penggunaan metode belajar numbered head …... · (studi kasus mata pelajaran biologi pada materi...
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN METODE BELAJAR
(NHT) DISERTAI PETA KONSEP DAN DITINJAU DARI MOTIVASI
(Studi Kasus Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan Di SMP Negeri I Menden
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat MagisterProgram Studi Pendidikan Sains
Minat Utama
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGGUNAAN METODE BELAJAR NUMBERED HEAD TOGETHER DISERTAI PETA KONSEP DAN LKS
DITINJAU DARI MOTIVASI DAN KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan Di SMP Negeri I Menden Tahun Ajaran 2009/2010)
TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Pendidikan Biologi
Oleh : Dwi Setyo Astuti
S.830908010
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
NUMBERED HEAD TOGETHER
(Studi Kasus Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan Di SMP Negeri I Menden
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister
PERSETUJUAN
PENGGUNAAN METODE BELAJAR NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA KONSEP DAN LKS DITINJAU DARI MOTIVASI DAN
KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Di SMP Negeri I Menden Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan
Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun Oleh :
Dwi Setyo Astuti
S.830908010
Telah disetuhui oleh Tim Pembimbing :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha S, M Pd ......................... ………….
NIP 195201161980031001
Pembimbing II Dr. Sugiyarto, MSi . ....................... ………….
NIP 196704301992031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd
NIP 195201161980031001
PENGESAHAN
PENGGUNAAN METODE BELAJAR NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA KONSEP DAN LKS DITINJAU DARI MOTIVASI DAN
KREATIVITAS SISWA
(Studi Kasus Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan Di SMP Negeri I Menden
Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun oleh :
Dwi Setyo Astuti
S830908010
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Ashadi .................... ................... NIP. 195101021975011 001 Sekretaris Dra. Suparmi, MA.,Ph.D ..................... .................. NIP. 19520915197603 2 001
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd ..................... ................... NIP. 195201161980031 001 2. Dr. Sugiyarto, M. Si ..................... ................... NIP. 196704301992031 002
Mengetahui
Direktur Ketua Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd NIP 19570820 198503 1 004 NIP 19520116 198003 1 001
PERNYATAAN
Nama : Dwi Setyo Astuti
NIM : S830908010
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “PENGGUNAAN
METODE BELAJAR NUMBERED TOGETHER (NHT) DISERTAI PETA
KONSEP DAN LKS DITINJAU DARI MOTIVASI DAN KREATIVITAS
SISWA (Studi Kasus Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Pertumbuhan Dan
Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan Di SMP Negeri I Menden Tahun Ajaran
2009/2010) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam Tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2010 Yang Membuat Pernyataan, Dwi Setyo Astuti
MOTTO :
Selalu Berfikir Dan Bergerak Sesuai Qur’an Hadist
(Penulis)
Selalu Percaya KepadaNya Bahwa Keajaibannya Benar-Benar Ada, Bila Kau Memintanya
(Penulis)
Persembahan:
Sang Maha Perkasa Allah SWT, yang senantiasa memberi ketegaran pada
lemah hati dan raga ini,
terimakasih Yaa Robb
Ayah dan Bunda tercinta, sumber inspirasi terbesar dalam hidupku.
Adikku tersayang, yang membuatku merasa memiliki sahabat terbaik di dunia
Sahabat-sahabat yang menjadikan hidupku tak pernah sepi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis
ini. Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin dapat terselesaikan. Dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, MSc. Ph.D. selaku Direktur Program PascaSarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Sains,
Program PascaSarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta serta dosen
pembimbing dalam penyusunan tesis ini.
3. Dra. Suparmi, MA. Ph.D. selaku Sekretaris Program Pendidikan Sains,
Program PascaSarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus tim
penguji tesis ini.
4. Dr. Sugiyarto, MSi, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan tesis ini.
5. Prof. Dr. Ashadi selaku tim penguji tesis ini.
6. Keluargaku tercinta atas dorongan dan partisipasinya dengan penuh
kesabaran.
7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Pendidikan Sains, Program
PascaSarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan semua pihak yang
membantu terselesainya tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
kekurangan. Demi kesempurnaan tesis ini, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................ iv
MOTTO ....................................................................................... ............. v
PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.............................................................................. vii
DAFTAR ISI.............................................................................. .............. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................... ................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. .............. xiv
ABSTRAK ................................................................................... .............. xvi
BAB. I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah....................................................... ............... 9
C. Pembatasan Masalah...................................................................... 10
D. Perumusan Masalah........................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 11
F. Manfaat Penelitian........................................................................ 12
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,
HIPOTESIS................................................................................ 14
A. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 14
B. Penelitian Yang Relevan................................................................. 56
C. Kerangka Berpikir........................................................................... 58
D. Hipotesis......................................................................................... 64
BAB. III. METODE PENELITIAN......................................................... 65
A. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 65
B. Populasi dan Sampel...................................................................... 65
C. Rancangan Penelitian..................................................................... 66
D. Variabel Penelitian......................................................................... 68
E. Teknik Pengambilan Data.............................................................. 73
F. Instrumen Penelitian....................................................................... 74
G. Uji Ciba Instrumen ......................................................................... 75
H. Teknik Analisis Data...................................................................... 80
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................... 85
A. Deskripsi Data ............................................................................... 85
B. Pengujian Prasyarat Analisis ......................................................... 91
C. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 93
D. Pembahasan Hasil Analisis ........................................................... 101
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 112
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................ 113
A. Kesimpulan .................................................................................. 113
B. Implikasi....................................................................................... 115
C. Saran ............................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 118
LAMPIRAN ……………………………………………………………. 120
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Ulangan Akhir semester I Kelas IX SMP Negeri I Menden
Tahun Ajaran 2009/2010 ……………………………………. 2
2.1 Jadwal Penelitian …………………………………………… 65
3.1 Rancangan Penelitian ………………………………………. 66
4.1 Tata Letak Data ………………………………..…………… 72
5.1 Data Skor Motivasi …………………………………………. 86
6.1 Data Skor Kreativitas ………………………………………. 87
7.1 Data Skor Prestasi Belajar …………………………………. 89
8.1 Data Analisis General Linear Model ………………………. 93
9.1 Data Rangkuman Analisis GLM …………………………… 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Metamorfosis Kupu-kupu…………………………………….. 54
2.1 Metamorfosis Katak ………………………………………… 55
3.1 Kerangka Berpikir …………………………………………... 57
4.1 Grafik Skor Motivasi Berkategori Tinggi………………........ 86
4.2 Grafik Skor Motivasi Berkategori Rendah.........………........ 86
4.3 Grafik Skor Kreativitas Berkategori Tinggi……………........ 88
4.4 Grafik Skor Kreativitas Berkategori Rendah…….…......…... 88
4.5 Grafik Skor Prestasi Belajar Dengan Peta Konsep …......….. 89
4.6 Grafik Skor Prestasi Belajar Dengan LKS…….....……….… 90
4.7 BoxPlot Prestasi Belajar Dengan Peta Konsep……………... 90
4.8 BoxPlot Prestasi Belajar Dengan LKS …………………….. 90
5.1 Uji Normalitas Prestasi Belajar Menggunakan Peta Konsep 91
5.2 Uji Normalitas Prestasi Belajar Menggunakan LKS ………. 91
6.1 Uji Homogenitas Prestasi Belajar …………………………… 92
7.1 Uji Lanjut Anava Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap
Prestasi Belajar Siswa ……………………………………...... 96
7.2 Uji Lanjut Anava Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi Belajar 97
7.3 Uji Lanjut Anava Pengaruh Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar 98
7.4 Uji Lanjut Anava Interaksi Antara Metode Pembelajaran Dengan
Motivasi Terhadap Prestasi Belajar ………………………...... 99
7.5 Uji Lanjut Anava Interaksi Antara Metode Pembelajaran Dengan
Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar ……………………….. 99
7.6 Uji Lanjut Anava Interaksi Antara Motivasi Dengan Kreativitas
Terhadap Prestasi Belajar ……………………………………. 100
7.7 Uji Lanjut Anava Interaksi Antara Metode Pembelajaran,
Motivasi, Dan Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar ………… 101
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus………….................................................................. 121
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Peta Konsep ……….. 125
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran LKS ………………… 146
4. Peta Konsep ……………………………………………… 158
5. Daftar Nama Siswa Dan Nilai Try Out …………………… 164
6. Kisi-kisi Angket Motivasi Try Out ………………………. 166
7. Angket Motivasi Try Out ………………………………… 168
8. Kisi-kisi Angket Kreativitas Try Out …………………….. 177
9. Angket Kreativitas Try Out ………………………………. 178
10. Kisi-kisi Soal Try Out ……………………………………. 187
11. Soal Tes Try Out …………………………………………. 189
12. Sebaran Nilai Tes Prestasi ................................................... 199
13. Sebaran Nilai Angket Motivasi............................................. 200
14. Sebaran Nilai Angket Kreativitas......................................... 201
15. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Angket Dan Soal Tes
Try Out 202
16. Daftar Nama Dan Nilai Siswa Penelitian …………………. 212
17. Kisi-kisi Dan Soal Tes……………………………………… 216
18. Kisi-kisi Dan Angket Motivasi ……………………………. 228
19. Kisi-kisi Dan Angket Kreativitas……………………….…. 239
20. Uji Prasyarat Analisis …………………………………….… 249
21. Uji General Linear Model ………………………………… 260
22. Uji Lanjut Analisys Of Mean………..…………………….. 262
23. Sintak………………………………………………………. 268
22. Foto-foto Proses Pembelajaran……………………………. 265
1
ABSTRAK Dwi Setyo Astuti, S830908010. “Penggunaan Metode Belajar Numbered
Head Together (NHT) disertai Dengan Peta Konsep dan LKS ditinjau dari Motivasi dan Kreativitas siswa” (Studi Kasus Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Perumbuhan Dan Perkembangan Di SMP NEGERI I Menden Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Tesis : Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd; Pembimbing II : Dr. Sugiyarto, M.Si. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.2010.
Numbered Head Together adalah suatu metode pembelajaran yang membantu siswa dalam proses belajar kelompok dimana setiap siswa memiliki nomor anggota mereka. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai dengan Peta Konsep dan LKS, motivasi belajar, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
Penelitian menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari bulan agustus sampai Januari 2010, dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP N I Menden tahun pelajaran 2009/2010. Sampel penelitian diambil menggunakan Cluster Random Sampling, terdiri dari 4 kelas, kelas VIIIB dan VIIIE menggunakan NTH dengan Peta Konsep , dan kelas VIIIA dan VIIIF menggunakan NHT dengan LKS. Data dikumpulkan menggunakan tes untuk prestasi belajar dan kuisioner untuk motivasi dan kreativitas. Pengujian hipotesis menggunakan Anova desain faktorial 2x2x2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Prestasi belajar siswa dengan metode NHT menggunakan Peta Konsep lebih tinggi daripada pembelajaran NHT dengan LKS 2) Prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah 3) Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan kreativitas rendah 4) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi terhadap prestasi belajar; 5) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar; 6) tidak terdapat interaksi antara motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar; 7) tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar Kata Kunci : Numbered Head Together, Peta Konsep, LKS, Motivasi, dan
Kreativitas
ABSTRACT Dwi Setyo Astuti, S830908010. “The Use Of The Numbered Head Together (NHT) Through Learning Method Of Concept Maps And Student’s Work Sheet Overview From Students Motivation And Creativity “ (The Case Study On Growth And Development Of Plants And Animals At SMP N I Menden, Academic Year 2009/2010). Thesis : Advisor I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ; Advisor II : Dr. Sugiyarto, M.Si. The Post Graduate Program Of Sebelas Maret University, Surakarta, 2010.
Numbered Head Together is a learning method to help students in to learn in small group where everybody has its own number. The puspose of the research were to know the effect of the used of NHT learning method through concept maps and student work sheet, student motivation, and creativity to the student achievement.
The research used experimental method and was conducted from June to December, academic year 2009/2010. The population was all student in grade VIII SMP I Menden, and the sample was taken using cluster random sampling, consisted 4 classes, class VIIIB and VIIIE were treated using NHT with Concept Maps, and class VIIIA and VIIIF were treated using NHT with student work sheet. The data was collected using test method for student achievement and questinare for the student motivation and creativity. The hypotheses were tested using Anova with 2x2x2 factorial design, using GLM technique The results showed that : 1) The achievement of students that learn using NHT with concept maps was higher than those who learn using NHT with student work sheet 2) The achievement of studens who have high motivation was higher than those who have lower motivation 3) The achievement of students who have high creativity was higher than those who have lower creativity 4) There is no interaction between learning method and motivation to the student’s achievement 5) There is no interaction between learning method and creativity to the student’s achievement6) There are no interaction between motivation and creativity to the student’s achievement 7) there are no interaction between learning method, motivation, and creativity to the student’s achievement. Key Words : Numbered Head Together, Concept Maps, Student Work Sheet,
Motivation, and Creativity.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia.
Pendidikan bagi manusia adalah proses menemukan dan mengembangkan diri dalam
keseluruhan dimensi kepribadian. Adapun fungsi pendidikan adalah untuk
membimbing manusia kearah suatu tujuan yang bernilai tinggi, yaitu agar manusia
tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilannya serta memiliki sikap yang
benar. Pendidikan informal dapat diberikan kepada anak sejak dini oleh keluarga dan
lingkungan tempat ia berada. Sedangkan pendidikan formal dapat diperoleh di
sekolah-sekolah ataupun lembaga pendidikan yang berperan mendidik dan
mempunyai tujuan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
mampu beradaptasi dengan IPTEK.
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja,
direncanakan, dengan bimbingan guru serta pendidik lainnya. Kegiatan belajar
sangat diperlukan, mengingat semakin banyak dan semakin tingginya tuntutan
kehidupan masyarakat. Setiap jenjang dan jenis pendidikan disediakan untuk
menyiapkan siswa agar mampu memenuhi tuntutan tersebut. Ada dua pendekatan
dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah, yaitu pendekatan yang mengutamakan
hasil belajar dan yang menekankan proses belajar. Sesungguhnya antara kedua
pendekatan tersebut tidak terdapat perbedaan prinsipil, sebab suatu hasil belajar yang
baik akan diperoleh melalui proses yang baik, dan sebaliknya proses belajar yang
baik akan memberi hasil yang baik pula.
Pendidikan Biologi seharusnya lebih mengutamakan hasil belajar dengan
menekankan proses memperoleh ilmu tersebut. Fakta menunjukkan bahwa nilai
Biologi menduduki peringkat paling bawah dibandingkan nilai pelajaran IPA lainnya
yaitu Fisika dan Kimia. Tujuan pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa telah
memiliki kemampuan untuk menguasai materi yang telah diajarkan dan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Keberhasilan pembelajaran biasanya dapat dilihat dari
nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai tersebut
dapat berupa nilai ulangan harian, nilai tes semester, nilai rapot dan nilai ujian.
Namun pada kenyataan sehari-hari masih banyak nilai siswa yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini yang
menunjukkan nilai Ulangan Akhir Semester I (UAS I) siswa pada mata pelajaran
Biologi VIII Semester I tahun pelajaran 2007/2008 SMP Negeri I Menden.
Tabel 1.1. Nilai Ulangan Akhir Semester I Kelas IX SMP Negeri 1 Menden Tahun Pelajaran 2007/2008
No Kelas KKM Tuntas
(siswa)
Tidak tuntas
(siswa)
Jumlah
(siswa)
Prosentase
Ketuntasan
1 IX A 55 23 17 40 57,5 %
2 IX B 55 23 16 39 59 %
3 IX C 55 23 17 40 57,5 %
4 IX D 55 26 14 40 65 %
5 IX E 55 25 15 40 62,5 %
6 IX F 55 22 16 38 58 %
Dari tabel di atas dapat dilihat masih banyak siswa yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal, ini mencerminkan ketidakberhasilan tujuan
pembelajaran. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan tersebut dapat
dilihat dari beberapa segi. Antara lain faktor siswa, guru, sarana, sumber belajar,
lingkungan atau suasana pembelajaran, sistem penilaian, dan kurikulum.
Biologi masih dianggap sebagai bagian dari pelajaran IPA yang sulit untuk
dikuasai dikarenakan cakupan materinya yang sangat luas dan terkadang bersifat
abstrak. Oleh karena itu, sangat diperlukan upaya perbaikan dalam sistem
pembelajaran Biologi sehingga dapat meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan.
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua peserta didik
kepada tujuan yang diharapkan. Dalam dunia pendidikan usaha tersebut mengalami
banyak kendala, diantaranya adalah kurangnya fasilitas penunjang pendidikan,
pembenahan dan penyempurnaan kurikulum, profesionalitas guru, serta inovasi
dalam pembelajaran.
Ditinjau dari segi siswa, masih banyak proses pembelajaran yang berlangsung
dengan menempatkan siswa sebagai objek dan kegiatan pembelajaran tidak berpusat
pada siswa melainkan pada guru. Aktivitas belajar siswa menjadi sangat rendah
karena mereka cenderung hanya mendengarkan ceramah dan pemberian informasi
dari guru. Proses pembelajaran siswa seperti ini tidak memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Mereka sudah terbiasa
menerima informasi yang telah tertata dengan baik dan efisien, tidak dengan cara
belajar melalui penemuan konsep dan eksplorasi sendiri.
Heterogenitas siswa juga menjadi faktor yang ikut menetukan keberhasilan
proses belajar di kelas. Siswa memiliki banyak perbedaan antara satu dengan yang
lain baik dalam kecerdasan, kepribadian, dan latar belakang siswa. Perbedaan
tersebut bisa menjadi faktor yang menghambat proses pembelajaran di kelas.
Persaingan yang dangkal, kesenjangan antar siswa, hilangnya motivasi, hingga
dominasi kelas oleh siswa-siswa tertentu merupakan beberapa dampak buruk dari
heterogenitas siswa dalam kelas. Heterogenitas siswa dalam kelas akan selalu ada
dan merupakan hal yang sangat alami pada diri siswa. Perbedaan pada siswa
bukanlah hal yang harus dihilangkan, melainkan adalah sesuatu yang harus disikapi
dengan bijak agar menjadi faktor yang menguntungkan bagi siswa, khususnya dalam
proses pembelajaran.
Oleh karena itu guru dituntut untuk mampu dan mau melakukan
pengembangan dan pembaharuan pembelajaran. Hal tersebut terkait dengan
keberhasilan yang akan dicapai dalam proses belajar siswa. Dari dahulu
permasalahan yang sering dialami siswa adalah mereka kurang maksimal dalam
menerima dan menguasai pelajaran yang telah disampaikan guru kepada mereka,
sehingga hasil belajar yang dicapai siswa masih jauh dari tujuan yang ditetapkan.
Dalam hal ini guru diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan jalan
melakukan inovasi dan pemilihan pendekatan serta metode pembelajaran yang tepat.
Prinsip umum penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran adalah
bahwa tidak semua pendekatan dan metode pembelajaran cocok digunakan untuk
mencapai semua tujuan pembelajaran. Hal demikian disebabkan karena setiap
pendekatan maupun metode pembelajaran memiliki kekhasan masing-masing. Salah
satu pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning).
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kelompok kecil supaya siswa-
siswa dapat berkerjasama dalam kelompok untuk mempelajari isi kandungan
pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. Secara dasarnya, pembelajaran
kooperatif melibatkan siswa bekerjasama dalam mencapai satu-satu objektif
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki perbedaan dengan strategi
pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif bersifat lebih menekankan kepada
proses kerja sama dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyana (2004
:244) yang menyatakan bahwa ”pelajaran kooperatif adalah pelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan”. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim tersebut.
Menurut Slavin (2010), ”The pattern of research findings supports the utility
of cooperative learning methods in general for increasing student achievement,
positive race relations in desegregated schools, mutual concern among students,
student self-esteem, and other positive outcomes”. Ada banyak alasan yang membuat
pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Pembelajaran
kooperatif digunakan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga
akibat positif lainnya adalah dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah, dan meningkatkan rasa harga diri.
Alasan lain pemilihan pembelajaran kooperatif adalah peserta didik secara aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri, dan akan lebih mudah menemukan serta
mengerti tentang suatu konsep.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting. Tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu
meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang
kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Tujuan yang kedua,
pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut
antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan
penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode pembelajaran,
diantaranya adalah Number Head Togethers (NHT). NHT merupakan metode
pembelajaran yang menekankan keaktifan dan kerja sama antar siswa. Pembelajaran
menggunakan metode NHT membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok
kecil, dan setiap kelompok beranggotakan 5-7 siswa. Guru memberikan nomor
kepada masing-masing siswa dalam setiap kelompok. Setiap kelompok diberi tugas
untuk didiskusikan dan diselesikan bersama dalam kurun waktu tertentu. Setelah itu
guru akan memanggil nomor siswa secara acak. Siswa dengan nomor yang
disebutkan guru dari setiap kelompok bertugas untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok mereka. Dengan demikian setiap siswa dalam dimasing-masing kelompok
diharapkan dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga menuntut kerja
sama dalam kelompok tersebut.
Guna memaksimalkan efetivitas penggunaan metode NHT, maka dapat
dibantu dengan menggunakan Peta Konsep dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Menurut Martinis Yamin (2008 : 144) ”peta konsep adalah pernyataan tentang
hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-
proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan
oleh kata-kata dalam suatu unit semantik”. Belajar bermakna akan memberikan
makna apabila dihubungkan dengan konsep-konsep yang memiliki arti yang lebih
luas dan berkembang.
LKS berisi pertanyaan, pernyataan, dan suruhan yang bertujuan untuk
menanamkan konsep atau prinsip bagi siswa secara utuh, sistematis dan diyakini
kebenarannya. Penggunaan LKS dapat melatih siswa untuk menemukan dan
mengembangkan keterampilan proses serta memberi pedoman bagi guru dan siswa
dalam pencapaian pemahaman konsep. LKS dapat menjadi suatu alternatif bagi guru
untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai
variasi dalam kegiatan belajar mengajar. LKS tersebut tentunya harus dapat
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mendukung siswa untuk
lebih termotivasi yang mengarah pada penguasaan materi.
Selain faktor-faktor eksternal yang telah diuraikan di atas, terdapat faktor-
faktor internal dalam diri siswa yang juga sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan pendidikan serta prestasi belajar. Faktor-faktor internal yang berpengaruh
diantaranya adalah motivasi belajar dan kreativitas siswa. Motivasi merupakan salah
satu diterminan penting dalam belajar. Motivasi berhubungan dengan arah perilaku.
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan. Motivasi mendorong
dan mengarah minat belajar untuk tercapainya suatu tujuan. Motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena
faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan
belajar.
Motivasi pada dasarnya sangat membantu dalam memahami dan menjelaskan
perilaku individu, termasuk perilaku yang sedang belajar. Ada peranan penting
dalam motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan
hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang
hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d)
menetukan ketekunan belajar.
Kreativitas diartikan sebagai pribadi yang mempunyai ciri-ciri pokok yang
ditunjukkan dengan kelincahan mentalnya untuk berfikir dari dan keseluruh arah,
fleksibelitas konseptal dan orisinilitas untuk melahirkan ide, gagasan, ilham,
pemecahan, cara baru dan penemuan. Ditinjau dari aspek kognitf, kreativitas
berkaitan degan intelegensi dan ciri-ciri dalam kreativitas. Berkaitan dengan masalah
intelegensi sampai pada batas tertentu mempunyai hubungan yang cukup kuat
dengan kreativitas. Pada orang dengan IQ di atas 120 bisa kreatif atau tidak kreatif,
sehingga tanpa kecerdasan, kemampuan kreatif tidak akan terbentuk. Ada empat
komponen ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif yaitu; kelancaran, keluwesan,
keterincian, dan keterampilan mengevaluasi. Kemampuan berfikir kreatif ini
selanjutnya disebut dengan kemampuan divergen.
Dalam mata pelajaran Biologi, materi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tumbuhan Dan Hewan memiliki cakupan materi yang cukup luas. Oleh karena itu,
dalam mempelajari materi ini memerlukan suatu pendekatan dan metode
pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memaksimalkan aktivitas belajar serta
pencapaian prestasi siswa.
B. Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar siswa untuk Mata Pelajaran Biologi masih rendah ditandai dengan
nilai yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
2. Siswa masih menganggap Biologi sebagai bagian dari pelajaran IPA yang sulit
untuk dikuasai.
3. Dalam proses pembelajaran masih didomonasi oleh guru.
4. Aktivitas belajar siswa menjadi sangat rendah karena mereka cenderung hanya
mendengarkan ceramah dan pemberian informasi oleh guru.
5. Guru belum melakukan pengembangan dan pembaruan model pembelajaran yang
variatif dan efektif.
6. Siswa kurang termotivasi karena penggunaan metode pembelajaran yang
monoton.
7. Terbatasnya kemampuan guru dalam membuat variasi model pembelajaran.
8. Siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan kemampuan yang berbeda-
beda ini kurang diperhatikan oleh guru.
9. Banyak model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran Biologi,
namun guru Biologi belum banyak menguasainya.
10. Cakupan materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan sangat
luas sehingga menyulitkan siswa menangkap konsep dari pelajaran tersebut.
C. Pembatasan Masalah
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT
yang disertai Peta Konsep dan LKS.
2. Motivasi belajar siswa dalam pelajaran dikategorikan tinggi dan rendah.
3. Kreativitas belajar siswa dalam pelajaran dikategorikan tinggi dan rendah.
4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan dan
Perkembangan Tumbuhan Dan Hewan.
5. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri I Menden.
6. KKM yang digunakan adalah KKM SMP Negeri I Menden.
7. Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi pada aspek penialian kognitif.
D. Perumusan Masalah
1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT disertai
Peta Konsep dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi?
2. Adakah pengaruh motivasi siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Biologi?
3. Adakah pengaruh kreativitas siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Biologi?
4. Adakah interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai
Peta Konsep dan LKS dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar Biologi?
5. Adakah interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai
peta konsep dan LKS dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi?
6. Adakah interaksi antara motivasi dan kreativitas siswa yang berkategori tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi?
7. Adakah interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai
Peta Konsep dan LKS dengan motivasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar Biologi?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
disertai Peta Konsep dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi.
2. Mengetahui pengaruh motivasi siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Biologi.
3. Mengetahui pengaruh kreativitas siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Biologi.
4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
disertai Peta Konsep dan LKS dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar
Biologi.
5. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
disertai Peta Konsep dan LKS dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
Biologi.
6. Mengetahui interaksi antara motivasi dan kreativitas siswa yang berkategori
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi?
7. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
disertai Peta Konsep dan LKS dengan motivasi dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar Biologi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
terlebih bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan terutama tentang
penggunaan model pembelajaran.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
c. Menyediakan alternatif model pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi siswa
dalam mempelajari materi biologi.
d. Untuk mengetahui pengaruh antara motivasi dan kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
e. Untuk melihat dan menganalisis interaksi antara penggunaan model belajar NHT
yang disertai peta konsep dan LKS terhadap prestasi siswa ditinjau dari motivasi
dan kreativitas siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap upaya peningkatan kompetensi
siswa dalam pembelajaran.
b. Memberikan gambaran implementasi pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
disertai Peta Konsep dan LKS dalam pembelajarn Biologi.
c. Memotivasi para guru Biologi pada khususnya dan pada guru-guru lain pada
umumnya untuk melakukan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran,
terutama dalam pengembangan dan implementasi model pembelajaran sesuai
dengan karakteristik KD/ Materi Pokok/ Materi Ajar yang hendak diajarkan dan
juga karakteristik siswanya.
d. Memberi masukan pada guru Biologi pada khususnya dan guru-guru lain pada
umumnya dalam memilih metode, strategi, pendekatan, dan motode
pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kondisi
yang ada.
e. Memberikan wacana atau pemikiran bagi para guru Biologi khususnya dan guru-
guru lain umumnya untuk menciptakan suasana belajar di kelas yang kooperatif,
demokratis, aktif, kreatif, dan menyenangkan.
f. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru Biologi tentang penelitian model dan
pendekatan belajar yang digunakan dalam pembelajaran Biologi di SMP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar Dan Teori Belajar
a. Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut
Muhibbin Syah (2004: 89) “Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan
sangat tergantung pada poses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri”. Belajar adalah
kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses belajar hampir selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
upaya kependidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan
dan makna yang terkandung dalam belajar.
Sedangkan menurut Suhaenah Suparno (2000 : 2), “Dalam pengertian yang
umum belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relativ
permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya”. Dalam kenyataan,
perubahan dalam bentuk respon-respon sebagai hasil belajar ada yang mudah dilihat,
tetapi ada pula yang sifatnya potensial, artinya tidak segera terlihat. Respon tersebut
biasanya merupakan hasil dari kegiatan-kegiatan yang diperkuat. Perubahan-
perubahan pada perilaku itu juga merupakan hasil pengulangan-pengulangan yang
berdampak memperbaiki kualitas perilakunya.
b. Teori Belajar
1). Teori Belajar Kognitif menurut Piaget.
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang
tahapan perkembangan individu. Dikemukakan oleh Ratna Willis (1989 : 152),
”Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat intelektual sebagai
berikut : a) sensori motor, b) pra operasional, c) operasional konkret, dan d) operasi
formal”. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu
yaitu asimilasi dan akomodasi. Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya. Guru hendaknya
banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) dengan ciri-ciri perkembangan pada
tahap ini adalah : a) Pertumbuhan kemampuan anak dilihat dari kegiatan motorik dan
persepsinya b) Dilakukan langkah demi langkah c) Melihat dirinya berbeda dari
orang di sekitarnya d) Lebih banyak memakai indra pendengaran dan penglihatan e)
Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun) dengan ciri-ciri perkembangan pada
tahap ini adalah : a) telah mampu menggunakan penglihatannya dengan baik ditandai
dengan mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok b)
tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda namun mampu
mengurutkan barang sesuai dengan kriteria c) mulai mengetahui hubungan secara
logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks d) memperoleh prinsip-prinsip secara
benar.
Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun) dengan ciri-ciri
perkembangan pada tahap ini adalah : (1) sudah mulai menggunakan aturan-aturan
yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversibel dan kekekalan (2) telah memiliki
kecakapan berfikir logis namun hanya benda-benda yang bersifat konkret (3) mampu
melakukan pengklasifikasian namun masih tetap berfikir abstrak.
Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) dengan ciri-ciri
perkembangan pada tahap ini adalah : a) mampu berfikir abstrak dan logis dengan
menggunakan pola pikir kemungkinan b) bekerja secara sistematis dan efektif c)
menganalisis secara kombinasi.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing. Memberikan peluang kepada anak agar belajar sesuai tahap perkembangannya.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temannya.
Siswa SMP atau yang sederajat menurut Piaget masuk pada pekembangan
kognitif pada tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa SMP yang telah
merupakan seorang remaja akan mampu berpikir secara logis dan teoritis formal
berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil keputusan lepas
dari apa yang diamati saat itu. Pada tahap perkembangan kognitif ini menekankan
pentingnya kegiatan siswa yang aktif dalam mengonstruksi pengetahuan. Dengan
pembelajaran menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) siswa akan
dikondisikan untuk aktif dalam pembelajaran secara berkelompok. NHT yang
disertai Peta Konsep akan membantu siswa untuk belajar membangun konsep yang
bersifat abstrak maupun konkret serta berpikir secara sistematis dan efektif.
Sedangkan pembelajaran menggunakan NHT dengan LKS akan mengaktifkan siswa
mengolah bahan ajar, mengerjakan soal, dan mencerna bahan atau materi dengan
kritis, sehingga siswa akan menguasai bahan ajar dengan baik.
2) Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Ratna Willis (1989 : 49), ”Para ahli psikologi
pemrosesan-informasi menguraikan peristiwa-peristiwa psikologi sebagai
transformasi-transformasi dari input ke output. Informasi mula-mula diterima oeh
reseptor, lalu masuk ke registor penginderaan”. Dalam hal ini kondisi individu yang
sedang belajar ikut berperan dalam pemrosesan informasi, yakni kondisi internal
maupun eksternal. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, a) motivasi b) pemahaman c) pemerolehan
d) penyimpanan e) ingatan kembali f) generalisasi g) perlakuan dan h) umpan balik.
Dengan pembelajaran menggunakan NHT disertai Peta konsep pada materi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan, siswa akan mendapatkan
informasi tentang materi pelajaran dari guru dan dari hasil berdiskusi, kemudian
siswa akan menuangkan rangkaian pengetahuan mereka dalam suatu peta konsep.
Dalam hal ini siswa telah melakukan pemrosesan informasi berupa materi yang
berasal dari guru dan berdiskusi (input) menjadi output berupa peta konsep ataupun
konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif mereka. Sedangkan pembelajaran
menggunakan NHT disertai LKS akan membantu siswa secara aktif berdiskusi untuk
menjawab soal dengan bimbingan guru, membuat kesimpulan dan merumuskan
suatu rumusan dengan kata-kata mereka sendiri. Dalam kegiatan ini siswa juga telah
melakukan memrosesan informasi.
3) Teori Vygostky
Vygostky mengembangkan pemahaman mengenai belajar dari sisi yang
hampir sama dengan Piaget. Vigostky lebih menekankan perlunya konsensus sosial
dalam proses menguasai pengetahuan. Pandangannya hampir sama dengan Bruner
sedangkan pandangan tentang perkembangan mental sangat berbeda dengan para
kognitifis lain. Vigostky lebih menekankan bahwa proses perkembangan terjadi
secara dinamis dari lahir hingga mati. Proses perkembangan mental ini sangat
dipengaruhi oleh sosiokultural tempat pembelajar tinggal. Vygostky
memperkenalkan ide tentang Zona Of Proximal Development (ZPD). ZPD
didefinisikan sebagai fungsi yang belum matang tetapi masih dalam proses
pematangan. Pandangan ini sangat jelas mengisyaratkan pandangan Vygostky yang
membedakan antara perkembangan dengan belajar. Belajar tidak sama dengan
perkembangan, tetapi terkait yaitu bahwa belajar menyebabkan proses perkembangan
terjadi. Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus,
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan
dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Pembelajaran kooperatif selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa
peningkatan prestasi belajar peserta didik juga mempunyai dampak pengiring seperti
relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, meningkatkan
harga diri, dan pemberian pertolongan kepada yang lain. Sedangkan penggunaan
metode Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk memaksimalkan hasil dari proses pembelajaran tersebut. Sesuai teori belajar
Vygotsky, bahwa lingkungan sosial dan kultural juga akan mempengaruhi proses
perkembangan mental seseorang. Dalam proses pembelajaran menggunakan NHT
dengan peta konsep maupun LKS pada materi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan dan hewan, siswa harus bekerjasama dalam kelompok mereka untuk
mendiskusikan, menganalisis, menyimpulkan, dan menyelesaikan semua tugas yang
diberikan pada mereka. Dengan demikian mereka telah melakukan suatu proses
social learning.
4) Teori Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut Ratna
Willis (1989 : 110), “Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi disajikan pada siswa,
melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyakut cara bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada”. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar bermakna
ialah sturktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu
bidang studi tertentu pada waktu tertentu.
Pengunaan peta konsep dan LKS dalam pembelajaran Numbered Head
Together (NHT), akan membantu siswa dalam proses belajar kelompok untuk
mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki
sebelumnya. Materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan
merupakan materi yang sudah tidak terlalu asing bagi para siswa. Siswa dapat
menjumpai proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sehingga mereka sudah memperoleh konsep konkret
dalam hal ini. Dalam proses pembelajaran menggunakan NHT dengan peta konsep
dan LKS, siswa akan mendiskusikan, menganalisis, dan menyimpulkan sendiri
konsep baru yang mereka peroleh, lalu mengaitkan dengan konsep-konsep lama yang
telah mereka miliki sebelumnya. Dengan demikian, penggunaan NHT yang disertai
peta konsep dan LKS diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa.
5) Teori Konstruktivisme
Dikemukakan oleh Paul Suparno (1997:18) bahwa “kontruktivisme adalah
salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
kontruksi (bentukan) sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan
bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas)”. Pengetahuan juga bukanlah
gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pegetahuan selalu merupakan akibat dari
suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang
membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan
untuk pengetahuan. Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat
tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia
sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus-menerus dengan setiap kali
mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui
dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi
lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum
seperti: a) Siswa aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada
b) Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan
mereka c) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui
proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran
terbaru d) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahamannya yang sudah ada e) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi
pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari
gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah f) Bahan
pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar
untuk menarik minat pelajar.
Menurut teori kontruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan dalam proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan, siswa itu sendiri yang harus memanjat
anak tangga tersebut.
Hal yang sangat penting dalam teori kontruktivisme adalah bahwa dalam
proses belajar, siswalah yang harus mendapatkan tekanan. Merekalah yang harus
aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru ataupun orang lain. Mereka
yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa
aktif ini dalam dunia pendidikan, terlebih di Indonesia, kiranya sangat penting dan
perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi
orang yang kritis menganalisis semua hal karena mereka berfikir dan bukan meniru
saja.
Pembelajaran menggunakan Numbered Head Together (NHT) disertai peta
konsep pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan
mengarahkan siswa secara berkelompok untuk membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui kegiatan mengaitkan konsep-konsep dalam bentuk proposisi-
proposisi sehingga menjadi hubungan-hubungan yang bermakna. Sedangkan
pembelajaran NHT dengan LKS pada materi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan dan hewan berupaya memancing aktivitas belajar dalam kelompok. LKS
berisi materi serta tugas yang dapat digunakan sebagai bahan diskusi yang pada
akhirnya dapat memudahkan setiap siswa mengonstruk pengetahuan mereka dari
proses pembelajaran tersebut.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2008:33), “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman
yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan
bisa memberikan kontribusi”. Sejak semula penelitian mengenai pembelajaran
kooperatif telah memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan
pencapaian yang bisa dibuat siswa. Penelian ini juga memperlihatkan berbagai alasan
bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan yang paling
penting, bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif harus ada pada tempatnya jika
menginginkan pengaruh dan pencapaian maksimal.
Wina Sanjaya (2007 : 242), mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan tim
kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda”. Hal yang
menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki
dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik juga
mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta
didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap
waktu, dan pemberian pertolongan kepada yang lain.
Menurut Suhanah Suparno (2000:130), “Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami
konsep yang difasilitasi oleh guru”. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan
keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan
suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu
yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Interaksi siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa struktur
kooperatif dibandingkan dengan usaha individual, lebih menunjang komunikasi yang
lebih efektif dan pertukaran informasi diantara siswa. Selain itu juga akan terjadi
usaha saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik, berbagi sumber diantara
siswa, perasaan terlibat yang lebih besar, berkurangnya rasa takut akan gagal, dan
berkembangnya sikap saling mempercayai diantara siswa. Pembelajaran kooperatif
menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima
oleh siswa lain, menaruh perhatian bagaimana temannya belajar dan keinginan untuk
membantu temannya belajar.
Penekanan pelaksanaan prinsip kerjasama atau kerja kelompok dapat
membentuk anak menjadi manusia demokratis. Manfaat kerjasama lebih besar
daripada persaingan, diantaranya adalah : 1) Kerja kelompok mempertinggi hasil
belajar baik secara kuantitatif maupun kualitatif, motivasi siswa lebih besar dan lebih
sanggup melihat kekurangan-kekurangan untuk segera diperbaiki karena dalam
kelompok lebih banyak orang yang memikirkan 2) Keputusan kelompok lebih
mudah diterima oleh setiap anggota bila mereka turut memikirkan dan memutuskan
bersama-sama 3) Melalui kerja kelompok dapat dikembangkan perasaan sosial dan
pergaulan sosial yang baik. Siswa saling mengenal hak dan kewajiban, kelemahan
dan kekuatan masing-masing. Kerja kelompok menghilangkan antipati dan
prasangka yang merugikan, memperkembangkan kepemimpinan dan kepatuhan
sebagai anggota. Dengan kata lain, kerja kelompok merupakan usaha yang baik
dalam rangka pendidikan sosial.
Digunakannya pendekatan proses kelompok dalam pembelajaran di kelas
berdasarkan atas prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Pendekatan
pembelajaran kelompok lebih menekankan pentingnya ciri kelompok yang ada di
dalam kelas dan saling hubungan antara siswa sebagai anggota kelompok kelas
tersebut. ”Pembelajaran kelompok menggunakan anggapan dasar bahwa kegiatan
siswa di kelas berlangsung dalam kelompok tertentu dan bahwa kelas merupakan
sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya”
(Soemarsono, 2007 : 42). Pembelajaran kelompok berasumsi bahwa kegiatan dalam
kelas berlangsung dalam suasana kelompok. Disini tugas guru adalah
mengembangkan dan mempertahankan suasana kelompok kelas yang produktif dan
efektif.
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan
materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok
dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3)
jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya
jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari
ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Dalam pembelajaran
kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Untuk itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran
kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Menurut Sugiyanto
(2008), ”Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen yang mencirikan pembelajaran
kooperatif tersebut adalah 1) saling ketergantungan positif 2) interaksi tatap muka 3)
akuntabilitas individual 4) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau
keterampilan soaial yang secara sengaja diajarkan”.
3. NHT (Numbered Head Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan isi akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada
konsep melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran
tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru
menggunakan empat langkah sebagai berikut : a) Penomoran, b) Pengajuan
pertanyaan, c) Berpikir bersama, d) Pemberian jawaban.
Numbered head together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan ini ada 4 langkah yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir
bersama, dan menjawab.
Menurut Maheady (2006 : 24), “Previous research has shown that Numbered
Heads Together is an efficient and effective instructional technique to increase
student responding and to improve achievement”. Pembelajaran dengan Numbered
Head Together mengupayakan siswa berkonsentrasi terhadap pelajaran, memusatkan
pikiran untuk merasa siap menjawab pertanyaan, berpikir kritis, serta lebih bergairah.
Menurut Nurhadi (2004 : 67), “Numbered Head Together melibatkan siswa
dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau
memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut”. Dalam penerapan
Numbered Head Together, guru menggunakan 4 langkah sebagai berikut: a)
Penomoran (Numbering) : guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomors ehingga
setiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda b) Pengajuan
pertanyaan (Questioning) : guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa c)
Berpikir bersama (Head Together) : para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap siswa mengetahui jawaban tersebut d)
Pemberian jawaban (Answering) : guru menyebut satu nomor dan siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
4. Media Pembelajaran
Menurut Sri Anitah (2008 : 4), “kata media berasal dari bahasa latin, yang
merupakan bentuk jamak dari medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah
atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara
dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan”. Oleh karena itu,
media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara
pemberi pesan kepada penerima pesan. Media sebagai segala bentuk yang digunakan
untuk menyalurkan informasi. Sedangkan menurut Basuki Wibawa (2001 : 9),
“Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua arah, yaitu
sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri
oleh siswa”. Media yang digunakan sebagai alat bantu mengajar disebut dependent
media. Sebagai alat bantu, efektivitas media sangat tergantung pada cara dan
kemampuan guru memakainya. Media belajar yang dapat digunakan oleh siswa
dalam kegiatan mandiri, disebut independent media. Media itu dirancang,
dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik, serta dapat menyalurkan informasi
secara terarah untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Menurut Sukarno (2008 :
28):
“Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan. Pertama media cetak terdiri atas : majalah, buku-buku, surat kabar, dan famlet. Kedua, media digolongkan sebagai media pandang yang terdiri atas slide transparansi, filmstrip, model, chart dan grafik, gambar, peta dan globe. Ketiga adalah media audio seperti tape dan radio, sedangkan golongan yang keempat adalah media audio visual. Media audio visual atau media pandang dengar terdiri atas film bersuara, siaran televisi, dan VCD interaktif”
.
Pemilihan media dalam pembelajaran, guru sebenarnya tidak hanya cukup
mengetahui tentang kegunaan, nilai, serta landasannya, tetapi juga harus mengetahui
bagaimana cara menggunakan media tersebut. Dikemukakan oleh Revillia Ardhi
(2008 : 13), “Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media
pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Selain itu media juga harus
merangsang pembelajar untuk mengingat kembali apa yang sudah dipelajari selain
memberikan rangsangan belajar baru”. Media yang baik juga akan mengaktifkan
pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa
untuk melakukan praktek-praktek yang secara lebih khusus. Beberapa manfaat dari
penggunaan media pembelajaran diidentifikasikan sebagai berikut: a) penyampaian
materi pelajaran dapat diseragamkan, b) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
menarik, c) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, d) efisiensi dalam waktu
dan tenaga, e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, f) media memungkinkan
pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, g) media dapat
menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses belajar, h) mengubah peran
guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
5. Peta Konsep
a. Pengertian
Salah satu hasil pembelajaran adalah suatu produk atau konsep-konsep.
Konsep ini bisa berupa fakta, konsep ataupun prinsip. Peta konsep merupakan salah
satu alat bantu pembelajaran yang memberikan kemudahan dalam mengaitkan satu
konsep dengan konsep lainnya. Rangkaian yang bermakna ini oleh Novak dinamakan
peta konsep. Novak mengemukakan suatu gagasan bahwa supaya konsep-konsep
yang dimiliki siswa lebih bermakna dapat digunakan dengan peta konsep. Gagasan
ini didasarkan atas teori belajar Ausubel. Ausubel menekankan pentingnya guru
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa agar belajar bermakna
berlangsung. Pengetahuan atau konsep baru akan dipelajari secara hafalan bila dalam
struktur kognitif siswa tidak terdapat konsep-konsep yang relevan. Tetapi Ausubel
belum menyediakan cara bagi para guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui
siswa, dan Novak inilah yang mengeluarkan gagasan tentang peta konsep atas dasar
pikiran Ausubel.
Menurut Jenny Vacek (2006 : 421), ”Concept maps facilitate critical thinking
experiences in education”. Pembelajaran dengan peta konsep memberikan
kemudahan dalam memahami suatu materi pelajaran. Produk atau konsep yang sudah
didapatkan dalam pembelajaran tersebut akan lebih bermakna bila dikait-kaitkan
sehingga menjadi rangkaian yang bermakna. Rangkaian yang bermakna akan
membuat ingatan lebih kuat untuk menyimpannya. Dan tidak mungkin seseorang
dapat menghubungkan sesuatu (konsep) apabila orang tidak mengerti benar akan
konsep tersebut.
Menurut Martinis Yamin (2008 : 144) ”Peta konsep menyatakan hubungan-
hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi”.
Proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata
dalam suatu unit semantik. Peta konsep yang dibuat terdiri dari satu kata yang dapat
dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk proposisi.
Menurut Birbili (2006 : 309), “Concept Maps help teachers and students not
only to identify and visually represent their views and knowledge but also to
recognize and depict relationships among concepts”. Peta konsep digunakan untuk
menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi. Peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh
perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat.
Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting
melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan
konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan
penyesuaian integratif. Menurut Ausubel, diferensiasi progresif adalah suatu prinsip
penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif
adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang
telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah
berlangsung, jika konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif.
Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat
ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta
konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang
dimiliki siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan
disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa
untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dalam pembuatan suatu
peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan
dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-
kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus
pada hubungan sebab akibat.
b. Ciri-ciri
Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka dikemukakan ciri-ciri
peta konsep sebagai berikut: 1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara
untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi,
apakah itu bidang studi Fisika, Kimia, Biologi, Matematika dan lain-lain. Dengan
membuat peta konsep siswa melihat bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari
bidang studi itu lebih bermakna 2) Peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari
suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang
memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah
yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran
tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep 3) Ciri yang ketiga adalah
mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep
memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih
inklusif daripada konsep-konsep lain 4) Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau
lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah
suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
c. Cara Penyusunan
Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh
karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa
siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah yang dapat diikuti untuk
menciptakan peta konsep diantaranya adalah sebagai berikut : mengidentifikasi ide
pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep, mengidentifikasi ide-ide atau
konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama menempatkan ide utama di
tengah atau di puncak peta tersebut, mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling
ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide
utama. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun
peta konsep sebagai berikut: 1) Memilih suatu bahan bacaan 2) Menentukan konsep-
konsep yang relevan 3) Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang
paling inklusif ke yang paling tidak inklusif 4) Menyusun konsep-konsep tersebut
dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas
atau di pusat bagan tersebut. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut
dihubungkan dengan kata hubung, misalnya ”merupakan”, ”dengan”,”diperoleh”,
dan lain-lain.
6. Lembar Kegiatan Siswa
Menurut Zakiah (2009 : 2), “LKS adalah suatu cara penyajian materi yang
mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan
sebagainya, dengan melakukan dugaan, perkiraan, ataupun usaha lainnya”. LKS
merupakan suatu cara untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang dapat
digunakan dalam penyajian mata pelajaran baik secara eksperimen maupun non-
eksperimen. Penyajian secara eksperimen adalah penyajian yang: a) melibatkan
banyak indera, b) banyak keterampilan proses yang dilatihkan, c) menanamkan
disiplin dan tanggung jawab, d) menantang siswa untuk menemukan hal yang baru,
dan e) menggugah ide orisinal siswa. Sedangkan penyajian secara non-eksperimen
adalah penyajian yang: a) menggunakan waktu lebih efisien, b) relatif murah, aman,
hemat tenaga, c) organisasi dan perencanaan lebih terkendali, d) mudah
penggunaannya, dan e) target kurikulum mudah tercapai.
LKS berisi pertanyaan, pernyataan, dan suruhan yang bertujuan untuk
menanamkan konsep atau prinsip bagi siswa secara utuh, sistematis dan diyakini
kebenarannya. Belajar dengan menggunakan LKS menuntut siswa untuk lebih aktif,
baik mental maupun fisik di dalam kegiatan belajar mengajar. Para siswa dibiasakan
untuk berpikir kritis, logis dan sistematis, karena siswa yang dituntut mencari
informasi sendiri. Penggunaan LKS dapat melatih siswa untuk menemukan dan
mengembangkan keterampilan proses serta memberi pedoman bagi guru dan siswa
dalam pencapaian pemahaman konsep. LKS dapat menjadi suatu alternatif bagi guru
untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai
variasi dalam kegiatan belajar mengajar. LKS tersebut tentunya harus dapat
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mendukung siswa untuk
lebih termotivasi yang mengarah pada penguasaan materi.
Salah satu bentuk bahan ajar cetak yang dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan materi ajar yang
dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara
mandiri. Karenanya dalam LKS seharusnya memuat materi, ringkasan, dan tugas
yang berkaitan dengan materi. Dalam LKS, siswa pada saat yang sama diberi materi
dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut. Selain itu dalam LKS dapat
menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal dari LKS, diperlukan persiapan yang matang dalam
perencanaan materi (isi) dan tampilan (desain). Materi LKS harus diturunkan dari
tujuan instruksional. Sedangkan desain dikembangkan untuk memudahkan siswa
berinteraksi dengan materi yang diberikan.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu dari sekian banyak cara
yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata
pelajaran Biologi, media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar
siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberikan tanggung jawab moril untuk
menyelesaikan sesuatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila
guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS
tersebut. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) misalnya, merupakan suatu upaya
untuk lebih mengefektifkan kegiatan belajar siswa, karena dengan dimanfaatkannya
LKS, siswa akan mengorganisasikan aktivitas belajarnya terkhusus dalam melakukan
latihan mengerjakan soal.
7. Motivasi
a. Hakikat Motivasi Menurut Hamzah Uno (2006 : 1) “Setiap individu memiliki kondisi internal,
dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari.
Salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi”. Motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan
dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi
tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan
dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan
mental terhadap perorangan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk
mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan
pekerjaan yang diinginkan, sesuai tujuan tertentu yang ditetapkan lebih dahulu.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata ( 2004 : 61), ”Motivasi terbentuk oleh
tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-
tenaga tersebut beberapa akan memberikan istilah yang berbeda, seperti : desakan
atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need, dan keinginan atau wish”.
Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu pertama : mengarahkan atau directional
function, dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan atau activating and
energizing function. Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan
atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Motivasi juga berfungsi
mengakifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak
bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-
sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Sebaliknya, bila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-
sungguh, terarah, dan penuh semangat, sehingga kemungkinan berhasil akan lebih
besar.
Mengenai hubungan antara motivasi dengan kepribadian, minimal ada empat
macam motif yang memegang peranan penting dalam kepribadian individu, yaitu: 1)
Motif berprestasi (need of achievement), yaitu motif untuk berkompetisi baik dengan
dirinya dan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi 2) Motif berkuasa
(need of power), yaitu motif untuk mencari dan memiliki kekuasaan, dan
berpengaruh terhadap orang lain 3) Motif membentuk ikatan (need of affiliation),
yaitu motif untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga, organisasi,
atau pun persahabatan 4) Motif takut akan kegagalan (fear of failure), yaitu motif
untuk menghindarkan diri dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat
perkembangannya.
Sedangkan menurut Sardiman (1994 : 85) “Motivasi bertalian dengan suatu
tujuan, sehingga motivasi akan mempengaruhi adanya kegiatan”. Sehubungan
dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi dalam belajar : 1) Mendorong manusia
untuk bergerak, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi
dalam hal ini motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan 2)
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain dari motivasi. Motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan
usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menujukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan
dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
b. Motivasi Belajar
Dikemukakan oleh Hamzah Uno (2006 ; 23) ”Motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi”. Belajar adalah perubahan tingkah
laku secara relativ permanent dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek
atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan
tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Menurut Hamzah Uno (2006 : 23) :
”Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar, 5) adanya keinginan yang menarik dalam belajar, 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar belajar dengan baik”
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang medukung. Hal itu mempunyai
peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
c. Peran Motivasi Dalam Belajar Dan Pembelajaran
Peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran adalah sebagai penguat dan
memperjelas tujuan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah
dilaluinya. Sesuatu dapat menjadi penguat belajar seseorang apabila dia sedang
benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain,
motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat
perbuatan belajar. Motivasi juga memiliki peran dalam memperjelas tujuan belajar.
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan
belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya
sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Motivasi juga akan
menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar
sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar
menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau
tidak memiiki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah
tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi
sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
8. Kreativitas
Kreativitas menurut Mulyasa (2006 : 124) diartikan sebagai “Pribadi yang
mempunyai ciri-ciri pokok yang ditunjukkan dengan kelincahan mentalnya untuk
berfikir dari dan keseluruh arah, fleksibelitas konseptual dan orisinilitas untuk
melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru dan penemuan”. Ciri-ciri
kreativitas dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan non kognitif. Kedalam ciri
kognitif termasuk empat ciri berfikir kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian,
dan keterincian. Sedangkan kedalam ciri non kognitif termasuk motivasi, sikap, dan
kepribadian kreatif. Ciri-ciri non kognitif sama pentingnya dengan ciri kognitf,
karena tanpa ditunjang kepribadian yang sesuai, kreativitas seseorang tidak akan
berkembang.
Ditinjau dari aspek kognitf, kreativitas berkaitan dengan intelegensi dan ciri-
ciri dalam kreativitas. Berkaitan dengan masalah intelegensi sampai pada batas
tertentu mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kreativitas. Pada orang
dengan IQ di atas 120 bisa kreatif atau tidak kreatif sehingga tanpa kecerdasan,
kemampuan kreatif tidak akan terbentuk. Ada empat komponen ciri-ciri kemampuan
berfikir kreatif yaitu; kelancaran, keluwesan, keterincian, dan keterampilan
mengevaluasi. Kemampuan berfikir kreatif ini selanjutnya disebut dengan
kemampuan divergen.
Berfikir divergen adalah berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru, atau
respon yang berbeda, yang pada umumnya orang lain tidak melakukan. Kreativitas
sebagai proses mental yang unik, adalah semata-mata dilakukan untuk menghasilkan
sesuatu yang baru, berbeda dan orisinil, maka kreativitas mencakup pemikiran yang
spesifik dan disebut pemikiran menyebar atau divergen. Ciri-ciri berfikir divergen
adalah kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterincian. Kelancaran dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, jawaban, atau pernyataan,
memberikan banyak cara atau saran untuk menyelesaikan masalah, dan selalu
memikirkan lebih dari satu jawaban.
Keluwesan adalah kemampuan untuk menghasilkan gagasan, jawaban, atau
pernyataan yang bervariasi. Keluwesan juga dapat dilihat sebagai suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda, serta mampu merubah cara pendekatan atau cara
pemikiran terhadap penyelesaian suatu masalah. Keaslian adalah kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide yang baru dan unik, kemampuan menghasilkan solusi yang
tidak lazim atau jarang terjadi, serta kemampuan membuat kombinasi dari usur-unsur
atau bagian-bagian dengan cara yang tidak lazim atau unik. Sedangkan keterincian
adalah kemampuan untuk menguraikan secara terinci detil-detil suatu ide atau
gagasan, sehingga menjadi jelas dan menarik.
Ciri-ciri kreativitas menurut Utami Munandar dalam Kartono (2004: 49)
yaitu: a) Dorongan ingin tahu besar b) Sering mengajukan pertanyaan yang baik c)
Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah d) Bebas dalam
menyatakan pendapat e) menonjol dalam salah satu bidang seni f) Mempunyai
pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
g) Rasa humor tinggi h) Daya imajinasi tinggi i) Keaslian tinggi atau tampak dalam
ungkapan, gagasan, karangan dan sebagainya, dalam pemecahan masalah
menggunakan cara-cara orisinil j) Dapat belajar sendiri k) Senang mencoba hal-hal
baru l) Kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan.
Menurut Mohammad Asrori (2006 : 74), ”Kreativitas pada mulanya
dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam
perkembangan selanjutnya ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang
secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan lingkungan”. Utami Munadar
(1988) dalam Mohamad Asrori (2006 : 74) menyatakan bahwa ”faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas adalah : 1) Usia 2) tingkat pendidikan orang tua 3)
tersedianya fasilitas 4) penggunaan waktu luang”. Potensi kreatif dimiliki oleh setiap
orang, meski dalam taraf yang berbeda-beda. Kira-kira seperlima dari kemampuan
manusia adalah kamampuan kreatif atau yang disebut produk divergen. Penggunaan
potensi kreatif oleh setiap siswa dalam bentuk pemikiran dan pemecahan masalah
secara kreatif, dapat ditingkatkan melalui upaya pelatihan yang sistematis.
9. Prestasi Belajar
Dikemukakan oleh Nana Sudjana (1991 : 46), ”Prestasi belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”. Penilaian
prestasi belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran atau
perubahan tingkah laku siswa. Prestasi belajar ditunjukkan dengan berubahnya
proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah afektif dan psikomotoris.
Kenyataan yang ada, intensitas penggunaan ranah kognitif ini lebih banyak, namun
pengukuran prestasi belajar tetap harus dilakukan terhadap tiga ranah tersebut, yakni
kognitif, afektif, dan psikomotorik
Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2004:150) pada prinsipnya,
mengungkapan ”Hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”. Namun demikian,
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa
murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal
ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting
dan diharap dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,
baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok
untuk memperoleh ukuran prestasi belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-
garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang
diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability)
yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk
mencapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan
kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang
diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat
diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa
belajar adalah menyerap pengetahuan.
Menurut Derek Wood (2005 : 22), ”Kesulitan belajar dapat berlangsung
dalam waktu yang lama. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan ini
mempengaruhi banyak bagian dalam kehidupan seseorang, baik itu di sekolah,
pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam
hubungan persahabatan dan bermain”. Kesulitan belajar menjadi bagian
permasalahan yang harus dipecahkan dalam dunia pendidikan. Diantara sekian
permasalahan kesulitan belajar yang dialami siswa, diantaranya adalah tentang
pendekatan pembelajaran yang diberikan pada mereka. Guru dituntut untuk dapat
memberikan pendekatan pembelajaran yang tepat dengan materi dan kondisi siswa
sehingga dapat meminimalkan kesulitan belajar yang mugkin dialami siswa.
Secara global, factor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam.
a. Faktor internal siswa
Faktor-faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa anatar lain : 1)
Intelegensi Siswa. Tingkat kecerdasan siswa tak dapat diragukan lagi akan sangat
mempengaruhi dan menentukan tingkat keberhasilan siswa. Ini bemakna, semakin
tinggi kemampuan intelegensi seseorang maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa
maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses. 2) Sikap siswa, yakni sikap
siswa yang positif terhadap suatu mata pelajaran maka akan membawa kemudahan
bagi proses belajar siswa itu sendiri. Sebaliknya, sikap siswa yang negativ terhadap
suatu mata pelajaran akan menyulitkan siswa itu sendiri dalam prosesnya
mempelajari mata pelajaran tersebut. 3) Bakat Siswa, bakat akan dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh
karena adalah tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya
menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih
dahulu bakat yang dimiliki anaknya. Ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri
sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan
berpengaruh buruk terhadap prestasi belajarnya 4) Motivasi, dalam
perkembangannya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik
dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi
ekstrintik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain
adalah: 1) Lingkungan Sosial, lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua
dan praktik pengelolaan keluarga dapat memberikan dampak baik ataupun buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2) Lingkungan
Nonsosial, faktor-faktor yang termasuk nonsosial diantaranya adalah gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal keluargan siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang
turut menentukan keberhasilan belajar siswa.
c. Faktor Pendekaatan Belajar
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan
proses pembelajaran siswa. Pendekatan belajar digunakan siswa untuk menunjang
efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Pemilihan jenis
pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan sifat dari materi pelajaran dan tujuan
yang dikehendaki untuk dicapai oleh siswa. Pemilihan dalam penggunaan
pendekatan belajar yang tepat menjadi hal yang menentukan dalam pencapaian
keberhasilan belajar siswa.
10. Pertumbuhan Dan Perkembangan Mahluk Hidup
a. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran,
berat, dan atau jumlah sel. Indikator pertumbuhan dapat dilihat dengan mengukur
tinggi tanaman, mengukur luas permukaan daun, atau mengukur volume akar. Tinggi
tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling mudah untuk diukur. Tinggi
tanaman sebagai indikator pertumbuhan dapat diterapkan pada tanaman yang
berbatang tunggal dengan cabang yang terbatas dan tumbuh pada kondisi yang
optimal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman
Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor luar(eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan antara lain adalah
makanan, air, suhu, cahaya, dan kelembaban.
Bagi tumbuhan yang dianggap makanan adalah garam-garam mineral atau
zat-zat hara. Makanan yang berupa garam-garam mineral masuk ke tubuh tumbuhan
sebagian besar melalui akar bersama dengan air, tetapi ada makanan yang diambil
melalui udara, yaitu karbon dioksida. Makanan atau zat bagi tanaman pada dasarnya
hampir sama dengan zat pada manusia, yaitu terdiri atas unsur-unsur yang kemudian
membentuk suatu zat yang berupa air, karbon dioksida, atau dalam bentuk pupuk
seperti urea dan ZA. Unsur-unsur tersebut ada yang diperlukan tumbuhan dalam
jumlah besar, ada juga diperlukan dalam jumlah sedikit. Unsur yang diperlukan
dalam jumlah besar disebut makroelement. Sedangkan unsur yang diperlukan dalam
jumlah sedikit disebut mikroelement.
Air merupakan komponen yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman.
Tanpa air tanaman tidak akan tumbuh. Bagi tanaman, air berfungsi untuk
fotosintesis, membantu proses reaksi kimia, menjaga kelembaban, dan membantu
perkecambahan biji. Kekurangan air berakibat lebih fatal daripada kekurangan zat
makanan.
Untuk proses tumbuh dan berkembang, tanaman memerlukan suhu yang
sesuai. Suhu tersebut disebut suhu optimum. Suhu paling rendah yang masih
memungkinkan pertumbuhan disebut suhu minimum. Sedangkan suhu paling tinggi
yang memungkinkan tanaman untuk bisa tumbuh disebut suhu maksimum. Jenis
tumbuhan satu dengan yang lain memiliki suhu yang bebeda-beda. Bagi tanaman,
suhu lingkungan berpengaruh berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim.
Umumnya, tanaman tidak dapat tumbuh pada suhu di bawah 00C dan di atas 400C.
Kisaran suhu masih memungkinkan tumbuh dengan baik adalah 220C- 370C.
Setiap jenis tumbuhan memerlukan jumlah cahaya yang berbeda-beda.
Seperti telah diketahui bahwa cahaya diperlukan untuk fotosintesis. Jumlah cahaya
yang berlebihan justru dapat menghambat pertumbuhan karena merusak kerja
hormon pertumbuhan (auksin). Tumbuhan yang kurang mendapat cahaya atau berada
di tempat gelap akan terjadi pertumbuhan yang sangat cepat atau disebut denga
istilah etiolasi. Walaupun lebih cepat tumbuh, tanaman tersebut menunjukkan gejala
tidak normal seperti warna daun yang pucat.
Cahaya juga dapat mempengaruhi masa perkembangan tanaman tersebut.
Ada tanaman berbunga saat siang hari (ada cahaya) lebih panjang dibandingkan
malam hari (gelap). Kelompok tanaman ini disebit tanaman berhari panjang. Ada
juga tanaman berbunga saat malam hari (keadaan gelap) lebih panjang dibandingkan
siang hari (keadaa terang). Kelompok tanaman ini disebut tanaman berhari pendek.
Ada juga tumbuhan berbunga saat panjang siang dan malam sama. Tanaman
demikian ini disebut tanaman berhari netral. Lama penyinaran juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif dai suatu tanaman.
Tiap spesies tanaman memerlukan kelembaban yang berbeda-beda. Pada
kondisi kelembaban tinggi, umunya pertumbuhan tanaman lebih cepat. Namun
kelembaban yang rendah diperlukan beberapa tanaman untuk pertumbuhan generatif
sehingga tanaman tersebut berbunag pad musim kemarau.
Faktor dalam (internal) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah gen
dan hormon. Gen merupakan faktor penentu sifat-sifat yang akan diwariskan kepada
generasi berikutnya. Gen juga berperan dalam pengendalian metabolisme zat di
dalam sel, misalnya proses sintesis protein. Protein merupakan komponen dasar
penyusun mahluk hidup termasuk tanaman. Dengan demikian gen dapat mengatur
pola pertumbuhan denga cara menurunkan sifat-sifatnya dan sintesis-sintesis yang
dikendalikannya. Oleh karena itu, genetis tanaman yang satu denga yang lainnya
akan memiliki pola pertumbuhan yang berbeda akibat susunan gen yang berbeda-
beda.
Hormon tanaman merupakan suatu senyawa organik yang disintesis dalam
suatu bagian tanaman, kemudian diangkut kebagian lain tanaman. Bila jumlah
hormon sangat rendah, akan mempengaruhi pertumbuhan. Hormon juga dikenal
denga istilah lain, yaitu zat tumbuh atau fitohormon. Hormon atau zat tumbuh dibagi
menjadi dua sifat, yaitu merangsang pertumbuhan dan menghambat pertumbuhan.
Hormon juga mempunyai sifat dapat berpindah dari bagian tanaman ke bagian yang
memerlukannya. Beberapa jenis hormon tanaman yang perlu diketahui diantaranya
adalah auksin, geiberelin, sitokinin, asam absitat, dan etilen.
Istilah auksin berasal dari bahasa yunani auxein yang artinya meningkatkan.
Istilah ini pertama kali digunakan oleh Fritts Went, seorang mahasiswa pascasarjana
dari Belanda pada tahun 1926. Auksin yang ditemukan oleh Went sekarang dikenal
sebagai Asam Indolasetat disingkat IAA. Dari berbagai penelitian, para ahli
mengemukakan beberapa pengaruh auksin terhadap pertumbuhan antara lain :
mendorong pemanjangan batang atau pucuk tanaman, merangsang pertumbuhan akar
pada batang atau setek batang, memacu dominasi tunas apikal (tunas di ujung
batang).
Hormon Giberelin pertama kali d temukan di Jepang tahun 1930. Pada tahun
1930an Yabutada Hyoshi berhasil mengisolasi senyawa aktif dari cendawan tersebut.
Senyawa itu diberi nama Giberelin. Jadi, Giberelin dan auksin ditemukan hampir
bersamaan. Beberapa pengaruh hormon Giberelin terhadap tanaman adalah :
memacu pertumbuhan batang, merangsang pertumbuhan biji dan tunas, merangsang
pembentukan bunga, merangsang perkembangan buah tanpa biji (Parthenocharpy).
Hormon sitokinin pada dasarnya merupakan suatu senyawa yang merangsang
proses sitokinesis (pembelahan sel). Hal ini di dasarkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Gottlieb. Haberland di Australia sekitar 1913. Haberlandt
menemukan suatu senyawa tak dikenal yang memacu pembelahan sel yang
menghasilkan kambium gabus dan memulihkan luka pada umbi kemtang yang
terpotong. Jenis sitokinin yang paling aktif adalah zeatin dan zeatin ribosida yang
terdapat pada endosperma jagung. Sitokonin juga terdapat pada lumut, ganggang
coklat, dan ganggang merah. Jadi sitokinin tersebar luas pada berbagai tanaman.
Beberapa fungsi dari hormon sitokinin diantaranya adalah memacu pembelahan sel
dan pembentukan organ, menunda penuaan, memacu perkembangan kuncup
samping, memacu pembesaran sel pada kotiledon dikotil.
Zat ini merupaka zat penghambat tumbuh yan umum dijumpai pada tanaman.
Zat ini dijumpai pada semua tanaman tingkat tingg, beberapa jenis jamur, lumut,
ganggang hijau, namun tidak ditemukan pada bakteri. Asam Absitat pertama kali
ditemukan dan dicirikan secara kimia pada tahun 1963 di California oleh Frederick
T. Addicott dan beberapa pembantunya saat mempelajari sentawa yang
menyebabkan gugurnya bah kapas. Namun baru pada tahun 1967 disepakati untuk
menamakan senyawa penyebab dormansi dan pemacu pengguguran buah dan bunga.
Etilen adalah gas atau uap yang dihasilkan oleh buah yang sudah tua. Pada
tahun 1934, R. Gane berhasil membuktikan bahwa etilen disintesis oleh tanaman dan
berperan mempercepat pematangan bauh, merangsang pembungaan, merangsang
penuaan dan pengguguran daun serta menghambat pemanjangan batang.
Jadi, pertumbuhan dan perkembanga tanaman dipengaruhi oleh faktor luar
dan faktor dalam dari tanaman tersebut. Faktor luar diantaranya adalah suhu,
kelembaba, air, dan makanan,. Sedangkan faktor dalam meliputi gen dan hormon.
c. Pertumbuhan Dan Perkembangan Hewan Dan Manusia
Berbeda dengan pertumbuhan tanaman yang terjadi pada bagian-bagian
tertentu, pertumbuhan dan perkembangan hewan dan manusia terjadi diseluruh
bagian tubuh. Pertumbuhan pada hewan dan manusia tampak pada bertambah
besarnya ukuran organ. Pertumbuhan ini merupakan hasil pembelahan sel secara atau
karena pembesara ukuran sel atau keduanya. Sedangkan perkembangan pada hewan
dan manusiaditandai denga perubahan sel-sel menuju ke bentuk dewasa. Proses ini
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tubuh. Pola pertumbuhan dan
perkembanga antar spesies memang beragam. Namun pola-pola tersebut memiliki
tahapan-tahapan yang hampir sama, meliputi : 1) pembelahan (cleavage) 2)
morfogenesis 3) differensiasi 4) pertumbuhan
Tahapan pertama sampai ketiga disebut tahapan embrio. Ketiga tahap ini
adalah merupakan masa-masa perkembangan utama suatu hewan.
1) Pembelahan (Cleavage)
Selama tahap ini zigot yang merupakan hasil peleburan inti sperma dan telur
mengalami serangkaian pembelahan mitosis.Pada tahap ini hanya sedikit terjadi
proses pertumbuhan, bahkan tidak terjadi pertumbuhan. Disini proses yang terjadi
adalah masa telur hanya semata-mata hanya dibagi-bagi menjadi satuan-satuan yang
makin kecil.
Zigot yang semual berupa sebuah inti sel terbelah secara mitosis, lalu
muncullah alur memanjang secara membujur melalui kutub telur sehingga telur
menjadi menjadi 2 belahan. Setiap satu jam setelah pembelahan pertama, setiap sel
anak membelah lagi. Alur belahannya mengarah tegak lurus dari alur pertama,
sehingga membentuk empat bauh sel. Empat bauh sel tersebut kemudian membelah
lagi secara membujur sehingga terbentuk delapan sel.
2) Morfogenesis
Setelah tahap blastula, pembelahan sel tetap berlanjut. Bagian kutub-kutub sel
tetap membelah secara mitosis. Saat jumlah sel semakin bertambah, kemudian terjadi
perpindahan sel ke bagian kuning telur kutub. Pada saat bersamaan, sebagian sel-sel
kutub juga mulai berpindah, sehingga sel-sel tersebut terdorong ke dalam massa sel,
sehingga terbentuk lekukan berbentuk sabit yang disebut blastopor. Poses ini
menandakan dimulainya proses gastrula, prosesnya disebt gastrulasi. Selama ini
terjadi pembentukan tiga lapis sel, yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan
tengah), dan endoderm (lapisan dalam). Pada ketiga lapisan ini berkembanglah
berbagai organ dan sistem organ hewan. Pada proses gastrulasi ini terjadi
pemantapan pola dasar embrio. Sel-sel berkumpul pada lokasi tertentu dalam
mempersiapkan jaringan, organ, dan sistem organ. Proses pembentukan ini
melibatkan juga proses perpindahan sel dan penumpukan sel pada etiga lapisan sel
tersebut. Perkembangan pola inilah yang disebut morfogenesis. Namun sel-sel
embrio selama proses morfogenesis semuanya hampir serupa pada strukturnya.
3) Differensiasi
Pada proses ini sel-sel embrio yang sedang berkembang mulai membetuk
struktur dan fungsi khusus yang akan dimiliki pada saat dewasa, seperti sel-sel saraf,
sel-sel otot, dan sebagainya. Pada proses inilah disebut differensiasi.
4) Pertumbuhan
Tahap ini terjadi setelah seluruh sistem organ hewan terbentuk. Selama tahap
ini organisme menjadi besar karena berlangsungnya proses pembelahan sel atau
kedua-duanya. Proses pertumbuhan tergantung kepada pengambilan bahan dan
energi. Walaupun semua jaringan dan organ tubuh hewan mengalami pertumbuhan,
tidak semanyan mempunyai laju pertumbuhan yang sama. Misalnya, tulang mampu
tumbuh dan jadi panjang hanya selam punya daerah tulang rawan yang disebut
daerah cakra epifisis.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Hewan
Dan Manusia
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dan manusia dipengaruhi oleh
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam berupa gen dan hormon , sedangkan
faktor luar berupa makanan, air, aktivitas, dan cahaya matahari. Faktor dalam dan
faktor luar tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri atau bergiliran dalam mempengaruhi
pertumbuhan, namun secara bersama-sama saling menunjang atau saling
menghalangi.
Faktor dalam yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
hewan dan manusia adalah gen dan hormon. Banyak yang berpendapat bahwa gen
merupakan penent semua struktur dan fungsi yang berkaitan dengan ciri-ciri hewan
dan manusia. Ciri tersebut antara lain bentuk tubuh, warna kulit, dan warna rambut.
Bahkan laju pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh faktor genetik.
Hormon berasal dari bahasa Yunani Hormaein yang berarti menggerakkan.
Hormon pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh Williams Baylis da Ernest
Starling. Hormon yang pertama ditemuka adalah sekretin yang dihasilkan oleh usus
halus yang berfungsi merangsang pengeluaran getah pankreas.
Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu dan melepaskan
hormonnya ke dalam aliran darah untuk dibawa ke organ sasaran sehingga
mempengaruhi pertumbuhan. Ada beberapa hormon yang hanya bekerja pada jaringa
tertentu, ada juga yang bekerja diselurh tubuh.
Beberapa faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
adalah makana, air, aktivitas tubuh, dan cahaya matahari. Zat makanan yang
diperlukan oleh tubuh hewan termasuk manusia adalah karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, dan mineral. Zat makana yang paling penting dalam pertumbuhan hewan
dan manusia adalah protein. Protein selain berfungsi sebagai zat pembangun tubuh
juga berfungsi sebagai pembentuk hormon, yang nantinya juga berperan dalam
pertumbuhan.
Air merupakan medium paling baik untuk proses-poses kimia di dalam tubuh.
Dari proses kimia tersebut secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak
langsung akan dihasilkan energi. Energi tersebut kemudian untuk membantu
pembentukan sel-sel baru atau perbaikan jaringan tubuh.
Aktivitas tubuh atau kegiatan tubuh dapat mempengaruhi pertumbuan apabila
dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan
otot seorang binaragawan yang secara rutin dan dalam jangka waktu panjang selalu
dibiasakan denga aktivitas fisik.
Peran cahaya matahari terhadap pertumbuhan adalah dalam proses
pembentukan tulang. Perlu diingat bahw auntuk mengubah provitamin D menjadi
vitamin D diperlukan cahaya matahari. Kemudian vitamin D yang terbentuk
digunakan untuk pembentukan tulang. Jika seorang jarang terkena sinar matahari,
tentu saja proses pembentukan vitamin D juga terganggu.
e. Metamorfosis
Metamorfosis merupakan proses perubahan mencolok dari larva sampai
dewasa. Beberapa hewan yang mengalami metamorfosis adalah hewan-hewan
kelompok serangga dan katak.
Ada dua jenis metamorfosis pada serangga, yaitu metamorfosis sempurna dan
metamorfosis tidak sempurna. Metamorphosis sempurna kebalikan dari
metamorphosis sempurna. Contoh proses metamorphosis sempurna terjadi pada
katak dan kupu-kupu. Pertama-tama, kupu-kupu akan bertelur. Telur tersebut akan
menetas menjadi Larva (ulat), ulat tersebut akan berubah bentuknya menjadi
panjang. Ulat tersebut nantinya akan menempel pada pohon dan daun-daunan
sehingga menjadi kepompong. Setelah beberapa lama, dari kepompong tersebut akan
keluar seekor kupu-kupu yang masih muda. Kemudian tidak berapa lama menjadi
kupu-kupu dewasaSeperti terlihat pada gambar di bawah.
Gambar 1. Metamorfosis Kupu-kupu
Metamorphosis tidak sempurna umumnya terjadi pada hewan jenis serangga
seperti capung, belalang, jangkrik dan lainnya. Mengapa dikatakan tidak sempurna ?
Jawabannya adalah karena hewan tersebut hanya melewati 2 tahapan, yaitu dari telur
menjadi nimfa kemudian menjadi hewan dewasa
Pada metamorfosisi katak, awalnya katak betina dewasa akan bertelur,
kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak
tersebut menetas menjadi Berudu. Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai
insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu
akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang. berudu akan
terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu,
kaki depannya mulai berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan
paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan
berubah menjadi katak dewasa.
Gambar 2. Metamorfosis Katak
f. Metagenesis
Ada dua cara yang dilakukan mahluk hidup untuk berkembang biak. Pertama
dengan reproduksi seksual dan yang kedua dengan reproduksi aseksual. Reproduksi
seksual terbentuk dengan tergabungnya dua sel kelamin jantan dengan sel kelamin
betina. Proses ini melibatkan dua individu. Reproduksi aseksual terbentuk tanpa
adanya peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina tetapi berasal dari bagian
tubuh induk. Beberapa tumbuhan dan hewan melakukan dua cara reproduksi tersebut
dengan cara bergantian selama siklus hidupnya. Proses semacam ini yang disebut
metagenesis.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian Penulis antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Maulida Hayati (2008) dengan judul
”Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas I SMP Negeri Danau Panggang
Kalimantan Selatan Melalui Metode Numbered Head Together”, menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif numbered head together dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama,
menjawab kuis, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SMP Negeri 1
Danau Panggang. Penelitian yang penulis lakukan adalah penggunaan metode
Numbered Head Together yang disertai peta konsep dan LKS, dengan harapan
bahwa efektivitas pembelajaran NHT lebih dapat ditingkatkan dengan bantuan
penggunaan peta konsep dan LKS.
Penelitian yang dilakukan oleh Teti Rostikawati (2008) tentang ”Peta Konsep
Dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Dan
Kreativitas Siswa”, menyimpulkan bahwa proses belajar dengan metode Quantum
Learning menggunakan teknik peta konsep memiliki manfaat yang sangat baik untuk
meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang
terdapat dalam diri siswa. Penelitian yang penulis lakukan adalah penggunaan
Numbered Head Together (NHT) dengan peta konsep dan LKS, sedangkan variabel
moderator yang digunakan terdiri dari motivasi belajar dan kreativitas siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Thomas Suharmanto (2006) ”Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Lembar Kegiatan Siswa Dan Media Komputer Terhadap
Kemampuan Kognitif Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa”, menyimpulkan bahwa
penggunaan Lembar Kegiatan Siswa dapat merangsang siswa agar secara aktif
terlibat dengan materi yang dibahas. Penelitian yang penulis lakukan adalah
pembelajaran dengan peta konsep dan Lembar Kegiatan Siswa tang dikemas dalam
metode Numbered Head Together (NHT)
Dalmudi (2004) dalam penelitiannya ”Pengaruh Strategi Pembelajaran
Dengan Pendekatan Peta Konsep Dan Metode Diskusi Terhadap Prestasi Belajar
Fisika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kreativitas Siswa”, menyimpulkan
bahwa strategi pembelajaran dengan peta konsep memiliki rerata prestasi belajar
yang lebih tinggi daripada rerata pembelajaran dengan metode diskusi, serta motivasi
dan kreativitas berpangaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang penulis
lakukan adalah pembelajaran dengan metode Numbered Head Together (NHT)
disertai peta konsep dan LKS dengan menggunakan variabel moderator motivasi
belajar dan kreativitas siswa.
Dewi Nurmalasari (2009) dalam penelitiannya ”Pembelajaran Kimia Dengan
Strategi PQ4R Dan Concept Mapping Ditinjau Dari Kemampuan Memori Dan
Kreativitas Siswa”, menyimpulkan bahwa penggunaan stategi belajar Concept
Mapping memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa
daripada penggunaan strategi belajar PQ4R, serta kreativitas siswa berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang penulis lakukan adalah penggunaan
metode pembelajaran NHT dengan peta konsep dan LKS, sedangkan variabel
moderator yang digunakan adalah motivasi belajar dan kreativitas siswa.
C. Kerangka Berfikir
Gambar 3. kerangka berpikir
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai
Peta Konsep dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi.
Materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan merupakan materi
yang baru namun dirasakan tidak terlalu asing bagi siswa. Siswa dapat
menjumpai proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan dalam
kehidupan sehari-hari mereka, sehingga mereka telah memperoleh konsep
konkret dalam hal ini. Pada materi pertumbuhan dan perkembangan terdapat
banyak konsep, baik yang bersifat konkret maupun abstrak. Oleh karena siswa
telah memiliki konsep konkret, maka akan memudahkan bagi siswa untuk
mendiskusikan materi ini saat proses pembelajaran menggunakan metode
Numbered Head Together (NHT). Metode pembelajaran NHT adalah metode
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang
Proses Pembelajaran NHT
Peta Konsep LKS
Prestasi Belajar Siswa
Motivasi LKS
tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengembangkan diskusi dan kerja
kelompok. Kegiatan ini memberikan aktivitas lebih banyak pada siswa.
Pembelajaran NHT menggunakan peta konsep pada materi pertumbuhan dan
perkembangan akan memudahkan siswa untuk membangun konsep mereka
tentang materi tersebut. Konsep-konsep tersebut akan lebih bermakna jika
dikaitkan sehingga menjadi rangkaian yang bermakna. Hal ini sesuai dengan teori
belajar Ausubel bahwa belajar bermakna akan terjadi jika siswa dapat
mengaitkan konsep yang baru diperoleh dengan konsep lama yang telah dimiliki
sebelumnya. Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran pada materi
pertumbuhan dan perkembangan dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan dalam mengembangkan
proses berpikirnya. Penggunaan metode pembelajaran NHT yang disertai peta
konsep diduga dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik pada materi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan daripada pembelajaran
dengan NHT menggunakan LKS.
2. Pengaruh motivasi siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar Biologi.
Selain faktor eksternal yang berupa metode pembelajaran, terdapat faktor internal
yang juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa. Diantara faktor
internal tersebut adalah motivasi siswa. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Pada pembelajaran materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan, siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam
belajar akan menujukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Pada penelitian ini aspek
motivasi dibagi menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Oleh karena
intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajarnya, maka diduga siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi yang rendah pada materi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
3. Pengaruh kreativitas siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
Biologi.
Kreativitas siswa berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide
unik atau kreatif. Kreativitas ini akan sangat membantu siswa dalam membangun
konsep-konsep pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan. Potensi kreatif dimiliki oleh setiap siswa, meski dalam taraf yang
berbeda-beda. Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki ciri-ciri : dorongan ingin
tahu besar, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah,
mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, dan memiliki
kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan. Dengan kemampuan
seperti tersebut diatas, maka tingkat kreativitas sangat menunjang perolehan
prestasi belajar yang lebih baik. Pada penelitian ini kreativitas siswa dibagi
menjadi dua kategori, yakni tinggi dan rendah, dan siswa dengan tingkat
kreativitas tinggi diduga mempunyai prestasi belajar yang lebih baik pada materi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan daripada siswa dengan
tingkat kreativitas rendah.
4. Interaksi antara model pembelajaran kooperetif tipe NHT yang disertai peta
konsep dan LKS dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
Pada proses pembelajaran materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan peta konsep dan LKS
merupakan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Sedangkan motivasi yang merupakan faktor internal juga dapat
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi
tinggi saat diberikan pembelajaran dengan NHT disertai peta konsep akan
mengalami penguatan sehingga mudah menangkap dan memahami konsep yang
disampaikan guru. Penguasaan konsep siswa yang bermotivasi belajar tinggi
akan lebih baik bila dibandingkan siswa yang bermotivasi belajar rendah.
Penggunaan NHT dengan LKS pada proses pembelajaran bagi siswa yang
bermotivasi tinggi akan mendorong mereka untuk berpikir kritis, logis, dan
analitis dalam berdiskusi serta kegiatan kelompok lainya. Interaksi antara
penggunaan metode pembelajaran NHT yang disertai peta konsep dan LKS
dengan motivasi diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara metode pembelajaran NHT yang disertai peta konsep dan LKS
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
Proses pembelajaran pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan, metode pembelajaran NHT dengan peta konsep dan LKS merupakan
faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Sedangkan kreativitas merupakan faktor internal juga dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran. Bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi,
penggunaan NHT disertai peta konsep pada pembelajaran materi pertumbuhan
dan perkembangan akan memudahkan pembentukan rangkaian konsep dalam
struktur kognitif mereka. Hal demikian terjadi karena semakin kreatif pola pikir
seseorang, maka akan semakin mampu dalam mengaitkan satu konsep dengan
konsep yang lain. Sedangkan penggunaan NHT disertai LKS pada materi
pertumbuhan dan perkembangan bagi siswa berkreativitas tinggi akan tertuang
dalam bentuk pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif serta kemampuan
berpendapat dan mengungkapkan pendapatnya. Interaksi antara penggunaan
model pembelajaran NHT yang disertai peta konsep dan LKS dengan kreativitas
diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara motivasi dan kreativitas siswa yang berkategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar Biologi.
Setiap siswa memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut
berperan dalam aktivitas dirinya dalam proses belajar pada materi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Diantara kondisi internal tersebut
adalah motivasi dan kreativitas. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Sedangkan kreativitas diartikan
sebagai pribadi yang mempunyai ciri-ciri pokok yang ditunjukkan dengan
kelincahan mentalnya untuk berfikir dari dan keseluruh arah. Penggunaan potensi
kreatif oleh setiap siswa dalam bentuk pemikiran dan pemecahan masalah secara
kreatif. Dengan demikian interaksi antara motivasi dan kreativitas siswa diduga
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan.
7. Interaksi antara metode pembelajaran NHT yang disertai peta konsep dan LKS
dengan motivasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal
yang ada padanya. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi antara lain
adalah metode pembelajaran. Proses pembelajaran pada materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan menggunakan metode belajar NHT disertai
peta konsep akan membantu siswa untuk memahami suatu rangkaian materi
secara terpadu. Peta konsep merupakan suatu teknik visual yang menunjukkan
struktur informasi pada kognitif seseorang, yaitu tentang bagaimana konsep-
konsep dalam domain tertentu saling berhubungan. Sedangkan proses
pembelajaran pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan
menggunakan metode belajar NHT disertai LKS akan mendorong siswa
menemukan konsep-konsep pada materi tersebut melalui berdiskusi,
merumuskan, menganalisis, dan menyimpulkan berbagai persoalan dalam LKS.
Selain faktor eksternal tersebut, terdapat faktor internal diantaranya adalah
motivasi dan kreativitas. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi, karena motivasi belajar adalah dorongan internal pada siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Hal ini
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seorang siswa dalam belajar.
Potensi kreatif siswa dalam pembelajaran akan tampak pada kemampuan untuk
menghasilkan gagasan, jawaban, atau pernyataan yang bervariasi, dan mampu
merubah cara pendekatan atau cara pemikiran terhadap penyelesaian suatu
masalah dengan ide-ide yang baru dan unik, serta menghasilkan solusi yang tidak
lazim atau jarang terjadi. Dengan kata lain, metode pembelajaran NHT dengan
peta konsep dan LKS merupakan faktor eksternal yang dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran. Sedangkan motivasi dan kreativitas yang
merupakan faktor internal yang juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Interaksi antara penggunaan model pembelajaran NHT yang
disertai peta konsep dan LKS dengan motivasi dan kreativitas diduga
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
D. Hipotesis
Penelitian ini mengemukakan beberapa hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT disertai
Peta Konsep dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi.
2. Ada pengaruh motivasi siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Biologi.
3. Ada pengaruh kreativitas siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar Biologi.
4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai
Peta Konsep dan LKS dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar
Biologi.
5. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai
Peta Konsep dan LKS dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
Biologi.
6. Ada interaksi antara motivasi dan kreativitas siswa yang berkategori tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi.
7. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai
peta konsep dan LKS dengan motivasi dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar Biologi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N I Menden, Blora
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
a. Tahap persiapan meliputi : pengajuan judul, pembuatan proposal, permohonan
pembimbing, dan permohonan perijinan kepada lembaga terkait.
b. Tahap pelaksanaan meliputi : uji coba instrumen penelitian, pelaksanaan
mengajar dan pengambilan data.
c. Tahap penyelesaian meliputi : analisis data dan penyusunan laporan.
Penelitian ini berlangsung dari bulan Agustus 2009 sampai bulan Januari 2010.
Adapun jadwal penelitian sebagai berikut :
Tabel 1.3. Tahap Penelitian
Kegiatan B u l a n
8 9 10 11 12 1
Proposal penelitian √ √
Permohonan ijin √ √
Pembuatan dan uji instrumen
√ √
Pengambilan data penelitian
√ √ √
Penyusunan laporan
√ √ √ √ √
B. Populasi dan Sample
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri I Menden
Tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 6 kelas.
2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sebagai sampel adalah 4 kelas dari 6 kelas yang ada.
Dari 4 kelas tersebut, dua kelas akan diberi perlakuan pembelajaran dengan metode
Numbered Head Together dengan peta konsep dan dua kelas lainnya akan diberi
perlakuan pembelajaran dengan metode Numbered Head Together dengan LKS.
3. Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak (Cluster Random Sampling),
yakni mengambil empat kelas dari enam kelas yang tersedia, dua kelas diberi
perlakuan pembelajaran dengan metode Numbered Head Together menggunakan
peta konsep dan dua kelas lainnya akan diberi perlakuan pembelajaran dengan
metode Numbered Head Together menggunakan LKS.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan rancangan faktorial
tiga jalur 2x2x2 sebab jumlah variabel bebas ada tiga, setiap variabel bebas terdiri
dari dua level. Adapun gambar rancangan penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Komponen
Metode Pembelajaran NHT (A )
Peta Konsep
(A1) LKS (A2 )
Motivasi
Tinggi (B1)
Kreativitas Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1
Kreativitas Rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2
Motivasi
Rendah (B2)
Kreativitas Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1
Kreativitas Rendah (C2) A1B2C2 A2B2C2
Dari tabel 3.1 di atas, A menunjukkan variabel pembelajaran kooperatif
dengan metode Numbered Head Together (NHT) , A1 menunjukkan kelompok siswa
yang diberi pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Head Together
(NHT) yang disertai Peta Konsep, dan A2 menunjukkan kelompok yang diberi
pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Head Together (NHT) yang
disertai LKS . Sedangkan B menunjukkan variabel motivasi, dimana dibagi menjadi
dua kategori, yaitu : B1 adalah siswa yang mempunyai motivasi tinggi, B2 adalah
siswa yang mempunyai motivasi rendah. Sedangkan C menunjukkan variabel
kreativitas siswa, yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu : C1 adalah siswa yang
memiliki kreativitas tinggi, C2 adalah siswa yang memiliki kreativitas rendah.
Dari tabel 3.1 di atas, A1B1C1 menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Peta Konsep yang memiliki
motivasi tinggi dan kreativitas tinggi. A1B1C2 menunjukkan siswa yang diberi
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Peta Konsep
yang memiliki motivasi tinggi dan kreativitas rendah.
A1B2C1 menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan Peta Konsep yang memiliki motivasi
rendah dan kreativitas tinggi. A1B2C2 menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Peta Konsep yang memiliki
motivasi rendah dan kreativitas rendah.
Adapun A2B1C1 adalah siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan LKS yang memiliki motivasi tinggi dan
kreativitas tinggi. A2B1C2 menunjukkan siswa yang diberi Pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dengan LKS yang memiliki motivasi tinggi
dan kreativitas rendah.
Adapun A2B2C1 menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dengan LKS yang mempunyai motivasi
rendah dan kreativitas tinggi. A2B2C2 menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) denganLKS yang mempunyai
motivasi rendah dan kreativitas rendah.
D. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini melibatkan tiga variabel bebas dan satu
variable terikat. Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel bebas pertama
Metode pembelajaran berperan sebagai variable bebas pertama yang terdiri
dari metode Numbered Head Together (NHT) yang telah dikembangkan menjadi
dua, yakni NHT yang disertai dengan Peta Konsep dan LKS. Variabel bebas berskala
nominal sebab dikategorikan menjadi dua yaitu ya dan tidak. Variabel bebas tersebut
antara lain :
a. Metode Numbered Head Together dengan Peta Konsep
Peranan : Variabel aktif yaitu variabel yang dimanipulasi.
Simbol : A1
Definisi Operasional :
Metode Numbered Head Together adalah bagian pembelajaran
kooperatif, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
sekitar 4 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang
beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya
kurang. Penggunaan pembelajaran Numbered Head Together dengan peta konsep
dimulai dengan penyajian materi pelajaran secara umum oleh guru dengan
menggunakan peta konsep. Setelah itu dilakukan penomoran (Numbering), yakni
guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan 4 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga setiap
siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. Setelah itu guru
mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Tahap berikutnya adalah berpikir
bersama (Head Together), yaitu disaat para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap siswa mengetahui jawaban tersebut.
Tahap terakhir adalah pemberian jawaban (Answering) dengan cara guru
menyebut satu nomor dan siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Siswa diminta untuk menyajikan
jawaban mereka dalam bentuk peta konsep, dengan harapan akan membantu
siswa untuk membangun konsep.
b. Metode Numbered Head Together dengan LKS
Peranan : Variabel aktif yaitu variabel yang dimanipulasi
Simbol : A2
Definisi Operasional :
Metode Numbered Head Together adalah bagian pembelajaran
kooperatif, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
sekitar 4 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang
beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya
kurang. Penggunaan pembelajaran Numbered Head Together dengan LKS
dimulai dengan penyajian materi pelajaran secara umum oleh guru. Setelah itu
dilakukan penomoran (Numbering), yakni guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4 hingga 5 orang dan memberi
mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang
berbeda. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Tahap
berikutnya adalah berpikir bersama (Head Together), yaitu disaat para siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap siswa
mengetahui jawaban tersebut. Tahap terakhir adalah pemberian jawaban
(Answering) dengan cara guru menyebut satu nomor dan siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama dan menyiapkan jawaban untuk seluruh
kelas.
Guru memberikan Lembar Kegiatan Siswa yang harus dikerjakan oleh
setiap kelompok. Lembar Kegiatan Siswa mencakup soal-soal dari seluruh materi
yang akan disajikan oleh semua kelompok. Dengan demikian, diharapkan saat
suatu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka, maka
kelompok yang lain akan memperhatikan dengan seksama agar mampu
menjawab soal-soal dalam LKS tersebut.
2. Variabel Bebas Kedua
Variabel Motivasi sebagai variabel bebas kedua, merupakan variabel atribut
yaitu variabel yang dapat diukur tapi tidak dimanipulasi secara eksperimental.
Variabel ini dimasukkan dalam rancangan penelitian untuk dijadikan sebagai
variabel moderator sehingga dapat dilihat interaksinya dengan variabel yang lain
dalam mempengaruhi variabel terikat.
a. Skala Pengukuran : ordinal, yang terdiri dari tinggi dan rendah.
b. Definisi Operasional :
Motivasi sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan belajar, karena
hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Semakin tinggi motivasi
yang dimiliki siswa, akan semakin berhasil pula dalam menguasai pelajaran.
Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil prestasi yang
baik. Penilaian motivasi pada siswa ditandai dengan skor jawaban siswa dari
angket motivasi dengan skala rentang 1 sampai 4.
c. Simbol : B1 untuk siswa yang mempunyai motivasi tinggi
B2 untuk siswa yang mempunyai motivasi rendah
3. Variabel Bebas Ketiga
Variabel kreativitas sebagai variabel bebas ketiga, merupakan variabel atribut
yaitu variabel yang diukur tapi tidak dimanipulasi secara eksperimental. Variabel ini
dimasukkan dalam rancangan penelitian untuk dijadikan variabel moderator sehingga
dapat dilihat interaksinya dengan variabel yang lain dalam mempengaruhi variabel
terikat.
a. Skala Pengukuran : Ordinal, yang terdiri dari tinggi dan rendah
b. Definisi Operasional :
Kreativitas diartikan sebagai pribadi yang mempunyai ciri-ciri pokok yang
ditunjukkan dengan kelincahan mentalnya untuk berfikir dari dan keseluruh arah,
fleksibelitas konseptal dan orisinilitas untuk melahirkan ide, gagasan, pemecahan
masalah, cara baru dan penemuan. Penilaian kreativitas pada siswa ditandai
dengan skor jawaban siswa dari angket kreativitas dengan skala rentang 1 sampai
4.
c. Simbol : C1 untuk siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
C2 untuk siswa yang mempunyai kreativitas rendah.
4. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian berupa prestasi belajar SMP Negeri I Menden
dalam mata pelajaran Biologi.
a. Skala Pengukuran : Interval
b. Definisi Operasional :
Prestasi belajar Biologi adalah hasil proses pembelajaran siswa yang
menunjukkan kecakapan yang dicapai dalam bentuk angka yang diperoleh dari
tes prestasi Biologi pada pokok bahasan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tumbuhan Dan Hewan.
c. Simbol : Y
Untuk memperjelas rancangan penelitian dan analisis ststistiknya, dapat
diperlihatkan pada rancangan tata letak data yang dikembangkan berikut ini :
Tabel 4.1. Tata Letak Data
Komponen
Metode Pembelajaran NHT (A )
Peta Konsep
(A1) LKS (A2 )
Motivasi
Tinggi (B1)
Kreativitas Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1
Kreativitas Rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2
Motivasi
Rendah (B2)
Kreativitas Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1
Kreativitas Rendah (C2) A1B2C2 A2B2C2
E. Teknik Pengambila Data
Untuk mengumpulkan data yang digunakan dalam pengujian hipotesis
digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik-teknik yang digunakan adalah
teknik dokumentasi, teknik angket dan teknik tes. Teknik-teknik tersebut diuraikan di
bawah ini :
1. Teknik Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2006 : 158) menyatakan bahwa “Dokumentasi, dari asal
katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya”.
2. Teknik Angket
Suharsimi Arikunto (2006 : 151) mendefinisikan angket atau kuesioner
sebagai berikut “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui”. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk
mengetahui seberapa besar motivasi dan kreativitas siswa dalam pelajaran Biologi,
yang dibagi dalam kategori tinggi dan rendah. Bentuk angket yang digunakan berupa
angket tertutup dengan empat alternatif jawaban. Pengukuran skor angket ini
menggunakan skala 4 dengan lambang (angka) 1,2,3,4. Kategori tinggi bila nilai ≥
rata-rata + ½ standard deviasi. Kategori sedang bila rata-rata – ½ standard deviasi <
nilai < rata-rata + ½ standard deviasi. Kategori rendah : nilai ≤ rata-rata – ½ standard
deviasi. Sebelum angket ini digunakan pada obyek penelitian, angket diujicoba
terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
3. Teknik Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 150), “Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelejensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok”. Dalam penelitian ini teknik tes digunakan untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap konsep dari mata pelajaran yang telah dipelajari.
Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap pelajaran, sampel diberi tes
yang berupa soal-soal konsep pertumbuhan dan perkembangan Tumbuhan Dan
Hewan. Bentuk soal berupa tes obyektif pilihan ganda dengan empat alternatif
jawaban dengan satu jawaban yang benar. Soal tersebut disesuaikan dengan kisi-kisi
yang telah disusun yang didasarkan pada silabus. Sebelum diujikan pada sampel
penelitian, soal tes terlebih dahulu harus diadakan tryout untuk menentukan validitas
dan reliabilitas, yang pada akhirnya dapat menentukan layak tidaknya soal tes
digunakan untuk mengambil data penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari dua yaitu instrumen pelaksanaan
penelitian dan instrumen pengambilan data.
1. Instrumen pelaksanaan penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian berupa satuan
pelajaran Number Head Together dengan Peta Konsep dan satuan pelajaran LKS.
2. Instrumen pengambilan data
Instrumen untuk pengambilan data ada tiga yaitu instrumen Motivasi,
instrumen kreativitas, dan instrumen prestasi belajar Biologi. Instrumen Motivasi dan
Instrumen kreativitas berupa angket. Instrumen prestasi belajar berupa tes dengan
bentuk pilihan ganda dimana siswa tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah
disediakan.
B. Uji Coba Instrumen
Sebelum melakukan eksprimen yang sebenarnya perlu terlebih dahulu
dilakukan uji coba terhadap instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian. Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada kelas yang mempunyai
level sama dengan kelas sebagai tempat penelitian. Tujuan uji coba adalah untuk
melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar valid dan benar-benar
reliabel atau tidak. Selain itu, uji coba dipakai juga untuk melihat derajat kesukaran
dan indeks daya pembeda, untuk melihat keterbacaan instrumen, untuk melihat
apakah waktu yang direncanakan disediakan telah cukup atau tidak , dan apakah
masih diperlukan alat-alat yang diperlukan atau hal-hal lain yang perlu.
1. Validitas
Analisis uji validitas tes prestasi belajar Biologi, validitas angket motivasi
dan angket kreativitas menggunakan tehnik korelasi dari pearson. Yaitu dengan
membandingkan skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total. Untuk
menentukan validitas item-item dalam angket digunakan rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut:
( )( )( )[ ] ( )[ ]2222 YYNXXN
YXXYNrxy
S-SS-S
-= å åå
dimana: rxy = koefisien korelasi
X = skor item
Y = skor total item
N = jumlah responden
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 72)
Dari hasil uji coba yang telah dilakukan di SMP N 2 Menden, diperoleh hasil
dari 40 angket motivasi belajar siswa, terdapat 7 item tidak valid dan 33 item valid.
Item motivasi yang tidak valid adalah nomor 7, 8, 15, 21, 22, 25, dan 33. Item yang
tidak valid tersebut tidak digunakan dalam penelitian selanjutnya. Pada angket
kreativitas, dari 40 angket kreativitas terdapat 9 item tidak valid dan 31 item valid.
Item tersebut meliputi item dengan nomor 3, 7, 12, 16, 20, 24, 26, 35, dan 39. Untuk
selanjutnya item kreativitas yang tidak valid tersebut tidak diujikan kepada siswa.
Sedangkan pada soal tes prestasi, dari 40 soal yang diujikan terdapat 6 soal tidak
valid dan 34 soal valid. Butir soal tidak valid tersebut adalah soal dengan nomor 14,
18, 25, 26, 27, dan 29. Adapun butir soal yang tidak valid tersebut tidak akan
digunakan dalam penelitian. Untuk hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 16.
2. Reliabilitas
Suatu instruman disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen
tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang
sama pada waktu yang berlainan atau atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi
mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang
berlainan.
Analisis uji reliabilitas instrumen angket motivasi, dan angket kreativitas
pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
úúû
ù
êêë
é å-úû
ùêëé-
=2
2
11 11 t
i
nn
rdd
Dimana: r11 = reliabilitas
n = banyaknya item
S δi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
δt2 = varians total
(Suharsimi Arikunto, 2006 :
109)
Analisis uji reliabilitas instrumen tes dengan skor 0 - 1 menggunakan rumus
K-R. 20. Teknik analisis reliabilitas butir soal dengan K-R. 20 adalah sebagai
berikut:
úúû
ù
êêë
é -úûù
êëé-
= å2
2
11 1 S
pqS
nn
r
Dimana : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
P = proporsi subjek yang menjawab item dengan
benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan
salah (q = 1-p)
∑pq= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standard deviasi dari tes
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 100)
Hasil analisis reliabilitas angket motivasi menggunakan Alpha Cronbach.
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,925, koefisien korelasi untuk angket kreativitas
sebesar 0,910, dan koefisien korelasi untuk tes prestasi menggunakan K-R 20 sebesar
0,911. Untuk hasil uji Reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16.
3. Derajat Kesukaran Soal Tes
Soal yang baik untuk alat ukur adalah soal yang mempunyai derajat
kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Untuk mengetahui derajat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran.
Besarnya indeks kesukaran dicari dengan rumus:
JsB
P =
di mana: P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab benar
Js = jumlah responden (siswa)
Menurut ketentuan yang diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan
sebagai berikut:
a). Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
b). Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
c). Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
Dari klasifikasi diatas, soal yang dianggap baik adalah yang
mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai 0,70.
(Suharsimi Arikunto,2006 : 208-210)
Hasil analisis terhadap uji coba instrumen diketahui bahwa indeks kesukaran
soal tergolong sedang. Dari 34 soal, terdapat 32 soal dengan kategori sedang dan 2
soal dengan kategori mudah. Data indeks kesukaran soal untuk selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 16.
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai
(berkemampuan rendah) (Suharsimi Arikunto, 2006: 211). Rumus untuk menentukan
daya pembeda (indeks diskriminasi) setiap item adalah:
BAB
B
A
A PPJ
B
J
BD -=-=
di mana:
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Adapun klasifikasi daya pembeda sebagai berikut :
D : 0,00 - 0,20 = jelek
D : 0,20 - 0,40 = cukup
D : 0,40 - 0,70 = baik
D : 0,70 - 1,00 = baik sekali
D : negatif berarti soal tidak baik
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 213)
Hasil analisis terhadap uji coba instrumen diketahui bahwa daya pembeda
soal dari 34 butir soal, 6 diantaranya berkategori baik. Sedangkan 26 diantaranya
berkategori cukup dan 2 soal mempunyai daya pembeda yang jelek. Daya pembeda
soal untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.
C. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian diambil dari
populasi yang normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
software Minitab 15. Prosedurnya sebagai berikut :
1) Penentuan Hipotesis
H0 : data terdistribusi tidak normal
H1 : data terdistribusi normal
2) Statistik uji
Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan ryan-joiners.
Ketentuan pengambilan kesimpulan H0 diterima ketika P-value> 0,1, selain itu H0
ditolak. Tingkat signifikansi (a) yang digunakan adalah 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan
software Minitab yang prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Penentuan Hipotesis
H0 : data tidak homogen
H1 : data homogen
2) Statistik Uji
Statistik uji menggunakan tes for equal variances dengan ketentuan H0
diterima ketika P-value> 0,05, selain itu H0 ditolak. Tingkat signifikansi (a) yang
digunakan adalah 0,05.
2. Uji Hipotesis
a. Anava
Anava (Analisys Of Varians) merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k sampel jika datanya berbentuk
interval atau rasio (Mohammad Pribadi, 2008). Pada penelitian ini setelah dilakukan
uji prasyarat analisis, jika populasi berdistribusi normal dan homogen maka
dilakukan uji analisis menggunakan anava tiga jalan dengan bantuan software
Minitab 15 menggunakan teknik GLM (General Linear Model). GLM adalah salah
satu teknik statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
yang jumlahnya lebih dari tiga sampel secara serempak dengan setiap sampel terdiri
atas dua faktor atau lebih. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Hipotesisnya (Ho) :
1) Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT disertai Peta
Konsep dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi.
H0A : Tidak terdapat pengaruh penggunakan model pembelajaran Numbered
Heads Together ( NHT) menggunakan peta konsep dan LKS terhadap
prestasi belajar biologi
H1A : Terdapat pengaruh penggunakan model pembelajaran Numbered Heads
Together ( NHT) menggunakan peta konsep dan LKS terhadap prestasi
belajar biologi
2) Pengaruh motivasi siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar Biologi.
H0B : Tidak terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi
belajar biologi
H1B : Terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar
biologi
3) Pengaruh kreativitas siswa dalam belajar Biologi kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar Biologi.
H0C : Tidak terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
biologi
H1C : Terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi
4) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai Peta
Konsep dan LKS dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
H0A : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together ( NHT) menggunakan Peta Konsep dan
LKS dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi
H1A : Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together ( NHT) menggunakan Peta Konsep dan LKS dengan
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi
5) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai Peta
Konsep dan LKS dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
H0A : Tidak Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together ( NHT) dan The Power Of Two dengan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi.
H1A : Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together ( NHT) dan The Power Of Two dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar biologi.
6) Interaksi antara motivasi dan kreativitas siswa yang berkategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar Biologi.
H0A : Tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar siswa dengan kreativias
siswa terhadap prestasi belajar biologi.
H1A : Terdapat interaksi antara motivasi belajar siswa dengan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar biologi
7) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai peta
konsep dan LKS dengan motivasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
Biologi.
H0A : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together ( NHT) yang disertai peta konsep dan LKS
dengan motivasi belajar siswa dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi.
H1A : Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif Numbered
Head Together ( NHT) yang disertai peta konsep dan LKS dengan
motivasi belajar siswa dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
biologi.
b. Ui Lanjut
Uji anava memiliki ketentuan H1 diterima ketika P-value>0,05. Jika H1 pada
uji anava diterima maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Analysis Of Mean
menggunakan software minitab 15.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berkaitan dengan hipotesis pada Bab III dan diperolehnya data hasil
penelitian, maka pada Bab IV ini akan disajikan deskripsi data dan hasil keputusan
uji. Data tersebut meliputi data tentang motivasi siswa, kreativitas siswa, dan data
prestasi belajar Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan.
1. Data Skor Movitasi
Motivasi belajar siswa dibagi menjadi dua kategori yakni tinggi dan rendah
berdasarkan skor rataan pada kedua kelas eksperimen. Rataan untuk skor motivasi
adalah 123. Siswa yang memiliki skor diatas rerata tersebut dikelompokkan dalam
kategori tinggi dan yang sama dengan rerata serta yang lebih kecil dari rerata
dikelompokkan sebagai kategori rendah. Penelitian ini menggunakan empat kelas
eksperimen, dua kelas yakni kelas VIIIB dan VIIIE dengan perlakuan pemberian
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menggunakan Peta Konsep dan dua
kelas yang lain yakni kelas VIIIA dan VIIIF dengan perlakuan pemberian
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menggunakan LKS. Dari 62 siswa
kelas eksperimen dengan metode pembelajaran NHT menggunakan Peta Konsep dan
65 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran NHT menggunakan LKS,
terdapat 68 siswa bermotivasi tinggi dan 59 siswa memiliki motivasi rendah. Secara
rinci dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Jumlah siswa yang memiliki Motivasi Tinggi dan Rendah
Motivasi
Kelas VIII B dan VIII E
(Peta Konsep) Kelas VIII A dan VIII F (LKS)
Frekuensi Prosentase
(%) Frekuensi
Prosentase
(%)
Tinggi 45 73 23 35
Rendah 17 27 42 65
Jumlah 62 100 65 100
Perolehan skor siswa yang memiliki motivasi berkategori tinggi dan rendah
dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2
Gambar 4.1 Grafik Skor Motivasi Siswa Berkategori Rendah
Gambar 4.2 Grafik Skor Motivasi Siswa Berkategori Tinggi
0
5
10
15
20
25
30
35
106 - 110 111 - 115 116 - 120 121 - 125 126 - 130 131 - 135 136 - 140
Motivasi Rendah
Fre
ku
en
si
0
5
10
15
20
25
30
35
106 - 110 111 - 115 116 - 120 121 - 125 126 - 130 131 - 135 136 - 140
Fre
kuen
si
Motivasi Tinggi
2. Data Skor Kreativitas
Skor kreativitas diperoleh dari angket kreativitas siswa. Berdasarkan data
yang telah diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan
rendah berdasarkan rataan pada kedua kelas eksperimen. Rataan skor angket
kreativitas adalah 121. Siswa yang memiliki skor diatas rataan dikelompokkan pada
kategori tinggi dan yang sama dengan rataan serta lebih kecil dari rataan
dikelompokkan sebagai kategori rendah. Dengan kriteria tersebut dari 127 siswa
yang terdiri dari 62 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran NHT
menggunakan Peta Konsep dan 65 siswa kelas eksperimen dengan metode
pembelajaran NHT menggunakan LKS, terdapat 72 siswa memiliki kreativitas tinggi
dan 55 siswa memiliiki kreativitas rendah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 6.1
Tabel 6.1 Jumlah siswa yang memiliki Kreativitas tinggi dan rendah
Kreativitas
Kelas VIII B dan VIII E
(Peta Konsep) Kelas VIII A dan VIII F (LKS)
Frekuensi Prosentase
(%) Frekuensi
Prosentase
(%)
Tinggi 36 58 36 55
Rendah 26 42 29 45
Jumlah 62 100 65 100
Perolehan skor siswa yang memiliki kreativitas berkategori tinggi dan rendah
dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4
Gambar 4.3 Grafik Skor Kreativitas Berkategori Rendah
Gambar 4.3 Grafik Skor Kreativitas Berkategori Tinggi
3. Data Skor Prestasi Biologi
Prestasi belajar pada kelas eksperimen dengan metode NHT menggunakan
Peta Konsep nilai terendah 47,50, nilai tertinggi 92,50, nilai rata-rata 73,98, dan
standar deviasi 11,52. Prestasi belajar pada kelas eksperimen dengan metode NHT
menggunakan LKS nilai terendah 37,50, nilai tertinggi 82,50, nilai rata-rata 60,25
dan standar deviasi 11,85.
0
5
10
15
20
25
101 - 105 106 - 110 111 - 115 116 - 120 121 - 125 126 - 130 131 - 135
Fre
kuen
si
Kreativitas Rendah
0
5
10
15
20
25
30
35
101 - 105 106 - 110 111 - 115 116 - 120 121 - 125 126 - 130 131 - 135
Fre
kuen
si
Kreativitas Tinggi
Tabel 7.1 Daftar Prestasi Belajar Siswa
Nilai
Kelas VIII B dan
VIII E
(Peta Konsep)
Kelas VIII A dan
VIII F (LKS)
Terendah 49,50 37,50
Tertinggi 92,50 82,50
Rata-rata 73,98 60,25
Peneliti menggunakan histogram untuk memperjelas sebaran frekuensi
prestasi siswa dengan metode NHT menggunakan Peta Konsep dan LKS. Distribusi
frekuensi dari data prestasi belajar masing-masing ditunjukkan pada gambar 4.3, 4.4,
dan 4.5. Selain itu untuk mengidentifikasi nilai extrim pada data, peneliti
menggunakan boxplot pada software Minitab. Nilai Ektrim pada data akan terlihat
ketika ada tanda (*) di luar diagram.
Gambar 4.4 Grafik Prestasi belajar Dengan Peta Konsep
0
5
10
15
20
25
37 - 44 44,5 - 51,5 52 - 59 59,5 - 66,5 67- 74 74,5 - 81,5 82 - 89 89,5 - 96,5
Fre
kuen
si
Prestasi Belajar LKS
90
80
70
60
50
Pre
sta
si B
ela
jar
Pe
ta K
on
sep
Boxplot of Prestasi Belajar Peta Konsep
80
70
60
50
40
Pre
sta
si B
ela
jar
LKS
Boxplot of Prestasi Belajar LKS
Gambar 4.5 Histogram Prestasi belajar menggunakan LKS
Gambar 4.6. Boxplot Hasil Belajar dengan metode NHT menggunakan Peta Konsep
Gambar 4.7. Boxplot Hasil Belajar dengan metode NHT menggunakan LKS
0
2
4
6
8
10
12
14
16
37 - 44 44,5 - 51,5 52 - 59 59,5 - 66,5 67- 74 74,5 - 81,5 82 - 89 89,5 - 96,5
Fre
kuen
si
Prestasi Belajar Peta Konsep
B.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi
yang berdistibusi normal atau tidak. Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah
software minitab 15 dengan menggunakan statistik Normalitas Ryan
normalitas terpenuhi maka analisis selanjutnya dapat diteruskan. Hasil Uji
Normalitas data prestasi belajar ranah kognitif kelas dapat dilihat pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Uji normalitas pada prestasi belajar dengan menggunakan Peta Konsep
Gambar 5.2Uji normalitas pada prestasi belajar dengan menggunakan LKS
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi
yang berdistibusi normal atau tidak. Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah
dengan menggunakan statistik Normalitas Ryan-joiner, jika uji
i maka analisis selanjutnya dapat diteruskan. Hasil Uji
Normalitas data prestasi belajar ranah kognitif kelas dapat dilihat pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Uji normalitas pada prestasi belajar dengan menggunakan Peta Konsep
Gambar 5.2Uji normalitas pada prestasi belajar dengan menggunakan LKS
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi
yang berdistibusi normal atau tidak. Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah
joiner, jika uji
i maka analisis selanjutnya dapat diteruskan. Hasil Uji
Normalitas data prestasi belajar ranah kognitif kelas dapat dilihat pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Uji normalitas pada prestasi belajar dengan menggunakan Peta Konsep
Gambar 5.2Uji normalitas pada prestasi belajar dengan menggunakan LKS
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa data prestasi
belajar siswa terdistribusi normal. Sesuai dengan ketentuan di Bab III bahwa H
data prestasi belajar berdistribusi normal diterima ketika P
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai
variansi yang sama atau tidak.
menggunakan software minitab. Hasil dari Uji homogenitas prestasi belajar Biologi
dapat dilihat pada gambar 6.1.
Gambar 6.1 Uji homogenitas Prestasi belajar
Dari hasil diatas terlihat bahwa P
bab III maka H1: data prestasi
dapat dinyatakan homogen. Karena data telah terdistribusi normal dan homogen,
maka selanjutnya dapat dilakukan uji Anova.
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa data prestasi
belajar siswa terdistribusi normal. Sesuai dengan ketentuan di Bab III bahwa H
data prestasi belajar berdistribusi normal diterima ketika P-value>0,1.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
minitab. Hasil dari Uji homogenitas prestasi belajar Biologi
dapat dilihat pada gambar 6.1.
Gambar 6.1 Uji homogenitas Prestasi belajar
Dari hasil diatas terlihat bahwa P-value>0,05. Sesuai dengan ketentuan pada
bab III maka H1: data prestasi homogen diterima, berarti data prestasi belajar Biologi
dapat dinyatakan homogen. Karena data telah terdistribusi normal dan homogen,
maka selanjutnya dapat dilakukan uji Anova.
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa data prestasi
belajar siswa terdistribusi normal. Sesuai dengan ketentuan di Bab III bahwa H1 :
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
minitab. Hasil dari Uji homogenitas prestasi belajar Biologi
value>0,05. Sesuai dengan ketentuan pada
homogen diterima, berarti data prestasi belajar Biologi
dapat dinyatakan homogen. Karena data telah terdistribusi normal dan homogen,
C. Pengujian Hipotesis
1. Anava Tiga Jalan GLM (General Linear Model)
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis tiga jalan
dengan sel tak sama yaitu GLM (General Linear Model), dan uji lanjut pasca anava
dilakukan jika hipotesis nol ditolak. Adapun hasil komputasi GLM menggunakan
software minitab 15 adalah sebagai berikut:
Tabel 8.1 Hasil analisis General Linear Model: Prestasi Belajar versi Model Pembelajaran, Motivasi, Kreativitas
General Linear Model Nilai
F PValu
e Mea
n
SE Mean
StDev
Minimum
Median
Maximum
Model Pembelajaran 6.72 0.011 73.98
1.44
11.32
47.50 75.00 92.50
Motivasi 29.16 0.000 74.8
2 1.35
11.12 50.00 76.25 92.50
Kreativitas 15.89 0.000 73.6
9 1.35
11.35 42.50 75.00 92.50
Model Pembelajaran*Motivasi
0.07 0.796 60.09
3.08
10.20
42.50 60.00 77.50
Model Pembelajaran*Kreativitas
0.13 0.724 72.95
2.61
8.65 52.50 72.50 82.50
Motivasi*Kreativitas 145.9 0.193 65.39
2.56
7.69 47.50 68.50 72.50
Model Pembelajaran *Motivasi*kreativitas 27.6 0.570
79.50
1.33 8.40 55.00 80.00 92.50
Dari hasil uji analisis menggunakan General Linear Model dapat disimpulkan
penolakan dan penerimaan hipotesis seperti yang terangkum pada table 9.1.
Tabel 9.1. Rangkuman Hasil Analisis GLM
No Hipotesis P-Value Alpa (α) Hasil 1 H0A 0,011 0,050 Ditolak 2 H0B 0,000 0,050 Ditolak 3 H0C 0,000 0,050 Ditolak 4 H0D 0,796 0,050 Diterima 5 H0E 0,724 0,050 Diterima 6 H0F 0,193 0,050 Diterima 7 H0G 0,570 0,050 Diterima
Dari hasil uji GLM tersebut diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Tidak ada pengaruh antara metode pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) menggunakan Peta Konsep dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi
pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan ditolak. Hal
ini ditunjukkan oleh P value = 0,011 < α 0,050 sehingga H1 diterima yang berarti
ada pengaruh antara metode pembelajran Numbered Head Together (NHT)
menggunakan Peta Konsep dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
b. Tidak ada pengaruh antara motivasi siswa terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan ditolak. Hal ini
ditunjukkan oleh P value = 0,000 < α 0,050 sehingga H1 diterima yang berarti ada
pengaruh antara motivasi dengan prestasi belajar Biologi pada materi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
c. Tidak ada pengaruh antara kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi
pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan ditolak. Hal
ini ditunjukkan oleh P value = 0,000 < α 0,050 sehingga H1 diterima yang berarti
ada pengaruh antara kreativitas dengan prestasi belajar Biologi pada materi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
d. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi terhadap
prestasi belajar Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan diterima. Hal ini ditunjukkan oleh P Value = 0,796 > α 0,050 sehingga H1
ditolak yang berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan
motivasi terhadap prestasi belajar Biologi materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan diterima.
e. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan diterima. Hal ini ditunjukkan oleh P Value = 0,724 > α 0,050 sehingga H1
ditolak yang berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar Biologi materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan diterima.
f. Tidak ada interaksi antara motivasi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan diterima.
Hal ini ditunjukkan oleh P Value = 0,193 > α 0,050 sehingga H1 ditolak yang
berarti tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan diterima.
g. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi dan kreativitas
terhadap prestasi belajar Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan dan hewan diterima. Hal ini ditunjukkan oleh P Value = 0,570 > α
0,050 sehingga H1 ditolak yang berarti tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dengan motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar Biologi
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan diterima.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variasi Tiga Jalan
Uji lanjut anava menggunakan
Mean. Uji ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan
variabel terikat. Hasil uji lanjut tersebut diperlihatkan pada
Gambar 7.1 Uji lanjut pasca anava pengaruh metode pembelajaran terhadap
Pada gambar 7.1 penggunaan metode belajar
(NHT) dengan LKS dikodekan dengan angka 1, sedangkan penggunaan Peta Konsep
dikodekan dengan angka 2, untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. Baik
pembelajaran dengan LKS maupun Peta Konsep keduanya telah melewati batas garis
merah yang berarti penggunaan metode belajar berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar Biologi pada m
hewan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa dengan metode pembelajaran dengan
NHT menggunakan Peta Konsep yang dikodekan dengan angka 2 berpengaruh
kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Penggunaa
NHT disertai LKS yang dikodekan dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih
rendah terhadap prestasi belajar.
Lanjut Pasca Analisis Variasi Tiga Jalan
Uji lanjut anava menggunakan software Minitab 15 adalah uji Analysis Of
Uji ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan
Hasil uji lanjut tersebut diperlihatkan pada gambar berikut :
Gambar 7.1 Uji lanjut pasca anava pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi
Pada gambar 7.1 penggunaan metode belajar Numbered Head Together
(NHT) dengan LKS dikodekan dengan angka 1, sedangkan penggunaan Peta Konsep
ngan angka 2, untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. Baik
pembelajaran dengan LKS maupun Peta Konsep keduanya telah melewati batas garis
merah yang berarti penggunaan metode belajar berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa dengan metode pembelajaran dengan
NHT menggunakan Peta Konsep yang dikodekan dengan angka 2 berpengaruh
kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Penggunaan pembelajaran dengan
NHT disertai LKS yang dikodekan dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih
rendah terhadap prestasi belajar.
Minitab 15 adalah uji Analysis Of
Uji ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan
gambar berikut :
Gambar 7.1 Uji lanjut pasca anava pengaruh metode pembelajaran terhadap
Numbered Head Together
(NHT) dengan LKS dikodekan dengan angka 1, sedangkan penggunaan Peta Konsep
ngan angka 2, untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. Baik
pembelajaran dengan LKS maupun Peta Konsep keduanya telah melewati batas garis
merah yang berarti penggunaan metode belajar berpengaruh signifikan terhadap
ateri pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan
hewan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa dengan metode pembelajaran dengan
NHT menggunakan Peta Konsep yang dikodekan dengan angka 2 berpengaruh
n pembelajaran dengan
NHT disertai LKS yang dikodekan dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih
Gambar 7.2 Uji lanjut pasca anava pengaruh motivasi
Pada penelitian ini, motivasi belajar berkategori tinggi dikodekan dengan
angka 2, sedangkan motivasi berkategori rendah dikodekan dengan angka 1, seperti
yang terlampir pada lampiran 5. Pada gambar 7.2 baik motivasi berka
maupun motivasi berkategori rendah, keduanya telah melewati batas garis merah
yang berarti motivasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa motivasi berkategori tinggi yang dikodekan dengan angka 2
berpengaruh kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Motivasi berkategori
rendah yang dikodekan dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih rendah
terhadap prestasi belajar.
Gambar 7.2 Uji lanjut pasca anava pengaruh motivasi tehadap prestasi belajar Biologi
Pada penelitian ini, motivasi belajar berkategori tinggi dikodekan dengan
angka 2, sedangkan motivasi berkategori rendah dikodekan dengan angka 1, seperti
yang terlampir pada lampiran 5. Pada gambar 7.2 baik motivasi berkategori tinggi
maupun motivasi berkategori rendah, keduanya telah melewati batas garis merah
yang berarti motivasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Pada gambar tersebut
lihat bahwa motivasi berkategori tinggi yang dikodekan dengan angka 2
berpengaruh kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Motivasi berkategori
rendah yang dikodekan dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih rendah
tehadap prestasi belajar
Pada penelitian ini, motivasi belajar berkategori tinggi dikodekan dengan
angka 2, sedangkan motivasi berkategori rendah dikodekan dengan angka 1, seperti
tegori tinggi
maupun motivasi berkategori rendah, keduanya telah melewati batas garis merah
yang berarti motivasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Pada gambar tersebut
lihat bahwa motivasi berkategori tinggi yang dikodekan dengan angka 2
berpengaruh kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Motivasi berkategori
rendah yang dikodekan dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih rendah
Gambar 7.3 Uji lanjut pasca anava pengaruh kreativitas terhadap prestasi
Pada penelitian ini, kreativitas berkategori tinggi dikodekan dengan angka 2,
sedangkan kreativitas berkategori rendah dikodekan dengan angka 1, seperti
terlampir pada lampiran 5. Pada gambar 7.3 baik kreativitas berkategori tinggi
maupun kreativitas berkategori rendah, keduanya telah melewati batas garis merah
yang berarti kreativitas berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa kreativitas berkategori tinggi yang dikodekan dengan angka 2
berpengaruh kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Kreativitas
berkategori rendah yang dikodek
rendah terhadap prestasi belajar.
Gambar 7.3 Uji lanjut pasca anava pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar
Pada penelitian ini, kreativitas berkategori tinggi dikodekan dengan angka 2,
sedangkan kreativitas berkategori rendah dikodekan dengan angka 1, seperti
terlampir pada lampiran 5. Pada gambar 7.3 baik kreativitas berkategori tinggi
maupun kreativitas berkategori rendah, keduanya telah melewati batas garis merah
yang berarti kreativitas berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Biologi pada
ri pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa kreativitas berkategori tinggi yang dikodekan dengan angka 2
berpengaruh kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Kreativitas
berkategori rendah yang dikodekan dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih
rendah terhadap prestasi belajar.
Gambar 7.3 Uji lanjut pasca anava pengaruh kreativitas terhadap prestasi
Pada penelitian ini, kreativitas berkategori tinggi dikodekan dengan angka 2,
sedangkan kreativitas berkategori rendah dikodekan dengan angka 1, seperti yang
terlampir pada lampiran 5. Pada gambar 7.3 baik kreativitas berkategori tinggi
maupun kreativitas berkategori rendah, keduanya telah melewati batas garis merah
yang berarti kreativitas berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Biologi pada
ri pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa kreativitas berkategori tinggi yang dikodekan dengan angka 2
berpengaruh kearah yang lebih tinggi terhadap prestasi belajar. Kreativitas
an dengan angka 1 berpengaruh kearah yang lebih
Gambar 7.4 Interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi
Pada gambar 7.4 terlihat bahwa metode pembelajaran NHT menggunakan
Peta Konsep menunjukkan rata
dengan LKS, baik pada siswa yang bermotivasi tinggi maupun rendah.
Gambar 7.5 interaks
Gambar 7.4 Interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi terhadap prestasi belajar
Pada gambar 7.4 terlihat bahwa metode pembelajaran NHT menggunakan
Peta Konsep menunjukkan rata-rata nilai yang lebih tinggi daripada pembelajaran
dengan LKS, baik pada siswa yang bermotivasi tinggi maupun rendah.
Gambar 7.5 interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar
Gambar 7.4 Interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi
Pada gambar 7.4 terlihat bahwa metode pembelajaran NHT menggunakan
rata nilai yang lebih tinggi daripada pembelajaran
i antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap
Pada gambar 7.5 terlihat bahwa metode pembelajaran NHT menggunakan
Peta Konsep menunjukkan rata
dengan LKS, baik pada siswa yang m
Gambar 7.6 interaksi antara motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar
Pada gambar 7.6 terlihat bahwa tidak ada persinggungan atau interaksi antara
motivasi dengan kreativitas terhadap prestasi
motivasi tinggi tidak selalu memiliki kreativitas yang tinggi pula. Begitu juga
sebaliknya, siswa dengan kreativitas yang tinggi tidak selalu memiliki motivasi yang
tinggi pula, dan kesemuanya tida tidak saling berinterak
terhadap prestasi belajar siswa.
Pada gambar 7.5 terlihat bahwa metode pembelajaran NHT menggunakan
Peta Konsep menunjukkan rata-rata nilai yang lebih tinggi daripada pembelajaran
dengan LKS, baik pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi maupun rendah.
Gambar 7.6 interaksi antara motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar
Pada gambar 7.6 terlihat bahwa tidak ada persinggungan atau interaksi antara
motivasi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki
motivasi tinggi tidak selalu memiliki kreativitas yang tinggi pula. Begitu juga
sebaliknya, siswa dengan kreativitas yang tinggi tidak selalu memiliki motivasi yang
tinggi pula, dan kesemuanya tida tidak saling berinteraksi untuk berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
Pada gambar 7.5 terlihat bahwa metode pembelajaran NHT menggunakan
rata nilai yang lebih tinggi daripada pembelajaran
emiliki kreativitas tinggi maupun rendah.
Gambar 7.6 interaksi antara motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar
Pada gambar 7.6 terlihat bahwa tidak ada persinggungan atau interaksi antara
belajar siswa. Siswa yang memiliki
motivasi tinggi tidak selalu memiliki kreativitas yang tinggi pula. Begitu juga
sebaliknya, siswa dengan kreativitas yang tinggi tidak selalu memiliki motivasi yang
si untuk berpengaruh
Gambar 7.7 interaksi antara metode pembelajaran, motivasi, dan kreativitas terhadap
Pada gambar 7.7 memperlihatkan tidak terdapat garis yang bersinggungan
berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, motivasi, dan kreativitas
terhadap prestasi belajar.
Dari hasil analisis diperoleh P value = 0,011 <
ditolak dan hipitesis alternativ diterima, maka terdapat pengaruh pembelajaran
Biologi dengan metode Number Head Together
dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan.
pada materi pertumbuhan dan perkembangan akan memudahkan siswa untuk
membangun konsep mereka tentang materi tersebut.
pembelajaran pada materi pertumbuhan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan
Gambar 7.7 interaksi antara metode pembelajaran, motivasi, dan kreativitas terhadap
prestasi belajar
Pada gambar 7.7 memperlihatkan tidak terdapat garis yang bersinggungan
interaksi antara metode pembelajaran, motivasi, dan kreativitas
D. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis diperoleh P value = 0,011 < α 0,050 sehingga hipotesis nol
ditolak dan hipitesis alternativ diterima, maka terdapat pengaruh pembelajaran
Number Head Together (NHT) menggunakan Peta Konsep
dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan
erkembangan tumbuhan dan hewan. Pembelajaran NHT menggunakan peta konsep
pada materi pertumbuhan dan perkembangan akan memudahkan siswa untuk
membangun konsep mereka tentang materi tersebut. Penggunaan LKS dalam proses
pembelajaran pada materi pertumbuhan dan perkembangan dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan
Gambar 7.7 interaksi antara metode pembelajaran, motivasi, dan kreativitas terhadap
Pada gambar 7.7 memperlihatkan tidak terdapat garis yang bersinggungan
interaksi antara metode pembelajaran, motivasi, dan kreativitas
α 0,050 sehingga hipotesis nol
ditolak dan hipitesis alternativ diterima, maka terdapat pengaruh pembelajaran
(NHT) menggunakan Peta Konsep
dan LKS terhadap prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan
Pembelajaran NHT menggunakan peta konsep
pada materi pertumbuhan dan perkembangan akan memudahkan siswa untuk
Penggunaan LKS dalam proses
dan perkembangan dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan
dalam mengembangkan proses berpikirnya
Dari gambar 7.1 hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata prestasi belajar
siswa yang dikenakan perlakuan pembelajaran dengan metode NHT menggunakan
Peta Konsep lebih besar dari rerata prestasi belajar siswa yang dikenakan perlakuan
pembelajaran dengan metode NTH menggunakan LKS. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan metode NHT menggunakan Peta Konsep lebih baik
pengaruhnya dibanding pembelajaran dengan metode NHT menggunakan LKS
terhadap prestasi belajar Biologi siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan dan hewan.
Pembelajaran Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
dan hewan dengan metode NHT menggunakan peta konsep lebih baik daripada
pembelajaran dengan metode NHT menggunakan LKS, hal ini dikarenakan
penggunaan peta konsep mempunyai keunggulan dibanding dengan penggunaan
LKS. Michael Roth (2009) menyatakan, “Peta konsep menolong siswa dalam
pembelajaran berarti, terutama sekali ketika mengerjakan aktivitas kelompok, bahkan
sebagian siswa akan mengerti proses sederhana selama pelajaran tersebut
berlangsung”. Pembelajaran dengan peta konsep memberikan kemudahan dalam
memahami suatu materi pelajaran. Produk atau konsep yang sudah didapatkan dalam
pembelajaran tersebut akan lebih bermakna bila dikait-kaitkan sehingga menjadi
rangkaian yang bermakna. Rangkaian yang bermakna akan membuat ingatan lebih
kuat untuk menyimpannya. Tidak mungkin seseorang dapat menghubungkan sesuatu
(konsep) apabila orang tidak mengerti benar akan konsep tersebut. Dengan
meningkatnya penguasaan konsep siswa terhadap suatu materi, maka akan
berdampak kepada meningkatnya hasil belajar siswa.
LKS adalah media yang dianggap tepat sebagai salah satu penunjang kegiatan
belajar mengajar. LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar
siswa dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri. Karenanya dalam LKS
seharusnya memuat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi.
Dalam LKS, siswa pada saat yang sama diberi materi dan tugas yang berkaitan
dengan materi tersebut. Selain itu dalam LKS dapat menemukan arahan yang
terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.Namun demikian, tak jarang
kegiatan pembelajaran yang menggunakan LKS akan menimbulkan kecenderungan
pada sebagian siswa untuk hanya menghafal jawaban.
Dalam penelitian Joko Sutriso (2009), menyatakan bahwa “Penggunaan LKS
secara tidak terarah dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk memahami
bacaan, berpikir kritis dan kreatif tidak akan berkembang”. Pada saat pembelajaran
menggunakan LKS siswa hanya berorientasi pada menjawab soal dalam LKS.
Meskipun jawaban dalam LKS tersebut diperoleh dari hasil berdiskusi dengan
kelompok, berpikir bersama, menganalis, namun siswa masih belum dapat
menangkap konsep secara terpadu dari menjawab soal LKS tersebut. Oleh sebab itu
perlu diadakan pola pembelajaran yang efektif dan komprehensif (kognitif,
psikomotorik dan afektif). Siswa tidak hanya dituntut pandai menjawab soal-soal
LKS tetapi mereka dapat berpikir logis, menganalisis dan membandingkan, serta
mempertanyakan dan mengevaluasi, kemudian dapat menkontekstualisasikan dengan
cara memecahkan problem-problem yang terjadi di sekitar masyarakat.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) dengan Peta Konsep lebih baik daripada
penggunaan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan LKS terhadap
prestasi belajar pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
2. Hipotetsis Kedua
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan
dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan sesuatu untuk
mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental
terhadap perorangan. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relativ permanen dan
secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Dalmudi (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ”Tingkat motivasi
yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, terlepas dari
berbagai macam metode pembelajaran yang digunakan”. Selama siswa memiliki
tingkat motivasi yang tinggi, maka siswa tersebut cenderung memperoleh prestasi
belajar yang baik. Hal tersebut karena motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong
usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seorang siswa yang belajar akan dapat melahirkan prestasi
yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi berkategori tinggi
akan mengalami penguatan, sehingga mudah menangkap dan memahami konsep
yang disampaikan guru dan penguasaan konsep akan lebih baik bila dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang rendah.
Pada hasil uji analisis penelitian, diketahui P value = 0,000 < α 0,050
sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternative diterima, terdapat pengaruh
antara motivasi berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Dari gambar 7.2 hasil
analisis uji lanjut dapat dilihat bahwa motivasi berkategori tinggi mempunyai
pengaruh yang lebih baik dibanding motivasi berkategori rendah terhadap
penguasaan konsep pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis penelitian didapatkan P value = 0,000 < α 0,050 sehingga
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternativ diterima, terdapat pengaruh antara
kreativitas berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan. Dari gambar 7.3 hasil
analisis uji lanjut dapat dilihat bahwa kreativitas berkategori tinggi mempunyai
pengaruh yang lebih baik dibanding kreativitas berkategori rendah terhadap
penguasaan konsep pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
Kreativitas sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, meski dalam taraf yang
berbeda-beda. Kira-kira seperlima dari kemampuan manusia adalah kamampuan
kreativ atau yang disebut produk divergen. Penggunaan potensi kreativ oleh setiap
siswa dalam bentuk pemikiran dan pemecahan masalah secara kreativ, dapat
ditingkatkan melalui upaya pelatihan yang sistematis dengan penggunaan berbagai
metode pembelajaran. Kreativitas dapat diartikan sebagai pribadi yang mempunyai
ciri-ciri pokok yang ditunjukkan dengan kelincahan mentalnya untuk berfikir dari
dan keseluruh arah, fleksibelitas konseptal dan orisinilitas untuk melahirkan ide,
gagasan, ilham, pemecahan, cara baru dan penemuan.
Teti Rostikawati (2008) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
kreativitas memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan
kreativitas tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan
kreativitas rendah, terlepas dari berbagai macam metode pembelajaran yang
digunakan.
Potensi kreativ pada diri seseorang akan selalu mendorong orang tersebut
untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga sering mengajukan pertanyaan
yang baik dan memiliki kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan
serta pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinil. Dengan kemampuan
demikian, tingkat kreativitas sangat menunjang perolehan prestasi belajar yang baik.
Siswa dengan kreativitas tinggi cenderung menunjukkan hasil belajar yang selalu
tinggi dibandingkan siswa dengan tingkat kreativitas yang rendah.
4. Hipotesis Keempat
Dari hasil analisis penelitian didapatkan P value = 0,796 > α 0,050 sehingga
hipotesis nol diterima dan hipotesis alternativ ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan
motivasi terhadap prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wiwik Dwi Erminingsih (2008),
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara metode pembelajaran dengan
motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Tidak adanya interaksi antara metode
pembelajaran dengan motivasi dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran dengan NHT disertai Peta Konsep lebih
baik daripada metode NHT disertai LKS terhadap prestasi belajar Biologi.
Sedangkan pada hipotesis kedua motivasi diperlukan oleh siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar. Pada proses pembelajaran Biologi melalui metode NHT
menggunakan Peta Konsep maupun LKS, semakin tinggi tingkat motivasi, akan
semakin tinggi pula prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi saat
diberikan pembelajaran dengan NHT disertai peta konsep akan mengalami penguatan
sehingga mudah menangkap dan memahami konsep yang disampaikan guru.
Penguasaan konsep siswa yang bermotivasi belajar tinggi akan lebih baik bila
dibandingkan siswa yang bermotivasi belajar rendah. Penggunaan NHT dengan LKS
pada proses pembelajaran bagi siswa yang bermotivasi tinggi akan mendorong
mereka untuk berpikir kritis, logis, dan analitis dalam berdiskusi serta kegiatan
kelompok lainya.
Oleh karena itu apapun pembelajaran yang diterapkan, baik metode NHT
disertai Peta Konsep maupun metode NHT disertai LKS, siswa yang memiliki
motivasi berkategori tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki motivasi rendah. Sebaliknya berapapun tingkat motivasi belajar
siswa, baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran Biologi
melalui metode NHT dengan menggunakan Peta Konsep memiliki prestasi belajar
yang lebih baik daripada siswa yang menerima pembelajaran melalui metode NHT
dengan menggunakan LKS. OLeh karena demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi.
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil analisis penelitian didapatkan P value = 0,796 > α 0,050 sehingga
hipotesis nol diterima dan hipotesis alternativ ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa
dapat dijelaskan sebagai berikut: berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran
Biologi dengan metode NHT menggunakan Peta Konsep lebih baik terhadap prestasi
belajar daripada menggunakan LKS. Sedangkan pada hipotesis ketiga kreativitas
dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Proses pembelajaran
pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan, metode
pembelajaran NHT dengan peta konsep dan LKS merupakan faktor eksternal yang
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Sedangkan kreativitas
merupakan faktor internal juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi, penggunaan NHT disertai
peta konsep pada pembelajaran materi pertumbuhan dan perkembangan akan
memudahkan pembentukan rangkaian konsep dalam struktur kognitif mereka. Hal
demikian terjadi karena semakin kreatif pola pikir seseorang, maka akan semakin
mampu dalam mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain. Sedangkan
penggunaan NHT disertai LKS pada materi pertumbuhan dan perkembangan bagi
siswa berkreativitas tinggi akan tertuang dalam bentuk pemikiran dan pemecahan
masalah secara kreatif serta kemampuan berpendapat dan mengungkapkan
pendapatnya.
Pada proses pembelajaran Biologi dengan metode NHT menggunakan Peta
Konsep maupun LKS, semakin tinggi tingkat kreativitas, akan semakin tinggi pula
prestasi belajar. Oleh karena itu apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik
metode NHT dengan menggunakan Peta Konsep maupun LKS, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kreativitas rendah. Sebaliknya berapapun tingkat kreativitas siswa, baik
tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran Biologi melalui metode
NHT menggunakan Peta Konsep akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik
daripada dengan menggunakan LKS.
Pada beberapa macam metode pembelajaran tertentu memerlukan tingkat
kreativitas yang tinggi dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah peta konsep.
Dalam penelitian ini, kreativitas mutlak berpengaruh terhadap prestasi belajar, tanpa
dipengaruhi oleh berbagai metode pembelajaran yang digunakan. Hal demikian dapat
dijelaskan bahwa potensi kreativ pada diri seseorang akan membuat orang tersebut
menjadi pribadi yang mempunyai ciri-ciri pokok yang ditunjukkan dengan
kelincahan mentalnya untuk berfikir dari dan keseluruh arah, fleksibelitas konseptual
dan orisinilitas untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru dan
penemuan. Selain itu pribadi yang kreativ memiliki kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan, jawaban, atau pernyataan, memberikan banyak cara atau saran
untuk menyelesaikan masalah, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban serta
mampu merubah cara pendekatan atau cara pemikiran terhadap penyelasaian suatu
masalah. Dengan demikian, asalkan memiliki kreativitas yang tinggi, seorang siswa
akan memiliki peluang yang lebih besar dalam pencapaian prestasi belajar yang
maksimal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara
metode pembelajaran dengan kreativitas siswa dalam belajar Biologi.
6. Hipotesis Keenam
Setiap siswa memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut
berperan dalam aktivitas dirinya dalam proses belajar. Diantara kondisi internal
tersebut adalah motivasi dan kreativitas. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Sedangkan kreativitas diartikan sebagai
pribadi yang mempunyai ciri-ciri pokok yang ditunjukkan dengan kelincahan
mentalnya untuk berfikir dari dan keseluruh arah. Dari hasil analisis penelitian
didapatkan P value = 0,796 > α 0,050 sehingga hipotesis nol diterima dan hipotesis
alternativ ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara motivasi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar Biologi pada
materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
Tidak adanya interaksi ini antara motivasi dengan kreativitas dapat dijelaskan
sebagai berikut: berdasarkan hipotesis hipotesis kedua, motivasi diperlukan oleh
siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan pada hipotesis ketiga
kreativitas juga dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
Berapapun tingkat motivasi, baik tinggi maupun rendah, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kreativitas rendah. Sebaliknya berapapun tingkat kreativitas siswa, baik
tinggi maupun rendah, siswa yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki prestasi
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara motivasi dan kreativitas siswa.
7. Hipotesis Ketujuh
Dari hasil analisis penelitian didapatkan P value = 0,570 > α 0,050 sehingga
hipotesis nol diterima dan hipotesis alternativ ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran, motivasi,
dan kreativitas terhadap prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan.
Dari Hipotesis pertama, kedua, dan ketiga, dapat disimpulkan bahwa siswa
yang menerima pembelajaran Biologi dengan metode NHT menggunakan Peta
Konsep memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
metode NHT menggunakan LKS, tingkat motivasi berpengaruh terhadap prestasi
belajar, dan kreativitas juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dari analisis data
dapat dilihat, berapapun tingkat motivasi dan kreativitas siswa, siswa yang menerima
pembelajaran dengan metode NHT menggunakan Peta Konsep akan memiliki
prestasi belajar yang lebih baik daripada dengan menggunakan metode NHT disertai
LKS. Sedangkan jika dilihat dari segi motivasi, apapun metode pembelajaran yang
diterapkan dan berapapun tingkat kreativitas siswa, siswa yang memiliki motivasi
tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
motivasi rendah. Sedangkan jika dilihat dari segi kreativitas, apapun metode
pembelajaran yang diterapkan, dan berapapun tingkat motivasi, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kreativitas rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
interaksi antara metode pembelajaran, motivasi, dan kreativitas siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh mungkin tidak
sesuai dengan harapan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi
atau membatasi hasil penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Item soal nomor 14, 18, 25, 26, 27, 29 belum dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
2. Efektivitas kerja kelompok masih rendah, sehingga saat pembelajaran dengan
metode Numbered Head Together (NHT) hanya beberapa orang siswa saja yang
aktif. Meskipun berdasarkan statistik siswa terdistribusi secara homogen, namun
kenyataannya setelah bekerja dalam kelompok sistem kerja kurang kooperatif.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari data yang dikumpulkan dan hasil analisis data yang telah dikemukakan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan metode Number Head Together (NHT) dengan Peta Konsep
memberikan rerata nilai sebesar 92,50 dan berpengaruh lebih baik terhadap
prestasi belajar Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
dan hewan daripada pembelajaran NHT dengan LKS yang memberikan rerata
nilai sebesar 47,50. Pembelajaran dengan NHT membantu siswa membentuk
rangkaian atau proposisi-proposisi konsep secara terpadu dalam struktur kognitif
mereka. Sedangkan pembelajaran NHT dengan LKS, siswa hanya berorientasi
pada menjawab soal dalam LKS. Meskipun jawaban dari LKS diperoleh dari
hasil berdiskusi, berpikir bersama, dan menganalisis, namun siswa masih belum
dapat menangkap konsep secara terpadu dari menjawab soal tersebut.
2. Motivasi belajar berkategori tinggi memberikan rerata nilai sebesar 92,50 dan
berpengaruh lebih baik terhadap prestasi belajar siswa pada materi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan dan hewan daripada motivasi berkategori rendah
yang memberikan rerata nilai sebesar 50,00. Siswa yang memiliki motivasi tinggi
akan mengalami penguatan sehingga mudah menangkap konsep yang
disampaikan oleh guru dan penguasaan konsep akan lebih baik bila dibandingkan
dengan siswa yang memiliki motivasi yayng rendah.
3. Kreativitas berkategori tinggi memberikan rerata nilai sebesar 92,50 dan
berpengaruh lebih baik terhadap prestasi belajar siswa pada materi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan dan hewan daripada kreativitas berkategori rendah
yang memberikan rerata nilai 42,50. Penggunaan potensi kreatif oleh setiap siswa
tertuang dalam bentuk pemikiran dan penyelesaian masalah secara kreativ.
Semakin kreativ pola pikir seseorang, maka semakin kreativ pula dalam
menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain.
4. Tidak ada interaksi antara pembelajaran Biologi dengan metode Numbered Head
Together (NHT) menggunakan peta konsep dan LKS dengan tinggi dan rendah
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan. Tidak terjadi, misal metode pembelajaran
NHT bagus untuk siswa dengan motivasi kategori tinggi, tetapi tidak bagus untuk
siswa dengan motivasi kategori rendah. Ini berarti tidak ada interaksi antara
metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa.
5. Tidak ada interaksi pada pembelajaran Biologi dengan metode Numbered Head
Together (NHT) menggunakan Peta konsep dan LKS serta tinggi dan rendah
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan dan hewan. Tidak terjadi, misal metode pembelajaran
NHT bagus untuk siswa dengan kreativitas kategori tinggi, tetapi tidak bagus
untuk siswa dengan kreativitas kategori rendah. Ini berarti tidak ada interaksi
antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa.
6. Tidak ada interaksi pada pembelajaran Biologi antara tinggi dan rendah motivasi
siswa dengan tinggi dan rendah kreativitas siswa dalam belajar biologi terhadap
prestasi belajar. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dan kreativitas berbanding
lurus dengan prestasi belajar pada materi pertumbuhan dan perkembangan
tmbuhan dan hewan.
7. Tidak ada interaksi pada pembelajaran Biologi dengan metode Numbered Head
Together (NHT) menggunakan Peta Konsep dan LKS dengan tinggi dan rendah
motivasi belajar siswa serta tinggi dan rendah kreativitas siswa dalam belajar
Biologi terhadap prestasi belajar pada materi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan dan hewan. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang
berbeda yang disampaikan oleh guru tidak akan merubah kategori atau motivasi
dan kreativitas siswa.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan
adalah :
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperluas pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar Biologi yang
berkaitan dengan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
menggunakan Peta Konsep dan LKS, motivasi, dan kreativitas siswa.
2. Implikasi Praktis
Implikasi Praktis yang dapat dikemukakan berdasarkan kesimpulan tersebut
antara lain:
a. Untuk pembelajaran Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan dan hewan sebaiknya menggunakan metode Numbered Head Together
(NHT) yang disertai Peta Konsep, karena dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
b. Perlu memperhatikan motivasi siswa sebagai faktor internal yang mempengaruhi
prestasi belajar Biologi.
c. Perlu memperhatikan kreativitas siswa sebagai faktor internal yang
mempengaruhi prestasi belajar Biologi.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka peneliti mengajukan
saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk Pejabat Pengambil Keputusan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan sebagai bahan dalam penyusunan
kurikulum dan perangkat pembelajaran, sehingga kurikulum yang akan datang
menjadi kurikulum yang menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses
pembelajaran.
2. Untuk Para Guru
a. Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode NHT disertai peta
konsep perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah:
1) Guru hendaknya memberikan referensi materi atau bahan ajar yang seragam
sehingga mempermudah siswa dalam menemukan konsep yang terpadu untuk
penyusunan peta konsep.
2) Dalam pembuatan peta konsep masih banyak terdapat miskonsepsi pada siswa,
maka guru hendaknya melakukan klarifikasi diakhir pembelajaran.
3) Pembelajaran dengan metode NHT disertai peta konsep merupakan metode yang
berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga sangat dimungkinkan kelas
menjadi ramai. Guru diharapkan selalu memantau dan mendampingi siswa
selama proses pembelajaran sehingga suasana belajar tetap kondusif.
b. Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode NHT disertai LKS
perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah:
1) Pembuatan soal-soal dalam LKS supaya menekankan pada berpikir kritis dan
analitis dengan mengambil contoh peristiwa pada kehidupan sehari-hari.
2) Pembelajaran dengan metode NHT disertai LKS merupakan metode yang
berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga sangat dimungkinkan kelas
menjadi ramai. Guru diharapkan selalu memantau dan mendampingi siswa
selama proses pembelajaran sehingga suasana belajar tetap kondusif
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruk konsep dengan memperbanyak
diskusi antara siswa dengan guru atau antar sesama siswa.
d. Dalam proses belajar perlu untuk memperhatikan motivasi pada diri siswa
dengan cara mengukur tingkat motivasi belajar. Jika motivasi belajar rendah,
dapat diupayakan meningkatkan motivasi tersebut dengan memberikan berbagai
inovasi metode pembelajaran.
e. Dalam proses belajar perlu untuk memperhatikan kreativitas pada diri siswa
dengan cara mengukur tingkat kreativitas. Jika tingkat kreativitas rendah, dapat
diupayakan memunculkan kreativitas tersebut dengan memberikan berbagai
inovasi metode pembelajaran.
3. Untuk Siswa
a. Keberhasilan anda akan lebih bernilai jika dapat membawa keberhasilan pada
orang lain. Jika anda mengajari teman anda, tanpa anda sadari kemampuan anda
meningkat.
b. Selalu aktif bergabung dengan orang lain akan menambah banyak wawasan.
Dengan memberi lebih banyak pada orang lain, anda juga akan menerima lebih
banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki Wibawa. 2001. Media Pengajaran. Bandung : Maulana. Birbili, Maria. 2006. Mapping Knowledge: Concept Maps in Early Childhood
Education. Journal of Research in Science Teaching Vol. 8 No. 2, 309-324. Derek Wood. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta : Katahati. Fuad Nasroni. 1999. Membangun Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta :
Sipress. Hamzah, b, Uno. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis Dibidang
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Kartono. 2004. Pembelajaran IPA Terbimbing Ditinjau Dari Kreativitas Dan
Kemandirian Siswa SD. Surakarta : UNS. Martinis Yamin. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta : GP
Press. Maheady, Larry. 2006. The Effects of Numbered Heads Together with and Without
an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders. Journal Of Behaioral Education.Volume 15, Number 1/March, page 24-38.
Mohammad Asrori . 2006. Psikologi Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima. Mohammad Pribadi. 2008. Minitab 15. Surakarta : UNS. Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Nana Syaodah Sukmadinata. 2005. Landasan Psiklogi Proses Pendidikan Edisi
Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution. 1988. Ditaktik asas-asas mengajar. Bandung : Jemmars. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK.
Malang: UMPRESS.
Paul Suparno. 1997. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakata: Kanisius.
Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Revillia Ardhi. 2008. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library?e=d-00000-00---
0skripsi--00-1--0-10-0-00 Robert K.Yin. 2002. Studi Kasus Desain Dan Metode. Jakarta : Raja Grafindo
Persada Roth, Michael. 2009. The concept map as a tool for the collaborative construction
of knowledge: A microanalysis of high school physics students. Journal of Research in Science Teaching Volume 30 Issue 5, Pages 503 – 534.
Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa
Media.
Slavin. 2000. Cooperative Learning. Review of Educational Research, Vol. 50, No.2, Page 315-342
Soedomo Hadi. 2003. Pendidikan Suatu Pengantar. Surakarta : UNS. Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press. Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta : UNS Press. Suhaenah Suparno. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta : Depdiknas. Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta
: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta. Slamet. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : UNS Press. Vacek, Jenny. 2009. Using a Conceptual Approach with Concept Mapping to
Promote Critical Thinking. Journal of Nursing Education Vol. 48 No. 1, 421-448.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.