penumpasan terhadap pemberontakan partai...

107
PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh : MUHAMMAD ARYO PURWANTO NIM: 1112043200003 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: duonglien

Post on 14-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI KOMUNIS

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh :

MUHAMMAD ARYO PURWANTO

NIM: 1112043200003

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

PENUMPASAN TERIIADAP PEMBERONTAKAI\ PARTAI KOMUNIS

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI

MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh:

MUHAMMAT) ARYO PUR.WANTOh[IM: 1112043200003

Di Bawah Bimbingan

f)r. H. Ah AIi Mansur. M.ANIIP. 195 03121985031003 NIP. 1976050620t411 1002

PROGRAM STT]DI PERBAI\DINGAI\ MAZHAB

FAKIJLTAS SYARIOAH I}Ah[ HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HII}AYATULLAH

JAKARTA

1438 r{/2017 M

Pembimbing II

ad Mukri

Page 3: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

ST]RAT PENGESAIIAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Penumpasan Terhadap Pemberontakan Partai

Komunis Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam l)an Hak Asasi

Manusia'. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal

7 Juni 2017. Slaipsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) pada Program Studi Perbandingan Maztrab.

Jakarta, 7 Juni }AfiDekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN MT]NAQASYAH

Fahpi Muhqmryad,Ahma$i. M.Si (...NIIP. 197 4t21720A3 121002

Hi. Siti Hanna. S. Aq. Lc, M.ANIIP. 197 4021620080 1 20 1 3

Dr. H. Ahmad MukriAiihtIP. 195703 \2t98503 1003

Ali Mansur. M.ANIIP. t97 6A50620141 1 1002

I) rrll-MFhammad Ta.Ffiki. M.A$NIP. 1965 1 1 19199803 1002

Drs, H* Ahpnqd lfarni. Mr4qhtIP. 19640 412199403 1004

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing I

4. Pembimbing II

5. Penguji I

6. Penguji II

udin JI{IP. 1969 1619960

Page 4: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

LEIVTBAR PERFIYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Slaipsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam

Negeri (tltl\} Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang bertaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari tertnrkti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri GJf$ Syarif

Hidayatullah Jakafia.

MUHAMMAD ARYO PURWANTO

April ZAIT::^!i;

NIM: 1 1 12043200003

Page 5: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

ABSTRAK

Muhammad Aryo Purwanto, NIM: 1112043200003, Penumpasan

Terhadap Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hak Asasi Manusia, Konsentrasi Perbandingan Hukum, Program Studi

Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1438 H / 2017 M. xi + 70 halaman + 27 lampiran.

Skripsi ini merupakan upaya untuk memaparkan mengenai penumpasan

terhadap pemberontakan Partai Komunis Indonesia dalam perspektif hukum Islam

dan Hak Asasi Manusia. Penumpasan tersebut terjadi pasca gagalnya kudeta yang

dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia terhadap pemerintahan yang sah melalui

peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 atau yang lebih dikenal dengan

G 30 S/PKI. Dalam penumpasan tersebut, terdapat banyak anggota/simpatisan

Partai Komunis Indonesia yang tidak terlibat langsung dalam pemberontakan ikut

dijatuhi sanksi yang sama dengan mereka yang melakukan pemberontakan. Maka

oleh karena itu sangat penting melihat peristiwa penumpasan tersebut dari

perspektif hukum Islam dan Hak Asasi Manusia dan pendapat para narasumber

yang berkaitan langsung dengan judul penelitian tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman secara

objektif kepada para umat Islam dan praktisi Hak Asasi Manusia terkait

penumpasan terhadap anggota/simpatisan yang tertuduh berafiliasi kepada Partai

Komunis Indonesia yang terjadi dalam rentang waktu tahun 1966-1968.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan menggunakan jenis

penelitian normatif yakni metode analisis yang memaparkan hukum yang telah

tertulis dalam Al-Qur’an, Al-Hadits, dan peraturan perundang-undangan yang

kemudian diinterpretasikan oleh para narasumber sehingga muncul beberapa

pendapat dengan berbagai kesamaan dan perbedaan, serta penelitian ini

kepustakaan (library research) yaitu dengan mengambil referensi pustaka dan

dokumen yang relevan dengan masalah ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dalam skripsi ini bahwa

penumpasan terhadap pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang terjadi pada

tahun 1966-1968 sesuai menurut hukum Islam dan Hak Asasi Manusia karena

pemberontakan tersebut sudah memenuhi unsur-unsur dalam jarimah al-baghyu

seperti adanya upaya melawan dan membunuh aparat pemerintah, pemberontak

didukung kekuatan bersenjata serta pemberontak menguasai objek vital negara.

Adapun penjatuhan sanksi hukuman mati melalui pengadilan Mahkamah Militer

Luar Biasa terhadap tokoh-tokoh yang terlibat langsung dalam pemberontakan

sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Hak Asasi Manusia.

Merujuk pada Pasal 4 Ayat (1) Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik

Tahun 1966.

Pembimbing : 1. Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A

2. Ali Mansur, M.A

Daftar Pustaka : 1972-2016.

Page 6: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

vi

KATA PENGANTAR

لهلل ب ب ٱ لهلل س ب

ٱب هلل

ٱ ب س ب

Puji dan syukur yang tiada hentinya dipanjatkan kepada sang Penguasa

alam Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, kurnia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENUMPASAN

TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA”. Shalawat serta

salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan

umatnya dari kegelapan dunia ke zaman pencerahan ilmu pengetahuan seperti saat

sekarang ini.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami

kesulitan dan hambatan untuk mendapatkan data dari referensi dan narasumber.

Namun berkat kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga

kesulitan itu dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Selaku Rektor Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., Selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M. Si, Selaku Ketua Program

Studi Perbandingan Mazhab dan Hj. Siti Hanna, S. Ag, Lc., M.A

selaku Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab;

Page 7: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

vii

4. Bapak Dr. Fuad Thohari, M.A, Selaku Dosen Penasihat Akademik

Penulis;

5. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A dan Ali Mansur, M.A selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, dan

ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

6. Khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai dan

sayangi. Ayahanda Bambang Purwanto M.Sc dan ibunda Meike

Meiyanti B.Sc yang mendukung penuh segala upaya dan usaha yang

dilakukan oleh penulis selama menyelesaikan skripsi;

7. Kepada kakak penulis, Muhammad Aldi Purwanto dan Muhammad

Dhano Purwanto, terima kasih telah memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

8. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag Ketua Program Studi Hukum

Pidana Islam dan dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis

untuk melakukan wawancara guna menambah data skripsi penulis;

9. Bapak Muhammad Nurkhoiron, S.Sos., M.Si Komisioner Subkomisi

Pendidikan dan Penyuluhan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk melakukan

wawancara guna menambah data skripsi penulis;

10. Bapak Burhanuddin Zainuddin Rusdiman, yang telah meluangkan

waktunya kepada penulis untuk melakukan wawancara guna

menambah data skripsi penulis;

Page 8: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

viii

11. Bapak Lukas Tumiso, yang telah meluangkan waktunya kepada

penulis untuk melakukan wawancara guna menambah data skripsi

penulis;

12. Kepada seluruh pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi

Perbandingan Mazhab periode 2015-2016 yang telah mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi;

13. Kepada teman-teman Mei Sei Kai Aikido Indonesia khususnya guru

Aikido saya Ichiro Shishiya, Dedy Tarmizi, Rista Liando Siahaya dan

Appgraid Purwanto serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu yang telah memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

14. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan

yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga apa yang telah kalian berikan menjadi berkah dan amal kebajikan serta

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta, 21 April 2017

MUHAMMAD ARYO PURWANTO

NIM: 1112043200003

Page 9: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................... 8

C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................... 9

1. Batasan Masalah ...................................................... 9

2. Rumusan Masalah .................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 10

1. Tujuan Penelitian ..................................................... 10

2. Manfaat Penelitian ................................................... 11

E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 11

F. Metode Penelitian ......................................................... 13

1. Jenis Penelitian ........................................................ 13

2. Sumber Data ............................................................ 14

3. Teknik Pengumpulan Data ...................................... 14

4. Analisis Data ............................................................ 15

5. Teknik Penulisan Skripsi ......................................... 15

G. Sistematika Penulisan ................................................... 15

Page 10: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

x

BAB II SEJARAH PERGOLAKAN PARTAI KOMUNIS

INDONESIA DAN KONFIGURASI POLITIK TAHUN 1966

A. Latar Belakang, Aksi, dan Operasi Penumpasan Partai

Komunis Indonesia ....................................................... 17

1. Pemberontakan 1926 ............................................... 19

2. Pemberontakan 1948 ............................................... 19

3. Pemilu 1955 ............................................................. 20

4. Pemberontakan 1965 (G 30 S/PKI) ........................ 22

B. Konfigurasi Politik Pada Saat Munculnya TAP MPRS No.

XXV/MPRS/1966 ........................................................ 27

C. Peran Mahkamah Militer Luar Biasa Dalam Mengadili Tokoh-

Tokoh G 30 S/PKI ........................................................ 31

BAB III HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Hukum Islam dan Prinsip Penegakan Hak Asasi Manusia

...................................................................................... 34

1. Pengertian Hukum Islam dan Fiqh Jinayah ............. 34

2. Asas-Asas Hukum Pidana Islam Sebagai Prinsip Penegakan

HAM ........................................................................ 35

B. Prinsip Hak Asasi Manusia Dalam Penegakan Hukum

...................................................................................... 38

1. Penerapan Asas Legalitas ........................................ 39

2. Hak-Hak Dasar Yang Harus Dihormati Dalam Penegakan

Hukum ..................................................................... 40

BAB IV PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI

MANUSIA TERHADAP PENUMPASAN PARTAI KOMUNIS

INDONESIA

A. Perspektif Hukum Islam Terhadap Penumpasan Partai

Komunis Indonesia ....................................................... 42

1. Definisi Jarimah Al-Baghyu .................................... 42

Page 11: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

xi

2. Unsur-Unsur Jarimah Al-Baghyu ............................ 44

3. Sanksi Hukum Bagi Jarimah Al-Baghyu ................. 46

B. Perspektif Hak Asasi Manusia Terhadap Penumpasan Partai

Komunis Indonesia ....................................................... 51

1. Peran Komnas HAM Dalam Proses Rekonsiliasi Bangsa

Pasca Peristiwa G 30 S/PKI ..................................... 52

2. Eksistensi Mahkamah Militer Luar Biasa Dalam Perspektif

Hak Asasi Manusia .................................................. 56

C. Pengakuan Eksekutor Perihal Penumpasannya Terhadap

Anggota/Simpatisan Partai Komunis Indonesia dan Dampak

Bagi Korban Yang Ditumpas ....................................... 58

1. Faktor Penyebab Pelaku Melakukan Penumpasan .. 58

2. Dampak Bagi Korban Penumpasan ......................... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................. 65

B. Saran ............................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 70

Page 12: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penumpasan terhadap Partai Komunis Indonesia tidak terlepas dari

perjalanan sejarah Republik Indonesia. Kata history dalam bahasa Indonesia dapat

diartikan sejarah,1 secara umum meliputi pengalaman masa lampau untuk

membantu mengetahui apa yang harus dikerjakan sekarang. Sejarah

menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta masa lampau.

Penumpasan terjadi dikarenakan dari sekumpulan orang yang tergabung dalam

partai bernama PKI yang menolak demokrasi dalam suatu negara yang

berdasarkan Pancasila. Pancasila terdiri dari dua kata dan berasal dari bahasa

Sanskerta, panca artinya “lima” dan sila artinya “dasar”.2

Secara harfiah, Pancasila memiliki pengertian “dasar yang memiliki lima

unsur.” Banyak ahli menyimpulkan bahwa Pancasila adalah cerminan dari

perjalanan budaya dan karakter bangsa Indonesia yang telah berlangsung selama

berabad-abad lampau. Dapat dibuktikan dengan banyaknya suku, budaya, agama,

dan ras di Indonesia. Proses perjalanan suatu bangsa yang besar pasti pernah

terjadi sebuah peristiwa yang dapat dijadikan pelajaran agar peristiwa tersebut

dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya secara komprehensif dan akademis.3

1John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2002), Cet. Ke-26, h. 299.

2A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat (Jakarta:

Penerbit Kencana, 2014), Cet. Ke-11, h. 35.

3A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat h. 36.

Page 13: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

2

Dalam sejarah, munculnya Pancasila tidak bisa dilepaskan dari situasi

perjuangan bangsa Indonesia menjelang kemerdekaan. Adanya keinginan yang

kuat untuk lepas dari belenggu penjajahan asing serta ajaran ideologi blok barat

dan blok timur pada saat itu, yakni ideologi liberalisme dan komunisme. Maka

para pendiri bangsa antara lain Soekarno, Soepomo, dan Muhammad Yamin,

dengan sungguh-sungguh menggali nilai-nilai dari negaranya sendiri yang akan

dijadikan panduan dan dasar bagi Indonesia merdeka. Panduan dan dasar negara

Indonesia mestilah bukan meminjam dari unsur-unsur asing yang tidak

sepenuhnya sesuai dengan jati diri bangsa, tetapi harus digali dari rahim

kebudayaan Indonesia sendiri. Tanpa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di

tanah kelahirannya, akan sulit bagi bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita

kemerdekaannya. Suasana kebatinan ingin lepas dari dua kungkungan inilah

Pancasila seyogyanya diposisikan, sehingga keinginan-keinginan sebagian pihak

hendak membawa Indonesia ke arah tatanan demokrasi liberal maupun sosialisme

dapat diingatkan kembali pada konteks sejarah lahirnya Pancasila.4

Pasca kemerdekaan bukan ideologi liberalisme yang dapat mempengaruhi

Indonesia, tetapi ideologi komunis. Terbukti mulai tahun 1960 Tiongkok dan

Indonesia merupakan rekan dekat dalam dunia pasca kolonial. Kedekatan antara

kedua negara itu ditambah oleh sikap PKI yang memilih untuk berpihak ke

Beijing dalam pertentangan Tiongkok-Uni Soviet. Kunjungan tingkat tinggi,

pertukaran budaya, pendidikan, dan kerja sama ekonomi antara kedua negara

mencapai klimaksnya pada tahun 1964-1965. Dalam HUT RI yang terakhir

4A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat h. 37.

Page 14: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

3

sebelum G 30 S/PKI terjadi, Presiden Soekarno mendeklarasikan terbentuknya

sebuah poros anti imperialis yaitu poros Jakarta-Pnompenh-Hanoi-Peking-

Pyongyang.5

Pada kenyataanya ideologi komunis yang sempat tumbuh di Indonesia

tidak membawa perubahan positif terhadap perkembangan bangsa serta nasional,

hal ini terbukti dengan adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan

oleh masyarakat yang mengaku dirinya menganut paham tersebut. Pemberontakan

Madiun pada tahun 1948 dan Peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965 atau

yang lebih dikenal dengan G 30 S/PKI menjadi bukti bahwa ideologi komunis

bertentangan dengan dasar negara yakni Pancasila. Begitu pemberontakan PKI

Madiun tahun 1948 gagal, pengikut PKI langsung mengadakan evaluasi. Mengapa

sampai gagal? Faktor apa saja yang menjadi penyebab utama kegagalan?

Bagaimana cara mengatasinya? Lalu PKI bangkit lagi pada tahun 1965 dengan

menunggu rentan waktu yang cukup lama. Serangkaian peristiwa itulah yang

menyebabkan terjadinya penumpasan terhadap unsur-unsur komunis yang terlibat

pemberontakan.6

Musyawarah alim ulama seluruh Indonesia (8-11 September 1957) di

Palembang menelurkan berberapa rumusan tentang komunisme. Rumusan itu

antara lain memandang komunisme sebagai faham anti Tuhan atau Atheis.

Ditinjau dari sudut tata negara, komunis sejati anti demokrasi karena ingin

5Aiko Kurasawa dan Matsumura Toshio, G 30 S dan Asia (Jakarta: Kompas Media

Nusantara, 2016), Cet. Ke-I, h. 8.

6Anton Tabah, Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G 30 S/PKI (Klaten: Penerbit

Sahabat, 2014), Cet. Ke-V, Ed. Revisi, h. 67.

Page 15: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

4

membangun pemerintahan diktator yang proletarian. Dari sisi ekonomi, komunis

menolak adanya hak – hak individu yang jelas bertentangan dengan syariat Islam.

Di samping itu, mereka mempertentangkan klas-klas dalam masyarakat. Mereka

juga menghalalkan segala cara dalam menjalankan politiknya. Rumusan penting

lainnya bahwa komunis merupakan ideologi kufur di mana haram bagi umat

beragama menganut faham tersebut. Apabila ada seorang Islam secara sadar

menganut faham itu, maka dia menjadi kafir.7

Namun, walaupun ideologi tersebut dianggap kufur. Beberapa anggota dari

Partai Komunis Indonesia juga muslim. Karena dalam Al-Qur‟an dijelaskan

mengenai definisi kafir itu sendiri seperti dalam surat Al-Kahfi ayat 29 yang

berbunyi:

ـق وفق ل و للهلنيو ىوارا ٱحل للظ ىوا ل جودحل عحلو إلنا أ رحل ؿق اءو ؾولحليوكحل و شو نلو ونو اءو ؾولحليقؤحل و شو فوهو محل لكق ب نلو ر

اءء و لهو ا ا ااق ؼو ا ق ا جوؼلييق و حل إو ا و اال ق و لمحل ق ل ااو و

وحل ل أ هق

حل لي ل وشحل وو ق ق حل لئحلسو ل ااق و للقا توؿو رحل اءوتحل مق )١٨:٢٩/الكؽ( ٢٩ وسو

Artinya: “Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;

maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,

dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.

Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu

neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jikan mereka

meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air

seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah

minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang palik jelek”.

(QS.18 (Al-Kahfi) : 29)

Pada tahun 1965-1966 politik Indonesia pada masa itu sangat kompleks.

Menjelang tragedi Gerakan 30 September, konflik Partai Komunis Indonesia dan

7Anton Tabah, Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G 30 S/PKI , h. 96.

Page 16: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

5

partai politik lain memanas. PKI, yang merasa di atas angin, menekan penduduk

yang tidak sealiran. Ketika keadaan berbalik, luapan pembalasan tak terkendali.

Pembunuhan direstui oleh sesepuh masyarakat dan tokoh agama. Bahkan

masyarakat yang tidak terindikasi memiliki hubungan secara langsung dalam

peristiwa G 30 S/PKI turut menjadi korban dari amukan massa.8

Di sisi lain, banyak tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia yang diadili

melalui sidang Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) yang sudah ada sejak

tahun 1963 melalui Penpres. No. 16 Tahun 1963. Berdirinya Mahmilub tidak

terlepas dari catatan sejarah Indonesia pada kurun waktu 1950-1965 yang banyak

terjadi pemberontakan pada NKRI seperti, DI/TII, PRRI/PERMESTA, RMS, PKI

dan pemberontakan lainnya. Sehingga kasus pertama yang ditangani lembaga ini

adalah perkara Dr. Soumokil dengan Republik Maluku Selatan-nya beradasarkan

Putusan Mahmilub No.1, 25 April 1964.9 Beberapa nama pimpinan PKI seperti

Syam Kamaruzzaman, Let. Kol. Untung, Njoto, Sudisman, Abdul Latif,

mendapatkan hukuman seumur hidup s/d hukuman mati melalui sidang

Mahmilub.10

Selain sidang Mahmilub, dampak dari peristiwa G 30 S/PKI langsung

menyebar ke seluruh daerah khususnya di Jawa Timur, amukan massa tak

terkendali sehingga pembunuhan massal terjadi. Reaksi anggota Ansor dari

8 Kurniawan et al, Pengakuan Algojo 1965 (Jakarta: PT Temprint, 2014) , Cet. Ke-6, h. 2.

9 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Tragedi Nasional Percobaan Kup G 30S/PKI di

Indonesia (Jakarta: Penerbit Intermasa, 1990) Cet. Ke-2, h.73.

10

Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014), Cet. Ke-

2, h. 106.

Page 17: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

6

Pesantren Lirboyo yang berjumlah 200 orang semuanya memakai pakaian hitam.

Kali ini kelompok tersebut memergoki tukang becak dengan seorang penumpang

wanita yang diketahui anggota PKI. Anggota Ansor mengejar dan menangkapnya.

Situasi dan kondisi tersebut tergambar dalam kalimat sebagai berikut “Kami

tangkap, kami celurit dan kami bunuh”. Mayatnya dibuang ke Sungai Brantas,

penumpang becak itu adalah korban pembantaian Gestapu pertama di kota Kediri.

Lalu disusul oleh aksi-aksi pembunuhan massal yang terjadi setelah peristiwa

itu.11

Oleh karena itu peristiwa politik yang sudah mengarah pada tindakan

barbar dan bahkan pembunuhan massal antara tahun 1965-1966 penting untuk

diungkap. Mengingat lebih baik daripada melupakan. Memang dibutuhkan

kesiapan mental bagi elemen institusi dan masyarakat untuk menyadari kesalahan

dan saling memaafkan. Banyak pihak yang menyerukan bahwa proses rekonsiliasi

harus terus didengungkan baik oleh pemerintah maupun oleh kedua belah pihak,

baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. 12

Peristiwa G 30 S/PKI hingga terjadi penumpasannya tidak terlepas dari

isu-isu tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia adalah hak-

hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat

hidup.13

Salah satu isu kebebasan dan kemunculan HAM dengan usulan

11

Hermawan Sulistyo, Palu Arit Di Ladang Tebu, “Sejarah Pembantaian Massal

yang terlupakan”, Jombang-Kediri 1965-1965 (Jakarta: Pensil-324, 2011), Cet. Ke-1, h. 184.

12

Kurniawan et al, Pengakuan Algojo 1965, h. 4.

13

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat , h.

148.

Page 18: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

7

dihapuskannya TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran dan

larangan ajaran Komunisme, Marxisme, dan Leninisme di Indonesia. Orang yang

mengusulkan itu punya alasan karena di Amerika dan Eropa tak ada satu negara

pun yang melarang komunisme, lalu dikaitkan dengan masalah HAM.14

Hal di atas jika di perhatikan lebih dalam melalui pendekatan hak asasi

manusia terdapat unsur lain yakni menyangkut dengan masalah pelanggaran dan

pengadilan HAM. Secara jelas Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang

Pengadilan HAM mendefinisikan hal tersebut. Pelanggaran hak asasi manusia

adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara

baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum

mengurangi, menghalangi, membatasi, mencabut hak asasi manusia seseorang

atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang.15

Secara garis besar, perkembangan pemikiran tentang Hak Asasi Manusia

setelah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 yang pada pokoknya

generasi pertama ini hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Dampak

Perang Dunia II sangat mewarnai pemikiran generasi ini, di mana totaliterisme

dan munculnya keinginan negara – negara yang baru merdeka untuk menciptakan

tertib hukum yang baru sangat kuat. Seperangkat hukum yang disepakati sangat

sarat dengan hak-hak yuridis, seperti hak untuk hidup, hak untuk tidak menjadi

14

Anton Tabah, Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G 30 S/PKI, h. 29.

15

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat

Madani, h. 162.

Page 19: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

8

budak, hak untuk tidak disiksa dan ditahan, dan kehidupan budaya juga mewarnai

pemikiran HAM generasi pertama ini.16

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian hukum dengan judul “PENUMPASAN TERHADAP

PEMBERONTAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dipetik berberapa

permasalahan yang berhubungan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia pada

peristiwa – peristiwa penumpasan PKI, yang dalam perkembangannya di dalam

kurun waktu ini dituntut untuk diselesaikan oleh pemerintah dan tokoh-tokoh

agama karena menyangkut tanggung jawab negara secara moral, sosial, dan juga

agama.

Dari berbagai latar belakang berfikir tersebut ternyata terdapat berberapa

masalah yang muncul, yaitu :

1. Terjadinya peristiwa G 30 S/PKI yang menjadi puncak dari aksi-aksi

sepihak yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia terhadap

sekelompok masyarakat yang anti komunis. Sehingga banyak dan

maraknya aksi-aksi pembalasan yang berujung pada penumpasan terhadap

PKI terjadi di daerah dan asas praduga tidak bersalah yang diabaikan oleh

masyarakat diakibatkan situasi yang tidak stabil.

16

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani

, h. 152.

Page 20: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

9

2. Melalui sidang Mahkamah Militer Luar Biasa, beberapa tokoh-tokoh

pimpinan PKI dihukum dengan kurun waktu seumur hidup s/d hukuman

mati.

3. Paham komunis dan gerakan makar tidak sesuai dengan ajaran agama

Islam. Dikarenakan paham tersebut tidak megenal adanya tuhan dan

mengabaikan hari akhir dan akan dikenakan sanksi yang tegas terhadap

perbuatan makar melawan pemerintah.

4. Banyak diantara anggota/simpatisan yang tertuduh berafiliasi kepada

Partai Komunis Indonesia yang tidak terlibat langsung dalam upaya-upaya

pemberontakan turut menjadi korban penumpasan.

5. TAP MPRS/XXV/1966 dianggap oleh berberapa pihak merupakan bentuk

dari pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara. Maka banyak pihak

yang merasa peraturan tersebut dipertimbangkan kembali dalam

pelaksanaannya.

6. Proses rekonsiliasi belum sepenuhnya dikehendaki oleh kedua belah pihak

hingga sekarang, sehingga menimbulkan perbedaan persepsi pemahaman

akan peristiwa sejarah masa lalu mengenai siapa yang benar dan siapa

yang bersalah.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyaknya permasalahan yang penulis singgung dalam

identifikasi masalah di atas, maka dalam pembatasan masalah ini penulis perlu

membatasi pada pembahasan terkait dengan tahun terjadinya penumpasan, yakni

Page 21: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

10

hanya pasca peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965 dan acuan deklarasi HAM yang

dipakai dalam penelitian ini hanya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948.

2. Rumusan Masalah

Agar penulisan berjalan secara sistematis, maka perlu dibuat perumusan

masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perspektif Hukum Islam terhadap penumpasan Partai

Komunis Indonesia?

b. Bagaimana perspektif Hak Asasi Manusia terhadap penumpasan Partai

Komunis Indonesia?

c. Bagaimana pengakuan eksekutor perihal penumpasannya terhadap

anggota/simpatisan Partai Komunis Indonesia dan dampak bagi korban

yang ditumpas?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok penelitian di atas, maka tujuan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana perspektif Hukum Islam terhadap

penumpasan Partai Komunis Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana perspektif Hak Asasi Manusia terhadap

penumpasan Partai Komunis Indonesia.

c. Untuk mengetahui apa faktor penyebab pelaku melakukan penumpasan

terhadap anggota/simpatisan Partai Komunis Indonesia dan dampak apa

yang dialami bagi korban yang ditumpas.

Page 22: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

11

2. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangsih

positif dan manfaat dalam segi akademis dan praktis yaitu :

a. Secara Akademis

Dapat menjadi aspek pendukung dalam pengembangan ilmu yang

berkaitan dengan hukum Islam dan Hak Asasi Manusia. Agar penelitian

ini dapat menjadi bahan pendukung kepada seluruh kalangan akademisi

mahasiswa, dosen, atau bahkan dari kalangan aktivis penggiat HAM

agar dapat melihat dari sudut pandangan yang berbeda terkait dengan

peristiwa sejarah masa lalu.

b. Secara Praktis

Memberikan informasi kepada seluruh stakeholder atau para pemangku

kebijakan sekaligus seluruh akademisi secara luas mengenai

penumpasan terhadap anggota/simpatisan PKI dalam perspektif hukum

Islam dan HAM.

E. Tinjauan Pustaka

Review atau kajian terdahulu ini akan memaparkan berberapa penelitian

yang sudah dilakukan, baik berupa skripsi, tesis, ataupun penelitian-penelitian

lainnya yang pernah membahas atau berkaitan dengan penumpasan Partai

Komunis Indonesia yaitu :

1. Skripsi dengan judul “Genosida Menurut Hukum Islam dan Hukum

Humaniter Internasional” oleh Rokhiyatun, NIM 03360240, Jurusan

Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Page 23: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

12

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007. Skripsi ini menjelaskan

bagaimana pandangan Hukum Islam dan HAM terkait dengan Genosida

(pembunuhan massal).

2. Skripsi dengan judul “Peran Soeharto Dalam Peristiwa G 30 S/PKI”

oleh Abdul Ghofur, NIM 103033227773, Jurusan Ilmu Politik, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010. Skripsi ini menjelaskan bagaimana peran

Soeharto dalam peristiwa G 30 S/PKI dalam analisis ilmu politik dan

sosial.

3. Buku dengan judul “Pengakuan Algojo 1965” oleh Tempo Publishing.

Menjelaskan perihal investigasi yang dilakukan oleh para wartawan

Tempo terkait dengan pembantaian yang melibatkan tokoh dan

masyarakat pada tahun 1965 – 1966. Dari hasil investigasi yang didapat

oleh tim laporan khusus 1965 majalah Tempo, edisi 1-7 Oktober 2012

banyak pengakuan dari para eksekutor dalam menjalankan misi

penumpasannya.

4. Buku dengan judul “Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G 30

S/PKI” oleh Anton Tabah. Buku ini menjelaskan bagaimana dampak

yang dirasakan oleh Jend. AH. Nasution selaku target dari pemberontak

yang menamakan dirinya “Gerakan 30 September” dan bagaimana

pandangan masyarakat Indonesia kala itu terhadap kekejaman dan

kebiadaban PKI.

Page 24: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

13

5. Buku dengan judul “Palu Arit di Ladang Tebu” oleh Hermawan

Sulistyo. Buku ini menjelaskan bagaimana pandangan penulis tentang

rentetan pembunuhan massal yang terjadi pada tahun 1965-1966

khususnya yang terjadi di daerah Jombang-Kediri. Dilengkapi dengan

fakta-fakta sejarah yang telah dianalisis secara akademik.

6. Jurnal dengan judul “The PKI and the Attempted Coup”.Journal of

Southeast Asian Studies, Vol 1, No.1, Maret 1970. Oleh Jerome R.

Bass. Jurnal ini menjelaskan tentang kronologis pembunuhan enam

perwira militer yang bernasib sama dengan pimpinan Partai Komunis

Indonesia, lalu tidak lama setelah peristiwa G 30 S/PKI meletus.

Berberapa dari anggota PKI yang masih hidup terbagi menjadi dua

kubu, ada yang pro Peking dan pro Moskow.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian

riset pustaka (library research) pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian

hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan

sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau dikonsepkan

sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang

dianggap pantas.17

Yang dimaksud dengan hukum yaitu hukum Islam (fiqh) yang

bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits dan hukum yang berkaitan dengan Hak

17

Amiruddin, dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-1, h. 118.

Page 25: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

14

Asasi Manusia yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits serta peraturan

perundang-undangan. Selanjutnya akan diinterpretasikan oleh para pihak yang

memiliki kompetensi yang sesuai dengan objek penelitian sehingga muncul

beberapa pendapat dengan berbagai persamaan dan perbedaan. Yang menjadi

objek penelitian pustaka ini adalah penumpasan terhadap pemberontakan Partai

Komunis Indonesia dalam perspektif hukum Islam dan Hak Asasi Manusia.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer, yaitu sumber yang berhubungan langsung dengan

objek penelitian seperti: Al-Tasyri‟ Al-Jinai Al-Islami karya Abdul Qadir

Audah, Subul Al-Salim karya Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, Fiqh

Jinayah karya Dr. H. M. Nurul Irfan M.Ag dan Masyrofah, Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948, TAP MPRS No XXV/MPRS/1966

Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, dan Undang-Undang Nomor

26 tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber yang dapat menguatkan data-data

primer dalam hal ini: Al- Qur‟an, Al- Hadits, buku, jurnal, ensiklopedia

yang berkaitan dengan objek penelitian dan dapat dipertanggung-

jawabkan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan studi kepustakaan

dengan data-data kualitatif. Yakni dengan mencari bahan-bahan (referensi) yang

terkait serta memiliki relevansi dengan penelitian. Adapun teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu bahan-bahan yang telah tersusun

baik berupa buku maupun jurnal yang memiliki kaitan dengan pembahasan judul.

Page 26: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

15

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu menganalisis

data yang telah dikumpulkan yang berisi informasi, pendapat, dan konsep para

tokoh dan ulama, serta analisis hukum yang bersifat komperehensif yaitu

menggambarkan tentang penumpasan terhadap pemberontakan PKI dalam

perspektif hukum Islam dan Hak Asasi Manusia.

5. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan buku “Pedoman Penulisan

Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan

menjadi berberapa bab yang diuraikan dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I Berisi tentang pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar

Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan

Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Berisi tentang Sejarah Pergolakan Partai Komunis Indonesia dan

Konfigurasi Politik Tahun 1966 yang meliputi Latar Belakang,

Aksi, dan Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia,

Konfigurasi Politik Pada Saat Munculnya TAP MPRS No.

XXV/1966, dan Peran Mahkamah Militer Luar Biasa Dalam

Mengadili Tokoh-Tokoh G 30 S/PKI.

Page 27: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

16

BAB III Berisi tentang Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia yang

meliputi Hukum Islam dan Prinsip Penegakan Hak Asasi

Manusia, dan Prinsip Hak Asasi Manusia Dalam Penegakan

Hukum.

BAB IV Berisi tentang Perspektif Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia

Terhadap Penumpasan Partai Komunis Indonesia yang meliputi

Perspektif Hukum Islam Terhadap Penumpasan Partai Komunis

Indonesia, Perspektif Hak Asasi Manusia Terhadap Penumpasan

Partai Komunis Indonesia, dan Pengakuan Eksekutor Perihal

Penumpasannya Terhadap Anggota/Simpatisan Partai Komunis

Indonesia dan Dampak Bagi Korban Yang Ditumpas.

BAB V Berisi tentang Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

Page 28: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

17

BAB II

SEJARAH PERGOLAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA DAN

KONFIGURASI POLITIK TAHUN 1966

A. Latar Belakang, Aksi, dan Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia

Pada tahun 1913, menjelang Perang Dunia I, seorang aktivis politik yang

berhaluan Marxis berkebangsaan Belanda bernama Hendricus Josephus

Fransiscus Marie Sneevliet tiba di Hindia Belanda. Sneevliet sebelumnya

memimpin organisasi buruh angkutan dan anggota Sociaal Democratische

Arbeiders Partij (SDAP) di Belanda. Sesampainya di Hindia Belanda, ia bekerja

sebagai staf redaksi warta perdagangan Soerabajasche Handelsblad, kemudian ia

bekerja sebagai sekretaris pada Semrangsche Handels Vereniging. Pada saat itu di

Semarang telah terdapat organisasi buruh kereta api, Vereniging van Spooren

Tramsweg Personeel (VSTP).1

Sneevliet berhasil membawa organisasi VSTP ke arah yang radikal dalam

penyebarluasan ajaran Marxisme. Selanjutnya, pada tahun 1914 bersama J.A

Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bergsma mendirikan organisasi Marxis yang

pertama di Asia Tenggara, dengan sebutan Indische Sociaal Democratische

Vereniging (ISDV). ISDV juga menerbitkan surat kabar, yakni Soeara Mardika

dan Soeara Rakjat. Sneevliet menyadari adanya hambatan bagi ISDV untuk

menanamkan ajaran Marxisme di Hindia Belanda. Untuk itu Sneevliet

memanfaatkan organisasi Sarekat Islam dengan memasukkan anggota ISDV

1 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September PKI, Latar Belakang,

Aksi, dan Penumpasannya, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 1994), Cet. Ke-2, h. 7.

Page 29: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

18

menjadi anggota SI, dan sebaliknya anggota anggota SI dibolehkan menjadi

anggota ISDV dengan sistem “keanggotaan rangkap”. Beberapa tokoh muda SI

menjadi anggota ISDV, diantaranya Semaoen yang pada tahun 1917 menjadi

pimpinan SI cabang Semarang dan Darsono seorang wartawan Soeara Rakjat

yang menjadi anggota SI. 2

Desember 1920, Partai Komunis Indonesia menggelar konvensi di markas

Sarekat Islam, di Semarang, Jawa Tengah. Enam bulan sebelumnya, organisasi

sayap kiri itu baru saja berganti nama dari Indische Sociaal Democratische

Vereeniging (ISDV). Dikarenakan banyak dari para pengurusnya yang

berkebangsaan Belanda, para aktivis partai itu memutuskan berganti nama. Para

pengurus yang berkebangsaan Belanda diusir, termasuk pendiri ISDV Hendricus

Josephus Fransiscus Marie Sneevliet. Selain itu, nama „Partai Komunis Indonesia‟

dinilai lebih mencerminkan prinsip perjuangan partai itu. Agenda utama konvensi

Desember 1920 itu adalah memutuskan satu soal penting: bergabung tidaknya

PKI dengan Komunis Internasional (Komintern). Ribuan anggota dan simpatisan

PKI hadir, bahkan salah satu anggota partai telah membuat desain batik palu arit.3

Setelah Sneevliet, Semaoen dan Darsono, dua tokoh pionir pendiri PKI salah satu

partai komunis pertama di Asia.4

Dalam menyebarluaskan ideologi komunis, tidak jarang Partai Komunis

Indonesia berbenturan dengan kelompok masyarakat yang tidak sealiran

2 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September PKI, Latar Belakang,

Aksi, dan Penumpasannya, h. 8.

3 Wahyu Dhyatmika, Seri Buku Tempo, Musso Si Merah di Simpang Republik, (Jakarta:

PT Gramedia, 2011) Cet. Ke-1. h.14.

4 Wahyu Dhyatmika, Seri Buku Tempo, Musso Si Merah di Simpang Republik , h. 16.

Page 30: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

19

dengannya. Hal inilah yang menjadi faktor penyebab terjadinya pemberontakan-

pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia dalam konteks

sejarah nasional, berikut sejarah pergolakan Partai Komunis Indonesia dari tahun

1926 sampai dengan tahun 1965:

1. Pemberontakan 1926

Setelah PKI merasa bahwa pengaruhnya dalam tubuh Sarekat Islam cukup

besar, maka PKI mulai memanfaatkan pengaruhnya untuk menggerakkan massa

rakyat, dengan menggunakan bendera SI untuk melakukan pergolakkan fisik

melawan pemerintah Hindia Belanda. Sebab tujuan perjuangan SI adalah

mengusir penjajah Belanda, sedangkan tujuan perjuangan PKI adalah

mewujudkan masyarakat komunis di Indonesia. Upaya PKI tersebut berhasil

mencetuskan pergolakan rakyat di beberapa tempat, yaitu pada tanggal 12-14

November 1926 di Karesidenan Jakarta, tanggal 12 November - 5 Desember 1926

di Banten, tanggal 12-18 November 1926 di Priangan, tanggal 17-23 November

1926 di Surakarta, tanggal 12 November – 15 Desember 1926 di Kediri, dan

tanggal 1 Januari – akhir Februari 1927 di Silungkang, Sumatera Barat.

Pergolakan pun gagal, banyak tokoh komunis dan nasionalis ditangkap dan

dipenjarakan, bahkan ada yang dibuang ke Digul, Tanah Merah, Irian Jaya. Tetapi

tokoh komunis Alimin dan Musso berhasil melarikan diri ke luar negeri.5

2. Pemberontakan 1948

Kota Madiun, Jawa Timur pada 18 September 1948 mencekam hingga

sudut-sudut kota. Pasukan Soemarsono menguasai semua gedung vital dan kantor

5 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30 September PKI, Latar Belakang,

Aksi, dan Penumpasannya, h. 14.

Page 31: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

20

pemerintahan. Soemarsono mantan Ketua Badan Kongres Pemuda Republik

Indonesia, juga bekas pemimpin Pemuda Sosialis Indonesia menyatakan, gerakan

itu upaya membela diri. Maraknya penculikan terhadap tokoh Partai Komunis

Indonesia di Yogyakarta dan Solo telah menjalar ke Madiun.6

Dua hari sebelum peristiwa itu, Soemarsono bertemu dengan Musso dan

Amir Sjarifoeddin di Kediri untuk melaporkan kondisi Madiun yang semakin

genting. Kemudian selang berberapa hari, Soekarno mengatakan telah terjadi

upaya kudeta oleh PKI di Madiun. Dia memberikan dua pilihan kepada rakyat:

ikut Musso dengan PKI atau ikut Sukarno-Hatta. “Negara kita mau dihancurkan.

Mari basmi bersama pengacau-pengacau itu,” Soekarno berseru. Hanya berselang

tiga jam, melalui Radio Gelora Pemuda, Musso membalas pidato Soekarno.

Musso menyatakan Soekarno-Hatta hendak menjual Indonesia kepada imperialis

Amerika. “Oleh Karena itu, rakyat Madiun dan juga daerah-daerah lain akan

melepaskan diri dari budak-budak imperialis itu,” katanya. 7

Upaya pemberontakan mengalami kebuntuan pada akhir Oktober 1948,

cerita Musso pun berakhir. Dia ditembak mati tentara pemburunya di Ponorogo,

Jawa Timur. Setelah gerakan Madiun, ribuan anggota Partai Komunis Indonesia

ditangkap dan dibui serta banyak dari elitenya dieksekusi mati.8

3. Pemilu 1955

Pemilihan Umum tahun 1955, yang merupakan pemilu pertama dalam

sejarah Republik Indonesia. Pemilu 1955 dimaksudkan untuk memilih wakil-

6 Wahyu Dhyatmika, Seri Buku Tempo, Musso Si Merah di Simpang Republik ,h. 94.

7 Wahyu Dhyatmika, Seri Buku Tempo, Musso Si Merah di Simpang Republik ,h. 97.

8 Wahyu Dhyatmika, Seri Buku Tempo, Musso Si Merah di Simpang Republik ,h. 101.

Page 32: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

21

wakil rakyat untuk duduk di DPR dan di Konstituante. Menurut Badruzzaman

Busyairi, dasar hukum penyelenggaraan pemilu 1955 adalah UUDS 1950,

khususnya Pasal 1 ayat 2 dan Pasal 35.9 Pemilu 1955 menghasilkan “empat

besar”, yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.10

Tidak ada kontestan yang mampu

meraih kemenangan dengan mutlak secara mayoritas. Perolehan suara empat

besar dalam pemilu 1955 adalah sebagai berikut:

a) PNI (8.434.653) atau 22,3 %

b) Masyumi (7.903.886) atau 20,9 %

c) NU (6.955.141) atau 18,4 %

d) PKI (6.176.914) atau 16,4 %

e) Lain-lain (8.314.705) atau 22,0 %

Hasil Pemilu 1955 menunjukan bahwa meskipun mayoritas penduduk

Indonesia beragama Islam (88%), tidak semua penduduk menyalurkan aspirasi

politiknya kepada partai atau golongan Islam. Pada pemilu ini, partai dan

kelompok Islam hanya memperoleh 116 kursi (45,2%) dari 257 kursi perlemen

yang diperebutkan. Inilah yang menjadi titik balik kebangkitan Partai Komunis

Indonesia pasca peristiwa pemberontakan Madiun 1948 dalam kancah

perpolitikan di Indonesia.11

9 Badruzzaman Busyairi, Boerhanuddin Harahap: Pilar Demokrasi, (Jakarta: PT.

Bulan Bintang, 1989), Cet. Ke-1, h. 87.

10

Kacung Marijan, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926, (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 1992), Cet, Ke-1, h.74.

11

Muhammad Atho Mudzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia :“Sebuah Studi

tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia 1975-1988”, (Jakarta: INIS, 1993), Cet. Ke-1, h. 30.

Page 33: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

22

4. Pemberontakan 1965 (G 30 S/PKI)

Pada pukul 07.20 pagi, tanggal 1 Oktober 1965 melalui RRI, Letkol.

Untung mengeluarkan sebuah pengumuman tentang Gerakan 30 September.

Untung menyatakan, bahwa gerakan yang dipimpinnya itu ditujukkan kepada para

jenderal, yang disebut “Dewan Jenderal”, yang bermaksud jahat terhadap

Republik Indonesia dan Presiden Soekarno. Sedangkan, istilah Dewan Jenderal

pertama kali dikemukakan oleh Dipa Nusantara Aidit, yang akhirnya dibantah

oleh Panglima Angkatan Darat Letjen. Ahmad Yani yang menuturkan secara

langsung dihadapan Presiden Soekarno.12

Aksi pertama G 30 S/PKI muncul dalam bentuk penculikan. Sejumlah

jenderal diculik dari kediamannya dan ada pula yang dibunuh langsung di tempat

lalu dibawa ke Desa Lubang Buaya, Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten

Bekasi.13

Dalam sejarah diketahui bahwa tujuh perwira Angkatan Darat termasuk

Menteri / Panglima Angkatan Darat dan satu Inspektur Polisi yang turut menjadi

korban penculikan dan pembunuhan yaitu: Jenderal. Ahmad Yani, Letjen. M.T.

Haryono, Letjen. S. Parman, Letjen. R. Soeprapto, Mayjen. Soetojo

Siswomihardjo, Mayjen. D.I. Pandjaitan, Lettu. Pierre Tendean, Ajun Inspektur

Polisi. Karel Sasuit Tubun. Letnan Satu Dul Arief, merupakan salah satu

pemimpin kesatuan tentara yang menculik para jenderal. Nasib para penculik

kurang beruntung, sebab sasaran utama mereka, Jenderal A.H Nasution berhasil

12

G. Dwipayana dan Ramadhan K. H., Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan

Saya, (Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada, 1989), Cet. Ke-2, h. 117.

13

Sebelum pemekaran Daerah Khusus Ibu Kota, Desa Lubang Buaya, Kecamatan Pondok

Gede masih termasuk di salah satu Kecamatan Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

Page 34: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

23

meloloskan diri. Sebaliknya, mereka malah “mengambil” Lettu Pierre Tendean,

ajudan Nasution yang mereka sangka adalah sang Jenderal.14

Dalam buku Dari

Gestapu Ke Reformasi, 2014, Salim Said menulis:

“G 30 S/PKI menyegarkan kita pada tradisi daulat, mendaulat, dan

pendaulatan yang pada zaman Revolusi sering muncul dalam bentuk

penculikan. Yang paling mencolok tentu saja penculikan Sukarno dan

Hatta oleh para pemuda Jakarta menjelang Proklamasi 1945. Kedua,

pemimpin Indonesia itu digiring dengan “setengah dipaksa” oleh para

pemuda ke Rengas Dengklok (Jawa Barat) untuk didaulat mengumumkan

kemerdekaan Indonesia secepat mungkin. Yang ingin saya tekankan

sehubungan dengan cerita culik-menculik tersebut adalah kegiatan culik

sebagai modus penting dalam perubahan elite di sebuah zaman ketika

aturan main yang ada terutama adalah aturan main revolusi”.15

Akibat terjadinya kekosongan pimpinan Angkatan Darat yang menjadi

korban dari G 30 S/PKI, dalam rapat di Markas Kostrad pada tanggal 1 Oktober

disepakati Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto memegang jabatan Pimpinan

Sementara Angkatan Darat. Keputusan rapat tersebut sesuai dengan petunjuk dari

Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, yang menyebutkan

apabila Panglima Angkatan Darat berhalangan, perwira tinggi yang mewakilinya

ialah Deputi I/Pangad Mayjen TNI Moersjid atau Panglima Kostrad Mayjen TNI

Soeharto.16

14

Hermawan Sulistyo, Palu Arit Di Ladang Tebu, “Sejarah Pembantaian Massal

yang terlupakan”, Jombang-Kediri 1965-1965, h. 2.

15

Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi, h. 77.

16

Hendro Subroto, Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando,

(Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009), Cet. Ke-5. h.109.

Page 35: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

24

Selaku Panglima Kostrad, Soeharto dapat menyimpulkan bahwa Letkol.

Untung lah yang ada di balik peristiwa Gerakan 30 September. Karena sewaktu

Soeharto menjadi Komandan Resimen Batalyon 444 Resimen XV Solo, Letkol.

Untung berpangkat komandan kompi. Di situlah Soeharto mulai mengenal

Untung. Menurut Soeharto bahwa di masa revolusi Letkol. Untung adalah seorang

tentara yang dibina dan dididik menjadi kader komunis oleh tokoh PKI yang

bernama Alimin.17

Menurut Letkol. Untung, G 30 S/PKI bermaksud untuk menyelamatkan

Presiden. Lebih jauh Letkol. Untung mengumumkan bahwa sebagai tindak lanjut

dari gerakannya, maka akan dibentuk suatu “Dewan Revolusi Indonesia” dan

disusul oleh “Dewan Revolusi Daerah”. Lalu pada siang hari tanggal 1 Oktober

1965 melalui RRI Letkol. Untung mengumumkan Dekrit No. 1 Gerakan 30

September, yaitu tentang pembentukan Dewan Revolusi Indonesia. Dalam dekrit

tersebut dikatakan bahwa Dewan Revolusi merupakan sumber dari segala

kekuasaan negara. 18

Gerakan 30 September merupakan suatu kudeta oleh PKI yang sudah

direncanakan 5 tahun sebelumnya. Dimulai dari kemenangan terbesar PKI di

parlemen dengan lahirnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-

Pokok Agraria. Dari Undang-Undang tersebut, PKI mencetuskan program land

reform. Wilayah konflik yang sensitif dalam program-program land reform adalah

tanah yang dimiliki oleh kiyai. Banyak kiyai adalah tuan tanah yang kaya, dan

17

G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin, Jejak Langkah Pak Harto, 1 Oktober

1965-27 Maret 1968, (Jakarta: PT Citra Kharisma Bunda, 2003), Cet. Ke-3, h. 5.

18

G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin, Jejak Langkah Pak Harto, 1 Oktober

1965-27 Maret 1968, h. 6.

Page 36: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

25

tanah merupakan aset pesantren. Anggota PKI yang tergabung dalam BTI

mengincar tanah-tanah milik kiyai, selain tanah negara, untuk dibagikan kepada

orang miskin. Para kiyai, selain sebagai tokoh agama yang disegani, juga tuan

tanah.19

PKI secara terbuka juga mengelompokkan para kiyai dan pemilik tanah

sebagai “Tujuh Setan Desa” yang harus diburu dan dibasmi. Selain mengusung

semboyan “tanah untuk rakyat”, kader-kader PKI pintar menggaet pengikut

dengan menggelar ludruk memakai judul mencolok: “Tuhan Sudah Mati” atau

“Gusti Allah Mantu”.20

Di samping itu, PKI juga melakukan apa yang dikenal sebagai aksi-aksi

sepihak di daerah-daerah. Misalnya penyerangan terhadap umat Islam di Kediri

oleh anggota-anggota BTI (Barisan Tani Indonesia) dan Pemuda Rakyat, yang

dikenal dengan peristiwa Kanigoro. Contoh lainnya adalah Peristiwa Bandar

Betsy21

di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, yang menewaskan Peltu. Sudjono.22

Setelah tragedi politik 1965, Mayjen TNI Soeharto memerintahkan

Kolonel Sarwo Edhie untuk segera memimpin operasi penumpasan PKI. Selain

itu, Soeharto juga membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan

19

Hermawan Sulistyo, Palu Arit Di Ladang Tebu, “Sejarah Pembantaian Massal

yang terlupakan”, Jombang-Kediri 1965-1965, h. 158.

20

Kurniawan et al, Pengakuan Algojo 1965, h. 23.

21

Aksi yang terjadi tepatnya di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, dimana massa

BTI secara liar menyerobot tanah perkebunan milik Perusahaan Perkebunan Negara antara lain

dengan menanam pohon pisang. Untuk membersihkan tanaman tersebut, pihak perkebunan

menggunakan traktor, ketika traktor mogok dan terbenam. Peltu. Soedjono, petugas di PPN yang

berusaha menarik keluar traktor, diserang dan dikeroyok oleh anggota BTI dan Pemuda Rakjat

hingga tewas.

22

G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin, Jejak Langkah Pak Harto, 1 Oktober

1965-27 Maret 1968, h. 7.

Page 37: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

26

Ketertiban yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan stabilitas

keamanan. Dalam aksinya Kopkamtib menggelar Operasi Kalong dan Operasi

Trisula, dimana tentara melakukan penangkapan, penahanan, dan menginterogasi

orang-orang yang terindikasi terlibat dalam kegiatan PKI di berbagai tempat.23

Selanjutnya tanpa proses pengadilan, orang-orang yang terjaring

dimasukkan ke kamp penahanan. Tak hanya di Pulau Buru, mereka menjalani

hidup sebagai tahanan politik di sejumlah penjara, seperti di Gunung Sahari II

(Jakarta), Pelantungan (Jawa Tengah), Jalan Gandhi (Medan), Pulau Kemaro

(Palembang), dan Moncongloe (Sulawesi Selatan). Tempat-tempat tersebut seperti

penjara Guantanamo yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Para tahanan tersebut

mengalami berbagai bentuk penyiksaan, dari yang ringan hingga yang berat.24

Berbagai cara dilakukan petugas Tim Kalong untuk meminta pengakuan

agar bisa dicatat dalam berita acara pemeriksaan, sering kali pemeriksa mengadu

tahanan dengan tahanan lain. Objek interogasi meliputi jaringan dan orang-orang

yang dikenal oleh terperiksa. Tim Operasi Kalong dibentuk oleh Komando Daerah

Militer V / Jaya pada 15 Agustus 1966. Operasi dipimpin duet Mayor Suroso dan

Kapten Rosadi. Penangkapan tersebut tak jarang berujung pada penyiksaan

bahkan kematian orang yang dicurigai terlibat PKI dilakukan secara sistematis,

serempak, dan masif. Pekerjaan itu dilakukan aparat negara, terutama militer, di

semua level, baik pusat maupun daerah.25

Pembersihan gelombang kedua terjadi

pasca 30 September 1965 pada 1968. Kodam VIII / Brawijaya di Jawa Timur,

23

Kurniawan et al, Pengakuan Algojo 1965, h. 90.

24

Kurniawan et al, Pengakuan Algojo 1965, h. 93.

25

Kurniawan et al, Pengakuan Algojo 1965, h. 95.

Page 38: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

27

melancarkan Operasi Trisula pada Juli 1968 untuk menyapu Blitar Selatan sebagai

basis PKI. Pada 9 Agustus di tahun yang sama, di Malang, Panglima Kodam

Brawijaya Mayor Jenderal M. Jasin mengumumkan keberhasilan Trisula dalam

menumpas sisa-sisa PKI, yang bertulang punggung pasukan tempur dan

intelijen.26

B. Konfigurasi Politik Pada Saat Munculnya TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966

Konfigurasi politik dapat diartikan sebagai susunan atau konstelasi

kekuatan politik yang secara dikotomis dibagi atas dua konsep yang bertentangan

secara diametral, yaitu konfigurasi politik demokratis27

dan konfigurasi politik

otoriter.28

Pada konfigurasi demokratis, partai politik dan lembaga perwakilan

rakyat aktif berperan menentukan hukum negara atau politik nasional. Kehidupan

pers relatif bebas, sedangkan peranan lembaga eksekutif (pemerintah) tidak

dominan dan tunduk pada kemauan-kemauan rakyat yang digambarkan lewat

kehendak lembaga perwakilan rakyat. Sementara pada konfigurasi politik otoriter

yang terjadi adalah sebaliknya. Selain itu terdapat perbedaan dalam karakter

produk hukumnya, yakni produk hukum yang responsif / populistik dan produk

hukum konservatif / ortodoks.29

26

Kurniawan et al, Pengakuan Algojo 1965, h. 96.

27

Konfigurasi politik demokratis adalah susunan sistem politik yang membuka

kesempatan (peluang) bagi partisipasi rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan

kebijaksanaan umum.

28

Konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem politik yang lebih memungkinkan

negara berperan sangat aktif serta mengambil hampir seluruh inisiatif dalam pembuatan

kebijaksanaan negara.

29

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014)

Cet. Ke-6, h. 30-31.

Page 39: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

28

Produk hukum responsif / populistik adalah produk hukum yang

mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi harapan masyarakat. Dalam proses

pembuatannya memberikan peranan besar dan partisipasi penuh kelompok-

kelompok sosial atau individu di dalam masyarakat. Hasilnya bersifat responsif

terhadap tuntutan-tuntutan kelompok sosial atau individu dalam masyarakat.

Sedangkan produk hukum konservatif / ortodoks / elitis adalah produk hukum

yang isinya lebih mencerminkan visi sosial elite politik, dan lebih mencerminkan

keinginan pemerintah yang bersifat positivis-instrumentalis, yakni menjadi alat

pelaksana ideologi dan program negara. Hasilnya bersifat konservatif dengan

memberi peluang yang luas kepada pemerintah untuk membuat berbagai

interpretasi dengan berbagai peraturan lanjutan yang berdasarkan visi sepihak dari

pemerintah dan tidak sekadar masalah teknis. 30

Peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965 menjadi titik awal dari keruntuhan rezim

Orde Lama atau pada masanya disebut Demokrasi Terpimpin. Setelah itu luapan

emosi dari masyarakat yang terdiri dari aliansi mahasiswa, ormas-ormas Islam,

serta didukung oleh Angkatan Darat turun ke jalan dan menuntut pembubaran

PKI. Dominasi politik Soekarno – Angkatan Darat – PKI pun pada era Demokrasi

Terpimpin berakhir dengan dimenangkannya Angkatan Darat ke panggung politik

nasional. Ditambah situasi yang tidak stabil akibat dari gagalnya G 30 S/PKI, arus

yang kuat dari masyarakat dan aliansi mahasiswa untuk menumpas

anggota/simpatisan PKI dan menjatuhkan Soekarno tidak dapat dibendung.31

30

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, h. 32.

31

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, h. 144.

Page 40: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

29

Akhirnya pada tanggal 11 Maret 1966, atas desakan 3 perwira tinggi

Angkatan Darat yang mendatanginya di Istana Bogor, Soekarno mengeluarkan

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) kepada Jenderal Soeharto yang

bertujuan untuk:

1. Mengambil segala tindakan yang perlu, untuk terjaminnya keamanan

dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya

revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan

Pimpinan / Presiden / Panglima Tertinggi / Pemimpin Besar Revolusi /

Mandataris MPRS demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik

Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin

Besar Revolusi.

2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan panglima-

panglima angkatan-angkatan lain dengan sebaik-baiknya.

3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut-paut dalam tugas

dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.

Surat perintah tersebut telah menjadi alat legitimasi yang sangat efektif

bagi Angkatan Darat untuk melangkah lebih jauh dalam panggung politik. Dengan

lahirnya Supersemar tersebut, secara praktis Presiden Soekarno telah kehilangan

kekuasaannya, kendati secara resmi masih menjabat Presiden dalam status

“Presiden konstitusional.” Sehari setelah mendapatkan surat perintah tersebut,

melalui Keputusan Presiden No. 1/3/1966 Soeharto membubarkan PKI dengan

Surat Perintah Sebelas Maret sebagai landasan yuridisnya.32

32

Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990),

Cet.Ke-III, h.140.

Page 41: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

30

Kemudian secara khusus dalam Sidang Umum MPRS telah dikeluarkan

pula Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 yang menguatkan Supersemar sebagai

landasan berpijak bagi beroperasinya pemerintahan Orde Baru. Setelah

dibersihkannya unsur PKI dan pendukung Soekarno, DPR-GR dan MPRS mulai

mengadakan sidang-sidangnya sebagai lembaga negara. Pada bulan Juni 1966

DPR-GR mengeluarkan sebuah memorandum yang memuat usul tentang Sumber

Tertib Hukum, Tata Urutan Perundang-Undangan, dan Skema Susunan

Kekuasaan menurut Undang-Undang Dasar 1945. Memorandum ini, khusus

mengenai Sumber Tertib Hukum dan Tata Urutan Perundang-Undangan, diterima

dalam sidang umum MPRS IV yang berlangsung bulan Juli 1966 dan dijadikan

Lembaran Otentik Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966.33

Tindakan preventif yang penting diambil Orde Baru dalam menyelesaikan

akibat dari G 30 S/PKI adalah mencegah terulangnya ancaman bahaya

Komunisme di Indonesia. Keputusan Presiden No. 1/3/1966 telah ditingkatkan

menjadi Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 Tentang Pembubaran Partai

Komunis Indonesia dan Menyatakannya Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah itu, pada tahun 1967,

setelah menganggap Soekarno tidak dapat mempertanggungjawabkan “tragedi

nasional” tersebut. MPRS mencabut mandat Soekarno sebagai Presiden.

Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967, yang sekaligus

mendudukan Soeharto sebagai pejabat Presiden. Setahun kemudian melalui TAP

MPRS No. XLIII/MPRS/1968 Soeharto diangkat menjadi Presiden definitif.34

33

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, h. 197.

34

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, h. 198.

Page 42: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

31

C. Peran Mahkamah Militer Luar Biasa Dalam Mengadili Tokoh-Tokoh G 30

S/PKI

Mahkamah Militer Luar Biasa merupakan badan peradilan khusus yang

dapat memeriksa dan mengadili dengan cepat perkara-perkara yang merupakan

ancaman besar bagi keamanan bangsa dan negara yaitu perkara yang mengancam

persatuan dan kesatuan wilayah negara. Oleh karena perkara-perkara tersebut

sangat erat hubungannya dengan keamanan ataupun pertahanan, maka badan

peradilan yang dibentuk itu merupakan badan di lingkungan peradilan militer.

Mahmillub adalah pengadilan tingkat akhir, sehingga bersifat definitif, tidak ada

lagi hak terpidana untuk mengajukan pengadilan ke tingkat banding. Dasar

hukumnya ialah Penpres No. 16 Tahun 1963 tentang pembentukan Mahkamah

Militer Luar Biasa (Mahmillub) yang ditetapkan atau diundangkan pada tanggal

24 Desember 1963.35

Melalui Keppres No. 370 tahun 1965, lembaga tersebut diberi mandat

untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat G 30 S/PKI. Tokoh-tokoh PKI yang

diadili antara lain Njono, Let. Kol. Untung, Wirjomartono, Sujono, Peris Pardede,

Sudisman, Heru Atmodjo, Ulung Sitepu, Dr. Soebandrio, Omar Dhani, Soepardjo,

Tamuri Hidayat, Sjam Kamaruzzaman, Muljono bin Ngali, Abdullah Alihami,

Ranu Sunardi, Sukatno, Supono, Suwandi, Ismail Bakri, R. Sugeng Sutarto, dan

Ruslan Widjajasastra.36

35

Aco Manafe, Teperpu,Mengungkap Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses

Hukum Bagi Para Pelakunya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2008), Cet. Ke-2, h. 123.

36

Samuel Gultom, Mengadili Korban, Praktek Pembenaran Terhadap Kekerasan

Negara, (Jakarta: Penerbit ELSAM, 2003), Cet. Ke-1, h. 28.

Page 43: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

32

Pasca proses penangkapan terhadap anggota/simpatisan PKI, Tim

Pemeriksa Pusat (Teperpu) melakukan interogasi, dan pemeriksaan pro-yustisi.

Dari hasil pemeriksaan, Pangkopkamtib menentukan apakah anggota/simpatisan

PKI tersebut terlibat langsung dalam G 30 S/PKI atau tidak. Selanjutnya

Pangkopkamtib menyerahkan BAP hasil penyidikan itu kepada Tim Oditur dan

Jaksa Pusat (Todsapu) untuk memeriksa dan menyiapkan berkas perkara, sebagai

persiapan penuntutan. Kemudian Pangkopkamtib menyerahkan berkas perkara,

hasil pemeriksaan tim oditur atas tertuduh yang termasuk tokoh kepada

Mahkamah Militer Luar Biasa untuk disidangkan. Berkas Soebandrio dan Omar

Dhani diserahkan langsung ke Mahmillub oleh Pangkopkamtib Jenderal

Soeharto.37

Pasal 3 Ayat (1) Penetapan Presiden Nomor. 16 Tahun 1963 mengatur

tentang susunan persidangan Mahmillub yang meliputi, seorang Hakim Ketua,

dua orang atau lebih Hakim Anggota, seorang Oditur dan seorang Panitera, yang

dijabat oleh perwira-perwira dari salah satu Angkatan atau secara gabungan dari

ketiga Angkatan. Terdakwa dalam persidangan Mahmillub juga wajib didampingi

oleh penasihat hukum seperti yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2). Jika

Terdakwa tidak dapat mengajukan seorang Pembela, maka Hakim Ketua

menunjuk seorang atau lebih Pembela baginya. Selanjutnya, dalam Pasal 5

menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum acara pidana militer yang berlaku.38

Berikut proses hukum acara dalam persidangan Mahmillub:

37

Aco Manafe, Teperpu,Mengungkap Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses

Hukum Bagi Para Pelakunya, h. 167.

38

Aco Manafe, Teperpu,Mengungkap Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses

Hukum Bagi Para Pelakunya, h. 168.

Page 44: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

33

1. Penyerahan perkara dilakukan oleh Menteri/Panglima Angkatan Perang

yang ditunjuk oleh Presiden.

2. Pemeriksaan di dalam sidang dilakukan berdasarkan surat tuduhan yang

dibuat oleh Oditur.

3. Oleh Hakim Ketua diberikan kesempatan secara teratur kepada Oditur

dan Pembela untuk secara langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan

kepada terdakwa dan saksi-saksi.

4. Proses pembuktian di dalam sidang Mahmilub, merujuk pada ketentuan

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1950 Tentang Hukum Acara

Pidana Pada Pengadilan Tentara, yang menyatakan bahwa bagi hukum

acara pidana pada peradilan ketentaraan berlaku sebagai pedoman

Herziene Inlandsch Reglement dengan perubahan-perubahan seperti

yang dimuat dalam undang-undang ini. 39

5. Keterangan saksi secara tertulis dibuat melalui sumpah dan dibacakan

di dalam sidang Mahkamah yang disamaratakan dengan keterangan-

keterangan lisan yang diberikan dengan sumpah untuk barang-barang

bukti cukup dibuktikan dengan adanya surat keterangan yang dibuat

atas sumpah oleh pejabat bersangkutan yang memuat macam, jumlah,

tempat dan waktu barang tersebut disita.

39

Sebagaimana diketahui dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), maka Herziene Inlandsch

Reglement dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Sehingga atas dasar Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1950 yang menjadi pedoman dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu

perkara pidana dalam lingkungan peradilan militer adalah KUHAP.

Page 45: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

34

BAB III

HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Hukum Islam dan Prinsip Penegakan Hak Asasi Manusia

1. Pengertian Hukum Islam dan Fiqh Jinayah

Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan

Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini

mengikat untuk semua yang beragama Islam. Dalam Hukum Islam khususnya

yang berkaitan dengan pidana, dapat disebut fiqh jinayah, apabila didefinisikan

meliputi dua kata pokok, yaitu fiqh dan jinayah.1 Secara etimologis, fiqh berasal

dari kata faqiha-yafqahu yang berarti memahami ucapan secara baik. Fiqh

diibaratkan dengan ilmu, semacam ilmu tentang hukum-hukum syariah yang

bersifat amaliah. Sedangkan, jinayah yang juga berasal dari kata, jana-yajni-

janyan-jinayatan yang berarti adznaba (berbuat dosa) atau tanawala (menggapai

atau memetik dan mengumpulkan) seperti dalam kalimat jana al-dzahaba

(seseorang mengumpulkan emas dari penambangan).2

Dalam menerangkan makna kata jinayah, Louis Ma‟luf mengatakan

bahwa kata jana berarti irtakaba dzanban (melakukan dosa). Pelakunya disebut

janin dan bentuk jamaknya adalah janatin.3 Setelah itu, para ahli hukum Islam

membatasi cakupan makna jinayah hanya pada tindakan-tindakan yang

1 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2011), Cet. Ke-5,

h. 6.

2 Ibrahim Anis, Abdul Halim Muntashir, dkk, Al-Mu‟jam Al-Wasith, (Mesir: Dar Al-

Ma‟arif, 1972), Cet. Ke-1, h. 141.

3 Louis Ma‟luf, Al-Munjid fi Al-Lughah, (Damaskus: Dar Al-fikr, 1973), Cet. Ke-17, h.

105.

Page 46: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

35

mengancam keselamatan jiwa dan fisik manusia, yaitu tindakan pembunuhan,

pelukaan, pemukulan, dan aborsi; walaupun ahli lain berpendapat bahwa jinayah

mencakup semua tindak pidana hudud4 dan qisas.

5 Jadi, dapat disimpulkan bahwa

fiqh jinayah adalah ilmu tentang hukum-hukum syariah yang digali dan

disimpulkan dari Al-Qur‟an dan hadis tentang kriminalitas yang berkaitan dengan

kemanan jiwa (nyawa) dan anggota tubuh, baik menyangkut lima aspek (agama,

nyawa, akal kehormatan [nasab], dan harta maupun tidak).

2. Asas - Asas Hukum Pidana Islam Sebagai Prinsip Penegakan HAM

a) Asas Keadilan

Salah satu firman Allah mengenai asas keadilan dalam hukum Islam

adalah

ا و قوأ ل وو يو نلنيو ال ٱ فو

ا ا ىق ا ق ا يق ل ٱحلقل حل ل ءوانوومحل أ كق ىؿق ل

و أ و حل لعو و ل ل و اءو للل دو و و حلول شق ل و

ٱحل و لنيو ب رو

فحلو حل ؾوقل ري و ٱحل

ويلييا أ وحل ػو ق إلإو وكق ا لل ا ؾولو ثوتبلعق ا لهو ل

لو حلوو أ و حل دل ق ل إو توعحل

وا أ إو ا

ق ا ثولحل ؾوإلإو اا ا رلضق حل تقعحل

وو أ بل ري لل لقإوو خو هو ا توعحل لهو إوو )٤:١٣٥ /اٱن اء( ١٣٥ كو

Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak

keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu

sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia

(yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu

kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika

kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,

maka ketahuilah Allah maha teliti terhadap segala apa yang kamu

kerjakan”. (QS.4 (An-Nisa) : 135)

4 Hudud adalah jenis tindak pidana dalam fiqh jinayah yang hukuman dan teknis

pelaksanaannya dijelaskan dalam Al-Qur‟an dan hadis.

5 Qisas adalah jenis sanksi atau hukuman yang dikenakan kepada pelaku sama persis

dengan tindakannya terhadap korban, baik berupa penganiayaan maupun pembunuhan.

Page 47: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

36

b) Asas Kemanfaatan

Asas kemanfaatan asas yang mengiringi asas keadilan dan asas kepastian

hukum. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian hukum, seyogianya

dipertimbangkan asas kemanfaatannya, baik bagi yang bersangkutan maupun

orang lain. Dalam menerapkan hukuman mati terhadap seseorang yang melakukan

pembunuhan, misalnya, dapat dipertimbangkan penjatuhan hukuman itu bagi diri

terdakwa sendiri dan bagi masyarakat.6 Kalau hukuman mati yang akan

dilanjutkan itu lebih bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, hukuman itulah

yang akan dijatuhkan. Kalau tidak menjatuhkan hukuman mati lebih bermanfaat

bagi terdakwa, keluarga, atau saksi korban; ancaman hukuman mati dapat diganti

dengan hukuman denda yang dibayarkan kepada keluarga terbunuh.7

c) Asas Legalitas

Asas legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelarangan

dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang mengaturnya. Asas

legalitas dirumuskan dalam pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi “suatu

perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan-ketentuan

perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya” dan dalam kitab pidana

Belanda nullum delictum nulla poena sine previa lege peonali (tidak ada delik,

tidak ada hukuman yang tidak didahului hukum terlebih dahulu).8 Asas ini sejalan

dengan surah Al-Isra ayat 15 sebagaimana yang telah dikemukakan. Selain itu

Allah berfirman,

6 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Penerbit Amzah, 2016), Cet.Ke-1 h. 15.

7 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafinfo Persada, 2001), Cet. Ke-

16, h. 130.

8 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 15.

Page 48: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

37

فق ل فق حل ةري دو هو ق شو بو كحلوء أ حل يق شو

و أ ق ا لل ذو هو و إللو حل

قأ و محل بويحليوكق ويحلنل و ليدق رحلءواإوق شو ٱحلقق

ل ل م رو ق ىذلقعو ۦٱل إو نو

ودق إوو أ و محل ٱوتوشحل ليكق ن

و أ و ولوغو ل ونو فق حل لل دق و شحل

و أ فق ل رو خحل

قة أ و ل ءوال

ا وق إوو و إلنهو ل ق لحلق ا ت له د ىنل ورليء م ل وو

)٦:١٩ /اٱىعام( ١٩ إللو

Artinya: ”Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat

kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah, Dia menjadi saksi antara dia

dan kamu. Al-Qur‟an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu

aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai

(Al-Qur‟an kepadanya). Dapatkah kamu benar-benar bersaksi

bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah “Aku

tidak dapat bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah

Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu

persukutukan (dengan Allah).” (QS.6 (Al-An‟am) : 19)

Ayat di atas dan ayat 15 dalam surat Al-Isra dangat relevan dengan asas

legalitas sebab Allah menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad untuk

memberikan peringatan berupa aturan-aturan hukum, termasuk dalam bentuk

ancaman hukuman. Oleh sebab itu, sanksi hukum bersifat legal sebab sebelum

dijatuhkan telah ada ayat atau hadis yang mengatur masalah terkait.9

d) Asas Praduga Tidak Bersalah

Dalam hukum pidana Islam, asas praduga tidak bersalah lebih tepatnya

berupa asas yang menyatakan bahwa seseorang harus tetap dianggap tidak

bersalah sebelum diputuskan oleh majelis hakim dalam sidang pengadilan bahwa

yang bersangkutan telah nyata bersalah tanpa ada unsur keraguan. Tampaknya,

asas praduga tidak bersalah dalam Islam dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak

dibenarkan mencari-cari kesalahan pihak lain. Perhatikan firman Allah berikut.

9 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 16.

Page 49: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

38

ا و قوأ ل وو يو ا ٱ ا يق ا ءوانو ا لبق جون لوو حل يل ري ن ل و و ل إلإو بوعحلضو ٱل و لو ٱل ا و ا و ق إلاحلم و لو تو

و وق جقهق حل رلا ؾوكو يحلجري يل نو خل

وحلمو أ كق و ٱو

حلإو و

ومحل أ كق دق و

ول ق أ ق

و ا م بوعحل كق جو بعحل ق ؼحل ا و ا تقق

و و إلإو لل يم لل اا ر ل ـرات( ١٢ ثو )٤٩:١٢ /اٱقـجقArtinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari

prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan

janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah

ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah

ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang

mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang”.

(QS.49 (Al-Hujarat) : 12)

e) Asas Larangan Memindahkan Kesalahan Orang Lain

Asas ini berkaitan dengan masalah pertanggungjawaban pidana. Artinya,

seseorang harus bertanggung jawab atas hal yang telah dilakukan dan tidak ada

konsep pelimpahan kesalahan pada pihak lain. Penjelasan mengenai seseorang

yang berdosa tidak dapat memikul bebas dosa orang lain juga terdapat dalam

Surah Al-An‟am ayat 164, Surah Fathir Ayat 18, Surah Az-Zumar ayat 7, dan

Surah Al-Najm ayat 38. Dalam Islam juga tidak ada dosa turunan, yaitu seorang

anak tidak akan memikul dosa kedua orang tuanya, sekalipun ia berstatus sebagai

anak zina. Hal itu karena setiap bayi yang lahir dalam keadaan fitrah dan suci.10

B. Prinsip Hak Asasi Manusia Dalam Penegakan Hukum

Hak Asasi Manusia adalah hak mutlak yang harus dimiliki oleh setiap

manusia yang hidup. Diskursus tentang HAM dalam kaitannya dengan sistem

penegakan hukum, khususnya sistem peradilan pidana dan administrasi peradilan

pidana, tidak akan lepas dari pembicaraannya tentang hubungan antara HAM,

10

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 19-20.

Page 50: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

39

supremasi hukum, dan demokrasi. Karena HAM yang bersifat idividual dan

politik menekankan betapa pentingnya keprihatinan terhadap pelanggaran HAM

individual. Dengan demikian, hak-hak sipil dan politik dapat dinamakan “first

generation of human rights”. Sekalipun substansi HAM bersifat universal

mengingat sifatnya sebagai pemberian Tuhan, hal ini memicu perdebatan sengit

menyangkut dengan apa yang disebut Teori Relativisme Kultural dan Teori

Universalitas. 11

Teori relativisme kultural berpandangan bahwa nilai-nilai moral dan

budaya bersifat partikular. Para penganut teori ini berpendapat bahwa tidak ada

hak yang bersifat universal, semua tergantung pada kondisi sosial kemasyarakatan

yang ada. Hak-hak dasar bisa diabaikan atau disesuaikan dengan praktik-praktik

sosial. Sedangkan, kelompok kedua (universalitas HAM) berpendapat bahwa

perbedaan kebudayaan bukan berarti membenarkan perbedaan konsepsi HAM.

Perbedaan pengalaman historis dan sistem nilai tidak meniscayakan HAM

dipahami secara berbeda dan diterapkan secara berbeda pula dari satu kelompok

ke kelompok budaya lain.12

1. Penerapan Asas Legalitas

a) Asas ini diatur dan ditegaskan dalam DUHAM 1948 maupun di dalam

International Convenant on Civil and Political Rights, masing-masing

pada Article 6 dan 16 yang berbunyi: “Everyone has the right to

recognition everywhere as person before the law” berupa larangan

11

Muladi, Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, h. 100.

12

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat , h.

162.

Page 51: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

40

pemberlakuan surut perundang-undangan pidana (nullum crimen sine

legi, nulla poena sine legi); (Article 11 DUHAM 1948 dan Article 15

ICCPR).13

b) Refleksi Asas Legalitas dalam bentuk lain tersurat dan tersirat pada asas

praduga tidak bersalah (presumption of innocence) dan larangan

penderitaan ganda (prohibition of double jeopardy/nebis in idem).14

2. Hak-Hak Dasar Yang Harus Dihormati Dalam Penegakan Hukum15

a) Pencegahan Diskriminasi, equality dan non-diskriminasi perlakuan baik

di dalam maupun dihadapan hukum merupakan hak yang sudah

diperjuangkan ratusan tahun yang lalu. Namun harus disadari bahwa

pembedaan yang dilandasi alasan-alasan dan kriteria objektif tidak

berarti bertentangan dengan standar HAM.

b) Hak untuk hidup dan bebas dari penyiksaan atau tindakan atau

pemidanaan yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan yang lain.

1) Hak untuk hidup merupakan hak yang paling utama dan hak lain

berada di bawah hak tersebut.

2) Penyiksaan merupakan malapetaka dari kehidupan manusia dan

bertentangan dengan keberadaban manusia. Namun dalam praktek

masih banyak terjadi. Pembunuhan yang sewenang-wenang dan

13

Muladi, Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat. h.102.

14

Muladi, Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat. h.103.

15

Muladi, Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat. h.104.

Page 52: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

41

penghilangan paksa merupakan dua hal yang menjadi perhatian

komisi HAM PBB.

c) Hak atas kebebasan dan hak-hak terpidana, penangkapan dan

penahanan dengan cara kekerasan merupakan pelanggaran berat

terhadap kemanusiaan, yang sampai saat ini telah menelan korban

ratusan hingga ribuan manusia di dunia.

d) Hak atas “Fair Trial”, sesuatu yang harus tetap diperhitungkan dalam

kehidupan demokrasi adalah kehakiman yang merdeka. Adanya

jaminan atas terselenggaranya peradilan yang jujur terhadap semua

orang yang dituduh melakukan tindak pidana. Jaminan ini secara

konkrit dilakukan terhadap individu yang dituduh melakukan tindak

pidana, yang mengklaim bahwa haknya atas “fair trial” telah dilanggar.

e) Perlakuan terhadap korban, kritik selalu dilontarkan sehubungan dengan

terlalu banyaknya instrumen HAM yang memfokuskan pada

perlindungan terhadap pelaku tindak pidana, sedangkan perhatian

terhadap korban yang seharusnya dilakukan atas dasar belas kasihan

dan hormat atas martabat korban seolah-olah dilupakan, atau paling

tidak kurang diperhatikan. Khusus tentang Tata Cara Perlindungan

Terhadap Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran HAM Yang Berat, hal

ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2002.16

16

Muladi, Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat. h.107-108.

Page 53: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

42

BAB IV

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

PENUMPASAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA

A. Perspektif Hukum Islam Terhadap Penumpasan Partai Komunis Indonesia

1. Definisi Jarimah Al-Baghyu

Secara etimologis jarimah pemberontakan (al-baghyu) berarti menuntut

sesuatu. Kata ini juga berarti sombong atau takabur karena pelaku jarimah itu

berlaku takabur dengan melampaui batas dalam menuntut sesuatu yang bukan

haknya. Adapun secara terminologis al-baghyu adalah sikap menolak untuk

tunduk terhadap seorang pemimpin yang tidak dengan kemaksiatan, tetapi dengan

perlawanan, walaupun alasannya kuat. Hal ini disinggung dalam firman Allah

SWT sebagai berikut.1

جواإول نلوو إو لؿو ان نليلنيو طو ؤحل حلهق ا ل ا جوجولق و حل ا لعو هو ق ى دو ؾوإلإو بوؼوتحل إل حل ا هو ق ويحليوا ا للحق صحل

ورو ؾو خحل

ق ٱحلا ا جللق ل ؾوقورل ٱ محل

و أ ءو إللو ثوفل ل توبحلغل و ا ال لل هو ق ويحليو

ا ا للحق صحلو حل ٱحلعودحل ل ؾوإلإو ؾواءوتحل ؾو

وأ ا و ا سل ق

و إلإو ل ق لل قحل ل لنيو ق حلهق ـرات( ٩ ل )٩: ٤٩ /سرة اٱقـجق

Artinya: ”Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu

berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Akan

tetapi, kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,

hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai

kembali pada perintah Allah. Kalau ia telah surut damaikanlah

antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku

adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku

adil”. (QS.49 (Al-Hujarat) : 9)

1 Ahmad bin Muhammad bin Ali Al-Maqri Al-Fayumi, Al-Mishbah Al-Munir fi Gharib

Al-Syarh Al-Kabir li Al-Rafi, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah, 1994), h. 57.

Page 54: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

43

Adapun secara terminologis al-baghyu dikemukakan oleh Abdul Qadir

Audah dengan mengutip pendapat para ulama mazhab.

a) Menurut ulama kalangan Malikiyah dan Hanafiyah.

Pemberontakan ialah sikap menolak untuk taat terhadap seseorang yang

dianggap sah kepemimpinannya bukan lantaran kemaksiatan dengan cara

melakukan perlawanan, walaupun dengan asrgumentasi kuat (takwil). Ulama

kalangan Malikiyah memberikan definisi al-bughah yang artinya segerombolan

muslimin yang menentang kepala negara atau wakilnya. Sikap menentang ini

dilakukan karena menolak kebenaran yang wajib atas sekelompok orang muslim

atau karena bertujuan untuk mengganti kepemimpinannya.2 Sedangkan menurut

ulama kalangan Hanafiyah pemberontak ialah keluar dari kedudukan terhadap

penguasa yang benar. Sementara itu, pemberontak ialah orang yang keluar dari

ketaatan terhadap penguasa yang sah dengan jalan tidak benar.3

b) Menurut ulama kalangan Syafi‟iyah dan Hanabilah.

Para pemberontak ialah orang-orang Islam yang membangkang terhadap

penguasa dengan cara keluar dan meninggalkan kedudukan atau menolak

kebenaran yang ditunjukkan kepada mereka, dengan syarat adanya kekuatan serta

adanya tokoh yang diikuti di kalangan mereka.4 Sementara itu Imam Al-Nawawi

berpendapat bahwa pemberontak, menurut fuqaha, ialah seseorang yang

2 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jinai Al-Islami, (Beirut: Mu‟assasah Al-Risalah,

1992), Cet. Ke-11, jilid 2, h. 673.

3 Lihat juga Muhammad Amin Ibnu Abidin, Radi Al-Muhtar „Ala Durri Al-Muhtar,

(Mesir: Mushthafa Al-Bab Al- Halabi wa Auladuh, 1386 H), Cet. Ke-2, jilid III, h. 426.

4 Syamsuddin Muhammad bin Abi Al-Abbas Ahmad bin Hamzah bin Syihabuddin Al-

Manufi Al-Ramli, Nihayah Al-Muhtaj ila Syarh Al-Minhaj, (Mesir: Mushthafa Al-Bab Al-Manufi

wa Auladuh, 1938), jilid VII, h. 382-382.

Page 55: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

44

menentang penguasa. Orang tersebut keluar dari ketundukan dengan cara menolak

melakukan kewajiban-kewajiban yang seharusnya ia lakukan atau dengan cara

lainnya.5 Sedangkan menurut ulama kalangan Hanabilah pemberontak ialah

kelompok orang yang keluar dari ketundukan terhadap penguasa, walaupun

penguasa itu tidak adil dengan adanya alasan yang kuat. Kelompok ini memiliki

kekuatan, walaupun di dalamnya tidak terdapat tokoh yang ditaati.6

2. Unsur- Unsur Jarimah Al-Baghyu

Dalam jarimah pemberontakan terdapat tiga unsur pokok, yaitu 1)

pemberontakan terhadap pemimpin negara yang sah dan berdaulat, 2) sikap

pemberontak yang demonstratif, dan 3) unsur melawan hukum.7 Maksud dari

rukun pertama adalah upaya untuk memberhentikan pemimpin negara dari

jabatannya. Dalam hal ini para pemberontak enggan mematuhi peraturan dan

undang-undang yang sah serta tidak mau menunaikan kewajiban mereka sebagai

warga negara.8

Namun para ulama fiqh menyatakan bahwa pemberontakan yang muncul

karena pemerintah mengarahkan warganya untuk berbuat maksiat tidak dapat

dinamakan al-baghyu. Alasan utama adalah sabda Rasulullah SAW berikut.

5 Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Murri Al-Nawawi, Tahdzib Al-Asma wa

Al-Lughat, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah), jilid III, h. 31.

6 Syamsuddin Muhammad Ibn Abi Al-Abbas Ahmad Ibn Hamzah Ibn Syihabuddin

Ahmad (selanjutnya disebut Ibnu Al-Hajar Al-Haitami), Tuhfah Al-Muhtaj bi Syarh Al-Minhaj,

(Dar Al-Sadir), jilid IX, h. 65.

7 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jinai Al-Islami, h. 674.

8 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 67.

Page 56: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

45

ر رض هللا غنحما غن مع ن اانن ن غن ابن ع كال ااسن هللا ػليو وسلن

ع ول طاػة ذا أمر بمؼصية فل ساػة حق ما ام ؤمر بامؼصية فا رواه )وااطن

(اابخاري9

Artinya: “Dari Ibnu Umar Ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda,

“Mendengar dan menaati pemimpin hukumnya haq (wajib) selama

tidak memerintahkan kemaksiatan. Jika diperintah untuk

melakukan kemaksiatan, tidak wajib mendengar dan menaati. (HR.

Al-Bukhari).”

مع نو كال ػ اامرء اامسل ااسن أه ر غن اانن ن ن هللا ػليو وسلن غن ابن ع

ع ول ن أمر بمؼصية فل سلن أن ؤمر بمؼصية فا

اػة فميا أحبن ونره ا وااطن

(رواه مسل)طاػة 10

Artinya: “Dari Ibnu Umar Ra, dari Nabi SAW bahwasannya beliau

bersabda, “Seorang muslim wajib mendengar dan taat (kepada

pemimpin), baik dalam hal yang disenangi dan dibenci, kecuali

kalau diperintahkan untuk melakukan kemaksiatan, maka tidak

wajib mendengar dan menaati. (HR. Muslim).”

Mengenai rukun yang kedua, yaitu sikap pemberontakan yang bersifat

demonstratif, maksudnya adalah didukung oleh kekuatan bersenjata. Oleh sebab

itu, menurut ulama fiqih, sikap sekadar tidak mau mengakui atau menolak

kepemimpinan kepala negara yang telah diangkat secara aklamasi belum bisa

disebut sebagai pemberontakan. Misalnya, sikap Ali bin Abi Thalib yang tidak

mau membaiat Abu Bakar serta sikap Ibnu Umar dan Abdullah bin Zubair yang

tidak mengakui keabsahan pemerintahan Yazid bin Mu‟awiyyah. Mereka tidak

9 Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Indonesia: Dahlan) jilid IV, jilid III, h.78.

10

Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Indonesia: Dahlan) jilid IV, jilid III, h.79.

Page 57: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

46

bisa disebut sebagai pemberontak karena mereka tidak menunjukan sikap

demonstratif.11

Mengenai rukun ketiga, yaitu unsur melawan hukum, maksudnya adalah

usaha untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dan berdaulat dengan cara

mengacaukan ketertiban umum. Apabila tindakan para pelaku tidak menjurus

pada penggulingan pemerintahan yang sah dan berdaulat serta tidak pula berupa

perbuatan pidana (seperti membunuh, merampas, memperkosa, dan merampok),

ulama fiqh menyatakan bahwa tindakan itu bukan merupakan pemberontakan,

melainkan hanya demonstrasi.12

3. Sanksi Hukum Bagi Jarimah Al-Baghyu

Dalam menentukan sanksi terhadap para pelaku pemberontak, ulama fiqh

membagi jarimah pemberontak itu menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut.13

1. Para pemberontak yang tidak memiliki kekuatan senjata dan tidak

menguasai daerah tertentu sebagai basis mereka, pemerintah boleh

memenjarakan mereka sampai mereka bertaubat.

2. Para pemberontak yang menguasai suatu daerah dan memiliki kekuatan

senjata, pemerintah harus melakukan tindakan sesuai dengan petunjuk

Surah Al-Hujarat (49) ayat 9. Pemerintah harus mengimbau mereka

untuk mematuhi segala peraturan yang berlaku. Apabila usaha ini

disambut dengan gerakan senjata, pemerintah boleh memerangi mereka.

11

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 68.

12 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jinai Al-Islami, jilid 2, h. 697.

13

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2015), Cet.Ke-

3, h. 71.

Page 58: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

47

Disamping surah Al-Hujarat (49) ayat 9, langkah tegas pemerintah ini

juga didasarkan atas firman Allah berikut.

ول هوجودو فو محل و عحل لويحلكق ا و جودق ا ا عحل لهليحل ل نو يحلل

لو جودو و عحل محل لويحلكق / سرة ابلقرة) و

٢:١٩٤(

Artinya: “Barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia,

seimbang dengan serangannya terhadapmu. (QS.2 (Al-Baqarah) :

194)

Tentang sanksi pidana pemberontak, juga disebutkan dalam hadits sebagai

berikut.

لول من أتك وأمرك ؼت رسول هللا ن هللا ػليو وسلن غن غرفجة كال س

اغتك فاكتلوه يع ػ رجل واحد يرد أن فرق ج (رواه مسل)ج14

Artinya: “Dari Furjah bin Suraih Ra ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, „Barangsiapa yang menyerang kalian, padahal kalian dalam sebuah kesepakatan, sedangkan orang tersebut bermaksud mengacaukan persatuan kalian maka bunuhlah ia.” (HR. Muslim)

Sementara itu Al-Syaukani mengutip hadis yang agak tendensius karena

berkaitan dengan Perang Jamal.

ج ارج اؼل وم اجلمل ل لتلنن مدبر ول غن مروان بن احلك كال ص

رواه )ذفف ػ جرح ومن أغلق ببو فيو أ من ومن أالى ااسلح فيو أ من

(سؼيد بن منصور15

Artinya: “Dari Marwan bin Al-Hakam, ia berkata, “Pada waktu terjadi

Perang Jamal, terdengar suatu teriakan pada Ali, „Janganlah

sekali-kali seorang membunuh orang yang sudah mundur dan

14

Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, Subul Al-Salim, (Indonesia: Dahlan), Jilid IV, h.

254.

15

Muhammad bin Ali bin Muhammad Al-Syaukani, Nail Al-Autar, Jilid IV, h. 353.

Page 59: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

48

jangan bertekad menghabisi nyawa seseorang yang telah terluka.

Barangsiapa yang telah menutup pintunya maka ia aman dan

barangsiapa yang melemparkan pedangnya maka ia aman.” (HR.

Sa‟id bin Mansur)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk menjatuhkan sanksi bagi

pelaku jarimah al-baghyu ini harus dilakukan secara hati-hati dan tidak boleh

gegabah. Sebab bagaimanapun yang dihadapi oleh pemerintah itu bukan musuh

yang harus dibunuh, melainkan sedang berhadapan dengan pihak yang kecewa

terhadap kebijakan yang selama ini telah dijalankan. Selain itu, sangat mungkin

pemberontak itu juga beragama Islam, sama dengan pemerintah yang mau

menghukumnya. Dalam hal ini penulis juga berkesempatan mewawancarai Dosen

yang juga Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag.

“Kalau sampai penjatuhan pidana dijatuhkan terhadap orang yang tidak

melakukan tindak pidana bugat atau makar tentu itu salah dan keliru apalagi

sampai disiksa, dipukuli, hingga dibunuh. Karena dalam menjatuhkan sanksi

terhadap pelaku pemberontak, harus sempurna dan tidak boleh adanya syubhat

(keragu-raguan) dalam pelaksanaannya. Jadi hukum pidana wajib dibatalkan kalau

adanya syubhat.” Selain itu, bagi keturunan para pelaku pemberontak juga tidak

menanggung dosa atas apa yang dilakukan oleh orang tuanya.16

“Intinya kalau penjatuhan sanksi dilakukan secara membabi-buta terhadap

keturunannya yang tidak bersalah itu tidak dibenarkan. Tentu dalam sisi Hak

Asasi Manusia juga bersalah karena akan merugikan generasi penerus yang sama

sekali tidak terlibat langsung dalam pemberontakan. Jadi bisa di qiyas kan dengan

16

Wawancara Pribadi dengan M. Nurul Irfan, pada Kamis 5-1-2017.

Page 60: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

49

lahirnya anak dari hasil zinah. Walaupun orang tuanya berbuat zinah dan

melahirkan anak. Anak tersebut tetap suci dan tidak menanggung dosa kedua

orang tuanya.”17

Selanjutnya, mengenai pertanggungjawaban pemberontak dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu 1) sebelum dan sesudah terjadinya pemberontakan;

dan 2) pada saat terjadinya pemberontakan. Pertanggungjawaban pemberontak

yang bersifat pidana dan perdata yang mereka lakukan sebelum dan sesudah

pemberontakan wajib mereka pertanggungjawabkan. Apabila mereka melakukan

pembunuhan, pencurian, dan pemerkosaan; mereka harus dikenakan sanksi pidana

sesuai dengan jarimah yang mereka lakukan.18

Adapun tindakan yang dilakukan

pada saat terjadinya pemberontakan menurut ulama mazhab Hanafi, Maliki,

Hanbali, dan Syafi‟i bersepakat bahwa para pemberontak yang memiliki

argumentasi kuat, tidak berkewajiban mengganti harta dan jiwa yang terbunuh

ketika terjadi kontak senjata.19

Alasan yang mereka kemukakan berdasarkan hadis

berikut.

اب رسول هللا ن هللا ػليو وسلن ىري كال ىاجت اافتنة وأص غن ااز

لن ما وجد ؼوا أن ل لاد أحد ول ؤخذ مال ػ ثأول االرأ ن ا متوافرون فأج

(رواه امحد بن حنبل) بؼينو 20

17

Wawancara Pribadi dengan M. Nurul Irfan, pada Kamis 5-1-2017.

18

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jinai Al-Islami, jilid 2, h. 697

19

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al Islami wa Adilatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997), jilid

VII, h. 5481.

20

Muhammad bin Ali bin Muhammad Al-Syaukani, Nail Al-Autar, jilid IV, h. 353.

Page 61: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

50

Artinya: “Dari Al-Zuhri ia berkata, “Akan terjadi sebuah huru-hara

(fitnah), sedangkan jumlah para sahabat Rasulullah sangat

banyak. (Dalam suasana itu) mereka sepakat bahwa tidak akan

dituntut hukuman qishash dan harta benda (yang dirampas) juga

tidak akan dituntut menggantinya, karena dalam rangka

menakwilkan isi Al-Qur‟an, kecuali harta benda yang dapat

dikembalikan langsung di tempat kejadian.” (Hadis ini disebut juga

oleh Ahmad bin Hanbal pada riwayat Al-Asram dan diakui

kehujjahannya).

Hadis di atas oleh Wahbah Al-Zuhaili dipaparkan dengan redaksi yang

agak berbeda.

ؼوا أي وكائؼيم نوكؼة ون فأج م اابدر كهت اافتنة ااؼظمي بي اانناس وفي

تحلن فرجا حراما بتأول االرأ ن ول لام حد ػ رجل اس اجلمل و فني ػ ألن

لتل رجل سفم دما حراما بتأول االرأ ن ول رم مال أثلفو بتأول االرأ ن 21

Artinya: “Terjadi fitnah besar di kalangan manusia, padahal di antara

mereka ada yang terlihat langsung dalam Perang Badar (sangat

mulia) mereka sepakat dalam peperangan yang terjadi di antara

mereka, seperti Perang Jamal dan Perang Shiffin bahwa seseorang

yang menghalalkan kemaluan yang haram (berzina atau

memperkosa) tidak akan dijatuhi hukuman had karena telah

melakukan takwil terhadap Al-Qur‟an, seseorang yang

menumpahkan darah yang diharamkan (membunuh jiwa manusia)

karena telah melakukan takwil terhadap Al-Qur‟an dan seseorang

tidak dituntut mengganti harta yang telah dirampasnya, karena

telah melakukan takwil terhadap Al-Qur‟an.

Setelah meriwayatkan secara makna hadis di atas, Al-Zuhaili

mengemukakan bahwa para pemberontak adalah sekelompok orang yang tidak

boleh langsung diperangi, sebab mereka mempunyai alasan yang kuat. Oleh

karena itu, para pihak yang bertikai tidak boleh diberi beban untuk mengganti

harta yang dirampas seperti yang dilakukan oleh pihak yang tidak sedang

bersengketa. Sebab kalau para pemberontak tetap dituntut untuk

21

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, jilid VII, h. 5481.

Page 62: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

51

bertanggungjawab, pasti akan semakin membuat mereka bersikap keras dan tidak

mau tunduk kepada pemerintah. Dengan demikian, berlaku ketentuan seperti

ketika sedang dalam suasana perang.22

Dalam suasana perang tindakan-tindakan seperti membunuh pejabat

negara, merampas kekayaan negara, menguasai instalasi umum (stasiun radio,

stasiun televisi, dan markas senjata), dan merusak fasilitas umum; tidak hanya

dikenakan hukuman pidana biasa, karena perbuatan-perbuatan tersebut biasa

dilakukan di dalam perang. Apabila negara sudah mengalahkan para pemberontak

dan para pemberontak juga sudah meletakkan senjata, darah dan harta benda

mereka jadi terpelihara (maksum). Pemerintah bisa memaafkan mereka dengan

memberikan hukuman takzir.23

Adapun hukuman bagi tindak pidana yang

diperlukan oleh suasana pemberontakan dan peperangan adalah hukuman mati.24

B. Perspektif Hak Asasi Manusia Terhadap Penumpasan Partai Komunis

Indonesia

Terdapat temuan pelanggaran Hak Asasi Manusia berat yang terjadi akibat

penumpasan yang dilakukan oleh Kopkamtib dengan melakukan penahanan dan

penyiksaan terhadap terduga anggota/simpatisan PKI tanpa melalui proses

pengadilan. Para anggota/simpatisan PKI yang tidak terlibat pemberontakan juga

turut mendapatkan ekses yang sama dengan yang melakukan pemberontakan.

22

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, jilid VII, h. 5481.

23

Takzir adalah hukuman yang tidak ditentukan (bentuk dan jumlahnya) yang wajib di-

laksanakan terhadap segala bentuk maksiat yang tidak termasuk hudud dan kafarat, baik

pelanggaran itu menyangkut hak Allah maupun hak pribadi.

24

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jinai Al-Islami, jilid 2, h. 698.

Page 63: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

52

Dibutuhkan proses rekonsiliasi agar para korban yang ketika itu tidak bersalah

tetapi mendapatkan hukuman dapat dipulihkan kembali melalui pemulihan nama

baik, dan status sosialnya. Sudah sejauh mana proses rekonsiliasi dilaksanakan

pasca peristiwa G 30 S/PKI, berikut ulasannya:

1. Peran Komnas HAM Dalam Proses Rekonsiliasi Bangsa Pasca

Peristiwa G 30 S/PKI

Komnas HAM pada awalnya dibentuk lewat Keputusan Presiden Nomor

50 Tahun 1993 dengan tugas antara lain membangun pengembangan kondisi yang

kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila,

meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya

pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

masyarakat seluruhnya. Kemudian, Keppres tersebut diintegrasikan ke dalam

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.25

Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 menyebutkan

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM

adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara

lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,

pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.26

Dalam hal ini penulis memiliki

kesempatan untuk melakukan wawancara kepada Komisioner Komnas HAM

Muhammad Nurkhoiron, terkait dengan upaya rekonsiliasi dan adanya indikasi

pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi pasca peristiwa G 30 S/PKI.

25

A. Masyhur Effendi dan Taufani S. Evandri, HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,

Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi dalam Masyarakat, h. 310.

26

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Page 64: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

53

“Pandangan Komnas HAM jelas bahwa peristiwa penumpasan PKI pada

tahun 1965 merupakan pelanggaran HAM yang berat, memenuhi syarat-syarat

yang terdapat dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan Hak Asasi Manusia yang berbunyi; Kejahatan terhadap kemanusiaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Huruf b adalah salah satu perbuatan yang

dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematis yang

diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung kepada

penduduk sipil. Sistematis artinya kejahatan itu bukan kejahatan pidana biasa

yang dilakukan individu (orang per orang), tetapi dilakukan atas dasar

kelembagaan yaitu ada institusi negara yang terlibat terjadinya kejahatan itu.

Meluas yaitu kejadiannya hampir terjadi di seluruh daerah. Temuan Komnas

HAM meliputi daerah mulai dari, Sumatera Utara tepatnya di Medan, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Selain itu,

berdasarkan hasil temuan Komnas HAM banyak juga masyarakat pada saat itu

yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa G 30 S/PKI ikut ditahan.”27

Mengenai jumlah data korban yang dimiliki oleh komnas HAM ada sekitar

1000 orang yang sudah di BAP. Dalam menyelesaikan pelanggaran HAM masa

lalu, Komnas HAM berupaya sungguh-sungguh dengan mencari penyelasaian

yang berkeadilan. “Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 ada dua opsi

penyelesaian, yakni bisa dilakukan melalui jalur pengadilan maupun di luar

pengadilan yang disingkat dengan KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi).”28

27

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhoiron pada Jum‟at, 25-11-2016.

28

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhoiron pada Jum‟at, 25-11-2016.

Page 65: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

54

Proses melalui jalur pengadilan diatur dalam BAB VIII tentang Pengadilan

HAM Ad Hoc. Yang meliputi Pasal 43 ayat (1), (2), dan (3), dan Pasal 44.

Selanjutnya di luar pengadilan dengan cara dibentuknya Komisi Kebenaran dan

Rekonsiliasi diatur dalam BAB X tentang Ketentuan Penutup. Yang meliputi

Pasal 47 ayat (1), dan (2) di mana Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi harus

terbentuk melalui suatu Undang-Undang.29

“Komnas HAM ikut mendorong

Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang sudah diputuskan DPR

tahun 2005, tapi dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Dikarenakan ada salah

satu LSM yang melakukan Judicial Review ke Mahkamah Konstisusi berkaitan

dengan satu pasal dalam Undang-Undang tersebut. Pasal yang hendak dihapus

tersebut justru memperkuat impunitas, artinya memberi kekebalan hukum

terhadap pelaku. Bukannya MK menghapus satu pasal, tetapi justru membatalkan

seluruh Undang-Undang tersebut. Tetapi ada catatan di dalam keputusan MK

selama belum terbentuk Undang-Undang yang baru, jalan penyelesaian dapat

ditempuh melalui keputusan politik dibawah presiden.”30

Dalam proses rekonsiliasi Komnas HAM juga memiliki hambatan, antara

lain banyak pihak yang tidak menginginkan adanya rekonsiliasi dikarenakan isu

rekonsiliasi sangat sensitif yang bermuara kepada kebangkitan komunisme dan

neo komunisme. Selain itu, pihak yang terlibat sebagai pelaku yang merasa

bertanggung jawab atas peristiwa pelanggaran HAM di masa lalu belum mendapat

jawaban yang pasti dan jelas. “Para pelaku masih mendapat satu informasi saja,

29

A. Masyhur Effendi dan Taufani S. Evandri, HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,

Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi dalam Masyarakat, h. 323.

30

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhoiron pada Jum‟at, 25-11-2016.

Page 66: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

55

jika rekonsiliasi terjadi semua beranggapan bahwa para pelaku tersebut langsung

dipenjara, atau ditahan. Kalau seperti itu jelas tidak. Rekonsiliasi bisa dilakukan

dengan berbagai cara yang penting ada penyelesaian.” Penyelesaian tersebut

berupa tanggung jawab moral dan politik yang dilakukan oleh pemerintahan

sekarang untuk menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan oleh pemerintahan

di masa lalu.31

Dilanjutkan, menurut Muhammad Nurkhoiron, Presiden harus turun

langsung dalam memimpin rekonsiliasi. Dikarenakan Presiden merupakan simbol

kepala negara yang harus memberikan janji dan komitmennya bahwa negara ini

mampu dalam menyelesaikan pelanggaran HAM di masa lalu.32

Pelanggaran HAM yang ditemukan oleh Komnas HAM tidak hanya

institusi dalam negeri yang terlibat dalam penumpasan PKI pada tahun 1965 tetapi

juga melibatkan Central Intelligence Agency (CIA) yang merupakan badan

intelijen Amerika Serikat. “Saya pernah ke Washington D.C untuk meminta

dokumen-dokumen yang terkait dengan peristiwa tahun 1965. Di Amerika, ada

Undang-Undang tentang keterbukaan informasi yang menyatakan, dokumen yang

sudah berusia diatas 25 tahun bisa diakses oleh publik. Lalu pihak dari

Departemen Luar Negeri disana menyatakan mereka harus meminta izin terlebih

dahulu kepada Presidennya yakni Barack Obama. Dimana Presiden Obama juga

tergantung dari Presiden Joko Widodo.” Hambatan yang diperoleh ialah Komnas

HAM tidak secara resmi mewakili Presiden Indonesia dalam hal ini Presiden Joko

31

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhoiron pada Jum‟at, 25-11-2016.

32

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhoiron pada Jum‟at, 25-11-2016.

Page 67: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

56

Widodo. Hal tersebut yang menjadi penyebab dokumen tersebut tidak bisa

diterima secara mudah oleh Komnas HAM dari Presiden Amerika.33

2. Eksistensi Mahkamah Militer Luar Biasa Dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia

Dalam persidangan Let. Kol Untung, Mahmillub berlangsung maraton,

setiap hari terus menerus tanpa jeda. Sidang terhadap Let. Kol Untung dimulai

tanggal 16 Februari berakhir awal Maret 1966. Bertindak sebagai Oditur Letnan.

Kolonel. CKH Iskandar, S.H., Ketua Majelis Hakim Letnan. Kolonel. (Udara)

Zaidun Pakti, beserta Hakim Anggota AKB. (POL) Drs. Kemal Mahisa, S.H.,

Mayor. (AL) Hasan Basjari, S.H., dan Mayor. (Tit) Sugondo Kartanegara, S.H.

Panitera dijabat Kapten. CKH Hamzil Rusli Bc.Hk., sementara penasihat hukum

terdakwa yang ditunjuk pemerintah, Gumuljo Wreksoatmodjo, S.H. Saat Majelis

Hakim menjatuhkan vonis, hal yang memberatkannya adalah Let. Kol. Untung

tidak pernah merasa bersalah, dan kejahatannya berlipat ganda. Tindak kejahatan

terhadap keselamatan negara sekaligus kejahatan beraspek politik, dan melanggar

norma militer serta kepribadian TNI. Selain itu, akibat perbuatannya, telah

mengorbankan putra-putra utama negara serta menyebabkan kerugian material di

seluruh Indonesia. Pertengahan bulan Maret 1966, setelah mengikuti proses

persidangan yang maraton. Let. Kol, Untung dinyatakan bersalah, dijatuhi

hukuman mati dan menjalani eksekusi di daerah Cimahi, Jawa Barat. 34

33

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhoiron pada Jum‟at, 25-11-2016.

34

Julius Pour, Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan, Petualang, (Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara, 2010), Cet. Ke-2, h. 395.

Page 68: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

57

Pembatasan hak dasar yang meliputi hak hidup, terdapat dalam pasal 4

ayat (1) Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang berbunyi:

“Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa dan

keberadaannya, yang telah diumumkan secara resmi, negara-negara pihak

kovenan ini dapat mengambil langkah-langkah yang mengurangi

(derogate) kewajiban-kewajiban mereka berdasarkan kovenan ini, sejauh

memang sangat diperlukan dalam situasi darurat tersebut, sepanjang

langkah-langkah tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban-kewajiban

lainnya berdasarkan hukum internasional dan tidak mengandung

diskriminasi semata-mata berdasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin,

bahasa, agama, atau asal-usul sosial.”35

Selain itu, pandangan HAM yang menggambarkan masyarakat Indonesia

pasca peristiwa G 30 S/PKI adalah Pandangan Partikularistis Relatif. Dalam

pandangan ini, HAM dilihat di samping sebagai masalah universal juga

merupakan masalah nasional masing-masing bangsa. Berlakunya ketentuan-

ketentuan yang terdapat dalam instrumen HAM internasional harus diselaraskan,

diserasikan, dan diseimbangkan, serta memperoleh dukungan budaya bangsa

setempat. Pandangan ini tidak hanya menjadikan kekhususan yang ada pada

masing-masing bangsa sebagai sasaran untuk bersikap defensif, tetapi di lain

pihak juga aktif mencari perumusan dan pembenaran terhadap karakteristik HAM

yang dianutnya.36

Adanya penasihat hukum yang ditunjuk oleh majelis hakim dalam

persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa sejalan dengan Pasal 7 Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 berbunyi, “Semua orang sama di depan

35

Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik Tahun 1966.

36

A. Masyhur Effendi, dan Taufani S. Evandri, HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,

Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi dalam Masyarakat, (Bogor: Penerbit Ghalia

Indonesia, 2005), Cet. Ke-1, h. 82.

Page 69: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

58

hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi.

Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi

yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang

mengarah pada diskriminasi semacam ini.” Selanjutnya asas praduga tidak

bersalah tersirat dalam pasal 11 ayat (1) yang berbunyi, “Setiap orang yang

dituntut karena disangka melakukan suatu tindak pidana dianggap tidak bersalah,

sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan yang

terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang diperlukan untuk

pembelaannya.”

C. Pengakuan Eksekutor Perihal Penumpasannya Terhadap

Anggota/Simpatisan Partai Komunis Indonesia dan Dampak Bagi Korban

Yang Ditumpas

1. Faktor Penyebab Pelaku Melakukan Penumpasan

Dalam hal ini penulis berkesempatan mewawancarai seorang yang terlibat

langsung dalam menumpas PKI di Yogyakarta. Tinggal di daerah

Brontokusuman, Yogyakarta bernama Burhanuddin Zainuddin Rusdiman atau

yang lebih dikenal dengan panggilan Burhan “Kampak”, karena pada saat

penumpasan terhadap PKI di daerah Yogyakarta beliau menggunakan kampak

sebagai senjata utamanya selain pistol yang diberikan oleh militer. Berikut petikan

wawancaranya.

Suasana politik kota Yogyakarta pada tahun 1960-1965 memanas. Upaya

pemberontakan PKI tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi terjadi juga di

Yogyakarta. Terbukti dengan diculik dan dibunuhnya secara keji Komandan dan

Page 70: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

59

Kepala Staf Korem 072/Diponegoro Brigadir Jenderal TNI Katamso

Darmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono. Keduanya dipukul dengan

memakai batu dan kunci mortar hingga tewas. Pembunuhan tersebut dilakukan

oleh Mayor Mulyono dari Batalyon L yang sudah berhaluan kiri.37

Sewaktu kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Burhan

Kampak aktif di organisasi HMI. Selain aktif dalam mengimbangi kekuatan

politik kiri yang merajalela pada saat itu, Burhan Kampak juga dekat dengan

beberapa pimpinan militer di daerah tempat ia tinggal. “Pada tahun 1966 sebagai

staf satu Laskar Ampera Aris Margono saya mendapatkan license to kill dari

militer artinya saya dapat membunuh orang-orang yang diduga kuat anggota PKI

yang terlibat langsung pemberontakan. Selain saya ada sekitar 10 orang yang

diberi pistol jenis FN dan dilatih oleh militer di Kaliurang. Operasi penumpasan

terhadap PKI dilakukan pada malam hari setelah Isya.”38

Adapun faktor yang menyebabkan dirinya menumpas orang yang diduga

berafiliasi terhadap PKI adalah sebagai berikut.

“Faktor penyebab saya melakukan penumpasan terhadap PKI, karena

keluarga saya selalu diancam oleh mereka. Saya pribadi ketika tahun 1965 sudah

diberi tanda oleh para anggota PKI bahwa saya rencana akan diculik kemudian

dihabisi. Juga ayah saya, kebetulan ayah saya adalah tokoh Masyumi. Beliau

menjabat sebagai ketua Syarikat Buruh Islam Indonesia musuh utama dari SOBSI

(Syarikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yang bagian dari underbouw PKI.

37

Wawancara Pribadi dengan Burhanuddin Zainuddin Rusdiman pada Rabu, 8-3-2017.

38

Wawancara Pribadi dengan Burhanuddin Zainuddin Rusdiman pada Rabu, 8-3-2017.

Page 71: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

60

Rumah saya di daerah Suronatan ketika itu diserang oleh para buruh yang

tergabung dalam SOBSI. Pemicu dari penyerangan itu sepele, dimana ayah saya

mempunyai besan dari daerah Banjar datang ke Stasiun Tugu Yogya dengan

kereta. Ketika baru sampai ke rumah ayah saya dari Stasiun Tugu, besan ayah

saya itu diperas oleh salah satu tukang becak yang beroperasi disitu. Setelah

diketahui tukang becak tersebut memang anggota PKI. Lantas saya marah dan

menegur tukang becak yang memeras besan ayah saya. Kemudian setelah dari

peristiwa itu para anggota SOBSI menyerbu rumah ayah saya, ayah saya diancam

oleh mereka akan diculik lalu dibunuh.”39

Dalam melakukan operasi penumpasan tidak ada satupun korban yang

tidak bersalah. Semua korban yang ditumpas ketika itu adalah anggota PKI yang

terlibat langsung dalam pemberontakan di Yogyakarta dan melawan ketika sedang

ditangkap untuk diserahkan ke militer. Yaitu anggota PKI yang mendapatkan

klasifikasi golongan A dan B. Berikut penuturannya.

“Yang tidak bersalah ya tidak kita tumpas, karena ketika itu ada

pengklasifikasian terhadap anggota PKI seperti golongan A dan B dimana

terhadap golongan tersebut akan kita tangkap lalu kita serahkan ke militer untuk

ditahan. Tetapi bagi golongan C atau yang hanya ikut-ikut menjadi anggota PKI

dan tidak terlibat langsung dalam pemberontakan saya akan kembalikan mereka

ke masyarakat dan kita bina mereka agar menjadi masyarakat yang Pancasilais

kembali. Yang saya eksekusi ketika itu adalah anggota PKI yang terlibat langsung

dalam pemberontakan dan merupakan upaya untuk membela diri saya karena

39

Wawancara Pribadi dengan Burhanuddin Zainuddin Rusdiman pada Rabu, 8-3-2017.

Page 72: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

61

kalau tidak, saya yang akan dieksekusi oleh mereka. Suasana yang terjadi ketika

itu adalah perang sipil. Antara masyarakat yang anti komunis melawan

masyarakat yang pro terhadap komunis. Kalau kita tidak membunuh ya kita akan

dibunuh oleh mereka (anggota / simpatisan PKI).”40

Mengenai rencana rekonsiliasi yang didengungkan oleh pemerintah

menurutnya rekonsiliasi sudah secara alamiah terjadi. “Dengan bukti bahwa kita

menerima dengan senang hati ketika para tahanan politik PKI dibebaskan pada

akhir tahun 1970an. Tetapi dengan syarat mereka bisa kita bina, jadi tidak perlu

keterlibatan negara dalam rekonsiliasi. Karena kami sudah lakukan terlebih

dahulu rekonsiliasi tersebut. Apalagi sampai ada rencana pemerintah hendak

meminta maaf kepada PKI, saya rasa itu langkah yang sangat keliru.”41

2. Dampak Bagi Korban Penumpasan

Tahanan yang diduga anggota/simpatisan PKI pasca G30 S/PKI berjumlah

ratusan ribu orang. Kenyataan itu mencerminkan betapa pesatnya perkembangan

anggota PKI di Indonesia, yang sepuluh tahun sebelumnya, yakni pada pemilu

tahun 1955, sudah meraih 6 juta suara.42

Penangkapan dan pengejaran tokoh-

tokoh PKI tidak hanya dilakukan oleh aparat-aparat resmi, tapi juga gerakan-

gerakan kontra G 30 S/PKI yang muncul spontan dari kalangan masyarakat

ataupun mahasiswa. Rupanya sulit menghindari timbulnya ekses-ekses atas tokoh-

tokoh yang ditangkap. Dalam operasi militer, ada yang melawan atau melarikan

40

Wawancara Pribadi dengan Burhanuddin Zainuddin Rusdiman pada Rabu, 8-3-2017.

41

Wawancara Pribadi dengan Burhanuddin Zainuddin Rusdiman pada Rabu, 8-3-2017.

42

Aco Manafe, Teperpu,Mengungkap Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses

Hukum Bagi Para Pelakunya, h. 115.

Page 73: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

62

diri sehingga tertembak petugas, tanpa melalui proses di pengadilan.43

Menindaklanjuti Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 mengenai

pembubaran PKI dan ormas-ormasnya serta larangan ajaran Komunisme-

Marxisme dan Leninisme, pemerintah menetapkan penggolongan terhadap para

anggota/simpatisan PKI. Ketiga golongan tersebut sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam pemberontakan

G 30 S/PKI, baik di pusat maupun di daerah.

2. Golongan B, yaitu mereka yang telah disumpah atau menurut saksi-

saksi telah menjadi anggota PKI atau pengurus organisasi yang seazas

dengan PKI, atau mereka yang menghambat usaha penumpasan G 30

S/PKI.

3. Golongan C, yaitu mereka yang pernah terlibat dalam pemberontakan

PKI-Madiun, atau para anggota ormas seasas dengan PKI, atau mereka

yang bersimpati atau terpengaruh sehingga menjadi pengikut PKI.

Terhadap Golongan A, pemerintah memproses semuanya melalui

pengadilan dan proses yuridis formal. Golongan B, pemerintah melakukan

pemisahan mereka dari masyarakat umum, dengan cara mengkonsentrasikan

mereka di tempat tertentu. Penempatan Golongan B, seperti di Pulau Buru,

bertujuan menghindarkan mereka dari amuk massa yang kecewa atau dulunya

tertekan oleh berbagai agitasi dan politik kekerasan PKI. Terhadap Golongan C,

pemerintah memberikan bimbingan dan berharap mereka akan kembali menjadi

warga yang baik, hidup dengan asas-asas falsafah Pancasila dan tak akan

terpengaruh lagi dengan ajaran komunis.44

43 Aco Manafe, Teperpu,Mengungkap Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses

Hukum Bagi Para Pelakunya, h. 116.

44

Aco Manafe, Teperpu,Mengungkap Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses

Hukum Bagi Para Pelakunya, h. 170.

Page 74: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

63

Dalam kesempatan ini penulis berkesempatan mewawancarai korban yang

mengalami langsung akibat dari penumpasan yang dilakukan oleh aparat dan

masyarakat ketika itu. Bernama Lukas Tumiso, pria kelahiran Samarinda, 7 Maret

1940 yang merupakan mantan Tahanan Politik (Tapol) Pulau Buru. Masih segar

dalam ingatannya dari mulai proses penangkapan sampai akhirnya dirinya

dibebaskan setelah menjalani masa tahanan selama 14 tahun dari mulai tahun

1965 sampai tahun 1979. Menurut pengakuannya kepada penulis, pada tahun

1965 ada kejadian di Jakarta. Sebagai mahasiswa yang tidak pernah berbuat

tindakan apa pun apalagi yang berhubungan langsung dengan G 30 S/PKI, selepas

pulang kuliah tepatnya di Surabaya, Lukas Tumiso ditangkap oleh tentara lalu

dipukuli, dan disiksa pada saat proses interogasi, hingga menjadi tahanan di Pulau

Buru. Sebelum ditahan di Pulau Buru, pada tahun 1965-1969 Lukas Tumiso

sempat ditahan di Rumah Tahanan Militer Koblen, Surabaya setelah itu

dipindahkan ke Pulau Nusakambangan.

Baru pada tahun 1969-1979 dirinya

beserta tahanan lain ditahan di Pulau Buru.45

Sementara itu selama menjadi tahanan di Pulau Buru, Lukas Tumiso

bersama dengan tahanan lainnya dipekerjakan. Seperti membuat sawah dengan

luas 2500 hektare, ladang seluas 3000 hektare, bendungan, jalan yang

menghubungkan antar unit, dan rumah ibadah yang semua itu dikerjakan dengan

tenaga manusia. Agar mereka dapat meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi

warga di sekitar Pulau Buru kelak jika mereka dibebaskan.46

45

Wawancara Pribadi dengan Lukas Tumiso pada Selasa, 3-1-2017.

46

Wawancara Pribadi dengan Lukas Tumiso pada Selasa, 3-1-2017.

Page 75: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

64

Dampak yang dialami oleh Lukas Tumiso dan mantan tahanan lainnya

hingga saat ini rata-rata hampir serupa, berikut penuturannya kepada penulis.

“Kalau fisik parah, sampai sekarang derita yang saya dan hampir semua

mantan tahanan alami adalah hernia dikarenakan saya dan teman-teman ketika

menjadi tahanan bekerja melampaui batas kemampuan. Lalu kita para mantan

tahanan belum bisa membebaskan diri dari mimpi. Dimana kita selalu mimpi

bahwa seolah-olah kita masih merasa ditahan. Rata-rata mantan tahanan

mengalami dampak seperti itu, mereka seolah-olah masih dibelenggu rasa

ketakutan, harga diri rendah, dan gampang terkejut.”47

Tuntutan dan harapan Lukas Tumiso kepada pemerintah sekarang adalah

bagaimana pemerintah bisa mengembalikkan haknya beserta mantan tahanan lain

yang ketika itu mendapatkan perlakuan yang sama seperti disiksa dan dipukuli

ketika ditahan.

“Tuntutan dan harapan saya jelas, kembalikan hak kami. Itu merupakan

janji pemerintah sejak awal dari mulai rehabilitasi. Seperti kompensasi dsb, itu

tidak penting, rehabilitasi dulu jalankan.” Penyelesaian dengan cara rekonsiliasi

menurut Lukas Tumiso sudah ia lakukan secara horizontal, yakni antara dirinya

dengan pelaku penumpasan. Tetapi permasalahan secara vertikal belum

terselesaikan hingga saat ini. Secara vertikal dalam hal ini antara lain oleh negara.

Pemerintah belum mendengarkan tuntutan dari sebagian besar yang pernah

menjadi korban dari penumpasan PKI pada tahun 1965. Seperti adanya

rehabilitasi nama baik, status sosial mereka di kalangan masyarakat.48

47

Wawancara Pribadi dengan Lukas Tumiso pada Selasa, 3-1-2017.

48

Wawancara Pribadi dengan Lukas Tumiso pada Selasa, 3-1-2017.

Page 76: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis paparkan mengenai Penumpasan Terhadap

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam dan

Hak Asasi Manusia, maka dapat disimpulkan.

1. Penumpasan terhadap pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang terjadi

pada tahun 1966-1968 sesuai menurut Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia

karena dalam upaya pemberontakannya Partai Komunis Indonesia sudah

memenuhi unsur-unsur dari jarimah al-baghyu, seperti melawan dan

membunuh aparat pemerintah, pemberontak didukung kekuatan bersenjata,

serta menguasai objek vital negara (stasiun radio, stasiun televisi, dan markas

persenjataan). Adapun penjatuhan sanksi hukuman mati melalui pengadilan

Mahkamah Militer Luar Biasa terhadap tokoh-tokoh yang terlibat langsung

dalam pemberontakan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam

Hak Asasi Manusia. Merujuk pada Pasal 4 Ayat (1) Kovenan Internasional

Hak-Hak Sipil dan Politik Tahun 1966.

B. Saran

1. Kepada para mahasiswa/i khususnya mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta agar dengan membaca skripsi ini dapat melihat sejarah masa lalu yang

berkaitan dengan penumpasan Partai Komunis Indonesia secara objektif dan

dapat menjadikan skripsi ini sebagai bahan referensi terkait studi yang

berkaitan dengan perbandingan hukum yakni antara Hukum Islam dan Hak

Asasi Manusia.

Page 77: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

66

2. Kepada para ulama dan akademisi agar bersama-sama memperkuat persatuan

nasional dengan memberikan dakwah dan ilmu pengetahuannya yang sesuai

dengan nilai-nilai Pancasila, agar masyarakat dapat mengimplementasikan

secara luas nilai-nilai tersebut dalam perbuatannya sehari-hari. Sehingga

peristiwa G 30 S/PKI tidak terulang kembali.

Page 78: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

67

DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Pustaka

Al-Qur‟an al-Karim.

Al-Qur‟an al-Karim dan Terjemahannya. Kementerian Agama Republik

Indonesia, 1996.

Ali, Muhammad Daud. Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafinfo Persada, 2001.

Amiruddin., Asikin Zainal. H. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004.

Anis, Ibrahim., Halim Muntashir, Abdul., dkk. Al-Mu‟jam Al-Wasith. Mesir: Dar Al-

Ma‟arif, 1972.

Audah, Abdul Qadir. Al-Tasyri‟ Al-Jinai Al-Islami. Beirut: Mu‟assasah Al-Risalah, 1992.

________________. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (Al-Tasyri Al-Jinai Al Islami).

Bogor, PT Kharisma Ilmu, 2011.

Bukhari Al-, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Sahih Al-Bukhari. Indonesia: Dahlan,

Jilid IV.

Busyairi, Badruzzaman. Boerhanuddin Harahap: Pilar Demokrasi. Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1989.

Dhyatmika, Wahyu. Seri Buku Tempo, Musso Si Merah di Simpang Republik. Jakarta:

PT Gramedia, 2011.

Dwipayana, G., K. H. Ramadhan. Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.

Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada, 1989.

___________., Sjamsuddin, Nazaruddin. Jejak Langkah Pak Harto, 1 Oktober 1965-27

Maret 1968. Jakarta: PT Citra Kharisma Bunda, 2003.

Echols, John M. dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2002.

Effendi, A. Masyhur., Evandri, Taufani S. HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,

Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi dalam Masyarakat. Bogor:

Penerbit Ghalia Indonesia, 2005.

Fayumi Al-, Ahmad bin Muhammad bin Ali Al-Maqri. Al-Mishbah Al-Munir fi Gharib

Al-Syarh Al-Kabir li Al-Rafi. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah, 1994.

Page 79: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

68

Gultom, Samuel. Mengadili Korban, Praktek Pembenaran Terhadap Kekerasan Negara.

Jakarta: Penerbit ELSAM, 2003.

Irfan, M. Nurul. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Penerbit Amzah, 2016.

___________., Masyrofah. Fiqh Jinayah. Jakarta: Penerbit Amzah, 2015.

Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

Kurasawa, Aiko., Toshio, Matsumura. G 30 S dan Asia. Jakarta: Kompas Media

Nusantara, 2016.

Kurniawan. Pengakuan Algojo 1965. Jakarta: PT. Temprint, 2014.

Mahfud MD, Moh. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014.

Ma‟luf, Louis. Al-Munjid fi Al-Lughah. Damaskus: Dar Al-fikr, 1973.

Manafe, Aco. Teperpu,Mengungkap Pengkhianatan PKI Pada Tahun 1965 dan Proses

Hukum Bagi Para Pelakunya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2008.

Marijan, Kacung. Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926. (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 1992.

Mudzhar, Muhammad Atho. Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia :“Sebuah Studi

tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia 1975-1988”. Jakarta: INIS,

1993.

Muladi. Hak Asasi Manusia – Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat. Bandung: PT Refika Aditama, 2005.

Notosusanto, Nugroho dan Saleh, Ismail. Tragedi Nasional Percobaan Kup G 30S/PKI di

Indonesia. Jakarta: Penerbit Intermasa, 1990.

Pour, Julius. Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan, Petualang. Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara, 2010.

Said, Salim. Dari Gestapu Ke Reformasi. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. Gerakan 30 September PKI, Latar Belakang,

Aksi, dan Penumpasannya. Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 1994.

Subroto, Hendro. Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.

Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009.

Sulistyo, Hermawan. Palu Arit Di Ladang Tebu, Sejarah Pembantaian Massal yang

terlupakan, Jombang-Kediri 1965-1965. Jakarta: Pensil-324, 2011.

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh Jilid 1. Jakarta: Penerbit Kencana, 2011.

Page 80: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

69

Syaukani Al-, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Nail Al-Autar. Beirut: Dar-Al-Fikr.

Jilid VIII dan IX.

Tabah, Anton. Jenderal Besar Nasution Bicara Tentang G 30 S/PKI. Klaten:

Penerbit Sahabat, 2014.

Ubaedillah, A. dan Rozak, Abdul. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat

Madani. Jakarta: Penerbit Kencana, 2014.

Zuhaili Al-Wahbah. Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar Al-Fikr. Cet. Ke-

4. Jilid VI, 1986.

B. Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. Jakarta. 5 Januari 2017.

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Nurkhoiron. Jakarta. 25 November 2016.

Wawancara Pribadi dengan Burhanuddin Zainuddin Rusdiman. Yogyakarta. 8

Maret 2017.

Wawancara Pribadi dengan Lukas Tumiso. Jakarta. 3 Januari 2017.

Page 81: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 82: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

I(EMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Jl. fr. H. Juanda No. 95 Ciputat Tangerang SelatanTelp. (021) 74711537

Website: www.uinj kt.ac.id, Email: [email protected]

I II-.TITT !

NomorLampiranPerihal

: Un .O1lF.4/PP.00.9/ 12016 Jakarta 1 1 Agustus 2016 MB Dzulkaidah 1437 H%tio

: Mohon Kesediaan Meniadi Pembimbinq Skripsi

Kepada Yang Terhormat,1. Dr, Ahmad Mukri Adji, MA"2. AliMansur, MA(Dosen Fakultas Syariah dan Huktm UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)D'

JAKARTA

Assalamu'alakum Wr. Wb-

Pimpinan Fakuftas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakartarnengharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing skripsi mahasiswa;

NamaNIMFakultasPrograrn StudiJudul Skripsi

: Muhammad Aryo Purwanto:1112043200003: Syariah dan Hukum: Perbandingan Mazhab: Penumpasan Terhadap Pemberontakan Partai Komunislndonesia Dalam Perspektif Hukum lslam dan Hak AsasiManusia

Demi penyempurnaan skipsi, pembimbing dibenarkan :

1. Mengembangkan dan rnenyempumakan outline:2. Penulisan agar merujuk kepada buku "Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Atas kesediaan Saudara kami ucapkan terima kasih

Wassa lamu'alaiku m W. W.

Tembusn:1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN (Sebagai Laporan)2. Kasubag Akademik &kemahasiswaan Fakultas Syariah dan Hukum3, Sekretaris Program Studi PMH Fakultas Syariah dan Hukum4. Arsip

.qkultas Syariah dan Hukumram Studi Perbandinqan Mazhab

e

3r2 r ooz

Page 83: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

g{ffi, VKH, N W ffi, RIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAI(ARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Jl. Ir. Ftr. Juanda lr[o. 95 Ciputat -l'angerang Selatan

Telp. (021) 74711537We b s nte : ww\v" nu fi mi kt. a c.i d, E m ail : h u m as . fs h (6i,) tl.n n.ikt agJd

Nomor : U N.0 1lF4lKM.01 .03/ 12016

Lampiran : - V&8r

Hal : Permohonan DataMawanca!'a

NamaTempat/TanggalNIMSemesterProgram StudiAIamat

Telp/Hp

adalah benar yangU lN Syarif H id ayatu lla h

Jakarta, 23 Desember 2016

Muhammad Aryo Punruanto

Jakarta I 22 Oktober 19921 1 120432000039

Perbandingan MazhabJl.Kintamani 4 Blok B1 No B, Baliview. Cireundeu

: Q81289782348

bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan HukumJakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

Kepada

Yth. Dr. M. Nurul lrfan, M.Ag.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

di

Tempat

Assalammu'alaikum, Wr. Wb.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakartamenerangkan bahwa :

Penumpasan Terhadap Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Dalam Perspektif Hukum lslamdan Hak Asasi Manusia

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerimayang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsidimaksud.

Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

Wa ssal ant u' al ai ku m, Wr.Wb.

a.[1. Dgka n

Kepala Bagian Tata Usaha

M.Pd001

Drs. Mocha\Efad Guruh,Prrr tP,19620408 1 98 7 10 1

Page 84: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

KEMENTERIANT AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATU LLAH JAKARTA

FAKULT?\S SYARIAH DAN HUKUMJl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Tangerang Selatan

Telp. (021) 74711537Website: www.uinj kt.ac"icl, Email: humas.l.sh(!uin.ikt.aq.id

I rlnLrr[ r

'f 't i"s'i ''hjrrr*rh .$d'Fffi

"'\''n""

Nomor : U N .0 1 lF 4lKM.01 .0 311STT lZ0 1 o

Lampiran : -

Hal : Perrnohonan Data/Wawancara

NamaTempat/TanggalNIM .

Semester 4

Program StudiAlamat

Telp/Hp

, adalah benar yangUlru Syarif Hid ayatullah

Jakarta, 17 Oktober 2016

Kepada

Yth.Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

di: Tempat

Assalammu'alaikum, Wr. Wb.Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif l-lidayatullah Jakarta

menerangkan bahwa :

Muhammad Aryo PurwantoJakarla I 22 Oktober 19921 1 120432000039

Perbandingan MazhabJl.Kintamani 4 Blok B1 No B, Baliview. Cireundeu

: Q812Bg7B234B

bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan HukumJakarta yang sedang menyusun s[<ripsi dengan judul:

Penumpasan Terhadap Pemberontakan Partai Komunis lndonesia Dalam Perspektif Hukum lslamdan Hak,Asasi Manusia

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerimayang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsidimaksud.

Atas kerjasama dan bantuannya, karni ucapkan terima kasih.Wa ssal a m u' al ai ku m, Wr.Wb.

Deka p.,_,.

Kepala eabjan

d Gr,rruh, M.Pd198710 1 001

Page 85: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

I(E,ME,h[TE, RIAN AGAMAUNTVE,RSITAS ISLAM NE,GE,RI (UIN)SYARIF I TII)AYATULLAI{ JAKARTA

IhI(ULTAS SYARIAII DAN IIUI(UM

Jl. [r. H. Juancla No. 95 Ciputat Tangerang SelatanTelp. (021) 74711537

Website: www.uinjkt.ac.id, Email: [email protected]

Nomor : UN.01lF4lKM.01 .03/Bgl2A17

Lampiran : -

Hal : Permohonan DataM/awancara

NamaTempat/TanggalNIMSemesterProgram StudiAlamat

Telp/Hp

adalah benar yangU lN Syarif Hid ayatullah

Jakarta, 11 Januari 2017

: ffiuhammad Aryo Purwanto: Jakarta I 22 Oktober 1992: 1112043200003: 10: Perbandingan Mazhab: Jl.Kintamani 4 Blok B1 No B, Baliview. Cireundeu

: Q812897B234B

bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan HukumJakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

KepadaYth.

Burhanuddin Zainuddin Rusdiman

diTempat

Assalammu'alaikum, Wr. Wb.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakartamenerangkan bahwa :

Penumpasan Terhadap Pemberontakan Partai Komunis lndonesia Dalam Perspektif Hukum lslamdan Hak Asasi Manusia.

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerimayang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsidimaksud.

Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

Wa ssal am u' a I ai ku m, Wr.Wb.

M.Pd001

Tembusan:1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta2. Kaprodi/Sekprodi Perbandingan Mazhab

EIf;l EIEi'{i*]tEI*ffi

i''G u ruh,

Page 86: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 ciputat Tangerang selatan

KE,MENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGE,RI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN I{T.]KT]MTelp. (021) 74711537

website: www.uinj kt.ac.id, Email: humas.fsh@uinj tt.ac.ia

t llnLill I

Nomor : UN.01lF4lKM.01 .0312492120 16

Lampiran ' -

Hal : Permohonan DataAffawancara

Kepada

Yth. BapakLukas Tumiso

di

Tempat

Jakarta, 30 Desember 2016

Assalammu'alaikum, Wr. Wb.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakartamenerangkan bahwa :

NamaTempat/TanggalNIMSemesterProgram StudiAlamat

Telp/Hp

adalah benar yangUIN Syarif Hid ayatullah

Penumpasan Terhadap Pemberontakan Partai Komunis lndonesia Dalam Perspektif Hukum lslamdan Hak Asasi Manusia.

Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerimayang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsidimaksud.

Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaiku m, Wr.Wb.

a.n. Dekan.Kepala Bagian Tata Usaha

Muhammad Aryo PunvantoJakarla I 22 Oktober 19921 1 12043200003IPerbandingan MazhabJl.Kintamani 4 Blok B1 No B, Baliview.

: 081289782348

bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan HukumJakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:

ta

Drs. Mo ad Guruh, M.Pd001NlP 19620408 198710 1

4f

Page 87: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

76

Narasumber : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag.

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 2 Agustus 1973

Jabatan : Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tempat Wawancara : Fakultas Syari’ah dan Hukum lt. 2, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Waktu Wawancara : 5 Januari 2017, 13.35 WIB

1. Apa pandangan bapak terkait peristiwa G 30 S/PKI dalam ruang lingkup

hukum Islam dan hukum positif?

Dalam hukum Islam jelas G 30 S/PKI termasuk bugat atau bahasa lainnya

disebut makar karena terang-terangan mereka yang menamai gerakannya

sebagai G 30 S/PKI melakukan perbuatan yang bermaksud untuk

melengserkan pemerintahan yang resmi dengan membunuh tujuh jenderal dan

satu perwira. Begitu juga dalam hukum pidana positif, jelas tindakannya juga

dapat disebut makar. Karena sudah ada kekuatan, sudah ada kelompok, sudah

ada tindakan konkret bahkan sampai menghabisi beberapa jenderal yang aktif

ketika itu.

2. Tentara dan masyarakat ketika itu melakukan penumpasan secara masif

terhadap anggota/simpatisan yang tertuduh berafiliasi kepada PKI.

Menurut bapak, apakah tindakan yang dilakukan tentara dan

masyarakat di Indonesia ketika itu sudah sesuai dengan sanksi yang

diterapkan bagi Jarimah Pemberontak (Jarimah Bugat)?

Sudah tepat, karena negara harus punya kekuatan, dan harus tegas dalam

menanggapi aksi atau perbuatan seperti makar tersebut. Kalau tidak

Page 88: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

77

kewibawaan negara bisa jatuh jika tindakan tersebut dibiarkan dan akan timbul

kekacauan yang terus menerus. Karenanya gerakan yang dimotori oleh

pemerintah dengan cara menumpas mereka itu sudah tepat sesuai dengan

sanksi yang diberikan kepada jarimah bugat (pelaku makar). Dalam Al-Qur’an

disebutkan:

م طائفتان من إون ل م ل ا ٱ تت م و ا ٱل دىهم ا فإن بغتل إحل ا ةيل هم صل حم و فأ

لع لم ا ٱل مل ٱل فقت م و

ء إل أ تف تتلغ ح ل ا ٱل صل حم و

فإن فاءتل فأ

ا ل ٱل دل ةيل هما أ و إنل م ب ٱل يم ل م ل ـ وت( ٩ ٱ / رة وحلمـجم

٩: ٤٩(

Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu

berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Akan tetapi,

kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah

yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai kembali pada

perintah Allah. Kalau ia telah surut damaikanlah antara keduanya

menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya

Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. (QS.49 (Al-Hujarat) :

9)

3. Ketika terjadinya penumpasan banyak ditemukan orang-orang yang

tidak bersalah atau tidak terlibat langsung dalam peristiwa G 30 S/PKI

ditangkap kemudian berujung pada penyiksaan yang tidak manusiawi

oleh tentara. Seperti disetrum, dipukuli, sampai berujung pada kematian.

Bagaimana bapak melihatnya dalam perspektif Hukum Pidana Islam

(Fiqh Jinayah)?

Kalau sampai salah tangkap terhadap orang yang tidak melakukan tindak

pidana bugat atau makar lalu diberikan sanksi yang sama dengan orang yang

Page 89: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

78

melakukannya tentu itu salah dan keliru apalagi sampai disiksa, dipukuli,

hingga dibunuh. Karena di dalam menjatuhi sanksi hukuman terhadap pelaku

pemberontak harus sempurna dan tidak boleh ada syubhat. Jadi hukum pidana

dalam hukum Islam sendiri wajib dibatalkan kalau terjadi seperti itu. Dalam

hadits disebutkan tentang syubhat.

ه ق ق ق ه ق ق ب الش ب ه اب

Artinya: “Hudud gugur karena ada syubhat”.

Dalam hal ini maksud dari syubhat itu adalah keragu-raguan dalam

mengidentifikasi para pemberontak. Seperti timbul keraguan bahwa yang

hendak ditumpas tersebut benar-benar pemberontak atau hanya simpatisan

yang ikut-ikut saja yang dimana mereka bukan pelaku pemberontak. Jadi

dalam kondisi seperti itu negara harus hati-hati dalam menindak mereka.

4. Banyak dari keturunan para tokoh-tokoh PKI yang turut menjadi korban

dari kebijakan pemerintahan era Orde Baru. Dimana mereka tidak

mendapatkan hak-hak yang sama seperti warga masyarakat yang lain.

Seperti tidak diperbolehkan masuk ke dalam pemerintahan dsb.

Bagaimana bapak melihat peristiwa tersebut?

Waktu itu disebabkan pemerintah sangat hati-hati terhadap kemungkinan

terjadinya kebangkitan komunis di Indonesia. Akibatnya para keluarga korban

yang tidak ikut bersalah juga mendapat perlakuan diskriminatif. Dalam hukum

Islam sendiri berlaku asas yang melarang memindahkan kesalahan orang lain.

Intinya kalau penjatuhan sanksi dilakukan secara membabi-buta terhadap

Page 90: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

79

keturunannya yang tidak bersalah itu tidak dibenarkan. Tentu dalam sisi Hak

Asasi Manusia juga bersalah karena akan meudikan generasi penerus yang

sama sekali tidak terlibat langsung dalam pemberontakan. Jadi bisa di qiyas

kan dengan lahirnya anak dari hasil zinah. Walaupun orang tuanya berbuat

zinah dan melahirkan anak. Anak tersebut tetap suci walaupun dari hasil zinah

dan tidak menanggung dosa kedua orang tuanya.

5. Agar peristiwa kelam tersebut tidak terulang lagi, apa yang harus

dilakukan oleh ulama, tokoh agama, dan pemerintah pada saat ini dalam

menyelesaikan peristiwa G 30 S/PKI ?

Dakwah dengan baik, ulama menyampaikan ilmu agama dengan benar dan

kerjasama dengan umara mengakomodir tentang apa yang disampaikan oleh

ulama. Jadi kalau sampai ada wacana MUI mau dibubarkan itu adalah wacana

yang sangat keliru. Karena umara atas bimbingan ulama dan MUI

merepresentasikan dari berbagai kelompok ulama mengenai pendapatnya,

fatwa yang telah dikeluarkan, dsb.

Jakarta, 5 Januari 2017

Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag.

Page 91: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

80

Narasumber : Muhammad Nurkhoiron

Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 15 Januari 1974

Jabatan : Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Tempat Wawancara : Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jalan

Latuharhari No. 4B, Kelurahan Menteng, Jakarta

Pusat 10310, Indonesia.

Waktu Wawancara : 25 November 2016, 14.20 WIB

1. Bagaimana pandangan bapak selaku Komisioner Komnas HAM, dalam

melihat peristiwa penumpasan terhadap anggota/simpatisan PKI pada

tahun 1965?

Pandangan Komnas HAM jelas bahwa peristiwa tersebut masuk ke dalam

kategori pelanggaran HAM berat, memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam

Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang pelanggaran HAM yang berat.

Elemen dari pelanggaran HAM yang berat ada 2, Sistematis dan Meluas.

Sistematis artinya bahwa kejahatan itu bukan kejahatan pidana biasa yang

dilakukan setiap individu, tetapi dilakukan atas dasar kelembagaan yakni ada

institusi yang terlibat terjadinya kejahatan itu. Meluas yaitu kejadiannya

hampir di seluruh daerah ada. Temuan Komnas HAM meliputi daerah mulai

dari, Sumatera Utara tepatnya di Medan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Bali, sampai ke daerah Nusa Tenggara Timur.

2. Menurut data yang komnas HAM miliki, berapa tepatnya jumlah korban

dari penumpasan?

Komnas HAM sampai sejauh ini sudah memeriksa sekitar 1000 orang yang

melapor sebagai korban dari tragedi 1965.

Page 92: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

81

3. Apa upaya yang sudah Komnas HAM lakukan dalam menyelesaikan

kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi pada tahun 65?

Komnas HAM bersungguh-sungguh menyelesaikan dengan mencari

penyelasaian yang berkeadilan, dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 ada

dua opsi penyelesaian, yakni bisa dilakukan melalui jalur pengadilan (yudisial)

maupun jalur di luar pengadilan (non yudisial) yang dimana di luar pengadilan

diatur dalam KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi) di mana Undang-

Undangnya harus dibentuk terlebih dahulu. Dulu Komnas HAM ikut

mendorong Undang-Undang KKR dimana sudah diputuskan di DPR tahun

2005, tapi dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Dikarenakan ada LSM yang

melakukan Judicial Review dimana tujuannya untuk menghapus satu pasal saja

dalam Undang-Undang KKR tersebut. Dimana pasal yang hendak dihapus

tersebut justru memperkuat impunitas, artinya memberi kekebalan hukum

terhadap pelaku. Bukannya MK menghapus satu pasal, tetapi justru

membatalkan seluruh Undang-Undang tersebut. Tetapi ada catatan di dalam

keputusan MK selama belum terbentuk Undang-Undang yang baru, jalan

penyelesaian dapat ditempuh melalui keputusan politik dibawah presiden. Jadi

keputusan MK tersebut bisa dijadikan dasar presiden untuk membentuk KKR

dibawah presiden, yakni melalui Perpres dsb.

4. Sejauh ini, apakah rekonsiliasi dikehendaki oleh kedua belah pihak?

Justru banyak yang tidak menginginkan adanya rekonsiliasi, mengapa? Karena

isu rekonsiliasi itu sangat sensitif untuk diserang dengan mempropagandakan

kebangkitan komunisme, kebangkitan neo-komunisme, dsb. Orang-orang yang

Page 93: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

82

masih takut dengan rekonsiliasi masih banyak, mereka sebetulnya belum

mendapat jawaban jika sudah terjadi rekonsiliasi, mereka (pelaku) terancam

atau tidak. Dimana mereka yang disebut pelaku masih mendapat satu informasi

saja, bahwa jika terjadi rekonsiliasi mereka semua langsung diadili, dan

dipenjara semua. Padahal jelas-jelas tidak. Rekonsiliasi bisa dilakukan dengan

banyak cara, yang penting ada penyelesaian. Dimana penyelesaian tersebut

berupa tanggung jawab moral dan politik yang dilakukan oleh rezim

pemerintah sekarang untuk menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan

oleh rezim pemerintah di masa lalu. Karena penyelesaian HAM di masa lalu itu

berlangsung surut, walaupun Undang-Undang tentang pelanggaran HAM berat

baru terbentuk tahun 2000, tetapi pelanggaran HAM yang terjadi sebelum

tahun 2000 bisa diusut. Bersifat berlangsung surut, selagi ada bukti

pelanggaran HAM berat tersebut, Komnas HAM bisa memeriksa dan

melakukan penyelidikan.

5. Menurut bapak, apakah perlu Presiden Republik Indonesia bapak Joko

Widodo, memimpin secara langsung proses rekonsiliasi tersebut?

Jelas, karena presiden merupakan simbol kepala negara. Karena dia simbol

kepala negara, maka dia yang pertama kali memberikan janji dan komitmennya

bahwa negara ini bisa menyelesaikan pelanggaran HAM di masa lalu. Dengan

mengakui adanya pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh pemerintah di

masa lalu.

6. Beberapa temuan yang saya baca, baik dari buku maupun berita, ada

dokumen yang dimiliki Amerika Serikat tentang keterlibatan CIA (Dinas

Page 94: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

83

Intelijen Amerika) dalam kasus penumpasan/pembantaian G 30 S, apakah

Komnas HAM pernah menindaklanjuti temuan yang serupa?

Justru Komnas HAM periode saya pernah ke Amerika tepatnya ke Washington

D.C. lalu bertemu dengan pihak Departemen Luar Negeri di sana. Dimana di

sana ada Undang-Undang tentang keterbukaan informasi yang menyatakan,

dokumen yang sudah berusia diatas 25 tahun bisa diakses oleh publik. Saya

pernah kesana untuk meminta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

peristiwa 1965. Kemudian dari pihak Amerika menyatakan, mereka tergantung

dengan Presiden Barack Obama untuk membuka akses dokumen tersebut.

Kemudian Presiden Barack Obama juga tergantung dengan Presiden Indonesia,

dalam hal ini Presiden Joko Widodo. Tetapi karena kami (Komnas HAM) tidak

mewakili Presiden Joko Widodo, hanya mewakili sebuah lembaga yang

independen, Presiden Obama belum tentu memberi sinyal untuk diberikan.

7. Kalau ternyata terbukti dalam temuan dokumen tersebut bahwa CIA

terlibat dalam kasus pelanggaran ham berat tahun 1965, artinya ada 2

negara yang seharusnya ikut bertanggung jawab dalam proses

rekonsiliasi, apa yang komnas ham lakukan jika hal itu terjadi?

Terus menuntut ke mereka untuk meminta pertanggung jawaban dan ganti rugi.

Sama seperti Belanda dalam peristiwa Rawa Gede pada tahun 1948, ketika

mereka menyisir tentara republik, mereka banyak menghabisi rakyat desa

karena dianggap menyembunyikan tentara republik. Itu mereka mengakui,

bahwa mereka melakukan pembantaian terhadap penduduk sipil dan ada ganti

ruginya. Tetapi harus diperjuangkan dari dalam negeri mereka terlebih dahulu

Page 95: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

84

melalui LSM di Belanda, lalu LSM tersebut mengajukan ke parlemen sehingga

parlemen bisa memastikan pemerintah Belanda, bahwa ada sebuah pelanggaran

HAM berat di masa lalu yang harus diselesaikan. Begitu pun suatu saat jika

Amerika terlibat dalam peristiwa 1965, prosesnya sama.

Jakarta, 25 November 2016

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia

Muhammad Nurkhoiron

Page 96: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

85

Narasumber : Burhanuddin Zainuddin Rusdiman

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 25 April 1940

Tempat Wawancara : Kampung Brontokusuman, MG III No. 217, RT 20

RW 06, Kecamatan Mergangsan. D.I Yogyakarta.

Waktu Wawancara : 8 Maret 2017, 10.30 WIB.

1. Bagaimana pandangan Bapak terkait peristiwa G 30 S/PKI?

G 30 S/PKI adalah pemberontakan yang dilakukan PKI di Indonesia yang

kesekian kalinya. Pemberontakan PKI pada tahun 1926, 1948 adalah sebuah

kemenangan yang tertunda. Karena pemberontakan dapat diredam ketika saat

itu, tokoh-tokoh pimpinan mereka kabur keluar negeri. Tahun 1926

pemberontakan ditumpas Musso pergi ke Uni Soviet, tahun 1948 Musso

ditembak hingga tewas lalu Aidit yang melarikan diri ke Tiongkok. Jadi Aidit

sudah terlibat sejak tahun 1948. Tahun 1950 memulai lagi mereka membangun

kekuatan dengan ikut serta dalam pemilu tahun 1955 dan kembali

memberontak lagi tahun 1965.

2. Suasana seperti apa yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 1965?

Ini daerah basis (PKI). Pasca pemilu 1955 di Yogya partai terbesar ada 4 yakni

PNI, Masyumi, NU dan PKI. Jika PNI, Masyumi dan NU digabungkan jadi

satu tidak ada setengahnya dari PKI. Sewaktu kuliah di Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada saya aktif di HMI. Setelah mendengar dari warta

berita pada hari Jum’at tanggal 1 Oktober 1965 tentang peristiwa G 30 S/PKI

saya langsung dapat memastikan otak dibalik peristiwa itu adalah PKI. Pada

tahun 1966 sebagai staf satu Laskar Ampera Aris Margono saya mendapatkan

Page 97: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

86

license to kill dari militer artinya saya dapat membunuh orang yang diduga

kuat anggota PKI yang terlibat langsung pemberontakan. Ada sekitar 10 orang

yang diberi pistol jenis FN dan dilatih oleh militer di Kaliurang. Operasi

penumpasan terhadap PKI dilakukan pada malam hari setelah Isya. Upaya

pemberontakan PKI di Yogyakarta juga sudah terbukti melalui tindakan tentara

yang sudah berhaluan kiri bernama Mayor Mulyono dari Batalyon L dengan

membunuh Komandan dan Kepala Staf Korem Yogyakarta secara keji yaitu

Brigadir Jenderal Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono. Brigjen Katamso

dan Letnan Kolonel Sugiyono dibunuh dengan kepala mereka dipukul pakai

kunci mortar hingga tewas.

3. Apa faktor yang menyebabkan bapak melakukan eksekusi terhadap

anggota/simpatisan yang tertuduh berafiliasi ke PKI?

Karena keluarga saya selalu diancam oleh PKI. Saya pribadi ketika tahun 1965

sudah diberi tanda oleh pihak PKI bahwa saya rencana akan diculik kemudian

dihabisi. Juga ayah saya, kebetulan ayah saya adalah tokoh Masyumi beliau

menjabat sebagai ketua Syarikat Buruh Islam Indonesia musuh utama dari

SOBSI (Syarikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yang bagian dari

underbouw PKI. Rumah saya di daerah Suronatan ketika itu diserang oleh para

buruh yang tergabung dalam SOBSI. Pemicu dari penyerangan itu sepele,

dimana ayah saya mempunyai besan dari daerah Banjar datang ke Stasiun

Tugu Yogya dengan kereta. Ketika baru sampai ke rumah ayah saya dari

Stasiun Tugu, besan ayah saya itu diperas oleh salah satu tukang becak yang

beroperasi disitu. Setelah diketahui tukang becak tersebut memang anggota

Page 98: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

87

PKI. Lantas saya marah dan menegur tukang becak yang memeras besan ayah

saya. Kemudian setelah dari peristiwa itu para anggota SOBSI menyerbu

rumah ayah saya, ayah saya diancam akan diculik lalu diancam akan dibunuh

oleh mereka yang tergabung dalam SOBSI.

4. Jadi dalam hal ini bapak menilai bahwa pelaku dari pelanggaran HAM

yang sebenarnya adalah PKI?

Ya itu yang sekarang saya sesalkan, ada semacam kekeliruan dari sebagian

masyarakat yang menganggap bahwa PKI itu korban, itu salah besar menurut

saya. Karena sebelum mereka menjadi korban, mereka adalah pelaku utama

dari pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah. Puncak dari kebiadaban

PKI menurut saya adalah peristiwa Madiun tahun 1948, dimana banyak

masyarakat khususnya yang beragama Islam di sana dibunuh dan disiksa secara

keji oleh mereka (PKI). Karena di daerah sekitar Madiun sampai Magetan

banyak berdirinya pesantren-pesantren yang merupakan musuh utama dari

PKI. Bukan hanya Islam tetapi semua agama yang berseberangan dengan

ideologinya akan ikut dibasmi juga karena merupakan musuh bagi mereka.

5. Apakah pernah ada salah satu dari korban yang tidak bersalah yang

bapak eksekusi ketika itu?

Tidak ada, ketika itu ada pengklasifikasian terhadap anggota PKI seperti

golongan A dan B dimana terhadap golongan tersebut akan kita tangkap lalu

kita serahkan ke militer untuk ditahan. Tetapi bagi golongan C atau yang hanya

ikut-ikut menjadi anggota PKI dan tidak terlibat langsung dalam

pemberontakan saya akan kembalikan mereka ke masyarakat dan kita bina

Page 99: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

88

mereka agar menjadi masyarakat yang Pancasilais kembali. Yang saya

eksekusi ketika itu adalah anggota PKI yang terlibat langsung dalam

pemberontakan dan merupakan upaya untuk membela diri saya karena kalau

tidak, saya yang akan dieksekusi oleh mereka. Suasana yang terjadi ketika itu

adalah perang sipil. Antara masyarakat yang anti komunis melawan masyarakat

yang pro terhadap komunis. Kalau kita tidak membunuh ya kita akan dibunuh

oleh mereka (anggota / simpatisan PKI).

6. Apakah bapak sudah melakukan rekonsiliasi terhadap korban?

Rekonsiliasi secara alamiah sudah terjadi dengan bukti bahwa kita menerima

dengan senang hati ketika para tahanan politik PKI dibebaskan pada akhir

tahun 1970an. Tetapi dengan syarat mereka bisa kita bina jika mereka tidak

mau ya kita binasakan. Jadi tidak perlu keterlibatan negara dalam rekonsiliasi,

karena kami sudah lakukan terlebih dahulu rekonsiliasi tersebut. Apalagi

sampai ada rencana pemerintah hendak meminta maaf kepada PKI, saya rasa

itu langkah yang sangat keliru.

Yogyakarta, 8 Maret 2017

Burhanuddin Zainuddin Rusdiman

Page 100: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

89

Narasumber : Lukas Tumiso

Tempat/Tanggal Lahir : Samarinda, 7 Maret 1940

Tempat Wawancara : Jl. Kramat 5 No. 1C, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat,

DKI Jakarta.

Waktu Wawancara : 3 Januari 2017, 15:30 WIB

1. Apa yang menyebabkan bapak menjadi korban dari peristiwa

penumpasan yang terjadi pada tahun 1965?

Ketika mahasiswa saya masuk organisasi mahasiswa semimiliter bernama

Resimen Mahasurya (Mahasiswa Surabaya) dibawah pimpinan Pemuda Rakjat.

Tujuannya untuk mendukung konsep Trikora yang dicetuskan oleh Presiden

Soekarno dalam rangka merebut kembali Irian Barat ke pangkuan Republik

Indonesia, maka ketika saat itu kami dilatih langsung oleh militer. Dalam

perjalanan waktu, tahun 1965 ada kejadian di Jakarta, saya tidak berbuat apa-

apa. Sebagai mahasiswa pulang kuliah ditangkap lalu dihajar, dipukuli, disiksa,

kemudian di tahan. Pertama-tama tahun 1965-1969 saya ditahan di Rumah

Tahanan Militer Koblen, Surabaya setelah itu dipindahkan ke Pulau

Nusakambangan. Kemudian setelah dari Nusakambangan saya ditahan di Pulau

Buru selama 10 tahun, tepatnya pada bulan Agustus 1969-November 1979.

2. Apa yang bapak lakukan selama menjadi tahanan di Pulau Buru?

Saya dan teman-teman dipekerjakan. Di sana kami menggarap sawah seluas

2500 hektare, ladang seluas 3000 hektare, membuat bendungan, membuat

jaringan jalan yang menghubungkan antar unit, dan membuat rumah ibadah.

Semua itu dilakukan dengan tenaga manusia.

Page 101: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

90

3. Apa dampak yang masih bapak dan teman-teman rasakan sampai

sekarang?

Kalau fisik parah, sampai sekarang derita yang saya dan hampir semua mantan

tahanan alami adalah hernia dikarenakan saya dan teman-teman ketika menjadi

tahanan bekerja melampaui batas kemampuan, lalu kita para mantan tahanan

belum bisa membebaskan diri dari mimpi. Dimana kita selalu mimpi bahwa

seolah-olah kita masih merasa ditahan. Rata-rata mantan tahanan mengalami

dampak seperti itu, mereka seolah-olah masih dibelenggu rasa ketakutan, harga

diri rendah, dan gampang terkejut. Kalau saya relatif berkurang, sebab saya

sering berkomunikasi secara sosial dengan masyarakat yang dimana hal

tersebut membuat saya percaya diri, yakin akan hak saya, sebatas itu saja. Jadi

secara keseluruhan tahanan mengalami dampak yang buruk secara fisik, psikis,

dan mental.

4. Apa saja tuntutan dan harapan bapak kepada pemerintah yang sekarang?

Tuntutan dan harapan saya jelas, kembalikan hak kami. Itu merupakan janji

pemerintah sejak awal dari mulai rehabilitasi, sampai dengan hak-hak lain.

Yang lebih penting dari semua ya dimulai dari rehabilitasi dulu. Termasuk

rehabilitasi nama baik, kedudukan, dan status sosial kami. Menurut kami

rehabilitasi itu tidaklah susah karena kami tahu itu hak kami. Hanya Presiden

Jokowi, tidak ada kemampuan untuk melawan orang-orang di sekitar

kekuasaannya, terutama dari pihak Angkatan Darat. Selain itu, harapan kami

hasil simposium yang sudah digelar kemarin itu menjadi sebuah kenyataan.

Page 102: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

91

Tidak hanya wacana, tidak hanya janji, tidak hanya ngomong saja yang dimana

hasil simposium tersebut jangan sampai layu sebelum berkembang.

5. Kegiatan apa yang bapak lakukan sekarang dalam membantu

memulihkan hak-hak bapak dan teman-teman sebagai korban dari

peristiwa pelanggaran HAM tahun 1965?

Yang paling dekat saya kerjakan sekarang ini disamping saya mengikuti aksi

kamisan setiap hari kamis, saya juga berusaha memobilisasi dana dari teman-

teman yang peduli untuk memperbaiki makam yang ada di Pulau Buru.

Kondisi makam disana saat ini nyaris menjadi hutan, nyaris terendam air,

kemudian saya dan teman-teman memikirkan untuk membuat sebuah

memorialisasi. Makam-makam tersebut adalah makam teman-teman saya yang

ketika mereka menjadi tahanan ada yang meninggal karena sakit kuning, bunuh

diri, diseruduk sapi, jatuh dari pohon, kerja diluar batas kemanusiaan, disiksa

oleh tentara sampai meninggal karena dibunuh oleh warga. Total makam yang

berada di sana berjumlah 23, satu makam rata-rata berisi sekitar 20 jenazah jadi

secara keseluruhan kurang lebih ada 400 jenazah yang ada di komplek

pemakaman tersebut.

6. Dalam perjalanan sampai saat ini, apakah bapak sudah melakukan

Rekonsiliasi dengan para pelaku eksekutor?

Kalau Rekonsiliasi secara horizontal kita semua sudah melakukan, artinya

secara individu dengan individu kita sudah selesai. Saya bisa menunjukkan

foto saya makan bareng dengan alm Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Saya bisa menunjukkan bagaimana saya akrab sekali dengan beliau. Jadi,

Page 103: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

92

secara horizontal antara kami dengan pelaku sudah terjadi Rekonsiliasi. Yang

ada itu ya konflik secara vertikal, antara kami dengan negara. Dimana

pemerintah sekarang harus bertanggung jawab atas perbuatan yang telah

dilakukan pemerintah di masa lalu. Tidak usahlah bicara mengenai

kompensasi, rehabilitasi dulu jalankan baru bicara soal lain-lain.

Jakarta, 3 Januari 2017

Lukas Tumiso

Page 104: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

93

Foto-foto saat wawancara dengan para narasumber

Wawancara dengan Dr. H. M. Nurul

Irfan, M.Ag di Gedung Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Lantai 2.

Kamis, 5 Januari 2017, 13:35 WIB.

Foto Oleh: Muhammad Aryo

Purwanto

Wawancara dengan Muhammad

Nurkhoiron di Gedung Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia Jakarta

Pusat, Lantai 3. Jum’at, 25

November 2016, 14:20 WIB.

Foto Oleh: Muhammad Aryo

Purwanto

Wawancara dengan Burhanuddin

Zainuddin Rusdiman di

Kediamannya, Rabu, 8 Maret 2017,

10:30 WIB.

Foto Oleh: Muhammad Aryo

Purwanto

Wawancara dengan Lukas Tumiso di

Kediamannya, Selasa, 3 Januari 2017,

15:30 WIB.

Foto Oleh: Muhammad Aryo

Purwanto

Page 105: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR XXV/MPRS/1966 TAHUN 1966

TENTANG

PEMBUBARAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA, PERNYATAAN SEBAGAI

ORGANISASI TERLARANG DISELURUH WILAYAH NEGARA REPUBLIK

INDONESIA BAGI PARTAI KOMUNIS INDONESIA DAN LARANGAN SETIAP

KEGIATAN UNTUK MENYEBARKAN ATAU MENGEMBANGKAN FAHAM

ATAU AJARAN KOMUNIS/MARXISME-LENINISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. Bahwa faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme pada inti hakekatnya

bertentangan dengan Pancasila;

b. Bahwa orang-orang dan golongan-golongan di Indonesia yang menganut faham atau ajaran

Komunisme/Marxisme-Leninisme; khususnya Partai Komunis Indonesia, dalam sejarah

Kemerdekaan Republik Indonesia telah nyata-nyata terbukti beberapa kali berusaha

merobohkan kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia yang sah dengan jalan kekerasan;

c. Bahwa berhubung dengan perlu mengambil tindakan-tegas terhadap Partai Komunis

Indonesia dan terhadap kegiatan-kegiatan yang menyebarkan atau mengembangkan faham

atau ajaran komunisme Marxisme-Leninisme;

Mengingat:

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 2 ayat (3).

Page 106: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

Mendengar:

Permusyawaratan dalam rapat-rapat MPRS dari tanggal 20 Juni sampai 5 Juli 1966.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

KETETAPAN TENTANG PEMBUBARAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA,

PERNYATAAN SEBAGAI ORGANISASI TERLARANG DI SELURUH WILAYAH

NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LARANGAN SETIAP KEGIATAN UNTUK

MENYEBARKAN ATAU MENGEMBANGKAN FAHAM ATAU AJARAN

KOMUNISME/MARXISME-LENINISME.

Pasal 1

Menerima baik dan menguatkan kebijaksanaan Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara, berupa pembubaran Partai Komunis Indonesia,

termasuk semua bagian organisasinya dari tingkat pusat sampai ke daerah beserta semua

organisasi yang seazas/berlindung/bernaung dibawahnya dan pernyataan sebagai organisasi

terlarang diseluruh wilayah kekuasaan Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis

Indonesia, yang dituangkan dalam Keputusannya tanggal 12 Maret 1966 No. 1/3/1966, dan

meningkatkan kebijaksanaan tersebut diatas menjadi Ketetapan MPRS.

Pasal 2

Setiap kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau

ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan

penggunaan segala macam aparatur serta Media bagi penyebaran atau pengembangan faham

atau ajaran tersebut, dilarang.

Page 107: PENUMPASAN TERHADAP PEMBERONTAKAN PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42045/1/MUHAMMAD...muhammad aryo purwanto nim: 1112043200003 program studi perbandingan

Pasal 3

Khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara ilmiah, seperti pada Universitas-

universitas, faham Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam rangka mengamankan Pancasila,

dapat dilakukan secara terpimpin, dengan ketentuan, bahwa Pemerintah dan DPR-GR,

diharuskan mengadakan perundang-undangan untuk pengamanan.

Pasal 4

Ketentuan-ketentuan diatas, tidak mempengaruhi landasan dan sifat bebas aktif politik

luar negeri Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 5 Juli 1966

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIA,

KETUA,

Ttd.

DR. A.H. NASUTION

JENDERAL TNI.

WAKIL KETUA, WAKIL KETUA,

Ttd. Ttd.

OSA MALIKI H.M. SUBCHAN Z.E.

WAKIL KETUA, WAKIL KETUA,

Ttd. Ttd. Hu

M. SIREGAR MASHUDI

BRIG. JEN. TNI