upaya orang tua dalam menanamkan karakter …

97
UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER RELIGIUS PADA ANAK DI DESA PEMBENGIS KECAMATAN BRAM ITAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S.1) Jurusan BPI Fakultas Dakwah Oleh: Siti Zuhratunnisa NIM: UB 160253 BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER

RELIGIUS PADA ANAK DI DESA PEMBENGIS KECAMATAN

BRAM ITAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S.1) Jurusan BPI

Fakultas Dakwah

Oleh:

Siti Zuhratunnisa

NIM: UB 160253

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDIN

JAMBI

2020

Page 2: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

DzDlAnazaPuw UM.ARum

Alamat : Fakultas Dakwab

UIN STS Jamiii Jl. Raya Jambi-Ma:Bulian Simp.Sungai Duren

Muaro Jambi

Jambi, 28 September 2020

Kepada Yth. Bapak Dekan

UIN STS Jambi di-

NOTA DINAS

AssaIamu’aIaikum W . W.

Setelah membaca dân mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat .bahwa Skripsi saudari Siti Zuhratunnisa dengan judul “Upoya OrangTuo Dalam Menana n Karakter Religius Pada Anak di Deka #emñettgis Kecamaian Bram Itâm Kabupaten Tanjung Jabung Barat” telah dapat diajukan untuk dimunaqashahkan sebagai salnh satu syarat untuk .memperoleh gelar Saijana Strata Satu (S1) Jurusari Bimbin8an dan P nyuluhan Islam Fakultas Dakwah UIN

STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/lbu, Semoga bemianfnat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa

Wae8aIamu’alaikum Mr.Wb.

Pembimbing I,

Dr.D:I. Ansusa. Putra. Le.M.A:Hum

NIP.1986l21520l10l 11004

NIP. I:96202061983031007

li

Dr.

Page 3: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Nama : Siñ Zuhratunnisa Nim : UB160253 Tempat/Tanggal Lahir : Kaala Tungkal, 19 December 1999 Alamat : JI. Manunggal H RT. 08 Kel. Tungkal Il Kec. Tungkal

Ilir, Kab. Tanjung Jabuiig Barat

Dengan menyatakan dengan sesurigguhnya bahwa Skripsi yang bequdul “ f /payâ Orang to Dalam MenanamLan &araIaer Religius Pads Anal dI Desa Pembengic f& amatan Brim i tnm Kabuy wm Tanjun8 labs Baref" adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan — kutipan yang telah disebutkan suaibemya sesuai ketentiian yang berlaku. Apabila di kemudian hari temyata pemyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas DaLwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gclar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.

Demikianlah Surat Pemyataan Int saya ñunt :dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan snperltinya.

, 28 September 2020

en is

Page 4: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

Abdullah Yttnus. M.Pd. I

I NIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTBAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PAKULTAS DAKWAH JalsJj Raya Jambi-Ma. BulianSimp. Sungai Duren Telp. (0741) 582020

PENGESABAN

Skripsi yang dimlis oleh Siti Zuhratunniss NIM UB.160253 dengan judul"

Upaya Orang Tua Dalam Menanamkan Karakter Religius Pada Anak di Desa

Pembengis Kecamatan Bram ftam Kabupaten Tanjung Jabung Baratyang

dimunaqasyahkan oleh Sidang Fakultas Dakwah UIN STS Jambi pada:

Hari : Selasa

Tanggal 24 November 2020

Jam : 15.00 — 16.00 WIB

Tempat : Pelaksanaan Ujian Online dengan Aplikasi Zoom

Telah diporbaiLi sobagaiiriana hasil sidang Munaqasyah di atas dan telah

diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (SI ) Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah

UIN STS Jambi.

Ketua Sidang

Jarhbi, 24 November 2020

TIM PENGUJI

: Dr. Jamaluddin. lxl.Ug

Sekretaris Sidang : .4hdiyat Mahendra M.Himi

Penguji I

Penguji II

Ors. M. Saripuddin, M.Pd.I

: AfriansyalL M.Sf

Pembimbing 1 : Dr. D.l. Ansusa Putra, MA

Pembimbing II (

Page 5: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

KATA PENGANTAR

Bismillultirrahmanirrahim.

Segala puji serta iasa syukur yang sedalam-dalamnYa penulis haturkan

khadirat Allah SWT. Yang. telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penvusunañ skripsi ini. Shalawat beserta

salam senantiasa tercurali kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW

yang mengantarkan mantisia dari kegelapan ke mman yang temng bendemng.

Skripsi ini .disusun untuk memenuhi salah satu syarat untub memperoleb gelar

strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri.

Penulis menyadari mengenai penulisan ini tidak bisa terselesaikan ,tanpa

pihak pihak yang mendukung .baik secara moril dan juga materil. Maka, Penulis

zoeziyempatkao banyak-banyak teriota kasib kepada pihaL-pihak yaog membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini terutama key:

1. Bapak Prof. Dr. l-L Su‘aidi, M.A Ph.D selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha Saifiiddin Jambi. ,

2. Ibn Dr. Rofiqah Fera ti, SE, M selaku Wakil Rek9or II Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha Saituddin Jambi.

3. Bapak Dr. Bahnil Ulum, S.Ag., MA selaku Wakil Rektor III Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Zulqarnain, lVLAg selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.

S. Bapak Dr. D.I. Ansusa Putra, I\JA selaku Wakil Dekan I Fakultas Dakwah

Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.

6. Bapak Arfan Aziz, LSoc.Sc.Ph.D selaku Wakil Dekan Il Fakultas

Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.

7. Bapak Dr. Sahmin Batubara, M. Hl selaku Wakil Dekan III Fakultas

Dakwab Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.

8, Bapak Dr. Abdullah Yunus, lVLPd.I selaku Ketua Pmdi lBimbingan

Penyuluhan Islam.

vii

Page 6: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

9. Bapak Ahdiyat Mahendra, M.Huin selaku Sekretaris Prodi Bimbingan

Penyuluhan Islam.

10. Bapak Dr. D.1. Ansusa Putra, MA. seiaku Pembimbing I dan Bapak Dr.

Abdullah Yunms. M.Pd.l selaku Pembimbing II yang selalu membimbing

dan memotivasi de;ni kesempumaan skripsi ini.

11. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dabwah UIN STS Jamñi yang

sudah berkenan memberikan pengetahuan yang sangat sangat bermanfaat

selama masa perktiJiahan.

12. Segenap staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Fakultas Dakwah

UIN STS Jambi yang berkenan memberikan bantuan kepada penums.

13. Kepala Perpustakaan UIN STS Jambi, serta Bapak Kepala Perpunakaan

Wilayah Jambi.

14. Bapak Muhammad Tahir selaku Kepala Desa Peeibengis Kec. Bram Itam

Kab. Tanjung Jabung Barat.

l5. Kepada seluruh masyarakat di Desa Pembengis yang terkait di dalam

skripsi ini.

16. Seluruh teman-teman• angakatan terutama urituk kelas A Bimbingan

Penyuluhan Islam Angkatan 2016 yang senantiasa mengisi hari-hari

penulis menjadi sangat menyenangkan.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pilmk atas segala doa

dan dukungannya semogn Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, mernbalas semua

kebaikan yang sudah mereka benkan kepada penulis. Aami in.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih banyak kepada seluruh

pihak yang membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, taufik dan

karunianYa dalam setiap kebaikan kita serta .diberikan balasan oleh-Nya.Aamiin.

Jazabi, 28 September 2020

viii

Page 7: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

MOTTO

او د ع لاو ا ى لع ن

و ق تلاو او نو اع ت ل و ث ل

ى

لا ى لع

او نو اع تو ... بر

: ةد ئ ما

٢ (

( ب

ل ٱ

ش ع لا د يد

لل ا اوق تاو لل ا ن إ اق

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

(Al Ma’idah : 2).

Page 8: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisi upaya

orang tua dalam membentuk karakter religius pada anak. Karakter religius

sangat di perlukan supaya anak mempunyai jiwa religius, karakter religius

disini dapat di bentuk dengan pembiasaan,member nasehat dan melalui

praktek langsung. Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah

―Upaya orang tua dalam menanamkan karakter religius pada anak di Desa

Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat?‖ dan

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya orang tua dalam

menanamkan karakter religius pada anak di Desa Pembengis Kecamatan

Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan

menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Adapun sumber datanya di peroleh dari data primer yaitu ketua

RT 05, orang tua, anak-anak umur 6-12 tahun, dan dokumen-dokumen. Serta

uji keabsahan datanya menggunakan trianggulasi.

Faktor-Faktor Yang Menjadi kendala yang di hadapi orang tua dalam

menanamkan karakter religius pada anak di Desa Pembengis Kecamatan

Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah Adanya pengaruh

lingkungan dan dampak negatif dari media sosial, adanya background

pendidikan orang tua yang mayoritasnya masih rendah, dan adanya faktor

kemalasan dari dalam diri anak itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa orang tua di Desa Pembengis melakukan berbagai

upaya dalam menanamkan karakter religius anak, yaitu dengan

memprioritaskan pendidikan anak sejak dini, memberikan contoh teladan

kepada anak, memberikan nasehat, mendidik melalui pembiasaan, melalui

praktek langsung, memberikan motivasi dan hukuman yang mendidik, dan

memasukkan anak ke TPA.

Kata Kunci: Upaya, Orang Tua, Penanaman Karakter.

iii

Page 9: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

PERSEMBAHAN

Puji syukur Penulis ucapkan tiada henti-hentinya atas khadirat Allah SWT,

dimana berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, karena dari beliaulah penulis mendapatkan karunia ilmu dan

sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu, sumber

segala kebenaran yaitu Allah SWT, dengan mengharap rahmat dan ridho-

Nya dengan penuh keyakinan dan ketetapan hati, kupersembahkan skripsi

ini kepada

Ayahandaku M. Nawawi dan Ibundaku Nurasiah yang telah membimbing,

mendidik dan memberikan dorongan motivasi serta do‘a dan kasih sayang

dengan penuh kesabaran, keikhlasan perjuangan dan dengan tetesan

keringat sertajerih payah demi tercapainya cita-cita untuk buah hatinya ini.

Teruntuk kakakku tersayang (Nur wahidah dan Asmaridha ), terimakasih

atas segala kasih sayang, motivasi dan dukungan nya selama ini kepada

saya , adikku (Nurilia faiza dan M.Hasbi Assiddiqi ), terimakasih sudah

selalu mendukung dan member kekuatan. Semoga Allah SWT selalu

melimpahkan keberkahan dan kesuksesan untuk kalian.

Aamiin ya rabbal‘alamiin…

iv

Page 10: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

NOTA DINAS ............................................................................................. ii

MOTTO ...................................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................. iv

ABSTRACT ................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Permasalahan.......................................................................................... 4

C. Batasan Masalah..................................................................................... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 4

E. Kerangka Teori ....................................................................................... 5

F. Metode Penelitian................................................................................... 21

G. Studi Relevan ......................................................................................... 26

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Historis dan Geografis Desa Pembangis ................................................ 28

B. Visi dan Misi Pemerintahan Desa Pembengis ....................................... 31

C. Struktur Organisasi Desa Pembangis ..................................................... 31

D. Keadaan Penduduk Desa Pembengis ..................................................... 33

BAB III KONDISI SOSIO-RELIGIUS ANAK DESA PEMBENGIS

A. Kondisi Sosio-Religius Anak di Desa Pembengis ................................. 37

B. Faktor Penyebab Kondisi Sosio-Relgius Anak di Desa Pembengis ...... 41

vii

Page 11: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

BAB IV HAMBATAN DAN UPAYA ORANG TUA DALAM

MENANAMKAN KARAKTER RELIGIUS PADA ANAK

A. Faktor Penghambat Orang Tua dalam Menanamkan Karakter

Anak di Desa Pembengis ....................................................................... 45

B. Upaya Orang Tua dalam Menanamkan Karakter Religius pada

Anak di Desa Pembengis ....................................................................... 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 63

B. Implikasi Penelitian ................................................................................ 64

C. Kata Penutup .......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 65

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 67

LAMPIRAN ................................................................................................ 68

viii

Page 12: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

1s 2 3

Tidak dilambangkan ا

B ب

T ت

Ts ث

J ج

ḥ h (titik bawah) ح

Kh خ

D د

Dz ذ

R ر

Z ز

S س

Sy ش

ṣ s (titik bawah) ص

ḍ d (titik bawah) ض

ṭ t (titik bawah) ط

ẓ z (titik bawah) ظ

Koma terbalik di ‗ عatas

Gh غ

F ف

Q ق

K ك

L ل

M م

N ن

W و

H ھ

La لا

Apostrop ء

Y ي

Page 13: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

1. Vokal Tunggal

Tanda Huruf Latin Keterangan

A -

I -

- U ۥ

2. Vokal Rangkap

Tanda Huruf Latin Keterangan

- Ay ي .....

- Aw و .....

Contoh: حسين : Husayn

3. Maddah

Tanda Huruf Latin Keterangan

 a dan garis di atas ا

Î i dan garis di atas لى

Û u dan garis di atas لو

4. Ta‘ Marbutah

ةرلموالمدينةا

: al-Madînah al-Munawwarah

Fâtimah : فاطمة

بيةرلتارةزاو : Wizârat al-Tarbîyah

5. Shaddah

بنار : Rabbana

لنز : Nazzala

6. Kata Sandang

لشمشا : al-Syams

ملقلا : al-Qalam

Page 14: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Religius menurut islam adalah melaksanakan ajaran agama atau berislam

secara menyeluruh. Maka karena itu, setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap

maupun bertindak diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan aktivitas

ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun seorang muslim diperintahkan untuk

melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.1 Pembinaan religius

menjadi sangat penting bagi kehidupan, terutama generasi muda atau generasi

penerus. Keyakinan agama berfungsi untuk membangun kesadaran anak tentang

adanya Tuhan dan hubungannya dengan pencipta.

Anak-anak mempunyai perkembangan kognitif yang akan mempengaruhi

perkembangan moral yang ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami

aturan, norma dengan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral

terlihat dari prilaku moralnya di masyarakat yang menunjukkan kesesuaian

dengan nilai moral di masyarakat. Prilaku moral ini banyak dipengaruhi oleh pola

asuh orang tuanya serta prilaku moral dari orang-orang sekitarnya. Perkembangan

moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak. Pola

pikir seorang anak akan mempengaruhi prilaku yang dituangkannya dalam

kehidupan atau aktifitas sehari-hari, dan dibutuhkannya orang-orang dewasa

seperti orang tua untuk memantau selalu perkembangan prilaku anak.

Sejak kecil anak-anak diajarkan tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja

keras, disiplin, peduli, adil, dan bertanggung jawab. Akan tetapi, dalam

kesehariannya anak-anak tidak dibiasakan untuk memiliki sikap dan prilaku

tersebut. Pengembangan karakter anak memerlukan pembiasaan dan keteladanan.

Anak harus dibiasakan untuk selalu berbuat baik dan malu melakukan kejahatan,

berlaku jujur dan malu berbuat curang, rajin dan malu bersikap malas. Perubahan

1Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Agama: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002), hal 297.

1

Page 15: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

2

sikap dan prilaku dari bertindak kurang baik untuk menjadi lebih baik tidak

terbentuk secara instan. Perubahan tersebut harus dilatih secara serius dan

berkelanjutan agar mencapai tujuan yang diinginkan.

Karakter adalah sesuatu yang baik, misalnya terkait dengan sikap jujur,

toleransi, kerja keras, adil, dan amanah. Akan tetapi, tanpa disertai iman yang kuat

kepada Allah, karakter tersebut mungkin akan melampaui batas-batas ajaran

agama dalam hal ini agama Islam. 2

Pengembangan karakter harus dikaitkan dengan pengakuan dan kebesaran

Allah. Anak perlu diajarkan bahwa agama menganjurkan agar semua orang harus

memiliki sikap dan prilaku yang baik terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Hal

penting yang harus dilakukan oleh orang tua adalah menunjukan keteladanan yang

konsisten antara sesuatu yang diajarkan dengan sesuatu yang dilakukan. Misalnya,

ketika mengajarkan anak untuk menepati janji, dan orang tua harus menjadi

contoh dan teladan dalam menepati janji.

Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi

seseorang, serta orang tua sebagai kuncinya. Pendidikan dalam keluarga terutama

berperan dalam perkembangan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai

keagamaan, dan moral, serta keterampilan sederhana. Pendidikan dalam konteks

ini mempunyai arti pemberdayaan, yaitu proses sosialisasi dan kulturasi secara

berkelanjutan dengan tujuan untuk mengantar anak agar menjadi manusia yang

beriman, bertaqwa, berakhlak luhur, tangguh mandiri, kreatif, inovatif, beretos

kerja, setia kawan, peduli akan lingkungan dan lain sebagainya.3 Masa depan

anak-anak tentunya akan dipengaruhi oleh faktor keluarga. Pembentukan moral

dan karakter religiusitas yang baik akan menghasilkan masa depan yang baik bagi

anak-anak. Anak-anak akan menjadi pintar, sholeh, dan sholehah tentunya

didorong dengan fasilitas-fasilitas pembelajaran dari orang tua.

Sebagaimana sabda dari Abi Humairah Rodhiyallahu‘anh, ia berkata

bahwa rasulullah bersabda:

2Ibid, hal 8.

3Hasa, Tholah M, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia , ( Jakarta,Lantabora

Press,2003), hal 48.

Page 16: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

3

و أ ه ن سا

م

ج

أ ه و

اد

ن

ه

و

ب أ ف

هاو

،ة رط

ل ا

ع ف

ى ل

و

ل

د

د و لو م لك

ن )ملسمو رياخبلا ثيحادأ( هن ارص

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang

tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”( H.R

Bukhari dan Muslim).”

Salah satu tanggung jawab orang tua adalah menghindarkan anak-anaknya

agar tidak terjerumus dalam tindakan moral, maka dari itu pendidikan agama

sangat di perlukan anak dalam bersikap dan sifat religi juga harus ditanamkan

agar apa yang telah diajarkan oleh agama dapat tertanam didalam hati mereka

juga. Sering kali terlihat penerapan agama tanpa di iringi dengan penanaman

makna agamanya maka anak sering kali mengabaikannya dan sehingga cendrung

membuat sifat anak sangat sulit memahami makna apa yang telah ditanamkan

oleh orang tuanya. Hal ini dikarenakan anak tidak merasa mempunyai beban

moral bila melakukan tindakan yang kurang terpuji. Untuk mengantisipasi hal

tersebut orang tua mempunyai andil yang besar dalam pembentukan karakter anak

karena orang tua sangat bertanggung jawab penuh atas pendidikan agama

terhadap anak-anaknya.

Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat

masyarakatnya mayoritas beragama islam, serta mempunyai adat istiadat yang

islami. Namun demikian berdasarkan pengamatan penulis sementara terlihat

bahwa anak yang ada di Desa Pembengis kurang mengamalkan ajaran islam, hal

ini terlihat dari tingkah laku para anak tersebut dalam kehidupan sehari-hari yang

cenderung tidak mengerjakan sholat 5 waktu, ini terlihat ketika waktu magrib

sudah datang mereka masih asik bermain, dan ketika sedang sholat berjamaah di

masjid mereka mengganggu orang lain.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis dilokasi penelitian ada

5 dari jumlah populasi anak di RT 05 Desa Pembengis yang mengalami beberapa

bentuk prilaku yang menimbulkan kemerosotan moral anak antara lain seperti

malas shalat, suka membantah apabila diperintahkan untuk shalat, jarang mengaji,

Page 17: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

4

dan tidak mau mendengarkan perintah orang tua. Oleh karena itu, berdasarkan

uraian latar belakang di atas penulis mengambil penelitian yang berjudul “Upaya

Orang Tua Dalam Menanamkan Karakter Religius Pada Anak Di Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah

―Bagaimana Upaya Orang Tua dalam Menanamkan Karakter Religius Pada

Anak di Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung

Barat”.

Dalam upaya mengkongkret pokok masalah tersebut, beberapa masalah

yang akan di angkat melalui karya ini adalah :

1. Bagaimana kondisi sosial religius anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam

Kab. Tanjung Jabung Barat?

2. Apa saja faktor-faktor yang dihadapi orang tua dalam menanamkan karakter

religius pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung

Barat?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam menanamkan karakter

religius pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung

Barat?

C. Batasan Masalah

Penulis membatasi Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan

semula, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu: penelitian ini difokuskan

pada persoalan sholat lima waktu dan akhlak pada anak usia 6-12 tahun di Rt 05

Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

gambaran tentang usaha orang tua dalam menanamkan karakter religius pada

Page 18: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

5

anak di Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung

Barat. Adapun tujuan secara lebih khusus penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial religius masyarakat Desa

Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dihadapi orang tua dalam

menanamkan karakter religius pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam

Kab. Tanjung Jabung Barat.

c. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam mengembangkan karakter religius

pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini daharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah:

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan untuk

memperkaya khazanah ilmiah tentang upaya orang tua dalam

menanamkan karakter religius pada anak.

b. Secara Praktis

1) Diharapkan anak mampu mengaplikasikan nilai-nilai religius yang

telah ditanamkan orang tua.

2) Memberikan pemahaman para calon pendidik akan arti pentingnya

penanaman karakter religius dari orang tua untuk anak.

E. Kerangka Teori

1. Deskripsi tentang Upaya Orang Tua

Upaya adalah kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau

badan untuk mencapai sesuatu maksud: pekerjaan (perbuatan, daya upaya,

ikhtiar) untuk mencapa sesuatu maksud : kerajinan belajar. Dalam penggunaan

bahasa arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan Al-walid pengertian

tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi:

Page 19: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

6

و ي ه لاص

ف

وه ن

لع

ى

هو ان

هت لم

أ ح مه ل او

ي د

ب ه

ن ل ا ان ي صو ناس

(ريص )١٤ : مان

ق ل

ي

ل ا م

ك

ل ل او

ي د ل و

ي ماع ن اأ ن يل ركش

“Dan kami perintahkan kepada manusia (Berbuat baik ) kepada dua

orang ibu bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan

lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun,

bersykurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya

kepada-Kulah kembalimu.”4

Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya

memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-

anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus dan dibina oleh orang tuanya

hingga beranjak dewasa. Orang tua merupakan dua diantara banyak orang

yang mendidiktentang makna sebuah hidup dan kehidupan. Sebagai seorang

muslim perlu mengetahui tata cara bergaul dengan orang tua. Hal ini

dilakukan agar tidak terjerumus dalam kedurhakaan.

Ciri-ciri pokok orang tua yang ideal, pada dasarnya berkisar pada

aspek-aspek logis, etis, dan estetis yang dapat dinamakan kebenaran atau

ketepatan, keserasian dan keindahan, hal ini mungkin sulit terwujud apabila

orang tua tidak berpegang pada dua azaz, yakni apa yang tidak ingin dialami,

jangan lah menyebabkan orang lain mengalaminya dan apa yang dapat di

peroleh, biarkanlah orang lain yang berikhtiar untuk mendapatkannya.5Berikut

penjelasan tentang pengertian orang tua dalam kehidupan anak:

a. Orang tua adalah sekolah pertama bagi kehidupan anak. Dari orang

tuanya, anak mendapatkan semua materi pelajaran kehidupan untuk

pertama kalinya.

b. Orang tua adalah yang paling mengetahui anaknya, karena itulah, ia

adalah orang yang paling mengerti cara memaksimalkan

pengembangan kecerdasannya.

4Tim Penerjemahan Al- Qur’an oleh Lajnah Pentashihan Al- Qur’an ( Jakarta:

Departemen Agama RI). 5Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja GrafindoPersada . 2004.

Page 20: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

7

Hal 6.

Page 21: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

8

c. Orang tua adalah pemegang amanah anak dari Tuhan, karena itulah ia

menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas anaknya, termasuk

dalam masalah pengembangan kecerdasannya.

Dengan demikian tugas pokok pendidikan keluarga di lingkungan

umat islam diantaranya adalah:

a. Membantu anak-anak memahami posisi dan perannya masing-masing

sesuai dengan kelaminnya, agar mampu saling menghormati dan

saling tolong menolong dalam melaksanakan perbuatan baik dan di

ridhoi oleh Allah Swt.

b. Membantu anak-anak mengenal dan memahami nilai-nilai/norma-

norma yang mengatur kehidupan berkeluarga, bertetangga dan

bermasyarakat serta mampu melaksanakannya untuk memperoleh

ridho Allah Swt.

c. Mendorong anak-anak mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar

mampu merealisasikan dirinya ( Self realization) sebagai satu dari

individu dan sebagai anggota masyarakat yang beriman.

d. Membantu anak-anak memasuki kehidupan masyarakat dengan

setahap demi setahap melepaskan diri dari ketergantungan pada orang

tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu bertanggung jawab

sendiri atas sikap dan prilakunya terutama kepada Allah Swt.6

Membantu dan memberi kesempatan serta mendorong anak-anak

mengerjakan sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan

keagamaan, di dalam keluarga dan di masyarakat untuk memperoleh

pengalaman sendiri secara langsung dalam upaya meningkatkan iaman dan

menyebarluaskan syi‘ar Islam.

Hubungan keluarga dengan pertalian darah yang menimbulkan

pendidikan yang didasari oleh rasa kasih sayang serta perasaan tulus ikhlas itu

menciptakan suasana yang sangat kondusif untuk mencetak generasi yang

6 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Al-

Sofwa, 1997), hal 10.

Page 22: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

9

diharapkan.7 Sehingga dalam agama Islam pendidikan keluarga merupakan

pendidikan utama dan pertama yang sangat menunjang keberhasilan untuk ke

depannya.

2. Konsep tentang Karakter Religius

Karakter didefinisikan sebagai sekumpulan trait positif yang terefleksi

dalam pikiran, perasaan, dan prilaku. Ryan dan Lickona mengemukakan

bahwa dalam karakter manusia terdapat tiga komponen. Pertama,

pengetahuan moral (moral knowing). Dalam komponen pengetahuan moral

tercakup penalaran moral dan strategi kognitif yang digunakan untuk

mengambil keputusan secara sistematis. Melalui komponen ini individu dapat

membayangkan konsekuensi yang akan terjadi di kemudian hari dari

keputusan yang diambil dan siap bagaimana menghadapi konsekuensi

tersebut. Kedua, perasaan moral ( moral affect), yang mencakup identitas

moral, ketertarikan terhadap kebaikan, komitmen, hati nurani, dan empati,

yang semuanya merupakan sisi afektif dari moral pada diri individu. Perasaan

moral juga berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan moral dan tindakan

moral. Ketiga, tindakan moral (moral action) yang memiliki tiga komponen,

yaitu kehendak, kompotensi, dan kebiasaan.

Sementara itu, Doni Kusuma merinci ciri-ciri karakter sebagai berikut

: Pertama, memiliki kepedulian terhadap orang lain dan terbuka tethadap

pengalaman dari luar. Kedua, secara konsisten mampu mengelola emosi.

Kertiga, memiliki kesadaran terhadap tanggung jawab sosial dan

menerimanya tanpa pamrih. Keempat, melakukan tindakan yang benar

meskipun tidak ada orang lain yang melihat. Kelima, memiliki kekuatan dari

dalam untuk mengupayakan keharmonisan dengan lingkungan sekitar, dan

Keenam, mengembangkan standar pribadi yang tepat dan berprilaku yang

konsisten dengan standar tersebut.8

7 Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksistensi.(Malang:UIN

Malang Press, 2007), hal 83. 8 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

(Jakarta:Grasindo,2007),ha 56.

Page 23: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

10

Keluarga di pandang sebagai pendidik karakter yang utama pada anak,

di samping sekolah yang juga dianggap sebagai pusat pengembangan karakter

pada anak. Hal ini disebabkan karena pengaruh sosialisasi orang tua pada anak

terjadi sejak dini sampai anak dewasa. Melalui interaksi dengan orang tua,

anak dapat merasakan dirinya berharga yang selanjutnya dijadikan dasar untuk

menghargai orang lain.

Dalam proses selanjutnya, orang tua memiliki sumbangan terdapat

karakter anak paling tidak melalui lima cara. Pertama, dengan menyayangi

anak, orang tua membantu anak untuk merasakan dirinya berharga. Kedua,

orang tua menjadikan dirinya sebagai model bagi anak dalam memperlakukan

orang lain. Ketiga, hubungan yang hangat antara orang tua dan anak menjadi

kekuatan dalam menghadapi pengaruh moral. Keempat, kasih sayang berperan

dalam perkembangan penalaran moral. Kelima, kasih sayang mendorong

terjadinya komunikasi orang tua – anak yang menjadi variabel mediator antara

kasih sayang dan perkembangan penalaran moral. Dengan komunikasi yang

baik, orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan

kemampuan dalam menggunakan persepektif orang lain dan berpikir tentang

isu-isu moral. Keterbukaan dalam berkomunikasi juga mendukung orang tua

untuk memberikan bantuan pada anak ketikan anak membutuhkannya.

Religius menurut Glock dan Stark adalah tingkat konsepsi seseorang

terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan

seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat

komitmen adalah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh,

sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius.

Glock dan Stark mengemukakan bahwa agama adalah sistem simbol,

sistem keyakinan, sistem nilai, sistem prilaku yang terlembagakan, yang

semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang

paling maknawi.9

9 Friedman, Howard.S dan Miriam, W.Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern

(Jakarta:Erlangga,2006), hal 34.

Page 24: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

11

Dalam islam, religius pada garis besaranya tercermin dalam

pengalaman akidah, syariah, dan akhlak, atau dengan ungkapan lain iman,

islam, dan ihsan. Bila semua unsur itu telah di miliki oleh seseorang, maka dia

itulah insan beragama yang sesungguhnya.10

Anggasari membedakan antara istilah religi atau agama dengan istilah

religiusitas. Agama atau religi menunjuk pada aspek formal yang berkaitan

dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas

menunjuk pada aspek yang dihayati oleh individu. Hal ini selaras dengan

pendapat Dister yang mengartikan religiusitas sebagai keberagaman, yang

berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri individu. Lindridge

menyatakan bahwa religiusitas dapat di ukur dengan kehadiran lembaga

keagamaan dan pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari.

Ostow dan Schrafstein menyimpulkan bahwa konsepsi-konsepsi moral

dan religius pasti memiliki unsur utama dalam jiwa manusia yang paling

dalam yang sering merupakan dorongan yang tidak disadari, tetapi justru

menjadi pendorong keyakinan dan ritual keagamaan.11

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa menurut teori instink, kehidupan

beragama merupakan sesuatu yang bersifat fitrah dan merupakan naluri

alamiah bagi manusia. Naluri ini mempunyai dasar baik pada aspek biologis

dan psikologis.

Dari religius ini anak lebih bisa memahami arti hidup setelah mereka

menjalankan serangkaian makna religius yang diberikan oleh orang tua

mereka. Selain itu anak lebih bisa mendekatkan diri pada Allah SWT,

sehingga secara langsung anak dapat menerapkan religiusitas itu didalam

lingkungan masyarakat.

Maka dari itu, pembinaan religius ini harus dimulai sejak awal atau

sedini mungkin. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur‘an

surah Luqman :

10 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),

hal 11. 11

Fatuhurohman, M. (2015), Budaya Religius dalam Peningkatan Mutu. (Yogyakarta,

Kalimedi).hal 23.

Page 25: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

12

ب ا لا ن كرش لل ا

ر

ش ك

لت

ب

ن ي ي

ه ظ ع ي

وه و

ه ن

ل ب

من ل

ق ل

ا ق ذا

( م ي )١٤ : مان

عظ ق ل

م ل ظ ل

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S : Luqman : 13 )12

Karakter religius adalah prilaku sehari-hari yang berdasarkan atau

tidak menyimpang dengan ajaran agama. Jadi yang dimaksud karakter religius

adalah konsepsi yang tersurat maupun tersirat yang ada dalam agama yang

mempengaruhi prilaku seseorang yang menganut agama tersebut yang

mempunyai sifat hakiki dan datang dari Tuhan, juga kebenarannya diakui

mutlak oleh penganut agama tersebut.13

Karakter religius atau biasa disebut

akhlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak

mazmumah. Adapun yang dimaksud sebagai karakter religius disini adalah

akhlak mahmudah atau kepribadian yang tercermin dari pengaruh nilai

religius. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam mendidik tentang karakter di

Indonesia diidentifikasikan berasal dari empat sumber yaitu, agama, pancasila,

budaya dan tujuan pendidikan nasional. Salah satu strategi atau metode yang

dipergunakan dalam pendidikan untuk membentuk karakter religius adalah

dengan pembentukkan kebiasaan yang baik dan meninggalkan yang buruk

melalui bimbingan, latihan dan kerja keras14

. Pembentukkan tersebut akan

menjadi sebuah karakter seseorang. Maka karakter yang kuat biasanya

dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk.

Nilai ini dibangun melalui penghayatan dan pengalaman.15

12

Tim Penerjemahan Al- Qur’an oleh Lajnah Pentashihan Al- Qur’an ( Jakarta: Departemen

Agama RI). 13

Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman

Sekolah, (Jakarta: Balitbang, 2010), hal 9. 14

Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),

hal 66. 15

Ulwah, A. Nashih Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta:2013 Khatulistiwa Press, hal 34.

Page 26: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

13

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasannya karakter religius

erat kaitannya dengan keyakinan seseorang, karakter religius menjadi modal

kita dikehidupan sehari-hari dalam menerapkan hal-hal positif yang di ajarkan

oleh agama dengan pembentukkan kebiasaan yang baik dan meninggalkan

yang buruk melalui bimbingan, latihan, dan kerja keras.

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan terkait dengan karakter

religiusitas anak diatas maka dapat peneliti susun beberapa indikator atau

definisi oprasional dari seseorang yang patut dikatakan memiliki karakter

religiusitas adalah mereka yang memenuhi indikator sebagai berikut:

a. Anak mampu untuk mempertimbangkan konsekunsi dari setiap

tindakannya: penekanan dari indikator ini yaitu ketika anak tidak

memiliki pertimbangan yang matang dari setiap perbuatan yang ia

lakukan apalagi perbuatan-perbuatan yang bersifat negatif maka

kondisi ini menunjukkan anak yang tidak memiliki karakter

religiusitas yang kuat.

b. Anak berprilaku sesuai hati nuraninya: maka dapat dikatakan ketika

kondisi anak tidak mengikuti hati nuraninya maka itu artinya

bertentangan dengan karakter religiusitas yang kokoh.

c. Anak peduli dengan lingkungan sekitar: maka dapat disimpulkan

apabila diperoleh situasi yang bertolak belakang dengan poin ―c‖

maka prilaku anak tersebut dapat dikatagorikan sebagai prilaku

degradasi nilai religiusitas.

d. Anak tidak emosional: adapun kebalikan dari karakter ini yaitu

kondisi anak yang tidak dapat mengontrol emosionalnya seperti

bertindak diluar nalar dan logika maka hal ini disebut sebagai

penurunana nilai religiusitas.

e. Anak berbuat kebaikan tanpa pamrih: dapat disimpulkan ketika terjadi

situasi yang bertentangan yaitu setiap anak yang melakukan sesuatu

dengan mengharapkan pamrih maka itu jelas menunjukkan lemahnya

karakter religiusitas.

Page 27: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

14

f. Anak memahami arti kedisiplinan: artinya lawan dari pada karakter ini

adalah ketika anak yidak dapat melaksanakan apapun yang menjadi

tugas dan kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah di tentukan

maka ini menjadi indikasi rendahnya nilai karakter religiusitas anak.

g. Anak sadar akan pentingnya pendidikan: lawan dari pada karakter ini

adalah ketika sang anak abai akan manfaat dengan mengikuti

pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan non formal di

masyarakat maka hal ini menjadi indikasi akan terkikisnya nilai

karakter religiusitas pada anak.

3. Hakikat Anak

Anak adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk

dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Anak tidaklah sama

dengan orang dewasa. Anak memiliki kecendrungan lebih mudah belajar

dengan contoh-contoh yang diterimanya dari pada aturan-aturan yang

memaksa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak adalah keturunan yang

kedua. Anak merupakan masa depan bagi setiap orang tua , disisi lain anak-

anak adalah generasi yang memiliki sejumlah potensi yang patut

dikembangkan dalam kegiatan pendidikan serta kreatifitas mereka. Anak

adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk

menjadi orang tua.16

Anak-anak mempunyai karakteristik antara lain pertumbuhan fisik

yang cepat dan matang. Semua potensi anak tersebut akan bermakna apabila

dibina dan dikembangkan secara terarah sehingga mereka menjadi manusia

yang memiliki keberdayaan, tanpa bimbingan yang baik semua potensi itu

tidak akan memberikan dampak positif, bahkan bisa terjadi hal yang

sebaliknya, yaitu menimbulkan berbagai masalah dan hambatan. Apalagi jika

16 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Puataka: Amirko

1984), hal 25.

Page 28: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

15

melihat ke depan, tantangan globalisasi semakin besar maka pembinaan

pendidikan terhadap anak pun harus semakin dikuatkan.

Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber

daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapkan SDM

yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang

sangat penting untuk di berikan sejak usia dini, di sisi lain anak juga harus

dipenuhi kebutuhan lainnya, seperti misalnya kebutuhan akan gizi.

Anak-anak harus berorientasi terhadap pandangan hidup yang bersifat

positif dan aktif serta wajib menentukan dirinya sendiri, mementingkan

kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya, berorientasi ke masa depan dan

belajar merencanakan hidup secermat mungkin. Pendidikan merupakan

sesuatu yang perlu mendapatkan prioritas.

Pada usia balita, anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dan

perhatian orang tuanya seringkali pemurung, labil, dan tidak percaya diri.

Ketika menjelang usia pada anak kadang-kadang mereka mengambil jalan

pintas, minggat dari rumah dan menjadi anak jalanan, karena kesibukan orang

tuanya yang berlebihan, terutama ibu yang menyebabkan anak kehilangan

perhatian.17

Usia dini merupakan masa penting karena dalam masa ini ada era yang

dikenal dengan masa keemasan. Masa keemasan hanya terjadi satu kali dalam

perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini merupakan masa kritis bagi

perkembangan anak. Jika dalam masa ini anak kurang mendapat perhatian

dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta

kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal. Sejak lahir seorang anak manusia memiliki kurang lebih 100

miliyar sel otak. Sel-sel otak yang ini saling berhubungan dengan sel-sel

syaraf, sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa

adanya stimulasi yang didayagunakan.18

17 Yusuf, L N, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung :

Remaja Rosdakarya).hal 13. 18

Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal 4.

Page 29: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

16

Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum hidup sendiri, belum

matang dalam segala segi, dan tubuhnya masih kecil. Organ-organ tubuh

belum berfungsi secara sempurna, kecerdasan, emosi, dan hubungan sosial

juga belum selesai pertumbuhannya. Hidupnya msih bergantung pada orang

dewasa, belum dapat diberi tanggung jawab atas segala hal.

Sigmund Freud seperti yang dikutip Demita mengemukakan dasar-

dasar pembagian fase perkembangan anak ialah pada cara reaksi bagian-

bagian tubuh tertentu. Fase anak pada usia 6-12 tahun disebut fase latin, pada

fase ini anak tampak dalam keadaan tenang, setelah terjadi gelombang dan

badai (stum and drang). Pada fase ini desakan seksuil anak mengendur. Anak

dapat dengan mudah melupakan desakan seksuilnya dan mengalihkan

perhatiannya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah dan teman

sejenisnya. Meskipun energi seksuilnya terus berjalan, tetapi fase ini

diarahkan pada masalah-masalah sosial dan membangun banteng yang kokoh

untuk melawan seksuil.

Namun sedangkan menurut Oswold Kroch seperti yang dikutip Demita

pada usia tersebut disebut fase keserasian sekolah, dimana pada akhir masa ini

timbul difat Trotz (keras kepala) kedua, dimana anak mulai serba membantah,

suka menentang kepada orang lain terutama terhadap orang tuanya. Gejala ini

sebenarnya merupakan gejala yang biasa sebagai akibat kesadaran fisiknya,

sifat berpikir yang dirasa lebih maju dari pada orang lain. Keyakinan yang

dianggapnya benar dan sebagainya, tetapi juga yang dirasakannya sebagai

keguncangan.

Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi

perkembangannya. Bila anak itu merupakan anak tunggal biasanya perhatian

orang tua tercurah kepadanya, sehingga ia cendrung memiliki sifat-sifat

seperti manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya, menarik

perhatian dengan cara kekanak-kanakan, dan sebagainya.

Adapun masa perkembangan anak-anak menurut teori yang di

kemukakan oleh Hurlock di tahun 1990 sebagaimana yang di kutip oleh

Herlina di jelaskan bahwasannya masa anak-anak di bagi menjadi dua priode

Page 30: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

17

yaitu masa anak-anak awal Early Childhood yang di mulai dari usia dua

sampai enam tahun dan masa anak-anak akhir Late Childhood yang di mulai

dari usia enam sampai dua belas tahun.19

Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda

dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang

bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang dalam merasakan atau

melakukan sesuatu secara langsung.

Masa anak-anak merupakan masa transisi dan kelanjutan dalam

menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai keanakan. Ini

berarti kemajuan perkembangan yang dicapai dalam masa anak-anak yang

merupakan bekal keberhasilan orang tua dalam mendidiknya. Baik buruknya

sikap dan tingkah laku seseorang di masa anak-anak, sangat banyak ditentukan

oleh pengalaman mereka dalam melihat orang-orang disekitarnya terutama

pada orang tuanya. Itu semua merupakan bekal pendidikan bagi anak-anak

nantinya.

Jadi anak merupakan amanat Allah SWT yang harus di didik,

dibimbing dan dijaga pendidikannya, melalui pengalaman dan latihan-latihan

yang dilalui pada masa kecilnya yang akan menentukan agama anak pada

masa dewasa nanti, serta di tanamkan dengan kuat karakter religius pada anak

tersebut yang dimulai sejak dini.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Berdasarkan judul dan objek penelitian, maka penelitian menggunakan

metode kualitatif, pendekatan kualitatif adalah penelitian yang lebih

mendasarkan pada hal-hal yang bersifat diskriptif, sepserti observasi,

wawancara, dan dokumen.20

19

Herlina, Bibiliotrapy Mengatasi Masalah Anak dan Remaja, (Bandung: Pustaka Candikia

Utama, 2013),hal 1. 20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016.

Hal 66.

29 Ibid hal 70.

Page 31: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

18

2. Setting dan Subjek Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan judul yang telah di ambil maka

penelitian ini akan di laksanakan di Desa pembengis kec. Bram itam

kab.Tanjung jabung barat. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua, dan

anak.

3. Sumber Data Dan Jenis Data

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas manusia, pristiwa dan

dokumentasi, adapun yang di jadikan sumber data dalam penelitian ini,

yakni :

1) Ketua RT 05

2) Orang Tua

3) Anak

4) Dokumen

b. Jenis Data

Sesuai dengan permasalahan dan judul yang di ambil maka peneliti

menggunakan 2 jenis data yakni: Data Primer dan Sekunder.

1) Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh semua langsung dari

subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran/ alat

pengambilan data langsung kepada subjek sebagai sumber informasi

yang dicari, tanpa adanya prantara.21

Data yang diperoleh secara

langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi) terhadap

perkembangan permasalahan di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.

Tanjung Jabung Barat.

2) Data Sekunder

Selain data primer, berdasarkan judul dan objek penelitian

maka penulis juga menggunakan data sekunder. Data Sekunder adalah

data yang didapat secara tidak langsung seperti dokumen dokumen dan

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet Ke-3, hal.308.

Page 32: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

19

catatan yang diambil peneliti sebagai literatur, dan buku buku maupun

internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Merupakan langkah yang paling stategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk memperoleh

ketetapan data dan keakuratan informasi yang mendukung dalam penelitian

ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan

secara sistematis, yang dilakukan dengan mengadakan suatu pengamatan

secara terus-menerus. Observasi dimaksudkan sebgai pengamatan dan

pencatatan fenomena yang diteliti. Observasi juga memungkinkan melihat

dan mengamati sendiri prilaku dan kejadian sebagaimana keadaan

sebenarnya.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.22

Tujuan wawancara adalah mengumpulkan data atau informasi dari

satu pihak tertentu. Pengumpulan data atau informasi dengan wawancara

ini di lakukan secara langsung dengan Tanya jawab kepada beberapa

orang tua yang tinggal di Rt 05 Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.

Tanjung Jabung Barat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, karya karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian

sejarah kehidupan, cerita biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain lain.

22Sugiyono, (2014).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.hal 25.

Page 33: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

20

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang didapat berupa

gambar, patung, film, dll. Studi dokumentasi merupakan perlengkapan dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.23

Dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mencari dan

mengumpulkan data-data yang ada Di Desa Pembengis Kec. Bram Itam

Kab. Tanjung Jabung Barat dan data dari Ketua RT tersebut.

5. Teknik Analisis Data

Analisis Data adalah Proses Mencari dan Menyusun Data Secara

Sistematis Data yang di peroleh melalui dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan kedalam

katagori, menjabar ke dalam unit unit, melakukan sentesa, menyusun kedalam

pola, memilih kedalam hal yang penting dan yang akan di pelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang

lain. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih di fokuskan selama

proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis data

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Redukasi Data

Redukasi data merupakan salah satu teknik analisa data kualitatif

reduksi data adalah bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuatnya tidak perlu dan mengorganisasi data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat di ambil. Reduksi tidak

perlu di artikan sebagai kualifikasi data.

b. Penyajian Data

Penyajian data sebagai sekumpulan data atau informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan dalam pelaksanaan penelitian ini, bahwa penyajian-

penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisa

23Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),

hal 168.

Page 34: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

21

kualitatif. Bentuk penyajian data berupa teks naratif (catatan lapangan),

matriks, grafiks, jaringan dan bagan.

c. Verifikasi Data

Kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian dalam pikiran

penganalisis selama ia menulis suatu tinjauan ulang pada catatan. Catatan

lapangan atau mungkin kejadian begitu seksama dengan meninjau kembali

serta tukar pikiran dengan teman sejawat.

Penarikan kesimpulan adalah hasil yang dapat di gunakan untuk

mengambil tindakan. Dalam pengertian ini analisis kualitatif merupakan

upaya yang berlanjut dan berulang-ulang dan terus menerus. Yang dalam

hal ini penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan dalam suatu

penelitian.24

6. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat di percaya, maka

peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui 4 cara:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan di lakukan lewat

keikutsertaan peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya

mendeteksi dan memperhitungkan penyimpanan yang mengurangi keabsahan

data, karena kesalahan penilaian data oleh peneliti atau responden, di sengaja

atau tidak di sengaja.25

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan di lakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor faktor

yang menonjol dalam penelitian. Faktor faktor tersebut di telaah sehingga

peneliti dapat memahami faktor faktor tersebut.

24

Tim Penyusun, Panduan penulisan karya ilmiah (Jambi:Fakultas Ushuluddin IAIN STS

Jambi, 2016. 25

Laxy Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,1996),

hal 6.

Page 35: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

22

c. Trianggulasi

Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu di luar data pokok untuk keperluan pengecekan

rehabilitas data melalui pemeriksaan ulang yaitu, lewat perbandingan berbagai

data yang di peroleh dari berbagai informan.26

d. Diskusi Dengan Teman Sejawat

Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan

melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang

di terima benar-benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti

atau informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan

sumbangan, masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam

meninjau keabsahan data.

G. Studi Relevan

Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa karya tulis yang

hampir sama dengan peneliti yaitu:

Pertama, penelitian yang di lakukan Seira Valentina dalam tesisnya yang

berjudul “upaya orang tua dalam mengembangkan religiusitas anak Desa

Bangunsari, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun Jawa Timur”. Pada

penelitian ini terlihat bahwa orang tua di tuntut untuk selalu mengawasi anak

mereka agar tidak terjerumus dalam kehidupan yang serba bebas. Pendidikan

dalam keluarga dirasa sangat penting dalam membentuk sebuah karakter anak.

Anak dapat berkembang dengan baik jika orang tua berperan langsung dalam

pendidikan anak disamping pendidikan diluar keluarga misalnya lembaga

pendidikan berupa sekolah dan memasukkan anak mereka pada lembaga-lembaga

lain misalnya lembaga pendidikan yang bersifat keagamaan. Perbedaan penelitian

tersebut dari penelitian saya yaitu setting penelitian berbeda, penelitian tersebut

terfokus dalam mengembangkan tetapi saya dalam menanamkan karakter religius.

26 Michael Quinn Patton, Qualitative Data Analysis A Source of New Methods (Bayverly Hill:

Sage Publications, 1986),hal 331.

Page 36: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

23

Kedua, Penelitian yang di lakukan Fitria Ningsih dalam tesisnya yang

berjudul “ Peran orang tua dalam menanamkan nila-nilai agama islam kepada

anak usia remaja di Desa Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten

Batanghari”. Pada penelitian ini terlihat bahwa penduduk khususnya para orang

tua masih belum sepenuhnya memahami pendidikan pada anaknya, terutama pada

pendidikan agama, dan terdapat sebagian remaja yang cendrung terpengaruh oleh

perkembangan zaman, banyak yang melalaikan waktu sholat dan kurangnya

akhlak sopan santun kepada orang tua. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian

orang tua terhadap pergaulan anaknya dan kurangnya penanaman pendidikan

agama pada anak tersebut. Perbedaannya dari penelitian saya yaitu setting nya

berbeda yang mana peneliti mengambil di Desa Pembengis Kecamatan Betara,

dan penelitian tersebut terfokus untuk anak usia remaja tetapi saya pada anak usia

7-12 tahun.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan Nahnul Kholikun dalam tesisnya yang

berjudul “Pola asuh orang tua dalam mengembangkan religiousitas anak remaja

di Desa Gedung Boga, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji. Pada

penelitian ini menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat desa Gedung Boga

pola pengasuhan yang di gunakan ialah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter,

dan pola asuh permesif. Tingkat religiousitas anak remaja di desa Gedung Boga

dari usaha pengasuhan orang tua dengan ketiga pola menunjukkan sifat

keberagaman anak yaitu percaya secara ikut-ikutan terhadap proses pembelajaran

agama. Hal ini di amati dari cara mereka mempelajari agama. Pada penelitian ini

penulis memfokuskan pada bagaimana upaya orang tua dalam mengembangkan

karakter religius dengkan peneliti memfokuskan pada pola asuh orang tua, setting

peneliti dan penulis juga berbeda.

Sebagaimana terlihat dari studi relavan tersebut bahwa sudah banyak para

penuis-penulis terdahulu mengangkat judul karya tulis yang juga membahas

tentang Peran orang tua dalam mengembangkan karakter religiusitas pada anak di

lingkungan masyarakat, akan tetapi penelitian yang dilakukan terdahulu mereka

memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Pada penelitian

Page 37: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

24

kali ini penulis lebih memfokuskan pada upaya orang tua dalam menanamkan

karaskter religius pada anak di kecamatan bram itam.

Page 38: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Historis dan Geografis Desa Pembengis

1. Historis

Desa Pembengis mulai berdiri pada tahun 1965 dengan jumlah

penduduk lebih kurang 360 jiwa. Pada saat itu mayoritas penduduknya

berpropesi sebagai patani untuk menghidupi keluarganya, dan pernah

kejadian pada tahun kurang lebih 1960 hasil dari padi yang sudah di panen,

batangnya tersebut berbuah kembali. Itulah yang disebut masyarakat dengan

pamangis padi, dan sejak itu desa ini dinamakan dengan Desa Pambangis.27

Seiring perkembangan zaman, oleh pihak Pemda setempat ingin

membuatkan batas wilayah yang di beri dengan tanda gapura dan bertuliskan

selamat datang di Desa Pembengis, mereka pikir kata Pambangis itu adalah

bahasa daerah, sehingga oleh sebab di ubah menjadi Pembengis dengan tanpa

ada persetujuan dari desa, oleh karena pemerintah desa tidak ada masalah,

desa ini setuju saja dengan nama tersebut, sampai sekarang ini.

Desa Pembengis berdiri sejak tahun 1970, dan adapun kepemimpinan

tersebut sampai pada saat ini secara singkat kami sampaikan sebagai berikut :

Tabel 1.4 Nama – nama pejabat yang pernah memimpin Desa Pembengis

sejak berdiri sampai dengan sekarang.28

No Nama Jabatan Masa Menjabat Ket.

1 Tarli Arif Kepala Desa 1970 s/d 1980

2 Marjuned Kepala Desa 1980 s/d 1990

3 Aspul Gani PJS Kepala Desa 1990 s/d 1992

4 M. Juek PJS Kepala Desa 1992 s/d 1995

5 Marjuned Kepala Desa 1995 s/d 2004

27Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

28Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

24

Page 39: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

25

6 Muhammad Tahir Kepala Desa 2004 s/d 2009

7 Syafawi Kepala Desa 2009 s/d 2015

8 Hambali PJS Kepala Desa 2015 s/d 2016

9 Muhamad Tahir Kepala Desa 2016 s/d Sekarang

2. Geografis

Desa Pembengis terletak di kecamatan Bram Itam Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, dengan diapit oleh dua kelurahan yang berbeda

kecamatan yaitu Kelurahan Sungai Nibung yang merupakan Kecamatan

Tungkal Ilir dan Kelurahan Bram Itam Kiri yang merupakan Kecamatan

Bram Itam dan dilalui oleh sungai – sungai yang merupakan anak sungai

dari Kuala Tungkal.29

Wilayah Desa Pembengis tidak terlalu jauh dari pusat Kota

Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu Kota Kuala Tungkal hanya di

batasi oleh Kelurahan Sungai Nibung yang merupakan batas awal

masuknya Kecamatan Tungkal Ilir.

Desa Pembengis juga merupakan daerah dataran rendah yang

dengan struktur tanah lumpur hingga tanah gambut dan tanah liat, yang

dilalui oleh Sungai dengan batas-batas sebagai berikut:30

- Sebelah Utara berbatas dengan : Sungai Pengabuan

- Sebelah Selatan berbatas dengan : Sungai Betara

- Sebelah Timur berbatas dengan : Kelurahan Sungai Nibung

- Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Bram ItamKiri

Adapun Sungai-sungai yang melewati Desa Pembengis sebagai

berikut:31

a. Sungai Pengabuan

b. Sungai Bram Itam

c. Sungai Pembengis

29Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

30Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

31Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 40: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

26

d. Sungai Nibung

e. Parit Cegat

f. Parit No. 1

g. Parit No. 2

h. Parit Saidina

i. Parit Baru

j. Parit Lapis

k. Suak Makun

l. Parit Lima

Desa pembengis berada pada ketinggian 3 meter diatas permukaan

air laut dengan curah hujan rata-rata 200-300 mm/tahun, keadaan suhu

udara rata-rata 21 C s /d 27 C.32

Desa Pembengis merupakan wilayah yang strategis yang terdiri

dari pemukiman, TPU, Pekarangan, Perkantoran, dll dengan memiliki luas

8,5 Km Persegi dengan rincian sebagai berikut :33

a. Luas Pemukiman : 4, 5 Km

b. Luas Makam/Kuburan : 0,04 Km

c. Luas Pekarangan : 0,07 Km

d. Luas Perkantoran : 0,02 Km

e. Luas Prasaran umum lainnya : 0,01 Km

Jarak Tempuh Desa Pembengis dengan Pusat Pemerintahan :

a. Jarak Pusat Pemerintahan Kabupaten : 6 Km

b.Jarak Pusat Pemerintahan Kecamatan : 10 Km34

B. Visi dan Misi Pemerintahan Desa Pembengis

1. Visi

Membangun Desa Pembengis Lebih Maju

32

Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020 33

Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020 34

Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 41: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

27

2. Misi

a. Bersama masyarakat memperkuat kelembagaan desa yang ada untuk

melayani masyarakat secara optimal.

b. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa menyelenggarakan

pemerintahan desa serta melaksanakan pembangunan desa yang

partisipatif.

c. Bersama masyarakat dan kelembagaan masyarakat dalam mewujudkan

Desa Pembengis yang aman, tentram, dan damai.

d. Bersama masyarakat dan kelembagaan memberdayakan masyarakat

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.35

C. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pembengis

Dalam menjalankan Pemerintahan Desa di Desa Pembengis

kecamatan Bram Itam maka diaturlah struktur organisasi, sebelumnya Desa

Pembengis merupakan dalam wilayah kecamatan Tungkal Ilir pada tahun

2008 dan beralih kepada Kecamatan Bram Itam berdasarkan Perda no 8

Tahun 2008 tentang pembentukan Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan

Batang Asam, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Kuala Betara dan

Kecamatan Senyerang.36

Dengan organisasi maka Pemerintahan Desa Pembengis akan lebih

berjalan dengan baik, struktur organisasi merupakan sistemyang dibuat

sebagai pengatur pemerintahan dengan tujuan yang telah disepakati dan dicita

–citakan oleh desa, dari struktur tersebut dapat menggambarkan keadaan

secara menyeluruh manajemen yang ada di Desa Pembengis dari Kepala Desa

hingga ke staf–stafnya yang paling bawah yaitu meliputi :

35Dokumentasi, Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam, Tahun2019/2020

36Wawancara, Kepala Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam 2 Juni 2020

Page 42: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

28

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pembengis Tahun 2020.37

Dari struktur di atas dapat dipahami bahwa di dalam pengelolaan

Pemerintahan Desa sudah memenuhi ketentuan keorganisasian. Untuk lebih

jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kepala Desa : Muhamad Tahir

2. Sekretaris Desa : Rafsyan Jani

3. Kaur Tata Usaha : Helna Fadilah

4. Kaur Keuangan : Dahlia Yanti, A.Md

5. Kaur Perencanaan : Rabiatul Adawiyah, S.Pd.I

6. Kasi Pemerintahan : Pahru Rahman, S.Pd

7. Kasi Kesejahteraan : Ardiyansyah

8. Kasi Pelayanan : Husin Kadri

Desa Pembengis terdiri dari 4 Dusun dan 15 Rukun Tetangga (RT)

yaitu:

1. Kepala Dusun Tua : A. Efendi

2. Kepala Dusun Muda : Saipullah

37Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 43: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

29

3. Kepala Dusun Baru : SopianAssauri

4. Kepala Dusun Harapan : Suharto, S.Pd.I

Adapun Nama-Nama RT Desa Pembengis:

1. Abu Bakar Daeng Palureng, SH : Ketua RT. 01

2. Ahmad Rajaihi Ahmad : Ketua RT. 02

3. Hairnaini : Ketua RT. 03

4. Asnawi : Ketua RT. 04

5. Badli : Ketua RT. 05

6. Anwar : Ketua RT. 06

7. Hidayat : Ketua RT. 07

8. Hatta : Ketua RT. 08

9. Rudiman : Ketua RT. 09

10. Sabri : Ketua RT. 10

11. Lutfi : Ketua RT. 11

12. Akwaludin : Ketua RT. 12

13. Ilham : Ketua RT. 13

14. Aupi Rahmi : Ketua RT. 14

15. M. Yamin : Ketua RT. 1538

D. Keadaan Penduduk Desa Pembengis

1. Penduduk

Jumlah Penduduk Desa Pembengis pada Akhir Tahun terdiri dari laki-

laki dan Perempuan mulai dari tahun 2012 s/d sekarang.

Tabel 2.4 Perkembangan Jumlah penduduk dari tahun 2012 s/d sekarang.39

No Tahun Jumlah

Ket. Jiwa Laki – Laki Perempuan KK

1 2012 2.541 1.337 1.204 625

2 2013 1.457 1.457 1.301 634

3 2014 2.835 1.483 1.352 712

38Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

39Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 44: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

30

4 2015 2.928 1.531 1.397 740

5 2016 3.023 1.596 1.437 761

6 2017 3.107 1.639 1.468 786

7 2018 3.253 1.699 1.554 815

8 2019 3.180 1.673 1.507 819

9 2020 3.226 1.683 1.543 839

a. Mata Pencaharian Penduduk

Pendududk Desa Pembengis sebagian besar bermata pencaharian dari

hasil pertanian / perkebunan, pedagang, buruh, buruh tani, swasta dll.

Perincian Mata Pencaharian sebagai berikut:40

1. Buruh Tani : 215 Orang

2. Petani : 1.512 Orang

3. Pedagang/Wiraswasta : 201 Orang

4. Pengrajin : 229 Orang

5. PNS : 36 Orang

6. TNI/Polri : 1 Orang

7. Penjahit : 12 Orang

8. Montir : 3 Orang

9. Sopir : 8 Orang

10. Karyawan Swasta : 5 Orang

11. Kontraktor : 1 Orang

12. Tukang Batu : 16 Orang

13. Guru Swasta : 15 Orang41

40

Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020 41

Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 45: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

31

2. Pemerintahan

Tabel. 4.4 Data Pejabat Pemerintahan Desa Pembengis Tahun 2012 s/d

sekarang.42

No

Nama

Tempat /

tanggal lahir

Jabatan

Pendidi-

kan

terakhir

1

MUHAMAD TAHIR

Ka. Tungkal

16 – 07 – 1969

KEPALA DESA

SLTA

2

RAFSYAN JANI

Ka. Tungkal

08 – 04 – 1989

SEKDES

SLTA

3 PAHRU RAHMAN,

S.Pd

Pembengis

30 – 08 – 1993

KASI

PEMERINTAH

AN

S1

4

ARDIYANSYAH Pembengis

13 – 05 – 1992

KASI KESEJAHTERA

AN

SLTA

5

HUSIN KADRI

Pembengis

22 – 09 – 1978

KASI

PELAYANAN

SLTA

6 RABIATUL

ADAWIYAH, S.Pd.I

Pembengis

22 – 06 – 1991

KAUR

PERENCANAA

N

S1

7 DAHLIA YANTI,

A.md

Pembengis

06 – 10 – 1995

KAUR

KEUANGAN

D3

8

HELNA FADILAH

Pembengis

11 – 02 – 1995

KAUR TATA

USAHA

SLTA

9

A.EFENDI

Tj. Senjulang

05 – 10 – 1977

KADUS TUA

SLTA

10

SOPIAN ASSAURI

Pembengis

28 – 12 – 1994

KADUS BARU

SLTA

11

SAIPULLAH

Pembengis

09 – 07 – 1984

KADUS MUDA

SLTA

12

SUHARTO, S.Pd.I

PulauPalas

17 – 07 – 1982

KADUS

HARAPAN

S1

42Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 46: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

32

3. Keadaan Sosial

a. Keagaaman

Ditinjau dari segi agama, masyarakat di Desa Pembengis 95%

beragama islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya tempat-tempat

pribadatan yang ada di Desa Pembengis. Tempat-tempat pribadatan

tersebut walaupun tidak padat dikunjungi oleh warga setiap waktu, namun

ada waktu-waktu tertentu tempat pribadatan tersebut ramai dikunjungi

warga seperti waktu maghrib dan isya‘. Untuk lebih jelasnya, jumlah

tempat pribadatan di Desa Pembengis itu ada dua mesjid dan lima

Musholla, diantaranya:

1. Jumlah mesjid : 2 buah43

2. Jumlah musholla : 5 buah

3. Jumlah gereja : - buah

4. Jumlah wihara : - buah

5. Jumlah pura : - buah

Jumlah Penduduk menurut kepemelukan Agama:44

1. Agama Islam : 3.183 Orang

2. Agama Kristen : 25 Orang

3. Agama Kristen Katolik : 16 Orang

4. Agama Budha : 2 Orang

5. Agama Hindu : - Orang

b. Pendidikan

Sesuai dengan program pemerintahan tentang wajib belajar

Sembilan tahun, maka timbullah semangat masyarakat di Desa Pembengis

untuk menyekolahkan anaknya keberbagai tempat pendidikan, sehungga

hampir data dikatakan bahwa seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah

dengan baik.

43 Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

44Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 47: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

33

Pendidikan merupakan sarana yang utama yang dapat

mempengaruhi perkembangan anak secara dinamis, baik jasmani dan

terutama rohani. Karena dalam dunia pendidikan akal dan pikiran manusia

selalu diajarkan mengenal nilai-nilai moral dan dibina untuk bersikap taat

dan setia.

Adapun masyarakat di Desa Pembengis yang tidak pernah sama

sekali mencicipi bangku sekolah atau mengecap pendidikan sangatlah

relatif kecil bila di bandingkan dengan masyarakat yang mengenyam

pendidikan. Untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan, diantaranya :

1. Jumlah penduduk tidak tamat SD / Sederajat : 442 Orang

2. Jumlah penduduk tamat SD / Sederajat : 478 Orang

3. Jumlah penduduk tamat SLTP / Sederajat : 123 Orang

4. Jumlah penduduk tamat SLTA / Sederajat : 34 Orang

5. Jumlah penduduk tamat S 1 : 12 Orang45

Adapun sebagai sarana pendidikan yang ada di Desa Pembengis

pada saat ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. TK : 3 gedung

2. SD : 1 gedung

3. SLTP/ MTS : 1 gedung

4. SLTA/MA : 1 gedung

5. TPA : 1 gedung46

45 Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

46 Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020

Page 48: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

BAB III

KONDISI SOSIO-RELIGIUS ANAK DESA PEMBENGIS

A. Kondisi Sosio-Religius Anak di Desa Pembengis

Berdasarkan data di lapangan, yakni di Desa Pembengis dapat

disajikan hasil penelitian tentang pendangkalan nilai karakter religiusitas

masyarakatnya yang ada di Desa Pembengis dapat peneliti uraikan dalam

bentuk paragraf di bawah ini:

Menurut hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Zainal Abidin

selaku Tokoh Masyarakat di Desa Pembengis, bahwa masalah bentuk-bentuk

transformasi karakter religiusitas menuju kearah pendangkalan nilai agama

yang terjadi di kalangan masyarakat Desa Pembengis ini lebih banyak

mengarah kepada pendangkalan nilai karakter religius (seperti berkelahi,

membolos sekolah, tidak mengucapkan salam ketika masuk dan keluar rumah,

tidak disiplin menjalankan ibadah sholat, minimnya minat anak dalam belajar

membaca al-qur‘an, dan sebagainya). Namun demikian, ada pula sebagian

masyarakat yang melakukan perbuatan dalam katergori pendangkalan nilai

karakter religius tingkat sedang dan berat, namun kategori ini tidak seberapa

jumlahnya.47

Dari penelusuran peneliti di lapangan, banyak peneliti jumpai beberapa

hal yang digolongkan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan ajaran

agama, dan bisa dikategorikan sebagai praktik pendangkalan religius.

Berdasarkan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi yang peneliti

kumpulkan, diperoleh beberapa perilaku yang mengarah kepada pendangkalan

nilai karakter religiusitas tersebut. Misalnya perilaku berbohong kepada

sesama.48

Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, perilaku berbohong

tersebut banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Pembengis. Fenomena ini

47

Observasi tanggal 01 Agustus 2020 48

Observasi tanggal 22 Agustus 2020

34

Page 49: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

35

peneliti temui setelah melakukan wawancara dengan Romi seorang anak di

Desa Pembengis mengakui kepada peneliti bahwasannya mereka pernah

berkata bohong kepada orang tuanya sendiri ketika mereka hendak berangkat

bertemu dengan teman-temannya untuk bermain game dengan alasan bahwa

mereka pamit untuk berangkat belajar mengaji. Hal ini sebagaimana di

sampaikan pada saat wawancara anak tersebut kepada peneliti yang

menjelaskan:

[S]aya pernah memang berbohong kepada orang tua kak. Waktu itu,

saya kepepet nan karena ingin membeli paket data untuk bermain game

online bersama teman-teman. Namun saya bingung bagaimana cari uang

untuk membeli kuota, karena pasti teman-teman waktu, mabar akan

makan-makan dan saya malu kalau tidak ada persiapan uang. Waktu

otak saya pusing, tidak tahu lagi bagaimana caranya, akhirnya terbetik di

hati saya untuk berbohong kepada Ibu untuk meminta uang iuran belajar

mengaji dirumah guru padahal memang waktu itu tidak ada pembayaran

uang. Saya terpaksa berbohong kepada ibu demi bermain bersama

teman-teman.49

Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwasanya perilaku

berbohong merupakan perilaku yang sudah sering terjadi dan dilakukan oleh

sebahagian anak di Desa Pembengis. Bahkan alasan berbohong itu pun juga

tidak jelas, yaitu hanya sekedar untuk berpoya-poya dan berkumpul bersama

teman-teman.

Selanjutnya peneliti juga mewawancarai informan yang lain untuk

menyakinkan keabsahan data di lapangan terkait dengan anak di Desa

Pembengis yang sebagian berprilaku tidak sesuai dengan hati nuraninya yaitu

dalam konteks ini adalah masih ditemukan anak yang berbohong berikut ini

hasil wawancaranya:

[S]ecara jujur memang saya mengakui pernah beberapa kali berbohong

kepada guru disekolah hal itu terjadi saat guru disekolah memberikan

PR jujur saya tidak dapat menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru

sehingga terpaksa saya harus melihat jawaban teman. Sebenarnya

49Anak Desa Pembengis , Kecamatan Bram Itam, Tanjabar , RM, wawancara,tanggal 20

Agustus 2020

Page 50: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

36

memang jawaban ini bukanlah jawaban saya sendiri tetapi saya terpaksa

dari pada dihukum oleh guru.50

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya anak

tersebut berbohong didasari oleh tekanan lingkungan yang mana dalam hal ini

ia merasa malu ketika mendapat hukuman oleh guru, sehingga dengan nekat

ia kemudian bertindak membohongi dirinya sendiri dengan cara menyalin

jawaban temannya meskipun pada dasaranya di dalam hati nuraninya dia

mengakui bahwa dia terpaksa dalam menjawab soal yang diberikan.

Dari wawancara diatas diketahui bahwasannya beberapa anak

melakukan perbuatan berbohong baik kepada kedua orang tua mereka dan

berbohong dalam hal menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru di

sekolah. Namun demikian pendangkalan nilai karakter religiusitas anak dalam

konteks berbohong itu juga terjadi terhadap teman-teman sebaya mereka hal

ini diketahui berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada salah

seorang informan yang memberikan keterangan kepada peneliti sebagai

berikut:

[K]alau boleh jujur saya pernah berbicara tidak jujur kepada teman

saya sendiri soalnya saya kesal kalau kadang teman-teman itu nanya

untuk hotspot HP saya untuk mabar game online padahalkan kuota

saya juga kritis jadi dari pada saya rugi saya bilang ke teman-teman

kalau saya tidak punya kuota padahal sebenarnya ada.

Berdasarkan keterangan wawancara ini dapat diketahui bahwasannya

pendangkalan karakter religiusitas anak terutama dalam hal prilaku

berbohong sudah terjadi dalam segala situasi baik itu saat berbicara dengan

orang tua, dengan guru di sekolah, bahkan terhadap teman sejawat mereka

sendiri. Dengan adanya situasi ini dapatlah di analisa tingkat keparahan

karakter anak sudah memprihatinkan dan memang perlu di ambil langkah

preventif dan kuratif untuk mengembalikan atau mengokohkan kembali

karakter religiusitas anak di Desa Pembengis.

50 Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, SH, wawancara, tanggal 22

Agustus 2020

Page 51: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

37

Setelah melakukan pengolahan data primer dari beberapa informan

dapat ditemukan satu fakta bahwasannya sebagian anak di Desa Pembengis

melakukan kebohongan terhadap orang tua pada teman sebaya bahkan guru

disekolah. Fakta-fakta ini bertentangan dengan teori anak yang memiliki

karakter sosio religiusitas yang kuat yang mana semestinya anak yang

memiliki karakter itu harus berprilaku sesuai dengan hati nuraninya. Hal ini

sebagai mana yang dinyatakan didalam teori yang di kemukakan oleh Doni

Kusuma yang mengatakan bahwa anak yang memiliki karakter itu harus

bertindak secara konsisten dari hati nuraninya.51

Berdasarkan observasi peneliti pada hari yang lain, ditemukan adanya

kebiasaan anak-anak di Desa Pembengis tersebut untuk berkumpul sampai-

sampai menyia-nyiakan waktu luang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Aktivitas ini selalu terjadi hampir setiap malam, kecuali apabila pada malam

hari tersebut turun hujan yang cukup deras, maka tidak ditemui beberapa

anak yang berkumpul di sudut Desa Pembengis . Lokasi tempat mereka

berkumpul ini adalah di halaman warung-warung yang sudah tutup. Mereka

kadang berkelompok hingga beberapa orang, bercengkerama dengan suara

keras apalagi di saat mereka (main bersama) game online yang pastinya akan

sangat bising. Hal ni tentu akan menggangu warga lainya yang butuh

istirahat.52

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang anak yang

ikut serta berkumpul dalam bermain game online di Desa Pembengis tersebut

mengatakan bahwa kegiatan mereka itu hanyalah sekedar hobi dan ingin

bercengkrama dengan teman-teman saja karena mereka menganggap saat-saat

mabar tersebut lebih seru sampai-sampai lupa waktu. Berikut ini komentar

informan selaku anak di Desa Pembengis:

[M]enurut saya, kegiatan kami ini tidak ada yang salah bahkan bagi

kami mabar ini sudah menjadi rutinitas. Kami merasa senang senang

saat mabar tersebut sampai-sampai lupa waktu karena kami sangat

51 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56 52

Observasi tanggal 06 Agustus 2020

Page 52: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

38

bosan dirumah saja walaupun sebenarnya banyak sekali PR-PR di

sekolah yang menjadi tidak terselesaikan.53

Berdasaran wawancara di atas diketahui bahwa dalam pandangan anak

Desa Pembengis, kegiatan mereka itu adalah kegiatan hiburan yang mereka

anggap tidak ada yang keliru dengan perbuatan berkumpul mereka itu

meskipun waktu menjadi terbuang sia-sia. Dari sini sudah cukup jelas bahwa

sebagian anak tersebut tidak mengerti dan tidak memiliki pengetahuan serta

konsep diri bagaimana cara bertindak yang benar dan dibolehkan dari

masyarakat dan mana yang tidak boleh dan melampaui batas.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada informan yang lain terkait

dengan adanya fenomena sebagian anak di Desa Pembengis yang bersikap

acuh dengan lingkungan sekitar mereka, hal ini dengan sangat jelas dapat

terlihat saat anak tersebut berkumpul untuk bermain game online secara

bersama-sama. Berikut hasil wawancara dengan informan tersebut.

[S]aya dan teman-teman hampir setiap malam melakukan kegiatan main

bersama game online yaitu Free Fire apalagi ketika hari libur seperti

malam minggu kami bisa bermain sampai larut malam dan sangking

serunya bermain kadang-kadang suara pun agak berteriak sangking

menikmati permainan. Kadang-kadang ada juga teguran dari tetangga

kami yang terganggu dengan kegiatan kumpul-kumpul bermain

bersama ini.54

Berdasarkan wawancara diatas dapat disinyalir adanya pendangkalan

religiusitas anak di Desa Pembengis dalam konteks ketidak pedulian mereka

terhadap lingkungan disekitar hal ini di indikasikan dari hasil penelusuran

dari wawancara tersebut terungkap bahwa ada beberapa kali anak di tegur

langsung oleh warga masyarakat yang terganggu dengan kebisingan yang di

ciptakan saat anak-anak di Desa Pembengis bermain game online.

Berdasarkan hasil wawancara dua informan sebelumnya dapat diketahui

bahwasannya telah terjadi pendangkalan nilai karakter religiusitas dimana

sang anak tidak memiliki kepekaan dengan lingkungan sekitar mereka hal ini

53Anak di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, TH, Wawancara, tanggal 07

Agustus 2020 54

Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, BN, wawancara, tanggal 19

Agustus 2020

Page 53: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

39

di tandai dengan adanya prilaku anak di Desa Pembengis saat mereka

bermain game online mereka tidak lagi menyadari tugas-tugas mereka

sebagai siswa denagn cara melalaikan segala perintah yang diberikan oleh

guru mereka dilingkungan sekolah bahkan tak jarang pula kondisi ini

membuat sang anak abai dengan hak-hak orang lain disekitar mereka untuk

beristirahat.55

Dari dua kondisi ini peneliti menganalisis bahwasannya telah terjadi

pendangkalan karakter yang serius pada sebagian anak di Desa Pembengis

yang perlu untuk diperhatikan solusinya agar situasi ini tidak terus terjadi

dimasa yang akan datang.

Dari paragraf diatas diketahui bahwasannya sebagian anak di Desa

Pembengis juga memiliki pendangkalan karakter religius dalam hal

ketidakpedulian mereka dengan lingkungan sekitar hal ini tentu saja tidak

bersesuaian dengan teori yang ideal dari pada anak yang memiliki karakter

yaitu semestinya memiliki kepekaan sosial yang tinggi hal ini telah di

terangkan dalam teori yang di jelaskan oleh Doni Kusuma bahwa karakter

anak yang kokoh itu salah satunya adalah memiliki kepedulian terhadap

orang lain dan terbuka terhadap pengalaman dari luar. 56

Hasil lanalisa peneliti ternayata dampak dari pada bermain game online

itu juga mengganggu tingkat emosional anak yang mana anak yang

kecanduan game online cendrung tidak dapat mengendalikan emosi mereka

hal ini diketahui melalui wawancara yang peneliti lakukan kepada salah

seorang informan sebagai berikut:

[S]aat saya bermain game online tanpa saya sadari kadang kala ucapan

saya menjadi kasar saya juga tidak tau mengapa bisa menjadi seperti ini

malahan kadang-kadang sangking kesalnya dengan game online ini

malah tangan saya refleks membanting HP ini sepontan saja terjadi dan

55 Observasi, 20 Agustus 2020

56 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56

Page 54: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

40

saya sekali lagi tidak tau mengapa dan kenapa saya bisa sampek seperti

ini sulit sekali bagi saya mau mengontrol emosi.57

Dari pernyataan anak diatas hasil analisa peneliti mendapati bahwa di

Desa Pembengis sebagian anak mengalami ketidak setabilan emosional

terutama dikalangan mereka yang cendrung permainan game online di HP

mereka. Bahkan lebih dalam dapat di analisis efek dari game online tersebut

menciptakan generasi muda yang tidak stabil dalam mengelola emosi mereka.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan ternyata kemajuan

teknologi di era revolusi industri 4.0 tidak selalu membawa efek positif bagi

manusia khususnya dikalangan anak di Desa Pembengis. Tidak jarang

dijumpai dilapangan justru kemajuan teknologi di salah gunakan oleh anak-

anak tersebut sehingga berdampak pada tidak stabilnya kondisi emosi sang

anak. Hasil analisis ini telah diperkuat melalui jawaban yang dilontarkan oleh

informan diatas.58

Dari kenyataan ini dapatlah disimpulakan telah terjadi degradasi nilai

karakter religiusitas pada sebagian anak di Desa Pembengis khususnya dalam

hal ketidak stabilan emosi yang dapat membuat terguncangnya kejiwaan sang

anak. Fenomena ini perlu dapatnya perhatian agar tidak dapat berlanjut pada

masa-masa yang akan datang.

Fenomena dari temuan diatas menunjukkan adanya pendangkalan nilai

religiusitas anak yang ditunjukkan dengan kondisi emosi yang tidak stabil

padahal secara teoritis anak yang berkarakter kuat itu menurut Doni Kusuma

adalah anak yang mampu secara konsisten mengelola emosi.59

Peneliti juga berkesempatan melakukan wawancara dengan salah

seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) di Desa Pembengis yaitu Nela Asniati yang

merupakan staff Desa Pembengis yang menuturkan bahwa anaknya NV yang

sedang duduk dibanguku SD kelas VI jika keluar masuk rumah sudah jarang

57 Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, UN, wawanacara, tanggal 20

Agustus 2020 58

Observasi, 22 Agustus 2020 59

Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56

Page 55: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

41

sekali mengucapkan salam. Hal ini menjadi kegelisahan tersenidir bagi Ibu

Nela tersebut. Berikut penuturan beliau:

[A]gak susah kak untuk sekarang ini, karena zamanya sudah berbeda

sekali ya. Anak saya aja yang di SD sekarang itu sulit sekali rasanya

untuk memberikanya pengertian. Sudah berapa kali saya mengingatkan

untuk memberikan salam kalau mau masuk dan keluar rumah, tetapi

agak sulit kak. Anak saya itu cuma sekedar nyelonong aja.Mana

ngajinya juga jarang sekarang. Apalgi semenjak ada acara sinetron

remaja di TV., aduh susah mau ngajinya lepas Maghrib itu.60

Berdasarkan wawancara tersebut di atas diketahui bahwasanya kegiatan

pengajian anak (PAMI) Ibu Nela menjadi terganggu akibat dari kemajuan

teknologi dan tayangan hiburan yang komersial di televisi. Sehingga anak

kehilangan kesadaran diri untuk mengisi waktu Maghrib tersebut dengan

kegiatan mengaji al-Quran.

Kemudian salah seorang informan lain menunjukkan adanya fenomena

ketidakdisiplinan seorang anak didalam menjalankan serta menyelesaikan

tugas-tugas pribadinya misalnya saat anak berada didalam rumah terdapat

satu fenomena adanya sebagian anak yang lalai dengan tugas-tugas harian

yang dibebankan kepadanya seperti mencuci piring kotor dan lain

sebagainnya. Berikut hasil wawancara dengan informan tersebut:

[J]ujur saja kak kadangkala sulit sekali rasanya kami untuk disiplin

dalam melaksanakan pekerjaan kecil dirumah seperti misalnya dirumah

itu saya diberi tugas mencuci piring kotor oleh mamak tapi jarang sekali

tugas itu saya kerjakan tepat waktu dan justru lebih banyak melalaikan

dalam mencuci piring kotor.61

Berdasarkan keterangan informan diatas dapat di analisis satu fenomena

sebagian anak yang tidak konsisten untuk menjalankan tugas dirumah mereka

secara disiplin dan konsisten bahkan boleh diakatakn sebagian besar anak

memiliki sikap abai terhadap nilai-nilai kedisiplinan dalam perkara-perkara

kecil dan sederhana.

60Staff Kantor Desa Pembengis,Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Nela Asmiati, Wawancara,

tanggal 21 Agustus 2020 61

Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, BA, wawancara,tanggal 09 Juni 2020

Page 56: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

42

Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwasannya anak di Desa

Pembengis tidak memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam hal mengerjakan

tugas-tugasnya padahal sesungguhnya secara teoritis sebagaimana yang di

ungkapkan oleh Doni Kusuma seorang anak yang memiliki karakter yang

kokoh itu adalah anak yang memiliki standar pribadi yang tepat, disiplin,

serta konsisten dengan standar tersebut.62

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dinyatakan diatas dapat

dianalisis bahwasannya telah terjadi degradasi nilai karakter religiusitas

sebagian anak di Desa Pembengis terutama dalam hal prilaku-prilaku anak

yang bertentangan dengan hati nuraninya seperti pristiwa sang anak yang

masuk rumah tanpa mengucapkan salam, tidak mengikuti kegiatan pengajian

Qur‘an dirumah guru ngaji mereka dan lain sebagainya. Dua kasus ini

mengindekasikan telah terjadinya pendangkalan nilai religiusitas.63

Peneliti menemukan pula perilaku pendangkalan sosio-religiusitas anak

adalah mereka yang membolos sekolah. Mereka bahkan sangat berani bolos

sekolah mengajak teman-teman yang lain. Prilaku ini biasanya dilakukan bagi

anak-anak yang rumahnya dekat denagan sekolah. Fenomena ini peneliti

dapatkan saat mewawancarai salah seorang anak yang memberikan jawaban

sebagai berikut:

[S]aya pernah bolos dari sekolah kak. Tapi agak jarang juga saya

melakukan itu hal itu pernah terjadi kebetulan saya diajak oleh teman-

teman saya bolos sekolah karena kami sudah ada janji untuk bermain

bersama di lapangan. 64

Senada dengan apa yang dinyatakan oleh HI di atas, DW juga

menyatakan kepada peneliti bahwa ia juga pernah minggat dari sekolah ketika

jadwal pelajaran belum berakhir di sekolah. Menurutnya pelajran di sekolah

membosankan sehingga ia memilih untuk pulang lebih awal dari pada

62 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56 63

Observasi, 09 Juni 2020 64

Anak di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, HI, Wawancara, tanggal 11

Juni 2020

Page 57: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

43

mengikuti saat salah seorang anak memberikan keterangannya kepada

peneliti sebagai berikut:

[S]aya memang pernah minggat kak waktu jam pelajaran masih

berlangsung hal ini kami lakukan karena saya tidak suka dengan

pelajaran mate-matika makanya saya langsung pulang saja dan memilih

untuk minggat walaupun saya tau sebenarnya perbuatan minggat ini

melanggar peraturan sekolah.65

Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwasanya DW memilih

untuk minggat dari pada menunggu pelajaran mate-matika berakhir. Karena

bagi DW pelajran tersebut membosankan dan ia pun nekat bolos sekolah dan

melanggar peraturan kedisiplinan peraturan di sekolah tersebut. Berdasarkan

pengamatan peneliti, kejadian ini memang masih banyak dilakukan oleh para

siswa-siswa SD dari Desa Pembengis lainya. Misalnya yang mengikuti DW

minggat saja biasanya adala lima orang teman-temanya.66

Kasus yang serupa juga di alami oleh seorang anak yang juga pernah

melakukan bolos sekolah dikarenakan anak tersebut memang hanya mengikuti

tren dari pada teman-temannya sekelas supaya dianggap anak yang hebat dan

gaul tanpa menyadari bahwa perbuatan tersebut tentu akan merugikan dirinya

sendiri dimasa akan datang. Adapun isi wawancara dengan informan tersebut

adalah sebagai berikut :

[B]enar sekali memang saya pribadi pernah bolos dari sekolah

dikarenakan saya ikut-ikutan denagn teman-teman lainnya yang juga

minggat dari kelas. Karena bagi saya lebih mementingkan pergaulan

karena kalau saya tidak ikut nanti dianggap tidak setia kawan. Jadi saya

minggat ini sebenarnya bukan karena bosan dikelas melainkan karena

ajakan dari teman-teman.67

Berdasarkan hasil wawancara diatas ternyata anak tersebut tidak

mengetahui konsekuensi dari tindakannya bolos dari sekolah rata-rata anak

yang bolos tersebut tidak membayangkan konsekuensi negatif yang akan

65Anak di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, DW, Wawancara, tanggal 12

Juni 2020 66

Observasi tanggal 12 Agustus 2020 67

Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, ZI, wawancara, tanggal 30 Juli 2020

Page 58: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

44

mereka terima ketika tidak mengikuti pelajaran disekolah yang mana mereka

malah mementingkan hubungan antar kelompok atau geng mereka sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data primer dilapangan

diketahui bahwasanya terdapat indikasi-indikasi telah terjadi pendangkalan

karakter religiusitas yang ditunjukkan dengan adanya fenomena anak yang

tidak mengerti arti kedisiplinan sehingga mereka lebih memilih untuk bolos

dari sekolah situasi ini tentu sangat kontras menunjukkan pendangkalan

karakter yang tentunnya perlu diambil langkah yang tepat untuk mengatasi

masalah tersebut.68

Fenomena pendangakal religiusitas di Desa Pembengis juga tampak

melalui satu perbuatan dimana sebagian anak ketika melakukan sesuatu

mengharapkan imbalan dari pekerjaan mereka itu, padahal secara teoritis

karakter seorang diakatakan kokoh saat mereka mampu untuk berbuat

kebaikan secara ikhlas tanpa mengharapkan ganjaran ataupun balasan dari

orang yang dibantunya. Fenomena ini terdapat dan terungkap melalui hasil

wawancara yang peneliti lakukan dilapangan kepada salah seorang informan

yang memberikan keterangan sebagai berikut:

[S]ebenarnya saya sering sekali diberikan tugas oleh orang tua dirumah

misalnya saat bapak menyuruh saya ke toko untuk membeli rokok saya

langsung bersegera untuk membelinya sambil didalam hati saya

berharap sekali agar bapak saya dapat memberikan saya upah untuk

membeli jajan.69

Berdasarkan wawancara diatas semakin menguatkan dugaan peneliti

tentang adanya degradasi karakter khususnya dalam aspek fenomena anak

yang meminta pamrih saat diberikan suatu tugas oleh orang lain. Padahal

sebagaimana dijelaskan dalam indikator karakter yang religius idealnya

seorang anak tidak mengharapkan apapun saat melakukan satu pekerjaan.70

68 Observasi, 04 Agustus 2020

69 Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, AA. Wawancara, tanggal 05

Agustus 2020 70

Observasi, 07 Agustus 2020

Page 59: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

45

Dari data primer diatas peneliti berhasil mengumpulkan temuan bahwa

sebagian anak di Desa Pembengis itu berprilaku meminta pamrih usai

melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka padahal secara teoritis

jelas dikatakan oleh Doni Kusuma bahwa anak yang kuat karakter

religiusitasnya adalah mereka yang memiliki kesadaran tanggung jawab

sosial dan menerimanya tanpa pamrih.71

Setelah melakukan pengumpulan data primer dan kemudian

menganalisisnya diperolehlah informasi bahwa telah terjadi pendangkalan

nilai karakter religiusitas yang beragam bentuknya dikalangan sebagian anak

di Desa Pembengis diantaranya yaitu: adanya anak yang tidak mampu

mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakannya, adapula anak yang

tindakannya bertentangan dengan hati nuraninya, adanya anak yang tidak

peduli dengan lingkungan sekitar, emosional, meminta pamrih atas perbuatan

yang dilakukan dan kurangnya pemahaman kedisiplinan bahkan adanya anak

yang tidak sadar akan pentingnya pendidikan.72

B. Faktor Penyebab Kondisi Sosio-Religius Anak di Desa Pembengis

Ruang lingkup kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi

oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang

dianggap baik oleh masyarakat. namun demikian, di tengah-tengah kehidupan

masyarakat, termasuk di Desa Pembengis masih dijumpai tindakan-tindakan

yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.

Kedangkalan karakter religiusitas yang terjadi di Desa Pembengis

khususnya yang terjadi dikalangan anak-anak disebabkan oleh faktor

psikologis yang berakar pada persoalan lingkungan di mana anak tersebut

tinggal. Hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh Ibu Syamsidar A.B kepada

peneliti sebagai berikut:

[B]egini ya kak, dalam pandangan Ibu, kondisi religiusitas di Desa

Pembengis ini cukup memprihatinkan. Ibu menjumpai kadangkala ada

71 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56 72

Observasi, 03 Agustus 2020

Page 60: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

46

beberapa anak laki-laki sudah tindak segan-segan lagi bahkan nekat

untuk mengendarai sepeda motor padahal kita tau mereka tidak akan

mungkin sudah memiliki SIM. Parah nya lagi Ibu melihat sepertinya

anak-anak tersebut merasa bangga ketika sudah bisa membawa motor

mereka tidak jarang kebut-kebutan dan bisa membahayakan pengguna

jalan yang lain. Itulah yang saya amati di Desa Pembengis ini.73

Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa perasaan bangga sang

anak saat membawa motor di jalan raya merupakan sesuatu yang hebat

padahal perbuatan itu jelas-jelas di larang dalam Norma Perundang-undangan

dan Agama. Hal ini juga dipahami sama oleh Bapak Zainal Abidin yang

menuturkan kepada peneliti sebagai berikut:

[K]alau menurut bapak, perilaku yang kurang baik, tidak memandang

orang tua lagi, memang sudah macam inilah kenyatannya. Apalagi di

zaman sekarang banyak sekali anak-anak yang sudah tidak hormat

dengan orang tua mereka sendiri apalagi yang bukan orang tua mereka

kalau kita tegur supaya tidak membawa motor di jalan raya mereka

acuh tak acuh seolah-olah tidak menganggap apa yang sudah kita

nasehati.74

Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa ternyata pendangkalan

nilai karakter religiusitas dikalangan anak di Desa Pembengis itu terjadi

dengan kesadaran bahwa perilaku itu memang salah dalam perspektif agama

dan Norma Perundang-undangan. Asusmsi ini muncul karena berdasarkan

pengamatan peneliti di lapangan, memang perbuatan-perbuatan yang

menunjukkan kedangkalan karakter religiusitas tersebut justeru dilakukan oleh

anak yang berpendidikan.75

Bapak Desman juga menambahkan pendapatnya mengenai faktor

penyebab terjadinya pendangkalan karakter religiusitas di Desa Pembengis ini

khususnya dikalangan anak-anak dikarenakan adanya krisis identitas pada diri

anak itu sendiri. Berikut pernyataan beliau kepada peneliti:

[M]enurut bapak, kelompok anak di Desa Pembengis ini memang

kelihatanya sudah kehilangan jati diri.Mereka tidak mengenal siapa diri

mereka dan kemana mereka akan melangkah. Dalam pandangan bapak,

73Guru, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Syamsidar, A.B, wawancara,

tanggal 01 Agustus 2020 74

Tokoh Masyarakat, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Zainal Abidin,

wawancara, tanggal 02 Agustus 2020 75

Hasil Observasi tanggal 03Agustus 2020

Page 61: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

47

yah mereka ini seperti anak-anak saja, dan kegiatan mereka hanya

bermain tanpa ada usaha untuk mencari kegiatan positif.76

Berdasarkan data wawancara di atas, diketahui bahwa pendangkalan

nilai karakter religiusitas terjadi akibat dari adanya krisis identitas.

Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, hal ini terjadi sebagai akibat

adanya teori yang mengatakan bahwa terjadinya pendangkalan karakter

religiusitas terjadi karena krisis identitas yang bersumber pada situasi anak,

dimana anak tersebut mulai terbentuknya perasaan dari seorang anak tersebut

selalu ingin disebarluaskan dalam kehidupan sehari-hari, dan adapun yang

kedua adalah mulai tumbuhnya identitas peran.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, pendangkalan karakter

religiusitas di Desa Pembengis ini khususnya dikalangan anak-anak ini

disebabkan oleh kurangnya kontrol diri.77

Terkait akan informasi ini, peneliti

peroleh setelah melakukan wawancara dengan H. Komaruddin yang

menuturkan kepada peneliti sebagai berikut:

[A]nak-anak di Desa Pembengis ini sepengetahuan bapak sebagian ada

yang tidak bisa membedakan tingkah laku yang pantas dengan yang

tidak pantas. Malah kadang-kadang itu, yang tahu itu tidak pantas pun

masih melanggarnya. Barangkali mereka ini anak-anak yang tidak bisa

mengontrol diri untuk konsisten dengan tingkah laku yang baik yang

sudah dia ketahui itu. Sehingga kalau ada ajakan dari temanya untuk

main di warnet misalnya, sudah lah itu, maka merekapun langsung

berkumpul di warnet sampai-sampai lupa waktu.78

Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa pemahaman dan

kesadaran akan perilaku yang tidak baik dan pengaruh dari teman sebaya

memberikan kontribusi terhadap transformasi ke arah pendangkalan nilai

karakter religiusitas khususnya di kalangan anak-anak di Desa Pembengis.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, kasus-kasus

pendangkalan nilai karakter religiusitas yang terjadi di Desa Pembengis

76Kades, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, wawancara, tanggal 04 Agustus

2020 77

Observasi tanggal 05 Agustus 2020 78

Imam Masjid, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, H. Komaruddin,

wawancara, tanggal 06 Agustus 2020

Page 62: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

48

tersebut juga terjadi disebabkan sudah tidak berjalanya lagi aktivitas sekolah

arab pada waktu sore hari selama pendemi Covid-19 ini. Hal ini secara

langsung dan tidak langsung juga mempengaruhi munculnya pendangkalan

nilai karakter religiusitas di Desa Pembengis tersebut. Informasi ini peneliti

peroleh bedasarkan penuturan salah seorang tokoh masyarakat di Desa

Pembengis sebagai berikut:

[S]aat ini saya cukup prihatin melihat keadaan anak-anak di Desa

Pembengis ini.Mereka sangat jauh sekali akhlaknya jika dibandingkan

dengan zaman bapak dahulu. Kalau zaman bapak dulu pengajian

maghrib isya itu sangat sering dilakukan. Tapi kondisinya untuk

sekarang ini sudah jauh berbeda. Entahlah apalagi sejak pendemi

Covid-19 sekolah arab di Desa ini di tutup total sehingga anak-anak di

Desa ini tidak memperoleh akses ilmu-ilmu agama akhirnya berdampak

kepada karakter religius anak yang semakin menurun.79

Menurut peneliti, pendangkalan nilai karakter religiusitas juga

disebabkan oleh : pengaruh lingkungan, kemajuan teknologi, perceraian orang

tua, atau perselisihan antar anggota keluarga juga bisa memicu perilaku

immoral anak-anak di Desa Pembengis. Sebagai penekanan, pendidikan yang

salah di keluarga pun seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan

pendidikan agama yang cukup kepada anak atau penolakan terhadap anak juga

dapat bertanggung jawab terhadap munculnya pendangkalan karakter

religiusitas di kalangan anak-anak di Desa Pembengis.80

79

Imam Masjid, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, H. Komaruddin,

wawancara, tanggal 06 Agustus 2020 80

Hasil Observasi tanggal 07 Agustus 2020

Page 63: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

BAB IV

HAMBATAN DAN UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN

KARAKTER RELIGIUS PADA ANAK

A. Faktor Penghambat Orang Tua dalam Menanmkan Karakter Anak di

Desa Pembengis

Pada umumnya di usia 6-12 tahun itu anak-anak senang bermain, dia tidak

maudiajarkan shalat wajib, bermacam alasan yang disampaikan mereka kepada

orang tuanya agar tidak mengerjakan shalat. Orang tua dalam membimbing dan

melaksanakan shalat wajib lima waktu sehari semalam. Sebab dikatakan demikian

karena ditangan ibu bapaklah akan lahir orang-orang yang berguna dan

bermanfaat bagi negara, dan di tangan ibu bapak pulalah akan lahir orang-orang

yang bertutur lemah lembut.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penelis di

Desa Pembengis, berikut ini dipaparkan beberapa kendala yang dihadapi orang tua

dalam menanamkan karakter religius shalat wajib pada anak, yaitu:

1. Lingkungan dan Pengaruh Media Sosial

Faktor lingkungan sangatlah mempengaruhi kepribadian anak, karena

anak disamping dia di lingkungan keluarga, orang tua juga tidak bisa

sepenuhnya dan tidak bisa mengelak bahwa anak juga lebih banyak

menghabiskan wakytunya dengan teman-temannya, dan pengaruh media

telivisi, handphone, internet, juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi

oleh orang tua dalam menanamkan karakter religius pada ibadah shalat wajib

pada anak di Desa Pembengis. Sebagaimana hasil wawancara dengan orang

tua bapak Lukman :

[K]endala yang saya hadapi dalam mendidik anak saya yakni

kesibukan saya, karena saya maupun istri bekerja sampai sore, jadi

sedikit waktu kami dalam memperhatikan anak terhadap pelaksanaan

shalat anak setiap hari.81

81

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Lukman,

wawancara, tanggal 22 Juni 2020

49

Page 64: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

50

Kemudian ditambahkan lagi oleh ibu farida yang memberikan

keterangan sebagai berikut:

[K]esusahan untuk meningkatkan ilmu agama terhadap anak kami,

terkadang terpengaruhnya dengan handphone, sehingga lupa semua

kewajiban.Tidak jarang omongan kami selaku orang tua tidak

didengarnya, terlebih lagi mereka sering meniru adegan-adegan di

televisi yang tidak mendidik.82

Senada dengan ibu Farida di atas, ada pula tambahan informasi dari

bapak Zainudin yang mengatakan sebagai berikut:

[A]nak kami sangat susah kalau dikasih tau, terkadang tidak jarang

mereka melawan dan membantah perkataan kami.Kadang mereka

lebih memilih bermain bersama teman-temannya.Sering juga mereka

bergaul dan meniru adegan-adegan film-film di televisi yang sangat

tidak mendidik.83

2. Background Pendidikan Orang Tua yang Rendah

Asal pendidikan orang tua merupakan hal yang penting di dalam

mendidik anak, merupakan suatu faktor yang dominan dalam mempengaruhi

pendidikan anak karena orang tua adalah lingkungan pertama anak menerima

pendidikan, apalagi pendidikan agama. Asal pendidikan orang tua banyak

mempengaruhi cara orang tua dalam mendidik anak-anaknya, karena orang

tua yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) dengan orang tua yang tamat

Perguruan Tinggi atau dengan orang tua yang hanya mengenyam pendidikan

agama, tentu berbeda-beda dalam mendidik anaknya. Hal ini dapat dilihat dari

hasil wawancara bapak Hidayat sebagai berikut:

[W]alaupun saya tidak terlalu tahu tentang pendidikan agama, tapi

saya selalu menyuruh dan membimbing anak saya untuk terus

memperdalam dan meningkatkan kualitas ibadah dan shalat wajibnya.

Baik dirumah, di mesjid, dan saya pun memasukkan anak saya ke

Taman Pengajian Alquran (TPA), karena saya tidak ingin anak saya

seperti saya.Saya memang buta dengan pendidikan agama karena dari

82

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabr, Ibu Farida, wawancara,

tanggal 23 Juni 2020 83

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Zainudin,

wawancara, tanggal 24 Juni 2020

Page 65: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

51

kecil saya tidak pernah mendapat pendidikan agama, tapi saya tidak

akan tinggal diam terhadap anak saya.84

Orang tua yang tinggal di Desa Pembengis yang tidak mengerti

tentang agama, sangat sulit sekali dalam mendidik anak mereka. Hal ini

terlihat ketika anak bertanya tentang shalat, para orang tua hanya mampu dan

dapat menyerahkan kepada guru mereka, bahkan ada orang tua yang meminta

anaknya menanyakan langsung kepada guru di sekolah atau TPA.

3. Kondisi Anak yang Malas

Satu lagi kendala yang dihadapi orang tua, yakni faktor dari anak itu

sendiri yaitu karena malas untuk melaksanakan shalat. Hal ini bisa jadi karena

anak tersebut terlalu dimanjakan oleh salah satu orang tuanya, atau dia juga

melihat orang-orang sekitarnya atau teman-teman sepermainnanya yang juga

tidak melaksanakan shalat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Mira

Fahira sebagai berikut:

[S]aya selaku orang tua rasanya sudah sering mengajar anak saya

untuk melaksanakan shalat, tetapi sampai saat ini sepertinya dia sangat

malas untuk melakukan shalat, karena semakin sering menonton

televisi, dan bapaknya pun terlalu memanjakannya. Jadi, walaupun

saya marah, dia tidak merasa takut, karena ada yang akan

membelanya.85

Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh ibu Ria…

[S]ewaktu-waktu anak saya berusia 6 tahun, dia sudah saya ajarkan

untuk shalat, saya bimbing untuk melakukan shalat, tetapi usianya

yang sekarang ini dia sangat malas untuk melaksanakan shalat,

walaupun sudah saya perintahkan, tetapi tetap saja jawabannya malas

atau capek. Rasanya saya sudah kewalahan juga menghadapi anak

saya.86

Memang ada saja hambatan atau masalah yang dihadapi oleh orang

tua dalam membimbing anak-anak mereka, terhadap masalah yang dihadapi

oleh orang tua ini, para orang tua mencoba dan terus mencoba mengatasinya

84Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Hidayat,

wawancara, tanggal 29 Juni 2020 85

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Mira Fahira, wawancara,

tanggal 01 Juli 2020 86

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ria, wawancara, tanggal

02 Juli 2020

Page 66: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

52

sehingga apabila telah sampai pada saatnya nanti. Supaya mereka tidak

disalahkan oleh anak-anak mereka.

Dari observasi yang dilakukan penulis terlihat bahwa para orang tua di

Desa Pembengis tetap mendorong dan memotivasi anak-anak mereka untuk

melakukan shalat walaupun itu dilakukan dengan memberikan hukuman

kepada anak karena mereka menganggap bahwa anak sekarang ini jika

dibiarkan tanpa hukuman mereka tidak akan menurut dalam melaksanakan

shalat. Di lain pihak ada juga orang tua yang hanya memberikan nasehat saja.

Ini semua menunjukkan bahwa orang tua yang memperhatikan anak-

anak mereka untuk meningkatkan karakter religius dalam shalat wajib akan

tetapi terus berusaha memberikan dorongan yang sangat tinggi karena orang

tua memang harus bersikap sabar dalam menghadapi anak-anaknya.

B. Upaya Orang Tua dalam Menanamkan Karakter Religius Pada Anak

Sebagai masyarakat yang mayoritas lingkungannya adalah muslim, sudah

banyak tentu corak kemuslimannya yang terlihat jelas yang tercermin dari cara

hidup masyarakat, keluarga, dan pergaulan sehari-hari, lingkungan keluarga bagi

anak yang menjadi bekal utama yang sangat menentukan dari menjadikan jaminan

dalam bermasyarakat secara lebih baik.

Perhatian orang tua jauh lebih penting karena ini mengingatkan betapa

menentukannya usaha dan pengaruh orang tua dalam membentuk sifat, watak, dan

akhlak anak-anaknya. Kedua orang tua yang paling berpedoman adalah seorang

ibu, kerena surga itu berada di bawah telapak kakinya. Ibu selalu berusaha keras

dan mencurahkan segenap perhatiannya dalam membina pelaksanaan sholat wajib

agar menghasilkan generasi yang sholeh dan sholeheh. Untuk meningkatkan

karakter religius, ibadah sholat wajib yang dilakukan oleh orang tua pada anak di

Desa Pembengis dilakukan dengan berbagai macam cara walaupun ilmu agama

mereka minim, tetapi tetap berusaha bagaimana anaknya bisa mendapatkan

pendidikan agama dengan baik, terutama ibadah sholat wajib ini. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis terlihat beberapa hal yang

dilakukan oleh orang tua dalam pengamalan agama dan akhlak pada anak sebagai

berikut:

Page 67: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

53

1. Memprioritaskan Pendidikan Sejak Dini

Yang dilakukan oleh orang tua di desa Pembengis ia memulainya

dengan mendidik anak-anaknya dari kecil, dengan memberikan contoh

menyuruh menghafal bacaan-bacaan shalat, mengerjakan gerakan-gerakan

shalat. Seperti yang di katakan oleh ibu Ita yang memberikan keterangan

sebagai berikut:

[D]i rumah saya mengajarkan sendiri anak saya, mulai dari kecil ketika

dia sudah mulai mengenal, saya mengajarkan gerakan-gerakan shalat,

nulai dari takbiratul ikhram sampai salam. Setelah itu baru saya

mengajarkan bacaan shalat mulai dari niat sampai salam.87

Ditambahkan juga dari hasil wawancara ibu Ita yang menyatkan :

[S]aya memulai dengan memberikan dan mengenalkan peralatan shalat

karena dengan adanya peralatan shalat tersebut kita jadi lebih jelas

mengajarkan cara-cara shlat apalagi bagi anak perempuan, karena

kebetulan anak saya perempuan. Jadi penting sekali. Seperti pada

waktu melipat tangan, mukena tidak harus ikut terlipat dan pada waktu

mengangkat tangan pada saat takbiratul ihram, tangan harus di dalam

mukena.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, terlihat bahwa pendidikan

dirumah merupakan pendidikan awal karena orang tualah sang pendidik awal

bagi anak dirumah, kemudian berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh

orang tua menanamkan karakter religius anaknya dalam melaksanakan shalat

dengan cara mengajak anaknya ketika akan melaksanakan shalat. Kemudian

mengjarkan bacaan sedikit demi sedikit , setelah itu mengerjakan gerakan

shalat mulai dari takbir sampai salam.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh ibu Ita sebagai berikut:

[M]engerjakan bacaan-bacaan shalat memang merupakan pekerjaan

pertama yang harus dilakukan oleh orang tua, karena bila anak belum

diajarkan bacaan-bacaan shalat maka dia akan merasa enggan

melaksanakan sahalat. Dia beranggapan untuk apa shalat kalau

bacaannya saja belum hafal, lagi pula mengajarkan bacaan-bacaan

shalat tidak membutuhkan waktu-waktu khusus, kapan saja ada

kesemapatan bisa dilakukan, tetapi kami bisa mengajarkan anak kami

87Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Ita, wawancara,

tanggal 02 Juli 2020

Page 68: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

54

sehabis shalat magrib setelah mengaji, setelah menghafal bacaannya

baru kami mengajarkan gerakannya.88

Selanjutnya ibu Ita mengatakan :

[K]ami selaku orang tua senantiasa mengajarkan bacaan-bacaan shalat

kepada anak kami bahkan mulai dari awal sekali yakni cara mengambil

air wudhu, kemudian doanya, baru kemudian diajarkan bacaan-bacaan

shalat, mulai dari niat, kemudian bacaan-bacaan yang lain. Setelah itu

baru kami mengajarkan gerakannya.

Kemudian di tambahkan lagi oleh bapak Komarudin yang mengatakan

kepada penelti sebagai berikut:

[S]aya mengajari anak-anak shalat sejak mereka berusia 6-7 tahun,

selepas mengaji saya ajarkan bacaan-bacaan dalam shalat, mulai dari

takbiratul ihram sampai salam. Cara mengajarkannya melalui hafalan

sedikit demi sedikit sampai mereka hafal benar dan tidak keliru

bacaannya dan saya juga mengajari gerakan shalat yaitu langsung

menyuruh memperaktekkannya.89

Penulis memahami bahwa pembinaan shalat terhadap anak berawal

dari keluarga, baru anak bisa melaksanakn shalat yang lebih baik itu karena

perhatian orang tuanya. Orang tua bertanggung jawab dalam hal pembinaan

serta perhatiannya dalam pembinaan pelaksanaan shalat wajib bagi anak-

anaknya usia 6 tahun sampai 10 tahun. Sejalan dengan itu kebijak yang

diberlakukan seseorang ibu dan bapak.

Dari pengamatan dan wawancara di atas dapat dilihat bahwa orang tua

dalam mendidik anaknya melaksanakan ibadah shalat diupayakan sejak kecil,

sehingga setelah dewasa anaknya akan terbiasa melaksanakan ibadah shalat

tanpa perlu diperintahkan lagi.

Orang tua di Desa Pembengis kebanyakan telah melaksanakan

kewajibannya yaitu shalat fardhu, demikianlah pula halnya dengan anak-anak

mereka, walaupun mereka tidak rutin melakukan shalat berjama‘ah, yang jelas

mereka telah berusaha dan mendidik anaknya shalat sejak kecil.

88Ibid.

89Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, bapak Komarudin,

wawancara, tanggal 09 Juli 2020

Page 69: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

55

Pada umunya anak-anak di Desa Pembengis ini masih kecil-kecil

sudah pandai shalat, namun kadang-kadang kalau anak-anaknya tidak

diperintah oleh ornag tuanya untuk shalat, mereka sering melalaikanya.Anak-

anak di Desa Pembengis ini jarang melakukan shalat atas kesadaran

pribadinya. Di samping itu juga usia anak sekitar 6-12 tahun memang

kebanyakan waktunya dihabiskan untuk bermain, sehingga kalau sudah

bermain lupa waktu shalat.

Seperti yang di katakan oleh ibu Komariah mengenai perhatian

terhadap anaknya:

[S]ejak kecil kami sudah melatih anak-anak kami, mengajar dan

mendidik anak kami tentang agama, karena takut ketika ia besar nanti

akan jadi berandalan, karena tidak mengenal ilmu agama. Oleh karena

itu kami ajari ia mengaji, shalat walaupun mereka belum hafal atau

masih terbata-bata dalam bacaan dan gerakan shalatnya.90

Dalam proses pelaksanaan shalat, ada pendidikan sekolah dan

pendidikan luar sekolah, salah satu bentuk pendidikan luar sekolah adalah

pendidikan dalam keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama

yang dilalui anak, secara langsung pendidikan anak terpikul pada orang tua,

ayah adalah pemimpin keluarga, orang tua mempunyai peranan yang penting

bagi kehidupan dan keberhasilan anaknya, orang tua bisa membina,

mengarahkan, memperhatikan dan mendidik anak-anaknya untuk

melaksanakan shalat, karena orang tua adalah pendidik pertama bagi anak dan

baik buruknya anak terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.

2. Memberi Contoh Teladan kepada Anak

Salah satu perhatian orang tua yang berada di Desa Pembengis ini

setelah dengan diajari dan dibimbing, mereka melanjutkannya dengan

ketauladanan, karena dengan demikian tentunya anak akan mendapat kesan

positif dari orang tua dan secara tidak langsung akan memberikan pengaruh

yang baik terhadap anak, dan besar kemungkinan anak akan tertarik untuk

belajar melaksanakn shalat, karena melihat orang tuanya memberikan tauladan

90 Orang tua ibu di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Komariah wawancara,

tanggal 13 Juli 2020

Page 70: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

56

yang baik, hal ini sebagaimana hasil wawancara penulis dengan orang tua

sebagai berikut:

[M]emang pada pertama-tama yang saya lakukan adalah memberikan

ketauladanan yang baik kepada anak. Dalam hal ini mengenai ibadah

shalat , tujuan saya agar tumbuh keinginan dalam diri anak saya untuk

melaksanakan shalat dan anak saya menjadi lebih termotivasi lagi

untuk belajar melaksanakan shalat.91

Kemudian ditambahkan lagi oleh ibu Sumami memberikan keterangan

sebagai berikut:

[S]aya memberikan ketauladanan kepada anak saya, untuk

memberikan contoh perbuatan dalam melakukan shalat dan lebih

mudah anak untuk belajar cara-cara shalat, setiap saya shalat anak saya

melihat saya shalat dan ia tertarik untuk melakukan shalat, sehingga

anak saya terbiasa tanpa saya suruh dan dia melakukan sendiri.92

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap orang tua ini,

ternyata dengan memberikan ketauladanan kepada anak-anak mereka menjadi

lebih mudah untuk mendidik anak mereka agar melakukan shalat, ini

dibuktikan pada saat shalat maghrib, para orang tua pada sore harinya telah

bersiap dengan peralatan shalat lengkap, baru orang tua tersebut

memerintahkan atas mengajak anak-anak mereka shalat. Hal ini ternyata

memberikan pengaruh positif terhadap anak-anak untuk melakukan shalat,

artinya anak-anak mereka langsung melaksanakan perintah orang tuanya

karena melihat orang tuanya lebih bersiap.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, mengenai

mendidik melaksanakan shalat melalui ketauladanan ternyata memberikan

pengaruh positif kepada anak-anak mereka di dalam melakukan pendidikan

shalat dan cara ini sangat efektif bagi orang tua.

Pembinaan dalam bentuk ketauladanan ini merupakan hal yang sulit

dilakukan oleh seseorang karena mencontoh atau meniru yang baik itu susah

sekali tetapi kalau meniru perbuatan buruk ini sangat mudah sekali dan

91Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Sumarni, wawancara,

tanggal 12 Juli 2020 92

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Komariah Us,

wawancara, tanggal 13 Juli 2020

Page 71: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

57

digemari orang. Ketauladanan atau uswatun hasanah ini akan dapat membina

dan membentuk watak dan kepribadian seseorang sesuai dengan ajaran-ajaran

agama Islam.

Berdasarkan wawancara dengan ibu Monalis di Desa Pembengis

menyatakan bahwa:

[D]alam rangka membina pengamalan shalat anak, orang tua harus

mengaplikasikan terlebih dahulu tatacara pelaksanaan shalat karena

merela akan menjadi contoh teladan yang baik bagi anak, semua tata

cara shalat yang benar mulai dari berwudhu sampai melaksanakan

shalat yang dilakukan orang tua akan menjadi teladan bagi anak dalam

melakukan pengamalan shalatnya.93

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa sebelum

menyuruh anak untuk melakukan shalat, terlebih dahulu orang tua

mengerjakan shalat, kemudian memberikan contoh bagi anaknya dalam

pelaksanaan shalat yang benar.

3. Orang Tua MemberikanNasehat

Nasehat pada dasarnya menyampaikan pesan dari sumbernya kepada

pihak yang memerlukannya, banyak dalam al-qur‘an berupa nasehat dan cerita

mengenai para Rasul atau Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW

yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran bagi yang mendengarkan atau

membacanya, agar meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.

Nasehat ini merupakan bentuk pembinaan yang sangat sacral dalam

membentuk kepribadian seseorang terutama dalam pembinaan pengamalan

shalat anak, nasehat dan pengajaran ini sering diberikan ketika anak bercanda

dalam shalat, lalai, dan dalam shalat bermain-main.

Seiring dengan persoalan di atas bapak Rahmat memberikan

penjelasan sebagai berikut:

[N]asehat ini langsung diberikan kepada anak yang berbuat salah dan

melalaikan kewajiban, apabila ditunggu waktu lain untuk

menasehatinya atau tidak ada pada saat itu juga, maka mengalami

93

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Iam, Tanjabar, Ibu Monalis, wawancara,

tanggal 16 Juli 2020

Page 72: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

58

kelupaan baik pada anak maupun orang tua, dan anak tentu akan

berbuat kesalahan yang serupa lagi.94

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa metode nasehat ini

langsung diberikan ketika anak berbuat salah atau menentang apa yang

diajarkan oleh orang tua, dengan tujuan supaya anak tidak membuat kesalahan

yang serupa lagi.

4. Mendidik Melalui Pembiasaan dan Latihan

Melalui pembiasaan dan latihan anak-anak akan aktif melakukan shalat

dan mereka menjadi terbiasa untuk melakukan rutinitas ibadah shalat, hal ini

dilakukan oleh orang tua, karena sebelum anak terdidik untuk mampu

melaksanakn shalat dengan baik dan benar terlebih dahulu ada pembiasaan

dan latihan yang di tanamkan oleh setiap orang tua yang artinya pada saat

mereka diperintahkan untuk shalat, mereka telah terbiasa, hal ini sebagaimana

hasil wawancara penulis dengan bapak Saifullah sebagai berikut:

[S]aya mengajarkan anak melalui pembiasaan yang merupakan

pekerjaan saya begai orang tua, saya melakukan pembiasaan dengan

cara membiasakan anak untuk melakukan shalat yang mudah dulu,

misalnya membiasakan dengan mengajaknya melaksanakan shalat

maghrib, saya beranggapan apabila dia sudah terbiasa melaksanakan

shalat maghrib maka akan mudah apabila diajak untuk shalat yang

lainnya, sepertishalat isya, zuhur, ashar, dan subuhwaktu pagi, maka

saya tetap membiasakannya walau sudah pagi.95

Lain halnya dengan pendapat bapak Rudi yang memberikan

keterangan sebagai berikut ini:

[K]ami selaku orang tua memang senantiasa mengajarkan anak

melalui latihan, dengan memperbanyak latihan anak akan terbiasa

melakukan shalat, tanpa terkecuali shalat 5 waktu, saya selaku orang

tua selalumeluangkan waktu untuk melatih anak saya untuk shalat,

bahkan mulai dari niat wudhu, cara mengambil air wudhu, kemudian

94

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Rahmat,

wawancara, tanggal 19 Juli 2020 95

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Saifullah,

wawancara, tanggal 20 Juli 2020

Page 73: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

59

doa. Baru kemudian diajarkan bacaan-bacaan shalat, mulai dari niat

dan bacan-bacaan lainnya.96

Hasil pengamatan penulis yang dilakukan pada orang tua yang berada

menunjukkan bahwa orang tua di Desa Pembengis memang melakukan

pembiasaan dan latihan kepada anak mereka terutama terlihat ketika shalat

maghrib, para orang tua sangat antusias melakukan pembiasaan dan latihan

kepada anak mereka walaupun terlihat sesekali adanya paksaan dari orang tua,

hal ini diakui oleh salah seorang dari orang tua bahwa sesekali anak dipaksa

atau diberi hukuman dan memukul anak ketika berumur sepuluh tahun, agar

mereka mau melaksanakan shalat, dan hasilnya ternyata anak mau melakukan

shalat.

Dari hasil wawancara dan observasi tersebut, maka dapat dipahami

bahwa mengajarkan melalui pembiasaan dan latihan terhadap anak dalam

melakukan shalat dipandang sangat berhasil membimbing anak untuk

melaksanakn shalat walaupum diakui ada paksaan dari orang tua.

Selanjutnya dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap

bapak Husni mengenai pembiasaan dan mengajarkan bacaan-bacaan shalat,

dapat di lihat sebagai berikut:

[S]aya membiasakan mengajarkan anak saya mulai dari umur 6 tahun

ini di sebabkan anak pada umur tersebut masih mudah untuk diatur dan

diajarkan shalat, dengan cara membawanya ke mesjid dan sesekali

saya mengajarkan anak shalat berjamaah di rumah walaupun belum

semua bacaan shalat dapat dihapalkannya, paling tidak ia sudah

mengenal tentang gerakan-gerakan di dalam shalat.97

Pembiasaan dengan bentuk pembiasaan ini merupakan tindak lanjut

dari pembinaan dalam bentuk nasehat karena nasehat yang diberikan tanpa

pembiasaan sesuatu hal atau perbuatan maka nasehat tersebut tidak akan

berarti apa-apa. Hal ini dinyatakan oleh ibu Ririn yang menyatakan bahwa :

96Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Rudi, wawancara,

tanggal 21 Juli 2020 97

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanajabr, Bapak Husni, wawancara,

tanggal 12 Agustus 2020

Page 74: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

60

[N]asehat yang diberikan kepada anak tanpa diiringi dengan

pembiasaan, maka pembinaan tidak akan membuahkan hasil seperti

ketika anak sering bercanda dalam shalat, lalu diberi nasehat pada

waktu itu, maka dengan adanya nasehat tersebut mereka terbiasa untuk

tidak bercanda dalam shalat lagi.98

Dengan adanya usaha yang maksimal dan keseriusan orang tua dalam

upaya pembinaan pengamalan shalat anak saat ini telah terlihat kemajuan yang

cukup berarti dalam pengamalan shalat anak. Rata-rata anak-anak di Desa

Pembengis sudah dapat melaksanakan shalat dengan baik, mulai dari bacaan

ruku dan sujud, ketertiban dan juga kedisiplinan waktu. Dilihat dari tata cara

pelaksanaan shalat anak secara umum, kemampuan yang dimiliki anak hampir

merata. Kemajuan pelaksanaan pengamalan shalat anak di Desa Pembengis ini

masih perlu dibina agar lebih baik lagi di masa mendatang.

Pelaksanaan pengamalan shalat secara baik dan sempurna jelas

memberikan dampak yang baik bagi perkembangan mental dan intelektual

anak, kedisiplinan dalam shalat akan member pengaruh dalam kedisipilinan

belajar, sesungguhnya dalam shalat juga berdampak pada keseriusan dalam

belajar demikian seterusnya.

Dari observasi di atas dapat dipahami, dalam meningkatkan kualitas

akhlak anak, orang tua telah berusaha sedemikian rupa demi menjadikan anak

untuk selalu dekat dengan Allah, ikhlas beramal dan berakhlak yang baik

dalam kehidupan sehari-hari.

5. Melalui Praktek Langsung

Berbeda orang tua tentu berbeda pula perhatian yang diberikannya

kepada anaknya, ada orang tua yang langsung memberikan perhatian

pelaksanaan shalat kepada anak-anaknya melalui peraktek langsung untuk

mengetahui alasan para orang tua yang lebih memilih langsung

memperaktekkan gerakan shalat dapat dilihat dari hasil wawancara penulis

dengan ibu Wiwit sebagai berikut:

98Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Ririn, wawancara,

tanggal 14 Agustus 2020

Page 75: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

61

[S]aya mengajarkan anak saya shalat dengan cara melalui peraktek

langsung, mulai dari cara berdiri yang betul dan gerakan ruku‘, sujud,

dan duduk yang benar, karena bagaimana nanti ia dapat melaksanakan

shalat dengan baik kalau gerakannya saja tidak tahu.99

Dengan demikian mengajarkan anak dengan memperaktekkan

langsung gerakan-gerakan shalat tidak kalah pentingnya dari hanya sekedar

mengajarkan bacaan-bacaan shalat, keduanya yaitu mengajarkan kepada anak

gerakan dari bacaan, karena seperti yang sudah di jelaskan di atas, agar anak

dapat lebih mudah dan cepat mengingat gerakan dan bacaannya.

Gerakan dan bacaan dapat dilaksanakan anak dengan baik, para orang

tua untuk meluangkan waktunya mengajarkan shalat kepada anak-anaknya,

untuk mengetahui intensitas perhatian orang tua dalam meluangkan waktu

mengajarkan shalat kepada anaknya, dapat dilihat pada hasil wawancara

dengan bapak Susanto sebagai berikut:

[S]aya mengajarkan anak saya seminggu tiga kali juga secara tidak

langsung mengajarkannya dengan mengajaknya berjama‘ah langsung

baik itu dilakukan di rumah maupun di mesjid. Dengan demikian anak

saya belajar dari apa yang dilihatnya, apa lagi anak saya yang baru

berumur 7 tahun, ia begitu bersemangat bila diajak shalat berjama‘ah

termasuk pada saat jama‘ah shalat maghrib di musholla.100

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar orang tua,

mendukung sepenuhnya pelaksanaan shalat bagi anak dengan baik dan besar,

yakni dengan berupaya meluangkan waktunya dengan mengajarkan anak

shalat melalui peraktek langsung.

6. Memberikan Motivasi dan Hukuman

Upaya yang harus dilakukan oleh orang tua untuk memajukan dan

meningkatkan karakter religius anak pada shalat wajib adalah dengan cara

memberi motivasi dan hukuman kepada anak. Memberikan motivasi adalah

merupakan salah satu cara untuk menimbulkan semangat belajar anak, tanpa

adanya motivasi dari orang tuanya (keluarga), maka semangat belajar anak

99Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Wiwit, wawancara,

tanggal 10 Agustus 2020 100

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Susanto,

wawancara, tanggal 19 Agustus 2020

Page 76: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

62

tidak akan tumbuh, oleh sebab itu motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan

oleh anak dalam menunjang keberhasilan belajarnya, karena semakin

bersemangatnya anak belajar dan menghapal bacaan-bacaan shalat maka akan

semakin cepat ia bisa mengerjakan shalat dengan baik, sesuai dengan

keterangan yang diperoleh dari wawancara dengan bapak Jumadi yaitu:

[K]ami sebagai orang tua selalu berusaha memberikan dukungan untuk

belajar shalat, membina, membimbing, dan memberikan saran serta

nasehat dan pujian yang berguna bagi anak.Dengan harapan dapat

menimbulkan semangat shalat anak.101

Kemampuan shalat yang dimiliki anak berubah-ubah, terkadang rajin

dan terkadang malas, oleh karena itu sebagai orang tua harus senantiasa

memberikan motivasi agar anak memiliki semangat yang tinggi untuk shalat.

Adakalanya motivasi timbul dari kesadaran anak itu sendiri, dan ada juga atas

dorongan atau pengaruh dari luar yang bersifat nasehat-nasehat, bimbingan,

hadiah dan hukuman, seperti yang di ungkapkan oleh bapak Tio sebagai

berikut:

[S]aya dalam mendidik anak selain memberikan dorongan, nasehat,

dan bimbingan kadang-kadang dengan hukuman agar anak tetap mau

shalat, karena dengan nasehat, dorongan, bimbingan saja terkadang

anak-anak tidak takut dan tetap malas, oleh karena itu dengan

hukuman seperti tidak boleh main atau tidak diberi uang jajan

nampaknya berhasil memotivasi anak-anak agar mau shalat.102

Dari wawancara di atas dapat dipahami bahwa orang tua di Desa

Pembengis pada umumnya telah berusaha semaksimal mungkin mendidik

anaknya untuk melaksanakan ibadah shalat. Anak perlu perhatian dari orang

tua tentang pelaksanaan shalat, apabila sudah berumur sepuluh tahun kalau ia

tidak mau mengerjakan shalat, maka berilah mereka hukuman, supaya mereka

mau melaksanakan shalat.

Desa Pembengis keluarganya lebih berupaya lagi untuk mendidik

anak-anak mereka agar menjadi muslim yang taat, setelah diberikan perhatian-

101Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Jumadi,

wawancara, tanggal 20 Agustus 2020 102

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatn Bram Itam, Tanjabar, Bapak Tio, wawancara,

tanggal 10 September 2020

Page 77: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

63

perhatian yang dirasakan cukup oleh orang tua, ternyata masih saja ada anak

yang belum berminat melaksanakan shalat dan karena itulah orang tua di Desa

Pembengis lebih berupaya lagi agar anak-anak mereka mau melaksanakan

shalat. Berikut penulis paparkan hasil wawancara dan observasi yang

dilakukan oleh penulis di Desa Pembengis, sebagai berikut:

7. Memasukkan anak ke TPA

Seperti yang sudah di jelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa

orang tua yang awam dengan pendidikan agama mereka memasukkan anak

mereka ke TPA yaitu, Taman Pengajian Alquran seperti yang terlihat dari

hasil wawancara dengan bapak Wahid berikut ini:

[A] lasan saya memasukkan anak saya ke TPA karena selain disana ia

belajar mengaji, dia juga belajar bacaan-bacaan shalat, belajar menulis

arab, menghapal doa-doa, dan mereka juga melaksanakan shalat

berjama‘ah. Jadi saya rasa di tempat itu anak saya sudah lengkap

menerima pendidikan agama, yang tidak bisa saya berikan secara

sepenuhnya di rumah.103

Senada dengan pendapat bapak Wahid di atas, ibu Komariah

memberikan keterangan sebagai berikut:

[A] lasan saya yakni agar anak saya bisa lebih mudah menghapal

bacaan-bacaan shalat, karena di TPA bacaan-bacaan shalat dibaca

setiap hari, jadi kalau dia selalu mendengar dia pasti lebih cepat hafal,

lagi pula dia bisa sambil belajar mengaji, ditambah lagi karena

kesibukan kami sehingga kami khawatir anak kami tidak bisa

menerima pendidikan agama lebih mendalam.104

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis di

Desa Pembengis tersebut dapat dipahami bahwa orang tua yang memasukkan

anaknya ke TPA mempunyai alasan karena di sanalah tempat yang cocok bagi

anak mereka. Karena kurangnya waktu, pengetahuan agama yang terbatas dari

para orang tua untuk mengajarkan sendiri kepada anak-anaknya dirumah.

103Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Wahid,

wawancara, tanggal 19 Agustus 2020 104

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatn Bram Itam, Tanjabar, Ibu Komariah, wawancara,

tanggal 20 Agustus 2020

Page 78: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

64

Lebih lanjut dikatakan oleh ibu Santi yang memberikan informasi

sebagai berikut:

[S]elain memberikan pengetahuan agama yang kami miliki dan

memasukkannya ke SD, kami juga memasukkan anak kami ke TPA,

karena di TPA anak juga bisa mendapatkan pengetahuan agama yang

lebih mendalam.Anak bisa belajar tentang shalat serta akan merasa

senang karena dapat belajar bersama teman-temannya.105

Jadi dapat dipahami bahwa strategi orang tua dalam mendidik

anaknya melaksanakan ibadah shalat, selain orang tua memberikannya di

rumah, mereka juga memasukkannya ke TPA. Menurut pengamatan penulis

upaya yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak melaksanakan ibada

shalat adalah dengan memasukkan anaknya ke TPA dan mengajarinya sendiri

di rumah serta belajar melalui guru mengaji. Karena masalah ibadah itu harus

melalui pendidikan dan pengajaran, hal ini disebabkan karena sebagian orang

tua sibuk bekerja dan latar pendidikan mereka yang minim, hingga

mengurangi perhatian mereka terhadap pendidikan anak. Walaupun demikian

dalam mendidik anak melaksanakan ibadah shalat, orang tua juga

melakukannya dengan semaksimal mungkin.

Pendidikan agama itu hendaknya diberikan kepada anak sejak dini.

Mulai dari bayi sampai dewasa, jika pendidikan agama tidak diberikan sejak

kecil dikhawatirkan waktu tumbuh dewasa akan sukar menerimanya.

Pendidikan agama yang diajarkan waktu kecil merupakan batu loncatan untuk

lebih mudah seorang anak menerimanya. Oleh karena itu sebagai orang tua

harus dapat memberikan pendidikan keagamaan dengan baik.

Seperti keterangan yang diberikan oleh bapak Kirun yang memberikan

keterangan sebagai berikut:

[S]aya memasukkan anak-anak ke TPA dan mengaji malam di Mesjid

untuk memperoleh pendidikan agama terutama masalah ibadah shalat

kami selalu mengontrol apakah anak-anak sudah bisa shalat apa belum,

jika sudah datang waktu shalat, kami selalu mengjak dan mengingatkan

105Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Santi, wawancara, 20

Agustus 2020

Page 79: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

65

anak untuk shalat. Sehingga anak terbiasa melaksanakan shalat dalam

kehidupan sehari-hari.106

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, kebanyakan

orang tua di Desa Pembengis ini memasukkan anaknya ke TPA. Hanya ada

sebagian kecil saja yang tidak memasukkan anaknya ke TPA, hal ini

disebabkan faktor ekonomi orang tua yang tidak mencukupi.

8. Mengajak Anak Shalat Berjama’ah

Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh orang tua dalam rangka untuk

lebih menggerakkan dan mendorong anak untuk melaksanakan shalat ialah

dengan mengajaknya shalat berjama‘ah, karena dengan demikian ia bisa

melihat bahwa orang tuanya bukan hanya bisa memerintah, tetapi juga

senantiasa melaksanakn shalat. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh

penulis dengan ibu Hindun yang menerangkan:

[U]paya yang saya lakukan terhadap anak saya yakni dengan cara

mengajaknya shalat berjama‘ah. Karena dengan demikian ia bisa lebih

mudah mengingat gerakan-gerakan shalat sekaligus lebih mudah

menghapal bacaan-bacaan shalat maupun surat-surat pendek.

Tujuannya saya mengajak anak saya shalat berjama‘ah yakni agar

menjadikan dia terbiasa melakukan shalat, karena dia melihat orang

tuanya juga melakukan shalat.107

Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa mengajak anak

untuk turut serta shalat berjama‘ah banyak sekali manfaatnya yakni agar anak

lebih mudah mengingat gerakan-gerakan shalat dan mudah menghapal

bacaan-bacaan shalat sekaligus juga mendidik anak untuk lebih terbiasa untuk

melakukan shalat.

Upaya yang dilakukan orang tua selanjutnya adalah selalu

mengingatkan anak untuk terus melaksanakan shalat apabila waktunya telah

tiba, supaya anak mudah mengingat waktu-waktu shalat dan dengan

106

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bra Itam, Tanjabar, Bapak Kirun, wawancara,

tanggal 12 Agustus 2020 107

Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Hindun, wawancara,

tanggal 01 September 2020

Page 80: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

66

sendirinya anak akan merasa kalau dirinya benar-benat diperhatikan.

Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Kosasi yang mengatakan bahwa :

[S]aya selalu mengingatkan anak aya untuk melakukan shalat lima

waktu ketika telah masuk waktu shalat, kami selalu mengingatkan

anak kami supaya melakukan shalat, sehingga dia sekarang sudah

mulai rajin melakukan shalat, sekarang apabila dia mendengar suara

adzan langsung mengambil air wudhu tanpa diperintah terlebih dahulu,

mungkin juga karena dia sudah bosan mendengar ocehan orang

tuanya.108

Dari hasil wawancara di atas, dapat di pahami bahwa mengingatkan

anak untuk melaksanakan shalat apabila waktunya telah tiba dengan cara

demikian anak menjadi terbiasa, dan menjadi sadar akan kewajibannya

sebagai orang islam. Upaya yang telah dilakukan oleh orang tua dalam

menanamkan karakter religius anak itu beraneka ragam, salah satunya melalui

ibadah shalat. Pada prinsipnya bertujuan sangat baik, yaitu menanamkan rasa

ketakwaan kepada Allah SWT, serta menjadikan anak sholeh dan sholehah

sepanjang hayat dan sebagai bekal di akhirat nantinya.

Upaya yang telah dilakukan oleh para orang tua yang tinggal di Desa

Pembengis dalam menanamkan karakter religius pada shalat wajib lima

waktu, dapat dijelaskan bahwa mereka telah berusaha semaksimal mungkin

dalam memberikan perhatian dan bimbingan dalam mendidik anak-anaknya

untuk melaksanakan dan meningkatkan kualitas shalat mereka. Walaupun

tingkat kesibukan mereka menjadi kendala dalam membimbing dan mendidik

anak mereka, tetapi hal tersebut cepat di atasi oleh para orang tua dan mereka

menyadari betapa pentingnya mendidik, membimbing dan meningkatkan

ibadah shalat anak.Karena anak merupakan amanat dari Maha Kuasa,

meskipun masih ada orang tua yang kurang memperhatikan dan tidak tegas

kepada anaknya, bimbingan orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

anak-anaknya. Oleh sebab itu orang tua harus bisa mendidik anaknya dengan

baik.

108Orang Tua di Desa Pembengis , Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Kosasih, wawancara,

tanggal 02 September 2020

Page 81: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang penulis paparkan di atas, maka sebagai

bab terakhir dapat diambil beberapa pemahaman dan kesimpulan yaitu sebagai

berikut:

1. Kondisi sosial religius masyarakat Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab.

Tanjung Jabung Barat secara umum berdasarkan data di lapangan tampak

mulai mengalami beberapa pendangkalan nilai religiusitas antara lain

seperti: adanya sikap anak yang berbohong, berkumpul tanpa adanya

tujuan yang bermanfaat, pergi keluar rumah tanpa memberi salam/doa,

tidak disiplinnya menjalankan ibadah sholat dan adanya anak yang jarang

membaca al-Quran, serta kebiasaan bolos sekolah.

2. Kendala yang dihadapi orang tua dalam menanamkan karakter religius

pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat

antara lain adalah sebagai berikut: Adanya pengaruh lingkungan dan

dampak negative dari media social, adanya background pendidikan orang

tua yang mayoritas masih rendah, dan adanya faktor kemalasan dari dalam

diri anak itu sendiri.

3. Upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam menanamkan karakter religius

pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat

antara lain dengan melakukan beberapa hal, yaitu: Memprioritaskan

pendidikan sejak dini, memberikan contoh teladan kepada anak, orang tua

memberikan nasihat, mendidik melalui pembiasaan dan latihan, melalui

praktik langsung, memberikan motivasi dan hukuman yang mendidik,

memasukan anak ke Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), dan mengajak

serta selalu mengingatkan anak untuk disiplin shalat.

Page 82: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

68

B. Implikasi Penelitian

Setelah peneliti menyimpulkan pembahasan yang ada di skripsi, ada

baiknya peneliti menyampaikan saran-saran untuk orang tua agar dalam

menanamkan karakter religius pada anak bisa berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

Semua orang tua harus terus berusaha mendidik dan membina anak untuk

menanamkan karakter religius pada shalat wajib. Dan senantiasa membiasakan

anak untuk terus sholat wajib. Kepada semua orang tua dan yang ada dalam

lingkungan Desa Pembengis jangan putus asa dan pantang menyerah, terus

bersabar denagn kasih sayang dalam membimbing, menasehati anak dan lebih

meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan-keluhan anak yang cerdas

dan berakhlakul karimah. Mengingat pentingnya orang tua yang menangani

masalah kedisiplinan ini orang tua hendaknya bekerjasama dengan instansi terkait

untuk menambah pengetahuan, dan mmberikan kesempatan kepada anak yang ada

untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dalam shalat agar persoalan-persoalan anak

dapat diatasi dengan baik.

C. Kata Penutup

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, serta

shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, karena

atas rahmat, dan karunia dan Izinnya lah skripsi ini dapat terselesaikan kendati

cukup banyak rintangan namun dengan rahmat-Nya dapat terlaksana dengan

lancar. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini banyak sekali

ditemui kekurangannya, baik dalam penulisan ataupun pemikiran, suku kata,

pembahasan yang menurut penulis bukan suatu hal yang disengaja, akan tetapi

karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis.

Jambi, September 2020

Siti Zuhratunnisa

UB 160253

Page 83: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

69

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, 2006, Pustaka Agung Nurharaha.

Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan

Eksistensi.(Malang:UIN Malang Press, 2007), hal. 83.

Fatuhurohman, M. Budaya Religius dalam Peningkatan Mutu.(Yogyakarta,

Kalimedia) ,2015.

Friedman, Howard.S dan Miriam, W.Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan

Riset Modern. (Jakarta:Erlangga),2006

Hasa, Tholah M, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia , ( Jakarta,Lantabora

Press,2003

Herlina, Bibiliotrapy Mengatasi Masalah Anak dan Remaja, (Bandung: Pustaka

Candikia Utama, 2013),hal. 1

Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa:

Pedoman Sekolah, (Jakarta: Balitbang, 2010), h. 9

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014

Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Agama: Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002

Soekanto,Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja GrafindoPersada .

2004.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2014

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet Ke-3, hal.308.

Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Jambi:Fakultas Ushuluddin

IAIN STS Jambi, 2016

Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, (Jakarta: RajawalPers,

2012), hal 11

Ulwah, A. Nashih Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta:2013 Khatulistiwa

Press, hal 34

Page 84: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

70

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Puataka: Amirko

1984), hal.25

Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Yayasa Al-

Sofwa, 1997), hal. 10

Yusuf, L N, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

(Bandung : Remaja Rosdakarya).hal.13

Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.

Page 85: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

71

DATA INFORMAN

NO NAMA KETERANGAN

1 Muhammad Tahir Kepala Desa

2 Rafsyan Jani Sekertaris Desa

3 DW Anak

4 HI Anak

5 RM Anak

6 TH Anak

7 Syamsidar Guru

8 H. Komaruddin Imam Mesjid

9 Hidayat Orang Tua

10 Husni Orang Tua

11 Jumadi Orang Tua

12 Kirun Orang Tua

13 Lukman Orang Tua

14 Rahmat Orang Tua

15 Rudi Orang Tua

16 Saifullah Orang Tua

17 Susanto Orang Tua

18 Tio Orang Tua

19 Wahid Orang Tua

20 Zainuddin Orang Tua

21 Farida Orang Tua

22 Hindun Orang Tua

23 Ita Orang Tua

24 Komariah Orang Tua

25 Komariah Orang Tua

26 Kosasih Orang Tua

27 Monalis Orang Tua

28 Ririn Orang Tua

Page 86: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

72

29 Santi Orang Tua

30 Sumarni Orang Tua

31 Wiwit Orang Tua

32 Mira Fahira Orang Tua

33 Zainal Abidin Tokoh Masyarakat

Page 87: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

73

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

“UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER RELIGIUS

PADA ANAK DI DESA PEMBENGIS KECAMATAN BRAM ITAM

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT”

A. Instrumen Pengumpulan Data di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

NO JENIS DATA METODE SUMBER DATA

1.

Letak geografis

Desa Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Observasi

Dokumentasi

Wawancara

Setting

Dokumentasi

Geografis

Wakil Sekdes

kantor Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

2.

Sejarah Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Wawancara

Dokumentasi

Kepala Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Dokumen Sejarah

Desa Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

3.

Visi, dan Misi, Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Dokumentasi

Dokumen Visi, dan

Misi, Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

4.

Struktur Organisasi

Desa Pembengis

Dokumentasi

Bagan Struktur

organisasi Desa

Page 88: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

74

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

5.

Kondisi lingkungan

RT 05 Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Observasi

Wawancara

Ketua RT 05 Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

6.

Upaya orang tua

dalam menanakan

karakter religius

pada anak di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Orang tua di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Guru ngaji di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

7 Kegiatan

Keagamaan di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Dokumentasi Guru ngaji di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

B . Panduan Observasi Panduan Observasi di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung Barat

NO JENIS DATA OBJEK OBSERVASI

1.

Letak Geografis

Desa Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung Jabung Barat

Keadaan dan Letak Geografis Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

2. Kondisi lingkungan

RT 05 Desa

Pembengis

Keadaan lingkungan Desa Pembengis

Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung

Barat

Page 89: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

75

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

3. Upaya orang tua

dalam menanamkan

karakter religius

pada anak di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung Jabung Barat

Upaya yang di lakukan orang tua dalam

menanamkan karakter religius di Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

C . Panduan Dokumentasi

Panduan Dokumentasi di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

NO JENIS DATA DATA DOKUMENTER

1.

Letak Geografis

Desa Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung Jabung Barat

Data Dokumentasi letak geografis Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

2.

Sejarah Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Data dokumentasi tentang sejarah Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

3.

Visi, dan Misi, Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Data dokumentasi tentang visi, dan misi Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

4.

Struktur Organisasi

Desa Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Data dokumentasi tentang struktur organisasi

dan kepengurusan pada Desa Pembengis

Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung Barat

Daftar nama pimpinan di Kantor Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

Daftar riwayat pimpinan Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung Barat

Page 90: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

76

Data-data lain yang dibutuhkan

5.

Upaya orang tua

dalam menanakan

karakter religius

pada anak di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Data dukumentasi pada orang tua saat di

wawancarai oleh peneliti

6. Kegiatan

Keagamaan di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung Jabung Barat

Data dokumentasi tentang kegiatan

keagamaan di Desa Pembengis Kec.Bram

Itam Kab.Tanjung Jabung Barat

D . Butir- butir Wawancara

Butiran-butiran Wawancara di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung

Barat

NO JENIS DATA SUMBER DATA DAN SUBSTANSI

WAWACARA

1.

Letak Geografis di

Desa Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Kepala desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat :

Bisa dijelaskan letak geografis Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat?

2.

Sejarah Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Kepala desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat:

Bagamaina sejarah yang melatar belakangi

berdirinya Desa Pembengis Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung Jabung Barat?

Page 91: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

77

4.

Kondisi lingkungan

RT 05 Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Ketua RT 05 Desa Pembengis Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung Jabung Barat:

Berapa jumlah anak 6-12 tahun di 05 Desa

Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung

Jabung Barat

Faktor Apa saja yang menjadi kendala orang

tua dalam menanamkan karakter religius di

lingkungan RT 05 Desa Pembengis ini?

3.

Upaya orang tua

dalam menanamkan

karakter religius

pada anak di Desa

Pembengis

Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung

Jabung Barat

Orang tua Desa Pembengis Kec.Bram Itam

Kab.Tanjung Jabung Barat:

Bagaimana menurut bapak/ibu untuk

menanamkan karakter religius di Desa

Pembengis ini?

Apa saja faktor yang bapak/ibu hadapi dalam

menanamkan karakter religius pada anak?

Bagaimana upaya yang bapak/ibu lakukan

dalam mengatasi kendala dalam

menanamakan karakter religius pada anak?

Page 92: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

78

DOKUMENTASI

Page 93: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

79

Page 94: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

80

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Siti Zuhratunnisa

Jenis Kelamin : Perempuan

Temapat/Tgl Lahir : Kuala Tungkal/ 19 Desember 1999

Alamat : Jl. Manunggal II RT. 08 Kel. Tungkal II Kec.

Tungkal Ilir

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat Email : [email protected]

No Kontak 081259105142

Pengalaman-pengalaman

Pendidikan formal

1. MI Hidayatul Ikhsan 2010

2. Mts Negeri Kuala Tungkal 2013

3. MAN 2 Kuala Tungkal 2016

Motto Hidup:

―Semakin banyak belajar semakin kita sadar bahwa masih banyak yang belum

kita ketahui.”

Jambi, September 2020

Penulis

Siti Zuhratunnisa

NIM: UB 160253

Page 95: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …

81

JADWAL PENELITIAN

Kegiatan

Desember Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penulisan Draf

Proposal

x

x

X

2 Konsultasi dg

kajur/prodi dan

lainnya untk fokus penelitian

x

x

x

x

3 Revisi Draf

Proposal

X x

4 Proses Seminar

Proposal

x

x

5 Revisi Draf Proposal Setelah

seminar

x

x

6 Konsultasi dg Pembimbing

x x

7 Koleksi Data x

8 Analisa dan Penulisan Draf

Awal Skripsi

x

9 Draf Awal dibaca pembimbing

x

1 0

Revisi Draf Awal x

1 1

Draf Dua dibaca

pembimbing

x

1 2

Revisi Draf Data x

1

3

Draf2Revisi

dibaca

pembimbing

x

1 4

Penulisan Draf Akhir

x

1

5

Draf Akhir

Dibaca Pembimbing

x

1 6

Ujian Munaqasah x

1

7 Revisi Skripsi Setelah Ujian

Munaqasah

x

2 0

Mengikuti Wisuda

x

Page 96: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …
Page 97: UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER …