pengertian ontologi

15
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberi kesempatan sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul ”Ontologi Ilmu Pengetahuan”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugeng Ali Mansur, M.Pd., selaku dosen pengajar mata kuliah Filsafat Ilmu, dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Tujuan dibuatnya karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan juga sebagai bahan informasi kepada para pembaca tentang filsafat, khususnya mengenai ontologi ilmu pengetahuan, pengertian ilmu pengetahuan, dan sumber-sumber ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat mengetahui jenis apa saja ilmu pengetahuan dalam lingkungan kita itu serta hubungannya dengan filsafat. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kelak penulis dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. 1

Upload: riza-hafizi

Post on 21-Jun-2015

10.577 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

filsafat ilmu

TRANSCRIPT

Page 1: pengertian ontologi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberi kesempatan

sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul ”Ontologi Ilmu

Pengetahuan”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugeng Ali

Mansur, M.Pd., selaku dosen pengajar mata kuliah Filsafat Ilmu, dan kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Tujuan dibuatnya karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Filsafat Ilmu dan juga sebagai bahan informasi kepada para pembaca tentang filsafat,

khususnya mengenai ontologi ilmu pengetahuan, pengertian ilmu pengetahuan, dan

sumber-sumber ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat mengetahui jenis apa saja ilmu

pengetahuan dalam lingkungan kita itu serta hubungannya dengan filsafat.

Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari para pembaca agar kelak penulis dapat menghasilkan karya

tulis yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, April 2009

Penulis

1

Page 2: pengertian ontologi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................3

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................3

1.4. Manfaat.....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Ontologi Ilmu Pengetahuan......................................................................................5

2.2. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan..........................................................................5

2.3. Perbedaan Ilmu Pengetahuan ilmiah damn non-ilmiah............................................6

2.4. Sumber Ilmu Pengetahuan........................................................................................7

2.5. Objek Ilmu Pengetahuan..........................................................................................9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan...................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

BAB I

2

Page 3: pengertian ontologi

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Perkembangan

ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru

yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah

ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.

Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen, bahwa ilmu

pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas

(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.

Namun, ilmu pengetahuan pada tidak akan dapat berkembang dengan baik jika

terpisah dari Filsafat.

Dengan semakin meluasnya filsafat dan tepecah menjadi ilmu-ilmu yang baru

maka dirasa perlu untuk mengetahui pembagian filsafat dalam cabang-cabang filsafat

serta aliran-alian yang ada dalam filsafat sehingga kita bisa mengetahui arah pikir

dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan serta penggolongannya dalam filsafat.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam

penulisan ini adalah:

1. Apa pengertian ilmu pengetahuan?

2. Apa saja sumber-sumber ilmu pengetahuan?

3. Apa perbedaaan ilmu pengetahuan ilmiah dan non-ilmiah?

1.3 Tujuan

3

Page 4: pengertian ontologi

Berdasarkan pada rumusan masalah maka tujuan penulisan ini adalah:

1. Memahami ilmu pengetahuan.

2. Mengetahui sumber-sumber ilmu pengetahuan.

3. Mengetahui perbedaan antara ilmu pengetahuan ilmiah dan non ilmiah.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan tentang ontologi ilmu pengetahuan.

2. Menambah wawasan tentang darimana sumber-sumber ilmu pengetahuan.

3. Menambah wawasan tentang perbedaan ilmu pengetahuan ilmiah dan non-

ilmiah.

BAB II

KONSEPSI TEORI

4

Page 5: pengertian ontologi

2.1 Ontologi Ilmu Pengetahuan

Dalam makalah ini akan memaparkan tentang cabang dalam filsafat, yang

pertama di sebut ontology, cabang ini menguak tentang objek apa yang akan di telaah

ilmu. Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara

objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera)

yang membuahkan pengetahuan? Kedua akan memaparkan apa yang disebut dengan

Ilmu pengetahuan, apa saja jenis-jenis ilmu pengetahuan? bagaimana cara

mendapatkannya? darimana sumbernya? dan apa objek dari ilmu pengetahuan

tersebut.

Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-

pengetahuan lainnya. Dengan mengetahui jawaban-jawaban dari ketiga pertanyaan ini

maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang

terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali

berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu pengetahuan, seni dan agama serta

meletakkan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling memperkaya

kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar maka bukan

saja kita dapat memanfaatkan kegunaanya secara maksimal namun kadang kita bisa

salah dalam menggunakannya.

2.2 Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari

pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada

intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan

erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia

dengan realitas yang ada pada objek1.

Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu

dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk

meramalkan dan memahami gejala-gejala alam.

1 Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Hal 121.

5

Page 6: pengertian ontologi

Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun

secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu,

maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan)

dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman

tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.

Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan

menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha

menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan

langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan

yang terpadu. Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu

merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten)2.

2.4 Perbedaan Pengetahuan ilmiah dan Non-ilmiah

Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan

pengetahuan ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap

pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya.

Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah.

Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat

tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan ilmiah adalah hasil serapan

indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut

menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat

rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare.

Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas :

2 Wiramihardja, Sutardjo. 2007. Pengantar Filsafat. Hal 86

6

Page 7: pengertian ontologi

Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif (empiris)

Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan

fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi,

antropologi, sosiologi, dan lain-lain.

Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif (matematis)

 Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara

konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal,

matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.

Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial (Filsafat)

Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman,

penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat

prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan3.

2.4 Sumber ilmu Pengetahuan

2.4.1 Al Qur’an

Seperti telah kita ketahui bersama, Al Quran merupakan salah satu

mujizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW

untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman.

Sebagai petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al Quran tidak akan menyimpang

dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan hasil perbuatan Allah

sedangkan Al Quran adalah merupakan hasil perkataan Allah. Karena Allah

bersifat Maha segala-galanya maka tidaklah mungkin perkataan Allah tidak

sejalan dengan perbuatan-Nya. Hal inilah yang mendasari bahwa Al qur’an

adalah sumber ilmu pengetahuan yang pertama dan yang utama.

2.4.2 Alam Semesta

3 Kukla, Andre. 1982. Filsafah Ilmu dan Sains. Hal 56

7

Page 8: pengertian ontologi

Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam

semesta dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2

yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern adalah seperti berikut :

Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).

Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari

kumpulan H dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya

akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi termonuklir

(bintang dan matahari) pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi

C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti

planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk

air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).

Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3),

matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.

Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).

Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama’ad-

dunya) (QS 37/6).

2.4.3 Diri Manusia

Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang

proses penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun

psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-10).

2.4.4 Sejarah

Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-

Nya melalui lembar- lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu

akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka

perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun, dan sebagainya, yang

kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga saat ini.

2.5 Objek Ilmu Pengetahuan

Objek material

adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu hal yang

diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal

8

Page 9: pengertian ontologi

konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti

ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian.

Objek formal

adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti

terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek

formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada

saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek

material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan

ilmu yang berbeda-beda (Mudhofir Supriyanto, 2005)4.

Pada garis besarnya, objek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia.

BAB III 

KESIMPULAN DAN SARAN

4 Supriyanto, Mudhofir. 200. Filsafat ilmu. Hal 23.

9

Page 10: pengertian ontologi

Kesimpulan

Berdasarkan uaraian di atas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Ilmu pengetahuan bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode

tertentu seperti observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya bersifat

objektif dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran

logika, netral.

2. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik

mengenai matafisik maupun fisik, pengetahuan merupakan  informasi yang

berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.

Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan

pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat

cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena

kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. 

Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan

pengalaman belaka

Daftar Pustaka

10

Page 11: pengertian ontologi

Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Wiramihardja, Sutardjo. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika

Aditama.

Kukla, Andre. 1982. Filsafah Ilmu dab Sains. Jakarta: Sinar Harapan.

Supriyanto, S. 2003. Filsafat ilmu. Surabaya.

Filsafat_Ilmu_Pengetahuan,http://staf_unud.com/artikel/filsafat_ilmu.htm.

diakses pada 30 Maret 2009

11