peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang...

77
PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII C SMP NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: TANTI SETYARINI NIM. K4305043 Pendidikan Biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: phamxuyen

Post on 17-Mar-2019

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI

PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN PENERAPAN

METODE GROUP INVESTIGATION (GI)

DI KELAS VII C SMP NEGERI 5 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

TANTI SETYARINI

NIM. K4305043

Pendidikan Biologi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai suatu pendidikan formal bertugas untuk menghasilkan peserta didik

yang utuh dan berkualitas agar dapat berperan aktif di dalam masyarakat. Peserta didik yang utuh

dan berkualitas adalah peserta didik yang seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap,

keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah.

Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan dan mewariskan ilmu pengetahuan akan tetapi juga

harus memberi keterampilan tertentu serta menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai siswa. Proses

tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang ada.

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan,

wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada siswa untuk menggali dan

mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Siswa berusaha untuk mengembangkan diri

dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi karena kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta mampu berinteraksi dengan lingkungan melalui pendidikan. Oleh karena itu,

masalah pendidikan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan serius yang berkaitan dengan

kualitas, kuantitas, dan relevansinya.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 5

Surakarta sebanyak 41 siswa, diketahui bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi

khususnya dalam proses diskusi belum optimal. Proses diskusi yang dimaksud adalah diskusi

kelompok yang kemudian diikuti dengan presentasi kelompok. Siswa cenderung tidak

memberikan perhatian ketika diskusi berlangsung maupun pada saat presentasi, hanya beberapa

siswa yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan dari guru, menyampaikan pendapat

dalam diskusi dan memberikan masukan pada kelompok lain yang presentasi.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang aktif bertanya pada saat pembelajaran

berlangsung sebanyak 15 siswa (36,59%). Siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru

sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan pendapatnya pada saat diskusi kelompok

sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan masukan kepada kelompok lain yang

presentasi sebanyak 10 siswa (24,39%). Siswa yang memberikan perhatian ketika diskusi

Page 3: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

kelompok dan ketika kelompok lain presentasi sebanyak 12 siswa (29,27%). Siswa yang

memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat sebanyak 26

siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik sebanyak 23

siswa (56,10%).

Suatu pembelajaran dinyatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-

tidaknya 75% siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran. Siswa yang berpartisipasi aktif di kelas VII C ini masih di bawah 75%. Sebagian

besar siswa (60%) belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok,

guru hanya berkeliling di deretan kelompok paling depan. Apabila diadakan diskusi kelompok,

sebagian besar siswa (56,10%) tidak setuju jika pembagian kelompok ditentukan oleh guru.

Siswa lebih senang memilih anggota kelompok karena sudah mempunyai kelompok sendiri.

Sebanyak 21 siswa (51,22%) belum bisa menghargai pendapat dari teman lain dalam dalam satu

kelompok.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, angket, dan keterangan dari guru

menunjukkan bahwa partisipasi dan kecerdasan interpersonal siswa masih kurang. Kecerdasan

interpersonal merupakan kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan

mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain,

kemampuan untuk mengamati, mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain, peka pada

ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain serta mampu memberikan respon secara

efektif dalam berkomunikasi. Untuk meningkatkan partisipasi siswa diperlukan suatu metode

pembelajaran yang sesuai agar setiap siswa ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa

tidak hanya pasif dan mendengarkan penjelasan dari guru. Partisipasi siswa mencakup pada

keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan, dan tanggung jawab.

Penelitian dibatasi pada perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan

metode pembelajaran Group Investigation (GI) untuk meningkatkan partisipasi siswa.

Perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI diharapkan agar: 1)

siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) siswa mampu berinteraksi dengan

teman kelompok yang baru, 3) mampu membentuk kelompok belajar yang kompak dan tidak

menang sendiri, 4) mengeluarkan pendapat dalam diskusi, 5) memberi masukan pada kelompok

lain yang presentasi, 6) menghargai pendapat teman dalam satu kelompok, 7) memberi

kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat, 8) mampu

Page 4: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

mempresentasikan hasil diskusi dengan baik, dan 9) memberikan perhatian ketika kelompok lain

presentasi.

Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid dalam

menyelidiki. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan diselidiki,

siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan

di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis investigasi kelompok ini merupakan

kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuannya. Kelompok terdiri 5-6

orang, setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang telah menjadi tugasnya dalam lembar

kerja kegiatan yang telah disiapkan sendiri dan teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk

saling memberi kontribusi, saling tukar menukar dan mengumpulkan ide. Anggota kelompok

merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. Langkah

terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok mengkoordinasikan rencana yang akan

dipresentasikan di depan kelompok yang lebih besar.

Metode GI diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam KBM, dapat

meningkatkan kualitas dalam pembelajaran biologi dan melatih kemandirian siswa di SMP N 5

Surakarta kelas VII C sebanyak 41 siswa tahun ajaran 2008/2009. Penelitian dilakukan pada

materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut:

“PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

MELALUI PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN

PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII C SMP NEGERI

5 SURAKARTA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas serta untuk memperjelas

masalah maka dirumuskan sebagai berikut:

Apakah perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI dapat

meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 5

Surakarta?

Page 5: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah:

Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui perangsangan kecerdasan

interpersonal siswa dengan penerapan metode GI di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan metode GI sebagai evaluasi

guru dan siswa dalam meningkatkan partisipasi siswa.

b. Memberikan masukan bagi guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait

dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar.

2. Bagi siswa

a. Dapat mengoptimalkan kecerdasan interpersonal siswa dengan metode pembelajaran yang

tepat.

b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih kooperatif atau

bekerjasama dalam pembelajaran.

3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya

a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada tahap berikutnya.

b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah

dalam rangka perbaikan pembelajaran.

Page 6: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Partisipasi Siswa

a. Pengertian Partisipasi Siswa.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan

bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai pengertian yang luas. Menurut

Suryosubroto (1997: 278-279) “partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di

dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan

perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan

tersebut”.

Bloom (1964) dalam Suhaenah Suparno (2001:81) berpendapat bahwa ”Partipasi atau

keterlibatan siswa diartikan sebagai kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta

mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka maupun tertutup. Jumlah keterlibatan siswa yang

aktif dalam kegiatan belajar merupakan indeks yang baik dari kualitas pengajaran”. Sedangkan

partisipasi menurut Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006) adalah ”Sebagai

keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya

Page 7: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama

mereka”.

Keith Davis (1985) dalam Suryosubroto (1997: 279) menyatakan bahwa “Participation

is defined as a mental and emotional involed at a person in a group situation which encourager

then contribut to group goal and share responsibility in them”. Di sini partisipasi dimaksudkan

sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung

jawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan

emosional individu.

Winkel (2005: 276) menyatakan bahwa ”Partisipasi mencakup kerelaan untuk

memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, kesediaan ini dinyatakan

dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan”.

Pendapat tentang partisipasi juga disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994: 26)

mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi memiliki aspek-aspek yaitu kesediaan memperhatikan

dan berpartisipasi atau keterlibatan dalam suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah

kegiatan siswa selama proses pembelajaran.

Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi Pendidikan adalah suatu gejala

demokratis dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut

memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.

Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta

penentuan kebijaksanaan (Suryosubroto, 1997: 279).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta pisik anggota dalam memberikan inisiatif

terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan, serta mendukung pencapaian tujuan dan

bertanggung jawab atas keterlibatannya. Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah

partisipasi siswa yaitu keikutsertaan atau keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang

diselenggarakan oleh sekolah, terutama dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Hal

apapun yang dipelajari siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus mempelajarinya sendiri. Tidak

ada seorangpun yang dapat menggantikannya.

Dewey (1859-1952) dalam Martinis Yamin (2007: 82) mengemukakan prinsip Learning

By Doing yaitu bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa perlu terlibat dan partisipasi

Page 8: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan

siswa sacara aktif dalam suatu proses pembelajaran. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang

membantu siswa dalam pembelajaran. Peran serta siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan

menciptakan suatu pengalaman yang bermakna.

Dimyati dan Mudjiono (1994: 43) menjelaskan bahwa keterlibatan siswa di dalam

belajar tidak hanya diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu, terutama adalah

keterlibatan emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif, dalam pencapaian dan perolehan

pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai, dalam pembentukan sikap dan

nilai, serta pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran mencakup

dua hal pokok yaitu keterlibatan fisik dan psikis siswa. Keterlibatan secara fisik dapat dilihat dari

kegiatan siswa seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya.

Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan

masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil kegiatan belajar dan kegiatan psikis yang lain.

Lebih jauh Dimyati dan Mudjiono (1994: 42-43) juga mengemukakan bahwa belajar

yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui

pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus

menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran diharapkan adanya keterlibatan langsung dari

setiap siswa. Adanya keterlibatan siswa secara langsung ini secara logis akan menyebabkan

siswa memperoleh pengalaman atau berpengalaman.

b. Manfaat Partisipasi

Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu: 1)

Memperoleh keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran, 2) Pengembangan

potensi diri dan kreativitas, 3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang

diberikan dan perasaan yang diperlukan, 4) Melatih bertanggung jawab serta mendorong untuk

membangun kepentingan bersama.

Lebih jauh Heidjrachman Ranupandojo (1986) dalam Suryosubroto (1997: 282)

mengemukakan bahwa dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat

seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya

penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan.

Page 9: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Partisipasi dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan

kreativitas siswa, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil

belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya partisipasi

siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari

proses pembelajaran yang terkait.

c. Pola Partisipasi Siswa

Martinis Yamin (2007: 78-79) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan istilah

yang menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing

dalam terjadinya pengalaman belajar dan tercapainya suatu indikator yang dikehendaki. Maka

siswa sebagai aktor / subyek yang banyak berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar

mandiri, tidak hanya sebagai siswa pasif akan tetapi sebagai siswa yang juga berperan membuat

perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil (output) yang bertitik tolak pada

kreativitas dan partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran. Skema hubungan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan skema hubungan partisipasi antara guru dan siswa di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang guru diharapkan mampu menciptakan

suatu kondisi belajar yang dapat merangsang peran aktif dan partisipasi siswa. Proses

pembelajaran yang berlangsung harus berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara

penuh di dalam kegiatan belajar yang dilakukan.

Guru

Siswa

Merangsang peran aktif

dan partisipasi

Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi antara Guru dan Siswa. (Martinis Yamin, 2007 :79)

Page 10: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Pola aktivitas dan partisipasi siswa ini dijelaskan lebih lanjut oleh Martinis Yamin

(2007: 79) yaitu “Peran aktif dan partisipasi siwa dalam proses pembelajaran adalah untuk

tercapainya suatu indikator dari kompetensi dasar yang telah dikembangkan dari materi pokok”,

digambarkan sebagai berikut :

Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru diharapkan mampu menemukan

kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok

pembelajaran. Selanjutnya dari kompetensi dasar yang diperoleh, akan dapat dijabarkan beberapa

indikator yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas

dan partisipasi tersebut merupakan penekanan pembelajaran kompetensi, dimana proses yang

dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki.

d. Syarat Terjadinya Partisipasi Siswa

Martinis Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa

dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila tercipta suatu kondisi sebagai berikut:

1) Pembelajaran lebih berpusat pada siswa, 2) Guru sebagai pembimbing agar terjadi

pengalaman belajar, 3) Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa

(kompetensi dasar), 4) Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,

meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencipta siswa yang kreatif serta mampu

Indikator Kompetensi Dasar Materi Pokok

Peran Aktif dan Partisipasi Siswa

Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran. (Martinis Yamin, 2007 :79)

Page 11: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

menguasai konsep-konsep, 5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1979) dalam Martinis Yamin (2007: 83-84)

untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui

9 aspek berikut:

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa, 3) Mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari, 5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan umpan balik (feed back), 8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur, 9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

Partisipasi siswa dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran tercipta suatu kondisi

yang dapat merangsang tumbuhnya peran serta dan partisipasi siswa. Seorang guru diharapkan

memiliki keterampilan dalam merangsang tumbuhnya partisipasi siswa. Dengan demikian peran

serta dan keterlibatan siswa dalm proses pembelajaran akan meningkat, yang pada akhirnya

kegiatan pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa.

e. Jenis-Jenis Partisipasi Siswa

Ada beragam aktivitas dan partisipasi dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan,

di antaranya menurut Paul D. Dierich dalam Martinis Yamin (2007: 84-86) adalah :

1) Kegiatan-kegiatan visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan instrupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6) Kegiatan metrik

Page 12: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas, partisipasi siswa dalam pembelajaran mempunyai jenis-

jenis kegiatan yang beragam. Partisipasi atau keterlibatan siswa dalam pembelajaran tersebut

tidak hanya dalam hal keterlibatan fisik semata, tetapi juga mencakup keterlibatan mental dan

emosional siswa dalam pembelajaran.

f. Tingkatan Partisipasi

Menurut Parietra Westra (1985) dalam Suryosubroto (1997: 283), tingkatan partisipasi

dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan

anggota agar mengerti akan fungsi dan sikap masing-masing, 2) Tingkatan pemberian nasihat

artinya setiap individu saling membantu untuk mengambil keputusan terhadap persoalan yang

dihadapi dengan bertukar ide, 3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisi anggota

pada keadaan mereka, sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Jumrowi (1985) dalam Suryosubroto (1997: 283) yang

menyatakan bahwa tingkatan partisipasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu : ”1) Partisipasi

dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan progam lain, 2) Partisipasi dalam proses

pengambilan keputusan, 3) Partisipasi dalam pelaksanaan”.

Dengan menyimak beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

mengukur partisipasi siswa dapat dilihat dari seberapa jauh keterlibatannya dalam proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara garis besar, tingkatan partisipasi mulai dari

tingkat rendah yaitu berbagi informasi, konsultasi, lalu ke tingkat yang lebih tinggi yaitu

kolaborasi dan pemberdayaan atau keikutsertaan.

2. Pembelajaran Biologi

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” yang berarti cara

(perbuatan) mengajar atau diajarkan. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran

merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru agar siswa belajar yaitu

dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Di

Page 13: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

dalam pembelajaran terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Perubahan yang

terjadi adalah kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan diperoleh

karena adanya usaha (Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan, 2000: 30-33).

Pembelajaran berarti selalu memberikan stimulus kepada siswa agar menimbulkan

respon yang tepat yang kita inginkan, hubungan stimulus S dan respon R bila diulangi akan

menjadi kebiasaan (behavioristik). Pengaktifan indera siswa diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman terhadap sesuatu. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan alat bantu

belajar/media, misalnya media cetak, media elektronika, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan

(kognitif). Guru sebagai pembimbing, memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktulisasikan

dirinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada. Bimbingan dan pengarahan guru diperlakukan

sekali oleh siswa agar siswa tidak merasa terancam oleh perubahan persepsi dari luar datangnya,

dengan demikian siswa memperoleh pengalaman dengan berbagai cara sehingga proses belajar

terjadi (humanistik). Jadi pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk selalu memberikan

stimulus dan mengaktifkan indera siswa agar terjadi perubahan pada diri siswa (Gino dkk, 2000:

33-35).

Ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada unsur-unsur dinamis dalam proses belajar

yaitu: 1) Motivasi belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,

dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang atau suka

itu. 2) Bahan belajar, bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. bahan atau materi belajar

perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa

agar dapat diminati siswa. 3) Alat bantu belajar, alat bantu belajar atau media belajar merupakan

alat yang dapat membentuk siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak,

media elektronika dan lain-lain. 4) Suasana belajar, suasana belajar yang dapat menimbulkan

aktivitas atau kegiatan dalam belajar siswa adalah adanya komunikasi dua arah, kegairahan dan

kegembiraan belajar. 5) Kondisi siswa yang belajar.

Ciri-ciri pembelajaran sebenarnya adalah upaya guru mengatur unsur-unsur dalam

pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi

proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai. Pembelajaran dapat terjadi apabila unsur-unsur

dinamis dapat terpenuhi. Adanya motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana

belajar, dan kondisi siswa belajar sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Untuk itu,

Page 14: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peran dan partisipasi siswa, bukan pera guru yang

dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk

belajar), motivator dan sebagai pembimbing (memberi bimbingan kepada siswa yang

memerlukan) (Gino dkk, 2000: 36-39).

Pembelajaran biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara yang

bertanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung.

Karena itu, siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses

agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi

keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan

bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan

pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara

beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan

atau memecahkan masalah sehari-hari. Pada dasarnya pembelajaran biologi berupaya untuk

membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan

yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam (Edi, 2009).

3. Kecerdasan Interpersonal (Antar Pribadi)

a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Nuritaputantri (2007) mendefinisikan bahwa “Kecerdasan adalah kemampuan untuk

memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang

budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteksnya”. Setiap

anak bisa memiliki satu atau beberapa kecerdasan yang menonjol dan beberapa kecerdasan lain

yang normal atau bahkan rendah. Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran

guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para

siswanya. Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya

Page 15: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di

bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf

kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.

Pengertian tentang kecerdasan juga diungkapkan oleh David Wechsler (1958) dalam

Safaria (2005: 20), yaitu “kecerdasan adalah kumpulan atau totalitas kemampuan individu untuk

bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya

dengan efektif”.

Gardner (1983) dalam Jasmine (2007: 14) mengidentifikasi tujuh kecerdasan pada

manusia yaitu:

1) Kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa), 2) Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar-logika dan matematika), 3) Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar), 4) Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara), 5) Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh), 6) Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, social), 7) Kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat pribadi).

Lwin, M., Khoo, A., Lyen, K., & Sim, C (2008: 197), menjelaskan pengertian

kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang yang berada

di lingkungan sekitar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal mempunyai

kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud

dan keinginan orang lain serta bersedia untuk menaggapi secara layak. Kecerdasan interpersonal

berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menghadapi perasaan orang

lain.

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama

dengan orang lain. Kecerdasan interpersonat menuntut kemampuan untuk tanggap terhadap

suasana hati, perangai, niat dan hasrat dari orang lain. Seseorang yang mempunyai kecerdasan

interpersonal mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar, mampu

memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan

(Armstrong, 2002: 4).

”Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi

dengan orang lain”. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat

memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya,

kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan interpersonal memiliki

Page 16: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh

orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus,

empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini

juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan

perselihanan dengan orang lain (Anwarholil, 2008).

Riyadi (2007) juga mendefinisikan pengertian kecerdasan interpersonal. ”Kecerdasan

interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan

orang lain”. Seseorang yang menpunyai kecerdasan interpersonal akan peka pada ekpresi wajah,

suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam

berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti

dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin

kelompok.

Pendapat lain juga menyebutkan bahwa ”Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan

untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain”. Kemampuan ini melibatkan penggunaan

berbagai keterampilan verbal dan nonverbal, kemampuan kerjasama, menejemen konflik, srategi

membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin dan memotivasi

orang lain untu mencapai tujuan umum (Jaisy, 2007).

Kecerdasan interpersonal disebut juga people smart. Kecerdasan interpersonal

melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Selain itu, seseorang

yang cerdas secara interpersonal mempunyai kemampuan dalam hal berteman dan memahami

orang lain (mampu menilai orang lain dalam waktu singkat). Kecerdasan interpersonal penting

bagi setiap orang karena dalam kehidupan pasti melibatkan interaksi dengan orang lain. Manusia

tidak dapat hidup sendiri di dunia. Kecerdasan interpersonal sebenarnya lebih penting bagi

keberhasilan hidup daripada kemampuan membaca buku atau memecahkan problem matematika

(Sri Joko Yunanto, 2004: 52).

b. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal

Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tampak gembira dalam berteman

dan berbagai macam aktivitas sosial, tidak menyukai dalam kesendirian dan menyendiri. Orang

yang mempunyai jenis ini menyukai dan menikmati bekerja secara kelompok (bekerja

Page 17: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

kelompok), belajar berinteraksi dan bekerja sama serta mampu bertindak sebagai penengah

dalam sebuah perselisihan (Jasmine, 2007: 26).

Anwarholil (2008) menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting, karena

pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri (no man is an Island). Ciri-ciri orang yang

memiliki kecerdasan interpersonal antara lain 1) Mudah menyesuaikan diri, 2) Menjadi orang

dewasa yang sadar secara sosial, 3) Berhasil dalam pekerjaan.

Ciri-ciri seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut :

1) Suka bersosialisasi dengan teman seusianya, 2) Berbakat menjadi pemimpin, 3) Mudah bergaul, 4) Senang mengajari anak-anak lain secara informal, 5) Suka bermain dengan teman seusianya, 6) Mempunyai dua atau lebih teman dekat, 7) Memiliki empati yang baik atau memberi perhatian lebih kepada orang lain, 8) Banyak disukai teman, 9) Berusaha untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan yang terjadi pada orang lain (Meta, 2009).

Kecerdasan interpersonal memiliki ciri antara lain: 1) Mempunyai banyak teman, 2)

Suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, 3) Banyak terlibat dalam

kegiatan kelompok di luar jam sekolah, 4) Berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik

antartemannya, 5) Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, 6) Sangat

menghargai orang lain, 7) Menikmati pekerjaan mengajari orang lain, 8) Berbakat menjadi

pemimpin, 9) Berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial (Henry, 2006).

c. Indikator Kecerdasan Interpersonal

Lwin et al (2008: 205) menjelaskan indikator kecedasan interpersonal pada seseorang.

Beberapa indikator seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal yang tinggi antara lain:

1) Berteman dan berkenalan dengan mudah, 2) Suka berada di sekitar orang lain, 3) Ingin tahu

mengenai orang lain dan ramah terhadap orang asing, 4) Mengalah kepada orang lain, 5)

Mengetahui bagaimana menunggu giliran. Sedangkan indikator kecerdasan interpersonal rendah

pada seseorang adalah: 1) Tidak suka bergaul atau bermain dengan teman, 2) Lebih suka

menyendiri, 3) Menarik diri dari orang lain, 4) Tidak suka bergiliran, 5) Tidak suka berbagi dan

sangat posesif pada barang pibadi.

Sukur (2007) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal tidak ada hubungannya

dengan IQ. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam memahami perasaan, minat,

keinginan dan maksud seseorang. Kelancaran dalam berkomunikasi dan bergaul dengan

lingkungan cukup dipengaruhi oleh kecerdasan interpersonal ini. Setiap orang mempunyai cara

Page 18: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

yang berbeda-beda dalam menyampaikan gagasan atau permasalahannya. Seseorang yang punya

kecerdasan interpersonal tinggi senantiasa berpikir dua kali sebelum mengeluarkan kata-kata

yang ingin diucapkannya. Dia pun tak serta merta menanggapi perkataan orang lain secara

langsung tanpa dicerna, walaupun perkataan itu menurut orang lain cukup menyakitkan. Dan

rata-rata orang seperti ini akan terampil membina hubungan dengan orang lain, pandai

mempengaruhi dan tutur katanya lembut baik dalam lisan ataupun tulisan.

Pendapat lain menyatakan bahwa karakteristik anak yang memiliki kecerdasan

interpersonal tinggi adalah: 1) Mampu menciptakan relasi sosial baru secara efektif, 2) Mampu

berempati dengan orang lain, 3) Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif, 4)

Mampu menyadari komunikasi verbal dan non verbal yang dimunculkan orang lain, 5) Mampu

memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial, 6) Memiliki keterampilan berkomunikasi

secara efektif (Safaria, 2005: 25-26).

4. Metode Group Investigation (GI)

a. Pengertian Group Investigation (GI)

Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan. Metode GI

merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam

kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan

proyek kooperatif. Pada metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri

yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik

dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas

pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok.

Setiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan hasil penemuan mereka di hadapan

seluruh kelas (Slavin, 2008: 24-25).

Group Investigation memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak awal tahun

abad ini. Yang paling terkenal di antara tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini

adalah John Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah

prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat

demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif di mana guru dan murid

membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai

pengalaman, kapasitas dan kebutuhan masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif

dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap

Page 19: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses ini. Rencana

kelompok adalah suatu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa (Slavin,

2008: 214-215).

Group Investigation adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat

membangun kerja sama antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Prosedur dalam perencanaan

bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, sesuai dengan kapasitas dan

kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan

arah tujuan yang mereka kerjakan. Kelompok berfungsi sebagai wahana dalam berinteraksi

sosial. Perencanaan kelompok dapat menjamin keterlibatan semua siswa secara maksimal dalam

penggunaan metode ini.

Metode GI adalah perpaduan antara bidang sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan

intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. GI tidak dapat diimplementasikan

dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau

mengabaikan dimensi afektif- sosial dalam pembelajaran kelas (Arends, 1997: 120-121).

b. Karekteristik Group Investigation (GI)

Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara

mempelajarinya melalui proses investigasi yang mendalam. Metode ini menuntut siswa untuk

memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik maupun dalam ketrampilan proses kelompok

(group process skill). Penggunaan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa

kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang anggota atau siswa dengan karakteristik yang

heterogen. Pembagian kelompok dapat juga dilakukan berdasarkan atas kesenangan berteman

atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin

dipelajari, mengikuti investigasi yang mendalam terhadap berbagai sub topik yang dipilih,

kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends,

1997: 121).

Slavin (2008: 215) menyatakan bahwa Group Investigation tidak akan dapat

diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal,

atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas.

Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik

apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-

sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya,

Page 20: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber

penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.

Kesuksesan implementasi dari Group Investigation sebelumnya menuntut pelatihan

dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan

akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang

sesuai di dalam kelas. Secara umum adalah guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas,

selanjutnya siswa membagi topik tersebut kedalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah

hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang sama halnya dengan

pertukaran gagasan diantara para siswa. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari

informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti

(bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun

posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya

mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok

supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok.

Hal penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa. Anggota

kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai kegiatan di dalam pembelajaran.

Pembagian tugas dalam kelompok dapat mendorong timbulnya saling ketegantungan yang

bersifat positif diantara anggota kelompok. Kemampuan perencanaan koperatif harus

diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas

tersebut melaksanakan proyek investigasi yang lebih luas. Para guru dapat memimpin diskusi

dengan seluruh kelas atau kelompok-kelompok kecil untu memunculkan gagasan-gagasan untuk

menerapkan tiap aspek kegiatan kelas (Slavin, 2008: 216-217).

Slavin (2008: 217) menjelaskan bahwa peran guru dalam Group Investigation adalah

bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-

kelompok yang ada dan, untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu

tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja

terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.

c. Tahapan Metode Group Investigation (GI)

Arends (1997: 121) dan Slavin (2008: 218-220) mengemukakan enam tahapan kegiatan

dalam metode GI yaitu:

Tahap 1 : Mengidentifikasikan Topik dan Pembentukan Kelompok

Page 21: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Tahapan ini menekankan pada permasalahan siswa meneliti, mengajukan topik dan

saran-saran. Guru membagi topik menjadi beberapa subtopik. Siswa yang memilih topik yang

sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Peran guru adalah

membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan

pengaturan. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat

heterogen.

Tahap 2 : Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai: apa yang kita pelajari? bagaimana kita

mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) untuk tujuan atau kepentingan apa

kita menginvestigasi topik ini? Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi

kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk

seluruh kelas.

Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi

Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa dan

mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu

dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling

tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.

Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir

Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua

bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap

kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil

penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai

penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.

Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir

Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai

macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut,

kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan

melakukan tanya jawab. Presentasi yang disusun untuk seluruh kelas sehingga harus dapat di

dengar oleh seluruh siswa. Siswa anggota kelompok lain mendengarkan presentasi yang sedang

berlangsung.

Tahap 6 : Evaluasi

Page 22: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut. Siswa yang belum

jelas dapat mengajukan pertanyaan kepda kelompok presentator. Guru dan murid berkolaborasi

dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dan menarik kesimpulan sehingga

semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation guru hanya

berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Seyogyanya guru

membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap : 1) tahap pemecahan masalah, 2)

tahap pengelolaan kelas, 3) tahap pemaknaan secara perorangan. Ditempuhnya tiga tahapan

tersebut, diharapkan proses pembelajaran dapat menghasilkan proses belajar yang lebih baik dan

siswa lebih menyeluruh dalam mendalami materi yang disampaikan oleh guru (Joyce, 2000: 51).

d. Kelebihan dan Kelemahan Metode GI

Joyce (2000:51) menjelaskan adanya beberapa kelebihan dan kekurangan metode

Group Investigation dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihannya antara lain: 1) Siswa

menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, 2) Siswa

mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, 3) Siswa memiliki kemahiran dalam berkomunikasi

dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis, 4) Meningkatkan

kemampuan siswa dalam berdiskusi. Beberapa kekurangan dari metode Group Investigation

yaitu : 1) Jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka akan menghambat

daripada tujuan pembelajaran, 2) Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang

bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas, 3) Ada siswa

yang kurang memanfaatkan waktu sebaik- baiknya dalam belajar kelompok.

Menurut Zingaro (2008), pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada siswa untuk

bekerja dalam kelompok. Terjadi pergeseran pokok dari guru sebagai penyedia informasi dan

sumber kebenaran menuju guru sebagai fasilitator. GI meliputi penggunaan tugas untuk

memenuhi kebutuan dengan mengkombinasi antara usaha dan keterampilan individu setiap

anggota kelompok. Group investigation merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran

kooperatif.

Dalam pembelajaran dengan metode Group Investigation, siswa SMP membentuk

kelompok untuk merencanakan dan melaksanakan investigasi dan mensintesis penemuan ke

dalam presentasi kelompok di kelas. Peran guru dalam pembelajaran adalah membuat siswa

menyadari kemampuan yang dimiliki sehingga mampu melakukan investigasi. GI terdiri dari

Page 23: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

empat komponen penting yaitu: investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik.

Investigasi yang dimaksud adalah setiap kelompok fokus terhadap proses penemuan mengenai

topik yang dipilih. Interaksi merupakan hasil positif dari keseluruhan metode pembelajaran

kooperatif yang mengharuskan siswa untuk mengeluarkan ide-ide dan menolong satu sama lain

dalam belajar. Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan meneliti dalam menemukan

setiap bagian dari tugas untuk menambah pemahaman dan kejelasan ide. Yang terakhir, motivasi

intrinsik adalah kemampuan siswa untuk memotivasi diri-sendiri dalam investigasi.

Penerapan metode GI terdapat enam tahap. Pertama, guru memberikan permasalahan

kepada kelas, dan siswa memilih kelompok yang menarik. Masalah yang dimaksud merupakan

bagian yang penting. Guru sebaiknya tidak menerima dan menolak ide dari siswa. Kedua,

kelompok merencanakan investigasi. Prosedur, tugas, dan tujuan haruslah sesuai dengan

subtopik yang telah dipilih. Ketiga, kelompok mempersiapkan hasil investigasi menuju langkah

selanjutnya. Peran guru dalam tahap ini adalah mengikuti proses investigasi, memberikan

pertolongan ketika dibutuhkan: memberikan saran, menambah rasa percaya diri siswa, dll.

Keempat, kelompok merencanakan presentasi. Kelompok mengevaluasi yang telah dipelajari

dan mensintesis ke bentuk yang mudah dipahami oleh kelas. Kelima, kelompok mengatur

presentasi. Terakhir, guru dan siswa mengevaluasi hasil investigasi dan presentasi. Pada akhir

proses ini, kelompok yang mewakili membuat laporan di depan kelas, menolong anggota

kelompok untuk menghargai mereka sebagai bagian dari unit sosial yang luas.

Ditemukan hasil bahwa GI meningkatkan hubungan interpersonal yang positif dan

meningkatkan motivasi intrinsik. Bila dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif yang lain,

metode GI mempunyai akar yang lebih kuat dalam memberikan pengawasan dalam

pembelajaran.

Menurut Dewey, tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkna tanggung jawab sosial

yang mengerti bagaimana bekerjasama untuk memecahkan masalah dan membangun

pengetahuan. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan seharusnya mencerminkan dunia

demokrasi yang sesungguhnya dimana para siswa mempunyai kesempatan untuk membuat

pilihan, mendiskusikan ide dan pikiran. Kriteria ini yang telah dilaksanakan dalam kelas Dewey

pada awal abad 20 dan berlanjit sampai sekarang dan dikenal sebagai GI. Siswa dapat memilih

subtopik dari materi pelajaran, kemudian bebas menuangkan ide mereka sendiri dan menyatukan

ide kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama.

Page 24: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Semangat kelompok meliputi bagaimana siswa belajar dan memecahkan masalah yang

ditemui ketika siswa bekerja dalam kelompok. Hal ini akan membuat perbedaan antara seseorang

yang bekerja dalam satu tempat dan satu kelompok. Setiap siswa memiliki karakteristik dalam

kelompok dan kemampuan mengungkapkan pendapat. Hal ini penting bagi para guru untuk

memahami bagaimana kerja kelompok yang dilakukan siswa sehingga dapat memudahkan

memberikan fasilitas dalam interaksi antar siswa.

Selain itu, bagaimana membangun pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hal

yang penting sehingga siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan material dan sosial.

Interaksi antara siswa merupakan kunci utama dalam keseluruhan pembelajaran kooperatif,

termasuk GI. Siswa diajak untuk mempelajari materi dengan kemampuan siswa sendiri, yaitu

melakukan investigasi topik yang menarik bagi mereka. Inilah perbedaan dengan pembelajaran

sebelumnya yaitu guru sebagai pusat belajar dimana sangat sedikit adanya interaksi dengan

siswa, pengetahuan dan pengalaman langsung ditransfer dari guru kepada siswa.

Fakta menunjukkan bahwa motivasi intrinsik merupakan hal penting untuk bekerja

melaksanakan tugas dalam kelompok GI. Pemilihan subtopik sebaiknya sesuai dengan

ketertarikan siswa sehingga kelompok akan tertarik dan mendapatkan hasil investigasi yang

maksimal. Apabila pemilihan subtopik ditentukan oleh guru, guru harus memilih topik yang

sesuai dengan kehidupan siswa dan meningkatkan pemahaman siswa.

Pembentukan kelompok juga penting dalam metode pembelajaran GI. Seperti

kebanyakan metode pembelajaran kooperatif, pelaksanaan GI dilaksanakan berdasarkan

ketertarikan kelompok sejak siswa yang mempunyai ketertarikan yang sama akan memilih

subtopik yang sama. Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan diinvestigasi siswa.

Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun hubungan persahabatan dalam

kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru. Kelompok dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi

guru harus memecah kembali jika siswa tidak sesuai dengan subtopik sehingga terjadi

perpindahan siswa diantara kelompok.

Siswa dalam kelas GI lebih berjiwa kooperatif dan mau bekerjasama apabila

berinteraksi dengan siswa dalam kelompok mereka maupun di luar kelas. GI meliputi

kemampuan untuk mengekspresikan dirinya, kebebasan dan tanggung jawab yang lebih tinggi

dan menerima keadaan. GI telah terbukti mampu meningkatkan hubungan interpersonal,

kepercayaan, tingkah laku yang positif di sekolah dan pembelajaran GI mampu mengurangi

Page 25: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

hubungan yang kurang baik antar etnik (misal, siswa kulit putih hanya boleh berteman dengan

siswa kulit putih tidak boleh berteman dengan siswa kulit htam dan sebaliknya). Hubungan

interpersonal yang tidak baik antar etnik dapat dikurangi dalam kelas GI.

Metode GI mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah 1) Siswa dalam kelas

GI akan berusaha lebih giat untuk menjawab pertanyaan dari teman kelompok lain yang semakin

sulit, 2) Siswa lebih berusaha dalam memberi tanggapan dan untuk memecahkan masalah, 3)

Siswa saling menghargai, yaitu ketika saling berinteraksi dengan siswa lain baik di dalam kelas

maupun di luar kelas, 4) Siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran dan lebih bertanggung

jawab, 5) Meningkatkan hubungan antar pribadi (interpersonal siswa), mempererat persahabatan

siswa yang bersifat heterogen, kepercayaan dan lebih bersikap positif di dalam pelajaran dan

sekolah.

Pelaksanaan metode Group Investigation dapat meningkatkan prestasi, meningkatkan

motivasi, membantu perkembangan hubungan interpersonal siswa, meningkatkan rasa saling

menghormati teman dalam satu kelompok dan antar kelompok. GI dapat mengubah bentuk kelas

ke dalam suatu hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan

hubungan timbal balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok.

Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L (2009) menyatakan bahwa

penyelidikan kelompok atau GI adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai

karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu

sendiri, berusahaa meningkatkan hasil belajar dan kepuasan siswa. Pelaksanaan GI dapat

meningkatkan tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan

dilaksanakan dan mendapatkan pengalaman yang berharga.

B. Kerangka Berpikir

Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya

pengalaman. Sedangkan mengajar merupakan suatu upaya untuk menyampaikan pengetahuan

dengan tuntutan hasil yang berupa perubahan sikap dan nilai pada siswa yang belajar. Dalam

proses belajar mengajar terjadi serangkaian perubahan dalam hal interaksi yang berlangsung

dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan.

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak

faktor penting, baik faktor intern maupun ekstern. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat

Page 26: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

dan efektif merupakan salah satu faktor ekstern yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan

keefektifan KBM. Sedangkan faktor intern adalah kecerdasan yang dimiliki oleh siswa itu

sendiri yang salah satunya adalah kecerdasan interpersonal.

Sesuai dengan hal tersebut, maka dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar biologi

harus melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh. Siswa harus berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran. Tidak hanya berpartisipasi tetapi, siswa juga hendaknya cerdas secara

interpersonal sehingga tercipta interaksi yang positif dalam pembelajaran. Perangsangan

kecerdasan interpersonal siswa untuk meningkatkan partisipasi dalam pembelajaran dapat

dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

Pembelajaran dengan metode GI merupakan upaya untuk mengaktifkan siswa sehingga semua

siswa ikut berpartisipasi dalam KBM dan mendekatkan jarak antar siswa yang disebabkan oleh

adanya perbedaan individu dan tuntutan untuk bekerja dan belajar secara bersama- sama dalam

suatu kelompok.

Pada pembelajaran dengan metode Group Investigation, guru berperan sebagai

fasilitator belajar bagi siswa-siswanya. Guru hanya sekedar memberikan informasi yang cukup

untuk memberikan informasi yang dapat merangsang siswa. Siswa didorong untuk bertanya,

mengemukakan pendapat, mengembangkan ide dan berargumentasi tentang ide dan

pendapatnya. Sebagai fasilitator guru harus merencanakan pembelajaran yang memberikan siswa

untuk berdiskusi, mengeksplorasi ide-ide dan mampu mempersentasikan di depan kelas.

Dengan adanya penerapan metode GI dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan memperoleh pengalaman yang berharga. Siswa

mempunyai ketergantungan yang positif dengan siswa lain dan terjadi interaksi antar siswa yang

bersifat heterogen. Hal tersebut dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif dan berkualitas

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif GI diharapkan dapat meningkatkan peran

kecerdasan interpersonal untuk meningkatkan partisipasi siswa kelas VII C SMP N 5 Surakarta.

Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 27: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

SOLUSI Perangsangan Kecerdasan Interpersonal Siswa dengan Penerapan Metode

Group Investigation (GI)

HASIL 1. Hubungan interpersonal siswa meningkat 2. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan

meningkat 3. Keaktifan siswa dalam mengungkapkan pendapat dalam investigasi

kelompok maupun diskusi kelas meningkat 4. Siswa memberikan perhatian pada saat diskusi kelompok dan

presentasi

TARGET

PENYEBAB Metode pembelajaran kurang

efektif

MASALAH 1. Keterlibatan siswa dalam

bertanya dan menjawab pertanyaan kurang

2. Dorongan siswa untuk memberikan sumbangan dalam pembelajaran kurang

3. Tanggung jawab siswa dalam pembelajaran kurang

AKIBAT

Partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang

Page 28: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran

2008/2009 sebanyak 41 siswa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009. Pelaksanaan

penelitian dilakukan secara bertahap, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

Tabel 1. Rencana Waktu Pelaksanaan Penelitian

No

. Rencana Kegiatan

Tahun 2009

Ja

n

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Ju

n

Juli Agts Sept okt

1. Pelaksanaan

a. Observasi xxx-

b. Identifikasi

Masalah

---x

c. Penentuan

Tindakan

xx--

d. Pengajuan Judul --xx

e. Penyusunan

Proposal

xxxx

xxxx

f. Pengajuan Izin

Penelitian

--x-

g. Konsultasi ---x

Page 29: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Instrumen

h. Seminar

Proposal

x---

2. Pelaksanaan

a. Pengumpulan

Data Penelitian

xxxx

x---

b. Analisa Data -xxx

xxxx

3. Penyusunan

Laporan

a.Penulisan

Laporan

--xx

xxxx

xxxx xxxx xx

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research) kolaboratif. Strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif

yaitu deskripsi keadaan pembelajaran yang sebenarnya. Penelitian ini mendeskripsikan dan

menginterpretasikan data, fakta dan keadaan yang ada, serta melakukan analisis tentang

bagaimana rangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode GI dapat

meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Penelitian tindakan kelas adalah

bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan

belajar dari pengalaman mereka sendiri, mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan

dalam praktik pembelajaran, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Rochiati Wiriaatmadja,

2007: 13).

C. Sumber Data Penelitian

Data penelitian dikumpulkan dari beberapa sumber, antara lain:

a. Informan, meliputi: guru biologi dan siswa kelas VIIC SMP N 5 Surakarta

b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya proses pembelajaran.

Page 30: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

c. Dokumen atau arsip antara lain adalah silabus pembelajaran, Rancangan Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), buku penilaian dan buku referensi mengajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulkan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi observasi,

wawancara, angket, tes, dan kajian dokumen yang masing-masing secara singkat diuraikan

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik. Penyusunan aspek-aspek yang

diteliti membantu memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini dituangkan dalam bentuk

lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan dengan membubuhkan check (√) pada pilihan

yang tepat.

Fokus dalam observasi siswa adalah partisipasi siswa dalam pembelajaran. Observasi

juga dilakukan terhadap kecerdasan interpersonal siswa. Observasi terhadap kinerja guru juga

diarahkan pada kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan

pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan

balik, dan melakukan penilaian tehadap hasil belajar siswa.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mengadakan

informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang

dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa yang

dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi

digunakan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara dilakukan pada akhir siklus ini digunakan

untuk mengetahui kepuasan siswa dalam pembelajaran sesudah diterapkannya metode GI.

3. Angket

Angket disusun untuk mengukur partisipasi siswa dan angket kepuasan terhadap

penggunaan metode GI. Jenis angket yang digunakan dalam pengumpulan data merupakan

angket langsung dan tertutup. Responden dalam penelitian ini yaitu siswa memberikan jawaban

dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dala angket. Sebelum

menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori.

Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan

Page 31: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator

ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket.

Penyusunan angket menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan rentang

mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif, alternatif pilihan jawaban

adalah sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak

setuju (STS). Teknik penilaian/pemberian skor angket mengacu pada Nana Sudjana (2006: 81)

yang disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Teknik Penilaian Angket

Pernyataan Sangat setuju

Setuju Kurang setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Pernyataan positif 5 4 3 2 1 Pernyataan negatif 1 2 3 4 5

4. Kajian dokumen

Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam proses

pembelajaran, misalnya dalam penelitian ini adalah hasil diskusi kelompok pada setiap siklus,

buku ajar yang digunakan, rencana pembelajaran silabus penelitian serta presensi siswa.

5. Tes

Tes formatif yang diberikan digunakan sebagai data pendamping.

E. Validitas Data

Untuk menjaga kevalidan dalam penelitian digunakan teknik triangulasi data. Menurut

H. B. Sutopo (2000: 80), teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu. Triangulasi tersebut dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan

data yang berbeda dan diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji

kebenaran informasinya. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian adalah triangulasi metode.

Dalam penelitian ini, digunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi

selama KBM berlangsung dan angket. Skema triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 32: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan

data (analisis proses dan produk). Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan

dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan

Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu :

1. Reduksi data yaitu meliputi penyeleksian data melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan

atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas.

2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan

penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan,

pelaksaaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat

keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan

bermakna.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Zainal Aqib (2006: 22-23) yang

berupa model spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kemudian

setelah adanya refleksi maka akan diikuti dengan perencanaan kembali yang merupakan dasar

pemecahan masalah berikutnya.

Secara operasional, langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

Angket

Observasi

Wawancara

Data Siswa

Gambar 4. Skema Triangulasi Metode pada Penelitian (H.B. Sutopo, 2002: 81)

Page 33: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam

tindakan dengan penerapan metode Group Investigation (GI).

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Penentuan materi pembelajaran yakni pada pokok bahasan Pencemaran dan Kerusakan

Lingkungan, sekaligus menyusun perangkat mengajar berupa silabus pembelajaran biologi

untuk kelas VII C semester genap. Silabus sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan), dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Standar

Kompetensi 4 (SK 4) dengan 1 Kompetensi Dasar.

2) Menyusun instrumen penelitian berupa:

a) Penyusunan angket partisipasi siswa

b) Penyusunan angket kepuasan terhadap rangsangan kecerdasan interpersonal melalui

penerapan metode GI

c) Penyusunan format lembar observasi partisipasi siswa, kecerdasan interpersonal

d) Penyusunan format lembar observasi performance guru

e) Penyusunan pedoman wawancara untuk wawancara metode GI, partisipasi siswa

2. Tahap Pelaksanaan/tindakan

Pada tahap ini dilakukan rangsangan kecerdasan interpersonal melalui penerapan

metode GI untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I

direncanakan terdiri dari 3 kali tatap muka. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (lampiran 1).

3. Tahap Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Guru

sebagai pelaksana tindakan pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan

serta pendokumentasian kegiatan selama pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah

peningkatan partisipasi siswa setelah dilakukan perangsangan kecerdasan interpersonal siswa

melalui penerapan metode GI yang diamati pada lembar observasi. Selain itu, observasi juga

dilakukan pada keterlaksanaan pembelajaran melalui metode GI (lembar observasi performance

guru). Sebagai data pendukung adalah hasil tes kognitif siswa, angket partisipasi siswa, observasi

kecerdasan interpersonal siswa, angket kepuasan terhadap metode GI, serta kajian dokumen yang

ada.

Page 34: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, diadakan analisis proses dan dampak terjadinya tindakan,

mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan

pada siklus berikutnya.

Menurut Enco Mulyasa (2005: 102) suatu pembelajaran dinyatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% siswa terlibat secara aktif baik fisik,

mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan tindakan,

peneliti merumuskan target ketercapaian tiap indikator dalam bentuk persentase. Dengan melihat

dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian

yang diberikan pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat

dikatakan berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang

diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan.

Apabila dalam setiap aspek yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah dapat

mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu

melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masing-

masing aspek yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilakukan pembelajaran siklus

II untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Siklus III dilaksanakan apabila pembelajaran

pada siklus II belum berhasil. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus berikutnya

adalah sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator keberhasilan

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Tabel 3. Daftar Persentase Target Capaian Tiap Indikator pada Masing-masing Aspek Partisipasi Siswa (Angket dan Lembar Observasi) No Indikator Target yang

harus dicapai (%)

Kategori

1. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan

75 Baik

2. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan

75 Baik

3. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

75 Baik

Page 35: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam skema sebagai

berikut:

Perencanaan Penyusunan instrumen

pembelajaran: angket partisipasi

siswa,agket kepuasan metode GI

Pelaksanaan Penerapan GI dalam KBM IV dan V

Evaluasi II Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan

metode GI siswa. Data:

oWawancara Revised

plan

Refleksi Menunggu hasil pelaksanaan

tindakan dari Siklus I.

Perencanaan Penyusunan instrumen pembelajaran: angket partisipasi siswa,agket kepuasan metode GI ,silabus, RPP, media pembelajaran untuk

siklus I, lembar observasi, pedoman

wawancara.

Pelaksanaan Penerapan metode GI dalam KBM I dan KBM

II. Evaluasi I

Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan metode GI siswa.

Data: oWawancara oObservasi oAngket

Data pendamping: oHasil tes kognitif

Menunggu hasil pelaksanaan tindakan dari Siklus II.

Plan

Reflect

Act & Observe

Page 36: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII C dalam 2 siklus dengan 6 kali

pertemuan (8 X 40 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan

partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi

siswa dalam pembelajaran biologi di SMP Negeri 5 Surakarta masih rendah. Batas tuntas

pelajaran biologi di SMP Negeri 5 Surakarta adalah 66.

A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian

Page 37: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Tempat penelitian adalah di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta. Data sekolah dan

data kelas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Data Sekolah

Nama Sekolah : SMP Negeri 5 Surakarta

Alamat Sekolah : Jl. Diponegono 45 Surakarta

Kec/ Kab/ Kota : Banjarsari/ Surakarta

Provinsi : Jawa Tengah

No. Telepon/ Fax : (0271)634930

Kepala Sekolah : Dra. Hj. Muryati

Status Sekolah : Negeri

Standar Sekolah : Akreditasi A

Tahun Didirikan : 1 Mei 1950

Kepemilikan Tanah : Hak Pakai

Status Tanah : Sertipikat

Status Bangunan Tanah : Pemerintah

Luas Tanah : 6. 751 m²

Luas Seluruh Bangunan : 2. 881 m2

Nomor Statistik Sekolah : 201036105005

SMP Negeri 5 Surakarta merupakan salah satu sekolah di kota Surakarta yang letaknya

berbatasan dengan jalan Ronggowarsito di sebelah utara. Sedangkan di sebelah barat berbatasan

dengan SMP N 3 Surakarta dan SMP N 10 Surakarta.

Peserta didik SMP N 5 Surakarta 3 tahun pelajaran terakhir berjumlah 1980 siswa yaitu

tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 647 siswa. Terdiri dari kelas VII sebanyak 207 siswa, kelas

VIII sebanyak 214 siswa dan kelas IX sebanyak 226 siswa. Tahun pelajaran 2007/2008

berjumlah 658 siswa yang terdiri dari 238 siswa kelas VII, 206 siswa kelas VIII dan 214 siswa

kelas IX. Tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 675 siswa yang terdiri dari 243 siswa kelas VII,

235 siswa kelas VIII dan 193 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 5 adalah 54 guru

yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT. SMP Negeri 5 Surakarta mempunyai

beberapa lapangan, yaitu lapangan basket berukuran 30,9x16 m, lapangan voli berukuran

19,3x9,3 m, dan lapangan upacara 30x35 m. Ruang kelasnya sebanyak 17 ruang, yaitu kelas VII

sebanya 6 ruang, kelas VIII sebanyak 6 ruang dan kelas IX sebanyak 5 ruang.

Page 38: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

(Sumber: Profil Sekolah, 2008-2009)

2. Data Siswa

Penelitian dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.

Kelas VII C dipilih sebagai subyek penelitian karena terdapat beberapa permasalahan yang

diharapkan dapat diatasi dengan gagasan-gagasan yang dirancang. Permasalahan tersebut adalah

siswa kelas VII C cenderung ramai, sebagian besar siswa (60%) siswa belum berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran. Sebanyak 7 siswa (17,07%) siswa masih di bawah nilai KKM yang

ditetapkan yaitu 66. Ruang kelas VII C SMP Negeri 5 Surakara terletak di lantai 2, berukuran

7x9 m2, lantainya masih tegel dengan dinding yang bercat putih. Ruang kelas tersebut terdapat 1

buah pintu, 8 ventilasi, 6 kaca di sisi kanan.

Kelas VII C menghadap ke arah barat. Pada deretan meja paling barat terdapat satu

meja guru dan sebuah kursi guru. Pada meja guru selalu dilapisi taplak meja dan vas bunga

lengkap. Di ruang kelas terdapat satu whiteboard dan satu OHP. Tepat di samping whiteboard

papan tulis hitam untuk mengisi data siswa. Jumlah siswa sebayak 41 siswa yang terbagi atas 23

siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Masing-masing siswa disediakan satu meja dan satu

kursi. Sehingga jumlah meja dan kursi masing-masing sebanyak 41 buah.

Luas kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta seimbang dengan jumlah siswa. Agar

pembelajaran dapat berjalan lancar posisi tempat duduk diatur sebaik mungkin sehingga dalam

satu deret bangku kebelakang terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hal ini juga

bertujuan untuk mengurangi keramaian pada saat pembelajaran berlangsung, karena biasanya

bila dalam satu baris hanya terdapat siswa laki-laki saja atau sebaliknya hanya perempuan saja

akan menimbulkan suasana yang tidak diinginkan, misalnya ramai. Selain itu, ada beberapa

pasang meja yang terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki. Posisi tempat duduk terjadi

pergeseran tiap hari sehingga siswa mendapat suasa yang berbeda dan dapat merasakan duduk di

semua kursi dalam ruang kelas.

B. Kondisi Awal Pembelajaran di Kelas VII C

Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru dalam

menyampaikan materi biologi di kelas VII C Negeri SMP Negeri 5 Surakarta. Hasil observasi

menunjukkan bahwa siswa belum berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (60%) dan

beberapa siswa (17,07%) belum memenuhi batas tuntas yang telah ditetapkan.

Page 39: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Berdasarkan hasil observasi di kelas VII C sebanyak 41 siswa, diketahui bahwa

partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi khususnya dalam proses diskusi belum optimal.

Proses diskusi yang dimaksud adalah diskusi kelompok yang kemudian diikuti dengan presentasi

kelompok. Siswa cenderung tidak memberikan perhatiannya ketika diskusi berlangsung maupun

pada saat presentasi, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan dari

guru, menyampaikan pendapat dalam diskusi dan memberikan masukan pada kelompok lain

yang presentasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang aktif bertanya pada saat

pembelajaran berlangsung sebanyak 15 siswa (36,59%). Siswa yang berani menjawab

pertanyaan dari guru sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan pendapatnya pada

saat diskusi kelompok sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan masukan kepada

kelompok lain yang presentasi sebanyak 10 siswa (24,39%). Siswa yang memberikan perhatian

ketika diskusi kelompok dan presentasi sebanyak 12 siswa (29,27%).

Siswa yang berpartisipasi aktif di kelas VII C masih di bawah 75%. Berdasarkan angket

yang diberikan dapat diketahui bahwa siswa yang belum aktif bertanya pada saat pembelajaran

berlangsung sebanyak 26 siswa (56,10%). Siswa yang tidak mengajukan pertanyaan karena malu

sebesar 21,95%, siswa yang takut salah dan malas bertanya masing-masing 14,63%. Hanya

43,90% siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru. Sebagian besar siswa (36,59%) siswa

tidak berani menjawab pertanyaan dari guru karena takut salah. Sebesar 31,71% siswa tidak

memperikan pendapatnya dalam diskusi kelompok serta tidak mau memberi masukan pada

kelompok lain yang presentasi karena malu. Selain itu, hanya beberapa siswa (29,27%) yang

memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi. Pada saat presentasi berlangsung, siswa

di deretan belakang tidak memperhatikan, siswa sibuk berbicara dengan teman satu kelompok.

Hal tersebut terjadi karena menurut sebagian siswa (34,15%) presentasi yang belangsung

membosankan. Pada saat investigasi kelompok guru hanya berkeliling di deretan kelompok

paling depan.

Pada saat diskusi kelompok, sebagian besar siswa (63,41%) tidak setuju apabila

pembagian kelompok ditentukan oleh guru. Siswa lebih senang memilih anggota kelompoknya

sendiri karena sudah mempunyai kelompok bermain di sekolah yaitu sebesar 56,10%. Selain itu,

sebanyak 21 siswa (51,22%) belum bisa menghargai pendapat teman lain dalam satu kelompok

karena tidak sesuai dengan pendapatnya. Hasil observasi lain menunjukkan bahwa siswa yang

memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat sebanyak 26

Page 40: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik sebanyak 23

siswa (56,10%).

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, angket, dan keterangan dari guru

menunjukkan bahwa partisipasi dan kecerdasan interpersonal siswa dalam proses pembelajaran

di kelas VII C masih kurang. Untuk meningkatkan partisipasi siswa diperlukan suatu metode

pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa

tidak hanya pasif dan mendengarkan penjelasan dari guru. Partisipasi siswa mencakup pada

keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan, tanggung jawab. Apabila seluruh siswa

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran maka akan diperoleh suatu pembelajaran yang

berhasil dan berkualitas. Beranjak dari penjelasan diatas dapat dilihat hasil belajar siswa untuk

kemampuan awal sebelum tindakan berdasarkan nilai MID semester. Nilai kognitif siswa pada

pra siklus dapat di lihat pada lampiran 2.

Tabel 4. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus

No Uraian Pencapaian Hasil Persentase 1. 2.

Tuntas Tidak Tuntas

82,93% 17,07%

Nilai rata-rata kelas sebesar 78,61 dengan ketuntasan klasikal sebesar 82,93%. Tabel 4

menunjukkan bahwa masih ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 66. Sebanyak 7 siswa

(17,07%) belum mencapai ketuntasan minimal dengan nilai di bawah 66 dan 34 siswa (82,93%)

mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 66.

Sesuai dengan informasi yang diberikan guru mata pelajaran dan observasi

menunjukkan bahwa siswa belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran khususnya

diskusi presentasi. Penerapan pembelajaran GI diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa

kelas VII C dalam pembelajaran biologi. Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana

pembelajaran yang berlangsung di kelas VII C. Angket diberikan kepada siswa berfungsi untuk

menggali informasi mengenai proses belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta sebelum

diterapkan metode GI. Angket yang digunakan adalah angket partisipasi siswa. Hasil angket

partisipasi untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran 2. Sedangkan hasil angket partisipasi

setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus

Page 41: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

No Indikator Capaian (%) 1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

73,90

74,51

73,90

Jumlah 222,31 Rata-Rata 74,10

Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa persentase partisipasi siswa

berdasarkan angket pada pra siklus masih di bawah 75 %, besarnya persentase indikator 1

“keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan ” adalah 73,90%, indikator 2

“bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan

perintah yang diberikan” sebesar 74,51% dan indikator 3 ”berani menghadapi konsekuensi dari

pilihan hidup” sebesar 73,90% dengan rata-rata kelas sebesar 74,10%.

Hasil observasi partisipasi siswa setiap indikator pada pra siklus adalah:

Tabel 6. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus No Indikator Capaian (%) 1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

40,25

34,15

48,78

Jumlah 123,17 Rata-Rata 41,06

Hasil observasi performance guru ditulis pada lembar observasi. Berdasarkan observasi

yang dilakukan pada pra siklus diketahui bahwa guru belum menyampaikan apersepsi, guru

belum dapat memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, belum

memberikan kesimpulan pada akhir pelajaran, guru belum memberi bantuan kepada siswa yang

membutuhkan karena guru belum menyadari kesulitan yang dihadapi oleh siswa, selain itu guru

belum dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran. Hasil

observasi Performance guru dapat dilihat pada lampiran 2. Persentase hasil observasi

Performance guru tiap indikator pada pra siklus dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator Obsevasi Performance Guru Pra Siklus

No. Indikator Pra Siklus(%)

Page 42: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan

25 50 50 100 0 25 100

33,33

Jumlah 383,33 Rata-rata 47,92

C. Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan pada Siklus I

Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti adalah menyusun beberapa instrumen

penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan metode Group Investigation. Instrumen

penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP,

rencana pelaksanaan pembelajaran, soal tes kognitif, angket partisipasi siswa, angket kepuasan

terhadap penggunaan metode GI, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi

kecerdasan interpersonal siswa, dan lembar observasi performance guru.

Pembelajaran dengan metode GI dalam pelaksanaannya berupa diskusi kelompok untuk

menginvestigasi bahan yang diajarkan di dalam kelompok yang selanjutnya diadakan presentasi

kelompok. Penilaian partisipasi siswa dilakukan melalui angket dan lembar observasi.

Performance guru menggunakan lembar observasi. Kecerdasan interpersonal siswa

menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk kepuasan metode GI menggunakan angket.

Hasil tes kognitif digunakan sebagai data pendamping.

2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I

Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation. Pada proses pembelajaran ini, guru hanya memberikan materi secara umum,

bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, melihat bahwa siswa bisa melaksanakan tugas,

membantu kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran dan memberi pertanyaan

tambahan kepada siswa setelah presentasi berlangsung. Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan

pada peran serta dan partisipasi siswa dalam kegiatan investigasi sub topik dalam kelompok dan

pada saat presentasi.

Page 43: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Kegiatan pembelajaran pada siklus I dirancang dalam tiga kali tatap muka (4 jam

pelajaran). Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kerusakan Hutan. Pada pertemuan I, guru

membuka pelajaran dan presensi siswa (100% hadir). Guru menjelaskan materi Kerusakan Hutan

secara umum dan membagi materi menjadi 7 sub topik. Siswa yang memilih sub topik yang

sama dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian menginvestigasi sub topik yang telah

dipilih. Terbentuk 7 kelompok sesuai dengan sub topik masing-masing. Siswa dalam tiap

kelompok merencanakan tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan

mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya dari sub topik yang diperoleh. Setiap siswa

dalam kelompok berpartisipasi aktif dalam kegiatan investigasi yang hasilnya akan

dipresentasikan di depan kelas. Guru meminta setiap kelompok untuk melengkapi hasil

investigasi di rumah dan mempersiapkan hasilnya untuk dipresentasikan di depan kelas.

Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pertemuan kedua, kehadiran siswa 100%. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan

hasil investigasi yang akan dipresentasikan dan mengambil nomor undian. Setiap kelompok maju

ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil investigasi sub topik secara bergantian sesuai

dengan nomor undian. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan giliran untuk presentasi,

guru sebagai penasehat dan pembimbing jalannya presentasi agar setiap siswa ikut andil dalam

kegiatan pembelajaran. Setelah kelompok urutan pertama selesai presentasi, kemudian dilakukan

tanya jawab. Guru memberikan pertanyaan tambahan untuk seluruh siswa. Setiap siswa dari

kelompok lain berhak untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami kepada kelompok

presentator, sedangkan setiap siswa dalam kelompok presentator saling bekerja sama dan berhak

untuk menjawab pertanyaan. Guru mengulas kembali hasil presentasi siswa, selanjutnya

memberikan kesimpulan akhir dari semua hasil presentasi bersama-sama siswa.

Pertemuan ketiga, guru mengadakan evaluasi siklus I dengan memberikan tes kognitif

yang berupa soal obyektif. Guru memberikan angket partisipasi siswa dan angket kepuasan

terhadap metode GI. Kegiatan pembelajaran dipantau dan diamati guna mengetahui letak

kesulitan yang terjadi di dalam kelas khususnya saat proses pembelajaran berlangsung.

3. Observasi dan Evaluasi Tindakan pada Siklus I

Observasi yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk menilai situasi pelaksanaan

proses pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran Group Investigation dan untuk

evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa pada awal pembelajaran siswa terlihat

Page 44: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

kurang antusias karena siswa belum terbiasa dengan penerapan metode GI, hal ini dapat dilihat

pada saat investigasi kelompok dan dari presentasi yang dilakukan siswa. Hasil investigasi sub

pokok bahasan yang kurang lengkap dan kesiapan siswa dalam presentasi masih kurang. Selain

itu, interaksi antar siswa dalam kelompok dan interaksi antar kelompok masih kurang. Siswa

belum siap menerima teman kelompok yang baru karena selama ini guru selalu menggunakan

kelompok yang sama yang telah dibentuk sejak awal semester.

Observasi dan evaluasi terhadap siklus I dilaksanakan dengan menggunakan angket

partisipasi siswa, tes kognitif siswa, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi

kecerdasan interpersonal siswa, lembar observasi performance guru serta angket kepuasan siswa

terhadap penggunaan metode GI.

1) Hasil Tes Kognitif Siswa

Tes kognitif pada akhir pembelajaran siklus I diujikan kepada siswa untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi Kerusakan Hutan. Tes kognitif diberikan dalam bentuk tes

pilihan ganda dengan jumlah soal 15 butir. Setiap pertanyaan disesuaikan dengan materi yang

telah dipelajari sebelumnya, sehingga nantinya diharapkan siswa tidak kesulitan untuk

mengerjakannya. Hasil kognitif seluruh siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 2. Secara

klasikal hasil yang didapatkan dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 8. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I No Uraian Pencapaian Hasil Persentase 1. 2.

Tuntas Tidak Tuntas

92,68% 7,32%

2) Hasil Angket Partisipasi Siswa

Angket partisipasi siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui informasi mengenai

partisipasi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran

GI pada siklus I. Hasil angket partisipasi untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran 2. Hasil

angket partisipasi siswa untuk setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Siklus I No Indikator Capaian (%) 1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

75,69

74,82

74,88

Page 45: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Jumlah 225,39 Rata-Rata 75,13

3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus I

Data observasi partisipasi siswa pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat disajikan

pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Siklus I

No Indikator Capaian (%) 1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

64,63

62,20

73,17

Jumlah 200,00 Rata-Rata 66,67

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa siswa belum

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

Hal ini terlihat pada saat guru masuk kelas, masih banyak siswa yang belum kembali ke tempat

duduk masing-masing. Selain itu, pada saat siswa diminta membentuk kelompok siswa tidak

segera berpindah mencari anggota kelompoknya berdasarkan pilihan sub pokok bahasan yang

sama. Siswa masih telihat bingung harus melakukan apa dan beberapa siswa masih berbincang-

bincang dengan teman sebangku. Pada saat beranjak dari tempat duduk untuk membentuk

kelompok pun tidak dilakukan dengan cepat, hal ini membuat guru harus mengkomando siswa

dengan suara keras. Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan bahwa waktu yang tersedia

terbatas sehingga mereka kurang memanfaatkan waktu dengan baik.

Pada saat melakukan investigasi kelompok, hanya sebagian siswa yang aktif berdiskusi

dalam kelompok (70,73%). Siswa yang aktif pada saat presentasi (53,66%).

4) Hasil Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa

Observasi kecerdasan interpersonal siswa pada siklus I dilakukan dengan menggunakan

lembar observasi. Hubungan interpersonal siswa diharapkan meningkat dengan adanya

penerapan metode pembelajaran GI sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran akan

Page 46: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

meningkat. Hasil observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa tiap indikator pada siklus I

adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus I

No. Indikator Persentase (%)

1. 2.

3.

Mampu berempati dengan orang lain Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif

58,54 70,73

56,10

Jumlah 185,37 Rata-rata 61,79

5) Hasil Observasi Performance Guru Observasi performance guru dituliskan pada lembar observasi. Persentase tiap indikator

observasi performance guru pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 12. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru Siklus I

No. Indikator Siklus I (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan

50 100 100 100 50 50 100

33,33

Jumlah 583,33 Rata-rata 72,92

Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran materi pertemuan ke-1, ke-2 dan ke-

3 dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan salam dan

mengabsen siswa. Pada siklus I guru belum menyampaikan apersepsi kepada siswa. Guru masih

kurang dapat mengarahkan siswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik, pembagian

kelompok berdasarkan materi yang dipilih oleh siswa memakan waktu yang cukup lama

sehingga ketika jam pelajaran selesai proses pembelajaran belum diakhiri. Peran guru dalam

Page 47: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

membangkitkan semangat belajar siswa sudah cukup baik meskipun hal ini belum dapat

ditanggapi siswa dengan baik. Selama kegiatan pembelajaran guru tidak sepenuhnya melepas

siswa untuk belajar sendiri, hal ini mengingat usia dan tingkatan pendidikan mereka. Guru

sebagai fasilitator, tetap memantau kegiatan pembelajaran selama di kelas dan mengarahkan

siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada saat presentasi berlangsung, guru berperan

sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Hasil observasi performance guru dapat

dilihat pada lampiran 2.

6) Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran.

Angket kepuasan siswa terhadap penggunakan metode pembelajaran yang digunakan

dalam penelitian diberikan kepada siswa di akhir siklus I bersamaan dengan angket partisipasi

siswa, yaitu pada akhir pertemuan ke-3. Gambaran hasil skor setiap aspek angket kepuasan

penggunaan metode pembelajaran Group Investigation pada siklus I dapat ditunjukkan pada

Tabel berikut ini:

Tabel 13. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode GI Siklus I

No 1. 2. 3. 4.

Aspek Persentase (%) Respon Evaluasi Harapan Kinerja aktual

82,44 74,96 76,59 81,79

Jumlah 315,78 Rata-rata 78,95

Perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode GI diharapkan

agar siswa mampu berinteraksi dengan teman kelompok yang baru, mengeluarkan pendapat

dalam diskusi, menghargai pendapat teman dalam satu kelompok, serta memperhatikan

presentasi yang berlangsung. Pusat dari investigasi kelompok adalah pokok bahasan yang telah

dipilih oleh siswa dan menjadi satu kelompok. Anggota kelompok mengambil peran dalam

menentukan apa yang akan diselidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka

mempresentasikan hasil secara keseluruhan di depan kelas. Setiap siswa dalam masing-masing

kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapat dalam proses investigasi. Presentasi

dilakukan oleh setiap kelompok secara bergantian. Setelah presentasi selesai, setiap siswa bebas

untuk bertanya kepada kelompok presentator.

4. Analisis dan Refleksi Tindakan pada Siklus I

Page 48: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

1) Hasil Tes Kognitif Siswa

Tes kognitif diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman

siswa terhadap materi bahasan Kerusakan Hutan. Pada siklus I diberikan tes obyektif sebanyak

15 soal dengan ketuntasan klasikal sebesar 7,32% dan yang berarti terdapat 3 siswa yang belum

mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan pihak sekolah yaitu 66. Untuk nilai rata-rata

kelas mengalami peningkatan dari awal pembelajaran yaitu dari sebesar 78,61 menjadi 83,25.

Proses pembelajaran kognitif dapat ditunjukkan dengan hasil ketuntasan belajar siswa

dalam bentuk nilai. Nilai siswa digunakan sebagai data pendamping. Nilai siswa diharapkan

meningkat jika partisipasi siswa meningkat. Seperti yang telah disebutkan diatas ketuntasan

klasikal meningkat setelah diberikan penerapan metode pembelajaran GI.

2) Hasil Angket Partisipasi Siswa

Berdasarkan data pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran yang berlangsung dikelas pada siklus I berkisar antara 74,82% - 75,69%, dengan

nilai rata-rata kelas sebesar 75,13%. Hal ini berarti terjadi peningkatan persentase rata-rata

angket partisipasi siswa sebesar 1,03% yaitu dari 74,10% menjadi 75,13%. Kegiatan

pembelajaran pada siklus I berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kondisi awal (pra siklus)

sehingga memberikan pengalaman baru pada siswa. Pada pembelajaran siklus I guru berusaha

membuat siswa lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok maupun pada saat presentasi.

Guru memberi semangat agar siswa menyampaikan pendapat dalam diskusi dan presentasi.

Dengan demikian, sedikit demi sedikit siswa akan terbiasa berbicara mengeluarkan pendapatnya.

Hasil angket partisipasi siswa tiap indikator pada siklus I mengalami peningkatan

persentase dari pra siklus. Besarnya persentase pada indikator 1 mengalami peningkatan terbesar

yaitu dari 73,90% menjadi 75,69%. Sebesar 75,69% siswa sudah terlibat dalam bertanya dan

menjawab pertanyaan. Sedangkan indikator 2 mengalami peningkatan terkecil dari 74,51%

menjadi 74,82% yaitu sebesar 0,31%. Indikator 1 sudah mencapai target yaitu sebesar 75,69%.

Untuk indikator 2 dan 3 belum mencapai target yang diharapkan, tetapi sudah mengalami

peningkatan persentase yaitu sebesar 0,31% untuk indikator 2 dan 0,98% untuk indikator 3.

3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa

Persentase capaian setiap indikator hasil observasi partisipasi siswa pada siklus I

berkisar antara 62,20% - 73,17% dengan rata-rata sebesar 66,67%. Indikator yang memiliki

persentase tertinggi adalah indikator 3 (berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup) yaitu

Page 49: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

73,17%. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran cukup

tinggi. Indikator yang memiliki persentase terendah adalah indikator 2 (bentuk motivasi positif

yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan)

sebesar 62,20%. Hal ini menunjukkan dorongan siswa dalam pembelajaran masih rendah. Untuk

indikator 1 (keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan) mempunyai persentase

sebesar 64,63%. Berdasarkan data tersebut hanya 26 siswa yang terlibat aktif dalam

pembelajaran.

Siswa jarang bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami sepenuhnya disebabkan

beberapa hal. Siswa masih mempunyai rasa takut dan malu untuk mengajukan pertanyaan. Siswa

juga merasa takut salah untuk menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, siswa kurang siap

terhadap materi sehingga pada saat guru memberikan pertanyaan tidak ditanggapi oleh siswa

secara aktif. Oleh sebab itu, pada pembelajaran berikutnya perlu ditekankan kepada siswa agar

lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Setidaknya siswa sudah

membaca dari rumah tentang materi yang akan mereka pelajari selanjutnya. Hanya 70,73% siswa

yang aktif berdiskusi seperti mengeluarkan pendapat dalam diskusi dan bertukar pikiran. Siswa

lain merasa malu untuk mengeluarkan pendapat.

4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa

Berdasarkan lembar observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa dapat diketahui

bahwa indikator tertinggi adalah indikator 2 (mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam

relasi sosial) yaitu sebesar 70,73%. Pada indikator 2 yang diamati adalah siswa yang

mengutarakan pendapatnya dalam investigasi kelompok dan presentasi. Sedangkan indikator

terendah adalah indikator 3 (memiliki keterampila berkomunikasi secara efektif) yaitu sebesar

56,10%. Observasi indikator 3 adalah siswa saling memotivasi agar berani mempresentasikan

hasil investigasi.

5) Hasil Observasi Performance Guru

Performance guru pada pelaksanaan metode pembelajaran Group Investigation sudah

cukup baik. Hasil observasi menunjukkan bahwa performance guru mengalami peningkatan dari

pra siklus ke siklus I. Pada beberapa item tidak terjadi perubahan dalam memberikan pengajaran

kepada siswa. Tetapi terdapat beberapa item yang mengalami perubahan yaitu pada

pembelajaran siklus I guru mengabsen siswa, guru sudah mampu membimbing jalannya

Page 50: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

presentasi, guru mampu menggunakan metode pembelajaran dengan tepat, guru menegur siswa

yang ramai di kelas dan guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir pembelajaran.

Berdasarkan observasi, terlihat bahwa performance guru mengalami peningkatan pada

indikator 1 yaitu “membuka dan menutup pelajaran”, indikator 2 yaitu “bertanya”, indikator 3

yaitu “menggunakan variasi”, indikator 5 yaitu “mengajar kelompok kecil dan perorangan”, dan

indikator 6 yaitu “mengelola kelas. Sedangkan untuk indikator 4 (menjelaskan), indikator 7

(membimbing diskusi kelompok kecil) dan indikator 8 (memberikan penguatan) belum

mengalami peningkatan.

6) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan Metode Pembelajaran Group Investigation

Persentase rata-rata dari keempat aspek angket kepuasan terhadap penggunaan metode

pembelajaran GI pada siklus I sebesar 78,95%. Aspek dengan nilai tertinggi pada hasil angket

kepuasan terhadap penggunaan metode pembelajaran adalah aspek nomor 4 (kinerja aktual)

sebesar 82,44% sedangkan aspek dengan nilai terendah adalah nomor 2 (evaluasi) sebesar

74,96%. Metode pembelajaran yang digunakan pada siklus I adalah GI untuk merangsang

kecerdasan interpersonal siswa sehingga siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Partisipasi yang ditunjukkan oleh siswa adalah siswa berani mengungkapkan pendapatnya dalam

kelompok pada saat investigasi maupun di kelas pada saat presentasi kelompok. Siswa bersedia

menjawab pertanyaan dari guru tanpa ditunjuk, siswa berani bertanya kepada guru dan teman

dari kelompok lain pada saat presentasi dan siswa juga memberikan perhatiannya dalam

pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data, pembelajaran pada siklus I ditemukan

adanya beberapa kekurangan dan kelebihan. Temuan yang menunjukkan kelebihan pada

pembelajaran siklus I antara lain:

1. Siswa saling memberi motivasi untuk mengeluarkan pendapat dalam investigasi kelompok

maupun pada saat presentasi.

2. Semakin banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan

berani mempresentasikan hasil investigasi di depas kelas.

3. Guru mampu membimbing diskusi kelompok dan presentasi dengan baik.

Page 51: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

4. Guru emberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam investigasi kelompok maupun

presentasi serta memberikan penekanan pada hal-hal penting selama pembelajaran

berlangsung maupun pada akhir pembelajara.

Temuan yang menunjukkan kekurangan pada pembelajaran siklus I antara lain:

1. Siswa kurang siap terhadap materi sehingga pada saat guru memberikan pertanyaan tidak

ditanggapi secara aktif oleh siswa.

2. Siswa masih mempunyai rasa takut dan malu untuk mengajukan pertanyaan dan

mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok.

3. Siswa belum melaksanakan investigasi materi secara maksimal

4. Hasil yang dipresentasikan masih kurang jelas dan menarik sehingga siswa-siswa yang lain

kurang memperhatikan.

5. Partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang optimal, masih ada siswa yang tidak

memperhatikan, mengantuk dan ramai pada saat pembelajaran berlangsung.

6. Guru belum menyampaikan apersepsi, belum mampu memotivasi siswa untuk melibatkan

diri dalam kegiatan belajar mengajar, guru belum memperhatikan siswa yang memerlukan

bantuan, serta belum dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat

pembelajaran.

Hal ini dapat dilihat dari persentase capaian indikator berdasarkan angket partisipasi

siswa, dan hasil observasi ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data yang diperoleh

dari angket partisipasi siswa dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ketiga indikator partisipasi siswa

sudah mencapai target yaitu 75,14%. Tetapi, target yang ingin dicapai adalah 75% untuk masing-

masing indikator. Indikator 3 yaitu “berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup”

mempunyai persentase di bawah 75% yaitu sebesar 73,17%. Berdasarkan hasil observasi,

partisipasi siswa belum mencapai target. Upaya yang harus dilakukan adalah mengadakan

perbaikan pada siklus II agar pembelajaran lebih optimal dan target tercapai.

D. Deskripsi Hasil Siklus II

Pembelajaran pada siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada

pembelajaran siklus I. Perbedaan terletak pada tahap perencanaan. Perencanaan pada siklus II

tergantung pada hasil refleksi siklus I.

1. Perencanaan Tindakan pada Siklus II

Page 52: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Proses kegiatan pembelajaran pada siklus II masih berpusat pada aktivitas guru dan

siswa. Materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II berbeda dengan materi pada siklus I,

yaitu Pencemaran Lingkungan. Tetapi, metode pembelajaran yang digunakan sama seperti pada

siklus I yaitu Group Investiation. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 3

kali pertemuan (4 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II

menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian yang digunakan pada

siklus I.

Pada perencanaan tindakan siklus II terdapat beberapa perbaikan yang akan dilakukan

agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran, lebih

maksimal dalam pelaksanaan investigasi materi pelajaran dan presentasi hasil investigasi lebih

mudah dipahami oleh siswa-siswa yang lain sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran

optimal. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain:

1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi yang akan di

pelajari pada pembelajaran selanjutnya serta memberi pekerjaan rumah.

2. Guru memberi semangat kepada siswa yang belum mengeluarkan pendapat dalam diskusi

kelompok dengan memanggil namanya, menumbuhkan rasa percaya diri bahwa setiap siswa

mempunyai kemampuan masing-masing agar siswa tidak malu dan takut untuk

mengeluarkan pendapat. Guru memberikan pujian kepada siswa yang mengeluarkan

pendapat sehingga siswa lain berusaha untuk berpendapat.

3. Guru memberi penjelasan kepada setiap kelompok agar melaksanakan investigasi materi

secara maksimal, yaitu dari hasil diskusi kelompok, LKS, buku-buku yang relevan maupun

internet sehingga mendapat pengetahuan yang lebih luas.

4. Pada saat presentasi, setiap kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan hasil

investigasi menggunakan OHP atau LCD agar menarik bagi semua siswa.

5. Pada saat pembelajaran berlangsung, bagi siswa yang mengantuk diberikan kesempatan

untuk mencuci muka agar bisa kembali mengikuti pelajaran dengan segar. Siswa yang ramai

akan ditegur dan diperingatkan, untuk mengatasi siswa yang malas diberikan pengawasan

secara berkeliling. Siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran berlangsung,

dipanggil namanya kemudian diberi pertanyaan tentang materi pelajaran sehingga akan

mengembalikan perhatian pada pelajaran.

Page 53: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

6. Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan

belajar mengajar, guru menghampiri siswa yang perlu bantuan, serta menciptakan situasi dan

kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran dimana siswa nyaman dalam belajar,

tidak merasa tegang, takut, dan malu untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Perbaikan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam

proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II

Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan

pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus

I. Metode dan langkah-langkah pembelajarannya sama, hanya saja harus memperhatikan hasil

refleksi pada siklus I yaitu dengan memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana

dalam perencanaan tindakan siklus II. Pembelajaran siklus II dilakukan dalam 3 kali pertemuan,

dalam setiap pertemuan dilaksanakan kegiatan observasi selama KBM berlangsung. Pada

pertemuan sebelumnya guru telah memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari

materi Pencemaran Lingkungan di rumah.

Pertemuan I, guru membuka pelajaran kemudian melaksanakan presensi. Kehadiran

siswa adalah 97,56% (satu siswa absen). Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa untuk

melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan kilas balik dari pertemuan

siklus I, menyampaikan materi Pencemaran Lingkungan secara umum dan membagi materi

menjadi 8 sub topik. Siswa yang memilih sub topik yang sama dikelompokkan dalam satu

kelompok, kemudian menginvestigasi sub topik yang telah dipilih. Terbentuk 8 kelompok sesuai

dengan sub topik masing- masing. Siswa dalam kelompok masing-masing merencanakan tugas

untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan mengumpulkan informasi selengkap-

lengkapnya dari sub topik yang diperoleh. Setiap siswa dalam kelompok berperan aktif dalam

kegiatan investigasi yang hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Guru memberi

kesempatan pada setiap kelompok untuk melengkapi hasil investigasi di rumah dan memberi

kebebasan dalam mempresentasikan hasil investigasi. Guru memberi kebebasan kepada siswa

untuk melakukan presentasi menggunakan OHP atau LCD. Observasi dilaksanakan pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pertemuan kedua, dimulai dengan membuka pelajaran dan presensi siswa. Kehadiran

siswa adalah 97,56% (satu siswa absen). Hasil investigasi materi yang dipresentasikan oleh siswa

Page 54: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

lebih lengkap dan terarah, sehingga siswa lebih mudah memahami. Guru tetap sebagai penasehat

dan membimbing jalannya presentasi. Guru memberikan pertanyaan tambahan kepada seluruh

siswa. Setiap kelompok yang telah melaksanakan presentasi akan mendapat pertanyaan dari

siswa-siswa kelompok lain tentang materi yang masih belum dipahami, sehingga semua siswa

dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi dan presentasi.

Pada akhir pertemuan, guru memberikan kilas balik materi, membahas pertanyaan yang belum

terjawab oleh siswa dan memberikan kesimpulan materi bersama-sama dengan siswa. Peneliti

melaksanakan observasi kegiatan pembelajaran dan memberikan angket partisipasi untuk siklus

II dan angket respon pembelajaran yang dilaksanakan yaitu metode pembelajaran GI. Observasi

dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pertemuan ketiga, guru membuka pelajaran kemudian melaksanakan presensi,

kehadiran siswa 100% (masuk semua). Guru memberikan tes evaluasi siklus II untuk mengetahui

hasil belajar siswa sebagai data pendamping.

3. Observasi dan Evaluasi Tindakan pada Siklus II

Observasi dan evaluasi pada siklus II dilaksanakan dengan menggunakan angket

partisipasi siswa, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi kecerdasan interpersonal

siswa, tes kognitif siswa, lembar observasi performance guru serta angket kepuasan siswa

terhadap penggunaan metode pembelajaran GI.

Observasi dan evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan instrumen penelitian untuk memperoleh data pada siklus II. Hasil observasi pada

pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sudah

meningkat dan mencapai target, siswa terlihat lebih antusias dalam proses pembelajaran dan

interaksi antar siswa dalam kelompok maupun interaksi siswa antar kelompok dalam kelas sudah

tampak. Pelaksanaan siklus II diakhiri dengan tes evaluasi dalam bentuk pilihan ganda sebanyak

20 soal. Dari hasil tes dapat diketahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan

sejauh mana penguasaan materi oleh siswa.

1) Hasil Tes Kognitif Siswa

Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes kognitif tertulis yang bertujuan untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Pencemaran Lingkungan. Hasil tes kognitif

seluruh siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 2. Selain itu, data hasil tes juga disajikan

dalam bentuk capaian ketuntasan klasikal.

Page 55: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Tabel 14. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

No Uraian Pencapaian Hasil Persentase 1. 2.

Tuntas Tidak Tuntas

97,56% 2,44%

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang

sedang dipelajari. Bentuk pertanyaan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, sedikit berbeda

dengan jumlah soal pada siklus I. Dalam mengerjakan soal masih ada 12,20% siswa (± 5 siswa)

yang bingung dengan pertanyaan yang dimaksud dalam soal sehingga beberapa siswa tersebut

bartanya kepada guru mengenai maksud dari soal-soal yang dikerjakan. Dan sesekali terjadi

keributan karena ada siswa yang bertanya jawaban kepada teman lain, namun kondisi tersebut

dapat segera teratasi dengan teguran dari guru.

2) Hasil Angket Partisipasi Siswa

Angket partisipasi siswa pada siklus II berupa angket tertutup yang berfungsi untuk

menggali informasi mengenai peningkatan partisipasi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta

setelah diterapkan metode pembelajaran GI. Hasil angket partisipasi untuk setiap item dapat di

lihat pada lampiran 2. Berikut ini adalah tabel hasil angket partisipasi siswa untuk setiap

indikator:

Tabel 15. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Siklus II No Indikator Capaian (%) 1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

77,07

76,71

76,59

Jumlah 230,67 Rata-Rata 76,89

3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa

Data hasil observasi partisipasi siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II setelah

ditabulasikan pada lembar observasi partisipasi tampak pada tabel berikut:

Tabel 16. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Siklus II

No Indikator Capaian (%)

Page 56: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

76,83

81,71

80,49 Jumlah 239,03

Rata-Rata 79,68

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:

siswa sudah berpartisipasi aktif terhadap kegiatan pembelajaran yang difasilitasi oleh guru yaitu

lebih dari 31 siswa ( 75%) yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan guru,

menyumbangkan ide/gagasan dalam diskusi, memberikan masukan, saran dan pertanyaan ketika

presentasi serta memperhatikan kelompok lain yang sedang presentasi.

4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa

Hasil observasi stimualsi kecerdasan interpersonal siswa pada siklus II adalah sebagai

berikut:

Tabel 17. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus II

No. Indikator Persentase (%)

1. 2.

3.

Mampu berempati dengan orang lain Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif

87,80 87,80

78,05

Jumlah 253,65 Rata-rata 84,55

5) Hasil Observasi Performance Guru Data observasi Performance guru tiap indikator siklus II dapat disajikan pada tabel

berikut: Tabel 18. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru Siklus II

No. Indikator Siklus II (%)

Page 57: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan

100 100 100 100 100 75 100

66,67

Jumlah 741,67 Rata-rata 92,71

Pada pembelajaran siklus II, sudah terlihat adanya perbaikan performance guru. Guru

membimbing jalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan

pembelajaran dengan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan

belajar mengajar. Pada siklus II ini materi yang disampaikan berbeda dengan siklus I yaitu

Pencemaran Lingkungan. Kegiatan pembelajaran melalui tiga tahap.

Pada tahap pertama, guru membagi materi Pencemaran Lingkungan menjadi 8 sub

topik, selanjutnya setiap kelompok melakukan investigasi materi. Tahap kedua, hasil investigasi

kelompok dipresentasikan di kelas. Sedangkan tahap ketiga adalah tes kognitif. Guru

memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Serangkaian kegiatan guru pada siklus II telah memperlihatkan upaya-upaya peningkatan

partisipasi siswa melalui pemberian rangsangan kecerdasan interpersonal siswa dan

membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran dengan metode GI dengan baik. Guru

memberikan semangat kepada siswa, membangkitkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa

setiap siswa mampu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok, guru memberikan

arahan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan sehingga siswa harus saling bekerja sama

dalam kelompok tanpa memilih-milih teman. Guru lebih memberikan penekanan agar siswa

tidak egois pada kemampuan masing-masing tetapi harus mampu belajar dan bekerja sama dalam

kelompok.

6) Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran.

Angket kepuasan siswa terhadap penggunakan metode pembelajaran yang digunakan

dalam penelitian diberikan kepada siswa di akhir siklus II bersamaan dengan angket partisipasi

siswa, yaitu pada akhir pertemuan ke-3. Persentase capaian tiap aspek angket kepuasan siswa

terhadap penggunaan metode pembelajaran GI pada siklus II dapat ditunjukkan pada tabel

berikut:

Page 58: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Tabel 19. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode GI Siklus II

No Aspek Persentase (%) 1. 2. 3. 4.

Respon Evaluasi Harapan Kinerja aktual

83,41 76,91 79,51 81,79

Jumlah 321,62 Rata-rata 80,41

Pada pembelajaran siklus II ini diberikan angket kepuasan terhadap penggunaan metode

pembelajaran GI untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respon siswa terhadap penerapan

metode pembelajaran GI. Hasil observasi berdasarkan angket pada siklus II ini dapat

dideskripsikan bahwa sebagian besar siswa sudah melaksanakan pembelajaran di kelas dengan

baik. Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik sehingga pembelajaran dapat selesai

sesuai waktu yang telah ditentukan. Siswa antusias dan bersemangat dalam mengikuti setiap

kegiatan yang diperintahkan oleh guru. Baik pada saat investigasi kelompok maupun presentasi

kelompok yang disertai tanya jawab. Pembelajaran berjalan lancar, hanya saja pada saat tanya

jawab terjadi kegaduhan karena siswa berebut untuk mengajukan pertanyaan kepada presentator.

Tetapi kondisi tersebut dapat segera diatasi oleh guru.

4. Analisis dan Refleksi Tindakan pada Siklus II

Observasi menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan

yang cukup besar. Guru sudah mengerti dan memahami kekurangan-kekurangannya pada

pelaksanaan siklus I dan mempunyai solusinya yaitu pada materi selanjutnya, siswa

melaksanakan investigasi materi dengan lebih lengkap dan jelas untuk selanjutnya

dipresentasikan di depan kelas. Materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II ini berbeda

dengan materi pada pembelajaran siklus I. Pada pembelajaran siklus II ini, guru lebih berperan

sebagai fasilitator, membimbing jalannya investigasi kelompok, presentasi kelompok dan tanya

jawab. Guru memberikan petanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Guru lebih menekankan

pada pentingnya kerja sama dalam kelompok, menghargai pendapat teman dan saling

menghargai antar kelompok. Tidak saling mengejek maupun merendahkan kelompok lain. Inilah

pentingnya kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI agar partisipasi siswa

dalam pembelajaran semakin meningkat.

1) Hasil Tes Kognitif Siswa

Page 59: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Tes kognitif siklus II yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Hasil tes kognitif siswa dapat

dijelaskan sebagai berikut: hasil tes pada siklus II menyebutkan rata-rata jumlah jawaban benar

untuk item soal pada tes kognitif siswa sebesar 83,29%. Rata-rata jumlah jawaban benar tersebut

mengalami penurunan sebesar 0,45% dari pembelajaran siklus I. Kemungkinan besar, hal ini

disebabkan karena materi pada pembelajaran siklus II yaitu “pencemaran lingkungan” lebih luas

daripada materi pada siklus I “kerusakan hutan” dan jumlah soalnya juga lebih banyak.

Pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan hasil tes kognitif siswa. Niali rata-

rata kelas mengalami peningkatan sebesar 0,29 pada siklus I dengan rata-rata 83,25 menjadi

83,54. Ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus

sebelumnya. Pada siklus II ini ketuntasan klasikal sebesar 97,56% yang berarti sudah ada 40

siswa dari 41 siswa yang ada di kelas yang mampu mencapai batas ketuntasan minimal yang

ditetapkan sekolah yaitu 66.

2) Hasil Angket Partisipasi Siswa

Berdasarkan pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran

siklus II berkisar antara 76,59% - 77,07%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,89%. Angka ini

menunjukkan bahwa rata-rata persentase indikator partisipasi siswa mengalami peningkatan

sebesar 1,76% dari siklus I (75,13%).

Persentase indikator tertinggi diduduki oleh indikator 1 (keterlibatan siswa dalam

bertanya dan menjawab pertanyaan) yaitu sebesar 77,07%. Indikator terendah diduduki oleh

indikator 3 (berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup). Meskipun demikian, persentase

indikator 3 mengalami peningkatan terbesar yaitu 2,01% dari 74,88% pada siklus 1 meningkat

menjadi 76,59% yang berarti terjadi peningkatan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran.

Walaupun peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sedikit, tetapi sudah

menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa perangsangan

kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode pembelajaran GI dapat meningkatkan

partisipasi siswa dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran GI ditunjukkan

dengan keaktifan siswa dalam investigasi kelompok, saling bertukar pendapat, siswa

memperhatikan dan aktif dalam presentasi kelompok, siswa bertanya kepada kelompok

presentator dan berani menjawab pertanyaan.

Page 60: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa

Persentase untuk setiap indikator hasil observasi partisipasi siswa pada siklus II ini

berkisar antara 76,83% - 80,49% dengan rata-rata sebesar 79,68%. Indikator yang memiliki

persentase tertinggi adalah indikator 2 yaitu ”bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk

pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan” sebesar 81,71%, hal ini

menunjukkan dorongan siswa dalam proses pembelajaran cukup tinggi. Indikator yang memiliki

persentase terendah adalah indikator 1 yaitu “ Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab

pertanyaan” sebesar 76,83%. Sedangkan indikator 3 yaitu ”berani menghadapi konsekuensi dari

pilihan hidup” mempunyai persentase sebesar 80,49%. Secara umum semua indikator mengalami

peningkatan dari siklus sebelumnya, ini berarti partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami

peningkatan sejalan dengan kebiasaan pemberian perlakuan dengan metode yang diterapkan,

sehingga kebiasaan belajar siswa lambat laun akan dapat berubah dengan perlakuan yang

diberikan oleh guru.

4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa

Persentase untuk setiap indikator hasil observasi stimulasi kecerdasan interpersonal

siswa pada siklus II berkisar antara 78,05% - 87,80% dengan rata-rata sebesar 84,55%. Pada

siklus II ini, indikator 1 (mampu berempati dengan orang lain) dan indikator 2 (mampu

memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial) adalah sebesar 87,80%. Untuk indikator 3

(memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif) mempunyai persentase sebesar 78,05%.

5) Hasil Observasi Performance Guru

Performance guru pada pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode GI

semakin meningkat. Hasil observasi terhadap performance guru menunjukkan bahwa pada siklus

II memiliki hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Guru membimbing

jalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan

apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar.

Tingginya nilai performance guru ditunjukkan dengan semakin tingginya presentase rata-rata

pada siklus II yaitu sebesar 92,71% yang semula pada siklus I sebesar 72,92%. Pesan yang ingin

disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa pada penerapan metode

pembelajaran GI.

Page 61: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Variasi langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikemas secara menarik

sehingga guru dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat

pembelajaran. Guru mampu membimbing jalannya diskusi dan presentasi kelompok. Pada saat

pembelajaran berlangsung, guru menghampiri siswa yang membutuhkan bantuan dan juga

menegur siswa yang mengganggu kelas. Guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir

pembelajaran dan menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa.

6) Hasil Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Group

Invetigation

Dari hasil angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode GI dapat dijabarkan

sebagai berikut: persentase rata-rata aspek pada angket kepuasan penggunaan metode

pembelajaran pada siklus II sebesar 80,41% dan ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I

sebesar 1,46% yang semula pada siklus I sebesar 78,95%. Peningkatan ini memang tidak terlalu

besar, namun begitu hasil dari angket ini dapat dipakai sebagai ukuran bahwa siswa sudah mulai

merasa puas dengan metode pembelajaran yang diterapkan.

Persentase capaian tiap aspek angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode GI

berkisar antara 76,91% - 83,41%, dimana persentase tertinggi pada aspek 4 (kinerja aktual)

sebesar 83,41%, hal ini berarti siswa sudah mampu melaksanakan metode pembelajaran GI

dengan baik yaitu pada saat investigasi kelompok, presentasi dan tanya jawab.

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi maka diberikan tes

kognitif kepada siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa capaian ketuntasan pada siklus

II sebesar 97,56%, yang berarti 1 siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 66.

Berdasarkan evaluasi dan analisa diketahui bahwa besarnya persentase partisipasi siswa sudah

mencapai target yaitu sebesar 75%, dari hasil angket sebesar 76,77% dan dari hasil observasi

sebesar 79,68%. Persentase hasil observasi performance guru sebesar 92,71%. Hasil angket

kepuasan penggunaan metode pembelajaran pada siklus II menunjukkan persentase skor sebesar

77,49%. Proses pembelajaran secara keseluruhan terlihat telah mencapai target minimal yang

telah ditentukan, sehingga siklus dapat dihentikan. Tindak lanjut berupa perbaikan pembelajaran

dapat dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian sehiangga proses belajar siswa menunjukkan

hasil yang lebih baik.

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus II

menunjukkan gambaran kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga memberikan hasil yang

Page 62: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

positif dalam upaya meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Kegiatan diskusi

presentasi dalam pembelajaran perlu digiatkan agar partisipasi siswa lebih meningkat.

E. Antar Siklus

Observasi dan evaluasi dilakukan terhadap siklus I dan siklus II yang dilaksanakan

dengan menggunakan angket dan lembar observasi partisipasi siswa, tes kognitif untuk

mengetahui hasil belajar siswa, lembar observasi performance guru, serta angket kepuasan siswa

terhadap penggunaan metode pembelajaran menghasilkan perubahan data pada hasil tindakan.

Berikut adalah sajian data antara pra siklus, siklus I dan siklus II serta analisanya:

a. Hasil Tes Kognitif Siswa

Pemahaman siswa terhadap konsep materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes kognitif dapat dilihat pada

lampiran 2.

Berdasarkan tabel pada lampiran 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas semakin

meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pra siklus adalah sebesar 78,61

nilai rata-rata siklus I adalah 83,25 dan siklus II sebesar 83,54. Hal ini berarti penerapan metode

pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta.

Tabel 20. Persentase Capaian Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa

No Uraian Pencapaian Hasil Pra Siklus Siklus I Siklus II 1. 2.

Tuntas Tidak Tuntas

82,93% 17,07%

92,68% 7,32%

97,56% 2,44%

Berdasarkan pada Tabel 20, terlihat capaian ketuntasan belajar siswa semakin

mengalami peningkatan. Pada pra siklus capaian ketuntasan sebesar 82,93% sebanyak 7 siswa

belum mencapai batas tuntas minimal, selanjutnya setelah penerapan metode pembelajaran GI

menunjukkan peningkatan pada siklus I sebesar 9,75% menjadi 92,68%, yaitu sebanyak 3 siswa

belum mencapai batas tuntas. Hal ini berarti proses pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari semakin membaik. Begitu pula pada siklus II terjadi kenaikan persentase menjadi

97,56%, hanya 1 siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal. Hasil capaian

ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa dapat divisualisasikan dalam diagram sebagai

berikut :

Page 63: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Gambar 6. Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa

b. Hasil Angket Partisipasi Siswa

Hasil angket afektif siswa untuk setiap indikator pada pra siklus, siklus I dan siklus II

adalah sebagai berikut:

Tabel 21. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa

No Indikator Capaian (%)

Pra siklus Siklus I Siklus II 1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup.

73,90

74,51

73,90

75,69

74,82

74,88

77,07

76,71

76,59

Jumlah 222,31 225,39 230,30 Rata-Rata 74,10 75,13 76,77

Partisipasi siswa kelas VII C SMP N 5 Surakarta menurut data angket mengalami

perubahan yaitu mengalami kenaikan persentase. Rata-rata partisipasi siswa pra siklus adalah

sebesar 74,10%, pada siklus I meningkat menjadi 75,13% dan pada siklus II menjadi 76,89%.

Partisipasi siswa sudah mengalami peningkatan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar.

Diperlukan waktu yang cukup lama dan proses yang lambat dengan perlakuan secara berulang-

ulang agar seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran khususnya pada saat

diskusi dan presentasi.

Untuk peningkatan persentase rata-rata setiap indikator angket partisipasi siswa dapat

divisualisasikan dalam diagram sebagai berikut:

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

82,93%

92,68%97,56%

17,07%7,32% 2,44%

Tuntas

Tidak tuntas

Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa

Page 64: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Gambar 7. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa

Persentase setiap indikator pada angket partisipasi siswa mengalami peningkatan dari

pra siklus sampai dengan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam

bertanya dan menjawab, motivasi dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran meningkat.

Sehingga guru dan siswa harus berusaha untuk mengembangkannya.Pada siklus II masing-

masing indikator sudah mencapai target yang diharapkan.

c. Hasil Observasi Partisipasi Siswa

Observasi secara khusus dilakukan terhadap partisipasi siswa yang hasilnya dituliskan

pada lembar observasi. Data hasil observasi untuk seluruhnya dapat ditunjukkan dalam tabel

berikut:

Tabel 22. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa

No Indikator Capaian (%)

Pra siklus Siklus I Siklus II 1.

2.

3.

Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup.

40,25

34,15

48,78

64,63

62,20

73,17

76,83

81,71

80,49

Jumlah 123,17 200,00 239,03 Rata-Rata 41,06 66,67 79,68

Hasil observasi yang menunjukkan kenaikan persentase partisipasi siswa pada pra

siklus, siklus I ke siklus II yang cukup besar. Partisipasi siswa baik pada saat diskusi maupun

presentasi meningkat. Aktivitas siswa seperti menjawab pertanyaan guru, bertanya pada

72,00

73,00

74,00

75,00

76,00

77,00

78,00

pra siklus siklus 1 siklus 2

73,90

75,69

77,07

74,51

74,82

76,71

73,9074,88

76,89

indikator 1

indikator 2

indikator 3

Page 65: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

kelompok lain yang presentasi serta keterlibatan siswa dalam diskusi dan presentasi juga

menunjukkan kemajuan.

Ada beberapa kondisi yang sering dijumpai pada siswa selama pembelajaran

berlangsung yang kiranya dapat teramati, yaitu: 1) pada saat diskusi beberapa siswa membahas

hal di luar materi yang sedang dipelajari, 2) masih banyak siswa yang melakukan kegiatan yang

tidak jelas, seperti mondar-mandir menuju kelompok lain, 3) pada waktu tanya jawab beberapa

siswa saling berebut untuk menyampaikan pertanyaan sehingga kelas ramai. Data observasi

partisipasi siswa dapat divisualisasikan pada gambar berikut:

Gambar 8. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa

d. Hasil Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa

Data persentase hasil observasi kecerdasan interpersonal siswa untuk setiap siklus dapat

ditunjukkan dengan tabel berikut:

Tabel 23. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa No. Indikator Capaian (%)

Siklus I Siklus II 1. 2.

3.

Mampu berempati dengan orang lain Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif

58,54 70,73

56,10

87,80 87,80

78,05

Jumlah 185,37 253,65 Rata-rata 61,79 84,55

Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecerdasan interpersonal siswa

yang cukup tinggi yaitu sebesar 22,76% pada siklus I sebesar 61,79% menjadi 84,55% pada

siklus II. Setiap indikator pada observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa terjadi

peningkatan. Peningkatan persentase tetinggi pada indikator 1 (mampu berempati dengan orang

0

20

40

60

80

100

Pra Siklus Siklus I Siklus II

40,2564,63

76,83

34,1562,20 81,71

48,78

73,17 80,49indikator 1

indikator 2

indikator 3

Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa

Page 66: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

lain) yaitu sebesar 29,26%. Terlihat bahwa siswa saling memotivasi untuk mengeluarkan

pendapat dalam diskusi kelompok. Peningkatan terendah pada indikator 2 (mampu memecahkan

masalah yang terjadi dalam relasi sosial) yaitu sebesar 17,07%. Hasil observasi pada siklus I dan

Siklus II dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 9. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa

e. Hasil Observasi Performance Guru Data persentase capaian untuk setiap indikator yang diproleh dari hasil observasi

performance guru untuk setiap siklus dapat ditunjukkan dengan tabel berikut:

Tabel 24. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru

No. Indikator Pra Siklus (%)

Siklus I (%)

Siklus II (%)

1.

2. 3. 4. 5.

6. 7.

8.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan

25

50 50 100

0

25 100

33,33

50

100 100 100 50

50 100

33,33

100

100 100 100 100

75 100

66,67

Jumlah 383,33 583,33 741,67

Rata-rata 47,92 72,92 92,71

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa performance guru semakin terlihat meningkat

seiring dengan pergantian siklus. Guru semakin terampil dalam membuka dan menutup pelajaran

yaitu terjadi kenaikan dari pra siklus sebesar 25% menjadi 100% pada siklus II. Pada indikator 2

0

50

100

IND 1 IND 2 IND 3

58,5470,73

56,10

87,80 87,8078,05

Siklus I

Siklus II

Page 67: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

dan 3 mengalami kenaikan yang sama yaitu dari 50% menjadi 100%. Pada indikator 5

(keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan) mengalami juga peningkatan hasil pra

siklus sebesar 0%, untuk siklus I sebesar 50% dan siklus II adalah 100%. Untuk indikator 6

(keterampilan mengelola kelas) pada para siklus 25%, siklus I 50% dan siklus II 75%.

Sedangkan indikator 8 (keterampilan memberi penguatan) pada para siklus menuju ke siklus I

tidak mengalami peningkatan yaitu tetap sebesar 33,33% dan mengalami peningkatan pada

siklus II menjadi 66,67%. Indikator 4 dan indikator 7 sudah mencapai 100% sejak para siklus.

Telah terjadi kenaikan persentase sebesar 19,79% dari siklus I menuju siklus II. Guru

sebagai fasilitator semakin terlatih dalam hal kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi

dengan siswa. Kemampuan berkomunikasi guru secara efektif dapat memudahkan siswa

menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Data

tersebut dapat divisualisasikan dengan grafik persentase skor tiap indikator pada masing-masing

siklus seperti tampak pada grafik berikut:

Gambar 10. Grafik Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru

f. Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Group

Investigation

Gambaran lengkap mengenai hasil angket kepuasan penggunaan metode pembelajaran

pada setiap siklus adalah sebagai berikut:

Tabel 25. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan

Metode Pembelajaran Group Investigation

No. Aspek Siklus I (%) Siklus II (%)

25

50 50

100

0

25

100

33,3350

100 100 100

50 50

100

33,33

100 100 100 100 100

75

100

66,67

020406080

100120

Pra siklus

Siklus I

Siklus II

Grafik Persentase Tiap Indikator Observasi PerformanceGuru Tiap Siklus

persentase

Page 68: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

1. 2. 3. 4.

Respon Evaluasi Harapan Kinerja aktual

Jumlah Rata-rata

Berdasarkan tabel di atas, angka persentase capaian setiap aspek angket kepuasan siswa

terhadap penerapan metode pembelajaran

besar. Besarnya persentase rata-rata aspek pada siklus I adalah 78,95% mengalami

sebesar 1,46% menjadi 80,41% pada siklus II.

kepuasan siswa terhadap penggunaan

diagram sebagai berikut:

Gambar 11. Diagram Persentase CapaiaPenggunaan Metode

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penerapan metode

GI dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun

ajaran 2008/2009. Hasil pada siklus I menunjukkan sebanyak 92,68% siswa mencapai batas

ketuntasan untuk uji kompetensi kognitif siswa yang berarti masih ada 3 siswa ya

tuntas. Siklus II menunjukkan perbaikan hasil dari siklus sebelumnya. Adanya peningkatan

jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan yaitu menjadi sebesar 97,56%, dan itu berarti

hanya tinggal 1 siswa yang belum tuntas dalam belajar. Selain itu, t

partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode

pembelajaran GI.

70

75

80

85

Aspek 1 Aspek 2

82.44

74.96

83.41

82,44 74,96 76,59 81,79

83,41 76,91 79,51 81,79

315,78 321,62 78,95 80,41

Berdasarkan tabel di atas, angka persentase capaian setiap aspek angket kepuasan siswa

terhadap penerapan metode pembelajaran GI menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu

rata aspek pada siklus I adalah 78,95% mengalami

sebesar 1,46% menjadi 80,41% pada siklus II. Data persentase capaian setiap aspek pada angket

kepuasan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran GI dapat divisualisasikan dengan

Gambar 11. Diagram Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Metode GI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penerapan metode

dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun

ajaran 2008/2009. Hasil pada siklus I menunjukkan sebanyak 92,68% siswa mencapai batas

ketuntasan untuk uji kompetensi kognitif siswa yang berarti masih ada 3 siswa ya

tuntas. Siklus II menunjukkan perbaikan hasil dari siklus sebelumnya. Adanya peningkatan

jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan yaitu menjadi sebesar 97,56%, dan itu berarti

hanya tinggal 1 siswa yang belum tuntas dalam belajar. Selain itu, terlihat adanya peningkatan

partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode

F. Pembahasan

Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4

74.9676.59

81.79

76.91

79.5181.79

Siklus I

Siklus II

Berdasarkan tabel di atas, angka persentase capaian setiap aspek angket kepuasan siswa

menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu

rata aspek pada siklus I adalah 78,95% mengalami kenaikan

Data persentase capaian setiap aspek pada angket

dapat divisualisasikan dengan

n Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penerapan metode

dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun

ajaran 2008/2009. Hasil pada siklus I menunjukkan sebanyak 92,68% siswa mencapai batas

ketuntasan untuk uji kompetensi kognitif siswa yang berarti masih ada 3 siswa yang belum

tuntas. Siklus II menunjukkan perbaikan hasil dari siklus sebelumnya. Adanya peningkatan

jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan yaitu menjadi sebesar 97,56%, dan itu berarti

erlihat adanya peningkatan

partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode

Siklus I

Siklus II

Page 69: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangsangan kecerdasan interpersonal siswa

melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam

pembelajaran. Untuk mengetahui adanya peningkatan partisipasi siswa dilihat dengan

menggunakan angket partisipasi siswa, observasi partisipasi siswa pada saat pembelajaran

berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa.

Pada pelaksaan siklus I, dari hasil pengisian angket partisipasi siswa didapat rata-rata

ketiga indikator partisipasi adalah 75,13%. Untuk indikator 1 “keterlibatan siswa dalam bertanya

dan menjawab pertanyaan” sebesar 75,69%, indikator 2 “bentuk motivasi positif yang

bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan” sebesar

74,82% dan indikator 3 “berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup” sebesar 74,88%.

Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh hasil rata-rata ketiga indikator

sebesar 66,67%, yaitu untuk indikator 1 sebesar 64,63%, indikator 2 sebesar 62,20% dan

indikator 3 sebesar 73,17%. Apabila hanya dilihat dari nilai rata-rata ketiga indikator pada

angket partisipasi siswa penelitian ini sudah mencapai target yaitu 75%. Tetapi berdasarkan nilai

masing-masing indikator pada angket partisipasi siswa dan hasil observasi target belum tercapai,

sehingga harus diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya (siklus II).

Pada pelaksaan siklus II, rata-rata ketiga indikator pada angket partisipasi siswa adalah

76,89% yaitu untuk indikator 1 sebesar 77,07%, indikator 2 sebesar 76,71% dan indikator 3

sebesar 76,59%. Berdasarkan hasil observasi, rata-rata ketiga indikator adalah 79,68%, untuk

indikator 1 sebesar 76,83%, indikator 2 sebesar 81,71% dan indikator 3 sebesar 80,49%. Dari

hasil wawancara, siswa yang menyukai adanya perangsangan kecerdasan interpersonal siswa

melalui penerapan metode GI untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi

dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan GI dapat meningkatkan

partisipasi siswa dalam pembelajaran masing-masing sebanyak 39 siswa (95,12%). Berdasarkan

hasil angket dan observasi pada kedua siklus menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi

peningkatan partisipasi siswa dan target tercapai sehingga siklus dapat dihentikan.

Partisipasi siswa meningkat dengan adanya perangsangan kecerdasan interpersonal

siswa melalui penerapan metode GI. Adanya penerapan metode GI memberikan dampak yang

positif yaitu partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat diantaranya siswa berani menjawab

pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami. Siswa aktif

mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok dan memberi masukan pada kelompok lain

Page 70: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

yang presentasi. Selain itu, siswa juga memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi.

Dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa menjadi lebih paham dengan materi

pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa dituntut bekerjasama dengan teman

sekelompoknya untuk investigasi materi yang telah dipilih dan mempresentasikannya di depan

kelas.

Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif GI ini dapat melatih siswa

menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, mempunyai jiwa

kooperatif yang tinggi, memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran

dalam mensintesis dan menganalisis, meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Proses

pembelajaran GI siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil, kemudian siswa dituntut untuk

belajar mandiri dengan menginvestigasi materi selengkap-lengkapnya, mencari informasi sebanyak

mungkin dari berbagai media pembelajaran baik dari buku maupun media yang lain bersama

anggota kelompoknya. Sehingga akan terjadi interaksi antar siswa untuk melaksanakan investigasi

dan semua siswa dapat turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan bimbingan

atau bantuan pada saat siswa mengalami kesulitan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan penelitian Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau GI

adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam

kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan GI dapat

meningkatkan tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan

dilaksanakan dan mendapatkan pengalaman yang berharga.

Metode pembelajaran GI merupakan metode pembelajaran yang cukup efektif dalam

pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi

dengan menggunakan metode GI sudah cukup inovatif sebanyak 39 siswa (95,12%) dan siswa

yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode GI dapat menambah referensi

belajar siswa sebanyak 40 siswa (97,56%). Pembelajaran dengan menggunakan metode GI dapat

meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Danielzingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode GI siswa lebih

berpartisipasi dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab.

Selain terjadi peningkatan partisipasi, kecerdasan interpersonal siswa dan hasil belajar

siswa juga meningkat. Siswa tidak hanya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tetapi juga

memperoleh pengalaman belajar yang baru yaitu adanya hubungan interpersonal antar siswa

Page 71: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

yang dapat menjalin interaksi yang positif antar siswa dalam satu kelompok maupun dalam

kelas. Rata-rata kecerdasan interpersonal pada siklus I adalah 61,79%, terjadi peningkatan

sebesar 22,76% pada siklus II menjadi 84,55%. Hal ini terjadi karena dalam metode GI, siswa

dilatih untuk saling bekerja dalam satu kelompok sehingga siswa mempunyai jiwa kooperatif

yang tinggi, saling menghormati dan menghargai antar siswa. Nilai rata-rata kelas pada siklus I

adalah 83,25 dan pada siklus II adalah 83,54. Nilai yang diperoleh pada siklus I, masih ada 3

siswa (7,32%) yang belum mencapai batas ketuntasan minimal. Selanjutnya pada siklus II terjadi

peningkatan hasil yaitu hanya 1 siswa yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan

metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada

penelitian ini, hasil belajar siswa digunakan sebagai data pendamping.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada siswa diperoleh hasil bahwa siswa

yang setuju jika penggunaan metode GI dapat membuat siswa menjadi lebih paham dalam

mempelajari materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%), siswa setuju bahwa penggunaan

metode GI dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mempelajari materi biologi

sebanyak 34 siswa (82,93%), siswa yang setuju bahwa penggunaan metode GI dapat

membangkitkan semangat untuk mendalami materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%).

Dengan adanya metode GI, siswa menjadi lebih semangat, lebih paham dan lebih

mudah dalam mempelajari materi biologi sehingga prestasi belajar meningkat. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dalam

pelaksaannya metode GI dapat meningkatkan prestasi, meningkatkan motivasi, membantu

perkembangan hubungan interpersonal siswa, meningkatkan rasa saling menghormati teman

dalam satu kelompok dan antar kelompok. GI dapat mengubah bentuk kelas ke dalam suatu

hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan hubungan timbal

balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok, meningkatkan hubungan antar pribadi

(interpersonal siswa), mempererat persahabatan siswa yang bersifat heterogen, kepercayaan dan

lebih bersikap positif di dalam pelajaran dan sekolah. Begitu juga dengan penelitian Seifert et al

(2009) yang menyatakan bahwa dengan penerapan metode GI siswa berusaha untuk

meningkatkan hasil belajar.

Proses pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh partisipasi siswa dalam pembelajaran,

tetapi juga sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai

keterampilan mengajar (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:228). Lembar observasi

Page 72: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

performance guru digunakan untuk melihat profesionalitas guru dalam pembelajaran. Rata-rata

performance guru pada siklus I sebesar 72,92%, terjadi peningkatan pada silus II menjadi

92,71%. Setiap siklus guru sudah menunjukkan perbaikan dalam melakukan kegiatan

pembelajaran. Refleksi yang dilakukan oleh guru dapat digunakan untuk perbaikan

pembelajaran.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa perangsangan kecerdasan interpersonal melalui penerapan metode Group Investigation

dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 5

Surakarta. Berdasarkan angket, besarnya partisipasi siswa pada pra siklus adalah sebesar

74,10%, pasca siklus I meningkat menjadi 75,13% dan pasca siklus II meningkat menjadi

76,89%. Besarnya kecerdasan interpersonal siswa juga mengalami peningkatan. Berdasarkan

Page 73: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

lembar observasi, kecerdasan interpersonal siswa pasca siklus I adalah sebesar 61,79% dan pasca

siklus sebesar 84,55%.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa impliklasi yang berguna baik secara

teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

biologi.

Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

Memperluas wawasan bagi pembaca mengenai arti pentingnya penggunaan metode

pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran biologi.

Sebagai salah satu sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi metode pembelajaran.

2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran di SMP N

5 Surakarta dan SMP Negeri lain yang mempunyai kondisi sama dengan SMP N 5 Surakarta,

yakni perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode Group

Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa yang berpengaruh pada peningkatan kualitas

dalam pembelajaran biologi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka saran yang dapat diberikan antara lain:

Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan dan mempertimbangkan

pendekatan, model dan metode pembelajaran yang tepat, yaitu metode pembelajaran yang

melibatkan peran serta dan keaktifan siswa sehingga seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif

dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah

dengan menerapkan metode pembelajaran Group Investigation.

Guru hendaknya memahami bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan interpersonal

yang berbeda sehingga diperlukan suatu metode yang dapat merangsang kecerdasan

interpersonal siswa agar seluruh siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Salah

satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan metode

pembelajaran Group Investigation.

Page 74: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Guru hendaknya mengkaji lebih dalam permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran

yang berlangsung di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena guru

berhadapan langsung dengan siswa.

Siswa :

· Hendaknya tidak tergantung pada materi yang diberikan oleh guru, tetapi lebih aktif

mencari informasi materi dari sumber-sumber lain.

· Bagi siswa yang kurang paham terhadap materi harus selalu aktif bertanya kepada guru

atau kepada teman yang sudah lebih paham.

· Siswa hendaknya tidak malu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi

· Siswa hendaknya memperhatikan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan presentasi

misalnya dengan aktif bertanya apabila materi yang disampaikan kelompok presentator

belum jelas.

· Hal-hal yang menjadi kesulitan dalam belajar sebaiknya dikonsultasikan kepada guru.

Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam. Harapan peneliti hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pendidik.

Page 75: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

DAFTAR PUSTAKA

Anwarholil 2008. Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://www.anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan_interpersonal.html. Diunduh 24 Februari 2008

Arends, R. I. 1997. Classroom Intruction And Management. USA: The MC. Graw Hill

Companies, Inc. Armstrong, T. 2002. 7 Kinds of Smart. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Enco Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya. Edi. 2009. Pembelajaran Biologi. Tersedia di www.isekolah.org/file/h_1091244911.rtf.

Diunduh 11 Agustus 2009 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS

Press. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta:

UNS Press. Henry. 2007. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://www.mail-

archive.com/[email protected]/msg02306.html. Diunduh 27 November 2007. H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Page 76: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Jaisy. 2007. Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://jaisy.multiply.com/journal/item/kecerdasan interpersonal. Diunduh 27 November 2007

Jasmine, J. 2007. Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Bandung: Nuansa. Joyce. 2000. Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Lwin, M., Khoo, A., Lyen, K., & Sim, C. 2004. How To Multiply Child’s Intelligence.

Yogyakarta: PT Indeks. Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press. Meta. 2008. Pembelajaran Berbasis Lingkungan. Tersedia di

http://www.google.co.id/search?hl=id&sa=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=%22pembelajaran+berbasis+lingkungan%22&spell=1. Diunduh 5 Agustus 2008

Miles, M.B & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Karya. Nuritaputantri. 2007. Kecerdasan-Majemuk-Multiple-Intelligences. Tersedia di

http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/11/27/kecerdasan-majemuk-multiple-intelligences/. Diunduh 27 November 2007.

Rahmawaty. 2006. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun II Tongkoh Desa Dolat Raya. USU

responsibility. Riyadi. 2009. Multiple Intelligences. Tersedia di

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2108. Diunduh 21 Maret 2008. Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja

Rosdakarya. Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence. Yogyakarta: Amara Books. Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L. 2009. An Investigative, Cooperative Learning

Approach to the General Microbiology Laboratory. CBE-Life Sciences Education. Vol.8, 147–153. Diakses 11 Agustus 2009.

Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Page 77: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan

Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sukur. 2007. Kecerdasan Majemuk. Tersedia di http://www.kammi-

jepang.net/sorotan.php?id=432007. Diunduh 27 November 2007. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sri Joko Yunanto. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo. Winkel, W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yarama Wida. Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory and Practice. Journal International of Group

Investigation. Tersedia di http://www.danielzingaro.com/gi.pdf. Diunduh 11 Agustus 2009.

Zyersi Yodarsih. 2008. Penerapan Metode POE (Predict Observe Explain) untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep. Skripsi FKIP: Universitas Sebelas Maret