adhd referat (5)
DESCRIPTION
addddTRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
-impulsif paling bermasalah dengan perilaku mereka di rumah,
sedangkan penderita dengan subtipe inatensi cenderung lebih bermasalah
di bidang akademik dan secara bermakna lebih sering menggunakan
fasilitas-fasilitas pelayanan di sekolah. Penderita subtipe inatensi
menunjukkan taraf yang lebih rendah dalam hal atensi, kenakalan,
agresifitas dan gejala-gejala gangguan perilaku, tetapi tidak berbeda
dengan subtipe lain dalam hal masalah-masalah sosial, psikosomatik atau
gejala-gejala kecemasan dan depresi.1
Tabel 1. Penelitian mengenai prevalensi GPP/H1
Tempat Sumber, tahun Kriteria # Prevalensi %Selandia Baru New York, NY Ontario Puerto Rico Pusat kota AS Pittsburg, PA Iowa Jerman London, Inggris Mannheim, Jerman AS Tennessee AS
Anderson dkk., 1987 Cohen, 1988 Szatmarl dkk., 1989 Bird dkk., 1988Newcorn dkk., 1989 Costelo dkk., 1988Lindgren dkk., 1990Baumgnertel dkk, 1995 Esser dkk., 1990 Esser dkk., 1990 Pelham dkk., 1992 Wolraich dkk., 1996 Shaffer dkk., 1996
DSM III DSM III DSM III DSM III DSM III DSM III-R DSM III DSM III§ DSM III-R DSM III-R DSM III-R DSM III-R “DSM III-R
6,7 3-6 6,3 9,5-16,112,9 2,6 2,8 9,6 1,7 4,2 2,5-4,0 7,3 4,1
# DSM III: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 7hird Ed DSM III-R: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Third Ed. yang direvisi; DSM IV: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Ed. § Prevalensi 9,0% subtipe inatensi, 3,9 % subtipe hiperaktif-impulsif, 4,8% subtipe campuran total 17,8% menggunakan DSM IV; 10,9% menggunakan DSM III-R “ Prevalensi 5,4% subtipe inatensi, 2,4% subtipe hiperaktifimpulsif,
3,6% subtipe campuran menggunakan DSM IV
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
1
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Dikutip dari : http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/11_149_AspekKlinikFarmakoterapipadaAnak.pdf/11_149_AspekKlinikFarmakoterapipadaAnak.html
I. ETIOLOGI
Penyebabnya hingga sekarang belum diketahui.1,2 Gangguan ini
sering dikaitkan dengan struktur anatomi otak, faktor neurokimiawi otak,
maupun faktor eksternal.1,2,4,5
Faktor GenetikRiset menunjukkan bahwa kontribusi faktor keturunan pada
munculnya gangguan ini mencapai 40-50 persen. Bila salah satu
anggota keluarga menderita GPPH, kemungkinan ada anggota lain
yang juga mengalami kondisi serupa.1 Faktor genetik, studi keluarga
dan biologi molekular merujuk ke arah faktor genetik. Risiko
terjadinya gangguan kepribadian antisosial, gangguan perilaku,
anxietas, gangguan mood, dan dislexia. ADHD menunjukkan angka
tinggi untuk anak kembar monozigotik (79%) dan dizigotik (32%).
Gangguan biologik banyak yang ADHD, saudara kandung 2-3x lipat
lebih banyak kena. Gen yang bekerja pada sistem dopaminergik dan
noradrenergik.
Struktur Anatomi Otak dan Faktor Neurokimiawi OtakFungsi eksekutif bergantung pada penyebaran sistem saraf
yang melibatkan korteks prafrontal dan struktur subkorteks terkait.
Neuron di sini penuh dengan nor-adrenalin dan dopamin
(neurotransmitter yang berperan pada atensi). Pada kanak dengan
ADHD penelitian pencitraan saraf membenarkan abnormalitas ini
pada daerah otak itu yang bekerja untuk fungsi eksekutif. Struktur
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
2
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
prafrontal dan ganglia basalis mengecil dan asimetrik pada sisi kanan.
Pada performance tests : MRI-imaging membenarkan korteks
prafrontal kanan menghambat respon atensi dan perilaku sedangkan
ganglia basalis eksekusi respons ini.
Faktor EksternalFaktor neurobiologik bekerja pada saat otak janin berkembang
pesat dan masa bayi dengan merusak jaringan saraf yang mendukung
fungsi eksekutif dan proses terkait : minuman alkohol pada ibu hamil,
obat, rokok, efek buruk prematuritas dan tindakan obstetrik, trauma
pada otak, terkena toksin seperti zinc, stres ibu saat hamil, perawatan
bayi buruk.
II. GAMBARAN KLINIS
Gejala khas GPP/H ini, yaitu kesulitan memusatkan perhatian
(inatensi), kesulitan mengendalikan impuls (impulsivitas), serta
menunjukkan aktivitas berlebihan (hiperaktivitas).6
Dalam lingkungan berstruktur : susah untuk duduk diam di kelas
atau meja makan.
Dalam lingkungan tak berstruktur lebih aktif dari teman sebaya
seperti di lapangan bermain.
Tak dapat memperhatikan instruksi dalam lingkungan akademik
atau sosial.
Sulit menahan sampai waktu tepat untuk melakukan suatu perintah,
menghentikan aktivitas yang tidak tepat pada waktunya, atau
memperbaiki satu respon yang tidak tepat pada waktunya.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
3
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Tabel 2. Perubahan gejala GPP/H dari masa kanak ke dewasa.7
Dikutip dari : www.adderallxr.com/.../might_have_adhd.asp
III. DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
Diagnosis GPP/H pada anak ditegakkan berdasarkan ciri-ciri yang
memenuhi kriteria diagnosis DSM-IV (tabel 3).
Tabel 3. Kriteria Diagnosis GPP/H (DSM-IV)* 1,4,5
A. Baik : (1) atau (2) (1). Gangguan Pemusatan Perhatian (Inatensi)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
4
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Sekurang-kurangnya ada 6 dari gejala gangguan pemusatan perhatian
ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir. - Tidak mampu memberikan perhatian terhadap hal-hal yang kecil, sering membuat kesalahan yang sesungguhnya tidak perlu terjadi saat mengerjakan tugas di sekolah.
- Tidak mampu memusatkan perhatian secara terus-menerus pada saat menyelesaikan tugas atau bermain. - Sering tampak seperti tidak memperhatikan. - Sering tidak dapat mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan tugas sekolah atau tugas lainnya. - Sering mengalami kesulitan mengatur tugas atau aktivitas
lainnya. - Sering menolak atau tidak menyukai tugas yang memerlukan perhatian terus-menerus. - Sering kehilangan barang-barang atau alat yang diperlukan. - Perhatian mudah teralih oleh rangsangan dari luar. - Sering lupa menyelesaikan tugas/kegiatan rutin sehari-hari. (2). Hiperaktivitas dan Impulsivitas Sekurang-kurangnya ada 6 dari gejala gangguan hiperaktivitas dan impulsivitas ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir Hiperaktivitas - Sering tangan dan kaki tidak bisa diam atau banyak bergerak di tempat duduk. - Sering meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan di
kelas atau kegiatan lain yang mengharuskannya tetap duduk. - Sering berlari-lari atau memanjat-manjat secara berlebihan. - Tidak dapat mengikuti aktivitas atau bermain dengan tenang dan santai. - Selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin. - Sering banyak berbicara. Impulsivitas - Terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai didengar. - Sulit menunggu giliran.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
5
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
- Sering melakukan interupsi atau mengganggu orang lain.
B. Gejala-gejala tersebut terjadi sebelum usia 7 tahun. C. Gejala-gejala tersebut terjadi pada lebih dari satu situasi. D. Gejala-gejala tersebut secara klinis nyata menimbulkan hendaya
dalam kegiatan sosial, akademis dan tugas-tugas lainnya. E. Gejala-gejala tersebut tidak diakibatkan oleh gangguan
perkembangan pervasif, schizophrenia dan gangguan jiwa yang lain. (misal, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif
atau gangguan kepribadian).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Ed. Kode berdasarkan tipenya; 314.01 GPP/H, Tipe Kombinasi: bila terdapat baik kriteria A(1) maupun A(2) dalam 6 bulan terakhir; 314.00 GPP/H, Tipe Inatensi: bila terdapat kriteria A(1), tetapi tidak terdapat kriteria A(2) dalam 6 bulan terakhir; 314.01 GPP/H, Tipe Hiperaktif-Impulsif bila terdapat kriteria A(2) tetapi tidak terdapat kriteria A(1) dalam 6 bulan terakhir. Catatan pengkodean: Untuk individu (terutama remaja dan dewasa) yang saat ini mempunyai gejala-gejala, yang tidak lagi memenuhi kriteria secara utuh, sebaiknya dimasukkan "Dalam Remisi Parsial".
Dikutip dari : http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/11_149.html
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
6
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Ada tiga subtipe GPP/H (DSM IV) berdasarkan dominasi
gejalanya, yaitu1,4,5 :
1. GPP/H subtipe inatensi (GPP/H-i) memenuhi sedikitnya 6 dari 9
kriteria perilaku inatensi.
2. GPP/H subtipe hiperaktif-impulsif (GPP/H-hi) memenuhi sedikitnya 6
dari 9 kriteria perilaku hiperaktif-impulsif.
3. GPP/H subtipe kombinasi (GPP/H-k) memenuhi sedikitnya 6 dari 9
perilaku baik dari daftar inatensi maupun dari hiperaktif impulsif.
Anak yang memenuhi kriteria diagnostik untuk gejala-gejala
perilaku GPP/H tetapi tidak menunjukkan hendaya fungsional tidak
dapat didiagnosis GPP/H. Gejala-gejala GPP/ H harus ada di dua atau
lebih situasi (seperti di rumah dan di sekolah), dan perilaku harus
berpengaruh buruk secara fungsional baik di sekolah maupun di
lingkungan sosial. Diagnosis tersusun dari sintesis informasi orang tua,
laporan sekolah, juga perawat kesehatan jiwa jika mereka dilibatkan
serta dari wawancara/pemeriksaan anak. Dalam DSM IV diperlukan
bukti adanya gejala yang ada sebelum usia 7 tahun, pada beberapa
kasus, gejala-gejala GPP/H tidak dikenali oleh orang tua atau guru
sampai anak berusia lebih dari 7 tahun, pada saat lebih sering
berhadapan dengan tugas-tugas sekolah. Usia onset dan lamanya gejala
dapat diperoleh dari orang tua melalui anamnesis secara
komprehensif.1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
7
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Diagonis Objektif (Brain scans)Pemeriksaan dengan Positron Emission Tomography (PET)
scan, Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI), atau Single
Poton Emission Computed Tomography (SPECT) scan dapat
mendiagnosis ADHD secara objektif. Walapun penyebab kelainannya
belum diketahui secara pasti, PET scan dapat mengukur aktivitas otak
(Gambar 1).2
Gambar 1. (kiri) Gambaran aktivitas otak pada anak normal saat mengerjakan tugas. (kanan) Gambaran aktivitas otak pada anak ADHD yang sedang melakukan tugas yang sama.2
IV. DIAGNOSIS BANDING
Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas biasanya disertai
dengan kelainan-kelainan seperti di bawah ini8 :
Learning Disabilities. Kurang lebih 20-30% anak ADHD akan
mengalami kesulitan belajar.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
8
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Tourette Syndrome. Anak ADHD dengan Tourette Syndrome
memiliki gejala various nervous tics dan repetitive mannerisms
seperti kedipan mata (eye blinks), kedutan wajah (facial twitches),
atau menyeringai (grimacing), mendengus (snort), menghirup
(sniff), atau membentak (bark out).
Oppositional Defiant Disorder. Sering ditemukan pada anak
ADHD terutama anak laki-laki. Gejala yang lebih menonjol
adalah perilaku menentang, keras kepala, tidak patuh,
temperamen meledak-ledak, dan suka berkelahi.
Conduct Disorder. Kurang lebih 20-40% anak ADHD akan
berkembang menjadi gangguan konduksi yang merupakan
perilaku antisosial yang lebih serius. Anak ini lebih sering
berbohong, mencuri, sering berkelahi atau menggertak orang lain,
lebih sering bermasalah dengan pihak sekolah dan polisi, lebih
sering melanggar peraturan, menyerang orang lain dan atau
hewan, merusak harta benda, mencuri, membawa dan
menggunakan senjata, dan beperilaku merusak.
Anxiety and Depression. Beberapa anak dengan ADHD biasanya
disertai dengan cemas atau depresi. Jika hal ini ditemukan,
gangguan cemas dan depresi ditangani terlebih dahulu.
Bipolar Disorder. Tidak ada data statistik yang akurat mengenai
seberapa banyak anak ADHD yang juga mempunyai gangguan
bipolar. ADHD dan gangguan bipolar pada anak sulit dibedakan.
Gangguan bipolar ditandai dengan mood cycling, pada anak
terdapat chronic mood dysregulation yang berupa campuran dari
elasi, depresi, dan iritabel. Akan tetapi ada beberapa gejala yang
tampak bersamaan pada gangguan bipolar dan ADHD seperti
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
9
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
tingkat energi yang tinggi dan berkurangnya kebutuhan untuk
tidur.
V. PENATALAKSANAAN
Anak dengan GPP/H biasanya akan diterapi secara komprehensif
yang meliputi farmakoterapi, terapi perilaku, konseling, serta pelatihan
guru maupun orang tua. Penatalaksanaan ini membutuhkan konsistensi dan
kesabaran ekstra mengingat anak dengan GPP/H memerlukan keteraturan
dan kedisiplinan.1,6,9 Terapi terbaik adalah terapi kombinasi farmakologik
dan intervensi terapi perilaku. Dulu pernah digunakan diet khusus,
megavitamin, obat anti-motion sickness, EEG-feedback, tapi kurang
efektif.9,10
Terapi Perilaku pada GPP/H
Setelah pemberian farmakoterapi, biasanya penanganan penderita
GPP/H disertai dengan terapi perilaku. Biasanya berupa behaviour
consulting seperti reward dan punishment dalam melakukan suatu
kegiatan. Dilakukan juga terapi perilaku sebagai upaya alternatif bila terapi
farmakologik tidak sempurna. Bisa diberikan di ruang kelas, rumah,
summer camp, tempat bermain. Dberikan oleh guru, orang tua, petugas
kesehatan jiwa, secara individu atau kelompok. Behavioral parent training
sering diberikan karena mereka over-controlling dan cara mendidik
inefisien.6
Bila self control-nya sudah terbentuk, dosis obatnya akan dikurangi
secara bertahap sampai akhirnya anak tidak memerlukan lagi. Data
menunjukkan anak dengan GPP/H akan membaik pada masa pubertas,
sehingga penyandang GPPH tidak perlu mengkonsumsi obat seumur
hidup.1,6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
10
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Farmakoterapi pada GPP/H
Farmakoterapi pada GPP/H meliputi : stimulansia dan non-
stimulansia.1,9 Macam-macam stimulansia yang umumnya diresepkan
untuk terapi GPP/H pada anak serta sediaan yang tersedia dan strategi
penentuan dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 4. Di Indonesia
stimulansia yang beredar saat ini adalah methylphenidate (Ritalin®).1,5,9
Saat ini tersedia preparat methylphenidate sustained release untuk
mempermudah dan meningkatkan ketaatan pasien dalam minum obat.1,3,5,9
Stimulansia dapat mengakibatkan anoreksia dan penurunan berat badan,
pengaruhnya pada pertambahan tinggi badan kurang pasti.1
Tabel 4. Stimulansia yang umumnya digunakan pada terapi GPP/H1,5
Obat Sediaan tablet (mg)
Dosis awal
Dosis terapeutik
First-line agents :Methylphenidate (Ritalin)
Dextroamphetamine(Dexedrine)
Dextroamphetamine and amphetamine salts (Adderall)
5, 10, 20
5, 10, 15
20
5mg bid
5 mg qdatau bid
5 mg qd atau bid
0,3-0,8 mg/kg/dosis
0,2-0.5 mg/kg/dosis
0,15-0,4 mg/kg/dosis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
11
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Second-line agents :Pemoline (Cylert)
Buproprion (Welbutrin; Zyban)
Venlafaxine (Effexor)
Clonidine (Catapres)
18,75; 37,5; 75
50, 75, 150
25; 37,5; 50; 100
0,1;0,2; 0,3
37,5 mg
25 mg bid
0,1 mg tid; qid
1-2 mg/kg/hari
3-6 mg/kg
25-150mg/hr
3-10μg/kg
Dikutip dari : McCraken, JT. Attention-Deficit Disorder. In : Kaplan & Sadock’s Comprehensive of Psychiatry. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2000; 2686
Zat non-stimulansia yang telah diteliti secara luas untuk
pengobatan GPP/H meliputi antidepresan dan agonis adrenergik.
Antidepressan
Tricyclic antidepressant (TCA) terutama imipramin dan
desipramin, merupakan komponen farmakoterapi kedua terbanyak untuk
GPP/H. Antidepresan baru bupropionhydrochloride yang memblok
reuptake norepinefrin dan dopamin, secara konsisten dapat menurunkan
gejala-gejala GPP/H. Sedangkan fluoxetin, serotonin specific reuptake
inhibitor (SSRI) masih dipertanyakan efektivitasnya sebagai monoterapi
pada GPP/H.1,3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
12
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
Agonis adrenergik
Klonidin mempunyai sifat agonis adrenergik terutama digunakan
untuk terapi hipertensi bermanfaat untuk terapi anak dengan GPP/H.
Semua penelitian melaporkan respons perilaku positif, 50%-70% subyek
sedikitnya menunjukkan perilaku sedang. Akan tetapi efek pada kognisi
masih kurang jelas.1
VI. KOMPLIKASI
Penelitian follow-up jangka panjang anak dengan GPP/H hingga
remaja dan dewasa awal menunjukkan bahwa GPP/H seringkali menetap
dan berhubungan dengan disfungsi dan psikopatologi yang bermakna
dalam kehidupannya di kemudian hari.1 Remaja dan dewasa muda GPP/H
berisiko untuk gagal sekolah, kesulitan emosional, hubungan buruk dengan
teman sekolah dan sering bermasalah dengan hukum.6
Komplikasi tersering yang ditemukan pada penderita ADHD
adalah kesulitan belajar, yang ditandai dengan3,11 :
Dysgraphia
Gerstmann’s Syndrome, yang meliputi :
Finger agnosia (difficulty locating body
parts in space)
Dyscalculia (difficulty with mathematics)
Right-Left disorientation
Dysgraphia (difficulty in writing)
Dyslexia
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
13
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
VII. PROGNOSIS
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah agresi dan
perilaku di masa kanak-kanak merupakan prediksi menetapnya GPP/H di
kehidupan remaja dan dewasa muda.1 Pemberian farmakoterapi pada
ADHD tidak menyembuhkan ADHD tetapi hanya meringankan gejala
ADHD.10 Secara rata-rata, gejala menurun sekitar 50% setiap 5 tahun
antara usia 10 hingga 25 tahun. Hiperaktivitas sendiri menurun lebih cepat
ketimbang impulsivitas dan inatensi.1
Prognosis lebih buruk bila penderita tinggal dalam kondisi
psikososial buruk, seperti kemiskinan, tinggal bersama banyak orang,
permusuhan antar orangtua. Bila gejalanya berat, maka ko-morbid dengan
kenakalan, gangguan bahasa dan pelajaran.6,9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
14
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
PENUTUP
Gangguan ini menyebabkan penderitaan bagi penyandang maupun
keluarganya. Penderita kanak lebih berisiko tinggi untuk terganggu daya belajar,
tingkah laku dan hubungan sosialnya, juga hambatan pada pencapaian akademik,
timbulnya penyalahgunaan zat dan kejahatan (criminality) pada masa remaja dan
dewasa, dengan akibat pembebanan pada layanan kesehatan jiwa, pendidikan, dan
peradilan.
Umumnya, guru merupakan orang pertama yang dapat mendeteksi kesulitan
belajar pada anak karena dapat segera melihat perbedaan kemampuan dan perilaku
anak tersebut daripada teman-teman seusianya. Tetapi, terkadang, ada juga orang tua
yang bisa mengetahuinya. Kesulitan belajar biasanya terdiagnosis ketika anak
sekolah. Hal ini menjadi masalah saat anak berusia delapan tahun atau lebih karena
pada usia itu, tuntutan kemampuan akademik sudah lebih tinggi.
Penatalaksanaan pada GPP/H yang meliputi farmakoterapi dan terapi perilaku
membutuhkan konsistensi dan kesabaran ekstra mengingat anak dengan GPP/H
memerlukan keteraturan dan kedisiplinan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
15
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
DAFTAR PUSTAKA
1. Romadhon YA. Aspek Klinik dan Farmakoterapi Anak dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas. Available from : URL : HYPERLINK :
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/11_149_AspekKlinikFarmakoterapipa
daAnak.html
2. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention-deficit_hyperactivity_disorder definisis
3. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
www.edutechsbs.com/adhd/Neurology.htm kompli, obat, d/
4. Sadock BJ. Attention-Deficit Disorder. In : Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia; 2003. pp. 1223-30.
5. McCraken JT. Attention-Deficit Disorder. In : Kaplan & Sadock’s Comprehensive
of Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia; 2000. pp. 2679-703.
6. Anak Sulit Belajar, Jangan-jangan Hiperaktif. Available from : URL :
HYPERLINK : http://groups.google.co.id/group/MirrorIKS/browse_thread
/thread/2029c2f714adabae/5f20ef939dcc2452?
lnk=st&q=gangguan+pemusatan+perhatian+pada+anak&rnum=1&hl=id#5f20ef9
39dcc2452
7. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
www.adderallxr.com/.../might_have_adhd.asp
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
16
Tinjauan Pustaka : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas
8. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
http://www.nimh.nih.gov/publicat/adhd.cfm
9. Wender PH. Treatment of the Child with ADHD. In : Attention-Deficit
Hyperactivity Disorder in Children, Adolescents, and Adults. OXFORD
University Press. New York; 2000. pp. 65-154.
10. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Available from : URL : HYPERLINK :
http://www2.bc.edu/~dunnbb/treatment.htm
11. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from : URL : HYPERLINK :
http://www.idai.or.id/hottopics/detil.asp?q=100
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUPH – Sanatorium DharmawangsaSusannih Hantono (17120010030)
17