pengertian franchise

Upload: chamdannor

Post on 09-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

l

TRANSCRIPT

Pengertian Franchise

Franchise berasal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari perhambaan atau perbudakan ( free from servitude ). Bila dihubungkan dengan konteks usaha, franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise), yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba ( franchisor ) dan penerima waralaba ( franchisee )Menurut European Code of Ethics for Franchising, defenisi franchise adalah franchise is a system of marketing goods and/or services and/or technology, which is based upon a close and ongoing collaboration between legally and financially separate and independent undertakings, the franchisor and its individual franchisee, whereby the franchisors grants its individual franchisees the right, and imposes the obligation, to conduct a business in accordance with the franchisor`s concept. (franchising adalah sistem pemasaran b arang dan atau jasa dan atau teknologi, yang didasarkan pada kerja sama tertutup dan terus menerus antara pelaku pelaku independen ( maksudnya franchisor dan franchisee individual ) dan terpisah baik secara legal ( hukum ) dan keuangan, di mana franchi sor memberikan hak kepada para individual franchisee dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor ). Waralaba pertama kali diperkenalkan oleh LPPM sebgai padanan kata franchise. Waralaba berasal dari kata wara yang berarti lebih atau istimewa dan laba berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan yang lebih atau istimewa berbeda dengan sistem bisnis konvensional yang sudah ada. AS melalui International Franchise Association ( IFA ) mendefenisikan franchise sebagai hubunga kontraktual antara franchisor dengan franchisee, dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontiniu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau control pemilik (franchisor), dimana franchisee menanamkan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri.Dalam setiap perjanjian Waralaba, sang Pewaralaba (Franchisor) selaku pemilik dari Sistem Waralabanya memberikan lisensi kepada Terwaralaba (Franchisee). Lebih lanjut menurut IFA, Franchise atau Waralaba pada hakekatnya memiliki 3 elemen berikut: 1. Merek untuk dapat menggunakan Merek Dagang/Jasa dan logo yang dimiliki oleh Pewaralaba. 2. Sistem Bisnis Keberhasilan dari suatu organisasi Waralaba tergantung dari penerapan Sistem/Metode Bisnis yang sama antara Pewaralaba dan Terwaralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, dan kebijakan dagang, dll. 3. Biaya ( Fees ) Dalam setiap format bisnis waralaba, sang pewaralaba baik secara langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari terwaralaba atas penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi dan atau biaya pemasaran bersama. Biaya lainnya juga dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan kepada terwaralaba (mis: biaya manajemen )

Menurut British Franchise Association, sebagai garansi lisensi kontraktual satu orang ( franchisor ) ke pihak lain (franchisee) dengan : 1. Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor. 2. Mengharuskan franchisor untuk melatih c ontrol secara kontiniu selama periode perjanjian. 3. Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subyek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising , manajemen, atau yang lainnya. 4. Meminta kepada franchisee secara periodic selama masa kerja sama franchise untuk membayarkan sejumlah fee franchise atau royalty untuk produk atau servis yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee.

Definisi waralaba juga diberikan oleh Institut Pendidikan dan Managemen yang antara lain mendefenisikan waralaba sebagai berikut. 1. Waralaba adalah suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk ( franchisor ) memberikan hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha dengan cara, waktu , dan lokasi tertentu kepada individu atau perusahaan lain ( franchisee ) yang berskala kecil dan menengah. 2. Waralaba merupakan sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, ya ng dijual kepada pihak lain yang berminat. Pemilik dari metode yang dijual ini disebut franchisor, sedangkan pembeli hak untuk menggunakan metode tersebut disebut franchisee. 3. Waralaba merupakan suatu hubungan berdasarkan kontrak antara franchisor dengan fr anchisee. Franchisor menawarkan dan berkewajiban menyediakan perhatian terus menerus pada bisnis waralaba melalui penyediaan pengetahuan dan pelatihan. Franchisee beroperasi dengan menggunakan merek dagang, format, atau prosedur yang dipunyai serta dikendalikan oleh franchisor. Franchisee melakukan investasi dalam bisnis yang dimilikinya.

Sejumlah pakar juga ikut memberikan defenisi terhadap franchise Campbell Black dalam bukunya Black`s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain menjual produk atau servis atas nama mereka. Franchising is a system of marketing and distribution whereby a small independent businessman ( the franchise) is granted in return for a fee - the right to market the goods and serviss of another (the franchisor) in accordance with the established standards and practice of the franchisor, and with its assistance. (waralaba sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan di bawah assistensi franchisor ).Menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise didefinisikan sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) yang menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati. Menurut Dr. Martin mendelsonh, pakar waralaba asal Amerika Serikat, format bisnis franchise adalah modal izin dari satu orang franchiso) kepada orang lain (franchise), yang member hak dan biasanya mempersyaratkan) franchisee untuk mengadakan bi snis di bawah nama dagang franchisor, meliputi seluruh elemen yang dibutuhkan untuk membuat orang yg sebelumnya belum terlatih dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan / dibangun oleh franchisor di bawah brand miliknya, dan setelah di - training untuk menjalankannya berdasarkan pada basis yang ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan.Pradmod Khera mendefenisikan waralaba sebagai metode distribusi di mana pemberi hak waralaba, yang telah menyempurnakan konsep bisnisnya, menerapkan transfer pengetahuan, dengan mekanisme tindak lanjut, kepada penerima hak waralaba yang ingin mendirikan bisnis kewirausahaan.

Manfaat Franchise Secara hukum waralaba berarti persetujuan legal atas pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk/jasa dari pemilik ( pewaralaba ) kepada pihak lain ( terwaralaba ), yang diatur dalam suatu aturan permainan tertentu. Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba, yang dimaksud dengan waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha memasarkan barang dan jasa yang telah terbukti berhasil dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Sebuah bisnis waralaba baru ataupun lama, terkadang tidak dapat dijadikan patokan me ngenai keberhasilan dan pertumbuhannya. Bisa saja bisnis waralaba yang baru didirikan menjadi sangat prospektif dan memberikan keuntungan serta bisa berkembang dengan sangat baik di masa depan. Sebaliknya, bukan tidak mungkin bisnis waralaba yang telah lama berdiri ternyata memberikan hanya sedikit keuntungan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor resiko memang berhubungan dengan berapa lama suatu bisnis waralaba telah berdiri. Untuk bisnis waralaba yang baru hadir, tentu resiko menjadi relatif lebih t inggi daripada waralaba yang telah lama hadir. Namun, dapat juga diperhatikan apakah bisnis waralaba yang baru hadir merupakan bagian dari sebuah grup yang terdiri dari beberapa bisnis waralaba lain yang telah sukses. Menurut Adrian Sutedi, bisnis waralaba memiliki beberapa keunggulan, yaitu : 1. Waralaba pada hakikatnya merupakan sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha dengan cepat. Dengan demikian, waralaba bukanlah sebuah alternatif, melainkan salah satu cara yang sama kuat dan sama strategisnya dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha. Contohnya, dalam membangun usaha baru yang semakin penuh dengan persaingan, seorang pengusaha harus mampu memilih bentuk dan strategi pemasaran yang tepat, misalnya dengan membuka sendiri jaringan pendistribusian pemasaran. Hal ini membutuhkan modal yang tidak sedikit, padahal tidak semua orang memiliki modal yg cukup untuk mengembangkan usaha. Namun,, dengan memilih bisnis waralaba, seorang pengusaha dapat memperluas jaringan usahanya dengan cepat. Dengan kata lain, waralaba merupakan bentuk pendistribusian barang atau jasa tertentu melalui suatu jaringan outlet yang pengelolaannya dilakukan oleh franchisee. Dengan demikian, franchisee dapat diuntungkan karena sistem ini dari reputasi, informasi teknis, dan keahlian dalam menjual ke konsumen dengan jelas telah teruji. Waralaba sebagai konsep pemasaran juga diungkapkan oleh John Naisbit dalam bukunya yang berjudul Megatrends. Naisbit menyatakan bahwa waralaba merupakan konsep pemasaran yang paling berhasil selama sejarah umat manusia. Oleh karena itu, tidak mengherankan bisnis waralaba banyak digunakan di berbagai negara untuk mendistribusikan barang atau jasa. Salah satu juru bicara International Franchise Association (IFA) mengatakan bahwa waralaba akan menjadi bentuk pengeceran yang dominan di kebanyakan negara negara berkembang di seluruh dunia. 2. Bisnis waralaba juga akan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. Waralaba digambarkan sebagai perpaduan bisnis besar dan kecil, yaitu perpaduan antara energi dan komitmen individual dengan sumber daya dan kekuatan sebuah perusahaan besar. Dengan kata lain, pengusaha yang memiliki modal terbatas bisa bergabung dengan sistem waralaba yang memberikan jaminan usaha. Dalam mengatur hasil usaha, kedua belah pihak melakukan perjanjian yang terikat oleh hukum sehingga dikemudian hari tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan yang pelik dan tanpa ujung penyelesaian. Adanya kekuatan hukum secara tidak langsung juga memberikan jaminan kepada franchisor bahwa usaha waralaba yang dimilikinya benar benar legal. Dari pihak franchisee,sistem waralaba juga melindungi dari monopoli. 3. Bisnis waralaba juga dapat memberikan kesempatan berusaha yang baru yang tentunya diikuti dengan penyediaan lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan.Selain itu , bisnis waralaba mampu mempercepat alih teknologi serta meningkatkan peluang berusaha bagi Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ). Dengan kata lain, bisnis waralaba selain mampu memperluas akses pasar secara efisien juga mampu menyinergikan perkembangan usaha besar dengan usaha kecil dan menengah melalui kemitraan yang saling menguntungkan dan transparan dengan tetap mempertahankan kepemilikan usaha masing masing secara mandiri. 4. Bagi para pemula, bisnis waralaba merupakan pilihan untuk berwirausaha dan bereskpansi dengan resiko paling kecil. Resiko bisnis kegagalan waralaba jauh lebih kecil dibandingkan dengan konsep bisnis lain, seperti MLM ( Multi Level Marketing ), distributor, direct sales ( penjualan langsung ), dan berbagai konsep bisnis lain. Resiko kegagalan franchisee ialah 5 15%, sedangkan pada bisnis biasa dapat mencapai lebih dari 65%. Selain itu, para pengusaha yang telah menjalankan bisnisnya, dapat mengonversi usahanya menjadi waralaba untuk meningkatkan keuntungannya. Walaupun mendapat tambahan tuntutan untuk mempertinggi kualitas bisnis mereka, dampak yang didapat lebih dari sekedar membangun brand image produk dan jasa mereka. Dari uraian ini, seecara umum bisnis waralaba merupakan alternatif jalan keluar yang relatif aman bagi 5. Orang orang untuk terjun memiliki bisnis sendiri 6. Perusahaan perusahaan untuk melakukan ekspansi atau pembukaan cabang secara efektif tanpa memunculkan overhead yang tinggi dan kerumitan manajemen yang biasanya berkaitan dengan pendirian sebuah cabang; 7. Perusahaan untuk mengubah sistem cabang atau agensinya menjadi mesin pemasaran yang ramping dan tangguh.

Seperti yang telah dikemukakan, sistem waralaba yang berkembang di Indonesia pada saat ini ialah waralaba produk dan merek dagang serta waralaba sistem format bisnis. Menurut Mandelson, ada beberapa keuntungan dan kerugian usaha waralaba format bisnis , yaitu sebagai berikut. 1. Keuntungan usaha waralaba format bisnis : a. Franchisee tidak memerlukan pengetahuan dasar dan pengetahuan. b. Franchisee mendapat insentif dengan memiliki bisnis sendiri sehingga mendapat keuntungan tambahan. c. Franchisee akan menerima ( apabila perlu ) bantuan sebagai berikut : a) Penyeleksian tempat; b) Mempersiapkan rencana untuk memperbaiki model outlet , termasuk rencana tata kota yang diperlukan atau persyaratan persyaratan hukum yang diperlukan; c) Mendapatkan dana untuk sebagian biaya akuisisi dari bisnis yang diwaralabakan; d) Pelatihan staf franchisee; e) Bantuan pembelian peralatan; f) Membantu membuka bisnis dan menjalankannya dengan lancar. d. Franchisee mendapatkan keuntungan dari aktivitas iklan dan promosi franchisor pada tingkat nasional. e. Franchisee mendapat keuntungan dari daya beli yang besar dan kemampuan negosiasi yang dilakukan franchisor. f. Franchisee mendapatkan pengetahuan khusus serta pengalaman dari organisasi dan manajemen kantor pusat franchisor, walaupun ia tetap mandiri. g. Resiko bisnis franchisee berkurang sangat besar. h. Franchisee mengambil keuntungan dari program riset dan pengembangan franchisor yang terus menerus dilakukan untuk memperbaiki sistem bisnis dan membuatnya tetap up to date dan kompetitif. i. Franchisor mengumpulkan informasi dan pengalaman yang tersedia sebanyak banyaknya untuk dibagi kepada seluruh franchisee dalam sistemnya

2. Kerugian usaha waralaba format bisnis : a. Tidak dapat dihindari bahwa hubungan antara franchisor dengan franchisee pasti melibatkan penekanan kontrol, artinya kontrol tersebut akan mengatur kualitas jasa dan produk yang akan diberikan kepada masyarakat melalui franchisee. b. Franchisee harus membayar franchisor untuk jasa jasa yang didapatkannya untuk penggunaan sistem. c. Kesukaran dalam menilai kualitas franchisor. d. Kontrak waralaba akan berisi beberapa pembatasan terhadap bisnis yang diwaralabakan. e. Franch isee mungkin menjadi terlalu tergantung terhadap franchisor. f. Kebijakan kebijakan franchisor mungkin memengaruhi keuntungan franchisee. g. Franchisor mungkin membuat kesalahan dalam kebijakan kebijakannya. h. Reputasi dan citra merek bisnis yang diwaralabakan mungkin menjadi turun citranya karena alasan alasan di luar kontrak franchisorMenurut Amir Karamoy, dalam bukunya Sukses Usaha Lewat Waralaba, ada tiga alasan bagi pemberi waralaba untuk mewaralabakan bisnisnya: 1. Kekurangan modal untuk ekspansi usaha/pasar yang lebih luas; 2. Kekurangan personil untuk menjalankan usahanya; 3. Melakukan perluasan ( dan penetrasi ) pasar secara cepat

Menurut Robert L. Purvin, Jr. dalam Franchise Fraud, menyatakan bahwa ada sekurangnya delapan alasan mengapa pengusaha memilih mewaralabakan usahanya. Alasan alasan tersebut adalah : 1. Pengembangan/perluasan usaha secara cepat; 2. Modal sepenuhnya berasal dari penerima waralaba; 3. Pemberi waralaba menerima persentase atas penghasilan penerima waralaba tanpa menanggung kerugian penerima waralaba; 4. Penerima waralaba membentuk sendiri manajemen operasional usahanya; 5. Penerima waralaba membayar seluruh biaya pelatihan yang diselenggarakan oleh pemberi waralaba. Ini berarti pemberi waralaba dapat memperoleh penghasilan lebih dari kegiatan pelatihannya tersebut; 6. Waralaba membentuk sistem- nya sendiri sebagai pencari laba; 7. Rasio keuangan ekuitas yang positif, karena tidak perlu mengeluarkan modal yang besar; 8. Pemberi waralaba memperoleh penghasilan dari hasil penjualan dan bukan keuntungan penerima waralaba.

Sedangkan bagi penerima waralaba, menurut Robert L. Purvin,Jr., waralaba dipilih sebagai salah satu keuntungan karena waralaba dapat mengurangi: 1. Biaya tinggi untuk memulai suatu usaha; 2. Mengurangi resiko kegagalan dan kerugianSelain itu, waralaba diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat atau keuntungan lainnya seperti : 1. Produk atau jasa yang sudah terkenal; 2. Merek dagang yang populer; 3. Pelatihan yang jelas dan terarah dari pemberi waralaba; 4. Bantuan pemasaran dan operasional; 5. Bantuan teknis dari pemberi waralaba; 6. Bantuan keuangan dalam bentuk kemudahan memperoleh pinjaman melalui sistem waralaba yang telah teruji

Menurut Mandelson, keuntungan bagi pemberi waralaba : 1. Waralaba merupakan suatu organisasi sentral kecil yang secara ideal terdiri dari beberapa manajer yang berpengalaman luas dan mengkhususkan pada berbagai macam aspek bisnis yang menjadi perhatian dan tulang punggung organisasi tersebut. Organisasi semacam ini dapat menghasilkan keuntungan yang memadai tanpa perlu terlibat dengan resiko modal yang tinggi maupun dengan masalah masalah detail sehari hari yang timbul dari pengelolaan dan manajemen outlet eceran yang kecil. Semua kegiatan administrasi dan pengelolaan jalannya bisnis dan atau produk yang diwaralabakan akan diselenggarakan sepenuhnya oleh penerima waralaba. Pemberi waralaba akan mempunyai banyak waktu untuk memikirkan kebijakan ( policy ) untuk mengembangkan bisnis yang diwaralabakan tersebut. 2. Tidak ada kebutuhan untuk menyuntikkan sejumlah besar modal untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan yang besar. Masing masing outlet yang terbuka memanfaatkan sendiri sumber daya financial yang disediakan oleh setiap penerima waralaba. Dana yang ada pada penerima waralaba dapat dipergunakan untuk mengembangkan bisnis dan produk yang diwaralabakan. 3. Organisasi pemberi waralaba mempunyai kemampuan untuk memperluas jaringan secara lebih cepat pada tingkat nasional dan tentunya pun internasional dengan menggunakan modal yang resikonya seminimal mungkin. 4. Pemberi waralaba akan lebih mudah untuk melakukan eksploitasi wilayah yang belum masuk dalam lingkungan organisasinya. 5. Pemberi waralaba hanya akan mempunyai permasalahan staf yang lebih sedikit karena ia tidak terlibat dalam masalah staf pada masing masing pemilik outlet. Setiap karyawan pada outlet bisnis penerima waralaba menjadi tanggung jawab penerima waralaba sepenuhnya. 6. Penerima waralaba akan mengkonsentrasikan diri secara lebih optimum pada bisnis yang diwaralabakan tersebut, oleh karena mereka adalah pemilik bisnis itu sendiri. Penerima waralaba yang berpikiran tajam, bermotivasi kuat, dan tajam pengamatannya dalam meminimalkan biaya serta memaksimalkan penjualan; memiliki nilah lebih yang jauh lebih banyak daripada yang harus dan dapat diselesaikan oleh seorang manajer yang harus dibayar oleh pemberi waralaba. 7. Pemberi waralaba cenderung tidak memiliki aset outlet dagang sendiri. Tanggung jawab bagi aset tersebut diserahkan pada penerima waralaba yang memilikinya. 8. Seorang pemberi waralaba yang melibatkan bisnisnya dalam kegiatan manufaktur/pedagang besar bisa mendapatkan distribusi yang lebih luas dan kepastian bahwa ia mempunyai outlet untuk produknya. 9. Tipe tipe skema waralaba tertentu mampu menangani penerima waralaba secara nasional. Pemberi waralaba, dalam skala yang besaar lebih dapat bernegosiasi dengan pihak pihak yang menaruh perhatian dan mempunyai sejumlah pabrik, kantor, gudang, depot, atau tempat tempat lain di seluruh negeri, dan mengatur masing masing waralaba lokal untuk menangani pekerjaan yang m uncul di perusahaan perusahaan di wilayah waralabanya. Hal ini akan mengefisienkan waktu para penerima waralaba. Disamping itu, tidak semua penerima waralaba memiliki kemampuan atau kapasitas untuk bernegosiasi atau pengaturan jasa mengenai hal ini. Dengan pengkoordinasian keseluruhan kegiatan di bawah satu pemberi waralaba, masing masing penerima waralaba dapat terjamin bahwa kelompok tersebut secara keseluruhan dapat menguasai bisnis dan perusahaan nasional yang besar tanpa perlu menimbulkan pertentan gan atau benturan kepentingan ( conflict of interest ) di antara sesame penerima waralaba.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan waralaba yang diperoleh oleh penerima waralaba, menurut Martin Mandelson yaitu sebagai berikut : 1. Penerima waralaba dapat mengatasi kurangnya pengetahuan dasar dan pengetahuan khusus yang dimiliki melalui program pelatihan yang terstruktur dari Pemberi Waralaba. 2. Penerima Waralaba mendapatkan insentif dengan memiliki bisnis sendiri yang memiliki keuntungan tambahan dan bantuan terus menerus dari Pemberi Waralaba. Penerima Waralaba adalah pengusaha independen yang beroperasi di dalam kerangka perjanjian Waralaba. Dia memiliki peluang melalui kerja keras serta usahanya untuk memaksimalkan penghasilan dari bisnis dan n ilai investasinya. Di seluruh jejaring waralaba, ada tiga tingkat dasar kinerja, meskipun pada dasarnya seluruh penerima waralaba mendapatkan bahan mentah yang sama. Ada penerbang penerbang yang dapat terbang tinggi dengan sangat baik, yang mempunyai sikap dan ancangan yang tepat, serta ketrampilan wirausaha yang memungkinkan mereka memanfaatkan peluang sebesar besarnya. Kemudian ada pelaksana yang rata rata, yang menjalankan sistem dan pada dasarnya mencapai tingkat kinerja yang telah ditentukan sebe lumnya. Sikap dan pendekatan mereka memang bagus, tetapi mereka kurang berbakat sebagaimana para penerbang tinggi. Mereka akan mendapatkan penghasilan yang layak sesuai dengan harapan mereka. Terakhir, adalah orang orang yang bergabung dengan waralaba de ngan maksud sangat baik, namun mereka berkurang keinginan atau kemampuannya, atau telah berubah fikirannya dan ingin keluar dari waralaba. Mereka yang disebut terakhir ini jelas jelas telah membuat kesalahan pertama dengan menjadi pengusaha mandiri, dan barangkali mereka telah menipu diri sendiri dengan mempercayai bahwa pemberi waralaba mereka akan menghilangkan resiko bagi mereka. Jadi penerima waralaba harus dapat mengenali mereka sendiri agar tidak terjebak dalam bisnis waralaba, yang mungkin saja aka n merugikan merkea dan bisnis waralaba itu sendiri. 3. Di dalam banyak kasus, penerima waralaba mendapat keuntungan dari kegiatan operasional di bawha nama yang telah mapan dalam pandangan dan pikiran masyarakat. Dalam hal ini seorang penerima waralaba harus dapat menetapkan dengan baik sikapnya. Memang secara prinsip dikatakan bahwa bisnis waralaba adalaha bisnis yang memerlukan pengujian yang ketat sebelum pada akhirnya ia berhasil, namun tidak juga dapat dipungkiri bahwa waralaba yang lebih baru pada tahap tahap awal bisa menjadi proposisi yang bagus, tentunya dengan resiko resiko yang lebih besar. 4. Penerima waralaba biasanya akan membutuhkan modal yang lebih kecil disbanding bila ia mencoba untuk menjalanka bisnis secara mandiri. Hal ini dimungkinkan ole h karena pemberi waralaba, melalui operasi percobaannya, telah menghapuskan biaya biaya yang tidak perlu. Namun ini bukanlah jaminan, mungkin saja dapat terjadi bahwa seorang penerima waralaba akan menemukan bahwa dia harus menginvestasikan lebih banyak dari yang harus dia keluarkan seandainya dia berusaha secara mandiri. 5. Penerima waralaba mendapat keuntungan dan aktifitas iklan dari promosi pemberi waralaba pada tingkat nasional dan atau internasional. 6. Penerima Waralaba akan menerima bantuan bantuan berikut ini : a. Penyeleksian tempat. b. Mempersiapkan rencana untuk memperbaiki model outlet, termasuk rencana tata kota yang diperlukan atau persyaratan persyaratan hukum yang diperlukan. c. Mendapatkan dana untuk sebagian biaya akuisisi dari bisnis yang diwarala bakan. d. Pelatihan staf franchisee. e. P embelian peralatan. f. Membantu membuka bisnis dan menjalankannya dengan lancar. g. Seleksi dan pembelian suku cadang. 7. Penerima waralaba mendapatkan keuntungan dan daya beli yang besar dari kemampuan negosiasi yang dilakukan pe mberi waralaba atas nama seluruh penerima waralaba dalam jejaringnya. 8. Penerima waralaba mendapatkan pengetahuan khusus dan ber- skill tinggi serta pengalaman, organisasi dan manajemen kanto pusat pemberi waralaba, walaupun dia tetap mandiri dalam bisnis- nya sendiri. 9. Resiko bisnis penerima waralaba berkurang sangat besar. Ini tidak berarti penerima waralaba tidak akan menghadapi resiko bisnis karena dia berada di bawah paying pemberi waralaba. Semua pelaku bisnis melibatkan resiko dan bisnis yang diwaralabakan bukan merupakan suatu pengecualian. Untuk menjadi sukses penerima waralaba tetap harus bekerja keras, bahkan barangkali dapat lebih keras dari yang pernah dilakukan sebelumnya. Waralaba tidak akan dan tidak pernah menjanjikan imbalan besar untuk usaha yang kecil. Cetak biru untuk menjalankan bisnis dengan berhasil dan menguntungkan jarang bisa menjadi cetak biru untuk menjalankan bisnis dengan berhasil tanpa kerja atau usaha. 10. Penerima waralaba mendapatkan jasa jasa dan para staf lapangan pemberi waralaba yang berada di sana untuk membantunya mengatasi masalah masalah yang mungkin timbul dari waktu ke waktu dalam pengelolaan bisnis. 11. Penerima waralaba mendapatkan keuntungan dari penggunaan paten, merek dagang, hak cipta, rahasia dagang, serta proses, formula, dan resep rahasia milik pemberi waralaba. 12. Penerima waralaba mengambil keuntungan dari program riset dan pengembangan yang dilakukan oleh pemberi waralaba secara terus menerus, yang dilakukan untuk memperbaiki bisnis dan membuatnya tetap up to date d an kompetitif. 13. Pemberi waralaba mengumpulkan banyak informasi dan pengalaman yang tersedia sebanyak banyaknya untuk dibagi kepada seluruh penerima waralaba dalam sistemnya. Hal ini tentu saja juga didukung oleh seluruh penerima waralaba, yang juga memberikan kontribusi dari pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama menjalankan kegiatan waralaba, yang tersedia bagi seluruh penerima waralaba dalam jejarin pemberi waralaba. 14. Kadang kadang terdapat jaminan territorial untuk memastikan bahwa tidak a da penerima waralaba lain di dalam wilayah bisnis penerima waralaba. Meskipun demikian, jaminan seperti itu tidak ditemukan di semua kontrak, karena jaminan seperti itu akan menimbulkan masalah masalah pada hukum kompetisi ( anti trust ). 15. Dengan dukungan yang diberikan bank bank kepada sistem waralaba pemberi waralaba, penerima waralaba akan sangat mungkin mendapatkan akses ke sumber sumber pinjaman dan syarat syarat pinjaman yang tersedia baginya

Bentuk Bentuk Franchise

Pada umumnya, waralaba dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut: 1. Distributorships ( Product Franchise ) Dalam waralaba ini, franchisor memberikan lisensi kepada franchisee untuk menjual barang barang hasil produksinya. Pemberian lisensi ini bisa bersifat ekslusif ataupun non - eksklusif. Seringkali terjadi franchisee diberi hak eksklusif untuk memasarkan di suatu wilayah tertentu. 2. Chain Style Business Bentuk waralaba inilah yang paling banyak dikenali masyarakat. Dalam jenis ini, franchisee mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai nama franchisor. Sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka franchisee harus mengikuti metode metode standar pengoperasian dan berada di bawah pengawasan franchisor dalam hal bahan bahan yang digunakan, pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan para karyawan, dan lain lain. 3. Manufacturing atau Processing Plants. Dalam waralaba jenis ini, franchisor memberitahukan bahan bahan serta tata cara pembuatan suatu produk, termasuk di dalamnya formula formula rahasianya. Franchisee memproduksi, kemudian memasarkan barang barang itu sesuai standar yang telah ditetapkan franchisor.

Waralaba Format BisnisMenurut Juajir Sumardi, usaha bisnis waralaba dibagi menjadi dua jenis yaitu : Dalam waralaba format bisnis, pemegang waralaba ( franchisee ) memperoleh hak untuk memasarkan dan menjual produk atau pelayanan dalam suatu wilayah atau lokasi yang spesifik dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran dari franchisor. Dalam bentuk ini, terdapat tiga jenis waralaba : a. Waralaba Format Pekerjaan. Waralaba yang menjalankan usahanya berupa format pekerjaan sebenarnya membeli dukungan untuk usahanya sendiri, misalnya bisnis penjua lan jasa penyetelan mesin mobil dengan merek waralaba tertentu. Bentuk usaha waralaba seperti itu cenderung paling mudah dan umumnya membutuhkan modal yang kecil karena tidak menggunakan tempat dan perlengkapan yang berlebihan. b. Waralaba Format Usaha. Waralaba format usaha termasuk bisnis waralaba yang berkembang paling pesat. Bentuknya berupa toko eceran yang menyediakan barang/jasa atau restoran cepat saji ( fast food ). Biaya yang dibutuhkan untuk waralaba format ini lebih besar dari waralaba format pekerjaan karena dibutuhkan tempat usaha dan peralatan khusus. c. Waralaba Format Investasi Ciri utama yang membedakan waralaba format ini dari waralaba format pekerjaan dan usaha adalah besarnya usaha, khususnya besarnya investasi yang dibutuhkan. Perusahaan yang mengambil waralaba format investasi biasanya ingin melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pengelolaan,tetapi karena manajemennya tidak berpengalaman mengelola usaha baru sehingga ia memilih jalan dengan mengambil waralaba format ini. Contoh wa ralaba format investasi adalah usaha hotel dengan menggunakan nama dan standar sarana pelayanan hotel franchisor.

Waralaba Format Distribusi Pokok Dalam waralaba format ini, franchisee memperoleh lisensi untuk memasarkan produk dari suatu perusahaan tungg al dalam lokasi yang spesifik. Franchisor juga dapat memberikan franchisee wilayah tertentu, di mana franchisee wilayah mendapat hak untuk menjual kepada sub franchisee di wilayah geografis tertentu. Franchisee itu bertanggung jawab atas beberapa atau seluruh pemasaran sub franchisee, melatih dan membantu sub franchisee baru, dan melakukan pengendalian dukungan operasi, serta program penagihan royalty. 1. Waralaba Format Bisnis. Menurut Darmawan Budi Suseno, secara spesifik ada dua bentuk waralaba yang berkembang di Indonesia, yaitu : seorang pemegang waralaba memperoleh hak untuk memasarkan dan menjual produk atau pelayanan dalam suatu wilayah atau lokasi spesifik, dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran. 2. Waralaba Distribusi Produk. Yaitu seorang pemegang waralaba memperoleh lisensi eksekutif untuk memasarkan produk dari satu perusahaan tunggal dalam sebuah lokasi spesifik. Contoh : Keagenan sepatu, pompa bensin, dealer sepeda motor.

Menurut International Franchise Association ( IFA ) berkedudukan di Washington DC, merupakan organisasi franchise International yang beranggotakan negara negara di dunia, ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu : 1. Product Franchise Produsen menggunakan produk franchise untuk mengatur bagaimana cara pedagang eceran menjual produk yang dihasilkan oleh produsen. Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk mendistribusikan barang barang mili k pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan nama dan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar biaya atau membeli persediaan minimum sebagai timbale balik dari hak hak ini. Contohnya, toko ban yang menjual produk dari franchisor, mengg unakan nama dagang, serta metode pemasaran yang ditetapkan oleh franchisor. 2. Manufactoring Franchise Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan mer ek franchisor. Jenis franchise ini sering kali ditemukan dalam industry makanan dan minuman. 3. Business Oportunity Ventures. Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan mendistribusikan produk produk suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis, dan sebagai timbal baliknya, pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin mesin penjualan otomatis atau distributors hip. 4. Business Format Franchising . Ini merupakan bentuk franchising yang paling populer di dalam praktek. Melalui pendekatan ini, perusahaan menyediakan suatu metode yang telah terbukti untuk mengoperasikan bisnis bagi pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek dagang perusahaan. Umumnya perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis, dan pemilik bisnis membayar sejumlah biaya atau royalti. Kadang kadang, perusahaan juga harus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli persediaan dari perusahaan