peningkatan keterampilan bercerita dengan...

145
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS VII MTS YANUSA PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Sulastri 1811013000012 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014 M

Upload: phungduong

Post on 03-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS VII MTS YANUSA

PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Sulastri

1811013000012

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2014 M

Page 2: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku
Page 3: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku
Page 4: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku
Page 5: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

ABSTRAK

SULASTRI, 1811013000012 “Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan

Menggunakan Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas VII MTs. Yanusa

Pondok Pinang Jakarta Selatan”, Jurusan PBSI Dual Mode, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Masalah yang dihadapi pembelajaran keterampilan bercerita di MTs

Yanusa pada siswa kelas VII Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah kurangnya

minat siswa terhadap kegiatan bercerita. Tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan bercerita, pada siswa kelas

VII MTs. Yanusa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah PTK

(Penelitian Tindakan Kelas).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media boneka tangan

dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa kelas VII MTs. Yanusa Pondok

Pinang Jakarta. Peningkatan keterampilan bercerita siswa tampak pada kualitas

proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan, perhatian pada pelajaran,

antusiasme selama pembelajaran, keberanian bercerita di depan kelas.

Peningkatan kualitas produk/hasil dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata

bercerita siswa pada tahap pratindakan sampai pascatindakan Siklus II. Skor rata-

rata siswa pada tahap pratindakan sebesar 56,5, pada Siklus I meningkat menjadi

68,8, dan pada Siklus II meningkat lagi menjadi 75,4. Skor rata-rata keterampilan

siswa mengalami peningkatan dengan kategori baik. Dengan demikian,

keterampilan bercerita siswa kelas VII MTs. Yanusa Pondok Pinang Jakarta telah

mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk setelah diberi tindakan

menggunakan media boneka tangan.

Kata Kunci : Keterampilan bercerita, media boneka tangan

i

Page 6: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan

Rahmat-Nya, sehingga skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Bercerita

dengan Menggunakan Media Boneka Tangan Siswa Kelas VII MTs. Yanusa

Pondok Pinang Jakarta, dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

dapat diselesaikan, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph,D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M. Pd. Ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA. M. Pd. Sebagai pembimbing yang telah sabar

memberi bimbingan, arahan, dan motivasi yang tidak henti-hentinya disela

kesibukannya.

4. Para Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif

Hidyatullah Jakarta.

5. Drs. H. Achmad Shafiyuddin kepala MTs. Yanusa Pondok Pinang Jakarta

Selatan.

6. Dra. Fahria Rahmida guru bahasa Indonesia MTs. Yanusa Pondok Pinang

Jakarta.

7. Siswa siswi MTs. Yanusa khususnya kelas VII yang telah bersedia bekerja

sama dalam penelitian ini.

8. Dr. Sridadi Soeparto tercinta, terima kasih atas doa, semangat, perhatian, dan

kasih sayang yang diberikan.

9. Suamiku tercinta Roseli dan anak-anakku tercinta Imandya Astriani Rosaria,

Pramudya Karina, Trisabya Norma Rosa dan Adhya Lastantina, beserta

keluarga besarku di Kediri, terima kasih atas doa dan dukungannya.

ii

Page 7: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

10. Teman-teman seperjuangan semasa belajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia angkatan 2011, khususnya Maryati, Sofia, Devia R, Heni N.

Emi O, Nurul F, Ade S, Ade M, terima kasih atas pertemanan selama ini yang

tulus dan indah.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh pada

kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika penulisannya.

Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang terdahulu.

Segala kesempurnaan, penulis kembalikan kepada Allah SWT, mudah-mudahan

Allah senantiasa memberkahi segala amal dan usaha kita.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari

sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca umumnya. Semoga kita semua senantiasa dipelihara dalam jalan

ridho Allah SWT. Amin.

Jakarta, Desember 2014

Penulis,

Sulastri

iii

Page 8: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Hal

ABSTRAK .........................................................................................................

KATA PENGANTAR……………………………………......………............

i

ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

DAFTAR DIAGRAM .....................................................................................

DAFTAR BAGAN ..........................................................................................

DAFTAR GRAFIK .........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

iv

vi

vii

viii

ix

x

xi

BAB I PENDAHULUAN ………...........…………......………....…………

A. Latar Belakang Masalah ....….......………......…….........….……..

B. Identifikasi Masalah ............................ …...........…........…..…….

C. Batasan Masalah ......……………......…..................………………

D. Perumusan Masalah .................…………......…........……........….

E. Tujuan Penelitian ................................…......…........…...……......

F. Manfaat Penelitian ..........................................................................

1

1

7

7

8

8

8

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian teoretis ..............................................…….........................

1. Keterampilan Berbicara….....…......…........................................

2. Pengertian Keterampilan bercerita ..............................................

3. Faktor-faktor pokok bercerita .....................................................

4. Berdasarkan pelaku cerita...........................................................

5. Teknik penyajian cerita …..........................................................

10

10

11

12

12

13

Page 9: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

v

B. Penelitian yang Relevan ………….………..........…......………….

C. Kerangka Berpikir …...….....…......................................................

D. Hipotesis Tindakan ........................................................................

23

24

25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………….....…................

A. Waktu dan Tempat Penelitian ..…………………......…..............

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ..........................…..…

C. Subjek Penelitian ……………………………….....…….....…...

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian …….....…….....……

E. Tahapan Perencanaan Tindakan ………………….....…….........

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……......….....…….

G. Data dan Sumber Data ………………………….....…….....…...

H. Instrumen Penelitian ..............…………………….........….…....

I. Teknik Pengumpulan Data ………………………......…....….....

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi……….............….....

K. Analisis Data .....................……………......…....………………

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan..........................................

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TEMUAN...............................................................................

A. Hasil Penelitian..............................................................................

B. Pembahasan dan Penyajian dan Analisis Data ..............................

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ...................................................

D. Hal-Hal Unik yang Terjadi dalam Pembelajaran ........................

BAB V PENUTUP ........................................................................................

A. Simpulan .......................................................................................

B. Rencana Tindak Lanjut ………………………………………….

C. Saran ……………………………………………………………..

26

26

29

30

31

34

35

35

38

39

40

41

42

58

69

70

71

72

72

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….….............…

LAMPIRAN ....................................................................................................

Page 10: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pelajaran

Matematika Semester II Kelas IV SD/MI......................

12

Tabel 3.2 Waktu Penelitian............................................................ 26

Tabel 3.3 Tahap Penelitian Siklus I............................................... 31

Tabel 3.4 Tahap Penelitian Siklus II.............................................. 32

Tabel 3.5 Kriteria Pemberian Skor dengan Menggunakan

Rubricks.........................................................................

38

Tabel 4.6 Refleksi Tindakan Siklus I ............................................ 50

Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa .......................... 57

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan terhadap

Keterampilan Guru dalam Pembelajaran dengan

Menggunakan Alat Peraga Matematika ........................ 58

Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan terhadap

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan

Menggunakan Alat Peraga Matematika ........................ 59

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Angket tentang Respon Siswa

terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Alat

Peraga ............................................................................ 60

Page 11: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Peraga Balok Garis Bilangan ........................... 19

Gambar 4.2 Guru Sedang Memberi Penjelasan Operasi Hitung

Penjumlahan Bilangan Bulat pada Garis Bilangan...

44

Gambar 4.3 Guru Sedang Memberi Contoh Penggunaan Alat

Peraga Garis Bilangan...............................................

44

Page 12: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

viii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Tingkat Hasil Belajar Matematika Siswa................ 62

Page 13: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

ix

DAFTAR BAGAN

Diagram 3.1 Alur Prosedur Pelaksanaan PTK ............................. 29

Page 14: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik

Grafik

4.1

4.2

Keterampilan Guru dalam Pembelajaran dengan

Menggunakan Alat Peraga Matematika ..................

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan

Menggunakan Alat Peraga Matematika ..................

63

64

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I... 70

Lampiran 2 Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita 83

Page 15: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

xi

Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa

Pratindakan

85

Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa Pasca

Tindakan

87

Lampiran 5 Angket Pratindakan 88

Lampiran 6 Angket Pasca Tindakan 89

Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Guru Pratindakan 90

Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Siswa Pratindakan 92

Lampiran 9 Hasil Wawancara dengan Guru Pasca Tindakan 94

Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Siswa Pasca Tindakan 95

Lampiran 11 RPP Siklus II 96

Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I 102

Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus I 106

Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus II 108

Lampiran 15 Catatan Lapangan Siklus II 112

Lampiran 16 Skor Keterampilan Berderita Siswa I 114

Lampiran 17 Skor Keterampilan Berderita Siswa Siklus II 116

Lampiran 18 Rekapitulasi Skor Pengamatan Proses Pembelajaran

Keterampilan Bercerita

117

Lampiran 19 Rekapitulasi Skor Pengamatan Proses Pembelajaran

Keterampilan Bercerita Siklus I

118

Lampiran 20 Hasil Angket Pratindakan 119

Lampiran 21 Hasil Angket Pratindakan Pasca Tindakan 120

Lampiran 22 Materi Pembelajaran 120

Lampran 23 Lampiran Cerita 121

Page 16: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu

sampai sekarang. Bercerita juga merupakan salah satu keterampilan berbicara

yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Serta

bercerita juga dapat dipahami sebagai suatu tuturan yang memaparkan atau

menjelaskan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian, baik

yang dialami sendiri atau orang lain.

Pada umumnya manusia senang melakukan kegiatan bercerita dari

usia anak sampai dewasa. Kegiatan bercerita termasuk dalam situasi

informatif, dengan pengertian dengan bercerita akan membuat pengertian-

pengertian atau makna-makna yang disampaikan menjadi jelas. Selain itu,

dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita,

ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan,

dilihat, dibaca, dan ungkapan kemauan serta keinginan membagikan

pengalaman yang diperoleh. Kegiatan berbicara khususnya dalam bercerita

dapat membangun hubungan mental emosional antara satu individu dengan

individu yang lain.

Keterampilan bercerita tidak hanya diperoleh begitu saja, tetapi harus

dipelajari dan dilatih. Pelaksanaan kegiatan bercerita harus menguasai bahan

atau ide cerita, penguasaan bahasa, pemilihan bahasa, keberanian,

ketenangan, kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur

sehingga mampu dan terampil dalam bercerita.

Salah satu bentuk tujuan keterampilan berbicara yang tertuang dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP adalah kompetensi dasar

bercerita dengan alat peraga. Kompetensi bercerita diajarkan pada sekolah

menengah pertama kelas VII semester ganjil. Hal ini sesuai dengan standar

kompetensi, yaitu mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan

Page 17: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

2

bercerita. Dalam kompetensi ini siswa diharapkan dapat bercerita dengan

menggunakan alat peraga.

Berdasarkan observasi pada tanggal 2 April 2014 antara peneliti

dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia (Ibu Dra. Fahria Rahmida)

MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta, diketahui minat siswa terhadap kegiatan

bercerita masih rendah. Siswa cenderung malas mengikuti pembelajaran

bercerita, siswa terlihat malas saat mengerjakan tugas bercerita dari guru.

Ketika guru memberikan tugas bercerita, banyak diantara siswa yang

mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut. Banyak diantara siswa

yang memilih melakukan aktivitas di luar pembelajaran, misalnya berbicara

di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

tersebut menunjukkan bahwa minat dan antusias siswa terhadap pembelajaran

bercerita tergolong rendah.

Proses belajar mengajar aspek berbicara khususnya dalam

kompetensi dasar bercerita kurang berhasil. Hal ini terlihat dari berbagai

faktor penyebab mengapa siswa tidak mendapatkan nilai maksimal,

diantaranya pembelajaran berbicara khususnya kompetensi dasar bercerita,

selama ini pembelajaran bercerita tidak dilakukan secara serius dan siswa

beranggapan bahwa bercerita merupakan bagian sepele yang sering dilakukan

oleh siapapun sehingga tidak memerlukan keterampilan khusus dalam

pelaksanaannya. Kemampuan siswa dalam aspek bercerita di kelas VII masih

lemah dan belum sesuai dengan batas nilai ketuntasan belajar, yaitu 70.

Faktor lainnya, siswa cenderung kurang berani bercerita didepan

umum. Siswa merasa takut salah, malu, grogi, tegang, dan kurang percaya

diri apabila ditunjuk untuk bercerita di depan kelas, hal tersebut disebabkan

pula karena siswa tidak menguasai bahan cerita dan siswa kurang mampu

mengorganisasikan perkataannya pada saat bercerita. Selain itu, faktor luar

diri siswa juga berpengaruh misalnya, penggunaan media pembelajaran yang

kurang menarik bagi siswa juga mempengaruhinya. Serta kondisi dan tata

ruang kelas yang tidak kondusif. Dengan demikian, dapat diidentifikasi

bahwa keterampilan bercerita siswa masih rendah.

Page 18: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

3

Kegiatan bercerita belum secara intensif dilakukan oleh guru. Siswa

hanya diberi tugas untuk bercerita tanpa ada rangsangan dengan

menggunakan media tertentu. Dalam hal ini perlu di upayakan suatu bentuk

pembelajaran yang variatif, menarik, menyenangkan, dan dapat merangsang

siswa untuk berlatih bercerita. Salah satu caranya adalah penggunaan media

dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran bercerita menggunakan alat peraga juga masih kurang

optimal di sekolah. Selain karena terbatasnya waktu dalam pembelajaran

bercerita, guru juga mengalami kesulitan memotivasi siswa dalam kegiatan

bercerita. Pembelajaran bercerita menggunakan alat peraga juga dirasa

memberatkan bagi siswa, karena siswa dibebani tugas untuk membuat media

yang sesuai dengan cerita yang akan disampaikan.

Media diharapkan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.

Selama ini media yang digunakan dalam pembelajaran bercerita masih sangat

jarang. Hal itu dikarenakan terbatasnya alternatif media di sekolah untuk

pembelajaran bercerita. Hal ini menyulitkan guru dalam membimbing siswa

dalam melatih kemampuan bercerita menggunakan alat peraga.

Berkaitan dengan masalah pembelajaran bercerita siswa di MTs

Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan maka diperlukan pemecahannya.

Pemecahan itulah yang mendasari penulis melakukan penelitian. Untuk

mengasah kemampuan berbahasa, terutama dalam keterampilan bercerita,

perlu dihadirkannya sebuah media yang dapat meningkatkan keterampilan

bercerita.

Pembelajaran keterampilan bercerita sebaiknya guru memberdayakan

media pembelajaran yang ada serta sesuai dengan metode pembelajaran yang

diterapkan. Selain itu, materi pembelajaran juga menjadi faktor penentu

dalam pemilihan media. Hal tersebut dikarenakan setiap materi mempunyai

karakteristik tersendiri yang turut menentukan dalam pemilihan media.

Begitu pula dalam pembelajaran berbicara khususnya bercerita, seorang guru

harus memilih dan menggunakan media yang sesuai sebagai penunjang

Page 19: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

4

kegiatan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

Keterampilan bercerita akan berhasil dan meningkat dengan

menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Kurangnya pemanfaatan

media dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif.

Dalam pembelajaran sebaiknya guru memberdayakan media pembelajaran

yang ada serta sesuai dengan metode pembelajaran yang diterapkan.

Berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII MTs Yanusa, khususnya standar

kompetensi berbicara dengan alat peraga. Dalam kompetensi ini, siswa

diharapkan dapat bercerita dengan alat peraga.

Cara mengatasi hal tersebut, guru hendaknya dapat menggunakan

alternatif pembelajaran dengan media. Media yang tepat untuk mengatasi

masalah pada siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan

adalah menggunakan media boneka, didasarkan pada beberapa alasan.

Pertama menurut Raemiza media boneka merupakan media yang paling

efektif untuk pengajaran dalam mengembangkan perbendaharaan kata,

melatih diri untuk mendengarkan dan berbicara. Penggunaan boneka

dimaksudkan untuk memotivasi siswa untuk berpikir kreatif. Siswa dapat

mengorganisasikan ide-ide untuk bercerita yang ditemukan dari sebuah tokoh

boneka, lalu dituangkan secara bebas dengan kata-kata sendiri. Kedua,

pemilihan boneka juga dilatarbelakangi oleh kedekatan anak-anak dengan

boneka. Kenyataan ini akhirnya dimanfaatkan sebagai motivasi dari sisi minat

siswa yang diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar.1

Media boneka dipilih untuk meningkatkan keterampilan bercerita

karena dalam bercerita siswa harus mempunyai ide atau bahan cerita,

keberanian, penguasaan bahasa, dan ekspresi. Media boneka cocok digunakan

dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Berdasarkan wawancara pada

tanggal 2 April 2014 antara peneliti dan kolaborator guru Bahasa Indonesia

1 http://ra3miza.wordpress.com

Page 20: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

5

Ibu Dra. Fahria Rahmida, media boneka belum pernah diterapkan untuk

meningkatkan keterampilan bercerita siswa.

Penererapan media boneka dapat menjadi alternatif sekaligus inovasi

bagi guru dalam pembelajaran tentang bercerita agar semakin meningkat.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas VII MTs

Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan yang berkaitan dengan meningkatkan

keterampilan bercerita, maka peneliti menggunakan media boneka sebagai

media pembelajaran. Peneliti dan guru kolaborator mengadakan penelitian

pada siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan yang

berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Bercerita Siswa Kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta

Selatan dengan Menggunakan Media Boneka ”

Peneliti menggunakan boneka sebagai media penelitian didasarkan

pada beberapa alasan. Media boneka merupakan media yang paling efektif

untuk pengajaran dalam mengembangkan perbendaharaan kata, melatih diri

untuk mendengar, menyimak, dan bercerita pada siswa. Penggunaan media

boneka dimaksudkan untuk memotivasi siswa supaya berpikir kreatif. Dalam

hal ini siswa dilatih untuk mengorganisasikan ide-ide untuk bercerita yang

ditemukan dari sebuah tokoh boneka, lalu dituangkan secara bebas dengan

kata-kata sendiri untuk menjadi cerita yang lebih menarik.

Kelebihan media boneka dari media yang lain adalah membantu siswa

memperoleh kemudahan ketika bercerita, karena dengan bantuan boneka

sebagai alat peraga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengolah

atau mengembangkan ide cerita yang akan mereka ceritakan. Dengan

penggunaan boneka, saat siswa bercerita siswa tidak akan merasa canggung

lagi karena mereka tidak bercerita langsung menghadapi siswa-siswa yang

lain, melainkan dengan media boneka siswa memerankan tokoh dalam

boneka tersebut. Diharapkan dengan media boneka mampu menambah

semangat dari para siswa itu sendiri pada keterampilan bercerita yang akan

peneliti lakukan, selain itu dengan penggunaan boneka sebagai media

Page 21: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

6

pembelajaran juga diharapkan dapat menjadi media berkelanjutan tingkat

apresiasi kepada generasi muda agar terus berkembang.

Menurut Evada diunduh pada tanggal 5 April 2014, keberadaan

sebuah media pembelajaran dan alat permainanan edukatif sangat dibutuhkan

bagi siswa, karena dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan dan

perkembangannya. Boneka merupakan boneka yang terbilang unik, lucu, dan

bertradisi hadir sebagai media bermain yang menyenangkan bagi siswa

sambil mengenalkannya pada tradisi bangsa yang sejak dulu sudah menjadi

kebiasaan nenek moyang.2 Boneka diharapkan bisa menumbuhkan jati diri,

menambah kebanggaan sekaligus kecintaan siswa pada budaya bangsa. Tak

hanya mengenal Doraemon, Upin Ipin, Donald Bebek dan sebagainya.

Dengan boneka-boneka unik, lucu, kreatif ini, siswa juga diharapkan

mengenal boneka tangan yang berkarakter binatang.

Boneka ini dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran maupun

alat permainan edukatif dan menyenangkan bagi siswa sekaligus mampu

membantu meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas siswa, kemampuan

anak dalam memecahkan masalah, mendorong spontanitas siswa, dan

aktualisasi diri. Boneka merupakan suatu gambaran manusia dari berbagai

usia, kedudukan, dan kelamin dengan tokoh-tokoh boneka dalam sebuah

pertunjukan. Bentuk boneka yang bermacam-macam dan sangat ekspresif,

yakni menggambarkan atau mengapresiasikan perwatakan-perwatakan

tertentu. Wujud boneka dibuat dalam berbagai tipe dan ukuran. Karakter

tokoh boneka meliputi dua sisi: baik (tulus, ikhlas, berani karena benar, setia,

arif, bijaksana, dan sebagainya) dan buruk (serakah, tamak, congkak,

pengkhianat, pembohong, dan sebagainya).

Media boneka dipilih untuk meningkatkan keterampilan bercerita

karena dengan media boneka akan tumbuh dalam diri siswa rasa ketertarikan

dalam pembelajaran bercerita, sehingga aspek-aspek keterampilan siswa

dalam bercerita secara otomatis akan mengalami perubahan seiring dengan

2 http://dewey.petra.ac.id, Stella Evanda Halim, Media wayang Boneka (2008) Diunduh 12 April

2014

Page 22: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

7

ketertarikan siswa dalam pembelajaran bercerita. Media boneka cocok

digunakan dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Berdasarkan

wawancara pada tanggal 8 April 2014 antara peneliti dengan guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia Ibu Dra. Fahria Rahmida. Media boneka belum

pernah diterapkan untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa di MTs

Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan urutan latar belakang masalah, dapat mengidentifikasi

beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut.

1. Minat siswa pada pembelajaran bercerita masih rendah.

2. siswa cenderung malas mengikuti pembelajaran bercerita.

3. Siswa malas saat mengerjakan tugas bercerita dari guru. .

4. Pembelajaran bercerita tidak dilakukan secara serius oleh guru dan siswa.

5. Siswa beranggapan bahwa bercerita merupakan bagian sepele yang sering

dilakukan oleh siswa

6. Siswa cenderung kurang berani bercerita di depan umum.

7. Siswa merasa takut salah, malu, grogi, tegang, dan kurang percaya diri bila

ditunjuk untuk bercerita di depan kelas.

8. siswa tidak menguasai bahan cerita

9. siswa kurang mampu mengorganisasikan perkataannya pada saat bercerita.

10. Pembelajaran kurang menarik bagi siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, muncul permasalahan yang harus

diselesaikan. Agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam kajiannya,

perlu ada batasan masalah penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi

pada permasalahan bagaimana peningkatan keterampilan bercerita dengan

menggunakan media boneka tangan pada siswa kelas VII MTs Yanusa

Pondok Pinang Jakarta Selatan. Pembatasan masalah tersebut dipilih terkait

Page 23: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

8

dengan adanya masalah yaitu masih rendahnya keterampilan bercerita siswa

kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita dengan menggunakan

media boneka pada siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta

Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai

tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan bercerita dengan

menggunakan media boneka pada siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok

Pinang Jakarta Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan

manfaat sebagai berikut.

1. Secara teoretis

Penelitian ini diharapkan memberikan landasan bagi para peneliti lain

utnuk mengadakan penelitian sejenis dalam rangka meningkatkan

keterampilan bercerita siswa pada khususnya dan keterampilan berbahasa

pada umumnya.

2. Secara praktis

a. Bagi Siswa

1) Siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan dapat

mengembangkan bakatnya dalam keterampilan bercerita dengan

menggunakan media boneka.

Page 24: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

9

2) Siswa mendapatkan pengalaman secara nyata melalui keberadaan

media boneka dan sebagai motivasi belajar dalam kaitannya

dengan materi keterampilan bercerita dengan memanfaatkan media

boneka.

b. Bagi Guru

1) Guru termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif,

kreatif dan menyenangkan.

2) Guru mendapatkan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah

pembelajran yang membutuhkan penyelesaikan melalui

penggunaan media pembelajran.

3) Meningkatkan kinerja guru dalam melaklukan proses pembelajran

keterampilan bercerita.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapt digunakan sebagai masukan positif

terhadap kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan

bercerita menggunakan alat peraga dan menanamkan pentingnya

penggunaan media dalam proses pembelajaran.

Page 25: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoretis

Kajian teori merupakan penjelasan teori-teori yang relevan dengan

penelitian. Kajian teori yang akan dipaparkan dalam penelitian ini, yaitu

keterampilan berbicara, keterampilan bercerita sebagai salah satu ragam kegiatan

berbicara, dan media boneka.

1. Keterampilan berbicara

Berbicara merupakan kemampuan yang sangat penting dan harus dikuasai

oleh seseorang karena dengan berbicara memudahkan untuk berkomunikasi

dengan orang lain. Penyatakan secara lengkap, bahwa berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan1. Mulgrave, sebagaimana menyatakan bahwa berbicara itu lebih dari

pada sekedar mengucapkan bunyi atau kata-kata2.

Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan

yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau

penyimak. Berdasarkan beberapa pendapat, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

berbicara adalah suatu perbuatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata

dengan alat bicara untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan dalam kegiatan berkomunikasi dengan orang lain.

Menurut Tarigan bahwa tujuan utama dari berbicara adalah untuk

berkomunikasi, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah

pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasi. Pembicara

harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya dan

1 Henry Guntur Tarigan “ Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa “ cetakan edisi

revisi 2008. h. 16 2 Henry Guntur Tarigan, ibid

Page 26: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

11

pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi

pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.3

Och dan winker (dalam Tarigan, 2008: 16-17) berpendapat bahwa pada

dasarnya berbicara mempumyai tiga maksud umum, yaitu: (1) memberikan dan

melaporkan (to inform); (2) menjamu dan meng hibur (to entertain); (3)

membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Gabungan atau

campuran dari maksud-maksud itu pun mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan

misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu

begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan.4

Pakar lain, keraf (1984: 320) mengungkapkan bahwa tujuan berbicara

adalah sebagai berikut: (1) mendorong, maksudnya adalah pembicara berusaha

memberi semangat, membangkitkan gairah, serta maenunjukan rasa hormat dan

pengabdian; (2) menyakinkan, maksudnya pembicaraan akan meyakinka sikap,

mental, intelektual, kepada para pendengarnya; (3) bertindak, berbuat,

menggerakan, maksudnya pembicara menghendaki adanya tindakan atau reaksi

fisik daripada pendengar, satelah mereka bankit emosi serta kemauannya; dan (4)

menyenangkan atau menghibur pembicara menyenangkan pendengar. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa tujuan umum dari berbicara adalah untuk

berkomunikasi, yaitu agar dapat menyampaikan pesan pembicaraan secara efektif.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih dari pada

sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk

mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan pendengar atau penyimak.5, siswa harus dihadapkan pada

kegiatan-kegiatan nyata yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

2. Pengertian Keterampilan Bercerita

Pembelajaran keterampilan bercerita adalah pembelajaran yang mampu

mengembangkan keterampilan siswa dalam berbicara. Keterampilan berbicara

bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian dan penjelasan guru saja.

3 Henry guntur tarigan, ibid

4 Henry guntur tarigan, ibid

5 Isah cahyani “ bahasa Indonesia “ program peningkatan kualifikasi guru madrasah dan guru

agama islam pada sekolah cetakan pertama 2009 h. 172

Page 27: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

12

Akan tetapi, siswa harus dihadapkan pada kegiatan-kegiatan nyata yang

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam berbagai konteks

komunikasi.

Dalam Kamus Besar Indonesia, bercerita adalah menuturkan cerita;

bercerita kepada. Bercerita atau mendogeng merupakan kegiatan bercerita yang

paling sering dilakukan. Bercerita atau mendogeng adalah penyampaian rangkaian

peristiwa atau pengalaman yang dialami oleh seorang tokoh. Tokoh tersebut dapat

berupa diri sendiri, orang lain, atau bahkan tokoh rekaan, baik berwujud orang

maupun binatang6.

Bercerita merupakan tradisi kita sejak dulu. bercerita merupakan salah satu

tugas kemampuan atau kegiatan berbicara yang dapat mengungkapkan

kemampuan berbicara siswa yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang

perlu dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik (bagaimana cara bercerita, bagaiman

menilih bahasa) dan yang kedua unsur “apa” yang diceritakan. Kegiatan bercerita

dapat memberikan hiburan dan merangsang imajinasi siswa. Keterampilan

bercerita pada siswa perlu ditingkatkan melalui pelatihan bercerita secara teratur,

sistematis, dan berkesinambungan.

3. Faktor-faktor Pokok Bercerita

Untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita menurut harus

memperhatikan dua pokok, yaitu:

a) Menyiapkan naskah cerita. Dari sumber cerita yang sudah ada yaitu

mengambil bahan cerita yang berasal dari buku, komik, majalah dan

kejadian yang sudah pernah terjadi.

b) Mengarang cerita sendiri yaitu pencerita harus berimajinasi dan

menentukan jalan cerita sendiri, membuat naskah.

4. Berdasarkan Pelaku Cerita

a) Fabel cerita tentang dunia hewan atau tumbuh-tumbuhan yang seolah-

olah dapat berbicara seperti manusia

6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 2007)

h. 210

Page 28: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

13

b) Dunia benda mati yaitu cerita tentang benda-benda mati yang

digambarkan seolah-olah seperti benda hidup.

c) Dunia manusia yaitu tentang berbagai kisah manusia, baik fiktif maupun

non fiktif, dalam cerita ini tokohnya semua manusia dan bercerita tentang

interaksi antar sesama.

d) Kombinasi dari ketiga jenis cerita diatas yaitu cerita yang

menggabungkan tokoh hewan, tumbuhan dan manusia yang saling

berinteraksi.

5. Teknik Penyajian Cerita

Menurut Musfiroh dalam Aprianti Yofita Rahayu menyatakan bahwa

manfaat kegiatan bercerita adalah mengasah imajinasi anak, mengembangkan

kemampuan berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek

emosi, semangat berprestasi, dam melatih konsentrasi anak.7 Reeta dan Jasmune

menyatakan bahwa sasaran kegiatan bercerita adalah perkembangan bahasa pada

anak, yaitu meningkatkan kosakata, belajar menghubungkan kata dengan

tindakan, mengingat urutan ide atau kejadian, mengebangkan minat baca serta

menumbuhkan kepercayaan diri anak.8 Seorang pencerita perlu menguasai

keterampilan dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, berekspersi dan

sebagainya.Seorang pencerita harus pandai-pandai menggembangkan berbagai

unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmonisasi yang tepat. Unsur-unsur

penyajian cerita yang harus dikombinasikankan secara proporsional adalah (1)

narasi atau pemaparan cerita, (2) dialog atau percakapan para tokoh, (3) ekspresi

atau mimik muka, (4) visualisasi gerak atau peragaan akting, (5) ilustrasi suara

atau suara yang asli atau yang dibuat tinggi rendah, lantang dan pelan, keras dan

lembut, suara hewan, suara kendaraan, (6) media atau alat peraga, (7) teknik

ilustrasi yang lain atau permainan, musik, lagu.

6. Media pembelajaran

Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata „medium‟ yang secara harfiah berarti perantara atau

7Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita ( Jakarta,

PT. Indeks 2013 ) cetatakan I, hal. 82. 8 ibid

Page 29: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

14

pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne dalam Arief S,Sadiman

menyatakan bahwa “ media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan

siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”.9 Menurut Yudi Munadi bahwa,

media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan

dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif

di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.10

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi

dan Komunikasi (Assosiation of Education and CommunicationTechnology) di

Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan

orang-orang untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sedangkan NEA

(National Education Assosiation) memiliki pengertian yang berbeda. Media

adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya.

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

minat seseorang. Sementara Winkel mengatakan bahwa media pengajaran adalah

suatu saran nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh

tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar untuk mencapai

tujuan instruksional.11

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi

pertama adalah hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan,

intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti misalnya kelelahan, sakit,

keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Kedua adalah hambatan cultural seperti

misalnya perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial kepercayaan nilai-nilai

panutan dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan dari situasi

dan kondisi keadaan sekitar. Karena berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam

9 Arief. S. Sadirman, dkk. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan

Pemanfaatannya...h.6 10

Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta. Gaung Persada Press,

2010) cetakan ke-3 h.8 11

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran... h.318-319

Page 30: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

15

diri pengajar maupun pembelajar, proses komunikasi belajar mengajar seringkali

berlangsung tidak efektif dan efisien. Media pembelajaran sebagai salah satu

sumber belajar dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi

dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal

karena media belajar dapat menjadi perantara komunikasi guru dan siswa.

Dalam menentukan pemilihan media, seorang pendidik harus

menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Terdapat berbagai media

diantaranya : 12

a. Media Grafis, media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya

media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan ke sumber

penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.

Pesan ini akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi

visual. Banyak jenis media grafis, beberapa diantaranya adalah sebagai

berikut : Gambar atau foto, Sketsa, Diagram, Bagan atau chart, Grafik,

Kartun, Poster, Peta atau Globe, Papan Flanel, dan Papan Buletin.

b. Media Audio, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan

yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik

verbal maupun non verbal. Ada beberapa jenis media dapat kita kelompokan

dalam media audio anatar lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan

hitam dan laboratorium bahasa.

c. Media Proyeksi Diam, media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan

media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Selain

itu, bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam.

Perbedaan yang jelas diantara keduanya adalah pada media grafis dapat

secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada

proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat

dilihat oleh sasaran terlebih dahulu. Adakalanya media jenis ini disertai

rekaman jenis audio, tapi ada pula visual saja.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan untuk mengatasi

berbagai hambatan antara lain13

:

12

Ibid, h.28-77

Page 31: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

16

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan)

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya :

1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film atau model

2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film

atau gambar

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan

lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara

verbal

5) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram

dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas dapat divisualisasikan dalam bentuk film,

film bingkai, gambar dan lain-lain.

c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk :

1) Menimbulkan kegairahan belajar

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan

minatnya

d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan

jika semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar

belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini bisa

diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuannya dalam :

13

Sridadi Pudjo Suparto,Peran Media Dalam Pembelajaran (Jakarta, BKKBN, 2007) cetakan

ke-1 , h.74

Page 32: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

17

1) Memberikan perangsang yang sama

2) Mempersamakan pengalaman

3) Menimbulkan persepsi yang sama

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

„tengah‟ „perantara‟. Gerlach & Ely dalam Arsyad mengatakan apabila dipahami

secara garis besar, maka media adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun suatu kondisi atau membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan

ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media14

.

Arsyad menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat

membantu proses belajar mengajar dan funsi untuk memperjelas makna pesan

yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran15

. Media

pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar

mengajar.

Berbeda dengan Arsyad, Wena menjelaskan mengenai media

pembelajaran adalah satu komponen penting dari strategi penyampaian

pembelajaran. Hal ini senada Wena mengungkapkan media pembelajaran adalah

komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan

disampaikan kepada siswa, baik berupa orang, alat, ataupun bahan16

.

Suryaman menjelaskan pengertian media secara bahasa dan terminologis.

Secara bahasa, media diartikan sebagai perantara atau pengantar. Secara

terminologis, media pembelajaran dapat diartikan sebagai seluruh perantara

(dalam hal ini bahan atau alat) yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan

pembalajaran17

.

Harjanto menjelaskan pengertian dalam arti sempit dan luas. Dalam arti

sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan sacara

efektif dalam proses pengajaran yang terancana. Pengertian media dalam arti luas,

media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang komplek akan

14

Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2011) h. 3 15

Ibid, h. 9 16

Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional

(Jakarta: Bumi Aksara, 2009) h. 9 17

Maman Suryaman, Panduan Pendidik dalam Pembelajaran SMP/MTs (Jakarta, Depdiknas)

h. 103

Page 33: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

18

tetapi juga mencakup alat-alat sederhana. Dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran yaitu media yang digunakan sebagai alat dan bahan dalam kegiatan

pembelajaran yang berfungsi sebagai perantara dari pengirim (guru) kepada

penerima (siswa) dalam proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan

pendidikan tertentu18

. Peran media dalam pembelajaran sangatlah penting

terutama bagi siswa. Minat dan motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan

menggunakan media pembelajaran yang menarik, proses belajar adalah proses

mental dan emosional atau bisa disebut juga sebagai proses berfikir dan

merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila fikiran dan perasaannya aktif.

Aktivitas pikiran dan perasaan dalam proses belajar dapat dirasakan oleh yang

bersangkutan. Dalam proses belajar akan menimbulkan perubahan perilaku atau

tingkah laku seperti perubahan dalam motorik, sikap dan keterampilannya.

Sadiman (2008: 17-18) memaparkan manfaat media pembelajaran,yaitu

(1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis, (2)

mengatasi keterbatasan ruang, waktu,dan daya indra, (3) sikap pasif anak didik

dapat diatasi menggunakan media yang tepat dan bervariasi, dan (4) dapat

memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama dalam diri anak19

.

Menurut Yudhi Munadi (2012: 7) media pembelajaran dapat dipahami

sebagai “Segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari

sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di

mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

Dari penjelasan para ahli tersebut, secara umum fungsi media

pembelajaran adalah sebagai sarana untuk mempermudah peserta didik

memahami dan mamaknai proses pembelajaran yang dialami. Pengelompokan

jenis media dari segi perkembangan teknologi menurut Seeis dan Glasgow (dalam

Arsyad, 2011: 33) dibagi menjadi dua yaitu media pembelajaran mutakhir dan

tradisional. Contoh media pembelajaran mutakhir adalah seperti komputer,CD

pembelajaran, dan telekonfren. Contoh media pembelajaran tradisional adalah

gambar, buku teks, teka-teki, peta, dan boneka.

18

Hanjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta, Rineka Putra 2006) h. 247 19

Arief Sadiman, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya (Jakarta,

PT. Raja Grafindo Persada 2008) h. 17-18

Page 34: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

19

Seorang guru disamping harus mengetahui media apa yang akan

digunakan, juga harus terampil dalam membuat media tersebut, dan media yang

dibuat harus harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :20

a. Tujuan, media hendaknya menunjang tujuan instruksional yang telah

dirumuskan.

b. Ketepatgunaan (validitas), penggunaan media harus tepat dan berguna bagi

pemahaman materi yang dipelajari.

c. Keadaan peserta didik, kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta

didik dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan.

d. Ketersediaan, pemilihan perlu diperhatikan ada tidaknya media tersedia di

perpustakaan atau di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh.

e. Mutu teknis, media harus memilki kejelasan dan kualitas yang baik.

f. Biaya, hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan

apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak.

Media Boneka

Boneka adalah tiruan bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk

tiruan dari bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model

perbandingan juga. Sekalipun demikian, karena boneka dalam penampilannya

memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini dibicarakan tersendiri.

Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan

cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat

boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita zaman sekarang. Untuk tiap daerah

pembuatan boneka ini disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing.

Macam-macam boneka untuk media pembelajaran dalam yaitu (1) boneka

jari, (2) boneka tangan, (3) boneka tongkat, (4) boneka tali, (5) boneka bayang-

bayang. Dilihat dari bentuk dan cara memainkannya dikenal beberapa jenis

boneka, antara lain:21

20

Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta, Rineka Cipta, 2008) cetakan keenam, h.238-239 21http://molylovelyme.blogspot.comenypurwatiwordprees.com/2013/07/08/

Page 35: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

20

Boneka jari

Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola

pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai dengan

namanya boneka ini dima-inkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka

diletakkan pada ujung jari kita/ dalam. Dapat juga dibuat dari semacam sarung

tangan, dimana pada ujung jari sarung ta-ngan tersebut sudah berbentuk kepala

boneka dan dengan demikian kita/ dalam tinggal memainkannya saja.

Boneka Tangan

Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu tokoh, lain

halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita hanya

dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya

terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya

hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya

disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan (tanpa menggunakan

alat bantu yang lain). Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan

atau menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan tangan.

Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan/ pembelajaran

di sekolah-sekolah sudah dilak-sanakan, bahkan dipakai diluar sekolah yaitu pada

siaran TVRI dengan film seri boneka “Si Unyil”

Boneka Tongkat

Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan menggunakan

tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka.

Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk

keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan/ pembelajaran di

sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Misalnya

dibuat tokoh tentara, pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya Boneka tongkat

dapat dibuat darikayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya.

Page 36: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

21

Boneka Tali

Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai dinegara barat. Perbedaan

yang menyolok antara boneka tali dengan boneka yang lain adalah, boneka tali

bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menurut kehendak

kita/dalangnya. Cara meng-gerakkannya dengan tali. Dengan demikian maka

kedudukan tangan orang yang memain-kannya berada di atas boneka yang

dimainkannya. Untuk memainkan boneka tali diperlukan latihan-latihan yang

teratur, sebab memainkan boneka tali ini memerlukan keterampilan yang lebih

sulit dibandingkan dengan memainkan boneka-boneka yang lainnya. Adakan

tetapi memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang lain, karena

mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya.

Boneka Bayang-bayang

Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka yang cara

memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka

tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan “Wayang kulit”. Namun

untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena

untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. lagi pula

diperlukan lampu untuk membuat bayang-bayang layar.

a. Pengertian Boneka

Boneka jari merupakan media yang tidak terlalu mengeluarkan banyak

uang tetapi cukup efektif digunakan sebai metode pembelajaran yang

interaktif.22

Menurut Raemiza, media boneka dapat membantu anak dalam

memahami cerita dan lebih menarik perhatian mereka. Media boneka termasuk

dalam jenis media visual tiga dimensi. Media ini dapat membantu siswa mengenal

segala aspek yang berkaitan dengan benda dan memberikan pengalaman yang

lengkap tentang benda tersebut. Benda-benda dan situasi yang diajarkan kepada

22

al-rasyid blog undip.ac.id/tag/boneka-media-pembelajaran/

Page 37: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

22

anak akan lebih cepat dipahami bila obyek tersebut ada di hadapan mereka.

Penggunaan media boneka menolong anak untuk bernalar dan membentuk konsep

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek, baik ukuran, bentuk,

berat, maupun manfaatnya.

b. Fungsi Boneka

Menururt Ahira, boneka sangat sesuai untuk digunakan sebagai alat

permainan edukatif. Selain itu, media ini mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1)

memberikan pengalaman yang kongkret, (2) memungkinkan siswa menganalisis

secara mendalam, (3) membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu, (4) informasi

yang diperoleh akan lebih jelas, (5) memperjelas suatu masalah atau proses kerja

dari alat, dan (6) mendorong timbulnya kreativitas siswa.

c. Cara Penggunaan Boneka

Agar boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka

menurut Raemiza perlu memperhatikan beberapa hal dalam penggunaan boneka,

yang antara lain (a) rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas, (b) buatlah

naskah atau skenario sandiwara yang akan dimainkan secara terperinci, baik

dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat, (c) permainan

boneka mementingkan gerak daripada kata-kata, karena itu pembicaraan jangan

terlalu panjang, dapat menjemukan penonton, (d) permainan sandiwara boneka

jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15 menit, (e) hendaknya diselingi dengan

nyanyian, kalau perlu penonton diajak nyanyi bersama, (f) isi cerita hendaknya

sesuai dengan umur dan kemamp uan serta daya imajinasi anak-anak yang

menonton, (g) selesai permainan sandiwara, hendaknya diadakan kegiatan

lanjutan seperti tanya jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita

yang disajikan, (h) jika memungkinkan, berilah kesempatan kepada anak-anak

untuk memainkannya.

Dari keterangan tentang boneka tersebut dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media boneka sangat memungkinkan siswa untuk menguasai konsep-

konsep yang sedang diajarkan karena siswa turut serta dalam situasi yang

sesungguhnya. Media boneka dapat menaraik perhatian siswa dengan bantuan

gerakan-gerakan, ekspresi dan intonasi guru.

Page 38: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

23

Pembelajaran Keterampilan Bercerita di SMP / MTs Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bentuk operasional pengembangan

kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang

akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama

ini.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia adalah satu program untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan berbahasa siswa serta sikap positif terhadap Bahasa Indonesia.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, bahan pengajaran

yang diarahkan di tingkat SMP / MTs adalah pengajaran yang meliputi aspek

kemampuan berbahasa dan bersastra. Aspek kemampuan berbahasa meliputi

keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan

dengan ragam bahasa non sastra. Aspek kemampuan bersastra meliputi

keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan

dengan ragam bahasa sastra.

Pengajaran dalam penilitian ini adalah pengajaran berbicara, khususnya

bercerita. Dalam standar kompetensi dasar tingkat SMP/MTs tahun 2011/2012,

disebutkan bahwa berbicara terbagi ke dalam dua pokok bahasan yaitu komponen

bahasa dan bersastra. Standar kompetensi tersebut terbagi dalam empat

kompetensi dasar, yaitu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan

dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif, menyampaikan

pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kaliamat-kalimat

yang lugas dan sederhana, bercerita dengan ururtan yang baik, suara, lafal,

intonasi, gestur, dan mimik yang tepat dan bercerita dengan alat peraga.

Kemampuan bercerita dengan alat peraga merupakan kemampuan bersastra. Jadi,

sesuai dengan SK tersebut, siswa dilatih untuk dapat menyampaikan cerita dengan

alat peraga.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah.

1. Hasil penelitian Firdaus Muttakim (2013) tentang “Peningkatan

Keterampilan Bercereta melalui Pendekatan Savi Berbantuan Boneka Tangan

Page 39: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

24

Pada Siswa Kelas II SDN. Karanganyar Semarang.” Menyimpulkan bahwa: (1)

terdapat perbedaan segnifikan antara keterampilan bercerita siswa kelas II SDN.

Karanganyar Semarang yang menggunakan pendekatan savi Berbantuan boneka

tangan dan yang tanpa menggunakan pendekatan savi berbantuan boneka tangan

siswa kelas II SDN. Karanganyar Semarang (2) penggunaan pendekatan savi

berbantuan boneka tangan siswa kelas II SDN Karanganyar Semarang lebih

efektif dalam pembelajaran bercerita pada siswa kelas II SDN. Karanganyar

semarang daripada tidak menggunakan pendekatan savi berbantuan boneka siswa

kelas II SDN Karanganyar Semarang. Penelitian ini relevan dengan penelitian

yang peneliti lakukan, pada subyek penelitian. Dan penelitian yang sama pada

subyek penelitian keterampilan bercerita. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis penilitan dan

pendekatan, media pembelajaran yang digunakan. Jenis penelitian tindakan kelas.

2. Hasil penelitian Aryani (2012) tentang “Peningkatan Aktivitas dan

Keterampilan Bercerita Melalui Metode Inkuiry Berdasarkan Teks Cerita Fiksi

Pada Siswa Kelas Va SDN I Metro Barat Lampung. Hasil penelitian menunjukkan

aktivitas belajar siswa pada siklus I berada pada 63,54%, sedangkan siklus II

berada pada 74,31%, mengalami peninkatan sebesar 10,77%. Hasil keterampilan

bercerita siswa pada siklus I 62,5% dan siklus II 66,67%, mengalami peningkatan

sebesar 4,17%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa keterampilan bercerita dapat ditingkatkan menggunakan metode inkuir

berdasarkan teks cerita fiksi pada siswa kelas Va SDN I Metro Barat lampung.

3. Persamaan dan Perbedaan

Persamaan penelitian ini adalah dengan menggunakan media boneka pada

materi bercerita, sedangkan perbedaan adalah tempat dan subyek penelitian.

C. Kerangka Berpikir

Pengajaran keterampilan berbahasa lisan akan membawa hasil yang

maksimal apabila dilandasi dengan (1) tujuan yang jelas, (2) materi yang disusun

secara sestimatis,(3) usaha menumbuhkan partisipasi aktif bagi siswa, (4)

Page 40: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

25

mengembangkan kreativitas siswa, dan (5) menciptakan suasana belajar mengajar

yang menyenangkan.

Salah satu bentuk keterampilan berbicara yang tertuang dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP adalah kompetensi dasar bercerita

dengan alat peraga. Kompetensi bercerita diajarkan pada sdekolah menenggah

pertama kelas VII semester ganjil.

Secara praktik keterampilan bercerita membutuhkan latihan dan pengarahan

pembelajaran yang intensif. Namun demikian, pembelajaran bercerita di sekolah

mendapatkan jadwal yang sangat minimal. Selain keterbatasan waktu, lemahnya

kemampuan bercerita dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang kurang efektif.

Penyampaian materi disampaikan hanya melalui ceramah dan interaksi satu arah.

Untuk mengatasi hal tersebut, guru hendaknya menggunakan alternatif

dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Media yang dirasa tepat

untuk mengatasi masalah diatas adalah menggunakan media boneka. Boneka

memudahkan siswa memahami konsep tentang benda-benda secara utuh,

misalnya ukuran, sifat, dan bentuk. Boneka juga dapat merangsang siswa untuk

berbahasa secara lisan dengan baik, misalnya sebagai model untuk

mengungkapkan emosinya. Anak-anak sering melakukan percakapan dengan

benda yang menurut mereka menarik misalnya dengan boneka, mereka

berimajinasi seolah-olah boneka lawan bicara yang menarik. Oleh karena itu

penggunaan media boneka dapat mempermudah siswa dalam bercerita

D. Hipotesis Tindakan

Dengan menerapkan media boneka tangan maka:

Terdapat peningkatan keterampilan bercerita dengan menggunakan media

boneka tangan pada siswa kelas VII MTs. Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan.

Page 41: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu danTempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di MTs. Yanusa Pondok Pinang Kebayoran Lama

Jakarta Selatan. Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014

tahun ajaran 2013/2014. Adapun jadwal kegiatan penelitian sebagaimana

terlihat dalam tabel berkut:

Tabel : 3.1

Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan

April Mei Juni

1. Persiapan dan Perencanaan √

2. Observasi √ √

3. Pelaksanaan Pembelajaran √ √

4. Analisis Data √

5. Laporan Hasil Penelitian √

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

a. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah

Penelitian Tindakan Kelas (action research) yang dilaksanakan oleh guru

di dalam kelas. Penelitian tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian

Page 42: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

27

“riset-tindakan-riset-tidakan-...” yang dilakukan secara siklik dalam

rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.1

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan

tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan

oleh siswa.2

Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti adalah seorang

guru yang hendak memperbaiki kualitas hasil belajar bahasa Indonesia

khususnya pada keterampilan bercerita di MTs Yanusa Jakarta Selatan.

sekolah tempat peneliti melaksanakan tugas sehari-hari.

Penelitian tindakan yang dilakukan terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan

tersebut dilakukan. Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus

peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk yang diamati,

kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta

yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci pada tahapan

perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

a) Menyiapkan instrumen pengumpulan data terdiri dari :

- Angket

- Lembar observasi

- Lembar tes

b) Membuat rancangan tindakan secara rinci yang tertuang dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1 Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta, Gaung Persada, 2011) cetakan kedua, h.4

2 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2009) cetakan

kesembilan, h.3

Page 43: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

28

c) Membuat Lembar Kerja Siswa ( LKS )

2. Tindakan (Action)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan skenario atau strategi

pembelajaran yang sudah direncanakan. Pembelajaran yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah penggunaan boneka pada pembelajaran

keterampila bercerita.

Rincian tindakan tersebut menjelaskan tentang:

a) Menerapkan srtategi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

boneka

b) Mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh siswa

3. Pengamatan (Observasi)

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.

Pengamatan pada waktu tindakan sedang berlangsungnya pembelajaran,

jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Pada tahap ini

peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai kolaborator yang melakukan

pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data berupa lembar

obsevasi dan tes hasil belajar. Panduan obsevasi yang digunakan terdiri

dari dua yaitu guru dan siswa.

Observasi digunakan untuk mengamati secara cermat terhadap

penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi

keterampilan bercerita yang dilaksanakan pada siklus penelitian.

4. Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh dari pengamatan

dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti dan kolaborator, sehingga

Page 44: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

29

diketahui apakah kegiatan yang telah dilasanakan mencapai tujuan yang

diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan

dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya yang

akan diterapkan pada penelitian berikutnya.

C. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Yanusa dengan

jumlah siswa sebanyak 20 orang yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki

dan 8 orang siswa perempuan.

Uraian tahapan penelitian tersebut sebagai berikut:

Penelitian ini terdiri dari dua siklus . Siklus I adalah segala upaya

mulai dari tahap perencanaan, tindakan, obsevasi dan refleksi yang

diarahkan untuk mengkaji masalah penggunaan alat peraga bahasa

Indonesia dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi

keterampilan bercerita. Sub pokok bahasan materi pembahasan dalam

tindakan pembelajaran Siklus I adalah Mampu menentukan pokok-pokok

cerita dan mampu merangkai pokok pokok cerita menjadi urutan cerita

yang menarik yang dilaksanakan dua kali proses pembelajaran. Siklus I

diakhiri dengan evaluasi terhadap capaian indikator hasil belajar siswa dan

analisis hasil belajar observasi terhadap penggunaan alat peraga bahasa

Indonesia dalam pembelajaran. Untuk mencapai hasil yang maksimal,

setelah melakukan refleksi pada siklus I, peneliti akan melanjutkan

kegiatan penelitian pada siklus II melalui tahapan yang sama seperti siklus

I, dengan sub materi tindakan pembelajaran adalah Mampu bercerita

dengan menggunakan alat peraga berdasarkan pokok-pokok cerita. Dan

proses pembelajaran ini dilakukan sebanyak empat kali pertemuan

pembelajaran dan satu kali tes evaluasi hasil belajar siklus pada setiap

siklus.

1. Penelitian ini berakhir apabila peneliti telah memperoleh data bahwa

hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada materipenyampaian

bercerita dengan alat peraga telah mencapai rata-rata ketuntasan hasil

Page 45: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

30

belajar mencapai 70% dan analisis pengamatan menujukkan bahwa

proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga boneka pada

materi penyampaian bercerita dengan alat peraga mencapai target

serendah-rendahnya kategori baik.

2. Desain penelitian tindakan kelas ini selanjutnya secara sistematis

disajikan dalam alur diagram dibawah ini.

Bagan : 3.1

Alur Prosedur Pelaksanaan PTK

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sebagai bertindak sebagai perancang,

melaksanakan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis

data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer atau pengamat.

Kerja sama peneliti dan guru bahasa Indonesia dalam penelitian

tindakan kelas ini menjadi hal yang sangat penting, dan memiliki

Page 46: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

31

kedudukan yang setara dalam arti masing-masing mempunyai peran dan

tanggung jawab yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan.3

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap intervensi diawali dengan mengidentfikasi persoalan di kelas

dan direncanakan alternatif penyelesaian. Dalam penelitian yang terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, evaluasi serta

analisis data dan refleksi. Jika data yang diperoleh penyempurnaan dan

begitu selanjutnya, sampai hasil analisis tindakan menunjukkan bahwa

kriteria target tujuan penelitian yang telah ditetapkan tercapai.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah

telihat dalam tabel berikut:

Tabel : 3.2

Tahap Penelitian Siklus I

S

I

K

L

Tahap Perencanaan

1. Menyiapkan kelas penelitian

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) yang

menggunakan media alat peraga bahasa Indonesia

3. Mendiskusikan RPP dengan dosen Pembimbing dan kolaborator

4. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan dengan

menggunakan alat peraga

5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, alat peraga,

wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya

6. Menyiapkan soal latihan pada setiap pertemuan tentang

7. Menyiapkan soal akhir siklus I Penyampaian cerita

dengan alat peraga

8. Menyiapkan alat dokumentasi

3Ibid, h, 63

Page 47: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

32

U

S

I

Tahap Pelaksanaan

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Guru melakukan apersepsi, motivasi, eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi

3. Guru menjelaskan dan memberikan contoh cara Penyampaian

ceritadengan boneka

4. Siswa diberi kesempatan untuk tampil ke depan menggunakan

boneka

5. Siswa disuruh mengerjakan soal latihan yang telah disiapkan

setiap akhir pertemuan

6. Siswa mengerjakan soal tes akhir siklus I

7. Mewawancarai siswa dan guru (kolabolator) untuk mengetahui

penilaian mereka terhadap proses pembelajaran selama siklus I

8. Mendokumentasikan semua data yang diperoleh setiap

pembelajaran selama siklus I

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan

(pembelajaran) yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru,

mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran sesuai

instrument yang telah dibuat atau mencatat kejadian-kejadian khusus

yang belum tercantum dalam instrument.

Tahap Refleksi

Melakukan analisis terhadap semua data yang terkumpul dari hasil

observasi dan menentukan keberhasilan dan kelemahan atau

kekurangan pada siklus I yang akan dijadikan dasar perbaikan pada

pelaksanaan siklus berikutnya

Page 48: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

33

Tabel : 3.3

Tahap Penelitian Siklus II

S

I

K

L

U

S

II

Tahap Perencanaan

1. Memperbaiki kelemahan-kelemahan siklus I

2. Menyiapkan kelas penelitian

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) yang

menggunakan media alat peraga

4. Mendiskusikan RPP dengan dosen pembimbing dan koraborator

5. Menyiapkan materi ajar untuk setiap peretemuan dengan

menggunakan alat peraga

6. Menyiapkan lembar angket siswa dan guru, alat peraga, catatan

lapangan serta keperluan boservasi lainnya

7. Menyiapkan soal latihan pada setiap pertemuan tentang

Penyampaian cerita dengan alat peraga

8. Menyiapkan soal akhir siklus II

9. Menyiapkan alat dokumentasi

Tahap Pelaksanaan

1. Memberikan ulasan tentang materi yang telah dipelajari dan

melakukan penguatan khususnya

2. Menjelaskan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi, motivasi,

eksplorasi, elaborasi, dan konfimasi mengenai materi yang hendak

dipelajari

3. Menjelaska Penyampaian cerita dengan alat peraga dan

mendemontrasikan cara penggunaan alat boneka

4. Siswa diberi kesempatan untuk tampil ke depan menggunakan alat

peraga boneka

5. Siswa disuruh mengerjakan soal latihan yang telah disiapkan setiap

akhir pertemuan

6. Siswa mengerjakan soal tes akhir siklus II

Page 49: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

34

7. Mendokumentasikan semua data yang diperoleh setiap

pembelajaran selama siklus II

Tahap Observasi

Tahap ini pada dasarnya sama dengan observasi Siklus I, hanya ada

beberapa tanbahan instrumen pengamatan sebagai upaya perbaikan

tindakan

Tahap Refleksi

Menganalisa data yang telah terkumpul selama tindakan pada siklus II

dan menetukan hasil tindakan siklus II, yang akan dijadikan dasar

tindakan selanjutnya, apakah akan melanjutjan tindakan pada siklus III.

Jika target hasil belajar belum tercapai, atau tindakan dihentikan, jika

target telah tercapai.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil dari pelaksanaan tindakan yang diharapkan adalah tercapainya

indikator-indikator keberhasilan , yaitu siswa dapat melakukan 1. Mampu

menentukan pokok-pokok cerita. 2. Mampu merangkai pokok pokok cerita

menjadi urutan cerita yang menarik, dengan target diakhir siklus 80% siswa

atau lebih memperoleh nilai sesuai KKM yang telah ditetapkan KKM. KKM

yang telah ditetapkan sekolah untuk materi Penyampaian cerita dengan alat

peraga ini adalah 65. Penetapan kriteria keberhasilan sebesar 80% ini

berdasarkan pada hasil observasi awal terhadap data nilai ulangan harian

yang selama ini dilakukan serta hasil wawancara dengan guru bahasa

Indonesia yang dalam hal ini bertindak sebagai kolabolator, rerata ulangan

harian siswa kelas VII MTS. Yanusa tiap akhir pertemuan dan akhir bab

tidak pernah lebih dari 50% siswa yang mencapai target nilai ketuntasan

minimal. Dan sebagian besar selalu remedial. Jadi penelitian tindakan kelas

ini dikatakan telah berhasil apabila mencapai nilai rata-rata 70.

Page 50: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

35

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif.

Data kualitatif berupa hasil observasi proses pembelajaran, hasil

observasi tentang penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, lembar

jurnal harian siswa, lembar observasi terhadap guru dan dokumentasi

lainnya (berupa foto kegiatan pembelajaran) Data kuantitatif berupa nilai

tes hasil belajar siswa terhadap materi Penyampaian cerita dengan alat

peraga pada setiap akhir pembelajaran dan akhir siklus.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru bahasa Indonesia

(kolabolator, kepala sekolah, dokumen KTSP sekolah dan peneliti)

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu : Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

a. Lembar pedoman pengamatan

Lembar pedoman pengamatan proses pembelajaran keterampilan

bercerita dalam menggunakan alat peraga bahasa Indonesia, menyampaikan

materi pelajaran, membimbing dan mengarahkan siswa, membangkitkan

motivasi siswa, mengelola kelas dan berbagi kompetensi lain yang harus

dimiliki oleh seorang guru.

Tabel : 3.4

Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita

No Aspek Rata-Rata

Pratindakan

Rata-

Rata

Siklus I

Rata-

Rata

Siklus II

Peningkatan

1 Volume Suara

2 Pelafalan

Page 51: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

36

3

Keterampilan

Mengembangkan

Ide

4 Sikap Penghayatan

Cerita

5 Pilihan Kata

Jumlah

Presentase

1. Volume Suara

a. Sangat baik: Volume sudah terdengar olehh seluruh pendengar

secara jelas dan lantang 100

b. Baik: Volume sudah terdengar oleh seluruh pendengar 80

c. Cukup: Volume terdengar tapi belum terdengar oleh seluruh pendengar

60

d. Kurang: Volume tidak terlalu terdengar dan tidak jelas 40

e. Sangat kurang: Volume sama sekali tidak terdengar 20

2. Pelafalan

a. Sangat baik: Pelafalan fonem sangat jelas, tidak terpengaruh dialek,

intonasi sangat jelas 100

b. Baik: Pelafalan fonem jelas, tidak terpengaruh dialek, intonasi jelas 80

c. Cukup: Pelafalan fonem cukup jelas, sedikit terpengaruh dialek, intonasi

cukup jelas 60

d. Kurang: Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek, intonasi

kurang jelas 40

e. Sangat kurang: Pelafalan fonem tidak jelas, sangat terpengaruh dialek

intonasitidak jelas 20

Page 52: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

37

3. Keterampilan Mengembangkan Ide

a. Sangat baik: Cerita dikembangkansecara kreatif tanpa keluar dari

tema.Alur, tokoh, dan setting terkonsepdengan jelas dan menarik.

Amanat ceritasesuai dengan tema. 100

b. Baik: Cerita dikembangkan secara kreatif tidak keluar dari tema. Alur,

tokoh, dan setting terkonsep dengan jelas namun kurang menarik.

Amanat cerita sesuai dengan tema. 80

c. Cukup: Cerita dikembangkan dengan cukup kreatif, tidak keluar dari

tema. Setting dan tokoh terkonsep jelas, namun alur kurang terkonsep

dengan jelas. Amanat cerita cukup sesuai dengan tema. 60

d. Kurang: Cerita dikembangkan dengan kurang kreatif dan tidak keluar

dari tema. Alur, setting, tokoh tidak terkonsep dengan jelas. Amanat

cerita kurang sesuai dengan tema. 40

e. Sangat kurang: Cerita tidak dikembangkan dengan baik. Alur, setting,

dan tokoh tidak terkonsep dengan jelas. Amanat cerita tidak sesuai

dengan tema. 20

4. Sikap Penghayatan Cerita

a. Sangat baik: Mimik, gerak, dan suarasesuai dengan karakter tokoh

yangdiperankan, ada improvisasi terhadapmimik, gerak dan suara, dan

improvisasiyang dilakukan sangat tepat dan tidakberlebihan 100

b. Baik: Mimik, gerak dan suara sesuaidengan karakter tokoh yang

diperankan,ada improvisasi trhadap mimik, gerak,dan suara 80

c. Cukup: Mimik, gerak dan suara cukupsesuai dengan karakter tokoh,

tidak adaimprovisasi terhadap mimik, gerak dansuara 60

d. Kurang: Mimik, gerak dan suara tidak sesuai dengan karakter tokoh dan

tidak punya improvisasi 40

e. Sangat kurang: mimik, gerak-gerik dansuara tidak sesuai dengan

karakter tokoh dalam cerita 20

Page 53: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

38

5. Pilihan Kata

a. Sangat baik: Penggunaan kata-kata,istilah sesuai dengan tema dan

karakter tokoh, terdapat variasi dalam pemilihan kata 100

b. Baik: Penggunaan kata-kata, istilahsesuai dengan tema dan karakter

tokoh,kurang terdapat variasi dalam pemilihan kata 80

c. Cukup: Penggunaan kata-kata, istilahsesuai dengan tema dan

karaktertokoh,tidak ada variasi dalam pemilihan kata 60

d. Kurang: Penggunaan kata-kata, istilahkurang sesuai dengan tema dan

karaktertokoh, tidak ada variasi dalam pemilihankata 40

e. Sangat kurang: penggunaan kata-kata,istilah tidak sesuai dengan tema

dankarakter tokoh, tidak ada variasi dalam pemilihan kata 20

b. Dokumentasi, berupa foto, dan dokumen-dokumen lain sebagai bukti

otentik penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian

yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Hal ini

dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Secara rinci teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keterampilan siswa menggunakan alat peraga diperoleh dari lembar

pengamatan yang dilakukan oleh kolabolator atau tanggapan siswa

terhadap pembelajaran dengan penggunaan alat peraga Penyampaian

cerita yang diperoleh dengan lembar jurnal harian siswa yang ditulis

oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran (pertemuan).

2. Data suasana pembelajaran selain diperoleh dengan pengamatan dengan

penggunaan media kamera foto yang diharapkan menjadi penguat data

hasil observasi.

Page 54: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

39

3. Terhadap kejadian-kejadian yang tidak terakomodasi dalam instrumen

penelitian dicatat dengan menggunakan lembar cacatan lapangan, baik

yang dilakukan peneliti maupun kolaborator.

J. Tenik Pemeriksaan keterpercayaan Studi

Agar data yang diperoleh dapat terjamin validitasnya, maka digunakan

teknik trigulasi dan saturasi dengan menggunakan:

1. Observasi

2. Tes hasil belajar siswa

3. Jurnal harian

Pelaksanaan uji validitas data dengan cara:

1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang

berbeda. Dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang

hasil belajar siswa dilakukan dengan cara mengobservasi data nilai

siswa, memberikan tes hasil belajar setiap akhir peretemuan dan siklus,

serta memeriksa hasil tugas-tugas yang diberikan pada siswa.

2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal

yang sama. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam menggunakan

alat peraga bahasa Indonesia dilakukan wawancara terhadap guru atau

kolaborator dan kepada siswa.

3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul baik tentang

kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

Sebagaimana telah diisyaratkan, hasil dan refleksi akan menentukan

apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah

yang memicu penyelenggaraan PTK atau belum. Jika hasilnya belum

memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan

perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya

atau, apabila perlu, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul

Page 55: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

40

baru untuk mengatasi masalah yang ada.4Saturasi adalah situasi pada waktu

data sudah jenuh atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan,

maka waktunya peneliti untuk mengambil keputusan mengakhiri siklus.5

Agar diperoleh data yang akurat sebelum digunakan dalam penelitian,

instrumen tes hasil belajar penyampaian berita dengan alat peraga terlebih

dahulu dilakukan uji validasi secara isi (content validity). Sebuah tes

dikatakan memiliki validasi isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu

yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.6 Validasi isi

dilakukan dengan mengkonsultasikan instrument tes tersebut kepada para

pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing yang merupakan pakar di

bidang pendidikan bahasa Indonesia.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Sebelum menganalisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan

data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua

data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil observasi, jurnal harian

siswa, tes hasil belajar siswa, catatan lapangan dan lain-lain. Semua data

tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif.

Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada

dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaksi dengan pengumpulan

data sebagai suatu proses siklus. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat

dan aktivitas-aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan

memiliki nilai ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

4Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah

(DepDikBud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, IBRD LOAN

NO.3979-IND) h.46 5 Rochiati Wiriaatmaja, Metode Penelitian Kelas Untuk meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen

(Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010) cetakan kesepuluh, h.170 6 Suharsimi Sarikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta, Bumi Aksara, 2009) cetakan

keenam, h.67

Page 56: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

41

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Penelitian diakhir setelah hasil analisis data menunjukkan bahwa target

peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII MTs Yanusa

pada materi keterampilan bercerita telah tercapai. Maka sebagai tindak

lanjut dan pengembangan perencanaan tindakan hasil penelitian ini.

Kegiatan penelitian yang penulis lakukan ini merupakan rangkaian

kegiatan yang relatif panjang mulai dari pra persiapan, persiapan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan, analisis hasil tindakan dan refleksi, yang

hasil analisis menunjukkan bahwa target belum tercapai maka peneliti

melakukan proses pengembangan tindakan lagi dengan cara mengulangi

perencanaan yang didasari oleh hasil analisis data pada tahap (siklus I),

pelaksanaan tindakan, pengamatan, analisis dan refleksi dan begitu

seterusnya sampai target tercapai. Dalam melakukan penelitian penulis

berkolaborasi dengan teman sejawat (guru bahasa Indonesia kelas VII MTs

Yanusa) yang ternyata berkat kerja kolaboratif tersebut telah berhasil

meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia kelas VII MTs Yanusa

khususnya pada materi keterampilan bercerita dengan alat pereaga, dengan

proses dan suasana pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa penggunaan alat peraga

bahasa Indonesia dalam pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, hal ini diharapkan dapat memberi inspirasi dan masukan

kepada observer (guru bahasa Indonesia) untuk menjadi bahan tindak lanjut

dan pengembangan dalam pelaksanaan tugas rutinnya sebagai guru bahasa

Indonesia MTs Yanusa.

Page 57: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Sekolah

a. Nama Sekolah : MTs. Yanusa

b. Berdiri tahun : 1972

c. Alamat Sekolah : Jl. H. Saikin No. 15 Pondok Pinang

Kebayoran Lama Jakarta Selatan

d. No. Statistik Sekoloah : 121231740003

e. Nama Kepala Sekolah : Rrs. H. Ahmad Shafiyuddin

f. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 04 Oktober 1958

g. Fasilitas : Luas tanah 1200 M2

Luas bangunan 800 M2

h. Jumlah ruang belajar : 3 ruang

i. Jumlah guru : 12 orang terdiri dari : 7 orang guru laki-laki

dan 5 orang perempuan.

j. Jumlah siswa : 65 siswa

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 siklus 4 tahap pada masing-

masing siklus. Tahapan tersebut meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum hasil penelitian dipaparkan akan

diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal kemampuan siswa

keterampilan bercerita kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan.

Dengan demikian, secara urut bab ini akan menjelaskan tentang (1) kondisi

awal keterampilan bercerita siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang

Jakarta Selatan, (2) pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian, dan (3)

pembahasan hasil penelitian. Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil

penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah yang diajukan.

Page 58: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

43

1. Kondisi Awal Keterampilan Bercerita Siswa

Kondisi awal tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan

tindakan apa saja yang akan dilakukan pada saat siklus dilakukan. Kegiatan

pratindakan ini dilakukan pada hari Senin, 7 April 2014 pukul 07.00 WIB.

Pada kegiatan pratindakan guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran

keterampilan bercerita di ruang kelas VII. Sebagai langkah awal dalam

penelitian, peneliti melakukan survei yang dimaksudkan untuk mengetahui

kondisi awal, baik proses pembelajaran maupun keterampilan bercerita. Siswa

kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan. Saat proses

pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kurang aktif dalam mengajukan

pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta mengerjakan tugas dari guru. Hal

ini dilihat dari hasil pengamatan proses pada saat pratindakan termasuk dalam

kategori cukup, karena skor rata-rata yang dihasilkan 60,8 jika dilihat dari

hasil pengisian angket yang menyatakan bahwa siswa yang aktif hanya 6 siswa

dari jumlah keseluruhan siswa atau yang aktif selama kegiatan proses

pembelajaran keterampilan bercerita.

Pada proses pembelajaran keterampilan bercerita, beberapa siswa yang

duduk di kursi bagian depan terlihat memperhatikan guru namun sedikit pula

siswa yang menopang dagu, melamun serta sedikit sibuk beraktifitas sendiri.

Hal ini dilihat dari hasil pengamatan proses pada saat pratindakan, berdasarkan

hasil angket yang melaksanakan bahwa siswa yang memperhatikan dan

konsentrasi selama proses pembelajaran hanyalah 10 orang dari jumlah

keseluruhan siswa.

Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran apalagi untuk

merangkai pokok-pokok cerita menjadi sebuah cerita, karena siswa kurang

mempunyai ide cerita. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan proses pada saat

pratindakan termasuk dalam kategori kurang karena skor rata-rata yang

dihasilkan 61. Jika dilihat dari hasil pengisian angket yang menyatakan bahwa

siswa yang berminat dan antusias pada pembelajaran keterampilan bercerita

sebanyak 9 orang dari keseluruhan siswa.

Page 59: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

44

Ketidakberanian siswa begitu tampak manakala guru memberikan

kesempatan secara maksimal kepada siswa untuk praktek bercerita di depan

kelas, namun respon yang diberikan siswa terlihat sangat minim, walaupun

mereka secara berkelompok. Siswa justru melakukan aksi saling tunjuk

kelompok saat guru memberikan kesempatan pada siswa bercerita di depan

kelas. Berdasarkan pengamatan penelitian, bahwa tidak ada satupun siswa yang

mau bercerita, sehingga guru mempunyai alternatif mengundi kelompok siswa.

Hal ini diperkuat dengan hasil pengisian angket dan wawancara dengan

guru dan siswa pada tahap pratindakan. Berdasarkan hasil wawancara tahap

pratindakan antara peneliti dengan guru dan siswa, guru menyatakan bahwa

keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas sangat kurang sekali, setiap

diperintah untuk bercerita, siswa beralasan tidak bisa bercerita karena tidak

mempunyai ide. Seperti halnya dengan hasil wawancara antara peneliti dengan

salah satu siswa kelas VII, mereka tidak punya keberanian untuk bercerita di

depan kelas, alasan dia karena malu dengan teman-temannya dan tidak

mempunyai ide untuk bercerita.

Pengisian angket menyatakan bahwa siswa tidak berani bercerita di

depan kelas yaitu sebanyak 14 siswa dari keseluruhan siswa kelas VII MTs

Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil angket bahwasannya

14 siswa kurang berani tampil di depan kelas untuk bercerita, karena siswa

merasa malu, grogi, tidak bisa cerita dan tidak mempunyai ide untuk bercerita.

Hal tersebut mengakibatkan, ekspresi tidak muncul, dan pandangan mata hanya

tertunduk pada buku paket saja.

Hasil angket yang diisi oleh siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang

Jakarta Selatan terkait dengan perlu atau tidaknya media pembelajaran yang

digunakan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan

bercerita. Sebanyak 16 siswa menyatakan perlu adanya media pembelajaran

yang diharapkan bisa mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan

bercerita.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil angket dapat

disimpulkan secara keseluruhan bahwa sebagian besar siswa kurang berani

tampil bercerita. Hal ini disebabkan karena siswa malu, grogi, tidak bisa

bercerita dan takut salah jika bercerita di depan kelas. Menurut hasil tes yang

Page 60: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

45

dilakukan pada saat survei awal diketahui bahwa keterampilan bercerita siswa

kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan masih tergolong rendah,

karena belum mencapai batas kelulusan sekolah (rata-rata 70). Keterampilan

awal dilihat dari hasil tes pratindakan awal yang dilakukan sebelum dikenai

tindakan. Skor rata-rata kelas tiap aspek untuk mengetahui keterampilan

bercerita maka setiap aspek tersebut dihitung. Hasil penelitian dari kegiatan

pratindakan keterampilan bercerita siswa sebelum dikenai tindakan bahwaYns

1, Yns 3, Yns 5, Yns 8, Yns 9, Yns 11, Yns 12, Yns 14, Yns 16, Yns 18, Yns

19, Yns 20, kurang berani tampil bercerita di depan kelas. Mereka masih

terlihat grogi, malu, tegang, bahkan wajahnya ditutup dengan kertas sehingga

ekspresi tak muncul. Misalnya saja siswa yang berinisial Yns 14, dia tertunduk

malu dengan sesekali melirik guru, sambil tangan kanannya memegangi rok,

Yns 3, terlihat badannya bergoyang-goyang, dan tangan kanannya membawa

penggaris dan dipukul-pukul ke kaki, dan Yns 5, dia mempunyai suara keras

namun tidak serius, banyak tertawa, dan ketika ia ditertawai oleh temannya, dia

langsung berkata ”wah, nanti dulu bu , lha lu ketawa mulu ye!”.

Tabel : 4.1

Skor Penilaian Keterampilan Bercerita Kelas VII Tahap

Pratindakan

No Aspek Pratindakan Kategori

Rata-rata

1. Volume suara 56 C

2. Pelafalan 49 C

3. Keterampilan Mengembangkan

ide

51 C

4. Sikap penghayatan cerita 60 C

5. Pilihan kata 50 C

Jumlah 276/55,2

Page 61: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

46

Keterangan:

SB : Sangat baik dengan skor nilai rata-rata kelas 81-100

B : Baik dengan skor nilai rata-rata kelas 61-80

C : Cukup dengan skor nilai rata-rata kelas 41-60

K : Kurang dengan skor nilai rata-rata 21-40

SK : Sangat kurang dengan skor nilai rata-rata 10-20

Berdasarkan Tabel 4.1, berikut akan dideskripsikan setiap aspek

kemampuan bercerita siswa sebelum tindakan kelas dilakukan.

a. Volume Suara

Aspek volume suara terkait dengan volume suara pada saat siswa

bercerita di depan kelas, suara siswa dapat terdengar dengan jelas, dan intonasi

juga jelas. Pada saat pratindakan, aspek volume suara berkategori cukup yaitu

mempunyai skor rata-rata sebesar 56. Kondisi tersebut terdapat dalam catatan

lapangan berikut ini. Misalkan ; Narator dari kelompok 4 adalah Yns 4,

suaranya kurang keras dan kelihatannya dia grogi, tidak seperti dengan Yns 18,

volume suaranya keras sehingga satu kelas bisa mendengar suaranya.

b. Pelafalan

Aspek pelafalan ini terkait dengan pelafalan fonem pada saat siswa suara

siswa dapat terdengar dengan jelas, intonasi jelas sesuai dengan isi cerita. Pada

saat pratindakan skor rata-rata siswa pada aspek pelafalan sebesar 49. Pada

aspek ini, sebagian besar siswa yaitu siswa yang berinisial Yns 2, Yns 3, Yns 4,

Yns 5, Yns 7, Yns 8, Yns 9,Yns 10, Yns 12, Yns 13, Yns 14, Yns 15, Yns 18,

Yns 20, masih menggunakan bahasa pergaulan shari-hari, suara cukup jelas

tetapi masih terdengar gemetar, intonasi cukup jelas. Kondisi tersebut terdapat

dalam catatan lapangan yang berikut ini. Saat bercerita, Yns 2 pelafalan

fonemnya masih ada terpengaruh dialek kedaerahan yang berasal dari Jawa

Tengah sehinggga kata-kata yang diucapkannya menjadi aneh didengar.

c. Keterampilan mengembangkan ide

Sebagian besar hasil cerita siswa dalam mengembangkan ide belum

terkonsep dengan jelas, sehingga cerita menjadi kurang menarik. Alur cerita,

Page 62: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

47

setting juga kurang jelas, sehingga mengakibatkan cerita menjadi kurang

menarik. Aspek Keterampilan mengembangkan ide terkait dengan kreatifitas

siswa dalam mengembangkan ide. Pada saat pratindakan, skor rata-rata siswa

pada aspek keterampilan mengembangkan ide sebesar 61. Kondisi tersebut

terdapat dalam catatan lapangan berikut ini. Sebagai contoh mereka kompak

namun kurang keras saat bercerita, sehingga cerita yang mereka sampaikan

menjadi kurang menarik. Pengembangan idenya belom terkosep dengan baik

lagi, sehingga cerita tidak jelas. Sayang amanat dalam cerita tersebut tidak pas.

d. Sikap penghayatan cerita

Aspek sikap penghayatan cerita terkait dengan sikap siswa dalam

bercerita yang ekspresif. Mimik, gerak dan suara harus sesuai dengan karakter

tokoh dan improvisasi mimik, gerak dan suara tidak berlebihan. Pada saat

pratindakan, skor rata-rata siswa aspek sikap penghayatan cerita sebesar 60.

Pada pratindakan masih banyak siswa kurang tenang, grogi, dan tidak muncul

ekspresi pada saat bercerita di depan kelas. Siswa tersebut yaitu Yns 1, Yns 19,

Yns20, Yns 9, sikapnya kurang ekspresif, gerak kurang wajar, suara juga

kurang pas dengan tokoh yang ia perankan, ini disebabkan karena mereka

masih malu dan kurang adanya persiapan. Contohnya Yns 1 pada saat bercerita

gerak geriknya atau tingkah laku beberapa kali tidak wajar, dia meremas-remas

jari tangan dan pandangannya ke atas. Kondisi tersebut terdapat dalam catatan

lapangan misalnya seperti berikit ini; Penguasaan ceritanya cukup, namun raut

wajahnya yang mau untuk bercerita masih kelihatan jelas, karena sebagian

besar wajah mereka ditutup dengan kertas yang mereka bawa. Penghayatan

cerita dari kelompok ini belum maksimal, misalnya saja mimik, gerak, suara

tidak sesuai dengan tokoh. Improvisasi juga tidak kelihatan, sehingga

penyampaian cerita hanya datar saja.

e. Pilihan Kata

Aspek pilihan kata terkait dengan penggunaan kata-kata, penggguanaan

istilah sesuai tokoh dan pilihan kata yang bervariasi dalam bercerita. Pada saat

pratindakan, aspek pilihan kata berkategori cukup sedangkan pada

pascatindakan berkategori baik. Pada pratindakan masih ada kelompok yang

Page 63: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

48

menggunakan pilihan kata yang monoton sehingga cerita menjadi tidak

menarik, skor aspek pemilihan kata sebesar 50.

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas pada Pembelajaran Keterampilan Bercerita dengan

Menggunakan Media Boneka Tangan

a. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I dilakukan dengan dua tindakan

yaitu tindakan pertama adalah pemberian materi tentang bercerita dan cara

penggunaan media boneka tangan untuk bercerita dan tindakan kedua yaitu

pelaksanaan praktik bercerita siswa dengan media boneka tangan.

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan dalam kegiatan

pratindakan tersebut diketahui bahwa keterampilan bercerita siswa masih

rendah (siswa masih malu, grogi, kurangnya ide). Siswa kelas VII belum

mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Mengacu pada hasil analisis itulah,

peneliti berasumsi bahwa perlu dilakukan tindakan yang mampu mengatasi

permasalahan tersebut.

Perencanaan dilakukan untuk memudahkan jalannya penelitian.

Perencanaan disusun oleh peneliti dan kolaborator yaitu guru Bahasa Indonesia

Dra F Rahmida , kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu, 7 Mei 2014, di ruang

guru Mts Yanusa Pondok Pinaang Jakarta Selatan. Pada kesempatan tersebut

peneliti bersama guru selaku kolaborator melakukan diskusi dan berkoordinasi

untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus I terkait dengan

masalah yang ditemukan.

Adapun rencana yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini sebagai

berikut: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian

yang akan dilakukan pada siklus I, (2) peneliti mengusulkan digunakannya

media boneka tangan dalam pembelajaran keterampilan bercerita serta

membeitahukan cara penggunaannya, (3) peneliti dan guru bersama-sama

menyusun RPP untuk Siklus I, (4) guru dan peneliti bersama-sama

menyepakati lembar penilaian siswa yaitu instrumen penelitian berupa tes dan

Page 64: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

49

nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai keterampilan bercerita siswa,

sedangkan instrumen nontes digunakan untuk menilai sikap siswa dalam

pembelajaran keterampilan bercerita. Instrumen nontes ini berbentuk pedoman

pengamatan, dan (5) menentukan waktu pelaksanaan tindakan yaitu 2 kali

pertemuan dalam 1 siklus.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran keterampilan bercerita dengan

menggunakan media boneka tangan diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan bercerita siswa, baik proses maupun produk, terutama pada siswa

kelas VII Mts Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, pelaksanaan tindakan berlangsung selama 2x45

menit dan dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Mei 2014 pukul 10.30 di kelas VII

Mts Yanusa Pondok Pinang Jakarta selatan. Dalam tahap pelaksanaan

tindakan, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran

keterampilan bercerita di dalam kelas. Selama proses pembelajaran

berlangsung, peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran keterampilan

bercerita pada tindakan Siklus I ini dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Guru membuka pelajaran (apersensi dan presensi).

(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

keterampilan bercerita.

(3) Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi bercerita

(pengertian bercerita, manfaat bercerita)

(4) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai langkah-langkah

yang perlu diperhatikan saat bercerita dengan menggunakan media boneka

tangan.

(5) Siswa memperhatikan guru, saat guru memberi contoh bercerita

menggunakan media boneka tangan.

(6) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang media boneka tangan.

(7) Siswa diberi tugas kelompok membuat cerita yang bertema “Liburan”.

Page 65: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

50

(8) Siswa membentuk kelompok, tiap kelompok 5 siswa.

(9) Siswa secara kelompok bergantian bercerita di depan kelas.

(10)Siswa dan guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan siswa

pada pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan media

boneka tangan.

(11)Pelajaran diakhiri dengan berdoa dan salam

b) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, pelaksanaan tindakan berlangsung selama 2x45

menit dan dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 pukul 07.00 di kelas VII

Mts Yanusa Pondok Pinang jakarta selatan. Langkah pembelajaran

keterampilan bercerita yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam

pelaksanaan tindakan siklus I dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Guru membuka pelajaran

(2) Guru dan siswa tanya jawab mengenai materi bercerita yang sudah

dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.

(3) Guru memotivasi siswa agar berani bercerita dengan memperhatikan

langkah-langkah bercerita dengan media boneka tangan.

(4) Guru dan siswa tanya jawab seputar pengembangan ide cerita dengan

menggunakan media boneka tangan.

(5) Siswa secara berkelompok melanjutkan untuk bercerita di depan kelas

dengan menggunakan media boneka tangan.

(6) Siswa mengamati cerita kelompok lainnya yang sedang bercerita di depan

kelas.

(7) Guru melakukan refleksi

(8) Pelajaran diakhiri dengan doa dan salam

3) Pengamatan

Pengamatan penelitian tindakan siklus I ini dilakukan oleh peneliti secara

cermat dengan menggunakan instrumen penelitian yang sudah disiapkan.

Selain itu, juga dilengkapi dengan catatan lapangan dan dokumentasi berupa

foto dan rekaman. Hasil pengamatan penelitian tindakan siklus I ini dapat

dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu pengamatan proses dan pengamatan hasil/

Page 66: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

51

produk. Pengamatan secara proses meliputi aktivitas fisik siswa selaku subjek

penelitian dan pelaksana pembelajaran keterampilan bercerita dengan

menggunakan media boneka tangan, respon siswa terhadap pembelajaran, dan

situasi yang tergambar ketika pembelajaran berlangsung. Pengamatan secara

produk berupa skor dari hasil bercerita siswa di depan kelas.

b) Pengamatan Produk

Keberhasilan tindakan dalam pengamatan secara produk terlihat dari

perolehan skor tes keterampilan bercerita siswa siklus I. Perubahan hasil yang

dicapai pada pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan media boneka

tangan adalah meningkatnya kemampuan siswa dalam kegiatan bercerita. Hasil

tes bercerita menunjukkan bahwa siswa mempunyai skor yang lebih baik bila

dibandingkanpada waktu sebelum diberi tindakan. Meskipun demikian,

tindakan pada siklus I ini berhasil. Hal ini disebabkan skor setiap aspek

kemampuan bercerita yang diperoleh siswa pada siklus I sudah mengalami

peningkatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media ini dapat

membantu meningkatkan keterampilan bercerita siswa, namun pada tindakan

siklus I belum mencapai hasil seperti yang diharapkan. Tabel 7 berikut

merupakan peningkatan keterampilan bercerita siswa dari pratindakan ke siklus

I.

Tabel : 4.2

Peningkatan Keterampilan Bercerita dari

Pratindakan ke Siklus I

No Aspek Pratindakan Siklus I

Rata-rata Rata-rata

1 Volume suara 56 69

2 Pelafalan 49 65

3 Keterampilan mengembangkan ide 61 73

4 Sikap penghayatan cerita 60 72

5 Pilihan kata 50 66

Jumlah 276/55,2 345/69

Page 67: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

52

Grafik berikut merupakan peningkatan keterampilan bercerita siswa dari

Pratindakan ke siklus I.

Gambar : 4.1

Grafik Peningkatan Keterampilan Bercerita Siswa dari

Pratindakan ke Siklus I

Dari data Grafik Gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

bercerita siswa mengalami peningkatan, pada pratindakan jumlah skor yaitu

55,2 meningkat menjadi 69 siklus I. Peningkatan pada setiap aspek penilaian

bercerita, mulai dari aspek yang mengalami peningkatan paling tinggi sampai

yang paling rendah, yaitu kelancaran, sikap penghayatan cerita, volume suara,

pelafalan, keterampilan mengembangkan ide,dan pilihan kata.Terjadi

peningkatan pada aspek bercerita tidak terlepas dari peran media boneka

tangan yang dapat memacu siswa untuk terampil bercerita.

4) Refleksi

Tahap yang dilakukan setelah pengamatan adalah tahap refleksi. Tahap

refleksi ini peneliti bersama kolaborator mendiskusikan kembali apa yang telah

dilaksanakan pada siklus I. Peneliti dan kolaborator mendiskusikan dan

menganalisis hasil tindakan pada siklus I. Kegiatan refleksi yang dilakukan

didasarkan pada pencapaian indikator keberhasilan penelitian. Oleh karena itu,

refleksi untuk siklus I dapat dilihat baik secara proses maupun produk. Secara

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pratindakan Category 2

Series 1

Page 68: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

53

proses, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran keterampilan bercerita

dibandingkan dengan sebelum diberi tindakan. Hal ini terlihat ketika siswa

mulai aktif bertanya. Serta merespon pertanyaan yang diajukan guru, siswa

mulai berani bercerita di depan kelas, dan sudah saling berinteraksi dan bekerja

sama dengan siswa lain dalam satu kelompok. Siswa juga berusaha

menjalankan tanggung jawab kelompok yang diberikan walaupun merasa

bingung. Hal tersebut terjadi pada kegiatan membuat cerita. Suasana kelas pada

saat tes bercerita siklus I cukup tenang dari waktu sebelum tindakan. Siswa

mulai memperhatikan dan mendengarkan teman yang sedang bercerita. Akan

tetapi, siswa kadang-kadang berbicara dengan teman apabila cerita yang

disampaikan tidak menarik, atau terkadang ada yang menertawakan temannya

yang bercerita di depan kelas jika salah saat bercerita.

Keadaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh pembelajaran dengan

menggunakan media boneka tangan yang bertujuan untuk memotivasi siswa

dalam keterampilan bercerita sehingga siswa mampu dan berani bercerita di

depan kelas. Aspek keaktifan, perhatian dan kerjasama kelompok dalam

pembelajaran belum maksimal sehingga perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut

akan menjadi perbaikan untuk siklus selanjutnya. Secara produk, peningkatan

keterampilan bercerita siswa dapat dilihat dari tes bercerita. Peningkatan skor

dapat dilihat dari skor rata-rata kelas pratindakan ke siklus I yang meliputi

peningkatan tiap-tiap aspeknya, peningkatan tersebut, yaitu (1) volume suara

sebesar 69, (2) pelafalan sebesar 65, (3) keterampilan mengembangkan ide

sebesar 73, (4) sikap penghayatan cerita sebesar 72, (5) pilihan kata sebesar 66.

Hasil yang didapatkan dari siklus I baik secara proses maupun produk telah

menunjukkan peningkatan yang cukup baik walaupun masih kurang

memuaskan, karena masih ada beberapa kendala yang dihadapi. Kendala

tersebut adalah sebagai berikut:

(a) Skor aspek pelafalan dan keterampilan mengebangkan ide siswa perlu

ditingkatkan lagi.

(b) Pemilihan kata dalam merangkai cerita perlu ditingkatkan.

(c) Skor peningkatan yang diperoleh masih kurang maksimal.

Page 69: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

54

Refleksi yang dilakukan baik secara proses maupun secara produk serta

kekurangan atau kendala terjadi selama siklus I menjadi dasar pelaksanaan

siklus II, pada siklus II masih tetap menggunakan media boneka tangan.

b. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan

aspekaspek yang belum tercapai pada siklus I. Aspek-aspek tersebut

sebenarnya sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan lagi agar hasilnya

lebih maksimal.

a) Guru sebagai kolaborator akan meningkatkan kembali terkait dengan

penggunaan media boneka tangan pada pembelajaran keterampilan

bercerita, yaitu dengan cara lebih banyak berinteraksi dengan siswa dan

memberikan motivasi.

b) Guru berusaha memotivasi siswa supaya semua aspek mendapatkan hasil

yang maksimal, tetapi guru lebih memfokuskan pada aspek ketepatan

ucapan dan pilihan kata.

c) Tema yang dipilih sama dengan tema pada siklus I yaitu “Liburan”, karena

tema tersebut dekat dengan siswa. Dengan pemilihan tema yang sama

diharapkan siswa lebih bisa mengembangkan cerita menjadi cerita yang

lebih menarik.

d) Mempersiapkan instrumen yang meliputi lembar pengamatan, lembar

penilaian keterampilan bercerita, catatan lapangan, dan alat dokumentasi.

e) Menentukan pelaksanaan tindakan yaitu 2 kali pertemuan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan bercerita

siswa baik proses maupun produk terutama pada aspek di siklus I yang belum

memperoleh nilai maksimal baik secara proses maupun produk. Pelaksanaan

tindakan pada siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan sebagai berikut.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama, pelaksanaan tindakan berlangsung selama 2x45

menit dan dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Mei 2014 pukul 10.30, di kelas VII

Mts Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan . Langkah-langkah pembelajaran

Page 70: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

55

keterampilan bercerita dilakukan guru pada pertemuan pertama adalah

pelaksanaan tindakan siklus II ini dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Guru membuka pelajaran (apersepsi dan presensi).

(2) Guru memberitahukan pada siswa bahwa pertemuan kali ini masih akan

membahas keterampilan bercerita.

(3) Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang materi bercertita

(pengertian bercerita, manfaat bercerita, langkah bercerita yang baik, jenis

cerita).

(4) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang media boneka tangan.

(5) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai langkah-langkah yang

perlu diperhatikan saat bercerita dengan menggunakan media boneka

tangan.

(6) Siswa memperhatikan guru, saat guru memberi contoh bercerita

menggunakan media boneka tangan.

(7) Siswa memperhatikan cara-cara pelaksanaan pembelajaran keterampilan

bercerita dengan menggunakan media boneka tangan.

(8) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang media boneka tangan.

(9) Siswa diberi tugas kembali dengan tema yang sama dengan siklus

sebelumnya yaitu “Liburan”.

(10)Siswa membentuk kelompok, tiap kelompok 5 siswa (kelompok sama

seperti saat siklus I).

(11)Siswa secara kelompok bergantian bercerita di depan kelas.

(12)Siswa mengamati cerita kelompok lain yang sedang bercerita di depan

kelas.

(13)Siswa dan guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan siswa

pada pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan media

bonek tangan.

(14)Pelajaran diakhiri dengan berdoa dan salam

b) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, pelaksanaan tindakan berlangsung selama 2x45

menit dan dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Mei 2014, pukul 07.00 di kelas VII

Mts Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan. Langkah-langkah pembelajaran

Page 71: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

56

keterampilan bercerita yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam

pelaksanaan tindakan siklus II ini dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Guru membuka pelajaran (apersepsi dan presensi).

(2) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai materi bercerita yang sudah

dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.

(3) Guru memotivasi siswa agar lebih berani bercerita di depan kelas dengan

menggunakan media boneka tangan.

(4) Siswa secara berkelompok melanjutkan bercerita di depan kelas dengan

menggunakan media boneka boneka tangan.

(5) Siswa mengamati cerita kelompok lain yang sedang bercerita di depan

kelas.

(6) Guru melakukan refleksi dengan bertanya tentang kesulitan siswa.

(7) Guru menyimpulkan pelajaran terkait kegiatan bercerita.

(8) Pelajaran diakhiri dengan salam dan doa.

3. Pengamatan

Peneliti bersama kolaborator melakukan pengamatan terhadap tindakan

yang telah dilakukan pada siklus II. Hasil yang diperoleh dari pengamatan ini

meliputi dampak tindakan terhadap hasil pembelajaran atau biasa dikenal

dengan keberhasilan proses dan produk akan dideskripsikan sebagai berikut.

2). Keberhasilan Produk

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel : 4.2

Peningkatan Skor Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa Kelas VII

dari Pratindakan, Siklus I, Siklus II.

No Aspek Rata-Rata

Pratindakan

Rata-Rata

Siklus I

Rata-Rata

Siklus II

1 Volume Suara 56 69 79

Page 72: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

57

2 Pelafalan 49 65 74

3 Keterampilan

Mengembangkan Ide

61 73 77

4 Sikap Penghayatan

Cerita

60 72 78

5 Pilihan Kata 50 66 74

Jumlah 276/55,2 345/69 382/76,4

Dalam bentuk grafik hasil penelitian sebagai berikut:

Grafik : 4.2

Grafik Peningakatan Hasil Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa

Kelas VII dari Pratindakan sampai Pascatindakan Siklus II

Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 5, dapat diketahui peningkatan skor tes

keterampilan bercerita siswa menggunakan media boneka tangan yang telah

dilakukan dari mulai pratindakan sebesar 55,2 dan setelah diberi tindakan pada

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pratindakan Siklus I Category 3

Series 1

Page 73: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

58

siklus I meningkat menjadi 69, dan siklus II meningkat menjadi 74,6. Kenaikan

skor rata-rata mulai pratindakan hingga siklus II menjadi kategori baik.

B. Pembahasan Penyajian dan Analisis Data

Pada penelitian ini, pembahasan difokuskan pada (1) deskripsi awal

keterampilan bercerita siswa, (2) pelaksanakan tindakan kelas dalam

pembelajaran keterampilan bercerita dengan media boneka tangan, dan (3)

peningkatan keterampilan bercerita siswa dengan menggunakan media boneka

tangan.

1. Deskripsi Awal Keterampilan Bercerita Siswa

Peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran keterampilan

bercerita kelas VII untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi ketika

proses pembelajaran keterampilan bercerita. Selain itu, peneliti juga

memberikan angket pratindakan dan wawancara untuk mengetahui ranah

afektif siswa dalam pembelajaran di kelas khusunya pada saat pembelajaran

keterampilan bercerita. Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) tersebut,

dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi siswa ketika melakukan

bercerita adalah sebagai berikut.

a. Siswa kurang berminat dan kurang antusias belajar bercerita.

b. Siswa kurang mempunyai ide untuk bercerita.

c. Siswa kurang berani (rasa malu, grogi) dalam bercerita.

d. Kurangnya pemanfaatan media dalam pembelajaran keterampilan bercerita.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap keterampilan bercerita siswa

sebelum dikenai tindakan masih banyak siswa yang kurang berani bercerita

karena siswa merasa malu, grogi dan kurang adanya ide untuk bercerita. Selain

itu, siswa kurang berminat dalam pembelajaran keterampilan bercerita, hal

tersebut disebabkan karena kurangnya pemanfaatan media dalam pembelajaran

keterampilan bercerita. Pada tahap pratindakan, keterampilan awal bercerita

siswa dilakukan pada saat siswa malakukan bercerita di depan kelas. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui keterampilan bercerita siswa sebelum dikenai

tindakan. Skor ratarata kelas tiap aspek pada saat pratindakan adalah 55,2. Skor

rata-rata kelas tiap aspek tersebut tergolong kurang dan belum mencapai batas

Page 74: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

59

nilai minimal keruntasan. Peneliti dan guru sebagai kolaborator sepakat untuk

menerapkan media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan bercerita

siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Keterampilan

Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka Tangan.

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan

media boneka tangan telah diterapkan dalam dua siklus. Alat ukur yang

digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan bercerita siswa secara

produk adalah ketika siswa bercerita di depan kelas secara berkelompok,

namun pengambilan skor tetap secara individu. Penilaian tersebut meliputi 5

aspek, yaitu (1) volume suara, (2) pelafalan, (3) keterampilan mengembangkan

ide, (4) sikap penghayatan cerita, dan (5) pilihan kata (diksi).

Pelaksanaan siklus I, proses yang dilakukan dari perencanaan hingga

refleksi belum mendapatkan hasil yang sesuai rencana tujuan tindakan.

Pemahaman siswa tentang penggunaan media boneka tangan dalam

pembelajaran bercerita cukup sesuai dengan prosedur pelaksanakan. Siswa

dibagi kelompok, kemudian siswa memilih tokoh boneka tangan, menulis ide

pokok cerita serta mengembangkan ide cerita sesuai dengan tema yang

diberikan oleh guru. Dengan media tersebut, cerita siswa lebih terkonsep dan

mempermudah siswa dalam bercerita di depan kelas. Di sisi lain skor aspek

pilihan kata perlu ditingkatkan lagi. Secara keseluruhan semua aspek pada

siklus ini perlu ditingkatkan lagi karena skor peningkatan yang diperoleh masih

kurang maksimal.

Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I tersebut dapat diketahui bahwa

masih perlu dilaksanakan perbaikan pada siklus II. Pada saat refleksi, peneliti

memberikan solusi agar mencari tema yang mudah dan dekat dengan siswa.

Perbaikan pelaksanaan tindakan akan mempengaruhi hasil keterampilan

bercerita pada waktu pascatindakan. Pelaksanaan siklus II lebih difokuskan

pada perbaikan dari hasil refleksi siklus I. Pelaksanaan siklus II berusaha untuk

meningkatkan semua aspek secara maksimal tetapi lebih difokuskan pada

aspek pemilihan kata. Pada siklus ini semua aspek mengalami peningkatan

Page 75: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

60

sehingga mencapai indikator keberhasilan penelitian. Hasil tes pascatindakan

juga menunjukkan hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Pembelajaran

keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan ternyata

mampu membuat suasana pembelajaran bercerita lebih menyenangkan, aktif,

kreatif, suasana di kelas jadi tidak membosankan dan siswa terlihat lebih

tertarik dengan pembelajaran tersebut. Pada kondisi awal pada saat pratindakan

siswa terlihat kurang antusias dan tidak mau berperan aktif saat pembelajaran

keterampilan bercerita. Kondisi mulai membaik ketika pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan media boneka tangan pada siklus I. Siswa

terlihat antusias dalam pembelajaran keterampilan bercerita dengan

menggunakan media boneka tangan. Sehingga siswa berani bercerita di depan

kelas. Semua siswa sangat antusias memperhatikan contoh guru saat bercerita

dengan boneka tangan. Mereka terlihat senang dengan media itu, dan antusias

untuk segera bercerita.

Kondisi paling kondusif adalah pada siklus II, siswa sudah benar-benar

memahami cara-cara pembelajaran keterampilan bercerita dengan

menggunakan boneka tangan yang diterapkan dan siswa terlihat senang, aktif

dan kreatif. Hasil angket menunjukkan bahwa 18 siswa menyatakan

pembelajaran bercerita dengan menggunakan media boneka tangan memberi

kesan positif bagi mereka. Selain itu, hasil angket menunjukkan bahwa

pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka

tangan memberikan beberapa manfaat bagi siswa, antara lain sebagai berikut:

a. Siswa lebih menyenangi pembelajaran keterampilan bercerita dengan media

boneka tangan.

b. Siswa berminat dan antusias selama proses pembelajaran keterampilan

bercerita.

c. Dari 18 siswa, semua menyatakan tidak merasa grogi, atau merasa malu

ketika bercerita di depan kelas, dan lebih mudah menemukan ide cerita.

d. Dengan digunakannya media boneka tangan, siswa merasa termotivasi untuk

bercerita di depan kelas.

Page 76: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

61

e. Siswa merasa kemampuan bercerita siswa di depan kelas meningkat dari

pada sebelumnya.

Hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa mereka lebih

antusias selama proses pembelajaran. Rasa malu, grogi, takut, hilang dengan

adanya media boneka. Ide untuk bercerita pun mudah muncul, sehingga untuk

merangkai cerita menjadi lebih mudah. Siswa juga lebih senang bekerjasama

dengan kelompok, karena bisa saling menyumbang ide dalam membuat cerita.

Siswa pun merasa senang apabila media boneka tangan tersebut diterapkan

dalam pembelajaran bercerita.

3. Peningkatan Keterampilan Bercerita Siswa dengan Menggunakan

Media Boneka Tangan

Penilaian keterampilan bercerita siswa di lakukan dengan masing-masing

siswa, ketika para siswa sedang bercerita di depan kelas. Penilaian

keterampilan bercerita dilakukan untuk mengukur keterampilan bercerita siswa

sebelum dan sesudah pemberian tindakan. Berikut ini grafik peningkatan

keterampilan bercerita siswa pada skor tes pratindakan sampai pascatindakan

yaitu siklus II.

Grafik : 4.3

Grafik Peningkatan Keterampilan Bercerita Siswa dari

Pratindakan sampai Siklus II

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Category 1

Chart Title

Pratindakan Siklus I Siklus II

Page 77: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

62

Berdasarkan Gambar 6, terlihat peningkatan signifikan dari pratindakan,

Siklus I, dan pascatindakan Siklus II. Semua aspek yang meliputi (1) volume

suara, (2) penempatan tekanan dan nada, (3) penguasaan cerita, (4) sikap

penghayatan cerita, dan (5) pilihan kata mengalami peningkatan dari

pratindakan sampai pascatindakan siklus II. Sebelum dikenai tindakan, skor

rata-rata siswa adalah 55,2, kemudian setelah diberi tindakan Siklus I

meningkat menjadi 69, dan ketika diberi tindakan pada siklus II meningkat

menjadi 74,6.

Berikut ini peningkatan keterampilan bercerita dilihat dari masing-

masing aspek.

a. Volume suara

Aspek volume suara terkait dengan volume suara pada saat bercerita,

suara siswa dapat terdengar dengan jelas, intonasi jelas. Pada saat pratindakan,

aspek volume suara berkategori cukup, sedangkan pada pascatindakan

berkategori baik. Pada saat pratindakan skor rata-rata siswa pada aspek volume

suara sebesar 56. Pada aspek ini, sebagian besar siswa yaitu siswa yang

berinisial Yns1, Yns2, Yns3, Yns4, Yns6, Yns8, Yns10, Yns11, Yns12, Yns13,

Yns15, Yns16, Yns17, Yns18, Yns19, Yns20, mereka volume suaranya sudah

cukup jelas, masih sering menghilang suaranya jika siswa sedikit ramai.

Misalnya Yns10 yang bercerita mengenai sahabat Yang Baik, volume suara

sudah cukup jelas, masih terdengar gemetar, walau terkadang suaranya tiba-

tiba lirih. Mereka pun mulai bercerita, walaupun mereka saling pandang

memandang dulu dengan teman satu kelompoknya. Yang menjadi narator dari

kelompok 4 adalah Yns6, suaranya kurang keras dan kelihatannya dia grogi.

Siklus I aspek volume suara mengalami peningkatan yaitu skor rata-rata

siswa menjadi 69. Pada siklus I, Yns4, Yns7, Yns9, Yns10, Yns11, Yns12,

Yns18, Yns20, suaranya terdengar sampai belakang dengan intonasi yang jelas.

Misalnya Yns18, bercerita mengenai Liburan ke Lereng merapi, suaranya

terdengar jelas sehingga semua siswa tertuju pada Yns18. Pada siklus II, skor

rata-rata siswa mengalami peningkatan pada aspek volume suara yaitu

meningkat menjadi 79. Aspek volume suara dapat meningkat dari Pratindakan

Page 78: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

63

sampai Siklus II karena siswa senang dan merasa terbantu dengan media

boneka yang ada ditangannya dapat mewakili tokoh yang ia perankan,

sehingga siswa menjadi percaya diri mengeluarkan suara lebih keras dan jelas.

Siswa berinisial Yns1, Yns2, Yns3, Yns4, Yns5, Yns7, Yns9, Yns10,

Yns11, Yns12, Yns13, Yns14, Yns14, Yns15, Yns17, Yns18, Yns20, suaranya

terdengar sampai belakang dan intonasi jelas. Misalnya Yns17 yang bercerita

tentang Liburan ke Pantai, suaranya jelas terdengar sampai belakang sehingga

audiens tertuju pada Yns15. Siswa yang paling bersemangat saat bercerita

adalah Yns5, dia berbadan besar, hitam, dan cukup percaya diri saat bercerita.

Suaranya keras, hingga menggema dan semua siswa mendengar suaranya.

b. Pelafalan

Aspek pelafalan ini terkait dengan pelafalan fonem pada saat siswa

bercerita, pengaruh dialek, intonasi jelas sesuai dengan isi cerita. Pada saat

pratindakan, aspek pelafalan siswa berkategori cukup sedangkan pada

pascatindakan berkategori baik. Pada saat pratindakan skor rata-rata siswa pada

aspek pelafalan sebesar 49. Pada aspek ini, sebagian besar siswa yaitu siswa

yang berinisial Yns2, Yns3, Yns4, Yns5, Yns7, Yns8, Yns9, Yns12, Yns13,

Yns14, Yns15, Yns18, mereka pelafalan fonem cukup jelas, masih

terpengaruh dialek jawa jogja, suara cukup jelas tetapi masih terdengar

gemetar, intonasi cukup jelas. Pada siklus I, aspek pelafalan mengalami

peningkatan yaitu skor rata-rata siswa menjadi 65. Pada siklus I, Yns4,Yns6,

Yns8, Yns9,12, S17, Yns18, Yns19, pelafalan fonemnya jelas, suaranya

terdengar sampai belakang dan intonasi jelas. Misalnya, Yns 19 yang bercerita

tentang Liburan keluarga, pelafalannya jelas, suaranya terdengar jelas sehingga

audien tertuju pada Yns19. Mereka mempunyai semangat yang cukup baik

juga seperti kelompok 5, namun suara mereka kurang keras. Pelafalan dari

kelompok ini fonemnya sudah jelas, walaupun terpengaruh dialek Betawi yang

menggunakan “e” diakhir kata, Misalnya “ape, aye “.

Pada siklus II, Skor rata-rata siswa mengalami peningkatan pada aspek

pelafalan yaitu meningkat menjadi 74. Pada siklus ini, sebagian besar siswa

sebelum bercerita di depan kelas berlatih berbicara terlebih dahulu dengan

intonasi yang tepat tanpa dipengaruhi dialek. Siswa yang berinisial Yns2,

Yns3, Yns5, Yns7, Yns8, Yns9, Yns11, Yns12, Yns13,Yns15, Yns17, Yns16,

Page 79: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

64

Yns18, Yns19, pelafalan fonemnya jelas, suaranya terdengar sampai belakang

dan intonasi jelas. Misalnya Yns12, yang bercerita mengenai Liburan ke

Lereng Merapi, pelafalannya jelas, suaranya terdengar jelas sampai belakang.

c. Keterampilan mengembangkan ide

Aspek Keterampilan mengembangkan ide terkait dengan kreatifitas siswa

dalam mengembangkan ide. Pada saat pratindakan, aspek keterampilan

megembangkan ide berkategori kurang, sedangkan pascatindakan berkategori

baik. Pada saat pratindakan, skor rata-rata siswa pada aspek keterampilan

mengembangkan ide sebesar 61. Sebagian besar hasil cerita siswa dalam

mengembangkan ide belum terkonsep dengan jelas, kurang sesuai denga

bagianbagian sehingga cerita menjadi kurang menarik. Alur cerita, setting juga

kurang jelas, sehingga mengakibatkan cerita menjadi kurang menarik. Skor

rata-rata siswa pada aspek keterampilan mengembangkan ide mengalami

peningkatan pada siklus I yaitu meningkat menjadi 73. Sebagian besar cerita

mereka sudah sesuai dan mudah dipahami. Alur cerita mereka terkonsep

dengan jelas, sesuai dengan bagian-bagian yang seharusnya ada pada tiap

bagian, sehingga cerita menjadi menarik. Kelompok ini lumayan semangat

untuk bercerita, namun cerita yang dia tulis kurang menarik, rangkaian pokok-

pokok cerita tidak pas sehingga cerita tidak runut, dan sulit untuk dipahami.

Pada siklus II, aspek keterampilan mengembangkan ide mengalami

peningkatan yaitu skor rata-rata siswa menjadi 78. Pada siklus ini, secara

keseluruhan siswa kreatif dalam mengembangkan ide dari tema. Siswa kreatif

dalam penanaman tokoh, tempat kejadian dan kreatif memainkan boneka

tangan. Dengan menggunakan media boneka tangan dapat memotivasi siswa

untuk lebih kreatif dalam bercerita. Mereka mengembangkan ide dengan

kreatif, menambahkan latar tempat, dan waktu, sehingga cerita menjadi

menarik.

d. Sikap penghayatan cerita

Aspek sikap penghayatan cerita terkait dengan sikap siswa dalam

bercerita yang ekspresif. Mimik, gerak dan suara harus sesuai dengan karakter

tokoh dan improvisasi mimik, gerak dan suara tidak berlebihan. Pada saat

Page 80: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

65

pratindakan, aspek sikap penghayatan cerita berkategori kurang, sedangkan

pada pascatindakan berkategori baik. Hal itu dapat dilihat pada gambar foto

berikut ini.

Gambar : 4.1

Siswa Kelas VII MTs. Yanusa Pondok Pinang Jakarta selatan Saat

Bercerita Tahap Pratindakan

Pada Gambar 7, siswa yang bercerita di depan kelas tidak melihat audien,

mereka hanya melihat buku dan kepala juga tertunduk. Pengahayatan cerita

tidak terlihat pada siswa-siswa tersebut, sehingga cerita yang disampaikan

kurang menarik. Pada saat pratindakan, skor rata-rata siswa aspek sikap

penghayatan cerita sebesar 60. Pada pratindakan masih banyak siswa kurang

tenang, grogi, dan tidak muncul ekspresi pada saat bercerita di depan kelas.

Siswa tersebut yaitu Yns1, Yns19, Yns20, Yns29, sikapnya kurang ekspresif,

gerak kurang wajar, gestur kurang tepat, suara juga kurang pas dengan tokoh

yang ia perankan. Contohnya Yns1 pada saat bercerita gerak geriknya atau

tingkah laku beberapa kali tidak wajar, dia meremas-remas jari tangan dan

pandangannya ke atas. Kondisi Skor rata-rata siswa pada aspek sikap

penghayatan cerita mengalami peningkatan pada siklus I, yaitu meningkat

menjadi 72. Siswa yang berinisial Yns2, Yns3, Yns5, Yns12, Yns18, Yns19,

sikapnya ekspresif, pandangannya ke audien, gesture tepat dengan tokoh,

tingkah laku tidak berlebihan, sesekali berlebihan, cukup tenang, tidak grogi,

Page 81: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

66

walau terkadang masih melihat catatan dan pandangan tidak ke audien. Hal

tersebut dapat dilihat pada Gambar foto berikut ini.

Gambar : 4.2

Siswa Kelas VII MTs. Yanusa pondok Pinang Jakarta Selatan Saat

Bercerita pada Siklus I

Pada Gambar 8 sudah mulai terlihat peningkatan siswa saat bercerita di

depan kelas, kerjasama kelompok sudah mulai terlihat. Penghayatan cerita

sudah mulai terlihat, misalnya ekspresi, mimik sesuai dengan tokoh yang

diperankan. Ynss15 misalnya, masih terlihat memegang kertas contekan cerita

dan membuat teman lainnya ikut melihat juga untuk memberitahu bagian mana

yang harus dibaca Yns15 saat itu. Pada siklus II, aspek sikap pengahayatan

cerita mengalami peningkatan yaitu skor rata-rata siswa menjadi 74. Pada

siklus II secara keseluruhan siswa bercerita tenang, dan ekspresi terlihat sesuai

dengan tokoh yang ia perankan. Rangkaian kalimat-kalimat tertata dengan rapi,

penghayatan saat bercerita pun cukup tepat. Kata yang digunakan cukup

sederhana, sehingga kita yang mendengarkan menjadi jelas dengan isi dan

pesan dari cerita tersebut. Ekspresi dan gesture siswa baik karena suara yang

mereka improvisasikan sesuai dengan tokoh yang diperankan. Siswa tersebut

yaitu Yns1, Yns2, Yns3, Yns5, Yns8, Yns10, Yns12, Yns14, Yns16, Yns18,

Yns19, Yns20, S21, sikapnya menpunyai ekspersi, pandangan ke audien,

Page 82: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

67

improvisasi tepat sesuai dengan isi cerita, tingkah laku wajar, cukup tenang dan

tidak grogi. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar foto berikut ini.

Gambar : 4.3

Siswa Kelas VII MTs. Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan

Saat Bercerita pada Siklus II

Pada Gambar 9 terlihat kelompok 5 sedang bercerita dengan judul

Liburan Keluarga. Siswa dalam kelompok ini mengalami peningkatan dari

siklus I. Siswa mampu mengahayati cerita dengan ekspresi, mimik dan

improvisasi yang tidak berlebihan sesuai dengan tokohnya. Namun, dalam

siklus II ini masih ada beberapa siswa yang memegang contekan cerita, seperti

yang terlihat pada Gambar 11, tetapi secara keseluruhan aspek sikap

penghayatan cerita mengalami peningkatan.

g. Pilihan kata

Aspek pilihan kata terkait dengan penggunaan kata-kata, penggguanaan

istlah sesuai tokoh dan pilihan kata yang bervariasi dalam bercerita. Pada saat

pratindakan, aspek pilihan kata berkategori cukup sedangkan pada

pascatindakan berkategori baik. Pada pratindakan masih ada kelompok yang

menggunakan pilihan kata yang monoton sehingga cerita menjadi kurang

menarik. Skor aspek pemilihan pada tahap pratindakan kata sebesar 50.

Pada siklus I, aspek pemilihan kata mengalami peningkatan yaitu skor

rata-rata siswa menjadi 66. Kelompok yang anggotanya berinisial

Page 83: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

68

Yns12,Yns15, yns17, Yns18, dan Yns20 pada saat bercerita penggunaan kata-

kata, istilah sudah cukup variatif. Mereka sudah mampu mengungkapkan

kata/istilah yang tepat. Pada siklus II, aspek pilihan kata mengalami

peningkatan yaitu skor ratarata siswa menjadi 76,4. Pada siklus II, sebagian

besar siswa menggunakan pilihan kata yang variatif. Siswa yang berinisial

Yns2, Yns3, Yns4, Yns6, Yns9, Yns10, Yns11, Yns12, Yns15, Yns16, Yns20,

pada saat bercerita, kata-kata, istilah sesuai dengan tema dan cukup variatif.

Mereka sudah mampu mengungkapkan kata/istilah yang tepat.

Gambar : 4.4

Siswa KelasVII Mts Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan

Saat Proses Pembelajaran Siklus II

Peningkatan skor rata-rata keterampilan bercerita siswa dari pratindakan

ke siklus II keterampilan siswa dalam bercerita sudah mencapai kategori baik.

Rangkaian kalimat-kalimat tertata dengan rapi, penghayatan saat bercerita pun

cukup tepat. Kata yang digunakan cukup sederhana, sehingga kita yang

mendengarkan menjadi jelas dengan isi dan pesan dari cerita tersebut.

Hal ini berarti bahwa implementasi tindakan dengan menggunakan media

boneka tangan pada siklus II membawa dampak positif terhadap pembelajaran

keterampilan bercerita. Selain mampu meningkatkan keterampilan bercerita

siswa, penggunaan media boneka tangan dalam pembelajaran juga memberikan

Page 84: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

69

keaktifan, minat (antusias), perhatian, dan keberanian siswa dalam proses

pembelajaran.

C. Interpretasi Hasil analisis Data

1) Interpretasi Data hasil Belajar Siswa

Hasil analisis data hasil belajar siswa secara keseluruhan mulai dari

tindakan pertemuan siklus I sampai siklus II dapat diinterprestasikan terjadi

peningkatan yang signifikan, yaitu dari hasil belajar awal sebesar 60,8 pada

akhir siklus I meningkat menjadi 70, dan dari siklus I sampai siklus II

menjadi 75,2. Dan jika dilihat dari peningkatan hasil belajar sejak pree test

sampai akhir siklus II mengalami peningkatan, dan pencapaian ketuntasan

sampai akhir siklus pertemuan keempat mencapai kategori baik. Dengan

adanya data tersebut membuktikan bahwa penggunaan alat peraga boneka

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi bercerita dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Interpretasi Data Hasil Observasi

Data hasil observasi terhadap keterampilan siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat di interpretasikan

bahwa keterampilan siswa sejak pertemuan pertama sampai pertemuan

terakhir menunjukan adanya peningkatan dari 55,2 sampai dengan 76,4

dengan kategori baik, Hal ini juga bisa diinterpretasikan : “jika semua siswa

selalu berusaha untuk melakukan refleksi diri pada disetiap akhir

pembelajarannya dan menindaklanjuti hasil refleksinya maka bisa dipastikan

akan terus meningkat atau menjadi lebih baik lagi.

3) Interpretasi Data Hasil Angket

Hasil analisis data respon/ tanggapan siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga boneka, menunjukkan rata-rata angka

untuk jawaban positif sebesar 80 dan jawaban negatif sebesar 16. Hal ini

dapat diinterpretasikan bahwa resppon/tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga matematika termasuk

dalam kategori baik (positif), bisa diinterpretasikan pula bahwa siswa

Page 85: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

70

merasa senang dan nyaman dengan pembelajaran yang telah dilakukan

oleh peneliti.

D. Hal-Hal Unik Yang Terjadi Dalam Pembelajaran

Selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat semua kegiatan-

kegiatan siswa yang terjadi selama pembelajaran. Hal-hal yang terjadi

tentu sangat banyak, namun ada beberapa temuan peneliti yang unik

ditemukan selama penelitian.

Temuan-temuan yang terjadi antara lain pada saat pertemuan

pertama, sebagian besar siswa terlihat bingung dan takut dengan hadirnya

kolabolator di dalam kelas dan duduk dibagian belakang siswa, tapi

setelah terjadi proses pembelajaran terutama seletah terjadi pembentukan

kelompok, sepertinya kehadiran kolabolator di dalam kelas tidak lagi

mengganggu konsentrasi siswa, bahkan tidak sedikit diantara siswa yang

bertanya kepada kolabolator tentang langkah-langkah pembelajaran dan

materi pembelajaran yang harus mereka kerjakan dalam kelompok.

Banyak siswa yang memilih bertanya kepada kolabolator hal ini mungkin

disebabkan karena siswa masih merasa canggung dengan peneliti.

Selain itu, dominasi siswa-siswa pintar terlihat sangat kuat, bahkan

ada kecenderungan mereka suka menganggap sepele materi yang

disampaikan karena mereka sudah paham, dan kadang-kadang

mencemoohkan temannya yang masih salah dalam bercerita yang

menurutnya mudah. Kebiasaan sebagian siswa seperti itu sampai akhir

pembelajaran pertemuan keempat atau akhir siklus II, masih saja terjadi.

Oleh sebab itu peneliti menyampaikan saran kepada kolabolator agar

kebiasaan siswa tersebut lebih dipantau, karena jika dibiarkan akan

berdampak kurang baik bagi siswa itu

Page 86: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

71

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan mengenai hasil peningkatan yang terdapat dalam

penelitian ini dapat dilihat dari uraian berikut.

1. Media Boneka Tangan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

keterampilan bercerita siswa kelas VII Mts Yanusa Pondok Pinang Jakarta

Selatan. Siswa mengalami perubahan perilaku (peningkatan) dalam

pembelajaran. Peningkatan keterampilan bercerita siswa ditunjukkan oleh

keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, perhatian dan

konsentrasi siswa dalam menyimak materi pelajaran yang disampaikan

oleh guru, minat dan antusias siswa selama pembelajaran, pada pelajaran,

keberanian siswa bercerita di depan kelas dan kerjasama kelompok

sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan

kreatif.

2. Media Boneka Tangan dapat meningkatkan produk/hasil keterampilan

bercerita siswa kelas VII Mts Yanusa Pondok pinang Jakarta Selatan.

Peningkatan kualitas produk/hasil dapat dilihat dari perbandingan skor

rata-rata bercerita siswa pada tahap pratindakan dan pascatindakan Siklus

II. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya penguasaan aspek-

aspek keterampilan bercerita seperti volume suara, pelafalan, keterampilan

mengembangkan ide, sikap penghayatan cerita, dan pilihan kata. Pada

tahap pratindakan diperoleh skor rata-rata sebesar 55,2, pada siklus I

meningkat menjadi 69, dan pada siklus II juga meningkat menjadi 76,4.

Dengan demikian, keterampilan bercerita siswa kels VII Mts

Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan telah mengalami peningkatan baik

secara proses maupun produk setelah diberi tindakan menggunakan media

boneka tangan.

Page 87: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

72

B. Rencana Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan pembelajaran

keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan, maka

rencanatindak lanjut dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Guru Bahasa Indonesia Mts Yanusa pondok Pinang akan menerapkan

pembelajaran bahasa Indonesia dengan media boneka tangan dalam

pembelajaran keterampilan bercerita khusunya.

2. Media boneka tangan dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan

media yang tepat dalam pembelajaran keterampilan bercerita sehingga

pembelajaran yang berlangsung aktif, siswa lebih memperhatikan dan

konsentrasi pada pelajaran, siswa lebih berminat dan antusias pada

pembelajaran keterampilan bercerita, siswa lebih berani bercerita di depan

kelas, dan keterampilan bercerita siswa lebih dapat ditingkatkan.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan rencana tindak lanjut, maka peneliti dapat

menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi guru Bahasa Indonesia dapat menggunakan media boneka tangan

sebagai alat bantu pada pembelajaran keterampilan bercerita.untuk

meningkatkan minat dan keberanian siswa dalam pembelajaran

keterampilan bercerita..

2. Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar di sekolah khususnya keterampilan bercerita.

3. Bagi siswa, penelitian ini dapat memacu siswa untuk terampil bercerita

dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan saat pembelajaran

karena siswa menjadi aktif dan kreatif dalam bercerita.

Page 88: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

73

DAFTAR PUSTAKA

Yofita Rahayu, Apriyanti Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan

Bercerita ( Jakarta, PT. Indeks 2013 )

Sadiman,Arief Media Pendidikan pengertian, Pengembangan,dan Pemanfaatannya

(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada)

Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2011)

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka 2007)

Ekawarna, Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan

Guru Sekolah Menengah (DepDikBud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan

Guru Sekolah Menengah, IBRD LOAN NO.3979-IND)

Hanjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta, Rineka Putra 2006)

Guntur Tarigan, Henry “ Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa “

(cetakan edisi revisi 2008).

Cahyani, Isah “ bahasa Indonesia “ program peningkatan kualifikasi guru

madrasah dan guru agama islam pada sekolah cetakan pertama 2009.

Suryaman, Maman, Panduan Pendidik dalam Pembelajaran SMP/MTs (Jakarta,

Depdiknas)

Ocieta,PengertianBoneka(2010)http://molylovelyme.blogspot.comenypurwatiwor

dprees.com/2013/07/08/ Diunduh pada tanggal, 12 April 2014

Halim, Stella Evanda, Media Wayang Boneka (2008), http://dewey.petra.ac.id,

Diunduh 12 April 2014

Wiriaatmaja, Rochiati, Metode Penelitian Kelas Untuk meningkatkan Kinerja

Guru Dan Dosen (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010)

Pudjo Suparto, Sridadi, Peran Media Dalam Pembelajaran (Jakarta, BKKBN,

2007)

Sarikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta, Bumi Aksara,

2009)

-------------------------, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta, PT. Bumi Aksara,

2009)

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran. (Jakarta, PT.Grasindo, 1999)

Page 89: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

74

Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual

Operasional (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)

Munadi, Yudi, Media Pembelajaran Sebuah Baru (Jakarta, Gaung Persada Press

2012)

al-rasyid blog undip.ac.id/tag/boneka-media-pembelajaran.

.

Page 90: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku
Page 91: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku
Page 92: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

77

Lampiran : 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I (PERTEMUAN I, dan II)

Sekolah : Mts. Yanusa

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : 6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan

melalui kegiatan bercerita

Kompetensi Dasar : 6.2 Bercerita denga alat peraga

Alokasi Waktu : 5 x 45 menit

Indikator :

1. Mampu menentukan pokok-pokok cerita

2. Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang menarik

3. Mampu bercerita dengan menggunakan alat peraga berdasarkan pokok-pokok

cerita

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menentukan pokok-pokok cerita

2. Siswa dapat merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang menarik

3. Siswa dapat bercerita menggunakan alat peraga berdasarkan pokok-pokok

cerita

Materi Pembelajaran :

1. Pengertian bercerita

2. Langkah-langkah bercerita

3. Teknik bercerita yang tepat

4. Definisi boneka tangan

(materi bercerita yang tepat)

Page 93: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

78

Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Demonstrasi

Kegiatan Pembelajaran :

Kegiatan pertama

No. Kegiatan Pembelajaran Metode/Strategi Waktu Karakter

1. Pendahuluan

a. Berdoa

b. Mengecek kehadiran siswa

c. Apersepsi: kemukakan apa

yang kalian

ketahui tentang bercerita

d. Menginformasikan KD,

indikator, dan

tujuan pembe lajaran

Arahan

Tanya jawab

10

menit

Ketaqwaan

Kedisiplinan

Motivasi

Tanggung

Jawab

2. Kegiatan inti

a. Guru bertanya jawab dengan

siswa

mengenai kegiatan bercerita

b. Siswa diberi penjelasan oleh

guru

tentang definisi bercerita dan

teknik

bercerita dengan baik

c. Siswa diberi penjelasan tentang

boneka

tangan, fungsi boneka tangan,

dan cara

penggunaan media boneka

80

menit

Keaktifan

Tanggung

Jawab

Page 94: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

79

tangan

d. Guru menjelaskan

pembelajaran

bercerita dengan boneka tangan

e. Siswa dibagikan contoh cerita

sebagai

acuan siswa

f. Siswa memperhatikan guru

yang memberi contoh

bercerita dengan boneka tangan

g. Guru membagi siswa menjadi

beberapa

kelompok, tiap kelompok 5-6

siswa

h. Guru memberikan tugas

kepada semua

kelompok untuk bercerita

didepan

kelas dengan tema “Liburan”

secara

berkelompok dengan boneka

tangan

i. Siswa secara bergantian

bercerita di

depan kelas secara

berkelompok

3. Penutup

a. Guru bersama siswa

menyimpulkan

pelajaran

b. Refleksi: siswa mengungkapan

Curah

pendapat

Arahan

10

menit

Keaktifan

Tanggung

jawab

Ketaqwaan

Page 95: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

80

kesan

atau kesimpulannya kegiatan

pembelajaran yang telah

dilakukan

c. Informasi tentang materi

pertemuan

berikutnya

e. Berdoa

Pertemuan kedua

No. Kegiatan Pembelajaran Metode/Strategi waktu karakter

1. Pendahuluan

a. Berdoa

b. Mengecek kehadiran siswa

c. Apersepsi: apa yang sudah

dipelajari

pada pertemuan sebelumnya

d. Menginformasikan KD,

indikator, dan

tujuan pembelajaran

Arahan

Tanya

jawab

Arahan

10

menit

Ketaqwaan

Kedisiplinan

Motivasi

Tanggung

Jawab

2. Kegiatan inti

a. Guru dan siswa melakukan

Tanya jawab

mengenai kegiatan bercerita

b. Guru tanya jawab dengan siswa

tentang

kesulitan dalam penggunaan

media

boneka tangan

c. Siswa melanjutkan bercerita di

Tanya

jawab

Penugasan

80

menit

Keaktifan

Page 96: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

81

depan

kelas secara bergantian

d. Guru melakukan pengamatan

secara

menyeluruh kepada semua siswa

yang

bercerita di depan kelas

e. Siswa diberi penguatan tentang

materi

yang telah diberikan

3. Penutup

a. Refleksi: siswa mengungkapan

kesan

mereka dalam bercerita di depan

kelas

dengan boneka tangan

b. Guru memberi informasi

tentang materi

pertemuan berikutnya

c. Berdoa

Curah

pendapat

Arahan

10

menit

Keaktifan,

Tanggung

jawab

Ketaqwaan

Media dan Sumber Belajar

1. Media dan alat

a. Spidol Boardmarker

b. Penghapus

c. Boneka tangan

d. Contoh cerita

2. Sumber

a. Nurhadi, dkk. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII. Jakarta Erlangga,

hal 93.

b. Indrawati, dkk. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII.

Page 97: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

82

c. Maryati, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 1 untuk SMP/MTs Kelas

d. Pratiwi, dkk. 2008. Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Kelas

Penilaian

Teknik : pengamatan

Bentuk : lembar pengamatan dan pedoman penilaian

Soal/instrumen :

Berceritalah di depan kelas dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Bentuklah kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

2. Memperhatikan langakah-langkah bercerita.

3. Memperhatikan teknik bercerita yang baik.

4. Cerita dikembangkan sesuai tema yang telah ditentukan.

5. Berceritalah di depan kelas, dengan media boneka tangan

6. Tokoh bebas, namun sesuai boneka yang disediakan

7. Tema “Liburan

Rubrik penilaian keterampilan bercerita siswa

No. Aspek yang dinilai Skala Skor

1 2 3 4 5

1 Volume suara

2 Penempatan tekanan dan nada

3 Penguasaan cerita

4 Sikap penghayatan cerita

5 Pilihan kata

Jumlah Skor

Jakarta. April 2014

Guru Mata Pelajaran, Peneliti,

Dra. Fahria Rahmida Sulastri

Lampiran 2: Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita

Page 98: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

83

No. Aspek Penilaian Indikatro Skor

1.

Volume

Sangat baik: Volume sudah terdengar oleh

seluruh pendengar secara jelas dan lantang

100

Baik: Volume sudah terdengar oleh seluruh

pendengar

80

Cukup: Volume terdengar tapi belum

terdengar oleh seluruh pendengar

60

Kurang: Volume tidak terlalu terdengar

dan tidak jelas

40

Sangat kurang: Volume sama sekali tidak

terdengar

20

2. Pelafalan Sangat baik: Pelafalan fonem sangat jelas,

tidak terpengaruh dialek, intonasi sangat

jelas

100

Baik: Pelafalan fonem jelas, tidak

terpengaruh dialek, intonasi jelas

80

Cukup: Pelafalan fonem cukup jelas,

sedikit terpengaruh dialek, intonasi cukup

jelas

60

Kurang: Pelafalan fonem kurang jelas,

terpengaruh dialek, intonasi kurang jelas

40

Sangat kurang: Pelafalan fonem tidak

jelas, sangat terpengaruh dialek, intonasi

tidak jelas

20

3. Keterampilan

mengembangkan

ide

Sangat baik: Cerita dikembangkan secara

kreatif tanpa keluar dari tema. Alur, tokoh,

dan setting terkonsep dengan jelas dan

menarik. Amanat cerita sesuai dengan tema.

100

Baik: Cerita dikembangkan secara kreatif

tidak keluar dari tema. Alur, tokoh, dan

setting terkonsep dengan jelas namun

kurang menarik. Amanat cerita sesuai

dengan tema.

80

Cukup: Cerita dikembangkan dengan

cukup kreatif, tidak keluar dari tema.

Setting dan tokoh terkonsep jelas, namun

alur kurang terkonsep dengan jelas. Amanat

cerita cukup sesuai dengan tema.

60

Kurang: Cerita dikembangkan dengan

kurang kreatif dan tidak keluar dari tema.

Alur, setting, tokoh tidak terkonsep dengan

jelas. Amanat cerita kurang sesuai dengan

tema

40

Sangat kurang: Cerita tidak dikembangkan

dengan baik. Alur, setting, dan tokoh tidak

terkonsep dengan jelas. Amanat cerita tidak

20

Page 99: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

84

sesuai dengan tema.

4. Sikap

penghayatan

cerita

Sangat baik: Mimik, gerak, dan suara

sesuai dengan karakter tokoh yang

diperankan, ada improvisasi terhadap

mimik, gerak dan suara, dan improvisasi

yang dilakukan sangat tepat dan tidak

berlebihan

100

Baik: Mimik, gerak dan suara sesuai

dengan karakter tokoh yang diperankan, ada

improvisasi trhadap mimik, gerak, dan

suara

80

Cukup: Mimik, gerak dan suara cukup

sesuai dengan karakter tokoh, tidak ada

improvisasi terhadap mimik, gerak dan

suara

60

Kurang: Mimik, gerak dan suara tidak

sesuai dengan karakter tokoh dan tidak

punya improvisasi

40

Sangat kurang: mimik, gerak-gerik dan

suara tidak sesuai dengan karakter tokoh

dalam cerita

20

5. Pilihan Kata Sangat baik: Penggunaan kata-kata, istilah

sesuai dengan tema dan karakter tokoh,

terdapat variasi dalam pemilihan

kata

100

Baik: Penggunaan kata-kata, istilah sesuai

dengan tema dan karakter tokoh, kurang

terdapat variasi dalam pemilihan kata

80

Cukup: Penggunaan kata-kata, istilah

sesuai dengan tema dan karakter tokoh,

tidak ada variasi dalam pemilihan kata

60

Kurang: Penggunaan kata-kata, istilah

kurang sesuai dengan tema dan karakter

tokoh, tidak ada variasi dalam pemilihan

kata

40

Sangat kurang: penggunaan kata-kata,

istilah tidak sesuai dengan tema dan

karakter tokoh, tidak ada variasi dalam

pemilihan kata

20

Page 100: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

85

Lampiran 3: Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa Pratindakan

A. Bagi Guru

1. Menurut Ibu, bagaimana proses pembelajaran keterampilan bercerita yang

telah Ibu lakukan selama ini?

2. Selama ini apakah Ibu menggunakan metode atau media dalam

pembelajaran keterampilan bercerita?

3. Apakah Ibu mengalami kesulitan saat mengajarkan keterampilan

bercerita?

4. Apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lain, bagaimana

kecenderungan nilai yang diperoleh siswa Bu?

5. Selama ini, apakah siswa antusian ketika melaksanakan proses

keterampilan bercerita di kelas?

6. Menurut Ibu, apa saja kelemahan yang terjadi pada siswa ketika

pembelajaran bercerita?

7. Pernahkah media boneka tangan digunakan dalam pembelajaran

keterampilan bercerita?

8. Menurut Ibu, bagaimana jika kita memanfaatkan media tersebut untuk

keterampilan bercerita?

B. Bagi Siswa

1. Bagaimana pendapatmu tentang cara mengajar ibu guru ketika

menyampaikan materi tentang keterampilan bercerita kepada siswa?

2. Bagaimana suasana proses pembelajaran keterampilan bercerita yang telah

berlangsung selama ini?

3. Menurutmu, apakah keterampilan bercerita itu merupakan pelajaran yang

mudah dilakukan? Apa alasanmu?

4. Apakah Ibu guru pernah menggunakan media pembelajaran ketika

mengajarkan materi keterampilan bercerita, media apa itu?

Page 101: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

86

5. Apakah kamu merasa tertarik dan termotivasi untuk belajar bercerit dengan

media pembelajaran yang biasanya digunakan oleh Ibu guru?

6. Selama proses pembelajaran bercerita, kamu aktif tidak? Apa alasannya?

7. Apa yang kamu inginkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan materi

keterampilan bercerita?

8. Bagaimana tanggapan kamu tentang boneka?

9. Pernahkah boneka digunakan oleh guru sebagai media dalam pembelajaran

keterampilan bercerita?

10. Bagaimana pendapatmu apabila boneka tangan digunakan dalam proses

belajar mengajar keterampilan bercerita?

Page 102: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

87

Lampiran 4: Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa Pascatindakan

A. Bagi Guru

1. Menurut Ibu, apakah dengan media boneka tangan dapat membantu

mengatasi kesulitan yang Ibu hadapi dalam pembelajaran keterampilan

bercerita?

2. Apa yang siswa rasakan dengan pembelajaran keterampilan

berceritadengan menggunakan media boneka tangan?

3. Menurut Ibu, apa siswa merasa bosan atau jenuh saat

pembelajaranketerampilan bercerita dengan menggunakan boneka tangan?

4. Apakah dengan menggunakan media boneka tangan dapat

memacukeberanian siswa dalam bercerita?

5. Apakah Ibu mengalami hambatan ketika pembelajaran

keterampilanbercerita dengan menggunakan media boneka tangan?

B. Bagi Siswa

1. Apa yang kamu rasakan ketika pembelajaran keterampilan bercerita

menggunakan media boneka tangan?

2. Bagaimana tanggapanmu setelah melakukan bercerita dengan

menggunakan media boneka tangan?

3. Dengan boneka tangan, apakah kamu mejadi berani bercerita?

4. Apakah dengan menggunakan media boneka tangan dapat mengatasi

kesulitanmu dalam bercerita? Misalnya rasa malu, tidak berani berceritadi

depan kelas, grogi dan tidak ada ide untuk bercerita?

5. Apa yang kamu rasakan dengan menggunakan media boneka

tangan,apakah merasa asyik, senang atau jenuh? Berikan alasannya!

6. Adakah kendala atau kesulitan selama kamu melaksanakan pembelajaran

bercerita dengan menggunakan media boneka tangan?

Page 103: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

88

Lampiran 5 : Angket Pratindakan Kisi-kisi angket pratindakan

No. Indikator Nomor soal

1. Pengetahuan awal siswa tentang bercerita 1, 2

2. Kesukaan siswa dengan kegiatan bercerita 3, 5, 8

3. Proses pembelajaran keterampilan bercerita 4, 6, 7

4. Kemauan untuk maju 9, 10

Nama :...............................................

No :....................................................

Jawablah pertanyaan ini dengan jujur. Jawabanmu tidak mempengaruhi nilai Bahasa

Indonesia.

1. Apakah Anda mengetahui tentang apa itu kegiatan bercerita?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah bercerita itu sama dengan dongeng?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah Anda merasa senang mendapatkan tugas dari guru untuk bercerita di

depan kelas?

a. Ya b. Tidak

Mengapa?

4. Ketika pembelajaran keterampilan bercerita, apakah Anda aktif berperan serta

selama proses pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah Anda mengalami kesulitan menentukan ide cerita dalam pembelajaran

keterampilan bercerita?

a. Ya b. Tidak

6. Ketika pembelajaran keterampilan bercerita, apakah Anda memperhatikan dan

konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung?

a. Ya b. Tidak

7. Ketika pembelajaran keterampilan bercerita, apakah Anda berminat dan antusias

selama proses pembelajaran berlangsung?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah Anda berani bercerita di depan kelas pada saat pembelajaran

keterampilan bercerita?

a. Ya b. Tidak

9. Menurut Anda, perlukah adanya suatu media yang digunakan untuk mendukung

keberhasilan pembelajaran keterampilan bercerita?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah Anda menyukai boneka tangan?

a. Ya b.Tidak

Page 104: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

89

Lampiran 6: Angket Pascatindakan

Kisi-kisi angket pascatindakan

No. Indikator No. Pertanyaan

1. Keberhasilan pembelajaran keterampilan bercerita

menggunakan media boneka tangan 1, 2, 3, 4, 5

2. Interaksi siswa dalam bercerita 6

3. Penilaian siswa terhadap media boneka tangan 7, 8, 9, 10

Nama :...............................................

No :....................................................

Jawablah pertanyaan ini dengan jujur. Jawabanmu tidak mempengaruhi nilai Bahasa

Indonesia.

1. Menurut Anda, apakah pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan

media boneka tangan dapat mempermudah Anda dalam bercerita?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah Anda merasa senang mengikuti pembelajaran keterampilan bercerita dengan

menggunakan media boneka tangan?

a. Ya b. Tidak

3. Ketika pembelajaran keterampilan bercerita, apakah Anda berminat dan antusias

selama proses pembelajaran berlangsung?

a. Ya b. Tidak

4. Pada saat Anda bercerita di depan kelas, Apakah Anda masih merasa malu,grogi dan

tidak mempunyai ide cerita?

a. Ya b. Tidak

5. Ketika mendapatkan tugas untuk bercerita dengan menggunakan media boneka

tangan, apakah Anda merasa kesulitan?

a. Ya b. Tidak

6. Pada saat teman Anda bercerita di depan kelas, apakah Anda mendengarkan dan

mengamati cerita dari teman Anda?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah dengan menggunakan media boneka tangan dapat memotivasi Anda untuk

bercerita di depan kelas?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah dengan menggunakan media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan

Anda dalam bercerita?

a. Ya b. Tidak

9. Menurut Anda, apakah kegiatan keterampilan bercerita menggunakan media boneka

tangan perlu diterapkan dalam sekolah?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan bercerita dengan menggunakan

media boneka tangan memberi kesan pada diri Anda?

a. Ya b. Tidak

Page 105: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

90

Lampiran : 7

Hasil Wawancara dengan Guru (Pratindakan)

Hari/Tanggal wawancara : Rabu

Tempat wawancara : Ruang Guru Mts Yanusa

Keterangan :

P : Peneliti (Sulastri)

G : Guru (Ibu Dra. F. Rahmida)

Hasil Wawancara antara peneliti dan guru, sebagai berikut:

P : “Menurut Ibu, bagaimana proses pembelajaran keterampilan bercerita yang

telah Ibu lakukan selama ini?”

G :“Pembelajaran bercerita yang saya lakukan itu ya sesuai dengan silabus,saya

menggunakan LKS dan buku paket yang disediakan pihak sekolah untuk

mempermudah pembelajaran. Saya menerangkan semua materi berdasarkan

yang ada di LKS dan buku paket. Masingmasing siswa saya anjurkan untuk

mempunyai LKS untuk mengerjakan tugas. Pada saat prakteknya pun saya

tidak menyediakan alat peraga secara khusus, saya membebaskan siswa

untuk bercerita dengan alat peraga seadanya yang mereka buat sendiri, kalau

tidak ada mereka bisa menggunakan pensil, buku begitu , ya sekreatif-

kreatifnya meraka lah”.

P : “ Metode dan media apa yang Ibu gunakan dalam pembelajaran keterampilan

bercerita?”

G :” Biasanya saya cenderung menggunakan metode ceramah karena tidak

dipungkiri siswa lebih dituntut untuk menguasai teorinya bukan prakteknya.

Media yang saya gunakan ya dari buku paket dan LKS.”.

P : “ Apa kesulitan yang Ibu hadapi dalam mengajarkan keterampilan bercerita?”

G : “Kesulitan saya dalam proses pembelajaran keterampilan bercerita,ya itu

siswa sangat susah diberi tugas untuk bercerita di depan kelas dengan alasan

malu, grogi, dan tidak tahu mau bercerita apa. Medianya juga terbatas dari

sekolah tidak menyediakan alat peraga”.

P :” Bagaimana dengan kecenderungan nilai siswa untuk keterampilan berbicara

khususnya dalam bercerita bila dibandingkan dengan jenis keterampilan

berbahasa lainnya?”

Page 106: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

91

G : “ Nilai siswa dalam keterampilan bercerita memang rendah bila dibandingkan

dengan keterampilan bahasa yang lain. Ya karena siswa sangat sulit saat

diberi tugas untuk bercerita di depan kelas itu”.

P : “Apakah selama ini siswa antusias ketika melaksanakan proses pembelajaran:

keterampilan bercerita?”

G :” Ya pada saat saya menerangkan teorinya siswa antusias, walaupun ada

sebagian siswa yang kurang memperhatikan, itu wajar ya mbak. Tapi pada

saat prakteknya sebagian besar siswa menolak untuk bercerita di depan

kelas.”

P : “Menurut Ibu, kelemahan-kelemahan seperti apakah yang terjadi ketik

pembelajaran bercerita?”

G : “ Seperti yang saya bilang tadi siswa itu cenderung tidak berani bercerita di

depan kelas karena siswa malu, grogi, tidak tau apa yang mau diceritakan,

dan banyak alesan lainnya”.

P : “ Pernahkah media wayang boneka digunakan dalam pembelajaran

keterampilan bercerita?

G : “ Belum pernah”.

P : “Bagaimana tanggapan Ibu dengan memanfaatkan media wayang boneka

dalam pembelajaran keterampilan bercerita?”

G : “Ya bagus itu, siswa bisa mendapatkan suasana pembelajaran yang baru.

Medianya juga sudah sesuai dengan SK/KD kelas VII”.

Page 107: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

92

Lampiran: 8

Hasil Wawancara dengan Siswa (Pratindakan)

Hari/Tanggal wawancara : Rabu/

Tempat wawancara : Ruang Guru Mts Yanusa

Keterangan :

P : Penelit (Sulastri)

S : Siswa (Yns 8)

Hasil Wawancara antara peneliti dan siswa, sebagai berikut:

P : “Bagaimana pendapatmu tentang cara mengajar guru, maksudnya ketika

menyampaikan penjelasan materi pelajaran keterampilan bercerita kepada

siswa?”

S : “Bu guru seringnya menjelaskan pelajaran dari buku paket atau LKS mbak”.

P : “Gambarkan suasana proses pembelajaran keterampilan bercerita yang

berlangsung selama ini?”

S : “Ya kebanyakan hanya mendengarkan penjelasan dari guru mbak, itu yang

kadang bikin bosen mbak makanya bikin ngantuk, teman-teman yang lainnya

juga kadang pada main sama ngobrol sendiri mbak apalagi anak laki-laki

mbak berisik banget, bikin kelas jadi tambah ramai”.

P : “Menurutmu, apakah keterampilan bercerita merupakan pelajaran yang mudah

dilakukan? Beri alasannya!”

S : “Susah banget mbak, kalau bercerita atau ngobrol sama temen-temen she

gampang mbak, tapi kalo disuruh bercerita di depan kelas rasanya susah

banget mbak, yak karena saya, malu sama teman-teman mbak”.

P : “Media pembelajaran seperti apakah yang pernah digunakan oleh guru ketika

mengajarkan materi keterampilan bercerita?”

S : “Apa she ya mbak, biasanya disuruh ngerjain tugas di LKS aja mbak”.

P : “Apakah kamu merasa tertarik dan lebih termotivasi untuk belajar bercerita

dengan media pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru?”

S : “Kurang tertarik mbak, soalnya hanya itu-itu saja dan biasanya Cuma

menggunakan LKS dan buku paket aja mbak”.

P : “Apakah kamu merasa aktif selama proses pembelajaran keterampilan

bercerita? Beri alasannya!”

Page 108: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

93

S : “Biasa saja mbak, kadang yang bercerita ke depan kelas hanya perwakilan

mbak, gak semuanya maju bercerita”.

P :“Apa yang kamu inginkan dari sebuah kegiatan belajar mengajar dengan materi

keterampilan bercerita?”

S : “Ya saya bisa bercerita di depan umum mbak, kalo sering belajar kan lama-

lama malunya ilang mbak”.

P : “Bagaimana pendapatmu tentang wayang boneka?”

S : “Ya boneka to mbak? Bagus mbak”.

P : “Pernahkah wayang boneka digunakan oleh guru sebagai media dalam

pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan alat peraga?”

S :“Belum pernah lah mbak, biasanya pake alat peraga seadanya, atau disuruh

membuat mbak”.

P :“Bagaimana pendapatmu bila wayang boneka digunakan dalam proses belajar

mengajar keterampilan bercerita?”

S : “Pastinya sangat setuju mbak, biar ada suasana baru gak membosankan mbak”.

Page 109: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

94

Lampiran : 9

Hasil Wawancara dengan Guru (Pascatindakan)

Hari/Tanggal wawancara : Sabtu/

Tempat wawancara : Ruang Guru Mts Yanusa

Keterangan :

P : Peneliti (Sulastri)

G : Guru (Ibu Dra. F. Rahmida)

Hasil Wawancara antara peneliti dan guru, sebagai berikut:

P : “Apakah dengan menggunakan media wayang boneka dapat mengatasi

kesulitan yang Ibu hadapi dalam pembelajaran bercerita?”

G : “Ya cukup membantu sekali mbak, siswa tidak lagi bingung menentukan atau

mencari alat peraga untuk cerita yang mereka bawakan. Menurut saya, media

wayang boneka juga sangat memotivasi siswa dalam bercerita, siswa yang

dulunya kurang antusias dan males-malesan bisa menjadi lebih antusias dan

dapat menjadi siswa yang aktif saat proses pembelajaran”.

P : “Menurut Ibu, apa yang siswa rasakan dengan pembelajaran keterampilan

bercerita dengan menggunakan media wayang boneka?”

G :”Ya menurut pengamatan saya, siswa merasa senang dengan pembelajaran

bercerita dengan media wayang boneka, mereka belajar sambil bermain”.

P : “Apakah siswa merasa bosan atau jenuh dalam pembelajaran keterampilan

bercerita dengan menggunakan media wayang boneka?”

G : “Ya seperti yang kita lihat selama pembelajaran bercerita menggunakan media

itu mbak, siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran bercerita bila

dibandingkan dengan sebelum pakai media mbak”.

P : “Apakah dengan menggunakan media wayang boneka tersebut dapat memacu

keberanian siswa dalam bercerita?”

G : Seperti yang saya katakan tadi mbak, siswa lebih berani untuk maju bercerita

di depan kelas, mungkin karena siswa merasa tidak canggung lagi, yang

mereka rasakan seperti bermain boneka.

P :”Apakah ada hambatan yang dihadapi ketika bercerita menggunakan media

wayang boneka?”

G :”Alhamdulillah selama proses pembelajaran bercerita saya belum mengalami

hambatan mbak, menurut saya media wayang boneka itu bagus, dapat

memacu keberanian siswa untuk tampil bercerita”Lampiran :10

Page 110: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

95

Lampiran 10

Hasil Wawancara dengan Siswa (Pascatindakan)

Hari/Tanggal wawancara : Senin/

Tempat wawancara : Ruang Guru Mts Yanusa

Keterangan :

P : Peneliti (Sulastri)

S : Siswa (Yns 8)

Hasil Wawancara antara peneliti dan siswa, sebagai berikut.

P : “Apa yang kamu rasakan ketika pembelajaran keterampilan bercerita

menggunakan media wayang boneka?”

S : “Saya sendiri senang mbak, wayangnya lucu-lucu mbak, apalagi Dewi Shinta

mbak, cantik banget. Saya jadi senang belajar bercerita kalau menggunakan

wayang boneka seperti itu”.

P : “Bagaimana tanggapan kamu setelah malakukan kegiatan bercerita dengan

menggunakan media wayang boneka?”

S : “Medianya dapat membantu saya untuk lebih berani bercerita mbak, saya tidak

malu, soalnya saya seperti bermain”.

P : “Apakah dengan menggunakan media wayang boneka keberanian kamu

bertambah?”

S : “Ya tadi itu mbak, saya jadi lebih berani bercerita di depan kelas nggak takut

lagi”.

P : “Apakah dengan menggunakan media wayang boneka dapat mengatasi

kesulitan kamu dalam bercerita? Misalnya rasa malu, tidak berani bercerita di

depan kelas, grogi untuk bercerita?”

S : “Menurut saya bisa mbak, saya melihat teman-teman jadi pada berani bercerita

di depan kelas”.

P : “Apa yang kamu rasakan dengan menggunakan media wayang boneka ini,

apakah merasa asyik, senang atau jenuh? alasannya apa?”

S : “Ya tentunya mbak, ada suasana baru mbak, jadi nggak bosen deh mbak”.

P : “Apakah kendala atau kesulitan selama kamu melaksanakan pembelajaran

bercerita dengan menggunakan media wayang boneka?”

S : “Kesulitan she nggak ada mbak, tapi itu loh mbak teman-teman sering

menertawakan kalau melihat teman yang lagi bercerita lupa dengan

ceritanya”.

Page 111: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

96

Lampiran : 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II (PERTEMUAN I, dan II)

Sekolah : Mts. Yanusa

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : 6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan

melalui kegiatan bercerita

Kompetensi Dasar : 6.2 Bercerita denga alat peraga

Alokasi Waktu : 5 x 45 menit

Indikator :

1. Mampu menentukan pokok-pokok cerita

2. Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang menarik

3. Mampu bercerita dengan menggunakan alat peraga berdasarkan pokok-pokok

cerita

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menentukan pokok-pokok cerita

2. Siswa dapat merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang menarik

3. Siswa dapat bercerita menggunakan alat peraga berdasarkan pokok-pokok

cerita

Materi Pembelajaran :

1. Pengertian bercerita

2. Langkah-langkah bercerita

3. Teknik bercerita yang tepat

4. Definisi boneka tangan

(materi bercerita yang tepat)

Page 112: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

97

Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Demonstrasi

Kegiatan Pembelajaran :

Kegiatan pertama

No. Kegiatan Pembelajaran Metode/Strategi Waktu Karakter

1. Pendahuluan

a. Berdoa

b. Mengecek kehadiran siswa

c. Apersepsi: kemukakan apa

yang kalian

ketahui tentang bercerita

d. Menginformasikan KD,

indikator, dan

tujuan pembe lajaran

Arahan

Tanya jawab

10

menit

Ketaqwaan

Kedisiplinan

Motivasi

Tanggung

Jawab

2. Kegiatan inti

a. Guru bertanya jawab dengan

siswa

mengenai kegiatan bercerita

b. Siswa diberi penjelasan oleh

guru

tentang definisi bercerita dan

teknik

bercerita dengan baik

c. Siswa diberi penjelasan tentang

boneka

tangan, fungsi boneka tangan,

dan cara

80

menit

Keaktifan

Tanggung

Jawab

Page 113: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

98

penggunaan media boneka

tangan

d. Guru menjelaskan

pembelajaran

bercerita dengan boneka tangan

e. Siswa dibagikan contoh cerita

sebagai

acuan siswa

f. Siswa memperhatikan guru

yang memberi contoh

bercerita dengan boneka tangan

g. Guru membagi siswa menjadi

beberapa

kelompok, tiap kelompok 5-6

siswa

h. Guru memberikan tugas

kepada semua

kelompok untuk bercerita

didepan

kelas dengan tema “Liburan”

secara

berkelompok dengan boneka

tangan

i. Siswa secara bergantian

bercerita di

depan kelas secara

berkelompok

3. Penutup

a. Guru bersama siswa

menyimpulkan

pelajaran

Curah

pendapat

Arahan

10

menit

Keaktifan

Tanggung

jawab

Ketaqwaan

Page 114: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

99

b. Refleksi: siswa mengungkapan

kesan

atau kesimpulannya kegiatan

pembelajaran yang telah

dilakukan

c. Informasi tentang materi

pertemuan

berikutnya

e. Berdoa

Pertemuan kedua

No. Kegiatan Pembelajaran Metode/Strategi waktu karakter

1. Pendahuluan

a. Berdoa

b. Mengecek kehadiran siswa

c. Apersepsi: apa yang sudah

dipelajari

pada pertemuan sebelumnya

d. Menginformasikan KD,

indikator, dan

tujuan pembelajaran

Arahan

Tanya

jawab

Arahan

10

menit

Ketaqwaan

Kedisiplinan

Motivasi

Tanggung

Jawab

2. Kegiatan inti

a. Guru dan siswa melakukan

Tanya jawab

mengenai kegiatan bercerita

b. Guru tanya jawab dengan siswa

tentang

kesulitan dalam penggunaan

media

boneka tangan

Tanya

jawab

Penugasan

80

menit

Keaktifan

Page 115: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

100

c. Siswa melanjutkan bercerita di

depan

kelas secara bergantian

d. Guru melakukan pengamatan

secara

menyeluruh kepada semua siswa

yang

bercerita di depan kelas

e. Siswa diberi penguatan tentang

materi

yang telah diberikan

3. Penutup

a. Refleksi: siswa mengungkapan

kesan

mereka dalam bercerita di depan

kelas

dengan boneka tangan

b. Guru memberi informasi

tentang materi

pertemuan berikutnya

c. Berdoa

Curah

pendapat

Arahan

10

menit

Keaktifan,

Tanggung

jawab

Ketaqwaan

Media dan Sumber Belajar

1. Media dan alat

a. Spidol Boardmarker

b. Penghapus

c. Boneka tangan

d. Contoh cerita

2. Sumber

a. Nurhadi, dkk. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII. Jakarta Erlangga,

hal 93.

Page 116: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

101

b. Indrawati, dkk. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII.

c. Maryati, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 1 untuk SMP/MTs Kelas

d. Pratiwi, dkk. 2008. Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Kelas

Penilaian

Teknik : pengamatan

Bentuk : lembar pengamatan dan pedoman penilaian

Soal/instrumen :

Berceritalah di depan kelas dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Bentuklah kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

2. Memperhatikan langakah-langkah bercerita.

3. Memperhatikan teknik bercerita yang baik.

4. Cerita dikembangkan sesuai tema yang telah ditentukan.

5. Berceritalah di depan kelas, dengan media boneka tangan

6. Tokoh bebas, namun sesuai boneka yang disediakan

7. Tema “Liburan

Rubrik penilaian keterampilan bercerita siswa

No. Aspek yang dinilai Skala Skor

1 2 3 4 5

1 Volume suara

2 Penempatan tekanan dan nada

3 Penguasaan cerita

4 Sikap penghayatan cerita

5 Pilihan kata

Jumlah Skor

Jakarta. April 2014

Guru Mata Pelajaran, Peneliti,

Dra. Fahria Rahmida Sulastri

Page 117: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

102

Lampiran : 12 Catatan Lapangan Siklus I

CATATAN LAPANGAN

Hari/ Tanggal : Rabu, 7 Mei 2014

Siklus/ Pertemuan : Siklus I/ 1

Waktu : 11.30-12.50

Materi : Bercerita

Jumlah Siswa : 20 Siswa

Terlihat dari ruang guru siswa kelas VII masih berada di luar kelas walau bel jam

istirahat telah berakhir. Siswa-siswa masih asik dengan kegiatan mereka sendiri,

belum menyiapkan pelajaran beikutnya. Mereka tetap saja seperti hari-hari biasa,

walau saat itu sedang panas terik , namun ada juga yang hanya duduk malas-

malasan di depan kelas. Guru dan peneliti segera menuju kelas, pada saat guru dan

peneliti terlihat oleh siswa, mereka segera berebut masuk ruang kelas. Siswa di

dalam kelas mulai menata sesuai dengan tempat duduk mereka. Pelajaran dimulai

tepat pukul 11.30. pelajaran pun segera dibuka oleh guru dengan mengucapkan

salam, dan mengucapkan selamat berjumpa kembali. Ibu guru kemudian bertanya

kepada siswa masih semangatkah untuk belajar walau cuaca sangat terik. Siswa

serentak menjawab “masih buu”, dengan nada yang sangat lemas. Ibu guru mulai

meminta siswa menyiapkan buku pelajaran bahasa Indonesia. Setelah semua siap

untuk mengikuti pelajaran, guru menjelaskan kompetensi dasar yang akan di

ajarkan masih sama dengan pertemuan yang kemarin, “Anak-anak, hari ini kalian

akan mempelajari materi bercerita tapi dengan suasana yang berbeda”. Anak-anak

menjawab “Suasana berbeda seperti gimana bu?”. Guru menjelaskan bahwa siswa

akan merasakan perbedaannya nanti saat akan memulai bercerita di depan kelas.

Guru terlebih dahulu menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk

mendukung kegiatan belajar bercerita yaitu menyiapkan boneka tangan. Dengan

antusias siswa memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru. Sebelumnya guru

memberikan lagi pertanyaan tentang materi yang berkaitan dengan bercerita.

“Siapa yang tahu apa pngertian bercerita? Beberapa siswa mengacungkan jari

Page 118: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

103

mereka, lalu guru menunjuk salah satu siswa. Siswa pun menjawab dengan benar.

Tanya jawab pun selesai, lalu guru mulai masuk ke materi tentang bercerita.

Siswa mulai antusias mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Namun,

ada beberapa siswa yang masih bicara dengan teman, tertawa-tawa, dan bercanda

dengan teman sebelahnya. Penjelasan yang diberikan oleh guru akhirnya selesai,

guru kemudian membagikan lembar kertas yang berupa contoh cerita, yang dapat

dijadikan untuk bercerita dengan media boneka tangan. Semua siswa sangat

antusias memperhatikan contoh guru saat bercerita dengan boneka tangan. Mereka

terlihat senang dengan media itu, dan antusias untuk segera bercerita. Setelah

selesai memberikan contoh kepada siswa, kemudian guru membagi kelompok

dengan jumlah seperti kemarin, namun beda kelompok. Mendengar perintah dari

guru, siswa ada yang sedikit mengeluh, karena mereka tau, pasti akan diberi tugas

untuk bercerita kembali. Namun, ada beberapa siswa yang semangat untuk segera

membuat cerita tersebut. Ternyata siswa masih seperti kemarin, mereka tidak

segera membuat kelompok, akhirnya guru turun tangan lagi untuk membagi

kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberitahu siswa agar membuat

cerita dengan tema “Cerita fabel”. Belum selesai guru bicara, siswa sudah

mengeluh lagi. Kemudian guru sedikit bicara dengan nada tinggi, sehingga siswa

diam dan segera menjalankan perintah guru. Saat mereka membuat cerita, ada

yang diam, ada yang jalan-jalan, ada yang bermain, namun tidak sedikit juga yang

serius untuk membuat cerita. Guru berjalan mengelilingi siswa, untuk membantu

siswa jika ada yang mau bertanya. Pada siklus ini guru memberi tugas untuk

membuat cerita dengan tema “Cerita Fabel”, guru memberi batas-batas dalam

membuat ceritanya, yaitu tokohnya harus sesuai dengan boneka yang berkarakter

hewan atau binatang yang telah disediakan. Boneka yang disediakan terdiri dari

karakter kelinci, tikus, kodok, itik, dan monyet Setelah beberapa diberi waktu

untuk mengerjakan, sekarang saatnya mereka bercerita di depan kelas

menggunakan boneka tangan untuk dinilai. Namun, setiap diperintah oleh Ibu

guru, siswa selalu beralasan belum selesai mengerjakan, karena itu guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk melanjutkan merangkai cerita. Beberapa menit

kemudian siswa diperintah lagi, tapi alasan mereka masih sama, mereka selalu

Page 119: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

104

menjawab, “belum bu!”. Namun Ibu guru tidak percaya, kemudian segera

berkeliling melihat hasil cerita siswa, ternyata, semua kelompok telah selasai

mengerjakan. Guru segera memerintah siswa untuk bercerita,dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bercerita tanpa diundi kelompok seperti

pratindakan, namun ternyata sama saja, mereka hanya diam, dan saling pandang

dengan kelompok lain. Lalu guru mengambil alternatif seperti kemarin dengan

mengundi kelompok. Guru dibantu peneliti segera menyiapkan kertas undian

untuk mengundi urutan kelompok yang bercerita. Siswa sedikit takut saat melihat

guru dan peneliti membuat kertas undian, kemudian perwakilan setiap kelompok

mengambil kertas satu. Semua siswa yang membuka kertas ada yang senang,

namun ada pula yang menggerutu “haduhhhhh, gimana nih!”, itu pertanda

kelompok itu mendapat nomer awal. Kelompok pertama segera menyiapkan

ceritanya dan mengambil boneka tangan untuk belajar menggunakannya. Mulailah

mereka bercerita, siswa yang lain antusias untuk mendengarkan dan

memperhatikan teman yang bercerita dengan boneka tanga. Kelompok satu terdiri

dari Yns4, Yns6, Yns11, Yns8 dan Yns2. Mereka bercerita tentang kelinci

pembohong, mereka terlihat masih sedikit malu untuk bercerita. Namun mereka

cukup lancar saat bercerita, volume suara juga sudah lebih keras dibanding

dengan waktu sebelum diberi tindakan. Saat menggunakan boneka tangan, Yns11

agak sedikit kesulitan, mungkin karena belum pernah menggunakannya jadi agak

sedikit kesulitan. Beda dengan yns4 dia terlihat lebih mahir dalam

menggunakannya, cukup tenang namun cerita dapat di terima oleh pendengar.

Siswa lain segera memberi tepuk tangan saat kelompok 1 sudah selesai bercerita.

Guru lalu bertanya, apa ada kesulitan dalam pemakainnya, lalu serentak kelompok

satu menjawab “tidak”. Kelompok 2 segera mengambil boneka sesuai tokoh yang

mereka pilih, dan langsung menyiapkannya. Kelompok 2 terdiri dari Yns12,

Yns15, Yns1, Yns5, dan. Yns7 Mereka maju ke depan kelas dengan semangat

sekali. Namun, alangkah senangnya, ketika bel tanda selesai pelajaran berbunyi,

kelompok 2 bersorak-sorak, karena pasti mereka akan bercerita pada pertemuan

selanjutnya. Sebelum mengakhiri pelajaran hari itu, guru memberi tahu siswa,

kelompok yang belum bercerita sekarang akan dilanjutkan pada pertemuan

Page 120: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

105

selanjutnya. Guru mengharapkan cerita siswa pada pertemuan selanjutnya agar

jauh lebih baik dan menarik. Kemudian pelajaran ditutup oleh guru dengan doa

dan salam.

Observer

(Sulastri)

Page 121: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

106

Lampiran : 13

CATATAN LAPANGAN SIKLUS I

Hari/ Tanggal : Sabtu, 10 Mei 2014

Siklus/ Pertemuan : Siklus I/ 2

Waktu : 07.00-08.20

Materi : Bercerita

Jumlah Siswa : 20 Siswa

Pelajaran bahasa Indonesia akan dimulai pukul 07.00, walaupun hari itu hari

puasa. Guru mulai beranjak dan menuju kelas VII. Anak-anak sudah berada di

dalam dan sudah siap untuk memulai pelajaran tanpa adanya kebisingan seperti

hari-hari kemarin. Guru membuka pelajaran dengan berdoa bersama dan

mengucapkan salam dilanjutkan dengan menanyakan kabar siswa pada hari itu.

Ternyata pagi itu semua siswa semangat sekali mengikuti pelajaran, dilihat dari

jawaban mereka setelah ditanya kabar oleh guru, siswa dengan serentak dan

semangat menjawab pertanyaan guru. Guru meminta siswa untuk menyiapkan

buku pelajaran mereka, karena pelajaran akan segera dimulai. Siswa pun segera

mengeluarkan buku mereka beserta alat tulis dan siap untuk mengikuti pelajaran.

Kali ini, guru melanjutkan penjelasan tentang pertemuan sebelumnya, yaitu

tentang bercerita dengan alat peraga. Guru kembali memberitahu tentang

kompetensi dasar agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran. Guru

memberikan pertanyaan tentang materi yang diberikan kemarin yaitu tentang

pengertian bercerita dan teknik bercerita yang tepat. Satu persatu siswa yang

ditunjuk guru mampu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru

segera melanjutkan dengan mengulang materi yang telah disampaikan kemarin

guna mengingatkan lagi kepada siswa agar siswa tidak mudah lupa. Setelah

selesai mengulang materi kemarin, guru meminta siswa untuk melanjutkan

bercerita di depan kelas seperti kemarin sesuai dengan no. Undian. Kelompok 2

pun segara mengambil boneka tangan, walaupun terlihat agak sedikit kurang

semangat. Lalu mereka segera memulai cerita yang telah mereka rangkai dari

Page 122: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

107

tema yang sudah ditentukan. Judul dari cerita yang mereka buat adalah “kebaikan

berbuah kebaikan ”. Saat bercerita, yang sangat menarik perhatian semua yaitu

Yns12, dia lihai sekali dalam menggunakan boneka tangan, suaranya pun sesuai

dengan tokoh boneka yang ia mainkan. Berbeda dengan Yns7, dia tinggi besar

namun suaranya sangat lirih dan pemalu, sedangkan yang jadi narator dalam

kelompok ini adalah Yns5. Yns5 suaranya sudah cukup terdengar sampai

belakang, walau terkadang kalau teman yang lain sedang ribut suara narrator

menjadi hilang. Kelompok 2 sudah cukup bagus dalam merangkai pokok-pokok

cerita menjadi sebuah cerita yang menarik, namun sayangnya mereka terlihat

kurang kompak saat bercerita. Dengan spontan kelompok 3 berdiri dan segera

mengambil boneka yang telah disediakan untuk mempersiapkan diri. Kelompok 3

terdiri dari Yns10, Yns16, Yns17, Yns20, dan Yns3, yang menjadi narator dari

kelompok ini adalah Yns10. Suara narator lumayan terdengar hingga seluruh

kelas, sehingga siswa lainnya menjadi antusias untuk mendengarkan cerita dari

kelompok 3. Dari kelima siswa ini yang volume suara dan sikap penguasaan cerita

paling rendah adalah Yns16. Dia selalu menundukkan kepala, dan selalu

membaca teks yang dia bawa. Lain halnya dengan Yns20, dia begitu terampil

menggunakan boneka tangan, walaupun dia seorang perempuan, namun suaranya

cukup keras. Cerita dari kelompok 3 berjudul “Liburan Keluarga binatang”, yang

menceritakan bahwa keluarga binatang sedang berlibur di taman. Setelah

kelompok 3 selesai, dilanjutkan dengan kelompok 4 yang terdiri dari Yns8, Yns9,

Yns13, Yns14, dan Yns19. Narator kelompok ini adalah Yns13. Kali ini judul

cerita dari kelompok 4 adalah “Liburan ke Lereng Merapi”. Mereka sangat

kompak dalambercerita, kerjasama merek pun bagus, dari saat membuat cerita,

sampai bercerita di depan kelas. Siswa yang paling bersemangat saat bercerita

adalah Yns8, dia berbadan besar, hitam, dan cukup percaya diri saat bercerita.

Suaranya keras, sehingga semua siswa mendengar suaranya. Ekpresi tokohnya

pun dia bisa, saat tokoh marah, suaranya pun pas. Namun sayang cerita mereka

terlalu singkat, sehingga isi cerita tidak terlalu menarik, tapi tetap terdapat amanat.

Setelah kelompok 4 selesai, Ibu guru bertanya kepada siswa apakah ceritanya

akan dilanjutkan atau tidak, karena ada beberapa siswa yang bermain dan bicara

Page 123: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

108

dengan teman yang lain, ibu gurupun menghentikan pembelajaran sampai pukul

12.30

Observer

Lampiran : Catatan Lapangan Siklus II

CATATAN LAPANGAN

Hari/ Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

Siklus/ Pertemuan : Siklus II/ 1

Waktu : 11.30-12.50

Materi : Bercerita

Jumlah Siswa : 20 Siswa

Siang itu, pelajaran ke-7 kelas VIIB adalah pelajaran Bahasa Indonesia, anak-anak

suadah bersiap-siap untuk mengikuti pelajaran selanjutnya setelah sebelumnya

mereka istirahat. Guru menuju ruangan kelas VIIB yang akan digunakan sebagai

tempat berlangsungnya belajar mengajar. Guru masuk kelas dan terkejut melihat

siswa yang sudah menyiapkan buku pelajaran tanpa harus disuruh oleh guru.

Sebelum memulai pelajaran guru terlebih dahulu menyiapakan perelatan yang

akan digunakan dalam pelajaran. Guru dibantu peneliti menyiapakn boneka

tangan untuk ditata di atas meja. Kelas saat itu tidak seperti biasanya, anak banyak

diam memperhatikan guru walau masih ada satu atau dua siswa yang berbicara

dengan temannya, namun sebagian besar siswa memperhatikan guru. Boneka

tangan telah selesai disiapkan, guru segera memulai pelajaran dengan

mengucapakan salam dan seperti biasanya menanyakan keadaan siswa saat itu,

bagaimana sussana hati ssiwa. “Anak-anak, bagaimana keadaan kalian hari ini,

masih semangat atau tidak untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia?”. Baik

Bu, masih semangat serentak anak-anak menjawab pertanyaan guru. Mendengar

itu semua, guru menjadi senang dan guru juga berpesan kepada semua

siswa,”walaupun kalian belajar pada siang yang panas kalian harus tetap semangat

untuk belajar, jangan jadikan cuaca panas sebagai penghambat kalian belajar!!”

Semua siswa pun segera menjawab,”iya buuu!!”. Guru pun segera memulai

Page 124: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

109

pelajaran, karena Ibu guru ingin setiap proses pembelajaran berjalan santai,

namun materi tetap bisa di terima dengan baik oleh semua siswa. Guru

memberitahukan pelajaran masih tentang bercerita dengan alat peraga, dan guru

juga ingin mengetahui apakah siswa benar-benar sudah paham tentang bercerita

dengan alat peraga yaitu boneka tangan. Guru juga memberi tahu, tentang hal-hal

yang perlu diperbaiki lagi saat bercerita dengan boneka tangan. Siswa pun

menjadi antusias memperhatikan guru dalam menerangkan pelajaran. Guru segera

menerangkan materi, walaupun materi sudah di jelaskan saat pertemuan

sebelumnya. Materi diberikan berulang-ulang agar siswa semakin menguasai

tentang bercerita, dan mendapat hasil optimal. Proses pembelajaran pada hari itu

langsung aktif dan interaktif. Suasana kelas begitu hidup karena guru dan siswa

saling tanya jawab tentang materi, misalnya saja Yns2, Yns12, dan Yns18, mereka

sangat aktif bertanya kepada guru. Tidak seperti pertemuan-pertemuan

sebelumnya, yang hanya dua tiga siswa yang aktif bertanya. Suasana kelas sangat

ramai riuh, namun karena membahas tentang bercerita dan boneka tangan. Setelah

semua merasa jelas dan mengerti, guru segera memberikan tugas. Tugas kali ini

sama dengan siklus sebelumnya, dari anggota kelompok dan tema sama dengan

siklus sebelumnya yaitu dengan tema “Cerita fabel”. Hanya saja hasil cerita pada

siklus sebelumnya diperbaiki lagi, menjadi cerita yang lebih menarik, sesuai

dengan teknik bercerita yang baik. Semua siswa sangat antusias sekali untuk

segera memperbaiki hasil cerita kemarin, dan mereka segera berkumpul dengan

kelompok. Suasana siswa tampak tenang, tidak seperti pertemuan sebelumnya.

Guru berjalan berkeliling kelas untuk membantu siswa jika siswa merasa

kesulitan. Yns9 tiba -tiba memanggil guru, dan bertanya, “Bu, apakah tokohnya

boleh sama dengan yang kemarin?”Guru langsung menjawab,”iya, tokohnya

sama, kalian hanya memperbaiki ceritanya saja, misalnya alur atau setingnya saja

diperbaiki menjadi cerita yang menarik dan jelas.” Kemudian Yns9 kembali

melanjutkan merangkai cerita dengan kelompoknya. Ternyata masih ada siswa

yang hanya berbicara dengan temannya, misalnya saja Yns3, Yns17, dan Yns11,

mereka sering bicara, bersendau gurau. Setelah selesai memperbaiki cerita,

mereka segera belajar untuk bercerita, karena guru menyarankan agar siswa tidak

Page 125: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

110

membawa kertas catatan,kalau pun mau bawa hanya kertas kecil saja. Suasana

kelas sangat ramai, karena mereka belajar bercerita. Beberapa kemudian, guru

memerintahkan agar siswa segera bercerita di depan kelas. Kali ini, guru telah

mempersiapkan undian, karena jika urutan bercerita sama dengan silklus

sebelumnya, kelompok terakhir akan menyepelekan dan tidak mau belajar

bercerita. Perwakilan kelompok segera mengambil undian dan membuka kertas

itu. Tampaknya mereka sudah tidak takut lagi untuk bercerita, tampaknya mereka

sudah benar-benar siap, karena raut wajah mereka biasa-biasanya saja walau

kelompok mereka mandapat undian no.1. Kelompok 1 segera mengambil boneka

tangan, dan mulailah mereka bercerita, siswa yang lain antusias untuk

mendengarkan dan memperhatikan teman yang bercerita dengan boneka tangan.

Mereka terlihat lebih tenang, dari pada siklus sebelumnya. Kelompok 1 yang

terdiri dari Yns4, Yns6, Yns11, Yns18, dan Yns2. Narator kelompok ini adalah

yns4. Kali ini judul cerita dari kelompok 1 adalah “Kelinci pembohong”. Meraka

sangat kompak dalam bercerita, kerjasama merek pun bagus, dari saat membuat

cerita, sampai bercerita di depan kelas. Siswa yang paling bersemangat saat

bercerita adalah Yns4, dia berbadan besar, hitam, dan cukup percaya diri saat

bercerita. Suaranya keras, sehingga semua siswa mendengar suaranya. Ekpresi

tokohnya pun dia bisa, saat tokoh marah, suaranya pun pas. Cerita mereka sudah

lebih bagus dari pada sebelumnya, karena pada siklus sebelumya ceritanya terlalu

singkat. Setelah kelompok 1 selesai, Ibu guru bertanya kepada siswa apakah

ceritanya akan dilanjutkan atau tidak, karena ada beberapa siswa yang bermain

dan bicara dengan teman yang lain. Kelompok 1 selesai, sekarang dilanjutkan

kelompok 2. Mereka bersama-sama segera mengambil boneka tangan yang

disediakan dimeja guru untuk mempersiapkan diri. Setelah semua siap, kemudian

mereka segera memulai bercerita dengan alat peraga yaitu bonek tangan.

Kelompok 2 terdiri dari 5 siswa, yaitu Yns1, Yns5 yns7, Yns12, dan Yns15

sedangkan yang menjadi narator kali ini adalah seorang siswa laki-laki, yaitu

Yns12. Mereka mulai bercerita, semua siswa diam mendengar dan memperhatikan

kelompok ini bercerita. Mungkin karena kelompok ini bercerita dengan menarik

sehingga siswa lain memilih mendengarkan dari pada bermain sendiri. Suara

Page 126: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

111

narator, yaitu Yns12 sangat lantang, mereka bercerita komunikatif sekali. Bahkan

nampaknya mereka sudah tidak merasa grogi, karena mereka terlihat tenang

dalam bercerita. Cerita dari kelompok ini cukup panjang, namun kami tidak

merasakan bahwa cerita telah usai, karena kami sangat menikmati cerita mereka.

Tidak terasa sudah pukul 12.45, tandanya bel tanda pelajaran selesai akan segera

berbunyi. Guru memberi tahu kepada seluruh siswa, kelompok

yang belum bercerita pada hari itu akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.

Guru mengharapkan cerita siswa pada pertemuan selanjutnya agar jauh lebih baik

dan menarik. Kemudian pelajaran ditutup oleh guru dengan doa dan salam.

Observer

(Sulastri)

Page 127: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

112

Lampiran : 14

CATATAN LAPANGAN SIKLUS II

Hari/ Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2014

Siklus/ Pertemuan : Siklus II/ 2

Waktu : 07.00-08.20

Materi : Bercerita

Jumlah Siswa : 20 Siswa

Jam menunjukkan pukul 07.00 yang berarti pelajaran Bahasa Indonesia di kelas

VII akan segera dimulai. Anak-anak sudah bersiap-siap dan bersemangat

mengikuti pelajaran seperti pertemuan sebelumnya. Seperti biasa, guru menuju

kelas VII dari ruang guru dan masuk kelas, seperti siswa semuanya tenang tidak

ada lagi kegaduhan seperti biasanya. Guru memulai pelajaran dengan membuka

salam dan menyapa kabar siswa seperti biasa serta memberikan beberapa motivasi

dalam belajar. Hal itu dilakukan guna memberikan semangat siswa untuk belajar

dan mengikuti setiap pelajaran. Guru memberitahukan kompetensi dasar dan

tujuan pembelajaran kali ini masih sama dengan pertemuan-pertemuan

sebelumnya yaitu bercerita dengan alat peraga. Guru mulai bertanya jawab dengan

siswa tentang materi yang telah diajarkan kemarin. Sepertinya sebagian besar

siswa sudah menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru pada pertemuan-

pertemuan sebelumnya. Karena hampir semua pertanyaan guru dijawab oleh

siswa. Siswa yang aktif bertanya misalnya saja Yns2, Yns9, Yns11, Yns12,

Yns18, Yns15, Yns4, Yns6, Yns3, Yns5 dan Yns20. Setelah selesai tanya jawab

tentang definisi bercerita, dan bagaimana bercerita dengan boneka tangan, guru

langsung memerintahkan siswa untuk menjutkan bercerita di depan kelas.

Kelompok 3 segera mempersiapkan diri, mengambil boneka tangan, dan segera

mempersiapkan diri di depan kelas. Kelompok 3 terdiri dari Yns3, yns10, Yns16,

Yns17 dan Yns20, anggota kelompok sama dengan kelompok siklus sebelumnya.

Judulnya pun sama, yaitu tentang liburan keluarga binatang. Mereka lancar saat

bercerita, volume suara juga sudah lebih keras disbanding dengan siklus

Page 128: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

113

sebelumnya. Siswa Yns10 yang tadinya kesulitan dalam menggunakan boneka

tangan, sekarang terlihat mahir dalam menggunakannya. Teman lain, yaitu Yns3

terlihat lebih mahir dalam menggunakannya, cukup tenang, volume suara pun

terdengar hingga belakang. Narator yang tadinya volumenya kurang keras,

sekarang suaranya sudah bisa terdengar, dia adalah Yns16. Begitu pula dengan

Yns17,dan Yns20, mereka sangat menghayati cerita, pengucapan kata-kata juga

tepat, sehingga cerita dapat didengar dengan baik. Beberapa lama kemudian,

mereka selesai bercerita, dan mendapat tepuk tangan dari teman-temanya. Dari

hasil pengamatan, selama bercerita, kelompok ini sudah lebih baik dari siklus

sebelumnya, karena hampir semua aspek penilaian mereka bisa menguasai. Guru

lalu bertanya, apa ada kesulitan dalam pemakainnya, lalu serentak kelompok satu

menjawab “tidak”. Kelompok 4 segera mengambil boneka sesuai tokoh yang

mereka pilih, dan langsung menyiapkannya. Kelompok 4 terdiri dari Yns8, Yns9,

Yns13, Yns14, dan Yns19. Mereka maju ke depan kelas dengan semangat sekali.

Lalu mereka segera memulai cerita yang telah mereka rangkai dari tema yang

sudah ditentukan. Judul dari cerita yang mereka buat adalah “Liburan ”. Saat

bercerita, yang sangat menarik perhatian semua yaitu Yns8, dia lihai sekali dalam

menggunakan boneka tangan, suaranya pun sesuai dengan tokoh boneka yang ia

mainkan. Ternyata S26 tidak mau kalah dengan dengan Yns8, dia mempunyai

suara besar, sehingga suaranya mampu didengar oleh seluruh kelas, suaranya pun

sesuai dengan tokoh yang diperankan. Sedangkan yang jadi narator dalam

kelompok ini adalah Yns13. Yns13 suaranya sudah cukup terdengar sampai

belakang, sudah lebih baik dari pada siklus sebelumnya. Kelompok 4 sudah cukup

bagus dalam merangkai pokok-pokok cerita menjadi sebuah cerita yang menarik,

saat bercerita pun sudah terlihat kompak, Tidak seperti tahap sebelumnya yaitu

siklus I, aspek kelancaran saat bercerita sebagian besar kelompok ini sudah jarang

sekali mengucap kata “ee” dan tersendat-sendat.

Observer

(Sulastri)

Page 129: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

114

Lampiran : 15

Skor Keterampilan Bercerita Siswa

MTs. Yanusa Pondok Pinang Pratindakan

No.

Subyek

Aspek yang di nilai Jumlah Rata-Rata

VS P KMI SPC PK

1 40 40 60 60 60 260 52

2 60 40 60 40 40 240 48

3 60 40 60 40 40 240 48

4 60 60 80 80 60 340 68

5 40 40 40 40 40 200 40

6 60 60 80 80 60 340 68

7 40 40 40 60 40 220 44

8 60 60 80 60 60 320 64

9 60 60 80 80 60 340 68

10 40 40 40 40 40 200 40

11 60 40 40 60 40 240 48

12 60 60 80 80 60 340 68

13 60 40 40 60 40 240 48

14 60 40 40 40 40 220 44

15 80 60 80 80 60 360 72

16 60 40 60 40 40 240 48

17 60 40 60 60 40 260 52

18 60 60 80 80 60 340 68

19 60 60 80 80 60 340 68

20 40 60 40 40 60 240 48

Jumlah 1120 980 1220 1200 1000 5520

55,2 Rata-Rata 56 49 61 60 50 276

Skor Ideal 100 100 100 100 100 500

Presentase 56% 49% 61% 60% 50% 55%

Keterangan :

VS : Volume Suara

P : Pelafalan

KMI : Keterampilan Mengembangkan Ide

SPC : Sikap Penghayatan Cerita

PK : Pilihan Kata

Page 130: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

115

Lampiran : 16

Skor Keterampilan Bercerita Siswa

MTs. Yanusa Pondok Pinang Siklus 1

No.

Subyek

Aspek yang di nilai Jumlah

Rata-

Rata VS P KMI SPC PK

1 60 60 80 80 60 340 68

2 80 60 80 60 60 340 68

3 80 60 80 60 60 340 68

4 60 80 80 80 80 380 76

5 60 60 60 60 60 300 60

6 60 80 80 80 80 380 76

7 60 60 60 80 60 320 64

8 60 80 80 80 60 360 72

9 80 60 80 80 80 380 76

10 60 60 60 60 60 300 60

11 60 60 60 80 60 320 64

12 60 60 80 80 80 360 72

13 80 60 60 60 60 320 64

14 60 60 60 60 60 300 60

15 80 80 80 80 60 380 76

16 80 60 80 60 60 340 68

17 80 60 80 80 60 360 72

18 60 60 80 80 80 360 72

19 80 60 80 80 80 380 76

20 60 80 60 60 60 320 64

Jumlah 1380 1300 1460 1440 1320 6900

69 Rata-Rata 69 65 73 72 66 345

Skor Ideal 100 100 100 100 100 500

Presentase 69% 65% 73% 72% 66% 69%

Keterangan :

VS : Volume Suara

P : Pelafalan

KMI : Keterampilan Mengembangkan Ide

SPC : Sikap Penghayatan Cerita

PK : Pilihan Kata

Page 131: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

116

Lampiran : 17

Skor Keterampilan Bercerita Siswa

MTs. Yanusa Pondok Pinang Sikulus 2

No.

Subyek

Aspek yang di nilai Jumlah Rata-rata

VS P KMI SPC PK

1 80 80 80 80 60 380 76

2 80 80 80 60 80 380 76

3 80 80 80 80 60 380 76

4 80 80 80 80 80 400 80

5 60 80 80 60 60 340 68

6 80 80 80 80 80 400 80

7 60 80 60 80 60 360 72

8 80 80 80 80 80 400 80

9 80 80 80 80 80 400 80

10 80 60 80 80 80 380 76

11 80 60 80 80 60 360 72

12 80 80 80 80 80 400 80

13 80 60 80 80 60 380 76

14 80 60 60 80 60 340 68

15 80 80 80 80 80 400 80

16 80 60 80 80 60 380 76

17 80 60 80 80 80 380 76

18 80 80 80 80 80 400 80

19 80 80 80 80 80 400 80

20 80 80 60 80 80 400 80

Jumlah 1580 1480 1540 1560 1480 7640

76,4 Rata-Rata 79 74 77 78 74 382

Skor Ideal 100 100 100 100 100 500

Presentase 79% 74% 77% 78% 74% 76%

Keterangan :

VS : Volume Suara

P : Pelafalan

KMI : Keterampilan Mengembangkan Ide

SPC : Sikap Penghayatan Cerita

PK : Pilihan Kata

Page 132: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

117

Lampiran : 18

Rekapitulasi Skor Pengamatan Proses Pembelajaran Keterampilan Bercerita Siswa

MTs. Yanusa Pondok Pinang dari Pratindakan sampai Siklus II

No Subyek Skor

Pratindakan

Skor

Siklus I

Skor

Siklus II

1 YNS1 52 68 76

2 YNS2 48 68 76

3 YNS3 48 68 76

4 YNS4 68 76 80

5 YNS5 40 60 68

6 YNS6 68 76 80

7 YNS7 44 64 72

8 YNS8 64 72 80

9 YNS9 68 76 80

10 YNS10 40 60 76

11 YNS11 48 64 72

12 YNS12 68 72 80

13 YNS13 48 64 76

14 YNS14 44 60 68

15 YNS15 72 76 80

16 YNS16 48 68 76

17 YNS17 52 72 76

18 YNS18 68 72 80

19 YNS19 68 76 80

20 YNS20 48 64 80

Jumlah

Rerata 55,2 69 76,4

Presentase

55%

69%

76%

Page 133: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

118

Lampiran : 19

Rekapitulasi Peningkatan Skor Aspek Keterampilan Bercerita MTs. Yanusa

Pondok Pinang dari Pratindakan sampai Siklus II

No Aspek Rata-Rata

Pratindakan

Rata-Rata

Siklus I

Rata-Rata

Siklus II

1 Volume Suara 56 69 79

2 Pelafalan 49 65 74

3 Keterampilan

Mengembangkan Ide

61 73 77

4 Sikap Penghayatan

Cerita

60 72 78

5 Pilihan Kata

50 66 74

Jumlah

276/55,2 345/69 382/76,4

Page 134: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

119

Lampiran : 20

Hasil angket Pratindakan MTs. Yanusa Pondok Pinang

No.

Jawaban Pertanyaan Siswa

a. Ya b. Tidak

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1 2 10% 18 90%

2 14 70% 6 30%

3 7 35% 13 65%

4 8 40% 12 60%

5 13 65% 7 35%

6 8 40% 12 60%

7 9 45% 11 55%

8 6 30% 14 70%

9 17 85% 3 15%

10 19 95% 1 5%

Page 135: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

120

Lampiran : 21

Hasil angket Pascatindakan MTs. Yanusa Pondok Pinang

No.

Jawaban Pertanyaan Siswa

c. Ya d. Tidak

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1 17 85% 3 15%

2 18 90% 2 10%

3 16 80% 4 20%

4 2 10% 18 00%

5 3 15% 17 5%

6 17 85% 3 15%

7 2 10% 18 90%

8 18 90% 2 10%

9 19 95% 1 5%

10 18 90% 2 10%

Page 136: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

121

Lampiran 22 : Materi Pembelajaran

A. Pengertian bercerita

Bercerita merupakan kegiatan berbicara yang paling sering dilakukan.

Bercerita adalah penyampaian rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami

oleh seorang tokoh. Tokoh tersebut dapat berupa diri sendiri, orang lain, atau

bahkan tokoh rekaan, baik berwujud orang maupun binatang. Kegiatan bercerita

sejak zaman dahulu sudah dilakukan para leluhur kita.

Kegiatan itu bukan hanya untuk mengisi waktu luang, mengantar cucu

tidur, menghibur hati yang gundah, melainkan juga untuk menyampaikan nilai-

nilai moral. Untuk itu, kemampuan bercerita dengan baik sangat diperlukan.

Unsur cerita yang perlu diperhatikan adalah para tokoh dengan

karakternya masing-masing, setting atau latar tempat terjadinya peristiwa, alur

atau jalan cerita dan tema atau amanat cerita. Menurutnya bercerita menuntut

kemampuan mengingat-ingat unsur cerita, menggunakan bahasa yang baik secara

improvisasi, peragakan adegan, menyelipkan humor yang segar, menghayati

cerita, dan menyampaikan amanat.

B. Langkah-langkah bercerita

Langkah yang kamu lakukan sebelum bercerita adalah (1) menentukan ide

pokok cerita, (2) menentukan peristiwa-periatiwa beserta tokoh dan karakter yang

terlibat, dan (3) merangkai peristiwa sehingga menjadi cerita yang baik. Agar

menjadi cerita yang runtut harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Menentukan tema/ ide pokok cerita Tema adalah ide pokok yang melandasi

cerita. Tema dapat diambil dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

masalah hakiki manusia seperti cinta kasih, keadilan, kebahagiaan,

kesengsaraan.

2. Menentukan peristiwa Setelah menentukan tema, proses selanjutnya adalah

tema tersebut dikembangkan kedalam deretan peristiwa yang saling berkaitan

Page 137: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

122

dari awal sampai akhir. Peristiwa tersebut tidak lepas dari peran tokoh berserta

karakternya.

3. Merangkai deretan peristiwa menjadi kerangka cerita Setelah kamu

menentukan peristiwa-peristiwa dalam cerita, kegiatan berikutnya adalah

merangkai deretan peristiwa sehingga menjadi kerangka cerita.

4. Merancang penampilan (variasi/ improvisasi suara, lafal, intonasi, dan mimic

yang tepat) dalam bercerita Setelah kamu menyusun kerangka cerita, kamu

perlu membuat rancangan penampilan. Dalam menyusun rancangan

penampilan, kamu perlu membedakan mana yang merupakan pernyataan

narator dan mana yang merupakan dialog tokoh. Selain itu, memberi tanda atau

penjelasan tentang penggunaan variasi suara, lafal, intonasi, dan mimik yang

tepat.

5. Berlatih bercerita berdasarkan rancangan yang disusun

6. Merancang bercerita dengan alat peraga

C. Teknik bercerita yang tepat

Ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam bercerita:

a. Pencerita memahami (1) rangkaian peristiwa atau kerangka cerita, (2) karakter

tokoh, (3) tema dan pesan cerita

b. Pencerita menghayati peristiwa-peristiwa atau adegan-adegan dalam bercerita

c. Pencerita memiliki gambaran penampilan peristiwa demi peristiwa dalam

bercerita, yang mencakup (1) tempat dan posisi setiap adegan, (2) kejelasan

pelafalan, (3) variasi atau warna suara dan intonasi setiap adegan, dan (4) gesture

serta mimik setiap adegan. Penguasaan dan penghayatan dongeng ini mencakup

antara lain jalan cerita, sifat-sifat tokoh, pokok persoalan, dan pesan yang ada

pada dongeng.

D. Pengertian Boneka Tangan

Menurut Raemiza (http://ra3miza.wordpress.com) media boneka dapat

membantu anak dalam memahami cerita dan lebih menarik perhatian mereka.

Media boneka termasuk dalam jenis media visual tiga dimensi. Penggunaan media

Page 138: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

123

boneka tangan menolong anak untuk bernalar dan membentuk konsep tentang

segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek, baik ukuran, bentuk, berat,

maupun manfaatnya. Sesuai dengan namanya “boneka tangan”, cara

memainkannya dengan memasukkan tangan ke dalamnya. Bentuknya pun

menyerupai sarung tangan, namun tentu saja boneka ini lebih menarik. Menurut

Ahira (http://www.anneahira.com) disebut boneka tangan, karena cara

memainkannya pun satu tangan kita hanya dapat memainkan satu boneka, dan

boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan

dan kakinya hanya merupakan baju yang menutup lengan orang yang

memainkannya. Ada berbagai karakter boneka tangan yang ada di pasaran,

misalnya binatang, buah-buahan, orang dan tokoh kartun yang populer dikalangan

anak-anak.

E. Fungsi Boneka Tangan

Media ini mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1) memberikan pengalaman

yang konkret, (2) memungkinkan siswa menganalisis siswa menganalisis secara

mendalam, (3) membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu, (4) informasi yang

diperoleh akan lebih jelas, (5) memperjelas suatu masalah atau proses kerja dari

alat, dan (6) mendorong timbulnya kreativitas

siswa.

F. Cara penggunaan boneka tangan

Agar boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka

menurut Raemiza (http://ra3miza.wordpress.com) perlu memperhatikan beberapa

hal dalam penggunaan boneka tangan, yang antara lain (a) rumusan tujuan

pembelajaran dengan jelas, (b) buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan

dimainkan secara terperinci, baik dialognya, settingnya dan adegannya harus

disusun secara cermat, (c) permainan boneka mementingkan gerak dari pada kata,

karena itu pembicaraan jangan terlalu panjang, dapat menjemukan penonton, (d)

permainan sandiwara boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15 menit,

(e) hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu penonton diajak nyanyi

bersama, (f) isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta daya

Page 139: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

124

imajinasi anak-anak yang menonton, (g) selesai permainan sandiwara, hendaknya

diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya jawab, diskusi atau menceritakan kembali

tentang isi cerita yang disajikan, (h) jika memungkinkan, berilah kesempatan

kepada anak-anak untuk memainkannya.

Dari keterangan tentang boneka tersebut dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media boneka sangat memungkinkan siswa untuk menguasai konsep-

konsep yang sedang diajarkan karena siswa turut serta dalam situasi yang

sesungguhnya. Media boneka dapat menarik perhatian siswa dengan bantuan

gerakan-gerakan, ekspresi dan intonasi guru.

Page 140: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

125

Lampiran : 23

Pedagang yang Budiman

Sera adalah seorang pedagang keliling. Ia ramah dan selalu

gembira. Sambil menyusuri jalan ia menjajakan barang jualannya,

“Barang bagus! Barang

bagus! Siapa mau beli? Siapa mau beli?”

Sera senang jika ibu-ibu mau membelikan anak-anak mereka

barang yang bagus. Hatinya puas melihat anak-anak tersenyum

bahagia. Suatu hari, saat Sera sedang menyusuri jalan, ia melihat

pedagang keliling lain bernama Taro.

“Pergi Sera!” seru Taro marah. “Ini jalanku! Aku lebih dulu

berada di jalan ini! Kau boleh berdagang di sini setelah aku pergi!”

Sera segera pindah ke jalan lain. Taro mengetuk pintu rumah

pertama. Seorang gadis kecil membuka pintu.

“Oh, Nenek! katanya. “Maukah Nenek membelikanku

sesuatu?”

“Kita tidak punya uang,” kata Nenek. “Tapi coba tanya

pedagang itu. Apa dia mau menukar barang yang kamu suka dengan

kendi hitam kita?”

Ketika si gadis keluar, ia memperlihatkan kendi hitam pada

Taro. Taro mengamati lalu membuat goresan kecil pada kendi itu. Ia

sangat terkejut, ternyata kendi hitam itu terbuat dari emas. Timbul

ide liciknya. Wanita tua ini tidak tau kendinya terbuat dari emas. Akan

kukatakan kendi ini jelek. Lantas aku pergi. Nanti aku kembali dan

membelinya dengan harga yang sangat murah. Begitu piker Taro. Lalu

ia berkata,

Page 141: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

126

“Kendi ini tidak bagus!” Setelah mengembalikan kendi pada

gadis, ia segera pergi.

Tak lama kemudian, Sera melewati jalan itu. “Barang bagus!”

serunya. “ siapa mau beli? Siapa mau beli?”

Saat gadis kecil itu melihat Sera, ia berkata, ”Nenek, boleh aku

bertanya

ke pedagang itu? Mungkin dia mau menukar barang yang kubutuhkan

dengan kendi ini...”

“Kata pedagang yang tadi kendi ini jelek,” sahut Nenek. “Tapi

coba Tanya pada pedagang ini.”

Gadis kecil itu memanggil Sera. “Maukah Bapak menukar

kendi nenekku dengan barang bagus yang kubutuhkan?”

Sera mengamati kendi itu. Ia melihat goresan yang telah dibuat

oleh Taro. “Nyonya!” katanya pada si Nenek. “ Kendi ini terbuat dari

emas!”

Nenek memandang dengan takjub. “ tetapi kata pedagang yang tadi,

kendi

ini tidak bagus!” sahutnya.

“Oh tidak,” kata Sera. “Kendi ini terbuat dari emas. Aku akan

membayar dengan semua uangku yang ada. Lalu aku akan kembali

membawa uang yang lebih banyak.”

Ia tersenyum pada gadis kecil itu. “Gadis kecil, ambilah

beberapa barang yang kamu mau,” katanya.

Setelah Sera pergi, datanglah Taro si pedagang pertama tadi. Ia

berkata, “Aku telah berjalan jauh. Tapi aku teringat pada cucumu yang

ingin barang daganganku. Aku akan memberi beberapa yang ia mau.

Tukarlah dengan kendi hitam tua milikmu.”

Nenek lalu menceritakan apa kata Sera tentang kendi tuanya.

“ia memberi kami uang banyak. Nanti ia akan kembali membawa

uang lebih banyak.”

“Uang lebih banyak?” seru Taro kecewa. “Dia harus

memberiku uang juga. Bagaimanapun, aku yang pertama melihat

kendi itu!” Taro terus bersungutsungut.

Page 142: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

127

Gadis kecil dan neneknya hanya tersenyum geli melihatnya. Mereka

bersyukur bertemu Sera si pedagang yang jujur.

Besoknya, Sera berhasil menjual kendi dengan harga tinggi. Ia

membayarlebih banyak pada Nenek. Saat pulang, ia berkata pada

istrinya, “Aku telah melakukan yang terbaik untuk kendi itu. Aku

telah melakukan yang terbaik, sangat baik.”

“Apakah kamu akan kaya?” tanya istrinya.

“Benar.” kata Sera. “Aku merasa kaya sekarang, karena bisa

memberikan sesuatu kepada orang yang tidak mampu. Mampu

membantu orang lain yang kesusahan, membuatku merasa sangat

bahagia...”

(Diterjemahkan Oleh Tuthuta, dari Some Pretty Little

Thing)

Sumber: Bobo, 19 April 2007

Page 143: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

128

Lampiran : 23

Kelinci Pembohong

Karakter Cerita:

Dongeng anak, Egois, Fabel, Hewan, Jahat, Kejam, Kelinci, Keluarga,

Kerbau, Kijang, Kelinci nakal

Di padang rumput nan hijau, hiduplah seekor kelinci yang sangat

nakal, setiap hari kerjaannya mengusili penghuni padang rumput. Pada

suatu hari, si kelinci ketemu pak kijang. Dalam hati kelinci berpikir

“saya kerjain saja Pak Kijang, tapi bagaimana ya?” Si kelinci

berpikir keras dan tiba-tiba ide nakal sampai di kepalanya. “Saya

pura-pura saja lari Pak Kijang sambil berteriak ‘pak singa

ngamuk'”.

Maka sambil larilah, Si Kelinci sambil berteriak “Pak Singa ngamuk!

Pak Singa ngamuk!”, akhirnya pak kijang sekeluarga lari tak

beraturan, sampai anaknya Pak Kijang jatuh ke jurang.

Puaslah hati Si Kelinci, berbahak-bahak dia, “kena saya kerjain

Pak Kijang”. Begitu bangganya Si Kelinci, “cerdas juga saya”

Congkak si kelinci.

Si kelinci melanjutkan jalan-jalannya sambil mencari korban

berikutnya. Dari kejauhan, Si Kelinci melihat Pak Kerbau. Dia pun

melakukan hal yang sama seperti pada Pak Kijang. “Pak Singa

ngamuk! Pak singa Ngamuk” teriak Si Kelinci, sambil berlari ke

arah Pak Kerbau sekeluarga.

Terang saja Pak Kerbau langsung lari terbirit-birit sampai istri Pak

Kerbau yang lagi hamil, keguguran. Duka Pak Kerbau jadi suka cita

Si Kelinci.

Page 144: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

129

Hari berikutnya Pak Kijang bertemu Pak Kerbau, mereka

menceritakan kejadian yang mereka alami kemarin. Selagi mereka

asik membahas masalah yang menimpa keluarga mereka yang

disebabkan oleh Si Kelinci, tiba-tiba terdengarlah suara teriakan Si

Kelinci dari kejauhan, “Tolong, saya dikejar-kejar Pak Singa, Pak

Singa ngamuk! Tolong, tolong, tolooong!,” tapi tidak ada yang

perduli, “ah, paling-paling Si Kelinci lagi-lagi membohongin kita”

pikir mereka.

Sekuat tenaga Si Kelinci menghindari kejaran Pak Singa, tapi

apalah daya, Pak Singa lebih cepat larinya, akhirnya Si Kelinci mati

dikoyak-koyak Pak Singa dan tidak ada yang perduli.

Sumber: Slamet Budiono ([email protected])

Page 145: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28641/1/... · di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sulastri lahir di Kediri, 16 Juli 1965,

tepatnya Desa Semen Kecamatan

Semen Kabupaten Kediri Jawa Timur,

dari pasangan Suminto dan Suharni.

Mengenyam pendidikan SD dan SMP

di kota kelahiran Kediri, selanjutnya

tahun 1984 SPG di Jakarta karena ikut

orang tua. Setelah lulus SPG

melanjutkan studi di IKIP

Muhammadiyah Jakarta jurusan

Bahasa Inggris, hanya sampai empat

semester.

Menikah dengan seorang pria berasal dari Betawi yang bernama Roseli dan

dikaruniai empat putri, yang pertama Imandya Astian Rosaria, putri kedua

Pramudya Karina, Putri ketiga Trisabdya Norma Rosa dan yang bungsu Adhya

Lastantina. Saat ini penulis mengajar di MTs. Yanusa Pondok Pinang Jakarta

Selatan dan di SD Islam Al-Isra Tanjung Duren Grogol Petamburan Jakarta Barat.

Sekarang penulis berdomisili di Kepa Duri RT 005/008 Duri Kepa Kebon Jeruk

Jakarta Barat 11510.