catalytic cracking jatropha curcas...

93
 SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS Cr2O3/C UNTUK CATALYTIC CRACKING MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha Curcas L) SKRIPSI YESSINTA KURNIANTI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2019M/1440H

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS Cr2O3/C UNTUK

CATALYTIC CRACKING MINYAK JARAK PAGAR

(Jatropha Curcas L)

SKRIPSI

YESSINTA KURNIANTI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

2019M/1440H

Page 2: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS Cr2O3/C UNTUK

CATALYTIC CRACKING MINYAK JARAK PAGAR

(Jatropha Curcas L)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

YESSINTA KURNIANTI

NIM: 11150960000054

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019M/1440H

Page 3: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

Page 4: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

Page 5: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

Page 6: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

ABSTRAK

YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C untuk Catalytic Cracking Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L). Dibimbing oleh ISALMI AZIZ dan NANDA SARIDEWI. Limbah tempurung kelapa yang diubah menjadi karbon aktif dapat dijadikan katalis untuk catalytic cracking minyak jarak pagar. Peningkatan aktivitas katalis dapat dilakukan dengan penambahan logam aktif dalam bentuk oksida yaitu kromium oksida (Cr2O3). Tujuan penelitian ini adalah menentukan analisis proksimat dan ultimate karbon aktif, menentukan karakteristik katalis Cr2O3/C dan menguji aktivitas katalis. Karbon terlebih dahulu diaktivasi secara kimia sehingga dihasilkan karbon aktif, selanjutnya diimpregnasi dengan konsentrasi Cr2O3 1, 3 dan 5%. Katalis karbon akif dan Cr2O3/C hasil impregnasi dikarakterisasi menggunakan XRD (kristalinitas), SAA (luas permukaan), dan FTIR (gugus fungsi). Masing-masing katalis diuji aktivitasnya pada proses catalytic cracking minyak jarak pagar menggunakan suhu 375 °C selama 5 jam, dengan konsentrasi katalis 5%. Produk yang dihasilkan kemudian dianalisis komponennya menggunakan GCMS untuk menentukan selektivitas biofuel yang dihasilkan. Hasil analisis proksimat menghasilkan kadar karbon terikat sebesar 66,623% dan kadar unsur karbon pada analisis ultimate sebesar 65,422% sesuai dengan SNI 06-3730-1995. Hasil XRD menunjukkan terjadi kenaikan intensitas Cr2O3 seiring dengan bertambahnya konsentrasi katalis. Karbon aktif termasuk fasa amorf dan muncul puncak khas Cr2O3 pada daerah 24,52°; 33,61°; 36,25°. Daerah serapan 400-1000 cm-1 dan pada kisaran 2000 cm-1 menunjukkan adanya peregangan Cr-O akibat dari Cr2O3 yang teradsorpsi ke dalam struktur karbon aktif. Luas permukaan pada karbon aktif sebesar 8,930 m2/g sedangkan katalis Cr2O3 1, 3, dan 5% sebesar 47,205; 50,562; dan 38,931 m2/g. Hasil uji selektivitas katalis menunjukkan Cr2O3/C dengan konsentrasi 5% memberikan hasil yang terbaik dengan selektivitas gasolin 36,97%, kerosin 14,87%, serta diesel 15,94%. Kata Kunci: catalytic cracking, karbon aktif, minyak jarak pagar, tempurung

kelapa.

Page 7: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

ABSTRACT

YESSINTA KURNIANTI. Synthesis and Characterization of Cr2O3/C Catalysts for Catalytic Cracking of Jatropha Oil (Jatropha Curcas L). Supervised by ISALMI AZIZ and NANDA SARIDEWI. Coconut shell waste which is converted into activated carbon can be used as a catalyst for catalytic cracking of jatropha oil. Increased catalyst activity can be done by adding active metals in the form of oxides, namely chromium oxide (Cr2O3). The purpose of this study was to determine the proximate and ultimate analysis of activated carbon, determine the characteristics of the Cr2O3/C catalyst and test the catalyst activity. Carbon is activated chemically first so that activated carbon is produced, then impregnated with concentrations Cr2O3 of 1, 3 and 5%. Carbon akif catalyst and Cr2O3/C impregnation results were characterized using XRD (crystallinity), SAA (surface area), and FTIR (functional groups). Each catalyst was tested for its activity in the catalytic cracking of castor oil using a temperature of 375 °C for 5 hours, with a catalyst concentration of 5%. The products produced are then analyzed by components using GCMS to determine selectivity of the biofuel produced. The proximate analysis results in a bounded carbon content of 66,623% and carbon element content in the ultimate analysis of 65,422% according to SNI 06-3730-1995. The XRD results show an increase in the intensity of Cr2O3 as the catalyst concentration increases. Activated carbon includes the amorphous phase and a typical peak Cr2O3 appears at an area of 24,52 °; 33,61 °; 36,25 °. The absorption area of 400-1000 cm-1 and in the range 2000 cm-1 showed a Cr-O stretch due to Cr2O3 adsorbed into the activated carbon structure. The surface area of activated carbon is 8,930 m2/g while Cr2O3 1, 3 and 5% catalysts are 47,205; 50,562; and 38,931 m2/g. The catalyst selectivity results showed Cr2O3/C with a concentration of 5% gave the best results with selectivity of gasoline 36,97%, kerosene 14,87%, and diesel 15,94%. Keywords: activated carbon, catalytic cracking, coconut shell, jatropha oil.

 

 

Page 8: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

vi  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh

Alhamdulillahi robbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada Allah

SWT karena berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya atas tauladannya

sehingga kami sebagai umatnya dapat terus melanjutkan perjuangannya dalam

menegakkan syiar islam.

Skripsi ini berjudul “Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C untuk

Catalytic Cracking Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L)” ini disusun

sebagai persyaratan sebelum melaksanakan penelitian tugas akhir di Program

Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi selesai dengan bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu,

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Isalmi Aziz, M.T selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pengarahan, waktu serta bimbingannya kepada penulis;

2. Nanda Saridewi, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengetahuan, arahan serta waktunya untuk berdiskusi kepada

penulis;

3. Nurhasni, M.Si selaku selaku Penguji I yang telah memberikan kritikan serta

saran dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Nurmaya Arofah, M.Eng selaku Penguji II yang telah memberikan kritikan

serta saran dalam menyelesaikan skripsi ini;

 

Page 9: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

vii  

5. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

6. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

7. Seluruh dosen Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama

mengikuti perkuliahan;

8. Orang tua penulis yang dicintai dan disayangi serta senantiasa memberikan

dukungan moril maupun materil serta tiada hentinya memanjatkan do’a

kepada Allah SWT demi keberhasilan penulis;

9. Fitri Febriani, Edra Aditya, dan teman-teman mahasiswa program studi kimia

yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini;

10. Semua pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu

persatu

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu

pengetahuan di bidang kimia serta dapat bermanfaat untuk masyarakat secara

umum.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Juli 2019

Penulis

Page 10: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

viii  

DAFTAR ISI

 

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

2.1 Tempurung Kelapa ........................................................................................ 7

2.2 Karbon Aktif .................................................................................................. 8

2.3 Logam Kromium (Cr) .................................................................................. 10

2.4 Katalis .......................................................................................................... 11

2.4.1 Penggolongan Katalis ........................................................................... 12

2.4.2 Komponen Katalis ................................................................................ 14

2.4.3 Impregnasi Katalis ................................................................................ 15

2.5 Perengkahan (Cracking) .............................................................................. 16

2.6 Minyak Jarak ............................................................................................... 18

2.7 Biofuel ......................................................................................................... 19

2.7.1 Biodiesel ............................................................................................... 20

2.7.2 Biokerosin ............................................................................................. 21

2.7.3 Biogasolin ............................................................................................. 22

2.8 Instrumentasi ............................................................................................... 22

2.8.1 CHN Analyzer ....................................................................................... 22

2.8.2 Surface Area Analyzer (SAA)............................................................... 23

2.8.3 X-Ray Diffraction (XRD) ..................................................................... 25

Page 11: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

ix  

2.8.4 Fourier Transform Inframerah (FTIR) ................................................ 26

2.8.5 Gas Chromathography Mass Spectrometry (GCMS) ........................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 29

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 29

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 29

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................. 31

3.3.1 Skema Kerja .......................................................................................... 31

3.3.2 Proses Pembuatan Karbon Aktif .......................................................... 32

3.3.3 Analisis Proksimat ................................................................................ 32

3.3.4 Analisis Ultimate menggunakan CHN Analyzer ................................. 34

3.3.5 Impregnasi Penyangga Katalis ............................................................. 35

3.3.6 Karakterisasi Katalis ............................................................................. 36

3.3.7 Uji Aktivitas Katalis pada Catalytic Cracking Minyak Jarak Pagar .... 37

3.3.8 Analisis Senyawa Kimia Produk dengan GCMS ................................. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 39

4.1 Hasil Analisis Proksimat Karbon Aktif ....................................................... 39

4.2 Hasil Analisis Ultimate Karbon Aktif ......................................................... 41

4.3 Karakteristik Katalis .................................................................................... 43

4.3.1. Hasil Analisis Kristanilitas dengan XRD ............................................ 43

4.3.2. Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR ......................................... 45

4.3.3. Hasil Analisis Luas Permukaan dengan SAA ..................................... 48

4.3.4. Hasil Catalytic Cracking Minyak Jarak............................................... 49

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 54

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 54

5.2 Saran ............................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55

LAMPIRAN .......................................................................................................... 64 

Page 12: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

x  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia tempurung kelapa……………………………….…… 7

Tabel 2. Standar kualitas karbon aktif …………………………………..........… 9

Tabel 3. Pemanfaatan karbon aktif …………………………………….........… 10

Tabel 4. Komposisi asam lemak dari minyak jarak pagar …………………...… 19

Tabel 5. Standar mutu biodiesel …………………….…………………...…….. 20

Tabel 6. Sifat fisik dan kimia gasolin .…...…………………………….....…... 22

Tabel 7. Komposisi katalis Cr2O3/C ...……………...………………..……….... 35

Tabel 8. Analisis proksimat karbon aktif ...……………...…………..……….... 39

Tabel 9. Hasil analisis ultimate karbon aktif ....…………………..………......... 41

Tabel 10. Sudut dan intensitas katalis Cr2O3/C…….....……………...…..…...... 44

Tabel 11. Luas permukaan karbon aktif dan Cr2O3/C...……………...…..…...... 48

Tabel 12. Selektivitas produk biofuel ...…..……………………......................... 50

Page 13: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

xi  

DAFTAR GAMBAR

 

Halaman

Gambar 1. Skema struktur karbon aktif ……………………………….…….... 8

Gambar 2. Lapisan atom karbon dan mikrokristalin karbon aktif….……..…… 9

Gambar 3. Alat instrument CHN analyzer .…………………………………… 23

Gambar 4. Skema kerja SAA. ………………………………………………… 24

Gambar 5. Skema kerja XRD …………………………………………………. 25

Gambar 6. Skema kerja FTIR …………………………………………………. 27

Gambar 7. Skema kerja GCMS.………..……………………………………… 28

Gambar 8. Bagan kerja penelitian ….…………………………………………. 30

Gambar 9. Difaktogram karbon aktif dan katalis Cr2O3/C ……………………. 42

Gambar 10. Spektrum karbon aktif dan Cr2O3/C …………………………..…. 44

Gambar 11. Dekomposisi molekul trigliserida.……………………………..…. 51

Page 14: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

xii  

DAFTAR LAMPIRAN

 

Halaman

Lampiran 1. Contoh perhitungan komposisi katalis Cr2O3 /C 1%…….….....… 64

Lampiran 2. Tabel komposisi katalis Cr2O3/C ………………....…………….. 65

Lampiran 3. Analisis proksimat karbon aktif tempurung kelapa……………… 65

Lampiran 4. Pola difraksi hasil XRD karbon aktif dan katalis Cr2O3/C. ….….. 66

Lampiran 5. Hasil analisis ultimate karbon aktif .………….………………… 67

Lampiran 6. Hasil analisis SAA .……………………………………………… 68

Lampiran 7. Gugus fungsi dan bilangan gelombang spektrum FTIR ………… 72

Lampiran 8. Hasil analisis produk dengan GCMS. ………...…………….…… 72

Lampiran 9. Perhitungan selektivitas biofuel …….………...…………….…… 77

Lampiran 10. Karbon Aktif Teknis SNI 06-3730-1995...………...…………… 79

Page 15: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi minyak bumi Indonesia sangat besar hingga mencapai

50% dari kebutuhan energi nasional. Kebutuhan energi tersebut berbanding

terbalik dengan jumlah cadangan minyak bumi yang semakin menipis (KESDM,

2010). Pengganti bahan bakar konvensional dari minyak bumi untuk mencari

sumber bahan bakar alternatif adalah dari minyak nabati sebagai sumber bahan

baku untuk bahan bakar nabati (BBN), seperti biofuel (Soerawidjaja et al.,

2005).

Biofuel merupakan bahan bakar alternatif dalam bentuk cair atau gas yang

berasal dari tumbuhan, hewan, ataupun sisa-sisa hasil pertanian (Supraniningsih,

2012). Biofuel dapat dihasilkan dari reaksi perengkahan minyak jarak pagar

(Jatropha curcas Oil) menggunakan katalis. Minyak jarak pagar sangat prospektif

untuk digunakan karena bersifat non edible sehingga penggunaannya tidak

bersaing dengan minyak pangan (Syah, 2006). Katalis pada reaksi perengkahan

umumnya menggunakan katalis heterogen karena lebih stabil terhadap suhu tinggi

dan mudah diregenerasi (Nurhayati et al., 2014). Katalis heterogen pada

umumnya terdiri dari komponen aktif dan penyangga, dimana komponen aktif ini

berupa logam transisi (Rahayu et al., 2013). Katalis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Cr2O3/C, dimana karbon aktif (C) sebagai penyangga dan

logam Cr2O3 sebagai komponen aktif.

Page 16: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

2

Allah SWT berfirman dalam Al- Quran Surat An-Nahl ayat 11:

يتون والنخيل والأعناب ومن كل الثمرات إن رع والز ينبت لكم به الز

لك لآية لقوم يتفكرون في ذ

Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Berdasarkan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menurunkan

hujan dan menumbuhkan berbagai tanaman yang dapat kita olah sebaik mungkin.

Berbagi macam tanaman mempunyai manfaatnya masing-masing yang dapat

dimanfaatkan untuk kemaslahatan hidup.

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah kelapa. Kelapa

biasanya dimanfaatkan untuk sebatas keperluan rumah tangga. Isi buahnya

dijadikan kopra, minyak dan santan, sedangkan tempurungnya dijadikan karbon

aktif. Karbon aktif selain digunakan sebagai adsorben, dapat juga digunakan

sebagai penyangga katalis karena luas permukaan, struktur pori dan gugus fungsi

yang melimpah di permukannya. Kurniawan et al., (2014) telah melakukan

karakterisasi luas permukaan karbon akif dari tempurung kelapa yang diaktivasi

menggunakan asam posfat, dimana konsentrasi optimum diperoleh pada

konsentrasi 3 M dengan luas permukaan 386,447 m2/g.

Septiani et al., (2015) melakukan penelitian tentang pembuatan dan

karakterisasi katalis TiO2/karbon aktif dengan metode solid state. Komposisi

TiO2/karbon aktif (TiO2/KA) dibuat dengan rasio 95:5, 90:10 dan 85:15 yang

dianalisis dengan FTIR, XRD, dan SEM. Katalis dikalsinasi pada temperatur 400

Page 17: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

3

°C selama 6 jam. Hasil terbaik dari penelitian tersebut adalah pada rasio 95:5

dimana TiO2 terdistribusi merata pada karbon aktif.

Aktivitas katalis dapat ditingkatkan dengan penambahan logam maupun

oksida logam seperti Fe (Fe2O3), Zn (ZnO), Cr (Cr2O3), Ce (CeO), Ni (NiO)

melalui impregnasi. Logam oksida memiliki daya katalitik yang baik setelah

logam murni, sehingga pada penelitian ini digunakan Cr2O3 untuk meningkatkan

aktivitas katalis. Katalis yang mengandung kromium memiliki keasaman sedikit

lebih besar, rerata jejari pori pada umumnya lebih kecil, sedangkan luas

permukan secara umum lebih besar (Trisunaryanti, 2002). Permukaan logam Cr

(dalam bentuk logam murni maupun oksidanya) dalam reaksi katalitik, dapat

membentuk dan memutuskan ikatan rangkap atau mengatomkan molekul

diatomik seperti H2 (Dewi dan Novriyansyah, 2016). Peranan logam Cr dalam

mekanisme reaksi perengkahan hidrokarbon, cenderung berperan dalam proses

dehidrogenasi dan dapat membantu meningkatkan hasil perengkahan karena

mekanisme dehidrogenasi memungkinkan terjadinya pemutusan pada ikatan C-C

(Sibarani, 2012).

Fanani et al., (2016) melaporkan preparasi dan karakterisasi katalis

kromium (Cr)/karbon aktif dari tandan kosong kelapa sawit tersulfonasi, dengan

perbandingan Cr/karbon aktif sebesar 19/10 (%w/t). Hasil terbaik dari penelitian

tersebut adalah pada suhu karbonisasi 700 °C dan suhu kalsinasi 450 °C selama 1

jam memberikan hasil katalis terbaik dengan kapasitas adsorpsi 8,1624 mmol/g,

luas permukaan 1652,58 m2/g, dan total volume pori-pori 0,8970 cm3/g.

Penelitian ini menggunakan variasi katalis Cr2O3/C 1/99, 3/97, dan 5/95

(%wt). Variasi konsentrasi logam yang dipakai lebih sedikit karena menghindari

Page 18: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

4

terjadinya penumpukan Cr2O3 pada pori-pori penyangga katalis, sehingga

memberikan distribusi logam yang merata pada permukaan karbon aktif. Katalis

yang dihasilkan diuji aktivitasnya pada proses catalytic cracking minyak jarak

pagar menjadi biofuel.

Yolanda (2018) telah melakukan catalytic cracking minyak jarak pagar

(Jatropha curcas L) menjadi biofuel menggunakan katalis zeolit alam. Kondisi

optimum proses catalytic cracking didapatkan pada suhu 375 oC, waktu 2 jam,

ukuran katalis 180 µm dan konsentrasi 5%. Biofuel yang dihasilkan memiliki

selektivitas gasolin sebesar 34,52%, kerosin sebesar 11,87% dan diesel sebesar

13,64%. Barot et al., (2014) melakukan sintesis biofuel dari cracking minyak

jarak pagar menggunakan ZrO2 /alumino silikat pada suhu 380°C selama 1 jam.

Produk utama terdiri dari hidrokarbon cair dan gas selain karbon dioksida dan air.

Biofuel terbaik yang dihasilkan adalah gasolin sebesar 68%.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan  sintesis dan

karakterisasi katalis Cr2O3/C untuk catalytic cracking minyak jarak pagar. Karbon

aktif terlebih dahulu diaktivasi secara kimia untuk menghilangkan pengotor-

pengotor organik, memperbesar pori, dan memperluas permukaan karbon aktif

tersebut. Impregnasi Cr2O3 ke dalam karbon aktif menggunakan senyawa

Cr(NO3)3.9H2O dengan variasi konsentrasi yaitu 1, 3 dan 5%. Katalis Cr2O3/C

hasil impregnasi dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)

menentukan kristalinitas, Surface Area Analyzer (SAA) menentukan luas

permukaan, dan Fourier Transform Inframerah (FTIR) menentukan gugus fungsi.

Katalis diuji aktivitasnya pada proses catalytic cracking minyak jarak pagar pada

suhu 375 °C selama 5 jam. Produk yang dihasilkan kemudian dianalisis

Page 19: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

5

komponennya menggunakan GCMS untuk mengetahui selektivitas biofuel yang

dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah analisis proksimat dan ultimate karbon aktif sesuai dengan SNI

06-3730-1995?

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi Cr2O3 1, 3 dan 5% terhadap karakteristik

katalis meliputi kristalinitas (XRD), luas permukaan (SAA), dan gugus

fungsi (FTIR)?

3. Apakah konsentrasi Cr2O3 mempengaruhi selektivitas biofuel yang

dihasilkan pada catalytic cracking minyak jarak pagar?

1.3 Hipotesis

1. Analisis proksimat dan ultimate karbon aktif sesuai dengan SNI 06-3730-

1995.

2. Konsentrasi Cr2O3 1, 3 dan 5% mempengaruhi kristalinitas, luas

permukaan, dan gugus fungsi pada katalis.

3. Konsentrasi Cr2O3 mempengaruhi selektivitas biofuel pada catalytic

cracking minyak jarak pagar.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menentukan analisis proksimat dan ultimate karbon aktif.

2. Menentukan karakteristik katalis Cr2O3/C 1, 3 dan 5% meliputi

kristalinitas, luas permukaan, dan gugus fungsi pada katalis.

3. Menentukan konsentrasi katalis Cr2O3/C yang terbaik pada catalytic

cracking minyak jarak pagar berdasarkan selektivitas biofuel.

Page 20: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

6

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan

karbon aktif sebagai penyangga katalis, karakteristik katalis Cr2O3/C hasil

preparasi menggunakan metode impregnasi. Selain itu, diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai selektivitas katalis Cr2O3/C dalam perengkahan

katalitik minyak jarak pagar.

Page 21: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

7  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya secara

biologis adalah pelindung inti buah dan terletak dibagian sebelah dalam sabut

dengan ketebalan berkisar antara 3-6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan

sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar

selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar 6-9% (Maryono dan Sudding,

2013). Secara kimiawi tempurung kelapa memiliki komposisi yang sama dengan

kayu yaitu tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Komposisi kimia

tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa (Maryono dan Sudding, 2013)

Komponen Kadar (%)

Lignin 36,51 Hemiselulosa 19,27

Selulosa 33,61

Pemanfaatan tempurung kelapa diantaranya diolah menjadi briket, dan

karbon aktif. Tempurung kelapa merupakan bahan yang baik untuk dijadikan

karbon aktif karena memiliki mikropori sangat banyak, kadar abu rendah, dan

kelarutan dalam air sangat tinggi. Serta beberapa sifat karbon aktif dari tempurung

kelapa antara lain adalah kekerasannya tinggi, mudah diregenerasi dan daya serap

iodinnya tinggi sebesar 1100 mg.g-1 (Pambayun et al., 2013).

Page 22: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

8

2.2 Karbon Aktif

Karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon,

baik yang organik maupun anorganik dengan syarat bahan tersebut mempunyai

struktur berpori. Karbon aktif dibuat melalui proses dekomposisi termal dalam

furnace dan dipanaskan dengan aktivasi fisika dan kimia (Lakhya et al, 2014).

Karbon aktif dapat mengadsorpsi anion, kation, dan molekul dalam bentuk

senyawa organik dan anorganik baik berupa larutan maupun gas (Laos et al.,

2016). Skema struktur karbon aktif dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema struktur karbon aktif (Sudibandriyo, 2003)

Struktur dasar karbon aktif berupa struktur kristalin yang sangat kecil

(mikrokristalin) dan sebagian besar kandungannya terdiri dari unsur karbon.

Karbon ini terdiri dari pelat - pelat datar yang atom karbonnya terikat secara

kovalen dalam suatu kisi heksagonal yang mirip dengan grafit. Pelat – pelat ini

terkumpul satu sama lain membentuk kristal dengan susunan tidak beraturan

dan jarak antar pelatnya acak (Marsh dan Fransisco, 2006). Lapisan atom

karbon dan mikrokristalin pada karbon aktif ditunjukkan pada Gambar 2.

Page 23: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

9

Gambar 2. Lapisan atom karbon dan mikrokristalin karbon aktif (Marsh dan Fransisco, 2006)

Umumnya karbon aktif berbentuk granular (butiran) dan serbuk.

Karbon aktif berbentuk serbuk halus memiliki distribusi ukuran partikel 5-10

µm, sedangkan karbon aktif berbentuk granular memiliki ukuran 0,8-1,2 mm.

Porositas karbon aktif terbentuk pada saat proses karbonisasi. Pada karbon

aktif terdapat 3 ukuran pori, yaitu mikropori (< 2 nm), mesopori (2 nm – 50

nm), dan makropori (> 50 nm) (Marsh dan Fransisco, 2006), selain itu lebih

jauh terdapat pula ukuran super mikropori (0,7 nm – 2 nm) dan ultramikropori

(< 0,7nm) (Manocha, 2003).

Kualitas karbon aktif mengacu pada SNI 06-3730-1995 tentang karbon

aktif teknis, seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Kualitas Karbon Aktif

Analisis Proksimat Kadar (%)

Kadar Air Maks. 15

Kadar Zat Mudah Menguap Maks. 10

Kadar Abu Maks. 25

Kadar Karbon Terikat Min. 65

Sifat karbon aktif dari tempurung kelapa antara lain adalah strukturnya

sebagian besar mikropori, kekerasannya tinggi, mudah diregenerasi dan daya

Page 24: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

10

serap iodinnya tinggi sebesar 1100 mg/g (Pari, 2004). Karbon aktif dapat

diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pemanfaatan Karbon Aktif (Arsad dan Saibatul, 2010)

No Bidang Kegunaan

1. Industri obat Bahan penyaring dan penghilang warna, bau serta rasa yang tidak dikehendaki.

2. Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah.

3. Pembersih air Penghilangan warna, bau, dan penghilangan resin.

4. Pelarut yang digunakan kembali

Penarikan kembali berbagai pelarut.

5. Pemurnian gas Menghilangkan sulfur, gas beracun, bau busuk asap.

6. Katalisator Reaksi katalisator pengangkut vinil klorida, vinil asetat.

7. Pengolahan Pupuk Pemurnian dan penghilangan bau.

Karbon aktif juga diaplikasikan sebagai pengendali polusi udara,

pengolahan limbah cair, penghilangan bahan beracun seperti polutan, logam berat,

dan pewarna organik. Karbon aktif yang memiliki spesifikasi porositas dan luas

permukaan yang tinggi dapat digunakan sebagai adsorben pada industri besar

(Sharifah et al., 2018).

2.3 Logam Kromium (Cr)

Kromium (Cr) merupakan logam transisi yang mempunyai konfigurasi

elektron [18Ar] 4s1 3d5, memiliki nomor atom 24 dan massa atom relatif 51,996

gram/mol, titik didih 2665oC, titik leleh 1875oC, dan jari-jari atom 128 pm

(Sugiyarto, 2012). Logam krom di alam, tidak ditemukan dalam keadaan murni

tetapi ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-

Page 25: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

11

unsur lain. Sifat kimia logam krom mempunyai bilangan oksida +2, +3, dan +6

(Cotton, 1989).

Logam kromium memiliki aktivitas katalitik karena dipengaruhi

keberadaan elektron pada orbital 3d yang berbaur dengan keadaan elektronik

orbital s dan p terdekat yang terdegenerasi. Akibatnya akan timbul keadaan

elektronik berenergi rendah dalam jumlah besar dan adanya orbital kosong yang

dapat dimanfaatkan sebagai situs katalitik logam. Permukaan logam Cr (dalam

bentuk logam murni maupun oksidanya) dalam reaksi katalitik, dapat membentuk

dan memutuskan ikatan rangkap atau mengatomkan molekul diatomik seperti H2

(Dewi dan Novriyansyah, 2016).

Peranan logam Cr dalam mekanisme reaksi perengkahan hidrokarbon,

cenderung berperan dalam proses dehidrogenasi dan dapat membantu

meningkatkan hasil perengkahan karena mekanisme dehidrogenasi

memungkinkan terjadinya pemutusan pada ikatan C-C (Sibarani,2012).

2.4 Katalis

Katalis adalah substansi atau zat yang dapat memberikan jalur alternatif

dalam suatu reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi, sehingga energi

minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi berkurang, dan reaksi

menjadi lebih cepat (Tsani, 2011). Energi aktivasi merupakan energi minimum

yang dibutuhkan oleh reaktan untuk menghasilkan suatu produk.

Penurunan energi aktivasi disebabkan reaksi tersebut menempuh jalan lain

dengan cara katalis terlebih dulu bereaksi dengan reaktan sebelum berinteraksi

dengan reaktan lainnya. Hasil interaksi katalis dengan reaktan tersebut adalah zat

antara (intermediet) yang bersifat reaktif dan selanjutnya menghasilkan produk

Page 26: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

12

reaksi (Harfani, 2009). Katalis bersifat spesifik dalam mempercepat laju reaksi.

Artinya suatu katalis dapat mempercepat reaksi tertentu saja tidak pada semua

reaksi kimia. Katalis yang dipreparasi dengan cara berbeda akan menghasilkan

aktivitas dan selektivitas yang berbeda (Rieke et al., 1997).

Katalis untuk proses tertentu berbeda dengan katalis untuk proses yang

lain sehingga salah satu bagian yang sangat penting dalam kinerja katalis yang

baik adalah menentukan katalis yang tepat untuk sebuah proses reaksi. Parameter

utama dari kinerja katalis ada 3 (Nasikin dan Bambang, 2010) yaitu :

1. Aktivitas, yaitu peran katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi.

2. Selektivitas, yaitu peran katalis untuk meningkatkan produk yang diinginkan

dan berkaitan dengan kemampuannya untuk mengarahkan suatu reaksi.

3. Deaktivasi, yaitu penurunan aktivitas dari katalis (deaktivasi) yang

dihubungkan dengan masa hidup katalis (life time).

2.4.1 Penggolongan Katalis

Secara umum katalis dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu :

1. Katalis Homogen

Pada katalis homogen reaksi kimia terjadi pada fasa yang sama antara

reaktan dan katalis, yang umumnya berada pada fasa cair. Reaksi katalis jenis ini

sangat spesifik dan dapat menghasilkan selektivitas yang tinggi dan biasanya

dapat dilakukan pada kondisi operasi yang tidak terlalu sulit. Beberapa contoh

reaksi katalis homogen yaitu hidrolisis ester dengan katalis asam (cair-cair),

oksidasi SO2 dengan NO2 (uap-uap), dan dekomposisi potasium klorat dengan

NO2.

Page 27: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

13

Walaupun secara operasional reaksi katalis homogen lebih mudah, namun

katalis homogen jarang digunakan dalam industri. Hal ini disebabkan perlu

ditambahkan peralatan tambahan untuk memurnikan produk dari katalis homogen.

Sulitnya memisahkan katalis dari sistem reaksinya menjadi kelemahan dari katalis

homogen (Nasikin dan Bambang, 2010).

2. Katalis Heterogen

Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan fase reaksinya.

Katalis heterogen relatif kurang reaktif dikarenakan heterogenitas permukaannya.

Namun, kelebihannya mudah untuk dipisahkan dari sistem reaksinya dan relatif

stabil terhadap perlakuan panas (Zhao et al., 2006). Secara lingkungan,

penggunaan katalis heterogen lebih ramah lingkungan dari pada katalis homogen.

Penggunaan katalis heterogen menjadi suatu alternatif yang sangat menarik dalam

industri kimia, sebab mudah untuk digunakan kembali.

Pada umumnya, reaksi antara reaktan dan katalis heterogen terjadi di

permukaan katalis. Reaksi katalis heterogen, pertama-tama reaktan akan

teradsorpsi pada permukaan aktif katalis, selanjutnya akan terjadi interaksi baik

berupa reaksi sebenarnya pada permukaan katalis. Setelah reaksi terjadi, molekul

hasil reaksi (produk) dilepas dari permukaan katalis. Oleh karena itu, katalis yang

baik perlu memiliki kemampuan mengadsorpsi dan mendesorpsi yang baik

(Nasikin dan Bambang, 2010).

3. Katalis Enzim

Enzim adalah molekul protein dalam ukuran koloid, yakni di antara molekul

homogen dan katalis makroskopik heterogen. Biasanya enzim ini merupakan

pemicu untuk reaksi biokimia. Katalis ini sangat selektif dan efisien untuk reaksi

Page 28: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

14

tertentu, salah satu contohnya adalah enzim katalase dapat mendekomposisi

hidrogen peroksida 109 lebih cepat dibandingkan katalis inorganik lainnya

(Nasikin dan Bambang, 2010).

2.4.2 Komponen Katalis

Komponen katalis adalah material katalis yang terdiri dari material tunggal

atau gabungan dari beberapa material yang berpengaruh terhadap sifat aktivitas

dan selektivitas dari katalis. Katalis memiliki 3 komponen utama yaitu:

1. Komponen Aktif

Komponen aktif katalis merupakan sisi yang berfungsi untuk melakukan

proses reaksi secara spesifik pada katalis. Komponen aktif yang terdapat pada

katalis dapat berupa logam transisi dimana logam tersebut memiliki orbital yang

masih dapat diisi oleh elektron dari reaktan, sehingga reaktan dapat dengan mudah

membentuk ikatan dengan logam tersebut dan dihasilkan reaksi yang diharapkan

(Siswodiharjo, 2006). Maka, komponen situs aktif mampu mengkonversikan

reaktan dan selektif dalam pembuatan produk. Komponen aktif dapat berupa grup

atau kluster dengan atom tetangga pada permukaan katalis maupun spesi yang

teradsorpsi ke dalam katalis (Satterfield, 1991).

2. Penyangga (Support)

Penyangga merupakan substansi inert yang dapat mendispersikan sisi aktif

katalis. Penyangga berfungsi sebagai tempat distribusi fase aktif dengan reaktan.

Penyangga membantu proses adsorpsi dan desorpsi. Selain itu, penyangga katalis

digunakan untuk mengefektifkan penggunaan komponen katalis (sisi aktif) yang

cukup mahal, seperti platinum, dan untuk meningkatkan kekuatan mekanik dari

sisi aktif katalis agar tidak mudah hancur saat terjadi proses katalitik. Penyangga

Page 29: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

15

katalis juga dapat berfungsi untuk menstabilkan struktur aktif dengan cara

katalitik, sehingga sintering (penggabungan) dapat dikurangi (Satterfield, 1991).

3. Promotor

Promotor adalah substansi dalam jumlah sedikit yang dapat meningkatkan

aktivitas, selektivitas atau stabilitas katalis. Promotor dapat teradsorbsi dalam

katalis tersebut. Katalis yang ditambahkan promotor bertujuan untuk mencegah

aktivitas yang tidak diinginkan seperti pembentukan deposit karbon. Promotor

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu promotor tekstural dan promotor struktural.

Promotor tekstural adalah substansi inert yang mencegah penggabungan

(sintering) dari mikrokristal pada katalis aktif dimana promotor ini ada dalam

bentuk partikel yang sangat halus. Adapun, promotor struktural merupakan

promotor yang dapat mengubah komposisi kimia dari katalis (Satterfield, 1991).

2.4.3 Impregnasi Katalis

Impregnasi adalah preparasi katalis dengan mengadsorpsikan garam

prekursor yang mengandung komponen aktif logam di dalam larutan kepada

padatan pengemban. Impregnasi bertujuan untuk mengisi pori-pori penyangga

dengan larutan logam aktif melalui adsorpsi logam, yaitu dengan merendam

penyangga dalam larutan yang mengandung logam aktif yang disertai pemanasan.

Pembuatannya dilakukan dengan mengontakkan padatan penyangga katalis

dengan larutan logam aktif yang mengandung senyawa terlarut dalam air atau

pelarut lainnya.

Metode impregnasi umumnya diklasifikasikan menjadi 2 jenis berdasarkan

volume larutan prekursor yang digunakan, antara perbandingan volume prekursor

yang akan diimpregnasikan dengan volume pori support, metode ini yaitu:

Page 30: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

16

a. Impregnasi Kering

Pada metode ini, material yang diimpregnasikan dijaga tetap kering. Untuk

impregnasi kering volume larutan fasa aktif sebanding dengan volume pori

support, berkisar 1-1,2 kali dari volume pori support. Hal tersebut diharapkan

nantinya jumlah antara larutan prekursor dengan pori yang tersedia pada

pengemban adalah sama, maka volume pori support perlu diketahui untuk

menentukan volume larutan prekursor yang digunakan.

b. Impregnasi Basah

Pada impregnasi basah prekursor berupa larutan yang mengisi pori dari

support. Volume larutan prekursor fasa aktif lebih besar dari 1,5 kali volume pori

support. Penggunaan pelarut pada impregnasi basah lebih banyak dibandingkan

dengan metode kering. Pada impregnasi basah, penyangga dilarutkan dengan

larutan prekursor yang mengandung senyawa logam, dengan perbandingan

volume larutan prekursor lebih banyak dibandingkan pori-pori penyangga, setelah

itu dikeringkan. Tujuan dikeringkan adalah untuk menghilangkan sisa air.

Selanjutnya, dikalsinasi bertujuan untuk mendekomposisi garam logam menjadi

oksida logam dan meningkatkan stabilitas katalis terhadap perubahan temperatur.

Kelebihan dengan impregnasi basah, yaitu pembuatannya sederhana, murah,

dan pembuatan logam dapat dilakukan berulang kali. Selain itu, kekurangan dari

impregnasi basah, yaitu jumlah logam yang terimpregnasi sangat bergantung pada

kelarutan senyawa logam tersebut (Taufiq, 1995).

2.5 Perengkahan (Cracking)

Reaksi perengkahan merupakan reaksi pemutusan ikatan C-C dari rantai

karbon yang panjang dan berat molekul yang besar menjadi hidrokarbon dengan

Page 31: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

17

rantai pendek dan berat molekul kecil. Kondisi perengkahan dapat dibagi menjadi

dua macam yakni perengkahan termal dan perengkahan katalitik.

a. Perengkahan Termal

Perengkahan termal adalah proses penguraian molekul senyawa hidrokarbon

besar menjadi hidrokarbon dengan struktur molekul yang kecil. Reaksi terjadi

pada temperatur tinggi (425–650°C) tanpa menggunakan katalis, sehingga

menghasilkan fragmen-fragmen radikal bebas yang cenderung akan mengalami

oligomerisasi. Mekanisme yang terjadi perengkahan termal yakni hidrokarbon

akan mengalami perengkahan termal melalui pembentukan radikal bebas pada

temperatur tinggi (Sadeghbeigi, 2000).

b. Perengkahan Katalitik

Perengkahan katalitik adalah proses penguraian molekul senyawa hidrokarbon

besar menjadi hidrokarbon dengan struktur molekul yang kecil, dimana reaksinya

terjadi melalui pembentukan ion karbonium. Ion karbonium dapat dibentuk

melalui serangan langsung proton dari situs asam bronsted (Sadeghbeigi, 2000)

seperti pada persamaan reaksi berikut.

R1 — CH=CH— R2+ H+ R1 — CH2 — C+H — R2 . . . . . . . . . . . (1)

Ion karbonium yang sudah terbentuk dapat mengalami pemutusan rantai

pada posisi beta untuk membentuk olefin dan ion karbonium baru (Sadeghbeigi,

2000).

R — CH2 — C+H — R2 R1+ + CH2=CH2 — R2 . . . . . . . . . . . (2)

Kestabilan karbonium meningkat seiring dengan urutan karbonium tersier

> sekunder > primer > metal. Hal ini menyebabkan karboniun primer memiliki

kecenderungan untuk berisomerisasi menjadi karbonium sekunder atau tersier

Page 32: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

18

melalui penataan ulang yang melibatkan baik pergeseran hidrogen maupun

pergeseran metil. Peningkatan stabilitas ion tersier menyebabkan tingginya

percabangan yang terkait dengan perengkahan katalitik. Begitu terbentuk, ion

karbonium bisa membentuk sejumlah reaksi yang berbeda. Sifat dan kekuatan

situs asam katalis mempengaruhi sejauh mana masing-masing reaksi ini terjadi

(Sadeghbeigi, 2000). Reaksi katalitik heterogen terjadi pada permukaan aktif

katalis.

Saat ini mulai banyak dikembangkan penelitian pembuatan dari minyak

nabati dengan proses perengkahan katalitik. Pada proses perengkahan katalitik ini

rantai karbon yang cukup panjang pada minyak nabati akan diubah menjadi rantai

lebih sederhana dengan bantuan katalis. Beberapa penelitian pada perengkahan

minyak nabati dengan berbagai macam katalis menghasilkan berbagai jenis

biofuel yang komposisinya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti waktu reaksi,

suhu reaksi, katalis, dan lain sebagainya.

2.6 Minyak Jarak

Jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan tumbuhan semak berkayu yang

banyak ditemukan di daerah tropik. Minyak jarak dapat diperoleh dari biji dan

buah jarak. Minyak jarak pagar merupakan cairan berwarna kuning, berbau khas,

tidak berasa dan tidak keruh meskipun disimpan dalam jangka waktu lama.

Minyak jarak pagar bisa diperoleh dengan cara ekstraksi dengan mesin

pengeperes atau menggunakan pelarut karena mengandung minyak yang tinggi,

sehingga daging biji jarak pagar mudah diekstraksi. Minyak jarak berbeda dengan

minyak nabati lainnya karena memiliki bobot jenis, viskositas, bilangan asetil, dan

kelarutan dalam alkohol yang tinggi (Julianti, 2016).

Page 33: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

19

Minyak jarak pagar bersifat terbarukan, biodegradable, ramah lingkungan,

mudah didapat serta ekonomis, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar

nabati. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida dari minyak jarak pagar

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi asam lemak dari minyak jarak pagar (Yolanda, 2018)

Komponen Penyusun Sifat dan Komposisi Komposisi (%)Asam Oleat Tidak Jenuh, C18:1 37,44

Asam Linoleat Tidak Jenuh, C18:2 33,83 Asam Palmitat Jenuh, C16:0 9,84 Asam Stearat Jenuh, C18:0 15,59

Asam Eikosenoat Tidak Jenuh, C20:1 3,30

Minyak jarak larut dalam etil-alkohol 95% pada suhu kamar dan pelarut

organik lainnya yang polar dan sedikit larut dalam golongan hidrokarbon alifatis.

Kelarutan minyak jarak pada petroleum eter relatif rendah, sehingga

membedakannya dengan trigliserida lainnya. Kandungan tokoferol yang relatif

kecil (0,05%) serta kandungan asam lemak esensial yang sangat rendah

menyebabkan minyak jarak berbeda dengan minyak nabati lainnya (Ketaren,

1986). Minyak jarak pagar tidak dapat dikonsumsi manusia karena mengandung

racun yang disebabkan adanya senyawa ester farbol (Syah, 2006).

2.7 Biofuel

Biofuel merupakan bahan bakar yang sumbernya berasal dari bahan

organik yang juga disebut non-fossil energi . Bahan bakar ini dapat diambil dari

tumbuhan, hewan, ataupun sisa-sisa hasil pertanian. Saat ini, biofuel dapat

ditemukan dalam bentuk padatan, cair, dan gas yang dihasilkan dari material

organik baik langsung dari tanaman ataupun secara tidak langsung dari proses

Page 34: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

20

industrial, komersial, domestik atau sisa-sisa hasil pertanian (Supraniningsih,

2012).

Biofuel yang berasal dari tumbuhan biasanya disebut dengan bahan bakar

nabati. Bahan bakar nabati (BBN) adalah semua bahan bakar yang berasal dari

minyak nabati. BBN dapat berupa biodiesel, biokerosen, dan biogasolin.

2.7.1 Biodiesel

Biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang termasuk ke dalam bahan

bakar nabati (BBN), bahan bakunya bisa berasal dari berbagai sumber daya alam

yang dapat diperbaharui dan sering disebut dengan FAME (Fatty Acid Methyl

Ester) yang digunakan untuk menggerakan mesin-mesin diesel sebagai pengganti

solar. Bahan bakar nabati ini berasal dari minyak nabati yang di konversi melalui

reaksi kimia, sehingga secara kimia sifatnya sudah berubah dari sifat aslinya

(Musanif et al., 2006).

Biodiesel yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) 7182-2015 yang telah ditetapkan. Berikut mutu

biodiesel dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Standar Mutu Biodiesel (SNI, 2015)

No Parameter Uji Satuan min/maks Persyaratan 1 Massa Jenis pada 40 oC kg/m3 850-890 2 Viskositas kinematik pada 40 oC mm2/s (cSt) 2,3-6,0 3 Angka Setana Min 51 4 Titik Nyala oC, min 100 5 Titik kabut oC, maks 18

6 Residu Karbon -dalam percontohan asli ; atau -dalam 10 % ampas distilasi

% -massa, maks 0,05 0,3

7 Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5

Page 35: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

21

Standar mutu biodiesel pada tabel di atas, menunjukkan sifat fisik dan

kimia biodiesel yakni mudah terbakar dengan sempurna, dan akan meningkatkan

pembakaran apabila dicampurkan dengan minyak diesel dari minyak bumi.

Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang berasal dari minyak nabati, baik

minyak baru maupun minyak hasil penggorengan melalui reaksi esterifikasi atau

transesterifikasi. Reaksi ini merupakan reaksi bolak-balik antara molekul

trigliserida dengan metanol yang menghasilkan alkil ester dan gliserol. Rantai

hidrokarbon pada biodiesel umumnya terdiri dari 16-20 atom karbon

(Supraniningsih, 2012).

2.7.2 Biokerosin

Biokerosin merupakan minyak nabati yang ditunjukkan sebagai pengganti

minyak tanah atau kerosin. Kerosin atau minyak tanah merupakan produk minyak

bumi yang terdiri dari campuran alkana dengan rantai C12H26 – C15H32. Kerosin

memiliki titik didih 150-300 °C, titik nyala 30-40 °C, dan memiliki berat jenis

antara 0,79-0,83 g/cm3 pada 60 °F (Chalid et al., 2005). Komponen utama kerosin

adalah senyawa hidrokarbon jenuh (paraffin), cycloalkanes (naphtha), dan

senyawa aromatik, dimana paraffin adalah komposisi terbesar. Kerosin umumnya

digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga (minyak kompor) dan sebagai

minyak lampu (Arnelli dan Hanani, 2006).

Penggunaan biokerosin sebagai bahan bakar memiliki beberapa

keunggulan diantaranya lebih mudah diperbaharui, dapat mereduksi gas rumah

kaca serta ramah lingkungan (Kasrianti, 2017). Namun biokerosin juga memiliki

kekurangan yakni memiliki densitas dan viskositas yang lebih tinggi dari minyak

Page 36: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

22

tanah, minyak bersifat asam dan nilai kalor lebih rendah dari pada minyak tanah

(Pratiwi et al., 2016).

2.7.3 Biogasolin

Gasolin merupakan suatu campuran yang kompleks yang tersusun atas

hidrokarbon rantai lurus antara 5-12 atom karbon (Sundaryono dan Budiyanto,

2010) dengan rumus kimia CnH2n+2. Sifat fisik dan kimia dari gasolin dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Sifat Fisik dan Kimia Gasolin (ASTDR, 2014)

No Parameter Persyaratan1 Berat molekul 108a

2 Warna Tidak berwana sampai coklat 3 Titik didih Awal, 39 oC Setelah disuling 50%, 110 oC Setelah disuling 90%, 170 oC Titik didih akhir, 204 oC4 Densitas 0,7-0,8 g cm3 b

5 Kelarutan dalam pelarut organik

Larut pada alkohol, eter, kloroform, dan benzene

6 Suhu pengapian 280-486 oC 7 Titik nyala -46 oC

Ket : a Berat molekul rata-rata b Suhu yang tidak spesifik

Biogasolin merupakan jenis gasolin yang berasal dari sumber daya alam

hayati, salah satunya yakni minyak jarak pagar. Bensin memiliki komposisi kimia

yang terdiri dari senyawa hidrokarbon tak jenuh (olefin), hidrokarbon jenuh

(parafin) dan hidrokarbon siklik atau hidrokarbon aromatik (Saleh et al., 2011).

2.8 Instrumentasi

2.8.1 CHN Analyzer

Analisis untuk mengetahui kandungan unsur-unsur, yaitu C, H, dan N

pada karbon aktif menggunakan alat instumentasi CHN analyzer yang didasarkan

Page 37: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

23

pada metode pengujian ASTM D537316. Analisis ultimate untuk menentukan

kadar karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N) menggunakan alat LECO CHN 2000

dengan teknik infra merah (IR) dan analisis sulfur memakai LECO SC 632

dengan teknik infra merah (IR). Skema kerja alat CHN Analyzer dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema kerja CHN Analyzer (Sari, 2010)

Prinsip kerja dari alat CHN analyzer, yaitu berdasarkan prinsip

pembakaran dengan mengubah bahan organik atau anorganik menjadi produk

pembakaran, kemudian gas hasil reaksi pembakaran berupa senyawa oksida

dilewatkan media reduksi dan mengalir melalui kolom kromatografi dengan

bantuan gas helium. Pada prosesnya dibakar pada temperatur tinggi, lalu gas yang

dihasilkan dari pembakaran tersebut dikontrol dalam tekanan, temperatur, volume

tertentu didalam chamber dan dipisahkan. Gas yang sudah terpisah diukur oleh

detector konduktivitas termal. Hasil dari analisis direpresentasikan sebagai

komponen gas C, H, dan N (%w) (Sari, 2010).

2.8.2 Surface Area Analyzer (SAA)

Surface Area Analyzer merupakan salah satu alat dalam karakterisasi

material katalis. Alat ini digunakan untuk menentukan luas permukaan material,

distribusi pori dari material dan isotherm adsorpsi suatu gas pada suatu material.

Page 38: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

24

Skema kerja SAA (metode BET) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Skema kerja SAA (metode BET) (Matshitse, 2010)

Prinsip kerja dari SAA seperti pada gambar di atas. yaitu berdasarkan pada

siklus adsorpsi dan desorpsi isotermis gas N2 oleh sampel yang berupa serbuk.

Sejumlah volume gas nitrogen yang telah diketahui dimasukkan ke dalam tabung

sampel, maka sensor tekanan akan menghasilkan data tekanan proses yang

bervariasi. Data volume gas yang dimasukkan dengan jumlah telah diketahui dan

data hasil kenaikan tekanan dibuat ke dalam persamaan teori BET (Rosyid et al.,

2012)

Teori BET dikenalkan oleh Stephen Brunauer, Paul Hugh Emmet, dan

Edward Teller sejak tahun 1938. Teori BET ini menjelaskan mengenai fenomena

adsorpsi molekul gas di permukaan zat padat. Banyaknya molekul gas yang

diadsorpsi tergantung dengan luas permukaan zat padat. Metode BET juga dapat

digunakan untuk menentukan porositas suatu zat padat yang berpori (Khairurrijal

dan Abdullah, 2009). SAA metode BET dapat digunakan untuk melakukan

pengukuran luas permukaan dan volume pori dengan metode adsorpsi fisika dari

Page 39: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

25

molekul-molekul gas. Luas permukaan total, Stotal, dan luas permukaan spesifik

yang dinyatakan dengan persamaan :

St = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)

S = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)

Keterangan : N = Bilangan Avogadro (6,02 x 1023) s = Penampang adsorpsi (cross section) V = Volume molar gas adsorben m = Massa molar dari spesies yang teradsorp 2.8.3 X-Ray Diffraction (XRD)

XRD merupakan teknik untuk menentukan sifat fase kristal dan ukuran

kristal, sehingga dapat ditentukan apakah suatu material mempunyai kerapatan

yang tinggi atau tidak (Leofanti et al., 1997). XRD digunakan untuk

mengidentifikasi struktur kristal suatu padatan dengan membandingkan nilai

jarak d (bidang kristal) dan intensitas puncak difraksi dengan data standar.

Rancangan skematik spektrometer sinar-X yang didasarkan atas analisis Bragg

diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Skema kerja XRD (Smallman, 2000)

Skema kerja instrumen XRD seperti pada gambar di atas yaitu seberkas

sinar-X terarah jatuh pada kristal dengan sudut θ dan sebuah detektor diletakakan

untuk mencatat sinar yang sudut hamburannya sebesar θ. Ketika θ diubah,

Page 40: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

26

detektor akan mencatat puncak intensitas yang bersesuaian dengan orde n yang

akan divisualisasikan dalam difraktogram.

Prinsip dasar dari XRD adalah hamburan elektron yang mengenai

permukaan kristal. Bila sinar dilewatkan ke permukaan kristal, sebagian kristal

akan diteruskan ke lapisan berikutnya. Sinar yang dihamburkan akan

berinterferensi secara konstruktif dan destruktif. Hamburan sinar yang

berinterferensi konstruktif inilah yang digunakan sebagai analisis. Prinsip dasar

yang digunakan untuk menentukan sistem kristal adalah dengan menggunakan

persamaan hukum Bragg (Kittel, 1999).

n λ = 2d sin θ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5) Keterangan: d = jarak antar bidang atom yang berhubungan (Å) θ = sudut hamburan n = orde difraksi λ = panjang gelombang dari sinar X

Pengukuran kristalinitas relatif dapat dilakukan dengan membandingkan

jumlah tinggi puncak pada sudut-sudut tertentu dengan jumlah tinggi puncak pada

sampel standar.Analisis karakterisasi katalis untuk mengetahui kritalinitas katalis

dengan menggunaan alat instrumentasi XRD Emperian yang didasarkan pada

metode pengujian ASTM D3906-03.

2.8.4 Fourier Transform Inframerah (FTIR)

FTIR adalah alat instrumen yang dapat mengidentifikasikan situs asam,

gugus fungsi pada suatu sampel dan dianalisis secara kualitatif. Inframerah

merupakan sinar elektromagnetik yang panjang gelombangnya lebih dari cahaya

tampak dan kurang dari mikrogelombang. Daerah inframerah pertengahan, yaitu

pada panjang gelombang 2,5-50 nm atau pada panjang bilangan gelombang 4000-

Page 41: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

27

200 cm-1. Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk,

khususnya rocking, yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000-400

cm-1. Vibrasi tekuk merupakan daerah khusus yang berguna untuk identifikasi

gugus fungsional, sehingga tiap senyawa mempunyai absorbansi yang unik,

sehingga daerah tersebut sering disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint

regio) (Sari, 2010).

Energi yang diadsorp dari radiasi inframerah akan digunakan oleh ikatan

molekul untuk menaikkan energi vibrasi dari ikatan tersebut. Vibrasi suatu ikatan

adalah vibrasi ulur (stretch vibration) dan vibrasi tekuk (bend vibration). Setiap

suatu ikatan kovalen akan menyerap radiasi inframerah pada panjang gelombang

tertentu untuk menaikkan energi vibrasinya. Perbedaan radiasi saat inframerah

masuk dan keluar sampai di deteksi dan hasilnya merupakan spektrum absorbansi

atau transmitansi (Coates, 2000). Skema Kerja FTIR dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Skema Kerja FTIR (Tahid, 1994)

Prinsip kerja instrumen FTIR seperti pada gambar di atas yaitu serapan

dari senyawa dengan tingkat energi vibrasi dan rotasi pada ikatan kovalen yang

mengalami perubahan momen dipole dalam suatu molekul (Gotama, 2012).

Analisis karakterisasi katalis untuk mengetahui gugus fungsi pada katalis

Page 42: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

28

menggunakan alat instumentasi FTIR yang didasarkan pada metode pengujian

ASTM D6348-12e1.

2.8.5 Gas Chromathography Mass Spectrometry (GCMS)

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang

menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk

menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrofometri massa (MS)

untuk menganalisi struktur molekul senyawa analit. Kromatografi gas digunakan

untuk memisahkan senyawa kimia dalam suatu bahan. Komponen yang akan

dipisahkan dibawa oleh suatu gas melalui kolom. Campuran cuplikan akan terbagi

diantara gas pembawa dan fase diam. Fase diam akan menahan komponen secara

selektif berdasarkan koefisien distribusinya, sehingga terbentuk jumlah pita yang

berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom bersama

dengan aliran gas pembawa dan dicatat sebagai waktu oleh detektor. (Mc Nair dan

James, 2009). Skema kerja instrument GCMS dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Skema Alat GCMS (Mc Nair dan James, 2009)

Prinsip kerja dari instrumen ini adalah menguapkan senyawa organik dan

mengionkan uapnya. Molekul-molekul organik ditembak dengan berkas elektron

dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif (ion molekul) yang dapat dipecah

Page 43: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

29

menjadi ion-ion yang lebih kecil. Kemudian molekul organik akan melepaskan

satu elektron dan menghasilkan ion radikal yang mengandung satu elektron tidak

berpasangan. Ion-ion radikal ini akan dipisahkan dalam medan magnet yang akan

menimbulkan arus ion. GCMS biasanya digunakan untuk analisis kuantitatif

senyawa organik yang pada umumnya bersifat mudah menguap atau dapat

diuapkan. Pemisahan yang dihasilkan dari tiap jenis senyawa yang dianalisis

bersifat khas untuk tiap jenis senyawa (Sastrohamidjojo, 1988).

Page 44: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

30  

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dimulai bulan November 2018 sampai Mei

2019 di Laboratorium Lingkungan Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif

Hidayatullah, LIPI Serpong, serta Laboratorium Pengujian ITB.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, furnace,

magnetic strirer, thermo science, grinding mill, desikator, ayakan 60 mesh, satu

set reaktor catalytic cracking, LECO CHN628 ultimate analyzer, Gas

Cromatography Mass Spectroscopy (GCMS) Shimadzu QP 2010, X-Ray

Difraction (XRD) Rigaku MiniFlex 600, Fourier Transform Inframerah (FTIR)

Shimadzu, dan Surface Area Analyzer (SAA) Quantachrome NovaWin.

Bahan-bahan yang digunakan adalah limbah tempurung kelapa yang

diperoleh dari Pasar Blok A Cipete, Jakarta Selatan, minyak jarak pagar

(Tokopedia), H3PO4 pro analysis 85% (Merck), Cr(NO3)3. 9H2O (Merck KGaA,

99.99%), aquadest, dan etanol teknis 70%.

Page 45: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

31  

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Skema Kerja

 

h

Gambar 7. Bagan kerja penelitian

Tempurung Kelapa

1. Dikarbonisasi dalam furnace (T= 450 °C, t= 2 jam)

2. Dihaluskan dengan grinding mill dan diayak karbon dengan ukuran 60 mesh

Karbon H3PO4 3M

sebanyak 300 mL

1. Diaduk dan direndam selama 7 jam 2. Dinetralkan dengan air panas pH 7 3. Dikeringkan dalam oven 110 °C

Karbon Aktif Karakterisasi dengan SAA,

FTIR, XRD, analisis proksimat dan ultimate

Impregnasi basah dengan perbandingan Cr2O3 /C 1/99,

3/97, dan 5/95 (%wt)

Cr(NO3)3.9H2O

1. Diuapkan pada (T= 60 °C t= 3 jam) 2. Dikeringkan katalis Cr2O3/C dalam

oven 120 °C 3. Dikalsinasi dalam furnace

(T= 450 °C, t= 1 jam)

Katalis Cr2O3 /C Karakterisasi dengan

SAA, XRD, dan FTIR

Catalytic cracking didalam reactor batch (T= 375 °C, t= 5 jam, konsentrasi katalis 5%, dan ukuran partikel 180µm.

Minyak jarak 15 mL

Produk Analisa komponen

kimia dengan GCMS

Direndam Aquadest 20 mL selama 4 jam.

Page 46: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

32  

3.3.2 Proses Pembuatan Karbon Aktif (Kurniawan et al., 2014)

Preparasi tempurung kelapa dilakukan dengan cara memisahkan kotoran-

kotoran (kerikil, tanah). Sampel yang sudah dibersihkan, terlebih dulu dibungkus

dengan alumunium foil agar tidak terjadi pembakaran sempurna sehingga

menghasilkan residu berupa karbon. Sampel yang sudah terbungkus alumunium

foil di karbonasi menggunakan furnace pada temperatur 450 °C selama 2 jam agar

sampel menjadi karbon. Karbon yang sudah terbentuk dihancurkan dengan

grinder sampai halus kemudian diayak dengan ayakan 60 mesh, setelah itu

diambil karbon untuk dilakukan proses lebih lanjut.

Sampel yang sudah menjadi karbon ditimbang lalu direndam dalam

larutan dengan konsentrasi bahan pengaktif asam fosfat (H3PO4) yang digunakan

adalah 3 M sebanyak 300 mL, lalu direndam selama 7 jam disertai pengadukan,

setelah itu dibuang larutannya. Karbon aktif yang telah dihasilkan dicuci

menggunakan air panas sampai filtrat mempunyai pH netral (pH 7) diukur

menggunakan kertas pH universal. Jika sudah netral, karbon aktif disaring

menggunakan kertas saring whatman. Setelah disaring, karbon aktif tersebut

dikeringkan dalam oven pada suhu 110 ˚C selama 3 jam, setelah itu karbon siap

untuk dikarakterisasi dengan mengukur luas permukaan (SAA), gugus fungsi

(FTIR), kristanilitas (XRD), analisis proksimat, dan ultimate.

3.3.3 Analisis Proksimat

1. Kadar Air (Moisture) (SNI 1995)

Cawan porselin ditimbang dengan tutupnya sebagai bobot kosong, lalu

ditimbang sampel yang lolos ayakan 60 mesh sebanyak 1 gram dan dimasukkan

ke dalam cawan porselin, serta dicatat bobotnya. Analisis kadar air dilakukan pada

Page 47: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

33  

suhu 105 °C selama 6 jam. Cawan berisi sampel yang telah di oven kemudian

dimasukkan ke dalam desikator. Jika cawan porselin sudah dingin, maka

dikeluarkan dari desikator dan ditimbang, serta dicatat sebagai bobot akhir. Kadar

air dihitung menggunakan persamaan:

KA = x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6)

Keterangan: KA: Kadar air (moisture) (%) W1: Bobot sampel awal (gram) W2: Bobot sampel akhir (gram)

2. Kadar Abu (Ash Content) (SNI 1995)

Cawan porselin ditimbang dengan tutupnya sebagai bobot kosong, lalu

ditimbang sampel yang lolos ayakan 60 mesh sebanyak 1 gram dan dimasukkan

ke dalam cawan porselin, serta dicatat bobotnya. Analisis kadar abu dilakukan

pada suhu 600 °C selama 6 jam. Selanjutnya, cawan porselin dikeluarkan dari

dalam furnace dan segera ditutup dengan tutup porselin, kemudian dimasukkan ke

dalam desikator. Selanjutnya, jika cawan porselin sudah dingin, maka dikeluarkan

dari desikator dan ditimbang, serta dicatat sebagai bobot akhir. Kadar abu dihitung

menggunakan persamaan:

Ac = x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (8)

Keterangan: Ac: Kadar abu (ash content) (%) W1: Bobot sampel awal (gram) W2: Bobot abu (gram)

Page 48: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

34  

3. Kadar Zat Menguap (Volatile Matter) (SNI 1995)

Cawan porselin ditimbang dengan tutupnya sebagai bobot kosong, lalu

ditimbang sampel sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin,

serta dicatat bobotnya. Analisis kadar zat menguap dilakukan dengan furnace

pada suhu 950 °C selama 6 menit. Cawan ditutup serapat mungkin dengan

bantuan kawat. Selanjutnya, cawan porselin dikeluarkan dari dalam furnace, dan

dimasukkan ke dalam desikator. Jika cawan porselin sudah dingin, maka porselin

dikeluarkan dari desikator dan ditimbang, serta dicatat sebagai bobot akhir. Kadar

volatile matter dihitung menggunakan persamaan:

Vm = x 100% . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (7)

Keterangan: Vm: Kadar zat menguap (volatile matter) (%) W1: Bobot sampel awal (gram) W2: Bobot sampel akhir (gram)

4. Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon) (SNI 1998)

Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon selain fraksi air, zat menguap,

dan abu. Analisis proksimat dikerjakan untuk karbon aktif hasil dari karbonisasi

tempurung kelapa. Kadar karbon terikat dihitung dengan menggunakan

persamaan:

Fc = 100% – (Kadar Air + Kadar Abu + Kadar Zat Menguap) % . . . . (9)

Keterangan:

Fc: Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon) (%)

3.3.4 Analisis Ultimate menggunakan CHN Analyzer (ASTM D5373-16)

Kandungan unsur karbon, hidrogen, nitrogen dalam sampel karbon aktif

dianalisis dengan metode analisis ultimate. Analisis ultimate dilakukan dengan

Page 49: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

35  

menggunakan alat CHN analyzer. Alat CHN analyzer dihidupkan, kemudian

diseting kondisi operasi analisis dengan waktu tunggu 2 jam sampai kondisi stabil,

setelah itu dilakukan analisis blanko dan dilakukan kalibrasi dengan sampel

standar.

Kemudian, sebanyak 0,2 gram sampel, yaitu tempurung kelapa sebagai

raw material dan karbon aktif ditimbang dalam crucible keramik, serta dicatat

berat sampel yang dianalisis. Sampel yang terbungkus tin foil ditempatkan pada

loading head untuk dibersihkan. Sampel dibakar dalam combustion furnace tube

pada suhu 950 °C dalam aliran oksigen, sehingga seluruh hidrogen diubah

menjadi uap air, karbon menjadi karbon dioksida dan nitrogen oksida menjadi

nitrogen. Hasilnya dioksidasi dan dilakukan penyaringan partikel pada suhu 850

°C. Uap air dan karbondioksida ditangkap oleh detektor infra red cell (IR cell),

sedangkan nitrogen ditentukan dengan thermal conductivity cell (TC cell) dengan

cara 3 mL dialirkan ke alialiquop loop dengan carrier gas (He) untuk melewati

copper stick pada suhu 700 °C untuk merubah NOx menjadi gas N2, kemudian

dialirkan melalui Lecosorb dan Anhydrone untuk menghilangkan CO2 dan

moisture. Selanjutnya, hasil dalam bentuk % atau ppm. Selain itu, gas belerang

oksida yang terbentuk diserap oleh infra red cells (IR cell) dan kadar belerang

yang diperoleh ditampilkan pada monitor.

3.3.5 Impregnasi Penyangga Katalis (Rahayu et al., 2013)

Impregnasi Cr2O3 pada permukaan karbon teraktivasi dilakukan dengan

menggunakan metode impregnasi basah. Pembuatan katalis sebanyak 30 gram

dilakukan dengan konsentrasi Cr2O3/C berturut-turut 1/99, 3/97, dan 5/95 (%wt).

Masing-masing Cr(NO3)3. 9H2O dilarutkan dengan 20 mL aquadest, selanjutnya

Page 50: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

36  

campuran diaduk dengan magnetic stirer pada suhu ruang hingga menjadi

homogen.

Tabel 7. Komposisi Katalis Cr2O3 /C

Senyawa Komposisi Katalis Cr2O3/C (%wt)

1/99 3/97 5/95

Cr(NO3)3. 9H2O 1,576 4,738 7,890

Karbon Aktif 28,423 25,261 22,109

Impregnasi basah dilakukan dengan merendam karbon aktif dengan

komposisi seperti pada Tabel 7. Campuran diaduk dengan magnetic stirer pada

suhu ruang selama 4 jam, kemudian suhunya dinaikkan menjadi 60 °C selama 3

jam untuk menguapkan kandungan air yang masih terdapat dalam sampel.

Sampel yang masih mengandung air dalam bentuk pasta, dikeringkan pada

suhu 120 °C dalam oven hingga seluruh kandungan airnya menguap dan kering,

kemudian sampel dikalsinasi dalam furnace pada suhu 450 °C selama 1 jam

menggunakan cawan porselin. Karbon aktif yang telah terimpregnasi logam Cr2O3

(Cr2O3/C) dikarakterisasi untuk melihat perbedaan menggunakan instrumen XRD

(X-Ray Difractometer) untuk mengetahui kristalinitas, SAA (Surface Area

Analyzer) untuk melihat luas permukaan, dan FTIR untuk menentukan gugus

fungsi dan situs asam katalis. Katalis Cr2O3/C yang dihasilkan kemudian diuji

keaktifannya pada catalytic cracking minyak jarak pagar.

3.3.6 Karakterisasi Katalis

3.3.6.1 Surface Area Analyzer (SAA) (ASTM D3663-03)

Sampel ditimbang biasanya berkisar 0,1 sampai 0,5 gram kemudian

ditimbang tabung kosong, selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam tube kosong.

Persiapan utama dari sampel sebelum dianalisis adalah dengan menghilangkan

Page 51: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

37  

gas–gas yang terjerap (degassing). Biasanya degassing dilakukan selama 2 jam

dengan suhu 200 ℃ sambil dialirkan gas N2 200 Kpa, kemudian didinginkan.

Setelah degassing, maka sampel dapat langsung dianalisis. Sebelum dimulai

analisis, perlu ditimbang berat sampel setelah degassing supaya benar–benar

diketahui berat sampel sebenarnya setelah dibebaskan dari gas – gas yang terjerap.

Kemudian yang perlu dilakukan sebelum menjalankan analisis biasanya adalah

mengisi kontainer pendingin (tabung dewar) dengan gas cair N2. Gas N2 dialirkan

pada 200 Kpa dan gas H2 20 Psi. Kondisi analisis kemudian disesuaikan. Waktu

analisis bisa berkisar ± 5 jam untuk satu sampel.

3.3.6.2 X-Ray Diffraction (XRD) (Suryanarayana dan Norton, 1998)

Sampel dihaluskan sebelum pengujian dan dipreparasi pada plat sampel.

Uji kristalinitas dilakukan dengan menggunakan alat instrumentasi XRD

Empyrean PAN alytical menggunakan radiasi Cr dengan kondisi uji sampel

katalis Cr2O3/C pada tegangan 40 kV dan arus 25 mA dengan rentang sudut 5-90°.

Difraktogram yang dihasilkan akan memberikan informasi mengenai fase kristalin

penyangga katalis dan katalis.

3.3.6.3. Fourier Transform Infrared (FTIR) (ASTM D6348-12e1)

Analisis dengan menggunakan alat instrumentasi FTIR dilakukan pada

Cr2O3/C. Mula-mula, sampel diencerkan dengan KBr dengan perbandingan

sampel:KBr, yaitu 1:10. Sampel diukur dengan parameter persen absorbansi dan

persen transmitannya pada rentang panjang bilangan gelombang 500–4000 cm-1.

3.3.7 Uji Aktivitas Katalis pada Catalytic Cracking Minyak Jarak Pagar

Sebanyak 15 mL minyak jarak pagar dan 0,75 gram Cr2O3/C (5% dari

bobot sampel) dimasukkan ke dalam reaktor. Pemanas reaktor dijalankan hingga

Page 52: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

38  

mencapai suhu 375 oC, selanjutnya pengaduk dinyalakan dan waktu reaksi

dihitung selama 5 jam. Produk dkeluarkan dari reaktor, disaring dan diuji

komposisi kimianya menggunakan GCMS.

3.3.8 Analisis Senyawa Kimia Produk dengan GCMS

Biofuel dianalisis menggunakan GCMS Shimadzu QP 2010. Sebanyak 1

µL sampel cair diinjeksikan dengan injector ke dalam kolom melalui injection

port. Sampel akan berinteraksi dengan fase diam (DB5-MS UI, 30 m ; 0,25 mm ;

0,25 µm) dalam kolom, kemudian fase gerak (gas Helium) akan membawa sampel

sampai ke detektor dan menghasilkan kromatogram melalui sistem operasi

komputer. Data yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan standar yang ada

dalam library sehingga dapat ditentukan senyawa kimianya. Hasil pengujian

dengan GCMS, selanjutnya dihitung selektivitasnya pada masing-masing hasil

cracking dengan variasi katalis Cr2O3/C. Selektivitas biofuel (Ashokkumar et al.,

2018) dapat dihitung dengan rumus:

% Selektivitas = x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

(10) Area biofuel

Ʃ Area total produk

Page 53: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

39  

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Hasil Analisis Proksimat Karbon Aktif

Analisis proksimat karbon aktif meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat

mudah menguap, dan kadar karbon terikat (%w). Hasil analisis proksimat karbon

aktif dapat dilihat pada Tabel 8 dan secara rinci pada Lampiran 2.

Tabel 8. Analisis Proksimat Karbon Aktif

Parameter Analisis Proksimat (%) Kadar (%) SNI 06-3730-1995 (%)Kadar Air 9,756 Maks. 15 Kadar Abu 0,961 Maks. 10

Kadar Zat Menguap 22,660 Maks. 25 Kadar Karbon Terikat 66,623 Min. 65

Hasil analisis proksimat pada Tabel 8 menunjukkan kadar air pada karbon

aktif yang dihasilkan 9,756% dan memenuhi standar SNI 06-3730-1995, yaitu

maksimal 15%. Kadar air yang dihasilkan relatif kecil, hal ini menunjukkan

bahwa kandungan air dalam karbon aktif lebih dahulu hilang selama proses

dehidrasi dan karbonisasi. Kandungan air karbon aktif yang kecil dapat

meningkatkan kualitas dari daya adsorpsi yang dimilikinya (Suhendrawati et al.,

2013).

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis karbon

aktif. Kadar air berpengaruh besar dalam proses karbonisasi dan sifat karbon

terutama pengaruhnya terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar

air karbon maka akan mengakibatkan nilai kalornya akan semakin rendah. Karbon

yang memiliki kualitas yang baik yaitu karbon dengan nilai kalor atau panas

Page 54: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

40  

pembakaran tinggi, sehingga tidak mengeluarkan asap pada saat pembakaran

(Hendra dan Winarni 2003).

Kadar abu dari tempurung kelapa yang dikarbonisasi pada suhu 450 °C

sebesar 0,961% memenuhi standar SNI 06-3730-95, yaitu maksimal 10%. Nilai

kadar abu menunjukkan jumlah sisa dari akhir proses pembakaran berupa zat – zat

mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran. Sisa mineral yang tertinggal

pada saat dibakar, karena bahan alam sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif

tidak hanya mengandung senyawa karbon, tetapi juga mengandung beberapa

mineral, dimana sebagian dari mineral ini telah hilang pada saat karbonisasi,

sebagian lagi diduga masih tertinggal dalam karbon aktif (Suhendrawati et al.,

2013). Garam-garam mineral yang terdapat dalam abu, diantaranya yaitu natrium,

kalsium, vanadium, magnesium, silikon, besi, nikel, dan aluminium. Kandungan

abu sangat berpengaruh pada kualitas karbon aktif. Keberadaan abu yang

berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori karbon aktif,

sehingga luas permukaan karbon aktif menjadi berkurang (Schroder et al., 2007).

Kadar zat menguap dalam karbon aktif sebesar 22,660% memenuhi

standar SNI 06-3730-95, yaitu maksimal 25%. Kadar zat menguap menunjukkan

hasil dekomposisi zat – zat penyusun karbon akibat proses pemanasan selama

karbonisasi dan bukan komponen penyusun karbon (Pari, 2004). Karbon dengan

kadar zat menguap yang tinggi akan menghasilkan asap pembakaran yang tinggi

pula pada saat karbon tersebut digunakan. Penurunan kadar zat menguap seiring

dengan meningkatnya suhu karbonisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hendra

(2000) bahwa besarnya kadar zat menguap ditentukan oleh waktu dan suhu

karbonisasi. Jika proses karbonisasi lama dan suhunya dinaikkan, maka akan

Page 55: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

41  

semakin banyak zat yang menguap, sehingga akan diperoleh kadar zat menguap

yang semakin rendah.

Kadar karbon terikat dalam karbon aktif sebesar 66,623% memenuhi

standar SNI 06-3730-95, yaitu minimal 65%. Menurut Hendra dan Winarni

(2003), kadar karbon terikat menunjukkan fraksi karbon (C) yang terikat selain

fraksi air, zat mudah menguap dan abu. Hasil penelitian Vantyca (2017) bahwa

analisis proksimat karbon aktif memiliki kandungan kadar air 2,35%, kadar zat

menguap 38,59%, kadar abu 3,67%, dan kadar karbon terikat sebesar 55,378%.

Fauziah (2009) memperoleh kadar air 2,33%, kadar zat menguap 16,23%, kadar

abu 17,95% dan kadar karbon terikat 65,80%. Jika dibandingkan dengan hasil

penelitian bahwa perolehan kadar karbon terikat sebesar 66,623%.

Kadar karbon terikat akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu

dan waktu karbonisasi. Hal ini karena, pada suhu karbonisasi yang lebih tinggi

molekul air dan kandungan volatil menguap lebih banyak, sehingga kadar karbon

terikatnya semakin meningkat. Menurut Pari (1996), bahwa tinggi rendahnya

kadar karbon terikat dipengaruhi oleh nilai kadar air, kadar zat mudah menguap,

kadar abu, dan senyawa hidrokarbon yang masih menempel pada permukaan

karbon aktif. Tingginya kadar karbon yang terikat menunjukkan bahwa fraksi

karbon yang terikat di dalam masih tinggi.

4.2 Hasil Analisis Ultimate Karbon Aktif

Analisis ultimate karbon aktif meliputi, kadar C, H, dan N (%w). Berikut

pada Tabel 9 adalah hasil analisis ultimate karbon aktif.

Page 56: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

42  

Tabel 9. Hasil analisis ultimate karbon aktif

Kadar Hasil Analisis (%) C 65,422 H 3,384 N 0,465

Berdasarkan hasil analisis, unsur C mendominasi kandungan karbon aktif.

Naiknya unsur C dibarengi dengan turunnya kadar unsur H dan N. Hasil yang

diperoleh dari analisis ultimate kandungan C dalam karbon aktif sebesar 65,422%

memenuhi standar kualitas karbon aktif berdasarkan Standar Nasional Indonesia

(SNI) 06-3730-1995, yaitu minimal 65% untuk karbon aktif bentuk serbuk.

Menurut Bledzky et al., (2010) kandungan karbon tempurung kelapa pada analisis

ultimate sebesar 74,3%, dibandingkan dengan hasil penelitian diperoleh bahwa

kandungan C pada karbon aktif, yaitu 65,422% lebih rendah. Kandungan C

yang lebih rendah, disebabkan karena molekul air dan volatile matter yang

menguap tidak terlalu banyak selama proses karbonisasi, hal ini menyebabkan

kandungan C dalam karbon aktif berada pada batas ambang sesuai SNI.

Kandungan hidrogen pada karbon aktif yang dihasilkan yaitu 3,384%,

dibandingkan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh Bermudez et al., (2010)

kandungan hidrogen sebesar 0,5%. Kandungan hidrogen yang besar dalam karbon

aktif, mengindikasikan bahwa banyaknya molekul air yang terperangkap dalam

pori- pori karbon aktif selama proses aktivasi. Kandungan hidrogen dalam karbon

aktif yang tinggi akan menyebabkan hidrogen sulit untuk dilepaskan. Hal ini

karena, molekul air lebih dahulu keluar dari pori-pori selama proses karbonisasi,

sehingga kandungan hidrogen dalam karbon aktif menjadi lebih kecil. Iskandar

dan Pambayun (2012) menyatakan bahwa semakin rendah kandungan hidrogen

Page 57: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

43  

dalam biomassa, maka akan semakin mudah hidrogen tersebut dilepaskan saat

proses karbonisasi.

Hasil penelitian diperoleh bahwa kandungan nitrogen pada karbon aktif,

yaitu 0,465%. Bermudez et al., (2010) melaporkan kandungan nitrogen hasil

analisis ultimate dari tempurung kelapa komersil sebesar 0,5%. Kandungan

nitrogen pada sampel biomassa berhubungan erat dengan udara yang dibutuhkan

saat proses pembakaran. Menurut Patabang (2012) bahwa semakin rendah

kandungan nitrogennya, maka akan semakin lama biomassa tersebut terbakar,

begitupun sebaliknya. Kandungan nitrogen dalam karbon aktif yang rendah ini

akan membutuhkan udara yang lebih banyak untuk melangsungkan proses

pembakaran agar tetap terjadi.

4.3 Karakteristik Katalis

4.3.1. Hasil Analisis Kristanilitas dengan XRD

Karakterisasi karbon aktif dan ketiga katalis Cr2O3/C dilakukan

menggunakan instrumen XRD bertujuan untuk mengetahui kristanilitas, dan

keberhasilan impregnasi yang dilakukan. Hasil analisis XRD pada penelitian ini

akan dibandingkan dengan data dari JCPDS (Joint Committee of Powder

Diffraction Standar). Hasil difraktogram pada Gambar 9 dapat diketahui bahwa,

karbon aktif mempunyai fasa amorf. Septiani et al., (2015) juga menentukan pola

difaktogram karbon aktif yang diperoleh bentuknya tidak beraturan, dan tidak

dihasilkan puncak-puncak spesifik, yang merupakan ciri dari amorf. Difraktogram

karbon aktif dan katalis Cr2O3/C 1, 3, dan 5% dapat dilihat seperti pada Gambar 9.

Page 58: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

44  

Gambar 9. Difraktogram karbon aktif dan katalis Cr2O3/C 1, 3, dan 5%

Pada katalis Cr2O3/C difraktogram sudut-sudut yang dihasilkan bervariasi.

Menurut Landia (2012) tiap-tiap kristal memberikan pola khusus sehingga posisi

puncak dalam difraktogram merupakan petunjuk akan kehadiran senyawa tertentu,

dalam penelitian ini adalah senyawa Cr2O3. Berikut pada Tabel 10 dapat dilihat

perbandingan sudut dan intensitas katalis Cr2O3/C 1/99, 3/97, dan 5/95 (%wt).

Tabel 10. Sudut dan Intensitas Katalis Cr2O3/C 1/99, 3/97, dan 5/95 (%wt).

Cr2O3/C 1% Cr2O3/C 3% Cr2O3/C 5% 2θ (deg) Intensitas 2θ (deg) Intensitas 2θ (deg) Intensitas 24,27° 10,0 24,80° 292,6 24,43° 422,9 33,61° 6,1 33,46° 179,5 33,47° 259,4

36,21° 2,7 36,20° 78,1 36,25° 112,9

Hasil ini sesuai dengan JCPDS No. 84-1616 yang menunjukkan puncak

khas Cr2O3 dengan sistem kristal rhombohedral, dengan indeks hkl (012, 104, dan

110). Puncak Cr2O3 muncul pada daerah 24,52°; 33,61°; 36,25°. Rahmani et al.,

••

••

• 

• 

• Cr2O3 

• 

Cr2O3/C 1% 

Karbon aktif

Cr2O3/C 3% 

Cr2O3/C 5% (012) 

(104) (110)

(012) 

(104) (110)

(012) 

(104) (110)

Page 59: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

45  

(2015) melaporkan dalam penelitiannya, puncak Cr2O3 muncul pada 2θ 24,5°;

33,6°; 36,2°; 41,5°; dan 50,2°. Menurut Kadarwati, (2010) puncak-puncak

difaktogram Cr2O3 yang muncul pada 2θ yaitu 24,880°; 33,800°; dan 50,580°.

Menurut Landia (2012) puncak difaktogram Cr2O3 yang muncul pada 2θ

sekitar 33° dan 54°. Sudut dan intensitas katalis pada Tabel 10 menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan intensitas Cr2O3 seiring bertambahnya komposisi Cr2O3

yang diembankan pada karbon aktif. Barokah (2014) juga menemukan bahwa

semakin banyak komposisi logam yang ditambahkan dalam pori-pori penyangga

katalis, maka difaktogramnya memiliki intensitas yang semakin besar.

4.3.2. Hasil Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR

Analisis FTIR terhadap karbon aktif sebelum dan setelah diimpregnasi

dengan Cr2O3 bertujuan untuk melihat gugus fungsi dan perubahan gugus fungsi

yang terdapat dalam katalis. Katalis karbon aktif dan Cr2O3/C dianalisis pada

rentang bilangan gelombang 400-4000 cm-1.

Gambar 10. Spektrum karbon aktif dan Cr2O3/C

Page 60: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

46  

Spektrum hasil analisis pada Gambar 10 dan Lampiran 7, diperoleh pita

serapan terbesar pada bilangan gelombang 3637,75 cm-1 menunjukkan adanya

gugus fungsi O-H. Menurut Septiani et al., (2015) puncak serapan pada

bilangan 3600 – 2400 cm-1 merujuk pada O-H stretching mengindikasi adanya

gugus fungsi O-H hidroksil yang merupakan situs asam Bronsted. Sebelum

diimpregnasi dengan Cr2O3, penyangga karbon aktif memiliki puncak serapan

pada 1710,86 cm-1 dan juga muncul serapan pada 1433,11 cm-1 yang merupakan

situs Lewis. Sisi asam Bronsted yaitu sisi yang mendonorkan proton sedangkan

sisi asam Lewis adalah sisi yang menerima pasangan elektron (Savitri et al.,

2016).

Pita serapan terbesar pada bilangan gelombang 1716,65 cm-1 menunjukkan

adanya gugus fungsi C=O karbonil, yang merupakan situs asam Bronsted.

Menurut Wijayanti, (2016) puncak serapan pada bilangan 1820–1600 cm-1

mengindikasikan keberadaan gugus C=O karbonil. Adanya ikatan C=O karbonil

menunjukkan bahwa terdapat sebagian selulosa yang belum terkarbonisasi

menjadi karbon (Yanti, 2016).

Pita serapan terbesar pada bilangan gelombang 1591, 27 cm-1 menunjukkan

adanya gugus fungsi C=C aromatik, yang merupakan situs asam Lewis. Menurut

Anggun et al., (2018) puncak serapan pada bilangan 1500–1400 cm-1

mengindikasikan keberadaan gugus C=C yang menunjukkan adanya peningkatan

kadar karbon. Ikatan C=C aromatik merupakan senyawa penyusun struktur

heksagonal karbon aktif yang terbentuk akibat proses karbonisasi dan aktivasi

(Pari, 2011).

Page 61: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

47  

Pita serapan terbesar pada bilangan gelombang 819,75 cm-1 menunjukkan

adanya gugus fungsi C-H aromatik. Pita serapan pada bilangan gelombang 810–

751 cm-1 yang menunjukkan gugus fungsi C-H aromatik. Daerah serapan sekitar

500-400 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi tekuk C-H bending pada karbon aktif.

Serapan pada daerah ini ditunjukkan oleh semua karbon aktif yang belum dan

telah diimpregnasi dengan oksida logam kromium. Namun, pada serapan ini

terjadi pergeseran pada masing-masing katalis, akibat dari Cr2O3 yang terdispersi

ke dalam struktur karbon aktif (Abidin et al., 2013).

Spektrum FTIR pada Gambar 10. menunjukkan bahwa tidak ada

perubahan posisi pita serapan yang signifikan setelah diimpregnasi dengan Cr2O3,

namun sedikit terjadi pergeseran dalam posisi pita serapan terutama untuk pita

dimana berada pada kisaran 400–1000 cm-1 dan pada kisaran 2000 cm-1 akibat dari

Cr2O3 yang teradsorpsi ke dalam struktur karbon aktif. Katalis Cr2O3/C 1%, 3%,

dan 5% (%wt) muncul serapan baru pada bilangan gelombang sekitar 800 cm-1

yaitu 879,54; 881,47; dan 879,54 cm-1.

Serapan baru juga terlihat pada panjang gelombang 2054,19; 2027,19;

2002,11 cm-1 yang menunjukkan vibrasi Cr–O pada Cr2O3 . Menurut Nur (2012)

pada panjang gelombang 2283,72 cm-1 menunjukkan vibrasi Cr-O pada Cr2O3,

dengan adanya serapan tersebut mengidentifikasikan bahwa terbentuk Cr2O3.

Farhad (2015) melaporkan bahwa memasukkan kation logam transisi ke dalam

struktur penyangga, hanya menyebabkan sedikit perubahan pada posisi pita

serapan. Situs asam-basa Lewis dan Bronsted sangat penting dalam reaksi

katalitik, karena dapat terjadi donor-akseptor elektron yang dibutuhkan dalam

reaksi perengkahan katalitik (Dewi dan Novriyansyah, 2016).

Page 62: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

48  

4.3.3. Hasil Analisis Luas Permukaan dengan SAA

Karakterisasi katalis karbon aktif dan Cr2O3/C 1, 3, dan 5% (%wt) dengan

instrumen SAA (Surface Area Analyzer) menggunakan metode BET, bertujuan

untuk mengetahui luas permukaan katalis yang didasarkan pada data adsorpsi-

desorpsi isoterm. Hasil karakterisasi SAA dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Luas permukaan karbon aktif dan Cr2O3/C

Katalis Luas Permukaan (m2/g) Karbon aktif 8,930 Cr2O3/C 1% 47,205Cr2O3/C 3% 50,562Cr2O3/C 5% 38,931

Tabel 11 memperlihatkan luas permukaan pada karbon aktif sebelum

diimpregnasi memiliki luas permukaan 8,930 m2/g sedangkan karbon aktif yang

telah diimpregnasi dengan Cr2O3 1, 3, dan 5% berturut-turut menghasilkan luas

permukaan sebesar 47,205; 50,562; dan 38,931 m2/g. Pengaruh impregnasi logam

Cr2O3 pada permukaan pori-pori penyangga menyebabkan terbentuknya agregat

dan terjadi pembentukan luas permukaan yang baru menjadi lebih besar. Menurut

Rodenas et al.,(2004) luas permukaan katalis Cr/karbon aktif lebih besar

dibandingkan dengan karbon aktif, hal ini disebabkan karena pori-pori menjadi

lebih terbuka setelah dilakukan aktivasi kimia dan impregnasi dengan logam Cr

yang membuat luas permukaan katalis menjadi bertambah besar.

Luas permukaan katalis Cr2O3/C 5% adalah 38,931m2/g lebih kecil

dibandingkan dengan katalis Cr2O3/C 1 dan 3%. Daryoso et al., (2012)

melaporkan penurunan luas permukaan katalis, disebabkan oleh penambahan

konsentrasi logam yang semakin banyak, maka terjadi kompetisi berdifusi ke

Page 63: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

49  

dalam pori penyangga. Pada penelitian ini, penurunan luas permukaan

menyebabkan Cr2O3 tidak terdispersi merata pada permukaan karbon aktif.

Karbon aktif dapat mencegah aglomerasi antara partikel-partikel oksida

logam, dimana oksida logam menyebar dan menempel pada permukaan katalis

(Septiani et al., 2015). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan luas

permukaan katalis Cr2O3 /C 1 dan 3%. Luas permukaan katalis menggambarkan

permukaan aktif yang dapat berinteraksi dengan reaktan. Molekul reaktan akan

bergerak bebas sebelum mengalami adsorpsi pada permukaan katalis, kemudian

bereaksi menghasilkan produk (Rodiansono et al., 2007).

4.3.4. Hasil Catalytic Cracking Minyak Jarak

Pada penelitian ini dilakukan perengkahan katalitik minyak jarak pagar

menggunakan karbon aktif dan katalis Cr2O3/C. Produk yang dihasilkan dari

reaksi perengkahan katalitik, diuji dengan GCMS untuk menentukan komponen

senyawa kimia yang terkandung dalam produk.

Produk perengkahan minyak jarak pagar mengandung hidrokarbon dengan

jumlah rantai C yang beragam, dimana distribusi produk dikelompokkan

berdasarkan ikatan karbon yaitu ikatan karbon C5 – C11 yang diidentifikasi sebagai

gasolin, ikatan karbon C12 – C15 diidentifikasi sebagai kerosin, serta ikatan karbon

C16 – C20 yang diidentifikasi sebagai diesel (Dewanto et al., 2017). Variasi katalis

yang digunakan pada reaksi perengkahan minyak jarak pagar akan mempengaruhi

aktivitas katalis dalam menghasilkan produk. Kemampuan aktivitas dari suatu

katalis tersebut dapat diketahui dengan menghitung selektivitas biofuel yang

dihasilkan (Lampiran 8).

Page 64: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

50  

Hasil analisis komposisi senyawa yang terkandung pada produk secara

rinci dapat dilihat pada Lampiran 8. Berikut pada Tabel 12 dapat dilihat hasil

selektivitas produk.

Tabel 12. Selektivitas produk biofuel

Katalis Selektivitas

Gasolin Kerosin Diesel Total Biofuel

Karbon aktif 31,718 20,360 15,382 67,46

Cr2O3/C 1% 24,748 14,061 13,014 51,823

Cr2O3/C 3% 30,626 14,597 15,223 60,446

Cr2O3/C 5% 36,961 14,875 15,941 67,777

Penentuan katalis terbaik dapat dilihat dari selektivitas produk yang

dihasilkan. Selektivitas adalah banyaknya produk yang diinginkan dari proses

catalytic cracking minyak jarak pagar. Produk yang diinginkan dari penelitian ini

adalah hidrokarbon rantai terpendek fraksi gasolin (C5 – C11). Berdasarkan

selektivitasnya, katalis Cr2O3/C 5% menghasilkan selektivitas produk yang lebih

baik, dimana gasolin 36,97%, kerosin 14,87%, dan diesel 15,94%.

Fraksi gasolin lebih banyak dihasilkan, dibandingkan dengan katalis

lainnya, hal ini menunjukkan konsentrasi Cr2O3/C 5% memiliki aktivitas yang

lebih baik dalam memutus rantai karbon sehingga fraksi gasolin yang dihasilkan

lebih banyak (Sibarani, 2012). Pada katalis Cr2O3/C 5% lebih baik dalam

menghasilkan selektivitas gasolin, hal ini disebabkan karena intensitas Cr2O3 yang

diembankan pada karbon aktif lebih banyak, antara katalis Cr2O3/C dengan Cr2O3

yang teraglomerasi bekerja dengan baik dalam perengkahan minyak jarak

sehingga menghasilkan fraksi gasolin terbesar.

Page 65: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

51  

Perolehan fraksi gasolin terbesar kedua setelah katalis Cr2O3/C 5% adalah

menggunakan karbon aktif. Situs aktif yang terdapat pada karbon aktif tersebut

yang bekerja dalam perengkahan minyak jarak pagar. Selektivitas gasolin yang

dihasilkan menggunakan Cr2O3/C 1, dan 3% mengalami peningkatan seiring

dengan bertambahnya luas permukaan katalis. Hasil analisis tersebut dapat

disimpulkan bahwa dengan penambahan Cr2O3 pada karbon aktif dapat

meningkatkan selektivitas gasolin.

Rodiansono et al., (2007) melaporkan bahwa luas permukaan katalis

menggambarkan permukaan aktif yang dapat berinteraksi dengan reaktan. Pola

aktivitas katalis ini beragam bila dilihat dari hasil selektivitasnya, hal ini karena

hasil perengkahan dipengaruhi oleh konsentrasi pengembanan logam, luas

permukaan, maupun keasamannya (Savitri et al., 2016). Yolanda (2018)

melakukan catalytic cracking minyak jarak pagar (Jatropha curcas L) menjadi

biofuel menggunakan katalis zeolit alam menghasilkan selektivitas gasolin sebesar

34,52%, kerosin sebesar 11.87% dan diesel sebesar 13,64%. Barot et al., (2014)

melakukan sintesis biofuel dari cracking minyak jarak pagar menggunakan ZrO2

/alumino silikat pada suhu 380°C selama 1 jam. Produk utama terdiri dari

hidrokarbon cair dan gas selain karbon dioksida dan air. Biofuel terbaik yang

dihasilkan adalah gasolin sebesar 68%. Jika dibandingkan dengan ke-2 penelitian

diatas maka katalis Cr2O3/C dapat digunakan untuk catalytic cracking minyak

jarak pagar menghasilkan fraksi gasolin yang baik sebesar 36,97%.

Proses perengkahan katalitik minyak jarak pagar dapat terjadi melalui 2

tahapan yakni tahap pertama yang mana pada tahap ini ditandai dengan

pembentukan oxygenated component (senyawa dengan atom oksigen dirumus

Page 66: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

52  

molekulnya) seperti asam lemak, keton, aldehid, ester dan lainnya yang

disebabkan oleh dekomposisi molekul trigliserida (Molero et al., 2010). Hal ini

dibuktikan dengan adanya asam lemak pada hasil perengkahan minyak jarak

pagar yang terkandung dalam produk pada hasil analisis GCMS. Reaksinya

sebagai berikut:

R1COOH + R2CH2CH3 + R3COOCH3 + CO2

Gambar 11. Dekomposisi molekul trigliserida

 

Tahap kedua yaitu ditandai dengan perengkahan oxygenated component

untuk membentuk hidrokarbon (Da Mota et al., 2014 ; Li et al., 2009). Senyawa

dengan atom oksigen di rumus molekulnya (asam lemak dan ester) akan

mengalami pemecahan ikatan C-O dan C-C melalui reaksi pemutusan rantai

karbon pada posisi beta. Pemutusan ikatan C-O dan C-C ini melalui 2 rute reaksi

yakni reaksi dekarboksilasi dan reaksi dekarbonilasi. Reaksi dekarboksilasi

merupakan reaksi pemutusan ikatan karboksilat sehingga menghasilkan gas CO2

dan juga hidrokarbon (Zhao et al., 2015). Reaksi dekarboksilasi contohnya pada

asam stearat pada minyak jarak pagar menjadi heptadekana hasil perengkahan

sebagai berikut:

C17H35COOH → C17H36 + CO2

Reaksi dekarbonilasi merupakan reaksi yang mengindikasikan pelepasan

gugus ester sehingga menghasilkan hidrokarbon, CO, dan H2O (Zhang et al.,

H+

dekomposisi

H2C—O—C—R1

H2C—O—C—R2

H2C—O—C—R3

O

O

O

Page 67: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

53  

2014). Reaksi dekarbonilasi contohnya pada asam andekanoat menjadi dekana

hasil perengkahan sebagai berikut:

C11H22O2→C10H20 + H2O + CO

Setiap proses cracking memiliki rute reaksi yang berbeda, tergantung

dengan ikatan rangkap pada rantainya. Pada asam lemak tidak jenuh biasanya

terjadi pemutusan ikatan C-C pada posisi α dan β, sedangkan pada asam lemak

jenuh terjadi proses reaksi dekarboksilasi dan dekarbonilasi sebelum pemutusan

ikatan C-C (Molero et al., 2012). Pada proses ini akan dihasilkan senyawa olefin

dan juga parafin.

Beberapa hidrokarbon yang dihasilkan akan mengalami reaksi

polimerisasi. Reaksi ini terjadi karena waktu perengkahan yang relatif lama serta

suhu yang terlalu tinggi sehingga dapat menghasilkan fraksi berat (residu) (Cheng

et al., 2016). Sifat-sifat dari katalis, kondisi reaksi serta bahan baku dapat

menghasilkan selektivitas dan produk yang berbeda-beda (Molero et al., 2010).

Page 68: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

54  

BAB V

PENUTUP

 

5.1 Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Hasil analisis proksimat dan ultimate memenuhi SNI 06-3730-1995 yaitu

kadar karbon terikat hasil analisis proksimat sebesar 66,623% dan

kandungan C karbon aktif dalam analisis ultimate sebesar 65,422%.

2. Hasil XRD menunjukkan karbon aktif termasuk jenis amorf dan muncul

puncak khas Cr2O3 muncul pada daerah 24,52°; 33,61°; 36,25°. Daerah

serapan 400–1000 cm-1 dan pada kisaran 2000 cm-1 menunjukkan adanya

peregangan Cr-O akibat dari Cr2O3 yang teradsorpsi ke dalam struktur

karbon aktif. luas permukaan pada karbon aktif sebesar 8,930 m2/g

sedangkan katalis Cr2O3 1, 3, dan 5% berturut-turut menghasilkan luas

permukaan sebesar 47,205; 50,562; dan 38,931 m2/g.

3. Berdasarkan reaksi perengkahan katalitik minyak jarak pagar, konsentrasi

katalis Cr2O3 yang terbaik adalah 5% dengan selektivitas gasolin 36,97%,

kerosin 14,87%, serta diesel 15,94%.

5.2 Saran

Perlu dilakukan optimasi suhu dan waktu pada catalytic cracking minyak

jarak pagar untuk menghasilkan selektivitas fraksi biofuel yang optimal.

Page 69: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

55  

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z, Siti M. 2013. Karakterisasi dan Identifikasi Gugus Fungsi dari karbon Cangkang kelapa Sawit dengan Metode Methano-pyrolysis. Jurnal Dinamika Penelitian Industri. 24 (2): 108-113.

Anggun, Gewa H, Seri M. 2018. Perbandingan Gugus Fungsi dan Morfologi Permukaan Karbon Aktif dari Pelepah Kelapa Sawit menggunakan Aktivator H3PO4 dan HNO3 . Jurnal Teknik Kimia USU. 7 (1): 16-20.

American Standards Testing and Material (ASTM). 1982. Standards Test Method for Surface Area of Catalyst and Catalyst carriers. Annual Book of ASTM Standards D3663-03. Philadelphia.

American Standards Testing and Material (ASTM). 2012. Standard Test Methods for Determination of Carbon, Hydrogen and Nitrogen in Analysis Samples of Coal and Carbon in Analysis Samples of Coal and Coke. Annual Book of ASTM Standards D5373 – 16. Philadelphia.

American Standards Testing and Material (ASTM). 2012. Standard Test Method for Determination of Gaseous Compounds by Extractive Direct Interface Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy. Annual Book of ASTM Standards D6348-12e1. Philadelphia.

American Standards Testing and Material (ASTM). 2013. Standard Test Method for Determination of Relative X-ray Diffraction Intensities of Faujasite- Type Zeolite-Containing Materials. Annual Book of ASTM Standards D3906-03. Philadelphia.

Arnelli, Hanani A. 2006. Perbaikan Mutu Fraksi Kerosin melalui Proses Adsorpsi oleh Karbon Aktif. Kimia Sains dan Aplikasi. 9(2):30-34.

Arsad E, Saibatul H. 2010. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Karbon Aktif untuk Industri. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan. 2(2). 43-51

Ashokkumar S, Vivekanandan G, Krishnamurthy KR, Viswanathan B. 2018. Bimetallic Co-Ni/TiO2 Catalyst for Selective Hydrogeneration of Cinnamaldehyde. Research on Chemical Intermediates. 44: 6703-6720

ASTDR. 2014. Chemical and Physical Information. Identity, 3–7.

Barokah S. 2014. Aktivitas Fotokatalitik CuO/ZnO pada Reaksi Oksidasi Fenol. [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Barot S, Nawab M, Bandyopadhyay R. 2014. Biofuel Synthesis by Jatropha Oil Cracking using Solid Acid Catalyst. International Conference on Multidisciplinary Research & Practice. 1(7): 302-305.

Page 70: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

56  

Bledzky AK, Mamun AA, Volk J. 2010. Barley Husk and Coconut Shell Reinforced Polypropylene Composites: The Effect of Fibre Physical, Chemical and Surface Properties. Composites Science and Technology. 70: 840-846.

Bermudez JM, Fidalgo B, Arenillas A, Menede JA. 2010. Dry Reforming of Coke Oven Gases Over Activated Carbon to Produce Syngas for Methanol Synthesis. Journal of Elsevier Fuel. 89: 2897-2902.

Cheng S, Wei L, Zhao X, Julson J. 2016. Aplication, Deactivation, and Regeneration of Heterogeneous Catalysts in Bio-Oil Upgrading. Catalyst. 195(6), 1–24.

Chalid M, Saksono N, Darsono N. 2005. Studi Pengaruh Magnetisasi Sistem Dipol terhadap Karakteristik Kerosin. Makara, Teknologi. 8(1): 36–42.

Cotton FA. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Coates J. 2000. Interpretation of Infrared Spectra, A Pratical Approach. USA: John Willey & Sons Ltd, Chichester.

Da Mota SDP, Mancio AA, Lhamas DEL, De Abreu DH, Da Silva MS, Dos Santos WG, Machado NT. 2014. Production of Green Diesel By Thermal Catalytic Cracking Of Crude Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq) in a pilot plant. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis. 110(1): 1–11.

Daryoso K, Wahyuni S, Saputro SH. 2012. Uji Aktivitas Katalis Ni-Mo/Zeolit pada reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah Plastik. Indonesian Journal of Chemical Science. 1(1): 51-54.

Dewanto MAR, Januartrika AA, Dewajani H, Budiman A. 2017. Synthesis Catalytic and Thermal Cracking Processes of Waste Cooking Oil for Bio-gasoline Synthesis. International Conference on Chemistry Procces and Enggineering (IC3PE). 20099: 1–8.

Dewi TK, Novriyansyah T. 2016. Pengaruh Rasio Reaktan pada Impregnasi dan Suhu Reduksi terhadap Karakter Katalis Kobalt/Zeolit Alam Aktif. Jurnal Teknik Kimia. 22(3): 34-42.

Dwiatmoko AA, Zhou L, Kim I, Choi J, Suh DJ, Ha J. 2016. Hydro deoxygenation of Lignin Derrived Monomers and Lignocellulose. Pyrolysis Oil on The Carbon Supported Ru Catalyst. Catalysis Today. 6(1): 8286-8307

Faadeva VP, Tikhova VD, Nikulicheva ON. 2007. Elemental Analysis of Organic Compounds with The Use of Automated CHNS Analyzers. The Journal of Analytical Chemistry. 11: 1094-1106.

Fanani Z, Rohendi D, Dewi TKA, Dzulfikar M, Said M. 2016. Preparation and Characterization of Catalyst Cr/Activated Carbon from Palm Empty Fruit Bunch. Indonesia Journal of Fundamental and Applied Chemistry. 35–41.

Page 71: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

57  

Farhad Q. 2015. The beneficial utilization of natural zeolite in preparation of Cr / clinoptilolite nanocatalyst used in CO2-oxidative dehydrogenation of ethane to ethylene. Journal of Industrial and Engineering Chemistry. 2563:1–14.

Fauziah N. 2009. Pembuatan Arang Aktif Secara Langsung Dari Kulit Acacia mangium Wild dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya Sebagai Adsorben. [Skipsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Gotama H. 2012. Oksidasi Parsial Metana Menggunakan Co-ZSM 5 Pengaruh Double Template dan Perlakuan Alkali terhadap Mesoporositas dan Selektivitas Produk. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Harfani R. 2009. Sintesis Katalis Padatan Asam Gamma Alumina Terfosfat (γ- Al2O3/H3PO4) dan digunakan untuk Sintesis Senyawa Metil Ester Asam Lemak dari Limbah Produksi Margarin. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Hendra D. 2000. Pembuatan Arang dan Briket Arang dari Limbah Gergajian Kayu. Temu Lapang Hasil Penelitian Hasil Hutan. Bogor: Pusat Penelitian Hasil Hutan.

 Hendra D, Winarni I. 2003. Sifat fisis dan kimia briket arang campuran limbah kayu gergajian dan sebetan kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 2(31): 211- 226.

Husin H. 2012. Katalis Bimetal Cu-Cr/Diatomea untuk Hidrogenasi Minyak Sawit. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia. 4(2): 1-7.

Iskandar G, Pambayun S. 2012. Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa. Jurnal Teknik Pomits. 1(2): 1-7.

Julianti E. 2016. Pengembangan Minyak Jarak Pagar Sebagai Biodisel. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan. 1-11.

Junaidi HF. 2012. Uji Aktivitas dan Selektivitas Katalis Ni/H5NZA dalam Proses Hidrorengkah Metil Ester Minyak Kelapa Sawit (MEPO) menjadi Senyawa Hidrokarbon Frasi Pendek. [Skripsi]. Jember: Universitas Jember.

Kadarwati S. 2010. Aktivitas Katalis Cr/Zeolit Alam pada Reaksi Konversi Minyak Jelantah menjadi Bahan Bakar Cair. [Skripsi]. Kimia FMIPA UNS. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Kasrianti. 2017. Potensi pemanfaatan limbah biji karet sebagai bahan dasar pembuatan biokerosin. [Skripsi]. UIN Alauddin Makassar.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). 2010. Statistik Ekonomi Energi Indonesia 2010. Jakarta.

Page 72: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

58  

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Perama. Jakarta: UI-Press.

Khairurrijal, Abdullah M. 2009. Review : Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi. 2(1), 1–8.

Kittel C. 1999. Intoduction to Solid State Physics (Seven Edition). Singapore: John Willey and Sons Inc.

Kurniawan R, Lutfi M. 2014. Karakterisasi Luas Permukaan BET ( Braunanear , Emmelt dan Teller) Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Aktivasi Asam Fosfat. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem. 2(1), 15–20.

Lakhya JK, Jutika B, Dhanapati D. 2014. Review on latest developments in biodiesel production using carbon-based catalysts. Elsevier. Renewable and Sustainable Energy Reviews. 29, 546–564.

Landia KS. 2012. Preparasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Katalis Ni-Cr/Zeolit Alam Pada Proses Perengkahan Limbah Plastik Menjadi Fraksi Bensin. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Laos LE, Aji M, Prasetya, Sulhadi. 2016. Pengaruh Konsentrasi Karbon Aktif Kulit Kemiri dan Aplikasinya Terhadap Penjernihan Limbah Cair Methylene Blue. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF. 5, 141–144.

Leofanti G, Tozzola G, Padovan M, Petrini G, Bordiga S, Zecchina A. 1997. Catalyst Characterization: Characterization Techniques. Catalyst. 34. 307–327.

Li H, Yu P, Shen B. 2009. Biofuel Potential Production From Cottonseed Oil: A Comparison Of Non-Catalytic And Catalytic Pyrolysis On Fixed-Fluidized Bed Reactor. Fuel Processing Technology. 90(9), 1087–1092.

Manocha SM. 2003. Porous Carbons. India: Elsevier Science & Technology Books. 28(1,2), 335–348.

Marsh H, Fransisco RR. 2006. Activated Carbon. Belanda: Elsivier Sience & Technology Books.

Maryono, Sudding R. 2013. Pembuatan dan Analisis Mutu Briket Arang Tempurung Kelapa Ditinjau dari Kadar Kanji. Jurnal Teknik Kimia. 14, 74–83.

Matshitse R. 2010. Brunauer-Emmett-Teller (BET) surface area analysis. Rhodes University

Mc Nair HM, James MM. 2009. Basic Gas Chromatography, 2nd ed. New Jersey: A John Wiley & Sons, Inc

Page 73: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

59  

Meilita TS, Tuti SS. 2003. Arang Aktif Pengenalan dan Proses Pembuatannya. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Molero JA, García A, Clavero M. 2010. Production of biofuels via catalytic cracking. Handbook of Biofuels Production: Processes and Technologies. Woodhead Publishing Limited.

Molero JA, Iglesias J, Garcia A. 2012. Biomass as Renewable Feedstock In Standard Refinery Units. Feasibility, Opportunities And Challenges. Energy and Environmental Science. 5(6), 7393–7420.

Mopoung S. 2008. Surface Image of Charcoal and Activated Charcoal from Banana Peel. Journal of Microscopy Society of Thailand. 22: 15-19.

Musanif J, Wildan AA, David MN. 2006. Biogas Skala Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Pertanian.

Nasikin M, Bambang H. 2010. Katalisis Heterogen. Edisi Pertama. Jakarta: UI-Press.

Nurhayati, Nanik, Dwi, Wigiani A. 2014. Sintesis Katalis Ni-Cr/Zeolit dengan Metode Impregnasi Terpisah. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia. 6, 479-484.

Nur WH. 2012. Efek Penambahan Cr3+ pada Pertumbuhan Kristal dan Fotokatalitik TiO2 [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Pambayun, Remigius, Rachimoellah E. 2013. Pembuatan Karbon Aktif Dari Arang Tempurung Kelapa Dengan Aktivator ZnCl2 Dan Na2CO3 Sebagai Adsorben Untuk Mengurangi Kadar Fenol Dalam Air Limbah. Jurnal Teknik Pomits ISSN: 2337-3539, 2(1).

Pari G. 1996. Kualitas Arang Aktif dari Lima Jenis Kayu. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 14: 60-68.

Pari G. 2004. Kajian struktur arang aktif dari serbuk gergaji kayu sebagai adsorben emisi formaldehida kayu lapis [Disertasi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

Pari G. 2011. Pengaruh selulosa terhadap struktur arang. Bagian I: Pengaruh suhu karbonasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 29(1):33-45.

Patabang D. 2012. Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi dengan Variasi Bahan Perekat. Jurnal Mekanikal. 2(3): 286-292.

Pratiwi MA, Hasan MF, Harjanto LK, Mahfud. 2016. Pembuatan Biokerosin dari Metil Ester Berbahan Baku Minyak Kelapa dengan Metode Distilasi Vakum. Prosiding Konser Karya Ilmiah. 2, 29–36.

Page 74: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

60  

Putera DD. 2008. Sintesis fotokatalisis CuO/ZnO untuk konversi metanol menjadi hidrogen. [Skripsi]. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Rahayu PE, Priatmoko S, Kadarwati S. 2013. Konversi Minyak Sawit menjadi Biogasoline menggunakan Katalis Ni/Zeolit Alam. Indonesian Journal of Chemical Science. 2(2):102-107.

Rahmani F, Haghighi M, Amini M. 2015. The beneficial utilization of natural zeolite in preparation of Cr/Clinoptilolite nanocatalyst used in CO2-oxidative dehydrogenation of ethane to ethylene. Journal of Industrial and Engineering Chemistry. 2563:1–14.

Rieke RD, Thakur D, Roberts B, White T. 1997. Fatty Methyl Ester Hydrogenation to Fatty Alcohol Part II: Process Issues. JAOCS. 74(4), 342–345.

Rodenas MAL, Amoros CD, Solano AL. 2004. Understanding Chemical Reaction between carbon and NaOH and KOH. Carbon. 41 : 267–275.

Rodiansono, Trisunaryanti W, Triyono. 2007. Pengaruh pengemban logam Ni dan Nb2O5 pada karakter katalis Ni/Zeolit dan Ni/Zeolit-Nb2O5. Sains dan Terapan Kimia. 1(1) : 20-28.

Rosyid M, Nawangsih E, Dewita. 2012. Perbaikan surface area analyzer anova-1000 (alat penganalisis luas permukaan serbuk). In Prosiding Seminar Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir (pp. 467–471). Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN.

Sadeghbeigi R. 2000. Fluid Catalytic Cracking Handbook (Second Edition). New York: Gulf Professional Publishing.

Saleh A, Setianingrum A, Karolina T. 2011. Premium untuk Mencapai Bilangan Oktan. Jurnal Teknik Kimia. 17(5):18–28

Sari NK. 2010. Analisa Instrumentasi, Edisi Pertama. Klaten: Yayasan Humaniora

Sari M. 2010. Identifikasi Protein Menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR). [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Sastrohamidjojo H. 1988. Interpretasi Spektramassa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Satterfield C. 1991. Heterogenous Catalysis in Industrial Practice Second Edition. Mexico: McGraw-Hill, In.

Savitri, Nugraha AS, Aziz I. 2016. Pembuatan Katalis Asam (Ni/y-Al2O3) dan Katalis Basa (Mg/y-Al2O3) untuk Aplikasi Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak Jelantah. Jurnal Kimia Valensi. 2(I): 1-10.

Page 75: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

61  

Schroder E, Thomauske K, Weber C, Hornung A, Tumiatti V. 2007. Experiment on The Generation of Activated Carbon from Biomassa. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis. 79(1-2): 106-111.

Septiani U, Gustiana M, Safnib. 2015. Pembuatan dan Karbonisasi TiO2 / Karbon Aktif dengan Metode Solid State. Jurnal Riset Kimia. Vol.9 (1), 34-42.

Sharifah H, Hanis N, Hanapi M, Azid A, Umar R, Juahir. H. 2018. A review of biomass-derived heterogeneous catalyst for a sustainable biodiesel production. Elsevier. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 81, 1259–1268.

Siahaan S, Hutapea M, Hasibuan R. 2013. Penentuan Kondisi Optimum Suhu dan Waktu Karbonisasi pada Pembuatan Arang dari Sekam Padi. Jurnal Teknik Kimia USU. 2(1): 26-30.

Sibarani KL. 2012. Preparasi, Karaktersasi, dan Uji Aktivitas Katalis Ni-Cr / Zeolit Alam Pada Proses Perengkahan Limbah Plastik Menjadi Fraksi Bensin [Skripsi]. Jakarta: Universitas indonesia.

Siswodiharjo. 2006. Reaksi Hidrorengkah Katalis Ni/Zeolit, Mo/Zeolit, NiMo/Zeolit terhadap Parafin. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Smallman RE, Bishop RJ. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarta (ID): Erlangga

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2015. SNI-06-7182-2015: Biodiesel. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI-06-3730-1995: Karbon Aktif Teknis. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

Soerawidjaja T, Tirto Brodonego, Imam KR. 2005. Prospek dan Tantangan Penegakkan Industri Biodiesel di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Sudibandriyo M. 2003. Ph. Dissertation: A Generalized Ono-Kondo Lattice Model for High Pressure on Carbon Adsorben. Oklahoma: Oklahama Sate University.

Suhendrawati L, Suharto B, Susanawati LD. 2013. Pengaruh Kosentrasi Laruta Kalium Hidroksida pada Abu Dasar Ampas Tebu Teraktivasi. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Malang: Universitas Brawijaya.

Sugiyarto KH. 2012. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Transisi (Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryanarayana C, Norton MG. 1998. X-Ray Diffraction. New York: Plenum Press

Page 76: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

62  

Sundaryono A, Budiyanto. 2010. Pembuatan Bahan Bakar Hidrokarbon Cair Melalui Reaksi Cracking Minyak Pada Limbah Cair Pengolahan Kelapa Sawit Preparation. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 20(1), 14–19.

Supraniningsih J. 2012. Pengembangan Kelapa Sawit sebagai Biofuel dan Produksi Minyak Sawit serta Hambatannya. Jakarta: Universitas Darma Persada.

Syah Andi NA. 2006. Biodiesel Jarak Pagar : Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Syah Muhammad BKA. 2011. Reaksi Pirolisis Minyak Jarak Pagar menjadi Minyak Bio Setara Solar Komersial Menggunakan Katalis NiO/α-Al2O3 dan NiMo/γ-Al2O3. [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Tahid. 1994. Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier Nomor II Tahun VIII. Bandung: Warta Kimia Analitis.

Taufiq A. 1995. Sifat Katalitik dan Kimia Permukaan Sistem Perlakuan ZnO/Al2O3 untuk Dekomposisi Metanol [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Trisunaryanti W. 2002. Optimasi Waktu dan Rasio Katalis/Umpan pada Proses Perengkahan Katalitik Fraksi Sampah Plastik Menjadi Fraksi Bensin Menggunakan Katalis Cr/Zeolit Alam. Indonesian Journal of Chemistry. 2(1), 30-40

Tsani F. 2011. Preparasi dan Karakterisasi Katalis NiMo/γ-Al2O3 untuk Sintesis Bahan Bakar Bio dari Minyak Jarak melalui Pirolisis Berkatalis [Skipsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Vantyca D. 2017. Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit sebagai Penyangga pada Katalis Cu/Zn/Karbon Aktif untuk Konversi Syngas (H2/CO) menjadi Metanol [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Wibowo S, Syafi W, Pari G. 2011. Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung. Jurnal Makara. 15(1): 17-24.

Wijayanti. 2016. Modifikasi Kulit Salak (Salacca zalacca) Sebagai Adsorben Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit. [Skripsi]. Yogyakarta: Departemen Kimia. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.

Yanti FM. 2016. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit ZSM-5 Mesopori dari Campuran Abu Terbang Batubara dan Abu Sekam Padi sebagai Katalis Heterogen pada Reaksi Oksidasi Parsial Metana menjadi Metanol [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Page 77: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

63  

Yolanda T. 2018. Catalytic Cracking Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Menjadi Biofuel Menggunakan Katalis Zeolit Alam [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Zhang H, Lin H, Wang W, Zheng Y, Hu P. 2014. Hydroprocessing of Waste Cooking Oil Over A Dispersed Nano Catalyst: Kinetics Study And Temperature Effect. Applied Catalysis B: Environmental. 150–151, 238–348.

Zhao X, Max L, Graeme J. 2006. Advanced in Mesoporous Molecular Sieve MCM-41. Industrial Engineering Chemical. Research. 35, 2075–2090.

Zhao X, Wei L, Cheng S, Julson J. 2017. Review of Heterogeneous Catalysts for Catalytically Upgrading Vegetable Oils into Hydrocarbon Biofuels. Catalyst. 83(7), 1–25.

Zhao X, Wei L, Cheng S, Julson J. 2015. Optimization Of Catalytic Cracking Process For Upgrading Camelina Oil To Hydrocarbon Biofuel. Industrial Crops & Products. 77, 516–526.

Page 78: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

64  

LAMPIRAN  

Lampiran 1. Contoh perhitungan komposisi katalis Cr2O3 /C 1% Cr2O3 1% Cr2O3 /C = 30 gram Cr2O3 = = 1% Cr2O3 = 0,3 gram n Cr2O3 = = = 0,00197 mol

2 Cr (NO3)3.9H2O 1 Cr2O3

mol Cr(NO3)3.9H2O = x mol Cr2O3 n Cr(NO3)3.9H2O = n Cr(NO3)3.9H2O = 2 mol Cr2O3 = 2 mol Cr2O3 m Cr(NO3)3.9H2O = 2 mol Cr2O3 x 400,15 m Cr(NO3)3.9H2O = 2 (0,00197 mol) x 400,15 m Cr(NO3)3.9H2O = 1,5765 gram Karbon Aktif = 30 gram – 1,5765 gram = 28,4234 gram

Cr2O3 /C

Cr2O3

Cr2O3 /C

Cr2O3 x 100% = 1%

100%

1%

= 30 gram

0,3 gram

152 g/mol

m Cr2O3

Mr Cr2O3

m Cr(NO3)3.9H2O

Mr Cr(NO3)3.9H2O

Mr Cr(NO3)3.9H2O

m Cr(NO3)3.9H2O

2

1

Page 79: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

65  

Lampiran 2. Tabel komposisi Katalis Cr2O3/C

Senyawa Komposisi Katalis Cr2O3/C (%wt)

1/99 3/97 5/95 Cr(NO3)3. 9H2O 1,576 4,738 7,890

Karbon Aktif 28,423 25,261 22,109 Lampiran 3. Analisis proksimat karbon aktif tempurung kelapa A. Analisis kadar air karbon aktif

No. m1 (g) m2 (g) m3 (g) W1 (g) W2 (g) %Mc 1. 22,28 23,31 23,21 1,04 0,93 2. 24,01 25,03 24,93 1,01 0,92 9,756 %

Rata-rata 23,415 24,17 24,12 1,025 0,925

Kadar Air (% Mc) =

= = 9,756 % B. Analisis Kadar Abu

No. m1 (g) m2 (g) m3 (g) W1 (g) W2 (g) %Ac 1. 18,40 19,43 18,4 1,04 0,01 2. 19,28 20,32 19,29 1,04 0,01 0,961 %

Rata-rata 18,84 19,875 18,845 1,04 0,01

Kadar Abu (%Ac) = = = 0,961 %

W1

(W1-W2 ) x 100%

(1,025-0,925) gram

1,025 gram x 100%

W1

W2x 100%

0,01 gram

1,04 gramx 100%

Page 80: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

66  

C. Analisis kadar zat menguap (Volatil) No. m1 (g) m2 (g) m3 (g) W1 (g) W2 (g) %Vm 1. 20,91 21,92 21,69 1,02 0,78 2. 18,04 19,06 18,82 1,01 0,79 22,660%

Rata-rata 19,475 20,49 20,255 1,015 0,785

Kadar Volatil (%Vm) = = = 22,660% D. Analisis Kadar Karbon Terikat Kadar Karbon Terikat (% FC) = 100 - ( % Mc + %Ac + %Vm) = 100 - (9,756 + 0,961 + 22,660) % = 66,623 %

Keterangan: m1 = Massa cawan kosong + tutup m2 = Massa cawan kosong + tutup + sampel (awal) m3 = Massa cawan kosong + tutup + sampel (sesudah) W1 = Rata-rata massa sampel (awal) W2 = Rata-rata massa sampel (sesudah)

Lampiran 4. Pola difraksi hasil XRD katalis Cr2O3/C

Cr2O3/C 1% Cr2O3/C 3% Cr2O3/C 5% 2θ (deg) Intensitas 2θ (deg) Intensitas 2θ (deg) Intensitas 24,27° 10,0 24,80° 292,6 24,43° 422,9

33,61° 6,1 33,46° 179,5 33,47° 259,4

36,21° 2,7 36,20° 78,1 36,25° 112,9

W1

(W1-W2 )x 100%

(1,015-0,785) gram

1,015 gram

x 100%

Page 81: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

67  

Lampiran 5. Hasil Analisis Ultimate Karbon Aktif

Gambar 12. Hasil Analisis Ultimate Karbon Aktif

Page 82: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

68  

Lampiran 6. Hasil analisis SAA Katalis karbon aktif

Gambar 13. Hasil analisis luas permukaan karbon aktif

Page 83: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

69  

Katalis Cr2O3/C 1%

Gambar 14. Hasil analisis luas permukaan Katalis Cr2O3/C 1%

Page 84: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

70  

Katalis Cr2O3/C 3%

Gambar 15. Hasil analisis luas permukaan Katalis Cr2O3/C 3%

Page 85: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

71  

Katalis Cr2O3/C 5%

Gambar 16. Hasil analisis luas permukaan Katalis Cr2O3/C 5%

Page 86: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

72  

Lampiran 7. Gugus fungsi dan bilangan gelombang spektrum FTIR

Gugus Fungsi

Peak Frekuensi

Keasaman Katalis

Referensi Karbon aktif

Cr2O3 1%

Cr2O3 3%

Cr2O3 5%

C-H bending

435,91 486,06

432,05 491,85 567,07

534,28 551,64

451,34 530,42

550-400 Situs asam Lewis

Abidin et al., 2013

C-H

aromatik 761,88 813,96

758,02 819,75

754,17 819,75

754,17 817,62

810-751 Situs asam Lewis

Wibowo et al., 2011

Cr-O - 879,54 881,47 879,54 1000-400 Situs asam

Lewis Nur, 2012

C=C

aromatik 1433,11

1425,40 1589,34

1431,18 1591,27

1431,18 1591,27

1500-1400

Situs asam Lewis

Anggun et al., 2018

C=O

karbonil 1602,85 1710,86

1600,92 1701,00

1602,85 1716,65

1602,85 1716,65

1820-1600

Situs asam Lewis

Wijayanti, 2016

Cr-O - 2054,19 2027,19 2002,11 2000 Situs asam

Lewis Nur, 2012

O-H

stretching 3213,41 3448,72 3512,37 3591,46

3217,27 3522,02 3637,75

3232,70 3522,02 3620,39

3226,91 3346,50 3518,16

3600-3200

Situs asam Bronsted

Septiani et al., 2015

Lampiran 8. Hasil analisis produk dengan GCMS Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada karbon aktif

Gambar 17. Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada karbon aktif

Page 87: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

73  

Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada Cr2O3/C 1%  

Gambar 18. Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada Cr2O3/C 1%

Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada Cr2O3/C 3%

 

Gambar 19. Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada Cr2O3/C 3%

Page 88: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

74  

Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada Cr2O3/C 5%  

Gambar 20. Kromatogram produk hasil analisis GCMC pada Cr2O3/C 5%

Tabel 13. Puncak produk hasil analisis GCMS pada karbon aktif Peak R.Time Area Area% Name

1 3.191 2334816 7.01 Heptane

2 4.888 1931228 5.80 Octane

3 7.215 1937314 5.82 Nonane

4 9.509 837273 2.52 2-Octanone

5 9.817 3064284 9.21 Decane

6 11.672 1517182 4.56 Heptanoic acid

7 12.435 1249301 3.75 Undecane

8 14.099 2188647 6.58 Octanoic acid

9 14.959 1063008 3.19 Dodecane

10 16.463 1089460 3.27 Nonanoic acid

11 17.356 2053006 6.17 Tridecane

12 18.696 1044548 3.14 Decanoic acid

13 19.618 953576 2.87 Tetradecane

14 20.876 3256382 9.78 Undecanoic acid

15 21.756 2707087 8.13 Pentadecane

16 23.777 1651146 4.96 Hexadecane

17 25.696 3468796 10.42 Heptadecane

18 30.169 936332 2.81 n-Hexadecanoic acid

33283386 100.00

Page 89: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

75  

Tabel 14. Puncak produk hasil analisis GCMS pada Cr2O3/C 1%  

Peak R.Time Area Area% Name

1 3.190 3182253 3.75 Heptane

2 3.285 1544145 1.82 2-Heptene

3 4.888 3337349 3.93 Octane

4 7.216 2908994 3.43 Nonane

5 8.725 672245 0.79 9-Octadecene

6 9.149 1308193 1.54 Hexanoic acid

7 9.417 995418 1.17 Octadecanoic acid,

8 9.512 1412954 1.66 2-Octanone

9 9.727 802201 0.94 Decanoic acid

10 9.821 4280732 5.04 Decane

11 11.723 4172096 4.91 Heptanoic acid

12 12.067 758648 0.89 1H-Indene, 2,3-dihydro-1-methyl-

13 12.438 1843640 2.17 Undecane

14 14.157 3656832 4.31 Octanoic acid

15 14.725 1447562 1.70 2-Decanone

16 14.850 746376 0.88 Decanoic acid

17 14.964 1576611 1.86 Dodecane

18 16.509 5101407 6.01 Nonanoic acid

19 17.360 3652836 4.30 Tridecane

20 17.989 745080 0.88 Cyclohexane, 1-methyl-2-propyl-

21 18.414 871257 1.03 Cyclohexane, (2-methylpropyl)-

22 18.719 2698551 3.18 Decanoic acid

23 19.450 671453 0.79 6-Dodecanone

24 19.622 1845720 2.17 Tetradecane

25 20.914 7915634 9.32 Undecanoic acid

26 21.763 4291417 5.05 Pentadecane

27 22.807 558571 0.66 5-Methylpentadecane

28 22.894 2077046 2.45 Dodecanoic acid

29 23.785 2800181 3.30 Hexadecane

30 25.150 914341 1.08 7-Pentadecanone

31 25.704 6034712 7.11 Heptadecane

32 26.884 572491 0.67 Cyclohexane, (1,3-dimethylbutyl)-

33 27.521 985059 1.16 Octadecane

34 28.795 1269208 1.49 7-Heptadecanone

35 30.180 2281483 2.69 9-Octadecenoic acid (Z)-

36 31.792 508275 0.60 Heptadecanoic acid

37 32.997 1142870 1.35 9-Octadecenoic acid, methyl ester

38 33.361 1784840 2.10 Octadecanoic acid

39 36.860 1539883 1.81 2-Methyldecane

84908564 100.00

Page 90: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

76  

Tabel 15. Puncak produk hasil analisis GCMS pada Cr2O3/C 3% Peak R.Time Area Area% Name

1 3.197 5835848 4.70 Heptane

2 3.293 2455758 1.98 2-Heptene

3 3.404 1348451 1.09 (Z)-3-Heptene

4 4.267 771464 0.62 Benzene, methyl-

5 4.899 5833800 4.70 Octane

6 5.689 685043 0.55 Ethylcyclohexane

7 7.228 4520650 3.64 Nonane

8 9.184 1820801 1.47 Hexanoic acid

9 9.526 2237703 1.80 2-Octanone

10 9.658 1474960 1.19 5-Decene

11 9.832 6712006 5.41 Decane

12 10.725 1467647 1.18 Isopropylcyclohexane

13 11.759 2900720 2.34 Heptanoic acid

14 12.452 2797366 2.25 Undecane

15 14.196 5245563 4.23 Octanoic acid

16 14.739 1612018 1.30 2-Decanone

17 14.978 2101542 1.69 Dodecane

18 16.230 1182229 0.95 2,2-DIMETHYL-3-PHENYLBUTANE

19 16.546 6511481 5.24 Nonanoic acid

20 17.097 1700523 1.37 1-Tridecene

21 17.376 5022065 4.05 Tridecane

22 18.441 1624956 1.31 Cyclopentane, 1-methyl-3-(1-methylethyl)-

23 18.747 3416563 2.75 Decanoic acid

24 19.469 719669 0.58 6-Dodecanone

25 19.637 2145551 1.73 Tetradecane

26 20.757 1733968 1.40 10-Undecenoic acid

27 20.945 11732498 9.45 Undecanoic acid

28 21.167 2040548 1.64 1-Methyl-2-propylpentyl)benzene

29 21.775 5068868 4.08 Pentadecane

30 22.810 670017 0.54 5-Methylpentadecane

31 22.911 1929633 1.55 Dodecanoic acid

32 23.797 4175987 3.36 Hexadecane

33 24.948 1225760 0.99 5-Bromo-4-decene

34 25.033 810574 0.65 8-Heptadecene

35 25.159 1469659 1.18 7-Pentadecanone

36 25.385 2697313 2.17 1-Chloro-9-octadecene

37 25.715 9291820 7.48 Heptadecane

38 26.895 2039085 1.64 Cyclohexane, 1-propenyl-

39 27.533 1253909 1.01 Heptadecane

40 29.269 1550511 1.25 7-Heptadecanone

41 30.191 1737566 1.40 9-Octadecenoic acid (Z)-

42 33.377 1676806 1.35 Octadecanoic acid

43 36.858 902729 0.73 3-Methyltetradecane

124151628 100.00

Page 91: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

77  

Tabel 16. Puncak produk hasil analisis GCMS pada Cr2O3/C 5% Peak R.Time Area Area% Name

1 3.189 3050349 9.01 Heptane

2 3.284 1454745 4.30 2-Heptene

3 4.886 2405219 7.10 Octane

4 7.217 2048725 6.05 Nonane

5 9.817 2708844 8.00 Decane

6 11.678 1201499 3.55 Heptanoic acid

7 14.133 2331133 6.88 Octanoic acid

8 16.480 1814145 5.36 Nonanoic acid

9 17.358 1644085 4.85 Tridecane

10 18.703 950948 2.81 Decanoic acid

11 18.825 766783 2.26 1-Phenylheptane

12 20.890 3759890 11.10 Undecanoic acid

13 21.761 2627290 7.76 Pentadecane

14 23.783 1818310 5.37 Hexadecane

15 25.701 3580655 10.57 Heptadecane

16 26.877 850166 2.51 Cyclohexane

17 30.173 855255 2.53 9-Octadecenoic acid (Z)-

33868041 100.00

Lampiran 9. Perhitungan selektivitas biofuel

% Selektivitas Luas area 𝑏𝑖𝑜𝑓𝑢𝑒𝑙

Ʃ Luas area total produk 𝑥 100%

Katalis karbon aktif

Nama Gasolin

(%) Luas Area

Kerosin (%)

Luas Area

Diesel (%)

Luas Area

Heptane 7.01 2334816 - - Octane 5.80 1931228 - - Nonane 5.82 1977314 - - Decane 9.21 3064284 - -

Undecane 3.75 1249301 - - Dodecane - 3.19 1063008 -

Tetradecane - 2.87 953576 -

Tridecane - 6.17 2053006 -

Pentadecane - 8.13 2707087 -

Hexadecane - - 4.96 1651146

Heptadecane - - 10.42 3468796

Total 31,59 10556943 20,36 6776677 15,38 5119942

Page 92: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

78  

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑎𝑠𝑜𝑙𝑖𝑛1055694333283386

𝑥 100% 31,718%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛6776677

33283386 𝑥 100% 20,360%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙5119942

33283386 𝑥 100% 15,382%

Katalis Cr2O3/C 1%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑎𝑠𝑜𝑙𝑖𝑛2101330784908564

𝑥 100% 24,748%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛1139907584908564

𝑥 100% 14,061%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙1105076884908564

𝑥 100% 13,014%

Katalis Cr2O3/C 3%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑎𝑠𝑜𝑙𝑖𝑛38022793

124151628 𝑥 100% 30,626%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛18123507

124151628 𝑥 100% 14,597%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙18899620

124151628 𝑥 100% 15,223%

Katalis Cr2O3/C 5%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑎𝑠𝑜𝑙𝑖𝑛1251804833868041

𝑥 100% 36,961%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛5038158

33868041 𝑥 100% 14,875%

𝑆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙5398965

33868041 𝑥 100% 15,941%

Page 93: CATALYTIC CRACKING Jatropha Curcas Lrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48564/1/YESSIN… · ABSTRAK YESSINTA KURNIANTI. Sintesis dan Karakterisasi Katalis Cr2O3/C

 

79  

Lampiran 10. Karbon Aktif Teknis SNI 06-3730-1995