penyakit surra

4
PENYAKIT SURRA LEARNING OBJECTIVE 1) PENYAKIT SURRA ETIOLOGIS PATOGENESIS & RESPON RAGAWI GEJALA KLINIS DIFFERENTIAL DIAGNOSA DIAGNOSIS PROGNOSA PENANGANAN Trypanosomiasis (Surra) Etilogik : Trypanosoma evansi Lokasi : darah, limpa, dan cairan serebrospinal Penularan : mekanik murni oleh vektor, puncaknya pada siang hari, congenital lewat induk atau p mukosa kelamin, mukosa usus, dan luka terbuka. i tubuh lalat hidup bertahan selama kurang lebi %am. Patogenesis &ektor utama adalah lalat dan nyamuk (Stomoxys calcitrans, Lyperosia, Glossina dan Tabanus).Trypanosoma evansi diketahui hanya berbentuk tunggal (monomor'ik) berbeda dengan spesies lain yang berbentuk ganda (pleomor'ik). alam keadaan tertentu, proto oa ini tid tertangkap saat dilakukan pemeriksaan karena dapat bersembunyi di dalam kelen%ar lim'e (Subront $ !). Penyakit *ripanosomiasis ditularkan secara mekanik melalui gigitan vektor setelah ia menghisap penderita, baik hewan ternak maupun an%ing. Setelah memasuki peredaran darah, trypanosoma seger memperbanyak diri secara biner. alam waktu pendek penderita mengalami parasitemia dan suhu tub biasanya mengalami kenaikan. Sel darah penderita yang tersensitisasi oleh parasit segera dikena makro'ag dan dimakan oleh sel darah putih tersebut. +ila sel darah merah yang dimakan makro'ag banyak an%ing penderita segera mengalami anemia normositik dan normokromik. Sebagai akibat anem penderita tampak lesu, malas bergerak, bulu kusam, na'su makan menurun dan mungkin %uga ter%adi oedem di bawah kulit maupun serosa (Subronto, $ !). enis *rypanosoma yang dalam siklus hidupnya hanya terdapat satu stadium, contoh T. Equiperdum dan T. Evansi, disebut monomor', dan perlipatgandaannya berlangsung dengan pembelaha biner. *rypanosoma yang dalam hidupnya terdapat $ atau lebih stadium, disebut polimor', contoh: Gambiense, T. Rhodesiense, T. Brucei, dan sebagainya. alam tubuh vertebrata, stadium terakhirnya adalah *rypanosoma. ika bersama darah stadium tadi ditelan oleh serangga, dalam saluran pencernaan parasit itu mengalami perubahanbentuk melalui s atau lebih stadium, yaitu stadium Leishmania, Leptomonas, atau chritidia. *iga macam stadium it in'ekti' bagi vertbrata. Stadium yang in'ekti' adalah tripanosoma metasiklik. Parasit bentuk in dikeluarkan bersama tin%a serangga, dan penularan ter%adi bila tin%a yang mengandung tripanosom metasiklik itu kontak langsung dengan kulit vertebrata inang. -asuknya parasit bentuk in'ekti' tubuh inang dipermudah oleh luka karena gigitan serangga atau karena luka goresan atau garukan (-ukayat, # /0). 1e%ala 2linis Suhu badan naik, demam bersalng"seling, anemi, muka pucat

Upload: igedeputu-alit-anggara-putra

Post on 08-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

vet

TRANSCRIPT

PENYAKIT SURRALEARNING OBJECTIVE1) PENYAKIT SURRA ETIOLOGIS PATOGENESIS & RESPON RAGAWI GEJALA KLINIS DIFFERENTIAL DIAGNOSA DIAGNOSIS PROGNOSA PENANGANAN

Trypanosomiasis(Surra)Etilogik :Trypanosoma evansiLokasi : darah, limpa, dan cairan serebrospinalPenularan : mekanik murni oleh vektor, puncaknya pada siang hari, congenital lewat induk atau plasma, mukosa kelamin, mukosa usus, dan luka terbuka. Di tubuh lalat hidup bertahan selama kurang lebih 6-12 jam.PatogenesisVektor utama adalah lalat dan nyamuk (Stomoxys calcitrans, Lyperosia, GlossinadanTabanus).Trypanosoma evansidiketahui hanya berbentuk tunggal (monomorfik) berbeda dengan spesies lain yang berbentuk ganda (pleomorfik). Dalam keadaan tertentu, protozoa ini tidak dapat tertangkap saat dilakukan pemeriksaan karena dapat bersembunyi di dalam kelenjar limfe (Subronto, 2006).Penyakit Tripanosomiasis ditularkan secara mekanik melalui gigitan vektor setelah ia menghisap darah penderita, baik hewan ternak maupun anjing. Setelah memasuki peredaran darah, trypanosoma segera memperbanyak diri secara biner. Dalam waktu pendek penderita mengalami parasitemia dan suhu tubuh biasanya mengalami kenaikan. Sel darah penderita yang tersensitisasi oleh parasit segera dikenali oleh makrofag dan dimakan oleh sel darah putih tersebut. Bila sel darah merah yang dimakan makrofag cukup banyak anjing penderita segera mengalami anemia normositik dan normokromik. Sebagai akibat anemia, penderita tampak lesu, malas bergerak, bulu kusam, nafsu makan menurun dan mungkin juga terjadi oedem di bawah kulit maupun serosa (Subronto, 2006).Jenis Trypanosoma yang dalam siklus hidupnya hanya terdapat satu stadium, contohT. EquiperdumdanT. Evansi,disebut monomorf, dan perlipatgandaannya berlangsung dengan pembelahan biner. Trypanosoma yang dalam hidupnya terdapat 2 atau lebih stadium, disebut polimorf, contoh:T. Gambiense, T. Rhodesiense, T. Brucei,dan sebagainya.Dalam tubuh vertebrata, stadium terakhirnya adalah Trypanosoma. Jika bersama darah stadium tadi ditelan oleh serangga, dalam saluran pencernaan parasit itu mengalami perubahanbentuk melalui satu atau lebih stadium, yaitu stadium Leishmania, Leptomonas, atau chritidia. Tiga macam stadium itu tidak infektif bagi vertbrata. Stadium yang infektif adalah tripanosoma metasiklik. Parasit bentuk infektif ini dikeluarkan bersama tinja serangga, dan penularan terjadi bila tinja yang mengandung tripanosoma metasiklik itu kontak langsung dengan kulit vertebrata inang. Masuknya parasit bentuk infektif ke dalam tubuh inang dipermudah oleh luka karena gigitan serangga atau karena luka goresan atau garukan (Mukayat, 1987).Gejala Klinis Suhu badan naik, demam bersalng-seling, anemi, muka pucat Nafsu makan berkurang, sapi menjadi kurus dan berat badan menurun Penderita tak mampu bekerja karena letih Bulu rontok, kelihatan kotor, kering seperti sisik Terjadi gerakan berputar-putar tanpa arah, bila parasit ini menyerang otak atau syaraf (Girisonta, 1995).Differential DiagnosaT. congolense; Di daerah Afrika sub sahara, penyebab nagana (sleeping sickness), lebih patogen daripada brucei, pada sapi, kerbau dan hewan liar, didapat di dalam darah, bentuk dalam darah: kecil (8 12 ), membrana undulan jarang terlihat tidak ada flagela bebas, ditularkan oleh lalat tse-tse, mekanis oleh lalat penggigit.T. vivax;Kadang-kadang bersama denganT. BruceidanT. Congolense, patogenitas lebih ringan pada sapi, di daerah Afrika sub-sahara, panjangnya: 20 27 , posterior membulat satu flagellum bebas, membrana undulans tidak jelas, kinetoplas besar di terminal.T. brucei; Berparasit pada semua mamalia, ruminansia liar di Afrika, bersifat fatal, penyebab penyakit nagana, ruminan liar sebagai reservoir, T. gambiense dan T. Rhodesiense penyakit tidur di Afrika pada manusia.T. gambiensepada sapi; Bentuk lebih langsing, buntak, berparasit dalam darah, limfe dan cairan cerebrospinal, ukuran 29 42 , posterior meruncing, kinetoplas 4 dari ujung, flagella bebas dan panjang, penularan: lalat tse-tse (genus Glossina), berbiak dalam darah atau limfe, pembelahan ganda memanjang, lokasi di lalat: di usus bagian tengah 10 hari trypomastigot proventrikulus oesophagus faring kelenjar ludah epimastigot tripometasiklik pendek diinfeksikan ke hospes saat menghisap darah, penularan lalat tse-tse, lalat kuda dan Tabanidae vektor mekanis.T. equinum;Terdapat di Amerika Selatan, menyebabkan mal de caderas pada kuda (sapi, anjing, domba, kambing), mirip dengan penyakit surra, beda dengan T. evansi (tidak ada kinetoplas), mungkin penjelmaan dariT. Evansi,morfologi: 35 m, vektor: Tabanidae (Stomoxys), pada kuda berjalan secara kronis, kehilangan tenaga kelumpuhan.T. equiperdum;Ada di seluruh dunia, pada kuda, sapi, keledai penyakit dourine, ditemukan pada darah dan limfe, menyerupai evansi, tetapi menyebabkan penyakit kelamin, ditularkan melalui coitus (kawin). Morfologi: 16 35 m, monomorf, kinetoplas sub-terminal, plasma bergranula. Berjalan klinis pada 3 stadium: organ genital kulit saraf pusat (CNS) setelah 1 4 minggu inkubasi stadium primer (genitas ) oedem, keradangan di penis, praeputium dan organ genital lain beberapa jam ulcer. Pada betina vaginitis disertai demam. Stadium sekunder urtikaria reaksi dermatologis hemoragi kulit. Stadium tertier gangguan sistem saraf pusat paralisa refleks extremitas menurun gangguan beberapa nervus mata/muka. Pada dourine, menciri pada sekresi cairan genital, infeksi kulit,preparat apus darah parasitemia kuat saja. Diagnosa immunologis: CBR.T. theileri; Berparasit dalam darah sapi di seluruh dunia, biasanya tidak patogen, bentuk relatif besar, 35 70 m (120 m pernah dilaporkan), ditularkan oleh Tabanus dan haematopota, ujung posterior panjang dan runcing, membarana undulan jelas flagela bebas, dalam darah: tripomastigot epimastigot, ditularkan melalui tinja lalat, pada beberapa kasus produksi susu mengalami penurunan dan aborsi,T. rangeli; Parasit pada darah anjing, kucing, kera di Amerika selatan dan tengah, Non-patogen, harus dibedakan dengan T. Cruzi, ukuran 26 36 m, kinetoplas kecil, reproduksi binary fission, ditularkan oleh kutu pencium dengan pencemaran tinja.Trypanosoma cruzi(chagas disease); Berparasit pada manusia di Amerika Selatan dan tengah, pada hewan liar, armadillo, kus kus reservoir (termasuk tikus), 5 juta orang terinfeksi di Brazil 2 juta di venezuella/Columbia, penyakit serius dan mematikan pada manusia (37 juta di seluruh dunia terinfeksi) bentuk tripomastigot di darah, tetapi tidak membiak masuk ke dalam retikuloendotelial dan otot melintang amastigot berbiak predileksi di urat daging jantung, tripomastigot: 16 20 m, posterior runcing, flagela bebas, membrana undulan sempit, vektor: kutu pencium hemiptera, gambaran penyakit: kerusakan organ dalam, sistem syaraf pusat. Otot jantung rusak, berbahaya pada anak kecil.

DiagnosisPenentuan diagnosis didasarkan pada ditemukannya parasit dalam pemeriksan darah natif atau dengan pengecatan HE atau dengan trypan-blue (Subronto, 2006).Pada stadium akut atau awal dari penyakit ini tripanosoma dapat ditemukan di dalam aliran darah perifer. Usapan darah tebal lebih baik dipakai daripada usapan darah tipis pada pemeriksaaan ini. Protozoa ini lebih banyak ditemukan di dalam kelenjar limfa. Mereka juga dapat ditemukan di dalam usapan cairan yang diperoleh dari tusukan kelenjar limfa yang segar atau yang telah diwarnai. Pada stadium lebih lanjut dapat ditemui pada cairan serebrospinal (Levine., N.D. 1995).

PrognosaSebagian besar hewan yang terkena penyakit tripanosomiasis ini mengalami kematian. Penyakit ini lebih menahun pada sapi dan banyak yang menjadi sembuh. Pada kuda, bagal, dan keledai sangat rentan, serta domba, kambing, dan onta juga sangat rentan, tanda-tandanya sangat mirip dengan kuda (Levine., N.D. 1995).

PenangananTindakan-tindakan preventive terhadap tripanosomiasis meliputi tndakan-tindakan yang ditujukan kepada hospes-hospes pengelolaan ternak, melenyapkan hospes reservoir, menghindakan kontaminasi mekanis yang tidak disengaja, pengelolaan penggunaan tanah, dan pengendalian biologic. Survey terus-menerusdan pengobatan atau penyembelihan semua hewan yang terserang dan pengobatan secara missal secara periodic semua hewan. Meenyapkan tempat perindukan secara besar-besaran karena lalat berkembang biak di bawah semak-semak sepanjang sungai atau di lokasi-lokasi lain yang bersemak. Pelepasan jantan-jantan steril untuk mengendalikan dan penyemprotan tanah dengan DDT (Levine., N.D. 1995).Untuk menyembuhkan infeksiT. evansipada kuda dan anjing WHO menganjurkan pemakaian kuinapiramin (antrycide), diberikan secara subkutan sebagai sulfat yang dilarutkan dalam konsentrasi 10% dalam air dingin; dosisnya 5 mg/kg berat badan (Levine., N.D. 1995).Suramin larutan 10%, dosis 10 mg/kg berat badan, disuntikkan IV, diminazene aceturat, dosis 3,5 mg/kg, disuntikkan IM, dan isometamedium, dosis 0,25 0,5 mg/kg disuntikkan IM (Subronto., 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Girisonta., 1995.Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah.Kanisius. Yogyakarta.

Levine., N.D. 1995.Protozoologi Veteriner.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Mukayat., D Brotowidjoyo.Parasit dan Parasitisme.Jakarta: PT Melton Putra

Subronto., 2006.Penyakit Infeksi Parasit & Mikroba pada Anjing & Kucing.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Diposkan olehandhie Riswdi20.31