penggunaan bahasa indonesia baku dalam karangan
TRANSCRIPT
1
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU DALAM KARANGAN SISWA
KELAS VI SD NEGERI TANJUNG III KECAMATAN BENDO
KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2006/2007
SKRIPSI
Oleh
WIWIK PUJIASTUTI
NPM 05.311.281/P
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI MADIUN
APRIL 2007
2
ABSTRAK
Wiwik Pujiastuti. 2007. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam Karangan Siswa
Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
Tahun 2006/2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS,
IKIP PGRI Madiun. Pembimbing (I) Drs. Agus Budi Santoso, M.Pd.
(II) Yuentie Sova Puspidalia, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci : Bahasa Indonesia Baku, Karangan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo,
Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007.
Penelitian ini meneliti seluruh populasi. Oleh karena itu, penelitian ini
disebut penelitian total sampling. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VI
SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007
yang berjumlah 15 siswa.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Selanjutnya,
pengumpulan data yang digunakan adalah teknis tes. Setelah data terkumpul,
kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan rumus
prosentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kemampuan pemakaian prefiks
dalam karangan mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,93 atau
masuk dalam kategori baik. 2) Kemampuan pemakaian kaidah baku dalam karangan
mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 6,73 atau masuk dalam
kategori cukup. 3) Kemampuan pemakaian konjungsi dalam karangan mendapat rata-
rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,13 atau masuk dalam kategori baik.
4) Kemampuan pemakaian konstruksi sintesis prefiks dalam karangan mendapat rata-
rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,33 atau masuk dalam kategori baik.
5) Kemampuan pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan
mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,53 atau masuk dalam
kategori baik.
3
MOTTO
Muda berkarya
Tua kaya
Mati masuk surga
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Suami tercinta Basuki dan anakku
tersayang Indah Kurnia Permatasari yang
selalu membantu dan mendoakanku
supaya berhasil
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan
kelas dan menyusun skripsi dengan judul “Penggunaan Bahasa Indonesia Baku
Dalam Karangan Siswa Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo Kabupaten
Magetan Tahun 2006/2007”.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan, beaya, waktu dan tenaga yang ada
pada penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca dan pemerhati.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin sekali mengucapkan rasa terima
kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Drs. Parji, M.Pd., Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI
Madiun, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di lembaga yang dipimpinnya.
2. Bapak Drs. Bambang Eko Hari Cahyono, M.Pd., Dekan Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni IKIP PGRI Madiun.
3. Ibu Hj. Yuentie Sova Puspidalia, S.Pd., M.Pd., Kaprodi PBSI FPBS IKIP PGRI
Madiun, sekaligus Pembimbing II.
4. Bapak Drs. Agus Budi Santoso, M.Pd., Pembimbing I
5. Ibu Martini, Kepala SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan
yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang
dipimpinnya.
5
6. Rekan-rekan guru di SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan
yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, dalam melaksanakan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapat imbalan
yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, pengelola dan pemerhati pendidikan.
Madiun, Mei 2007
Penulis,
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ............................ iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
MOTTO DAN KATA PERSEMBAHAN ....................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7
E. Pembatasan Masalah ............................................................... 7
F. Definisi Istilah ......................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 9
A. Ragam Bahasa Indonesia .......................................................... 9
1. Ragam Bahasa menurut Golongan Penutur Bahasa ............ 9
2. Ragam Bahasa menurut Jenis Pemakaian Bahasa .............. 11
B. Pembakuan Bahasa Indonesia .................................................. 14
C. Pengertian Bahasa Baku dan Bahasa Indonesia Baku .............. 15
D. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku ............................................... 17
7
1. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri
sintaksis .............................................................................. 20
2. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai oleh penggunaan
fungsi gramatikal (subjek, predikat, dan objek) secara
eksplisit dan konsisten ....................................................... 21
3. Kalimat baku Bahasa Indonesia ditandai dengan ciri
semantis .............................................................................. 22
4. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri
morfologi ............................................................................ 23
5. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri
leksikal ............................................................................... 23
6. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri
gramefis .............................................................................. 23
7. Ciri-ciri kalimat baku lain .................................................. 24
E. Fungsi Bahasa Indonesia Baku ................................................. 25
1. Fungsi pemersatu ............................................................... 25
2. Fungsi penanda kepribadian ............................................... 25
3. Fungsi penambah wibawa ................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 27
1. Tempat Penelitian ............................................................... 27
2. Waktu Penelitian ................................................................. 27
B. Desain Penelitian ..................................................................... 27
C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel ..................... 29
1. Populasi .............................................................................. 29
8
2. Sampel ................................................................................ 29
3. Teknik Pengambilan Sampel .............................................. 30
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................... 30
1. Pengumpulan Data ............................................................. 30
2. Instrumen Penelitian ........................................................... 30
E. Analisis Data ........................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 33
A. Deskripsi Data ......................................................................... 33
B. Hasil Analisis Data ................................................................... 38
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 42
A. Simpulan .................................................................................. 42
B. Saran ........................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 51
9
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kemampuan siswa dalam pemakaian prefiks dalam karangan siswa
kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan,
Tahun Pelajaran 2006/2007 ............................................................... 33
Tabel 2 Kemampuan siswa dalam pemakaian kaidah baku dalam karangan
siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007................................................ 34
Tabel 3 Kemampuan siswa dalam pemakaian konjungsi dalam karangan
siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007................................................ 35
Tabel 4 Kemampuan siswa dalam pemakaian konstruksi sintesis berikut
menandai bahasa Indonesia nonbaku dalam karangan siswa kelas VI
SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun
Pelajaran 2006/2007 .......................................................................... 36
Tabel 5 Kemampuan siswa dalam pemakaian pemakaian ejaan resmi yang
sedang berlaku (EYD) dalam karangan siswa kelas VI SDN
Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun
Pelajaran 2006/2007 ........................................................................... 37
Tabel 6 Rekapitulasi penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan
siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007................................................ 38
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Nama Respondensiswa Kelas VI SDN Tanjung III
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran
2006/2007 ................................................................................. 46
Lampiran 2 Soal Kemampuan Penggunaan Bahasa Indonesia Baku Dalam
Karangan Siswa Kelas VI SDN Tanjung III Kecamatan Bendo
Kabupaten Magetan Tahun 2006/2007 ..................................... 47
Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi ......................................................... 48
Lampiran 4 Surat Permohonan Penelitian dari IKIP PGRI Madiun ............ 49
Lampiran 5 Surat Keterangan dari SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo,
Kabupaten Madiun ................................................................... 50
44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global
(KTSP, 2006:317).
Tujuan umum pengajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam GBPP
Kurikulum 1994, antara lain : (1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa
45
Indonesia sebagai bahasa persatuan/nasional dan bahasa negara; (2) Siswa
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat, untuk bermacam-macam tuuan, keperluan, dan
keadaan; dan (3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemapuan intelektual (berpikir negatif, menggunakan akal
sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna, dan memecahkan masalah),
kematangan emosional, dan sosial (1994:1)
Tujuan umum pengajaran bahasa Indonesia tersebut menggambarkan
bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sangat penting untuk
menciptakan keragaman berbahasa bertitik tolak pada pemahaman kaidah,
pemahaman ragam dan fungsi bahasa. Pemahaman kaidah dan pemahaman
ragam, serta fungsi, bahasa itu akan mempermudah seseorang dalam
menyampaikan pikiran sehingga lawan biaca/pembaca dapat menangkap dan
mencerna apa yang dimaksudkan.
Masnur Muslich dan Suparno (1984:38) menyatakan bahwa dalam
strategi pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, berbagai ragam variasi bahasa
disarankan untuk diajarka. Dengan demikian pengajaran ragam bahasa nonbaku
diajarkan di samping bahasa baku, yang penting bagi siswa ditegaskan oleh
Masnur Muslich bahwa penggunaan ragam bahasa Indonesia harus mengikuti
situasi pemakaiannya.
Penggunaan bahasa Indonesia menurut situasi dan pemakaiannya, akan
menghasilkan perbedaan ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ini akan tampak
dalam pemakaian bahasa lisan yang serupa ujaran dan bahasa tulisan.
46
Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan,
merupakan pokok yang sudah agak banyak ditelaah orang. Ragam itu jugalah
yang kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan jika dibandingkan denan ragam
bahasa yang lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan dibeikan, tetapi juga
diajarkan di sekolah. Apa yang dahulu disebut bahasa Melayu Tinggi dikenal
juga sebagai bahasa sekolah. Sejarah umum perkembangan bahasa menunjukkan
bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi karena ragam itu
juga yang dipakai oleh kaum yang berpendidikan umumnya terlatih dalam ragam
sekolah itu. Ragam itulah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa
yang benar. Fungsinya sebagai tolok penghasilan nama bahasa baku atau bahasa
standar baginya.
Proses terjadi di dalam banyak masyarakat bahasa yang terkemuka seperti
Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, dan Italia. Di Indonesia keadaannya
agak berlainan: pejabat tinggi, pemuka, dan tokoh masyarakat kita dewasa ini
berusia antara 50 dan 70 tahun dan tidak semuanya memperoleh kesempatan
memahiri ragam bahasa sekolah dengan secukupnya. Peristiwa revolusi
kemerdekaan kita agaknya menjadi musababnya. Karena itu, mungkin tidak amat
tepat menyamakan bahasa Indonesia yang baku dengan bahasa golongan
pemimpin masyarakat secara menyeluruh. Masalahnya di Indonesia ialah
kemahiran berbahasa yang benar, walaupun dihargai, belum menjadi prasyarat
untuk kedudukan yang terkemuka di dalam masyarakat kita. Mengingat
kenyataan tersebut di atas kita perlu kembali ke dunia pendidikan yang menurut
adat menjadi persemaian para pemimpin. Ragam bahasa yang diajarkan dan
47
dikembangkan di dalam lingkungan itulah yang akan menjadi ragam bahasa
calon pemimpin kita sehingga pada suatu saat bahasa Indonesia yang baku
memang dapat disamakan dengan ragam bahasa golongan pemuka yang
memancarkan gengsi dan wibawa kemasyarakatan. Oleh sebab itu, di Indonesia,
semua proses pembakuan hendaknya bermula pada ragam bahasa pendidikan
dengan berbagai coraknya dari sudut pandangan sikap, bidang, dan sarananya.
Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa
kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa dan perumus
dengan taat asas harus dapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak, bukan
pengrajin dan pengrusak. Keharmonisan yang timbul akibat penerapan kaidah itu
bukan alasan yang cukup kuat untuk menghalalkan penyimpangan itu. Bahasa
mana pun tidak dapat luput dari keharmonisan. Di pihak lain, kemantapan itu
tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang
bersistem dan teratur di bidang kosakata dan peristilahan serta mengizinkan
perkembangan berjenis ragam yang diperlukan di dalam kehidupan modern.
Misalnya, di bidang peristilahan muncul keperluan untuk membedakan pelanggan
„orang yang berlanggan (an)‟ dan langganan „orang yang tetap menjual barang
kepada orang lain; hal menerima terbitan atau jasa atas pesanan secara teratur‟.
Ragam baku yang baru, antara lain, dalam penulisan laporan, karangan ilmiah,
undangan, dan percakapan telepon perlu dikembangkan lebih lanjut.
Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendekiaan-nya.
Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar
48
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan
teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing,
harus dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia. Akan tetapi, karena
proses bernalar secara cendekia bersifat semesta dan bukan monopoli suatu
bangsa semata-mata, pencendekiaan bahasa Indonesia tidak perlu diartikan
sebagai pembaratan bahasa.
Baku atau standar berpraanggapan adanya keseragaman. Proses
pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan
penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa. Itulah ciri ketiga
ragam bahasa yang baku. Setelah mengenali ketiga ciri umum yang melekat pada
ragam standar bahasa kita, baiklah kita beralih ke pembicaraan tentang lajunya
proses pembakuan di bidang ejaan, lafal, kosakata, dan tata bahasa sampai kini.
Penelitian ini akan mengkhususkan pengamatan pada pemakaian bahasa
baku dalam tulisan siswa.
Perwujudan penggunaan bahasa baku tertuang dalam kalimat baku.
Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri-ciri:
1. Ciri sintaksis, yang berupa kemungkinan pergeseran letak suku-suku
kalimatnya.
2. Ciri gramatikal, yang berupa penggunaan fungsi gramatikal (subjek, predikat,
dan objek) secara eksplisit dan konsisten.
3. Ciri Semantis, yang berupa penggunaan kata sesuai dengan maknanya.
49
4. Ciri Morfologis, yang berupa penggunaan bentuk kata dalam kalimat baku
tidak boleh melanggar sistem morfologis bahasa Indonesia.
5. Ciri Leksikal, yang berupa kalimat baku bahasa Indonesia dibentuk
berdasarkan kata-kata baku bahasa Indonesia (dari buku bahasa baku).
Di samping memperhatikan penggunaan kelima ciri-ciri kalimat baku di
atas di dalam bahasa lisan ditambahkan ciri fonologis, yang berupa pelafalan kata
harus tepat dan dalam bahasa tulis ciri grafemis yang berupa penggunaan ejaan
secara tertib juga ikut menentukan kebakuan suatu kalimat.
Dalam kenyataan di kelas, masih banyak siswa yang belum memahami
tentang bahasa baku. Hal ini terbukti dari sering ditemukannya kesalahan siswa
dalam penyusunan kalimat-kalimat baku pada karangan mereka, penulisan surat
izin, dan penulisan naskah pidato. Kesalahan-kesalahan siswa itu disebabkan
karena siswa belum menguasai penyusunan kalimat baku.
Dalam GBPP bahasa Indonesia Kurikulum (1994:3) tertulis bahwa
pelajaran menulis termasuk dalam pembelajaran kebahasaan. Pembelajaran ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa.
Bahan pelajaran penggunaan diambil dari bahan berbicara dan menulis
yang meliputi pengembangan kemampuan pengungkapan gagasan, pendapat,
pengalaman, pesan, dan perasaan (GBPP, 1994:5).
Materi menulis untuk siswa kelas VI SDN Tanjung III, meliputi :
1. Menyusun pengalaman yang paling mengesankan
2. Menyusun naskah pidato
3. Menyusun rencana kegiatan kelas
50
4. Menyusun poster
5. Membuat pengumuman
6. Menulis surat permohonan izin
7. Menulis karangan dengan tema tertentu (GBPP, 1994:7-9)
Masalah tersebut mendorong penulis untuk meneliti penggunaan bahasa
Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan
Bendo, Kabupaten Magetan. Karangan siswa merupakan salah satu perwujudan
penerapan pengunaan bahasa Indonesia baku.
B. Pembatasan Masalah
Supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka aspek
penelitian dibatasi sebagai berikut :
1. Pemakaian bahasa Indonesia baku akan diamati melalui karangan siswa kelas
VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan.
2. Pemakaian bahasa Indonesia baku meliputi penulisan kalimat-kalimat yang
memenuhi ciri-ciri umum kalimat baku ditambah dengan ciri grafemis.
C. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: Seberapa tinggi kemampuan penggunaan bahasa
Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN
Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan.
51
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Menambah pengetahuan penulis sehubungan dengan penggunaan bahasa
Indonesia baku
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dengan
menggunakan bahasa Indonesia baku, khususnya dalam tulisan.
3. Meningkatkan kecintaan dan kesetiaan siswa terhadap bahasa Indonesia.
52
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
F. Ragam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang amat luas pemakaiannya dan bermacam-macam
ragam penuturannya, mau tidak mau takluk pada hukum perubahan. Faktor
sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya
sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka itu tetap disebut
bahasa Indonesia karena ciri dan kaidah tatabunyi, pembentukan kata, tatamakna,
umumnya sama.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1992:3) disebutkan bahwa
bahasa terbagi menjadi dua jenis, yaitu ragam bahasa menurut golongan penutur
bahasa dan bahasa menurut jenis pemakaian bahasa. Berikut ini dijelaskan secara
ringkas pembagian ragam bahasa tersebut.
1. Ragam Bahasa menurut Golongan Penutur Bahasa
Ragam bahasa ini terinci menjadi tiga macam.
a. Ragam Daerah
Ragam daerah sejak lama dikenal dengan logat atau dialek.
Bahasa yang menyebar luas selalu mengenal logat. Masing-masing dapat
dipahami secara timbal balik oleh penuturannya, sekurang-kurangnya
oleh penutur dialek yang daerahnya berdampingan.
Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat bahasa
Indonesia yang dilafalkan oleh putera Tapanuli dapat dikenali, misalnya
53
tekanan kata yang amat jelas, logat bahasa Indonesia orang Bali dan
Jawa, karena pelaksanaan bunyi [t] dan [d]-nya. Ciri-ciri khas yang
meliputi tekanan, turun-naiknya nada, dan panjang-pendeknya bunyi
bahasa membangun aksen yang berbeda-beda. Perbedaan kosakata dan
variasi gramatikal tentu ada juga walaupun kurang tampak. Ragam dialek
dengan sendirinya erat hubungannya dengan bahasa ibu si penutur.
b. Ragam Pendidikan
Ragam bahasa menurut pendidikan formal yang menyilangi kaum
yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia
golongan kedua ini, berbeda dengan fonologi kaum pelajar. Bunyi [f] dan
gugus konsonan akhir [-ks], misalnya tidak selalu terdapat dalam ujaran
orang yang tidak berpendidikan. Contoh:
Berpendidikan Tidak berpendidikan
Fadil Padil
Fakultas Pakultas
Film Pilm
Fitnah Pitnah
Kompleks Komplek
Perbedaan kedua ragam tersebut juga tampak pada tata bahasa.
Kalimat saya mau tulis surat ke pamanku cukup jelas maksudnya, tetapi
bahasa yang terpelihara menuntut agar bentuknya menjadi kalimat
bahasa Indonesia, tetapi tidak setiap kalimat bahasa Indonesia termasuk
bahasa yang terpelihara.
c. Sikap Penutur
54
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak
bahasa yang masing-masing pada azasnya tersedia bagi tiap-tiap pemakai
bahasa. Ragam ini disebut langgam atau gaya. Pemilihannya bergantung
pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau
pembacanya. Sikap itu dipengaruhi antara lain oleh umur dan kedudukan
yang disapa, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan
penyampaian informasinya.
2. Ragam Bahasa menurut Jenis Pemakaian Bahasa
Ragam bahasa ini terinci menjadi tiga macam.
a. Ragam dari Sudut Pandang Bidang atau Pokok Persoalan
Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalam sejumlah
lingkungan masyarakat yang adat-istiadatnya atau tata cara pergaulannya
berbeda-beda. Perbedaan itu terwujud pula dalam pemakaian bahasa.
Orang yang ingin membicarakan pokok persoalan yang berkaitan dengan
lingkungan harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang
cocok dengan bidang atau pokok tersebut. Jumlah ragam yang
dimilikinya agak terbatas, karena bergantung pada luas sempitnya
pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran dan pengalamannya. Bidang
yang dimaksut itu antara lain agama, politik, ilmu teknologi,
pertukangan, perdagangan, seni rupa, seni sastra, olahraga, perundang-
undangan, dan angkatan bersenjata.
b. Ragam menurut Sarananya
55
Ragam bahasa ini lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran dan
ragam tulisan karena tiap-tiap bahasa masyarakat memiliki ragam lisan
sedangkan ragam tulisan baru muncul kemudian, maka permasalahan
yang perlu ditelaah ialah bagaimana orang menuangkan ujarannya ke
dalam bentuk tulisan.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama, berhubungan
dengan suasana peristiwanya jika digunakan sarana tulisan dianggap
bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada di hadapan kita. Akibatnya,
bahasa seseorang perlu lebih terang dan jelas karena ujaran dapat disertai
oleh gerak/isyarat, pandangan atau anggukan, tanda penegasan di pihak
pembicara atau pemahaman di pihak pendengar. Itulah sebabnya, kalimat
dalam ragam tulisan harus lebih cermat sifatnya. Fungsi gramatikal
seperti subjek, predikat, dan objek serta hubungannya di antara fungsi-
fungsi itu masing-masing harus nyata sedangkan di dalam ragam lisan,
karena penutur bahasa berhadapan dengan unsur itu terkadang dapat
ditinggalkan. Orang yang halus rasa bahasanya sadar bahwa kalimat yang
ditulisnya berlainan dengan kalimat dalam ujarannya, karena itu harus
leibh hati-hati dan berusaha agar kalimatnya lengkap, lebih ringkas, dan
elok jika dibandingkan dengan kalimat ujarannya.
Hal kedua yang membedakan ragam tulisan dengan ragam lisan
berkaitan dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran misalnya
tinggi-rendahnya dan panjang-pendeknya suara serta irama kalimat yang
sulit dilambangkan dengan ejaan dan tata tulis yang dimiliki. Jadi,
56
penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya jika ia ingin
menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya atau ungkapan
perasaan yang sama telitinya. Misalnya, kalimat ujaran Darto tidak
mengambil uangmu, yang disertai pola intonasi khusus pada kata tidak
dalam tulisan mungkin dapat berbentuk Bukan Darto yang mengambil
uangmu, agar penegasannya sama tarafnya. Bahasa dalam surat kabar
berbeda dengan bahasa pidato. Surat kabar merupakan penggunaan
ragam tulisan, pidato menggunakan ragam lisan atau ujaran.
Contoh penggunaan bahasa ragam tulisan, bahasa tajuk rencana
dalam surat kabar:
Dari beragam pendapat yang dikemukakan kalangan
dalam maupun luar negeri, untuk keluar dari kemeluk politik
sekarang ini, dirasakan dua jalur, jalur itu jalur konstitusi dengan
aturan main demokrasi, serta jalur konsultasi, termasuk
pendekatan antara para pemimpin politik.
Untuk menempuh jalur manapun, menurut hemat kita
diperlukan iklim dan suasana yang mendukung yakni iklim dan
suasana politik yang bersahabat, bebas hujatan, bebas hasutan,
panas-memanaskan dan bebas prasangka, mulai sekarang juga
iklim suasana itu marilah kita ciptakan ... (Jawa Pos, 16 Maret
2007:5)
Contoh penggunaan bahasa ragam tulisan yang lain, misalnya
bahasa surat:
.............................................................................................
57
Dengan ini saya kabarkan bahwa saya dalam keadaan
sehat wal afiat. Mudah-mudahan Ayah beserta keluarga juga
dalam keadaan baik-baik saja.
Melalui surat ini pula saya memberitahukan bahwa cucu
ayah, Roni akan dikhitan pada hari Kamis, 1 Maret 2007. Mohon
doa restu.
.............................................................................................
Contoh penggunaan bahasa ragam lisan, misalnya bahasa pidato:
Saya menyampaikan terima kasih kepda Saudara-saudara
yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri undangan saya,
untuk mendengarkan pengarahan tentang pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan.
.............................................................................................
c. Ragam yang Mengalami Gangguan Pencampuran
Proses pengaruh-mempengaruhi di antara bahasa yang digunakan
secara berdampingan, selalu ada dalam masyarakat berbahasa seperti
halnya di Indonesia. Selama unsur bahasa daerah atau bahasa asing itu
memperkaya kesinoniman dalam kosakata atau bangun kalimat, maka
gejala itu dianggap wajar. Akan tetapi, bila unsur bahasa itu mengganggu
rasa bahasa atau mengganggu keefektifan penyampaian informasi, maka
ragam bahasa yang dicampur unsur masukan itu ditolak. Itulah yang
disebut ragam bahasa yang mengalami gangguan pencampuran atau
inferensi.
G. Pembakuan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam bahasa, serta berbagai
variasi pemakainya. Masing-masing variabel tersebut ada fungsinya sendiri
58
dalam kegiatan berkomunikasi. Variasi pemakaian ini sejajar artinya tidak ada
satu variasi pemakaian yang lebih baik daripada yang lain.
Menurut Imam Syafi‟ie (1990:21), proses pembakuan bahasa terjadi
karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan atau standardisasi itu
salah satu variasi pemakaian bahasa dibakukan untuk mendukung fungsi-fungsi
tertentu, yang variasi itu disebut bahasa baku atau bahasa standar.
Variasi lain yang disebut bahasa nonbaku tetap hidup dan berkembang
sesuai dengan fungsinya dalam komunikasi. Pembakuan bahasa ini tidak
bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa nonbaku. Hidupnya variasi
pemakaian bahasa nonbaku tetap menjamin kelangsungan dan kelancaran
komunikasi yang tidak mungkin dilaksanakan oleh ragam bahasa baku, misalnya
komunikasi akrab dan santai.
Bahasa nonbaku tersebut banyak mengandung dialek dan bahasa daerah
setempat, maka bahasa nonbaku banyak variasinya bergantung dari pemakai dan
pemakaiannya. Dialek yang mendukung bahasa nonbaku tersebut berupa dialek
regional, dialek temporal, dan sosial.
Dengan banyaknya variasi bahasa nonbaku, bahasa standar mengatasi
keanekaragaman pemakaian bahasa. Bahasa baku tidak hanya ditandai oleh
keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa standardisasi bahasa atau
pembakuan bahasa ialah menetapkan penggunaan norma-norma atau aturan-
aturan bahasa. Penggunaan bahasa dalam situasi tertentu (dalam hal ini situasi
resmi) harus dengan pola yang berlaku pada bahasa itu. Maksudnya, dalam
59
tulisan atau karangan, kalimat-kalimat disusun dengan mengacu pada pola bahasa
yang sudah ditetapkan.
H. Pengertian Bahasa Baku dan Bahasa Indonesia Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang memiliki sifat kemantapan dinamis,
yang berupa kaidah atau aturan yang tetap (Anton M. Moeliono, 1989:43).
Meskipun demikian, kemampuan itu cukup terbuka untuk perubahan bersistem di
bidang kosakata dan peristilahan dan untuk perkembangan berjenis ragam di
bidang kalimat dan makna. Selain itu, bahasa baku juga harus memiliki sifat
kecendekia yang mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit, di
berbagai bidang ilmu dan hubungan antara manusia tanpa menghilangkan kodrat
dan kepribadiannya. Sifat kecendekia inilah yang dapat membuat bahasa
Indonesia mampu bertahan dalam persaingan dengan bahasa Inggris, di kalangan
orang yang ingin dianggap terpelajar dan modern.
Untuk mencapai kemantapan yang dimaksudkan perlu diusahakan dua
kodifikasi bahasa, yaitu : (1) bahasa menurut pemakai dan pemakaiannya,
(2) bahasa menurut strukturnya sebagai suatu sistem komunikasi. Kodifikasi yang
pertama akan menghasilkan sejumlah ragam bahasa dan gaya bahasa. Perbedaan
ragam dan gaya tampak dalam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa
tulisan. Masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakaiannya di
dalam pergaulan keluarga dan sahabat, di dalam hubungan yang formal seperti
administrasi pemerintah, perundang-undangan, peradilan di lingkungan
pengajaran, sarana komunikasi massa an ilmu pengetahuian. Kodifikasi yang
60
kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosa kata yang baku (Anton M.
Moeliono, 1989:31).
Menurut St. Moeljono (1991:2), pengertian bahasa baku ialah suatu
bentuk bahasa yang sedemikian sempurnanya, yang menjadi model yang
dapatnya dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara
benar.
Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa definisi bahasa
baku adalah bahasa yang mengikuti kaidah tata bahasa, ejaan, pembentukan kata,
struktur kalimat dan penggunaan kosakata secara umum (muraj, Pj. Kepala
Bidang Pengembangan, 4 September 1984).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa baku
adalah bahasa yang benar-benar mengikuti kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang
berlaku pada bahasa yang bersangkutan. Dengan demikian, bahasa Indonesia
baku mempunyai pengerian bahasa Indonesia yang dalam penggunaannya
mengikuti atau sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam tata bahasa baku
bahasa Indonesia.
I. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1992:3), ciri-ciri bahasa
baku secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Memiliki sifat kemantapan dinamis, berupa kaidah dan aturan yang tetap.
Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat, kaidah
pembentukan kata yang menerbitkan bentuk perasa dan perumus dengan taat
azas harus dapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak dan bukan
61
pengrajin dan pengrusak. Keharmonisan yang timbul akibat penerapan
kaidah itu bukan alasan yang cukup berat yang dapat menghalkan
penyimpangan itu. Bahasa manapun tidak dapat luput dari kehomoniman. Di
pihak lain, kematapan itu tidak kaku tetapi cukup luwes, sehingga
kemungkinan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan
peristilahan dan mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan
di dalam kehidupan modern.
2. Memiliki sifat kecendikiaan, perwujudannya dalam kalimat, paragraf dan
satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau
pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
3. Penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman
variasi bahasa.
Dalam Bahasa Indonesia Profesi (1990:22) dijelaskan pula ciri-ciri
bahasa Indonesia baku sebagai berikut:
a. Pemakaian Prefiks me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku
1) Banjir menyerang kampung
yang banyak penduduknya.
1) Banjir serang kampung yang
banyak penduduknya itu
2) Kuliah sudah berjalan dengan
lancar
2) Kuliah sudah jalan dengan
lancar
b. Pemakaian pola frase verbal Aspek + Agen + Verba (bila ada) secara
eksplisit dan konsisten.
62
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku
1) Surat Anda sudah saya baca 1) Surat Anda saya sudah baca
2) Kiriman itu telah kami terima 2) Kiriman itu kami telah terima
3) Surat itu akan kamu simpan di
mana?
3) Surat itu kamu akan simpan di
mana?
c. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten.
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku
1) Ia tahu bahwa anaknya lulus 1) Ia tahu anaknya lulus
2) Ia tidak percaya kepada semua
orang, karena tidak setiap
orang jujur
2) Ia tidak percaya kepada semua
orang, tidak setiap orang jujur
d. Pemakaian konstruksi sintesis berikut menandai Bahasa Indonesia
Nonbaku
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku
1) Ia memberitahukan bahwa
adiknya sakit
1) Ia kasih tahu adiknya sakit
2) Ia telah membersihkan
ruangan itu
2) Ia telah bikin bersih ruangan
itu
3) Menurut mereka tragedi itu
wajar
3) Menurut dia orang tragedi itu
wajar
4) Berapa harganya? 4) Berapa dia punya harga?
63
e. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang belaku (EYD)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku
1) anda, saudara 1) situ
2) dengan 2) sama
3) diberi, memberi 3) dikasih, kasih
4) begini, begitu 4) gini, gitu
5) mengapa, bagaimana 5) ngapain, gimana
6) tidak, dimengerti 6) nggak dimengerti
7) mesti 7) musti
8) panitia 8) panitya
9) pihak 9) fihak
10) asas 10) azas, azaz
11) teladan 11) tauladan
12) tradisional 12) tradisionil
64
f. Pemakaian peristilahan resmi
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku
1) acak 1) random
2) sahih 2) valid
3) tataran 3) level
4) masukan 4) input
5) keluaran 5) output
6) peringkat 6) rangking
7) kawasan 7) area
g. Pemakaian kaidah yang baku
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Nonbaku
1) Hal itu sudah kita pahami 1) Hal itu sudah dipahami oleh
kita
2) Ibu membelikan adik buku 2) Ibu membelikan buku adik
3) Pengendara sepeda diharap
turun!
3) Naik sepeda harap turun!
Penggunaan bahasa baku akan terwujud dalam kalimat baku, St.
Moeljono dalam Bahasa Indonesia Pengantar kepada Keterampilan Menyajikan
(1991:3) menjelaskan bahwa untuk menguji kebakuan suatu kalimat, perlu
dipahami ciri-ciri kalimat baku tersebut diterangkan sebagai berikut:
1. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri sintaksis
65
Kalimat baku bahasa Indonesia mempunyai kesanggupan berinvrsi.
Inversi atau pembalikan suku-sukunya ini tidak menimbulkan perubahan
makna. Inversi ini dapat dikenakan pada bentuk-bentuk kalimat sederhana,
kalimat kompleks, maupun kalimat majemuk. Pertukaran letak suku-suku
kalimat selain bentuk inversi dapat dikenakan pada kalimat baku bahasa
Indonesia mempunyai ciri sintaksi yang berupa kemungkinan pergeseran
letak suku-suku kalimatnya. Misalnya:
a. Irigasi besar dibangun.
b. Produksi beras Indonsia terus meningkat.
Dua kalimat di atas dengan wajar dapat disusun balik, sebagai berikut:
1) Dibangun irigasi besar.
2) Terus meningkat produksi beras Indonesia.
c. Pada hari Sabtu yang lalu, 141 petani pemenang lomba intensifikasi
diterima oleh Presiden di Istana Negara.
Urutan suku-suku kalimat di atas dapat ditukar letakkan menjadi:
1) Seratus empat puluh satu petani pemenang lomba intensifikasi
diterima oleh Presiden di Istana Negara Sabtu yang lalu.
2) Diterima oleh Presiden di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu
141 petani pemenang lomba intensifikasi.
3) Oleh Presiden di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu 141 petani
pemenang lomba intensifikasi diterima.
4) Di Istana Negara pada hari Sabtu yang lalu 141 petani pemenang
lomba intensifikasi diterima oleh Presiden.
66
5) Pada hari Sabtu yang lalu di Istana Negara diterima oleh Presiden
141 petani pemenang intensifikasi.
2. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai oleh penggunaan fungsi gramatikal
(subjek, predikat, dan objek) secara eksplisit dan konsisten. Misalnya :
a. Perkembangan teknologi mengakibatkan kemajuan zaman.
perkembangan teknologi : subjek
mengakibatkan : predikat
kemajuan jaman : objek
b. Pekerjaan ini diselesaikan dengan cepat.
pekerjaan ini : subjek
diselesaikan : predikat
dengan cepat : keterangan waktu
3. Kalimat baku Bahasa Indonesia ditandai dengan ciri semantis.
Pemilihan dan penggunaan kata dalam kalimat baku bahasa Indonesia
harus tepat sesuai dengan maknanya. Ketetapan makna ini dapat ditangkap
dari penggunaan kata dalam kalimat ataupun dari keseluruhan makna suatu
kalimat.
Contoh kalimat tidak baku:
a. Bersama surat ini kita kabarkan bahwa keadaan kita di Madiun dalam
keadaan sehat wal‟afiat.
b. Sebagai seorang cendekiawan dibenci oleh masyarakat.
Kalimat a. tidak baku karena kata kita secara sistematis tidak dapat
digunakan seharusnya saya atau kami. Demikian pula kata bersama akan
67
lebih tepat diganti dengan sebab selain surat itu, tidak ada barang lain yang
disertakan, kalimat b. di samping menyalahi ciri gramatikal karena tidak
bersubjek, juga secara sematis meragukan makna karena tanpa disertai
keterangan.
4. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri morfologi.
Penggunaan bentuk kata dalam kalimat baku tidak boleh melanggar
sistem morfologi bahasa Indonesia.
Contoh :
a. Bentuk jamak bahasa Indonesia dinyatakan dengan bentuk ulang atau
kata bilangan.
b. Bentuk pasif berpelaku tidak boleh dipisahkan oleh kata lain.
Misalnya : kupukul, kubawa, saya katakan. Bentuk ini tidak
bolehdituliskan begini: ku akan pukul, kau sudah bawa, saya hendak
katakan.
c. Awalan dan akhiran di depan dan di belakang kata dasar.
Misalnya: Pemberitahuan dan bukan pemberian tahu
5. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri leksikal.
Kalimat baku bahasa Indonesia dibentuk berdasarkan kata-kata
bahasa Indonesia, kata-kata Indonesia dalam Kamus Bahasa Indonesia, dalam
hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan kata-
kata seperti : sih, nggak, dong, kok, lha, lowong, deh, gua, sowan, dibilangi,
dikasih, menyebabkan suatu tidak kalimat baku.
6. Kalimat baku bahasa Indonesia ditandai dengan ciri gramefis.
68
Kalimat baku harus ditulis dengan menggunakan ejaan secara tertib
dan benar. Penyimpangan dari ejaan yang benar akan menjadikan kallimat
tersebut kurang baku.
69
7. Ciri-ciri kalimat baku lain.
Selain ciri-ciri yang telah diuraikan di atas kalimat baku bahasa
Indonesia ditandai pula dengan ciri-ciri yang lain. Ciri-ciri tersebuut adalah
a. Kecermatan
Kalimat baku bahasa Indonesia harus cermat, pengertian cermat
disini meliputi: cermat pemikiran kata-kata, tidak menimbulkan tafsiran
ganda, tidak boros, dan tidak berlebih-lebihan.
b. Tidak berkepanjangan
Kalimat baku bahasa Indonesia harus tidak berkepanjangan
(bertele-tele). Kalimat yang berkepanjangan (bertele-tele) mencerminkan
cara berpikir yang tidak sistematis dan jalan pikiran yang berbelit-belit
(ruwet) kalimat yang demikian tentu saja membingungkan. Gagasan
pokoknya telah kabur.
c. Logis/Masuk akal
Kalimat baku bahasa Indonesia harus logis/masuk akal karena
pada hakikatnya berbahasa Indonesia itu mengemukakan logika, kalimat-
kalimat yang mendukung haruslah dapat diterima akal. Artinya, makna
kalimat itu tidak menimbulkan kejanggalan pada penangkap bahasa.
d. Tidak terpengaruh oleh unsur bahasa lain
Kalimat baku bahasa Indonesia tidak boleh terpengaruh oleh
unsur-unsur bahasa lain yang merugikan. Unsur-unsur tersebut meliputi
bahasa daerah dan bahasa asing. Kalau unsur bahasa lain itu memperkaya
kosakata bahasa Indonesia, hal itu bisa diterima karena kehadirannya
70
menguntungkan. Sebaliknya, apabila unsur-unsur bahasa asing itu
merugikan akan merupakan gangguan perkembangan bahasa Indonesia.
E. Fungsi Bahasa Indonesia Baku
Anton M. Moeliono (1991:32) menyatakan bahwa ada empat fungsi
bahasa Indonesia baku:
1. Fungsi pemersatu
Di dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia, bahasa Indonesia
terbukti telah mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa-bahasa daerah yang
ada, bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu.
Dengan demikian bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu
masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur dengan
seluruh masyarakat. Selain itu karena bahasa juga sebagai wahana dan
pengungkap kebudayaan nasional yang utama, maka fungsi pemersatu dapat
ditingkatkan lagi dengan mengintensifkan usaha berlakunya satu bahasa baku
yang adab, yang menjadi ciri manusia Indonesia modern.
2. Fungsi pemberi kekhasan
Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku
memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa
baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang
bersangkutan. Hal itu terlihat pada penutur bahasa Indonesia.
3. Fungsi pembawa kewibawaan.
Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai
kederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa
71
baku sendiri. Ahli bahasa dan beberapa kalangan di Indonesia pada umumnya
berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia dapat dijadikan teladan
bagi bangsa lain di Asia yang juga memerlukan bahasa yang modern. Dapat
dikatakan bahwa fungsi pembawa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa
baku yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa
baku.Fungsi sebagai kerangka acuan.
Fungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan
adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok
ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan.
Dengan demikian, penyimpangan dari norma dan kaidah dapat dinilai yang
tidak saja terbatas pada bidang susastra, tetapi juga mencakup segala jenis
pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas,
seperti di dalam permainan kata, iklan, dan tahuk berita.
72
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, dengan pertimbangan sebagai berikut.
a. Di tempat tersebut hingga sekarang ini belum ada penelitian dengan
masalah yang sama seperti yang dilakukan peneliti.
b. Peneliti sudah banyak mengenal situasi dan kondisi tempat penelitian
sehingga hal itu menguntungkan bagi peneliti.
c. Dari segi kepraktisannya juga menguntungkan peneliti, sebab secara
kebetulan tempat tersebut berdekatan dengan tempat tinggal peneliti.
d. Secara ekonomis juga menguntungkan peneliti karena peneliti tidak
terlalu banyak mengeluarkan biaya, waktu, dan tenaga dalam penelitian.
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama. Adapun
waktu yang disediakan dalam penelitian ini adalah selama empat bulan, yakni
mulai bulan Januari 2007 sampai dengan bulan April 2007.
B. Desain Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana telah disebutkan pada Bab I, yaitu untuk mengetahui kemampuan
penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif.
73
Suharsimi Arikunto (2002:309) menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan.
Sehubungan dengan penelitian deskriptif ini, Suharsimi Arikunto (2002:194-196) membagi dua jenis penelitian menurut
proses sifat dan analisis datanya, yaitu sebagai berikut.
1. Riset deskriptif yang bersifat eksploratif, yakni bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena.
2. Riset deskriptif yang bersifat developmental, yakni riset deskriptif yang digunakan untuk menemukan suatu model
atau prototype, dan bisa digunakan untuk segala jenis bidang.
Atas dasar uraian tersebut, jelaslah bahwa penelitian ini termasuk desain penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif
mempunyai ciri-ciri tertentu. Winarno Surahmad (2003:132) menyatakan bahwa desain penelitian deskriptif memiliki ciri-
ciri : (1) memusatkan pada pemecahan masalah yang ada sekarang, (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan, kemudian dianalisis, (3) menjelaskan dengan teliti dan terinci, baik mengenai dasar-dasar
metodologinya maupun mengenai detail teknis secara khusus, (4) menjelaskan prosedur pengumpulan data, pengawasan
dan penilaian terhadap data, serta (5) memberikan alasan yang kuat tentang penggunaan teknik tertentu dan teknik
lainnya.
Dari data yang terkumpul kemudian diperiksa, diklasifikasikan, dianalisis, dan dideskripsikan. Hasil analisisnya
merupakan deskripsi mengenai kemampuan penggunaan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung III,
Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007. Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini
selain peneliti akan mendeskripsikan data secara representatif dan objektif terhadap fenomena yang diperoleh peneliti, juga
menganalisis dan menginterpretasikan data.
C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI SDN
Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan tahun pelajaran
2006/2007. Adapun siswa-siswi kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan
Bendo, Kabupaten Magetan berjumlah 15 orang.
2. Sampel
Karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, penelitian ini dibatasi dalam hal
jumlah subjek penelitian yang diambil, yakni melaksanakan penelitian sampel,
yaitu menggunakan sebagian dari populasi sebagai subjek penelitian.
Suharsimi Arikunto (2002:107) menyatakan bahwa untuk sekadar ancar-ancar,
apabila objeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga
74
penelitian merupakan penelitian populasi selanjutnya jika jumlah objeknya benar
bisa diambil 10-20 atau 20-25% atau lebih.
Mengingat jumlah populasinya tidak melebihi 100, seluruh populasi dalam
penelitian ini dijadikan sampel. Karena itu penelitian ini merupakan penelitian
total sampling.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu peneliti menentukan sendiri sampel yang akan diteliti sesuai dengan
kebutuhan peneliti (Nana Sudjana, 2001:96).
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dengan jalan memberikan tes kepada
responden. Tes adalah yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran
yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen
kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu (Ngalim Purwanto,
1990:33). Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan peneliti setelah
mendapat izin dari Kepala Sekolah.
Adapun prosedur pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai
berikut : (1) mengatur persiapan dan menertibkan teste, (2) memberikan
petunjuk cara pengerjaan soal dan mengadakan pembetulan jika ada
kesalahan pengetikan, (3) membagikan lembar soal berupa perintah untuk
membuat cerita.
2. Instrumen Penelitian
Dalam instrumen penelitian ini, untuk mengukur kemampuan siswa
75
dengan menggunakan soal tes dalam bentuk karangan dengan tema “Karya
Wisata ke Telaga Sarangan”. Waktu yang diberikan untuk menulis karangan,
yaitu selama 40 menit dengan ketentuan sebanyak 3 alenia. Kemudian, hasil
pekerjaan siswa dikumpulkan untuk dianalisis tingkat kemampuan
penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan siswa kelas 6 SDN
Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran
2006/2007.
Skala penilaian yang digunakan untuk mengukur penampilan atau
perilaku orang/individu lain oleh seseorang, melalui pernyataan perilaku
individu pada suatu titik kontinue atau suatu kategori yang bermakna nilai
(Nana Sudjana, 2001:112). Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai
dari yang tertinggi sampai terendah. Rentangan ini bisa dalam bentuk huruf
(a, b, c d) atau angka (4, 3, 2, 1). Selanjutnya, menurut Yatim Riyanto
(2001:101) skor yang diberikan pengamat/peneliti merupakan judment
(kebijakan) pengamat/peneliti itu sendiri.
Pemberian skor atau penilaian diukur dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
b. Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
c. Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
d. Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
e. Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
f. Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
76
E. Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi sesuai dengan tingkat
kesalahan dalam penggunaan ejaan yang disempurnakan. Kemudian dari data
tersebut, peneliti membuat tingkat kemampuannya dengan indikator tingkat
kesalahan sebagai ketentuan pada instrumen penelitian di atas dengan
menggunakan rumus prosentase.
P = %100x
N
F(Suharsimi Arikunto, 2002:165)
Keterangan :
P = Prosentase
F = Tingkat kesalahan
N = Jumlah responden
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan tujuan penelitian pada Bab I disebutkan untuk mengetahui
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia baku siswa kelas VI SDN Tanjung
III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, tahun pelajaran 2006/2007.
Pengumpulan data dilakukan setelah siswa mengerjakan tugas berupa tes
membuat karangan mengambil tema/judul “Karya Wisata ke Telaga Sarangan”
dengan waktu mengerjakan soal tes selama 40 menit.
Setelah dievaluasi, diperoleh data sebagai berikut.
1. Pemakaian Prefiks dalam Karangan
Kemampuan siswa dalam pemakaian prefiks dalam karangan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1 Kemampuan siswa dalam pemakaian prefiks dalam karangan siswa
kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan,
Tahun Pelajaran 2006/2007
No
Resp
Tingkat Kesalahan Nilai
Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 0 1 3 4 8
2. 2 1 3 6 7
3. 2 1 0 3 9
4. 3 2 3 8 6
5. 2 1 2 5 8
78
No
Resp
Tingkat Kesalahan Nilai
Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
6. 0 2 0 2 9
7. 2 1 3 6 7
8. 0 2 0 2 9
9. 2 1 3 6 7
10. 0 2 0 2 9
11. 2 1 0 3 9
12. 0 2 3 5 8
13. 2 1 2 5 8
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 119
Rata-rata Nilai 7,93
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
2. Pemakaian Kaidah Baku dalam Karangan
Kemampuan siswa dalam pemakaian kaidah baku dalam karangan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Kemampuan siswa dalam pemakaian kaidah baku dalam karangan
siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007
No Tingkat Kesalahan Nilai
79
Resp Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 2 5 3 10 5
2. 6 3 4 13 5
3. 1 3 3 7 7
4. 2 2 3 7 7
5. 2 2 2 6 7
6. 1 1 2 4 8
7. 0 3 6 9 6
8. 3 2 2 7 7
9. 5 3 5 13 5
10. 2 3 2 7 7
11. 1 0 1 2 9
12. 2 2 3 7 7
13. 2 1 2 5 8
14. 1 3 1 5 8
15. 3 4 3 10 5
Jumlah Nilai 101
Rata-rata Nilai 6,73
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
3. Pemakaian Konjungsi dalam Karangan
Kemampuan siswa dalam pemakaian konjungsi dalam karangan dapat
dilihat pada tabel berikut.
80
Tabel 3 Kemampuan siswa dalam pemakaian konjungsi dalam karangan
siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007
No
Resp
Tingkat Kesalahan Nilai
Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 2 1 3 6 7
2. 2 1 3 6 7
3. 2 1 3 6 7
4. 3 2 3 8 6
5. 2 1 2 5 8
6. 0 2 0 2 9
7. 2 1 3 6 7
8. 0 2 0 2 9
9. 2 5 3 10 5
10. 0 2 0 2 9
11. 2 5 3 10 5
12. 2 5 2 9 6
13. 2 3 2 7 7
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 107
Rata-rata Nilai 7,13
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
81
4. Pemakaian Konstruksi Sintesis dalam Karangan
Kemampuan siswa dalam pemakaian konstruksi sintesis berikut menandai
bahasa Indonesia nonbaku dalam karangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 Kemampuan siswa dalam pemakaian konstruksi sintesis berikut
menandai bahasa Indonesia nonbaku dalam karangan siswa kelas VI
SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun
Pelajaran 2006/2007
No
Resp
Tingkat Kesalahan Nilai
Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 3 1 3 7 7
2. 1 1 3 5 8
3. 2 1 3 6 7
4. 3 2 3 8 6
5. 2 1 2 5 8
6. 1 2 0 3 9
7. 3 1 3 7 7
8. 0 2 0 2 9
9. 2 5 3 10 5
10. 0 2 0 2 9
11. 2 5 3 10 5
12. 2 1 2 5 8
13. 2 3 2 7 7
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 110
Rata-rata Nilai 7,33
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
82
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
83
5. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan
Kemampuan siswa dalam pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku
(EYD) dalam karangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Kemampuan siswa dalam pemakaian pemakaian ejaan resmi yang
sedang berlaku (EYD) dalam karangan siswa kelas VI SDN
Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun
Pelajaran 2006/2007
No
Resp
Tingkat Kesalahan Nilai
Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Jml
1. 1 1 2 4 8
2. 2 1 3 6 7
3. 2 1 2 5 8
4. 2 2 3 7 7
5. 1 1 2 4 8
6. 0 2 0 2 9
7. 2 1 2 5 8
8. 0 2 0 2 9
9. 2 5 3 10 5
10. 0 2 0 2 9
11. 2 3 2 7 7
12. 2 4 2 8 6
13. 2 3 1 6 7
14. 3 3 2 8 6
15. 2 1 0 3 9
Jumlah Nilai 113
Rata-rata Nilai 7,53
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
84
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
6. Rekapitulasi Penggunaan Bahasa Indonesia Baku dalam Karangan
Rekapitulasi penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6 Rekapitulasi penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan
siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007
No
Resp
Tingkat Kesalahan Rata-rata
tingkat
kesalah-
an
Nilai Prefiks
Kaidah
Baku
Kon-
jungsi
Kon-
struksi
sintesis
EYD
1. 4 10 6 7 7 7 7
2. 6 13 6 8 5 8 7
3. 3 7 6 7 6 6 8
4. 8 7 8 6 8 7 7
5. 5 6 5 8 5 6 8
6. 2 4 2 9 3 4 8
7. 6 9 6 7 7 7 7
8. 2 7 2 9 2 4 8
9. 6 13 10 5 10 9 6
10. 2 7 2 9 2 4 8
11. 3 2 10 5 10 6 7
12. 5 7 9 8 5 7 7
13. 5 5 7 7 7 6 7
14. 8 5 8 6 8 7 7
85
15. 3 10 3 9 3 6 8
Jumlah 110
Rata-rata nilai 7.33
Keterangan :
Nilai 10, bila tidak ada kesalahan
Nilai 9, bila tingkat kesalahan antara 1 sampai dengan 3
Nilai 8, bila tingkat kesalahan antara 4 sampai dengan 5
Nilai 7, bila tingkat kesalahan antara 6 sampai dengan 7
Nilai 6, bila tingkat kesalahan antara 8 sampai dengan 9
Nilai 5, bila tingkat kesalahan di atas 10
B. Hasil Analisis Data
Berdasarkan uraian pada deskripsi data tersebut, kemudian peneliti
membuat rekapitulasi dari seluruh skor angket dari masing-masing item yang
dievaluasi. Dari hasil evaluasi diperoleh data sebagai berikut.
86
1. Pemakaian Prefiks dalam Karangan
Berdasarkan pada tabel 1 diperoleh temuan bahwa siswa yang
mendapat nilai 6 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 7
sebanyak 3 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 4 orang
atau sebesar 27%, dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 6 orang atau sebesar
40%. Kemudian, rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,93.
Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemakaian prefiks dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,
Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan memperoleh hasil baik.
2. Pemakaian Kaidah Baku dalam Karangan
Berdasarkan pada tabel 2 diperoleh temuan bahwa siswa yang
mendapat nilai 5 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 1 orang atau sebesar 7%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 6 orang
atau sebesar 40%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 3 orang atau sebesar 20%,
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%. Kemudian,
rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 6,73.
Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemakaian kaidah baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,
Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan memperoleh hasil cukup.
3. Pemakaian Konjungsi dalam Karangan
Berdasarkan pada tabel 3 diperoleh temuan bahwa siswa yang
mendapat nilai 5 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 3 orang atau sebesar 20%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 5 orang
87
atau sebesar 33%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%,
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,
rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,13.
Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemakaian konjungsi dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,
Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan memperoleh hasil baik.
4. Pemakaian Konstruksi Sintesis dalam Karangan
Berdasarkan pada tabel 4 diperoleh temuan bahwa siswa yang
mendapat nilai 5 sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 2 orang atau sebesar 13%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 4 orang
atau sebesar 27%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 3 orang atau sebesar 20%,
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,
rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,33.
Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemakaian konstruksi sintesis berikut menandai bahasa Indonesia nonbaku
dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo,
Kabupaten Magetan memperoleh hasil baik.
5. Pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan
Berdasarkan pada tabel 5 diperoleh temuan bahwa siswa yang
mendapat nilai 5 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%, yang mendapat nilai 6
sebanyak 3 orang atau sebesar 20%, yang mendapat nilai 7 sebanyak 6 orang
atau sebesar 40%, yang mendapat nilai 8 sebanyak 1 orang atau sebesar 7%,
88
dan yang mendapat nilai 9 sebanyak 4 orang atau sebesar 27%. Kemudian,
rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,53.
Atas dasar data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemakaian Ejaan Resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam karangan siswa
kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan
memperoleh hasil baik.
Kemudian dari uraian di atas, rekapitulasi rata-rata nilai kemampuan
siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan sebesar 7,33
(dapat dilihat tabel 6). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan
bahasa Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III,
Kecamatan Bendo, Kabupaten Madiun memperoleh hasil baik.
89
BAB V
PENUTUP
B. Simpulan
Sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan,
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan penggunaan bahasa
Indonesia baku dalam karangan siswa kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan
Bendo, Kabupaten Magetan, Tahun Pelajaran 2006/2007 adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan pemakaian prefiks dalam karangan mendapat rata-rata nilai dari
keseluruhan siswa sebesar 7,93 atau masuk dalam kategori baik.
2. Kemampuan pemakaian kaidah baku dalam karangan mendapat rata-rata nilai
dari keseluruhan siswa sebesar 6,73 atau masuk dalam kategori cukup.
3. Kemampuan pemakaian konjungsi dalam karangan mendapat rata-rata nilai
dari keseluruhan siswa sebesar 7,13 atau masuk dalam kategori baik.
4. Kemampuan pemakaian konstruksi sintesis prefiks dalam karangan mendapat
rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,33 atau masuk dalam kategori
baik.
5. Kemampuan pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD) dalam
karangan mendapat rata-rata nilai dari keseluruhan siswa sebesar 7,53 atau
masuk dalam kategori baik.
C. Saran
Agar tujuan pembelajaran, khususnya kemampuan siswa dalam
90
penggunaan bahasa Indonesia baku dalam karangan, peneliti sarankan sebagai
berikut.
1. Hendaknya, guru terutama guru kelas dapat menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini
disebabkan bahwa kemampuan siswa ditunjang oleh banyak faktor, salah
satunya penerapan metode yang sesuai.
2. Hendaknya, siswa memahami penggunaan bahasa Indonesia baku dalam
penulisan seperti penulisan undangan, karangan, karya tulis, dan sebagainya
dengan belajar sungguh-sungguh, baik belajar di sekolah maupun di luar
sekolah seperti berlatih untuk mengapresiasi tulisan di surat kabar dan buku
bacaan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Anton. M. Moeliono. 1989. Kembara Bahasa. Kumpulan Karangan Tersebar.
Jakarta: PT. Gramedia.
Azrul Ananda. 2007. Harian Pagi Jawa Pos: Jati Diri. Surabaya: Jawa Pos.
Burhan Nurgiyantoro. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE IKIP Yogyakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Suplemen GBPP 1994. Jakarta:
Ditjen Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas.
Hasan Alwi, dkk. 2003. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Masnur Muslich dan Suparno. 1984. Media Pengajaran Bahasa. Jogjakarta: Intan
Pariwara.
Nana Sudjana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru
Algensindo.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1984. Tatabahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud.
_____ . 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Jakarta: Depdikbud.
_____ . 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
_____ . 1996. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
92
St. Moeljono. 1991. Bahasa Indonesia: Pengantar Kepada Keterampilan Menyajikan
Karangan. Madiun: Widya Mandala.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta.
_____ . 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi
Aksara.
93
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wiwik Pujiastuti
NPM : 05.311.281/P
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Pendidikan Bahasa Indonesia.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini plagiat, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Madiun, 20 April 2007
Yang membuat pernyataan,
Wiwik Pujiastuti
94
LAMPIRAN 1
DAFTAR NAMA RESPONDEN
SISWA KELAS VI SDN TANJUNG III KECAMATAN BENDO
KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2006/2007
No Nama Siswa / Responden Jenis Kelamin
1. Anggora Erdasiana Putra L
2. Angga Arif Wahyudi L
3. Aprilia Dewanti P
4. Bima Bagus Utama L
5. Doni Lio Mustofa L
6. Evi Sri Widuri P
7. Defti Eka Wahyuni P
8. Hardik Sulistiyono L
9. Prisa Sariyantika P
10. Rahmah Yudi L
11. Reni Krisna Wurisari P
12. Rahmad Efendi L
13. Patrea Aji Riambaga L
14. Robet Andreana L
95
15. Tedi Sulistiyono L
Sumber : Buku Leger Kelas VI SDN Tanjung III, Kecamatan Bendo, Kabupaten
Magetan
96
LAMPIRAN 2
SOAL
KEMAMPUAN PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA BAKU DALAM
KARANGAN SISWA KELAS VI SDN TANJUNG III KECAMATAN BENDO
KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2006/2007
Perintah:
Buatlah karangan dengan tema “Karya Wisata ke Telaga Sarangan” dengan
ketentuan sebagai berikut.
1. Karangan terdiri atas 3 paragraf.
2. Lama menulis karangan 40 menit.
3. Tulislah nama dan nomor absen saudara di pojok kanan atas.
Agar dalam penulisan karangan tidak mengalami kesulitan, buatlah kerangka
karangan terlebih dahulu.
Selamat mengerjakan !