penokohan guru dalam novel laskar · pdf filesalah satu bentuk karya sastra ialah novel yang...
TRANSCRIPT
PENOKOHAN GURU DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
KARYA ANDREA HIRATA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HABIBAH
208013000024
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
PENOKOHAN GURU DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
KARYA ANDREA HIRATA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh
HABIBAH
208013000024
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Ahmad Bahtiar, M. Hum.
NIP 197601182009121002
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata disusun oleh Habibah, NIM 208013000024, jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai
ketentuan yang ditentukan dan ditetapkan oleh Fakultas.
Jakarta, 13 Juli 2012
Yang mengesahkan
Pembimbing
Ahmad Bahtiar, M. Hum.
NIP 197601182009121002
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :Habibah
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 22 Juli 1988
NIM : 208013000024
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi :Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi
Karya Andrea Hirata
Dosen Pembimbing : Ahmad Bahtiar, M. Hum.
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini
bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juli 2012
Habibah
NIM 208013000024
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi berjudul Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 9
Agustus 2012 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak memperoleh sarjana
strata satu (S. Pd) dalam Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 9 Agustus 2012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi) Tanggal Tanda tangan
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. ………. …………….
NIP: 19640212 199703 2 001
Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Hindun, M. Pd ………. …………….
NIP: 19701215 200912 2 001
Penguji I
Hindun, M. Pd ………. …………….
NIP: 19701215 200912 2 001
Penguji II
Nuryati Djihadah, M. Pd, M.A. ………. …………….
NIP: 196629081999032003
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA.
NIP. 195205201981031001
i
ABSTRAK
HABIBAH. “Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata”. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, bulan Juli 2012.
Penelitian ini berjudul “Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya
Andrea Hirata” dengan rumusan masalah bagaimana penokohan guru yang
digambarkan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan bagaimana
implikasi penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi di dalam pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskripsi.
Penelitian deskripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai
penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi yang terdapat dalam novel Laskar
Pelangi. Penelitian ini menggunakan teknik observasi teks dan dokumentasi data
dengan cara membaca dan menyimak novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
secara cermat, terarah, dan teliti pada saat melakukan pembacaan tersebut. Peneliti
mencatat data-data masalah yang terkait dengan penokohan guru yang terdapat
dalam novel Laskar Pelangi. Untuk memperkuat informasi seperti buku bacaan,
dilanjutkan dengan menganalisis penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi
dan diambil kesimpulannya.
Novel Laskar Pelangi menggambarkan penokohan guru yang dapat menjadi
bahan acuan dan cerminan untuk guru agar mengajar dan mendidik dengan ikhlas
dan tulus, terutama dalam Penokohan guru Pak Harfan dan Ibu Muslimah Hafsari
sebagai tokoh protagonis yang mentransfer nilai-nilai positif seperti, ketulusan,
disiplin, kesabaran, keikhlasan, antusias, motivator, penuh kasih sayang, menjadi
teladan, mengajarkan moral, dan nilai-nilai agama (religious). Selain itu didukung
oleh Pak Fahimi, Drs. Dzullfikar, dan Ibu Frischa sebagai tokoh antagonis.
Kata Kunci: Penokohan guru, Laskar Pelangi.
ii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang indah dan pantas untuk diutarakan dalam mengawali ini,
selain Puji syukurpenulis sampaikan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, Salawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak kesulitan dan
hambatan. Namun, berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai
pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan;
2. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., ketua jurusan pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;
3. Ahmad Bahtiar, M. Hum., dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyusun skripsi ini;
4. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak dapat
saya sebutkan namanya satu persatu mudah-mudahan tidak mengurangi
iii
rasa hormat dan ta’zim penulis. Terimasih atas bimbingan dan didikannya
selama Sembilan semester di kampus tercinta ini;
5. Seluruh Staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari
referensi;
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Naim dan Ibunda Mustitin yang ikhlas
mengasuh, mendidik dengan kucuran keringat dan linangan air mata.
Semoga Allah senantiasa membalas kasih sayang kalian dengan balasan
yang setimpal lebih baik kiranya;
7. Kepada Ayahanda Brohim Panata, H Samsudin Saleh, dan Abang Sardin
yang selalu memberikan semangat dan dukungan materi sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini;
8. Kepada adik-adik tercinta yang luar biasa yang pernah Allah berikan,
Adinda Maimunah, Ananda Muhammad Marwan, Adinda Siti Marwanah,
dan Ananda tersayang Permana;
9. Kepada kakak-kakakku Mahrudi, Nengsih, Iwan, Maya, dan Yanih. Adik
kecilmu ini mengucapkan terimakasih atas motivasi dan kasih sayangnya
selama ini;
10. Teruntuk Abang Murdani, S. Kom yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dan doa yang tiada henti. Aku ucapkan terimaksih atas perhatian
dan kasih sayangnya selama ini. Semoga Allah mendengar doa kita. Amin;
iv
11. Kepada Immawan Apif Amrullah, penulis ucapkan terima kasih atas
fasilitas yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini
tapat waktu;
12. Immawan dan Immawati Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Pimpinan Cabang Ciputat yang senantiasa menghadirkan suasana
persaudaraan dan keakraban yang begitu indah, serta seluruh Immawan
dan Immawati yang berada di asrama putra dan putri. Semoga pengabdian
kalian diridhai oleh Allah SWT. “selalu berjiwa progresif dan berjuang
tanpa kata henti”;
13. Sahabat-sahabat PBSI Ekstensi angkatan 2008 yang telah berbagi
pengalaman kepada penulis tentang makna sebuah kebersamaan;
14. Teruntuk sahabat-sahabatku, Nur Fatihah, Ana, Muthie (Micky), dan
EviNurhafidzah Terimakasih atas motivasi dan canda tawannya;
Semoga Allah SWT. memberikanbalasan yang melimpah atas bantuan dan
motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan para pembaca. Amin.
Jakarta, 12 Juli 2012
Habibah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………...... 3
C. Pembatasan Masalah …………………………………….. 3
D. Perumusan Masalah …………………………………….. 4
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 4
F. Manfaat Penelitian …………………………………….... 4
G. Metode penelitian ……………………………………….. 5
H. Sistematika Penulisan …………………………………… 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian pendekatan struktural ………………………. 9
B. Pengertian Prosa ………………………………………... 12
C. Pengertian Novel ……………………………………….. 15
D. Hakikat Tokoh dan Penokohan ……………………….... 19
E. Pengajaran Sastra di Sekolah …………………………… 26
F. Profil guru yang Baik ………………………………….. 35
G. Penelitian Relevan…………………………………........... 40
vi
BAB III PROFIL ANDREA HIRATA
A. Biografi Andrea Hirata ………………………………… 42
B. Tentang Novel Laskar Pelangi…………………………. 44
C. Pemikiran Andrea Hirata ………………………………. 47
D. Tinjauan Para Ahli terhadap Novel Laskar Pelangi …. 48
BAB IV HASIL ANALISIS
A. Deskripsi Data Objek ………………………………….. 52
B. Analisis Struktural …………………………………….. 52
C. Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru
dalam NovelLaskar Pelangi………………………........ 81
1. Penokohan ditinjau dari Nilai-Nilai Positif yang
Harus dimiliki seorang Guru ……………………... 81
2. Penokohan ditinjau dari Profil Guru yang Baik……. 87
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………… 116
B. Saran ………………………………………………….. 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang hadir di tengah-
tengah masyarakat dengan rangkaian bahasa yang estetika. Selain itu karya sastra
mengandung nilai-nilai penting dalam kehidupan sehari-hari. Terutama nilai-nilai
kehidupan yang menjadi dasar kita dalam berinteraksi, baik itu nilai-nilai agama,
sosial, maupun nilai pendidikan yang dianggap sangat penting untuk generasi
anak bangsa dalam membentuk kepribadan yang cerdas, unggul, terampil, dan
peka terhadap lingkungannya.
Salah satu bentuk karya sastra ialah novel yang dibangun dalam dua unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Adapun unsur intrinsik membangun sebuah cerita dari
dalam yang meliputi plot (alur), tokoh dan penokohan, tema, latar, sudut pandang,
bahasa, dan amanatdan. Sedangkan unsur ekstrinsik membangun karya sastra dari
segi biografi pengarang, politik, budaya, agama, sosial, dan ekonomi. Terutama
dalam hal pendidikan yang sangat penting dalam sebuah karya.
Pendidikan merupakan media penting yang mengantarkan manusia pada
peradaban yang lebih maju dan terarah, pendidikan adalah labolatorium formal
dan sangat berperan penting pada pembentukan karakter dan mental anak bangsa.
Dalam pendidikan guru adalah tonggak utama untuk menopang keberlangsungan
dan keberhasilan peserta didiknya. Tugas guru tidak hanya mencerdaskan peserta
didik dengan memberikan asupan teori-teori saja, seorang guru yang bijak akan
2
menjadikan pendidikan sebuah labolatorium pembentukan karakter peserta didik
dengan mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Salah satu karya sastra yang berkenaan dalam pendidikan adalah Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata. Novel tersebut menceritakan seorang guru wanita
bernama Ibu Muslimah Hafsary dan K.H Harfan Effendy Noor selaku kepala
sekolah Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Gantong Belitong. Mereka berdua
berjuang keras dalam mewujudkan niat untuk mendidik dan mengajar di sekolah
Dasar Muhammadiyah walaupun peserta didiknya hanya berjumlah sepuluh
orang. Niat mereka yang tulus serta sabar tidak serta merta membuat mereka
pesimis dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama, sosial, dan
kebudayaan. Hasil jerih payah yang diupayakan oleh kedua guru tersebut
menuaikan berbagai prestasi, termasuk pengarang Andrea Hirata yang saat ini
menjadi pengarang fenomenal dengan karya-karya tulisannya, seperti novel
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Sebagai calon pendidik yang akan berkecimpung di dalam ranah pendidikan,
penulis mengkaji permasalahan pendidikan yang terdapat pada novel Laskar
Pelangi dengan menyoroti sepak terjang atau upaya dua orang guru Ibu Muslimah
Hafsari dan K.H Harfan Efendy Noor yang mendidik dan mengajar peserta
didiknya untuk meraih cita-cita. Adapun judul yang akan peneliti ajukan adalah
Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
3
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada
Andrea Hirata sebagai pengarang menggambarkan penokohan Bu Mus dan Pak
Harfan sebagai guru-guru yang membuat pengarang mencapai kesuksesan. Maka
timbul beberapa masalah yang akan diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Bagaimana Novel Laskar Pelangi menggambarkan dunia pendidikan pada
waktu itu dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana sekolah.
2. Nilai-nilai yang ditransfer dua tokoh guru yang bernama Pak Harfan dan
Bu Mus dalam novel Laskar Pelangi yang sangat ideal sebagai seorang
guru.
3. Penjelasan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Laskar Pelangi
yang meliputi tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, gaya
bahasa, dan biografi pengarang.
4. Penggambaran penokohan guru dalam novel Laskar pelangi.
5. Relevansi penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi dengan situasi
pendidikan saat ini.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada skripsi ini adalah, penulis mengkaji dan
memaparkan “Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata” dan objek Penelitiannya adalah penokohan Guru pada tokoh Ibu
Muslimah dan Bapak Harfan Effendy Noor yang menjadi tokoh penting yang
terdapat pada Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
4
D. Perumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu
perumusan masalah dalam penelitian ini, adapun perumusan masalah dari skripsi
ini sebagai berikut.
1. Bagaimana penokohan guru yang digambarkan dalam Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diharapkan jelas agar tepat sasaran dan tujuan sesuai
dengan input dan pengetahuan yang bersifat teoritis dan praktis, antara lain
sebagai berikut:
1. Mengetahui penokohan guru yang digambarkan dalam novel Laskar
pelangi karya Andrea Hirata.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang efektif dan efisien harus memberi manfaat. Adapun manfaat
yang dapat diberikan oleh penelitian ini sebagai berikut:
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam ranah
pendidikan dan tentunya untuk penulis sebagai calon guru yang akan menjadi
guru bahasa dan sastra Indonesia, serta unuk para guru atau pendidik agar
mau bercermin pada tokoh dalam novel Laskar Pelangi.
2. Praktis
a. Dapat menambah referensi penelitan karya sastra Indonesia dan
menambah wawasan kepada penikmat karya sastra nilai-nilai pendidikan
5
yang dimiliki oleh seorang guru yang ideal dan profesional yang
terkandung dalam novel Laskar Pelangi.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah, khususnya
tentang apresiasi novel.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif yang diawali dengan mendeskripsikan biografi pengarang dan
dilanjutkan dengan deskripsi penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi yang
bernama Ibu Muslimah Hafsary dan Bapak Harfan Efendy.
Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk membangun persepsi alamiah sebuah
objek, jadi penelitian mendekatkan diri kepada objek secara utuh (holistik).
Metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode hermeneutika, artinya baik
metode hermeneutika, kualitatif, dan analisis isi, secara keseluruhan
memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskrpsi.1
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexi Moleong mendefinisikan
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.2
Penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain.
Dalam Basrowi dan Suwandi, Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa Pendekatan
kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang
1 Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2004), hlm. 46 2 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 4
6
ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, atau suatu organisasi. 3
Ditinjau secara teknis penulisannya berdasarkan pada buku pedoman
penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
dengan beberapa perubahan sesuai dengan petunjuk dari pembimbing.
1. Metode Pengambilan Data
Jika ditinjau, penelitian adalah suatu permasalahan yang kompleks untuk
dirumuskan, dalam pengolahan dan pencarian data, diperlukan berbagai alat
dan cara untuk menganalisis permasalahan yang akan diteliti. Manusia sangat
berperan sebagai instrumen penelitian, karena ia merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data yang pada akhirnya akan
menjadi laporan hasil penelitian.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber utama penelitian yang diproses langsung
dari sumbernya tanpa lewat perantara. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbitan Bentang Pustaka,
Yogyakarta, tahun 2006.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung atau lewat perantara, tetapi masih berdasar pada kategori konsep yang
3 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
hlm. 21 dan 23
7
akan dibahas. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah artikel dari koran.
3. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan pembacaan dan penyimakan novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata secara cermat, terarah dan teliti pada saat
melakukan pembacaan tersebut, penelitian mencatat data-data masalah yang
terkait dengan penokohan atau karakter guru yang terdapat dalam novel Laskar
Pelangi. Pembacaan dilakukan secara berulang-ulang sehingga data yang
dikumpulkan dapat lebih maksimal.
4. Langkah Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses yang dilakukan sejak pengumpulan
data yang dikerjakan secara intensif. Analisis data bertugas mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema untuk dirumuskan ke dalam hipotesis kerja
yang disarankan oleh data. Berikut beberapa cara cara-cara untuk pengumpulan
data, yaitu sebagai berikut.
a) Pencatatan
Seorang peneliti harus mencatat apa yang akan diperlukan untuk
mendapatkan data yang ia inginkan, penelitian ini dicatat dari sumber utama
yaitu novel Laskar Pelangi untuk mengidentifikasikan data-data penting
yang terkait dengan penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi. 4
4 Ibid, hlm. 330.
8
H. Sistematika Penulisan
Agar lebih sistematis sehingga tampak adanya gambaran yang terarah, logis,
dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka penulisan
skripsi ini disusun ke dalam lima bagian:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sitematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini terdiri dari pengertian pendekatan struktural, pengertian prosa,
pengertian novel, hakikat tokoh dan penokohan, pengajaran sastra di sekolah,
profil guru yang baik, dan penelitian relevan.
BAB III PROFIL ANDREA HIRATA
Berisikan tentang biografi Andrea Hirata, tentang novel Laskar Pelangi,
pemikiran Andrea Hirata, dan tinjauan para ahli tentang novel Laskar pelangi.
BAB IV HASIL ANALISIS
Deskripsi data objek, Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru
dalam Novel Laskar Pelangi.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari simpulan dan saran
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendekatan Struktural
Secara etimologis struktur berasal dari bahasa Latin, yaitu structura yang
berarti bentuk atau bangunan, tugas analisis struktur membongkar unsur-unsur
yang tersembunyi di baliknya. Analisis struktur akan melibatkan tiga komponen
utama, yaitu pencerita, karya sastra, dan pendengar.
1. Pengertian Struktur
Struktur berarti bentuk keseluruhan yang kompleks (complex whole) objek
dan peristiwa adalah sebuah struktur yang terdiri dari berbagai unsur yang di
dalam unsur-unsur tersebut menjalin hubungan. Istilah struktur dalam sastra
diadopsi dari khazanah antropologi struktural yang diperoleh Levi-Strauss.
Beliaulah yang mempopulerkan ide strukturalisme.
Menurut Foley berpendapat bahwa.doktrin pokok strukturalisme adalah
meliputi hakikat benda tidaklah terletak pada benda itu sendiri, tetapi terletak pada
hubungan-hubungan di dalam benda itu. Tidak ada unsur yang mempunyai makna
pada dirinya secara otonom kecuali terkait dengan makna semua unsur di dalam
sistem yang bersangkutan.1
Dalam Siswantoro, Jean Piaget lewat Hawkes berpendapat bahwa Pengertian
tentang struktur sebagai kombinasi keseluruhan entitas atau unsur yaitu sebagai
berikut.
1 Foley dalam Siswantoro, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), hlm. 13
10
a. Struktur memiliki ide keseluhan (the idea of wholeness)
Ide keseluruhan mengandung pengertian adanya kepaduan internal
(internal koherence) di antara unsur-unsur pembangun struktur.
b. Struktur memiliki ide transformasi (the idea of transformation)
Struktur itu memiliki ide transformasi mengandung pengertian kalau
struktur itu tidak statis, tetapi masih terbuka untuk melakukan
pembentukan aspek-aspek baru di dalam struktur tersebut, Abdul Chaer
dalam Siswantoro berpendapat bahwa inti pengertian transformasi adalah
istilah linguistik yang disebut produktivitas.
c. Struktur memiliki ide mengatur diri sendiri (the idea of self
regulation)
Ide tentang mengatur diri sendiri ini terkait dengan pengertian struktur itu
dapat berdiri sendiri dengan cara terlepas dari entitas lain, sebab struktur
itu memiliki hukum-hukum intrinsiknya yang transformatif, yang
mengatur hubungan antara unsur internalnya, sehingga selain membentuk
kepaduan, juga mampu memproduksi aspek-aspek baru. 2
Secara definitif strukturalisme membahas mengenai unsur-unsur struktur itu
sendiri dengan mekanisme antarhubungannya antara unsur satu dengan unsur
lainnya, dipihak yang lain hubungan antara unsur dengan totalitasnya.3 Secara
definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur
karya. Karya sastra memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, bisa digeneralisasikan.
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya seperti prosa, puisi,
2 Ibid, hlm. 13-19.
3 Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hlm. 91
11
dan drama. Unsur-unsur prosa di antaranya tema, peristiwa atau kejadian, latar
atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang, dan gaya
bahasa.4 Dalam Jabrohim, Staton berpendapat bahwa unsur-unsur struktur karya
sastra terdiri atas tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan lain-
lain.5
Dalam Siswantoro, Piaget via Hawkes berpendapat bahwa struktur
merupakan bangunan abstrak yang terdiri atas sejumlah unsur yang berkaitan satu
sama lain untuk membentuk struktur tersebut atau bisa disebut relasi. Dalam
pengertian struktur yang terdapat adanya rangkaian kesatuan meliputi tiga ide
dasar yaitu, (1) merupakan satu totalitas (kesatuan); (2) dapat bertransformasi
(sususnannya dapat berubah); dan (3) dapat mengatur dirinya sendiri jika terjadi
perubahan pada susunan antarkomponen. Prinsip struktural memandang bahwa
karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur yang terjalin
erat, unsur tersebut tidak akan berfungsi jika tidak dikaitkan.
Piaget via Hawkes juga berpendapat dalam Novi Anoegrajekti dkk, bahwa
struktur adalah bangunan abstrak yang terdiri atas sejumlah unsur yang berkaitan
satu sama lain untuk membentuk struktur tersebut. Kaitan antar unsur disebut
relasi. Dalam pengertian struktur ini terlihat adanya rangkaian kesatuan yang
meliputi tiga ide dasar yaitu, (1) merupakan satu totalitas (kesatuan); (2) dapat
4 Ibid, hlm. 93
5 Jabrohim (ed), Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita Graha Widya,
2002), hlm. 56
12
bertransformasi (susunannya dapat berubah); (3) dapat mengatur dirinya sendiri
jika terjadi perubahan pada susunan antarkomponen.6
Pandangan Abrams dalam Burhan Nurgiantoro, kaum strukturalisme
berpendapat bahwa sebuah karya sastra fiksi atau puisi adalah sebuah totalitas
yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya, struktur
karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua
bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama akan membentuk
kebulatan yang indah. Struktur karya sasta juga mengarah pada pengertian
hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan,
mempengaruhi, yang secara bersama membentuk atau sebuah kesatuan yang utuh.
Analisis struktural karya sastra dalam fiksi dapat diidentifikasikan dengan
mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik. Setelah
diidentifikasi dan dideskripsikan serta dijelaskan fungsi masing-masing unsur
tersebut untuk menunjang makna keseluruhannya dan hubungan antarunsur secara
bersama akan membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu. adapun unsur-
unsur tersebut seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan
lain-lain.7
B. Pengertian Prosa
Prosa merupakan salah satu genre sastra yang disebut fiksi (fiction) atau cerita
rekaan dan cerita khayalan. Prosa adalah susunan bahasa lancaran, istilah lain dari
prosa adalah gancaran sastra, gancaran artinya karangan yang tidak bersajak. Jadi
6 Novi Anoegrajekti, dkk (ed)., Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, (Jakarta: Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, 2008), hlm. 95. 7 Burhan Nurgiantoro,Teori Pengkajian Fiksi,. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), hlm. 36-39.
13
prosa adalah bahasa yang tidak terikat oleh bait, namun terikat oleh
permainannya. Prosa dibagi menjadi cerita pendek, novelet, novel dan drama.8
Hakikat prosa adalah narasi (cerita), maka di dalamnya ada pelaku cerita
(tokoh), rangkaian cerita (alur), pokok masalah yang diceritakan (tema), siapa
yang menyampaikan cerita (pencerita), dan tempat, kapan dan dalam suasana
(latar). Macam-macam itu disebut unsur intrinsik dalam prosa.9
1. Ciri-ciri Prosa
Prosa merupakan genre sastra yang di dalamnya terdapat cerita pendek
(cerpen), novelette, novel, dan drama. Di dalam prosa terdapat beberapa
keunikan yang menjadikan ciri khas prosa. Adapun ciri-ciri tersebut terbagi antara
prosa lama dan prosa baru:
a. Ciri-ciri prosa lama
1) dipengaruhi oleh sastra Hindu atau Arab.
2) Ceritanya anonim (tanpa nama)
3) Milik bersama.
4) Bersifat statis, sesuai dengan kondisi masyarakat waktu itu.
5) Berbentuk hikayat, tambo, dongeng, pembaca dibawa ke alam
imajinasi.
b. Ciri-ciri Prosa Baru :
1) Tertulis.
8 Antilan Purba, Esai Sastra Indonesia:Teori dan Penulisan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), hlm. 6. 9 Maman S. Mahayana, Sembilan Jawaban Sastra Indonesia, (Jakarta: Bening Publishing,
2005), hlm. 134
14
2) Masyarakat sentries (cerita diambil dari kehidupan masyarakat
sekitar).
3) Dipengaruhi pengarangnya.
4) Dipengaruhi sastra barat.
5) Bentuk roman, cerpen, dan drama
2. Macam-Macam Prosa
Prosa dapat dibedakan menurut zamannya:
a. Prosa lama terbagi atas:
1) Dongeng (mitos, legenda, fabel, sage)
2) Cerita rakyat (folklore)
3) Hikayat, riwayat, sejarah
b. Prosa baru
1) Cerpen
2) Roman
3) Novel
Jadi, Prosa atau prosa fiksi merupakan sebuah bentuk karya sastra yang
disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur
musikalitas. Bahasa yang tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan tema
atau pokok persoalan dengan sebuah amanat yang ingin disampaikan berkenaan
dengan tema tersebut. unsur-unsur intrinsik dalam prosa terdapat tema, amanat,
plot, perwatakan atau karakteristik, sudut pandang, latar, gaya bahasa. Sedangkan
pada unsur ekstrinsik terdapat adanya unsur agama, politik, ekonomi, budaya, dan
15
biografi. Adapun salah satu bentuk dalam prosa adalah novel. Berikut adalah
pengertiannya:
3. Pengertian Novel
Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya
dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa
Italia novella yang berarti sebuah kisah (sepotong berita) atau bisa disebut sebuah
barang baru yang kecil.10
Novel adalah hasil karya fiksi yang menggunakan media bahasa yang
dihasilkan oleh seorang penulis dengan kreativitas dan imajinasi.11
Novel juga
merupakan salah satu karya sastra yang menceritakan kejadian luar biasa yang
dialami oleh pelakunya.12
Di dalam novel mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Di dalam novel
terdapat dua unsur, yaitu : unsur intrinsik yang di dalamnya terdapat peristiwa,
tokoh atau penokohan, latar, dan sudut pandang. Serta unsur ekstrinsik yang
keduanya saling berhubungan dan sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah
karya sastra. serta memiliki nilai-nilai norma seperti nilai sosial, nilai spirit, nilai
koleksi, dan nilai kultural.
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi
model kehidupan yang ideal, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai
10
Nurgiantoro, Op. Cit., hlm. 9 11
Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Persfektif, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2010), hlm. 286 12
Suhardi, kamus Istilah Bahasa dan Sastra Indonesia, (Banten: Yapin, 2005), hal. 155
16
unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, dan sudut
pandang.13
4. Unsur-unsur yang terdapat dalam novel
a. Ekstrinsik dan Intrinsik
Unsur ekstrinsik dan intrinsik tidak dapat dipisahkan, karena dua
unsur itu sangat berperan penting dalam pembentukan analisis suatu karya,
terutama prosa yang berjenis novel.
1) Ekstrinsik
Disebut ekstensi mikro yang berkaitan dengan pengarang karena
adanya pengaruh luar yang memperkaya gagasan pengarang sehingga
mempengaruhi dan membentuk alam pikiran pengarangnya. Unsur
ekstrinsik mikro dapat dilihat pada hasil karya-karya pengarang
seperti buku, di dalamnya terdapat nama penulis, judul, penerbit,
tahun penerbitan, sampul buku atau cover, para pelaku (tokoh), jalan
cerita (sinopsis). Sedangkan unsur ekstrinsik membahas alam pikiran
pengarang yang ditentukan oleh pengaruh sususnan pemerintahan,
situasi politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, keamanan, dan pengaruh
hubungan dengan luar negeri, persilangan pariwisata atau
perdagangan.
2) Intrinsik
Intrinsik adalah pengungkapan yang berdasarkan ekstrinsik,
dalam arti memahami sebuah karya sastra (mikro) dan memahami
13
Nurgiantoro, Op. Cit., hlm.4
17
jiwa pujangga dalam satu periode (makro). Intrinsik mikro adalah
pengungkapan isi buku untuk memahami tema, aliran, motivasi
ulasannya, sehingga dalam membaca novel, bukan saja menikmati
plot narasi, tetapi dapat memahami pesan yang disampaikan dalam
novel tersebut. Intrinsik makro merupakan sifat yang terdapat dalam
pengarang yang memproyeksikan dari unsur-unsur ekstrinsikanya.
Contoh dari intrinsik makro adalah:
a) Statis artinya tidak menerima pengaruh luar
b) Tradisional artinya pengarang dalam bentuk tetap
c) Kebanyakan anonim karena karya sastra dianggap milik bersama
d) Istana sentris
e) Senang memggunakan gaya allusi dan klise bahasa
f) Tema perjuangan buruk dan baik, pendidikan, keagungan raja,
agama atau kepercayaan 14
Menurut P Suparman Natawidjaja membedakan anatara ekstrinsik dan
intrinsik yang dilihat dari sudut pandang karya dan pengarang. Berikut penjelasan
dan pemaparannya.
1) Ekstrinsik
Ekstrinsik ialah unsur-unsur pengaruh luar (eksplanasi) dan unsur
lahiriah yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Eksplanasi atau unsur
luar yang mempengaruhi terbitnya sastra dari aspek produk sosial budaya
14
P. Suparman Natawidjaja, Antologi sastra Indonesia, (Jakarta: Pustaka Dian, 1983),
hlm. 26-27.
18
dan tempat sastra, karena karya itu lahir yang meliputi sifat dan latar
belakang.
a) ektrinsik data buku:
1. judul
2. pengarang
3. penerbit
4. edisi dan tahun penerbitan
5. ukuran buku, desain kulit depan, data kulit belakang
6. tebal buku
2) ekstrinsik isi:
1. para pelaku atau tokoh utama serta peranannya
2. jalan atau alur cerita
3. ulasan (mengenai bahasa dan jalan cerita)
3) Intrinsik
Intrinsik adalah unsur-unsur rohaniah yang harus diangkat dari isi karya
sastra itu menganai tema dan arti yang tersirat di dalamnya.
a) Intrinsik isi
1. Tema
2. Maksud dan tujuan
b) Intrinsik ulasan meliputi
1. Ulasan (pendapat)
2. Aliran
19
c) Intrinsik impresif (kesan timbangan) ditunjang oleh tiga faktor, yaitu:
1. Penulis sebagai pencipta
2. Penerbit sebagai produsen
3. Pembaca sebagai apresiator
Ketiga faktor di atas mempunyai kehendak yang sama ialah ingin
memperoleh karya bermutu. Pembaca ingin memenuhi seleranya dalam hal:
1. Pendidikan
2. Ilmu pengetahuan
3. Hiburan (apakah tingkat anak-anak, remaja, atau dewasa) 15
C. Hakikat Tokoh dan Penokohan
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, seperti pelaku cerita yang ditampilkan
pada sebuah karya naratif atau drama. Tokoh itu bisa digolongkan pada posisi
penting atau tidak tergantng pada proporsi atau keadaan tokoh tersebut dalam
cerita tersebut. Tugas tokoh dalam sebuah cerita untuk menyampaikan pesan
dengan penggambaran tokoh dan perannya masing-masing dengan ekspresi
dalam bentuk ucapan dan tindakan.
Penokohan merupakan sebuah perangkat yang sangat penting dalam sebuah
karya, tidak bisa dikatakan sebuah karya jika di dalamnya tidak terdapat
penokohan, karena tokoh dan penokohan adalah tolok ukur yang menjadi nahkoda
pergerakan dalam suatu karya yang menciptakan berbagai macam peran serta
karakter sesuai dengan proporsinya, oleh karena itu penokohan merupakan unsur
15
P Suparman Natawidjaja, Apresiasi Sastra dan Budaya, (Jakarta: Intermasa, 1982).
hlm. 101-102
20
yang sangat mendukung dalam terbentuknya sebuah karya, baik itu novel, drama,
cerpen, dan sebagainya.
1. Pengertian Tokoh
Tokoh merupakan istilah yang menunjuk pada orang atau pelaku cerita, baik
itu protagonis maupun antagonis. Dalam Burhan Nurgiantoro, Abrams
berpendapat bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh para pembacanya sesuai dengan
kualitas moral yang disampaikan dengan ekspresi dalam ucapan dan tindakan.
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan pencapai pesan,
amanat, moral, atau sesuatu yang ingin disampaikan kepada para pembaca.16
2. Pengertian Penokohan
Sedangkan watak, perwatakan atau karakter merupakan istilah yang
menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan para pembaca
yang dan menunjukan pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan
karakterisasi sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang
menunjukan watak tokoh-tokoh yang digambarkan dalam sebuah cerita. Seperti
yang dikatakan Jones dalam Burhan Nurgiantoro yang menjelaskan bahwa
penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
digambarkan dalam cerita. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada
tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup banyak aspek, seperti tokoh
cerita, perwatakan, penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga
mampu memberikan gambaran yang jelas para pembaca. Tokoh, watak dan emosi
16
Nurgiantoro, Op. Cit., hlm. 165-167.
21
merupakan bagian dari aspek isi, sedangkan dalam teknik perwujudan dalam
karya fiksi adalah bentuk.
3. Jenis- Jenis Tokoh dan Penokohan
Dalam sebuah karya fiksi tokoh dapat dibedakan dalam beberapa jenis
berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan sesuai dengan jenis penamaan,
seperti tokoh utama atau protagonis.
a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Berdasarkan proporsi tokoh pertama adalah tokoh utama cerita
(central character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh
tambahan. tokoh utama sangat diutamakan pencitraannnya, ia merupakan
tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang mengalami kejadian atau konflik. Oleh karena itu, tokoh
utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.tokoh
utama dalam sebuah novel bisa lebih dari satu orang, walaupun kadar
keutamaannya tidak selalu sama.
b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Jika dipertimbangkan dalam fungsinya, tokoh dapat dibedakan
menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis
merupakan tokoh yang yang dikagumi yang di dalamnya harus
memberikan nilai-nilai dan norma-norma yang positif para pembacanya.
Sedangkan tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis
yang beroposisi dengan tokoh protagonis secara langsung maupun tidak
langsung dan bersifat fisik maupun batin.
22
c. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Berdasarkan perwatakan, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi
tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau
tokoh bulat (complex round character). Tokoh sederhana merupakan
tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak
yang tertentu saja. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat
memberikan efek kejutan bagi para pembaca. Sifat dan tingkah laku
seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan
satu watak tertentu.
Menurut Kenny dalam Burhan Nurgiantoro, berpendapat bahwa
tokoh sederhana mudah dikenal, lebih familiar, dan cenderung stereotif.
Tokoh sebuah fiksi yang bersifat familiar, sudah biasa atau stereotif dapat
digolongkan sebagai tokoh- tokoh yang sederhana. Sedangkan tokoh
bulat atau kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya, ia
dapat memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan dan dapat
menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan
bertentangan dan sulit diduga.
Oleh karena itu, perwatakannya sulit dideskripsikan secara tepat,
tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya,
karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan,
tokoh bulat sering memberikan kejutan. Sedangkan pada tokoh komplek
23
atau bulat sulit dipahami, kurang familiar karena tokoh yang ditampilkan
kurang akrab dan kurang dikenal sebelumnya.
d. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang
Berdasarakan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan
tokoh-tokoh dalam sebuah novel, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh
statis tak berkembang (static character) dan tokoh berkembang
(depeloving character). Tokoh statis adalah tokoh yang secara esensial
tidak mengalami perubahan. Tokoh jenis ini kurang terlibat dan
berpengaruh oleh adanya oleh adanya perubahan lingkungan yang
terjadi. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak
berkembang dari awal.
Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak
berkembang dari awal hingga akhir. Sedangkan tokoh berkembang
adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perwatakan sejalan
dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan, secara aktif ia
berinteraksi dengan lingkuangannya yang mempengaruhi sikap, watak,
dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh berkembang akan
mengalami perubahan atau perkembangan dari, watak, dan tingkah
lakunya. Sikap dan watak tokoh berkembang akan mengalami perubahan
atau perkembangan dari awal, tengah, dan akhir cerita, sesuai dengan
tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
24
e. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
Jika ditinjau berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap
sekelompok manusia dari kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan
ke dalam tokoh tipikal (tipical character) dan tokoh netral (neutral
character). Menurut Altenbernd dan Lewis dalam Burhan Nurgiantoro,
Tokoh tipikal merupakan tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan Tokoh
tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukan
terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat pada sebuah
lembaga. Sedangkan tokoh netral merupakan tokoh yang bereksistensi
demi cerita itu sendiri.17
4. Penggambaran Penokohan
Penggambaran atau pelukisan tokoh adalah suatu penilaian yang ditujukan
pada tokoh-tokoh sesuai dengan pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan
sebagainya yang berkaitan dengan jati diri tokoh. Adapun teknik atau cara-cara
untuk menggambarkan jati diri tokoh adalah:
a. Teknik Ekspositori
Teknik ekspositori atau biasa disebut teknik analitis, pelukisan atau
penggambaran tokoh dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian
atau penjelasan secara langsung, adapun penggambaran itu meliputi
sikap, sifat, watak, tingkah laku, dan ciri fisik tokoh tersebut.
17
Ibid, hlm. 165, 176-192.
25
b. Teknik Dramatik
Penggambaran tokoh dalam teknik dramatik sama halnya dengan
penampilan pada drama atau dilakukan secara tidak langsung. Pengarang
tidak mendeskripsikan secara eksplisiit sifat dan sikap serta tingkah laku
tokoh, pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukan dirinya
sendiri melalui berbagai berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara
verbal (kata) maupun secara nonverbal tindakan lewat tindakan atau
tingkah laku.
c. Catatan tentang Identifikasi Tokoh
Mencatat untuk mengidentifikasi tokoh tidaklah mudah, apalagi
apabila tokoh tersebut bersifat kompleks, dibutuhkan ketelitian dan
kekritisan dipihak pembaca. Usaha untuk megidentifikasi tokoh dengan
cara prinsip-prinsip berikut:
1) Prinsip pengulangan
Prinsip pengulangan dilakukan dengan cara menemukan dan
megidentifikasikan tokoh dengan menemukan kesamaan sifat, sikap,
watak, dan tingkah laku pada bagian-bagian selanjutnnya dengan
tujuan untuk menekankan atau mengintensifkan sifat-sifat yang
menonjol sehingga pembaca memahami dengan jelas. Teknik
pengulangan ini dengan menggunakan teknik ekspositori dan teknik
dramatik baik secara sendiri maupun bersamaan.
26
2) Prinsip Pengumpulan
Usaha untuk pengidentifikasian tokoh dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang tercecer di seluruh cerita tersebut,
sehingga dapat memperoleh data-data yang lengkap dan
menghasilkan gambaran yang padu tentang tokoh yang
bersangkutan.18
5. Karakteristik Melalui Tindakan Para Tokoh
Perbuatan dan tingkah laku secara logis merupakan pengembangan psikologi
dan kepribadian memperlihatkan bagaimana karakter tokoh yang ditampilkan
dalam perbuatannya, baik itu dalam kondisi emosi dan psikis, pada kutipan
berikut “Pak Harfan adalah guru yang tidak hanya mentansfer sebuah pelajaran,
tetapi juga secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi
muridnya”. Dalam novel Laskar Pelangi menggambarkan karakter guru dengan
ekspresi wajah atau bahasa tubuh (gesture) yang dapat memberikan gambaran
kondisi batin, gejolak jiwa atau perasaan. Seperti yang ditampilkan tokoh Ibu
Muslimah ketika resah menunggu calon siswa SD Muhammadiyah yang belum
memenuhi syarat “ namun senyum Bu Mus adalah senyum getir yang dipaksakan
karena cemas, wajahnya tegang dan gerak geriknya gelisah”19
D. Pengajaran Sastra di Sekolah
Pengajaran sastra di sekolah sangat penting untuk menunjang keefektifan
proses belajar dan pembelajaran, di samping itu didukung oleh kurikulum yang
telah menetapkan pembelajaran sastra di sekolah sebagai mata pelajaran yang
18
Ibid, hlm. 194-195, 198, 211-213. 19
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006), hlm. 2
27
melengkapi mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga menjadi disiplin ilmu
bahasa dan sastra Indonesia.
Jika pengajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan cara yang tepat dan
efektif, maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangsih yang besar untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat di dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh dan berfungsi serta
bermanfaat untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak.
Berikut penjelasan yang akan dipaparkan.
1. Membantu Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, seperti keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Dalam pembelajaran sastra, siswa dilatih dalam empat keterampilan yang
saling berkaitan tersebut sesuai dengan proporsinya. Dalam proses belajar sastra,
siswa dilatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang
dibacakan oleh guru, siswa atau melalui pita rekaman.
Siswa dapat dilatih keterampilan berbicaranya dengan memainkan peran
dalam suatu drama, berpidato, dan lain-lain. Selain itu siswa dapat dilatih
keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa cerita. Jika kegiatan
tersebut berjalan dengan efektif, maka guru menuntun siswa untuk mendiskusikan
dan menuliskan hasil diskusi sebagai keterampilan menulis, atau siswa bisa
menuangkan ide kreatifnya dalam menciptakan karya-karya sastra, seperti puisi,
novel, cerpen, dan lain-lain.
28
2. Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Sastra sangat berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam. Setiap
karya sastra selalu menyajikan sesuatu dan menghadirkan hal-hal yang
menambah pengetahuan. Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus dipupuk
dalam masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Istilah
budaya adalah menunjuk ciri-ciri khusus suatu masyarakat tertentu dengan
totalitasnya yang meliputi; organisasi, lembaga, hukum, etos kerja, seni, drama,
agama, dan sebagainya.
Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, percaya diri, dan rasa
ikut memiliki. Pengajaran sastra jika dilaksanakan dengan bijaksana dapat
mengantarkan para siswa berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir-pemikir
besar dunia dan sederetan kemajuan yang dicapai manusia di seluruh dunia tanpa
merusak kebanggaan dan kebudayaan yang mereka miliki sendiri.
3. Mengembangkan Cipta dan Rasa
Pengajaran adalah proses pengembangan individu yang di dalamnya terdapat
banyak kecakapan atau potensi yang harus dikembangkan secara harmonis.
Adapun kecakapan yang dimaksud adalah kecakapan yang bersifat indera, bersifat
penalaran, bersifat afektif, dan bersifat sosial, serta bersifat religius. Berikut
adalah penjelasan dari beberapa kecakapan tersebut:
a. Indera
Pengajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan
apa yang diterima oleh panca indera, seperti indera penglihatan, indera
pengecapan, indera pendengaran, indera, dan indera peraba. Pengungkapan
29
diri lewat aktivitas fisik dapat dibina dalam pengajaran sastra melalui
dalam bidang drama.
b. Penalaran
Pengajaran sastra diarahkan dengan membantu siswa melatih untuk
memecahkan masalah-masalah berfikir logis, pengajaran sastra juga
meliputi kecakapan-kecakapan pilihan seperti dugaan, kebiasaan, tradisi,
dorongan, dan sebagainya. Para guru sastra hendaknya melatih mereka
untuk memahami fakta-fakta, membedakan mana yang pasti dan mana
yang dugaan, memberikan bukti tentang suatu pendapat, serta mengenal
metode argumentasi yang benar dengan yang salah.
c. Perasaan
Kepekaan rasa dan emosi sangat terkait dengan pengajaran sastra.
Perasaan merupakan suatu elemen yang sangat rumit dalam tingkah laku
manusia. Dengan perasaan, sastra dapat menghadirkan berbagai problem
atau situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau tanggapan
emosional. Situasi dan problem tersebut diungkapan oleh sastrawan
diungkapkan dengan cara-cara yang memungkinkan kita untuk bergerak
menjelajahi dan mengembangkan perasaan kita.
d. Kesadaran sosial
Sastra merupakan pengayaan yang tidak ternilai untuk menunjang
pendidikan kesadaran sosial. oleh karena itu, seorang guru sastra harus
bijaksana dalam memilih bahan pengajarannya dengan tepat sehingga
membantu siswa dalam memahami dirinya dan orang lain.
30
e. Rasa religius
Guru diimbau untuk perlunya penjelajahan pertanyaan-pertanyaan
hakiki bagi siswanya akan menemukan materi yang berlimpah dalam
dunia sastra, oleh kerena itu perlu adanya pelatihan pemikiran kritis.
4. Menunjang Pembentukan Watak
Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan
sehubungan dengan watak, diantaranya: pengajaran sastra hendaknya mampu
membina perasaan yang lebih tajam, sastra lebih banyak mengantarkan kita untuk
mengenalkan pada seluruh rangkaian kemungkinan kehidupan manusia, seperti
kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri sampai pada kelemahan,
keputusasaan, kebencian, perceraian, dan kematian.Tuntutan kedua sehubungan
dengan pembinaan watak bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan
bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kepribadian siswa, seperti
ketekunan, pengimajian, kepandaian, dan penciptaan.20
5. Pengajaran Prosa Cerita
Pengajaran prosa cerita dapat dilakukan dengan mengarahkan siswa untuk
membaca novel, seperti novel anak-anak, novel remaja, dan novel-novel popular,
novel dapat dijadikan sarana pendukung untuk memperkaya bacaan para siswa
yang akan dibimbing oleh guru bahasa dan sastra Indonesia.
Membaca novel merupakan literasi kritis yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran sastra di sekolah dengan langkah memilih novel yang akan dibaca.
Adapun novel-novel yang dipilih adalah novel-novel yang menyuarakan ide-ide
20
B Rahmato, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: kanisius, 1992), hlm. 15-24
31
tentang kekuasaan, baik yang didasarkan pada bias gender, ras, marginalisasi
sosial, eksploitasi atau ketidakberdayaan. Setelah dipilih novel yang tepat lalu
dibuat sinopsis untuk memahami isi dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Membaca
novel dengan ancangan literasi kritis akan membangun kesadaran siswa atau
pembelajar dengan fakta-fakta sosial dengan pesan-pesan yang disampaikan di
dalam novel yang merupakan cerminan.21
Karena di dalam novel banyak
terkandung pengalaman dan nilai pendidikan yang positif. Adapun usaha yang
harus dilakukan oleh guru untuk siswa adalah menggiatkan minat baca siswa
dengan memperhatikan empat aspek seperti:
a. Memberi contoh
Guru adalah aktor penting yang berperan dalam menanamkan kebiasaan
pada siswanya untuk memberikan contoh atau tindakan nyata, karena
guru yang dapat menggambarkan jelas tentang pengalaman yang
dibacanya.
b. Memberi Sugesti
Selain memberikan contoh, guru diharuskan memberikan saran-saran
agar contoh-contoh yang diberikan dapat lebih mudah diikuti oleh siswa-
siswanya. Guru dapat membuat daftar bacaan yang tersusun agar
memudahkan dikemudian hari untuk digunakan sebagai referensi.
c. Memberi Kemudahan
Hendaknya guru mempertimbangkan kemudahan yang ada, daftar buku
yang disusun hendaknya buku-buku tersebut tersedia di perpustakaan
21
Priyatni Tri, Endah,Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hlm. 163-164.
32
yang mudah didatangi, oleh karena itu guru hendaknya menjadi anggota
perpustakaan sehingga bisa membantu kepentingan siswa.
d. Pengukuhan
Guru juga harus mengembangkan dan memelihara, serta mengarahkan
siswa-siswanya melakukan tugasnya dengan membuat catatan-catatan
penting tentang apa yan dibacanya. Oleh karena itu guru harus
memberikan motivasi pada siswa-siswanya. Kegiatan belajar dan
pembelajaran di kelas kiranya butuh perhatian khusus yang harus
diperhatikan seorang guru dalam merubah apati mereka menjadi
partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa dapat
membuang pola pikir bahwa belajar di kelas membosankan. Oleh karena
itu Perlunya motivasi guru dalam memberikan semangat untuk siswa di
kelas dengan latihan imajinatif dengan cara memberi tugas kelompok
untuk menganalisi novel secara multidisipliner, karena melalui novel
mereka benyak mendapatkan pembelajaran tentang hal politik, ekonomi,
sosiologi, antropologi, sejarah, budaya, dan psikologi. Dengan metode
seperti itu tugas yang membebani berubah menjadi daya yang mendorong
keinginan untuk belajar.22
Menurut Muljanto Sumardi pengajaran sastra di sekolah dapat membantu
proses kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya terkait hubungan antara guru,
siswa, dan karya sastra yang menjadi bahan pembelajaran. Berikut pemaparannya
di bawah ini.
22
Rahmanto, Op. Cit., hlm. 14-69
33
1. Keakraban Guru dengan Karya Sastra
Pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-
nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai sosial. Oleh karena itu keiatan belajar
mengajar sastra perlu dilaksanakan. Metode pengajaran mana pun yang akan
ditempuh, keefktifannya ditentukan terutama oleh corak komunikasi yang terjalin
antara guru dengan siswanya. Dengan asumsi bahwa guru akrab dengan karya
sastra dan mengenal perjalanan kreatif sastrawan, pengarang karya yang
dibicarakannya, maka akan terjalin keakraban siswa yang efektif untuk
melaksanakan pengajaran sastra.
Perlunya keterbukaan dan kepercayaan para siswa sehingga terwujudnya
komunikasi dua arah yang sehat dan konstruksif, baik antara guru dengan siswa,
maupun siswa dengan karya sastra. Secara skematis keeratan hubungan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
PENGARANG
GURU
KARYA SASTRA SISWA
Satra tidak menyuguhkan pengetahuan dalam bentuk jadi, seperti halnya
kimia misalnya. Sastra pada hakikatnya menyajikan suatu kemungkinan dalam
menanggapi suatu permasalahan yang jalinannya telah digariskan oleh
pengarangnya. Sastra bukanlah untuk diperiksa kebenarannya terhadap alam
nyata, malainkan menghimbau para pembacanya dengan menyelam dan menggali
34
untuk menemukan suatu nilai yang terdapat dalam karya tersebut. Oleh karena itu,
relevannya analogi guru sastra sangat penting untuk mendekati kenyataan
peranan guru bagi siswanya. Guru harus menyadari bahwa siswa merupakan
individu yang memiliki totalitas yang kompleks, karena di dalam diri siswa
terdapat sejumlah kecakapan yang terwujud dalam kekurangan dan kelebihan.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar kecakapan siswa yang bersifat indrawi,
nalar, afektif, sosial, dan agama perlu dilatih, diarahkan serta dikembangkan.
2. Mengakrabi Sastra sebagai Pengalaman
Pengajaran sastra membekali siswa dengan keterampilan mendengarkan,
membaca, menulis, dan berbicara. Sebagai totalitas suatu karya seni, maka
manfaat sastra bagi pengajaran adalah menyajikan kemungkinan-kemungkinan
yang dapat ditemui dalam kehidupan manusia sebagaimana yang direka oleh
pengarangnya. Sastra memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada siswa,
tanpa menempuh resiko yang dapat mengecewakan ataupun membebani diri
siswa. Sastra menyajikan sejumlah pengalaman kepada pembacanya.
3. Sastra sebagai Bekal Pengetahuan Budaya
Pengetahuan yang dapat diperoleh dari sastra adalah pengetahuan tentang
kehidupan budaya suatu masyarakat yang di dalamnya terdapat totalitas ciri-ciri
khas suatu masyarakat tertentu.23
4. Sastra Mengukuhkan Nilai Positif
Sastra dapat bermanfaat untuk megukuhkan nilai-nilai positif dalam pikiran
dan perasaan manusia. Manusia bisa kreatif, berwawasan luas, bahkan bisa
23
Muljanto Sumardi,Berbagai Pendekatan dalam Penajaran Bahasa dan Sastra,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm. 198-201
35
menjadi pemimpin yang baik apabila ia menimba nilai-nilai yang dituangkan
dalam karya sastra.
Di era globalisasi ini manusia selain dituntut memiliki kualitas tinggi dalam
IPTEK, juga dituntut agar bermoral dan berperilaku baik sehingga dapat
membaktikan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan yang luhur.
Dalam karya sastra, baik puisi maupun prosa terdapat banyak butir-butir
moral yang diungkapkan dan dijadikan kajian, renungan, dan pegangan bagi
pembacanya.24
Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa karya sastra selalu memberi pesan
atau amanat bagi para pembacanya. Pembaca diajak untuk menjunjung tinggi
norma-norma moral. Sastra juga dapat membentuk watak-watak pribadi secara
personal dan sosial. Oleh karena itu, guru harus sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik. Pelajaran sastra merupakan sarana dan media untuk
mengarahkan siswa untuk menghargai diri dan bangsanya.
Sastra juga memasuki ruang dan selik beluk nilai-nilai kehidupan personal
dan kehidupan manusia dalam arti keseluruhan. Sastra bisa masuk dalam ranah
politik, sejarah, perekonomian, perjuangan hak-hak asasi manusia, hukum,
aspirasi, dan cita-cita masa depan.
5. Profil Guru yang Baik
Peranan guru sangat dominan dan sentral dalam membentuk generasi penerus
bangsa. Guru merupakan unjung tombak pelaksanaan pendidikan, karena gurulah
yang bertanggung jawab dan secara langsung memimpin kegiatan belajar dan
24
Hasan Alwi dan Dendy Sugono,Telaah Bahasa dan Sastra, (Jakarta: Pusat Bahasa dan
Yayasan Obor Indonesia, 2002), hlm 234
36
mengajar di kelas yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru diharapkan dapat
menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki empat kompetensi
pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional.25
Tanggung jawab guru tidak
hanya memberi pengetahuan, guru diumpamakan seperti orang tua asuh, konselor,
tutor, perawat, selimut keamanan, dan psikolog. Pendidik hebat mengajar karena
mereka mencintai profesinya sebagai pendidik. Mereka benar-benar memahami
bahwa imbalan tidak selalu berbentuk uang. Mereka menikmati peluang untuk
mengamati cahaya lampu pemahaman yang nyala di otak anak, menampilkan rasa
percaya diri pada anak.26
Guru juga berperan untuk mempengaruhi dan menjadi
kekuatan dalam kehidupan muridnya, karena murid dapat belajar dan meniru apa
yang dilakukan dan dikatakan dari seorang guru sebagai agen aktif yang
berpengaruh sebagai pendidik.27
1. sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru
a. Guru harus mengasihi murid-muridnya seperti mengasihi anak-
anaknya.
b. Hubungan antara guru dan murid haruslah baik dan erat.
c. Guru haruslah memperhatikan keadaan anak-anak untuk mempelajari
jiwa kanak-kanak
d. Guru haruslah sadar akan kewajibannya terhadap masyarakat
e. Guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian dan
kesempurnaan
25
Jejen Musfah,Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktek, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 30,31 26
Anita Moultrite Turner, Resep Pengajaran Hebat, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm 4-5 27
Forrest dan Beverly, Menjadi Seorang Guru, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm. 32
37
f. Guru haruslah berlaku jujur dan ikhlas
g. Guru haruslah berhubungan dengan kehidupan masyarakat
h. Guru haruslah membahas dan belajar terus menerus
i. Guru haruslah cakap mengajar, baik pimpinannya dan bijaksana
dalam perbuatannya
j. Guru haruslah mempunyai jiwa sekolah modern
k. Guru haruslah mempunyai cita-cita yang tetap
l. Guru haruslah berbadan sehat
m. Guru haruslah membiasakan murid-murid, supaya mereka percaya
kepada diri sendiri
n. Guru haruslah mementingkan hakikat (intisari) pelajaran, bukan
bentuknya yang lahir saja
o. Guru haruslah berbicara dengan murid-murid dalam bahasa yang
dipahami
p. Guru haruslah memikirkan pendidikan akhlak
q. Guru haruslah mempunyai kepribadian yang kuat.28
r. Dan Guru juga harus memiliki sikap disiplin dalam melaksanakan
tugasnya. Karena guru atau pendidik yang disiplin akan melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan sesuai dengan tujuan.29
28
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya
Agung, 1990), hlm. 61-72. 29
Mohamad Surya, dkk, Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 17.
38
2. Bagaimana Menjadi Guru yang Baik
Menjadi guru yang baik harus memiliki kriteria atau sifat-sifat
seperti antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,
berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleren, bijaksana, sopan, bisa
dipercaya, fleksibel, demokratis, dan penuh harapan bagi siswa.30
Guru
juga harus memiliki kepribadian dengan ciri-ciri berakhlak mulia,
mantap, stabil, dan dewasa, arif dan bijaksana, menjadi teladan,
mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius. Berikut
kecakapan kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru.
a. Berakhlak mulia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga yang yang demokratis dan bertanggung
jawab. Tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putra putri yang
berakhlak mulia, berbudi luhur, becita-cita tinggi, berkemauan keras,
beradab sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya,
jujur dalam segala perrbuatan, suci murni hatinya. Menegapkan
jasmani dan menajamkan otaknya serta melatih tangan dan hatinya.31
b. Guru juga harus menumbuhkan dimensi moral, emosional, fisik,
psikologis serta spiritual dalam perkembangan siswa. Kecerdasan dan
kemampuan siswa jauh lebih kompleks daripada angka-angka nilai
dan tes-tes yang distandarisasikan.
30
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Prenada Media Group,
2007), hlm. 116 31
Yunus, Op. Cit., hlm. 22-23.
39
c. Guru memiliki peranan yang penting dalam merangsang dan
memotivasi siswa untuk belajar. Secara umum guru dapat memiliki
tiga peran dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a) Peran sebagai komunikator dalam mengajarkan ilmu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada siswa dan membuat
mereka mampu menyerap, menilai, dan mengembangkan secara
mandiri ilmu yang dipelajari.
b) Peran sebagai motivator: guru menimbulkan minat dan semangat
pada siswa untuk mendalami pengetahuannya dan guru terus
berupaya merangsang siswanya agar senang belajar.
c) Peran sebagai fasilitator: guru berupaya untuk mempermudah dan
memperlancar proses belajar mengajar bagi siswanya.
Dalam memainkan peran sebagai komunikator, motivator, dan fasilitator guru
dapat menggunakan berbagai macam teknik pendidikan dan pengajaran , terutama
dalam mendeteksi peserta didiknya yang mempunyai bakat disatu bidang tertentu,
misalnya seni musik atau keindahan. Tujuan pendidikan keindahan ialah mendidik
anak-anak supaya mengasihi keindahan dan menghargai yang bagus. Pelajaran
musik dan menyanyi adalah salah satu bentuk pendidikan kesenian agar siswa
mendapat didikan dari segi kesenian. Mereka dapat melukiskan perasaannya
dengan perkataan atau tulisan yang berisi kesenian dan keindahan. Oleh karena
itu, guru diharapkan menanamkan jiwa anak-anak untuk mencintai keindahan,
mengasihi yang bagus, melihat pemandangan, mendengarkan lagu-lagu merdu.32
32
Ibid, hlm. 24-25.
40
E. Penelitian Relevan
Persamaan penelitian ini dengan skripsi Titiek Purwaningsih (2006) yang
berjudul Nilai Edukatif dalam Novel Laskar Pelangi: Sebuah Tinjauan
Intertekstual pada objek yang sama, yaitu tentang nilai edukatif atau pendidikan.
Perbedaannya nilai edukatif Titiek Purwaningsih membahas tentang pendidikan
agama, sosial, dan estetika, sedangkan penelitian ini membahas penokohan guru
dalam novel Laskar Pelangi. Perbedaan lainnya pada analisis, Titiek
Purwaningsih menganalisis berdasarkan tinjauan intertekstual, sedangkan
penelitian ini ditinjau secara struktural.
Analisis mengenai novel Laskar Pelangi sebelumnya telah dilakukan Ahmad
Shofi (2008) “Potret Pendidikan Kaum Marginal di Indonesia: Sebuah
Pembelajaran Hidup Analisis terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata”. Persamaannya dengan penelitian ini adalah analisis dan objek yang
digunakan, yaitu potret pendidikan (edukatif) yang diperjuangkan kaum marginal
di Indonesia oleh guru dan siswa-siswa dalam novel Laskar Pelangi. Sedangkan
skripsi membahas penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata.
Pada skripsi Yeni Oktarina (2009) yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan
Islam dalam Novel“Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata meneliti nilai-nilai
pendidikan Islam, adapun pendekatan skripsi ini sama-sama memakai metode
kualitatif.
Berdasarkan penelitian relevan di atas, penulis mengambil permasalahan
pendidikan yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
41
dengan menyoroti penokohan guru, adapun perbedaannya dengan skripsi-skripsi
sebelumnya seperti Titiek Purwaningsih yang berjudul Nilai Edukatif dalam
Novel Laskar Pelangi: Sebuah Tinjauan Intertekstual yang membahas nilai
edukatif tentang pendidikan agama, sosial, dan estetika. Sedangkan pada skripsi
Ahmad sofi (2008) yang berjudul“Potret Pendidikan Kaum Marginal di
Indonesia: Sebuah Pembelajaran Hidup Analisis terhadap novel LaskarPelangi
karya Andrea Hirata. Adapun analisis dan objek yang digunakan yaitu potret
pendidikan yang diperjuangkan kaum marginal di Indonesia oleh guru dan siswa-
siswa dalam novel Laskar Pelangi. Begitu pula pada skripsi Yeni Oktarina (2009)
yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel“Laskar Pelangi” Karya
Andrea Hirata hanya meneliti nilai-nilai pendidikan Islam.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi dan mengapresiasi setiap langkah
yang dihasilkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan dalam mendidik peserta didiknya
dengan pendidikan pedagogik dan pendidikan budi pekerti. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif, dilanjutkan dengan membaca novel
Laskar Pelangi secara cermat, terarah, teliti dan mengambil kutipan yang
berkaitan tentang penokohan Pak Harfan dan Bu Mus. Penulis menyusun skripsi
ini dengan judul Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata.
42
BAB III
PROFIL ANDREA HIRATA
A. Biografi Andrea Hirata
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di Pulau Belitong 24 Oktober 1982, ia
merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA
Masturah. Ia dilahirkan di desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di
Pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan mempengaruhi
pribadi Andrea sejak kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari
keadaan di sekelilingnya yang memperlihatkan keperihatinan.
Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lainnya. Dengan segala
keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi
pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki impian
dan mimpi-mimpi di masa depannya.
Seperti halnya yang diceritakan dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil
bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan
hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea
cukup memperihatinkan. Namun, karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah
di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati
harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki
motivasi yang cukup tinggi untuk belajar.
Di SD Muhammadiyah itu, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang
dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi dan bertemu dengan seorang guru yang
43
hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. Ia menulis buku
Laskar Pelangi untuk dipersembahkan pada Bu Muslimah seorang guru yang
sangat dikaguminya. Kegigihan Bu Muslimah dalam mengajar dan mendidik
siswa yang berjumlah tak lebih dari 11 orang ternyata sangat berarti besar bagi
kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena
motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Novel yang merupakan kisah masa
kecilnya yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang, karena di dalam
sebuah karya sastra tidak terlepas dari luapan atau penjelmaan perasaan, pikiran,
dan pengalaman dari pengarangnya.1
Tentang sosok Bu Muslimah, Andrea
menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. Berkat Bu
Muslimah, Andrea mendapatkan dorongan yang membuatnya mampu menempuh
jarak 30 km dari rumah ke sekolah untuk menimba ilmu. Tak heran, ia sangat
mengagumi sosok Bu Muslimah sebagai salah satu inspirator dalam hidupnya.
Menjadi seorang penulis diakuinya karena terinspirasi oleh sosok Bu
Muslimah. Sejak kelas 3 SD, Andrea telah membulatkan niat untuk menjadi
penulis yang menggambarkan perjuangan Bu Muslimah sebagai seorang guru.
Saat itu Andrea memberanikan diri untuk merantau ke Jakarta selepas lulus
SMA. Kala itu, keinginannya untuk menggapai cita-cita sebagai seorang penulis
dan melanjutkan ke bangku kuliah menjadi dorongan terbesar untuk hijrah ke
Jakarta. Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor
pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Merasakan bangku
1 Rahmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 114
44
kuliah merupakan salah satu cita-citanya sejak ia berangkat dari Belitong. Setelah
menamatkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan
beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de
Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris.
Andrea lulus dengan status cum laude dan mampu meraih gelar Master Uni
Eropa. Sekembalinya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom tepatnya sejak
tahun 1997. Mulailah ia bekerja sebagai seorang karyawan Telkom. Kini, Andrea
masih aktif sebagai seorang instruktur di perusahaan telekomunikasi tersebut.
B. Tentang Novel Laskar Pelangi
Novel Laskar pelangi karya Andrea Hirata terbit pada tahun 2005 dan
menjadi novel paling laris (best seller) dalam sejarah penerbitan novel di
Indonesia. Novel Laskar Pelangi pun ditransformasi ke film.2 Dalam novel kedua
dwilogi Cinta di dalam Gelas terdapat kata pengantar yang ditulis oleh Chole
Meslin mengatakan bahwa karya Laskar Pelangi yang beredar jutaan copy dan
banyak mahasiswa yang melakukan penelitian. Ketika novel itu diadaptasikan
menjadi film, jumlah audien juga memecahkan rekor dalam sejarah film Indonesia
dan telah mendapat sepuluh penghargaan Internasional.
Laskar Pelangi merupakan novel pertama tetralogi Laskar Pelangi, yaitu
Laskar Pelangi (2006), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan Maryamah
Karpov (2008). Pada 23 Maret 2010 telah ditandatangani publisher agreement
antara penerbit Bintang Pustaka dengan Amer-Asia Books, inc., Tucson, Arizona,
2 Anwar Efendi. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2008), hlm. 173
45
USA. Peristiwa ini sangat berpengaruh terhadap tonggak perkembangan buku
Indonesia, karena pertama kalinya penelis Indonesia dipresentasikan oleh agen
buku komersial Internasioanal, sehingga Karya Andrea Hirata dapat tersedia di
negara-negara lain dan dapat berkompetisi dalam industri buku global dan
menempatkan Andrea Hirata sebagai novelis dunia.
Penerbit Yillin Press, China dan penerbit Nha Nam Publishing and
communication, dan Vietnam akan mendistribusikan novel Laskar Pelangi dalam
bahasa masing-masing, dan akan disusul kerja sama dengan Uni Agency, sebuah
litrary agent terkemuka di Jepang dan penerbit-penerbit di Amerika, Jerman,
Prancis, Korea, serta beberapa Negara Asia dan Eropa lainnya. Novel The
Rainbow Troops (edisi Internasional Laskar Pelangi) mendapat sambutan hangat
diberbagai pestival di luar negeri (Fukuoka, Vancouver, Singapura, dan
Wordstorm-Australia).
The Rainbow Troops dan dreamer (edisi internasional Sang Pemimpi) akan
disusul dengan beredarnya edisi internasional Edensor dan Maryamah Karpov.
Novel Laskar Pelangi merupakan novel pertama karya orang Indonesia
yang bisa menembus dan mencapai kancah penerbitan internasional dengan nama
buku the rainbow troops yang diterbitkan oleh Amerika Serikat, Farrar, Strauss,
dan Giroux (FSG) yang merupakan penerbit terkemuka dan ternama di Amerika
Serikat yang berdiri sejak tahun 1946 dan menjadi penerbit yang paling banyak
menerbitkan karya pemenang Nobel sastra.3
3 Andrea Hirata, Lebarkan Sayap ke Mancanegara, (Jakarta: Media Indonesia edisi
minggu, 1 April 2012), hlm. 12
46
Laskar Pelangi dibaca anak usia berusia tujuh tahun sampai profesor
universitas tujuh puluh tahun, dinikmati penggila sastra sampai orang-orang yang
tidak pernah membaca sebuah karya pun ikut membacanya. Karya-karyanya
diwacanakan di fakultas sastra, dijadikan skripsi, mas kawin, bacaan wajib di
sekolah, dibaca orang di dalam bus kota sambil tertawa dan menangis sendirian.
Novel setebal 700 dikerjakan Andrea Hirata dalam waktu tiga minggu dan
digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada Bu
Muslimah yang kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada
sahabat-sahabatnya yang disebut Laskar Pelangi. Tak sengaja, naskah yang
berada dalam laptop Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian
mengirimkan ke penerbit. Penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan
menjualnya ke pasar. Novel Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar secara resmi
pada bulan Desember 2005 .
Novel Laskar Pelangi menjadi pembicaraan para penggemar karya sastra
khususnya novel. Dalam waktu seminggu, novel perdana Andrea tersebut mampu
dicetak ulang. Bahkan dalam kurun waktu setahun setelah peluncuran, Laskar
Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk dalam best seller.
Sampai saat ini Laskar Pelangi mampu terjual lebih dari satu juta eksemplar.
Penjualan novel Laskar Pelangi semakin hari semakin melambung naik
setelah Andrea muncul dalam salah satu acara televisi. Bahkan penjualannya
mencapai 20 ribu dalam sehari. Sungguh merupakan prestasi tersendiri bagi
Andrea, terlebih lagi ia masih tergolong baru sebagai seorang penulis novel.
47
Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku
kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku
ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Selain meraih kesuksesan dalam tingkat
penjualan, Andrea juga meraih penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award
(KLA) tahun 2007. Perasaan bangga dan bahagia semakin dirasakan Andrea
tatkala Laskar Pelangi diangkat menjadi film layar lebar oleh Mira Lesmana dan
Riri Riza.
Menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada dalam
pikiran Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk meraih
pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala itu. Namun, seiring dengan perjuangan
dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih sukses sebagai penulis
memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keperihatinan.
C. Pemikiran Andrea Hirata
Jika ditinjau dari kehidupan sosial pengarang dalam karyanya Laskar
Pelangi, Andrea mengambil referensi dari ranah pendidikan dengan potret
pendidikan pada masa itu, dengan keterbatasan sarana dan prasarana, tetapi
pendidikan yang ia gambarkan sangat ideal bila dipandang dari sisi kemanusiaan,
agama, dan lain-lain.
Jika ditinjau dari segi keluarga. Andrea Hirata menghadirkan suasana
keluarga yang harmonis di setiap novelnya. Sebagai tradisi orang melayu yang
sangat menjunjung tinggi martabat orang tua, Seperti cerita seorang anak yang
bernama Ikal digambarkan mempunyai seorang Ayah yang sangat menyayangi
48
keluarga dan mendukung Ikal agar dapat bersekolah di SD Muhammadiyah
Gantong, dengan mengantarkan Ikal pertama kali ke sekolah tersebut.
Keadaan yang lebih memiris hati para pembaca ketika Lintang harus
kehilangan ayahnya akibat badai laut saat melaut, sehingga Lintang harus
mengambil alih menjadi tulang punggung keluarga dan meninggalkan bangku
sekolah. Nasib rakyat kecil yang tidak pernah bergeser dari kemiskinan dan
keselamatan kerja membuat seseorang harus kehilangan kebahagian dan
kesempatannya dalam meraih cita-citanya dalam ranah pendidikan.
Dalam penyajian Laskar Pelangi Andrea Hirata lebih bijaksana dalam
memaknai cinta yang ia masukan dalam alur cerita novel-novelnya. Cinta yang ia
sajikan lebih menyentuh sisi humanisme (kemanusiaan). Di dalam novel Laskar
Pelangi terdapat banyak cinta yang Andrea gambarkan seperti, Cinta kepada
Allah, cinta kepada guru, cinta kepada orang tua, dan cinta sahabat karib.
D. Tinjauan para Ahli Terhadap Novel Laskar Pelangi
Beberapa komentar tokoh yang mengagumi dan mewarnai segi karakter novel
tersebut sesuai dengan apa yang mereka rasakan ketika membaca karya fenomenal
Laskar Pelangi. Berikut pendapat para ahli tentang penilaiannya terhadap novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
1. Sapardi Djoko Damono (Sastrawan dan Guru Besar Fakultas Ilmu
Budaya UI)
Menurut Sapardi, Novel Laskar Pelangi merupakan ramuan pengalaman dan
imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-
hubungan antara gagagan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan.
49
2. Riri Riza, Sutradara
Menurut Riri Riza, pengarang Andrea Hirata dalam karyanya yang berjudul
Laskar Pelangi memberi kita syair indah tentang keragaman dan kekayaan tanah
air, sekaligus memberi sebuah pernyataan keras tentang realitas politik, ekonomi,
dan situasi pendidikan kita. Tokoh-tokoh dalam novel ini membawa saya pada
kerinduan menjadi orang Indonesia … A must read!” menurut Riri Laskar Pelangi
adalah sebuah epik dalam skala kecil, Laskar Pelangi merupakan kisah hati kecil
sejumlah anak miskin di masa orde baru.4
3. Korrie Layun Rampan, Sastrawan dan Ketua Komisi I DPRD Kutai Barat
Berikut kutipan yang paparkan Korrie Layun Rampan mengenai novel Laskar
Pelangi. “Inilah cerita yang sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan
tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar,
tawakal, takwa, yang dituturkan secara indah dan cerdas …”
4. Kak Seto, Ketua Komnas Perlindungan Anak
Kak Seto menilai bahwa Novel ini menunjukkan pada kita bahwa pendidikan
adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekadar memberikan
intruksi atau komando, dan bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan
tumbuh menjadi prestasi cemerlang di masa depan”.
5. Garin Nugroho, Sineas
Pandangan Garin Nugroho mengenai keberadaan novel Laskar Pelangi sangat
bermanfaat ketika di tengah berbagai berita dan hiburan televisi tentang sekolah
yang tak cukup memberi inspirasi dan spirit, maka buku ini adalah pilihan yang
4 Rita Triana Budiarti. Di Balik Layar Laskar Pelangi (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm.
94
50
menarik. Buku ini ditulis dalam semangat realis kehidupan sekolah, sebuah dunia
tak tersentuh, sebuah semangat bersama untuk survive dalam humanisme yang
menyentuh.
6. Gangsar Sukrisno (CEO Bentang Pustaka dan Co Producer)
Menurut Gangsar Sukrisno, Laskar Pelangi adalah karya yang bertutur jujur
tentang situasi sosial, terutama nasib pendidikan dasar di daerah terpencil yang
mengenaskan, cerita Laskar Pelangi ini menggambarkan setelah berpuluh-puluh
tahun merdeka negeri ini masih saja menderita. Banyak hal yang patut disyukuri
di tengah-tengah keterbatasan, jika peta sudah terlukis di langit, kita akan
bersama-sama mencapainya melalui mimpi-mimpi. Jangan pernah kehilangan
harapan! Selamat membaca.
7. Akmal Nasery (Jurnalis dan Penulis)
Sebagai seorang jurnalis dan penulis Akmal Nasery Basral berpendapat
bahwa karya Laskar Pelangi adalah sebuah memoar dalam bentuk novel yang
sulit dicari tandingannya dalam khazanah kontemporer penulis kita.
8. Gerard Arijo Guritno
Gerard Arijo Guritno dari majalah Gatra mengungkapkan novel Laskar
Pelangi merupakan novel tentang dunia anak-anak yang mencuri perhatian.
Berhasil memotret fakta pendidikan dan ironi dunia korporasi di tengah komunitas
kaum terpinggirkan.
9. Herni Kusyari
Herni Kusyari seorang guru SD di daerah terpencil mengungkapkan
pengalamannya ketika membaca buku Laskar Pelangi memberiku semangat baru
51
yang tak ternilai utnuk mengajar murid-murid meskipun kami selalu dirundung
kesusahan demi kesusahan, meskipun dunia tak peduli. Buku ini membuatku
sangat bangga menjadi seorang guru.
10. Harian Belitong
Harian Belitong Pos berpendapat bahwa rasa humor yang halus dan luasnya
cakrawala pengetahuan Andrea adalah daya tarik utama Laskar Pelangi.
11. Harian Media Indonesia
Harian media Indonesia berpendapat kita akan tertawa, menangis dan
merenung bersama buku ini.
12. Majalah Femina
Majalah Femina berpendapat bahwa novel Laskar Pelangi merupakan secuil
potret pendidikan di Negara kita yang memprihatinkan.
Setelah membaca dari beberapa pemaparan para ahli mengenai novel
Laskar Pelangi, jelas bahwa novel Laskar Pelangi adalah salah satu buah karya
yang di dalamnya banyak menggambarkan pelajaran hidup yang sangat
bermanfaat untuk dipetik. Para ahli mengemas pemikirannya dalam menilai novel
ini sangatlah beragam, tetapi di dalamnya sama-sama menyampaikan pesan dan
kesan mereka tentang novel Laskar Pelangi yang bertema kental dengan
pendidikan sebagai potret pendidikan pada saat itu. Beberapa pendapat para ahli
yang sangat dominan membahas pendapatnya tentang pendidikan adalah Gerard
Arijio Guritno, Gengsar Sukrisno, Garin Nugroho, Korrie Layun Rampan, Riri
Riza dan majalah Femina.
52
BAB IV
HASIL ANALISIS
Analisis Penokohan Guru dalam Novel Laskar Pelangi Karya
Andrea Hirata
A. Deskripsi Data Objek
Objek penelitian ini adalah novel Laskar Pelangikarya Andrea Hirata yang
berjudul Laskar Pelangi, cetakan empat belas, November 2007, diterbitkan oleh
PT Bentang Pustaka di Yogyakarta. Buku ini memiliki tebal 534 halaman yang
terdiri atas 34 bagian, bibliografi dan indeks. Sampul depan novel ini bergambar
sekelompok anak-anak kecil yang asyik dan semangat dengan dunia masa
kecilnya dan harapan serta cita-citanya, disampul bagian belakang terdapat
biodata penulis dan nama penerbit buku.
B. Analisis Struktural
Berikut akan disajikan analisis struktural yang dibatasi hanya unsur tema,
tokoh dan penokohan, alur, serta latar dalam novel Laskar Pelangi.
1. Tema
Awal dari kisah Laskar Pelangi, dimulai dengan perjuangan dua orang
guru yang bernama Bapak Harfan Efendi Noor dan Ibu Muslimah Hafsari.
Mereka ingin mendapatkan sepuluh murid baru untuk mempertahankan
kelangsungan eksistensi SD Muhammadiyah di Belitong. Kemudian
penggambaran keadaan SD Muhammadiyah yang memprihatinkan. Pada bab
53
4, dilukiskan penggambaran perjuangan seorang guru dalam membangkitkan
semangat pendidikan di SD Muhammadiyah Belitong.
“Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan
raya di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada
pendaftar baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan
kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”1
Kisah Laskar Pelangimenekankan pada perjuangan siswa di dalam meraih
sesuatu yang lebih baik, baik itu pendidikan maupun pola hidup di Belitong
terutama dengan adanya perlakuan berbeda dari sebuah Perusahan Timah.
Dalam hal pendidikan digambarkan perbedaan yang sangat menonjol dalam
sarana maupun sarana belajar untuk meraih cita-cita, antara sekolah PN
dengan SD Muhammadiyah. Akan tetapi hal yang menakjubkan di dalam
novel ini setiap bab menunjukkan peristiwa yang mengejutkan, sepertiPara
tokoh Laskar Pelangi yang mempunyai semangat belajar yang tinggi dengan
disertai bakat mereka yang sangat luar biasa. Ibu Muslimah sebagai guru
sangat mengapresiatif kreatifitas yang dimiliki para siswanya agar membentuk
pribadi siswa yang mencintai bakat, baik itu yang bersifat seni,maupun
keahlian lainnya.
“Bu Mus yang berpendirian progresif dan terbuka terhadap ide-ide
baru, membebaskan kami berekspresi. Kami diminta untuk menyetor
sebuah master piece, karya yang berharga akan mendapat tempat
terhormat, dipajang di ruang kepala sekolah.”2
1 Andrea Hirata,Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2006), hlm. 4
2Ibid, hlm. 143-144
54
“Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah
tak percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu
dalam acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil
penampilan seni terbaik tahun ini.”3
Keahlian yang sangat luar biasa ketika ada seorang siswa bernama Lintang
sangat pandai dan jenius dibidang hitung menghitung.Bu Mus sangat takjub
dan bangga memiliki murid yang sangat luar biasa tersebut.
Bu Mus memperhatikan dengan seksama bukan hanya apa yang diucapkan
Lintang tapi juga pendekatannya dalam menjelaskan. Beliau menggeleng-
gelengkan kepalanya, komat-kamit, berbicara sendiri tak jelas seperti
orang bergerendeng. Ternyata beliau mengucapkan pelan-pelan kata-kata
penuh kagum, “Subhanallah…subhanallah…”4
Kejadian tersebut terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung, saat
itu Bu Mus sedang mengajarkan pelajaran matematika, saat Bu Mus
memberikan soal tebak-tebakan soal berhitung dan Lintang adalah satu-
satunya murid yang pertama kali dengan cepatnya menjawab pertanyaan Bu
Mus dalam waktu dua menit. Melihat fenomena tersebut Bu Mus sangat
terkejut sekaligus bangga.
Bu Mus adalah guru yang sangat memenuhi syarat sebagai seorang guru
yang sangat bijaksana dan adil dalam memberikan nilai sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa, seperti apa yang didapatkan Lintang sebagai
siswa yang berprestasi.
3Ibid, hlm. 245
4Ibid, hlm. 122-123
55
“Bahkan Bu Musberani bertanggung jawab memberikan nilai
sempurna: sepuluh.”5
Hal yang menegangkan sekaligus mengharukan itu ketika SD
Muhammadiyah memenangkan perlombaan cerdas cermat melawan SD PN.
Pada bab ke-32 digambarkan perjuangan Ikal atau Andrea Hirata sebagai
penulis di dalam meraih cita-cita dengan berusaha yang ekstra. Inilah hasil
pendidikan yang di ajarkan kepada Laskar Pelangi untuk memberi sebanyak-
banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya.
Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika
dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau
menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku serta
memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk memberi
sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyak-banyaknya.6
Bu Mus dan Bapak Harfan sangat mendukung murid-murid SD
Muhammadiyah untuk mengikutsertakan sekolah SD Muhammadiyah sebagai
peserta dalam perlombaan cerdas cermat melawan SD PN.Pak Harfan serta Bu
Mus sangat berharap dan berusaha keras mempersiapkan dan melatih murid
mereka Laskar Pelangi agar dapat memenangkan perlombaan tersebut. Karena
bagi Pak Harfan dan Bu Mus, kemenangan perlombaan cerdas cermat adalah
cara satu-satunya untuk menaikan martabat dan derajat sekolah SD
Muhammadiyah serta membuktikan pada SD PN bahwa murid-murid SD
Muhammadiyah juga memiliki kemampuan luar biasa yang bisa dibanggakan
walaupun fasilitas sekolah yang dimiliki hanya seadanya.
5Ibid, hlm. 124
6Ibid, hlm. 24
56
Kami telah dipersiapkan oleh Bu Mus dengan baik.Beliau pontang panting
mengumpulkan contoh soal dan bekerja keras melatih kami dari pagi
sampai sore. Bu Mus melihat lomba ini sebagai media yang sempurna
untuk menaikan martabat sekolah Muhammadiyah yang bertahun-tahun
selalu diremehkan.7
“Baginya ini adalah peristiwa terpenting selama lima belas tahun karir
mengajarnya.Beliau benar-benar ingin kami menang dalam lomba ini.”8
Pada bab terakhir, menceritakan tentang keberhasilan beberapa anggota
Laskar Pelangi. Semua tentu karena mereka selalu berusaha yang terbaik di
dalam hidupnya.Dari penguraian peristiwa-peristiwa di atas maka dapat
disimpulkan masalah yang sedang diangkat oleh pengarang adalah belum
meratanya pendidikan di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil.Akan
tetapi yang lebih penting adalah itu semua bukanlah menjadi kendala bagi
seseorang untuk maju mengejar cita-citanya.Kemiskinan bukan halangan, para
tokoh Laskar Pelangi adalah orang-orang yang mampu belajar membaca
potensi dirinya.Selain itu masalah yang mendasar sekali adalah pendidikan
tentang agama dijadikan sebagai dasar untuk berjuang. Bukankah di dalam
Islam dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukankah belajar itu
ibadah, ikhtiar itu ibadah, maka dari itu keikhlasan perlu ditanamkan oleh para
guru dan pelajar di dalam melaksanakan proses pendidikan.
Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku
tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan
kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang
keteguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk
7Ibid, hlm 364
8Ibid, hlm. 369
57
mencapai cita-cita.Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam
keterbatasan jika dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.9
Dapat disimpulkan bahwa tema novel Laskar Pelangi ialah semangat
perjuangan yang disertai dengan keikhlasan sebelas orang anggota Laskar
Pelangi dalam menempuh pendidikan. Mereka dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada namun mereka pantang menyerah dalam menuntut
ilmu.Tentunya peran dua guru tangguh dan luar biasa yang bernama Bapak
Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari yang tiada henti-hentinya
mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmunya dengan ikhlas dan tulus. Dengan
kata lain tema novel ini secara umum adalah “pendidikan”.
2. Tokoh dan Penokohan
a) Tokoh
Di awal cerita diperkenalkan dua orang guru bernama Bapak Harfan
Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari yang merupakan tokoh utama
sebagai guru yang sangat berperan penting dalam pendidikan anak-anak
Laskar Pelangi. Dua guru tersebut berharap dan berjuang mencari sepuluh
orang siswa untuk mempertahankan sekolah SD Muhammadiyah Gantong
yang akan ditutup apabila dalam penerimaan siswa baru tersebut kurang
dari sepuluh.
Bapak Harfan Efendy dan Ibu Muslimah Hafsari adalah dua tokoh
utama guru yang akan dibahas. Mereka berdua berperan penting dalam
membentuk serangkaian alur dan tema, sehingga dapat membentuk
9Ibid, hlm. 24
58
serangkaian cerita yang di dalamnya menceritakan sebuah tema
pendidikan di Gantong Belitong, khususnya sekolah Muhammadiyah
Gantong yang serba kekurangan dari segi fasilitas dan sarana apabila
dibandingkan dengan SD PN yang cukup memiliki sarana dan fasilitas
untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tetapi dalam sudut pola pikir
dan keyakinan yang dimiliki oleh anak-anak Laskar Pelangi bahwa
sekolah mereka adalah sekolah yang terbaik dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
“Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD
Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk
membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”10
Jelas bahwa penokohan Pak Harfan sangatlah berpengaruh terhadap
pola pikir murid-muridnya untuk belajar dan menerima sekolah SD
Muhammadiyah dengan segala kekurangan dan kelebihannya, bagi murid-
muridnya sekolah Muhammadiyah sangatlah berharga karena di dalamnya
terdapat guru-guru yang sangat luar biasa yang hanya berniat untuk
mengajar dan mendidik tanpa harus memikirkan materi untuk membayar
pengabdian mereka yang tulus.
Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu Muslimah Hafsari merupakan dua
tokoh guru yang sangat mempengaruhi keberadaan tokoh lain, terutama
tokoh-tokoh Laskar Pelangi.
10
Ibid, hlm.25
59
“Kami ternganga karena suara Pak Harfan yang berat menggetarkan
benang-benang halus dalam kalbu kami, dada kami berkobar-kobar
mendengar lika-liku cerita dan ingin membela perjuangan para
penegak Islam.”11
“Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu
Mus selalu menasihati kami. Itulah kata-kata yang diilhami surah An-
Nisa dan telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib dan sering
kali dianggap lalu saja oleh umat.Tapi jika yang mengucapkannya Bu
Mus kata-kata itu demikian berbeda, begitu sakti, mendengung-
dengung di dalam kalbu.12
Sebagai protagonis, kedua tokoh ini sangat mempengaruhi dan
mendukung jalannya cerita, terutama tema dalam novelLaskar Pelangi ini
yang mengangkat masalah tentang pendidikan yang disoroti sebagai
tonggak utama jalan untuk mencapai cita-cita yang diimpikan Laskar
Pelangi sebagai murid-murid yang sangat kompleks dan beragam serta
memiliki kemampuan luar biasa pada diri setiap anak. Cerita itu terlihat
ketika sekolah SD Muhammadiyah Gantong akan mengikuti karnaval yang
diadakan sekolah SD PN. Pak Harfan dan Bu Mus sangat mendukung dan
berharap murid-muridnya bisa mengikuti karnaval tersebut. begitu
membanggakan dan mengesankan yang dirasakan Pak Harfan dan Bu
Mus, serta para penonton ketika anak-anak Laskar Pelangi
mempersembahkan penampilan yang membuat orang suka dan senang
melihatnya, sehingga hasil yang diperoleh dari penampilan tersebut SD
11
Ibid, hlm. 23
12Ibid, hlm. 31
60
Muhammadiyah mendapatkan dan membawa pulang trofi sebagai
penghargaan penampilan kesenian yang terbaik.
“Suara Pak Harfan bergemuruh.Sebuah pidato yang
menggetarkan.Kami bersorak sorai mendukung beliau.Kita harus
karnaval.Mari kita beri kesempatan kepada orang-orang Muda
berbakat Mahar untuk menunjukan kreativitasnya.”13
“Pak Harfan telah membakar semangat kami, sehingga kami siap
tempur.”14
“Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan
seolah tak percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan
seperti itu dalam acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi
hasil penampilan seni terbaik tahun ini.”15
Peran Pak Harfan dan Bu Mus juga selalu mewarnai Serangkaian alur
dalam memainkan perannya sebagai guru yang baik dan bijaksana serta
berdedikasi tinggi yang bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja,
mereka juga mendidik dengan kasih sayangnya seperti orang tua. Kedua
guru ini mendidik muridnya dengan nilai-nilai agama dan sosial yang
luhur.
“Sebuah kisah yang sangat megesankan, pelajaran moral pertama:
jika tak rajin shalat maka pandai-pandailah berenang.”16
Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika
dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau
menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku
13
Ibid, hlm.222
14Ibid, hlm. 223
15Ibid, hlm.245
16Ibid, hlm.21-22
61
serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk
memberi sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyak-
banyaknya.17
Pak Harfan dan Bu Mus merupakan kedua tokoh yang sangat
mempengaruhi tokoh-tokoh lain, terutama anak-anak Laskar Pelangi
sebagai murid-muridnya. Kedua guru ini sangat cakap dalam memainkan
perannya sebagai pendidik yang memiliki memiliki pengaruh besar dalam
keberhasilan cita-cita yang telah dicapai murid-muridnya.
b) Penokohan
Penokohan dalam cerita fiksi Laskar Pelangi didasarkan dalam bentuk
metode analitis (metode ekspositori) dan metode dramatik. Penyajian
penokohan melalui metode-metode ini bermanfaat untuk membantu para
pembaca untuk mengetahui dan mengenali perwatakan para tokoh.
Pengarang menyajikan watak tokoh dengan melukiskan sifat-sifat
tokoh, hasrat, pikiran, perasaan, dan memberikan opininya mengenai tokoh
dan di saat bersamaan pengarang membiarkan para tokoh untuk
melukiskan wataknya dengan percakapan dan tindakannya. berkombinasi
analitik, dan dramatik dapat dilihat dikutipan.
Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki
pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran
budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan
dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta
menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas
pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur
di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.18
17
Ibid, hlm. 24
18Ibid, hlm 30
62
Kutipan tersebut secara langsung melukiskan karakter Bu Muslimah
yang cerdas, berwibawa, bertanggung jawab, disiplin, berakhlakul karimah
baik, dan memiliki kesadaran pribadi yang baik.Kombinasi kedua metode
ini digunakan pengarang dari awal hingga akhir untuk menyajikan watak
tokoh.Di lain pihak, pengarang membiarkan para pembaca untuk menarik
kesimpulan dari bahasa yang digunakan untuk memperkirakan perwatakan
para tokoh, seperti pada contoh.
Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku
tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah
melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran
pertama tentang keteguhan pendirian tentang ketekunan, tentang
keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.19
Kata petuah dalam kutipan di atas menyiratkan penggambaran sosok
Pak Harfan sebagai seorang guru yang sangat bijaksana dan arif dalam
mengajar dan mendidik murid-muridnya untuk selalu memberikan
semangat dan dukungan sebagai seorang guru atau pendidik yang sangat
berperan penting dalam membentuk karakter dan kecerdasan murid-
muridnya.
“Bu Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka
keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak
tepung beras.”20
Sedangkan dalam kutipan di atas, terdapat kata tepung beras sebagai alas
wajah atau bedak yang dikenakan di pipi sangat menggambarkan sosok Bu
Mus sebagai seorang guru perempuan yang sangat sederhana dalam
19
Ibid, hlm. 24
20Ibid, hlm.7-8
63
menata dirinya dan tidak berlebih-lebihan.Di dalam hati dan pikirannya
hanya bertekad untuk mengabdikan dirinya untuk mengajar, mendidik, dan
mempertahankan sekolah SD Muhammadiyah yang hampir rubuh tersebut.
Sebagai tokoh protagonis yang merupakan tokoh yang sangat
dikagumi, Pak Harfandan Bu Mus haruslah memberikan nilai-nilai dan
norma-norma yang positif para pembacanya, kedua tokoh ini berfungsi
untuk menghidupkan cerita dan mempengaruhi seluruh peristiwa dan
mempengaruhi perjalanan yang rasakan oleh para anak-anak Laskar
Pelangi dalam menempuh pendidikan sekolah dasar dan mempengaruhi
pola pikir mereka dalam mencari jati diri sebagai anak-anak Belitong
yang haus akan pendidikan di tengah-tengah hidup mereka yang serba
kekurangan.
Identitas tokoh guru yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi dapat
terlihat dalam dialog-dialog langsung. Sebagai protagonis, Pak Harfan dan
Bu Mus yang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter murid-
muridnya sehingga menjadi anak-anak yang dapat menemukan jati dirinya,
serta mencapai cita-citanya. Khususnya untuk pengarang yang merupakan
salah satu murid yang pernah dididik oleh Pak Harfan dan Bu Mus.
Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki
pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran
budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan
dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta
menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas
pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur
di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.21
21
Ibid, hlm. 30
64
Kutipan tersebut dengan jelas menggambarkan penokohan Pak Harfan
dan Bu Mus sebagai guru yang mempunyai pengaruh besar dalam
mendidik dan mengajar murid-murinya dengan penuh tanggung jawab,
tulus, dan ikhlas demi tercapainya cita-cita murid-muridnya di hari nanti.
Pelukisan tokoh guru terlihat penggambaran suasana hati dua guru
Laskar Pelangi ketika Pak Harfan dan Bu Mus yang sedang resah
menantikan murid baru untuk mempertahankan keberadaan SD
Muhammadiyah gantong yang apabila tidak memenuhi sepuluh murid baru
maka akan ditutup oleh pengawas Depdikbud Sumsel.
Guru-guru yang sederhana ini berada dalam suasana genting karena
pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika
SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh
orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena
itu sekarang BuMus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka
akan tamat riwayatnya.22
Sungguh pemandangan yang mengiris hati ketika guru yang berniat
dan bertekad keras untuk mengajar dan mendidik harus menghadapi
kepahitan dengan bersiap-siap menabahkan hatinya sebagai kepala sekolah
sekolah untuk menyampaikan pidato yang akan membatalkan penerimaan
siswa baru dikarenakan siswa yang ditunggu dan dinanti tidak kunjung-
kunjung datang. Seperti kutipan di bawah ini yang mengiris hati ketika
semangat itu luntur menjadi pesimis.
Tahun ini Pak Harfan sangat pesimis dapat memenuhi target sepuluh,
diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran
sekolah di depan orang tua murid dikarenakan dalam penerimaaan
siswa baru itu kurang satu siswa. “kita tunggu sampai pukul sebelas”
22
Ibid, hlm.4-5
65
kata Pak Harfan pada Bu Mus dan seluruh orang tua telah pasrah.
Suasana hening.23
Tergambar kepiluan Pak Harfan dan Bu Mus ketika harapannya
menjadi kosong dan tanpa arti menunggu calon siswa kelas satu SD
Muhammadiyah sebagai syarat diperbolehkannya mereka
mengajar.Sungguh guru-guru yang luar biasa yang tidak memikirkan
materi dan keegoisan hati dalam mendidik dan mengajar.Bagi mereka
berdua mengajar adalah kehidupan untuk berusaha mencerdaskan anak
Bangka Belitong. Berikut adalah kutipan yang menggambarkan suasana
hati Pak Harfan dan Bu Mus ketika akan menghadapi kekalahannya
sebagai seorang guru yang tulus berniat mengajar dan mendidik. Saat itu
pula tergambar bagaimana perasaan dan suasana hati orang tua siswa yang
putus asa karena anak-anaknya tidak jadi sekolah.
Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu
persatu.Sebuah pemandangan yang pilu.Para orang tua menepuk-
nepuk bahunya untuk membesarkan hatinya.Mata Bu Mus berkilauan
karena air mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri dengan wajah
muram, wajahnya tampak putus asa ketika bersiap-siap memberikan
pidato terakhir.24
Sunggguh keberkahan dan anugerah yang Allah berikan dengan
mengirimkan siswa yang bernama Harun sebagai penutup kekurangan dan
kesedihan di dalam kelas SD Muhammadiyah yang telah usang
tersebut.Wajah Pak Harfan Bu Mus sangat gembira dengan kehadiran
Harun yang melengkapi jumlah siswa menjadi genap sepuluh orang.
23
Ibid, hlm. 5
24Ibid, hlm.6
66
“Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik bu Mus sambil
mengangkat bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”25
“Bu Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka
keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak
tepung beras.”26
Sungguh semangat yang luar biasa yang dilakukan Pak Harfan dan Bu
Mus yang sangat tulus berniat untuk mengajar, mendidik, dan
mencerdaskan anak-anak Belitong dengan segala kekurangan dan
kelebihan pada diri mereka. Bu Mus merupakan guru perempuan yang
sangat tangguh dan luar biasa, ia mengajarkan banyak hal pada murid-
muridnya baik itu pelajaran agama, moral, sosial, dan nilai-nilai yang
positif, seperti disiplin, rajin, dll.
“Kali ini ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu
sendiri,” kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja.”27
“Bukan Karena karyamu tidak bermutu, tetapi dalambekerja
apapun kita harus memiliki disiplin.”28
Dalam kutipan tersebut jelaslah bahwa Bu Mus merupakan guru yang
sangat tegas dan disiplin dalam mendidik murid-muridnya, hal itu terlihat
ketika Bu Mus yang menghadapi muridnya bernama Mahar yang bersikap
dan bertindak tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam
mengerjakan tugas. Bu Mus juga mengajarkan demokrasi dan sedikit
25
Ibid, hlm. 7
26Ibid, hlm.7-8
27Ibid, hlm. 190
28Ibid, hlm.190
67
membahas serta menyinggung para koruptor yang marak terjadi di negeri
ini. Pelajaran demokrasi pertama yang diajarkan oleh Bu Mus ketika
pemilihan ketua kelas yang akan diusung.
Beliau ingin bersikap seimbang dengan menyuruh kami menuliskan
nama ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas,
melipatnya dan menyerahkannya kepada beliau. Pilihan ketua kelas
pun jatuh pada ketua kelas lama, yaitu Kucai, ia tersenyum pahit dan
pucat pasi karena ia merasa tak sanggup melanjutkan tugasnya sebagai
ketua kelas.29
Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang demokrasi.Bu Mus
menghampiri Kucai dengan lembut dan tertawa jenaka. Lalu Bu Mus
berkata “memegang amanah sebagai pemimpin memang berat tapi
jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah
Ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering
mengucap doa: ya Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang
sekali kita mendengar doa: ya Allah lindungilah anak-anak buah
kami….30
Bu Mus sangat mendukung Kucai untuk menjabat kembali menjadi
ketua kelas walaupun Kucai tidak bersedia menjadi ketua kelas kembali.
Tetapi Bu Mus selalu meyakinkan Kucai pasti bisa melaksanakan
tugasnya. Bu Mus juga menggambarkan pelajaran luhur yang melarang
perbuatan korupsi yang marak dilakukan oleh politikus saat ini.
Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang merajalela di negeri ini
dan beliau menyambung dengan lantang, kata-kata itu mengajarkan
arti penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran
megingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan
dipertanggungjawabkan nanti di akhirat….31
Banyak hal yang diajarkan Bu Mus dalam mendidik murid-muridnya,
tatkala ketika menghadapi Mahar yang membuat ulah ke arah kemusyrikan
29
Ibid, hlm. 72-73
30Ibid, hlm.73-74
31Ibid, hlm. 71
68
apabila tidak segera diperbaiki dan diarahkan.Bu mus sangat marah dan
kecewa ketika mendapati muridnya melakukan hal yang dilarang
agama.Karena Pak Harfan dan Bu Mus selalu mengajarkan dan
menanamkan nilai-nilai agama dengan benar.
“Apakah Ananda sudah memiliki rencana A dan rencana B?
itulah pertanyaan Bu Mus kepada Mahar dan sekaligus pidato untuk
menasihati tindakan Mahar yang sudah keterlaluan. Ia sudah berbelok
ke jalan gelap dunia hitam, ia harus segera disadarkan.”32
“Artinya Ananda tidak punya sebuah rencana yang positif, tak pernah
lagi membaca buku dan mengerjakan PR karena menghabiskan waktu
untuk kegiatan perdukunan yang membelakangi ayat-ayat Allah.”33
Bu Mus sangat marah dan tegas menghadapi permasalahan Mahar
yang kian hari kian merosot dalam belajar, nilainya menurun, tidak pernah
membaca buku akibat perbuatan yang membawanya pada perbuatan
musyrik.
“Disambung berita penting: “klenik. Ilmu gaib, takhayul,
paranormal, semuanya sangat dekat dengan pemberhalaan.Syirik
adalah larangan tertinggi dalam Islam.”34
“Bu Mus mulai terdengar seperti warta berita RRI pukul 7. Lintasan
berita: nilai-nilaimu merosot tajam. Hiduplah hanya dari ajaran Al
Quran, hadist, dan sunatullah.”35
32
Ibid, hlm.349
33Ibid, hlm.350
34Ibid, hlm.350
35Ibid, hlm.350
69
Bu Mus mempertegas kata-katanya di depan kelas untuk semua
murid-murid, terutama untuk Mahar. Bu Mus mengarahkan agar murid-
muridnya tidak salah melangkah dan selalu mengikuti ajaran Al Quran dan
As Sunah (sunatullah).
“Bu Mus mulai terdengar seperti warta berita RRI pukul 7. Lintasan
berita: nilai-nilaimu merosot tajam. Hiduplah hanya dari ajaran Al
Quran, hadist, dan sunatullah.”36
Tiba-tiba Bu Mus masuk lagi ke dalam ruangan dan menyemprotkan
pokok berita, “camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apapun dari
kemusyrikan, yang akan kau dapat dari praktik-praktik klenik adalah
kesesatan yang semakin lama semakin dalam. Iblis mengipas-
ngipasimu setiap kali kau kipasi bara api kemenyan-kemenyan itu.37
Bu Mus sebagai guru yang bertanggung jawab atas mendidik
muridnya ia harus bersikap tegas untuk mengambil keputusan agar
memperbaiki dan kembali ke jalan yang benar serta memperbaiki nilai-
nilai Mahar yang telah merosot tajam.
“Bu Mus ternyata bisa juga emosi dan tak berhenti sampai di
situ, “sekarang kau harus mengambil sikap karena….”38
Perjuangan dan pengabdian yang ditorehkan oleh Pak Harfan dan Bu
Mus tidaklah sia-sia, ketika melihat murid-muridnya Laskar Pelangi
mendapatkan kemenangan mendapatkan peringkat pertama atau juara
cerdas cermat yang pada saat itu bersanding dengan SD PN. Kemenangan
tersebut diraih setelah mendapatkan trofi yang dimenangkan dengan
36
Ibid, hlm.350
37Ibid, hlm.352
38Ibid, hlm.352
70
kriteria penempilan seni yang terbaik. Semua hal itu diraih berkat doa dan
dukungan yang diberikan tiada henti-hentinya oleh dua guru yang tangguh
yaitu Pak Harfan dan Bu Mus.
Pak Harfan bertepuk tangan girang sekali seperti anak kecil, wajahnya
menoleh kesana kemari. “Lihatlah murid-muridku, ini baru murid-
muridku….” Itu mugkin makna dari ekspresi wajahnya. Bu Mus
bergerak maju ke depan, wajah kusutnya telah sirna menjadi cerah.
Sekarang beliau berani mengangkat wajahnya, matanya juga berkaca-
kaca dan bibirnya bergumam, “Subhanallah, Subhanallah….39
Pak Harfan mengacung-acungkan jempolnya tinggi-tinggi pada
Lintang. “bravo! bravo!” teriaknya girang.Bu Mus yang berpakaian
paling sedarhana dibanding guru-guru lain mengangguk-angguk
takzim.Ia terlihat sangat bangga pada murid-murid miskinnya,
matanya berkaca-kaca dengan haru beliau berucap lirih,
“suhanallah….Subhanallah….40
Hal itu diraih karena Bu Mus dan Pak Harfan tiada berhenti untuk
mendukung dan memotivasi murid-murid Laskar Pelangi agar dapat
mengikuti dan memenangkan perlombaan cerdas cermat tersebut untuk
mendapatkan derajat tinggi untuk kehormatan SD Muhammadiyah
Gantong yang selama ini terasa diremehkan karena kekurangannya.
Kami telah dipersiapkan oleh Bu Mus. Beliau pontang-panting
mengumpulkan mengumpulkan contoh-contoh soal dan bekerja keras
melatih kami dari pagi sampai sore. Bu Mus melihat lomba ini
sebagai media yang sempurna untuk menaikan martabat sekolah
Muhammadiyah yang bertahun-tahun selalu diremehkan.41
39
Ibid, hlm.371-372
40Ibid, hlm. 382
41Ibid, hlm.364
71
“Baginya ini adalah peristiwa terpenting selama lima belas tahun karir
mengajarnya.Beliau benar-benar ingin kami menang dalam lomba
ini.”42
Bu Mus dan Pak Harfan merupakan guru yang sangat perhatian dan
penyayang pada murid-muridnya, hal itu terlihat ketika dua guru ini sangat
menghargai keberadaan anak-anak gantong ini sebagai anak-anak yang
sangat berharga di daerah Gantong ini.
Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati
kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang
teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu yang paling berharga.
Lalu membisikan sesuatu di telinga kami, menyitir kami dengan ayat-
ayat suci, menentang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati
kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kekasih
merindu, indah sekali.43
Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit,
mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu,
melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami
doa sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang
membuatkan kami air jeruk sambal.44
“Aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia
menerima kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap
jiwanya.Ia selalu membesarkan hati kami.”45
Sungguh guru-guru yang sangat luar biasa, hidup mereka seolah hanya
untuk pengabdian mengajar dan mendidik dengan tulus, mereka hanya
menginginkan murid-muridnya menjadi orang-orang yang berguna untuk
42
Ibid, hlm. 369
43Ibid, hlm.24
44Ibid, hlm. 32
45Ibid, hlm. 83
72
nusa dan bangsa.Apabila ada salah satu murid yang tidak masuk sekolah,
maka Bu Mus akan mencari dan menanyakan kabar berita. Hal itu terjadi
ketika Lintang murid yang paling pandai dalam berhitung telah sepekan
tidak masuk sekolah akibat musibah yang dialaminya karena Ayah tercinta
Lintang meninggal dunia.
“Bu Mus berusaha kesana kemari mencari kabar dan
menitipkanpesan padaorang yang mungkin melalui kampung pesisir
tempat tinggal Lintang.”46
Betapa bingungnya Bu Mus saat itu, karena Lintang adalah satu-
satunya murid yang paling jauh keberadaan rumahnya.Di suatu pagi
pertanyaan terjawab sudah ketika ada seseorang yang mengantarkan kabar
berita dan musibah yang dialami oleh Lintang.
Seorang pria kurus tak beralas kaki masuk ke kelas kami,
menyampaikan surat kepada Bu Mus. Begitu banyak kesedihan kami
lalui dengan bu Mus selama hampir sembilan tahun di SD dan SMP
Muhammadiyah tapi baru pertama kali aku melihatnya menangis.
Air matanya berjatuhan di atas surat itu.47
3. Alur
Plot atau alur adalah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah
deretan peristiwa,mempuyai kaitan erat antara peristiwa satu dengan yang lain.
Alur bagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra, alur merupakan pola
pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara
struktural alur sangat erat kaitannya dengan penokohan dalam menonjolkan
tema cerita.Perbuatan-perbuatan itu menimbulkan peristiwa-
46
Ibid, hlm. 429
47Ibid, hlm.429-430
73
peristwa.Rangkaian peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab
akibat menimbulkan alur.Di samping itu, juga dikemukakan hubungan sebab
akibat antarperistiwa di dalamnya.
Alur Laskar Pelangi bisa dikatakan tersusun sangat rapi dan maju
kedepan, dalam arti peristiwa-peristiwa disusun secara kronologis berdasarkan
waktu kejadiannya, akan tetapi tidak jarang ada terjadi pengulangan kembali
(Flashback) untuk memperjelas permasalahan pokoknya. Tiap tiap peristiwa
mempunyai makna dalam fungsinya untuk menjelaskan konflik-konflik antara
pengarang dengan lingkungannya sehingga terwujudnya tema cerita yang
mendasarinya.Jadi dapat dikatakan adanya keterjalinan antara penokohan
membentuk peristiwa-peristiwa yang akhirnya membentuk sebuah tema.
Secara ringkas alur Laskar Pelangi dapat dikemukakan sebagai
berikut.Cerita dibuka dengan Pengenalan Situasi, kecemasan seorang guru dan
perjuangan seorang anak untuk menggapai cita-cita.Seperti yang tertera pada
kutipan berikut.
“Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya
di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar
baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan
kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”48
Di dalam proses perjuangan itu terdapat keterbatasan fisik, baik tertuju
kepada sekolah maupun kepada fisik tokoh, serta keadaan lingkungannya.
Setelah itu, mulailah Pengungkapan Peristiwa awal yang menimbulkan
48
Ibid, hlm. 4
74
banyak pertetentangan maupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
Tokoh Lintang yang menemui kesukaran seperti menempuh sekolah yang
jaraknya sangat jauh, serta harus bertemu dengan buaya hampir setiap hari.
Penemuan siswa berbakat seperti Lintang dan Mahar .
Setelah itu mulai menuju pada adanya konflik, ini hanya sebagai contoh
kecil dari keseluruhan konflik yang ditimbulkan.Flo yang ingin menjadi
seperti laki-laki hingga terbentuknya perkumpulan mistis yang terdapat
pertentangan manusia dengan Tuhannya oleh Flo, Mahar, dan tokoh lainnya.
Akan tetapi, yang jelas konflik bermula ketika antara pengarang mampu
melihat realitas yang terjadi di Belitong, pengarang yang diperankan oleh
tokoh aku dengan lingkungannya, perbedaan yang sangat di dalam sarana dan
prasarana pendidikan antara SD PN dengan SD Muhammadiyah perbedaan itu
tidak menjadikan semangat belajar Siswa SD Muhammadiyah menjadi lemah.
Terbukti berbagai prestasi yang dihasilkan oleh Lintang dan Mahar pada acara
karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas cermat, inilah hal yang paling
menegangkan sekaligus membanggakan para orang tua, guru, dan SD
Muhammadiyah ketika lintang dapat menjawab pertanyaan –pertanyaan dalam
hitungan detik, ketika Lintang mampu menjelaskan tentang teori sains kepada
para juri.
Konflik Ini MemuncakPeristiwa yang tidak terduga terjadi tokoh Lintang
akhirnya harus berhenti sekolah dikarenakan bapaknya meninggal dan Trapani
yang sangat santun terhadap orang tua dan temannya akhirnya gila yang
digambarkan secara jelas dan sederhana. Flo, mahar dan anggotanya yang lain
75
ketika pergi untuk menemui seorang dukun terkenal ternyata harus rela
dikecewakan oleh berbagai ilmu mistis yang mereka pikirkan, ternyata pesan
dari dukun itu adalah kalau ingin pintar haruslah belajar.
Akhir Cerita, pada bagian ini berisi penjelasaan tentang nasib-nasib yang
dialami para tokoh setelah mengalami peristiwa puncak itu, konflik atau
pertentanganyang terjadi telah mengantarkan para tokoh mengalami
perubahan nasib . berawal dari pertentangan itulah, timbul kesadaran baru,
Ikal yang berhasil melanjutkan cita-citanya sekolah ke luar negeri, tapi
menyedihkan untuk Lintang yang jenius ternyata sekarang menjadi pekerja
rodi. Mahar dan Flo yang insyaf, Flo menempuh perguruan tinggi di FKIP
Universitas Sriwijaya. Setelah lulus ia menjadi guru Tk di Tanjong Pandan
dan mahar sibuk mengajar dan mengorganisasikan berbagai kegiatan budaya,
A Kiong masuk Islam dan menjadi seorang muslim yang taat. Syahdan yang
menemukan keahliannya di bidang komputer.Ia mendapatkan beasiswa ke
Kyoto University Jepang dan akhirnya menduduki posisi sebagai Information
technology manager di sebuah perusahaan multinasional yang terkemuka yang
berpusat di Tangerang (hal 478-479). Kucai yang menjadi seorang politisi
dengan gelar yang paling tinggi di bandingkan dengan tokoh yang lain.
4. Setting
Setting ialah situasi yang tergambar dalam cerita yang mencakup tempat,
suasana lingkungan atau suasana hati tokoh dan waktu terjadinya peristiwa
tersebut.Di dalam sebuah novel tentu terdapat latar yang sangat kompleks.Di
76
dalam Laskar Pelangi memerlukan tempat yang lebih beragam dan waktu
yang lama. Pulau Belitong adalah salah satu setting secara umum yang
melatarbelakangi peristiwa yang terjadi tepatnya di desa terpencil (Bab 7, 49-
50). Latar atau setting pada karya sastraLaskar Pelangi ini termasuk realitas
objektif yaitu benar – benar dialami oleh pengarang dan pembaca mengetahui
latar tempatnya. Di samping itu dengan mengetahui latar, pembaca
mempunyai persepsi tentang peristiwa.
Setting yang menggambarkan Suasana yang sangat menyedihkan adalah
SD Muhammadiyah.Beberapa setting bersifat fisikal seperti Pohon filicium,
rawa dan sungai, toko kelontong, Pulau Lanum dan pantai Pangkalan
Punai.settingitu juga mempunyai hubungan dengan perwatakan para pelaku,
jarak rumah Lintang dengan sekolah telah mampu menciptakan karakter
Lintang yang tegar, berani, pantang menyerah di dalam berjuang menempuh
pendidikan. Ikal yang hidup di tengah lingkungan yang keterbatasaan mampu
menjadikannya mempunyai semangat untuk berusaha memperoleh kehidupan
yang lebih baik.Itu semua dikarenakan kondisi Belitong yang sangat erat
dengan perbedaan status antara PN timah dengan lingkungan sekitarnya.
Hubungan setting dengan tema pun terlihat, Sekolah yang
memperhatinkan tidak merubah semangat mengajar dan belajar para guru dan
siswa.Alam yang luas, indah, dan panorama Pulau Belitong di jadikan sebagai
sumber inspirasi di dalam membentuk kreatifitas mereka.Jarak yang jauh di
dalam menempuh cita-cita semakin membentuk pribadi yang tegar.Sampai-
sampai seorang siswa SD PN ingin bersekolah di sekolah yang sangat
77
memperhatinkan.Semua karena keterbatasan terkadang menjadi penyebab bagi
seseorang untuk produktif dan kenyamanan terkadang tidak mampu memaksa
seseorang untuk produktif.Setting yang ada di dalam Laskar Pelangi ini
seolah-olah ingin menyampaikan pesan kepada kita, keadaan yang begitu
memperhatinkan seperti itu saja, guru dan siswa sama-sama ingin mengajar
dan belajar.
5. Amanat
Amanat ialah pesan yang disampaikan pengarang terhadap pembaca
melalui tulisan-tulisannya agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa
yang telah pembaca nikmati. Karena karya sastra yang baik adalah karya yang
bisa memberikan sumbangsih dan pesan nilai-nilai, etika, moral. Terutama
dalam ranah pendidikan yang kiranya sangat membutuhkan inspirasi untuk
lebih maju lagi, terutama dalam meningkatkan keprofesioanalan seorang
guru.Adapun pelajaran atau amanat yang dapat kumpulkan dan dibingkai
indah dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata adalah
a) Untuk memberikan inspirasi dan semangat kepada para guru dan pelajar
yang berada di dalam pendidikan, karena pendidikan sangatlah penting
bagi kita walaupun dalam berbagai tantangan yang melanda pada diri kita
sebagai pelajar. Berikut adalah kutipan kebahagiaan Pak Harfan dan Bu
Mus ketika mendapatkan satu orang siswa sebagai pelengkap dan syarat
dilanjutkannya proses belajar mengajar di sekolah Muhammadiyah
Belitong tersebut.
78
“Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil
mengangkat bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”49
b) Belajarlah dengan sungguh-sungguh walaupun dalam keadaan kekurangan
fasilitas pendidikan, karena hal itu bukanlah suatu hal yang dapat
menghambat dan terpuruknya seseorang untuk menempuh ilmu. Seperti
yang dilakukan oleh Pak Harfan sebagai seorang pendidik yang sangat
mengharapkan para siswanya untuk semangat belajar dan menggapai cita-
citanya.
Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku
tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah
melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran
pertama tentang ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang
keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.50
c) Sebagai penerus generasi penerus bangsa setiap individu harus mempunyai
dedikasi tinggi terhadap pendidikan. Khususnya seorang guru, di dalam
proses mendidik sebaiknya dapat mengajarkan tentang nilai-nilai dasar
kehidupan seperti akhlak, kejujuran, dasar-dasar moral dan agama, selain
itu, dalam mengajar sebaiknya tanpa pamrih dan mengajar dengan hati
yang ikhlas.
“Sebuah kisah yang sangat megesankan, pelajaran moral pertama: jika
tak rajin shalat maka pandai-pandailah berenang.”51
Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki
pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran
budi pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan
49
Ibid, hlm.7
50Ibid, hlm.24
51Ibid, hlm. 21-22
79
dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta
menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas
pribadi dalam konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur
di dalam diri sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.52
d) Dalam menggapai cita-cita, hendaknya tidak mudah menyerah atau putus
asa, walau cita-cita itu tidak mudah diraih dan diwujudkan sesuai
keinginan. Berusahalah sekuat tenaga untuk meraih semua mimpi dan cita-
cita walau dalam himpitan ekonomi dan keterbatasan.
Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku
tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah
melawan kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran
pertama tentang ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang
keinginan kuat untuk mencapai cita-cita.Beliau meyakinkan bahwa
hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiklasan
berkorban untuk sesama.53
6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Laskar Pelangi yaitu
menggunakan sudut pandang orang pertama atau pencerita akuan, karena novel
Laskar Pelangiditulis oleh pengarang yang tidak lain adalah salah satu anggota
Laskar Pelangi yang bernama Ikal atau pengarang Andrea Hirata tersebut.
“Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di
depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua yang rindang
meneduhiku.Ayahku duduk disampingku memeluk pundakku dengan
kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk pada setiap orang
tua.”54
52
Ibid, hlm.30
53Ibid, hlm.24
54Ibid, hlm. 1
80
“Aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima
kami apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya.Ia selalu
membesarkan hati kami.”55
7. Bahasa
Novel Laskar Pelangipada umumnya menggunakan bahasa Melayu sesuai
dengan tempat yang digambarkan, yaitu Pulau Bangka Belitong yang terkenal
dengan perusahaan timah. Bahasa melayu tersebut disampaikan dengan begitu
indah dan serasi sesuai dengan para tokoh, terutama bahasa Pak Harfan dan
Bu Mus sebagai guru yang menjadi teladan bagi murid-muridnya.
“superb! Anak pesisir, superb!” puji Bu Mus.”56
Selain menggunakan bahasa melayu, pengarang mengemas novel Laskar
Pelangi dengan bahasa-bahasa ilmiah, hal itu sangat serasi dengan tema yang
diangkat yaitu tema pendidikan dan dilengkapi dengan bahasa-bahasa agama
yang menjadi dasar bagi sekolah SD Muhammadiyah Gantong.
“Thermoluminescent dating!Penentuan usia melalui pelepasan energi sinar
dalam suhu panas”.57
C. Temuan Penelitian dan Hasil Analisis Penokohan Guru dalam Novel
Laskar Pelangi
Berikut adalah kutipan-kutipan penokohan dalam novel Laskar Pelangi yang
akan dianalisis dan dipaparkan secara detail. Adapun penokohan tersebut
55
Ibid, hlm. 83
56Ibid, hlm.107
57Ibid, hlm. 327
81
ditampilkan dalam sosok Bapak Harfan Efendi Noor dan Ibu Muslimah Hafsari
selaku guru Laskar Pelangi yang paling berperan penting dalam pembentukan
akhlak, mental, dan tentunya dalam keberhasilan cita-cita yang diraih oleh anak-
anak didiknya, terutama pengarang yang tidak lain adalah anak didiknya yang saat
ini memperoleh penghargaan yang luar biasa atas hasil karya-karya yang
diciptakan oleh pengarang. Selain itu penulis akan sedikit membahas penokohan
guru-guru lain yang melengkapi penokohan guru yang terdapat di dalam novel
Laskar Pelangi seperti, guru yang bernama Pak Fahimi, Drs. Dzulfikar, dan Ibu
Frischa.
Pendidik yang memiliki semangat tinggi akan selalu berusaha mendidik
peserta didiknya dengan tulus, Bu Mus dan Pak Harfan merupakan dua cerminan
guru hakiki yang mengatasnamakan pahlawan tanpa tanda jasa. Keikhlasan dan
ketulusannya dalam mendidik tidak membuat mereka putus asa dalam mencari
mutiara-mutiara di dasar lautan yang akan menjadi mutiara indah apabila sudah
ditatanya.
1. Penokohan ditinjau dari Nilai-Nilai Positif yang Harus Dimiliki
Seorang Guru
Adapun penokohan guru yang ditinjau dari nilai-nilai positif yang harus dimiliki
seorang guru adalah ketulusan, kesabaran, keikhlasan, antusias, pekerja keras,
berwibawa, motivatoris, menjadi teladan, penuh kasih sayang, optimis, religius,
demokratis, konsisten, profesional, dan mengajarkan kejujuran serta mengajarkan
kedisiplinan.Berikut temuan kutipan tentang penokohan guru yang ditinjau dari
nilai-nilai positif yang harus dimiliki seorang guru yakni:
82
a. Ketulusan
Guru-guru yang sederahana ini berada dalam suasana genting karena
pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD
Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang
maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang
Bu mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat
riwayatnya.58
b. Kesabaran
Tahun ini Pak Harfan sangat pesimis dapat memenuhi target sepuluh,
diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah
di depan orang tua murid dikarenakan dalam penerimaaan siswa baru itu
kurang satu siswa. “kita tunggu sampai pukul sebelas” kata pak Harfan
pada Bu Mus dan seluruh orang tua telah pasrah. Suasana hening.59
c. Keikhlasan
Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu
persatu.Sebuah pandangan yang pilu.Para orang tua menepuk-nepuk
bahunya untuk membesarkan hatinya.Mata Bu Mus berkilauan karena air
mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri dengan wajah muram,
wajahnya tampak putus asa ketika bersiap-siap memberikan pidato
terakhir.60
d. Antusias
“Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat
bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”61
e. Pekerja keras
“Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammdiyah
nyaris tanpa imbalan apaun demi motif syiar Islam.Beliau menghidupi
keluarga dari sebidang kebun palawija di pekarangan rumahanya.”62
58
Ibid, hlm. 4-5
59Ibid, hlm.5
60Ibid, hlm.6
61Ibid, hlm. 7
62Ibid, hlm. 21
83
f. Berwibawa
Karena penampilan Pak Harfan agak seperti beruang madu, anak kecil
yang tak kuat mental bisa langsung terkena sawan.Namun ketika beliau
angkat bicara meluncurlah mutiara-mutiara puitis sebagai prolog
penerimaan selamat datang penuh atmosfir sukacita, namun dengan waktu
yang singkat beliau telah merebut hati kami. Sebuah kisah yang sangat
megesankan, pelajaran moral pertama: jika tak rajin shalat maka pandai-
pandailah berenang.63
g. Motivatoris
“Kami ternganga karena suara Pak Harfan yang berat menggetarkan
benang-benang halus dalam kalbu kami, dada kami berkobar-kobar
mendengar lika-liku cerita dan ingin membela perjuangan para penegak
Islam.”64
“Suara Pak Harfan bergemuruh.Sebuah pidato yang
menggetarkan.Kami bersorak-sorai mendukung beliau.Kita harus
karnaval.Mari kita beri kesempatan kepada orang-orang muda berbakat
Mahar untuk menunjukan kreativitasnya.”65
“Pak Harfan telah membakar semangat kami, sehingga kami siap tempur.”66
“Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak
percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam
acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni
terbaik tahun ini.”67
“Keinginan yang kuat yang kami pelajari dari petuah Pak Harfan
Sembilan tahun yang lalu di hari pertama kami masuk SD, agaknya
terbukti.”68
63
Ibid, hlm.21-22
64Ibid, hlm.23
65Ibid, hlm.222
66Ibid, hlm. 223
67Ibid, hlm.245
68Ibid, hlm. 384
84
“Bagaimanapun dulu Pak Harfan dan Bu Mus mengajari agar tak gentar pada
kesulitan apapun.”69
Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui
kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-tiitk air
hujan.Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku
tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan
kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang
ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk
mencapai cita-cita.70
Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika
dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau
menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku serta
memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk memberi
sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyak-banyaknya.71
“Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD
Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk
membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”72
“Pesan Pak Harfan bahwa hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya
terefleksi pada kehidupan.”73
“Pak Harfan dan mantan pengajar perguruan Muhammadiyah hingga kini tak
pernah berhenti mendengungkan syiar Islam.”74
h. Menjadi teladan
Pak Harfan menceritakan dengan semangat perang Badar, kami terpesona
pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.Ada pengaruh
lembut dan baik terpancar darinya.Ia mengesankan sebagia pria yang
kenyang akan pahit, getir perjuangan dan kesusahan hidup,
berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil keputusan
69
Ibid, hlm.440
70Ibid, hlm. 24
71Ibid, hlm.24
72Ibid, hlm. 25
73Ibid, hlm.487
74Ibid, hlm.488
85
resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencar-cari bagaimana
menjelaskan sesuatu agar orang mengerti.75
i. Penuh kasih sayang
Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit,
mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu,
melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa
sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang
membuatkan kami air jeruk sambal.76
j. Optimis
“Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya
di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar
baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan
kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”77
k. Religius
Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus
selalu menasihati kami. Itulah kata-kata yang diilhami surah An-Nisa dan
telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib dan sering kali dianggap
lalu saja oleh umat.Tapi jika yang mengucapkannya Bu Mus kata-kata itu
demikian berbeda, begitu sakti, mendengung-dengung di dalam kalbu.78
l. Demokratis
Beliau ingin bersikap seimbang dengan menyuruh kami menuliskan nama
ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas, melipatnya dan
menyerahkannya kepada beliau. Pilihan ketua kelas pun jatuh pada ketua
kelas lama, yaitu Kucai, ia tersenyum pahit dan pucat pasi karena ia
merasa tak sanggup melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas.79
Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang demokrasi.Bu Mus
menghampiri Kucai dengan lembut dan tertawa jenaka. Lalu Bu Mus
75
Ibid, hlm.23
76Ibid, hal. 32
77Ibid, hlm. 4
78Ibid, hlm.31
79Ibid, hlm. 72-73
86
berkata memegang amanah sebagai pemimpin memang berat tapi jangan
khawatir banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah Ananda sering
mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa: ya Allah
lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa: ya
Allah lindungilah anak-anak buah kami….80
m. Konsisten
“Bahkan Bu Mus berani bertanggung jawab memberikan nilai sempurna:
sepuluh.”81
n. Profesional
Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki
pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi
pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan dasar
moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta menuntun
kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam
konteks Islam dan kami diajarkan mengenali nilai luhur di dalam diri
sendiri agar berperilaku baik dengan kesadaran pribadi.82
o. Kejujuran
Suatu hari dalam pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan, Bu Mus
menjelaskan tentang karakter yang dituntut dari seorang pemimpin.
Beliau menyitir perkataan Khalifah Umar Bin Khatab, “barang siapa yang
kami tunjuk sebagai amir atau pemimpin dan telah kami tetapkan gajinya
untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah
penipuan!.83
Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang merajalela di negeri ini dan
beliau menyambung dengan lantang, kata-kata itu mengajarkan arti
penting memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran megingatkan
bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di
akhirat….84
80
Ibid, hlm. 73-74
81Ibid, hlm.124
82Ibid, hlm.30
83Ibid, hlm.70-71
84Ibid, hlm.71
87
p. Kedisiplinan
“Kali ini ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu
sendiri,” kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja.”
“Bukan Karena karyamu tidak bermutu, tetapi dalam bekerja apapun
kita harus memiliki disiplin.”85
2. Penokohan ditinjau dari Profil Guru yang Baik
Analisis penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
ini dikategorikan berdasarkan tokoh guru beserta penggambaran penokohan yang
disandang masing-masing guru-guru dalam novel ini, seperti Bapak Harfan
Efendy Noor, Ibu Muslimah Hafsari, beserta guru-guru lainnya. Analisis
penokohan guru di bawah ini akan dikategorikan berdasarkan nilai-nilai yang
ditransfer masing-masing guru. Adapun profil guru yang baik haruslah berakhlak
mulia, Guru juga harus menumbuhkan dimensi moral, dan guru harus memiliki
peranan untuk merangsang dan memotivasi siswa untuk belajar. Berikut ini
kutipan-kutipan penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
yang menggambarkan tiga ciri profil guru yang baik tersebut. Dalam novel
tersebut penulis menemukan penokohan guru yang berakhlak mulia pada halaman
23 sebagai berikut.
Pak Harfan menceritakan dengan semangat perang Badar, kami terpesona
pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.Ada pengaruh
lembut dan baik terpancar darinya.Ia mengesankan sebagia pria yang
kenyang akan pahit, getir perjuangan dan kesusahan hidup,
berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil keputusan
resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencari-cari bagaimana
menjelaskan sesuatu agar orang mengerti.86
85
Ibid, hlm. 190
86Ibid, hlm.23
88
Guru juga harus menumbuhkan dimensi moral sebagaimana yang dipaparkan
dalam kutipan berikut:
“Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa
yang sesungguhnya.Mereka mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru
spiritual.Mereka yang pertama kali mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar
secara gamblang sebagai pegangan moral kami sepanjang hayat.”87
Guru harus memiliki peranan untuk merangsang dan memotivasi siswa untuk
belajar dan mengembangkan potensinya dalam bidang-bidang tertentu. Berikut
kutipannya:
“Keinginan yang kuat yang kami pelajari dari petuah Pak Harfan Sembilan
tahun yang lalu di hari pertama kami masuk SD, agaknya terbukti.”88
“Bagaimanapun dulu Pak Harfan dan Bu Mus mengajari agar tak gentar pada
kesulitan apapun.”89
Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui
kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-tiitk air
hujan.Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku
tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan
kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang
ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk
mencapai cita-cita.90
87
Ibid, hlm. 32
88Ibid, hlm. 384
89Ibid, hlm.440
90Ibid, hlm. 24
89
“Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD
Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk
membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”91
Ketiga profil di atas harus dimiliki oleh semua guru dalam mengajar dan mendidik
murid-muridnya, seperti yang dilakukan Pak Harfan Effendy dan Ibu Muslimah
Hafsari sebagai tokoh guru yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Di bawah
ini akan membahas penokohan-penokohan guru yang terdapat dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata.
a. Penokohan Pak Harfan
Pak Harfan merupakan guru sekaligus kepala sekolah SD Muhammadiyah
Gantong belitong yang sangat baik hati, bijaksana, religius, penuh wibawa, serta
memiliki kepribadian kuat dan tipe orang pekerja keras dalam berusaha mendidik
murid-muridnya.Pelajaran hidup yang beliau torehkan sangat berharga dan
menyentuh hati para murid-muridnya, sehingga apa yang diucapkan menjadi
semangat yang sangat berperan mendukung keinginan untuk mencapai cita-cita
murid-muridnya. Berikut akan dijelaskan penokohan Pak Harfan dengan nilai-
nilai positif dalam mendidik murid-muridnya.
1) Ketulusan
Bu Mus dan Pak Harfan merupakan guru yang sangat berdedikasi tinggi dalam
pendidikan.Mereka berusaha sekuat dan semampunya untuk mempertahankan
sekolah yang sangat dicintainya selama ini. Tidak peduli dengan peringatan yang
telah disampaikan oleh pengawas dari Depdikbud Sumsel yang akan menutup SD
91
Ibid, hlm. 25
90
Muhamadiyah jika dalam tahun ini perolehan siswa itu kurang dari sepuluh orang.
Tetapi niat mereka yang tulus membuat mereka tidak gentar dan jemu untuk
menunggu calon murid baru. Seperti kutipan di bawah ini.
Guru-guru yang sederhana ini berada dalam suasana genting karena
pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD
Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang
maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang
BuMus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat
riwayatnya.92
2) Kesabaran
Pemandangan yang mengiris hati ketika guru yang berniat dan bertekad keras
untuk mengajar dan mendidik harus menghadapi kepahitan dengan bersiap-siap
menabahkan hatinya sebagai kepala sekolah untuk menyampaikan pidato yang
akan membatalkan penerimaan siswa baru dikarenakan siswa yang ditunggu dan
dinanti tidak kunjung-kunjung datang. Tetapi Pak Harfan dengan kesabarannya ia
tetap berharap akan datang murid baru untuk mempertahankan eksistensinya
sebagai seorang guru yang dengan tulus mengajar dan mendidik calon murid-
murid barunya. Seperti kutipan di bawah ini yang mengiris hati ketika semangat
itu luntur menjadi pesimis.
Tahun ini Pak Harfan sangat pesimis dapat memenuhi target sepuluh,
diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah
di depan orang tua murid dikarenakan dalam penerimaaan siswa baru itu
kurang satu siswa. “kita tunggu sampai pukul sebelas” kata pak Harfan
pada Bu Mus dan seluruh orang tua telah pasrah. Suasana hening.93
Ketika itu pak Harfan dan Bu Mus telah sampai pada kepasrahan, tetapi
dengan semangat dan keikhlasan hati, mereka dengan sabar menanti kedatangan
92
Ibid, hlm. 4-5
93Ibid, hlm.5
91
murid baru untuk menyelamatkan nasib sekolah SD Muhammadiyah Gantong
tersebut.
3) Keikhlasan
Tergambar kepiluan Pak Harfan dan Bu Mus ketika harapannya menjadi kosong
dan tanpa arti menunggu calon siswa kelas satu SD Muhammadiyah sebagai
syarat diperbolehkannya mereka mengajar.Sungguh guru-guru yang luar biasa
yang tidak memikirkan materi dan keegoisan hati dalam mendidik dan
mengajar.Bagi mereka berdua mengajar adalah kehidupan untuk berusaha
mencerdaskan anak Bangka Belitong. Berikut adalah kutipan yang
menggambarkan suasana hati Pak Harfan dan Bu Mus ketika akan menghadapi
kekalahannya sebagai seorang guru yang tulus berniat mengajar dan mendidik.
Saat itu pula tergambar bagaimana perasaan dan suasana hati orang tua siswa
yang putus asa karena anak-anaknya tidak jadi sekolah.Pak Harfan dengan
keikhlasan hatinya terpaksa dengan tegar untuk memberikan pidato terakhir.
Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu
persatu.Sebuah pandangan yang pilu.Para orang tua menepuk-nepuk
bahunya untuk membesarkan hatinya.Mata Bu Mus berkilauan karena air
mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri dengan wajah muram,
wajahnya tampak putus asa ketika bersiap-siap memberikan pidato
terakhir.94
Bagi Pak Harfan mengajar dan mendidik merupakan bagian dari kehidupannya,
karena baginya mengajar dan mendidik adalah tugas mulia yang harus dijunjung
tinggi. Pak Harfan berjuang di SD Muhammadiyah ditemani Ibu Mus yang selalu
94
Ibid, hlm.6
92
mengabdi dan menghabiskan masa di sekolah Muhammadiyah yang sangat
memprihatinkan keadaannya.
4) Antusias (bersemangat)
Keberkahan dan anugerah yang Allah berikan dengan mengirimkan siswa yang
bernama Harun sebagai penutup kekurangan dan kesedihan di dalam kelas SD
Muhammadiyah yang telah usang tersebut.Wajah Pak Harfan sangat gembira
dengan kehadiran Harun yang melengkapi jumlah siswa menjadi genap sepuluh
orang.
“Pak Harfan juga tersenyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat
bahunya.Genap sapuluh orang…., “katanya.”95
Pak Harfan sangat antusias melihat Harun sebagai calon murid barunya. Harapan
Pak Harfan sebagai kepala sekolah dan guru tercapailah sudah.Saat itu Pak Harfan
sangat bahagia dan bersemangat dengan kedatangan Harun, karena bagi Pak
Harfan peristiwa ini menjadi langkah awalnya untuk memenuhi niat tulusnya
untuk mengajar dan mendidik anak-anak Gantong Belitong.
“Orang-orang yang rela menghabiskan sisa hidupnya betahan di sekolah
semacam ini, orang-orang itu adalah kepala sekoolah kami Pak K.A Harfan
Efendy Noor bin K. A Fadillah zein Noor dan Ibu N. A Muslimah Hafsari
Hamid binti K. A. Abdul Hamid.”96
5) Ikhlas dan pekerja keras
95
Ibid, hlm. 7
96Ibid, hlm. 20
93
Selain mengajar di sekolah Muhammadiyah, Pak Harfan mencari nafkah untuk
keluarganya dengan bertani palawija, karena ia tidak pernah mengharapkan
imbalan apapun dalam mendidik. Ia merupakan kepala sekolah dan kepala
keluarga yang sangat pekerja keras untuk mencapai sesuatu.
“Pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammdiyah nyaris
tanpa imbalan apaun demi motif syiar Islam.Beliau menghidupi keluarga
dari sebidang kebun palawija di pekarangan rumahanya.”97
6) Berwibawa
Pak Harfan adalah salah satu guru sekaligus kepala sekolah SD
Muhammadiyah Gantong, ia sangat baik hati, bijaksana, cerdas, religius, dan
bertanggung jawab dalam mendidik murid-muridnya, ia bukan hanya mentransfer
ilmu atau pengetahuan saja, ia sangat berperan penting dalam membentuk karakter
murid-murid agar lebih baik yang selalu mengikuti ajaran yang Allah perintahkan
dan menjauhi segala larangan yang Allah tentukan. Murid yang baru pertama kali
bertemu mungkin akan takut bila melihat wajahnya, tetapi jika murid itu sudah
mendengar kata-kata atau petuah yang keluar dari mulutnya maka anak itu akan
mengagumi sosok Pak Harfan sebagai seorang yang pantas untuk diayomi.
Karena penampilan Pak Harfan agak seperti beruang madu, anak kecil yang
tak kuat mental bisa langsung terkena sawan.Namun ketika beliau angkat
bicara meluncurlah mutiara-mutiara puitis sebagai prolog penerimaan selamat
datang penuh atmosfir sukacita, namun dengan waktu yang singkat beliau
telah merebut hati kami. Sebuah kisah yang sangat megesankan, pelajaran
moral pertama: jika tak rajin shalat maka pandai-pandailah berenang.98
7) Motivatoris
97
Ibid, hlm. 21
98Ibid, hlm.21-22
94
Pengetahuan agamanya yang luas membuat murid semangat untuk belajar dan
mendengarkan pelajaran yang diberikan, bagi Pak Harfan pendidikan agama
sangatlah penting untuk pembentukan karakter terpuji dan menciptakan insan
yang selalu beriman dan bertakwa.
“Kami ternganga karena suara Pak Harfan yang berat menggetarkan
benang-benang halus dalam kalbu kami, dada kami berkobar-kobar
mendengar lika-liku cerita dan ingin membela perjuangan para penegak
Islam.”99
Pada bidang kesenian dan berkarya, Bu Mus dan Pak Harfan mendapatkan
kebahagiaan yang sangat luar biasa, berkat dukungan mereka selama ini, murid-
murid SD Muhammadiyah Gantong mendapatkan penghargaan trofi dengan
kandidat penampilan kesenian terbaik. Sungguh rasa bangga yang dirasakan dua
guru tersebut ketika melihat pemandangan yang membahagiakan tersebut.
“Suara Pak Harfan bergemuruh.Sebuah pidato yang menggetarkan.Kami
bersorak-sorai mendukung beliau.Kita harus karnaval.Mari kita beri
kesempatan kepada orang-orang muda berbakat Mahar untuk menunjukan
kreativitasnya.”100
“Pak Harfan telah membakar semangat kami, sehingga kami siap tempur.”101
“Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak
percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam
acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni
terbaik tahun ini.”102
99
Ibid, hlm.23
100Ibid, hlm.222
101Ibid, hlm. 223
102Ibid, hlm.245
95
Motivasi dan semangat yang diberikan Pak Harfan membuat murid-muridnya
percaya diri dapat membawa kemenangan yang membuat nama sekolah SD
Muhammadiyah Gantong harum dan dihargai.
Keberhasilan yang diraih bukan hanya sekedar yang biasa saja, Pak Harfan
dan Bu Mus memberikan kesadaran pada murid-muridnya untuk selalu berjuang
tanpa lelah walaupun halangan yang dirasa sangat menyulitkan.
“Keinginan yang kuat yang kami pelajari dari petuah Pak Harfan Sembilan
tahun yang lalu di hari pertama kami masuk SD, agaknya terbukti.”103
“Bagaimanapun dulu Pak Harfan dan Bu Mus mengajari agar tak gentar pada
kesulitan apapun.”104
Pak Harfan sangat mendukung dan memotivasi murid-muridnya agar tidak gentar
dengan keadaan dan halangan, sehingga hikmah manis yang bisa dikecap oleh
mereka adalah kebanggaan atas kemenangan murid-muridnya.
Pak Harfan selalu mengajar dan mendidik murid-muridnya dengan ikhlas dan
tulus, beliau selalu memberikan semangat dan dorongan agar murid-muridnya
dapat mencapai cita-cita setinggi langit walaupun banyak halangan aral melintang
menghadang agar selalu tetap gigih dan tekun dalam menghadapinya.
Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui
kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-tiitk air
hujan.Beliau megobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat aku
tercengang dengan petuah tentang keberanian pantang menyerah melawan
kesulitan apapun.Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang
ketenguhan pendirian tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk
mencapai cita-cita.105
103
Ibid, hlm. 384
104Ibid, hlm.440
105Ibid, hlm. 24
96
Pak Harfan mengajarkan murid-muridnya agar selalu berbagi dan memberi
walaupun hanya sedikit, karena bagi beliau memberikan adalah hal yang paling
mulia dibandingkan dengan menerima.Dalam arti kata, sebagai manusia
senantiasa untuk selalu memberi.
Beliau meyakinkan bahwa hidup bisa bahagia dalam keterbatasan jika
dimaknai dengan keiklasan berkorban untuk sesama.Lalu beliau
menyampaikan prinsip yang diam-diam menyelinap ke dalam dadaku serta
memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu hiduplah untuk memberi
sebanyak-banyaknya, bukannya untuk menerima sebanyak-banyaknya.106
Walaupun baru beberapa jam murid-murid itu berada di sekolah yang hampir
roboh ini, tetapi mereka sangat bahagia bisa berada di tempat luar biasa ini,
apapun yang akan terjadi murid-murid ini akan selalu menjaga dan membela
sekolah SD Muhammadiyah tercinta seperti menjaga nama baiknya sendiri.
karena di dalamnya terdapat guru-guru yang sangat luar biasa dalam hidupnya
hanya untuk mengabdi untuk kecerdasan anak bangsa.
“Kuliah umum dari Pak Harfan di hari pertama kami masuk SD
Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk
membela sekolah yang hampir rubuh ini, apapun yang terjadi.”107
Pak Harfan juga tetap melanjutkan niat tulusnya untuk selalu mengabdikan
hidupnya untuk mencerdaskan anak bangsa dan mensyiarkan agama Islam, seperti
yang diajarkannya selama ini untuk selalu memberikan sebanyak-banyaknya,
bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.
106
Ibid, hlm.24
107Ibid, hlm. 25
97
“Pesan Pak Harfan bahwa hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya
terefleksi pada kehidupan.”108
“Pak Harfan dan mantan pengajar perguruan Muhammadiyah hingga kini tak
pernah berhenti mendengungkan syiar Islam.”109
8) Sebagai Teladan
Berikut adalah kutipan yang menggambarkan bahwa Pak Harfan adalah guru yang
sangat memiliki banyak kelebihan dari segi pengetahuan, pengalaman, dan
kebijaksanaan dirinya.
Pak Harfan menceritakan dengan semangat perang Badar, kami terpesona
pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat.Ada pengaruh
lembut dan baik terpancar darinya.Ia mengesankan sebagia pria yang
kenyang akan pahit, getir perjuangan dan kesusahan hidup,
berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil keputusan
resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencar-cari bagaimana
menjelaskan sesuatu agar orang mengerti.110
Dalam kutipan di atas jelaslah bahwa Pak Harfan adalah potret guru ideal yang
memiliki berkarakter, penuh dengan wibawa, pandai, bijaksana dalam mengambil
menghadapi masalah, pandai dalam menyampaikan materi pembelajaran dan
mengetahui banyak hal, serta wibawanya yang membuat murid-muridnya senang
dan termotivasi dalam untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan giat.
Pak Harfan adalah salah satu guru yang sangat berjasa dalam mendidik dan
mengajar, serta membentuk akhlak yang baik untuk murid-muridnya.Pak Harfan
guru yang berperan penting dalam memberi motivasi untukkeberhasilan cita-cita
yang dicapai murid-muridnya.
108
Ibid, hlm.487
109Ibid, hlm.488
110Ibid, hlm.23
98
Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keiklasan, dan sumur jernih
ilmu pengetahuan di lading yang ditinggalkan. Seperti guru-guru kami
filicium member nafas kehidupan bagi ribuan organisme dan menjadi
tonggak penting mata rantai ekosisitem yang selalu menaungi dan meneduhi
atap kelas kami.111
9) Komunikator
Pak Harfan sangat antusias dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya,
beliaumemiliki hubungan yang baik pada murid-muridnya baik itu dari segi psikis
dan psikologi saja.Beliau bukan saja mentransfer ilmu saja, tetapi secara kejiwaan
Pak Harfan selalu mengarahkan murid-muridnya dan ketika mengajar, Pak Harfan
terlihat sangat sabar dalam mengajar.
Pak Harfan amat tampak bahagia menghadapi murid, tipikal guru yang
sesungguhnya yang tak hanya mentransfer sebauh pelajaran, tetapi secara
pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya.Beliau
sering menaikturunkan intonasi, menekankan kedua ujung meja sambil
mempertegas kata-kata tertentu.112
10) Dimensi moral
Pak Harfan selalu mengarahkan murid-muridnya untuk selalu memiliki prinsip
dan mengajarkan murid-muridnya untuk melakukan kebaikan dan mengerjakan
perintah Allah dan menjaukan segala larangan-Nya.
“Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa
yang sesungguhnya.Mereka mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru
spiritual.Mereka yang pertama kali mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar
secara gamblang sebagai pegangan moral kami sepanjang hayat.”113
111
Ibid, hlm. 32-33
112Ibid, hlm.23-24
113Ibid, hlm. 32
99
11) Penuh kasih sayang
Pak Harfan dan Bu Mus adalah guru-guru yang sangat menghargai dan
menyayangi murid-muridnya, ketulusan mereka dalam mendidik dan mengajar
sangatlah terlihat ketika dua guru tersebut memperlakukan murid-muridnya
dengan penuh penghargaan dan kasih sayang.
Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit,
mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu,
melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa
sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadangkadang membuatkan
kami air jeruk sambal.114
12) Menghargai
Pak Harfan adalah guru yang sangat menghargai keberadaan murid, ia
menganggap murid-murid mereka adalah sesuatu yang sangat berharga untuk
dibanggakan. Murid-muridnya pun sangat terharu dengan perlakuan Pak Harfan
yang sangat menyadari keberadaan anak-anak Gantong Belitong sebagai anak-
anak yang berharga.
Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati kami,
menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang teduh seolah kami
adalah anak-anak melayu yang paling berharga. Lalu membisikan sesuatu di
teling kami, menyitir kami dengan ayat-ayat suci, menentang pengetahuan
kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam
berpikir seperti kekasih merindu, indah sekali.115
a. Penokohan Ibu Muslimah Hafsary
Ibu Muslimah Hafsary atau yang biasa disapa dengan Bu Mus merupakan salah
satu guru perempuan yang sangat tangguh dalam mendidik dan mengajar murid-
114
Ibid, hal. 32
115Ibid, hal. 24
100
muridnya, selain itu Ibu Mus adalah guru yang berakhlak mulia yang selalu
mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan menjadi guru spiritual bagi murid-muridnya,
serta menjadi sumber insfirasi bagi muridnya.Beliau memiliki sifat-sifat yang
sangat ideal sebagai seorang guru, baik, rajin, penuh semangat, berakhlak baik,
antusias, dan sangat memotivasi murid-muridnya untuk melakukan hal yang
terbaik dalam hidup. Berikut akan digambarkan penokohan Bu Mus lewat kutipan
yang berisi nilai-nilai kebaikan yang diajarkan.
1) Optimis
Pendidik yang memiliki semangat tinggi akan selalu berusaha mendidik peserta
didiknya dengan setulus hati. Selain Pak Harfan, Bu Mus adalah salah satu
cerminan guru hakiki yang pantas menyandang dengan istilah pahlawan tanpa
tanda jasa. Keikhlasan dan ketulusannya dalam mendidik tidak membuat mereka
putus asa dalam mencari mutiara-mutiara di dasar lautan yang akan menjadi
mutiara indah apabila sudah ditatanya.
“Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya
di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftar baru,
suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan
yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.”116
2) Ketulusan
Bu Musmerupakan guru yang sangat berdedikasi tinggi dalam pendidikan,
mereka berusaha sekuat dan semampunya untuk mempertahankan sekolah yang
sangat dicintainya selama ini. Tidak peduli dengan peringatan yang telah
disampaikan oleh pengawas dari depdikbud Sumsel yang akan menutup SD
116
Ibid, hlm. 4
101
Muhamadiyah jika dalam tahun ajaran ini perolehan siswa itu kurang dari sepuluh
orang, maka sekolah tersebut akan ditutup. Tetapi niat mereka yang tulus
membuat mereka tidak gentar dan jemu untuk menunggu calon murid baru.
Seperti kutipan di bawah ini
Guru-guru yang sederahana ini berada dalam suasana genting karena
pengawas dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD
Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang
maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang
BuMus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat
riwayatnya.117
3) Antusias (bersemangat)
Saat itu hidayah Allah terlihat ketika Harun bersama Ibunya datang untuk
mendaftarkan Harun untuk sekolah di SD Muhammadiyah Gantong ini. Bagi Bu
Mus kehadiran Harun merupakan salah satu keberkahan, karena genap sudah
sepuluh calon murid baru sebagai salah satu syarat tidak jadi ditutupnya sekolah
SD Muhammadiyah oleh Depdikbud Sumsel.
“Bu mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka keringat di
wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak tepung beras.”118
Bu Muslimah sangat senang dan gembira ketika mendapati Harun sebagai
siswa penolong untuk mempertahankan eksistensi SD Muhammadiyah Gantong
untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Bu Mus dengan segala rasa
bahagianya, ia tuangkan senyum manisnya seperti bunga yang sedang mekar dan
secara psikologi ia telah siap untuk menjadi guru untuk mengajar dan mendidik
dengan segala kelebihan dan kekurangan calon murid-muridnya itu.
117
Ibid, hlm.4-5
118Ibid, hlm. 7-8
102
Bu Muslimah yang beberapa menit lalu sembab, gelisah, dan coreng moreng
kini menjelma menjadi sekuntum crinum giganteum. Sebab ia mekar
sumringah dan posturnya yang jangkung persis tangkai bunga itu.
Kerudungnya juga berwarna crinum demikian pula bau bajunya, persis
crinum yang mirip bau vanili.Sekarang dengan ceria beliau megatur tempat
duduk kami.119
4) Bersahabat
Gambaran perasaan Bu Mus saat sangatlah bahagia. Bu Mus telah siap mengajar
dan mendidik calon murid-murid baru, sehingga perasaannya sangat bahagia dan
bersahabat dengan orang tua murid, dan mengabsen calon murid untuk cara
perkenalan.
“Bu Mus mendekati setiap oaring tua murid, berdialog sebentar dengan
ramah, dan mengabsen kami.”120
5) Profesional
Bu Mus merupakan tipe guru yang profesional dengan kesempurnaan sifat-
sifatnya yang memenuhi standar sebagai guru yang bisa diayomi.Bu Mus bukan
hanya menguasai teori saja, beliau juga mengajarkan nilai-nilai positif yang baik
untuk diajarkan pada murid-muridnya, serta menjadi pendidik spiritual yang baik
untuk mengajarkan muridnya untuk mengetahui potensi diri yang dimiliki.
Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki
pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran budi
pekerti dan mengajarkan kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral,
demokrasi, hukum, keadilan dan hak-hak asasi serta menuntun kami membuat
konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam dan
kami diajarkan mengenali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku
baik dengan kesadaran pribadi.121
119
Ibid, hlm. 9
120Ibid, hlm. 9
121Ibid, hlm.30
103
6) Religius
Pengajaran yang disampaikan Bu Mus bukan saja ilmu pengetahuan alam dan
sosial saja, beliau pun selalu mengajarkan dan mentransfer nilai-nilai keagamaan
untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus
selalu menasihati kami. Itulah kata-kata yang diilhami surah An-Nisa dan
telah diucapkan ratusan kali oleh puluhan khatib dan sering kali dianggap lalu
saja oleh umat.Tapi jika yang mengucapkannya Bu Mus kata-kata itu
demikian berbeda, begitu sakti, mendengung-dengung di dalam kalbu.122
7) Dimensi Moral
Pak Harfan selalu mengarahkan murid-muridnya untuk selalu memiliki prinsip
dan mengajarkan murid-muridnya untuk melakukan kebaikan dan mengerjakan
perintah Allah dan menjauhkan segala larangan-Nya.
Bagi kami Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang
sesungguhnya.Mereka mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru
spiritual.Mereka yang pertama kali mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar
secara gamblang sebagai pegangan moral kami sepanjang hayat.123
8) Penuh Kasih Sayang
Pak Harfan dan Bu Mus adalah guru-guru yang sangat menghargai dan
menyayangi murid-muridnya, ketulusan mereka dalam mendidik dan mengajar
sangatlah terlihat ketika dua guru tersebut memperlakukan murid-muridnya
dengan penuh penghargaan dan kasih sayang.
Mereka mengajari kami membuat rumah-rumahan dari perdu apit-apit,
mengusap luka-luka di kaki kami, membimbing kami cara berwudhu,
melongok ke dalam sarung kami ketika kami disunat, mengajari kami doa
122
Ibid, hlm.31
123Ibid, hlm. 32
104
sebelum tidur, memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan
kami air jeruk sambal.124
9) Menghargai
Sebagai guru, Bu Mus sangat menghargai keberadaan murid, ia menganggap
murid-murid mereka adalah sesuatu yang sangat berharga untuk dibanggakan.
Murid-muridnya pun sangat terharu dengan perlakuan Pak Harfan yang sangat
menyadari keberadaan anak-anak Gantong Belitong sebagai anak-anak yang
berharga.
Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati kami,
menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang teduh seolah kami
adalah anak-anak Melayu yang paling berharga. Lalu membisikan sesuatu di
telinga kami, menyitir kami dengan ayat-ayat suci, menentang pengetahuan
kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam
berpikir seperti kekasih merindu, indah sekali.125
10) Penyayang
Bu Mus sangat menyayangi murid-muridnya dalam mengajar dan mendidik, Bu
Mus sangat menyayangi dan menghargai keberadaan murid-muridnya yang sangat
berharga, sehingga murid-muridnya pun sangat menyayangi Bu Mus.
“Aku memandangi guruku Bu Mus, seseorang yang bersedia menerima kami
apa adanya dengan sepenuh hatinya, segenap jiwanya.Ia selalu membesarkan
hati kami.”126
11) Motivator
Bu Mus juga selalu memberikan motivasi pada murid-muridnya.Terlihat pada
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas ketika belajar matematika,
124
Ibid, hlm.32
125Ibid, hlm. 24
126Ibid, hlm.83
105
Bu Mus sangat takjub pada kemampuan Lintang yang menjawab pertanyaan Bu
Mus dengan cepat dan tepat.
“superb! Anak pesisir, superb!” puji Bu Mus.”127
Bu Mus memperhatikan dengan seksama bukan hanya apa yang diucapkan
Lintang tapi juga pendekatannya dalam menjelaskan. Lalu beliau
menggeleng-gelengkan kepalanya, komat-kamit, berbicara sendiri tak jelas
seperti orang bergerendeng. Ternyata beliau mengucapkan pelan-pelan kata-
kata penuh kagum, “Subhanallah…subhanallah….128
12) Konsisten
Bu Mus sangat yakin dengan apa yang dilihatnya sendiri, sebagai guru yang
profesional Bu Mus mampu mempertangungjawabkan nilai yang tinggi untuk
Lintang sang jenius dengan kemapuan Lintang yang dapat menjawab pertanyaan
Bu Mus dengan benar dan cepat.
“Bahkan Bu Musberani bertanggung jawab memberikan nilai sempurna:
sepuluh.”129
13) Demokrasi
Bu Mus juga mengajarkan demokrasi yang memiliki nilai-nilai luhur dalam
hidup bersosialisasi manusia, pada saat itu kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung di dalam kelas, Bu Mus dan murid-murid ingin menentukan ketua
kelas baru.Bu Mus mengajarkan tata cara untuk memilih calon ketua kelas baru
dengan cara menuliskan nama-nama kandidiat yang akan diusung dan Kucai lah
127
Ibid, hlm.107
128Ibid, hlm.122-123
129Ibid, hlm.124
106
yang mendapatkan suara terbanyak untuk memilihnya dan Kucai pun dengan
berbagai cara menolak tanggung jawab tersebut, tetapi Bu Mus dengan kata-kata
yang bijak memberikan nasihat dan semangat untuk Kucai agar mau kembali
menjadi ketua kelas.
Beliau ingin bersikap seimbang dengan menyuruh kami menuliskan nama
ketua kelas baru yang kami inginkan di selembar kertas, melipatnya dan
menyerahkannya kepada beliau. Pilihan ketua kelaspun jatuh pada ketua kelas
lama, yaitu Kucai, ia tersenyum pahit dan pucat pasi karena ia merasa tak
sanggup melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas.130
Hari ini kami mendapat pelajaran penting tentang demokrasi.Bu Mus
menghampiri Kucai dengan lembut dan tertawa jenaka. Lalu Bu Mus berkata
memegang amanah sebagai pemimpin memang berat tapi jangan khawatir
banyak orang yang akan mendoakan. Tidakkah Ananda sering mendengar di
berbagai upacara petugas sering mengucap doa: ya Allah lindungilah para
pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa: ya Allah lindungilah
anak-anak buah kami….131
Dalam kutipan di atas, murid-murid Bu Mus sangat bahagia mendapatkan
pelajaran arti demokrasi yang selalu mengutamakan kesadaran diri, terbuka, dan
adil dalam melaksanakan tangggung jawab, walaupun pada saat itu Kucai tidak
berkeinginan dan bersedia lagi untuk melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas,
tetapi Bu Mus memberikan semangat dan motivasi dengan caranya yang membuat
hati murid-muridnya luluh, tentunya untuk Kucai sebagai kandidat ketua kelas
yang terpilih.
14) Kejujuran
Bu Mus juga selalu mengajarkan arti kejujuran dalam bertanggung jawab
dalam pelajaran budi pekerti, beliau berpesan pada murid-muridnya untuk
130
Ibid, hlm. 72-73
131Ibid, hlm. 73-74
107
menjauhkan perbuatan keji yang dilakukan oleh para pejabat sekarang yang selalu
berbuat curang dengan berbuat korupsi yang merugikan rakyat negeri ini.
Suatu hari dalam pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan, Bu Mus
menjelaskan tentang karakter yang dituntut dari seorang pemimpin. Beliau
menyitir perkataan khalifah Umar Bin Khatab, “barang siapa yang kami
tunjuk sebagai amir atau pemimpin dan telah kami tetapkan gajinya untuk itu,
maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan!.132
Rupanya Bu Mus geram dengan korupsi yang merajalela di negeri ini dan
beliau menyambung dengan lantang, kata-kata itu mengajarkan arti penting
memegang amanah sebagai pemimpin dan Al-Quran megingatkan bahwa
kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat….133
15) Kesenian
Bukan hanya arti demokrasi yang diajarkan Bu Mus, keindahan pun diajarkan
dalam bentuk kesenian, tujuan Bu Mus mengajarkan kesenian agar murid-
muridnya sadar akan keindahan dan rasa menghargai, karena seseorang yang
mengetahui dan mengerti keindahan seni, maka orang itu akan selalu menghargai.
Pada saat itu Bu Mus mennyuruh murid-muridnya untuk membuat karya seni
bebas agar murid-muridnya berkarya.
“Bu Mus yang berpendirian progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru,
membebaskan kami berekspresi. Kami diminta untuk menyetor sebuah
master piece, karya yang berhasil akan mendapat tempat terhormat, dipajang
di ruang kepala sekolah.”134
Kesenian yang ditampilkan murid-murid Laskar Pelangi membuahkan
kebahagiaan yang membanggakan, ketika penampilan kesenian ini mendapatkan
132
Ibid, hlm.70-71
133Ibid, hlm.71
134Ibid, hlm.143-144
108
kemenangan sebagai penampilan kesenian terbaik tahun ini sehingga pantas
membawa trofi.
“Pak Harfan, Bu Mus dan guru-guru kami sangat bangga dan seolah tak
percaya melihat murid-muridnya memiliki kemampuan seperti itu dalam
acara karnaval yang berhasil membawa pulang trofi hasil penampilan seni
terbaik tahun ini.”135
16) Pekerja keras
Berkat upaya dan kerja keras yang dilakukan Bu Mus dalam mempersiapkan
perlombaan cerdas cermat yang akan melawan SD PN membawa kemenangan
yang diraih SD Muhammadiyah. Perlombaan cerdas cermat membawa nama SD
Muhammadiyah kembali menjulang tinggi, ketekunan murid-murid yang bekerja
keras untuk belajar dan kegigihan Bu Mus dalam menyiapkan perlombaan
tersebut baik itu dalam pengumpulan soal-soal dan membahasnya. Pak Harfan dan
Bu Mus sangat bangga dan bahagia menyaksikan kemenangan yang diraih murid-
muridnya walaupun penuh rintangan yang dilampaui.
Kami telah dipersiapkan oleh Bu Mus. Beliau pontang-panting
mengumpulkan contoh soal dan bekerja keras melatih kami dari pagi sampai
sore. Bu Mus melihat lomba ini sebagai media yang sempurna untuk
menaikan martabat sekolah Muhammadiyah yang bertahun-tahun selalu
diremehkan.136
Dalam kutipan di atas, Bu Mus sangat berharap SD Muhammadiyah dapat
memenangkan perlombaan cerdas cermat tersebut, karena baginya kemenangan
perlombaan itu adalah salah satu media untuk menunjukan eksistensi SD
Muhammadiyah yang selama ini dianggap sebelah mata.
135
Ibid, hlm. 245
136Ibid, hlm.364
109
17) Disiplin
Bu Mus selalu mengajarkan kedisiplinan pada murid-muridnya dalam hal
apapun, tatkala ketika muridnya yang bernama Mahar menyalahi aturan yang
telah ditetapkan Bu Mus, walaupun pekerjaan atau tugas itu telah dilaksanakan
Mahar sebagai syarat.
“Kali ini ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri,”
kata Bu Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja.”
“Bukan Karena karyamu tidak bermutu, tetapi dalambekerja apapun kita
harus memiliki disiplin.”137
18) Ketegasan
Ketegasan Bu Mus ketika ulah yang dilakukan Mahar membuat Bu Mus
marah dan kesal, masalah yang dilakukan Mahar kali ini sudah terlampau
keterlaluan, Mahar dan Flo pergi ke sebuah tempat untuk meminta agar nilai
ujian mereka bagus tanpa belajar. Perbuatan demikian itu diketahui oleh Bu Mus,
saat itu Bu Mus sangat marah dan tidak habis pikir mengapa Mahar melakukan
hal itu, karena perbuatan tersebut menyalahi aturan agama yang telah mereka
terima selama ini.
“Apakah Ananda sudah memiliki rencana A dan rencana B? itulah pertanyaan
Bu Mus kepada Mahar dan sekaligus pidato untuk menasihati tindakan Mahar
yang sudah keterlaluan. Ia sudah berbelok ke jalan gelap dunia hitam, ia harus
segera disadarkan.”138
137
Ibid, hlm. 190
138Ibid, hlm.349
110
“Artinya ananda tidak punya sebuah rencana yang positif, tak pernah lagi
membaca buku dan mengerjakan PR karena menghabiskan waktu untuk
kegiatan perdukunan yang membelakangi ayat-ayat Allah.”139
Tiba-tiba Bu Mus masuk lagi ke dalam ruangan dan menyemprotkan pokok
berita, “camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apapun dari kemusyrikan,
yang akan kau dapat dari praktik-praktik klenik adalah kesesatan yang
semakin lama semakin dalam. Iblis mengipas-ngipasimu setiap kali kau
kipasi bara api kemenyan-kemenyan itu.140
Masalah yang membuat Bu Mus semakin marah karena Mahar mendadak
malas, tidak mau membaca buku, nilainya pun merosot akibat mengikuti jejak
yang mengarah pada kemusyrikan. Oleh karena itu Bu Mus berkata panjang
pendek untuk menasihati Mahar agar sadar kembali dan kembali pada tugasnya
sebagai pelajar.Bu Mus juga mengambil langkah tegas memperingatiMahar untuk
mengambil tindakan.
“Bu Mus ternyata bisa juga emosi dan tak berhenti sampai di situ,
“sekarang kau harus mengambil sikap karena….”141
19) Religius
Ketegasan Bu Mus dilakukan karena perbuatan yang dilakukan Mahar sangat
menyalahi aturan agama yang selama ini menjadi keyakinan mereka. Bu mus
selalu mengajarkan dan membimbing muridnya untuk selalu berpegang pada Al
Quran dan Sunatullah.
139
Ibid, hlm.350
140Ibid, hlm.352
141Ibid, hlm. 352
111
“Bu Mus mulai terdengar seperti warta berita RRI pukul 7. Lintasan berita:
nilai-nilaimu merosot tajam. Hiduplah hanya dari ajaran Al Quran, hadist, dan
sunatullah.”142
“Disambung berita penting: “klenik. Ilmu gaib, takhayul, paranormal,
semuanya sangat dekat dengan pemberhalaan. Syirik adalah larangan
tertinggi dalam Islam.”143
20) Kepedulian
Kesedihan Bu Mus yang sangat tergambar ketika Lintang murid yang sangat
cerdas dan jenius putus sekolah, Lintang kehilangan ayahnya sehingga ia harus
meninggalkan bangku sekolahnya yang merupakan dunia dimana ia bisa
mengembangkan kreatifitas dan kemampuannya bersama teman-temannya yang
dibantu oleh guru-gurunya. Sudah beberapa hari ini Lintang tidak masuk ke
sekolah, bukan karena jarak yang ia tempuh ke sekolah terlampau jauh, tetapi
karena tanggung jawabnya mencari nafkah untuk adik-adiknya. Pada saat Lintang
tidak masuk-masuk ke sekolah tergambar kebingungan yang Bu Mus rasakan.Bu
Mus selalu mencari kabar tentang Lintang.
“Bu Mus berusaha kesana kemari mencari kabar dan menitipkanpesan
padaorang yang mungkin melalui kampung pesisir tempat tinggal Lintang.”144
21) Penyayang
Serentak ketika datang seseorang untuk memberitahukan keadaan Lintang
karena ditinggalkan oleh Ayah tercintanya, Bu Mus sangat sedih dan menangis
ketika membaca surat yang ditulis oleh Lintang.Telihat bagaimana Bu Mus sangat
142
Ibid, hlm.350
143Ibid, hlm.350
144Ibid, hlm.429
112
menyayangi muridnya bernama Lintang yang tidak masuk berhari-hari karena
ayahnya meninggal dunia.
Seorang pria kurus tak beralas kaki masuk ke kelas kami, menyampaikan
surat kepada Bu Mus. Begitu banyak kesedihan kami lalui dengan bu Mus
selama hampirsembilan tahun di SD dan SMP Muhammadiyah tapi baru
pertama kali aku melihatnya menangis. Air matanya berjatuhan di atas surat
itu.145
Lintang bagaikan permata yang paling berharga, kecerdasan dan
kejeniusannya membuat Bu Mus seakan tidak rela kehilangannya.
22) Ketegaran
Kepedihan yang dirassakan Bu Mus saat itu tidak dapat digambarkan karena
kehilangan murid yang sangat berharga.Bu mus ingin menguatkan hatinya dan
memberi semangat pada murid-muridnya lain agar selalu tetap pada tujuan
mereka sebagai pelajar untuk selalu belajar.
“Bibir Bu Mus bergetar menahan tangis, matanya semerah saga. Tak
setitik pun air matanya jatuh.Beliau ingin kami tegar.”146
Pak Harfan dan Bu Mus adalah dua guru yang sangat berperan penting dalam
keberhasilan murid-muridnya dalam mencapai cita-citanya, terutama pengarang
yang dahulunya adalah salah satu murid dari dua guru tangguh itu. Hasil didikan
Pak Harfan dan Bu Mus membuahkan hikmah yang sangat berarti dalam hati dan
kehidupan murid-muridnya, terutama sang pengarang Andrea Hirata yang
termotivasi pada Bu Muslimah Hafsari untuk membuat karya yang diperuntukan
145
Ibid, hlm.429-430
146Ibid, hlm. 433
113
untuk guru perempuan yang sangat luar biasa itu. Pada penokohan guru-guru
lainnya akan dibahasdan digambarkan sebagai berikut.
b. Penokohan Guru-guru lain
Berikut penokohan guru-guru antagonis yang jauh dari harapan sebagai guruyang
baik dan ideal, karena mereka masih mementingkan kepentingan diri
sendiri.Adapun nama-nama guru yang tergolong penokohan antagonis yaitu Pak
Fahimi, Drs. Dzullfikar, dan Ibu Frischa. Di bawah ini akan dijlelaskan
penggambaran ketiga tokoh antagonis tersebut.
1) Pak Fahimi
Pak Fahimi adalah guru SD Muhammadiyah Gantong kelas empat yang sangat
galak dan tidak bermutu.Sehingga tak jarang Pak Fahimi selalu mendapatkan
kejailan dari murid-muridnya.
“Sementara itu Syahdan, aku, dan Kucai sibuk mendiskusikan rencana
kami menyembunyikan sandal Pak Fahimi (guru kelas empat yang galak
itu) di Masjid Al Hikmah.”147
“Pak Fahimi guru kelas empat yang tak bermutu dan selalu menggretak
murid di dahan pohon gayam.”148
2) Penokohan Drs. Dzullfikar
Guru PN yang bernama Drs. Dzullfikar adalah seorang guru muda yang sangat
terkenal dengan kepandaiannya.Ia lulus cum laude dari Fakultas MIPA dari
universitas ternama. Ia sangat sombong dengan kepintarannya, sehingga ia dengan
147
Ibid, hlm.130
148Ibid, hlm.75
114
seenaknya menghina dan mematahkan semangat sekolah Muhammadiyah saat itu,
terutama Lintang, Sahara, dan Ikal.
“Pak Dzulfikar jelas sok tahu dan dengan mulut besarnya, ia mencoba
menggretak semua orang melalui kesan seolah ia sangat memahami teori
warna.”149
Kecerdasan yang dimiliki Pak Dzulfikar hanya dilakukan untuk menghina dan
mempermainkan orang lain dengan teori-teori yang tidak bisa dipahami orang
lain.
Tabiat Drs Dzulfikar adalah persoalan klasik di negeri ini, orang-orang
pintar sering berbicara meracau dengan istilah yang tidak membumi dan
teori-teori tingkat tinggi buka untuk menemukan sebuah karya ilmiah tapi
untuk membodohi orang-orang miskin.Sementara orang miskin diam
terpuruk, tak menemukan kata-kata untuk membantah.150
Tidak aneh kesombongan dengan pengetahuannya membawanya pada keburukan
dan kemaluan yang tiada tara karena Lintang sang murid Muhammadiyah
Gantong yang jenius.
Sang Drs terkulai lemas, wajahnya pucat pasi. Ia membenamkan pantatnya
yang tepos dibantalan kersi seperti tulang belulangnya telah dipresto. Ia
kehabisan kata-kata pintar, kaca matanya minusnya merosot layu
dibatangan hidungnya yang bengkok. Ia paham bahwa berpolemik secara
membabi buta dan berkomentar lebih jauh tentang sesuatu yang tidak
terlalu ia kuasai hanya akan memperlihatkan ketololannya sendiri di mata
orang jenius seperti Lintang.151
3) Penokohan Bu Frischa
149
Ibid, hlm.377
150Ibid, hlm.377-378
151Ibid, hlm.382
115
Bu Frischa adalah guru perempuan sekolah PN yang sangat mudah dipengaruhi
dan tidak memiliki pendirian yang kuat. Sebagai guru, ia sangat tidak profesional
dalam menjalani tugasnya sebagai seorang pendidik. Hal itu terbukti ketika Ayah
Flo meminta Bu Frischa untuk membujuk Flo agar kembali lagi ke sekolah PN
dengan nilai bagus yang sudah dijamin Bu Frischa.Bu Frischa memperalat
seorang guru pria muda yang flamboyan untuk di sekolah PN untuk mendekati
Flo.
“Menanggapi masalah gawat ini diam-diam bapak Flo berkonspirasi
dengan Bu Frischa untuk menghasut Flo agar kembali ke sekolah PN.Lagi
pula di sekolah PN Bu Frischa telah menjamin nilai yang tak memalukan
di rapor Flo.”152
Kegusaran Bu Frischa pun terlihat ketika menyaksikan kemenangan yang diraih
oleh sekolah Muhammadiyah Gantong atas perlombaan cerdas cermat.
Ketika Lintang mengangkat tinggi-tinggi trofi besar kemenangan , Harun
bersuit-suit panjang seperti koboi memanggil pulang sapi-sapinya, dan di
sana, di sebuah tempat duduk yang besar, Ibu Frischa berkipas-kipas
kegerahan, wajahnya menunjukan sebuah ekspresi seolah saat itu dia
sedang tidak duduk di situ.153
152
Ibid, hlm.402
153Ibid, hlm.384
116
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah membaca pemaparan penokohan guru dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata, dapat disimpulkan bahwa penokohan dua orang guru yang
dikategorikan sebagai tokoh protagonis yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus.
Adapun simpulan yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut.
1. Penokohan protagonis yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus merupakan
dua guru yang sangat ideal apabila diukur sebagai seorang pengajar dan
pendidik, mereka bukan saja mentransfer ilmu-ilmu sosial saja, mereka
juga mengajarkan nilai-nilai agama, budipekerti, dan kesenian.
2. Adapun penokohan Pak Harfan dan Bu Mus yang terdapat dalam Novel
LaskarPelangi digambarkan dalam nilai-nilai seperti, ketulusan, disiplin,
kesabaran, keikhlasan, antusias, motivator, penuh kasih sayang, menjadi
teladan, mengajarkan moral, nilai-nilai agama (religius), dan lain-lain.
3. Selain penokohan Pak Harfan dan Bu Mus, dalam novel LaskarPelangi
terdapat juga penokohan Antagonis sebagai yang bernama Pak Fahimi,
Drs. Dzullkarnaen, dan Ibu Frischa.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan saran dari pesan-pesan
dan nilai-nilai yang terdapat dalam “Penokohan Guru dalam novel LaskarPelangi”
karena novel LaskarPelangi merupakan novel inspirasi pendidikan yang harus
117
dibaca oleh guru maupun siswa. apalagi di dalamnya banyak terdapat nilai-nilai
positif yang dapat dipetik dari kisah-kisahnya.
1. Para pendidik atau guru hendaklah membaca karya ini dan memahami
penokohan guru yang bernama Pak Harfan dan Bu Mus sebagai bahan
referensi dan cerminan sebagai guru yang baik dan ideal
2. Untuk para pengarang karya sastra hendaklah membuat dan menghasilkan
karya sastra yang bertema pendidikan agar dapat dinikmati oleh para
pelajar, guru dan praktisi pendidikan
3. Untuk para pendidik, hendaklah sadar dan memahami tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik yang bukan hanya memberikan teori saja,
tetapi harus mentransfer nilai-nilai agama dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi dan Sugono.Telaah Bahasa dan Sastra, Jakarta: Pusat Bahasa dan Yayasan
Obor Indonesia. 2002.
Anoegrajeki, Novi, dkk. Estetika Sastra, Seni, dan Budaya. Jakarta: Fakultas
Bahasa dan Seni UNJ. 2008.
Basrowi dan Suwandi.Memahami Penelitian Kualitatif.Jakarta: Rineka Cipta.
2008.
Budiarti, Rita Triana. Di Balik Layar Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang.
2008.
Djojosuroto dan Sumaryati.Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penelitian Bahasa dan
Sastra. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. 2000.
Efendi, Anwar. Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: Tiara Wacana. 2008.
Endah,Priyatni Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:
Bumi Aksara. 2010.
Forrest dan Beverly.Menjadi Seorang Guru. Jakarta: Indeks. 2008.
Hirata, Andrea. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang. 2011.
____________. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2006.
____________. Lebarkan Sayap ke Mancanegara. Jakarta: Media Indonesia edisi
Minggu, 1 April 2012.
Jabrohim (ed), Metodologi Penelitian Sastra,Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya. 2002.
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. 1994.
Mahayana, Maman S. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening
Publishing. 2005.
Miller, Mary Susan. Save Our School: 57 Langkah Menyelamatkan Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. 2008.
Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2005.
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1989.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktek Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011.
Natawidjaja, P. Suparman. Antologi Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Dian.
1983.
Natawidjaja, P. Suparman. Apresiasi Sastra Budaya. Jakarta: Intermasa. 1982.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada. 2005.
University Press. 2005.
Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2009.
Purba, Antilan. Esai Sastra Indonesia:Teori dan Penulisan. Yogyakarta: Graha
Ilmu. 2008.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia. 1992.
Rahmato, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1992.
Ratna, Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2004.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media
Group. 2007.
Siswantoro.Metode Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Suhardi.Kamus Istilah Bahasa dan Sastra. Banten: Yapin. 2005.
Sumardi, Muljanto. Berbagai Pendekatan dalam Penajaran Bahasa dan
Sastra.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996.
Surya, Muhammad, dkk.Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor:
Ghalia Indonesia. 2010.
Turner, Anita Moultrite. Resep Pengajaran Hebat. Jakarta: Indeks. 2008.
Yunus, Mahmud. Pendidikan dan Pengajaran.Jakarta: Hidakarya Agung. 1990.
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : HABIBAH
NIM : 208013000024
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi :PenokohanGuru dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata
No Referensi Paraf
Pembimbing
1 Alwi dan Sugono. Telaah Bahasa dan Sastra, Jakarta: Pusat
Bahasa dan Yayasan Obor Indonesia. 2002.
2 Anoegrajeki, Novi, dkk. Estetika Sastra, Seni, dan Budaya.
Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni UNJ. 2008.
3 Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
4 Budiarti, Rita Triana. Di Balik Layar Laskar Pelangi.
Yogyakarta: Bentang. 2008.
5 Djojosuroto Dan Sumaryati. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam
Penelitian Bahasa Dan Sastra. Bandung: Yayasan Nuansa
Cendekia. 2000.
6 Efendi, Anwar. Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Tiara
Wacana. 2008.
7 Endah, Priyatni Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan
Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
8 Forrest dan Beverly. Menjadi Seorang Guru. Jakarta: Indeks.
2008.
9 Hirata, Andrea. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang.
2011.
10 Hirata, Andrea. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang
Pustaka. 2006.
11 Hirata, Andrea. Lebarkan Sayap ke Mancanegara. Jakarta:
Media Indonesia edisi minggu, 1 April 2012.
12 Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. 1994
13 Mahayana, Maman S. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia.
Jakarta: Bening Publishing. 2005
14 Miller, Mary Susan. Save Our School: 57 Langkah
Menyelamatkan Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. 2008.
15 Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005.
16 Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 1989.
17 Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui
Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktek Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2011.
18 Natawidjaja, P. Suparman. Antologi Sastra Indonesia.
Jakarta: Pustaka Dian. 1983.
19 Natawidjaja, P. Suparman. Apresiasi Sastra Budaya. Jakarta:
Intermasa. 1982.
20 Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 2005.
21 Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode
Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
2009.
22 Purba, Antilan. Esai Sastra Indonesia:Teori dan Penulisan.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.
23 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 2008.
24 Rahmato, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Kanisius. 1992.
25 Ratna, Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
26 Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta:
Prenada Media Group. 2007.
27 Siswantoro. Metode Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2010.
28 Suhardi. Kamus Istilah Bahasa dan Sastra. Banten: Yapin.
2005.
29 Sumanto, Muljanto. Berbagai Pendekatan dalam Penajaran
Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996.
30 Surya, Muhamad. Landasan Pendidikan. Menjadi Guru yang
Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.
31 Turner, Anita Moultrite. Resep Pengajaran Hebat. Jakarta:
Indeks. 2008.
32 Yunus, Mahmud. Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta:
Hidakarya Agung. 1990.
Mengetahui,
Pembimbing
Ahmad Bahtiar, M. Hum
RIWAYAT HIDUP
Habibah lahir di Tangerang 22 Juli 1988. Merupakan
anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan
Bapak Naim dan Ibu Mustitin yang beralamat Jl.
Raya Salembaran Jaya, RT 001 RW 07 Kosambi
Tangerang Banten. Penulis menyelesaikan
pendidikan formal di SD salembaran III pada tahun
2001, menyelesaikan pendidikan MTS Al Marwah
pada tahun 2004 dan MA Al Marwah 2007.
Melanjutkan studi keperguruan tinggi di Universitas
Islam Negeri Jakarta pada tahun 2007 di Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Jurusan
Tafsir Hadist hanya sampai dua semester (2007-2008), dilanjutkan pindah di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
hingga penulisan skripsi ini berlangsung.
Dibesarkan dan dididik oleh orang tua yang religius dan penuh cinta kasih serta
pengertian, membuat penulis sangat berterima kasih atas perjuangan yang telah
mereka berikan.“ lakukanlah sebanyak-banyaknya, maka engkau akan
mendapatkan banyak. Dan jika engkau melakukan sedikit, maka engkau akan
mendapatkan sedikit pula” itulah moto penulis yang terus semangat dan menggali
potensi diri yang dimiliki. Pengalaman semasa sekolah pada tingkat MTS
diantaranya aktif dalam kepengurusan OSIS dan PMR pada tahun 2002-2003,
dilanjutkan pada tingkat MA menjadi Sekretaris OSIS dan Ketua Umum PMR
pada tahun 2005-2006. Pengalaman semasa perkuliahan diantaranya aktif
menjadi ketua bidang ekonomi dan sosial budaya di komisariat Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat periode
2008-2009, dilanjutkan pada tingkat Cabang menjadi ketua bidang Immawati
cabang Ciputat periode 2010-2011.