pentingnya ketersediaan dokumen a-02 tepat...
TRANSCRIPT
ANALISA PENGARUH KETERSEDIAAN
DOKUMEN A-02 TEPAT WAKTU
TERHADAP KEANDALAN LAPORAN
KEUANGAN
Oleh :
(02/BPS-KEU/2007)
Jurusan : Keuangan
PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)
BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT PERTAMINA TAHUN 2007
Jakarta, 15 Januari 2007 – 11 Januari 2008
Page | i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Kerja Wajib dengan judul
”Analisa pengaruh ketersediaan dokumen A-02 tepat waktu terhadap keandalan
laporan keuangan”.
Kertas Kerja Wajib ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan
dalam rangkaian proses bimbingan profesi sarjana. Mengingat terbatasnya waktu yang
tersedia dan data yang diperoleh maka penulis sangat menyadari bahwa KKW ini
masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon masukan
dan saran atas apa yang telah ditulis.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ade Enang, Bapak Chaidir Purwadi, Bapak Hudi Dewanto, dan Bapak
Sabam Hutajulu selaku pembimbing BPS Keuangan 2007 serta Bapak Bambang
Sasuko dan Bapak Untung selaku pengawas BPS Keuangan 2007.
2. Bapak M. Sulthon Fagi selaku pembimbing KKW.
3. Bapak Nadir Riyanarko dan bapak Chananoen yang telah banyak memberikan
masukan dalam pembutan KKW ini.
4. Seluruh Pimpinan, Manajemen dan Pekerja PERTAMINA UP V Balikpapan atas
bantuannya selama penulis melaksanakan OJT.
5. Rekan-rekan peserta satu angkatan yang telah memberikan bantuan dan dukungan,
serta rasa kekeluargaan selama mengikuti BPS Keuangan tahun 2007.
6. Seluruh pihak yang telah membantu, yang tak mungkin disebutkan satu-persatu.
Jakarta, Desember 2007
Penulis
Page | ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iDAFTAR ISI ..................................................................................................... iiDAFTAR TABEL............................................................................................. iiiRINGKASAN ................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1. Latar Belakang .............................................................................. 12. Ruang Lingkup.............................................................................. 23. Maksud dan Tujuan ...................................................................... 24. Metode Pendekatan ...................................................................... 25. SistematikaPenulisan .................................................................... 2
BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN............................................. 4
1. Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan .............................. 42. Dimensi Permasalahan .................................................................. 63. Perumusan Pokok Permasalahan .................................................. 7
BAB III. PEMBAHASAN MASALAH .......................................................... 8
1. Interpretasi Data dan Informasi .................................................... 82. Analisa Koreksi ............................................................................ 143. Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah .................................... 154. Perumusan Sasaran Yang Akan Dicapai ...................................... 165. Pemilihan / Pendekatan Untuk Pemecahan Masalah..................... 16
BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 18
1. Kesimpulan ................................................................................... 182. Saran …………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
Page | iii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Tabel perbandingan antara nilai sementara pembelian minyakmentah
domestik dengan nilai aktual di dokumen A-02
Tabel III.2. Tabel perbandingan antara laba (rugi) yang dilaporkan saat ini dengan
laba (rugi) yang disesuaikan dengan informasi dokumen A-02
Tabel III.3. Perbandingan antara nilai hutang dagang yang dilaporkan saat ini dengan
nilai hutang dagang yang disesuaikan dengan informasi dokumen A-02
Tabel III.4. Tabel rasio lancar
Tabel III.5. Tabel rasio tingkat pengembalian aktiva
Tabel III.6. Tabel rasio pendapatan bersih terhadap penjualan
Page | iv
RINGKASAN
Pembelian minyak mentah domestik merupakan salah satu komponen yang
cukup signifikan dari laporan laba rugi UP V Balikpapan. Penyajian nilai pembelian
minyak mentah ini sangat bergantung kepada ketersediaan dokumen A-02. Dari
dokumen A-02 PT. Pertamina memperoleh informasi mengenai nilai yang harus
dibayar kepada Pemerintah atas pembelian minyak mentah domestik milik
Pemerintah. Dalam dokumen A-02 terdapat rincian nilai pembelian minyak mentah
domestik yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) selama satu periode, serta
kepemilikan atas minyak mentah domestik tersebut.
Sebelum dokumen A-02 diterima, PT. Pertamina (Persero) tidak mengetahui
secara pasti nilai pembelian minyak mentah domestik yang terhutang kepada
Pemerintah. Bila dokumen A-02 tidak diterima tepat waktu, PT. Pertamina (Persero)
harus mengakui nilai pembelian menggunakan harga sementara. Hal ini dapat
menyebabkan nilai pembelian minyak mentah domestik yang disajikan dalam laporan
keuangan menjadi under/overstated. Dalam makalah ini akan dilakukan analisa
mengenai dampak atas penggunaan harga sementara dalam penyajian nilai pembelian
minyak mentah domestik terhadap keandalan laporan keuangan.
Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Selama lebih dari 40 tahun, Pertamina telah menjalankan amanat pemerintah
Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara melalui sektor migas
dengan menjadi operator sekaligus regulator industri migas. Seiring dengan
perkembangan industri di Indonesia, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.
22 Tahun 2001 yang pada akhirnya membawa perubahan bagi Pertamina dari
”pengelola tunggal” menjadi ”pemain biasa” dalam industri migas Indonesia. Tugas
Pertamina sebagai regulator dan pengawas industri migas diambil alih oleh BP Migas
dan BP Hilir.
Sebagai dampaknya, pada tanggal 17 September 2003 Pertamina berubah
status menjadi perusahaan perseroan yang berorientasi bisnis. Sebagai entitas bisnis,
PT. Pertamina (Persero) dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja menjadi lebih
kompetitif dan efisien. Keputusan-keputusan manajemen harus didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan bisnis yang memperhitungkan untung rugi. Untuk itu,
direktorat keuangan dituntut untuk dapat menyediakan laporan keuangan yang akurat
dan relevan agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Menurut standar akuntansi yang belaku umum, laporan keuangan perusahaan
terdiri dari lima laporan utama, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan equitas dan catatan atas laporan keuangan. Dari semua komponen
laporan keuangan, laporan laba rugi merupakan salah satu laporan yang sering
mendapat perhatian dari para pengguna laporan keuangan. Hal ini dikarenakan
laporan laba rugi menunjukkan tingkat performa perusahaan untuk satu periode
tertentu.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai proses pencatatan pembelian
minyak mentah domestik di UP V Balikpapan. Pembelian minyak mentah domestik
merupakan salah satu komponen yang cukup signifikan dalam laporan laba rugi UP V
Balikpapan, yang juga merupakan salah satu faktor penentu dalam penghitungan
biaya pokok produksi. Selain itu, transaksi pembelian minyak mentah domestik juga
mempengaruhi neraca UP V Balikpapan, terkait dengan nilai hutang atas pembelian
minyak mentah domestik. Kesalahan dalam penyajian pembelian minyak mentah
Page | 2
domestik dapat mengakibatkan salah saji yang cukup material dalam laporan laba rugi
dan neraca UP V Balikpapan.
I.2. Ruang Lingkup
Pembahasan dalam makalah ini akan dibatasi pada permasalahan yang terjadi
di PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan, khususnya mengenai
proses pencatatan akuntansi terhadap transaksi pembelian minyak mentah domestik di
UP V Balikpapan.
I.3. Maksud dan Tujuan
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menganalisa proses pencatatan
pembelian minyak mentah domestik yang dilakukan UP V Balikpapan, sehingga
diharapkan dapat memberikan masukan agar laporan keuangan yang dihasilkan lebih
akurat dan relevan serta sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku umum.
I.4. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif secara studi kasus dengan tujuan membuat gambaran secara sistematis
mengenai proses pencatatan pembelian minyak mentah di UP V Balikpapan, serta
peranan penting dokumen A-02 dalam menghasilkan laporan laba rugi yang akurat dan
relevan.
I.5. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penelahaan makalah ini, penulis mengelompokkan
materi ke dalam empat bab yang sistematikanya disajikan sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan dari karya tulis, berupa penjelasan mengenai latar
belakang, ruang lingkup, maksud dan tujuan penelitian, metode
pendekatan, dan sistematika penulisan.
BAB 2 INDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Memberikan deskripsi keadaan dan gejala permasalahan, dimensi
permasalahan, dan perumusan pokok permasalahan terkait dengan proses
pencatatan pembelian minyak mentah domestik serta ketersediaan
Page | 3
dokumen A-02 di UP V Balikpapan dalam penyajian penyajian laporan
laba rugi.
BAB 3 PEMBAHASAN MASALAH
Merupakan bab yang berisi interpretasi data dan informasi, analisa koreksi,
alternatif-alternatif pemecahan masalah, perumusan sasaran yang akan
dicapai, dan pemilihan pendekatan untuk pemecahan masalah.
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan hasil akhir dari penelitian berupa kesimpulan dan saran-saran /
rekomendasi dari penulis yang dapat bermanfaat bagi tim manajemen.
Page | 4
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
II.1. Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan
Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, pemberlakuan Undang-
Undang No. 22 tahun 2001 telah merubah status Pertamina dari perusahaan negara
yang memegang kuasa penuh di bidang migas nasional sebagai regulator dan operator
menjadi perusahaan ”biasa” yang mempunyai hak serta kewajiban yang sama dengan
perusahaan lain yang bergerak di indutri migas di Indonesia. Sebelum undang-udang
ini diberlakukan status pertamina merupakan perusahaan negara yang melakukan
pengawasan dan pengelola kekayaan migas pemerintah.
Untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri, Pertamina ditugaskan
melakukan pengolahan minyak mentah milik pemerintah menjadi BBM yang
kemudian didistribusikan ke seluruh pelosok tanah air. Untuk kegiatan pemenuhan
kebutuhan BBM dalam negeri ini, pemerintah akan mengganti seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh Pertamina dan memberikan fee kepada Pertamina. Setelah Pertamina
berubah status menjadi PT. Pertamina (Persero), kewajiban pemenuhan kebutuhan
BBM dalam negeri menjadi berubah. PT. Pertamina tetap berkewajiban memenuhi
seluruh kebutuhan BBM dalam negeri, tetapi pemerintah tidak akan mengganti
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh PT. Pertamina (Persero), melainkan akan
melakukan pembelian BBM kepada PT. Pertamina (Persero) seharga MOPS plus alfa.
Dengan adanya perubahan ini, semua minyak mentah milik Pemerintah yang
digunakan untuk proses produksi oleh PT. Pertamina (Persero), baik untuk
memproduksi produk BBM maupun produk Non BBM, harus diakui sebagai
pembelian kepada Pemerintah. BP Migas selaku regulator dan badan pengawasan
migas, berperan mewakili Pemerintah dalam melakukan transaksi jual beli minyak
mentah milik Pemerintah kepada PT. Pertamina (Persero). Laporan transaksi
pembelian minyak mentah domestik tertuang dalam dokumen A-02 yang dibuat oleh
BP Migas.
Dalam dokumen A-02 terdapat rincian nilai pembelian minyak mentah
domestik yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) selama satu periode, serta
kepemilikan atas minyak mentah domestik tersebut. Dari dokumen A-02 ini
PT. Pertamina memperoleh informasi mengenai nilai yang harus dibayar kepada
Pemerintah atas pembelian minyak mentah domestik milik Pemerintah. Sebelum
Page | 5
dokumen A-02 diterima, PT. Pertamina (Persero) tidak mengetahui secara pasti nilai
pembelian minyak mentah domestik yang terhutang kepada Pemerintah. Pada saat
minyak mentah domestik diterima, setiap unit-unit yang menerima minyak mentah
domestik tersebut akan melakukan proses migo dengan menggunakan nilai sementara
untuk mengakui adanya penerimaan minyak mentah.
Berikut akan dibahas proses pencatatan pembelian dan penerimaan minyak
mentah domestik yang dilakukan oleh UP V Balikpapan.
a. Proses MIGO
Proses pencatatan pembelian minyak mentah domestik dimulai dengan pencatatan
penerimaan minyak mentah dengan menggunakan harga sementara yang tertuang
di PO, yaitu harga ICP dengan menggunakan kurs tengah BI. Jurnal yang timbul
atas proses migo tersebut adalah sebagai berikut:
Dr. Crude oil inventory (SAP rate x Qty)
G/L price variance – crude ((SAP rate - PO rate) x Qty)
Cr. Clearing - crude (PO rate x Qty)
Dikarenakan PT. Pertamina (Persero) menggunakan metode perpetual dalam
melakukan pencatatan persediaannya, pada saat akhir periode jurnal–jurnal MIGO
akan direverse. Jurnal yang timbul atas proses revesal tersebut adalah sebagai
berikut:
Dr. Clearing – crude
Cr. G/L price variance – crude reversal
Crude oil inventory – reversal
b. Proses pencatatan pembelian
Untuk mengakui transaksi pembelian minyak mentah sesuai dengan metode
perpetual, diakhir periode bagian akuntansi kilang UP V Balikpapan akan
melakukan pencatatan pembelian. Terdapat dua kondisi yang berbeda pada proses
pencatatan pembelian atas pembelian minyak mentah domestik yang dilakukan
oleh UP V Balikpapan, yaitu:
i. Kondisi dimana dokumen A-02 untuk pembelian minyak mentah periode
berjalan diterima tepat pada waktunya. Dalam kondisi ini, kantor pusat bisa
melakukan PAU kepada UP V Balikpapan untuk pembelian minyak mentah
periode berjalan. Kemudian bagian akuntansi kilang UP V Balikpapan akan
melakukan pencatatan pembelian dengan melakukan chosing open item atas
Page | 6
PAU yang telah diterima dari kantor pusat. Jurnal yang timbul adalah sebagai
berikut:
Dr. Purchase domestic crude (A-02 rate x Qty)
Cr. ICT clearing SAP (A-02 rate x Qty)
ii. Kondisi dimana dokumen A-02 untuk pembelian minyak mentah periode
berjalan tdak diterima tepat pada waktunya. Dalam kondisi ini, bagian
akuntasi kilang UP V Balikpapan akan mencatat pembelian minyak mentah
domestik dengan menggunakan nilai pembelian sementara, yaitu harga ICP
dikalikan dengan rata-rata kurs tengah BI. Jurnal yang akan timbul adalah:
Dr. Purchase domestic crude (ICP rate x Qty)
Cr. Unbilled goods receipt (ICP rate x Qty)
Pada saat dokumen A-02 atas pembelian minyak mentah domestik diatas
diterima, maka bagian akuntansi minyak UP V Balikpapan akan membalik
jurnal di atas. Jurnal yang timbul:
Dr. Unbilled goods receipt (ICP rate x Qty)
Cr. Purchase domestic crude (ICP rate x Qty)
Kemudian dilakukan pencatatan akuntansi untuk mengakui pembelian dengan
harga yang terdapat di dokumen A-02. Jurnal yang timbul:
Dr. Purchase domestic crude (A-02 rate x Qty)
Cr. ICT clearing SAP (A-02 rate x Qty)
II.2. Dimensi Permasalahan
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa nilai pembelian yang dilaporkan
di laporan laba rugi UP V Balikpapan dapat terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
Nilai aktual pembelian minyak mentah domestik periode berjalan yang
dokumen A-02nya sudah diterima,
Nilai sementara pembelian minyak mentah domestik periode berjalan yang
dokumen A-02nya belum diterima,
Selisih atas nilai pembelian sementara dan nilai pembelian aktual atas
pembelian minyak mentah domestik yang dilakukan pada periode
sebelumnya.
Selisih antara nilai pembelian sementara minyak mentah domestik dengan
nilai yang terdapat di dokumen A-02 akan tercatat pada periode dimana dokumen
Page | 7
A-02 diterima. Bila nilai selisih ini cukup besar, akan menyebabkan laporan laba rugi
periode terkait menjadi tidak akurat dan tidak mencerminkan kinerja perusahaan yang
sesungguhnya. Bila nilai pembelian sementara lebih kecil dari nilai pembelian yang
terdapat di dokumen A-02, nilai pembelian yang dilaporkan di laporan laba rugi
menjadi understated. Hal ini juga akan menyebabkan nilai laba / rugi bersih yang
dilaporkan di laporan keuangan menjadi overstated.
Pengakuan nilai pembelian dengan nilai sementara juga akan mempengaruhi
akurasi neraca UP V Balikpapan. Bila nilai pembelian sementara lebih kecil dari nilai
pembelian yang terdapat di dokumen A-02 akan menyebabkan hutang atas pembelian
minyak mentah domestik menjadi understated.
II.3. Perumusan Pokok Permasalahan
Proses pencatatan pembelian minyak mentah domestik yang berlaku saat ini
berpotensi menyebabkan laporan keuangan UP V Balikpapan tidak akurat bila
dokumen A-02 diterima tidak tepat waktu. Dalam bab berikutnya akan dilakukan
analisa dampak keterlambatan penerimaan dokumen A-02 terhadap laporan keuangan
UP V Balikpapan bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei dan Juni 2007.
Page | 8
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
III.1. Interpretasi Data dan Informasi
Analisa dampak keterlambatan penerimaan dokumen A-02 terhadap laporan
keuangan UP V Balikpapan, akan dilakukan dengan menggunakan analisa rasio
laporan keuangan. Sebelum dilakukan analisa terhadap laporan neraca dan laporan
laba rugi UP V Balikpapan, akan dibahas sekilas mengenai rasio-rasio keuangan yang
relevan yang akan digunakan untuk melihat dampak keterlambatan penerimaan
dokumen A-02 terhadap laporan keuangan UP V Balikpapan.
- Rasio lancar dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki. Rasio ini dapat digunakan oleh pihak eksternal dalam
mempertimbangkan untuk memberikan pinjaman.
- Rasio tingkat pengembalian aktiva dan rasio pendapatan bersih terhadap
penjualan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Rasio ini dapat digunakan oleh investor untuk menganalisa kemampuan
perusahaan untuk memberikan tingkat pengembalian terhadap investasi.
Berikut akan dipaparkan perbandingan nilai pembelian yang dilaporkan di
laporan laba rugi UP V Balikpapan bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei dan
Juni 2007 dengan nilai pembelian aktual periode yang sama sesuai dengan dokumen
A-02.
- Rasio lancar =Aktiva lancar
Piutang lancar
- Rasio Tingkat pengembalianaktiva
=Pendapatan bersih
Total aktiva
- Rasio Pendapatan bersihterhadap penjualan
=Pendapatan bersih
Penjualan
Page | 9
Tabel III.1. Tabel perbandingan antara nilai sementara pembelian
minyakmentah domestik dengan nilai aktual di dokumen A-02
Periode Nilai pembelian dilaporan laba rugi
Nilai pembeliansesuai dengandokumen A-02
Selisih
Januari 1,507,856,454,641 1,493,865,286,044 13,991,168,597
Februari 2,086,243,893,862 2,481,506,241,061 (395,262,347,199)
Maret 3,338,248,485,200 3,333,548,789,909 4,699,695,291
April 4,521,257,757,476 4,903,920,914,028 (382,663,156,552)
Mei 6,281,397,270,028 6,432,635,516,124 (151,238,246,096)
Juni 7,949,854,299,190 7,902,802,979,185 47,051,320,005
Dari data diatas dapat dilihat bahwa selisih antara nilai pembelian yang
dilaporkan di laporan laba rugi dengan nilai pembelian aktual sesuai dokumen A-02
cukup besar. Selisih nilai pembelian ini akan memberikan pengaruh yang cukup
signifikan di laporan laba rugi UP V Balikpapan. Di bawah ini akan disajikan
perbadingan posisi laba rugi UP V Balikpapan yang dilaporkan saat ini dengan posisi
laba rugi UP V Balikpapan dengan menggunakan nilai pembelian aktual sesuai
dengan dokumen A-02.
Tabel III.2. Tabel perbandingan antara laba (rugi) yang dilaporkan saat ini
dengan laba (rugi) yang disesuaikan dengan informasi dokumen A-02
Periode Laba (rugi) dilaporan laba rugi
Laba (rugi)(sesuai informasidokumen A-02)
Januari (567,358,428,033) (553,367,259,436)
Februari (110,811,204,642) (506,073,551,841)
Maret (889,307,077,455) (884,607,382,164)
April 213,731,421,879 (168,931,734,673)
Mei 54,133,047,638 (97,105,198,458)
Juni (1,075,530,059,094) (1,028,478,739,089)
Jumlah hutang atas pembelian minyak mentah domestik yang disajikan di
neraca juga akan mengalami perubahan berbanding lurus dengan perubahan nilai
pembelian yang disajikan dilaporan laba rugi, perubahan tersebut dapat kita lihat pada
data berikut.
Page | 10
Tabel III.3. Perbandingan antara nilai hutang dagang yang dilaporkan saat ini
dengan nilai hutang dagang yang disesuaikan dengan informasi dokumen A-02
PeriodeHutang dagang
(posisi sekarang)Hutang dagang
(sesuai informasidokumen A-02)
Januari 4,211,554,549,960 4,225,545,718,557
Februari 5,559,430,792,369 5,954,693,139,568
Maret 5,120,423,066,873 5,115,723,371,582
April 5,006,353,400,143 5,389,016,556,695
Mei 6,683,367,538,352 6,834,605,784,448
Juni 6,556,191,165,000 6,509,139,844,995
Dari data keuangan yang disajikan diatas, dapat dilakukan perhitungan rasio-
rasio yang telah dijelaskan sebelumnya.
Rasio lancar
Tabel III.4. Tabel rasio lancar
PeriodeBerdasarkan datalaporan keuangan saatini
Berdasarkan datalaporan keuangansetelah disesuaikandengan informasidokumen A-02
Selisih
Jan 101.92% 101.59% -0.34%
Feb 87.30% 81.51% -5.79%
Mar 92.69% 92.77% 0.09%
Apr 117.20% 108.88% -8.32%
Mei 104.71% 102.39% -2.32%
Jun 112.33% 113.14% 0.81%
Rasio tingkat pengembalian aktiva
Tabel III.5. Tabel rasio tingkat pengembalian aktiva
PeriodeBerdasarkan datalaporan keuangan saatini
Berdasarkan datalaporan keuangansetelah disesuaikandengan informasidokumen A-02
Selisih
Januari -10.98% -10.71% 0.27%
Februari -1.94% -8.85% -6.91%
Maret -15.86% -15.78% 0.08%
April 3.18% -2.52% -5.70%
Mei 0.69% -1.24% -1.93%
Juni -13.11% -12.54% 0.57%
Page | 11
Rasio pendapatan bersih terhadap penjualan
Tabel III.6. Tabel rasio pendapatan bersih terhadap penjualan
PeriodeBerdasarkan datalaporan keuangan saatini
Berdasarkan datalaporan keuangansetelah disesuaikandengan informasidokumen A-02
Selisih
Januari -13.03% -12.71% 0.32%
Februari -1.43% -6.51% -5.08%
Maret -8.41% -8.37% 0.04%
April 1.47% -1.16% -2.62%
Mei 0.27% -0.48% -0.75%
Juni -4.20% -4.01% 0.18%
Dari data yang dipaparkan diatas, dapat dilihat keterlambatan penerimaan
dokumen A-02 menyebabkan nilai laba rugi dan hutang dagang menjadi
over/understated. Perbedaan yang signifikan terjadi pada laporan laba rugi periode
Februari, April dan Mei 2007. Tetapi, dampak yang paling signifikan terjadi pada
laporan laba rugi periode April dan Mei 2007 dimana masing-masing periode
melaporkan laba sebesar Rp 213.731.42.879,- dan Rp 54.133.047.638,- yang
seharusnya melaporkan kerugian masing-masing sebesar Rp 168.931.734.637,- dan
Rp 97.105.198.458,-. Bila laporan laba rugi ini digunakan untuk menganalisa kinerja
perusahaan, maka hasil penilaian kinerja menjadi tidak akurat. Untuk melihat dampak
proses pencatatan pembelian minyak mentah domestik, analisa akan difokuskan pada
laporan keuangan periode Februari, April dan Mei 2007 UP V Balikpapan.
III.1.1.Analisa laporan keuangan periode Februari 2007
Pada periode Februari 2007, laporan laba rugi UP V Balikpapan melaporkan
bahwa UP V Balikpapan mengalami kerugian Rp 110.811.204.642,- dengan rasio
tingkat pengembalian aktiva sebesar -1,94% dan rasio pendapatan bersih terhadap
penjualan sebesar -1,43%. Keterlambatan penerimaan dokumen A-02 menyebabkan
nilai pembelian minyak mentah domestik yang disajikan di laporan keuangan
understated sebesar Rp 395.262.347.199,-. Bila nilai pembelian minyak mentah
domestik disajikan berdasarkan nilai aktual yang terdapat di dokumen A-02, laporan
laba rugi UP V Balikpapan periode Februari 2007 akan melaporkan kerugian sebesar
Rp 506.073.551.842,- dengan rasio tingkat pengembalian aktiva sebesar -6,51% dan
Page | 12
rasio pendapatan bersih terhadap penjualan sebesar -6,51%. Selain berdampak pada
nilai pembelian minyak mentah domestik yang disajikan di laporan laba rugi.
Keterlambatan penerimaan dokumen A-02 juga menyebabkan hutang dagang yang
disajikan di neraca UP V Balikpapan periode Februari 2007 understated, dimana
hutang dagang dilaporkan sebesar Rp 5,559430,792,369,- yang seharusnya dilaporkan
sebesar Rp 5,954,693,139,568,-. Hal ini menyebabkan rasio lancar perusahaan tercatat
87,30%, lebih besar 5,79% dari yang seharusnya sebesar 81,51%.
III.1.2.Analisa laporan keuangan periode April 2007
Berdasarkan laporan laba rugi yang dilaporkan pada periode April 2007, pada
periode tersebut perusahaan mempunyai tingkat pengembalian atas investasinya pada
aktiva sebesar 3,18%. Hasil analisa ini tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya
karena pembelian yang dilaporkan di laporan laba rugi periode April 2007
understated. Bila pembelian dilaporkan dengan menggunakan nilai pembelian aktual
yang terdapat di dokumen A-02 maka hasil analisa akan menunjukkan bahwa pada
periode tersebut perusahaan mengalami kerugian dan tingkat pengembalian atas
aktivanya -2,52%. Kesalahan dalam analisa juga akan terjadi pada analisa tingkat
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya. Bila kita melakukan analisa menggunakan neraca
yang dilaporkan saat ini, kita akan mendapatkan perhitungan bahwa rasio lancar
perusahaan untuk periode April 2007 sebesar 117,20%. Hasil perhitungan rasio lancar
ini lebih besar 8,32% bila dibandingkan dengan hasil perhitungan rasio lancar yang
seharusnya disajikan oleh perusahaan sebesar 108,88%.
III.1.3.Analisa laporan keuangan periode Mei 2007
Deviasi yang cukup signifikan juga terjadi pada laporan keuangan UP V
Balikpapan periode Mei 2007. Pada periode ini perusahaan mempunyai tingkat
pengembalian atas investasinya pada aktiva sebesar 0,69%. Hasil analisa ini tidak
mencerminkan keadaan sesungguhnya karena pembelian yang dilaporkan di laporan
laba rugi periode Mei 2007 understated. Bila pembelian dilaporkan dengan
menggunakan nilai pembelian aktual yang terdapat di dokumen A-02 maka hasil
analisa akan menunjukkan bahwa pada periode tersebut perusahaan mengalami
kerugian dan tingkat pengembalian atas aktivanya -0,48%. Kesalahan dalam analisa
juga akan terjadi pada analisa tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi
Page | 13
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Bila kita
melakukan analisa menggunakan neraca yang dilaporkan saat ini, kita akan
mendapatkan perhitungan bahwa rasio lancar perusahaan untuk periode Mei 2007
sebesar 104,71%. Hasil perhitungan rasio lancar ini lebih besar 2,32% bila
dibandingkan dengan hasil perhitungan rasio lancar yang seharusnya disajikan oleh
perusahaan sebesar 102,39%.
III.1.3.Dampak Ketidakakuratan Laporan Keuangan UP V Balikpapan
Ketidakakuratan dalam penyajian informasi di laporan keuangan UP V
Balikpapan dapat mengakibatkan beberapa hal seperti yang akan dijelaskan dibawah
ini.
III.1.3.1. Dampak financial
1. Ketidakakuratan dalam penyajian nilai pembelian minyak mentah domestik akan
menyebabkan kesalahan dalam penghitungan biaya pokok produksi, yang dapat
menyebabkan kesalaha dalam penetapan harga jual dan margin produk-produk
yang dihasilkan.
2. Ketidakakuratan dalam pengakuan pendapatan bersih UP V Balikpapan akan
menyebabkan pajak penghasilan badan yang harus dibayarkan perusahaan
menjadi kelebihan atau kekurangan. Bila jumlah pendapatan yang diakui
perusahaan overstated, akan menyebabkan beban pajak yang harus dibayarkan
perusahaan menjadi lebih besar dari jumlah yang seharusnya.
3. Ketidakakuratan dalam pengakuan pendapatan bersih UP V Balikpapan juga akan
menyebabkan perusahaan kesalahan dalam penentuan jumlah dividen yang harus
dibagikan kepada pemegang saham, dalam hal ini Pemerintah. Bila perusahaan
overstated dalam menyajikan pendapatan bersihnya dapat menyebabkan jumlah
dividen yang harus diserahkan kepada Pemerintah lebih besar dari yang
seharusnya, hal ini dapat mengganggu cash flow perusahaan.
III.1.3.2. Dampak Nonfinancial
1. Ketidakakuratan dalam penyajian laporan keuangan dapat menyebabkan pihak
yang menggunakan laporan keuangan mempunyai pendapat yang salah terhadap
kondisi perusahaan.
Page | 14
2. Ketidakakuratan dalam penyajian laporan keuangan akan menyebabkan
kesalahan dalam pengambilan keputusan yang menggunakan informasi laporan
keuangan perusahaan.
III.4. Analisa Koreksi
Dari analis diatas, dapat diketahui bahwa pengakuan pembelian dengan
menggunakan harga sementara dan melakukan penyesuaian nilai pembelian di periode
dimana dokumen A-02 diterima dapat menyebabkan laporan keuangan menjadi bias
dan tidak akurat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan. Selain itu, laporan laba rugi menjadi tidak bisa dibandingkan
(incomparable) dikarenakan periode penerimaan dokumen A-02 yang tidak beraturan.
Bila dalam satu periode diterima lebih dari satu dokumen A-02, akan menyebabkan
laporan laba rugi periode tersebut tidak dapat dibandingkan dengan laporan laba rugi
periode lain dimana tidak terdapat dokumen A-02 yang diterima.
Sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, laporan keuangan harus
memenuhi beberapa prinsip dasar, diantaranya:
Relevan. Suatu informasi dikatakan relevan bila dapat membuat perbedaan dalam
pengambilan keputusan. Jika informasi tersebut tidak ada artinya dalam pengambilan
keputusan maka informasi tersebut dianggap tidak relevan. Suatu informasi yang
relevan. Agar relevan, ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu:
- bermanfaat dalam memprediksi hasil akhir kejadian masa lalu, saat ini dan masa
mendatang-predictive value
- membantu pemakai laporan keuangan untuk memastikan atau mengoreksi
ekspektasi sebelumnya-feedback value
- mencakup kriteria tepat waktu, artinya informasi tersedia pada saat yang
dibutuhkan untuk mengambil keputusan.
Andal. Informasi akuntansi dapat diandalkan bila:
- Verification. dapat diukur jika informasi tersebut memiliki kemampuan untuk
menghasilkan keputusan yang sama dari dua pengambil keputusan yang berbeda.
- Faithful Representation. Item disajikan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
- Economic Substance. Untuk menunjukkan transaksi ekonomi lebih berharga
daripada hukum yang berlaku.
- Netral. Tidak bias sehingga tidak membingungkan para pengguna laporan
keuangan.
Page | 15
Menurut PSAK, terdapat kendala dalam menciptakan informasi yang relevan
dan andal. Sebagai contoh bila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam
pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Namun,
untuk menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum
seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui sehingga mengurangi
keandalan informasi. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan
keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang
menentukan.
Selain itu, didalam PSAK no. 23 tentang “Pendapatan” dinyatakan bahwa
pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa tertentu
harus diakui secara bersamaan. Tetapi, pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang
berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dengan demikian, setiap imbalan yang
telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban.
III.5. Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat terkait dengan
pembelian minyak mentah domestik, terdapat dua alternatif solusi yang dapat
digunakan:
1. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan pendekatan kepada BP Migas
(Company-to-Company) dan meminta agar BP Migas dapat menerbitkan
dokumen A-02 tepat waktu. Kerjasama ini dapat dilakukan melalui nota
kesepahaman antara Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) dengan Direktur
Utama BP Migas dalam hal penyediaan dokumen A-02 tepat waktu.
2. Perubahan dalam kebijakan pengakuan nilai pembelian sementara atas pembelian
minyak mentah yang dokumen A-02nya tidak diterima tepat pada waktunya.
Terdapat tiga komponen utama yang menentukan besarnya nilai pembelian
minyak mentah domestik, yaitu:
- Quantity minyak mentah yang diterima
- Harga minyak mentah yang diterima
- Kurs yang digunakan untuk mengkonversi pembelian ke rupiah.
Kebijakan yang berlaku saat ini untuk pembelian minyak mentah domestik yang
belum diterima dokumen A-02nya, diakui dengan menggunakan harga sementara
yang dihitung menggunakan quantity minyak mentah domestik yang diterima,
dikalikan dengan harga ICP dan dikonversi ke rupiah dengan menggunakan rata-
Page | 16
rata kurs tengah BI. Nilai sementara ini jumlahnya akan berbeda dengan nilai
aktual yang terdapat dalam dokumen A-02, dikarenakan BP Migas menggunakan
harga ICP dikalikan dengan kurs beli BI pada saat pengiriman minyak mentah
dalam menghitung nilai minyak mentah domestik yang dijual kepada PT.
Pertamina (Persero) yang tertuang dalam dokumen A-02. Dalam alternatif ini,
penulis mengajukan usulan agar PT. Pertamina (Persero) mengganti nilai kurs
yang digunakan dalam menentukan nilai sementara pembelian minyak mentah
domestik dari menggunakan rata-rata kurs tengah BI menjadi menggunakan kurs
belia BI pada saat pengiriman minyak mentah domestik yang diterima.
III.6. Perumusan Sasaran Yang Akan Dicapai
Dengan diterapkan perubahan kebijakan dalam pengakuan pembelian minyak
mentah domestik, diharapkan nilai pembelian dapat disajikan dengan nilai yang lebih
akurat. Sehingga laporan laba rugi yang dihasilkan dapat lebih mencerminkan kinerja
operasi perusahaan pada periode tersebut.
III.7. Pemilihan / Pendekatan Untuk Pemecahan Masalah
Untuk menentukan alternatif mana yang akan digunakan agar nilai pembelian
minyak mentah domestik yang disajikan di laporan keuangan lebih akurat, perlu
dilakukan analisa terhadap kedua alternatif yang mungkin digunakan. Kedua alternatif
solusi yang telah dijelaskan sebelumnya masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan, yakni:
1. Kerja sama Company to Company
Kelebihan:
- Bila dokumen A-02 dapat diterima tepat waktu, nilai pembelian minyak
mentah domestik dapat disajikan dengan nilai yang akurat dan tidak perlu
dilakukan penyesuaian lagi.
Kelemahan:
- Tidak mudah untuk meminta BP Migas untuk mengirimkan laporan A-02
tepat waktu, dikarenakan BP Migas juga membutuhkan laporan dari KPS
mengenai jumlah pembagian hasil lifting minyak mentah.
- Keakuratan laporan keuangan sangat bergantung kepada pihak eksternal, yaitu
BP Migas dan KPS yang sangat berperan dalam membuat dokumen A-02.
Page | 17
2. Penggunaan harga dan kurs yang sama dengan yang digunakan BP Migas
Kelebihan
- Perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat dan dapat
mengurangi ketergantungan kepada pihak eksternal.
Kelemahan
- Nilai pembelian minyak mentah domestik yang disajikan di laporan keuangan
masih belum akurat 100%, dikarenakan masih ada kemungkinan terjadi
perbedaan antara nilai pembelian sementara dengan nilai pembelian aktual
yang terdapat di dokumen A-02 yang disebabkan oleh perbedaan quantity
antara quantity dalam perhitungan nilai pembelian sementara dengan quantity
yang terdapat di dokumen A-02.
Berdasarkan analisa kelebihan dan kelemahan diantara kedua alternatif diatas,
penulis merekomendasikan agar alternatif kedua yang dipakai untuk meningkatkan
keandalan laporan keuangan PT. Pertamina (Persero). Dengan diaplikasikan alternatif
ini, perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat tanpa harus
berantung kepada pihak eksternal. Walaupun masih terdapat kemungkinan perbedaan
antara nilai pembelian minyak mentah domestik yang dilaporkan pada laporan
keuangan dengan nilai pembelian aktual yang terdapat di dokumen A-02, tetapi
jumlahnya tidak akan signifikan.
Page | 18
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Pemberlakuan Undang-Undang No. 22 tahun 2001 telah merubah status
Pertamina dari perusahaan negara yang memegang kuasa penuh di bidang migas
nasional sebagai regulator dan operator menjadi perusahaan ”biasa” yang mempunyai
hak serta kewajiban yang sama dengan perusahaan lain yang bergerak di indutri migas
di Indonesia. Sebelum undang-udang ini diberlakukan status pertamina merupakan
perusahaan negara yang melakukan pengawasan dan pengelola kekayaan migas
pemerintah.
Untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri, Pertamina ditugaskan
melakukan pengolahan minyak mentah milik pemerintah menjadi BBM yang
kemudian didistribusikan ke seluruh pelosok tanah air. Untuk kegiatan pemenuhan
kebutuhan BBM dalam negeri ini, pemerintah akan mengganti seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh Pertamina dan memberikan fee kepada Pertamina. Setelah Pertamina
berubah status menjadi PT. Pertamina (Persero), kewajiban pemenuhan kebutuhan
BBM dalam negeri menjadi berubah. PT. Pertamina tetap berkewajiban memenuhi
seluruh kebutuhan BBM dalam negeri, tetapi pemerintah tidak akan mengganti
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh PT. Pertamina (Persero), melainkan akan
melakukan pembelian BBM kepada PT. Pertamina (Persero) seharga MOPS plus alfa.
Dengan adanya perubahan ini, semua minyak mentah milik Pemerintah yang
digunakan untuk proses produksi oleh PT. Pertamina (Persero), baik untuk
memproduksi produk BBM maupun produk Non BBM, harus diakui sebagai
pembelian kepada Pemerintah. BP Migas selaku regulator dan badan pengawasan
migas, berperan mewakili Pemerintah dalam melakukan transaksi jual beli minyak
mentah milik Pemerintah kepada PT. Pertamina (Persero). Laporan transaksi
pembelian minyak mentah domestik tertuang dalam dokumen A-02 yang dibuat oleh
BP Migas.
Dalam dokumen A-02 terdapat rincian nilai pembelian minyak mentah
domestik yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) selama satu periode, serta
kepemilikan atas minyak mentah domestik tersebut. Dari dokumen A-02 ini
PT. Pertamina memperoleh informasi mengenai nilai yang harus dibayar kepada
Pemerintah atas pembelian minyak mentah domestik milik Pemerintah. Sebelum
Page | 19
dokumen A-02 diterima, PT. Pertamina (Persero) tidak mengetahui secara pasti nilai
pembelian minyak mentah domestik yang terhutang kepada Pemerintah.
Untuk pembelian minyak mentah domestik yang belum diterima dokuemn A-
02nya, akan diakui dengan menggunakan harga sementara yang dihitung dengan
menggunakan harga ICP dikalikan dengan rata-rata kurs tengah BI selama periode
pembelian. Setelah dilakukan analisa, ternyata hal ini menyebabkan terjadinya selisih
yang cukup signifikan antara nilai pembelian sementara minyak mentah domestik
dengan nilai yang terdapat di dokumen A-02.
Laporan laba rugi periode terkait menjadi tidak akurat dan tidak
mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Bila nilai pembelian
sementara lebih kecil dari nilai pembelian yang terdapat di dokumen A-02, nilai
pembelian yang dilaporkan di laporan laba rugi menjadi understated. Hal ini juga
akan menyebabkan nilai laba / rugi bersih yang dilaporkan di laporan keuangan
menjadi overstated. Pengakuan nilai pembelian dengan nilai sementara juga akan
mempengaruhi akurasi neraca UP V Balikpapan. Bila nilai pembelian sementara lebih
kecil dari nilai pembelian yang terdapat di dokumen A-02 akan menyebabkan hutang
atas pembelian minyak mentah domestik menjadi understated.
Ketidakakuratan laporan keuangan ini memberi dampak baik secara financial
maupun non financial kepada perusahaan. Secara financial, perusahaan dapat
mengalami kesulitan cash flow karena harus membayar pajak dan dividen lebih besar
dari jumlah yang seharusnya dibayarkan. Sedangkan secara non financial, hal ini
dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan kepada
laporan keuangan yang tidak akurat dan andal.
IV.2. Saran
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat dan andal,
sebaiknya perusahaan mengganti kebijakan dalam penetapan nilai pembelian
sementara atas pembelian minyak mentah domestik yang dokumen A-02nya tidak
diterima tepat waktu. Sebaiknya perusahaan menggunakan harga dan nilai kurs yang
sama dengan yang digunakan BP Migas dalam menghitung nilai pembelian minyak
mentah yang tertuang di dokumen A-02. Selama ini perusahaan menetapkan
penggunaan harga ICP dikalikan dengan rata-rata kurs tengah BI, sedangkan BP
Migas menggunakan harga ICP dikalikan dengan kurs beli BI dalam penetapan harga
di dokumen A-02. Perubahan penggunaan harga ini akan menghasilkan nilai
Page | 20
pembelian sementara yang lebih akurat dan sesuai dengan dokumen A-02. Walaupun
masih terdapat kemungkinan terdapat perbedaan antara nilai pembelian sementara
dengan nilai pembelian yang tertuang dalam dokumen A-02, tetapi perbedaannya
tidak akan signifikan.
Daftar Pustaka
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan. Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta. 2002.
Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry. Intermediate Accounting 11th edition. John Wiley
& Sons Inc. New York. 2004.
Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) UP V Balikpapan untuk periode Januari
2007.
Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) UP V Balikpapan untuk periode Februari
2007.
Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) UP V Balikpapan untuk periode Maret
2007.
Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) UP V Balikpapan untuk periode April
2007.
Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) UP V Balikpapan untuk periode Mei
2007.
Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) UP V Balikpapan untuk periode Juni
2007.
Nurwahyu Harahap, Siti dan Sylvia Veronica Siregar, Lecture Notes Akuntansi
Keuangan 1 (Revisi). FEUI. Depok. 2001.
Lampiran | 1
Lampiran | 2
Lampiran | 3
Lampiran | 4
Lampiran | 5
Lampiran | 6