penngetahuan bahan pangan nabati hewani

13
Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Pemilihan Bahan Makanan Daya Beli Besar Keluarga Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran Tingkat Konsumsi Protein dan Zat Besi Kontribusi Protein Lauk Hewani Kontribusi Protein Lauk Hewani Tingkat Konsumsi Protein Kontribusi Protein Sayuran Kontribusi Zat Besi Lauk Hewani Kontribusi Protein Lauk Hewani Tingkat Konsumsi Zat Besi Kontribusi Protein Lauk Hewani BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lauk Hewani Lauk hewani merupakan sumber protein yang kaya akan asam amino esensial, tidak dapat disintesis dalam tubuh. Lauk hewani berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ sehingga harus ada dalam makanan. Bahan makanan hewani adalah daging, telur, ikan dan ayam. Daging dan telur termasuk bahan hewani yang merupakan sumber protein kaya akan asam amino esensial. Ayam termasuk bangsa burung atau unggas yang paling populer sekarang ini karena harganya relatif murah, rasanya cukup lezat, serta berbagai cara pengolahan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Ikan menjadi hidangan utama masyarakat didaerah pantai atau aliran sungai karena ketersediannya melimpah (Uripi, 2002). Bahan makanan hewani adalah bahan makanan yang berupa atau berasal dari hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal hewan. Pangan hewani mempunyai berbagai keunggulan dibanding pangan nabati. Pertama, pangan hewani terasa gurih atau enak karena mengandung protein dan lemak yang banyak. Kedua, pangan hewani mengandung protein yang lebih berkualitas karena mudah digunakan tubuh dan memiliki komposisi asam amino yang lengkap (Hardinsyah 2008). Ketiga, pangan hewani mengandung berbagai zat gizi mineral yang tinggi dan mudah digunakan oleh tubuh. Misalnya kalsium pada susu, zat besi, zink dan selenium yang banyak di dalam daging, hati dan telur. Kalsium dan zink berperan dalam pertumbuhan dan berbagai proses dalam tubuh. Zat besi bersama zat gizi lainnya berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah hemoglobin. Hemoglobin berguna untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Bila kadar hemoglobin rendah (anemia) maka tubuh kekurangan oksigen, badan menjadi lemah, konsentrasi belajar dan stamina atau produktivitas kerja menjadi menurun (Hardinsyah 2008). Keempat, pangan hewani mengandung zat gizi vitamin yang unik. Misalnya vitamin A dalam hati dan kuning telur yang mudah digunakan tubuh. Kemudian vitamin B12 yang tidak terdapat pada pangan nabati. Vitamin B12 yang kaya dalam pangan hewani berperan penting dalam pembentukan sel darah merah yang

Upload: novila-anugrah

Post on 21-Jan-2016

581 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

TRANSCRIPT

Page 1: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

PendidikanPendapatanPengetahuanPemilihan Bahan MakananDaya BeliBesar Keluarga

Kontribusi Pangan :Lauk HewaniLauk NabatiSayuran

Tingkat Konsumsi Protein dan Zat BesiKontribusi Protein Lauk HewaniKontribusi Protein Lauk HewaniTingkat Konsumsi Protein Kontribusi Protein SayuranKontribusi Zat Besi Lauk HewaniKontribusi Protein Lauk HewaniTingkat Konsumsi Zat BesiKontribusi Protein Lauk Hewani BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lauk Hewani

Lauk hewani merupakan sumber protein yang kaya akan asam amino esensial,

tidak dapat disintesis dalam tubuh. Lauk hewani berfungsi untuk pertumbuhan dan

perkembangan organ-organ sehingga harus ada dalam makanan. Bahan makanan

hewani adalah daging, telur, ikan dan ayam. Daging dan telur termasuk bahan hewani

yang merupakan sumber protein kaya akan asam amino esensial. Ayam termasuk

bangsa burung atau unggas yang paling populer sekarang ini karena harganya relatif

murah, rasanya cukup lezat, serta berbagai cara pengolahan dapat dilakukan dengan

mudah dan cepat. Ikan menjadi hidangan utama masyarakat didaerah pantai atau

aliran sungai karena ketersediannya melimpah (Uripi, 2002).

Bahan makanan hewani adalah bahan makanan yang berupa atau berasal dari

hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal

hewan. Pangan hewani mempunyai berbagai keunggulan dibanding pangan nabati.

Pertama, pangan hewani terasa gurih atau enak karena mengandung protein dan lemak

yang banyak. Kedua, pangan hewani mengandung protein yang lebih berkualitas

karena mudah digunakan tubuh dan memiliki komposisi asam amino yang lengkap

(Hardinsyah 2008).

Ketiga, pangan hewani mengandung berbagai zat gizi mineral yang tinggi dan

mudah digunakan oleh tubuh. Misalnya kalsium pada susu, zat besi, zink dan

selenium yang banyak di dalam daging, hati dan telur. Kalsium dan zink berperan

dalam pertumbuhan dan berbagai proses dalam tubuh. Zat besi bersama zat gizi

lainnya berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah hemoglobin. Hemoglobin

berguna untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Bila kadar hemoglobin

rendah (anemia) maka tubuh kekurangan oksigen, badan menjadi lemah, konsentrasi

belajar dan stamina atau produktivitas kerja menjadi menurun (Hardinsyah 2008).

Keempat, pangan hewani mengandung zat gizi vitamin yang unik. Misalnya

vitamin A dalam hati dan kuning telur yang mudah digunakan tubuh. Kemudian

vitamin B12 yang tidak terdapat pada pangan nabati. Vitamin B12 yang kaya dalam

pangan hewani berperan penting dalam pembentukan sel darah merah yang

Page 2: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

menangkap oksigen bagi tubuh dan dalam pembentukan myelin syaraf (Hardinsyah

2008).

Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam-asam amino yang

dikandungnya. Pola asam amino pada protein hewani merupakan yang terbaik untuk

memenuhi kebutuhan manusia karena polanya menyerupai pola kebutuhan asam

amino manusia. Oleh karena itu, apabila pangan hewani digunakan sebagai sumber

protein tunggal dalam jumlah memenuhi kebutuhan manusia maka ia memberikan

semua asam-asam amino esensial dalam jumlah cukup. Kelebihan asam-asam amino

esensial dapat digunakan untuk mensintesis asam-asam amino nonesensial. Pangan

sumber protein hewani adalah daging, ayam, ikan, telur, susu, dan produk olahannya

(Riyadi 2006).

B. Lauk Nabati

Lauk nabati merupakan bahan makanan yang bersumber dari protein nabati.

Bahan makanan ini terdiri atas golongan kacang – kacangan dan hasil olahannya,

seperti tempe dan tahu. Sumber protein nabati juga lebih murah harganya

dibandingkan dengan sumber protein hewani (Ahmacd Djaeni Sediaoetama, 1989).

Protein kacang – kacangan mempunyai nilai gizi lebih rendah dibandingkan

dengan protein dari jenis daging (protein hewani). Kalau protein hewani termasuk

kualitas lengkap (kualitas sempurna), maka protein kacang – kacangan hanya

mencapai nilai kualitas setengah sempurna, bahkan banyak yang berkualitas protein

tidak sempurna (protein tidak lengkap) (Ahmacd Djaeni Sediaoetama, 1989).

Sumber protein nabati juga lebih murah harganya dibandingkan dengan

sumber protein hewani, sehingga terjangkau oleh daya beli sebagian besar

masyarakat. Karena itu di negara –negara Barat sumber protein kacang – kacangan

disebut juga bersumber “protein si miskin” (poor man’s protein) atau “daging si

miskin”. Namun ini kurang menguntungkan menyebabkan kacang – kacangan diberi

nilai sosial rendah, sehingga tidak begitu disukai oleh masyarakat dari golongan

penghasilan tinggi atau menengah (Ahmacd Djaeni Sediaoetama, 1989).

C. Sayuran

Sayuran merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuhan (bahan

makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dibuat sayur adalah daun (sebagian

Page 3: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

besar sayur adalah daun), batang (wortel), bunga (jantung pisang), buah muda

(kacang panjang, labu, nangka muda), dapat dikatakan bahwa semua bagian

tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Ahmacd Djaeni Sediaoetama,

1989).

Sayur yang berwarna hijau merupakan sumber kaya karotin (provitamin A)

semakin tua warna hijau itu semakin banyak kandungannya akan karotin tersebut.

Sayur yang berwarna hijau tua tersebut diantaranya kangkung, daun singkong, daun

katik, daun pepaya, genjer dan daun kelor). Sayur berupa daun ini harus selalu

terdapat dalam susunan hidangan setiap harinya (Ahmacd Djaeni Sediaoetama, 1989).

Mineral yang banyak terdapat pada sayuran adalah zat besi (Fe), seng/ zinc

(Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), kalsium (Ca), dan fosfor (F) (Astawan, 2008).

Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurang makan sumber

makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun yang dimakan

biovailabilitas besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang dan

makanan yang dimakan mengandung zat penghambat penyerapan besi. Inhibitor

(penghambat) utama penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama

ditemukan pada biji-bijian sereal, kacang, dan beberapa sayuran seperti bayam.

Polifenol dijumpai dalam minuman kopi, teh, sayuran, dan kacang – kacangan

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).

Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga seperti wortel dan

tomat mengandung lebih banyak provitamin A berupa beta karoten daripada sayuran

tidak berwarna. Sayuran berwarna disamping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam

folat dan vitamin C. Sayuran tidak berwarna seperti labu asam, ketimun, nangka dan

rebung tidak banyak mengandung zat besi. Memakannya hanya untuk kenikmatan,

dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran daun,

kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga (Arisman, 2007)

D. Tingkat Konsumsi Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup yang merupakan bagian terbesar

tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh

zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel – sel dan jaringan tubuh (Almatsier,

2003).

Protein merupakan asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat

pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum,

Page 4: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

hemoglobin, enzim, hormon dan antibodi. Selain itu untuk mengganti sel – sel yang

telah rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh, dan sumber energi

(Arisman, 2003). Fungsi khas protein inilah yang menyebabkan protein sangat

dibutuhkan oleh remaja. Hal ini dikarenakan remaja merupakan kelompok yang

dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan zat gizi yang relatif

besar jumlahnya dan bila konsumsi tidak seimbang maka dapat menimbulkan masalah

gizi (Khomsan, 2002).

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah

maupun mutunya, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Mutu protein

bahan makanan hewani lebih tinggi dari makanan nabati, dengan telur memiliki mutu

protein tertinggi. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino

yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Untuk menjamin mutu protein dalam

makanan sehari-hari, dianjurkan sepertiga bagian protein yang dibutuhkan berasal dari

protein hewani (Almatsier, 2002).

Apabila pangan hewani digunakan sebagai sumber protein tunggal dalam

jumlah memenuhi kebutuhan manusia maka ia dapat memberikan semua asam-asam

amino esensial dalam jumlah cukup. Hal ini dikarenakan pola asam amino pada

protein hewani menyerupai pola kebutuhan asam amino manusia (Riyadi 2006).

Akan tetapi harga pangan hewani relatif mahal. Bahan makanan hewani kaya

dalam protein bermutu tinggi, tetapi hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-

rata penduduk Indonesia. Sedangkan bahan makanan nabati yang kaya protein adalah

kacang – kacangan dengan kontribusi rata – rata 9,9% (Almatsier, 2002).

E. Tingkat Konsumsi Zat Besi

a. Definisi Besi

Besi merupakan zat mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh

manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3 – 5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, yaitu sebagai alat

angkut oksigen dari paru – paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di

dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan

tubuh. Walaupun terdapat luas di dalam makanan banyak penduduk dunia yang

kekurangan besi, termasuk Indonesia. Kekurangan besi sejak tiga puluh tahun

Page 5: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

terakhir diakui berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif, dan

sistem kekebalan(Almatsier, 2003).

b. Fungsi Besi

Fungsi besi sebagai berikut (Almatsier, 2003) :

- Metabolisme energi

Di dalam sel, besi bekerja sama dengan rantai protein – pengangkut –

elektron, yang berperan dalam langkah – langkah akhir metabolisme energi.

Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi

penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut

dihasilkan ATP. Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan besi

disebabkan oleh dua hal, yaitu berkurangnya enzim – enzim mengandung

besi dan besi sebagai kofaktor enzim – enzim yang terlibat dalam

metabolisme energi ; menurunnya hemoglobin darah. Akibatnya,

metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam

laktat yang menyebabkan rasa lemah.

- Kemampuan belajar

Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga

remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat

diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi

otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter (pengatur saraf).

Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir

dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan

kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi

kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.

- Sistem kekebalan

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respons

kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan

sel – sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis

DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim

reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.

Page 6: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

- Pelarut obat – obatan

Obat – obatan tidak larut air oleh enzim mengandung besi dapat

dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh.

c. Sumber Besi

Sumber besi yang baik adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, telur

dan ikan. Sumber besi yang baik lainnya adalah serealia tumbuk, kacang –

kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Pada umumnya besi di dalam

daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di dalam

serealia dan kacang – kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan

besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat

tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah (Almatsier, 2003).

Bahan makanan yang berasal dari makanan hewani di samping mengandung

banyak zat besi serapan zat besi dari makanan tersebut sebesar 20 – 30%

(Arisman, 2004).

Tabel 1 Nilai besi berbagai bahan makanan (mg/100 gr)

Bahan Makanan Nilai

Fe

Bahan Makanan Nilai

Fe

Tempe kacang kedelai murni

Kacang kedelai kering

Kacang hijau

Kacang merah

Kelapa tua, daging

Udang segar

Hati sapi

Daging sapi

Telur bebek

10,0

8,0

6,7

5,0

2,0

8,0

6,6

2,8

2,8

Jagung kuning, pipil lama

Biskuit

Roti putih

Beras setengah giling

Kentang

Daun kacang hijau

Bayam

Sawi

Daun katuk

2,4

2,7

1,5

1,2

0,7

6,2

3,9

2,9

2,7

Page 7: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

Telur ayam

Ikan segar

Ayam

Gula kelapa

2,7

2,0

1,5

2,8

Kangkung

Daun singkong

Pisang ambon

Keju

2,5

2,0

0,5

1,5

Sumber : DKBM, Depkes. 1979.

d. Faktor faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Besi (Almatsier, 2003):

- Bentuk besi

Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin

penyerapannya kurang lebih 40% dari besi dalam daging hewan, ayam dan

ikan. Besi nonhem terdapat dalam serealia, telur, kacang – kacangan, sayuran

hijau dan beberapa jenis buah. Makan besi hem dan nonhem secara bersama

dapat meningkatkan penyerapan besi nonhem.

- Asam organik

Seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi nonhem dengan

merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Oleh karena itu sangat dianjurkan

makan sumber vitamin C tiap kali makan.

- Asam fitat

Faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran

menghambat penyerapan besi. Faktor – faktor ini mengikat besi, sehingga

mempersulit penyerapannya.

- Tanin

Merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa

jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara

mengikatnya.

- Tingkat keasaman lambung

Page 8: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat –

obatan yang bersifat basa, seperti antasid menghalangi absorpsi besi.

- Faktor Intrinsik

Di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena hem

mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

- Kebutuhan Tubuh

Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa

pertumbuhan, absorpsi besi nonhem dapat meningkat sampai sepuluh kali,

sedangkan besi hem dua kali.

F. Angka Kecukupan Protein dan Zat Besi

Kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah kecukupan rata – rata zat gizi

setiap hari bagi setiap orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan

aktifitas untukmencapai derajat kesehatan yang optimal (Almatsier, 2003).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan

untuk masing – masing kelompok umur, gender, dan aktifitas fisik. Patokan berat

badan tersebut didasarkan pada berat badan orang – orang yang mewakili sebagian

besar penduduk yang mempunyai derajat kesehatan yang optimal (Almatsier, 2003).

Tabel 2 Angka Kecukupan Protein dan Zat Besi Rata – Rata yang Dianjurkan

No

.

Kelompok Umur

(tahun)

Berat Badan

(kg)

Protein (g) Zat Besi

(mg)

1. 16 – 19 50 51 25

2. 20 – 45 54 48 26

Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi, 2004.

G. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Protein

1. Besar Keluarga

Data besar keluarga berdasarkan BKKBN 1998 dikategorikan menjadi tiga

kelompok yaitu keluarga kecil yang terdiri dari ≤ empat orang, keluarga sedang

Page 9: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

dengan jumlah anggota keluarga sebanyak lima sampai enam orang, dan keluarga

besar dengan jumlah anggota keluarga sebanyak ≥ tujuh orang. Besar keluarga

didefinisikan sebagai keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari

suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama.

Kejadian kurang energi protein berat sedikit dijumpai pada keluarga yang

memiliki anggota lebih kecil. Hal ini terjadi karena, jika besar keluarga bertambah

maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari

bahwa anak-anak yang sedang tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi

daripada golongan yang lebih tua (Suhardjo, 2003).

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan

perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan

seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan

mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya

dalam hal kesehatan dan gizi (Fallah 2004 dalam WKNPG 2004).

Tingkat pendidikan orang tua mempunyai korelasi positif dengan cara

mendidik dan mengasuh anak. Tingkat pendidikan baik langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi pola komunikasi antar anggota keluarga.

Pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola, kerangka berpikir, persepsi,

pemahaman dan kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam

berkomunikasi (Gunarsa & Gunarsa 1995).

3. Pendapatan

Keluarga yang berpenghasilan cukup atau tinggi lebih mudah dalam

menentukan pemilihan bahan pangan sesuai dengan syarat mutu yang baik.

Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas

makanan yang dikonsumsi. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli

sehingga keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan

akhirnya berdampak positif terhadap status gizi. Penurunan pendapatan terkait erat

dengan penurunan tingkat ketahahan pangan dan terjadinya masalah gizi kurang.

Keterkaitan ketahanan pangan dan ketidaktahanan pangan dapat dijelaskan dengan

hukum Engel dimana saat terjadi peningkatan pendapatan, konsumen akan

Page 10: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan alokasi semakin kecil.

Sebaliknya bila pendapatan menurun, alokasi yang dibelanjakan untuk pangan

semakin meningkat (Soekirman 2000).

4. Pengetahuan Gizi

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan akan membuat seseorang

mengerti sesuatu hal dan mengubah kebiasaannya, sehingga meningkatkan

pengetahuan akan merubah kebiasaan seseorang mengenai sesuatu. Jika

peningkatan itu terjadi pada pengetahuan akan gizi, maka akan terjadi perubahan

kebiasaan terkait dengan gizi sehingga menjadi lebih baik. Pengetahuan gizi

merupakan pengetahuan tentang peranan makanan, makanan yang aman untuk

dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara pengolahan makan yang

baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat

(Notoatmodjo 2003). Menurut Paterrson dan Pietinen (2009), tingkat pengetahuan

gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan

yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal.

Riyadi (1996), menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah banyaknya informasi yang

dimiliki oleh seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan zat gizi, kemampuan

seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan bahan pangan,

dan cara pemanfaatan pangan yang sesuai dengan keadaannya. Oleh karena itu,

pengetahuan gizi sangat erat kaitannya dengan baik buruknya kualitas makanan

yang dikonsumsi.

5. Kebiasaan Makan

Model analisis perilaku konsumsi pangan anak-anak yang dikembangkan

oleh Lund dan Burk (1969), mengatakan bahwa suatu konsumsi pangan terjadi

karena ada motivasi (needs, drives, desires) yang ditentukan oleh beragam proses

kognitif mencakup persepsi, memori, berpikir, memutuskan untuk bertindak.

Kebutuhan hidup manusia (termasuk anak-anak) pada dasarnya mencakup tiga

macam yaitu kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan sosial.

Selain ketiga macam kebutuhan tersebut, ada faktor lain yang berkaitan langsung

Page 11: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

dengan kognitif dan tidak langsung dengan motivasi yaitu pengetahuan dan

kepercayaan anak-anak terhadap makanan dan sikap serta penilaian anak terhadap

makanan (Suhardjo 1989).

6. Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah

pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau rumah

tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat

ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Pola konsumsi

pangan merupakan susunan jenis pangan yang dikonsumsi berdasarkan kriteria

tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Makanan sangat penting untuk

kelangsungan kehidupan, setiap makanan yang dikonsumsi akan memberikan

pengaruh pada status gizi dan kesehatan. Makanan mengandung berbagai zat gizi

yang penting yang dibutuhkan tubuh untuk kecukupan energinya, pertumbuhan,

dan perkembangan, tingkah laku normal, terhindar dari berbagai macam penyakit,

dan untuk perbaikan jaringan tubuh. Konsumsi harian zat gizi yang penting

dipengaruhi oleh variasi makanan yang dikonsumsi dan jumlahnya (Marotz et al.

2004). Cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan memakannya

sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologik, budaya, dan

sosial dikenal sebagai kebiasaan makan. Kebiasaan makan kadang-kadang disebut

pola makan, kebiasaan pangan, atau pola pangan (Suhardjo 1989).

H. Kerangka Teori

Page 12: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

Gambar I Kerangka Teori

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Protein (Unicef)

Sumber : UNICEF dalam Soekirman ,1999 (dengan modifikasi)

I. Kerangka Konsep

Page 13: Penngetahuan Bahan Pangan Nabati Hewani

Gambar 2 Kerangka Konsep

J. Hipotesis

- Ada hubungan kontribusi protein lauk hewani dengan tingkat konsumsi protein

- Ada hubungan kontribusi protein lauk nabati dengan tingkat konsumsi protein

- Ada hubungan kontribusi protein sayuran dengan tingkat konsumsi protein

- Ada hubungan kontribusi zat besi lauk hewani dengan tingkat konsumsi zat

besi

- Ada hubungan kontribusi zat besi lauk nabati dengan tingkat konsumsi zat besi

- Ada hubungan kontribusi zat besi sayuran dengan tingkat konsumsi zat besi.