peran dm inf.nosokomial

22
BAB I PENDAHULUAN Dari dulu sampai sekarang, rumah sakit selain sebagai tempat berobat untuk peyakit yang diklasifikasikan berat, rumah sakit juga menjadi tempat bersarangnya bibit penyakit, bibit penyakit di rumah sakit bukan jenis bibit penyakit biasa, melainkan bibit penyakit yang sudah resisten terhadap antiiotika, jenis kuman resisten seperti ini yang bercokol di pelosok ruangan rumah sakit, bisa saja melekat di alat-alat pemeriksaan medis, alat-alat bantu medis, alat-alat bedah, serta perlengkapan rumah sakit lainnya yang mungkin lolos dari prosedur sanitasi dan sterilisasi. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk mahasiswa kesehatan yang nantinya akan menjadi petugas di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang rawan untuk terjadi infeksi. Cara penanggulangan dalam penularan infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi infeksi 1

Upload: fadilah-ns

Post on 10-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas statse bedah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Dari dulu sampai sekarang, rumah sakit selain sebagai tempat berobat untuk peyakit yang diklasifikasikan berat, rumah sakit juga menjadi tempat bersarangnya bibit penyakit, bibit penyakit di rumah sakit bukan jenis bibit penyakit biasa, melainkan bibit penyakit yang sudah resisten terhadap antiiotika, jenis kuman resisten seperti ini yang bercokol di pelosok ruangan rumah sakit, bisa saja melekat di alat-alat pemeriksaan medis, alat-alat bantu medis, alat-alat bedah, serta perlengkapan rumah sakit lainnya yang mungkin lolos dari prosedur sanitasi dan sterilisasi.Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang berisiko mendapat infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien.Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk mahasiswa kesehatan yang nantinya akan menjadi petugas di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang rawan untuk terjadi infeksi. Cara penanggulangan dalam penularan infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi infeksi nosokomial. Namun selain itu, alat medis yang menjadi salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam penularan infeksi tersebut. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas pengaruh alat medis terhadap penyebaran infeksi nosokomial. Untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan dalam penggunaan alat medis memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan, karena mencakup setiap aspek penanganan pasien, sehingga petugas haruss sangat berhati-hati dalam penggunaannya.

BAB IIPEMBAHASAN

1. PengertianInfeksi adalah Adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut di rawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat disebut infeksi nosokomial.Infeksi Nosokomial,berasal dari kata yunani nosos (penyakit) dan komeion (merawat) nosocomion berartiRumah Sakit jadi infeksi nosokomial ialah infeksi yang di peroleh selama dalam perawatan di rumah sakit.Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika,pasien di rawat 3 x 24 jam di rumah sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karna di timbulkan oleh mikroorganisme dan bakteri.Infeksi di rumah sakit ini juga dinamakan disebut juga sebagai Health-care Associated Infectionsatau Hospital-Acquired Infections (HAIs), infeksi nosokomial ini merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak lagsung kematian pasien, kalaupun tak berakibat kematian, infeksi yang bisa terjadi melalui penularan antar pasien, bisa terjadi dari pasien ke pengunjung atau petugas rumah sakit dan dari petugas rumah sakit ke pasien, hal ini mengakibatkan pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit lebih banyak.

2. Epidemiologi Infeksi Nosokomial.Epidemologi adalah telaah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit pada sekelompok orang.infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di Negara termiskin dan Negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi masalah utama yang masih sulit untuk di atasi.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa,Timur-Tengah,Asia Tenggara dan Pasifik masih menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan yang terbanyak terjadi di Asia Tenggara dengan Prosentase 10 %.Tiga faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi (termasuk infeksi yang di peroleh dari Rumah Sakit yakni Infeksi Nosokomial) :1. Sumber Mikroorganisme yang dapat menmbulkan infeksi.2. Rute penyebaran mikroorganisme tersebut.3. Inang yang rentan terhadap infeksi oleh mikroorganisme tersebut.

3 Batasan- batasan infeksi nosokomialInfeksi nosokomial disebut juga dengan hospital acquired infection dengan memenuhi batasan atau kriteria sebagai berikut: Apabila pada waktu firawat dirumah sakit tidak dijumpain tanda-tanda klinik infeksi tersebut Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3x24 jam sejak mulai dirawat Infeksi tersebut bukan merupakan sisa(residual dari infeksi sebelumnya Bila pada saat mulai dirawat di RS suda ada tanda-tanda infeksi , tetapi bukti bahwa infeksi didapat penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai indeksi nosokomial.

4 Skema Penularan Nosokomial. Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian tengah gambar berikut), yang ada pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk ke tempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi (terutama Odha yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit tambahan. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.

Gambar 2.1 Skema Penularan5. Faktor Penyebab perkembangan infeksi nosokomial.a. Agen infeksiPasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada: 1. karakteristik mikroorganisme2. resistensi terhadap zat-zat antibiotika3. tingkat virulensi, dan 4. banyaknya materi infeksius. Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.

b. Respon dan toleransi tubuh pasienFaktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini adalah: 1. Usia2. status imunitas penderita3. penyakit yang diderita4. Obesitas dan malnutrisi5. Orang yang menggunakan obat-obatan 6. imunosupresan dan steroid7. Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.

c. Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsungInfeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV. Peralatan dan instrumen kedokteran, makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya infeksi silang.

d. Resistensi antibiotikaSeiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun 1950-1970, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimana pun juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan dari antibiotika. Banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. Meningkatnya resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap pasien yang immunocompromised. Resitensi dari bakteri ditransmisikan antar pasien dan faktor resistensinya dipindahkan antara bakteri. Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan multiplikasi dan penyebaran strain yang resisten. Penyebab utamanya karena: 1. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol2. Dosis antibiotika yang tidak optimal3. Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat4. Kesalahan diagnosaBanyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten terhadap antibiotika mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat-obatan tersebut. Penggunaan antibiotika secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama terjadinya resistensi. Banyak strain dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotika, begitu juga klebsiella dan pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia.Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit, serta menjadi sangat penting karena meningkatnya jumlah penderita yang dirawat, seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur, mikororganisme yang baru (mutasi), dan Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika.

e. Faktor alatInfeksi nosokomial sering disebabkan karena infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus,jarum suntik, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Selain itu pemakaian infus dan kateter urin yang lama tidak diganti-ganti, juga menjadi penyebab utamanya. Di ruang penyakit, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus.Ada berbagai komplikasi kanulasi intravena yang berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa:1. Ekstravasasi infiltrate : Cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula.2. Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain3. Flebitis: Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena.4. Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran infus.5. Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam pembuluh darah.6. Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul.7. Supurasi: Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul.

Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena yaitu: jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia.

Berikut ini adalah beberapa alat yang sering menjadi media transmisi dalam penyebaran infeksi nosokomial :a. KateterKateter adalah sebuah pipa yang kosong yang terbuat dari logam, gelas, karet, plastik, yang cara penggunaannya adalah dimasukkan kedalam rongga tubuh melalui saluran.Kateter dibagi menjadi 2 yaitu kateter dan non kateter KateterAdalah kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena.Kegunaan : berlaku sebagai vena tambahan untuk pangobatan dalam jangka lama yang lebih dari 48 jam.Kateter ini terbuat dari bahan TEFLON dan plastic PVC. Non kateter1. Nelaton CatheterKateter yang dimasukkan dalam uretra yang berfungsi supaya mempermudah kencing2. Balloon CatheterDisebut juga Folley CatheterKegunaan : Untuk pengambilan air kencing dalam system tertutup, bebas dari udara dan polusi disekitarnya. Biasanya dihubungkan dengan suatu urinovolumeter dan suatu urine untuk keperluan pemeriksaan klinis. Digunakan pada pasien di kamar operasi agar bila keluar air kencing tidak mengganggu suasana. Digunakan dalam perawatan pasien yang tidak bias mengendalikan keinginan untuk tidak kencing (incontinentia urinae).3. Oxygen CatheterKateter yang digunakan untuk mengalirkan gas oxygen ke dalam lubang hidung.4. Stomach Tube/Maag SondeKegunaan : Unuk mengumpulkan getah lambung Untuk membilas atau mencuci isi perut Untuk pemberian obat-obatan.5. Feeding TubeDigunakan sebagai jalan memasukkan cairan makanan melalui tube yang dimasukkan dalam hidung atau mulut.6. Rectal Tube/Flatus BuisKegunaan : Untuk mengeluarkan gas-gas dari usus. Untuk membersihkan rectum.Biasanya ujung yang satu dimasukkan ke dalam anus, dan satunya dihubungkan dengan alat Glycerin spuit.7. Suction Catheter/Mucus ExtractorKegunaan :- Untuk menyedot lendir dari trachea bayi yang baru lahir.- Untuk menyedot cairan amniotik.8. Kondom CatheterAdalah alat yang digunakan untuk menghubungkan penis dengan urine bag melalui ujung tube-nya, terutama pada pasien yang suka kencing dengan tidak sadar.b. Jarum SuntikJarum suntik atau Injection Needles adalah alat yang digunakan untuk menyuntik, dan tentunya digabung dengan alat suntik (spuit).Macam macam jarum suntik:- Jarum suntik yang umum- Jarum suntik gigi- Jarum suntik spinal- Jarum suntik bersayapc. Alat alat untuk mengambil atau memberikan darah atau cairan.- Soluset: alat untuk memberikan cairan infus.- Blood donor set : alat untuk mengambil darah dari donor.- Venoject : alat untuk mengambil darah untuk pemeriksaan.

6. Faktor yang Mempengaruhi infeksi NosokomialRumah Sakit selain bertujuan untuk menyembuhkan dan merawat pasien dengan penyakit tertentu, tetapi juga dapat memberikan dampak yang merugikan bagipasien apabila pasien mengaJami infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dapat diakmi oleh klien/pasien karena berbagai faktor baikinternal maupun eksternal. Berbagai kondisi di RS yang dapat mengakibatkanklien mengalami infeksi nosokomial antara lain: Banyaknya pasien yang dirawat di RS yang dapat menjadi sumber infeksibagi pasien lain. Kontak langsung antara pasien dengan pasien yang menjadi sumberinfeksi Kontak langsung antara pasien dengan petugas kesehatan yangterkontaminasi kuman Kontak langsung pasien dengan alat/equipment yang kesehatan yangtelah terkontaminasi dengan kuman Kondisi klien yang lemah dan daya tahan tubuh klien yang rendah

7. Tindakan Pencegahan Infeksi NosokomialPencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standart penerapan yaitu:a. Mencuci tangan untuk menghindai infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhanb. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghinar kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung meliputi pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya. Misalnya melalui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.c. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh prroduk darah pasien. Terkait dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasiend. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko transmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga medis.e. Gambar 2.2 Cuci TanganMenjaga sterilisasi lingkungan secara benar. Sebagaimana diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

Gambar 2.3 Universal Precaution

8. Peranan Dokter Muda dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Menerapkan Universal precaution dalam melakukan semua tindakan, meliputi: mencuci tangan, menutup jarum dengan benar, membuang sampah medis pada tempatnya, menggunakan sarung tangan dalam setiap melakukan tindakan, menggunakan masker, menutup semua luka dengan menggunakan plester agarvtidak terkontaminasi dengan pasien. Imunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh untuk mencegah terjadinya penularan pada saat terkena cairan misalnya terkena darah pasien yang mengandung HbsAg +. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain. Profesional dalam bekerja dengan menerapkan tindakan septik dan aseptik. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan. Managemen setelah terpapar infeksi.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika di rumah sakit. Infeksi ini dapat menular melalui alat medis dan menyerang pasien maupun tenaga medis.2. Ada 6 komponen dalam penyebaran infeksi nosokomial, yaitu penyebab infeksi, sumber, tempat keluar, cara penularan, tempat masuk, dan penjamu rentan.3. Alat-alat medis yang biasanya menjadi media transmisi adalah kateter, jarum suntik, dan alat alat untuk mengambil atau memberikan darah atau cairan4. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena penggunaan alat medis adalah infeksi saluran kemih, pneumonia nosokomial, bakteremi nosokomial, tuberkulosis, diarrhea dan gastroenteritis, infeksi pembuluh darah, dipteri, tetanus dan pertusis5. Cara mencegah penularan infeksi nosokomial melalui alat, yaitu dengan cara mensterilkan alat-alat secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Setyawati, L.2002.Infeksi Nosokomial, Kumpulan Bahan Kuliah Higiene Industri. UGM2.Depkes.2003.Pedoman PelaksanaanKewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan.3.Kurniadi,H.1993.Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di RS Mitra Keluarga Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran No. 82 tahun 1993.4. www.infeksi.com5. www.depkes.com6. Sjamsuhidayat & De Jong (2004) Buku ajar Ilmu Bedah, EGC: Jakarta.

12