pengertian foraminifera

28
Pengertian Foraminifera mlm Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Beberapa spesies mempunyai hubungan simbiose dengan alga. Alga tersebut hidup di dalam cangkang foraminifera. Spesies yang lain memakan makanan berupa molekul organic terlarut, bakteri, diatome dan alga bersel tunggal yang lain, sampai hewan-hewan kecil seperti Kopepoda. Foraminifera menangkap makanan dengan jaring tipis pseudopodia (disedut retikulopodia) yang keluar dari salah satu atau beberapa lubang (apertur) pada dinding cangkang. Foraminifera bentonik juga meman-faatkan pseudopodianya untuk alat gerak. HABITAT FORAMINIFERA Diperkirakan ada 4.000 spesies foraminifera yang masih hidup di laut di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 40 spesies diantaranya adalah foraminifera plangtonik , yang hidup melayang di dalam air laut. Selebihnya hidup pada permukaan dasar alut atau membenamkan diri pada batu pasir, lumpur, batuan dan tanaman di dasar laut. Foraminifera diketemukan di semua lingkungan laut, dari lingkungan pasang surut sampai palung laut yang paling dalam, dari daerah tropik sampai kutub, akan tetapi kumpulan spesiesnya bervariasi tergantung dari lingkungannya. Beberapa spesies melimpah hanya di laut dalam, sedangkan spesies yang lain hanya diketemukan di terumbu karang, dan sebagian yang lain hidup di muara sungai yang bersifat payau atau lingkungan rawa pasang surut.

Upload: finkafyuqianti

Post on 26-Dec-2015

278 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

pengertian foraminifera

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Foraminifera

Pengertian Foraminifera

mlm Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya.

Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Beberapa spesies mempunyai hubungan simbiose dengan alga. Alga tersebut hidup di dalam cangkang foraminifera. Spesies yang lain memakan makanan berupa molekul organic terlarut, bakteri, diatome dan alga bersel tunggal yang lain, sampai hewan-hewan kecil seperti Kopepoda. Foraminifera menangkap makanan dengan jaring tipis pseudopodia (disedut retikulopodia) yang keluar dari salah satu atau beberapa lubang (apertur) pada dinding cangkang. Foraminifera bentonik juga meman-faatkan pseudopodianya untuk alat gerak.

HABITAT FORAMINIFERA

Diperkirakan ada 4.000 spesies foraminifera yang masih hidup di laut di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 40 spesies diantaranya adalah foraminifera plangtonik, yang hidup melayang di dalam air laut. Selebihnya hidup pada permukaan dasar alut atau membenamkan diri pada batu pasir, lumpur, batuan dan tanaman di dasar laut. Foraminifera diketemukan di semua lingkungan laut, dari lingkungan pasang surut sampai palung laut yang paling dalam, dari daerah tropik sampai kutub, akan tetapi kumpulan spesiesnya bervariasi tergantung dari lingkungannya. Beberapa spesies melimpah hanya di laut dalam, sedangkan spesies yang lain hanya diketemukan di terumbu karang, dan sebagian yang lain hidup di muara sungai yang bersifat payau atau lingkungan rawa pasang surut.

Foraminifera merupakan organieme bercangkang yang paling melimpah di likungan laut. Satu sentimeter kubik sedimen dasar laut mengandung ratusan individu foraminifera hidup, dan lebih banyak lagi jumlah cangkang yang kosong/mati. Di banyak lingkungan cang-kang foraminifera merupakan komponen penting suatu sedimen. Di beberapa daerah laut dalam yang jauh dari darat, sering dijumpai dasar perairan laut tersusun sebagian besar dari cangkang foraminifera plangtonik. (sumber : Abdul kholiq)

Diposkan oleh MAXWEL JOSEPH HENRI NAINGGOLAN   d

Kegunaaan foram

Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi,paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.

Page 2: Pengertian Foraminifera

BIOSTRATIGRAFI

Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut

Ada beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalahmikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.

PALEOEKOLOGI DAN PALEOBIOGEOGRAFI

Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi)

Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Jika sebuah perconto kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasioRotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang.

Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).

EKSPLORASI MINYAK

Page 3: Pengertian Foraminifera

Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi.

Banyak spesies foraminifera dalam skala biostratigrafimempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terben-uk. Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitianmikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang mengandung minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak.

Diposkan oleh MAXWEL JOSEPH HENRI NAINGGOLAN   d

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter.Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.

a. BiostratigrafiForaminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena

Page 4: Pengertian Foraminifera

ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.b. Paleoekologi dan PaleobiogeografiForaminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Sebuah perconto kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang.Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).c. Eksplorasi MinyakForaminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terben-uk. 

Page 5: Pengertian Foraminifera

Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang mengandung minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak.Selain ketiga hal tersebut diatas foraminifera juga memiliki kegunaan dalam analisa struktur yang terjadi pada lapisan batuan. Sehingga sangatlah penting untuk mempelajari foraminifera secara lengkap.1.2. Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan dari dilaksanaknnya praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa agar lebih familiar dan mendalami materi yang telah disampaikan dalam perkuliahan. Selain itu dari dilaksanakannya praktikum ini mahasiswa akan terlatih dalam menganalisa fosil dan juga untuk melatih mahasiswa dalam bekerjasama dengan anggota kelompoknya.1.3. Waktu dan TempatPelaksanaan praktikum makro-mikropalenteologi ini dimulai pada tanggal 20 Oktober 2009 sampai tanggal 14 Januari 2010 di Laboratorium Makro Mikro Palenteologi Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara.2.6. Pengenalan Cangkang Foraminifera Plankton dan Bhentos2.6.1. Susunan kamar1. Susunan kamar foraminifera planktonSusunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi : Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh: Hastigerina Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya : Globigerina. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina.

2.6.2. Bentuk test dan kamar foraminiferaBentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera, sedangkan bentuk kamar merupakan bentuk masing-masing kamar pembentuk test.Macam-macam pembentuk test antara lain : Tabular (berbentuk tabung), contohnya Bathyspiral rerufescens Bifurcating (bentuk cabang), contohnya Rhabdammina abyssorum. Radiate (bentuk radial), contohnya Astrorizalimicola sandhal. Arborescent (bentuk pohon), contohnya Dendrophrya crecta. Irregular (bentuk tak teratur), contohnya Planorbulinoides sp.

Page 6: Pengertian Foraminifera

Hemispherical (bentuk setengah bola), contohnya Pyrgo murrhina. Zig-zag (bentuk berbelok-belok), contohnya Lenticulina. Lancealate (bentuk seperti gada), contohnya Guttulina sp. Conical (bentuk kerucut), contohnya Textularilla cretos. Spherical (bentuk bola), contohnya Orbulina universa. Discoidal (bentuk cakram), contoh Cycloloculina miocenica. Fusiform (bentuk gabungan), contohnya Vaginulina leguman. Biumbilicate (mempunyai dua umbilicus), contohnya Anomalinella rostrata. Biconvex (bentuk cembung di kedua sisi), contohya Robulus nayaroensis. Flaring (bentuk seperti obor), Goesella rotundeta. Spiroconvex (bentuk cembung di sisi dorsal), contohnya Cibicides refulgens. Umbilicoconvex (bentuk cembung di sisi ventral), contohnya Pulvinulinella pacivica. Lenticular biumbilicate (bentuk lensa), contohnya Cassidulina laevigata. Palmate (bentuk daun), contohnya Flabellina frugosa.Macam-macam bentuk kamar antara lain : Spherical, contohnya Ellipsobulimina sp Pyriform, contohnya Ellipsoglandulina velascoensis. Tabular, contohnya Pleurostomella subhodosa. Globular, contohnya Globigerina bulloides. Ovate, contohnya Guttlina problema. Angular truncate, contohnya Virgulina gunteri. Hemispherical, contohnya Pulleniatina obliquiloculata. Angular rhomboid, yaitu Globorotalia tumida. Radial elongate, contohnya Clavulina insignis. Clavate, contohnya Hastigerinella bermudezi. Tubulospinate, contohnya Hantkeninaalabamensis. Cyclical, contohya Cycloloculina miocenica. Flatulose, contohnya Pleurostamella clavata. Semicircular, contohnya Pavonina flabelliformis.2.6.3. Septa dan sutureSepta adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang disebut foramen. Septa tidak dapat terlihat dari luar test, sedangkan yang tampak pada dinding luar test hanya berupa garis yang disebut suture.Suture merupakan garis yang terlihat pada dinding luar test, merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture yang khas.Macam-macam bentuk suture : Tertekan (melekuk), rata atau muncul dipermukaan test. Contohnya: Chilostomella colina. Lurus, melengkung lemah, sedang atau kuat. Contoh: Orthomorphina challegeriana

Page 7: Pengertian Foraminifera

Suture yang mempunyhai hiasan. Contohnya: Elphidium incertum untuk hiasan berupa bridge.2.6.4. Jumlah kamar dan jumlah putaranMengklasifikasikan foraminifera berdasarkan jumlah kamar dan jumlah putaran perlu diperhatikan. Karena spesies tertentu mempunyai jumlah kamar pada sisi ventral yang hampir pasti sedang dan pada bagian sisi dorsal akan berhubungan erat dengan jumlah putaran. Jumlah putaran yang banyak umumnya mempunyai jumlah kamar yang banyak pula , namun jumlah putaran itu juga jumlah kamarnya dalam satu spesies mempunyai kisaran yang hampir pasti.Pada susunan kamar trochospiral jumlah putaran dapat diamati pada sisi dorsal, sedangkan pada planispiral jumlah putaran pada sisi ventral dan dorsal mempunyai kenampakan yang sama.Cara menghitung putaran adalah dengan menentukan arah putaran dari cangkang. Kemudian menentukan urutan pertumbuhan kamar-kamarnya dan menarik garis pertolongan yang memotong kamar 1 dan 2 dan menarik garis tegak lurus yang melalui garis pertolongan pada kamar 1 dan 2. 2.6.5. Aperture  Aperture foraminifera planktonAperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton mempunyai bentu aperture maupun variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar terakhir (septal face) dan melekuk kedalam, terdapat pada bagian ventral (perut).Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton :1. Primary aperture interiomarginal, yaitu : Primary aperture interiomarginal umbilical adalah aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilical atau pusat putaran. Contoh : Globigerina. Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical yaitu aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus melebar sampai peri-peri. Contohnya : Globorotalia. Primary aperture interiomarginal equatorial yaitu aperture utama interiomarginal yang terletak pada daerah equator, dengan cirri-ciri dari samping terlihat simetri dan hanya dijumpai pada susunan kamar planispiral. Equator merupakan batas putaran akhir dengan putaran sebelumnya pada peri-peri. Contohnya : Hestigerina.2. Secondary aperture/supplementary apertureMerupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil atau lubang tambahan dari aperture utama.contoh : Globigerinoides.3. Accessory apertureYaitu aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau aperture tambahan. Contohnya : Catapsydrax. Aperture foraminifera benthosGolongan benthos memiliki bentuk aperture yang bervariasi dan aperture itu sendiri merupakan bagian penting dari test

Page 8: Pengertian Foraminifera

foraminifera, karena merupakan lubang yang protoplasma organisme tersebut bergerak keluar dan masuk. Macam-macam aperture foraminifera benthos antara laian :1. Simple aperture Open end of tube/at end of tabular chamber. At base of aperture face. In middle apertural face. Aperture yang bulat dan sederhana, biasanya terletak diujung sebuah test (terminal) lubangnya bulat. Contoh : Lagena, Frondioularia.. Falmula. Aperture Virgulina/Loop shaped/comma shaped, mempunyai koma/melengkung, tetapi tegak lurus pada permukaan septum/septal face. Contoh: Virgulina, Bulimina. With neck and phialine lip. Aperture Phyaline, merupakan sebuah lubang yang terletak di ujung neck yang pendek tapi menyolok. Entosolenia tube. Aperture slit like, berbentuk lubang sempit yang memanjang, umum dijumpai pada foraminifera yang bertest hyaline. Contoh: Nonion, Fullenia, Nonionela, Textularia. Lateral/Hooded, Subterminal. Cruciform. Aperture Crescentic, lubangnya berbentuk tapal kuda. Contoh: Nodosarella.2. Apertural teeth Sangle/With single tooth. Apertural flap/with valvular tooth. Pleurostomelline bifid /bifid tooth. Umbilical teeth. Modified tooth. Lateral flanges .3. Supplementary aperture Sangle/With single tooth. Apertural flap/with valvular tooth. Pleurostomelline bifid /bifid tooth. Umbilical teeth. Modified tooth. Lateral flanges . Dendritik. Apertur yang memancar (radiate), terminal sangat umum pada famili Nodosaridae dan 'Yolymorphinidae merupakan sebuah lubang yang,bulat, tetapi mempunyai pematang yang memancar dari pusat lubang. Contoh Nodosaria, Folymorphina. Radiate with apertural chamberlet. Median and peripheral/peripheral and areal.4. Multiple aperture Multiple sutural, aperture yang terdiri dari banyak, lubang, terletak di sepanjang suture. Multiple equatorial, Interiomarginal at base of apertural face.

Page 9: Pengertian Foraminifera

Aperture cribrate/areal, cribrate/inapertural face cribrate. Bentuknya seperti saringan, lubang umumnya halus dan terdapat pada permukaan kamar akhir. Contoh Cribostomun.. Hiliola., Ammomassilina. At base and in apertural face/areal multiple. Terminal. Areal supplementary. Sutural and umbilical canal openings5. Primary aperture Umbilical. Interiomarginal'umbilical extra umbilical/simple aperture lip/ventral and peripheral. Spilo umbilical/interiomarginal equatorial2.6.6. Oranamen (hiasan) foraminiferaOrnament atau hiasan juga dapat dipakai sebagi penciri khas untuk genus atau spesies tertentu contohnya pada genus Globoquadina yang memiliki hiasan pada aperture yaitu flap.Berdasarkan letak hiasannya dapat dibagi mejadi :1. Pada suture antara lain Suture bridge (bentuk suture yang menyerupai jembatan), contohnya Sphaeroidinella dehiscens Suture limbate (bentuk suture yang tebal), contohnya Globotruncana angusticarinata. Retral processes (bentuk suture zig-zag), contohnya Elphidium incertum. Raised bosses (bentuk suture benjol-benjol), contohnya Globotruncana calcarat.2. Pada umbilicus, antara lain : Depply umbilicus (umbilicus yang berlubang dalam), contohnya Globoquadrina dehiscens. Open umbilicus (umbilicus yang terbuka lebar), contohnya Spaerodinella dehiscens. Umbilical flap (umbilicus yang mempunyhai penutup), contohnya Robulus sp. Ventral umbo (umbilicus yang menonjol di permukaan), contohnya Cibicides.3. Pada peri-peri antara lain  Keel (lapisan tipis dan bening), contohnya Globorotalia menardi. Spine (bentuk menyerupai duru), contohnya Hantkenina alabamensis.4. Pada aperture antara lain Lip/rim (bibir aperture yang menebal), contohnya Globogerina nepenthes. Flap (bentuk menyerupai anak lidah), contohnya Globoquadrina dehiscens. Tooth (bentuk menyerupai gigi), contohnya Globorotalia nana. Bulla (bentuk segi enam yang teratur), contohnya Catapydrax dissimilis Tegilla (bentuk yang tak teratur), contohnya Catapsydrax

Page 10: Pengertian Foraminifera

stainforty.5. Pada permukaan test Smooth (permukaan yang licin), contohnya Pulleniatina primalis. Punotate (permukaan bintik-bintik), contohnya Orbulina bilobata Reticulate (permukaan seperti sarang madu), contohnya Hedbergelina washitensis. Pustulose (permukaan dengan tonjolan-tonjolan bulat), contohnya Rugoglobigerina rotundata. Canceliate (permukaan dengan tonjolan yang memenjang), contohnya Rugoglobigerina rugosa. Axial costae (permukaan dengan garis searah sumbu), contohnya Amphicoryna separans. Spiral costae (permukaan dengan garis searah putaran kamar), contohnya Lenticulina costata.2.6.7. Komposisi test foraminiferaBerdasarkan komposisnya test foraminifera dikelompokkan menjadi empat, yaitu ;1. Dinding chitin/tektinDinding tersebut terbuat dari zat tanduk yang disebut chitin, namun foraminifera dengan dinding seperti ini jarang dijumpai sebagai fosil. Foraminifera yang mempunyai dinding chitin, antara lian : Golongan allogromidae Golongan miliolidae Golongan lituolidae Beberapa golongan AstroizidaeCirri-ciri dinding chitin adalah fleksibel, transparan, berwarna kekuningan dan imperforate.2. Dinding arenaceous dan aglutinousDinding arenaceous dan agglutinin terbuat dari zat atau material asing disekelilingnya kemudian direkatkan satu sama lain dengan zat perekat oleh organisme tersebut. Pada dinding arenaceous materialnya diambil dari butir-butir pasir saja, sedangkan agglutinin materialnya diambil dari butir-butir pasir, sayatan-sayatan mika, spone specule, fragmen-fragmen foraminifera lainnya dan lumpur. Zat perekatnya bisa chitin, oksida besi, silica dan gampingan. Zat perekat gampingan adalah cirri khas dari foraminifera yang hidup di perairan tropis, sedangkan zat perekat silica khas untuk foraminifera yang hidup di perairan dingin.Contoh :• Dinding aglitinous : Ammobaculites aglutinous• Dinding Arenaceous : Psammosphaera3. Dinding siliceousBeberapa ahli (Brady, Hubler, Chusman, Jones) berpendapat bahwa dinding silicon dihasilkan oleh organisme itu sendiri. Menurut Glessner dinding silicon berasal dari zat primer (organisme itu sendiri)maupun zat skunder. Tipe dinding ini jarang ditemukan, hanya dijumpai pada beberapa golongan Ammodiscidae dan beberapa spesies dari Miliolidae.4. Dinding calcareous/gampingan

Page 11: Pengertian Foraminifera

Dinding yang terbuat dari zat gampingan dijumpai pada sebagian besar foraminifera. Dinding gampingan dapat dikelompokkan menjadi : Gampingan porselen : adalah dinding gampingan yang tidak berpori, mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar berwarna putih opaque. Contohnya Quingueloculina, Pyrgo. Gamping granular : adalah dinding yang terbuat dari Kristal-kristal kalsit yang granular, pada sayatan tipis terlihat gelap. Contohnya Endothyra. Gamping komplek : dinding yang dijumpai berlapis, kadang-kadang terdiri dari satu lapis yang homogen, kadang terdiri dari dua bahkan empat lapis. Terdapat pada glongan Fussulinidate. Gamping hyaline : terdiri dari zat-zat gamping yang trasparan dan berpori. Kebanyakan dari foraminifera plankton yang mempunyai dinding seperti ini.2.7. Beberapa Contoh Foraminifera Planktonik dan Benthonik2.7.1. Foraminifera Planktonik2.7.1.1. Family GlobigerinidaeFamily globigerinidae terdiri dari beberapa genus antara lain:1. Genus CribohantkeninaCirri-ciri morphologi sama dengan hantkenina tetapi kamar akhir sangat gemuk dan mempunyai “CRISRATE” yang terletak pada plular apertural face. Contoh: Cribrohantkenina bermudesi (p16)2. Genus HastigerinaCirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “Loosely Coiled”. Aperture berbentuk parabola, terbuka lebar dan terletak pada apertural face. Contoh: Hastigerina aequilateralis (N14- N23)3. Genus ClavigerinellaDengan cirri-ciri morphologi dinding test hyaline. Bentuk test pipih panjang, susunan kamar involute, “radial elongate” atau “clavate”. Contoh: Clavigerinella jarvisi (P13- P15).4. Genus PseudohastigerinaCirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “Loosely Coiled”. Aperture terbuka lebar, berbentuk parabol dan terletak pada apertureal face. Genus ini dipisahkan dari Hastigerina karena testnya yang lebih pipih.5. Genus CassigerinellaCirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline. Susunan kamar pada permulaan planispiral dan seterusnya tersusun secara biserial. Aperture berbentuk parabol dan terletak didasar apertural face.Contoh: Cassigerinella chipolensis (P18-N13).2.7.1.2. Famili GloborotaliidaeFamily ini umumnya mempuyai test biconvex, bentuk kamar subglobular, susunan kamar trochospiral , Aperture memanjang dari umbilicus ke pinggir test dan terletak pada dasar apertural face. Pinggir test ada yang mempunyai keel dan ada yang tidak.

Page 12: Pengertian Foraminifera

Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, aperture dan keel, maka family ini dapat dibagi atas dua genus, yaitu :1. Genus GloborotaliaCirri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk kamar subglobular, atau “angular conical”. Aparture memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Pada pinggir test terdapat keel dan ada yang tidak. Berdasarkan ada tidaknya keel maka genus ini dapat dibagi menjadi dua sub genus, yaitu :- Subgenus GloborotaliaSubgenus ini mencakup seluruh glabarotalia yang mempunyai keel. Membedakan subgenus ini dengan yang lainnya maka dalam penulisan spesiesnya, biasanya diberi kode sebagai berikut :Contoh : Globorotalia (G) tumida (N18-N23)A b c a. Menrangkan genus.B. Menerangkan subgenus.C. Menerangkan species.- Suibgenus TurborotaliaSubgenus mencakup seluruh globorotalia yang tidak memiliki keel. Membedakannya, maka subgenus turborotalia dalam penulisan spesiesnya diberi kode :Contoh : Globorotalia (ST) Siakensis (N2- N14)2. Genus truncorotaloidesCirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate , bentuk kamar angular truncate. Susunan kamar umbilical convex trochospiral dengan deeply umbilicus. Aperture terbuka lebar yang memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Cirri-ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural supplementary aperture dan dinding test yang kasar (seperti berduri) yang pada genus globorotalia hal ini tidak akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahas lebih lanjut, karena terdapat pada lapisan tua Eosen Tengah.Contoh : Truncorotaloides rahri (P13- P14)2.7.1.3. Family GlobigeriniidaeFamily ini pada umumnya mempunyai bentuk test sperichal atau hemispherical, bentuk kamar glubolar dan susunan kamar trochospiral rendah atau tinggi. Apaerture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi yang terletak pada umbilicus dan juga pada sutura atau pada apertural face. Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, bentuk aperture dan susunan kamar maka family ini dapat dibagi atas 14 genus yaitu:1. Genus GlobigerinaCirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical, bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbuka lebar dengan bentuk parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture ini disebut umbilical aperture.2. Genus GlobigerinoidesCiri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Page 13: Pengertian Foraminifera

globigerinoides ini adalah Globigerina yang mempunyai supplementary aperture. Contohnya: Globigerinoides primordius. (N4)3. Genus globoquadinaCirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural, dan susunan kamar trochoid. Aperture terbuka lebar dan terletak pada umbilicus dengan segi empat yang kadang-kadang mempunyai bibir. Contohya: Globoquadrina alrispira4. Genus GloborotaloidesCiri-ciri morphologi sama dengan genus Globorotalia tetapi umbilicusnya tertutup oleh Bulla (bentuk segi enam yang tertutup).5. Genus PulleniatinaCiri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture terbuka lebar memanjang dari umbilicus ke arah dorsal dan terletak di dasar apertural face. Contohnya: Pulleniatina obliquiloculate (N19 – N23)6. Genus SphaeroidinellaCirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical atau oval, bentuk kamar globural dengan jumlah kamar tiga buah yang saling berangkuman (embracing). Aperture terbuka lebar dan memanjang didasar sutura. Pada dorsal terdapat supplementary aperture.Salah satu spesies yang termasuk genus ini beserta gambar dan keterangan. Spaeroidinella dehiscens (N19 – N23)Test trochospiral, equatorial peri-peri lobulate sangat ramping, sumbu peri-peri membulat. Dinding berlubang kasar, permukaan licin. Kamar subglobular menjadi bertambah melingkupi pada saat dewasa, tersusun dalam tiga putaran, tiga kamar dari putaran terakhir bertambah ukurannya secara cepat. Suture tidak jelas tertekan radial. Aperture primer interiomarginal umbirical, atau 2 aperture skunder pada sisi belakang terdapat pada kamar terakhir.7. Genus SphaeroidinellopsisCiri-ciri morphologi sama dengan genus Spaeroidinella tetapi tidak mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Spaeroidiniellopsis itu adalah Spearoidinella yang tidak mempunyai supplementary aperture.8. Genus OrbulinaCiri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical, serta aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akibat dari terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir. Beberapa speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar. Urbulina universa Orbulina bilobata9. Genus BiorbulinaCirri-ciri morphologi sama dengan genus orbulina, tetapi gandeng dua.10. Genus Praeorbulina

Page 14: Pengertian Foraminifera

Cirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical atau agak lonjong. Bentuk lonjong ini diakibatkan oleh kamar-kamar terakhir yang menyelumbungi kamar-kamar sebelumnya. Aperture utama tidak terlihat lagi, yang terlihat hanya supplementary aperture saja yang berbentuk strip-strip.11. Genus CandeinaCirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural. Jumlah kamar tiga buah dan di sepanjang sutura terdapat sutural supplementary aperture. Contohnya: Candeina nitida12. Genus GlobigerinathecaCirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, dan bentuk kamar globular. Susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman (embracing). Umbilicus tertutup dan terdapat secondary aperture yang berbentuk parabol dan kadang-kadang tertutup bulla.13. Genus GlobigerinitaCirri-ciri morphologi sama dengan genus globigerina tetapi dengan bulla.14. Genus GlobigerinatellaCirri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman. Umbilicus samar-samar karena tertutup bulla. Terdapat sutural secondary aperture bullae dengan infralaminal aperture.15. Genus CatapsydraxCirri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar trochospiral. Memiliki hiasan pada aperture yaitu berupa “bulla” pada catapsydrax dissimilis dan “tegilla” pada catapsydrax stainforthi. Dengan memiliki accessory aperture yaitu “infralaminal accessory aperture” pada tepi hiasan aperturenya. Contohnya: Catapsydrax dissimilis (N1 – N8)2.7.2. Pengenalan genus dan spesies foraminifera benthonikForaminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material penyusun test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan.Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic ini adalah : Kedalaman laut Suhu/temperature Salinitas dan kimia air Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)

Page 15: Pengertian Foraminifera

Makanan yang tersedia Tekanan hidrostatik dan lain-lain.Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air laut dengan air sungai.Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator lingkungan laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :  Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius, banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya dibuat dari pasiran.  Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides, Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan Triloculina.  Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna, Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan Textularia. Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera, Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina Macam-macam genus dari foraminifera benthos yang sering dijumpai : Genus Ammobaculites Chusman 1910Termasuk famili Lituolidae, dengan cirri-ciri test pada awalnya terputar, kemudian menjadi uniserial lurus, komposisi test pasiran, aperture bulat dan terletak pada puncak kamar akhir. Muncul pada karbon resen. Genus Amondiscus Reuses 1861Termasuk famili Ammodiscidae dan ciri – ciri test monothalamus, terputar palnispiral, kompisisi test pasiran, aperture pada ujung lingkaran. Muncul Silur – Resent. Genus Amphistegerina d’ Orbigny 1826Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involut, pada ventral terlihat surture bercabang tak teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture kecil pada bagian ventral kecil pada bagian ventral  Genus Bathysiphon Sars 1972Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang – kadang lurus, monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa. Muncul Silur – Resent. Genus BolivinaTermasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agak runcing, beserial, komposisi gampingan, berposi aperture pada kamar akhir, kadang berbentuk lope, muncul Kapur – Resent. Genus d’ Orbigny 1826Termasuk famili Buliminidae, test memanjang, umunya triserial, berbentuk kamar sub globular, komoposisi gampingan berpori.

Page 16: Pengertian Foraminifera

Genus Cibicides Monfort 1808Termasuk famili Amonalidae, dengan cirri – cirri test planoconvex rotaloid, bagian dari dorsal lebih rata, komposisi gampingan berpori kasar, aperture di bagian ventral, pemukaan akhir sempit dan memanjang. Genus Decalina d’ Orbigny 1826Termasuk famili Lageridae, dengan ciri – ciri test pilythalamus, uniserial, curvilinier, suture menyudut, komposisi test gampingan berpori halus, aperture memancar, terletak pada ujung kamar akhir. Genus Elphidium Monfort 1808Termasuk famili Nonionidae dengan ciri – cirri test planispiral, bilateral simetris, hampir seluruhnya involute, hiasan suture bridge dan umbilical, komposisi test gampingan berpori, aperture merupakan sebuah lubang/lebih pada dasar pemukaan kamar akhir. Genus Nodogerina Chusman 1927Termasuk famili Heterolicidae, degan test memanjang, kamar tersusun uniserial lurus, kompisi test gampingan berpori halus, aperture terletak di puncak membulat mempunyai leher dan bibir. Muncul Kapur – Resen. Genus Nodosaria Lamark 1812Termasuk famili Lagenidae degan test lurus memajang, kamar tersusun uniserial, suturenya tegak lurus, terhadap sumbu, pada pemulaaan agak bengkok kemudian lurus, komposisi gampingan berpori, aperture di puncak berbentuk radier, muncul Karbon – Resent. Genus Nonion Monfort 1888Termasuk famili Nonionidae dengan test cenderung involute, bagian tepi membulat, umumnya dijumpai umbilical yang dalam, komposisi gampingan berpori , aperture melengkung pada kamar akhir. Muncul Yura – Resent. Genus Rotalia Lanmark 1804Umumnya suture menebal pada bagian dorsal, bagian ventral suturenya tertekan ke dalam, komposisi test gampingan berpori, aperture pada bagian ventral membuka dari umbilical pinggir. Genus Saccamina M. Sars 1869Termasuk famili Sacanidae degan test globular, komposisi test dari material kasar, biasanya oleh khitin berwarna coklat, aperture di puncak umumnya degan leher. Muncul Silur – Resent.  Genus Textularia Derance 1824Termasuk famili Textularidae test memanjang kamar tersusun biserial, morfologi kasar, komposisi pasiran, aperture sempit memanjang pada permukaan kamar akhir. Muncul Devon – Resent.  Genus Uvigerina d’ Obigny 1826Termasuk famili uvigeridae degan test fusiform, kamar triserial, komposisi berpori, aperture di ujung dengan leher dan bibir. Muncul Eosen – Resent.2.7.3. Foraminifera Besar BhentonikOrdo foraminifera ini memiliki bentuk yang lebih besar di bandingkan degan yang lainnya. Sebagian besar hidup didasar laut

Page 17: Pengertian Foraminifera

degan kaki semu dan type Letuculose, juga ada yang hidup di air tawar, seperti family Allogromidae. Memiliki satu kamar atau lebih yang dipisahkan oleh sekat atau septa yang disebut suture . aperture terletak pada permukaan septum kamar terakhir. Hiasan pada permukaan test ikut menentukan perbedaan tiap–tiap jenis. Foraminifera besar benthonik baik digunakan untuk penentu umur.Pengamatan dilakukan degan mengunakan sayatan tipis vertical, horizontal, atau, miring di bawah miroskop. Pemberiam sitematik foraminifera benthonik besar yang umum ( A. Chusman 1927).2.7.3.1. Famili Discocyclidae Genus Aktinocyclina : kenampakan luar bulat, tidak berbentuk bintang, di jumpai rusak – rusak yang memancar. Genus Asterocyclina : kenampakan luar seperti bintang polygonal, dijumpai rusak – rusak radier. Genus Discocyclina : kenampakam luar merupakan lensa, kadang bengkok menyerupai lensa, kadang bengkok menyerupai pelana, kelilingnya bulat degan/ tanpa tonggak – tonggak.2.7.3.2. Famili Camerinidae Genus Asslina : kenampakan luar pipih (lentukuler) discoidal, test besar ukuran 2 – 50 mm, di jumpai tonggak – tonggak. Genus Cycloclypeus : kenampakan luar seperti lensa dan kamar sekunder yang siku – siku terlihat dari luar. Genus Nummulites : kenampakan luar seperti lensa, terputar secara planispiral, hanya putaran terluar yang terlihat, pada umumnya licin.2.7.3.3. Famili Alveolinelliadae Genus Alveolina : kenampakan luar berbentuk telur/slllips (fusiform), panjang kurang lebih 1 cm. Genus Alveolinella : bentuk sama degan Alveolina panjang sumbunya 0,5 – 1,5 cm serta ada suatu kanal (pre septa). Celah – celahnya tersusun menjadi 3 baris dan tersusun bergantian, tetapi sambung menyambung.2.7.3.4. Famili Miogpsinidae Genus Miogypsian : kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong hingga bulat, kadang seperti bintang/pligonal, permukaan papilliate, sering di jumpai tongkak. Genus Miogypsinoides ; kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong dan kulit luarnya datar.2.7.3.5. Famili Calcarinidae Genus Biplanispira : kenampakan luar pipih hingga seperti lensa, discoidal, hampir bilateral simetri dengan/tanpa tonggak. Genus Pellatispira : kenampakan luar seperti lensa (lentikuler) dan bulat sering dijumpai tonggak.2.7.3.6. Famili Orbitoididae Genus Lepidocyclina : kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung, discoidal, permukaan test papilate, halus reticulate, pinggirnya bisa bulat, kadang seperti batang atau polygonal.2.8. Aplikasi ForaminiferaMasalah – masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur

Page 18: Pengertian Foraminifera

suatu batuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di samping juga mengunakan metode – metode lain yang lebih teruji dan lebih tepat.Penentuan kisaran umur dengan mengunakan foraminifera planktonik, dilakukan degan langkah – langkah sebagai berikut :a. Mengenalisa fosil foraminifera palakton dari suatu batuan sampai ke tingkat spesiesnya.b. Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umum dari fosil foram plankton yang telah diamati dan dianalisa.c. Menetukan kisaran umur fosil foram plankton yang muncul akhir dan umur yang punah awal.d. Maka umur batuan yang didapatkan merupakan suatu range dari hasil nomor C

BAB IIIPEMBAHASANMikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil. Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang dapat dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil, seperti kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas, sulit untuk menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai mikrofosil atau tidak, sehingga tidak ada batas ukuran yang jelas.3.1. Pendeskripsian ForaminiferaMempelajari mikrofosil (foraminifera) ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah :1. Susunan kamarSusunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi tiga yaitu: Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama.  Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama.  Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina2. Bentuk test dan bentuk kamar Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera, sedangkan bentuk kamar merupakan bentuk masing-masing kamar pembentuk test.Penghitungan kamar foraminifera dimulai dari bagian dalam dan pada bagian terkecil dimana biasanya mendekati aperturenya.3. Septa dan Suture Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang

Page 19: Pengertian Foraminifera

disebut foramen. Septa tidak dapat terlihat dari luar test, sedangkan yang tampak pada dinding luar test hanya berupa garis yang disebut suture.Suture merupakan garis yang terlihat pada dinding luar test, merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture yang khas4. ApertureAperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada kamar terakhir.Pengamatan foraminifera mikro (plankton dan benthos ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Langkah-langkahnya sebagai berikut:- Menyiapkan Alat dan bahan berupa mikroskop, lampu, serta alat tulis untuk mendeskripsikan dan menggambar fosil yang diamati.- Meletakkan fosil pada mikroskop yang ada pada plate fosil dan lamp dinyalakan.- Mengatur letak fosil dan perbesaran lensa mikroskop.- Mengamati dan menggambar bentuk fosil serta bagian-bagiannya.- Mendeskripsikan berdasarkan literatur yang ada.3.2. Aplikasi Dari Pemanfaatan Foraminifera Foraminifera dapat digunakan untuk menentukan umur batuan serta untuk mengetahui struktur geologi apa saja yang terjadi pada suatu daerah seperti sesar, lipatan dan kekar. Berikut ini adalah contoh penggunaan foraminifera dalam menetukan umur batuan.Contoh : Dari sampel batuan diperoleh fosil plankton sebagai berikut:Keterangan:A. Satuan Batu pasir dengan kandungan fosil sebagai brerikut:Fosil a N2 – N8Fosil b N5 – N7Fosil c N6 – N11penentuan umur batuan dapat dilakukan dengan metode muncul akhir - punah awal.Umur batuan adalah N6 – N7B. Satuan batu lempung dengan kandungan fosil sebagai brerikut:Fosil d N1 – N12Fosil e N8 – N10Fosil f N6 – N9Dengan metode muncul akhir punah awalUmur satuan batu lempung tersebut adalah N8 – N9Satuan batu gampingKeterangan :Fosil a N8 - N10Fosil B N7 - N15Fosil c N9 - N14Dengan metode muncul akhir dan punah awal maka Umur satuan batu gamping tersebut adalah N9 – N10Dari uraian di atas maka dapat didisimpulkan sebagai berikut:

Page 20: Pengertian Foraminifera

- Sesuai dengan hukum superposisi yaitu lapisan yang berada paling bawah merupakan lapisan batuan yang paling tua dan lapisan yang paling muda berada di paling atas.- Satuan batuannya selaras karena susunan lapisan batuannya dari yang tua sampai yang muda berurutan- Tidak terjadi gap(waktu yang terputus).

Data Nama fosil dan umurnyaNO Nama Foraminifera 1 Clavigerinella jarvisi P13 – P152 Cribrohantkenina bermudesi P163 Hastigerina aequilateralis N14 – N234 Cassigerinella chipolensis P18 – N135 Globoratalia (G) tumida N18 – N236 Globoratalia (T) siakensis N2 – N147 Truncorotaloides rahri P13 – P148 Globigerinoides primordius N49 Pulleniatina obliquiloculate N19 – N2310 Spaeroidinella dehiscens N19 – N2311 Orbulina universa N9 – N2312 Orbulina bilobata N9 – N2313 Candeina nitida N17 – N2314 Catapsydrax dissimilis N1 – N815 Genus Ammobaculites Chusman 1910 Karbon - resent16 Genus Ammodicus Reuss 1861 Silur - resent17 Genus Bathysiphon Sars 1972 Silur - resent18 Genus Bolivina Kapur - resent19 Genus Nodogerina Chusman 1927 Kapur - resen20 Genus Nodosaria Lamark 1812 Karbon - resen21 Genus Nonion Monfort 1888 Yura - resent22 Genus Saccamina M. Sars Silur - resent23 Genus Textularia Derance 1824 Devon - resent24 Genus Uvigerina d’Orbigny 1826 Eosin - resent

BAB IVPENUTUP

4.1. KesimpulanDari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal).2. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.3. Fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari foil-fosil makro serta

Page 21: Pengertian Foraminifera

bagian-bagian tubuh.4. Dalam membedakan foraminifera yang satu dengan yang lainnya harus memperhatikan bentuk test, susunan kamar, bentuk kamar, ornament , suture dan aperturenya.5. Dalam menentukan suatu umur batuan menggunakan fosil dapat dilaukan dengan melihat fosil muncul akhir dan punah awal.6. Masalah – masalah Geologi yang berhubungan dengan umur suatu batuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di samping juga mengunakan metode – metode lain yang lebih teruji dan lebih tepat.4.2. Saran Praktikum yang akan datang diharapkan lebih ditingkatkan lagi dalam penyajian materi serta literatur yang disediakan agar mahasiswa lebih paham sehingga tujuan dari dilaksanakannya praktikum dapat tercapai secara maksimal.

http://laporanp.blogspot.com/2010/02/bab-i-pendahuluan-1_07.html

6.3.2  Plankton       Organisma yang hidup melayang-layang dalam kolom air disebut plankton. Penyebaran plankton bahari juga dikontrol oleh parameter-parameter lingkungan seperti salintas, pasokan oksigen, temperatur, dan ketersediaan bahan makanan. Fitoplankton (phytoplankton) dikontrol oleh intensitas cahaya, yang nilainya akan menurun dengan bertambahnya kedalaman atau dengan makin keruhnya air. Karena itu, fitoplankton tidak hidup di daerah air turbid seperti di sekitar sistem delta yang berlumpur. Parameter lingkungan bahari berbeda-beda, tergantung pada asal-usul air, iklim, geografi, dan kedalaman. Keberadaan suatu plankton juga dipengaruhi oleh tingkat toleransi yang dimilikinya terhadap parameter-parameter lingkungan tersebut di atas. Sebagai contoh, radiolaria dan foraminifera planktonik jarang ditemukan di paparan, sedangkan dinoflagelata dan acritarch dapat hidup mulai dari lingkungan laut tepi hingga laut terbuka (gambar 6-6). Karena itu, penyebaran fosil plankton tertentu secara kasar dapat pula dikaitkan dengan massa air, kedalaman, dan jaraknya terhadap daratan.       Nisbah mikrofosil plantonik terhadap bentonik (Murray, 1976) dan nisbah dinocyst laut-"dalam" terhadap dinocyst laut-"dangkal" memberikan informasi mengenai tingkat "kelautan" dan upwelling.

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwinhttp://geofact.blogspot.com/2011/01/biostratigrafi.htmlghiozan karami