bahan peer teaching adhd

28
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra , tunarungu , tunagrahita , tunadaksa , tunalaras , kesulitan belajar , gangguan prilaku , anak berbakat , anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat . Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat . Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia. PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain. Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB

Upload: euis-fitriana-dewi-wijaya

Post on 24-Nov-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Anak berkebutuhan khusus (Heward)adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain:tunanetra,tunarungu,tunagrahita,tunadaksa,tunalaras,kesulitan belajar,gangguan prilaku,anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalahanak luar biasadananak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjaditulisan Brailledan tunarungu berkomunikasi menggunakanbahasa isyarat.Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain.Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap, yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing sebagai satuan pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan seorang kepala sekolah.Altenatif layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu layanan adalah INTEGRASI ANTAR JENIS. Keuntungan bagi penyelenggara (sekolah) dapat memberikan layanan yang tervokus sesuai kebutuhan anak seirama perkembangan psikologis anak. Keuntungan bagi anak, anak menerima layanan sesuai kebutuhan yang sebenarnya karena sekolah mampu membedakan perlakuan karena memiliki fokus atas dasar kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan Integrasi antar jenjang (satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis. Pola ini hanya didasarkan pada effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat merugikan anak karena dalam prakteknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di SMPLB dan SMALB. Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB. Secara kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.Seharusnya Pemerintah dapat memberikan perlakuan yang sama kepada Anak Indonesia tanpa diskriminasi, kalau bisa mendirikan SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri untuk anak bukan ABK, maka juga harus berani mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri bagi ABK. Hingga Juni tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah dan DIY baru Pemerintah Kabupaten Cilacap yang berani mendirikan SDLB Negeri, SMPLB Negeri, dan SMALB Negeri masing-masing berdiri sendiri sebagai satuan pendidikan formal.Daftar isi[sembunyikan] 1Tunanetra 2Tunarungu 3Tunagrahita 4Tunadaksa 5Tunalaras 6Kesulitan belajarTunanetra[sunting|sunting sumber]Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:buta total(Blind) danlow vision. Definisi Tunanetra menurutKaufman & Hallahanadalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifattaktualdanbersuara, contohnya adalah penggunaantulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalahtape recorderdan peranti lunakJAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenaiOrientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakantongkat putih(tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)Tunarungu[sunting|sunting sumber]Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebuttunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakanbahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkankomunikasi totalyaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.Tunagrahita[sunting|sunting sumber]Tunagrahita adalah individu yang memilikiintelegensiyang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalammasa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatanIQ.1. Tunagrahita ringan (IQ: 51-70),2. Tunagrahita sedang (IQ: 36-51),3. Tunagrahita berat (IQ: 20-35),4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuanbina diridansosialisasi.Tunadaksa[sunting|sunting sumber]Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainanneuro-muskulardan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasukcelebral palsy,amputasi,polio, danlumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitasfisiktetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.Tunalaras[sunting|sunting sumber]Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.Kesulitan belajar[sunting|sunting sumber]Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca,berhitung, berbicara yang disebabkan karenagangguan persepsi,brain injury,disfungsi minimal otak,dislexia, danafasiaperkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

1. ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd Disusun Oleh : Ali Murfi 11470082 Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013 2. BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak- anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap jhakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya mengenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus,maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai. Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik. Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang secara langsung memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua guru di sekolah. Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis ingin membahas tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui pendekatan institusional.B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan. 1. Apa pengertian dan konsep anak berkebutuhan khusus? 2. Apa saja klasifikasi dan model layanan bagi anak berkebutuhan khusus ? 3. Apa factor yang dapat mempengaruhi anak sehingga menjadi berkebutuhan khusus ? 1 3. BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.1 Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.2 Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.B. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda- beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memilki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. 1 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.2 2 Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan, (Vol.3 No 1), Hal. 1 2 4. Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi duakelompok besar yaitu anank berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer)dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanent).31. Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara (temporer) Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan factor-faktor eksternal. Misalnya anak yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat bolehjadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetpai anak ini tidak perlu dilyani diselah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifattemporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut pendidikan kebutuhan khusus.2. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen) Anak berkebutuhan khusu yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsusng dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik), gangguan interaksi-komunikasi, gangguan emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata laian anak berlebutuhan khusu yang bersifat permanen sama artinya denagn anak penyandang kecacatan. Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spectrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanent (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusu yang hanya menyangkut anak penyandang cacat. 3 Ibid, Hal. 2 3 5. C. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial-emosional, maupun masalah akademik.4 Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan berbagai derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus dipahami oleh seorang guru, karena merekalah yang secara langsung memberikan pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua guru di sekolah. 1. Kelainan Mental a. Mental Tinggi Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana selain memilki kemampuan memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata normal yang signifikan juga memilki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas. b. Mental Rendah Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rata-rata dapat menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. c. Berkesulitan Belajar Spesifik Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu. 2. Kelainan Fisik a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa) Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang dikarenakan polio, dan gangguan pada 4 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.1 4 Melamun, tidak ada perhatian dan menarik diri. 5 Reaksi yang tidak sesuai Pemahaman yang lemah Dependen pada orang lain Kecemasan terhadap prestasi di sekolah Menyalahkan orang lain Tidak menghargai menentang Tidak sabaran terlalu cepat beraksi Mengganggu di kelas 6. fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh (amputasi). b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra) Seseorang yang sudah tidak mampu menfungsikan indera penglihatanya untuk keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan low vision. c. Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu) Kelainan pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk menfungsikan pendengaranya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk pemdidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). d. Kelainan Wicara Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebbkan karena ketunarunguan, dan organic memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ wicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan wicara.3. Kelainan Emosi Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu, adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi : a. Gangguan Perilaku Berbuat tanpa dipikir akibatnya.D. Faktor-Faktor Timbulnya Kebutuhan Khusus Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1) Faktor internal pada diri anak. (2) Faktor eksternal dari lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi).5 1. Factor Internal Faktor internal adalah kondisi yang dimilki oleh anak yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang anak memiliki kebutuhan khusus dalam belajar karena ia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, atau tidak mengalami kesulitan untuk bergerak. Keadaan seperti itu berada pada diri anak yang bersangkutan secara internal. Dengan kata lain hambatan yang dialami berada dlam diri anak yang bersangkutan. 2. Factor Eksternal Factor eksternal adalah sesuatu yang berada diluar diri anak mengakibatkan anak menjadi memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar, sehingga mereka memiliki kebutuhan layanan khusus dalam pendidikan. Sebagai contoh seorang 5 Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen Dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan. (Vol.3 No 1), Hal. 10 6 Canggung Aktivitas motorik yang tinggi Hiperaktivitas Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama. Perilaku tidak bisa diam Sering tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah. c. Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder) Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara. Sering kesulitan memperhatikan tugas-tugas atau aktifitas permainan. Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas yang lain. 7. b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder) Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmapuan untuk beradaptasi, dan tingkat perkembanganya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut adalah : 8. anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam jangka panjang mengakibatkan anak tersebut kehilangan konsentrasi, menarik diri dan ketakuatan. Akibatnya anak tidak dapat belajar. 3. Kombinasi Faktor Internal dan Eksternal Kombinasi antara factor internal dengan factor eksternal dapat menyebabkan terjadinya kebutuhan khusus pada seorang anak. Kebutuhan khusus yang disebabkan oleh factor internal sekaligus eksternal sekaligus diperkirakan akan anak akan memiliki kebutuhan khusus yang lebih kompleks. Sebagai contoh seorang anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas dan dimiliki secara internal berada pada lingkungan keluarga yang kedua orang tuanya tidak menerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan yang diberikan kepada anak yang bersangkutan. Anak yang seperti ini memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan akibat perlakuan orang tua yang tidak tepat.E. Model Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) yang dikutip oleh Purwanto 6, bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu : a. Regular class only (Kelas biasa dengan guru biasa) b. Regular class with consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB) c. Itinerant teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung) d. Resource teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anak berada pada ruang sumber dengan guru sumber) e. Pusat Diagnostik-Prescriptif f. Hospital or homebound Instruction (Pendidikan di rumah ataudi rumah sakit,yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa) g. Self-contained class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru PLB) h. Special day school (Sekolah luar biasa tanpa asrama) i. Residential school (Sekolah luar biasa berasrama) 6 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.8 7 9. Samuel A. Kirk (1986) yang dikutip oleh Purwanto 7, membuat gradasilayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergradasi dari model segregasi kemodel mainstreaming seperti tersebut di bawah ini : Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas, bentuk-bentuk layananpendidikan bagi anak berkebutuhan khususdapat dikelompokkan menjadi 2 kelompokbesar, yaitu :a. Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi Bentuk layanan pendidikan segregasi adalah system pendidikan yang terpisah dari system pendidikan anak formal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui system segregasi maksudnya adalah penyelenggaraaan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraaan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan denagn system segregasi, yaitu : 1) Sekolah Luar Biasa (SLB) 2) Sekolah Luar Berasrama 3) Kelas Jauh/Kelas Kunjung 7 Ibid Hal.9 8 10. 4) Sekolah Dasar Luar Biasab. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah system pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui system integrasi anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal belajar dalam satu tahap. System pendidikan integrasi disebut juga system pendidikan terpadu, yaitu system pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi. Pada system keterpaduan secara penuh dan sebagian jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari jumlah siswa keseluruhan. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak berebutuhan khusus, di sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah, atau anak berkebutuhan, atau anak berkebutuhan khusus iyu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada kelas khusus. Ada tiga tahap bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986) yang dikutip oleh Purwanto8. Ketiga bentuk tersebut adalah 1) Bentuk Kelas Biasa 2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus 3) Bentuk Kelas Khusus 8 Ibid 12-14 9 11. BAB III KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan untuk menjawab rumusan masalah dapat ditarikkesimpulan, bahwa Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untukmenyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Adaperbedaan yang signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasaatau berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untukmencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luarbiasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuankhusus. Pengelompokkan anak berkebutuhan khusus hanya diperlukan untuk kebutuhanpenanganan anak secara klasikal, sedangkan untuk kepentingan yang bersifat sosial anakberkebutuhan khusus tidak perlu dikelompokkan. Anak berkebuthan khusus dapatdikelompokkan menjadi Kelainan Mental (Mental Tinggi, Mental Rendah, BerkesulitanBelajar Spesifik). Kelainan Fisik (Kelainan Tubuh, Kelainan Indera Penglihatan, KelainanIndera Pendengaran, Kelainan Wicara). Kelainan Emosi (Gangguan Perilaku, GangguanKonsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficitwith Hiperactivity Disorder). Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapatdikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : bentuk layanan pendidikan segregasi danbentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi Terdapat tiga factor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnyakebutuhan khusus pada seorang anak yaitu : (1) Faktor internal pada diri anak. (2) Faktoreksternal dari lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi). 10 12. DAFTAR PUSTAKAPurwanto, Heri. Modul Pembelajaran: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI.Alimin, Zaenal. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus: Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan. Vol 3 No 1. Bandung: UPIAqila Smart, Rose. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapai untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati 11

1. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau Attention Deficit Hiperactive Disordersebenarnya sudah dikenal lama oleh masyarakat, tetapi dengan istilah yang berbeda. Sejarahgangguan ADHD telah mendapatkan berbagai label, mencerminkan berbagai pandangan tentangpenyebab (etiologi)nya.Menurut De Clerq (dalam Mulyono, 2003:10)Berdasarkan terminologinya, dibagi menjadi 2kelompok. Pertama dengan istilah Minimal Brain Damage dan Minimal Brain Disfunction,mencerminkan gagasan mengenai asumsi tentang penyebab gangguan, dan kedua, denganterminology seperti Hyperkinetic Reactions of Childhood ,Hyperkinetic Child Syndrome, danAttention Deficit Hyperactifity DisorderAda beberapa sejarah perkembangan munculnya ADHD, antara lain:1. Pada tahun 1930 sampai 1960, gangguan ini dikenal oleh masyarakat dengan istilah Minimal BrainDamage . Istilah ini mengacu pada kerusakan otak. Penjelasannya, beberapa anak dengan masalahhiperaktivitas, perhatian, dan konsentrasi menunjukkan luka otak yang jelas (EEG), sementara anak-anak lain dengan masalah yang sama tidak menunjukkan luka otak. Hal ini disebabkan oleh kecilnyakerusakan pada otak, sehingga tidak terdeteksi oleh EGG (Electro Encepalo Grafi). Diasumsikanbahwa kelompok ini, kerusakan disebabkan oleh kesulitan selama kelahiran (hypoxia), tyrauma, atauinfeksi virus pada hari-hari pertama bayi setelah lahir.2. Pada tahun 1960, istilah Minimal Brain Damage diganti dengan Minimal Brain Dysfunctionkarena kerusakan tidak bisa ditemukan pada setiap kasus. Istilah ini mengacu pada gangguanfungsi (dysfunction). Hal ini disebabkan tidak berfungsinya bagian-bagian tertentu pada otakKetidakseimbangan antara hambatan (inhibition) dan kemudahan (facilitation) yang diakibatkan olehkekurangan neurotransmitter.3. Pada tahun 1960 sampai 1969, perhatian terhadap gangguan ini lebih ditekankan padahiperaktifitas, dan istilah yang resmi adalah yang dicantumkan dalam DSM-II, yaitu HyperkineticReaction of Childhood Syndrome.4. Sejak tahun 1970, perhatian lebih ditekankan dan impulsivitas sehingga dalam DSM-III (1980)disebut sebagai Attention Deficit Disorder, dengan atau tanpa hiperaktivitas (ADD/+H; ADD-H).Bila diperhatikan, terjadi adanya evolusi berfikir mengenai gangguan dari kerusakan organis(damage), lewat gangguan fungsional (dysfunction), ke cognitive deficit. Istilah tersebut mulaiditinggalkan setelah perhatian para ahli ditekankan pada gangguan motivasi dan penguatan dalamtingkah laku. Selain itu, hal ini masih didukung oleh adanya kenyataan bahwa Attention DeficitDisorder selalu diikuti oleh adanya hiperaktivitas. Oleh karena itu, dalam DSM-III-R (1987)gangguan tersebut dimuat sebagai gangguan kategori tersendiri, yaitu Attention Deficit Hiperactive 2. Disorder. Sedangkan ADD-H termasuk kategori yang lain yang disebut dengan UndifferetiatedAttention Deficit Disorder. ADHD tidak mungkin disebabkan oleh satu faktor saja, mengingatkompleksitasnya gangguan, melainkan oleh interaksi banyak faktor.2. Pengertian ADHD ( Attention Deficit Hiperactive Disorder)Pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Kelompok yang palingberat adalah over eksklusif dimana seorang anak hanya berfokus pada sesuatu yang menarik perhatiantanpa memperdulikan hal lain secara ekstrim. Kelompok dengan derajat ringan dan derajat sedangterjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Hal ini dinamakan kesulitan perhatianSebelum menjelaskan pengertian ADHD dari beberapa tokoh, ADHD terdiri dari 3 kata. Yaituattention yang berarti perhatian, deficit yang berarti pemusatan, hiperactive yang berarti perilakuberlebihan, serta disorder yang berarti gangguan. Berdasarkan empat kata tersebut ADHD dapatdiartikan suatu bentuk gangguan pemusatan perhatian yang disertai dengan perilaku yang berlebihan.Berdasarkan klasifikasi tersebut ADHD adalah suatu peningkatan aktivitas motorik hingga padatingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada 2 tempat dansuasana berbeda. Aktivitas yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengangangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat dudukdengan tenang.(www.putera kembara.com, diakses:30 Juli 2006)Menurut Mirna (2004:65) ADHD merupakan suatu kelainan yang unik dicirikan dengan sangathiperaktif, impulsive dan anak tidak mampu bergaul (bersosialisasi) dengan baik. Menurut Greene(2005:86) ADHD merupakan suatu gangguan dalam memfokuskan perhatian, mengontrol tubuh danmenunjukkan aktivitas yang kronis, fenetis dan seringkali tanpa tujuan. Menurut Martaniah(2001:76) ADHD adalah suatu gangguan yang mengandung dua komponen yaitu: tidak mempunyaiperhatian, tidak dapat mengikuti perintah yang disertai hiperaktivitas dan impulsivitas. ADHDdidefinisikan sebagai anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat menerimaimpuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol dan menjadilebih hiperaktif (www.children family clinic.com, diakses:30 Juli 2006 ) Menurut Baihaqi danSugiarmin (2006: 2) ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang memeperlihatkan simtom-simtomkurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagianbesar aktivitas hidup mereka.3. Penyebab Gangguan ADHDPenyebab pasti dan patologi ADHD masih belum terungkap secara jelas. Seperti halnya gangguanautis, ADHD merupakan suatu kelainan yang bersifat multifaktorial. Banyak faktor yang dianggapsebagai penyebab gangguan ini,diantaranya: 3. a. Faktor genetikFaktor genetik memegang peranan terbesar terjadinya gangguan perilaku ADHD. Beberapapenelitian yang dilakukan ditemukan bahwa hiperaktifitas yang terjadi pada seorang anak selaludisertai adanya riwayat gangguan yang sama dalam keluarga setidaknya satu orang dalam keluargadekat.(www.puterakembara.com, diakses 30 Juli 2006) Menurut Greene (2005: 89) berdasarkan risetdi Amerika menunjukkan bahwa kira-kira 30 % dari seluruh anak yang menderita ADHD palingtidak salah satu orang tuanya menderita ADHD. Menurut Fanu (2002: 209) perbedaan-perbedaanpada fungsi dan kimiawi otak seperti ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor keturunan karenaia dapat diwariskan secara genetik.b. Faktor perkembangan janinKetika memasuki masa kehamilan sang ibu pernah mengalami masalah dalam kandungannya. Danmemasuki masa kelahiran terjadi gangguan pada proses persalinan. Penggunaan forceps dan obatsecara berlebihan dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak.c. Penggunaan alkohol oleh ibu selama masa kehamilanZat-zat yang terkandung dalam alkohol terutama bahan kimiawi dapat menyebabkan bayi mengalamigangguan yang mengindikasikan terjadinya gangguan hiperaktivitas.d. Keracunan dan kontaminasi lingkunganPolusi udara dengan kandungan timbal yang tinggi dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak.e. Alergi makananBeberapa peneliti mengungkapkan penderita ADHD mengalami alergi terhadap makanan, teorifeingold menduga bahwa salisilat mempunyai efek kurang baik terhadap tingkah laku anak, sertateori bahwa gula merupakan subtansi yang merangsang hiperaktifitas pada anak.(www.puterakembara.com,diakses 30 Juli 2006)f. Lingkungan fisik dan pola pengasuhan anak oleh orang tua.Keluarga yang tidak harmonis misalnya perceraian orang tua sering terjadinya pertengkaran, perangtanggung jawab orang tua buruk dapat membuat anak menjadi terabaikan. Begitu juga dengan polaasuh lingkungan yang tidak disiplin dan tidak teratur, perbedaan perhatian dan kasih sayang dalamkeluarga, dan lain-lain.g. Aktivitas otak yang berlebihanPenelitian neuropsikologi menunjukkan kortek frontal dan dan sirkuit yang menghubungkan fungsieksekutif bangsal ganglia. Dopaminergic dan noradrenergik neurotransmission merupakan targetutama dalam pengobatan ADHD. Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertaiperubahan struktur dan anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan 4. stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan yangsignifikan dalam perkembangan hubungan anak dan orang tua serta lingkungan sekitar. Padapemeriksaan radiologis otak PET (position emission tomography) didapatkan gambaran bahwa padaanak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dominan didapatkan aktifitas otakyang berlebihan dibandingkan anak yang normal dengan mengukur kadar gula yang didapatkanperbedaan yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.4. Diagnosis dan Gejala ADHDDiagnosis hiperaktifitas tidak dapat dibuat hanya berdasarkan informasi sepihak dari orang tua,setidaknya informasi dari sekolah. Pada penderita harus dilakukan pemeriksaan yangmempertimbangkan situasi dan kondisi saat pemeriksaan dan kemungkinan hal yang lain yangmungkin menjadi pemicu hiperaktifitas. Ini berarti pemeriksan klinis haruslah dilakukan dengansangat teliti meskipun belum ditemukan hubungan yang jelas antara jenis pemeriksaan yangdilakukan dengan proses terjadinya hiperaktifitas.Ada beberapa langkah untuk membuat diagnosa, antara lain:a. Langkah pertama : Mengenali gejala-gejalanyaAda dua daftar gejala: pertama, untuk problem yang berhubungan dengan perhatian dan kedua, untukhiperaktivitas dan sikap semaunya sendiri (impulsiveness). Bila ada enam atau lebih gejala-gejalatersebut dari salah satu dua daftar itu, dan bila gejala-gejala ini sering tampak dan terus bertahanselama paling tidak enam bulan, maka dapat dicurigai menderita ADHD.b. Langkah kedua: Menentukan kapan gejala-gejala tersebut pertama munculBila gejala-gejala tersebut muncul sebelum anak berusia 7 tahun, maka ADHD mungkin terjadi.c. Langkah ketiga: Menentukan dimana gejala-gejala tersebut terjadiApakah perilaku anak menjadi masalah hanya ketika ia berada di sekolah atau apakah juga menjadimasalah saat berada di rumah? Bila anak mempunyai problem perilaku dalam dua tempat atau lebih,maka ADHD mungkin terjadi.d. Langkah keempat : Menilai tingkat keparahan gejala-gejala tersebutApakah perilaku anak semata-mata hanya menganggu, ataukah menyebabkan problem yang nyatabagi anak ketika di sekolah atau dalam situasi sosial? Sebelum membuat diagnosa atas ADHD,membutuhkan bukti yang jelas bahwa ADHD benar-benar menghalangi kemampuan anak untukmelakukan fungsinya di sekolah atau di rumah.e. Langkah kelima : Kesampingkan diagnosa yang mungkin lainnya.Hal yang penting adalah memastikan bahwa problem perilaku tersebut bukan akibat problem ataukelainan lain, seperti keterlambatan perkembangan global atau problem-problem psikiatrik. 5. Untuk mendiagnosis ADHD menggunakan kriteria DSM IV yang digunakan, harus terdapat 3 gejala:hiperaktif, masalah perhatian, dan masalah konduksi.(wwwsekolah Indonesia.com,diakses : 30 Juli2006)1. In attentiona. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas atau membuat kesalahan yang tidakterkontrol dalam : sekolah, bekerja dan aktifitas lainnya.b. Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian dan konsentrasi dalam menerima tugas atauaktifitas bermain.c. Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung.d. Kesulitan mengatur tugas dan kegiatan.e. Menghindar atau tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang membutuhkan usaha(pekerjaan sekolah / pekerjaan rumah).f. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan.g. Sering mudah mengalihkan perhatian rangsangan dari luar yang tidak berkaitan.h. Sering melupakan tugas dan kegiatan sehari-hari2. Hiperaktifitasa. Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat pada tempat duduk.b. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelasc. Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak seharusnyad. Kesulitan bermaine. Sering berperilaku seperti mengendarai mesinf. Sering berbicara berlebihan.3. Impulsifa. Mengeluarkan perkataan tanpa berfikir.b. Sulit menunggu giliran atau antrian.c. Sering memaksa atau menyela pada orang lain.d. Sering mengacungkan jari dalam kelas.Menurut Saputro (2001:13) ada beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, urutanpemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:a.) Rujukan datang dari sekolah atau keluargab.) Penilaian / observasi perilaku anak berdasarkan kuesioner untuk orangtua/guru 6. c.) Dirujuk kepada dokter atau psikiater/psikiater anak atau dokter spesialis anak untuk dilakuaknpemeriksaan seperti berikut ini:pemeriksaan fisik, wawancara riwayat penyakit, pemeriksaaninteligensi, kesulitan belajar dan sindrom otak organik, pemeriksaan psikometrik/kognitif perceptual,evaluasi situasi rumah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh faktor lingkungan.5. Terapi Anak ADHDMenurut Taylor, Osman, Nanik dan Fieldman (dalam Mulyono, 2003:30) tindakan penanganan(terapi) yang efektif yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi problem-problem ADHDialah:a. Terapi Modifikasi PerilakuSecara umum, terapi modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai hampir segala tindakan yangbertujuan untuk membentuk perilaku yang diharapkan.Pemberian reward (hadiah) atau sangsi tegas secara terencana, baik dirumah maupun disekolah,dapat digunakan untuk membentuk perilaku yang diharapkan. Metode terapi modifikasi perilaku,sebagai berikut:1. Pencegahan (preventif):a. Sediakan lingkungan yang sehatBanyak penelitian yang menunjukkan bahwa kondisi ibu hamil, baik fisik maupun mental,mempengaruhi tingkat aktivitas dan konsentrasi anaknya kelak. Oleh karenanya, memperhatikannutrisi dan zat yang merugikan.b. Memilih metode kelahiran yang alamiPenelitian membuktikan adanya hubungan hiperaktifitas dengan metode melahirkan. Penggunaanforceps dan obat secara berlebihan kerap menyebabkan hiperaktivitas pada anak.c. Selaraskan stimulasiHindari stimulasi yang tidak sesuai, jangan berlebihan atau kurang, misalnya lingkungan yang tidakterorganisir, omelan dan pertengkaran terus menerus.d. Ajarkan kegiatan yang bertujuanBila balita berjalan dari ruang tamu ke kamarnya sambil menendang Apa saja yang ada dijumpainya,itu dapat dikatakan aktivitas tanpa tujuan. Tegaskan agar anak tidak mengulanginya.d. Mengamati model dan menjadi modelAjak anak memilih model, untuk membantunya untuk melakukan tindakan secara terarah. Namun,jangan lupa bahwa anak cenderung meniru orang yang dekat dengannya.6. Manfaatkan kata-kataAjarkan anak untuk mengekspresikan keinginan melalui kata-kata. 7. 2. Penanganan (kuratif)a. Beri dorongan verbalHendaknya diperhatikan, bila anak mampu tenang, memfokuskan perhatian dan menyelesaikantugas, atau sekadar berusaha untuk itu, berilah pujian.b. Terapkan sistem kontrak atau koinDalam sistem kontrak, anak dan orang tua membuat kesepakatan tentang tindakan yang diharapkandan konsekuensinya. Harus diperhatikan bahwa semua ketentuan harus didapat berdasarkankesepakatan.c. Jelaskan harapan orang tua kepada anakAnak harus tahu dengan jelas sebab-sebab perbuatannya dan apa yang diharapkan darinya.d. Lakukan persiapanPersiapan sangat membantu. Misalnya ketika anak mau bepergian orang tua memberi nasehat agarketika sampai ditempatnya anak-anak tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.e. Sediakan lingkungan yang teraturMinimalkan gangguan terhadap perhatian anak, dengan melakukan strukturisasi. Tetapkan jadwalkegiatan dan letakkan barang secara terorganisir di kamar anak.f. Belajar mengamatiAjaklah anak untuk belajar mengamati tindakan saudara atau temannya yang dapat dijadikan model.g. Terapi fisikBantulah anak menyalurkan energinya secara terarah. Jika ingin bergerak terus, ajaklah anak berlarimengitari ruangan ruangan beberapa menit, atau bersenam ringan. Dengan begitu anak dapatmengontrol gerakannya.h. Metode self talkMetode berbicara dengan diri sendiri membantu mengarahkan tindakan.i. Mencatat prestasiDengan metode evaluasi diri, anak terdorong untuk terus meningkatkan prestasinya. Ajak anakmencatat problem yang dapat dipecahkannya.j. Dukungan keluargaPenanganan hiperaktif memerlukan konsistensi serta dukungan keluarga, yang menciptakan atmosferyang menentramkan anakk. Metode professionalJika metode-metode di atas belum berhasil, sebaiknya meminta bantuan ahli di bidangnya, misalnyapsikiater, psikolog dan ahli gizi. 8. 2. Terapi Diet MakananTerapi diet makanan adalah suatu terapi yang mengatur makanan yang dimakan. Pengaturanmakanan dilakukan dengan memberikan perhatian dari segi jenis, jumlah dan frekuensi pemberianmakanan.Popularitas terapi diet makanan sebagai salah satu terapi penanganan perilaku hiperaktifitasdimulai dari penelitian DR Feingold pada tahun 1970-an. Fiegold menyatakan bahwa ada beberapajenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya atau meningkatnya perilaku hiperaktifitas padaanak. Beberapa jenis makanan tersebut adalah jenis makanan yang mengandung zat adiktif(pengawet, pewarna, aroama/perasa buatan dan lain-lain), dan salisilat. Feingold berhasilmembuktikan bahwa anak-anak hiperaktif sebagai subjek penelitiannya yang sungguah-sungguhmenghindari jenis-jenis makanan diatas, menunjukkan adanya penurunan perilaku hiperaktifitas.Menurut Nanik (dalam Mulyono, 2003:37) ada beberapa langkah pelaksanaan diet makanan, sebagaiberikut:a. Langkah PertamaPahami pedoman diet makanan dengan baik, kenali jenis-jenis zat adiktif makanan dan sebaiknyaperhatikan daftar komposisi makanan yang akan dibeli. Buat daftar makanan yang selama ini biasadikonsumsi oleh anak.b. Langkah KeduaBeri tanda check pada kolom frekuensi makan setiap jenis makanan.c. Langkah KetigaBuat rangking daftar makanan, rangking yang dibuat dari yang paling sulit dibatasi karena palingdisukai dan paling sering dimakan sampai yang paling mudah dibatasi.d. Langkah KeempatBuat daftar jenis-jenis makanan kesukaan anak yang paling sulit dibatasi.e. Langkah KelimaJenis makanan yang paling sulit dibatasi, dapat diberikan dengan jumlah yang dikurangi perlahan-lahan sampai akhirnya tidak sama sekali.f. Langkah KeenamJelaskan kepada anak tentang bentuk-bentuk perilaku yang mengganggu. Kemudian sampaikanpentingnya pengendalian perilaku tersebut yang bermanfaat bagi dirinya. Jelaskan juga kepada anakbahwa jenis-jenis makanan dalam daftar yang sudah dibuat memiliki pengaruh yang tidak baik.g. Langkah KetujuhJika pelaksanaan terapi diet makanan sudah diterapkan, mulailah mengisi tabel pencatatan harianpelaksanaan diet makanan. 9. h. Langkah KedelapanSetiap hari minggu isi lembaran pengukuran aktifitas, pengukuran aktifitas ini dapat digunakan untukmengamati perilaku hiperktifitas anak.3. Terapi Obat-obatanTerapi obat adalah suatu teknik terapi medis dengan pemberian obat dengan dosis tertentu yangdiminum teratur untuk penanganan anak ADHD. Obat stimulan yang baik digunakan ialahmetilfenidat dan amfetamin. Bila efektif, obat stimulan bukan hanya memperbaiki hiperaktifitasklinis, tetapi juga performans dalam banyak hal.Puncak aksi obat terjadi pada 2 jam setelah minumobat diminum dan efeknya menghilang setelah 6 jam.Cara pengobatan biasanya dimulai dengan dosisdi pagi hari, dan bila perlu diberi lagi pada siang hari