aktivitas antibakteri tepung daun jarak (jatropha curcas l.) pada berbagai bakteri saluran...

63
AKTIVITAS ANTIBAKTERI TEPUNG DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) PADA BERBAGAI BAKTERI SALURAN PENCERNAAN AYAM BROILER SECARA in vitro SKRIPSI SUTHANTY IKA PRATIWI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: herukurniawan55

Post on 04-Jan-2016

179 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

AKTIVITAS ANTIBAKTERI TEPUNG DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) PADA BERBAGAI BAKTERI SALURAN

PENCERNAAN AYAM BROILER SECARA in vitro

SKRIPSI

SUTHANTY IKA PRATIWI

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

RINGKASAN

SUTHANTY IKA PRATIWI. D24104038. 2008. Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler secara in vitro. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Komang G. Wiryawan Pembimbing Anggota : Sri Suharti, SPt., MSi.

Ayam broiler mudah mengalami stres akibat cekaman dan sangat rentan terhadap kematian akibat penyakit. Salah satu penyebab penyakit yang sering muncul dan sangat berbahaya bagi hewan maupun manusia adalah bakteri patogen seperti Escherichia coli dan Salmonella sp. Penggunaan antibiotik sebagai antibakteri ditujukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, akan tetapi penggunaan antibiotik dapat menimbulkan residu pada ternak yang dapat membahayakan konsumen. Seiring dengan munculnya resistensi terhadap antibiotik perlu dikembangkan antibakteri dari bahan herbal. Akhir-akhir ini sedang digalakkan penanaman pohon jarak secara besar-besaran sebagai biodisel, dan daun jarak sebagai limbah hasil ikutan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri alami. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi tepung daun jarak yang paling efektif sebagai antibakteri pada beberapa bakteri saluran pencernaan ayam (E. coli, Salmonella typhimurium, Bifidobakterium bifidum, dan Lactobacillus sp.) secara in vitro.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi Nutrisi, Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan dan Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor serta Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Maret sampai November 2007. Daun jarak (Jatropha curcas L.) dikeringkan dan digiling hingga menghasilkan tepung. Tepung daun jarak diuji kandungan fitokimianya untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder. Uji sumur difusi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi terbaik tepung daun jarak terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri E.coli, dan S. typhimurium dengan membuat lubang sumur difusi yang telah ditanam suspensi bakteri dan ditetesi larutan tepung daun jarak dengan konsentrasi (0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% (w/v)) dan sebagai pembanding digunakan antibiotik tetrasiklin 0,02% (w/v). Uji daya hambat pertumbuhan bakteri pada media cair dilakukan untuk mengevaluasi pola penghambatan tepung daun jarak terhadap bakteri uji pada media cair dengan mengukur OD (Optical Density) setiap 2 jam sekali yang dibaca menggunakan spektrofotometer. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4x6 dengan faktor perlakuan utama adalah lama inkubasi (0, 2, 4 dan 6 jam) dan faktor perlakuan kedua adalah bahan antimikroba (konsentrasi tepung daun jarak 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% (w/v)) serta tetrasiklin 0,02% (w/v), masing-masing dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Sidik Ragam (ANOVA), dan apabila terdapat perbedaan nilai tengah nyata dilanjutkan dengan uji Kontras ortogonal (Steel dan Torrie, 1993).

Page 3: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa tepung daun jarak mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik dan triterpenoid. Kandungan kimia yang terbesar yang terdapat dalam tepung daun jarak adalah saponin dan tanin yang diduga memiliki aktivitas antibakteri. Hasil uji sumur difusi menunjukkan bahwa konsentrasi 10% tepung daun jarak dapat menghambat bakteri S. typhimurium dengan zona hambat 6,8 mm. Hasil uji daya hambat pertumbuhan bakteri pada media cair selama 6 jam pengamatan menunjukkan bahwa konsentrasi 7,5% dan 10% tepung daun jarak dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (E. coli dan S. typhimurium) dan tepung daun jarak 10% kurang menghambat pertumbuhan bakteri non patogen (B. bifidum dan Lactobacillus sp). Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada lama inkubasi dan berbagai konsentrasi bahan antimikroba yang digunakan serta adanya interaksi antara keduanya pada pertumbuhan bakteri patogen (E. coli dan S. typhimurium). Demikian juga pada pertumbuhan Lactobacillus sp. menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada lama inkubasi dan berbagai konsentrasi bahan antimikroba yang digunakan tetapi tidak ada interaksi antara keduanya sedangkan pada pertumbuhan B. bifidum tidak ada perbedaan.

Kata-kata kunci : tepung daun jarak (Jatropha curcas L.), antibakteri, E. coli, S. typhimurium, B. bifidum, Lactobacillus sp.

iii

Page 4: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

ABSTRACT

Antibacterial Activity of Jatropha curcas L. Powder to Some Bacteria On Gastrointestinal Broiler Chicken in vitro

S. I. Pratiwi, K. G. Wiryawan, and S. Suharti

This experiment was conducted to analyze the phytochemical of Jatropha curcas leaf powder and to determine the most effective concentration of Jatropha curcas leaf powder as antibacteria on Escherichia coli, Salmonella typhimurium, Bifidobacterium bifidum and Lactobacillus sp. Jatropha curcas leaf powder was tested its phytochemical to determine its secondary metabolite compounds. The antibacterial activity test was conducted using modified agar well method for measuring clearing zone and spectrophotometer for bacterial growth. The level of Jatropha curcas leaf powder tested was 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, 10% (w/v) and compared with tetracycline 0.02% (w/v). The results showed that Jatropha curcas leaf powder contains tannins 4.63% and saponins 1.12%. In modified agar well test, the concentration of 10% Jatropha curcas leaf powder inhibited S. typhimurium but could not inhibit E. coli, B. bifidum and Lactobacillus sp. Inhibition test showed that E. coli and S. typhimurium treated significantly (P<0.01) decreased the population with the addition of 7.5% and 10% Jatropha curcas leaf powder. Meanwhile, B. bifidum treated significantly (P<0.01) not decreased the population but Lactobacillus sp. treated not significantly not decreased the population. At the level of 7.5% Jatropha curcas leaf powder, non pathogenic bacterial also decreased and 10% Jatropha curcas leaves powder, pathogenic bacterial population decreased but B. bifidum and Lactobacillus sp. were not affected compared to that of antibiotic treatment. It is concluded that concentration of 10% Jatropha curcas leaf powder was the best concentration in inhibiting the pathogenic bacterial, but further study is required to obtain optimum concentration of Jatropha curcas leaf powder and extract treatments.

Keywords : Jatropha curcas leaves, antibacteria, E. coli, S. typhimurium, B. bifidum, Lactobacillus sp.

Page 5: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

AKTIVITAS ANTIBAKTERI TEPUNG DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) PADA BERBAGAI BAKTERI SALURAN

PENCERNAAN AYAM BROILER SECARA in vitro

SUTHANTY IKA PRATIWI

D24104038

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 6: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

AKTIVITAS ANTIBAKTERI TEPUNG DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) PADA BERBAGAI BAKTERI SALURAN

PENCERNAAN AYAM BROILER SECARA in vitro

Oleh

SUTHANTY IKA PRATIWI

D24104038

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 9 Mei 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Komang G. Wiryawan Sri Suharti, SPt., MSi. NIP. 131 671 601 NIP. 132 311 906

Dekan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr. NIP. 131 955 531

Page 7: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Oktober 1986 di Jakarta. Penulis adalah

anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Rapi dan Ibu

Sofiyati.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDS Kebun Baru I Jakarta,

Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri

53 Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah umum diselesaikan pada tahun 2004 di

SMU Negeri 52 Jakarta.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan

Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi

dan Makanan Ternak (HIMASITER) sebagai staf Departemen Operasional Internal

dan Eksternal (DOIE) periode 2006-2007. Penulis pernah menjadi panitia dalam

acara Seminar Pakan Nasional tahun 2007. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2007 dan terpilih sebagai juara I dalam

Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) ke-XX di Lampung. Penulis juga terpilih sebagai

salah satu mahasiswa berprestasi (2006 - 2007) tingkat Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor .

Page 8: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas kehendak-

Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, serta salawat dan salam

penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan

skripsi yang berjudul ”Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha

curcas L.) pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler secara in

vitro” yaitu untuk menentukan konsentrasi tepung daun jarak yang paling efektif

sebagai antibakteri pada beberapa bakteri saluran pencernaan ayam (Escherichia

coli, Salmonella typhimurium, Bifidobakterium bifidum, dan Lactobacillus sp.)

secara in vitro.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai November 2007. Lokasi

penelitian bertempat di Laboratorium Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi Nutrisi,

Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan dan Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor serta Balai

Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor. Penelitian dimulai dari suatu rangkaian

kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang akhirnya dilanjutkan sebagai

bahan penelitian tugas akhir. Penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran

yang membangun oleh berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga

tulisan ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan mahasiswa, peneliti, maupun

masyarakat pada umumnya.

Bogor, Mei 2008

Penulis

Page 9: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .......................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP .................................................................. iv

KATA PENGANTAR .............................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. x

PENDAHULUAN .................................................................... 1 Latar Belakang .............................................................................. 1 Perumusan Masalah ...................................................................... 2 Tujuan ........................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

Ayam Broiler ................................................................................ 3 Mikroba Saluran Pencernaan ......................................................... 3

Escherichia coli ................................................................ 5 Salmonella typhimurium ................................................... 7 Bifidobacterium bifidum .................................................... 7

Lactobacillus sp ................................................................. 8 Daun Jarak (Jatropha curcas L.) .................................................. 9 Antibakteri .................................................................................... 10 Fitokimia Bahan Alam .................................................................. 12

METODE .................................................................................................. 13

Lokasi dan Waktu .......................................................................... 13 Materi ............................................................................................. 13

Bahan dan Alat .................................................................. 13 Prosedur ........................................................................................ 13

Pembuatan Tepung Daun Jarak ........................................ 13 Pembuatan media .............................................................. 13

Pembuatan media Nutrient Agar (NA) .................. 13 Pembuatan media selektif agar ............................... 14

Peremajaan Bakteri ........................................................... 15 Uji Sumur Difusi (Bintang, 1993) ..................................... 15 Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri pada Media Cair . 15

Page 10: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Analisis Fitokimia ............................................................. 16 Uji Alkaloid .......................................................... 16 Uji Fenol/Flavonoid ............................................... 16 Uji Triterpenoid atau Steroid ................................. 17 Uji Saponin dan Tanin ........................................... 17

Rancangan Percobaan .................................................................... 17 Analisis Data ................................................................................. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 19

Analisis Fitokimia ......................................................................... 19 Uji Sumur Difusi ........................................................................... 21 Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri pada Media Cair ............ 23

Pola Penghambatan pada Escherichia coli ....................... 23 Pola Penghambatan pada Salmonella typhimurium .......... 25 Pola Penghambatan pada Bifidobacterium bifidum ........... 27

Pola Penghambatan pada Lactobacillus sp ........................ 28

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 32

Kesimpulan .................................................................................... 32 Saran ............................................................................................. 32

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 34

LAMPIRAN ............................................................................................ 38

x

Page 11: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Beberapa Ciri Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif ................ 6

2. Hasil Analisis Fitokimia Tepung Daun Jarak ............................... 19

3. Diameter Penghambatan Antibakteri Tepung Daun Jarak Menggunakan Metode Sumur Difusi ........................................... 22

4. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Escherichia coli ...... 24

5. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Salmonella typhimurium .................................................................................. 26

6. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Bifidobacterium bifidum ......................................................................................... 27

7. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Lactobacillus sp. ..... 28

Page 12: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Daun jarak (Jatropha curcas L.) .................................................... 10

2. Proses pembuatan tepung daun jarak .............................................. 14

3. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba terhadap Pertumbuhan Escherichia coli ......................................... 25

4. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba terhadap Pertumbuhan Salmonella typhimurium ........................... 26

5. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba terhadap Pertumbuhan Bifidobacterium bifidum ........................... 28

6. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba terhadap Pertumbuhan Lactobacillus sp ......................................... 29

Page 13: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Bagan Alur Penelitian ...................................................................... 39

2. Uji Aktivitas Antibakteri (Bintang, 1993) ........................................ 40

3. Hasil Uji Sumur Difusi .................................................................... 41

4. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Escherichia coli .................... 42

5. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Escherichia coli ......... 42

6. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor B untuk Escherichia coli .......... 42

7. Uji Kontras Ortogonal pada Interaksi Faktor A dan Faktor B untuk Escherichia coli ................................................................................ 43

8. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Salmonella typhimurium ....... 46

9. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Salmonella typhimurium 46

10. Uji Kontras Ortogonal pada Interaksi Faktor A dan Faktor B untuk Salmonella typhimurium .................................................................. 47

11. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Bifidobacterium bifidum ....... 50

12. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Bifidobacterium bifidum 50

13. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Lactobacillus sp. ................... 50

14. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Lactobacillus sp. ....... 50

Page 14: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam broiler dapat dijadikan sebagai komoditi untuk menyediakan sumber

protein hewani yang relatif murah, karena memiliki ciri khas pertumbuhan yang

cepat, masa panen yang pendek, mampu bereproduksi dalam waktu yang relatif

singkat, menghasilkan daging berserat lunak serta mempunyai nilai gizi yang cukup

tinggi. Namun, ayam broiler mudah mengalami stres akibat cekaman dan sangat

rentan terhadap kematian akibat penyakit. Salah satu penyebab penyakit yang sering

muncul dan sangat berbahaya bagi hewan maupun manusia adalah bakteri patogen

seperti Escherichia coli dan Salmonella sp. Para pelaku industri peternakan

mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dengan cara memberikan obat-

obatan sintetik seperti antibiotik.

Pada saat ini penggunaan antibiotik oleh para pelaku industri peternakan

ayam broiler sudah seperti keharusan jika ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi

yaitu nilai Feed Conversion Ratio Cost yang rendah. Penggunaan antibiotik itu

sendiri disamping bertujuan untuk pengobatan, juga ditujukan untuk mencegah

infeksi bakteri patogen di saluran cerna seperti E. coli dan Salmonella sp. Suplemen

yang sangat umum digunakan adalah pemberian antibiotik dengan dosis subterapetik

(pengobatan), misalnya Zn-basitrasin, monensin, tetrasiklin dan penisilin.

Sementara itu, penggunaan antibiotik dapat menimbulkan residu pada produk

ternak sehingga dapat membahayakan konsumen. Di negara-negara Eropa,

penggunaan antibiotik dalam sistem pemeliharaan ayam broiler sudah dilarang. Hal

ini menunjukkan bahwa masyarakat menghendaki produk daging ayam yang bebas

residu antibiotik. Seiring dengan munculnya resistensi terhadap antibiotik dan

pembatasan antibiotik terhadap ransum ayam, maka diperlukan bahan alternatif yang

berfungsi sebagai antibakteri.

Daun jarak merupakan salah satu jenis tanaman obat yang belum

dimanfaatkan secara optimal. Daun jarak mengandung komponen bioaktif yang

dapat berfungsi sebagai antibakteri. Secara tradisional, daun jarak yang direbus

sering digunakan untuk menyembuhkan penyakit diare pada bayi dan anak-anak.

Seiring dengan ketertarikan penggunaan biodisel dari biji jarak sebagai alternatif

sumber energi dan adanya program penanaman pohon jarak secara besar-besaran

Page 15: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

maka limbah ikutannya yaitu daun jarak dapat digunakan sebagai bahan alternatif

pengganti antibiotik.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian

tentang aktivitas antimikroba daun jarak sebagai agen antibakteri terhadap ekosistem

saluran pencernaan ayam broiler secara keseluruhan baik pada bakteri yang

merugikan maupun yang menguntungkan.

Perumusan Masalah

Pengamatan di lapangan terhadap pemeliharaan ayam broiler dihadapkan

pada kejadian beberapa penyakit. Permasalahan penyakit tersebut diatasi peternak

dengan memberikan obat-obatan sintetik seperti antibiotik. Namun, penggunaan

obat-obatan sintetik ini mengandung efek samping yang dapat membahayakan

kesehatan manusia karena meninggalkan residu pada produk akhir (daging) sehingga

hal ini perlu dicari suatu alternatif berupa antibiotik alami.

Akhir-akhir ini, tanaman herbal sering digunakan sebagai antibakteri.

Tanaman herbal memiliki kemampuan untuk menekan pertumbuhan bakteri

merugikan dan tidak menimbulkan residu bagi tubuh ternak maupun manusia jika

dikonsumsi cukup banyak.

Daun jarak (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu jenis tanaman herbal

yang bisa digunakan sebagai antibiotik alami karena mengandung senyawa saponin

dan tanin yang diduga berfungsi sebagai antibakteri.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi tepung daun jarak

yang paling efektif sebagai antibakteri pada beberapa bakteri saluran pencernaan

ayam (E. coli, S. typhimurium, Bifidobakterium bifidum, dan Lactobacillus sp.)

secara in vitro.

2

Page 16: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki

karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil

daging, masa panen pendek dan menghasilkan kualitas daging berserat lunak,

timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (North dan Bell, 1990). Ayam

broiler adalah ayam jantan atau betina yang berumur di bawah delapan minggu

ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat dan

fantastis, yaitu mampu mencapai bobot 1-2 kg dalam waktu 5-6 minggu (Rasyaf,

1999). Sifat genetis ayam broiler memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan

yang cepat, karena produksi yang optimal hanya bisa diwujudkan apabila ayam

memperoleh makanan yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup (Ichwan,

2003).

Pertumbuhan yang cepat dari ayam broiler harus diimbangi dengan

ketersediaan pakan yang cukup. Selain itu juga diperlukan bahan pakan tambahan

untuk meningkatkan kecernaan dan mencegah penyakit (Amrullah, 2004). Tanaman

herbal dapat digunakan sebagai bahan pakan tambahan pengganti antibiotik dalam

ransum ayam broiler yang ditujukan sebagai penghambat infeksi mikroorganisme

patogen. Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuan herbal

sebagai antibakteri. Daun kemangi dapat menghambat jumlah bakteri E. coli dan S.

typhimurium (Wan et al., 1998). Selain itu ekstrak daun kedondong bangkok juga

memiliki kandungan alkaloid, tanin dan saponin yang mempunyai sifat aktif sebagai

antibakteri (Inayati, 2007).

Mikroba Saluran Pencernaan

Mekanisme utama proses pengaturan ekologi mikroba pada saluran

pencernaan ayam dan pentingnya peran perubahan mikroflora saluran usus sampai

saat ini masih belum banyak diketahui (Kokosharov, 2001). Secara normal,

mikroflora pada saluran usus terdiri atas mikroba aerobik dan anaerobik. Kapasitas

metabolik dari flora usus tersebut sangat beragam dan dapat menimbulkan pengaruh

negatif maupun positif pada fisiologis usus (Rubio et al., 1998).

Page 17: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Saluran pencernaan ayam dihuni lebih dari 640 spesies bakteri, namun yang

sering dibicarakan dan dibahas hanya beberapa bakteri dominan misalnya

Escherichia coli, Lactobacillus acidophilus dan Campylobacter jejuni. Komposisi

mikroba saluran pencernaan dipengaruhi oleh pakan dan lingkungan (Apajalahti et

al., 2004). Pada ternak yang sehat, komposisi mikroflora saluran pencernaan relatif

tetap, namun bila stabilitasnya terganggu maka mikroorganisme patogen akan

membuat koloni dan memulai infeksi yang serius. Faktor eksternal seperti perubahan

pakan dan air, perjalanan, penggunaan antibiotik dan radiasi dapat mengganggu

stabilitas mikroflora ternak yang sehat. Kisaran mikroflora normal ayam untuk jenis

bakteri Salmonella sp. dan E. coli adalah 104-105 CFU/ml, Lactobacillus sp. adalah

109 CFU/ml sedangkan untuk jenis bakteri Bifidobakterium sp. berada pada kisaran

antara 109-1010 CFU/ml (Garigga et al., 1998).

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, bersel tunggal (uniseluler) dan tidak

mengandung struktur yang terbatasi di dalam sitoplasmanya. Bakteri memiliki

diameter 0,5-1,0 µm dan panjangnya 1,5-2,5 µm. Sel-sel individu bakteri dapat

terbentuk seperti elips, bola, batang atau spiral (heliks). Sel bakteri yang berbentuk

seperti bola atau elips dinamakan kokus. Sel bakteri berbentuk silindris atau seperti

batang dinamakan basilus sedangkan sel bakteri berbentuk spiral disebut spirilum

(Pelezar dan Chan, 1986).

Kebanyakan bakteri memperbanyak sel dengan pembelahan biner melintang,

yaitu pembelahan menjadi dua sel yang sama. Setiap keturunan secara individual

dapat melanjutkan proses produksi secara tidak terbatas dengan cara yang sama

dengan induknya atau individu sebelumnya dengan syarat tersedianya makanan dan

energi yang cukup serta keadaan lingkungan (pH, suhu) yang bebas polusi oleh sisa

buangan yang beracun dan sebagainya (Irianto, 2006).

Berdasarkan komposisi dinding selnya bakteri, dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah

bakteri yang memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Tebalnya peptidoglikan ini

menyebabkan bakteri tahan terhadap sifat osmosis yang dapat memecah sel bakteri

itu. Lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram negatif lebih tipis tetapi memiliki

membran luar yang tebal sehingga bersama-sama dengan peptidoglikan membentuk

mantel pelindung yang kuat untuk sel (Mekanne dan Kandel, 1996). Teknik untuk

4

Page 18: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

membedakan Gram positif dan Gram negatif dapat dilakukan dengan pewarnaan

Gram. Bakteri Gram positif dapat menahan zat warna ungu (metilviolet, kristalviolet,

gentianviolet) dalam tubuhnya meskipun telah dibilas dengan alkohol atau aseton.

Sebaliknya, bakteri Gram negatif tidak dapat menahan zat warna setelah dibilas

dengan alkohol maka akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan

pengecatan dengan zat warna kontras, akan berwarna sesuai dengan zat warna

tersebut (Irianto, 2006).

Beberapa contoh bakteri Gram positif yang bersifat patogen ialah

Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis dan Clostridium sp., sedangkan yang

bersifat non patogen antara lain B. bifidum dan L. acidophilus. Kedua bakteri ini

digunakan sebagai probiotik dalam pembuatan es puter yogurt kedelai (Susanti,

2005). Beberapa bakteri Gram negatif cenderung bersifat patogen dan

mengakibatkan banyak infeksi pada saluran pencernaan hewan antara lain Shigella

sp. yang menyebabkan disentri; Salmonella sp. yang menyebabkan demam tiroid dan

infeksi-infeksi enterik serta E. coli yang menyebabkan diare (Fardiaz, 1992).

Bakteri Gram positif cenderung lebih sensitif terhadap komponen antibakteri.

Hal ini disebabkan oleh struktur dinding selnya yang lebih sederhana sehingga

memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan

sasaran untuk bekerja, sedangkan struktur dinding sel Gram negatif lebih kompleks

dan berlapis tiga, yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah berupa

lipopolisakarida, dan lapisan dalam peptidoglikan (Pelezar dan Chan, 1986).

Perbedaan bakteri Gram positif dan negatif dapat dilihat pada Tabel 1.

Escherichia coli

E. coli pada umunya merupakan mikroba secara normal terdapat dalam

saluran pencernaan hewan dan manusia. Bakteri ini berbentuk batang atau koma,

tidak berkapsul, tidak berspora, umumnya mempunyai fimbria. E. coli membentuk

koloni berwarna putih kekuningan, dan permukaannya berkembang di atas agar

(Pelezar dan Chan, 1986), bersifat motil dan bersifat anaerob fakultatif dan tergolong

sebagai bakteri Gram negatif.

E. coli termasuk famili Enterobacteriaceae, berukuran panjang 2,0-6,0 µm

serta tunggal atau berpasangan dan dalam rantai pendek. Nilai pH optimum untuk

pertumbuhannya adalah 7,0-7,5 serta kisaran suhu pertumbuhannya 10-40 0C dengan

5

Page 19: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

suhu optimum 37 0C. E. coli sangat tidak sensitif terhadap panas (Fardiaz, 1992).

Bakteri ini merupakan salah satu galur yang paling sering menyebabkan diare

berdarah, gagal ginjal dan kerusakan syaraf. Implikasi dari infeksi patogen ini dapat

menyebabkan diare yang ringan sampai sedang, bahkan dapat berakibat fatal (Veling

et al., 2002).

Tabel 1. Beberapa Ciri Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Perbedaan Ciri

Gram positif Gram negatif

Struktur dinding sel Tebal (12-80 nm) Berlapis tunggal (mono)

Tipis (10-15 nm) Berlapis tiga (multi)

Komposisi dinding sel

Kandungan lipid rendah (1-4%) Peptidoglikan ada sebagai lapisan tunggal, komponen utama merupakan lebih dari 50% berat kering pada beberapa sel bakteri Asam tekoat

Kandungan lipid tinggi (11-22%) Peptidoglikan ada di dalam lapisan kaku sebelah dalam, jumlahnya sedikit, merupakan sekitar 10% berat kering Tidak ada asam tekoat

Kerentanan terhadap penisilin

Lebih rentan

Kurang rentan

Pertumbuhan dihambat oleh zat-zat warna dasar, misalnya ungu kristal

Pertumbuhan dihambat dengan nyata

Pertumbuhan tidak begitu dihambat

Persyaratan nutrisi

Relatif rumit pada banyak spesies

Relatif sederhana

Resistensi terhadap gangguan fisik

Lebih resisten

Kurang resisten

Sumber : Pelezar dan Chan (1986)

Salmonella typhimurium

Salmonella adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang, dapat hidup

secara anaerob fakultatif, tidak membentuk spora, dan dapat bergerak. Ukuran dari

bakteri ini adalah 1-4 μm. Tempat hidup salmonella adalah saluran pencernaan

hewan, manusia ataupun serangga. Salmonella dapat hidup pada suhu 5,3 0C sampai

6

Page 20: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

46,2 0C, sedangkan suhu optimumnya adalah 35-37 0C dengan pH 6,5-7,5. Koloni

bakteri S. typhimurium yang ditumbuhkan dalam media Salmonella Shigella Agar

(SSA) memiliki bentuk yang bulat, koloni berwarna hitam sedangkan pada media

nutrien agar (NA) koloni berbentuk bulat, agak cembung, dan berwarna putih

mengkilap (Hodstad, 1984).

Infeksi salmonella pada peternakan merupakan masalah utama yang meluas.

Banyak sekali kerugian secara ekonomi akibat infeksi salmonella misalnya tingkat

kematian ternak yang tinggi dan rendahnya pertambahan bobot badan serta efek

keracunan makanan pada konsumen. Beberapa kasus mewabahnya infeksi

salmonella telah dilaporkan dimana kebanyakan disebabkan oleh S. typhimurum, S.

entritidis, S. anatum, S. newport, S. cerro, S. agona dan S. dublin (Veling et al.,

2002). Salmonella sp. termasuk patogen dan berbahaya karena dapat menimbulkan

penyakit seperti tifus, paratifus, dan salmonellosis. Kerugian yang terjadi akibat

salmonellosis pada ternak antara lain berupa kematian, penurunan produksi ternak,

abortus, kematian neonatal dan pengafkiran yang tercemari kuman salmonella

(Winarsih et al., 2005).

Bifidobacterium bifidum.

Bakteri ini merupakan salah satu spesies bakteri asam laktat dari genus

bifidobacteria. B. bifidum secara umum dicirikan sebagai Gram positif, tidak

membentuk spora, tidak motil, anaerob, dan sakarolitik. Secara umum B. bifidum

ditemukan dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Memiliki temperatur

optimum untuk pertumbuhannya antara 36-38 0C, akan mati pada suhu 60 0C dan

memiliki pH optimum antara 6,5-7,0. B. bifidum dapat tumbuh pada suhu 43-45 0C,

bersifat heterofermentatif dimana rasio asam asetat dan asam laktat yang dihasilkan

adalah 1,5 : 1 (Rada dan Petr, 2002).

Terdapat beberapa efek menguntungkan dari B. bifidum, yaitu dapat

meningkatkan metabolisme protein, meningkatkan metabolisme vitamin B1, B2, B6,

B12, asam nikotinat dan asam folat, memiliki aktivitas antimikroba (antibiotiknya

disebut bifidin), dapat mencegah konstipasi, mengobati penyakit liver. B. bifidum

juga mampu menekan terjadinya kanker kolon (Kanbe, 1992).

B. bifidum mampu menghasilkan asam asetat dan asam laktat yang cukup

tinggi pada usus. Kondisi yang asam ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba

7

Page 21: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

enteropatogen yang mempunyai sifat sensitif terhadap asam seperti mikroba

Clostridium perfringens (Hoover, 1993). Letak B. bifidum di dalam saluran

pencernaan yaitu menempel pada dinding usus dan akan terjadi persaingan dengan

bakteri patogen untuk dapat hidup dalam saluran pencernaan. Tingginya jumlah

bakteri yang menguntungkan akan memenangkan kompetisi tersebut.

Lactobacillus sp

Lactobacillus adalah genus Bakteri Asam Laktat (BAL) dengan jumlah

anggota terbesar yang sangat beragam karakteristik fenotip, biokimia dam

fisiologisnya. Karakteristik umum bakteri ini adalah berbentuk bulat, dapat

memproduksi CO2 dari glukosa (dapat bersifat homofermentatif dan

heterofermentatif), dapat tumbuh pada suhu 10 0C, 6,5% NaCl dan pH 4,4 namun

tidak dapat tumbuh pada 18% NaCl dan pH 9,6 (Axelsson, 1998). Bakteri Asam

Laktat anggota genus ini juga dapat dibedakan berdasarkan karakteristik fisiologinya,

yaitu produk akhir metabolisme gula.

Lactobacillus banyak menghuni saluran gastrointestinal bagian atas dan dapat

mengkolonisasi permukaan mukosa usus. Jumlah Lactobacillus tergolong sangat

sedikit, yaitu jarang mencapai >103/ml/g, namun jumlahnya di usus dan kolon

dilaporkan mengandung 102-103 dan 104-109 per ml atau per gram secara berurutan.

Lactobacillus dapat tahan terhadap asam lambung dan dapat melewatinya sehingga

dapat mencapai usus halus dan kolon. Bakteri jenis ini dapat bertahan pada kondisi

dengan pH 4 selama beberapa minggu in vitro (Lambert dan Hull, 1996).

Daun Jarak (Jatropha curcas L.)

Tanaman jarak terbagi menjadi dua yaitu tanaman jarak kepyar (Ricinus

communis L.) dan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Kedua jenis tanaman

jarak ini temasuk kedalam famili Eurphorbiaceae dengan tipe daun besar dan agak

pucat. Tanaman jarak pagar berasal dari Amerika dan umumnya tumbuh di daerah

tropis dan subtropis. Tanaman ini tumbuh dengan cepat, kuat, dan tahan terhadap

panas, lahan tandus dan berbatu (Duke, 1983).

8

Page 22: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Menurut Duke (1983) klasifikasi jarak pagar adalah sebagai berikut:

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiaeceae

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas Linn.

Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukar besar dengan tinggi mencapai

5 meter dan bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, berbentuk silinder dan

bergetah. Tanaman ini mampu hidup sampai berumur lima puluh tahun dengan

diperbanyak melalui biji dan stek. Dari biji yang berkecambah akan tumbuh 5 akar

yaitu sebuah akar tunggang dan empat akar cabang. Sementara itu bibit yang berasal

dari stek tidak mempunyai akar tunggang. Jarak pagar bisa ditanam di lahan marginal

atau lahan kering. Cocok juga untuk program reboisasi atau penghijauan. Lahan

marginal dan kritis biasanya kekurangan air, sementara jarak pagar tahan terhadap

stres air sehingga cocok ditanam di daerah kekurangan air. Pada musim kemarau

jarak pagar akan menggugurkan daunnya tetapi akarnya tetap mampu menahan air

karena itu jarak pagar disebut tanaman pioner, tanaman penahan erosi dan tanaman

yang dapat mengurangi kecepatan angin (Syah, 2006).

Daun jarak pagar berupa daun tunggal berwarna hijau muda sampai hijau tua.

Daun menjari berbentuk bundar dengan diameter 10-75 cm. Bunganya tersusun

dalam suatu malai yang muncul dari ujung batang atau cabang. Panjang malai bunga

antara 10-40 cm (Staubmann et al.,1997).

Daun jarak mengandung senyawa kimia seperti β-sitosterol, stigmasterol,

cholesterol, campesterol, dan 7-keto-β-sitosterol. Selain itu daun jarak juga

mengandung flavonoid apigenin, vitexsin, dan isovitexsin (Hufford and Oguntimein,

1987). Komponen bioaktif daun jarak juga dapat berfungsi sebagai antiplasmodial

pada larva nyamuk malaria Plasmodium falciparum (Kohler et al., 2002).

9

Page 23: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Gambar 1. Daun Jarak (Jatropha curcas L.)

Jarak pagar dikenal memiliki banyak kegunaan terutama sebagai tumbuhan

obat tradisional. Daun jarak yang diekstrak dengan petroleum eter mempunyai

aktifitas antiinflamasi pada tikus yang terinfeksi (Stubman et al., 1997). Daun jarak

yang direbus sering digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati sakit perut

pada anak-anak dan mengobati radang tenggorokan pada orang dewasa. Daun jarak

juga sering digunakan untuk fumigasi pada kandang untuk memberantas hama atau

serangga (Syah, 2006). Fregbenro-Beyioku et al. (1998) menambahkan bahwa air

getah yang berasal dari daun jarak yang digiling dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus, Bacillus dan Micrococcus.

Antibakteri

Mikroorganisme dapat membahayakan karena mampu menginfeksi dan

menimbulkan penyakit. Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh

secara fisik maupun kimia. Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu

pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme

mikroba tersebut (Pelezar dan Chan, 1986). Antibakteri ini hanya digunakan jika

mempunyai sifat toksisitas, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan

penyakit tetapi tidak beracun bagi inangnya. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang memiliki aktivitas bakteriostatik

(menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal

(membunuh bakteri). Beberapa zat antibakteri bersifat bakteriostatik pada

konsentrasi rendah dan bakterisidal pada konsentrasi tinggi (Schunack et al., 1990).

10

Page 24: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Senyawa antibakteri bekerja merusak mikroba dengan berbagai cara, yaitu

merusak dinding sel, merusak membran plasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel, mendenaturasi protein dan asam-asam nukleat,

menghambat kerja enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Banyak

faktor dan keadaan yang dapat mempengaruhi kerja antibakteri, antara lain

konsentrasi antibakteri, jumlah bakteri, spesies bakteri, adanya bahan organik, suhu,

dan pH lingkungan (Pelezar dan Chan, 1986).

Tanaman herbal memiliki zat bioaktif yang dapat menghambat jumlah bakteri

patogen yang terdapat pada saluran pencernaan ayam. Hasil penelitian sebelumnya

menyatakan tepung daun salam dapat menekan jumlah bakteri E. coli dalam saluran

pencernaan ayam (Wiryawan, 2007). Demikian juga kunyit memiliki kandungan bis-

fenol yang mempunyai sifat aktif sebagai antibakteri (Dewi, 2007).

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang

mempunyai daya kerja bakteriostatik dan bakterisidal terhadap mikroorganisme lain

(Anggorodi, 1995). Antibiotik memiliki spektrum luas yang efektif melawan bakteri

Gram positif dan bakteri Gram negatif (Leeson and Summer, 2001). Penggunaan

antibiotik baik pada manusia maupun pada hewan akan menyebabkan munculnya

mikroorganisme resisten, tidak hanya mikroba sebagai target antimikroba tersebut

tetapi mikroorganisme lain yang memiliki habitat yang sama dengan mikroorganisme

target. Kadar pemakaian antibiotik yang dianjurkan United Stated of Drugs

Association (USDA) untuk ditambahkan dalam pakan ternak sebaiknya kurang dari

200 gram per ton (0,2 ppm) pakan (Hileman and Washington, 1999).

Antibiotik tetrasiklin dikenal sebagai antibiotik yang mempunyai spektrum

luas karena dapat digunakan untuk menghadapi infeksi berbagai jenis penyakit baik

yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Jordan (1994)

menyatakan bahwa tetrasiklin mampu mengurangi jumlah bakteri merugikan pada

dinding saluran pencernaan, sehingga pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan

dapat berlangsung dengan baik.

Fitokimia Bahan Alam

Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada

diantara kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat

dengan keduanya. Bidang perhatian dari fitokimia adalah keanekaragamanan

11

Page 25: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai

struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara

ilmiah, dan fungsi biologisnya (Rafi, 2003).

Analisa fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk

mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid, senyawa fenol

(termasuk flavonoid), steroid, saponin, dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan

biologis. Uji ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi jenis senyawa kimia

yang terdapat pada tumbuhan. Senyawa-senyawa ini merupakan metabolit sekunder

yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Analisa ini merupakan

tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan bersama-

sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut (Harborne, 1987).

Salah satu tujuan pengelompokan senyawa-senyawa aktif ini adalah untuk

mengetahui hubungan biosintesis dan famili tumbuhan. Informasi ini sangat berguna

oleh ahli sintesis kimia organik untuk memprediksi atau mengubah substituen

senyawa aktif tersebut sehingga dapat lebih berkhasiat. Tanaman yang diuji

fitokimianya adalah dapat berupa tanaman segar, kering yang berupa rajangan,

serbuk, ekstrak atau dalam bentuk sediaan. Uji fitokimia yang dilakukan berdasarkan

pada reaksi yang menghasilkan warna atau endapan. Selama bertahun-tahun uji

warna sederhana dan reaksi tetes dikembangkan untuk menunjukkan adanya senyawa

tertentu atau golongan tertentu karena sudah terbukti khas dan peka. Uji fitokimia

masih sering digunakan dalam pencirian senyawa karena mudah dan tidak

memerlukan peralatan yang rumit akan tetapi kadang tidak dapat memberikan hasil

yang memuaskan (Rafi, 2003).

12

Page 26: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi

Nutrisi, Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

Fakultas Peternakan dan Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor serta Balai

Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

sampai November 2007.

Materi

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tepung daun jarak

pagar, medium Nutrien Broth (NB), bacto agar, Salmonella Shigella Agar (SSA),

Eosin Metilen Blue (EMB), Bifidobacterium Selective Agar (BSA), MRS agar

(media Lactobacillus sp.), akuades steril, alkohol 70%, spirtus, tissu, kapas, kain

kasa steril, alumunium foil, kultur bakteri Escherichia coli, Salmonella typhimurium,

Bifidobakterium bifidum dan Lactobacillus sp.

Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, tabung hungate, tabung film, rak

tabung reaksi, erlenmeyer, cawan petri, pengaduk, labu spirtus, ose, korek api, labu

semprot, gelas piala, pipet tetes, pipet mikro, tip, spoit, label, lap tangan, timbangan

analitik, kompor gas, magnetic stirer, shaker waterbath, waterbath, laminar flow,

inkubator, autoclave dan spektrofotometer.

Prosedur

Pembuatan Tepung Daun Jarak

Daun jarak dibersihkan, lalu dilayukan (dikering anginkan) selama 48 jam

kemudian di oven dengan suhu 45oC selama 6 jam. Setelah daun jarak kering lalu

digiling sampai menjadi tepung daun jarak yang berukuran 60 mesh (Gambar 2).

Pembuatan Media

Pembuatan media Nutrient Agar (NA). Media ini digunakan untuk

pertumbuhan bakteri dalam bentuk media agar miring. Media ini dibuat dengan

mencampurkan Nutrient Broth (NB) sebanyak 1,3 gram dan bacto agar sebanyak 1,5

Page 27: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

gram kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml akuades. Larutan tersebut lalu

dipanaskan dan diaduk menggunakan magnetic stirer sampai homogen kemudian

dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi

diisi dengan 5 ml larutan, kemudian tabung-tabung tersebut ditutup dengan kapas

dan alumunium foil. Selanjutnya media tersebut disterilkan menggunakan autoclave

pada tekanan 1,5 atm, suhu 121oC selama 15 menit. Setelah disterilkan, tabung-

tabung tersebut dimiringkan di atas meja, agar terbentuk agar miring dan dibiarkan

selama 24 jam hingga menjadi padat.

Daun Jarak segar

Dilayukan (selama 48 jam)

Dikeringkan dalam oven suhu 45 0C (selama 6 jam)

Digiling

Tepung daun jarak (60 mesh)

Gambar 2. Proses Pembuatan Tepung Daun Jarak

Pembuatan media selektif agar. Media ini mengandung nutrien dalam

jumlah banyak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Media ini dibuat dengan

melarutkan masing-masing media selektif agar (Eosin Metilen Blue (EMB) 19,1

gram untuk media E.coli), (Salmonella Shigella Agar (SSA) 30,4 gram untuk media

S. typhimurium), dan (MRS agar 27,72 gram untuk media Lactobacillus) ke dalam

masing-masing 500 ml akuades. Khusus media Bifidobacterium Selective Agar

(BSA) untuk media B. bifidum sudah dalam bentuk cair 450 ml lalu dicampurkan

dengan bacto agar 10 gram kemudian dilarutkan. Masing-masing larutan tersebut lalu

dipanaskan dan diaduk hingga homogen kemudian larutan tersebut dimasukkan ke

dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 20 ml. Selanjutnya media tersebut

disterilkan menggunakan autoclave pada tekanan 1,5 atm, suhu 121oC selama 15

14

Page 28: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

menit. Setelah disterilkan media ini dituangkan ke dalam cawan petri dalam uji

sumur difusi.

Peremajaan Bakteri

Bakteri harus diremajakan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk uji

antibakteri. Bakteri dibiakkan pada agar miring yang telah disterilkan, kemudian

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Kultur bakteri tersebut diambil sebanyak

satu ose dan diinokulasikan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml media cair NB steril.

Kemudian diinkubasi pada shaker water bath selama 24 jam.

Uji Sumur Difusi (Bintang, 1993)

Uji sumur difusi ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi terbaik tepung

daun jarak terhadap bakteri E. coli, S. typhimurium, B. bifidum, dan Lactobacillus sp.

Uji ini merupakan uji kuantitatif dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Sebelum uji

sumur difusi dilakukan, terlebih dahulu dibuat larutan tepung daun jarak atau

tetrasiklin dengan melarutkan tepung daun jarak atau tetrasiklin ke dalam akuades

dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan 0,02% (w/v). Kultur bakteri yang

telah diremajakan diambil sebanyak 50 μl menggunakan pipet mikro lalu

dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya media selektif agar steril 15 ml

dituangkan ke dalam cawan petri, lalu dicampur merata dan dibiarkan memadat pada

suhu kamar. Setelah media memadat, dibuat lubang berdiameter 0,5 cm

menggunakan pangkal pipet tetes, lalu ditetesi dengan perlakuan-perlakuan (tepung

daun jarak dan tetrasiklin) sebanyak 50 μl kemudian diinkubasi pada suhu 37oC

selama 24 jam. Daya antibakteri masing-masing perlakuan ditunjukkan oleh diameter

zona bening disekitar lubang.

Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri pada Media Cair

Uji daya hambat pertumbuhan bakteri pada media cair ini dilakukan untuk

mengamati pola penghambatan tepung daun jarak terhadap bakteri. Uji ini dilakukan

dengan mengukur OD (Optical Density) menggunakan alat spektrofotometer yang

diukur setiap 2 jam sekali. OD merupakan indikasi jumlah bakteri yang terdapat

dalam media cair.

Biakan bakteri yang telah diremajakan diambil sebanyak 1 ose lalu

dimasukkan dalam media cair NB 20 ml dan diinkubasi selama 24 jam. Suspensi

15

Page 29: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

bakteri yang telah diinkubasi diambil sebanyak 1 ml dan dipindahkan ke dalam NB

10 ml untuk setiap tabung pada masing-masing bakteri kemudian diukur OD nya.

Setelah diukur OD nya lalu ditetesi larutan tepung daun jarak masing-masing dengan

konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% (w/v). Sebagai kontrol akan dibandingkan

dengan antibiotik tetrasiklin 0,02% (w/v). Setelah ditetesi lalu disimpan dalam

shaker waterbath dan diukur OD nya kembali setiap 2 jam berikutnya selama 12 jam

dan terakhir pada jam ke-24. Untuk uji daya hambat pertumbuhan bakteri ini

dilakukan sebanyak 3 kali ulangan untuk masing-masing bakteri.

Analisis Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan senyawa

alkaloid, flavonoid, steroid/triterpeniod, saponin dan tanin. Prosedur pengujiannya

adalah sebagai berikut (Harborne, 1987)

a. Uji alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel tepung daun jarak yang akan dianalisis diekstrak

dengan sedikit kloroform, kemudian ditambahkan 10 ml kloroform-amoniak,

disaring. Filtrat yang diperoleh ditetesi dengan H2SO4 2M, kemudian dikocok

sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam (tidak berwarna) dipipet ke dalam

tabung reaksi lain, kemudian larutan dibagi tiga. Masing-masing larutan

ditambahkan beberapa tetes reagen Dragendorf, Mayer dan Wagner. Uji akan

positif alkaloid apabila menghasilkan endapan yang berwarna orange setelah

ditambahkan reagen Dragendorf, endapan putih kekuningan setelah ditambahkan

reagen Mayer dan endapan cokelat setelah ditambah reagen Wagner.

b. Uji Senyawa Fenol/Flavonoid

Sebanyak 2 gram sampel tepung daun jarak diekstrak dengan beberapa ml

(terendam) metanol kemudian dipanaskan sampai mendidih lalu disaring.

Kemudian filtrat dibagi 2 pada bagian pertama ditambahkan NaOH 10% dan

pada bagian kedua ditambahkan H2SO4 pekat. Bila dengan penambahan NaOH

10% menghasilkan warna merah berarti positif adanya senyawa fenol

hidrokuinon.

16

Page 30: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

c. Uji Triterpenoid atau Steroid

Sebanyak 2 gram tepung daun jarak ditambahkan 25 ml etanol lalu

dipanaskan dan disaring. Filtrat diuapkan lalu ditambahkan eter. Lapisan eter

dipipet dan diuji pada spot plate. Jika ditambahkan pereaksi Lieberman Buchard

sebanyak 3 tetes dan terbentuk warna merah/ungu, positif mengandung

triterpenoid. Jika terbentuk warna hijau, maka positif mengandung steroid.

d. Uji Saponin dan Tanin

Sebanyak 2-4 gram sampel tepung daun jarak diekstrak dengan aquades

panas kemudin dipanaskan sampai mendidih, dan disaring. Filtrat dibagi dua

kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Bagian pertama untuk uji

saponin, larutan dibiarkan dulu agak dingin, kemudian dikocok secara vertikal.

Bila timbul busa yang stabil setinggi kurang lebih 1 cm selama 10 menit

menandakan positif adanya saponin. Pada tabung reaksi kedua filtrat

ditambahkan FeCl3 1% bila menghasilkan warna biru atau hitam kehijauan,

menandakan positif adanya tanin.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk uji daya hambat pertumbuhan

bakteri pada media cair dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

pola faktorial 4x6 dengan faktor perlakuan utama adalah lama inkubasi (0, 2, 4 dan 6

jam) dan faktor perlakuan kedua adalah bahan antimikroba (konsentrasi larutan

tepung daun jarak 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan tetrasiklin 0,02% (w/v)) masing-

masing dengan 3 ulangan. Model matematik dari rancangan tersebut adalah sebagai

berikut (Steel dan Torrie, 1991) :

Yijk = µ + άi + βj + άβij + Єijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor perlakuan A (lama inkubasi) ke-i

dan faktor perlakuan B (bahan antimikroba) ke-j dan ulangan ke-k

µ = Nilai tengah pengamatan

άi = Pengaruh lama inkubasi ke-i

βj = Pengaruh bahan antimikroba ke-j

άβij = Pengaruh interaksi antara lama inkubasi ke-i dan bahan antimikroba

17

Page 31: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

ke-j

Єijk = Pengaruh galat lama inkubasi ke-i, bahan antimikroba ke-j dan

ulangan ke-k

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) menurut

Steel dan Torrie (1991) dan jika memberikan hasil yang berbeda maka dilanjutkan

dengan uji Kontras ortogonal untuk melihat perbedaan antar perlakuan, sedangkan

untuk uji sumur difusi dianalisis secara kuantitatif deskriptif.

18

Page 32: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Fitokimia

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tepung daun jarak secara kualitatif

mengandung alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid sedangkan

secara kuantitatif menunjukkan tepung daun jarak mengandung saponin sebesar

1,12% dan tanin sebesar 4,63% (Tabel 2).

Hasil uji fitokimia secara kualitatif ini tidak jauh berbeda dengan hasil

penelitian Fitriana (2008) yang menggunakan ekstrak daun jarak. Pada penelitian

Fitriana (2008) ekstrak daun jarak dengan pelarut air mengandung senyawa alkaloid,

saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida, sedangkan tepung daun

jarak tidak mengandung steroid dan glikosida. Ekstrak daun jarak dengan pelarut

metanol juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan pelarut air.

Senyawa metabolit sekunder yang diduga memiliki aktivitas antibakteri dari

tepung daun jarak adalah alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid.

Saponin dan tanin diduga memiliki aktivitas antibakteri paling besar dalam

menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian Sugiharti (2007), menunjukkan

bahwa ekstrak daun sirih merah memiliki kandungan alkaloid, steroid dan tanin yang

mempunyai sifat aktif sebagai antibakteri.

Tabel 2. Hasil Analisis Fitokimia Tepung Daun Jarak

Golongan Senyawa Hasil Kualitatif** Hasil Kuantitatif*

Alkaloid - Saponin 1,12% Tanin 4,63% Fenolik - Flavonoid - Triterpenoid

+++ ++++ ++++

+ +++

+ - Keterangan: * : Hasil analisa di Balai Penelitian Ternak, Ciawi (2007).

**: + : positif lemah ++ : positif +++ : positif kuat ++++ : positif kuat sekali

Menurut Pelezar dan Chan (1986) senyawa yang bersifat sebagai antimikroba

antara lain adalah alkohol, fenolik, klor, iodium, dan etilen oksida. Flavonoid,

senyawa fenolik hidrokuinon, dan tanin termasuk golongan senyawa fenol. Ketiga

Page 33: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

senyawa ini bersifat sebagai antibakteri. Flavonoid, fenolik hidrokuinon, lignin,

melanin, dan tanin termasuk dalam senyawa fenol. Semua senyawa fenol berupa

senyawa aromatik sehingga menunjukkan serapan yang kuat di daerah ultra violet.

Alkaloid menurut Harborne (1987) merupakan senyawa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam bentuk gabungan sebagai bagian dari

sistem siklik. Menurut Karou et al. (2006) senyawa alkaloid dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif, namun mekanisme

penghambatan senyawa alkaloid terhadap bakteri belum jelas. Senyawa alkaloid

menyebabkan lisis sel dan perubahan morfologi bakteri.

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan

busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan

hemolisis sel darah merah. Saponin termasuk salah satu senyawa sterolin atau

glikosida sterol berdasarkan ketidaklarutannya dalam air dan tidak beracun terhadap

hewan. Saponin berfungsi sebagai antimikroba dan bahan baku untuk sintesis

hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan karena dapat menghambat

dehidrogenase jalur prostagladin dan steroid anak ginjal (Robinson, 1995).

Tanin berasa sepat dan banyak terdapat pada tumbuhan hijau. Mekanisme

penghambatan tanin terhadap bakteri menurut Brannen dan Davidson (1993) adalah

dengan cara bereaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial, dan

destruksi atau inaktivasi fungsi material genetik. Tanin merupakan senyawa

polifenolik dengan bobot molekul yang tinggi dan mempunyai kemampuan mengikat

protein. Tanin terdiri atas katekin, leukoantosianin dan asam hidroksi yang masing-

masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam.Tanin disebut juga

asam tanat dan asam galotanat. Tanin terdiri atas dua kelompok, yaitu condensed

tannin (tanin padat) dan hydrolizable tannin (tanin yang dapat dihidrolisis) (Widodo,

2002).

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang penting karena merupakan kelas

besar diantara senyawa-senyawa penyusun tanaman. Mekanisme antimikroba

senyawa fenolik adalah dengan mengganggu kerja di dalam membran sitoplasma

mikroba, termasuk diantaranya mengganggu transpor aktif dan kekuatan proton

(Harborne, 1987).

20

Page 34: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Menurut Robinson (1995), flavonoid terdapat pada seluruh tumbuhan mulai

dari fungus sampai angiospermae. Flavonoid merupakan komponen aktif tumbuhan

yang digunakan sebagai obat tradisional. Flavonoid dapat bertindak sebagai

antimikroba dan antivirus serta sebagai penampung yang baik bagi radikal hidroksi

dan superoksida, sehingga dapat melindungi membran lipid terhadap reaksi yang

merusaknya. Flavonoid dapat merugikan yaitu bersifat mutagen dan jenis isoflavon

dapat merangsang pembentukan estrogen pada mamalia.

Terpenoid merupakan senyawa besar yang terkandung dalam tumbuhan.

Penggolongan terpenoid didasarkan pada adanya molekul isopren. Secara kimiawi,

terpenoid bersifat larut dalam lemak dan terdapat dalam sel tumbuhan

(Suradikusumah, 1989). Terpenoid merupakan zat pengatur pertumbuhan tanaman.

Salah satu golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba adalah

triterpenoid. Triterpenoid (C30) tersebar luas dalam damar, gabus dan kitin tumbuh-

tumbuhan. Triterpenoid termasuk senyawa yang merupakan komponen aktif dalam

obat. Senyawa ini banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit gangguan kulit.

Triterpenoid memiliki sifat antijamur, insektisida, antibakteri dan antivirus

(Robinson, 1995).

Uji Sumur Difusi

Hasil uji sumur difusi (Tabel 3) menunjukkan bahwa tepung daun jarak

dengan konsentrasi 10% (w/v) dapat menghambat bakteri S. typhimurium dengan

zona hambat 6,8 mm, tetapi tidak dapat menghambat bakteri E. coli, B. bifidum dan

Lactobacillus sp. Sementara itu, tetrasiklin dengan konsentrasi 0,02% (w/v) dapat

menghambat bakteri S. typhimurium dan B. bifidum dengan zona hambat masing-

masing 14 mm dan 10,5 mm.

Zona hambat pada pemberian tepung daun jarak 10% menunjukkan adanya

daya antibakteri yang dimiliki daun jarak. Pada konsentrasi tepung daun jarak

lainnya (2,5%, 5% dan 7,5%) tidak terdapat zona hambat pada semua bakteri uji.

Menurut Pelezar dan Chan (1986), komponen yang memiliki aktivitas antibakteri

adalah komponen senyawa fenolik, alkaloid, terpenoid dan glikosida diantaranya

tanin dan saponin.

21

Page 35: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Tabel 3. Diameter Penghambatan Antibakteri Tepung Daun Jarak Menggunakan Metode Sumur Difusi

Konsentrasi Tepung Daun Jarak

Bakteri 2,5% 5% 7,5% 10% Tetrasiklin

Salmonella typhimurium - - - 6,8 mm 14 mm

Escherichia coli - - - - -

Bifidobacterium bifidum - - - - 10,5 mm

Lactobacillus sp - - - - -

Hal ini kemungkinan konsentrasi yang digunakan belum mampu untuk

menghambat pertumbuhan bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya zona hambat pada

sampel uji mengindikasikan bahwa tepung daun jarak mengandung senyawa aktif.

Tepung dengan konsentrasi yang tinggi mengandung senyawa aktif dengan kadar

yang tinggi pula, sehingga lebih besar daya hambatnya terhadap bakteri

dibandingkan tepung dengan konsentrasi rendah. Selain itu, tidak adanya

penghambatan pada bakteri E. coli dan Lactobacillus sp. baik pada perlakuan tepung

daun jarak dan tetrasiklin disebabkan tidak ada bakteri yang tumbuh pada media

tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi media dan kondisi inkubasi (pH,

suhu dan waktu) yang kurang sesuai untuk pertumbuhan bakteri. Banyak faktor yang

mempengaruhi ukuran daerah penghambatan yaitu sensitivitas organisme, medium

kultur, kondisi inkubasi (suhu, waktu dan pH), kecepatan zat berdifusi dalam agar,

konsentrasi mikroorganisme, komposisi media (Schlegel dan Schmidt, 1994).

Berdasarkan tahapan pengujian yang telah dilakukan terlihat adanya

perbedaan diameter hambatan. Perbedaan besar diameter hambatan ini dapat

disebabkan adanya perbedaan kecepatan fraksi-fraksi berdifusi ke medium agar.

Faktor lain yang menyebabkan perbedaan diameter hambatan dari fraksi-fraksi

tersebut adalah perbedaan konsentrasi senyawa aktif yang terdapat pada fraksi-fraksi

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Prescott (2005), bahwa ukuran dari zona

hambat dipengaruhi oleh tingkat sensitifitas dari organisme uji, medium kultur dan

kondisi inkubasi, kecepatan difusi dari senyawa antibakteri dan konsentrasi senyawa

antibakteri. Zona hambat yang kecil menunjukkan adanya aktifitas antibakteri yang

22

Page 36: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

lebih rendah, sedangkan zona hambat yang besar menunjukkan semakin besar

aktifitas antibakterinya (Pelezer dan Chan, 1986).

Pengukuran adanya kekuatan antibiotik terhadap bakteri menurut Suryawiria

(1978) digunakan metode dari Davis Stout dengan ketentuan : sangat kuat (daerah

hambat 20 mm atau lebih), kuat (daerah hambat 10-20 mm), sedang (daerah hambat

(5-10 mm) dan lemah (daerah hambat <5 mm). Tetrasiklin digunakan sebagai

pembanding karena merupakan jenis antibiotik yang sering digunakan dan memiliki

spektrum luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram

negatif (Leeson and Summer, 2001). Dapat disimpulkan bahwa kekuatan antibakteri

yang dimiliki oleh tepung daun jarak bersifat sedang karena zona hambatnya 5-10

mm, sedangkan dengan tetrasiklin kekuatan antibakterinya kuat (daerah hambat 10-

20 mm).

Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri pada Media Cair

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsentrasi tepung daun jarak dan

tetrasiklin yang digunakan menunjukkan pola pertumbuhan bakteri yang tidak

konsisten selama 12 jam. Pengamatan pola pertumbuhan bakteri hanya dilakukan

selama 6 jam karena setelah 6 jam, nilai OD relatif stabil. Nilai OD ini sebanding

dengan pertumbuhan bakteri dimana semakin tinggi nilai ODnya maka semakin

tinggi juga jumlah bakteri yang terdapat dalam media. Senyawa antibakteri yang

terkandung dalam daun jarak akan menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang

ditunjukkan dengan nilai OD yang semakin kecil.

Pola Penghambatan pada Escherichia coli

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama inkubasi (jam) (faktor A)

mempunyai pengaruh sangat nyata pada pertumbuhan E. coli (P<0,01) (Tabel 4).

Hasil uji Kontras ortogonal pada lama inkubasi 0 jam menunjukkan rataan delta nilai

OD terendah pada perlakuan tepung daun jarak 0%, sedangkan pada lama inkubasi 2,

4 dan 6 jam rataan delta nilai OD terendah ditunjukkan pada perlakuan tetrasiklin.

Hal ini diduga pada lama inkubasi 0 jam, daya antibakteri yang terdapat pada bahan

antimikroba belum bekerja. Waktu inkubasi mempengaruhi kerja antibakteri yang

terdapat pada bahan antimikroba (Fardiaz, 1992).

23

Page 37: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Delta nilai OD adalah selisih nilai OD akhir dan awal yang menunjukkan

pola pertumbuhan dari bakteri. Semakin kecil delta nilai OD, maka semakin besar

aktivitas penghambatan bahan antimikroba terhadap bakteri.

Tabel 4. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Escherichia coli

Lama Inkubasi (jam) Bahan Antimikroba A1 (0) A2 (2) A3(4) A4 (6) Rataan

B1(0% TDJ) 0,03A 0,20C 0,03A 0,03A 0,074B±0,08 B2 (2,5% TDJ) 0,06A 0,14C 0,03A 0,06A 0,070B±0,06 B3 (5% TDJ) 0,07B 0,15C 0,03A 0,03A 0,071B±0,06 B4 (7,5% TDJ) 0,11B 0,15C 0,03A 0,01A 0,077B±0,06 B5 (10% TDJ) 0,08B 0,16C 0,02A 0,03A 0,074B±0,06 B6 (Tetrasiklin 0,02%) 0,06B -0,01A 0,01A -0,03A 0,008A±0,04

Rataan 0,07B±0,04 0,13C±0,07 0,02A±0,01 0,02A±0,03 Keterangan : Superskrip dengan huruf kapital menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

TDJ = Tepung Daun Jarak

Selain itu, hasil sidik ragam juga menunjukkan bahwa bahan antimikroba

(faktor B) mempunyai pengaruh sangat nyata (P<0,01) menghambat pertumbuhan E.

coli. Hasil uji Kontras ortogonal pada perlakuan tepung daun jarak 0% (tanpa

pemberian bahan antimikroba) menunjukkan tidak ada perbedaan penghambatan

selama inkubasi. Pada perlakuan tepung daun jarak 2,5%, 5% dan 10%,

penghambatan terbesar terhadap E. coli terjadi setelah 4 jam inkubasi yang

ditunjukkan dengan rataan delta nilai OD terendah. Sedangkan pada perlakuan

tepung daun jarak 7,5% dan tetrasiklin, penghambatan terbesar terjadi setelah 6 jam

inkubasi. Dari kelima perlakuan tepung daun jarak, pada perlakuan tepung daun jarak

7,5% menunjukkan aktivitas yang sama pada tetrasiklin yaitu pertumbuhan bakteri E.

coli yang semakin dihambat setelah 4 jam inkubasi. Hal ini menunjukkan senyawa

antibakteri yang terdapat pada tepung daun jarak 7,5% dapat menghambat bakteri E.

coli lebih baik dari yang lain.

Hasil sidik ragam interaksi antara faktor A dan B menunjukkan hasil yang

sangat nyata (P<0,01) terhadap pertumbuhan E. coli. Perlakuan tepung daun jarak

yang dapat menghambat pertumbuhan E. coli paling kuat adalah tepung daun jarak

7,5% setelah 6 jam inkubasi. Pola pertumbuhan bakteri E. coli dengan pemberian

tepung daun jarak 7,5% mempunyai pola yang sama dengan tetrasiklin sehingga

tepung daun jarak 7,5% dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.

24

Page 38: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

coli. Pola pertumbuhan bakteri E. coli dengan pemberian bahan antimikroba

disajikan pada Gambar 3.

-0.05

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0 2 4 6

Lama Inkubasi (jam)

0% 2.50% 5%7.50% 10% Tetrasiklin

Gambar 3. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba

terhadap Pertumbuhan Escherichia coli

Pola Penghambatan pada Salmonella typhimurium

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama inkubasi (jam) (faktor A)

mempunyai pengaruh sangat nyata pada pertumbuhan S. typhimurium (P<0,01)

(Tabel 5). Hasil uji Kontras ortogonal pada lama inkubasi 0 jam menunjukkan rataan

delta nilai OD terendah pada perlakuan tepung daun jarak 2,5% dan tetrasiklin. Pada

lama inkubasi 2 jam, rataan delta nilai OD terendah ditunjukkan pada perlakuan

tetrasiklin. Pada lama inkubasi 4 jam, rataan delta nilai OD terendah ditunjukkan

pada perlakuan tepung daun jarak 7,5% dan pada lama inkubasi 6 jam, rataan delta

nilai OD terendah ditunjukkan pada perlakuan tepung daun jarak 10% dan tetrasiklin.

Sementara itu, hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bahan antimikroba

(faktor B) tidak memberikan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan S.

typhimurium. Sedangkan hasil sidik ragam interaksi antara faktor A dan B

menunjukkan hasil yang nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan S. typhimurium. Hasil

uji Kontras ortogonal menunjukkan interaksi antara faktor A dan B terhadap

pertumbuhan S. typhimurium berbeda nyata.

25

Page 39: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Tabel 5. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Salmonella typhimurium

Lama Inkubasi (jam) Bahan Antimikroba A1 (0) A2 (2) A3(4) A4 (6) Rataan

B1(0% TDJ) 0,05a 0,14b 0,06b 0,02a 0,06±0,05 B2 (2,5% TDJ) 0,02a 0,16b 0,03a 0,04a 0,06±0,06 B3 (5% TDJ) 0,05a 0,15b 0,04a 0,03a 0,06±0,05 B4 (7,5% TDJ) 0,07b 0,17b 0,02a 0,02a 0,07±0,07 B5 (10% TDJ) 0,03a 0,13b 0,07b 0,01a 0,06±0,05 B6 (Tetrasiklin 0,02%) 0,02a 0,02a 0,08b 0,01a 0,03±0,08

Rataan 0,04A±0,03 0,13B±0,05 0,05A±0,06 0,02A±0,02 Keterangan : Superskrip dengan huruf kapital menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) TDJ = Tepung Daun Jarak

Penghambatan terbesar terhadap bakteri S. typhimurium terdapat pada

perlakuan tepung daun jarak 10% dan tetrasiklin setelah 6 jam inkubasi. Hal ini

menunjukkan daya kerja senyawa antibakteri yang terdapat dalam tepung daun jarak

10% sama dengan antibiotik tetrasiklin 0,02%. Hal ini juga ditunjukkan dengan pola

pertumbuhan bakteri yang sama (Gambar 4). Perlakuan tepung daun jarak yang dapat

menghambat pertumbuhan S. typhimurium paling kuat adalah tepung daun jarak

10%. Hal ini berarti tepung daun jarak 10% dapat digunakan untuk menghambat

pertumbuhan S. typhimurium.

-0.05

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0 2 4 6

Lama Inkubasi (jam)

0% 2.50% 5%7.50% 10% Tetrasiklin

Gambar 4. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba

terhadap Pertumbuhan Salmonella typhimurium

26

Page 40: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Pola Penghambatan pada Bifidobacterium bifidum

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama inkubasi (jam) (faktor A)

mempunyai pengaruh sangat nyata pada pertumbuhan B. bifidum (P<0,01) (Tabel 6).

Hasil uji Kontras ortogonal pada lama inkubasi 0, 2 dan 4 jam menunjukkan rataan

delta nilai OD terendah pada perlakuan tetrasiklin. Sedangkan setelah 6 jam inkubasi,

rataan delta nilai OD terendah ditunjukkan pada perlakuan tepung daun jarak 0%

(tanpa pemberian bahan antimikroba). Hal ini menunjukkan perlakuan tepung daun

jarak kurang menghambat pertumbuhan bakteri B. bifidum.

Tabel 6. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Bifidobacterium bifidum

Lama Inkubasi (jam) Bahan Antimikroba A1 (0) A2 (2) A3(4) A4 (6) Rataan

B1(0% TDJ) 0,005 0,116 0,106 0,050 0,07±0,09 B2 (2,5% TDJ) 0,001 0,168 0,125 0,070 0,09±0,17 B3 (5% TDJ) 0,009 0,166 0,071 0,167 0,10±0,11 B4 (7,5% TDJ) 0,034 0,149 0,089 0,199 0,12±0,09 B5 (10% TDJ) 0,055 0,237 0,090 0,166 0,14±0,15 B6 (Tetrasiklin 0,02%) -0,003 0,071 -0,019 0,093 0,04±0,08

Rataan 0,02A±0,03 0,15A±0,11 0,08A±0,12 0,12A±0,15 Keterangan : Superskrip dengan huruf kapital menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) TDJ = Tepung Daun Jarak

Sementara itu, hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bahan antimikroba

(faktor B) tidak memberikan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan B. bifidum.

Demikian juga tidak adanya interaksi antara faktor A dan B terhadap pertumbuhan B.

bifidum. Pola pertumbuhan bakteri B. bifidum dengan pemberian bahan antimikroba

menunjukkan bahwa pemberian tepung daun jarak 10% memiliki penghambatan

terkecil dibandingkan dengan tepung daun jarak 7,5% (Gambar 5). Hal ini

menunjukkan tepung daun jarak 10% lebih baik digunakan karena kurang

menghambat pertumbuhan bakteri menguntungkan seperti bakteri B. bifidum.

27

Page 41: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

-0.05

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0 2 4 6

Lama Inkubasi (jam)

0% 2.50% 5%7.50% 10% Tetrasiklin

Gambar 5. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba

terhadap Pertumbuhan Bifidobacterium bifidum

Pola Penghambatan pada Lactobacillus sp.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama inkubasi (jam) (faktor A)

mempunyai pengaruh sangat nyata pada pertumbuhan Lactobacillus sp. (P<0,01)

(Tabel 7). Hasil uji Kontras ortogonal pada lama inkubasi 0, 2, 4 dan 6 jam

menunjukkan rataan delta nilai OD terendah pada perlakuan tetrasiklin. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian tepung daun jarak kurang menghambat pertumbuhan

bakteri Lactobacillus sp.

Tabel 7. Rataan Delta Nilai OD untuk Pertumbuhan Lactobacillus sp.

Lama Inkubasi (jam) Bahan Antimikroba A1 (0) A2 (2) A3(4) A4 (6) Rataan

B1(0% TDJ) 0,022 0,109 0,061 0,171 0,09±0,09 B2 (2,5% TDJ) 0,009 0,253 0,067 0,017 0,09±0,13 B3 (5% TDJ) 0,004 0,216 0,072 0,149 0,11±0,14 B4 (7,5% TDJ) 0,008 0,213 0,110 0,032 0,09±0,09 B5 (10% TDJ) 0,030 0,292 0,120 -0,017 0,11±0,15 B6 (Tetrasiklin 0,02%) -0,012 0,089 0,036 -0,109 0,001±0,14

Rataan 0,01A±0,03 0,19B±0,10 0,08A±0,09 0,04A±0,17 Keterangan : Superskrip dengan huruf besar menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

TDJ = Tepung Daun Jarak

28

Page 42: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Sementara itu, hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bahan antimikroba

(faktor B) tidak memberikan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan

Lactobacillus sp. Demikian juga tidak adanya interaksi antara faktor A dan B

terhadap pertumbuhan Lactobacillus sp. Pola pertumbuhan bakteri Lactobacillus sp.

dengan pemberian bahan antimikroba menunjukkan perlakuan tepung daun jarak

10% memiliki penghambatan terkecil dibandingkan tepung daun jarak 7,5%

(Gambar 6). Hal ini menunjukkan tepung daun jarak 10% lebih baik digunakan

karena kurang menghambat pertumbuhan bakteri menguntungkan seperti bakteri

Lactobacillus sp.

-0.20

-0.10

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0 2 4 6

Lama Inkubasi (jam)

0% 2.50% 5%7.50% 10% Tetrasiklin

Gambar 6. Pengaruh Waktu Inkubasi dan Bahan Antimikroba

terhadap Pertumbuhan Lactobacillus sp.

Tepung daun jarak dengan konsentrasi 7,5% paling besar menghambat

pertumbuhan E. coli dan konsentrasi 10% paling besar menghambat pertumbuhan S.

typhimurium. Daya hambat pada konsentrasi 10% untuk S. typhimurium sama

dengan tetrasiklin. Hal ini dikarenakan daun jarak mengandung tanin dan saponin

sebagai senyawa antibakteri. Santoso dan Sartini (2001) melaporkan hasil

penelitiannya bahwa ransum yang mengandung tepung daun katuk sebesar 1, 2 dan

3% sangat nyata menurunkan populasi bakteri E. coli dan Salmonella sp. Hal ini

karena daun katuk mengandung zat anti nutrisi saponin sama seperti yang terkandung

dalam tepung daun jarak.

29

Page 43: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Senyawa saponin merupakan zat yang dapat meningkatkan permeabilitas

membran sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel

bakteri maka dinding sel bakteri tersebut akan pecah atau lisis, sedangkan tanin

dalam konsentrasi yang rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Namun

demikian pada konsentrasi tinggi tanin bekerja sebagai antibakteri dengan

mengkoagulasi protoplasma bakteri karena terbentuk ikatan yang stabil dengan

protein bakteri (Robinson, 1995; Wiryawan et al., 2000; Makkar, 2003).

Pemberian tepung daun jarak pada konsentrasi 7,5% selain menghambat

pertumbuhan bakteri patogen juga ikut menghambat pertumbuhan bakteri non

patogen (Gambar 5 dan 6). Pada konsentrasi ini, daya antibakteri tepung daun jarak

terhadap pertumbuhan bakteri sama dengan antibiotik tetrasiklin. Menurut Leeson

and Summer (2001) antibiotik tetrasiklin memiliki spektrum luas yang efektif

melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.

Pemberian tepung daun jarak pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%

dapat menghambat pertumbuhan bakteri non patogen. Namun demikian, tingkat

penghambatannya masih lebih rendah dibanding tetrasiklin. Hal ini menunjukkan

bahwa pemakaian tepung daun jarak sebagai antibakteri patogen masih lebih baik

dibanding antibiotik karena tidak terlalu mengganggu pertumbuhan bakteri

menguntungkan.

Konsentrasi tepung daun jarak 7,5% dan 10% memberikan hasil yang lebih

baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Penghambatan pertumbuhan

bakteri patogen pada konsentrasi 7,5% ikut menghambat pertumbuhan bakteri non

patogen. Sementara itu, penggunaan tepung daun jarak pada konsentrasi 10% kurang

menghambat pertumbuhan bakteri non patogen dibandingkan antibiotik, sehingga

penggunaan tepung daun jarak pada konsentrasi 10% lebih baik dan lebih efektif dari

7,5%.

Bakteri non patogen kurang dihambat pada pemberian tepung daun jarak

konsentrasi 10% sehingga diharapkan akan terjadi keseimbangan bakteri atau

mikroflora usus pada ayam. Hal ini dapat membantu pencernaan secara optimal,

sekresi beberapa vitamin salah satunya vitamin K dan meningkatkan efisiensi pakan.

Pada mikroflora usus, keseimbangan terjadi jika populasi bakteri non patogen sama

30

Page 44: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

atau lebih tinggi dari bakteri patogen karena mekanisme kerja bakteri non patogen

sendiri dapat menghambat bakteri patogen.

Masing-masing bahan antimikroba mempunyai waktu penghambatan

optimum berbeda-beda diduga karena kandungan dan sistem kerja dari senyawa

antibakteri yang terdapat dalam bahan antimikroba berbeda-beda. Fardiaz (1992)

mengemukakan bahwa kecepatan dan efisiensi kerusakan bakteri oleh senyawa

antibakteri dipengaruhi oleh suhu, pH, waktu, konsentrasi dan adanya komponen

organik lainnya. Senyawa organik lain dapat menurunkan aktivitas zat antibakteri

dengan cara menginaktifkan dan mengganggu kontak antara zat antibakteri dengan

sel bakteri, sehingga dapat melindungi bakteri dari zat antibakteri. Hal ini disebabkan

tumbuhan obat masih mengandung bahan organik lain selain antibakteri, sehingga

memerlukan tahap pemurnian lebih lanjut agar diperoleh ekstrak murni yang hanya

mengandung senyawa antibakteri.

31

Page 45: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil kualitatif analisis fitokimia menunjukkan bahwa tepung daun jarak

mengandung senyawa diantaranya : alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid dan

triterpenoid sedangkan hasil kuantitatif menunjukkan tepung daun jarak mengandung

tanin sebesar 4,63% dan saponin sebesar 1,12%. Konsentrasi tepung daun jarak

paling baik dari perlakuan yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri patogen (E. coli dan S. typhimurium) secara in vitro adalah konsentrasi

tepung daun jarak 10%. Kandungan kimia yang diduga bersifat antibakteri dalam

tepung daun jarak adalah saponin dan tanin.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi penggunaan

tepung daun jarak dan perlu dilakukannya ekstraksi sehingga diperoleh hasil yang

maksimum.

Page 46: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum wr wb

Alhamdulillahirabil’alamin. Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT dengan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ir.

Komang G. Wiryawan selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi, Sri Suharti,

SPt., MSi. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, arahan,

bimbingan, kritik dan sarannya serta motivasi yang diberikan selama kegiatan

akademis, penelitian dan penulisan skripsi ini. Selain itu ucapan terimakasih

disampaikan kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS. dan Prof. Dr. Ir. Hj. Iman Rahayu H.

S., MS. yang telah menguji, mengkritik, dan memberikan sumbangan pemikiran serta

masukan dalam penulisan skripsi ini, kepada Dr. Ir. Dewi Apri Astuti sebagai

pembimbing PKM.

Rasa hormat dan terimakasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Muhammad

Rapi dan Ibunda Sofiyati tercinta yang telah mendidik, membimbing dan

membesarkan dengan penuh kasih sayang, memberikan doa, semangat, dukungan

moril dan materil dengan tulus ikhlas. Terimakasih untuk adik-adikku (Ayu, Tyo,

Anggi dan Reza) dan keluarga besar di Jakarta atas doa dan dukungan yang tak

ternilai. Terima kasih untuk mein lieb atas perhatian, dukungan, dan kasih sayangmu

yang senantiasa menemani penulis.

Terimakasih penulis sampaikan kepada teman sepenelitian Devi, Indri dan

Eva atas kerjasama, kekeluargaan dan kesabarannya selama penelitian. Terimakasih

kepada Fitri, Linda, Lisna, Abang, Sari, Tefi, Akbar atas doa, persahabatan, kasih

sayang dan semangat yang tak ternilai, seluruh teman-teman INMT khususnya

INMT’41, Zee, Siska, Imel, Koko, Ndez, Ucup, Abang, Arif, Rangga, Julian, Aan,

Edo, Mas Zur, Joko, Aryono, Galih, Acil dan Lina (INMT’42), Mas Mul, Mas

Lanang, Camay, Yeni, teman-teman di Wisma Fairus serta teman-teman lainnya

yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas bantuan, persahabatan dan semangatnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2008

Penulis

Page 47: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-2. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.

Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Apajalahti, J., A. Kettunen and H. Graham. 2004. Characteristic of the gastrointestinal microbial communities with special reference to the chicken. J. Poultry Sci. 60 : 223-232.

Axelsson, L. 1998. Lactic Acid Bacteria: Classification and Physiology. In: Salminen, S. dan A. von Wright. (Ed.). Lactic Acid Bacteria: Microbiology and Functional Aspects. 2nd Ed. Revised and Expanded. Marcell Dekker Inc. New York.

Bintang, M. 1993. Studi antimikroba dari Streptococcus lactis BCC2259. Disertasi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Brannen, L. A. and P. M. Davidson. 1993. Antimicrobials in Food. Marcel Dekker. New York

Dewi, F. K. 2007. Performa, persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler pada kondisi cekaman panas dengan ransum mengandung tepung kunyit dan daun pepaya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Duke, J. A. 1983. Handbook of Energy Crops. Unpublhished. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fitriana, S. 2008. Penapisan fitokimia dan uji aktivitas anthelmintik ekstrak daun jarak (Jatropha curcas L.) terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fragbenro-Beyioku A. F., W. A. Ovibo and B. C. Anuforom. 1998. Desinfectant / antiparasitic activities of Jatropha curcas . J. East Afr Med. 75 (9): 508-511.

Garigga, M., M. Pascual, J. M. Monfort and M. Hugas. 1998. Selection of lactobacilli for chicken probiotic adjuntcs. J. App Microbiology. 84: 125-132.

Harborne. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: K. Padmawinata dan I. Sudiro. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Hileman, B. and E. N. Washington. 1999. Debate Over Health Hazard of Putting Antibiotics in Animal Feed Heats Up in the USA. Chemical and Engineering News. New York.

Hodstad, M. S. 1991. Disease of Poultry. 8th Ed. Iowa University Press, Amers. Iowa.

Hoover, D. G. 1993. Bifidobacteria: activity and potential benefits. J. Food Technology. 47 (6): 120-124.

Hufford, C. D. and B. O. Oguntimein. 1987. Non-polar constituents of Jatropha curcas. Lloydia 41: 161-165.

Page 48: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Ichwan, W. M. W. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Cetakan ke-1. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid 1. Yrama Widya, Bandung.

Inayati, H. 2007. Potensi antibakteri ekstrak daun kedondong bangkok (Spondias dulcis Forst). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jordan, F. T. W. 1994. Poultry Diseases. 3rd Ed. Bailliere Tindall, London.

Jouvenaz, D. P., M. S. Blum and J. G. Macconnell. 1972. Antibacterial activity of venom alkaloids from the important fire ant, Solenopsis invicta buren. J. American Society for Microbiology. 2(4): 291-293.

Kanbe, M. 1992. Function of Fermented Milk: Chalanges for The Health Science. Elsevier Applied Science Publishers, London.

Karou, D. 2006. Antibacterial activity of alkaloids from Sida acuta. African J. of Biotechnology. 5(2): 195-200.

Kohler I., K. Jennet-Siems, K. Siems, M. A. Hernandez, R. A. Ibarra, W. G. Berendsohn, U. Bienzle and E. Eich. 2002. In vitro antiplasmodial investigation of medicinal plant from Elsavador. Z. Naturforsch. 57c: 227-281.

Kokosharov, T. 2001. Some observation on the caecal microflora of the chicken during experimental acute fowl typhoid. Revue Med. Vet. 152 (7): 531-534.

Lambert, J. and R. Hull. 1996. Upper gastrointestinal tract disease and probiotics. Asia Pacific J. Clin. Nutr. 5: 31-35.

Leeson, S. and J. D Summers. 2001. Broiler Breeder Production. University books, Guelph. Ontario, Canada.

Makkar, H. P.S. 2003. Effect and fate of tannins in ruminant animals, adaptation to tannins and strategies to overcome detrimental effect of feeding tannin-rich feeds. Small Ruminant Res. 49: 241-256.

Mekanne, L. and J. Kandel. 1996. Microbiology Essentials and Aplication. Ed ke-2. McGraw Hill, New York.

North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. Chapman dan Hall, New York.

Pelezar, M. J dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar- dasar Mikrobiologi. Terjemahan: R. S. Hadioetomo, T. Imas, S. S. Tjitrosomo, dan S. L. Angka. Penerbit UI Press. Jakarta.

Prescott, L. M. 2005. Microbiology. Ed ke-6. Mc. Grow-Hill, New York.

Rada, V. and J. Petr. 2002. Enumeration of Bifidobacteria in animal intestinal samples . J. Veteriner Medical Czech. 47 (1): 1-4.

Rafi, M. 2003. Identifikasi fisik dan senyawa kimia pada tumbuhan obat : fokus pada tanaman obat untuk diabetes mellitus. Di dalam Pelatihan Tanaman Obat

35

Page 49: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Tradisional (Swamedikasi) : Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus; Bogor, 3-4 Mei 2003. Bogor : Pusat Studi Biofarmaka: 61-65.

Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-14. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan: K. Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.

Rubio, L. A., A. Brenes, I. Setien, G. Asunsion, N. Duran and M. T. Cutuli. 1998. Lactobacilli count in crop, ileum and caecum of growing broiler chicken fed on practical diets containing whole or dehulled sweet lupin (Lupinus angustifolis) seed meal. British Poultry Sci. 39: 354-359.

Santoso, U. and Sartini. 2001. Reduction of fat accumulation in broiler chicken by Sauropus androgynus (katuk) leaf meal supplementation. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14 : 297-446.

Schunack, W., K. Mayer dan M. Haake. 1990. Senyawa Obat. Ed. ke-2. Terjemahan: J. R. Wattimera dan Subino. Penerbit UGM Press. Yogyakarta.

Sclegel, H. G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Terjemahan: R. M. Tedjo dan Baskoro. Penerbit UGM Press. Yogyakarta.

Staubmann R., M. Schubert-Zsilavecz, A. Hiermann, and T. Kartnig. 1997. The antiinflammatory effect of Jatropha curcas leaves. Proceeding Symposium “Jatropha 97”, Nicaragua.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: M. Syah. PT. Gramedia. Jakarta.

Sugiharti, N. P. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suradikusumah, E. 1989. Kimia Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, IPB.

Suryawiria, U. 1978. Mikroba Lingkungan. Edisi ke-2. ITB: Bandung.

Susanti, D. 2005. Pembuatan es puter yogurt kedelai dengan penambahan probiotik Lactobacillus acidophilus dan atau Bifidobacterium bifidum. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syah, A. N. A. 2006. Biodesel Jarak Pagar: Bahan bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan. Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.

Veling, J., H. W. Barkema, J. van der Schans, F. van Zijderverld, and J. Verhoeff. 2002. Herdlevel diagnosis for Salmonella enterica subsp. enterica serovar Dublin infection in bovine dairy herds. Prev. Vet. Med. 14: 31-42.

Wan, J., A. Wilcock and M. J. Coventry. 1998. The effect of essential oils of basil on the growth of Aeromonas hydrophila and Pseudomonas fluorescens. J. Appl Microbiol. 84: 152-158.

36

Page 50: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Winarsih, W., I. P. Kompiang, B. P. Priosoeryanto dan I. W. T. Wibawan. 2005. Prospek pengendalian Salmonellosis pada ayam dengan probiotik mikroba asal saluran pencernaan. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing X1 Tahun 2003 s/d 2004. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wiryawan, K. G., S. Luvianti, W. Hermana dan S. Suharti. 2007. Peningkatan performa ayam broiler dengan suplementasi daun salam [Syzygium polyanthum (Wright) Walp] sebagai antibakteri Escherichia coli. Med. Pet. 30 (1): 55-62.

Wiryawan, K. G., B. Tangendjaja dan Suryahadi. 2000. Tannin degrading bacteria from Indonesian ruminants. In : J. D. Brooker (Ed.). Tannins in Livestock and Human Nutrition. ACIAR Proceedings, 92: 123-132.

37

Page 51: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

LAMPIRAN

Page 52: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Daun Jarak Pagar

Tepung

Uji Fitokimia Uji Sumur Difusi

Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian

Layukan, kemudian di oven pada

suhu 45oC lalu digiling

Pelarut air

- Alkaloid

- Fenol

- Flavonoid

- Steroid

- Saponin

- Tanin

Uji Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri

pada Media Cair

39

Page 53: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

40

Page 54: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lampiran 3. Hasil Uji Sumur Difusi

E. coli S. typhimurium

B. bifidum Lactobacillus sp. Keterangan : 1 = Larutan tepung daun jarak dengan konsentrasi 0% (w/v) 2 = Larutan tepung daun jarak dengan konsentarasi 2,5% (w/v) 3 = Larutan tepung daun jarak dengan konsentarasi 5% (w/v) 4 = Larutan tepung daun jarak dengan konsentarasi 7,5% (w/v) 5 = Larutan tepung daun jarak dengan konsentarasi 10% (w/v) 6 = Antibiotik tetrasiklin dengan konsentrasi 0,02% (w/v)

1

1

1 1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4 4

4 5

5

5

5

6

6 6

6

41

Page 55: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lampiran 4. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Escherichia coli

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Perlakuan 23 0.249174 0.01083 13.76989** 1.75676 2.21876Faktor A (Lama Inkubasi) 3 0.142403 0.04747 60.33259** 2.79806 4.21796Faktor B (Bhn antimikroba) 5 0.043053 0.00861 10.94431** 2.40851 3.42512Interkasi AxB 15 0.063719 0.00425 5.39921** 1.88017 2.43585Galat 48 0.037765 0.00079 Total 71 0.286939

Lampiran 5. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Escherichia coli

Komponen 1 2 3 4 c Q JK 1.292 2.363 0.446 0.389

3,4 vs 1,2 1 1 -1 -1 2.820 4 0.1104504 vs 3 0 0 1 -1 0.057 2 0.0000901 vs 2 -1 1 0 0 1.071 2 0.031862

Lampiran 6. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor B untuk Escherichia coli

Komponen 1 2 3 4 5 6 c Q JK 0.8900 0.8450 0.8490 0.9260 0.8850 0.0950

6 vs 1,2,3,4,5 1 1 1 1 1 -5 3.9200 30 0.04268441 vs 2,3,4,5 -4 1 1 1 1 0 -0,055 20 0.00001262,3 vs 4,5 0 -1 -1 1 1 0 0.1170 4 0.0002852

2 vs 3 0 -1 1 0 0 0 0.0040 2 0.00000075 vs 4 0 0 0 1 -1 0 0.0410 2 0.0000700

42

Page 56: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lampiran 7. Uji Kontras Ortogonal pada Interaksi Faktor A dan Faktor B untuk Escherichia coli

Komponen a b c d e f g h i j k 0.111 0.175 0.218 0.336 0.257 0.195 0.614 0.425 0.454 0.444 0.469

a,b,l,m,n,o,p,q,r,s,t,u,v,w,x vs c,d,e,f,g,h,i,j,k -1 -1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 l,q,r, v, x vs a,b,m,n,o,p,s,t,u,w 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

l,x vs q,r,v 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 x vs l 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

r,v vs q 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 r vs v 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m,n,o,p,s,u,w vs a,b,t 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 m,n,s,u vs o,p,w 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

m,n vs s,u 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 m vs n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 u vs s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

o,w vs p 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 o vs w 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 a vs b,t -2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 t vs b 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

c,d,e,f vs g,h,i,j,k 0 0 -2 -1 -1 -1 1 1 1 1 1 c,f vs d,e 0 0 -1 1 1 -1 0 0 0 0 0

f vs c 0 0 1 0 0 -1 0 0 0 0 0 e vs d 0 0 0 1 -1 0 0 0 0 0 0

h,i,j,k vs g 0 0 0 0 0 0 4 -1 -1 -1 -1 h,j vs i,k 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 -1 1

h vs j 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 1 0 i vs k 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 1

43

Page 57: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lanjutan.

l m n o p q r s t u v w x c Q JK -0.043 0.078 0.078 0.094 0.101 0.064 0.031 0.087 0.167 0.083 0.045 0.095 -0.088

-1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 4.3790 42 0.05072921 -2 1 1 1 1 -2 -2 1 1 1 -2 1 -2 1.0510 30 0.00409111 -2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 -1 0.3140 8 0.00136939 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0.0450 2 0.00011250 0 0 0 0 0 2 -1 0 0 0 -1 0 0 0.0520 6 0.00005007 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 1 0 0 0.0140 2 0.00001089 0 -1 -1 -1 -1 0 0 -1 3 -1 0 -1 0 0.4570 24 0.00096689 0 -1 -1 1 1 0 0 -1 0 -1 0 2 0 0.0590 10 0.00003868 0 -1 -1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0.0140 4 0.00000544 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0000 2 0.00000000 0 0 0 0 0 0 0 1 0 -1 0 0 0 0.0040 2 0.00000089 0 0 0 -1 2 0 0 0 0 0 0 -1 0 0.0130 6 0.00000131 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0.0010 2 0.00000006 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0.1200 6 0.00026667 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0.0080 2 0.00000356 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.1820 12 0.01293633 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.1800 4 0.00090000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0230 2 0.00002939 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0790 2 0.00034672 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.6640 20 0.00244942 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0540 4 0.00008100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0190 2 0.00002006 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0150 2 0.00001250

44

Page 58: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Keterangan : a = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 0% b = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 2,5%

c = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 5% d = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 7,5% e = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 10% f = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan Tetrasiklin 0,02% g = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 0% h = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 2,5% i = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 5% j = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 7,5% k = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ1 0% l = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan Tetrasiklin 0,02% m = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 0% n = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 2,5% o = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 5% p = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 7,5% q = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 10% r = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan Tetrasiklin 0,02% s = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 0% t = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 2,5% u = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 5% v = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 7,5% w = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 10% x = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan Tetrasiklin 0,02%

45

Page 59: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Salmonella typhimurium

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Perlakuan 23 0.191803 0.00834 5.86055** 1.75676 2.21876Faktor A (Lama Inkubasi) 3 0.124465 0.04149 29.15667** 2.79806 4.21796Faktor B (Bhn antimikroba) 5 0.016199 0.00324 2.27677tn 2.40851 3.42512Interkasi AxB 15 0.051139 0.00341 2.39593* 1.88017 2.43585Galat 48 0.068301 0.00142 Total 71 0.260104

Lampiran 9. Uji Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Salmonella typhimurium

Komponen 1 2 3 4 c Q JK 0.726 2.306 0.895 0.319

1,3,4 vs 2 -1 3 -1 -1 4.978 12 0.114724 4 vs 1,3 1 0 1 -2 0.983 6 0.008947 1 vs 3 -1 0 1 0 0.169 2 0.000793

46

Page 60: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lampiran 10. Uji Kontras Ortogonal pada Interaksi Faktor A dan Faktor B untuk Salmonella typhimurium

Komponen a b c d e f g h i j k 0.141 0.072 0.151 0.219 0.092 0.051 0.427 0.469 0.444 0.521 0.390

a,b,c,e,f,l,n,o,p,s,t,u,v,w,x vs d,g,h,i,j,k,m,q,r -1 -1 -1 2 -1 -1 2 2 2 2 2 b,f,l,p,s,v,w,x vs a,c,e,n,o,t,u 2 -1 1 0 1 -1 0 0 0 0 0

w,x vs b,f,l,p,s,v 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 x vs w 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

f,l,s vs b,p,v 0 1 0 0 0 -2 0 0 0 0 0 f,s vs l 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 f vs s 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0

p vs b,v 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 v vs b 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

e,n,u vs a,c,o,t 1 0 1 0 -2 0 0 0 0 0 0 n,u vs e 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 n vs u 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

o,t vs a,c 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 o vs t 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 a vs c -1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

d,m,q,r vs g,h,i,j,k 0 0 0 -2 0 0 1 1 1 1 1 m vs d,q,r 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

d,q vs r 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 d vs q 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0

g,i,k vs h,j 0 0 0 0 0 0 -1 1 -1 2 -1 k vs g,i 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 -2 g vs i 0 0 0 0 0 0 -1 0 1 0 0 h vs j 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 1 0

47

Page 61: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lanjutan.

l m n o p q r s t u v w x c Q JK 0.055 0.176 0.078 0.115 0.059 0.219 0.248 0.051 0.117 0.083 0.067 0.038 -0.037

-1 1 -1 -1 -1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 4.4500 42 0.05238757 -1 0 1 1 -1 0 0 -1 1 1 -1 -1 -1 0.5620 18 0.00194965 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 -3 -3 0.3520 24 0.00057363 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 -1 0.0750 2 0.00031250 -1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0.0410 8 0.00002335 2 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0.0080 6 0.00000119 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0.0000 2 0.00000000 0 0 0 0 -2 0 0 0 0 0 1 0 0 0.0210 6 0.00000817 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0.0050 2 0.00000139 0 0 -1 1 0 0 0 0 1 -1 0 0 0 0.1790 10 0.00035601 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0.0230 6 0.00000980 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0.0050 2 0.00000139 0 0 0 -1 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0.0600 4 0.00010000 0 0 0 -1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0.0020 2 0.00000022 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0100 2 0.00000556 0 -1 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 0 1.1700 12 0.01267500 0 -3 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0.1580 12 0.00023115 0 0 0 0 0 -1 2 0 0 0 0 0 0 0.0580 6 0.00006230 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0.0000 2 0.00000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.2500 8 0.00086806 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0910 6 0.00015335 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0170 2 0.00001606 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0520 2 0.00015022

48

Page 62: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Keterangan : a = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 0% b = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 2,5%

c = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 5% d = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 7,5% e = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan TDJ 10% f = Interaksi antara Waktu Inkubasi 0 jam dan Tetrasiklin 0,02% g = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 0% h = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 2,5% i = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 5% j = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ 7,5% k = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan TDJ1 0% l = Interaksi antara Waktu Inkubasi 2 jam dan Tetrasiklin 0,02% m = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 0% n = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 2,5% o = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 5% p = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 7,5% q = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan TDJ 10% r = Interaksi antara Waktu Inkubasi 4 jam dan Tetrasiklin 0,02% s = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 0% t = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 2,5% u = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 5% v = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 7,5% w = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan TDJ 10% x = Interaksi antara Waktu Inkubasi 6 jam dan Tetrasiklin 0,02%

49

Page 63: Aktivitas Antibakteri Tepung Daun Jarak (Jatropha Curcas l.) Pada Berbagai Bakteri Saluran Pencernaan Ayam Broiler Secara in Vitro

Lampiran 11. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Bifidobacterium bifidum

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Perlakuan 23 0.335446 0.01458 1.04699tn 1.75676 2.21876Faktor A (Lama Inkubasi) 3 0.187267 0.06242 4.48111** 2.79806 4.21796Faktor B (Bhn antimikroba) 5 0.078186 0.01564 1.12254tn 2.40851 3.42512Interkasi AxB 15 0.069994 0.00467 0.33498tn 1.88017 2.43585Galat 48 0.668644 0.01393 Total 71 1.004091

Lampiran 12. Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Bifidobacterium bifidum

Komponen 1 2 3 4 c Q JK 0.305 2.720 1.383 2.239

1,3 vs 2,4 -1 1 -1 1 3.271 4 0.148603 1 vs 3 -1 0 1 0 1.078 2 0.032280 4 vs 2 0 1 0 -1 0.481 2 0.006427

Lampiran 13. Hasil Sidik Ragam (ANOVA) untuk Lactobacillus sp.

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Perlakuan 23 0.633161 0.02753 2.55915** 1.75676 2.21876Faktor A (Lama Inkubasi) 3 0.353472 0.11782 10.95323** 2.79806 4.21796Faktor B (Bhn antimikroba) 5 0.096933 0.01939 1.80223tn 2.40851 3.42512Interkasi AxB 15 0.182757 0.01218 1.13264tn 1.88017 2.43585Galat 48 0.516336 0.01076 Total 71 1.149498

Lampiran 14. Kontras Ortogonal pada Faktor A untuk Lactobacillus sp.

Komponen 1 2 3 4 c Q JK 0.187 3.511 1.397 0.731

1,3,4 vs 2 -1 3 -1 -1 8.218 12 0.312664 1,4 vs 3 -1 0 2 -1 1.876 6 0.032587 1 vs 4 -1 0 0 1 0.544 2 0.008220

50