penggunaan pendekatan matematika realistik untuk ......siswa kelas ii sd negeri 2 mranti ... dan...
TRANSCRIPT
1
PENGGUNAAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGALIKAN
BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
SISWA KELAS II SD NEGERI 2 MRANTI
TAHUN 2010
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
SUMARSIH
NIM X1907019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu pelajaran yang penting di Sekolah Dasar adalah
Matematika, pelajaran ini nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu sangat memerlukan kejelian atau kesungguhan
agar siswa benar-benar menguasai pelajaran matematika.
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat
dan jelas. Hal itu sejalan dengan pendapat Klien (Suriasumantri, 1998:72)
bahwa:
Matematika merupakan puncak kegemilangan intelek, di samping pengetahuan mengenai matematika sendiri, matematika merupakan bahasa, proses dan teori. Perhitungan matematika menjadi dasar ilmu teknik. Bahkan jatuh bangunnya suatu Negara ini dari kemajuan di bidang matematika. Oleh karena itu upaya peningkatan pembelajaran matematika sangat diperlukan.
Banyak siswa mulai tidak kritis dan tidak kreatif terhadap pelajaran
yang diterima, artinya siswa hanya sekedar menerima apa yang diajarkan.
Siswa tidak semangat untuk mencari dan menemukan sesuatu yang baru.
Belum lagi gejala lain yang muncul, seperti keengganan siswa untuk
3
belajar mandiri, keterasingan siswa terhadap dunianya (dunia anak),
ketidakpedulian siswa terhadap lingkungannya minat membaca dan
berlatih dalam pelajaran matematika relatif rendah di kalangan siswa,
semuanya itu merupakan fenomena yang harus dicermati bersama.
Salah satu pelajaran yang mempunyai prestasi belajar rendah di
sekolah dasar adalah matematika. Mata pelajaran ini termasuk mata
pelajaran yang disegani oleh siswa, karena untuk dapat memahami materi
yang terkandung di dalamnya perlu adanya kejelian dalam berpikir,
ketelitian dalam pengerjaan, dan waktu yang cukup untuk mengadakan
latihan-latihan, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran.
Matematika termasuk salah satu kemampuan dasar yang dikuasai anak di
samping membaca dan menulis. Hal ini dikarenakan anak sering takut
terhadap matematika, mereka menganggap matematika sebagai pelajaran
yang sulit dan rumit.
Namun setiap siswa mempunyai kepribadian yang unik, berbeda satu
dengan yang lainnya. Baik dalam tingkat intelegensi, kondisi fisik dan
emosi maupun kemampuan sosialnya. Sementara di sekolah, sebagian
besar anak menerima layanan pendidikan yang sama. Di samping itu
umumnya proses belajar mengajar di sekolah masih termasuk tradisional
konvensional dalam arti sangat terstruktur, guru lebih mendominasi, guru
banyak menggunakan metode ceramah dan sangat sedikit tuntutan aktif
dari siswa. Akibatnya ada sebagian anak yang benci terhadap pelajaran
4
matematika sehingga prestasi belajar mereka jauh di bawah teman-teman
sekelasnya.
Peran perkalian sangatlah besar dalam mempelajari bagian-bagian
matematika yang lain. Oleh karena itu penguasaan perkalian akan menjadi
landasan atau kemampuan prasyarat untuk menguasai ilmu matematika
yang pada akhirnya akan sangat menentukan dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Sebaliknya kelemahan dalam
perkalian berdampak lemahnya penguasaan matematika.
Paparan di atas menggugah kita semua akan peran pentingnya
penguasaan perkalian, maupun penguasaan matematika pada umumnya.
Dalam kehidupan sehari-hari hampir tidak ada kegiatan yang tanpa
melibatkan kemampuan dan ketrampilan berhitung.
Masalah dalam proses pembelajaran tersebut perlu segera diatasi
karena jika dibiarkan akan berpengaruh terhadap mutu sekolah. Di
samping itu, kemampuan mengalikan merupakan konsep yang harus
dikuasai siswa untuk belajar pada konsep berikutnya yaitu pembagian.
Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008:1) matematika mengkaji benda
abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis
dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran dedukatif.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan
5
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama.
Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda. Benda atau alat
peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa
dalam memahami suatu konsep matematika.
Berdasarkan teori belajar Matematika tersebut di atas bahwa dalam
pembelajaran perlu menggunakan benda langsung atau benda nyata untuk
memudahkan siswa memahami konsep Matematika. Oleh karena itu,
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini diberi judul “Pendekatan Matematika
Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Mengalikan Bilangan dalam
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II SD Negeri 2 Mranti Tahun
2010”.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
“Apakah penggunaan pendekatan matematika realistik
dapat meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan dalam
6
pembelajaran Matematika siswa kelas II SD Negeri 2 Mranti tahun
2010?”
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan teori belajar dan media pembelajaran,
permasalahan yang terjadi di kelas 2 di SD Negeri 2 Mranti tahun
2010, maka perlu diselesaikan melalui tindakan guru berupa
penggunaan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran
mengalikan bilangan pada pembelajaran matematika dengan
tindakan:
a. Mendata jumlah murid yang mendapat kesulitan belajar.
b. Membuat perencanaan pembelajaran.
c. Menyusun instrumen penilaian mengenai perkalian.
d. Menyusun instrumen pengamatan aktifitas guru.
e. Menyusun instrumen pengamatan aktifitas murid.
f. Membuat daftar nama petugas yang mengawasi keaktifan
guru dan murid.
g. Menyiapkan media pembelajaran.
h. Melaksanakan perbaikan pembelajaran.
i. Melakukan refleksi.
7
j. Menyimpulkan refleksi.
k. Menyusun laporan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan mengalikan
bilangan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik siswa
kelas II SD Negeri 2 Mranti tahun 2010.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan seseorang
yang akan meneliti tentang peningkatan kemampuan mengalikan
bilangan melalui pendekatan matematika realistik.
2. Manfaat secara Praktis
a) Bagi siswa, penggunaan pendekatan matematika realistik
dapat meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan pada
pelajaran matematika.
b) Bagi guru, penggunaan pendekatan matematika realistik
dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi sehingga pembelajara dapat
berjalan secara efektif.
8
c) Bagi lembaga, khususnya SD Negeri 2 Mranti, penggunaan
pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan prestasi
belajar di sekolah secara keseluruhan.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Pendekatan Matematika Realistik
a. Pengertian Pendekatan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
b. Pengertian Matematika
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan
aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika mempunyai
10
cakupan yang luas lebih luas daripada aritmatika hanya merupa
kan bagian dari matematika.
Menurut Johnson dan Myklebust di dalam Mulyono
Abdurraman (1999:252) menyebutkan bahwa matematika adalah
bahasa yang simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif sedangkan fungsi teoritinya
memudahkan berpikir.
Sedangkan Paling didalam Mulyono Abdurrahman (1999:252)
menyebutkan matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam
melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
c. Pengertian Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan Matematika Realistik (Realistic Mathematics
Education) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan
matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut
Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang
mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan
matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika
11
harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia
harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan
konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer,
1994). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi
dan persoalan-persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini
dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang
dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar, 2000). Prinsip
penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur
pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali
menggunakan konsep matematisasi. Menurut pendekatan ini, kelas
matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru
kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide
dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata.
Disini, matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula
dari pemecahan masalah.
d. Konsepsi tentang Siswa
Tiga tahapan teori dasar Bruner tentang perkembangan
intelektual adalah:
1. Enactive, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui
aksi-aksi terhadap objek
12
2. Iconic, dimana pembelajaran terjadi melalui penggunaan
model-model
3. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam
istilah-istilah yang abstrak (Mark K. Smith, dkk, 2009:123)
Tahapan perkembangan belajar kognitif menurut Piaget dalam
Nabisi Lapono (2008:19) bahwa anak Sekolah Dasar termasuk
dalam tahap Concrete Operation (7-11 tahun) yaitu berkembang
daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah
konkrit.
Ada 4 karakteristik anak usia Sekolah Dasar yang perlu
diketahui para guru agar guru dapat menerapkan metode
pembelajaran adalah:
a. Senang bermain
Anak menuntut agar guru SD melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan terutama untuk kelas
rendah.
b. Senang bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD
dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh
13
karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau pindah.
c. Senang bekerja dalam kelompok
Dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar
aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi seperti belajar
memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, dan lain-
lain.
d. Senang merasakan atau melakukan atau memperagakan
sesuatu secara langsung
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki
operasional konkrit.
Dalam pendekatan matematika realistik, siswa dipandang
sebagai individu (subjek) yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Melalui
eksplorasi berbagai masalah, baik masalah kehidupan sehari-hari
maupun masalah matematika, siswa dapat merekonstruksi kembali
temuan-temuan dalam bidang matematika. Jadi, Hadi (2005) yang
dikutip oleh Nyimas Aisyah, dkk dalam bukunya yang berjudul
Pengembangan Pembelajaran Matematika SD (2007:7.5)
14
menjelaskan tentang konsep siswa dalam pendekatan ini adalah
sebagai berikut:
a. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide
matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
b. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk
pengetahuan untuk dirinya sendiri.
c. Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang
meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan,
penyusunan kembali dan penolakan.
d. Siswa membangun pengetahuan baru untuk dirinya sendiri dari
beragam pengalaman yang dimilikinya.
e. Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan
mengerjakan matematika tanpa memandang ras, budaya dan
jenis kelamin.
e. Konsepsi Guru
Dalam pendekatan tradisional, guru dianggap sebagai
pemegang otoritas yang mencoba memindahkan pegetahuan pada
siswa, maka dalam pendekatan matematika realistik ini, guru
dipandang sebagai fasilitator, moderator dan evaluator yang
menciptakan situasi dan menyediakankesempatan bagi siswa untuk
15
menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan cara
mereka sendiri.
Jadi peran guru dalam pendekatan matematika realistik
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c. Guru harus secara aktif membantu siswa dalam
menafsirkan masalah-masalah dari dunia nyata
d. Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum matematika
dengan dunia nyata baik fisik maupun sosial
f. Karakteristik
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik
menurut Suryanto (2007) yang dikutip oleh Nyimas Aisyah, dkk
dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD (2007:7.7):
a. Masalah kontekstual yang realistik digunakan untuk
memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.
16
b. Siswa menemukan kembali ide, konsep dan prinsip,
atau model matematika melalui pemecahan masalah
kontekstual yang realistik melalui bantuan guru atau
temannya.
c. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan
sebagai produk jadi atau hasil yang siap pakai. Mempelajari
matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui
belajar dengan mengerjakan.
g. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang penting dalam sebuah
proses pembelajaran. Guru memerlukan informasi tentang
keberhasilan proses pembelajarannya. Orang tua siswa juga
memerlukan informasi tentang kemajuan atau hasil belajar anaknya
dalam matematika. Selain itu siswa sendiri berhak mengetahui apa
yang mereka peroleh dari pembelajaran matematika.
Selanjutnya, Suryanto (2007) yang dikutip oleh Nyimas
Aisyah, dkk dalam bukunya yang berjudul Pengembangan
Pembelajaran Matematika SD (2007:7.12) memberikan beberapa
catatan mengenai evaluasi pada pembelajaran matematika realistik
yaitu: observasi (pengamatan), evaluasi kontinu, peranan guru
dalam evaluasi, pendekatan holistik, format soal terbuka dan
masalah terapan yang sesungguhnya.
17
2. Operasi Perkalian
Operasi perkalian suatu bilangan pada hakekatnya adalah operasi
penjumlahan yang dilakukan secara berulang. Karena itu, untuk
memahami konsep perkalian, penguasaan dan pengertian penumlahan
termasuk keterampilan menghitung akan sangat membantu ke arah
perkalian. Hal ini dikarenakan operasi perkalian pada bilangan
membutuhkan landasan pengertian operasi penjumlahan. Lambang untuk
menyatakan operasi perkalian adalah dengan tanda silang (x).
3. Pembelajaran Matematika
a. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD:
i. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.
ii. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdikbud,
1999:31).
b. Perlunya Siswa Belajar Matematika
18
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh
semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan
tinggi. Menurut Cornelius (1982) seperti dikutip Mulyana A.
(1996:38) mengemukakan 5 alasan penting belajar matematika
yaitu:
i. Berpikir jelas dan logis
ii. Memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
iii. Mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman
iv. Mengenal dan mengembangkan kreatifitas
v. Meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya
B. Kerangka Pemikiran
Penyajian materi yang menarik perhatian dapat menumbuhkan
minat bahkan dorongan untuk belajar sehingga proses pembelajaran dapat
mencapai hasil yang lebih baik.
Prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 2 Mranti tahun pelajaran
2008/2009 pada perkalian bilangan yang hasilnya dua angka mata
pelajaran matematika masih dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini
terjadi karena pada pembelajaran guru tidak menggunakan pendekatan
matematika realistik sehingga kemampuan siswa mengalikan rendah.
Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran, maka untuk mengatasi
19
masalah tersebut, guru melakukan tindakan yang berupa penggunaan
pendekatan matematika realistik. Pada pembelajaran yang menggunakan
pendekatan matematika realistik diharapkan kemampuan siswa
mengalikan dapat meningkat. Alur kerangka berpikir tertera pada Gambar
1.
Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir
Kemampuan siswa dalam konsep
perkalian masih kurang
Dalam pembelajaran Matematika guru belum
menggunakan pendekatan matematika realistik:
a) Kemampuan siswa mengalikan masih rendah
b) Siswa cepat bosan
c) Pembelajaran tidak
KONDISI
AWAL
KONDISI
AKHIR
Dalam pembelajaran guru menggunakan pendekatan
matematika realistik mengenai konsep perkalian
satu sampai dengan sepuluh dengan bantuan benda nyata (daun, batu
dan lidi)
Siklus 1 Konsep
perkalian satu sampai lima
berhasil
Siklus 2 Konsep
perkalian enam sampai
sepuluh berhasil
Prestasi belajar matematika mengenai konsep perkalian mengalami peningkatan di
atas KKM.
TINDAKAN
20
21
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Mranti Kecamatan Purworejo
Kabupaten Purworejo. Dengan alasan:
i. SD Negeri 2 Mranti yang berada di Kecamatan Purworejo
Kabupaten Purworejo belum pernah diadakan penelitian
khususnya kelas II.
ii. Pada tahun pelajaran 2008/2009 dalam pembelajaran
Matematika guru belum menggunakan pendekatan
matematika realistik sehingga kemampuan siswa
mengalikan bilangan masih rendah.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu mulai bulan
Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2010.
22
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian siswa kelas II SD Negeri 2 Mranti Kecamatan
Purworejo Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 semester II
dengan jumlah siswa 44 anak.
Objek penelitian yaitu penggunaan media benda nyata dalam
pembelajaran mengalikan bilangan yang hasilnya dua angka mata
pelajaran matematika.
C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
a. Teknik Pengumpulan
Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas dan juga jenis
sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
i. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan untuk
memperoleh bahan atau informasi yang dilaksanakan secara
sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah dan tujuan yang
telah ditentukan.
23
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
kelas II SD Negeri 2 Mranti terhadap proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
ii. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan secara sistematis
dengan melakukan perekaman terhadap perilaku tertentu untuk
tujuan pembuatan keputusan-keputusan pengajaran.
Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengetahui
keaktifan siswa kelas II SD Negeri 2 Mranti selama proses
pembelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar evaluasi.
iii. Tes
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan
kepada siswa pada waktu dan temat tertentu serta dalam
kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
mengalikan bilangan siswa kelas kelas II SD Negeri 2 Mranti.
Bentuk tes yang digunakan adalah isian sebanyak sepuluh butir
soal setiap siklus.
24
b. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisis interaktif Miles dan Hubermen. Model analisis
interaktif mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Aktifitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan
data sebagai suatu proses siklus. Model analisis data divisualkan
pada gambar 2.
Gambar 2: Model Analisis Data
D. Prosedur Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan adalah minta izin kepada kepala
SD Negeri 2 Mranti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di kelas
II SD Negeri 2 Mranti. Prosedur / langkah-langkah Penelitian Tindakan
Kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor
yang diselidiki. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap
Pengumpulan
Reduksi Sajian Data
Penarikan
25
siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
a. Siklus I
1. Perencanaan tindakan
a) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pada lampiran 2 halaman 64 yang menggunakan pendekatan
matematika realistik.
b) Menyediakan media benda nyata daun, batu dan lidi.
c) Membuat lembar observasi dan evaluasi.
2. Pelaksanaan tindakan
a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik pada
perkalian bilangan 1-5 mengenai arti perkalian dan soal cerita
dalam jual beli.
b) Siswa belajar matematika pada perkalian dengan
menggunakan benda nyata.
3. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas II yang
bertugas mengajar siswa disamping sebagai peneliti bersama
26
supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati kegiatan guru
dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang
dikolaborasikan dengan supervisor dan peneliti. Hasil evaluasi
dan refleksi yang dibicarakan dengan supervisor digunakan
sebagai acuan dalam siklus II menyusun perencanaan.
b. Siklus II
1. Perencanaan tindakan
Berdasarkan hasil pada refleksi siklus 1, guru (peneliti)
mengadakan perbaikan rencana pembelajaran yang terdapat pada
lampiran 9 halaman 93 terutama pada penggunaan pendekatan
matematika realistik.
2. Pelaksanaan Tindakan
a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik pada konsep
perkalian lebih ditingkakan lagi.
b) Siswa belajar matematika pada konsep perkalian dengan
menggunakan media benda nyata.
27
3. Observasi
Pelaksanaan observasi hampir sama dengan siklus 1, yaitu
guru kelas II (peneliti) bersama supervisor mengamati kegiatan
guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Evaluasi dan refleksi
Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan observasi yang dikolaborasikan dengan
supervisor peneliti. Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus II
belum memenuhi indicator kinerja penelitian, maka dapat
dilanjutkan ke siklus III, namun jika sudah memenuhi indikator
kinerja penelitian, maka bisa diakhiri di siklus II.
28
BAGAN SIKLUS PELAKSANAAN KEGIATAN
Gambar 3: Siklus Pelaksanaan Kegiatan
Rencana 1
Observasi
Refleksi
Tindakan
Siklus 1
REKOMENDASI
Rencana 2
Observasi
Refleksi
Tindakan
Siklus 2
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Laporan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
Tindakan siklus 1 dilaksanakan selama minggu mulai tanggal 29
Maret 2010 sampai dengan 3 April 2010. Penelitian ini dilakukan dengan
melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
a. Perencanaan Tindakan
Guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas mempersiapkan
program tahunan, program semester, perencanaan pembelajaran dengan
alat peraga benda nyata Lembar Observasi dan Lembar Tugas.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan
prestasi belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data
awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari kelas II sebanyak 44 anak
terdapat 32 anak yang masih belum mencapai batas ketuntasan belajar.
Setelah dilakukan pemeriksaan pada lembar pekerjaan siswa, ternyata
sebagian besar siswa masih belum dapat memahami konsep perkalian
adalah penjumlahan berulang.
30
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran
Matematika, guru kelas melakukans langkah – langkah pembelajaran
matematika dilakukan dengan menggunakan benda nyata.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam proses persiapan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Memilih pokok bahasan atau indikator tentang perkalian yang
hasilnya dua angka.
Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut adalah:
i. Pokok bahasan atau indikator tentang perkalian harus betul
– betul dikuasai siswa, karena hal tersebut untuk
mempermudah penguasaan materi matematika yang lebih
dalam.
ii. Pokok bahasan atau indikator tentang perkalian dapat
dipergunakan dalam kehidupan sehari – hari.
iii. Pemilihan pokok bahasan perkalian didasarkan pada
kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap
hasil belajar siswa.
b. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator.
Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 3
31
kali pertemuan, masing – masing pertemuan dalam waktu 2
jam pelajaran.
c. Menyediakan benda nyata yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
d. Setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru
mempersiapkan kelompok dan mengatur meja sesuai dengan
kelompoknya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan guru menerapkan pembelajaran
dengan penggunaan benda nyata sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I
dengan menggunakan benda nyata akan dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan.
1. Pertemuan pertama
Pada pertemuan ke-1 materi matematika yang diajarkan mengenai arti
perkalian sebagai penjumlahan berulang bilangan 1 – 5. Guru
menjelaskan materi pelajaran mengenai perkalian sebagai penjumlahan
berulang bilangan 1 – 5.
32
Memberi contoh perkalian sebagai penjumlahan berulang:
IIII IIII IIII IIII IIII
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4
= 20
Siswa mengerjakan lembar kerja yang telah dibagikan secara
kelompok dengan menggunakan alat peraga lidi yang dipotong-potong
dengan ukuran 10 cm atau dari bambu yang dibelah-belah, diraut
sebesar lidi dan dipotong-potong dengan panjang 10 cm. Cara
menggunakan lidi dengan menghitung lidi empat kemudian diikat
menjadi satu dilanjutkan menghitung lagi empat dan diikat menjadi
satu, demikian sampai lima kali. Kemudian dihitung ada berapa ikatan
dan tiap ikatan terdiri dari berapa lidi, semuanya ditulis. Setelah itu
semua ikatan dilepas dan dijadikan satu kemudian dihitung jumlah lidi
itu yang merupakan hasil dari perkalian itu. Membahas hasil kerja
kelompok. Siswa mengerjakan soal perkalian secara individu. Guru
menilai evaluasi. Sebagai tindak lanjut, guru memberi pesan agar rajin
belajar dan diberi PR.
2. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua materi Matematika adalah tentang fakta
perkalian dengan cara membilang loncat pada model papan berpaku.
Kegiatan diawali dengan doa bersama dilanjutkan mengabsen. Guru
33
mengajak menyanyi bersama lagu ”Ayo Berhitung”. Guru menjelaskan
materi mengenai perkalian dengan menggunakan garis bilangan.
Contoh:
4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
Dengan papan berpaku dapat digambarkan sebagai berikut:
5 + 5 + 5 + 5
Gambar 4: Model Garis Papan Berpaku Siklus 1
Jadi, 4 x 5 = 20
Dengan menggunakan garis model dari papan dan paku, setiap lima
paku dilingkari dengan karet gelang dilakukan sampai 4 kali.
Kemudian, ditulis dengan angka ada berapa karet yang sudah
dilingkarkan pada paku dan dihitung tiap satu lingkaran ada berapa
paku. Kemudian, dihitung semua paku-paku yang telah dilingkari
dengan karet, dan itulah hasil dari perkalian bilangan loncat.
Siswa mengerjakan lembar kerja yang sudah dibagikan secara
kelompok. Membahas hasil kerja kelompok. Secara individu siswa
mengerjakan evaluasi dan guru memberi nilai guru memberi tugas di
rumah sebagai tindak lanjut.
34
3. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga materi matematika adalah soal cerita tentang
perkalian bilangan 1 – 5. Mengadakan tanya jawab mengenai perkalian
pertemuan yang lalu. Guru mengajak menyanyi bersama lagu ”Pasar
Minggu”. Guru memberi contoh cara menyelesaikan soal cerita. Dua
anak diajak bermain peran tentang cara berjual beli dengan 1 anak
berperan sebagai penjual buku dan yang satunya lagi sebagai pembeli.
Pembeli membeli 4 pak buku, yang 1 pak berisi 3 buku. Secara
bersama-sama siswa diajak untuk berpikir berapa jumlah buku yang
dibeli oleh pembeli. Guru menjelaskan berapa pak buku yang dibeli
dan berapa jumlah buku tiap 1 pak. Kemudian buku yang sudah dibeli
pembeli dibuka dan dihitung jumlah semuanya. Jumlah semua buku itu
merupakan hasil dari perkalian.
4 x 3 = 12
Jadi, jumlah buku yang dibeli pembeli adalah 12 buah buku.
Siswa mencoba latihan mengerjakan soal cerita. Guru dan siswa
membahas hasil latihan soal cerita. Mengerjakan lembar kerja secara
kelompok. Membahas hasil kerja kelompok. Siswa mengerjakan
evaluasi secara perorangan. Guru memberi nilai. Sebagai tindak lanjut
guru memberi pesan – pesan dan tugas di rumah.
35
c. Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran peneliti berkolaborasi dengan
rekan guru yang lain untuk mengamati jalannya pembelajaran pada
siklus 1 dengan panduan lembar observasi. Adapun teman kolaborasi
terdiri dari 3 orang yaitu bapak Nur Widodo guru kelas IV, bapak
Riyono guru kelas V dan ibu Sri Redjeki sebagai Kepala SD Negeri 2
Mranti Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Hasil observasi
terdapat pada lampiran 8 halaman 92. Hasil observasi aktifitas guru
dalam pembelajaran dari 10 butir diamati 4 butir menunjukkan hasil
cukup sedangkan yang yang 6 butir adalah baik, maka dapat
disimpulkan bahwa hasilnya baik. Hasil observasi aktifitas siswa
dalam pembelajaran yang terdapat pada lampiran 6 halaman 89
hasilnya adalah dari 6 aspek yang diamati 2 aspek cukup dan 4 aspek
baik, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan kegiatan siswa
dalam pembelajaran baik. Hasil observasi aktifitas belajar siswa
terdapat pada lampiran 7 halaman 90, dari 21 aspek, hanya 2 aspek
yang masih belum berhasil atau hanya sebagian, sedangkan sisanya, 19
aspek sudak dilaksanakan dengan baik. Hasil evaluasi keterampilan
siswa mengalikan bilangan 1-5 sudah berhasil dilihat dari nilai rata-
rata yang di atas KKM yaitu 71,93. Dari 44 siswa, hanya 8 siswa yang
belum tuntas. Berdasarkan lampiran 5 halaman 87 hasil observasi dari
36
teman sejawat adalah baik. Sedangkan hasil observasi dari supervisor
adalah baik berdasar pada lampiran 4 halaman 85.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan
pembelajaran pada siklus 1 dan dilanjutkan tugas di rumah pada materi
perkalian bilangan 1 – 5 sudah mengalami perubahan, walaupun masih
ada beberapa anak yang tidak mengalami perubahan sama sekali.
Pembelajaran berhasil apabila prestasi belajar siswa mencapai nilai
rata-rata kelas lebih dari KKM. Hasil pembelajaran yang memperoleh
nilai di atas KKM 81,8% atau 36 siswa dari 44 siswa sedangkan yang
memperoleh nilai di bawah KKM 18,2% atau 8 siswa. Sedangkan hasil
nilai rata – rata kelas mencapai 71,93 ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan benda nyata yang dilakukan sudah
berhasil.
37
Kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
siklus 1
Pengolahan data yang dilaksanakan pada siklus 1 tentang perkalian bilangan
1-5 adalah sebagai berikut:
i. Data nilai Matematika siswa kelas II sebelum tindakan
a. Perkalian sebagai penjumlahan berulang
Jumlah siswa yang mendapat:
Nilai 10 ada 3 siswa; nilai 20 ada 7 siswa; nilai 30 ada 7 siswa;
nilai 40 ada 6 siswa; nilai 50 ada 4 siswa; nilai 60 ada 6 siswa; nilai 70
ada 6 siswa; nilai 75 ada 1 siswa; nilai 80 ada 3 siswa; dan nilai 85 ada
1 siswa, sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85 dan
nilai terendah 10 dengan demikian nilai rata – rata yang diperoleh
siswa sebesar 45,45. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak
11 siswa. Siswa yang mendapat nilai sama dengan KKM 6 siswa.
Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 27 siswa.
Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 17
siswa dari 44 siswa atau 38,63%, sedangkan anak yang belum tuntas
27 siswa dari 44 siswa atau 61,37%.
38
b. Perkalian dengan menggunakan garis bilangan
Jumlah siswa yang mendapat nilai 20 ada 5 siswa; nilai 30 ada 6
siswa; nilai 40 ada 8 siswa; nilai 50 ada 7 siswa; nilai 6 0 ada 9 siswa;
nilai 65 ada 2 siswa; nilai 70 ada 5 siswa; dan nilai 75 ada 2 siswa,
sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 75 dan nilai
terendah 20 dengan demikian rata – rata yang diperoleh siswa sebesar
47,95. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 9 siswa.
Siswa yang mendapat nilai sama dengan KKM sebanyak 9 siswa.
Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 26 siswa.
Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 18
siswa dari 44 siswa atau 40,91%, sedangkan anak yang belum tuntas
sebanyak 26 siswa dari jumlah 44 siswa atau 59,09%.
c. Perkalian dalam soal cerita
Jumlah siswa yang mendapat nilai 10 ada 1 siswa; nilai 20 ada 5
siswa; nilai 20 ada 5 siswa, nilai 35 ada 1 siswa, nilai 40 ada 11 siswa,
nilai 50 ada 7 siswa, nilai 55 ada 1 siswa, nilai 60 ada 5 siswa, nilai 65
ada 3 siswa, nilai 70 ada 3 siswa, dan nilai 75 ada 2 siswa. Sehingga
nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 75 dan nilai terendah 10
dengan demikian rata – rata yang diperoleh siswa sebesar 47,72. Siswa
yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 10 siswa. Siswa yang
mendapatkan nilai sama dengan KKM sebanyak 4 siswa. Siswa yang
39
mendapatkan nilai kurang dari KKM sebanyak 30 siswa. Siswa yang
telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 14 siswa dari
jumlah 44 siswa atau 31,81%, sedangkan anak yang belum tuntas
sebanyak 30 siswa dari jumlah 44 siswa atau 68,19%.
ii. Data nilai matematika siswa kelas II setelah tindakan
a. Pertemuan pertama
Perkalian sebagai penjumlahan berulang.
Jumlah siswa yang mendapat nilai 40 ada 3 siswa; nilai 50 ada 6
siswa; nilai 55 ada 1 siswa, nilai 60 ada 4 siswa, nilai 65 ada 2
siswa, nilai 70 ada 4 siswa, nilai 75 ada 2 siswa, nilai 80 ada 5
siswa, nilai 85 ada 3 siswa, nilai 90 ada 4 siswa, nilai 95 ada 2
siswa dan nilai 100 ada 8 siswa, sehingga nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah 40, dengan demikian
rata – rata yang diperoleh siswa sebesar 74,54. Siswa yang
mendapatkan nilai di atas 60 sebanyak 30 siswa. Siswa yang
mendapatkan nilai sama dengan 60 sebanyak 4 siswa. Siswa yang
mendapatkan nilai kurang dari 60 sebanyak 10 siswa. Siswa yang
telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar (dengan nilai 60 ke
atas) sebanyak 34 siswa dari jumlah 44 atau 77,27%, sedangkan
anak yang belum tuntas sebanyak 10 siswa dari jumlah 44 siswa
atau 22,73%.
40
b. Pertemuan kedua
Perkalian dengan garis model papan berpaku
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 3 siswa; nilai 50 ada
1 siswa; nilai 60 ada 9 siswa; nilai 65 ada 1 siswa; nilai 70 ada 5
siswa; nilai 75 ada 5 siswa; nilai 80 ada 7 siswa; nilai 85 ada 1
siswa; nilai 90 ada 5 siswa; nilai 95 ada 2 siswa; dan nilai 100 ada
3 siswa, sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100
dan nilai terendah 40 dengan demikian rata – rata yang diperoleh
siswa sebesar 70,10. Siswa yang mendapatkan nilai 60 ke atas
sebanyak 31 siswa. Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60
sebanyak 4 siswa. Siswa yang telah dinyatakan memiliki
ketuntasan belajar (dengan nilai 60 ke atas) sebanyak 40 siswa dari
44 atau 90,91%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 4
siswa dari jumlah 44 atau 9,09%.
c. Pertemuan ketiga
Perkalian dalam soal cerita tentang jual beli
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 25 ada 1 siswa, nilai 30 ada
2 siswa, nilai 40 ada 2 siswa, nilai 45 ada 1 siswa, nilai 50 ada 5
siswa, nilai 60 ada 7 siswa, nilai 65 ada 5 siswa, nilai 70 ada 6
siswa, nilai 75 ada 1 siswa, nilai 80 ada 5 siswa, nilai 85 ada 3
41
siswa, nilai 90 ada 2 siswa, dan nilai 100 ada 4 siswa, sehingga
nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah
25 dengan demikian rata – rata yang diperoleh siswa sebesar 66,93.
Siswa yang mendapatkan nilai 60 ke atas sebanyak 26 siswa. Siswa
yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 7 siswa. Siswa yang
mendapatkan nilai kurang dari 60 sebanyak 11 siswa. Siswa yang
telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar (dengan nilai 60 ke
atas) sebanyak 33 siswa dari 44 siswa atau 75%, sedangkan anak
yang belum tuntas sebanyak 11 siswa dari 44 siswa atau 25%.
Rancangan strategi penyelesaian masalah dan langkah implementasi
strategi penyelesaian masalah dalam siklus 1
Dengan melihat hasil di atas maka dapat dijelaskan sebab dari
perhitungan rata – rata nilai dan ketuntasan belajar yang diperoleh anak
setelah mendapatkan pengajaran dengan medai benda nyata yang memiliki
minat belajar rendah maupun minat belajar tinggi sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar Matematika sebelum tindakan dan setelah tindakan
menunjukkan ada peningkatan yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa telah mampu menguasai materi perkalian bilangan 1 – 5. Jika dalam
penyampaiannya dilakukan dengan melibatkan anak dalam proses belajar
secara bersama – sama karena dengan media dan demonstrasi akan terjadi
pembelajaran yang efektif sehinga akan tercipta suasana belajar yang
menyenangkan sehingga ia akan mendapatkan hasil yang baik. Jadi salah satu
42
usaha untuk meningkatkan prestasi belajar matematika di sekolah adalah
dengan pembelajaran menggunakan pembelajaran dengan media benda nyata
dan demonstrasi pemberian tugas kelompok secara intensif.
Hal ini terjadi karena dengan pengajaran menggunakan media benda
nyata dan kerja kelompok siswa dapat terlibat lebih banyak dalam proses
belajar mengajar jika dibandingkan dengan pembelajaran tidak menggunakan
benda nyata. Hal ini terjadi karena dengan media benda nyata akan mampu
mengoptimalkan bekerjanya belahan otak manusia dengan mengaktifkan sel –
sel neuron. Dengan terlatihnya otak kanan dan kiri akan mengakibatkan anak
akan mendapatkan nilai matematika yang baik di akhir kegiatan pembelajaran.
2. Laporan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2
Tindakan siklus 2 dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 26
April 2010 sampai dengan 1 Mei 2010. Penelitian ini dilakukan dengan
melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
1) Perencanaan tindakan
Guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas
mempersiapkan program: Tahunan, Program Semester,
Perencanaan Pembelajaran dengan alat peraga benda nyata lembar
observasi dan lembar tugas.
43
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan
tindakan pada siklus 1 diperoleh data sebagaihasil pembelajaran
siswa kelas II. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari kelas II
sebanyak 44 anak terdapat 3, anak yang masih belum mencapai
batas ketuntasan belajar.
Setelah dilakukan pemeriksaan pada lembar kerjaan siswa,
ternyata sebagian besar siswa masih belum dapat memahami
konsep perkalian dalam soal cerita.
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata
pelajaran matematika, guru kelas melakukan langkah-langkah
pembelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan benda
nyata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses persiapan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Memilih pokok bahasan atau indicator
tentang perkalian yang hasilnya dua angkat.
Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut
adalah:
a) Pokok bahasan atau indikator tentang
perkalian harus betul-betul dikuasai siswa,
karena hal tersebut untuk mempermudah
44
penguasaan materi matematika yang lebih
dalam
b) Pokok bahasan atau indicator tentang
perkalian dapat dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Pemilihan pokok bahasan perkalian
didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan
harapan masyarakat terhadap hasil belajar
siswa.
2) Menyusun rencana pembelajaran
berdasarkan indikator. Rencana pembelajaran yang disusun
oleh peneliti memuat 3 kali pertemuan, masing-masing
pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran.
3) Menyediakan benda nyata yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
4) Setiap kali akan mengadakan pembelajaran
guru mempersiapkan kelompok dan mengatur meja sesuai
dengan kelompoknya.
b. Pelaksanaan Tindakan
45
Dalam tahap pelaksanaan guru menerapkan pembelajaran dengan
penggunaan benda nyata sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus 1 dengan
menggunakan benda nyata akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan ke-1 materi matematika yang diajarkan mengenai arti
perkalian sebagai penjumlahan berulang bilangan 6-10. Guru
menjelaskan materi pelajaran mengenai perkalian sebagai penjumlahan
berulang bilangan 6-10.
Memberi contoh perkalian sebagai penjumlahan berulang.
||||| | ||||| | ||||| | ||||| | ||||| | ||||| |
6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 = 6 x 6
= 36
Siswa mengerjakan lembar kerja yang telah dibagikan secara
kelompok dengan menggunakan alat peraga lidi yang dipotong-potong
dengan ukuran 10 cm atau dari bambu yang dibelah-belah, diraut
sebesar lidi dan dipotong-potong dengan panjang 10 cm. Cara
menggunakan lidi dengan menghitung lidi 6 kemudian diikat menjadi
satu dilanjutkan menghitung lagi 6 dan diikat menjadi satu, demikian
sampai 6 kali. Kemudian dihitung ada berapa ikatan dan tiap ikatan
46
terdiri dari berapa lidi, semuanya ditulis. Setelah itu semua ikatan
dilepas dan dijadikan satu kemudian dihitung jumlah lidi itu yang
merupakan hasil dari perkalian itu. alat peraga benda nyata membahas
hasil kerja kelompok.
Siswa mengerjakan soal perkalian secara individu. Guru menilai
evaluasi, sebagai tindak lanjut, guru memberi pesan agar rajin belajar
dan diberi PR.
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan ke-2 materi matematika adalah tentang fakta perkalian
dengan cara membilang loncat pada garis model papan berpaku.
Dengan menggunakan garis model dari papan dan paku, setiap 7 paku
dilingkari dengan karet gelang dilakukan sampai 3 kali. Kemudian,
ditulis dengan angka ada berapa karet yang sudah dilingkarkan pada
paku dan dihitung tiap satu lingkaran ada berapa paku. Kemudian,
dihitung semua paku-paku yang telah dilingkari dengan karet, dan
itulah hasil dari perkalian bilangan loncat.
Kegiatan diawali dengan doa bersama dilanjutkan mengabsen. Guru
mengajak menyanyi bersama lagu “Ayo Berhitung”. Guru menjelaskan
materi mengenai perkalian dengan menggunakan garis bilangan.
47
Contoh :
3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21
Dengan garis bilangan dapat digambarkan sebagai berikut:
7 + 7 + 7 = 21
Gambar 5: Model Garis Papan Berpaku Siklus 2
Jadi, 3 x 7 = 21
Siswa mengerjakan lembar kerja yang sudah dibagikan secara
kelompok. Membahas hasil kerja kelompok. Secara individu siswa
mengerjakan evaluasi dan guru memberi nilai. Guru memberi tugas di
rumah sebagai tindak lanjut.
3) Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ke-3 materi matematika adalah soal cerita tentang
perkalian bilangan 6-10 mengadakan tanya jawab mengenai perkalian
48
pertemuan yang lalu. Guru mengajarkan menyanyi bersama lagu
“Pasar Minggu”. Dua anak diajak bermain peran tentang cara berjual
beli dengan 1 anak berperan sebagai penjual pensil dan yang satunya
lagi sebagai pembeli. Pembeli membeli 7 pak pensil, yang 1 pak berisi
6 pensil. Secara bersama-sama siswa diajak untuk berpikir berapa
jumlah buku yang dibeli oleh pembeli. Guru menjelaskan berapa pak
buku yang dibeli dan berapa jumlah buku tiap 1 pak. Kemudian pensil
yang sudah dibeli pembeli dibuka dan dihitung jumlah semuanya.
Jumlah semua pensil itu merupakan hasil dari perkalian.
7 x 6 = 42
Jadi, jumlah buku yang dibeli pembeli adalah 42 buah pensil.
Guru memberi contoh cara menyelesaikan soal cerita. Siswa mencoba
latihan mengerjakan soal cerita. Guru dan siswa membahas hasil
latihan soal cerita. Mengerjakan lembar kerja secara kelompok.
Membahas hasil kerja kelompok. Siswa mengerjakan evaluasi secara
perorangan. Guru memberi nilai sebagai tindak lanjut guru memberi
pesan-pesan dan tugas di rumah.
c. Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran penelitian berkolaborasi dengan
rekan guru yang lain untuk mengamati jalannya pembelajaran pada siklus
2 dengan panduan lembar observasi. Adapun teman kolaborasi berdiri dari
49
3 orang yaitu bapak Nur Widodo guru kelas IV, bapak Riyono guru kelas
V dan Ibu Sri Redjeki sebagai Kepala SDN 2 Mranti Kecamatan
Purworejo Kabupaten Purworejo. Hasil observasi terdapat pada lampiran
8 halaman 92. Hasil observasi aktifitas guru dalam pembelajaran dari 10
butir diamati 1 butir menyatakan kurang 7 butir menunjukkan hasil
cukup sedangkan yang 2 butir adalah baik, maka dapat disimpulkan bahwa
hasilnya cukup, karena tingkat kesulitan perkalian dalam siklus II lebih
tinggi dibandingkan dengan siklus I. Hasil observasi aktifitas siswa dalam
pembelajaran yang terdapat pada lampiran 13 halaman 118 hasilnya
adalah dari 6 aspek yang diamati 1 aspek menyatakan kurang 3 aspek
cukup dan 2 aspek baik, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan
kegiatan siswa dalam pembelajaran cukup. Hasil observasi aktifitas belajar
siswa yang terdapat pada lampiran 14 halaman 119, dari 21 aspek yang
diamati, 4 aspek yang hanya sebagian sedangkan sisanya 17 aspek sudah
dilaksanakan dengan baik. Hasil evaluasi keterampilan siswa mengalikan
bilangan 6-10 sudah berhasil dilihat dari nilai rata-rata yang di atas KKM
yaitu 79,09. Dari 44 siswa, hanya 3 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan
lampiran 12 halaman 116, hasil observasi dari teman sejawat adalah baik.
Sedangkan hasil observasi dari supervisor adalah baik berdasarkan pada
lampiran 11 halaman 114.
d. Refleksi
50
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan
pembelajaran pada siklus 2 dan dilanjutkan tugas di rumah pada materi
perkalian bilangan 6-10 sudah mengalami perubahan, walaupun masih ada
beberapa anak yang hanya mengalami perubahan sedikit sekali.
Pembelajaran berhasil apabila prestasi belajar siswa mencapai nilai rata-
rata kelas lebih dari KKM. Hasil pembelajaran yang memperoleh nilai
diatas KKM 93,18% atau 41 siswa dari 44 siswa sedangkan yang
memperoleh nilai di bawah KKM 6,82% atau 3 siswa. Sedangkan hasil
nilai rata-rata kelas mencapai 79,09 menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan benda nyata yang dilakukan sudah berhasil.
Kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran
untuk siklus 2
Dalam pengolah data yang dilaksanakan pada siklus 1 tentang perkalian
bilangan 6-10 sebagai berikut :
1. Data nilai matematika siswa kelas II siklus 1
a. Perkalian sebagai penjumlahan berulang :
Rekap Hasil Nilai Siklus I Pertemuan 1
NO NILAI JUMLAH SISWA
51
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
3
-
6
1
4
2
4
2
5
3
4
2
8
JUMLAH 44
Tabel 1: Hasil Nilai Siklus I Pertemuan 1
Dari data di atas dapat diketahui :
a.Nilai tertinggi 100
b.Nilai terendah 40
c.Nilai rata – rata 74,54
d.Nilai di atas KKM ( 60 ) 30 siswa
e.Nilai yang sama dengan KKM 4 siswa
52
f.Nilai di bawah KKM 10 siswa
g.Siswa yang telah tuntas 34 siswa atau 77,27 %
h.Siswa yang belum tuntas 10 siswa atau 22,73%.
b. Perkalian dengan menggunakan garis bilangan
NOMOR NILAI JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
3
-
1
-
9
1
5
5
7
1
5
2
5
JUMLAH 44
Tabel 2: Hasil Nilai Siklus I Pertemuan 2
53
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa :
a. Nilai tertinggi 100
b. Nilai terendah 40
c. Nilai rata – rata 74,65
d. Nilai di atas KKM 31 siswa
e. Nilai yang sama dengan KKM 9 siswa
f. Nilai di bawah KKM 4 siswa
g. Siswa yang telah tuntas 40 siswa atau 90, 91%
h. Siswa yang belum tuntas 4 siswa atau 9,09%.
c. Perkalian dalam soal cerita
Rekap Hasil Nilai Siklus I Pertemuan 3
NOMOR NILAI JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
25
30
35
40
45
50
1
2
-
2
1
5
54
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
-
7
5
6
1
5
3
2
-
4
JUMLAH 44
Tabel 3: Hasil Nilai Siklus I Pertemuan 3
Hasil yang diperolehnya :
a.Nilai tertinggi 100
b.Nilai terendah 25
c.Nilai rata – rata 66,93
d.Nilai di atas KKM 26 siswa
e.Nilai yang sama dengan KKM 7 siswa
f.Nilai di bawah KKM 11 siswa
g.Siswa yang telah tuntas 33 siswa atau 75%
55
h.siswa yang belum tuntas 11 siswa atau 25%
2. Data Nilai Matematika Siswa Kelas II Siklus II
a.Perkalian sebagai penjumlahan berulang.
Rekap Nilai Siklus II Pertemuan 1
NOMOR NILAI JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
40
50
60
70
80
90
100
1
1
8
9
4
11
10
JUMLAH 44
Tabel 4: Hasil Nilai Siklus II Pertemuan 1
Nilai yang diperolehnya:
a.Nilai tertinggi 100
56
b.Nilai terendah 40
c.Nilai rata – rata 79,77
d,Nilai di atas KKM 34 siswa
e.Nilai yang sama dengan KKM 8 siswa
f.Nilai dibawah KKM 8 siswa
g Siswa yang telah tuntas 42 siswa atau 95,45%
h.Siswa yang belum tuntas 2 siswa atau 4,55%
b.Perkalian dengan garis bilangan :
Rekap Hasil Nilai Siklus II Pertemuan 2
NOMOR NILAI JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
40
50
60
70
80
90
100
1
3
2
7
15
5
11
JUMLAH 44
Tabel 5: Hasil Nilai Siklus II Pertemuan 2
57
Nilai yang diperolehnya :
a.Nilai tertinggi 100
b.Nilai terendah 40
c.Nilai rata – rata 80,68
d.Nilai diatas KKM 38 siswa
e,Nilai yang sama dengan KKM 2 siswa
f.Nilai dibawah KKM 2 siswa
g.Siswa yang telah tuntas 40 siswa atau 90,91%
h.Siswa yang belum tuntas 4 siswa 4 siswa atau 9,09%
c.Perkalian dalam soal cerita
Rekap Hasil Nilai Siklus II Pertemuan 3
NOMOR NILAI JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
40
50
60
70
80
90
2
4
6
10
9
4
58
7. 100 9
JUMLAH 44
Tabel 6: Hasil Nilai Siklus 2 Pertemuan 3
Nilai yang diperolehnya :
a.Nilai tertinggi 100
b.Nilai terendah 40
c.Nilai rata – rata 75,45
d.Nilai diatas KKM 32 siswa
e,Nilai yang sama dengan KKM 6 siswa
f.Nilai dibawah KKM 6 siswa
g.Siswa yang telah tuntas 38 siswa atau 86,36%
h.Siswa yang belum tuntas 6 siswa atau 13,64%
Rancangan strategi penyelesaian masalah dan langkah implementasi strategi
penyelesaian masalah dalam siklus 2
Dengan melihat hasil di atas maka dapat dijelaskan sebab dari perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar yang diperoleh anak setelah mendapatkan
pengajaran dengan media benda nyata yang memiliki minat belajar rendah
maupun minat belajar tinggi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika sebelum tindakan dan setelah tindakan menunjukan ada
59
peningkatan yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
mampu menguasai materi perkalian bilangan 6-10 jika dalam penyampaiannya
dilakukan dengan melibatkan anak dalam proses belajar secara bersama-sama
karena dengan media dan demonstrasi akan terjadi pembelajaran yang efektif
sehingga akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan sehingga ia akan
mendapatkan hasil yang baik. Jadi salah satu usaha untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika di sekolah adalah dengan pembelajaran
menggunakan pembelajaran dengan media benda nyata dan demonstrasi
pemberian tugas kelompok secara intensif. Hal ini terjadi karena dengan
pengajaran menggunakan media benda nyata dan kerja kelompok siswa dapat
terlibat lebih banyak dalam proses belajar mengajar jika dibandingkan dengan
pembelajaran tidak menggunakank benda nyata. Hal ini terjadi karena dengan
media benda nyata akan mampu mengoptimalkan bekerjanya belahan otak
manusia dengan mengaktifkan sel-osel neuron otak kiri manusia akan dilatih
dengan alternatif hitungan dalam logika benda nyata. Sedangkan otak kanan
akan dilatih dengan imajinasi pergerakan hitungan benda-benda. Latihan
secara terus-menerus akan mengaktifkan sel-sel neuron pada manusia, yang
pada akhirnya manusia tersebut mampu mengatasi persoalan yang berkaitan
dengan matematika yang dialaminya. Dengan terlatihnya otak kanan dan kiri
akan mengakibatkan anak akan mendapatkan nilai matematika yang baik di
akhir kegiatan pembelajaran.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah
dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan pembelajaran
menggunakan benda nyata atau realistik dalam pembelajaran matematika
pada siswa kelas 2 SD Negeri 2 Mranti kecamatan Purworejo kabupaten
Purworejo dapat dibuat kesimpulan bahwa pada sikus 1 menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar matematika untuk perkalian 1 sampai
dengan 5 daripada sebelum penelitian. Begitu juga pada siklus 2,
mengalami peningkatan pada perkalian 6 sampai dengan 10 daripada
sebelum penelitian.
Hasil penelitian pada siklus 1 dan 2
Materi Sebelum
tindakan Siklus 1 Siklus 2 Keterangan
Perkalian 1 – 5 50.45 71.93 - Berhasil
61
Perkalian 6 - 10 45.68 - 79.09 Berhasil
Tabel 7: Hasil Penelitian Siklus 1 dan 2
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus ternyata
hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya. Dengan demikian,
pembelajaran matematika dengan mengunakan media benda nyata dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan uraian penutup PTK
ini, antara lain:
a. Bagi guru
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat
pendukung pembelajaran dan asilitas belajar yang diperlukan,
karena sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pembelajaran
yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan hasil belajar
matematika siswa kelas 2 SD Negeri 2 Mranti kecamatan
Purworejo kabupaten Purworejo.
b. Bagi siswa
Siswa hendaknya berperan aktif dalam proses pembelajaran selalu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan
62
usaha belajar sehingga dapat memperoleh prestasi belajar
matematika yang diharapkan.
c. Bagi sekolah
Hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai media
pembelajaran matematika untuk kelas rendah, baik banuan maupun
swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang dalam penanaman
kosep-konsep matematika secara lebih nyata sekaligus
meningkatkan aktifitas belajar siswa.
63
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Dolk, Maarten. 2006. Realistic Mathematics Education. Makalah kuliah umum di
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang, tanggal 29 Juli
2006.
Hadi, Sutarto. 2005. Pendidikan Matematika Realistik. Banjarmasin: Penerbit
Tulip.
M. Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:
Dirjen Dikti Depdiknas.
Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.
Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdiknas.
Suryanto. 2007. “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”. Majalah
PMRI Vol. V No. 1 Januari 2007, halaman 8-10.
Sutawidjaja, A. 1997. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jawa Tengah:
Prestasi Agung Pratama.
64
Triyana, Jaka. 2004. “Peran alat peraga dalam PMRI”. Buletin PMRI Edisi V
Oktober 2004, halaman 3.
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.