penyakit kopi

6
1 AYO KENALI PENYAKIT MATI UJUNG PADA KOPI Hilda Syafitri Darwis SP. MP. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan JL. Asrama No. 124 Medan Kel. Cinta Damai Kec. Medan Helvetia (20126) Fax. 8466771, Telp. (061) 8470504, 8458008, 8445794, 8466787 www.ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/ Tanaman kopi (Coffea sp) memiliki peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Letak geografis Indonesia sangat mendukung dalam penciptaan iklim mikro yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi kopi. Namun pada kenyataannya produktivitas dan kualitas tanaman sangat ditentukan oleh praktek budidaya tanaman yang diterapkan oleh petani, seperti pemilihan bibit, pengolahan tanah, pemupukan tanaman dan pengelolaan organisasi pengganggu tumbuhan (OPT). Tanaman kopi sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Para petani kopi pada umumnya tidak melakukan tindakan pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi secara khusus sehingga kualitas kopi yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi alam dan iklim pada umumnya. Pada saat kondisi alam bersahabat dan populasi hama dan penyakit rendah, produksi kopi petani berkualitas bagus. Sebaliknya ketika iklim tidak mendukung serta serangan hama dan penyakit kopi meningkat maka kualitas kopi sangat rendah. Hama dan penyakit dalam budidaya tanaman kopi dapat menurunkan produksi sampai 40%, adapun hama dan penyakit tersebut diantaranya adalah ; Penyakit karat (Hemileia vastatrix), Penyakit mati ujung (Rhizoctonia sp), penyakit bercak coklat pada daun (Cercospora cafeicola), bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) penggerek cabang coklat dan hitam (Cyloborus morigerus dan compactus ), kutu dompolan (Pseudococcus citri) dan lain-lain. Penyakit mati ujung pertama kali diketahui oleh Bally di Bengkulu dan Palembang. Nama “mati ujung” ini diberikan karena mula-mula penyakit ditemukan pada tanaman kopi muda yang belum dipangkas ujungnya, dan gejala yang menyolok adalah matinya ujung tanaman. Penyakit mati ujung umumnya dijumpai pada kopi jenis robusta dan ekselsa. Penyakit mati ujung

Upload: jaka-laksmana-prabandaru

Post on 21-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penyakit kopi

TRANSCRIPT

  • 1

    AYO KENALI PENYAKIT MATI UJUNG PADA KOPI

    Hilda Syafitri Darwis SP. MP.

    Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan JL. Asrama No. 124 Medan Kel. Cinta Damai Kec. Medan Helvetia (20126)

    Fax. 8466771, Telp. (061) 8470504, 8458008, 8445794, 8466787 www.ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/

    Tanaman kopi (Coffea sp) memiliki peranan yang besar dalam

    perekonomian Indonesia. Letak geografis Indonesia sangat mendukung dalam

    penciptaan iklim mikro yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi kopi.

    Namun pada kenyataannya produktivitas dan kualitas tanaman sangat

    ditentukan oleh praktek budidaya tanaman yang diterapkan oleh petani, seperti

    pemilihan bibit, pengolahan tanah, pemupukan tanaman dan pengelolaan

    organisasi pengganggu tumbuhan (OPT).

    Tanaman kopi sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan

    penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Para petani kopi pada

    umumnya tidak melakukan tindakan pengendalian hama dan penyakit tanaman

    kopi secara khusus sehingga kualitas kopi yang dihasilkan sangat bergantung

    pada kondisi alam dan iklim pada umumnya. Pada saat kondisi alam

    bersahabat dan populasi hama dan penyakit rendah, produksi kopi petani

    berkualitas bagus. Sebaliknya ketika iklim tidak mendukung serta serangan

    hama dan penyakit kopi meningkat maka kualitas kopi sangat rendah.

    Hama dan penyakit dalam budidaya tanaman kopi dapat menurunkan

    produksi sampai 40%, adapun hama dan penyakit tersebut diantaranya adalah ;

    Penyakit karat (Hemileia vastatrix), Penyakit mati ujung (Rhizoctonia sp),

    penyakit bercak coklat pada daun (Cercospora cafeicola), bubuk buah kopi

    (Stephanoderes hampei) penggerek cabang coklat dan hitam (Cyloborus

    morigerus dan compactus ), kutu dompolan (Pseudococcus citri) dan lain-lain.

    Penyakit mati ujung pertama kali diketahui oleh Bally di Bengkulu dan

    Palembang. Nama mati ujung ini diberikan karena mula-mula penyakit

    ditemukan pada tanaman kopi muda yang belum dipangkas ujungnya, dan

    gejala yang menyolok adalah matinya ujung tanaman. Penyakit mati ujung

    umumnya dijumpai pada kopi jenis robusta dan ekselsa. Penyakit mati ujung

  • 2

    selama ini bukan merupakan OPT penting pada tanaman kopi, karena penyakit

    ini umumnya menyerang pada tanaman yang kurang dirawat, terutama pada

    kebun yang tidak dilakukan pemangkasan.

    Berdasarkan hasil laporan kunjungan lapang oleh staf Direktorat

    Perlindungan Perkebunan, BBP2TP Medan dan Pakar di Desa Tugusari,

    Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat dan Desa Way Ilahan

    Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung,

    diketahui ada dua penyakit utama pada perkebuan kopi, yaitu; kanker batang

    dan mati ujung/mati ranting. Intensitas serangan penyakit mati ujung/mati

    ranting di masing-masing kabupaten cukup mengkhawatirkan, yaitu: pada

    Kabupaten Lampung Barat pada kebun hutan lindung intensitas serangannya

    sebesar 70% dan pada kebun tetap 30%. Sedangkan pada Kabupaten

    Tanggamus intensitas serangannya 25%.

    Terkait hal tersebut diatas maka perlulah mengenal dan mewaspadai

    penyakit mati ujung pada tanaman kopi. Dengan mengetahui penyebab dan

    gejala serangannya lebih awal, diharapkan para petani kopi dapat melakukan

    tindakan pencegahan dan pengendaliannya sehingga tidak menimbulkan

    kerugian yang lebih besar.

    Gejala Penyakit Gejala dari penyakit ini adalah matinya ujung batang, cabang, atau

    ranting, yang disertai dengan menguning dan gugurnya daun-daun dari bagian

    yang sakit. Pada pohon muda yang belum dipotong ujungnya terjadi kematian

    ujung batang, sedangkan pada pohon yang sudah dipotong ujungnya terjadi

    kematian ujung cabang.

    Gejala penyakit mati ujung menurut Muller (1936) dalam Semangun

    (2001) dibedakan berdasarkan :

    A. Pohon Muda

    - Cabang-cabang di sekeliling batang berkembang tidak setangkup

    (simetris), diikuti dengan kematian ujungnya, dimulai dari cabang-cabang

    yang tetap pendek.

  • 3

    - Daun-daun pada cabang yang pendek berwarna hijau kekuningan atau suram. Daun pupus dari cabang-cabang ini tampak suram juga, berwarna kekuningan, kaku, keras, lebih lama tegak daripada biasa, dan sering ukurannya tidak sama. Daun-daun lebih cepat rontok daripada biasa. (Gambar 1)

    Sumber : Yeni Asmar Gambar 1.Gejala mati ujung pada tanaman kopi muda, daun

    berwarna hijau kekuningan dan rontok.

    - Pertumbuhan batang terhambat.

    - Pada batang, di sisi yang mempunyai cabang pendek, terdapat suatu

    jalur memanjang, yang kulitnya kurang atau tidak bergabus.

    - Batang menjadi bengkok ke arah cabang-cabang yang panjang. Juga

    pada sisi ini batang terpapar atau memipih.

    B. Pohon Tua - Daun pupus tetap tegak dan berwarna hijau kekuningan, suram, kaku,

    keras, dan besarnya tidak sama.

    - Daun-daun tua dari cabang yang sakit sering tampak suram, kadang-

    kadang warnanya menjadi agak coklat merah jambu, terutama di antara

    tulang-tulang daun.

    - Cabang-cabang sekunder yang tetap pendek terbentuk berselisih di

    sebelah kanan dan kiri.

  • 4

    - Matinya cabang-cabang primer yang dimulai dari ujung (Gambar 2).

    - Pohon mati sedikit demi sedikit, dari cabang ke cabang. - Dalam kayu terdapat bagian yang berwarna coklat, yang arahnya

    memanjang. Pada penampang melintang bagian kayu yang warnanya

    berubah ini tampak seperti cincin.

    Sumber : Yeni Asmar

    Gambar 2. Gajala Mati ujung pada kopi

    Penyebab Penyakit

    Hasil isolasi dan identifikasi dari bagian cabang tanaman kopi yang

    menunjukkan gejala mati ujung di peroleh jamur Rhizoctonia sp. Pada awalnya

    Rhizoctonia termasuk ke dalam kelas Deuteromycetes, namun setelah

    ditemukan stadium sempurnanya cendawan tersebut diklasifikasikan ke dalam

    genus Thanatephorus, famili Ceratobasidiaceae, ordo Tulasnellales, kelas

    Basidiomycetes (Alexopoulus et al.1979).

    Koloni jamur pada medium PDA pada awalnya berwarna putih keabuan

    dengan pertumbuhan yang cepat, kemudian akan berubah menjadi hitam

    (Gambar 3). Pengamatan secara mikroskopis terhadap morfologi jamur diperoleh ; hypanya bersepta dan mempunyai percabangan tegak lurus atau

    hampir siku, pada titik percabangannya terdapat lekukan, sel-sel miseliumnya

    panjang serta tidak memiliki konidia.

  • 5

    Gambar 3. Rhizoctonia sp umur 5 hari (A) dan umur 10 hari (B)

    Gambar 4. Morfologi jamur Rhizoctonia pada perbesaran 400 X, Hypa bersepta (A), Percabangan hypa tegak lurus (B) dan percabangan hypa hampir tegak lurus

    Jamur mengadakan infeksi melalui daun, kemudian meluas dan

    berkembang di dalam pembuluh kayu cabang dan batang, sehingga penyakit ini

    disebut juga penyakit tracheomycosis (Penyakit yang disebabkan oleh jamur

    yang berkembang di dalam pembuluh kayu). Pada bagian-bagian yang telah

    dipangkas cendawan dapat membentuk sklerotium, yang terdiri atas gumpalan

    rantai pseudokonidium.

    a b A B

  • 6

    Jamur sangat peka terhadap suhu yang lebih tinggi dari 25C.

    Bertambahnya infeksi mempunyai korelasi positif dengan curah hujan bulanan.

    Dalam kebun, jamur dapat bertahan sampai 7 minggu di dalam ranting yang

    sakit.

    Pengendalian 1. Pengendalian secara preventif, dengan menanam kopi jenis arabika dan

    conuga

    2. Memotong tanaman yang bergejala kemudian mengubur atau

    membakarnya, sehingga tidak menjadi sumber infeksi baru.

    3. Dianjurkan membuat pohon-pohon kopi yang berbatang 3 atau 4.

    4. Di kebun-kebun yang terjangkit mati ujung, sebaiknya bibit di persemaian

    disemprot dengan fungisida tembaga (bubur bordeaux).

    Daftar Pustaka Alexopoulus, C.J., C.W. Mims, and Blackwell. 1979. Introductory of Mycology.

    4th Ed.John Wiley & Sons, New York. 869 pp. http://bisnisukm.com/provinsi-lampung-potensinya-mulai-dilirik-

    mancanegara.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2013

    Matnawy H. 1989. Perlindungan tanaman, kanisius, yogyakarta.

    Semangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    www.opete.info/detail2.php?idp=820 Basis data Hama dan Penyakit Tumbuhan 2010 2011 Departemen Proteksi Tanaman IPB, diakses pada tanggal 14 Januari 2013.