penggunaan model pembelajaran konstruktivisme … · penggunaan model pembelajaran konstruktivisme...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
PADA MATA PELAJARAN PKN MATERI KEBEBASAN ORGANISASI
UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD
NEGERI 02 PETUNG JATIYOSO KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
DEWI NUR AISYAH
K 7108114
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : DEWI NUR AISYAH
NIM : K7108114
Jurusan /Program Studi : IP/ PGSD
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN
PKN MATERI KEBEBASAN ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI 02 PETUNG JATIYOSO
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012”
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Dewi Nur Aisyah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
PADA MATA PELAJARAN PKN MATERI KEBEBASAN ORGANISASI
UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD
NEGERI 02 PETUNG JATIYOSO KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
DEWI NUR AISYAH
K7108114
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Dewi Nur Aisyah. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN PKN MATERI KEBEBASAN ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI 02 PETUNG JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN melalui penggunaan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 28 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (Milles & Huberman) yang terdiri dari 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes. Uji validitas data pada penelitian ini menggunakan validitas isi dan trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan pada mata pelajaran PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012. Peningkatan kedisiplinan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai kedisiplinan siswa pada setiap siklus yaitu nilai rata-rata kedisiplinan siswa sebelum tindakan (pra siklus) hanya sebesar 64,25, dan pada siklus I nilai rata-rata kedisiplinan siswa menjadi 70,25, pada siklus II meningkat menjadi 70,79, dan pada siklus III meningkat menjadi 76,93. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (≥75) hanya sebanyak 12 siswa (43%), pada siklus I meningkat menjadi 16 siswa (57%), pada siklus II meningkat menjadi 20 siswa (71%), dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 25 siswa (89%).
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa dengan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan pada mata pelajaran PKN materi kebebasan organisasi siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata Kunci: konstruktivisme, kedisiplinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Dewi Nur Aisyah. K7108114. THE USE OF CONSTRUCTIVISM LEARNING METHOD IN PKN SUBJECT FOR DOING ORGANIZATION FREEDOM MATERI TO IMPROVE STUDENTS DISCIPLINE FOR THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI 02 PETUNG JATIYOSO KARANGANYAR AT 2011/2012 ACADEMIC YEAR. Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, Juni 2012.
Purpose of the research is to improve the student discipline subject of PKN by using constructivism learning for the fifth grade students of SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar at 2011/2012 Academic Year.
The type of research is classroom action research (CAR), it conducted three cycles. Each cycle conducted four phases, there are planning, action implementation, observation, and reflection. Subject of the research is the fifth grade students of SDN 02 Petung Jatiyoso Karanganyar at 2011/2012 Academic Year amounting to 28 students. Data analysis by using an interactive analysis model (Miles and Huberman), it conducted three component, that are data reduction, display data, and drawing conclusion or verification. Data collecting technique by using documentation, observation, interview, and test. Data validity is examined by using validity volume and triangulation that are data triangulation and methodical triangulation.
Based on result of the research, it can be concluded that using Constructivism learning can improve the student discipline of PKN for the fifth grade students of SDN 02 Petung Jatiyoso Karanganyar at 2011/2012 Academic Year. Improvement of the students could be seen in the increased discipline among the students for the each cycle, that are before the action (pre-cyles), the average discipline among students was 64,25. In first cycle, the average grade increased to 70,25. In second cycle, the average grade increased to 70,79 and third cycle the average grade increased 76,93. Before action of the research, students who acquired KKM grade ≥ 75 were 12 students (43%). In the first cycle, the number of students increased to 16 students (57%), in the second cycle the number of the students increased again became 20 students (71%), and in the third cycle the number of the student increased again became 25 student (89%),
Therefore, I can be proposed a recommendation that with implementation of constructivism learning can improve discipline in PKN subject for doing organization freedom materi to improve students discipline for the fifth grade students of sd negeri 02 petung jatiyoso karanganyar at 2011/2012 academic year. Keyword: constructivism, discipline
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
v Kesabaran adalah kunci dari kesuksesan
(Penulis)
v Belajar dari kesalahan untuk mencapai kesempurnaan
(Penulis)
v Kita tidak akan pernah tahu hari esok, tetapi kita seharusnya tahu
rencana dan langkah kita untuk menuju hari esok.
(Penulis)
v Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu
terhadap guru-gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap
murid-muridmu
(Terjemahan HR. Tabrani)
v Barang siapa tahut menghadapi persoalan ia sebenarnya takut
menghadapi kemajuan.
(Bung Karno)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
v “Ayah dan Bunda”
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan
yang tulus dan tak terbatas, kasih sayang yang tiada terbatas pula. Semuanya
membuatku bangga memiliki kalian. Terima kasih untuk semua yang telah
kalian berikan.
v Almamaterku tercinta PGSD FKIP UNS
v “Mbak Kost”
Terima kasih atas semangat, perhatian dan kerjasamanya.
v “Yang Terkasih”
Terima kasih karena elalu memberikan semangat dan doa dalam
penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Pada Mata Pelajaran
PKN untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas V SD Negeri 02 Petung
Jatiyoso Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah bayak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan saran kepada peneliti.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.
6. Kepala Sekolah SD Negeri 02 Petung yang telah memberikan izin
melakukan penelitian tindakan kelas kepada peneliti.
7. Suparno A.ma.Pd selaku Guru Kelas V SDN 02 Petung yang telah
merelakan waktunya untuk membantu penelitian ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari harapan
dan kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi
para pembaca umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 6
A. Kajian Teori ............................................................................ 6
1. Kedisiplinan ....................................................................... 6
a. Fungsi Kedisiplinan di Sekolah .................................... 7
b. Unsur-Unsur Kedisiplinan ........................................... 11
c. Cara Menanamkan Disiplin ......................................... 13
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cara Mendisiplin .. 14
2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) ................................ 17
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ................... 17
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ......................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme
pada Mata Pelajaran PKN ........................................... 19
3. Model Pembelajaran Konstruktivisme .............................. 19
a. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme ....... 19
b. Prinsip - Prinsip Konstruktivisme ............................... 21
c. Tahap – Tahap Model Pembelajaran
Konstruktivisme .......................................................... 21
d. Kelebihan Model Pembelajaran Konstruktivisme ........ 22
e. Kekurangan Model Pembelajaran Konstruktivisme ..... 23
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 23
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 24
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 27
A. Setting dan Waktu Penelitian ................................................. 27
B. Subjek Penelitian .................................................................... 28
C. Sumber Data ........................................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 29
E. Validitas Data ......................................................................... 31
F. Teknik Analisi Data ................................................................. 31
G. Indikator Kinerja .................................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 46
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 46
B. Deskripsi Kondisi Awal .......................................................... 46
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ......................................... 50
1. Siklus I .............................................................................. 51
2. Siklus II ............................................................................. 60
3. Siklus III ............................................................................ 69
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 83
A. Simpulan ................................................................................. 83
B. Implikasi ................................................................................. 83
C. Saran ....................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88
LAMPIRAN ................................................................................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 26
2. Komponen-Komponen Analisis Data ........................................................ 33
3. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ...................................................... . 35
4. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Kelas V Kondisi Awal ...... 48
5. Histogram Rekapitulasi Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-
Rata dan Ketuntasan Belajar Secara Klasikal PraTindakan ...................... 49
6. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus I ................ 56
7. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus I ...................................... 59
8. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus II ............... 65
9. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus II ..................................... 68
10. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus III .............. 74
11. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus III .................................... 77
12. Peningkatan Nilai Kedisiplinan Siswa dan Ketuntasan Belajar PKN
Setiap Siklus ............................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Penjabaran Unsur-unsur Disiplin menjadi Indikator dan Deskriptor .. 12
2. Jadwal Penelitian ................................................................................. 28
3. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V pada Kondisi
Awal ..................................................................................................... 47
4. Hasil Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Pra Siklus ................................. 49
5. Rekapitulasi Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-rata dan
Ketuntasan Belajar Secara Klasikal PraTindakan ................................ 49
6. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V pada Siklus I 55
7. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus I ................................ 59
8. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus II ....... 65
9. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus II ............................... 68
10. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus III ...... 74
11. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus III .............................. . 77
12. Peningkatan Kedisiplinan Siswa pada Siklus I, Siklus II, Siklus III ... 79
13. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I,
Siklus II, Siklus III ............................................................................... 80
14. Nilai Rata-rata Kedisiplinan Siswa dan Prosentase Ketuntasan
Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, Siklus III .................. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Pedoman dan hasil Wawancara Guru Sebelum Penggunaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme ............................................................... 90
2. Daftar Nilai Kedisiplinan Kelas V pada Kondisi Awal .......................... 92
3. Silabus Kelas V ....................................................................................... 94
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Peretemuan I .................... 98
5. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ............................... 104
6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I .......................................... 110
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II .................... 114
8. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II .............................. 120
9. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II ......................................... 126
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I .................... 130
11. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I .............................. 136
12. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ......................................... 142
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ................... 146
14. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II ............................ 152
15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II ....................................... . 158
16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan I ................... 162
17. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus III pertemuan I ............................. 168
18. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus III pertemuan I ........................................ 173
19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan II ................. 177
20. Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa Siklus III Pertemuan II ........................... 183
21. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus III Pertemuan II ...................................... 188
22. Pedoman Pengamatan Kedisiplinan Siswa ............................................. 192
23. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus I Pertemuan I .............. 195
24. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus I Pertemuan II ............ 197
25. Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus I ....................................... 199
26. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus II Pertemuan I ............ 201
27. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus II Pertemuan II ........... 203
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
28. Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus II ..................................... 205
29. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus III Pertemuan I ........... 207
30. Lembar Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus III Pertemuan II .......... 209
31. Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus III .................................... 211
32. Pedoman Penilaian Lembar Kinerja Guru dalam Pembelajaran ............. 213
33. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran PKN dengan
Model Pembelajaran Konstruktivisme Siklus I ...................................... 218
34. Pedoman Penilaian Lembar Kinerja Guru dalam Pembelajaran ............. 221
35. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran PKN dengan
Model Pembelajaran Konstruktivisme Siklus II ..................................... 226
36. Pedoman Penilaian Lembar Kinerja Guru dalam Pembelajaran ............. 229
37. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran PKN dengan
Model Pembelajaran Konstruktivisme Siklus III .................................... 234
38. Hasil Wawancara Guru Setelah Menggunakan Model Pembelajaran
Konstruktivisme ...................................................................................... 237
39. Foto Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 239
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang
dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut
dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah didalam menuju
keberhasilan proses belajar mengajar membentuk karakteristik siswa agar disiplin dan
bertanggung jawab. Tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik apabila sikap disiplin
terhadap tata tertib atau peraturan sekolah,berperan sebagai faktor eksternal siswa,dan
sebagai dasar berperilaku.
Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan
sekolah,mengontrol diri dan bertanggung jawab serta berperilaku sesuai dengan tuntutan
lingkungan sekolah. Disiplin sekolah dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat
efektif. Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektifitas proses belajar mengajar
dianggap sebagai masalah disiplin. Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang
penting dalam pembangunan bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi
penerus yang diharapkan dapat membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna
bagi negara. Di tangan siswa inilah bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan.
Anak-anak yang terdidik, berdisiplin, dan berkualitas secara intelektual, mental dan
spiritual akan mampu berkompeten dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan
bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah sangat penting diperhatikan, adanya
peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada masa
dewasanya nanti. Kedisiplinan pada anak harus dilakukan, salah satunya adalah
kedisiplinan harus masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Dalam hal kedisiplinan pada anak usia sekolah, orang tua atau guru harus bersungguh-
sungguh dengan apa yang dikatakannya. Penerapan peraturan yang konsisten dan
hukuman ringan jauh lebih bermanfaat bagi anak daripada peraturan yang tidak konsisten
dan hukuman yang berat. Konsisten atau disebut disiplin merupakan cara orang tua atau
guru untuk menunjukkan kepada anak bahwa orang tua sebenarnya memperhatikan
perilakunya, maka orang tua tersebut akan lebih terdorong untuk bersikap sesuai dengan
harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Permasalahan yang terjadi di Kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar
saat ini adalah kurangnya kedisiplinan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan
guru kelas terdapat beberapa fakta pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas V SD
Negeri 02 Petung. Fakta yang ditemukan adalah dalam pembelajaran PKN pada materi
kebebasan organisasi pada siswa kelas V SD Negeri 02 Petung menunjukkan bahwa guru
cenderung menggunakan metode konvensional yang terfokus pada ceramah, tanya jawab,
dan pemberian tugas saja.
Metode dan pendekatan yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar
adalah siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, bisa dikatakan guru yang
aktif dan siswanya pasif. Siswa cenderung mudah bosan dan ramai di kelas padahal ada
gurunya. Guru juga kurang menguasai kondisi kelas dan perhatiannya kurang
menyeluruh, itu menyebabkan siswa tidak memperhatikan guru dan ramai sendiri.
Seharusnya para siswa bisa menaati tata tertib yang telah diberikan, bukan justru
melanggar tata tertib yang telah diberikan pihak sekolah. Dari 28 siswa kelas V SD
Negeri 02 Petung , hanya sebagian kecil yang menunjukkan kedisiplinan selama
pembelajaran, yaitu 12 anak. Hal ini dapat dikatakan kedisiplinan yang dimiliki siswa
kelas V SD Negeri 02 Petung mencapai angka kira-kira 43%.
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi
prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berkualitas, yang
akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Disiplin yang dimiliki oleh siswa
akan membantu siswa itu sendiri dalam menjalani kehidupannya, baik di sekolah maupun
di rumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya.
Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah
memiliki disiplin yang ada dalam dirinya.
Dalam hal itu, Menurut Maman Rachman pentingnya disiplin ditingkatkan
bagi para siswa adalah sebagai berikut:
1. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
3. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya
terhadap lingkungannya.
4. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
5. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
6. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7. Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
8. Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.
Ketidakdisiplinan siswa dalam pembelajaran PKN semacam ini akan diatasi
dengan model pembelajaran yang lebih baik, salah satunya adalah dengan model
pembelajaran konstruktivisme. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu
pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini
hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Disini guru memiliki peran untuk mendorong dan membangun siswa agar selalu
bersikap disiplin. Menanamkan kedisiplinan siswa merupakan tugas tenaga pengajar
(guru). Untuk menanamkan kedisiplinan siswa ini harus dimulai dari dalam diri kita
sendiri, barulah kita dapat mendisiplinkan orang lain sehingga akan tercipta ketenangan,
ketentraman, dan keharmonisan.
Kelebihan Model Pembelajaran Konstruktivisme adalah Pembelajaran
berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
memberi kesempatan siswa untuk berpikir tentang pengalamannya, memberikan suasana
lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan,
saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Untuk itulah penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Pada Mata Pelajaran
PKN untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso
Karangnayar Tahun Aajran 2011/2012“.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan
kedisiplinan pada mata pelajaran PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso
Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu :
Meningkatkan kedisiplinan pada mata pelajaran PKN melalui model pembelajaran
konstruktivisme siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar Tahun Ajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian harus bermanfaat terhadap para pembaca maupun peneliti
sendiri. Adapun manfaat yang diharapkan adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
peningkatan mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar secara tepat
guna di sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
b. Membantu pembinaan murid untuk meningkatkan kedisiplinan dalam mata
pelajaran PKN melalui model pembelajaran konstruktivisme.
c. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya
yang berhubungan dengan hal yang sama.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat :
a. Bagi Guru
Bagi guru hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
ketrampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme guna meningkatkan kedisiplinan siswa. Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
guru dapat menerapkan pembaharuan mengenai metode dan model pembelajaran
yang menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Bagi Siswa
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa dalam mengikuti pelajaran, menambah pengetahuan, menggali potensi
siswa, meningkatkan keterampilan berfikir, menumbuhkan minat siswa,
memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa.
c. Bagi Sekolah
Diharapkan model pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya di
SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar, dapat bermanfaat untuk
menumbuhkan inovasi sekolah dalam kegiatan pembelajaran, menumbuhkan
iklim pembelajaran yang kondusif di sekolah, dan memberi inspirasi guru lain
untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kedisiplinan
a. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin berasal dari kata “disciple” yakni seseorang yang belajar
secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru
merupakan pemimpin dan anak merupakan murid-murid yang menuju ke
hidup yang berguna dan bahagia. Jadi, disiplin adalah merupakan cara
masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok
(Hurlock, 1978: 82). Pendapat ini menekankan kesuka relaan seseorang
untuk mengikuti seorang pemimpin.
Disiplin berasal dari bahasa latin “desciplina” yang menunjukkan
kepada belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan
istilah “disciple” yang berarti mengikuti orang belajar di bawah
pengawasan seorang pimpinan (Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman,
2000: 97). Pendapat ini menekankan kepada belajar dan mengajar.
Disiplin berasal dari kata “discipline” yang berarti sikap dan
perilaku yang muncul sebagai akibat dari pelatihan atau kebiasaan menaati
aturan, hukum atau perintah (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011: 117).
Pendapat ini menekankan kebiasaan selalu mentaati peraturan, perintah
dan hukum yang ada.
Menurut Bailey (1994) dalam International Journal of Whole
Schooling mengemukakan disiplin sebagai berikut:
Developed Conscious Discipline, a program that integrates the principles of classroom management, emotional intelligence and character education into one seamless process. Teachers who practice Conscious Discipline create a positive school climate called the “School Family” and learn specific ways to transform conflict into opportunities that teach social-emotional life skills. Disiplin yang berkembang, program yang terintegrasi pada prinsip pengelolaan kelas, kepandaian emosional dan pendidikan karakter dalam satu proses yang sama. Guru yang mempraktikkan disiplin membentuk iklim sekolah yang baik disebut dengan “Keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Sekolah” dan belajar jalan yang lebih spesifik untuk mengubah konflik menjadi kesempatan baik yang mengajar keterampilan emosional hidup.
Selanjutnya Arthur K. Ellis (1998: 32) mendefinisikan disiplin
adalah sebagai berikut: The social science disciplines of anthropology,
economics, geography, history, sociology, and political science form the
foundation of the elementary social studies curriculum. Social studies is
that area of the elementary school curriculum that focuses on the activities
of human beings.
Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa Disiplin ilmu pengetahuan
social yang berbentuk antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi
dan pengetahuan politik adalah landasan dari kurikulum dasar studi social.
Studi social adalah area dari kurikulum sekolah dasar yang berfokus pada
aktifitas umat manusia.
Berdasarkan pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa
kedisiplinan adalah sikap seseorang yang menunjukkan ketaatan atau
kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan
dengan senang hati dan kesadaran diri.
b. Fungsi Kedisiplinan di Sekolah
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib
kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam
belajar.
Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri
dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Siswa
akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya.
Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika
siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya.
Kedisiplinan sebagai alat pendidikan yang dimaksud adalah suatu
tindakan, perbuatan yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan
pendidikan di sekolah. Tindakan atau perbuatan tersebut dapat berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perintah, nasehat, larangan, harapan, dan hukuman atau sanksi.
Kedisiplinan sebagai alat pendidikan diterapkan dalam rangka proses
pembentukan, pembinaan dan pengembangan sikap dan tingkah laku yang
baik. Sikap dan tingkah laku yang baik tersebut dapat berupa rajin, berbudi
pekerti luhur, patuh, hormat, tenggang rasa dan berdisiplin.
Di samping sebagai alat pendidikan, kedisiplinan juga berfungsi
sebagai alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Dalam hal ini
kedisiplinan dapat mengarahkan seseorang untuk menyesuaikan diri
terutama dalam menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di
lingkungan itu.
Dalam kontek tersebut kedisiplinan sebagai alat menyesuaikan diri
di sekolah berarti kedisiplinan dapat mengarahkan siswa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan cara menaati tata tertib sekolah. Berfungsinya
kedisiplinan sebagai alat pendidikan dan alat menyesuaikan diri akan
mempengaruhi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di
sekolah yang kedisiplinannya baik, kegiatan belajar mengajar akan
berlangsung tertib, teratur, dan terarah. Sebaliknya di sekolah yang
kedisiplinannya rendah maka kegiatan belajar mengajarnya juga akan
berlangsung tidak tertib, akibatnya kualitas pendidikan sekolah itu akan
rendah.
Menurut Tu’u (2004), fungsi kedisiplinan di sekolah adalah sebagai
berikut:
1) Menata Kehidupan Bersama
Manusia sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan
berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut diperlukan
norma, nilai dan peraturan yang digunakan untuk mengatur agar
kehidupannya dapat berjalan dengan baik. Jadi fungsi disiplin adalah
mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam
masyarakat.
2) Membangun Kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
masyarakat dan lingkungan sekolah. Jadi lingkungan yang berdisiplin
baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.
3) Melatih Kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin
tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk
melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu
proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui
latihan.
4) Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena kesadaran diri. Disiplin dapat pula
terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan
terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri,
melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi disiplin
berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu.
5) Hukuman
Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus
dilakukan oleh siswa. Selain itu juga berisi sanksi/hukuman bagi yang
melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat
penting karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk
menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan
ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.
6) Mencipta Lingkungan Kondusif
Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin
terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses
tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai,
dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan merancang
peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta
peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan
secara konsisten dan konsekuen. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan
menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan
baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan
dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara
konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu
melakukan hal-hal yang lurus dan benar, dan menjauhi hal-hal yang
negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi
dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri
dalam hubungan dengan orang lain.
Disiplin perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi
beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar
kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak.
Perlunya disiplin menurut Hurlock (1978: 83) adalah sebagai
berikut:
1) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
2) Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu
akibat perilaku yang salah. Disiplin memungkinkan anak hidup
menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian
memperoleh persetujuan sosial.
3) Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan
mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih
sayang.
4) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi
pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan
darinya.
5) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani pembimbing
dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.
Dalam hal itu, menurut Maman Rachman (2004) dalam pentingnya
disiplin bagi para siswa sebagai berikut:
1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
3) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya
terhadap lingkungannya.
4) Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan
individu lainnya.
5) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
6) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7) Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
8) Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan
lingkungannya.
Lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi
gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian,
sungguh-sungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Lingkungan
disiplin seperti itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang berhasil
dengan kepribadian unggul. Di sana ada dan terjadi kompetisi positif
diantara mereka.
Untuk mencapai dan memiliki ciri-ciri kepribadian tersebut,
diperlukan pribadi yang giat, gigih, tekun dan disiplin. Selanjutnya
Wardiman mengatakan bahwa keunggulan tersebut baru dapat dimiliki
apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku disiplin.
c. Unsur – Unsur Disiplin
Hurlock (1978: 85) menyatakan bahwa unsur-unsur disiplin
meliputi: (1) peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) konsistensi dalam
peraturan, (3) hukuman untuk pelanggaran, (4) penghargaan untuk
perilaku yang baik. Unsur-unsur disiplin tersebut dapat dijabarkan menjadi
indikator dan deskriptor yang dapat diuraikan dengan tabel 1 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tabel 2.1. Penjabaran Unsur-Unsur Disiplin Menjadi Indikator dan Deskriptor
Indikator Deskriptor 1. Peraturan
sebagai pedoman perilaku.
Skor 1: Siswa tidak disiplin, ramai sendiri, masuk terlambat dan terlambat menyelesaikan tugas.
Skor 2: Siswa kurang disiplin, masih ramai sendiri, dan terlambat menyelesaikan tugas.
Skor 3: Siswa disiplin, kadang masih ramai sendiri, tepat waktu dalam menyelesaikan tugas.
Skor 4: Siswa disiplin, memperhatikan guru dan tepat waktu menyelesaikan tugas.
Skor 5 : siswa sangat disiplin, serius memperhatikan guru, tepat waktu menyelesaikan tugas.
2. Konsistensi dalam peraturan.
Skor 1 : Siswa tidak mentaati peraturan, ramai sendiri, tidak memperhatikan guru.
Skor 2 : Siswa kurang mentaati peraturan, ramai sendiri, tidak memperhatikan guru.
Skor 3 : Siswa mentaati peraturan, kadang masih ramai sendiri, memperhatikan guru.
Skor 4 : Siswa mentaati peraturan, memperhatikan guru.
Skor 5 : Siswa mentaati peraturan, tidak ramai dan memperhatikan guru.
3. Sanksi untuk Pelanggaran.
Skor 1 : Siswa tidak mau menerima sanksi dan tidak melaksanakan sanksi.
Skor 2 : Siswa tidak melaksanakan sanksi. Skor 3 : Siswa mau menerima sanksi, tapi tidak
sungguh-sungguh dalam melaksanakan sanksi.
Skor 4 : Siswa mau menerima sanksi dan melaksanakan sanksi.
Skor 5 : Semua siswa tidak ada yang melanggar peraturan.
4. Penghargaaan untuk perilaku yang baik.
Skor 1 : Siswa tidak disiplin, tidak menerima pujian.
Skor 2 : Siswa aktif berpendapat, menerima pujian. Skor 3 : Siswa tepat waktu mengumpulkan tugas,
menerima pujian. Skor 4 : Siswa disiplin, aktif berpendapat,
menerima hadiah (point). Skor 5 : Siswa disiplin, aktif berpendapat, tepat
waku menyelesaikan tugas, menerima hadiah (point).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam
sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur
pokok yang membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri
manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap atau
attitude merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus
mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau
pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya
yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penunutun bagi
kelakuan manusia.
Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi
pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan
atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang
menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.
d. Cara Menanamkan Disiplin
Hurlock (1978: 93), cara – cara menanamkan disiplin adalah
sebagai berikut:
1) Cara Mendisiplin Otoriter
Peraturan dan peraturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang
diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya
mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi
standart dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian
atau tanda-tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar
yang diharapkan.disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui
kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan.
Dalam keluarga dengan cara mendisiplin otoriter yang lebih wajar,
anak tetap dibatasi dalam tindakan mereka, dan keputusan-keputusan
diambil oleh orang tua.
2) Cara Mendisiplin yang Permisif
Disiplin permisif sebetulnya berarti sedikit disiplin atau tidak
berdisiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak ke pola
perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Bagi banyak orang tua, disiplin permisif merupakan protes terhadap
disiplin yang kaku dan keras masa kanak-kanak mereka sendiri. Dalam
hal seperti itu, anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang
mengatur apa saja yang boleh dilakukan mereka diijinkan untuk
mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri.
3) Cara Mendisiplin Demokratis
Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran
untuk membantu anak mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode
ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek
hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan
penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan.
Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berentuk hukuman
badan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak-anak
secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka.
Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan, orang tua yang
demokratis akan menghargainya dengan pujian atau pernyatan
persetujuan yang lain.
e. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Cara Mendisiplin
Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks,
karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau
dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang
cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh
dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan
tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana
pengoptimalannya.
Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka
agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan
aturan maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui
berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut
baik melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan
penghargaan bagi pelaku dan pengawasan.
Aturan dibuat untuk dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan bisa
tercapai. Tidak semua orang setuju dengan aturan yang dibuat. Jika aturan
dianggap baik, maka kita mau melaksanakan aturan yang ada. Sebaliknya
jika aturan yang dibuat dianggap tidak baik, maka kita tidak mau menaati
peraturan yang dibuat. Aturan yang tidak memiliki sanksi tegas akan
membuat orang tidak mematuhi aturan yang ada. Aturan yang memiliki
sanksi tegas akan membuat orang untuk mematuhi aturan itu dengan
disiplin.
Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-
beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada
siswa yang mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri
maupun yang berasal dari luar.
Hurlock (1978: 95), faktor-faktor yang mempengaruhi cara mendisiplin
adalah : (1) kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua, (2) Penyesuaian
dengan cara yang disetujui kelompok, (3) Usia orang tua atau guru, (4)
Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru, (5) Jenis kelamin, (6) Status sosial
ekonomi, (7) Konsep mengenai pera orang dewasa, (8) jenis kelamin anak, (9)
usia anak, (10) situasi.
1) Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua
Bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka
berhasil mendidik mereka dengan baik, mereka menggunakan teknik
yang serupa dalam mendidik anak asuhan mereka. Bila mereka merasa
teknik yang digunakan orang tua mereka salah, biasanya mereka
beralih ke teknik yang berlawanan.
2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok
Semua orang tua dan guru, tetapi terutama mereka yang muda
dan tidak berpengalaman, lebih dipengaruhi oleh apa yang oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
anggota kelompok mereka dianggap cara sebagai “terbaik” daripada
oleh pendirian mereka sendiri mengenai apa yang terbaik.
3) Usia orang tua atau guru
Orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan
permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Mereka
cenderung mengurangi kendali tatkala anak menjelang masa remaja.
4) Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru
Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak
dan lebih mengerti anak dan kebutuhannya lebih menggunakan teknik
demokratis dibandingkan orang tua yang tidak mendapat pelatihan
demikian.
5) Jenis kelamin
Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya
dibandingkan pria, dan mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini
berlaku untuk orang tua dan guru maupun untuk para pengasuh
lainnya.
6) Status sosial ekonomi
Orang tua dan guru kelas menengah dan rendah cenderung
lebih keras, memaksa , dan kurang toleran dibandingkan mereka yang
dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten. Semakin berpendidikan,
semakin mereka menyukai disiplin demokratis.
7) Konsep mengenai pera orang dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai
peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang
telah menganut konsep yang lebih modern. Guru yang yakin bahwa
harus ada tata cara yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan
disiplin otoriter dibandingkan guru yang mempunyai konsep mengajar
yang demokratis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
8) Jenis kelamin anak
Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan
daripada terhadap anak laki-lakinya. Begitu pula para guru cenderung
lebih keras terhadap anak perempuan.
9) Usia anak
Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil
daripada untuk mereka yang lebih besar. Apapun teknik yang disukai,
kebanyakan orang tua dan guru merasa bahwa anak kecil tidak dapat
mengerti penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka
pada pengendalian otoriter.
10) Situasi
Ketakutan dan kecemasan biasanya tidak diganjar hukuman,
sedangkan sikap menantang, negativisme, dan agresi kemungkinan
lebih mendorong pengendalian yang otoriter.
2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Soemantri (1967) dalam Ruminiati (2007: 25),
Pendidikan Kewarganegaraan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran
sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang
baik, yaitu warganegara yang tahu , mau dan mampu berbuat baik.
Pendapat ini menekankan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata
pelajaran yang membina warna Negara untuk mau dan mampu berbuat
sesuatu yang lebih baik.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berlandaskan nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jatidiri yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik sebagai
individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (Abdul Azis Wahab, 2002: 3). Pendapat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menekankan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana untuk
mengembangkan budaya bangsa sebagai jatidiri suatu Negara.
Sudjatmiko (2008), Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata
pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendapat ini
menekankan pada Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk
mengembangkan wawasan dan sikap warganegara.
Berdasarkan pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan
sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
Tujuan PKN adalah untuk membentuk watak atau karakteristik
warga negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, menurut Mulysa (2007) dalam ruminiati
(2007: 26) adalah:
1) Menjadikan siswa mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif
dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di
negaranya.
2) Menjadikan siswa mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan,
secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara
cerdas dalam semua kegiatan.
3) Siswa mampu berkembang secara positif dan demokratis, sehingga
mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu
berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme pada Mata
Pelajaran PKN
Menurut Daniel Muijs & David Reynolds ( 2008: 105 ) , Implikasi
model pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahapan yaitu:
1) Tahapan pertama adalah apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan
menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan tentang materi unsur-unsur organisasi, memberikan teka-
teki dan menguraikan berbagai permasalahan.
2) Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan
dugaan sementara terhadap materi unsur-unsur organisasi yang akan
dipalajari. Kemudian siswa menemukan sendiri konsep sebagai
jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap
sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.
3) Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa
mengkomunikasikan hasil diskusinya. Pada tahap ini pula guru
menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat
kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok
lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan
tersebut melalui kegiatan tanya jawab.
4) Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi, pada tahap ini guru
memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, yaitu tentang
materi kebebasan organisasi, kemudian siswa membuat kesimpulan
melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang
telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas.
3. Model Pembelajaran Konstruktivisme
a. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Von Glaserfeld (1984) dalam Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 26)
Menyatakan Konstruktivisme berakar pada asumsi bahwa pengetahuan, tidak
peduli bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, terbentuk di dalam otak
manusia, dan subjek yang berpikir tidak memiliki alternatif selain
mengkonstruksikan apa yang diketahuinya berdasarkan pengalamannya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pendapat ini menekankan bahwa konstruktivisme adalah membangun apa yang
diketahuinya berdasarkan pada pengalaman sendiri.
Pembelajaran konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses
belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered
daripada teacher centered (Trianto, 2007: 106). Pendapat ini menekankan bahwa
konstruktivisme adalah membangun sendiri pengetahuan dengan keterlibatan
proses belajara mengajar.
Brooks & Brooks (1993) dalam Sri Anitah (2009: 13) menyatakan
Konstruktivisme menempatkan posisi peserta didik untuk membangun
pengetahuannya sendiri secara aktif. Konstruktivisme mengatakan bahwa belajar
adalah menginternalisasi dan membentuk kembali, atau mentransformasi
pengetahuan baru. Pendapat ini sama dengan pendapat Trianto yaitu membangun
pengetahuannya sendiri secara aktif.
Bruner (1990) dalam Interdisciplinary Journal Of E-Learning and
Learning Objects mengemukakan: Constructivism learning theory is defined as
active construction of new knowledge based on a learner’s prior experience.
Artinya bahwa penyusunan teori belajar dijelaskan sebagai susunan aktif dari
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman belajar.
Robert B. Innes (2004) bahwa “Constructivist views of learning include
a range of theories that share the general perspective that knowledge is
constructed by learners rather than transmitted to learners. Most of these
theories trace their philosophical roots to John Dewey”. Maksudnya adalah
bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi
serangkaian teori yang membagi perspektif umum bahwa pengetahuan
dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar.
Menurut Arthur K. Ellis (1998: 95), Constructivist thought, which invests
learners in a search for their own sense of meaning based on many of the active
teaching and learning strategies mentioned earlier, meets the conditions of what
coulds be called an experiential focus in teaching and learning.
Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa konstruktivisme mengangkat
pembelajar dalam sebuah pencarian untuk merasakan sendiri maknanya,
berlandaskan pada beberapa pembelajaran yang aktif dan menyebutkan strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pembelajaran sejak awal, bertemu dengan kondisi yang disebut dengan
pengalaman yang berfokus pada belajar mengajar (proses pembelajaran).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran konstruktivisme adalah model pembelajaran yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan dengan bantuan fasilitasi orang lain.
b. Prinsip – Prinsip Konstruktivisme
Menurut Daniel Muijs & David Reynolds ( 2008: 97 ), Prinsip –
Prinsip Pengajaran Konstruktivisme adalah :
1) Belajar merupakan sebuah proses aktif.
2) Anak – anak belajar yang paling baik dengan menyelesaikan berbagai
konflik kognitif ( konflik dengan berbagai ide dan prakonsepsi lain ).
3) Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata.
4) Belajar selalu dikonseptualiasikan, tidak mempelajari fakta – fakta
secara murni abstrak, tetapi selalu dalam hubungannya dengan apa yang
telah kita ketahui.
5) Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan
pengetahuan secara menyeluruh ,dengan mengeksplorasi dan menengok
kembali materi yang kita pelajari.
6) Mengajar adalah tentang memberdayakan pelajar, dan memungkinkan
pelajar untuk menemukan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman
– pengalaman realitas.
c. Tahap – Tahap Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Daniel Muijs & David Reynolds ( 2008: 105 ) , Implikasi
model pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahapan yaitu:
1) Tahapan pertama adalah apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan
menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
2) Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan
dugaan sementara terhadap konsep yang akan dipalajari. Kemudian
siswa menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui
manipulasi benda langsung.
3) Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa
mengkomunikasikan hasil diskusinya. Pada tahap ini pula guru
menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat
kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok
lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan
tersebut melalui kegiatan tanya jawab.
4) Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi, pada tahap ini guru
memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kamudian
siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan
pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat
itu melalui pengerjaan tugas.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Konstruktivisme
1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya,
dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa
memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki
kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong
untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang
menantang siswa.
3) Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk
berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir
kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori,
mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks,
baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi
siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5) Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka
e. Kekurangan Model Pembelajaran Konstruktivisme
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa
hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan
sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama
dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan
kreatifitas siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini :
1. Ngatirah ( 2009 ) dengan judul “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep
Energi Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran
Konstruktivisme siswa Kelas IV SDN Nglorog 4 Sragen Tahun Pelajaran
2010/2011” Beliau menyimpulkan bahwa (1) Penggunaan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dapat mempermudah guru dalam menanamkan
pemahaman konsep IPA Kelas IV SDN Nglorog Sragen; (2) Penggunaan
Model Pembelajaran Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada konsep energi Kelas IV SDN Nglorog Sragen. Penelitin ini bertujuan
memberikan sumbangan informasi dan pemikiran tentang bagaimana
“Energi” digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Muhamad Hasan Sidik (2008) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahan Siswa Mengenai Energi
Gerak di Kelas II SD Negeri I Cilengkranggirang Kec amatan Pasalemon
Kabupaten Cirebon” Beliau Menyimpulkan bahwa (1) Penggunaan Model
Pembelajaran Konstruktivistik dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga lebih kreatif dan imajinatif;
(2) Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
C. Kerangka Berpikir
Pada Kondisi awal kedisiplinan siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso
Karanganyar tergolong rendah, hal ini disebabkan karena guru dalam melakukan
pembelajaran masih bersifat konvensional yang terfokus pada ceramah tanya jawab, dan
pemberian tugas saja. Metode dan pendekatan yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar adalah siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, bisa dikatakan
guru yang aktif dan siswanya pasif. Siswa cenderung mudah bosan dan ramai di kelas
padahal ada gurunya. Guru juga kurang menguasai kondisi kelas dan perhatiannya kurang
menyeluruh, itu menyebabkan siswa tidak memperhatikan guru dan ramai sendiri.
Bertolak dari permasalahan tersebut diperlukan alternatif pemecahan masalah.
Peneliti menggunakan model pembelajaran Konstruktivisme untuk meningkatkan
kedisiplinan pada mata pelajaran PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso
Karanganyar. Pembelajaran konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher
centered. Konstruktivisme menempatkan posisi peserta didik untuk membangun
pengetahuannya sendiri secara aktif. Konstruktivisme mengatakan bahwa belajar adalah
menginternalisasi dan membentuk kembali, atau mentransformasi pengetahuan baru.
Kelebihan Model Pembelajaran Konstruktivisme adalah Pembelajaran berdasarkan
konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan
secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, memberi kesempatan siswa
untuk berpikir tentang pengalamannya, memberikan suasana lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar. Melalui kolaborasi peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengan guru kelas, model pembelajaran konstruktivisme akan diterapkan dengan
menggunakan siklus I, siklus II dan siklus III yang melalui tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan
siswa kelas V SD Negeri 02 Petung. Secara sistematis kerangka berpikir dapat
digambarkan pada Gambar 2.1 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 2.1.Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penggunaan
Model Pembelajaran Konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan siswa
dalam pembelajaran PKN kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar
Tahun Ajaran 2011/2012”.
Siklus 2 Pembelajaran
Konstruktivisme pada materi
Organisasi di Sekolah dan Masyarakat
KONDISI AWAL
Dalam Pembelajaran PKN
guru belum menggunakan
Model Pembelajaran
Konstruktivisme.
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Dalam pembelajaran PKN
guru menggunakan model
pembelajaran
konstruktivisme dan dapat
meningkatkan
Kedisiplinan.
Tingkat
kedisiplinan siswa rendah.
Siklus 1 Pembelajaran
Konstruktivisme pada materi
Unsur-Unsur Organisasi
Siklus 3 Pembelajaran
Konstruktivisme pada materi
Tugas Pengurus Organisasi
Guru menggunakan model Pembelajaran Konstruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Waktu Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Petung yang terletak di
Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar dengan kepala sekolah yang dijabat
oleh Dwi Atmini, S.Pd. Penelitian ini khususnya dilaksanakan di kelas V.
Pemilihan SD Negeri 02 Petung sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Sekolah tersebut mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah.
b. Sekolah bersedia memberikan data yang diperlukan peneliti.
c. Kedisiplinan pada mata pelajaran PKN masih rendah.
d. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian, sehingga
penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi sekolah
tersebut.
2. Jadwal Penelitian
Waktu penelitian diadakan pada semester genap tahun ajaran 2011/ 2012
selama 5 bulan, yaitu mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012. Tahap
penyusunan dan pengajuan proposal dimulai pada bulan Februari sampai Maret, tahap
perijinan dan persiapan penelitian dimulai pada bulan Maret sampai April,
pelaksanaan tindakan dimulai pada bulan April, tahap analisis data sudah dimulai
pada saat pelaksanaan tindakan yaitu pada bulan April, terakhir penyusunan skripsi,
sidang dan penjilidan pada bulan Mei sampai Juni. Adapun rincian jadwal
pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Bulan
Februari
2012
Maret
2012
April
2012
Mei
2012
Juni
2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan dan pengajuan
proposal
2. Mengurus izin penelitian
3. Persiapan penelitian
4. Pelaksanaan siklus I
5. Pelaksanaan siklus II
6. Pelaksanaan siklus III
7. Analisis data
8. Penyusunan skripsi, sidang
skripsi, dan penjilidan
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Petung, Jatiyoso,
Karanganyar tahun ajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 28 anak yang terdiri dari 13
siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan dengan Bpk Suparno, Ama. Pd bertindak sebagai
guru kelas V. Di kelas tersebut kondisi siswa heterogen (berbeda-beda kemampuannya)
dan semua siswa normal dalam artian siswa tidak ada yang berkebutuhan khusus.
C. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan
dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Data penelitian yang telah
dikumpulkan berasal dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi tersebut
antara lain:
1. Informasi data yang diperoleh berasal dari narasumber siswa kelas V
Semester II SD Negeri 02 Petung, Jatiyoso, Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012 yang berjumlah 28 peserta didik.
2. Informasi data yang diperoleh dari nara sumber guru kelas V SD Negeri 02
Petung, Jatiyoso, Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3. Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan dan dokumen berupa data
nilai mata pelajaran PKN yang digunakan untuk mendapatkan data nilai
peserta didik kelas V SD Negeri 02 Petung, Jatiyoso, Karanganyar sebelum
dilakukan tindakan.
4. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran PKN dengan menggunakan
Model Pembelajaran Konstruktivisme pada peserta didik kelas V SD Negeri
02 Petung, Jatiyoso, Karanganyar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Dokumentasi yang dikumpulkan diantaranya: Silabus PKN kelas V, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar nilai hasil belajar PKn peserta didik kelas V
SD Negeri 02 Petung sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan Model
Pembelajaran Konstruktivisme dan foto proses pembelajaran.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung
(direct observation) merupakan observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara
langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi atau pengamatan dilakukan di saat
proses pembelajaran PKN untuk mengumpulkan data peningkatan kedisiplinan siswa,
yang didukung oleh aspek afektif kedisiplinan siswa, aspek afektif keterampilan sosial
siswa dan aspek kognitif. Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Dari pengamatan tersebut diperoleh data pengamatan sikap siswa dan
kegiatan guru saat proses pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai
partisipan aktif, yaitu peneliti yang melakukan tindakan (sebagai guru pengajar) dalam
kegiatan pembelajaran PKN. Sedangkan, guru kelas V sebagai pengamat pasif
terhadap proses pembelajaran sehingga lebih leluasa dalam mengamati jalannya
pembelajaran. Selanjutnya, hasil pengamatan yang telah dilakukan didiskusikan untuk
dianalisis bersama untuk menemukan berbagai kelemahan proses pembelajaran dan
untuk mencari solusi kelemahan tersebut. Hasil diskusi yang berupa solusi berbagai
kelemahan tersebut kemudian dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Pengamatan terhadap guru pengajar (peneliti) difokuskan pada RPP dan
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran PKN dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Pengamatan terhadap siswa
difokuskan pada sikap/perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan
observasi ini dilakukan berdasarkan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara terhadap
guru, baik sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran
kostruktivisme yang bertujuan menggali informasi guna memperoleh data yang
berkaitan dengan peningkatan kedisiplinan siswa kelas V SD Negeri 02 Petung
Jatiyoso Karanganyar dalam penggunaan model pembelajaran konstruktivisme
dalam mata pelajaran PKN.
Dalam wawancara ini, narasumber atau informannya adalah Bpk
Suparno, Ama. Pd (guru kelas V) dan beberapa siswa kelas V SD Negeri 02
Petung. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan beberapa
pertanyaan tentang data yang berkenaan dengan aspek permasalahan
pembelajaran PKN. Wawancara oleh peneliti terhadap guru dilakukan secara
terstruktur atau terfokus artinya dengan berdasarkan pada pedoman wawancara
yang sudah dipersiapkan. Sedangkan, wawancara kepada siswa dilakukan
secara tidak terstruktur atau tanpa mempersiapkan sejumlah pertanyaan terlebih
dahulu.
4. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
yang diperoleh peserta didik setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Tes
adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau dilakukan untuk
menunjukkan seberapa baik peserta didik mengetahui tentang sesuatu, atau
seberapa baik peserta didik dapat melakukan sesuatu. Peneliti melakukan
penilaian melalui tes tertulis baik secara berkelompok maupun individu pada
materi bentuk-bentuk keputusan bersama menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme siswa kelas V SD Negeri 02 Petung . Tes juga bertujuan untuk
mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Teknis tes
ini dilaksanakan 2 kali yaitu pre-test untuk mengetahui kompetensi/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kemampuan awal siswa sebelum tindakan dan pos-test dilakukan setelah siswa
menerima pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme.
E. Validitas Data
Dalam penelitian, diperlukan adanya kebenaran data atau validitas data.
Maksudnya adalah data yang berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan validitas isi dan trianggulasi dalam menentukan keabsahan data.
Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah :
1. Validitas Isi
Validitas isi adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan
instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang
akan diukur. Dalam penelitian ini untuk mengukur kedisiplinan siswa kelas V SD
Negeri 02 Petung tahun ajaran 2011/2012 digunakan instrumen tes pengamatan
kedisiplinan siswa.
2. Trianggulasi
Menurut St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 54), bahwa: “Untuk menguji
keabsahan data digunakan trianggulasi data atau sumber dan trianggulasi metode”.
Adapun yang dimaksud trianggulasi data dan trianggulasi metode adalah:
a. Trianggulasi Data, yaitu dengan mengkroscekkan data nilai hasil pre-test
dan post-test.
b. Triangulasi Metode, yaitu mengumpulkan data dengan metode
pengumpulan data yang berbeda tetapi mengarah pada sumber data yang
sama. Dengan menggunakan metode tes, observasi dan wawancara
diharapkan didapat hasil yang seakurat dan sebanyak mungkin mengenai
anggota penelitian.
F. Teknik Analisis data
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis
interaktif milik Milles dan Huberman. Kegiatan pokok ini meliputi reduksi data,
penyedia data, kesimpulan, penarikan atau verifikasi (Milles dan Huberman,
2007:17).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Langkah-langkah analisis model interaktif yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Data-data penelitian yang telah dikumpulkan
selanjutnya direduksi. Data yang diseleksi untuk digunakan dan mendukung dalam
penelitian ini adalah data hasil observasi keaktifan siswa dan hasil kompetensi siswa
sebelum tindakan, data hasil wawancara dengan guru dan siswa, dan data hasil
observasi guru dan siswa, data pengamatan kedisiplinan siswa, serta data hasil
kompetensi siswa dalam pembelajaran PKN setelah siklus I, siklus II, dan siklus III.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hasil
dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan. Penyajian
data yang telah direduksi, kemudian disusun dalam bentuk table, grafik, dan
dinarasikan dalam pembahasan penelitian. Data yang disajikan dalam
penelitian ini meliputi data observasi keaktifan siswa, data hasil wawancara
dengan guru dan siswa, data hasil observasi guru dan siswa, data pengamatan
kedisiplinan.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan kesimpulan dari tampilan
data agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis
yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu
kesimpulan. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan yang terjadi
dilaksanakan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, kesimpulan
yang ditarik pada akhir siklus I, siklus II, dan kesimpulan terakhir pada akhir
sikus III. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir harus terkait.
Setiap kesimpulan yang ditarik pada akhir siklus dilakukan refleksi untuk
menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. Setelah semua data
disajikan dalam laporan, peneliti menarik kesimpulan yang merupakan
jawaban dari hipotesis penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Secara diagramatik, hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja
analisis tersebut dapat divisualisasikan seperti Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data
( Miller dan Huberman, 2007: 20)
Dari bagan diatas, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini
adalah:
a. Melakukan analisis awal, dengan cara mengumpulkan dokumen yang ada.
Dokumen tersebut antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan daftar nilai PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung..
b. Pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul selama proses
pembelajaran PKN berlangsung.
c. Mengembangkan bentuk sajian data yaitu menyusun sekumpulan informasi
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
d. Melakukan analisis data.
e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan atau
tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji
Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan
Pengumpulan Data (Data Collection)
Reduksi Data (Data Reduction)
Penyajian Data (Data Display)
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kelas ini adalah meningkatnya kedisiplinan pada mata pelajaran PKn siswa kelas V
SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar dengan menggunakan Model
Pembelajaran Konstruktivisme. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum
dan silabus KTSP PKN kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75.
Indikator pembelajaran untuk aspek peningkatan kedisiplinan meliputi
kompetensi produk dan kompetensi proses. Pada siklus I pembelajaran dikatakan
berhasil apabila peningkatan kedisiplinan siswa mencapai 75% dengan perolehan
nilai ≥75. Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila peningkatan
kedisiplinan siswa mencapai 80% dengan perolehan nilai ≥75. Pada siklus III
pembelajaran dikatakan berhasil apabila peningkatan kedisiplinan siswa mencapai
85% dengan perolehan nilai ≥75.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatnya kedisiplinan pada mata pelajaran PKN siswa kelas V SD Negeri 02
Petung Jatiyoso Karanganyar dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme. Untuk memperoleh indikator yang ingin dicapai, prosedur
penelitian ini mencakup beberapa tindakan. Setiap tindakan tersebut dirancang
dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap sebagai
berikut: 1) perencanaan (planning); 2) pelaksanaan tindakan (action); 3) observasi
dan evaluasi tindakan (observation and evaluation); dan 4) refleksi tindakan
(reflecting). Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2006:16), prosedur penelitian
diatas dapat divisualisasikan pada Gambar 3.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 3.2 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk., 2008: 16 Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa keempat tahap dalam
penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, dimana satu
putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari
tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
Adapun prosedur tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
1) Menyiapkan perencanaan yang akan dilaksanakan dalam penelitian
yaitu penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang telah disesuaikan
dengan prosedur model pembelajaran konstruktivisme.
2) Guru menyiapkan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.
3) Guru menyiapkan sarana pendukung lain dalam pembelajaran seperti
tata ruang kelas, media pembelajaran, dan juga materi ajar.
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan Siklus I
Refleksi
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
Siklus III
Pengamatan
Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4) Menyiapkan instrument diskusi kelompok dan tes tertulis untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam melaksanakan pengambilan
keputusan bersama.
5) Guru menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
b. Pelaksanaan
Pada siklus I yaitu pelaksanaan pembelajaran PKN materi “ Unsur-
Unsur dalam Berorganisasi”, peneliti menyusun skenario pembelajaran seperti
berikut:
1) Guru melakukan tanya jawab seputar materi yang akan disampaikan,
lalu mendorong murid untuk memberikan jawaban terbuka.
2) Guru dalam mengajar bukannya menerangkan atau upaya-upaya
sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa,tetapi
menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka
membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
3) Guru memberikan nomor kepada siswa sesuai dengan nomer absen.
4) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4
orang) untuk mendiskusikan tentang “Unsur-Unsur Dalam
Berorganisasi”.
5) Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok dan
memberikan Lembar Diskusi Kelompok.
6) Guru memberikan penjelasan kembali langkah-langkah dalam
mengerjakan Lembar Kerja Siswa dalam kelompok.
7) Guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa
membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat
kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari
kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab.
8) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya serta diikuti kegiatan
tanya jawab dan berpendapat.
9) Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa tentang
materi pembelajaran yang telah disampaikan, serta memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kemudian siswa membuat
kesimpulan melalui bimbingan guru.
Tahap Pelaksanaan pada siklus I ini adalah 2 x pertemuan, yakni
pertemuan pertama mempelajari Unsur-Unsur Dalam Berorganisasi
sedangkan pertemuan kedua mempelajari organisasi di lingkungan sekolah
dan di lingkungan masyarakat.
c. Pengamatan atau Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku
dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran PKN dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Peneliti sebagai guru
pelaksana KBM, sedangkan guru kelas V sebagai kolabolator melakukan
observasi terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru (peneliti).
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator :
1) Indikator keberhasilan guru yang sudah dicapai adalah: guru berhasil
menyampaikan materi pelajaran PKN pada siklus I namun masih perlu
ditingkatkan lagi pada pelaksanaan siklus berikutnya. Guru sudah
memberikan variasi dalam pembelajaran namun perlu ditingkatkan
lagi, agar pembelajaran pada siklus berikutnya lebih menarik dan tidak
membosankan. Kesesuaian dalam menyampaikan bimbingan kelas
yang dibutuhkan sudah dilaksanakan oleh guru, namun guru harus
lebih meningkatkan bimbingan bagi siswa yang kurang jelas pada
siklus berikutnya.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang sudah dicapai adalah:
Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran PKN meningkat namun
masih belum maksimal. Siswa aktif dalam pembelajaran PKN namun
sebagian siswa belum berani menyatakan pendapat atau menjawab
pertanyaan.
Pelaksanaan siklus pertama sudah memenuhi target, siswa yang disiplin
sudah mencapai 75%. Akan tetapi untuk memenuhi target pada siklus kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
maka harus dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Hal yang dirasa kurang
dalam pembelajaran pada pelaksanaan siklus I adalah : 1) Keaktifan siswa selama
pembelajaran masih belum maksimal, 2) Guru kurang memberikan motivasi
kepada siswa, sehingga masih banyak siswa yang kurang termotivasi selama
pembelajaran, 3) Media pembelajaran yang digunakan hanya satu, jadi hanya
sebagian siswa saja yang mengerti terhadap materi yang diajarkan guru, 4)
Pengkondisian kelas kurang. Suara guru kurang keras.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data yang berkaitan dengan indikator kinerja siklus I. Evaluasi untuk
menilai kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN materi kebebasan
organisasi dilaksanakan setiap akhir pertemuan/pembelajaran. Sasaran dari
evaluasi ini yaitu kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN kelas V SD
Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar meningkat. Siswa yang mendapat
nilai sama atau di atas KKM (75) sebanyak 68% (19 siswa) dari 28 siswa.
Hasil menentukan perlu ada pelaksanaan siklus berikutnya. Dalam siklus
pertama peneliti belum berhasil, maka peneliti melaksanakan siklus kedua.
Dalam siklus kedua membahas yang harus diperbaiki oleh peneliti adalah :
1) Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru harus mengutamakan cara
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).
2) Memberikan reward pada siswa. Hal tersebut bertujuan agar kedisiplinan
siswa dalam pembelajaran meningkat.
3) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas dan
siswanya.
4) Suara guru harus lebih nyaring dan tegas, jangan ragu-ragu untuk menegur
anak yang ramai sendiri.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
1) Menyiapkan perencanaan yang akan dilaksanakan dalam penelitian
yaitu penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang telah disesuaikan
dengan prosedur model pembelajaran konstruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) Guru menyiapkan berbagai sumber belajar serta sarana pendukung
lainnya seperti yang ada pada siklus I.
3) Guru menyiapkan soal evaluasi atau instrument test tertulis.
4) Guru menyiapkan lembar penilaian.
b. Pelaksanaan
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan siklus tersebut dengan
materi pembelajaran yang sesuai dengan silabus mata pelajaran PKN. Skenario
pembelajarannya sebagai berikut:
1) Guru melakukan tanya jawab seputar materi yang akan disampaikan,
lalu mendorong murid untuk memberikan jawaban terbuka.
2) Guru dalam mengajar bukannya menerangkan atau upaya-upaya
sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa,tetapi
menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka
membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
3) Guru memberikan nomor kepada siswa sesuai dengan nomor absen.
4) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4
orang) untuk mendiskusikan tentang “Organisasi Di Sekolah dan
Masyarakat”.
5) Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok dan
memberikan Lembar Diskusi Kelompok.
6) Guru memberikan penjelasan kembali langkah-langkah dalam
mengerjakan Lembar Kerja Siswa dalam kelompok.
7) Guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa
membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat
kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari
kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab.
8) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya serta diikuti kegiatan
tanya jawab dan berpendapat. Dalam kegiatan ini guru bertugas
mengkondisikan kelas karena masih banyak siswa yang ramai pada
saat siswa lain mempresentasikan hasil pekerjaannya. ( perbaikan
siklus I )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
9) Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa tentang
materi pembelajaran yang telah disampaikan, serta memberikan
penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kemudian siswa membuat
kesimpulan melalui bimbingan guru.
Tahap Pelaksanaan pada siklus II ini adalah 2 x pertemuan, yakni
pertemuan pertama mempelajari Unsur-Unsur Dalam Berorganisasi
sedangkan pertemuan kedua mempelajari organisasi di lingkungan sekolah
dan di lingkungan masyarakat.
c. Pengamatan atau Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku
dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran PKN dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Peneliti sebagai guru
pelaksana KBM, sedangkan guru kelas V sebagai kolabolator melakukan
observasi terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru (peneliti).
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator :
1) Indikator keberhasilan guru yang sudah dicapai adalah: guru berhasil
menyampaikan materi pelajaran PKN pada siklus II namun masih
perlu ditingkatkan lagi pada pelaksanaan siklus berikutnya. Guru sudah
memberikan variasi dalam pembelajaran namun perlu ditingkatkan
lagi, agar pembelajaran pada siklus berikutnya lebih menarik dan tidak
membosankan. Kesesuaian dalam menyampaikan bimbingan kelas
yang dibutuhkan sudah dilaksanakan oleh guru, namun guru harus
lebih meningkatkan bimbingan bagi siswa yang kurang jelas pada
siklus berikutnya.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang sudah dicapai adalah:
Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran PKN meningkat namun
masih belum maksimal. Siswa aktif dalam pembelajaran PKN namun
sebagian siswa belum berani menyatakan pendapat atau menjawab
pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pelaksanaan siklus kedua memenuhi target, siswa yang disiplin sudah
mencapai 80%. Akan tetapi untuk memenuhi target pada siklus kedua maka harus
dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Hal yang dirasa kurang dalam
pembelajaran pada pelaksanaan siklus II adalah : 1) Keaktifan siswa selama
pembelajaran masih belum maksimal, 2) Guru kurang memberikan motivasi
kepada siswa, sehingga masih banyak siswa yang kurang termotivasi selama
pembelajaran, 3) Media pembelajaran yang digunakan hanya satu, jadi hanya
sebagian siswa saja yang mengerti terhadap materi yang diajarkan guru, 4)
Pengkondisian kelas kurang. Suara guru kurang keras, dan 5) Penguasaan
penggunaan langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data yang berkaitan dengan indikator kinerja siklus II. Evaluasi untuk
menilai kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN materi kebebasan
organisasi dilaksanakan setiap akhir pertemuan/pembelajaran. Sasaran dari
evaluasi ini yaitu kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN kelas V SD
Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar meningkat. Siswa yang mendapat
nilai sama atau di atas KKM (75) sebanyak 71% (20 siswa) dari 28 siswa.
Hasil menentukan perlu ada pelaksanaan siklus berikutnya. Dalam siklus
kedua peneliti belum berhasil, maka peneliti melaksanakan siklus ketiga.
Dalam siklus kedua membahas yang harus diperbaiki oleh peneliti adalah :
1) Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru harus mengutamakan cara
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).
2) Memberikan reward pada siswa. Hal tersebut bertujuan agar
kedisiplinan siswa dalam pembelajaran meningkat.
3) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas dan
siswanya.
4) Suara guru harus lebih nyaring dan tegas, jangan ragu-ragu untuk
menegur anak yang ramai sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Siklus Ketiga
a. Perencanaan
1) Menyiapkan perencanaan yang akan dilaksanakan dalam penelitian
yaitu penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang telah disesuaikan
dengan prosedur model pembelajaran konstruktivisme.
2) Guru menyiapkan berbagai sumber belajar serta sarana pendukung
lainnya seperti yang ada pada siklus I dan II.
3) Guru menyiapkan soal evaluasi atau instrument test tertulis.
4) Guru menyiapkan lembar penilaian.
b. Pelaksanaan
Pada siklus III perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tindakan siklus II sebagai upaya perbaikan siklus tersebut dengan
materi pembelajaran yang sesuai dengan silabus mata pelajaran PKN. Skenario
pembelajarannya sebagai berikut:
1) Guru melakukan tanya jawab seputar materi yang akan disampaikan,
lalu mendorong murid untuk memberikan jawaban terbuka.
2) Guru dalam mengajar bukannya menerangkan atau upaya-upaya
sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa,tetapi
menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka
membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
3) Guru memberikan nomor kepada siswa sesuai dengan nomor absen.
4) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 7
orang) untuk mendiskusikan tentang “Tugas-Tugas Pengurus
Organisasi” dengan bermain peran.
5) Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok dan
memberikan Lembar Diskusi Kelompok.
6) Guru memberikan penjelasan kembali langkah-langkah dalam
berdiskusi dengan bermain peran.
7) Siswa bermain peran. Ada yang berperan sebagai ketua, wakil ketua,
sekretaris, pelapor dan anggota. Dalam kegiatan ini guru bertugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mengkondisikan kelas karena masih banyak siswa yang ramai pada
saat siswa lain mempresentasikan hasil pekerjaannya.
8) Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa tentang
materi pembelajaran yang telah disampaikan, serta memberikan
penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kemudian siswa membuat
kesimpulan melalui bimbingan guru.
Tahap Pelaksanaan pada siklus III ini adalah 2 x pertemuan, yakni
pertemuan pertama mempelajari langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
berorganisasi sedangkan pertemuan kedua mempelajari tugas-tugas pengurus
organisasi.
c. Pengamatan atau Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku
dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran PKN dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Peneliti sebagai guru
pelaksana KBM, sedangkan guru kelas V sebagai kolabolator melakukan
observasi terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru (peneliti).
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator :
1) Indikator keberhasilan yang sudah dicapai adalah: Keberhasilan
penyampaian materi pelajaran PKN, ketepatan penggunaan model
pembelajaran konstruktivisme dengan jumlah kelompok, variasi dalam
pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dan kondusif,
kesesuaian dalam menyampaikan bimbingan kelas yang dibutuhkan
oleh setiap siswa.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang sudah dicapai adalah:
Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran PKN meningkat,
keaktifan siswa dalam pembelajaran PKN meningkat, kedisiplinan
siswa meningkat dibandingkan pada siklus sebelumnya. Siswa juga
telah berhasil mendapatkan nilai di atas atau sama dengan Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pelaksanaan siklus ketiga sudah memenuhi target, siswa yang disiplin
sudah mencapai 85%. Siswa aktif dalam pembelajaran, berani maju ke depan
kelas, dan juga berani menjawab pertanyaan dari guru.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
yang berkaitan dengan indikator kinerja siklus II. Evaluasi untuk menilai
kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN materi kebebasan organisasi
dilaksanakan setiap akhir pertemuan/pembelajaran. Sasaran dari evaluasi ini yaitu
kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN kelas V SD Negeri 02 Petung
Jatiyoso Karanganyar meningkat. Siswa yang mendapat nilai sama atau di atas
KKM (75) sebanyak 89% (25 siswa) dari 28 siswa. Hasil yang diperoleh
menentukan tidak perlu melaksanakan siklus berikutnya, karena dalam siklus
ketiga peneliti sudah berhasil. Pada siklus ketiga peneliti sudah berhasil
memenuhi target dari indikator yang ingin dicapai yaitu tingkat kedisiplinan
siswa mencapai 85% dengan perolehan nilai ≥75. Kedisiplinan siswa meningkat
dan memenuhi target yang ingin dicapai, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran konstruktivisme tersebut telah berhasil dan
penelitian dapat dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Petung, Jatiyoso,
Karanganyar. Sekolah ini berdiri pada tahun 1973 dan berstatus naegeri dengan
Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101031302015. Secara geografis SD Negeri
02 Petung terletak di dusun Manggisan, Desa Petung, Kecamatan Jatiyoso,
Kabupaten Karangnyar. SD Negeri 02 Petung berdiri di atas tanah seluas 214,325
m2 dengan luas lahan 12,585 m2, luas bangunan 12,62m2, dan luas halaman 175
m2, dan luas kebun 14,12 m2. Bangunan yang ada diantaranya adalah 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang guru, 6 ruang kelas, 1 ruang UKS,1 ruang gudang, kantin,
tempat parkir, dan 6 kamar mandi guru dan siswa. Letak SD Negeri 02 petung
cukup strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar, karena sekolah
tersebut terletak di dekat pusat pemerintahan Desa Petung.
Data personil ketenagaan SD Negeri 02 Petung terdiri dari satu Kepala
Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru penjaskes, 1 guru bahasa Inggris, 1
penjaga perpustakaan dan 1 penjaga sekolah. Pada tahun pelajaran 2011/2012
jumlah siswa SD Negeri 02 Petung sebanyak 158 orang, yang terdiri dari kelas I
sebanyak 24 peserta didik, kelas II sebanyak 29 peserta didik, kelas III sebanyak
27 peserta didik, kelas IV sebanyak 26 peserta didik, kelas V sebanyak 28 peserta
didik, dan kelas VI sebanyak 24 peserta didik. Peserta didik SD Negeri 02 Petung
berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata
yang ada di lapangan. Peneliti mengadakan observasi di kelas V SD Negeri 02
Petung pada saat pelajaran PKN. Berdasarkan data hasil pengamatan terdapat
beberapa permasalahan yang ditemui pada diri siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, antara lain:
1. Siswa tidak disiplin, masuk kelas terlambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Siswa masih malu atau takut untuk bertanya.
3. Siswa tidak berani tampil di depan kelas.
4. Siswa kurang antusias saat merespon tindakan guru, siswa menunjukkan
sikap jenuh saat pembelajaran, kadang ramai dan bermain sendiri.
5. Siswa terlambat menyelesaikan tugas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan data nilai siswa yang di dapat peneliti,
kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN pada kondisi awal masih rendah,
masih banyak siswa yang belum disiplin dan nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan peneliti yaitu siswa yang disiplin sebesar
75% pada siklus I, 80% pada siklus II dan 85% pada siklus III. Dari siswa kelas V
yang berjumlah 28 siswa, hanya sebagian kecil yang menunjukkan kedisiplinan
selama pembelajaran, yaitu 12 anak. Hal ini dapat dikatakan kedisiplinan yang
dimiliki siswa baru mencapai angka kira-kira 43%
Agar lebih jelas, berikut ini adalah daftar distribusi nilai kedisiplinan
siswa (lampiran 2 ) kelas V pada kondisi awal yang tertera pada Tabel 4.1
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V pada Kondisi Awal
Interval Median Frekuensi Prosentase (%)
Relatif Kumulatif
45 - 51 48 7 25.00 25.00 52 - 58 55 5 17.87 42.87 59 - 65 62 2 7.14 50.01 66 - 72 69 2 7.14 57.15 73 - 79 76 10 35.71 92.86 80 - 86 83 2 7.14 100,00
Jumlah 28 100,00 Nilai rata-rata 1799 : 28 = 64,25
Ketuntasan Klasikal (12 : 28) × 100 % = 42,86 % Nilai dibawah KKM (16 : 28) × 100 % = 57,14 %
Berdasarkan Tabel 4.1 yaitu distribusi frekuensi nilai kedisiplinan siswa
kelas V sebelum diadakan tindakan, dapat disajikan pada gambar 4 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4.1. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Kelas V Pada Kondisi
Awal
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa
kedisiplinan pada mata Pelajaran PKN siswa kelas V sebelum menggunakan
model pembelajaran konstruktivisme secara sistematis diperoleh rata-rata kelas
sebesar 64,25. Siswa yang memperoleh nilai 45 – 51 sebanyak 7 siswa atau 45%.
Siswa yang memperoleh nilai 52 – 58 sebanyak 5 siswa atau 18%. Siswa yang
memperoleh nilai 59– 65 sebanyak 2 siswa atau 7 %.. Siswa yang memperoleh
nilai 66 – 72 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 73 – 79
sebanyak 10 siswa atau 36 %. Siswa yang memperoleh nilai 80 - 86 sebanyak 2
siswa atau 7 %. Jadi, siswa yang mendapat nilai di bawah 75 (KKM) yaitu
sebanyak 16 siswa atau 57%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas
KKM yaitu 12 siswa atau 43%.
Dari hasil tes pengamatan kedisiplinan siswa pra siklus tersebut sebagian
besar siswa tidak disiplin, hanya sebagian kecil siswa yang disiplin. Data
ketuntasan kedisiplinan siswa dapat diketahui pada tabel 4 dibawah ini :
7
5
2 2
10
2
0
2
4
6
8
10
12
45-51 52-58 59-65 66-72 66-79 80-86
frek
uens
i
interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 4.2. Hasil Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Pra Siklus
Ketuntasan kedisiplinan siswa Jumlah siswa pra siklus
Jumlah Persen
Tuntas 12 42,86 %
Tidak tuntas 16 57,14 %
Jumlah 28 100
Hasil nilai pra siklus yang diperoleh dari hasil tes awal nilai terendah, nilai
tertinggi, rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal dapat ditunjukkan dalam Tabel 4.3
berikut ini.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar secara Klasikal Pratindakan
No. Keterangan Tes Awal
1 Nilai terendah 45
2 Nilai tertinggi 85
3 Nilai rata -rata 64,25
4 Ketuntasan klasikal 42,86%
Untuk memperjelas rekapitulasi nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-
rata dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada saat pratindakan dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Histogram Rekapitulasi Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-
rata dan Ketuntasan Belajar secara Klasikal Pratindakan
45
85
64.25
42.86
0102030405060708090
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan klasikal(%)
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berdasarkan data diatas, siswa yang mendapat nilai lebih dari sama dengan
nilai KKM sebanyak 12 siswa atau sebesar 42,86% dan siswa yang mendapat nilai
di bawah 75 atau di bawah nilai KKM yaitu sebanyak 16 siswa atau 57,14%.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai kedisiplinan siswa masih
tergolong rendah.
Rendahnya kedisiplinan mata pelajaran PKN tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: (1) Guru dalam melakukan pembelajaran masih
bersifat konvensional, artinya pembelajaran kurang bervariatif, masih berpusat
pada guru (2) Belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal
sehingga proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna (menarik minat
belajar peserta didik dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena
penyajiannya yang interaktif); (3) Guru belum melaksanakan langkah-langkah
model pembelajaran yang sesuai dengan prosedur sehingga guru mengalami
kesulitan dalam menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata.
Dari hasil observasi dan diskusi yang dilakukan antara peneliti dengan guru,
faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya kedisiplinan mata pelajaran PKN
pada siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Kecamatan Jatiyoso Kabupaten
Karanganyar adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan prosedur, sehingga kedisiplinan siswa masih rendah.
Oleh karena itu, perlu menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan prosedur yang sesuai dengan materi pembelajaran yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Dengan menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan prosedur diharapkan kedisiplinan mata pelajaran PKN pada
siswa kelas V akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar peserta
didik dapat tercapai dengan maksimal.
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Dimana setiap siklusnya
terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yakni selama 1 minggu mulai tanggal 9 April 2012 sampai dengan
14 April 2012. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Rabu, 11 April
2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang
akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada
solusi permasalahan yang muncul yakni penggunaan model pembelajaran.
Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan
dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari rabu dan kamis, 11
dan 12 April 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai
berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) PKN selama 2 kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran
konstruktivisme yakni meja kelas ditata sesuai dengan jumlah
kelompok.
b) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, diantaranya:
gambar dan kartu bernomor. Selain itu juga menyiapkan kamera
digital dan handycam untuk pendokumentasian proses pembelajaran
PKN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktifitas
peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran PKN berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan meliputi kemampuan guru, perilaku
berkarakter, dan keterampilan sosial peserta didik. Sedangkan untuk
lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah
disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Peneliti
disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau
pengamat.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran PKN kelas V mempelajari tentang
Unsur-Unsur dalam Organisasi. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru sebagai fasilitator.
(2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pengertian organisasi.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan nomor
absen.
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri organisasi
yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok untuk
mendiskusikan unsur-unsur dalam organisasi.
(b) Siswa berdiskusi tentang unsur-unsur dalam organisasi.
(c) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya serta diikuti
kegiatan tanya jawab dan berpendapat.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang diberikan
guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
2) Pertemuan ke- 2
Pertemuan ke-2 pelajaran PKN kelas V mempelajari tentang
Organisasi di Sekolah dan organisasi di masyarakat. Adapun langkah-
langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru sebagai fasilitator.
(2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang jenis-jenis organisasi
sekolah.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan nomor
absen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang tugas-tugas
pengurus organisasi.
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok untuk
mendiskusikan organisasi di sekolah dan organissi di
masyarakat.
(b) Siswa berdiskusi tentang .organisasi di sekolah dan
organisasi di masyarakat.
(c) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya serta diikuti
kegiatan tanya jawab dan berpendapat.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang diberikan
guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
c. Pengamatan atau Observasi
Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan
dalam pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
meningkatkan kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN dengan model
pembelajaran konstruktivisme. Dalam tahap ini peneliti mengadakan
kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran
PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung. Pengamatan atau observasi
dilakukan selama pembelajaran PKN berlangsung, yang meliputi: perilaku
berkarakter yaitu kedisiplinan siswa, keterampilan sosial. Selain itu juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
mengamati atau mengobservasi hasil belajar disetiap akhir pertemuan atau
pembelajaran PKN. Hasil pengamatan atau observasi selanjutnya
digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus I. Hasil pengamatan dalam
penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya presentase
dihitung dari seluruh jumlah peserta didik kelas V yaitu 28 peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
PKN berlangsung, diperoleh gambaran tentang kedisiplinan siswa dalam
pembelajaran PKN adalah aspek afektif yaitu pengamatan kedisiplinan
siswa.
Aspek Kedisiplinan Siswa
Aspek afektif kedisiplinan siswa yang diamati dalam penelitian
siklus I meliputi: (1) peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) konsistensi
dalam peraturan, (3) hukuman untuk pelanggaran, (4) penghargaan untuk
perilaku yang baik.
Pada siklus I, nilai pengamatan kedisiplinan siswa sudah
mengalami peningkatan. Berdasarkan data ( lampiran 25 ) siswa yang
mendapat nilai di bawah 75 (KKM) yaitu sebanyak 9 siswa atau 32,14%
dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 19 siswa atau
67,86%. Lampiran 25 dibuat distribusi frekuensi nilai kedisiplinan siswa
kelas V yang tertera pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V pada Siklus I
Interval Median Frekuensi Prosentase (%) Relatif Kumulatif
55 - 61 58 2 7.14 7.14 62 - 68 65 4 14.29 21.43 69 - 75 72 21 75.00 96.43 76 - 82 79 1 3.57 100,00
Jumlah 28 100,00 Nilai rata-rata 1967 : 28 = 70,25
Ketuntasan Klasikal (19 : 28) × 100 % = 67,86% Nilai dibawah KKM (9 : 28) × 100 % = 32,14%
Berdasarkan Tabel 4.4 yaitu distribusi frekuensi nilai kedisiplinan
siswa kelas V Siklus I, dapat disajikan pada gambar 6 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 4.3. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus I
Berdasarkan grafik di atas, nilai hasil pengamatan kedisiplinan
siswa siklus I diperoleh rata-rata kelas sebesar 70,25. Siswa yang
memperoleh nilai 55 – 61 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang
memperoleh nilai 62 – 68 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang
memperoleh nilai 69 – 75 sebanyak 21 siswa atau 75%. Siswa yang
memperoleh nilai 76 – 82 sebanyak 1 siswa atau 4%.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap guru selama
pembelajaran PKN berlangsung, diperoleh pula gambaran tentang kinerja
guru atau pengajar selama mengajar (lampiran 46). Dari hasil observasi
yang di dapat pada pertemuan ke-1 dan ke-2, maka diperoleh skor rata-rata
kemampuan guru dalam mengajar sebesar 2,9 yang termasuk dalam
kategori kinerja guru dalam pembelajaran baik.
Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru
atau pengajar sudah baik dalam aspek (1) Menyampaikan apersepsi, tujuan
pembelajaran, dan orientasi, (2) Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran, (3) Mangaitkan materi dengan pengetahauan lain yang
relevan, (4) Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajar dan karakteristik siswa, (5) Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa, (6)
Melaksanakan pembelajaran secara runtut, (7) Melaksanakan
24
21
1
0
5
10
15
20
25
55-61 62-68 69-75 76-82
frek
uens
i
interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pembelajaran yang bersifat kontekstual, (8) Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa, (9) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan) . Akan tetapi, pengajar masih kurang dalam (1)
Melaksanakan pembelajaran yang efektif, (2) Mendemonstrasikan
kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode, (3)
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, (4)
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, (5)
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar,
(6) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
siswa.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, dapat disimpulkan
bahwa kualitas proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa serta
kedisiplinan siswa telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
pada saat kondisi pratindakan. Namun masih terdapat kekurangan yang
harus diperbaiki oleh guru dan siswa agar kualitas proses pembelajaran
lebih baik. Kekurangan-kekurangan tersebut yaitu:
1) Bagi Guru
a) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif
masih kurang.
b) Guru dalam mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai metode masih kurang.
c) Guru kurang menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran.
d) Guru belum bisa menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa
dalam belajar.
e) Kamampuan guru dalam menggunakan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, baik, benar, dan lancar masih kurang.
f) Dalam melakukan refleksi atau membuat rangkuman, guru belum
melibatkan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2) Bagi Siswa
a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran cukup disiplin, namun
keadaan siswa harus dikondisikan agar suasana kelas menjadi lebih
kondusif.
b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran masih kurang terutama
pada saat proses diskusi kelompok.
c) Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran masih rendah.
Kualitas proses pembelajaran pada siklus I lebih meningkat
dibandingkan dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru sebelum
tindakan. Pada pratindakan guru masih mengesampingkan aktivitas siswa
baik dalam aspek afektif maupun kognitif. Kemampuan guru dalam
mengajar juga belum maksimal yakni pembelajaran masih berpusat pada
guru (Teacher Centered). Sedangkan pada siklus I, kemampuan guru
dalam mengajar dan aktivitas siswa benar-benar diperhatikan agar proses
pembelajaran lebih berkualitas dan pembelajaran pun bermakna bagi
siswa.
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti
melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan nilai kedisiplinan
pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata
kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja siklus I yaitu aspek afektif kedisiplinan siswa yang
dinyatakan sudah disiplin sebanyak 19 siswa atau 68%. Adapun data yang
diperoleh adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.5. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa kelas V Siklus I
Aspek
Banyaknya Siswa yang Tuntas Pertemuan
1 Pertemuan
2 Rata-rata
Prosentase (%)
Afektif Kedisiplinan Siswa
19 19 19 68
Dari tabel diatas dapat diperjelas pada gambar 9 sebagai berikut :
Gambar4.4. Grafik Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus I
Berdasarkan grafik di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif kedisiplinan siswa
sebanyak 16 siswa atau 57%, lebih rendah dari target capaian yang
ditentukan.
2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial
sebanyak 28 siswa atau 100%, sudah sesuai dengan target capaian
yang ditentukan.
3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 20 siswa
atau 71%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari rata-rata nilai tiap aspek yang diperoleh siswa dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme belum berhasil. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) siswa belum
19 19 19
02468
101214161820
Afektif Kedisiplinan Siswa
Pes
erta
Did
ik Y
ang
Tun
tas
Aspek yang Dinilai
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
memahami langkah-langkah atau tahapan pembelajaran yang masih
tergolong baru bagi mereka, 2) siswa belum berani mengungkapkan
gagasan/idenya sendiri, 3) siswa kurang konsentrasi dan teliti dalam
mengerjakan soal, dan 4) masih ada siswa yang suka mengganggu teman
yang lain sehingga menghambat jalannya pembelajaran. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penelitian dalam siklus I belum menunjukkan
keberhasilan dalam proses pembelajaran, maka dari itu pembelajaran PKN
perlu dilanjutkan ke siklus II dengan berpedoman pada hasil refleksi
siklus I.
2. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yakni selama 1 minggu mulai tanggal 16 April 2012 sampai
dengan 21 April 2012. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II dilakukan pada hari Rabu, 18 April
2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang
akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada
solusi permasalahan yang muncul yakni penggunaan model pembelajaran.
Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan
dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari rabu dan kamis, 19
dan 12 April 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai
berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) PKN selama 2 kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran
konstruktivisme yakni meja kelas ditata sesuai dengan jumlah
kelompok.
b) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan,
diantaranya: gambar dan kartu bernomor. Selain itu juga
menyiapkan kamera digital dan handycam untuk
pendokumentasian proses pembelajaran PKN.
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktifitas
peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran PKN berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan meliputi kemampuan guru, perilaku
berkarakter, dan keterampilan sosial peserta didik. Sedangkan untuk
lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah
disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Peneliti
disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau
pengamat.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran PKN kelas V mempelajari tentang
ciri-ciri organisasi yang baik. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru sebagai fasilitator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pengertian
organisasi.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan nomor
absen.
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri-ciri
organisasi yang baik.
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok untuk
mendiskusikan unsur-unsur organisasi dan ciri-ciri
organisasi yang baik.
(b) Siswa berdiskusi tentang ciri-ciri organisasi yang baik.
(c) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya serta diikuti
kegiatan tanya jawab dan berpendapat.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang
diberikan guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
2) Pertemuan ke- 2
Pertemuan ke-2 pelajaran PKN kelas V mempelajari tentang
Organisasi di Sekolah dan organisasi di masyarakat. Adapun langkah-
langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru sebagai fasilitator.
(2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang jenis-jenis organisasi
sekolah.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan nomor
absen.
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang tugas-tugas
pengurus organisasi.
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok untuk
mendiskusikan organisasi di sekolah dan organissi di
masyarakat.
(b) Siswa berdiskusi tentang .organisasi di sekolah dan
organisasi di masyarakat.
(c) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya serta diikuti
kegiatan tanya jawab dan berpendapat.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang
diberikan guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
c. Pengamatan atau Observasi
Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan
dalam pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
meningkatkan kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN dengan model
pembelajaran konstruktivisme. Dalam tahap ini peneliti mengadakan
kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran
PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung. Pengamatan atau observasi
dilakukan selama pembelajaran PKN berlangsung, yang meliputi: perilaku
berkarakter yaitu kedisiplinan siswa, keterampilan sosial. Selain itu juga
mengamati atau mengobservasi hasil belajar disetiap akhir pertemuan atau
pembelajaran PKN. Hasil pengamatan atau observasi selanjutnya
digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus II. Hasil pengamatan dalam
penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya presentase
dihitung dari seluruh jumlah peserta didik kelas V yaitu 28 peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
PKN berlangsung, diperoleh gambaran tentang kedisiplinan siswa dalam
pembelajaran PKN adalah aspek afektif yaitu pengamatan kedisiplinan
siswa.
Aspek Kedisiplinan Siswa
Aspek afektif kedisiplinan siswa yang diamati dalam penelitian
siklus II meliputi: (1) peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) konsistensi
dalam peraturan, (3) hukuman untuk pelanggaran, (4) penghargaan untuk
perilaku yang baik. Adapun hasil yang diperoleh adalah:
Pada siklus II, nilai pengamatan kedisiplinan siswa sudah
mengalami peningkatan. Berdasarkan data ( lampiran 28 ) siswa yang
mendapat nilai di bawah 75 (KKM) yaitu sebanyak 8 siswa atau 28,57%
dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 20 siswa atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
71,43%. Lampiran 28 dibuat distribusi frekuensi nilai kedisiplinan siswa
kelas V yang tertera pada Tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V pada Siklus II
Interval Median Frekuensi Prosentase (%)
Relatif Kumulatif
60 - 63 61.5 1 3.57 3.57 64 - 67 65.5 4 14.29 17.86 68 - 71 69.5 4 14.29 32.15 72 - 75 73.5 19 67.85 100,00
Jumlah 28 100,00 Nilai rata-rata 1982 : 28 = 70,79
Ketuntasan Klasikal (20: 28) × 100 % = 71,42% Nilai dibawah KKM (8 : 28) × 100 % = 28,57%
Berdasarkan Tabel 4.6 yaitu distribusi frekuensi nilai kedisiplinan
siswa kelas V Siklus II, dapat disajikan pada gambar 10 sebagai berikut :
Gambar 4.5. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus II
Berdasarkan grafik di atas, nilai hasil pengamatan kedisiplinan
siswa siklus II diperoleh rata-rata kelas sebesar 70,79. Siswa yang
memperoleh nilai 60 – 63 sebanyak 1 siswa atau 4%. Siswa yang
memperoleh nilai 64 – 67 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang
memperoleh nilai 68 – 71 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang
memperoleh nilai 72 – 75 sebanyak 19 siswa atau 68%.
1
4 4
19
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
60-63 64-67 68-71 72-75
frek
uens
i
interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap guru selama
pembelajaran PKN berlangsung, diperoleh pula gambaran tentang kinerja
guru atau pengajar selama mengajar (lampiran 48). Dari hasil observasi
yang di dapat pada pertemuan ke-1 dan ke-2, maka diperoleh skor rata-rata
kemampuan guru dalam mengajar sebesar 3,5 yang termasuk dalam
kategori kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik.
Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru
atau pengajar sudah baik dalam semua aspek (1) Menyampaikan apersepsi,
tujuan pembelajaran, dan orientasi, (2) Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran, (3) Mangaitkan materi dengan pengetahauan lain yang
relevan, (4) Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajardan karakteristik siswa, (5) Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa, (6)
Melaksanakan pembelajaran secara runtut, (7) Melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual, (8) Melaksanakan pembelajaran
yang efektif, (9) Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai metode, (10) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran, (11) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa, (12) Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar,
(13) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (14)
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar,
(15) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
siswa.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, dapat disimpulkan
bahwa kualitas proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa serta
kedisiplinan siswa telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
pada siklus I. Namun masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki
oleh guru dan siswa agar kualitas proses pembelajaran lebih baik.
Kekurangan-kekurangan tersebut yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
1) Bagi Guru
a) Kemampuan guru dalam mangaitkan materi dengan pengetahauan
lain yang relevan sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan.
b) Guru dalam menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam
belajar sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan.
2) Bagi Siswa
a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran cukup disiplin, namun
keadaan siswa harus dikondisikan agar suasana kelas menjadi lebih
kondusif.
b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran masih kurang terutama
pada saat proses diskusi kelompok.
c) Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran masih rendah.
Kualitas proses pembelajaran pada siklus II lebih meningkat
dibandingkan dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru siklus I.
Pada siklus I guru masih mengesampingkan aktivitas siswa baik dalam
aspek afektif maupun kognitif. Kemampuan guru dalam mengajar juga
belum maksimal yakni pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher
Centered). Sedangkan pada siklus II, kemampuan guru dalam mengajar
dan aktivitas siswa benar-benar diperhatikan agar proses pembelajaran
lebih berkualitas dan pembelajaran pun bermakna bagi siswa.
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti
melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan nilai kedisiplinan
pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata
kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja siklus II yaitu aspek afektif kedisiplinan siswa yang
dinyatakan sudah disiplin sebanyak 20 siswa atau 71%. Adapun data yang
diperoleh adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.7. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa kelas V Siklus II
Aspek
Banyaknya Siswa yang Tuntas Pertemuan
1 Pertemuan
2 Rata-rata
Prosentase (%)
Afektif Kedisiplinan Siswa
21 19 20 71
Dari Tabel 4.7 di atas dapat diperjelas pada Gambar 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.6. Grafik Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus II
Berdasarkan grafik di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif kedisiplinan siswa
sebanyak 20 siswa atau 71%, lebih rendah dari target capaian yang
ditentukan.
2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial
sebanyak 28 siswa atau 100%, sudah sesuai dengan target capaian
yang ditentukan.
3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 22 siswa
atau 79%, sudah sesuai dengan target yang ditentukan.
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara
cermat bahwa dilihat dari rata-rata nilai tiap aspek yang diperoleh siswa
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme belum
berhasil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) siswa
belum memahami langkah-langkah atau tahapan pembelajaran yang masih
21
19
20
18
18.5
19
19.5
20
20.5
21
21.5
Afektif Kedisiplinan Siswa
Pes
erta
Did
ik Y
ang
Tun
tas
Aspek yang Dinilai
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tergolong baru bagi mereka, 2) siswa belum berani mengungkapkan
gagasan/idenya sendiri, 3) siswa kurang konsentrasi dan teliti dalam
mengerjakan soal, dan 4) masih ada siswa yang suka mengganggu teman
yang lain sehingga menghambat jalannya pembelajaran. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penelitian dalam siklus II belum menunjukkan
keberhasilan dalam proses pembelajaran, maka dari itu pembelajaran PKN
perlu dilanjutkan ke siklus III dengan berpedoman pada hasil refleksi
siklus II.
3. Siklus III
Tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yakni selama 1 minggu mulai tanggal 23 April 2012 sampai
dengan 28 April 2012. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus III dilakukan pada hari Rabu, 25 April
2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang
akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada
solusi permasalahan yang muncul yakni penggunaan model pembelajaran.
Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus III akan
dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari rabu dan kamis, 25
dan 26 April 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus III adalah sebagai
berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) PKN selama 2 kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran
konstruktivisme yakni meja kelas ditata sesuai dengan jumlah
kelompok.
b) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan,
diantaranya: gambar dan kartu bernomor. Selain itu juga
menyiapkan kamera digital dan handycam untuk
pendokumentasian proses pembelajaran PKN.
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktifitas
peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran PKN berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan meliputi kemampuan guru, perilaku
berkarakter, dan keterampilan sosial peserta didik. Sedangkan untuk
lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah
disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Peneliti
disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau
pengamat.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran PKN kelas V mempelajari tentang
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam berorganisasi. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru sebagai fasilitator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pengertian
organisasi.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan nomor
absen.
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang cara
berorganisasi.
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok untuk
mendiskusikan langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam berorganisasi.
(b) Siswa berdiskusi tentang langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam berorganisasi
(c) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya serta diikuti
kegiatan tanya jawab dan berpendapat.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang
diberikan guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
2) Pertemuan ke- 2
Pertemuan ke-2 pelajaran PKN kelas V mempelajari tentang
Tugas-tugas Pengurus Organisasi. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran dengan
bantuan guru sebagai fasilitator.
(2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang jenis-jenis organisasi
sekolah.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang harus dicapai.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan nomor
absen.
(b) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam berorganisasi.
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk
mendiskusikan tugas-tugas pengurus organisasi
(b) Siswa berdiskusi tentang .tugas-tugas pengurus organisasi
dengan bermain peran.
(c) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya serta diikuti
kegiatan tanya jawab dan berpendapat.
(3) Konfirmasi
(a) Siswa bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(b) Siswa menyimak umpan balik yang diberikan guru.
c) Kegiatan Penutup
(1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu yang
diberikan guru.
(3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
c. Pengamatan atau Observasi
Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan
dalam pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
meningkatkan kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN dengan model
pembelajaran konstruktivisme. Dalam tahap ini peneliti mengadakan
kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran
PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung. Pengamatan atau observasi
dilakukan selama pembelajaran PKN berlangsung, yang meliputi: perilaku
berkarakter yaitu kedisiplinan siswa, keterampilan sosial. Selain itu juga
mengamati atau mengobservasi hasil belajar disetiap akhir pertemuan atau
pembelajaran PKN. Hasil pengamatan atau observasi selanjutnya
digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus III. Hasil pengamatan dalam
penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya presentase
dihitung dari seluruh jumlah peserta didik kelas V yaitu 28 peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
PKN berlangsung, diperoleh gambaran tentang kedisiplinan siswa dalam
pembelajaran PKN adalah aspek afektif yaitu pengamatan kedisiplinan
siswa.
Aspek Kedisiplinan Siswa
Aspek afektif kedisiplinan siswa yang diamati dalam penelitian
siklus III meliputi: (1) peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) konsistensi
dalam peraturan, (3) hukuman untuk pelanggaran, (4) penghargaan untuk
perilaku yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pada siklus III, nilai pengamatan kedisiplinan siswa sudah
mengalami peningkatan. Berdasarkan data ( lampiran 31 ) siswa yang
mendapat nilai di bawah 75 (KKM) yaitu sebanyak 3 siswa atau 10,71%
dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 25 siswa atau
89,29%. Lampiran 31 dibuat distribusi frekuensi nilai kedisiplinan siswa
kelas V yang tertera pada Tabel 14 sebagai berikut :
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Nilai Kedisiplinan Siswa Kelas V pada Siklus III
Interval Median Frekuensi Prosentase (%)
Relatif Kumulatif 70 - 73 71.5 3 10.72 10.72 74 - 77 75.5 14 50.00 60.72 78 - 81 79.5 9 32.14 92.86 82 - 85 83.5 2 7.14 100,00
Jumlah 28 100,00 Nilai rata-rata 2154 : 28 = 76,93
Ketuntasan Klasikal (25: 28) × 100 % = 89,29% Nilai dibawah KKM (3 : 28) × 100 % = 10,71%
Berdasarkan tabel 4.8 yaitu distribusi frekuensi nilai kedisiplinan
siswa kelas V Siklus III, dapat disajikan pada gambar 4.7 sebagai berikut :
Gambar 4.7. Grafik Nilai Pengamatan Kedisiplinan Siswa Siklus III
Berdasarkan grafik di atas, nilai hasil pengamatan kedisiplinan
siswa siklus III diperoleh rata-rata kelas sebesar 77. Siswa yang
3
14
9
2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
70-73 74-77 78-81 82-85
frek
uens
i
interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
memperoleh nilai 70 – 73 sebanyak 3 siswa atau 11%. Siswa yang
memperoleh nilai 74 – 67 sebanyak 14 siswa atau 50%. Siswa yang
memperoleh nilai 78 – 81 sebanyak 9 siswa atau 32%. Siswa yang
memperoleh nilai 82 – 85 sebanyak 2 siswa atau 7%.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap guru selama
pembelajaran PKN berlangsung, diperoleh pula gambaran tentang kinerja
guru atau pengajar selama mengajar (lampiran 50). Dari hasil observasi
yang di dapat pada pertemuan ke-1 dan ke-2, maka diperoleh skor rata-rata
kemampuan guru dalam mengajar sebesar 3,6 yang termasuk dalam
kategori kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik.
Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru
atau pengajar sudah baik dalam aspek (1) Menyampaikan apersepsi, tujuan
pembelajaran, dan orientasi, (2) Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran, (3) Mangaitkan materi dengan pengetahauan lain yang
relevan, (4) Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajardan karakteristik siswa, (5) Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa, (6)
Melaksanakan pembelajaran secara runtut, (7) Melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual, (8) Melaksanakan pembelajaran
yang efektif, (9) Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai metode, (10) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran, (11) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
siswa, (12) Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar,
(13) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (14)
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar,
(15) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
siswa.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus III, dapat disimpulkan
bahwa kualitas proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa serta
kedisiplinan siswa telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pada siklus II. Keberhasilan proses pembelajaran PKN dapat dilihat dari
aktivitas siswa dan guru sebagai berikut ini:
1) Bagi Guru
a) Guru dalam menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran, dan
orientasi sudah baik.
b) Guru sudah menunjukkan penguasaan materi pembelajaran.
c) Guru sudah mangaitkan materi dengan pengetahauan lain yang
relevan.
d) Guru sudah menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan
hierarki belajardan karakteristik siswa.
e) Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa.
f) Guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut.
g) Guru sudah melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
h) Guru sudah melaksanakan pembelajaran yang efektif.
i) guru sudah mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai metode.
j) Dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
sudah baik.
k) Guru sudah menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa.
l) Guru sudah menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam
belajar.
m) Guru sudah melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan).
n) Guru sudah menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik,
benar, dan lancar.
o) Guru sudahmMelakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa.
2) Bagi Siswa
a) Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran sudah baik, suasana kelas
menjadi lebih kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
b) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran sudah baik terutama
pada saat proses diskusi kelompok.
c) Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sudah baik.
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti
melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan nilai kedisiplinan
pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata
kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja siklus III yaitu aspek afektif kedisiplinan siswa yang
dinyatakan sudah disiplin sebanyak 25 siswa atau 89%. Adapun data yang
diperoleh adalah :
Tabel 4.9. Ketuntasan Kedisiplinan Siswa kelas V Siklus III
Aspek
Banyaknya Siswa yang Tuntas Pertemuan
1 Pertemuan
2 Rata-rata
Prosentase (%)
Afektif Kedisiplinan Siswa
24 25 25 89
Dari Tabel 4.9 di atas dapat diperjelas pada Gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.8. Grafik Ketuntasan Kedisiplinan Siswa Kelas V Siklus III
24
25 25
23.423.623.8
2424.224.424.624.8
2525.2
Afektif Kedisiplinan Siswa
Pes
erta
Did
ik Y
ang
Tun
tas
Aspek yang Dinilai
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Berdasarkan grafik di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Untuk aspek afektif kedisiplinan siswa dan aspek keterampilan sosial
seluruh siswa dinyatakan tuntas, dengan kata lain target capaian
indikator kinerja siklus III sudah tercapai.
2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 23 siswa
atau 82,14%, dinyatakan tuntas dan target capaian indikator siklus III
sudah tercapai.
Berdasarkan hasil refleksi siklus III dan melihat nilai kedisiplinan
siswa dalam pembelajaran PKN yang diperoleh masing-masing
pertemuan, maka pembelajaran PKN kelas V dengan menggunakan model
pembelajaran pada siklus III sudah berhasil karena sudah mencapai target
pencapaian atau sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditentukan
sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran konstruktivisme
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN kelas V
SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012
.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap. Tahap penelitian yang dilaksanakan terdiri atas 1) tahap
perencanaan tindakan; 2) tahap pelaksanaan tindakan; 3) tahap observasi dan 4)
tahap refleksi.
Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, berikut akan dikemukakan
pembahasan hasil penelitian tentang penggunaan model pembelajaran
konstruktivisme sebagai upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam
pembelajaran PKN kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar. Dari hasil
pengamatan dan analisis data yang ada dapat dilihat adanya peningkatan
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, kegiatan guru, dan peningkatan nilai
kedisiplinan siswa kelas V SD Negeri 02 Petung.
Data peningkatan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat
pada tabel 18 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.10. Peningkatan Kedisiplinan Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III.
Aspek Siklus I Siklus II Siklus III
Rata-Rata Kategori Rata-Rata Kategori Rata-Rata Kategori Afektif Kedisiplinan Siswa
70
C
71
C
77
B
Berdasarkan Tabel 4.10 kedisiplianan siswa jika dilihat dari aspek afektif
kedisiplinan siswa mengalami peningkatan, dari nilai rata-rata klasikal siklus I
hanya sebesar 70, Siklus II meningkat menjadi 71 dan Siklus III meningkat lagi
menjadi 77. Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan
kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan
guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Guru lebih mampu dalam melakukan persiapan pembelajaran, meliputi
persiapan ruang, media pembelajaran, dan mengkondisikan kesiapan siswa.
2. Guru mampu membuka pembelajaran, yaitu melakukan kegiatan absensi dan
menyampaikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.
3. Guru lebih menguasai materi pembelajaran.
4. Guru mampu melakukan strategi pembelajaran dengan tepat dan lebih baik.
5. Guru mampu meningkatkan daya tarik media dan pemanfaatannya dalam
pembelajaran.
6. Guru mampu menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme siswa.
7. Guru mampu melakukan penilaian dengan baik.
8. Guru mampu menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar,
baik,
dan benar.
9. Guru mampu menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi dan tindak
lanjut.
Dari data hasil observasi guru, diketahui bahwa terdapat peningkatan dari
siklus I, Siklus II dan siklus III. Dari rata-rata nilai siklus I sebesar 2,9, siklus II
menjadi 3,5 dan siklus III meningkat menjadi sebesar 3,67. Kemampuan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dalam pembelajaran pada siklus I, siklus II dan siklus III mengalami peningkatan
0,77. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I, siklus II,
dan siklus III disajikan pada Tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III.
Siklus I Siklus II Siklus III
Pert 1 Pert 2 Rata-Rata
Pert 1 Per 2 Rata-Rata
Pert 1 Pert 2 Rata-Rata
2,6 3,20 2,9 3,46 3,53 3,5 3,60 3,73 3,67
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat dijelaskan
pula perhitungan rata-rata nilai kedisiplinan PKN dan ketuntasan belajar PKN
siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar. Peningkatan terlihat
dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I, siklus II dan siklus III
yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Kedisiplinan Siswa dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
Nilai Rata-Rata Kedisiplinan Siswa Prosentase (%) Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
75 64.25 70.25 70.79 76.93 42.86 67.86 71.42 89.29
Berdasarkan perhitungan nilai kedisiplinan siswa rata-rata pada tabel di
atas, siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 (KKM) menunjukkan adanya
peningkatan. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan model pembelajaran
konstruktivisme dalam pembelajaran PKN kelas V dinyatakan berhasil, karena
secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai kedisiplinan siswa dalam
pembelajaran PKN.
Adapun peningkatan nilai rata-rata kedisiplinan siswa dan ketuntasan
belajar PKN dengan model pembelajaran dapat digambarkan dalam bentuk grafik
pada gambar 18 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.9. Grafik Peningkatan Nilai Kedisiplinan Siswa dan Ketuntasan Belajar PKN setiap Siklus
Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa nilai rata-rata kedisiplinan PKN pada
kondisi awal hanya 64,25 yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 70,25
meningkat pada siklus II menjadi 70,79 dan siklus III menjadi 76,93. Sedangkan
dari segi ketuntasan belajar PKN pada kondisi awal ketuntasan sebesar 42,86%
kemudian pada siklus I ketuntasan belajar meningkat sebesar 67,86%, pada siklus
II ketuntasan belajar meningkat sebesar 71,42%, pada siklus III ketuntasan
belajarar meningkat lagi sebesar 89,29%.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah guru belum dapat
menyampaikan materi dengan jelas dan kurang dapat dipahami oleh siswa
sehingga siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan model
pembelajaran konstruktivisme, guru belum memberikan motivasi baik pada
individu maupun kelompok sehingga siswa masih belum barani dalam menjawab
pertanyaan dan belum mampu bekerjasama dengan kelompoknya, guru belum
dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif sehingga
menghambat dalam penyelesaian tugas, pengelolaan waktu pun belum maksimal.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang
dilaksanakan di siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan memberikan
arahan kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja kelompok dengan
64.25
42.86
70.25 67.8670.79 71.4276.9389.29
0102030405060708090
100
Nilai Rata-rata Prosentase Ketuntasan
Nila
i / P
rose
ntas
e
Pelaksanaan Tindakan
kondisi Awal siklus I siklus II Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
model pembelajaran konstruktivisme secara tepat dan jelas, memberi perhatian
menyeluruh dan bimbingan terhadap siswa agar pembelajaran lebih kondusif dan
memberikan motivasi berupa penghargaan ataupun reward kepada siswa.
Adapun upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus II yang
dilaksanakan di siklus III dalam upaya perbaikan adalah dengan memberikan
arahan yang lebih mendalam kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja
kelompok dengan model pembelajaran konstruktivisme secara tepat dan jelas,
memberi perhatian menyeluruh dan bimbingan terhadap siswa agar pembelajaran
lebih kondusif dan memberikan motivasi berupa penghargaan atau reward kepada
siswa. Pembelajaran pada siklus III sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan
yang berarti.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa salah satu
upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN siswa
kelas V SD Negeri 02 Petung yaitu dengan menerapkan pembelajaran
konstruktivisme. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan model pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Dalam hal tersebut
siswa juga dituntut untuk lebih bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan orang
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus,
ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Penggunaan model
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan pada mata pelajaran PKN
siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Hal
ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata kedisiplinan
siswa pada mata pelajaran PKN 64,25 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar
42,86%, siklus I nilai rata-rata kedisiplinan siswa 70,25 dengan presentase ketuntasan
klasikal sebesar 67,86%, siklus II nilai rata-rata kedisiplinan siswa pada mata pelajaran
PKN 70,79 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 71,42%. Siklus III nilai rata-
rata kedisiplinan siswa pada mata pelajaran PKN 76,93 dengan presentasi ketuntasan
klasikal 89,29%. Dengan demikian penerapan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme dapat digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di
kelas V sehingga dapat meningkatkan hasil belajar PKN.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran PKN
kelas V. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal
11 April 2012 dan 12 Februari 2012, siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 April
2012 dan 19 April 2012, sedangkan siklus III dilaksanakan pada tanggal 25 April
2012 dan 26 April 2012. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah
kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam
setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus
sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu
ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan
peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan model
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan pada mata
pelajaran PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar.
Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa kelas V, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut :
a. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai materi dalam
pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kedisiplinan siswa
karena pembelajaran ini melibatkan relasi antara guru dengan siswa serta
siswa dengan siswa, siswa dituntut untuk mengembangkan ide atau
gagasannya sendiri.
Pemberian motivasi siswa pada proses pembelajaran sangat penting.
Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa
mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan
melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran.
Motivasi dapat ditanamkan pada siswa dengan memberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan
penghargaan terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Pentingnya menerapkan model pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran konstruktivisme
yang terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru.
Prosentase kedisiplinan siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya
peningkatan keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya dalam
pembelajaran. Siswa mengungkapkan pendapatnya dengan tenang, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
berebut dan tidak ramai. Siswa mentaati peraturan yang ada, serius
memperhatikan guru dan tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Siswa
lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, kemauan kerjasama
kelompok meningkat, ketelitian dan kekritisan siswa meningkat. Dengan
partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meningkat, kondisi kelas
menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya kedisiplinan siswa kelas V SD
Negeri 02 Petung meningkat.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif oleh guru untuk
menentukan strategi dan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat
meningkatkan kualitas pada proses belajar mengajar sehubungan dengan
tujuan yang akan dicapai oleh siswa.
c. Upaya-upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mata pelajaran
PKN siswa kelas V SD Negeri 02 Petung dalam penelitian ini antara lain:
1) Pemilihan model pembelajaran yang inovatif dan menarik
Dalam proses pembelajaran, model pembelajaran merupakan
strategi yang digunakan dalam pembelajaran. Maka dari itu, guru harus
memilih model pembelajaran yang inovatif dan menarik sehingga siswa
antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya
pembaharuan, siswa termotivasi dan lebih semangat untuk belajar
sehingga siswa lebih terampil dan mau berpikir.
2) Penggunaan metode yang tepat
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus dapat
memilih dan menerapkan metode yang tepat agar siswa dapat memahami
materi yang telah dipelajari secara efektif serta dapat memancing siswa
untuk mengembangkan idea tau gagasan. Penerapan metode yang kurang
tepat akan mempengaruhi belajar siswa karena dapat menimbulkan rasa
bosan atau malas pada siswa yang akan berdampak buruk pada hasil
belajar siswa.
3) Interaksi guru dan siswa
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dipengaruhi oleh
interaksi antara guru dengan siswa. Guru perlu menciptakan suasana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
keakraban dengan siswa sehingga siswa akan lebih nyaman dalam
mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan akibatnya siswa menyukai
pelajaran yang diikutinya juga. Guru yang kurang berinteraksi dengan
siswa secara akrab dapat menyebabkan terhambatnya proses
pembelajaran. Hal ini akan berdampak pada rendahnya nilai siswa.
4) Memberi motivasi kepada siswa
Guru harus menciptakan suasana belajar yang kondusif yang
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik sehingga siswa
termotivasi untuk aktif berpikir, memusatkan perhatian dan
melaksanakan kegiatan yang menunjang keberhasilan belajar. Motivasi
dapat ditanamkan kepada siswa dengan memberikan kesempatan
berpartisipasi dalam pembelajaran dan pemberian penghargaan jika
siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
model dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai
oleh siswa SD Negeri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar peserta didik. Adanya kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran PKN melalui penggunaan model pembelajaran
konstruktivisme harus di atasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu aspek-
aspek kedisiplinan harus diperhatikan sehingga mendukung keberhasilan
pembelajaran khususnya PKN.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan model, media
dan metode pembelajaran yang tepat dan tersistem sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa
menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan
bermakna. Hal ini membuat peserta didik tidak mudah bosan dan tetap
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Dalam setiap pembelajaran guru hendaknya selalu melibatkan
penggunaan media pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat
memberikan kemudahan terhadap peserta didik untuk lebih memahami
konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu
memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
3. Bagi Siswa
Siswa harus bisa meningkatkan kedisiplinannya, mengembangkan
inisiatif, kreatif, aktif, motivasi belajar dan meningkatkan keberanian
menyampaikan gagasannya sendiri dalam proses pembelajaran untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama, hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran Tematik yang melibatkan penggunaan media
pembelajaran secara sistematis sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut dilakukan guna memperbaiki
kekurangan yang ada, serta agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88