istilah - istilah dalam ilmu hadits

Download ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS

If you can't read please download the document

Upload: azzahra-azzahra

Post on 05-Apr-2017

285 views

Category:

Education


33 download

TRANSCRIPT

Disusun Oleh:

ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADITS

1.Asifa Nur(07)2.Fatimah Azzahra(10)3.Putri Anggoro K.(17)4.Roisatul Khoiriyati(19)

MAKALAH HADITS

Disusun Oleh:

SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

2

1.

2.

3.BAB 1

HADITS DARI SEGI UNSURSanadMatanRawi

Sanad Hadits

Secara Bahasa: dari sanada, yasnudu yang berati mutamad (sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang sah).

Secara Istilah: para ahli hadis memberikan defenisi yang beragam,diantaranya : Jalan yangmenyampaikan kepada matan haditsyakni rangkaian para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya. Jalur ini adakalanya disebut sanad, adakalanya karena periwayat bersandar kepadanya dalam menisbatkan matan kepada sumbernya, dan adakalanya karena hafidz bertumpu kepada yang menyebutkan sanad dalam mengetahui sahih atau dhaif suatu hadis.

Silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadisSilsilah orang-orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang menyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasul SAW., yang perkataan dan perbuatan, taqrir, dan lainnya merupakan materi atau matan hadis

Al-Tahanawi mengemukakan definisi sanad sebagaimana yang dikutip oleh Nawir Yuslem adalah sebagai berikut : , Sanad adalah : Jalan yang menyampaikan kepada matan Hadis, yaitu nama-nama perawinya secara berurutan.

Misalkan hadist

Maka sanadnya:

2. Matan HaditsSecara Bahasa : mairtafaa min al-ardi (tanah yang meninggi)Secara Istilah : Artinya : Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.Adalagi redaksi yang lebih sederhana lagi, yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad (gayah as-sanad). Semua pengertian diatas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan matan ialah materi hadis atau lafal hadis itu sendiri.

Contoh:

Maka Matannya:

3. Rawi HaditsSecara Bahasa : Kata rawi atau ar-rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadis (Naqil Al-Hadis).Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap tingkatannya juga disebut rawi, jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadis. Akan tetapi yang membedakan antara kedua istilah diatas, jika dilihat lebih lanjut, adalah dalam dua hal, yaitu: pertama, dalam hal pembukuan hadis. Orang-orang yang menerima hadis-hadis, kemudian menghimpunnya dalam satu kitab disebut dengan rawi.

Contoh:

Maka Rawinya :

1.3.

2.4.BAB 2

HADITS DARI SEGI BENTUKQouliyahFiliyahTaqririyahHammiyah

2. Hadits Qauliyah

Hadits qawli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, ucapan, ataupun sabda yang memuat berbagai maksud syara, peristiwa, dan keadaan yang berkaitan dengan akidah, syariah, akhlak, atau lainnya.

Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah ibn al-Shamith bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

Artinya: Tidak (sah/sempurna) shalat bagi orang yang tidak membaca surat al-Fatihah. (Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)

2. Hadits Filiyah

Hadits fili ialah hadits yang menyebutkan perbuatan Nabi Muhammad saw yang sampai kepada kita.

Misalnya hadits riwayat al-Bukhari dari Jabir ibn Abd Allah: Artinya: Rasulullah saw pernah shalat di atas tunggangannya, ke mana pun tunggangannya menghadap. Apabila ia mau melaksanakan shalat fardhu, ia turun dari tunggangannya, lalu menghadap ke kiblat . (Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)

3. Hadits Taqririyah

Maksud hadits taqriri ialah Penetapan (Taqririyyah) yaitu perkataan atau perbuatan tertentu yang dilakukan oleh sahabat di hadapan Nabi Muhammad atau sepengetahuan beliau, namun beliau diam dan tidak menyanggahnya dan tidak pula menampakkan persetujuannya atau malahan menyokongnya. Hal semacam ini dianggap sebagai penetapan dari Nabi Muhammad walaupun beliau dalam hal ini hanya bersifat pasif atau diam.

Sebagai contoh, pengakuan Nabi Muhammad terhadap ijtihad para sahabat berkenaan dengan shalat Ashar di perkampungan Bani Quraizhah, sebagaimana diriwayatkan dari Abd Allah Ibn Umar: Artinya: Janganlah salah seorang (di antara kamu) mengerjakan shalat Ashar, kecuali (setelah sampai) di perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka mendapati (waktu) Ashar di perjalanan. Sebagian mereka mengatakan, kita tidak boleh shalat sehingga sampai di perkampungan, dan sebagian lainnya mengatakan, tetapi kami shalat (dalam perjalanan), tidak ada di antara kami yang membantah hal itu. Hal itu lalu dilaporkan kepada Nabi saw, ternyata beliau tidak menyalahkan seorang pun dari mereka. (Shahih al-Bukhari, III: 499, hadits 894)

4. Hadits HammiyahHadits hammi adalah hadits yang menyebutkan keinginan Nabi saw yang belum sempat beliau realisasikan, seperti halnya keinganan untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura

sebagai diriwayatkan dari Abd Allah ibn Abbas: Artinya: Sewaktu Rasulullah saw berpuasa pada har Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya ia adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani. Rasulullah saw menjawab, Tahun yang akan datang, insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan(nya). Abd Allah ibn Abbas mengatakan, Belum tiba tahun mendatang itu, Rasulullah saw pun wafat. (Shahih Muslim, V: 479, hadits 1916)

1.

2.

3.BAB 3

HADITS DARI SEGI PENYEBUTANHadits/Sunnah(dari Rasul)Atsar(dari Shohabat)Khobar( dari Tabiin)

1. Hadits / Sunnah (dari Rasul)

Sunnah adalah segala perbuatan dan perkataan Rasulullah, termasuk segala sesuatu yang disetujui oleh Beliau. Hadits sendiri berarti segala hikayat atau pembicaraan yang digunakan dalam meriwayatkan segala sesuatu tindak tanduk Rasulullah, sehingga sunnah dapat berarti sebuah contoh perbuatan atau hukum yang diambil dari adanya suatu hadits.

2. Atsar (dari Shohabat)

Secara bahasa atsar berarti bekas atau dampak sesuatu, atau sesuatu yang diambil atau diikuti dari jejak-jejak terdahulu. Seperti doa-doa atau wirid-wirid yang diambil dari kebiasaan Rasulullah yang kemudian dikenal dengan al-matsurat (dari kata atsar).

Secara istilah atsar didefinisikan sebagai berikut: Atsar adalah segala yang datang selain dari Nabi saw, yaitu dari shahabat, tabiin, atau generasi setelah mereka.

3. Khobar (dari Tabiin)Khabar menurut bahasa adalah semua berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Menurut ulama ahli hadis, Khabar sama artinya dengan hadis. Keduanya dapat dipakai untuk sesuatu yang marfu, mauquf, dan maqtu, dan mencakup segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW, sahabat dan tabiin.

Khabar menurut bahasa adalah semua berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Menurut ulama ahli hadis, Khabar sama artinya dengan hadis. Keduanya dapat dipakai untuk sesuatu yang marfu, mauquf, dan maqtu, dan mencakup segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW, sahabat dan tabiin.

1.

2.

3.BAB 4

HADITS DARI SEGI PENYANDARANMarfuMauqufMaqthu

MARFUAl-Marfu' menurut bahasa merupakan isim maf'ul dari kata rafa'a (mengangkat), dan ia sendiri berarti "yang diangkat". Dinamakan marfu' karena disandarkannya ia kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam.

Hadits Marfu' menurut istilah adalah "sabda, atau perbuatan, atau taqrir (penetapan), atau sifat yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, baik yang bersifat jelas ataupun secara hukum (disebut marfu' = marfu' hukman), baik yang menyandarkannya itu shahabat atau bukan, baik sanadnya muttashil (bersambung) atau munqathi' (terputus).

MACAM-MACAMa. Marfu Qauly HakikiIalah apa yang disandarkan oleh sahabat kepada Nabi tentang sabdanya, bukan perbuatannya atau iqrarnya, yang dikatakan dengan tegas bahwa nabi bersabda.b. Marfu Qauly HukmiIalah hadits marfu yang tidak tegas penyandaran sahabat terhadap sabda Nabi, melainkan dengan perantaran qarinah yang lain, bahwa apa yang disandarkan sahabat itu berasal dari sabda nabi. c. Marfu Fili HakikiAdalah apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas menjelaskan perbuatan Rasulullah SAW.

d. Marfu Fili HukmiIalah perbuatan sahabat yang dilakukan dihadapan Rasulullah atau diwaktu Rasulullah masih hidup. e. Marfu Taqririyah HakikiIalah tindakan sahabat dihadapan Rasulullah dengan tiada memperoleh reaksi, baik reaksi itu positif maupun negatif dari beliau.f. Marfu Taqririyah HukmyIalah apabila pemberitaan sahabat diikuti dengan kalimat-kalimat sunnatu Abi Qasim, Sunnatu Nabiyyina atau minas Sunnati.

CONTOH:1. Perkataan yang marfu' tashrih: seperti perkataan shahabat,"Aku mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda begini"; atau "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menceritakan kepadaku begini"; atau "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda begini"; atau "Dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bahwasannya bersabda begini"; atau yang semisal dengan itu.

2. Perkataan yang marfu' secara hukum : seperti perkataan dari shahabat yang tidak mengambil dari cerita Israilliyaat berkaitan dengan perkara yang terjadi di masa lampau seperti awal penciptaan makhluk, berita tentang para nabi. Atau berkaitan dengan masalah yang akan datang seperti tanda-tanda hari kiamat dan keadaan di akhirat. Dan diantaranya pula adalah perkataan shahabat : "Kami diperintahkan seperti ini"; atau "kami dilarang untuk begini"; atau termasuk sunnah adalah melakukan begini".

MAUQUF

Hadits Mauquf adalah hadis yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'.

contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadis tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.

MACAM-MACAM HADITS MAUQUFa) Hadits mauquf qauli (yang berupa perkataan) : Ali bin Abi Thalib ra. berkata, Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian ingin mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya?

b) Hadits mauquf fili (yang berupa perbuatan) seperti perkataan Imam Bukhari,Ibnu Abbas menjadi imam sedangkan dia (hanya) bertayammum.

c) Hadits mauquf taqriri (yang berupa persetujuan) seperti perkataan tabiin Aku telah melakukan begini di hadapan salah seorang sahabat dan dia tidak mengingkariku

CONTOH MAUQUFContohnya:: ( )Konon Ibnu Umar r.a berkata: Bila kau berada di waktu sore jangan menunggu datangnya pagi hari, dan bila kau berada di waktu pagi jangan menunggu datangnya sore hari. Ambillah dari waktu sehatmu persediaan untuk waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk persediaan matimu. (HR. Bukhari)Hadits di atas adalah hadits mauquf, sebab kalimat tersebut adalah perkataan Ibnu Umar sendiri, tidak ada petunjuk kalau itu sabda Rasulullah saw, yang ia ucapkan setelah ia menceritakan bahwa rasulullah memegang bahunya dengan bersabda:

MAQTU

Hadits Maqtu' adalah hadis yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus).

Contoh hadis ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini (hadis) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu".

CONTOH Contohnya ialah perkataan Haram bin Jubair, seorang tabiin besar, ujarnya: Orang mukmin itu bila telah mengenal tuhanya azza wajalla, niscaya ia mencintainya dan bila ia mencintainya Allah menerimanya.

BAB 5Hadits dari segi redaksi ada 3Nabawi, Qudsyi,Al quran

NABAWI

Hadits (baru) dalam arti bahasa lawan dari kata qadim (lama). Dan, yang dimaksud hadis ialah setiap kata-kata yang diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu diperoleh melalui pendengarannya maupun wahyu; baik dalam keadaan jaga maupun dalam keadaan tidur. Dalam pengertian ini, Alquran dinamakan hadis."Hadis (kata-kata) siapakah yang lebih benar selain dari pada Allah?" (An-Nisa: 87).

CONTOH#Contoh hadits nabawi yang berupa perkataan (qauli) misalnya perkataan Nabi SAW, . . @

#Contoh hadits berupa perbuatan (fili) ialah .@

#Contoh hadits berupa ketetapan (taqriri) ialah @ , .

#Contoh hadits berupa sifat (wasfi) ialah

QUDSI

hadits quds (suci), yaitu Allah Taala. Yang mana hadits qudsi ini disampaikan kepada kita oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam. yang disnisbatkan kepada Zat yang

Contoh hadits Qudsi adalah:

, . Hadis Qudsi persangkaan seorang hamba kepada Tuhannya. Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW berkata, Allah Taala berfirman; Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila dia menyebut-Ku di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan, bila dia menyebut-Ku di kalangan orang banyak, Aku pun menyebutnya di kalangan orang banyak yang lebih baik dari itu.

AL-QURAN

Al-Qurn adalah kitab suci agama islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhummad Shallallahu alaihi wa sallam, melalui perantaraan malaikat jibril.Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.

1.

2.BAB 6

HADITS DARI SEGI BENTUK KWANTITASMutawattirAhadMasyhurAzizGhorib

Dari segi bahasa, mutawatir, berarti sesuatu yang dating secara beriringan tanpa diselangai antara satu sama lain. Dari segi istilah yaitu Hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah rawi yang semisal mereka dan seterusnya sampai akhir sanad. Dan sanadnya mereka adalah pancaindra. MUTAWATTIR

Berdasarkan definisinya ada 4 kriteria hadis mutawatir, yaitu sebagai berikut :a. Diriwayatkan Sejumlah Orang Banyak Syarat perawi mutawatir harus berjumlah banyak. perbeda pendapat para ulama tentang jumlah banyak pada para perawi hadis tersebut dan tidak ada pembatasan yang tetap. Di antara mereka berpendapat 4 orang, 5 orang, 10 orang, 40 orang, 70 orang bahkan ada yang berpendapat 300 orang lebih. Namun, pendapat yang terpilih minimal 10 orang seperti pendapat Al-Ishthikhari.

b. Adanya Jumlah Banyak Pada Seluruh Tingkatan Sanad Jumlah banyak orang pada setiap tingkatan (thabaqat) sanad dari awal sampai akhir sanad. Jika jumlah banyak tersebut hanya pada sebagian sanad saja maka tidak dinamakan mutawatir , tatapi dinamakan ahad atau wahid.

c. Mustahil Bersepakat Bohong Di antara alas an pengingkar sunnah dalam penolakan mutawatir adalah pencapaian jumlah banyak tidak menjamin dihukumi mutawatir karena dimungkinkan adanya kesepakatan berbohong. Hal ini karena mereka menganalogikan dengan realita dunia modern dan kejujurannya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, apalagi jika ditunggangi masalah politik dan lain-lain. Demikian halnya belum dikatakan mutawatir karena sekalipun sudah mencapai jumlah banyak tetapi masih memungkinkan untuk berkosensus berbohong.

d. Sandaran Berita Itu Pada Pancaindra Maksud sandaran pancaindra adalah berita itu didengar dengan telinga atau dilihat dengan mata dan disentuh dengan kulit, tidak disandarkan pada logika atau akal seperti tentang sifat barunya alam, berdasarkan kaedah logika; Setiap yang baru itu berubah (Kullu hadis in mutghayyirun). Alam berubah (al-alamu mutaghayyirun). Jika demikian, Alam adalah baru (al-alamu hadis un). Baru artinya sesuatu yang diciptakan bukan wujud dengan sendirinya. Jika berita hadis itu logis, maka tidak mutawatir . Sandaran berita pada pancaindra misalnya ungkapan periwayatan: : Kami mendengar [dari Rasulullah bersabda begini] : Kami sentuh atau kami melihat [Rasulullah melakukan begini dan seterusnya].

Pembagian Hadis Mutawatiradalah mutawatir dengan susunan redaksi yang persis sama. Dengan demikian garis besar serta perincian maknanya tentu sama pula, juga dipandang sebagai hadis mutawatir lafdhi, hadis mutawatir dengan susunan sedikit berbeda, karena sebagian digunakan kata-kata muradifnya (kata-kata yang berbeda tetapi jelas sama makna atau maksudnya). Sehingga garis besar dan perincian makna hadis itu tetap sama. Contoh hadis mutawatir lafdhi yang artinya: Rasulullah SA W, bersabda: Siapa yang sengaja berdusta terhadapku, maka hendaklah dia menduduki tempat duduknya dalam neraka (Hadis Riwayat Bukhari).

a. Hadis Mutawatir Lafdhi

b. Hadis Mutawatir Maknawi adalah hadis mutawatir dengan makna umum yang sama, walaupun berbeda redaksinya dan berbeda perincian maknanya. Dengan kata lain, hadis-hadis yang banyak itu, kendati berbeda redaksi dan perincian maknanya, menyatu kepada makna umum yang sama. Jumlah hadis-hadis yang termasuk hadis mutawatir maknawi jauh lebih banyak dari hadis-hadis yang termasuk hadis mutawatir lafdhi. Contoh hadis mutawatir maknawi yang artinya: Rasulullah SAW pada waktu berdoa tidak mengangkat kedua tangannya begitu tinggi sehingga terlihat kedua ketiaknya yang putih, kecuali pada waktu berdoa memohon hujan (Hadis Riwayat Mutafaq' Alaihi).

c. Hadis Mutawatir Amaliadalah hadis mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah SAW, yang disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya. Contoh : Hadis-hadis Nabi tentang waktu shalat, tentang jumlah rakaat shalat wajib, adanya shalat Id, adanya shalat jenazah, dan sebagainya.Segala macam amal ibadah yang dipraktekkan secara sama oleh umat Islam atau disepakati oleh para ulama, termasuk dalam kelompok hadis mutawatir amali. Seperti hadis mutawatir maknawi, jumlah hadis mutawatir amali cukup banyak. Diantaranya, shalat janazah, shalat ied, dan kadar zakat harta.

Hadits AhadAhad (baca: aahaad) menurut bahasa adalah kata jamak dari waahid atau ahad . Bila waahid atau ahad berarti satu, maka aahaad, sebagai jamaknya, berarti satu-satu. Hadits ahad menurut bahasa berarti hadits satu-satu. Sebagaimana halnya dengan pengertian hadits mutawatirhadits ahad , menurut bahasa terasa belum jelas. Oleh karena itu, ada batasan yang diberikan oleh ulama batasan hadits ahad antara lain berbunyi: hadits ahad adalah hadits yang para rawinya tidak mencapai jumlah rawi hadits mutawatir , baik rawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima atau seterusnya, tetapi jumlahnya tidak memberi pengertian bahwa hadist dengan jumlah rawi tersebut masuk dalam kelompok hadist mutawatir , Hadis Ahad adalah hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir.

Pembagian Hadits Ahada. Hadits Masyhur (Hadist Mustafidah) Masyhur menurut bahasa berarti yang sudah tersebar atau yang sudah populer. Mustafidah menurut bahasa juga berarti yang telah tersebar atau tersiar. Jadi menurut bahasa hadits masyhur dan hadits mustafidah sama-sama berarti hadits yang sudah tersebar atau tersiar.

b. Hadits Aziz Aziz menurut bahasa, berarti: yang mulai atau yang kuat dan juga berarti jarang. Hadits aziz menurut bahasa berarti hadits yang mulia atau hadits yang kuat atau hadits yang jarang, karena memang hadits aziz itu jarang adanya. Para ulama memberikan batasan sebagai berikut: hadits aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, kendati dua rawi itu pada satu tingkatan saja, dan setelah itu diriwayatkan oleh banyak rawi. Contohnya : Rasulullah SAW bersabda: Kita adalah orang-orang yang paling akhir (di dunia) dan yang paling terdahulu di hari qiamat. (Hadits Riwayat Hudzaifah dan Abu Hurairah)

c. Hadist Gharib Gharib, menurut bahasa berarti jauh, terpisah, atau menyendiri dari yang lain. Hadits gharib menurut bahasa berarti hadist yang terpisah atau menyendiri dari yang lain. Para ulama memberikan batasan sebagai berikut: hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi (sendirian) pada tingkatan maupun dalam sanad. Dari segi istilah ialah Hadits yang berdiri sendiri seorang perawi dimana saja tingkatan (thabaqah) dari pada beberapa tingkatan sanad.

Contohnya Dari Umar bin Khattab, katanya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Amal itu hanya (dinilai) menurut niat, dan setiap orang hanya (memperoleh) apa yang diniatkannya. (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim dan lain-lain)

1.

2.

3.BAB 7

HADITS DARI SEGI KWALITASSholehHasanDloif

Hadits Shoheh Hadis sahih menurut bahasa berarti hadis yang bersih dari cacat, hadis yng benar berasal dari Rasulullah SAW. Batasan hadis sahih, yang diberikan oleh ulama, antara lain:

Artinya :Hadits sahih adalah hadits yng susunan lafadnya tidak cacat dan maknanya tidak menyalahi ayat (al-Quran), hdis mutawatir, atau ijimak serta para rawinya adil dan dabit. Keterangan lebih luas mengenai hadis sahih diuraikan pada bab tersendiri.

59

Hadits Hasan Menurut bahasa, hasan berarti bagus atau baik. Menurut Imam Turmuzi hasis hasan adalah:

Artinya :yang kami sebut hadis hasan dalam kitab kami adalah hadis yng sannadnya baik menurut kami, yaitu setiap hadis yang diriwayatkan melalui sanad di dalamnya tidak terdapat rawi yang dicurigai berdusta, matan hadisnya, tidak janggal diriwayatkan melalui sanad yang lain pula yang sederajat. Hadis yang demikian kami sebut hadis hasan.

Hadits DloifHadis daif menurut bahasa berarti hadis yang lemah, yakni para ulama memiliki dugaan yang lemah (keci atau rendah) tentang benarnya hadis itu berasal dari Rasulullah SAW.Para ulama memberi batasan bagi hadis daif :

Artinya :Hadits daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadis sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadis hasan.

DAFTAR PUSTAKAAl-khatib, M. Ajaj, Usul al-hadis:ulumuhu wa mustlahuhu:Dar al-fikr, 1409 H/1989 M At-tohal Mahmud, Taisir mustalah al-hadis Beirut: Dar Al-quran Al-karim, 1399 H/ 1979 M Yuslem Nawir, Ulumul-HadisJakarta, PT. Mutiara Sumber Widya 2001Al-Nawawi, I. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus. As-Shalih, S. (1997). Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. Pustaka Firdaus: Jakarta. Ismail, M. S. (1994). Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa. Khon, A. M. (2008). Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah. Mudzakir, M. (1998). Ulumul Hadis. Bandung: CV Pustaka Setia. Rahman, F. (1974)http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-marfu'/http://blog.re.or.id/pengertian-hadis.ht

SEKIANTERIMA KASIHPRESENTASI DARI KAMI ......