peningkatan budaya membaca peserta didik di …eprints.uny.ac.id/45479/1/milani amri...

151
PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Milani Amri Listia NIM 12110244029 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER 2016

Upload: dangphuc

Post on 22-May-2018

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA

PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI

KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Milani Amri Listia

NIM 12110244029

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER 2016

i

PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA

PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN

WATES KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Milani Amri Listia

NIM 12110244029

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER 2016

ii

iii

iv

v

MOTTO

“The reading of all good books is like conversation

with the finest men of past centuries.”

(Rene Descartes)

“Do’a, semangat, dan kesabaran dapat mengalahkan jarak

untuk mencapai tujuan”

(penulis)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat serta karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik. Sebuah

karya ini penulis persembahkan kepada:

Kedua orangtuaku tercinta, yang telah memberikan do’a terbaik dan dukungan

terbaiknya untuk kesuksesanku.

vii

PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA

PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI KECAMATAN

WATES KABUPATEN KULON PROGO

Oleh

Milani Amri Listia

NIM 12110244029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui upaya sekolah dalam meningkatkan

budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni, (2) mengetahui faktor pendukung

dan penghambat dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri

Giripeni.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek dalam

penelitian ini adalah peserta didik, guru, pustakawan, kepala sekolah dan orang tua. Objek

dalam penelitian ini adalah budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik

analisis data meliputi reduksi data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Untuk

melakukan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik, triangulasi sumber dan

triangulasi waktu.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) upaya sekolah dalam

meningkatkan budaya membaca peserta didik dengan cara mengadakan kerjasama

dengan Kantor Perpusatakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo berupa layanan

perpustakaan keliling. (2) faktor pendukung dalam meningkatkan budaya membaca

berupa dukungan dari orang tua dengan memberikan contoh yang baik kepada anaknya

selama di rumah, dan adanya dukungan dari intern sekolah dengan memberikan motivasi

kepada para peserta didik. yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan budaya

membaca adalah perpustakaan sekolah yang masih perlu dikembangkan.

Kata Kunci: peningkatan, budaya membaca, peserta didik sekolah dasar

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-

nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi dapat

terwujud berkat adanya dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, terimakasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan studi di Program Studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu

Pendidikan UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Program Studi Kebijakan

Pendidikan yang telah memberikan saran dan motivasinya selama ini.

4. Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum. Penasehat Akademik yang telah membimbing

dan memberikan arahannya.

5. Murtamaji, M.Si. Dosen Pembimbing Skripsi yang secara langsung telah

membimbing dan memberikan arahan dari awal penyusunan skripsi hingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

6. Sumartuti, S.Pd. Kepala Sekolah SD Negeri Giripeni kecamatan Wates yang telah

memberikan izin penelitian.

7. Seluruh guru, karyawan, dan peserta didik di SD Negeri Giripeni yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan

oleh penulis.

8. Kakak dan adikku yang selalu mendukung setiap langkahku.

ix

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6

C. Batasan Masalah........................................................................................ 6

D. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ......................................................................................... 8

1. Pengertian Kebijakan ......................................................................... 8

2. Kajian Budaya .................................................................................... 8

a. Pengertian Budaya ....................................................................... 8

b. Tiga Wujud Budaya ..................................................................... 10

c. Pengertian Budaya Sekolah .......................................................... 11

d. Pengertian Budaya Membaca ....................................................... 12

3. Hakikat Membaca .............................................................................. 13

xi

a. Pengertian Membaca .................................................................... 13

b. Mengenal Manfaat Membaca ....................................................... 14

c. Tujuan Membaca .......................................................................... 16

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca ............................. 17

e. Tahap Perkembangan Minat Baca ............................................... 21

4. Hakikat Peserta Didik ........................................................................ 23

a. Pengertian Peserta Didik ............................................................... 23

b. Masa Perkembangan Anak Usia Sekolah .................................... 24

c. Hak dan Kewajiban Peserta Didik ............................................... 24

d. Cara Membangkitkan Minat Baca pada Peserta Didik ................ 25

e. Pengertian Perpustakaan Keliling ................................................ 27

B. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 34

C. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 37

D. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 41

B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 41

C. Setting Penelitian ..................................................................................... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 42

E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 43

F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 43

G. Teknik Keabsahan Data ........................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah .................................................................................... 46

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................. 46

2. Visi dan Misi SD Negeri Giripeni ...................................................... 46

3. Data Sarana dan Prasarana Sekolah ................................................... 48

4. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan .......................................... 49

B. Hasil Penelitian ........................................................................................ 49

1. Pemahaman Tentang Pentingnya Membaca ...................................... 49

xii

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peningkatan Budaya

Membaca Peserta didik di SD Negeri Giripeni ................................... 55

C. Pembahasan .............................................................................................. 58

1. Pemahaman Tentang Pentingnya Membaca ...................................... 68

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peningkatan Budaya

Membaca Peserta didik di SD Negeri Giripeni ................................... 61

D. Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................................. 65

B. Saran ......................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

LAMPIRAN ......................................................................................................... 70

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Data Standar Layanan Peminjaman ........................................................ 31

Tabel 2. Data Standar Layanan Pengembalian ..................................................... 31

Tabel 3. Data Sarana dan Prasarana Sekolah ....................................................... 48

Tabel 4. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan .............................................. 49

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian ............................................................... 37

Gambar 2. Struktur Organisasi Perpustakaan SD Negeri Giripeni ....................... 124

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ..................................................................... 71

Lampiran 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi ........................................... 76

Lampiran 3. Hasil Observasi ............................................................................... 78

Lampiran 4. Transkip Wawancara ...................................................................... 80

Lampiran 5. Reduksi, Penyajian Data dan Kesimpulan ...................................... 98

Lampiran 6. Analisis Data ................................................................................. 111

Lampiran 7. Trianggulasi Data .......................................................................... 113

Lampiran 8. Triangulasi Waktu ......................................................................... 115

Lampiran 9. Catatan Lapangan .......................................................................... 116

Lampiran 10. Foto ................................................................................................. 121

Lampiran 11. Struktur Organisasi Perpustakaan ................................................... 124

Lampiran 12. Profil Sekolah ................................................................................ 125

Lampiran 13. MOU Tentang Pelayanan Perpustakaan Keliling .......................... 130

Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 133

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya

mengartikan, menafsirkan, dan menerapkan ide-ide dari lambang Carter

(Suwaryono, 1989: 1). Ketika membaca seseorang akan dituntut untuk berfikir agar

dapat memahami suatu bacaan. Semakin banyak seseorang membaca semakin

banyak pula informasi yang diperoleh untuk dapat meningkatkan kualitas suatu

masyarakat, oleh karena itu di beberapa Negara maju membaca sudah menjadi

sebuah kebutuhan yang dapat dilakukan di mana saja. Menciptakan masyarakat

yang gemar membaca agar membaca menjadi suatu kebutuhan dalam hidup

seseorang (reading society) tidak dapat dilakukan secara instant perlu adanya

kesadaran dari masing-masing individu bahwa membaca memiliki manfaat yang

besar dan dapat meningkatkan kualitas suatu masyarakat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa presentase penduduk

berumur 10 tahun ke atas yang menonton televisi sebesar 91,68% pada tahun 2012,

sedangkan membaca surat kabar atau majalah sebesar 17,66% pada tahun yang

sama. Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih senang untuk

menonton televisi dibandingkan dengan membaca. Menumbuhkan rasa senang

membaca perlu ditanamkan kepada anak sejak awal, Oleh karena itu peran keluarga

sangat dibutuhkan dalam mengenalkan membaca kepada anak sebelum anak duduk

dibangku sekolah dasar. Keluarga merupakan agen pertama dan paling utama dalam

berlangsungnya proses pendidikan, melalui keluarga seorang anak memperoleh

2

pengalaman dalam proses belajarnya, sehingga peran aktif dan dukungan dari

keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu anak dalam proses belajar khususnya

belajar membaca. Lingkungan keluarga yang dapat menciptakan suasana harmonis

dan kondusif bagi anak dapat membantu anak untuk belajar membaca secara lebih

efektif.

Kompetensi membaca merupakan salah satu kompetensi yang ditekankan

ketika anak duduk dibangku sekolah dasar, hal ini karena membaca akan langsung

digunakan oleh peserta didik untuk belajar dan memahami mata pelajaran yang

diajarkan disekolah. Ketika anak duduk dibangku sekolah dasar anak mulai masuk

masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah dasar atau masa

sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa

pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Lebih lanjut,

bahwa sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang

ceritera-ceritera khayal (Rita, 2008: 104). Namun, pada kenyataannya semangat

anak-anak dalam membaca di luar proses pembelajaran masih sangat rendah. Hal

tersebut terlihat dari aktivitas sehari-hari peserta didik pada saat jam istirahat lebih

banyak digunakan untuk bermain maupun membeli makanan di kantin sekolah

dibandingkan dengan meluangkan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan

sekolah. Perpustakaan sekolah seharusnya dapat menjadi sumber belajar bagi

peserta didik untuk mengisi waktu luang yang dimiliki dengan menggali ilmu

melalui bahan bacaan yang bermutu. Namun, sering kali perpustakaan di beberapa

sekolah dasar masih jauh dari perhatian.

3

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pada pasal 45 menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal

menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai

dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,

sosial, ekonomi, dan kejiwaan peserta didik. Adapun standar sarana dan prasarana

Menurut Rusdiana (2015: 58) adalah yang berkaitan dengan kriteria minimal

tentang ruang belajar, tempat olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium,

bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain, yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi. Salah satu sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh

lembaga pendidikan formal dalam menunjang proses pembelajaran adalah adanya

perpustakaan sekolah. Lebih lanjut Rusdiana (2015: 44) menjelaskan bahwa

perpustakaan sekolah sesungguhnya adalah sarana penunjang pendidikan di

sekolah yang berupa kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun

bukan buku. Kumpulan bahan pustaka tersebut diorganisasi secara sistematis dalam

satu ruang sehingga dapat membantu murid-murid dan para guru dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah seharusnya dapat

dimanfaatkan oleh seluruh warga sekolah untuk mempelajari dunia melalui

membaca, dapat menggunakan perpustakaan sekolah sebagai tempat untuk

menemukan inspirasi dan menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, SD Negeri Giripeni merupakan

salah satu sekolah di Kecamatan Wates yang memiliki satu buah ruang

perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan sekolah, perpustakaan sekolah

4

dilengkapi dengan koleksi buku penunjang pelajaran, papan tulis, meja, kursi, rak

buku, lemari buku. Perpustakaan sekolah sangat strategis karena di lalui oleh para

peserta didik, kondisi perpustakaan sekolah masih belum memadai, hal ini terlihat

perpustakaan sekolah belum dilengkapi dengan komputer khusus, kemudian

keterbatasan koleksi buku bacaan di perpustakaan yang dianggap sebagai salah satu

faktor rendahnya budaya membaca di perpustakaan sekolah. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan dengan pustakawan SD Negeri Giripeni, sekolah

mengadakan kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon

Progo tentang perpustakaan keliling untuk mengembangkan minat dan

meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni. Hal ini sesuai

dengan visi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo yakni

“Terwujudnya Perpustakaan yang menunjang Pengembangan Minat dan Budaya

Baca dan Terwujudnya Tertib Arsip guna Menyelamatkan Informasi dan

Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)”.

Dalam mewujudkan visi tersebut perpustakaan kabupaten Kulon Progo

memberikan berbagai layanan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat, salah satunya adalah perpustakaan keliling yang dimanfaatkan oleh SD

Negeri Giripeni agar para peserta didik khususnya di kelas rendah dapat mengisi

waktu luangnya untuk membaca sehingga dapat berperan aktif dan mandiri untuk

memilih buku bacaan sesuai dengan keinginan dan minat masing-masing. Dengan

adanya perpustakaan keliling yang datang ke sekolah tentunya menghadirkan

suasana baru bagi peserta didik karena perpustakaan keliling membawa koleksi

buku yang lebih beragam dan disesuaikan dengan minat dan usia perkembangan

5

para peserta didik. Suasana baru inilah yang diharapkan oleh sekolah dapat

menumbuhkan kesenangan membaca sejak awal berada di SD Negeri Giripeni.

Dengan adanya kerjasama tersebut merupakan hubungan yang baik untuk sama-

sama mendukung upaya meningkatkan budaya membaca peserta didik khususnya

di SD Negeri Giripeni. Dengan menumbuhkan rasa senang membaca pada peserta

didik diharapkan kedepannya para peserta didik dapat memaknai manfaat besar

yang dapat diperoleh dari aktivitas membaca dan menjadikan membaca sebagai

sebuah kebutuhan dalam hidupnya.

Budaya membaca bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena

memerlukan proses yang cukup panjang agar minat membaca dapat tertanam dalam

diri masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, perlunya dukungan dan

kerjasama yang baik antar berbagai pihak sangat diperlukan untuk membuat

program atau kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan kegemaran

peserta didik dalam membaca, agar minat peserta didik pada membaca dapat

semakin berkembang dan menjadikan aktivitas membaca sebagai aktivitas yang

penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, dapat menciptakan

masyarakat pembelajar yang ingin terus menggali ilmu dan pengetahuan yang

belum di mengerti sebelumnya dan dapat memperbaiki kualitas suatu masyarakat

dimasa yang akan datang.

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti dapat mengidentifikasi

masalah yaitu:

1. Budaya membaca peserta didik yang masih rendah.

2. Kondisi perpustakaan sekolah yang belum memadai.

3. Koleksi buku di perpustakaan sekolah masih terbatas.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tidak semua

permasalahan di atas akan diteliti. Penelitian ini dibatasi pada budaya membaca

peserta didik yang rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan di bahas

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan SD Negeri Giripeni dalam meningkatkan

budaya membaca peserta didik?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan budaya

membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan SD Negeri Giripeni dalam

meningkatkan budaya membaca peserta didik.

7

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan

budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan memperluas wawasan tentang budaya membaca peserta didik di

sekolah dasar.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Kebijakan

Secara etimologis, kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy, juga

dapat dijumpai dalam bahasa lain, seperti Inggris, Latin, Yunani dan Sanskrit.

Dalam bahasa Inggris, istilah policy berarti kebijakan. Latin: politeia; pemerintahan

settled course adopted and followed by a government (suatu cara yang ditetapkan,

dibuat, dan dilaksanakan oleh pemerintah, perseorangan, kelompok dan

sebagainya). Polis dalam bahasa Yunani berarti kota. Pur dalam bahasa Sanskrit

berarti kota. Policie dalam bahasa Inggris berarti mengurus masalah atau

kepentingan umum, atau juga berarti administrasi pemerintah.

Ahmad Rusdiana (2015: 32) menjelaskan kebijakan adalah rangkaian konsep

asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya

sebagai pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman

untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.

Menurut Poerwadarminta (Ahmad Rusdiana, 2015: 32), kebijakan berasal dari

kata bijak, yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi.

2. Kajian Budaya

a. Pengertian Budaya

Elly M Setiadi (2006: 27) berpendapat budaya adalah bentuk jamak dari kata

budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal

9

dari bahasa Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi

atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam

bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari

kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan menyuburkan, mengembangkan

tanah (bertani).

Sedangkan menurut E. B. Tylor (Elly M Setiadi. 2006) budaya adalah suatu

keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang

didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya Koentjaraningrat

(Daryanto, 2015: 1) mendefinisikan budaya sebagai “keseluruhan sistem gagasan

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.”

Soerjono Soekanto (Nur Zazin, 2011: 150) mendefinisikan budaya sebagai,

“sebuah sistem nilai yang dianut seseorang pendukung budaya tersebut yang

mencakup konsepsi abstrak tentang baik dan buruk. Secara institusi nilai yang

dianut oleh suatu organisasi yang diadopsi organisasi lain, baik melalui re-inventing

maupun re-organizing. Budaya juga tercipta karena adanya adopsi dari organisasi

lainnya, baik nilai, jargon, visi-misi, maupun pola hidup dan citra organisasi yang

dimanifestasikan oleh anggotanya. Sebuah nilai budaya yang merupakan sebuah

sistem bisa menjadi asumsi dasar organisasi untuk meningkatkan kinerja. Salah

satunya adalah terbentuknya budaya yang kuat yang bisa memengaruhinya. Budaya

yang kuat akan mendasari aspek utama dalam pelaksanaan fungsi organisasi baik

10

dalam hal efisiensi, inovasi, kualitas, dan dapat memberikan suatu reaksi yang tepat

untuk membiasakan mereka pada kejadian untuk membentuk suatu pertahanan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya

merupakan seluruh aspek serta kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia

melalui proses belajar yang dapat diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.

b. Tiga Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat (Daryanto, 2015: 2) menjelaskan bahwa kebudayaan itu ada

tiga wujudnya, yaitu:

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Tilaar (2002) menjelaskan bahwa, “wujud-wujud kebudayaan tersebut

pertama-tama harus dipelihara, untuk memelihara perlu dikenal dan

dicintai. Selanjutnya gagasan-gagasan tersebut, konsep-konsep serta buah

pikiran harus terus dikembangkan apalagi di dalam masyarakat dewasa ini

yang merupakan masyarakat terbuka. Selain daripada itu kompleks

aktivitas atau kegiatan perlu dipelajari dan dikembangkan. Proses

pembelajaran mengenai kegiatan-kegiatan tersebut diperoleh melalui

proses pendidikan.”

Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah sekolah,

Daryanto (2015: 2) berpendapat kebudayaan memiliki dimensi yang dapat diukur

menjadi ciri budaya sekolah seperti:

1) Tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil sekolah,

komite sekolah, dan lainnya dalam berinisiatif.

2) Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif,

inovatif dan berani mengambil resiko.

11

3) Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sarana

sekolah dan upaya mewujudkannya.

4) Sejauh mana unit-unit dalam sekolah di dorong untuk bekerja dengan cara yang

terkoordinasi.

5) Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan

serta dukungan terhadap personil sekolah.

6) Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk

mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.

7) Sejauh mana para personil sekolah mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan

dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang

keahlian professional.

8) Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.

9) Sejauh mana personil sekolah di dorong untuk mengemukakan konflik dan

kriteria secara terbuka.

10) Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang

formal (diadopsi dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh

Stephen P. Robbins)

c. Pengertian Budaya Sekolah

Daryanto (2015: 3) berpendapat budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan

yang didukung sekolah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur

dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan. Budaya sekolah

merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima

secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami,

yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara

seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, peserta didik

dan jika perilaku membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Deal

dan Kennedy (Daryanto, 2015: 5) menjelaskan budaya sekolah adalah keyakinan

dan nilai-nilai miliki bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka

sebagai warga suatu masyarakat.

Sedangkan menurut Sharifah (Daryanto, 2015: 6), budaya sekolah boleh

diartikan sebagai cara hidup sekolah yang meliputi segala perbuatan sekolah di luar

12

dan di dalam ruangan yang mencerminkan nilai, kepercayaan dan norma yang

bekerjasama sesama warganya, ada yang telah diwarisi turun-temurun, ada yang

dibentuk oleh warga sekolah itu sendiri. Dari berbagai pendapat mengenai budaya

sekolah dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan suatu cara atau pola

hidup warga sekolah yang didalamnya terdapat nilai-nilai, dan keyakinan yang

dianutnya.

d. Pengertian Budaya Membaca

Budaya merupakan pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah

menjadi kebiasaan yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah (KBBI,

2007: 169). Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta buddhayah yaitu

bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Ahmadi membedakan

pengertian budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa

cipta, karsa, dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa

tersebut (Ahmadi, 2007: 58).

Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis (dengan

melisankan atau hanya dalam hati), mengeja atau melafalkan apa yang tertulis,

mengucapkan, mengetahui, meramalkan, memperhitungkan, dan memahami

(KBBI, 2007: 83). Sedangkan Carter (Suwaryono, 1989: 1) berpendapat membaca

adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan,

menafsirkan arti, dan menerapkan ide-ide dari lambang. Berdasarkan uraian

tersebut, budaya membaca merupakan suatu kebiasan yang didalamnya terjadi

proses berfikir yang kompleks, terdiri dari sejumlah kegiatan seperti keterampilan

13

menangkap atau memahami kata-kata atau kalimat yang tertulis,

menginterpretasikan, dan merefleksikan.

3. Hakikat Membaca

a. Pengertian Membaca

1) Anderson Richard (Suwaryono, 1989: 1), menjelaskan bahwa membaca

adalah proses membentuk arti dari teks-teks tertulis.

2) Cole (Suwaryono, 1989: 1), menjelaskan bahwa membaca ialah proses

psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan

penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan

mengenai kata yang dapat dipahami, dan pengalaman pembacanya.

3) Crawley dan Mountain (Farida Rahim, 2011: 2), menjelaskan bahwa

membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan

banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan

aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

4) Carol (Suwaryono, 1989: 1), berpendapat membaca adalah dua tingkat

proses dari penerjemahan dan pemahaman. Pengarang menulis pesan

berupa kode (tulisan), dan pembaca mengartikan kode itu, sedangkan,

5) Carter (Suwaryono, 1989: 1), menyatakan bahwa membaca adalah sebuah

proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan,

dan menerapkan ide-ide dari lambang.

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca

adalah proses yang melibatkan banyak aspek untuk memahami makna dari kata-

14

kata tertulis kedalam bentuk lisan sehingga dapat mendapatkan makna dari kata-

kata tertulis.

b. Mengenal Manfaat Membaca

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan

melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan

wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka

lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang (Farida

Rahim, 2011: 1), kemudian membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa

yang sangat penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya. hal ini karena

membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan

sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali

pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan (Samsu Samadoyo, 2011: 1).

Lebih lanjut Dian Sinaga (Adi Prastowo, 2012: 375) menjelaskan bahwa

membaca sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menambah cakrawala ilmu

dan pengetahuan. Selain itu, terdapat empat belas manfaat lainnya dari membaca.

Di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Mempermudah memahami berbagai mata pelajaran. Dengan membaca, peserta

didik dapat menambah, memperluas, dan memperdalam pelajaran yang sudah

diperoleh dari guru. Dengan demikian, wawasan dan cakrawala berpikir

peserta didik bertambah baik.

2) Mempertinggi kemampuan peserta didik dalam membandingkan, meneliti, dan

mempertajam pelajaran yang sudah didapatnya di kelas.

15

3) Meningkatkan apresiasi seni sastra dan seni-seni lainnya. Dengan membaca,

peserta didik meningkat kemampuan untuk menikmati berbagai karya seni.

4) Meningkatkan kemampuan untuk mengenal siapa dirinya dan mengenal

lingkungannya yang lebih luas.

5) Meningkatkan keterampilan dan memperluas minat terhadap berbagai

kegemaran dan aktivitas yang bermanfaat bagi pengembangan pribadi.

6) Mengembangkan watak dan pribadi yang baik.

7) Meningkatkan selera dan kemampuan dalam membedakan yang baik dan yang

buruk.

8) Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif.

9) Mendidik untuk belajar mandiri. Dengan membaca, peserta didik dapat

mempelajari sesuatu secara mandiri

10) Menambah perbendaharaan kata.

11) Mendidik untuk berpikir kritis dan mengetahui (wall informed) berbagai

permasalahan yang terjadi dilingkungannya, baik lingkungan sekitar maupun

lingkungan yang lebih luas.

12) Memicu timbulnya ide baru.

13) Memperluas pengalaman.

14) Sarana rekreasi yang mudah dan murah. Dengan membaca, buku-buku yang

digemarinya, peserta didik dapat berekreasi dengan mudah dan murah. Buku-

buku yang mengandung unsur rekreasi akan memberikan kesegaran dan

kebahagiaa bagi peserta didik.

16

c. Tujuan Membaca

Tarigan (Samsu Somadoyo, 2011: 12-13), menyatakan bahwa tujuan utama

dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,

serta memahami makna bacaan. Berikut ini dikemukakan beberapa tujuan

membaca, mencakup:

1) Memperoleh rincian atau fakta-fakta (reading for detail or facts);

2) Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), dan

3) Mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or

organization);

4) Menyimpulkan inferensi (reading for inference),

5) Mengelompokkan atau mengklasifikasi (reading to classify)

6) Menilai atau mengevaluasi (reading or evaluate); dan

7) Membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Sedangkan Blanton dan Irwin (dalam Farida Rahim, 2011: 11) mengatakan

tujuan membaca mencakup:

1) Kesenangan;

2) Menyempurnakan membaca nyaring;

3) Menggunakan strategi tertentu;

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;

5) Mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang

struktur teks;

9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

17

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca

permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor-faktor yang

mempengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold (Farida Rahim,

2011) ialah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis

kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak

untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa

keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan

secara fisik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak gagal dalam

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Gangguan pada alat

bicara, alat pendengaran dan alat pengelihatan bisa memperlambat kemampuan

belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya, mungkin sukar bagi anak yang

mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengarannya. Selain gangguan

yang terjadi pada indra yang berkaitan dengan membaca, kesukaran belajar

membaca dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan anak dalam

membedakan simbol-simbol cetakan seperti buruf b,d, dan p. perbedaan

pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan

kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan

kesiapan membaca anak.

18

2) Faktor Intelektual

Penelitian Ehansky (1963) dan Muchl dan Forrell (1973) yang dikutip dalam

Haris dan Sipay (1980) menunjukkan secara umum ada hubungan positif (tetapi

rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan

remedial membaca. Pendapat ini sesuai yang dikemukakan oleh Rubin (1993)

bahwa banyak hasil penelitian memperhatikan tidak semua peserta didik

mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Secara

umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya

anak dalam membaca permulaan.

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca peserta didik.

Faktor lingkungan itu mencakup:

a) Latar belakang dan pengalaman peserta didik di rumah.

Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam

masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga

menghalangi anak belajar membaca. Rubin (Farida Rahim, 2011: 18)

mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-

anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak

untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang

memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di

sekolah.

Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang

tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan

19

senang membacakan cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan

anak yang senang membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga

penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu

kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak-anak memingkinkan anak-

anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.

b) Sosial Ekonomi Keluarga Peserta Didik

Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor

yang membentuk lingkungan rumah peserta didik. Beberapa penelitian

memperlihatkan bahwa status sosioekonomi peserta didik memengaruhi

kemampuan verbal peserta didik. Semakin tinggi status sosioekonomi peserta didik

semakin tinggi kemampuan verbal peserta didik. Anak-anak yang berasal dari

rumah yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai

kemampuan membaca yang tinggi Crawley & Mountain (Farida Rahim, 2011)

4) Faktor Psikologis

Terdapat faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca

peserta didik adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup:

a) Motivasi

Motivasi merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan. Dalam pembelajaran membaca guru dapat memberikan

praktik pengajaran yang sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami oleh

peserta didik agar peserta didik lebih mudah dalam memahami pelajaran yang

diberikan. Menurut Farida Rahim, tindakan membaca bersumber dari kognitif. Ahli

psikologi pendidikan seperti Bloom dan Piaget menjelaskan bahwa pemahaman,

20

interpretasi, dan asimilasi merupakan dimensi hierarkis kognirif. Namun, semua

aspek tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri

pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil

resiko.

b) Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), minat adalah kecenderungan

hati yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Crow & Crow (Rachman Abror, 1993:

112), dalam bukunya Education Psychology, hlm. 248, minat atau interest bisa

berhubungan dengan adanya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa

tertarik pada orang, benda atau kegiatan atau pun bisa berupa pengalaman yang

afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Selajutnya, menurut (Rachman

Abror, 1993: 112) dari pengertian tersebut maka minat itu, sebenarnya,

mengandung unsur-unsur: kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi

(kehendak) (Bigot, et al.), hlm. 201). Unsur kognisi, dalam arti, minat itu didahului

oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut.

Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan

tertentu (biasanya perasaan senang). Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan

dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat

untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di

sekolah.

Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk

membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan

21

dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas

kesadaran diri.

c) Kematangan Sosial, Ekonomi, dan Penyesuaian Diri

Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas emosi, (2)

kepercayaan diri, dan (3) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Seorang

peserta didik harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-

anak yang mudah marah, menangis dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka

tidak mendapatkan sesuattu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat

kesulitan dalam membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontol

emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya.

Menurut Glazer & Searfoss (Farida Rahim, 2011: 30) mengemukakan bahwa

peserta didik perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan demikian,

peserta didik menjadi yakin, penuh percaya diri, dan bisa melaksanakan tugas

dengan baik.

Dari beberapa definisi diatas, terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kemampuan membaca peserta didik, faktor tersebut perlu

diperhatikan baik orang tua atau guru di sekolah agar para peserta didik dapat

belajar membaca dengan baik.

e. Tahap Perkembangan Minat Baca

Yaumil Achir (Reni, 2001: 37) telah menguraikan perkembangan minat

membaca pada anak sebagai berikut:

1) Usia 1-3 Tahun

22

Pada usia 1-3 tahun anak lebih cenderung merobek kertas, sehingga disarankan

memilih buku dengan bahan dari plastik atau bahan yang lebih kuat sehingga tidak

mudah rusak, sedangkan isi bacaannya disarankan yang setiap halamannya hanya

mengandung satu macam benda beserta namanya dengan format yang besar serta

memiliki warna yang cerah.

2) Usia 3-5 Tahun

Buku untuk anak diatas usia tiga tahun sudah bisa dengan beberapa kata

(kalimat) yang merupakan gagasan. Namun, tetap dengan ilustrasi gambar yang

menarik, warna yang ceria serta format yang besar. Pada usia diatas tiga tahun

bacaan sudah dapat memancing keterlibatan emosi dari seorang anak dan mudah

menemukan dalam dunia sehari-hari. Usia 3-5 tahun anak sudah duduk di Taman

Kanak-Kanak. Pengalaman yang dimiliki oleh seorang anak menjadi relatif lebih

banyak. Sehingga, bacaan yang diberikan dapat lebih panjang. Jenis cerita yang

digemari oleh anak pada usia ini adalah yang bersifat fancy.

3) Usia 5-7 Tahun

Perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada pada dunia akademis dan

intelektual. Yang menonjol pada periode ini adalah banyaknya kata-kata, gagasan-

gagasan, konsep-konsep yang merupakan representasi dari hal-hal yang telah

dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau yang diterima

secara tidak langsung.

4) Usia 7-12 Tahun

Perkembangan intelektual anak usia 7-12 tahun diarahkan pada bagaimana

sekolah melihat sesuatu itu penting sehingga orang tua dapat menyelaraskan dengan

23

apa yang dituntut oleh sekolah. Buku-buku yang cocok pada anak juga merupakan

sesuatu yang membantu pelajaran di sekolahnya dalam lingkup sains dan teknologi,

tentang ruang angkasa, hujan, angin, suara dan sebagainya. cerita-cerita yang

merangsang imajinasi anak dan memberi kesan action juga digemari pada usia ini.

Oleh karena itu, pada usia 7 sampai 12 tahun ketika anak sudah mulai duduk

di sekolah dasar memerlukan peran pihak sekolah maupun orang tua untuk

memenuhi kebutuhan bahan bacaan anak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

pada tahap perkembangannya.

4. Hakikat Peserta Didik

a. Pengertian Peserta didik

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran

ilmu, secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang

mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan

arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari structural proses

pendidikan. (www.eurekapendidikan.com/2015/definisi-murid-siswa-dan-peserta-

didik.html?m=1).

Menurut Sudarwan (2013) Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan:

“Sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui

proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun

pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan

memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.”

Dari berbagai pengertian mengenai peserta didik maka peneliti

menyimpulkan bahwa peserta didik merupakan anak yang mengembangkan potensi

24

dasar yang dimiliki baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non

formal.

b. Masa Perkembangan Anak Usia Sekolah

Rita (2008: 104) berpendapat masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai

masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun

sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-

13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk

sekolah dasar. Lebih lanjut menurut (Rita, 2008: 109) bahwa sampai usia 8 tahun

anak membaca penuh semangat terutama tantang ceritera-ceritera khayal.

Pada usia 10-12 tahun perhatian membaca mencapai puncak. Materi bacaan

semakin luas. Anak laki-laki menyenangi hal-hal yang sifatnya menggemparkan,

misterius, dan kisah-kisah petualangan. Anak perempuan menyenangi ceritera

kehidupan seputar rumah tangga (Farida Rahim, 2011: 28).

c. Hak dan Kewajiban Peserta Didik

Ketika memasuki satuan pendidikan formal atau sekolah, peserta didik

memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban diatur dalam UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sisdiknak. Di dalam UU ini di sebutkan bahwa setiap peserta

didik pada satuan pendidikan berhak:

1) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan

diajarkan oleh pendidik yang seagama;

2) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya;

25

3) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu

membiayai pendidikannya;

4) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu

membiayai pendidikannya;

5) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang

setara;

6) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-

masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

d. Cara Membangkitkan Budaya Baca Peserta Didik

Pustakawan sekolah memiliki tugas yang salah satunya adalah dengan

membangkitkan rasa senang dan membangkitkan ketertarikan para peserta didik

untuk membaca agar perpustakaan sekolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar.

Ibrahim Bafadal (Andi Prastowo, 2012: 381-383) berpendapat terdapat

beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pustakawan sekolah untuk dapat

membangkitkan rasa senang dan gairah membaca para peserta didik.

1) Memperkenalkan buku-buku.

Cara ini bisa dilakukan oleh pustakawan dengan cara bekerjasama dengan guru

bidang studi. Guru bidang studi tersebut memanfaatkan koleksi yang dimiliki

oleh perpustakaan sekolah sebagai bahan ajar.

2) Memperkenalkan riwayat hidup para tokoh.

26

Perlu ditekankan adalah ketika memperkenalkan kegigihan tokoh tersebut

dalam hal membaca, belajar mandiri untuk menambah pengetahuan sehingga

menjadi tokoh yang besar dan masyhur.

3) Menyelenggarakan display dan pameran buku.

Cara ini dilakukan dengan menempatkan dan menyusun buku-buku

perpustakaan dengan posisi mencolok, sehingga membuat para peserta didik

tertarik untuk melihat.

Cara lain yang bisa diupayakan untuk meningkatkan budaya membaca

peserta didik yaitu dengan melibatkan peran keluarga para peserta didik dan guru

disekolah. Untuk cara ini, perlu disosialisasikan dengan cara membangun

keyakinan di kalangan orang tua, bahwa untuk memperbaiki taraf hidup, taraf

pendidikan harus ditingkatkan.Taraf pendidikan dapat ditingkatkan dengan

meningkatkan kegiatan belajar, dan belajar dapat ditingkatkan dengan upaya

pembinaan budaya baca anak dirumah.

Cara lainnya adalah dengan mengoptimalkan peranan guru dalam

membangkitkan budaya membaca peserta didik. Dalam hal ini, beberapa upaya

yang dapat dilakukan:

a) Perlu perbaikan metode belajar dan mengajar dari yang selama ini

bersifat textbooks centered kepada metode yang lebih membuka

kemungkinan penggunaan bahan bacaan yang lebih luas dan bervariasi.

b) Memberikan motivasi membaca kepada anak didik dengan pelaksanaan

ulangan.

c) Memberikan kebiasaan membaca yang intensif sejak awal.

27

d) Melengkapi koleksi perpustakaan sekolah dengan bahan bacaan yang

menarik dan bermanfaat sesuai dengan kurikulum. Pengadaan bahan

bacaan yang sesuai dengan selera (taste), kebutuhan (needs), dan

tuntutan (demand) bisa menambah intensitas anak didik untuk

berkunjung ke perpustakaan.

e) Seorang guru dapat bekerja sama dengan pustakawan sekolah dalam

mengenalkan dan menggunakan perpustakaan sekolah dengan benar,

bahan-bahan apa saja yang ada di perpustakaan, koleksi apa saja yang

dianggap menarik dan baru.

f) Guru dapat menanamkan budaya membaca kepada peserta didik dengan

cara memberikan tugas seperti: kliping, membuat karya ilmiah, membuat

ringkasan buku-buku dan lain sebagainya.

e. Pengertian Perpustakaan Keliling

Perpustakaan Keliling adalah bagian dari perpustakaan umum. Perpustakaan

Keliling disediakan untuk memberikan layanan ekstensi, yaitu masyarakat yang

lokasinya jauh dari perpustakaan. Perpustakaan keliling memberikan layanan

bergerak mendatangi penggunanya di beberapa tempat pemukiman penduduk, dan

tempat terkonsentrasinya jumlah penduduk seperti sekolah, kantor kelurahan.

Perpustakaan keliling biasanya menggunakan mobil yang dirancang khusus untuk

keperluan perpustakaan, untuk daerah kepulauan atau aliran sungai biasanya

disebut perpustakaan terapung.

1) Layanan Jasa Informasi melalui Perpustakaan Keliling

28

Perpustakaan keliling berbentuk mobil yang berisi buku-buku atau koleksi

bahan bacaan lainnya yang dikelola secara khusus untuk tujuan melayani

sekelompok anggota masyarakat yang secara teknis tidak terjangkau oleh sistem

pelayanan perpustakaan umum terdekat. Dalam bahasa inggris disebut dengan

mobile library (perpustakaan yang bergerak) karena jenis perpustakaan ini mampu

bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Sistem pengelolaannya secara umum

sama dengan sistem pengelolaan pada perpustakaan-perpustakaan menetap (tidak

bergerak), yang membedakannya hanyalah pada bentuk dan sifatnya yang dapat

bergerak. karena jenis perpustakaan ini dapat bergerak maka jangkauan

pelayanannya dapat diatur untuk kelompok anggota masyarakat tertentu yang

dipilihnya. Biasanya prioritas pelaksanaan pelayanan perpustakaan keliling ini pada

sekelompok masyarakat yang secara geografis sedikit terpencil, namun banyak

orang di dalamnya. Keunggulan-keunggulan dari sistem pelayanan perpustakaan

keliling antara lain pada bentuk sajian pelayanannya yang relatif lebih menarik

dibandingkan dengan model pelayanan perpustakaan pada umumnya yang

mengharuskan pengguna datang langsung ke perpustakaan.

Di sini perpustakaanlah yang mendatangi penggunanya sehingga secara

psikologis akan merangsang timbulnya keingintahuan masyarakat akan informasi

dan sumber informasi yang ada di perpustakaan keliling. Hal ini berbeda jika

anggota kelompok masyarakat tadi tidak dilayani oleh perpustakaan keliling, tentu

akan sangat sedikit yang secara sengaja datang ke perpustakaan umum (menetap)

hanya untuk membaca dan meminjam sebuah buku. Konsep pelayanannya mirip

dengan sistem pelayanan terhantar ke rumah-rumah penduduk. Hanya saja pada

29

sistem pelayanan terhantar jangkauan pelayanannya dapat bersifat kelembagaan

dan mempunyai rentang pengguna yang lebih spesifik, sedangkan pada sistem

perpustakaan keliling lebih umum sifatnya. Perpustakaan keliling melayani

sejumlah anggota masyarakat (umum) yang secara geografis dan teknis sulit

dijangkau oleh sistem pelayanan perpustakaan umum induknya.

Jadi, perpustakaan keliling merupakan salah satu program dari perpustakaan

kota Kabupaten Kulon Progo yang di adakan untuk menjangkau sekolah-sekolah

yang ada di Kabupaten Kulon Progo dengan mendatangi daerah-daerah yang

mungkin sedikit terpencil namun terdapat banyak anak-anak usia sekolah serta

mendatangi sekolah-sekolah pada satu minggu sekali sesuai jadwal yang telah

ditentukan. Dengan adanya program perpustakaan keliling diharapkan informasi

yang diperoleh oleh peserta didik menjadi lebih banyak karena dengan

perpustakaan keliling tentunya dapat memberikan tampilan yang baru sehingga

dapat menumbuhkan minat bagi peserta didik untuk dapat belajar dan membaca

buku-buku yang disediakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan agar

informasi yang diperoleh semakin beragam.

Tata Cara Pemanfaatan Koleksi Bahan Pustaka Perpustakaan Keliling Kabupaten

Kulon Progo. Pengguna koleksi bahan pustaka adalah anggota perpustakaan:

a) Pengguna terlebih dahulu memeriksa bahan pustaka yang akan dipinjam.

b) Pengguna ikut menjaga dan memelihara bahan pustaka dengan tidak

mengotori, menyobek dan melipat lembaran.

c) Pengguna memperhatikan batas waktu pinjam dan mengembalikan tepat pada

waktunya.

30

d) Jika batas waktu pinjaman bahan pustaka telah berakhir, dapat diperpanjang

sampai 2 (dua) kali perpanjangan, sepanjang koleksi tersebut tidak ada yang

meminjam.

e) Pengguna tidak diperkenankan meminjam atau memindahkan bahan pustaka

pinjaman kepada pihak lain.

f) Pengguna yang merusakkan atau menghilangkan bahan pustaka, wajib

memperbaiki atau mengganti pustaka tersebut, sesuai dengan ketentuan.

g) Peminjaman koleksi sejumlah 1 eksemplar dengan batas waktu 1 minggu.

Dari beberapa uraian diatas, masing-masing anggota perpustakaan keliling

dapat meminjam koleksi dengan batas waktu satu minggu. alam hal ini sekolah-

sekolah di kabupaten Kulon Progo dapat mengajukan kerjasama dengan kantor

perpustakaan kabupaten Kulon Progo agar mendapat kunjungan pada jadwal yang

telah ditentukan. Masing-masing peserta didik yang mendapat kunjungan akan

terdaftar sebagai anggota perpustakaan keliling dana dapat meminjam koleksi yang

tersedia, anggota perpustakaan keliling dapat meminjam buku sesuai dengan

keinginan, buku akan dikembalikan pada minggu berikutnya ketika perpustakaan

kembali berkunjung ke sekolah- sekolah yang sudah mengajukan perjanjian

kerjasama dengan kantor perpustakaan di kabupaten Kulon Progo.

Pada perpustakaan keliling terdapat standar pelayanan peminjaman dan

pengembalian buku pada perpustakaan keliling Kabupaten Kulon Progo sebagai

berikut:

31

1. Standar Pelayanan Peminjaman

Tabel 1. Standar Pelayanan Peminjaman

NO STANDAR KETERANGAN

1. PEMINJAMAN Ketentuan peminjaman koleksi bahan pustaka layanan

perpustakaan umum adalah semua anggota

perpustakaan yang telah tercatat dan mendapatkan

nomor anggota dari petugas.

2. TATA CARA

PEMINJAMAN

Tata Cara Peminjaman :

a. Menyerahkan buku yang akan dipinjam dan

kartu anggota ke petugas layanan

b. Petugas mengambil kartu buku, mencatat nomor

anggota peminjam dan mencatat tanggal kembali

c. Petugas menyerahkan buku yang akan dipinjam

kepada peminjam

d. Petugas meletakkan kartu anggota dan kartu

buku di tempat yang disediakan.

3. WAKTU

PEMINJAMAN

Waktu yang dibutuhkan untuk meminjam koleksi mulai

dari menyerahkan buku ke petugas, mencatat kartu buku

dan nomor anggota & tanggal kembali sampai

menyerahkan buku yang dipinjam kepada peminjam

Waktu : 5 menit

Sumber:http:// perpustakaan.kuonprogokab.go.id

2. Standar Pelayanan Pengembalian

Tabel 2. Standar Pelayanan Pengembalian

NO STANDAR KETERANGAN

1. PENGEMBALIAN Ketentuan layanan pengembalian koleksi bahan pustaka

adalah koleksi yang telah dipinjam dapat dikembalikan ke

petugas sesuai tanggal pengembalian oleh peminjam

maupun bukan peminjam.

2. TATA CARA

PENGEMBALIAN

Tata Cara Pengembalian :

a. Koleksi yang dipinjam diserahkan ke petugas

layanan sirkulasi.

b. Petugas memeriksa tanggal kembali dan nomor

anggota

c. Petugas mencari dan mengambil kartu anggota

dan kartu buku dari jajaran kartu.

d. Petugas memasukkan kartu buku pada buku yang

telah dikembalikan kemudian meyerahkan

e. kartu anggota ke peminjam.

3. WAKTU

PENGEMBALIAN

Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan koleksi

bahan pustaka mulai dari buku diserahkan ke petugas

sampai dengan kartu anggota diserahkan ke peminjam

adalah

Waktu : 5 Menit

Sumber:http:// perpustakaan.kuonprogokab.go.id

32

3. Tujuan Perpustakaan Keliling

a. Memeratakan layanan informasi dan bacaan kepada masyarakat sampai

daerah terpencil dan belum/tidak mungkin didirikan perpustakaan

menetap.

b. Membantu perpustakaan umum dalam mengembangkan pendidikan

informal kepada masyarakat.

c. Memperkenalkan buku-buku dan bahan pustaka lainnya kepada

masyarakat.

d. Memperkenalkan jasa perpustakaan kepada masyarakat, sehingga tumbuh

budaya untuk memanfaatkan jasa perpustakaan kepada masyarakat.

e. Meningkatkan minat baca dengan mengembangkan cinta buku pada

masyarakat.

f. Mengadakan kerjasama dengan lembaga masyarakat sosial, pendidikan

dan pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan intelektual dan

cultural masyarakat. (Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling,

1992: 4).

Menurut Supriyanto (2006: 108) tugas dan fungsi perpustakaan keliling

adalah sebagai berikut:

Melayani masyarakat yang belum terjangkau oleh perpustakaan menetap,

karena di lokasi tersebut belum dapat didirikan perpustakaan karena belum ada

dana yang tersedia.

1.) Melayani masyarakat yang oleh karena situasi atau kondisi tertentu tidak

dapat datang atau mencapai perpustakaan menetap.

2.) Mempromosikan layanan perpustakaan kepada masyarakat yang belum

pernah mengenal perpustakaan

3.) Memberikan pelayanan yang bersifat sementara sampai perpustakaan

menetap didirikan.

4.) Sebagai sarana untuk membantu menemukan lokasi yang tepat bagi

pelayanan perpustakaan menetap atau perpustakaan umum yang

direncanakan untuk dibangun.

33

5.) Sebagai jembatan antara perpustakaan umum Daerah Tingkat II dengan

cabang-cabangnya.

6.) Menggantikan fungsi perpustakaan menetap apabila karena situasi tertentu

tidak memungkinkan didirikan perpustakaan menetap di tempat tersebut,

misalnya penduduknya terlalu sedikit.

34

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakhmat Arif

Hidayat tahun 2015, dalam skripsinya yang berjudul “Peran Warga Sekolah

dalam Pemanfaatan Perpustakaan untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD

Negeri Gembongan”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran warga

sekolah dalam pemanfaatan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca

siswa di SD Negeri Gembongan yaitu: 1) Petugas perpustakaan berperan

memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu rajin membaca buku,

memberikan pelayanan yang baik dan membuat jadwal piket perpustakaan

harian bagi siswa; 2) Kepala sekolah berperan menjalin kerjasama dengan

perpustakaan keliling, menyediakan anggaran untuk pembaruan buku

perpustakaan dan memberi motivasi kepada siswa; 3) Guru kelas berperan

memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana pembelajaran; 4) Siswa

memanfaatkan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan membaca dengan

berkunjung dan meminjam buku.

Hasil penelitian di atas mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini yaitu

untuk membangun budaya dan minat baca peserta didik perlu adanya kerjasama

antara berbagai pihak, mulai dari kepala sekolah, guru hingga pada peserta

didik. Kepala sekolah dan guru sebagai pendidik hendaknya dapat memberikan

inovasi dan motivasi kepada peserta didik agar tertarik untuk membaca buku.

Dalam penelitian ini SD Negeri Giripeni juga menjalin kerjasama dengan

perpustakaan Kabupaten Kulon Progo dengan dikunjungi oleh mobil

perpustakaan kelilling yang membawa koleksi buku lebih beragam sehingga

35

sehingga peserta didik tidak merasa bosan, hal ini tentunya dapat menjadi salah

satu fasilitas penunjang untuk menumbuhkan minat dan budaya membaca

peserta didik.

2. Penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antin

Ima Wardani tahun 2013, dalam artikel jurnal yang berjudul “Pelaksanaan

Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Keliling Sebagai Upaya

Peningkatan Minat Baca Masyarakat di Desa Getas Kecamatan Kaloran

Kabupaten Temanggung” hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan

program TBM keliling dilakukan dengan tahapan perencanaan, proses kegiatan

dan evaluasi program, dalam pelaksanaanya program TBM keliling membantu

memotivasi warga untuk meningkatkan minat baca yang kemudian dapat

diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari; 2) program TBM keliling

yang dilaksanakan dapat meningkatkan minat baca masyarakat terlihat dari

semakin banyak warga yang meminjam buku dan warga yang meminjam buku

menambah jumlah buku yang dipinjam di pertemuan berikutnya sehingga dapat

dipastikan kebiasaan membaca masyarakat meningkat setiap harinya yaitu dari

1 buku setiap hari menjadi 2 sampai 3 buku, walaupun dalam pelaksanaanya

masih memiliki kelemahan yaitu kesibukan masyarakat dalam kegiatan

perekonomian menghambat keikutsertaan warga dalam program TBM keliling;

3) faktor pendukung pelaksanaan program TBM keliling yaitu: a) semangat

warga masyarakat yang tinggi dalam setiap pertemuan, b) tersedianya dana dan

fasilitas yang cukup, c) adanya kerjasama dari berbagai instansi. 4) faktor

36

penghambat pelaksanaan program TBM keliling yaitu kesulitan warga dalam

membagi waktu antara membaca di TBM keliling dengan pekerjaan.

Hasil penelitian tersebut memiliki keterkaitan yaitu pada penelitian tersebut

adanya TBM keliling yang dapat meningkatkan minat baca masyarakat, sama

halnya penelitian ini dimana SD Negeri Giripeni dapat memanfaatkan

perpustakaan keliling yang merupakan salah satu layanan perpustakaan

Kabupaten Kulon Progo agar dapat menumbuhkan minat dan budaya membaca

peserta didik di sekolah dasar.

37

C. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

T

Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

T

Keluarga Satuan pendidikan Masyarakat

Kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan

Arsip Kabupaten Kulon Progo

Faktor pendukung dan penghambat

Meningkatnya budaya membaca

SD Negeri Giripeni

38

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pada Pasal 45 disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan

formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasaran yang memenuhi keperluan

pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,

kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. sarana dan

prasarana yang dimaksud dalam undang-undang tersebut diantaranya penyediaan

perpustakaan sekolah.

Kemudian Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, pada

Pasal 48 Ayat 1 disebutkan bahwa pembudayaan kegemaran membaca dilakukan

melalui keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat. Pada ayat berikutnya

dijelaskan pembudayaan kegemaran membaca pada keluarga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah melalui

buku murah dan berkualitas. Pembudayaan kegemaran membaca pada satuan

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran.

Pembudayaan kegemaran membaca pada masyarakat sebagaimana dimaksud ayat

(1) dilakukan melalui penyediaan sarana perpustakaan di tempat umum yang

mudah dijangkau, murah dan bermutu.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut diatas menjelaskan bahwa untuk

mewujudkan kecintaan generasi muda pada membaca perlu adanya kerjasama

antara keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat dalam memenuhi sarana dan

prasarana untuk mendukung tumbuhnya minat siswa dan menumbuhkan kecintaan

siswa untuk membaca, dalam hal ini sekolah dasar sebagai satuan pendidikan

39

formal perlu mengembangkan proses belajar membaca siswanya dalam

mengembangkan budaya membaca.

Seperti yang dilakukan oleh SD Negeri Giripeni, sekolah mengadakan

kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo, dalam

kerjasamanya tentang program pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan

Perpustakaan dengan kegiatan Pemasyarakatan minat dan kebiasaan membaca

untuk mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar. Dengan kerjasama tersebut

SD Negeri Giripeni mendapat jadwal kunjungan dari perpustakaan keliling satu kali

dalam seminggu. Perpustakaan keliling ini diharapkan dapat lebih meningkatkan

semangat peserta didik dalam hal membaca.

40

D. Pertanyaan Penelitian

1. Kebijakan apa yang dibuat oleh sekolah terkait dengan adanya kebijakan dari

pemerintah daerah mengenai upaya meningkatkan budaya membaca peserta

didik di SD Negeri Giripeni?

2. Bagaimana respon dari warga sekolah dengan adanya kebijakan tersebut?

3. Upaya dan kegiatan apa yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan

budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan peningkatan

budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan mendeskripsikan

dalam bentuk kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2014: 6).

Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini tidak dapat diukur dan

bermaksud untuk mengetahui keterangan tentang data yang diperoleh dari lapangan

baik berupa hasil observasi di lapangan, dokumen, wawancara dari objek dan

subjek penelitian pada saat dilaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

mengutamakan pada upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan budaya

membaca peserta didik.

B. Subjek Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diharapkan maka diperlukan

sumber data atau informan yang tepat serta dapat memberikan informasi sesuai

dengan yang dibutuhkan. Subjek dalam penelitian ini yaitu peserta didik, guru,

pustakawan kepala sekolah, wali murid dan data-data yang terkait dengan

meningkatkan budaya membaca peserta didik.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini mengenai upaya sekolah dalam meningkatkan budaya

membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni ini dilaksanakan pada bulan Mei

42

2016 – Agustus 2016. Adapun tempat penelitian adalah di SD Negeri Giripeni yang

beralamat di Dobangsan, Giripeni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penelitian

ini menggunaka beberapa teknik pengumpulan data yaitu, pengamatan atau

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi atau Pengamatan

Observasi digunakan untuk mengamati secara langsung kondisi yang ada

dilapangan. Pengamatan yang dilakukan bertujuan agar mendapatkan gambaran

yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini dengan cara ikut terlibat secara langsung dengan kegiatan yang

dilaksanakan di sekolah, sehingga dapat diketahui upaya yang dilakukan oleh

sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik. Adapun aspek-aspek

yang diamati peneliti adalah: lingkungan fisik dari sekolah, labolatorium dan sarana

belajar, ruang perpustakaan sekolah, pihak yang berperan dalam meningkatkan

budaya membaca peserta didik.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. (Moleong, 2000: 135).

Wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada

informan yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan secara langsung dari pihak

43

yang berkaitan dengan meningkatkan budaya membaca peserta didik. Dalam

penelitian ini wawancara dilakukan beberapa kali dengan informan yang berbeda-

beda, yaitu: kepala sekolah SD Negeri Giripeni, Pustakawan SD Negeri Giripeni,

guru, peserta didik dan walimurid.

3. Dokumentasi

Semua tulisan, gambar dan foto yang dikumpulkan dan disimpan yang dapat

digunakan apabila diperlukan, dengan metode dokumentasi yang diamati bukan

benda hidup tetapi benda mati. (Suharsimi, 2010: 274). Data yang diambil

menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah data mengenai

seluruh dokumen yang berkaitan dengan peningkatan budaya membaca peserta

didik. Peneliti memperoleh data tambahan yang dapat mendukung hasil penelitian

dengan dokumentasi.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumennya adalah peneliti itu

sendiri (Sugiono, 2015: 15) serta didukung dengan adanya observasi dan

wawancara yang didalamnya terdapat pertanyaan penelitian yang berkaitan

dengan fokus penelitian yaitu mengenai upaya sekolah dalam meningkatkan budaya

membaca peserta didik.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, langkah-langkah analisis data dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

44

Data-data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi pada saat di lapangan dicatat dalam bentuk catatan yang didalamnya

berisi tentang apa saja yang dikemukakan oleh informan.

2. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu (Sugiono, 2015: 338). Data yang diperoleh dari lapangan dibuat

secara sistematik yang dapat memudahkan ketika dibaca dan dipahami sehingga

dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.

3. Penyajian Data

Miles and Huberman dalam Sugiono (2015) mengatakan, yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif.

Pada tahap penyajian data, maka data yang berhasil diperoleh dilapangan

kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif yang berisi mengenai upaya sekolah

dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik.

4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Dalam melakukan penarikan kesimpulan tentang meningkatkan budaya

membaca peserta didik maka dilakukan peninjauan dengan catatan lapangan dan

penyajian data melalui triangulasi sumber dan teknik.

G. Teknik Keabsahan Data

Dalam keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

proses triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

45

sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga triangulasi dapat di kelompokan

dalam 3 jenis yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.

Dari ketiga jenis triangulasi tersebut penulis memilih keabsahan dengan

menggunakan ketiga triangulasi tersebut.

1. Triangulasi teknik

Dilakukan dengan membandingkan data dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi.

2. Triangulasi sumber

Dilakukan karena informan dari penelitian ini terdiri lebih dari satu orang.

3. Triangulasi Waktu

Dilakukan untuk melihat dari awal adanya kerjasama hingga saat ini.

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SD Negeri Giripeni merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di

Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. Letaknya di sebelah tenggara pusat

kota dan tidak jauh dari keramaian, akses jalan menuju SD Negeri Giripeni

sangat mudah, tepatnya di Dobangsan, Giripeni, Kecamatan Wates, Kabupaten

Kulon Progo. SD Negeri Giripeni adalah sekolah yang berstatus Negeri dengan

nomor statistik sekolah 101040401037 dan terakreditasi B pada tahun 2013. SD

Negeri Giripeni memiliki ruang kelas yang terdiri dari enam ruang dan peserta

didik sejumah 104 peserta didik, yang terdiri dari kelas I sejumlah 23 peserta

didik, kelas II sejumlah 19 peserta didik, kelas III sejumlah 16 peserta didik,

kelas IV sejumlah 16 peserta didik, kelas V sejumlah 12 peserta didik, dan kelas

VI sejumlah 18 peserta didik. Lokasi SD Negeri Giripeni terletak di tepi jalan

dengan pintu gerbang sekolah yang menghadap ke selatan. Para peserta didik di

SD Negeri Giripeni sebagian besar berasal dari desa di sekitar sekolah.

2. Visi dan Misi SD Negeri Giripeni

a. Visi :

Unggul dalam prestasi, terampil, berbudaya, berbudi pekerti luhur,

berakhlak mulia berdasarkan Iman dan Takwa.

Indikator :

1) Unggul dalam bidang akdemik

47

2) Unggul dalam keterampilan dan seni

3) Unggul dalam olah raga

4) Unggul dalam budi pekerti

5) Unggul dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Misi :

1) Melaksanakan pembelajaran dengan efektif sehingga tiap siswa

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2) Mewujudkan pendidikan dengan lulusan cerdas, terampil, berbudaya,

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta unggul dalam

akademik.

3) Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.

4) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran

agama yang dianut sehingga tercipta sekolah yang kondusif.

5) Memantapkan pendidikan budi pekerti dalam ranka pembinaan akhlak

mulia kepada peserta didik.

6) Mengembangkan wawasan kesenian, kebudayaan dan olahraga serta

lingkungan hidup.

48

3. Sarana dan Prasarana SD Negeri Giripeni Wates

Tabel 3. Sarana dan Prasarana sekolah

No Jenis Jml Keterangan

1. Ruang KS/Guru 1 Belum Memadai

2. Ruang Kelas 6 -

3. Halaman sekaligus lapangan

basket/bulutangkis

1 -

4. Lapangan sepak bola/volley ball 1 Tanah milik desa

5. Lapangan tenis meja 2 -

6. Dapur 1 -

7. Gudang 2 -

8. Ruang UKS 1 -

9. Ruang penyimpanan alat-alat

olahraga

- Belum memiliki

10. Ruang ganti siswa - Belum memiliki

11. Ruang tamu - Belum memiliki

12. Aula/ruang pertemuan - Belum memiliki

13. Ruang perpustakaan 1 Belum sempurna

14. Ruang tata usaha - Belum memiliki

15. Ruang BP - Belum memiliki

16. Ruang kesenian - Belum memiliki

17. Ruang satpam - Belum memiliki

18. Ruang penjaga sekolah - Belum memiliki

19. Kantin sekolah 1 Belum memadai

20. Ruang ibadah/musholla 1 Upaya sekolah bersama komite

dan masyarakat

21. WC siswa 2 Belum memadai

22. WC Guru 2

23. Perindang/taman sekolah 3 unit

24. Tempat parkir 1

25. Pintu Gerbang 1

Sumber: data profil sekolah

49

4. Data pendidik dan tenaga kependidikan

Tabel 4. Data Pegawai

No Nama/NIP Jabatan Gol/RU TMT Tugas

1. Sumartuti, S.Pd

NIP. 19561212

197512 2 003

Kepala

sekolah

IV/a 01-03-2000 Bhs Jawa

2. Sumedah, S.Pd SD

NIP. 19571210

197704 2 001

Guru

kelas

IV/a 01-10-2000 I

3. Drs. Kamisa

NIP. 19590412

197803 1 003

Guru

kelas

IV/a 01-10-2000 IV

4. Nurul Utami, S.Pd

NIP. 19740404

199803 2 006

Guru

kelas

IV/a 01-04-2004 III

5. Winarni

NIP. 19690314

199003 2 002

Guru

kelas

IV/a 01-05-2010 VI

6. Sumaisah, S.Pd

NIP. 19721102

199803 2 002

Guru

kelas

IV/a 01-10-2012 V

7. Endang Wahyu W

NIP. 19780828

200801 2 015

Guru

kelas

II/c 01-04-2012 II

8. Siti Syarotun, S.Pd

NIP. 19590611

198403 2 002

Guru

mapel

IV/a 01-05-2010 Guru PAI I s.d

VI

9. Yuliati, S.Pd

NIP. 19590712

198303 2 007

Guru

mapel

IV/a 01-07-2013 Penjas OR I s.d

VI

10. Agus Yudi T

NIP. -

GTT - - Ekstra Kurikuler

11. Sapti Setiyaningsih, A.

Md

NIP. -

PTT - - Tenaga

Pustakawan

Sumber: data profil sekolah

B. Hasil Penelitian

1. Pemahaman tentang Pentingnya Membaca

Sebelum melakukan upaya dalam meningkatkan budaya membaca maka

perlu diketahui terlebih dahulu pemahaman tentang budaya membaca dan

seberapa penting budaya membaca itu sendiri untuk ditingkatkan di SD Negeri

50

Giripeni. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa kepala sekolah,

guru dan pustakawan SD Negeri Giripeni memahami budaya membaca sebagai

suatu kebiasaan. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan kepala

sekolah SD Negeri Giripeni:

“Budaya membaca itu membiasakan untuk meningkatkan ilmu agar terserap

melalui anak membaca. Membiasakan untuk meningkatkan.” (Waw. 14 Mei

2016)

Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Ibu S sebagai berikut:

“Budaya membaca itu ya kebiasaan siswa dalam membaca.” (Waw. 14 Mei

2016)

Pernyataan tersebut diperkuat dengan penjelasan dari salah satu wali kelas di

SD Negeri Giripeni. Berikut petikan wawancara dengan Ibu EN:

“Budaya membaca menurut saya, suatu kegemaran anak-anak atau

kebiasaaan yang dilakukan anak-anak untuk bisa menyukai buku dan

membudayakan budaya membaca itu sendiri.” (Waw. 13 Juni 2016)

Berdasarkan petikan wawancara tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

kepala sekolah, pustakawan dan wali kelas di SD Negeri Giripeni memahami

budaya membaca sebagai suatu kebiasaan para peserta didik untuk bisa

menyukai aktivitas membaca. Melalui kebiasaan membaca yang dilakukan oleh

para peserta didik, maka para peserta didik lebih terbiasa untuk berfikir dan

memahami setiap bacaan agar mampu menyerap ilmu pengetahuan dengan baik.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh para peserta didik dengan cara

membaca, sehingga membaca menjadi suatu aktivitas yang penting untuk

senantiasa ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan petikan wawancara dengan Ibu S

sebagai berikut:

51

“Penting, supaya anak ketika senang untuk membaca maka pemahamannya

akan menjadi lebih baik, jadi lebih pintar, pengetahuannya menjadi

bertambah. siswa kunci utamanya senang membaca. tetapi kalau kurang ya

otomatis belajarnya kurang.” (Waw. 14 Mei 2016)

Berdasarkan pernyataan diatas, sekolah menyadari akan pentingnya

membaca sebagai bagian yang penting untuk ditingkatkan, kebiasaan membaca

juga perlu untuk ditanamkan kepada para peserta didik sejak awal, mengingat

kunci utama bagi peserta didik agar pandai yaitu melalui senang membaca.

Ketika peserta didik melakukan membaca dengan senang hati, maka akan lebih

mudah untuk memahami bacaan dan dapat menerima materi pembelajaran

secara lebih baik. Namun, berdasarkan hasil pengamatan pada saat berada di SD

Negeri Giripeni, antusias peserta didik untuk membaca diperpustakaan sekolah

terlihat masih sangat lemah, hal ini terlihat ketika perpustakaan sekolah tampak

sepi dari kunjungan peserta didik, padahal perpustakaan sekolah di SD Negeri

Giripeni dibuka mulai pukul 07.00 WIB hingga jam belajar mengajar selesai.

Masih rendahnya antusias peseta didik untuk membaca juga diperkuat dengan

hasil wawancara dengan Ibu S sebagai berikut:

“Kalau disini antusiasnya masih kurang soale bukunya itu sudah lama-lama,

kalau yang baru kan cuma sedikit paling anak-anak ke perpus sebentar gitu

pinjam-pinjam kan sudah bosan, kan sudah habis to bukunya. Ya itu paling

sedikit yang masuk ke perpustakaan kebanyakan sudah buku-buku lama jadi

anak-anak itu ndak tertarik. Gitu aja paling.” (Waw. 14 Mei 2016)

Berdasarkan hasil wawancara diatas antusias peserta didik berkunjung ke

perpustakaan sekolah untuk membaca masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan

koleksi buku bacaan yang sudah lama dan jumlahnya yang masih terbatas.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan bahwa buku yang

tersedia di perpustakaan sekolah SD Negeri Giripeni memang sudah banyak

52

yang usang dan lebih banyak buku paket yang digunakan sebagai buku

penunjang proses pembelajaran di kelas.

Jika dilihat dari penyataan diatas peserta didik di SD Negeri Giripeni mulai

merasa bosan dengan buku bacaan yang tersedia di perpustakaan sekolah karena

kurang beragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas II di SD

Negeri Giripeni para peserta didik sebenarnya lebih berminat untuk membaca

buku yang bergambar dibandingkan dengan buku yang penuh dengan tulisan.

Berikut petikan wawancara dengan Ibu EN:

“Ya kalau anak-anak buku-buku cerita seperti itu yang masih gambar dan

tulisan, tidak hanya sekedar gambar tetapi gambar yang disertai tulisan, itu

mereka masih suka, masih buku-buku yang penuh warna. Jadi, kalau buku

teks bacaan yang sudah full tulisan mereka tetep ya kurang berminat.”

(Waw. 13 Junni 2016)

Hal tersebut diperkuat dengan Ibu S sebagai berikut:

“Kalau siswa-siswa sini yang bergambar itu to kalau anak-anak, nek gur

tulisan yo udah nggak mau.” (Waw. 14 Mei 2016)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peserta

didik pada kelas rendah lebih tertarik dan menyukai buku-buku bergambar dan

terdapat tulisan yang masih penuh dengan warna, buku yang bergambar dan

penuh warna lebih menarik bagi para peserta didik sehingga dapat membantu

untuk memahami bacaan. Upaya Peningkatan Budaya Membaca Peserta Didik

di SD Negeri Giripeni

a. Menjalin Kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip

Kabupaten Kulon Progo

Perpustakaan di SD Negeri Giripeni memang masih perlu untuk dilakukan

penyempurnaan agar perpustakaan sekolah dapat menjadi tempat bagi peserta

didik untuk beraktivitas yang memiliki nilai edukasi tinggi. Agar minat para

53

peserta didik dalam membaca dapat terjaga dan terus meningkat, maka SD

Negeri Giripeni melakukan upaya kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan

Arsip Kabupaten Kulon Progo berupa layanan perpustakaan keliling atau motor

pintar (Torpin). Layanan ini dapat menjangkau sekolah dengan menggunakan

mobil atau motor yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan, perpustakaan

keliling atau torpin akan berkunjung ke sekolah-sekolah yang telah mengajukan

perjanjian kerjasama dengan menghadirkan buku-buku yang beragam, dengan

masing-masing peserta didik terdaftar sebagai anggota perpustakaan keliling

atau motor pintar (Torpin) sehingga para peserta didik di SD Negeri Giripeni

dapat membaca buku ditempat atau meminjam buku untuk dibaca dirumah

dengan jangka waktu peminjaman selama satu minggu.

Kerjasama ini dilakukan oleh sekolah sebagai salah satu upaya yang

dilakukan SD Negeri Giripeni agar kedepannya minat peserta didik dalam

membaca dapat meningkat dan peserta didik semakin senang untuk membaca.

Berikut petikan wawancara dengan Ibu EN selaku Wali kelas II:

“…kami juga bekerjasama dengan perpusda, untuk itu setiap hari kamis

kami kedatangan mobil perpustakaan keliling itu selalu kesini.” (Waw. 13

Juni 2016)

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan pustakawan sekolah, berikut

petikan wawancara dengan Ibu S:

“Seperti disini itu ada program motor pintar itu kan dari perpusda yang

datang ke sekolah-sekolah, tapi tidak semua sekolah karena hanya sekolah-

sekolah yang mengajukan ke perpusda itu saja paling yang mendapat

kunjungan.” (Waw. 14 Mei 2016)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sekolah mengadakan kerjasama

dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo berupa

kunjungan mobil perpustakaan keliling atau motor pintar yang membawa

54

koleksi buku bacaan yang lebih banyak dan beragam bagi peserta didik. Koleksi

buku yang beragam diharapkan dapat memberikan suasana baru bagi peserta

didik sehingga dapat menambah semangat para peserta didik di SD Negeri

Giripeni untuk membaca, karena berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

antusias yang baik ditunjukan oleh para peserta didik dengan langsung

menyambut datangnya perpustakaan keliling dan tidak sabar untuk membaca

koleksi yang dibawa oleh mobil perpustakaan keliling.

Tanggapan positif juga ditunjukan oleh orang tua dengan adanya kerjasama

yang dilakukan. Berikut petikan wawancara dengan Ibu SS, wali murid di SD

Negeri Giripeni mengenai tanggapannya terhadap perpustakaan keliling:

“Saya senang sekali, karena sangat membantu dengan buku yang lebih

beragam.” (Waw. 24 Juni 2016)

Pernyataan yang sama juga disampaikan wali murid di SD Negeri Giripeni

Ibu KR:

“Membantu sekali menurut saya, jadi anak lebih suka untuk membaca

karena mau tidak mau setiap minggu meminjam buku jadi mereka lebih

terbiasa dengan buku.” (Waw. 24 Juni 2016)

Berdasarkan petikan wawancara di atas, orang tua mengetahui tentang

kerjasama yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua juga memberikan respon

yang baik ketika sekolah mengadakan kerjasama dengan Kantor Perpustakaan

dan Arsip Kabupaten Kulon Progo berupa layanan perpustakaan keliling atau

motor pintar tersebut. Kerjasama tersebut dianggap sangat membantu para

peserta didik agar mendapatkan buku bacaan yang baru dan lebih beragam.

Tidak hanya itu, buku yang disediakan oleh layanan perpustakaan keliling

memungkinkan bagi para peseta didik untuk dapat membawa pulang buku

55

bacaan sehingga buku yang dibawa dapat dibaca berulang-ulang, dan dapat

lebih leluasa untuk memahami buku bacaan tersebut.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Budaya

Membaca Peserta Didik di SD Negeri Giripeni

a. Faktor Pendukung

1. Adanya Peran dari Intern Sekolah

SD Negeri Giripeni merupakan lembaga pendidikan formal yang selain

menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, pihak sekolah juga ikut

berperan aktif dalam memberikan motivasi kepada para peserta didik tentang

pentingnya membaca dan manfaat besar yang dapat diperoleh melalui

membaca dan diharapkan dapat mendukung proses pembelajaran peserta

didik. Hal inilah yang dikemukakan oleh kepala sekolah SD Negeri Giripeni:

“…faktor yang mendukung kalo dari yang intern jelas! Karna guru itu

kalau anaknya belum bisa membaca kan di nasehati, mau pandai dari mana

kalau ndak bisa membaca.” (Waw. 14 Mei 2016)

Berdasarkan petikan wawancara di atas bahwa guru berperan aktif untuk

memberikan motivasi kepada para peserta didik selama berada di sekolah

dengan memberikan nasehat kepada peserta didik agar dapat membaca, dan

membiasakan membaca sejak awal. Hal tersebut juga tampak jelas ketika

dilakukan pengamatan, motivasi juga diberikan oleh pustakawan SD Negeri

Giripeni dengan memberikan nasehat kepada para peserta didik ketika berada

di perpustakaan sekolah maupun ketika perpustakaan keliling datang ke

sekolah. Pelayanan yang ramah dan baik yang diberikan oleh pustakawan

sekolah, diharapkan dapat menarik minat peserta didik untuk berkunjung ke

56

perpustakaan sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan ketika dilapangan,

selain memberikan motivasi secara langsung guru juga menyediakan papan

yang diberi nama “Krida Peni”. Papan ini dapat digunakan sebagai wadah

bagi peserta didik untuk menampung karya-karya para peserta didik berupa

ulasan tentang tokoh, seni maupun cerita lucu yang ditempatkan ditempat

yang banyak dilalui peserta didik sehingga peserta didik dapat membaca

hasil karya sendiri maupun teman-temannya.

2. Adanya Dukungan dari Orang Tua Peserta Didik

Budaya membaca perlu ditanamkan kepada para peserta didik tidak hanya

ketika peserta didik berada di sekolah, lingkungan keluarga para peserta

didik di rumah juga dapat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan

budaya membaca, berikut petikan wawancara dengan Ibu EN wali kelas II

SD Negeri Giripeni:

“…yang jelas adalah keluarga. Kalau faktor pendukung yang paling utama

kalau budaya membaca itu jelas keluarga, karena waktu yang paling

banyak dihabiskan oleh anak itukan di rumah bersama keluarga, kalau di

sekolah waktu yang dimiliki siswa hanya 4 jam saja sudah untuk pelajaran

itu jelas. Kalau lingkungan rumah dan keluarga mendukung untuk gemar

membaca saya yakin anak pasti suka membaca.” (Waw. 13 Juni 2016)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu wali murid di SD Negeri

Giripeni yang memberikan contoh yang baik kepada anaknya ketika berada

dirumah. Berikut petikan hasil wawancara:

“Kalau yang namanya orang tua-kan setidaknya memberi contoh supaya

anaknya ya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya.” (Waw. 24

Juni 2016)

Berdasarkan petikan wawancara diatas bahwa keluarga yang menjadi faktor

paling utama bagi peserta didik dalam memiliki pengalaman membaca,

57

keluarga dapat memberikan contoh kepada anaknya ketika berada dirumah

untuk membiasakan membaca, dengan memberikan contoh inilah

diharapkan anak dapat meniru apa yang telah dicontohkan oleh orangtua

selama dirumah.

b. Faktor penghambat

1. Fasilitas di Perpustakaan sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu fasilitas yang harus dimiliki oleh

setiap lembaga pendidikan. Ketersediaan sarana penunjang lainnya

senantiasa perlu diperhatikan agar para pengguna perpustakaan dapat lebih

nyaman untuk membaca dan menimba ilmu di perpustakaan sekolah.

Berdasarkan hasil pengamatan SD Negeri Giripeni memiliki gedung

perpustakaan sekolah yang sebenarnya memiliki letak yang sangat strategis,

karena letaknya yang dekat dengan pintu gerbang sekolah dan dapat dilalui

oleh peserta didik. didalam perpustakaan sekolah terdapat rak hingga lemari

yang berisi buku-buku pelajaran, kliping hasil karya peserta didik, dan

beberapa buku cerita, didalam perpustakaan sekolah menampilkan berbagai

kerajinan yang dihasilkan oleh peserta didik, kemudian perpustakaan sekolah

dilengkapi dengan meja dan kursi yang dapat digunakan bagi peserta didik

agar nyaman ketika membaca. namun, karena keterbatasan yang dimiliki

oleh sekolah sehingga koleksi buku yang dimiliki oleh perpustakan masih

belum bertambah dan judul buku yang dimiliki belum beragam. Berikut yang

dikemukakan oleh wali kelas II SD Negeri Giripeni:

“Fasilitas jelas bukunya kurang” (Waw. 13 Juni 2016)

58

Hal tersebut di perkuat dengan pernyataan dari Ibu S:

“Keterbatasan buku yang kami miliki diperpustakaan sekolah mungkin

kalau ada penambahan buku-buku yang bergambar diperpustakaan

sekolah mungkin anak-anak jadi lebih tertarik untuk meminjam buku di

perpustakaan sekolah, terus paling sama sarana dan prasarana yang ada di

perpustakaan sekolah sendiri ya, rak-raknya juga bisa dilihat. (Waw. 14

Mei 2016)

Berdasarkan petikan wawancara diatas, dikemukakan bahwa salah satu yang

menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan budaya membaca peserta

didik di SD Negeri Giripeni adalah keterbatasan buku yang dimiliki dalam

hal ini kurang beragamnya jenis bacaan atau buku cerita yang tersedia di

perpustakaan sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan perpustakaan sekolah

juga belum memiliki komputer atau belum memiliki fasilitas online yang

khusus dipergunakan untuk kepentingan perpustakaan sekolah.

C. Pembahasan

1. Pemahaman tentang Pentingnya Membaca

Hasil wawancara pada saat praobservasi yang dilakukan di SD Negeri

Giripeni, sekolah melakukan upaya untuk meningkatkan budaya membaca

peserta didik dengan cara mengadakan kerjasama dengan Kantor Perpustakaan

dan Arsip Kabupaten Kulon Progo. Kerjasama ini bermula ketika adanya

inisiatif yang diberikan oleh salah satu guru untuk mengajukan MOU agar SD

Negeri Giripeni mendapat kunjungan berupa layanan perpustakaan keliling atau

motor pintar. Kerjasama tersebut berlangsung sejak tahun 2013 dan akan di

perpanjang setiap satu tahun terhitung semenjak penandatanganan perjanjian

antara pihak pertama yaitu Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon

Progo dan pihak kedua yaitu SD Negeri Giripeni. dengan adanya kerjasama

59

yang dijalin antara kedua pihak, SD Negeri Giripeni mendapat jadwal

kunjungan perpustakaan keliling atau motor pintar setiap hari kamis pada saat

jam istirahat atau sekitar pukul 09.00 WIB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya sekolah dalam menumbuhkan

budaya baca para peserta didik di SD Negeri Giripeni, dengan mengadakan

kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) minat adalah kecenderungan hati

yang tinggi terhadap sesuatu. Agar minat peserta didik pada membaca

meningkat maka sekolah memberikan stimulus kepada para peserta didiknya

melalui layanan perpustakaan keliling atau motor pintar yang datang ke sekolah

satu kali dalam setiap minggunya. Perpustakaan keliling membawa koleksi

buku yang lebih banyak dan beragam sesuai dengan tumbuh kembang peserta

didik dengan lebih banyak buku bacaan yang merangsang imajinasi peserta

didik dan memiliki nilai edukasi. Dengan adanya perpustakaan keliling peserta

didik secara langsung dapat berperan aktif dalam memilih buku bacaan yang

disukai, hal ini secara tidak langsung memberikan paksaaan kepada peserta

didik untuk membaca baik di sekolah maupun dirumah, karena buku tersebut

dapat dipinjam dengan jangka waktu peminjaman selama satu minggu, setiap

peserta didik di SD Negeri Giripeni terdaftar sebagai anggota perpustakaan

keliling, dan bagi peserta didik baru akan di daftar kemudian dibuatkan kartu

anggota yang dapat digunakan oleh masing-masing peserta didik untuk

meminjam buku.

60

Adanya perpustakaan keliling yang datang ke sekolah benar-benar

membawa nuansa baru bagi para peserta didik, antusias yang tinggi ditunjukan

oleh peserta didik yang memberikan sambutan yang baik ketika perpustakaan

keliling datang dan menanyakan ketika perpustakaan keliling tidak datang ke

sekolah. Faktor cuaca dan terbatasnya petugas di perpustakaan menjadi salah

satu kendala bagi perpustakaan keliling untuk melakukan kunjungan ke

sekolah-sekolah yang sudah mengajukan perjanjian kerjasama. Faktor tersebut

yang menyebabkan perpustakaan keliling atau motor pintar terkadang absen

untuk berkunjung ke sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian peserta didik di kelas rendah lebih menyukai

buku bacaan yang bergambar dan berwarna dibandingkan dengan buku yang

penuh dengan tulisan. Menurut Yaumil Achir (Reni, 2001: 37) menguraikan

perkembangan membaca anak pada usia 7-9 tahun buku-buku yang cocok pada

anak merupakan buku yang membantu pelajaran di sekolahnya dalam lingkup

sains dan teknologi, tentang ruang angkasa, hujan, angin suara dan sebagainya.

Cerita-cerita yang merangsang imajinasi anak dan memberi kesan action juga

digemari pada usia ini. Berdasarkan pernyataan diatas sesuai dengan

perkembangan peserta didik kelas rendah di SD Negeri Giripeni lebih menyukai

buku bergambar yang juga terdapat tulisan, buku-buku yang sesuai dapat lebih

mendorong peserta didik untuk berimajinasi sesuai dengan alur dalam buku

bacaan. SD Negeri Giripeni menjalin kerjasama dengan Kantor Perpustakaan

dan Arsip Kabupaten Kulon Progo dengan adanya layanan perpustakaan

keliling diharapkan mampu membuat para peserta didik untuk senang membaca

61

sejak awal menjadi peserta didik di SD Negeri Giripeni, melalui layanan

perpustakaan keliling atau motor pintar tersebut diharapkan pula dapat mengisi

waktu luang yang dimiliki peserta didik ketika istirahat dengan aktivitas yang

berkualitas.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Meningkatkan Budaya Membaca

Peserta Didik di SD Negeri Giripeni

a. Faktor Pendukung

Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 pasal 48 tentang perpustakaan

menyebutkan pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui

keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat.

Sesuai dengan Undang-undang tersebut pembudayaan kegemaran membaca

melibatkan peran dari keluarga sebagai agen utama berlangsungnya

pendidikan bagi anak untuk memenuhi buku bacaan yang berkualitas bagi

anak serta memberikan contoh dan motivasi kepada anak tentang

pentingnya membaca. Berdasarkan hasil penelitian beberapa orang tua wali

murid mendukung proses belajar membaca peserta didik di SD Negeri

Giripeni dengan memberikan contoh yang baik dan memfasilitasi anak-

anaknya dengan buku penunjang lainnya, yang perlu mendapatkan perhatian

adalah belum semua orang tua memperhatikan kebutuhan anak-anaknya

dalam membaca, latar belakang ekonomi orang tua serta orang tua yang

sibuk bekerja dapat menjadi salah satu penyebab kurangnya perhatian orang

tua kepada anaknya terhadap pembelajaran membaca ketika dirumah,

padahal waktu yang dimiliki oleh para peserta didik lebih banyak berada di

62

rumah, sehingga perlu adanya peran aktif dari orang tua wali murid untuk

memonitoring anak ketika dirumah.

Selain dukungan dari orang tua yang melakukan motivasi kepada peserta

didik dirumah, intern sekolah juga perlu mengingatkan para peserta didik

tentang pentingnya membaca, guru kelas di SD Negeri Giripeni selain

berinteraksi secara langsung untuk memberikan motivasi, guru juga

memancing para peserta didiknya untuk membuat tugas yang berkaitan

dengan membaca seperti membuat karangan yang nantinya dapat di tempel

di papan “krida peni” yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik selain

papan mading, dengan menampilkan hasil karya peserta didik inilah

diharapkan dapat menambah rasa percaya diri peserta didik dalam berkarya

dan menuangkan ide-ide yang dimiliki oleh peserta didik melalui baca dan

tulis.

b. Faktor Penghambat

SD Negeri Giripeni Wates memiliki satu buah ruang perpustakaan yang

dapat dimanfaatkan oleh para peserta didik di SD Negeri Giripeni untuk

menunjang kegiatan belajar. Ruang perpustakaan memiliki luas sekitar 56

meter persegi, ruang perpustakaan terletak di sebelah utara dan menghadap

ke timur sehingga cahaya dapat masuk kedalam ruangan dengan baik dan

letaknya sangat strategis. Menurut Andi Prastowo bahwa perpustakaan

sekolah sesungguhnya adalah sarana penunjang pendidikan di sekolah yang

berupa kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan

buku. Kumpulan bahan pustaka diorganisasi secara sistematis dalam satu

63

ruang sehingga dapat membantu murid dan guru dalam proses

pembelajaran. Perpustakaan yang dimiliki di SD Negeri Giripeni memiliki

buku-buku yang dapat membantu proses pembelajaran bagi guru maupun

peserta didik, meskipun jumlahnya yang masih terbatas dan belum beragam.

Di dalam perpustakaan terdapat beberapa rak buku untuk menyimpan

koleksi buku seperti buku pelajaran, buku bacaan, dan beberapa kliping hasil

dari peserta didik. Di beberapa titik terdapat hasil kerajinan peserta didik

yang dipajang menghiasi ruang perpustakaan. Perpustakaan sekolah

dilengkapi dengan meja dan kursi bagi yang digunakan ketika pengunjung

perpustakaan akan membaca buku. Perpustakaan dikelola oleh petugas

perpustakaan, namun perpustakaan belum dilengkapi dengan komputer.

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian bahwa ruang perpustakaan masih

perlu untuk disempurnakan, dengan menambah koleksi bacaan dan

komputerisasi. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya dana untuk

mengembangkan perpustakaan sekolah.

D. Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Upaya sekolah dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik dalam

penelitian ini lebih difokuskan pada faktor eksternal dari peserta didik yang

meliputi fasilitas, dan upaya sekolah dengan menjalin kerjasama melalui

layanan perpustakaan keliling, sedangkan masih banyak upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan gairah membaca peserta didik.

64

2. Adanya keterbatasan peneliti dalam mencari data terkait laporan sirkulasi

layanan perpustakaan keliling atau motor pintar, karena petugas yang

menangani layanan sirkulasi perpustakaan keliling berbeda-beda.

3. Adanya keterbatasan waktu pada saat penelitian, dimana pada saat di

lapangan bersamaan dengan kegiatan lain yang dilaksanakan di sekolah.

65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan, maka dapat

disimpulkan beberapa hal berkaitan dengan temuan pada saat melakukan

wawancara, observasi maupun penelusuran dokumen.

1. Bahwa mulai dari kepala sekolah, guru dan pustakawan SD Negeri Giripeni

memahami budaya membaca sebagai kebiasaan para peserta didik untuk

membaca yang penting untuk ditingkatkan dan ditanamkan kepada peserta

didik sejak awal. Untuk menumbuhkan semangat peserta didik dalam

membaca, SD Negeri Giripeni menjalin kerjasama dengan kantor

perpustakaan dan arsip Kabupaten Kulon Progo berupa layanan perpustakaan

keliling. Adanya perpustakaan keliling disambut baik oleh para peserta didik

dengan ikut berpartisipasi secara aktif dan mandiri untuk memilih buku

bacaan yang menarik menurut masing-masing peserta didik terlebih setiap

peserta didik akan menjadi anggota pepustakaan keliling sehingga dapat

meminjam buku yang dipilih dan akan dikembalikan pada minggu

berikutnya. Upaya sekolah dalam meningkatkan budaya membaca memang

tidak dapat langsung terlihat hasilnya, hal ini dikarenakan untuk membentuk

kebiasaan dan menanamkan pada masing-masing peserta didik bahwa

membaca itu penting dan memiliki manfaat besar memerlukan proses, maka

perlu ditanamkan pada peserta didik sejak awal duduk dibangku sekolah dasar

agar dapat menciptakan peserta didik yang senang membaca.

66

2. Dukungan dari orang tua dan peran dari intern sekolah merupakan beberapa

faktor dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri

Giripeni. Budaya membaca peserta didik yang masih rendah disebabkan oleh

perpustakaan sekolah yang masih perlu disempurnakan terkait dengan koleksi

bahan bacaan maupun penyempurnaan gedung perpustakaan sekolah.

Perpustakaan sekolah belum di gunakan secara efektif serta belum digunakan

sebagai sumber belajar oleh peserta didik dalam menunjang proses

pembelajaran.

B. Saran

Setelah dilakukan pembahasan dari berbagai macam temuan dari kegiatan

pengamatan, wawancara, dan penelusuran dokumen di SD Negeri Giripeni Wates,

maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik, hendaknya dibuat

gerakan literasi di sekolah dasar agar lebih mendorong semangat peserta didik

dalam membaca, bahkan perlu sedikit dipaksakan kepada peserta didik agar

budaya membaca benar-benar tertanam dalam diri peserta didik sejak dini.

2. Dalam meningkatkan budaya membaca hendaknya lebih melibatkan peserta

didik secara aktif misalnya dalam pembuatan mading sekolah dan krida peni

yang dapat digunakan sebagai wadah untuk menampung karya-karya peserta

didik yang berkaitan dengan membaca.

3. Lebih mengembangkan perpustakaan sekolah sehingga dapat digunakan

sebagai sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan bagi peserta didik di SD

Negeri Giripeni. Keterbatasan koleksi buku dapat ditambah dengan menjadi

67

kerjasama dengan pihak penerbit, atau memberikan kenang-kenangan kepada

adik kelasnya berupa buku yang dapat menambah koleksi bahan bacaan dan

memiliki manfaat bagi adik-adik kelas berikutnya.

68

DAFTAR PUSTAKA

Abror, Abdul Rachman. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Ahmad, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Andi Prastowo. (2012). Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional.

Yogyakarta: Diva Press.

Antini Ima Wardani. (2013). Pelaksanaan Program Taman Bacaan Masyarakat

(TBM) Keliling Sebagai Upaya Peningkatan Minat Baca Masyarakat di

Desa Getas kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung. Artikel Jurnal.

Yogyakarta: FIP.

Arso Widyasmoro. (2014). Pengaruh Minat Baca Terhadap Prestasi Belajar PKN

Siswa Kelas V SD di Desa Pagergunung kabupaten Pemalang tahun ajaran

2013/2014. Skripsi. Yogyakarta: FIP.

Badan Pusat Statistik (BPS). diakses dari http://www.bps.go.id/. pada tanggal 22

Januari 2016 pada pukul 19.14 WIB.

Daryanto. (2015). Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah. Yogyakarta: Gava

Media.

Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Ely M. Setiadi., H. Kama A. Hakam. Ridwan E. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya

Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Farida Rahim. (2011). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara.

H. A. Rusdiana. (2015). Kebijakan Pendidikan dari Filosofi ke Implementasi.

Bandung: Pustaka Setia.

H. A. R. Tilaar. (2002). Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Lexy J. Moleong. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Lexy J. Moleong. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

69

Nur Zanin. (2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan Teori & Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

R. Masri Sareb Putra. (2008). Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini Panduan

Praktis Bagi Pendidik, Orang Tua, dan Penerbit. Jakarta: PT Indeks.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY.

Samsu Somadayo. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudarwan Danim. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman. (2009). Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah Referensi Pengelolaan

Perpustakaan Sekolah. Bandung: MSQ Publishing.

Supriyanto. (2006). Aksentuasi Pepustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Seagung

Seto.

Suwaryono Wiryodijoyo. (1989). Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya.

Jakarta: FKIP Universitas Bengkulu.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

Pengertian Peserta Didik. (2015). diakses dari

www.eurekapendidikan.com/2015/definisi-murid-siswa-dan-peserta-

didik.html?m=1. pada tanggal 14 Maret 2016. pada pukul 12.17 WIB.

Reni Akbar Hawadi. (2001). Psikologi Perkembangan Anak Mengenal Sifat, Bakat

dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Grasindo.

http://perpustakaan.kulonprogokab.go.id. pada tanggal 6 November 2016. pada

pukul 16.34 WIB.

“____”. (1992). Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Keliling. Jakarta.

LAMPIRAN

71

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Kepala Sekolah SD Negeri Giripeni

A. Tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan sekolah dalam

meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni.

B. Pertanyaan Panduan

Kepala Sekolah SD Negeri Giripeni

a. Identitas Diri:

1. Nama :

2. Jabatan :

b. Pertanyaan Penelitian

1. Apa itu budaya membaca?

2. Apakah budaya membaca penting untuk ditingkatkan?

3. Adakah kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk peningkatan

budaya membaca peserta didik di sekolah dasar di kabupaten Kulon

Progo?

4. Upaya apa yang dilakukan sekolah dalam peningkatkan budaya

membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

5. Sejak kapan upaya tersebut dilakukan?

6. Bagaimana respon dari warga sekolah dengan adanya upaya tersebut?

7. bagaimana partisipasi warga sekolah dalam pelaksanaan kebijakan

tersebut?

8. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan budaya

membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

72

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Pustakawan SD Negeri Giripeni

C. Tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan sekolah dalam

meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni.

D. Pertanyaan Panduan

Kepala Sekolah SD Negeri Giripeni

c. Identitas Diri:

3. Nama :

4. Jabatan :

d. Pertanyaan Penelitian

9. Apa itu budaya membaca?

10. Apakah budaya membaca penting untuk di tingkatkan?

11. Adakah kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk peningkatan

budaya membaca peserta didik di sekolah dasar di kabupaten Kulon

Progo?

12. Bagaimana minat dari peserta didik dalam membaca?

13. Upaya apa yang dilakukan oleh sekolah dalam peningkatan budaya

membaca peserta didik?

14. Sejak kapan upaya tersebut dibuat?

15. Bagaimana respon dari warga sekolah dengan adanya upaya tersebut?

16. Bagaimana partisipasi dari warga sekolah dalam pelaksanaan upaya

tersebut?

17. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

peningkatan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

73

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Guru SD Negeri Giripeni

E. Tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan sekolah dalam

meningkatkan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni.

F. Pertanyaan Panduan

Kepala Sekolah SD Negeri Giripeni

e. Identitas Diri:

5. Nama :

6. Jabatan :

f. Pertanyaan Penelitian

1. Apa itu budaya membaca?

2. Adakah kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk peningkatan

budaya membaca peserta didik di sekolah dasar di kabupaten Kulon

Progo?

3. Apa yang mendasari adanya kebijakan dalam peningkatan budaya

membaca peserta didik di sekolah dasar?

4. Upaya apa yang dilakukan oleh sekolah dalam peningkatan budaya

membaca peserta didik??

5. Sejak kapan upaya tersebut dibuat?

6. Bagaimana respon dari warga sekolah dengan adanya upaya tersebut?

7. Upaya apa yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan budaya

membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

8. Bagaimana partisipasi dari warga sekolah dalam pelaksanaan upaya

tersebut?

9. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan

budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni?

74

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Wali murid SD Negeri Giripeni

A. Tujuan

Untuk mengetahui kebiasaan membaca di rumah serta upaya yang mungkin

dilakukan oleh wali murid di SD Negeri Giripeni.

B. Pertanyaan penelitian

Wali murid SD Negeri Giripeni

a. Identitas Diri :

1. Nama :

2. Wali Murid :

3. Pendidikan Terakhir :

b. Pertanyaan Penelitian

1. Menurut anda, apakah membaca penting untuk dilakukan?

2. Menurut anda, apakah manfaat yang diperoleh dari membaca?

3. Apakah anda senang melakukan kegiatan membaca?

4. Apakah anak senang melakukan kegiatan membaca?

5. Menurut anda, apakah yang membuat anak senang/tidak senang

membaca?

6. Dimana anak biasanya membaca?

7. Buku apa yang biasa dibaca anak anda?

8. Kapan anak anda mulai bisa membaca?

9. Tahukah anda tentang perpustakaan keliling yang datang di SD Negeri

Giripeni? Bagaimana pendapat anda dengan layanan tersebut?

10. Bagaimana motivasi yang diberikan kepada anak agar senang membaca?

75

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Peserta didik SD Negeri Giripeni

G. Tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana minat peserta didik dikelas rendah dalam

membaca.

H. Pertanyaan Panduan

Peserta didik di SD Negeri Giripeni

g. Identitas Diri:

7. Nama :

8. Kelas :

h. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah adik senang membaca?

2. Dimana adik biasa membaca?

3. Buku apa yang biasanya dibaca?

4. Menurut adik, apakah membaca itu penting?

5. Sejak kapan adik mulai bisa membaca?

6. Menurut adik, apa saja manfaat dari membaca?

7. Berapa banyak buku yang adik baca dalam satu minggu?

8. Adik membaca karena disuruh atau keinginan sendiri?

76

Lampiran 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi

PEDOMAN OBSERVASI

Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No Aspek yang diamati Indikator

1. SD Negeri Giripeni Kecamatan

Wates

Visi dan Misi

2. Ruang perpustakaan sekolah Struktur Organisasi

3. Upaya meningkatkan budaya

membaca siswa di SD Negeri

Giripeni

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Kendala

Pedoman Observasi Meningkatkan Budaya Membaca Siswa di SD Negeri

Giripeni

No Aspek Indikator

1. Upaya sekolah dalam

meningkatkan budaya membaca

siswa

Perencanaan

Pelaksanaan

Kendala

2. Pelaksanaan layanan perpustakaan

keliling

Datang ke perpustakaan

keliling dan membaca buku

tanpa disuruh

Meminjam buku sesuai

dengan keinginan

Mengembalikan buku tepat

waktu

Memahami isi bacaan

3. Kendala Kendala diluar layanan

perpustakaan keliling

Kendala dalam layanan

perpustakaan keliling

77

PEDOMAN DOKUMENTASI MENINGKATKAN BUDAYA MEMBACA

SISWA DI SD NEGERI GIRIPENI KECAMATAN WATES

1. Arsip Tertulis

a. Profil SD Negeri Giripeni Kecamatan Wates

b. Dokumen perjanjian kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip

Kabupaten Kulon Progo tahun 2016

2. Foto

a. Gedung sekolah SD Negeri Giripeni

b. Pelaksanaan layanan perpustakaan keliling di SD Negeri Giripeni

78

Lampiran 3. Hasil Observasi

Hasil Observasi Sekolah Dasar Negeri Giripeni Kecamatan Wates

No Aspek yang diamati Indikator Hasil Observasi

1. SD Negeri Giripeni

Kecamatan Wates

Visi dan Misi Terlampir

2. Ruang Perpustakaan

Sekolah

Struktur Organisasi Terlampir

Kendala-kendala Terlampir

3. Upaya meningkatkan

budaya membaca

Perjanjian

kerjasama

Terlampir

Kendala-kendala Terlampir

Hasil Observasi Upaya Sekolah dalam Peningkatan Budaya Membaca Peserta

didik

No Aspek yang

diamati

Indikator Hasil Observasi

1. Upaya sekolah

dalam

peningkatan

budaya membaca

peserta didik

Perencanaan

Pihak sekolah mengadakan kerjasama

dengan kantor perpustakaan dan arsip

kabupaten Kulon Progo agar siswa senang

membaca buku.

Pelaksanaan Layanan perpustakaan keliling berada di

depan ruang perpustakaan sekolah yang

datang setiap hari kamis pada saat jam

istirahat pertama, sejak awal para peserta

didik sudah memiliki kartu anggota

perpustakaan keliling, siswa kelas rendah

dibiasakan untuk meminjam buku sesuai

dengan pilihannya tanpa adanya unsur

pemaksaan.

Kendala Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan

upaya meningkatkan budaya membaca

79

2. Penerapan

peningkatan

budaya membaca

peserta didik di

SD Negeri

Giripeni

Datang ke

perpustakaan

keliling dan

membaca buku

tanpa disuruh

Antusias yang baik ditunjukkan oleh peserta

didik dengan langsung menghampiri mobil

perpustakaan keliling, dan menanyakan

ketika mobil perpustakaan keliling tidak

datang

Meminjam

buku sesuai

dengan

keinginan

Peserta didik meminjam buku sesuai dengan

keinginan dengan cara membaca sinopsis

kemudian meminjam untuk dilanjutkan

dibaca dirumah

Mengembalika

n buku tepat

waktu

Peserta didik yang telah meminjam buku

pada minggu lalu kemudian mengembalikan

pada minggu berikutnya, agar dapat

meminjam buku yang lainnya

Memahami isi

bacaan

Belum ada evaluasi secara spesifik

mengenai pemahaman peserta didik dalam

memahami isi bacaan buku yang dipinjam.

Kendala-

kendala diluar

layanan

perpustakaan

keliling

Minat siswa dalam membaca yang fluktuatif

dan keterbatasan bahan bacaan yang ada

diperpustakaan sekolah

Kendala dalam

layanan

perpustakaan

keliling

Cuaca yang terkadang tidak mendukung

untuk berkunjung ke sekolah dan

keterbatasan tenaga perpustakaan dari

perpustakaan daerah yang dapat

menghambat jalannya layanan pelayanan.

80

Lampiran 4. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara

A. Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Giripeni

Nama : Ibu SMT

Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Mei 2016

Pukul : 09.20 – 09.35 WIB

1. Menurut ibu budaya membaca itu sendiri apa bu?

Jawab :

Budaya membaca itu membiasakan untuk meningkatkan ilmu agar terserap

melalui anak membaca. Iya. Membiasakan untuk meningkatkan ilmu. Ilmu

dari buku-buku itu kan macam-macam kan masih kecil kan sininya

(menunjuk kepala) masih banyak rongga-rongga yang kosong, kalau sudah

terbiasa diisi biar penuh dan tidak apa ya aneh-aneh karena buku mesti

bagus!

2. Apakah budaya membaca penting untuk ditingkatkan mulai sejak

dini?

Jawab :

Ya tentu penting sekali! Hubunganya dengan yang pertama karena disini itu

anak SD yang usianya masih dibawah mungkin ada yang belum waktunya

tapi sudah pinter dari TK itu apa ya? dinaikan itu juga banyak, ada yang

sudah 7 tahun namun juga belum seperti itu karena kemampuan anak kan

berbeda-beda dari keluarga yang berbeda. Nah, untuk gemar membaca itu

memang senantiasa harus ditingkatkan karena ini juga program semua ilmu

harus membaca dari buku-buku, kemudian sering ada, apa ya? Synopsis. Itu

kan harus pintar membaca, kemudian sekarang ini harus ada pelajaran

bercerita, kemudian membaca puisi itu kan dengan banyak membaca bisa

menceritakan kembali. Seperti kemarin itu ada event dari perpustakaan

daerah, kami itu berusaha mengirimkan sekitar 2 hingga 4 anak untuk ikut

biar campur dengan orang banyak biar pede.

3. Ada tidak kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah terkait

dengan budaya membaca?

Jawab :

Hubungannya dengan kemarin lauching di perpustakaan itu kan sebelumnya

belum ada, itukan merupakan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan

gairah membaca.

4. Apa yang mendasari dibuatnya event tersebut menurut ibu?

Jawab :

Kalau menurut saya, karena anak sekarang ini kan sukanya hanya nonton,

nonton tv, nonton game. Game apa saja. kalau membaca kan males

kemudian dia itu kan di sekolah disuruh membaca karna ilmu dari membaca

untuk itu kalau tidak apa ya meningkatkan apa ya istilahnya suport anak-

anak membaca jadi dia tidak suka dengan membaca.

81

5. Kebijakan dari sekolah sendiri, ada tidak kebijakan yang dibuat oleh

sekolah untuk meningkatkan budaya membaca bu?

Jawab :

Kami ya mengupayakan menjalin kerjasama dengan kantor perpustakaan

daerah kabupaten Kulon Progo mulai beberapa tahun yang lalu itu ada

MOUnya. Jadi, kerjasamanya berupa kunjungan mobil perpustakaan

keliling. Ya, biar anak-anak suka membaca terus bisa baca buku pas istirahat

sekolah.

6. Jadwal kunjungannya mungkin setiap apa bu? Rutin?

Jawab :

Ya rutin setiap satu minggu kunjungan kesini sekali, biasanya datang setiap

istirahat pertama itu sekitar 1 jam lah disekolah.

7. Jadi, dari sekolah sendiri mengadakan kerjasama berupa layanan

perpustakaan keliling ya bu? menurut ibu, sejak awal menjalin

kerjasama hingga sekarang sudah meningkatkah kebiasaan siswa

dalam membaca bu?

Jawab :

Ya yang penting begini. Anak-anak tujuan saya suka membaca gitu loh.

Untuk bisa benar-benar biasa membaca mungkin belum terlihat sekali

dampaknya ya, soalnya baru juga MOUnya, kalau anak-anak tetep harus di

opyak-opyak, namanya anak-anak kan ada yang hobi, yang hobi kan ngga

usah di suruh pengennya cepet-cepet, kalau yang males ya suruh ke sana

males-malesan, ya manusiawi. Apalagi untuk anak-anak bawah kalo ngga

ada gambar-gambarnya kan nggak menarik ya, dan itu tidak hanya anak-

anak di bawah, sampe kelas VI saja juga mereka males. Kalau orang tualah,

orang tua baca novel aja ada ilustrasinya. Tetep buku-buku yang tanpa

gambar itu kurang, kurang apa ya? Diminati.

8. Menurut ibu, bagaimana respon dari guru maupunn siswa terkait

dengan layanan perpustakaan keliling? Jawab :

Kelihatannya guru antusias ya untuk memberikan nasehat, untuk menyuruh.

Karena, saya juga gini, buku diperpustakaan sekolah kan itu-itu saja, jadi ya

saya juga memohon dan menghimbau untuk memberikan buku-buku bacaan

yang mendidik, dan sekiranya buku-buku itu buku yang baru biar ada

bedanya dengan buku yang disekolah. Terus kalau untuk responnya dari

siswa ya itu karena buku-bukunya ganti-ganti, kepengennya semua

menyerbu ke perpustakaan keliling itu, karena banyak buku yang bergambar

kan disana.

9. Apakah refrensinya sudah sesuai dengan perkembangan bu? Jawab :

Kelihatannya ya sudah sesuai, karena saya tidak pernah untuk meneliti

sejauh itu, tapi kan saya rasa juga kalau anak-anak SD ya saya rasa, yakin

kalau sudah sesuai. Ndak ada buku yang istilahnya terlalu porno dan

sebagainya. kalo yang keliling itu banyak gambar-gambarnya, menarik,

hanya anak yang sudah besar kan kepengene majalah juga.

82

10. Adakah evaluasi yang dilakukan dalam meningkatkan budaya

membaca bu?

Jawab :

Selama ini evaluasi masih sedikit sekali, mungkin mau diadakan akreditasi,

evaluasi saya serahkan guru kelas, saya limpahkan ke guru kelas. Karena

begini, setiap kelas kan misal sudah kelas 1 membaca masih susah mungkin

karena daya pikirnya yang memang, tapi ada juga yang begitu masuk sudah

suka membaca ini..itu… ya terbalik-balik lah ya. Keadaan ini pasti kan guru

yang lebih paham dengan keadaan siswanya.

11. Adakah faktor pendukung untuk meningkatkan budaya membaca

siswa di SD Negeri Giripeni bu? Jawab :

Faktor yang mendukung? Faktor yang mendukung kalo dari yang intern

jelas! Karna guru itu kalau anaknya belum bisa membaca kan di marahi,

mau pandai dari mana kalau ndak bisa membaca. Itu kan nomer 1 sekolah

itu ya membaca, karna sekarang juga anak SD tidak seperti dulu, kalau dulu

kan anak masuk SD baru ini budi sekarang dah baca sendiri, di TK sudah

dikenalkan huruf-huruf, kelas 1 sudah membaca majalah tapi sekarang

sudah lebih apa ya sudah lebih maju, begitu masuk SD sudah bisa membaca.

12. Untuk faktor penghambatnya sendiri bu?

Jawab :

Faktor penghambat kalau dari siswa mungkin minat ya, minat siswa satu

sama lain kan ngga sama, seperti yang saya bilang tadi kalau yang hobi ya

pengennya buru-buru tapi kalo yang tidak hobi dengan membaca ya malas,

lalu buku kami yang masih statis tidak nambah-nambah. Kalo penghambat

dari perpustakaan keliling itu misalnya perpustakaan keliling itu sudah di

tunggu-tunggu itu tidak datang, hujan dan sebagainya. Itu menjadi jenuh

pake perpustakaannya sendiri.

83

Lampiran 4. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara

A. Wawacara dengan Pustakawan SD Negeri Giripeni

Nama : Ibu S

Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Mei 2016

Pukul : 10.15 -10.35 WIB

1. Menurut Ibu, budaya membaca itu sendiri apa?

Jawab :

Budaya membaca itu ya kebiasaan siswa dalam membaca, kalau disini

antusiasnya masih kurang soale bukunya itu sudah lama-lama kalau

yang baru kan cuma sedikit paling anak-anak ke perpus sebentar gitu

pinjam-pinjam kan sudah bosan, kan sudah habis to bukunya. Ya itu

paling sedikit yang masuk ke perpustakaan kebanyakan sudah buku-

buku lama jadi anak-anak itu ndak tertarik. Gitu aja paling

2. Menurut ibu, penting tidak untuk meningkatkan budaya

membaca?

Jawab :

Penting, supaya anak ketika senang untuk membaca maka

pemahamannya akan menjadi lebih baik, jadi lebih pintar,

pengetahuannya menjadi bertambah. siswa kan kunci utamane senang

membaca yo mbak yo. Tapi nek kurang yo otomatis belajare yo kurang.

3. Adakah program dari Perpustakaan daerah untuk meningkatkan

budaya membaca siswa?

Jawab :

Seperti disini itu ada program motor pintar itu kan dari perpusda yang

datang ke sekolah-sekolah, tapi tidak semua sekolah karena hanya

sekolah-sekolah yang mengajukan ke perpusda itu saja paling yang

mendapat kunjungan. Ini untuk melengkapi supaya ketika istirahat anak

tidak cuma main-main, bisa baca-baca.

4. Ada tidak bu program yang dibuat oleh sekolah untuk

meningkatkan budaya membaca?

Jawab :

Kalau dari sekolah secara spesifik program apa itu belum ada, paling ya

itu tadi kami menjalin kerjasama dengan perpustakaan daerah, sama

guru biar memanfaatkan perpustakaan sekolah untuk memberikan tugas

ke siswanya. Misalnya dikelas berapa gitu memberikan tugas

meringkas, menceritakan kembali tentang tokoh nanti bisa juga hasilnya

yang terbaik ditampilkan dipapan krida peni itu juga baru kita buat untuk

menampung karya siswa ya mba ya.

5. Sejak kapan bu kerjasamanya? Jawab :

Sejak kapan ya? Sekitar 2013 kalau tidak salah ya mba, baru ko itu.

84

6. Sampai saat ini masih berjalan bu kerjasamanya? Jawab :

Masih, masih berjalan sampai saat ini. paling kesini pas jam istirahat

pertama pas hari kamis untuk SD Negeri Giripeni.

7. Berapa lama perpustakaan keliling ada di sekolah bu?

Jawab :

Paling satu jam disini, cuma sebentar karena kadang masih ada sekolah

yang akan didatangi tapi kadang sini dapat giliran yang terakhir juga.

8. Apa yang membuat kerjasama tersebut masih berjalan hingga saat

ini bu? Jawab :

Ya… yang jelas biar anak sedikit-sedikit biasa membaca, pinjam buku,

ketika istirahat anak tidak cuma main-main, bisa baca-baca. Karena kan

antusias siswa kalau ke perpustakaan sekolah itu ngga mesti, karena

buku-buku kami sudah lama juga to.

9. Buku seperti apa yang diminati oleh siswa bu?

Jawab :

Kalau siswa-siswa sini itu yang bergambar itu to kalau anak-anak. Kalau

cuma tulisan gitu ngga begitu suka, malah ngga mau.

10. Ada tidak evaluasi yang dilakukan terkait hal tersebut?

Jawab :

Evaluasi mungkin lebih banyak ketika akan diadakan akreditasi itu

dilakukan evaluasi oleh kepala sekolah.

11. Menurut ibu sebagai pustakawan, bagaimana respon dari siswa

bu?

Jawab :

Responnya kalau untuk yang berkunjung ke perpustakaan sekolah itu ya

masih kurang mungkin karena memang masih banyak keterbatasan yang

dimiliki oleh perpustakaan sekolah. Tapi kalau yang perpustakaan

keliling yang dateng ke sekolah itu responnya ya baik ya karena kan

siswa jadi pinjam buku.

12. Menurut ibu apa yang menjadi faktor pendukung untuk

meningkatkan budaya membaca siswa di SD Negeri Giripeni? Jawab :

Kami yang pasti sangat terbantu dengan adanya kesempatan membuat

kerjasama dengan perpusda itu.

13. Untuk faktor penghambatnya bu?

Jawab :

Ya tadi itu ya misal dengan keterbatasan buku yang kami miliki

diperpustakaan sekolah mungkin kalau ada penambahan buku-buku

yang bergambar diperpustakaan sekolah mungkin anak-anak jadi lebih

tertarik untuk meminjam buku di perpustakaan sekolah, dengan buku

yang lebih beragam kan senang anak-anak untuk pinjam karena kalau

perpustakaan keliling itu ndak dateng ya ditanyain kok ndak datang gitu.

Terus paling sama sarana dan prasarana yang ada di perpustakaan

85

sekolah sendiri ya, rak-raknya juga bisa dilihat itu bagaimana, kami juga

belum dilengkapi dengan komputer atau sistem kami yang belum online.

14. Dari sekolah apakah tidak ada pengajuan atau kerjasama dengan

penerbit bu?

Jawab :

Wah itu ngga ada e itu, paling dari dana BOS itu menganggarkan 10%

untuk beli buku-buku itu juga banyaknya kan buku yang menunjang

pelajaran ya. Ya. Solusinya sini paling itu perpustakaan keliling itu

kalau untuk pengadaan buku kami belum ada.

86

Lampiran 4. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara

A. Nama : Ibu EN

Hari/Tanggal : Senin, 13 Juni 2016

Waktu : Pukul 08.20 – selesai

1. Menurut ibu, apa itu budaya membaca?

Jawab :

Budaya membaca menurut saya, ya suatu kegemaran anak-anak atau

kebiasaan yang dilakukan anak-anak untuk bisa menyukai buku dan

membudayakan budaya membaca itu sendiri. Jadi, pembiasaan terutama

karena saya memegang kelas rendah kalau tidak dibiasakan memang susah

untuk anak.

2. Apakah budaya membaca penting untuk ditingkatkan?

Jawab :

Iya penting.

3. Adakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk meningatkan

budaya membaca?

Jawab :

Kalau kebijakan dari pemerintah daerah sendiri mungkin saya belum terlalu,

mungkin lebih kepada dari pemerintah melalui perpustakaan daerah sudah

melakukan launching-kan beberapa event mau ada bazar buku, maupun

event-event yang lain. Tetapi mungkin lokasi kami yang memang agak

dipinggiran kota, untuk itu jika kita akan menghadiri tentunya harus

menganggarkan yang bermacam-macam. Kami memang sudah pernah

datang ke perpustakaan daerah tetapi tidak pas ketika disana ada event

tertentu ketika tahun ajaran ini. Sudah kami laksanakan untuk kelas II dan

III ke sana. Kami juga bekerjasama dengan perpusda, untuk itu setiap hari

kamis kami kedatangan mobil perpustakaan keliling itu selalu kesini.

Alhamdulillah kelihatannya juga ada antusias dari anak-anak untuk pinjam

buku.

4. Kebijakan apa yang dibuat oleh sekolah untuk meningkatkan budaya

membaca siswa?

Jawab :

Kebijakannya selama ini ya.. belum. Cuma paling di perpustakaan daerah

itu, kemdian paling kami guru kelas biasanya memberikan beberapa tugas

yang ada kaitannya dengan membaca, tapi memang kendalanya

perpustakaannya kurang memadai bukunya, bukunya belum terlalu banyak

variasi cerita anak-anak misalnya seperti itu. Dengan kapasitas siswa sekitar

kurang lebih 100 mungkin bukunya harus sekian memang belum terpenuhi

untuk perpustakaan di sekolah.

5. Apa yang mendasari dibuatnya event?

Jawab :

Ya salah satunya agar anak itu bisa menjadi lebih tertarik, sejak kecil anak-

anak tertarik untuk senang pada buku dan membaca.

87

6. Minat siswa untuk membaca sendiri bagaimana bu?

Jawab :

Yaa… sebagian besar memang masih kurang, itu juga mungkin karena

disini karena lingkungan rumah sendiri dari lingkungan keluarga dan

sebagainya belum begitu mendukung, biasanya kalau Cuma sepihak dari

kita, kita sudah oprak-oprak tapi dirumah di diamkan saja oleh orang tua

kan juga tidak bisa berjalan. Dari sisi dukungan dari keluarga mungkin

sebagian besar belum sampai kesitulah. Tapi sekolah tetap berusaha untuk

memotivasi, dengan adanya perpustakaan keliling dan anak-anak di

anjurkan setiap minggu harus pinjam kan paling tidak mereka sudah mau

untuk membaca. Tetapi kami dari pihak sekolah sendiri tidak dapat

memantau buku tersebut sudah dibaca atau belum, karena buku yang

dipinjam akan dibawa pulang kemudian minggu depan anak-anak

kembalikan. Sebenarnya waktu yang dihabiskan siswa di sekolah singkat

jadi sebenarnya orang tua yang lebih mengetahui. Sehingga dukungan dari

keluargalah yang lebih penting, kalau guru sekedar untuk mengingatkan,

menganjurkan.

7. Upaya dan kegiatan apa yang dilakukan oleh sekolah untuk

meningkatkan budaya membaca siswa di SD Negeri Giripeni?

Jawab :

Untuk yang spesifik belum ada kegiatan yang kami lakukan untuk

meningkatkan budaya membaca, hanya itu kami ada perpustakaan sekolah,

kami mengadakan kerjasama dengan perpusda seperti itu.

8. Sarana dan prasaran sendiri?

Jawab :

Memang seperti yang telah saya sampaikan di awal tadi, untuk fasilitas di

perpustakaan sekolah kan memang belum begitu memadai, untuk sekitar

100 lebih anak jumlah judul buku bacaan, kemudian kondisi bukunya

sendiri mungkin sudah agak kadarluarsa kurang menarik seperti itu.

Biasanya anak jadi kurang tertarik, buku ceritanya sudah unuk kelas tinggi

untuk penalaran dari buku bacaan itu sendiri, kalau untuk anak-anak yang

kelas rendah memangkan sukanya buku yang bergambarlah.

9. Buku yang diminati oleh anak-anak?

Jawab :

Ya kalau untuk anak-anak buku-buku cerita seperti itu yang masih gambar

dan tulisan loo, tidak hanya sekedar gambar tetapi gambar yang disertai

tulisan, itu mereka masih suka, masih buku-buku yang penuh warna. Jadi,

kalau buku teks bacaan yang sudah full tulisan mereka tetep ya kurang

berminat.

10. Menurut ibu, apa yang menjadi faktor pendukung?

Jawab :

Ya itu tadi, yang jelas adalah keluarga. Kalau faktor pendukung yang paling

utama kalau budaya membaca itu jelas keluarga, karena waktu yang paling

banyak dihabiskan oleh anak itukan di rumah bersama keluarga, kalau di

sekolah waktu yang dimiliki siswa hanya 4 jam saja sudah untuk pelajaran

88

itu jelas. Kalau lingkungan rumah dan keluarga mendukung untuk gemar

membaca saya yakin anak pasti suka membaca.

11. Faktor penghambatnya?

Jawab :

Fasilitas jelas bukunya kurang, mungkin dorongan dari orang tua itu jelas

menjadi penghambat.

12. Adakah solusi yang dibuat untuk mengatasi adanya faktor

penghambat dalam meningkatkan budaya membaca?

Jawab :

Untuk solusinya kami belum ada, untuk budaya membaca sendiri belum ada

pertemuan yang khusus untuk itu belum. Karena pertemuan dengan orang

tua paling-paling setahun 2-3 kali, kecuali kalau orang tua pro-aktif maksud

saya orang tua pro-aktif mau datang sendiri ke sekolah bertemu dengan wali

kelas dan bertanya bagaimana mengenai anaknya baru itu ada perbincangan

tetapi kalau seperti itu dilakukan tidak secara umum karena hanya biasanya

hanya ada satu dua wali yang seperti itu.

13. Sebagian besar anak-anak di kelas rendah sudah bisa membaca?

Jawab :

Ya sudah, biarpun kadang-kadang tahun ajaran awal masih ada 1-2 anak

yang agak lambat, belum lancar itu biasanya saya lebih intens untuk

komunikasi dengan orang tua.

89

Hasil Wawancara

Nama : Ibu SS

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Juni 2016

Pendidikan terakhir : SMA

1. Menurut ibu, apakah membaca itu penting?

Jawab :

Penting sekali

2. Menurut ibu, apakah manfaat yang diperoleh dari membaca?

Jawab :

Tentunya untuk menambah pengetahuan, mungkin dengan membaca dapat

mengurangi anak dalam bermain yang kurang bermanfaat, mengurangi anak

untuk menonton TV.

3. Apakah anda senang melakukan kegiatan membaca?

Jawab :

Kalau ada waktu saya membaca, kalau sempat saya membaca apa yang ada

bisa buku, koran. Itu kalau sempat, kalau nggak sempat ya ndak. Karena

kita sebagai orang tua paling tidak memberikan contoh jadi kita punya peran

penting untuk mendampingi juga.

4. Menurut ibu, apakah adik senang membaca?

Jawab :

Menurut saya, selama saya kontrol dirumah selama ini anak saya itu

memang senang membaca buku pelajaran khususnya, kalau sedang ada

buku yang ia pinjam ya dibaca. Untuk sampai saat ini ya…

5. Sejak kapan adik sudah bisa membaca?

Jawab :

TK sudah bisa membaca

6. Menurut ibu, apa yang membuat adik menjadi senang membaca?

Jawab :

Mungkin lebih kepada ketertarikannya apa yang ada dibuku itu.

7. Bagaimana tanggapan ibu mengenai perpustakaan keliling?

Jawab :

Saya senang sekali, karena sangat membantu dengan buku yang lebih

beragam.

8. Bagaimana motivasi yang diberikan kepada adik agar senang

membaca?

Jawab :

Ooo..ya kalau anak saya, kalau itu menjadi kebutuhannya dia tidak perlu

disuruh sudah ini ya dilakukan, Alhamdulillah kalau anak saya kalau

mungkin kurang bermanfaat jadi kurang berminat. Saya nggak pernah

dorong-dorong anak untuk hayoo harus membaca itu ndak.

90

Hasil Wawancara

Nama : Ibu AI

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Juni 2016

Pendidikan terakhir : SMA

1. Menurut ibu, apakah membaca itu penting?

Jawab :

Sangat penting.

2. Manfaat apa yang diperoleh dari membaca?

Jawab :

Manfaat dari membaca setidaknya anak menjadi tidak ingin bermain

meskipun hanya ½ - 1 jam setidaknya membaca setiap hari, dengan

membaca setidaknya kita lebih mengetahui apa yang belum kita ketahui.

3. Sebagai orang tua, apakah anda senang untuk membaca?

Jawab :

Kalau yang namanya orang tua kan setidaknya memberi contoh supaya

anaknya ya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

4. Apakah adik di rumah senang untuk membaca?

Jawab :

Kalau anak saya ya…bukanya muji, tapi setidaknya kalau anak saya kalau

waktunya main ya main, waktunya belajar ya belajar. Jadi, sudah dibagi-

bagi, sama orang tuanya juga siih…

5. Buku apa yang sering dibaca oleh adik?

Jawab :

Bukunya ya macam-macam soalnya kalau dirumah itu misalkan seperti ini

ya liburan saya belikan buku yang belum ada dari sekolahan juga saya

belikan, seperti kemarin matematika. Soalnya kan kalau dari kelas III belum

dapat. Ya macam-macam termasuk yang disuka, lebih menunjang supaya

anaknya itu lebih berkembang.

6. Apakah ibu mengetahui jika SD Negeri Giripeni menjalin kerjasama

dengan Perpusda dengan adanya layanan perpustakaan keliling?

Jawab :

Tahu

7. Menurut ibu, apakah adik meminjam buku untuk dibaca dari layanan

perpustakaan keliling?

Jawab :

Iya anak saya meminjam buku untuk dibaca, malah sampai berulang-ulang.

Karenakan itu satu minggu ya jangka peminjamannya, kadang-kadang

adiknya itu diajak cerita kan dia punya adik umur 3 tahun sekarang, sambil

tiduran gitu.

8. Kapan adik mulai bisa membaca?

Jawab :

Anak saya TK besar

9. Bagaimana motivasi yang dilakukan agar anak senang membaca?

91

Jawab :

Biasanya saya ini misalkan melihat anak itu ada yang pinter, saya jadikan

patokan. “nah, itu liat mbaknya pinter juara satu” dengan itu kan anak

dengan sendirinya maju. Kalau naik kelas dapat ranking satu dibeliin hadiah

walaupun tidak diminta, tapi namanya untuk memotivasi anak pokoknya

dibelikan walaupun apa adanya. Begitu… tapikan semangat-semangat.

10. Apakah dirumah menyediakan perpustakaan?

Jawab :

Kalau perpustakaan seperti itu si nggak ada, cuman kita kaya dari dia mulai

TK suka buku cerita jadikan dikumpul terus buku-buku bekas dari bapaknya

dulu juga ada.

11. Bagaimana tanggapan ibu mengenai layanan perpustakaan keliling?

Jawab :

Karena kalo yang perpustakaan yang keliling kan seminggu sekali, anak-

anak mungkin lebih senang yang keliling ya.. soalnya kalau saya tanya

sering ke perpustakaan sekolah katanya sering tapi bacanya disitu. Gitu, ya

berbeda dengan yang perpustakaan keliling bukunya bisa dipinjam untuk

dibawa pulang ke rumah.

92

Hasil Wawancara

Nama : Ibu KR

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Juni 2016

Pendidikan terakhir : SMP

1. Menurut ibu, apakah membaca itu penting?

Jawab :

Penting

2. Manfaat apa yang diperoleh dari membaca bu?

Jawab :

Kalau bisa membaca, anak kan jadi bisa mengikuti pelajaran yang ada di

sekolah, kalau tidak bisa membaca kan ngga bisa mengerjakan soal-soal.

3. Sejak kapan adik sudah bisa membaca?

Jawab :

Dari TK 0 besar sudah bisa membaca

4. Apakah anda senang melakukan kegiatan membaca?

Jawab :

Saya suka membaca, kalau dirumah gitu juga ada beberapa buku lama.

5. Apakah anak anda senang membaca?

Jawab :

Suka tapi lebih suka main kayanya. Paling kalau membaca pas malam

belajar itu ya, lainnya ya lebih suka untuk main-main soalnya kan cowok.

6. Buku apa yang sering dibaca oleh adik?

Jawab :

Sukanya baca dongeng, soalnya ini adiknya kan PAUD jadi minta suruh

dibacakan bukunya.

7. Bagaimana tanggapan ibu mengenai perpustakaan keliling?

Jawab :

Membantu sekali menurut saya, jadi anak lebih suka untuk membaca karena

mau ngga mau setiap meninggu meminjam buku jadi mereka lebih terbiasa

dengan buku, paling tidak seperti itu.

8. Menurut ibu, apakah buku yang dipinjam sudah sesuai dengan usia

adik?

Jawab :

Kalau yang dibawa pulang sejauh ini ya sesuai dengan usianya, soalnya

bukunya juga yang bergambar dengan tokoh-tokoh kartun terus yang

dongeng itu yang banyak gambar-gambarnya terus kata-katanya cuma

sedikit lebih banyak gambar dan warna-warni.

9. Bagaimana motivasi yang diberikan kepada anak agar senang

membaca?

Jawab :

Ya diberikan nasehat-nasehat aja untuk belajar supaya pintar gitu, sambil

paling dibelikan hadiah.

93

Hasil Wawancara

B. Wawancara dengan siswa SD Negeri Giripeni

Nama : IK

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2016

Waktu : Pukul 10.15 sampai dengan selesai

1. Apakah adik senang membaca? Mengapa?

Jawab: Suka

2. Dimana biasanya adik membaca? Kenapa?

Jawab: dirumah, soalnyakan kalo ada mobil perpustakaan keliling pinjem

buku terus dibawa pulang, jadi baca bukunya dirumah.

3. Buku apa yang biasa dibaca?

Jawab : buku cerita tentang kancil yang bijak

4. Menurut adik, apakah membaca penting?

Jawab : penting,

5. Sejak kapan mulai membaca?

Jawab : TK sudah bisa baca

6. Menurut adik, apa saja manfaat dari membaca?

Jawab : biar pandai, menambah ilmu

7. Berapa banyak buku yang adik baca dalam satu minggu?

Jawab : 2 buku

8. Adik membaca karena disuruh atau keinginan sendiri?

Jawab : nggak disuruh, bu guru suka kasih nasehat buat membaca. Terus

kalo dirumah sering dibeliin buku sama bapak.

94

Hasil Wawancara

C. Wawancara dengan siswa SD Negeri Giripeni

Nama : SR

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2016

Waktu : Pukul 10.15 sampai dengan selesai

9. Apakah adik senang membaca?

Jawab : suka baca buku, bukunya kancil yang bijak.

10. Dimana biasanya adik membaca?

Jawab : dirumah,

11. Kenapa? disekolah baca buku di perpustakaan sekolah ngga?

Jawab : enggak pake perpustakaan sekolah. Soalnya ngga ada yang lucu

bukunya.

12. Tapi, perpustakaan sekolah di buka setiap hari?

Jawab : dibuka.

13. Buku apa yang biasa dibaca?

Jawab : cerita lucu.

14. Menurut adik, apakah membaca penting?

Jawab : penting.

15. Sejak kapan mulai membaca?

Jawab : udah lama, dari SD kelas 1 bisa baca buku.

16. Menurut adik, apa saja manfaat dari membaca?

Jawab : agar tahu cerita-cerita, terus biar pintar.

17. Berapa banyak buku yang adik baca dalam satu minggu?

Jawab : ngga mesti, kadang kalo baca satu buku bisa 3 hari, bisa 3 jam

18. Adik membaca karena disuruh atau keinginan sendiri?

Jawab : pengen baca sendiri

95

Hasil Wawancara

A. Wawancara dengan siswa SD Negeri Giripeni

Nama : AR

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2016

Waktu : Pukul 10.15 WIB sampai dengan selesai

1. Apakah adik senang membaca?

Jawab: kadang-kadang suka

2. Dimana biasanya adik membaca? Kenapa?

Jawab: dirumah, kalo diperpus nggak bagus-bagus e mbak bukunya

3. Lalu baca buku dari mana ketika dirumah?

Jawab: buku yang dipinjam itu dari perpustakaan keliling

4. Buku di perpustakaan keliling bagus-bagus tidak?

Jawab: iya, macam-macam bukunya.

5. Ada perpustakaan keliling hari apa si dik?

Jawab: hari kamis pas istirahat itu mbak

6. Buku apa yang biasa dibaca?

Jawab : tentang pengetahuan, cerita juga mbak

7. Menurut adik, apakah membaca penting?

Jawab : penting

8. Sejak kapan mulai membaca?

Jawab : TK

9. Menurut adik, apa saja manfaat dari membaca?

Jawab : sumber ilmu, teruss…. Opo yo? Terus menambah pengetahuan

10. Berapa banyak buku yang adik baca dalam satu minggu?

Jawab : ngga dihitung mbak

11. Adik membaca karena disuruh atau keinginan sendiri?

Jawab : disuruh sama bapak ibu dirumah

96

Hasil Wawancara

B. Wawancara dengan siswa SD Negeri Giripeni

Nama : RV

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2016

Waktu : Pukul 10.15 WIB sampai dengan selesai

12. Apakah adik senang membaca?

Jawab: suka baca

13. Dimana biasanya adik membaca? Kenapa?

Jawab: dirumah,

14. Buku apa yang biasa dibaca?

Jawab : komik, komik itu bikin bahagia mbak

15. Menurut adik, apakah membaca penting?

Jawab : penting, karena buku sumber ilmu

16. Sejak kapan mulai membaca?

Jawab : TK udah bisa baca

17. Menurut adik, apa saja manfaat dari membaca?

Jawab : sumber ilmu kumau mbak

18. Berapa banyak buku yang adik baca dalam satu minggu?

Jawab : ngga tau

19. Adik membaca karena disuruh atau keinginan sendiri?

Jawab : disuruh sama bapak ibu mbak

97

Hasil Wawancara

C. Wawancara dengan siswa SD Negeri Giripeni

Nama : IM

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2016

Waktu : Pukul 10.15 WIB sampai dengan selesai

20. Apakah adik senang membaca? Mengapa?

Jawab: nggak suka, soalnya capek duduk terus

21. Dimana biasanya adik membaca? Kenapa?

Jawab: dirumah,

22. Buku apa yang biasa dibaca?

Jawab : buku cerita rakyat yang bergambar

23. Menurut adik, apakah membaca penting?

Jawab : penting,

24. Sejak kapan mulai membaca?

Jawab : TK

25. Menurut adik, apa saja manfaat dari membaca?

Jawab : biar pandai kata bu guru

26. Berapa banyak buku yang adik baca dalam satu minggu?

Jawab : 1

27. Adik membaca karena disuruh atau keinginan sendiri?

Jawab : Nggak disuruh

98

Lampiran 5. Reduksi Data

REDUKSI, PENYAJIAN DATA DAN KESIMPULAN

HASIL WAWANCARA PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA PESERTA DIDIK DENGAN KEPALA SEKOLAH SD

NEGERI GIRIPENI

No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Menurut ibu budaya

membaca itu sendiri apa bu?

Budaya membaca itu membiasakan untuk meningkatkan ilmu agar terserap

melalui anak membaca.

Budaya membaca yaitu

membiasakan membaca untuk

meningkatkan ilmu

2. Apakah budaya membaca

penting untuk ditingkatkan

mulai sejak dini?

Ya tentu penting sekali. hubunganya dengan yang pertama karena disini itu

anak SD yang usianya masih dibawah mungkin ada yang belum waktunya

tapi sudah pinter dari TK itu apa ya? dinaikan itu juga banyak, ada yang

sudah 7 tahun namun juga belum seperti itu karena kemampuan anak kan

berbeda-beda dari keluarga yang berbeda. untuk gemar membaca itu

memang senantiasa harus ditingkatkan karena ini juga program semua ilmu

harus membaca dari buku-buku, kemudian sering ada, apa ya? Synopsis. Itu

kan harus pintar membaca, kemudian sekarang ini harus ada pelajaran

bercerita, kemudian membaca puisi itu kan dengan banyak membaca bisa

menceritakan kembali.

Gemar membaca harus

ditingkatkan karena semua ilmu

berkaitan dengan membaca

3. Ada tidak kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah

daerah terkait dengan budaya

membaca?

Hubungannya dengan kemarin lauching di perpustakaan itu kan

sebelumnya belum ada, itukan merupakan kebijakan pemerintah untuk

meningkatkan gairah membaca

Sekolah tidak menyebutkan

kebijakan yang seperti apa yang di

buat oleh pemerintah daerah

(Perpusda)

4. Apa yang mendasari

dibuatnya event tersebut

menurut ibu?

Kalau menurut saya, karna anak sekarang ini kan sukanya hanya nonton,

nonton tv, nonton game. Game apa saja. kalau membaca kan males

kemudian dia itu kan di sekolah disuruh membaca karna ilmu dari membaca

Kebijakan yang dibuat didasari

karena anak-anak saat ini malas

untuk membaca dan lebih tertarik

99

untuk itu kalau tidak apa ya meningkatkan apa ya istilahnya support anak-

anak membaca jadi dia ndak suka dengan membaca-membaca.

pada kegiatan seperti menonton TV

maupun bermain Game

5. Kebijakan dari sekolah

sendiri, ada tidak kebijakan

yang dibuat oleh sekolah

untuk meningkatkan budaya

membaca bu?

Kami ya mengupayakan menjalin kerjasama dengan kantor perpustakaan

daerah kabupaten Kulon Progo mulai beberapa tahun yang lalu itu ada

MOUnya. Jadi, kerjasamanya berupa kunjungan mobil perpustakaan

keliling. Ya, biar anak-anak suka membaca terus bisa baca buku pas

istirahat sekolah.

Sekolah mengupayakan dengan menjalin kerjasama dengan kantor

perpustakaan daerah kabupaten

Kulon Progo.

6. Jadwal kunjungannya

mungkin setiap apa bu?

Rutin?

Ya rutin setiap satu minggu kunjungan kesini sekali, biasanya datang setiap

istirahat pertama itu sekitar 1 jamlah di sekolah

Kunjungan perpustakaan keliling

setiap hari kamis pada jam istirahat

pertama.

7. Jadi, dari sekolah sendiri

mengadakan kerjasama

berupa layanan perpustakaan

keliling ya bu? Menurut ibu,

sejak awal menjalin

kerjasama hingga sekarang

sudah meningkatkan

kebiasaan siswa dalam

membaca bu?

Ya yang penting begini anak-anak tujuan saya suka membaca gitu loh.

Untuk bisa benar-benar biasa membaca mungkin belum terlihat sekali

dampaknya ya, soalnya baru juga MOUnya, kalau anak-anak tetep harus di

opyak-opyak, namanya anak-anak kan ada yang hobi, yang hobi kan ngga

usah di suruh pengennya cepet-cepet, kalau yang males ya suruh ke sana

males-malesan,

Dampak secara signifikan belum

dapat terlihat. Namun tujuan utama

sekolah mengadakan kerjasama

tersebut agar siswa senang

mambaca terlebih dahulu

8. Menurut ibu, bagaimana

respon dari guru maupunn

siswa terkait dengan layanan

perpustakaan keliling?

Kelihatannya guru antusias ya untuk memberikan nasehat, untuk menyuruh.

Terus kalau untuk responnya dari siswa ya itu karena buku-bukunya ganti-

ganti, kepengennya semua menyerbu ke perpustakaan keliling itu, karena

banyak buku yang bergambar kan disana.

Respon yang baik ditunjukan oleh

guru dan siswa dengan adanya

layanan perpustakaan keliling

9. Apakah refrensinya sudah

sesuai dengan perkembangan

bu?

Kelihatannya ya sudah sesuai, karena saya tidak pernah untuk meneliti

sejauh itu, tapi kan saya rasa juga kalau anak-anak SD ya saya rasa, yakin

kalau sudah sesuai.

Kepala sekolah tidak meneliti

secara lebih jauh, hanya saja untuk

usia SD kepala sekolah yakin buku

yang tersedia sudah sesuai.

10. Adakah evaluasi yang

dilakukan dalam

Selama ini evaluasi masih sedikit sekali, mungkin mau diadakan akreditasi,

evaluasi saya serahkan guru kelas, saya limpahkan ke guru kelas.

Evaluasi yang dilakukan masih

sedikit dan dilimpahkan kepada

100

meningkatkan budaya

membaca bu?

guru kelas karena guru kelas yang

dianggap lebih memahami siswa.

11. Adakah faktor pendukung

untuk meningkatkan budaya

membaca siswa di SD Negeri

Giripeni bu?

Faktor yang mendukung? Faktor yang mendukung kalo dari yang intern

jelas! Karna guru itu kalau anaknya belum bisa membaca kan di marahi,

mau pandai dari mana kalau ndak bisa membaca.

Faktor pendukung menurut kepala

sekolah adalah dukungan dari

intern sekolah, guru memberikan

nasehat kepada siswanya.

12. Untuk faktor penghambatnya

sendiri bu?

Faktor penghambat kalau dari siswa mungkin minat ya, minat siswa satu

sama lain kan ngga sama, seperti yang saya bilang tadi kalau yang hobi ya

pengennya buru-buru tapi kalo yang tidak hobi dengan membaca ya malas,

lalu buku kami yang masih statis tidak nambah-nambah. Kalo penghambat

dari perpustakaan keliling itu misalnya perpustakaan keliling itu sudah di

tunggu-tunggu itu tidak datang, hujan dan sebagainya. Itu menjadi jenuh

pake perpustakaannya sendiri.

Faktor penghambat yang pertama

adalah minat siswa yang berbeda

satu sama lain. Kemudian koleksi

buku di perpustakaan sekolah yang

masih statis. Faktor penghambat

dari perpustakaan keliling adalah

ketika perpustakaan keliling tidak

datang karena hujan.

101

REDUKSI, PENYAJIAN DATA DAN KESIMPULAN

HASIL WAWANCARA PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA PESERTA DIDIK DENGAN PUSTAKAWAN SD

NEGERI GIRIPENI

No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Menurut Ibu, budaya

membaca itu sendiri apa?

Budaya membaca itu ya kebiasaan siswa dalam membaca Budaya membaca merupakan

kebiasaan siswa membaca

2. Menurut ibu, penting tidak

untuk meningkatkan budaya

membaca?

Penting, supaya anak ketika senang untuk membaca maka pemahamannya

akan menjadi lebih baik, jadi lebih pintar, pengetahuannya menjadi

bertambah. siswa kan kunci utamane senang membaca

Budaya membaca penting untuk

ditingkatkan karena menajdi kunci

utama siswa dengan membaca dapat

menambah pemahaman dan

pengetahuan siswa

3. Adakah program dari

Perpustakaan daerah untuk

meningkatkan budaya

membaca siswa?

Seperti disini itu ada program motor pintar itu kan dari perpusda yang

datang ke sekolah-sekolah, tapi tidak semua sekolah karena hanya sekolah-

sekolah yang mengajukan ke perpusda itu saja paling yang mendapat

kunjungan. Ini untuk melengkapi supaya ketika istirahat anak tidak cuma

main-main, bisa baca-baca.

Program dari perpustakaan daerah

untuk meningkatkan budaya

membaca siswa dengan adanya

motor pintar bagi sekolah yang

mengajukan kerjasama

4. Ada tidak bu program yang

dibuat oleh sekolah untuk

meningkatkan budaya

membaca?

Kalau dari sekolah secara spesifik program apa itu belum ada, paling ya itu

tadi menjalin kerjasama dengan perpustakaan daerah, sama guru biar

memanfaatkan perpustakaan sekolah untuk memberikan tugas ke siswanya.

Belum ada program yang spesifik

yang dibuat

5. Sejak kapan bu

kerjasamanya?

Sejak kapan ya? Sekitar 2013 kalau tidak salah ya mba, baru ko itu. Kerjasama dilakukan sejak sekitar

tahun 2013

6. Sampai saat ini masih

berjalan bu kerjasamanya?

Masih, masih berjalan sampai saat ini. paling kesini pas jam istirahat

pertama pas hari kamis untuk SD Negeri Giripeni.

Kerjasama tersebut masih bejalan

hingga saat ini.

7. Berapa lama perpustakaan

keliling ada di sekolah bu?

Paling satu jam disini, cuma sebentar karena kadang masih ada sekolah

yang akan didatangi tapi kadang sini dapat giliran yang terakhir juga.

Perpustakaan keliling datang ke

sekolah kurang lebih 1 jam.

102

8. Apa yang membuat

kerjasama tersebut masih

berjalan hingga saat ini bu?

yang jelas biar anak sedikit-sedikit biasa membaca, pinjam buku, ketika

istirahat anak tidak cuma main-main, bisa baca-baca. Karena kan antusias

siswa kalau ke perpustakaan sekolah itu ngga mesti, karena buku-buku

kami sudah lama juga.

Kerjasama tersebut masih berjalan

hingga saat ini agar anak sedikit-

sedikit biasa membaca, pinjam

buku, ketika istirahat anak tidak

cuma main-main, bisa baca-baca.

9. Buku seperti apa yang

diminati oleh siswa bu?

Kalau siswa-siswa sini itu yang bergambar itu to kalau anak-anak. Kalau

cuma tulisan gitu ngga begitu suka, malah ngga mau.

Siswa SD Negeri Giripeni lebih

suka buku bergambar.

10. Ada tidak evaluasi yang

dilakukan terkait hal

tersebut?

Evaluasi mungkin lebih banyak ketika akan diadakan akreditasi itu

dilakukan evaluasi oleh kepala sekolah.

Evaluasi lebih banyak dilakukan

ketika akan dilakukan evaluasi.

11. Menurut ibu sebagai

pustakawan, bagaimana

respon dari siswa bu?

Responnya kalau untuk yang berkunjung ke perpustakaan sekolah itu ya

masih kurang mungkin karena memang masih banyak keterbatasan yang

dimiliki oleh perpustakaan sekolah. Tapi kalau yang perpustakaan keliling

yang dateng ke sekolah itu responnya ya baik ya karena kan siswa jadi

pinjam buku.

Respon siswa untuk berkunjung ke

perpustakaan sekolah masih kurang,

namun respon yang baik ditunjukan

siswa ketika perpustakaan keliling

datang ke sekolah.

12. Menurut ibu apa yang

menjadi faktor pendukung

untuk meningkatkan budaya

membaca siswa di SD Negeri

Giripeni?

Kami yang pasti sangat terbantu dengan adanya kesempatan membuat

kerjasama dengan perpusda itu

Yang menjadi faktor pendukung

adalah adanya perpustakaan

keliling.

13. Untuk faktor penghambatnya

bu?

Ya tadi itu ya misal dengan keterbatasan buku yang kami miliki

diperpustakaan sekolah, terus paling sama sarana dan prasarana yang ada di

perpustakaan sekolah sendiri ya, rak-raknya juga bisa dilihat itu bagaimana,

kami juga belum dilengkapi dengan komputer atau sistem kami yang belum

online.

Yang menjadi faktor penghambat

diantaranya keterbatasan buku yang

dimiliki, sarana prasana

diperpustakaan sekolah yang belum

memadai dan sistem di

perpustakaan sendiri yang belum

online.

103

REDUKSI, PENYAJIAN DATA DAN KESIMPULAN

HASIL WAWANCARA PENINGKATAN BUDAYA MEMBACA PESERTA DIDIK DENGAN WALI KELAS II SD

NEGERI GIRIPENI

No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Menurut ibu, apa itu budaya

membaca?

Budaya membaca menurut saya, ya suatu kegemaran anak-anak atau

kebiasaan yang dilakukan anak-anak untuk bisa menyukai buku dan

membudayakan budaya membaca itu sendiri. Jadi, pembiasaan terutama

karena saya memegang kelas rendah kalau tidak dibiasakan memang susah

untuk anak.

Budaya membaca merupakan suatu

kegemaran atau kebiasaan yang

dilakukan untuk menyukai buku

2. Adakah kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah untuk

meningatkan budaya

membaca?

Kalau kebijakan dari pemerintah daerah sendiri mungkin saya belum

terlalu, mungkin lebih kepada dari pemerintah melalui perpustakaan daerah

sudah melakukan launching-kan beberapa event mau ada bazar buku,

maupun event-event yang lain. Kami memang sudah pernah datang ke

perpustakaan daerah tetapi tidak pas ketika disana ada event tertentu ketika

tahun ajaran ini. Sudah kami laksanakan untuk kelas II dan III ke sana. Kami

juga bekerjasama dengan perpusda, untuk itu setiap hari kamis kami

kedatangan mobil perpustakaan keliling itu selalu kesini.

Belum ada kebijakan dari

pemerintah terkait dengan

meningkatkan budaya membaca.

Namun, perpustakaan daerah

mengadakan berbagai program

seperti kunjungan ke perpustakaan

daerah serta MOU sekolah dengan

perpustakaan daerah dengan

adanya perpustakaan keliling,

kemudian event-event yang

dilakukan oleh perpusda yang

diharapkan dapat meningkatkan

budaya membaca

3. Kebijakan apa yang dibuat

oleh sekolah untuk

meningkatkan budaya

membaca siswa?

Kebijakannya selama ini ya.. belum. cuma paling di perpustakaan itu, tapi

memang kendalanya perpustakaannya kurang memadai bukunya, bukunya

belum terlalu banyak variasi cerita anak-anak misalnya seperti itu. Dengan

kapasitas siswa sekitar kurang lebih 100 mungkin bukunya harus sekian

memang belum terpenuhi untuk perpustakaan di sekolah.

Belum ada kebijakan yang dibuat

oleh sekolah terkait dengan

meningkatkan budaya membaca

siswa

104

4. Minat siswa untuk membaca

sendiri bagaimana bu?

Yaa… sebagian besar memang masih kurang, itu juga mungkin karena

disini karena lingkungan rumah sendiri dari lingkungan keluarga dan

sebagainya belum begitu mendukung, biasanya kalau cuma sepihak dari

kita, kita sudah oprak-oprak tapi dirumah di diamkan saja oleh orang tua

kan juga tidak bisa berjalan. Dari sisi dukungan dari keluarga mungkin

sebagian besar belum sampai kesitulah. Tapi sekolah tetap berusaha untuk

memotivasi, dengan adanya perpustakaan keliling dan anak-anak di

anjurkan setiap minggu harus pinjam kan paling tidak mereka sudah mau

untuk membaca.

Minat siswa untuk membaca

sebagian besar masih kurang, hal

ini juga disebabkan karena oleh

faktor keluarga yang belum begitu

mendukung

5. Upaya dan kegiatan apa yang

dilakukan oleh sekolah untuk

meningkatkan budaya

membaca siswa di SD Negeri

Giripeni?

Untuk yang spesifik belum ada kegiatan yang kami lakukan untuk

meningkatkan budaya membaca, hanya itu kami ada perpustakaan sekolah,

kami mengadakan kerjasama dengan perpusda seperti itu.

Belum ada upaya atau kegiatan

yang spesifik dilakukan oleh

sekolah untuk meningkatkan

budaya membaca, sekolah hanya

menjalin kerjasama dengan

perpusda dan mengikuti berbagai

event maupun program yang

diadakan oleh perpusda

6. Sarana dan prasaran sendiri?

Untuk fasilitas di perpustakaan sekolah kan memang belum begitu

memadai, untuk sekitar 100 lebih anak jumlah judul buku bacaan, kemudian

kondisi bukunya sendiri mungkin sudah agak kadarluarsa kurang menarik

seperti itu. Biasanya anak jadi kurang tertarik, buku ceritanya sudah unuk

kelas tinggi untuk penalaran dari buku bacaan itu sendiri, kalau untuk anak-

anak yang kelas rendah memangkn sukanya buku yang bergambarlah.

Sarana dan prasarana di sekolah

masih belum memadai terutama

pada jumlah dan kondisi buku yang

ada di perpustakaan sekolah.

7. Buku yang diminati oleh

anak-anak?

Ya kalau untuk anak-anak buku-buku cerita seperti itu yang masih gambar

dan tulisan loo, tidak hanya sekedar gambar tetapi gambar yang disertai

tulisan, itu mereka masih suka, masih buku-buku yang penuh warna. Jadi,

kalau buku teks bacaan yang sudah full tulisan mereka tetep ya kurang

berminat.

Buku yang diminati oleh anak-anak

merupakan buku cerita bergambar

serta penuh warna.

105

8. Menurut ibu, apa yang

menjadi faktor pendukung?

Ya itu tadi, yang jelas adalah keluarga. Kalau faktor pendukung yang paling

utama kalau budaya membaca itu jelas keluarga, karena waktu yang paling

banyak dihabiskan oleh anak itukan di rumah bersama keluarga, kalau

lingkungan rumah dan keluarga mendukung untuk gemar membaca saya

yakin anak pasti suka membaca.

Yang menjadi faktor pendukung

ialah faktor dari lingkungan

keluarga.

9. Faktor penghambatnya?

Fasilitas jelas bukunya kurang, mungkin dorongan dari orang tua itu jelas

menjadi penghambat.

Yang menjadi faktor penghambat

ialah fasilitas berupa buku yang

belum memadai dan dorongan dari

orang tua.

106

REDUKSI PENYAJIAN DATA DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN WALI MURID DI SD NEGERI

GIRIPENI

No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Menurut ibu, apakah

membaca itu penting?

Penting sekali Membaca merupakan aktivitas

yang penting

2. Menurut ibu, apakah

manfaat yang diperoleh dari

membaca?

Tentunya untuk menambah pengetahuan, mungkin dengan membaca dapat

mengurangi anak dalam bermain yang kurang bermanfaat, mengurangi

anak untuk menonton TV.

Dengan membaca dapat menambah

pengetahuan, mengurangi intensitas

anak untuk bermain, mengurangi

anak menonton TV

3. Apakah anda senang

melakukan kegiatan

membaca?

Kalau ada waktu saya membaca, kalau sempat saya membaca apa yang ada

bisa buku, koran. Itu kalau sempat, kalau nggak sempat ya ndak. Karena

kita sebagai orang tua paling tidak memberikan contoh jadi kita punya peran

penting untuk mendampingi juga.

Salah satu wali murid ketika

sempat akan membaca buku

maupun koran untuk memberikan

contoh dan berperan untuk

melakukan pendampingan kepada

anaknya ketika di rumah.

4. Menurut ibu, apakah adik

senang membaca?

selama saya kontrol dirumah selama ini anak saya itu memang senang

membaca buku pelajaran khususnya, kalau sedang ada buku yang ia pinjam

ya dibaca. Untuk sampai saat ini ya

Berdasarkan pengawasan yang

dilakukan hingga saat ini selama

dirumah, adik senang membaca

khususnya buku pelajaran dan buku

yang dipinjam.

5. Sejak kapan adik sudah bisa

membaca?

TK Sejak TK adik sudah dapat

membaca

6. Menurut ibu, apa yang

membuat adik menjadi

senang membaca?

Mungkin lebih kepada ketertarikannya apa yang ada dibuku itu. Yang membuat adik senang

membaca salah satunya karena rasa

penasaran dengan isi buku yang

dibaca.

107

7. Bagaimana tanggapan ibu

mengenai perpustakaan

keliling?

Saya senang sekali, karena sangat membantu dengan buku yang lebih

beragam.

Tanggapan wali murid sangat

senang karena perpustakaan

keliling dianggap sangat membantu

dengan keberagaman buku.

8. Bagaimana motivasi yang

diberikan kepada adik agar

senang membaca?

Alhamdulillah kalau anak saya kalau mungkin kurang bermanfaat jadi

kurang berminat. Saya nggak pernah dorong-dorong anak untuk hayoo

harus membaca itu ndak.

Adik sudah dapat memahami hal-

hal yang memang memiliki

manfaat dengan yang tidak

sehingga tidak perlu dilakukan

dorongan, adik sudah dapat

memahami apa yang dibutuhkan.

108

REDUKSI PENYAJIAN DATA DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN WALI MURID DI SD NEGERI

GIRIPENI

No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Menurut ibu, apakah membaca

itu penting?

Penting Membaca merupakan aktivitas yang

penting

2. Manfaat apa yang diperoleh

dari membaca bu?

Kalau bisa membaca ya menambah pengetahuan, dengan bisa membaca bisa

mengikuti pelajaran

Manfaat yang diperoleh dari membaca

adalah dapat menambah pengetahuan

dan dapat mengikuti pelajaran di

sekolah

3. Apakah anda senang

melakukan kegiatan

membaca?

Saya suka membaca, kalau di rumah gitu juga ada beberapa buku lama yang bisa

di baca

Wali murid senang untuk membaca

4. Menurut ibu, apakah adik

senang membaca

Suka tapi lebih suka main kayanya. Paling kalau pas malam belajar. Adik senang membaca namun lebih

suka untuk bermain

5. Sejak kapan adik sudah bisa

membaca?

TK 0 besar sudah bisa membaca Sejak TK adik sudah dapat membaca

6. Buku apa yang sering dibaca

oleh adik?

Sukanya dongeng Adik suka membaca dongeng

7. Bagaimana tanggapan ibu

mengenai perpustakaan

keliling?

Membantu sekali menurut saya, jadi anak lebih suka untuk membaca karena mau

tidak mau setiap minggu meminjam buku jadi mereka lebih terbiasa dengan buku.

Tanggapan wali murid mengenai

perpustakaan keliling sangat

membantu karena dengan adanya

perpustakaan keliling adik terbiasa

meminjam dan terbiasa dengan buku.

8. Bagaimana motivasi yang

diberikan kepada adik agar

senang membaca?

Ya diberikan nasehat-nasehat saja supaya pintar sambil diberikan hadiah. Wali murid memberikan nasehat dan

memberikan reward ketika

berprestasi.

109

REDUKSI PENYAJIAN DATA DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN WALI MURID DI SD NEGERI

GIRIPENI

No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Menurut ibu, apakah

membaca itu penting?

Sangat penting Membaca merupakan

aktivitas yang sangat

penting

2. Menurut ibu, apakah manfaat

yang diperoleh dari

membaca?

Manfaat dari membaca setidaknya anak menjadi tidak ingin bermain meskipun

hanya ½ - 1 jam setidaknya membaca setiap hari, dengan membaca setidaknya

kita lebih mengetahui apa yang belum kita ketahui.

Membaca dapat mengurangi

waktu anak untuk bermain,

dan dengan membaca lebih

mengetahui apa yang belum

ketahui.

3. Apakah anda senang

melakukan kegiatan

membaca?

Kalau yang namanya orang tua kan setidaknya memberi contoh supaya anaknya

ya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tua.

Wali murid menjelaskan

untuk memberikan contoh

agar adik mengikuti yang

dicontohkan oleh orang

tuanya.

4. Menurut ibu, apakah adik

senang membaca?

Setidaknya anak saya kalau waktunya main ya main,waktunya belajar ya

belajar. Jadi sudah dibagi-bagi.

Oleh orang tua waktu yang

dimiliki dibagi antara

bermain dan belajar.

5. Buku apa yang sering dibaca

oleh adik?

Bukunya ya macam-macam termasuk yang disukai, lebih menunjang supaya

anaknya itu lebih berkembang.

Buku yang sering dibaca

bermacam-macam, yang

dapat lebih menunjang

perkembangan anak.

6. Sejak kapan adik sudah bisa

membaca?

TK besar Sejak TK adik sudah dapat

membaca

7. Menurut ibu, apa yang

membuat adik menjadi senang

membaca?

Mungkin lebih kepada ketertarikannya apa yang ada dibuku itu. Yang membuat adik senang

membaca salah satunya

karena rasa penasaran

110

dengan isi buku yang

dibaca.

8. Bagaimana tanggapan ibu

mengenai perpustakaan

keliling?

Bagus, karena kalau yang keliling kan seminggu sekali, anak-anak mungkin

lebih senang yang keliling ya bukunya bisa dipinjam untuk dibawa pulang ke

rumah

Tanggapannya baik karena

buku yang dipinjam melalui

perpustakaan keliling dapat

dibawa pulang dan dipinjam

selama satu minggu.

9. Bagaimana motivasi yang

diberikan kepada adik agar

senang membaca?

Alhamdulillah kalau anak saya kalau mungkin kurang bermanfaat jadi kurang

berminat. Saya nggak pernah dorong-dorong anak untuk hayoo harus membaca

itu ndak.

Adik sudah dapat

memahami hal-hal yang

memang memiliki manfaat

dengan yang tidak sehingga

tidak perlu dilakukan

dorongan, adik sudah dapat

memahami apa yang

dibutuhkan.

111

Lampiran 6. Analisis Data

No Indikator Sumber Kesimpulan

1 2 3

1. Arti budaya

membaca

Budaya membaca itu

membiasakan untuk

meningkatkan ilmu agar

terserap melalui anak

membaca.

Budaya membaca itu ya

kebiasaan siswa dalam

membaca

Budaya membaca ya

suatu kegemaran anak-

anak atau kebiasaan yang

dilakukan anak-anak

untuk bisa menyukai

buku dan membudayakan

budaya membaca itu

sendiri.

Budaya membaca

merupakan kebiasaan

siswa untuk membaca

buku

2. Upaya yang

dilakukan sekolah

untuk

meningkatkan

budaya membaca

-kami ya mengupayakan

menjalin kerjasama

dengan kantor

perpustakaan daerah

kabupaten Kulon Progo

-Seperti disini itu ada program

motor pintar itu kan dari

perpusda yang datang ke

sekolah-sekolah,

-Kami juga bekerjasama

dengan perpusda, untuk

itu setiap hari kamis kami

kedatangan mobil

perpustakaan keliling itu

selalu kesini.

Upaya yang dilakukan

oleh sekolah untuk

meningkatkan budaya

membaca siswa di SD

Negeri Giripeni adalah

dengan mengadakan

kerjasama dengan kantor

perpustakaan daerah

kabupaten Kulon Progo

berupa layanan

perpustakaan keliling

3. Faktor Pendukung

dalam

meningkatkan

budaya membaca

Faktor yang

mendukung? Faktor

yang mendukung kalo

dari yang intern jelas!

Karna guru itu kalau

mungkin kami sangat terbantu

dengan adanya kerjasama

dengan perpusda itu ya

Ya itu tadi, yang jelas

adalah keluarga. Kalau

faktor pendukung yang

paling utama kalau

budaya membaca itu jelas

Faktor pendukung dalam

meningkatkan budaya

membaca siswa di SD

Negeri Giripeni

diantaranya: dari guru

112

anaknya belum bisa

membaca kan di dukani,

mau pandai dari mana

kalau ndak bisa

membaca

keluarga, karena waktu

yang paling banyak

dihabiskan oleh anak

itukan di rumah bersama

keluarga, kalau

lingkungan rumah dan

keluarga mendukung

untuk gemar membaca

saya yakin anak pasti suka

membaca.

sendiri yang memberikan

motivasi kepada siswa,

kemudian adanya MOU

dengan perpusatakaan

daerah, serta dari

keluarga untuk dapat

mendukung siswaagar

senang membaca

4. Faktor penghambat

dalam

meningkatkan

budaya membaca

siswa

Kalo misalnya itu

perpustakaan yang

keliling itu sudah di

tunggu-tunggu itu tidak

datang, hujan dan

sebagainya. Itu menjadi

jenuh pake

perpustakaannya

sendiri.

keterbatasan buku yang kami

miliki diperpustakaan sekolah

mungkin kalau ada

penambahan buku-buku yang

bergambar diperpustakaan

sekolah mungkin anak-anak

jadi lebih tertarik untuk

meminjam buku di

perpustakaan sekolah, terus

paling sama sarana dan

prasarana yang ada di

perpustakaan sekolah sendiri

ya, rak-raknya juga bisa dilihat

Fasilitas jelas bukunya

kurang, mungkin

dorongan dari orang tua

itu jelas menjadi

penghambat.

Faktor penghambat

dalam meningkatkan

budaya membaca siswa

di SD Negeri Giripeni

diantaranya: saran dan

prasarana sekolah yang

masih belum memadai,

buku-buku yang tersedia

masih terbatas, kemudian

kendala jugadihadapi

jika perpustakaan

keliling tidak datang

karena terhambat oleh

masalah cuaca.

113

Lampiran 7. Triangulasi Data

Fokus Penelitian Triangulasi Sumber Data

Wawancara Observasi Dokumentasi

Upaya yang dilakukan oleh sekolah

dalam meningkatkan budaya

membaca siswa di SD Negeri

Giripeni

Penting, supaya anak ketika senang

untuk membaca maka

pemahamannya akan menjadi lebih

baik, jadi lebih pintar,

pengetahuannya menjadi bertambah.

Gemar membaca harus ditingkatkan

karena semua ilmu berkaitan dengan

membaca

Sekolah mengadakan

kerjasama dengan

perpustakaan Kabupaten

Kulon Progo berupa

layanan perpustakaan

keliling

Antusias peserta didik

dengan adanya layanan

perpustakaan keliling sangat

baik, peserta didik berlarian

menuju perpustakaan

keliling saat sudah datang

dan menanyakan kepada

pustakawan saat tidak

datang.

Dokumentasi pelaksanaan

layanan perpustakaan

keliling di SD Negeri

Giripeni

Faktor pendukung pendukung yang paling utama kalau

budaya membaca itu jelas keluarga,

karena waktu yang paling banyak

Guru memberikan nasehat

kepada peserta didik untuk

tentang pentingnya

114

dihabiskan oleh anak itukan di

rumah bersama keluarga

faktor yang mendukung kalo dari

yang intern jelas

membaca dan memberikan

tugas yang berkaitan dengan

membaca

Faktor penghambat dalam

meningkatkan budaya membaca

siswa

Keterbatasan buku yang dimiliki

oleh perpustakaan sekolah

Fasilitas jelas bukunya kurang

Dilihat dari koleksi bahan bacaan di

perpustakaan sekolah memang masih

sangat terbatas.

Fasilitas pendukung di perpustakaan

sekolah masih belum terpenuhi

seperti belum adanya komputer

khusus di perpustakaan sekolah

Dokumentasi koleksi buku yang ada

di rak perpustakaan sekolah

115

Lampiran 8.Triamgulasi Waktu

Triangulasi Waktu

Menggunakan triangulasi waktu karena dalam penelitian ini upaya sekolah

dalam peningkatan budaya membaca peserta didik di SD Negeri Giripeni dengan

melakukan kerjasama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon

Progo di lakukan sejak tahun 2012-2013 hingga saat ini. Kerjasama akan dilakukan

setiap satu tahun sekali.

116

Lampiran 9. Catatan Lapangan

Catatan Lapangan 1

Hari/Tanggal : Selasa, 10 Mei 2016

Waktu : Pukul 09.35 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Mengantar surat ijin penelitian dan pengamatan

Deskripsi :

Hari ini saya berkunjung ke SD Negeri Giripeni dengan tujuan untuk

mengantarkan surat ijin penelitian serta melakukan konfirmasi kepada pihak guru

mengenai waktu untuk melakukan wawancara dengan subjek penelitian.

Sesampainya di SD Negeri Giripeni saya langsung menuju ruang kepala sekolah.

Namun, kepala sekolah sedang ada rapat dengan seluruh kepala sekolah se-

kecamatan Wates sehingga surat saya diterima oleh Ibu NL. Karena sedang

diadakan rapat maka kondisi kelas menjadi kurang kondusif, sehingga saya diajak

oleh Bu NL untuk berkenalan dengan siswa kelas II dan III sambil sedikit

menceritakan mengenai ketertarikan para siswa tentang membaca. Ada beberapa

siswa yang senang untuk membaca berbagai cerita tentang tokoh-tokoh maupun

cerita rakyat. Namun, tidak sedikit pula siswa yang tidak senang untuk membaca

dikarenakan membosankan dan buku yang tersedia kurang menarik menurut

beberapa siswa.

Mengamati perpustakaan sekolah SD Negeri Giripeni, perpustakaan

sekolah SD Negeri Giripeni terletak di sebelah barat gerbang sekolah. Ketika

mengamati didepan perpustakaan terdapat 2 papan mading yang menghadap ke

utara dan selatan, kedua sisi papan mading terpampang Tabloid Dinas Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga DIY (Gembira). Mengamati bagian dalam perpustakaan

terdapat beberapa rak buku, lemari, meja, kursi serta satu ruangan yang lebih

digunakan untuk gudang sementara. Mengamati koleksi buku terdapat koleksi buku

yang sudah lama, buku-buku pelajaran yang digunakan untuk menunjang

pembelajaran, beberapa tumpukan kliping hasil dari tugas siswa, kemudian terdapat

buku-buku cerita. Di dalam perpustakaan juga terdapat beberapa hasil kerajinan

siswa yang di pajang di atas lemari maupun rak-rak buku.

Pada saat jam istirahat siswa lebih banyak menghabiskan waktu istirahat

untuk bermain, berlarian serta membeli jajanan. Perpustakaan tampak masih sepi

pengunjung pada saat jam istirahat.

Catatan Lapangan 2

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2016

Waktu : Pukul 09.40 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Pengamatan dan wawancara

Deskripsi :

Sampai di sekolah saya langsung menuju ruang kepala sekolah untuk

meminta ijin melakukan wawancara dengan beberapa siswa di SD Negeri Giripeni,

beberapa siswa kelas atas khususnya kelas II dan III ketika ditanya mengenai

kesenangan siswa dalam membaca buku, jawaban yang diberikan beragam ada

117

yang suka dengan membaca buku, kadang-kadang menyukai membaca dan ada pula

yang memberikan jawaban malas untuk membaca buku karena berbagai alasan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa banyak yang mengeluhkan jika

berkunjung ke perpustakaan sekolah, buku yang tersedia kurang beragam.

Catatan Lapangan 3

Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Mei 2016

Waktu : Pukul 09.45 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Pada hari ini saya datang ke sekolah untuk melakukan wawancara dengan

kepala sekolah SD Negeri Giripeni, wawancara dilakukan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan mengenai upaya yang dilakukan SD Negeri Giripeni untuk

meningkatkan budaya membaca siswanya khususnya pada siswa di kelas bawah.

Setelah selesai melakukan wawancara ternyata kepala sekolah langsung

memberikan waktu kepada saya untuk bertemu dengan petugas perpustakaan

sekolah jika ingin menanyakan hal-hal terkait dengan perpustakaan. Oleh karena

itu, setelah melakukan wawancara dengan kepala sekolah, saya melakukan

wawancara dengan Ibu S selaku pustakawan di SD Negeri Giripeni.

Catatan Lapangan 4

Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2016

Waktu : Pukul 09.20 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Pengamatan dan Pencarian Dokumen

Deskripsi :

Sampai di sekolah, saya langsung menuju ke ruang guru untuk bertemu

dengan Ibu NL untuk meminta ijin bahwa saya membutuhkan data sekolah. Setelah

itu saya diantar bertemu dengan Ibu LMT selaku tenaga administrasi untuk mencari

dokumen atau data-data yang terkait dengan profil sekolah, keadaan siswa, serta

perjanjian kerjasama (MOU). Pada saat saya datang ke sekolah akan diadakan rapat

kerja yang dihadiri oleh seluruh tenaga pendidik pada pukul 11.00 WIB.

Catatan Lapangan 5

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 Juni 2016

Waktu : Pukul 08.16 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Wawancara

Pada hari ini saya datang ke sekolah lebih awal karena berdasarkan

informasi yang saya peroleh dari salah satu wali kelas di SD Negeri Giripeni hari

ini merupakan jadwal pembagian buku rapot. Setelah mengambil rapot peserta

didik saya menemui beberapa wali murid kelas II dan III secara acak. Saya

melakukan wawancara dengan wali murid dan menanyakan beberapa hal mengenai

kebiasaan orang tua dirumah dalam membaca serta respon orang tua mengenai

perpustakaan keliling yang ada di SD Negeri Giripeni.

118

Catatan Lapangan 6

Hari/Tanggal : Kamis, 21 Juli 2016

Waktu : Pukul 08.20 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Pengamatan

Deskripsi :

Pada hari kamis merupakan jadwal rutin bagi perpustakaan keliling atau

motor pintar untuk datang ke sekolah. Perpustakaan keliling biasa datang ke

sekolah sekitar pukul 09.00 WIB atau pada saat istirahat pertama. Karena saya

datang sedikit lebih awal ke sekolah saya kembali mengamati koleksi buku yang

ada diperpustakaan sekolah yang sebagian besar memang buku-buku pelajaran,

terlihat beberapa koleksi buku cerita namun sudah usang. Menurut pustakawan SD

Negeri Giripeni, ini merupakan salah satu faktor yang membuat kurangnya minat

siswa terhadap membaca dan berkunjung ke perpustakaan sekolah.

Setelah menunggu tidak terlalu lama tepatnya pukul 09.15 motor pintar

datang dan parkir di depan perpustakaan sekolah. Kedatangan motor pintar ini

rupanya sudah ditunggu oleh siswa, hal ini terlihat ketika motor pintar datang siswa

langsung berlarian menuju motor pintar. Dari banyaknya siswa yang berlarian

menuju motor pintar ternyata lebih di dominasi oleh siswa kelas rendah yaitu kelas

I, II, dan III. Pada awal tahun ajaran baru, siswa kelas I hanya diperbolehkan untuk

membaca buku yang dibawa oleh perpustakaan keliling di dalam perpustakaan

sekolah dan belum diperbolehkan meminjam, karena kartu anggota belum selesai

dibuat. Hal ini tidak menyurutkan semangat siswa kelas rendah untuk belajar

membaca buku yang dibawa oleh motor pintar. Motor pintar akan berada di sekolah

kurang lebih 1 jam.

Catatan Lapangan 7

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Juli 2016

Waktu : Pukul 07.40 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Pengamatan

Deskripsi :

Seperti minggu yang lalu, pada hari kamis merupakan jadwal perpustakaan

keliling atau mobil pintar untuk datang ke SD Negeri Giripeni dan seperti biasa

saya datang untuk melihat aktivitas siswa dalam membaca. Ketika saya datang ke

sekolah perpustakaan sekolah sudah terbuka namun belum ada siswa yang

berkunjung ke perpustakaan sekolah karena siswa masih berada di dalam kelas.

Ketika bel istirahat berbunyi perpustakaan keliling atau motor pintar belum

juga datang ke sekolah, saya menunggu hingga pukul 10.25 WIB perpustakaan

keliling belum juga datang. Kali ini mobil perpustakaan keliling tidak datang ke

sekolah, namun menurut pustakawan sekolah petugas perpustakaan keliling

sementara tidak memberikan keterangan mengenai tidak datangnya mobil

perpustakaan keliling pada hari ini.

119

Catatan Lapangan 8

Hari/Tanggal : Kamis, 4 Agustus 2016

Waktu : Pukul 07.30 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Pengamatan

Deskripsi :

Pukul 07.30 saya sudah sampai di sekolah untuk menunggu datangnya

perpustakaan keliling seperti biasanya. Saya menunggu hingga pukul 09.00 namun

perpustakaan keliling masih belum datang ke sekolah. Berdasarkan pengamatan

antusias siswa untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah masih sangat kurang.

Kali ini perpustakaan keliling datang lebih siang dari biasanya, pada pukul

11.00 motor pintar sampai disekolah. Pada saat motor pintar datang ke sekolah

siswa kelas 1 dan 2 sudah bersiap-siap untuk untuk pulang. Tetapi, melihat motor

pintar yang datang maka siswa kemudian berlarian mendekati mobil perpustakaan

keliling yang sudah dinanti kedatangannya sejak istirahat pertama tadi. Beberapa

siswa asik memilih buku yang akan dipinjam dan ada beberapa siswa yang antri

kepada petugas perpustakaan keliling untuk mengembalikan buku yang dipinjam

beberapa minggu yang lalu untuk kemudian meminjam buku yang lainnya. Namun,

pada saat bersamaan ada pula siswa yang justru bermain sendiri, dan ada beberapa

siswa yang tidak meminjam buku. ketika ditanya, siswa menjawab karena tidak

membawa kartu hingga kartu perpustakaan yang hilang. Berdasarkan keterangan

yang diberikan oleh petugas perpustakaan keliling, kartu anggota yang benar-benar

hilang akan diganti dengan yang baru apabila siswa memberitahukan kepada

petugas perpustakaan keliling.

Hari ini perpustakaan keliling datang terlambat dikarenakan petugas yang

memiliki tugas yang harus dikerjakan di perpustakaan daerah dan persiapan

pameran buku yang akan di buka pada hari esok Jum’at, 5 Agustus 2016.

Catatan Lapangan 9

Hari/Tanggal : Selasa, 9 Agustus 2016

Waktu : Pukul 09. 15sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Pengamatan

Deskripsi :

Hari ini merupakan hari terakhir surat izin penelitian yang saya lakukan di

SD Negeri Giripeni. Ketika saya datang ke sekolah, perpustakaan sekolah sudah

terbuka seperti biasanya. Berdasarkan pengamatan, perpustakaan sepi pengunjung

saat istirahat jam pertama bahkan hingga istirahat ke dua. Siswa lebih banyak

bermain ketika jam istirahat. Pemandangan yang tampak berbeda jika dibandingkan

ketika perpustakaan keliling datang ke sekolah.

120

Catatan Lapangan 10

Hari/Tanggal : Kamis, 11 Agustus 2016

Waktu : Pukul 08.45 sampai dengan selesai

Lokasi : SD Negeri Giripeni

Kegiatan : Pengamatan

Deskripsi :

Hari ini saya kembali datang ke sekolah untuk melihat perpustakaan keliling

dan bertemu dengan petugas perpustakaan keliling untuk menanyakan buku yang

digunakan untuk merinci jumlah peminjam buku di motor pintar. Saya menunggu

hingga pukul 12.05 tetapi motor pintar kembali tidak datang ke sekolah, menurut

Ibu S hari ini motor pintar tidak datang dikarenakan ada tamu di kantor

perpustakaan daerah Kabupaten Kulon Progo. Selama saya berada di sekolah hari

ini perpustakaan masih sepi pengunjung.

121

Lampiran 10. Dokumentasi SD Negeri Giripeni

Gambar 1. Sekolah tampak dari jalan Gambar 2. Sekolah tampak dari jalan

Gambar 3. Gedung Perpustakaan

sekolah tampak depan

Gambar 4. Mading yang ada di depan

perpustakaan sekolah

Gambar 5. Rak buku yang ada di

perpustakaan sekolah

Gambar 6. Koleksi buku di

perpustakaan sekolah

Gambar 7. Koleksi buku bacaan Gambar 8. Koleksi buku bacaan

122

Gambar 9. Motor Pintar yang datang

ke sekolah setiap hari kamis

Gambar 10. Antusias siswa saat motor

pintar datang

Gambar 11. Siswa yang sedang

membaca dan memilih buku untuk

dipinjam

Gambar 12. Beberapa siswa yang juga

sedang membaca buku di motor pintar

Gambar 13. Interaksi siswa dengan

pustakawan motor pintar saat

meminjam buku

Gambar 14. Siswa yang sedang

menanyakan kartu anggota kepada

pustakawan motor pintar

123

Gambar 15. Perpustakaan sekolah dan

mading di SD Negeri Giripeni

Gambar 16. Peserta didik yang sedang

mengerjakan tugas di perpustakaan

Gambar 17. Krida Peni di SD Negeri

Giripeni

Gambar 18. Papan Krida Peni

Gambar 19. Pustakawan SD Negeri

Giripeni yang sedang memberikan

nasehat kepada salah satu peserta didik

Gambar 20. Peserta didik yang sedang

mengerjakan tugas

124

Lampiran 11. Struktur Organisasi Perpustakaan

STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN SD NEGERI GIRIPENI

PEMBINA

KEPALA SEKOLAH

SUMARTUTI, S.Pd

PENANGGUNG

JAWAB

SUMEDAH, S.Pd

PELINDUNG

KOMITE SEKOLAH

AHMAD SOIM, S.Pd

SEKRETARIS

SAPTI

SETYANINGSIH, A.Md

PENANGGUNG

JAWAB

SUMAESAH, S.Pd

PENANGGUNG JAWAB

BIDANG MANAJEMEN

WINARNI

PENANGGUNG JAWAB

BIDANG FISIK

Drs. KAMISA

PENANGGUNG JAWAB

BIDANG

PEMBERDAYAAN

WARGA SEKOLAH

SAPTI

SETYANINGSIH, A.Md

PEMINJAM

GURU SISWA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DINAS PENDIDIKAN

UPTD PAUD DAN DIKDAS KECAMATAN WATES

SEKOLAH DASAR NEGERI GIRIPENI

Alamat: Dobangsan, Giripeni, Wates, Kulon Progo 55612

125

PROFIL SEKOLAH

A. IDENTITAS SEKOLAH

1. Nama Sekolah : SD Negeri Giripeni

2. NIS : 100290

3. NSS : 101040401037

4. NPSN : 20403072

5. Alamat Sekolah : Dobangsan, Giripeni, Wates,

Kulon Progo

Desa/Kelurahan : Giripeni

Kecamatan : Wates

Kabupaten : Kulon Progo

Propinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

6. Kode Pos : 55612

7. Telepon/Hp : -

8. Nomor akte pendirian

kelembagaan

: 125/KPTS/1991, Tanggal 1

April 1991

9. Tanggal dan tahun berdiri : 1 Januari 1977

10. Status tanah : Tanah Pemerintah Desa

Giripeni

a. Surat tanah : Nomor 163/VI/2008

b. Luas tanah : 1.714 meter persegi

11. Status bangunan : Milik sendiri

a. Surat IMB : 621.95/133/VI/2005

b. Luas bangunan : 590 meter persegi

12. Status akreditasi : Terakreditasi B/ Tahun 2013

126

VISI

a. “Unggul dalam prestasi, terampil, berbudaya, berbudi pekerti

luhur, berakhlak mulia berdasarkan Iman dan Takwa”

b. Indikator :

1) Unggul dalam bidang akademik

2) Unggul dalam keterampilan dan seni

3) Unggul dalam olah raga

4) Unggul dalam budi pekerti

5) Unggul dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

MISI

a. Melaksanakan pembelajaran dengan Efektif sehingga tiap siswa

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

b. Mewujudkan pendidikan dengan lulusan cerdas, terampil,

berbudaya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta unggul dalam Akademik.

c. Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.

d. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman terhadap

ajaran agama yang dianut sehingga tercipta sekolah yang kondusif.

e. Memantapkan pendidikan budi pekerti dalam rangka pembinaan

akhlak mulia kepada peserta didik.

f. Mengembangkan wawasan kesenian, kebudayaan dan olahraga

serta lingkungan hidup.

B. IDENTITAS KEPALA SEKOLAH

1. Nama : SUMARTUTI, S.Pd

2. NIP : 19561212 197512 2 003

3. Pendidikan Terakhir : S.1

4. Alamat Rumah : Panjatan Dusun IV, Panjatan, Panjatan, KP

5. Tanggal Pengangkatan kepala sekolah : 11 Agustus 1998

6. Tanggal Kepala Sekolah di SD ini : 04 Januari 2013

a. KEPEGAWAIAN

1. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. Guru PNS : 9 orang

b. GTT : 2 orang

c. Tenaga kependidikan non PNS : 4 orang

Jumlah : 15 orang

2. Jenjang Ijazah Pendidik dan Tenaga Pendidikan

a. SLTP : 1 orang

b. SLTA : - orang

c. D II : - orang

d. D III : - orang

e. S 1 : 14 orang

127

3. Data Pegawai

No Nama/NIP Jabatan Gol/RU TMT Tugas

1. Sumartuti, S.Pd NIP. 19561212 197512 2 003

Kepala sekolah

IV/a 01-03-2000

Bhs Jawa

2. Sumedah, S.Pd SD NIP. 19571210 197704 2 001

Guru kelas

IV/a 01-10-2000

I

3. Drs. Kamisa NIP. 19590412 197803 1 003

Guru kelas

IV/a 01-10-2000

IV

4. Nurul Utami, S.Pd NIP. 19740404 199803 2 006

Guru kelas

IV/a 01-04-2004

III

5. Winarni NIP. 19690314 199003 2 002

Guru kelas

IV/a 01-05-2010

VI

6. Sumaisah, S.Pd NIP. 19721102 199803 2 002

Guru kelas

IV/a 01-10-2012

V

7. Endang Wahyu W NIP. 19780828 200801 2 015

Guru kelas

II/c 01-04-2012

II

8. Siti Syarotun, S.Pd NIP. 19590611 198403 2 002

Guru mapel

IV/a 01-05-2010

Guru PAI I s.d VI

9. Yuliati, S.Pd NIP. 19590712 198303 2 007

Guru mapel

IV/a 01-07-2013

Penjas OR I s.d VI

10. Agus Yudi T NIP. -

GTT - - Ekstra Kurikuler

11. Sapti Setiyaningsih, A. Md NIP. -

PTT - - Tenaga Pustakawan

12. Lasmiyati, S.Pd NIP. -

PTT - - Tenaga administrasi

13. Tri Utami NIP. -

GTT - - Bhs Inggris

14. Aim Mukhayat NIP. -

PTT - - TPA

15. Slamet - - - Penjaga sekolah

128

129

130

131

132

133

134

135