peran akhlak dai terhadap peningkatan … · 2020. 12. 5. · muhammadiyah untuk memenuhi syarat...
TRANSCRIPT
PERAN AKHLAK DAI TERHADAP PENINGKATAN KEBERAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM DI DESA BAU KECAMATAN BITTUANG
KABUPATEN TANA TORAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
MUHAMMAD IRSYAD NIM: 105270003915
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MUHAMMAD IRSYAD
NIM : 105270003915
Fakultas/ Prodi : Agama Islam/ Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi
ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh
siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar,,
Yang Membuat Pernyataan,
MUHAMMAD IRSYAD
1 16 16 Rabi'ul awwal 1442
H
02 November 2020 M
ABSTRAK
NAMA : MUHAMMAD IRSYAD
NIM : 105270003915
JUDUL : Peran Akhlak Dai Terhadap Peningkatan Keberagamaan
Masyarakat Islam Di Desa Bau Kecamatan Bittuang
Kabupaten Tana Toraja.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui : 1. Bagaimana peran
akhlak dai terhadap peningkatan keberagamaan masyarakat islam di desa
bau, 2. Bagaimana faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Peran
Akhlak Dai Terhadap Peningkatan Keberagamaan Masyarakat Islam Di Desa
Bau Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu sebuah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakkta empiris secara objektif ilmiah
dengan berlandaskan pada logika keilmuan prosedur dan didukung oleh
metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni
Adapun hasil penelitian ini ialah menunjukkan adanya 1) peran akhlak
dai terhadap peningkatan keberagamaan masyarakat Islam terbukti dengan
adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh dai seperti
tahfidzul qur’an, belajar dirosa bagi ibu-ibu, dan adanya pengajian rutin yang
diadakan di tiap jum’atnya bertemakan fiqhussholah, dengan adanya
kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan bahwa dai memiliki peran penting
terhadap peningkatan keberagamaan masyarakat Islam, karena sebelum
datangnya dai sama sekali tidak ada kegiatan agama di desa Bau
Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja, 2) faktor pendukung fasilitas
seperti motor dan dukungan dari ormas islam ( muhammadiyah ) sedangkan
faktor penghambat ialah tradisi yang menyimpang dari syarit islam, gerakan
kristenisasi dan bahasa.
Kata Kunci : akhlak, Da’i, Keberagamaan, Masyarakat Islam
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan
nikmat-nya, nikmat iman, kesehatan dan kesempatan sehingga penulisan
skripsi ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada
Rasulullah SAW, Keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa
mengikuti beliau
Skripsi ini berjudul Peran Akhlak Dai Terhadap Peningkatan
Keberagamaan Masyarakat Islam Di Desa Bau Kecamatan Bittuang
Kabupaten Tana Toraja. Skripsi ini upaya penulis untuk mengetahui Peran
Akhlak Dai Terhadap Peningkatan Keberagamaan Masyarakat Islam. Skripsi
ini juga merupakan tugas akhir akademik perkuliahan pada Universitas
Muhammadiyah untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar sarjana
strata satu Komunikasi Pentiaran Islam (KPI)
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin
dapat terselesaiikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak moril maupun
materil, olehnya penulis menyampaikan ucapan syukur kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag selaku rektor Universitas
muhammadiyah Makassar.
2. Syaikh Dr. ( Hc ). Muhammed Muhammed Thayib Khoory donatur
AMCF.
3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M. Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc, MA selaku Ketua Prodi Komunikasi
Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
5. Dr. M, Ilham Muchtar, Lc, MA dan M. Zakaria AL-Anshori, M. SOS.I
masing-masing selaku pembimbing 1 dan 2 skripsi.
6. Seluruh dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Makassar atas kerja
samanya khususnya dosen-dosen KPI.
7. Kepada Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku yang tercinta yang selalu
mendoa’kan dan memberikan dukungan materi
8. Bapak Aman Bonggalangi selaku kepala dusun yang telah banyak
membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa Prodi Komunikasi Dan
Penyiaran Islam Angkatan ke 2 Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar 8 november 2020
Penulis
Muhammad Irsyad
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ...................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... v
ABSTRAK .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
E. Defenisi Operasional ................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 7
A. Urgensi Dakwah ....................................................................... 7
1. Dakwah dan Akhlak ............................................................. 8
B. Dai ........................................................................................... 10
1. Pengertian Dai ..................................................................... 10
2. Sifat Dan Akhlak Seorang Dai .............................................. 13
3. Visi Dai ................................................................................. 25
C. Dimensi-dimensi keberagamaan .............................................. 29
D. Masyarakat Islam ..................................................................... 34
1. pengertian masyarakat Islam ............................................... 34
2. kebudayaan dan masyarakat Islam ...................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 51
A. Lokasi dan waktu penelitian ..................................................... 51
B. Tipe penelitian .......................................................................... 51
C. Sumber data ............................................................................ 51
D. Tekhnik pengumpulan data ...................................................... 52
E. Informasi penelitian .................................................................. 53
F. Analisis data ............................................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 55
A. Gambaran umum lokasi penelitian ........................................... 55
B. Peran akhlak dai terhadap peningkatan keberagamaan
masyarakat Islam .................................................................... 57
C. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat peran
akhlak dai terhadap peningkatan keberagamaan
masyarakat Islam .................................................................... 66
BAB V PENUTUP .............................................................................. 72
A. Kesimpulan .............................................................................. 72
B. Saran ...................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 75
LAMPIRAN......................................................................................... 77
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 80
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai Da‟i tentu saja kita
ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk
keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Dari
tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal sholeh jadi giat
melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tertanam di dalam
jiwanya rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam, dari lupa kepada Allah
menjadi para pecinta dzikir, begitulah seterusnya.
Dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik
individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih
baik. Lebih dari itu, istilah dakwah mencakup pengertian bahwa dakwah adalah
suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang
lain untuk mengamalkan ajaran Islam dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup
dengan dasar keridhoan Allah, dan dakwah merupakan suatu proses penyampaian
ajaran Islam yang di lakukan secara sadar dan sengaja.1
1 Muhammad munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen dakwah, [Jakarta: Kencana, cet ke 1,
2006], h. 21.
2
Manusia dengan keragaman jenis, warna, zaman, dan kekuatan dan
kelemahan mereka, semuanya sangat butuh kepada dakwah, dan sangat
membutuhkan agama Allah yang lurus yang dapat mengatur kehidupan mereka,
baik yang berhubungan dengan pencipta atau yang berhubungan dengan salah satu
makhluk. Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan penuh kekurangan.
Beranjak dari sana, maka kemampuan dan pengetahuannya walaupun sangat luas,
namun tetap saja sangat terbatas. Oleh karna itu, Allah swt mengutus para rosul. 2
Walhasil, manusia sangat membutuhkan orang yang menuntunnya kepada
Allah, dan kepada segala petunjuk keselamatan, dan jalan kehidupannya yang
hakiki. Dalam hal ini Ibnul Qayyim berkata, “kebutuhan manusia terhadap syariat
adalah sangat penting, melebihi kebutuhannya dalam segala hal. Kebutuhan
manusia terhadap syariat lebih besar daripada kebutuhan untuk bernafas, apalagi
makan dan minum. Tidak ada yang lebih di butuhkan oleh manusia daripada
sesuatu sesuatu yang di bawa oleh rosul saw, berupa kebutuhan dalam
menunaikannya, berdakwah kepadanya, dan bersabar dalam menegakkannya.
Sebagai seorang Da‟i haruslah bercermin diri pada pribadi rosulullah saw,
mempelajari sirahnya yang harum dan akhlak beliau yang mulia, agar menjadi
pelita yang menerangi jalan dakwahnya, dan menjadi standar untuk mengukur
prilaku. Di antara sifat-sifat yang harus di miliki oleh seorang Da‟i adalah
beriman, bertakwa, ikhlas, tawadhu, amanah, tawakkal, kasih sayang, jujur, uswah
dan qudwa hasanah, cerdas dan bersih, dan tidak memelihara penyakit hati.
2 Fawwaz bin hulayyil bin rabah as-suhaimi, begini seharusnya berdakwah, [jakarta:
darul haq, cet ke 5, 2015], h. 24.
3
Apabila seorang Da‟i tidak memiliki sifat-sifat tersebut maka akan berpengaruh
terhadap dakwahnya dan di nilai buruk oleh mad‟u atau objek dakwah, karna
seorang Da‟i merupakan qudwah atau contoh bagi masyarakatnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul : peran
akhlak Da‟i terhadap peningkatan keberagaman masyarakat Islam di Desa
Lembang bau Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana toraja Provinsi Sulawesi
selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dalam hal ini
merumuskan dan membatasi pokok permasalahan untuk dikaji dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran akhlak Da‟i terhadap peningkatan keberagaman
masyarakat Islam di Desa Lembang Bau Kecamatan Bittuang
Kabupaten Tana Toraja ?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Peran
Akhlak Da‟i Dalam Mempengaruhi Masyarakat Islam Di Desa
Lembang Bau Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa Peran Akhlak Da‟i terhadap peningkatan
keberagamaan Masyarakat Islam di Desa Lembang Bau Kecamatan
Bittuang Kabupaten Tana Toraja.
4
2. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
Da‟i dalam mempengaruhi masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang akan di capai pada penelitian ini di harapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut :
1. Secara teorits, di harapkan agar memberikan kontribusi bagi perkembangan
ilmu pada umumnya, khususnya perkembangan ilmu komunikasi dakwah,
dan menambah bahan bacaan bagi peniliti mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu komunikasi dakwah.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan
saran serta dapat dijadikan bahan kajian bagi semua pihak terutama Dai.
E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca dan menghindari kekeliruan dalam
memahami pembahasan judul ini, penulis menjelaskan beberapa kata istilah yang
berkaitan dengan judul :
1. Peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang
terutama dalam terjadinya hal atau peristiwa.3
2. Dai adalah orang yang pekerjaannya berdakwah; pendakwah.4
3 Tri Rama K, Kamus lengkap bahasa indonesia, (surabaya : mitra pelajar), h. 374
4 Tri Rama K , Kamus lengkap bahasa indonesia, (surabaya : mitra pelajar), h. 118
5
3. Masyarakat adalah sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu
tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu.5
4. Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi muhammad SAW.
Berpedoman pada kitab suci ALQur‟an, yang diturunkan ke dunia melalui
wahyu Allah SWT.6
5 Tri Rama K, Kamus lengkap bahasa indonesia, (surabaya : mitra pelajar), h. 327
6Tri Rama K , Kamus lengkap bahasa indonesia (surabaya : mitra pelajar), h. 196
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. URGENSI DAKWAH
Tidak ada agama yang dapat menghindari dakwah jika ia memiliki kekuatan
intelektual. Menolak dakwah berarti menolak kebutuhan untuk mendapatkan
persetujuan orang lain terhadap apa yang diklaim sebagai kebenaran agama. Tidak
menuntut persetujuan, berarti tidak serius dengan klaim itu. Jelas inilah kasus
ekstrem kesukuan, relativisme agama, etnosentrisme dan parokialisme.
Urgensi dakwah semakin diperlukan tatkala manusia modern makin lupa
tujuan hidupnya. Mereka hanya menjadikan dunia sebagai orientasi dan tujuan,
suatu yang sangat terbatas. Jauh dari yang dipesankan agama, kehidupan di
kemudian hari yang kekal abadi.
Dakwah tidak bersifat memaksa. Dakwah adalah ajakan yang tujuannya dapat
tercapai hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari objek dakwah. Dakwah
Islam merupakan ajakan untuk berfikir, berdebat dan berargumen, dan untuk
menilai untuk menilai suatu kasus yang muncul.7
7 Munzier Suparta, Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2006, Cet. 2), h..
31
7
Dakwah Islam identik dengan risalah Islamiyah yang diemban oleh para
rosul. Dalam pengertian bahwa ajaran Islam diterima oleh para rosul untuk
disebarluaskan kepada pengikutnya.8
1. Dakwah Dan Akhlak
Di dalam al-Qur‟an banyak sekali ayat yang membahas tentang masalah
dakwah. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang berhubngan dengan kisah para
rosul dalam mengahadapi ummatnya. Selain itu ada ayat-ayat yang ditujukan
kepada Nabi Muhammad ketika beliau melancarkan dakwahnya.
Sungguh dakwah amat membuthkan contoh konkret dan keteladanan, baik
dari masyarakat Islam itu sendiri maupun dari para praktisi dakwah (Da‟i)nya
sebagai figur dan panutan di medan dakwah, contoh tauladan yang paling
sempurna dan takkan pernah sirna adalah kehidupan dan pribadi rosulullah SAW.
(QS. Al-ahzab : 21) :
Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Keteladanan rosulullah memiliki pengaruh yang amat besar dalam membantu
kaum muslimin untuk mengenal Islam secara teori dan praktik, serta
8 Bambang Saiful Ma‟arif, Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, (Bandung,
Simbiosa Rekatama Media, 2010, Cet. 1), h. 21
8
meneladaninya dalam berbagai masalah kecil maupun besar, baik dalam hal
ibadah, muamalat, atau amal-amal harian.
Dakwah dengan uswatun hasanah adalah dakwah dengan memberikan contoh
yang baik melalui perbuatan nyata yang sesuai dengan kode etik dakwah. Bahkan,
uswatun hasanah adalah salah satu kunci sukses dakwah rosulullah.9
Akhlak yang dipraktikkan oleh nabi semuanya bersumber dari al-Qur‟an.
Akhlak ini telah membentuk karakter tersendiri dalam diri nabi saw. Dan
berpengaruh besar terhadap kehidupan sosialnya.10
Rosulullah SAW merupakan sosok pribadi yang agung yang memenuhi
tanggung jawabnya, paling lembut perangainya, paling mulia pergaulannya, lebih
pemalu melebihi pemalunya gadis dalam pingitan, rendah hati dan selalu berfikir,
tidak keji dan pengutuk, tidak membalas kejahatan yang beliau SAW terima
dengan kejahatan lagi, akan tetapi membalasnya dengan memberikan maaf dan
jabat tangan.11
9 Munzier suparta, harjani hefni, metode dakwah, (jakarta, kencana, 2006, cet. 2), h. 201
10 Abdul Mun‟im Al-Hasyimi, Akhlak Rosul Menurut Bukhari Dan Muslim, (Jakarta,
Gema Insani, 2009, Cet. 1), h. 11 11
M. Siradjuddin, Jagalah Akidah Dan Akhlakmu, (Makassar, FUI Dan LSQ Makassar,
2015), h. 99
9
B. DAI
1. Pengertian Dai
Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
organisasi/lembaga.12
Kata dai berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang mengajak. Dalam
istilah ilmu komunikasi di sebut komunikator. Di Indonesia, Da‟i juga di kenal
sebutan lain seperti muballigh, ustadz, kiyai, ajengan, tuan guru, syaikh, andre
gurutta, annanggurutta, dan lain-lain. Hal ini di dasarkan atas tugas dan
eksistensinya sama seperti dai. Padahal hakekatnya tiap-tiap sebutan tersebut
memiliki kadar charisma dan keilmuan yang berbeda-beda dalam pemahaman
masyarakat Islam Indonesia.
Dalam pengertian yang khusus, Da‟i adalah orang yang mengajak orang lain
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau
tingkah laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat al qur‟an
dan sunnah. Dalam pengertisn khusus ini Da‟i identik dengan orang yang
melakukan amar ma‟ruf nahi munkar.
Secara garis besar juru dakwah atau Da‟i mengandung dua pengertian :
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai
kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut
Islam, sesuai dengan perintah “ ballighu Anni Walau ayat”
12
muhammad munir, wahyu illihi, manajemen dakwah (Cet. 1, jakarta:kencana, 2006),
h. 22
10
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus
(mutakhassus-spesialis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan
luar biasa dan dengan qudwah hasanah.
Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendaklah memiliki
kepribadian yang baik sebagai seorang dai, hal ini karena seorang Da‟i adalah
figur yang dicontoh dalam segala tingkah laku dan geraknya. Oleh karenanya, ia
hendaklah uswatun hasanah bagi masyarakatnya.
Da‟i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin
mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Ia adalah petunjuk jalan,
pembawa obor peneran jalan, yang harus mengerti dan memahami jalan yang
boleh di lalui dan mana jalan yang tidak boleh di lalui, sebelum ia memberi
petunjuk jalan pada orang lain. Oleh karena itu, ia di tengah masyarakat memiliki
kedudukan yang penting sebab ia adalah seorang pemuka atau pelopor yang selalu
di teladani oleh masyarakat. Perbuatan dan tingkah lakunya selalu di jadikan tolak
ukur oleh masyarakatnya. Ia adalah seorang pemimpin di tengah masyarakat
walau tidak pernah di lantik dan di nobatkan secara bertahap, bahkan seorang Da‟i
adalah seorang yang memangku jabatan sebagai elit social.
Seorang Da‟i adalah seorang yang memiliki kepribadian yang agung, dia
bukanlah sekedar khatib yang pandai menyampaikan khutbahnya dengan suara
dan retorika yang indah, namun lebih dari itu dia harus mampu mensinegrikan
antara perkataan dan perbuatannya, karena salah satu rahasia keberhasilan dakwah
11
rosulullah adalah satunya kata dan perbuatannya, beliau adalah sosok manusia
dakwah, manusia komunikasi yang telah mendapat legitimasi Allah dalam Q.S.
al-ahzab, [33]: 21 sebagai berikut :
Terjemahnya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.13
Yang di maksud dai disini bukanlah sekedar seorang khatib yang berbicara
dan mempengaruhi manusia dengan nasihat-nasihatnya, kisah-kisah yang di
ucapkannya. Yang di maksud dai adalah seorang yang mengerti hakikat Islam,
dan dia apa yang sedang berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta semua
problem yang ada. Seorang dai adalah orang yang paham secara mendalam
hukum-hukum syar‟iah, dan sunnah kauniyyah. Dia adalah seorang yang
mengajarkan Islam kepada manusia dengan pengajaran yang sebenarnya.
Nama lain dari Da‟i adalah muballigh, artinya yang menyampaikan.
Berdasarkan hadits nabi yakni sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat
saja, maka dapat di pahami bahwa aktivitas tabligh siapapun bisa melakukannya
tanpa tuntunan profesionalisme, akan tetapi kata dai tidak semua orang bisa
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur, CV Darus
Sunnah, 2002), h. 421
12
melakoni peran dai karena terdapat tuntunan profesionalitas, kredibilitas serta
tanggung jawab tinggi14
2. Sifat dan Akhlak Seorang Da‟i
Seorang Da‟i sangat memerlukan akhlak yang baik dan juga sifat-sifat yang
terpuji. Yang di maksud akhlak yang baik adalah sebagaimana yang telah di
jelaskan oleh Allah s.w.t. di dalam al-Qur‟an dan yang telah di jelaskan oleh
rosulullah dalam haditsnya.
Di antara sifat dan akhlak yang seharusnya di jalankan oleh seorang Da‟i
adalah sifat jujur, ikhlas, berdakwah berdasarkan kepada hujjah yang jelas , tidak
pemarah, lemah lembut, sabar, kasih sayang, pemaaf, merendahkan diri, menepati
janji, mengutamakan kepentingan orang lain, berani, cerdas, amanah, malu yang
terpuji, mulia dan takwa. Juga keinginan yang kuat yang mengandung kekuatan
komitmen, cita-cita yang agung, optimis, disiplin, teliti dalam segala
permasalahan, menjaga waktu, dan merasa bangga dengan Islam. Mengamalkan
ajaran-ajaran Islam agar seorang dai menjadi panutan yang baik. Bersikap zuhud,
wara‟, istiqamah memahami keadaan di sekililingnya, selalu moderat, selalu
merasa bahwa Allah selalu menyertainya, percaya dan yakin kepada Allah.
Berangsur angsur dalam menjalankan dakwah, mendahulukan permasalahan yang
lebih penting sebagaimana yang telah di lakukan oleh nabi s.a.w. dan beliau
perintahkan kepada Mu‟az ibn jabal ketika diutus ke Yaman.
14
Muliadi, dakwah inklusif, (makassar ,Alauddin University Press, 2013, Cet. 1), h. 17
13
Begitu juga seorang dai hendaknya menjauhi segala sesuatu yang
bertentangan dengan akhlak-akhlak di atas.
Di antara hal yang penting yang harus di perhatikan oleh seorang dai adalah
mengetahui dasar-dasar dan kriteria berdakwah yang senantiasa yang harus dijaga
dan di jalankan, sehingga dia benar-benar lurus dalam dakwahnya. Di antara
contohnya adalah ungkapan Sufyan ats-Tsauri, “ seseorang itu janganlah
menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran kecuali ia memiliki tiga sifat.
Pertama: berlemah lembut terhadap sesuatu yang diperintahkan dan juga apa yang
dilarang. Kedua: bersifat adil terhadap apa yang di perintahkan dan apa yang di
larang. Ketiga: mengetahui apa yang di perintahkan dan apa yang di larang.
Imam muhammad al-maqdisi mengungkapkan bahwa sebagian ulama
terdahulu mengatakan, tidak pantas seorang menyuruh kebaikan kecuali dengan
lemah lembut terhadap apa yang di perintahkannya dan terhadap apa yang di
larangnya, dan tidak kasar. Paham dan mengetahui apa yang di perintahkan dan
apa yang dilarang.
Ibn Taimiyah berkata, seorang dai harus memiliki tiga hal: ilmu sebelum
melakukan amar ma‟ruf dan nahi munkar, sikap lemah lembut waktu
menjalankannya serta sikap sabar setelah melaksanakannya.
Ibn al-Qayyim mengatakan, ada empat tingkat dalam menolak kemungkaran:
1. Kemungkinan hilang dan diganti dengan kebaikan.
2. Kemungkaran menjadi sedikit, walaupun tidak dapat hilang secara keseluruhan.
14
3. Kemungkaran digantikan dengan yang sepadannya.
4. Kemungkaran digantikan dengan kemungkaran yang lebih parah.
Tingkat pertama dan kedua di anjurkan, peringkat yang ketiga masih dalam
pertikaian ulama, sedangkan peringkat yang keempat diharamkan dan tidak
diperbolehkan.
Apabila seorang dai dapat melaksanakan dan mengamalkan sifat akhlak,
dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan sebagamana di atas, maka ia adalah orang
yang akan mendapatkan hikmah yang sangat besar15
.
Tingkah laku manusia tidaklah terlepas dari peranan akhlak, karena ia
merupakan bagian dari padanya. Akhlak itu sendiri berarti kemauan yang kuat
tentang sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang, yang mengarah kepada
kebaikan dan keburukan.
Imam Al-Ghazali berkata, “akhlak adalah hal ihwal yang melekat dalam jiwa.
Darinya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa di pikir dan di teliti.”
Wujud akhlak adalah tingkah laku yang telah melekat pada diri seseorang.
Tingkah laku tersebut terjadi karena ada dorongan dari dalam diri seseorang.
Yang menimbulkan sikap mental yang mengarah kepada sesuatu yang di sebut
baik dan buruk.
15
Sa‟d ibn ali ibn wahf al-Qahthani, menjadi dai yang sukses, (jakarta timur, Qisthi Press,
2005, Cet. 1), h. 89
15
Menyadari akan fungsinya sebagai pengembang risalah suci, maka seorang
dai haruslah memiliki karakteristik ; baik sifat, sikap, maupun kemampuan diri
untuk menjadi seorang public figur dan teladan bagi orang-orang yang ia dakwahi.
Bagaimanapun juga, seorang dai yang akan menyeru manusia ke jalan Allah
haruslah senantiasa membekali diri dengan akhlak serta sifat-sifat terpuji lainnya,
sebagaimana yang telah rosulullah ajarkan kepada ummatnya. Terlebih, dalam
kehidupan sehari-hari, akhlak atau budi pekerti memegang peranan yang sangat
penting bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Oleh
karena itu, seorang dai hendaklah bercermin diri pada diri rosulullah, mempelajari
sirah-nya yang harum dan akhlak beliau yang mulia, agar menjadi standar untuk
mengukur prilaku. Sehingga ia mengenal rambu-rambu jalannya dan mampu
mengatasi kesuitan-kesulitan serta menentukan arah tujuan perjalannya.16
Sebelum datangnya nabi muhammad beserta ajaran Islamnya, bangsa arab secara
mayoritas merupakan bangsa yang bergelimang dengan dosa dan perbuatan
tercela lainnya. Kondisi tersebut diperparah dengan penyembahan berhala (latta,
uzza, dan manat), perbuatan curang, pelacuran dan bentuk amoral lainnya.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, allah mengutus Nabi muhammad Saw.
Sebagai rahmat bagi selururh alam (tidak terbatas pada bangsa arab). Nabi
Muhammad membawa ajaran Islam yang sempurna agar mampu membawa
manusia ke puncak ketinggian akhlak.17
16
Muliadi, dakwah inklusif, (Cet. 1, makassar, alauddin univercity press, 2013), h. 37 17
Zahruddin AR, Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Cet. 1, Jakarta, PT
Rajagrafindo Persada, 2004), h. 167
16
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan
faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog
bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia
kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan
bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan. Hal ini
pernah dilakukan oelh para ulama di masa lalu. Mereka menyajikan ajaran akhlak
lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan Rosul, anjuran beribadah dan
berakhlak mulia dan lain-lainnya.18
Dan Sifat-Sifat dai juga disebutkan di dalam buku lain ya itu:
1. beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
Kepribadian dai yang terpenting adalah iman dan takwa kepada Allah SWT.
Sifat ini merupakan dasar utama pada akhlak Da‟i.seorang dai tidak mungkin
menyeru mad’u-nya (sasaran dakwah) beriman kepada Allah SWT. Tidak
mungkin juga seorang dai mengajak mad‟u-nya berjalan di atas jalan Allah SWT.
Kalau dai sendiri tidak mengenal jalan tersebut. Sifat dasar dai dijelaskan Allah
SWT. Dalam AL-Qur‟an:
18
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Cet. 5, jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2003), h..
166.
17
Terjemahnya:
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir.”(QS.Al-Baqarah,2: 44).19
2. Ahli Taubat
Sifat taubat dalam diri Da’i, berarti ia harus mampu untuk lebih menjaga atau
takut untuk berbuat maksiat atau dosa di bandingkan orang-orang yang menjadi
mad‟unya. Jika ia merasa telah melakukan dosa atau maksiat hendaklah ia
bergegas untuk bertobat dan menyesali atas perbuatannya dengan mengikuti
panggilan ilahi. Dalam diri seorang Da’i juga harus tertanam bahwa nabi
muhammad sebagai seorang Nabi yang telah di jaga dan dijanjikan Allah akan
terhindar dari dosa setiap hari selalu memohon ampun dan bertobat kepada Allah,
seperti yang di riwayatkan oleh imam Bukhari dari Abu hurairat.
Abu Hurairah berkata “ Aku mendengar Rosulullah bersabda, sesungguhnya
aku memohon ampun dan bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh
puluh kali”.
3. Ahli Ibadah
Seorang Da‟i adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah dalam setiap
gerakan, perbuatan atau perkataan di man pun dan kapan pun. Dan segala
ibadahnya di tujukan dan di peruntukkan hanya kepada Allah, dan bukan karena
manusia (riya‟). Allah berfirman dalam surat al-An‟am, 6: 162
19
Depatemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur, CV Darus
Sunnah, 2002), h. 8
18
Terjemahnya:
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.20
4. Amanah dan Shidq
Amanah (terpercaya) dan sidhq (jujur) adalah sifat uatama yang harus di
miliki seorang Da’i sebelum sifat-sifat yang lain, karena ia merupakan sifat yang
di miliki oleh seluruh para nabi dan rosul. Amanah dan shidq adalah dua sifat
yang selalu ada bersama, karena amanah selalu bersamaan dengan shidq
(kejujuran), maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya, dan tidak ada
manusia terpercaya yang tidak jujur. Amanah dan Shidq merupakan hiasan para
nabi dan orang-orang shaleh, dan mestinya juga menjadi hiasan dalam pribadi
Da’i karena apabila seorang Da’i memilki sifat dapat dipercaya dan jujur maka
mad’u akan cepat percaya dan menerima ajakan dakwahnya.
5. Pandai Bersyukur
Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang merasakan karunia
Allah dalam dirinya, sehingga perbuatan dan ungkapannya merupakan realisasi
dari rasa kesyukuran tersebut. Syukur dengan perbuatan berarti melakukan
kebaikan, syukur dengan lisan berarti selalu mengucapkan ungkapan-ungkapan
yang baik (kaliatthayyibat). Syukur juga mempunyai dua dimensi, syukur kepada
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur, CV Darus
Sunnah, 2002), h. 151
19
Allah dan syukur kepada manusia. Seorang Da‟i yang baik adalah Da‟i yang
mampu menghargai nikmat-nikmat Allah dan menghargai kebaikan orang lain.
6. TulusIikhlas dan Tidak Mementingkan Pribadi
Niat yang tulus tanpa pamrih duniawi, salah satu syarat yang harus di miliki
seorang Da’i, sebab dakwah adalah suatu pekerjaan yang bersifat ubudiyah, yakni
amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah SWT. Yang memerlukan
keikhlasan lahir dan batin. Hal ini Allah terangkan dalam surat al-bayyinat ayat 5:
Terjemahnya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.21
7. Ramah dan Penuh Pengertian
Dakwah adalah pekerjaan yang bersifat propoganda kepada yang lain.
Propoganda dapat diterima, apabila orang yang mempropoganda berlaku ramah,
sopan, dan ringan tangan untuk melayani sasarannya (objeknya). Demikian juga
dalam dunia dakwah, Da’i dituntut untuk memiliki kepribadian yang menarik
seperti ramah, sopan, ringan tangan, dan lain-lain untuk menunjang keberhasilan
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur, CV Darus
Sunnah, 2002), h. 97
20
dakwah. Salah satu bentuk kepribadian yang di maksud seperti yang tertera dalam
surat ali imran ayat 159:
Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.22
8. Tawaddu (Rendah Hati)
Rendah hati bukanlah rendah diri (merasa terhina di banding derajat dan
martabat orang lain), tawaddu (rendah hati) dalam hal ini adalah sopan dalam
pergaulan, tidak sombong, tidak suka menghina, dan mencela orang lain. Da’i
yang mempunyai sifat tawaddu akan selalu di senangi dan dihormati orang karena
tidak sombong dan berbangga diri yang dapat menyakiti perasaan orang lain.
9. Sederhana dan Jujur
Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan dakwah. Dalam
kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhan, sederhana
bukan berarti seorang Da‟i sederhana di sini adalah tidak bermegah megahan,
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur, CV Darus
Sunnah, 2002), h. 72
21
angkuh dan sebagainya, sehingga dengan sifat sederhana ini orang tidak merasa
segan dan takut kepadanya. Sedangkan kejujuran adalah penguat dari sifat
sederhana.
10. Tidak Memiliki Sifat Egois
Ego adalah suatu watak yang menonjolkan keakuan, angkuh dalam pergaulan,
merasa diri paling hebat, terhormat dan lain-lain. Sifat ini benar-benar harus di
jauhi oleh Da’i. Orang yang mempunyai sifat ego hanya akan mementingkan
dirinya sendiri, maka bagaimana mungkin seorang Da‟i akan dapat bergaul dan
memengaruhi orang lain jika ia sendiri tidak peduli dengan orang lain.
11. Sabar dan Tawakkal
Mengajak manusia kepada kebajikan bukan hal yang mudah. Semua nabi dan
rosul dalam menjalankan tugas risalahnya selalu berhadapan dengan hambatan
dan kesulitan. Dengan juga setiap Da‟i yang merupakan pewaris nabi sangat besar
kemungkinan untuk berhadapan dengan risiko dilawan, dihina, dilecehkan bahkan
dibunuh. Allah SWT. Mewajibkan hambanya untuk mengajak kepada kebaikan
tetapi Allah SWT. Tidak sekali-kali mewajibkan kepada hambanya untuk selalu
berhasil dalam perjuangannya (dakwahnya). Oleh karena itu apabila dalam
menunaikan tugas dakwah, Da’i mengalami hambatan dan cobaan hendaklah
Da‟i tersebut menyadari bahwa hambatan dan cobaan-cobaan tersebut merupakan
bagian dari perjuangan (dakwah) dan hendaklah dilalui dengan sabar dan
tawakkal kepada Allah SWT.
22
Setiap ummat, bangsa, atau kaum pasti memilik akidah/keyakinan yang
mereka peluk, pemikiran-pemikiran yang mereka emban, dan aturan-aturan yang
digunakan untuk mengatur urusan-urusan mereka. Mereka pasti akan menyenangi
dan menyukai semua itu sepanjang zaman. Bahkan, mereka siap untuk
mempertahankan semua itu karena merupakan bagian dari kehidupan mereka. Hal
semacam ini merupakan sunnatullah dalam penciptaan-Nya yang akan tetap
berlaku pada setiap ummat, bangsa dan kaum yang ada. Karena itu, kita melihat
bahwa tidak ada seorang Nabi dan Rasul pun yang diutus kepada kaumnya dengan
membawa akidah, pemikiran-pemikiran, dan hukum-hukum yang baru, yang
berbeda atau bersebrangan dengan akidah, pemikiran-pemikiran dan aturan-aturan
kaumnya itu kecuali mendapatkan penolakan.23
12. Memiliki JiwaTtoleran
Toleransi dapat dipahami sebagai suatu sikap pengertian dan dapat
mengadaptasi diri secara positif (menguntungkan bagi diri sendiri maupun orang
lain) bukan toleransi dalam arti mengikuti jejak lingkungan. Salah satu contoh
ayat yang menunjukkan sifat toleransi dalam surat al-kafirun ayat 6,
Terjemahnya:
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".24
23
Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Pengemban Dakwah Kewajiban Dan Sifat-Sifatnya,
(Cet. 1, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2003), h. 212. 24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur, CV Darus
Sunnah, 2002), h. 604
23
13. Sifat terbuka (Demokratis)
Seorang Da’i adalah manusia biasa yang juga tidak luput dari salah dan lupa.
Karena itu agar dakwah dapat berhasil, Da’i diharuskan memiliki sifat terbuka
dalam arti bila ada kritikan dan saran hendaklah diterima dengan gembira, bila ia
mendapat kesulitan sanggup bermusyawarah dan tidak berpegang teguh pada
pendapat (ide)nya yang kurang baik.
14. Tidak Memiliki Penyakit Hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri harus disingkirkan dari sanubari seorang Da’i.
Tanpa membersihkan sanubari dari sifat-sifat tersebut tidak mungkin tujuan
dakwah akan tercapai. Salah satu contoh penyakit hati bila seorang merasa iri bila
temannya mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat, sifat tersebut membuat
seseorang tidak mungkin mengajak kepada kebaikan bila dirinya sendiri iri
melihat sasaran dakwah mendapat kebahagiaan.25
Kalau meminjam peristilahan dalam ilmu komunikasi, Da‟i dapat
dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas yang menyebarkan dan
menyampaikan informasi-informasi dari sumber (source) melalui saluran yang
sesuai (channel) pada komunikan (receiver) untuk menjadi komunikator yang baik
maka maka padanya di tuntut adanya kredibilitas yang tinggi yaitu suatu tingkat
kepercayaan yang tinggi padanya dari komunikannya. Komunikator yang baik
adalah komunikator yang mampu menyampaikan informasi atau pesan (message)
kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan.
25
Faizah, lalu muchsin effendi, psikologi dakwah (jakarta, kencana, cet 1 2006), h. 96
24
Oleh karna itu Da‟i dalam peranannya sebagai komunikator agar tujuannya
tercapai dengan baik di samping harus mempunyai kredibilitas yang tinggi juga
harus berintegritas yang tinggi pula. Integritas disini dimaksudkan pinter- trampil-
rapi, jujur, memiliki disiplin pribadi (self dicipline), tahu kemampuan dan batas
kemampuan pribadi yang semuanya melandasi rasa kehormatan diri.
Kredibilitas seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya, ia harus dibina dan
dipupuk. Memang kredibilitas erat kaitannya dengan kharisma walau demikian
kredibilitas dapat ditingkatkan sampai batas optimal. Seseorang yang
berkredibilitas tinggi adalah seseorang yang mempunyai kompetensi dibidang
yang ia ingin sebarkan, mempunyai jiwa yang tulus dalam beraktivitas, senang
terhadap apa pesan-pesan yang ia miliki, berbudi luhur serta mempunyai status
yang cukup walu tidak harus tinggi. Dari sana berarti seorang Da‟i yang ingin
memiliki kredibilitas tinggi harus berupaya membentuk dirinya dengan sungguh-
sungguh.
Di samping itu pula seorang Da‟i agar ia dapat dengan mudah
mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada komunikan maka padanya di
perlukan pribadi yang mantap, peka terhadap masyarakatnya, percaya pada
dirinya, stabil emosinya, berani, bersemangat tinggi, penuh inisiatif, tegas tapi
juga hati-hati, kreatif serta berbudi luhur.
Kepribadian Da‟i di tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan bahwa dirinya
adalah sebagai change agent (agen pembeharu) yang berarti ia harus inovatif,
dinamis serta kreatif, ia harus selalu mencari ide-ide baru dan
25
mengembangkannya sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju
ketimbang hari-hari sebelumnya, ia juga sebagai key people (manusia penentu)
yang berarti ia harus tanggap, tegas dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu.26
3. Visi Da‟i
Pada bagian ini akan di jelaskan konsep Da’i sebagai pengembang
masyarakat Islam. Pembahasan ini penting, karena konsep dai hanya sebagai
penceramah (muballig) tak lagi memadai dan tidak sesuai dengan filsafat dakwah
yang telah dipaparkan pada pembahasan yang terdahulu. Dalam tulisan ini, akan
diperkenalkan konsep (baca: visi) dai sebagai pengembang masyarakakat Islam.
Jika dalam dunia pendidikan belakangan ini, kita mengenal visi guru sebagai
pembangun karakter, maka dalam ilmu dakwah, kita sudah lebih dahulu mengenal
dan mengembangkan visi dai sebagai pembangun dan pengembang masyarakat
Islam, seperti dapat dilihat dan dibaca dalam pandangan para pemikir dan pelaku
dakwah (rijal al-fikr wa al-da’wah).
Dai (Arab: al-dai, al-Da’iyyah dan al-du’ah) menunjuk pada pelaku (subjek)
dan penggerak (aktivis) kegiatan dakwah, yaitu orang yang berusaha untuk
mewujudkan Islam dalam semua segi kehidupan baik pada tataran individu,
keluarga, masyarakat, ummat dan bangsa. Sebagai pelaku dan penggerak dakwah,
dai tak pelak lagi, memiliki kedudukan penting, bahkan sangat penting karena ia
dapat menjadi penentu keberhasilan dan kesuksesan dakwah.
26
Slamet muhaimin abda, prinsip-prinsip metodologi da’wah(surabaya,al-ikhlas, cet 1
1994), h. 69
26
Dai pada dasarnya adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam,
dan pejuang yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas
kehidupan ummat manusia (mujahid al-da‟wah). Oleh karena itu, dai tak identik
dengan penceramah (muballigh). Jadi, di sini, visi dai tak hanya sebagai
penceramah. Sayyid Quthub, menetapkan visi dai sebagai pengembang atau
pembangun masyarakat Islam. Ini sejalan dengan pandangannya bahwa dakwah
pada hakekatnya adalah usaha orang yang beriman untuk mewujudkan sistem
Islam (al-manhaj al-Islami) dan masyarakat Islam (al-mujtama’ al-Islami), serta
pemerintahan dan negara Islam (al-daulah al-Islamiyyah).
Seperti sayyid Quthub, „Abd. al-Badi‟ saqar, memandang dai sebagai arsitek
sosial Islam (muhandis al-mujtama‟ al-Islami). Dai, tegas saqar, bukan aktor
panggung yang hanya mengharap perhatian dan tepuk tangan para penonton, ia
juga buka pemain sandiwara yang tujuannya hanya memberi hiburan kepada
mereka. Sungguh keliru, demikian sakar, bila seorang dai mempunyai anggapan
bahwa dengan menyampaikan pidato atau ceramah, ia menyangka sudah
melaksanakan tugas dakwah, yaitu mengubah manusia dari satu kondisi kepada
kondisi lain yang lebih baik.
Ini berarti, saqar memiliki pendirian yang sama dengan Quthub, tentang visi
dai sebagai pengembangdan pembangun masyarakat Islam. Dalam visi ini, para
dai, jauh dari sekedar penceramah, dituntut untuk memiliki pemahaman
(knowledge) dan keterampilan (skill) tentang rekayasa sosial Islam (Islamic social
engineering) sebagai perwujudan dari sistem Islam dalam dimensi ruang dan
waktu yang menjadi inti dari dakwah.
27
Sebagai pembangun dan pengembang masyarakat Islam, dai menurut
Abdullah Nasih „Ulwan, harus memerankan sekurang kurangnya enam tugas atau
misi, yaitu sebagai tutor (muhaddits), edukator (mudarris), orator (khatib), mentor
(muhadhir), pembuka dialog (munaqisy wa muhawwir), budayawan (adib), dan
penulis (katib), sekaligus. Sementara al-huli menetapkan pula enam misi dai
sebagai pengembang masyarakat Islam, yaitu menjadi ideologi (mu‟min bi
fikrah), dokter sosial (thabib ijtima’i), pengamat dan pemerhati masalah-masalah
agama dan sosial (naqid bashir), pelindung masyarakat (akh al-fagir wa al-
ghani), pemimpin agama dan pemimpin politik sekaligus. Untuk lebih jelasnya,
akan dikutip pernyataan al-huli secara lengkap pada halaman berikut.
Dai adalah orang yang meyakini ideologi Islam (fikrah). Ia mengajak fikrah
Islam itu dengan tulisan, ceramah (pidato), pembicaraan biasa, dan dengan semua
perbuatannya yang khusus maupun yang umum, serta dengan segala perangkat
dakwah yang mungkin dilakukan. Ia adalah seorang penceramah, pembicara, dan
tokoh panutan yang berusaha memengaruhi manusia dengan kerja dan
kepribadiannya. Ia juga seorang dokter masyarakat yang berusaha mengobati
penyakit-penyakit jiwa dan memeperbaiki keadaan masyarakat yang rusak. Ia
seorang pengamat dan peneliti yang kritis yang menjadikan hidupnya untuk
melakukan perbaikan kepada kondisi yang dikehendaki Allah SWT. Ia seorang
teman, sahabat dan saudara bagi si kaya dan si miskin, serta teman bagi yang tua
maupuan yang muda. Dari sifat-sifat ini tumbuhlah rasa cinta dalam hatinya dan
dari matanya terpancar sifat kasih sayang. Dalam dirinya tidak ada perbedaan
antara kata dan perbuatannya. Ini merupakan suatu keharusan bagi seorang dai.
28
Hal seperti ini merupakan pemberian (pengaruh) jiwa dan hati, bukan pengaruh
atau ciri-ciri dari sastra dan kepandaian berbicara. Dai ialah tokoh masyarakat,
pemimpin politik di lingkungannya, dan pemimpin bagi gagasan-gagasannya dan
orang-orang yang mengikuti jalan pikirannya. Semua fungsi di atas, tentu tidak
dapat dijalankan dengan pidato atau ceramah semata-mata. Apabila para dai itu
diharapkan agar mereka membangun ummat atau ikut mendukung kelahirannya,
atau mereka diharapkan agar mereka membangun pemerintahan Islam (daulah)
atau ikut membantu mewujudkannya, maka sama sekali tidak dapat dengan pidato
saja. Ummat Islam tidak dapat di bangun dan diwujudkan hanya dengan banyolan
(lolucon dalam pidato) dan tidak dapat digerakkan hanya dengan retorika dengan
gerakan-gerakan tangan (dalam pidato) yang di buat-buat.27
Seorang dai mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah.
Kepandaian atau kepiawaian seorang dai akan menjadi daya tarik tersendir bagi
para objek dakwah. Setiap dai memilik kekhasan masing-masing, tergantung
kepada wacan keilmuan, latar belakang, pendidkan dan pengalaman
kehidupannya.
Mengingat perkembangan perubahan kebutuhan masyarakat yang begitu
pesat, maka seorang dai memiliki tugas sebagai central of change dalam suatu
masyarakat sehingga tugasnya di samping menyelamatkan masyarakat dengan
dasar-dasar nilai keagamaan, juga mengemban tugas pemberdayaan (empowering)
seluruh potensi masyarakat. Tugas kelompok tersebut, idealnya memang harus
27
A. Ilyas ismail, prio hotman, filsafat dakwah rekayasa membangun agama dan
peradaban Islam, (jakarta, kencana, cet 1, 2011), h. 77
29
dilakukan secara simultan mengingat elemen di dalam masyarakat akan saling
berhubungan dan mempengaruhi.28
Kesadaran bahwa manusia dalam hidup ini membutuhkan manusia lainnya
menimbulkan perasaan bahwa setiap pribadi manusia terpanggil hatinya untuk
melakukan apa yang terbaik bagi orang lain. Islam mengajarkan bahwa manusia
yang paling baik adalah manusia yang paling banyak mendatangkan kebaikan
kepada orang lain.29
C. MASYARAKAT ISLAM
1. Pengertian Masyarakat Islam
Suatu ciri khas ajaran Islam adalah keyakinan bahwa agama Islam itu
merupakan suatu cara hidup dan tata sosial yang menyeluruh. Agama yang
memiliki hubungan integral dan organik dengan politik dalam masyarakat.
Kehidupan ideal Islam ini tergambar dalam dinamika hukum Islam yang
merupakan suatu hukum yang serba mencakup, dimana termasuk di dalamnya
tugas seorang muslim terhadap Allah SWT. (shalat, puasa, haji dsb) dan tugasnya
terhadap sesama manusia (hukum keluarga, perdata, pidana, politik dan lain-lain.).
28
Nurul Badruttaman, dakwah kolaboratif tarmizi tahir, (Cet. 1, Jakarta Selatan,
Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), h. 102 29
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, ( Cet. 3, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2002), h. 55
30
Said Hawwa merumuskan bahwa ajaran Islam adalah ajaran normatif dimana
agama berhubungan secara integral dengan segala bidang kehidupan ummat
Islam, seperti sosial budaya, politik, ekonomi, keamanan dan lain-lain.
Berdasar dari inti ajaran Islam di atas, maka jelas bertentangan dengan sistem
ajaran sosialis yang mengandalkan pola hubungan sosial saja seperti dengan
pandangan sistem sekuler modern yang berusaha memisahkan dan menjauhkan
persoalan-persoalan sosial dari ketentuan agama. Kemudian ajaran liberalisme
modern yang hanya mementingkan urusan individu dengan dasar kemampuan diri
masing-masing tanpa adanya campur tangan agama dalam persoalan hidupnya.
Tata sosial Islam adalah unik tak satupun istilah yang dikenal dalam bahasa arab
dapat dipakai untuk mengaca kepadanya, karena sistem sosial adalah perpaduan
antara sistem sosial dengan sistem liberal yang disemangati oleh nilai-nilai
agamayang didasarkan atas wahyu dan sunnah rosulullah saw.
Dalam bahasa inggris tata sosial (social order) berarti sistem nilai atau
prinsip-prinsip yang menganut kehidupan suatu masyarakat. Dari pengertian ini
dapat dimasukkan semua sistem nilai atau prinsip dari suatu masyarakat. Maka
tidak heran apabila istilah tata sosial ini bisa diterima oleh semua konsep atau
teori sosial yang ada di dunia ini misalnya sistem sosial komunis, sistem sosial
kapitalis, sistem sosial pasisme atau mungkin bisa di hubungkan dengan nama
suatu negara seperti sistem social perancis, sistem social jerman, dan lain-lainnya.
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam argti seluas-luasnya dan terikat
oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Dalam kamus bahasa indonesia
31
masyarakat berasal dari kata sarikat yang berarti golongan atau kumpulan
(perhimpunan atau gabungan dsb.) Dalam Bahasa Inggris masyarakat disebut
society atau civilization.
Koentjaraningrat merumuskan masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu
yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Penekanan yang ditonjolkan oleh
adanya suatu masyarakat menurut koentjaraningrat adalah adanya interaksi
manusia yang diikat dengan oleh adat istiadat secara kontinu dan adat istiadat
tersebut merupakan identitas bersama.
Lain halnya dengan pandangan Burhan Bungin yang menyatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati suatu wilayah
(territorial) tertentu yang hidup relatif lama, saling berkomunikasi (interaksi
sosial) memiliki simbol-simbol dan aturan-aturan tertentu serta sistem hukum
yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi. Sadar
sebagai sebagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi
dirinya sendiri.
Berdasar dari kedua pandangan tersebut, maka dapat dipahami bahwa
masyarakat adalah suatu sistem kehidupan bersama bagi ummat manusia yang
menempati wilayah (territorial) tertentu dengan waktu relatif lama, memiliki
tujuan bersama, tata hukum bersama, dan terciptanya pola iteraksi sosial.
Dalam berbagai term yang menunjukkan kepada masyarakat. Terdapat
beberapa istilah yang mungkin semakna dengan kata masyarakat. Kata itu adalah :
32
1). Nation yakni kelompok masyarakat yang diikat oleh kekerabatan kesatuan
darah dan ras.
2). Qabilah yakni sekumpulan individu manusia yang memiliki tujuan dan
kiblat yang satu dalam hidup mereka.
3). Qoum yakni kelompok yang dibangun atas dasar menegakkan individu
dengan berserikat, bersatu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
4). Sya’b yakni masyarakat yang menjadi cabang dari masyarakat lainnya.
5). Thabaqah yakni sekelompok manusia yang memiliki kehidupan,
pekerjaan dan pendapatan yang mirip, dan bahkan sama.
6). Mujtama‟ atau jam’iah yakni perkumpulan anak manusia di satu tempat.
7). Tlaifah yakni perkumpulan manusia yang mengitari suatu proses tertentu
atau mengelilingi suatu zona tertentu.
8). Race yakni sekolompok individu yang mirip dan berserikat dalam ciri-ciri
khas jasmani, seperti postur, warna kulit, dan darah.
9). Masse/jumhur atau tudeh, yakni sekelompok individu yang tersebar di
area tertentu.
10). People yakni sekelompok individu manusia yang menempati kawasan
tertentu dan menetap.
Dari berbagai istilah yang berkaitan erat dengan masyarakat tersebut, maka
dalam tulisan ini ada dua istilah yang digunakan untuk mengkaji makna yang
33
berkaitan dengan istilah masyarakat Islam yaitu: mujtama‟ atau jamiah dan
ummah.
1. Mujtama.
Kata mujtama‟ adalah kata arab dari kata sifat mujtama‟ yang bermakna
sosial atau society, mujtama‟ adalah perkumpulan anak manusia di satu tempat.
Kata ini mempunyai makna terbatas. Istilah masyarakat berarti suatu kelompok
sukarela manusia yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (istilah
jerman disebut Gesellshaft). Istilah masyarakat tidak bisa disamakan dengan
komunitas yang didefinisikan sebagai kelompok manusia tak suka rela yang
menyatu, yang memiliki kesamaan dalam ras, bahasa, sejarah, budaya, atau
geografis (dalam bahasa jerman disebut geneinschapt) sebuah masyarakat atau
komunitas bisa mengena pada suatu kelompok dan bisa pula tidak.
Kata komunitas, dalam ajaran Islam, ada dua kata yang sejajar dengan kata
tersebut al-Sya‟ab dengan al-Qoum. Kedua istilah ini tidak bisa digunakan untuk
menunjuk kepada masyarakat tanpa merusak arti keduanya (kata syaab berarti
masyarakat yang menjadi cabang dari masyarakat lainnya, sedang qowum berati
kaum) yaitu kesadaran dari kelompok atau yang ditunjuk sebagai sebutan tersebut
atau kelompok yang dibangun atas dasar menegakkan individu dengan berserikat,
bersatu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya dalam AlQuran disebut
dengan kaum „ad, tsamud, dan kaum madyan.
Jika dijumpai suatu pernyataan bahwa arab, persia dan romawi adalah suatu
syaab atau kaum maka itu adalah masing-masing suatu kaum dengan pemahaman
34
seperti itu maka kita akan memefokuskan perbedaan itu pada adat istiadat,
budaya, geografis, eneologi dan sebagainya, sebagai ciri tetapi mereka bukanlah
suatu amsyarakat secara sendiri-sendiri sebab kategori ini tidak hanya dimiliki
oleh bangsa-bangsa dan dibelahan dunia lainnya. Dalam hal semua bangsa-
bangsa, komunitas dunia lainnya sama-sama memeluk Islam, memiliki
kebudayaan dan peradabannya, maka mereka bagian integral dari suatu umat
masyarakat.
Dengandemikian atau jamiah merupakan bagian dari suatu kumpulan
manusia dalam suatu tempat tertentu yang memiliki adat-istiadat dan kebiasaan
tertentu. Karena itu mujtama atau ijtima adalah perkumpulan yang sangat terbatas.
2. Ummah.
Ummah adalah kata arab dalam bentuk tanggal, jamaknya adalaah umam
(menuju menjadi ikatan) secara leksikal mengandung beberap arti yakni: 1). Al-
jama‟at yakni suatu golongan manusia, 2). Setiap generasi yang dinisbatkan
kepada seorang nabi adalah ummat yang satu. Seperti ummat nabi muhammad,
beliau diutus kepada mereka yang beriman dan ada pula yang ingkar. 3). Setiap
generasi manusia adalah umat yang satu.
Ali Syariat menyebutkan umat adalah kumpulan yang sama individunya,
sepakat dalam tujuan yang sama dan masing-masing membantu agar bergerak ke
arah tujuan yang diharapkan atas dasar kepemimpinan yang sama.
Kata ummah sebagai konotasi masyarakat Islam tidak dapat diterjemahkaan
dan harus diterima dalam bentuk arabnya. Ia tidak searah dengan rakyat atau
35
bangsa atau negara. Ummat bersifat trans lokal, tidak ditentukan oleh
pertimbangan lokal, tidak ditentukan oleh pertimbangan geografis, ummah tidak
terbatas pada ras, ummah juga bukan negara, ummmah adalah tata sosial Islam
dan gerakan yang mengupayakannya atau berusaha mengaktualisasikan tujuan-
tujuannya.
Abdullah Nasheef menerjemahkan ummah sebagai bangsa atau
komunitas. Menururt Nasheef seseorang harus hidup dalam komunitas, tidak
dapat seseorang hidup seorang diri. Ummah ini di pandang sebagai komunitas
orang yang percaya kepada tuhan yang menciptakan mereka. Dan memberi
mereka tuntunan dan kebutuhan hidup mereka. Karena itu masyarakat Islam
adalah komunitas yang hidup menurut tuntunan Islam. mereka itu bukan sekedar
percaya kepada tuhan dalam hati, melainkan harus mengepresikannya dalam
tindakan, baik secara individu maupun kolektif. Islam bukan sekedar agama yang
dianut oleh suatu ummat, namun ajaran Islam juga merupakan jalan hidup. Islam
adalah jalan yang menghubungkan anggota komunitas-komunitas dengan
komuntias-komunitas sekitarnya.
Ummah atau masyarakat Islam tidak diperintah oleh penguasa atau rakyat.
Keduanya berada di bawah kekuasaan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah
dan Rosul-Nya melalui kitab suci al-Qur‟an dan sunnah Rosul. Pemerintah
hanyalah pelaksana dari hukum tersebut. Pemerintah apakah ia pelaku atau
penerima tindakan orang lain, ia tidak menciptakan hukum, juga hukum tersebut
bukanlah ungkapan dari kehendak umum rakyat.
36
Dalam suatu ummah pemegang kekuasaan politik adalah hukum ilahi, bukan
pemerintah. Pemerintah hanya menjadi pelaksana dari hukum ilahi tersebut.
Ummah adalah suatu nomokrasi, suatu republik dengan pengertian kekuasaan
berada ditangan hukum, bukan kekuasaan mutlak ditangan rakyat. Dan juga, jelas
ummah bukan juga suatu teokrasi, karena tidak seorangpun didalamnya dapat
menempati jembatan keilahian dan memerintah atas nama Allah.
Secara terminologi, kata masyarakat menurut koentjaraningrat adalah
kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terkait oleh satu sistem atau
adat-istiadat tertentu. Sedang menurut Quraish Shihab, masyarakat adalah
kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terkait oleh satuan, adat
ritus, hukum, dan hidup bersama.
Dengan demikian dalam masyarakat terkandung makna komunitas, sistem
organisasi, peradaban dan silaturrahmi. Rodney Stark bahkan sampai kepada
kesimpulan bahwa silaturrahmi atau interaksi sosial dalam terminologi sosiologi
adalah inti dari masyarakat. Society is agroup of people who are united by sosial
relationship.
Sesungguhnya apa sebenarnya yang disebut masyarakat Islam atau ummat
Islam. arti masyarakat Islam dengan dengan mengadopsi definisi masyarakat dari
Gillin dan Gillin adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap, dan perasaan yang diikat oleh kesamaan agama yakni agama Islam.
37
Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam dibedakan dari segi identitas
keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat.
Emha Ainun Najib menegaskan jika kita mengesahkan pernyataan ada
masyarakat Islam atau umat Islam, berarti kita mengesahkan suatu satuan sosial
primordial. Umat Islam adalah suatu lingkaran komunitas yang dipersatukan oleh
kesamaan komitmen, minimal iman dan aqidah, dan maksimal teologis dan
ideologis.30
Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam,
ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat
itu sendiri. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka struktur masyarakat itu
semakin rumit pula kompleksitas masyarakat juga ditentukan oleh ragam budaya
dan proses-proses sosial yang dihasilkannya. Semakin masyarakat itu kaya dengan
kebudayaannya, maka semakin rumit proses-proses sosial yang dihasilkannya.31
Islam memandang manusia berasal dari satu diri (QS. 4:1)
30
Arifuddin Tike, Dakwah dan Pengembangan masyarakat Islam, (makassar, Alauddin
Press, Cet. 1, 2011), h. 43 31
M. Burhan Bungin, sosiologi komunikasi teori paradigma dan diskursus teknologi
komunikasi masyarakat, (Jakarta, kencana, Cet. 5, 2011), h. 67
38
Terjemahnya :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu
yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa (QS. 49:13).
Terjemahnya :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Baik dilihat dari asal manusia yang satu diri itu maupun setelah ia berkembang
baik memenuhi bumi, manusia syogianya tidak membeda-bedakan sesamanya
dengan dalil apa pun, seperti karena perbedaan keturunan, ras, suku, bangsa,
agama dan sebagainya. Justru perbedaan itu mendorong manusia untuk saling
mengenal, saling berhubungan dan saling berlomba dalam kebaikan (QS. 49:13).
39
Terjemahnya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Perbedaan derajat manusia hanyalah di sisi tuhan saja sedang manusia sama
sekali tidak berwenang untuk menarik garis kesenjangan dengan cara-cara yang
tidak menurut aturan tuhan, lebih-lebih jika dengan cara yang tidak manusiawi.
Allah memandang manusia bertingkah rendah dan tinggi, hina dan mulia sesuai
dengan tinggi rendahnya persentasi dimensi ketakwaan kepadanya.
Menurut Islam atribut inti manusia adalah kepribadian, yang mencakup
pemilikan kesadaran diri, pengarahan diri, kehendak dan intelek kreatif. Dari
pribadi-pribadi itu tersusun kelompok-kelompok manusia mulai dari unit terkecil
(keluarga), himpunan dari keluarga-keluarga (seperti RT) dan selanjutnya
dibangun suatu masyarakat besar baik terikat dalam kesamaan bangsa, bahasa,
negara, maupun persaudaraan seagama. Secara pribadi-pribadi manusia
bertanggung jawab kepada tuhan dalam hal-hal yang berkaitan dengan soal
pengabdian (ibadah) secara vertikal kepadanya. Akan tetapi dalam rangka itu
sebagai makhluk, ia hidup dalam keberadaan makhluk lain, danhidup
berdampingan dengan sesamanya. Ia selama hidup di dunia, sejak lahir sampai
mati, memang tidak bisa terlepas dari manusia lainnya. Karena itu manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial (yang bermasyarakat) (QS. 2:213).
40
Terjemahnya :
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab
itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-
Nya kepada jalan yang lurus
Perbedaan-perbedaan yang tampak di sisi manusia karena status sosial,
ekonomi, ras, dan derajat keturunan umpamanya tidaklah boleh terlalu ditonjolkan
sehingga akibatnya akan menampilkan berbagai kekeruhan dan perpecahan dalam
masyarakat yang bersangkutan (QS. 49:11-12).
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka
41
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.
Meskipun manusia diciptakan dalam beribu-ribu tabiat dan selera dalam
keindividuan dan pribadi, namun ia difitrahkan untuk hidup bermasyarakat.
Adalah di luar jangkauan kemampuan manusia untuk hidup sendiri-sendiri. Para
peniliti menemukan, bahwa siksaan paling mencekam bagi manusia adalah
terkurungnya ia dalam penjara kesindirian. Demikian itu karena setiap indvidu
pada dasarnya sangat banyak tergantung pada nilai-nilai kemanusiaan dan
keberadaannya dalam kelompok.
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk
melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama, karena
itulah masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan
dan kerjasama untuk menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang
mewujudkan persamaan dan keadilan, pembinaan masyarakat haruslah dimulai
dari pribadi-pribadi, masing-masing wajib memelihara diri, meningkatkan kualitas
hidup, agar dalam hidup ditengah masyarakat itu, di samping dirinya berguna bagi
masyarakat, ia juga tidak merugikan orang lain. Islam mengajarkan bahwa
kualitas manusia dari suatu segi bisa di pandang dari manfaatnya bagi manusia
lain. Dengan pandangan mengenai status dan fungsi individu inilah Islam
memberikan aturan moral yang lengkap kepadanya. Aturan moral yang lengkap
itu di dasarkkan pada waktu suatu sistem nilai yang berisi norma-norma yang
sama dengan sinar tuntunan religius seperti ketakwaan, penyerahan diri,
kebenaran, keadilan, kasih sayang, hikmah, keindahan, dan sebagainya.
42
Peranan individu yang berkembang tidaklah berarti harus menganggap diri
sendiri sebagai kelas istimewa, justru sikap dari sifat kreatif yang muncul dari diri
individu itu selain dimanfaatkan untuk diri sendiri, juga hendaknya dapat
mendorong dan membantu yang kurang berkembang untuk melakukan upaya
yang lebih besar lagi. Dengan demikian, tampillah toleransi dan rasa demokrasi
dalam kehidupan sosial yang luas dan saling pengertian. Dalam hal ini peranan
keluarga sebagai unit terkecil masyarakat amatlah penting dalam membina
individu-individu itu al-Qur‟an dalam beberapa ayatnya dengan jelas
menyinggung betapa pentingnya peranan keluarga dalam pembinaan pribadi
manusia, seperti di kemukakan dalam QS. 66:6.
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang di perintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di
perintahkan. (QS. 66:6).32
2. Kebudayaan dan Masyarakat Islam
Pandangan ilmu membidangkan kebudayaan dalam 7 bagian sosial, ekonomi,
politik, pengetahuan dan teknik, seni, filsafat, dan agama. Pandangan Islam
32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur, CV Darus
Sunnah, 2002), h. 561
43
menerima dan menolak pembidangan tersebut, bergantung pada jenis agama yang
dimaksud.
Islam dapat menerima agama sebagai bidang kebudayaan manakala agama itu
agama budaya. Tetapi agama langit (agama wahyu) bukanlah bidang kebudayaan.
Islam adalah agama langit, ia bukanlah sebagian dari kebudayaan Islam. ada
agama Islam dan ada agama kebudayaan Islam. dalam kebudayaan Islam terdapat
bidang-bidang sosial: sosial, ekonomi, politik, pengetahuan dan teknik, seni dan
filsafat.
Kebudayaan Islam ialah cara berfikir dan cara merasa takwa, dan menyatakan
diri dari seluruh segi kehidupan sekolompok manusia, yang membentuk
masyarakat dalam suatu ruang dan suatu waktu sedang masyarakat Islam adalah
sekolompok manusia di mana hidup terjaring kebudayaan Islam, yang diamalkan
oleh kelompok itu sebagai kebudayaannya kelompok itu bekerja sama hidup
berdasarkan prinsip-prinsip Qur‟an dan As-Sunnah dalam tiap segi kehidupan.
Agama membentuk takwa, yang menjadi pangkal kebudayaan, dalam
kehidupan tiap gerak berawal dari agama, berujung kepada kebudayaan. Tiap laku
dan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan agama Islam. selalu mengandung
makna: karena Allah, untuk manusia tiap-tiap yang dikerjakan karena Allah
masuk dalam lapangan ibadah, dengan demikian kebudayaan yang berpangkal
pada agama, tiap tindakan dalam bidang-bidang kebudayaan yang dikerjakan
dengan takwa adalah ibadah (dalam pengertian luas). Terjadilah integrasi agama
dan kebudayaan. Karena itu pula terjadi kakaburan batasan antara agama dengan
44
kebudayaan, di samping mengaburkan kebudayaan dengan agama, karena
tindakan kebudyaan itu juga ibadah, sedangkan ibadah di identikkan dengan
agama maka perkawinan, pewarisan, dan mencari rezeki yang halal, menolak riba,
jihad, dan sebagainya yang sesungguhnya merupakan unsur kebudayaan,
dipandang sebagai unsur-unsur kebudayaan juga.
Karena itulah agama dapat dibedakan dengan kebudayaan tetapi tidak dapat
dipisahkan. Kedua itu membentuk kesatuan, menjalankan fungsinya mewujudkan
salam bagi manusia: kebudayaan untuk salam di dunia dan agama untuk salam di
akhirat (di samping salam rohaniah di dunia).
Terjemahnya:
tuntutlah kebahagiaan yang disediakan Allah di akhirat kelak, namun
janganlah kamu melupakan kebahagiaan (kenikmatan) di dunia. (QS. 28: 77)
Kelompok orang yang kehidupannya dalam hubungan manusia dan
manusia berasakan kebudayaan Islam, itulah yang di sebut masyarakat Islam.
tetapi kelompok orang yang hanya kehidupannya dalam hubungan antara manusia
dan tuhan saja yang berdasarkan Islam, menurut pandangan ilmiah tidak mungkin
diistilahkan dengan masyarakat Islam, melainkan orang-orang Islam. orang-
orangnnya Islam Islam karena mereka yang mengakui dan atau mengamalkan
agama Islam. tetapi masyarakatnya bukan Islam, karena kebudayaan Islam (yang
45
mengatur hubungan antara manusia dengan manusia) tidak terwujud dalam
masyarakat itu.33
33
Kaelany HD, Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta, PT Bumi Aksara,
2000) Cet. 1, h. 161.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Lembang Bau, Kec. Bittuang,
Kab. Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Dan waktu yang di perlukan oleh
penulis ialah selama tiga bulan agar perolehan data yang didapatkan lebih akurat
dan mendalam mengenai permasalahan yang penulis akan teliti.
B. Jenis Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan yakni deskriptif kualitatif, yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran serta memahami dan
menjelaskan bagaimana Peran akhlak Dai Terhadap penigkatan keberagaman
Masyarakat Islam Di Desa Lembang Bau, Kec. Bittuang, Kab. Tana Toraja,
Provinsi Sulawesi Selatan.
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam rencana penelitian ini meliputi data primer
dan data data sekunder :
1. Data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari sumber asalnya,
data primer di proleh melalui:
47
a. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
b. Interview atau wawancara mendalam (in dept interview) yaitu
mengadakan wawancara dengan informan yang bertujuan untuk
menggali informasi yang lebih mendalam tentang berbagai aspek yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang diperoleh
dari studi kepustakaan, maupun studi dokumentasi. Adapun data skunder
diperoleh melalui :
a. Studi pustaka yaitu bersumber dari hasil bacaan literarur atau buku-
buku atau data yang terkait dengan topik penelitian. Ditambah
penelusuran data online, pencarian dan melalui fasilitas internet.
b. Dokumentasi yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar inventaris
yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku, majalah,
surah kabar, dokumen-dokumen, dan media informasi lain yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti secara langsung
mengadakan tanya jawab dengan narasumber.
48
3. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian.
E. Informan Penelitian
Informan adalah orang-orang yang betul-betul paham atau pelaku yang
terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan dalam penelitian ini
di pilih karena paling banyak mengetahui atau terlibat langsung.
Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling.
Yaitu, teknik penarikan sample secara subjektif dengan maksud atau tujuan
tertentu, yang mana menganggap bahwa informan yang diambil tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitian yang akan dilakukan.
Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini berjumlah 12 orang, yaitu
sebagai berikut :
1. Kepala desa 1 orang
2. Tokoh masyarakat 5 orang
3.Anggota Masyarakat 5 orang
4. imam masjid 1 orang
F. Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif kualitatif, yaitu
dengan menguraikan dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dalam bentuk kata-
kata lisan maupun tertulis dari sejumlah data kualitatif. Dimana data yang
49
diperoleh dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan,
tanggapan-tanggapan, serta tafsiran yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan studi kepustakaan, untuk memperjelas gambaran hasil penelitian.
50
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur‟an al-karim.
Abda, Slamet Muhaemin. Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya ; Al-
Ikhlas, 1994.
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, Cet. 3, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2002.
Badruttaman, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Tahir, Cet. 1, Jakarta Selatan,
Grafindo Khazanah Ilmu, 2005.
Burhan, Bungin M. sosiologi komunikasi teori paradigma dan diskurusus
teknologi komunikasi masyarakat, Cet. 5, Jakarta, kencana, 2011.
Departemen Agama RI, AL-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya, jakarta timur,
CV Darus Sunnah, 2002.
Faizah, Lalu Muchlis Effendi, Psikologi Dakwah, cet. Pertama , Jakarta; Kencana,
2006.
Fawwaz bin hulayyil bin Rabah As-suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, cet.
Kelima, Jakarta ; Darul haq, 2015.
HD, Kaelany. Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Cet. 1, Jakarta, PT Bumi
Aksara, 2000
Hotman, Prio, Ilyas Ismail A, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, Cet. 1, Jakarta, kencana, 2011.
Muliadi, Dakwah Inklusif, cet. Pertama , Makassar; Alauddin University Press,
2013.
Mun‟im Al-Hasyimi, Abdul. Akhlak Rosul Menurut Bukhari Dan Muslim, Cet. 1,
Jakarta, Gema Insani, 2009.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Cet. 5, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Saiful Ma‟arif, Bambang. Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, Cet. 1 Bandung,
Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Siradjuddin, M. Jagalah Akidah Dan Akhlakmu, (Makassar, FUI Dan LSQ Makassar,
2015.
51
Suparta, Munzier, Hefni, Harjani, Metode Dakwah, Cet. 2, Jakarta, Kencana, 2006.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al-Ikhlas.
Sa‟d ibn Ali ibn Wahf Al-Qahthani, Menjadi Da’i yang sukses, cet. Pertama ,
Jakarta Timur, Qisthi Press, 2005.
Sinaga, Hasanuddin, AR Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, Cet. 1, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, 2004.
Tike, Arifuddin. Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam, Cet. 1,
Makassar, Alauddin Press, 2011.
Uwaidhah, Mahmud Abdul Latif. Pengemban Dakwah Kewajiban Dan Sifat-
Sifatnya, Cet. 1, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2003.
Wahyu, illihi, Munir, Muhammad. Manajemen Dakwah, cet. Pertama, jakarta ;
Kencana, 2006.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian
Desa Bau di Wilayah Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja sebagai
Desa Otonom memiliki luas wilayah 2500 hektar.
Orbitrasi sebelah utara berbatasan dengan desa sandana, Kec. bittuang. Sebelah
selatan berbatasan dengan desa rembo’ rembo’ kec. Bittuang dan desa ratte kec.
Masanda. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Balepe’ Kec. Bittuang. Sebelah
timur berbatasan dengan desa sasak kec. Bittuang
Potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia. Jumlah
penduduk _+ 668 jiwa mayoritas penduduk beragama kristen suku/etnis : Toraja,
Bugis. Mata pencaharian penduduk : PNS, Bidan, Pensiunan PNS, honorer,
Pedagang, Petani, Tukang, dan Perkebunan.
Perkembangnan pendidikan
Perkembangan pendidikan dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat yang
ada di desa bau, rata-rata tamatan SD untuk tingkatan SLTP/SMP/ sederajatnya dan
SLTA/SMA/ sederajatnya masih terbilang minimum dan begitu pula dengan tamatan
sarjana, adapun saranan pendidikan yang ada dalam mendukung proses
pembelajaran yang terdiri dari :
1. sekolah dasar 1 buah
2. TK / pendidikan usia dini 1 buah
3. sekolah menengah pertama 1 buah
KELEMBAGAAN
Kepala desa yang pernah menjabat
1. amir sa panggallo
2. markus masara
3. Y karaeng
4. marsit masuang
Lembaga pemerintah : pemerintah desa, kaur, kasi, kadus dan BPD lembaga
kemasyarakatan LPM, PKK, karang taruna.
Lembaga adat : kelompok keagamaan, kelompok majlis taklim, kelompok arisan,
kelompok pengurus kematian.
Lembaga ekonomi : masyarakat kelompok SPP, Perkebunan dan pertukangan (
batu dan kayu )
Lembaga pendidikan : pendidikan Formal ( PAUD / TK, SD, SMP ) dan pendidikan
Non formal ( pengajian AL Qur’an )
Lembaga keamanan : hansip, pos keamanan.
B. Peran Akhlak Da’i Terhadap Peningkatan Keberagamaan Masyarakat Islam
Masyarakat islam di desa bau sangat membutuhkan dakwah dalam
meningkatkan ibadah mereka, itu terlihat dari banyaknya hal-hal yang melanggar
syariat yang dilakukan oleh masyarakat islam di desa bau seperti menjual minuman
keras,menjual babi, bermain dengan riba dan bermain judi dan lain sebagainya,
sehingga membuat hati mereka keras dan malas untuk beribadah, usaha awal para
Da’i di desa bau untuk mengubah kebiasaan buruk mereka ialah dengan cara
memperbanyak silaturrahim dari rumah ke rumah seperti yang dikatakan oleh salah
seorang Dai yang bernama ustadz rendy yang bertugas di desa bau :
“ dengan cara ini Dai akan saling mengenal dan juga akan lebih memudahkan kita untuk menyampaikan pesan dakwah kepada mereka.”1
Da’i melakukan silaturrahim dari rumah ke rumah masyarakat islam secara
bergantian sebanyak 3 kali dalam seminggu, agar Da’i dan masyarakat bisa lebih
akrab dan tidak canggung ketika bertemu, lalu kemudian Da’i memulai silaturrahim
itu dengan mengucapkan salam dan bertanya tentang kabar si tuan rumah, dan itu
di sambut baik oleh si pemilik rumah tersebut, lalu kemudian Da’i memulai untuk
bercerita dan perlahan-lahan memberikan pesan dakwah kepada si pemilik rumah.
Seperti yang di katakan oleh akhi rendy selaku dai ketika wawancara :
“ Diharapkan dengan cara ini masyarakat akan memahami agamanya sedikit demi sedikit dan ada keinginan untuk berubah menjadi lebih baik.”2
1 Wawancara dengan ustadz rendy, dai AMCF di bau, pada hari sabtu, tanggal 15 september 2018, pukul 08.00 s/d 09.30 WITA. 2 Wawancara dengan ustadz rendy, dai AMCF di bau, pada hari sabtu, tanggal 15 september 2018, pukul 08.00 s/d 09.00 WITA.
Dengan adanya Da’i, masyarakat islam di desa bau merasa bersyukur dan bahagia
karna ada yang mau membimbing mereka dalam memahami agama islam, karna
tidak sedikit di antara mereka yang meninggalkan keyakinan mereka dikarenakan
tidak adanya Da’i atau ustadz yang membimbing mereka dan memberikan
pemahaman yang benar tentang agama islam, seperti yang dikatakan oleh pak ibnu
selaku pak imam ketika wawancara :
“ Kami sangat senang dengan kehadiran Dai-Dai AMCF di desa bau tiap tahunnya, karna itu memberikan semangat kepada kami untuk bertahan di atas keyakinan kami yaitu islam, berbeda ketika tahun-tahun sebelum datangnya Dai banyak di antara saudara-saudara kami baik itu kakak atau adik bahkan orang tua yang murtad.”3
Seperti ibu asni contohnya, dia dulunya adalah seorang muslimah sebelum
akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan keyakinannya ya itu islam dengan
berbagai alasan, ketika wawancara dan diminta alasannya kenapa dia meninggalkan
islam dia berkata bahwa :
“ dulunya saya adalah seorang muslimah, namun saya meninggalkan islam karna saya merasa irih kepada mereka yang beragama nasrani yang taat dalam ibadah mereka meskipun itu mereka lakukan 1 kali dalam seminggu, sedangkan kami yang beragama islam bingung ingin ibadah di mana, rumah ibadah sama sekali kami tidak punya dan tidak ada yang membimbing kami dan ini jelas membuat saya sedih dan akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan islam.”4
Kehadiran Da’i di tengah-tengah masyarakat bau sangat banyak memberikan
perubahan terutama dalam hal ibadah, itu terlihat dari masyarakat yang dulunya
sama sekali tidak pernah melakukan sholat lima waktu hingga akhirnya merekapun
mulai untuk melakukan sholat meskipun itu hanya sholat magrib dan isya, yang
dulunya tidak pernah sholat jum’at akhirnya mulai untuk sholat jum’at, seperti yang
dikatakan oleh salah seorang ibu yang bernama ibu serpi ketika wawancara :
3 Wawancara dengan pak ibnu, imam masjid bau, pada hari ahad, tanggal 21 oktober 2018, pukul 14.00 s/d 15.30 WITA. 4 Wawancara dengan ibu asni, masyarakat yang murtad, pada hari sabtu, tanggal 27 oktober 2018, pukul 14.00 s/d 14.30 WITA.
“ suami saya dulunya sangat malas melaksanakan sholat hingga akhirnya banyak Da’i yang datang bersilaturrahim ke rumah kami dan itu membuat hati suami saya tersentuh dan berniat untuk hijrah, dan alhamdulillah iapun mulai melaksanakan sholat meskipun itu hanya sholat jum’at saja.”5
Dan adapun hasil observasi peneliti lebih jauh terhadap semangat ibadah
masyarakat islam bau yang disebabkan oleh pesan dakwah dan akhlak seorang Da’i
dapat dilihat dari banyaknya kegiatan-kegiatan agama yang dirutinkan setiap
minggunya seperti :
1. tahfidzul qur’an bagi anak-anak remaja
Salah satu cara dai untuk meningkatkan semangat masyarakat dalam
beribadah ialah dengan cara memberikan pendidikan agama terhadap generasi-
generasi muda mereka seperti baca tulis AL-Qur’an dan menghafalkannya, dan
orang tua merekapun sangat senang dengan adanya program tahfidzul Qur’an ini,
Bahkan orang tua mewajibkan anak-anaknya untuk menghafal AL Qur’an, dan
dengan ini Dai akan lebih mudah dalam mengajar karna adanya dorongan dari
orang tua santri kepada anak-anaknya untuk menghafal AL-Qur’an.
Program tahfidzul Qur’an yang diadakan oleh dai sudah berjalan selama 6
bulan, dan jumlah santri yang ikut dalam program itu sebanyak 15 orang, di antara
mereka sudah ada yang menghafal 5 lembar, 1 juz dan 2 juz, di antaranya :
1. istiqamah siswi kelas 3 SMP sudah menghafal 2 juz.
2. farid siswa kelas 3 SMP sudah menghafal 1 juz.
3. ibnu siswa kelas 1 SMA sudah menghafal 1 juz.
4. faishal siswa kelas 1 SMP sudah menghafal 5 lembar dalam juz 1.
5. ayu siswi kelas 6 SD sudah menghafal beberapa surah dalam juz 30.
5 Wawancara dengan ibu serpi, masyarakat bau, pada hari senin, tanggal 22 oktober 2018 pukul 14.30 s/d 15.00 WITA.
Untuk menambah semangat santri dalam menghafal AL-Qur’an, Dai harus
selalu memberikan perhatian kepada santri seperti memberikan nasehat tentang AL-
Qur’an, tentang balasan yang akan didapatkan oleh orang yang membaca AL-
Qur’an dan orang yang menghafalkannya, seperti nasehat yang sering disampaikan
oleh akhi rukada selaku Dai AMCF kepada anak-anak santri bahwa anak yang
menghafal AL-Qur’an akan dijamin orang tuanya masuk ke dalam syurga, dengan
nasehat-nasehat yang seperti ini menjadikan anak santri semakin semangat dalam
menghafal AL-Qur’an, seperti yang disampaikan oleh akhi rukada selaku Dai ketika
wawancara :
“ untuk menambah semangat santri dalam menghafal AL-Qur’an, kita tidak boleh lepas dalam menasehati mereka.”6
2. belajar tajwid bagi ibu-ibu
Semangat ibu-ibu dalam mempelajari AL-Qur’an tidak kalah semangatnya
dengan anak-anak mereka yang menghafal AL-Qur’an, meskipun mereka adalah ibu
rumah tangga yang selalu sibuk dalam mengurus suami dan anak-anak mereka,
mereka tetap membagi waktu untuk mempelajari AL-Qur’an meskipun itu hanya
dilakukan 2 kali dalam seminggu, seperti yang dikatakan oleh salah seorang ibu
yang bernama ibu dian ketika wawancara :
“ melihat anak-anak menghafal AL-Qur’an kami sangat senang dan terharu, kami pun ingin seperti mereka, namun berhubung kami semua sudah lanjut usia rasanya cukup bagi kami belajar hukum-hukum bacaan dalam AL-Qur’an saja.”7
Belajar tajwid bagi ibu-ibu di rutinkan tiap jum’at dan sabtu sore sesuai
dengan permintaan mereka, karna mereka adalah ibu rumah tangga yang selalu
6 Wawancara dengan akhi rukada, Dai AMCF, pada hari rabu, tanggal 21 november 2018, pukul 21.00 s/d 22.00 WITA. 7 Wawancara dengan ibu dian, masyarakat bau, pada hari jum’at, tanggal 9 november 2018, pukul 13.30 s/d 15.30 WITA.
sibuk di rumah, mereka hanya bisa belajar AL-Qur’an 2 kali dalam seminggu yaitu
jum’at sore dan sabtu sore.
Selain belajar AL-Qur’an mereka juga sangat bersemangat dalam
mempelajari syariat-syariat islam, itu terlihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan
tentang hukum-hukum yang ada di dalam agama islam seperti apa hukum menjual
babi ? dan apa hukum memakan kerbau yang dipersembahkan untuk orang mati ?
dan lain sebagainya, seperti yang telah disampaikan oleh salah seorang Dai AMCF
yang bernama akhi rukada ketika wawancara dia berkata :
“ saya sangat senang dengan semangat ibu-ibu dalam bertanya soal agama, karna di situ kita bisa melihat bahwa mereka ada keinginan untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan mencoba untuk meninggalkan apa yang dilarang di dalam agama islam.”8
3. pengajian rutin tentang fiqhusholah
Sebelum datangnya Dai-Dai AMCF ke Tana Toraja terkhusus di desa bau,
islam di desa ini seakan-akan mati tidak ada kegiatan-kegiatan agama bagi kaum
muslimin di desa bau, sampai akhirnya masyarakat memohon kepada ibu fatma
selaku kordinator Dai AMCF di wilayah kabupaten tana toraja agar mereka bisa
dikirimkan Dai seperti di daerah-daerah lainnya di Tana Toraja, hingga akhirnya di
bulan ramadhan salah seorang Dai yang bernama akhi wahyu diutus ke desa bau
untuk berdakwah, dan alhamdulillah desa ini di tiap tahunnya ada Dai yang mengisi.
Dengan adanya Dai di desa bau ini, akhirnya islampun seakan hidup kembali,
yang dulunya sholat tarwih di desa bau tidak pernah kita jumpai dan ibadah-ibadah
lainnya yang tidak pernah kita dapatkan, akhirnya bisa kita lihat di tiap bulan
8 Wawancara dengan akhi rukada, Dai AMCF, pada hari sabtu, tanggal 1 desember 2018, pukul 18.30 s/d 19.30 WITA.
ramadhan, seperti yang telah di katakan oleh pak aman selaku kepala dusun di
dusun sarong desa bau ketika wawancara :
“ dulu kami kalau ingin sholat tarwih ataukah sholat idul fitri, kami harus keluar ke kecamatan untuk ibadah dan jarak yang harus kami tempuh itu selama 1 setengah jam baru bisa sampai di tempat tujuan karna jalanan di tempat kami sama sekali tidak mendukung, hingga akhirnya ustadz wahyu datang dan mengisi kegiatan-kegiatan ramadhan di tempat kami.”9
Setelah datangnya Dai di desa bau akhirnya banyak kegiatan agama yang
terlaksana seperti adanya pengajian rutin yang diadakan oleh Dai di setiap
jum’atnya, pengajian ini dilakukan setiap selesai sholat jum’at selama 30 menit, dan
Dai lebih mengutamakan untuk membahas tentang fiqhussholah, karna banyaknya
masyarakat yang belum mengerti bacaan-bacaan sholat, dan mereka terkadang
hanya melaksanakan sholat tanpa membaca apapun.
Dai memulai pengajian ini dengan membahas tentang bersuci seperti
wudhu,mandi junub dan lainnya, di sini banyak masyarakat yang bertanya tentang
wudhu seperti, bagaimana hukumnya berwudhu dalam kamar mandi lalu apa saja
yang kita baca sebelum wudhu, dan tentang mandi junub, seperti yang dikatakan
oleh akhi rendy selaku Dai AMCF ketika wawancara :
“ ketika saya memulai pengajian itu banyak masyarakat yang bertanya tentang apa yang mereka belum pahami dari apa yang telah saya sampaikan seperti wudhu misalnya.”10
Kehadiran Dai di tengah-tengah masyarakat sangat banyak memberikan
perubahan kepada mereka, masyarakat sangat bahagia dengan kehadiran Dai-Dai,
kecintaan masyarakat kepada Dai bukan hanya dikarenakan Dai mampu
mengajarkan syariat islam kepada mereka akan tetapi juga dikarenakan para Dai
memiliki akhlak yang mulia, murah senyum dan bertutur kata yang lembut.
9 Wawancara dengan pak aman, kepala dusun, pada hari selasa, tanggal 12 juni 2018, pada pukul 20.00 s/d 21.00 WITA. 10 Wawancara dengan akhi rendi, Dai AMCF, pada hari rabu, tanggal 28 november 2018, pukul 10.00 s/d 11.00 WITA.
Seorang Dai yang memiliki akhlak yang mulia selalu dikenang dan dicintai
oleh masyarakat, bahkan masyarakat yang beragama nasrani pun sangat senang
dengan kehadiran mereka, itu dikarenakan akhlak mulia yang dimiliki seorang Dai,
seperti yang dikatakan oleh ibu ludia seorang ibu yang beragama nasrani ketika
wawancara :
“ saya sangat senang dengan kehadirannya, dia sangat sopan ketika bertamu ke rumah kami, saya senang karna tutur katanya yang lembut dan dia murah senyum.”11
Sebagai seorang Dai, wajib memiliki akhlak yang mulia, karna mad’u hanya
memandang seseorang dari tingkah lakunya sebelum ucapannya, dalam berdakwah
pun Dai harus sadar bahwa berdakwah harus kita mulai dari diri kita sendiri sebelum
orang lain.
C. faktor-faktor yang mendukung dan menghambat peran akhlak Dai dalam
meningkatkan keberagamaan masyarakat islam
Dalam berdakwah banyak faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
para Dai dalam berdakwah, adapun hambatan-hambatan itu Dai menjadikannya
sebagai tantangan dalam perjalanan dakwahnya.
Adapun faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dakwah seorang Dai
adalah sebagai berikut :
1. Materi
Materi sangatlah mendukung Dai dalam berdakwah, seperti kendaraan
misalnya, dengan adanya kendaraan maka Dai akan lebih mudah untuk menjangkau
lokasi-lokasi dakwah yang jauh. Seorang Dai bernama wahyu mengatakan :
11 Wawancara dengan ibu ludia, masyarakat bau, pada hari ahad, tanggal 28 oktober 2018, pukul 08.00 s/d 08.30 WITA.
“ dalam berdakwah kita membutuhkan materi alat transportasi untuk membantu perjalanan dakwah kita seperti motor, karna dengan ini akan lebih memudahkan kita untuk menjangkau lokasi dakwah yang terpencil, khususnya di Kabupaten Tana Toraja ini, yang di mana ada saudara-saudara kita yang muslim hidup di daerah terpencil seperti desa bau.”12
Dengan adanya alat transportasi Dai tidak hanya berdakwah di satu lokasi
saja, namun mampu untuk menjangkau banyak lokasi.
2. kerjasama dengan tokoh agama, ormas islam dan lembaga keamanan (
kepolisian )
Kerjasama dengan tokoh agama atau ormas islam ( muhammadiyah ) ini
akan lebih memudahkan seorang Dai untuk menyampaikan pesan dakwahnya,
karna kebanyakan masyarakat hanya ingin menerima nasehat dari Dai yang jelas
asal usulnya, seperti yang di katakan oleh ibu fatma selaku Pimpinan Cabang
Aisyiah :
“ agar lebih mudah dalam berdakwah harus bekerjasama dengan para tokoh agama dan juga ormas islam ( muhammadiyah ) yang ada di Tana Toraja.”13
Selain ormas, untuk menjamin keselamatan Dai di lokasi dakwah maka Dai
juga bekerjasama dengan kepolisian, apabila terjadi sesuatu yang membahayakan
keselamatan Dai, maka kepolisian akan turun tangan untuk membantu.
Adapun hambatan-hambatan yang menjadi tantangan Dai dalam berdakwah
adalah sebagai berikut :
12 Wawancara dengan akhi wahyu,selaku Dai AMCF, pada hari kamis, tanggal 25 oktober 2018, pukul 20.00 s/d 20.30 WITA. 13 Wawancara dengan ibu fatma, Pimpinan Cabang Aisyiah Kab. Tana Toraja Kec. Bittuang, pada hari rabu, tanggal 18 juli 2018, pukul 08.00 s/d 10.00 WITA.
1. pemahaman agama masyarakat yang masih sangat minim
Dengan kurangnya pemahaman tentang agama, maka jelas ini akan menjadi
tantangan bagi seorang Dai dalam berdakwah, karna terkadang masyarakat hanya
akan menerima nasehat apabila itu sesuai dengan akal pikirannya dan bukan sesuai
AL-Qur’an dan sunnah, apalagi adat di Tana Toraja masih sangat kental dan
terkadang adat bertentangan dengan syariat islam seperti pesta adat kematian yang
di mana di dalamnya masyarakat islam ikut memakan daging sembelihan yang di
persembahkan untuk si mayyit, dan juga kebiasaan masyarakat islam di desa Tana
Toraja yaitu mengikuti acara kristenisasi yaitu lovely desember yang di mana acara
ini merupakan acara natal bagi kaum kristiani yang tidak diketahui oleh kebanyakan
masyarakat islam dikarenakan nama acara tersebut adalah lovely desember namun
isinya adalah natalan bagi kaum kristiani, seperti yang dikatakan oleh ustadz daniel :
“ salah satu tantangan dakwah bagi para Dai ialah kurangnya pemahaman agama masyarakat, sehingga membuat mereka tidak bisa membedakan mana yang boleh mana yang tidak, dan ini menjadi tugas kita untuk menjelaskan itu kepada mereka.”14
Untuk mengubah masyarakat agar mau untuk hijrah dari kebiasaan mereka
yang menyimpang dari syariat islam maka Dai harus paham bahwa tidak ada yang
instant ketika berdakwah, maksudnya adalah Dai tidak boleh mudah untuk putus
asa dalam berdakwah sebab terkadang dengan kesabaran seorang Dai dalam
berdakwah ALLAH memberikan hidayah kepada mad’u.
2. gerakan kristenisasi
Adanya gerakan kristenisasi jelas menjadi tantangan yang sangat besar bagi
para Dai yang ada di Tana Toraja, seperti yang telah terjadi di desa bau yang di
mana ada beberapa orang yang murtad, begitupula di daerah paku dan belau Tana
14 Wawancara dengan ustadz daniel, pada hari selasa, tanggal 21 agustus 2018, pukul 13.30 s/d 15.00 WITA.
Toraja yang di mana di daerah tersebut ada seorang pendeta yang bernama daud
daniel rompas yang proaktif dalam mengkristenkan kaum muslimin di daerah
tersebut, pendeta tersebut pernah berkata secara terang-terangan kepada para Dai
yang ada di Tana Toraja bahwa para Dai harus pandai dalam menjaga domba-
dombanya agar tidak lari.
Kemudian diantara cara mereka dalam memurtadkan kaum muslimin yaitu
dengan cara pura-pura menjadi seorang muslim untuk menikahi gadis-gadis
muslimah di Tana Toraja lalu kemudian setelah pernikahan itu terjadi ia ingin
kembali ke agamanya yaitu kristen dan menarik istrinya dan adapula dengan cara
yang sangat keji yaitu dengan cara merusak kehormatan muslimah, seperti yang
telah terjadi oleh saudari kaula yang di mana dia adalah seorang hafidzotul qur’an
yang murtad karna kehormatannya yang telah di rusak oleh pemuda kristen.
Seperti yang telah diceritakan oleh ibu fatma selaku kordinator Dai di daerah
Tana Toraja ketika di wawancara :
“ krsitenisasi di Tana Toraja sangatlah kuat karna mereka menghalalkan berbagai macam cara untuk memurtadkan orang seperti yang telah terjadi kepada saudari kita kaula yang di rusak kehormatannya.”15
3. bahasa
Kurangnya pendidikan di daerah-daerah terpencil seperti Desa Bau membuat
beberapa masyarakat sama sekali tidak paham dengan bahasa indonesia, dengan
ini jelas bahwa bahasa juga menjadi hambatan dakwah, karna Dai akan kesulitan
untuk berkomunikasi kepada mad’unya ketika bersilaturrahim dan menyampaikan
pesan dakwah, hal ini sama seperti yang dialami oleh ustadz risman, beliau
mengatakan :
15 Wawancara dengan ibu fatma, kordinator Dai daerah Tana Toraja, pada hari rabu, tanggal 18 juli 2018, pukul 08.00 s/d 10.00 WITA.
“ sebagian masyarakat sama sekali tidak mengerti bahasa indonesia yang mereka tau hanyalah bahasa daerah,itu dikarenakan pendidikan di daerah terpencil seperti bau sangatlah kurang dan ini membuat kami kesulitan ketika kami ingin bersilaturrahim dari rumah ke rumah.”16
16 Wawncara dengan ustadz risman, pada hari kamis, tanggal 25 oktober 2018, pukul 11.00 s/d 12.00 WITA.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan, dan pengumpulan data dari Desa
Bau Kec. Bittuang Kab. Tana Toraja prov. Sulawesi selatan, maka dapat ditarik
kesimpulan yang sesuai dengan masalah penelitian ini yaitu :
1. peran akhlak Dai dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat islam di desa
bau di awali dengan cara memperbanyak silaturrahim dari rumah ke rumah
masyarakat, agar Dai dan mad’u dapat saling mengenal satu sama lain, dengan
cara ini pula Dai akan lebih mudah untuk menyampaikan pesan dakwah sedikit demi
sedikit, kemudian seorang Dai wajib baginya memiliki akhlak yang baik, bertutur kata
yang lembut dan santun, murah senyum kepada masyarakat, karna masyarakat
hanya ingin mendengar nasehat dari orang yang memiliki akhlak yang baik, dan
masyarakat di bau sangat senang dengan kehadiran Dai-Dai AMCF di bau seperti
ustadz wahyu, ustadz rendy dan ustadz rukada yang di mana mereka selalu
dikenang karna akhlak mereka, Dai yang memiliki akhlak yang baik bukan hanya
disenangi oleh masyarakat muslim di desa bau tapi masyarakat yang berbeda
keyakinan dengan kita juga merasa senang.
2. ada beberapa faktor yang mendukung dan menghambat peran akhlak Dai dalam
meningkatkan keberagamaan masyarakat islam, faktor yang mendukung
diantaranya ialah materi seperti alat transportasi, dengan adanya alat transportasi
maka ini akan memudahkan Dai dalam berdakwah, karna ada beberapa lokasi yang
benar-benar membutuhkan kendaraan untuk menjangkaunya, adapun faktor lain
yang mendukung ialah adanya kerjasama Dai dengan tokoh agama, ormas islam (
muhammadiyah ) dan kepolisian, dengan adanya kerjasama ini maka Dai akan
aman dari segala sesuatu yang membahayakan dirinya.
B. Saran-Saran
1. Untuk Dai jangan pernah menyerah dalam berdakwah, karna tidak ada yang
instant dalam dakwah, ketika kita ingin mengubah seseorang maka mari perbaiki
niat kita lillahi ta’ala, dengan niat yang baik maka insyaallah segala kebaikan itu
akan berpihak kepada kita, mari kita kembali ke sejarah, kita lihat bagaimana
rosulullah begitu sabarnya dalam berdakwah meskipun dia sering mendapatkan
cacian dan perlakuan yang tidak pantas oleh orang-orang kafir ketika berdakwah,
namun kita bisa lihat kenikmatan islam itu telah sampai kepada kita ini dikarenakan
kesabaran rosulullah dalam berdakwah, memang dalam berdakwah akan banyak
ujian dan hambatan yang akan menghalangi kita namun jadikanlah semua
hambatan itu sebagai tantangan kita dalam berdakwah, sebagai seorang Dai harus
yakin dengan janji ALLAH subhanahu wata’ala bahwa ALLAH senantiasa bersama
dengan orang-orang yang bersabar.
2. hendaklah Dai dan ormas islam ( muhammadiyah ) dan kepolisian selalu menjalin
kerjasama demi keberhasilan dakwah di Tana Toraja dan juga demi menjaga
keselamatan Dai ketika berdakwah.
C. Kata-kata Penutup
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada allah atas limpahan rahmat
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa
penulis mengucapkan banyak terimahkasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulis memohon maaf apabila , dalam pembahasan terdapat banyak
kesalahan dan kekhilafan, ini bukanlah unsur kesengajaan dari penulis. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta Timur,
CV Darus Sunnah, 2002.
Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya ; Al-
Ikhlas, 1994.
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, Cet. 3, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2002.
Badruttaman, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Tahir, Cet. 1, Jakarta Selatan,
Grafindo Khazanah Ilmu, 2005.
Burhan, Bungin M. sosiologi komunikasi teori paradigma dan diskurusus
teknologi komunikasi masyarakat, Cet. 5, Jakarta, kencana, 2011.
Faizah, Lalu Muchlis Effendi, Psikologi Dakwah, cet. Pertama , Jakarta; Kencana,
2006.
Fawwaz bin hulayyil bin Rabah As-suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, cet.
Kelima, Jakarta ; Darul haq, 2015.
HD, Kaelany. Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Cet. 1, Jakarta, PT Bumi
Aksara, 2000
Hotman, Prio, Ilyas Ismail A, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, Cet. 1, Jakarta, kencana, 2011.
Muliadi, Dakwah Inklusif, cet. Pertama , Makassar; Alauddin University Press,
2013.
Mun’im Al-Hasyimi, Abdul. Akhlak Rosul Menurut Bukhari Dan Muslim, Cet. 1,
Jakarta, Gema Insani, 2009.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Cet. 5, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Saiful Ma’arif, Bambang. Komunikasi Dakwah Paradigma Untuk Aksi, Cet. 1 Bandung,
Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Siradjuddin, M. Jagalah Akidah Dan Akhlakmu, (Makassar, FUI Dan LSQ Makassar,
2015.
Suparta, Munzier, Hefni, Harjani, Metode Dakwah, Cet. 2, Jakarta, Kencana, 2006.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al-Ikhlas.
Sa’d ibn Ali ibn Wahf Al-Qahthani, Menjadi Da’i yang sukses, cet. Pertama ,
Jakarta Timur, Qisthi Press, 2005.
Sinaga, Hasanuddin, AR Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, Cet. 1, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, 2004.
Tike, Arifuddin. Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam, Cet. 1,
Makassar, Alauddin Press, 2011.
Uwaidhah, Mahmud Abdul Latif. Pengemban Dakwah Kewajiban Dan Sifat-
Sifatnya, Cet. 1, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2003.
Wahyu, illihi, Munir, Muhammad, Manajemen Dakwah, cet. Pertama, jakarta ;
Kencana, 2006.
RIWAYAT HIDUP
Muhammad irsyad, Lahir di dusun lacinde kab.
wajo, 13 september 1996, putra pertama dari
pasangan bapak Kamaruddin dan ibu Nur
hidayah. Kedua orang tua sekarang tinggal di
Dusun Lacinde Desa Marannu Kecamatan
Pitumpanua Kabupaten Wajo, Riwayat
pendidikan Ayah
hanya tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Ibu hanya tamatan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Riwayat pendidikan saya yaitu
Sekolah Dasar (SD) sejak tahun 2002 sampai tahun 2008, MTs Darul
Istiqamah sejak dari tahun 2008 sampai tahun 2011, MA Darul Istiqamah
cab. Babang sejak tahun 2011 sampai tahun 2014, Pendidikan Bahasa
arab dan Studi Islam Ma’had Al-Birr sejak tahun 2014 sampai 2017.
Kemudian Studi di program Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar mulai tahun 2015
sampai 2019. Alamat tempat tinggal di makassar di Bumi Permata Hijau
(BPH) Jalan Sultan Alauddin, kecamatan Rappocini Kota Makassar.