upaya orang tua dalam menanamkan karakter …
TRANSCRIPT
UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER
RELIGIUS PADA ANAK DI DESA PEMBENGIS KECAMATAN
BRAM ITAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S.1) Jurusan BPI
Fakultas Dakwah
Oleh:
Siti Zuhratunnisa
NIM: UB 160253
BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDIN
JAMBI
2020
DzDlAnazaPuw UM.ARum
Alamat : Fakultas Dakwab
UIN STS Jamiii Jl. Raya Jambi-Ma:Bulian Simp.Sungai Duren
Muaro Jambi
Jambi, 28 September 2020
Kepada Yth. Bapak Dekan
UIN STS Jambi di-
NOTA DINAS
AssaIamu’aIaikum W . W.
Setelah membaca dân mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat .bahwa Skripsi saudari Siti Zuhratunnisa dengan judul “Upoya OrangTuo Dalam Menana n Karakter Religius Pada Anak di Deka #emñettgis Kecamaian Bram Itâm Kabupaten Tanjung Jabung Barat” telah dapat diajukan untuk dimunaqashahkan sebagai salnh satu syarat untuk .memperoleh gelar Saijana Strata Satu (S1) Jurusari Bimbin8an dan P nyuluhan Islam Fakultas Dakwah UIN
STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/lbu, Semoga bemianfnat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa
Wae8aIamu’alaikum Mr.Wb.
Pembimbing I,
Dr.D:I. Ansusa. Putra. Le.M.A:Hum
NIP.1986l21520l10l 11004
NIP. I:96202061983031007
li
Dr.
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Nama : Siñ Zuhratunnisa Nim : UB160253 Tempat/Tanggal Lahir : Kaala Tungkal, 19 December 1999 Alamat : JI. Manunggal H RT. 08 Kel. Tungkal Il Kec. Tungkal
Ilir, Kab. Tanjung Jabuiig Barat
Dengan menyatakan dengan sesurigguhnya bahwa Skripsi yang bequdul “ f /payâ Orang to Dalam MenanamLan &araIaer Religius Pads Anal dI Desa Pembengic f& amatan Brim i tnm Kabuy wm Tanjun8 labs Baref" adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan — kutipan yang telah disebutkan suaibemya sesuai ketentiian yang berlaku. Apabila di kemudian hari temyata pemyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas DaLwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gclar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.
Demikianlah Surat Pemyataan Int saya ñunt :dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan snperltinya.
, 28 September 2020
en is
Abdullah Yttnus. M.Pd. I
I NIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTBAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PAKULTAS DAKWAH JalsJj Raya Jambi-Ma. BulianSimp. Sungai Duren Telp. (0741) 582020
PENGESABAN
Skripsi yang dimlis oleh Siti Zuhratunniss NIM UB.160253 dengan judul"
Upaya Orang Tua Dalam Menanamkan Karakter Religius Pada Anak di Desa
Pembengis Kecamatan Bram ftam Kabupaten Tanjung Jabung Baratyang
dimunaqasyahkan oleh Sidang Fakultas Dakwah UIN STS Jambi pada:
Hari : Selasa
Tanggal 24 November 2020
Jam : 15.00 — 16.00 WIB
Tempat : Pelaksanaan Ujian Online dengan Aplikasi Zoom
Telah diporbaiLi sobagaiiriana hasil sidang Munaqasyah di atas dan telah
diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (SI ) Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah
UIN STS Jambi.
Ketua Sidang
Jarhbi, 24 November 2020
TIM PENGUJI
: Dr. Jamaluddin. lxl.Ug
Sekretaris Sidang : .4hdiyat Mahendra M.Himi
Penguji I
Penguji II
Ors. M. Saripuddin, M.Pd.I
: AfriansyalL M.Sf
Pembimbing 1 : Dr. D.l. Ansusa Putra, MA
Pembimbing II (
KATA PENGANTAR
Bismillultirrahmanirrahim.
Segala puji serta iasa syukur yang sedalam-dalamnYa penulis haturkan
khadirat Allah SWT. Yang. telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penvusunañ skripsi ini. Shalawat beserta
salam senantiasa tercurali kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW
yang mengantarkan mantisia dari kegelapan ke mman yang temng bendemng.
Skripsi ini .disusun untuk memenuhi salah satu syarat untub memperoleb gelar
strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri.
Penulis menyadari mengenai penulisan ini tidak bisa terselesaikan ,tanpa
pihak pihak yang mendukung .baik secara moril dan juga materil. Maka, Penulis
zoeziyempatkao banyak-banyak teriota kasib kepada pihaL-pihak yaog membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini terutama key:
1. Bapak Prof. Dr. l-L Su‘aidi, M.A Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifiiddin Jambi. ,
2. Ibn Dr. Rofiqah Fera ti, SE, M selaku Wakil Rek9or II Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saituddin Jambi.
3. Bapak Dr. Bahnil Ulum, S.Ag., MA selaku Wakil Rektor III Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Zulqarnain, lVLAg selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.
S. Bapak Dr. D.I. Ansusa Putra, I\JA selaku Wakil Dekan I Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.
6. Bapak Arfan Aziz, LSoc.Sc.Ph.D selaku Wakil Dekan Il Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.
7. Bapak Dr. Sahmin Batubara, M. Hl selaku Wakil Dekan III Fakultas
Dakwab Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Jambi.
8, Bapak Dr. Abdullah Yunus, lVLPd.I selaku Ketua Pmdi lBimbingan
Penyuluhan Islam.
vii
9. Bapak Ahdiyat Mahendra, M.Huin selaku Sekretaris Prodi Bimbingan
Penyuluhan Islam.
10. Bapak Dr. D.1. Ansusa Putra, MA. seiaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Abdullah Yunms. M.Pd.l selaku Pembimbing II yang selalu membimbing
dan memotivasi de;ni kesempumaan skripsi ini.
11. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dabwah UIN STS Jamñi yang
sudah berkenan memberikan pengetahuan yang sangat sangat bermanfaat
selama masa perktiJiahan.
12. Segenap staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Fakultas Dakwah
UIN STS Jambi yang berkenan memberikan bantuan kepada penums.
13. Kepala Perpustakaan UIN STS Jambi, serta Bapak Kepala Perpunakaan
Wilayah Jambi.
14. Bapak Muhammad Tahir selaku Kepala Desa Peeibengis Kec. Bram Itam
Kab. Tanjung Jabung Barat.
l5. Kepada seluruh masyarakat di Desa Pembengis yang terkait di dalam
skripsi ini.
16. Seluruh teman-teman• angakatan terutama urituk kelas A Bimbingan
Penyuluhan Islam Angkatan 2016 yang senantiasa mengisi hari-hari
penulis menjadi sangat menyenangkan.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pilmk atas segala doa
dan dukungannya semogn Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, mernbalas semua
kebaikan yang sudah mereka benkan kepada penulis. Aami in.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih banyak kepada seluruh
pihak yang membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, taufik dan
karunianYa dalam setiap kebaikan kita serta .diberikan balasan oleh-Nya.Aamiin.
Jazabi, 28 September 2020
viii
MOTTO
او د ع لاو ا ى لع ن
و ق تلاو او نو اع ت ل و ث ل
ى
لا ى لع
او نو اع تو ... بر
: ةد ئ ما
٢ (
( ب
ل ٱ
ش ع لا د يد
لل ا اوق تاو لل ا ن إ اق
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
(Al Ma’idah : 2).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisi upaya
orang tua dalam membentuk karakter religius pada anak. Karakter religius
sangat di perlukan supaya anak mempunyai jiwa religius, karakter religius
disini dapat di bentuk dengan pembiasaan,member nasehat dan melalui
praktek langsung. Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah
―Upaya orang tua dalam menanamkan karakter religius pada anak di Desa
Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat?‖ dan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya orang tua dalam
menanamkan karakter religius pada anak di Desa Pembengis Kecamatan
Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Adapun sumber datanya di peroleh dari data primer yaitu ketua
RT 05, orang tua, anak-anak umur 6-12 tahun, dan dokumen-dokumen. Serta
uji keabsahan datanya menggunakan trianggulasi.
Faktor-Faktor Yang Menjadi kendala yang di hadapi orang tua dalam
menanamkan karakter religius pada anak di Desa Pembengis Kecamatan
Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah Adanya pengaruh
lingkungan dan dampak negatif dari media sosial, adanya background
pendidikan orang tua yang mayoritasnya masih rendah, dan adanya faktor
kemalasan dari dalam diri anak itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa orang tua di Desa Pembengis melakukan berbagai
upaya dalam menanamkan karakter religius anak, yaitu dengan
memprioritaskan pendidikan anak sejak dini, memberikan contoh teladan
kepada anak, memberikan nasehat, mendidik melalui pembiasaan, melalui
praktek langsung, memberikan motivasi dan hukuman yang mendidik, dan
memasukkan anak ke TPA.
Kata Kunci: Upaya, Orang Tua, Penanaman Karakter.
iii
PERSEMBAHAN
Puji syukur Penulis ucapkan tiada henti-hentinya atas khadirat Allah SWT,
dimana berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, karena dari beliaulah penulis mendapatkan karunia ilmu dan
sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu, sumber
segala kebenaran yaitu Allah SWT, dengan mengharap rahmat dan ridho-
Nya dengan penuh keyakinan dan ketetapan hati, kupersembahkan skripsi
ini kepada
Ayahandaku M. Nawawi dan Ibundaku Nurasiah yang telah membimbing,
mendidik dan memberikan dorongan motivasi serta do‘a dan kasih sayang
dengan penuh kesabaran, keikhlasan perjuangan dan dengan tetesan
keringat sertajerih payah demi tercapainya cita-cita untuk buah hatinya ini.
Teruntuk kakakku tersayang (Nur wahidah dan Asmaridha ), terimakasih
atas segala kasih sayang, motivasi dan dukungan nya selama ini kepada
saya , adikku (Nurilia faiza dan M.Hasbi Assiddiqi ), terimakasih sudah
selalu mendukung dan member kekuatan. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan keberkahan dan kesuksesan untuk kalian.
Aamiin ya rabbal‘alamiin…
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
NOTA DINAS ............................................................................................. ii
MOTTO ...................................................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Permasalahan.......................................................................................... 4
C. Batasan Masalah..................................................................................... 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 4
E. Kerangka Teori ....................................................................................... 5
F. Metode Penelitian................................................................................... 21
G. Studi Relevan ......................................................................................... 26
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis dan Geografis Desa Pembangis ................................................ 28
B. Visi dan Misi Pemerintahan Desa Pembengis ....................................... 31
C. Struktur Organisasi Desa Pembangis ..................................................... 31
D. Keadaan Penduduk Desa Pembengis ..................................................... 33
BAB III KONDISI SOSIO-RELIGIUS ANAK DESA PEMBENGIS
A. Kondisi Sosio-Religius Anak di Desa Pembengis ................................. 37
B. Faktor Penyebab Kondisi Sosio-Relgius Anak di Desa Pembengis ...... 41
vii
BAB IV HAMBATAN DAN UPAYA ORANG TUA DALAM
MENANAMKAN KARAKTER RELIGIUS PADA ANAK
A. Faktor Penghambat Orang Tua dalam Menanamkan Karakter
Anak di Desa Pembengis ....................................................................... 45
B. Upaya Orang Tua dalam Menanamkan Karakter Religius pada
Anak di Desa Pembengis ....................................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 63
B. Implikasi Penelitian ................................................................................ 64
C. Kata Penutup .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 65
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 67
LAMPIRAN ................................................................................................ 68
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
1s 2 3
Tidak dilambangkan ا
B ب
T ت
Ts ث
J ج
ḥ h (titik bawah) ح
Kh خ
D د
Dz ذ
R ر
Z ز
S س
Sy ش
ṣ s (titik bawah) ص
ḍ d (titik bawah) ض
ṭ t (titik bawah) ط
ẓ z (titik bawah) ظ
Koma terbalik di ‗ عatas
Gh غ
F ف
Q ق
K ك
L ل
M م
N ن
W و
H ھ
La لا
Apostrop ء
Y ي
1. Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin Keterangan
A -
I -
- U ۥ
2. Vokal Rangkap
Tanda Huruf Latin Keterangan
- Ay ي .....
- Aw و .....
Contoh: حسين : Husayn
3. Maddah
Tanda Huruf Latin Keterangan
 a dan garis di atas ا
Î i dan garis di atas لى
Û u dan garis di atas لو
4. Ta‘ Marbutah
ةرلموالمدينةا
: al-Madînah al-Munawwarah
Fâtimah : فاطمة
بيةرلتارةزاو : Wizârat al-Tarbîyah
5. Shaddah
بنار : Rabbana
لنز : Nazzala
6. Kata Sandang
لشمشا : al-Syams
ملقلا : al-Qalam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Religius menurut islam adalah melaksanakan ajaran agama atau berislam
secara menyeluruh. Maka karena itu, setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap
maupun bertindak diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan aktivitas
ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun seorang muslim diperintahkan untuk
melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.1 Pembinaan religius
menjadi sangat penting bagi kehidupan, terutama generasi muda atau generasi
penerus. Keyakinan agama berfungsi untuk membangun kesadaran anak tentang
adanya Tuhan dan hubungannya dengan pencipta.
Anak-anak mempunyai perkembangan kognitif yang akan mempengaruhi
perkembangan moral yang ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami
aturan, norma dengan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral
terlihat dari prilaku moralnya di masyarakat yang menunjukkan kesesuaian
dengan nilai moral di masyarakat. Prilaku moral ini banyak dipengaruhi oleh pola
asuh orang tuanya serta prilaku moral dari orang-orang sekitarnya. Perkembangan
moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak. Pola
pikir seorang anak akan mempengaruhi prilaku yang dituangkannya dalam
kehidupan atau aktifitas sehari-hari, dan dibutuhkannya orang-orang dewasa
seperti orang tua untuk memantau selalu perkembangan prilaku anak.
Sejak kecil anak-anak diajarkan tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja
keras, disiplin, peduli, adil, dan bertanggung jawab. Akan tetapi, dalam
kesehariannya anak-anak tidak dibiasakan untuk memiliki sikap dan prilaku
tersebut. Pengembangan karakter anak memerlukan pembiasaan dan keteladanan.
Anak harus dibiasakan untuk selalu berbuat baik dan malu melakukan kejahatan,
berlaku jujur dan malu berbuat curang, rajin dan malu bersikap malas. Perubahan
1Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Agama: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002), hal 297.
1
2
sikap dan prilaku dari bertindak kurang baik untuk menjadi lebih baik tidak
terbentuk secara instan. Perubahan tersebut harus dilatih secara serius dan
berkelanjutan agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Karakter adalah sesuatu yang baik, misalnya terkait dengan sikap jujur,
toleransi, kerja keras, adil, dan amanah. Akan tetapi, tanpa disertai iman yang kuat
kepada Allah, karakter tersebut mungkin akan melampaui batas-batas ajaran
agama dalam hal ini agama Islam. 2
Pengembangan karakter harus dikaitkan dengan pengakuan dan kebesaran
Allah. Anak perlu diajarkan bahwa agama menganjurkan agar semua orang harus
memiliki sikap dan prilaku yang baik terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Hal
penting yang harus dilakukan oleh orang tua adalah menunjukan keteladanan yang
konsisten antara sesuatu yang diajarkan dengan sesuatu yang dilakukan. Misalnya,
ketika mengajarkan anak untuk menepati janji, dan orang tua harus menjadi
contoh dan teladan dalam menepati janji.
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi
seseorang, serta orang tua sebagai kuncinya. Pendidikan dalam keluarga terutama
berperan dalam perkembangan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai
keagamaan, dan moral, serta keterampilan sederhana. Pendidikan dalam konteks
ini mempunyai arti pemberdayaan, yaitu proses sosialisasi dan kulturasi secara
berkelanjutan dengan tujuan untuk mengantar anak agar menjadi manusia yang
beriman, bertaqwa, berakhlak luhur, tangguh mandiri, kreatif, inovatif, beretos
kerja, setia kawan, peduli akan lingkungan dan lain sebagainya.3 Masa depan
anak-anak tentunya akan dipengaruhi oleh faktor keluarga. Pembentukan moral
dan karakter religiusitas yang baik akan menghasilkan masa depan yang baik bagi
anak-anak. Anak-anak akan menjadi pintar, sholeh, dan sholehah tentunya
didorong dengan fasilitas-fasilitas pembelajaran dari orang tua.
Sebagaimana sabda dari Abi Humairah Rodhiyallahu‘anh, ia berkata
bahwa rasulullah bersabda:
2Ibid, hal 8.
3Hasa, Tholah M, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia , ( Jakarta,Lantabora
Press,2003), hal 48.
3
و أ ه ن سا
م
ج
أ ه و
اد
ن
ه
و
ب أ ف
هاو
،ة رط
ل ا
ع ف
ى ل
و
ل
د
د و لو م لك
ن )ملسمو رياخبلا ثيحادأ( هن ارص
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang
tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”( H.R
Bukhari dan Muslim).”
Salah satu tanggung jawab orang tua adalah menghindarkan anak-anaknya
agar tidak terjerumus dalam tindakan moral, maka dari itu pendidikan agama
sangat di perlukan anak dalam bersikap dan sifat religi juga harus ditanamkan
agar apa yang telah diajarkan oleh agama dapat tertanam didalam hati mereka
juga. Sering kali terlihat penerapan agama tanpa di iringi dengan penanaman
makna agamanya maka anak sering kali mengabaikannya dan sehingga cendrung
membuat sifat anak sangat sulit memahami makna apa yang telah ditanamkan
oleh orang tuanya. Hal ini dikarenakan anak tidak merasa mempunyai beban
moral bila melakukan tindakan yang kurang terpuji. Untuk mengantisipasi hal
tersebut orang tua mempunyai andil yang besar dalam pembentukan karakter anak
karena orang tua sangat bertanggung jawab penuh atas pendidikan agama
terhadap anak-anaknya.
Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
masyarakatnya mayoritas beragama islam, serta mempunyai adat istiadat yang
islami. Namun demikian berdasarkan pengamatan penulis sementara terlihat
bahwa anak yang ada di Desa Pembengis kurang mengamalkan ajaran islam, hal
ini terlihat dari tingkah laku para anak tersebut dalam kehidupan sehari-hari yang
cenderung tidak mengerjakan sholat 5 waktu, ini terlihat ketika waktu magrib
sudah datang mereka masih asik bermain, dan ketika sedang sholat berjamaah di
masjid mereka mengganggu orang lain.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis dilokasi penelitian ada
5 dari jumlah populasi anak di RT 05 Desa Pembengis yang mengalami beberapa
bentuk prilaku yang menimbulkan kemerosotan moral anak antara lain seperti
malas shalat, suka membantah apabila diperintahkan untuk shalat, jarang mengaji,
4
dan tidak mau mendengarkan perintah orang tua. Oleh karena itu, berdasarkan
uraian latar belakang di atas penulis mengambil penelitian yang berjudul “Upaya
Orang Tua Dalam Menanamkan Karakter Religius Pada Anak Di Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat”.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah
―Bagaimana Upaya Orang Tua dalam Menanamkan Karakter Religius Pada
Anak di Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat”.
Dalam upaya mengkongkret pokok masalah tersebut, beberapa masalah
yang akan di angkat melalui karya ini adalah :
1. Bagaimana kondisi sosial religius anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam
Kab. Tanjung Jabung Barat?
2. Apa saja faktor-faktor yang dihadapi orang tua dalam menanamkan karakter
religius pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung
Barat?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam menanamkan karakter
religius pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung
Barat?
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan
semula, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu: penelitian ini difokuskan
pada persoalan sholat lima waktu dan akhlak pada anak usia 6-12 tahun di Rt 05
Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran tentang usaha orang tua dalam menanamkan karakter religius pada
5
anak di Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Adapun tujuan secara lebih khusus penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial religius masyarakat Desa
Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dihadapi orang tua dalam
menanamkan karakter religius pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam
Kab. Tanjung Jabung Barat.
c. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam mengembangkan karakter religius
pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini daharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah:
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan untuk
memperkaya khazanah ilmiah tentang upaya orang tua dalam
menanamkan karakter religius pada anak.
b. Secara Praktis
1) Diharapkan anak mampu mengaplikasikan nilai-nilai religius yang
telah ditanamkan orang tua.
2) Memberikan pemahaman para calon pendidik akan arti pentingnya
penanaman karakter religius dari orang tua untuk anak.
E. Kerangka Teori
1. Deskripsi tentang Upaya Orang Tua
Upaya adalah kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau
badan untuk mencapai sesuatu maksud: pekerjaan (perbuatan, daya upaya,
ikhtiar) untuk mencapa sesuatu maksud : kerajinan belajar. Dalam penggunaan
bahasa arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan Al-walid pengertian
tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi:
6
و ي ه لاص
ف
وه ن
لع
ى
هو ان
هت لم
أ ح مه ل او
ي د
ب ه
ن ل ا ان ي صو ناس
(ريص )١٤ : مان
ق ل
ي
ل ا م
ك
ل ل او
ي د ل و
ي ماع ن اأ ن يل ركش
“Dan kami perintahkan kepada manusia (Berbuat baik ) kepada dua
orang ibu bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun,
bersykurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.”4
Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya
memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-
anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus dan dibina oleh orang tuanya
hingga beranjak dewasa. Orang tua merupakan dua diantara banyak orang
yang mendidiktentang makna sebuah hidup dan kehidupan. Sebagai seorang
muslim perlu mengetahui tata cara bergaul dengan orang tua. Hal ini
dilakukan agar tidak terjerumus dalam kedurhakaan.
Ciri-ciri pokok orang tua yang ideal, pada dasarnya berkisar pada
aspek-aspek logis, etis, dan estetis yang dapat dinamakan kebenaran atau
ketepatan, keserasian dan keindahan, hal ini mungkin sulit terwujud apabila
orang tua tidak berpegang pada dua azaz, yakni apa yang tidak ingin dialami,
jangan lah menyebabkan orang lain mengalaminya dan apa yang dapat di
peroleh, biarkanlah orang lain yang berikhtiar untuk mendapatkannya.5Berikut
penjelasan tentang pengertian orang tua dalam kehidupan anak:
a. Orang tua adalah sekolah pertama bagi kehidupan anak. Dari orang
tuanya, anak mendapatkan semua materi pelajaran kehidupan untuk
pertama kalinya.
b. Orang tua adalah yang paling mengetahui anaknya, karena itulah, ia
adalah orang yang paling mengerti cara memaksimalkan
pengembangan kecerdasannya.
4Tim Penerjemahan Al- Qur’an oleh Lajnah Pentashihan Al- Qur’an ( Jakarta:
Departemen Agama RI). 5Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja GrafindoPersada . 2004.
7
Hal 6.
8
c. Orang tua adalah pemegang amanah anak dari Tuhan, karena itulah ia
menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas anaknya, termasuk
dalam masalah pengembangan kecerdasannya.
Dengan demikian tugas pokok pendidikan keluarga di lingkungan
umat islam diantaranya adalah:
a. Membantu anak-anak memahami posisi dan perannya masing-masing
sesuai dengan kelaminnya, agar mampu saling menghormati dan
saling tolong menolong dalam melaksanakan perbuatan baik dan di
ridhoi oleh Allah Swt.
b. Membantu anak-anak mengenal dan memahami nilai-nilai/norma-
norma yang mengatur kehidupan berkeluarga, bertetangga dan
bermasyarakat serta mampu melaksanakannya untuk memperoleh
ridho Allah Swt.
c. Mendorong anak-anak mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar
mampu merealisasikan dirinya ( Self realization) sebagai satu dari
individu dan sebagai anggota masyarakat yang beriman.
d. Membantu anak-anak memasuki kehidupan masyarakat dengan
setahap demi setahap melepaskan diri dari ketergantungan pada orang
tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu bertanggung jawab
sendiri atas sikap dan prilakunya terutama kepada Allah Swt.6
Membantu dan memberi kesempatan serta mendorong anak-anak
mengerjakan sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan
keagamaan, di dalam keluarga dan di masyarakat untuk memperoleh
pengalaman sendiri secara langsung dalam upaya meningkatkan iaman dan
menyebarluaskan syi‘ar Islam.
Hubungan keluarga dengan pertalian darah yang menimbulkan
pendidikan yang didasari oleh rasa kasih sayang serta perasaan tulus ikhlas itu
menciptakan suasana yang sangat kondusif untuk mencetak generasi yang
6 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Al-
Sofwa, 1997), hal 10.
9
diharapkan.7 Sehingga dalam agama Islam pendidikan keluarga merupakan
pendidikan utama dan pertama yang sangat menunjang keberhasilan untuk ke
depannya.
2. Konsep tentang Karakter Religius
Karakter didefinisikan sebagai sekumpulan trait positif yang terefleksi
dalam pikiran, perasaan, dan prilaku. Ryan dan Lickona mengemukakan
bahwa dalam karakter manusia terdapat tiga komponen. Pertama,
pengetahuan moral (moral knowing). Dalam komponen pengetahuan moral
tercakup penalaran moral dan strategi kognitif yang digunakan untuk
mengambil keputusan secara sistematis. Melalui komponen ini individu dapat
membayangkan konsekuensi yang akan terjadi di kemudian hari dari
keputusan yang diambil dan siap bagaimana menghadapi konsekuensi
tersebut. Kedua, perasaan moral ( moral affect), yang mencakup identitas
moral, ketertarikan terhadap kebaikan, komitmen, hati nurani, dan empati,
yang semuanya merupakan sisi afektif dari moral pada diri individu. Perasaan
moral juga berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan moral dan tindakan
moral. Ketiga, tindakan moral (moral action) yang memiliki tiga komponen,
yaitu kehendak, kompotensi, dan kebiasaan.
Sementara itu, Doni Kusuma merinci ciri-ciri karakter sebagai berikut
: Pertama, memiliki kepedulian terhadap orang lain dan terbuka tethadap
pengalaman dari luar. Kedua, secara konsisten mampu mengelola emosi.
Kertiga, memiliki kesadaran terhadap tanggung jawab sosial dan
menerimanya tanpa pamrih. Keempat, melakukan tindakan yang benar
meskipun tidak ada orang lain yang melihat. Kelima, memiliki kekuatan dari
dalam untuk mengupayakan keharmonisan dengan lingkungan sekitar, dan
Keenam, mengembangkan standar pribadi yang tepat dan berprilaku yang
konsisten dengan standar tersebut.8
7 Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksistensi.(Malang:UIN
Malang Press, 2007), hal 83. 8 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
(Jakarta:Grasindo,2007),ha 56.
10
Keluarga di pandang sebagai pendidik karakter yang utama pada anak,
di samping sekolah yang juga dianggap sebagai pusat pengembangan karakter
pada anak. Hal ini disebabkan karena pengaruh sosialisasi orang tua pada anak
terjadi sejak dini sampai anak dewasa. Melalui interaksi dengan orang tua,
anak dapat merasakan dirinya berharga yang selanjutnya dijadikan dasar untuk
menghargai orang lain.
Dalam proses selanjutnya, orang tua memiliki sumbangan terdapat
karakter anak paling tidak melalui lima cara. Pertama, dengan menyayangi
anak, orang tua membantu anak untuk merasakan dirinya berharga. Kedua,
orang tua menjadikan dirinya sebagai model bagi anak dalam memperlakukan
orang lain. Ketiga, hubungan yang hangat antara orang tua dan anak menjadi
kekuatan dalam menghadapi pengaruh moral. Keempat, kasih sayang berperan
dalam perkembangan penalaran moral. Kelima, kasih sayang mendorong
terjadinya komunikasi orang tua – anak yang menjadi variabel mediator antara
kasih sayang dan perkembangan penalaran moral. Dengan komunikasi yang
baik, orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kemampuan dalam menggunakan persepektif orang lain dan berpikir tentang
isu-isu moral. Keterbukaan dalam berkomunikasi juga mendukung orang tua
untuk memberikan bantuan pada anak ketikan anak membutuhkannya.
Religius menurut Glock dan Stark adalah tingkat konsepsi seseorang
terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan
seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat
komitmen adalah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh,
sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius.
Glock dan Stark mengemukakan bahwa agama adalah sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai, sistem prilaku yang terlembagakan, yang
semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang
paling maknawi.9
9 Friedman, Howard.S dan Miriam, W.Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern
(Jakarta:Erlangga,2006), hal 34.
11
Dalam islam, religius pada garis besaranya tercermin dalam
pengalaman akidah, syariah, dan akhlak, atau dengan ungkapan lain iman,
islam, dan ihsan. Bila semua unsur itu telah di miliki oleh seseorang, maka dia
itulah insan beragama yang sesungguhnya.10
Anggasari membedakan antara istilah religi atau agama dengan istilah
religiusitas. Agama atau religi menunjuk pada aspek formal yang berkaitan
dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas
menunjuk pada aspek yang dihayati oleh individu. Hal ini selaras dengan
pendapat Dister yang mengartikan religiusitas sebagai keberagaman, yang
berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri individu. Lindridge
menyatakan bahwa religiusitas dapat di ukur dengan kehadiran lembaga
keagamaan dan pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari.
Ostow dan Schrafstein menyimpulkan bahwa konsepsi-konsepsi moral
dan religius pasti memiliki unsur utama dalam jiwa manusia yang paling
dalam yang sering merupakan dorongan yang tidak disadari, tetapi justru
menjadi pendorong keyakinan dan ritual keagamaan.11
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa menurut teori instink, kehidupan
beragama merupakan sesuatu yang bersifat fitrah dan merupakan naluri
alamiah bagi manusia. Naluri ini mempunyai dasar baik pada aspek biologis
dan psikologis.
Dari religius ini anak lebih bisa memahami arti hidup setelah mereka
menjalankan serangkaian makna religius yang diberikan oleh orang tua
mereka. Selain itu anak lebih bisa mendekatkan diri pada Allah SWT,
sehingga secara langsung anak dapat menerapkan religiusitas itu didalam
lingkungan masyarakat.
Maka dari itu, pembinaan religius ini harus dimulai sejak awal atau
sedini mungkin. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur‘an
surah Luqman :
10 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
hal 11. 11
Fatuhurohman, M. (2015), Budaya Religius dalam Peningkatan Mutu. (Yogyakarta,
Kalimedi).hal 23.
12
ب ا لا ن كرش لل ا
ر
ش ك
لت
ب
ن ي ي
ه ظ ع ي
وه و
ه ن
ل ب
من ل
ق ل
ا ق ذا
( م ي )١٤ : مان
عظ ق ل
م ل ظ ل
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S : Luqman : 13 )12
Karakter religius adalah prilaku sehari-hari yang berdasarkan atau
tidak menyimpang dengan ajaran agama. Jadi yang dimaksud karakter religius
adalah konsepsi yang tersurat maupun tersirat yang ada dalam agama yang
mempengaruhi prilaku seseorang yang menganut agama tersebut yang
mempunyai sifat hakiki dan datang dari Tuhan, juga kebenarannya diakui
mutlak oleh penganut agama tersebut.13
Karakter religius atau biasa disebut
akhlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
mazmumah. Adapun yang dimaksud sebagai karakter religius disini adalah
akhlak mahmudah atau kepribadian yang tercermin dari pengaruh nilai
religius. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam mendidik tentang karakter di
Indonesia diidentifikasikan berasal dari empat sumber yaitu, agama, pancasila,
budaya dan tujuan pendidikan nasional. Salah satu strategi atau metode yang
dipergunakan dalam pendidikan untuk membentuk karakter religius adalah
dengan pembentukkan kebiasaan yang baik dan meninggalkan yang buruk
melalui bimbingan, latihan dan kerja keras14
. Pembentukkan tersebut akan
menjadi sebuah karakter seseorang. Maka karakter yang kuat biasanya
dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk.
Nilai ini dibangun melalui penghayatan dan pengalaman.15
12
Tim Penerjemahan Al- Qur’an oleh Lajnah Pentashihan Al- Qur’an ( Jakarta: Departemen
Agama RI). 13
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman
Sekolah, (Jakarta: Balitbang, 2010), hal 9. 14
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
hal 66. 15
Ulwah, A. Nashih Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta:2013 Khatulistiwa Press, hal 34.
13
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasannya karakter religius
erat kaitannya dengan keyakinan seseorang, karakter religius menjadi modal
kita dikehidupan sehari-hari dalam menerapkan hal-hal positif yang di ajarkan
oleh agama dengan pembentukkan kebiasaan yang baik dan meninggalkan
yang buruk melalui bimbingan, latihan, dan kerja keras.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan terkait dengan karakter
religiusitas anak diatas maka dapat peneliti susun beberapa indikator atau
definisi oprasional dari seseorang yang patut dikatakan memiliki karakter
religiusitas adalah mereka yang memenuhi indikator sebagai berikut:
a. Anak mampu untuk mempertimbangkan konsekunsi dari setiap
tindakannya: penekanan dari indikator ini yaitu ketika anak tidak
memiliki pertimbangan yang matang dari setiap perbuatan yang ia
lakukan apalagi perbuatan-perbuatan yang bersifat negatif maka
kondisi ini menunjukkan anak yang tidak memiliki karakter
religiusitas yang kuat.
b. Anak berprilaku sesuai hati nuraninya: maka dapat dikatakan ketika
kondisi anak tidak mengikuti hati nuraninya maka itu artinya
bertentangan dengan karakter religiusitas yang kokoh.
c. Anak peduli dengan lingkungan sekitar: maka dapat disimpulkan
apabila diperoleh situasi yang bertolak belakang dengan poin ―c‖
maka prilaku anak tersebut dapat dikatagorikan sebagai prilaku
degradasi nilai religiusitas.
d. Anak tidak emosional: adapun kebalikan dari karakter ini yaitu
kondisi anak yang tidak dapat mengontrol emosionalnya seperti
bertindak diluar nalar dan logika maka hal ini disebut sebagai
penurunana nilai religiusitas.
e. Anak berbuat kebaikan tanpa pamrih: dapat disimpulkan ketika terjadi
situasi yang bertentangan yaitu setiap anak yang melakukan sesuatu
dengan mengharapkan pamrih maka itu jelas menunjukkan lemahnya
karakter religiusitas.
14
f. Anak memahami arti kedisiplinan: artinya lawan dari pada karakter ini
adalah ketika anak yidak dapat melaksanakan apapun yang menjadi
tugas dan kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah di tentukan
maka ini menjadi indikasi rendahnya nilai karakter religiusitas anak.
g. Anak sadar akan pentingnya pendidikan: lawan dari pada karakter ini
adalah ketika sang anak abai akan manfaat dengan mengikuti
pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan non formal di
masyarakat maka hal ini menjadi indikasi akan terkikisnya nilai
karakter religiusitas pada anak.
3. Hakikat Anak
Anak adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk
dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Anak tidaklah sama
dengan orang dewasa. Anak memiliki kecendrungan lebih mudah belajar
dengan contoh-contoh yang diterimanya dari pada aturan-aturan yang
memaksa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak adalah keturunan yang
kedua. Anak merupakan masa depan bagi setiap orang tua , disisi lain anak-
anak adalah generasi yang memiliki sejumlah potensi yang patut
dikembangkan dalam kegiatan pendidikan serta kreatifitas mereka. Anak
adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk
menjadi orang tua.16
Anak-anak mempunyai karakteristik antara lain pertumbuhan fisik
yang cepat dan matang. Semua potensi anak tersebut akan bermakna apabila
dibina dan dikembangkan secara terarah sehingga mereka menjadi manusia
yang memiliki keberdayaan, tanpa bimbingan yang baik semua potensi itu
tidak akan memberikan dampak positif, bahkan bisa terjadi hal yang
sebaliknya, yaitu menimbulkan berbagai masalah dan hambatan. Apalagi jika
16 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Puataka: Amirko
1984), hal 25.
15
melihat ke depan, tantangan globalisasi semakin besar maka pembinaan
pendidikan terhadap anak pun harus semakin dikuatkan.
Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber
daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapkan SDM
yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang
sangat penting untuk di berikan sejak usia dini, di sisi lain anak juga harus
dipenuhi kebutuhan lainnya, seperti misalnya kebutuhan akan gizi.
Anak-anak harus berorientasi terhadap pandangan hidup yang bersifat
positif dan aktif serta wajib menentukan dirinya sendiri, mementingkan
kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya, berorientasi ke masa depan dan
belajar merencanakan hidup secermat mungkin. Pendidikan merupakan
sesuatu yang perlu mendapatkan prioritas.
Pada usia balita, anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dan
perhatian orang tuanya seringkali pemurung, labil, dan tidak percaya diri.
Ketika menjelang usia pada anak kadang-kadang mereka mengambil jalan
pintas, minggat dari rumah dan menjadi anak jalanan, karena kesibukan orang
tuanya yang berlebihan, terutama ibu yang menyebabkan anak kehilangan
perhatian.17
Usia dini merupakan masa penting karena dalam masa ini ada era yang
dikenal dengan masa keemasan. Masa keemasan hanya terjadi satu kali dalam
perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini merupakan masa kritis bagi
perkembangan anak. Jika dalam masa ini anak kurang mendapat perhatian
dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta
kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Sejak lahir seorang anak manusia memiliki kurang lebih 100
miliyar sel otak. Sel-sel otak yang ini saling berhubungan dengan sel-sel
syaraf, sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa
adanya stimulasi yang didayagunakan.18
17 Yusuf, L N, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung :
Remaja Rosdakarya).hal 13. 18
Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal 4.
16
Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum hidup sendiri, belum
matang dalam segala segi, dan tubuhnya masih kecil. Organ-organ tubuh
belum berfungsi secara sempurna, kecerdasan, emosi, dan hubungan sosial
juga belum selesai pertumbuhannya. Hidupnya msih bergantung pada orang
dewasa, belum dapat diberi tanggung jawab atas segala hal.
Sigmund Freud seperti yang dikutip Demita mengemukakan dasar-
dasar pembagian fase perkembangan anak ialah pada cara reaksi bagian-
bagian tubuh tertentu. Fase anak pada usia 6-12 tahun disebut fase latin, pada
fase ini anak tampak dalam keadaan tenang, setelah terjadi gelombang dan
badai (stum and drang). Pada fase ini desakan seksuil anak mengendur. Anak
dapat dengan mudah melupakan desakan seksuilnya dan mengalihkan
perhatiannya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah dan teman
sejenisnya. Meskipun energi seksuilnya terus berjalan, tetapi fase ini
diarahkan pada masalah-masalah sosial dan membangun banteng yang kokoh
untuk melawan seksuil.
Namun sedangkan menurut Oswold Kroch seperti yang dikutip Demita
pada usia tersebut disebut fase keserasian sekolah, dimana pada akhir masa ini
timbul difat Trotz (keras kepala) kedua, dimana anak mulai serba membantah,
suka menentang kepada orang lain terutama terhadap orang tuanya. Gejala ini
sebenarnya merupakan gejala yang biasa sebagai akibat kesadaran fisiknya,
sifat berpikir yang dirasa lebih maju dari pada orang lain. Keyakinan yang
dianggapnya benar dan sebagainya, tetapi juga yang dirasakannya sebagai
keguncangan.
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi
perkembangannya. Bila anak itu merupakan anak tunggal biasanya perhatian
orang tua tercurah kepadanya, sehingga ia cendrung memiliki sifat-sifat
seperti manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya, menarik
perhatian dengan cara kekanak-kanakan, dan sebagainya.
Adapun masa perkembangan anak-anak menurut teori yang di
kemukakan oleh Hurlock di tahun 1990 sebagaimana yang di kutip oleh
Herlina di jelaskan bahwasannya masa anak-anak di bagi menjadi dua priode
17
yaitu masa anak-anak awal Early Childhood yang di mulai dari usia dua
sampai enam tahun dan masa anak-anak akhir Late Childhood yang di mulai
dari usia enam sampai dua belas tahun.19
Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang dalam merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung.
Masa anak-anak merupakan masa transisi dan kelanjutan dalam
menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai keanakan. Ini
berarti kemajuan perkembangan yang dicapai dalam masa anak-anak yang
merupakan bekal keberhasilan orang tua dalam mendidiknya. Baik buruknya
sikap dan tingkah laku seseorang di masa anak-anak, sangat banyak ditentukan
oleh pengalaman mereka dalam melihat orang-orang disekitarnya terutama
pada orang tuanya. Itu semua merupakan bekal pendidikan bagi anak-anak
nantinya.
Jadi anak merupakan amanat Allah SWT yang harus di didik,
dibimbing dan dijaga pendidikannya, melalui pengalaman dan latihan-latihan
yang dilalui pada masa kecilnya yang akan menentukan agama anak pada
masa dewasa nanti, serta di tanamkan dengan kuat karakter religius pada anak
tersebut yang dimulai sejak dini.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Berdasarkan judul dan objek penelitian, maka penelitian menggunakan
metode kualitatif, pendekatan kualitatif adalah penelitian yang lebih
mendasarkan pada hal-hal yang bersifat diskriptif, sepserti observasi,
wawancara, dan dokumen.20
19
Herlina, Bibiliotrapy Mengatasi Masalah Anak dan Remaja, (Bandung: Pustaka Candikia
Utama, 2013),hal 1. 20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016.
Hal 66.
29 Ibid hal 70.
18
2. Setting dan Subjek Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan judul yang telah di ambil maka
penelitian ini akan di laksanakan di Desa pembengis kec. Bram itam
kab.Tanjung jabung barat. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua, dan
anak.
3. Sumber Data Dan Jenis Data
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas manusia, pristiwa dan
dokumentasi, adapun yang di jadikan sumber data dalam penelitian ini,
yakni :
1) Ketua RT 05
2) Orang Tua
3) Anak
4) Dokumen
b. Jenis Data
Sesuai dengan permasalahan dan judul yang di ambil maka peneliti
menggunakan 2 jenis data yakni: Data Primer dan Sekunder.
1) Data Primer
Data primer adalah data yang di peroleh semua langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran/ alat
pengambilan data langsung kepada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari, tanpa adanya prantara.21
Data yang diperoleh secara
langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi) terhadap
perkembangan permasalahan di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.
Tanjung Jabung Barat.
2) Data Sekunder
Selain data primer, berdasarkan judul dan objek penelitian
maka penulis juga menggunakan data sekunder. Data Sekunder adalah
data yang didapat secara tidak langsung seperti dokumen dokumen dan
21 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet Ke-3, hal.308.
19
catatan yang diambil peneliti sebagai literatur, dan buku buku maupun
internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Merupakan langkah yang paling stategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk memperoleh
ketetapan data dan keakuratan informasi yang mendukung dalam penelitian
ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan
secara sistematis, yang dilakukan dengan mengadakan suatu pengamatan
secara terus-menerus. Observasi dimaksudkan sebgai pengamatan dan
pencatatan fenomena yang diteliti. Observasi juga memungkinkan melihat
dan mengamati sendiri prilaku dan kejadian sebagaimana keadaan
sebenarnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.22
Tujuan wawancara adalah mengumpulkan data atau informasi dari
satu pihak tertentu. Pengumpulan data atau informasi dengan wawancara
ini di lakukan secara langsung dengan Tanya jawab kepada beberapa
orang tua yang tinggal di Rt 05 Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.
Tanjung Jabung Barat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, karya karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian
sejarah kehidupan, cerita biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain lain.
22Sugiyono, (2014).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.hal 25.
20
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang didapat berupa
gambar, patung, film, dll. Studi dokumentasi merupakan perlengkapan dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.23
Dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mencari dan
mengumpulkan data-data yang ada Di Desa Pembengis Kec. Bram Itam
Kab. Tanjung Jabung Barat dan data dari Ketua RT tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Analisis Data adalah Proses Mencari dan Menyusun Data Secara
Sistematis Data yang di peroleh melalui dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan kedalam
katagori, menjabar ke dalam unit unit, melakukan sentesa, menyusun kedalam
pola, memilih kedalam hal yang penting dan yang akan di pelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang
lain. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih di fokuskan selama
proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis data
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Redukasi Data
Redukasi data merupakan salah satu teknik analisa data kualitatif
reduksi data adalah bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuatnya tidak perlu dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat di ambil. Reduksi tidak
perlu di artikan sebagai kualifikasi data.
b. Penyajian Data
Penyajian data sebagai sekumpulan data atau informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan dalam pelaksanaan penelitian ini, bahwa penyajian-
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisa
23Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),
hal 168.
21
kualitatif. Bentuk penyajian data berupa teks naratif (catatan lapangan),
matriks, grafiks, jaringan dan bagan.
c. Verifikasi Data
Kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian dalam pikiran
penganalisis selama ia menulis suatu tinjauan ulang pada catatan. Catatan
lapangan atau mungkin kejadian begitu seksama dengan meninjau kembali
serta tukar pikiran dengan teman sejawat.
Penarikan kesimpulan adalah hasil yang dapat di gunakan untuk
mengambil tindakan. Dalam pengertian ini analisis kualitatif merupakan
upaya yang berlanjut dan berulang-ulang dan terus menerus. Yang dalam
hal ini penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan dalam suatu
penelitian.24
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat di percaya, maka
peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui 4 cara:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan di lakukan lewat
keikutsertaan peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya
mendeteksi dan memperhitungkan penyimpanan yang mengurangi keabsahan
data, karena kesalahan penilaian data oleh peneliti atau responden, di sengaja
atau tidak di sengaja.25
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan di lakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor faktor
yang menonjol dalam penelitian. Faktor faktor tersebut di telaah sehingga
peneliti dapat memahami faktor faktor tersebut.
24
Tim Penyusun, Panduan penulisan karya ilmiah (Jambi:Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi, 2016. 25
Laxy Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,1996),
hal 6.
22
c. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok untuk keperluan pengecekan
rehabilitas data melalui pemeriksaan ulang yaitu, lewat perbandingan berbagai
data yang di peroleh dari berbagai informan.26
d. Diskusi Dengan Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang
di terima benar-benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti
atau informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan
sumbangan, masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam
meninjau keabsahan data.
G. Studi Relevan
Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa karya tulis yang
hampir sama dengan peneliti yaitu:
Pertama, penelitian yang di lakukan Seira Valentina dalam tesisnya yang
berjudul “upaya orang tua dalam mengembangkan religiusitas anak Desa
Bangunsari, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun Jawa Timur”. Pada
penelitian ini terlihat bahwa orang tua di tuntut untuk selalu mengawasi anak
mereka agar tidak terjerumus dalam kehidupan yang serba bebas. Pendidikan
dalam keluarga dirasa sangat penting dalam membentuk sebuah karakter anak.
Anak dapat berkembang dengan baik jika orang tua berperan langsung dalam
pendidikan anak disamping pendidikan diluar keluarga misalnya lembaga
pendidikan berupa sekolah dan memasukkan anak mereka pada lembaga-lembaga
lain misalnya lembaga pendidikan yang bersifat keagamaan. Perbedaan penelitian
tersebut dari penelitian saya yaitu setting penelitian berbeda, penelitian tersebut
terfokus dalam mengembangkan tetapi saya dalam menanamkan karakter religius.
26 Michael Quinn Patton, Qualitative Data Analysis A Source of New Methods (Bayverly Hill:
Sage Publications, 1986),hal 331.
23
Kedua, Penelitian yang di lakukan Fitria Ningsih dalam tesisnya yang
berjudul “ Peran orang tua dalam menanamkan nila-nilai agama islam kepada
anak usia remaja di Desa Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten
Batanghari”. Pada penelitian ini terlihat bahwa penduduk khususnya para orang
tua masih belum sepenuhnya memahami pendidikan pada anaknya, terutama pada
pendidikan agama, dan terdapat sebagian remaja yang cendrung terpengaruh oleh
perkembangan zaman, banyak yang melalaikan waktu sholat dan kurangnya
akhlak sopan santun kepada orang tua. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian
orang tua terhadap pergaulan anaknya dan kurangnya penanaman pendidikan
agama pada anak tersebut. Perbedaannya dari penelitian saya yaitu setting nya
berbeda yang mana peneliti mengambil di Desa Pembengis Kecamatan Betara,
dan penelitian tersebut terfokus untuk anak usia remaja tetapi saya pada anak usia
7-12 tahun.
Ketiga, Penelitian yang dilakukan Nahnul Kholikun dalam tesisnya yang
berjudul “Pola asuh orang tua dalam mengembangkan religiousitas anak remaja
di Desa Gedung Boga, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat desa Gedung Boga
pola pengasuhan yang di gunakan ialah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter,
dan pola asuh permesif. Tingkat religiousitas anak remaja di desa Gedung Boga
dari usaha pengasuhan orang tua dengan ketiga pola menunjukkan sifat
keberagaman anak yaitu percaya secara ikut-ikutan terhadap proses pembelajaran
agama. Hal ini di amati dari cara mereka mempelajari agama. Pada penelitian ini
penulis memfokuskan pada bagaimana upaya orang tua dalam mengembangkan
karakter religius dengkan peneliti memfokuskan pada pola asuh orang tua, setting
peneliti dan penulis juga berbeda.
Sebagaimana terlihat dari studi relavan tersebut bahwa sudah banyak para
penuis-penulis terdahulu mengangkat judul karya tulis yang juga membahas
tentang Peran orang tua dalam mengembangkan karakter religiusitas pada anak di
lingkungan masyarakat, akan tetapi penelitian yang dilakukan terdahulu mereka
memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Pada penelitian
24
kali ini penulis lebih memfokuskan pada upaya orang tua dalam menanamkan
karaskter religius pada anak di kecamatan bram itam.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis dan Geografis Desa Pembengis
1. Historis
Desa Pembengis mulai berdiri pada tahun 1965 dengan jumlah
penduduk lebih kurang 360 jiwa. Pada saat itu mayoritas penduduknya
berpropesi sebagai patani untuk menghidupi keluarganya, dan pernah
kejadian pada tahun kurang lebih 1960 hasil dari padi yang sudah di panen,
batangnya tersebut berbuah kembali. Itulah yang disebut masyarakat dengan
pamangis padi, dan sejak itu desa ini dinamakan dengan Desa Pambangis.27
Seiring perkembangan zaman, oleh pihak Pemda setempat ingin
membuatkan batas wilayah yang di beri dengan tanda gapura dan bertuliskan
selamat datang di Desa Pembengis, mereka pikir kata Pambangis itu adalah
bahasa daerah, sehingga oleh sebab di ubah menjadi Pembengis dengan tanpa
ada persetujuan dari desa, oleh karena pemerintah desa tidak ada masalah,
desa ini setuju saja dengan nama tersebut, sampai sekarang ini.
Desa Pembengis berdiri sejak tahun 1970, dan adapun kepemimpinan
tersebut sampai pada saat ini secara singkat kami sampaikan sebagai berikut :
Tabel 1.4 Nama – nama pejabat yang pernah memimpin Desa Pembengis
sejak berdiri sampai dengan sekarang.28
No Nama Jabatan Masa Menjabat Ket.
1 Tarli Arif Kepala Desa 1970 s/d 1980
2 Marjuned Kepala Desa 1980 s/d 1990
3 Aspul Gani PJS Kepala Desa 1990 s/d 1992
4 M. Juek PJS Kepala Desa 1992 s/d 1995
5 Marjuned Kepala Desa 1995 s/d 2004
27Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
28Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
24
25
6 Muhammad Tahir Kepala Desa 2004 s/d 2009
7 Syafawi Kepala Desa 2009 s/d 2015
8 Hambali PJS Kepala Desa 2015 s/d 2016
9 Muhamad Tahir Kepala Desa 2016 s/d Sekarang
2. Geografis
Desa Pembengis terletak di kecamatan Bram Itam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, dengan diapit oleh dua kelurahan yang berbeda
kecamatan yaitu Kelurahan Sungai Nibung yang merupakan Kecamatan
Tungkal Ilir dan Kelurahan Bram Itam Kiri yang merupakan Kecamatan
Bram Itam dan dilalui oleh sungai – sungai yang merupakan anak sungai
dari Kuala Tungkal.29
Wilayah Desa Pembengis tidak terlalu jauh dari pusat Kota
Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu Kota Kuala Tungkal hanya di
batasi oleh Kelurahan Sungai Nibung yang merupakan batas awal
masuknya Kecamatan Tungkal Ilir.
Desa Pembengis juga merupakan daerah dataran rendah yang
dengan struktur tanah lumpur hingga tanah gambut dan tanah liat, yang
dilalui oleh Sungai dengan batas-batas sebagai berikut:30
- Sebelah Utara berbatas dengan : Sungai Pengabuan
- Sebelah Selatan berbatas dengan : Sungai Betara
- Sebelah Timur berbatas dengan : Kelurahan Sungai Nibung
- Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Bram ItamKiri
Adapun Sungai-sungai yang melewati Desa Pembengis sebagai
berikut:31
a. Sungai Pengabuan
b. Sungai Bram Itam
c. Sungai Pembengis
29Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
30Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
31Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
26
d. Sungai Nibung
e. Parit Cegat
f. Parit No. 1
g. Parit No. 2
h. Parit Saidina
i. Parit Baru
j. Parit Lapis
k. Suak Makun
l. Parit Lima
Desa pembengis berada pada ketinggian 3 meter diatas permukaan
air laut dengan curah hujan rata-rata 200-300 mm/tahun, keadaan suhu
udara rata-rata 21 C s /d 27 C.32
Desa Pembengis merupakan wilayah yang strategis yang terdiri
dari pemukiman, TPU, Pekarangan, Perkantoran, dll dengan memiliki luas
8,5 Km Persegi dengan rincian sebagai berikut :33
a. Luas Pemukiman : 4, 5 Km
b. Luas Makam/Kuburan : 0,04 Km
c. Luas Pekarangan : 0,07 Km
d. Luas Perkantoran : 0,02 Km
e. Luas Prasaran umum lainnya : 0,01 Km
Jarak Tempuh Desa Pembengis dengan Pusat Pemerintahan :
a. Jarak Pusat Pemerintahan Kabupaten : 6 Km
b.Jarak Pusat Pemerintahan Kecamatan : 10 Km34
B. Visi dan Misi Pemerintahan Desa Pembengis
1. Visi
Membangun Desa Pembengis Lebih Maju
32
Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020 33
Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020 34
Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
27
2. Misi
a. Bersama masyarakat memperkuat kelembagaan desa yang ada untuk
melayani masyarakat secara optimal.
b. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa menyelenggarakan
pemerintahan desa serta melaksanakan pembangunan desa yang
partisipatif.
c. Bersama masyarakat dan kelembagaan masyarakat dalam mewujudkan
Desa Pembengis yang aman, tentram, dan damai.
d. Bersama masyarakat dan kelembagaan memberdayakan masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.35
C. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pembengis
Dalam menjalankan Pemerintahan Desa di Desa Pembengis
kecamatan Bram Itam maka diaturlah struktur organisasi, sebelumnya Desa
Pembengis merupakan dalam wilayah kecamatan Tungkal Ilir pada tahun
2008 dan beralih kepada Kecamatan Bram Itam berdasarkan Perda no 8
Tahun 2008 tentang pembentukan Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan
Batang Asam, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Kuala Betara dan
Kecamatan Senyerang.36
Dengan organisasi maka Pemerintahan Desa Pembengis akan lebih
berjalan dengan baik, struktur organisasi merupakan sistemyang dibuat
sebagai pengatur pemerintahan dengan tujuan yang telah disepakati dan dicita
–citakan oleh desa, dari struktur tersebut dapat menggambarkan keadaan
secara menyeluruh manajemen yang ada di Desa Pembengis dari Kepala Desa
hingga ke staf–stafnya yang paling bawah yaitu meliputi :
35Dokumentasi, Desa Pembengis Kecamatan Bram Itam, Tahun2019/2020
36Wawancara, Kepala Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam 2 Juni 2020
28
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pembengis Tahun 2020.37
Dari struktur di atas dapat dipahami bahwa di dalam pengelolaan
Pemerintahan Desa sudah memenuhi ketentuan keorganisasian. Untuk lebih
jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepala Desa : Muhamad Tahir
2. Sekretaris Desa : Rafsyan Jani
3. Kaur Tata Usaha : Helna Fadilah
4. Kaur Keuangan : Dahlia Yanti, A.Md
5. Kaur Perencanaan : Rabiatul Adawiyah, S.Pd.I
6. Kasi Pemerintahan : Pahru Rahman, S.Pd
7. Kasi Kesejahteraan : Ardiyansyah
8. Kasi Pelayanan : Husin Kadri
Desa Pembengis terdiri dari 4 Dusun dan 15 Rukun Tetangga (RT)
yaitu:
1. Kepala Dusun Tua : A. Efendi
2. Kepala Dusun Muda : Saipullah
37Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
29
3. Kepala Dusun Baru : SopianAssauri
4. Kepala Dusun Harapan : Suharto, S.Pd.I
Adapun Nama-Nama RT Desa Pembengis:
1. Abu Bakar Daeng Palureng, SH : Ketua RT. 01
2. Ahmad Rajaihi Ahmad : Ketua RT. 02
3. Hairnaini : Ketua RT. 03
4. Asnawi : Ketua RT. 04
5. Badli : Ketua RT. 05
6. Anwar : Ketua RT. 06
7. Hidayat : Ketua RT. 07
8. Hatta : Ketua RT. 08
9. Rudiman : Ketua RT. 09
10. Sabri : Ketua RT. 10
11. Lutfi : Ketua RT. 11
12. Akwaludin : Ketua RT. 12
13. Ilham : Ketua RT. 13
14. Aupi Rahmi : Ketua RT. 14
15. M. Yamin : Ketua RT. 1538
D. Keadaan Penduduk Desa Pembengis
1. Penduduk
Jumlah Penduduk Desa Pembengis pada Akhir Tahun terdiri dari laki-
laki dan Perempuan mulai dari tahun 2012 s/d sekarang.
Tabel 2.4 Perkembangan Jumlah penduduk dari tahun 2012 s/d sekarang.39
No Tahun Jumlah
Ket. Jiwa Laki – Laki Perempuan KK
1 2012 2.541 1.337 1.204 625
2 2013 1.457 1.457 1.301 634
3 2014 2.835 1.483 1.352 712
38Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
39Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
30
4 2015 2.928 1.531 1.397 740
5 2016 3.023 1.596 1.437 761
6 2017 3.107 1.639 1.468 786
7 2018 3.253 1.699 1.554 815
8 2019 3.180 1.673 1.507 819
9 2020 3.226 1.683 1.543 839
a. Mata Pencaharian Penduduk
Pendududk Desa Pembengis sebagian besar bermata pencaharian dari
hasil pertanian / perkebunan, pedagang, buruh, buruh tani, swasta dll.
Perincian Mata Pencaharian sebagai berikut:40
1. Buruh Tani : 215 Orang
2. Petani : 1.512 Orang
3. Pedagang/Wiraswasta : 201 Orang
4. Pengrajin : 229 Orang
5. PNS : 36 Orang
6. TNI/Polri : 1 Orang
7. Penjahit : 12 Orang
8. Montir : 3 Orang
9. Sopir : 8 Orang
10. Karyawan Swasta : 5 Orang
11. Kontraktor : 1 Orang
12. Tukang Batu : 16 Orang
13. Guru Swasta : 15 Orang41
40
Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020 41
Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
31
2. Pemerintahan
Tabel. 4.4 Data Pejabat Pemerintahan Desa Pembengis Tahun 2012 s/d
sekarang.42
No
Nama
Tempat /
tanggal lahir
Jabatan
Pendidi-
kan
terakhir
1
MUHAMAD TAHIR
Ka. Tungkal
16 – 07 – 1969
KEPALA DESA
SLTA
2
RAFSYAN JANI
Ka. Tungkal
08 – 04 – 1989
SEKDES
SLTA
3 PAHRU RAHMAN,
S.Pd
Pembengis
30 – 08 – 1993
KASI
PEMERINTAH
AN
S1
4
ARDIYANSYAH Pembengis
13 – 05 – 1992
KASI KESEJAHTERA
AN
SLTA
5
HUSIN KADRI
Pembengis
22 – 09 – 1978
KASI
PELAYANAN
SLTA
6 RABIATUL
ADAWIYAH, S.Pd.I
Pembengis
22 – 06 – 1991
KAUR
PERENCANAA
N
S1
7 DAHLIA YANTI,
A.md
Pembengis
06 – 10 – 1995
KAUR
KEUANGAN
D3
8
HELNA FADILAH
Pembengis
11 – 02 – 1995
KAUR TATA
USAHA
SLTA
9
A.EFENDI
Tj. Senjulang
05 – 10 – 1977
KADUS TUA
SLTA
10
SOPIAN ASSAURI
Pembengis
28 – 12 – 1994
KADUS BARU
SLTA
11
SAIPULLAH
Pembengis
09 – 07 – 1984
KADUS MUDA
SLTA
12
SUHARTO, S.Pd.I
PulauPalas
17 – 07 – 1982
KADUS
HARAPAN
S1
42Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
32
3. Keadaan Sosial
a. Keagaaman
Ditinjau dari segi agama, masyarakat di Desa Pembengis 95%
beragama islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya tempat-tempat
pribadatan yang ada di Desa Pembengis. Tempat-tempat pribadatan
tersebut walaupun tidak padat dikunjungi oleh warga setiap waktu, namun
ada waktu-waktu tertentu tempat pribadatan tersebut ramai dikunjungi
warga seperti waktu maghrib dan isya‘. Untuk lebih jelasnya, jumlah
tempat pribadatan di Desa Pembengis itu ada dua mesjid dan lima
Musholla, diantaranya:
1. Jumlah mesjid : 2 buah43
2. Jumlah musholla : 5 buah
3. Jumlah gereja : - buah
4. Jumlah wihara : - buah
5. Jumlah pura : - buah
Jumlah Penduduk menurut kepemelukan Agama:44
1. Agama Islam : 3.183 Orang
2. Agama Kristen : 25 Orang
3. Agama Kristen Katolik : 16 Orang
4. Agama Budha : 2 Orang
5. Agama Hindu : - Orang
b. Pendidikan
Sesuai dengan program pemerintahan tentang wajib belajar
Sembilan tahun, maka timbullah semangat masyarakat di Desa Pembengis
untuk menyekolahkan anaknya keberbagai tempat pendidikan, sehungga
hampir data dikatakan bahwa seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah
dengan baik.
43 Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
44Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
33
Pendidikan merupakan sarana yang utama yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak secara dinamis, baik jasmani dan
terutama rohani. Karena dalam dunia pendidikan akal dan pikiran manusia
selalu diajarkan mengenal nilai-nilai moral dan dibina untuk bersikap taat
dan setia.
Adapun masyarakat di Desa Pembengis yang tidak pernah sama
sekali mencicipi bangku sekolah atau mengecap pendidikan sangatlah
relatif kecil bila di bandingkan dengan masyarakat yang mengenyam
pendidikan. Untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan, diantaranya :
1. Jumlah penduduk tidak tamat SD / Sederajat : 442 Orang
2. Jumlah penduduk tamat SD / Sederajat : 478 Orang
3. Jumlah penduduk tamat SLTP / Sederajat : 123 Orang
4. Jumlah penduduk tamat SLTA / Sederajat : 34 Orang
5. Jumlah penduduk tamat S 1 : 12 Orang45
Adapun sebagai sarana pendidikan yang ada di Desa Pembengis
pada saat ini dapat dilihat sebagai berikut:
1. TK : 3 gedung
2. SD : 1 gedung
3. SLTP/ MTS : 1 gedung
4. SLTA/MA : 1 gedung
5. TPA : 1 gedung46
45 Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
46 Dokumentasi Profil Desa tahun 2019/2020
BAB III
KONDISI SOSIO-RELIGIUS ANAK DESA PEMBENGIS
A. Kondisi Sosio-Religius Anak di Desa Pembengis
Berdasarkan data di lapangan, yakni di Desa Pembengis dapat
disajikan hasil penelitian tentang pendangkalan nilai karakter religiusitas
masyarakatnya yang ada di Desa Pembengis dapat peneliti uraikan dalam
bentuk paragraf di bawah ini:
Menurut hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Zainal Abidin
selaku Tokoh Masyarakat di Desa Pembengis, bahwa masalah bentuk-bentuk
transformasi karakter religiusitas menuju kearah pendangkalan nilai agama
yang terjadi di kalangan masyarakat Desa Pembengis ini lebih banyak
mengarah kepada pendangkalan nilai karakter religius (seperti berkelahi,
membolos sekolah, tidak mengucapkan salam ketika masuk dan keluar rumah,
tidak disiplin menjalankan ibadah sholat, minimnya minat anak dalam belajar
membaca al-qur‘an, dan sebagainya). Namun demikian, ada pula sebagian
masyarakat yang melakukan perbuatan dalam katergori pendangkalan nilai
karakter religius tingkat sedang dan berat, namun kategori ini tidak seberapa
jumlahnya.47
Dari penelusuran peneliti di lapangan, banyak peneliti jumpai beberapa
hal yang digolongkan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan ajaran
agama, dan bisa dikategorikan sebagai praktik pendangkalan religius.
Berdasarkan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi yang peneliti
kumpulkan, diperoleh beberapa perilaku yang mengarah kepada pendangkalan
nilai karakter religiusitas tersebut. Misalnya perilaku berbohong kepada
sesama.48
Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, perilaku berbohong
tersebut banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Pembengis. Fenomena ini
47
Observasi tanggal 01 Agustus 2020 48
Observasi tanggal 22 Agustus 2020
34
35
peneliti temui setelah melakukan wawancara dengan Romi seorang anak di
Desa Pembengis mengakui kepada peneliti bahwasannya mereka pernah
berkata bohong kepada orang tuanya sendiri ketika mereka hendak berangkat
bertemu dengan teman-temannya untuk bermain game dengan alasan bahwa
mereka pamit untuk berangkat belajar mengaji. Hal ini sebagaimana di
sampaikan pada saat wawancara anak tersebut kepada peneliti yang
menjelaskan:
[S]aya pernah memang berbohong kepada orang tua kak. Waktu itu,
saya kepepet nan karena ingin membeli paket data untuk bermain game
online bersama teman-teman. Namun saya bingung bagaimana cari uang
untuk membeli kuota, karena pasti teman-teman waktu, mabar akan
makan-makan dan saya malu kalau tidak ada persiapan uang. Waktu
otak saya pusing, tidak tahu lagi bagaimana caranya, akhirnya terbetik di
hati saya untuk berbohong kepada Ibu untuk meminta uang iuran belajar
mengaji dirumah guru padahal memang waktu itu tidak ada pembayaran
uang. Saya terpaksa berbohong kepada ibu demi bermain bersama
teman-teman.49
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwasanya perilaku
berbohong merupakan perilaku yang sudah sering terjadi dan dilakukan oleh
sebahagian anak di Desa Pembengis. Bahkan alasan berbohong itu pun juga
tidak jelas, yaitu hanya sekedar untuk berpoya-poya dan berkumpul bersama
teman-teman.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai informan yang lain untuk
menyakinkan keabsahan data di lapangan terkait dengan anak di Desa
Pembengis yang sebagian berprilaku tidak sesuai dengan hati nuraninya yaitu
dalam konteks ini adalah masih ditemukan anak yang berbohong berikut ini
hasil wawancaranya:
[S]ecara jujur memang saya mengakui pernah beberapa kali berbohong
kepada guru disekolah hal itu terjadi saat guru disekolah memberikan
PR jujur saya tidak dapat menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru
sehingga terpaksa saya harus melihat jawaban teman. Sebenarnya
49Anak Desa Pembengis , Kecamatan Bram Itam, Tanjabar , RM, wawancara,tanggal 20
Agustus 2020
36
memang jawaban ini bukanlah jawaban saya sendiri tetapi saya terpaksa
dari pada dihukum oleh guru.50
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya anak
tersebut berbohong didasari oleh tekanan lingkungan yang mana dalam hal ini
ia merasa malu ketika mendapat hukuman oleh guru, sehingga dengan nekat
ia kemudian bertindak membohongi dirinya sendiri dengan cara menyalin
jawaban temannya meskipun pada dasaranya di dalam hati nuraninya dia
mengakui bahwa dia terpaksa dalam menjawab soal yang diberikan.
Dari wawancara diatas diketahui bahwasannya beberapa anak
melakukan perbuatan berbohong baik kepada kedua orang tua mereka dan
berbohong dalam hal menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru di
sekolah. Namun demikian pendangkalan nilai karakter religiusitas anak dalam
konteks berbohong itu juga terjadi terhadap teman-teman sebaya mereka hal
ini diketahui berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada salah
seorang informan yang memberikan keterangan kepada peneliti sebagai
berikut:
[K]alau boleh jujur saya pernah berbicara tidak jujur kepada teman
saya sendiri soalnya saya kesal kalau kadang teman-teman itu nanya
untuk hotspot HP saya untuk mabar game online padahalkan kuota
saya juga kritis jadi dari pada saya rugi saya bilang ke teman-teman
kalau saya tidak punya kuota padahal sebenarnya ada.
Berdasarkan keterangan wawancara ini dapat diketahui bahwasannya
pendangkalan karakter religiusitas anak terutama dalam hal prilaku
berbohong sudah terjadi dalam segala situasi baik itu saat berbicara dengan
orang tua, dengan guru di sekolah, bahkan terhadap teman sejawat mereka
sendiri. Dengan adanya situasi ini dapatlah di analisa tingkat keparahan
karakter anak sudah memprihatinkan dan memang perlu di ambil langkah
preventif dan kuratif untuk mengembalikan atau mengokohkan kembali
karakter religiusitas anak di Desa Pembengis.
50 Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, SH, wawancara, tanggal 22
Agustus 2020
37
Setelah melakukan pengolahan data primer dari beberapa informan
dapat ditemukan satu fakta bahwasannya sebagian anak di Desa Pembengis
melakukan kebohongan terhadap orang tua pada teman sebaya bahkan guru
disekolah. Fakta-fakta ini bertentangan dengan teori anak yang memiliki
karakter sosio religiusitas yang kuat yang mana semestinya anak yang
memiliki karakter itu harus berprilaku sesuai dengan hati nuraninya. Hal ini
sebagai mana yang dinyatakan didalam teori yang di kemukakan oleh Doni
Kusuma yang mengatakan bahwa anak yang memiliki karakter itu harus
bertindak secara konsisten dari hati nuraninya.51
Berdasarkan observasi peneliti pada hari yang lain, ditemukan adanya
kebiasaan anak-anak di Desa Pembengis tersebut untuk berkumpul sampai-
sampai menyia-nyiakan waktu luang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Aktivitas ini selalu terjadi hampir setiap malam, kecuali apabila pada malam
hari tersebut turun hujan yang cukup deras, maka tidak ditemui beberapa
anak yang berkumpul di sudut Desa Pembengis . Lokasi tempat mereka
berkumpul ini adalah di halaman warung-warung yang sudah tutup. Mereka
kadang berkelompok hingga beberapa orang, bercengkerama dengan suara
keras apalagi di saat mereka (main bersama) game online yang pastinya akan
sangat bising. Hal ni tentu akan menggangu warga lainya yang butuh
istirahat.52
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang anak yang
ikut serta berkumpul dalam bermain game online di Desa Pembengis tersebut
mengatakan bahwa kegiatan mereka itu hanyalah sekedar hobi dan ingin
bercengkrama dengan teman-teman saja karena mereka menganggap saat-saat
mabar tersebut lebih seru sampai-sampai lupa waktu. Berikut ini komentar
informan selaku anak di Desa Pembengis:
[M]enurut saya, kegiatan kami ini tidak ada yang salah bahkan bagi
kami mabar ini sudah menjadi rutinitas. Kami merasa senang senang
saat mabar tersebut sampai-sampai lupa waktu karena kami sangat
51 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56 52
Observasi tanggal 06 Agustus 2020
38
bosan dirumah saja walaupun sebenarnya banyak sekali PR-PR di
sekolah yang menjadi tidak terselesaikan.53
Berdasaran wawancara di atas diketahui bahwa dalam pandangan anak
Desa Pembengis, kegiatan mereka itu adalah kegiatan hiburan yang mereka
anggap tidak ada yang keliru dengan perbuatan berkumpul mereka itu
meskipun waktu menjadi terbuang sia-sia. Dari sini sudah cukup jelas bahwa
sebagian anak tersebut tidak mengerti dan tidak memiliki pengetahuan serta
konsep diri bagaimana cara bertindak yang benar dan dibolehkan dari
masyarakat dan mana yang tidak boleh dan melampaui batas.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada informan yang lain terkait
dengan adanya fenomena sebagian anak di Desa Pembengis yang bersikap
acuh dengan lingkungan sekitar mereka, hal ini dengan sangat jelas dapat
terlihat saat anak tersebut berkumpul untuk bermain game online secara
bersama-sama. Berikut hasil wawancara dengan informan tersebut.
[S]aya dan teman-teman hampir setiap malam melakukan kegiatan main
bersama game online yaitu Free Fire apalagi ketika hari libur seperti
malam minggu kami bisa bermain sampai larut malam dan sangking
serunya bermain kadang-kadang suara pun agak berteriak sangking
menikmati permainan. Kadang-kadang ada juga teguran dari tetangga
kami yang terganggu dengan kegiatan kumpul-kumpul bermain
bersama ini.54
Berdasarkan wawancara diatas dapat disinyalir adanya pendangkalan
religiusitas anak di Desa Pembengis dalam konteks ketidak pedulian mereka
terhadap lingkungan disekitar hal ini di indikasikan dari hasil penelusuran
dari wawancara tersebut terungkap bahwa ada beberapa kali anak di tegur
langsung oleh warga masyarakat yang terganggu dengan kebisingan yang di
ciptakan saat anak-anak di Desa Pembengis bermain game online.
Berdasarkan hasil wawancara dua informan sebelumnya dapat diketahui
bahwasannya telah terjadi pendangkalan nilai karakter religiusitas dimana
sang anak tidak memiliki kepekaan dengan lingkungan sekitar mereka hal ini
53Anak di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, TH, Wawancara, tanggal 07
Agustus 2020 54
Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, BN, wawancara, tanggal 19
Agustus 2020
39
di tandai dengan adanya prilaku anak di Desa Pembengis saat mereka
bermain game online mereka tidak lagi menyadari tugas-tugas mereka
sebagai siswa denagn cara melalaikan segala perintah yang diberikan oleh
guru mereka dilingkungan sekolah bahkan tak jarang pula kondisi ini
membuat sang anak abai dengan hak-hak orang lain disekitar mereka untuk
beristirahat.55
Dari dua kondisi ini peneliti menganalisis bahwasannya telah terjadi
pendangkalan karakter yang serius pada sebagian anak di Desa Pembengis
yang perlu untuk diperhatikan solusinya agar situasi ini tidak terus terjadi
dimasa yang akan datang.
Dari paragraf diatas diketahui bahwasannya sebagian anak di Desa
Pembengis juga memiliki pendangkalan karakter religius dalam hal
ketidakpedulian mereka dengan lingkungan sekitar hal ini tentu saja tidak
bersesuaian dengan teori yang ideal dari pada anak yang memiliki karakter
yaitu semestinya memiliki kepekaan sosial yang tinggi hal ini telah di
terangkan dalam teori yang di jelaskan oleh Doni Kusuma bahwa karakter
anak yang kokoh itu salah satunya adalah memiliki kepedulian terhadap
orang lain dan terbuka terhadap pengalaman dari luar. 56
Hasil lanalisa peneliti ternayata dampak dari pada bermain game online
itu juga mengganggu tingkat emosional anak yang mana anak yang
kecanduan game online cendrung tidak dapat mengendalikan emosi mereka
hal ini diketahui melalui wawancara yang peneliti lakukan kepada salah
seorang informan sebagai berikut:
[S]aat saya bermain game online tanpa saya sadari kadang kala ucapan
saya menjadi kasar saya juga tidak tau mengapa bisa menjadi seperti ini
malahan kadang-kadang sangking kesalnya dengan game online ini
malah tangan saya refleks membanting HP ini sepontan saja terjadi dan
55 Observasi, 20 Agustus 2020
56 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56
40
saya sekali lagi tidak tau mengapa dan kenapa saya bisa sampek seperti
ini sulit sekali bagi saya mau mengontrol emosi.57
Dari pernyataan anak diatas hasil analisa peneliti mendapati bahwa di
Desa Pembengis sebagian anak mengalami ketidak setabilan emosional
terutama dikalangan mereka yang cendrung permainan game online di HP
mereka. Bahkan lebih dalam dapat di analisis efek dari game online tersebut
menciptakan generasi muda yang tidak stabil dalam mengelola emosi mereka.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan ternyata kemajuan
teknologi di era revolusi industri 4.0 tidak selalu membawa efek positif bagi
manusia khususnya dikalangan anak di Desa Pembengis. Tidak jarang
dijumpai dilapangan justru kemajuan teknologi di salah gunakan oleh anak-
anak tersebut sehingga berdampak pada tidak stabilnya kondisi emosi sang
anak. Hasil analisis ini telah diperkuat melalui jawaban yang dilontarkan oleh
informan diatas.58
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulakan telah terjadi degradasi nilai
karakter religiusitas pada sebagian anak di Desa Pembengis khususnya dalam
hal ketidak stabilan emosi yang dapat membuat terguncangnya kejiwaan sang
anak. Fenomena ini perlu dapatnya perhatian agar tidak dapat berlanjut pada
masa-masa yang akan datang.
Fenomena dari temuan diatas menunjukkan adanya pendangkalan nilai
religiusitas anak yang ditunjukkan dengan kondisi emosi yang tidak stabil
padahal secara teoritis anak yang berkarakter kuat itu menurut Doni Kusuma
adalah anak yang mampu secara konsisten mengelola emosi.59
Peneliti juga berkesempatan melakukan wawancara dengan salah
seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) di Desa Pembengis yaitu Nela Asniati yang
merupakan staff Desa Pembengis yang menuturkan bahwa anaknya NV yang
sedang duduk dibanguku SD kelas VI jika keluar masuk rumah sudah jarang
57 Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, UN, wawanacara, tanggal 20
Agustus 2020 58
Observasi, 22 Agustus 2020 59
Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56
41
sekali mengucapkan salam. Hal ini menjadi kegelisahan tersenidir bagi Ibu
Nela tersebut. Berikut penuturan beliau:
[A]gak susah kak untuk sekarang ini, karena zamanya sudah berbeda
sekali ya. Anak saya aja yang di SD sekarang itu sulit sekali rasanya
untuk memberikanya pengertian. Sudah berapa kali saya mengingatkan
untuk memberikan salam kalau mau masuk dan keluar rumah, tetapi
agak sulit kak. Anak saya itu cuma sekedar nyelonong aja.Mana
ngajinya juga jarang sekarang. Apalgi semenjak ada acara sinetron
remaja di TV., aduh susah mau ngajinya lepas Maghrib itu.60
Berdasarkan wawancara tersebut di atas diketahui bahwasanya kegiatan
pengajian anak (PAMI) Ibu Nela menjadi terganggu akibat dari kemajuan
teknologi dan tayangan hiburan yang komersial di televisi. Sehingga anak
kehilangan kesadaran diri untuk mengisi waktu Maghrib tersebut dengan
kegiatan mengaji al-Quran.
Kemudian salah seorang informan lain menunjukkan adanya fenomena
ketidakdisiplinan seorang anak didalam menjalankan serta menyelesaikan
tugas-tugas pribadinya misalnya saat anak berada didalam rumah terdapat
satu fenomena adanya sebagian anak yang lalai dengan tugas-tugas harian
yang dibebankan kepadanya seperti mencuci piring kotor dan lain
sebagainnya. Berikut hasil wawancara dengan informan tersebut:
[J]ujur saja kak kadangkala sulit sekali rasanya kami untuk disiplin
dalam melaksanakan pekerjaan kecil dirumah seperti misalnya dirumah
itu saya diberi tugas mencuci piring kotor oleh mamak tapi jarang sekali
tugas itu saya kerjakan tepat waktu dan justru lebih banyak melalaikan
dalam mencuci piring kotor.61
Berdasarkan keterangan informan diatas dapat di analisis satu fenomena
sebagian anak yang tidak konsisten untuk menjalankan tugas dirumah mereka
secara disiplin dan konsisten bahkan boleh diakatakn sebagian besar anak
memiliki sikap abai terhadap nilai-nilai kedisiplinan dalam perkara-perkara
kecil dan sederhana.
60Staff Kantor Desa Pembengis,Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Nela Asmiati, Wawancara,
tanggal 21 Agustus 2020 61
Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, BA, wawancara,tanggal 09 Juni 2020
42
Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwasannya anak di Desa
Pembengis tidak memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam hal mengerjakan
tugas-tugasnya padahal sesungguhnya secara teoritis sebagaimana yang di
ungkapkan oleh Doni Kusuma seorang anak yang memiliki karakter yang
kokoh itu adalah anak yang memiliki standar pribadi yang tepat, disiplin,
serta konsisten dengan standar tersebut.62
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dinyatakan diatas dapat
dianalisis bahwasannya telah terjadi degradasi nilai karakter religiusitas
sebagian anak di Desa Pembengis terutama dalam hal prilaku-prilaku anak
yang bertentangan dengan hati nuraninya seperti pristiwa sang anak yang
masuk rumah tanpa mengucapkan salam, tidak mengikuti kegiatan pengajian
Qur‘an dirumah guru ngaji mereka dan lain sebagainya. Dua kasus ini
mengindekasikan telah terjadinya pendangkalan nilai religiusitas.63
Peneliti menemukan pula perilaku pendangkalan sosio-religiusitas anak
adalah mereka yang membolos sekolah. Mereka bahkan sangat berani bolos
sekolah mengajak teman-teman yang lain. Prilaku ini biasanya dilakukan bagi
anak-anak yang rumahnya dekat denagan sekolah. Fenomena ini peneliti
dapatkan saat mewawancarai salah seorang anak yang memberikan jawaban
sebagai berikut:
[S]aya pernah bolos dari sekolah kak. Tapi agak jarang juga saya
melakukan itu hal itu pernah terjadi kebetulan saya diajak oleh teman-
teman saya bolos sekolah karena kami sudah ada janji untuk bermain
bersama di lapangan. 64
Senada dengan apa yang dinyatakan oleh HI di atas, DW juga
menyatakan kepada peneliti bahwa ia juga pernah minggat dari sekolah ketika
jadwal pelajaran belum berakhir di sekolah. Menurutnya pelajran di sekolah
membosankan sehingga ia memilih untuk pulang lebih awal dari pada
62 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56 63
Observasi, 09 Juni 2020 64
Anak di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, HI, Wawancara, tanggal 11
Juni 2020
43
mengikuti saat salah seorang anak memberikan keterangannya kepada
peneliti sebagai berikut:
[S]aya memang pernah minggat kak waktu jam pelajaran masih
berlangsung hal ini kami lakukan karena saya tidak suka dengan
pelajaran mate-matika makanya saya langsung pulang saja dan memilih
untuk minggat walaupun saya tau sebenarnya perbuatan minggat ini
melanggar peraturan sekolah.65
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwasanya DW memilih
untuk minggat dari pada menunggu pelajaran mate-matika berakhir. Karena
bagi DW pelajran tersebut membosankan dan ia pun nekat bolos sekolah dan
melanggar peraturan kedisiplinan peraturan di sekolah tersebut. Berdasarkan
pengamatan peneliti, kejadian ini memang masih banyak dilakukan oleh para
siswa-siswa SD dari Desa Pembengis lainya. Misalnya yang mengikuti DW
minggat saja biasanya adala lima orang teman-temanya.66
Kasus yang serupa juga di alami oleh seorang anak yang juga pernah
melakukan bolos sekolah dikarenakan anak tersebut memang hanya mengikuti
tren dari pada teman-temannya sekelas supaya dianggap anak yang hebat dan
gaul tanpa menyadari bahwa perbuatan tersebut tentu akan merugikan dirinya
sendiri dimasa akan datang. Adapun isi wawancara dengan informan tersebut
adalah sebagai berikut :
[B]enar sekali memang saya pribadi pernah bolos dari sekolah
dikarenakan saya ikut-ikutan denagn teman-teman lainnya yang juga
minggat dari kelas. Karena bagi saya lebih mementingkan pergaulan
karena kalau saya tidak ikut nanti dianggap tidak setia kawan. Jadi saya
minggat ini sebenarnya bukan karena bosan dikelas melainkan karena
ajakan dari teman-teman.67
Berdasarkan hasil wawancara diatas ternyata anak tersebut tidak
mengetahui konsekuensi dari tindakannya bolos dari sekolah rata-rata anak
yang bolos tersebut tidak membayangkan konsekuensi negatif yang akan
65Anak di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, DW, Wawancara, tanggal 12
Juni 2020 66
Observasi tanggal 12 Agustus 2020 67
Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, ZI, wawancara, tanggal 30 Juli 2020
44
mereka terima ketika tidak mengikuti pelajaran disekolah yang mana mereka
malah mementingkan hubungan antar kelompok atau geng mereka sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data primer dilapangan
diketahui bahwasanya terdapat indikasi-indikasi telah terjadi pendangkalan
karakter religiusitas yang ditunjukkan dengan adanya fenomena anak yang
tidak mengerti arti kedisiplinan sehingga mereka lebih memilih untuk bolos
dari sekolah situasi ini tentu sangat kontras menunjukkan pendangkalan
karakter yang tentunnya perlu diambil langkah yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.68
Fenomena pendangakal religiusitas di Desa Pembengis juga tampak
melalui satu perbuatan dimana sebagian anak ketika melakukan sesuatu
mengharapkan imbalan dari pekerjaan mereka itu, padahal secara teoritis
karakter seorang diakatakan kokoh saat mereka mampu untuk berbuat
kebaikan secara ikhlas tanpa mengharapkan ganjaran ataupun balasan dari
orang yang dibantunya. Fenomena ini terdapat dan terungkap melalui hasil
wawancara yang peneliti lakukan dilapangan kepada salah seorang informan
yang memberikan keterangan sebagai berikut:
[S]ebenarnya saya sering sekali diberikan tugas oleh orang tua dirumah
misalnya saat bapak menyuruh saya ke toko untuk membeli rokok saya
langsung bersegera untuk membelinya sambil didalam hati saya
berharap sekali agar bapak saya dapat memberikan saya upah untuk
membeli jajan.69
Berdasarkan wawancara diatas semakin menguatkan dugaan peneliti
tentang adanya degradasi karakter khususnya dalam aspek fenomena anak
yang meminta pamrih saat diberikan suatu tugas oleh orang lain. Padahal
sebagaimana dijelaskan dalam indikator karakter yang religius idealnya
seorang anak tidak mengharapkan apapun saat melakukan satu pekerjaan.70
68 Observasi, 04 Agustus 2020
69 Anak Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, AA. Wawancara, tanggal 05
Agustus 2020 70
Observasi, 07 Agustus 2020
45
Dari data primer diatas peneliti berhasil mengumpulkan temuan bahwa
sebagian anak di Desa Pembengis itu berprilaku meminta pamrih usai
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka padahal secara teoritis
jelas dikatakan oleh Doni Kusuma bahwa anak yang kuat karakter
religiusitasnya adalah mereka yang memiliki kesadaran tanggung jawab
sosial dan menerimanya tanpa pamrih.71
Setelah melakukan pengumpulan data primer dan kemudian
menganalisisnya diperolehlah informasi bahwa telah terjadi pendangkalan
nilai karakter religiusitas yang beragam bentuknya dikalangan sebagian anak
di Desa Pembengis diantaranya yaitu: adanya anak yang tidak mampu
mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakannya, adapula anak yang
tindakannya bertentangan dengan hati nuraninya, adanya anak yang tidak
peduli dengan lingkungan sekitar, emosional, meminta pamrih atas perbuatan
yang dilakukan dan kurangnya pemahaman kedisiplinan bahkan adanya anak
yang tidak sadar akan pentingnya pendidikan.72
B. Faktor Penyebab Kondisi Sosio-Religius Anak di Desa Pembengis
Ruang lingkup kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat. namun demikian, di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, termasuk di Desa Pembengis masih dijumpai tindakan-tindakan
yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.
Kedangkalan karakter religiusitas yang terjadi di Desa Pembengis
khususnya yang terjadi dikalangan anak-anak disebabkan oleh faktor
psikologis yang berakar pada persoalan lingkungan di mana anak tersebut
tinggal. Hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh Ibu Syamsidar A.B kepada
peneliti sebagai berikut:
[B]egini ya kak, dalam pandangan Ibu, kondisi religiusitas di Desa
Pembengis ini cukup memprihatinkan. Ibu menjumpai kadangkala ada
71 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
(Jakarta:Grasindo,2007),hal.56 72
Observasi, 03 Agustus 2020
46
beberapa anak laki-laki sudah tindak segan-segan lagi bahkan nekat
untuk mengendarai sepeda motor padahal kita tau mereka tidak akan
mungkin sudah memiliki SIM. Parah nya lagi Ibu melihat sepertinya
anak-anak tersebut merasa bangga ketika sudah bisa membawa motor
mereka tidak jarang kebut-kebutan dan bisa membahayakan pengguna
jalan yang lain. Itulah yang saya amati di Desa Pembengis ini.73
Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa perasaan bangga sang
anak saat membawa motor di jalan raya merupakan sesuatu yang hebat
padahal perbuatan itu jelas-jelas di larang dalam Norma Perundang-undangan
dan Agama. Hal ini juga dipahami sama oleh Bapak Zainal Abidin yang
menuturkan kepada peneliti sebagai berikut:
[K]alau menurut bapak, perilaku yang kurang baik, tidak memandang
orang tua lagi, memang sudah macam inilah kenyatannya. Apalagi di
zaman sekarang banyak sekali anak-anak yang sudah tidak hormat
dengan orang tua mereka sendiri apalagi yang bukan orang tua mereka
kalau kita tegur supaya tidak membawa motor di jalan raya mereka
acuh tak acuh seolah-olah tidak menganggap apa yang sudah kita
nasehati.74
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa ternyata pendangkalan
nilai karakter religiusitas dikalangan anak di Desa Pembengis itu terjadi
dengan kesadaran bahwa perilaku itu memang salah dalam perspektif agama
dan Norma Perundang-undangan. Asusmsi ini muncul karena berdasarkan
pengamatan peneliti di lapangan, memang perbuatan-perbuatan yang
menunjukkan kedangkalan karakter religiusitas tersebut justeru dilakukan oleh
anak yang berpendidikan.75
Bapak Desman juga menambahkan pendapatnya mengenai faktor
penyebab terjadinya pendangkalan karakter religiusitas di Desa Pembengis ini
khususnya dikalangan anak-anak dikarenakan adanya krisis identitas pada diri
anak itu sendiri. Berikut pernyataan beliau kepada peneliti:
[M]enurut bapak, kelompok anak di Desa Pembengis ini memang
kelihatanya sudah kehilangan jati diri.Mereka tidak mengenal siapa diri
mereka dan kemana mereka akan melangkah. Dalam pandangan bapak,
73Guru, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Syamsidar, A.B, wawancara,
tanggal 01 Agustus 2020 74
Tokoh Masyarakat, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Zainal Abidin,
wawancara, tanggal 02 Agustus 2020 75
Hasil Observasi tanggal 03Agustus 2020
47
yah mereka ini seperti anak-anak saja, dan kegiatan mereka hanya
bermain tanpa ada usaha untuk mencari kegiatan positif.76
Berdasarkan data wawancara di atas, diketahui bahwa pendangkalan
nilai karakter religiusitas terjadi akibat dari adanya krisis identitas.
Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, hal ini terjadi sebagai akibat
adanya teori yang mengatakan bahwa terjadinya pendangkalan karakter
religiusitas terjadi karena krisis identitas yang bersumber pada situasi anak,
dimana anak tersebut mulai terbentuknya perasaan dari seorang anak tersebut
selalu ingin disebarluaskan dalam kehidupan sehari-hari, dan adapun yang
kedua adalah mulai tumbuhnya identitas peran.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, pendangkalan karakter
religiusitas di Desa Pembengis ini khususnya dikalangan anak-anak ini
disebabkan oleh kurangnya kontrol diri.77
Terkait akan informasi ini, peneliti
peroleh setelah melakukan wawancara dengan H. Komaruddin yang
menuturkan kepada peneliti sebagai berikut:
[A]nak-anak di Desa Pembengis ini sepengetahuan bapak sebagian ada
yang tidak bisa membedakan tingkah laku yang pantas dengan yang
tidak pantas. Malah kadang-kadang itu, yang tahu itu tidak pantas pun
masih melanggarnya. Barangkali mereka ini anak-anak yang tidak bisa
mengontrol diri untuk konsisten dengan tingkah laku yang baik yang
sudah dia ketahui itu. Sehingga kalau ada ajakan dari temanya untuk
main di warnet misalnya, sudah lah itu, maka merekapun langsung
berkumpul di warnet sampai-sampai lupa waktu.78
Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa pemahaman dan
kesadaran akan perilaku yang tidak baik dan pengaruh dari teman sebaya
memberikan kontribusi terhadap transformasi ke arah pendangkalan nilai
karakter religiusitas khususnya di kalangan anak-anak di Desa Pembengis.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, kasus-kasus
pendangkalan nilai karakter religiusitas yang terjadi di Desa Pembengis
76Kades, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, wawancara, tanggal 04 Agustus
2020 77
Observasi tanggal 05 Agustus 2020 78
Imam Masjid, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, H. Komaruddin,
wawancara, tanggal 06 Agustus 2020
48
tersebut juga terjadi disebabkan sudah tidak berjalanya lagi aktivitas sekolah
arab pada waktu sore hari selama pendemi Covid-19 ini. Hal ini secara
langsung dan tidak langsung juga mempengaruhi munculnya pendangkalan
nilai karakter religiusitas di Desa Pembengis tersebut. Informasi ini peneliti
peroleh bedasarkan penuturan salah seorang tokoh masyarakat di Desa
Pembengis sebagai berikut:
[S]aat ini saya cukup prihatin melihat keadaan anak-anak di Desa
Pembengis ini.Mereka sangat jauh sekali akhlaknya jika dibandingkan
dengan zaman bapak dahulu. Kalau zaman bapak dulu pengajian
maghrib isya itu sangat sering dilakukan. Tapi kondisinya untuk
sekarang ini sudah jauh berbeda. Entahlah apalagi sejak pendemi
Covid-19 sekolah arab di Desa ini di tutup total sehingga anak-anak di
Desa ini tidak memperoleh akses ilmu-ilmu agama akhirnya berdampak
kepada karakter religius anak yang semakin menurun.79
Menurut peneliti, pendangkalan nilai karakter religiusitas juga
disebabkan oleh : pengaruh lingkungan, kemajuan teknologi, perceraian orang
tua, atau perselisihan antar anggota keluarga juga bisa memicu perilaku
immoral anak-anak di Desa Pembengis. Sebagai penekanan, pendidikan yang
salah di keluarga pun seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama yang cukup kepada anak atau penolakan terhadap anak juga
dapat bertanggung jawab terhadap munculnya pendangkalan karakter
religiusitas di kalangan anak-anak di Desa Pembengis.80
79
Imam Masjid, Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, H. Komaruddin,
wawancara, tanggal 06 Agustus 2020 80
Hasil Observasi tanggal 07 Agustus 2020
BAB IV
HAMBATAN DAN UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN
KARAKTER RELIGIUS PADA ANAK
A. Faktor Penghambat Orang Tua dalam Menanmkan Karakter Anak di
Desa Pembengis
Pada umumnya di usia 6-12 tahun itu anak-anak senang bermain, dia tidak
maudiajarkan shalat wajib, bermacam alasan yang disampaikan mereka kepada
orang tuanya agar tidak mengerjakan shalat. Orang tua dalam membimbing dan
melaksanakan shalat wajib lima waktu sehari semalam. Sebab dikatakan demikian
karena ditangan ibu bapaklah akan lahir orang-orang yang berguna dan
bermanfaat bagi negara, dan di tangan ibu bapak pulalah akan lahir orang-orang
yang bertutur lemah lembut.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penelis di
Desa Pembengis, berikut ini dipaparkan beberapa kendala yang dihadapi orang tua
dalam menanamkan karakter religius shalat wajib pada anak, yaitu:
1. Lingkungan dan Pengaruh Media Sosial
Faktor lingkungan sangatlah mempengaruhi kepribadian anak, karena
anak disamping dia di lingkungan keluarga, orang tua juga tidak bisa
sepenuhnya dan tidak bisa mengelak bahwa anak juga lebih banyak
menghabiskan wakytunya dengan teman-temannya, dan pengaruh media
telivisi, handphone, internet, juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi
oleh orang tua dalam menanamkan karakter religius pada ibadah shalat wajib
pada anak di Desa Pembengis. Sebagaimana hasil wawancara dengan orang
tua bapak Lukman :
[K]endala yang saya hadapi dalam mendidik anak saya yakni
kesibukan saya, karena saya maupun istri bekerja sampai sore, jadi
sedikit waktu kami dalam memperhatikan anak terhadap pelaksanaan
shalat anak setiap hari.81
81
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Lukman,
wawancara, tanggal 22 Juni 2020
49
50
Kemudian ditambahkan lagi oleh ibu farida yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
[K]esusahan untuk meningkatkan ilmu agama terhadap anak kami,
terkadang terpengaruhnya dengan handphone, sehingga lupa semua
kewajiban.Tidak jarang omongan kami selaku orang tua tidak
didengarnya, terlebih lagi mereka sering meniru adegan-adegan di
televisi yang tidak mendidik.82
Senada dengan ibu Farida di atas, ada pula tambahan informasi dari
bapak Zainudin yang mengatakan sebagai berikut:
[A]nak kami sangat susah kalau dikasih tau, terkadang tidak jarang
mereka melawan dan membantah perkataan kami.Kadang mereka
lebih memilih bermain bersama teman-temannya.Sering juga mereka
bergaul dan meniru adegan-adegan film-film di televisi yang sangat
tidak mendidik.83
2. Background Pendidikan Orang Tua yang Rendah
Asal pendidikan orang tua merupakan hal yang penting di dalam
mendidik anak, merupakan suatu faktor yang dominan dalam mempengaruhi
pendidikan anak karena orang tua adalah lingkungan pertama anak menerima
pendidikan, apalagi pendidikan agama. Asal pendidikan orang tua banyak
mempengaruhi cara orang tua dalam mendidik anak-anaknya, karena orang
tua yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) dengan orang tua yang tamat
Perguruan Tinggi atau dengan orang tua yang hanya mengenyam pendidikan
agama, tentu berbeda-beda dalam mendidik anaknya. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara bapak Hidayat sebagai berikut:
[W]alaupun saya tidak terlalu tahu tentang pendidikan agama, tapi
saya selalu menyuruh dan membimbing anak saya untuk terus
memperdalam dan meningkatkan kualitas ibadah dan shalat wajibnya.
Baik dirumah, di mesjid, dan saya pun memasukkan anak saya ke
Taman Pengajian Alquran (TPA), karena saya tidak ingin anak saya
seperti saya.Saya memang buta dengan pendidikan agama karena dari
82
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabr, Ibu Farida, wawancara,
tanggal 23 Juni 2020 83
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Zainudin,
wawancara, tanggal 24 Juni 2020
51
kecil saya tidak pernah mendapat pendidikan agama, tapi saya tidak
akan tinggal diam terhadap anak saya.84
Orang tua yang tinggal di Desa Pembengis yang tidak mengerti
tentang agama, sangat sulit sekali dalam mendidik anak mereka. Hal ini
terlihat ketika anak bertanya tentang shalat, para orang tua hanya mampu dan
dapat menyerahkan kepada guru mereka, bahkan ada orang tua yang meminta
anaknya menanyakan langsung kepada guru di sekolah atau TPA.
3. Kondisi Anak yang Malas
Satu lagi kendala yang dihadapi orang tua, yakni faktor dari anak itu
sendiri yaitu karena malas untuk melaksanakan shalat. Hal ini bisa jadi karena
anak tersebut terlalu dimanjakan oleh salah satu orang tuanya, atau dia juga
melihat orang-orang sekitarnya atau teman-teman sepermainnanya yang juga
tidak melaksanakan shalat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Mira
Fahira sebagai berikut:
[S]aya selaku orang tua rasanya sudah sering mengajar anak saya
untuk melaksanakan shalat, tetapi sampai saat ini sepertinya dia sangat
malas untuk melakukan shalat, karena semakin sering menonton
televisi, dan bapaknya pun terlalu memanjakannya. Jadi, walaupun
saya marah, dia tidak merasa takut, karena ada yang akan
membelanya.85
Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh ibu Ria…
[S]ewaktu-waktu anak saya berusia 6 tahun, dia sudah saya ajarkan
untuk shalat, saya bimbing untuk melakukan shalat, tetapi usianya
yang sekarang ini dia sangat malas untuk melaksanakan shalat,
walaupun sudah saya perintahkan, tetapi tetap saja jawabannya malas
atau capek. Rasanya saya sudah kewalahan juga menghadapi anak
saya.86
Memang ada saja hambatan atau masalah yang dihadapi oleh orang
tua dalam membimbing anak-anak mereka, terhadap masalah yang dihadapi
oleh orang tua ini, para orang tua mencoba dan terus mencoba mengatasinya
84Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Hidayat,
wawancara, tanggal 29 Juni 2020 85
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Mira Fahira, wawancara,
tanggal 01 Juli 2020 86
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ria, wawancara, tanggal
02 Juli 2020
52
sehingga apabila telah sampai pada saatnya nanti. Supaya mereka tidak
disalahkan oleh anak-anak mereka.
Dari observasi yang dilakukan penulis terlihat bahwa para orang tua di
Desa Pembengis tetap mendorong dan memotivasi anak-anak mereka untuk
melakukan shalat walaupun itu dilakukan dengan memberikan hukuman
kepada anak karena mereka menganggap bahwa anak sekarang ini jika
dibiarkan tanpa hukuman mereka tidak akan menurut dalam melaksanakan
shalat. Di lain pihak ada juga orang tua yang hanya memberikan nasehat saja.
Ini semua menunjukkan bahwa orang tua yang memperhatikan anak-
anak mereka untuk meningkatkan karakter religius dalam shalat wajib akan
tetapi terus berusaha memberikan dorongan yang sangat tinggi karena orang
tua memang harus bersikap sabar dalam menghadapi anak-anaknya.
B. Upaya Orang Tua dalam Menanamkan Karakter Religius Pada Anak
Sebagai masyarakat yang mayoritas lingkungannya adalah muslim, sudah
banyak tentu corak kemuslimannya yang terlihat jelas yang tercermin dari cara
hidup masyarakat, keluarga, dan pergaulan sehari-hari, lingkungan keluarga bagi
anak yang menjadi bekal utama yang sangat menentukan dari menjadikan jaminan
dalam bermasyarakat secara lebih baik.
Perhatian orang tua jauh lebih penting karena ini mengingatkan betapa
menentukannya usaha dan pengaruh orang tua dalam membentuk sifat, watak, dan
akhlak anak-anaknya. Kedua orang tua yang paling berpedoman adalah seorang
ibu, kerena surga itu berada di bawah telapak kakinya. Ibu selalu berusaha keras
dan mencurahkan segenap perhatiannya dalam membina pelaksanaan sholat wajib
agar menghasilkan generasi yang sholeh dan sholeheh. Untuk meningkatkan
karakter religius, ibadah sholat wajib yang dilakukan oleh orang tua pada anak di
Desa Pembengis dilakukan dengan berbagai macam cara walaupun ilmu agama
mereka minim, tetapi tetap berusaha bagaimana anaknya bisa mendapatkan
pendidikan agama dengan baik, terutama ibadah sholat wajib ini. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis terlihat beberapa hal yang
dilakukan oleh orang tua dalam pengamalan agama dan akhlak pada anak sebagai
berikut:
53
1. Memprioritaskan Pendidikan Sejak Dini
Yang dilakukan oleh orang tua di desa Pembengis ia memulainya
dengan mendidik anak-anaknya dari kecil, dengan memberikan contoh
menyuruh menghafal bacaan-bacaan shalat, mengerjakan gerakan-gerakan
shalat. Seperti yang di katakan oleh ibu Ita yang memberikan keterangan
sebagai berikut:
[D]i rumah saya mengajarkan sendiri anak saya, mulai dari kecil ketika
dia sudah mulai mengenal, saya mengajarkan gerakan-gerakan shalat,
nulai dari takbiratul ikhram sampai salam. Setelah itu baru saya
mengajarkan bacaan shalat mulai dari niat sampai salam.87
Ditambahkan juga dari hasil wawancara ibu Ita yang menyatkan :
[S]aya memulai dengan memberikan dan mengenalkan peralatan shalat
karena dengan adanya peralatan shalat tersebut kita jadi lebih jelas
mengajarkan cara-cara shlat apalagi bagi anak perempuan, karena
kebetulan anak saya perempuan. Jadi penting sekali. Seperti pada
waktu melipat tangan, mukena tidak harus ikut terlipat dan pada waktu
mengangkat tangan pada saat takbiratul ihram, tangan harus di dalam
mukena.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, terlihat bahwa pendidikan
dirumah merupakan pendidikan awal karena orang tualah sang pendidik awal
bagi anak dirumah, kemudian berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh
orang tua menanamkan karakter religius anaknya dalam melaksanakan shalat
dengan cara mengajak anaknya ketika akan melaksanakan shalat. Kemudian
mengjarkan bacaan sedikit demi sedikit , setelah itu mengerjakan gerakan
shalat mulai dari takbir sampai salam.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh ibu Ita sebagai berikut:
[M]engerjakan bacaan-bacaan shalat memang merupakan pekerjaan
pertama yang harus dilakukan oleh orang tua, karena bila anak belum
diajarkan bacaan-bacaan shalat maka dia akan merasa enggan
melaksanakan sahalat. Dia beranggapan untuk apa shalat kalau
bacaannya saja belum hafal, lagi pula mengajarkan bacaan-bacaan
shalat tidak membutuhkan waktu-waktu khusus, kapan saja ada
kesemapatan bisa dilakukan, tetapi kami bisa mengajarkan anak kami
87Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Ita, wawancara,
tanggal 02 Juli 2020
54
sehabis shalat magrib setelah mengaji, setelah menghafal bacaannya
baru kami mengajarkan gerakannya.88
Selanjutnya ibu Ita mengatakan :
[K]ami selaku orang tua senantiasa mengajarkan bacaan-bacaan shalat
kepada anak kami bahkan mulai dari awal sekali yakni cara mengambil
air wudhu, kemudian doanya, baru kemudian diajarkan bacaan-bacaan
shalat, mulai dari niat, kemudian bacaan-bacaan yang lain. Setelah itu
baru kami mengajarkan gerakannya.
Kemudian di tambahkan lagi oleh bapak Komarudin yang mengatakan
kepada penelti sebagai berikut:
[S]aya mengajari anak-anak shalat sejak mereka berusia 6-7 tahun,
selepas mengaji saya ajarkan bacaan-bacaan dalam shalat, mulai dari
takbiratul ihram sampai salam. Cara mengajarkannya melalui hafalan
sedikit demi sedikit sampai mereka hafal benar dan tidak keliru
bacaannya dan saya juga mengajari gerakan shalat yaitu langsung
menyuruh memperaktekkannya.89
Penulis memahami bahwa pembinaan shalat terhadap anak berawal
dari keluarga, baru anak bisa melaksanakn shalat yang lebih baik itu karena
perhatian orang tuanya. Orang tua bertanggung jawab dalam hal pembinaan
serta perhatiannya dalam pembinaan pelaksanaan shalat wajib bagi anak-
anaknya usia 6 tahun sampai 10 tahun. Sejalan dengan itu kebijak yang
diberlakukan seseorang ibu dan bapak.
Dari pengamatan dan wawancara di atas dapat dilihat bahwa orang tua
dalam mendidik anaknya melaksanakan ibadah shalat diupayakan sejak kecil,
sehingga setelah dewasa anaknya akan terbiasa melaksanakan ibadah shalat
tanpa perlu diperintahkan lagi.
Orang tua di Desa Pembengis kebanyakan telah melaksanakan
kewajibannya yaitu shalat fardhu, demikianlah pula halnya dengan anak-anak
mereka, walaupun mereka tidak rutin melakukan shalat berjama‘ah, yang jelas
mereka telah berusaha dan mendidik anaknya shalat sejak kecil.
88Ibid.
89Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, bapak Komarudin,
wawancara, tanggal 09 Juli 2020
55
Pada umunya anak-anak di Desa Pembengis ini masih kecil-kecil
sudah pandai shalat, namun kadang-kadang kalau anak-anaknya tidak
diperintah oleh ornag tuanya untuk shalat, mereka sering melalaikanya.Anak-
anak di Desa Pembengis ini jarang melakukan shalat atas kesadaran
pribadinya. Di samping itu juga usia anak sekitar 6-12 tahun memang
kebanyakan waktunya dihabiskan untuk bermain, sehingga kalau sudah
bermain lupa waktu shalat.
Seperti yang di katakan oleh ibu Komariah mengenai perhatian
terhadap anaknya:
[S]ejak kecil kami sudah melatih anak-anak kami, mengajar dan
mendidik anak kami tentang agama, karena takut ketika ia besar nanti
akan jadi berandalan, karena tidak mengenal ilmu agama. Oleh karena
itu kami ajari ia mengaji, shalat walaupun mereka belum hafal atau
masih terbata-bata dalam bacaan dan gerakan shalatnya.90
Dalam proses pelaksanaan shalat, ada pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah, salah satu bentuk pendidikan luar sekolah adalah
pendidikan dalam keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama
yang dilalui anak, secara langsung pendidikan anak terpikul pada orang tua,
ayah adalah pemimpin keluarga, orang tua mempunyai peranan yang penting
bagi kehidupan dan keberhasilan anaknya, orang tua bisa membina,
mengarahkan, memperhatikan dan mendidik anak-anaknya untuk
melaksanakan shalat, karena orang tua adalah pendidik pertama bagi anak dan
baik buruknya anak terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.
2. Memberi Contoh Teladan kepada Anak
Salah satu perhatian orang tua yang berada di Desa Pembengis ini
setelah dengan diajari dan dibimbing, mereka melanjutkannya dengan
ketauladanan, karena dengan demikian tentunya anak akan mendapat kesan
positif dari orang tua dan secara tidak langsung akan memberikan pengaruh
yang baik terhadap anak, dan besar kemungkinan anak akan tertarik untuk
belajar melaksanakn shalat, karena melihat orang tuanya memberikan tauladan
90 Orang tua ibu di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Komariah wawancara,
tanggal 13 Juli 2020
56
yang baik, hal ini sebagaimana hasil wawancara penulis dengan orang tua
sebagai berikut:
[M]emang pada pertama-tama yang saya lakukan adalah memberikan
ketauladanan yang baik kepada anak. Dalam hal ini mengenai ibadah
shalat , tujuan saya agar tumbuh keinginan dalam diri anak saya untuk
melaksanakan shalat dan anak saya menjadi lebih termotivasi lagi
untuk belajar melaksanakan shalat.91
Kemudian ditambahkan lagi oleh ibu Sumami memberikan keterangan
sebagai berikut:
[S]aya memberikan ketauladanan kepada anak saya, untuk
memberikan contoh perbuatan dalam melakukan shalat dan lebih
mudah anak untuk belajar cara-cara shalat, setiap saya shalat anak saya
melihat saya shalat dan ia tertarik untuk melakukan shalat, sehingga
anak saya terbiasa tanpa saya suruh dan dia melakukan sendiri.92
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap orang tua ini,
ternyata dengan memberikan ketauladanan kepada anak-anak mereka menjadi
lebih mudah untuk mendidik anak mereka agar melakukan shalat, ini
dibuktikan pada saat shalat maghrib, para orang tua pada sore harinya telah
bersiap dengan peralatan shalat lengkap, baru orang tua tersebut
memerintahkan atas mengajak anak-anak mereka shalat. Hal ini ternyata
memberikan pengaruh positif terhadap anak-anak untuk melakukan shalat,
artinya anak-anak mereka langsung melaksanakan perintah orang tuanya
karena melihat orang tuanya lebih bersiap.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, mengenai
mendidik melaksanakan shalat melalui ketauladanan ternyata memberikan
pengaruh positif kepada anak-anak mereka di dalam melakukan pendidikan
shalat dan cara ini sangat efektif bagi orang tua.
Pembinaan dalam bentuk ketauladanan ini merupakan hal yang sulit
dilakukan oleh seseorang karena mencontoh atau meniru yang baik itu susah
sekali tetapi kalau meniru perbuatan buruk ini sangat mudah sekali dan
91Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Sumarni, wawancara,
tanggal 12 Juli 2020 92
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Komariah Us,
wawancara, tanggal 13 Juli 2020
57
digemari orang. Ketauladanan atau uswatun hasanah ini akan dapat membina
dan membentuk watak dan kepribadian seseorang sesuai dengan ajaran-ajaran
agama Islam.
Berdasarkan wawancara dengan ibu Monalis di Desa Pembengis
menyatakan bahwa:
[D]alam rangka membina pengamalan shalat anak, orang tua harus
mengaplikasikan terlebih dahulu tatacara pelaksanaan shalat karena
merela akan menjadi contoh teladan yang baik bagi anak, semua tata
cara shalat yang benar mulai dari berwudhu sampai melaksanakan
shalat yang dilakukan orang tua akan menjadi teladan bagi anak dalam
melakukan pengamalan shalatnya.93
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa sebelum
menyuruh anak untuk melakukan shalat, terlebih dahulu orang tua
mengerjakan shalat, kemudian memberikan contoh bagi anaknya dalam
pelaksanaan shalat yang benar.
3. Orang Tua MemberikanNasehat
Nasehat pada dasarnya menyampaikan pesan dari sumbernya kepada
pihak yang memerlukannya, banyak dalam al-qur‘an berupa nasehat dan cerita
mengenai para Rasul atau Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW
yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran bagi yang mendengarkan atau
membacanya, agar meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Nasehat ini merupakan bentuk pembinaan yang sangat sacral dalam
membentuk kepribadian seseorang terutama dalam pembinaan pengamalan
shalat anak, nasehat dan pengajaran ini sering diberikan ketika anak bercanda
dalam shalat, lalai, dan dalam shalat bermain-main.
Seiring dengan persoalan di atas bapak Rahmat memberikan
penjelasan sebagai berikut:
[N]asehat ini langsung diberikan kepada anak yang berbuat salah dan
melalaikan kewajiban, apabila ditunggu waktu lain untuk
menasehatinya atau tidak ada pada saat itu juga, maka mengalami
93
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Iam, Tanjabar, Ibu Monalis, wawancara,
tanggal 16 Juli 2020
58
kelupaan baik pada anak maupun orang tua, dan anak tentu akan
berbuat kesalahan yang serupa lagi.94
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa metode nasehat ini
langsung diberikan ketika anak berbuat salah atau menentang apa yang
diajarkan oleh orang tua, dengan tujuan supaya anak tidak membuat kesalahan
yang serupa lagi.
4. Mendidik Melalui Pembiasaan dan Latihan
Melalui pembiasaan dan latihan anak-anak akan aktif melakukan shalat
dan mereka menjadi terbiasa untuk melakukan rutinitas ibadah shalat, hal ini
dilakukan oleh orang tua, karena sebelum anak terdidik untuk mampu
melaksanakn shalat dengan baik dan benar terlebih dahulu ada pembiasaan
dan latihan yang di tanamkan oleh setiap orang tua yang artinya pada saat
mereka diperintahkan untuk shalat, mereka telah terbiasa, hal ini sebagaimana
hasil wawancara penulis dengan bapak Saifullah sebagai berikut:
[S]aya mengajarkan anak melalui pembiasaan yang merupakan
pekerjaan saya begai orang tua, saya melakukan pembiasaan dengan
cara membiasakan anak untuk melakukan shalat yang mudah dulu,
misalnya membiasakan dengan mengajaknya melaksanakan shalat
maghrib, saya beranggapan apabila dia sudah terbiasa melaksanakan
shalat maghrib maka akan mudah apabila diajak untuk shalat yang
lainnya, sepertishalat isya, zuhur, ashar, dan subuhwaktu pagi, maka
saya tetap membiasakannya walau sudah pagi.95
Lain halnya dengan pendapat bapak Rudi yang memberikan
keterangan sebagai berikut ini:
[K]ami selaku orang tua memang senantiasa mengajarkan anak
melalui latihan, dengan memperbanyak latihan anak akan terbiasa
melakukan shalat, tanpa terkecuali shalat 5 waktu, saya selaku orang
tua selalumeluangkan waktu untuk melatih anak saya untuk shalat,
bahkan mulai dari niat wudhu, cara mengambil air wudhu, kemudian
94
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Rahmat,
wawancara, tanggal 19 Juli 2020 95
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Saifullah,
wawancara, tanggal 20 Juli 2020
59
doa. Baru kemudian diajarkan bacaan-bacaan shalat, mulai dari niat
dan bacan-bacaan lainnya.96
Hasil pengamatan penulis yang dilakukan pada orang tua yang berada
menunjukkan bahwa orang tua di Desa Pembengis memang melakukan
pembiasaan dan latihan kepada anak mereka terutama terlihat ketika shalat
maghrib, para orang tua sangat antusias melakukan pembiasaan dan latihan
kepada anak mereka walaupun terlihat sesekali adanya paksaan dari orang tua,
hal ini diakui oleh salah seorang dari orang tua bahwa sesekali anak dipaksa
atau diberi hukuman dan memukul anak ketika berumur sepuluh tahun, agar
mereka mau melaksanakan shalat, dan hasilnya ternyata anak mau melakukan
shalat.
Dari hasil wawancara dan observasi tersebut, maka dapat dipahami
bahwa mengajarkan melalui pembiasaan dan latihan terhadap anak dalam
melakukan shalat dipandang sangat berhasil membimbing anak untuk
melaksanakn shalat walaupum diakui ada paksaan dari orang tua.
Selanjutnya dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap
bapak Husni mengenai pembiasaan dan mengajarkan bacaan-bacaan shalat,
dapat di lihat sebagai berikut:
[S]aya membiasakan mengajarkan anak saya mulai dari umur 6 tahun
ini di sebabkan anak pada umur tersebut masih mudah untuk diatur dan
diajarkan shalat, dengan cara membawanya ke mesjid dan sesekali
saya mengajarkan anak shalat berjamaah di rumah walaupun belum
semua bacaan shalat dapat dihapalkannya, paling tidak ia sudah
mengenal tentang gerakan-gerakan di dalam shalat.97
Pembiasaan dengan bentuk pembiasaan ini merupakan tindak lanjut
dari pembinaan dalam bentuk nasehat karena nasehat yang diberikan tanpa
pembiasaan sesuatu hal atau perbuatan maka nasehat tersebut tidak akan
berarti apa-apa. Hal ini dinyatakan oleh ibu Ririn yang menyatakan bahwa :
96Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Rudi, wawancara,
tanggal 21 Juli 2020 97
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanajabr, Bapak Husni, wawancara,
tanggal 12 Agustus 2020
60
[N]asehat yang diberikan kepada anak tanpa diiringi dengan
pembiasaan, maka pembinaan tidak akan membuahkan hasil seperti
ketika anak sering bercanda dalam shalat, lalu diberi nasehat pada
waktu itu, maka dengan adanya nasehat tersebut mereka terbiasa untuk
tidak bercanda dalam shalat lagi.98
Dengan adanya usaha yang maksimal dan keseriusan orang tua dalam
upaya pembinaan pengamalan shalat anak saat ini telah terlihat kemajuan yang
cukup berarti dalam pengamalan shalat anak. Rata-rata anak-anak di Desa
Pembengis sudah dapat melaksanakan shalat dengan baik, mulai dari bacaan
ruku dan sujud, ketertiban dan juga kedisiplinan waktu. Dilihat dari tata cara
pelaksanaan shalat anak secara umum, kemampuan yang dimiliki anak hampir
merata. Kemajuan pelaksanaan pengamalan shalat anak di Desa Pembengis ini
masih perlu dibina agar lebih baik lagi di masa mendatang.
Pelaksanaan pengamalan shalat secara baik dan sempurna jelas
memberikan dampak yang baik bagi perkembangan mental dan intelektual
anak, kedisiplinan dalam shalat akan member pengaruh dalam kedisipilinan
belajar, sesungguhnya dalam shalat juga berdampak pada keseriusan dalam
belajar demikian seterusnya.
Dari observasi di atas dapat dipahami, dalam meningkatkan kualitas
akhlak anak, orang tua telah berusaha sedemikian rupa demi menjadikan anak
untuk selalu dekat dengan Allah, ikhlas beramal dan berakhlak yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Melalui Praktek Langsung
Berbeda orang tua tentu berbeda pula perhatian yang diberikannya
kepada anaknya, ada orang tua yang langsung memberikan perhatian
pelaksanaan shalat kepada anak-anaknya melalui peraktek langsung untuk
mengetahui alasan para orang tua yang lebih memilih langsung
memperaktekkan gerakan shalat dapat dilihat dari hasil wawancara penulis
dengan ibu Wiwit sebagai berikut:
98Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Ririn, wawancara,
tanggal 14 Agustus 2020
61
[S]aya mengajarkan anak saya shalat dengan cara melalui peraktek
langsung, mulai dari cara berdiri yang betul dan gerakan ruku‘, sujud,
dan duduk yang benar, karena bagaimana nanti ia dapat melaksanakan
shalat dengan baik kalau gerakannya saja tidak tahu.99
Dengan demikian mengajarkan anak dengan memperaktekkan
langsung gerakan-gerakan shalat tidak kalah pentingnya dari hanya sekedar
mengajarkan bacaan-bacaan shalat, keduanya yaitu mengajarkan kepada anak
gerakan dari bacaan, karena seperti yang sudah di jelaskan di atas, agar anak
dapat lebih mudah dan cepat mengingat gerakan dan bacaannya.
Gerakan dan bacaan dapat dilaksanakan anak dengan baik, para orang
tua untuk meluangkan waktunya mengajarkan shalat kepada anak-anaknya,
untuk mengetahui intensitas perhatian orang tua dalam meluangkan waktu
mengajarkan shalat kepada anaknya, dapat dilihat pada hasil wawancara
dengan bapak Susanto sebagai berikut:
[S]aya mengajarkan anak saya seminggu tiga kali juga secara tidak
langsung mengajarkannya dengan mengajaknya berjama‘ah langsung
baik itu dilakukan di rumah maupun di mesjid. Dengan demikian anak
saya belajar dari apa yang dilihatnya, apa lagi anak saya yang baru
berumur 7 tahun, ia begitu bersemangat bila diajak shalat berjama‘ah
termasuk pada saat jama‘ah shalat maghrib di musholla.100
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar orang tua,
mendukung sepenuhnya pelaksanaan shalat bagi anak dengan baik dan besar,
yakni dengan berupaya meluangkan waktunya dengan mengajarkan anak
shalat melalui peraktek langsung.
6. Memberikan Motivasi dan Hukuman
Upaya yang harus dilakukan oleh orang tua untuk memajukan dan
meningkatkan karakter religius anak pada shalat wajib adalah dengan cara
memberi motivasi dan hukuman kepada anak. Memberikan motivasi adalah
merupakan salah satu cara untuk menimbulkan semangat belajar anak, tanpa
adanya motivasi dari orang tuanya (keluarga), maka semangat belajar anak
99Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Wiwit, wawancara,
tanggal 10 Agustus 2020 100
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Susanto,
wawancara, tanggal 19 Agustus 2020
62
tidak akan tumbuh, oleh sebab itu motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan
oleh anak dalam menunjang keberhasilan belajarnya, karena semakin
bersemangatnya anak belajar dan menghapal bacaan-bacaan shalat maka akan
semakin cepat ia bisa mengerjakan shalat dengan baik, sesuai dengan
keterangan yang diperoleh dari wawancara dengan bapak Jumadi yaitu:
[K]ami sebagai orang tua selalu berusaha memberikan dukungan untuk
belajar shalat, membina, membimbing, dan memberikan saran serta
nasehat dan pujian yang berguna bagi anak.Dengan harapan dapat
menimbulkan semangat shalat anak.101
Kemampuan shalat yang dimiliki anak berubah-ubah, terkadang rajin
dan terkadang malas, oleh karena itu sebagai orang tua harus senantiasa
memberikan motivasi agar anak memiliki semangat yang tinggi untuk shalat.
Adakalanya motivasi timbul dari kesadaran anak itu sendiri, dan ada juga atas
dorongan atau pengaruh dari luar yang bersifat nasehat-nasehat, bimbingan,
hadiah dan hukuman, seperti yang di ungkapkan oleh bapak Tio sebagai
berikut:
[S]aya dalam mendidik anak selain memberikan dorongan, nasehat,
dan bimbingan kadang-kadang dengan hukuman agar anak tetap mau
shalat, karena dengan nasehat, dorongan, bimbingan saja terkadang
anak-anak tidak takut dan tetap malas, oleh karena itu dengan
hukuman seperti tidak boleh main atau tidak diberi uang jajan
nampaknya berhasil memotivasi anak-anak agar mau shalat.102
Dari wawancara di atas dapat dipahami bahwa orang tua di Desa
Pembengis pada umumnya telah berusaha semaksimal mungkin mendidik
anaknya untuk melaksanakan ibadah shalat. Anak perlu perhatian dari orang
tua tentang pelaksanaan shalat, apabila sudah berumur sepuluh tahun kalau ia
tidak mau mengerjakan shalat, maka berilah mereka hukuman, supaya mereka
mau melaksanakan shalat.
Desa Pembengis keluarganya lebih berupaya lagi untuk mendidik
anak-anak mereka agar menjadi muslim yang taat, setelah diberikan perhatian-
101Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Jumadi,
wawancara, tanggal 20 Agustus 2020 102
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatn Bram Itam, Tanjabar, Bapak Tio, wawancara,
tanggal 10 September 2020
63
perhatian yang dirasakan cukup oleh orang tua, ternyata masih saja ada anak
yang belum berminat melaksanakan shalat dan karena itulah orang tua di Desa
Pembengis lebih berupaya lagi agar anak-anak mereka mau melaksanakan
shalat. Berikut penulis paparkan hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan oleh penulis di Desa Pembengis, sebagai berikut:
7. Memasukkan anak ke TPA
Seperti yang sudah di jelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa
orang tua yang awam dengan pendidikan agama mereka memasukkan anak
mereka ke TPA yaitu, Taman Pengajian Alquran seperti yang terlihat dari
hasil wawancara dengan bapak Wahid berikut ini:
[A] lasan saya memasukkan anak saya ke TPA karena selain disana ia
belajar mengaji, dia juga belajar bacaan-bacaan shalat, belajar menulis
arab, menghapal doa-doa, dan mereka juga melaksanakan shalat
berjama‘ah. Jadi saya rasa di tempat itu anak saya sudah lengkap
menerima pendidikan agama, yang tidak bisa saya berikan secara
sepenuhnya di rumah.103
Senada dengan pendapat bapak Wahid di atas, ibu Komariah
memberikan keterangan sebagai berikut:
[A] lasan saya yakni agar anak saya bisa lebih mudah menghapal
bacaan-bacaan shalat, karena di TPA bacaan-bacaan shalat dibaca
setiap hari, jadi kalau dia selalu mendengar dia pasti lebih cepat hafal,
lagi pula dia bisa sambil belajar mengaji, ditambah lagi karena
kesibukan kami sehingga kami khawatir anak kami tidak bisa
menerima pendidikan agama lebih mendalam.104
Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis di
Desa Pembengis tersebut dapat dipahami bahwa orang tua yang memasukkan
anaknya ke TPA mempunyai alasan karena di sanalah tempat yang cocok bagi
anak mereka. Karena kurangnya waktu, pengetahuan agama yang terbatas dari
para orang tua untuk mengajarkan sendiri kepada anak-anaknya dirumah.
103Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Bapak Wahid,
wawancara, tanggal 19 Agustus 2020 104
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatn Bram Itam, Tanjabar, Ibu Komariah, wawancara,
tanggal 20 Agustus 2020
64
Lebih lanjut dikatakan oleh ibu Santi yang memberikan informasi
sebagai berikut:
[S]elain memberikan pengetahuan agama yang kami miliki dan
memasukkannya ke SD, kami juga memasukkan anak kami ke TPA,
karena di TPA anak juga bisa mendapatkan pengetahuan agama yang
lebih mendalam.Anak bisa belajar tentang shalat serta akan merasa
senang karena dapat belajar bersama teman-temannya.105
Jadi dapat dipahami bahwa strategi orang tua dalam mendidik
anaknya melaksanakan ibadah shalat, selain orang tua memberikannya di
rumah, mereka juga memasukkannya ke TPA. Menurut pengamatan penulis
upaya yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak melaksanakan ibada
shalat adalah dengan memasukkan anaknya ke TPA dan mengajarinya sendiri
di rumah serta belajar melalui guru mengaji. Karena masalah ibadah itu harus
melalui pendidikan dan pengajaran, hal ini disebabkan karena sebagian orang
tua sibuk bekerja dan latar pendidikan mereka yang minim, hingga
mengurangi perhatian mereka terhadap pendidikan anak. Walaupun demikian
dalam mendidik anak melaksanakan ibadah shalat, orang tua juga
melakukannya dengan semaksimal mungkin.
Pendidikan agama itu hendaknya diberikan kepada anak sejak dini.
Mulai dari bayi sampai dewasa, jika pendidikan agama tidak diberikan sejak
kecil dikhawatirkan waktu tumbuh dewasa akan sukar menerimanya.
Pendidikan agama yang diajarkan waktu kecil merupakan batu loncatan untuk
lebih mudah seorang anak menerimanya. Oleh karena itu sebagai orang tua
harus dapat memberikan pendidikan keagamaan dengan baik.
Seperti keterangan yang diberikan oleh bapak Kirun yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
[S]aya memasukkan anak-anak ke TPA dan mengaji malam di Mesjid
untuk memperoleh pendidikan agama terutama masalah ibadah shalat
kami selalu mengontrol apakah anak-anak sudah bisa shalat apa belum,
jika sudah datang waktu shalat, kami selalu mengjak dan mengingatkan
105Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Santi, wawancara, 20
Agustus 2020
65
anak untuk shalat. Sehingga anak terbiasa melaksanakan shalat dalam
kehidupan sehari-hari.106
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, kebanyakan
orang tua di Desa Pembengis ini memasukkan anaknya ke TPA. Hanya ada
sebagian kecil saja yang tidak memasukkan anaknya ke TPA, hal ini
disebabkan faktor ekonomi orang tua yang tidak mencukupi.
8. Mengajak Anak Shalat Berjama’ah
Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh orang tua dalam rangka untuk
lebih menggerakkan dan mendorong anak untuk melaksanakan shalat ialah
dengan mengajaknya shalat berjama‘ah, karena dengan demikian ia bisa
melihat bahwa orang tuanya bukan hanya bisa memerintah, tetapi juga
senantiasa melaksanakn shalat. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh
penulis dengan ibu Hindun yang menerangkan:
[U]paya yang saya lakukan terhadap anak saya yakni dengan cara
mengajaknya shalat berjama‘ah. Karena dengan demikian ia bisa lebih
mudah mengingat gerakan-gerakan shalat sekaligus lebih mudah
menghapal bacaan-bacaan shalat maupun surat-surat pendek.
Tujuannya saya mengajak anak saya shalat berjama‘ah yakni agar
menjadikan dia terbiasa melakukan shalat, karena dia melihat orang
tuanya juga melakukan shalat.107
Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa mengajak anak
untuk turut serta shalat berjama‘ah banyak sekali manfaatnya yakni agar anak
lebih mudah mengingat gerakan-gerakan shalat dan mudah menghapal
bacaan-bacaan shalat sekaligus juga mendidik anak untuk lebih terbiasa untuk
melakukan shalat.
Upaya yang dilakukan orang tua selanjutnya adalah selalu
mengingatkan anak untuk terus melaksanakan shalat apabila waktunya telah
tiba, supaya anak mudah mengingat waktu-waktu shalat dan dengan
106
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bra Itam, Tanjabar, Bapak Kirun, wawancara,
tanggal 12 Agustus 2020 107
Orang Tua di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Hindun, wawancara,
tanggal 01 September 2020
66
sendirinya anak akan merasa kalau dirinya benar-benat diperhatikan.
Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Kosasi yang mengatakan bahwa :
[S]aya selalu mengingatkan anak aya untuk melakukan shalat lima
waktu ketika telah masuk waktu shalat, kami selalu mengingatkan
anak kami supaya melakukan shalat, sehingga dia sekarang sudah
mulai rajin melakukan shalat, sekarang apabila dia mendengar suara
adzan langsung mengambil air wudhu tanpa diperintah terlebih dahulu,
mungkin juga karena dia sudah bosan mendengar ocehan orang
tuanya.108
Dari hasil wawancara di atas, dapat di pahami bahwa mengingatkan
anak untuk melaksanakan shalat apabila waktunya telah tiba dengan cara
demikian anak menjadi terbiasa, dan menjadi sadar akan kewajibannya
sebagai orang islam. Upaya yang telah dilakukan oleh orang tua dalam
menanamkan karakter religius anak itu beraneka ragam, salah satunya melalui
ibadah shalat. Pada prinsipnya bertujuan sangat baik, yaitu menanamkan rasa
ketakwaan kepada Allah SWT, serta menjadikan anak sholeh dan sholehah
sepanjang hayat dan sebagai bekal di akhirat nantinya.
Upaya yang telah dilakukan oleh para orang tua yang tinggal di Desa
Pembengis dalam menanamkan karakter religius pada shalat wajib lima
waktu, dapat dijelaskan bahwa mereka telah berusaha semaksimal mungkin
dalam memberikan perhatian dan bimbingan dalam mendidik anak-anaknya
untuk melaksanakan dan meningkatkan kualitas shalat mereka. Walaupun
tingkat kesibukan mereka menjadi kendala dalam membimbing dan mendidik
anak mereka, tetapi hal tersebut cepat di atasi oleh para orang tua dan mereka
menyadari betapa pentingnya mendidik, membimbing dan meningkatkan
ibadah shalat anak.Karena anak merupakan amanat dari Maha Kuasa,
meskipun masih ada orang tua yang kurang memperhatikan dan tidak tegas
kepada anaknya, bimbingan orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
anak-anaknya. Oleh sebab itu orang tua harus bisa mendidik anaknya dengan
baik.
108Orang Tua di Desa Pembengis , Kecamatan Bram Itam, Tanjabar, Ibu Kosasih, wawancara,
tanggal 02 September 2020
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang penulis paparkan di atas, maka sebagai
bab terakhir dapat diambil beberapa pemahaman dan kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
1. Kondisi sosial religius masyarakat Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab.
Tanjung Jabung Barat secara umum berdasarkan data di lapangan tampak
mulai mengalami beberapa pendangkalan nilai religiusitas antara lain
seperti: adanya sikap anak yang berbohong, berkumpul tanpa adanya
tujuan yang bermanfaat, pergi keluar rumah tanpa memberi salam/doa,
tidak disiplinnya menjalankan ibadah sholat dan adanya anak yang jarang
membaca al-Quran, serta kebiasaan bolos sekolah.
2. Kendala yang dihadapi orang tua dalam menanamkan karakter religius
pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat
antara lain adalah sebagai berikut: Adanya pengaruh lingkungan dan
dampak negative dari media social, adanya background pendidikan orang
tua yang mayoritas masih rendah, dan adanya faktor kemalasan dari dalam
diri anak itu sendiri.
3. Upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam menanamkan karakter religius
pada anak di Desa Pembengis Kec. Bram Itam Kab. Tanjung Jabung Barat
antara lain dengan melakukan beberapa hal, yaitu: Memprioritaskan
pendidikan sejak dini, memberikan contoh teladan kepada anak, orang tua
memberikan nasihat, mendidik melalui pembiasaan dan latihan, melalui
praktik langsung, memberikan motivasi dan hukuman yang mendidik,
memasukan anak ke Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), dan mengajak
serta selalu mengingatkan anak untuk disiplin shalat.
68
B. Implikasi Penelitian
Setelah peneliti menyimpulkan pembahasan yang ada di skripsi, ada
baiknya peneliti menyampaikan saran-saran untuk orang tua agar dalam
menanamkan karakter religius pada anak bisa berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Semua orang tua harus terus berusaha mendidik dan membina anak untuk
menanamkan karakter religius pada shalat wajib. Dan senantiasa membiasakan
anak untuk terus sholat wajib. Kepada semua orang tua dan yang ada dalam
lingkungan Desa Pembengis jangan putus asa dan pantang menyerah, terus
bersabar denagn kasih sayang dalam membimbing, menasehati anak dan lebih
meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan-keluhan anak yang cerdas
dan berakhlakul karimah. Mengingat pentingnya orang tua yang menangani
masalah kedisiplinan ini orang tua hendaknya bekerjasama dengan instansi terkait
untuk menambah pengetahuan, dan mmberikan kesempatan kepada anak yang ada
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dalam shalat agar persoalan-persoalan anak
dapat diatasi dengan baik.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, serta
shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, karena
atas rahmat, dan karunia dan Izinnya lah skripsi ini dapat terselesaikan kendati
cukup banyak rintangan namun dengan rahmat-Nya dapat terlaksana dengan
lancar. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini banyak sekali
ditemui kekurangannya, baik dalam penulisan ataupun pemikiran, suku kata,
pembahasan yang menurut penulis bukan suatu hal yang disengaja, akan tetapi
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis.
Jambi, September 2020
Siti Zuhratunnisa
UB 160253
69
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, 2006, Pustaka Agung Nurharaha.
Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan
Eksistensi.(Malang:UIN Malang Press, 2007), hal. 83.
Fatuhurohman, M. Budaya Religius dalam Peningkatan Mutu.(Yogyakarta,
Kalimedia) ,2015.
Friedman, Howard.S dan Miriam, W.Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan
Riset Modern. (Jakarta:Erlangga),2006
Hasa, Tholah M, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia , ( Jakarta,Lantabora
Press,2003
Herlina, Bibiliotrapy Mengatasi Masalah Anak dan Remaja, (Bandung: Pustaka
Candikia Utama, 2013),hal. 1
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa:
Pedoman Sekolah, (Jakarta: Balitbang, 2010), h. 9
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014
Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Agama: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002
Soekanto,Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja GrafindoPersada .
2004.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2014
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet Ke-3, hal.308.
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Jambi:Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi, 2016
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, (Jakarta: RajawalPers,
2012), hal 11
Ulwah, A. Nashih Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta:2013 Khatulistiwa
Press, hal 34
70
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Puataka: Amirko
1984), hal.25
Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Yayasa Al-
Sofwa, 1997), hal. 10
Yusuf, L N, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
(Bandung : Remaja Rosdakarya).hal.13
Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.
71
DATA INFORMAN
NO NAMA KETERANGAN
1 Muhammad Tahir Kepala Desa
2 Rafsyan Jani Sekertaris Desa
3 DW Anak
4 HI Anak
5 RM Anak
6 TH Anak
7 Syamsidar Guru
8 H. Komaruddin Imam Mesjid
9 Hidayat Orang Tua
10 Husni Orang Tua
11 Jumadi Orang Tua
12 Kirun Orang Tua
13 Lukman Orang Tua
14 Rahmat Orang Tua
15 Rudi Orang Tua
16 Saifullah Orang Tua
17 Susanto Orang Tua
18 Tio Orang Tua
19 Wahid Orang Tua
20 Zainuddin Orang Tua
21 Farida Orang Tua
22 Hindun Orang Tua
23 Ita Orang Tua
24 Komariah Orang Tua
25 Komariah Orang Tua
26 Kosasih Orang Tua
27 Monalis Orang Tua
28 Ririn Orang Tua
72
29 Santi Orang Tua
30 Sumarni Orang Tua
31 Wiwit Orang Tua
32 Mira Fahira Orang Tua
33 Zainal Abidin Tokoh Masyarakat
73
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
“UPAYA ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KARAKTER RELIGIUS
PADA ANAK DI DESA PEMBENGIS KECAMATAN BRAM ITAM
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT”
A. Instrumen Pengumpulan Data di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
NO JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1.
Letak geografis
Desa Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Observasi
Dokumentasi
Wawancara
Setting
Dokumentasi
Geografis
Wakil Sekdes
kantor Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
2.
Sejarah Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Wawancara
Dokumentasi
Kepala Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Dokumen Sejarah
Desa Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
3.
Visi, dan Misi, Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Dokumentasi
Dokumen Visi, dan
Misi, Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
4.
Struktur Organisasi
Desa Pembengis
Dokumentasi
Bagan Struktur
organisasi Desa
74
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
5.
Kondisi lingkungan
RT 05 Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Observasi
Wawancara
Ketua RT 05 Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
6.
Upaya orang tua
dalam menanakan
karakter religius
pada anak di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Orang tua di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Guru ngaji di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
7 Kegiatan
Keagamaan di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Dokumentasi Guru ngaji di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
B . Panduan Observasi Panduan Observasi di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung Barat
NO JENIS DATA OBJEK OBSERVASI
1.
Letak Geografis
Desa Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung Jabung Barat
Keadaan dan Letak Geografis Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
2. Kondisi lingkungan
RT 05 Desa
Pembengis
Keadaan lingkungan Desa Pembengis
Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung
Barat
75
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
3. Upaya orang tua
dalam menanamkan
karakter religius
pada anak di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung Jabung Barat
Upaya yang di lakukan orang tua dalam
menanamkan karakter religius di Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
C . Panduan Dokumentasi
Panduan Dokumentasi di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
NO JENIS DATA DATA DOKUMENTER
1.
Letak Geografis
Desa Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung Jabung Barat
Data Dokumentasi letak geografis Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
2.
Sejarah Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Data dokumentasi tentang sejarah Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
3.
Visi, dan Misi, Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Data dokumentasi tentang visi, dan misi Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
4.
Struktur Organisasi
Desa Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Data dokumentasi tentang struktur organisasi
dan kepengurusan pada Desa Pembengis
Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung Barat
Daftar nama pimpinan di Kantor Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
Daftar riwayat pimpinan Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung Barat
76
Data-data lain yang dibutuhkan
5.
Upaya orang tua
dalam menanakan
karakter religius
pada anak di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Data dukumentasi pada orang tua saat di
wawancarai oleh peneliti
6. Kegiatan
Keagamaan di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung Jabung Barat
Data dokumentasi tentang kegiatan
keagamaan di Desa Pembengis Kec.Bram
Itam Kab.Tanjung Jabung Barat
D . Butir- butir Wawancara
Butiran-butiran Wawancara di Desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung Jabung
Barat
NO JENIS DATA SUMBER DATA DAN SUBSTANSI
WAWACARA
1.
Letak Geografis di
Desa Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Kepala desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat :
Bisa dijelaskan letak geografis Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat?
2.
Sejarah Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Kepala desa Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat:
Bagamaina sejarah yang melatar belakangi
berdirinya Desa Pembengis Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung Jabung Barat?
77
4.
Kondisi lingkungan
RT 05 Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Ketua RT 05 Desa Pembengis Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung Jabung Barat:
Berapa jumlah anak 6-12 tahun di 05 Desa
Pembengis Kec.Bram Itam Kab.Tanjung
Jabung Barat
Faktor Apa saja yang menjadi kendala orang
tua dalam menanamkan karakter religius di
lingkungan RT 05 Desa Pembengis ini?
3.
Upaya orang tua
dalam menanamkan
karakter religius
pada anak di Desa
Pembengis
Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung
Jabung Barat
Orang tua Desa Pembengis Kec.Bram Itam
Kab.Tanjung Jabung Barat:
Bagaimana menurut bapak/ibu untuk
menanamkan karakter religius di Desa
Pembengis ini?
Apa saja faktor yang bapak/ibu hadapi dalam
menanamkan karakter religius pada anak?
Bagaimana upaya yang bapak/ibu lakukan
dalam mengatasi kendala dalam
menanamakan karakter religius pada anak?
78
DOKUMENTASI
79
80
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Siti Zuhratunnisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Temapat/Tgl Lahir : Kuala Tungkal/ 19 Desember 1999
Alamat : Jl. Manunggal II RT. 08 Kel. Tungkal II Kec.
Tungkal Ilir
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
No Kontak 081259105142
Pengalaman-pengalaman
Pendidikan formal
1. MI Hidayatul Ikhsan 2010
2. Mts Negeri Kuala Tungkal 2013
3. MAN 2 Kuala Tungkal 2016
Motto Hidup:
―Semakin banyak belajar semakin kita sadar bahwa masih banyak yang belum
kita ketahui.”
Jambi, September 2020
Penulis
Siti Zuhratunnisa
NIM: UB 160253
81
JADWAL PENELITIAN
Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf
Proposal
x
x
X
2 Konsultasi dg
kajur/prodi dan
lainnya untk fokus penelitian
x
x
x
x
3 Revisi Draf
Proposal
X x
4 Proses Seminar
Proposal
x
x
5 Revisi Draf Proposal Setelah
seminar
x
x
6 Konsultasi dg Pembimbing
x x
7 Koleksi Data x
8 Analisa dan Penulisan Draf
Awal Skripsi
x
9 Draf Awal dibaca pembimbing
x
1 0
Revisi Draf Awal x
1 1
Draf Dua dibaca
pembimbing
x
1 2
Revisi Draf Data x
1
3
Draf2Revisi
dibaca
pembimbing
x
1 4
Penulisan Draf Akhir
x
1
5
Draf Akhir
Dibaca Pembimbing
x
1 6
Ujian Munaqasah x
1
7 Revisi Skripsi Setelah Ujian
Munaqasah
x
2 0
Mengikuti Wisuda
x