peran guru pendidikan agama islam sebagai...
TRANSCRIPT
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MEMBINA
AKHLAK SISWA DI SMP AL MUBARAK PONDOK
AREN TENGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Abdul Rahman
NIM 1113011000071
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
ABSTRAK
Abdul Rahman. (NIM 1113011000071). Peran Guru Pendidikan Agama
Islam Sebagai Motivator Dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama
Islam sebagai Motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak
Pondok Aren Tangerang Selatan dan untuk mengetahui perilaku akhlak siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 – November 2019.
Tugas seorang guru Pendidikan Agama Islam bukan hanya memberikan
ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya, akan tetapi ia harus mampu
memberikan contoh perilaku yang baik dan membentuk pribadi siswa sesuai
dengan tuntunan dan ajaran Islam. Tidak hanya membentuk akhlak yang baik bagi
siswa, namun harus menjadi penyemangat dan membina perserta didik menjadi
individu yang berakhlak mulia.
Metode yang digunakan pada penelitian ini, penulis menggunakan metode
kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif. Prosedur pengumpulan data yang
digunakan adalah observaasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam
mendeskripsikan hasil wawancara, penulis menggunakan hasil observasi dan
dokumentasi seabagai penguat terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara
yang dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam, kepala sekolah, guru
Bimbingan Konseling dan 2 siswi kelas VIII. Hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sangat
berperan aktif sebagai motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan. Guru memberikan nasihat dan contoh
langsung kepada siswa, memberikan teguran kepada siswa yang melakukan
perbuatan kurang baik, mengajak siswa untuk sholat berjama’ah, sholat dhuha dan
mencontohkan berpakaian yang baik dan Islami. Perilaku siswa di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan dapat dikatakn cukup baik
iii
ABSTRACT
Abdul Rahman. (NIM 1113011000071). The role of Islamic religious
education teachers as motivators in fostering the morals of students at Al
Mubarak Middle School in South Tangerang.
This study aims to determine the role of Islamic religious education
teachers as motivators in fostering the morals of student at Al Mubarak Middle
School Pondok Aren, South Tangerang and to determine student behavior. This
research was conducted in August 2019 – November 2019. The task of an Islamic
religious education teacher is not only to provide knowledge to students, but I
must give examples of good behavior and shape students personalities according
to Islamic guidance and teachings. Not only from good character for students, but
must be encouraging dan fostering student into individuals who have noble
character.
The method use in this study, researchers used a qualitative method with a
descriptive approach. Data collection prosedures used are observation, interviews
and documentation. In describing the results of interviews, researchers used the
result of observations and documentation as a reinforcement of the data obtained
from results of interviews conducted with Islamic religious education teachers,
principals, counseling guidance teachers and two VIII class students.
The result of the research that have been carried out show that the role of
Islamic religious education teachers plays an active role as a motivator in
fostering the morals of students in SMP Al Mubarak Pondok Aren, South
Tangerang. The teacher give advice and direct examples to students, gives
reprimands to students who do bad deeds, invites students to pray in congregation,
pray dhuha dan exemplify good dress and Islamic. The behavior of students at Al
Mubarak Middle School in South Tangerang can be said to be quite good.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur dipanjatkan kepada
Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada
batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam
selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw, atas segala keteladanan
dan pengorbanan beliau dalam mendidik pengikut dan ummatnya agar menjadi
manusia yang berakhlak mulia.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, motivasi, serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis haturkan ucapan terima kasih
dan penghormatan yang tak ternilai kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin
Umar Lubis, MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Dr. Sururin, M.Ag. Serta seluruh jajaran civitas akademika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Abdul Haris, M.Ag.
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.
5. Pembimbing Akademik Bahrissalim, M.Ag, yang telah memberi
bimbingan dan arahan selama menempuh studi S1 di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.
6. Kepala SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan H. Nahrawi
Mughni, S.Pdi, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
v
7. Pembimbing Skripsi Tanenji, MA, yang telah senantiasa membimbing dan
memberi arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga Besar Alm. H. Ajid bin H. Misnan, yang telah tiada henti
memberi dukungan, do’a dan motivasi serta curahan kasih saying yang
tiada tara. Begitu juga dukungan moril dan materil yang tiada ternilai
harganya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.
9. Guru pendidikan agama Islam SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang
Selatan. Popon Rupaidah, S.Ag, yang telah membimbing, mengarahkan,
memotivasi dan membantu penulis dalam proses penelitian di sekolah.
10. Segenap Dewan guru, tata usaha dan siswa/siswi SMP Al Mubarak
Pondok Aren Tangerang Selatan, yang telah banyak membantu,
sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan.
11. Keluarga Besar PAI 2013, yang selalu memberikan semangat, motivasi,
canda tawa dan telah banyak menorehkan kenangan indah. Semoga
Allah SWT selalu mudahkan dan lancarkan urusan kalian.
12. Keluarga Besar Class Of PAI B (cabhe 2013), yang sudah banyak
membuat rasa kekeluargaan yang kuat, canda tawa, saling tolong
menolong, memberi motivasi dan dukungan satu sama lain. Semoga
persahabatan kita bukan hanya di dunia tetap insya Allah sampai akhirat
nanti.
13. Ahmad Ginanjar, Mohammad Nasruddin, Alvino Tegar Prasetyo, Abdul
Mujib, Al Arifurrahman, Ahmad Faisal Dzulfiqor. Sahabat satu
perjuangan yang saling menyemangati, membantu, memotivasi,
memberi masukan dan keceriaan, semoga Allah mudahkan dan
melancarkan urusan kita semua.
vi
14. Desita Sari, calon istriku yang senantiasa mendukung, memotivasi dan
mendo’akan. Terima kasih, semoga Allah SWT mudahkan urusan dan
rencana kita. Amin.
Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang turut membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT
membalas dengan kebaikan berlipat ganda untuk kalian.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Bekasi, 9 Juni 2020
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ......................................................... 9
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam .................................................... 11
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam ........................... 20
4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................... 23
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi .......................................................................................... 25
2. Teori-Teori Motivasi ........................................................................................ 28
3. Macam-Macam/Jenis-Jenis Motivasi ............................................................... 31
4. Teknik-Teknik Memotivasi Siswa .................................................................... 33
C. Pembinaan Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak ............................................................................................ 42
2. Macam-Macam Akhlak .................................................................................... 43
3. Ruang Lingkup Akhlak ..................................................................................... 45
4. Metode Pembinaan Akhlak Siswa ..................................................................... 46
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 48
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 51
B. Metode Penelitian ................................................................................................. 51
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................................................... 52
D. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 54
E. Analisis Data ......................................................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Obyektif SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan
1. Sejarah Berdirinya SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan .......... 58
2. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................................................ 59
3. Profil SMP Al Mubarak ..................................................................................... 60
4. Data Siswa ......................................................................................................... 61
5. Data Guru/Tata Usaha ....................................................................................... 61
6. Kegiatan Ekstrakulikuler ................................................................................... 62
7. Jenis-Jenis Pengembangan Diri ......................................................................... 64
8. Pembiasaan ....................................................................................................... 66
B. Hasil Penelitian
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam Membina
Akhlak Siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan .............. 68
a. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam
Membina Akhlak Siswa ............................................................................... 68
b. Metode Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam
Membina Akhlak Siswa ............................................................................... 70
c. Kegiatan Pembiasaan Dalam Membina Akhlak Siswa di SMP
Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan ............................................. 73
2. Akhlak Siswa ..................................................................................................... 76
a. Perilaku Akhlak Siswa .................................................................................. 76
b. Peran Sekolah dalam Menangani Siswa yang Melakukan Pelanggaran ...... 79
ix
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 82
B. Implikasi ................................................................................................................ 83
C. Saran ...................................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 84
LAMPIRAN ................................................................................................................... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia, karena pendidikan merupakan sentral kebudayaan dan peradaban
manusia yang terus berkembang. Allah SWT menganugerahkan potensi yang
luar biasa kepada manusia, melalui usaha dan pendidikan manusia dapat
menumbuhkan dan mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berilmu dan
membawa manusia menuju tempat yang mulia. Firman Allah SWT:
لكم ا اذا قيل لكم تفسحوا فى المجلس فافسحوا يفسح الله يايها الذين امنو
الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجت واذا قيل انشزوا فانش زوا يرفع الله
بما تعملون خبير والله
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu.
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah
kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.1 (QS. Al
Mujadilah:11).
Pendidik pertama dan utama ketika seorang anak dilahirkan adalah
orangtua. Sebagai pendidik pertama dan utama, orangtua bertanggung jawab
penuh atas kemajuan perkembangan anaknya, karena sukses tidaknya anak di
1 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang:
Raja Publishing, 2011), h. 543.
2
masa kini ataupun di masa mendatang akan sangat tergantung pengasuhan,
perhatian dan pendidikan yang diberikan orangtuanya.2 Firman Allah SWT:
قودها الناس والح ي ا انفسكم واهليكم نارا و ىكة ايها الذين امنوا قوجارة عليها مل
ما امرهم ويفعلون ما يؤمرون غلظ شداد ل يعصون الله
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamau
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengajarkan
apa yang diperintahkan.”3 (QS. At-Tahrim: 6).
Guru merupakan pendidik kedua setelah orangtua. Dalam proses
pendidikan, eksistensi guru menjadi tumpuan utama untuk pelaksanaan
kegiatan pembelajaran secara maksimal, guru menjadi ujung tombak dalam
pendidikan di sekolah, tanpa adanya guru, pendidikan di sekolah tidaklah
berarti.
Mohammad saroni mengatakan, “eksistensi guru dalam pendidikan dan
pembelajaran tidak berbeda dengan air untuk ikan di dalam sebuah akuarium,
sedemikian pentingnya sehingga jika tidak ada air, kehidupan di dalam
akuarium tersebut tidak dapat berlangsung.4
Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan,
“tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
2Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.
88.
3Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang:
Raja Publishing, 2011), h. 560.
4Mohammad Saroni, Personal Branding Guru: (Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru,
(Jogjakarta, AR Ruzz Media, 2011), h. 75.
5Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 8-9.
3
Dalam hal ini guru memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan, tugas guru bukan hanya saja mengajar namun juga mendidik,
yaitu menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berintelektual,
membentuk peserta didik menjadi manusia yang religius, manusia beriman
yang bertakwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlak yang mulia.
Hal ini sesuai dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 pasal 1
tentang guru dan dosen yang berbunyi, “guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.6
Dalam paradigma Jawa pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru)
yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan
ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, karenanya segala
tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta
didiknya.7
Jika seorang guru berperilaku baik maka peserta didik akan mengikuti
perilaku tersebut, namun jika guru mencontohkan perilaku yang tidak baik
peserta didik akan mengikuti perilaku yang tidak baik pula, bahkan
perilakunya bisa lebih buruk dari perilaku gurunya. Oleh karena itu
pentingnya seorang guru memiliki akhlak yang baik.
Akhlak merupakan posisi tertinggi dalam Islam, dan sesungguhnya
Rasulullah Saw diutus oleh Allah SWT ke bumi untuk menyempurnakan
Akhlak, Allah SWT berfirman:
واليوم الخر أسوة حسنة لمن كان يرجو الل لقد كان لكم في رسول الل
كثيرا وذكر الل
6Sumber Daya Iptek dan Dikti, Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, 2016), h. 2.
7Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.
90.
4
“Sungguh Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”8 (Q.S Al-Ahzab: 21).
Akhlak adalah perbuatan yang disengaja. Jika tidak disengaja, atau
dilakukan karena terpaksa dan dipaksa, maka perbuatan seseorang bukanlah
merupakan gejala akhlak. Ada juga perbuatan yang sulit dinilai, yaitu apabila
seseorang melakukan perbuatan yang baik tetapi mempunyai tujuan yang
buruk atau sebaliknya, dia mempunyai tujuan yang baik, namun cara
mencapainya dengan jalan yang buruk.9
Seseorang yang memiliki akhlak baik akan menjalani pekerjaan dan
hidupnya dengan baik dan bahagia, namun jika seseorang memiliki akhlak
yang buruk dapat dikatakan orang tersebut tidak baik, bahkan akan sulit
melakukan pekerjaan dan hidupnya akan terasa sulit.
Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan
akan mencukupi untuk menjadi bekal ke akhirat nanti. Namun demikian untuk
memiliki akhlak yang mulia perlu adanya bimbingan secara khusus, salah
satunya adalah melalui pendidikan akhlak.
Merosotnya nilai-nilai akhlak menjadi potret kelam yang terjadi saat ini
dikalangan peserta didik, seperti: bullying, kekerasan, tawuran antar pelajar,
merokok, pornografi, narkoba dan masih banyak lagi pergaulan peserta didik
lainnya yang jauh dari ajaran Islam. Kurangnya pergaulan yang Islami di
lingkungan rumah, perkembangan teknologi yang semakin maju, dan kurang
tepat memilih sosok idola yang bisa dijadikan suri tauladan oleh peserta didik
menjadi faktor penyebab merosotnya akhlak saat ini.
Dalam hal ini pentingnya peran seorang guru pendidikan agama Islam
bukan hanya mengajarkan pendidikan akhlak, namun senantiasa mendidik
8 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang:
Raja Publishing, 2011), h. 420.
9M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: (Manusia, Etika dan Makna Hidup,
(Bandung, Nuansa, 2005), cet 1, h. 21.
5
peserta didik dengan cara mengarahkan, membimbing dan membina siswa
berakhlak mulia. Pendidikan akhlak di sekolah tidak cukup hanya dengan
teori-teori yang memenuhi kognitif peserta didik, namun disertai dengan
perbuatan nyata. Karena untuk mengubah sikap mental atau kerohanian
seseorang menuju arah perbaikan, akan terwujud disertai dengan amal
perbuatan.
Peran guru pendidikan agama Islam amatlah penting dalam membina
akhlak siswa serta mengarahkan dan mengendalikan perilaku mereka agar
tidak menyimpang dari ketentuan agama. Oleh karena itu, seorang guru
dituntut untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan kepribadian yang
dapat membina, membimbing serta memberikan contoh bagi siswanya,
bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru juga memiliki peran penting untuk membantu pencapaian
prestasi yang baik bagi peserta didiknya. Keberhasilan pencapaian prestasi ini
pun erat kaitannya dengan motivasi belajar siswa/peserta didik itu sendiri.
Motivasi ini bisa didapatkan melalui sisi intrinsik dan juga ekstrinsik. Salah
satu motivasi ekstrinsik ini ialah peran guru dalam memotivasi siswa/peserta
didiknya dalam membimbing dan membina siswa berakhlak mulia.
Peran seorang guru diharapkan mampu menjadi motivator bagi peserta
didiknya. Jika guru mampu mendorong semangat, serta mengaktifkan proses
belajar mengajar dengan baik, maka prestasi yang didapatkan oleh peserta
didik akan menjadi lebih baik. Melihat pentingnya peran guru sebagai
motivator dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru dituntut untuk
selalu mengembangkan potensi dan kemampuan mengajarnya agar tidak
hanya mampu menyampaikan materi ajar dengan baik, tetapi juga mampu
memberikan motivasi atau dorongan semangat belajar bagi para peserta
didiknya.
Kuat lemahnya motivasi seorang siswa akan turut mempengaruhi
keberhasilannya. Karena itu menumbuhkan motivasi seorang siswa perlu
diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan
masa depan yang penuh tantangan dan mencari solusi tepat dalam mengatasi
6
hal tersebut, memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat
dicapai.
Meskipun pendidikan akhlak telah diberikan di sekolah, namun pada
kenyataannya di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan masih ada
perilaku akhlak peserta didik yang kurang baik, masih ada siswa/siswi yang
melanggar peraturan sekolah, seperti: larangan untuk tidak membawa
handphone, larangan keluar kelas sebelum bel sekolah berbunyi, malas
belajar, bolos sekolah, berpakaian tidak rapih bahkan tidak sopan, tidak
menghormat terhadap guru, mengganggu teman dan bermain handphone pada
saat guru mengajar.
Perilaku bullying antar teman masih kerap terjadi, mereka menjadikan
kekurangan yang dimilki temannya sebagai bahan bullying. Budaya pacaran
juga masih terlihat dikalangan siswa. Kurang cakapnya gaya bahasa yang
digunakan oleh siswa saat berinteraksi dengan teman-temannya. Adapun
terlihat perilaku siswa di luar sekolah, ada beberapa siswa yang masih
memakai seragam sekolah tetapi membuka kerudungnya, berkumpul dengan
temannya dan berfoto dan diposting di media sosial.
Tata tertib sekolah dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan bukan
sebaliknya untuk dilanggar. Setiap siswa yang melanggar tata tertib akan
diberikan sanksi berdasarkan pelanggaran yang dilakukannya. Apabila tata
tertib yang dilanggar berat maka semakin besar pula hukuman yang diberikan.
Dalam hal perhatian, ada orangtua yang memberikan perhatian lebih
terhadap anaknya, adapula orangtua yang tidak terlalu memperhatikan
anaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Namun perhatian
orangtua masih kurang terhadap akhlak anaknya ketika berada di luar rumah,
orangtua tidak mengetahui bagaimana perilaku anaknya dan apa yang mereka
lakukan jika berada di luar rumah.
SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan sebagai salah satu
sekolah percontohan di Tangerang, di sekolah ini terdapat program-program
yang diunggulkan antara lain: tadarus Al Qur’an sebelum kegiatan belajar
7
mengajar, shalat dhuha setiap hari jum’at, shalat dzuhur berjama’ah, membaca
Asmaul Husna, Baca Tulis Al Qur’an dan tahfidz juz ama’.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti berpendapat bahwa
seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja tetapi seorang guru juga
sebagai pendidik yang dapat mengarahkan siswanya. Oleh karena itu peran
guru sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian seseorang yang
berakhlak mulia. Hal ini mendorong penulis tertarik untuk meneliti di sekolah
tersebut dengan penelitian yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MEMBINA
AKHLAK SISWA DI SMP AL MUBARAK PONDOK AREN
TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat
diidentifikasi adalah:
1. Terjadinya kemerosotan akhlak pada pelajar dalam pergaulan saat ini.
2. Masalah pembinaan akhlak yang masih kurang di sekolah.
3. Kurangnya ilmu pengetahuan siswa mengenai pentingnya akhlak.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Setelah peneliti mengidentifikasi masalah di atas, maka peneliti
melakukan pembatasan masalah yaitu:
1. Peranan guru pendidikan agama Islam sebagai motivator dalam membina
akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
2. Perilaku akhlak yang akan diteliti meliputi perilaku akhlak siswa dalam
beribadah, perilaku akhlak siswa kepada guru, perilaku akhlak siswa
kepada teman dan perilaku akhlak siswa terhadap tata tertib sekolah.
3. Siswa yang akan diletiti di sini adalah siswa kelas VIII di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
8
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru pendidikan agama Islam sebagai motivator dalam
membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Siswa?
2. Bagaimana pelilaku akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak siswa di
SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru pendidikan agama Islam sebagai
motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku akhlak siswa di SMP Al Mubarak
Pondok Aren Tangerang Selatan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun
swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan
formal minimal berstatus sarjana dan ketetapan hukum yang sah sebagai
guru berdasarkan Undang-Undang guru dan dosen yang berlaku di
Indonesia.10
Guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki
peranan penting yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya “pemain”
yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar.11
Guru dikenal al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang
bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah
seseorang yang memberikan ilmu.12
Menurut Drs. H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara
individual ataupun klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah.13
Menurut Jejen Musfah, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.14
Seorang guru dalam melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal
10 Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang
Mempengaruhi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 2.
11 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004), h. 81.
12 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi
Guru), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. III, h. 23.
13 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 9.
14 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 3.
10
maupun non formal dituntut untuk mengajar dan mendidik. Pendidik
dalam hal formal yaitu guru merupakan seseorang yang bertugas
mendidik, mengarahkan serta membimbing peserta didik dan seorang
pendidik juga harus dapat membimbing, melatih serta mengembangkan
segala potensi dan bakat yang dimiki oleh peserta didik.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 pada
poin 6 disebutkan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.15
Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya
sebagai hamba Allah SWT serta mampu melakukan tugas sebagai
makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.16
Menurut Marimba (1962:15), mendefinisikan pendidik sebagai
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.17
Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunah terdapat istilah yang mengacu
kepada pendidik dalam islam, yaitu istilah al murabbi. Firman Allah SWT:
ارحمهما كما ربياني صغيرا حمة وقل رب واخفض لهما جناح الذل من الر
15 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 4.
16 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), edisi pertama, h. 159.
17 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
cet 1, h. 6.
11
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”18
(Q.S Al-Isra:24).
Istilah al murabbi pada ayat tersebut diartikan sebagai pendidik. Istilah
ini walaupun maknanya sudah digunakan, namun kosakatanya masih
jarang digunakan, dibandingkan dengan kosa kata lainnya.19
Dari beberapa definisi tentang guru dan pendidik di atas, guru adalah
seseorang yang mampu bertanggung jawab dalam hal mendidik,
mengarahkan serta membina peserta didik. Adapun pendidik dalam
persperktif Islam adalah seseorang yang bukan hanya mendidik tetapi juga
berusaha membentuk serta membina peserta didik dengan nilai-nilai dan
ajaran islami.
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
Kompetensi berasal dari bahasa inggris “competence” yang berarti
kecakapan dan kemampuan. Kompetensi juga berarti perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.20
Menurut Jejen Musfah, “Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan,
perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.21
Kompetensi menurut Cowell adalah, sebagai suatu keterampilan atau
kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari
tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada
18 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang:
Raja Publishing, 2011), h. 284.
19 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), edisi pertama, h. 160.
20 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 1.
21 Jejen Musfah, M.A, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011). Cet. I, h. 27.
12
gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau
pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasaan minimal
kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3) penambahan
penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau
keterampilan.22
Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, seorang guru dituntut
memiliki keanekaragaman kecakapan (Competencies) psikologis, yang
meliputi:
1) Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta)
Kompetensi ranah cipta merupakan kompetensi utama yang wajib
dimiliki oleh calon guru dan guru profesional, karena ia kompetensi
ini mengandung bermacam-macam pengetahuan baik yang bersifat
deklaratif maupun yang bersifat prosedural.
2) Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa)
Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga
amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini meliputi
seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang,
sedih dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.
3) Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa)
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau
kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya
berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Secara garis besar,
kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, yaitu:
a) Kecakapan fisik umum
b) Kecakapan fisik khusus.23
Direktorat Ketenagaan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas,
menyatakan ada empat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan
indikator esensialnya, yaitu:
22 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 53-54.
23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 229-234.
13
1. Kompetensi kepribadiaan
Subkompetensinya sebagai berikut:
a) Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, norma
sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b) Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator
esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial:
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta
didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
2. Kompetensi pedagogis
Subkompetensinya sebagai berikut:
a) Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki
indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian dan mengidentifikasi
bekal ajar awal peserta didik.
b) Merancang pembelajaran, memiliki subkompetensi esensial:
memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran yang ingin dicapai
dan materi ajar serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
c) Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
esensial: menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
3. Kompetensi profesional
Subkompetensinya sebagai berikut:
14
a) Subkompetensi menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada
dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode,
memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
4. Kompetensi sosial
Subkompetensinya sebagai berikut:
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, subkompetensi esensialnya: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
b) Mampu berkomunikasi dan begaul dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan secara efektif.
c) Mampu berkomunikasi dan bergau secara efektif dengan
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.24
Gordon (1988) menyebutkan beberapa hal yang harus terkandung
dalam kompetensi, sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge) yaitu pengetahuan seseorang untuk
melakukan sesuatu.
b. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu.
c. Keterampilan (skiil) adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan tugas yang dibebankan.
d. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya.
24 Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 274-276.
15
e. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang
terhadap munculnya sesuatu yang baru.
f. Minat (interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu tindakan atau perbuatan.25
Dalam bukunya “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, Zakiah
Daradjat berpendapat, pada dasarnya guru harus memiliki tiga kompetensi,
yaitu:
1. Kompetensi kepribadian
a) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau
murid yang diajarkannya.
b) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar
mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah)
terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah
dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru.
c) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.
2. Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran
a) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang
harus diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan
informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau
kecakapan yang bersangkutan.
b) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu
sedemikian rupa baiknya akan memudahkan murid untuk
mempelajari pelajaran yang diterimanya.
3. Kompetensi dalam cara-cara mengajar
a) Merencanakan atau menyusun setiap program suatu pelajaran,
demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan
untuk satu satuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran).
25 Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh), (Bangung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 187.
16
b) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu
atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang
diperlukannya.
c) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya
yang efektif.26
Menurut Haidar Putra Daulay dalam bukunya “Pendidikan Islam Dalam
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia”, seorang guru harus memenuhi
kompetensi sebagai berikut:
1. Menguasai bahan.
2. Mengelola program belajar mengajar.
3. Mengelola kelas.
4. Menggunakan media/sumber.
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
6. Mengelola instruksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.27
Persyaratan akademik dan tenaga kependidikan profesional seorang
guru secara akademik perlu menguasai:
1) Disiplin ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bahan ajaran dan
bidang studi yang menjadi spesialisnya.
2) Bahan ajaran yang akan dijadikan objek belajar para peserta didik.
3) Pengetahuan tentang peserta didik dengan karakteristik tingkat
perkembangan dan kemampuannya.
4) Dasar-dasar teori dan praktik pendidikan.28
Menurut Undang-Undang No. 14/2005 Pasal 10 ayat 1 dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19/2005 Pasal 28 ayat 3, guru wajib memiliki
26 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.
263.264.
27 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004), h. 83.
28 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 78.
17
kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan
profesional.29
Berikut ini adalah penjabaran mengenai beberapa kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru beserta indikatornya, yaitu:
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
beribawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Indikator yang harus dimiliki yaitu:
a) Bertindak sesuai dengan norma hukum.
b) Bertindak sesuai dengan norma sosial.
c) Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.
d) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik.
e) Bertindak sesuai norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong).
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedadogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Indikator yang harus dimiliki yaitu:
a) Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian
b) Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta
didik kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar.
c) Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih.
d) Melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
e) Merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar
untuk menentukan ketuntasan belajar (mastery learning).
29 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi
Guru), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. III, h. 100.
18
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah/madrasah dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya. Indikator yang harus dimiliki yaitu:
a) Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang manaungi
atau koheren dengan materi ajar.
b) Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
d) Memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait.
e) Memahami langkah-langkah kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi mata pelajaran.
4. Kompetensi Sosial
Seorang guru diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap
lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai
bagian dari masyarakat sekitarnya. Seorang guru juga harus berjiwa
sosial tinggi, mudah bergaul dan suka menolong. Indikator yang harus
dimiliki yaitu:
a) Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
c) Berkomunikasi dan bergaul dengan orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.30
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik. Dalam pandangan Islam, orang yang
paling bertanggung jawab tersebut adalah orangtua (ayah dan ibu) anak
didik. 31
30 Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
cet. 1, h. 13-17.
31 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 74.
19
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dalam bukunya “Ilmu Pendidikan
Islam” terdapat tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
pendidikan agama Islam, sebagai berikut:
1) Kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah
menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-
nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta
didiknya. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan,
ketertiban, kedisiplinan dan sebagainya.
2) Kompetensi Sosial-Religius
Hal ini bagi pendidik menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-
masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Contohnya adalah
siakp gotong-royong, tolong-menolong, toleransi dan sebagainya.
3) Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan dasar ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan
tugas keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat
keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan
keahliannya dalam perspektif Islam.32
Menurut Zakiah Darajat, menjadi seorang guru tidak sembarangan
tetapi harus memenuhi beberapa kompetensi, terutama guru pendidikan
agama Islam. Kompetensinya adalah sebagai berikut:
a. Takwa kepada Allah SWT.
Guru tidak mungkin mendidik siswa agar bertakwa kepada Allah jika
ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya, karena ia adalah teladan bagi
para peserta didiknya sebagaimana Rasulullah Saw menjadi teladan
bagi umatnya.
32 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.
96.
20
b. Berilmu/Berijazah
Ijazah bukan samata-mata hanya secarik kertas, tetapi sebagai bukti
bahwa pemiliknya telah memiliki ilmu pengetahuan dan kompetensi
tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Seorang guru harus
mempunyai ijazah dan akta kependidikan atau sertifikat pendidik
sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan mengajar.
c. Sehat jasmani dan rohani
Kesehatan jasmani dan rohani menjadi salah satu syarat yang penting
bagi tiap-tiap pekerjaan. Seseorang tidak dapat melakukan tugasnya
dengan baik jika badannya selalu dihinggapi oleh suatu penyakit.
Sebagai guru syarat kesehatan pun merupakan syarat yang tidak bisa
diabaikan.
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru menjadi penting dalam pendidikan kepribadian
siswa. Guru harus menjadi teladan karena para siswa bersifat meniru.
Diantara tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi
peserta didik yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.33
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan
anak didik, untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas
berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang
menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.34
Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah
mendidik dengan cara mengajar. Tugas-tugas selain mengajar ialah
berbagai macam tugas sesungguhnya bersangkutan dengan mengajar,
yaitu tugas membuat persiapan mengajar, tugas mengevaluasi hasil
33 Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
cet. 1, h. 21-22.
34 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 12.
21
belajar dan lain-lain yang selalu bersangkutan dengan pencapaian tujuan
pengajaran.35
Menurut Al-Ghazali, seorang guru yang mengamalkan ilmunya lebih
baik daripada seorang yang beribadah saja, puasa dan shalat setiap
malam. Tugas utama seorang guru adalah menyempurnakan,
membersihkan dan menyucikan hati manusia untuk mendekatkan diri
kepada Allah.36
Dalam Sistem Praktik Keguruan (1983) ada tiga jenis tugas guru, yaitu
tugas profesi yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
dalam arti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan pada
peserta didik.37
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, tugas
guru bukan hanya memindahkan muatan meteri ke peserta didik, tetapi
dalam kurun waktu 24 jam ia harus siap sedia. Menurut
Abdurrahmansyah ada bidang-bidang garapan profesi atau tugas
kemanusiaan dan kemasyarakatan, yaitu sebagai berikut:
a) Guru sebagai profesi atau jabatan atau pekerjaan yang menentukan
keahlian khusus sebagai guru tugasnya meliputi mendidik, mengajar
dan melatih.
b) Guru sebagai bidang kemanusiaan, di sekolah ia harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.38
Menurut Tutik Rachmawati dan Daryanto dalam bukunya “Teori
Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik”, tugas utama seorang
guru adalah sebagai berikut:
35 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 78-79.
36 Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh), (Bangung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 168.
37 Sholeh Hidayat, op.cit, h.7.
38 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 13.
22
1. Mendidik
Mendidik mencakup proses pendidikan baik di dalam maupun di luar
sekolah. Jadi mendidik tidak bisa hanya dilakukan oleh guru saja,
akan tetapi harus ada kerja sama antara guru, orangtua, masyarakat,
kelompok dan juga pemerintah. Tuga guru sebagai pendidik berkaitan
dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
2. Mengajar
Seorang guru harus bisa mengajar dan mempunyai ilmu pengetahuan
yang cukup untuk diberikan kepada peserta didik. Seorang guru harus
berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan
terampil dalam memecahkan masalah.
3. Membimbing
Membimbing perlu adanya kedekatan tertentu baik yang membimbing
maupun yang dibimbing. Ruang lingkupnya lebih kepada privasi,
individu, khusus, perorangan atau beberapa orang saja.
4. Mengarahkan
Mengarahkan adalah tugas guru untuk memberikan masukan-
masukan yang berguna bagi peserta didik untuk kedepannya guna
mencapai impian dan cita-citanya, mengarahkan berupa himbauan,
larangan, ajakan, perintah ataupun pendapat guna untuk dilaksanakan
oleh peserta didik. Dalam hal ini juga seorang guru harus punya
pandangan positif serta pemahaman yang baik terhadap masa depan
peserta didik kedepannya.
5. Melatih
Seorang guru harus mampu besikap tegas terhadap peserta didiknya
dan menerapkan disiplin terhadap peserta didiknya.
6. Menilai
Seorang guru harus mempelajari seluk beluk tentang penilaian dan
berusaha untuk menerapkannya dan melaksanakannya di lapangan.
7. Mengevaluasi
23
Evaluasi bisa dilakukan bila guru berperan aktif dalam mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan menilai peserta
didiknya sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Proses evaluasi
dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan hasil dan pelaporan.39
Menurut Akmal Hawi dalam bukunya “Kompetensi Guru Pendidikan
Agama Islam”, seorang guru harus bertanggung jawab atas segala sikap,
tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak
anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk
membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna
bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.40
4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di
dalam kelas.41
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005, peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai dari peserta didik.
Penjabarannya sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi
bagi para peserta didik dan lingkungannya. Seorang guru harus
mempunyai standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung
jawab, kewibawaan, kemandirian dan kedisiplinan.
39 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendiidk,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), h. 328-332.
40 Ibid., h. 13.
41 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15.
24
2. Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar harus terus mengikuti perkembangan teknologi
sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-
hal yang terus diperbarui. Seorang guru berperan membantu peserta
didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar
yang dipelajari.
3. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang
bertanggung jawab. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan
tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan
yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai
kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
4. Guru sebagai pengarah
Sebagai pengarah seorang guru harus mampu mengajarkan peserta
didik dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi,
mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan
menemukan jati dirinya.
5. Guru sebagai pelatih
Guru bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi
dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Untuk itu
seorang guru harus memiliki pengetahuan yang banyak meskipun tidak
mencakup semua hal secara sempurna.
6. Guru sebagai penilai
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
dan dengan teknik yang sesuai baik tes atau non tes. Seorang guru
harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang
meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur
pengembangan serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari
berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan kesukaran soal.
25
James B. Broww berpendapat peran guru itu menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan
pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.42
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti
gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi
bisa diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang
dimotivasi tersebut bergerak. Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan
sebagai suatu tendensi seseorang untuk berbuat yang meningkat guna
menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh. A.W. Bernard memberikan
pengertian motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam
perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya
kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu.
Motivasi merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk
mencapai tujuan tertentu.43
Motivasi merupakan mesin yang menguasai dan mengarahkan
perilaku. Kunci dari mesin itu ada di tangan masing-masing individu. Pada
situasi sekolah misalnya: sebagian siswa dapat mengarahkan mesin itu
sendiri dengan sangat baik, sementara sebagian siswa yang lain
membutuhkan bantuan orang lain. Motivasi merupakan aspek penting
dalam belajar. Woolfolk (2009) menyatakan bahwa motivasi diidentifikasi
sebagai keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan dan
mempertahankan perilaku. Sedangkan Winkel (1999), menyatakan
motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari
42 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15.
43 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA. 2016), h. 319.
26
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, sehingga
tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.44
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang
ada pada diri manusia, sehingga berhubungan dengan perasaan dan emosi
yang kemudian seseorang akan bertindak atau melakukan sesuatu. Semua
ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan. Motivasi ini
juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang itu ingin melakukan sesuatu.
Abraham Maslow mendefinisikan motivasi adalah sesuatu yang
bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat
kompleks dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada
setiap kegiatan organisme.45
Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change within
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan.46
Motivasi sendiri merupakan isu yang sangat kompleks tidak hanya
pada apa yang kita ingin lakukan tapi juga dari perilaku tersebut. Jika
motivasi dilihat dari sudut pandang orang yang melakukan maka orang
tidak pernah tidak termotivasi. Siapapun yang melakukan dan apapun yang
dilakukan selalu didorong oleh suatu tujuan.
Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai bidang, termasuk belajar.
Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi
prestasi belajarnya rendah, akibat kemampuan yang dimilikinya tidak atau
kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar
44 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 100.
45 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA. 2016), h. 320.
46 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 148.
27
kemampuan intelektual yang dimiliki dapat berfungsi secara optimal
adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya.
Faktor karakteristik siswa dan guru merupakan faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran dan prestasi belajar. Interaksi antara pengajar dan
siswa perlu mendapat perhatian agar tercapai kualitas yang baik pada hasil
belajar siswa. Diluar itu, konteks pembelajaran dan pemberian tugas juga
ikut berpengaruh.47
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Dalam arti yang luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi
dan arahan terhadap perilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, nilai,
aspirasi dan perangsang (incentivies). Kebutuhan dan dorongan untuk
memuaskan kebutuhan tersebut merupakan sumber utama motivasi.
Sebagai kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, motivasi dianggap sebagai energi vital atau daya pendorong hidup
yang merangsang seseorang melakukan sesuatu aktivitas. Memotivasi
anak berarti mengatur kondisi-kondisi sehingga ia ingin melakukan apa
yang dapat dikerjakan.48
Dari beberapa pengertian motivasi seperti telah dikemukakan tersebut,
secara lebih ringkas dapat dikemukakan bahwa motivasi pada dasarnya
adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu
tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar. Secara lebih
khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan tentu
segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan
47 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 99.
48 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 150-151.
28
semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi
lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih
baik lagi.
2. Teori-Teori Motivasi
Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan
luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli
memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive, motif atau
motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish.49
Menurut Elliot dkk, (1996) mengemukakan empat teori motivasi yang
saat ini banyak dianut, yaitu:
1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Menurut teori ini, orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia
memperoleh pemuasan kebutuhannya. Ada lima tipe dasar kebutuhan
dalam teori Maslow, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki, kebutuhan akan
penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization).
2. Teori Kognitif Bruner
Kunci untuk membangkitkan motivasi bagi Bruner adalah discovery
learning. Siswa dapat melihat makna pengetahuan, keterampilan dan
sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri.
3. Teori Kebutuhan Berprestasi (Need Achievement Theory)
Mc Clelland menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan
untuk berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan,
tugas-tugas yang cukup sulit dan ia mampu melakukannya dengan
baik, mengharapkan umpan balik yang mungkin, serta ia juga mudah
merasa bosan dengan keberhasilan yang terus menerus.
49 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 61.
29
4. Teori Atribusi
Teori ini bersandar pada tiga asumsi dasar. Pertama, orang ingin tahu
penyebab perilakunya dan perilaku orang lain, terutama perilaku yang
penting bagi mereka. Kedua, mereka tidak menetapkan penyebab
perilaku mereka secara random. Ada penjelasan logis tentang
penyebab perilaku yang berhubungan dengan perilaku. Ketiga,
penyebab perilaku yang ditetapkan individu memengaruhi perilaku
berikutnya. Jadi, menurut teori ini perilaku seseorang ditentukan
bagaimana atribusinya terhadap penyebab perilaku yang sama
sebelumnya.50
Purwa Atmaja Prawira, dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dalam
Perspektif Baru, mengemukakan dua teori motivasi, yaitu:
1. Teori motivasi fisiologis
Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive
State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada
proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia
atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri dalam CMS adalah
bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada secara terus-
menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri
individu yang bersangkutan. CMS memiliki ciri aktivitas umum yang
merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat umum. CMS bersifat
selektif terhadap respons yang terpilih. Reaksi itu tidak tergantung
kepada situasi dari luar maupun dari dalam individu. Selain itu, CMS
juga mempunyai ciri emosi dan pola tingkah laku tertentu.
2. Teori aktualisasi diri dari Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) adalah psikolog humanis yang
berpendapat bahwa manusia dapat bekerja kea rah kehidupan yang
lebih baik. Untuk menyokong pendapat itu, Maslow menggunakan
pendekatan yang berbeda dengan paham behaviorisme dan
50 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 154-155.
30
psikoanalisis. Maslow membedakan kebutuhan manusia menjadi dua
kelompok, yaitu kebutuhan metabolism dan kebutuhan untuk tumbuh.
Contoh kebutuhan metabolism adalah kebutuhan-kebutuhan
fisiologis, seperti lapar, haus dan lain-lain. Apabila kebutuhan-
kebutuhan tersebut telah terpenuhi dengan baik, manusia akan
mencari kebutuhan-kebutuhan yang lain seperti kebutuhan keamanan,
cinta, kebersamaan, penonjolan diri dan sebagainya. Sedangkan
kebutuhan tumbuh, merupakan kebutuhan umum yang disebut
aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)
merupakan kebutuhan yang tertinggi tingkatannya dalam hierarki
kebutuhan. Jika kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan baik, seseorang
dapat melaksanakan kodratnya dalam semua aspek kehidupan
sehingga menjadi figur tertentu.51
Fadhilah Suralaga dan Solicha, dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
mengemukakan teori motivasi ada tiga jenis yaitu teori Behavior,
Kognitif dan Humanis.
1) Motivasi dalam perspektif Behavioral
Dalam perspektif behavioral motivasi ditekankan pada imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
2) Motivasi dalam perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu
motivasi mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting
dari penetapan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan suatu
tujuan.
3) Motivasi dalam perspektif Humanis
Dalam perspektif humanis, motivasi ditekankan pada kapasitas siswa
untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih. Salah
satu tokoh yang terkenal adalah Abraham Maslow dengan teori
kebutuhan dasarnya (hierarchy of needs). Menurut Maslow,
51 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA. 2016), h. 331-336.
31
kebutuhan dasar harus dipenuhi dahulu sebelum memuaskan atau
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Misalnya siswa harus
memuaskan dulu kebutuhan makan sebelum mereka dapat
berprestasi.52
3. Macam-Macam/Jenis-Jenis Motivasi
Dilihat dari sumbernya, motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul
dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan
orang lain. Seseorang yang secara intrinsik termotivasi akan melakukan
pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan bisa
memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-
penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Misalnya, seorang
siswa belajar dengan giat karena ingin mengusai berbagai ilmu yang
dipelajari di sekolahnya. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian,
sikap, pengalaman, pendidikan atau berupa penghargaan dan cit-cita.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan
atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh
keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi
yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman.
Misalnya, seorang siswa mengerjakan PR karena takut dihukum oleh
guru.53
Menurut sifatnya, motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu
perbuatan karena takut. Seseorang melakukan kejahatan karena takut
akan ancaman dari kawan-kawannya yang kebetulan suka melakukan
kejahatan. Seseorang mungkin juga suka membayar pajak atau
52 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 101-102.
53 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 152.
32
mematuhi peraturan lalu lintas, bukan karena menyadari sebagai
kewajibannya, tetapi karena takut pada hukuman.
2) Motivasi insentif atau incentive motivation, individu melakukan
sesuatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif. Bentuk insentif
ini bermacam-macam, seperti: mendapatkan honorarium, bonus,
hadiah, penghargaan, piagam, tanda jasa, kenaikan pangkat, kenaikan
gaji, promosi jabatan dan lain-lain.
3) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini lebih
bersifat intrinsic, muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan
kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan datang
dari luar diri individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena
menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap
suatu objek. Seorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu
akan menunjukkan motivasi yang besar terhadap hal itu. Motivasi ini
datang dari dirinya sendiri karena adanya rasa senang atau suka serta
faktor-faktor subjektif lainnya.54
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar,
ada dua jenis macam-macam motivasi, yaitu:
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka
ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, motivasi intrinsik
sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak
memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar
terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin
54 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 63-64.
33
maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran
yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang
akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan
tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak
didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak
didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah
guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar,
dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.
Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik
sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian
anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orangtua. Baik
motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang
negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik.55
4. Teknik-Teknik Memotivasi Siswa
Motivasi tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat
ditumbuhkan, dikembangkan dan diperkuat atau ditingkatkan. Makin kuat
motivasi seseorang makin kuat usaha untuk mencapi tujuan. Menurut
Azwar, ada banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik
atau guru untuk memotivasi siswa/pembelajar untuk belajar
mengemukakan teknik-teknik untuk memotivasi siswa, yaitu:
1) Ganjaran (Reward).
Pemberian ganjaran atau hadiah berkaitan dengan kebutuha akan
penghargaan pada diri siswa. Bentuk ganjaran yang diberikan dapat
55 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 149-152.
34
bersifat simbolik seperti sertifikat, dapat berupa materi seperti buku
dan dapat pula bersifat psikologis sepeerti pujian dan pengakuan.
2) Nilai prestasi.
Nilai prestasi yang diberikan sebagai hasil THB, EBTA dan untuk
hasil pekerjaan rumah maupun tugas-tugas sekolah akan memiliki nilai
motivasi yang tinggi apabila diberikan dengan cara yang tepat.
Terutama dalam memberikan nilai terhadap tugas-tugas sekolah
sehari-hari, hendaklah dilakukan berdasarkan kemajuan belajar siswa
masing-masing, tidak berdasarkan perbandingan dengan prestasi
kelompok.
3) Kompetesi
Dalam situasi-situasi tertentu, persaingan dapat menjadi sumber
motivasi yang ampuh. Bila akan mengadakan suatu bentuk kompetensi
di kelas, haruslah diingat bahwa dalam kompetensi itu setiap siswa
harus mempunyai kesempatan yang sama besar untuk menang. Bila
kompetensi itu menyangkut prestasi sekolah, maka harus ada
pengelompokkan kemampuan lebih dulu. Apabila akan dibuat suatu
kompetensi dalam menyelesaikan tugas belajar sehari-hari, lebih baik
bila tugas itu merupakan tugas kelompok.
4) Pengetahuan akan hasil belajar.
Untuk setiap tugas sekolah maupun rumah, sangat penting artinya
dalam motivasi belajar adalah pengetahuan akan hasil. Para siswa
sedapat mungkin segera mengetahui hasil pekerjaan mereka. Penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan akan hasil pekerjaan sangat efektif
dalam memotivasi siswa untuk belajar.56
Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat
merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi
belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan
pengajaran pun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat,
56 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 158-160.
35
sesuai dengan target yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman
mengenai kondisi psikologis anak didik sangat diperlukan guna
mengetahui gejala apa yang sedang dihadapi anak didik sehingga gairah
belajarnya menurun.
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu:
1) Memberi angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik
biasanya bervariasi, sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh
dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru. Angka
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada
anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan
prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya
terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum.
2) Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Hadiah yang
diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari
keinginan pemberi. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan,
profesi dan usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari
seseorang dengan motif-motif tertentu. Dalam dunia pendidikan,
hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan
kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua atau tiga
dari anak didik lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang
berprestasi tertinggi memperoleh predikat sebagai anak didik yang
teladan dan untuk perguruan tinggi/universitas disebut sebagai
mahasiswa teladan.
Pemberian hadiah bisa juga diberikan bukan berbentuk beasiswa,
tetapi berbentuk lain seperti berupa buku-buku tulis, pensil, bolpoin
36
dan buku-buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak
terbungkus dengan rapi. Pemberian hadiah seperti itu dapat dilakukan
pada setiap kenaikan kelas. Dengan cara itu anak didik akan
termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang
telah mereka capai.
3) Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai salah alat
motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.
Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan
dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan
proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Untuk menciptakan
kondisi yang demikian, metode mengajar memegang peranan. Guru
bisa membentuk anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar di
kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung. Semua anak didik
dilibatkan ke dalam suasana belajar.
Seorang guru bertindak sebagai fasilitator, sementara setiap anak didik
aktif belajar sebagai subjek yang memiliki tujuan. Iklim kelas yang
kratif dan didukung dengan anak didik yang haus ilmu sangat potensial
menciptakan masyarakat belajar di kelas. Kompetisi yang sehat pun
berlangsung di kalangan anak didik, jauh dari sifat malas dan
kemunafikan. Tidak ada lagi beredar isu tugas selesai karena nyontek
di kalangan pelajar.
4) Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha
dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik adalah
simbol kebanggaan dari harga diri. Begitu juga dengan anak didik
sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi
karena harga dirinya.
37
5) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala
kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak
didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang
tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tak berhasrat
untuk belajar.
Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri
anak didik. Potensi itu harus ditumbuhsuburkan dengan menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif sebagai pendukung utamanya.
Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan disini, agar hasrat untuk belajar
itu menjelma menjadi perilaku belajar.
Di sekolah cukup banyak anak didik yang berhasrat untuk
mengembangkan potensi diri, tetapi karena lingkungan yang tersedia
kurang kreatif, maka tidak ada dukungan bagi anak untuk
mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya. Jadilah dia anak
didik yang pasif, menyerah pada keadaan. Motivasi keilmuan yang
seharusnya bergelora menjadi redup, hanya karena hasratnya untuk
belajar tidak terayomi.57
Menurut RBS, Fudyartanto, ada berbagai macam penerapan teori
belajar baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat, yaitu:
a. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenagkan
Guru menunjukkan sikap yang ramah tamah, tidak cemberut, tidak
mudah marah, tidak mencela anak, tidak menyindir dan lain-lain.
Perlakuan-perlakuan yang dicontohkan tersebut akan membuat peserta
didik di dalam kelas menjadi senang dan bergairah dalam belajar.
b. Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa
Guru dapat memberikan hadiah untuk mendorong kegiatan belajar
siswa sebelum menempuh ujian sekolah. Hadiah dapat berupa barang
57 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 158-166.
38
seperti peralatan pendukung belajar (pensil, bolpoin, tas sekolah, buku
dan lain-lain). Hadiah dapat pula berupa pujian atau sanjungan saja.
Kepada peserta didik dapat diberikan janji jika nilai mereka tertinggi
akan diberi hadiah. Dengan janji yang menyenangkan tersebut peserta
didik menjadi terpacu untuk rajin belajar.
c. Guru menciptakan level aspirasi berupa performasi yang mendorong
ke level berikutnya
Guru berusaha mendorong peserta didik lebih bersemangat dalam
belajarnya. Menurut Barow, level aspirasi tergantung kepada
kecerdasan anak, status social ekonomi anak, hubungan anak dan
orangtua, serta harapan-harapan orangtua kepada anaknya. Guru perlu
mengorganisasi peserta didik dalam segala aktivitasnya dalam hal
belajar untuk mencapai prestasi-prestasi yang tinggi sehingga peserta
didik betul-betul menyadari akan pentingnya prestasi-prestasi tersebut
secara bersama-sama.
d. Guru melakukan kompetisi dan kerja sama pada siswa
Guru mengadakan kompetisi prestasi di kelas atau sekolah dengan
tujuan meningkatkan semangat belajar peserta didik. Ajang kompetisi
prestasi menjadi lebih menyemangati siswa dengan diberikan hadiah
bagi pemenang. Pengaruh ajang ini sangat baik, selain memotivasi
siswa untuk lebih berprestasi juga akan meningkatkan kerja sama
antarsiswa dalam belajar karena terdorong ingin mengharumkan nama
baik kelompok masing-masing.
e. Guru menggunakan hasil belajar sebagai umpan balik
Guru menggunakan hasil-hasil belajar yang tidak memuaskan dipakai
sebagai cambuk untuk mempergiat belajar agar ujian berikutnya
memperoleh prestasi yang lebih baik atau lebih tinggi dari sebelumnya.
Prestasi yang sudah baik kalau masih bisa ditingkatkan diupayakan
terus atau paling tidak dapat dipertahankan.
39
f. Guru melakukan pujian kepada peserta didik
Pujian dapat digunakan untuk memotivasi belajar pada siswa.
Sebaliknya, celaan kadang juga berpengaruh berbeda pada anak.
Terkadang baik pujian maupun celaan diartikan berbeda oleh anak.
Secara umum pujian dapat digunakan oleh guru dalam beberapa cara,
seperti dengan senyuman kepada siswa, ucapan-ucapan yang baik,
sikap yang baik, pandangan yang baik, anggukan kepala di depan anak
dan sebagainya.
g. Guru mengusahakan selalu ada yang baru ketika melakukan
pembelajaran di kelas
Guru harus pandai-pandai menciptakan sesuatu yang baru ketika
melakukan pembelajaran di kelas sehingga siswa menjadi senang,
bergairah dalam menerima pelajaran dari guru. Dengan adanya hal-hal
yang baru perhatian siswa menjadi bertambah. Dampaknya anak akan
lebih antusias belajar. Sesuatu yang baru tersebut, misalnya guru
menyajikan mata pelajaran dalam berbagai cara untuk membawa
kepada hal-hal yang baru dalam pengajarannya. Contohnya guru
sewaktu-waktu mengajar sejarah atau mata pelajaran yang lain
dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa terkini yang terjadi di negara
sendiri atau di negara-negara lain di dunia. Pada gilirannya nanti akan
timbul keinginan pada anak-anak untuk mengetahui hal-hal lain yang
sifatnya baru.
h. Guru perlu menyiapkan tujuan yang jelas
Apabila tujuan pembelajaran disusun dengan jelas, pada anak akan
timbul semacam dorongan atau motivasi terarah hanya kepada tujuan
yang jelas dicanangkan sebelumnya.
i. Guru dalam mengajar tidak menggunakan prosedur yang menekan
Guru sewaktu mengajar di dalam kelas tidak menggunakan penekanan-
penekanan sehingga menimbulkan rasa antipasti pada anak. Guru
harus pandai menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang
menyenangkan tidak tegang atau menakutkan peserta didik. Sebaiknya
40
guru dapat menciptakan suasana belajar dalam kelas yang merdeka
tetapi terkendali.
j. Guru menggunakan contoh-contoh hidup sebagai model-model yang
menarik bagi siswa
Guru dalam mengajar dapat menggunakan model-model hidup dari
hewan atau tumbuhan supaya lebih menarik perhatian siswa. Cara
seperti ini mendorong siswa lebih bersemangat dalam belajar.
k. Guru melibatkan siswa secara aktif
Guru dapat menerapkan model belajar siswa aktif agar pembelajaran
dalam kelas berhasil dan menarik bagi segenap peserta didik dalam
kelas. Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik seperti
dikemukakan tersebut sekadar contoh pendekatan yang mungkin cocok
dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Pendidik dipersilakan mengeksplorasi semaksimal mungkin agar
peserta didik termotivasi dalam belajar. Cara-cara yang dapat
dilakukan oleh pendidik dalam kelas tidak harus kaku, tetapi sebaiknya
dilakukan dengan fleksibel sehingga menyenangkan, baik bagi peserta
didik maupun bagi pendidik yang bersangkutan.
Pendidik perlu menggunakan kiat-kiat jitu agar proses pembelajaran
berhasil. Sebaliknya, peserta didik juga perlu mempunyai kiat-kiat
yang jitu untuk belajar agar memperoleh prestasi puncak yang diidam-
idamkannya. Langka-langkah baik yang dilakukan oleh pendidik
maupun peserta didik harus sinkron satu sama lain, tidak bertentangan
satu sama lain sehingga tujuan pembelajaran dalam kelas mencapai
sasaran yang telah dicanangkan bersama.58
Menurut Mujib dan Mudzakir, berbagai bentuk motivasi yang
dikemukakan oleh para psikolog hanya bersifat duniawi dan berjangka
pendek, juga tidak menyentuh aspek-aspek spiritual dan ilahiah. Dalam
Islam, motivasi diakui berperan penting dalam belajar.
58 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA. 2016), h. 347-351.
41
Sebab seseorang bila mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai
tujuan tertentu dan didukung oleh kondisi yang ada, maka ia akan
mencurahkan segenap upaya yang diperlukan untuk mempelajari metode-
metode yang tepat guna mencapai tujuan tersebut, apabila ia menghadapi
suatu masalah dan merasa sangat perlu untuk memecahkannya maka
biasanya ia akan melakukan berbagai upaya untuk itu sehingga
menemukan solusi yang tepat.
Teknik-teknik motivasi dalam Al-Qur’an mencakup tiga bentuk, yaitu:
1. Janji dan ancaman.
Al-Qur’an menjanjikan pahala yang akan diperoleh orang-orang
beriman dalam surga dan ancaman yang akan menimpa orang-orang
kafir dalam neraka. Janji dan ancaman ini menimbulkan harapan dan
rasa takut yang merupakan jaminan bagi tumbuhnya dorongan yang
kuat bagi diri kaum muslimin untuk melakukan amal yang baik selama
hidup di dunia, termasuk belajar.
2. Kisah, yaitu menyajikan berbagai peristiwa, kejadian dan pribadi yang
menarik perhatian dan menimbulkan daya tarik bagi pendengarnya
untuk mengikutinya, dan membangkitkan berbagai kesan dan peraaan
yang membuat mereka terlibat secara praktis serta terpengaruh secara
emosional.
3. Pemanfaatan peristiwa penting, yaitu menggunakan beberapa peristiwa
atau persoalan penting yang terjadi yang bisa menggerakkan emosi,
menggugah perhatian dan menyibukkan pikiran. Al-Qur’an
menggunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami kaum muslimin
sebagai suri teladan yang berguna dalam kehidupan mereka hal itu
membuat mereka lebih siap dan lebih menerima untuk mempelajari dan
menguasai keteladanan tersebut.59
59 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 161-162.
42
C. Pembinaan Akhlak Siswa
1) Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun ( لق )خ yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
khalqun )خلق( yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan
khaliq )خالق( yang berarti pencipta, demikian juga makhluqun )مخلوق( yang
berarti yang diciptakan.60
Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak/khuluq dengan suatu kondisi
(hal) jiwa (nafs) yang menyebabkan suatu aktivitas dengan tanpa
dipikirkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak bercirikan
sebagai berikut:
a) Akhlak sebagai ekspresi sifat dasar seseorang yang konstan dan tetap.
b) Akhlak selalu dibiasakan seseorang sehingga ekspresi akhlak tersebut
dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam pelaksanaannya disertai
pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
c) Apa yang diekspresikan dari akhlak merupakan keyakinan seseorang
dalam menempuh keinginan sesuatu, sehingga pelaksanaannya tidak
ragu-ragu.61
Al-Qurtuby menekankan, bahwa akhlak itu merupakan bagian dari
kejadian manusia. Oleh karena itu, kata al-khuluq tidak dapat dipisahkan
pengertiannya dengan kata al-khilqah, yaitu fitrah yang dapat
memepengaruhi perbuatan setiap manusia.62
Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan, bahwa yang disebut akhalak
ialah “Adatul-Iradah” kehendak yang dibiasakan. Kehendak ialah
60 Abdul Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. IV, h. 11.
61 Muhaimin dkk, Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2005),
h. 262-263.
62 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I (Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi), (Jakarta:
Kalam Mulia, 2009), h. 5.
43
ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan
ialah perbuatan yang diulang sehingga mudah dikerjakan. Jika apa yang
bernama kehendak itu dikerjakan berulang kali sehingga menjadi
kebiasaan, maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.63
Akhlak secara sederhana dapat diartikan sebagai ajaran Islam atau
akhlak yang bersifat Islami. Akhlak Islam ini sifatnya universal yang
untuk menjabarkannya diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan
kesempatan sosial (kondisi dan situasi) yang terkandung dalam ajaran
etika dan moral di dalam suatu masyarakat tertentu. Quraish Shihab
menjelaskan bahwa tolok ukur akhlak adalah ketentuan Allah, dan sesuatu
yang dinilai baik oleh Allah pastilah esensinya baik, demikian sebaliknya.
Allah tidak mungkin menilai kebohongan sebagai kelakuan yang baik.64
Dari beberapa definisi pengertian akhlak, dapat disimpulkan bahwa
akhlak adalah sifat yang telah tertanam di dalam diri manusia. Dengan
kata lain, akhlak juga dapat dikatakan sebuah fitrah yang diberikan kepada
manusia yang disebut budi pekerti, perangai ataupun tingkah laku.
2) Macam-Macam Akhlak
Akhlak secara garis besar terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak
mahmudah (akhlak terpuji/akhlak karimah) dan akhlak mazhmumah
(akhlak tercela/akhlak yang buruk).65
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat
para Nabi dan orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk
merupakan sifat syaitan dan orang-orang yang tercela.66
63 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 99.
64 M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : (Manusia, Etika dan Makna Hidup),
(Bandung: Nuansa, 2005), Cet. 1, h. 96.
65 M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : (Manusia, Etika dan Makna Hidup),
(Bandung: Nuansa, 2005), Cet. 1, h. 96.
66 Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I (Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah Sufi), (Jakarta:
Kalam Mulia, 2009), h. 10.
44
Menurut Aminuddin dkk, dalam bukunya “Membangun Karakter dan
Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam”, akhlak terbagi dua
macam yaitu:
a) Akhlak terpuji
Akhlak terpuji adalah sikap sederhana dan lurus sikap sedang tidak
berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu, beramal, jujur,
tepati janji, amanah, istiqomah, bertoleransi, berkasih sayang, cinta
kasih, adil, mulia dan lain-lain.
b) Akhlak tercela
Akhlak tercela adalah sikap berlebihan, buruk perilaku, takabur, malas,
berbohong, ingkar janji, khianat, ghibah dan lain-lain.67
Menurut M. Ali Hasan diantara akhlak yang baik (akhlak
mahmudah) adalah:
1) Benar
2) Amanah
3) Menepati janji
4) Sabar (tabah)
5) Pemaaf
6) Pemurah dan lain-lain.
Sedangkan yang tergolong akhlak (mazmumah) diantaranya adalah:
1) Sombong
2) Dengki
3) Dendam
4) Mengadu domba
5) Mengumpat
6) Riya’
7) Khianat.68
67 Aminuddin dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian, melalui Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 96-97.
45
3) Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak sesungguhnya sama dengan ruang lingkup
ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan
manusia dengan Allah, sesama manusia dan lingkungan. Penjabarannya
sebagai berikut:
1) Akhlak kepada Allah SWT
Manusia harus menerapkan akhlak yang baik, mulia dan luhur. Paling
tidak ada empat alasan mengenai hal ini. Pertama, Allahlah yang
telah menciptakan manusia, Kedua, Allahlah yang telah memberikan
perlengkapan panca indera, akal, pikiran, hati sanubari disamping
anggota badan yang kokoh dan sempurna. Ketiga, Allahlah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allahlah yang telah
memuliakan manusia dengan cara memberi kemampuan menguasai
daratan dan lautan.69
2) Akhlak kepada sesama manusia
Untuk pegangan operasional dalam menjalankan pendidikan
keagamaan, kiranya nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia (nilai-
nilai kemanusiaan) berikut ini patut untuk dipertimbangkan, antara
lain:
a. Silaturahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama
manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan,
tetangga dan sebagainya.
b. Persaudaraan (ukhuwah), yaitu semangat persaudaraan, lebih-
lebih antara sesama kaum beriman (biasa disebut ukhuwah
islamiyah). Intinya adalah agar manusia tidak mudah
merendahkan golongan lain, tidak saling menghina, tidak saling
68 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.
102.
69 M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : (Manusia, Etika dan Makna Hidup),
(Bandung: Nuansa, 2005), Cet. 1, h. 97.
46
mengejek dan suka mengumpat (membicarakan) keburukan orang
lain.
c. Berbaik sangka (Khusnuzhan), yaitu sikap penuh baik sangka
kepada sesama manusia. Berdasarkan ajaran agama, pada hakikat
aslinya bahwa manusia itu adalah baik, karena diciptakan Allah
dan dilahirkan atas fitrah atau kejadian asal yang suci.
d. Rendah hati (Tawadhu)
Yaitu sikap yang tumbuh karena keinsafan bahwa segala
kemuliaan hanya milik Allah. Maka, tidak sepantasnya manusia
mengklaim kemuliaan kecuali dengan pikiran dan perbuatan yang
baik, yang itu pun hanya Allah yang akan menilainya.
3) Akhlak kepada lingkungan
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya. Ini berarti manusia
dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan dan terhadap semua proses yang sedang terjadi.70
Akhlak kepada lingkunga hidup, seperti sadar dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam,
terutama hewani dan nabati untuk kepentingan manusia dan makhluk
lainnya, sayang pada sesama makhluk dan menggali potensi alam
seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam
sekitarnya.71
4) Metode Pembinaan Akhlak Siswa
Dalam buku “Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia”, ada lima
metode dalam membina akhlak seorang anak, yaitu:
70 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian
Muslim), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 155-158.
71 Aminuddin dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 99.
47
a) Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang berpengaruh dan
terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek
moral, spiritual dan etika sosial anak.
Masalah keteladanan menjadi faktor krusial dalam menentukan baik-
buruknya sikap dan karakter anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya,
berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang
bertentangan dengan norma agama. Sebaliknya, jika pendidik adalah
seorang pembohong, pengkhianat, durhaka, pelit, penakut dan hina,
maka anak didik pun akan tumbuh mengikuti sifat buruk pendidik
tersebut.
b) Pendidikan dengan adat kebiasaan
Seorang pendidik dalam mengajarkan kebaikan pada anak-anak dan
membiasakan untuk berakhlak mulia. Jika pendidik beritikad untuk
merapkan metodologi islam dalam mendidik dan membentuk
kebiasaan dalam diri anak, maka kemungkinan anak akan tumbuh
dalam akidah Islam yang kuat dan akhlak yang mulia.
c) Pendidikan dengan nasihat
Nasihat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam memberikan
kesadaran kepada anak-anak tentang hakikat sesuatu, mendorong
mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan
akhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam.72
d) Pendidikan dengan perhatian
Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian
dengan secara penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan
moral anak, mengawasi dan memerhatikan kesiapan mental dan social
anak, selalu bertanya tentang kondisi fisik dan kemampuan ilmiahnya.
Metode pendidikan seperti ini merupakan modal dasar yang dianggap
paling kokoh dalam pembentukan manusia seutuhnya, insan yang
72 Abdullah Nasih Ulwan, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia jilid 7, Terjemahan Tarbiyatul
Awlad fil Islam oleh Ahmad Maulana, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2012), h. 30-83.
48
menunaikan hak setiap individu yang memilikinya dalam kehidupan
dan termotivasi untuk menunaikan tanggung jawab dan kewajiban
secara sempurna.
e) Pendidikan dengan hukuman
Pendidikan dengan menggunakan hukuman adalah cara yang paling
akhir. Ini berarti terdapat beberapa cara dalam upaya membina dan
mendidik anak. Seorang pendidik hendaknya bersikap bijaksana dalam
menggunakan metode hukuman yang relevan, tidak bertentangan
dengan tingkat kecerdasan, pendidikan dan watak bawaan seorang
anak.73
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penyusunan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu
melakukan penelitian pustaka yang ada. Adapun beberapa penelitian yang
relevan terhadap penelitian ini, antara lain:
1. Intan Rabiatul Adawiyah, dengan judul skripsi “Peran Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Membina Akhlak Karimah Siswa di MTs Negeri 7
Model Jakarta”, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak karimah siswa,
mengetahui seperti apa perilaku akhlak karimah siswa serta apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembinaan akhlak karimah
siswa di Mts Negeri 7 Model 7 Jakarta. Penelitian yang digunakan adalah
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang
digunakan adalah studi kasus serta teknik pengumpulan data yang dipilih
adalah menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini yaitu peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membina
akhlak karimah siswa sudah berperan aktif di sekolah tersebut. Akhlak
73 Abdullah Nasih Ulwan, Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia jilid 8, Terjemahan Tarbiyatul
Awlad fil Islam oleh Ahmad Maulana, (Jakarta PT Lentera Abadi, 2012), h. 27-55.
49
karimah siswa dari hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan
akhlak siswa cukup baik.
2. Muhammad Teguh Nugroho, dengan judul skripsi “Peran Guru PAI di
Era Globalisasi dalam Membina Akhlak Siswa di SMAN 47 Model
Jakarta Selatan”, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru
Pendidikan Agama Islam di era globalisasi dalam membina akhlak siswa,
peran apa sajakah yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
dalam membina akhlak siswa di SMAN 47 Model Jakarta Selatan.
Penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif serta teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini yaitu peran guru PAI di era globalisasi dalam membina
akhlak siswa di SMAN 47 Model Jakarta Selatan sangat berpengaruh
dalam pembinaan akhlak siswa, seperti guru PAI menjadi seorang
pendidik yang membantu siswanya ketika mendapatkan kesulitan dalam
belajar serta peran guru PAI yang membimbing siswanya dengan
mengadakan diskusi yang dilakukan setelah pulang sekolah.
3. Siti Maria Ulfah, dengan judul skripsi “Peran Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa Kelas VI di SD Islam Al-Qudwah
Al-Muqaddasah Jakarta Timur”, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014. Penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu dengan metode wawancara, angket, observasi
dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
PAI di SD Islam Al-Qudwah Al-Muqoddasah, mengetahui bagaimana
peran guru PAI dalam membina akhlak siswa di SD Islam Al-Qudwah
Al-Muqoddasah Jakarta Timur. Hasil penelitian ini yaitu peran guru PAI
dalam pembinaan akhlak siswa kelas VI di SD Islam Al-Qudwah Al-
50
Muqaddasah sudah berperan baik dengan persentasi 80% dalam
pembinaan akhlak siswa, akhlak siswa bias dikatakan baik, senantiasa
berakhlak mahmudah.
4. Umiyati, dengan judul skripsi “Peran Guru Sebagai Motivator Dalam
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di
Madrasah Ibtidaiyah Hudatul Khairiyah Condet Balekambang Kramat
Jati Jakarta Timur”, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013. Penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif dan teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru sebagai motivator
dalam peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di
Madrasah Ibtidaiyah Hudatul Khairiyah condet, Kramat Jati. Hasil
penelitian ini yaitu guru sangat berperan dalam memotivasi siswa dalam
belajar. Dengan kegiatan memberikan motivasi dalam membaca iqra di
Taman Kanak-Kanak Islam Al-Muhajirin, terlihat presentase motivasi
siswa meningkat secara signifikan yaitu 76,73%. Guru mampu
mengembangkan motivasi siswa untuk bereksplorasi dalam kata-kata,
frase dan kalimat yang kemudian menjadi serangkaian kalimat dengan
pendekatan card sort.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini, mengambil tempat di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan, yang berlokasi di Jalan Raya Pondok Aren-Jombang, No.
15 Pondok Kacang Timur, Tangerang Selatan 15226.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara tepat untuk
melakukan sesuatu, dan kata “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan.
Sedangkan “penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.74
Penelitian pada hakikatnya adalah sesuatu kegiatan untuk memperoleh
kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah.75
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan
metode pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan
penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan
mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan
teknik pengumpulan data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang
alamiah.76
Secara harfiah, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik
atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka. Kualitatif
74 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.
1.
75 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian (Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan
Metodologi Penelitian), (Malang, UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h. 26.
76 Djam’an Satori, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 25.
52
berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang
terdapat dibalik fakta.77
Strauus dan Corbin mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Metode penelitian kualitatif disebut
juga sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan
menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-
perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian
tidak menganalisis angka-angka.78
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Prosedur pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh berbagai jenis data yang akan diteliti di lapangan,
dalam hal ini adalah di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara
sistematis. Menurut Poerwandari, observasi merupakan metode yang
paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu
terlibat dalam proses mangamati.79
Metode observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
77 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik), (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013), cet. 1, h. 82.
78 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Sebuah upaya mendukung penggunaan penelitian
kualitatif dalam berbagai disiplin ilmu), (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), edisi I, cet II, h. 12-13.
79 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik), (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013), cet. 1, h. 143.
53
diselidiki. Dalam hubungan itu, Yehoda dan kawan-kawan menjelaskan
pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik berupa:
A. Mengabdi kepada tujuan penelitian.
B. Direncanakan secara sistematik.
C. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum.
D. Dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.80
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.81
Menurut Patton, ada beberapa pembagian jenis wawancara sebagai
berikut:
a. Wawancara pembicaraan informal
Jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung
pada wawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya
dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.
b. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka
dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan
secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk
secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga
agar pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.
c. Wawancara baku terbuka
Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan
cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden. 82
80 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.
70.
81 Ibid., h. 1.
82 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 187-188.
54
Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana peran
guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa, serta
mengetahui apakah ada faktor yang mengambat dalam pembinaan
akhlak siswa. Peneliti juga memperoleh informasi mengenai peran
Pendidikan Agama Islam dari pihak lain, diantaranya kepala sekolah,
guru Akidah Akhlak dan guru Bimbingan Konseling (BK).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan
dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari
pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, wasiat,
buku, undang-undang dan sebagainya.83
D. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan data diperlukan teknik
pemeriksaan dan pengecekan data. Ada empat kriteria yang digunakan dalam
pemeriksaan dan pengecekan data yaitu:
1. Kredibilitas (derajat kepercayaan)
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Pada tahap ini
peneliti bisa lebih mengenal kondisi keadaan yang diteliti.
b. Ketekunan/keajegan pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
83https://id.wikipedia.org/w/index.php
55
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatau yang lain. Triangulasi berarti cara untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada
dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang
berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata
lain peneliti dapat mengecek kembali temuaannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori.
d. Pemeriksaan sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat.
Pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan sebaya yang memiliki pengetahuan umum
yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka
peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang
dilakukan. Pada teknik ini peneliti mengekspos temuan yang didapat
dari pihak lain yaitu kepala sekolah, guru akidah akhlak, dan guru
bimbingan konseling (BK).84
2. Kebergantungan (Depenability)
Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bias memberikan data.
Peneliti ini perlu diuji depenabilitinya. Kalau proses penelitian tidak
dilakukan tetapi adanya data, maka penelitian tersebut tidak reliable atau
dependable. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.85
3. Kepastian (Confirmability)
84 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 324-334
85 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet.
8, h. 277.
56
Data yang telah ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun,
dikategorikan secara sistematik dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman,
kerangka pikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka dan kecenderungan-
kecenderungan tertentu.86
E. Analisis Data
Pada penelitian kualitatif, analisis data dimulai dari reduksi data,
kategorisasi data, sintetis dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.
Analisi data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai penelitian.87
Menurut Miles dan Huberman, analisis data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah model analisis data mengalir (flow model).
Sejumlah langkah analisis terdapat dalam model ini, yakni pengumpulan data,
reduksi data dan penarikan kesimpulan.88
Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang merupakan catatan
lapangan yang terkait degan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.
2. Reduksi data
Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, peneliti sudah
mengetahui data-data apa saja yang dibutuhkan terkait penelitiannya.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yakni pengamatan, wawancara dan
dokumentasi.
86 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, (Jakarta: Dekan FITK, 2015), h. 76.
87 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, (Jakarta: Dekan FITK, 2015), h. 69.
57
3. Penyajian data
Bentuk penyajian yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif
adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan
penelitian. Selain itu penggunaan gambar, bagan dan tabel bisa
memperkuat data deskriptif dan mempermudah pembaca dalam
memahami isi penelitian tersebut.
4. Penarikan kesimpulan
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara dan
pemanfaatan dokumen yang sedemikian banyak direduksi untuk dipilih
mana yang paling tepat unuk disajikan. Penarikan kesimpulan tidak
lepas dari fenomena permasalahan yang diteliti. Penarikan kesimpulan
dilakukan sejak peneliti berusaha mencari makna dari data yang
terkumpul, dalam hal ini tema hubungan dan kesamaan dari hal-hal
yang sering timbul.89
89 Ibid., h. 70-71.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Obyektif SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang
Selatan
1. Sejarah Berdirinya SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan
Yayasan Al Mubarak didirikan pada tahun 1964 di Bendungan
Hilir Jakarta Pusat dan memulai pengembangan Dakwahnya dalam bidang
pendidikan pada tahun 1964 dengan salah satu pendirinya yaitu : KH.
Abdullah Bin H. Syarmil dan KH. Abdurrahman Bin H. Muasyim
(keduanya telah almarhum).
Pembentukan Yayasan Pendidikan Al Mubarak dilatar belakangi
oleh keinginan beliau untuk memajukan masyarakat yang berwawasan
intelektual tanpa melupakan ajaran dan nilai-nilai Islam di Era Globalisasi
dan Modernisasi yang sebagaimana dalam sabda Rasulullah Saw,
pendidikan itu adalah modal yang ditanamkan tanpa mengenal akhir
karena mencakup kehidupan di dunia dan akhirat.
Untuk merealisasikan cita-cita inilah sebagai langkah awal beliau
mendirikan pendidikan tingkat TK, SD, SLTP Al Mubarak yang
berdomisili di Ibu Kota Negara Republik Indonesia tepatnya Bendungan
Hilir, Jakarta Pusat. Dalam perjalanannya mendapatkan respon positif dari
masyarakat dan mengalami perkembangan, hal mana sebagai salah satu
bukti yang nyata yaitu dengan menyusul didirikannya Pendidikan
Madrasah Tsanawiyah Al Mubarak di lingkungan Masjid Al Mubarak.
Yayasan Al Mubarak di bawah kepengurusan KH. Abdurrahman
telah mengantisipasi sejak dini, bahwa untuk memperluas pengembangan
dalam bidang pendidikan perlu memiliki lokasi baru dalam wilayah
BOTABEK untuk mengikuti pengembangan pemukiman, yakni daerah
Pondok Aren Ciledug Tangerang dengan pemikiran untuk tetap
59
berpartisipasi dalam pembangunan di bidang pendidikan, hal ini
berdasarkan atas pertimbangan bahwa pada lokasi tersebut perlu adanya
fasilitas pendidikan yang memadai, maka didirikan TK, SD, SLTP dan
SMU Islam Al Mubarak beserta rumah Dinas Guru dan Karyawan dalam
satu lokasi, yang luas arealnya kurang lebih 9350 m2 dan telah diresmikan
hari Ahad tanggal 11 April 1993 dengan pembukaan awal tahun pelajaran
1993/1994.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Adapun visi SMP Al Mubarak “Menjadikan siswa sebagai sumber
daya manusia yang cermat dan berakhlak mulia”.
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yaitu:
a. Beorientasi ke depan dengan memiliki kecerdasan yang mampu
bersaing
b. Mencerminkan nilai religius yang selalu berpedoman pada norma
agama
c. Memotivasi semangat siswa untuk berjiwa mandiri
d. Membentuk pribadi yang bertanggung jawab.
Adapun misi SMP Al Mubarak yaitu:
a. Mempersiapkan peserta didik untuk mencapai aspek kecerdasan
b. Membentuk pribadi peserta didik yang religius dan berakhlak
mulia
c. Menghasilkan lulusan yang berprestasi dan berjiwa mandiri
d. Membina peserta didik sehat jasmani, rohani dan bertanggung
jawab.
Sedangkan tujuan SMP Al Mubarak yaitu:
a. Mewujudkan peserta didik yang taat peraturan dan berakhlak mulia
b. Meningkatkan pengusaan ilmu pengetahuan peserta didik
c. Mewujudkan prestasi nilai ujian nasional dengan nilai terbaik
d. Meningkatkan prestasi peserta didik dalam bidang seni dan budaya
yang sesuai dengan norma agama
e. Mewujudkan peserta didik yang sadar lingkungan
60
f. Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi.
3. Profil SMP Al Mubarak
Nama Sekolah : SMP Al Mubarak
Alamat : Jl. Raya Pondok Aren – Jombang No.15
Kecamatan : Pondok Aren
Kota : Tangerang Selatan
Provinsi : Banten
No.Telpon / HP : 021 7458912 / 0813 160 92741
NSS / SM / NDS : 20 22 80 31 10 13
Akreditasi : Terakreditasi “ A “
Tahun di dirikan : 1991
Tahun Beroperasi : 1993
Kepemilikan Tanah : Milik Sendiri
a. Status Tanah : Girik / AJB
b. Luas Tanah : 9.400 m2
Status Bangunan Milik : Milik Sendiri
a. Surat Izin Bangunan : Ada
b. Luas Seluruh Bangunan : 3500 m2
Rekening Rutin Atas Nama Sekolah :
a. Nomor : 0824-01-000261-50-1
b. Atas Nama : SMP Almubarak
c. Nama Bank & Cabang : BRI Cabang Pondok Aren
61
4. Data Siswa 3 ( Tiga ) Tahun Terakhir
Kelas Jumlah Siswa
2017 / 2018
Jumlah Siswa
2018 / 2019
Jumlah
Siswa
2019 / 2020
VII 53 60 70
VIII 51 59 57
IX 53 48 58
Jumlah 167 167 185
5. Data Guru / Tata Usaha
No Uraian Jumlah
1
Guru Mata Pelajaran
13
2
Staf Tata Usaha
2
62
No
N A M A
Jabatan
L/
P
Mengajar
Bidang Studi
Pendidikan
Terakhir
Ket
DPK
GTY
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
H.Nahrawi Mughni, S.Pd.I
Idah, S.Pd
Popon Rupaidah, S.Ag
Dra. Rohayati
M. Rusdin, SE
Ahmad Yusuf, S.Kom
Reni Septiati, S.Pd
Ichsan Fahmi, S.Pd
Nasrudin
Lukman Heriyanto, S.Pd
Andi Shobri, S.Pd
Upi Siti Parhatun
Khalid Ibnu Sina
Kasek
Wakasek
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
L
P
P
P
L
L
P
L
L
L
L
P
L
-
IPA
SBK / PAI
IPS
Adm.Pembukuan
TIK
Bahasa Inggris
Matematika
Fiqih
PJOK
Tahfiz
Bahasa
Indonesia
Qurdis
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
S.1
-
-
V
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
V
V
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6. Kegiatan Ekstrakulikuler
Ekstrakurikuler pilihan berdasarkan PP no. 62 tahun 2014 dikembangkan
dengan prinsip :
1. Partisipasi aktif yang menuntut peserta didik secara penuh sesuai
dengan minat dan pilihan masing-masing
2. Menyenangkan, kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakn dalam suasana
yang menggembirakan bagi peserta didik.
Ekstrakuriker pilihan di SMP Almubarak meliputi :
63
1. Pencak silat
2. Futsal
3. Kepramukaan
4. PMR
5. English Club
6. Tari Tradisional
7. Matematika Club
8. Paskibra
9. Marawis
10. Mading Sekolah
NO. JENIS KEGIATAN HARI PUKUL PEMBINA
1 Pencak Silat Selasa 15.00-17.00 Hendra
2 Futsal Sabtu 09.00-11.00 Lukman Heriyanto, S.Pd
3 Kepramukaan Rabu 10.00-11.30 Andri Darmawan, S.Pd
4 PMR Sabtu 07.00-09.00 Idah, S.Pd
5 English Club Sabtu 08.00-10.00 Reni Septiati, S.Pd
6 Tari Tradisional Kamis 14.00-16.00 Azka Azhara
7 Matematika Club Sabtu 09.00-10.30 Ichsan Fahmi, S.Pd
8 Paskibra Sabtu 08.00-10.00 Nasrudin
9 Marawis Rabu 14.00-16.00 LuthfiKamal
10 Mading Sekolah Jum’at 13.00-15.00 Rusmilah, S.Pd
64
7. Jenis-Jenis Pengembangan Diri
Pengembangan diri dilaksnakan di luar jam pembelajaran dan
dibina oleh pendidik dari dalam maupun dari luar SMP Al Mubarak
yang mempunyai kualifikasi yang baik berdasarkan surat keputusan
kepala sekolah.
Jenis dan nilai-nilai yang ditanamkan dan Strategi yang digunakan
pada Pengembangan Diri di SMP Al Mubarak adalah sebagai berikut:
Jenis Pengembangan Diri Nilai-nilai yang
ditanamkan Strategi
A. Bimbingan Konseling
(BK)
Kemandirian. Percaya diri,
Kerjasama, Demokratis,
Peduli sosial, Komunikatif,
Jujur
• Pembentukan karakter atau
kepribadian
• Pemberian motivasi
• Bimbingan karier
B. Kegiatan
Ekstrakurikuler:
1. Kepramukaan
Demokratis, Disiplin,
Kerjasama, Rasa
Kebangsaan, Toleransi,
Peduli sosial dan
lingkungan, Cinta damai,
Kerja keras
• Latihan terprogram
(kepemimpinan,
berorganisasi)
2. English Club,
Mading Sekolah
Komunikatif, Rasa ingin
tahu, Kerja keras, Senang
membaca, Menghargai
prestasi, Jujur
• Pembinaan rutin
• Mengikuti perlombaan
• Pameran atau pekan ilmiah
• Publikasi ilmiah secara
internal
65
Jenis Pengembangan Diri Nilai-nilai yang
ditanamkan Strategi
3. Olahraga
Sportifitas, Menghargai
prestasi, Kerja keras, Cinta
damai, Disiplin, Jujur
• Melalui latihan rutin (antara
lain: futsal, pencak silat.
• Perlombaan olahraga
4. Kerohanian
Religius, Rasa kebangsaan,
Cinta tanah air
• Beribadah rutin
• Peringatan hari besar agama
• Kegiatan keagamaan
5. Seni budaya
Disiplin, Jujur, Peduli
budaya, Peduli sosial,
Cinta tanah air, Semangat
kebangsaan
• Latihan rutin
• Mengikuti vokal grup
• Berkompetisi internal dan
eksternal
• Pagelaran seni
6. Kepemimpinan
(Kepramukaan,
Paskibra, PMR)
Tanggungjawab,
Keberanian, Tekun,
Sportivitas, Disiplin,
Mandiri, Demokratis, Cinta
damai, Cinta tanah air,
Peduli lingkungan, Peduli
sosial, Keteladanan, Sabar,
Toleransi, Kerja keras,
Pantang menyerah, Kerja
sama
• Kegiatan OSIS
• Kepramukaan
• Latgab PMR
• Kegiatan kerohanian
66
8. Pembiasaan
Kegiatan pembiasaan diri secara tidak terprogram dapat
dilaksanakan sebagai berikut :
Kegiatan Bentuk Kegiatan
Rutin, yaitu kegiatan yang
dilakukan terjadwal
• Kebersihan lingkungan selasa-jum’at jam ke-0
• Piket kelas
• Ibadah / sholat duhur berjamaah
• Baca surat pendek dan berdoa sebelum dan sesudah
pembelajaran di kelas
• Upacara bendera tiap senin
• Sholat duha dan doa bersama tiap jum’at jam ke-0
• Menyanyikan lagu –lagu nasional setiap pulang sekolah
• Membaca secara berkala pada jam ke-1
Spontan, adalah kegiatan
tidak terjadwal dalam
kejadian khusus
• Memberi dan menjawab salam
• Meminta maaf
• Berterima kasih
• Mengunjungi kerabat yang sakit
• Membuang sampah pada tempatnya
• Mengumumkan barang temuan
• Melerai pertengkaran
• Mengumpulkan infaq untuk masjid
Keteladanan, adalah
kegiatan dalam bentuk
perilaku sehari-hari
• Perilaku guru selalu positif
• Mengambil sampah yang berserakan
• Cara berbicara yang sopan
• Mengucapkan terima kasih
• Meminta maaf
67
Kegiatan Bentuk Kegiatan
• Menghargai pendapat orang lain
• Memberikan kesempatan terhadap pendapat yang berbeda
• Mendahulukan kesempatan kepada orang tua
• Penugasan peserta didik secara bergilir
• Menaati tata tertib (disiplin, taat waktu, taat pada
peraturan)
• Memberi salam ketika bertemu
• Berpakaian rapi dan bersih
• Menepati janji
• Memberikan penghargaan kepada orang yang berprestasi
• Berperilaku santun
• Pengendalian diri yang baik
• Memuji pada orang yang jujur
• Mengakui kebenaran orang lain
• Mengakui kesalahan diri sendiri
• Berani mengambil keputusan
• Berani berkata benar
• Melindungi kaum yang lemah
• Membantu kaum yang fakir
• Sabar mendengarkan orang lain
• Mengunjungi teman yang sakit
• Menunjukkan budaya gemar membaca
• Mengembalikan barang yang bukan miliknya
• Antri
• Mendamaikan
• Semangat tinggi dalam bekerja
68
A. Hasil Penelitian
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator
dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Al Mubarak Pondok
Aren Tangerang Selatan
a. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator
dalam Membina Akhlak Siswa
Peneliti mengamati ketika guru pendidikan agama Islam masuk ke
dalam kelas pada saat pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai,
terlebih dahulu guru pendidikan agama Islam membuka pembelajaran
dengan mengucapkan salam dengan semangat dan dijawab langsung
dengan keras oleh siswa. Kemudian guru menanyakan kabar kepada
siswa dan mengabsen siswa satu persatu, setelah itu menginstruksikan
siswa untuk duduk rapih dan siap untuk mengikuti pelajaran.90
Sebelum masuk ke pembahasan materi, guru pendidikan agama
Islam terlebih dahulu menyemangati siswa dengan memberikan
motivasi dan dorongan dibarengi dengan ice breaking agar suasana
kelas tidak terlalu tegang bagi siswa sebelum memulai pembelajaran.
Selain itu juga guru pendidikan agama Islam menyampaikan sedikit
pesan dan kisah-kisah inspiratif kepada siswa yang terkait dengan tema
pelajaran yang akan dibahas.91
Metode yang dipakai oleh guru pendidikan agama Islam di SMP
Al Mubarak dalam proses pembelajaran sangat beragam, tetapi
acuannya adalah kepada proses pembelajaran aktif siswa yakni
kurikulum 2013 dengan cara mengelompokkan siswa pada setiap
pertemuan, memberi tugas per kelompok, bekerja sama dan presentasi
daripada hasil yang telah didiskusikan. Pada awal pembelajaran, guru
menggunakan metode ceramah, menyampaikan indikator dan tema
90 Hasil Observasi di dalam Kelas VIII-1, Selasa, 20 Agustus 2019, waktu: 09:10-11:00 wib.
91 Ibid.
69
yang akan dibahas serta tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa.
Pada saat di sela-sela proses pembelajaran guru melakukan juga
melibatkan siswa dengan tanya jawab terkait tema pelajaran dan guru
langsung menjelaskan kepada siswa terkait masalah yang siswa belum
dimengerti. Pada tema pelajaran yang tidak hanya ceramah saja, guru
pendidikan agama Islam juga menggunakan power point sebagai media
pendukung untuk siswa dalam memahami dan mudah menangkap
terkait materi pelajaran dan berfungsi juga agar siswa tidak jenuh dan
bosan saat pembelajaran berlangsung.92
Sebelum proses pembelajaran diakhiri, guru kembali mereview
kembali terkait pembahasan dan berusaha menyimpulkan terkait tema
pelajaran. Kemudian guru kembali memberikan pesan dan motivasi
untuk tetap semangat dalam belajar dan ditutup dengan salam.93
Tidak hanya di dalam kelas pada saat pembelajaran, ketika di luar
jam pembelajaran pun guru pendidikan agama Islam berperan aktif
dalam menerapkan perilaku akhlak yang baik serta pembiasaan kepada
siswa seperti mengucapkan salam setiap bertemu guru dan mencium
tangan, serta sopan dan mengucap salam ketika masuk ke ruang guru.
Seorang guru juga berperan sebagai orangtua di sekolah, menyapa
siswanya dan tersenyum serta mengajak ngobrol dan berbincang dengan
siswa.94
Dalam membina akhlak siswa di sekolah, peran guru lain juga turut
aktif dalam membina siswa menjadi pribadi yang agamis, selain dalam
hal perilaku, peneliti juga melihat guru laki-laki mencontohkan dalam
hal berpakaian misalnya memakai peci, dan guru lain yang perempuan
92 Ibid.
93 Ibid.
94 Hasil Observasi di luar jam pelajaran, Jum’at 23 Agustus 2019.
70
mencontohkan berpakaian yang sopan, misalnya dalam memakai jilbab
yang benar.95
b. Metode Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai
Motivator dalam Membina Akhlak Siswa
Guru pendidikan agama Islam menggunakan metode khusus dalam
membina akhlak siswa dengan tujuan siswa bisa cepat mengerti, paham
dan tanggap terkait nilai-nilai akhlak yang disampaikan oleh guru bisa
diimplementasikan siswa pada perilaku sehari-hari.
Dalam membina akhlak siswa guru pendidikan agama Islam
menggunakan beberapa metode, yaitu:
1) Metode teladan atau memberi contoh
Guru pendidikan agama Islam adalah merupakan pengawal
moral siswa di sekolah, seperti yang dikatakan oleh guru
pendidikan agama Islam SMP Al Mubarak bahwa, “seorang guru
adalah berperan sebagai contoh bagi siswanya, jika yang dicontoh
siswa itu baik maka insya Allah siswa yang mencontonya pun akan
menunjukan perilaku yang baik. Sebaliknya, jika yang dilihat oleh
siswa itu dari contoh yang buruk oleh guru, maka siswa pun akan
menunjukkan perilaku yang buruk dan tidak baik juga. Terutama
seorang guru pendidikan agama Islam, memiliki peran khusus
sebagai pengawal moral dan akhlak siswa, dengan cara
mengenalkan kepada siswa bagaimana contoh perilaku yang baik,
bertutur kata yang baik kepada guru, kepada teman sebayanya,
sikap hormat kepada orang yang lebih tua, mencontoh cara
berpakaian yang baik bagi laki-laki dan perempuan, serta
mengingatkan untuk selalu taat dan patuh terhadap peraturan
sekolah.”96
95 Ibid.
96 Popon Rupaidah (Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 23
Agustus 2019.
71
2) Metode pembiasaan
Selain menggunakan metode ceramah, guru pendidikan
agama Islam juga menerapkan metode pembiasaan. Hal ini
bertujuan untuk membiasakan siswa berperilaku baik di sekolah
dan berpengaruh juga di rumah.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Mohammad Nasrudin
guru pelajaran Akidah Akhlak bahwa, “setiap sekolah pasti
memiliki keunggulan masing-masing dalam hal membina akhlak
siswa. Untuk di SMP Al Mubarak sendiri ada beberapa keunggulan
untuk membina siswa yaitu dengan cara menerapkan pembiasaan
yang diwajibkan kepada siswa, diantaranya sholat dhuha
berjama’ah setiap hari Jum’at sebelum pembelajaran, sholat dhuhur
berjama’ah, tadarus Al-Qur’an sebelum pembelajaran berlangsung,
mengucap dan menjawab salam, berkata sopan kepada guru dan
teman sebaya.”97
3) Metode peringatan dan teguran
Di setiap sekolah pasti ada siswa yang menunjukkan
perilakunya baik dan kurang baik, tergantung sekolahnya itu
sendiri bagaimana cara menangani perilaku siswa tersebut. Di SMP
Al Mubarak pasti ada contoh siswa yang menunjukkan perilaku
yang kurang baik, maka sikap sekolah sangat tegas dalam
menangani siswa yang berperilaku kurang baik tersebut.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Popon Rupaidah guru
pendidikan agama Islam bahwa “upaya guru pendidikan agama
Islam dalam menangani siswa yang bermasalah adalah dengan
memberi teguran dan peringatan terlebih dahulu. Jika siswa
tersebut terbukti kembali melakukan kesalahan yang sama, maka
97 Mohammad Nasrudin (Guru Akidah Akhlak SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 26 Agustus
2019.
72
akan diberi peringatan kembali dan selanjutnya diberi sanksi sesuai
besar kecilnya kesalahan yang ia lakukan.”98
Hal tersebut diperkuat oleh Ibu Reni Septiati guru Bimbingan
Konseling yang mengatakan “dalam upaya menangani siswa yang
bermasalah, selaku guru Bimbingan Konseling saya melakukan
pendekatan terlebih dahulu, mengajak ngobrol dahulu kepada
siswa, menanyakan hal-hal biasa dahulu agar siswa tidak terlalu
tegang. Kemudian menanyakan perihal cara ia bergaul di sekolah,
di lingkungan sekitar rumahnya, siapa saja temannya dan
kemudian diberi peringatan terkait kesalahan yang ia perbuat.
Setelah itu kemudian dipanggil orangtua siswa ke sekolah, tetapi
tergantung besar kecilnya kesalahannya juga. Jika memang berat
akan dipertemukan dengan orangtuanya. Biasanya memerlukan
waktu 1-2 minggu melakukan konseling dari mulai awal
pendekatan terlebih dahulu dan setelah itu ada pemberian
skor/sanksi bagi siswa tergantung besar kecilnya kesalahannya.”99
Dari pengamatan yang peneliti lakukan, terlihat juga peran
guru lain dalam membina perilaku akhlak siswa baik itu pada saat
jam pelajaran, di luar jam pelajaran maupun di sekitar lingkungan
sekolah jika ada siswa yang melanggar nilai-nilai akhlak dan tata
tertib sekolah, guru itu pun langsung menegur dan memberikan
penjelasan yang benar kepada siswa tersebut.100
98 Popon Rupaidah (Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 23
Agustus 2019.
99 Reni Septiati (Guru Bimbingan Konseling SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 23 Agustus
2019.
100 Hasil Observasi di lingkungan sekolah, Jum’at 23 Agustus 2019.
73
c. Kegiatan Pembiasaan Dalam Membina Akhlak Siswa di
SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan
Akhlak merupakan suatu perilaku yang apabila dilakukan dengan
cara terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan. Dalam kegiatan
pembinaan akhlak siswa di SMP Al Mubarak, semua guru juga ikut
berperan aktif di sekolah. Seperti yang dikatakan oleh guru pendidikan
agama Islam SMP Al Mubarak bahwa, “dalam hal membina akhlak
siswa di sekolah ini memang tidak hanya peran satu guru saja, tentunya
diperlukan peran guru lain dalam hal mengontrol dan mengawasi
perilaku akhlak siswa di sekolah. Selain peran guru lain yang
mengontrol siswa dalam pembinaan akhlak di sekolah, peran guru
pendidikan agama Islam juga di sekolah sangat berperan penting
terutama dalam hal pembelajaran agama, mencontohkan perilaku yang
baik, mencontohkan pembiasaan yang baik dan mencontohkan cara
bertutur kata yang baik dan sopan kepada siapapun.101
Dalam melaksanakan pembinaan akhlak siswa di sekolah, peran
guru pendidikan agama Islam melakukan kerjasama yang baik dengan
Kepala Sekolah, guru-guru lain dan juga peran orangtua siswa. Dalam
hal ini tidak hanya peran guru pendidikan agama Islam yang berperan
sebagai pengawal moral siswa, haruslah ada peran dari pihak lain yang
terlibat agar upaya pembinaan akhlak yang dilakukan berhasil dengan
baik.102
Upaya yang dilakukan SMP Al Mubarak dalam pembinaan akhlak
siswa dilakukan melalui kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan
dilakukan dimulai dari siswa masuk sekolah hingga sampai pulang
sekolah. Adapun kegiatan-kegiatan pembiasaan yang dilakukan di
sekolah yaitu:
101 Popon Rupaidah (Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 23
Agustus 2019.
102 Ibid.
74
1) Mengucapkan dan menjawab salam
Dalam membina akhlak siswa menjadi pribadi yang memiliki
rasa hormat, sikap sopan dan santun sekolah, SMP Al Mubarak
memiliki peraturan etika bagi siswa yaitu:
a. Setiap siswa wajib memiliki perilaku hormat dan patuh
kepada kepala sekolah.
b. Memiliki sikap hormat, sopan dan santun kepada semua guru
dan staf sekolah.
c. Mengucap salam dan mencium tangan guru setiap bertemu
dengan guru.
d. Mentaati dan patuh terhadap peraturan dan tata tertib sekolah.
e. Memiliki sikap sopan dan santun dalam berbicara kepada
semua guru dan teman sebaya.
2) Kegiatan tadarus Al-Qur’an
Tadarus Al-Qur’an adalah kegiatan pembiasaan yang rutin
dilakukan di SMP Al Mubarak terutama yang dilakukan oleh guru
pendidikan agama Islam sebelum memulai pembelajaran di kelas.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak H. Nahrawi Mughni, “di
SMP Al Mubarak memang sudah dibuat peraturan mengenai
perilaku yang baik, tata cara bersikap, cara berpakaian dan sikap
hormat kepada guru, namun peran saya selaku kepala sekolah,
supaya menguatkan lagi pembiasaan bagi siswa, kami menambah
kegiatan pembiasaan tadarus Al-Qur’an dan menambah tenaga
pendidik nya.”103 Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ibu Popon
Rupaidah, “setiap pertemuannya saya mewajibkan tadarus di kelas
yang biasa dilakukan sebelum memulai pembelajaran, dan siswa
pun diwajibkan membawa Al-Qur’an setiap pertemuannya, apabila
103 Nahrawi Mughni (Kepala Sekolah SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 4 September 2019.
75
ada siswa yang tidak membawa Al-Qur’an maka guru akan
memberi teguran kepada siswa tersebut.”104
Dengan adanya kegiatan pembiasaan tadarus Al-Qur’an ini
bertujuan untuk menanamkan perilaku disiplin siswa, serta
menumbuhkan rasa cinta untuk selalu membaca Al-Qur’an. Saat
peneliti melakukan pengamatan di kelas, terlihat adanya aktivitas
tadarus Al-Qur’an yang langsung dibimbing oleh guru pendidikan
agama Islam sebelum jam pelajaran dimulai, guru menyuruh siswa
untuk duduk rapih dan tenang, kemudian siswa diminta untuk
mengeluarkan Al-Qur’an dan membacanya dibimbing oleh guru.105
3) Shalat dzuhur berjama’ah
Kegiatan rutin yang selalu dibiasakan di SMP Al Mubarak
adalah shalat dzuhur berjama’ah di masjid sekolah. Shalat dzuhur
dilaksanakan pada pukul 12:30 wib. Ketika bel istirahat berbunyi
semua siswa diintruksikan oleh guru untuk segera meninggalkan
ruangan kelas dan segera menuju masjid untuk melaksanakan
shalat. Semua guru terlihat berperan dalam mengajak siswa untuk
segera menuju masjid untuk shalat, terutama guru pendidikan
agama Islam yang sebelum shalat berjama’ah dilaksanakan,
terlebih dahulu mengecek ke kelas-kelas apabila masih ada siswa
yang berada di kelas untuk segera bergegas ke masjid. Pelaksanaan
shalat dzuhur berjama’ah yang menjadi imamnya langsung dari
guru SMP Al Mubarak dan dilakukan secara bergantian, setelah
selesai shalat guru langsung membimbing siswa untuk membaca
dzikir/wirid terlebih dahulu sebelum kembali ke kelas.106
104 Popon Rupaidah (Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 23
Agustus 2019.
105 Hasil Observasi di dalam kelas, 27 Agustus 2019.
106 Hasil Observasi Shalat Dzuhur Berjama’ah, 27 Agustus 2019.
76
4) Shalat dhuha berjama’ah
Pelaksanaan shalat dhuha dilaksanakan bersama setiap hari
jum’at oleh semua guru dan siswa di masjid sekolah sebelum
dimulainya pembelajaran. Sama seperti kegiatan shalat dzuhur
berjama’ah, peran guru pendidikan agama Islam adalah
mengarahkan dan mengajak siswa untuk segera bergegas ke
masjid. Setelah semua siswa berkumpul di dalam masjid, sebelum
shalat dhuha dilaksanakan terlebih dahulu siswa dibimbing guru
untuk membaca Asmaul Husna bersama-sama. Setelah shalat
dhuha dilaksanakan, tak lupa guru membimbing siswa untuk
membaca do’a dan diakhiri dengan bersalam-salaman.
1. Akhlak Siswa
a. Perilaku Akhlak Siswa
Sebagai orangtua kedua bagi siswa di sekolah, kepala sekolah,
guru-guru dan pihak lain harus mencontohkan perilaku yang baik dan
sikap kedisiplinan kepada siswa. Di sekolah juga tidak cukup hanya
menyampaikan pesan dan teori saja terkait perilaku akhlak kepada siswa,
tetapi langsung dengan praktik yang dilakukan oleh guru dan pihak lain
di sekolah. Peneliti menilai perilaku siswa dalam empat aspek yaitu:
1) Perilaku Akhlak Siswa dalam Beribadah
Dalam aspek perilaku akhlak siswa dalam beribadah meliputi:
shalat fardhu, shalat dhuha, tadarus Al-Qur’an, cara beramal/sedekah
dan cara berpakaian. Pelaksanaan shalat fardhu di SMP Al Mubarak
yakni sholat dzuhur berjama’ah saja. Waktu pelaksanaan sholat
dzuhur berjama’ah yakni pada jam 12.30 wib, setelah jam istirahat
berbunyi siswa segera bergegas ke masjid beriringan dengan guru.
Pada pelaksanaan sholat dzuhur berjama’ah siswa dibimbing dan
diawasi oleh guru agar siswa dapat tertib mulai dari ke luar kelas,
pada saat siswa berwudhu sampai pelaksanaan sholat dzuhur selesai.
Selain sholat dzuhur berjama’ah, di SMP Al Mubarak siswa juga
77
diwajibkan untuk mengikuti sholat dhuha berjama’ah di masjid yang
waktu pelaksanaannya rutin setiap hari Jum’at pagi sebelum jam
pembelajaran dimulai.107
Dari hasil wawancara dengan siswa kelas VIII.1 dapat diketahui
bahwa “semua siswa/siswi di SMP Al Mubarak diwajibkan untuk
melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah tepat waktu, sedangkan
untuk sholat dhuha rutin dilaksanakan setiap hari jum’at pagi sebelum
jam pelajaran dimulai. Biasanya sebelum pelaksanaan sholat dhuha
berlangsung siswa dibimbing oleh guru untuk membaca Asma’ul
Husna terlebih dahulu dan sholat di imami oleh guru agama SMP Al
Mubarak.”108
Tidak hanya di sekolah saja Qeysya melaksanakan sholat fardhu
dan sholat dhuha, Alhamdulillah di rumah pun ia melaksanakan sholat
wajib lima waktu dan selalu menyempatkan untuk membaca Al-
Qur’an setelah sholat sedangkan kalau sholat dhuha hanya kadang-
kadang saja tidak sempat melaksanakan tetapi jika ada waktu luang
tetap melaksanakan.”109
2) Perilaku akhlak siswa kepada guru
Akhlak siswa kepada guru di sini adalah meliputi bagaimana
sikap hormat, santun dan sikap patuh siswa kepada guru. Perilaku
siswa kepada guru memang sangat diatur oleh sekolah, siswa setiap
bertemu guru mengucapkan salam dan mencium tangan. Ketika
masuk ke ruang guru pun sama, setiap siswa bersikap sopan
mengucap salam sebelum masuk dan mencium tangan ke semua guru
yang ada di ruangan tersebut.
107 Hasil Observasi pelaksanaan sholat dzuhur dan sholat dhuha berjama’ah, Jum’at 30 Agustus
2019.
108 Qeysya Mulya Ramadhan (Siswi kelas VIII.1 SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 13
September 2019.
109 Ibid.
78
Menurut pernyataan Saskia Aprilia, “di sekolah sangat
diperhatikan peraturan tentang perilaku akhlak siswanya, terutama
perilaku akhlak siswa kepada guru, kepada kepala sekolah dan pihak
lain yang ada di lingkungan sekolah. Menurut Saskia perilaku akhlak
yang diwajibkan adalah kepada guru, misalnya berperilaku sopan dan
santun apabila bertemu guru, mengucap salam dan mencium tangan
guru.”110
Selain itu siswa juga turut aktif berperan dalam hal mengingatkan
dan menegur temannya jika ada perilaku dari temannya tersebut
kurang sopan jika bertemu dengan guru baik itu pada saat jam
pembelajaran di kelas, maupun di luar jam pembelajaran atau di
sekitar lingkungan sekolah.
3) Perilaku akhlak siswa kepada teman sebaya
Perilaku siswa kepada temannya dalam hal ini meliputi cara
bergaul, bertutur kata dan tidak mengejek/merendahkan teman lain.
Siswa selalu berkata dan berperilaku sopan kepada temannya,
membantu temannya jika sedang mengalami kesulitan dan saling
mengingatkan yang benar jika melakukan kesalahan. Siswa selalu
menjaga sikap dan perilaku kepada temannya dengan tidak mengejek
satu sama lain atau membully teman yang mempunyai keterbatasan
fisik, walaupun terkadang beberapa masih melakukan, tetapi sikap
siswa yang lain menegur dan mengingatkan bahwa perilaku tersebut
tidak benar dan tidak baik untuk dilakukan kembali.
4) Perilaku siswa terhadap peraturan/tata tertib sekolah
Setiap siswa wajib dalam hal mentaati peraturan dan tata tertib
yang diatur oleh sekolah. Siswa juga selalu mencontoh perilaku yang
diberikan oleh guru. Siswa pernah ada yang melanggar dan tidak taat
terhadap peraturan/tata tertib sekolah, jika pelanggaran pertama masih
110 Saskia Aprilia (Siswi kelas VIII.2 SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 4 Oktober 2019.
79
diberikan peringatan dan diingatkan untuk tidak lagi melalukan
pelanggaran tersebut.
Jika kesalahan itu kembali dilakukan oleh siswa maka kembali
diberi peringatan dan akan ditambah sanksi atau hukuman yang sesuai
bobot besar/kecilnya jenis pelanggaran yang siswa lakukan. Sikap
siswa kepada temannya juga saling mengingatkan apabila melanggar
peraturan dan tata tertib sekolah, memberi tahu contoh yang benar dan
mengingatkan untuk tidak mengulanginya.
b. Peran sekolah dalam menangani siswa yang melakukan
pelanggaran
Setiap sekolah pasti memiliki peraturan dan tata tertib masing-
masing. Tetapi pada pelaksanaannya di lapangan terdapat contoh
pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib sekolah. Terdapat
beberapa faktor yang mendorong siswa sehingga melakukan pelanggaran
peraturan dan tata tertib sekolah. Di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan, semua pihak yang ada di sekolah sangat berperan
dan turut andil dalam melaksanakan pengawasan terhadap siswa.
Dalam menangani kasus siswa yang melakukan pelanggaran baik
itu dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah,
pihak pertama yang melakukan penanganan kepada siswa adalah guru
pendidikan agama Islam yang kebetulan berperan juga sebagai wakil
bidang kesiswaan. “Setiap siswa yang melanggar peraturan sekolah,
tentunya ada tindakan tegas dari sekolah baik itu berupa teguran, sanksi
dan juga hukuman skorsing kepada siswa, namun dilihat dan
diidentifikasi terlebih dahulu bobot besar kecilnya jenis
pelanggarannya.”111
Selain peran guru pendidikan agama Islam dalam menangani siswa
yang melakukan pelanggaran, pihak yang berperan aktif lainnya yakni
111 Popon Rupaidah (Wakil Bidang Kesiswaan SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 23 Agustus
2019.
80
guru Bimbingan Konseling. Jika guru pendidikan agama Islam
menangani kasus siswa yang melakukan pelanggaran yang ringan,
berbeda dengan peran guru Bimbingan Konseling yang biasa menangani
siswa yang melakukan pelanggaran berat atau cukup serius. Hal ini juga
sebelumnya terlebih dahulu sudah dikomunikasikan dengan guru
pendidikan agama Islam, jika ia tidak dapat sepenuhnya menangani
siswa tersebut, maka akan dilanjutkan oleh guru Bimbingan Konseling
yang menanganinya lebih komprehensif.
Menurut Ibu Reni Septiati, “pasti di setiap sekolah pasti ada saja
contoh perilaku siswa yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah,
dan jika saya bilang tidak ada contoh pelanggaran di SMP Al Mubarak
maka saya sendiri telah berbohong. Ada saja contoh misalnya siswa
yang dari rumah berangkat ke sekolah, ternyata di sekolah siswa tersebut
tidak ada. Menurut saya, pelanggaran atau perbuatan negatif yang dibuat
siswa itu bukan pengaruh yang disebabkan dari sekolah, tetapi pengaruh
dari luar sekolah, namun bukan berarti semua siswa dapat terpengaruh
hanya beberapa saja, contohnya seperti merokok, membolos yang
pengaruhnya tersebut disebabkan dari pergaulan teman sebayanya.112
Di setiap sekolah pasti memiliki cara dan program-program
unggulan dalam tujuan untuk meningkatkan perilaku para siswanya. Di
samping berbagai cara tersebut, adapun kendala dan faktor penghambat
yang berbeda-beda dalam upaya membina perilaku siswa di sekolah.
Menurut pernyataan Bapak Nahrawi Mughni, “di sekolah SMP Al
Mubarak Pondok Aren ini saya sendiri ikut terlibat berperan dalam hal
pembinaan siswa di sekolah, misalnya menyampaikan kepada siswa
tentang pengetahuan mengenai perilaku akhlak yang baik, memberikan
contoh perilaku yang baik kepada siswa. Selain itu juga saya ada
program lain seperti menambah tenaga pendidik, seperti guru tahfizh,
guru pendidikan agama dan serta memanggil pihak terkait yang bisa
112 Reni Septiati (Guru Bimbingan Konseling SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 23 Agustus
2019.
81
memberikan informasi dan berbagi pengetahuan kepada siswa agar
perilaku akhlaknya meningkat. Pasti ada faktor yang mendorong dan
menghambat dalam membuat sebuah program di sekolah, dalam hal
pembinaan akhlak siswa faktor pendorongnya yaitu kesadaran dari
dalam diri siswa tersebut untuk sadar dalam melakukan perilaku yang
baik di sekolah maupun ketika di rumah, pembinaan guru dalam materi
akhlak, kemudiann di luar kegiatan pembelajaran misalnya kegiatan
maulid nabi, isra mi’raj dan lain-lain. Kemudian dari faktor
penghambatnya adalah kurangnya kesadaran siswa dalam
mempraktikkan perilaku akhlak yang baik, kurangnya perhatian siswa
ketika guru menyampaikan pengetahuan tentang akhlak mulia baik pada
saat pembelajaran di kelas maupun saat di luar jam pembelajaran dan
serta peraturan dan contoh perilaku yang sudah dibuat di sekolah tidak
dipraktikkan pula di rumah masing-masing oleh siswa.”113
Jika ada siswa yang melakukan perbuatan atau pelanggaran yang
bersifat dan berbobot berat, misalnya contoh perilaku kriminal baik itu
yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan
sekolah, tentu sanksinya akan lebih berat dan guru akan memanggil
orangtua siswa serta melakukan pertemuan dengan pihak sekolah
mendiskusikan tentang masalah yang dilakukan siswa dan mencari
solusi terbaik bersama-sama.
113 Nahrawi Mughni (Kepala Sekolah SMP Al Mubarak), Hasil Wawancara, 4 September 2019.
82
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang peran guru pendidikan agama Islam
sebagai motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok
Aren Tangerang Selatan dapat diperoleh beberapa kesimpulan:
1. Peran guru pendidikan agama Islam sebagai motivator dalam membina
akhlak siswa sudah berperan aktif di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan. Hal ini terlihat dari kegiatan pembiasaan yang
dilakukan oleh siswa di sekolah dengan guru pendidikan agama Islam
yang memberikan contoh terlebih dahulu. Guru pendidikan agama Islam
berperan sebagai motivator bagi siswa di sekolah dengan mencontohkan
perilaku yang baik kepada siswa baik pada saat jam pelajaran maupun di
luar jam pelajaran. Cara guru pendidikan agama Islam di SMP Al
Mubarak dalam membina akhlak siswa yaitu dengan menggunakan
metode yaitu: metode teladan atau memberi contoh, metode pembiasaan
dan metode peringatan atau teguran.
2. Perilaku akhlak siswa kelas VIII di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan dari hasil observasi, wawancara siswa dan guru,
diperoleh kesimpulan bahwa perilaku akhlak siswa sudah baik, peneliti
juga menilai dari aspek akhlak siswa dalam hal beribadah, akhlak siswa
kepada guru, akhlak siswa kepada teman sebaya dan akhlak siswa taat
kepada peraturan/tata tertib sekolah. Siswa melaksanakan sholat wajib
berjamaah terutama sholat zuhur, sholat dhuha setiap hari jum’at,
beramal, saling tolong menolong dan peduli kepada temannya. Tetapi
masih ada beberapa siswa yang menunjukkan perilaku akhlak yang
kurang baik dan ada pula yang masih melanggar peraturan/tata tertib
sekolah.
83
3. Sebagai motivator dalam membina akhlak siswa, guru pendidikan agama
Islam tidak hanya bertugas sendiri tetapi melibatkan guru-guru lain dan
peran orangtua dalam membina akhlak siswa. Guru pendidikan agama
Islam juga berperan sebagai pelopor memberi contoh pembiasaan
kepada siswa seperti: mengucapkan dan menjawab salam, tadarus Al-
Qur’an sebelum memulai pelajaran, shalat zuhur berjamah, dan sholat
dhuha.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa peran guru pendidikan agama
Islam sebagai motivator dalam membina akhlak siswa sudah sangat berperan
aktif. Guru mencontohkan perilaku yang baik kepada siswa di sekolah dan
juga memberi pesan untuk dilakukan juga oleh siswa di rumah. Ditambah lagi
dengan kegiatan-kegiatan pembiasaan bagi siswa yang juga dicontohkan oleh
guru pendidikan agama Islam sendiri. Selain itu peran guru-guru dan orang tua
juga sangat membantu guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak
siswa agar terciptanya perilaku akhlak siswa yang dapat membentengi diri dari
perilaku negatif di kemudian hari.
C. Saran
Penulis mencoba memberikan saran yang penulis harapkan bersifat
membangun yang didasarkan pada penelitian ini, yakni:
1. Guru pendidikan agama Islam sebaiknya lebih sering lagi berinteraksi
dengan siswa, tidak hanya di dalam kelas, namun pada saat di luar kelas
pun atau di lingkungan sekolah dan secara terus-menerus memberikan
bimbingan dan arahan kepada siswa.
2. Guru pendidikan agama Islam di pagi hari menyambut siswa diikuti oleh
guru-guru lain sebelum jam pembelajaran dimulai, karena tujuannya
adalah menjadikan pembiasaan ini membuat keakraban antara guru
dengan siswa lebih terjaga dengan baik, selain itu pembiasaan ini agar
lebih efektif dan mendapat dukungan dari pihak yang ada di lingkungan
sekolah.
84
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja Prawira, Purwa. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru.
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016.
Aminuddin dkk. Membangun Karakter dan Kepribadian, melalui Pendidikan
Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif (Sebuah upaya mendukung penggunaan
penelitian kualitatif dalam berbagai disiplin ilmu). Jakarta: Rajawali
Pers, 2015.
B. Uno, Hamzah dan Lamatenggo, Nina. Tugas Guru dalam Pembelajaran:
Aspek yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.
Bachri Thalib, Syamsul. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
Aplikatif. Jakarta: Kencana, 2010.
Departemen Agama Republik Indonesia. As-Syifa (Al-Qur’an dan
Terjemahannya). Semarang: Raja Publishing, 2011
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama. Undang-Undang
dan Peraturan Pemerintah RI. Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama. Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Djamarah, Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta: Dekan FITK, 2015.
Gunawan, Heri. Pendidikan Islam (Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh).
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.
85
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik). Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2013.
Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali
Pers, 2013.
https://id.wikipedia.org/w/index.php
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Khodijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian (Refleksi Pengembangan Pemahaman
dan Penguasaan Metodologi Penelitian). (Malang: UIN-Malang Press,
2008.
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2006.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana, 2011.
Mustofa, Abdul. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Muhaimin. Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan. Jakarta:
Kencana, 2005.
Mahjuddin. Akhlak Tasawuf I (Mu’jizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah
Sufi). Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2010.
Nasih Ulwan, Abdullah. Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia jilid 7,
Terjemahan Tarbiyatul Awlad fil Islam oleh Ahmad Maulana. Jakarta:
PT Lentera Abadi, 2012.
Nasih Ulwan, Abdullah. Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia jilid 8,
Terjemahan Tarbiyatul Awlad fil Islam oleh Ahmad Maulana. Jakarta:
PT Lentera Abadi, 2012.
86
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2004.
Putra Daulay, Haidar. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004.
Ramayulis. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Rachmawati, Tutik dan Daryanto. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran
yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media, 2015.
Saroni, Mohammad. Personal Branding Guru. Meningkatkan Kualitas dan
Profesionalitas Guru. Jogjakarta: AR Ruzz Media, 2011.
Sumber Daya Iptek dan Dikti. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen. 2016.
Solihin, M dan Rosyid Anwar, M. Akhlak Tasawuf: (Manusia, Etika dan
Makna Hidup). Bandung: Nuansa, 2005.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi
dan Kompetensi Guru). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi
dan Kompetensi Guru). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Suralaga, Fadhilah dan Solicha. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Satori, Djam’an. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2009.
87
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
88
Lampiran 1
Kisi-Kisi Observasi
Variabel
Indikator
Waktu dan tempat pelaksanaan
pembinaan akhlak
1. Pada saat jam pembelajaran
2. Di luar jam pembelajaran
3. Di lingkungan sekolah
Pelaku pembinaan akhlak siswa
1. Guru Pendidikan Agama Islam
2. Faktor lain
Aktivitas pembinaan akhlak
1. Pembinaan akhlak yang
dilakukan oleh guru Pendidikan
Agama Islam
2. Pembinaan akhlak yang
dilakukan oleh pihak lain
89
Kisi-Kisi Wawancara
Variabel
Indikator
Informan
Pembinaan
Akhlak
• Upaya guru pendidikan agama Islam
sebagai motivator dalam membina
akhlak siswa
• Metode dan cara yang dipakai guru
pendidikan agama Islam dalam
membina akhlak siswa
• Peran pihak lain dalam pembinaan
akhlak siswa
• Kendala dalam pembinaan akhlak
siswa di sekolah
• Guru pendidikan
agama Islam
• Guru pendidikan
agama Islam
• Guru pendidikan
agama Islam dan
Kepala sekolah
• Guru pendidikan
agama Islam dan
Kepala sekolah
Akhlak Siswa
• Perilaku akhlak siswa di SMP Al
Mubarak Pondok Aren
• Contoh perilaku negatif yang
berkenaan dengan akhlak siswa di
SMP Al Mubarak
• Upaya yang dilakukan dalam
membina siswa yang bermasalah
• Guru
Bimbingan
Konseling dan
Wakil bidang
Kesiswaan
• Guru
Bimbingan
Konseling
• Guru
Bimbingan
Konseling dan
Wakil bidang
Kesiswaan
90
Perilaku akhlak siswa dalam beribadah
• Shalat fardhu
• Shalat dhuha
• Tadarus Al-Qur’an
• Beramal/sedekah
• Cara berpakaian
• Siswa
Perilaku akhlak siswa kepada Guru
• Sikap hormat, santun dan patuh
kepada guru
• Siswa
Perilaku akhlak siswa kepada teman
• Peduli
• Saling tolong-menolong
• Mengejek/bullying
• Ghibah
• Siswa
Perilaku terhadap tata tertib sekolah
• Siswa
91
Lampiran 2
“Pedoman Wawancara Untuk Guru Pendidikan Agama Islam”
Nama Informan : Popon Rupaidah, S.Ag
Hari/Tanggal : Jum’at, 23 Agustus 2019
Waktu : 11:20 wib
Tempat : Di ruang guru
Pertanyaan Wawancara
1. Sejak kapan ibu mengajar dan menjadi guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan ?
2. Upaya apa yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam pengenalan
akhlak kepada siswa/siswi ?
3. Metode apa saja yang dipakai oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak siswa ?
4. Adakah peran dari pihak lain dalam pembinaan akhlak siswa/siswi di SMP
Al Mubarak ?
5. Apa saja kendala yang dihadapi dalam membina akhlak siswa/siswi ?
6. Apakah siswa/siswi sudah mengimplementasikan dengan baik nilai-nilai
akhlak yang sudah diberikan ?
7. Apa solusi yang diberikan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina
akhlak siswa yang bermasalah ?
92
Lampiran 3
“Pedoman Wawancara Untuk Kepala Sekolah”
Nama Informan : H. Nahrawi Mughni, S.Pd.i
Hari/Tanggal : Rabu, 4 September 2019
Waktu : 11:46 wib
Tempat : Di ruang kepala sekolah
Pertanyaan Wawancara
1. Sejak kapan bapak menjabat kepala sekolah SMP Al Mubarak ?
2. Boleh dijelaskan, apa saja yang menjadi visi, misi dan tujuan dari SMP Al
Mubarak ?
3. Sebagai kepala sekolah, bagaimana menurut bapak perilaku akhlak yang
ditunjukkan oleh siswa/siswi SMP Al Mubarak ?
4. Upaya serta peran apa yang dilakukan oleh sekolah terkait pengenalan
perilaku akhlak kepada siswa ?
5. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam melakukan pembinaan
akhlak siswa ?
6. Apakah ada peran pihak lain dalam pembinaan akhlak siswa di SMP Al
Mubarak ?
93
Lampiran 4
“Pedoman Wawancara Untuk Guru Bimbingan Konseling (BK)”
Nama Informan : Reni Septiati, S.Pd
Hari/Tanggal : Jum’at 23 Agustus 2019
Waktu : 09:16 wib
Tempat : Di ruang guru Bimbingan Konseling
Pertanyaan Wawancara
1. Sejak kapan ibu menjabat sebagai guru Bimbingan Konseling di SMP Al
Mubarak ?
2. Menurut ibu, bagaimana perilaku akhlak siswa di SMP Al Mubarak ?
3. Bagaimana sikap disiplin siswa dalam mentaati peraturan sekolah ?
4. Apakah ada contoh kasus perilaku negatif siswa di SMP Al Mubarak ?
5. Upaya apa yang dilakukan dalam membina siswa yang bermasalah ?
6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak
siswa ?
7. Apakah semua guru dan pihak lain juga terlibat aktif dalam pembinaan
akhlak siswa di SMP Al Mubarak ?
94
Lampiran 5
“Pedoman Wawancara Untuk Siswa”
Nama Informan : Qeysya Mulya Ramadhan
Hari/Tanggal : Jum’at, 13 September 2019
Kelas : VIII.1
Waktu : 10:20 wib
Tempat : Di ruang guru
Pertanyaan Wawancara
1. Apa yang kamu ketahui tentang akhlak ?
2. Bagaimana perilaku akhlak kamu di sekolah ?
3. Bagaimana peraturan/tata tertib di sekolah dalam hal perilaku akhlak ?
4. Apa saja menurut kamu contoh perilaku akhlak ?
5. Apa kamu sendiri sudah mempraktikan perilaku akhlak, baik di sekolah
maupun di rumah ?
6. Apa hukuman/sanksi yang diberikan jika ada siswa yang melanggar peraturan
sekolah ?
7. Apakah kamu pernah melanggar peraturan/tata tertib sekolah ?
8. Bagaimana sikap kamu jika ada teman kamu yang melanggar peraturan/tata
tertib sekolah ?
9. Apakah di sekolah ada tadarus Al-Qur’an ?
10. Kapan dan di mana pelaksanaan tadarus Al-Qur’an ?
11. Apakah di rumah kamu tadarus Al-Qur’an juga ?
12. Bagaimana metode guru dalam mengajar tadarus Al-Qur’an ?
13. Apakah ada kewajiban shalat fardhu berjama’ah di sekolah ?
14. Apakah kamu melaksanakan shalat fardhu berjama’ah juga di rumah ?
15. Apakah ada pelaksanaan sholat dhuha di sekolah ?
16. Apakah kamu melaksanakan sholat dhuha juga di rumah ?
17. Apakah di sekolah ada perintah/anjuran untuk beramal bagi siswa ?
18. Apakah kamu sudah melaksanakannya ?
95
19. Apakah di rumah juga kamu beramal/bersedekah ?
20. Bagaimana peraturan sekolah mengenai cara berpakaian siswa dan siswi ?
21. Apakah kamu sudah melaksanakan peraturan tersebut dengan baik ?
22. Bagaimana sikap kamu terhadap teman jika ada yang melanggar peraturan
tersebut ?
23. Bagaimana sikap perilaku akhlak siswa lain kepada guru ?
24. Apakah guru sudah mencontohkan perilaku akhlak yang baik kepada siswa ?
25. Apakah kamu sudah melaksanakan apa yang dicontohkan oleh guru ?
26. Bagaimana perilaku kamu kepada teman ?
27. Apakah pernah berkata tidak sopan dan kasar kepada teman ?
28. Bagaimana sikap kamu jika ada teman yang berkata kasar dan tidak sopan ?
29. Apakah pernah menolong teman yang sedang mengalami kesusahan ?
30. Apakah pernah membully atau mengejek teman ?
31. Bagaimana sikap kamu terhadap teman yang mempunyai
kekurangan/keterbatasan ?
32. Bagaimana sikap kamu terhadap teman yang suka membully atau mengejek
yang mempunyai kekurangan/keterbatasan ?
33. Apakah kamu pernah membicarakan keburukan teman ?
34. Bagaimana sikap kamu jika mendengar teman membicarakan keburukan
teman lain ?
96
Lampiran 6
“Pedoman Wawancara Untuk Siswa”
Nama Informan : Saskia Aprilia
Hari/Tanggal : Jum’at, 4 Oktober 2019
Kelas : VIII.2
Waktu : 10:24 wib
Tempat : Di ruang guru
Pertanyaan Wawancara
35. Apa yang kamu ketahui tentang akhlak ?
36. Bagaimana perilaku akhlak kamu di sekolah ?
37. Bagaimana peraturan/tata tertib di sekolah dalam hal perilaku akhlak ?
38. Apa saja menurut kamu contoh perilaku akhlak ?
39. Apa kamu sendiri sudah mempraktikan perilaku akhlak, baik di sekolah
maupun di rumah ?
40. Apa hukuman/sanksi yang diberikan jika ada siswa yang melanggar peraturan
sekolah ?
41. Apakah kamu pernah melanggar peraturan/tata tertib sekolah ?
42. Bagaimana sikap kamu jika ada teman kamu yang melanggar peraturan/tata
tertib sekolah ?
43. Apakah di sekolah ada tadarus Al-Qur’an ?
44. Kapan dan di mana pelaksanaan tadarus Al-Qur’an ?
45. Apakah di rumah kamu tadarus Al-Qur’an juga ?
46. Bagaimana metode guru dalam mengajar tadarus Al-Qur’an ?
47. Apakah ada kewajiban shalat fardhu berjama’ah di sekolah ?
48. Apakah kamu melaksanakan shalat fardhu berjama’ah juga di rumah ?
49. Apakah ada pelaksanaan sholat dhuha di sekolah ?
50. Apakah kamu melaksanakan sholat dhuha juga di rumah ?
51. Apakah di sekolah ada perintah/anjuran untuk beramal bagi siswa ?
52. Apakah kamu sudah melaksanakannya ?
97
53. Apakah di rumah juga kamu beramal/bersedekah ?
54. Bagaimana peraturan sekolah mengenai cara berpakaian siswa dan siswi ?
55. Apakah kamu sudah melaksanakan peraturan tersebut dengan baik ?
56. Bagaimana sikap kamu terhadap teman jika ada yang melanggar peraturan
tersebut ?
57. Bagaimana sikap perilaku akhlak siswa lain kepada guru ?
58. Apakah guru sudah mencontohkan perilaku akhlak yang baik kepada siswa ?
59. Apakah kamu sudah melaksanakan apa yang dicontohkan oleh guru ?
60. Bagaimana perilaku kamu kepada teman ?
61. Apakah pernah berkata tidak sopan dan kasar kepada teman ?
62. Bagaimana sikap kamu jika ada teman yang berkata kasar dan tidak sopan ?
63. Apakah pernah menolong teman yang sedang mengalami kesusahan ?
64. Apakah pernah membully atau mengejek teman ?
65. Bagaimana sikap kamu terhadap teman yang mempunyai
kekurangan/keterbatasan ?
66. Bagaimana sikap kamu terhadap teman yang suka membully atau mengejek
yang mempunyai kekurangan/keterbatasan ?
67. Apakah kamu pernah membicarakan keburukan teman ?
68. Bagaimana sikap kamu jika mendengar teman membicarakan keburukan
teman lain ?
98
Lampiran 7
Pembinaan Akhlak Siswa
99
100
Lampiran 8
Sholat Dhuha Berjama’ah
101
Lampiran 9
Sholat Dzuhur Berjama’ah
102
Lampiran 10
Tadarus Al-Qur’an