peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa …eprints.ums.ac.id/39543/26/naskah...

13
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL INQUIRY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas XI MAN 2 Boyolali Tahun 2014/2015) Naskah Publikasi Diajukan oleh : MUHAMMAD IHSAN S A 410 100 245 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Upload: hoangkhanh

Post on 27-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL INQUIRY

LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

(PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas XI MAN 2 Boyolali Tahun 2014/2015)

Naskah Publikasi

Diajukan oleh :

MUHAMMAD IHSAN S

A 410 100 245

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

26

26

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL INQUIRY

LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

(PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas XI MAN 2 Boyolali Tahun 2014/2015)

Oleh:

Muhammad Ihsan Syaifuddin1 dan Nining Setyaningsih

2

1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, ihsan [email protected]

2Staf Pengajar UMS Surakarta, [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan

scientific dengan model inquiry learning pada siswa kelas XI MAN 2 Boyolali.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, observasi,

catatan lapangan dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan oleh

peneliti meliputi reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil

penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah

siswa dalam pembelajaran matematika yang dapat dilihat dari indikator-

indikatornya yaitu: 1) kemampuan siswa dalam memahami masalah sebelum

tindakan 83,3%, setelah tindakan siklus II 100% , 2) kemampuan siswa dalam

memikirkan rencana sebelum tindakan 41,7%, setelah tindakan siklus II 83,3%,

3) kemampuan siswa dalam melaksanakan rencana sebelum tindakan 33,3%,

setelah tindakan siklus II 83,3%, 4) kemampuan siswa dalam melihat kembali

hasil jawaban sebelum tindakan 20,8%,setelah tindakan siklus II 70,8%. Jadi

berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan

scientific dengan model inquiry learning dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika.

Kata kunci: scientific, inquiry learning, kemampuan pemecahan masalah.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu pengetehuan yang memegang

peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Belajar

matematika selalu berhubungan dengan kegiatan pemecahan masalah, baik dari

masalah yang sederhana sampai masalah yang rumit. Kemampuan pemecahan

masalah tersebut perlu dikuasai siswa guna mendorong mereka menjadi seorang

pemecah masalah yang baik, yang mampu menghadapi masalah dalam kehidupan

sehari-hari maupun dalam dunia kerja. Pembelajaran matematika yang diberikan pada

semua jenjang pendidikan sebagaimana tercantum dalam Kurikulum 2006,

dilaksanakan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta membentuk kemandirian dan kemampuan

bekerjasama. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk menghadapi

masalah sehari-hari pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif

(Mustamin,2011). Sedangkan menurut Ariyanto dan Ondi Pasrianto (2013:236)

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan

masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam

menyelesaikan masalah, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui

tahap-tahap pemecahan masalah, bisa juga di katakan bahwa pemecahan masalah

sebagai jalan keluar dari suatu kesulitan

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI IPA MAN 2 Boyolali tahun

ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 24 siswa dengan 3 siswa laki-laki dan 21

siswa perempuan sebelum dilakukan tindakan diperoleh data sebagai berikut

kemampuan siswa dalam memahami masalah sebanyak 20 siswa atau 83,3%,

kemampuan siswa dalam memikirkan rencana sebanyak 10 siswa atau 41,7%,

kemampuan siswa dalam melaksanakan rencana sebanyak 8 siswa atau 33,3%,

kemampuan siswa dalam melihat kembali hasil jawaban sebanyak 5 siswa atau

20,8%.

Dari data diatas dapat di amati bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa

kelas XI IPA MAN 2 Boyolali belum sesuai yang di harapkan. Penyebab kelemahan

diatas dikarenakan guru masih dominan berperan dalam pembelajaran sehingga siswa

masih merasa takut ketika bertanya kepada guru jika ada yang kurang jelas, serta

dalam merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan strategi-strategi yang

bervariasi untuk mendorong ketrampilan siswa menemukan jawaban dari masalah

yang dihadapi. Guru masih mengajar dengan cara lama, dimana guru menyampaikan

materi dengan metode ceramah, kemudian siswa mencatat materi dan mengerjakan

soal-soal rutin.

Alternatif tindakan yang dapat ditawarkan yaitu penggunaan model pembelajaran

inquiry learning melalui pendekatan scientific. Metode pembelajaran inquiry learning

mengacu pada model pembelajaran siswa aktif, dimana proses pembelajaran

diarahkan untuk mengaktifkan pembelajaran dalam membangun pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap melalui pengalamannya secara langsung.

Sebagaimana Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah mengisyaratkan tentang perlunya proses

pembelajaran yang dipadu dengan pendekatan scientific (ilmiah), Agus(2014). Untuk

memperkuat pendekatan scientific perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyikapan

seperti inquiry lerarning. Model pembelajaran inquiry merupakan suatu rangkaian

belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki

secara sistematis, kritis, logis serta merumuskan sendiri dengan penuh percaya diri ,

Gulo (Trianto:2007,135). Model pembelajaran inquiry leraning melalui pendekatan

scientific merupakan cara pengembangan kegiatan pembelajaran siswa aktif yang

melibatkan seluruh kemampuan siswa dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah

sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematik dalam proses pembelajaran di kelas XI

MAN 2 Boyolali. Tujuan Khusus penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematikmelalui pendekatan scientific dengan model inquiry

learning bagi siswa kelas XI MAN 2 Boyolali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dilakukansecarakolaborasi antara guru matematika dan peneliti. Menurut Sutama

(2010: 18) karakteristik PTK yaitu a) mengkaji permasalahan situasional kontekstual,

b) adanya tindakan, c) adanya evaluasi terhadap tindakan, d) pengkajian terhadap

tindakan, e) adanya kerjasama, dan f) adanya refleksi. Proses PTK meliputi dialog

awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring, refleksi,

evaluasi, dan penyimpulan, secara siklus dilakukan dua putaran. PTK selalu dicirikan

pada perbaikan secara terus menerus sampai memperoleh sasaran yang diinginkan

oleh peneliti. Penelitian dilakukan secara bertahap dalam menyelesaikan masalah.

PTK ini berpedoman pada hasil observasi awal yang telah dirumuskan sebagai

permasalahan.Pada tahap perencanaan peneliti melibatkan guru mata pelajaran

matematika dengan memadukan hasil observasi yang dipakai sebagai data awal

kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan

menerapakan pembelajaran matematika melalui pendekatan scientific dengan strategi

inquiry learning.Penelitian ini berlangsung dari tanggal 27 Januari 2015 sampai 14

Februari 2015 dengan subyek siswa kelas XI berjumlah 24 siswa, yang terdiri dari 3

siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti dan guru matematika dilibatkan

secara langsung sejak dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi, refleksi dan evaluasi. Pengambilan data pada penititian ini dengan

menggunakan: 1) metode observasi, 2) wawancara ,3) catatan lapangan, 4) tes,5)

dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian tindakan kelas ini

terdiri atas: 1) reduksi data, 2) paparan data, 3) penarikan kesimpulan.Analisis dari

fokus penelitian ini ditunjukan pada siswa dari segi pemecahan masalah matematik

dengan indikator: 1) kemampuan siswa dalam memahami masalah, 2) kemampuan

siswa dalam memikirkan, 3) kemampuan siswa dalam melaksanakan rencana, 4)

kemampuan siswa dalam melihat kembali hasil jawaban.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan secara menyeluruh pada tindakan

siklus I dan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry learning

melalui pendekatan scientific, terjadi peningkatan kemampuan memecahkan masalah

siswa dalam pembelajaran matematika.Pada siklus I kemampuan memecahkan

masalah siswa sudah terdapat peningkatan, tetapi belum mencapai hasil yang

diharapkan, sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Tindakan yang

dilakukan oleh guru matematika dan dibantu oleh peneliti adalah melatih kemampuan

memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model

pembelajaran Inquiry learning melalui pendekatan scientific .

Dalam penelitian ini guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dipelajari

siswa, berupa pemberian beberapa soal/ masalah. Selanjutnya guru membentuk

kelompok belajar yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang kemudian

memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal yang telah diberikan,

setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis jawabannya

dipapan tulis. Guru bersama-sama siswa memberikan tanggapan dari jawaban yang

telah ditulis dipapan tulis .Terakhir guru dan siswa menyimpulkan hasil dari diskusi

bersama-sama. Sebagai penutup guru guru mengadakan refleksi dengan menanyakan

kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami siswa, apa sebab belum paham.

Penerapan model pembelajaran inquiry learning melalui pendekatan scientific

dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah matematik siswa. Hal ini

dapat dilihat dari data hasil tindakan tentang kemampuan memecahkan masalah

matematik pada kelas XI MAN 2 Boyolali pada tabel barikut.

Tabel 1 Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa

Langkah-Langkah

Kemampuan

Pemecahan Masalah

Sebelum

Tindakan

Target

Pencapaian

Setelah Tindakan

siklus I siklus II

a. Kemampuan

siswa dalam

memahami

masalah

20 siswa

(83,3 %)

100% 22 siswa

(91,7 %)

24 siswa

(100 %)

b. Kemampuan

siswa dalam

memikirkan

rencana

10 siswa

(41,7 %)

80% 17 siswa

(70,8 %)

20 siswa

(83,3 %)

c. Kemampuan

siswa dalam

melaksanakan

rencana

8 siswa

(33,3 %)

60% 10 siswa

(41,7 %)

20 siswa

(83,3 %)

d. Kemampuan

siswa melihat

kembali

5 siswa

(20,8 %)

60% 9 siswa

(37,5 %)

17 siswa

(70,8 %)

Adapun grafik yang menggambarkan peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas XI IPA MAN 2 Boyolali dari awal sebelum tindakan kelas sampai

dengan akhir tindakan kelas siklus II dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Grafik Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kemampuan pemecahan masalah matematik menurut Arianto dan Odhi

Pasrianto (2013:236) adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah atau proses

yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah

yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap pemecehan masalah,

bisa juga dikatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar

dari suatu kesulitan, tahapan pemecahan masalah diantaranya : 1) Memahami

masalah, meliputi memahami berbagai hal yang ada pada masalah seperti apa yang

tidak diketahui, apa saja data yang tersedia, apa syarat-syaratnya, dan sebagainya. 2)

Memikirkan rencana, meliputi berbagai usaha untuk menemukan hubungan masalah

dengan masalah lainnya atau hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui,

dan sebagainya. Pada akhirnya seseorang harus memilih suatu rencana pemecahan. 3)

Melaksanakan rencana, termasuk memeriksa setiap langkah pemecahan, apakah

langkah yang dilakukan sudah benar atau dapatkah dibuktikan bahwa langkah

tersebut benar. 4) Melihat kembali, meliputi pengujian terhadap pemecahan yang

dihasilkan.

0

20

40

60

80

100

120

Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

Pre

sen

tase

(%

)

Tindakan

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Kemampuan siswa memahami masalah

Kemampuan siswa memikirkan rencana

Kemampuan siswa melaksanakan rencana

Kemampuan siswa melihat kembali

Pada siklus I, kemampuan pemecahan masalah pada siswa sudah mengalami

peningkatan dari kondisi awal, tetapi peningkatan tersebut belum sesuai yang

diharapkan, masih diperlukan evaluasi untuk pertemuan selanjutnya. Pelaksanaan

tindakan kelas siklus II mengacu pada siklus I yang telah mengalami perbaikan, hal

ini dimaksudkan agar hasil yang didapatkan lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada

tabel maupun grafik dari presentase masing-masing tahapan kemampuan pemecahan

masalah siswa yang mengalami peningkatan mulai dari sebelum dilakukan tindakan

hingga pemberian tindakan siklus II berakhir.

Penelitian yang dilaksanakan peneliti sejalan dan didukung dengan penelitian

para ahli seperti Stonewater (2005) yang mengatakan bahwa bahwa lebih dari dua

pertiga dari semua siswa yang terlibat dalam penelitian ini mengubah pandangan

mereka dari kelas matematika rendah menjadi yang terbaik setelah menggunakan

strategi inquiry. Selain itu dari penelitian yang telah dilakukan Yenny (2014)

menunjukkan pembelajaran berbasis pendekatan scientific dapat meningkatkan

ketuntasan hasil belajar secara klasikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

siklus I sebelum diterapkan pembelajaran berbasis pendekatan scientific

menunjukkan ketuntasan hasil belajar 85,3% sedangkan pada siklus II setelah

dilakukan pembelajaran berbasis pendekatan scientific mengalami peningkatan

menjadi 94,1% .

Uraian data penelitian tersebut mendukung diterimanya hipotesis penerapan

model pembelajaran inquiry learning dengan pendekatan scientificdapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang meliputi

tahapan berikut: : (1) Memahami masalah, (2) Memikirkan rencana, (3)

Melaksanakan rencana, (4) Melihat kembali.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas XI MAN 2 Boyolali

dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran inquiry learning

dengan pendekatan scientific dapat meningkatkan kemampuan pemcahan masalah

siswa dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari tercapainya

indikator kemampuan pemecahan masalah matematika dalam tiap tahap yaitu:

1. Kemampuan siswa memahami masalah

Adanya peningkatan kemampuan siswa memahami masalah. Berdasarkan

observasi awal, siswa yang mempunyai mempunyai kemampuan memahami

masalah ada 20 siswa (83,3%) meningkat menjadi 24 siswa (100%).

2. Kemampuan siswa dalam memikirkan rencana

Siswa yang mampu memikirkan rencana penyelesaian masalah juga

mengalami peningkatan. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang mampu

memikirkan masalah ada 10 siswa (41,7%) meningkat menjadi 20 siswa (83,3%).

3. Kemampuan siswa dalam melaksanakan rencana

Siswa yang mampu dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah

sebelum dilaksanakan tindakan ada 8 siswa (33,3%) meningkat menjadi 20 siswa

(83,3%).

4. Kemampuan siswa dalam melihat kembali

Siswa yang mampu dalam melihat kembali juga mengalami peningkatan.

Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang mampu melihat kembali jawaban

yang didapat ada 5 siswa (20,8%) meningkat menjadi 17 siswa (70,8%).

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Agus. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan

Pendekatan Scientific Berbantuan Geogebra Dalam Upaya Meningkatkan

Keterampilan Komunikasi dan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas VIII

SMP.e-Journal Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,(3).

Anggo, Mustamin.2011. Pelibatan Metakognisi Dalam Pemecahan Masalah

Matematika. Edumatica,1(1).

Ariyanto, dkk.2013. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah

Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head

Together Pada Bangun Ruang (Kubus dan Balok). Jurnal Pendidikan,22(3).

Indah, Yenny Ayu Swara dkk. 2014. Implementation Of Guided Inquiry Model With

Scientific Approach On Electrolyte And Non Electrolyte Solution In Class X

Mia 5 Sman 3 Surabaya. Unesa Journal of Chemical Education, 3(3):105-111.

Stonewater.2005.The Best Math Class Study.Miami university,105(1):36-47

Sutama. 2010. Penelitian Tindakan. Semarang: Citra Mandiri Utama.

Sutama. 2012. Metode Penelitian pendidikan. Kartasura: Fairuz Media.

Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi

Pustaka Publisher.