pengertian ilmu hadits

4
Pengertian Ilmu Hadits Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadits. ( 'ulumul al-hadist). 'ulum al -hadist terdiri dari atas 2 kata, yaitu ' 'ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari 'ilm, jadi berarti "ilmu-i al- hadist di kalangan Ulama Hadis berarti "segala sesuatu yang disandarkan dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat." (Mahmud al-thahhan, Tatsir M (Beirut: Dar Al-qur'an al-karim, 1979), h.14) dengan demikian, gabungan kat mengandung pengertian "ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan Hadis nabi sh wasallam". Menurut istilah para muhadditsin, ilmu hadits ialah ilmu pengetahuan tentan pengakuan, gerak-gerik dan bentuk jasmaniah Rasulullah saw. beserta sanad-s pengetahuan untuk membedakan keshahihannya dan kedlaifannya daripada lainny atau sanadnya. Disamping ilmu hadits, dalam ilmu mustholahul hadits juga dikenal dengan il Secara istilah ilmu ushulil hadits ialah suatu ilmu pengetahuan yang menjad mengenal keshahihan, kehasanan, dan kedho’ifan, matan maupun sanad dan untu membedakannya dengan yang lainnya. C. Ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah 1. 1. Ilmu Hadits Riwayah Ilmu hadis riwayah menurut imam AS-Suyuti adalah ilmu yang membicarakan ten menerima, menyampaikan, memindahkan atau mendewankan hadis kepada orang lai Menurut Ibn al-Akfani, sebagaimana yang dikutip oleh Al-Suyuthi, bahwa y Ilmu Hadis Riwayah adalah: Ilmu Hadis yang khusus berhubungan dengan riwaya yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi saw dan perbuatannya, periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian lafaz-lafaznya. (Jalal al-din Abu Bakar al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi. Ed. 'Abdul al-Lathif (Madinah: Al-Maktabat al-'Ilmiyyah.cet kedua. 1392 H/ 1972 M), h. Jammaluddin al-Qasimi, Qawa'id al-Tahdist min Funun wa Mushthalah al-Hadist al-Halabi, 1961). H. 75) Sedangkan pengertian menurut Muhammad 'ajjaj a-khathib adalah: Yaitu ilm membahas tentang pemindahan (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan k berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan atau pengakuan), sifat jasma (akhlak) dengan cara yang teliti atau terperinci. (Lihat M.'Ajjaj al-Khathi (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h.7. 1

Upload: adigang-adigung-adiguno

Post on 22-Jul-2015

2.795 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Pengertian Ilmu Hadits Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadits. (Arab nya: 'ulumul al-hadist). 'ulum al -hadist terdiri dari atas 2 kata, yaitu 'ulum dan Al-hadist. Kata 'ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari 'ilm, jadi berarti "ilmu-ilmu"; sedangkan al- hadist di kalangan Ulama Hadis berarti "segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat." (Mahmud al-thahhan, Tatsir Mushthalah al-hadist (Beirut: Dar Al-qur'an al-karim, 1979), h.14) dengan demikian, gabungan kata 'ulumul-hadist mengandung pengertian "ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan Hadis nabi sholallahu 'alaihi wasallam". Menurut istilah para muhadditsin, ilmu hadits ialah ilmu pengetahuan tentang sabda, perbuatan, pengakuan, gerak-gerik dan bentuk jasmaniah Rasulullah saw. beserta sanad-sanad dan ilmu pengetahuan untuk membedakan keshahihannya dan kedlaifannya daripada lainnya, baik matan atau sanadnya. Disamping ilmu hadits, dalam ilmu mustholahul hadits juga dikenal dengan ilmu ushulil hadits. Secara istilah ilmu ushulil hadits ialah suatu ilmu pengetahuan yang menjadi sarana untuk mengenal keshahihan, kehasanan, dan kedhoifan, matan maupun sanad dan untuk membedakannya dengan yang lainnya. C. Ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah

1. 1. Ilmu Hadits RiwayahIlmu hadis riwayah menurut imam AS-Suyuti adalah ilmu yang membicarakan tentang cara menerima, menyampaikan, memindahkan atau mendewankan hadis kepada orang lain. Menurut Ibn al-Akfani, sebagaimana yang dikutip oleh Al-Suyuthi, bahwa yang dimaksud Ilmu Hadis Riwayah adalah: Ilmu Hadis yang khusus berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi saw dan perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian lafaz-lafaznya. (Jalal al-din 'Abd al-Rahman Ibn Abu Bakar al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi. Ed. 'Abdul Al-Wahhab' Abd al-Lathif (Madinah: Al-Maktabat al-'Ilmiyyah.cet kedua. 1392 H/ 1972 M), h. 42; Lihat juga M. Jammaluddin al-Qasimi, Qawa'id al-Tahdist min Funun wa Mushthalah al-Hadist (Kairo: Al-Bab al-Halabi, 1961). H. 75) Sedangkan pengertian menurut Muhammad 'ajjaj a-khathib adalah: Yaitu ilmu yang membahas tentang pemindahan (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan atau pengakuan), sifat jasmaniah, atau tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti atau terperinci. (Lihat M.'Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h.7.

1

Sedangkan menurut istilah Ahli Hadits, Ilmu Riwayah Hadits adalah suatu ilmu pengetahuan untuk mengetahui cara-cara penukilan, pemeliharaan dan pendewanan apa-apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, ikrar maupun lain sebagainya. Objek kajian ilmu Hadis Riwayah adalah Hadis Nabi saw dari segi periwayatan dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup: - Cara periwayatan Hadis, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga dari cara penyampaiannya dari seorang perawi ke perawi lain; - Cara pemeliharaan Hadis, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan, dan pembukuannya. Berdasarkan batasan pada objek kajiannya tersebut sehingga dalam hal ini ilmu hadits dirayah tidak membahas apakan matannya ada yang janggal atau berillat, dan apakah sanadnya itu bertali temali satu sama lain atau terputus. Lebih lanjut tidak dibahas didalamnya sifat-sifat rawi dalam kapasitasnya sehingga berpengaruah pada kualitas suatu hadits. Perintis pertama ilmu hadits ini ialah Muhammad bin Syihahb az-Zuhry yang wafat pada tahun 124 H.

1. 2. Ilmu Hadits DirayahIbn al-Akfani memberikan tarif Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya (Lihat al-Suyuthi, Tadrb al-Rawi h. 40; Lihat juga al-Qasimi, Qawa'id al-Tahdits, h.75.) Kebanyakan ulama mentarifkan hadits dirayah sebagai suatu ilmu untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari jurusan diterima atau ditolak dan yang bersangkut paut dengan itu. Objek pembahasan dalam ilmu hadits ini ialah meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya). Menurut sebagaian ulama, yang objeknya ialah rasulullah sendiri dalam kedudukannya sebagai rasulullah. Tujuan dan urgensi Ilmu Hadis Dirayah adalah untuk mengetahui dan menetapkan Hadis-Hadis yang maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil atau untuk diamalkan) dan yang mardud (yang ditolak). Ilmu Hadis Dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum dikenal dengan Ulumul Hadis, mushthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits. Keseluruhan nama-nama di atas, meskipun bervariasi, namun mempunyai arti dan tujuan yang sama, yaitu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk mengetaui keadaan perawi (sanad) dan marwi (matan) suatu Hadis, dari segi diterima dan ditolaknya. (Ibid., h. 9.) Para ulama Hadis membagi Ilmu Hadis Dirayah atau

2

Ulumul Hadis ini kepada beberapa macam, berdasarkan kepada permasalahan yang dibahas padanya, seperti pembahasan tentang pembagian Hadis Shahih, Hasan, Dan Dha'if, serta macammacamnya, pembahasan tentang tata cara penerimaannya (tahmmul) dan periwayatan (adda') Hadis, pembahasan al-jarih dan al-ta'dil serta tingkatan-tingkatannya, pembahasan tentang perawi, latar belakang kehidupannya, dan pengklasikasiannya antara yang tsiqat dan yang dha'if, dan pembahasan lainnya. Masing-masing pembahasan di atas dipandang sebagai macam-macam dari Ulumul Hadis, sehingga, karena banyaknya, Imam al-Suyuthi menyatakan bahwa macammacam Ulumul Hadis tersebut banyak sekali, bahkan tidak terhingga jumlahnya. (Ibd, h. 11, lihat juga Tadrib al-rawi, h. 53 ). Ibn al-Shaleh menyebutkan ada 65 macam Ulumul Hadis, sesuai dengan pembahasannya, seperti yang dikemukakan di atas. (Abu 'Amr Ibn al-Shaleh, 'ulum alhadits, ed. Nur al-Din 'Atr (Madinah: Maktabat al-Ilmiyyah, 1972), h 5-10). D. Perbedaan Hadits dan Sunnah Secara Khusus perbedaan antara Hadits dan Sunnah ialah hadits ialah segala peristiwa yang disandarkan dalam kepada nabi walaupun hanya sekali saja terjadi dalam sepanjang hidupnya, dan walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang saja. Adapun sunnah, sebenarnya adalah sebutan bagi amaliyah yang mutawattir, yakni cara rasul melaksanakan sesuatu ibadat yang dinukilkan kepada kita dengan amaliyah yang mutawatir pula. Sementara itu, ada juga yang membedakan antara hadits dan sunnah yakni menurut pendapat dan pandangan ulama, baik ulama hadits maupun ulama ushul, perbedaan tersebut ialah Hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, taqrir yang bersumber dari Nabi SAW, sedangkan Sunnah segala yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, atau perjalan hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya. E. Keadaan Hadits pada masa Nabi dan Rasul Berita tentang prilaku Nabi Muhammad (sabda, perbuatan, sikap ) didapat dari seorang sahabat atau lebih yang kebetulan hadir atau menyaksikan saat itu, berita itu kemudian disampaikan kepada sahabat yang lain yang kebetulan sedang tidak hadir atau tidak menyaksikan. Kemudian berita itu disampaikan kepada murid-muridnya yang disebut tabiin (satu generasi dibawah sahabat) . Berita itu kemudian disampaikan lagi ke murid-murid dari generasi selanjutnya lagi yaitu para tabiut tabiin dan seterusnya hingga sampai kepada pembuku hadist (mudawwin). Pada masa Sang Nabi masih hidup, Hadits belum ditulis dan berada dalam benak atau hapalan para sahabat. Para sahabat belum merasa ada urgensi untuk melakukan penulisan mengingat Nabi masih mudah dihubungi untuk dimintai keterangan-keterangan tentang segala sesuatu. Diantara sahabat tidak semua bergaulnya dengan Nabi. Ada yang sering menyertai, ada yang beberapa kali saja bertemu Nabi. Oleh sebab itu Al Hadits yang dimiliki sahabat itu tidak selalu sama banyaknya ataupun macamnya. Demikian pula ketelitiannya. Namun demikian diantara para sahabat itu sering bertukar berita (Hadist) sehingga prilaku Nabi Muhammad banyak yang

3

diteladani, ditaati dan diamalkan sahabat bahkan umat Islam pada umumnya pada waktu Nabi Muhammad masih hidup. Dengan demikian pelaksanaan Al Hadist dikalangan umat Islam saat itu selalu berada dalam kendali dan pengawasan Nabi Muhammad baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya para sahabat tidak mudah berbuat kesalahan yang berlarut-larut. Al Hadist yang telah diamalkan/ditaati oleh umat Islam dimasa Nabi Muhammad hidup ini oleh ahli Hadist disebut sebagai Sunnah Muttabaah Marufah. Itulah setinggi-tinggi kekuatan kebenaran Al Hadist. Meski pada masa itu Al Hadist berada pada ingatan para sahabat, namun ada sahabat yang menuliskannya untuk kepentingan catatan pribadinya (bukan untuk kepentingan umum). Diantaranya ialah : Abdullah bin Umar bin Ash (dalam Ash-Shahifah Ash- Shadiqah) Jabir bin abdullah Al-Anshory (Shahifah Jabir) Ali bin Abi Thalib (dalam shahifahnya mengenai hukum-hukum diyat yaitu soal denda atau ganti rugi).

4