bab ii unsur intrinsik novel cinta suci zahrana · pdf file20 bab ii unsur intrinsik novel...
TRANSCRIPT
20
BAB II
UNSUR INTRINSIK NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
2.1 Analisis Struktur Internal Novel Cinta Suci Zahrana karya
Habiburrahman El Shirazy
Analisis struktur adalah jalan utama yang harus ditempuh dalam penelitian
karya sastra, agar apa yang tersirat di dalam karya sastra bisa tersurat dengan
nyata, karena struktur dalam karya sastra merupakan pondasi utama yang
membangun bagus atau tidaknya karya sastra. Maka dari itu, analisis struktur
sangat diperlukan untuk membongkar, memaparkan kesinambungan dan
keterkaitan unsur karya sastra. Pradopo (1995:141) mengungkapkan bahwa tujuan
analisis struktural adalah membongkar, memaparkan secermat mungkin
keterkaitan dalam keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama
hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan
fungsi urusan itu dalam keseluruhan karya sastra.
Karya sastra memiliki unsur yang harus dibongkar apabila karya sastra
akan dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Analisis unsur karya sastra yang
tersembunyi dan penuh teka-teki harus dipahami secara mendalam, mendetil, dan
teliti. Karena di dalam karya sastra terdapat unsur makna dan keterkaitan yang
harus diketahui keseluruhannya. Menurut Teeuw (1984:135), pendekatan
struktural mempunyai tujuan yaitu analisis struktural untuk membongkar dan
memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin, keterkaitan
21
dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh.
Pendekatan struktural sangat penting bagi sebuah analisis karya sastra.
Sebuah karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur
tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan makna.
Karya sastra yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah novel. Penelitian ini
menggunakan teori struktural yang dibatasi pada tema, plot, penokohan, latar, dan
dialog. Melalui penelitian ini dapat diketahui lebih jelas aspek intrinsik novel
Cinta Suci Zahrana yang membentuk estetika cerita.
2.1.1 Tema
Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro; 2012:67) tema adalah
makna yang terkandung oleh sebuah cerita. Menurut Aminuddin (dalam Siswanto,
2013:146) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperanan sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya.
Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa
rekaan oleh pengarangnya.
Proses memahami tema terbentuk secara perlahan. Proses pemahaman
berdasarkan gagasan utama yang ingin diungkapkan dalam novel Cinta Suci
Zahrana. Keseimbangan dalam berkarier dan berkehidupan sosial sebagai seorang
perempuan agar tidak terlalu mementingkan karier akademis namun juga
mempertimbangkan karier non-akademis seperti halnya pernikahan. Di dalam
pandangan masyarakat apabila seorang perempuan terlambat untuk menikah atau
22
membina rumah tangga itu merupakan cela bagi seorang perempuan dalam
perspektif masyarakat awam.
Tema utama tidak dapat muncul sekaligus secara sempurna, tetapi
didukung oleh tema-tema tambahan yang melengkapi atau mendukung tema
utama. Hal ini tampak pada kutipan berikut.
“Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa sama sekali dia tidak salah.
Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi besar
dan ia harus mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Sudah
tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang
tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda sampai
meraih gelar doktornya. ...”(CSZ, hlm., 26)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah perempuan yang
memiliki potensi akademis yang perlu dikembangkan untuk meraih prestasi di
bidang akademik. Dengan potensi yang dimiliki Zahrana ingin menunjukkan
bahwa sudah saatnya perempuan tidak hanya patuh pada siapa pun dalam hal
berkarier di bidang akademik. Bahkan adat istiadat dan norma masyarakat
sekalipun, sudah tidak seharusnya mengekang perempuan untuk tidak berkarier di
bidang akademik. Kemudian ada bantahan dalam dirinya bahwa tak seharusnya
perempuan itu egois untuk meraih prestasi akademik saja, perempuan juga perlu
untuk meraih prestasi peretas generasi yaitu dengan menikah. Apabila perempuan
terlambat untuk menikah akan menjadi cela di kalangan masyarakat awam,
sebagaimana dijelaskan dalam kutipan berikut.
“Tetapi satu sisi nuraninya menegur dirinya, bahwa ia adalah perempuan
yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah
melewati kepala tiga. Siapa bilang norma masyarakat tidak ada patokan
ilmiahnya? Ada. Ketika masyarakat menyebut seseorang sebagai
perawan tua, itu tidak semata-mata ejekan. Tetapi peringatan tanda
sayang. Dunia kedokteran sudah menentukan usia produktif seorang
23
perempuan. Idealnya perempuan menikah sebelum usia tiga puluh tahun.
...” (CSZ, hlm., 26-27)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa perempuan tidak menikah di atas usia
tiga puluh tahun, karena akan melewati masa produktif yang juga penting
diperhatikan perempuan. Mengejar prestasi akademik tidak berarti harus selalu
menunda untuk menikah tetapi harus berpikir agar prestasi akademik lancar dan
non-akademik juga berjalan. Keseimbangan dalam berkarier dan berumah tangga
itu perlu, agar tidak terlalu berambisi dalam akademis saja, tetapi berupaya pula
untuk segera membina rumah tangga. Alasan ini diperkuat lagi dengan kutipan
berikut.
“Nurani lebih dalam lagi berkata pada dirinya.”
“Zahrana, ayah dan ibumu saat ini tidak memerlukan lagi penghargaan-
penghargaan ilmiah itu. Yang mereka perlukan darimu adalah kamu
segera berumah tangga, lalu memberi mereka cucu. ...” (CSZ, hlm., 27)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana dituntut untuk seimbang
dalam prestasi akademik dan nonakademik. Maka dari itu, penulis menyimpulkan
bahwa tema novel Cinta Suci Zahrana adalah keseimbangan dalam hidup
berprestasi akademik dan prestasi non-akademik. Karier akademik dan rumah
tangga (berkeluarga dan memiliki keturunan) kendalanya berada pada posisi untuk
perempuan berpendidikan.
2.1.2 Plot/Alur
Menurut Abram (dalam Siswanto, 2013:144) plot atau alur adalah
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin
sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita. Sedangkan
24
Sudjiman (dalam Siswanto, 2013:144) mengartikan alur sebagai jalinan peristiwa
di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinannya dapat diwujudkan
oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat). Alur
adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama, yang
menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian. Pada
cerita Cinta Suci Zahrana, plot yang digunakan Habiburrahman El Shirazy adalah
campuran.
Untuk memeroleh keutuhan sebuah alur cerita, Aristoteles (dalam
Nurgiyantoro, 2005:142) mengemukakan bahwa alur terdiri atas tiga tahapan,
yaitu: tahapan awal (beginning), tahapan tengah (middle), dan tahapan akhir (end),
ketiga tahapan tersebut menunjukkan keutuhan cerita.
2.1.2.1 Tahapan Awal
Tahap awal sebuah cerita disebut sebagai tahapan perkenalan. Tahapan
perkenalan pada umumnya berisi informasi penting yang berkaitan dengan
berbagai hal yang dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya (Nurgiyantoro,
2005:142). Fungsi tahap awal ialah memberikan informasi dan penjelasan yang
berkaitan dengan pelataran dan penokohan.
Pada tahap awal novel Cinta Suci Zahrana menceritakan keberangkatan
Zahrana ke Beijing untuk menerima penghargaan di Tsinghua University Beijing,
atas prestasinya dalam menulis karya ilmiah di bidang arsitektur. Akan tetapi,
keberangkatan Zahrana ke Beijing tidak mendapat apresiasi yang sempurna dari
ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya seolah-olah tidak peduli dengan prestasi
Zahrana dan menyikapinya dengan biasa-biasa saja. Perhatikan kutipan berikut.
25
“Tetapi kenapa orang tuanya seperti tidak mengerti juga apa yang telah
ia lakukan? Saat ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan
kepada mereka, mereka menanggapinya biasa-biasa saja. Seperti tidak
ada yang istimewa. Padahal itu adalah undangan istimewa dan luar
biasa.” (CSZ, hlm., 2)
Kutipan di atas membuktikan bahwa ayah dan ibunya Zahrana bersikap
acuh tak acuh terhadap Zahrana, seakan-akan tidak peduli dengan prestasi yang
telah diraih Zahrana dan tidak rela melepas Zahrana untuk berangkat ke Beijing.
Kemudian awal dari kisah perjuangan Zahrana yang simpang siur dengan
kedua orang tuanya yaitu perjuangan antara prestasi akademik dan nonakademik.
Zahrana masih ingin melanjutkan pendidikan dan belum mau menikah, sementara
ayah dan ibunya berharap Zahrana segera menikah karena Zahrana sudah bukan
remaja dan cukup umur untuk menikah. Orang tuanya khawatir Zahrana digunjing
sebagai perawan tua, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Saya katakan anak itu mementingkan dirinya sendiri, kesenangannya
sendiri. Yang ia pikirkan bagaimana meraih penghargaan ini, gelar ini
dan itu, ngisi seminar ini dan itu. Itu saja yang ia pikirkan. Dia tidak
pernah mikir kedua orang tuanya tak lama lagi akan mati. Kami
semakin tua. Dan dia masih lajang saja, tidak juga berumah tangga.
Berkali-kali dilamar orang tak satupun yang ia terima. Sekarang dia
sudah tua, tak ada yang datang lagi padanya. Orang-orang banyak yang
sudah menggunjingnya sebagai perawan tua. ...” (CSZ, hlm., 43-44)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa orang tuanya menginginkan Zahrana
segera menikah, tidak hanya mementingkan kehendaknya sendiri untuk meraih
prestasi, tetapi juga segera menikah karena usianya yang sudah tua.
2.1.2.2 Tahapan Tengah
Tahap tengah cerita juga disebut sebagai tahap pertikaian. Pada tahap ini
ditampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap
sebelumnya. Konflik menjadi semakin meningkat, dan semakin menegangkan.
26
Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, konflik yang terjadi dalam
diri seorang tokoh, konflik eksternal, konflik atau pertentangan yang terjadi
antartokoh cerita, antar tokoh protagonis dengan tokoh antagonis, atau keduanya
sekaligus. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari
karya fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005:145). Fungsi tahapan tengah
ialah mengembangkan konflik yang telah diperkenalkan pada tahapan
sebelumnya.
Pada tahapan tengah ini, inti cerita disajikan seperti: tokoh memainkan
peran, peristiwa penting yang dikisahkan, konflik berkembang semakin
meruncing, menegangkan, dan mencapai klimaks. Untuk mengidentifikasi konflik
utama, peristiwa fungsional-klimaks, dan tema atau gagasan utama, pembaca
memerolehnya dari kegiatan pembacaannya (Nurgiyantoro, 2005:145).
Pada tahapan tengah novel Cinta Suci Zahrana ini digambarkan tentang
pertentangan Zahrana dengan kedua orang tuanya terkait dengan lamaran Pak
Karman. Orang tua Zahrana berharap agar Zahrana menikah dengan Pak Karman,
tetapi Zahrana tidak mau menikah dengan Pak Karman. Perhatikan kutipan
berikut.
“Jadi bapak dan ibu sudah menerima lamaran itu, tanpa sepengetahuan
Zahrana?” Nada kata-kata Zahrana meninggi.
Tidak Nduk. Kami tidak tahu apa-apa. Mereka mau datang masak
mereka Bapak tolak. Kami hanya bilang prinsipnya tidak masalah tapi
keputusan ada di tanganmu. Kami bilang begitu. Kan yang mau
menjalani kamu bukan kami. Jelas Pak Munajat.
Bagus kalau begitu. Untung bapak dan ibu belum menerimanya.
Maksudmu apa Nduk? Apa kau akan menolak juga lamaran kali ini?
Rana tidak suka Pak sama Pak Sukarman?” (CSZ, hlm., 181-182)
27
Kutipan di atas merupakan gambaran sikap Zahrana yang tidak mau
menikah dengan Pak Karman. Namun ayah dan ibunya berharap agar Zahrana
menikah dengan Pak Karman yang telah mapan menurut orang tuanya Zahrana
tetapi Zahrana tetap tidak mau menikah dengan Pak Karman. Penolakan Zahrana
atas permintaan ayah dan ibunya untuk menikah dengan Pak Karman diperkuat
dengan kutipan berikut.
“Pokoknya saya tidak bisa Bu. Menurutku Pak Karman masih kurang.
Saya sangat tahu siapa dia, soalnya saya satu kampus dengannya. Nanti
kalau ada yang cocok pasti saya menikah Bu. Saya berjanji Bu saya
akan ikhtiar untuk segera menikah, tetapi dengan orang yang saya
cocok.” (CSZ, hlm., 196)
Kutipan di atas adalah penegasan Zahrana kepada ibunya terhadap lamaran
Pak Karman. Sementara itu, ayahnya tidak rela jika Zahrana masih keras kepala
dengan kehendaknya sendiri, menunda pernikahan dan pilih-pilih pasangan.
Ayahnya sangat berharap zahrana segera menikah, ayahnya kecewa dan marah,
sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Yah sak karepmu Nduk. Kau tidak nikah pun sak karepmu.” Lirih Pak
Munajat. Mendengar kata-kata ayahnya itu Zahrana tahu ayahnya
sangat marah. Dalam hati Zahrana ingin minta maaf pada ayahnya. ...”
(CSZ, hlm., 197)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana dan kedua orang tuanya
memiliki kehendak yang bersimpangan. Ayahnya ingin Zahrana segera menikah
namun Zahrana masih ingin mencari yang cocok dengan pilihan dan harapannya,
agar tidak menyesal di kemudian hari dan Zahrana tidak ingin menerima
sembarang orang apalagi orang sembarangan.
28
2.1.2.3 Tahapan Akhir
Tahapan akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai tahap
peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Bentuk
penyelesaian sebuah cerita dalam banyak hal ditentukan oleh hubungan
antartokoh dan konflik yang dimunculkan (Nurgiyantoro, 2005:145-146).
Aristoteles (dalam Nurgiyantoro, 2005:146) membedakan akhir sebuah cerita ke
dalam dua kemungkinan, yaitu: kebahagiaan (happy end) dan kesedihan (sad
end).
Pada tahap akhir, novel Cinta Suci Zahrana menceritakan lamaran Hasan.
Hasan adalah mahasiswa yang dibimbing skripsinya oleh Zahrana ketika Zahrana
menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. Hasan
yang akhirnya melamar Zahrana, meskipun Zahrana pernah menjadi dosen
pembimbing skripsinya. Perhatikan kutipan berikut.
“Bu Zahrana. Ini Hasan. Saya setuju dengan syarat ibu. Ibu siapkan
wali dan saksinya saya akan siapkan maharnya dan penghulunya. Kami
sekeluarga insya Allah bengkat sekarang, dan kami shalat isyak di
masjid dekat rumah ibu.”
“Kau serius Hasan?”
“Iya Bu.”
“Kau bisa mencintaiku?”
“Iya Bu.”
“Kalau begitu jangan lagi kau panggil aku Ibu. Panggil aku, Dik. Dik
Zahrana. Coba kau bisa enggak?” Zahrana merasa tidak perlu malu.
“Saya coba Dik Zahrana, tunggu aku di masjid.” (CSZ, hlm., 269)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana dan Hasan akan
melangsungkan akad nikah di masjid dekat rumah Zahrana. Pernikahan itu
merupakan peleraian dari masalah yang di hadapi Zahrana selama mencari cinta
29
sejatinya, pernikahan itu menjadi jalan keluar gunjingan orang yang mengatakan
Zahrana sebagai perawan tua.
Pada tahap akhir novel Cinta Suci Zahrana pengarang menggambarkan
secara jelas akhir cerita novel ini berakhir menyenangkan (happy ending).
Perhatikan kutipan berikut.
“Malam itu Zahrana sangat bahagia. Hasan juga merasakan hal yang
sama. Usai akad nikah Hasan mengajak Zahrana naik mobilnya dan
menuju hotel termewah di tengah kota Semarang. Di dalam hotel,
dengan penuh kekhusyukan Zahrana menunaikan ibadahnya sebagai
seorang istri. ...” (CSZ, hlm., 270)
Setelah akad nikah mereka merasakan kebahagiaannya di hotel termewah
di kota Semarang yang menjadi saksi atas kebahagiaan mereka dan menjadi bukti
bahwa akhir dari novel Cinta Suci Zahrana adalah happy ending. Kemudian
diperkuat lagi bahwa akhir dari cerita novel Cinta Suci Zahrana adalah happy
ending, dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Dua sejoli yang dipenuhi rasa bahagia dan saling mencintai itu
berjalan-jalan di Tembok Raksasa sambil menghirup sejuknya musim
semi. Zahrana merasakan bahwa kesabarannya selama ini benar-benar
dilihat dan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan.” (CSZ, hlm.,
273-274)
Kutipan di atas membuktikan bahwa akhir dari kisah Cinta Suci Zahrana
adalah happy end. Karena pada akhir cerita dikisahkan Zahrana menikah dengan
Hasan alumni mahasiswa Univeritas Mangunkarsa Semarang yang skripsinya
dibimbing oleh Zahrana dan setelah menikah mereka berbulan madu di hotel
termewah di kota Semarang. Kemudian dilanjutkan berbulan madu di Beijing
karena bersamaan dengan Zahrana yang melanjutkan kuliah S3 di Fudan
University Beijing.
30
2.1.3 Tokoh dan penokohan
Menurut Aminuddin (dalam Siswanto, 2013:129) tokoh adalah pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin
suatu cerita. Sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.
Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau
watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan
disebut perwatakan. Penokohan menurut Nurgiyantoro, (2012:166) mencakup
masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan
dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran
yang jelas kepada pembaca. Menurut Sudjiman, Sukada, dan Aminuddin (dalam
Siswanto, 2013:129) ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh
dapat dibedakan atas (a) tokoh primer (utama), (b) tokoh sekunder (bawahan), dan
(c) tokoh komplementer (tambahan). Untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis penokohan dalam novel Cinta Suci Zahrana, terlebih dulu
dibedakan tokoh-tokohnya berdasarkan dari segi peran atau tingkat pentingnya
tokoh dalam sebuah cerita.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat ditentukan tokoh utama (primer)
novel Cinta Suci Zahrana, adalah Zahrana. Zahrana merupakan tokoh yang
mendominasi seluruh kisah yang ada dalam novel tersebut. Tokoh tambahan yang
mendukung jalannya cerita adalah Pak Munajat, Bu Nuriyah, Lina, Hasan, Nina,
Rahmad, Bu Merlin, Pak Sukarman, dan Dokter Zulaikha. Berturut-turut
penokohan tokoh primer (utama) dan tokoh komplementer (tambahan) novel
Cinta Suci Zahrana diuraikan sebagai berikut.
31
2.1.3.1 Tokoh Primer (utama)
Telah disebutkan di atas tokoh utama novel Cinta Suci Zahrana adalah
Dewi Zahrana. Berdasarkan peran Zahrana yang mendominasi dalam cerita dari
awal hingga akhir cerita dan berdasarkan judul novelnya yang menyimpan pesan
tersirat pencarian cinta suci dan cinta sejati Zahrana.
1. Zahrana
Zahrana adalah tokoh primer atau tokoh utama yang mendominasi
jalannya cerita dari awal hingga akhir cerita, tokoh yang mengemban tugas
penting dalam karakter cerita yang dibangun dengan karier akademis (pendidikan)
dan nonakademis (perjodohan), kekuatannya dalam menjaga cinta kepada kedua
orang tuanya dan perjalanan cinta suci dalam mendapatkan jodoh yang yang baik
baginya dan masa depannya.
a) Tinjauan Sosiologi
Zahrana ditinjau dari segi sosiologi adalah orang yang berpendidikan
tinggi, memiliki relasi yang baik dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya,
dan tidak goyah dengan perjodohan-perjodohan yang dipilihkan orang lain
untuknya, sehingga pada akhirnya Zahrana menikah dengan orang yang pas di
hatinya, yaitu Hasan.
1) Pendidikan
Tinjauan sosiologi dari segi pendidikan, Zahrana adalah mahasiswi S1
Arsitektur UGM, mahasiswi S1 Teknik Sipil PTS di Jogja, mahasiswi S2 ITB,
mahasiswi S3 Fudan University. Karier yang berkaitan dengan pendidikan seperti
mendapat tawaran menjadi dosen UGM, dosen Fakultas Teknik Universitas
32
Mangunkarsa Semarang, melakukan penelitian di Hamburg University Jerman,
penerima penghargaan dari Osaka Institute of Tehcnology, diundang ke Beijing,
terpaksa mengundurkan diri menjadi dosen di Mangunkarsa, guru STM Al Fatah,
dan menjadi konsultan perusahaan property. Perjalanan pendidikan Zahrana akan
dijelaskan sebagai berikut.
a) Mahasiswi S1 Arsitektur UGM
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana adalah
Mahasiswi S1 adalah ketika masih SMA Zahrana pernah bertanya kepada gurunya
tentang kota Paris yang begitu cantik dan indah, gurunya menjawab bahwa Paris
memiliki arsitek-arsitek yang hebat, dari jawaban gurunya itu Zahrana merasa
mendapat tantangan untuk menjadi seorang arsitek hingga setelah tamat SMA
Zahrana meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi dan menyandang status
mahasiswi di Fakultas Teknik UGM, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Ia pernah bertanya kepada guru sejarahnya, kenapa kota paris bisa
begitu cantik dan indah? Gurunya menjawab karena mereka punya
insinyur dan arsitek-arsitek yang hebat. Maka ia menemukan
tantangannya dan ia memilih meneruskan kuliahnya kuliah di Fakultas
Teknik UGM, Jurusan Arsitektur. …” (CSZ, hlm., 6)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah mahasiswi di Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik UGM. Karena mendapat tantangan dalam dirinya
untuk menjadi arsitek terbaik dengan berbekal jiwa intelektualnya.
b) Mahasiswi S1 Teknik Sipil Universitas Swasta di Jogja
Zahrana menjadi mahasiswi S1 di UGM dengan prestasi yang gemilang
dengan memenangkan lomba penulisan karya ilmiah tingkat mahasiswa. Hadiah
33
uang dari lomba tersebut, ia gunakan untuk mendaftarkan diri di Universitas
swasta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Bahkan ketika ia sudah mendapatkan beasiswa dan mendapat
hadiah dari memenangkan lomba penulisan karya ilmiah mahasiswa.
Uang itu ia gunakan mendaftar di sebuah perguruan tinggi swasta. Ia
masuk Fakultas Teknik juga di Universitas itu tapi jurusan Teknik Sipil.
…” (CSZ, hlm., 8)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah mahasiswi S1 di
Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Teknik Sipil. Hal ini ia lakukan setelah menjadi
mahasiswi di UGM dan memenangkan lomba penulisan karya ilmiah tingkat
mahasiswa
c) Mahasiswi S2 ITB
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana Mahasiswi S2
adalah setelah diwisuda dari UGM Zahrana mengajar di Perguruan Tinggi Swasta
di Semarang, sehingga Zahrana mau tidak mau harus melanjutkan S2. Pada saat
kedua orang tuanya ingin Zahrana menikah, Zahrana mendapatkan beasiswa dari
Dikti untuk melanjutkan S2 di ITB, Zahrana mengatakan kepada kedua
orangtuanya bahwa hanya Zahrana yang tidak S2 di antara teman sesama dosen di
kampusnya, akhirnya ayahnya mengizinkan Zahrana untuk kuliah S2 di Bandung,
sebagaimana kutipan berikut.
“… Pada saat itu ia mendapat beasiswa dari Dikti untuk melanjutkan S2
di ITB. Ia memilih melanjutkan kuliahnya. Ia beralasan kepada
ayahnya, bahwa hanya dirinya seorang yang tidak S2 di antara sesama
dosen. Ayahnya langsung memahami dan mengijinkan kuliah S2 Ke
Bandung. …”(CSZ, hlm., 14-15)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah mahasiswi S2 di ITB
dan memperdalam ilmu tekniknya.
34
d) Mahasiswi S3 di Fudan University
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana adalah
Mahasiswi S3, Setelah Zahrana menikah dengan Hasan, Zahrana berkeinginan
untuk melanjutkan S3, keinginannya ia diskusikan dengan suaminya dan ia
mendapatkan respons positif, kemudian Zahrana menghubungi Prof. Jiang
Daohan di Fudan yang pernah menawarkan Zahrana beasiswa penuh di Fudan
University, ternyata penawarannya masih berlaku selama Prof. Jiang Daohan
menjadi guru besar di Fudan University, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Tolong kamu faxkan ke saya, nomor paspor kamu, biografi singkat
kamu, dan transkip nilai akademik S1 dan S2 kamu. Saya akan
langsung urus. Dan pekan depan kamu bisa urus visa ke Kedutaan
China di Jakarta. Kami akan kirimkan surat keterangan kau diterima
sebagai mahasiswa kami dan tiket Jakarta-Fudan.” Jelas Prof Jiang
tanpa basa-basi.” (CSZ, hlm., 273)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah mahasiswi S3 di
Fudan Univerity dengan beasiswa penuh dari Fudan University.
e) Mendapat tawaran menjadi dosen UGM
Setelah diwisuda dari UGM Zahrana mendapat tawaran menjadi dosen
UGM dan akan dikuliahkan di Delft University of Technology Belanda, tetapi
ditolak oleh Zahrana karena tidak mendapatkan restu kedua orang tuanya,
perhatikan kutipan berikut.
“Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat panggilan dari UGM untuk
ikut mengajar. Ia ditawari jadi asisten dosen. Ia langsung menghadap
Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan ia mendapat penjelasan bahwa ia
diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan dikirim ke Belanda untuk
mengambil S2, itu jika ia bersedia. …” (CSZ, Hlm., 11)
Penolakan Zahrana atas tawaran untuk menjadi dosen di UGM yang
diberikan oleh dosennya di UGM adalah karena Zahrana tidak mendapatkan restu
35
dari kedua orang tuanya yang sudah tua dan tidak ingin Zahrana jauh dengan
mereka dan Zahrana juga ingin membahagiakan kedua orang tuanya dengan
tinggal bersama kedua orang tuanya di Semarang, sebagaimana dalam kutipan
berikut.
“… Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran
langka itu. Dekan dan para dosennya berusaha membujuknya dan
memikirkan baik-baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih
membahagiakan kedua orang tuanya daripada asyik dengan
kebahagiaannya sendiri. ...” (CSZ, hlm., 13-14)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa setelah Zahrana menyampaikan
alasannya kepada dosen yang perhatian kepada Zahrana kenapa Zahrana menolak
menjadi dosen di UGM, akhirnya Zahrana disarankan oleh dosennya di UGM
untuk memberikan memo kepada teman dosennya itu yang bernama Bu Merlin di
Universitas Mangunkarsa Semarang. Setelah melaksanakan perintah dosennya itu
Zahrana diterima di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang dan
Zahrana memilih menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa
Semarang agar bisa dekat dengan kedua orang tuanya yang berdomisili di
Semarang.
f) Dosen Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana seorang dosen
adalah setelah mendapatkan memo dari seorang dosennya di UGM yang
menyarankan kepada Zahrana agar memberikan memo itu kepada Bu Merlin di
Universitas Mangunkarsa Semarang, dan Zahrana diterima menjadi dosen di
Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, dapat dibuktikan dari
kutipan berikut.
36
“… Bu Merlin mengatakan bahwa Universitas Mangunkarsa terbuka
untuk sarjana berprestasi seperti dirinya. Jadilah ia mengajar di
perguruan tinggi swasta di kota kelahirannya. Ayah dan ibunya bahagia
sekali, ia bisa merasakannya. …” (CSZ, hlm., 14)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana menjadi dosen di Universitas
Mangunkarsa Semarang sebuah Perguruan Tinggi Swasta di kota kelahirannya.
Sehingga Zahrana bisa dekat dan tinggal bersama kedua orang tuanya.
g) Melakukan penelitian di Hamburg University Jerman
Zahrana yang tekun dan bekerja keras untuk meraih predikat terbaik,
akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di Hamburg
University, Jerman. Perhatikan kutipan berikut.
“Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Dengan kerja
keras siang malam, ia lulus S2 Arsitektur ITB dengan predikat terbaik.
Ia bahkan sempat mendapatkan fasilitas mengadakan penelitian di
Hamburg University, Jerman. ... “ (CSZ, hlm., 15-16)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana mendapatkan kesempatan
untuk melakukan penelitian di Hamburg University Jerman. Karena Zahrana
prestasi lulusan S2 arsitektur ITB dengan predikat terbaik.
h) Penerima penghargaan dari Osaka Institute of Tehcnology
Zahrana yang memiliki jiwa intelektual tinggi, ia menulis artikel tentang
arsitektur dalam bahasa Inggris yang dikirim ke jurnal Internasional dan pertama
kali ia kirim ke Osaka. Tulisannya dimuat di jurnal milik Osaka Institut of
Technology yang puncaknya diundang ke Beijing untuk menerima penghargaan
atas prestasinya dalam bidang arsitektur tersebut, sebagaimana dalam kutipan
berikut.
“… Selama rumus dan standar ilmiahnya sama dan jelas maka ia berani
beradu kualitas. Dan itu ia buktikan dengan menulis artikel tentang
37
arsitektur dalam bahasa Inggris yang coba ia kirim ke jurnal
Internasional. Yang pertama kali ia kirim ke Osaka. Tulisannya dimuat
di jurnal milik Osaka Institut of Technology. Ia dikirimi jurnal itu dua
eksamplar. Kampusnya langsung geger. …” (CSZ, hlm., 16)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah penerima penghargaan
atas prestasinya dengan menulis artikel di bidang arsitektur dan pada puncaknya
Zahrana diundang ke Beijing untuk menerima penghargaan.
i) Diundang ke Beijing
Zahrana diundang ke Beijing untuk menerima penghargaan dari Osaka
Institute of Technology. Akan tetapi dijalani Rana dengan hati sedih karena
kurang mendapat dukungan kedua orang tuanya. Perhatikan kutipan berikut.
“Tetapi kenapa orang tuanya seperti tidak mengerti juga apa yang telah
ia lakukan? Saat ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan
kepada mereka, mereka menanggapinya biasa-biasa saja. ...” (CSZ,
hlm., 2)
j) Mengundurkan diri menjadi dosen di Mangunkarsa
Zahrana terpaksa mengundurkan diri sebelum dipecat Dekan secara
subyektif dari FT UM Semarang. Hal ini terjadi karena ia menolak lamaran dekan
FT UM tersebut. Perhatikan kutipan berikut.
“... Ia masih mencintai kampus, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Ia
berharap suatu ketika masih ada kesempatan untuk kembali mengajar di
kampus itu.” (CSZ, hlm., 210)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana telah mengundurkan diri dari
Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, sebelum dikeluarkan oleh
dekan FT UM Semarang dengan subyektif.
38
k) Guru STM Al Fatah
Setelah Zahrana berhenti menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang dengan bebarapa alasan yang menyebabkan Zahrana
harus meninggalkan kampus, Zahrana sempat menganggur selama beberapa
waktu. Dari seorang temannya Zahrana mendapatkan informasi bahwa STM Al
Fatah membutuhkan seorang guru baru yang profesional. Kemudian Zahrana
mengajukan lamaran untuk menjadi guru di STM Al Fatah dan pada saat itu pula
Zahrana diterima menjadi guru di STM Al Fatah, sebagaimana kutipan berikut.
“… Dari seorang teman ia mendapatkan informasi bahwa STM Al
Fatah Mrangeng, Demak, sedang membutuhkan seorang guru baru yang
profesional untuk mendongkrak prestasi. Pesantren Al Fatah berada di
payung Yayasan Pesantren Al Fatah. Pesantren besar yang terkenal di
Mranggen. Ia mengajukan lamaran dan hari itu juga ia diterima.” (CSZ,
hlm., 220)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana menjadi guru di STM Al
Fatah. Zahrana beralih profesi dari seorang dosen, menjadi seorang guru STM
tentu gajinya lebih rendah. Sehingga pada suatu siang ayahnya bertanya, kenapa
Zahrana pindah profesi dari dosen menjadi seorang guru. Zahrana menjelaskan
kepada ayahnya bahwa ia mencari ketenangan dan mencari jodoh yang selama ini
ia tunggu namun tidak datang juga, siapa tahu dengan mengajar di pesantren ia
dipertemukan dengan jodohnya. Perhatikan kutipan berikut.
“Suatu siang ayahnya, mengapa ia meninggalan kampus dan memilih
mengajar di STM Al Fatah yang gajinya jauh lebih kecil”
“Ia menjawab “Ingin mencari ketenangan dengan dekat kiai dan para
santri.” Ayahnya hanya mendesah tanda tidak setuju.”
Namun ia kemudian berusaha menghibur, “Yang kedua Yah, Zahrana
berharap mengajar di lingkungan pesantren jadi jalan bagi Zahrana
menemukan jodoh Zahrana. Bertahun-tahun di kampus jodoh yang
Zahrana harap tidak juga datang.” (CSZ, hlm., 222)
39
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana beralih profesi dari seorang
dosen menjadi seorang guru STM, dengan alasan kepada orang tuanya, siapa tahu
mengajar di STM yang berada di bawah payung pesantren bisa dipertemukan
dengan jodoh yang selama ini ia tunggu tetapi belum datang juga.
l) Konsultan perusahaan properti
Zahrana setelah mengundurkan diri dari Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang, menjadi guru di STM Al Fatah dan menjadi konsultan
sebuah perusahaan properti sehingga ilmu S2-nya dirasa tidak hilang tanpa guna,
sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Hari-harinya ia lalui dengan lebih tenang dan tenteram. Ilmu S2-
nya ia rasa tidak benar-benar hilang tanpa guna. Sebab ia juga diterima
sebagai konsultan sebuah perusahaan properti.” (CSZ, hlm., 221)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah seorang konsultan
perusahaan properti, sehingga setelah berhenti menjadi dosen ilmu S2-nya tidak
benar-benar hilang dengan percuma.
2) Relasi Sosial
Relasi sosial Zahrana dengan orang-orang yang dekat dengannya terjalin
dengan baik, walaupun relasi dengan ayah dan ibunya ada kesenggangan
dikarenakan perbedaan kehendak dalam karier akademik dan non-akademik
Zahrana.
a) Relasi dengan Ayah dan Ibu
Hubungan Zahrana dengan kedua orang tuanya berada dalam kesulitan
dikarenakan persoalan jodoh. Orang tuanya menginginkan agar Zahrana segera
40
menikah bukan karier akademis yang diutamakan sehingga lupa untuk menikah.
Perhatikan kutipan berikut.
“… Ibunya mengatakan, “Menikah dulu terus kuliah S2 kan tidak apa-
apa tho. Itu anaknya juga mau kok ikut ke Bandung, malah dia bisa
sekalian kuliah di UIN Bandung.” Ia tidak mau menikah dulu. Ia
beralasan kalau menikah nanti malah tidak konsentrasi, selesainya bisa
molor padahal beasiswanya cuma dua tahun. Ayah dan ibunya tidak
berkata apa-apa lagi.” (CSZ, hlm., 15)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana berbeda pendapat dengan
kedua orang tuanya. Ibunya meminta Zahrana menikah dulu sebelum kuliah S2
tetapi Zahrana tidak mau karena khawatir kuliah S2-nya molor atau tidak lulus
tepat waktu sadangkan beasiswanya hanya dua tahun saja..
b) Relasi dalam persahabatan dengan Lina
Persahabatan Zahrana dengan Lina terjalin dengan erat walaupun setelah
lulus SMA mereka berpisah jauh. tetapi mereka masih saling menyempatkan diri
untuk saling mengunjungi satu sama lain, agar persahabatannya tetap terjalin
dengan baik, perhatikan kutipan berikut.
“… Saat ia kuliah di UGM setiap kali pulang ke Semarang ia tidak lupa
untuk menemui sahabat karibnya itu. Lina pun jika suatu ketika punya
acara ke Jogja bersama teman-temannya tidak lupa untuk mampir
menjenguknya di kostnya.” (CSZ, hlm., 21-22)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa persahabatan Zahrana dengan Lina
tetap terjalin dengan baik walaupun mereka terpisah jarak jauh. Hubungan baik
persahabatan Zahrana dengan Lina dibuktikan dengan saling mengunjungi ketika
mereka ada waktu yang sempat digunakan untuk berkunjung.
41
c) Relasi dengan tetangga sekitar rumah Zahrana
Hubungan baik Zahrana dengan tetangganya ditunjukkan dengan berbagi
sisa opor setelah acara lamaran Pak Karman selesai, sebagaimana kutipan berikut.
“Masih ada sisa opor Bu. Apa mau di bagi ke tetangga?” Lirih Zahrana
sambil mengangkat mangkok besar berisi opor ayam.”
“Yah, dibagi sama Si Mar dan Bu Karsih sana.” Jawab Bu Nuriyah
tanpa melihat Zahrana.” (CSZ, hlm., 198)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa pertalian dalam bertetangga Zahrana
terjalin dengan baik, ketika mendapat kebahagiaan tetangganya juga bisa
merasakan dan ketika memiliki makanan enak, tengganya juga dapat
menikmatinya.
d) Relasi dengan sesama dosen
Relasi sosial Zahrana dengan teman sesama dosen di kampus terjalin
dengan baik dapat diwakilkan dari hubungan baik Zahrana dengan Pak Didik yang
meja kerjanya bersebelahan dengan Zahrana, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Zahrana tergesa-gesa setelah mengucapkan salam ia ke meja
kerjanya. Sebelum duduk ia sempat menyapa Pak Didik yang meja
kerjanya ada di sebelahnya Pak Didik tampak sedang sibuk di depan
laptopnya.” (CSZ, hlm., 118)
Hubungan baik Zahrana dengan Bu Merlin sebagai dosen dan sebagai
atasan Zahrana di kampus, dapat dibuktikan dari kutipan berikut.
“Baiklah Bu. Saya mengerti. Akan saya akan pikirkan matang-matang
saran Ibu. Saya sangat berterima kasih.”
“Saya harap begitu. Kalau begitu saya pamit dulu. Masih ada urusan
yang harus saya kerjakan.” Kata Bu Merlin. (CSZ, hlm., 205)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa hubungan Zahrana dengan teman
sesama dosen terjalin dengan baik walaupun hanya dengan saling bertegur sapa.
42
Hubungan Bu Merlin teman sesama dosen juga terjalin dengan baik dan
pengertian.
e) Relasi dengan Mahasiswa
Hubungan baik Zahrana dengan mahasiswanya dapat diwakilkan dari
hubungan baik dengan Hasan yang mempersilahkan untuk datang ke rumahnya.
Setelah Zahrana mengundurkan diri dari kampus, sebagaimana dalam kutipan
berikut.
“Boleh San, kalian semua ibu persilahkan dolan ke rumah ibu kapan
saja.” Kata Zahrana sambil memandang wajah mahasiswanya satu per
satu. ...” (CSZ, hlm., 211)
Relasi Zahrana dengan mahasiswanya terjalin dengan baik, walaupun
Zahrana sudah tidak mengajar lagi di Universitas Mangunkarsa Semarang karena
mengundurkan diri. Namun mahasiswanya masih ada yang sering bersilaturahmi
ke rumahnya, antara lain Hasan. Hasan datang ke rumah Zahrana untuk konsultasi
skripsinya dan juga meminjam buku refrensi untuk mendukung skripsinya,
sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Yang masih sering datang adalah mahasiswanya yang bernama Hasan.
Hasan memang di bawah bimbingannya. Namun setelah ia keluar, tugas
pembimbingannya diambil alih oleh Bu Merlin. Tetapi Bu Merlin
memberi ruang kepada Hasan jika mau berkonsultasi pada Zahrana. …”
(CSZ, hlm., 222)
3) Putri Tunggal
Zahrana merupakan anak tunggal dari keluarga Pak Munajat dengan Bu
Nuriyah, ia merupakan tumpuan harapan untuk generasi penerus keluarganya,
perhatikan kutipan berikut.
„… Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada
di dekat kami. Kamu anak kami satu-satunya. Kalau kamu ngajar di
43
Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega
meninggalkan ibumu yang sudah beranjak tua ini Nduk? …” (CSZ,
hlm., 12)
Pernyataan bahwa Zahrana adalah putri tunggal Pak Munajat dan Bu
Nuriyah, diperkuat dengan kutipan berikut ini.
“... Kamu anak mereka satu-satunya. Mereka sangat khawatir jika
keturunannya terputus karena kamu terlambat menikah, atau khawatir
kamu tidak mau menikah.” (CSZ, hlm., 27)
4) Perjodohan
Zahrana dijodohkan dan dilamar oleh beberapa orang yang ingin
menyunting Zahrana sebagai istrinya. Kedua orang tuanya menjodohkan Zahrana
dengan Siswanto yang masih ada ikatan saudara dengan keluarga Zahrana,
silsilahnya bertemu di udeg-udeg siwur (kakeknya kakek). Dijodohkan dengan
Andi oleh Lina sahabat baiknya, dilamar Gunawan Widiyanto kakaknya santi
teman satu kost Zahrana ketika di Jogja, dilamar Pak Sukarman atasan Zahrana di
kampus tempat Zahrana menjadi dosen, dilamar oleh seorang satpam Bank
BUMN yang dibawakan oleh teman ayahnya, dilamar oleh seorang pemilik
bengkel sepeda motor yang dikenalkan oleh Wati sahabatnya. Namun semuanya
Zahrana tolak karena tidak ada yang cocok.
Kemudain Zahrana meminta tolong kepada Bu Nyai Sa‟adah istri
pengasuh yayasan Al Fatah tempat Zahrana mengajarkan ilmunya setelah tidak
lagi menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, dan
Bu Nyai itu memilihkan calon yang bernama Rahmad, akad nikah pun akan
dilasungkan tetapi pada malam sebelum akad nikah dilaksanakan Rahmad
meninggal dunia. Zahrana bersabar atas takdirnya yang belum bersuami sehingga
44
Zahrana dilamar oleh Dokter Zulaikha atas permintaan anaknya yang bernama
Hasan. Hasan adalah mantan mahasiswa yang dibimbing skripsinya ketika
Zahrana menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang,
Zahrana akhirnya menikah dengan Hasan dan berbulan madu ke Beijing.
Perjalanan cinta Zahrana dengan beberapa lelaki yang melamarnya dijelaskan
secara berurutan sebagai berikut.
a) Siswanto
Zahrana dijodohkan dengan Siswanto oleh orang tuanya, tetapi Zahrana
menolaknya dengan alasan masih belum punya pekerjaan,
“… sebenarnya apa yang kamu cari Nduk? Dulu Siswanto anaknya Pak
Karsan kamu tolak dengan alasan belum punya kerja. …” (CSZ, hlm.,
182)
b) Andi
Andi yang dijodohkan oleh Lina sahabat karib Zahrana yang juga
perhatian kepada Zahrana diam-diam menyediakan calon suami untuk Zahrana
tetapi Zahrana menolaknya.
“… Ia jadi ingat bagaimana Lina begitu bersemanagat hendak
menikahkan dirinya dengan seseorang yang ia juga mengenalnya.
Orang itu adalah Mas Andi, kakak sepupu jauh Lina yang bekerja di
kantor Telkom Semarang. …” (CS, hlm., 22-23)
Penolakan Zahrana atas calon yang diajukan Lina sahabat karibnya itu
karena Zahrana ingin fokus kuliah.
“Ia tersenyum pada sahabatnya itu dan mengatakan belum ingin
menikah, ia ingin menyelesaikan kuliah.” (CSZ, hlm., 23)
Andi yang ditolak oleh Zahrana akhirnya menikah dengan Lina sahabatnya
Zahrana yang sebenarnya masih saudara sepupu tetapi jauh.
45
“Tak lama setelah itu Lina mengabarkan hendak menikah. Yang ia agak
kaget, Lina akan menikah dengan Mas Andi. Ia sangat bahagia
mendengarnya. …” (CSZ, hlm., 23-24)
c) Gunawan Widiyanto
Dijodohkan dengan Gunawan Widiyanto yang biasa disapa Gugun, aktivis
kampus yang dianggap senior, yang nyaris drop out karena skripsinya tidak
selesai-selesai. Zahrana dilamar Gugun saat masih menyelesaikan pendidikan S1-
nya dan sedang dalam proses menyelesaikan tugas akhir untuk syarat S1. Zahrana
menolak karena ingin fokus pada kuliahnya.
“... Ia sama sekali tidak memikirkan lamaran Gugun. Sebab baginya
jawabannya sudah jelas: menolak. Ia tidak mau fokusnya berubah."
(CSZ, hlm., 33-34)
d) Pak Sukarman
Pak Sukarman adalah seorang duda yang sudah berumur yang baru saja
menikahkan anaknya. Ia dikenal sebagai dosen yang memiliki karakter buruk
yaitu sering kali menggoda mahasiswi dan menjanjikan nilai yang bagus jika
mahasiswi mau mengikuti kehendaknya. Pak Sukarman melamar Zahrana melalui
Bu Merlin Pembantu Dekan II.
“Saya tidak main-main. Ini serius. Pak Karman ingin menikahi kamu.
Bahasa lainnya Pak Karman melamar kamu. Dia siap datang menemui
kedua orang tuamu.” (CSZ, hlm., 125)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman melamar Zahrana
melalui Bu Merlin. Kemudian Pak Sukarman bersama keluarganya dan juga
bersama Bu Merlin datang ke rumah Zahrana untuk melamar Zahrana secara
resmi. Perhatikan kutipan berikut.
“… dan maksud kedatangan kami adalah untuk menyambungkan
pesaudaraan dan kekeluargaan dengan keluarga Bapak Munajat. Kami
46
bermaksud menyunting putri Bapak Munajat, yaitu Dewi Zahrana untuk
saudara kami Bapak H. Sukarman, M. Sc. Alangkah bahagianya jika
maksud dan tujuan kami dikabulkan.” (CSZ, hlm., 194)
Ketika ia datang melamar ke rumah kedua orang tuanya, Zahrana meminta
waktu selama tiga hari untuk memberi jawaban atas lamaran Pak Sukarman.
Ternyata Zahrana menolak mentah-mentah melalui surat yang dititipkan pada
asisten Pak Sukarman di kampus.
“… To the point saja, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada
Bapak, saya ingin menyampaikan bahwa saya belum bisa menerima
pinangan Bapak. …” (CSZ, hlm., 200)
e) Pak Didik
Pak Didik melamar Zahrana dengan mengirim email kepada Zahrana yang
isinya sebuah tawaran jika berkenan yang artinya Pak Didik melamar Zahrana
untuk dijadikan istri kedua. Perhtikan kutipan berikut.
“... Hari ini saya merasa hari yang tepat saya mengirim email ini untuk
memberikan sebuah tawaran kepada Ibu Zahrana. Maaf terpaksa saya
sampaikan lewat email, sebab jika saya sampaikan langsung secara
lisan takut terjadi salah paham. … (CSZ, hlm., 224-225)
f) Satpam Bank BUMN
Seorang satpam Bank BUMN yang dibawakan oleh teman Pak Munajat
ayahnya Zahrana. Zahrana menolak karena laki-laki tersebut tidak dapat membaca
Al Quran sama sekali. Bagaimana bisa Zahrana menerima orang yang tidak bisa
membaca Al-Quran dan betapa sulitnya mengajarinya membaca Al-Quran dari nol
di usia yang tua.
“... Seorang satpam di sebuah Bank BUMN. Ia tidak lagi melihat status.
Satpam atau apapun tidak jadi masalah. Ia tidak sreg karena satpam itu
tidak bisa membaca Al-Quran sama sekali. …” (CSZ, hlm., 227)
47
g) Pemilik bengkel sepeda motor
Duda beranak tiga pemilik bengkel sepeda motor. Ia dijodohkan oleh Wati
sahabatnya ketika masih SMA. Zahrana menolak karena lelaki itu adalah duda
yang kawin cerai sebanyak tiga kali dalam waktu tiga tahun.
“Orang yang kedua yang maju melamarnya dibawa oleh temannya
sendiri, Wati. Seorang pemilik bengkel sepeda motor. Duda beranak
tiga. Status duda dengan beberapa anak juga sebenarnya tidak masalah
baginya. ...” (CSZ, hlm., 228)
h) Rahmad
Dijodohkan dengan penjual kerupuk bernama Rahmad. Dijodohkan oleh
Bu Nyai Sa‟adah Al Hafidhah istri K.H. Amir Shodiq Arselan, pengasuh utama
pesantren Al Fatah. Perjodohan ini diterima oleh Zahrana karena Zahrana yang
memintanya. Rahmad hanyalah tamatan Madrasah Aliyah dan berprofesi sebagai
penjual kerupuk keliling.
“Begini, Anakku Pak Kiai punya santri yang sudah tiga tahun ini
meninggalkan pesantren. Dia santri yang dulu sangat diandalkan Pak
Kiai. Namanya Rahmad. Pendidikannya tidak tinggi. Ia hanya tamat
Madrasah Aliyah, tidak kuliah. ...” (CSZ, hlm., 232)
Setelah Zahrana dan Rahmad bertemu dan proses pernikahan sudah
disiapkan, Rahmad meninggal karena tertabrak kereta api semalam sebelum akad
nikah. Kecelakaan ini berkaitan dengan ulah Pak Sukarman yang sakit hati kepada
Zahrana namun Zahrana tidak menuntutnya.
i) Hasan
Cinta suci yang telah lama dicari dan dinanti oleh Zahrana, akhirnya
didapatkan oleh Zahrana dari Hasan mantan mahasiswa di Fakultas Teknik
Universitas Mangunkarsa Semarang yang pernah dibimbing skripsinya oleh
48
Zahrana. Hasan adalah putra dokter Zulaikha yang merawat dan menjadi
konsultan psikis Zahrana ketika sakit dan shock karena ditinggal oleh Rahmad
calon suaminya yang kecelakaan kereta api semalam sebelum akad nikah
dilangsungkan. Dokter Zulaikha inilah yang melamar Zahrana atas permintaan
Hasan putranya. Zahrana dan Hasan menikah beberapa jam setelah dilamar oleh
dokter Zulaikha ibundanya Hasan. Sebagaimana dalam kutipan dialog antara
dokter Zulaikha dengn Zahrana sebagai berikut.
“... Maaf sebelumnya, Hasan meminta kepada saya untuk melamar Bu
Zahrana. Calon yang diajukan Hasan, anak saya itu Ibu.” Zahrana kaget
bagai disambar halilintar.
“S…saya Bu?”
“Iya Bu. Anak saya ingin menikahi Ibu.” (CSZ, hlm., 264)
Setelah akad nikah Zahrana dan Hasan berbulan madu di Beijing
bersamaan dengan kuliah S3 Zahrana. Hasan bersedia melepaskan kesempatan
kuliah S2 di Malaysia yang sudah diperolehnya demi mengikuti Zahrana ke
Beijing. Keduanya yakin Hasan bisa melanjutkan S2 dan S3 di Beijing. Keduanya
bercita-cita pulang ke Indonesia dengan sukses dan membangun perguruan tinggi
sendiri.
b) Tinjauan Psikologi
Ditinjau dari segi psikologi Zahrana adalah orang yang penyabar, tegar,
ambisius, teguh pendirian, tanggungjawab, percaya diri, baik, tegas, progresif,
akademisi, intelektual, cerdas, genius, agamis, berbakti kepada orang tua, rajin
ibadah, suka menghormati, dan tawakkal. Karakter psikis Zahrana akan dijelaskan
sebagai berikut.
49
1) Penyabar
Sikap Zahrana yang penyabar dapat dilihat dari sisi Zahrana yang tidak
marah ketika Zahrana mendapat teror secara verbal berkali-kali karena menolak
lamaran Pak Sukarman. Namun Zahrana tetap tabah menghadapinya. Teror-teror
SMS yang Zahrana terima sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging tuamu
yang sudah busuk dikerubung lalat!” (CSZ, hlm., 223)
“Apa kabar perawan tua? Jika kau telah beli gaun pengantin. Sebaiknya
kau kembalikan saja. Kau tak akan memakainya di hari pernikahan
yang telah kau tentukan. Kau masih akan lama menyandang statusmu
sebagai perawan tua. Bukankah jadi perawan tua itu indah. ....” (CSZ,
hlm., 246)
Kutipan di atas adalah teror SMS yang masuk ke HP Zahrana tetapi
Zahrana tidak menanggapinya dengan rasa marah, hal ini menunjukkan bahwa
Zahrana adalah orang yang penyabar tidak mudah marah walaupun dihina.
2) Tegar
Zahrana adalah orang yang tegar dalam mengahadapi setiap persoalan.
Setiap masalah ia hadapi dengan tegar sebagaimana ketegarannya ketika Zahrana
membela mahasiswanya yang akan sidang skripsi. Perhatikan kutipan berikut.
“Ia kini tampak tegar. Tak ada lagi air mata. Mental yang ia siapkan
adalah mental seorang dosen pembimbing skripsi yang siap maju sidang
membela mahasiswanya mempertahankan skripsinya. Ia sangat yakin
akan kekuatannya.” (CSZ, hlm., 191)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana merupakan orang yang tegar
dalam menanggapi permasalahan yang dihadapinya. Sebagaimana ketegarannya
dalam membela mahasiswanya yang akan sidang.
50
3) Teguh pendirian
Zahrana selalu berpegang teguh pada kebenaran dan mempertahankan apa
yang dianggap benar, ketika ada ketidakadilan yang ia temui, Zahrana siap
melawan sampai titik darah penghabisan, sebagaimana kutipan berikut.
“Tidak Bu. Jika terjadi ketidakadilan, akan saya lawan sampai titik
darah penghabisan!” (CSZ, hlm., 204)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana memiliki pendirian yang kuat
pantang menyerah dalam mengahadapi masalah selama ia berada dalam
kebenaran.
4) Tanggungjawab
Zahrana digambarkan sebagai orang yang memiliki rasa tanggungjawab
dalam mengemban amanah pada dirinya, hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, juga martabat
bangsanya. Ia harus menemukan cara. Baginya harga diri yang
berkaitan dengan kehormatan ilmiah adalah segala-galanya. Zahrana
berpikir keras. Akhirnya ia sampai pada satu tekad: ia akan
menyampaikan pidatonya tanpa teks. Pidato yang telah ia siapkan akan
ia hafal di luar kepala, persis seperti saat ia dulu lomba pidato bahasa
inggris saat masih SMA.” (CSZ, hlm., 61)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang memiliki
rasa tanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan juga martabat bangsanya.
Zahrana berada di luar negeri untuk menerima penghargaan dari Tsinghua
University dan ia akan berpidato di depan umum di tingkat internasional. Akan
tetapi teks pidato yang telah ia siapkan tertinggal di Indonesia. Maka dari itu, ia
menghafal teks yang tidak sempat diprint out di laptopnya. Ia hafalkan dengan
tepat karena ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dan juga martabat
bangsanya.
51
5) Ambisius dalam mengukir prestasi
Zahrana selalu berupaya keras untuk mendapatkan prestasi yang gemilang
untuk membahagiakan kedua orangtuanya, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Ia bertanya-tanya dalam hati, bukankah ia bersusah payah dan
berjuang mengukir prestasi selama ini untuk membahagiakan kedua
orang tuanya? Sebagai anak semata wayang ia tidak mau dimanja-
manja. …” (CSZ, hlm., 2)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana ambisius dalam meraih
prestasi demi dirinya dan juga demi membahagiakan kedua orang tuanya.
6) Percaya diri
Zahrana memiliki sikap rasa percaya diri bahwa apa yang ia yakini pasti
akan mudah untuk dilakukan. Hal ini ia buktikan ketika dalam situasi mendesak
untuk menyampaikan pidato di depan umum. Perhatikan kutipan berikut.
“Dengan sangat mantap Zahrana melangkah ke podium. Tangan
kanannya memegang piala tangan kirinya memegang podium. Zahrana
tampak anggun dan berwibawa dalam balutan jilbab putih, bawahan
putih dan jas berwarna merah marun. ...” (CSZ, hlm., 67)
Kutipan di atas adalah bukti bahwa Zahrana memiliki sikap percaya diri
dalam dirinya sehingga pidato yang disampaikannya dalam bahasa inggris
berjalan dengan lancar.
7) Baik
Zahrana adalah orang yang baik dalam menjaga persahabatan dan dalam
pergaulan bersama teman-temannya, ungkapan yang mengatakan Zahrana adalah
baik diungkakan dalam dialog Zahrana dengan Lina sahabat karibnya, perhatikan
kutipan berikut.
52
“Iya insya Allah Zahranaku yang baik, nanti sore menjelang maghrib
aku akan ke rumahmu sama suami. Kau jangan khawatir. Terus sukses
ya, hati-hati, dan jaga kesehatan.” (CSZ, hlm., 20)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang baik
dalam menjalin persahatan dan dengan orang-orang di sekitarnya.
8) Tegas
Zahrana juga seseorang yang baik dan tegas sebagaimana disebutkan
dalam kutipan berikut.
“Ayolah San, Bu Rana itu orangnya baik. Bu Rana memang dikenal
dosen yang tegas. Bahkan ada yang menganggap dosen killer. Tetapi
setegas-tegasnya Bu Rana dia tidak akan gigit Hasan. Ayolah!” (CSZ,
hlm., 118)
9) Progresif
Zahrana adalah orang yang progresif, kemauannya harus tercapai, apa
yang sudah ia rencanakan harus terpenuhi, sehingga ia lupa untuk berumah tangga
karena ambisinya dalam meraih prestasi akademik, sebagaimana dalam kutipan
berikut.
“Tetapi satu sisi nuraninya menegurnya, bahwa ia adalah perempuan
yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah
melewati kepala tiga. …” (CSZ, hlm., 26)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang progresif
dan selalu introspeksi diri untuk menjadikan dirinya semakin hari semakin
menjadi lebih baik.
10) Akademisi
Zahrana adalah seorang akademisi yang selalu mencari dan mengejar
prestasi. Ia suka membaca dan menulis sehingga prestasi demi prestasi bisa ia raih
walaupun berumah tangga harus ia tunda. Perhatikan kutipan berikut.
53
“Saya tahu bahwa bagimu prestasi akademik adalah segalanya. Tidak
salah perempuan seperti kita meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Tetapi kamu tidak boleh lupa prestasi lain yang sangat penting Rana.”
(CSZ, hlm., 25)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana lebih mengutamakan
menuntut ilmu daripada menikah, itu artinya Zahrana adalah seorang akademisi
yang hampir lupa dengan prestasi nonakademis yang seharusnya ia pikirkan.
Tidak hanya kedua orang tuanya yang berharap agar Zahrana segera menikah
sahabatnya juga sering mengingatkan tetapi Zahrana masih ingin bergelut dengan
dunia akademisnya. Perhatikan kutipan berikut.
“Jadi selain ayah dan ibunya, sebenarnya banyak dari teman-temannya
yang mengingatkan untuk menikah tetapi ia entah kenapa lebih memilih
berasyik masyuk dengan buku dan perpustakaan. ...” (CSZ, hlm., 25-
27)
Kutipan di atas adalah bukti bahwa Zahrana seorang akademisi yang
hampir lupa untuk menikah karena terlalu fokus dengan kuliah dan prestasi
akademiknya. Sahabatnya yang perhatian juga mengingatkan Zahrana agar segera
menikah.
11) Intelektual
Zahrana memiliki jiwa intelektual sejak dari SMP, Zahrana selalu menjadi
yang terbaik di kelasnya, ia merupakan lulusan terbaik di SMP terbaik di kota
Semarang, perhatikan kutipan berikut.
“Sesungguhnya ia ingin mengikuti keinginan ayah dan ibunya, tetapi
entah kenapa ia yang menjadi lulusan terbaik di SMP terbaik di kota
Semarang merasa lebih nyaman jika melanjutkan ke SMA terbaik di
kota Semarang.” (CSZ, hlm., 4-5)
Ketika Zahrana tamat SMP kedua orang tuanya menginginkan Zahrana
untuk melanjutkan ke pesantren tetapi Zahrana merasa tidak nyaman jika di
54
pesantren sehingga ia pun memilih sekolah di SMA terbaik di kota Semarang,
Zahrana pun menjadi lulusan dengan nilai tertinggi di sekolahnya.
“Tiga tahun di SMA ia selesaikan dengan baik. Ia lulus dengan nilai
ujian akhir tertinggi di sekolahnya.” (CSZ, hlm., 5)
Setelah Zahrana lulus dari SMA kedua orang tuanya juga berharap agar
Zahrana kuliah di IKIP saja agar tidak jauh dari kedua orang tuanya, tetapi
Zahrana merasa tidak memiliki tantangan, sehingga Zahrana memilih untuk
melanjutkan ke UGM, dan Zahrana pun menjadi mahasiswi teladan tingkat
nasional,
“... Yang ia pikirkan adalah belajar, belajar dan menjadi yang terbaik di
kampusnya. Sampai akhirnya ia diwisuda dengan prestasi sebagai
mahasiswa terbaik di angkatannya.” (CSZ, hlm., 9)
Jiwa intelektual Zahrana sudah nampak sejak ia masih SMP sehingga ia
selalu menjadi yang terbaik di angkatannya.
12) Cerdas
Zahrana adalah orang yang cerdas, pekerja keras, dan berprestasi
gemilang, kecerdasan Zahrana dipuji di hadapan ayahnya oleh dekannya,
sebagaiman dalam kutipan berikut.
“… “Pak Munajat, sungguh Bapak sangat beruntung memiliki putri
seperti Zahrana ini. Cerdas, santun, pekerja keras, dan berprestasi
gemilang. Ini calon ilmuwan Indonesia yang akan mengharumkan
Indonesia. Selamat ya Pak.” Pak Dekan tersenyum pada ayahnya,
ibunya dan dirinya.” (CSZ, hlm., 10)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang cerdas,
pekerja, santun, pekerja keras, dan berprestasi gemilang. Sehingga ia
mendapatkan pujian dari dekannya yang menyampaikannya kepada Pak Munajat
ayah Zahrana.
55
13) Genius
Zahrana adalah orang yang genius bisa menyelesaikan S1 di dua jurusan
yang berbeda di universitas yang berbeda, teman-temannya meremehkan
kegeniusannya tetapi ia membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan keduanya
tepat waktu. Perhatikan kutipan berikut.
“Ia masih ingat, saat ini teman-temannya yang tahu ia melakukan hal
itu, kuliah di dua jurusan yang berda di universitas yang beda, ia
dianggap gila. “Sepintar-pintarnya kamu, kamu tidak akan bisa
menyelesaikan S1 kamu di jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil dengan
baik. Nanti kuliahmu malah kacau,” kata seorang temannya. Tetapi
dengan kesungguhan dan kerja kerasnya, hal yang dianggap gila oleh
temannya itu dapat ia lalui dengan baik. …” (CSZ, hlm., 9)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang genius
dapat menyelesaikan SI hampir secara bersamaan di Universitas yang berbeda.
Hal ini karena kerja keras dan semangat keseriusan Zahrana dalam menggapai
prestasi.
14) Agamis
Menjaga diri atau berhijab mengenakan jilbab adalah bukti ketaatan
Zahrana terhadap agamanya. Zahrana ingin menunjukkan baktinya dengan
menutup aurat dan menjalankan perintah agama dengan yang sebenarnya, karena
menutup aurat merupakan perintah Tuhan kepada hamba-Nya. Zahrana ingin
membuktikan ketaatannya dengan mengenakan jilbab, sebagaimana dalam
kutipan berikut.
“Lina juga yang terus memintanya dengan halus ataupun terang-
terangan agar ia memakai jilbab. Ia memakai jilbab setelah selesai
diwisuda S1. Setelah di rumah bersama kedua orang tuanya dan
ayahnya menyinggung dirinya sebaiknya menutup auratnya dengan
benar. ...” (CSZ, hlm., 24)
56
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang agamis
dengan mengenakan jilbab karena mengenakan jilbab merupakan kata hati yang
mendapat hidayah dari Tuhan.
15) Berbakti kepada orang tua
Zahrana adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, ia ingin
mengangkat martabat keluarganya dengan belajar dan kerja keras siang malam.
Hal itu ia lakukan untuk meraih prestasi gemilang dalam pendidikan. Perhatikan
kutipan berikut.
“… Ia belajar keras dan bekerja tiada henti siang dan malam demi
mengangkat derajat kedua orang tuanya. Ia ingin menunjukkan bakti
terbaik kepada mereka. Ia ingin menjadi anak yang bisa mikul duwur
mendem jero.” (CSZ, hlm., 2)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana memiliki rasa bakti kepada
kedua orang tuanya dan ia tidak mau dimanja-manja walaupun ia merupakan putri
tunggal ayah dan ibunya.
16) Rajin ibadah
Zahrana adalah orang yang rajin ibadah kepada Allah, hal itu ia buktikan
dengan shalat selalu di awal waktu dan rajin membaca Al-Quran. Perhatikan
kutipan berikut.
“Selesai sahur Zahrana membaca Al-Quran sementara ibunya shalat.
Begitu azan subuh berkumandang mereka berdua pergi ke masjid.
Selain untuk shalat subuh berjamaah mereka juga ingin mendengarkan
Kuliah Subuh yang diadakan selama Bulan Suci Ramadhan.” (CSZ,
hlm., 260)
57
17) Suka menghormati dan dihormati
Persahabatan Zahrana dengan Lina selalu diwarnai dengan rasa saling
menghormati, ketika mereka masih sekolah mereka bersaing ketat secara
intelektual. Perhatikan kutipan berikut.
“Ia sangat menghormati Lina, demikian juga Lina sangat menghormati
dirinya. Di kelas keduanya bersaing ketat. Selama tiga tahun dua kali
Lina mengalahkan dirinya. Selebihnya ia mengalahkan Lina, termasuk
nilai akhir. Ia yang terbaik di angkatannya disusul Lina.” (CSZ, hlm.,
21)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana suka menghormati dan juga
dihormati, selalu berdaya saing secara intelektual dengan sahabatnya yang
bernama Lina sejak dari bangku sekolah.
18) Tawakkal
Zahrana memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa. Ketika
menemui masalah berat dalam jiwanya, Zahrana menganggap itu bahwa itu adalah
ujian dari Allah. Kekuatan jiwanya ia aplikasikan dalam ketaatannya kepada Allah
melalui rasa tawakkal kepada Allah. Perhatikan kutipan berikut.
“Ia pasrahkan dirinya secara total kepada Allah. Dalam keheningan
malam ia berdoa,
Ya Rabbi, ikhtiar sudah hamba lakukan, sekarang kepada-MU hamba
kembalikan semua urusan. ...” (CSZ, hlm., 259)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang tawakkal
kepada Allah, ia pasrahkan dirinya secara total kepada Allah. Zahrana berdoa
kepada Allah dalam keheningan malam dan dalam memasrahkan segala urusan.
c) Tinjauan Fisilogi
Ditinjau dari segi fisiologi Zahrana adalah orang yang cantik, berjilbab,
dan berusia tiga puluh empat tahun.
58
1) Anggun
Tinjauan fisiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana adalah seorang
perempuan yang berparas anggun, sebagaimana digambarkan dalam kutipan
berikut.
“... Zahrana tampak anggun dan berwibawa dalam balutan jilbab putih,
bawahan putih dan jas berwarna merah marun.” (CSZ, hlm., 67)
2) Berjilbab
Tinjauan fisiologi yang menggambarkan Zahrana adalah orang berjilbab,
pengarang menunjukkan bahwa Zahrana mengenakan jilbab ketika akan menemui
rombongan lamaran Pak Karman di rumahnya, sebagaimana kutipan berikut.
“Ia berdandan secukupnya. Ia pakai jilbab hijau muda kesayangannya.
Sangat serasi dengan gamis border hijau tua bermotif bunga melati
putih kecil-kecil.” (CSZ, hlm., 191)
Kutipan di atas membuktikan bahwa Zahrana adalah orang yang berjilbab
dan menyenangi jilbab berwarna hijau muda.
3) Berusia 34 tahun
Tinjauan fisiologi yang menunjukkan bahwa Zahrana sudah berusia tetapi
masih belum juga berkeluarga dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Umurnya sudah tidak muda lagi. Tiga puluh empat tahun. Teman-
teman seusianya sudah ada yang memiliki anak dua, tiga, empat bahkan
ada yang lima.” (CSZ, hlm., 187)
Kutipan di atas menunjukan bahwa Zahrana sudah sangat berusia,
seharusnya sudah berkeluarga dan memiliki keturunan, sebab teman-teman
seusianya sudah memiliki dua anak, tiga, empat bahkan ada yang lima. Tetapi
Zahrana masih belum juga memiliki suami sedangkan usia Zahrana sudah tiga
puluh empat tahun.
59
2) Tokoh Komplementer (tambahan)
Analisis selanjutnya adalah analisis penokohan pada tokoh tambahan.
Analisis pertama dimulai dari tokoh tambahan yang mendukung jalannya cerita
dan menjadi mata rantai yang membentuk kesempurnaan dalam berlangsungnya
cerita terutama dalam kaitannya dengan dengan tokoh utama. Tokoh tambahan
yang mendukung perannya tokoh utama dalam cerita adalah Pak Munajat, Bu
Nuriyah, Pak Sukarman, Lina, Bu Merlin, Rahmad, Nina, Hasan, Dokter
Zulaikha. Analisis tokoh tambahan yang dianalisis terlebih dahulu adalah Pak
Munajat yakni Ayah Zahrana kemudian berturut-turut pada tokoh tambahan
lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
1. Pak Munajat
Pak Munajat adalah kepala keluarga dari keluarga kecilnya, suaminya Bu
Nuriyah dan ayahnya Zahrana.
a) Tinjauan Sosiologi
Pak Munajat ditinjau dari segi sosiologi adalah ayah Zahrana, orang yang
dipercaya mengurusi mushalla, agamis, rajin ibadah, pekerja kantor, dan
berpendidikan rendah, penjelasannya sebagai berikut.
1) Ayah Zahrana
Pak Munajat adalah orang tua yang telah berhasil mendidik Zahrana
menjadi anak yang membanggakan dan berprestasi gemilang, sebagaimana dalam
kutipan berikut.
“… Pak Munajat, sungguh Bapak sangat beruntung memiliki putri
seperti Zahrana ini. Cerdas, santun, pekerja keras, dan berprestasi
gemilang. …” (CSZ, hlm., 10)
60
Kutipan di atas membuktikan bahwa Pak Munajat adalah ayahnya Zahrana
yang telah berhasil mendidik Zahrana menjadi orang yang dibanggakan dan
membanggakan.
2) Pengurus mushalla
Pak Munajat adalah orang yang dipercaya oleh masyarakat sekitarnya
untuk menjadi pengurus mushalla dan mengurusi mushalla di dekat rumahnya.
Perhatikan kutipan berikut.
“Dan satu lagi, ayahnya dipercaya untuk mengurusi mushalla di dekat
situ. Ayahnya begitu cinta dengan mushalla yang tidak besar itu. …”
(CSZ., hlm, 13)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat adalah seorang penjaga
mushalla yang dipercaya oleh masyarakat sekitarnya untuk mengurusi mushalla.
3) Agamis
Pak Munajat selalu mengerjakan shalat berjamaah di Mushalla, apabila
ada orang bertamu ke rumah Pak Munajat dan suara azan berkumandang maka
Pak Munajat mengajak tamunya untuk shalat berjamaah. Hal ini menunjukkan
bahwa Pak Munajat adalah orang yang agamis dan taat pada perintah agamanya.
Perhatikan kutipan berikut.
“… Kalau azan sudah berkumandang tak ada yang boleh
menghalanginya untuk datang ke Mushalla. Sikap Pak Munajat itu
sudah terkenal di daerah situ. Bahkan jika ada tamu penting ke
rumahnya sekalipun, ia tetap akan pergi ke Mushalla, bahkan mengajak
tamunya sekalian jika azan berkumandang.” (CSZ, hlm., 75)
.
61
4) Rajin ibadah
Sikap rajin ibadah Pak Munajat ia praktekkan dalam kehidupan sehari-
harinya, mulutnya tidak pernah kering dari ucapan taubat dengan membaca
istighfar, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah…” Gumam Pak Munajat
bezikir.” (CSZ, hlm., 146)
Kutipan di atas adalah bukti bahwa Pak Munajat adalah orang yang rajin
ibadah yang setiap gumamannya adalah bacaan istighfar. Memohon ampun
kepada Allah Tuhan semesta alam.
5) Pekerja kantoran
Pak Munajat adalah seorang pekerja kantoran sebagai pesuruh di sebuah
kantor kelurahan di daerah Semarang Atas, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Ayahnya saat itu sudah tua. Masih aktif kerja sebagai pesuruh di
sebuah kantor kelurahan di Daerah Semarang atas. …” (CSZ, hlm., 6-7)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat adalah seorang pekerja
kantoran yang menjadi pesuruh di kelurahan Semarang atas.
6) Berpendidikan rendah
Pak Munajat adalah seseorang yang berpendidikan rendah sehingga ia
menjadi pesuruh di sebuah kantor kelurahan, hal ini tampak dari dialog Bu
Nuriyah dengan Zahrana. Perhatikan kutipan berikut.
“… Khusus untuk bapakmu seolah tidak boleh ijin. Sebab hanya dia
yang bisa disuruh-suruh. Hanya dia yang pendidikannya paling rendah.”
(CSZ, hlm., 7)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Pak Munajat berpendidikan rendah
sehingga pekerjaannya menjadi pesuruh di kelurahan.
62
b) Tinjauan Psikologi
Pak Munajat ditinjau dari segi psikologi adalah orang yang tegas, keras
kepala, bangga kepada Zahrana, teguh pendirian, dan terobsesi pada kehendaknya
sendiri, sebagaimana dalam penjelasan berikut.
1) Tegas
Pak Munajat adalah orang yang tegas dalam menentukan pilihan.
Ketegasan Pak Munajat adalah ketika ingin menegur Zahrana dan meminta
dukungan Bu Nuriyah istrinya agar tidak terlalu memanjakan Zahrana. Perhatikan
kutipan berikut.
“Tidak. Tidak usah. Kali ini Bapak minta Ibu ikut sikap ayah. Supaya
dia tahu kita tidak lagi perlu dihadiahi dengan penghargaan-
penghargaan seperti itu. …” (CSZ, hlm., 85)
Kutipan di atas menunjukkan ketegasan Pak Munajat yang tidak ingin
memanjakan Zahrana yang tidak juga menikah karena mengejar prestasi
akademiknya. Padahal Zahrana sudah berusia tiga puluh empat tahun.
2) Keras kepala
Pak Munajat adalah laki-laki tua yang keras kepala, setiap kemauannya
harus diikuti hal itu ia tampakkan kepada Bu Nuriyah istrinya ketika Pak Munajat
ingin menegur Zahrana putrinya .
“Kali ini ibu harus harus mendukung Bapak sepenuhnya. Ibu jangan
lemah, tidak tegaan seperti sebelum-sebelumnya. Ibu harus tegas sama
Zahrana. ...” (CSZ, hlm., 84)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat keras kepala,
kemauannya harus diikuti.
63
3) Bangga kepada Zahrana
Bangga terhadap pendidikan Zahrana anak tunggalnya namun lebih
bangga jika Zahrana menjadi anak yang menuruti kemauannya. Pak Munajat
berharap Zahrana segera menikah dan memiliki keturunan penerus keluarga
kecilnya. Perhatikan kutipan berikut.
“Zahrana, ayah dan ibumu saat ini tidak memerlukan lagi penghargaan-
penghargaan ilmiah itu. Yang mereka perlukan darimu adalah kamu
segera berumah tangga, lalu memberi mereka cucu. Kamu anak mereka
satu-satunya. ...” (CSZ, hlm., 27)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat bangga kepada Zahrana
dan pengharagaan yang diraih Zahrahna. Tetapi Pak Munajat lebih bangga jika
Zahrana menikah dan memberikannya cucu.
4) Terobsesi pada satu hal atau kehendaknya sendiri
Terobsesi pada satu hal yaitu Zahrana mendapat jodoh yang cocok
menurut pikirannya, sebagaimana dalam ungkapan Pak Munajat berikut.
“Yah sak karepmu Nduk. Kau tidak nikah pun sak karepmu.” Lirih Pak
Munajat. …” (CSZ, hlm., 197)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat sangat menginginkan
Zahrana segera menikah terutama dengan pilihan Pak Munajat.
c) Tinjauan Fisiologi
Pak Munajat ditinjau dari fisiologi tidak banyak dijelaskan dantidak
ditemukan bagaimana fisiknya kecuali sudah tua.
64
1) Tua
Ditinjau dari segi fisiologi Pak Munajat tidak dijelaskan secara detil
bagaimana kondisi fisiknya. Pak Munajat hanya digambarkan sebagai orang yang
sudah tua. Perhatikan kutipan berikut.
“…Kasihan bapakmu Nduk. Sudah tua. Tak lama lagi juga pensiun. ...”
(CSZ, hlm., 7)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat sudah tua dan berusia
lanjut yang sebentar lagi akan pension dari pekerjaannya.
2. Bu Nuriyah
Bu Nuriyah adalah ibundanya Zahrana istri dari Pak Munajat, ditinjau dari
segi sosiologis Bu Nuriyah tidak berpendidikan tinggi, Bu Nuriyah bekerja
sebagai ibu rumah tangga saja. Sebab ijazahnya tidak bisa dijadikan jaminan
untuk bekerja kantoran.
a) Tinjauan Sosiologi
Bu Nuriyah ditinjau dari segi sosiologi adalah istri Pak Munajat, ibunya
Zahrana, ibu rumah tangga, agamis, rajin ibadah, dan berpendidikan rendah.
1) Istri Pak Munajat
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Bu Nuriyah adalah istri
Pak Munajat dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Iya. Saya ini kalau pergi jauh naik mobil, ya mobil apa saja, pasti
mabuk. Entah kenapa?” sahut Bu Nuriyah, istri Pak Munajat. (CSZ,
hlm., 42)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah adala istri Pak Munajat
ibunya Zahrana.
65
2) Ibunya Zahrana
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Bu Nuriyah adalah
ibunya Zahrana dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Inggih biasa Pak Munajat, Bu Nuriyah, ingin silaturrahmi pada Bapak
dan Ibu. Terus tadi ini mohon maaf saya dari pagi sampai siang ada
acara yang tidak bisa saya tinggalkan. Jadi saya tidak bisa ikut
mengantar Zahrana ke bandara.” (CSZ, hlm., 41)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah adalah ibunya Zahrana
isteri dari Pak Munajat.
3) Ibu rumah tangga
Bu Nuriyah sebagai ibu rumah tangga yang patuh pada suaminya. Ketika
Bu Nuriyah ingin membangunkan Zahrana yang kesiangan tetapi tidak diijinkan
oleh Pak Munajat. Maka Bu Nuriyah nurut untuk tidak membangunkan Zahrana.
Perhatikan kutipan berikut.
“… Bu Nuriyah ingin mebangunkan Zahrana, tetapi dicegah oleh Pak
Munajat. …”
“Jangan Bu. Tidak usah dibangunkan! Nanti dia malah marah. …”
“Ya sudah kalau begitu. Saya khawatir kalu Zahrana memang bangun
terlambat. …” (CSZ, hlm., 143)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah adalah ibu rumah tangga
yang patuh pada suaminya.
4) Agamis
Bu Nuriyah adalah seorang yang taat dalam keagamaannya, ia buktikan
caranya yang terus belajar membaca Al-Quran meskipun dengan terbata-bata,
perhatikan kutipan berikut.
“Bu Nuriyah membaca Al-Quran dengan mengeja terbata-bata.” (CSZ,
hlm., 154)
66
Kuitpan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah adalah orang yang
agamis, hal itu ia buktikan dengan semangat belajar membaca Al-Quran meski
denga terbata-bata.
5) Rajin ibadah
Bu Nuriyah adalah orang yang rajin ibadah, dalam diam berlirih
mengucapkan Tahmid yang menandakan tanda syukur kepada Allah setiap saat.
Perhatikan kutipan berikut.
“Alhamdulillah, Alhamdulilah, Alhamdulillah…“ lirih Bu Nuriyah.”
(CSZ, hlm., 146)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah adalah orang yang rajin
ibadah, sehingga setiap hembusan nafas dalam kegiatan santai tanpa ada pekerjaan
ia gunakan untuk mengucapkan zikir kepada Allah.
6) Berpendidikan rendah
Bu Nuriyah berpesan kepada Zahrana agar Zahrana tidak seperti ibunya
yang berpendidikan rendah. Perhatikan kutipan berikut.
“… Sang ibu lalu berkata dengan tersedu-sedu, “Maka Nduk, kamu
sekolahlah setinggi-setingginya. Jangan sampai nasibmu kayak ibu dan
bapakmu. Kalau sekolahnya rendah itu tidak dianjeni (dihormati) sama
orang.” (CSZ, hlm., 7)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah berpendidikan rendah
namun tidak dijelaskan apa pendidikan terakhir Bu Nuriyah.
b) Tinjauan Psikologi
Bu Nuriyah ditinjau dari segi psikologi adalah seorang yang penyayang
dan pengertian terhadap anaknya yang semata wayang yaitu Zahrana.
67
1) Penyayang
Ditinjau dari segi psikologi Bu Nuriyah adalah penyayang. Bu Nuriyah
terdesak oleh keadaan untuk menyidak Zahrana yang keras kepala untuk menuruti
kemauannya melanjutkan studynya dan meraih prestasi akademiknya. Perhatikan
kutipan berikut.
“Bu Nuriyah hanya berdoa dalam hati, semoga hal itu nanti tidak
menyakiti hati Zahrana, putri semata wayangnya, tetapi justru malah
menyadarkan Zahrana dan membuatnya mengambil langkah yang
melegakan kedua orang tuanya.” (CSZ, hlm., 86)
`Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Bu Nuriyah adalah penyayang
dan pengertian kepada Zahrana putri semata wayangnya.
2) Pengertian
Sikap Bu Nuriyah yang pengertian dapat dilihat dari Bu Nuriyah
memehami kemauan Zahrana yang ingin sekolah di SMA Negeri. Perhatikan
kutipan berikut.
“… Ibunya mengajak bicara dari hati ke hati dan ia mengutarakan
bahwa keinginan terbesarnya adalah masuk SMA terbaik di kota
Semarang bukan ke pesantren. ...” (CSZ, hlm., 5)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah lebih memahami karakter
anaknya, bangga terhadap pencapaian akademis dan berbagai penghargaan yang
diterima Zahrana. Akan tetapi tidak dapat mengambil sikap sendiri untuk berada
sepenuhnya dipihak Zahrana karena menjalani hidup sebagai istri yang shaleha,
yang patuh pada suaminya sehingga tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah,
warahmah.
68
c) Tinjauan Fisiologi
Bu Nuriyah ditinjau dari segi sosiologi tidak dijelaskan bagaimana
fisiknya selain sudah beranjak tua.
1) Tua
Bu Nuriyah tidak dijelaskan secara detil bagaimana kondisi fisiknya hanya
disebutkan bahwa Bu Nuriyah sudah beranjak tua. Perhatikan kutipan berikut.
“… Apa kamu tega meninggalkan ibumu yang kini sudah beranjak tua
Nduk? Kalau kamu tetep ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya
kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-
olah kami tidak memiliki anak lagi. ...” (CSZ, hlm., 12)
Kutipan di atas adalah gambaran Bu Nuriyah yang sudah beranjak tua,
namun usia dan unsur fisiknya yang lain tidak dijelaskan lebih detil lagi.
3. Pak Sukarman
Pak Sukarman adalah atasan Zahrana di Universitas Mangunkarsa
Semarang. Melamar Zahrana melalui Bu Merlin dan juga melamar ke rumahnya
menemui orangtua Zahrana tetapi Zahrana menolaknya.
a) Tinjauan Sosiologis
Pak Sukarman ditinjau dari segi sosiologi adalah dekan Fakultas Teknik
Universitas Mangunkarsa Semarang, seorang duda, memiliki jabatan penting di
UM Semarang, mati dibunuh di ruang kerjanya, mencoreng integritas pendidikan
tinggi, dan memanfaatkan jabatan untuk kepntingan pribadinya. Pak Sukarman
adalah atasan Zahrana yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang dan menyunting Zahrana dengan memanfaatkan
jabatannya untuk memenuhi keinginannya menikahi Zahrana.
69
1) Dekan FT UM Semarang
Ditinjau dari segi sosiologi Pak Sukarman adalah yang terpandang karena
jabatan beliau sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa
Semarang. Perhatikan kutipan berikut.
“Bu Merlin mengatur semua orang agar duduk dikursi yang disediakan.
Pembantu Dekan itu langsung memulai acara. Setelah memberi
pengantar secukupnya ia langsung memberikan kesempatan kepada
Dekan Fakultas Teknik, Bapak H. Sukarman, MSc. Untuk memberikan
pidatonya menyambut prestasi yang diraih salah satu dosen Universitas
Mangunkarsa.” (CSZ, hlm., 97)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman adalah orang
bermartabat tinggi dan memiliki jabatan tertinggi di Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang.
2) Duda
Tinjauan sosiologi yang menyatakan bahwa Pak Sukarman adalah seorang
duda dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Pak Haji Sukarman ini punya niat baik. Dia kan sudah cukup lama
sendiri ditinggal mati istri beliau. Dan setelah sekian lama mengamati
Zahrana, kayaknya beliau tertarik pada Zahrana. …” (CSZ, hlm., 173)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman adalah seorang duda
yang ingin menikahi Zahrana.
3) Memiliki jabatan penting di UM Semarang
Memiliki kedudukan penting di Universitas Mangunkarsa Semarang
sehingga berpengaruh besar bagi nasib Zahrana yang keluar mengundurkan diri
sebagai dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang sebelum
dipecat. Perhatikan kutipan berikut.
70
“… Tetapi apa yang dilakukan Zahrana baginya adalah dosa yang tidak
termaafkan. Keputusannya sudah mantap, yaitu memecat Zahrana
dengan beberapa tuduhan serius, di antaranya: tidak disiplin.” (CSZ,
hlm., 214)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman adalah orang yang
memiliki kedudukan tinggi di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa
Semarang.
4) Mati dibunuh di ruang kerjanya
Pak Sukarman ditemukan meninggal di ruang kerjanya karena dibunuh
mahasiswanya yang marah atas pelecehan seksual yang dilakukannya kepada istri
mahasiswa tersebut. Perhatikan kutipan berikut.
“Semarang - sepandai-pandai orang menyimpan bangkai, akhirnya
kecium juga. Peribahasa ini agaknya layak untuk S (55 tahun), Dekan
Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. Perilaku cabulnya
kepada mahasiswi yang selama ini disembunyikan akhirnya terkuak.
…” (CSZ, hlm., 260)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman mati dibunuh di ruang
kerjanya, karena perbuatannya yang tidak baik.
5) Mencoreng integritas pendidikan tinggi
Mencoreng kehormatan dan integritas pendidikan tinggi dengan
perilakunya yang amoral dan semena-mena. Perhatikan kutipan berikut.
“Sudah menjadi rahasia umum kalau Pak Sukarman suka main
perempuan. Para dosen semuanya tahu. Juga Bu Merlin. Polisi yang
bertugas mengamankan kampus pernah bercerita bahwa sebelum
bertugas di kampus ia pernah menangkap basah Pak Sukarman di
sebuah hotel remang-remang di daerah Ungaran. ...” (CSZ, hlm., 140)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman adalah orang yang
nakal dan mencoreng integritas perguruan tinggi dengan perbuatannya yang
amaoral.
71
6) Memiliki peran dalam kematian Rahmad
Pak Sukarman memiliki peran dalam kematian Rahmad hal ini diketahui
Zahrana ketika Zahrana terbaring di rumah sakit. Teman-teman dosen di Fakultas
Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang datang menjenguknya termasuk Bu
Merlin dan Pak Sukarman. Kemudian Pak Sukarman menyampaikan duka cita
belasungkawa yang membuat Zahrana semakin curiga bahwa kemtian Rahmad
adalah bagian dari rasa dendamnya kepada Zahrana. Sebagaimana dalam kutipan
berikut.
“Saya ikut berduka.semoga almarhum berdua diterima di sisi-Nya. Saya
berharap semoga gaun pengantinmu benar-benar telah kau kembalikan
ke Solo!” (CSZ, hlm., 254-255)
Setelah Zahrana mendengar ungkapan belasungkawa dari Pak Karman
yang menjengunknyya di rumah sakit, Zahrana meyakini firasatnya benar bahwa
kematian Rahmad calon suaminya adalah hasil dari rencana Pak Karman untuk
membuat Zahrana dalam duka sepanjang hidupnya.
“Tiba-tiba firasatnya mengatakan kematian calon suaminya ada
kaitannya dengan SMS terakhir Pak Karman. Dan pada hakikatnya,
kata-kata Pak Karman yang baru saja ia dengar adalah satu bentuk
terror dahsyat yang hendak melumpuhkannya saat itu. …” (CSZ, hlm.,
255)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman memiliki peran dalam
kematian Rahmad calon suami Zahrana yang meninggal di malam sebelum akad
nikah dilangsungkan.
7) Memanfaatkan jabatan
Pak Sukarman menggunakan kedudukannya sebagai dosen dan dekan
untuk memanipulasi hubungannya dengan mahasiswa maupun dosen lain. Pak
72
Sukarman yang memanfaatkan kedudukannya untuk kepentingan pribadinya
adalah ketika ingin memiliki Zahrana dan melamarnya. Pak Sukarman
memanfaaatkan jabatannya sebagai atasan Zahrana di kampus. Perhatikan kutipan
berikut.
“… Maka ketika ia melamarnya Zahrana juga pasti akan berfikir bahwa
dirinya adalah seorang dekan. …” (CSZ, hlm., 138)
Pak Sukarman juga memanfaatkan jabatannya sebagai dosen dapat
dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Meskipun dia kaya tetapi ia sering memanfaatkan posisinya sebagai
dosen. …” (CSZ, hlm., 140)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman memanfaatkan jabatan
untuk kepentingan pribadinya dan bahkan menyalahgunakannya.
8) Menggunakan kekuasaan untuk melamar Zahrana
Pak Sukarman menggunakan kekuasaan untuk memaksa kehendaknya
melamar Zahrana, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Ada beberapa faktor yang membuat ia yakin Zahrana akan berhasil
dinikahinya. Yang pertama ia adalah atasan Zahrana, ia memanfaatkan
betul ewuh pakewuhnya orang jawa. …” (CSZ., hlm, 137)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman menggunakan jabatan
sebagai atasan Zahrana untuk memiliki Zahrana.
b) Tinjauan Psikologi
Pak Sukarman ditinjau dari segi peikologi adalah orang yang memiliki
sifat pedendam, kurang baik, dan amoral.
73
1) Pemiliki sifat dendam
Memiliki sifat penuh dendam, membalas dendam, dan amarah melalui
teror SMS yang ditujukan kepada Zahrana, sifatnya yang penuh dendam dapat
dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Kau benar-benar mengajak bermain api denganku Zahrana. Baik.
Tunggu pembalasanku. Kau akan tahu akibatnya mempermainkan
seorang Insinyur Haji Sukarman, MSc. Tunggu saja. Akan kubuat kau
menangis siang dan malam dan merasakan penyesalan yang tiada
berkesudahan!” Geram Pak Karman. (CSZ., hlm, 214)
2) Amoral
Sikap Pak Karman yang amoral dapat diketahui dengan perbuatannya yang
suka main perempuan di warung remang-remang, sebagaimana dalam kutipan
berikut.
“Detilnya saya tidak tahu. Tapi kalau etika atau moralnya saya tahu
persis memang kurang baik. Dan tentang pertengkarannya dengan
istrinya di ruang kerjanya, saya tahu persis. Juga teman-teman dosen.”
(CSZ, hlm., 134)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman memiliki moral yang
tidak baik karena perilakunya yang sering berbuat serong.
c) Tinjauan Fisiologi
Pak Sukarman ditinjau dari segi fisiologi adalah orang yang sudah berusia
55 tahun dan tua setengah baya, untuk ciri-ciri yang lain tidak ditemukan
ungkapan yang mengatakan ciri fisiologisnya.
3) Usia 55 Tahun
Secara fisiologi Pak Sukarman adalah seorang duda yang berusia 55 tahun,
sebagaimana diungkapkan dalam kutipan berikut.
74
“Semarang - sepandai-pandai orang menyimpan bangkai, akhirnya
kecium juga. Peribahasa ini agaknya layak untuk S (55 tahun), Dekan
Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. …” (CSZ, hlm.,
260)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman sudah tua dan berusia
lima puluh lima tahun.
4) Tua setengah baya
Ditinjau dari segi fisiologis dijelaskan secara detil bagaimana kondisi fisik
Pak Sukarman. Ia disebutkan sudah tua setengah baya, sebagaimana dalam
kutipan berikut.
“... Tetapi ia membela dirinya, bahwa itu semua terjadi karena
Sukarman. Karena orangtua setengah baya tidak tahu diri itu
lamarannya telah menjadi teror baginya. …” (CSZ, hlm., 152)
Kutipan di atas membuktikan bahwa Pak Sukarman adalah orang yang
sudah tua namun bagaimana kondisi fisiknya yang lain tidak digambarkan secara
detil.
4. Lina
Lina adalah sahabat karib Zahrana sejak dari SMA dan menjadi sahabat
yang menenangkan dikala gundah dan susah karena Zahrana selalu curhat kepada
Lina dalam segala urusan Zahrana baik dalam pendidikandan maupun dalam
perjodohan
a) Tinjauan Sosiologi
Lina ditinjau dari segi sosiologi adalah seorang penjual buku, agamis, dari
keluarga sederhana, aktivis sekolah, dan rajin ibadah.
75
1) Penjual Buku
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Lina adalah penjual buku
di dekat kampus UNDIP, dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Setelah Lina menikah, ia justru semakin akrab. Sebab Lina mulai
merintis bisnis buku dekat kampus UNDIP. Hampir tiap bulan Lina dan
suaminya ke Jogja ...” (CSZ, hlm., 24)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina adalah penjual buku dan toko
buku milik Lina itu dekat dengan kampus UNDIP.
2) Agamis
Lina adalah orang mengenakan jilbab dan mengenakan rok panjang
sampai ke mata kakinya, hal ini merupakan tanda bahwa Lina adalah orang yang
agami. Perhatikan kutipan berikut.
“… Lina berjilbab dan roknya sampai mata kaki.” (CSZ, hlm., 21)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina adalah orang yang agamis,
kepatuhannya kepada perintah agamanya ia aplikasikan dengan berjilbab.
3) Keluarganya sederhana
Lina adalah dari keluarga yang sederhana dari kalangan menengah ke
bawah, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Itulah Lina. Ia bersahabat dengan Lina sejak di SMA. Sama-sama
dari keluarga kalangan menengah ke bawah. …” (CSZ, hlm., 21)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina bersahabat dengan Zahrana
sejak dari SMA dan sama-sama dari keluarga yang sederhana.
4) Aktivis sekolah divisi keagamaan
Lina ketika masih SMA aktif di OSIS, di bidang kerohanian Islam,
perhatikan kutipan berikut.
76
“… Lina aktif di OSIS bagian kerohanian Islam atau biasa dikenal
dengan sebutan Rohis. …” (CSZ, hlm., 21)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina adalah seorang aktivis sekolah
yang aktif di bagian kerohanian islam.
5) Rajin Ibadah
Lina yang selalu menyempatkan diri dan memanfaatkan waktu untuk
beribadah kepada Allah, ia gunakan waktu senggang untuk membaca Al-Quran
ketika tokonya sepi dari pengunjung. Perhatikan kutipan berikut.
“Sedang sepi ya Lin?”
“Tadi ramai. Ya kadang ada sepinya juga. Malah bisa istirahat dan baca
Al-Quran. Jawab Lina santai. …” (CSZ, hlm., 102)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina adalah orang yang rajin ibadah.
Waktu yang sebentar ia gunakan untuk membaca Al-Quran sebagai tambahan
ibadah yang melengkapi ibadah wajibnya.
b) Tinjauan Psikologi
Lina ditinjau dari segi psikologi adalah orang yang baik dan pengertian hal
itu tanpak pada kebaikannya kepada sahabatnya yang bernama Zahrana.
1) Baik
Lina adalah sahabat karib Zahrana yang baik, yang selalu ada di saat
Zahrana membutuhkan, sebagaimana disebutkan dalam kutipan berikut.
“... Ia sangat beruntung punya sahabat sebaik Lina. Meneduhkan di kala
gelisah, deket di kala susah, mengobati di kala sakit, dan mesra di kala
bahagia. Itulah sahabat sejati. Itulah Lina.” (CSZ, hlm., 21)”
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina adalah orang yang baik.
Kebaikan Lina dibuktikan dengan persahabatannya dengan Zahrana yang selalu
ada ketika Zahrana membutuhkan Lina.
77
2) Pengertian
Lina adalah adalah orang yang pengertian kepada Zahrana, Lina
mencarikan seorang calon suami untuk Zahrana,. Perhatikan kutipan berikut.
“Ya sudah kalau itu keputusanmu. Sebenarnya saya kok merasa sayang
jika orang sebaik Mas Andi diambil orang, makanya ingin aku kasihkan
pada sahabat terbaikku.”
“Terima kasih atas pengertianmu Lin.” (CSZ, hlm., 23)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina adalah orang yang pengertian,
saking pengertiannya Lina kepada Zahrana diam-diam Lina mencarikan calon
suami untuk Zahrana. Dikarenakan Lina peduli dengan Zahrana yang masih lajang
padahal usia Zahrana sudah tiga puluh empat tahun
c) Tinjauan Fisiologi
Lina ditinjau dari segi fisiologi tidak banyak dijelaskan bagaimana kondisi
fisiknya hanya dikatakan bahwa Lina berjilbab.
d) Berjilbab
Lina adalah orang yang mengenakan jilbab sejak dari SMA, dan selalu
menutup aurat, perhatikan kutipan berikut.
“… Seorang perempuan keluar melihat. Begitu Zahrana keluar dari
mobil Alpard, perempuan berjilbab itu menghambur.”
“Rana!
“Lina!”
“Keduanya berpelukan erat. Agak lama.” (CSZ, hlm., 101)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Lina adalah orang yang mengenakan
jilbab sejak dari SMA. Tetapi bagaimana kondisi fisik Lina tidak digambarkan
secara jelas oleh pengarang.
78
5. Bu Merlin
Bu Merlin adalah pembantu dekan II yang sering membantu Zahrana di
kampus dan menjadi media lamaran Pak Sukarman kepada Zahrana, Bu Merlin
juga yang menerima Zahrana bekerja sebagai dosen di Fakultas Teknik
Universitas Mangunkarasa Semarang. Bu Merlin juga yang menyarankan Zahrana
untuk mengundurkan diri dari Fakultas Teknik Universitas Mangunarsa sebelum
dikeluarkan secara tidak hormat oleh Pak Sukarman yang sakit hati kepada
Zahrana karena lamarannya ditolak.
a) Tinjauan Sosiologi
Bu Merlin ditinjau dari segi sosiologi adalah pembantu dekan II, seorang
dosen, dan orang batak.
1) PD II Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang
Bu Merlin adalah atasan Zahrana di Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa dan menjadi media penghubung Pak Sukarman dengan Zahrana atas
keinginan Pak Karman untuk menyunting Zahrana. Bu Merlin adalah orang yang
terpandang di kampus karena jabatannya sebagai PD II di Fakultas Teknik
Universitas Mangunkarsa, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… mengontak Bu Merlin yang menjabat sebagai PD II di Fakultas
Teknik Universitas Mangunkarsa. Bu Merlin mengatakan bahwa
Universitas Mangunkarsa terbuka untuk sarjana berprestasi seperti
dirinya.” (CSZ, hlm., 14)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Merlin adalah orang yang
memiliki martabat tinggi dan merupakanorang yang menerima Zahrana untuk
menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang karena
jabatan Bu Merlin sebagai pembantu dekan II.
79
2) Dosen
Bu Merlin adalah dosen senior yang mengajar mata kuliah geologi di
Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. Perhatikan kutipan berikut.
“Bu Merlin sedang mengajar mata kuliah geologi. Ruang kelas itu
hanya terisi setengahnya. …”
“Bu Merlin melihat jam tangannya. Sudah saatnya ia menyelesaikan
materi kuliahnya. …” (CSZ, hlm., 150)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Merlin adalah seorang dosen yang
mengampu matakuliah geologi.
3) Orang batak
Bu Merlin adalah orang batak yang sejak kecil tiggal di Jawa sehingga
logat bataknya hampir hilang dan bahasa Jawanya bisa dibilang bagus dan halus.
Perhatikan kutipan berikut.
“… Bu Merlin, atau Nama lengkapnya Ir. Merlin Siregar, M.T., adalah
pembantu Dekan II. Ia orang kepercayaan Pak Karman. Sejak di SMA
ia di Semarang, jadi logat Bataknya nyaris hilang. Bahasa jawanya bisa
dibilang halus.” (CSZ, hlm., 188)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Merlin berasal dari batak dan
sejak SMA tinggal di Semarang jawa tengah.
b) Tinjauan Psikologi
Bu Merlin ditinjau dari segi psikologi adalah orang yang baik dan cerdas
sebagaimana yang diungkapkan tokoh dalam dialog di dalam novel.
1) Baik
Ditinjau dari segi psikologi Bu Merlin orang yang baik bertanggungjawab,
jujur, dan apa adanya, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Kalau Bu Merlin bagaimana kredibilitasnya?”
80
“Dia baik, dosen yang bertanggungjawab, jujur, apa adanya.”(CSZ,
hlm., 135)
Kutipan diatas menunjukkan bahwa Bu Merlin adalah orang yang baik,
jujur, dan apa adanya.
2) Cerdas
Bu Merlin adalah orang kepercayaan Pak Sukarman karena Bu Merlin
adalah orang yang cerdas, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Wah Bu Merlin ini memang cerdas. Nanti kalau aku jadi rektor, Bu
Merlin jadi deekan ya.”
“Matur nuwun Pak.” (CSZ, hlm., 178)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Merlin adalah orang yang cerdas
dan pandai dalam mengatur sebuah urusan. Sehingga dapat janji untuk dijadikan
dekan oleh Pak Sukarman jika suatu saat Pak Sukarman menjadi rektor
Universitas Mangunkarsa Semarang.
c) Tinjauan Fisiologi
Bu Merlin ditinjau dari segi fisiologi adalah orang yang sudah tua dan
berusia mendekati lima puluhan tahun, tetapi untuk kondisi fisik yang lainnya
tidak dijelaskan.
1) Tua
Ditinjau dari segi fisiologis Bu Merlin tidak dijelaskan bagaimana fisiknya
hanya dijelaskan bahwa Bu Merlin sudah tua, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Seorang perempuan mendekati lima puluhan tahun keluar. Pak
Munajat langsung tahu bahwa yang datang adalah Bu Merlin.” (CSZ,
hlm., 172)
Kutipan di atas Bu Merlin digambarkan sudah tua berusia mendekati lima
puluh tahun tetapi kondisi fisiknya bagaimana tidak digambarkan secara detil.
81
6. Rahmad
Rahmad adalah bakal calon suami Zahrana yang dipilihkan oleh Pak Kiai
dan Bu Nyai di pesantren Al Fatah tempat Zahrana mengamalkan ilmunya. Tetapi
Rahmad meninggal dunia sebelum akad nikah dilangsungkan.
a) Tinjauan Sosiologi
Rahmad ditinjau dari segi sosiologi adalah seorang santri yang telah lama
berhenti, tamatan madrasah aliyah, dan berprofesi sebagai penjual kerupuk
keliling.
1) Santri
Rahmad adalah seorang santri dipesantren Al Fatah yang telah lama
meninggalkan pesantren. Perhatikan kutipan berikut.
“Begini, Anakku Pak Kiai punya santri yang sudah tiga tahun ini
meninggalkan pesantren. Dia santri yang dulu sangat diandalkan Pak
Kiai. Namanya Rahmad. ...” (CSZ, hlm., 232)
2) Tamatan Madrasah Aliyah
Ditinjau dari segi sosiologi Rahmad hanyalah tamatan Madrasah Aliyah,
berikut kutipannya.
“… Pendidikannya tidak tinggi. Ia hanya tamat Madrasah Aliyah, tidak
kuliah Karena setelah itu dia mengabdi di pesantren ini. Baik akhlaq
dan ibadahnya. ...” (CSZ, hlm., 232)
3) Penjual kerupuk
Rahmad berprofesi sebagai penjual kerupuk keliling, sebagaimana dalam
kutipan berikut.
“… Pekerjaannya sekarang jualan krupuk keliling. Dia duda tanpa anak.
Istrinya meninggal satu tahun yang lalu karena demam berdarah. ...”
(CSZ, hlm., 232)
82
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Rahmad adalah seorang santri dan
telah lama meninggalkan pesantrem. Rahmad hanyalah tamatan Madrasah Aliyah
dan berprofesi sebagai penjual kerupuk keliling.
b) Tinjauan Psikologi
Rahmad ditinjau dari segi psikologi adalah orang yang betanggungjawab
dan patuh pada perintah Kiai.
1) Tanggungjawab
Rahmad adalah orang yang tanggungjawabnya dapat diandalkan,
sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Tanggungjawabnya bisa diandalkan. Ia dari keluarga pas-pasan.
Anak kedua dari tujuh bersaudara. ...” (CSZ, hlm., 232)
2) Patuh
Ditinjau dari segi psikologi Rahmad adalah orang yang patuh pada
perintah Kiai, taat dengan apa yang diperintahkan Kiai tanpa ragu, sebagaimana
dalam kutipan berikut.
“… Saya jualan ke sini hanya karena sendiko dawuh saja sama Pak
Kiai. Pak Kiai saya itu aneh, tiba-tiba saya diminta jualan di daerah ini,
di perumahan ini. ...” (CSZ, hlm., 240)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Rahmad adalah orang yang
bertanggungjawab dan berjiwa penurut kepada atasan yaitu seorang Kiai, guru
spiritualnya, karena memang bagi seorang santri harus patuh dan takdim kepada
gurunya.
c) Tinjauan Fisiologi
Rahmad ditinjau dari segi fisiologi tidak dijelaskan berapa usianya hanya
digambarkan bahwa Rahmad adalah orang yang masih muda dan bertubuh kekar.
83
1) Bertubuh kekar
Ditinjau dari segi fisiologi Rahmad adalah orang yang bertubuh kekar,
muda, dan ganteng, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“... Semarang memang panas, meskipun hari telah senja. Zahrana
terperanjat. Masih muda dan ganteng. Keringat yang mengalir, lengan
yang kekar terbakar matahari menambah pesona tersendiri. Sesaat
lamanya ia memandangi penjual kerupuk itu.” (CSZ, hlm., 239)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Rahmad adalah orang yang memiliki
tubuh kuat dan kekar yang menambah pesona bagi siapa saja yang
memandangnya terutama Zahrana.
7. Nina
Nina adalah mahasiswi yang mempertemukan Hasan dengan Zahrana
untuk meminta bantuan membimbing skripsinya Hasan karena ditinggal oleh
pembimbing sebelumnya. Nina juga merupakan saudaranya Hasan adik dari
ayahnya Hasan yang paling bungsu.
a) Tinjauan Sosiologi
Nina ditinjau dari segi sosiologi adalah mahasiswi yang disegani di
kampus dikarenakan Nina adalah seorang aktivis kampus.
1) Mahasiswi dan aktivis kampus
Nina adalah mahasiswi dan aktivis kampus yang disegani, sebagaimana
dalam kutipan berikut.
“Wajah Titi berubah tapi dia tidak berani membantah gadis yang
dikenal sebagai aktivis kampus yang disegani itu. Nina mengajak Hasan
pergi.” (CSZ, hlm., 122)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nina adalah orang yang memiliki
martabat yang disegani di kampus karena Nina adalah seorang aktivis kampus.
84
b) Tinjauan Psikologi
Nina ditinjau dari segi psikologi adalah orang yang selalu ceria dan untuk
ciri psikis lainnya tidak dijelaskan.
a) Ceria
Ditinjau dari segi psikologi Nina adalah orang yang selalu ceria dan
berpenampilan rapi, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“… Dua orang anak muda keluar dari mobil. Yang satu laki-laki
berumur sekitar 28 tahun. Penampilannya rapi dan menyenangkan.
Satunya seorang gadis yang tampak segar dan ceria. Sang gadis
menghampiri satpam.
“Pak maaf, Bu Zahrana sudah datang belum ya Pak?”
“Oh Mbak Nina. …” (CSZ, hlm., 117)
Kutipan di atas adalah bukti yang menunjukkan bahwa Nina adalah orang
memiliki jiwa yang selalu ceria menyenangkan siapa saja yang memandangnya.
c) Tinjauan Fisiologi
Nina ditinjau dari segi fisiologisnya dikatakan berjilbab dan untuk cirri-
ciri fisik yang lain tidak dijelaskan.
a) Berjilbab
Nina ditinjau dari segi fisiologi tidak dijelaskan bagaimana kondisi
fisiknya, Nina hanya disebutkan bahwa dia adalah mahasiswi yang mengenakan
jilbab hitam. Perhatikan kutipan berikut.
“… Di koridor ia bertemu dengan mahasiswi berjilbab hitam.
“Nina!”
“Ya Bu Rana.”(CSZ, hlm., 209-210)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nina adalah orang yang mengenakan
jilbab hitam tetapi kondisi fisik dan berusia berapa tidak dijelaskan.
85
8. Hasan
Hasan adalah mahasiswa yang dibimbing Zahrana dalam menyelesaikan
tugas akhirnya setelah Hasan ditinggal oleh Pak Shalihin pembimbing skripsinya,
dan pada akhirnya Hasan melamar Zahrana dan menjadi suaminya Zahrana.
1) Tinjauan Sosiologi
Hasan ditinjau dari segi sosiologi adalah seorang mahasiswa di Universitas
Mangunkarsa Semarang, calon mahsiswa S2 di Malaysia, anaknya dokter
Zulaikha, dan suaminya Zahrana.
a) Mahasiswa S1 FT UM Semarang
Hasan adalah mahasiswa S1 di FT UM Semarang Hasan dpertemukan
dengan Zahrana oleh Nina, untuk membimbing skripsinya Hasan yang ditinggal
ke Australia oleh Pak Sholihin pembimbing skripsi Hasan. Perhatikan kutipan
berikut.
“Hasan ini skripsinya sudah mau selesai. Ia selama ini kan dibimbing
sama Pak Sholihin. Lha ibu kan tahu sendiri, sekarang Pak Sholihin
sudah berangkat ke Australia neruskan S3.” (CSZ., hlm, 120)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Hasan adalah seorang mahasiswa
yang masih dalam proses menyelesaikan tugas akhirnya. Tetapi sebelum tugasnya
selesai Hasan ditinggal ke Australia oleh pembimbingnya sehingga Hasan
meminta bantuan Zahrana untuk membimbng skripsinya berdasarkan rekomendasi
dari pembimbing sebelumnya.
b) Calon mahasiswa S2 di Malaysia
Hasan adalah calon mahasiswa S2 di Universitas Sains Malaysia, hal ini
dapat diketaui dari SMS Hasan kepada Zahrana yang tidak dapat hadir pada acara
86
pernikahan Zahrana, karena pada hari yang sama Hasan harus mengurus beasiswa
di USM Malaysia. Perhatikan kutipan berikut.
“Smg prnkhan Ibu pnh barokah. Maaf sy tdk bs datang Bu. Sbb hari itu
saya harus mengurus beasiswa S.2 USM (Universiti Sains Malaysia).
Mohon doanya.” (CSZ, hlm., 244)
c) Anaknya dokter Zulaikha
Hasan adalah anaknya dokter Zulaikha yang memiliki integritas tinggi
dalam strata sosial dan memberi manfaat bagi manusia lainnya, sebagaimana
dalam kutipan berikut.
“Jadi ibu ini Ibu Zahrana yang mengajar di Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang itu?”
Zahrana mengangguk.
“Berarti ibu kenal dengan anak saya ya?”
“Siapa nama anak Bu Dokter?”
“Namanya Hasan. Hasan Baktinusa.” (CSZ, hlm., 252)
d) Suaminya Zahrana
Hasan adalah orang yang terakhir melamar Zahrana dan menikah dengan
Zahrana. Perhatikan kutipan berikut.
“Malam itu Zahrana sangat bahagia. Hasan juga merasakan hal yang
sama. Usai akad nikah Hasan mengajak Zahrana naik mobilnya dan
menuju hotel termewah di tengah kota Semarang. ...” (CSZ, hlm., 270)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Hasan adalah suaminya Zahrana yang
baru saja menyelasaikan akad nikah dan berbulan madu di hotel termewah di
tengah kota Semarang.
2) Tinjauan Psikologi
Hasan ditinjau dari segi psikologi adalah orang yang memiliki
tanggungjawab, berani mengambil resiko, sopan, dan pandai mengambil sikap
untuk melamar Zahrana di saat yang tepat.
87
a) Tanggungjawab
Ditinjau dari segi psikologi Hasan adalah orang yang penuh dengan
tanggungjawab dan berjiwa kepemimpinan yang bisa diandalkan. Perhatikan
kutipan berikut.
“... Selama saya tahu dia di kampus, dia bisa diandalkan tanggungjawab
dan kepemimpinannya. Kenapa ibu masih ragu dengan anak sendiri.”
(CSZ, hlm., 264)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Hasan adalah orang yang memiliki
rasa tanggungjawab dan bisa diandalkan.
b) Berani
Hasan memiliki jiwa pemberani, percaya diri, pandai mengelola rasa
tertariknya pada dosen pembimbing skripsinya dan berani mengambil resiko atas
pilihannya. Keberanian dan rasa percaya dirinya itu, ia aplikasikan dengan
melamar dosen pembimbing skripsinya di Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang, ketika Hasan masih menyelesaikan S1 di Universitas
tersebut. Perhatikan kutipan berikut.
“… Saya datang kemari untuk menunaikan janji kepada anak saya itu.
Saya berjanji akan membantunya menyunting gadis manapun yang
ingin dinikahinya selama akhlak dan agamanya bagus. Dan ketika
Hasan ingin menyunting Bu Zahrana, saya langsung setuju. …” (CSZ,
hlm., 265)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Hasan adalah memiliki jiwa
pemberani atas sikap yang diambilnya yaitu melamar dosen pembimbing
skripsinya ketika masih kuliah S1 di Universitas Mangunkarsa Semarang.
88
c) Sopan
Hasan memiliki jiwa yang sopan dan menghargai perempuan. Setelah
menikah dengan Zahrana Hasan memilih meninggalkan kuliahnya di Malaysia
dan ikut Zahrana menyelesaikan S3 di Fudan Unversity Beijing sekalian berbulan
madu di Beijing. Hasan juga berharap bisa menyelesaikan S2 dan S3 di Beijing,
kemudian Hasan berharap setelah selesai S3 di Beijing akan pulang ke Indonesia
dan bisa mendirikan Universitas sendiri bersama Zahrana istri tercintanya.
Perhatikan kutipan berikut.
“Jika benar Bu Zahrana, eh maaf Dik Zahrana diberi beasiswa penuh
oleh Fudan University, maka saya dukung penuh. Dik Zahrana
sebaiknya ambil Ph.D, saya yang akan ikut. Kan kuliah di Malaysia
baru beberapa bulan. Saya pindah saja ikut kuliah di Fudan. ... (CSZ,
hlm., 272)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Hasan adalah orang yang sopan dan
menghargai keputusan istrinya yang ingin kuliah di Beijing. Hasan juga ikut
Zahrana kuliah di Beijing sekalian berbulan madu di Beijing.
d) Pandai mengambil sikap
Hasan yang sebenarnya jatuh hati kepada dosen pembimbing skripsinya di
Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. Rasa tertariknya ia simpan
dan kelola dengan baik sehingga rasa tertariknya suka kepada Zahrana ia
ungkapkan pada saat yang tepat. Yaitu ketika Zahrana benar-benar membutuhkan
pendamping hidup yang bertanggung jawab. Hasan datang melamar Zahrana
melalui ibunya yaitu Dokter Zulaikha, sebagaimana dalam kutipan berikut.
Lihat halaman sebelumnya bagian kutipan sikap Hasan yang berani.
89
3) Tinjauan Fisiologi
Hasan ditinjau dari segi fisiologi tidak dijelaskan secara detil bagaimana
ciri-ciri fisiknya, Hasan disebutkan berusia 29 tahun.
a) Usia 29 Tahun
Secara fisik Hasan tidak dijelaskan secara detil tetapi Hasan disebutkan berusia 29
tahun dan baby face. Perhatikan kutipan berikut.
“Syariat tidak menentukan batasan umur. Ibu memang lebih tua. Tetapi
tidak terpaut jauh. Cuma empat tahun. Hasan umurnya 29. Mukanya
memang baby face. Bagi saya sendiri tidak masalah. Toh suami saya
juga lebih muda dua tahun dari saya.” (CSZ, hlm., 266)
Kutipan di atas adalah bukti bahwa Hasan adalah seseorang yang masih
muda berusia 29 tahun dan memiliki wajah baby face.
9. Dokter Zulaikha
Dokter Zulaikha adalah seorang dokter yang merawat Zahrana ketika
Zahrana sedang dirawat di rumah sakit dan dokter Zulaikha adalah ibundanya
Hasan.
1. Tinjauan sosiologi
Dokter Zulaikha ditinjau dari segi sosiologi adalah seorang yang memiliki
status sebagai dokter dan ibundanya Hasan.
a. Seorang dokter
Dokter Zulaikha adalah orang yang memiliki martabat tinggi dengan
jabatannya sebagai dokter yang sering menolong orang lain, sebagaimana dalam
kutipan berikut.
“Pertemuan dengan dokter berjilbab yang ternyata ibundanya Hasan itu
membuatnya seolah bisa bernafas. Dokter berjilbab itu juga bisa
menyegarkannya dengan sedikit cerita masa mudanya yang sebenarnya
90
mirip dengan Zahrana. Bu Dokter bernama Zulaikha, biasa dipanggil
Bu Dokter Zul ternyata juga menikah di usia yang sangat terlambat.”
(CSZ, hlm., 252)
Kutipan di atas dapat menunjukkan bahwa Dokter Zulaikha adalah orang
terpandang dengan statusnya sebagai dokter.
b. Ibunya Hasan
Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa dokter Zulaikha adalah
ibunya Hasan dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Pertemuan dengan dokter berjilbab yang ternyata ibundanya Hasan itu
membuatnya seolah bisa bernafas. …” (CSZ, hlm., 252)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa dokter Zulaikha adalah ibundanya
Hasan mahasiswa yang pernah dibimbing skripsinya oleh Zahrana.
2. Tinjauan Psikologi
Dokter Zulaikha ditinjau dari segi psikologis adalah orang yang ramah
dalam tutur sapa dan baik kepada orang yang dikenalnya.
a. Ramah
Dokter Zulaikha adalah orang yang ramah, santun dan lembut dalam
berbicara. Perhatikan kutipan berikut.
“Pintu diketuk. Seorang dokter berjilbab masuk. Dengan ramah dokter
setengah baya itu memeriksa Zahrana. Semua keluhan Zahrana ia
dengarkan dengan penuh perhatian. ...” (CSZ, hlm., 252)
Kutipan di atas dapat membuktikan bahwa Dokter Zulaikha memiliki jiwa
yang ramah, santun, dan lembut dalam berkata dan bertingkah
b. Baik
Dokter Zulaikha adalah orang yang baik dan selalu menolong orang lain,
baik dengan perkataan maupun perbuatan. Perhatikan kutipan berikut.
91
“Anton Chekov pernah menulis, „Suatu saat kamu perlu untuk tidak
memikirkan kesuksesan dan kegagalan. Jangan biarkan hal itu
mengganggumu!‟.”
“Nasehat yang baik sekali Bu.”
“Ya. Tidak ada salahnya untuk memperkaya jiwa kau baca juga karya-
karya sastra.”
“Terima kasih Bu atas semuanya.” (CSZ, hlm., 253)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa kebaikan dokter Zulaikha dapat
dibuktikan dengan pesan yang membuat Zahrana menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dan dari pesan yang disampaikan kepada Zahrana merupakan sebuah
perbuatan baik yang disampaikan dengan ucapan dan saran dokter Zulaikha
kepada Zahrana bukan dengan tindakan sebagai contoh aplikasi dalam kehidupan
3. Tinjauan Fisiologi
Ditinjau dari segi fisiologi dokter Zulaikha adalah orang yang sudah tua
setengah baya dan berjilbab.
a. Tua setengah baya
Dokter Zulaikha ditinjau dari segi fisiologi tidak dijelaskan bagaimana
kondisi fisiknya. Dokter Zulaikha disebutkan tua setengah baya, sebagaimana
dalam kutipan berikut.
“Pintu diketuk. Seorang dokter berjilbab masuk. Dengan ramah dokter
setengah baya itu memeriksa Zahrana. …” (CSZ, hlm., 252)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Dokter Zulaikha sudah tua setengah
baya, namun kondisi fisiknya yang lain tidak digambarkan secara gamblang dan
detil.
b. Berjilbab
Dokter Zulaikha adalah perempuan yang mengenakan jilbab. Lihat kutipan
sebelumnya yang menunjukkan bahwa dokter Zulaikha adalah orang berjilbab.
92
3) Tokoh Sampingan
Tokoh-tokoh berikut adalah tokoh yang tersebut di dalam novel dan
menjadi pelengkap berlangsungnya kisah cerita dalam Cinta Suci Zahrana,
peranannya hanya satu kali sesi dalam cerita, tidak seperti tokoh tambahan yang
berperan hingga akhir cerita Cinta Suci Zahrana.
Seorang Satpam Bank BUMN yang meminang Zahrana dibawa oleh
temannya Pak Munajat ayah Zahrana, tetapi Zahrana menolaknya karena satpam
itu tidak bisa membaca Al-Quran. Seorang Duda pemilik bengkel motor yang
meminang Zahrana ditunjukkan oleh Wati teman Zahrana, tetapi Zahrana
menolaknya. Bu Nyai Sa‟adah Al Hafidhah adalah istri K.H. Amir Siddiq
pengasuh utama Pesantren Al Fatah tempat Zahrana mengajarkan ilmunya kepada
siswa-siswi STM Al Fatah dan mencarikan Zahrana bakal calon suami. K.H. Amir
Siddiq pengasuh utama Pesantren Al Fatah yang menyatukan Zahrana dengan
Rahmad calon suami yang telah dirembukkan dengan Bu Nyai Dah istrinya.
Penjual krupuk 1 yang ditemui Zahrana ketika mencari calon suami dan
menunggu Rahmad calon yang dipilihkan Bu Nyai dan Pak Kiai. Ia
memperkirakan umurnya mendekati lima puluh tahun, kulitnya hitam legam
tersengat matahari. Mas Andi kakak sepupu jauh Lina yang diajukan Lina kepada
Zahrana untuk dijadikan suami, namun Zahrana tidak mau dengan alasan Zahrana
masih ingin melanjutkan studynya, dan akhirnya Andi menjadi suami Lina
sahabat karib Zahrana. Santi, Siti, dan Feby teman-teman satu kos Zahrana ketika
masih menyelesaikan SI di UGM. Gunawan Widiyanto Kakak kandungnya Santi
93
yang melamar Zahrana, namun Zahrana menolaknya karena Zahrana masih ingin
melanjutkan studinya ke jenjang selanjutnya.
Edi Nugroho Adik kelas jauh Zahrana di FT UGM yang bertemu dengan
Zahrana di bandara Changi Singapura ketika Zahrana akan menerima
penghargaan di Beijing. Vincent Lung lelaki yang ditugasi oleh Tsinghua
University untuk menjemput Zahrana di bandara. Lilian Yibing dosen sejarah di
Tsinghua University yang menemani Zahrana ketika berkunjung ke masjid tertua
di Beijing. Pak Karsan, Mbak Mar, Bu Pur, dan anak-anak tetangganya Pak
Munajat orang tua Zahrana. Suwarni teman Zahrana waktu di SMA. Bu Nurul
dosen pengampu matakuliah geologi Universitas Mangunkarsa Semarang teman
Zahrana sesama dosen. Wiwik dan Mbak Asih tetangganya Lina yang meminta
bantuan Lina ketika Zahrana sedang berkunjung di rumah Lina. Pak Sholihin
dosen pembimbing skripsinya Hasan sebelum dibimbing oleh Zahrana. Titi
mahasiswi yang menggoda Hasan namun tidak berani karena Hasan bersama Nina
adik ayahnya Hasan yang paling bungsu.
Wati teman lama atau teman ketika Zahrana masih SMA dan mencarikan
Zahrana bakal calon suami yaitu Duda pemilik bengkel motor. Pak Abd Rahim
dosen pembimbing skripsi Nina yang disebutkan oleh Nina ketika Nina
berkunjung ke rumah Zahrana. Imdad anaknya Lina sahabat karib Zahrana. Boby
temannya Imdad yang disebutkan oleh Imdad anaknya Lina. Mery teman kuliah
Zahrana di Jogja yang bertemu di Surabaya disebutkan oleh Zahrana ketika
berbicara dengan Bu Nuriyah setelah Zahrana pulang dari Surabaya. Siswanto
anaknya Pak Karsan yang melamar Zahrana disebutkan oleh Pak Munajat, karena
94
Zahrana selalu menunda pernikahan dengan menolak Pak Karman, Pak Darmanto
adiknya Pak Karman juru bicara ketika melamar Zahrana.
Pak Didik Dosen matakuliah struktur beton Universitas Mangunkarsa
Semarang teman sesama dosen Zahrana yang sempat juga meminang Zahrana
melalui media sosial atau mengirim pesan lewat email. Yetti mahasiswi yang
menggoda Pak Karman setelah Pak Karman keluar dari ruang rapat karena
mendapat nilai C. Drs. Fadholan, M.Ag. dosen agama islam Universitas
Mangunkarsa Semarang, yang memimpin doa ketika acara penyambutan
kedatangan Zahrana dari Beijing.
2.1.4 Latar
Latar atau setting menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012: 216) yang
disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Aminuddin (dalam Siswanto, 2013:135) memberi batasan setting
sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun
peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan psikologis.
Menurut Kenny dalam Sudjiman (dalam Siswanto, 2013:136)
mengungkapkan cakupan latar cerita dalam cerita fiksi yang meliputi
penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan sebuah
ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya
kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya sebuah tahun, lingkungan agama,
95
moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh. Adapun fokus analisis
penulis pada penelitian ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
1) Latar Tempat
Latar Tempat adalah latar yang mengacu pada tempat atau lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Misalnya perkotaan,
pedesaan, di desa, di kota, di penjara, di rumah, dan sebagainya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi#Latar akses pada 31.10.2016). Latar tempat
merupakan lokasi atau tempat kejadian peristiwa yang menjadi landas pacu dalam
novel untuk keberlangsungan cerita, dialog, dan peristiwa-peristiwa yang
mendukung jalannya cerita. Ada banyak latar tempat di dalam novel Cinta Suci
Zahrana ini, latar tempat dilukiskan dengan jelas. Latar tepat berkaitan erat
dengan tokoh-tokoh, hubungan antartokoh, serta proses berlangsungnya alur
cerita. Karakter tokoh pun tidak dapat dipisahkan dari latar tempat terjadinya
peristiwa. Latar tempat ialah tempat berlakunya sesuatu peristiwa dalam karya
sastera.
Berikut ini disampaikan beberapa latar tempat yang penting bagi alur dan
karakter cerita Cinta Suci Zahrana. Latar tempat lainnya akan disebutkan jika
perlu. Adapun latar tempat novel Cinta Suci Zahrana adalah pulau Jawa dan
Beijing. Di pulau jawa seperti: Semarang, Solo, Bandung, Jogja, dan Surabaya,
Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo, Kota Semarang, ruang dekan Fakultas
Teknik UGM, Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, (Ruangan
96
dosen, bagian parkir mobil, depan ruang dosen, Kantin Kampus, ruang rapat
Universitas Mangunkarsa, ruang kerja Pak Sukarman).
Kampus UNDIP Tembalang, Cafe Kampoeng Steak, warung lesehan
“Nrimo Ing Pandun” di Jalan Kaliarung Km 9, Daerah Gubug Purwodadi, Toko
Buku At Thoyyibah, Rumah Wati, Daerah Temanggung, di Ladang, Pesantren
ARIS Kaliwungu, STM Al Fattah Mranggen, Demak, (Ruang kelas, ruang kepala
sekolah, Kantor STM Al Fatah), RS Roemani, Warung, Perumahan Klipang Asri,
Di rumah Pak Munajat, (Ruang Tengah Rumah Pak Munajat, Halaman depan
rumah Pak Munajat, Kamar Zahrana, Ruang Tamu Rumah Pak Munajat, Dapur
rumah Pak Munajat, Ruang makan), Masjid dekat rumah Zahrana, Warung Bu
Karsih, Rumah Bu Karsih. Bandara Changi, Singapura.
Sedangkan di Beijing, China, latar tempat terjadi di Capital International
Airport Beijing, Hotel Jianguo, kamar President Suite, Tsinghua University, You
Yi Shun Restaurant, masjid tertua di Beijing, Tiananmen, Istana Musim Panas,
Istana Kota Terlarang, Tembok Raksasa. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan-
kutipan berikut.
1) Bandara Internasional Adi Sumarmo, Solo
Keberangkatan Zahrana ke Beijing menggunakan pesawat Silk Air dari
Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo menuju Bandara Changi Singapura
kemudian ke Beijing, perhatikan kutipan berikut.
“…Ia masih ingat betul wajah ayahnya yang dingin saat ia pamit.
Ayahnya hanya bilang, “yah, kalau sudah selesai segera pulang.”
Ibunya sedikit lebih ramah, tetapi terasa dingin juga, “Hati-hati ya.” Ia
sebenarnya berharap ayah dan ibunya melepas dengan rasa bangga,
bahkan ikut mengantarnya sampai Bandara Adi Sumarmo Solo.” (CSZ,
hlm., 4)
97
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana sedang berada di Bandara
Adi Sumarmo Solo, ketika akan berangkat ke Beijing dan melamun teringat pada
sikap kedua orang tunya yang melepas Zahrana sikap dingin seolah-olah tidak
bangga dengan prestasi Zahrana yang menerima penghargaan di Beijing.
2) Ruang dekan Fakultas Teknik UGM
Setelah diwisuda dari UGM Zahrana mendapatkan panggilan untuk
menjadi dosen di UGM. Zahrana memenuhi undangannya dengan hati berbunga-
bunga Zahrana menyatakan kesediaannya kemudian Zahrana keluar dari ruangan
Dekan pulang menuju rumah untuk bermusyawarah dengan orangtuanya.
“… ia keluar dari ruangan Dekan dengan hati berbunga-bunga. Ia
seperti melayang. Dunia terasa begitu indah. Ia akan jadi dosen UGM,
tanpa harus melamar, tetapi ia yang dilamar, dan ia akan disekolahkan
ke Delf University of Technology, Belanda. Oh, alangkah indahnya.”
(CSZ, hlm., 11)
Setelah berdiskusi dengan kedua orang tuanya Zahrana ternyata tidak
mendapatkan izin untuk mengajar di UGM. Peristiwa ini terdengar oleh seorang
dosen di UGM. Maka dari itu dosen tersebut mendatangi rumah Zahrana dan
memberikan jalan keluar agar Zahrana bisa mengamalkan ilmunya, dosen itu
meminta kepada Zahrana untuk memberikan memo yang telah disiapkan oleh
dosen itu. Maka dari memo itulah awal mula Zahrana dikenalkan dengan Bu
Merlin yang menjabat sebagai Pembantu Dekan I di Fakutas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang. Kemudian Zahrana mengajar dan mengamalkan ilmunya
di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang
“Salah seorang dosennya yang begitu perhatian padanya menyempatkan
diri untuk menemuinya di rumahnya. Di tengah hujan deras ia datang ke
Semarang. Kepada dosennya itu ia blak-blakkan, menceritakan
98
keadaannya dengan penuh terbuka. Sang dosen lalu bisa memahaminya.
Dosen itu memberikan memo untuknya.”
“Berikan ini kepada teman saya di Fakutas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang. Namanya Bu Merlin.semoga illmumu bisa
bermanfaat. Kata Dosennya itu.” (CSZ, hlm., 14)
Selama mengajar di Fakutas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang.
Ia menulis karya ilmiah di bidang arsitektur. Artikel yang ia tulis mendapatkan
apresiasi dari para pakar Arsitektur dunia dan menerima penghargaan dari
Tsinghua University. Zahrana pun berangkat ke Beijing untuk menerima
penghargaan di Tsinghua University sekalian berwisata di China.
3) Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa, Semarang
Cerita yang berlokasi di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa
Semarang, latar tempat dalam novel Cinta Suci Zahrana di Fakultas Teknik
Universitas Mangunkarsa berlangsung di ruangan dosen, bagian parkir mobil,
depan ruang dosen, kantin kampus, ruang rapat Universitas Mangunkarsa, ruang
kerja Pak Sukarman). Dapat dibuktikan dengan kutipan-kutipan berikut.
a) Depan Gedung Utama FT UM Semarang
Sepulang dari China Zahrana dijemput di Bandara Adi Sumarmo Solo oleh
rombongan dari Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang kemudian
dari perjalanan itu rombongan itu tiba di depan gedung utama Fakultas Teknik
Universitas Mangunkarsa Semarang.
“… Tak lama kemudian sampailah rombongan di kampus Universitas
Mangunkarsa mereka berhenti di depan gedung utama Fakultas
Teknik.” (CSZ, hlm., 96)
99
b) Ruang rapat FT UM Semarang
Setelah rombongan itu sampai di depan gedung utama Fakultas Teknik
Universitas Mangunkarsa Semarang Zahrana memasuki ruang rapat untuk
penyambutan kedatangan Zahrana dari Tsinghua University. Di ruang rapat
Universitas Mangunkarsa itulah acara penyambutan berlangsung.
“Memasuki ruang rapat Zahrana agak terkejut. Suasana ruang rapat
sama sekali berubah. Meja-meja telah disingkirkan yang ada hanyalah
kursi dan panggung kecil dengan background menawan bertuliskan
“DEKAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MANGUNKARSA SEMARANG
beserta seluruh dosen, karyawan
dan mahasiswa mengucapkan;
CONGRATULATION
kepada Ibu Dewi Zahrana, M.T. tercinta
atas penghargaan tingkat internasional di bidang arsitektur
yang diberikan oleh Tsinghua University Beijing.” (CSZ, hlm., 97)
c) Panggung ruang rapat FT UM Semarang
Di ruang rapat telah disediakan sebuah panggung untuk prosesi
penyambutan kedatangan Zahrana dari Tsinghua University, Beijing. Pak
Sukarman dekan Fakultas Teknik memberikan sambutan dan memberikan cidera
mata atas prestasi yang telah diraih oleh Zahrana seorang dosen di Fakultas
Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang.
“Dengan mata berbinar dan bibir menyungging senyum, Pak Sukarman
maju naik ke panggung. Ia berdehem dulu untuk mengetes pengeras
suara, lalu memulai pidatonnya. ...” (CSZ, hlm., 97)
d) Parkiran FT UM Semarang
Hari berikutnya Zahrana melanjutkan kembali aktifitas mengajarnya, dari
rumah memuju kampus dengan mengendarai motor maticnya dan sampai di
kampus di bagian parkir mobil dan menuju gedung utama.
100
“… Zahrana memasuki kawasan parkir, ia melewati satpam. Zahrana
mengangguk ramah pada satpam. penjaga keamanan parkir itu
membalas mengangguk dengan tersenyum. ...” (CSZ, hlm., 117)
e) Ruang dosen FT UM Semarang
Dari parkiran Zahrana memasuki gedung utama menuju ruangan dosen
dan pada saat Zahrana memasuki ruang dosen Zahrana menyapa Pak Didik yang
meja kerjanya bersebelahan dengan Zahrana.
“Pada saat yang sama Zahrana tiba di ruangan dosen. Semua sedang
sibuk di meja masing-masing bikin persiapan. Zahrana tergesa-gesa
setelah mengucapkan salam ia ke meja kerjanya. ...” (CSZ, hlm., 118)
Setelah berbincang dengan Pak Didik di ruangan dosen Zahrana keluar
untuk menemui Bu Merlin yang sedang menunggu di kantin. Di Depan ruang
dosen Zahrana dicegat oleh Nina mahasiswi yang mencarinya, di depan ruang
dosen itulah mereka berbincang. Nina meminta bantuan Zahrana untuk
membimbing skripsi seorang mahasiswa bernama Hasan yang sebelumnya
dibimbing oleh Pak Shalihin.
“Zahrana keluar dari ruangan dosen dan berjalan agak cepat. Nina
melihat dosen yang dicarinya langsung bergegas mengejarnya.”
“Bu Rana!” teriak Nina sambil setengah lari. Zahrana terhenti
langkahnya dan menengok ke belakang.
“Assalamualaikum, Bu.” Sapa Nina.
“Waalaikumussalam. Ada apa Nin?” jawab Zahrana. (CSZ, hlm., 119)
f) Kantin FT UM Semarang
Sesudah perbincangan Zahrana dengan Nina selesai, Zahrana kemudian
berjalan menuju kantin kampus tempat Bu Merlin menunggu.
“Zahrana menengok kanan kiri mencari Bu Merlin. Seorang ibu-ibu
setengah baya yang menjadi penjaga kantin paham, ia mendekati
Zahrana.
“Bu Rana, cari Bu Merlin?‟
“iya”
101
“Penjaga kantin itu menunjuk ke ruangan khusus Dosen. Zahrana
mengangguk.” (CSZ, hlm., 123)
Pembicaraan Bu Merlin dengan Zahrana di kantin kampus terkait dengan
kunjungan Zahrana ke Tsinghua University. Apa yang diperoleh di sana bisa
diberikan untuk kemajuan Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang
dan perihal Pak Karman ingin melamar Zahrana.
g) Ruang dekan atau ruang kerja Pak Sukarman
Pak Sukarman menunggu Bu Merlin di ruang kerjanya untuk mengetahui
bagaimana tanggapan kedua orangtua Zahrana atas lamaran Sukarman.
“Pagi sekali Pak Sukarman sudah tiba di kampus. Ia mondar-mandir di
ruang kerjanya, sambil sesekali melihat ke jendela. Ia melihat ke arah
tempat parkir. Mobil Bu Merlin belum juga ada. ...” (CSZ, hlm., 176-
177)
Kutipan-kutipan di atas membuktikan bahwa berlangsunganya cerita yang
menggunakan lokasi Universitas Mangunkasra Semarang yang berlokasi di
Fakultas Teknik. Selain itu lokasi cerita berlangsung di rumah Pak Munajat di
Perumahan Klipang Asri, Semarang.
4) Rumah Pak Munajat
Setting cerita yang berlangsung di rumah Pak Munajat berlokasi di ruang
tengah rumah Pak Munajat, halaman depan rumah Pak Munajat, ruang tamu
rumah Pak Munajat, dapur rumah Pak Munajat.
Rumah Pak Munajat orangtua Zahrana terletak di bagian pinggir
Perumahan Klipang Asri, Semarang. Rumah kecil dan sederhana tetapi memiliki
sejarah perjuangan yang sangat berharga, tempat berteduh ketika hujan dan
bernaung dari terik matahari, sebagaimana dalam kutipan berikut.
102
“Rumah kecil yang ada di bagian pinggir Perumahan Klipang Asri ini
dibeli ayahnya dengan mencicil bertahun-tahun. Dibeli dengan darah,
keringat, dan airmata. Rumah yang penuh sejarah bagi ayah dan ibunya.
Mereka tidak mungkin mau meninggalkannya.” (CSZ, hlm., 13)
Di rumah kecil sederhana itu pula tempat mereka melangsungkan
kehidupan bersosial masyarakat dan bermusyawarah ketika hendak mengambil
keputusan sekecil apapun. Misalnya ketika Zahrana menemukan jodohnya yang
dipilihkan oleh Bu Nyai, yaitu Rahmad. Pekerjaannya adalah menjual kerupuk
keliling yang akan diperintahkan oleh Bu Nyai untuk berjualan ke perumahan
rumah Zahrana. Zahrana bermusyawarah dengan ayah dan ibunya atas bakal calon
yang diajukan Bu Nyai, perhatikan kutipan berikut.
“Sampai di rumah ia mengajak musyawarah ayah dan ibunya.
Keduanya mendorongnya untuk maju.”
“Kemuliaan hidup seseorang itu tidak karena pendidikannya atau
pekerjaannya seseorang jika dimuliakan oleh Allah akan juga mulia di
mata manusia. Demikian kata ibunya.” (CSZ, hlm., 234)
Setiap orang yang mengenal dan berkepentingan dengan Zahrana atau pun
dengan kedua orang tuanya, mereka mendatangi rumah itu baik untuk sekedar
silaturahmi atau karena kepentingan yang lain.
a) Halaman depan rumah Pak Munajat
Halaman depan rumah merupakan akses dan lintasan utama yang harus
dilewati orang yang berkunjung ke rumah Pak Munajat. Maka kepulangan
Zahrana dari Beijing yang mengendarai taksi pun berhenti di halaman depan
rumahnya. Ketika mendengar bunyi klakson mobil Bu Nuriyah menghentikan
aktifitasnya lalu keluar ke halaman depan rumahnya.
“Dugaannya benar. Bu Nuriyah melihat taksi berwarna biru di halaman
rumahnya. Zahrana keluar dari taksi. Sopir taksi turun membuka bagasi
103
dan membantu mengangkatkan barang-barang Zahrana ke beranda.”
(CSZ, hlm., 112)
b) Ruang tengah atau ruang tamu rumah Pak Munajat
Di ruang tengah atau ruang tamu Pak Munajat dan Bu Nuriyah
mengerjakan pekerjaannya, Pak Munajat memeriksa sambungan-sambungan kabel
televisinya sambil menunggu kedatangan Zahrana.
“Dua orang tua itu sibuk di ruang tengah Bu Nuriyah sibuk menyetrika
pakaian. Sementara Pak Munajat mengotak-atik pesawat televisinya
yang masih rewel.” (CSZ, hlm., 111)
Setiap tamu yang datang ke rumah Pak Munajat pasti akan menempati
ruang khusus untuk tamu yaitu di ruang tamu rumah Pak Munajat, ketika
rombongan Pak Karman datang melamar Zahrana.
“... Ayah ibunya tampak kaget. Tidak menduga yang datang sebanyak
ini dan seserius ini. Untung ruang tamu orang tuanya cukup luas. Hanya
tiga orang yang tidak dapat tempat duduk. Terpaksa duduk di beranda.”
(CSZ, hlm., 191-192)
Lina datang ke rumah Pak Munajat untuk memenuhi permintaan Zahrana
dan bersilaturrahmi kepada Pak Munajat dan Bu Nuriyah.
“Mereka lalu masuk ke ruang tamu. Lina melihat jam dinding, sudah
pukul lima seperempat. Empat puluh menit lagi azan magrib
berkumandang. Ia punya waktu yang cukup untuk berbincang dengan
kedua orang tua sahabatnya itu.” (CSZ, hlm., 41)
Kutipan di atas adalah berlangsungnya setting tempat di ruang tamu rumah
Pak Munajat ketika sedang ada tamu yang mengunjungi rumah Pak Munajat.
c) Dapur rumah Pak Munajat
Di dapur rumah Pak Munajat, Zahrana dan Bu Nuriyah berkumpul ketika
mereka sempat membicarakan tentang penolakan Zahrana terhadap lamaran Pak
104
Karman, Zahrana terdesak dan tidak mau mengikuti emosinya karena takut
menyinggung perasaan kedua orang tuanya. Perhatikan kutipan berikut.
“Zahrana diam sebab jika dia bicara dalam keadaan emosi ia takut
kata-katanya menyakiti kedua orang tuanya. Ia memilih beranjak
meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamarnya. Airmatanya mulai
meleleh.” (CSZ, hlm., 183)
Kutipan di atas menunjukan bahwa Zahrana dan Bu Nuriyah berbicara di
dapur setelah acara lamaran Pak Sukarman selesai, kemudian Zahrana beranja
meninggalkan dapur.
Kutipan-kutipan di atas adalah bukti keberlangsungan setting tempat yang
berlokasi di rumah Pak Munajat.
5) Warung Bu Karsih
Bu Nuriyah lari menuju warung Bu Karsih tetangganya untuk menonton
televisi saat Zahrana akan tayang ketika menerima penghargaan di Tsinghua
University, Beijing berikut ini kutipannya.
“Sore itu Bu Nuriyah tergopoh-gopoh datang ke warung Bu Karsih,
tetangganya, ia cemas karena pesawat televisinya di rumah rewel.”
Masih rewel Bu TV-nya? tanya Bu Karsih.”
“...” (CSZ, hlm., 72)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Nuriyah sedang menuju warung
Bu Karsih karena televisi di rumahnya rewel, sementara Zahrana akan tayang di
layar kaca ketika menerima penghargaan di Beijing..
6) Rumah Bu Karsih
Ketika Bu Nuriyah sampai di warung Bu Karsih, Bu Karsih mengajaknya
menonton bersama di rumahnya bersama para tetangga yang lain.
105
“Bu Nuriyah bergegas masuk, ruang dalam rumah Bu Karsih sudah
penuh orang. Acara ”Anak Bangsa Berprestasi” sudah mulai
ditayangkan. ...” (CSZ, hlm., 72)
Kutipan di atas adalah bukti bahwa di rumah Bu Karsih Bu Nuriyah
menonton tayangan dokumentasi anak negeri berprestasi dan juga tayangan
Zahrana yang menerima penghargaan di Tsinghua University Beijing.
7) Masjid di dekat rumah Pak Munajat
Di masjid dekat rumah Zahrana Inilah akad nikah Zahrana dengan Hasan
dilaksanakan disaksikan para jamaah shalat isyak dan tarawih karena akan
nikahnya dilangsungkan setelah shalat isyak dan tarawih. Perhatikan kutipan
berikut.
“Selesai sahur Zahrana membaca Al-Quran sementara ibunya shalat,
begitu azan subuh berkumandang mereka berdua pergi ke masjid.
Selain untuk shalat subuh mereka juga ingin mendengarkan kuliah
subuh yang diadakan selama bulan suci ramadan.” (CSZ, hlm., 260)
8) Beijing
Latar tempat yang dihadikan tempat berlangsungnya cerita di Beijing,
China, adalah Capital International Airport Beijing, Hotel Jinguo, President Suite,
Tsinghua University, You Yi Shun Restaurant, Masjid tertua di Beijing,
Tiananmen, Istana Musim Panas, Istana Kota Terlarang, Tembok Raksasa.
a) Capital International Airport
Zahrana tiba di Beijing pertama kali menginjakkan kaki di Capital
International Airport Beijing ketika pesawat Silk Air yang ditumpangi Zahrana
mendarat. Berikut kutipannya.
“Jam di Capital International Airport Beijing menunjukkan angka
23.25 ketika pesawat SQ 810 diumumkan telah mendarat. Artinya
106
pesawat itu tepat seperti yang dijadwalkan, bahkan datang lebih awal
lima menit.” (CSZ, hlm., 49)
b) Hotel Jinguou
Setelah keluar dari Capital International Airport Beijing Zahrana dibawa
menuju Hotel Jinguo untuk istirahat melepas lelah selama di perjalanan.
“... Zahrana dengan seksama membaca nama hotel itu Hotel Jinguo.
Sambil berjalan menuju resepsionis, Vincent menjelaskan kenapa
menempatkan Zahrana di hotel itu.” (CSZ, hlm., 54)
c) Kamar President Suite
Di Hotel Jinguo Zahrana ditempatkan di kamar President Suite, kamar
berkelas dan berkualitas sehingga Zahrana merasa diperlakukan seumpama putri
raja.
“Vincent mengambil kunci kamar, lalu bersama seorang petugas hotel
ia mengantarkan Zahrana ke kamarnya. Zahrana agak terkejut, ternyata
ia ditempatkan di President Suite. Ia benar-benar diperlakukan sangat
istimewa seumpama seorang putri raja. ...” (CSZ, hlm., 55)
d) Grand Auditorium Tsinghua University
Pagi harinya Zahrana dijemput untuk menerima penghargaan di Tsinghua
University yang dilangsungkan di Grand Auditorium Tsinghua University.
“Memasuki Grand Auditorium itu wibawa seremonial penganugerahan
penghargaan itu sudah sangat terasa. Vincent jean nouvel, Tadao Ando
dan belasan asitek terkemuka dunia juga datang. ...” (CSZ, hlm., 63)
e) You Yi Shun Restaurant
Setelah acara pemberian penghargaan selesai Zahrana diajak minum teh
oleh Rektor Tsinghua University di You Yi Shun Restaurant.
“Pidato anda sangat bagus. Para wartawan senior di sini banyak yang
memuji. Pak Rektor senang sekali dan merasa tidak salah pilih. O ya,
setelah ini Pak Rektor mengundang minum teh di You Yi Shun
Restaurant.” (CSZ, hlm., 70)
107
f) Masjid tertua di Beijing
Setelah minum teh di You Yi Shun Restaurant pada hari berikutnya
Zahrana mengunjungi Masjid tertua di Beijing, masjid Niujie namanya. Zahrana
pergi bersama dua dosen arsitektur, seorang dosen sejarah seorang perempuan
muda namanya Lilian Yibing, dan dua orang reporter televisi nasional Indonesia.
“Lilian memberikan kesempatan kepada Zahrana untuk mengamati
bagunan Masjid Niujie dengan seksama. Masjid itu sangat berbeda
dengan masjid yang selama ini ia temukan di Indonesia.” (CSZ, hlm.,
77)
g) Tiananmen, Istana Musim Panas, Istana Kota Terlarang, Tembok Raksasa
China
Setelah masa kunjungan dan menyematan penghargaan di Tsinghu
University selesai Zahrana pulang ke Indonesia dan melakukan aktifitasnya
kembali, hingga sampai pada akhirnya Zahrana menikah dengan Hasan
mahasiswa yang dibimbing skripsinya. Zahrana melanjutkan S3 di Fudan
University sekaligus berbulan madu dengan suaminya di Negeri Tirai Bambu.
“Dua sejoli yang dipenuhi rasa bahagia dan selain mencintai itu
berjalan-jalan di Tembok Raksasa sambil menghirup sejuknya musim
semi. Zahrana merasakan bahwa kesabarannya selama ini benar-benar
dilihat dan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan.” (CSZ, hlm.,
273-274)
Kutipan-kutipan di atas adalah bukti keberlangsungan cerita yang
berlokasi di Beijing China, selama Zahrana tinggal di Beijing umtuk menerima
penghargaan dari Tsinghu University, dan di Negeri Tirai Bambu ini pula ending
cerita dari novel Cinta Suci Zahrana.
108
9) Kota Semarang
Ketika Zahrana tamat SMP ayahnya meminta Zahrana untuk ke pesantren
namun Zahrana merasa lebih nyaman jika dia melanjutkaan sekolah di SMA
terbaik di kota Semarang. Berikut kutipannya.
“Sesungguhnya ia ingin mengikuti keinginan ayah dan ibunya, tetapi
entah kenapa ia yang menjadi lulusan terbaik di SMP Kota Semarang
merasa lebih nyaman jika melanjutkan ke SMA terbaik di Kota
Semarang.” (CSZ, hlm., 5)
Zahrana sebenarnya ingin mengikuti kemauan orang tuanya namun ia juga
memiliki pilihan yang menurutnya lebih nyaman jika dia melanjutkan ke SMA
terbaik di Kota Semarang. Setelah lulus dari SMA Zahrana melanjutkan SI di
UGM Jogja karena termotivasi oleh perkataan guru sejarahnya ketika masih SMA
maka Zahrana menemukan tantangan untuk melanjutkan SI di UGM Jogja.
“Ia pernah bertanya kepada guru sejarahnya, kenapa kota Paris bisa
begitu cantik dan indah? Gurunya menjawab karena mereka punya
insinyur dan arsitek-arsitek yang hebat. Maka ia menemukan
tantangannya dan Ia memilih kuliah di Fakultas Teknik UGM jurusan
Arsitektur.” (CSZ, hlm., 6)
10) Bandung
S2 menjadi tuntutan bagi Zahrana sebagai dosen di Universitas
Mangunkarsa Semarang, dia meminta izin kepada ayahnya dengan alasan hanya
Zahrana yang pendidikannya SI di antara teman-teman dosennya maka ayahnya
mengizinkan Zahrana untuk melanjutkan S2 di ITB, sebagaimana dalam kutipan
berikut.
“Pada saat itu ia mendapatkan beasiswa dari Dikti untuk melanjutkan
S2 di ITB. Ia memilih melanjutkan kuliahnya. Ia beralasan kepada
ayahnya bahwa hanya dirinya seorang yang tidak S2 di antara sesama
dosen. Ayahnya langsung bisa memahami dan mengijinkan kuliah S2
ke Bandung.” (CSZ, hlm., 15)
109
11) Kafe Kampoeng Steak
Zahrana yang sedang bahagia tidak ingin kebahagiaannya ia rasakan
sendiri, Zahrana mengajak Santi, Siti, dan Feby teman-teman satu kostnya untuk
makan enak di Cafe Kampoeng Steak, sebagai tanda syukuran. Berikut
kutipannya.
“... Ia mengajak Santi, Siti, dan Feby teman-teman satu kosnya untuk
makan enak di Cafe Kampoeng Steak, sebagai tanda syukuran.” (CSZ,
hlm., 28)
12) Warung lesehan “Nerimo Ing Pandun”
Zahrana menerima lamaran Gugun di sebuah warung lesehan “Nerimo Ing
Pandun” Gugun adalah kakaknya Santi teman satu kost Zahrana, berikut
kutipannya.
“.... Malamnya jam setengah delapan malam, ia bertemu Gugun dengan
ditemani Santi di Warung Lesehan “Nrimo Ing Pandun” di Jalan
Kaliarung Km 9. Gugun menjemput dia dan Santi dengan mobil pick up
tua.” (CSZ, hlm., 29)
13) Bandara Changi Singapura
Zahrana akan menerima penghargaan di Tsinghua University Beijing
menaiki pesawat Silk Air dari Bandara Adi Sumarmo Solo menuju Beijing.
Namun transit di Bandara Changi Singapura. Berikut kutipannya.
“... Pesawat terus menurunkan ketinggiannya. Semakin lama semakin
rendah, semakin mendekat ke bumi. Dan akhirnya pesawat Silk Air dari
Solo itu mendarat dengan tenang di bandara Changi.” (CSZ, hlm., 34)
14) Toko buku At Thayyibah
Sepulang dari kampus ketika prosesi penyambutan Zahrana dari Tsinghua
University usai Zahrana pulang namun Zahrana tidak langsung menuju rumah
110
melainkan berkunjung ke tempat Sahabatnya Lina di Toko Buku At Thayyibah di
kawasan dekat kampus UNDIP. Berikut kutipannya.
“... Zahrana meminta sopir masuk ke jalan Pujangga. Begitu sampai di
depan toko buku At Thoyyibah, Zahrana minta berhenti.” (CSZ, hlm.,
101)
15) Rumah sakit Roemani
Ketika Zahrana sedang jatuh sakit karena mendengar calon suaminya
meninggal karena kecelakaan kereta api Zahrana di bawa ke Rumah Sakit
Roemani untuk dirawat. Sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Lina membawa Zahrana yang masih pingsan ke RS Roemani. Lina
memilihkan kamar VIP agar Zahrana bisa beristirahat dengan nyaman.
Menjelang Zuhur Zahrana siuman. Lina ada di sampingnya
menenangkan. Setelah minum air putih tiga teguk Zahrana menangis.”
(CSZ, hlm., 250)
16) Tlogosari Kulon di Semarang
Zahrana mengunjungi rumah sahabat lamanya yang bernama Wati yang
ketika itu Wati adalah sebagai istri seorang lurah di Tlogosari Kulon di Semarang.
Kutipan berikut sebahgai bukti.
“... Rumah Wati ada di Jalan Nogososro Asri. Agar segera sampai
Zahrana memilih jalan pintas. Dari kampusnya ia melewati perumahan
Genuk Indah, terus ke selatan menyeberang rel kereta api lalu mulai
masuk kawasan perumahan Tlogosari.” CSZ, hlm., 129-130)
17) Daerah Temanggung
Ketika Zahrana bingung untuk mencari seorang pemimpin yang akan
mendampingi dan membimbing hidupnya dalam berumah tangga Lina mengajak
Zahrana ke daerah Temanggung untuk menemui seorang Kiai yang masih ada
ikatan keluarga dengan Lina namun ketika sampai di rumah Pak Kiai dua santri
111
putri menyambut dan mengatakan bahwa Pak Kiai sedang ada di ladang. Berikut
kutipannya.
“Suatu hari Lina mengajak Zahrana mengunjungi seorang Kiai yang
sudah tua di daerah Temanggung. Kiai itu masih terhitung kakeknya
Lina, sebab istri kiai itu adalah kakak nenek Lina. ...” (CSZ, hlm., 215)
18) Ladang
Saat tiba di rumah kiai itu, Lina dan Zahrana disambut dua orang santri
putri. Seorang di antara mereka menjelaskan kalau Pak Kiai sedang ada di
ladangnya di pinggir hutan. Di lereng sebuah gunung. Lina mengajak Zahrana ke
sana.
“... Dua santri putri itu mengantarkan mereka ke ladang. Zahrana
merasakan suasana yang berbeda. Alam yang masih rindang, burung-
burung berkicauan, sejuk semilir angin, dan hamparan sawah dan
ladang yang bergelombang indah dipandang. ...” (CSZ, hlm., 216)
19) STM Al Fattah Mranggen, Demak
Zahrana yang sudah tidak mengajar lagi di Fakultas Teknik Universitas
Mangunkarsa Semarang mengajar di STM Al Fattah Mranggen, Demak. Sambil
berikhtiar untuk menemukan jodohnya di pesantren. Selang beberapa waktu
Zahrana memberanikan diri mengajak Lina untuk menghadap Bu Nyai untuk
dicarikan seorang calon pendamping dan dari Bu Nyai pengasuh pesantren itulah
Zahrana mendapatkan calon pendamping hidupnya. Calon pendamping yang
diajukan oleh Bu Nyai itu adalah Rahmad seorang duda tanpa anak bekerja
sebagai penjual kerupuk dan hanya tamatan Madrasah Aliyah. Berikut kutipannya.
“... Dari seorang teman ia mendapatkan informasi bahwa STM Al
Fattah Mranggen, Demak, sedang membutuhkan seorang guru yang
profesional untuk mendongkrak prestasi. STM Al Fatah berada di
payung Yayasan Pesantren Al Fatah. Pesantren besar yang terkenal di
112
Mranggen. Ia mengajukan lamaran hari itu juga ia diterima.” (CSZ,
hlm., 220)
Kutipan di atas adalah bukti diplomasi Lina dan Zahrana dengan Bu Nyai
pengasuh utama Pesantren Al Fatah dalam pencarian Zahrana untuk menemukan
pasangan hidup berumah tangga, dan tempat Zahrana mengamalkan ilmunya.
a) Kantor STM Al Fatah
Seperti biasa Zahrana sebelum memberikan pelajaran sekolahnya kepada
siswa-siswinya Zahrana ke kantor STM Al Fatah dulu untuk mengulas pelajaran
yang akan disampaikan atau membaca berita dari Koran.
“Jam setengah tujuh kurang sepuluh menit ia sudah sampai di kantor
STM Al Fatah. Waktu sepuluh menit sebelum bel berbunyi ia gunakan
untuk membaca koran. Ia penasaran pada sebuah judul berita:
KARENA BERBUAT CABUL, SEORANG DEKAN MATI
DIBUNUH DI RUANG KERJANYA.” (CSZ, hlm., 260)
Kutipan di atas menunjukkan Zahrana sedang membaca berita di kantor
STM Al Fatah yang menunjukkan Zahrana selalu memanfaatkan waktunya untuk
membaca.
b) Perpustakaan STM Al Fatah
Di samping pelajaran disampaikan oleh Zahrana tidak hanya pelajaran
umum saja yang ia sampaikan melainkan juga memberi kesempatan kepada
siswa-siswinya untuk membaca buku agama yang berkenaan dengan puasa
padahal jam pelajarannya bukan pelajaran fikih tetapi Zahrana mengajak anak
didiknya ke Perpustakaan.
“Anak-anak siswa kelas satu itu sangat gembira. Sebab diajak oleh guru
masuk perpustakaan yang jarang mereka dapatkan. Bagi mereka, cara
Bu Zahrana mengajar itu berbeda dengan guru-guru yang lain. ....”
(CSZ, hlm., 261-262)
113
Kutipan di atas menunjukkan semangat Zahrana dalam mengajar dan
selalu memberi hal yang baru untuk anak didiknya. Pelajaran tidak harus selalu di
ruang kelas tapi juga bisa di perpustakaan.
2) Latar Waktu
Latar Waktu adalah latar yang mengacu pada waktu kapan terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Dapat berupa jam, hari, tanggal,
bulan, tahun, peristiwa sejarah, bahkan zaman tertentu yang melatar belakanginya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi#Latar, akses pada 31.10.216) Latar waktu
yang penulis analisis adalah saat berlangsungnya peristiwa di pagi hari, siang hari,
sore hari, dan malam hari. Untuk mengetahui dan membuktikan kapan terjadinya
peristiwa atau dialog dalam novel Cinta Suci Zahrana dapat dibutikan dari
beberapa kutipan berikut.
a) Pagi Hari
Zahrana pergi ke kampus pada suatu pagi dan ketika Zahrana tiba di
kampus telah banyak mahasiswa yang datang. Berikut kutipannya.
“Pagi itu Zahrana ke kampus dengan mengendarai motor maticnya.
Kampus sudah ramai. Mahasiswa sudah banyak yang sampai. ...” (CSZ,
hlm., 117)
Zahrana yang bangun kesiangan karena setelah shalat subuh tidur lagi
sementara jam sembilan Zahrana harus mengajar di kampus namun ketika
Zahrana bangun jam di atas mejanya menunjukkan jam sepuluh pagi. Berikut
kutipannya.
“... Ia kaget bukan kepalang bagai disengat Kalajengking. Sudah jam
sepuluh pagi. Ia melihat siapa yang mengontaknya ternyata Bu Merlin.
114
Pasti Bu Merlin mencarinya sebab ia seharusnya jam sembilan
mengajar. …” (CSZ, hlm., 147)
Pak Sukarman berangkat ke kampus sangat pagi karena ketidaksabarannya
ingin bertemu dengan Bu Merlin untuk mengetahui informasi tentang lamarannya
terhadap Zahrana. Berikut kutipannya.
“Pagi sekali Pak Sukarman sudah tiba di kampus. Ia mondar-mandir di
ruang kerjanya, sambil sesekali melihat ke jendela. Ia melihat ke arah
tempat parkir. Mobil Bu Merlin belum juga ada. ...” (CSZ, hlm., 176-
177)
Di pagi hari Zahrana pergi ke kampus untuk mengantarkan surat
pengunduran diri dari Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, dan
sekaligus mengemasi barang-barangnya.
“Pagi itu Zahrana datang ke kampus dengan membawa dua pucuk surat
pengunduran dirinya. Satu untuk rektor dan satu untuk dekan. Pak
Karman sedang rapat dengan rektor. ...” (CSZ, hlm., 209)
Pada malam persiapan pesta pernikahan Zahrana tidur pulas di kamarnya
namun pada jam setengah tiga Zahrana dibangunkan karena Bapaknya yang
terbujur kaku di kursi. Berikut kutipannya.
“Ia benar-benar tidur pulas dan nyenyak. Jam setengah tiga ia
dibangunkan. Tidur bahagianya hilang. Ibunya menangis menjerit-jerit
seperti orang kesurupan. Bapaknya terpekur di kursi seperti patung.
Linalah yang membangunkannya.” (CSZ, hlm., 247)
Zahrana dan Bu Nuriyah makan sahur berdua dan terasa ada hal yang
sangat berbeda dengan bulan Ramadhan sebelumnya karena Pak Munajat sudah
tiada. Berikut kutipannya.
“Bulan Ramadhan datang. Zahrana semakin menikmati ibadahnya.
Selesai tahajjud, Zahrana menyiapkan sahur. Ibunya masih tidur. Begitu
semua siap, Zahrana membangunkan ibunya dengan penuh
kelembutan.” (CSZ, hlm., 259)
115
Zahrana selalu memanfaatkan waktu selama menunggu, Zahrana tiba di
kantor STM Al Fatah jam setengah tujuh dan waktu sepuluh menit sebelum
masuk kelas ia gunakan untuk membaca koran. Berikut kutipannya.
“Jam setengah tujuh kurang sepuluh menit ia sudah sampai di kantor
STM Al Fatah. Waktu sepuluh menit sebelum bel berbunyi ia gunakan
untuk membaca koran. ...” (CSZ, hlm., 260)
b) Siang Hari
Dalam novel Cinta Suci Zahrana waktu siang hari dapat ditunjukkan
dengan beberapa kutipan. Ketika Zahrana akan berangkat ke Beijing dan
menunggu di Bandara Adi Sumarmo Solo jam tangannya menunjukkan jam dua
siang, perhatikan kutipan berikut.
“Gerimis terus turun. Ia melihat jam tangannya jam dua siang. Ia
mendesah menghela nafas dalam-dalam. Dua puluh menit lagi ia akan
masuk pesawat dan terbang ke Singapura, ...” (CSZ, hlm., 1)
Waktu siang hari lainnya ditunjukkan pada saat Zahrana baru datang dari
Surabaya dan tiba di rumahnya, perhatikan kutipan berikut.
“Dua hari kemudian, kira-kira jam dua siang, sebuah taksi biru muda
memasuki halaman rumah Pak Munajat. Zahrana keluar dari taksi. Bu
Nuriyah dan Pak Munajat menghambur menjemput putrinya. ...” (CSZ,
hlm., 179)
Zahrana menunggu tukang kerupuk yang dipilihkan oleh Kiai yang akan
lewat di rumah Zahrana. Pada jam sebelas siang tukang kerupuk baru datang.
Sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Jam sebelas siang seorang penjual kerupuk datang.”
“Puk kerupuk! Puk kerupuk!” (CSZ, hlm., 235-236)
Pak Munajat bertanya kepada Zahrana yang meninggalkan kampus dan
memilih untuk mengajar di STM Al Fatah pada suatu siang.
116
“Suatu siang ayahnya bertanya, mengapa ia meninggalkan kampus dan
memilih mengajar di STM Al Fatah yang gajinya jauh lebih kecil.
Ia menjawab “Ingin mencari ketenangan dengan dekat Kiai dan para
santri.” Ayahnya hanya mendesah tanda tidak setuju.” (CSZ, hlm., 222)
Zahrana yang siuman baru bangkit dari komanya menjelang waktu Zuhur.
Sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Lina membawa Zahrana yang masih pingsan ke RS Roemani. Lina
memilihkan kamar VIP agar Zahrana bisa beristirahat dengan nyaman.
Menjelang zuhur Zahrana siuman. ...” (CSZ, hlm., 250)
c) Sore Hari
Lina yang datang ke rumah Pak Munajat memenuhi permintaan Zahrana
sekalian bersilaturrahmi kepada Pak Munajat dan Bu Nuriyah pada suatu sore dan
jam dinding di rumah Pak Munajat menunjukkan pukul lima seperempat dan
waktu magrib akan tiba empat puluh menit lagi. Berikut kutipannya.
“... Lina melihat jam dinding, sudah pukul lima seperempat. Empat
puluh menit lagi azan magrib berkumandang. Ia punya waktu yang
cukup untuk berbincang dengan kedua orang tua sahabatnya itu.” (CSZ,
hlm., 41)
Bu Nuriyah pergi ke warung Bu Karsih untuk menonton siaran televisi
karena di rumah Bu Nuriyah televisinya sedang rewel sementara Zahrana akan
tayang di televisi ketika menerima penghargaan di Beijing. Berikut kutipannya.
“Sore itu Bu Nuriyah tergopoh-gopoh datang ke warung Bu Karsih,
tetangganya, ia cemas karena pesawat televisinya di rumah rewel.
Masih rewel Bu TV-nya? tanya Bu Karsih.” (CSZ, hlm., 72)
Zahrana memperbaiki motornya yang rusak di sebuah bengkel resmi motor
matic karena kecelakaan kecil, ketika kasir memberikan nota Zahrana melihat jam
tangannya sudah jam setengah lima. Berikut kutipannya.
“Petugas kasir bengkel resmi sepeda motor matic memberikan nota dan
kunci sepeda motor kepada Zahrana. Gadis berjilbab biru laut itu
117
melihat jam tangannya sudah setengah lima ia harus pulang. Istirahat
dan menenangkan pikiran. ...” (CSZ, hlm., 153)
Kedatangan rombongan Pak Karman dalam rangka melamar Zahrana tepat
jam setengah lima Sore. Berikut kutipannya.
“Rombongan Pak Karman datang tepat jam setengah lima sore. Tidak
main-main. Empat mobil. ...” (CSZ, hlm., 191-192)
Zahrana yang masih kebingungan menunggu tukang kerupuk yang
diperintahkan Pak Kiai agar berjualan di daerah rumah Zahrana dan hari sudah
sore sementara tukang kerupuk yang diharapkan belum juga datang selain tukang
kerupuk yang sudah tua pertama kali ditemuinya. Berikut kutipannya.
“Ia masuk rumah. Lima belas menit lagi azan magrib berkumandang. Ia
cemas dan galau. Tak ada penjual kerupuk yang datang kecuali Pak Tua
tadi. Ia bingung. Ia lemas. Ia keluar lagi. ...” (CSZ, hlm., 238)
Zahrana menemui penjual kerupuk yang bernama Rahmad lelaki yang
diharapkannya untuk menjadi imam dalam rumah tangganya, tukang kerupuk
cepat-cepat pergi karena azan magrib telah tiba. Berikut kutipannya.
“Jantung Zahrana berdegup kencang. Azan Magrib mengalun.
Boleh tahu siapa nama mas?”
“Nama saya Rahmad Bu. Sudah ya bu saya jalan dulu. Sudah magrib
saya harus cari masjid.” (CSZ, hlm., 240)
Dokter Zulaikha yang bersilaturrahmi ke rumah Zahrana sekaligus
melamar Zahrana untuk anaknya yang bernama Hasan di sore hari. Berikut
kutipannya.
“Sore itu setelah shalat Ashar Zahrana pergi ke warung untuk membeli
kelapa, gula merah dan tepung terigu. Ia ingin membuat kolak untuk
buka puasa. ...” (CSZ, hlm., 262)
118
Kepulangan Zahrana dari Beijing yang telah ditunggu Bu Nuriyah di
rumah, hari sudah sore tetapi Zahrana belum juga datang, perhatikan kutipan
berikut.
“Katanya hari ini Rana pulang. Sudah sore begini kok belum datang ya
pak? Ujar Bu Nuriyah sambil tetap bekerja.” (CSZ, hlm., 111)
Zahrana ketika pulang dari kampus mampir ke toko buku milik Lina,
sedangkan hari sudah mulai sore,dan Zahrana harus pulang ke rumah untuk
menemui kedua orang tuanya, perhatikan kutipan berikut.
“Terima kasih ya Lin atas segala kebaikanmu.”
“Sama-sama Rana. Sebaiknya kau pulang sekarang. Ayo aku antar.”
“Iya, sudah sore.” (CSZ, hlm., 108)
Bu Merlin datang ke rumah Zahrana menyampaikan perihal lamaran Pak
Karman kepada kedua orangtua Zahrana di sore hari, Bu Merlin segera pamit
karena sudah hampir maghrib, perhatikan kutipan berikut.
“Pak, Bu, karena sudah hampir maghrib saya pamit dulu.”
“Kok tergesa-gesa tho Bu. Saya belum membuatkan minum lho. Mbok
nanti dulu, sebentar lagi.” Tahan Bu Nuriyah.” (CSZ, hlm., 175)
d) Malam Hari
Waktu malam hari dalam novel Cinta Suci Zahrana dapat dibuktikan
dengan beberapa kutipan yang terjadi ketika tokoh dalam cerita melangsungkan
aktifitasnya.
Zahrana menemui Gugun kakaknya Santi teman satu kost Zahrana dan
melamar Zahrana di Warung Lesehan “Nrimo Ing Pandun” di Jalan Kaliarung Km
9 pada alam hari jam setengah delapan, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“... Malamnya jam setengah delapan malam, ia bertemu Gugun dengan
ditemani Santi di Warung Lesehan “Nrimo Ing Pandun” di Jalan
119
Kaliarung Km 9. Gugun menjemput dia dan Santi dengan mobil pick up
tua.” (CSZ, hlm., 29)
Zahrana tiba di Beijing dan Jam di Capital International Airport Beijing
menunjukkan angka 23.25, sebagaimana dalam kutipan berikut.
“Jam di Capital International Airport Beijing menunjukkan angka
23.25 ketika pesawat SQ 810 diumumkan telah mendarat. Artinya
pesawat itu tepat seperti yang dijadwalkan, ...” (CSZ, hlm., 49)
Zahrana membuka blog miliknya setelah memeriksa tugas-tugas siswa-
siswinya pada suatu malam, berikut kutipannya.
“Malam itu setelah memeriksa tugas-tugas anak didiknya Zahrana
membuka komputer. Ia ingin melihat apakah ada email yang masuk.
Apakah ada berita yang menarik. ...” (CSZ, hlm., 223)
Zahrana menerima telepon dari Dokter Zulaikha tentang kesanggupan
Hasan atas syarat pernikahan yang diajukan Zahrana pada malam kedua di bulan
suci Ramadhan dan berlangsungnya akad nikah setelah shalat tarawih. Berikut
kutipannya.
“… Dan pada malam kedua di Bulan Suci Ramadhan itu, apa yang
diharapkan Zahrana terjadi. Akad nikah setelah shalat tarawih
disaksikan oleh jamaah yang membludak. ...” (CSZ, hlm., 269-270)
Zahrana mendatangi rumah Lina sahabat terkasihnya pada malam hari
setelah acara lamaran di rumahnya selesai, Zahrana menceritakan peristiwa
lamaran itu kepada Lina, berikut kutipannya.
“Malam itu setelah mengantarkan opor ke rumah Mbak Mar dan Bu
Karsih. Ia menyalakanmotornya meluncur ke Tembalang. Ia mendtangi
Lina, sahabat terkasihnya.” (CSZ, hlm., 198)
Latar waktu dalam dalam novel yang penulis analisis hanya perputaran
waktu dari pai hingga sore hari, karena yang lebih dominan dalam berlangsungnya
kejadian dan peristiwa dalam cerita seiring berputarnya waktu.
120
2.1.5 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan
status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas
(Nurgiyantoro, 2005:233-234).
a) Hubungan Zahrana dengan kedua orang tuanya:
Hubungan Zahrana dengan kedua orang tuanya bertolak belakang dari sisi
akademis. Kedua orang tuanya tidak begitu memerhatikan pendidikan formal
yang memiliki pengaruh penting dalam keberlangsungan hidup di muka bumi,
kedua orang tuanya menginginkan Zahrana sekolah di pesantren untuk mendalami
ilmu agama dan hafal Al-Quran, tetapi Zahrana memilih melanjutkan sekolah di
SMA terbaik di kota Semarang. Zahrana tidak ingin mengecewakan kedua orang
tuanya meskipun Zahrana tidak mengikuti kemauan orang tuanya sekolah di
pesantren dan menjadi hafizah Al-Quran. Zahrana ingin membanggakan kedua
orang tuanya dan ia buktikan bahwa ia mampu menjadi lulusan terbaik di SMA-
nya dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya yaitu di UGM yang
merupakan Universitas bergengsi di Jogjakarta.
Zahrana menghormati kedua orang tuanya dengan tidak menerima
tawaran dari UGM untuk menjadi dosen di UGM dan akan disekolahkan ke Delft
121
University of Technology, Belanda. Dia memilih menjadi dosen di Fakultas
Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, demi kedua orangtuanya yang tidak
ingin jauh lagi dengan Zahrana karena faktor usia yang semakin renta. Dalam
pikiran kedua orang tuanya Zahrana harus segera menikah, dengan siapapun jodoh
yang dipilihkan orang tuanya untuk Zahrana, namun Zahrana memiliki cara
tersendiri untuk menentukan pilihan hidupnya. Rasa marah yang terjadi dan
dialami ayah dan ibunya kepada Zahrana karena berkali-kali Zahrana menolak
lamaran orang-orang yang dipilihkan kedua orang tuanya, sahabatnya dan yang
datang melamarnya (antara lain lamaran Siswanto yang masih ada ikatan saudara
yang silsilahnya bertemu diudeg-udeg siwur (kakeknya kakek) dan Pak
Sukarman atasan Zahrana di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang
yang datang melamar ke rumahnya), Zahrana menjalaninya dengan tenang dan
penolakannya terhadaplamaran Pak Sukarman tidak ia jelaskan kepada kedua
orang tuanya semata-mata karena rasa hormat pada orang tua, dan dirinya pun
tidak rela menderita jika mendapat jodoh yang tidak sesuai dengan hatinya.
Pertentangan antara Zahrana dengan kedua orang tuanya sesungguhnya
demi kehormatan orang tua dan martabat keluarganya. Jika Zahrana memilih
jodoh yang salah, bukan dirinya saja yang menderita tetapi kedua orang tuanya
juga yang akan terluka dan lebih menderita.
Relasi yang dibangun Zahrana dengan kedua orang tuanya didasari oleh
dua hal utama. Pertama pendidikan akademis yang diterima dan membentuk
karakter intelektual Zahrana. Kedua pendidikan agama secara tradisional yang
ditanamkan secara konvensional oleh orang tuanya. Zahrana berada pada posisi
122
mencapai keseimbangan membuat dirinya berharga dan dihormati, sebagaimana
keinginannya agar orang tuanya pun dihargai dan dihormati. Zahrana mencari
yang banyak dan setingginya karena dia tahu bahwa dengan ilmu semua bisa
didapatkan sebagaimana dalam hadits Nabi disebutkan bahwa “Barangsiapa yang
menginginkan dunia maka sengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat
maka dengan ilmu, dan barangsiapa menginkan keduanya maka dengan ilmu”
(HR. Ahmad). di dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa “Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (QS.58:11).
b) Cinta Suci Zahrana (CSZ)
Cinta Suci Zahrana mengungkapkan dengan sangat jelas bagaimana cinta
yang suci dapat mengatasi segala tekanan hidup, relasi personal dengan kedua
orang tua, relasi dengan para sahabat, serta relasi dengan rekan kerja dan para
mahasiswa.
Cinta Suci Zahrana juga menjelaskan bahwa keseriusan dan kesungguhan
dalam meraih sebuah cita-cita dan cinta akan diraih pada masanya, sebagaimana
pepatah mengatakan “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”.
Hal ini dipraktekan oleh tokoh utama dalam novel Cinta Suci Zahrana yaitu Dewi
Zahrana yang bersungguh-sungguh dalam menggapai cita-cita prestasi
akademiknya.
Cinta suci Zahrana juga menjelaskan bahwa ketabahan, kesabaran, dan
keikhlasan dalam menjalani hidup akan berbuah manis di kemudian hari
meskipun tantangan yang datang bertubi-tubi. Sebagaimana pepatah mengatakan
“Barangsiapa yang bersabar pasti akan beruntung”.
123
Cinta suci Zahrana menjelaskan bahwa dasar pendidikan agama yang kuat
dan diimplemasikan dengan suara hati dan pikiran jernih akan menjadikan
seorang perempuan dan laki-laki dapat bekerja sama dengan baik. Pendidikan
akademis dan pendidikan agama dapat menjadi landasan yang kuat bagi masa
depan bersama.
Cinta Suci Zahrana juga menggarisbawahi penghargaan dalam perspektif
gender, dimana pendidkan tinggi dapat diraih oleh perempuan, dan bagaimana
sikap rendah hati laki-laki dalam menyikapi hal tersebut.
2.1.6 Ringkasan Cerita
Cinta Suci Zahrana (CSZ) bercerita tentang kisah perjalanan dan
perjuangan seorang perempuan dalam pendidikan dan kisah cinta yang penuh
dengan godaan, cobaan dan cercaan. Tetapi di jalani dengan tabah, sabar, dan
tawakkal meski keadaan yang semakin sulit dan menghimpit, di tengah upaya
kedua orang tuanya yang menuntutnya untuk menjadi anak yang berbakti kepada
kedua orang tuanya dan menuruti kemauan keduanya untuk segera menikah dan
memberikan keturunan yang bisa meneruskan perjuangan kedua orang tuanya,
tetapi Zahrana memiliki potensi yang harus dia perjuangkan sebelum berumah
tangga karena khawatir prestasi akademiknya terganggu dan hilang konsentrasi
karena tuntutan harus patuh pada suami apalagi suaminya tidak mengerti
bagaimana pentingnya pendidikan akademis.
Dikisahkan Zahrana putri tunggal keluarga Pak Munajat dan Bu Nuriyah
harapan satu-satunya untuk meneruskan perjuangan keluarganya, Zahrana adalah
124
seorang anak yang berbakat dan cerdas, ia menjadi lulusan SMP dan SMA dengan
nilai terbaik di angkatannya. Setelah tamat SMA Zahrana melanjutkan studi di
Fakultas Teknik jurusan Arsitektur UGM dan Fakultas Teknik Sipil Pergruan
Tinggi Swasta di Jogja secara bersamaan. Menjadi lulusan terbaik di UGM,
setelah dua bulan diwisuda ia mendapat tawaran menjadi dosen UGM dan
mendapat prioritas melanjutkan study S2 di Delft University of Technology,
Belanda. Zahrana menolak tawaran dari UGM karena tidak mendapat dukungan
dari kedua orang tuanya yang tidak ingin jauh dari Zahrana sehingga Zahrana
memilih menjadi dosen di Fakultas Teknik Universits Mangunkarsa Semarang,
kota kelahiran Zahrana dan tempat kedua orang tuanya berdomisili, sehingga
Zahrana bisa tinggal bersama kedua orang tuanya di Semarang.
Dikisahkan pula perjuanngan Zahrana dalam pendidikan akademik dengan
prestasi-prestasi yang gemilang dan membanggakan meski tidak begitu
penghargaan dari kedua orang tuanya karena perbedaan pendapat dan harapan.
Zahrana ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan
mengembangkan karier akademiknya sedangkan kedua orang tuanya
menginginkan Zahrana segera menikah dengan calon yang dipilihkan orang
tuanya, tetapi Zahrana bersikukuh mengejar karier akademik walaupun
kesenjangan dalam keluarganya mengekang batinya, perjodohan demi perjodohan
dari orang tua dan sahabatnya Zahrana lalui dengan sabar dan bijaksana, sehingga
pada akhir cerita Zahrana menikah dengan Hasan mantan mahasiswa yang
dibimbing skripsinya di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang.
125
Setelah menikah Zahrana melanjutkan S3 di Fudan University Beijing, dengan
dukungan Hasan suaminya yang ikut ke Beijing dan berbulan madu di Beijing.