bahan peer teaching adhd

28
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra , tunarungu , tunagrahita , tunadaksa , tunalaras , kesulitan belajar , gangguan prilaku , anak berbakat , anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat . Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat . Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia. PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB

Upload: euis-fitriana-dewi-wijaya

Post on 01-Jan-2016

60 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Peer Teaching Adhd

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan

anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang

termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan

belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak

berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang

dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan

dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan

menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak

berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan

batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat

kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus

untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar

dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.

PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas

peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g.

berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain.

Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat

diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

(2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan

pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat

(4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara

terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.

Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga

penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang Kepala Sekolah.

Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan

layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan

SMALB masing-masing sebagai satuan pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang

kepala sekolah.

Altenatif layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu layanan adalah INTEGRASI ANTAR JENIS.

Keuntungan bagi penyelenggara (sekolah) dapat memberikan layanan yang tervokus sesuai kebutuhan

anak seirama perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi anak, anak menerima layanan sesuai

kebutuhan yang sebenarnya karena sekolah mampu membedakan perlakuan karena memiliki fokus atas

dasar kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.

Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan Integrasi antar jenjang

(satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya didasarkan pada effisiensi

ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena dalam prakteknya seorang guru yang

Page 2: Bahan Peer Teaching Adhd

mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB. Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama

antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB. Secara kualitas materi pelajaran juga kurang

berkualitas apalagi secara psikologis karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.

Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB

bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D

untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Seharusnya Pemerintah dapat memberikan perlakuan yang sama kepada Anak Indonesia tanpa

diskriminasi, kalau bisa mendirikan SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri untuk anak bukan ABK, maka

juga harus berani mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri bagi ABK. Hingga Juni

tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah dan DIY baru Pemerintah Kabupaten Cilacap yang berani

mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri masing-masing berdiri sendiri sebagai

satuan pendidikan formal.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1 Tunanetra

2 Tunarungu

3 Tunagrahita

4 Tunadaksa

5 Tunalaras

6 Kesulitan belajar

Tunanetra[sunting | sunting sumber]

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan

kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman &

Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60

setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra

penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan

indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran

kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual danbersuara, contohnya

adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang

bersuara adalah tape recorder dan peranti lunakJAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di

sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya

mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat

putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

Tunarungu[sunting | sunting sumber]

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak

permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

Page 3: Bahan Peer Teaching Adhd

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),

2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),

3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),

4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),

5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara

sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa

isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-

beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara

berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu

cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Tunagrahita[sunting | sunting sumber]

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan

disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalammasa perkembangan.

klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),

2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),

3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),

4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Tunadaksa[sunting | sunting sumber]

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-

muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral

palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki

keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu

memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki

keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Tunalaras[sunting | sunting sumber]

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.

individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan

yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu

pengaruh dari lingkungan sekitar.

Kesulitan belajar[sunting | sunting sumber]

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang

mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi

kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain

injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasiaperkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ

Page 4: Bahan Peer Teaching Adhd

rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi

gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

1. ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu :

Dra. Nadlifah, M.Pd Disusun Oleh : Ali Murfi 11470082 Jurusan

Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran

2012/2013

2. BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Anak-anak berkebutuhan

khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis

dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak- anak normal

pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap

jhakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan

khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya mengenali jenis dan

pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah

memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak

berkebutuhan khusus,maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan

anak yang sesuai. Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus,

sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup

anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial-

emosional, maupun masalah akademik. Kita ambil contoh anak-anak yang

mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa

(cacat tubuh) dengan berbagai derajat kelaianannya. Ini adalah yang

secara nyata dapat dengan mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah

barangtentu harus dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang

secara langsung memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada

semua anak didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak

tersebut belum tentu dipahami semua guru di sekolah. Oleh karena itu

dalam makalah ini, penulis ingin membahas tentang Anak Berkebutuhan

Page 5: Bahan Peer Teaching Adhd

Khusus (ABK) melalui pendekatan institusional.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dalam latar belakang, maka penulis

dalam hal ini akan merumuskan permasalahan dalam beberapa

pertanyaan. 1. Apa pengertian dan konsep anak berkebutuhan khusus? 2.

Apa saja klasifikasi dan model layanan bagi anak berkebutuhan khusus ?

3. Apa factor yang dapat mempengaruhi anak sehingga menjadi

berkebutuhan khusus ? 1

3. BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Ada

beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak

berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan

istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with

special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional,

ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat,

anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada

satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel,

sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.1 Anak

berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang

memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak secara individual.2 Sejalan dengan

perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-

anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus.

Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi

cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah

dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa

lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak,

maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk

mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.B. Konsep Anak

Berkebutuhan Khusus Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan

yang sangat luas. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus

keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang

kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda- beda, dan oleh

Page 6: Bahan Peer Teaching Adhd

karena itu setiap anak dimungkinkan akan memilki kebutuhan khusus

serta hambatan belajar yang berbeda pula, sehingga setiap anak

sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan

dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak. Anak

berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang

memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak secara individual. 1 Heri Purwanto, Modul

Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung),

Hal.2 2 Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan

Khusus; Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus

dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan, (Vol.3 No 1), Hal. 1 2

4. Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan

menjadi duakelompok besar yaitu anank berkebutuhan khusus yang

bersifat sementara (temporer)dan anak berkebutuhan khusus yang

bersifat menetap (permanent).31. Anak berkebutuhan khusus bersifat

sementara (temporer) Anak berkebutuhan khusus yang bersifat

sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan

hambatan perkembangan disebabkan factor-faktor eksternal. Misalnya

anak yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa

sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu

bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi

yang tepat bolehjadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini

memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang

disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetpai anak ini tidak perlu

dilyani diselah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang

mempunyai kebutuhan khusus yang bersifattemporer, dan oleh karena itu

mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut

pendidikan kebutuhan khusus.2. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat

menetap (permanen) Anak berkebutuhan khusu yang bersifat permanen

adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan

perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsusng dari kondisi

Page 7: Bahan Peer Teaching Adhd

kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan,

pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi,

gangguan gerak (motorik), gangguan interaksi-komunikasi, gangguan

emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata laian anak berlebutuhan

khusu yang bersifat permanen sama artinya denagn anak penyandang

kecacatan. Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan

terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak

berkebutuhan khusus mencakup spectrum yang luas yaitu meliputi anak

berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus

permanent (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak

berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk penyandang

cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari

anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah

lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas,

berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusu yang hanya

menyangkut anak penyandang cacat. 3 Ibid, Hal. 2 3

5. C. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Membicarakan anak-anak

berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat

kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-

intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik.4 Kita ambil

contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra,

tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai derajat

kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan mudah dikenali.

Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus dipahami oleh seorang guru,

karena merekalah yang secara langsung memberikan pelayanan

pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya. Namun keragaman

yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua guru di

sekolah. 1. Kelainan Mental a. Mental Tinggi Sering dikenal dengan anak

berbakat intelektual, dimana selain memilki kemampuan memiliki

kemampuan intelektual di atas rata-rata normal yang signifikan juga

memilki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas. b. Mental Rendah

Page 8: Bahan Peer Teaching Adhd

Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rata-

rata dapat menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners)

yaitu anak yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki

IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. c.

Berkesulitan Belajar Spesifik Berkesulitan belajar berkaitan dengan

prestasi belajar (achievement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan

belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke

atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik

tertentu. 2. Kelainan Fisik a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa) Adanya kondisi

tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi

kelumpuhan yang dikarenakan polio, dan gangguan pada 4 Heri

Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,

(UPI Bandung), Hal.1 4

Melamun, tidak ada perhatian dan menarik diri. 5 Reaksi yang tidak

sesuai Pemahaman yang lemah Dependen pada orang lain

Kecemasan terhadap prestasi di sekolah Menyalahkan orang lain

Tidak menghargai – menentang Tidak sabaran – terlalu cepat beraksi

Mengganggu di kelas 6. fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan

otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi). b.

Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra) Seseorang yang sudah tidak

mampu menfungsikan indera penglihatanya untuk keperluan pendidikan

dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan

penglihatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan low vision. c.

Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu) Kelainan pendengaran adalah

seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk menfungsikan

pendengaranya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan

termasuk pemdidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran dapat

dikelompokkan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of

hearing). d. Kelainan Wicara Seseorang yang mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan

tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat

Page 9: Bahan Peer Teaching Adhd

fungsional dimana mungkin disebbkan karena ketunarunguan, dan

organic memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ wicara

maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan

wicara.3. Kelainan Emosi Gangguan emosi merupakan masalah

psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi perilaku yang tampak

pada individu, adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi : a. Gangguan

Perilaku

Berbuat tanpa dipikir akibatnya.D. Faktor-Faktor Timbulnya Kebutuhan

Khusus Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab

musabab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1)

Faktor internal pada diri anak. (2) Faktor eksternal dari lingkunan, dan (3)

Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi).5 1. Factor

Internal Faktor internal adalah kondisi yang dimilki oleh anak yang

bersangkutan. Sebagai contoh seorang anak memiliki kebutuhan khusus

dalam belajar karena ia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, atau

tidak mengalami kesulitan untuk bergerak. Keadaan seperti itu berada

pada diri anak yang bersangkutan secara internal. Dengan kata lain

hambatan yang dialami berada dlam diri anak yang bersangkutan. 2.

Factor Eksternal Factor eksternal adalah sesuatu yang berada diluar diri

anak mengakibatkan anak menjadi memiliki hambatan perkembangan dan

hambatan belajar, sehingga mereka memiliki kebutuhan layanan khusus

dalam pendidikan. Sebagai contoh seorang 5 Zaenal Alimin, Jurnal

Asesmen Dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi

Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya

Terhadap Layanan Pendidikan. (Vol.3 No 1), Hal. 10 6 Canggung

Aktivitas motorik yang tinggi Hiperaktivitas Ketidakmampuan untuk

member perhatian yang cukup lama. Perilaku tidak bisa diam Sering

tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah. c. Anak

Hiperactive (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder) Sering

tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara. Sering kesulitan

memperhatikan tugas-tugas atau aktifitas permainan. Sering gagal

Page 10: Bahan Peer Teaching Adhd

untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan

dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas yang lain. 7. b. Gangguan

Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder) Enam atau lebih gejala

inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmapuan untuk

beradaptasi, dan tingkat perkembanganya tidak konsisten. Gejala-gejala

inattention tersebut adalah :

8. anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam jangka

panjang mengakibatkan anak tersebut kehilangan konsentrasi, menarik

diri dan ketakuatan. Akibatnya anak tidak dapat belajar. 3. Kombinasi

Faktor Internal dan Eksternal Kombinasi antara factor internal dengan

factor eksternal dapat menyebabkan terjadinya kebutuhan khusus pada

seorang anak. Kebutuhan khusus yang disebabkan oleh factor internal

sekaligus eksternal sekaligus diperkirakan akan anak akan memiliki

kebutuhan khusus yang lebih kompleks. Sebagai contoh seorang anak

yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas

dan dimiliki secara internal berada pada lingkungan keluarga yang kedua

orang tuanya tidak menerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan

yang diberikan kepada anak yang bersangkutan. Anak yang seperti ini

memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan akibat

perlakuan orang tua yang tidak tepat.E. Model Layanan Pendidikan Bagi

Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) yang

dikutip oleh Purwanto 6, bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu : a. Regular class only

(Kelas biasa dengan guru biasa) b. Regular class with consultation (Kelas

biasa dengan konsultan guru PLB) c. Itinerant teacher (Kelas biasa

dengan guru kunjung) d. Resource teacher (Guru sumber, yaitu kelas

biasa dengan guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anak

berada pada ruang sumber dengan guru sumber) e. Pusat Diagnostik-

Prescriptif f. Hospital or homebound Instruction (Pendidikan di rumah

ataudi rumah sakit,yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk

ke sekolah biasa) g. Self-contained class (Kelas khusus di sekolah biasa

Page 11: Bahan Peer Teaching Adhd

bersama guru PLB) h. Special day school (Sekolah luar biasa tanpa

asrama) i. Residential school (Sekolah luar biasa berasrama) 6 Heri

Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,

(UPI Bandung), Hal.8 7

9. Samuel A. Kirk (1986) yang dikutip oleh Purwanto 7, membuat

gradasilayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergradasi

dari model segregasi kemodel mainstreaming seperti tersebut di bawah ini

: Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas, bentuk-bentuk

layananpendidikan bagi anak berkebutuhan khususdapat dikelompokkan

menjadi 2 kelompokbesar, yaitu :a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi

Bentuk layanan pendidikan segregasi adalah system pendidikan yang

terpisah dari system pendidikan anak formal. Pendidikan anak

berkebutuhan khusus melalui system segregasi maksudnya adalah

penyelenggaraaan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan

terpisah dari penyelenggaraaan pendidikan untuk anak normal. Dengan

kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada

lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Ada empat

bentuk penyelenggaraan pendidikan denagn system segregasi, yaitu : 1)

Sekolah Luar Biasa (SLB) 2) Sekolah Luar Berasrama 3) Kelas

Jauh/Kelas Kunjung 7 Ibid Hal.9 8

10. 4) Sekolah Dasar Luar Biasab. Bentuk Layanan Pendidikan

Terpadu/Integrasi Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah

system pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak

berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa

(normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui system integrasi

anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal belajar dalam

satu tahap. System pendidikan integrasi disebut juga system pendidikan

terpadu, yaitu system pendidikan yang membawa anak berkebutuhan

khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan

tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagian, atau keterpaduan dalam

rangka sosialisasi. Pada system keterpaduan secara penuh dan sebagian

Page 12: Bahan Peer Teaching Adhd

jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari

jumlah siswa keseluruhan. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh

anak berebutuhan khusus, di sekolah terpadu disediakan Guru

Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi

guru kelas, kepala sekolah, atau anak berkebutuhan, atau anak

berkebutuhan khusus iyu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai

pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas

khusus. Ada tiga tahap bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan

bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986) yang dikutip

oleh Purwanto8. Ketiga bentuk tersebut adalah 1) Bentuk Kelas Biasa 2)

Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus 3) Bentuk Kelas Khusus 8

Ibid 12-14 9

11. BAB III KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan untuk

menjawab rumusan masalah dapat ditarikkesimpulan, bahwa

Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan

untukmenyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam

konteks pendidikan. Adaperbedaan yang signifikan pada penggunaan

istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasaatau berkelainan.

Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak

untukmencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara

optimal, sedang pada luarbiasa atau berkelainan adalah kondisi atau

keadaan anak yang memerlukan perlakuankhusus. Pengelompokkan

anak berkebutuhan khusus hanya diperlukan untuk

kebutuhanpenanganan anak secara klasikal, sedangkan untuk

kepentingan yang bersifat sosial anakberkebutuhan khusus tidak perlu

dikelompokkan. Anak berkebuthan khusus dapatdikelompokkan menjadi

Kelainan Mental (Mental Tinggi, Mental Rendah, BerkesulitanBelajar

Spesifik). Kelainan Fisik (Kelainan Tubuh, Kelainan Indera Penglihatan,

KelainanIndera Pendengaran, Kelainan Wicara). Kelainan Emosi

(Gangguan Perilaku, GangguanKonsentrasi (ADD/Attention Deficit

Disorder), Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficitwith Hiperactivity

Page 13: Bahan Peer Teaching Adhd

Disorder). Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus dapatdikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : bentuk

layanan pendidikan segregasi danbentuk layanan pendidikan

terpadu/integrasi Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang

sebab musabab timbulnyakebutuhan khusus pada seorang anak yaitu :

(1) Faktor internal pada diri anak. (2) Faktoreksternal dari lingkunan, dan

(3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi). 10

12. DAFTAR PUSTAKAPurwanto, Heri. Modul Pembelajaran: Pendidikan

Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI.Alimin, Zaenal. Jurnal

Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus: Reorientasi

Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya

Terhadap Layanan Pendidikan. Vol 3 No 1. Bandung: UPIAqila Smart,

Rose. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapai

untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati 11

1. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau Attention Deficit

Hiperactive Disordersebenarnya sudah dikenal lama oleh masyarakat,

tetapi dengan istilah yang berbeda. Sejarahgangguan ADHD telah

mendapatkan berbagai label, mencerminkan berbagai pandangan

tentangpenyebab (etiologi)nya.Menurut De Clerq (dalam Mulyono,

2003:10)Berdasarkan terminologinya, dibagi menjadi 2kelompok. Pertama

dengan istilah “Minimal Brain Damage” dan “Minimal Brain

Disfunction”,mencerminkan gagasan mengenai asumsi tentang penyebab

gangguan, dan kedua, denganterminology seperti “Hyperkinetic Reactions

of Childhood ”,”Hyperkinetic Child Syndrome”, dan“Attention Deficit

Hyperactifity Disorder”Ada beberapa sejarah perkembangan munculnya

ADHD, antara lain:1. Pada tahun 1930 sampai 1960, gangguan ini dikenal

oleh masyarakat dengan istilah Minimal BrainDamage . Istilah ini mengacu

pada kerusakan otak. Penjelasannya, beberapa anak dengan

Page 14: Bahan Peer Teaching Adhd

masalahhiperaktivitas, perhatian, dan konsentrasi menunjukkan luka otak

yang jelas (EEG), sementara anak-anak lain dengan masalah yang sama

tidak menunjukkan luka otak. Hal ini disebabkan oleh kecilnyakerusakan

pada otak, sehingga tidak terdeteksi oleh EGG (Electro Encepalo Grafi).

Diasumsikanbahwa kelompok ini, kerusakan disebabkan oleh kesulitan

selama kelahiran (hypoxia), tyrauma, atauinfeksi virus pada hari-hari

pertama bayi setelah lahir.2. Pada tahun 1960, istilah Minimal Brain

Damage diganti dengan Minimal Brain Dysfunctionkarena “kerusakan”

tidak bisa ditemukan pada setiap kasus. Istilah ini mengacu pada

gangguanfungsi (dysfunction). Hal ini disebabkan tidak berfungsinya

bagian-bagian tertentu pada otakKetidakseimbangan antara hambatan

(inhibition) dan kemudahan (facilitation) yang diakibatkan olehkekurangan

neurotransmitter.3. Pada tahun 1960 sampai 1969, perhatian terhadap

gangguan ini lebih ditekankan padahiperaktifitas, dan istilah yang resmi

adalah yang dicantumkan dalam DSM-II, yaitu HyperkineticReaction of

Childhood Syndrome.4. Sejak tahun 1970, perhatian lebih ditekankan dan

impulsivitas sehingga dalam DSM-III (1980)disebut sebagai Attention

Deficit Disorder, dengan atau tanpa hiperaktivitas (ADD/+H; ADD-H).Bila

diperhatikan, terjadi adanya evolusi berfikir mengenai gangguan dari

kerusakan organis(damage), lewat gangguan fungsional (dysfunction), ke

cognitive deficit. Istilah tersebut mulaiditinggalkan setelah perhatian para

ahli ditekankan pada gangguan motivasi dan penguatan dalamtingkah

laku. Selain itu, hal ini masih didukung oleh adanya kenyataan bahwa

Attention DeficitDisorder selalu diikuti oleh adanya hiperaktivitas. Oleh

karena itu, dalam DSM-III-R (1987)gangguan tersebut dimuat sebagai

gangguan kategori tersendiri, yaitu Attention Deficit Hiperactive

2. Disorder. Sedangkan ADD-H termasuk kategori yang lain yang disebut

dengan UndifferetiatedAttention Deficit Disorder. ADHD tidak mungkin

disebabkan oleh satu faktor saja, mengingatkompleksitasnya gangguan,

melainkan oleh interaksi banyak faktor.2. Pengertian ADHD ( Attention

Deficit Hiperactive Disorder)Pola perhatian anak terhadap suatu hal

Page 15: Bahan Peer Teaching Adhd

terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Kelompok yang palingberat adalah

over eksklusif dimana seorang anak hanya berfokus pada sesuatu yang

menarik perhatiantanpa memperdulikan hal lain secara ekstrim. Kelompok

dengan derajat ringan dan derajat sedangterjadi fokus perhatian anak

mudah teralihkan. Hal ini dinamakan kesulitan perhatianSebelum

menjelaskan pengertian ADHD dari beberapa tokoh, ADHD terdiri dari 3

kata. Yaituattention yang berarti perhatian, deficit yang berarti pemusatan,

hiperactive yang berarti perilakuberlebihan, serta disorder yang berarti

gangguan. Berdasarkan empat kata tersebut ADHD dapatdiartikan suatu

bentuk gangguan pemusatan perhatian yang disertai dengan perilaku

yang berlebihan.Berdasarkan klasifikasi tersebut ADHD adalah suatu

peningkatan aktivitas motorik hingga padatingkatan tertentu yang

menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada 2 tempat

dansuasana berbeda. Aktivitas yang tidak lazim dan cenderung berlebihan

yang ditandai dengangangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-

gerakkan jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat dudukdengan tenang.

(www.putera kembara.com, diakses:30 Juli 2006)Menurut Mirna (2004:65)

ADHD merupakan suatu kelainan yang unik dicirikan dengan

sangathiperaktif, impulsive dan anak tidak mampu bergaul (bersosialisasi)

dengan baik. Menurut Greene(2005:86) ADHD merupakan suatu

gangguan dalam memfokuskan perhatian, mengontrol tubuh

danmenunjukkan aktivitas yang kronis, fenetis dan seringkali tanpa tujuan.

Menurut Martaniah(2001:76) ADHD adalah suatu gangguan yang

mengandung dua komponen yaitu: tidak mempunyaiperhatian, tidak dapat

mengikuti perintah yang disertai hiperaktivitas dan impulsivitas.

ADHDdidefinisikan sebagai anak yang mengalami defisiensi dalam

perhatian, tidak dapat menerimaimpuls-impuls dengan baik, suka

melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol dan menjadilebih

hiperaktif (www.children family clinic.com, diakses:30 Juli 2006 ) Menurut

Baihaqi danSugiarmin (2006: 2) ADHD menjelaskan kondisi anak-anak

yang memeperlihatkan simtom-simtomkurang konsentrasi, hiperaktif, dan

impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagianbesar

Page 16: Bahan Peer Teaching Adhd

aktivitas hidup mereka.3. Penyebab Gangguan ADHDPenyebab pasti dan

patologi ADHD masih belum terungkap secara jelas. Seperti halnya

gangguanautis, ADHD merupakan suatu kelainan yang bersifat

multifaktorial. Banyak faktor yang dianggapsebagai penyebab gangguan

ini,diantaranya:

3. a. Faktor genetikFaktor genetik memegang peranan terbesar terjadinya

gangguan perilaku ADHD. Beberapapenelitian yang dilakukan ditemukan

bahwa hiperaktifitas yang terjadi pada seorang anak selaludisertai adanya

riwayat gangguan yang sama dalam keluarga setidaknya satu orang

dalam keluargadekat.(www.puterakembara.com, diakses 30 Juli 2006)

Menurut Greene (2005: 89) berdasarkan risetdi Amerika menunjukkan

bahwa kira-kira 30 % dari seluruh anak yang menderita ADHD palingtidak

salah satu orang tuanya menderita ADHD. Menurut Fanu (2002: 209)

perbedaan-perbedaanpada fungsi dan kimiawi otak seperti ini

kemungkinan besar disebabkan oleh faktor keturunan karenaia dapat

diwariskan secara genetik.b. Faktor perkembangan janinKetika memasuki

masa kehamilan sang ibu pernah mengalami masalah dalam

kandungannya. Danmemasuki masa kelahiran terjadi gangguan pada

proses persalinan. Penggunaan forceps dan obatsecara berlebihan dapat

menyebabkan hiperaktivitas pada anak.c. Penggunaan alkohol oleh ibu

selama masa kehamilanZat-zat yang terkandung dalam alkohol terutama

bahan kimiawi dapat menyebabkan bayi mengalamigangguan yang

mengindikasikan terjadinya gangguan hiperaktivitas.d. Keracunan dan

kontaminasi lingkunganPolusi udara dengan kandungan timbal yang tinggi

dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak.e. Alergi makananBeberapa

peneliti mengungkapkan penderita ADHD mengalami alergi terhadap

makanan, teorifeingold menduga bahwa salisilat mempunyai efek kurang

baik terhadap tingkah laku anak, sertateori bahwa gula merupakan

subtansi yang merangsang hiperaktifitas pada anak.

(www.puterakembara.com,diakses 30 Juli 2006)f. Lingkungan fisik dan

pola pengasuhan anak oleh orang tua.Keluarga yang tidak harmonis

Page 17: Bahan Peer Teaching Adhd

misalnya perceraian orang tua sering terjadinya pertengkaran,

perangtanggung jawab orang tua buruk dapat membuat anak menjadi

terabaikan. Begitu juga dengan polaasuh lingkungan yang tidak disiplin

dan tidak teratur, perbedaan perhatian dan kasih sayang dalamkeluarga,

dan lain-lain.g. Aktivitas otak yang berlebihanPenelitian neuropsikologi

menunjukkan kortek frontal dan dan sirkuit yang menghubungkan

fungsieksekutif bangsal ganglia. Dopaminergic dan noradrenergik

neurotransmission merupakan targetutama dalam pengobatan ADHD.

Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertaiperubahan

struktur dan anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan

terjadinya hambatan

4. stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang

menyebabkan penyimpangan yangsignifikan dalam perkembangan

hubungan anak dan orang tua serta lingkungan sekitar. Padapemeriksaan

radiologis otak PET (position emission tomography) didapatkan gambaran

bahwa padaanak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih

dominan didapatkan aktifitas otakyang berlebihan dibandingkan anak

yang normal dengan mengukur kadar gula yang didapatkanperbedaan

yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.4. Diagnosis

dan Gejala ADHDDiagnosis hiperaktifitas tidak dapat dibuat hanya

berdasarkan informasi sepihak dari orang tua,setidaknya informasi dari

sekolah. Pada penderita harus dilakukan pemeriksaan

yangmempertimbangkan situasi dan kondisi saat pemeriksaan dan

kemungkinan hal yang lain yangmungkin menjadi pemicu hiperaktifitas. Ini

berarti pemeriksan klinis haruslah dilakukan dengansangat teliti meskipun

belum ditemukan hubungan yang jelas antara jenis pemeriksaan

yangdilakukan dengan proses terjadinya hiperaktifitas.Ada beberapa

langkah untuk membuat diagnosa, antara lain:a. Langkah pertama :

Mengenali gejala-gejalanyaAda dua daftar gejala: pertama, untuk problem

yang berhubungan dengan perhatian dan kedua, untukhiperaktivitas dan

sikap semaunya sendiri (impulsiveness). Bila ada enam atau lebih gejala-

Page 18: Bahan Peer Teaching Adhd

gejalatersebut dari salah satu dua daftar itu, dan bila gejala-gejala ini

sering tampak dan terus bertahanselama paling tidak enam bulan, maka

dapat dicurigai menderita ADHD.b. Langkah kedua: Menentukan kapan

gejala-gejala tersebut pertama munculBila gejala-gejala tersebut muncul

sebelum anak berusia 7 tahun, maka ADHD mungkin terjadi.c. Langkah

ketiga: Menentukan dimana gejala-gejala tersebut terjadiApakah perilaku

anak menjadi masalah hanya ketika ia berada di sekolah atau apakah

juga menjadimasalah saat berada di rumah? Bila anak mempunyai

problem perilaku dalam dua tempat atau lebih,maka ADHD mungkin

terjadi.d. Langkah keempat : Menilai tingkat keparahan gejala-gejala

tersebutApakah perilaku anak semata-mata hanya menganggu, ataukah

menyebabkan problem yang nyatabagi anak ketika di sekolah atau dalam

situasi sosial? Sebelum membuat diagnosa atas ADHD,membutuhkan

bukti yang jelas bahwa ADHD benar-benar menghalangi kemampuan

anak untukmelakukan fungsinya di sekolah atau di rumah.e. Langkah

kelima : Kesampingkan diagnosa yang mungkin lainnya.Hal yang penting

adalah memastikan bahwa problem perilaku tersebut bukan akibat

problem ataukelainan lain, seperti keterlambatan perkembangan global

atau problem-problem psikiatrik.

5. Untuk mendiagnosis ADHD menggunakan kriteria DSM IV yang

digunakan, harus terdapat 3 gejala:hiperaktif, masalah perhatian, dan

masalah konduksi.(wwwsekolah Indonesia.com,diakses : 30 Juli2006)1. In

attentiona. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara

jelas atau membuat kesalahan yang tidakterkontrol dalam : sekolah,

bekerja dan aktifitas lainnya.b. Sering mengalami kesulitan menjaga

perhatian dan konsentrasi dalam menerima tugas atauaktifitas bermain.c.

Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung.d.

Kesulitan mengatur tugas dan kegiatan.e. Menghindar atau tidak senang

atau enggan mengerjakan tugas yang membutuhkan usaha(pekerjaan

sekolah / pekerjaan rumah).f. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan

untuk tugas atau kegiatan.g. Sering mudah mengalihkan perhatian

Page 19: Bahan Peer Teaching Adhd

rangsangan dari luar yang tidak berkaitan.h. Sering melupakan tugas dan

kegiatan sehari-hari2. Hiperaktifitasa. Sering merasa gelisah tampak pada

tangan, kaki dan menggeliat pada tempat duduk.b. Sering meninggalkan

tempat duduk dalam kelasc. Sering berlari dari sesuatu atau memanjat

secara berlebihan dalam situasi yang tidak seharusnyad. Kesulitan

bermaine. Sering berperilaku seperti mengendarai mesinf. Sering

berbicara berlebihan.3. Impulsifa. Mengeluarkan perkataan tanpa

berfikir.b. Sulit menunggu giliran atau antrian.c. Sering memaksa atau

menyela pada orang lain.d. Sering mengacungkan jari dalam

kelas.Menurut Saputro (2001:13) ada beberapa pemeriksaan untuk

menegakkan diagnosis, urutanpemeriksaan tersebut adalah sebagai

berikut:a.) Rujukan datang dari sekolah atau keluargab.) Penilaian /

observasi perilaku anak berdasarkan kuesioner untuk orangtua/guru

6. c.) Dirujuk kepada dokter atau psikiater/psikiater anak atau dokter

spesialis anak untuk dilakuaknpemeriksaan seperti berikut

ini:pemeriksaan fisik, wawancara riwayat penyakit,

pemeriksaaninteligensi, kesulitan belajar dan sindrom otak organik,

pemeriksaan psikometrik/kognitif perceptual,evaluasi situasi rumah untuk

melihat ada atau tidaknya pengaruh faktor lingkungan.5. Terapi Anak

ADHDMenurut Taylor, Osman, Nanik dan Fieldman (dalam Mulyono,

2003:30) tindakan penanganan(terapi) yang efektif yang dapat dilakukan

untuk membantu mengatasi problem-problem ADHDialah:a. Terapi

Modifikasi PerilakuSecara umum, terapi modifikasi perilaku dapat diartikan

sebagai hampir segala tindakan yangbertujuan untuk membentuk perilaku

yang diharapkan.Pemberian reward (hadiah) atau sangsi tegas secara

terencana, baik dirumah maupun disekolah,dapat digunakan untuk

membentuk perilaku yang diharapkan. Metode terapi modifikasi

perilaku,sebagai berikut:1. Pencegahan (preventif):a. Sediakan lingkungan

yang sehatBanyak penelitian yang menunjukkan bahwa kondisi ibu hamil,

baik fisik maupun mental,mempengaruhi tingkat aktivitas dan konsentrasi

anaknya kelak. Oleh karenanya, memperhatikannutrisi dan zat yang

Page 20: Bahan Peer Teaching Adhd

merugikan.b. Memilih metode kelahiran yang alamiPenelitian

membuktikan adanya hubungan hiperaktifitas dengan metode melahirkan.

Penggunaanforceps dan obat secara berlebihan kerap menyebabkan

hiperaktivitas pada anak.c. Selaraskan stimulasiHindari stimulasi yang

tidak sesuai, jangan berlebihan atau kurang, misalnya lingkungan yang

tidakterorganisir, omelan dan pertengkaran terus menerus.d. Ajarkan

kegiatan yang bertujuanBila balita berjalan dari ruang tamu ke kamarnya

sambil menendang Apa saja yang ada dijumpainya,itu dapat dikatakan

aktivitas tanpa tujuan. Tegaskan agar anak tidak mengulanginya.d.

Mengamati model dan menjadi modelAjak anak memilih model, untuk

membantunya untuk melakukan tindakan secara terarah. Namun,jangan

lupa bahwa anak cenderung meniru orang yang dekat dengannya.6.

Manfaatkan kata-kataAjarkan anak untuk mengekspresikan keinginan

melalui kata-kata.

7. 2. Penanganan (kuratif)a. Beri dorongan verbalHendaknya diperhatikan,

bila anak mampu tenang, memfokuskan perhatian dan

menyelesaikantugas, atau sekadar berusaha untuk itu, berilah pujian.b.

Terapkan sistem kontrak atau koinDalam sistem kontrak, anak dan orang

tua membuat kesepakatan tentang tindakan yang diharapkandan

konsekuensinya. Harus diperhatikan bahwa semua ketentuan harus

didapat berdasarkankesepakatan.c. Jelaskan harapan orang tua kepada

anakAnak harus tahu dengan jelas sebab-sebab perbuatannya dan apa

yang diharapkan darinya.d. Lakukan persiapanPersiapan sangat

membantu. Misalnya ketika anak mau bepergian orang tua memberi

nasehat agarketika sampai ditempatnya anak-anak tidak melakukan hal-

hal yang tidak diinginkan.e. Sediakan lingkungan yang teraturMinimalkan

gangguan terhadap perhatian anak, dengan melakukan strukturisasi.

Tetapkan jadwalkegiatan dan letakkan barang secara terorganisir di

kamar anak.f. Belajar mengamatiAjaklah anak untuk belajar mengamati

tindakan saudara atau temannya yang dapat dijadikan model.g. Terapi

fisikBantulah anak menyalurkan energinya secara terarah. Jika ingin

Page 21: Bahan Peer Teaching Adhd

bergerak terus, ajaklah anak berlarimengitari ruangan ruangan beberapa

menit, atau bersenam ringan. Dengan begitu anak dapatmengontrol

gerakannya.h. Metode self talkMetode berbicara dengan diri sendiri

membantu mengarahkan tindakan.i. Mencatat prestasiDengan metode

evaluasi diri, anak terdorong untuk terus meningkatkan prestasinya. Ajak

anakmencatat problem yang dapat dipecahkannya.j. Dukungan

keluargaPenanganan hiperaktif memerlukan konsistensi serta dukungan

keluarga, yang menciptakan atmosferyang menentramkan anakk. Metode

professionalJika metode-metode di atas belum berhasil, sebaiknya

meminta bantuan ahli di bidangnya, misalnyapsikiater, psikolog dan ahli

gizi.

8. 2. Terapi Diet MakananTerapi diet makanan adalah suatu terapi yang

mengatur makanan yang dimakan. Pengaturanmakanan dilakukan

dengan memberikan perhatian dari segi jenis, jumlah dan frekuensi

pemberianmakanan.Popularitas terapi diet makanan sebagai salah satu

terapi penanganan perilaku hiperaktifitasdimulai dari penelitian DR

Feingold pada tahun 1970-an. Fiegold menyatakan bahwa ada

beberapajenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya atau

meningkatnya perilaku hiperaktifitas padaanak. Beberapa jenis makanan

tersebut adalah jenis makanan yang mengandung zat adiktif(pengawet,

pewarna, aroama/perasa buatan dan lain-lain), dan salisilat. Feingold

berhasilmembuktikan bahwa anak-anak hiperaktif sebagai subjek

penelitiannya yang sungguah-sungguhmenghindari jenis-jenis makanan

diatas, menunjukkan adanya penurunan perilaku hiperaktifitas.Menurut

Nanik (dalam Mulyono, 2003:37) ada beberapa langkah pelaksanaan diet

makanan, sebagaiberikut:a. Langkah PertamaPahami pedoman diet

makanan dengan baik, kenali jenis-jenis zat adiktif makanan dan

sebaiknyaperhatikan daftar komposisi makanan yang akan dibeli. Buat

daftar makanan yang selama ini biasadikonsumsi oleh anak.b. Langkah

KeduaBeri tanda check pada kolom frekuensi makan setiap jenis

makanan.c. Langkah KetigaBuat rangking daftar makanan, rangking yang

Page 22: Bahan Peer Teaching Adhd

dibuat dari yang paling sulit dibatasi karena palingdisukai dan paling

sering dimakan sampai yang paling mudah dibatasi.d. Langkah

KeempatBuat daftar jenis-jenis makanan kesukaan anak yang paling sulit

dibatasi.e. Langkah KelimaJenis makanan yang paling sulit dibatasi, dapat

diberikan dengan jumlah yang dikurangi perlahan-lahan sampai akhirnya

tidak sama sekali.f. Langkah KeenamJelaskan kepada anak tentang

bentuk-bentuk perilaku yang mengganggu. Kemudian

sampaikanpentingnya pengendalian perilaku tersebut yang bermanfaat

bagi dirinya. Jelaskan juga kepada anakbahwa jenis-jenis makanan dalam

daftar yang sudah dibuat memiliki pengaruh yang tidak baik.g. Langkah

KetujuhJika pelaksanaan terapi diet makanan sudah diterapkan, mulailah

mengisi tabel pencatatan harianpelaksanaan diet makanan.

9. h. Langkah KedelapanSetiap hari minggu isi lembaran pengukuran

aktifitas, pengukuran aktifitas ini dapat digunakan untukmengamati

perilaku hiperktifitas anak.3. Terapi Obat-obatanTerapi obat adalah suatu

teknik terapi medis dengan pemberian obat dengan dosis tertentu

yangdiminum teratur untuk penanganan anak ADHD. Obat stimulan yang

baik digunakan ialahmetilfenidat dan amfetamin. Bila efektif, obat stimulan

bukan hanya memperbaiki hiperaktifitasklinis, tetapi juga performans

dalam banyak hal.Puncak aksi obat terjadi pada 2 jam setelah minumobat

diminum dan efeknya menghilang setelah 6 jam.Cara pengobatan

biasanya dimulai dengan dosisdi pagi hari, dan bila perlu diberi lagi pada

siang hari