penyebaran konten ilegal di media sosial (studi kasus...

124
PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS: PORNOGRAFI PADA APLIKASI BIGO LIVE) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I) Oleh: Zoupi Dwi Raka NIM: 1112051000067 FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H  

Upload: others

Post on 12-May-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL

(STUDI KASUS: PORNOGRAFI PADA APLIKASI

BIGO LIVE)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.I)

Oleh:

Zoupi Dwi Raka

NIM: 1112051000067

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

 

Page 2: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

 

Page 3: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

 

Page 4: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Zoupi Dwi Raka

Nim : 1112051000067

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL

(STUDI KASUS: PORNOGRAFI PADA APLIKASI BIGO

LIVE). Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Saya bersedia melakukan proses yang

semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

jika ternyata skripsi ini merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan dibuat untuk dipergunakan seperlunya

Jakarta, 5 Februari 2019

Zoupi Dwi Raka

NIM: 1112051000067

 

Page 5: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

i

ABSTRAK

Zoupi Dwi Raka. Penyebaran Konten Ilegal di Media Sosial

(Studi Kasus: Pornografi Pada Aplikasi Bigo Live)

Media sosial makin berkembang pesat. Banyak konten-konten

baru yang malah disalahgunakan oleh banyak orang. Salah satu

penyalahgunaan media sosial terjadi pada media sosial Bigo Live.

Bigo Live merupakan aplikasi Streaming yang mampu menarik

perhatian masyarakat. Selain itu, Bigo Live cenderung digunakan

sebagai penyebaran konten berbau pornografi. Penyebaran konten

ilegal berbau pornografi juga semakin luas dan masyarakat sering

menggunakan aplikasi tersebut untuk mempermudah

penyebarannya.

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, Bagaimana

penyebaran konten pornografi pada aplikasi Bigo Live? Apa

alasan pengguna melakukan siaran dengan konten pornografi

pada aplikasi Bigo Live?

Teori yang digunakan adalah teori Difusi Inovasi oleh Everett M.

Rogers. Teori Difusi Inovasi isinya menyatakan bahwa suatu

inovasi (misalnya gagasan, teknik baru, teknologi baru, dan lain-

lain) memencar atau menyebar dalam pola yang dapat

diperkirakan.

Dengan pola live streaming pengguna bisa melakukan hal apa

saja ketika menggunakan aplikasi tersebut, termasuk

menggunakannya untuk penyebaran konten ilegal berbau

pornografi. Dan penyebaran konten ilegal memang terjadi atas

dasar penyiar ingin mendapatkan keuntungan berupa materi yang

ia dapatkan ketika live dan kepopularitasan untuk berapa banyak

yang menonton siarannya pada live streaming.

Keyword: Bahaya Media Sosial, Bigo Live, Konten Ilegal, dan

Pornografi.

 

Page 6: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’aalamiin segala puji dan syukur bagi

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW, Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Penyebaran Konten Ilegal di

Media Sosial (Studi Kasus: Pornografi pada Aplikasi Bigo Live).

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini

banyak mengalami hambatan dan kesulitan. hingga terkadang

rasa putus asa selalu dirasakan. Namun berkat bantuan, motivasi,

bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagi

pihak menjadikan penulis semakin bersemangat untuk

menyelesaikan skripsi ini dan akhirnya skripsi dapat

terselesaikan.

Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, perkenankan

penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan,

arahan serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,

terutama kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan. MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M. Ed. Ph.D

selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj.

Roudhonah. M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum, serta Dr. Suhaizni. M.Si selaku

wakil Dekan Ill Bidang Kemahasiswaan.

 

Page 7: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

iii

2. Drs. Masran. MA sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurrahmah. M.Si sebagai Sekertaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si. sebagai Dosen Penasihat

skripsi penulis yang telah bersedia meluangkan waktu

dikala padatnya jadwal mengajar dan meluangkan pikiran

untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya kepada

penulis dikala berkonsultasi. Serta teramat sabar dalam

membimbing dan mengarahkan penulis.

5. Umi Musyarofah, MA. sebagai Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing dari semester 1

hingga sekarang.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis

selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh Staff dan Karyawan Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu penulis dalam hal peminjaman buku-

buku yang digunakan sebagai referensi dan memberikan

pelayanan dengan baik kepada penulis hingga

penyusuanan skripsi ini selesai.

8. Kepada ayah dan ibu penulis, yaitu Rachmat dan Karni.

Terima kasih atas segala kesabarannya yang menjaga

 

Page 8: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

iv

penulis semenjak kandungan sampai sekarang ini hingga

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada narasumber yaitu: AV dan NZ yang telah

meluangkan waktunya untuk bertemu dan bersedia

diwawancarai. Bersedia dimintai banyak informasi

meskipun hal-hal yang ditanyakan benar-benar

merupakan hal yang sensitif. Penulis sangat berterima

kasih atas kesempatannya untuk saling mengenal dan

berbagi infromasi.

10. Mala sebagai senior yang telah membantu penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Adi kerabat penulis yang selalu mendukung saya serta

membantu menyelesaikan tugas skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat penulis, teman-teman seperjuangan

selama kuliah Novi, Anggita, Doni, Haris dan Atha.

Terima kasih selalu memberikan semangat dan banyak

informasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan

skripsi.

13. KPI C, terima kasih atas kebersamaan yang menyimpan

banyak kenangan. Vina, Latif, Tasha, Muthia, Dinda, dan

Noni terima kasih telah menjadi bagian cerita semasa

kuliah yang tidak akan terlupakan.

14. Semua pihak, yang tidak dapat disebutkan satu per satu

namun tanpa mengurangi rasa hormat, yang telah

membantu penulis. penulis ucapkan terima kasih.

 

Page 9: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

v

Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah

SWT berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh

pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

khususnya bagi diri penulis sendiri.

Jakarta, 1 Februari 2019

Zoupi Dwi Raka

 

Page 10: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................... I

KATA PENGANTAR ........................................................ II

DAFTAR ISI ....................................................................... VI

DAFTAR GAMBAR .......................................................... VIII

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................... 1

B. Perumusan Masalah .............................. 6

1. Identifikasi Masalah ......................... 6

2. Asumsi Masalah ............................... 6

3. Batasan Masalah............................... 7

4. Rumusan Masalah ............................ 7

5. Pernyataan Atas Masalah ................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............. 8

1. Tujuan Penelitian .............................. 8

2. Manfaat Penelitian ............................. 9

D. Tinjauan Kajian Terdahulu .................... 9

E. Metodologi Penelitian ........................... 11

1. Pendekatan Penelitian ...................... 11

2. Metode Penelitian ............................. 12

3. Subjek dan Objek Penelitian ............ 12

4. Teknik Pengumpukan Data .............. 13

5. Sumber Data ..................................... 15

6. Teknik Analisis ................................ 15

F. Sistematika Penulisan ............................ 16

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis ................................... 19

1. Penyebaran Konten Ilegal

di Media Sosial ................................. 19

2. Pornografi ......................................... 32

3. Teori Difusi Inovasi ......................... 41

B. Kerangka Berpikir .................................. 45

BAB III. GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

A. Sejarah Bigo Live ................................... 48

 

Page 11: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

vii

B. Logo Bigo Live ....................................... 52

C. Fitur pada Aplikasi Bigo Live ................ 52

D. Struktur Organisasi Bigo Live ................ 58

E. User and Agreement ............................... 58

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Temuan Data .......................................... 63

B. Analisis data ........................................... 64

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................ 87

B. Implikasi ................................................. 89

C. Saran ....................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

Page 12: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Penyiar aplikasi Bigo Live ................................ 49

Gambar 3.2 Penonton aplikasi Bigo Live ............................. 50

Gambar 3.3 Logo Palikasi Bigo Live ................................... 51

Gambar 3.4 Menu Aplikasi Bigo Live.................................. 52

Gambar 3.5 Identitas Broadcaster ....................................... 52

Gambar 3.6 Beans ................................................................ 53

Gambar 3.7 Jumlah Penonton .............................................. 54

Gambar 3.8 Gift .................................................................... 55

Gambar 3.9 Tool Bar ........................................................... 56

Gambar 3.10 Kolom Komentar ............................................ 57

Gambar 4.1 Profil Informan ................................................. 67

Gambar 4.2 Interaksi aplikasi Bigo Live .............................. 68

Gambar 4.3 Top Rank dan Beans Exchange ........................ 82

Gambar 4.4 Pemberian Gift pada Broadcaster .................... 8

 

Page 13: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, internet memegang peranan besar dalam

kehidupan manusia. Internet juga berpengaruh terhadap

aktivitas komunikasi non verbal. Internet memudahkan

manusia melakukan interaksi dengan orang lain tanpa

harus terhalang oleh jarak.

Keberadaan internet juga memudahkan manusia

untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa harus merasa

terhalang oleh jarak. Interaksi menurut Graham seorang

pakar komuniaksi Inggris merupakan salah satu cara yang

memungkinkan para pengguna maupun mesin saling

terhubung secara interaktif. Oleh karena itu, internet

sebagai salah satu media siber disebut alat komunikasi.1

Dapat dikatakan bahwa media siber merupakan salah satu

alat komunikasi yang memungkinkan penggunanya untuk

saling berkomunikasi.

Selain itu media siber juga menjadi salah satu

jalan untuk para pengguna memanfaatkan internet sebagai

alat peyampaian pesan. Graham juga mengemukakan

bahwa:

“Proses penyampaian pesan melalui media siber

pun mengalami pergeseran penting. Jika media

siber selama ini menjadi pusat informasi dan

informasi tersebut diberikan atau dipublikasikan

1 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014),

h. 2.

 

Page 14: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

2

dengan satu arah, maka saat ini media siber

menjadi lebih interaktif. Khalayak tidak lagi

sekadar objek yang terpapar oleh informasi,

tetapi dilibatkan lebih aktif karena perangkat

teknologi menyebabkan adanya interaksi di

media siber. Keberadaan media siber baru

seperti internet bisa melampaui pola-pola

penyebaran pesan media tradisional. Melalui

media siber, setiap manusia dapat saling

terhubung dalam waktu yang bersamaan.

Bahkan dalam penggunaannya, media siber juga

dapat mewakili keterlibatan pola komunikasi

yang pada awalnya hanya dapat berkomunikasi

langsung atau tatap muka.”2

Ini menandakan bahwa dengan munculnya media

siber baru juga dapat mempermudah pengguna untuk

mengembangkan cara berkomunkasi tanpa tatap muka.

Semakin berkembangnya internet membuat

perkembangan media siber semakin banyak, jenis-jenis

media siber juga semakin bermunculan sesuai

perkembangan internet itu sendiri.

“Tribudi mejelaskan bahwa jenis-jenis media

siber di antaranya: Website, Email, Wiki,

Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial.

Media sosial merupakan salah satu platform

yang muncul di media siber. Oleh karena itu,

melihat media sosial yang ada tidak jauh

berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh

media siber. Selain itu media sosial juga

memberikan perangkat live streaming. Live

streaming ini adalah suatu .teknologi yang

digunakan untuk memainkan file audio dan

video secara langsung maupun merekam dari

sebuah mesin web server. Teknologi ini adalah

2 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014),

h. 76.

 

Page 15: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

3

teknologi yang memberikan akses secara

langsung untuk melihat file video, audio atau

keduanya kapanpun dan dimanapun tanpa

melalui proses download atau unduh.”3

Sebagai inovasi baru di dalam media siber, salah

satu jenis media siber baru yang sedang digunakan oleh

banyak pengguna adalah Bigo Live.

“Menurut Mu Tmm Bigo Live salah satu

aplikasi media sosial yang memberikan

perangkat live streaming adalah Bigo Live. Bigo

Live adalah aplikasi broadcast dalam bentuk

live streaming yang dikhususkan untuk

pengguna smartphone Android dan IOS.

Aplikasi ini merupakan aplikasi yang digunakan

untuk menyiarkan kegiatan diri sendiri secara

online melalui kamera smartphone dan bisa

ditonton oleh para pengguna Bigo Live yang

lain saat itu juga. Bigo Live juga menjadi salah

satu aplikasi sosial media terpopuler dengan

lebih dari sepuluh juta unduhan.”4

Namun seiring penggunaan Bigo Live, banyak

pengguna yang mengkases aplikasi tersebut untuk hal-hal

di luar norma yang ada di Indonesia, seperti

menggunakannya untuk menyebar konten ilegal untuk

kepentingan pribadi.

“Rulli Nasrullah mengatakan bahwa konten

ilegal yang menyebar di masyarakat bisa terjadi

karena Seiring dengan semakin bervariasinya

konten media dan meningkatnya pengguna

media siber, internet cenderung menjadi

3 Tribudi, “Pengertian Live Streaming”, diakses dari

http://www.livestreamingindonesia.com/pengertian-live-streaming/, pada

tanggal 18 Juli 2018 pukul 22.57. 4 Mu Tmm, “Tentang Bigo Live dan Cara Menggunakan” Diakses dari

https://www.menitinfo.com/2016/09/tentang-bigo-live-dan-cara-

menggunakan.html?m=1 diakses pada 18 Juli 2018 pukul 23.03.

 

Page 16: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

4

kebutuhan pokok. Internet berperan sebagai

penunjang media komunikasi dan informasi

yang banyak memberikan dampak positif,

namun tidak sedikit juga terjadi

penyalahgunaan yang justru membawa dampak

negatif. Termasuk penyalahgunaan illegal

content melalui media sosial. Konten ilegal

(illegal content) adalah kejahatan dengan

memasukkan data atau informasi yang tidak

benar, tidak etis, melanggar hukum, dan atau

melanggar ketertiban hukum di internet. Jenis

dari illegal content itu berupa pornografi,

pelanggaran hak cipta, terorisme virtual, dan

perjudian dengan menggunakan media siber.”5

Penggunaan konten ilegal berbau pornografi

ternyata juga terjadi terjadi pada aplikasi Bigo Live.

Bahkan tidak hanya pada satu pengguna namun oleh

bayak pengguna bisa mengakses konten pornografi pada

aplikasi tersebut.

“Dikutip dari Rappler.com, Kementerian

Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)

telah melalukan pemblokiran terhadap 10

Domain Name System (DNS) yang terkoneksi

dengan alamat IP aplikasi Bigo Live sejak 1

Desember lalu karena terdapat karena ada unsur

konten pornografi dalam aplikasi user-

generated live streaming ini. Sebagai contoh

Interaksi pada aplikasi Bigo Live Penonton bisa

memberikan hadiah virtual kepada host siaran

tersebut. Hadiah ini mesti dibeli oleh penonton.

Sementara host sendiri bisa menguangkan

hadiah mereka. Untuk mendapat banyak hadiah,

seringkali host memberikan siaran berbau

5 Rulli Nasrullah, media sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 193.

 

Page 17: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

5

pornografi. Hal inilah yang menimbulkan

keresahan.”6

Menurut Tifatul Sembiring dalam wawancaranya

di beritasatu.com mengatakan bahwa “pornografi merusak

lima sel otak sedangkan narkoba merusak tiga sel otak”.7

Dampak buruk pornografi yang bisa diakses melalui

internet diindikasikan akan memengaruhi perkembangan

dan kreativitas penggunanya.

Masalah pornografi akan menimbulkan masalah

yang kompleks dan merusak moral anak bangsa apabila

tidak ditangani secara intensif. Menteri Sosial, Khofifah

Indar Parawangsa menegaskan bahwa “sejak Februari

2015 lalu, Indonesia sudah menyatakan perang dan

darurat pornografi.”8

Penulis Clare Wilson dalam kutipannya

menyatakan:

“Sejumlah penelitian yang mengungkapkan

adanya perbedaan kegiatan dalam otak antara

orang yang sangat sering menggunakan

pornografi dan yang tidak. Bahkan, perbedaan

tersebut sering kali berada di daerah-daerah

otak yang sama seperti pada kasus ketagihan

narkoba. Beberapa penelitian, misalnya, dalam

PLoS One, mengungkapkan bahwa pengguna 6 Eka Shantika, “Mengandung unsur pornografi, Kemkominfo blokir situs Bigo

Live” diakses pada 19 Juli 2018 dari

https://www.rappler.com/indonesia/berita/155626-kemenkominfo-blokir-situs-

bigo-live-pornografi. 7 Didi Purwadi, “tifatul: Pornografi Rusak Lima Sel Otak” diakses pada 17 juli 2017

dari http://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/02/n1rqiq-tifatul-pornografi-

rusak-lima-sel-otak. 8 Didi Purwadi, “tifatul: Pornografi Rusak Lima Sel Otak” diakses pada 17 juli 2017

dari http://www.beritasatu.com/kesra/168944-pornografi-merusak-lima-sel-otak.html.

 

Page 18: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

6

pornografi memiliki tanggapan-tanggapan yang

lebih tinggi pada isyarat-isyarat seksual, tetapi

sebagian penelitian dalam Biological

Pshychology malah mengungkapkan rendahnya

tanggapan-tanggapan yang dimaksud.”9

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis

termotivasi dan tergerak untuk menulis skripsi dengan

mengangkat sebuah judul: “Penyebaran Konten Ilegal

di Media Sosial (Studi Kasus: Pornografi Pada

Aplikasi Bigo Live).”

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Pada awal Bigo Live diluncurkan di Indonesia,

bayak pengguna yang menggunakan aplikasi

tersebut untuk menyebarkan konten pornografi.

b. Bigo Live menjadi aplikasi yang menuai konflik

bagi Kementrian Komunikasi dan Informatika

terkait banyak pengguna yang menyebarkan

konten ilegal pada aplikasi Bigo Live.

2. Asumsi Masalah

Untuk lebih menyederhanakan dan

mengurangi kompleksitas masalah, maka

diambil asumsi-asumsi penelitian. Asumsi yang

diambil dalam penelitian ini adalah:

9 Alexander Lumbangtobing, “Pornografi Merusak Otak, Mitos atau Ilmiah?” diakses

pada 20 juli 2017 dari http://global.liputan6.com/read/2635555/pornografi-merusak-

otak-mitos-atau-ilmiah.

 

Page 19: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

7

a. Terjadinya penyebaran konten

pornografi yang dilakukan oleh host

Bigo Live.

b. Host menggunakan aplikasi Bigo Live

dengan alasan keuntungan pribadi.

3. Batasan Masalah

Agar terfokus pada permasalahan yang

diteliti, maka penulis membatasi masalah dalam

penelitian ini yaitu terhadap proses penyebaran

dan inovasi konten pornografi yang dilakukan oleh

pengguna aplikasi Bigo Live, khususnya host pada

aplikasi Bigo Live.

Kemudian penulis mendapatkan tiga puluh

kandidat yang penulis rasa cocok untuk

diwawancarai, namun setelah melakukan

komunikasi melalui pesan singkat dan email yang

merespon hanya 2 orang informan saja, yaitu AV

dan NZ. Walau masih kurang untuk memenuhi

keabsahan penelitian namun penulis yakin dengan

kedua informan tersebut yaitu AV dan NZ, semua

pertanyaan pada rumusan masalah ini benar

adanya dan tidak dibuat-buat serta data yang

didapat valid.

4. Rumusan Masalah

Mengacu pada batasan masalah yang

disebutkan di atas, maka perumusan masalahnya

adalah:

 

Page 20: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

8

a. Bagaimana penyebaran konten pornografi

pada aplikasi Bigo Live?

b. Seperti apa inovasi yang dilakukan host pada

aplikasi Bigo Live terkait menyebarkan konten

pornografi pada aplikasi tersebut?

c. Apa alasan pengguna aplikasi Bigo Live

mengakses dan melakukan siaran dengan

konten pornografi pada aplikasi Bigo Live?

5. Pernyataan Atas Masalah

Atas dasar rumusan masalah yang telah

ditemukan, maka penulis mendapatkan beberapa

pernyataan-pernyataan terkait rumusan masalah

yang ada, yaitu:

a. Penulis memang menemukan penyebaran

konten ilegal berbau pornografi pada aplikasi

Bigo Live.

b. Terdapat inovasi yang dilakukan host

sehingga konten pornografi bisa menyebar

luas.

c. Terdapat bentuk komoditas pribadi yang

diperoleh oleh pengguna atau host aplikasi

Bigo Live.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka

ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini, yaitu:

 

Page 21: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

9

a. Untuk mengetahui penyebaran konten ilegal

pornografi pada aplikasi Bigo Live.

b. Untuk mengetahui alasan pengguna aplikasi

Bigo Live mengunduh dan melakukan siaran

dengan konten pornografi pada aplikasi Bigo

Live.

2. Manfaat Penelitian

1. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi ilmiah bagi

perkembangan ilmu komunikasi, dan juga

menambah pengetahuan, serta dapat menangani

kasus tentang media siber yang berhubungan erat

dengan penyebaran konten pornografi di media

sosial.

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan memberikan motivasi kepada

masyarakat agar dapat menggunakan konten

digital secara sehat serta tidak melanggar kode etik

dan undang-undang yang ada.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh

dan pembandingan adalah sebagai berikut:

1. “Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial

(Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media

 

Page 22: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

10

Sosial Grindr.” 10

Oleh Nicky Franida Nugrahani,

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

2016. Penelitian ini berisi aktivitas interaksi

Virtual Community. Persamaan penelitian ini

adalah sama-sama meneliti media internet di

kalangan masyarakat luas. Yang menjadi

perbedaan adalah objek penelitian yang digunakan

dalam skripsi tersebut.

2. “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial

di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja

Yang Berpacaran).” 11

Oleh Eka Puji Septiani.

Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2016.

Penelitian ini berisi tentang bagaimana sebuah

tayangan pornografi bisa berdampak pada

psikososial para remaja yang berpacaran, dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. persamaan

penelitian ini adalah sama-sama meniliti dampak

atau pengaruh pornografi. Perbedaannya adalah

10

Nicky Franida, “Bahaya Komunitas Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus:

Interaksi Virtual Community Media Sosial Grindr” Skripsi pada Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. 11

Eka Puji Septiani, “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial di Kalangan

Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran)” Skripsi pada Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

 

Page 23: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

11

pada variabel terikat yang digunakan pada skripsi

ini.

3. “Pornografi dan Pornoaksi (Studi Komparasi

Antara Hukum Islam dan Hukum Positif).”12

Oleh

Wachid Yulianto. Jurusan Perbandingan Madzhab

dan Hukum Fakultas Syari’ah Univeritas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.

Penelitian ini mengkaji bagaimana proses hukum

yang berlaku ketika orang atau individu melakukan

atau menyiarkan konten pornografi melalui proses

islam atau positif. Perbedaan pada skripsi ini

adalah objek dan subjek dari penelitian dan

rumusan masalah.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

pendekatan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang berlandaskan filsafat post

positivism.

Creswell mendefinisikan “Penelitian kualitatif

merupakan metode-metode untuk

mengekplorasi dan memahami makna yang –

oleh sejumlah individu atau sekelompok orang

– dianggap berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan.”13

12

Wachid Yulianto, “Pornografi dan Pornoaksi (Studi Komparasi Antara

Hukum Islam dan Hukum Positif)” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2008. 13

John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan

Campuran (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2016), h. 2.

 

Page 24: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

12

Melalui pendekatan penelitian kualitatif, penulis

melakukan wawancara langsung kepada informan,

terhadap pengguna media sosial Bigo Live. Agar

mendapatkan informasi secara mendalam mengenai

penyebaran konten ilegal pada aplikasi Bigo Live.

2. Metode Penelitian

Menurut Creswell “studi kasus sebagai suatu

eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait (bounded

system) atau kasus. Suatu kasus menarik untuk diteliti

karena corak khas kasus tersebut yang memiliki arti

pada orang lain, minimal bagi peneliti.”14

Peneliti menggunakan studi kasus Intrinsik. J.R.

Jaco menjelaskan bahwa “penelitian yang dilakukan

pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan

keunikan yang tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada

kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program,

kejadian atau kegiatan.”15

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pengguna aplikasi

Bigo Live, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini

adalah konten pornografi pada apliaksi Bigo Live.

14

John. W. Creswell, Qualitative inquiry and research design: Choosing

among five traditions, (California: SAGE 1998), h. 62. 15

J.R. Jaco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan

Keunggulan, (Jakarta: Grasindo 2010), h. 49.

 

Page 25: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

13

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi

sesuai dengan permasalahan penelitian ini, penulis

melakukan beberapa cara sebagai berikut:

a. Observasi

Penulis melakukan observasi dengan dua cara

yaitu secara langsung yaitu peneliti terjun

langsung dan mengamati proses penyebaran

konten pornografi pada aplikasi Bigo Live.

Observasi Menurut Lexy J. Moleong, yaitu

“mengadakan pengamatan terhadap objek

penelitian untuk mengetahui gejala-gejala yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.”16

Dalam hal ini penulis telah mengamati aplikasi

yang dimaksud yang kedua yaitu tidak langsung

atau observasi (non participant).

b. Wawancara Mendalam

Penulis melakukan wawancara secara

mendalam kepada pengguna Bigo Live. Penulis

mewawancarai informan sebagai objek yang

dianggap memiliki infomasi dan dapat

memberikan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Dikutip dari buku John W

Creswell, Wawanvcara yang baik menurut

McCracken yaitu “dalam wawancara kualitatif,

16

Lexy J. Moleong, Motodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2008), h. 194.

 

Page 26: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

14

pewawancara seharusnya mengajak responden

untuk mendeskripsikan pengalamannya.”17

Dengan demikian, pewawancara (peniliti) ini

dapat dengan mudah mengutak-atik ―atturan

ketidaklangsungan.

Penulis melakukan wawancara kepada dua

orang pengguna Bigo Live, yaitu AV dan NZ

untuk mengetahui bagaimana proses

penyebaran konten pornografi pada aplikasi

Bigo Live kepada pengguna lain melalui media

sosial Bigo Live.

c. Dokumentasi

Pengamatan dan wawancara juga

dilengkapi dengan dokumentasi. Menurut

Moleong, “dokumentasi merupakan setiap

bahan atau data yang tertulis, foto atau data

film, lain dengan record yang tidak dipersiapkan

oleh penulis.”18

Penulis mengambil data-data

dari catatan maupun dokumentasi yang sesuai

dengan masalah yang diteliti diantaranya yaitu,

fact sheet Bigo Live, dan dokumentasi dengan

informan. Serta hal-hal lain yang berkaitan

dengan penelitian untuk memperkuat data

17

John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan

Campuran (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2016), h. 151. 18

Lexy J. Moleong, Motodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2008), h. 216

 

Page 27: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

15

tentang penyebaran konten ilegal pornografi

pada aplikasi Bigo Live.

5. Sumber Data

Untuk menemukan data-data yang valid, penulis

mencari data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Untuk mendapatkan data harus melakukan

penelitian lapangan yang didasarkan pada

peninjauan langsung dengan objek yang akan

diteliti, agar memperoleh data-data yang akurat

dapat dilakukan dengan cara melakukan

wawancara dan observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung dari lokasi atau subjek

penelitian yaitu aplikasi Bigo Live, seperti

dokumentasi suasana live streaming.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan

tinjauan kepustakaan dan dokumentasi. Data ini

digunakan untuk mendukung informasi primer

yang diperoleh.

6. Teknik Analisis

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian

kualitatif, data yang diperoleh melalui wawancara

kepada NZ dan AV sebagai host aplikasi Bigo Live

kemudian dari hasil wawancara dideskrisikan dalam

 

Page 28: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

16

bentuk uraian. Menurut Bodgan “Analisis data adalah

proses mencari dan menyususn secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

dan bahan-bahan lain, sehigga dapat mudah

dipahami.”19

Pada saat menganalisis hasil wawancara, peneliti

harus mengamati secara detil jawaban yang diberikan

oleh narasumber yaitu AV dan NZ baru kemudian bisa

disimpulkan. Baru kemudian penulis menganalisa

kategori-kategori yang terlihat pada data-data tersebut.

Analisa data melibatkan upaya mengindentifikasi objek

dan subjek dari penelitian melihat dari fenomena yang

ada.

Karena media sosila Bigo Live bisa menjadi wadah

penyebaran konten pornografi di media sosial secara

luas. Maka diperlukannya pembinaan dan penanaman

moral secara lebih intensif kepada kerabat terdekat atau

lingkungan. Serta diperlukannya himbauan agar cerdas

dalam memilih dan menggunakan media sosial.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dipahami sistematika

penyusunan laporan skripsi ini dibagi menjadi beberapa

bab, yaitu sebagai berikut.

Skripsi ini diawali dengan belakang masalah yang

berada pada Bab I, yaitu untuk mengetahui apa yang

19

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 244.

 

Page 29: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

17

melatar belakangi penulis untuk mengambil masalah pada

skripsi ini. Kemudian batasan dan rumusan masalah yaitu

tujuannya untuk memberi batasan dari subjek dan objek

yang ada sehingga masalah tidak melebar dan tetap pada

inti permasalahan tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka dan sistematika penulisan.

Kemudian, Kajian Pustaka dijelakan pada Bab II,

yaitu menjelaskan secara rinci definisi media sosial

seperti apa dan bagaimana perkembangannya untuk lebih

memfokuskan permasalahannya. Lalu konten media sosial

agar penulis dapat mengklasifikasikan apa itu konten

illegal. Selanjutnya pengertian pornografi dan

penyebarannya di media sosial untuk mengetahui secara

teori penyebarannya, serta teori Difusi Inovasi agar

penelitian ini mempuyai panduan untuk mengetahui

bagaimana penyebaran konten ilegal pada aplikasi Bigo

Live di media sosial sesuai atau tidak dengan teori yang

ada.

Sebagai Gambaran Umum aplikasi Bigo Live dan

konten yang tersedia di aplikasi tersebutyaitu beraada

pada Bab III. Untuk mendukung apa sebenarnya Bigo

Live dan apa kegunaannya, serta apakah ada ketentuan-

ketentuan aplikasi tersebut untuk menyikapi hal-hal yang

berbau konten ilegal. Maka dijelaskan seluruhnya pada

bab gambarn umum ini.

Sebagai inti dari permsalahan dan hasil dari

penelitian yang didapa, dijelaskan pada Bab IV yang

 

Page 30: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

18

berisi tentang temuan dan uraian data yang telah

didapatkan mengenai penyebaran konten ilegal pornografi

pada aplikasi Bigo Live. Serta pemaparan hasil analisis

data terkait penelitian yang ditulis peneliti. Mengenai

penyebaran konten pornografi pada aplikasi Bigo Live.

dalam penelitian akan menerangkan apakah ada atau tidak

adanya penyebaran konten ilegal pornografi pada aplikasi

Ligo Live serta akan mengurai proses ppenyebarannya.

Sehingga bab V akan menjelaskan kesimpulan dari

hasil yang penulis teliti untuk menjawab secara ringkas

apa yang telah didapat. Kemudian implikasi yang lebih

menjelaskan bagaimana harapan dengan hasil dari

penelitian ini ke peneliti berikutnya. Serta terakhir adalah

saran-saran terkait hasil yang sudah didapat oleh penulis

untuk menjadi acuan pembaca skripsi ini.

 

Page 31: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Penyebaran Konten Ilegal di Media Sosial

a. Konten Ilegal

Sesuai perkembangan internet, penyebaran konten

sering disalah gunakan oleh pengguna untuk menyebarkan

konten-konten ilegal dan dinikmati oleh pengguna

lainnya. Menurut Rulli Nasrullah sebagai pakar media

sosial “Konten Ilegal adalah kejahatan dengan

memasukkan data atau informasi yang tidak benar, tidak

etis, melanggar hukum, dan atau melanggar ketertiban

hukum ke internet.”1

Kejahatan ini juga bisa berupa penggnaan data milik

orang lain untuk kepentingan pribadi dan atau perusahaan

serta bisa juga disebarkan kepada orang atau perusahaan

lain. Menurut Rulli Nasrullas konten ilegal dibagi

beberapa jenis, yaitu atara lain:

“(1) Pornografi, yakni dengan sengaja menunggah,

menampilkan, mendistribusikan, dan mengunduh

gambar-gambar tidak senonoh (porno) melalui

media siber yang dapat diakses para pengguna

internet. (2) Pelanggaran hak cipta (Copyright),

yakni aktivitas penggandaan hak cipta yang

dilakukan denga tidak sah menyebarluaskan

melalui internet atau menjual kepada pihak lain. (3)

Terorisme virtual, yakni tindakan yang dengan

1 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, (Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2014), h. 192.

 

Page 32: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

20

sengaja melakukan ancaman kepda pihak lain,

misalnya mengirimkan surat elektronik kepada

lembaga negara yang berisi ancaman. (4) Perjudian

dengan menggunakan sarana media siber.” 2

Dari keempat jenis konten ilegal yang dijelaskan

dapat dikatakan bahwa konten ilegal itu sendiri

merupakan sebuah kejahatan siber yang memang sudah

diatur dalam undang-undang.

Menurut Josua Sitompul dalam wawancaranya di

Cyberlaw.id menyatakan:

“Yang termasuk dalam konten ilegal menurut

undang-undang ini adalah Informasi dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang

melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau

pencemaran nama baik, dan pemerasan dan/atau

pengancaman sebagaimana termuat dalam Pasal 27

UU ITE. Dalam Pasal 28 UU ITE juga diatur

mengenai ilegal konten, yaitu perbuatan

menyebarkan berita bohong dan menyesatkan

sehingga mengakibatkan kerugian konsumen dalam

transaksi elektronik, serta perbuatan menyebarkan

kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA.

Selain itu, dalam Pasal 29 UU ITE diatur konten

ilegal mengenai pengiriman ancaman kekerasan

atau menakut-nakuti yang ditujukan secara

pribadi.”3

b. Media Sosial

“Menurut Dan Zarella media sosial merupakan

hasil dari perkembangan teknologi baru yang ada di

internet di mana para penggunanya bisa dengan

2 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, (Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2014), h. 192. 3 Indonesian Cyberlaw, “Mengapa Perlu Pengaturan Konten Ilegal dalam UU

ITE?” diakses pada 1 Desemeber 2018, http://cyberlaw.id/mengapa-perlu-

pengaturan-konten-ilegal-dalam-uu-ite-2/.

 

Page 33: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

21

mudah untuk berkomunikasi, berpartisipasi,

berbagi, dan membentuk sebuah jaringan di dunia

virtual. Sehingga para pengguna bisa

menyebarluaskan konten mereka sendiri.”4

Dengan demikian konten yang dimiliki oleh pengguna

dapat dengan mudahnya disebar luaskan melaluai media

sosial dan dapat dilihat oleh semua pengguna yang

terjaring pada akun tersebut.

Sesuai dengan pengertiannya, sosial media bisa juga

digunakan sebagai alat komunikasi baru yang

dikembangakan dari internet untuk saling berinteraksi. Ini

sesuai dengan pendapat Rulli Nasrullah yang menyatakan

“media sosial adalah medium di internet yang

memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya

maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi,

berkomunikasi dengan pengguna lain.”5 Ikatan sosial

tersebut dapat berupa pembentukan komunitas atau

interasi secara individu ke individu lainnya.

Menurut Andreas, “media sosial juga merupakan

sekelompok aplikasi berbasis internet pada teknologi web

2.0, yang memungkinkan penciptaan serta pertukaran isi

pesan diantara pengguna.”6

4 Dan Zarella, The Social Media Marketing Book, (Canada: O’Reilly Media,

2010), h. 2-3. 5 Rulli Nasrullah, Media Sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015),

h. 11. 6 Anderas M. Kaplan dan Michael Haenlein. “User of the World, Unite! The

Challenges and The Opportunities of Social Media”, 2010, h. 59-68.

 

Page 34: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

22

Seperti yang diutarakan oleh Kaplan dan Haenlein

da dikutip dalam Jurnal Internasional menjelaskan,

bahwa:

“Media sosial adalah sebuah kelompok jaringan

yang berbasis aplikasi dalam internet yang

dibangun berdasarkan teknologi dan web 2.0,

sehingga dapat membuat pengguna menciptakan

dan mengganti konten yang disebarkan”7

Berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan

oleh Durkheim, Tonnies maupun Marx, Rulli Nasrullah

menyimpulkan bahwa:

“Untuk memahami hubungan antara pengguna

dengan medianya dapat dipahami melalui

karakteristik kerja komputer dalam web 1.0

berdasarkan pengenalan individu terhadap individu

lain yang berada dalam sebuah sistem jaringan

(human cognition). Sedangkan web 2.0

berdasarkan bagaimana individu berkomunikasi

dalam jaringan antar individu (human

communication). Dalam web 3.0, karaktersitik

teknologi dan relasi yang terjadi terlihat dari

bagaimana (users) bekerja sama (human co-

operation).”8 Pada umumnya, kita memandang

media hanya sebagai perantara pesan.

Namun, sebenarnya kita dapat memandang media

dalam tiga hal:

“Menurut Meyrowitz diantaranya, ialah (1)

Medium sebagai saluran pesan (medium-as-

vessel/conduit). (2) Medium adalah Bahasa

(medium-as-languange). Media dapat

mengekspresikan dan mengandung pesan tertentu.

7 Yeni Yen Pangesti, Skripsi: “Dampak Media Sosial Terhadap Pola

Komunikasi Anak Dalam Pembentukan Karakter di sekolah Dasar”

(Purwokerto: Universitas Muhammadiya Purwokerto, 2017) h. 10. 8 Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 8.

 

Page 35: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

23

(3) Medium sebagai lingkungan (medium-as-

environment). Media merupakan suatu pilihan

konten yang dapat dibedakan dari medium yang

lain.” 9

Menurut Meyrowitz “medium ini juga selanjutnya

bisa mengandung nilai-nilai yang tidak sekadar menjadi

sarana dalam penyampain pesan. Tetapi memberikan

pengaruh pada segi sosial, budaya, politik, bahkan

ekonomi.”10

Keberadaan media sosial juga merupakan

bentuk dari tiga makna bersosial yakni (1) pengenalan, (2)

komunikasi, dan (3) kerjasama.

1. Karakteristik Media Sosial

Rulli Nasrullah membagi beberapa karakteristik

media sosial berdasarkan penyebaran konten di media

sosial itu sendiri maka di bagi beberapa karakteristik

media sosial ialah sebagai berikut:

a. Jaringan (network). Media sosial

membentuk jaringan di antara penggunanya.

Terlepas dari saling mengenal atau tidaknya

pengguna di kehidupan nyata (offline).

b. Informasi dijadikan komoditas antar

pengguna. Pengguna media sosial dapat

mengkreasikan representasi identitasnya,

memproduksi konten, dan melakukan

interaksi berdasarkan informasi. Informasi

tersebut pada dasarnya merupakan

komoditas yang diproduksi dan

didistribusikan oleh pengguna itu sendiri.

c. Arsip (archive) Karakteristik arsip

menjelaskan bahwa informasi telah

tersimpan, informasi tidak hilang begitu saja 9 Rulli Nasrullah, Media Sosial, h.10.

10 Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 4-5.

 

Page 36: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

24

dan mudah diakses kapanpun dan

dimanapun. Dengan kemunculan teknologi

komunikasi, arsip pada media sosial

memberikan kemampuan pada penggunanya

untuk mengakses dan mengubahnya sendiri.

Dijelaskan oleh Appadurai “the nature and

distributions of its users”.11

Arsip di dunia

maya tidak hanya dipandang sebagai

dokumen resmi semata yang tersimpan.12

d. Interaksi Menurut Lev Manovich (2001)

dua tipologi untuk mendekati kata interaksi

dalam perspektif media baru, yakni tipe

terbuka (open) dan tipe tertutup (closed).13

e. Simulasi sosial, kata simulacra atau

simulasi digunakan untuk mengungkapkan

gagasan bahwa kesadaran akan yang nyata

di benak khalayak semakin berkurang dan

tergantikan dengan realitas difusi semu.

Baudrillard menyebutnya “a copy of a copy

with no original.”14

Penyebaran (share/sharing) menurut Benkler yang

dikutip oleh Rulli Nasullah menjelaskan bahwa “media

tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan

dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga di

distribusikan sekaligus dikembangkan oleh

penggunanya.”15

“Menurut Rulli Nasrullah “Pada praktiknya, ada

semacam kesadaran bahwa konten yang disebar

itu patut atau layak diketahui pengguna lain

dengan harapan ada konsekuensi yang muncul

dimasyarakat. Hal ini dapat diperhatikan melalui:

11

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 23. 12

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 22-23. 13

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 27. 14

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 28. 15

Rulli Nasrullah, Media sosial, h. 33.

 

Page 37: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

25

a. Pengembangan dan penyebaran konten

dilihat sebagai bentuk dari upaya individu

sebagai pengguna media sosial dan anggota

masyarakat offline.

b. Penyebaran melalui perangkat bisa dilihat

sebagai fasilitas untuk memperluas

jangkauan konten.

c. Penyebaran ini tidak terbatas pada

penyediaan teknologi semata, tetapi juga

menyediakan semacam budaya baru yang

ada di media sosial bagi pengguna.” 16

“Sedangkan menurut Feri Sulianta karakteristik

media sosial modern dibagi dalam beberapa

jenis, yaitu:

a. Transparansi

Keterbukaan informasi karena konten

media sosial ditujukan untuk konsumsi

public atau sekelompok orang.

b. Dialog dan komunikasi

Terjalin hubungan dan komunikasi

interaktif menggunakan ragam fitur,

misalnya antara “brand bisnis” dan para

“fans”nya.

c. Jejaring relasi

Hubungan antar pengguna layaknya

jarring-jaring yang terhubung satu sama

lain dan semakin kompleks seraya

mereka menjalin komukinasi dan terus

membangun perrtemanan.

d. Multi opini

Yaitu setiap orang dengan mudahnya

berargumen dan mengeluarkan

pendapat.

e. Multi Form

Informasi disajikan dalam ragam konten

dan ragam channel, wujudnya dapat

berupa: social media press release,

16

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 33-34.

 

Page 38: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

26

video press release, portal, dan elemen

lainnya.

f. Kekuatan promosi online

Media sosial dipandang sebagai alat

yang memunculkan peluang-peluang

guna mewujudkan visi dan misi

organisasi.” 17

2. Jenis-jenis media sosial

Rulli Nasrullah membagikan beberapa jenis media

sosial yang sedang berkembang di dunia internet.

“Adapun jenis-jenis media sosial diantaranya ialah:

a. Social networking Merupakan sarana yang

bisa digunakan pengguna untuk melakukan

hubungan sosial di dunia virtual hingga

dampak yang ditimbulkan baik nilai-nilai

etika dan moral. Karakter utama dari

jejaring social ialah pengguna membentuk

jaringan pertemanan baik terhadap yang

sudah mengenal maupun belum di dunia

nyata (offline).

b. Blog Merupakan media sosial yang

memfasilitasi pengguna untuk berbagi

aktivitas keseharian. Konten yang

disediakan oleh blog cenderung user

experience atau pengalaman pengguna.

Karakteristik blog ialah penggunanya adalah

pribadi dan konten yang dipublikasikan juga

terkait pengguna itu sendiri. Namun seiring

perkembangan media sosial ini sekarang

digunakan oleh institusi tertentu.

c. Microblogging Media sosial ini hampir

mirip dengan Blog namun yang

membedakan ialah keutamaan

mempublikasikan pendapat dari pengguna.

Media ini merujuk kepada twitter yang

17

Feri Sulianta dan Dominikus Juju, Branding Promotion with Social Network

(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), h. 7.

 

Page 39: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

27

dapat menyebarkan informasi,

mempromosikan pendapatnya, hingga

membahas isu terkini kepada pengguna

lainnya.

d. Media sharing Keutaman media sosial ini

ialah disediakannya konten untuk berbagi

dokumen, video, audio, gambar kepada

sesama penggunanya.

e. Social bookmarking Media sosial ini

digunakan oleh khalayak untuk mencari

informasi baik secara teks, video, maupun

foto melalui keyword atau kata kunci

tertentu secara singkat. Hingga kemudian

pengguna akan diarahkan kepada sumber

informasi itu berada.” 18

3. Konten di Media Sosial dan Penyebarannya

Dalam media sosial banyak sekali konten-konten

yang disebarkan pengguna untuk dilihat atau diakses

oleh pengguna lainnya yang memiliki jaringan

internet.

“Kemudian Chapman dan Hall menjelaskan

bahwa Konten Media merupakan berbagai

segala isi dalam sebuah media di dunia

teknologi yang ada pada saat ini seperti blog,

wiki, forum diskusi, chatting, tweet, podcasting,

pin, gambar digital, video, file audio, iklan

hingga berbagai bentuk konten media lainnya

yang terbentuk melalui buatan dari para

pengguna sistem atau layanan online yang

seringkali dilakukan lewat sebuah situs media

sosial.”19

18

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 40-49. 19

Chapman and Hall, Social Media and Social Computing Series: Mining

User Generated Content (Florida: CRC Press 2014) h. 7.

 

Page 40: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

28

Mengutip pernyataan Marchelina Purnamasari

tentang pengaruh media sosial dalam pernyataannya di

kompasiana.com, ia menjelaskan:

“Di dalam sebuah konten terdapat seseorang

yang menciptakan dan membuat sebuah konten,

yang disebut dengan content creator dan

content creation. Content creator itu sendiri

lahir dari tren website dan sosial media yang

menjadikan munculnya tren baru sebagai

content creator yang mampu menciptakan ide

kreatif yang kemudian diolah menjadi sebuah

konten yang semenarik mungkin.”20

Tidak dipungkiri penyebaran konten di media

sosial bisa menyebar luas dengan waktu yang sangat

singkat. Namun, begitu banyaknya konten yang

menyebar, banyak konten yang tidak dapat di

filterisasi seperti konten pornografi yang menyebar

luas di media sosial. Menurut Menteri Komunikasi

dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara

mengatakan bahwa;

“Sulit memberantas konten-konten negative

yang mengandung aktifitas tidak senonoh dan

asusila di media sosial (Medsos). Rudiantara

mengatakan, tidak mudah bagi Kementerian

Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)

melakukan pemblokiran terhadap konten tidak

senonoh dan asusila, sebab media sosial yang

20

Marchelina Purnamasari, “Pengaruh Media Sosial Instagram Sebagai

Konten Media Promosi?” diakses pada 17 November 2018,

https://www.kompasiana.com/marchelinapurnamasari7894/5b50853e5e13733

7e5043f83/pengaruh-media-sosial-instagram-sebagai-konten-media-promosi-

pada-online-shop?page=all.

 

Page 41: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

29

digunakan pelaku yang beraktifitas tidak

senonoh dan asusila tersebut bersifat retail.”21

4. Jenis-jenis konten media sosial

Dikutip dari laman digital marketer bahwa ada

berbagai konten media yang dibuat oleh pengguna

sosial media untuk memberikan manfaat pada orang-

orang agar dapat berdiskusi tentang topik yang

berbeda-beda.

“Menurut DgitalMarketerId, ada Sembilan jenis

konten media sosial, yaitu:

a. UGC (User-Generate Content)

Konten yang dihasilkan oleh pengguna itu

sendiri di media sosial.

b. Podcast

Podcast adalah rekaman, berbeda dengan

radio yang disiarkan langsung. Podcast

adalah episode program yang tersedia di

Internet.

c. Live Streaming

Live streaming adalah penyiaran real-time,

video langsung ke penonton melalui

internet.

d. Info Grafis

Semua orang menyukai infografis karena

eye-catching dan informatif. Karena hal itu,

infografis biasanya mendapatkan lebih

banyak engagement dan terkadang bisa

mengumpulkan cukup banyak share.

e. Konten VR

Virtual Reality adalah sebuah teknologi

yang membuat pengguna atau user dapat

berinteraksi dengan lingkungan yang ada

dalam dunia maya yang disimulasikan oleh

21

Admin, “Menkominfo Akui Sulit Berantas Konten Negatif di Media Sosial”

diakses pada 28 November 2018,

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4807/Menkominfo+Akui+Sulit

+Berantas+Konten+Negatif+di+Media+Sosial/0/berita_satker.

 

Page 42: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

30

komputer, sehingga pengguna merasa

berada di dalam lingkungan tersebut.

f. Webinars

Webinar adalah singkatan dari web dan

seminar yaitu suatu wadah berbentuk forum

didunia internet yang memadukan antara

internet dan forum diskusi atau seminar.

g. Testimonial Klien

Berbagi testimonial klien adalah cara

terbaik untuk mendapatkan prospek

potensial Anda merasa lebih aman memilih

anda daripada kompetitor.

h. EBook

Ebook adalah sebuah buku panduan dalam

versi digital, di mana buku tersebut dapat

dibuka melalui perangkat elektronik.

i. Panduan

Konsep panduan hampir sama dengan

Ebook, namun letak perbedaannya berada

pada isinya.22

5. Aplikasi Live Streaming

Dikutip dari laman website yatekno.com Live

Streaming menurut Muhamad Malik Afrian adalah

“teknologi yang digunakan untuk memainkan audio

file dan video file secara langsung ataupun rekaman

melalui web server. Dengan adanya teknologi ini,

pengguna dapat mengakses secara langsung video”23

Kemudian Malik Afrian juga menjelaskan

“Dengan layanan live streaming, pengguna dapat

22

Admin, “9 Jenis Konten Sosial Media yang Bisa Anda Gunakan” diakses

pada 29 November 2018, https://digitalmarketer.id/social-media/9-jenis-

konten-sosial-media-yang-bisa-anda-gunakan/. 23

Muhamad Malik Afrian, “Adakah Media Komunikasi Secanggih Live

Streaming Show"? diakses pada 17 Agustus 2018,

https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-streaming/.

 

Page 43: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

31

berinteraksi dengan para host yang memberikan

informasi menjadi headline, bahkan memesan lagu

seperti halnya penyiar radio.”24

Aplikasi live

streaming memadukan konsep antara media televisi,

radio, serta chatting sekaligus sebagai media hiburan

dan berinteraksi dengan pengunjung dunia virtual.

a. Pengertian Live Streaming

Live streaming kini sudah menyebar pada

aplikasi-aplikasi online dan hampir seluruh

pengguna sudah pernah menggunakan aplikasi

tersebut untuk berinteraksi Menurut Sam Calesto

“streaming merupakan teknologi yang digunakan

untuk mengirimkan konten ke komputer dan

perangkat seluler melalui internet.”25

Menurut amar Mushanif “ada beberapa

aplikasi-aplikasi yang dibuat memang khusus

untuk para pecinta live streaming, seperti Bigo

Live, Camfrog, Live.me, Kitty Live, YouNow,

Nono Live.”26

24

Muhamad Malik Afrian, “Adakah Media Komunikasi Secanggih Live

Streaming Show"? diakses pada 17 Agustus 2018,

https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-streaming/. 25

Sam Costello, “Internet Streaming: What It Is and How It Works” diakses

pada 17 Agustus 2018, https://www.lifewire.com/internet-streaming-how-it-

works-1999513 . 26

Amar Mushanif, “Top 11: Aplikasi Video Live Streaming Android Paling

Populer” diakses pada 17 Agustus 2018, https://www.yatekno.com/aplikasi-

video-live-streaming/ .

 

Page 44: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

32

b. Interaksi dalam Aplikasi Streaming

Merujuk pada interaksi sosial Geert Faber

membagi ada tiga hal yang di titik beratkan dalam

berinteraksi di aplikasi live streaming, “yaitu; (1)

Memberikan umpan balik, (2) Mendengarkan

Penonton, (3) Penonton sebagai pemberi

keputusan.”27

c. Komponen yang Harus Ada Ketika Melakukan

Live Streaming

Merujuk pada program siaran televisi yang

sangat berpengaruh pada penontonnya. Dalam

industri penyiaran, khususnya pertelevisian, kata

Tina, “konten adalah ujung tombak bisnis. Seperti

semua orang tahu, inti dari industri media adalah

konten. Maka yang harus diperhatikan adalah

Host, Interaksi dengan penonton dan suasana saat

siaran”28

1. Pornografi

a. Pengertian Pornografi

Menurut Ensiklopedia Hukum Islam “pornografi

adalah bahan yang dirancang dengan sengaja dan

27

Geert Faber, “Lesson 4: Allow viewers to influence the broadcast or live

stream” diakses pada 18 Agustus 2018,

https://medium.com/exmachinagroup/lesson-4-allow-viewers-to-influence-the-

broadcast-or-live-stream-73eff6bc008d . 28

Admin KPI. “Tiga Hal Penting dalam Produksi Program Siaran” diakses

pada 18 Agustus 2018, http://www.kpi.go.id/index.php/id/lihat-terkini/38-

dalam-negeri/33344-tiga-hal-penting-dalam-produksi-program-siaran .

 

Page 45: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

33

semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi

(seksual atau syahwat).”29

Dalam buku konsep agama (Islam) menanggulangi

HIV/AIDS, Prof Dadang Hawari menjelaskan lebih

luas lagi tentang pornografi yang mengandung arti:

“Penggambaran tingkah laku secara erotis

dengan perbuatan atau usaha untuk

membangkitkan nafsu birahi (seksual),

misalkan pakaian merangsang. Perbuatan atau

sikap merangsang atau dengan melakukan

perbuatan seksual (cabul). Pornografi dapat

dilakukan secara langsung seperti hubungan

seksual, ataupun melalui media cetak dan

elektronik, seperti gambar atau bacaan porno

yang dengan segngaja dan dirancang untuk

membangkitkan nafsu birahi.”30

Sedangkan dalam undang-undang tentang

pornografi nomor 44 tahun 2008 dalam bab 1 pasal 1

yang dimaksud dengan pornografi adalah:

“Materi seksualitas yang dibuat oleh manusia

dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto,

tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,

kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk

pesan lainnya melalui berbagai bentuk media

komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum

yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual

yang melanggar norma kesusilaan dalam

masyarakat.”31

29

Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS (Jakarta

: Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h.24. 30

Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS (Jakarta

: Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h. 24. 31

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008 Tentang

Pornografi.

 

Page 46: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

34

Menurut beberapa penjelasan di atas, penulis

menyimpulkan bahwa pornografi adalah segala

bentuk materi audio, visual, dan audio visual yang

berada dalam konteks seksual berupa tulisan, gambar,

tayangan yang berfokus pada alat kelamin dan

berperilaku seksual untuk keperluan kepuasan dan

kesenangan seksual.

b. Macam-macam Pornografi

Menurut Dadang Hawari menyebutkan beberapa

hal yang terkait dengan kategori pornografi antara

lain;

“(1) Pakaian merangsang, misalnya pakaian

mini yang menampakan tubuh bagian atas (dada

dan payudara) dan tubuh bagian bawah (paha

dan bokong), pakaian yang tipis menembus

pandang (transparan), atau pakaian yang ketat

melekat pada lekuk-lekuk tubuh sehingga

membangkitkan nafsu birahi bagi yang

memandangnya. (2) Perbuatan atau sikap

merangsang, misalnya bergaya “menantang”

disertai ekspose bagian-bagian tubuh yang

sensual (payudara, paha, dan bokong), begitu

pula sorotan mata dan ekspresi bibir. Termasuk

dalam kateogi ini gerak-gerik atau tarian

erotis.” 32

Ia menambahkan “Perbuatan seksual, termasuk

perbuatan yang mendekatkan ke arah perzinaan.

Misalnya gambar di media cetak, elektronik, internet

yang menapilkan adegan-adegan hubungan seksual.”

32

Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS

(Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h. 24.

 

Page 47: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

35

33 Penulis menyimpulkan pornografi yang menyebar

bisa berupa gambar yang disebarkan lewat media

sosial dan internet.

c. Faktor berkembangnya Pornografi

1. Faktor Internet dan Teknologi

Bebrapa faktor perkembagannya media

internet juga dapat berupa kecepatan interneT.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Dadang Hawari

bahwa “Internet merupakan media komunikasi

antar pengguna seluruh dunia yang berkecepatan

tinggi dan berkapasitas besar. server ini terhubung

melalui jaringan kabel serta optik bawah laut.”34

Teknologi berkembang sangat pesat saat ini, tak

dapat dipungkiri bahwa selain membawa pengaruh

positif juga memberikan dampak negatif bagi para

penggunanya.

“Ashwin menyatakan berdasarkan hasil

survei yang dilakukan Komisi Perlindungan

Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500

pelajar SMP dan SMA di 12 kota besar

Indonesia menunjukkan hasil yang cukup

mencengangkan. Sebanyak 97 persen

responden mengaku telah mengakses situs

berkonten pornografi dan juga menonton

video porno melalui internet.” 35

33

Dadang Hawari. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS

(Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,2002), h. 24-25. 34

Tri Hardian Satiawardana dan Zuhaidi el-Qudsy. Exploring The Cyber

World Panduan Lengkap Berinternet. (Jawa Timur:Mas Media Buana Pustaka,

2008), h. 5. 35

Ramadhan Aditya, “Survei: 97% Remaja Indonesia Mengakses Situs

Porno”, https://techno.okezone.com/read/2013/09/24/55/870832/survei-97-

 

Page 48: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

36

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh

Yayasan Anak di Jabodetabek menunjukkan

“sebanyak 85 persen anak usia 9-15 tahun pernah

mengakses pornografi. Hingga saat ini pengguna

internet di Indonesia mencapai 63 juta, dan 80

persen penggunanya berusia 15-30 tahun.”36

Ashwin mengatakan “angka-angka tersebut

perlu ditekan melalui banyak cara. pemerintah telah

melakukan aplikasi filtering yang akan memblokir

konten pornografi yang masuk di dunia maya.”37

Aswin juga menambahkan “kami sudah

melakukan filtering, tapi tetap tak bisa menahan

konten pornografi yang masuk berjumlah jutaan

selama 24 jam, kata Ashwin.” 38

2. Faktor lingkungan

Menurut Ahmad Fauzi pada buku psikologi

umum “Lingkungan adalah tempat manusia hidup,

menyesuaikan dirinya (beradaptasi), dan

remaja-indonesia-mengakses-situs-porno diakses pada 7 januari 2018, pukul

20.50. 36

Fatimah Kartini Bohang Berapa Jumlah Pengguna Internet di Indonesia

https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-jumlah-

pengguna-internet-indonesia diakses pada 7 januari 2018, pukul 20.50. 37

Ramadhan Aditya, “Survei: 97% Remaja Indonesia Mengakses Situs

Porno”, https://techno.okezone.com/read/2013/09/24/55/870832/survei-97-

remaja-indonesia-mengakses-situs-porno diakses pada 7 januari 2018, pukul

20.50. 38

Ramadhan Aditya, “Survei: 97% Remaja Indonesia Mengakses Situs

Porno”, https://techno.okezone.com/read/2013/09/24/55/870832/survei-97-

remaja-indonesia-mengakses-situs-porno diakses pada 7 januari 2018, pukul

20.50 .

 

Page 49: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

37

mengembangkan dirinya.”39

Lingkungan dan

pergaulan adalah faktor kuat berkembangnya

pornografi yang tersebar luas di internet dan media

sosial.

3. Faktor BLAST

Menurut Dra. Perwitasari, yang dikutip dari

skripi Eka Puji Septiani bahwa “hal yang membuat

seseorang mudah kecanduan pornografi adalah

kondisi BLAST (Bored, Lonely, Afraid, Stress,

Tired).”40

d. Dampak Pornografi

“Hasil riset Victor B. Cline di Amerika Serikat,

menyebutkan bahwa dampaknya pornografi,

antara lain: (1) Addiction (ketagihan), pikiran

tidak tenang, dan selalu ingin melihat materi-

materi pornografi, (2) Escalation, tuntutan untuk

meningkatkan kadar materi pornografi yang

dilihat, (3) Desensitizetion, tidak peduli bahaya

pornografi dan, (4) Act-out, melampiaskan

hasrat.” 41

e. Hukum Pornografi

1. Hukum Pornografi dalam Islam

Di dalam Islam masalah aurat sangat penting.

Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawih, dari Ali bin Abi

Thalib ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki dimasa

39

Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Pustaka Setia: 1997), h. 13.

40 Eka Puji Septiani, “Dampak Film Pornografi Terhadap Psikososial di

Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja Yang Berpacaran)” Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. 41

Azimah Soebagijo, “Pornografi Tapi Dilarang Dicari”,( Gema Insani:

Jakarta, 2008), h. 91.

 

Page 50: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

38

Rasullah SAW. berjalan disebuah jalan di Madinah

lalu ia melihat seorang perempuan dan perempuan itu

juga melihat kepadanya dan kemudian keduanya

dirayu setan sehingga masing-masing tidak melihat

dengan rasa kagum. Pada waktu si laki-laki berjalan di

tepi sebuah dinding, ia pun menandang perempuan itu

tiba-tibe terbentur mukannya hingga hidungnya

terluka. Kemudian ia berucap, “Demi Allah aku tidak

akan mencuvi darah ini sampai aku dating kepada

Nabi SAW. memberitahukan tentang kejadian ini.”

kemudian ia dating kepada Nabi SAW. dan

menceritakan apa yang terjadi, lalu Nabi SAW. pun

bersabda, “Itulah hukuman dosamu!.” Kemudian

Allah menurunkan firmannya:

ىا مه أبصازهم و يحفظىا فسوجهم ذنك أشكى نهم إن قم نهمؤمىيه يغض

هللا خبيس بما يصىعىن

Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang

beriman : "Hendaklah mereka menahan

pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

mereka perbuat. (QS. An Nuur : 30)

Kemudian pada Surat an:Nuur ayat 31 pun

dijelaskan bahwa:

وقم نهمؤمىات يغضضه مه أبصازهه ويحفظه فسوجهه ول يبديه

شيىحهه إل ما ظهس مىها ونيضسبه بخمسهه عهى جيىبهه ول يبديه

شيىحهه إل نبعىنحهه أو آبائهه أو آباء بعىنحهه أو أبىائهه أو أبىاء

بعىنحهه أو إخىاوهه أو بىي إخىاوهه أو بىي أخىاجهه أو وسائهه أو ما

جال أو انطفم انريه نم زبة مه انس مهكث أيماوهه أو انحابعيه غيس أوني ال

 

Page 51: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

39

يظهسوا عهى عىزات انىساء ول يضسبه بأزجههه نيعهم ما يخفيه مه

جميعا أيها انمؤمىىن نعهكم جفهحىن شيىحهه وجىبىا إنى هللا

Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman:

"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan

kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari

padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain

kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan

perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau

ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-

putera mereka, atau putera-putera suami mereka,

atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-

putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera

saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita

islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau

pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai

keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang

belum mengerti tentang aurat wanita. Dan

janganlah mereka memukulkan kakinyua agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai

orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

(QS. An Nuur : 30)

2. Hukum Pornografi Menurut Undang-Undang

Dalam undang-undang tertulis jelas bahwa

pornografi dan semacamnya dilarang di Inodnesia

seperti dalam Pasal 4 ayat 1 berbunyi;

“Setiap orang dilarang memproduksi,

membuat, mengekspor, mengimpor,

memperbanyak, menggandakan,

menyiarkan, menawarkan,

menyebarluaskan, menyewakan,

memperjualbelikan, atau menyediakan

pornografi yang secara eksplisit memuat:

a. Persenggamaan, termasuk

persenggamaan yang menyimpang

 

Page 52: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

40

b. Kekerasan seksual

c. Masturbasi atau onani

d. Ketelanjangan atau tampilan yang

mengesankan ketelanjangan

e. Alat kelamin

f. Pornografi anak” 42

Dalam ayat 2 pasal 4 yang berbunyi

“setiap orang dilarang menyediakan jasa

Pornografi yang:

a. Menyajikan secara eksplisit

ketelanjangan atau tampilan yang

mengesankan ketelanjangan.

b. Mengeksploitasi atau memamerkan

aktivitas seksual.

c. Menawarkan atau mengiklankan

baik langsung maupun tidak

langsung layangan seksual.” 43

Kemudian pada UU ITE dijelaskan bahwa pasal

27 ayat (1) mengatur bahwa ancaman pidana terhadap

pelanggar diatur dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE,

yaitu “ancaman pidana penjara paling lama 6 (enam)

tahun dan/atau denda paling banyak 1 (satu) milliar

rupiah.”44

Salah satu penentang keras pornografi adalah

professor bidang hukum dari Universitas Chicago,

juga sorang feminis, Chatarine Mackinnon yang

berpendapat bahwa “pornografi adalah pemaksaan

42

Undang-Undang Republik Indonesia no. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. 43

Undang-Undang Republik Indonesia no. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. 44

Undang-Undang Republik Indonesia no. 11 tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik.

 

Page 53: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

41

seks, praktik polotik seksual, sebuah pelembagaan

gender yang tidak setara.”45

Selain kelompok feminis kurtural radikal, kaum

agamawan, termasuk teolog feminis, menentang

pornografi dalam hubungannya dengan moral. Teolog

feminis melihat “pornografi sebagai penghianatan

komitmen dalam perkawinan. Pornogarfi dianggap

memasukan “orang asing” dalam kehidupan seksual

pasangan.”46

2. Teori Difusi Inovasi

Teori difusi dan inovasi, Everett M. Rogers, seperti

yang dikutip oleh Nurudin, dikatakan bahwa;

“Definisi difusi sebagai proses di mana suatu

inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu

dalam jangka waktu tertentu di anatar para

anggota suatu sistem sosial (The Process by

Which an innovation is Communicated Through

Certain Channels Overtime Among The Members

Of a Social System). Komunikator yang

mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat

untuk mempengaruhi orang-orang. Dengan

demikian inovasi (penemuan), lalu disebarkan

(difusi) melalui media massa akan kuat

mempengaruhi massa untuk mengikutinya.”47

Menurut Rogers yang dikutip dalam bukunya Piotr

Sztompka menyatakan, bahwa “perubahan norma

mungkin dihentikan seperti yang terjadi pada kasus

45

Chatarine A. Mackinnon A, Feminism Unmodified: Discourse on Life and

Law (Harvard University Cambrige, 1987), h. 148. 46

Ahmad Junaidi, Porno: Feminisme, Seksualitas, dan Pornografi di Media

(Jakarta: Grasindo, 2012), h. 37. 47

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. 2007), h. 188.

 

Page 54: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

42

kompensasi. Tetapi ketika inovasi hendak dihentikan

penyebarannya persoalan utamanya adalah

keabsahannya.”48

“Rogers dan beberapa peneliti difusi inovasi

lainnya mengemukakan adanya kategori penerima

inovasi yang berlaku untuk semua masyarakat,

yaitu: (1) Inovator, yakni mereka yang memang

sudah pada dasarnya menyenangi hal – hal baru

dan rajin melakukan percobaan – percobaan. (2)

penerima awal, yaitu orang – orang yang

berpengaruh, tempat teman-teman sekelilingnya

memperoleh informasi dan merupakan orang-

orang yang lebih maju dibanding orang

sekitarnya. (3) Mayoritas awal yaitu orang –

orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi

selangkah lebih dahulu dari rata – rata

kebanyakan orang lainnya.”49

Menurut Robert H. Lauer “Penyebaran dan

penerimaan inovasi, Jelas terjadi sepanjang waktu. Karena

itu, jika seorang individu mengkomunikasikan sebuah ide

baru kepada orang lain dalam suasana sistem sosial

tertentu, di situ akan terjadi penerimaan atau penolakan

oleh individu kedua.” 50

Dalam hal ini penulis hanya

menggunakan dua kategori penerima difusi yaitu

penerima awal dan mayoritas awal, dikarenakan Inovator

itu sendiri adalah orang pertama yang menggunakan

48

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, ( Penerbit : Jakarta Prenada

2008), h. 303. 49

Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),

h. 141-142. 50

Robert H. Lauer Perspektif tentang perubahan sosial ( penerbit : PT. Rineka

Jakarta, 1993), h. 227-229.

 

Page 55: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

43

aplikasi Bigo Live untuk kepentingan penyebaran

porngrafi dan sulit dilacak.

Robert H. Lauer juga menjelaskan bahwa “jika ia

menerimanya (difusi), biasanya ia kan melewati 5 tahap,

yaitu: Menyadari, Tertarik, Menilai, Mencoba dan

Menerima.”51

Jadi penerimaan meliputi penerimaan dan

penggunaan suatu inovasi oleh individu, sedangkan

penyebaran menyangkut tersebarnya inovasi di dalam

sistem sosial.

Mengutip dari bukunya Werner J. Severin ia

menyatakan “Rogers memandang difusi inovasi sebagai

proses sosial yang mengomunikasikan informasi tentang

ide baru yang dipandang secara subjektif dan

dikembangkan melalu proses konstruksi sosial.”52

Robert juga menjelaskan bahwa “Difusi adalah

proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui

saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara anggota

sosial sistem.”53

Ini adalah jenis komunikasi khusus,

karena pesannya. peduli dengan ide-ide baru. Komunikasi

adalah proses di mana para peserta buat dan bagikan

informasi dengan satu sama lain untuk mencapai saling

pengertian.

51

Robert H. Lauer Perspektif tentang perubahan sosial ( penerbit : PT. Rineka

Jakarta,1993), h. 227-229. 52

Werner J. Severin, dkk.,Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di

Dalam Media Massa Edisi Kelima (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011), h. 247. 53

Everett M. Rogers Diffusions of Innovations, Forth Edition (New York: Tree

Press, 1995), h. 4.

 

Page 56: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

44

Solahudin membagi lima karakteristik inovasi yang

ditawarkan Rogers tersebut itu adalah: 54

a. Keuntungan Relatif, Inovasi lebih dapat

diterima bila individu atau kelompok

menanggap inovasi tersebut lebih baik

dibanding produk atau sikap yang

sebelumnya mereka pakai. Keuntungan

tersebut bisa berupa ekonomi, kebanggaan

sosial, kenyamanan dan kepuasan.

b. Compatibility (kesesuaian) Inovasi dianggap

konsisten dengan nilai, pengalaman dengan

kebutuhan individu atau kelompok yang

berpotensi mengadopsi inovasi tersebut akan

lebih besar kemungkinannya diadopsi oleh

individu atau kelompok.

c. Complexity (kerumitan)

merupakan tingkat sebuah inovasi itu

dipersepsikan sulit untuk dipahami atau

digunakan.

d. Trialability (ketercobaan) atau derajat

sebuah inovasi dapat dieksperimentasikan

pada lingkup terbatas.

e. Observability (keterlihatan) merupakan

tingkat di mana sebuah inovasi itu dapat

terlihat bagi orang lain.

Lima karakteristik inovasi itu dalam proses

keputusan inovasi berada tahap persuasion stage (tahap

persuasi) yang akan sangat penting perannya dalam

keputusan inovasi. Menurut Rogers “bila inovasi punya

keunggulan relatif, sesuai dengan nilai-nilai dan

kebiasaan, tidak rumit, dapat diujicobakan, serta dapat

diobservasi, maka inovasi itu akan cepat diadopsi oleh

54

Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat

Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta).

 

Page 57: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

45

individu”55

melihat itu, maka proses penyebaran konten

pornografi akan cepat berkembang dalam skala yang pesat

dan mencakup banyak wilayah.

Namun dalam penelitian ini penulis hanya

menggunakan tiga karakteristik dari difusi inovasi, yaitu:

Obsevasibility, Compatibility, dan Keuntungan relatif.

Dikerenakan kedua karakteristik yang dijelaskan

sebelumnya tidak mencakup pembahasan penulis.

3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, yaitu teori

Difusi Inovasi maka penulis membuat skema kerangka

berpikir dalam penelitian ini yang ditunjukkan pada Gambar

2.1.56

Untuk acuan penulis ketika membuat pertanyaan dalam

wawancara.

55

Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat

Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta). 56

Everett M. Rogers Diffusions of Innovations, Forth Edition (New York: Tree

Press, 1995)

 

Page 58: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

46

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini

berpedoman pada teori utama yaitu teori Difusi Inovasi. Teori

Difusi Inovasi berkaitan dengan proses penyebaran konten

ilegal yang terjadi pada aplikasi Bigo Live dan mengapa

pengguna mengunduh dan menggunakan aplikasi bigo live

yang dilihat dari keterkaitanhya dengan karakteristik dari teori

Teori Difusi

Inovasi

Proses Penyebaran

Konten Pornografi

Pornografi

dalam

Aplikasi

Bigo Live

Penerima Awal

Mayoritas Awal

Observability

Compatibility

Keuntungan relatif

Difusi Inovasi

Pengguna

 

Page 59: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

47

difusi inovasi tersebut. Kerangka berpikir ini terfokus pada

bagaimana penyebaran itu terjadi ke dalam berbagai konteks.

Teori ini menggaris bawahi adanya 2 elemen utama yaitu

penyebaran (difusi) dan penggunaan, serta ada keterhubungan

antara difusi dengan komoditas oleh pengguna. Oleh karena

itu, penelitian ini dikaji tentang Bagaimana proses penyebaran

konten ilegal pornografi pada aplikasi Bigo Live sebagai media

sosial dan penggunaannya untuk menguntungkan diri pribadi

atau komoditas pengguna.

 

Page 60: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

48

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Sejarah Bigo Live

Di Indonesia tengah marak aplikasi live streaming di

media sosial, baik facebook, instagram, maupun twitter.

Dikutip dari laman awalbros.com mengatakan bahwa

“Aplikasi live streaming tentu saja memberikan ruang dan

momen bagi pengguna media sosial untuk melihat secara

langsung kegiatan dari teman media sosial lainnya.” 1

Sama

dengan Facebook, Instagram maupun Twitter, Bigo juga

sudah mengeluarkan aplikasi live yang bisa berinteraksi

secara langsung. Namanya Bigo Live. Keunggulan video live

ini bahkan bisa dilihat oleh siapapun walaupun belum saling

follow sebelumnya.

“Bigo Live merupakan aplikasi live streaming yang

diluncurkan oleh perusahaan asal Singapura yaitu

BIGO Technology. Didirikan pada Maret 2016 dan

berkantor pusat di Singapura, BIGO Technology PTE.

LTD. adalah perusahaan internet inovatif yang

menyediakan layanan berbasis video. Produknya

meliputi Bigo Live, Like, Hello dan Cube TV, mulai

dari live streaming, editor video, hingga komunitas

sosial.”2

Kontroversi yang diciptakan oleh aplikasi Bigo Live itu

sudah ada sejak pertama kali aplikasi Bigo Live muncul

dikutip dari laman Harian Jogja “Sejak Mei 2016, di 1 Awal Bros Hospital Grup, “Fenomena Bigo Live”

http://blog.awalbros.com/2017/03/22/fenomena-bigo-live/, diakses Pada

tanggal 30 Desember 2018, pukul 17.51. 2 https://www.linkedin.com/company/bigo-technology-pte.-ltd diakses pada

tanggal 1 januari 2019, pukul 20.05.

 

Page 61: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

49

Indonesia aplikasi ini menuai banyak kontroversi. Salah

satunya adalah penyalahgunaan aplikasi yang merujuk pada

penyebaran konten pornografi.”3 Tentu hal itu melanggar

undang-undang terutama di Indonesia, hingga akhirnya ramai

pemberitaan di media.”

“Liputan6.com menyatakan bahwa penyebaran konten

pornografi di Bigo Live akhirnya mengakibatkan

maraknya pemberitaan mengenai penyalahgunaan

aplikasi live streaming Bigo Live, pemerintah Indonesia

berencana untuk memblokir aplikasi tersebut.”4

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengungkap

latarbelakang terjadinya permasalahan tersebut, terutama

berkaitan dengan berkembangnya penyebaran konten

pornografi pada aplikasi Bigo Live.

Diambil dari laman Bigo.sg Perusahaan Bigo Technology

PTE. LTD. mempunyai Kode Etik, yaitu;

“Pedoman perilaku yang menginspirasi dan

membimbing apa yang dilakukandan bagaimana

melakukannya. Mereka mewujudkan cara bekerja sama

untuk memberikan produk terbaik dan pengalaman

pengguna dan memiliki prinsip bantuan bersama untuk

membuat sukses dan berkelanjutan.”5

Mengawali penelitian ini, penulis melakukan observasi

dengan mengamati pengguna aplikasi Bigo Live yang

berindikasi menyebarkan konten pornografi pada aplikasi

3 http://www.harianjogja.com/baca/2016/08/24/duh-bigo-live-kerap-dipakai-

tayangkan-adegan-mesum-747244 diakses Pada tanggal 30 Desember 2018

pukul 12.44. 4 Corry Anestia http://tekno.liputan6.com/read/2677943/bigo-live-diblokir-

apa-kata-kemkominfo diakses Pada tanggal 30 Desember 2018 pukul 15.20 5 http://www.bigo.sg/about.html, diakses Pada tanggal 30 Desember 2018

pukul 13.44.

 

Page 62: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

50

Bigo Live. Proses pengamatan dimulai sejak awal Januari

hingga pertengahan Januari. Pada aplikasi Bigo Live

pengguna dibagi menjadi dua yaitu;

1. Penyiar

Penulis mengamati proses live streaming pada

aplikasi Bigo Live bahwa penyiar yaitu pengguna yang

melakukan live streaming untuk menyiarkan aktivitas

dirinya kepada para viewer.

(Gambar 3.1 Broadcaster Aplikasi Bigo Live)6

2. Penonton

Kemudian penulis menemukan adanya penonton

pada aplikasi tersebut, yaitu pengguna yang menonton

para host ketika sedang melakukan live streaming

pada aplikasi Bigo Live.

6 Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

desember 2018 pukul 11.45.

 

Page 63: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

51

(Gambar 3.2 Viewers Aplikasi Bigo Live)7

Penulis juga menemukan bahwa di dalam Bigo Live

pengguna akan menemukan berbagai channel pengguna aktif

yang bisa langsung ditonton dengan cara Tap salah satu

broadcaster tanpa harus masuk room atau sejenisnya. Disini

pengguna bisa menjadi broadcaster (penyiar) maupun viewer

(penonton). Pengguna tinggal memilih ingin melihat

broadcaster sesuai dengan keinginan viewer.

7 . Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 11.55.

 

Page 64: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

52

B. Logo Aplikasi Bigo Live

`

(Gambar 3.3 Logo Aplikasi Bigo Live)8

Penulis mengambil logo dari aplikasi Bigo Live, pada logo

Bigo live tersebut terdapat dinosaurus sebagai logo utama dari

aplikasi Bigo Live. Kemudian warna juga di dominasi oleh

warna putih dan biru. Sesuai dengan beberapa feature di Bigo

Live. namun sampai saat ini penulis belum memukan apa arti

dari logo tersebut.

C. Fitur pada aplikasi Bigo Live

Atas dasar observasi yang ditelusuri penulis, penulis

menemukan adanya proses komunikasi pada Bigo Live sendiri,

terdapat sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh para

penggunanya, mengikutsertakan dalam pembentukan media

dan digunakan untuk berbagai tujuan, seperti mengumpulkan

banyak beans atau gift dan juga media interaksi dan

komunikasi bagi para penyiar dengan penggemarnya. Berikut

adalah fitur-fitur yang ada pada aplikasi Bigo Live.

8 .Sumber :Screen capture,logo di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 11.40.

 

Page 65: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

53

1. Menu

(Gambar 3.4 Menu aplikasi Bigo Live)9

Penulis menemukan, pada awal membuka aplikasi

Bigo Live, pengguna akan melihat menu utama dari

aplikasi tersebut yang isinya adalah kumpulan para

broadcaster yang bebas bisa dipilih viewer.

2. Identitas

(Gambar 3.5 Identitas Broadcaster)10

Penulis juga mendapatkan identitas pengguna

yang sedang melakukan live. Pengguna bisa saja 9 Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 11.00. 10

Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 11.56.

 

Page 66: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

54

menggunakan nama asli sesuai dengan KTP atau

hanya dengan menggunakan nama samaran saja.

Biasanya pengguna yang menggunakan nama samaran

lebih memilih nama yang menarik untuk mencuri

perhatian viewer. Pada identitas ini pula dilengkapi

dengan foto avatar user yang bisa menggunakan foto

asli ataupun foto rekayasa.

3. Beans

(Gambar 3.6 Beans)11

Dibawah identitas terdapat gambar kacang atau

biasa disebut beans. Gambar beans menunjukkan

jumlah hadiah yang berhasil dikumpulkan oleh

broadcaster yang sedang melakukan live. menurut

pemaparan dari laman jogja.tribunnews.com bahwa

“Hadiah itu diperoleh dari hasil pemberian

viewer sebagai tanda menghargai broadcaster

yang sedang live. Beans ni harus dikonversi

dalam bentuk diamond. Sepuluh beans setara

dengan tiga diamond. Sejumlah 210 beans

setara dengan 1 USD. Atau pengguna bisa

menukarkan 6,700 beans menjadi USD 32 atau

setara dengan Rp 426 ribu. Atau 210 beans

setara dengan USD 1 atau Rp 13,000.”12

11

Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 12.00. 12

Mon, Tips Meraup Dolar dari Aplikasi Bigo Live,

http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-

live, diakses pada 20 Januari 2019, pukul. 22.06.

 

Page 67: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

55

Selain kedua itu, Tribunnews juga menemukan

adanya jenis-jenis hadiah yang diberikan, seperti;

“bunga, sepeda bahkan mobil sport. Masing-masing

harga dari hadiah ini berbeda-beda, tergantung dari

nilainya.”13

4. Jumlah Viewer

(Gambar 3.7 Jumlah viewer)14

Dalam penelitian, penulis menemukan adanya

jumlah penonton yang berada di kiri atas layar

handphone. Ini berguna untuk mengetahui berapa

orang yang sedang menonton live di channel

broadcaster.

5. Gift

(Gambar 3.8 fitur Gift)15

13

Mon, Tips Meraup Dolar dari Aplikasi Bigo Live,

http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-

live, diakses pada 20 Januari 2019, pukul. 22.00 . 14

Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 12.07. 15

Sumber :Screen capture,feature gift di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 12.26.

 

Page 68: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

56

Penulis juga meneliti pemberian gift yang dapat

diberikan kepada penyiar oleh penonton. Gift biasanya

diberikan kepada broadcaster dari viewers sebagai

bentuk penghargaan kepada broadcaster karena telah

menghiburnya. Viewers yang ingin memberikan

hadiah kepada pengguna yang sedang melakukan

siaran bisa melihat, lalu memilih mana yang

diinginkan dan tentunya sesuai dengan saldo yang

dimilikinya lalu mengkliknya. kemudian gift ini akan

terkirim ke broadcaster dan kelak bisa ditukarkan

menjadi uang. Untuk memberi gift viewers harus

membelinya dulu dalam bentuk diamond yang bisa

dibeli menggunakan Debit dan Pulsa.

6. Tool Bar

(Gambar 3.9 Tool bar)16

Penulis juga menemukan menu toolbar yang

berfungsi untuk menambah fitur pada ruangan live

streaming. Gambar diatas adalah gambar toolbar

untuk beraktifitas yang posisinya ada di kiri bawah.

terdiri dari Simbol kotak dengan berisi tiga titik yang

ada di dalamnya lalu panah ke bawah. Ini

16

Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 12.39.

 

Page 69: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

57

menunjukkan sarana untuk melakukakan komunikasi.

Jika mengklik ini maka keyboard pada smarthphone

akan bisa digunakan untuk berkomunikasi teks dengan

para broadcaster yang sedang siaran. Simbol panah ke

arah kanan, jika gambar ini di klik maka pengguna

yang sedang menonton akan mempromosikan akun

orang yang sedang siaran kepada kawan-kawan di

media sosial penonton yang terdapat di media sosial.

Simbol hadiah, yang hanya digunakan bila viewer

ingin memberikan hadiah kepada yang sedang siaran.

7. Kolom Komentar

(Gambar 3.10 Kolom Komentar)17

Penulis melihat adanya kolom komentar yang

memungkinkan broadcaster dan viewers untuk

berkomunikasi dua arah. Viewers bebas menanyakan

apa saja kepada broadcaster untuk dapat memenuhi

kebutuhan komunikasinya di aplikasi tersebut.

17

Sumber :Screen capture,live session di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 31

Desember 2018 pukul 14.02.

 

Page 70: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

58

D. Struktur Organisasi Bigo Live

Adapun struktur organisasi Bigo Live diantaranya sebagai

berikut:

David Xuailing Li : CEO

Jianqiang Hu : CTO and Co-Founder

Abdelfttah Elbermawy : Business Development Executive

Aswin Atonie : Head of Marketin

Gibson Yuen : Product Deputy Directo

Gengdai Liu : Principal Engineer18

E. User Agreement

Adapun user agreement yaitu untuk mengatur para

broadcaster maupun viewer di antaranya sebagai berikut:19

1. Privacy

Pada laman Bigo.tv menjelaskan adanya sistem privacy

yang berisi “Anda telah membaca dan sepenuhnya

memahami kebijakan privasi, yang menjelaskan bagaimana

kami menangani data yang Anda berikan kepada kami atau

dihasilkan saat Anda menggunakan layanan kami. “

20

2. Terms of Use

Kemudian pada laman Bigo.tv juga menjelaskan

ketentuan-ketentuan yang penggunaan aplikasi Bigo Live

seperti;

“(1) Keakuratan informasi pengguna, (2) Pelarangan

pembuatan akun untuk orang lain, (3) Pemasangan

iklan oleh pihak Bigo Live, (4) Harus mematuhi 18

“Bigo CEO and Key Executive” https://craft.co/bigo-13/executives. Diakses

pada 31 Desember 2018 pukul 15.07.

19

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40. 20

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.

 

Page 71: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

59

peraturan yang diberikan Bigo Live, (5) Memberikan

tayangan yang nyaman untuk public yaitu tidak

menyiarkan konten ilegal seperti pornografi,

perundungan, kata kasar dan hal-hal yang menurut

Bigo Live merupakan konten negatif, (6) Tidak boleh

menyamar sebagai orang lain, (7) Dilarang

mempublikasikan informasi pribadi orang lain, (8)

perizinan tentang lisensi dan keaslian dari hak cipta

baik itu karya music dan seni lainnya, (9) Tidak

mempublikasikan tautan berbahaya, (10) Pihak Bigo

Live berhak untuk memutuskan kemitraan dengan

pengguna apabila ditemukan pelanggaran oleh

pengguna itu sendiri, (11) Mengganti rugi kerugian

yang diterima Bigo Live apabila ditemukan

pelanggaran oleh pengguna yang merugikan pihak

Bigo Live.” 21

3. Intellectual Property Rights

Pada laman Bigo.tv juga dijelaskan tentang kepemilikan

hak properti dalam fitur Bigo Live dan disediakan pihak

Bigo Live adalah sepenuhnya milik Bigo Live yang

berbunyi;

“Semua teks, data, gambar, grafik, informasi audio

dan / atau video dan materi lainnya dalam Layanan

yang disediakan oleh BIGO LIVE adalah milik

BIGO LIVE dilindungi oleh hak cipta, merek

dagang dan / atau undang-undang hak properti

lainnya. Tidak ada dalam Perjanjian ini yang dapat

ditafsirkan sebagai pemberian lisensi hak kekayaan

intelektual apa pun atau materi tersebut oleh BIGO

LIVE kepada Anda.” 22

21

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40. 22

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.

 

Page 72: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

60

4. Terminating Services

Bigo.sg juga menyediakan layanan untuk pengguna yang

mendapatkan masalah ketika live streaming yang

menyatakan “Anda dapat mengakhiri Layanan BIGO LIVE

dan Perjanjian ini dengan mencabut akun BIGO LIVE

Anda. Anda dapat menghubungi kami di:

[email protected].” 23

5. Disclaimers

Pihak bigo live juga menyatakan bahwa semua sanggahan

diluar kuasa Bigo Live merupakan diluar tanggung jawab

pihak Bigo Live yang isinya:

a. “Anda bertanggung jawab penuh atas segala

risiko yang terlibat dalam menggunakan

Layanan BIGO LIVE. Setiap penggunaan atau

kepercayaan pada Layanan BIGO LIVE akan

menjadi risiko Anda sendiri.

b. Dalam keadaan apa pun BIGO LIVE tidak

menjamin bahwa layanan akan memenuhi

persyaratan Anda, atau menjamin bahwa

layanan tidak akan terganggu. Ketepatan

waktu, keamanan, dan akurasi layanan juga

tidak dijamin. Anda mengakui dan setuju

bahwa layanan ini disediakan oleh BIGO

LIVE berdasarkan "sebagaimana adanya".

BIGO LIVE tidak membuat pernyataan atau

jaminan dalam bentuk apa pun baik tersurat

maupun tersirat mengenai operasi dan

penyediaan Layanan tersebut atau bagian

daripadanya. BIGO LIVE tidak akan

bertanggung jawab atas kualitas, ketepatan

waktu, keakuratan, atau kelengkapan layanan

dengan cara apa pun dan tidak akan

23

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.

 

Page 73: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

61

bertanggung jawab atas segala konsekuensi

yang mungkin timbul dari penggunaan Anda

atas layanan tersebut.

c. BIGO LIVE tidak menjamin keakuratan dan

integritas tautan eksternal apa pun yang dapat

diakses dengan menggunakan layanan dan /

atau tautan eksternal apa pun yang telah

ditempatkan untuk kenyamanan Anda. BIGO

LIVE tidak akan bertanggung jawab atas

konten situs yang ditautkan atau tautan apa

pun yang terkandung dalam situs tertaut, dan

BIGO LIVE tidak akan bertanggung jawab

atau bertanggung jawab, secara langsung atau

tidak langsung, atas kehilangan atau kerusakan

apa pun sehubungan dengan penggunaan

Layanan. oleh Anda. Selain itu, BIGO LIVE

tidak akan bertanggung jawab atas isi dari

halaman web apa pun yang Anda arahkan

melalui tautan eksternal yang tidak berada di

bawah kendali BIGO LIVE.

d. BIGO LIVE tidak akan bertanggung jawab

atas gangguan atau kekurangan lain dalam

Layanan yang disebabkan oleh keadaan force

majeure, atau yang di luar kendali BIGO

LIVE. Namun, sejauh mungkin, BIGO LIVE

akan berupaya untuk meminimalkan kerugian

dan dampak yang ditimbulkan pada Anda.”24

6. Legal Jurisdiction

Perjanjian yang ada pada laman Bigo.sg sudah diterapkan

sesuai pengaturan yang ada di Singapura, yang berbunyi:

“Perjanjian ini akan diatur oleh dan ditafsirkan sesuai

dengan hukum Singapura, tanpa memperhatikan

pilihan prinsip-prinsip hukum. Setiap perselisihan

yang timbul karena atau sehubungan dengan

Perjanjian ini, termasuk pertanyaan apa pun tentang

keberadaannya, keabsahan atau penghentiannya, harus

24

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.

 

Page 74: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

62

dirujuk dan akhirnya diselesaikan dengan arbitrase

yang dikelola oleh Singapore International Arbitration

Centre sesuai dengan Aturan Arbitrase dari Singapore

International Arbitration Pusat untuk saat ini berlaku,

aturan mana yang dianggap dimasukkan dengan

referensi dalam pasal ini. Kursi arbitrase adalah

Singapura. Bahasa arbitrase adalah bahasa Inggris” 25

7. Other Terms

Pada laman Bigo.tv menjelaskan ketentuan-ketentuan lain

yang berbunyi:

“(1) Perjanjian ini merupakan keseluruhan perjanjian

barang yang disepakati dan hal-hal lain yang relevan

antara kedua belah pihak. Selain sebagaimana

ditentukan oleh Perjanjian ini, tidak ada hak lain yang

diberikan oleh salah satu Pihak pada Perjanjian ini. (2)

Jika ada ketentuan dalam Perjanjian ini yang dianggap

batal atau tidak dapat dilaksanakan oleh pihak yang

berwenang, secara keseluruhan atau sebagian, dengan

alasan apa pun, ketentuan lainnya dari Perjanjian ini

akan tetap valid dan mengikat.

(3) Judul dalam

Perjanjian ini telah ditetapkan demi kenyamanan, dan

akan diabaikan dalam interpretasi Perjanjian ini. 26

25

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40 26

“BIGO LIVE User Agreement” https://www.bigo.tv/agreement.html.

Diakses pada 31 Desember 2018 pukul 15.40.

 

Page 75: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

63

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Temuan Data

Dengan maraknya penyebaran konten ilegal

pornografi di aplikasi bigo live yang dilakukan oleh

pengguna media sosial itu sendiri, maka penulis

menganalisis proses penyebaran konten ilegal pornografi

pada aplikasi Bigo Live. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah diperoleh berupa hasil wawancara dan observasi

pada pengguna Bigo Live serta akun milik pengguna lain

sebagai penguat data, maka selanjutnya penulis

melakukan analisis data menggunakan teori Difusi Inovasi

yang dicetuskan oleh Everett M. Rogers.

“Ia menjelaskan bahwa difusi adalah proses di

mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui

saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara

anggota sosial sistem. Ini adalah jenis komunikasi

khusus, karena pesannya. peduli dengan ide-ide

baru. Komunikasi adalah proses di mana para

peserta buat dan bagikan informasi dengan satu

sama lain untuk mencapai saling pengertian.”1

Adapun dari penelitian yang telah di lakukan,

peneliti mendapatkan beberapa temuan yang dapat

mengambarkan proses penyebaran konten ilegal

pornografi pada aplikasi Bigo Live terlihat dari hasil

wawancara dan observasi langsung pada aplikasi Bigo

Live serta beberapa data pendukung seperti, berita dan

1 Everett M. Rogers Diffusions of Innovations, Forth Edition (New York: Tree

Press, 1995) h. 4.

 

Page 76: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

64

artikel. Bahwa, memang adanya penyebaran konten ilegal

pornografi pada aplikasi Bigo Live.

Peneliti menemukan kesulitan dalam memperoleh

akses langsung kepada pengguna aplikasi Bigo Live

khususnya pengguna yang melakukan aksi pornografi di

aplikasi tersebut dengan alasan privasi. Hingga akhirnya

didapat objek melalui relasi kepada objek yang

dibutuhkan yaitu pengguna aplikasi yang ikut atau

berpartisipasi menyebarkan konten ilegal pornografi pada

aplikasi Bigo Live.

B. Analisis Data

1. Analisis Penyebaran Konten Ilegal Pornografi

Pada Aplikasi Bigo Live

Informan AV mengaku telah menggunakan Bigo

Live sejak September 2016, pada saat ia baru masuk

kuliah. Informan mengatakan, mengetahui aplikasi ini

dari teman-temannya yang mengajaknya untuk

menggunakan aplikasi Bigo Live kemudian ia

penasaran dan membacanya di internet. Informan

yang penasaran, kemudian mengunduh aplikasi Bigo

Live ini melalui app store. Sejak saat itu informan

mengaku sering menggunakan aplikasi Bigo Live

untuk streaming.2

Dari pemahaman tentang karakteristik media

sosial, aplikasi Bigo Live mempunyai empat

karakteristik, yaitu sebagai berikut:

2 Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.

 

Page 77: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

65

a. Network

Menurut AV, untuk melakukan live

streaming ia harus mempunyai data internet

yang cukup banyak, dikarenakan aplikasi Bigo

Live memang media sosial yang mengandalkan

internet untuk berkoneksi.3

“Ya harus ada internet sih, soalnyakan

streaming gitu ya, jadinya harus ada

internetnya” 4

NZ pun mempunyai pendapat yang sama,

yaitu:

“Aplikasi-nya-kan emang dipake buat

broadcast, jadinya yaaa… butuh internet

buat ngoneksiinnya”5

menurut pihak dari Bigo Live, Bigo Live

merupakan perusahaan internet inovatif yang

menyediakan layanan berbasis video.6

Jadi untuk saling terhubung aplikasi Bigo

Live memang membutuhkan koneksi internet

untuk menghubungkan dari satu akun ke akun

yang lain.

3 Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan 18 Januari 2019.

4 Wawancara Pribadi dengan Informan AV , Kuningan, 18 Januari 2019

5 Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

6 https://www.linkedin.com/company/bigo-technology-pte.-ltd diakses pada

tanggal 1 januari 2019, pukul 20.05.

 

Page 78: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

66

b. Information

Dalam pengakuan AV, pengguna aplikasi

Bigo Live bisa memberikan informasi pada

aplikasi tersebut, berdasarkan pengakuan

informan, sebagai berikut:

“Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada

orang masuk ke room aku eee nanti chat,

kayak nanya aku lagi dimana nanti aku

jawabnya pakai suara, lagi dirumah

misalnya atau lagi di tempat makan”7

Kemudian, NZ juga menjelaskan:

“Viewers biasanya nanya kita tinggal di

mana, namanya siapa, single atau udah

punya suami, ya pokoknya nanya-nanya

seputar itu lah, kadang aku jawabnya

beneran kadang boongan juga kalo aku

rasa gak srek sama orangnya”8

Hal ini diperkuat pada tab profil akun AV

yang menunjukan berbagai informasi.

7 Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.

8 Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 79: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

67

(Gambar 4.1 profil informan AV)9

Media partisipasi kolektif seperti

penggunaan internet untuk berbagi dan

bertukar informasi, berpendapat, berbagi

pengalaman, dan menjalin interaksi melalui

perangkat tertentu yang penggunaannya tidak

hanya sebagai alat namun juga dapat

menimbulkan efek emosional dan

keterikatan.10

Pada gambar diatas menjelaskan beberapa

informasi informan AV, seperti: foto diri,

nama asli, akun media sosial Instagram milik

pribadi dan informasi terakhir ketika ia

mengunjungi suatu tempat.

9 Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.

10 McQuail, Dennis, 2000, Mc Quail‟s Communication Theory, Sage

Publications, London, hlm.127.

 

Page 80: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

68

c. Interactivity

Menurut pemaparan AV, ia menyatakan

sebagai berikut:

“Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada

orang masuk ke room aku eh nanti chat,

kayak nanya aku lagi di mana nanti aku

jawabnya langsung aja ngomong terus

mereka bisa liat dan tau”11

NZ juga mengatakan sebagai berikut:

“Ya biasanya sih mereka naya lewat

chat, aku ya tinggal jawab aja”12

Hal ini diperkuat oleh gambar interaksi

yang ada pada aplikasi Bigo Live.

(Gambar 4.2 Interaksi di aplikasi Bigo

Live)13

Interaksi Menurut Lev Manovich (2001)

dua tipologi untuk mendekati kata interaksi

11

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 12

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019. 13

Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 19 Januari

pukul 11.45.

 

Page 81: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

69

dalam perspektif media baru, yakni tipe

terbuka (open) dan tipe tertutup (closed).14

Hal ini menunjukan, adanyab pola interaksi

pada media sosial Bigo Live yang saling

terbuka antara penyiar dan penonton, sehingga

membuat interaksi menjadi dua arah.

d. Simulation

Dari hasil wawancara kepada informan,

menurut informan AV sebagai berikut:

“Sebenernya Bigo tuh unik banget ya,

soalnya ini bener-bener real kita bisa

ngobrol lewat aplikasi tanpa tau nama

kita siapa, tapi tetep bisa temenan gitu…

jadi aku nyaman aja sih komuniasi pake

Bigo Live hehe”15

NZ juga mengatakan sebagai berikut:

“Ini tuh bener-bener kayak dunia nyata

aja sih, cuma ngobrolnya lewat aplikasi

aja. Tapi penonton bener-bener real

taukita ngapain gitu”16

Pada simulasi digunakan untuk

mengungkapkan gagasan bahwa kesadaran

akan yang nyata di benak khalayak semakin

berkurang dan tergantikan dengan realitas

semu. kata simulacra atau simulasi digunakan

14

Rulli Nasrullah, Media Sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015),

h. 27. 15

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 16

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 82: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

70

untuk mengungkapkan gagasan bahwa

kesadaran akan yang nyata di benak khalayak

semakin berkurang dan tergantikan dengan

realitas difusi semu. Baudrillard menyebutnya

“a copy of a copy with no original”.17

Hal ini menunjukan, bahwa memang

adanya konstruktivitas yang terjadi kepada

para pengguna aplikasi Bigo Live yang

menjadikan aplikasi tersebut sama seperti

dunia nyata.

Kemudian untuk mengetahui proses penyebaran

konten ilegal pada aplikasi Bigo Live penulis

menemukan adanya desain difusi dan inovasi pada

proses penyebarannya melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Menyadari

Adapun hasil wawancara dengan AV sebagai

berikut:

“Hmm… Aku awalnya liat-liat dulu sih

di room orang lain yang lagi live,

pengen tau aja gimana caranya biar rame

roomnya, eeeh ternyata pada buka-

bukaan (menunjukan aurat tubuh bagian

intim) gitu hahaha…,”18

Menurut pemaparan dari NZ, seperti berikut:

“Awalnya malah gak tau sih buat buka-

bukaan gitu, tapi pas nyoba aplikasinya

17

Rulli Nasrullah, Media Sosial, h. 28. 18

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.

 

Page 83: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

71

dan liat kok banyak yang buka-buka

(menunjukan bagian intim dari tubuh)”19

Mengingat proses difusi dari komunikator

yang mendapatkan pesan dari media massa

sangat kuat untuk mempengaruhi orang –

orang. Menurut Nurudin “dengan demikian

inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi)

melalui media massa akan kuat mempengaruhi

massa untuk mengikutinya.”20

b. Tertarik

Informan AV menjelaskan ketertarikannya

sebagai berikut:

“Kayaknya seru juga kalo aku nyoba

gitu mana tau rame yakaaan hahaha”21

Informan NZ mengatakan sebagai berikut:

“Pas gue live juga pada minta buka, gue

awalnya gamau sih tapi lama-lama jadi

kepengen juga ikutan lumayan dapet

gift”22

Menurut hasil wawancara, pada awalnya

mereka tertarik mengunggah bagian sensual

tubuhnya, dengan alasan mendapatkan gift dan

popularitas.

19

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019. 20

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada. 2007), h. 188. 21

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 22

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 84: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

72

Pada tahapan ini individu atau kelompok

sosial mulai menunjukan sikap terhadap suatu

inovasi. Dalam hal ini skikap yang ditunjukan

oleh individu maupun kelompok sosial ini

dapat berupa sikap baik maupun sikap yang

buruk.23

c. Menilai

Informan AV menuturkan, sebagai berikut:

“Terus aku mikir yang buka-bukaan gitu

bisa dapet gift banyak, masa aku juga

gak bisa kaya gitu dapet gift banyak.”24

Berdasarkan penuturan informan NZ sebagai

berikut:

“Awalnya sih gue mikir ya, beneran

pada suka gak ya, eh tau-tau pada suka

beneran hahahaha.”25

Dalam tahap ini individu maupun

kelompok sosial tertentu telah sampai

kepada tahapan pengambilan penilaian

terkait sebuah inovasi yang dikenakan

kepadanya. Dalam hal ini inovasi sudah

sampai pada tahap akan diadopsi oleh

23

Herman, “Teori Difusi Inovasi – Konsep dan Perkembangannya”,

https://pakarkomunikasi.com/teori-difusi-inovasi diakses pada 20 Januari,

pukul 21.43 24

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 25

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 85: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

73

individu atau kelompok tertentu maupun

ditolak.26

Menurut hasil pemaparan kedua

informan, mereka bisa memberi penilaian

bahwa mereka juga bisa menggunakan

aplikasi Bigo Live dengan konten muatan

pornografi.

d. Mencoba

Informan AV mengatakan sebagai berikut:

“Terus besoknya aku ikutin tapi awal-

awalnya malu sih terus lama-lama jadi

biasa juga abis dapet gift juga jadi

untung juga deh.”27

NZ juga menjelaskan sebagai berikut:

“Gue coba, viewersnya pada suka malah

kasih gift gitu.”28

Menurut penuturan dari kedua

informan pada tahap ini, AV dan NZ telah

mencoba ikut menyebarkan konten ilegal

pada aplikasi Bigo Live dengan konten

pornografi di dalamnya. Yaitu Pada tahap

ini ketika individu atau kelompok

memutuskan untuk mengadopsi suatu

inovasi maka ia akan menerapkan inovasi

26

Herman, “Teori Difusi Inovasi – Konsep dan Perkembangannya”,

https://pakarkomunikasi.com/teori-difusi-inovasi diakses pada 20 Januari,

pukul 21.45. 27

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 28

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 86: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

74

tersebut dalam kehidupanya. Bilamana

inovasi tersebut diterapkan dalam suatu

aspek kehidupan maka individu maupun

kelompok tersebut sudah dapat dikatakan

sebagai adopter dari suatu inovasi.29

Dalam hal ini penyebaran konten

pornografi yang dilakukan oleh informan

AV dan NZ memang dilakukan setelah

menadopsi dari proses penyebaran konten

sebelumnya yang ia lihat pada aplikasi

tersebut. Yaitu pada tahap pertama.

e. Menerima

Menurut informan AV mengatakan:

“Sekarang sih ya jadi sampingan aja,

lumayan giftnya bisa di tuker duit si

haha.”30

Menurut NZ sebagai berikut:

“Kalo sekarang ya, udah jarang sih tapi

sesekali boleh lah live buka-bukaan

lagi..hehehe Cuma kan udah dibanned

jadi harus bikin ulang deh haha.”31

Pada tahap terakhir, akhirnya mereka

merasa nyaman menggunakan dan

menyebarkan konten porngrafi pada

29

Herman, “Teori Difusi Inovasi – Konsep dan Perkembangannya”,

https://pakarkomunikasi.com/teori-difusi-inovasi diakses pada 20 Januari,

pukul 21.50. 30

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 31

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 87: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

75

aplikasi bigo live. seperti pemaparan dari

Robert H. Lauer meliputi “penerimaan dan

penggunaan suatu inovasi oleh individu,

sedangkan penyebaran menyangkut

tersebarnya inovasi di dalam sistem

sosial.”32

2. Analisis Inovasi penyiar menyebarkan konten

pornografi pada aplikasi Bigo Live.

Dari hasil anlisis pada kedua informan. Penulis

menemukan adanya inovasi yang diterima pengguna

sehingga ikut menyebarkan konten pornografi aplikasi

Bigo Live, dari beberapa alasan pengguna menemukan

kecocokan dengan beberapa kategori dari teori difusi

inovasi, yaitu:

a. Penerima Awal

Menurut Rogers yang dikutip dalam

bukunya Morissan “orang-orang yang

berpengaruh, tempat teman-teman sekeliling

memperoleh informasi dan merupakan orang-

orang yang lebih maju dibanding

sekitarnya.”33

Menurut pemaparan AV adalah

sebagai berikut:

“Hmm… Aku awalnya liat-liat dulu sih

di room orang lain yang lagi live,

pengen tau aja gimana caranya biar rame

32

Robert H. Lauer Perspektif tentang perubahan sosial ( penerbit : PT. Rineka

Jakarta 1993), h. 229. 33

Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),

h. 141-142.

 

Page 88: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

76

roomnya, eeeh ternyata pada buka-

bukaan (menunjukan aurat tubuh bagian

intim) gitu hahah.”34

Kemudian menurut NZ:

“Awalnya malah gak tau sih buat buka-

bukaan gitu, tapi pas nyoba aplikasinya

dan liat kok banyak yang buka-buka

(menunjukan bagian intim dari

tubuh).”35

Hal ini menunjukan bahwa proses difusi itu

berawal dari inovator dan diketahui oleh

penerima awal dalam kasus ini yaitu para

narasumber kemudian diikuti. Namun pada

dasarnya mereka yang memang sudah

menyenangi hal-hal baru dan rajin melakukan

percobaan-percobaan.36

Ini bisa diartikan, bahwa penyebaran

konten pornografi memang berawal dari

adanya proses difusi yang dilakukan oleh

inovator dan dikembangkan kembali oleh

penerima awal untuk mengikuti yang

dilakukan oleh inovator.

34

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 35

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019. 36

Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),

h. 141-142.

 

Page 89: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

77

b. Mayoritas Awal

Menurut Rogers yang dikutip dalam bukunya

Morissan menjelaskan “Mayoritas awal yaitu

orang – orang yang baru bersedia menerima

suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari rata

– rata kebanyakan orang lainnya.”37

Informan

AV mengatakan:

“Biasanya kalo aku sih suka nyanyi,

atau bikin challenge apa biar seru gitu

kan, eee challengenya dari penontonnya

mereka mau aku ngapain nanti aku

lakuin gitu misalnya challenge aku yang

agak-agak ekstrim, misalnyaa kayak

suruh buka kancing satu-satu atau

disuruh jepret-jepret (memainkan bra),

atau disuruh yaaa agak-agak intim gitu

deh.”38

Dari penuturannya AV itu, ia mengakui

jika para viewers yang tertarik dengan hal-hal

berbau pornografi. Hal senada pun

diungkapkan oleh NZ:

“Ya kalo gue sih, karena para cowok

(viewers) itu suka gue buka-bukaan ya

jadi gue buka-bukaan biar room gue

rame.”

Dari pemaparan kedua informan bahwa

terdapat mayiritas awal yang ter-difusi atau

ikut menerima adanya penyebaran konten 37

Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),

h. 141-142. 38

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.

 

Page 90: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

78

pornografi yaitu penonton atau viewers

sebagai Mayoritas awal, dilihat dari jumlahnya

yang lebih banyak daripada penyiar.

Kemudian penulis dapat menyimpulkan

bahwa memang terjadinya proses inovasi

dalam menyebarkan konten pornografi oleh

para host ke pengguna lainnya dengan cara

berinteraksi lewat kolom chat yang ditawarkan

penerima awal dan diterima oleh mayoritas

awal yaitu penonton ityu sendiri.

3. Analisis alasan pengguna menggunakan dan

melakukan siaran dengan konten pornografi pada

aplikasi Bigo Live

Dari hasil anlisis pada kedua informan. Penulis

menemukan adanya beberapa alasan yang mengapa

pengguna memnggunakan aplikasi Bigo Live, dari

beberapa alasan pengguna menemukan kecocokan

dengan beberapa karakteristik dari teori difusi inovasi,

yaitu:

a. Observability

Keterlihatan merupakan tingkat di mana

sebuah inovasi itu dapat terlihat bagi orang

lain.39

Ini terjadi ketika adopter melihat adanya

konten pornografi yang bisa menjadi peluang

usaha. 39

Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat

Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta).

 

Page 91: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

79

Menurut pemaparan AV adalah sebagai

berikut:

“iya awalnya aku liat sih pada buka-

bukaan gitu, terus mikir bisa jadi

peluang juga buat aku dah itu aja sih

haha.”40

Kemudian menurut NZ:

“Ya karena awalnya gue liat-liat sih

bener gak nih bisa ngehasilin duit di

aplikasi itu (Bigo Live) ternyata bener

dapet akhirnya gue pake dan buka-

bukaan kayak yang lain deh.”41

Dari pemaparan kedua informan dapat

dikatakan bahwa memang adanya observasi

terlebih dahulu yang dilakukan di pengguna

untuk mengetahui apakah adanya peluang usaha

yang bisa diciptakan pada aplikasi Bigo Live.

b. Compatibility (Kesesuaian)

Inovasi dianggap konsisten dengan nilai,

pengalaman dengan kebutuhan individu atau

kelompok yang berpotensi mengadopsi inovasi

tersebut akan lebih besar kemungkinannya

diadopsi oleh individu atau kelompok.

Dalam kasus ini terjadi kesesuaian antar

pengguna dengan kebutuhannya sehingga

mereka menggunakan aplikasi tersebut dan

40

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 41

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 92: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

80

menyebarkan konten pornografi demi

memenuhi kebutuhan pribadinya yaitu

pendapatan berupa gift yang bisa ditukarkan

dengan uang atau bisa dalam bentuk lainnya

sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Informan AV mengatakan:

“Ya alesan aku sih sama ya, pake itu

aplikasi (Bigo Live) ya karena butuh

uang tambahan, orantua ngasih juga kan

bisa abis juga daripada minta lagi

mending live bentar biar dapet gift terus

tuker ke duit kan lumayan tuh.”42

NZ juga mengatakan hal serupa:

“Gue pake Bigo tuh awalnya ya pengen

ngobrol aja sih, cuma lama-lama ya

mikir juga masa gue pake aplikasi itu

ga dapet apa-apa sedangkan kebutuhan

juga makin nambah, kuota juga

kenanya gede ya harus balik modal.

terus gue buka-bukaan bisa nambah

duit, kan lumayan duitnya buat

nambahin kebutuhan yang gue mau

hehe.“43

c. Keuntungan relatif

Inovasi lebih dapat diterima bila individu

atau kelompok menanggap inovasi tersebut

lebih baik dibanding produk atau sikap yang

sebelumnya mereka pakai. Keuntungan

tersebut bisa berupa ekonomi, kebanggaan

42

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 43

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 93: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

81

sosial, kenyamanan dan kepuasan. Semakin

besar keuntungan relatif yang dipresepsikan

pengguna, semakin cepat inovasi tersebut

diadopsi.44

Cara ini digunakan oleh AV yang

menjadikan konten ilegal pornografi sebagai

alat yang mempunyai nilai jual.

“Ya tadi udah dijelasin sih kak, aku

pake aplikasi ini ya buat nyari duit

sampingan aja. kalo ga buka-bukaan ga

dapet target nanti malah ga di gaji

heheh, kan lumayan kalo sehari

misalnya dapet 10.000 gift kita tuker

dapet deh sekitar 500.000 (Rupiah), ya

buat jajan-jajan lumayan kan.”45

NZ juga mengatakan hal yang sama, yaitu;

“Gue buka-bukaan murni nyari duit aja,

ga ada alesan lain. Keuntungannya

lumayan buat jajan sehari-hari belum

lagi kado-kado dari fans disitu ya untung

baget lah hahaha.”46

Hal ini diperkuat oleh data yang ditemukan

oleh peneliti mengenai adanya transaksi pada

aplikasi Bigo Live untuk diberikan kedapa para

penyiar atau Broadcaster dan bisa sebagai

ladang keuntungannya.

44

Sholahudin (2017), Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat

Mengadopsi Solopos Epaper. (Tesis Master Tidak Dipubilkasikan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta). 45

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019. 46

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 94: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

82

Sejumlah 210 beans setara dengan 1 USD.

Atau pengguna bisa menukarkan 6,700 beans

menjadi USD 32 atau setara dengan Rp 426

ribu. Atau 210 beans setara dengan USD 1

atau Rp 13,000.47

(Gambar 4.3 Top Rank dan beans exchange)48

47

Mon, Tips Meraup Dolar dari Aplikasi Bigo Live,

http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-

live, diakses pada 20 Januari 2019, pukul. 22.00 48

Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 20

Januari,pukul 23.00

 

Page 95: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

83

(

(Gambar 4.4 Pemberian gift pada broadcaster)49

Ditambah dengan artikel yang penulis

dapatkan mengungkapkan, bahwa beberapa

user wanita mengaku mengalami pengalaman

kurang mengenakkan ketika melakukan

streaming di Bigo Live. Ada yang diminta

lebih buka-bukaan, ada yang dihujani

komentar menghina.

Fino Yurio pada wawancaranya di

detik.com menyatakan bahwa "Aku tidak

membiarkan diriku terpengaruh dengan

komentar semacam itu. Kurasa tidak

seorangpun punya hak untuk menghakimi

seseorang," kata Joana Chia, seorang user Bigo

49

Sumber :Screen capture, live di aplikasi Bigo Live. Diunduh pada 20

Januari,pukul 23.20.

 

Page 96: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

84

yang senang menyiarkan streaming kala dia

menyanyi. Masalahnya, yang menyanggupi

untuk buka-bukaan pun tidak sedikit. Apalagi

ada imbalannya. Ketika user melakukan

streaming, mereka bisa mendapat reward dari

user lain yang merasa puas dengan stiker item

seperti bunga, mobil mewah atau cincin.”50

Dari alasan kedua pengguna, penulis

menemukan adanya suatu komoditas yang

dilakukan oleh pengguna untuk meraup

keuntungan pribadi yang mana ini berkaitan

dengan komodifikasi isi yaitu komodifikasi

yang erat kaitannya dengan konten yang ada

pada media komunikasi. Proses tersebut terjadi

ketika pelaku menyampaikan pesan melalui

teknologi yang kemudian pesan tersebut

disajikan sebagai pesan yang memiliki nilai

jual dipasaran. Cara ini digunakan oleh AV

yang menjadikan konten ilegal pornografi

sebagai alat yang mempunyai nilai jual.

“syarat-syaratnya misalnya ngasih gift

atau apalah... biasanya tuh eee aku bikin

challenge sama followers aku gitu,

misalnya challengenya aku disuruh joget

nih aku joget atau disuruh niruin suara

apa aku niruin.”51

50

Fino Yurio, Buka-Bukaan di Bigo Live bisa bikin ketagihan, diakses dari

https://inet.detik.com/cyberlife/d-3371144/buka-bukaan-di-bigo-live-bisa-

bikin-ketagihan,pada 20 Januari 2019. 51

Wawancara Pribadi dengan Informan AV, Kuningan, 18 Januari 2019.

 

Page 97: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

85

Dari penuturannya AV itu, ia mengakui

jika para viewers yang tertarik dengan hal-hal

berbau pornografi, sehingga ia

memanfaatkannya untuk mendapatkan

keuntungan. Hal senada pun diungkapkan oleh

NZ:

“Ya kalo gue sih, karena para cowok itu

suka gue buka-bukaan, jadinya ya gue

manfaatin buat jadi duit di aplikasinya,

gue tawarin, yang mau gue buka-bukaan

seengganya kasih gift sampe berapa ribu

beans gitu baru gue buka kancing deh

haha.”52

NZ juga menuturkan kalau ia melakukan

konten berbau pornografi murni karena ingin

mendapatkan uang, berikut pemaparannya:

“Ya ga munafik sih, gue buka-bukaan

awalnya emang nyari duit tambahan lah,

masa mereka yang nonton gue kasih

gratis, enak ajaaa.”53

Dari wawancara kepada AV dan

NZ dapat dikatakan bahwa ia membuat

konten pornografi memang untuk mencari

keuntungan berupa uang yang dapat ia

hasilkan dengan menyiarkan konten ilegal

berbau pornografi

52

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019. 53

Wawancara Pribadi dengan Informan NZ, Sawangan, 19 Januari 2019.

 

Page 98: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

86

Sesuai dengan komodifikasi isi,

yaitu Proses komodifikasi ini dimulai

ketika pelaku media mengubah pesan

melalui teknologi yang ada menuju sistem

interpretasi yang penuh makna hingga

menjadi pesan yang menjual atau

marketable.54

54

Syaiful Halim, Postkomodifikasi Media, (Yogjakarta: Jalasutra, 2013), hal.

47.

 

Page 99: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Konten

Ilegal di Media Sosial (Studi Kasus: Pornografi Pada

Aplikasi Bigo Live), kesimpulannya adalah:

Proses penyebaran konten ilegal pornografi di media

sosial Bigo Live diantaranya adalah: Pertama, ialah

menyadari adanya adanya konten pornografi yang menyebar.

Yang kedua yaitu terjadinya proses ketertarikan oleh para

pengguna aplikasi untuk menyebarkan konten pornografi

pada tahap ini hasilnya bisa tergantung pengguna apakah

positif atau negatif. Ketiga adalah proses penilaian, yaitu di

mana para pengguna bebas menilai apakah konten tersebut

bisa di adopsi oleh pengguna dan dinikmati oleh pengguna

lain yang melihat, dalam kasus ini kedua informan menilai

kalau ia pun mampu melakukan hal seperti itu demi tujuan

tertentu. Keempat terdapat proses mencoba, pada tahap ini

ketika individu atau kelompok memutuskan untuk

mengadopsi suatu inovasi maka ia akan menerapkan inovasi

tersebut dalam kehidupanya. Dalam kasus ini para informan

mencoba menggunakan aplikasi Bigo Live untuk

menyebarkan konten pornografi. Dan yang kelima ialah

menerima yaitu tahap dimana pengguna sudah nyaman

menggunakan aplikasi Bigo Live untuk menggunakannya

sebagai alat menyebarkan konten ilegal berbau pornografi.

 

Page 100: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

88

Kemudian ditemukan inovasi dalam penyebaran konten

berbau pornografi dapa aplikasi Bigo Live yang dibagi dalam

tiga kategori yaitu; Inovatir sebagai penggagas utama

penyebaran konten ilegal. Kedua, penerima awal yaitu para

Informan penulis AV dan NZ yang menerima dan ikut

melakukan penyebaran konten pornografi. Ketiga, adalah

mayoritas awal yaitu orang yang menerima difusi dan

menerima lebih awal dibanding orang lain, dalam kategori

ini penonton dikategorikan sebagai mayoritas awal karena

jumlahnya yang lebih banyak.

Adapun alasan pengguna menggunakan aplikasi Bigo Live

dan melakukan siaran berbau konten pornografi pada aplikasi

tersebut ialah:

1. Keterlihatan bahwa kedua informan memang

melihat konten pornografi pada aplikasi tersebut

mempunyai nilai keuntungan yang tinggi sesuai

dari pemaparan kedua informan.

2. Kesesuaian, pada bentuk kedua ini terdapat

kesesuaian atau kesamaan kebutuhan antara

penyiarsatu dan lainnya untuk mendapatkan

keuntungan dan memenuhi kebutuhan ekonominya

masing-masing penyiar, yaitu dengan cara

menyebarkan konten pornografi yang mana itu

dilakukan dengan mempertontonkan bagian intim

dari penyiar itu sendiri yang

3. Keuntungan relatif di mana setiap pengguna

menggunakan dan menyiarkan konten berbau

 

Page 101: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

89

pornografi pada akunnya itu hanya sebatas

keuntungan pribadi berupa materi yang tiap

pengguna bisa berbeda-beda pendapatannya.

Namun pada dasarnya kedua informan memang

mencari keuntungan berupa uang tunai yang bisa

ia pergunakan untuk kebutuhannya.

Terakhir adalah ditemukannya hubungan antara alasan

pengguna dengan sistem komoditas pribadi, yaitu

berhubungan erat dengan komodifikasi isi, yang mana

pengguna merasa dengan mempertontonkan tubuhnya itu ia

bisa meraup berbagai keuntungan yang ia dapatkan, yaitu

popularitas, komunikasi, pertemanan dan materi (uang tunai

atau kado”

B. Implikasi

Hasil penelitian ini adalah bukti bahwa penggunaan media

sosial tidak hanya digunakan untuk hal positif namun bisa

juga digunakan untuk hal nnegatif, seperti penyalahgunaan

konten berbau pornografi dengan tujuan keuntungan secara

materi kepada si pengguna. Hasil dari penelitian ini juga bisa

dijadikan pemahaman dan gambaran bagi pengguna-

pengguna lainnya agar bisa menggunakan media sosial

sesuai dengan manfaatnya secara positif, yaitu menyebarkan

konten-konten baik pada media sosial. Kemudian hasil dari

penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk

mengetahui bagaimana perkembangan media sosial yang

akan datang.

 

Page 102: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

90

C. Saran

Kepada para pengguna media sosial Bigo Live penulis

menyarankan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Karena media sosial Bigo Live ini bisa memnyebabkan nilai-

nilai moral yang ada dimasyarakat dilupakan dengan

sendirinya berkat konten yang disiarkan.

Dampak dari dari penyebaran konten ilegal pornografi

juga juga dapat merugikan orang-orang tercinta di sekitar

anda. Terutama keluarga, orangtua dan anak terkait dengan

nilai dan norma yang ada di masyarakat. Kepada masyarakat

umum, diperlukannya pembinaan dan penanaman moral

secara lebih intensif kepada kerabat terdekat atau lingkungan.

Terutama pada anak-anak di bawah umur diperlukannya

pantauan dan himbauan agar lebih cerdas dalam memilih dan

menggunakan media sosial.

Untuk para peneliti selanjutkan, diharapkan mampu

menemukan dan mengungkap dampak interkasi dari

penyebaran konten pornografi pada aplikasi streaming

lainnya tidak hanya pada Bigo Live namun bisa pada aplikasi

yang lain dan sejenisnya.

 

Page 103: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

91

DAFTAR PUSTAKA

Buku Besar

Creswell, Jhon. W. Qualitative inquiry and research design:

Choosing among five traditions, California: SAGE 1998.

Nasrullah, Rulli. Teori dan Riset Media Siber (cybermedia),

Jakarta: Kencana, 2014.

Nasrullah, Rulli. media sosial, Bandung: Simbiosa Rekatama

Media, 2015

Sumber Buku

Burton, Graeme. Pengantar untuk Memahami: Meida dan

Budaya Populer, Yogjakarta: Jalasutra, 2008.

Chapman and Hall, Social Media and Social Computing Series:

Mining User Generated Content, Florida: CRC Press 2014.

Evans, D. S. & P., Das Kapital untuk Pemula, Yogjakarta: Resist

Book, 2004.

Halim, Syaiful. Postkomodifikasi Media, Yogjakarta: Jalasutra,

2013.

Hardian Satiawardana, Tri dan el-Qudsy, Zuhaidi. Exploring The

Cyber World Panduan Lengkap Berinternet, Jawa Timur:

Mas Media Buana Pustaka, 2008.

Hawari, Dadang. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi

HIV/AIDS, Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 2002.

Jaco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan

Keunggulan, Jakarta, Grasindo 2010.

Junaidi, Ahmad. Porno: Feminisme, Seksualitas, dan Pornografi

di Media, Jakarta: Grasindo, 2012.

 

Page 104: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

92

Kaplan, Anderas M. dan Haenlein, Michael. “User of the World,

Unite! The Challenges and The Opportunities of Social

Media”, 2010.

Lauer, Robert H. Perspektif tentang perubahan sosial penerbit :

PT. Rineka Jakarta, 1993.

Mackinnon A, Chatarine A. Feminism Unmodified: Discourse on

Life and Law Harvard University Cambrige, 1987.

Morissan, dkk., Teori Komunikasi Massa, Bogor: Ghalia

Indonesia, 2013.

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2007.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J., Teori Sosiologi dan

Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir

Teori Sosial Postmodern, diterjemahkan oleh Nurhadi,

Yogjakarta: Kreasi Wacana, 2009.

Rogers, Everett M. Diffusions of Innovations, Forth Edition, New

York: Tree Press, 1995.

Severin, Werner J. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Media Massa Edisi Kelima, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011.

Soebagijo, Azimah. Pornografi Tapi Dilarang Dicari, Gema

Insani: Jakarta, 2008.

Sulianta, Feri dan Juju, Dominikus. Branding Promotion with

Social Network, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,

2013.

Zarella, Dan. The Social Media Marketing Book, Canada:

O’Reilly Media, 2010.

Literatur

Azizah, Reza R. Tesis, Representasi Komodifikasi Tubuh dan

Kecantikan dalam Tiga Novel teen-lit Indonesia: The Glam

 

Page 105: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

93

Girls Series, Magister Kajian Sastra dan Budaya Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, 2013.

Franida, Nicky. “Bahaya Komunitas Homoseksual di Media

Sosial (Studi Kasus: Interaksi Virtual Community Media

Sosial Grindr” Skripsi pada Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Pradjnaparamita, Zebrina. Tesis, Komodifikasi tas belanja

bermerek: Motivasi dan Identitas Kaum Shopaholic

Golongan Sosial Menengah Surabaya, Program Magister

Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu

Budaya,Universitas Airlangga, 2012.

Septiani, Eka Puji. “Dampak Film Pornografi Terhadap

Psikososial di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pada Remaja

Yang Berpacaran)” Skripsi pada Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Sholahudin, “Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Niat

Mengadopsi Solopos Epaper.” Tesis Master Tidak

Dipubilkasikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

2017

Website

Diakses dari http://www.livestreamingindonesia.com/pengertian-

live-streaming/, pada tanggal 18 Juli 2018.

Diakses dari https://www.rappler.com/indonesia/berita/155626-

kemenkominfo-blokir-situs-bigo-live-pornografi Pada 19

Juli 2018.

Diakses

http://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/02/n1rqi

q-tifatul-pornografi-rusak-lima-sel-otak pada 17 juli 2017.

Diakses dari http://www.beritasatu.com/kesra/168944-pornografi-

merusak-lima-sel-otak.html Pada juli 2017.

 

Page 106: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

94

Diakses dari http://global.liputan6.com/read/2635555/pornografi-

merusak-otak-mitos-atau-ilmiah Pada juli 2017.

Diakses http://cyberlaw.id/mengapa-perlu-pengaturan-konten-

ilegal-dalam-uu-ite-2/ pada 1 Desemeber 2018.

Diakses

https://www.kompasiana.com/marchelinapurnamasari7894/

5b50853e5e137337e5043f83/pengaruh-media-sosial-

instagram-sebagai-konten-media-promosi-pada-online-

shop?page=all 17 November 2018.

Diakses dari https://dailysocial.id/post/tren-perkembangan-

media-sosial-untuk-pemasaran-digital pada 20 November

2018.

Diakses

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4807/Menko

minfo+Akui+Sulit+Berantas+Konten+Negatif+di+Media+

Sosial/0/berita_satker Pada 28 November 2018.

Diakses https://digitalmarketer.id/social-media/9-jenis-konten-

sosial-media-yang-bisa-anda-gunakan/ pada 29 November

2018.

Diakses https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-streaming/

pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari https://www.lifewire.com/internet-streaming-how-it-

works-1999513 pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari

https://www.thinkuknow.co.uk/parents/articles/what-is-

live-streaming/ pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari http://www.vlinklive.com/explore-live-

streaming/frequently-asked-uestions/what-is-live-video-

streaming-or-livecasting/ pada 17 Agustus 2018.

Diakses dari https://www.yatekno.com/aplikasi-video-live-

streaming/ pada 17 Agustus 2018.

 

Page 107: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

95

Diakses dari https://medium.com/exmachinagroup/lesson-4-

allow-viewers-to-influence-the-broadcast-or-live-stream-

73eff6bc008d pada 18 Agustus 2018.

Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/lihat-terkini/38-

dalam-negeri/33344-tiga-hal-penting-dalam-produksi-

program-siaran pada 18 Agustus 2018.

Diakses dari http://blog.awalbros.com/2017/03/22/fenomena-

bigo-live/, pada tanggal Desember 2018.

Diakses dari https://www.linkedin.com/company/bigo-

technology-pte.-ltd pada tanggal 1 januari 2019.

Diakses dari http://www.harianjogja.com/baca/2016/08/24/duh-

bigo-live-kerap-dipakai-tayangkan-adegan-mesum-747244

Pada 30 Desember 2018.

Diakses dari http://tekno.liputan6.com/read/2677943/bigo-live-

diblokir-apa-kata-kemkominfo Pada 30 Desember 2018.

Diakses dari http://www.bigo.sg/about.html, Pada tanggal 30

Desember 2018.

Diakses dari http://jogja.tribunnews.com/2017/05/21/tips-

meraup-dolar-dari-aplikasi-bigo-live, pada 20 Januari 2019.

Diakses dari https://craft.co/bigo-13/executives. Pada 31

Desember 2018 .

Diakses dari https://www.bigo.tv/agreement.html. pada 31

Desember 2018 Pada 20 Januari 2019.

Diakses dari https://inet.detik.com/cyberlife/d-3371144/buka-

bukaan-di-bigo-live-bisa-bikin-ketagihan.

Wawancara Pribadi

Wawancara Pribadi dengan Responden AV, Kuningan, 20

Januari 2019.

 

Page 108: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

96

Wawancara Pribadi dengan Responden NZ, Sawangan, 23

Januari 2019.

Wawancara Pribadi dengan Responden AV, Sarinah, 25 Januari

2019.

Dokumentasi

Logo Bigo Live.

Screen shoot menu Bigo Live.

Screen shoot Live Session Bigo Live.

Foto bersama informan AV.

Foto bersama informan NZ.

 

Page 109: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 110: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Transkip Wawancara

Judul Skripsi : Penyebaran Konten Ilegal di

Media Sosial (Studi Kasus:

Pornografi Pada Aplikasi Bigo

Live)

Waktu wawancara

Hari, Tanggal : Jumat, 18 Januari 2019

Tempat : Kuningan, Jakarta Selatan

Nama Informan : AV

Pekerjaan : Mahasiswa

Nama Pewawancara : Zoupi Dwi Raka

Pertanyaan 1 : Sejak kapan kamu menginstal aplikasi

bigo live?

Jawaban 1 : Ee... dari tahun 2016 sih awal-awal kuliah

gitu, berarti sekitar bulan oktober

november lah..

Pertanyaan 2 : Darimana kamu tahu aplikasi bigo live?

Jawaban 2 : Dari temen, karena suka main bigo live

kan suka ngajak live, “eh bareng yuk live

streaming” gitu, eh eh jadi jadi kepo ini

apa sih bigo live jadi ikutan instal, terus

jadi aktif juga deeeh.

Pertanyaan 3 : Apa tujuan dari aplikasi bigo live?

Jawaban 3 :Eee biar nambah temen ajasih, seru gitu

kan berinteaksi sama banyak orang terus

jadi banyak followers. Trus ada

 

Page 111: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

penghasilan tambahan lah gitu buat jajan-

jajan.

Pertanyaan 4 : Apa sih yang diperlukan ketika kamu

live?

Jawaban 4 : ya harus ada internet sih, soalnyakan

streaming gitu ya, jadinya harus ada

internetnya

Pertanyaan 5 : Biasa live di mana?

Jawaban 5 : Biasanya aku live lebih sering di rumah,

biasanya malem-malem pas abis pulang

kuliah gitukan lagi santai live, atau kalau

lagi emang lagi luar lagi makan kadang

live juga sambil ngobrolin apa yang aku

makan.

Pertanyaan 6 : Gimana cara interaksi kamu di bigo live?

Jawaban 6 : Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada

orang masuk ke room aku eee nanti chat,

kayak nanya aku lagi dimana nanti aku

jawabnya pakai suara

Pertanyaan 7 : Bagaimana kamu berinteraksi di aplikasi

tersebut?

Jawaban 7 : Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada

orang masuk ke room aku eh nanti chat,

kayak nanya aku lagi di mana nanti aku

jawabnya langsung aja ngomong terus

mereka bisa liat dan tau

Pertanyaan 8 : Terus gimana lagi?

 

Page 112: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Jawaban 8 : Jadi kan aku live nih, aku live nanti ada

orang masuk ke room aku eee nanti chat,

kayak nanya aku lagi dimana nanti aku

jawabnya pakai suara, lagi dirumah

misalnya atau lagi di tempat makan

Pertanyaan 8 : Menurut kamu aplikasi bigo live itu kaya

gimana dengan dunia nyata?

Jawaban 8 : sebenernya Bigo tuh unik banget ya,

soalnya ini bener-bener real kita bisa

ngobrol lewat aplikasi tanpa tau nama kita

siapa, tapi tetep bisa temenan gitu… jadi

aku nyaman aja sih komuniasi pake Bigo

Live hehe

Pertanyaan 9 : Jam berapa biasanya kamu live?

Jawaban 9 : kalau lagi senggang aja sih, tapi kalo

kontennya rada dewasa ya malem lebih

enak

Pertanyaan 10 : Apa keuntungan yang kamu dapatkan

ketika memakai aplikasi ini?

Jawaban 10 : Pertama punya followers terus bisa dapet

gift, giftnya itu bisa diconvert lagi jadi

uang gitu jadi ya dapet tambahanlah gitu,

terus belum lagi yang suka ngasih giftnya

gift beneran gitu, entah ari ngirim kerumah

lah atau barang gitu. Dapet kenalan terus

ada komunitasnya juga eee para host-

hostnya gitu.

 

Page 113: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Pertanyaan 11 : Apa kamu selalu memakai pakaian sexy

ketika live?

Jawaban 11 : Emmm kalau dirumah sih biasanya kalau

dikaar gituya, biasalah paling kaya pake

tank top doang gitu atau kalo yang udah

mulai tengah-tengah malem gitu

Pertanyaan 12 : Apa yang kamu lakukan untuk

mendapatkan gift dari penonton?

Jawaban 12 : Jawaban: biasanya tuh eee aku bikin

challenge sama followers aku gitu,

misalnya challengenya aku disuruh joget

nih aku joget atau disuruh niruin suara apa

aku niruin, kadang suka ada yang lebih

ekstrem mintanya tapi aku minta syaratnya

tuh kayak giftnya tuh minta yang lebih

gede gitu kalo misalnya challenges aku

yang agak-agak ekstrim, misalnyaa kayak

suruh buka kancing satu-satu atau disuruh

jepret-jepret, atau disuruh yaaa agak-agak

intim gitu deh

Pertanyaan 13 : terus?

Jawaban 13 :. Biasanya kalo aku sih suka nyanyi, atau

bikin challenge apa biar seru gitu kan, eee

challengenya dari penontonnya mereka

mau aku ngapain nanti aku lakuin gitu tapi

dengan syaratnya adalah syarat-syaratnya

misalnya ngasih gift atau apalah...

 

Page 114: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Pertanyaan 14 : Terus nanti habis itu dapat gift?

Jawaban 14 :Iya abis itu dapet gift, giftnya tuh

misalnya giftnya motor atau mobil gitu

nanti kalau diconvert ke uang tuh bisa 500

sampai 800 ribu gitu, aku juga ga minta

gift aja sih misalnya aku minta ya uang

cash atau minta pulsa berapa banyak

gituuu...

Pertanyaan 15 : Apakah orang bigo live biasa untuk

melakukan itu untuk mendapatkan giftnya?

Jawaban 16 : Sebenarnya sih ada aturannya yah gak

boleh, yang berbau pornografi karena di

bigo live itu tuh kaya ada semacam

polisinya gitu yang mereka selalu rajin

patrol mana yang terbuka atau enga, nah

yang kalo ketauan ada unsur pornografinya

itu biasanya di banned, cuma ee bigo live

itu kayak udah jadi rahasia umum aja sih

eee livenya itu ada yang mengarah ke

pornografi atau kalau biar gak banned tuh

livenya enggak terlalu lama gitu cepet jadi

ga ketauan gitu.

Pertanyaan 17 : Apa kamu pernah menunjukan bagian

intim ke viewer?

Jawaban 17 : Eee pernah sih tapi hanya bagian dada aja

gitu karena ya privasi lah gitu, aku cuma

berani sampe bagian dada aja. dapet gift,

 

Page 115: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

tapi biasanya aku ga minta gift sih kecil

banget kan kayak cuma beberapa ratus

ribu, aku lebih prefer, lebih mintanya ke

cash gitu.

Pertanyaan 18 : Pendapat kamu wajar ga penyebaran

pornografi di bigo live ?

Jawaban 18 : Iya sebenernya sih eeee jadi rahasia

umum ya udah biasa gitu dari apalagi dari

pengguna luar negeri itu juga banyak kan

yang kayak gitu, yang terbuka-terbuka

cuma ya itu adalah strategi mereka gimana

caranya biar ga ke banned.

Pertanyaan 19 : Penyebaran konten pornografi itu gimana

di aplikasi bigo live, apa bisa juga bertemu

langsung?

Jawaban 19 : Eee kadang ada yang minta ketemu

langsun sih cuma kan kalo ketemu

langsung agak ngeri yah, jadi aku lebih

milih kao ketemu langsung ditempatnya

yang di tempat umum yang rame, kadang

ada juga yang suka iseng minta ketemu di

hotel atau dimana gitu yang tertutup lah

gitu, tapi ya kalo mau ketemu itu kadang

aku kuga minta kayak sebelum ketemu gitu

aku minta imbalan gitu, jadi.... ya ga aaa

yang dirugikan lah...

 

Page 116: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Pertanyaan 20 : Apa hanya ada konten-konten pornografi

saja di bigo live?

Jawaban 20 :Sebenernya banyak sih kayak yang nge

cover lagiu atau masak atau kayak vlog

gitukan lagi dimana gituu. Salah satu yang

paling cepet untuk dapet cuan itu ya itu

yang berbau pornografi tu ya ituu..

Pertanyaan 21 : Bagaimana proses kamu menggunakan

aplikasi bigo live sampai kamu berani

untuk buka-bukaan seperti itu?

Jawaban 21 : iya awalnya aku liat sih pada buka-

bukaan gitu, terus mikir bisa jadi peluang

juga buat aku dah itu aja sih haha

Pertanyaan 22 : Terus alasan awal alasan kamu buka-

bukaan itu kenapa?

Jawaban 22 : ya alesan aku sih sama ya, pake itu

aplikasi (Bigo Live) ya karena butuh uang

tambahan, orantua ngasih juga kan bisa

abis juga daripada minta lagi mending live

bentar biar dapet gift terus tuker ke duit

kan lumayan tuh

Pertanyaan 23 : Terus alasan kamu masih menggunakan

aplikasi itu untuk menyebarkan konten

berbau pornografi itu kenapa?

Jawaban 23 : Ya tadi udah dijelasin sih kak, aku pake

aplikasi ini ya buat nyari duit sampingan

aja. kalo ga buka-bukaan ga dapet target

 

Page 117: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

nanti malah ga di gaji heheh, kan lumayan

kalo sehari misalnya dapet 10.000 gift kita

tuker dapet deh sekitar 500.000 (Rupiah),

ya buat jajan-jajan lumayan kan

Informan AV

 

Page 118: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Transkip Wawancara

Judul Skripsi : Penyebaran Konten Ilegal di

Media Sosial (Studi Kasus:

Pornografi Pada Aplikasi Bigo

Live)

Waktu wawancara

Hari, Tanggal : Jumat, 19 Januari 2019

Tempat : Sawangan, Kota Depok

Nama Informan : NZ

Pekerjaan : Belum Bekerja

Nama Pewawancara : Zoupi Dwi Raka

Pertanyaan 1 : Sejak kapan menginstal aplikasi bigo

live?

Jawaban 1 : Gue instal tuh dari pertengahan 2017 gitu

Pertanyaan 2 : Darimana kamu tahu aplikasi bigo live?

Jawaban 2 : Awalnya dari temen di sosmed pada

update terus gue penasaran akhirnya gue

instal deh gitu

Pertanyaan 3 : Apa tujuan dari aplikasi bigo live?

Kayaknya buat cari temen sama ngobrol

gitu deh

 

Page 119: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Jawaban 3 :Kalau kamu, apa tujuan menginstal dan

menggunakannya? Ya sama sih awalnya

gue instal dan make gue buat cari temen

sama pengen ngobrol

Pertanyaan 4 : Apa sih yang diperlukan ketika kamu

live?

Jawaban 4 :Aplikasi-nya-kan emang dipake buat

broadcast, jadinya yaaa… butuh internet

buat ngoneksiinnya.

Pertanyaan 5 :Biasa live dimana? Live biasanya di

kamar sih

Jawaban 5 :Gimana cara interaksi kamu di bigo

live?ya biasanya sih mereka naya lewat

chat, aku ya tinggal jawab aja

Pertanyaan 6 :Nanyanya apa aja?

Jawaban 6 :viewers biasanya nanya kita tinggal di

mana, namanya siapa, single atau udah

punya suami, ya pokoknya nanya-nanya

seputar itu lah, kadang aku jawabnya

beneran kadang boongan juga kalo aku

rasa gak srek sama orangnya

Pertanyaan 7 :Menurut kamu aplikasi bigo live itu kaya

gimana dengan dunia nyata?

 

Page 120: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Jawaban 7 :ini tuh bener-bener kayak dunia nyata

aja sih, cuma ngobrolnya lewat aplikasi

aja. Tapi penonton bener-bener real taukita

ngapain

Pertanyaan 8 :Jam berapa biasanya kamu live?

Jawaban 8 :Malem lah biasanya soalnyakan kalo siang

itu kebanyakan bocah yang nonton

hahahaha

Pertanyaan 9 :Apa keuntungan yang kamu dapatkan

ketika memakai aplikasi ini?

Jawaban 9 : Banyak mas, temen dapet, pacar dapet,

gift juga dapet hahahaha

Pertanyaan 10 :Apa kamu selalu memakai pakaian sexy

ketika live?

Jawaban 10 :Kalo malem aja, kalo siangkan gue kerja.

Jadi ga leluasa

Pertanyaan 11 :Apa yang kamu lakukan untuk

mendapatkan gift dari penonton?

Jawaban 11 :ya kalo gue sih, karena para cowok itu

suka gue buka-bukaan, jadinya ya gue

manfaatin buat jadi duit di aplikasinya, gue

tawarin, yang mau gue buka-bukaan

 

Page 121: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

seengganya kasih gift sampe berapa ribu

beans gitu baru gue buka kancing deh haha

Pertanyaan 12 :Apa kamu perah menunjukan bagian intim

kamu ke penonton?

Jawaban 12 :Pernah sih tapi private aja, biasanya gue

minta gift dulu baru deh gue suruh drop

nomor whatsapp gitu baru kita VC lewat

whatsapp

Pertanyaan 13 :Bagaimana proses kamu menggunakan

aplikasi bigo live sampai kamu berani

untuk buka-bukaan seperti itu?

Jawaban 13 :ya karena awalnya gue liat-liat sih bener

gak nih bisa ngehasilin duit di aplikasi itu

(Bigo Live) ternyata bener dapet akhirnya

gue pake dan buka-bukaan kayak yang lain

deh

Pertanyaan 14 :Terus alasan awal alasan kamu buka-

bukaan itu kenapa?

Jawaban 14 :Gue pake Bigo tuh awalnya ya pengen

ngobrol aja sih, cuma lama-lama ya mikir

juga masa gue pake aplikasi itu ga dapet

apa-apa sedangkan kebutuhan juga makin

nambah, kuota juga kenanya gede ya harus

balik modal. terus gue buka-bukaan bisa

nambah duit, kan lumayan duitnya buat

 

Page 122: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

nambahin kebutuhan yang gue mau hehe,

ya ga munafik sih, gue buka-bukaan

awalnya emang nyari duit tambahan lah,

masa mereka yang nonton gue kasih gratis,

enak ajaaa

Pertanyaan 15 :Terus alasan kamu masih menggunakan

aplikasi itu untuk menyebarkan konten

berbau pornografi itu kenapa?

Jawaban :dulu sih alasan gue buka-bukaan murni

nyari duit aja, ga ada alesan lain.

Keuntungannya lumayan buat jajan sehari-

hari belum lagi kado-kado dari fans disitu

ya untung baget lah hahaha, kalo sekarang

kan lagi bunting ya, kasian anak gue kalo

gue buka-bukaan gitu nanti dia malu

hahaha

Informan NZ,

 

Page 123: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Wawancara bersama informan AV pada Jumat, 18 Januari

2019 di Kuningan, Jakarta Selatan

Wawancara bersama informan AV pada Sabtu, 19 Januari

2019 di Sawangan, Kota Depok

 

Page 124: PENYEBARAN KONTEN ILEGAL DI MEDIA SOSIAL (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47111/1/ZAUPI DWI... · Broadcasting, Peer to Peer, dan Media Sosial. Media

Sidang Munaqasyah pada Senin, 25 Februari 2019