peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi …repository.ub.ac.id/7519/1/nana yuliyanti.pdf ·...
TRANSCRIPT
PERAN KEPEMIMPINAN DALAM
MENDORONG INOVASI LAYANAN PUBLIK
(Studi kasus inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan lahir
procot pulang bawa Akta di Kabupaten Banyuwangi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
NANA YULIYANTI
NIM. 135030101111128
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2017
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul Skripsi : Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi
Layanan Publik (Studi kasus inovasi Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan lahir procot
pulang bawa akta di Kabupaten Banyuwangi)
Nama : Nana Yuliyanti
Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Publik
TIM PEMBIMBING
Pembimbing I : Dr. Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA
Pembimbing II : -
TIM PENGUJI
Ketua Tim Penguji : Dr. Tjahjanulin Domai., MS
Anggota Penguji : Nurjati Widodo, S.AP, M.AP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Nana Yuliyanti
NIM : 135030101111128
Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 02 Juli 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dsn. Krajan Ds. Bedewan RT/RW 01/01 Kec. Songgon
Kab. Banyuwangi
No Telp : 082143169695
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN 1 Bedewang (Tahun 2002-2007)
2. SMPN 3 Songgon (Tahun 2007-2010)
3. SMAN DARUSHHOLAH Singonjuruh (Tahun 2010-2013)
4. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (Tahun 2013-2017)
PENGALAMAN KERJA
Praktek Kerja Lapangan/Magang :Kantor Pelayananan Pajak Pratama (KPP)
Kabupaten Banyuwangi (Seksi (PDI) Pengolahan
Data dan Informasi)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang
2. Bapak Andy Fefta Wijaya selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Prodi Studi
Administrasi Publik Universitas Brawijaya Malang.
4. Bapak Dr. Sujarwoto S.IP, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan memberikan bimbingan skripsi sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Hady Kusairi, SKM, MMKes selaku Kepala Puskesmas
Sempu.
6. Bapak Handy Setiady, S.Kep selaku Kepala Bidang Koordinator
SAKINA, serta Ibu Vivi dan Yatin selaku Bidan di Puskesmas Sempu
7. Bapak Drs. Djafri Yusuf, MM selaku Kepala Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi.
8. Bapak Drs. Saunan selaku Kepala Bidang Pencatatan Sipil, serta Ibu
Putri dan Bapak Khoirul selaku pegawai Bidang Pencatatan Sipil.
9. Untuk kedua orang tua, Bapak Hasanan dan Ibu Sukowati tercinta
yang selaku memberikan doa dan dukungan baik moral dan material.
10. Untuk kakakku tercinta Erna Susanti, S.Kep yang selalu memberikan
doa, dorongan serta semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan lancar.
11. Untuk sahabat-sahabat tercinta Kertosentono 141 Feryandika Nining
Rahmawati, S.P (Mak Bro), Novita Irnia Sari, Fitriyaningsih, S.E,
Minakus Sania, S.Pi, Irma Hidayanti, Wulandari, Rahmi Valina,
Nadhifatul Ainiyah, S.Si terima kasih atas support, yang diberikan
ketika saya merasa lelah dan malas untuk mengerjakan skripsi.
12. Untuk sahabatku dari semester 1 sampai sekarang yang masih terus
bersama Vindy Venysthalista Ria Saputri, S.AP dan Novita Irnia Sari,
terima kasih atas dukungan serta semnagat yang diberikan selama ini.
13. Untuk sahabat-sahabat “Magang Terbaik Banyuwangi” Dyah Ajeng
Fitriyafani, S.AP, Rini Maulidiniya, S.AP Fidiah Aulia Hidayat, S.AP
terima kasih terima kasih atas dukungan, motivasi yang telah
diberikan.
14. Serta para pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritis yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini dapat membawa manfaat yang
berarti bagi pihak yang membutuhkan. Atas sebgala bimbingan dan bantuan yang
telah diberikan selama penyusunan karya tulis ini, penulis sampaikan terimakasih.
Malang, 14 September 2017
RINGKASAN
Nana Yuliyanti, 2017, Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi
Layanan Publik (Studi Kasus Inoovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di Kabupaten Banyuwangi).
Skripsi. Dr. Sujarwoto, SIP, M.Si. 132 Hal + xix
Hampir seluruh daerah di Indonesia saat ini sudah mulai mengembangkan
inovasi pelayanan publik dengan tujuan untuk lebih memudahkan masyarakat
dalam mengurus dan melakukan sesuatu terkait dengan pelayanan publik. Inovasi
pelayanan publik dapat dikatakan sebagai suatu terobosan dari instansi/lembaga
publik dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dengan adanya
keberhasilan suatu inovasi saat ini tidak dipungkiri pasti terdapat peran penting
kepemimpinan di dalamnya, yaitu dalam usaha mendorong sebuah inovasi agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu daerah di Indonesia saat ini
yang memiliki inovasi pelayanan publik yang dapat dikatakan sudah berhasil
yaitu Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menjelaskan,
mendeskripsikan dan menganalisa peran kepemimpinan dalam mendorong
inovasi pada inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir
Procot Pulang Bawa Akta di Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini mengguankan studi kasus jamak dengan membandingkan
dua peran kepemimpinan pada inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Lokasi Penelitian Puskesmas
Sempu dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi.
Informan penelitian terdiri atas kepala dan pegawai Puskesmas Sempu, kepala
dan pegawai Dinas Kependudukan Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Teknik
analisis penjodohan (pattern matching analysis) dari Yin (2009) digunakan untuk
mencari perbedaan dan persamaan kedua peran kepemimpinan dalam penelitian
ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepemimpinan pada inovasi
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) di Puskesmas Sempu dan Lahir
Procot Pulang Bawa Akta di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdapat
perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada perannya sebagai motivator dan
partisipator. Jika kepala Puskesmas Sempu mengalami kendala pada SDM dalam
pemberiaan motivasi sedangkan kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil tidak mengalami kendala apapun. Kepala Puskesmas Sempu selalu
melakukan partisipasi langsung kepala masyarakat dalam pelaksanaan inovasi
pelayanan publik dan hal demikian tidak dilakukan oleh kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Temuan ini menyarankan bahwa kepala Puskesmas Sempu dan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam menjalankan kepemimpinannya
diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi perannya sebagai seorang motivator
hal tersebut dikarenakan sewaktu-waktu semangat kerja yang dimiliki para
pegawai dapat saja berubah. Kedua, diharapkan kepala Puskesmas Sempu dapat
mengatasi kendala terkait dengan SDM (umur dan jasa yang telah diberikan)
dalam salah satu peran kepemimpinannya yaitu sebagai motivator dengan cara
lebih memahami dan melakukan pendekatan dengan pegawainya serta memiliki
sikap lebih tegas kepada para pegawainya.
Kata Kunci: Inovasi, Pelayanan Publik, Kepemimpinan, Stop Angka Kematian
Ibu dan Anak (SAKINA), Lahir Procot Pulang Bawa Akta
SUMMARY
Nana Yuliyanti, 2017, The Role of Leadership in Encouraging Public Service
Innovation (Case Study of Innovation Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) and Lahir Procot Pulang Bawa Akta in Banyuwangi Regency).
Skripsi. Dr. Sujarwoto, SIP, M.Si. 132 Pages + xix
Almost all regions in Indonesia today have started to develop innovations
of public services with the aim to make it easier for people in taking care and
doing something related to public services. Public service innovation can be
regarded as a breakthrough from public institutions in an effort to improve the
quality of public services. With the success of an innovation at this time no doubt
there is an important role of leadership in it, namely in an effort to encourage an
innovation in order to achieve the goals set. One of the areas in Indonesia today
that have innovation of public service that can be said has been successful that is
Banyuwangi Regency. This research has the purpose of explaining, describing and
analyzing the leadership role in encouraging innovation on the innovation of Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) and Lahir Procot Pulang Bawa Akta in
Banyuwangi Regency.
This study used a plural case study by comparing the two leadership roles
in the innovation of Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) and Lahir
Procot Pulang Bawa Akta. Research Sites of Puskesmas Sempu and Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil of Banyuwangi Regency. The research
informants consisted of the head and staff of the Puskesmas Sempu, head and
employees of the Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Yin (2009) pattern
matching analysis technique is used to find the differences and similarities of the
two leadership roles in this study.
The results showed that the leadership role on the innovation of Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) in Puskesmas Sempu and Lahir
Procot Pulang Bawa Akta at the Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil was
different. The differences are in the role of motivator and participator. If the head
of Puskesmas Sempu has constraints on human resources in motivation while the
head of the Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil does not experience any
constraints. Head of Puskesmas Sempu always do direct participation of head of
society in implementation of innovation of public service and such thing is not
done by head of Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
The findings suggest that the head of Puskesmas Sempu and Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil in carrying out his leadership is expected to
further increase his role as a motivator of that matter because at any time
employee morale can change. Secondly, it is expected that the head of Puskesmas
Sempu can overcome the obstacles related to human resources (age and services
that have been given) in one of its leadership role as a motivator in a way to better
understand and approach with employees and have a more assertive attitude to the
employees.
Keywords: Innovation, Public Service, Leadership, Stop Angka Kematian Ibu
dan Anak (SAKINA), Lahir Procot Pulang Bawa Akta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi Layanan
Publik (Studi Kasus pada Inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA)
dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di Kabupaten Banyuwangi) ini dapat
terselesaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
ujian komprehensif dalam memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam bidang Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan sebuah
tulisan sebaik mungkin, namun penulis tidak akan terlepas dari kekurangan dan
kekeliruan. Oleh karena itu penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap
semoga tulisan ini bermanfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.
Malang, 14 September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………..
MOTTO……………………………………………………………..
TANDA PERSETUJUAN………………………………………….
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI……………………………….
PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………...
RINGKASAN……………………………………………………….
SUMMARY…………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………...
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………..
DAFTAR TABEL…………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..
I
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xii
xvi
xvii
xviii
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….
D. Manfaat Penelitian……………………………………………...
E. Sistematika Penulisan…………………………………………..
1
10
10
10
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Inovasi Layanan Publik……………………………………........
1. Pengertian Inovasi Layanan Publik………………………….
2. Pentingnya Inovasi…………………………………………..
3. Proses Inovasi………………………………………………..
4. Tipe-tipe Inovasi…………………………………………….
B. Kepemimpinan dan Inovasi Layanan Publik……………….......
1. Pengertian Kepemimpinan…………………………………….
2. Pentingnya Kepemimpinan dalam Inovasi Layanan Publik…..
3. Perbedaan Karakteristik Layanan Publik dan Swasta………...
4. Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi Layanan
Publik………………………………………….........................
14
14
16
17
18
20
20
22
25
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………….
B. Lokasi dan Situs Penelitian……………………………………..
C. Fokus Penelitian…………………………………………….......
D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data…………………..
E. Teknik Analisis Data………………………………………........
40
41
43
44
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………........
1. Studi Kasus 1 Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong
Inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) di
Puskesmas Sempu…………………………………………...
51
51
a. Gambaran Umum…………………………………….......
b. Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) di Puskesmas
Sempu………………………………...….........................
2. Studi Kasus 2 Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong
Inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Banyuwangi………………………………………………….
a. Gambaran Umum…………………………………….......
b. Peran Kepemimpinan pada Inovasi Lahir Procot Pulang
Bawa Akta di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil.............................................................................
3. Situasi Analisis Lintas Kasus………………………………..
a. Peran Kepemimpinan Sebagai Inspirator pada 2 (dua)
Inovasi……………………………………………………
b. Peran Kepemimpinan Sebagai Motivator pada 2 (dua)
Inovasi……………………………………………………
51
58
72
72
76
88
88
90
c. Peran Kepemimpinan Sebagai Konseptor pada 2 (dua)
Inovasi……………………………………………………
d. Peran Kepemimpinan Sebagai Komunikator pada 2 (dua)
Inovasi……………………………………………………
e. Peran Kepemimpinan Sebagai Partisipator pada 2 (dua)
Inovasi……………………………………………………
92
95
96
B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………….......
1. Peran kepemimpinan sebagai inspirator dalam mendorong
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta……………………………..
2. Peran kepemimpinan sebagai motivator dalam mendorong
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta……………………………..
3. Peran kepemimpinan sebagai konseptor dalam mendorong
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta……………………………..
4. Peran kepemimpinan sebagai komunikator dalam
mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta……………
5. Peran kepemimpinan sebagai partisipator dalam mendorong
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta……………………………..
100
103
105
107
110
112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………
115
120
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….
LAMPIRAN………………………………………………………...
122
125
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Angka Kematian Ibu dan Anak di Wilayah Puskesmas
Sempu pada Tahun 2012-2017………………………………
Tabel 2. Data perkembangan masyarakat pengguna layanan inovasi
Lahir Procot Pulang Bawa Akta tahun 2013-2017…………..
Tabel 3. Perbedaan Karakteristik Inovasi Sektor Publik dan Sektor
Swata………………………………………………………...
Tabel 4. Sumber data, informasi dan teknik pengumpulan data………
Tabel 5. Fasilitas Kesehatan pada Puskesmas Sempu………………..
Tabel 6. Data Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Sempu Tahun 2016..
Tabel 7. Analisis Situasi Antar Kasus…………………………………
7
8
32
46
54
57
96
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tipe Studi Kasus…………………………………………..
Gambar 2. Perbandingan peran kepemimpinan dalam mendorong
inovasi pada dua tempat yang berbeda menggunakan
pendekatan studi kasus jamak……………………………
Gambar 3. Komponen-komponen analisis data……………………….
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sempu……………
Gambar 5. SAKINA dalam TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun
2015………………………………………………………
Gambar 6. Kepala Puskesmas Sempu…………………………………
Gambar 7. Loka mini Karyawan di Puskesmas Sempu……………….
Gambar 8. Lahir Procot Pulang Bawa Akta dalam TOP 99 Inovasi
Pelayanan Publik tahun 2015…………………………….
Gambar 9. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil……….
Gambar 10. Pelaksanaan apel pagi di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil…………………………………………….
Gambar 11. Kepala Dinas dan Pegawai Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil…………………………………………….
41
42
48
52
58
63
68
78
80
81
85
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inovasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan agar organisasi
atau lembaga tetap eksis terhadap kebutuhan zaman yang senantiasa berubah.
Dalam hal ini, inovasi tidak hanya mutlak dilakukan oleh perusahaan atau sektor
swasta, tetapi juga pada sektor publik yang bertugas untuk melakukan pelayanan
publik bagi masyarakatnya. Keduanyapun memilki tujuan yang berbeda yaitu jika
publik lebih mementingkan kualitas pelayanan sedangkan swasta pada profit
(keuntungan). Inovasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang salah satunya yaitu
pelayanan publik. Inovasi pelayanan publik dapat dikatakan sebagai suatu
terobosan dari instansi/lembaga publik dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Inisiatif terobosan tersebut terletak pada kebaharuannya, yaitu
boleh pengembangan dari inovasi pelayanan publik yang telah ada hal itu
dilakukan karena inovasi pelayanan publik terus diperbaharui. Seperti yang
dikatakan oleh Syafiie (2011:3) harus diakui bahwa pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah kepada masyarakat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi
paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan
masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri.
Inovasi pelayanan publik penting dilakukan untuk mewujudkan sistem
penyelenggaraan negara yang baik, dan dengan adanya pembaharuan serta
perbaikan maka pondasi penyelenggaraan negara akan semakin kuat. Selain itu
inovasi pelayanan publik sangatlah penting dilaksanakan karena saat ini
permasalahan publik sudah semakin meningkat, serta masyarakat juga sudah
mulai sadar akan pentingnya tingkat kualitas pelayanan, hal tersebut disebabkan
karena sebagian masyarakat belum mendapatkan pelayanan publik sesuai dengan
apa yang diharapkan. Akibatnya aspirasi masyarakat pada kualiatas pelayanan pun
meningkat mengharapkan pelayanan cepat, mudah, murah dan berkualitas
terhadap semua jenis layanan yang diberikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
laporan pada Omboudsman RI terkait dengan tingkat kepatuhan pemerintah dalam
memenuhi standar pelayanan publik yang masih rendah. Rendahnya kepatuhan ini
melahirkan respon dari masyarakat yang bertambah. Berdasarkan penelusuran
Ombudsman RI, jumlah laporan masyarakat di 2016 jauh lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2015 laporan masyarakat hanya 6.854
tapi tahun 2016 sudah lebih 10.000 laporan. Kualitas pelayanan publik yang
masih rendah akan memicu ketidakpastian hukum, ketidakakuratan pelayanan
publik hingga memunculkan praktik pungli (Taher [Online] tersedia melalui
https://tirto.id/). Untuk menanggapi hal tersebut diharapkan setiap instansi
pemerintah dapat mendorong pengembangan inovasi yang lebih baik agar kinerja
dan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakatpun semakin meningkat.
Pentingnya inovasi pelayanan publik juga pernah diungkapkan oleh
Yuddhi Chrisinandi Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
(PANRB), saat memberikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Tindak Lanjut
Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tertentu pada 57 Kabupaten dan Kota serta Unit
Pelayanan Publik Lainnya yang digelar di Kabupaten Badung Provinsi Bali pada
26 Februari 2016, yaitu:
Diharapkan Instansi Pemerintah terus berupaya menciptakan inovasi
pelayanan publik, sehingga memudahkan masyarakat untuk terus
berusaha. Salah satu faktor yang mempengaruhi berusaha adalah efisiensi
dan efektifitas birokrasi yang dipicu oleh inovasi pelayanan publik.
Dengan demikian, investasi akan terus berkembang serta kesejahteraan
masyarakat pun akan terus meningkat (Red [Online] tersedia melalui
http://www. detakoku.com).
Melihat pentingnya inovasi pelayanan publik yang harus ada pada era
yang sangat berkembang saat ini, maka pemerintah sudah mulai sadar untuk
memunculkan sebuah inovasi pelayanan guna mengatasi berbagai permasalahan
publik serta meningkatkan kualitas pelayanan. Selain itu juga, Kementrian
PANRB berharap agar inovasi layanan publik untuk terus bergulir serta
berkembang. Hal tersebut dilakukan dengan penerapan kebijakan “One Agency,
One Innovation”, yaitu setiap Kementrian atau Lembaga dan Pemerintah Daerah
wajib untuk menciptakan minimal 1 (satu) inovasi layanan publik setiap tahun.
Namun demikian dalam pelaksanaannya tidak semudah itu masih terdapat inovasi
yang dapat dikatakan malah menemui suatu kegagalan. Salah satu faktor yang
mengakibatkan hal tersebut yaitu masih lemahnya mentalitas para aparatur dalam
memberikan pelayanan publik. Tidak hanya aparatur lapisan bawah, tetapi juga
para pemimpin/ para pejabat negara seperti gubenur, bupati walikota hingga
kepala dinas. Hal itu dikarenakan salah satunya yaitu dalam membuat SOP
(Standart Operasional Prosedur) pelayanan publik para pejabat cenderung tidak
mengimplementasikan UU No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik dengan
baik. Selama lima tahun terakhir Ombudsman RI menemukan bahwa kepatuhan
penyelenggara pelayanan publik terhadap UU trrsebut sangat rendah hanya
berkisar 18-20% (Zamzami [Online] tersedia melalui http://www.republika.
co.id/).
Peran kepemimpinan sangat penting dalam usaha mendorong sebuah
inovasi. Dapat dikatakan inovasi pelayanan publik yang berkembang dan berhasil
saat ini tidak dipungkiri karena adanya peran penting dan komitmen kuat dari
seorang pemimpin di dalamnya. Menurut Joseph C. Rost dalam Sinambela
(2011:103) kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di
antara pemimpin dan pengikutnya (bawahannya) yang menginginkan perubahan
nyata yang mencerminkan tujuan bersama. Pada sektor publik inovasi lebih sering
muncul dari tingkat atas (pemimpin), sehingga jika suatu organisasi ingin
mencapai tujuannya maka diharapkan seorang pemimpin harus memiliki
pemikiran yang inovatif serta dapat mempengaruhi bawahannya untuk lebih
meningkatkan produktifitas kinerjanya sehingga dapat mencapai tujuan, serta
memiliki pemikiran/ide atau gagasan yang kreatif untuk memunculkan inovasi.
Adapun faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai
adalah kepemimpinan. Menurut Duverge (1985:63), faktor yang mempengaruhi
produktivitas pegawai adalah faktor intern yang meliputi kemampuan dan
kemauan kerja, sedangkan faktor ekstern meliputi jenis pekerjaan, nasib bantuan
rekan kerja, dan yang tak kalah pentingnya adalah kepemimpinan. Dan Rivai
(2014:392) juga menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya dalam berfikir dan
bertindak sehingga memberikan sumbangan nyata pencapaian tujuan. Dari
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa peran kepemimpinan merupakan sesuatu
hal yang sangat penting terutama dalam mempengaruhi serta mendorong
bawahannya untuk melakukan tugasnya dengan lebih baik dan dapat lebih berfikif
secara inovatif sehingga memiliki pemikiran yang bermanfaat bagi sektor publik
terutama masyarakat. Atau peranan lain seorang pemimpin dalam inovasi yaitu:
a. Menjadi teladan (role model) untuk perubahan
b. Memberi dukungan, otoritas dan bimbingan kepada staf untuk
melakukakan inovasi
c. Menciptakan iklim yang kondusif untuk berkembanganya inovasi
dalam organisasi
d. Bersama-sama terus mengembangkan kapasitas diri dan pegawai
untuk berinovasi (PK2A III LAN [Online] tersedia melalui
http://samarinda.lan.go.id).
Pentingnya kepemimpinan dalam inovasi sektor publik tidak terlepas dari
pemikiran bahwa jika tidak ada seorang pemimpin maka tak akan muncul sebuah
inovasi yang dapat mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya peran seorang
pemimpin pada inovasi maka juga dengan mudah mengetahui kualitas
kepemimpinan yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan inovasi.
Namun pada era yang sudah sangat berkembang saat ini diharapkan inovasi tidak
hanya muncul dari tingkat atas, tetapi juga bawah. Hal tersebut harus dilakukan
karena dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai bagaimana kemampuan
serta kinerja yang dimiliki para pegawainya. Disinilah kepemimpinan memiliki
peran yang sangat penting yaitu bagaimana seorang pemimpin dapat mendorong
bawahannya untuk memiliki ide dan gagasan untuk berinovasi.
Praktik-praktik inovasi layanan publik sebagai bagian optimisme di era
otonom saat ini sudah mulai menampakkan hasil positif. Hampir seluruh daerah di
Indonesia saat ini sudah mulai mengembangkan inovasi pelayanan publik dengan
tujuan untuk lebih memudahkan masyarakat dalam mengurus dan melakukan
sesuatu terkait dengan pelayanan publik. Seperti pada Kabupaten Banyuwangi
yang memiliki berbagai macam bentuk inovasi layanan publik, baik dalam bidang
kesehatan, kependudukan, ataupun pendidikan. Dari berbagai inovasi tersebut
terdapat inovasi yang dapat dikatakan sudah cukup berhasil, yaitu Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) merupakan sebuah
layanan jasa bidang kesehatan secara gratis dengan mengedepankan pelayanan
prima khusunya ibu hamil berisiko tinggi guna menekan angka kematian ibu dan
anak. Inovasi ini dicetuskan oleh Puskesmas Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi, berawal dari digolangankannya wilayah Puskesmas Sempu sebagai
peringkat ke 6 tingkat kematian ibu dan anak di Kabupaten Banyuwangi. Setelah
diteliti dan dianalisa ditemukan faktor penyebabnya, yaitu ibu hamil kurang
mendapatkan pelayanan yang optimal, keterlambatan penanganan oleh petugas
karena kondisi geografis dan sulitnya akses transportasi, kurangnya dukungan
suami disebabkan rendahnya pengetahuan suami soal kehamilan, dan masyarakat
tidak mampu dalam pembiayaan kehamilan serta persalinan.
Sejak SK tentang inovasi ini keluar pada 3 Januari 2014 dimulailah
kegiatan yang berupa pendampingan ibu hamil berisiko tinggi oleh Laskar
SAKINA. Tugasnya menyiapkan unit ambulans untuk memberikan
layanan Jemput Ibu (LAJU) secara gratis 24 jam, memberikan Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE) pada suami tentang pemahaman kehamilan dan
persalinan ibu secara benar terutama pada resiko tinggi. Menariknya
kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk unik dan menarik, seperti ngopi
bareng sambil berdiskusi tentang ibu hamil berisiko tinggi (Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi [Online] tersedia melalui http://banyuwangik
ab.go.id).
Tabel 1. Data Angka Kematian Ibu dan Anak di Wilayah Puskesmas
Sempu pada Tahun 2012-2017
KEMATIAN
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Ibu 0 2 1 0 0 0
Anak 10 14 7 0 0 0
Sumber: Puskesmas Sempu dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi
Dari tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa jika tahun 2012 sampai dengan
2013 sebelum adanya inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA)
tingkat angka kematian ibu dan anak di wilayah Puskesmas Sempu mengalami
kenaikan yaitu dari 10 hingga 16 kematian. Namun tahun 2014 setelah adanya
inovasi angka kematian ibu dan anak sudah mulai mengalami penurunan. Berkat
adanya inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA), saat ini angka
kematian ibu dan anak di wilayah Puskesmas Sempu telah menurun drastis,
bahkan dapat dikatakan jika angka kematian ibu dan anak sudah 0 (nol). Hal
tersebut sama halnya seperti yang diungkapkan oleh Bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas yaitu, sekarang masyarakat Sempu sudah merasakan
manfaatnya. Yakni dengan zero (tidak adanya) kematian ibu dan anak di wilayah
kerja Puskermas Sempu. Alangkah indahnya jika inovasi semacam ini juga
muncul di tiap angkatan (Pemerintah Kabupaten Banyuwangi [Online] tersedia
melalui http://banyuwangikab.go.id).
Selain Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA), Kabupaten
Banyuwangi juga memiliki inovasi pelayanan publik lain yaitu Lahir Procot
Pulang Bawa Akta yang dilakukan sejak Juni 2013. Program ini merupakan
inovasi pelayanan Pemkab Banyuwangi dalam melayani pembuatan akta
kelahirann gratis mengutamakan kecepatan dan ketepatan, serta teknologi
informasi dalam memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat memberikan
manfaatnya secara langsung. Inovasi ini muncul karena selama ini dalam
pengurusan akta kelahiran membutuhkan waktu seminggu bahkan sebulan lebih.
Tetapi dengan adanya lahir procot ini dapat dengan cepat membawa pulang akta
kelahiran sang anak dengan syarat orang tua sudah menyiapkan nama bagi bayi,
Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
Lahir Procot Pulang Bawa Akta merupakan terobosan yang inovatif dalam
pelayanan akta kelahiran dan kartu keluarga. Kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah meningkat, informasi mudah diperoleh, persyaratan
dan prosedur pelayanan kelas, jangka waktu pelayanan pasti, cepat mudah
dan lancar, sesuai amanat UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(penyelenggara berkewajiban memberikan pelayanan yang sesuai stadar,
yaitu berkualitas, murah, cepat dan didukung masyarakat). Masyarakat
yang melahirkan melalui tenaga bidan, 45 puskesmas, rumah sakit dan 24
Kecamatan se-Kabupaten Banyuwangi ketika akan meninggalkan sarana
kesehatan akan langsung mendapatkan akte kelahiran dan KK baru secara
gratis (Pemerintah Kabupaten Banyuwangi [Online] tersedia melalui
http://jipp.jatimprov.go.id/).
Tabel 2. Data perkembangan masyarakat pengguna layanan inovasi Lahir
Procot Pulang Bawa Akta tahun 2013-2017
Tahun Online (0-60 hari) Loket (lebih dari
60 hari)
Jumlah Kelahiran
2013 1512 1905 3417
2014 10777 2805 13582
2015 13154 2209 15363
2016 14184 2023 16238
2017 5345 510 5855
Jumlah 44972 9452 54455
Catatan:
Tahun 2013 = Agustus s/d Desember 2013
Tahun 2017 = Januari s/d Mei 2017
Sumber: Dinas Kependuduk dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi
Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa mulai awal dilaksanakannya
inovasi layanan lahir procot pulang bawa akta yaitu bulan Agustus tahun 2013
sampai dengan Mei 2017 jumlah masyarakat pengguna layanan tersebut sudah
mengalami peningkatan. Pelayanan pengurusan akta kelahiran secara online ini
dikhususkan bagi anak baru lahir yang usianya 0-60 hari. Pemohon mengajukan
pengurusan akta kelahiran dengan ketentuan yaitu jika usia bayi 0-2 hari
pengajuannya melalui rumah sakit/puskesmas tempat kelahiran, usia bayi 3-60
hari pengajuan melalui kecamatan, sedangkan yang lebih dari 60 hari harus datang
langsung ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa progam ini adalah implementasi dari
reformasi birokrasi di mana setiap pemerintah daerah dituntut untuk memberikan
layanan publik yang cepat,murah, dan efisien (Hidayat [Online] tersedia melalui
http://www.beritasatu.com/).
Dengan munculnya inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta Kabupaten Banyuwangi menjadi
mulai tambah dikenal. Hal tersebut disebabkan karena kedua inovasi tersebut telah
masuk dalam top 99 inovasi pelayanan publik terbaik se-Indonesia yang diadakan
oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kempan RB) pada tahun 2015, selain itu juga terpilih untuk mengikuti kompetisi
inovasi pelayanan publik tingkat dunia (United National Public Service Awards)
2017 yang diselenggarakan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di
Den Hag Belanda. Faktor yang menentukan keberhasilan inovasi tersebut diatas
tidak terlepas dari peran kepemimpinan yang ada di dalamnya yaitu dapat
mempengaruhi bawahannya agar dapat bekerja lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kinerja yang dimiliki serta juga dapat mendorong dan mendukung
ide, gagasan serta pemikiran kreatif, inovatif dari bawahannya dalam berinovasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Maka berdasarkan uraiaan latar
belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Peran
Kepemimpinan dalam mendorong Inovasi Layanan Publik (Studi kasus
Inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang
Bawa Akta di Kabupaten Banyuwangi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang dapat diambil dalam masalah ini adalah: “Bagaimana peran
kepemimpinan dalam mendorong inovasi layanan publik pada inovasi Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk menjelaskan, mendeskripsikan dan menganalisa peran
kepemimpinan dalam mendorong inovasi layanan publik pada inovasi Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada:
1. Manfaat akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
administrasi publik
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
penelitian yang akan datang terutama terkait dengan penelitian peran
kepemimpinan dalam mendorong inovasi layanan publik.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan bagi
pemimpin Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam mendorong jalannya sebuah inovasi layanan
publik.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat secara umum mengenai pentingnya peranan
kepemimpinan dalam mendorong sebuah inovasi terutama pada
inovasi layanan publik, serta dapat ikut mengawasi kinerja pemimpin
dalam melaksanakan inovasi bagi masyarakat.
E. Sistematika Penulisan
Terkait dengan penulisan skripsi yang disusun penulis, untuk itu
sistematika penulisanya mengacu kepada buku pedoman penulisan skripsi
program sarjana (S1) Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Dalam upaya
untuk mempermudah pembahasannya, maka penulis mengemukakan secara
singkat penyajian skripsi dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas dan menjelaskan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang
meliputi manfaat akademis serta praktis, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang menjadi landasan pemikiran
dalam penelitian. Dalam bab ini diuraikan teori-teori atau kajian
dari beberapa pengertian mengenai inovasi layananan publik,
pentingnya inovasi, proses dan tipe inovasi, kepemimpinan dalam
inovasi layanan publik, pentingnya kepemimpinan serta peranan
kepemimpinan dala inovasi layanan publik.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini membahas dan menjelaskan mengenai metode penelitian
yang akan digunakan unuk penelitian yang akan dilakukan,
meliputi jenis penelitian, lokasi dan situs penelitian, fokus
penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang uraiaan hasil temuan-temuan
penelitian berupa data-data yang diperoleh dari wawancara,
dokumentasi dan arsip-arsip terkait yang kemudin diolah, dianalisis
sesuai dengan teknik analisis yang dijelaskan pada bab tiga, dan
dipaparkan dikaitkan dengan teori
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran berdasarkan
permasalahan yang ada. Kemudian diuraikan mengenai hal-hal
penting secara garis besar dan umum. Sedangkan dalam saran
berisikan tentang masukan-masukan yang mungkin dapat
dimanfaatkan bagi instansi tempat dilaksanakannya penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inovasi Layanan Publik
1. Pengertian Inovasi Layanan Publik
Menurut Gopalkirshan dan Damanpur (1977) yang dikutip oleh
Noor (2013:84) inovasi pada dasarnya menunjukkan pada sesuatu yang
baru, apakah berbentuk gagasan-gagasan baru, produk, metode atau bentuk
pelayanan. Muluk (2008:42) juga menjelaskan bahwa inovasi di sektor
publik dilaksanakan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengurangi
biaya mengingat pada dasarnya organisasi publik senantiasa menghadapi
kelangkaan sumber daya dan keterbatasan aggaran. Dalam hal ini inovasi
dapat diartikan sebagai sebuah ide dalam menciptakan suatu sistem atau
proses yang baru bagi kepentingan umum, serta salah satu upaya
meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat dengan selalu
mementingkan kepuasan masyarakat.
Banyak para ahli yang mendefinisikan inovasi dalam beberapa
makna. Seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2010:158) berpendapat
bahwasanya inovasi memiliki pengertian yang tidak hanya terbatas
membangun dan memperbaharui namun juga dapat didefinisikan secara
luas, memanfaatkan ide-ide baru dan menciptakan produk, proses dan
layanan. Inovasi hadir dapat berupa suatu produk atau layanan baru yang
sifatnya menggantikan sebuah cara lama. Sejalan dengan pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa inovasi pelayanan publik tidak mengharuskan
suatu penemuan baru, tetapi dapat berupa suatu pendekatan baru yang
bersifat kontekstual.
Mulgan dan Albury (2003) dalam Muluk (2008:53) membuktikan
bahwa inovasi telah berkembang jauh dari pemahaman awal yang hanya
mencakup inovasi dalam hal produk (product & service) dan proses semata.
Dan salah satu inovasi yang telah berkembang yaitu dalam sektor layanan
publik. Dengan adanya keanekaragaman inovasi dalam pelayanan publik
saat ini, sehingga hal tersebut dapat mendorong terciptanya pelayanan yang
semakin inovatif. Pada sektor publik, inovasi sangat diperlukan dalam upaya
pengembang kualitas pelayanan publik bagi masyarakat.
Inovasi sektor publik sangat dipengaruhi oleh adanya pemikiran
akan pentingnya inovasi salah satunya pada inovasi layanan publik. Inovasi
dalam konteks pelayanan publik dapat diartikan sebagai pembaharuan atau
perbaikan pelayanan publik yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Seperti yang telah dijelaskan dalam Peraturan Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 31 Tahun
2014 tentang Pedoman Inovasi Layanan Publik, bahwa:
Inovasi Pelayanan Publik adalah terobosan jenis pelayanan baik
yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinil dan atau
adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, inovasi
pelayanan publik sendiri tidak mengharuskan suatu penemuan baru
tetapi dapat merupakan suatu pendekatan baru yang bersifat
kontekstual dalam arti inovasi tidak terbatas dari tidak ada kemuduan
muncul gagasan dan praktik-praktik inovasi, tetapi dapat berupa
inovasi hasil dari perluasan maupun pengkatan kualitas inovasi yang
ada.
Dari penjelasan pengertian inovasi layanan publik menurut Peraturan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia No 31 Tahun 2014 tentang Pedoman Inovasi Layanan Publik
diatas dapat dikatakan inovasi pelayanan publik yang dimaksud bukan
hanya mengenai ide-ide pelayanan yang baru namun bisa berupa modifikasi
ide-ide yang lama.
2. Pentingnya Inovasi
Setiap sektor publik maupun swata diharapkan mempunyai berbagai
inovasi yang bertujuan untuk mempercepat pelayanan kepada masyarakat
atau pelanggan serta yang terpenting adalah dapat meningkatkan kepuasan
serta kualitas pelayanan. Tetapi tujuan dari inovasi tidak akan berarti jika
tidak diikuti dengan nilai kemanfaatannya, seperti yang dijelaskan oleh
Albury (2003) dalam Suwarno (2008:10) bahwa inovasi yang sukses adalah
kreasi dan impemantasi dari proses baru, produk baru, dan metode
penyampaian baru yang memilki hasil signifikan dalam peningkatan
efisiensi, efektifitas atau kualitas.
Teori pilihan publik awalnya berpendapat bahwa badan-badan sektor
publik bertindak monopoli, dengan tidak adanya tekanan kompetitif untuk
berinovasi (Borins 2002:467). Namun dalam beberapa tahun terakhir hal
tersebut dipertanyakan di karenakan pada beberapa waktu terakhir sektor
publik mememilki tantangan yang harus dihadapi. Dengan demikian maka
sekarang ini makin banyak inovasi yang bermunculan.
Inovasi sektor publik pada era sekarang ini menjadi sangat penting
karena semakin ketatnya peluang kompetisi antar daerah dan antar lembaga
publik. Maka dari itu, setiap daaerah harus memilki sebuah inovasi yang
dapat mendukung dan mempercepat perkembangan daerahnya masing-
masing. Muluk (2005:42) juga berpendapat bahwa inovasi disektor publik
pernah dan sedang dijalankan oleh beberapa daerah untuk menyelesaikan
berbagai persoalan pelayanan dan pembangunan. Inovasi juga digunakan
sebagai instrument pengembangan cara-cara baru dalam menggunakan
sumber daya serta memenuhi kebutuhan secara lebih efektif.
3. Proses Inovasi
Terdapat beberapa tahap dalam melakukan proses inovasi. Maka dari
itu De Jong & Den Hartog (2003) dalam Djamrut (2015:1478) menguraikan
lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut:
1) Melihat peluang. Peluang muncul ketika ada persoalan yang
muncul atau dipersipkan sebagai suatu kesenjangan antara yang
seharusnya dan realitanya. Oleh karena itu, perilaku inovatif
dimulai dari keterampilan melihat peluang
2) Mengeluarkan ide. Ketika dihadapkan suatu masalah atau
dipersipkan sebagai masalah maka gaya berfikir konvergen yang
digunakan yaitu mengeluarkan ide yang sebanyak-banyaknya
terhadap masalah yang ada. Dalam tahap ini kreativitas sangat
diperlukan. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah
mengombinasikan dan meningkatkan kinerja. Proses inovasi
biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu
ketidaksesuaiaan antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.
3) Mengkaji ide. Tidak semua ide dapat dipakai, maka dilakukan
kajian terhadap ide muncul. Gaya berfikir divergen atau
mengerucut mulai diterapkan. Salah satu dasar pertimbangan
adalah seberapa besar ide tersebut mendatangkan kerugian dan
keuntungan. Ide yang realistik yang diterima, sementara ide
yang kurang realistik dibuang. Kajian dilakukan terus menerus
sampai ditemukan alternative yang paling mempunyai probalitis
sukses yang paling besar
4) Implementasi. Dalam tahap ini, keberanian mengambil resiko
sangat diperlukan. Resiko berkaitan dengan probabilitas
kesuksesan dan kegagalan. Hal ini berkaitan dengan probabilitas
untuk sukses yang disebabkan oleh kemampuan pengontrolan
perilaku untuk mencapai tujuan atau berinovasi.
4. Tipe-Tipe Inovasi
Borins (2002:469) menerangkan terkait dengan adanya tipe-tipe
inovasi, terdapat tiga tipe ideal dari inovasi sektor publik, yaitu:
a. Bottom-up innovation (inovasi bottom up)
Inovasi bottom up menempatkan sejumlah inovasi yang
diprakarsai oleh staf garis depan atau manager. Hubungan antara
kepemimpinan dan inovasi bottom up yakni sikap kepemimpinan
atas sektor publik, menteri ataupun pegawai negeri senior yang
mengambil alih inisiatif inovasi sektor publik serta dapat mendukung
ataupun menghambat inovasi dari bawah. Borins (2002:471)
menjelaskan bahwa:
Inovasi bottom up menggambarkan sejumlah jenis dukungan
tingkat tinggi untuk inovasi. Ini termasuk menetapkan tujuan
organisasi yang jelas mendorong staf untuk mencapai dalam
cara-cara inovatif, membangun penghargaan inovasi dan
memberikan pengakuan informal bagi inovator, melindungi
inovator dengan memastikan bahwa proyek-proyek mereka
memiliki kesempatan yang adil untuk menunjukkan apakah
mereka bekerja dan menyediakan sumber daya untuk innovato.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tingkat atas
(pemimpin) selalu memberikan dukungan serta dorongan kepada
staf/pegawainyanya agar memiliki cara-cara atau ide-de yang
inovatif. Selain itu juga tidak ada batasan atau dapat dikatanan
semuanya memiliki kesempatan yang adil bagi para pegawai lain
untuk memiliki dan menjalankan inovasi pelayanan publik
b. Inovasi yang diarahkan secara politik dalam menanggapi krisis
Inovasi ini dilakukan atau diciptakan karena adanya suatu
masalah atau krisis yang ada di dalamnya. Krisis ini dapat berupa
hasil dari faktor yang belum pernah terjadi, atau dapat diartikan
sebagai kegagalan publik yang terlihat, apakah terjadi saat ini atau
untuk mengantisipasi. Maka dari itu, untuk menanggapi hal tersebut
pemerintah mengeluarkan inovasi bertujuan untuk menyelesaikan
masalah yang ada dan mungkin akan terjadi tersebut.
c. Perputaran organisasi yang dipimpin oleh kepala dinas
Adanya perputaran organisasi selalu diawali dengan
penunjukan kepala dinas baru oleh politisi. Dalam melakukan
perputaran organisasi, ada dua tantangan yang harus dihadapi kepala
dinas baru yaitu, adanya tanggung jawab sangat besar, serta harus
mendapatkan tingkat kepercayaan pada politik. Dalam melakukan
hal tersebut perlu adanya beberapa taktik politik yang perlu
dilakukan seperti, lebih menekankan pada akuntabilitas politik
bertujuan meningkatkan ekspektasi kinerja organisasi, mengeluarkan
ide baru untuk menunjukkan visi baru dan prioritas organisasi, serta
keberhasilan awal digunakan supaya disediakannya sumber daya
tambahan untuk organisasi.
Dapat dikatakan bahwa inovasi layanan publik merupakan salah satu
jalan atau cara untuk mengatasi berbagai permasalahan publik yang sudah
mulai berkembang saat ini. Inovasi tersebut dapat berupa ide-ide baru
ataupun yang sifatnya menggantikan suatu cara-cara yang lama. Untuk
mengembangkan ide sampai dengan menginplementasikan inovasi tersebut
didalamnya harus ada peran kepemimpinan yang mengerti serta menguasai
permasalahan yang ada sehingga diharapkan dapat membawa inovasi
tersebut dalam suatu keberhasilan.
B. Kepemimpinan dan Inovasi Layanan Publik
1. Pengertian Kepemimpinan
Banyak para ahli yang mencoba untuk memaparkan dan
mendefinisikan arti kepemimpinan dalam versi masing-masing. Salah
satunya yaitu menurut Stephen Robbins dalam Mifta Thoha (1995:39)
menjelaskan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok kearah pencapaian tujuan tertentu. Selain itu, Terry (1960)
dalam Pudjosumendi (2010:76) memaparkan bahwa kepemimpinan adalah
hubungan antara seorang dengan orang lain, pemimpin mampu
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama dalam tugas-tugas
yang berkaitan untuk pencapaiaan apa yang diinginkannya. Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain terutama bawahannya dalam mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Kartono (1998:5) kepemimpinan merupakan “Masalah
relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang memimpin. Kepemimpinan
tersebut muncul serta berkembang sebagai hasil dan interaksi otomatis
diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin (ada relasi
interpersonal)”. Dari definisi diatas Silalahi (2009:184) mengidentifikasi
jika terdapat beberapa faktor atau elemen dalam berlangsungnya proses
kepemimpinan yaitu:
Pertama, ada seseorang yang melakukan aktivitas mempengaruhi yang
disebut pemimpin (leader). Kedua, ada seorang atau sekelompok orang
yang dipengaruhi untuk melakukan aktivitas, yang disebut pengeikut
(follower). Proses mempengaruhi dan dipengaruhi timbul dari
terjadinya aksi dan reaksi, interaksi dan intereaksi antara orang yang
berposisi sebagai pemimpin dengan orang lain yang berposisi sebagai
pengikut secara timbal balik (mutual interaction). Ketiga, aktivitas
mempengaruhi berlangsung dalam situasi tertentu. Akhirnya da tujuan
yang ingin dicapai.
Salah satu konsep kepemimpinan menurut Josep C.Rost (2004)
dalam Sinambela (2011:103) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah
sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan
pengikut (bawahan). Tujuan yang telah tercapai merupakan salah satu faktor
penentu bahwa kepemimpinan telah berhasil. Hal tersebut dapat ditentukan
dengan adanya tindakan seorang pemimpin memberikan pengaruh positif
terhadap bawahannya, sehingga diharapkan dalam melakukan pekerjaan
bawahan akan melaksanakannya sesuai dengan perintah yang diberikan.
2. Pentingnya Kepemimpinan Dalam Inovasi Layanan Publik
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor sangat dibutuhkan
untuk memulai serta menciptakan sebuah inovasi layanan publik sehingga
dapat berjalan dengan baik. Proses inovatif tidak hanya sekedar dimulai dari
seseorang yang memilki sebuah ide baik, memasukkannya ke dalam
program dan mengimplementasikannya. Terkadang inovasi diperkenalkan
sebagai program percontohan yang harus di evaluasi sehingga menyebabkan
munculnya struktur baru dalam sebuah organisasi.
Peran kepemimpinan sangatlah penting terutama dalam tercipta dan
terlaksananya inovasi layanan publik. Peran penting lainnya dari seorang
pemimpin yaitu sebagai motor penggerak, menjadi perencana pelaksana dan
pengawas semua kegiatan yang ada di organisasi tersebut. Tetapi
keberhasilan dan kegagalan yang dialami sangat ditentukan oleh kualitas
kepemimpinannya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh
Suparto (2008:29) bahwa:
Pemimpin di dalam birokrasi haruslah menjadi sumber inspirasi bagi
semua aparatur yang dipimpinnya, harus menjadi pelecut semangat
dalam menjalankan fungsi pelayanan. Pemimpin hanya akan menjadi
inspirator banyak orang kalau dia merupakan pimpinan yang
berkualitas.
Salah satu peran penting kepemipinan pada bidang pelayanan publik
yaitu bagaimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi dan mendorong
bawahannya sehingga dapat memiliki sebuah ide, pemikiran dan gagasan
yang dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi
masyarakat. Selain itu seorang pemimpin juga diharapkan dapat memilki
wawasan/pengetahuan yang luas, mengetahui dan paham persoalan pada
masyarakat, memahami kebutuhan publik serta menguasai problem internal
pemerintah. Sehingga diharapkan dapat menyelesaikan semua hal tersebut
dengan memilki ide dan gagasan. Biasanya salah satu cara yang digunakan
yaitu dengan melakukan sebuah inovasi layanan publik diharapkan
bermanfaat bagi semua masyarakat dan dapat mengatasi semua persoalan.
Pentingnya kepemimpinan pada layanan publik juga dijelaskan oleh Muluk
(2008:49) yaitu:
Kepemimpinan tidak hanya pemimpin yang mendukung proses
inovasi namun melibatkan adanya arahan strategis proses inovasi
yang menjadi landasan proses inovasi bagi seluruh elemen
organisasi. Kehadiran pemimpin yang inovatif tidak serta merta
menjamin keberlangsungan inovasi secara terus menerus karena
seorang pemimpin memiliki masa jabatan. Kondisi ini memugkinkan
terputusnya inovasi karena pergantian kepemimpinan.
Kepemimpinan inovasi yang berhasil dapat menjadi stimulant bagi
keberhasilan membangun sistem inovasi, namun tidak menjamin
keberlangsunganya.
Terdapat hubungan kuat dan penting antara kepemimpinan dan
inovasi sektor publik yang di dalamnya juga mencakup tentang inovasi
layanan publik. Salah satunya dapat dilihat dari tipe inovasi yaitu inovasi
bottom up, respon terhadap krisis dan perputaran organisasi dipimpin oleh
politisi serta kepala badan masing-masing. Inovasi bottom up diprakarsai
oleh garis depan pegawai negeri dan manager menengah, maka dari itu
mereka menciptakan kepemimpinan informal dan alternatif dipilih dari
seseorang yang memunculkan inovasi. Dalam hal ini sikap pegawai negeri
senior, politisi, menteri mengambil alih inisiatif serta dapat mendukung
ataupun menghambat munculnya inovasi dari bawah.
Kepemimpinan politik dalam menanggapi krisis harus memilki suatu
tindakan yang strategis, efektif, dan cepat, sehingga dengan mudah dapat
kembali memperbaiki semuanya. Untuk melakukan semua itu diharapkan
pemimpin mengetahui secara luas bagaimana krisis tersebut muncul. Selain
itu dalam menghadapi hal tersebut terlebih dahulu pemimpin berkonsultasi
dengan berbagai pihak terkait dan mendapatkan berbagai pilihan sebagai
upaya menyelesaikan permasalahan yang ada.
Secara statistik politisi cenderung menjadi penggagas ketika inovasi
merupakan tanggapan terhadap krisis. Hal ini memiliki daya tarik intuitif
karena ada krisis di sektor publik, warga berharap politisi untuk memimpin
respon. Kepala badan cenderung menjadi inisiator ketika mereka mengambil
alih sebagai pemimpin baru. Ketika lembaga sektor publik berkinerja buruk
dan terlihat oleh publik, warga berharap politisi untuk menunjuk kepala
badan baru untuk memimpin perubahan haluan. Akhirnya, manajer
menengah dan staf lini depan cederung untuk memulai inovasi yang
menanggapi secara proaktif masalah internal atau mengambil keuntungan
dari peluang yang diciptakan oleh teknologi baru (Borins 2002:469).
Dalam menghadapi perputaran kepala organisasi, kepemimpinan
mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam memunculkan
sebuah inovasi. Maka dari itu terdapat tantangan yang harus dihadapi seperti
mendapatkan kembali kepercayaan politik, meyakinkan staf bahwa
perubahan sesuatu yang sangat memungkinkan dan jika mereka ingin
melakukan sesuatu yang lebih baik pasti akan selalu di dukung. Agar bisa
menghadapi masalah tersebut harus ada taktik digunakan, seperti lebih
ditingkatkanya akuntabilitas politik, melakukan inisiatif untuk menunjukkan
visi serta prioritas baru, menjangkau klien/masyarakat dan pihak terkait,
menggunakan keberhasilan awal untuk mendapatkan sumber daya.
Adanya sifat hubungan antara kepemimpinan politik dan birokrasi
memilki dampak pada sifat, tipe dan tingkat inovasi. Dengan adanya
kepercayaan birokrasi pada kepemimpinan politik akan mendorong inovasi
bottom up serta membuat munculnya hubungan birokrasi yang baik untuk
menghadapi respon krisis dan perputaran organisasi yang dipimpin oleh
kepala dinas dan hal tersebut terjadi sebaliknya jika tidak ada kepercayaan
politik. Maka dari itu kepentingan politik membutuhkan birokrasi yang
loyal, professional serta dapat menjadi mitra dan mampu dalam melakukan
inovassi.
3. Perbedaan Karakteristik Layanan Publik dan Swasta
Layanan erat kaitannya dengan pemberian kepuasan kepada
masyarakat atau pelanggan. Untuk melaksanakan hal tersebut perlu adanya
salah satu faktor pendukung yaitu sebuah kepemimpinan yang dapat
mendukung dan menciptakan inovasi. Telah diketahui secara umum bahwa
pelayanan dapat terbagi menjadi dua yakni pelayanan publik dan privat. Dan
keduanya memilki karakteristik masing-masing, seperti yang terdapat pada
penjelasan berikut, yaitu:
1) Karakteristik Layanan Publik
a. Inovasi berasal atau dimunculkan oleh tingkat atas (top down)
Inovasi pada sektor publik lebih sering muncul atau berasal
dari tingkat atas (top down). Semua itu terjadi karena belum adanya
kesadaran berinovasi pada tingkat bawah, serta keengganan dalam
memberdayakan manajer menengah dan staf garis depan. Alasan
lainnya juga dikemukakan Borins (2002:468) yakni semua itu
terjadi mungkin karena hasil dari gaji terlalu rendah untuk menjadi
motivator, ketidakmauan atau ketidakmampuan memberikan
pelatihan, kurangnya sumber daya yang diperlukan untuk menguji
inovasi dan hierarki yang kaku. Menurut Wilson (1989) dalam
Borins (2002:468) mengatakan bahwa kebijakan konvensional di
sektor publik adalah bahwa inovasi apapun secara eksklusif datang
dari atas. Seharusnya tingkat bawah memilki tingkat kesadaran
yang tinggi akan pentingnya memunculkan sebuah inovasi,
sehingga dengan mudah dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Memilik sistem organisasi yang kompleks, kaku, kadang konflik
satu sama lain
Dalam melakukan serta menjalankan sebuah inovasi, sektor
publik cenderung memilki sistem yang kompleks atau saling
berhubungan dan terkait satu sama lain. Dengan adanya sistem
organisasi yang seperti itu, maka tidak dipungkiri pasti akan terjadi
suatu konflik ataupun kesalahpahaman yang dapat mempengaruhi
hubungan kedua belah pihak untuk melaksanakan inovasi. Karena
adanya suatu permasalah tersebut diharapkan ada seorang
pemimpin yang bijaksana untuk dapat menyelesaikannya
Sifat kaku inovasi layanan publik disebabkan karena adanya
pengaruh politik yang tinggi di dalamnya, sehingga dapat
menghambat kreatifitas dan proses penyesuaiaan terhadap
perubahan. Akibatnya proses peningkatan kinerja pegawai dan
pengembangan pemimpin yang efektif pada pelayanan publik tidak
berjalan dengan baik. Kekakuan pada lembaga publik dapat
membatasi hubungan otonom manajemen dan kepemimpinan
dalam menjalankan inovasi.
c. Pada tingkat bawah terkadang inovasi dilihat sebagai suatu
ancaman
Inovasi pada sektor publik tidak hanya muncul dari sebuah
ide baru, tetapi juga diadopsi untuk perbaikan pelayanan publik
Sifat dari inovasi layanan publik yaitu muncul dari tingkat atas
(pimpinan). Untuk memunculkan sebuah inovasi dari tingkat
bawah pada sektor publik, harus ada sikap saling mendukung dan
rasa saling percaya antara tingkat atas dan bawah. Dengan adanya
hal tersebut diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif
mendorong adanya sebuah inovasi baru.
Terkadang seorang pemimpin tidak dapat terbuka akan
sebuah ide-ide baru, apalagi jika berasal bahawannya. Semua itu
dilakukan karena pemimpin mengetahui bahwa dalam melakukan
inovasi pasti terdapat tantangan berisiko dapat mengubah langkah-
langkah yang telah direncanakan sebelumnya. Penolakan tersebut
terjadi karena rendahnya tingkat kepercayaan antara pemimpin dan
bawahan. Dengan banyaknya ide-ide baru dari tingkat bawah
pemimpin menganggap hal demikian sebagai sebuah ancaman yang
dapat menurunkan eksistensi dan mengancam posisinya. Namun,
sebenarnya kejadian tersebut diharapkan tidaklah terjadi karena
untuk melaksanakan sebuah inovasi haruslah ada hubungan dan
kerja sama antara pemimpin dan bawahan.
d. Inovasi dilakukan karena semakin bertambahnya permasalahan
publik dan tekanan politik
Dilihat dari perkembangannya, saat ini inovasi layanan
publik sudah jauh lebih baik dan menjadi perhatian penting pada
sektor publik. Banyak daerah yang mulai sadar akan pentingnya
sebuah inovasi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi
masyarakatnya. Hal tersebut terjadi karena munculnya berbagai
permasalahan publik pada masyarakat, seperti rendahnya tingkat
layanan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ataupun
ekonomi yang seharusnya mendapatkan pelayanan prima dari
pemerintah setempat. Semua itu harus ditangani dengan baik
karena dapat berpengaruh bagi tingkat perkembangan daerah serta
kesejahteraan masyarakatnya.
Inovasi tidak dapat dilakukan tanpa adanya persetujuan
politik. Dan pegawai pada sektor publik biasanya bekerja dalam
tekanan politik. Tidak ada suatu tindakan yang independensi,
karena kepentingan politik lebih penting.
e. Inovasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik serta kepuasan masyarakat
Inovasi merupakan sebuah ide atau gagasan dalam bidang
pelayanan. Inovasi juga dapat diartikan sebagai sebuah pemikiran
baru yang menggantikan cara lama. Adanya inovasi yang ada di
berbagai daerah saat ini salah satunya digunakan sebagai upaya
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Kualiatas inovasi
pelayanan tidak dapat dilihat begitu cepat setelah diterapkan.
Kepuasan masyarakat sangatlah penting bagi pelayanan
sektor publik. Maka dari itu digunakan sebagai salah satu faktor
pengukur tingkat keberhasilan sebuah inovasi. Harus ada
pengawasan dari tingkat atas agar inovasi tersebut dapat berjalan
dengan baik dan lancar, sehingga sesuai rencana yang telah
ditetapkan.
2) Karakteristik Layanan Swasta
a. Inovasi berasal atau dimunculkan dari tingkat bawah ke atas
(bottom up)
Sektor swasta lebih mementingkan inovasi yang berasal
dari tingkat bawah (bottom up). Dengan itu berarti bawahan lebih
dapat mengembangakan potensi pada dirinya untuk membuat ide-
ide baru dalam sebuah inovasi. Ini berarti dapat menggambarkan
adanya sejumlah dukungan dari tingkat atas untuk berinovasi.
Sektor swasta lebih memberikan keleluasaan pada
karyawannya untuk memberikan ide untuk memunculkan sebuah
inovasi, diharapkan nantinya akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Tidak dapat dipungkiri juga jika inovasi tersebut
berhasil, maka akan memberikan dampak yang baik bagi tingkat
kinerjanya. Menurut Borins (2002:467) menjelaskan bahwa:
Tingkat bawah pada sektor swasta lebih giat melakukan
inovasi dibandingkan sektor publik, hal itu karena adanya
tujuan organisasi untuk mendorong staf untuk mencapai suatu
cara-cara yang inovatif, membangun penghargaan inovasi dan
memberikan pengakuan informal bagi inovator, melindungi
inovator dengan memastikan bahwa proyek-proyek mereka
memiliki kesempatan yang adil untuk menunjukkan apakah
mereka bekerja dan menyediakan sumber daya untuk untuk
inovator.
b. Memilki sifat yang fleksibel, perusahaan besar biasanya
mengalokasikan dana khusus untuk inovasi
Sektor privat atau swasta melakukan kegiatan
perekonomian menggunakan sistem pasar. Maka dari itu dalam
menjalankan sebuah inovasi lebih bersifat fleksibel, dengan artian
lebih dapat menyesuaikan diri dengan aturan dan perubahan yang
ada. Fleksibel juga diartikan sebagai suatu sikap bisa menerima
perubahan atau ikut saja, tetapi harus menyaring segala sesuatu
yang baik serta buruk, sehingga tidak merugikan diri sendiri.
Berbeda dengan sektor publik yang melakukan inovasi
karena makin banyaknya permasalahan publik, sektor swasta
memang sengaja mengalokasikan dananya untuk inovasi. Itu
dilakukan dengan tujuan lebih mengembangkan perusahaannya.
Selain itu juga sebagai daya tarik perhatian pelanggan dan
menghasilkan profit sebanyak-banyaknya.
c. Pegawai didorong untuk selalu membuat perbaikan dan inovasi
atas produk yang dihasilkan
Jika dalam sektor publik inovasi dari bawah merupakan
sebuah ancaman bagi tingkat atas, itu tidak sama yang terjadi pada
swasta. Pegawai tingkat atas swasta selalu mendorong serta
mendukung bawahannya untuk membuat sebuah perbaikan dan
inovasi atas produk yang dihasilkan. Semua tingkat bawah memilki
kesempatan sama untuk membuat ide-ide baru yang inovatif.
Perusahaan selalu memberikan penghargaan kepada pegawai yang
memiliki tingkat kinerja tinggi dan baik terkait dengan inovasi.
d. Inovasi dilakukan untuk bertahan menghadapi persaingan
dengan kompetitor
Persaingan antar kompetitor pada sektor swasta sangatlah
tinggi dan ketat. Untuk menghadapi hal tersebut berbagai cara
digunakan menghadapinya, sehingga dapat lebih baik dan unggul.
Salah satu cara dalam menghadapi hal tersebut yaitu dengan
membuat sebuah inovasi yang sangat menarik. Tujuannya untuk
mendapatkan perhatian pelanggan, meningkatkan daya tarik, serta
profit.
e. Inovasi dilakukan untuk mendapatkan profit
Sektor swasta memiliki tujuan untuk lebih mendapatkan
profit atau keuntungan, selain itu juga mempunyai kepentingan
akan stabilitas atau pertumbuhan pendapatan. Dalam hal ini sektor
swasta berinovasi atas dorongan pasar yang terus berubah. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan pasar,
maka sektor swata dapat bertahan dan mendapatkan keuntungan
yang optimal.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan mendasar antara sektor publik dan swasta. Inovasi yang muncul
dari kedua sektor pun menjadi berbeda baik dari sifat, tujuan atau dorongan
untuk berinovasinya. Dan dibawah ini terdapat tabel yang dapat merangkum
perbedaan karakter inovasi kedunya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Perbedaan Karakteristik Inovasi Sektor Publik dan Sektor Swata
Publik Swasta
Asal Tingkat atas Tingkat bawah ke atas
Sifat Sistem organisasi yang
komplek, kaku,
cenderung konflik satu
sama lain
Inovasi harus disesuaikan
dengan situasi yang
komplek, termasuk isu
sosial
Fleksibel
Perusahaan besar biasanya
mengalokasian dana
khusus untuk inovasi
Publik Swasta
SDM Pada tingkat bawah
terkadang inovasi
dianggap sebagai sebuah
ancaman
Pegawai didorong untuk
membuat membuat
perbaikan dan inovasi atas
produk yang dihasilkan
Dorongan
Inovasi
Semakin meningkatnya
permasalah publik dan
tekanan politik
Untuk bertahan
menghadapi persaingan
dengan competitor
Tujuan Meningkat kualitas
pelayanan publik serta
kepuasan masyarakat
Mendapatkan profit
Sumber: Rannveig Roste (2005) dalam Suwarno (2008) diolah penulis
Dapat dilihat dengan lebih rinci dari tabel 3 diatas, bahwa terdapat
perbedaan pada hadirnya inovasi dari sektor publik dan swasta. Ada
beberapa aspek yang membedakan pada keduanya seperti, darimana asal
munculnya inovasi tersebut, sifat, SDM, dorongan untuk berinovasi dan
tujuan harus diadakan atau dimunculkannya sebuah inovasi. Dengan adanya
tabel diatas juga dapat diketahui jika inovasi sektor publik dan swasta
memilki kekurangan serta kelebihan masing-masing. Namun dengan adanya
hal tersebut diharapkan dapat dijadikan sebuah acuan untuk membuat
ataupun memperbaiki inovasi layanan menjadi lebih baik lagi, sehingga
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi Layanan Publik
Rivai (2014:392) menjelaskan bahwa kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja
untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk
berfikir dan bertindak sehingga memberikan sumbangan nyata pencapaian
tujuan. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan
tugasnya seorang pemimpin mempunyai peran yang sangat penting di dalam
suatu organisasi. Thoha (2003:80) menjelaskan bahwa peran merupakan
suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang
menduduki status tertentu. Untuk melakukan perannya sebagai pemimpin
menurut Handayaningrat (1992:64) menjelaskan bahwa seorang pemimpin
harus memiliki sifat kepemimpinan, yakni:
a. Kemampuan untuk mengkoordinasikan dan memberikan
dorongan kepada orang-orang atau kelompok yang dipimpinnya
guna mencapai tujuan yang telah diterapkan
b. Kemampuan memberikan perintah/pengarahan, bimbingan
ataupun mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Covey dalam Rivai (2014:393) membagi peran pemimpin menjadi
tiga yaitu:
a. Pathfinding (Pencarian alur); peran untuk menentukan visi dan
misi yang pasti
b. Aligning (penyelaras); peran untuk memastikan bahwa struktur,
sistem dan operasional organisasi memberikan dukungan pada
pencapaiaan visi dan misi
c. Empowering (pemberdaya); peran untuk menggerakkan
semangat dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat,
kecerdikan dan kreativitas laten untuk mampu mengerjakan apa
pun dan konsistensei dengan prinsip-prinsip yang disepakati.
Dalam sektor publik banyak sekali peran seorang pemimpin seperti,
dalam pengambilan keputusan ataupun mendorong munculnya inovasi
layanan publik. Sebuah inovasi tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya
seseorang yang memiliki sebuah ide-ide yang kreatif dan inovatif di
dalamnya. Pada sektor publik semua itu biasanya lebih sering muncul dari
tingkat atas. Namun pada era modern saat ini, diharapkan inovasi juga
datang dari tingkat bawah. Hal tersebut terjadi karena selama ini tingkat
bawah kurang ada ketertarikan untuk memberikan sebuah pemikiran, ide
atau gagasan dalam memunculkan sebuah inovasi.
Peranan seorang pemimpin sebenarnya muncul karena memahami
bahwasanya pemimpin tidak mungkin untuk bekerja sendiri, melainkan
suatu tim kerja dalam organisasi. Semua itu seharusnya juga terjadi pada
sektor publik terutama dalam melakukan sebuah inovasi layanan publik.
Untuk itu menurut beberapa ahli yaitu Sastroputro (1985:13), Anoraga
(1992:2), Siagian (2003:106), dan Suparto (2008:29-30) terdapat peran
kepemimpinan dalam mendorong inovasi layanan publik, yaitu sebagai
berikut:
1. Pemimpin sebagai Inspirator
Dalam mendorong inovasi layanan publik seorang
pemimpin harus menjadi seorang inspirator bagi bawahannya. Pada
hakekatnya pemimpin harus dapat menjadi menjadi sumber
semangat bagi bawahannya. Selalu berusaha untuk mempunyai ide
dan hal-hal baru yang inovatif serta sangat bermanfaat jika
diterapkan bagi masyarakat. Suparto (2008:29) menjelaskan bahwa
pemimpin di dalam birokrasi haruslah menjadi sumber inspirasi
bagi semua aparatur yang dipimpinya, harus menjadi pelecut
semangat dalam menjalankan fungsi dan memunculkan sebuah
inovasi layanan. Oleh karena itu diharapkan pemimpin dapat
membangkitkan semangat bagi bawahannya sehingga bisa
menerima dan memahami tujuan organisasi serta bekerja secara
efektif kearah tercapainya tujuan organisasi.
2. Pemimpin sebagai motivator
Peran lain dari kepempinan dalam mendorong inovasi
layanan publik adalah memotivasi bawahannya, yaitu selalu
berusaha memberikan arahan dan dorongan agar pegawai di
bawahnya bergerak dengan sadar untuk segera menyelesaikan
tugas serta tanggung jawabnya yaitu memberikan pelayanan bagi
masyarakat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal
demikian seperti yang dikemukakan oleh Siagian (2003:106) yang
menyatakan bahwa pergerakan atau motivasi adalah keseluruhan
proses pemberian dorongan bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Sedangkan menurut
Suparto (2008:29) pemimpin yang layak menjadi motivator adalah
pemimpin yang paham persoalan dan menguasai problem internal
pemerintah serta tahu cara menyelesaikannya.
3. Pemimpin sebagai konseptor
Pemimpin dalam sektor publik selalu dituntut untuk
menjadi seorang konseptor yang handal, yakni pencetus ide dan
gagasan. Hal tersebut dikarenakan umumnya dalam birokrasi
publik semua perintah tergantung pada atasan. Biasanya tingkat
bawah takut untuk memunculkan ide kreatif yang dimilikinya,
semua itu terjadi karena tingkat bawah takut dianggap melangkahi
atasan. Menurut Suparto (2008:30) syarat penting menjadi
konseptor adalah memiliki wawasan yang luas, mengerti
perkembangan jaman atau kecenderungan jaman, dapat
menghadaapi kebutuhan publik mengusai arah dan kandungan
informasi.
Jika pemimpin tidak memilki ide, gagasan dan inovasi kerja
baru maka tingkat kinerja pegawaipun tidak akan ada perubahan
yang progresif. Suparto (2008:30) menjelaskan bahwa:
Staf pasti akan semangat dan senang bila dipimpin oleh sosok
yang penuh gagasan, inovatif dan komit dalam merealisasikan
idennya. Organisasi yang dipimpin oleh orang yang penuh
gagasan akan lebih cepat maju dan berkembang serta
menjamin adanya pelayanan yang maksimal bagi masyarakat.
4. Pemimpin sebagai komunikator
Komunikasi memilki fungsi yang sangat penting pada
sebuah organisasi, terutama di dalam sebuah kepemimpinan.
Dalam mendorong adanya inovasi, seorang pemimpin harus pintar
memainkan peran sebagai komunikator, yaitu berada pada konteks
pemimpin mengkomunikasikan segala rencana dan tantangan yang
harus dihadapi dalam inovasi layanan publik kepada bawahannya.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Anoraga (1992:2)
bahwa kepemimpinan efektif yaitu pemimpin yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi
baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakkan orang-orang agar penuh kesadaran, pengertian, dan
senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin. Selain itu
menurut Suparto (2008:32) pemimpin juga melakukan komunikasi
internal yakni pemimpin secara rutin melakukan komunikasi dan
sharing bersama stafnya menyangkut perbaikan pelayanan publik.
Dari penjelasan diatas dapat semakin diketahui bahwa peran
pemimpin sebagai komunikator merupakan salah satu hal penting
dalam menjalankan kepemimpinannya untuk menggerakkan
pegawainya dengan penuh kesadaran dapat menjalankan tugasnya
melakukan pelayanan publik.
5. Pemimpin sebagai partisipator
Seorang pemimpin memilki peran sebagai partisipator
untuk menjalankan kepemimpinannya. Menurut Keith Davis dalam
bukunya yang berjudul Human Relation at Work dalam
Sastropoetro (1985:13) mengatakan:
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan
mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan
serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan.
Selain itu peran kepemimpinan sebagai partisipator dapat
diartikan sebagai seorang pemimpin mengadakan konsultasi
dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan keputusan-
keputusan yang diusulkan atau dikehendaki oleh pemimpin, serta
berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif
melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah
ditetapkan. Partisipasi yang dilakukan pemimpin biasanya dengan
terjun langsung melihat, memantau pelaksanaan inovasi. Selain itu
untuk melakukan peran kepemimpinannya sebagai partisipator
pemimpin berusaha untuk mengaktifkan orang-orang bawahannya,
baik dalam memunculkan sebuah ide dan gagasan, pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan suatu inovasi. Semuanya
memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
melakukan hal tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitan kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Studi kasus adalah suatu penelitian yang menyelidiki fenomena di
dalam konteks kehidupan nyata bersifat rinci, mendalam dan lebih fokus serta
diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang
unik dan menarik. Penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak hanya sekedar
untuk menjelaskan gambaran obyek yang diteliti, tetapi juga menjelaskan
bagaimana situasi (keberadaan) obyek tersebut dan alasan mengapa kasus
tersebut dapat terjadi (Yin 2009:11). Dengan menggunakan studi kasus peneliti
tidak hanya mendeskripsikan dan menggambarkan peran kepemimpinan dalam
inovasi layanan publik secara umum tetapi untuk juga menjelaskan peranan
kepemimpian dalam mendorong inovasi pada Stop Angka Kematian Ibu dan
Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di Kabupaten Banyuwangi
secara lebih rinci.
Studi kasus dapat dibedakan menjadi dua yaitu studi kasus tunggal (single
case study) dan studi kasus jamak (multiple case study). Studi kasus tunggal
menempatkan sebuah kasus sebagai fokus penelitian. Ada beberapa alasan
peneliti memfokuskan studinya pada satu kasus; (1) kasus yang dipilih
merupakan kasus yang unik; (2) kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau
perwakilan dari kasus yang lain yang sama dan (3) kasus dipilih karena
merupakan kesempatan khusus bagi penelitinya. Studi kasus jamak adalah studi
penelitian menggunakan lebih dari satu kasus. Penggunaan studi kasus jamak
dilakukan untuk memperoleh data yang luas dan detail mengenai beberapa kasus
(Yin 2009:45-56). Berikut gambar penjelasan mengenai studi kasus tunggal dan
studi kasus jamak:
Model Studi Kasus Tunggal Model Studi Kasus Jamak
Gambar 1. Tipe Studi Kasus
Sumber: COSMOS Corporation dalam Yin (2009:46)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus jamak. Dengan
pendekatan ini diharapkan peneliti memperoleh suatu hal unik dari kasus-kasus
yang dikaji dan selain itu mendapatkan gambaran yang menarik mengenai peran
kepemimpinan dalam mendorong inovasi pada Stop Angka Kematian Ibu dan
Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di Kabupaten Banyuwangi.
B. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan melakukan
penelitian. Berdasarkan lokasi penelitian ini diharapkan nantinya peneliti akan
Contexs
Case
Contexs
Contexs
Contexs
Contexs
Case
Case
Case
Case
memperoleh data dan inoformasi sesuai dengan tema, masalah dan fokus
penelitian yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih peneliti
yaitu Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu Kabupaten yang mulai sadar
akan pentingnya sebuah inovasi, selain itu Kabupaten Banyuwangi juga sudah
semakin banyak berbagai inovasi bidang layanan publik yang hadir sebagai
tujuan untuk lebih memberikan kemudahan pelayanan bagi masyarakatnya. Situs
penelitian ini adalah 2 (dua) tempat yang melakukan sebuah inovasi layanan
publik yaitu Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Peneliti mengambil 1 (satu) inovasi layanan kesehatan yang ada pada Puskesmas
di Kecamatan Sempu, dan 1 (satu) inovasi layanan kependudukan pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan membandingkan bagaimana peran
penting kepemimpinan yang ada didalamnya untuk mendorong sebuah inovasi
layanan publik.
Gambar 2. Perbandingan peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi
pada dua tempat yang berbeda menggunakan pendekatan
studi kasus jamak
Dengan menggunakan dua inovasi tersebut diharapkan peneliti dapat
mengetahui perbedaan peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi pada
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) di Puskesmas Sempu dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Contexs
Inovasi pada
Puskesmas Sempu
Contexs
Inovasi pada Dinas
Kependudukan dan
Pencatatatan Sipil
Dengan perbedaan tersebut peneliti memperoleh berbagai informasi penting
tentang peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi pada dua inovasi dan dua
tempat tersebut.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan untuk membatasi studi dalam penelitian agar
tidak terlalu luas tetapi lebih berfokus pada masalah yang akan diteliti saja.
Selain itu fokus penelitian juga memuat rincian tentang cakupan atau topik-topik
yang akan digunakan atau digali dalam suatu penelitian. Dan maksud
ditetapkanya fokus penelitian seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2010: 62-
64) yakni pertama menetapkan fokus dapat membatasi studi, kedua penetapan
fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau masukan-
mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan.
Berikut yang menjadi fokus penelitian penulis yaitu peran kepemimpinan
dalam mendorong inovasi layanan publik pada inovasi Stop Angka Kematian Ibu
dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta, meliputi:
a. Peran pemimpin sebagai inspirator
b. Peran pemimpin sebagai motivator
c. Peran pemimpin sebagai konseptor
d. Peran pemimpin sebagai komunikator
e. Peran pemimpin sebagai partisipator
D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data diambil oleh beberapa sumber yaitu:
1. Informan
Informan adalah orang-orang yang mengetahui tentang munculnya
sebuah inovasi dan bagaimana peran kepemimpinan yang ada di dalamnya
untuk mendorong sebuah inovasi di Puskesmas Sempu dan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dalam penelitian ini informan meliputi
Kepala Puskesmas Sempu, staf/pegawai Puskesmas Sempu, Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dan staf/pegawai Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil. Wawancara terstruktur dilakukan untuk
mengumpulkan data-data informan. Peneliti menanyakan beberapa
pertanyaan pokok sesuai dengan pertanyaan penelitian kepada para
informan tersebut. Jumlah informan menyesuaikan dengan ketercukupan
informasi yang diperoleh dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan
teknik snowball sampling. Dalam penentuan sampel pertama-tama dipilih
satu atau dua orang, tetapi dalam pengumpulan data peneliti merasa data
yang diberikan oleh satu atau dua orang belum lengkap maka peneliti
mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dianggap sebagai key
informan dapat melengkapi daya yang diberikan oleh satu atau dua orang
sebelumnya (Sugiyono 2009:85). Informan untuk mengetahui tentang peran
kepemimpinan dalam mendorong inovasi dan pelaksanaan inovasi yaitu
kepala Puskesmas Sempu, kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil, 2-3 staf/pegawai Puskesmas Sempu dan 2-3 staf/pegawai Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil melalui wawancara (data primer).
2. Peristiwa
Peristiwa merupakan kejadian, fenomena atau situasi yang berkaitan
dengan masalah atau fokus penelitian, peristiwa yang menjadi fokus
penelitian ini yaitu meliputi peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi
layanan publik pada inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) di Puskesmas Sempu dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan cara melakukan
pengamatan (observasi).
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat gejala-gejala yang diselidiki. Teknik pengumpulan
data dengan observasi digunakan untuk penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia dan proses kerja (Narbuko 2007:70). Observasi dilakukan
dengan cara mengamati berbagai situasi dan kondisi yang berhubungan
dengan peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi pada 2 (dua) inovasi
di kedua tempat tersebut. Peneliti dalam melakukan observasi menggunakan
alat-alat bantu seperti buku pencatatan dan kamera.
3. Dokumen
Dokumen merupakan data atau laporan yang sudah tersedia di
lapangan. Dokumen dapat berbentuk tulisan atau gambar-gambar dengan
teknik dokumentasi (Bungin 2011: 154-155). Dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan cara pencatatan terhadap berbagai dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun dokumen yang dibutuhkan
dalam penelitian ini yaitu dokumen laporan angka kematian ibu dan anak,
dokumen pendaftaran akta dalam 5 tahun terakhir, laporan perkembangan
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA), laporan
perkembangan Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
Tabel berikut menjelaskan sumber data, informan dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini:
Tabel 4. Sumber data, informasi dan teknik pengumpulan data
Sumber
data
Informasi Teknik
pengumpulan data
Informan 1. Alasan munculnya inovasi
layanan publik
2. Pentingnya peran
kepemimpinan pada
pelaksanaan inovasi layanan
publik
3. Peran kepemimpinan dalam
mendorong inovasi layanan
publik
Kepala dan
staf/pegawai
Puskesmas Sempu,
Kepala dan
staf/pegawai Dinas
Kepundudukan dan
Pencatatan Sipil
Peristiwa 1. Pelaksanaan inovasi layanan
publik
2. Tindakan seorang pemimpin
dalam melakukan dan
mendorong sebuah inovasi
3. Sikap pemimpin dalam
pelaksanaan inovasi
4. Situasi pelaksanaan inovasi
layanan publik
5. Kesesuaiaan tugas
staf/pegawai dengan bidangnya
Mengamati dan
mencatat (observasi)
di lapangan dengan
bantuan buku catatan
dan kamera
Sumber
data
Informasi Teknik
pengumpulan data
Dokumen 1. Pelaksanaan inovasi
2. Kondisi tempat pelaksanaan
inovasi layanan publik
3. Pegawai yang berperan dalam
pelaksanaan inovasi
Dokumen laporan
perkembangan angka
kematian ibu dan
anak, dokumen
pendaftaram akta
dalam 5 tahun
terakhir, laporan
perkembangan inovasi
Stop Angka Kematian
Ibu dan Anak
(SAKINA), laporan
perkembangan Lahir
Procot Pulang Bawa
Akta.
Sumber: Penulis
Tabel 4 diatas menjelaskan mengenai sumber data yang digunakan
peneliti yaitu meliputi sumber data yang digunakan terdiri dari informan
peristiwa dan dokumen, informasi apa saja yang dibutuhkan terkait dengan
peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi layanan publik serta teknik
pengumpulan data dalam penyusunan penelitian ini. Dengan adanya tabel
tersebut peneliti bertujuan untuk menjelaskan mengenai sumber data,
informasi dan teknik pengumpulan data secara lebih rinci. Sehingga
diharapkan selanjutnya peneliti dapat dengan mudah untuk menyusun
penelitiannya ini.
E. Teknis Analisis Data
Yin menjelaskan beberapa komponen metode peelitian sebagaimana gambar berikut.
Gambar 3. Komponen-komponen analisis data
sumber: Yin (2009:61) diolah oleh penulis
Desain Persiapan dan Pengumpulan
Analisis dan
Kesimpulan
Pengembangan
kerangka
konseptual
Menentukan
kasus
Desain
protokol
pengumpulan
data
Melakukan
pengumpulan
data studi kasus 1
- Wawancara
- Pengamatan
- Dokumentasi
Melakukan
pengumpulan
data studi kasus 2
- Wawancara
- Pengamatan
- Dokumentasi
Kategori
A
Kategori
B
Menulis
kasus
individual
- Penjodohan
pola
Menulis
kasus
individual
- Penjodohan
pola
Cross case
analysisl
analisis
tingkat
kasus
Menulis
kesimpulan
antar kasus
Terdapat beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk
menganalisis data. Adapun dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
penjodohan pola. Teknik analisis penjodohan pola ialah teknik analisis yang mana
peneliti membandingkan data dari hasil pengamatan (prediksi atau asumsi
sebelumnya) untuk dicocokkan dengan data empirik. Jika kedua pola ini cocok,
maka dapat diguakan untuk menguatkan proses analisis data yang bersangkutan.
Dengan menggunakan analisis penjodohan pola peneliti dengan mudah
mendapatkan data yang valid dalam proses penelitian. (Yin 2009:140-146).
Adapun teknik analisis data untuk penelitian berikut yaitu:
1. Melakukan pengumpulan data
Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan penelitian dengan teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi terkait dengan peran kepemimpinan dalam mendorong
inovasi layanan publik yang dikategorikan dalam 2 (dua) studi kasus, yaitu
inovasi layanan kesehatan pada Puskesmas Sempu dan inovasi layanan
bidang Kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Banyuwangi.
2. Menulis kasus individual
Menulis kasus individual menggunakan teknik analisis penjodohan pola,
disini tahap pencocokan antara asumsi sebelumnya dengan hasil data
dilapangan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penjodohan
pola mengenai peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi layanan
publik dengan data empirik di lapangan.
3. Analisis lintas kasus
Analisis data lintas kasus dimaksudkan untuk memadukan dan
membandingkan temuan-temuan yang dihasilkan dari seluruh kasus.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data lintas situs ini
sebagai berikut:
Pertama dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) kasus yaitu kasus pertama
inovasi yang dilakukan oleh Puskesmas dan kasus kedua inovasi yang
dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Langkah kedua
melakukan analisis lintas dalam satu kasus berdasarkan temuan-temuan
yang dihasilkan pada masing-masing kategori. Temuan-temuan sementara
inovasi pada Puskesmas dipadukan kesamaannya dan dibandingkan
perbedaannya dengan temuan-temuan inovasi pada Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil sehingga menghasilkan temuan-temuan lintas kasus
inovasi pada Puskesmas dan inovasi pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil. Temuan ini yang merupakan temuan akhir dari
penelitian.
4. Menulis kesimpulan antar kasus
Dari hasil penjodohan pola dan analisis lintas kasus maka dapat ditarik
kesimpulan antar kasus dan selanjutnya menuju kesimpulan akhir yang
mampu menjawab permasalahan yang dihadapi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Studi Kasus 1 Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) di Puskesmas
Sempu
a. Gambaran Umum
Puskesmas Sempu terletak di wilayah Kecamatan Sempu dan
berada di tepi jalan Kecamatan Sempu berjarak 36 km dari Kabupaten
Banyuwangi. Dengan luas wilayah kerja 85,02 km2 terdiri dari 67%
wilayah dataran rendah dan 33% dataran tinggi. Wilayah kerja
Puskesmas Sempu meliputi 3 desa dan 10 dusun yaitu desa Tegalarum
(dusun Tegalyasan dan Darungan), Sempu (dusun Krajan dan Tugung)
dan Jambewangi (dusun krajan, Parastembok, Panjen, Sumberejo,
Tlogosari, Sidomulyo).
Daerah di Wilayah kerja Puskesmas Sempu merupakan kawasan
pengrajin dan agraris, itu karena di beberapa desa terdapat sentra
produksi dan pertanian seperti pengrajin sepatu, songkok, opak gambir,
keripik dan lain-lain. Tidak dipungkiri pasti pekerjaan tersebut
mempunyai resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja, KLB atau
penyebaran penyakit yang dapat diakibatkan dari faktor migrasi
penduduk serta dapat juga disebabkan faktor serangga dan nyamuk.
Dengan adanya puskemas Sempu diharapkan dapat membantu
permasalah terkait di bidang kesehatan tersebut.
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sempu
Sumber: Puskesmas Sempu
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Sempu adalah :
1. Sebelah Utara : Lereng Gunung Raung
2. Sebelah Barat : Desa Kaligondo
3. Sebelah Selatan : Desa Genteng Kulon
4. Sebelah Timur : Desa Karangsari
STATUS PUSKESMAS SEMPU
a) Puskesmas Sempu adalah Unit Pelayanan Publik Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi berdiri sejak Nopember 1979.
b) Pada bulan Pebruari 2006 meningkat statusnya menjadi Puskesmas
Perawatan
c) Pada tanggal 1 Nopember 2009 Puskesmas Sempu telah ditetapkan
sebagai Unit Pelayanan Publik (UPP) Percontohan Propinsi Jawa
Timur Kategori Terbaik
d) Tanggal 10 April 2010 pelayanan ditingkatkan lagi 2 (dua) unit
pelayanan yaitu Radiologi dan PONED
e) Kemudian pada tanggal 1 Februari 2011 Puskesmas Sempu berhasil
meraih Sertifikasi ISO 9001:2008
VISI :
Terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri di wilayah kerja
Puskesmas Sempu
MISI :
1. Mengoptimalkan peran serta masyrakat dalam pembangunan
kesehatan
2. Membangun komunikasi yang cerdas dengan masyarakat
3. Memacu dan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia
4. Selalu berupaya meningkatkan pelayanan prima dan tata kelola
manajemen yang modern
MOTTO :
“ Mengabdi dengan Pelayanan Prima “
JANJI LAYANAN :
”Kepuasan Anda adalah prioritas utama pelayanan kami”
TATA NILAI :
SMART = Sigap Menarik Amanah Ramah Teliti
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Sempu, di dalam
dan luar gedung:
Tabel 5. Fasilitas Kesehatan pada Puskesmas Sempu
KEGIATAN FASILITAS
PELAYANAN
JENIS PELAYANAN
DALAM
GEDUNG BP Umum
- Pemeriksaan pasien
- Penetapan diagnose
- Koordinasi lintas program (Lab,
EKG, Rontgen)
- Rujukan
BP Lansia
- Pemeriksaan pasien diatas usia
45 tahun
- Penetapan diagnose
- Koordinasi lintas program (Lab,
EKG, Rontgen)
- Rujukan
BP Gigi
- Pemeriksaan pasien
- Penetapan diagnose
- Koordinasi lintas program (Lab,
EKG, Rontgen)
- Rujukan
KIA/ KB
- Pemeriksaan Ibu Hamil
- Pemeriksaan Ibu dan Anak
- Pelayanan KB ( Pemasangan
/Pengangkatan IUD/ Alat
kontrasepsi lainnya
- Imunisasi
- Koordinasi lintas program (Lab,
EKG dan rontgen)
- Konseling
- Rujukan
Ruang Gizi +
Ruang Laktasi
- Konsultasi Gizi
- Konsultasi Menyusui
- Penimbangan BB
- Pengukuran TB
- Pelayanan kesehatan balitas gizi
buruk
- Koordinasi lintas program (lab,
Rontgen)
- Rujukan
Unit Gawat
Darurat (UGD)
- Melakukan pelayanan kegawat
daruratan
- Tindakan bedah minor
- Melayani rujukan
Klinik PKPR +
Sanitasi
- Pojok Gizi
- Sanitasi (PHBS)
- Kesehatan Jiwa
- Kesehatan Mata
- Kesehatan Reproduksi/PKPR
- TB Paru , Kusta
- Harm Reduction (HIV)
Laboratorium
- Pemeriksaan specimen darah,
urine, sputum dan faeces
- Koordinasi lintas program
- Rujukan
Rawat Inap +
PONED
- Melayani rujukan dari BP
umum, BP Gigi, KIA/KB
- Pemeriksaan EKG
Rontgen
- Melayani rujukan dari BP
umum, BP Gigi, KIA/KB
- Pemeriksaan EKG
Ruang Obat - Melayani obat bagi pasien rawat
jalan , UGD, rawat inap,
PONED.
- Menyediakan keperluan obat
bagi pelayanan kesehatan di
Pusling dan Pustu
Rujukan
- Pembuatan surat rujukan
- Merujuk pasien PONED ke RS
dgn ambulance
LUAR
GEDUNG
- Puskesmas
Pembantu
(Pustu)
- Puskesmas
Keliling
- Polindes
- Posyandu
- Posbindu
- UKS
- UKK
Melayani masyarakat yang tinggal
jauh dari Puskesmas dan
membutuhkan pelayanan
kesehatan
Sumber: Puskesmas Sempu
Tabel 6. Data Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Sempu Tahun 2016
No Desa Luas
Wilayah
(KM2)
Jumlah
Penduduk
Jumlah
Maskin
Jarak
ke
Puske
smas
(km)
Waktu
tempuh ke
Puskesmas
Jumlah Jumlah
rumah
Jumlah
KK
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN
Rt Rw Pus
tu
Posb
indu
Poli
ndes
Dr. Bidan BP/RS
Swasta
1 Tega
laru
m
68.44 6.270 2.332 1 3 52 14 1736 1959 1 0 2 0
2 Sem
pu
8.11 5.556 1.660 0 0 9 3 1881 1736 1 2 1
3 Jam
bew
angi
8.47 20.066 4.849 2 5 107 23 6022 6268 3 1 1 0 6 0
85.02 31.892 8.841 168 40 9639 9963 3 1 2 1 10 1
Sumber: Puskesmas Sempu
b. Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) di Puskesmas Sempu
Dalam mendorong, memunculkan maupun menjalankan
suatu inovasi layanan publik, peran kepemimpinan merupakan
sesuatu sangat penting sehingga inovasi tersebut diharapkan dapat
berjalan dengan lancar, baik serta sesuai dengan tujuan apa yang
telah direncanakan. Hal tersebut seperti yang terdapat pada
Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi. Bapak Hadi Kusairi
merupakan Kepala Puskesmas Kecamatan Sempu dan seorang
pemimpin yang berhasil membawa inovasi layanan pada bidang
kesehatan yaitu inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) di Puskesmas Sempu masuk dalam top 99 Inovasi
pelayanan publik terbaik di Indonesia pada tahun 2015.
Gambar 5. SAKINA dalam TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun
2015
Sumber: Puskesmas Sempu
Selain itu Perlu kita ketahui dengan adanya keberhasilan
kepemimpinan Bapak Hadi Kusairi dalam melaksanakan inovasi
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) di Puskesmas
Sempu, hal tersebut membuktikan bahwa peran kepemimpinan
memiliki suatu hal sangat penting dalam mendorong serta
melaksanakan sebuah inovasi. Dari hasil observasi yang telah
dilakukan, Bapak Hadi Kusairi merupakan seorang pemimpin yang
selalu berusaha untuk menghargai segala bentuk ide maupun
pendapat dari bawahannya. Hal tersebut juga termasuk terkait
dengan kemunculan ide dari nama inovasi layanan publik pada
bidang kesehatan, yaitu Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) yang ternyata berasal dari bapak Hendi Setiyantoro,
S.Kep sebagai seorang perawat serta Seksi Sistem Informasi. Peneliti
mendapatkan informasi itu dari Bapak Hadi Kusairi selaku Kepala
Puskesmas Sempu, yaitu:
“Nama SAKINA berasal dari gagasan dan pemikiran Bapak
Hendy Setiyantoro. Awalnya kita dari Puskesmas Sempu
melakukan rapat membahas serta mencari ide untuk cepat
dapat mengatasi permasalahan mengenai meningkatnya
angka kematian Ibu dan Anak pada Ibu hamil dan melahirkan
di wilayah kerja Puskesmas Sempu. Setelah itu kami mencari
nama yang tepat, unik, serta mudah diingat masyarakat untuk
inovasi pelayanan kesehatan yang akan dilakukan. Saya
sebagai pemimpin di Puskesmas Sempu tidak pernah
membatasi segala bentuk ide, maupun pendapat yang berasal
dari bawahan. Beberapa hari setelah rapat tersebut Bapak
Hendy Setiyantoro menghadap saya untuk mengusulkan
sebuah nama bagi inovasi pelayanan kesehatan yang telah
kami bahas sebelumnya. Sebenarnya terdapat beberapa nama
yang diajukan dari dari beberapa orang, namun, nama yang
diusulkan oleh Bapak Hendy lah yang menurut saya tepat dan
terpilih untuk dijadikan bagi inovasi pelayanan kesehatan di
Puskesmas Sempu yaitu Stop Angka Kematian Ibu Dan Anak
(SAKINA).” (wawancara, 02 Juni 2017)
Pernyataan tersebut ditegaskan sendiri oleh Bapak Hendy
Setiyantoro,S.Kep selaku Seksi Sistem Informasi di Puskesmas
Sempu sekaligus percetus ide nama SAKINA, yaitu:
“iya, kebetulan nama SAKINA itu berasal dari saya.
Sebenarnya ada juga beberapa pegawai yang mangajukan
terkait dengan nama yang akan digunakan dalam inovasi ini,
namun setelah adanya persetujuan dari pemimpin dan
pegawai lain usulan nama untuk inovasi dari saya yang
digunakan. Pada awalnya saya bingung untuk mencari nama
yang tepat serta dapat dengan mudah diingat oleh semua
orang. Dan muncul beberapa nama yang muncul di fikiran
saya, namun nama-nama tersebut belum menarik untuk
digunakan. Akhirnya setelah beberapa lama berfikir, akhirnya
muncul nama SAKINA itu. Terus saya gabung-gabungkan
dan cocokkan ternyata nyambung, selanjutnya saya usulkan
nama tersebut kepada bapak Hadi. Tercetusnya nama
SAKINA awalnya karena saya teringat sering kali digunakan
untuk mendoakan atau mengucapkan seseorang yang baru
memulai mengarungi mahligai rumah tangga, yaitu Sakinah
Mawadah dan Warahmah. Nama SAKINA saya ambil karena
lebih tepat untuk digunakan dan mudah di ingat.”
(wawancara, 30 Mei 2017)
Hal itu ditegaskan oleh ibu Vivi sebagai Bidan di Puskesmas
Sempu, yaitu:
“Bapak Hady tidak pernah membatasi segala bentuk macam
ide, pendapat atau masukan dari karyawannya. Dalam setiap
rapat, brifing atau loka mini karyawan. Beliau selalu
memberikan waktu bagi bawahannya agar bisa untuk
berpendapat, menambahkan kritik ataupun saran.”
(wawancara, 30 Mei 2017)
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas mengenai
munculnya ide nama SAKINA peneliti dapat semakin menegaskan
bahwa kepemimpinan yang dilakukan oleh Bapak Hady tidak
menganut sistem yang membatasi segala bentuk pendapat dari
bawahannya. Melainkan selalu menerima segala bentuk ide atau
masukan yang ada dan selanjutnya membahasnya didalam rapat.
1) Peran pemimpin sebagai Inspirator
Terdapat beberapa peran Kepemimpinan dalam mendorong
sebuah inovasi, pertama yaitu diharapkan dapat selalu menjadi
inspirator bagi bawahannya. Seorang pemimpin yang menjadi
inspirator bagi bawahannya biasanya memiliki sifat, sikap,
kepribadian ataupun prestasi yang dapat menjadi sumber inspirasi
dan semangat, sehingga mendorong orang lain untuk melakukan dan
memiliki hal yang sama pada dirinya. Selain itu pemimpin sebagai
inspirator biasanya juga memiliki wawasan luas, ide kreatif, bekerja
dengan giat, serta menjadi pemimpin yang selalu dapat
menyelesaikan segala bentuk permasalahan. Terkait dengan hal
tersebut dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
Ibu Yatin selaku Bidan yang terlibat langsung dengan palaksanaan
SAKINA , mengatakan bahwa:
“Iya, menurut saya Bapak Hady sudah dapat dikatan menjadi
inspirator bagi semuanya. Hal itu karena sifat yang ramah,
supel terutama kepada kami bawahannya, semangat kerja
yang dimiliki juga sangat besar. Selain itu beliau juga selalu
berusaha untuk menyelesaikan segala bentuk permasalahan,
baik terkait dengan SAKINA ataupun yang lainnya juga.
Dengan adanya sifat beliau yang seperti itu kami yang
menjadi bawahan otomatis juga ikut terpacu untuk lebih
bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan dan tugas.
Karena kalau tidak seperti itu kami sebagai bawahan pasti
malu/sungkan dengan atasan.” (wawancara, 30 Mei 2017)
Bapak Hendy Setiyantoro juga memberikan pernyataannya
terkait dengan peran kepemimpinan sebagai inspirator:
“Bapak Hady merupakan orang yang aktif dalam
melaksanakan tugasnya. Seperti dalam mengejakan laporan
untuk inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) beliau mengerjakan dengan giat dan terkadang
meminta pendapat pegawainya mungkin ada suatu ide.
Inspirator dapat diartikan sebagai seseorang yang dapat
menginspirasi bawahannya untuk melakukan suatu hal yang
lebih baik. Seseorang dapat terinspirasi kepada seseorang
biasanya orang tersebut memiliki sesuatu yang baik, atau
spesial dan ingin memiliki hal tersebut juga kepada dalam
dirinya. Seperti terkait dengan kepribadian yang bagus
ataupun prestasi yang diraihnya. Dan jika dikaitkan dengan
bapak kepala kalau menurut saya selama ini melihat
pekerjaan yang telah dilakukan Pak Hady sudah cukup
menginspirasi karyawan disini, karena dengan
kepemimpinan yang telah dilakukan Bapak Hady selama ini
dapat memberikan dampak yang baik bagi Puskesmas
Sempu seperti dengan adanya keberhasilan pelaksanaan
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA)
yang telah berhasil mengurangi angka kematian hamil dan
melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Sempu.”
(wawancara, 30 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti
diatas, dapat diketahui bahwa pemimpi Puskesmas Sempu yaitu
Bapak Hady Kusairi telah menjadi seorang inspirator bagi
bawahannya. Bapak Hady menjadi inspirasi bagi yang dipimpinnya
karena beliau memiliki sifat, sikap yang ramah kepada semua orang
terutama bahannya, semangat kerja yang besar, selain itu juga
selalu berusaha untuk menyelesaikan segala bentuk permasalahan
yang ada di Puskesmas Sempu dengan baik, terkahir yaitu
kepemimpinan Puskesmas Sempu memiliki prestasi karena telah
membawa dampak baik bagi Puskesmas Sempu dapat terlihat dari
keberhasilan pelaksanaan inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan
Anak (SAKINA) di wilayah kerja Puskesmas Sempu masuk dalam
Top 99 inovasi pelayanan publik tahun 2015 se-Indonesia.
Gambar 6. Kepala Puskesmas Sempu
Sumber: Hasil dokumentasi
2) Peran pemimpin sebagai motivator
Peran kepemimpinan yang kedua yakni pemimpin sebagai
motivator. Untuk melecut semangat para pegawai dalam
melakukan tugasnya biasanya seorang pemimpin juga selalu
memberikan motivasi kepada para bawahannya. Dan hal tersebut
juga dilakukan oleh Bapak Hady Kusairi sebagai Kepala
Puskesmas Sempu. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Ibu Vivi,
yaitu:
“Dalam memberikan pelayanan SAKINA kepada masyarakat
kan pasti ada kendalanya. Dan itu juga terjadi pada kami
sebagai Bidan yang melakukan pelayanan kesehatan
langsung kerumah-rumah warga yang sedang membutuhkan
pelayanan kesehatan terutama bagi Ibu hamil dan melahirkan
kendala tersebut terkait dengan jalur yang harus dilalui.
Seperti susahnya jalur yang harus dilalui para Bidan karena
berada di lereng gunung raung. Dikarenakan hal tersebut
terkadang timbul rasa malas kepada kami para Bidan yang
tugasnya untuk memeriksa atau memantau langsung keadaan
pasien kerumahnya. Karena tahu dan mengerti bagaimana
kendala yang dialami tersebut, Bapak Hady sebagai Kepala
Puskesmas selalu berusaha untuk memberikan semangat serta
support kepada kami. Itu biasanya dilakukan waktu apel pagi,
brifing atau pun loka mini karyawan. Diharapkan dengan
adanya support dari atasan kami sebagai Bidan yang bertugas
harus terjun langsung ke masyarakat menjadi lebih giat lagi
dalam melaksanakan tugas.” (wawancara, 30 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti, pernyataan
tersebut diatas juga diutaran serta ditegaskan sendiri oleh Bapak
Hady Kusairi, yakni:
“Saya sebagai seorang pemimpin berusaha memberikan dan
melakukan yang terbaik bagi semuanya, baik bagi
pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat serta para
pegawai. Dalam menjalankan setiap pekerjaan pasti ada
kendala dan resiko masing-masing yang harus dihadapi.
Supaya para pegawai tetap giat dalam menjalankan tugasnya,
saya berusaha untuk memberikan semangat ataupun motivasi.
Motivasi itu itu biasanya saya selipkan dalam setiap kegiatan
apel pagi ataupun loka mini karyawan. Ya, saya harap dengan
adanya hal tersebut dapat membuat mereka lebih semangat
dan giat lagi dalam setiap tugas yang dibebankan kepadanya.
Tentunya dalam pemberian motivasi juga ada kendalanya
seperti pada SDM nya yaitu terkait dengan umur dan jasa
yang telah diberikan. Jika melakukan motivasi takutnya saya
dikira menggurui kepada orang yang lebih tua, selain itu
terkadang mereka juga lebih lama dalam menangkap apa
yang saya bicarakan. Sedangkan kepada pegawai yang
menganggap dirinya memiliki jasa dan peran penting di
Puskesmas Sempu biasanya kurang merespon dan
memperhatikan jika diberikan motivasi. Untuk menangani
kendala tersebut saya melakukan pendekatan tersendiri,
seperti saya langsung panggil ke ruangan. Dengan adanya
pemberian motivasi ini saya harap akan terus adanya
sinergitas antara pemimpin dan pegawai” (wawancara, 02
Juni 2017)
Dari hasil wawancara yang dilakukan tersebut diatas dapat
diketahui bahwa Bapak Hendy Setiyantoro selaku Kepala Puskesmas
Sempu ternyata juga selalu berusaha untuk memotivasi bawahannya
guna meningkatkan semangat kerja. Dengan adanya motivasi
tersebut diharapkan para pegawai di Puskesmas Sempu dapat lebih
giat dan semangat serta lebih adanya hubungan yang sinergis antara
pegawai dan pemimpinnya dalam menjalankan tugas yaitu
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3) Peran pemimpin sebagai konseptor
Sebuah ide dan pemikiran dari seorang pemimpin sangat
diperlukan dalam setiap inovasi pelayanan publik yang akan
dilakukan. Selain peran kepemimpinan yang telah dilakukan diatas,
terdapat peran lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin yaitu
sebagai konseptor. Konseptor dapat diartikan sebagai orang yang
mencetuskan atau mula-mula memiliki ide/gagasan/penyusun
konsep. Seorang konseptor sangat penting untuk memiliki pemikiran
kritis, pengetahuan luas, serta dapat memahami permasalahan publik
yang timbul. Dan setiap pemimpin dimanapun instansi atau
organisasinya pasti ingin melakukan sesuatu yang terbaik untuk
organisasi/instansi yang dipimpinnya karena itu akan berdampak
terhadap penilaiaan kepemimpinan yang dilakukannya selama ini.
Demikian pula pada pemimpin Puskesmas Sempu. Seperti yang
diutarakan oleh Bapak Hendy Setiyantoro:
“Dapat dikatakan bahwa Bapak Hady merupakan seorang
pemimpin yang selalu berusaha siap tanggap dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan, beliau juga memiliki
pengetahuan luas. Seperti pada Inovasi Pelayanan Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA), beliau
merupakan yang pertama kali memiliki ide serta penyusun
konsep awal inovasi ini. Setelah mengetahui bahwa angka
kematian Ibu dan Anak di wilayah kerja Puskesmas Sempu
sangat tinggi beliau lalu memikirkan dan merancang sebuah
ide yang harus dilakukan untuk menanganinya, kemudian
setelah beliau siap dengan idenya selanjutnya
mengkoordinasikannya dengan bawahannya untuk langkah
selanjutnya.” (wawancara, 30 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti
dengan kepala Puskesmas Sempu ternyata Bapak Hady telah
mengetahui bagaimana peran kepemimpinan sebagai seorang
konseptor yang harus dilakukan, seperti yang telah diungkapkan,
yaitu:
“Sudah pasti sebagai pemimpin berkewajiban harus
mengetahui bagaimana tugas dan fungsinya salah satunya ya
menjadi seorang konseptor. Untuk menjadi konseptor harus
memiliki pengetahuan luas sehingga dapat memilki berbagai
ide yang sangat berguna. Kalau terkait dengan Inovasi
SAKINA di Puskesmas Sempu ini saya berusaha untuk
memberikan suatu ide terbaik yang saya miliki. Setelah
memiliki ide serta mempelajarinya selanjutnya membahas
dengan para pegawai yang saya harap dapat memberikan ide
ataupun pendapat lain, saran ataupun kritik dari mereka.
Setelah semua ide tersebut matang, agar pelaksanaan inovasi
tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan
saya melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak-
pihak terkait seperti Kepala Desa, Kecamatan dan Polsek.
Kita melakukan kerjasama agar semuanya dapat berjalan baik
sesuai dengan yang diinginkan. Terkait apakah saya sudah
menjadi konseptor yang handal atau belum, saya tidak dapat
menilainya sendiri, tetapi saya berusaha untuk memberikan
yang terbaik bagi Puskesmas Sempu.” (wawancara, 02 Juni
2017)
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan diatas dapat
diketahui bahwa Kepala Puskesmas Sempu selalu berusaha untuk
memberikan ide terbaik untuk menyelesaikan segala bentuk
permasalahan yang ada. Seperti dalam mengatasi permasalahan
karena tingginya angka kematian ibu dan anak di wilayah kerja
Puskesmas Sempu, Kepala Puskesmas Sempu merancang sebuah
inovasi yang sekarang sudah berhasil yaitu Stop Angka Kematian
Ibu dan Anak (SAKINA).
4) Peran pemimpin sebagai komunikator
Sebuah ide dan konsep hebat tidak dapat berjalan lancar dan
dapat gagal jika tidak ada komunikasi yang baik antara atasan
dengan bawahan. Dapat diakatakan semua itu harus ada hubungan
baik dan kerjasama antar keduanya. Maka dari itu terkait peran
kepemimpinan dalam mendorong inovasi layanan publik
diharapkan seorang pemimpin juga dapat menjadi komunikator
pada suatu organisasi/instansi yang dipimpinnya baik dalam setiap
permasalahan ataupun pembahasan suatu ide atau gagasan.
Begitupun yang terjadi terhadap pemimpin Kepala Puskesmas
Sempu.
Berikut pernyataan dari Kepala Puskesmas Sempu Bapak
Hadi Kusairi mengenai peran kepemimpinan sebagai seorang
komunikator sebagai berikut:
“Komunikasi memiliki peran penting dalam suatu organisasi,
saya menyadari hal tersebut. Maka dari itu sebisa mungkin
sebagai pemimpin harus dapat menjaga komunikasi serta
hubungan dengan para pegawai. Begitupun yang saya
lakukan dengan pegawai di Puskesmas Sempu ini. Bentuk
komunikasi yang saya lakukan biasanya baik dalam apel
pagi, lokak mini karyawan dan terkadang jika mereka sedang
diruangan saya untuk membahas suatu hal terkait dengan
inovasi ataupun suatu hal. Dengan adanya komunikasi
diharapkan para pegawai dapat mengerti dan memahami
segala bentuk rencana serta tantangan yang akan dilakukan.
Para pegawai wajib mengerti segala rencana dan tantangan
dari sebuah inovasi karena mereka yang akan
melaksankannya secara langsung. Sebenarnya komunikasi
yang saya lakukan tidak hanya terkait inovasi saja, tetapi
segala hal yang berhubungan dan terkait dengan Puskesmas
Sempu, baik kebersihan, perlengkapan, keuangan, kinerja
pegawai dll.” (wawancara, 02 Juni 2017)
Dari pernyataan Bapak Hadi Kusairi diatas Bapak Hendy
juga menegaskan hal senada:
“Terkait dengan rencana atau tantangan ya pasti harus
dibicarakan, dimusyawarahkan dengan semua staf yang
tugasnya terkait dengan SAKINA. Selama ini Bapak Hadi
selalu melakukannya biasanya dalam rapat, loka mini
karyawan, apel pagi, namun terkadang pula memanggil
pegawai ke ruangan/ face to face dan sharing. Misalnya
kepada Bidan yang tugasnya untuk memantau langsung ibu-
ibu hamil berisiko dipanggil ke ruangan beliau untuk
membahas dan membicarakan terkait dengan bagaimana
perkembangannya atau mungkin ada kendala yang dialami
selama ini.” (wawancara, 30 Mei 2017)
Gambar 7. Loka Mini Karyawan di Puskesmas Sempu
Sumber: Dokumentasi Puskesmas Sempu
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diatas
dapat diketahui bahwa Kepala Puskesmas Sempu sebisa mungkin
selalu melakukan perannya sebagai komunikator. Bentuk
komunikasi yang dilakukan biasanya dalam rapat, loka karyawan,
apel pagi ataupun sharing dengan memanggil pegawai ke
ruangannya. Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan
hubungan dan komunikasi antara pemimpin dan bawahannya dapat
terjalin dengan baik.
5) Peran pemimpin sebagai partisipator
Adapun peran kepemimpinan yang terakhir yaitu sebagai
partisipator. Peran partisipasi seorang pemimpin yaitu bagaimana
seorang pemimpin dapat mengaktifkan bawahannya untuk dapat
memiliki sebuah ide ataupun gagasan bagi organiasanya. Selain itu
partisipasi dari pemimpin juga sangat diperlukan bagi kelancaran
pelaksanaan sebuah inovasi. Dengan adanya partisipasi tersebut
pemimpin dapat melihat langsung apakah pelaksanaan inovasi sudah
dapat berjalan dengan baik atau belum. Begitupun yang berusaha
dilakukan oleh Bapak Hady Kusairi yang mendorong bawahannya
agar memiliki sebuah ide bagi perkembangan pelayanan kesehatan
untuk masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sempu, serta juga ikut
pastisipasi langsung ke lapangan. Berikut pernyataan Ibu Yatin
terkait dengan partisipasi Bapak Hady Kusairi dalam Inovasi
SAKINA:
“Iya bapak Hady ikut berpartisipasi dalam SAKINA ini.
Seperti dalam pemberian dan merancang ide selain itu kan
beliau juga yang melakukan mempresentasikan
memperkenalkan SAKINA sehingga masuk dalam top 99
inovasi pelayanan publik terbaik di Indonesia, sebelumya
yang menyusun proposal dan laporan tentang Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) juga beliau. Agar laporan
tersebut tersusun dengan baik Bapak Hady juga meminta ide
dan pendapat kepada para pegawai yang dipimpinnya, hal
tersebut dilakukan agar kami dapat mengerti dan lebih paham
terkait dengan inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA). Selain itu terkadang jika ada pasien dengan
keadaan darurat dan harus dirujuk ke rumah sakit, beliau juga
ikut mengantarkan langsung walaupun waktunya sudah
tengah malam. Bentuk partisipasi lainnya yaitu ikut
melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada suami
tentang pemahaman kehamilan dan persalinan ibu secara
benar terutama beresiko tinggi. Kegiatan tersebut diberi nama
“ngopi bareng” (wawancara, 30 Mei 2017)
Pernyataan diatas ditegaskan kembali oleh Bapak Hady yang
memandang bahwa sebuah partisipasi dari seorang pemimpin
merupakan salah satu bentuk dorongan agar sebuah inovasi dapat
berhasil:
“Jika seorang pemimpin berharap agar sebuah inovasi dapat
berhasil harus terdapat peran pemimpin yang aktif
didalamnya. Sebagai seorang pemimpin tidak seharusnya
hanya memerintahkan bawahan untuk melakukan segala
sesuatu hal sesuai dengan tugasnya agar inovasi tersebut
dapat berjalan dengan baik, tetapi juga harus ikut terjun
langsung memantau pelaksanaannya. Mungkin bentuk
partisipasi saya dalam inovasi SAKINA yaitu sebagai
pemberi ide, selain itu yang paling berkesan saya dipercaya
untuk melakukan presentasi untuk memperkenalkan
SAKINA agar dapat lebih dikenal. Dan yang menyenangkan
SAKINA masuk dalam salah satu 99 inovasi terbaik di
Indonesia. Sebenarnya jika terkait dengan pemberian ide atau
gagasan itu tidak harus datang dari pemimpin, para pegawai
lain juga harus dapat aktif dalam memberikan atau
memunculkan sebuah ide dan gagasan. Maka dari itu saya
berusaha untuk mendorong para pegawai yang ada di untuk
memiliki sebuah pemikiran yang dapat bermanfaat bagi
kualitas pelayanan Puskesmas Sempu. Seperti pagi ini sudah
ada pegawai yang mengusulkan laporan terkait dengan ide
yang telah dimiliki. Adapun bentuk partisipasi lainnya seperti
terjadi beberapa waktu lalu pada malam hari saya dihubungi
dokter yang sedang bertugas bahwa ada pasien melahirkan
dan harus dirujuk ke rumah sakit karena keadaan darurat.
Saat itu juga saya langsung meluncur ke tempat selanjutnya
menghubungi Kepala Desa setempat untuk memberitahukan
kondisi warganya serta saling bekerja sama terkait dengan
surat-surat yang dibutuhkan. Selain itu bentuk partisipasi
yang saya lakukan seperti dengan mengikuti kegiatan “ngopi
bareng” yaitu memberikan Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE) tentang pemahaman kehamilan dan persalinan ibu
secara benar terutama beresiko tinggi.” (wawancara, 02 Juni
2017)
Dari hasil observasi dan wawancara oleh beberapa informan
maka dapat diketahui bahwa peran kepemimpinan Puskesmas Sempu
dalam mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) sangatlah besar dan penting mulai menjadi inspirator,
motivator, konseptor, komunikator dan partisipator. Kepala
Puskesmas Sempu memiliki sifat, sikap, prestasi yang baik,
semangat kerja tinggi serta wawasan yang luas. Dalam setiap
pekerjaan yang dilakukan pasti memiliki kendala dan resiko yang
harus dilalui, agar semua itu dapat dilalui pemimpin Puskesmas
Sempu selalu berusaha untuk mengkomunikasikan, memberikan
motivasi kepada bawahannya serta melakukan partisipasi secara
langsung . Dengan adanya hal tersebut diharapakan semua yang
dikerjakan dapat berjalan dengan baik. Selain itu Kepala Puskesmas
Sempu juga melakukan pastisipasi yaitu dengan mendorong
pegawainya agar memiliki sebuah ide atau gagasan bagi
perkembangan pelayanan dan ikut berpartisipasi langsung dalam
pelaksanaan inovasi.
2. Studi Kasus 2 Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi
Lahir Procot Pulang Bawa Akta di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi
a. Gambaran Umum
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Banyuwangi telah ada sejak adanya otonomi daerah Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi yang dulu Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil, dan dengan seiring perjalanan waktu mengalami beberapa
perubahan nama/nomenklatur, dan dengan diberlakukannya UU No. 23
tahun 2006 tentang Adminitrasi Kependudukan, maka selanjutnya
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berdasarkan Perda No.2 Tahun
2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
dan dengan di terbitkannya Perbup No.12 tahun 2009 tentang rincian
tugas, fungsi dan tata kerja Dispenduk dan Catatan Sipil yang kemudian
dengan di terbitkannya kembali Perda No. 6 tahun 2011 tentang OPD
SKPD Kabupaten Banyuwangi bahwa Dispenduk dan Catatan Sipil
mengalami perubahan nomenklatur dari Catatan Sipil menjadi
Pencatatan Sipil, yang bunyi lengkapnya Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi. (sebagaimana Perbub No.40
Tahun 2011 tanggal 28 Agustus 2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi
dan Tata kerja SKPD) yang beralamatkan di Jalan Letkol Istiqlah No.
68 berdiri di lahan tanah pekarangan milik Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi seluas 3770 m2, status tanah hak milik Negara.
VISI
“Terwujudnya masyarakat Banyuwangi sadar akan kepemilikan
Dokumen Kependudukan melalui SIAK menuju Tertib Administrasi
Kependudukan.“
MISI
1) Meningkatkan Pelayanan Administrasi Kependudukan yang prima.
2) Meningkatkan kesadaran penduduk akan perkembangan memiliki
identitas diri dan mencatatkan setiap peristiwa penting yang
dialami.
3) Membangun sistem administrasi kependudukan dan Pencatatan
sipil sesuai ketentuan yang berlaku.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Bupati No 51 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, yaitu:
1) Tugas Pokok
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Kependudukan
dan Pencatatan Sipil. Dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Berikut rincian tugas pokok
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun rencana program kerja tahunan dan lima
tahunan di bidang kependudukan dan pencatatatn sipil
b. Merumuskan dan menetapakan kebijakan teknis bidang
kependudukan dan pencatatan sipil
c. Mendistribusikan tugas kepada bawahan berkaitan dengan
bidang tugasnya
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan program bidang
kependudukan dan pencatatan sipil
e. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang kependudukan dan pencatatan sipil
f. Melaksanakan pembinaan teknis dan pelaksanaan tugas di
bidang kependudukan dan pencatatan sipil
g. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan norma, standart
dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah
h. Melaksanakan pemantauan, evaluasi pelaporan pekerjaan
di bidang kependudukan dan pencatatan sipil dengan
metode pengawasan melekat, monitoring dan pengendalian
kegiatan agar pelaksanaan tugas sesuai ketentuan
i. Melaksanakan pembinaan dan penilaian kinerja serta
perilaku kepada bawahan sesuai ketentuan untuk
peningkatan prestasi kerja
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati
sesuai dengan tugas dan fungsinya
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur
pelaksana pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada bidang
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam
menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi.
2) Fungsi
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam melaksanakan tugas
pokok mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis Kependudukan dan Catatan Sipil
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang Kependudukan dan Catatan Sipil
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kependudukan
dan Catatan Sipil
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
b. Peran Kepemimpinan pada Inovasi Lahir Procot Pulang Bawa
Akta di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dalam keberhasilan pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang
Bawa Akta di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Banyuwangi pasti terdapat campur tangan serta peran penting
seorang pemimpin didalamnya. Mulai dari hadir pertama kali sampai
dengan keberhasilan pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang Bawa
Akta saat ini sudah tiga kali mengalami pergantian pemimpin, yaitu
Bapak Sudjani, Bapak Iskandar Azis, dan sekarang dipimpin oleh
Bapak Djafri Yusuf. Namun yang banyak berperan dari muncul
hingga keberhasilan pelaksanan inovasi adalah bapak Sudjani.
Selanjutnya digantikan oleh Bapak Iskandar Azis mulai bulan Juli
2016 - Januari 2017. Dan dari bulan Februari sampai sekarang
dipimpin oleh bapak Djafri Yusuf.
Dari hasil obsevasi ternyata nama inovasi Lahir Procot
Pulang Bawa Akta datang dari pemikiran dan ide Bupati
Banyuwangi yaitu Abdullah Azwar Anas. Ide tersebut muncul
karena awalnya Bapak Abdullah Azwar Anas merasa harus adanya
perbaikan dan peningkatan pelayanan publik bidang kependudukan
di Kabupaten Banyuwangi, selain itu hal tersebut didasari karena
bapak Bupati mengetahui tentang permasalahan pelayanan publik
yang terjadi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yaitu
terkait tentang lamanya kepengurusan akta kelahiran yang bisa
mencapai 1 (satu) bulan lebih. Untuk mengatasi hal itu tercetuslah
ide untuk memunculkan sebuah inovasi yang diharapkan dapat
menjadi jalan keluar dari permasalahan tersebut. Selanjutnya inovasi
Lahir Procot Pulang Bawa Akta dilaksanakan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Hal demikian seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Djafri Yusuf selaku Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, yaitu:
“Inovasi dan nama Lahir Procot Pulang Bawa Akta ini
berasal dari Bapak Bupati. Dengan adanya inovasi ini Bapak
Anas berharap Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dapat
lebih mengembangkan pelayanan untuk masyarakat”
(wawancara, 24 Mei 2017)
Dalam pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta
pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dipimpin oleh
Kepala Dinas. Berdasarkan hasil wawancara, dalam melakukan
kepemimpinannya ternyata kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil juga melakukan beberapa peran yaitu:
1) Peran pemimpin sebagai Inspirator
Dalam pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta
pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil seorang pemimpin
memiliki peran dalam mendorong inovasi agar dapat berhasil.
Terdapat beberapa peran kepemimpinan yang pertama yaitu
menjadi inspirator. Inspirator adalah orang-orang yang
perkataannya, tindakannya maupun tulisannya bisa menginspirasi
orang. Seorang inspirator biasanya sikap dan sifat yang baik,
pengetahuan dan wawasan luas, semangat kerja yang tinggi serta
dapat membangkitkan semangat bawahannya untuk menjalankan
tugas guna mencapai tujuan organisasi.
Begitupun yang dimilki oleh kepala Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil. Dari hasil wawancara dengan Ibu Putri selaku
staf pada Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil mengungkapkan hal
tersebut:
“Penilaiaan setiap pegawai apakah Kepala Dinas sudah
menjadi inspirator atau belum itu berbeda-beda. Tapi
menurut saya beliau merupakan seorang pemimpin yang
cukup disegani pegawainya karena baik karena sifat, sikap
serta prestasi yang dimiliki. Bapak Djafri juga memiliki
wawasan yang cukup luas, semangat kerjanya bagus, kalau
ada karyawan yang melakukan kesalahan atau kurang baik
dalam melakukan pekerjaannya biasanya pak Djafri
memberikan pengarahan serta nasihat. Hal demikian juga
dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Seperti
pada Bapak Sujani yang selalu berusaha melakukan yang
terbaik dalam pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang Bawa
Akta seperti untuk memperkenalkan inovasi ini kepada
masyarakat, baik terkait dengan langkah serta persyaratan
yang harus dilengkapi. Semua itu biasanya dilakukan lewat
siaran di radio Mandala FM. Selain itu mulai dari awal
tercetusnya inovasi ini Bapak Sujani juga selalu memberikan
semangat dorongan kepada pegawainya agar bekerja lebih
giat guna tercapainya keberhasilan inovasi. Hasilnya tidak
mengecewakan setelah pemimpin dan pegawai bekerja keras
inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta masuk dalam top 99
inovasi pelayanan publik terbaik di Indonesia” (wawancara,
24 Mei 2017)
Gambar 8. Lahir Procot Pulang Bawa Akta dalam TOP 99 Inovasi
Pelayanan Publik tahun 2015
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Hal demikian juga dikatakan oleh Bapak Saunan selaku
Kepala Bidang Pencatatan Sipil, yaitu:
“Kalau menurut saya ya sudah, karena jika seseorang sudah
diangkat menjadi Kepala Dinas pasti memiliki kompetensi
yang baik. Pengetahuan luas sangat penting untuk pemimpin,
ya demikian juga dimiliki pak Djafri. Selain itu Kepala Dinas
juga tidak pernah membatasi hubugan antara atasan dan
bawahan. Pegawai bebas mengutarakan ide atau pendapatnya
terkait dengan inovasi layanan atau lainnya, dengan begitu
pemimpin dapat mengetahui kekurangan yang mungkin
terdapat didalam inovasi tersebut. Dengan adanya semangat
kerja dan pengetahuan luas yang dimiliki pak Djafri sebagai
pegawai pasti menjadi terinspirasi kepadanya dan menjadikan
semua itu motivasi serta inspirasi untuk bekerja lebih giat
lagi.” (wawancara, 24 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti
kepada beberapa staf Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil diatas dapat
diketahui bahwa Bapak Djafri serta pemimpin sebelumya sebagai
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memiliki
semangat kerja yang bagus, selain itu juga selalu berusaha untuk
membangkitkan semangat guna keberhasilan inovasi. Dengan
adanya pribadi seorang pemimpin seperti itu sebagai bawahan pasti
akan lebih bersemangat dan giat dalam menjalankan pekerjaannya.
Gambar 9. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Sumber: Hasil dokumentasi
2) Peran pemimpin sebagai motivator
Peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi kedua adalah
sebagai motivator. Seorang pemimpin harus dapat memberikan
dorongan kepada pegawainya guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal demikian juga dilakukan Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi
berusaha untuk memberikan motivasi untuk lebih dapat
meningkatkan semangat pada orang-orang yang dipimpinnya. Hal
demikian dikatakan oleh Bapak Khoirul selaku staf pada Bidang
Pelayanan Pentatan Sipil:
“Biasanya jika setiap akan selesai rapat, apel pagi Bapak
Kepala selalu memberikan motivasi dan semangat kepada
kita. Semua itu dilakukan karena bapak Djafri berharap agar
para pegawai lebih semangat dan giat dalam menjalankan
tugas yang dilakukan. Apalagi kami disini bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat jadi sebisa
mungkin kita harus memberikan yang terbaik.” (wawancara,
24 Mei 2017)
Gambar 10. Pelaksanaan apel pagi di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Sumber : Hasil dokumentasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Djafri Yusuf
selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga
mengungkapkan terkait hal tersebut:
“Sebagai seorang pemimpin harus memiliki pemikiran bijak
serta membawa dampak positif bagi yang dipimpinnya.
Motivasi sangat diperlukan untuk para pegawai agar tetap
memiliki semangat dan rasa tanggung jawab terhadap tugas
yang diembannnya. Oleh karena itu sebagai seorang
pemimpin saya berusaha untuk memberikan motivasi-
motivasi pada setiap kesempatan seperti saat rapat ataupun
saat melihat langsung bagaimana mereka bekerja apakah
mungkin ada permasalahan, terkadang saat ada permasalahan
tertentu pegawai terkait saya panggil keruangan untuk
diberikan arahan, bimbingan dan nasehat. Dengan demikian
saya berharap para pegawai dapat lebih bersemangat dan giat
dalam menyelesaikan pekerjaanya, selain itu mereka juga
dapat lebih memiliki sebuah ide-ide serta pemikiran
berkualitas dan kreatif yang berguna untuk meningkatkan
kualias pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil ini. Kalau terkait dengan kendala dalam pemberian
motivasi selama ini tidak ada, lancar-lancar saja.”
(wawancara, 24 Mei 2017)
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan diatas dapat
diketahui bahwa Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
selalu berusaha memberikan motivasi kepada pegawainya agar lebih
giat dan bertanggung jawab atas tugasnya yang diharapkan dapat
mencapai tujuan.
3) Peran pemimpin sebagai konseptor
Ide, gagagsan atau pemikiran yang berkualitas dari pemimpin
dapat menjadikannya seorang konseptor. Hal tersebut terkait dengan
peran kepemimpinan yang harus dimiliki pemimpin untuk
mendorong sebuah inovasi layanan publik. Biasanya seorang
konseptor harus mempunyai pemikiran dan pengetahuan luas serta
kritis. Begitupun yang harus dimilki oleh Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Berikut pernyataan Bapak Khairul terkait dengan peran
kepemimpinan sebagai konseptor:
“Kalau ditanya apakah Bapak Kepala Dinas sudah
mempunyai pengetahuan yang luas atau belum menurut saya
sejauh ini sih sudah. Karena dapat dikatakan beliau kan
masih baru dalam memimpin Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tapi sudah mengerti tentang semuanya
terkait dengan inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Jika
menjadi konseptor semua pemimpin pasti harus melakukan
peran tersebut seperti selalu mempunyai sebuah ide dan
gagasan inovatif. Hal demikian juga yang dilakukan oleh
Bapak Djafri, serta pemimpin-pemimpin sebelumnya.”
(wawancara, 24 Mei 2017)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan oleh
informan lain yaitu Bapak Saunan sebagai berikut:
“Iya menurut saya Bapak Djafri sudah memiliki pengetahuan
yang luas karena itu kan memang harus dimiliki sebagai
seorang Kepala Dinas, selain itu selama ini beliau juga dapat
menyelesaikan berbagai permasalah dan kendala yang ada
pada inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta melalui ide dan
gagasan yang beliau miliki.” (wawancara, 24 Mei 2017)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Bapak
Djafri Yusuf selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil telah memiliki pengetahuan luas sebagai seorang pemimpin.
Hal tersebut dapat dilihat walaupun Kepala Dinas belum lama
menempeti jabatannya tetapi sudah dapat memahami serta mengusai
terkait inovasi layanan Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Selain itu
Bapak Djafri juga dapat menyelesaikan segala permasalahan dengan
ide-ide dan gagasan yang dimilikinya.
4) Peran pemimpin sebagai komunikator
Dalam menjalankan suatu inovasi layanan kepada
masyarakat pemimpin pasti sangat mengingikan suatu keberhasilan.
Untuk mewujudkan hal tersebut seorang pemimpin harus dapat
menjalankan salah satu peran kepemimpinannya yaitu sebagai
komunikator. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting
karena dapat dikatakan yaitu sebagai jembatan penghubung antara
pemimpin dengan pegawai atau bawahannya jadi harus ada
hubungan dan komunikasi baik antar keduanya. Demikian juga jika
pemimpin ingin melakukan suatu inovasi pemimpin harus dapat
mengkomunikasikan segala bentuk rencana serta tantangan yang
akan dihadapi. Dengan begitu diharapkan para pegawai dapat
mengantisipasinya.
Peran kepemimpinan sebagai komunikator juga dilakukan
oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Putri:
“Jika terkait dengan komunikasi Bapak Djafri pasti selalu
mengkomunikasikan semuanya baik terkait dengan rencana
yang ingin dilakukan maupun tentang permasalahan atau
kendala yang dihadapi dengan kami para pegawai. Hal
demikian juga dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Terkadang saat beliau keruangan para staf juga melakukan
sharing, biasanya terkait dengan inovasi pelayanan Lahir
Procot Pulang Bawa Akta yang terkadang mengalami
beberapa kendala seperti terganggunnya koneksi internet atau
yang lainnya. Hal semacam itu perlu dan penting untuk
dilakukan agar pelayanan kepada masyarakat tidak terhambat
sehingga dapat berjalan dengan baik.” (wawancara, 24 Mei
2017)
Pernyataan diatas jugas ditegaskan sendiri oleh Bapak Djafri
selakuk Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Banyuwangi:
“Komunikasi antara pemimpin dan pegawai merupakan
salah satu hal yang penting jika menginginkan suatu inovasi
dapat berjalan dengan baik serta berhasil sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Bentuk komunikasi yang biasanya
saya lakukan yaitu dengan sharing langsung dengan pegawai.
Dengan begitu saya dapat mengetahui langsung mungkin ada
permasalahan yang terjadi dan mencari jalan keluarnya.
Selain itu jika ada suatu permasalahan yang sangat penting
biasanya saya langsung memanggil Kepala Bidang atau Seksi
terkait. Disitu saya berusaha untuk mengetahui bagaimana
inti permasalahan yang ada, selanjutnya mencari cara untuk
menyelesaikan hal tersebut dengan ide dari saya ataupun staf
lain.” (wawancara, 24 Mei 2017)
Gambar 11. Kepala Dinas dan Pegawai Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Sumber : Hasil dokumentasi
Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat diketahui bahwa
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil selalu berusaha
mengkomunikasikan segala bentuk permasalahan, kendala ataupun
ide dan gagasan yang dimiliki terutama terkait dengan inovasi
pelayanan kepada pegawainya. Adanya komunikasi yang baik antara
pemimpin dan pegawai dapat menjadi salah satu faktor keberhasilan
pelaksanaan inovasi yang ada di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil yaitu Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Dengan
adanya komunikasi yang baik seorang pemimpin dapat menjalankan
perannya dalam mendorong inovasi yaitu sebagai komunikator.
5) Peran pemimpin sebagai partisipator
Peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi yang terakhir
adalah sebagai partisipator yaitu seorang pemimpin berpartisipasi
dalam pelaksanaan inovasi sehingga dapat berjalan dengan baik.
Bentuk partisipasi yang dilakukan biasanya dengan mendorong
bawahannya untuk memiliki sebuah ide yang bermanfaat guna
meningkatkan kualitas pelayanan. Selain itu partisipasi seorang
pemimpin juga dapat dilakukan dengan melihat langsung
pelaksanaan inovasi kepada masyarakat. Menurut pernyataan Ibu
Putri, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga
melakukan hal tersebut:
“Iya pasti Bapak Djafri pasti ikut berpartisipasi jika ada
kegiatan terkait dengan Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
Misalnya kalau ada kunjungan dari Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten lain untuk melihat pelaksanaan
dan mempelajari terkait tentang inovasi Lahir Procot Pulang
Bawa Akta disitu Bapak Djafri ikut mendampingi langsung.
Hal demikian juga dilakukan pemimpin sebelumnya. Namun
ada juga bentuk patisipasi dari Bapak Sujani pemimpin yang
mulai awal ikut mengawal jalannya inovasi Lahir Procot
Pulang Bawa Akta. Bersama dengan Bapak Bupati Abdullah
Azwar Anas Bapak Sujani pergi ke Thailand untuk
memperesentasikan dan memperkenalkan tentang inovasi
Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Dan hasilnya Bapak Sujani
telah membawa Lahir Procot Pulang Bawa Akta masuk
dalam salah satu 99 inovasi terbaik di Indonesia. Bentuk
partisipasi lainnya mungkin dengan memberikan semangat
serta motivasi kepada kami para pegawai yang memberikan
dan menjalankan pelayanan. Bapak Djafri juga tidak pernah
membatasi adanya pendapat dan ide yang datang dari para
pegawai. Bahkan dalam setiap rapat atau terjadi suatu
kendala dan permasalahan Bapak Djafri selalu mendorong
para pegawai untuk memberikan ide atau pendapat yang
mungkin dimiliki.” (wawancara, 24 Mei 2017)
Bapak Djafri Yusuf selaku Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil juga mengungkapkan tentang peran
kepemimpinannya sebagai partisipator:
“Berpastisipasi dalam pelaksanaan inovasi sebagai seorang
pemimpin itu adalah hal yang wajib. Mulai dari kemunculan
sampai pelaksanaan inovasi pasti ada partisipasi pemimpin,
karena inovasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya peran
dari seorang pemimpin. Namun saya menjabat sebagai
Kepala Dinas dan Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih
terbilang baru tidak mulai munculnya inovasi Lahir Procot
Pulang Bawa Akta, jadi peran saya tidak mulai dari awal
kemunculan inovasi tetapi hanya pada tahap pelaksanaannya
saja. Mungkin bentuk partisipasi yang saya lakukan selama
ini seperti jika ada tamu dari Dinas Kependudukan
Kabupaten lain yang sedang melakukan peninjauan tentang
inovasi Lahir Procot saya mendampingi dan menjelaskan
mengenai prosedur, ataupun pelaksanaan inovasi. Biasanya
jika untuk terjun langsung memperkenalkan inovasi Lahir
Procot Pulang Bawa Akta ke Rumah Sakit, Puskesmas,
Kecamatan atau Desa sudah ada petugasnya sendiri. Selain
itu mungkin bentuk partisipasi nya jika ada hambatan atau
permasalahan dalam inovasi saya berkewajiban untuk
menyelesaikannya.”(wawancara, 24 Mei 2017)
Dapat simpulkan dari hasil wawacara diatas bahwa inovasi
Lahir Procot Pulang Bawa Akta juga terdapat peran seorang
pemimpin sebagai partisipator. Pemimpin pada Dinas Kendudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupeten Banyuwangi sadar bahwa partisipasi
seorang pemimpin mulai dari kemunculan sampai dengan
pelaksanaan inovasi sangatlah penting.
3. Situasi Analisis Lintas Kasus
a. Peran kepemimpinan sebagai inspirator pada 2 (dua) inovasi
Menurut Syafii (2011:133) kepemimpinan berarti
kemampuan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta
membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaiaan tujuan
bersama, sehingga yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat
proses kelompok. Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa
seorang pemimpin dapat memiliki kemampuan mempengaruhi orang
lain terutama terkait dengan tindakan pegawainya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan salah satunya
dengan peran kepemimpinannya sebagai inspirator bagi pegawainya.
Peneliti telah melakukan penelitian terkait dengan peran kepemimpinan
sebagai inspirator untuk mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu
dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
Dari hasil penelitian peran kepemimpinan sebagai inspirator
pada dua inovasi yaitu Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA)
dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta keduanya tidak memiliki
perbedaan. Pemimpin dari Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil merupakan seorang pemimpin yang memiliki sifat,
sikap serta kepribadian yang baik, wawasan luas, serta semangat kerja
tinggi. Dalam menjalankan tugasnya sebagai Kepala Puskesmas Sempu
Bapak Hady Kusairi bisa dikatakan cukup aktif. Seperti terkait dengan
pengerjaan laporan untuk inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) Bapak Hady sangat bersemangat untuk mengerjakannya dan
menyelesaikannya. Terkadang Bapak Hady juga meminta pendapat
pegawainya terkait dengan laporan tersebut jikalau mungkin ada
tambahan ataupun kekurangan. Jika muncul suatu kendala atau
permasalahan dalam pelaksanaan inovasi sebisa mungkin untuk
menyelesaikannya. Selama ini kepemimpinan yang dilakukan Bapak
Hady memberikan dampak baik bagi Puskesmes seperti dalam
penanganan masalah terkait dengan tingginya angka kematian ibu dan
anak di wilayah kerja Puskesmas Sempu.
Kepemimpinan pada Puskesmas Sempu diatas juga sama
seperti yang ada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
mendorong inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Mulai dari awal
munculnya inovasi pelayanan Lahir Procot Pulang Bawa Akta Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil sudah berganti pemimpin sebanya
3 (tiga) kali, dan sekarang dipimpin oleh Bapak Yusuf sebagai Kepala
Dinas. Bapak Djafri Yusuf merupakan pemimpin yang memiliki sifat
supel, sabar, serta memiliki pengetahuan luas. Walaupun baru beberapa
bulan menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil tetapi kendala-kendala yang muncul tidak menghalanginya untuk
tetap giat melaksanakan tugasnya. Jika terdapat suatu permasalahan
seperti pada pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta sebisa
mungkin Bapak Djafri cepat dalam menanganinya dengan memberikan
pengarahan, dan gagasan untuk mengatasinya. Namun dengan adanya
ide gagasan yang datang dari pemimpin tidak menghalangi para
pegawai yang dipimpinnya untuk memberikan ide yang dimiliki.
Kepemimpinan yang dilakukan oleh Bapak Djafri diatas juga dilakukan
oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Salah satunya yaitu Bapak
Sujani yang mana inovasi lahir Procot Pulang Bawa Akta ini muncul
pada masa kepemimpipinannya. Melihat peran kepemimpinan seperti
yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas Sempu dan Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi diatas para
pegawai menjadikannya sebagai inspirator untuk dapat bekerja lebih
giat, tekun dan bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.
b. Peran kepemimpinan sebagai motivator pada 2 (dua) inovasi
Motivasi dapat dikatakan suatu pendorong atau penggerak
perilaku individu. Setiap pemimpin seperti pada bidang pelayanan
publik diharapkaan dapat memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam
dirinya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan
besarnya motivasi yang dimiliki, sehingga pemimpin juga dapat
mempengaruhi bawahannya untuk lebih memiliki motivasi seperti yang
dimilikinya. Hal tersebut juga terlihat pada peran Kepala Puskesmas
Sempu dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk
mendorong suatu inovasi. Dari hasil penelitian peran kepemimpinan
sebagai motivator pada inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) di Puskesmas Sempu dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dari hasil penelitian
ternayata peran kepemimpinan sebagai motivator pada kedua inovasi
tersebut memiliki persamaan dan perbedaan.
1. Persamaan peran kepemimpinan sebagai motivator pada 2 (dua)
inovasi
Persamaan peran kepemimpinan sebagai motivator pada
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir
procot yaitu:
a) Kedua pemimpin sama-sama sangat menyadari bahwa
pemberian motivasi kepada pegawainya merupakan suatu hal
yang penting guna memunculkan semangat kerja dan
meningkatkan rasa tanggung jawab pegawai guna dapat
mencapai tujuan inovasi yang telah disusun.
b) Biasanya motivasi yang diberikan Kepala Puskesmas Sempu
dan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dilakukan pada saat rapat, brifing, apel pagi, loka mini
karyawan ataupun memanggil pegawai yang bersangkutan ke
ruangan untuk diberikan nasehat, arahan serta support.
2. Perbedaan peran kepemimpinan sebagai motivator pada 2 (dua)
inovasi
Dari hasil wawancara terdapat perbedaan terkait dengan
peran kepemimpinan sebagai motivator dalam mendorong inovasi
yaitu inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta, yaitu:
a) Dalam proses melakukan dan pemberian motivasi kepada para
pegawai yang bertugas dalam pelaksanaan inovasi lahir procot
pulang bawa akta, Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tidak mengalami kendala apapun. Hal tersebut
dapat berjalan dengan baik para pegawai dapat menerima
motivasi yang diberikan oleh pemimpinnya.
b) Selama ini Kepala Puskesmas Sempu dalam memberikan
motivasi atau nasihat kepada pegawainya yang melaksakan
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA)
mengalami beberapa kendala, seperti pada SDM yaitu terkait
dengan umur, dan jasa yang telah dilakukan pegawai terhadap
keberhasilan Puskesmas Sempu.
c. Peran kepemimpinan sebagai konseptor pada 2 (dua) inovasi
Konseptor dapat diartikan sebagai orang yang pertama kali
mencetuskan dan memiliki ide dan gagasan ataupun penyusun
konsep. Biasanya yang melakukan hal tersebut adalah pemimpin.
Maka dari itu diharapkan pemimpin dapat mempunyai pengetahuan
yang luas serta dapat mengetahui tentang perkembangan jaman. Para
pegawai pasti akan tambah bersemangat jika dipimpin oleh
seseorang yang selalu mempunyai ide inovatif bagi perkembangan
organisasi.
Terkait dengan peran kepemipinan sebagai konseptor hal
tersebut juga terlihat dari Kepala Puskesmas Sempu dan Kepala
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi
untuk mendorong inovasi pelayanan bagi masyarakat. Peran
kepemimpinan sebagai konseptor pada dua inovasi tersebut memiliki
persamaan dan perbedaan.
1. Persamaan peran kepemimpinan sebagai konseptor pada 2 (dua)
inovasi
a) Kedua pemimpin sama-sama memiliki pengetahuan luas.
Kedua pemimpin jug menyadari akan pentingnya sebuah
pengetahuan luas bagi seorang pemimpin, yang diharapkan
dapat memiiliki pemikiran, ide dan gagasan demi tercapainya
tujuan pelayanan bagi masyarakat.
b) Kedua pemimpin selalu berusaha untuk siap tanggap dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan terutama terkait
dengan pelayanan bagi masyarakat. Ide dan pemikira
digunakan seorang pemimpin dalam menyelesaikan semua
hal tersebut. Namun juga tidak mengabaikan ide dan
pendapat dari pegwai yang dipimpinnya.
2. Perbedaan peran kepemimpinan sebagai konseptor pada 2 (dua)
inovasi
Dari hasil wawancara terdapat perbedaan terkait dengan
peran kepemimpinan sebagai konseptor dalam mendorong inovasi
yaitu inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta, yaitu:
a) Kepala Puskesmas Sempu merupakan yang mula-mula
memiliki ide/gagasan dan penyusun konsep adanya inovasi
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA). Hal tersebut
bermula saat ditetapkannya Puskesmas Sempu sebagai salah
satu wilayah yang memiliki angka kematian ibu dan anak
tertinggi di Banyuwangi dan selanjutnya kepala Puskesmas
Sempu merasa memiliki kewajiban untuk menyelesaikan
permasalah tersebut.
b) Inovasi lahir procot pulang bawa akta merupakan inovasi
yang berasal dari Bupati Kabupaten Banyuwangi yaitu
Abdullah Azwar Anas yang pelaksanaannya selanjutnya
dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Dari mulai muncul sampai dengan pelaksanaan inovasi lahir
procot pulang bawa akta saat ini sudah berganti pemimpin
sebanyak tiga kali. Dan yang banyak berperan sampai dengan
keberhasilan inovasi yaitu bapak Sudjani. Bapak Djafri
merupakan pemimpin ketiga yang selalu berusaha
menyelesaikan segala bentuk permasalahan dan kendala
dalam pelaksanaan inovasi dengan ide/gagasan yang
dimilikinya.
d. Peran kepemimpinan sebagai komunikator pada 2 (dua) inovasi
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi
manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu,
kelompok maupun organisasi. Komunikasi juga dilakukan oleh
pemimpin Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil kepada bawahannya. Dari hasil wawancara, peneliti
dapat mengetahui bahwa peran pemimpin sebagai komunikator pada
Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
tidak memiliki perbedaan. Persamaan yang dimiliki kepemimpinan
Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
yaitu:
a) Kedua pemimpin selalu mengkomunikasikan segala bentuk
rencana, ide maupun tantangan kepada bawahannya. Biasanya
bentuk komunikasi yang dilakukan yaitu dalam rapat, apel pagi,
loka karyawan ataupun pemimpin melakukan sharing langsung
dengan memanggil karyawan ke ruangannya.
b) Kedua pemimpin mengetahui bagaimana pentingnya sebuah
komunikasi yang harus dilakukan terutama dengan bawahannya
guna pelaksanaan inovasi dapat berjalan dengan baik dan dapat
mencapai tujuan.
e. Peran pemimpin sebagai partisipator pada 2 (dua) inovasi
Partisipator dapat diartikan sebagai seorang pemimpin
mengadakan konsultasi serta berusaha memberikan dorongan kepada
pegawainya untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan
dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan. Selain itu, seorang
pemimpin juga harus dapat berpartisipasi langsung yaitu melihat
bagaimana pelaksanaan inovasi pelayanan yang dilakukan untuk
masyarakat. Dengan melakukan tindakan seperti itu pemimpin dapat
mengetahui mungkin ada kendala dan hambatan yang terjadi.
Peneliti telah melakukan penelitian terkait dengan peran pemimpin
sebagai partisipator di Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil. Keduanya memiliki perbedaan serta
persamaan, yaitu:
1. Persamaan peran kepemimpinan sebagai partisipator pada 2
(dua) inovasi
Persamaan peran kepemimpinan sebagai partisipator
pada inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA)
dan Lahir procot yaitu kedua pemimpin sama-sama tidak pernah
membatasi ide dan pendapat dari bawahannya. Pemimpin selalu
berusaha untuk memberikan dorongan serta mengaktifkan
bawahannya agar memiliki sebuah pemikiran serta ide yang
dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi
masyarakat.
2. Perbedaan peran kepemimpinan sebagai partisipator pada 2
(dua) inovasi
Dari hasil wawancara terdapat perbedaan terkait dengan
peran kepemimpinan sebagai partisipator dalam mendorong
inovasi yaitu inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta, yaitu:
a) Dalam pelaksanaan inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan
Anak (SAKINA) pemimpin Puskesmas Sempu ikut terjun
langsung ke masyarakat
b) Pemimpin Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak
ikut terjun langsung ke masyarakat, karena hal tersebut
sudah ada petugas lain yang melaksanakannya. Biasanya
bentuk partisipasi Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil yaitu mendampingi jika ada Dinas
Kependudukan Kabupaten lain berkunjung untuk melihat
pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
Tabel 7. Analisis Situasi Antar Kasus
Peran
Kepemimpinan
Persamaan Perbedaan
Inspirator - Kedua pemimpin sama-
sama memiliki
wawasan luas dan
semangat kerja yang
tinggi
- Tidak pernah
membatasi adanya ide,
pendapat dari bawahan
Tidak Ada
Motivator - Kedua pemimpin
sangat menyadari
bahwa pemberian
motivasi kepada
bawahan merupakan
suatu hal yang penting
- Pemberian motivasi
biasanya dilakukan saat
rapat, apel pagi, loka
mini karyawan, brifing,
ataupun memanggil
pegawai ke ruangan
untuk melakukan
sharing
- Dalam proses
pemberian motivasi
kepada bawahannya
Kepala Dinas
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tidak
mengalami suatu
kendala apapun
- Kepala Puskesmas
Sempu mengalami
beberapa kendala
dalam pemberian
motivasi seperti SDM
(umur) dan jasa yang
telah diberikan
Konseptor
- Kedua pemimpin sama-
sama memiliki
pengetahuan luas, dan
keduanya menyadari
akan pentinya
pengetahuan luas
yang harus dimiliki
pemimpin guna
tercetusnya sebuah ide,
gagasan untuk
mencapai tujuan
pelayanan.
- Kedua pemimpin selalu
berusaha untuk siap
tanggap dalam
menyelesaikan
- Kepala Puskesmas
Sempu merupakan
yang pertama kali
memiliki ide/gagasan
atau penyusun konsep
inovasi Stop Angka
Kematian Ibu dan
Anak (SAKINA
- Inovasi lahir procot
pulang bawa akta
berasal dari Bupati
Kabupaten
Banyuwangi. Dan
kepala Dinas
Kependudukan dan
Pencatatan sipil
Peran
Kepemimpinan
Persamaam
berbagai permasalahan
terutama terkait
dengan pelayanan bagi
masyarakat.
Perbedaan
bertugas sebagai
pelaksana dan
berusaha untuk
menyelesaikan segala
kendala dan
permasalahan yang
muncul dengan
ide/pemikirannya.
Komunikator - Kedua pemimpin selalu
mengkomunikasikan
segala bentuk rencana,
ide maupun tantangan
kepada bawahannya
- Kedua pemimpin
mengetahui pentingnya
sebuah komunikasi
yang harus dilakukan
terutama dengan
bawahannya, agar
inovasi dapat berjalan
dengan baik
Tidak Ada
Partisipator
- Pemimpin selalu
berusaha untuk
memberikan dorongan
serta mengaktifkan
bawahannya agar
memiliki sebuah
pemikiran serta ide
yang dapat berguna
untuk meningkatkan
kualitas pelayanan bagi
masyarakat
- Kepala Puskesmas
Sempu ikut
berpartisipasi
langsung untuk
memberikan
pelayanan kepada
masyarakat
- Kepala Dinas
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tidak
ikut terjun langsung
ke masyarakat,
karenahal tersebut
sudah ada petugas
lain yang
melaksanakannya
Sumber: Penulis
Dari tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa peran kepemimpin di
Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan
Lahir Procot Pulang Bawa Akta terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan
tersebut terdapat pada peran kepemimpin sebagai motivator dan
partisipator. Peran kepemimpinan sebagai motivator yang dilakukan
selama ini mengalami beberapa kendala seperti SDM (umur) dan jasa
yang diberikan pegawai kepada Puskesmas, sedangkan Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak mengalami kendala apapun
dalam pemberian motivasi. Perbedaan lainnya terdapat pada peran
kepemimpinan sebagai partisipator. Jika Kepala Puskesmas Sempu ikut
berpartisipasi langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat,
sedangkan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak ikut
terjun langsung ke masyarakat, karena hal tersebut sudah ada petugas lain
yang melaksanakannya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada era yang sudah sangat berkembang sekarang ini tidak
dipungkiri bahwa semakin banyak permasalahan publik yang muncul
terutama pada bidang layanan publik. Maka dari itu masyarakat mulai
menuntut adanya pelayanan publik yang lebih baik, cepat, dan mudah.
Untuk mengatasi hal tersebut berbagai organisai publik mencari jalan
keluar, salah satunya yaitu dengan membuat sebuah inovasi yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat. Menurut susanto (2010:158) inovasi memiliki
pengertian yang tidak hanya terbatas membangun dan memperbaharui
namun juga dapat didefinisikan secara luas, memanfaatkan ide-ide baru dan
menciptakan produk, proses dan layanan. Dan Peraturan Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 31 Tahun
2014 tentang Pedoman Inovasi Layanan Publik, juga menjelaskan bahwa:
Inovasi Pelayanan Publik adalah terobosan jenis pelayanan baik
yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinil dan atau
adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, inovasi
pelayanan publik sendiri tidak mengharuskan suatu penemuan baru
tetapi dapat merupakan suatu pendekatan baru yang bersifat
kontekstual dalam arti inovasi tidak terbatas dari tidak ada kemuduan
muncul gagasan dan praktik-praktik inovasi, tetapi dapat berupa
inovasi hasil dari perluasan maupun pengkatan kualitas inovasi yang
ada.
Diharapkan dengan adanya sebuah inovasi pelayanan publik,
masyarakat mendapatkan pelayanan lebih baik sesuai dengan apa yang di
inginkannya selama ini. Dalam proses terciptanya, penyusunan sampai
dengan pelaksanaan inovasi pasti terdapat peran kepemimpinan di
dalamnya. Terry (1960) dalam Pudjosumendi (2010:76) memaparkan bahwa
kepemimpinan adalah hubungan antara seorang dengan orang lain,
pemimpin mampu mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama
dalam tugas-tugas yang berkaitan untuk pencapaiaan apa yang
diinginkannya. Sedangkan menurut Rivai (2014:392) kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kemampuan menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan
kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk
berfikir dan bertindak sehingga memberikan sumbangan nyata pencapaiaan
tujuan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa peran seorang
pemimpin yaitu dapat berupa mempengaruhi bawahannya untuk dapat
menjalankan tugasnya dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan. Selain
itu dapat dikatakan bahwa peran kepemimpinan juga sebagai motor
penggerak, menjadi perencana pelaksana dan pengawas semua kegiatan
yang ada pada organisasi/instansi tersebut.
Jika pemimpin menginginkan inovasi dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan tujuan, maka seorang pemimpin harus dapat menjalankan peran
kepemimpinannya dengan baik. Maka dari itu menurut (Handayaningrat
1992:64) pemimpin harus memiliki sifat kepemimpinan seperti:
1. Kemampuan untuk mengkoordinasikan dan memberikan dorongan
kepada orang-orang atau kelompok yang dipimpinnya guna
mencapai tujuan yang telah diterapkan
2. Kemampuan memberikan perintah/pengarahan, bimbingan ataupun
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan
Menurut Thoha (2003:80) peran merupakan suatu perilaku yang
diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu.
Untuk itu Covey dalam Rivai (2014:393) membagi peran kepemimpin
menjadi tiga, yaitu:
1. Pathfinding (Pencarian alur); peran untuk menentukan visi dan misi
yang pasti
2. Aligning (penyelaras); peran untuk memastikan bahwa struktur,
sistem dan operasional organisasi memberikan dukungan pada
pencapaiaan visi
3. Empowering (pemberdaya); peran untuk menggerakkan semangat
dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan
dan kreativitas laten untuk mampu mengerjakan apa pun dan
konsistensi dengan prinsip-prinsip yang disepakati.
Dengan adanya pembagian peran menurut Covey diatas dapat kita
simpulkan bahwa pemimpin memiliki sebuah peran salah satunya yaitu untuk
menggerakkan semangat dalam diri orang-orang (bawahannya) untuk dapat
mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas agar mampu mengerjakan
apa pun dengan prinsip-prinsip yang telah disepakati. Hal ini juga sejalan
dengan peran yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas Sempu dan Kepala
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam mendorong inovasi Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa
Akta. Kedua pemimpin tersebut melakukan beberapa peran kepemimpinan
agar dapat mendrorong pelaksanaan inovasi sehingga dapat mencapai tujuan.
1. Peran kepemimpinan sebagai inspirator dalam mendorong inovasi
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot
Pulang Bawa Akta
Suparto (2008:29) menjelaskan bahwa pemimpin di dalam
birokrasi haruslah menjadi sumber inspirasi bagi semua aparatur yang
dipimpinnya, harus menjadi pelecut semangat dalam menjalankan fungsi
dan memunculkan sebuah inovasi layanan. Biasanya pemimpin yang
menjadi inspirator bagi bawahannya yaitu pemimpin yang sifat, sikap
serta prestasi yang baik serta selalu berusaha untuk mempunyai wawasan
luas, ide/gagasan serta hal-hal baru yang inovatif dan kreatif sehingga
bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini juga dilakukan oleh Kepala
Puskesmas Sempu dalam mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu
dan Anak (SAKINA) dan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam mendorong inovasi Lahir Procot Pulang Bawa
Akta.
Dalam menjalankan tugasnya Kepala Puskesmas Sempu dan
Kepala Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil merupakan seorang
pemimpin yang memiliki semangat tinggi, dan sabar. Semangat yang
dimiliki kedua pemimpin tersebut ditularkan kepada bawahannya untuk
dapat bekerja lebih giat lagi. Melihat semangat yang dimiliki
pemimpinnya, sebagai bawahan pasti juga akan terpacu untuk memiliki
semangat yang sama.
Alasan mengapa seorang pemimpin dapat menjadi inspirasi juga
dikarenakan prestasi yang dimiliki selama ini. Pemimpin dapat
memberikan dampak baik bagi perkembangan organisasi. Seperti yang
dilakukan oleh Kepala Puskesmas yang dapat memunculkan sebuah ide
dan gagasan untuk memunculkan sebuah inovasi layanan dalam
mengatasi tingginya angka kematian ibu dan anak di wilayah kerja
Puskesmas Sempu. Selanjutnya ide tersebut dibahas dengan bawahannya
dalam sebuah rapat. Hasilnya pun tidak mengecewakan inovasi tersebut
dapat berjalan dengan baik, dibuktikan dengan menurunnya angka
kematian ibu dan anak mulai tahun 2013 sampai 2017 ini sudah 0 (nol).
Hal demikian juga dilakukan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam memberikan pelayanan terkait dengan pembuatan
akta kelahiran. Sebelum tahun 2013 proses pembuatan akta kelahiran
memerlukan waktu cukup lama sekitar 1 (satu) bulan. Hal tersebut karena
sikap malas masyarakat salah satunya disebabkan jauhnya jarak tempuh
yang harus dilalui. Untuk mengatasinya, Bupati Banyuwangi yaitu
Abdullah Azwar Anas memunculkan sebuah inovasi layanan Lahir
Procot Pulang Bawa Akta yang selanjutnya dilaksanakan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi yang
dipimpin oleh Kepala Dinas. Dalam pelaksanaanya Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga memberikan ide serta gagasan
yang dimiliki. Ide serta pendapat juga diberikan saat ada kendala dalam
pelaksanaan inovasi, karena kedua pemimpin tersebut sebisa mungkin
dapat menyelesaikan segala kendala dan permasalahan yang muncul.
2. Peran pemimpin sebagai motivator dalam mendorong inovasi Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang
Bawa Akta
Dapat dikatakan motivasi merupakan suatu pendorong atau
penggerak dari tindakan manusia. Siagian (2003:106) menjelaskan
bahwa motivasi adalah keseluruhan proses pemberian dorongan bekerja
dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis. Motivasi yang besar sangat perlu dimiliki seorang pemimpin
dalam menjalankan kepemimpinannya. Dengan motivasi yang
dimilikinya tersebut sehingga pemimpin dapat memberikan arahan dan
dorongan agar pegawai yang dipimpinnya dapat bergerak dengan sadar
untuk menjalankan serta menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya
sehingga dapat mencapai tujuan.
Dalam menjalankan inovasi layanan publik pemimpin juga
memilki peran untuk menjadi seorang motivator bagi bawahnnya.
Motivasi diperlukan untuk melecut semangat para pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Terkait dengan peran
pemimpin sebagai motivator juga dilakukan oleh Kepala Puskesmas
Sempu dan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Banyuwangi dalam mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan
Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta. Kedua pemimpin
mengetahui dan mengerti walaupun inovasi sudah terlaksana, namun
dalam pelaksanaannya pasti masih terdapat suatu kendala dan
permasalahan terjadi dalam beberapa aspek. Hal tersebut dapat
mempengaruhi semangat kerja yang dimiliki bawahannya. Maka dari itu,
agar tidak terjadi demikian pemimpin memberikan suatu motivasi yang
biasanya dilakukan saat rapat, apel pagi, loka mini karyawan. Bentuk
motivasi yang diberikan seperti support ataupun semangat.
Hasil wawancara kepada Kepala Puskesmas Sempu dan Kepala
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menunjukkan bahwa ternyata
keduanya memiliki perbedaan terkait dengan kendala dalam proses
pemberian motivasi kepada pegawainya. Jika Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak mengalami kendala apapun
dalam pemberian motivasi, tapi lain halnya dengan Kepala Puskesmas
Sempu yang mengalami beberapa kendala seperti terkait dengan SDM
yaitu umur jasa yang telah diberikan. Umur menjadi kendala karena
terdapat pegawai yang usianya lebih tua dari pemimpin, jika pemimpin
memberikan motivasi atau dorongan untuk bekerja lebih giat, takutnya
pegawai tersebut beranggapan bahwa pemimpinnya tidak hormat kepada
yang lebih tua dan menggurui. Selain itu terkadang pegawai yang sudah
berumur agak sedikit lama atau lambat dalam menangkap pembicaraan
sehingga pemberian motivasi terkendala. Kendala lainnya yaitu adanya
karyawan yang menganggap bahwa dirinya telah memberikan jasa bagi
perkembangan Puskesmas serta meningkatnya kualitas pelayanan selama
ini. Pegawai seperti yang telah dijelaskan tersebut biasanya kurang
memperhatian dalam proses pemberian motivasi oleh pemimpinnya.
Untuk mengatasi hal demikian biasanya Kepala Puskesmas Sempu
memanggil langsung keruangan pegawai terkait untuk diberikan nasehat
ataupun bimbingan.
3. Peran pemimpin sebagai konseptor dalam mendorong inovasi Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang
Bawa Akta
Dalam sektor publik biasanya ide dan gagasan muncul dari
seorang pemimpin. Maka dari itu secara tidak langsung pemimpin
dituntut untuk selalu memiliki pengetahuan, pemikiran luas agar muncul
sebuah ide ataupun gagasan yang dapat menyelesaikan segala
permasalahan publik yang semakin banyak sekarang ini. Hal tersebut
sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Suparto (2008:30) bahwa
syarat penting untuk menjadi konseptor adalah memiliki wawasan luas,
mengerti perkembangan jaman, dapat menghadapi kebutuhan publik
mengusai arah dan kandungan informasi. Lain halnya jika pemimpin
tidak memiliki ide dan gagasan kreatif, tingkat kinerja yang dimiliki
pemimpin dan bawahannya tidak akan meningkat selain itu permasalahan
publikpun akan semakin bertambah. Terkait dengan hal itu Suparto
(2008:30) menjelaskan jika:
Staf pasti akan semangat dan senang bila dipimpin oleh sosok
yang penuh gagasan inovatif dank komit dalam merealisasikan
idenya. Organisasi yang dipimpinnya oleh orang yang penuh
gagasan akan lebih maju dan berkembang serta menjamin adanya
pelayanan yang maksimal bagi masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui dengan jelas bahwa
pegawai pasti akan lebih senang jika dipimpin oleh atasan yang selalu
berusaha untuk memiliki gagasan inovatif selanjutnya dapat
merealisasikan idenya tersebut. Selain itu pegawai juga sadar bahwa jika
pemimpinnya memiliki sifat seperti itu maka juga akan berdampak baik
bagi tingkat kinerjanya, serta semakin meningkatnya pelayanan yang
diberikan untuk masyarakat. Pemimpin yang selalu memiliki ide dan
gagasan seperti diatas ternyata juga dilakukan oleh Kepala Puskesmas
Sempu dan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Mulai
dari diketahuinya kecamatan Sempu menjadi salah satu Kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi yang memiliki angka kematian ibu dan anak
tertinggi, Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehanan bagi
masyarakat berusaha untuk mengatasi permasalahan tersebut. Maka dari
itu Kepala Puskesmas Sempu sebagai seorang pemimpin merasa
berkewajiban untuk bertindak dan memikirkan sebuah ide untuk
memunculkan inovasi layanan kesehatan yang bertujuan untuk
mengurangi angka kematian ibu dan anak di wilayah kerja Puskesmas
Sempu. Selanjutnya ide tersebut dibahas dalam sebuah rapat dengan
bawahnnya yang terdiri dari Dokter, Bidan dan Perawat berharap akan
mendapat tanggapan, pendapat, kritik, ataupun ide baru dari bawahannya.
Selama ini dalam menjalankan kepemimpinannya Kepala
Puskesmas Sempu tidak pernah menutup pendapat yang berasal dari
bawahannya, terbukti dari munculnya nama inovasi Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) yang berasal dari salah satu
pegawainya, yaitu bapak Hendy Setiyantoro. Setelah ide serta nama
inovasi sudah disepakati selanjutnya Kepala Puskesmas melakukan
koordinasi dengan Polsek, dan Kepala Desa setempat untuk melakukan
kerja sama dalam pelaksanaan inovasi layanan kesehatan yang bertujuan
untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak yaitu Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA). Demikian juga halnya seperti yang
dilakukan oleh Kepala Puskesmas Sempu, Kepala Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil juga memiliki pengetahuan luas, terbukti dari tugas
yang dilakukan selama ini. Walaupun inovasi lahir procot pulang bawa
akta berasal dari Bupati Banyuwangi yaitu Abdullah Azwar Anas dan
yang lebih banyak berperan untuk memimpin dalam mula pelaksanaan
sampai dengan keberhasilannya inovasi lahir procot pulang bawa akta
saat ini adalah pemimpin sebelumnya yaitu bapak Sudjani namun bapak
Djafri Yusuf juga memiliki peran sebagai konseptor didalamnya.
Walaupun baru menjabat sebagai pemimpin Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tetapi bapak Djafri Yusuf sudah dapat mengerti dan
memahami bagaimana tugasnya sebagai seorang pemimpin salah satunya
yaitu menjalankan perannya sebagai pemimpin untuk selalu dapat tetap
menjalankan inovasi pelayanan Lahir Procot Pulang Bawa Akta yang
telah ada dengan baik. Selain itu Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil selama ini sebisa mungkin selalu berusaha untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan dan kendala terkait dengan
pelayanan kependudukan ataupun pelaksanaan Lahir Procot Pulang Bawa
Akta dengan ide yang dimilikinya.
4. Peran pemimpin sebagai komunikator dalam mendorong inovasi
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot
Pulang Bawa Akta
Dalam suatu organisasi komunikasi biasanya digunakan untuk
sarana dalam penyampaian informasi, pesan ataupun instruksi. Demikian
halnya dalam menyusun ataupun menjalankan inovasi, pemimpin harus
dapat mengkomunikasikan segala bentuk rencana, ide ataupun tantangan
yang harus dihadapi dalam sebuah inovasi. Anoraga (1992:2)
menjelaskan bahwa kepemimpinan efektif yaitu pemimpin yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan
orang-orang agar penuh kesadaran, pengertian, dan senang hati bersedia
mengikuti kehendak pemimpin. Komunikasi yang digunakan pun harus
menggunakan bahasa yang faktual agar dapat dengan mudah dimengerti
oleh semuanya. Suparto (2008:32) mengungkaplkan bahwa pemimpin
harus dapat melakukan komunikasi internal yaitu pemimpin secara rutin
melakukan komunikasi dan sharing bersama stafnya menyangkut
perbaikan pelayanan publik. Demikian juga halnya yang dilakukan oleh
Kepala Puskesmas Sempu dan Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatasn Sipil.
Dalam menjalan inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta kedua pemimpin tersebut
sebisa mungkin mengkomunikasikan segala bentuk kendala atau
permasalahan yang muncul. Dan bentuk komunikasi yang dilakukan
yaitu pada saat rapat, apel pagi, loka karyawan ataupun sharing langsung
dengan pegawainya. Sharing yang dilakukan kedua pemimpin tersebut
biasanya dengan memanggil pegawai langsung ke ruangan. Contohnya
seperti pada saat Kepala Puskesmas Sempu memanggil salah satu Bidan
yang bertugas terjun langsung ke rumah-rumah masyarakat yang harus
melalui medan cukup sulit untuk melaksanakan inovasi Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA). Dengan adanya sharing tersebut
pemimpin dapat mengetahui dan mendapatkan informasi mungkin ada
kendala atau permasalahan yang dialami dalam melakukan pelayanan
kesehatan. Sehingga sebisa mungkin pemimpin dapat cepat mengatasinya
agar pelayanan yang diberikan dapat dengan maksimal dan
meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat.
Demikian juga dilakukan Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil karena mengetahui pasti masih terdapat suatu kendala
dalam tugasnya, seperti pada pelaksanaan inovasi Lahir Procot Pulang
Bawa Akta, maka dari itu pemimpin melakukan sharing. Terkadang hal
tersebut dilakukan pada saat Kepala Dinas saat mendatangi ruangan
pegawai secara langsung ataupun memanggil kepala Bidang atau seksi
terkait. Dengan adanya tindakan seperti itu pemimpin berharap kendala
serta permasalahan tersebut dapat segera teratasi agar prosess
pelaksanaan inovasi dapat berjalan dengan baik sehingga pelayanan yang
dilakukan untuk masyarakat tidak terhambat.
5. Peran pemimpin sebagai partisipator dalam mendorong inovasi Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang
Bawa Akta
Untuk memunculkan, membuat ataupun melaksanakan inovasi
seorang pemimpin harus dapat ikut berpartisipasi sehingga dapat
menjalankan perannya yaitu sebagai partisipator. Keith Davis dalam
bukunya Human Relation at Work dalam Sastropoetro (1985:13)
menjelaskan bahwa:
Partisipasi dapat didefenisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran
dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan.
Sedangkan peran kepemimpinan sebagai partisipator merupakan
seorang pemimpin yang mengadakan konsultasi dengan para
bawahannya mengenai tindakan-tindakan keputusan-keputusan yang
diusulkan atau dikehendaki oleh pemimpin serta berusaha memberikan
dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan
kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan. Tidak hanya itu dalam
pelaksanaan ataupun mendorong inovasi seorang pemimpin juga harus
dapat ikut berpartisipasi secara langsung yaitu ikut serta memantau atau
melakukan pelayanan kepada masyarakat. Semua itu juga terlihat dalam
peran kepemimpinan pada Puskesmas Sempu dan Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil dalam mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu
dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
Partisipasi Kepala Puskesmas Sempu dalam inovasi Stop Angka
Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) yaitu dalam pemberian ide,
merancang inovasi mulai dari awal, namun semua itu tidak dilakukannya
sendiri, agar pegawainya lebih aktif dan dapat meningkatkan kinerja
yang dimiliki pemimpin juga berusaha untuk mengaktifkannya dengan
bertanya tentang ide lain yang mungkin dimiliki, ataupun adanya
pendapat serta kritik terkait dengan inovasi yang akan dilakukan. Selain
itu dengan hal tersebut pegawai jadi lebih mengetahui bagaimana inovasi
yang akan dilakukan sebenarnya sehingga dapat melaksanaknnya dengan
prosedur dan tujuan yang telah ditetapkan. Peran lain Kepala Puskesmas
Sempu yaitu bersama dengan Kepala Desa memperkenalkan inovasi Stop
Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) agar lebih dikenal. Hasilnya
pun membanggakan SAKINA masuk dalam salah satu top 99 inovasi
pelayanan publik terbaik di Indonesia. Partisipasi secara langsung dalam
pelaksanaan inovasi juga dilakukan Kepala Puskesmas Sempu, yaitu
seperti ikut merujuk pasien darurat ke Rumah Sakit. Bentuk partisipasi
Kepala Puskesmas Sempu lainnya yaitu dengan ikut terjun langsung
dalam Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada suami tentang
pemahaman kehamilan dan persalinan ibu secara benar terutama pada ibu
hamil beresiko tinggi. Kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk unik dan
menarik, seperti “ngopi bareng” sambil berdiskusi tentang ibu hamil
beresiko tinggi.
Sedangkan bentuk partisipasi Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam inovasi Lahir Procot Pulang Bawa Akta yaitu
berusaha untuk memberikan motivasi, arahan, serta selalu berusaha
mendorong pegawainya agar memiliki pemikiran, ide dan gagasan yang
dapat meningkat kualitas pelayanan bagi masyarakat. Tidak hanya itu
kepala dinas juga selalu berusaha untuk menyelesaikan berbagai
permasalah yang ada. Bentuk pasrtisipasi lain yang dilakukan yaitu
mendampingi Dinas Kependudukan dari Daerah lain yang sedang
melakukan studi banding untuk melihat terkait dengan inovasi Lahir
Procot Pulang Bawa Akta yang sudah berhasil dalam pelaksanaanya
sampai saat ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian dari pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi pada inovasi
Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa
Akta, yaitu sebagai berikut:
1. Peran kepemimpinan yang dilakukan Kepala Puskesmas Sempu dalam
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam mendorong inovasi Lahir
Procot Pulang Bawa Akta sudah cukup baik. Kedua pemimpin melakukan
lima peran kepemimpinan untuk mendorong inovasi yang ada di
organisasinya yaitu sebagai berikut:
a. Pemimpin sebagai inspirator
Inspirator adalah orang-orang yang perkataannya, tindakannya
maupun tulisannya dapat bisa menginspirasi orang lain. Dari hasil
penelitian kepala Puskesmas Sempu dan Kepala Dinas Kependudukan
dan Pencatatab Sipil dapat dikatakan sudah menjadi inspirator bagi
pegawainya. Kedua pemimpin memiliki kepribadia yang sifat dan
sikap yang baik, sabar, ramah, aktif terutama dalam menjalankan
tugasnya, serta semangat kerja yang dimilikipun sangat besar, selalu
berusaha untuk menyelesaikan segala bentuk permasalah dan kendala
yang muncul pada inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dan Lahir Procot Pulang Bawa Akta di organisisanya.
Selain itu kedua pemimpin juga tidah pernah membatasi hubungan
antara atasan bawahan. Adanya prestasi yang dimiliki pemimpin juga
dapat menjadi inspirasi bagi pegawainya. Dengan adanya sifat, sikap
dan prestasi yang dimiliki pemimpin tersebut pasti para bawahan
menjadikannya sebagai sebuah inspirasi/teladan untuk dirinya.
b. Pemimpin sebagai motivator
Motivator adalah seseorang yang memberiakn motivasi kepada siapa
saja yang dapat menimbulkan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Bentuk motivasi yang dilakukan Kepala Puskesmas Sempu dan
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam mendorong
inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan Lahir
Procot Pulang Bawa Akta yaitu dengan cara men-support dan
memberikan dorongat semangat untuk menjalakan tugasnya.
Pemberian motivasi tersebut biasanya dilakukan pada saat apel
pagi/briffing, loka mini karyawan ataupun rapat. Contohnya seperti
yang terjadi Bidan yang tugasya terjun langsung kerumah-rumah
warga dengan melalui medan terjal dan cukup jauh (dilereng gunung
raung). Terkadang para Bidan malas untuk menemui masyarakat
karena kendala tersebut. Untuk itu Kepala Puskesmas Sempu
memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar tetap semangat
menjalankan tugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
terutama terkait dengan pelayanan bagi ibu hamil yang berisiko tinggi.
c. Pemimpin sebagai konseptor
Konseptor dapat diartikan sebagai orang yang mencetuskan atau mula-
mula memiliki ide/gagasan/penyusun konsep. Dari hasil penelitian
Kepala Puskesmas Sempu merupakan pencetus ide/penyusun konsep
pertama dari inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA)
yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak di
Kecamatan Sempu. Dengan munculnya inovasi SAKINA angka
kematian ibu dan anak dapat dikatakan 0 (zero). Dari hasil wawancara
kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yaitu bapak Djafri
Yusuf walaupun bukan sebagai pencetus ide/penyusun konsep awal
adanya inovasi lahir procot pulang bawa akta, namun bapak Djafri
merupakan seorang pemimpin yang memiliki wawasan luas, mengerti
perkembangan zaman dan kandungan informasi. Hal ini dapat dilihat
dari hasil kinerja yang baru beberapa bulan dilakukan.
d. Pemimpin sebagai komunikator
Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan gagasan,
perasaan ataupun pemikirannya kepada orang lain. Peran pemimpin
sebagai komikator pada inovasi yaitu berada pada konteks pemimpin
mengkomunikasikan segala rencana dan tantangan yang harus
dihadapi dalam inovasi layanan publik kepada pegawainya. Karena
kedua pemimpin sangat memahami betapa pentingnya komunikasi
pada suatu organisasi terutama antara atasan dan
bawahan/pegawainya, maka kedua pemimpin yaitu kepala Puskesmas
Sempu dan kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil selalu
berusaha untuk mengkomunikasikan segala bentuk
ide/rencana/gagasan terkait dengan inovasi Stop Angka Kematian Ibu
dan Anak (SAKINA) dan lahir procot pulang bawa akta yang dimiliki
dan akan dilakukan kepada bawahannya.
e. Pemimpin sebagai partisipator
Partisipator dapat diartikan sebagai seorang pemimpin mengadakan
konsultasi serta berusaha memberikan dorongan kepada pegawainya
untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan kegiatan-
kegiatan yang ditetapkan. Selain itu, seorang pemimpin juga harus
dapat berpartisipasi langsung, yaitu melihat bagaimana pelaksanaan
inovasi pelayanan yang dilakukan untuk masyarakat. Seperti yang
dilakukan kepala Puskesmas Sempu dan kepala Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil. Kepala Puskesmas Sempu ikut terjun langsung
dalam pelaksanaan inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. contohnya ikut terjun langsung untuk merujuk pasien
kritis ke rumah sakit. Selain itu itu juga ikut berperan serta
memberikan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada suami tentang
pemahaman kehamilan dan persalinan ibu secara benar terutama pada
resiko tinggi. Sedangkan kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil selalu berusaha untuk memberikan dorongan/motivasi agar
pegawainya lebih aktif untuk memberikan ide/gagasan yang nantinya
dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi
masyarakat.
2. Perbedaan peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi pada Kepala
Puskesmas Sempu dan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
yaitu terletak pada perannya sebagai motivator, konseptor dan partisipator.
Dalam proses pemberian motivasi kepada bawahnnya Kepala Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak memiliki kesulitan atau kendala
sama sekali semuanya berjalan dengan baik. Namun berbeda yang terjadi
kepada Kepala Puskesmas Sempu yang memiliki beberapa kendala yaitu
terkait dengan SDM (umur) dan jasa yang telah diberikan. Terkait dengan
peran pemimpin sebagai konseptor pemimpin Puskesmas dapat dikatakan
lebih baik dibandingkan dengan kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, karena kepala Puskesmas Sempu merupakan yang mula-
mula memiliki ide atau penyusun konsep inovasi Stop Angka Kematian
Ibu dan Anak (SAKINA) sedangkan kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil hanya sebagai pelaksana inovasi lahir procot pulang bawa
akta. Dan perbedaan yang terakhir yaitu terkait dengan perannya sebagai
partisipator yaitu, jika Kepala Puskesmas ikut terjun langsung untuk
memantau pelaksanaan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat,
berbeda dengan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak
ikut terjun langsung ke masyarakat, karena hal tersebut sudah ada petugas
lain yang melaksanakannya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan saran
kepada kepala Puskesmas Sempu dan kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil terkait terkait dengan peran kepemimpinannya dalam
mendorong inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA) dan lahir
procot pulang bawa akta. Saran yang bisa disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepala Puskesmas Sempu lebih baik dan giat lagi untuk
meningkatkan peran kepemimpinannya terutama terkait perannya dalam
pelaksanaan inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA).
Dengan adanya peran kepemimpinan yang lebih baik sehingga tujuan
inovasi layananan kesehatan Stop Angka Kematian Ibu dan Anak
(SAKINA) dapat tetap tercapai, yaitu mengurangi resiko kematian ibu
dan anak serta tidak adanya lagi kematian ibu dan anak di wilayah
Puskesmas Sempu. Selain itu terkait dengan kendala yang terjadi pada
perannya sebagai motivator, yaitu SDM (umur dan jasa yang telah
diberikan), diharapkan kepala Puskesmas Sempu dapat mengatasi hal
tersebut. Cara yang dilakukan yaitu pemimpin dapat lebih memahami
dan melakukan pendekatan tersenidiri dengan pegawainya, serta
memiliki sikap lebih tegas sehingga tidak ada lagi pegawai yang merasa
bahwa dirinya sebagai pegawai paling berjasa di Puskesmas Sempu
dengan adanya inovasi Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (SAKINA).
2. Dengan telah adanya keberhasilan tujuan inovasi lahir procot pulang
bawa akta, salah satunya yaitu memberikan pelayanan yang cepat, tepat
dan gratis diharapkan kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dapat mempertahankannya dan dapat mengatasi semua kendala dan
permasalahan yang muncul pada pelaksanaan lahir procot pulang bawa
akta. Terkait dengan peran kepemimpinan dalam mendorong inovasi
layanan publik sebisa mungkin kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dapat lebih meningkatkan lagi perannya sebagai
partisipastor terutama dalam pelaksanaan inovasi layanan kependudukan
lahir procot pulang bawa akta, yaitu sesekali memantau langsung
pelaksanaan inovasi dan ikut terjun langsung ke masyarakat untuk
melakukan penyuluhan. Selain itu juga dapat lebih meningkat lagi
perannya sebagai motivator bagi pegawainya dalam pelaksanaan inovasi
lahir procot pulang bawa akta karena walaupun pemimpin sudah
memberikan semangat serta motivasi terkadang hal tersebut tidak dapat
berahan lama karena sewaktu-waktu semangat yang dimiliki para
pegawai tersebut dapat berubah.
Daftar Pustaka
Anoraga, Pandji. 1992. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif “Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainyya”. Jakarta: Kencana.
Borins, Sandford. 2002. Leadership and innovation in The Public Sector. [Jurnal
University of Toronto].
Djamrut, Dayang Erawati. 03 Maret 2015. Inovasi Pelayanan Publik di
Kecamatan Sungai Kujang Kabupaten Samarinda. [Online] tersedia
melalui <http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id>. [Diakses pada tanggal 27
Februari 2017].
Duverge, Maurice. 1985. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.
Handayaningrat. 1992. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Gunung Agung.
Hidayat, Feriawan. 29 April 2015. Program Lahir Procot Pulang Bawa Akta raih
penghargaan dari JK. [Online] tersedia melalui <http://www.beritasatu.
com>. [Diakses pada tanggal 24 Agustus 2017].
Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Muluk, M.R. Khairul. 2008. Knowledge Management Kunci Sukses Inovasi
Pemerintah Daerah. Malang: Banyumedia.
. 2005. Desentralisasi dan Pemerintah Daerah. Malang:
Bayu Publishing.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Akasara.
Noor, Irawan. 2013. Desain Inovasi Pemerintahan Daerah. Malang: Ub press.
Rivai, Bachtiar & Amar. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Organisasi.
Depok: PT Raja grafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Pedoman Inovasi
Pelayanan Publik.
Pudjosumedi. 2010. Organisasi dan Kepemimpinan. Jakarta: Uhamka Press.
Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin
Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.
Siagian, Sondang P. 2003. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sinambela, Lijan P. 2011. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suparto, Peni. 2008. Paradigma & Implementasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Kanisius.
Susanto, A.B dan R. Masri Sareb Putra. 2010. 60 Management Gems: Apllying
Management Wisdom in Life. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Silalahi, Ulbert. 2009. Studi Tentang Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik. Jakarta: STIA-LAN Press.
Syafiie, Inu K. 2011. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI).
Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Upacara HKN, Bupati Tekankan Genjot
Terus Inovasi di Berbagai Tingkatan. [Online] tersedia melalui
<http://banyuwangikab.go.id>. [Diakses pada tanggal 01 April 2017]
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Lahir Procot, Pulang Bawa Akta (LPPBA)
di Kabupaten Banyuwangi. [Online] tersedia melaui
http://jipp.jatimprov.go.id. [Diakses pada tanggal 02 April 2017]
PK2A III LAN. Peran Kepemimpinan Dalam Mendorong Inovasi. [Online]
tersedia melalui <http://samarinda.lan.go.id>. [Diaskses pada tanggal 01
April 2017]
Taher, Andrian Pratama. 08 Desember 2016. Rapor Merah Pelayanan Publik
Indonesia. [Online] tersedia melalui <https://tirto.id>. [Diakses pada
tanggal 23 Agustus 2017]
Thoha, Mifta. 1995. Dimensi Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara.
Yogyakarta: Gajah Mada Press.
. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Red. 27 Februari 2016. Inovasi Pelayanan Publik Paci Kemudahan Usaha.
[Online] tersedia melalui <http://www.detakoku.com>. [Diakses pada
tanggal 27 Maret 2017]
Yin, Robert K. 2009. Studi Kasus “Desain dan Metode”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Zamzami, Fitriyan. 16 Desember 2014. Danang Girindrawardana, Ketua
Ombudsman RI: Pelayanan Publik Belum Membanggaka. [Online]
tersedia melalui <http://www.republika.co.id>. [Diakses pada tanggal 23
Agustus 2017]