penerapan model pembelajaran scientific inquiry …

13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 309) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI VIRUS DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Ariannisa Ramadhanti 1* , Muhibbuddin 1 , Andi Ulfa Tenri Pada 1 , Asiah 1 , Supriatno 1 1 Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, [email protected] * Corresponding author Abstrak Motivasi belajar siswa tergolong kurang Optimal dikarenakan beberapa alasan yaitu siswa cenderung kurang berpartisipasi saat kegiatan tanya jawab dari gurunya serta kurang memperhatikan gurunya saat penyampaian materi dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan riset bertujuan mengetahui penerapan Model Pembelajaran Scientific Inquiry dalam peningkatan motivasi serta hasil belajar siswa pada materi virus. Risetini menggunakan metode eksperimen berdesain Pretest-Posttest Control Group. Parameter yang digunakan yaitu motivasi belajar serta hasil belajar siswa yang dikumpulkan melalui pretest dan posttest. Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan rumus N-Gain untuk mengetahui peningkatan skor. Selanjutnya, dilakukan analisis statistika berupa uji Independent sample t-test dan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan skor motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk motivasi belajar, data yang diperoleh juga dianalisis persentase skor per indikator untuk diketahui kategorisasinya. Hasil riset uji Independent sample t-test untuk motivasi belajar, diperoleh t hitung = 5,07 > t tabel = 4,1. Untuk kategorisasi, kelas ekperimen mendapat rata-rata kategori “sangat baik”, “baik”, dan “cukup baik”. Sedangkan untuk hasil belajar diperoleh hasil uji Mann-Whitney yaitu Z hitung = 5,71 > Z tabel = 1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Scientific Inquiry dapat meningkatkan motivasi belajar siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi virus. Kata Kunci: Motivasi Belajar, Komponen, Indikator, Scientific Inquiry, Hasil Belajar

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

PADA MATERI VIRUS DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH

Ariannisa Ramadhanti1*, Muhibbuddin1, Andi Ulfa Tenri Pada1, Asiah1,

Supriatno1

1Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia,

[email protected]

*Corresponding author

Abstrak

Motivasi belajar siswa tergolong kurang Optimal dikarenakan beberapa alasan yaitu siswa

cenderung kurang berpartisipasi saat kegiatan tanya jawab dari gurunya serta kurang

memperhatikan gurunya saat penyampaian materi dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan riset bertujuan mengetahui penerapan Model Pembelajaran Scientific Inquiry

dalam peningkatan motivasi serta hasil belajar siswa pada materi virus. Risetini

menggunakan metode eksperimen berdesain Pretest-Posttest Control Group. Parameter

yang digunakan yaitu motivasi belajar serta hasil belajar siswa yang dikumpulkan melalui

pretest dan posttest. Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan

rumus N-Gain untuk mengetahui peningkatan skor. Selanjutnya, dilakukan analisis

statistika berupa uji Independent sample t-test dan uji Mann-Whitney untuk mengetahui

perbedaan skor motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk motivasi belajar, data yang diperoleh juga dianalisis persentase skor per indikator

untuk diketahui kategorisasinya. Hasil riset uji Independent sample t-test untuk motivasi

belajar, diperoleh thitung = 5,07 > ttabel = 4,1. Untuk kategorisasi, kelas ekperimen mendapat

rata-rata kategori “sangat baik”, “baik”, dan “cukup baik”. Sedangkan untuk hasil belajar

diperoleh hasil uji Mann-Whitney yaitu Zhitung = 5,71 > Ztabel = 1,96 sehingga dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran Scientific Inquiry dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi virus.

Kata Kunci: Motivasi Belajar, Komponen, Indikator, Scientific Inquiry, Hasil Belajar

298

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

APPLICATION OF SCIENTIFIC INQUIRY LEARNING MODEL TO

IMPROVE MOTIVATION AND LEARNING OUTCOMES OF CLASS X

STUDENTS IN VIRUS MATERIALS IN SMA NEGERI 11 BANDA ACEH

Ariannisa Ramadhanti1*, Muhibbuddin1, Andi Ulfa Tenri Pada1, Asiah1,

Supriatno1

1Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia,

[email protected]

*Corresponding author

Abstract

Student learning motivation is classified as less optimal due to several reasons, namely

students tend to participate less during question and answer activities from their teacher

and pay less attention to the teacher when delivering material in the learning process. The

purpose of this research is to find out the application of the Scientific Inquiry Learning

Model in increasing motivation and student learning outcomes on virus material. This

study uses a pretest-posttest control group design experimental method. The parameters

used are learning motivation and student learning outcomes collected through pretest and

posttest. The data obtained were then tabulated and analyzed using the N-Gain formula

to find out the improvement in learning outcomes. Next, a statistical analysis was carried

out in the form of the Independent sample t-test and the Mann-Whitney test to determine

differences in motivation scores and learning outcomes in the experimental and control

class students. For learning motivation, the data obtained were also analyzed by the

percentage of scores per indicator to determine its categorization. The results obtained

for Independent sample t-test of the average learning motivation, obtained tcount = 5.07>

ttable = 4.1. For categorization, the experimental class received an average of "very good",

"good", and "good enough" categorizations. As for the learning outcomes obtained Mann-

Whitney test results namely Zcount = 5.71> Ztable = 1.96 so it can be concluded that the

Scientific Inquiry learning model can increase student motivation and can improve

student learning outcomes on virus material.

Keywords: Learning Motivation, Components, Indicators, Scientific Inquiry, Learning

Outcomes

299

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

PENDAHULUAN

Motivasi belajar perlu

ditanamkan kepada tiap siswa selama

proses pembelajaran berlangsung dengan

cara memberikan dorogan yang kuat

untuk belajar, menumbuhkan perhatian

dan minat siswa selama kegiatan belajar

dan mengajar berlangsung, dan

menumbuhkan keinginan (hasrat) siswa

untuk berhasil mempelajari materi virus.

Dengan adanya motivasi belajar yang

baik, maka kemampuan siswa untuk

mempelajari biologi akan berkembang

dengan optimal (Lestari, 2014). Motivasi

belajar memiliki beberapa parameter

yang dilihat. Pintrich et al. (1991) dalam

bukunya mengungkapkan bahwa

terdapat enam parameter yang

diperhatikan dalam motivasi belajar

siswa. Keenam parameter tersebut

tersusun dari tiga komponen. Komponen

pertama yaitu komponen nilai yang

terdiri atas tiga parameter yang terdiri

atas orientasi tujuan intrinsik, ekstrinsik,

srta nilai tugas. Komponen kedua yaitu

komponen harapan yang terdiri atas dua

parameter yaitu kontrol keyakinan

belajar dan kemajuan siswa untuk belajar

dan kinerja. Komponen ketiga adalah

komponen sikap yang terdiri atas satu

parameter yaitu tes kecemasan.

Parameter tersebut didasari oleh Pintrich

et al. (1991) yang menyatakan bahwa

motivasi belajar memiliki keterlibatan

secara langsung yang mengandung unsur

kognitif (pengetahuan) berupa

pengadopsian strategi belajar mengajar

yang dapat memberikan dampak positif

kepada siswa selama proses

pembelajaran berlangsung supaya

mencapai kompetensi yang baik.

Motivasi belajar dapat dikatakan baik

apabila keenam parameter tersebut

memiliki nilai yang baik sehingga dapat

memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar.

Namun, hasil studi pendahuluan

terhadappmotivasi belajarrsiswa dikelas

menunjukkan bahwa motivasiibelajar

pada siswa kurang optimal. Kurang

maksimalnya motivasi belajar siswa

dibuktikan dari observasi proses

pembelajaran seperti siswa cenderung

kurang berpartisipasi saat kegiatan tanya

jawab dari gurunya serta kurang

memperhatikan gurunya saat

penyampaian materi dalam proses

pembelajaran. Hal ini dapat

mempengaruhi prestasi belajar, terutama

hasil belajar pada siswa. Untuk

memperbaiki proses pembelajaran ini,

dilakukan penerapan model

pembelajaran lain untuk diterapkan.

Modell pembelajaran yang

diterapkan adalah modellpembelajaran

yaitu Scientific Inquiry yang merupakan

model pembelajaran yang dikembangkan

oleh Joseph Schwab dkk (Joyce, et al.,

2016). Model pembelajaran Scientific

Inquiry menunjukkan keterlibatan siswa

yang lebih mengarah pada pemahaman

konsep. Selain itu, siswa juga terlibat

dalam kegiatan belajar mengajar yang

menunjukkan adanya keterampilan serta

sikap dari siswa tersebut yang

memungkinkan untuk mencari jawaban

atas beberapa pertanyaan serta

permasalahan saat memberikan

informasi (Hussain et al., 2011). Aspek-

aspek yang terdapat dalam model

pembelajaran Scientific Inquiry dianggap

sesuai dengan konteks pendidikan sains

K-12. Secara khusus, siswa harus

memahami bahwa: semua penyelidikan

yang bersifat ilmiah dimulai dengan

mengajukan pertanyaan tetapi tidak perlu

300

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

menguji hipotesis; prosedur

penyelidikan dipandu oleh pertanyaan

yang telah diajukan sebelumnya. Semua

siswa yang menjalankan prosedur

penyelidikan yang sama mungkin belum

tentu mendapatkan hasil yang sama;

namun, prosedur penelitian dapat

mempengaruhi hasil (Lederman et al.,

2017).

Beberapa kajian tentang model

pembelajaran Scientific Inquiry

dilakukan Dabhokar et al. (2018) yang

membahas mengenai penerapann model

pembelajarann Scientific Inquiry dalam

peningkatan hasillbelajar pada siswaa

untuk materi pelajaran genetika dan

evolusi. Sedangkan riset yang dilakukan

oleh Suhila et al. (2016) dan Nabban et

al. (2019) membuahkan hasil yaitu KPS

(Keterampilan Proses Sains)pada siswa

dapat meningkat dengan penggunaan

Scientific Inquiry sebagai model

pembelajaran. Saat ini, belum diketahui

pengaplikasian model pembelajaran

Scientific Inquiry untuk motivasi belajar

serta hasil belajar pada siswa untuk

materi virus. Berdasarkan permasalahan

tersebut, dilakukan riset mengenai model

pembelajaran Scientific Inquiry yang

berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Scientific Inquiry Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar dan

Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi

Virus di SMA 11 Banda Aceh”.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan riset berlangsung

selama ± 1 bulan terhitung dari tanggal

23 September-19 Oktober 2019 dan

berlokasi di SMA Negeri 11 Banda

Aceh.

Metode Penelitian

Riset ini dilakukan dengan

metode eksperimen berdesain pretest-

posttest control group (Fraenkel et al.,

2012) yang mana desainnya di Tabel 1.

Tabel 1. Pretest-Posttest Control Group Design

Kelas Sampel Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen R O X O

Kontrol R O C O

Riset ini menggunakan 84 siswa sebagai

subjek (sampel) yang diambil dengan

teknik random sampling. Parameter

untuk riset ini adalah motivasi belajar

pada siswa yang diukur dengan

menggunakan angket yang diadopsi dari

MSLQ (Motivated Strategies for

Learning Quisionaire) yang dibuat oleh

Pintrich et al. (1991) sebanyak 31 item

pernyataan. Parameter kedua adalah

hasil belajar pada siswa yang diukur

dengan objektif tes terdiri dari materi

virus sebanyak 30 soal pilihan ganda.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data motivasi dan

hasil belajar, digunakan sistem pretest

(kemampuan awal) dan posttest

(kemampuan akhir). Data yang

dikumpulkan selanjutnya dilakukan

analisis data yang berawal dari tabulasi

301

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

data untuk pretest dan posttest untuk

diketahui selisih nilai (gain).

Teknik Analisis Data

Selanjutnya, data yang telah

ditabulasikan dicari nilai N-Gain dengan

menggunakan rumus yang berasal dari

Meltzer (2002).

𝑁𝑔𝑎𝑖𝑛 = 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒

𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑜𝑠𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 × 100

Data yang didapat kemudian dilakukan

analisis statistik yaitu ujii normalitass &

ujii homogenitass yang merupakan uji

syarat dilakukan uji lanjut yaitu uji

Independent sample t-test atau uji Mann-

Whitney. Motivasi belajar juga dianalisis

dengan menghitung persentase terhadap

skor motivasi belajar dan kemudian

dikelompokkan berdasarkan kategorisasi

baik secara umum maupun tiap indikator

dengan menggunakan acuan kategori

dengan rentang skor yaitu kategori “tidak

baik” (20-35), “kurang baik” (36-51)

cukup baik (52-69), “baik” (70-85),

“sangat baik” (86-100) (Riduwan, 2010).

HASIL PENELITIAN

Peningkatan Motivasi Belajar

Hasil riset untuk motivasi belajar pada

siswa secara umum (Gambar 1)

menunjukkan peningkatan motivasi

belajarr pada ssiswa. Padaa pertemuan

awal di kelasseksperimen, sebesar 2%

tergolong “tidak baik”, sebesar 79%

tergolong “kurang baik” dan sebesar

19% tergolong “cukup baik”. Sedangkan

pada kelas kontrol, sebesar 2% tergolong

“tidak baik”, sebesar 76% tergolong

“kurang baik” dan sebesar 21%

tergolong “cukup baik”. Motivasi belajar

diakhir pertemuan pada kelas

eksperimen, sebesar 10% yang tergolong

“cukup baik”, sebesarr 67% tergolong

“baik” & sebesarr 24% tergolong “sangat

baik”. Sedangkan untuk kelas kontrol,

sebesar 29% yang tergolong “cukup

baik” dan sebesar 71% tergolong “baik”.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat

perbedaan peningkatan motivasiibelajar

antara siswaa kelass eksperimen

dengann kelasskontrol.

302

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

Gambar 1. Kategorisasiimotivasi belajarr kelas eksperimenndan kelasskontrol

Motivasi belajarr memiliki enam

indikator yang tersusun atas tiga

komponen yang berbeda. Komponen

pertama yaitu komponen nilai yang

terdiri atas tiga indikator. Indikator

pertama yaitu orientasi tujuan intrinsik

(Gambar 2) yang merupakan kemauan

siswa dalam hal yang berkaitan dalam

akademis seperti kemauan siswa dalam

mempelajari materi virus dan

mengerjakan tugas untuk memenuhi

tujuan pembelajaran. Berdasarkan

gambar 2, dapat diketahui kelas

eksperimennmempunyai persentase

kategorisasi yang lebih tinggi dibanding

kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen,

sebesar 52% tergolong “sangat baik”,

31% tergolong “baik”, 14% tergolong

“cukup baik”, dan 2% tergolong “tidak

baik”. Sedangkan untuk kelas kelompok,

sebesar 2% tergolong “sangat baik”, 67%

tergolong “baik”, 26% tergolong “cukup

baik”, dan 5% tergolong “tidak baik”.

(a) (b)

Gambar 2. Persentase Kategorisasi Siswa pada Indikator Orientasi Tujuan Intrinsik.

(a) pada kelas Eksperimen, (b) pada kelas kontrol.

Indikator kedua dari komponen nilai

adalah orientasi tujuan ekstrinsik

(Gambar 3) yang merupakan kemauan

siswa dalam mempelajari materi virus

303

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

dan mengerjakan tugas bukan hanya

untuk memenuhi tujuan pembelajaran,

tetapi untuk berkompetisi, mendapatkan

sanjungan, dan penghargaan dari guru

ataupun orang lain. Berdasarkan Gambar

3, dapat diketahui untuk kkelas

eksperimenn memilikii ppersentase

kategorisasi yangglebih tinggi dibanding

kelasakontrol. Untukkkelas eksperimen,

sebesar 57% tergolong “sangat baik”,

29% tergolong “baik” dan 14%

tergolong “cukup baik”. Sedangkan

untuk kelas kontrol, sebesar 33%

tergolong “sangat baik”, 52% tergolong

“baik” dan 14% tergolong “cukup baik”.

(a) (b)

Gambar 3. Persentase Kategorisasi Siswa pada Indikator Orientasi Tujuan Ekstrinsik.

(a) pada kelas Eksperimen, (b) pada kelas kontrol.

Indikator ketiga dari komponen nilai

adalah nilai tugas (Gambar 4) yang

merupakan respon siswa mengenai

seberapa penting materi virus tersebut

utuk dipelajari. Berdasarkan Gambar 4,

dapat diketahui bahwaa kelas

eksperimen memiliki persentase

kategorisasi yang lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol. Untuk kelas

eksperimen, sebesar 17% (7 siswa)

tergolong “sangat baik”, 62% tergolong

“baik” dan 21% tergolong “cukup baik”.

Sedangkan untuk kelas kontrol, sebesar

2% tergolong “sangat baik”, 57%

tergolong “baik”, 36% tergolong “cukup

baik”, dan 5% tergolong “kurang baik”.

(a) (b)

304

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

Gambar 4. Persentase Kategorisasi Siswa pada Indikator Nilai Tugas.

(a) pada kelas Eksperimen, (b) pada kelas kontrol.

Komponen kedua dalam motivasi belajar

adalah komponen harapan. Komponen

harapan terdiri atas dua indikator.

Indikator pertamanya adalah kontrol

keyakinan belajar (Gambar 5) yang

merupakan unsur keyakinan siswa dalam

cara untuk berhasil dalam mempelajari

serta memahami materi virus tersebut

baik itu bagian yang mudah maupun

bagian yang sulit. Berdasarkan Gambar

5, dapat diketahui bahwaakelas

eksperimenm memiliki persentase

kategorisasi yang lebihhtinggi

dibandingkan kelas kontrol. Untuk kelas

eksperimen, sebesar 57% tergolong

“sangat baik”, 29% tergolong “baik”,

12% tergolong “cukup baik”, dan 2%

tergolong “kurang baik”. Sedangkan

untuk kelas kontrol, sebesar 19%

tergolong “sangat baik”, 50% tergolong

“baik” dan 31% tergolong “cukup baik”.

(a) (b)

Gambar 5. Persentase Kategorisasi Siswa pada Indikator Kontrol Keyakinan Belajar.

(a) pada kelas Eksperimen, (b) pada kelas kontrol.

Indikator kedua dari komponen harapan

adalah kontrol keyakinan siswa untuk

belajar dan kinerja (Gambar 6) yang

merupakan tingkat keyakinan siswa

untuk belajar dan berusaha agar lebih

giat lagi dalam mempelajari materi virus

tersebut. Berdasarkan Gambar 6, dapat

diketahui bahwaa kelasseksperimen

memiliki persentase kategorisasi yang

lebihh tinggii dibandingkan

kelasskontrol. Untuk kelas eksperimen,

sebesar 48% tergolong “sangat baik”,

50% tergolong “baik” dan 2% tergolong

“cukup baik”. Sedangkan untuk kelas

kontrol, sebesar 19% tergolong “sangat

baik”, 52% tergolong “baik” dan 29%

tergolong “cukup baik”.

305

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

(a) (b)

Gambar 6. Persentase Kategorisasi Siswa pada Indikator Kemajuan Diri untuk Belajar

dan Kinerja. (a) pada kelas Eksperimen, (b) pada kelas kontrol.

Komponen akhir dalam motivasiibelajar

adalah komponen afektif tediri atas satu

indikator yaitu tes kecemasan (Gambar

7) yang merupakan tingkat pesimis siswa

dalam upaya mempelajari maupun

mengerjakan tugas dari materi virus.

Berdasarkan Gambar 7, dapattdiketahui

bahwaa kelas eksperimen memiliki

kategorisasi yangl lebihh tinggi

dibandingkannkelas kontrol. Untuk kelas

eksperimen, sebesar 19% tergolong

“sangat baik”, 40% tergolong “baik”,

36% tergolong “cukup baik”, dan 5%

tergolong “kurang baik”. Sedangkan

untuk kelas kontrol, sebesar 38%

tergolong “baik”, 60% tergolong “cukup

baik” dan 2% tergolong “kurang baik”.

(a) (b)

Gambar 7. Persentase Kategorisasi Siswa pada Indikator Tes Kecemasan.

(a) pada kelas Eksperimen, (b) pada kelas kontrol.

Hasilluji Independentt samplee tt-test

untuk skor motivasi belajar sebelum

pembelajaran serta setelah pembelajaran

menunjukkan bahwa adanya

peningkatannmotivasi belajarssiswa

kelas eksperimen (Tabel 1). Berdasarkan

hal ini, dapat diyakini bahwaaadanya

perbedaannpeningkatan motivasiibelajar

dengan mmenggunakan

modelppembelajaran Scientific Inquiry.

306

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

Tabel 1. Uji Independent sample t-test skor motivasi sebelum dan setelah kegiatan

belajar mengajar Kelas Mean Sebelum Kegiatan

Belajar Mengajar

Uji

Independent

Sample T-

test

Mean Setelah Kegiatan

Belajar Mengajar

Uji

Independent

Sample T-

test

Eksperimen 46,92 *Uji Normalitas = 3,58

(normal)

**Uji Homogenitas = 1,49

(homogen) ***Tidak

Sig= 1,71

79,94 *Uji Normalitas= 0,82

(normal)

**Uji Homogenitas =

1,37 (homogen) ***Sig=

5,07 Kontrol 46,77

*Uji Normalitas = 2,12 (normal)

**Uji Homogenitas = 1,49

(homogen)

73,30

*Uji Normalitas= 1,49 (normal)

**Uji Homogenitas =

1,37 (homogen)

Keterangan: *Uji Normalitas (Normal, x2hitung < x2

tabel (=0,05))

** Uji Homogenitas (Homogen, Fhitung < Ftabel (=0,05))

*** Uji Beda dua Rata-rata (Signifikan, thitung > ttabel (=0,05))

Motivasii belajari siswa padaakelas

eksperimen rata-rataa tergolong “baik”

daripada sebelumnya yang tergolong

“kurang baik”. Pemberian mmodel

pembelajarannyang tepattmempengaruhi

motivasiibelajar pada siswa. Hal ini

didukung dengan referensi dari Joyce et

al. (2016) bahwa model pembelajaran

disusun untuk mendesain dan

menyampaikan pelajaran yang baik,

memotivasi para siswa, dan

melaksanakan pelatihan yang efektif.

Peningkatan Hasil Belajar

Hasil riset untuk hasil belajar (Gambar 8)

menunjukkannadanya ppeningkatan

hasillbelajar pada kelasseksperimen.

Berdasakan Gambar 8, dapat diketahui

skorrpretest kelasseksperimen & kelas

kontroll adalah 43,74 & 39,30. Skor

posttesttkelas kelas eksperimenndan

kelasbkontrol adalah 81,71 dan 52,54.

Persentase N-Gain rrata-rata kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah

71,80 dan 37,79.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

Gambar 8. Nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil uji beda dua rata-rata dengan

menggunakan uji parametrik (skor

pretest) & uji non-parametrik (N-Gain)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

signifikan (Tabel 2). Berdasarkan hal

tersebut, dapat diyakini terdapat

peningkatannhasil belajar siswa pada

materi virus dengan penggunaan model

pembelajarannScientific Inquiry.

Tabel 2. Uji Beda dua rata-rata pretest dan N-Gain Kelas Mean Pretest Uji

Independent

Sample T-

test

Mean N-gain Uji

Mann-

Withney

Eksperimen 43,74

*Uji Normalitas = 5,13

(normal) **Uji Homogenitas = 1,04

(homogen) Sig= 1,22

71,80

*Uji Normalitas= 17,89

(normal) **Uji Homogenitas =

3,58 (tidak homogen) Sig= 5,71

Kontrol 39,30

*Uji Normalitas = 6,70

(normal)

**Uji Homogenitas = 1,04 (homogen)

37,79

*Uji Normalitas= 4,58

(normal)

**Uji Homogenitas = 3,58 (tidak homogen)

Keterangan: *Uji Normalitas (Normal, x2hitung < x2

tabel (=0,05))

** Uji Homogenitas (Tidak Homogen, Fhitung > Ftabel (=0,05))

*** Uji Beda Dua Rata-Rata (Signifikan, thitung > ttabel (=0,05))

**** Uji Mann-Whitney (Signifikan, Zhitung > Ztabel (=0,05))

Penyampaian materi “virus” dengam

menggunakan model pembelajaran

Scientific Inquiry dapat memberikan

dampak positif bagi siswa. Siswa dapat

membedakan virus dengan makhluk

hidup lainnya, menggali lebih dalam

peranan virus dalam kehidupan dan

mencari informasi tentang pencegahan

penyakit yang disebabkan oleh virus.

Secara tidak langsung, siswa

memperoleh pengetahuan lebih banyak

selain mencari melalui buku pelajaran.

Pembelajaran yang menggunakann

model pembelajaran Scientific Inquiry

ini mengajak seluruh siswaauntuk

berperan aktif dalam mencari,

mengumpulkan, dan bertukar informasi

sehingga tidak meinmbulkan rasa bosan

307

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

terhadap siswa dalam mengumpulkan

informasi serta menimbulkan suasana

pembelajaran yang aktif. Berdasarkan

hal tersebut, modellpembelajaran

ScientificIInquiry dapatt menaikkan

hasillbelajar siswa. Pendapat iniisejalan

dengan sebuah riset yang dilakukan oleh

Pratiwi et al. (2016) yyang mengatakan

bahwa model pembelajaran Scientific

Inquiry dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Pendapat serupa dalam

riset yyang dilakukann ooleh Anggraini

et al. (2015) bahwa keterampilan proses

sains (KPS) dapat meningkattdengan

digunakannya Scientific Inquiry sebagai

model pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil riset mengenai

motivasi belajar setelah kegiatan belajar

mengajar yang memiliki kategorisasi

sebesar 10% tergolong “cukup baik”,

sebesar 67% tergolong “baik” dan

sebesar 24% tergolong “sangat baik”

serta hasil belajar siswa dengan Zhitung =

5,71 disimpulkan “model pembelajaran

Scientific Inquiry meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa

padaamateri virus”.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D.P dan Sani, R.A. 2015.

Analisis Model Pembelajaran

Scientific Inquiry & Kemampuan

Berpikir Kreatif terhadapp

Keterampilan Proses Sains Siswa

SMA. Jurnal Pendidikan Fisika,

4(2): 47-54.

Dabholkar, S., Gabriella, A dan Uri, W.

2018. GenEvo – An Emergent

System Microworld For Model-

Based Scientific Inquiry in the

Context of Genetics and

Evolution. International Society

of the Learning Sciences 2018

Proceedings. USA:

NorthWestern University.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E dan Hyun,

H.H. 2012. How to design and

evaluate research in education.

New York: McGraw-Hill.

Hussain, A., Muhammad, A dan Azra, S.

2011. Physics Teaching Methods:

Scientific Inquiry Vs Traditional

Lecture. International Journal of

Humanities & Social Science,

1(19): 269-276.

Joyce, B., Marsha, W dan Emily, C.

2016. Models of Teaching:

Model-Model Pengajaran (Edisi

Sembilan). (Terjemahan).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lederman,J., Lederman, N., Bartels, S.,

Pavez, J.J., Lavonen, J., Blanquet,

E., Neumann, I., Kremer, K.,

Naaman, R.M., Blonder, R.,

Gaigher, E., Hattingh, A.M., Al-

Lai, S.A., Lin, S., Tosunoglu, C.H

dan Yalaki, Y. 2017.

Understandings of Scientific

Inquiry: An International

Collaborative Investigation of

Seventh Grade Students. ESERA

2017 Conference, Dublin: Dublin

City University.

Lestari, K.E. 2014. Implementasi Brain-

Based Learning untuk

Meningkatkann Kemampuan

Koneksi dan Kemampuan

308

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 5(1) , Februari 2020 (297 – 309)

Berpikir Kritis Serta Motivasi

Belajar Siswa SMP. Jurnal

Pendidikan Fisika, 2(1): 36-46.

Meltzer, D.E. 2002. The relationship

between mathematics preparation

and conceptual learning gains in

physics: A possible ‘‘hidden

variable’’ in diagnostic pretest

scores. Am. J. Phys. 70(2): 1259-

1268.

Nabban, N.P., Nasution, D dan Jayanti,

R.D. 2019. The Effect of

Scientific Inquiry Learning Model

and Scientific Argumentation on

The Students’ Science Process

Skill. Journal of Physics, 1155, 1-

6.

Pintrich, P,R., David, A, F, Smith.,

Teresa, G dan Wilbert, J. M.

1991. A Manual for the Use of the

Motivated Strategies for Learning

Questionaire (MSLQ). Michigan:

The Regents of the University of

Michigan.

Pintrich, P.R dan Teresa, G. 1991.

Student Motivation and Self-

Regulated Learning: A LISREL

Model. Michigan: The Regents of

the University of Michigan.

Pratiwi, Y dan Motlan. 2016. Pengaruh

Model Pembelajaran Scientific

Inquiry terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Fluida

Dinamis Kelas XI Semester II di

SMA Negeri 1 Pancur Batu

Tahun Pelajaran 2015/2016.

Jurnal Inpafi, 4(4), 1-7.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran

Variabel-variabel Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Suhila, E., Rochman, C dan Yuningsih,

K. 2016. Penerapann Model

Pembelajaran Scientific Inquiry

untuk Meningkatkan

Kemampuan Literasi Sains

Peserta Didik pada Sub Materi

Pokok Fluida Dinamis. Journal of

Teaching and Learning Physics,

1(1): 7-12.

309