pengujian aktivitas lokomotor_kelompok 2

26
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN SEMESTER GENAP 2014 2015 PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR Hari / Jam Praktikum : Selasa, 10.00-13.00 Tanggal Praktikum : 12 Mei 2015 Kelompok : 2 Asisten : Nadiya Nurul Afifah Raisa Mutiarani Anggota : Nama Lengkap NPM Tugas Dhita Dwi P. 260110130131 Pembahasan Prasetyo D.A.P. 260110130135 Tujuan,Prinsip,Editor Popy Sarah C. 260110130136 Teori Dasar Yogiyanto 260110130137 Alat Bahan, Prosedur Hazrati Ummi 260110130138 Pembahasan, Kesimpulan Theresia Ratnadevi 260110130148 Perhitungan LABORATORIUM FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2014

Upload: prasetyo-dwi-a-p

Post on 18-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Farkol

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN

    SEMESTER GENAP 2014 2015

    PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR

    Hari / Jam Praktikum : Selasa, 10.00-13.00

    Tanggal Praktikum : 12 Mei 2015

    Kelompok : 2

    Asisten : Nadiya Nurul Afifah

    Raisa Mutiarani

    Anggota :

    Nama Lengkap NPM Tugas

    Dhita Dwi P. 260110130131 Pembahasan

    Prasetyo D.A.P. 260110130135 Tujuan,Prinsip,Editor

    Popy Sarah C. 260110130136 Teori Dasar

    Yogiyanto 260110130137 Alat Bahan, Prosedur

    Hazrati Ummi 260110130138 Pembahasan,

    Kesimpulan

    Theresia Ratnadevi 260110130148 Perhitungan

    LABORATORIUM FARMAKOLOGI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2014

  • I. TUJUAN

    Percobaan ini bertujuan mengetahui efek obat terhadap aktivitas

    lokomotor hewan percobaan yang dimasukkan ke dalam roda putar

    (wheel cage), berdasarkan pengamatan jumlah putaran roda.

    II. PRINSIP

    1. Metode Wheel Cage

    Metode yang digunakan untuk mengamati aktivitas lokomotor dari suatu

    hewan peercobaan yang didasarkan pada jumlah gerak hewan percobaan

    untuk memutar roda putar.

    2. Hipnotik Sedatif

    Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat

    (SSP), mulai dari efek ringan seperti menyebabkan tenang atau kantuk,

    menidurkan , hingga efek yang berat seperti hilangnya kesadaran, koma dan

    mati.

    3. Stimulan

    Stimulan merupakan zat yang merangsang sistem saraf pusat sehingga

    mempercepat proses-proses dalam tubuh, seperti meningkatkan detak

    jantung, pernapasan dan tekanan darah.

    III. TEORI DASAR

    Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian dari sistem saraf yang

    mengkoordinasi kegiatan dari semua bagian tubuh hewan bilaterian-yaitu, semua

    hewan multiseluler kecuali simetris radial spons dan binatang seperti ubur-ubur.

    Pada vertebrata, sistem saraf pusat yang ditutupi dalam meninges. Ini berisi

    sebagian besar sistem saraf dan terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.

    Bersama-sama dengan sistem saraf perifer memiliki peran fundamental dalam

    kontrol perilaku. SSP adalah yang terkandung dalam dorsal rongga, dengan otak di

    dalam rongga tengkorak dan tulang belakang di rongga tulang belakang. Otak

    dilindungi oleh tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh

    tulang belakang (Dewoto, 2007).

  • Dalam sel saraf, energi dialihkan dengan penghantaran saraf yang

    melibatkan proses elektrik murni. Proses hantaran sinaptik melibatkan pengalihan

    energi dari ujung cabang akson pada neuron yang satu ke neuron yang lain yang

    tidak saling berhubungan penghantaran impuls saraf melalui sambungan sinaptik

    adalah suatu proses kimia. Perubahan aktivitas listrik disebabkan oleh perubahan

    permeabilitas membran sel pascasinaptik, dan ini disebabkan pula oleh pelepasan

    transmiter. Bila zat transmiter bereaksi dengan reseptor pascasinaptik, zat itu dapat

    menimbulkan eksitasi atau hambatan. Kerja transmiter itu meningkatkan atau

    menurunkan secara selektif penghantaran ion atau permeabilitas membran terhadap

    ion (Sukandar, 2010).

    Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek

    yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas

    SSP secara spesifik atau secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan

    selektivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi

    pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat lain.

    Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif merupakan penghambat SSP yang

    bersifat umum sehingga takar lajak yang berat selalu disertai koma. Pembagian obat

    dalam kelompok yang merangsang dan kelompok yang menghambat SSP tidak

    tepat, karena psokofarmaka misalnya menghambat fungsi bagian SSP tertentu dan

    merangsang bagian SSP yang lain. Obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat

    (SSP) dapat bersifat merangsang atau mendepresi. Berdasarkan kegunaan

    terapeutiknya, obat SSP dapat dibagi dalam tiga golongan :

    1. Depresi SSP umum

    Obat-obat ini menimbulkan efeknya dengan mendepresi secara tak selektif

    struktur sinaptik, termasuk jaringan prasinaptik, termasuk jaringan

    prasinaptik dan prasinaptik. Obat-obat ini menstabilkan membran neuron

    dengan mendepresi struktur pascasinaptik, disertai dengan pengurangan

    jumlah transmiter kimia yang dilepaskan oleh neuron prasinaptik.

    2. Perangsang DDP umum

    Obat-obat ini melakukan kerjanya secara tak selektif dengan salah satu

    mekanisme berikut : merintangi hambatan pascasinaptik atau mengeksitasi

  • neuron secara langsung. Eksitasi neuron secara langsung dapat dicapai

    dengan mendepolarisasi sel prasinaptik, meningkatkan pelepasan

    prasinaptik akan transmiter, melemahkan kerja transmiter, melabilkan

    membran neuron atau menurunkan waktu pulih sinaptik.

    3. Obat-obat SSP selektif

    Obat golongan ini dapat berupa depresan atau perangsang. Kerja melalui

    berbagai mekanisme, dan mencakup obat antikejang, pelemas otot yang

    bekerja sentral, analgetika dan sedativa(Tjay, 2002).

    Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama, namun

    secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data farmakokinetik yang

    berbeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi terapi golongan ini sangat luas.

    Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulsi

    dengan potensi yang berbeda-beda (Andrianto, 2008)

    Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada

    SSP dengan efek utama: sedasi, hiposis, pengurangan terhadap rangsangan

    emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Walaupun benzodiazepin

    mempengaruhi aktivitas saraf pada semua tingkatan, namun beberapa derivat yang

    lain pengaruhnya lebih besar dari derivatnya yang lain, sedangkan sebagian lagi

    memiliki efek yang tak langsung. Penggolongan benzodiazepin :

    Obat-obat long-acting antara lain klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam,

    dan flurazepam. Obat-obat ini dirombak antara lain dengan jalan demetilasi

    dan hodrolsilasi menjadi metabolit aktif desmetildiazepam dan

    hidroksidiazepam.

    Obat-obat short-acting : oksazepam, lorazepam, lormetazepam, temazepam,

    loprazolam dan zopiclon. Obat-obat ini dimetabolisasi tanpa menghasilkan

    metabolit aktif yang memiliki kerja panjang. Obat ini layak digunakan

    sebagai obat tidur karena tidak berkumulasi saat penggunaan berulang kali

    dan jarang menimbulkan efek sisa, sebaliknya risiko yang lebih besar akan

    reboundinsomnia dan lebih cepat menimbulkan gejala abstinensi.

  • Obat-obat ultra-short acting : triazolam, midazolam, dan estazolam. Risiko

    akan efek abstinensi dan rebound-insomnia lebih besar lagi pada obat-obat

    ini sehingga setidaknya jangan digunakan labih lama dari 2 minggu

    (Muchtaridi,2008).

    Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan sedativa, tetapi

    penggunaannya dalam tehun-tahun terakhit sangat menurun karena adanya obat-

    obat dari kelompok benzodiazepin yang lebih aman. Yang merupakan pengecualian

    adalah fenobarbital, yang memiliki sifat antikonvulsif dan tiopental yang masih

    banyak digunakan sebagai anestetikum i.v. (Mutchler, 1991).

    Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari dalam dosis yang

    lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur. Faktor-faktor yang membatasi

    penggunaan barbiturat dan menyebabkan penggunaannya terdesak oleh

    benzodiazepin adalah :

    Toleransi dan ketergantungan cepat timbul menyangkut sifat

    menidurkannya pada dosis berulang laki dan lebih ringan mengenai khasiat

    anti-epilepsinya.

    Stadium REM (dengan mimpi) dipersingkat, yang berefek pasien

    mengalami tidur kurang nyaman.

    Efek paradoksal dapat terjadi dalam dosis rendah pada keadaan nyeri, yakni

    justru eksitasi dan kegelisahan

    Overdise barbital menimbulkan depresi sentral, dengan penghambatan

    pernapasan berbahaya, koma, dan kematian(Mutchler, 1991).

    Akibat induksi-enzim barbital juga mempercepat perombakan obat-obat

    lain, yang metabolisasinya berlangsung oleh sistem enzim yang sama, misalnya

    derivat kumarin, antikonseptiva oral, dan siklosporin. Sebaliknya efek barbital

    diperkuat oleh asam valproat(Mutchler, 1991).

    Ada indikasi kuat bahwa terjadinya toleransi dan ketergantunga berkaitan

    erat dengan aktivasi dari sistem dopaminerg di otak. Semua zat yang bersifat adiksi

    berkhasiat meningkatkan jumlah dopamin secara akut yang dihubungkan dengan

    efek eufori, labilitas emosional, kekacauan dan histeri. Lebih dari sepuluh

    neurotransmiter lain antaranya noradrenalin dan serotonin, memegang peranan pula

  • pada adiksi tetapi pengaruhnya jauh lebih ringan. Kadar dopamin yang terlalu tinggi

    dapat mengakibatkan halusinasi dan psikosis akut(Mansjoer, 1999).

    Kafein

    Khasiat : kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek

    menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk juga daya

    konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertingg,prestasi otak dan

    suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih ringan

    dan singkat daripada amfetamin. Kafein juga berefek inotrop positif

    terhadap jantung, vasodilatasi perifer dan diuresis.

    Efek samping : bila diminum lebih dari 10 cangkir kopi dapat berupa

    debar jantung, gangguan lambung, tangan gemetar, gelisah, ingatan

    berkurang dan sukar tidur.

    Dosis : pada rasa letih 1-3dd 100-200 mg, sebagai adjuvans bersama

    analgetik 50 mg sekali, bersama ergotamin pada migrain 100

    mg(Depkes RI,1979)

    Di antara obat depresan sedatif/hipnotik yang menimbulkan efek ketagihan

    adalah kumpulan barbiturat, benzodiazepin, kloral hidrat, glutetimid, metakualon,

    dan meprobamat (Mansjoer, 1999).

  • IV. ALAT BAHAN

    Alat : Bahan :

    1. Alat roda putar (wheel cage) 1. Fenobarbital (depresan)

    2. Alat suntik 1 ml 2. Kafein (stimulan)

    3. Sonde oral mencit 3. Larutan suspensi gom arab

    1-2%

    4. Stopwatch

    5. Timbangan mencit

    Gambar Alat :

    Wheel Cage Alat suntik

    Sonde oral Timbangan

  • Timer

    V. PROSEDUR

    Pengujian dilakukan dengan metode roda putar(wheel cage

    method) yang dimodifikasi dengan prosedur sebagai berikut : Pertama-tama

    Hewan dibagi atas dua kelompok, yang terdiri atas kelompok kontrol dan

    kelompok obat uji 1(depresan) dan Kelompok obat uji 2(stimulan).

    Kemudian semua hewan dari setiap kelompok diberi perlakuan sesuai

    dengan kelompoknya yaitu kelompok 1 atau kontrol diberi larutan suspensi

    gob arab 1-2%, kelompok 2 atau uji depresan diberi obat fenobarbital dan

    kelompok 3 atau uji stimulan diberi obat kafein dengan pemberian dosis

    sesuai ketentuan.Lalu 30 menit kemudian mencit dimasukkan ke dalam alat

    roda putar dan aktivitas mencit dicatat selama 30 menit dengan interval 5

    menit. Setelah itu data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan

    analisis variasi dan kebermaknaan perbedaan lama waktu tidak bergerak

    antara kelompok kontrol dan kelompok uji 1 dan uji 2 dianalisis dengan

    Student test.Lalu data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

  • VI. DATA PENGAMATAN

    Perhitungan dosis mencit:

    =

    20 0,5

    Kelompok Perlakuan

    No Berat Volume

    obat t = 0 t = 30

    1 23 0,58

    Mencit Kontrol

    PGA peroral

    Dimasukkan ke dalam

    Wheel Cage

    2 24,6 0,615

    3 22,2 0,56

    4 18,5 0,46

    5 24,6 0,615

    1 27,4 0,69

    Mencit Kafein

    Kefein 13 mg/kgBB

    2 26,8 0,67

    3 23,9 0,6

    4 23,5 0,59

    5 25,1 0,6275

    1 22,7 0,57

    Mencit Fenobarbital

    Fenobarbital 50 mg/kg BB

    2 23 0,515

    3 21,2 0,53

    4 16,5 0,41

    5 24,9 0,6225

  • 3. Data Pengamatan

    Perlakuan Pengamatan (banyak putaran)

    t = 0 t = 30 t = 35 t = 40 t = 45 t = 50 t = 55 t = 60 Jumlah

    Mencit Kontrol

    PGA peroral

    Dimasukkan ke dalam

    Wheel Cage

    113 75 2 32 120 78 420

    6 0 0 3 0 3 12

    115 108 86 65 38 100 512

    3 8 2 6 30 28 77

    3 8 3 1 0 0 15

    jumlah 240 199 93 107 188 209 1036

    rata-rata 48 39,8 18,6 21,4 37,6 41,8 207,2

    Mencit Kafein

    Kefein 13 mg/kgBB

    73 64 32 8 22 39 238

    29 11 7 20 7 6 80

    24 2 18 4 0 0 48

    19 2 1 3 0 2 27

    6 42 21 12 90 73 244

    jumlah 151 121 79 47 119 120 637

    rata-rata 30,2 24,2 15,8 9,4 23,8 24 127,4

    Mencit Fenobarbital

    Fenobarbital 50 mg/kg BB

    58 26 36 54 60 66 300

    65 75 68 50 56 60 374

    90 71 90 77 51 57 436

    88 150 105 64 104 125 636

    13 0 0 0 0 0 13

    jumlah 314 322 299 245 271 308 1759

    rata-rata 62,8 64,4 59,8 49 54,2 61,6 351,8

    Total 705 642 471 399 578 637 3432

    Rata-rata 572

    1. Hipotesis

    a. Hipotesis pengaruh utama faktor A (waktu)

    Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 6 = 0 atau faktor waktu tidak mempengaruhi

    jumlah putaran roda oleh mencit.

    H1 : i 0; i = 1, 2, 3, 4, 5, 6 atau faktor waktu mempengaruhi jumlah

    putaran roda mencit.

    b. Hipotesis pengaruh utama faktor B (pemberian jenis obat)

    Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 5 = 6= 0 atau faktor pemberian jenis obat tidak

    mempengaruhi jumlah putaran roda oleh mencit.

    H1 : i 0; i = 1, 2, 3, 4, 5, 6 atau faktor pemberian jenis obat

    mempengaruhi jumlah putaran roda oleh mencit.

    c. Hipotesis pengaruh interaksi A dan B

  • Ho : ()11 = ()12 = ()13 = ()21 = ()22 = ()23 = ()31 = ()32 =

    ()33 = ()41 = ()42 = ()43 = ()51 = ()52 = ()53 = ()61 = ()62 =

    ()63 = 0 atau faktor interaksi tidak mempengaruhi jumlah putaran roda oleh

    mencit.

    H1 : ij 0; i = 1, 2, 3, 4, 5, 6; j = 1, 2, 3 atau faktor interaksi

    mempengaruhi jumlah putaran roda oleh mencit.

    2. Perhitungan

    1. FK= ( )2

    =

    (572)2

    653 =

    327184

    90 = 3635,37778

    2. JKP = .2=1

    =1

    =

    (2402+1992+932+1072+ 1882++3082)

    5 3635,37778 =

    790788

    5 3635,37778 = 158157,6 3635,37778 = 154522,222

    3. JKA = ..2=1

    =

    (7052+6422+4712+3992+ 5782+6372)

    35 3635,37778 =

    2030084

    15 3635,37778 = 135338,933 - 3635,37778 = 131703,556

    1. JKB = ..2=1

    =

    (10362+6372+17592)

    65 3635,37778 =

    4573146

    30

    3635,37778 =

    152438,2 - 3635,37778 = 148802,822

    2. JKT= 2=1 =1

    =1 = (113

    2 + 752+22 + + 02) -

    3635,37778 =

    265833 3635,37778 = 262198,622

    6. JKAB = JKP JKA JKB = 154522,222 131703,556 148802,822 = -

    125984,156

    7. JKG = JKT JKP = 262198,622 154522,222 = 107676,4

    8. dbP = ab -1 = (6x3) 1 = 17

    9. dbA = a 1 = 6 1 = 5

    10. dbB = b 1 = 3 1 = 2

    11. dbAB = (a 1) (b 1) = 5 x 2 = 10

    12. dbG = ab(r 1) = 18 x (5 - 1) = 72

    13. dbT = abr 1 = (6x3x5) 1 = 89

    14. KTA =

    =

    131703,556

    5 = 26340,7112

    15. KTB =

    =

    148802,822

    2 = 74401,411

    16. KTAB =

    =

    125984,156

    10 = -12598,4156

  • 17. KTG =

    =

    107676,4

    72 = 1495,5055556

    18. FhitungA= / = 17,613248644

    19. FhitungB = / = 49,750006425

    20. FhitungAB = / = - 8,4241850877

    21. FA = F(dbA, db galat) = 2,342

    22. FB = F(dbB, db galat) = 3,124

    23. FAB = F(dbAB, db galat) = 1,965

    3. Tabel Anava

    Sumber geragaman Db JK KT fhitung

    Perlakuan 17 154522,222

    A 5 131703,556 26340,7112 17,613248644

    B 2 148802,822 74401,411 49,750006425

    interaksi ab 10 -

    125984,156 -12598,4156 -8,4241850877

    Galat 72 107676,4 1495,5055556

    Total 89 262198,622

    4. Pengaruh perlakuan

    - Fhit > F(db perlakuan, db galat)

    o Tolak Ho: perlakuan berpengaruh terhadap respon yang diamati

    atau terdapat perbedaan antarperlakuan.

    - Fhit > F(db perlakuan, db galat)

    o Tolak Ho: perlakuan berpengaruh terhadap respon yang diamati

    atau terdapat perbedaan antarperlakuan.

    5. Hasil :

    - FhitungA 17,613248644 > FA 2,342 maka Ho ditolak, atau waktu

    berpengaruh terhadap jumlah putaran roda oleh mencit yang diamati

    atau terdapat perbedaan antarperlakuan.

    - FhitungB 49,750006425 > FB 3,124 maka Ho ditolak, atau jenis

    pemberian obat berpengaruh terhadap jumlah putaran roda yang diamati

    atau ada perbedaan antar perlakuan.

  • - FhitungAB -8,4241850877 FAB 1,965 maka Ho diterima, atau

    interaksi antara waktu dengan jenis pemberian obat tidak berpengaruh

    pada jumlah putaran roda oleh mencit yang diamati.

    6. Uji Lanjut

    Uji lanjut dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan dari

    perbedaan waktu terhadap respon jumlah putaran roda oleh mencit dan melihat

    pengaruh signifikan dari pemberian jenis obat terhadap respon putaran roda oleh

    mencit. Uji lanjut digunakan metode uji Duncan.

    Untuk uji lanjut pengaruh waktu terhadap respon jumlah putaran roda oleh

    mencit:

    1. Menghitung nilai r(p,db).

    Menghitung nilai ini dapat digunakan metode interpolasi

    = 0,05; db = 72; perlakuan (p) = 2, 3, 4, 5, 6.

    r untuk db 72 = 2,82 (2 perlakuan)

    r untuk db 72 = 2,967 (3 perlakuan)

    r untuk db 72 = 3,0646 (4 perlakuan)

    r untuk db 72 = 3,1352 (5 perlakuan)

    r untuk db 72 = 3,1902 (6 perlakuan)

    2. Menghitung wilayah nyata terpendek (Rp)

    =

    =

    1495,50555565 = 299,10111112=17,29453992

    Rp = S . r(p,db)

    Rp2 = 17,29453992 x 2,82 = 48,77

    Rp3 = 17,29453992 x 2,967 = 51,31

    Rp4 = 17,29453992 x 3,0646 = 53,00

    Rp5 = 17,29453992 x 3,1352 = 54,22

    Rp6 = 17,29453992 x 3,1902 = 55,17

    2. Kriteria Pengujian

    Nilai mutlak kedua selisih kedua rata-rata yang akan dilihat dibandingkan dengan

    wilayah nyata terpendek (Rp) dengan kriteria pengujian:

    Dengan mengurutkan tabel nilai rata-rata perlakuan (waktu) dengan pemberian

    PGA dari kecil ke besar:

    Perlakuan

    (waktu)

    Rata-rata

    Putaran Roda

  • 45 18,6

    50 21,4

    55 37,6

    40 39,8

    60 41,8

    35 48

  • Membuat perbandingan:

    45 (C) 50

    (D)

    55 (E) 40 (B) 60 (F) 35

    (A)

    Perlakuan

    (waktu)

    Rata-

    rata

    Putaran

    Roda

    18,6 21,4 37,6 39,8 41,8 48

    45 (C) 18,6 0

    50 (D) 21,4 2,8

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    55 (E) 37,6 19

    (3)

    Tidak

    nyata

    16.2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    40 (B) 39,8 21.2

    (4)

    Tidak

    nyata

    18.4

    (3)

    Tidak

    nyata

    2.2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    60 (F) 41,8 23.2

    (5)

    Tidak

    Nyata

    20.4

    (4)

    Tidak

    nyata

    4.2

    (3)

    Tidak

    nyata

    2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    35 (A) 48 29.4

    (6)

    Tidak

    nyata

    26.6

    (5)

    Tidak

    nyata

    10.4

    (4)

    Tidak

    nyata

    8.2

    (3)

    Tidak

    nyata

    6.2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    Dengan mengurutkan tabel nilai rata-rata perlakuan (waktu) dengan pemberian

    Kafeine dari kecil ke besar:

    Perlakuan

    (waktu)

    Rata-rata

    Putaran Roda

    50 9,4

    45 15,8

    55 23,8

    60 24

    40 24,2

    35 30,2

  • Membuat perbandingan:

    45

    (C)

    50

    (D)

    55 (E) 40

    (B)

    60 (F) 35

    (A)

    Perlakuan

    (waktu)

    Rata-

    rata

    Putaran

    Roda

    9,4 15,8 23,8 24 24,2 30,2

    50 (D) 9,4 0

    45 (C) 15,8 6.4

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    55 (E) 23,8 14.4

    (3)

    Tidak

    nyata

    8

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    60 (F) 24 14.6

    (4)

    Tidak

    nyata

    8.2

    (3)

    Tidak

    nyata

    0.2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    40 (B) 24,2 14.8

    (5)

    Tidak

    nyata

    8.4

    (4)

    Tidak

    nyata

    0.4

    (3)

    Tidak

    nyata

    0.2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    35 (A) 30,2 20.8

    (6)

    Tidak

    nyata

    14.4

    (5)

    Tidak

    nyata

    6.4

    (4)

    Tidak

    nyata

    6.2

    (3)

    Tidak

    nyata

    6

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    Dengan mengurutkan tabel nilai rata-rata perlakuan (waktu) dengan pemberian

    Kafeine dari kecil ke besar:

    Perlakuan

    (waktu)

    Rata-rata

    Putaran Roda

    50 49

    55 54,2

    45 59,8

    60 61,6

    35 62,8

    40 64,4

  • Membuat perbandingan:

    45

    (C)

    50

    (D)

    55 (E) 40

    (B)

    60 (F) 35

    (A)

    Perlakuan

    (waktu)

    Rata-

    rata

    Putaran

    Roda

    49 54,2 59,8 61,6 62,8 64,4

    50 (D) 49 0

    55 (E) 54,2 5.2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    45 (C) 59,8 10.8

    (3)

    Tidak

    nyata

    5.6

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    60 (F) 61,6 12.6

    (4)

    Tidak

    nyata

    7.4

    (3)

    Tidak

    nyata

    1.8

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    35 (A) 62,8 13.8

    (5)

    Tidak

    nyata

    8.6

    (4)

    Tidak

    nyata

    3

    (3)

    Tidak

    nyata

    1.2

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    40 (B) 64,4 15.4

    (6)

    Tidak

    nyata

    10.2

    (5)

    Tidak

    nyata

    4.6

    (4)

    Tidak

    nyata

    2.8

    (3)

    Tidak

    nyata

    1.8

    (2)

    Tidak

    nyata

    0

    Keterangan:

    Angka (2), (3), (4), (5), (6) menunjukkan peringkat (p) untuk dibandingkan selisih

    perbedaan dua rata-rata sesuai dengan peringkatnya (rendah ke tinggi).

    Maksudnya antara C dan D bertetangga 2, sedangkan E dan D bertetangga 3, dst.

    3. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil dari uji Duncan, maka perbedaan dari waktu terhadap jumlah

    putaran roda memberikan perbedaan yang tidak nyata pada tarah 0,05.

    Selanjutnya dilakukan uji lanjut untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh yang

    signifikan pemberian jenis obat terhadap jumlah putaran roda oleh mencit.

    1. Menghitung nilai r(p,db).

    Menghitung nilai ini dapat digunakan metode interpolasi

  • = 0,05; db = 72; perlakuan (p) = 2, 3, 4, 5, 6.

    r untuk db 72 = 0,009 (2 perlakuan)

    r untuk db 72 = 0,009 (3 perlakuan)

    2. Kriteria Pengujian

    Nilai mutlak kedua selisih kedua rata-rata yang akan dilihat dibandingkan dengan

    wilayah nyata terpendek (Rp) dengan kriteria pengujian:

    Dengan mengurutkan tabel rata-rata perlakuan dari kecil ke besar:

    Perlakuan Rata-rata

    Putaran

    Kafein 13

    mg/kgBB

    (C)

    127,4

    Kontrol

    Negatif (B) 207,2

    Fenobarbital

    50 mg/kg

    BB (A)

    351,8

    Beda rataan C dengan A = 127,4 351,8= 224,4 > 31,64554915

    Beda rataan C dengan B = 127,4 207,2= 79,8 > 30,62171239

    Beda rataan B dengan A = 207,2 351,8= 144,6 > 30,62171239

    3. Kesimpulan

    Jenis pemberian obat terhadap jumlah putaran roda memberikan pengaruh yang

    nyata pada taraf 0,05

    7. Persentase stimulan

    % =

    100 %

  • % =127,4 207,0

    207,0 100 % = 0,38454

    Persentase aktivitas depresan

    %

    =

    100 %

    % =207,0 351,8

    207,0 100 % = 0,69952

    Volume Pemberian :

    1. PGA = 24,6

    20 0,5 = 0,615

    2. Kafein = 25,1

    20 0,5 = 0,628

    3. Fenobarbital = 24,9

    20 0,5 = 0,623

    Grafik antara Rata-rata banyak putaran dengan kelompok uji

    0,0

    50,0

    100,0

    150,0

    200,0

    250,0

    300,0

    350,0

    400,0

    Kontrol PGA Kafein Fenobarbital

  • Grafik antara banyak putaran dengan tiap tiap kelompok uji satuan wakt

    VII. PEMBAHASAN

    Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui efek obat terhadap

    aktivitas lokomotor pada mencit yang dimasukkan dalam roda putar. Obat

    yang akan diuji aktivitas lokomotornya adalah Fenobarbital. Fenobarbital

    merupakan golongan barbiturat, obat yang bersifat hipnotik-sedatif, selain

    itu juga merupakan anestetik parenteral, pelemas otot, antiepilepsi dan

    anticemas (antiansietas). Obat ini masuk dalam golongan Barbiturat yang

    meningkatkan kerja GABA di SSP sehingga dapat menimbulkan sedasi,

    hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot,

    dan antikonvulsi Sedangkan kafein merupakan senyawa hasil metabolisme

    sekunder golongan alkaloid. Kafein bekerja di dalam tubuh dengan

    mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf. Peranan utama kafein di

    dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap

    terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.

    Pada percobaan ini mencit dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok

    pertama, mencit diberikan PGA tanpa pemberian obat lain. Kelompok ini

    merupakan kelompok kontrol. Kelompok kedua adalah kelompok mencit

    yang diberikan obat fenobarbital dengan dosis 13 mg/kgBB secara per oral.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    t=35' t=40' t=45' t=50' t=55' t=60'

    Kelompokkontrol PGA

    KelompokKafein

    KelompokFenobarbital

  • Kelompok ketiga adalah kelompok mencit yang diberikan kafein dosis 50

    mg/kgBB secara per oral.

    Pada kelompok kontrol tidak dilakukan penambahan obat apapun,

    karena kelompok kontrol hanya akan diuji aktivitas lokomotor mencit

    secara alami tanpa ada pengaruh obat apapun. Pemberian PGA pada

    kelompok kontrol dianggap tidak memberikan efek apapun terhadap

    aktivitas lokomotori sehingga mencit pada kelompok ini bekerja alami tanpa

    ada pengaruh obat, sehingga kelompok-kelompok yang lain dapat

    dibandingkan dengan kelompok kontrol ini.. Pada kelompok kedua adalah

    kelompok mencit yang telah diberikan obat fenobarbital, sedangkan pada

    kelompok ketiga, mencit diberikan obat kafein sehingga mencit pada kedua

    kelompok ini bergerak dipengaruhi oleh obat. Diharapkan dapat terlihat

    hasil yang yang berbeda dengan adanya perbedaan pada pemberian jenis

    obat yang diberikan kepada mencit. .

    Setelah mencit diberi obat, kemudian didiamkan selama 30 menit

    sebelum dimasukkan ke dalam roda putar. Proses didiamkannya mencit

    setelah diberikan obat adalah agar obat tersebut dapat diabsorpsi terlebih

    dahulu oleh mencit, sehingga efeknya akan lebih terlihat pada saat mencit

    diletakkan ke dalam roda putar dan dalam waktu 30 menit tersebut obat

    dianggap telah diabsorpsi oleh mencit.

    Setelah 30 menit, mencit dimasukkan ke dalam roda putar dan

    dihitung putaran roda selama 30 menit dengan interval waktu 5 menit.

    Dipilih waktu selama 30 menit karena dianggap pada waktu tersebut obat

    telah habis bereaksi. Dalam waktu 30 menit tersebut mencit akan

    memperlihatkan reaksi-reaksi sesuai dengan obat yang diberikan.

    Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi jumlah putaran.

    Yang sangat mempengaruhi dari absorpsi obat adalah berat badan mencit,

    karena berpengaruh pada luasnya daerah absorpsi dan tentu saja sangat

    mempengaruhi absorpsi obat. Perbedaan jumlah pada tiap bagian ini

    dipengaruhi bagaimana ketersediaan obat dalam mencit. Semakin lama obat

    dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya dan kemudian lama-lama

    efeknya akan menurun karena ketersediaan obat makin berkurang.

  • Pada percobaan kali ini, mencit yang tidak diberikan obat uji tidak

    terlalu memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap perubahan

    aktivitas yang ditunjukkan dengan peningkatan atau penurunan jumlah

    putaran roda putar. Sedangkan untuk mencit yang diberikan obat uji berupa

    diazepam, seiring dengan berjalannya waktu pengamatan ternyata aktivitas

    mencit perlahan mengalami penurunan, hal tersebut di tunjukkan dengan

    berkurangnya jumlah putaran roda putarnya. Penurunan aktivitas pada

    mencit ini disebabkan karena fenobarbital termasuk golongan barbiturat,

    obat yang bersifat hipnotik sedatif sehingga mengakibatkan mencit perlahan

    mengalami rasa sedasi yang cukup kuat dan apabila dosisnya ditingkatkan

    maka kemungkinan mencit tersebut akan tertidur atau tidak melakukan

    aktivitas apapun. Untuk mencit yang diberikan obat kafein ternyata

    mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan ditandai dengan

    peningkatan jumlah putaran rodanya. Kafein meningkatan kerja psikomotor

    sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa

    peningkatan energi. Dengan demikian maka mencit akan terus aktif

    bergerak selama efek obat tersebut masih ada namun seiring dengan

    berjalannya waktu pengamatan maka lama-lama efeknya akan menurun

    karena ketersediaan obat makin berkurang di dalam tubuh mencit. Hal ini

    ditandai dengan berkurangnya jumlah putaran roda.

    Pada percobaan kali ini, dilakukan pengamatan terhadap 3

    kelompok uji,yaitu kelompok kontrol (I), dengan pemberian larutan

    suspensi gom arab (PGA)2% sehingga mencit pada kelompok ini bekerja

    alami tanpa ada pengaruh obat.Pada kelompok kedua (II) adalah kelompok

    mencit yang telah diberikan obat kafein, sedangkan pada kelompok ketiga

    (III), mencit diberikan obat fenobarbital. Setelah diamati, mencit yang tidak

    diberikan obat uji (kelompok kontrol)memberikan efek atau pengaruh yang

    fluktuatif terhadap perubahan aktivitas yangditunjukkan dengan

    peningkatan atau penurunan jumlah putaran roda putar yangseringkali tidak

    konstan, dimana aktivitas yang dilakukan mencit tiap selang waktu

    pengamatan tidak memberikan angka yang tetap (penurunan aktivitas

    seiring lamanya waktu pengamatan). Hal ini dapat disebabkan perbedaan

  • perilaku dan sifat dari mencit uji saat ditempatkan ke dalam wheel cage

    sehingga dapat mempengaruhi jumlah perputaran roda yang

    Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka didapatkan jumlah-

    jumlah pergerakan putar roda yang dilakukan oleh hewan percobaan, yang

    kemudian diplotkan kedalam diagram batang untuk melihat perbandingan

    banyak pergerakan dari tiap-tiap hewan percobaan dan grafik line untuk

    melihat perubahan-perubahan tiap waktu dari pergerakan hewan-hewan

    percobaan,

    Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada control, perubahan

    pergerakan tidak beraturan, mencit bergerak tanpa dapat diprediksi banyak

    atau sedikit pergerakannya, mencit masih dapat dikatakan bergerak secara

    alami. Sedangkan pada pemberian kafein terlihat lonjakan drastic yang

    menandakan adanya peningkatan respon gerak mencit, ini adalah efek dari

    stimulant, ada beberapa bagian yang turun dan diduga merupakan akibat

    dari pengaruh fisik mencit yang mengalami kelelahan sementara, karena

    pada daerah waktu berikutnya terjadi peningkatan kembali. Sedangkan pada

    pemberian fenobarbital sebagai depresan system syaraf seharusnya terdapat

    penurunan pergerakan secara bertahap sampai tidak melakukan pergerakan

    sama sekali. Namun, pada beberapa mencit terjadi hal yang sebaliknya.

    Sehingga dikhawatirkan efek obat yang ditimbulkan dapat tidak

    sesuai dengan literatur.Berdasarkan hasil pengamatan yang dituangkan

    dalam penyajian data berupa grafik, dapat dilihat perbedaan yang signifikan

    antara ketiga bahan uji PGA, Kafein, dan Fenobarbital terhadap jumlah

    putaran roda. Pada ketiga kelompok,mencit yang diberi kafein sebagai

    stimulan, menunjukkan peningkatan aktivitasyang signifikan, ini

    menunjukkan bahwa aktivitas stimultan dari kafein tergolong baik. Namun

    pada fenobarbital yang merupakan obat depresan golongan hipnotik-sedatif,

    justru mengalami kenaikan aktivitas yang jauh lebih besar dibandingkan

    dengan mencit yang diberi obat stimulant. Hal itu terjadi bisa jadi karena

    sejak awal aktivitas dari mencit memang sangat tinggi dan cenderung tidak

    bias diam dan waku pengamatan yang dilakukan pun terlalu sebentar,

    pengamatan dilakukan seharusnya selama 90 menit untuk mendapatkan

  • hasil yang lebih akurat dari setiap aktivitas bahan uji. Karena untuk

    fenobarbital. setelah pemberian obat secara oral, obat diserap dengan baik

    dari lambung dan usus halus, dengan kadar puncak terjadi 2 sampai 20 jam

    kemudian dan lebih cepat untuk mencit tergantung pada berat badannya.

    Dengan hasil-hasil tadi , tujuan dari percobaan ini dapat dipenuhi,

    sebab telah dapat dilihat perbedaan pengaruh yang spesifik antara pengaruh

    stimulant dengan depresan dibandingkan kondisi normal atau kondisi yang

    dibandingkan antara kedua obat. Factor-faktor yang tak dapat diabaikan

    dalam percobaan ini yang diduga mempengaruhi hasil yang didapat antara

    lain adalah kondisi fisik hewan percobaan, factor tempat dan lingkungan

    percobaan serta sifat psikologis dari masing-masing hewan percobaan yang

    cenderung hiperaktif atau mudah depresi karena keberadaan manusia.

    Kafein meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga

    dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Dengan

    demikian maka mencit akan terus aktif bergerak selama efek obat tersebut

    masih ada namunseiring dengan berjalannya waktu pengamatan maka lama-

    lama efeknya akanmenurun karena ketersediaan obat makin berkurang di

    dalam tubuh mencit karenaterjadinya metabolisme obat dalam tubuh. Hal

    ini ditandai dengan berkurangnya jumlah putaran roda.Banyak sekali faktor

    yang dapat mempengaruhi jumlah putaran selain pemberian obat uji. Salah

    satunya yang sangat mempengaruhi adalahkeseragaman berat badan dari

    mencit uji yang digunakan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,

    adanya metabolisme obat dalam tubuh dapat menurunkanaktivitas obat.

    Kemampuan metabolisme obat dalam tubuh dipengaruhi oleh luas

    permukaan daerah absorpsi obat, yang berkaitan dengan berat badan mencit

    karena semakin berat mencit maka luas permukaan daerah absorpsi obat

    akansemakin besar. Hal tersebut mempengaruhi bagaimana ketersediaan

    obat dalam mencit. Semakin lama obat dalam mencit akan bekerja sampai

    puncaknya dan kemudian lama-lama efeknya akan menurun karena

    ketersediaan obat makin berkurang,sehingga efek obat uji yang diberikan

    baik berupa depresan (fenobarbital) maupun stimulan (kafein) dapat

    berkurang aktivitasnya. Maka dari itu mencit yan gdigunakan diusahakan

  • memiliki keseragaman bobot antar mencit yang sama atau tidak terlalu

    berbeda agar efek dari obat uji yang diamati dapat diteliti lebih akurat.

    Selain itu, pemberian jeda waktu yang diperlukan obat untuk mencapai efek

    kerja setelah diberikan sebelum mencit dimasukkan dalam wheel cage dapat

    mempengaruhi. Hal ini disebabkan obat uji yang diberikan mencit yang

    memiliki bobot berat akan lebih mudah termetabolisme daripada mencit

    yang memiliki bobot yang lebih ringan, sehingga efek yang ditimbulkan pun

    lebih cepat.

    Sehingga dikhawatirkan efek obat yang ditimbulkan dapat tidak

    sesuai dengan literatur. Sebenarnya, pengamatan dilakukanharusnya selama

    90 menit untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dari setiap aktivitas

    bahan uji.

    VIII. KESIMPULAN

    Efek obat uji terhadap lokomotor dapat diketahui, kafein bersifat

    stimulan sedangkan fenobarbital bersifat depresan. Aktivitas kedua obat

    yang bekerja di sistem saraf pusat tersebut yaitu obat depresan dan stimulant

    dipengaruhi oleh waktu absorpsi obat, waktu pengamatan, dosis obat dan

    kondisi psikologis dari hewan percobaan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Andrianto. 2008. Sistem Saraf Pusat. Dapat diakses pada http://medicastore.com/

    [diakses tanggal 14 Mei 2015]

    Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke 3. Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia. Jakarta.

    Dewoto, Hedi R. 2007. Analgesik Opiod dan Antagonis-Farmakologi dan Terapi

    edisi 5. Fakultas kedokteran-UI. Jakarta.

    Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aescullapius. Jakarta.

    Muchtaridi. 2008. Lokomotor Mencit. Dapat diakses pada http://farmasi.ugm.ac.id/

    [diakses tanggal 14 Mei 2015]

    Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung.

    Neal, M.J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Penerbit Buku EGC. Jakarta.

    Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2010. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI. Jakarta.

    Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting edisi keenam. PT.

    Elex Media Komputindo. Jakarta.

    Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

    Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya edisi kelima. PT. Elex Media

    Komputindo. Jakarta.