra. Hubungan dalam hal ini bersifat
horinzontal, sejajar, serta dalam satu jalur yang sama. Tidak ada sifat ingin
menang sendiri, ingin trampil sendiri, dan sebagainya. Konsep ini memberikan
dukungan dan tidak bersebrangan dengan masyarakat dan tidak terlalu banyak
24
campur tangan yang akan menyusahkan. Mitra banyak diartikan sebagai mitra
bisnis, mitra kerja, mitra latihan atau sebagainya. Mitra yang dimaksudkan
adalah sebagai patner, yaitu suatu pekerjaan yang membuat orang merasa
percaya diri dan memiliki patner dalam mengahadapi permasalahan yang sedang
terjadi dalam kehidupannya.
Peran memiliki ciri – ciri yang dapat mempengaruhi dan memiliki karakteristik
sebagai bentuk penilaian terhadap suatu peran yang terjadi. Menurut (Anderson
Carter, dalam Andarmoyo 2012) menyebutkan bahwa ciri – ciri peran sebagai
berikut :
a. Terorganisasi, maksud dari hal ini adalah adanya interaksi.
b. Terdapat perbedaan dan kekhususan.
c. Selain itu adanya keterbatasan dalam menjalankan tugas dan fungsi.
e.) Sebagai penghubung dana
Sebagai penguhubung dana, Pekerja Sosial Masyarakat memberikan bantuan
baik material maupun non material kepada para penyandang disabilitas yang
membutuhkan dalam kehidupan sehari – hari melalui pemerintah dinas.
Menurut (1987 Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : CV Rajawali) jenis –
jenis peran secara umum dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1. Peran Aktif
Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena
kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti
pengurus, pejabat, dan lainnya sebagainya.
25
2. Peran Partisipatif
Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok
kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat berguna
bagi kelompok itu sendiri.
3. Peran pasif
Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif,
dimana anggota kelompok menahan diri agar memberikan kesempatan
kepada fungsi – fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan
baik.
3. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pemberdayaan perempuan dan anak adalah bidang yang dimana perempuan
dan anak dilindungi oleh pemerintah melalui dinas sosial tersebut. Pemberdayaan
perempuan adalah merupakan usaha dan terencana untuk mencapai kesetaraan dan
keadilaan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Pemberdayaan
perempuan sebagai sumber daya insansi potensi perempuan dalam hal kuantitas
maupun kualitas tidak dibawah laki – laki. Namun, kenyataannya sangat berbeda
masih banyak status perempuan dan peran dalam nasyarakat belum sejajar dengan
laki – laki. Pemberdayaan menjadi strategi penting dalam peningkatan peran dan
peluang bagi perempuan dalam meningkatkan ekonomi serta merupakan upaya
peningkatan dan pengaktualisasian potensi diri mereka agar lebih mampu mandiri
dan mampu berkarya sesuai dengan bakat mereka. Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak yang sebelumnya (Kementrian Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ) disingkat menjadi
26
KEMENENG PP dan PA adalah Kementrian dalam pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang
dipimpin oleh Menteri Pemberdayaan dan Perlindungan Anak yang dijabat oleh
Yohane Yimbise pada tanggal 27 Oktober 2014 lalu.
Kementrian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak mempunyai tugas dan
fungsi menyelenggarakan urusan dibidang pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak dalam pemerintah untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintah negara dan melaksanakan tugas sebagaimana yang
telah diatur. Adapun tugas dan fungsi Kementrian Pemberdayaan dan
Perlindungan Anak sebagai berikut:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan dibidang pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak.
b. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak.
c. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab
kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan kementrian pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak.
4. Pelayanan bagi Penyandang Disabilitas Mental
a. Pelayanan
Pelayanan adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain secara langsung (Moenir, 2005 : 47). Pelayanan merupakan setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada
27
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Pelayanan memiliki arti yang mencakup tentang bantuan atau pertolongan baik
itu materi maupun non materi, adapun definsi yang mengartikan bahwa
pelayanan itu baik pelayanan publik dalam manajemen dan pelayanan dalam
pemenuhan hak – hak penyandang disabilitas. Beberapa para ahli berpendapat
tentanga pelayanan yaitu:
1) Suparlan (2000 : 35)
Pelayanan adalah sebuah usaha pemberian bantuan ataupun pertolongan
pada orang lain, baik dengan berupa materi ataupun non materi agar orang
tersebut bisa mengatasi masalah itu sendiri.
2) Freed Luthans (1995 : 46)
Pelayanan adalah sebuah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain yang menyangkut segala masalah yang ditujukan orang lain untuk
menyelesaikan masalah.
3) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pelayanan merupakan suatu usaha untuk membantu menyiapkan atau
mengurus apa yang perlukan orang lain.
Pelayanan dapat diartikan sebagai sebuah produk dan layanan dapat
didorong dari kualitas pelayanan (Aryani,2010:11). Pemenuhan kebutuhan
serta harapan pelanggan akan menghasilkan pelayanan yang berkualitas
yang akan mengarah kepada loyalnya pelanggan terhadap produk yang
digunakan. Menurut (Tjiptono,2001:27) ada lima kualitas dalam pelayanan
di antara lainnya :
28
1) Jaminan
Jaminan ini merupakan yang berkaitan dengan kecakapan pekerja dalam
pemberian jaminan pelayanan yang baik.
2) Empati
Empati merupakan komunikasi serta pemahaman terhadap masalah
masyarakat.
3) Keandalan
Merupakan kemampuan penyedia jasa layanan memberikan layanan
segera secara akurat.
4) Bukti fisik
Merupakan yang berkaitan dengan fisik fasilitas layanan, pelengkapan,
penampilan kerja serta sumber daya manusia
5) Daya tanggap
Merupakan kemampuan pekerja dalam merespon secara segera
kebutuhan masyarakat.
b. Penyandang Disabilitas
Dalam upaya mencari istilah sebagai pengganti terminologi ‘’
penyandang cacat ‘’ maka diadakan Semiloka di Cibinong Bogor pada tahun
2009 lalu. Forum tersebut di ikuti oleh pakar lingustik, komunikasi, filsafat,
sosiologi, unsur pemerintah, komunitas penyandang cacat dan Komnas HAM.
Dari forum tersebut muncul lah istilah baru, yaitu ‘’ Orang Dengan
Disabilitas’’. Sebagai terjemahan dari ‘’Persons with Disability’’, berdasarkan
saran dari pusat bahasa yang menetapkan bahwa kriteria peristilahan yang baik
29
adalah frase yang terdiri dari dua kata, maka istilah ‘’ Orang Dengan
Disabilitas’’ di padatkan menjadi Penyandang Disabilitas dan telah di sepakati
untuk digunakan sebagai pengganti istilah ‘’ penyandang cacat’’.
Disabilitas (disability) atau cacat adalah orang yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama
dimana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan hal ini dapat menghalangi
partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan
dengan lainnya. Istilah ‘’ penyandang disabilitas’’ mempunyai arti yang lebih
luas dan mengandung nilai – nilai inklusif yang sesuai dengan jiwa dan
semangat reformasi hukum di Indonesia, dan sejalan dengan substansi
Convention on the Rights of Persons with Disability ( CPRD) yang telah di
sepakati untuk diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dan sudah disahkan
sebagai Undang – Undang Negara Indonesia pada tahun 2011 lalu. Istilah
disabilitas tersebut berasal dari bahasa inggris yaitu Different Ability yang
artinya manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Penyandang disabilitas
yang dianggap sebagai memperlambat pekerjaan orang lain dan tidak memilki
kemampuan sepadan dengan orang normal lainnya.
Dalam Undang – undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas Mental adalah terganggunya fungsi piker, emosi dan perilaku,
antara lain:
1) Psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas dan
gangguan kepribadian; dan
30
2) Disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi
sosial diantaranya autis dan hiperaktif.
Sering kali orang – orang yang memiliki kemampuan terbatas atau yang
memilki kemampuan terbatas ialah orang – orang yang kreatif dan memiliki
keitimewaan dalam diri mereka yang tersembunyi, walaupun terkadang orang
normal sering meremehkan kemampuan yang dimilikinya. Penyandang
disabilitas adalah seseorang yang termasuk ke dalam penyandang cacat fisik,
penyandang cacat mental ( Undang – Undang Nomer 4 Tahun 1997). Hal ini
merupakan ketidakseimbangan antara interaksi yang dimana kondisi biologis
dan lingkungan sosial ( Konvensi Hak Penyandang Disabilitas / CPRD). Pada
setiap tanggal 3 Desember selalu di peringati sebagai hari disabilitas
internasional, momentum bagi masyarakat internasional untuk memperhatikan
dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para penyandang disabilitas.
Hal ini memberikan dukungan kepada penyandang disabilitas untuk
meningkatkan harkat dan martabat, hak dan kesejahteraan disabilitas
(Kementrian Sosial Republik Indonesia).
Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki kondisi yang belum
dapat diakmodir oleh lingkungan sekitarnya. Ketika kondisinya sudah dapat
diakomodir oleh lingkungan maka orang tersebut tidak dapat disebut
penyandang disabilitas. Menurut Undang – Undang Nomer 19 Tahun 2011
tentang pengesahan CPRD, yaitu mengakui bahwa disabilitas merupakan suatu
konsep yang terus berkembang dan disabilitas meruapakan hasil dari interaksi
antara orang – orang dengan keterbatasan kemampuan dan sikap serta
31
kesetaraan dengan lainnya. Namun Undang – Undang Nomer 18 Tahun 2016
tentang penyandang disabilitas bahwa penyandang disabilitas adalah setiap
orang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan
efektif dengan warga negara lainnya kesamaan hak. Penyandang disabilitas
sebetulnya ialah orang normal biasa, namun karena ada peristiwa tertentu
seperti kecelakaan atau bencana alam yang mengakibatkan seseorang tersebut
mengalami keterbatasan fisik yang membuat mereka terhambat dan berbeda
dengan yang lainnya. Tetapi, dengan adanya Undang – Undang dan pasal yang
mengatur tentang penyandang disabilitas, pemenuhan hak – hak kebutuhan, hak
– hak pekerjaan, hak – hak keadilan, hak – hak pendidikan,dll. Penyandang
disabilitas mempunyai beberapa macam yang meliputi, penyandang disabilitas
fisik, penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas mental atau
penyandang disabilitas sensorik.
Di dalam penyandang disabilitas terdapat tiga jenis, yaitu pertama,
kelompok kelainan fisik, terdiri dari tunanetra, tunadaksa, tunarunggu, dan
tunarungu wicara. Kedua, kelompok kelainan secara non- fisik terdiri dari
tunagrahita, autis, dan hiperaktif. Ketiga, kelompok kelainan ganda terdiri dari
mereka yang mengalami lebih dari satu jenis kelainan.
c. Penyandang Disabilitas Mental atau ODGJ
Penyandang disabilitas mental atau (ODGJ) atau Orang Dengan
Gangguan Jiwaan yang dalam jangka waktu lama mengalami hambatan dalam
32
interaksi dan partisipasi berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya. Orang
dengan masalah kejiwaan yang selanjutnya disingkat dengan ODGJ adalah
orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami
gangguan jiwa. Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalani fungsi organ
manusia. Undang – Undang Nomer 18 Tahun 2014 tentang permasalahan
gangguan jiwa merupakan permasalahan yang berkaitan dengan pikiran,
perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala
atau perubahan perilaku. Permasalahan gangguan jiwa dapat dialami oleh siapa
saja, dan dapat menimbulkan beban tidak bagi penyandangnya tetapi juga
keluarga yang apabila tidak mendapat penanganan secara tepat. Masalah
gangguan jiwa juga dapat di sebabkan oleh berbagai faktor diantaranya :
1) Faktor biologis seperti penyakit fisik kronis, penyakit yang memperngaruhi
otak dan penyalahgunaan Napza.
2) Faktor psikologis seperti pola adaptasi, pola penyelesaian masalah, pola
mekanisme pertahanan diri dan pola kepribadian.
3) Faktor sosial seperti pola relasi, sistem dukungan, situasi khusus / krisis,
tantangan / tugas – tugas dan stressor atau pemicu.
Untuk mengenal seseorang terkena penyandang disabilitas mental, mereka
memiliki beberapa karakteristik dan memicu seseorang bisa terkena
33
peyandang disabilitas mental. beberapa karakteristik peyandang disabilitas
mental adalah :
1) Gangguan Skizofrenia, yaitu gangguan jiwa yang paling sering
mengalami pemasungan dan lebih dari 90% PDM yang mengalami
gangguan jiwa ini. Gangguan ini mudah sekali di kenali dan berisiko
untuk melakukan tindakan kekerasan akibat dari gejala ini. Gejala
tersebut memiliki sifat yang dapat kambuh, menahin dan apabila kambuh
semakin sering terjadi maka penyakit ini akan mengalami penurunan
fungsi yang semakin berat. Gangguan yang dialami ini meliputi dengan
persaan, perilaku, persepsi, pikiran, motivasi, dan neurokognitif.
2) Gangguan jiwa dengan perilaku gaduh gelisah dan kekerasan, yaitu
bukanlah monopoli dari gangguan skizofrenia. Gangguang semacam ini
dapat diartikan sebagai kumpulan gejala agistasi yang ditandai dengan
perilaku yang tidak biasa, meningkat, dan tanpa tujuan. Gejala ini tidak
harus berkaitan namun dapat mejadi gejala awal dari perilaku yang
agresif yaitu agresivitas verbal maupun gerak / motoric namun tidak
ditujukan untuk mencederai seseorang. Perilaku kekerasan yaitu perilaku
yang ditujukan untuk mencederai baik dirinya maupun orang lain.
Perilaku seperti ini meliputi : gangguan demensia, gangguan
penyalahgunaan Zat (NAPZA), gangguan afektif bipolar, retardasi mental,
gangguan perilaku pada anak dan remaja.
34
3) Klasifikasi gangguan jiwa ini dapat di klasifikasi pada tiga fase
berdasarkan buku konsesus, penatalaksanaan gangguan skizofrenia
(PDSKJI 2011), berikut tiga fase tersebut :
a) Fase Akut.
b) Fase Stabilisasi.
c) Fase pemeliharaan.
Hal – hal yang dapat menyebabkan kekambuhan pada PDM/ODGJ adalah
Pertama, PDM tidak patuh dalam mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
Kedua, tidak rutin konsultasi. Ketiga, keluarga tidak memberikan perhatian
kepada PDM, misalnya mengajaknya bercerita, ikut menemani ketika kontrol ke
dokter, mengingatkan minum obat. Keempat, stigma negative dari masyarakat,
seperti menghindar bertemu, tidak mau mengajak berbicara, mengatakan hal
buruk tentang kesehatan jiwa. Gejala – gejala yang mengakibatkan kekambuhan
pada PDM adalah penyandang disabilitas mental menolak untuk mengonsumsi
obat – obatan yang sudah diresepkan dari dokter, mulai enggan mandi, makan
dan buang air sembarangan, sulit tidur, mengurung diri, menyendiri, merasa
curiga ada yang mengikuti atau merasa terancam sesuatu yang tidak jelas,
berbicara/tertawa sendiri dan mencelakai diri sendiri serta orang lain.
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
35
menggambarkan atau melukiskan suatu keadaan subyek maupun obyek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak sebagaimana adanya
(Hadari Nawawi 1983 : 63).
Menurut Bogdan dan Taylor ( Moleong, 2002 : 3) yang dimaksud dengan
prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata – kata tertulis
atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang di amati. Penelitian ini menyusun
desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan,
penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau membuktikan kebenaran
suatu teori tetapi teori yang sudah ada akan di kembangkan dengan menggunakan
data yang dikumpulkan.
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Obyek Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan deskriptif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy Moeloeng (2002 : 23),
mendefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
yang berupa kata – kata dan lisan dari orang – orang dan perilaku yang
diamati. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya lebih peka dan lebih
menyesuaikan terhadap lingkungan dan pola – pola obyeknya serta telah
mempertimbangkan pengaruh bersama yang ada tanpa mengabaikan
penentuan batas kenyataan yang berkembang di lapangan yang akan
membantu penajaman titik fokus penelitian. Obyek penelitian ini adalah Peran
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Pemberdayaan Perempuan dan
36
Perlindungan Anak Dalam Memberikan Pelayanan bagi Penyandang
Disabilitas Mental (ODGJ) di Kota Pangkalpinang.
b. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan salah satu unsur pokok dalam penelitian.
Untuk itu sebuah konsep yang harus didefinisikan secara tepat sehingga tidak
terjadi kesalahan pahaman dalam pengukurannya. Konsep adalah salah satu
abstraksi yang menggambarkan secara umum atas kejadian nyata dalam suatu
fenomena. Berdasarkan hal tersebut maka dapat di definsikan konsep sebagai
berikut :
1) Peran
Peran adalah ia yang mengatur perilaku seseorang yang dimana
seseorang tersebut mempunyai batas – batas tertentu untuk meramalkan
perbuatan – perbuatan orang lain.
2) Pekerja Sosial Masyarakat
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) adalah seseorang warga
masyarakat yang mempunyai jiwa pengabdian sosial, kemauan dan
kemampuan dalm penyelanggaraan kesejahteran sosial, serta telah
mengikuti bimbingan atau pelatihan dibidang kesejahteran sosial.
3) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah bidang
yang dimana perempuan dan anak di lindungi oleh pemerintah melalui
dinas sosial tersebut. Pemberdayaan perempuan merupakan usaha dan
37
terencana untk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan
keluarga.
4) Pelayanan
Pelayanan adalah suatu bantuan atau pertolongan untuk seseorang
baik dari materi maupun non materi. Pelayanan merupakan setiap tindakan
atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
5) Penyandang Disabilitas Mental
Penyandang disabilitas mental adalah Orang Dengan Gangguan
Jiwaan (ODGJ) yang dalam jangka waktu lama mengalami hambatan
dalam interaksi dan partisipasi penuh berdasarkan kesetaraan dengan
lainnya.
c. Definsi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang menjelaskan atas
suatu variabel yang dapat di ukur. Definisi operasional memberikan informasi
untuk mengukur variabel yang akan di teliti. Setelah mengindentifikasi
variabel – varibel penelitian diatas ke dalam bentuk yang lebih formal, maka
konsep yang telah dirumuskan tersebut perlu dijabarkan yang lebih konkrit ke
dalam proses penelitian untuk secara abstrak dapat dirumuskan. Berdasarkan
hal ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa indikator – indikator yang
berhubungan dengan Peran Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Dalam Memberikan Pelayanan bagi Penyandang
Disabilitas Mental di Kota Pangkalpinang, sebagai berikut :
38
1) Sebagai fasilitator
2) Sebagai pelayan masyarakat
3) Sebagai pendamping
4) Sebagai mitra
5) Sebagai penghubung dana
6) Faktor penghambat dan pendukung Pekerja Sosial Masyarakat
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah orang tua penyandang disabilitas 5 orang , pekerja
sosial masyarakat 5 orang , pekerja dinas sosial 3 orang.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan ini berada di Bangka Belitung , pangkalpinang.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan teknik analisa data dalam penelitian kualitatif
ini merupakan relasi dari teknik – teknik pengumpulan data dan analisa data.
Berdasarkan manfaat empiris, bahwa teknik pengumpulan data kualitatif tersebut
yang paling indenpenden terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik
analisa data menggunakan meteode observasi, wawancara dan dokumentasi
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengambilan data dengan cara mengamati
dan mencatat dengan sistematis dari obyek penelitian sehingga dapat
memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan observasi ialah dengan cara turun ke lapangan atau melihat
39
secara langsung ke lokasi penelitian yang akan di laksanakan. Menurut
Nasution, 1988 dalam buku (Sugiyono 2013 : 403) menyatakan bahwa
observasi adalah semua ilmu pengetahuan. Dalam arti penelitian hanya dapat
bekerja berdasarkan data yang fakta mengenai kenyataan yang diperoleh
melalui observasi yang dilakukan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui
peran dinas sosial di kota pangkalpinang.
b. Wawancara
Setelah melakukan observasi peneliti melakukan wawancara. Wawancara
adalah percakapan atau pertemuan dua orang untuk saling bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan makna dalam
suatu topik tertentu ( Esterberg, 2002, dalam buku Sugiyono 2013 : 410).
Wawancara merupakan sebuah proses dan komunikasi dari seorang peneliti
terhadap responden.
c. Dokumentasi
Setelah melakukan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti
selanjutnya ialah mengambil dokumentasi. Dokumentasi tersebut berasal dari
kata dokumen yang artinya barang – barang tertulis menurut Winarno
Surachmad (1982 : 184), pengertian dokumen sebagai laporan tertulis dari
suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap
peristiwa tersebut dan tertulis dengan sengaja untuk menyampaikan atau
menentukan keterangan peristiwa tersebut. Menurut Shuarsimi Arikunto
(2006 : 158), yaitu untuk menambah informasi pendukung di perlukan data –
40
data yang berupa catatan, transkip, surat kabar, buku, majalah agenda,
notulen, dan sebagainya.
6. Teknik Analisa Data
Dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin dicapai dalam
analisis data kualitatif, yaitu : (pertama) menganilisa proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses
tersebut, (kedua) menganalisa makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses
suatu fenomena sosial tersebut. Teknik analisa data dalam penelitian adalah seperti
yang dikemukakan Miles da Hebernan (dalam Bogdan dan Taylor 1992)
mencakup tiga hal yaitu :
a. Reduksi data
Reduksi data adalah pemilihan, pengutasan perhatian, pengabstraksian dan
bertransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama
penelitian dilaksanakan dari awal sampai akhir penelitian. Fungsinya untuk
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi sehingga interpretasi bisa tertarik. Data yang diperlukan adalah
wawancara, yang diamana ditulis ke dalam cacatan lapangan, lalu dirangkum
kembali ke dalam cacatan subtansi dengan tujuan memaknai hasil dari data –
data yang telah di teliti tersebut. Setelah di proses dalam tulisan yang berbentuk
laporan sementara, dapat dipilih hal – hal pokok serta memfokuskan pada hal –
hal penting untuk dicari tema dan polanya.
41
b. Penyajian data
Setelah mereduksi data tersebut hal selanjutnya dilakukan adalah penyajian
data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan data dan pengambilan tindakan.
Bentuk penyajian data antara lain berupa naratif, matrik, grafik, jaringan dan
bagan. Tujuan Display data adalah untuk mempermudah membaca dan menarik
kesimpulan, data yang telah melalui proses reduksi, selanjutnya dipilih dan
dikategorikan sesuai dengan tema. Data tersebut kemudian di olah menjadi
bentuk dalam tulisan, bagan, gambar dan tabel yang akan memberikan deskripsi
analisis mengenai titik fokus permasalahan penelitian.
c. Mengambil kesimpulan
Setelah melakukan reduksi data dan penyajian data yang selanjutnya di
lakukan adalah menarik kesimpulan atau mengambil kesimpulan. Menarik
kesimpulan memang telah dilakukan sejak klasifikasi data, namun kesimpulan
tersebut masih dapat di ragukan sebab masih ada data yang belum lengkap dan
minimnya data yang di peroleh. Tetapi dengan bertambahnya data – data yang
telah di peroleh maka kesimpulan dapat terlihat lebih jelas, selama penelitian
berlangsung verifikasi pun harus selalu dilakukan baik dengan mencari data –
data baru maupun dengan melakukan wawancara beberapa kali.
42
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Profil Pekerja Sosial Masyarakat Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kota Pangkalpinang
1. Sejarah Berdirinya Pekerja Sosial Masyarakat
Perkembangan permasalahan sosial dalam masyarakat begitu kompleks
sehingga diperlukan pengamanan secara sungguh – sungguh, cepat, dan tepat dalam
menghadapi permasalahan yang akan terjadi. Artinya persamalahan sosial dalam
masyarakat tersebut di perlukan adanya motivator, stabilitator dan pendamping
sosial untuk dibekali pemahaman yang lebih terhadap permasalahan sosial yang ada
didalam masyarakat maupun lingkungannya itu sendiri, sehingga mereka tidak
terkesan eksklusif. Atas dasar pertimbangan tersebut pemerintah melalui
Departemen Sosial RI sejak tahun 1979 telah melatih masyarakat yang disebut
dengan nama Pekerja Sosial Masyarakat (PSM).
Para PSM ini merupakan volunteer dari masyarakat yang berdomisili di desa
/ kelurahan seluruh Indonesia dan berjenjang stuktur kepengurusannya mulai dari
kelurahan – kelurahan kota / kabupaten, provinsi pusat (Jakarta). PSM dengan
penuh kesadaran, atas rasa tanggungjawab, kemanusiaaan, dengan semangat
Kesetiakawanan Sosial Nasional, bermufakat untuk menghimpun diri dalam suatu
wadah yang diberi nama Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat yang
disingkat FKPSM. FKPSM ini merupakan suatu wadah perhimpunan para PSM se-
Indonesia dibawah binaan Departemen Sosial RI.
43
IPSM merupakan perkumpulan profesi Relawan Sosial dan telah dikukuhkan
melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2012
tanggak 19 Januari 2012 yang bertujuan meningkatkan kualitas Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Di Pangkalpinang, Pekerja Sosial Masyarakat dibentuk pada tahun 2009
dengan jumlah 53 orang yang terdiri dari perempuan 32 orang dan laki – laki 21
orang untuk saat ini yang bekerja.
Dalam menajalankan tugas – tugas tersebut, pekerja sosial masyarakat dan
tenaga kerja kota pangkalpinang mempunyai Visi, Misi, serta tugas pokok dan
fungsinya sebagai berikut:
2. Visi Misi, Motto, Janji Layanan, Tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang diantaranya :
a. Visi
Terwujudnya Penyandnag Masalah Kesejahteraan Sosial dan Tenaga Kerja
yang produktif dan sejahtera ‘
b. Misi
1) Mengoptimalkan penyelenggaraan sistem pelayanan administrasi
perkantoran dan kinerja aparatur.
2) Meningkatkan aksesbilitas pelayanan sosial dalam perlindungan, jaminan,
pemberdayaan, rehabilitasi dan penanggulangan bencana.
3) Meningkatkan kualitas hidup penyandang masalah kesahteraan sosial.
4) Meningkatkan kapasitas tenaga kerja.
44
c. Motto
Sejahtera dan Percaya Diri
d. Janji Layanan
Bekerja dengan hati, Bekerja dengan pikiran, Bekerja dengan Tanggung Jawab.
e. Tugas pokok dan fungsi
1) Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan teknis dibidang kesejahteraan
sosial.
2) Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang ketenagakerjaan.
3) Pemberian bimbingan dan pembinaan kesejahteraan sosial.
4) Pemberian bimbingan, pembinaan pelatihan dibidang ketenagakerjaan.
5) Pelaksanaan pengelolaan administrasi dan tata usaha.
Dalam hal ini peran keluarga sangatlah penting untuk pemulihan
penyandang disabilitas mental terutama dengan ODGJ( Orang Dengan
Gangguan Jiwa ). Upaya pemulihan penyandang disabilitas mental ( ODGJ)
yang tidak kalah pentingnya dari pengobatan di rumah sakit jiwa adalah
keluarga penyandang disabilitas mental tersebut. Keluarga menjadi faktor
utama untuk proses penyembuhan atau pemulihan, setelah menajalani
perawatan medis di rumah sakit jiwa, penyandang disabilitas mental ODGJ
akan segera kembali ke rumah. Friedman (2010), mengatakan bahwa dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya tersebut. Beberapa bentuk dukungan keluarga sebagai berikut :
1) Dukungan instrumental (instrumental support), adalah membantu
pekerjaan sehari – hari, membantu kesulitan beraktifitas, menyediakan
45
transportasi, mengantar saat sakit, mengantar suatu keperluan. Keadaan
ekonomi keluarag yang terbatas membuat keluarga harus pandai mengatur
keuangan untuk dapat memenuhi keperluan, utamanya ialah keperluan
dasar seperti makanan, pakaian, kesehatan, ruang, dan pendidikan. Apabila
memungkinkan ditambah untuk akses pada pelayanan, pada pengisian
waktu luang, pada hobi dan rekreasi.
2) Dukungan informasional ( informational support ) adalah memberikannya
perhatian dengan memberi informasi, nasihat, petunjuk atau saran.
3) Dukungan emosi (emotional support) adalah menunjukkan perhatian dan
kasih sayang dengan cara mengajak bercakap – cakap dengan tema ringan.
Bercerita hal yang menyengangkan, tertawa bersama, menyentuh dengan
memeluk dan mencium. Memperhatikan keluhan atau mendengarkan
keluhan atau kesedihan dengan menunjukan rasa empati dan memberikan
hiburan bila bersedih.
4) Dukungan pada harga diri (esteem support) adalah memberikan kata – kata
penyemangat, memberikan dukungan moril. Memberikan pujian dan
menunjukkan kebanggaan apabila penyandang disabilitas berhasil
melakukan sesuatu atau bersikap baik, misalnya mampu melakukan tanpa
bantuan dan selalu berucap yang baik, mengindari kata – kata buruk yang
dapat menjatuhkan harga diri.
5) Dukungan dari kelompok sosial / lingkungan (support from social group)
adalah keluarga yang mengupayakan agar penyandang disabilitas memiliki
relasi interaksi dengan lingkungan. Keluarga yang menjalin kedekatan
46
hubungan tetangga dengan mengajak penyandang disabilitas mental keluar
rumah dan berinteraksi. Dan, mengundang tetangga atau tokoh masyarakat
seperti guru ngaji / pekerja sosial masyarakat sehingga mereka dapat
bercakap dan memberikan dukungan terhadap anggota keluarga yang
disabilitas mental.
ODGJ adalah Orang Dengan Gangguan Jiwa yang mengalami
kegangguan terhadap kejiwaan. Orang Dengan Gangguan Jiwa ini dapat
dipulihkan walaupun tidak sepenuhnya pulih, telah dijelaskan diatas bahwa
peran keluarga yang sangat penting dalam pemulihan penyandang disabilitas
mental tersebut. Orang Dengan Gangguan Jiwa sewaktu – waktu dapat
kembali menjadi kambuh jika tidak mengonsumsi obat yang telah diberikan
oleh dokter dari rumah sakit, dan jika PDM tersebut mengalami gejala yang
agresif keluarga harus melakukan seperti; mengamankan diri dan keluarga
terlebih dahulu dengan membuat jarak atau mengungsikan diri ke tempat
aman, menghubungi perawat jiwa, menghubungi petugas keamanan terdekat,
dan membawa PDM ke Unit Gawat Darurat yang dapat menangani masalah
kejiwaan. Hal- hal yang dapat menyebabkan kekambuhan pada PDM /
ODGJ.
1) PDM tidak patuh dalam mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
2) Tidak rutin konsultasi.
3) Keluarga tidak memberikan perhatian kepada PDM, misalnya mengajaknya
bercerita, ikut menemani ketika control ke dokter, mengingatkan minum
obat.
47
4) Stigma negatif dari masyarakat, seperti menghindar bertemu, tidak mau
mengajak berbicara, mengatakan hal buruk tentang kesehatan jiwanya.
Adapun bentuk kekambuhan pada PDM / ODGJ sebagai berikut:
1) Menolak mengonsumsi obat – obatan yang sudah diresepkan dari dokter.
2) Mulai enggan mandi, makan, dan buang air sembarangan.
3) Sulit tidur.
4) Mengurung diri, menyendiri.
5) Merasa curiga ada yang mengikuti atau merasa terancam sesuatu yang
tidak jelas.
6) Berbicara / tertawa sendiri.
7) Mencelakai diri sendiri dan orang lain.
3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial
Gambar II.2. Susunan organisasi dinas sosial
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
IPSM KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG
Sumber : Profil Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat
Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat ( IPSM ) merupakan wadah
berhimpunnya PSM baik di tingkat Desa / Kel, Kecamatan , Kabupaten,
48
Provinsi dan Pusat. IPSM kepengurusannya disahkan dengan Surat
Keputusan pejabat pemerintahan setempat di Desa / Kel, Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi dan Pusat / Kemensos. IPSM ini bertujuan sebagai
media koordinasi, konsultasi, pertukaran informasi dan pengalaman serta
pengembangan kemampuan administrasi dan teknis di bidang
kesejahteraan sosial.
4. Landasan Hukum
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupan.
b. Pasal 28 B Ayat (2); setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang.
c. Pasal 28 C Ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat
manusia.
5. Program kerja
Pekerja Sosial Masyarakat bekerjasama Dinas sosial, pemberdayan
perempuan dan perlindungan anak untuk melaksanakan program kerja yang
akan dilaksanakan, selain mempunyai visi misi, mereka mempunyai program
kerja. Program kerja tesebut di bagi menjadi 2, yaitu program generik dan
program teknis, program – program tersebut adalah sebagai berikut :
49
a. Program generik (dasar), yaitu pertama, program yang dukungan
Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Kedua, program
administrasi perkantoran. Ketiga, program peningkatan sarana dan prasana
aparatur. Keempat, program peningkatan displin aparatur. Kelima,
program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. Keenam, program
peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan
keuangan.
b. Program teknis, yaitu pertama, program penguatan kelembagaan
pengarusutamaan gender dan pemberdayaan lembaga masyarakat. Kedua,
program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan. ketiga,
program perlindungan perempuan dan perlindungan anak. Keempat,
program pemberdayaan keluarga dan Keluarga berencana.
Pekerja Sosial Masyarakat selain mempunyai program kerja yang dapat
membantu pekerjaan lebih mudah, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) memiliki
strategi dan arah kebijakan jangka menengah pelayanan dinas sosial,
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Strategi dan arah kebijakan
menengah pelayanan sosial serta faktor penghambat dan pendorong sebagai
berikut;
6. Strategi dan Arah kebijakan
a. Meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin.
b. Meningkatkan kesejahteraan PMKS.
c. Meningkatkan keberdayaan perempuan dalam pengurutasaman gender.
d. Meningkatkan pemenuhan hak dan perlindungan khususnya anak.
50
e. Mewujudkan good govermance dengan meningkatkan birokrasi yang lebih
profesional serta Benar – benar memiliki pola pikir yang melayani
masyarakat dan pencapaian kinerja yang lebih baik.
7. Faktor penghambat
a. Masih kurangnya partisipasi dari lintas sektor ( swasta, masyarakat, dan
OPD lainnya) dalam penanganan PMKS.
b. Terbatasnya anggaran dalam penanganan kemiskinan dan PMKS lainnya.
c. Terbatasnya daya dukung dan peningkatan keterampilan PMKS.
d. Minimnya pemahaman pengarusutamaan gender di masyarakat.
8. Faktor pendorong
a. Adanya jejaring mitra yang berpartisipasi dalam penanganan PMKS.
b. Dukungan kuat dari relawan kesejahteraan sosial ( TKSK, PSM, dan PSKS
lainnya).
c. Adanya kegiatan untuk peningkatan kapasitas dan kemampuan PSKS
dalam penanganan PMKS.
d. Tersedianya kebijakan pemerintah daerah yang mendukung penanganan
penyandang disabilitas.
e. Tersedianya kebijakan pemerintah daerah yang mendukung perlindungan
anak.
51
9. Sumber Daya Perangkat Daerah
Tabel II.1
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tahun 2018 (tahun terakhir)
No Tingkat Pendidikan PNS Non PNS Jumlah
L P L P
1 SMP Sederajat 0 0 7 2 9
2 SMA Sederajat 3 3 16 10 32
3 D3 1 2 1 0 4
4 S1 8 13 9 15 45
5 S2 3 2 0 0 5
6 S3 0 0 0 0 0
Sumber : Renstra Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota
Pangkalpinang 2018
Dinas sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan memiliki
pegawai di lingkungan dinas sosial. Sebanyak 95 orang pada tahun 2018 yang
terdiri dari 35 PNS (15 laki – laki dan 20 perempuan) serta 60 non PNS ( 33
laki – laki dan 27 perempuan ). Dilihat dari pendidikannya, jumlah pegawai
paling banyak berpendidikan Strata 1 (S1) dengan jumlah 44 orang , dan
berpendidikan SLTA sejumlah 32 orang.
Tabel II.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
di Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tahun 2018 (tahun terakhir)
No Golongan L P Jumlah
1 Golongan II 2 2 4
2 Golongan III 9 16 25
3 Golongan IV 4 2 6
Sumber : Renstra Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
Anak Kota Pangkalpinang 2018
Dari tabel diatas, pegawai PNS yang paling banyak dengan jumlah 25
orang pada tahun 2018, di Dinas sosial, pemberdayaan perempuan dan
52
perlindungan anak dari golongan II berjumlah 4 orang, golongan III
berjumlah 25 orang dan golongan IV berjumlah 6 orang.
Tabel II.3
Data Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) 2016
No Nama PSKS Jenis
kelamin
Jumlah
P L
1 Pekerja sosial profesional 12 18 30
2 Tagana 63 12 75
3 Pekerja sosial masyarakat 32 21 53
4 Tenaga kesejahteran sosial kecamatan 4 3 7
5 Pendamping program keluarga harapan 3 5 8
6 Tenaga pelopor 3 1 4
Sumber : data sekunder 2016
Berdasarkan dari tabel diatas bahwa pekerja sosial profesional
berjumlah 30 orang dengan komposisi laki – laki 12 orang dan
perempuan 18 orang, dari tagana berjumlah 75 orang dengan komposisi
laki – laki 63 orang dan perempuan 12, dari pekerja sosial masyarakat
berjumlah 53 dengan komposisi laki – laki 32 dan perempuan 21, dari
tenaga kesejahteran sosial kecamatan berjumlah 7 orang dengan
komposisi laki – laki 4 orang dan perempuan 3 orang, dari pendamping
program keluarga harapan berjumlah 8 orang dengan komposisi laki –
laki 3 orang dan perempuan 5 orang, dan dari tenaga pelopor berjumlah 4
orang dengan komposisi laki – laki 3 orang dan perempuan 1 orang.
53
Sumber : Data sekunder 2019
Berdasarkan dari tabel diatas bahwa penyandang disabilitas mental ODGJ tersebut
berjumlah 21 orang, dari 21 orang tersebut penyandang disabilitas mental odgj yang
rutin di kontrol sebanyak 14 orang dan yang tidak rutin di kontrol 6 orang, dari
penyandang disabilitas mental odgj yang tidak rutin 7 orang, dari penyandang
disabilitas mental odgj yang bpjs nya aktif sebanyak 20 orang dan yang tidak aktif
bpjs 1 orang, dari penyandang disabilitas mental odgj yang di rujuk ke rumah sakit
TABEL 11.4
DATA PENYANDANG DISABILITAS MENTAL ODGJ KOTA PANGKALPINANG
TAHUN 2019
54
jiwa sebanyak 14 orang dan dari penyandang disabilitas mental odgj yang di bawa ke
balai 4 orang serta yang di rumah 3 orang.
10. Alat/Sarana dan Prasarana Berdasarkan Kondisi Dinas Sosial,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan AnakTahun 2018
Tabel II.1
Alat/Sarana dan Prasarana Berdasarkan Kondisi Dinas Sosial,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan AnakTahun 2018
No Aset Sarana-Prasarana Jumlah
1. Tanah Bangunan Kantor Pemerintah 1
2. Tana Bangunan Tempat Kerja lainnya 1
3. Mobil Dinas 1
4. Mini Bus (Penumpang 14 orang kebawah) 3
5. Sepeda Motor 12
6. Mesin Ketik Manual Standar (14-16) 1
7. Lemari Arsip 1
8. Lemari Besi 1
9. Filling besi / metal 27
10. Brand kas 1
11. Rak penyimpanan 2
12. Papan nama instansi 1
13. Papan pengumuman 2
14. White board 2
15. Genset 1
16. Kursi lipat 165
17. Lemari buku untuk perpustakaan 1
18. Lemari arsip untuk arsip dinamis 1
19. Meja boxing service 4
20. Laptop 9
21. Pc unit / komputer pc 16
22. Meja layanan 1
23. Meja ½ biro 10
24. Printer 21
25. Proyektor dan attachment 1
26. Sound system 1
27. Unit transceiver HF Portable 15
28. Switcher Manual 2
29. Antenna penerima VHF 2
30. Bangunan gedung kantor permanen 1
31. Bangunan gedung kantor lain – lain 2
32. Bangunan telaris 1
33. Halaman 3
34. Bangunan gedung instlansi 1
55
35. Bagunan gedung tempat ibadah 1
36. Bangunan tempat pertemuan 1
Sumber : Renstra Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota
Pangkalpinang 2019
Berdasarkan tabel di atas, sarana dan prasana di Dinas Sosial, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak ada 36 aset sarana dan prasana yang dimiliki
oleh dinas sosial tersebut, sarana dan prasana dinas sosial pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak dapat dikatakan dengan kondisi yang baik dan
terawat. Banyaknya sarana dan prasana yang di cantumkan di atas, ada beberapa
sarana dan prasana yang kondisinya tidak baik dan tidak bisa digunakan oleh dinas
sosial tersebut.
Daftar pustaka
Sumber Buku
Boby Kristian, 2018. Peran Dinas Sosial Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Desa Air
Kelik Kecamatan Damar Kabupaten Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung. STPMD
‘’ APMD ‘’.
Kartono,Kartini.2000. Hygine Mental. Mandar Maju.Bandung.
Kartono.Kartini. 2003. Patologi Sosial 3 Gangguan – Gangguan Kejiwaan.PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Kemnaker, 2016. Profil Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang
Kemnaker, 2012. Profil Cacat Kota Pangkalpinang. Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota
Pangkalpinang
Moleong, Lexy.j.2002. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya. Bandung
Rivai,2003. Kepimpinan dan Perilaku Organisasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Soleh,Akhmad. 2016. Aksesibilitas Penyandang Disabilitas terhadap perguruan tinggi.
LKiS, Yogyakarta
Soekanto,Soerjono.1990. Sosologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sugiyono,2017. Metode penelitian kualitatif. Alfabeta. Bandung
Suhardono,Edy.2015. Teori Peran, Konsep, Derivasi dan Implikasinya. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Suyoto, Bakir.2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Karisma Publishing Group. Tanggerang
Sumber Internet
https://satunothingimplosible.wordpress.com/2012/03/28/perlindungan-anak/ Di akses pada
hari Senin, Tanggal 19 November 2019, Jam 15.24 WIB.
https://mediadisabilitas.org/uraian/ind/disabilitas-menta. Di akses pada hari Jumat,
Tanggal 22 November 2019, Jam 16.30 WIB.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/3. Di akses pada hari Senin, Tanggal 2
Desember 2019, Jam 17.45 WIB.
https://www.babelprov.go.id/content/dinas-sosial. Di akses pada hari Jumat, Tanggal 13
Desember 2019, Jam 14.45. WIB.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/10/pengertianpelayanan.menurut.para.ahli.lengkap.h
tml. Di akses pada Sabtu, Tanggal 14 Desember 2019 Jam 12:24. WIB.
http://digilib.unila.ac.id/29648/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf. Di
akses pada hari Sabtu, Tanggal 14 Desember 2019 Jam 12:29. WIB.
https://www.artikelsiana.com/2019/02/Pengertian-peran-fungsi-jenis-peran-ciri-syarat-para-
Ahli.html. Di akses pada hari Sabtu, Tanggal 4 Januari 2020. Jam 14.39.WIB,
https://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-fasilitas. Di akses pada hari Rabu,
Tanggal 8 Januari 2020. Jam 18.03.WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Pemberdayaan_Perempuan_dan_Perlindungan_Anak
_Republik_Indonesia. Di akses pada hari Senin, Tanggal 13 April 2020. Jam 23.30 WIB.
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2016 tentang pedoman
Nomenklatur Dinas Sosial Daerah Provinsi dan Dinas Sosial Daerah Kabupaten/Kota.
Pedoman Nomenklatur Dinas Sosial tipe a daerah Kabupaten/Kota-pengelompokan tugas
berdasarkan fungsi.
https://difabel.tempo.co/read/1266832/berapa-banyak-penyandang-disabilitas-di-indonesia-
simak-data-ini/full&view=ok. Di akses pada hari Jumat, Tanggal 17 April 2020 Jam
23.15 WIB.
Undang- Undang 23 Tahun 2002. Tentang Perlindungan Anak. Di akses hari Selasa,
Tanggal 10 Desember 2019, Jam 14.29 WIB.
Undang – Undang 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan CPRD. Di akses Kamis, Tanggal 02 Januari 2020,
Jam 11.15.WIB.
Undang – Undang 18 Tahun 2014 Tentang Permasalahan Gangguan Kejiwaan. Di akses hari Kamis
Tanggal 02 Januari 2020. Jam 13.00.WIB.
https://www.slideshare.net/EkaSaputra25/pekerja-sosial-masyarakat-psm . Di akses pada hari Minggu,
Tanggal 19 April 2020. Jam 14.11 WIB.
https://www.aa.com.tr/id/dunia/who-jumlah-penyandang-disabiltas-dunia-meningkat-setiap-
harinya/1328256. Di akses pada hari Minggu, Tanggal 19 April 2020. Jam 14.15 WIB.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/12/16/oi9ruf384-indonesia-miliki-12-persen-
penyandang-disabilitas. Di akses pada hari Minggu, Tanggal 19 April 2020. Jam 15.00 WIB.
BPS, Susenas 2019 Di akses pada hari Minggu, Tanggal 19 April 2020. Jam 17.44 WIB.
https://jdih.kemsos.go.id/pencarian/www/storage/document/PERMENSOS%20NOMOR%2010%20TAH
UN%202019.pdf. Di akses pada hari Kamis, Tanggal 23 April 2020. Jam 16.34 WIB.
DARTAR PERTANYAAN DINAS SOSIAL
KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG
Peran Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Memberikan
Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas Mental di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung
I. Identitas Responden :
Nama :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
II. Daftar Pertanyaan
1. Apa visi dan misi Dinas Sosial Pangkalpinang?
2. Bagaimana stuktur organisasi Dinas Sosial Pangkalpinang?
3. Apa saja program – program kerja yang di lakukan oleh Dinas Sosial Pangkalpinang
terhadap Penyandang Disabilitas?
4. Apakah dalam pelaksaan program tersebut terlaksana atau tidak?
5. Kalau tidak terlaksana, apa saja kendalanya dalam program tersebut?
6. Apakah dinas sosial pangkalpinang bekerjasama dengan pihak – pihak lainnya?
‘’Sebagai Fasilitator’’
1. Apakah Dinas Sosial memberikan pelatihan atau pembinaan kepada anak- anak
penyandang disabilitas?
2. Pelatihan atau pembinaan seperti apa yang diberikan untuk anak- anak penyandang
disabilitas?
3. Seberapa rutinnya dinas sosial memberikan pelatihan atau pembinaan kepada anak-
anak tersebut?
4. Mengapa pelatihan atau pembinaan tersebut dilaksanakan ?
5. Apakah ada kendala dalam pelataihan atau pembinaan tersebut ?
6. Kendala seperti apa dialami ?
7. Apakah dengan adanya pelatihan atau pembinaan tersebut anak – anak termotivasi ?
‘’Sebagai Pelayanan Masyarakat’’
1. Bagaimana Dinas Sosial memberikan pelayanan terhadap anak ?
2. Apakah dengan adanya pelayanan tersebut anak–anak dapat termotivasi?
3. Adakah kendala dalam pemberian pelayanan tersebut?
4. Bagaimana mengatasi kendala pada saat pemberian pelayanan?
‘’Sebagai Pendamping’’
1. Bagaimana bentuk pendampingan dinas sosial terhadap anak – anak penyandang
disabilitas?
2. Apakah selama pendampingan anak – anak merasa nyaman?
3. Seberapa rutinnya pendampingan terhadap anak – anak penyandang disabilitas?
4. Apakah pada saat pendampingan terdapat kendala?
5. Bagaimana mengatasi bila terjadinya kendala pada saat pendampingan?
‘’Sebagai mitra’’
1. Apakah sebagai mitra anak – anak merasa nyaman?
2. Bagaimana mengetahui anak – anak tersebut merasa nyaman atau tidak?
3. Apakah terdapat kendala jika anak merasa tidak nyaman?
4. Apakah dinas sosial mampu menjadi patner yang baik bagi anak – anak penyandang
disabilitas tersebut?
‘’Sebagai pendanaan dana’’
1. Apakah dana yang dikeluarkan sepenuhnya milik dinas sosial?
2. Apakah pemerintah menyalurkan dana?
3. Dalam bentuk apa pemerintah menyalurkan dana tersebut?
4. Apakah pendanaan dana selamanya berupa uang?
5. Apakah dengan diberikannya bantuan tersebut dapat memunuhi kebutahan
penyandang disabilitas ?
DARTAR PERTANYAAN ORANG TUA
KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG
Peran Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Memberikan
Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas Mental di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung.
I. Identitas Responden :
Nama :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
II. Daftar Pertanyaan
‘’Sebagai fasilitator’’
1. Apakah ada pembinaan terhadap anak penyandang disabilitas mental ?
2. Apa saja bentuk pembinaan yang diberikan oleh dinas sosial ?
3. Apakah dengan bimbingan tersebut dapat mempunyai kesempatan yang sama ?
4. Dampak apa yang dirasakan dari pembinaan tersebut ?
‘’Sebagai pelayanan masyarakat’’
1. Apakah ada pelayanan yang diberikan oleh dinas sosial ?
2. Bagaimana bentuk pelayanan yang diberikan ?
3. Kapan pelayanan tersebut dilakukan ?
4. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelayanan tersebut ?
5. Apakah ada perubahan yang dirasakan oleh anak setelah dilakukan pelayanan
tersebut?
6. Bagaimana dampak perubahan tersebut ?
7. Bagaimana harapan anda dengan kualitas yang diberikan oleh dinas sosial ?
‘’Sebagai pendamping’’
1. Pendampingan seperti apa yang diberikan oleh dinas sosial kepada anak anda ?
2. Adakah perubahan anak anda setelah di damping oleh dinas sosial ?
3. Apakah pendampingan tersebut dilaksanakan di rumah ?
4. Seberapa lama pendampingan di laksanakan dan seberapa rutin pendampingan
tersebut?
‘’Sebagai mitra’’
1. Bagaimana pendekatan dinas sosial kepada anak anda ?
2. Apakah dengan pendekatan anak anda merasa nyaman ?
3. Adakah pengaruh anak anda setelah dilakukan pendekatan oleh dinas sosial ?
4. Dalam bentuk seperti apa yang diberikan oleh anak anda ?
‘’Sebagai penyandaan dana’’
1. Apa saja bentuk bantuan yang diberikan oleh dinas sosial dan fasilitas yang terlihat
seperti apa ?
2. Apakah dana tersebut dapat meringankan beban keluarga anda?
3. Bagaimana anda memanfaatkan dana yang telah diberikan oleh dinas sosial ?
4. Bentuk dana seperti apa yang diberikan oleh dinas sosial ?
5. Setiap berapa tahun sekali dinas sosial memberikan bantuan tersebut ?
6. Apakah pemberian bantuan tersebut dapat membantu anak anda ?
7. Apakah dengan pemberian bantuan tersebut anak anda dapat termotivasi ?
8. Apakah dengan bantuan tersebut anak anda terpenuhi kebutuhannya ?
DARTAR PERTANYAAN KEPALA DINAS SOSIAL
KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG
Peran Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Memberikan
Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas Mental di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung
I. Identitas Responden :
Nama :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
II. Daftar Pertanyaan
1. Program seperti apa yang diberikan oleh dinas sosial pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak khususnya bagi penyandang disabilitas mental ?
2. Apakah program – program tersebut dilaksanakan sepenuhnya ?
3. Bagaimana proses program tersebut dilaksanakan ?
4. Apakah ada kendala dalam menjalankan program tersebut ?
5. Apa yang bapak lakukan ketika program tersebut tidak berjalan sesuai rencana ?
6. Bagaimana harapan bapak dengan adanya program tersebut ?