budidaya jarak pagar (jatropha curcas) sang …xa.yimg.com/kq/groups/23469905/906598626/name/... ·...
TRANSCRIPT
Cara Sederhana
BUDIDAYA
JARAK PAGAR (Jatropha Curcas) SANG PRIMADONA
Bahan Dasar Pembuatan Bio-Diesel (Pengganti Solar)
Sumber Energi Terbarukan Yang Ramah Lingkungan
Oleh : P e s t a
PRAKATA
Sesuatu yang kita pikir tidak begitu berharga bisa menjadi begitu berharga, sesuatu yang
kita anggap biasa-biasa saja bisa menjadi luar biasa. Begitu juga halnya dengan tanaman
Jarak Pagar, tanaman liar yang tumbuh di semak-semak di sekitar kita atau yang
hanya ditanam sekedar sebagai pagar bisa menjadi tanaman primadona pada masa yang
akan datang kalau dibudidayakan secara khusus.
Kebutuhan bahan bakar minyak yang meningkat setiap tahunnya dan adanya
kekhawatiran bahwa bahan bakar minyak bumi (minyak dari fossil) akan habis dalam 20
tahun ke depan dan bahkan mungkin kurang dengan tingkat penggunaan yang cenderung
meningkat seperti sekarang ini, membuat kita harus pintar-pintar mencari sumber energi
alternatif. Bio-fuel (minyak nabati) adalah salah satu alternatif terbaik, sebagai sumber
energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tanaman Jarak Pagar adalah salah satu
penghasil bio-fuel terbaik.
Tanaman ini mudah tumbuh di mana saja dan cocok dengan agroklimat Indonesia.
Negeri kita memiliki lebih dari 20 juta hektar lahan tidur atau semi tidur dan dengan
sumber daya manusia yang melimpah dengan tingkat pengangguran yang tinggi adalah
merupakan potensi yang sangat besar untuk pengembangan tanaman Jarak Pagar sebagai
sumber penghasil bio-fuel.
Buku ini menyajikan cara-cara yang sederhana dan mudah dipahami dalam hal
pembudidayaan tanaman Jarak Pagar. Disusun dari berbagai sumber data melalui hasil
penelitian dan pengamatan di lapangan secara seksama serta referensi dari berbagai
bahan bacaan yang terkait.
Penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan berbagai pihak hingga tersusunnya
buku ini, terutama kepada : Mr. Satish Lele dari Sai Petrochemical Pvt. Ltd., India atas
segala informasi yang diberikannya. Dan karena berbagai keterbatasan dari penulis, buku
ini tentu jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun sistematika penulisan, untuk
itu penulis dengan segala kerendahan hati mohon maaf atas segala kekurangannya serta
dengan tangan terbuka mengharapkan masukan maupun kritik membangun dari berbagai
pihak.
Denpasar, Juli 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Sejarah Jarak Pagar
B. Jenis & Morfologi Jarak Pagar
C. Manfaat Jarak Pagar
BAB II BUDIDAYA
A. Syarat Tumbuh
B. Pembibitan
C. Penanaman
D. Pemeliharaan
E. Pengendalian Hama & Penyakit
F. Panen & Produktivitas
BAB III PROSPEK PASAR
BAB IV ANALISA EKONOMI
BAB V SEKILAS TENTANG BIO-DIESEL JARAK PAGAR
A. Sumber Energi Terbarukan Yang Ramah Lingkungan
B. Proses Produksi
C. Standar Kwalifikasi
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. SEJARAH JARAK PAGAR
Tidak diketahui dengan jelas dari mana sesungguhnya tanaman Jarak Pagar (Jatropha
Curcas) itu berasal, namun beberapa ahli botani berpendapat tanaman ini berasal dari
Mexico yang kemudian berkembang di sekitar Amerika Tengah kemudian menyebar ke
Afrika dan Asia. Sekarang ini Jarak Pagar sudah menyebar luas ke seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri tanaman ini diperkenalkan secara resmi kepada petani dan
diperintahkan untuk ditanam (tanam paksa bersama kapas) pada jaman pemerintah
penjajahan Jepang (1942-1945), namun diperkirakan tanaman ini sudah ada di Indonesia
sejak jaman kerajaan dibawa oleh pedagang-pedagang dari India. Waktu itu pemerintah
penjajahan Jepang berencana untuk mengembangkan bio-diesel dari tanaman Jarak
Pagar, tetapi mengingat pemerintah penjajahan Jepang berlangsung relatif singkat di
Indonesia maka program tersebut tidak kesampaian.
Di Indonesia sendiri tanaman Jarak Pagar tumbuh secara alami hampir di semua daerah
dari Sabang sampai Merauke, namum habitat terbesarnya diperkirakan terdapat pada
lahan kritis di daerah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Jarak Pagar yang dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan istilah Jatropha Curcas, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah Physic Nut, di berberapa daerah di Indonesia diberi
nama yang berbeda-beda misalnya Jarak Putih, Keliki (Bali), Jarak Gundul, Jarak Pager
(Jawa), Kaleke Pagar (Madura), Jarak Budeg, Kaleke Pagar (Sunda), Jarak Kosta, Jarak
Wolanda (Sulawesi) dan dengan sebutan berbeda pada daerah lainnya.
Kalau dipelihara dengan baik, tanaman ini bisa bertahan hidup sampai 50 tahun dan
bahkan lebih. Di daerah Nusa Penida, Bali ditemukan Jarak Pagar yang ditanam saat
jaman penjajahan Jepang masih bisa hidup dan berbuah sampai sekarang ini walaupun
tanpa perawatan.
B. JENIS DAN MORFOLOGI JARAK PAGAR
Jenis
Jarak pagar (Jatropha Curcas) berasal dari keluarga Eyphorbiaceae (satu keluarga dengan
karet dan ubi kayu). Selain Jarak pagar menurut para ahli botani ada ratusan varietas
tanaman Jarak ditemukan di dunia ini (kebanyakan di Afrika), di Indonesia ditemukan
beberapa jenis tanaman jarak diantaranya : Jarak Kepyar atau Jarak Kaliki (Ricimus
Communis), Jarak Gurita atau Jarak Riki (Jatropha Multifida), Jarak Hias atau Jarak Bali
(Jatropha Podagrica) dan Jarak Merah atau Jarak Landi (Jatropha Gossypifolia).
Ricimus Communis Jatropha Multifida
Jatropha Podagrica Jatropha Gossypifolia
Pohon
Pohon Jarak Pagar bertajuk sedang dan bisa mencapai ketinggian 8 meter dan bahkan
bisa mencapai 10 meter atau lebih bila tumbuh pada lahan yang subur dan bercabang
tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris dan mengeluarkan getah bening (lateks) bila
terluka.
Daun
Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5
- 7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan
dengan bagian atas). Panjang tangkai daun antara 4 - 15 cm.
Bunga
Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah
satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul
di ujung batang atau ketiak daun.
Buah
Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2 – 4 cm, berwarna hijau ketika
masih muda dan kuning ketika sudah masak. Buah jarak terbagi 3 ruang yang masing-
masing ruang berisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitam-
hitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 35 – 40
%.
C. MANFAAT JARAK PAGAR
Berkhasiat Sebagai Tanaman Obat
Pada masyarakat pedesaan di Bali, Jarak Pagar sudah biasa dipakai sebagai obat,
diantaranya getahnya dipakai untuk obat oles untuk sariawan dan obat oles untuk luka
baru (sebagai pengganti dari obat merah). Daunnya yang masih muda dicampur dengan
bawang merah dan sedikit air kemudian diperas, perasannya ini biasanya dipakai sebagai
obat penurun panas (dibalur keseluruh tubuh).
Pada masyarakat pedesaan di beberapa daerah di Indonesia ada yang memanfaatkan
getah Jarak Pagar untuk obat tetes pada telapak kaki yang terkena kutu air dan bercak.
Selain itu tumbukan 5 lembar daun Jarak Pagar yang ditambah dengan 1 sendok teh
minyak kelapa, lazim juga dipakai sebagai pembasmi cacing kremi, dengan cara
menempelkannya pada dubur anak-anak ketika tidur dan dibersihkan keesokan harinya.
Di dalam kitab Taru Premana (kitab yang khusus memuat khasiat tanaman untuk obat
tradisional), diantaranya disebutkan “Saya bernama pohon Jarak Pagar (Jatropha
Curcas), akar beserta daun saya panas, getah saya putih. Saya bisa dipakai untuk obat
orang tuli. Ambil kulit (babakan) saya dipakai sembar (simbuh) dicampur dengan
kerikan (asaban kayu) majegau. Ambil daun serta akar saya dipakai tutuh (gurah) diisi
dengan cuka, merica dan temu tis”
Dr. A.P. Dharma dalam bukunya “Tanaman Obat Tradisional Indonesia” menulis bahwa
air perasan daun Jarak Pagar yang kental dapat digunakan sebagai pelentur, obat kumur,
sampai pencuci borok. Sedangkan minyaknya yang dicampur dengan belerang, parafin
dan beberapa tetes terpentin dapat digunakan untuk mengobati luka.
Di India disebutkan Jarak Pagar bisa digunakan untuk bahan pembuatan obat kanker,
tergigit ular, kutu air, kelumpuhan dan penyakit kulit.
Tanaman Industri
Manfaat ekonomi terbesar dari Jarak Pagar adalah buahnya yang terdiri dari biji dan
cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji (kernel) dan kulit biji. Inti biji inilah yang
bisa dijadikan bahan dasar pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Setelah
melalui proses pemerahan, dari inti biji akan dihasilkan bungkil perahan, yang kemudian
diekstraksi. Hasilnya berupa minyak Jarak Pagar dan bungkil ekstraksi. Minyak Jarak
Pagar digunakan untuk penyabunan dengan hasil akhir berupa sabun dan
metanolisis/etanolisis yang hasil akhirnya berupa biodiesel dan gliserin.
Sedangkan bungkil ekstraksi bisa menghasilkan pupuk dan sebagai bahan pembangkit
biogas yang produk akhirnya berupa biogas pengganti minyak tanah, serta ekstosifikasi
yang hasil akhirnya berupa pakan lemak. Sementara itu, kulit biji Jarak Pagar bisa
menghasilkan bahan bakar lokal dan pupuk.
Hasil analisa menunjukkan bahwa biji buah jarak pagar mengandung unsur kimiawi
seperti : air, protein, lemak, karbohidrat, serat dan abu dengan komposisi sebagai tertera
di dalam tabel berikut :
KANDUNGAN UNSUR KIMIAWI BIJI BUAH JARAK PAGAR
UNSUR KIMIAWI KOMPOSISI
Air 06.20 %
Protein 18.00 %
Lemak 38.00 %
Karbohidrat 17.00 %
Serat 15.50 %
Abu 05.30 %
Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
Meski kadar proteinnya tinggi, bungkil Jarak Pagar beracun karena antara lain
mengandung zat kursin (curcin) dan eseter forbil. Tidak bisa dijadikan pakan ternak tanpa
diolah terlebih dahulu, tetapi dapat dijadikan bahan mentah pembangkit biogas dan
merupakan pupuk yang baik karena mengandung kalium dan fosfat.
Tanaman Ekologis
Sifatnya yang bandel, tahan terhadap kekeringan dan bisa tumbuh baik pada lahan
marjinal serta mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya maka tanaman ini cocok
dipakai untuk proyek penghijauan pada lahan kritis dan gundul. Akarnya yang rapat
dipermukaan tanah dapat memperkuat tanah dari terjangan erosi. Pada musim kemarau,
Jarak Pagar mengalami proses gugur daun, daun yang gugur ini akan membusuk menjadi
humus yang bisa memperbaiki ekosistim tanah.
Dan sesuai namanya tanaman ini juga bisa dipakai sebagai pagar dan juga tanaman hias
di pekarangan rumah. Bisa juga dipergunakan sebagai tanaman pelindung serta tanaman
inang untuk coklat, vanili, kacang panjang, kentang ubi dan yang lainnya.
Manfaat Lain
Batang pohon tanaman jarak yang sudah kering bisa dipakai sebagai kayu bakar. Di
daerah Nusa Penida, Bali ada suatu kepercayaan bahwa batang pohon tanaman Jarak
Pagar adalah senjata ampuh untuk membunuh ular, ular seganas apapun kalau sudah
terkena pukulan batang pohon tanaman Jarak Pagar maka akan menjadi tidak berdaya.
Maka dari itu di sana tanaman Jarak Pagar banyak ditanam di pekarangan rumah
terutama bagi mereka yang memelihara ayam kampung karena ular adalah salah satu
hama dari ternak ayam.
Pada jaman dahulu buah Jarak Pagar biasa dipakai oleh masyarakat pedesaan sebagai
sabun cuci (pengganti detergen) dan sebagai lampu minyak (Jarak Pagar).
BAB II
BUDIDAYA
A. SYARAT TUMBUH
Tanaman Jarak Pagar tergolong tanaman yang cukup bandel, dalam arti gampang tumbuh
di mana saja dan mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya. Namun dia akan
berkembang secara optimal pada Latitude 50° LU - 40° LS, Altitude 0 - 2000 meter di
atas permukaan laut, suhu berkisar antara 18° - 30° C.
Pada daerah bersuhu rendah (< 18° C) pertumbuhannya akan terhambat sedangkan pada
daerah bersuhu tinggi (> 35° C) menyebabkan gugur daun dan bunga, buah kering
sehingga produksi berkurang.
Curah hujan ideal antara 300 mm – 1.200 mm per tahun. Dapat tumbuh pada tanah yang
kurang subur tetapi memiliki drainase baik dan tidak tergenang, ph tanah yang ideal
adalah 5.0 - 6.5.
B. PEMBIBITAN
Tanaman Jarak Pagar bisa berkembang biak melalui cara generatif dan juga vegetatif,
jadi penyediaan bibit bisa dilakukan dengan benih yang dipilih dari biji yang telah cukup
tua yang diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna coklat kehitam-hitaman
maupun dengan setek cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Penyediaan bibit
dengan teknik pengembangan kultur jaringan juga dimungkinkan.
Sebenarnya penanaman bisa dilakukan langsung di lapangan (tanpa pembibitan) baik
dengan setek maupun benih, namun untuk hasil yang lebih optimal, dianjurkan melalui
proses pembibitan dengan menggunakan benih. Dibandingkan dengan setek, pembibitan
dengan benih akan menghasilkan tanaman yang mempunyai perakaran yang lebih kuat
sehingga tahan terhadap terjangan angin serta bisa bertahan hidup lebih lama. Mengingat
penyediaan bibit (baik melalui benih maupun setek) relatif mudah, teknik penyediaan
bibit melalui pengembangan kultur jaringan untuk sementara diabaikan karena disamping
pertimbangan faktor ekonomis cara ini juga tidak bisa dilakukan oleh petani pada
umumnya karena membutuhkan keterampilan serta biaya yang sangat tinggi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan benih untuk pembibitan :
- Benih harus dipilih dari induk yang sehat dan berbuah lebat dan sebaiknya
telah berumur 4 tahun atau lebih.
- Biji dipilih yang berbentuk normal (bulat lonjong dan berwarna coklat
kehitaman) dan bebas dari penyakit.
- Biji dalam keadaan kering (kadar air 5-7%), sebaiknya berumur tidak
lebih dari 15 bulan dari masa panen.
Benih Yang Sehat Bibit Siap Tanam (berbentuk lojong berwarna coklat kehitam-hitaman) (tinggi 30-50 cm)
Untuk hasil yang lebih baik dan memudahkan dalam pemindahan, pembibitan sebaiknya
dilakukan di dalam polybag (ukuran kecil). Setiap polybag diisi dengan campuran tanah
lapisan atas (top soil) dengan pupuk kandang atau kompos, jika tersedia bisa juga
dicampur dengan sekam padi (dengan perbandingan 1 : 1 : 1), pemberian sekam padi
maksudnya untuk memudahkan proses perputaran udara dalam tanah serta agar bibit
dalam polybag tidak menjadi terlalu berat. Setiap polybag ditanami 1 biji benih. Tempat
pembibitan diberi naungan atau atap (bisa dari daun kelapa, jerami atau paranet).
Proses pembibitan ini berlangsung 2 – 3 bulan, dimana bibit sudah bisa diharapkan
tumbuh dengan ukuran tinggi 30-50 cm. Selama proses pembibitan, penyiraman
dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore), penyiangan juga perlu dilakukan untuk
membersihkan gulma atau tanaman liar yang mungkin ikut tumbuh di dalam polybag,
bibit yang tidak sehat atau pertumbuhannya kerdil sebaiknya disingkirkan. Karena
penanaman dilakukan pada awal musim penghujan (antara Oktober sampai Desember)
maka proses pembibitan sebaiknya dilakukan pada bulan Agustus.
C. PENANAMAN
Musim Tanam
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan (Oktober sampai
Desember) sehingga kebutuhan air bagi tanaman muda cukup tersedia sampai tumbuh
kuat sebelum memasuki musim kemarau.
Pemilihan Bibit
Bibit yang akan ditanam dipilih yang sehat dan cukup kuat serta tinggi sekitar 30 – 50
cm, bebas dari bibit penyakit.
Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami Jarak Pagar, dibersihkan dari gulma serta digemburkan baik
dengan cara manual, mekanis maupun kimiawi sesuai dengan kondisi lahan serta
pertimbangan nilai ekonomisnya. Pengolahan lahan oleh petani biasanya dengan
dicangkul atau dibajak. Khusus untuk lahan yang datar, lahan dapat digemburkan dengan
traktor.
Langkah selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm,
pada lahan yang kurang subur lubang tanam sebaiknya dibikin lebih besar misalnya 40 x
40 x 40 cm atau lebih. Jarak tanam untuk lahan kosong yang secara khusus akan ditanami
Jarak Pagar untuk mengoptimalkan manfaat ekonomis dari lahan, sebaiknya dibikin 2 x 2
meter (sekitar 2.500 pohon untuk 1 hektar lahan) atau bisa disesuaikan bila ditanam
disela-sela pepohonan yang sudah ada.
Penanaman
Lubang tanam yang sudah disiapkan diisi setengahnya dengan pupuk organik (pupuk
kandang atau pupuk kompos) kemudian diisi dengan satu sendok pupuk non-organik
NPK plus. Pemberian pupuk organik dimaksudkan untuk meningkatkan unsur hara tanah
sedangkan pemberian pupuk non-organik (NPK plus) adalah untuk merangsang
perakaran. Bila pupuk non-organik tidak tersedia dan secara ekonomis dianggap
memberatkan, maka dapat diabaikan.
Tanam bibit (dimasukkan ke dalam lubang tanam) dengan merobek polybag terlebih
dahulu. Jika tanah dalam polybag terlihat kering, siram terlebih dahulu agar tanahnya
tidak pecah, kemudian timbun dengan tanah galian (top soil) dan disiram secukupnya.
Jika lahan tidak memiliki drainase yang baik atau pada sifat tanah yang susah menyerap
air (seperti tanah liat misalnya) sebaiknya dibikin gundukan pada pangkal tanaman untuk
menghindari genangan air, Jarak Pagar tidak suka dengan genangan air yang terlalu lama.
Tetapi pada lahan dengan drainase yang baik atau pada sifat tanah yang sangat gampang
menyerap air (seperti tanah lempung berpasir misalnya) sebaiknya timbunan tanah
dipangkal tanaman dibikin datar atau bahkan cekung sehingga resapan air terkonsentrasi
di sana.
Untuk mengoptimalkan nilai ekonomis lahan serta diversifikasi hasil usaha,
pembudidayaan Jarak Pagar disarankan dengan sistim tumpang sari dengan tanaman lain
seperti : jagung, kacang-kacangan, singkong atau yang lainnya. Penanaman dengan sistim
tumpang sari ini juga dimaksudkan untuk mengurangi resiko serangan hama penyakit.
Pada sistim penanaman secara mono-kultural di Tanzania dan Nicaragua dilaporkan
adanya serangan serangga pada bunga dan buah serta serangan rayap pada pangkal
batang.
Bila ingin mendapatkan hasil dari tumpang
sari secara terus menerus dalam jangka
waktu yang lama maka penanaman
dianjurkan dengan jarak 2 x 3 meter atau
bahkan lebih, pada penanaman dengan
jarak 2 x 2 meter diperkirakan tumpang
sari hanya bisa efektif sampai dua tahun
saja sebab setelah itu tajuk tanaman induk
sudah saling bertemu sehingga tanaman
tumpang sari tidak bisa tumbuh lagi
dengan baik.
Jarak Tanam 2 x 2 m (tanaman tumpang sari efektif sampai 2 tahun)
Penyulaman
Penyediaan bibit sebaiknya 10% diatas kebutuhan (jumlah lubang tanam), hal ini adalah
dimaksudkan sebagai persediaan untuk mengganti tanaman yang kemungkinan
mengalami kematian setelah ditanam. Dan juga tanaman yang tidak bisa tumbuh dengan
baik setelah ditanam atau terlihat kerdil sebaiknya segera diganti dengan bibit baru.
Penyulaman sebaiknya dilakukan tidak lebih dari tiga bulan setelah masa tanam pertama
agar tidak terlihat terlalu timpang pertumbuhannya dengan tanaman yang ditanam
pertama.
D. PEMELIHARAAN
Pada beberapa daerah berlahan kritis di Bali seperti di daerah Kubu – Karangasem dan
Nusa Penida - Klungkung, Jarak Pagar ditemukan bisa bertahan hidup dan berbuah
dengan baik di tengah semak-semak di pinggiran hutan. Walaupun demikian, untuk
mendapatkan hasil yang optimal perlu juga diperhatikan faktor pemeliharaan menyangkut
: penggemburan lahan & pembersihan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan
bahkan pengairan bila diperlukan.
Penggemburan Lahan & Pengendalian Gulma
Penggemburan lahan dan pengendalian gulma dilakukan dalam sekali waktu (secara
bersamaan) sebaiknya dilakukan minimal dua kali setahun yaitu pada awal musim
penghujan dan menjelang akhir musim penghujan. Penggemburan dimaksudkan untuk
memperlancar peredaran udara dalam tanah, menjaga struktur tanah agar tetap gembur
serta drainase tetap terpelihara dengan baik sedangkan pembersihan gulma dimaksudkan
untuk mengurangi kompetisi perebutan unsur hara serta kemungkinan gulma sebagai
tempat berkembangnya berbagai jenis hama dan penyakit tanaman induk.
Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif. Pemangkasan
pada tahun pertama dilakukan pada saat tanaman mencapai ketinggian 1 meter dan
pemangkasan cabang dilakukan pada tahun ke dua dan ke tiga untuk mendapatkan bentuk
dan ukuran tajuk sesuai dengan yang kita inginkan. Tajuk yang baik adalah berbentuk
payung, yang memudahkan penyerapan sinar matahari secara merata.
Pemangkasan juga dimaksudkan untuk menjaga tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi
(lebih dari 2 meter) yang dapat menyulitkan dalam panen. Pemangkasan juga dilakukan
pada cabang yang kering atau mati untuk mengindari hama rayap dan anai-anai bersarang
di sana.
Pemberian Pupuk
Pada prinsipnya pemberian pupuk dimaksudkan untuk menambah ketersediaan unsur
hara bagi tanaman. Jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah
setempat. Pupuk yang paling baik dan paling ekonomis adalah pupuk kandang atau
pupuk kompos. Pemberian pupuk non-organik sifatnya adalah sebagai pelengkap, kalau
diibaratkan dengan menu makanan (manusia) adalah 4 sehat (unsur hara yang ada dalam
tanah secara alami + pupuk organik) 5 sempurna (pupun non-organik), jadi sifatnya untuk
menyempurnakan. Pemberian pupuk non-organik harus mempertimbangkan faktor
ekonomis serta efek sampingnya terhadap kondisi lahan untuk jangka panjang, jadi jika
secara ekonomis dianggap memberatkan maka pemberian pupuk organik saja sudah
dianggap mencukupi. Hal ini juga atas dasar pertimbangan bahwa muara utama dari
budidaya Jarak Pagar adalah untuk pembuatan bio-diesel yang ramah lingkungan maka
dalam budidayanyapun kita harus mulai dengan hal-hal yang bersifat ramah lingkungan.
Adapun dosis pupuk yang direkomendasikan untuk setiap satu hektar luas tanaman Jarak
Pagar pertahunnya adalah pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) sebanyak 2.5 ton
(1 kg setiap pohon) serta pupuk non-organik berupa NPK plus sebanyak 100 kg dan bisa
juga ditambahkan dengan urea sebanyak 20 kg. Pemupukan dilakukan dua kali setahun
yaitu pada awal musim penghujan dan sebelum berakhirnya musim peghujan dan
dilakukan setelah proses penggemburan dan pembersihan gulma. Bila untuk pupuk
organik dipilih pupuk kandang dari kotoran sapi, sebaiknya dipilih yang sudah tua (sudah
hampir menjadi tanah) karena kotoran sapi yang mentah masih mengalami proses
fermentasi alami sehingga berhawa panas jadi bisa menghambat pertumbuhan dan
bahkan bisa menimbulkan kematian sedangkan kotoran sapi yang baru kering sangat
digemari oleh hama rayap dan juga anai-anai yang kemungkinan bisa juga menyerang
tanaman induk.
Pemupukan yang efektif adalah dengan cara mendugal dengan membuat galian
(kedalaman sekitar 20 – 50 cm, tergantung umur tanaman) melingkar mengikuti tajuk
tanaman. Pupuk disebar merata sepanjang galian kemudian ditimbun kembali dengan
tanah lapisan atas (top soil) rata lahan.
Pengairan
Tanaman Jarak Pagar adalah termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan, bila
ditanam pada awal musim penghujan di mana tanaman sudah cukup kuat menghadapi
musim kemarau, atas alasan ekonomis pengairan relatif tidak diperlukan. Pada musim
kemarau dia mempunyai pertahanan dengan gugur daun tetapi batang dan akar tetap
hijau. Namun bila dianggap perlu dan bila penyediaan air dianggap tidak merupakan
beban ekonomis yang terlalu berat, pengairan dapat dilakukan pada musim kemarau
minimal satu bulan sekali.
Menurut hasil penelitian di India, pada lahan ber-irigasi atau disiram secara teratur pada
musim kemarau, produktivitas buah rata-rata lebih tinggi dibandingkan pada lahan non-
irigasi atau sama sekali tidak disiram pada musim kemarau.
PRODUKTIVITAS BUAH
(Biji Kering Per Hektar Lahan)
PADA LAHAN NON-IRIGASI
TAHUN TINGKAT KESUBURAN TANAH
RENDAH SEDANG TINGGI
KE-1 0.25 TON 0.25 TON 0.40 TON
KE-2 0.50 TON 1.00 TON 1.50 TON
KE-3 0.75 TON 1.25 TON 1.75 TON
KE-4 0.90 TON 1.75 TON 2.25 TON
KE-5 1.10 TON 2.00 TON 2.75 TON
PADA LAHAN BER-IRIGASI
TAHUN TINGKAT KESUBURAN TANAH
RENDAH SEDANG TINGGI
KE-1 0.75 TON 1.25 TON 2.50 TON
KE-2 1.00 TON 1.50 TON 3.00 TON
KE-3 4.25 TON 5.00 TON 5.00 TON
KE-4 5.25 TON 6.25 TON 8.00 TON
KE-5 5.25 TON 8.00 TON 12.50 TON
Sumber : www.jatrophaworld.org
E. PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT
Tanaman Jarak Pagar dikenal sebagai tanaman beracun sehingga tidak begitu disukai
oleh serangga, jadi relatif aman terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan
tanaman yang lainnya. Pencegahan dan pemberantasan hama, dianjurkan sedapat
mungkin dengan cara mekanis dan biologis yang murah dan ramah lingkungan,
penggunaan cara kimiawi hendaknya mempertimbangkan faktor ekonomis serta dampak
negatifnya terhadap lingkungan secara seksama.
Sampai saat ini di Indonesia belum ditemukan hama dan penyakit yang sangat
merugikan, namun demikian di Bali ditemukan beberapa penyakit dan hama dalam skala
kecil pada tanaman Jarak Pagar diantaranya :
Cendawan Hitam
Penyakit ini menyerang permukaan daun dan bila dibiarkan akan menutupi semua
permukaan daun dan menular ke daun yang lainnya. Kalau sudah demikian maka akan
mengganggu proses pernafasan dan asimilasi sehingga tanaman menjadi kerdil, daun
cepat menguning dan gugur.
Cendawan ini banyak menyerang tanaman yang tidak mendapatkan penyinaran yang
cukup dan tidak mendapat kucuran curah hujan secara langsung dengan memadai.
Penyebaran cendawan ini adalah melalui perantara angin dan serangga.
Cara pencegahannya adalah dengan cara mengatur percabangan dengan pemangkasan
sehingga memungkinkan sinar matahari dan udara bisa masuk secara merata ke dalam
tajuk.
Cara pemberantasan pada stadium awal adalah dengan membersihkan daun dengan cairan
detergent sedangkan pada stadium akut maka daun yang terinfeksi dipetik, dikumpulkan
lalu dibakar atau ditanam dalam-dalam. Dengan mempertimbangkan faktor ekonomis,
cara pemberantasan secara kimiawai juga bisa dilakukan dengan penyemprotan dengan
Folithion 50 EC (dosis 0.50 cc/liter air), Thiodan 35 EC (dosis) 1.50 cc/liter air) atau bisa
juga dengan Tokuthion 500 EC (dosis 2 cc/liter air). Tata cara penggunaannya sebaiknya
mengikuti petunjuk yang ada pada kemasan masing-masing.
Cendawan Tepung
Penyakit ini menyerang batang, daun bagian bawah, bunga dan buah. Cendawan tepung
ini mirip dengan sarang laba-laba, kemudian membentuk serbuk berwarna putih mirip
tepung. Bila menyerang bunga bisa menyebabkan kerontokan dan bila menyerang buah
muda bisa membuat buah menjadi kerdil dan rontok sebelum masak. Cendawan ini
biasanya menyerang tanaman dengan lingkungan terlalu lembab dan daun terlalu rimbun.
Penyebaran cendawan ini adalah melalui perantara angin dan air hujan.
Cara pencegahannya adalah dengan menjaga sirkulasi udara dan sinar matahari agar bisa
masuk dengan leluasa ke dalam kebun dan ke dalam tajuk. Cara pencegahan lain yang
bisa dicoba adalan dengan mengundang semut kuning pemakan buah manis (di Bali biasa
disebut Semaluh, semacam semut rangrang tapi tidak menggigit) caranya adalah dengan
meletakkan kupasan buah - buahan manis yang sudah masak (seperti mangga misalnya)
ke dalam dalam ranting pohon, maka semut ini biasanya datang dengan sendirinya. Urine
semut ini biasanya ditakuti oleh Cendawan Tepung.
Pemberantasan penyakit ini bisa dilakukan secara mekanis dengan memotong bagian
yang terinfeksi dan menyingkirkan atau memusnahkannya dengan dibakar atau ditanam.
Bisa juga menggunakan kapur barus dimasukkan ke dalam minyak tanah (dosis
(1butir/liter) kemudian dioleskan atau disemprotkan pada bagian tanaman yang terinfeksi
atau dengan fungisida benlate (dosis 0.59/liter air), antracol (dosis 2-3 gram/liter air) atau
cobox (dosis 1 gram/1 liter air). Tata cara penggunaannya sebaiknya mengikuti petunjuk
yang ada pada kemasan masing-masing.
Rayap dan Anai-Anai
Rayap dan anai-anai biasanya menyerang akar, batang dan ranting yang kering. Bila
menyerang akar dalam jumlah yang banyak bisa meyebabkan kematian atau tumbangnya
pohon sedangkan bila meyerang pohon atau ranting bisa menyebabkan pohon atau
ranting jadi patah.
Cara pencegahannya adalah dengan menjaga kebun bebas dari tebaran kayu-kayu yang
kering dan selalu memotong ranting yang kering dan menyingkirkannya dari kebun.
Penggunaan pupuk kandang sebaiknya yang sudah matang (sudah seperti tanah). Cara
lain yang bisa dicoba adalah dengan melepas ayam kampung berkeliaran di kebun, ayam
kampung gemar menyantap rayap dan anai-anai.
Pemberantasannya bisa dengan menyiram lubang induk atau sarang rayap dan anai-anai
dengan minyak tanah.
Serangga
Pada sistim penanaman Jarak Pagar secara mono-kultural di Nicaragua dan Tanzania
dilaporkan adanya serangan serangga sejenis kutu loncat, namun di Indonesia jenis hama
ini belum ada ditemukan menyerang tanaman Jarak Pagar. Bagian tanaman yang diserang
adalah daun, bunga dan buah. Kalau berkaca dari Lamtoro dan Gamal, tanaman yang
diserang hama ini bisa menyebabkan kekerdilan dan bahkan kematian bila hama ini
menyerang dalam waktu yang relatif lama.
Cara pencegahannya adalah dengan sistim penanaman secara multi-kultural atau tumpang
sari. Pemeliharaan semut rangrang (di Bali disebut Semangah) sebagai predator di dalam
pohon juga merupakan sebuah alternatif sebab jenis kumbang ini biasanya dimakan oleh
semut rangrang. Namun jumlahnya mesti dikontrol agar tidak berlebihan sebab jenis
semut ini membikin sarang dengan menggulung beberapa helai daun sehingga bisa
mengganggu asimilasi disamping itu bisa menyusahkan saat panen sebab dia cenderung
menggigit kalau disentuh.
Pemberantasan dengan penyemprotan insektisida juga bisa dilalukan, misalnya dengan :
Folothion 50 EC (dosis 0.25 – 0.50 cc/liter air). Tata cara penggunaannya sebaiknya
mengikuti petunjuk yang ada pada kemasan masing-masing.
F. PANEN DAN PRODUKTIVITAS
Tanaman Jarak Pagar termasuk jenis tanaman yang cepat berproduksi. Mulai berbunga
setelah berumur 3 – 4 bulan dari masa tanam dan pembentukan buah mulai pada umur 4 –
5 bulan. Buah masak pada umur 5 – 6 bulan dicirikan dengan kulit buah berwarna kuning
dan kemudian mulai mengering dan berubah warna menjadi coklat kehitam-hitaman.
Produktivitas
Produktivitas sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kesuburan tanah dan
teknik pemeliharaan. Pada penanaman secara intensif pada lahan yang relatif subur,
produksi awal (3 – 5 tahun) bisa mencapai antara 1 – 5 kg biji kering per pohon per
tahun, produksi akan mulai stabil pada tahun ke-5 dan seterusnya.
Dengan populasi tanaman sekitar 2.500 pohon per hektar (jarak tanam 2 x 2 m), maka
untuk setiap hektar lahan bisa diperoleh rata-rata sekitar 12.5 ton biji kering per tahun
pada saat produksi mulai stabil. Jika rendemen minyak sebesar 35 - 40 % maka setiap
hektar lahan bisa diperoleh sekitar 4.50 ton minyak bio-diesel per hektar per tahun.
Panen
Buah Jarak Pagar masak tidak serempak, sehingga perlu hati-hati saat memanen agar
bunga dan buah yang masih hijau tidak rusak.
Tercampurnya buah yang masih mentah (berwarna
hijau) bisa menyebabkan rendahnya kwalitas
minyak yang dihasilkan. Buah yang dipanen adalah
buah yang sudah masak (berwarna kuning dan
mulai mengering). Panen dengan memetik buah
yang masak satu per satu dan dikumpulkan dalam
suatu tempat.
Buah Yang Sudah Masak
(siap dipanen)
Buah yang terkumpul kemudian dijemur sampai pecah dengan sendirinya, kemudian
bijinya diambil dan dikumpulkan. Bila masih terasa lembab maka biji perlu dikeringkan
lagi sampai kadar air mencapai sekirat 5-7%. Pengeringan dengan menjemur pada terik
sinar matahari langsung bisa menyebabkan turunnya kwantitas kandungan minyak karena
dikhawatirkan adanya penguapan yang relatif tinggi, jadi sebaiknya pengeringan
dilakukan di tempat yang teduh namun mendapat sirkulasi udara yang baik. Kemudian
disimpan pada tempat yang kering (sebaiknya dalam karung agar mudah
memindahkannya).
Penyimpanan bisa dilakukan sampai satu tahun dan sebaiknya tidak lebih dari 15 bulan
sebab penyimpanan yang terlalu lama bisa menurunkan kawalitas serta kwantitas
kandungan minyak di dalamnya.
BAB III
PROSPEK PASAR
Salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi di negara kita belakangan ini adalah akibat
krisis energi khususnya bahan bakar minyak yang disebabkan oleh melambungnya harga
bahan bakar minyak dunia. Dan dengan konsumsi yang cenderung meningkat dari tahun
ketahun, tumbuh kekhawatiran global bahwa cadangan minyak bumi akan habis dalam
kurun waktu 20 tahun dan batubara akan habis dalam kurun waktu 50 tahun dari sekarang
dan bahkan mungkin kurang, menyebabkan kita harus pintar-pintar mencari sumber-
sumber bahan bakar alternatif yang bisa dikembangkan di negeri kita.
Salah satu alternatifnya adalah dengan pembuatan bio-fuel (minyak nabati) dan bahan
baku di Indonesia untuk pembuatannya begitu melimpah. Menurut penelitian para ahli
ada puluhan jenis tanaman yang bisa diolah untuk menghasilkan bio-fuel, diantaranya
adalah kelapa sawit, kacang tanah, singkong, bunga matahari dan Jarak Pagar. Namun
karena singkong, kacang tanah dan kelapa sawit adalah tanaman pangan, dikhawatirkan
kestabilan penyediaannya terganggu pada saat kebutuhan akan bahan pangan meningkat,
sedangkan bunga matahari adalah jenis tanaman semusim, mati setelah satu kali musim
panen, jadi harus ditanam kembali setiap habis panen. Untuk itu sumber bahan bio-fuel
yang dianggap cukup memadai adalah minyak Jarak Pagar. Selama ini ini Jarak Pagar
hanya ditanam sebagai pagar atau bahkan hanya tumbuh liar di hutan-hutan, dikenal
secara agronomis mudah beradaptasi dengan agroklimat di Indonesia, bertahan hidup
lebih dari lima puluh tahun dan bisa tumbuh baik pada lahan kritis sekalipun, bisa
menjadi tanaman primadona kalau dibudidayakan secara khusus.
Konsumsi BBM di dalam negeri terutama premium, solar dan minyak tanah yang
cenderung naik dari tahun ketahunnya adalah merupakan peluang besar bagi produk bio-
fuel untuk secara bertahap menggantikannya. Berikut adalah data penjualan produk BBM
dalam negeri dari tahun 2002 sampai 2004 :
PENJUALAN PRODUK BBM DALAM NEGERI 2002 – 2004
(Dalam Juta Ton)
JENIS BBM 2002 2003 2004
PREMIUM (Gasoline) 86.62 91.61 103.26
SOLAR (ADO) 155.34 151.65 168.63
MINYAK TANAH (Korosene) 73.62 73.82 74.50
MINYAK BAKAR (IBO) 43.87 36.69 36.79
MINYAK DIESEL (IDO) 9.03 7.44 7.02
Sumber : Pertamina.
Atas berbagai pertimbangan seperti : cocok dengan agroklimat Indonesia, mudah
beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya, bisa tumbuh baik pada lahan marjinal,
perawatannya mudah dan murah, cepat berbuah, bisa hidup dan berproduksi secara terus
menerus sampai umur 50 tahun atau lebih, kandungan minyaknya cukup baik (sekitar 35
- 40 %), merupakan tanaman non-pangan sehingga persediaannya tidak terganggu jika
kebutuhan akan bahan pangan meningkat maka Jarak Pagar merupakan tanaman yang
mempunyai prospek pasar yang sangat baik ke depannya sebagai bahan pembuatan bio-
diesel.
Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Amerika dan juga negara-negara sedang
berkembang seperti India, Brazil, Mexico, Nicaragua dan bahkan negara-negara Afrika
seperti Mali, Zambia yang tingkat kemampuan ekonomi maupun teknologinya masih bisa
dibilang di bawah kemampuan negara kita sudah terbiasa menggunakan bio-diesel dari
minyak Jarak Pagar sebagai alternatif dari minyak bumi. Kita memang masih
terkebelakang untuk hal ini, tetapi tidak ada istilah terlambat untuk menyadarinya.
Mengingat tersedianya lahan kritis di negeri kita yang tidur atau semi-tidur mencapai
lebih dari 20 juta hektar serta tersedianya sumber daya manusia yang melimpah dengan
tingkat pengangguran yang sangat tinggi maka mengapa kita tidak segera mulai
membudidayakan Jarak Pagar sebagai bahan baku untuk pembuatan bio-diesel. Lebih
baik terlambat daripada tidak sama sekali.
BAB IV
ANALISA EKONOMI
Keberhasilan budidaya Jarak Pagar kedepannya di negeri kita tidak akan terlepas dari
manfaat ekonomi yang bisa didapatkan darinya. Dengan hasil panen rata-rata 5 kg per
pohon per tahun (pada saat tanaman sudah dewasa atau mencapai umur 5 tahun ke atas)
dengan jarak tanam 2 x 2 meter untuk lahan satu hektar (sekitar 2.500 pohon) maka per
tahun bisa menghasilkan sekitar 10 - 12.5 ton biji kering per tahun. Dengan rendemen
sekitar 35 – 40 % maka bisa menghasilkan 3.5 - 5 ton minyak per hektar pe tahun.
Dengan prediksi harga minyak solar untuk saat ini ada pada kisaran Rp. 4.500 – 5.500 per
liter, diperkirakan harga minyak bio-diesel berada pada kisaran Rp. 3.500 – 4.000 per
liter (sekitar 75 % dari harga Solar), sedangkan harga minyak jarak pagar mentah
sebelum diolah menjadi bio-diesel (CJCO : Crude Jatropha Curcas Oil) ada pada kisaran
Rp. 2.500 – 3.000 karena diperkirakan dibutuhkan biaya tambahan sekitar Rp. 1.000 per
liter untuk mengolahnya menjadi bio-diesel. Dengan perhitungan di atas, diperkirakan
harga biji Jarak Pagar berada pada kisaran Rp. 500 – 750 per kg (sekitar 25% dari harga
per liter minyak Jarak Pagar mentah). Jadi dengan demikian untuk satu hektar lahan bisa
menghasilkan pendapatan untuk petani sekitar Rp. 5.000.000 - 10.000.000 per tahun.
Pendapatan sejumlah itu tentu tergolong masih jauh bila dibandingkan dengan tanaman
produktif lainnya seperti kopi, coklat, cengkeh dan lainnya. Namun yang perlu diingat
adalah bahwa Jarak Pagar gampang tumbuh di mana saja dan pada lahan kritis sekalipun
(menurut pengalaman petani di India bahwa Jarak Pagar bahkan bisa tumbuh dengan baik
pada lahan di mana jagung dan gandum sama sekali tidak bisa tumbuh) serta
perawatannya gampang maka Jarak Pagar secara ekonomis layak dibudidayakan terutama
pada lahan kritis yang tidur atau semi tidur.
ANALISA RUGI/LABA BUDIDAYA JARAK PAGAR
(Per Hektar Lahan))
Tahun Pengeluaran Produktivitas Pendapatan Keuntungan
Ke-1 Rp. 5.000.000 2.500 Kg Rp. 1.250.000 Rp. (-) 3.750.000
Ke-2 Rp. 3.750.000 3.000 Kg Rp. 1.500.000 Rp. (-) 2.250.000
Ke-3 Rp. 3.750.000 5.000 Kg Rp. 2.500.000 Rp. (-) 1.250.000
Ke-4 Rp. 3.750.000 8.000 Kg Rp. 4.000.000 Rp. 250.000
Ke-5 dst Rp. 3.750.000 12.500 Kg Rp. 6.250.000 Rp. 2.500.000
Komponen pengeluaran berupa :
Tahun ke - 1
Penyediaan Bibit Rp. 500 x 2.500 Rp. 1.250.000
Ongkos Kerja Rp. 250.000 x 12 bulan Rp. 3.000.000
Penyediaan Pupuk Rp. 500.000
Lain-Lain Rp. 250.000
Jumlah Rp. 5.000.000
Tahun ke - 2 dan Seterusnya
Ongkos Kerja Rp. 250.000 x 12 bulan Rp. 3.000.000
Penyediaan Pupuk Rp. 500.000
Lain-Lain Rp. 250.000
Jumlah Rp. 3.750.000
Sedangkan komponen pendapatan adalah berupa biji buah Jarak Pagar dengan prediksi
harga minimum sebesar Rp. 500 per kg.
Untuk menutupi kerugian pada tahun ke 1 - 3, bisa diusahakan dengan tanaman tumpang
sari.
Bila petani mengerjakan kebunnya sendiri, maka ongkos kerja yang disebut di atas bisa
merupakan pendapatan untuk petani itu sendiri (menciptakan penghasilan sendiri) dan
biasanya petani di pedesaan juga terbiasa memelihara aneka ternak seperti : sapi,
kambing, babi, ayam dan lainnya. Kotoran ternak inilah yang dijadikan pupuk disebar ke
dalam kebun sehingga biaya pupuk yang disebutkan di atas menjadi tidak ada
(memaximumkan pendapatan petani).
Yang perlu juga diingat bahwa pembudidayaan tanaman Jarak Pagar relatif gampang
sehingga disamping mengusahakan budidaya Jarak Pagar, petani masih bisa melakukan
pekerjaan lainnya (seperti memelihara ternak dan pekerjaan tani yang lainnya). Menurut
pengamatan di lapangan, terutama pada para petani pada lahan kritis rata-rata tingkat
kesibukan mereka masih tergolong rendah. Sehingga bila ditambah dengan usaha baru
dengan pembudidayaan 2 hektar Jarak Pagar untuk masing-masing petani, diasumsikan
mereka masih bisa mengerjakan apa yang menjadi rutinitas mereka sebelumnya. Jadi
budidaya Jarak Pagar adalah alternatif usaha sambilan yang produktif.
BAB VI
SEKILAS TENTANG BIO-DISEL JARAK PAGAR
A. SUMBER ENERGI TERBARUKAN YANG RAMAH LINGKUNGAN
Konsep bio-diesel diperkenalkan pertama kali pada tahun 1885 oleh Dr. Rudolf Diesel
yang untuk pertama kalinya menciptakan mesin dengan bahan bakar nabati. Pada tahun
1900 dia memamerkan produksinya dalam sebuah pameran mesin di Paris yang
mencengangkan semua penggunjung karena bisa dijalankan baik dengan bahan bakar
premium maupun dengan bahan bakar nabati (kacang tanah). Pada saat itu dia berujar
bahwa “……penggunaan minyak bakar nabati sebagai minyak bakar mesin sepertinya
kurang begitu signifikan untuk saat ini, tetapi pada suatu saat nanti akan menjadi sangat
penting mengingat persediaan bahan bakar minyak bumi dan batubara yang makin
menipis…..”.
Ucapan itu menjadi kenyataan saat ini. Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis,
Amerika dan juga negara-negara sedang berkembang seperti India, Brazil, Mexico,
Nicaragua dan bahkan negara-negara Afrika seperti Mali, Zambia yang tingkat
kemampuan ekonomi maupun teknologinya masih bisa dibilang di bawah kemampuan
negara kita sudah terbiasa menggunakan bio-diesel dari minyak Jarak Pagar sebagai
alternatif dari minyak bumi.
Berbeda dengan Bahan Bakar Minyak Bumi (minyak dari fossil) yang mana
ketersediaannya akan berkurang dan bahkan habis kalau kita pakai secara terus menerus,
Bahan Bakar Bio-Diesel (Jarak Pagar) adalah merupakan sumber energi terbarukan
artinya ketersediaannya tidak akan pernah berkurang karena setiap panen kita punya stok
baru lagi, jadi dijamin adanya stok energi secara berkesinambungan.
Disamping sebagai antisipasi atas semakin berkurangnya cadangan bahan bakar minyak
bumi (minyak dari fossil), bio-diesel jarak pagar adalah merupakan minyak bakar yang
ramah lingkungan karena menurut penelitian di India bio-diesel jarak pagar mengandung
80% lebih rendah kandungan carbon-dioksida dan 100% lebih rendah kandungan sulfur-
dioksida (dibandingkan dengan minyak bumi), bisa mengurangi resiko terkena penyakit
kanker sampai 90% (sumber : www.jatrophaworld.org). Jika kita selalu berwacana tentang
program langit biru, produk ramah lingkungan dan energi hijau maka bio-diesel Jarak
Pagar adalah salah satu jawabannya.
B. PROSES PRODUKSI
Menurut Mr. Satish Lele dari Sai Perochemical Pvt. Ltd., India yang sudah begitu
berpengalaman puluhan tahun dalam proses produksi bio-diesel Jarak Pagar, proses
pembikinannya tidaklah terlalu sulit dan rumit. Adapun, langkah-langkahnya dapat
digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
Pembikinan CJCO
Biji buah Jarak Pagar yang sudah kering diolah menjadi minyak Jarak Pagar mentah
(CJCO : Crude Jatropha Curcas Oil) dengan cara diperah (dipress) bisa dilakukan secara
manual atau dengan mesin. Saat ini sudah tersedia di pasaran mesin pemerah dari skala
kecil, menengah sampai yang besar. Proses pemerahan ini akan menghasilkan minyak
Jarak Pagar mentah dan ampas perahan. Minyak Jarak Pagar mentah ini kemudian
disaring untuk membersihkannya dari partikel-partikel padat dan ampas perahan. Ampas
perahan bisa digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah sedangkan
minyak Jarak Pagar mentah (sebelum diolah menjadi bio-diesel) bisa digunakan sebagai
minyak pengganti minyak tanah (kerosin). Di pedesaan di India masyarakat sudah
terbiasa menggunakan minyak Jarak Pagar mentah sebagai bahan bakar untuk kompor
dan lampu.
Kompor Minyak Jarak Pagar Lampu Minyak Jarak Pagar
Penyediaan Bahan Baku
Penyediaan bahan baku ini terdiri dari dari :
- Bahan Utama
1. Minyak Jarak Pagar Mentah (CJCO)
2. Methanol (CH3OH) 99% + Serbuk
3. Pottasium Hydroxida (yang kering).
- Bahan Untuk Titrasi
1. Isopropil Alkohol 99% + Serbuk
2. Air Destilasi
3. Phenolphthalein Solusi (yang berumur tidak lebih dari satu tahun, disimpan
terhindar dari panas atau terik sinar matahari).
- Bahan Pencuci
1. Cuka
2. Air.
Proses Pengolahan
- Minyak Jarak Pagar mentah disaring untuk membersihkannya dari partikel padat.
- Minyak Jarak Pagar mentah kemudian dipanaskan (suhu 100° C) untuk menghilangkan
kandungan airnya.
- Kemudian dilakukan proses titrasi yaitu suatu metode untuk menentukan jumlah katalis
yang dibutuhkan untuk menetralisasi asam lemak bebas dalam minyak Jarak Pagar
mentah.
- Setelah ditemukan formula katalisnya, kemudian Potassium Hydroxida dituangkan ke
dalam Methanol dan diaduk sampai larut untuk mendapatkan Potassium Methoxida.
- Potassium Methoxida kemudian dicampurkan dengan Minyak Jarak mentah, diaduk
sampai rata (formula yang biasa digunakan adalah 20% Potassium Methoxida dan 80%
minyak Jarak Pagar mentah).
- Dibiarkan tenang dan didinginkan sampai kira-kira 8 jam atau lebih. Biasanya senyawa
gliserin akan mengendap ke dasar bejana sedangkan bio-diesel akan mengapung ke atas,
kemudian endapan gliserin dipindahkan dari dasar bejana.
- Senyawa bio-diesel kemudian dicuci untuk membersihkannya dari allkohol, katalis dan
gliserin yang tidak bereaksi dan tertinggal dalam bio-diesel setelah proses pengolahan,
lalu kemudian dikeringkan. Untuk proses pencucian bisa menggunakan cuka dan bisa
juga menggunakan air, namun atas petimbangan ekonomis pencucian dianjurkan cukup
dengan menggunakan air saja.
- Proses selanjutnya adalah memeriksa kwalitasnya.
C. STANDAR KWALIFIKASI BIO-DIESEL
Sebelum dikonsumsi (dipergunakan sebagai bahan bakar), perlu diketahui terlebih dahulu
apakah bio-diesel (dalam hal ini bio-diesel Jarak pagar) yang kita produksi sudah
memenuhi standar atau tidak. Berikut ini disajikan berbagai data (tabel) standar
kwalilifikasi bio-diesel dari Amerika (ASTM), Eropa (EN) dan Internasional.
ASTM D-6751 STANDARDS FOR BIO-DIESEL
Flash point (closed cup) 130°C min. (150°C average)
Water and sediment 0.050% by vol., max.
Kinematic viscosity at 40°C 1.9-6.0 mm2/s
Ramsbottom carbon residue, % mass 0.10
Sulfated ash 0.020% by mass, max.
Sulfur 0.05% by mass, max.
Copper strip corrosion No. 3 max
Cetane 47 min.
Carbon residue 0.050% by mass, max.
Acid number -- mg KOH/g 0.80 max.
Free glycerin 0.020 % mass
Total glycerine (free glycerine and unconverted glycerides combined)
0.240% by mass, max.
Phosphorus content 0.001 max. % mass
Distillation 90% @ 360°C
Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
EN 14214 STANDARDS FOR BIO-DIESEL
Property Unit Minimum Maximum Test Method Ester Content % (m/m) 96.5 prEN 14103
Density @ 15 °C kg/m2 860 900 EN ISO 3675
EN ISO 12185
Viscosity @ 40 °C mm2 3.5 5.0 EN ISO 310
Flash Point °C Above 101 ISO / CD 3679
Sulfur Content mg/Kg 10
Carbon Residue (10% Bottoms) % (m/m) 0.3 EN ISO 10370
Cetane Number 51.0 EN ISO 5165
Sulphated Ash Content % (m/m) 0.02 ISO 3987
Water Content mg/Kg 500 EN ISO 12937
Total Contamination mg/Kg 24 EN 12662
Copper Strip Corrosion (3hr @ 50 °C) rating Class 1 Class 1 EN ISO 2160
Thermal Stability
Oxidation Stability, 110 °C hours 6 pr EN 14112
Acid Value mg KOH/g 0.5 pr EN 14104
Iodine Value 120 pr EN 14111
Linolenic acid methyl ester % (m/m) 12 pr EN 14103
Polyunsaturated (>= 4 double bonds) methyl esters
% (m/m) 1
Methanol Content % (m/m) 0.2 pr EN 14110
Monoglyceride Content % (m/m) 0.8 pr EN 14105
Diglyceride Content % (m/m) 0.2 pr EN 14105
Triglyceride Content % (m/m) 0.2 pr EN 14105
Free Gylcerol % (m/m) 0.02 pr EN 14105 pr EN 14106
Total Gylcerol % (m/m) 0.25 pr EN 14105
Alkaline Metals (Na + K) mg/Kg 5 pr EN 14108 pr EN 14109
Phosphorus Content mg/Kg 10 pr EN 14107
Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
INTERNATIONAL STANDARDS FOR BIO-DIESEL
AUSTRIA FRANCE
GERMANY
ITALY SWEDEN USA MBTI
Standard/ Specifications
Test Value
Unit ON C1191 Journal Official
DIN E 51606
UNI 10635
SS 15 54 36
D-6751~02
Date 1 July 1997
14 Sep 1997
Sep 1997
21 April 1997
27 Nov 1996
10 Jan 2002
August 2003
Application FAME** VOME** FAME** VOME** VOME** FAME** FAME**
Density 15ºC g/cm3 0.85 - 0.89 0.87 - 0.90 0.875 -
0.90 0.86 - 0.90
0.87 - 0.90 - -
Viscosity 40ºC mm2/s 3.5 - 5.0 3.5 - 5.0 3.5 - 5.0 3.5 - 5.0 3.5 - 5.0 1.9 - 6.0 4.473
Distillation I.B.P. ºC - - - >300 - - 339
Distillation 95% ºC - <360 - <360 - - 357
Flashpoint ºC >100 >100 >110 >100 >100 >130 162
CFPP ºC <0/-15 - <0/-10/-20 <0/-15 <-5 - -
Pourpoint summ
er ºC - <10 - - - - -
Total Sulphur % Mass <0.02 - <0.01 <0.01 <0.001 - 0.0004
CCR 100% % Mass <0.05 - <0.05 - - 0.050 0.04
CCR 10% % Mass - <0.3 - <0.5 - - -
Sulphate ash % Mass <0.02 - <0.03 - - <0.02 -
(Oxide) Ash % Mass - - - <0.01 <0.01 - -
Water content mg/kg - <200 <300 <700 <300 <300 0
Impurities total mg/kg - - <20 - <20 - 0
Cetane No. - >49 >49 >49 - >48 >47 52.9
Neutral No. mgKOH/
g <0.8 <0.3 <0.5 <0.5 <0.6 <0.80 0.23
Methanol content % Mass <0.20 <0.1 <0.3 <0.2 <0.2 - -
Ester content % Mass - >96.5 - >98 >98 - -
Monoglycides % Mass - <0.8 <0.8 <0.8 <0.8 - -
Diglyceride % Mass - <0.2 <0.4 <0.2 <0.1 - -
Triglyceride % Mass - <0.2 <0.4 <0.1 <0.1 - -
Free glycerol % Mass <0.02 <0.02 <0.02 <0.05 <0.02 0.020 0.003
Total glycerol % Mass <0.24 <0.25 <0.25 - - 0.240 0.146
Iodine No. - <120 <115 <115 - <125 - <120
Phosphor mg/kg <20 <10 <10 <10 <10 <10 <10
Alcaline met. NA/K mg/kg - <5/5 <5 - <10/10 - -
**FAME: Fatty Acid Methyl Ester **VOME: Vegetable Oil Methyl Ester
Sumber : Sai Petrochemicals Pvt. Ltd., India.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariyadi, MS. Dr. Ir, Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha Curcas) Sebagai
Sumber Bahan Alternatif Biofuel, Makalah Disampaikan pada Focus Group
Diskusi (FGD) Tema Prospektif Sumberdaya Lokal Bioenergi pada Deputi
Bidang Pengembangan SISTEKNAS, Kementrian Negara Riset dan Teknologi,
Puspitek Serpong, tanggal 14 -15 September 2005
2. Hidayat Prayogo, Proposal Budidaya Tanaman Jarak Pagar Sebagai Sumber
Bahan Pembuatan Bio-Fuel, Makalah Untuk Diskusi, Denpasar 2006
3. I Gusti Segatri Putra, Dra, Taru Premana, Santi Wahana, Denpasar 1999
4. Kementrian Riset dan Teknologi, www.ristek.go.id
5. Maharshi A, www.jatrophaworld.org
6. Novisan, Ir, Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agro Media Pustaka, Jakarta
2005
7. Onny Untung, Agar Tanaman Berbuah Di Luar Musim, Penebar Swadaya, Bogor
1998
8. Satish Lele, www.svlele.com
9. Tirto P. Brodjonegoro, Imam K. Rekksowardjono, Tatang H. Soerawidjaja, Jarak
Pagar Sang Primadona, Departemen Teknik Kimia, Laboratorium Termofluida
dan System Utilitas, Kelompok Riset Biodiesel ITB
10. Tao Media, www.biodiseltoday.com
BIODATA
Penulis terlahir di Nusa Penida, Klungkung – Bali, pada 13-10-1964. Menyelesaikan
pendidikan formal pada Akademi Perhotelan & Pariwisata dan
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (Niaga). Mengikuti berbagai
pelatihan dan pendidikan informal (kebanyakan di bidang
niaga pariwisata termasuk agrowisata) baik di dalam negeri
maupun manca negara.
Jadi penulis sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang
pendidikan formal dalam bidang ilmu botani yang memadai
namun mempunyai kecintaan yang mendalam terhadap dunia
pertanian dalam arti luas dan juga adalah merupakan praktisi di
lapangan.
Disamping menekuni usaha di bidang pariwisata, penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan kesenian dan sosial kemasyarakatan.