pengenalan ilmu kedokteran forensik dan ilmu pendukung proses investigasi-libre

27
PENGENALAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN ILMU PENDUKUNG PROSES INVESTIGASI MATA KULIAH MANAJEMEN INVESTIGASI TINDAK KRIMINAL Dosen : Yudi Prayudi, S.Si., M.Kom NUR WIDIYASONO 12917214 PROGRAM MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2013

Upload: hafiidz-fatich-rosihan

Post on 27-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

zxczxczxcxzczc

TRANSCRIPT

Page 1: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

PENGENALAN

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN

ILMU PENDUKUNG PROSES INVESTIGASI MATA KULIAH MANAJEMEN INVESTIGASI TINDAK KRIMINAL

Dosen : Yudi Prayudi, S.Si., M.Kom

NUR WIDIYASONO

12917214

PROGRAM MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

I. Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik

Ilmu kedokteran merupakan campuran dari rasa ingin tahu, tahayul, dan ilmu

kedokteran yanglalu pada akhirnya terbentuk menjadi ilmu kedokteran yang telah lama

ada sebelum manusia mulai berorganisasi menjadi komunitas-komunitas dan

membentuk suatu pemerintahan yang dipimpin oleh hukum yang terdiri dari norma-

norma yang dapat diterima oleh masyarakat.

Sayangnya sejarah mengenai interaksi antara hukum dan kedokteran sangatlah

terbatas dikarenakan sistem pencatatan yang buruk dan tidak efektif. Asal dari ilmu

kedokteran forensik hanya dapat ditelusuri kembali mulai dari 5000 atau 6000 sebelum

masehi.

Pada masaitu Imhotep yang merupakan pemuka agama tertinggi, Hakim

tertinggi, pimpinan penyihir, dantabib kepala dari raja Zozer dianggap sebagai dewa

oleh bangsa mesir. Dia merupakan orangpertama yang mengaplikasikan antara

kedokteran dan hukum pada lingkungan sekitarnya. Pada mesir kuno, peraturan hukum

yang menyangkut praktek kedokteran disusun dan dicatatpada papyri (daun lontar ).

Karena ketika itu kedokteran masih diliputi oleh unsur mistis, orangyang menjalankan

profesi tersebut sangat dihormati dan dianggap sebagai golongan yang istimewa.

Walaupun pengaruh dari tahayul dan magis masih sangat kuat, prosedur pembedahan

pasti dan informasi penting mengenai obat-obatan berhubungan dengan interaksi, jika

manusia menentang Tuhan atau iblis dapat mengakibatkan bermacam-macam respon

dari tubuh.

Pada tahun 2200 sebelum masehi Kitab undang-undang Hammurabi (code of

hammurabi )merupakan kitab hukum formal pertama dari ilmu kedokteran yang

mengatur tentang organisai medis, batasan-batasan, tugas, kewajiban dari profesi medis.

Termasuk sanksi dan kompensasi dari korban malpraktek. Prinsip-prinsip medikolegal

juga dapat ditemukan pada awal-awal peraturan hukum yahudi, yang membedakan

antara luka yang mematikan dan luka yang tidak mematikan, dan masalah

keperawanan.

Kemudian pada abad pertengahan dari evolusi penting yurisprudensi ( ilmu

hukum), Hippocrates dan pengikutnya mempelajari tentang lamanya kehamilan,

viabilitas bayi lahirprematur, Superfetation ( kemungkinan terbentuknya lagi fetus

yang kedua pada wanita yang sedang hamil yang biasa ditemukan pada hewan

mamalia ), anak yang pura-pura sakit, hubungan antara luka yang fatal dengan bagian

tubuh lainnya.

Dan perhatian yang besar pada ilmu mengenai racun. Yang termasuk di dalam

Sumpah Hippocrates yaitu sumpah untuk tidak menggunakan dan menyarankan

penggunaan racun.

Sama seperti di mesir, praktek medis di india dibatasi hanya untuk anggota dari

kasta – kasta pilihan. Pendidikan ilmu kedokterannya juga diatur. Dokter secara

formal menyimpulkan waktu kehamilan seharusnya antara 9 hingga 12 bulan. Dan

ilmu yang mempelajari racun dan anti dotumnya mendapatkan proritas utama.

Meskipun hanya sedikit, medikolegal juga berkembang pada masa romawi. Investigasi

dilakukankarena kematian yang mencurigakan, dari Julius Caesar yang diakibatkan

Page 3: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

oleh 23 luka. 1 orang tabib yang cukup berpengalaman melaporkan bahwa hanya 1

luka fatal yang menyebabkankematian dari 2 luka yang ada. Antara 529 dan

564, Justinian Code ( Kitab Justinian ) dijadikan undang-undang hukum untuk

mengatur praktek dokter, pembedahan dan kebidanan, standard malpraktek, tanggung

jawab ahli medis, dan batas jumlah dokter yang ada di setiap kota dengan jelas

ditetapkan.

Sepanjang abad pertengahan medikolegal mengalami perkembangan untuk

masalah yang dilatarbelakangi masalah impotensi, sterilitas, kehamilan, aborsi,

penyimpangan seksual, keracunan, dan perceraian. Untuk kasus pembunuhan dan luka

perorangan, diserahkan pada prosedur investigasi tingkat lanjut.

Pada tahun 925 inggris mendirikan Office of Coroner ( kantorpemeriksa

mayat ). Kantor ini bertanggung jawab untuk memperkirakan sebab kematian yang

mencurigakan untuk membantu proses penyelidikan. Kontribusi Cina pada kedokteran

forensik tidak pernah muncul ke permukaan sampai pertengahan awal abad ke 13.

Nampaknya ilmu pengetahuan medikolegal diturunkan secara diam-diam dari generasi

ke generasi lainnya.

Xi Juan Lu (Pembersihan ketidak benaran ) pengaruhnya masih dikenal hingga

sekarang karena isinya yang sangat komprehensif, dan merupakan acuan untuk

melakukan prosedur-prosedur penanganan kematian yang tidak wajar secara detail, dan

menekankan pada langkah-langkah penting yang harus dilakukan dalam investigasi

secara teliti. Ditambah lagi, pada buku ini juga dicantumkan kesulitan-kesulitan

pemeriksaan akibat pembusukan, luka palsu, luka antemortem, luka postmortem, dan

cara membedakan antara jasad yang ditenggelamkan setelah dibunuh atau mati karena

tenggelam.

Pada setiap kasus wajib dilakukan pemeriksaan terhadap jasad walaupun keadaan

tubuhnya sudah membusuk. Pada akhir abad ke-15 Justinian code sudah

ditinggalkan dan hanya menjadi barang peninggalan bersejarah saja. Dan dimulailah era

baru ilmu kedokteran forensik Eropa yang diambil dari dua kitab hukum Jerman. Yaitu

pada tahun 1507 dari Bamberger code (Coda Bambergensis) dan pada tahun

1553 dari Caroline code ( Constitutio Criminalis Carolina). Caroline code yang berdasarakan Bamberger code mengharuskan adanya

kesaksian dari ahli medis pada setiap persidangan kasus pembunuhan, keracunan, luka,

gantung diri, tenggelam pembunuhan terhadap bayi, aborsi dan setiap keadaan yang

disertai perlukaan pada manusia. Dari hasil itu semua negara-negara lainnya mulai

mempermasalahkan penilaian hukum yang masih dipengaruhi oleh tahayul seperti

Trial by Ordeal ( salah atau tidak bersalah ditentukan dengan cara menjalankan

siksaan, jika tidak terluka atau luka yang ada cepat sembuh dinyatakan tidak bersalah ).

Terjadilah perubahan undang-undang, khususnya di prancis. Dan isi dari

medikolegal diterbitkan di seluruh eropa. Buku yang perlu mendapatkan perhatian

khusus adalah buku dari Ambroise Pare (1575) yang membahas masalah

monstrous birth ,sakit palsu, dan metode-metode yang dipakai dalam menyiapkan

laporan medikolegal. Pada tahun 1602 informasi medikolegal semakin bertambah

hingga penerbit Fortunato Fidele menerbitkannya menjadi empat buah volume.

Bahkan sekitar tahun 1621 atau 1635 dokter pribadi dari Pauspaulus, Paul Zacchia

berkontribusi menambahkan pembahasan mengenai kematian sewaktu persalinan,

pemalsuan penyakit, kemiripan anak dan orang tuanya, keajaiban,

keperawanan,pemerkosaan, umur,impotensi, tahayul, moles pada seri Questiones

Page 4: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

Medico Legales yang semakin bertambah. Karena keterbatasan pengetahuan

mengenai anatomi dan fisiologi tubuh,buku ini kurang akurat walaupun demikian buku

ini dipakai sebagai sumber yang cukup berpengaruh diri keputusan medikolegal yang

berlaku pada saat itu.

Pada tahun 1650 Michaelis memberikan kuliah pertama mengenai hukum

kedokteran di Leipzig, pengajar yang menggantikannya menyusun De Officio

Medici Duplici Clinici Mimirum acForensis yang diterbitkan pada tahun 1704

diikuti textbook selanjutnya Corpus Juris Medico-Legal yang ditulis oleh valenti pada

tahun 1722. German secara signifikan menstimulasi penyebaran ilmu kedokteran

forensik, namun setelah terjadinya revolusi prancis sistem pendidikan kedokteran

prancis dan pengangkatan ahli medis, secara nyata memajukan parameter bidang ini.

Namun harus diingat juga bahwa witch mania yang berasal dari tahun 1484

yang dimulai oleh papal edict masih dianut secara luas sepanjang abad 18. Dengan

persetujuan dari komunitas medikolegal, ribuan orang yang dianggap sebagai penyihir

dipancung dan dibakar hidup-hidup.Walaupun hukum ini telah dihapuskan oleh inggris

pada tahun 1736, mereka yang dicurigai sebagai penyihir dihakimi dan dibunuh oleh

massa hingga akhir tahun 1760. Dan perlu diketahui juga bahwa prancis juga

pernah mengadakan pengadilan untuk penyihir pada tahun 1818, dan

dijelaskan dengan sangat akurat pada Chaille.

Namun di inggris hukum kedokteran terus mengalami kemajuan yang

menghasilkan dasar-dasar dari informasi secara mendalam yang kita pakai hingga

sekarang ini. Di inggris pada tahun 1788 diterbitkan buku medikolegal pertama yang

cukup dikenal. Sepanjang tahun itu Profesor Andrew Duncan dari Edinburg

memberikan instruksi yang sistematis mengenai hukum kedokteran pada setiap

universitas yang berbahasa inggris. Sebagai tanda penghargaan dari kerajaan diberikan

Regius Chair yang pertama kali pada ilmu kedokteran forensik yang didirikan pada

tahun 1807. Delapan tahun kemudian undang-undang pemeriksaan mayat menjelaskan

tugas-tugas dan dasar hukum dari pemeriksa mayat (Coroner) terus berkembang, yang

termasuk kewajibannya adalah:

1. Menginvestigasi pada setiap kasus kematian mendadak,kematian akibat

kekerasan, dankematian yang yidak wajar.

2. Menginvestigasi kematian yang terjadi pada tahanan. Dan juga ditetapkan

adanya kualifikasi minimum yang harus dipunyai untuk menjadi pemeriksa

mayat dan secara sangat hati-hati hal ini diuraikan pada hukum kedokteran

dalam masalah kriminal.

Tidak sampai tahun 1953 perundang-undangan sipil pemeriksa mayat telah

dijelaskan.koloni Amerika awal, membawa sistem pemeriksa jenazah secara utuh ke

Amerika. Di amerikaprofesi ini diangkat atas dasar politik. Dan hampir semuanya

kurang mendapat pelatihan medis, menyebabkan penentuan sebab kematian hanya

berdasarkan opini personal.

Pada tahun 1877 masalah ini memicu Massachuset untuk mengganti semua

pemeriksa jenazah. Dan dengan cepat diikuti oleh New york yang mendirikan pelatihan

untuk melatih profesi ini agar menghasilkanpemeriksa jenazah yang ahli dan berkualitas

sehingga dapat memecahkan misteri dibalik kematian akibat kekerasan yang semakin

bertambah dari tahun ke tahun sejalan denganmeningkatnya populasi manusia.

Pemeriksa jenazah diberikan kekuasaan untuk memberikan perintah otopsi. Selama

akhir pertengahan abad ke dua puluh, ilmu kedokteran forensik semakin

Page 5: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

mengalamipeningkatan. Dengan adanya perbaikan di bidang teknologi dan ilmu

pengetahuan yang menyediakan bahan baru dan dasar kerja untuk perkembangan

yurisprudensi. Program pengajaran medikolegal sekarang sudah terdapat pada banyak

universitas, sekolah kedokterandan sekolah hukum. Program ini secara sederhana

menjadi dasar –dasar teori. dan forum pembahasannya harus berasal dari akademi

sampai ke ahli di di bidang ini. Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pin ada

(tindak melawan hukum).

Dalam buku-buku ilmu forensik pada umumnya ilmu forensik diartikan sebagai

penerapan danpemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan

hukum dan keadilan. Dalam penyidikan suatu kasus kejahatan, observasi terhadap bukti

fisik dan interpretasi dari hasilanalisis (pengujian) barang bukti merupakan alat utama

dalam penyidikan tersebut. Tercatat pertama kali pada abad ke 19 di Perancis Josep

Bonaventura Orfila pada suatu pengadilan dengan percobaan keracunan pada hewan

dan dengan buku toksikologinya dapatmeyakinkan hakim, sehingga menghilangkan

anggapan bahwa kematian akibat keracunandisebabkan oleh mistik.Pada pertengahan

abad ke 19, pertama kali ilmu kimia, mikroskopi, dan fotografi dimanfaatkan dalam

penyidikan kasus kriminal (Eckert, 1980). Revolusi ini merupakangambaran

tanggungjawab dari petugas penyidik dalam penegakan hukum.

Alphonse Bertillon (1853-1914) adalah seorang ilmuwan yang pertamakali

secarasistematis meneliti ukuran tubuh manusia sebagai parameter dalam personal

indentifikasi.Sampai awal 1900-an metode dari Bertillon sangat ampuh digunakan

pada personal indentifikasi. Bertillon dikenal sebagai bapak identifikasi kriminal

(criminal identification).

Francis Galton (1822-1911) pertama kali meneliti sidik jari dan mengembangkan

metodeklasifikasi dari sidik jari. Hasil penelitiannya sekarang ini digunakan sebagai

metode dasar dalampersonal identifikasi.

Leone Lattes (1887-1954) , seorang profesor di institut kedokteran forensik di

UniversitasTurin, Itali. Dalam investigasi dan identifikasi bercak darah yang

mengering „ a dried bloodstain ”, Lattes menggolongkan darah ke dalam 4

klasifikasi, yaitu A, B, AB, dan O. Dasarklasifikasi ini masih kita kenal dan

dimanfaatkan secara luas sampai sekarang.Dalam perkembangan selanjutnya semakin

banyak bidang ilmu yang dilibatkan ataudimanfaatkan dalam penyidikan suatu kasus

kriminal untuk kepentingan hukum dan keadilan.Ilmu pengetahuan tersebut sering

dikenal dengan Ilmu Forensik.

Saferstein dalam bukunya “Criminalistics an Introduction n to Forensic

Science” berpendapat bahwa ilmu forensik ”forensic science“ secara umum

adalah „ the application of science to law” .Ilmu Forensik dikatagorikan ke

dalam ilmu pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam

padangan ilmu alam sesuatu sesuatu dianggap ilmiah hanya dan hanya jika

didasarkan pada fakta atau pengalaman (empirisme), kebenaran ilmiah

harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui indranya (positivesme), analisis dan

hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal, baik deduktif maupun induktif dalam

struktur bahasa tertentu yang mempunyai makna (logika) dan hasilnya dapat

Page 6: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

dikomunikasikan ke masyarakat luas dengan tidak mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik

ilmu) (Purwadianto 2000).

Dewasa ini dalam penyidikan suatu tindak kriminal merupakan suatu

keharusanmenerapkan pembuktian dan pemeriksaan bukti fisik secara ilmiah. Sehingga

diharapkan tujuan dari hukum acara pidana, yang menjadi landasan proses peradilan

pidana, dapat tercapai yaitumencari kebenaran materiil.

Tujuan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kehakiman No.M.01.PW.07.03

tahun 1983 yaitu: untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati

kebanaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari

sutau perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana

secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang

dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya

meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan

apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah

orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.

Adanya pembuktian ilmiah diharapkan polisi, jaksa, dan hakim tidaklah

mengandalkan pengakuan dari tersangka atau saksi hidup dalam penyidikan dan

menyelesaikan suatu perkara. Karena saksi hidup dapat berbohong atau disuruh

berbohong, maka dengan hanya berdasarkan keterangan saksi dimaksud, tidak dapat

dijamin tercapainya tujuan penegakan kebenaran dalamproses perkara pidana dimaksud.

Dalam pembuktian dan pemeriksaan secara ilmiah, kita mengenal istilah ilmu

forensik dan kriminologi.

Secara umum ilmu forensik dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemanfaatan

ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan

keadilan Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik ilmu

kedokteran yangmemanfaatkan ilmu kedokteran untuk membantu penegakan hukum

dan pemecahan masalah – masalah di bidang hukum. Memang pada mulanya ilmu

kedokteran forensik hanya diperuntukan bagi kepentingan peradilan, namun dalam

perkembangannya juga dimanfaatkan dibidang – bidang yang bukan untuk peradilan.

Ruang lingkup kedokteran forensik berkembang dari waktu ke waktu. Dari semula

hanyapada kematian korban kejahatan, kematian tak diharapkan/ tak diduga, mayat tak

dikenal, hinggapara korban kejahatan yang masih hidup, atau bahkan kerangka, jaringan,

dan bahan biologisyang diduga berasal dari manusia. Jenis perkaranya pun meluas dari

pembunuhan,penganiayaan, kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, child

abuse and neglect, perselisihan pada perceraian, anak yang mencari ayah (paternity

testing), hingga kepelangggaran hak asasi manusia.

Apabila Ilmu Kedokteran Forensik yang digunakan utuk menangani korban mati

disebut sebagai patologi forensik, maka yang menangani korban hidup ataupun

tersangka pelaku disebut sebagai kedokteran forensik klinik (clinical forensic

medicine, atau di beberapa negara disebut police surgeon). Korban tindak pidana

dapat juga berupa korban luka – luka, korban keracunan, ataukorban kejahatan seksual.

Dalam penanganan medis korban – korban tersebut mungkin saja akan melibatkan

berbagai dokter dengan keahlian klinis lain, seperti dokter bedah, dokter kebidanan,

dokter penyakit dalam, dokter anak, dokter saraf, dan lain – lain

Page 7: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

Seperti dikutip dari makalah berjudul "Kedokteran Forensik, Ilmu dan

Profesi" , Jumat (27/9/2013) Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H.,

Sp.F(K), SpKP dari Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Universitas Indonesia menyebutkan, ilmu kedokteran forensik adalah salah

satu cabang spesialistik ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu

kedokteran untuk membantu penegakan hukum, keadlan dan memecahkan

masalah-masalah di bidang hukum.

ilmu yang menunjang ilmu forensik adalah ilmu kedokteran, farmasi,

kimia, biologi, fisika, dan psikologi. Sementara kriminalistik adalah

cabang dari ilmu forensik. Cabang ilmu forensik sendiri antara lain

kedokteran forensik, toksikologi forensik, odontologi forensik, psikiatri

forensik, entomologi frensik, antrofologi forenik, balistik forensik, fotografi forensik, dan serologi/biologi molekuler forensik. Biologi

molekuler forensik lebih dikenal dengan DNA forensik.

Dalam perkembangannya,bidang kedokteran forensik tidak hanya

berhadapan dengan mayat atau bedah mayat, tetapi juga berhubungan

dengan orang hidup. Dalam hal ini peran kedokteran forensik meliputi:

1. Otopsi medikolegal dalam pemeriksaan mengenai sebab-sebab

kematian, apakah mati wajar atau tidak wajar. Penyidikan ini

juga bertujuan mencari apa yang sebenarnya terjadi dari satu

kasus.

2. Identifikasi mayat

3. Meneliti kapan kematian itu berlangsung "time of death"

4. Penyidikan pada tindak kekerasan seperti kekerasan seksual,

kekerasan terhadap anak di bawah umur, kekerasan dalam

rumah tangga

5. Pelayanan penelusuran keturunan

6. Dan di negara maju kedokteran forensik juga mengkhususkan

dirinya pada bidang kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh obat-

obatan "driving under drugs influence". Bidang ini di Jerman

dikenal dengan "Verkehrsmedizin". Dalam praktiknya,

kedokteran forensik tidak dapat dipisahkan dengan bidang ilmu

lainnya seperti toksikologi forensik, serologi/biologi molekuler

forensik, odontologi forensk dan juga bidang ilmu lain.

Page 8: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

II. Identifikasi dalam Ilmu Forensik Kedokteran

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.

Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana

maupun perdata.

Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan

karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi : terutama pada

jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan

kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak

korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.

Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti

penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas

seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan

memberikan hasil positif (tidak meragukan).

IDENTIFIKASI Dalam Ilmu FORENSIK meliputi:

a. Pemeriksaan sidik jari Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari

antemortem.Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan

yang diakui paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas

seseorang.

Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap

jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan

pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

b. Metode Visual Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang

yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya

efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin

dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu

diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut

berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah

tersebut.

c. Pemeriksan Dokumen Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang

kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat

membantu mengenali jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal,

dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah

belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.

Page 9: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

d. Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat

diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge

yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi

pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI, identifikasi

dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam

yang dipakainya.

e. Identifikasi Medik Metode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi

tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data

khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang

dan sejenisnya.

Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli

dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan

dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada

tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.

Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur

dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

f. Pemeriksaan Pencatatan Gigi Pemeriksaan ini meliputi data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat

dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan

pencetakan gigi dan rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk,

susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.

Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi

yang khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara

membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.

g. Pemeriksaan Serologik Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah

jenazah.Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat

dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.

Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya

sangat tinggi.

h. Metode Eksklusi untuk korban massal seperti bencana alam atau

kecelakaan massal

i. Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)

j. Identifikasi Kerangka

k. Pemeriksaan Anatomik

l. Penentuan Ras

Page 10: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

Cara penentuan jenis kelamin

1. Melalui Identifikasi Medik Metode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi

tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data

khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang

dan sejenisnya.

Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli

dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan

sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka

pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.

Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan

umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

2. Melalui Pemeriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan

pemeriksaan mikroskopik Untuk kasus krimialitas yang sulit diidentifikasi seperti Korban mutilasi, maka

Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik dan

harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan

menemukan kromatin seks wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan

Barr pada sel epitel serta jaringan otot.

3. Pemeriksaan Tengkorak dan Ras Dengan pemeriksaan inijuga, jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan

pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta

skapula dan metakarpal.

4. Tanda-Tanda Kematian

Merupakan tanda-tanda Perubahan pada tubuh setelah kematian. Perubahan

pada tubuh mayat adalah dengan melihat Tanda Kematian pada tubuh

tersebut. Perubahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau beberapa menit

kemudian, misalnya:

• Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,

• Pernapasan berhenti,

• Refleks cahaya dan kornea mata hilang,

• Kulit pucat,

• Terjadi relaksasi otot.

Tanda pasti kematian

Setelah beberapa waktu timbul perubahan paska mati yang jelas, sehingga

memungkinkan diagnosa kematian menjadi lebih pasti.

Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa:

Page 11: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

1) Lebam mayat / Livor Mortis(hipostatis/lividitas paska

mati) 2) Kaku mayat (rigor mortis)

3) Penurunan suhu tubuh

4) Pembusukan

5) Mummifikasi

6) Adiposera

5. Jenis-Jenis kematian

Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian)

dan logos (ilmu).

Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan

yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan

tersebut.

Beberapa istilah tentang Jenis-jenis kematian (Dalam tanatologi dikenal

beberapa istilah berikut):

• Mati somatis (MATI KLINIS)

• Mati suri

• Mati seluler (MOLEKULER)

• Mati serebral

• Mati otak (batang otak)

A. Mati somatis

Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan secara

menetap (ireversibel)., yaitu

1. susunan saraf pusat,

2. sistem kardiovaskuler dan

3. sistem pernapasan .

4. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks,

5. EEG mendatar,

6. nadi tidak teraba,

7. denyut jantung tidak terdengar,

8. tidak ada gerakan pernapasan dan

9. suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi.

B. Mati suri

Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent

death) adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang

ditentukan oleh alat kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang

canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih

berfungsi.Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,

tersengat aliran listrik dan tenggelam.

Page 12: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

C. Mati seluler (mati molekuler)

Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat

setelah kematian somatis.

Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda,

sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak

bersamaan.Pengertian ini penting dalam transplantasi organ.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat

mengalami mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat dirangsang

(listrik) sampai kira-kira dua jam paska mati dan mengalami mati seluler

setelah empat jam, dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin

0,1 persen atau penyuntikan sulfas atropin 1 persen kedalam kamera okuli

anterior, pemberian pilokarpin 1 persen atau fisostigmin 0,5 persen akan

mengakibatkan miosis hingga 20 jam paska mati.

Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan

cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20

persen, spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam

epididimis, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat

dipakai untuk transfusi sampai enam jam pasca-mati.

D. Mati serebral

Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang

otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem

pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.

E. Mati otak (batang otak)

Adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang

ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya

mati otak (mati batang otak), maka dapat dikatakan seseorang secara

keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat

dihentikan.

6. Penyebab dan cara kematian Cara kematian adalah macam kejadian yang bertanggung jawab terhadap

kematian

Cara Kematian :

1. Keamatian Wajar : karena penyakit

2. Tidak wajar : pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, tenggelam

PENYEBAB Kematian

Penyebab kematian dapat disebabkan oleh penyakit atau cedera/luka yang

bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian

Sebab kematian :

1. Penyakit : gangguan SCV, SSP, respirasi, GIT, urogenital

2. Trauma

Page 13: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

a.Mekanik :

- tajam : iris, tusuk, bacok

- tumpul : memar, lecet, robek, patah

- senjata api (balistik)

- bahan peledak/bom

b.kimiawi :

– asam

– basa

– intoksikasi (keracunan)

Untuk kasus kriminal maka cara penentuan sebab dan cara kematian

ditentukan dengan Pemeriksaan OTOPSI sesuai dengan Otopsi

Otopsi (juga dikenal pemeriksaan kematian atau nekropsi) adalah

investigasi medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian. Kata “otopsi”

berasal dari bahasa Yunani yang berarti “lihat dengan mata sendiri”.

“Nekropsi” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “melihat mayat”.

Ada 2 jenis otopsi:

• Forensik: Ini dilakukan untuk tujuan medis legal dan yang banyak

dilihat dalam televisi atau berita.

• Klinikal: Cara ini biasanya dilakukan di rumah sakit untuk

menentukan penyebab kematian untuk tujuan riset dan pelajaran.

7. Perkiraan Waktu kematian korban

Perkiraan waktu kematian korban tergantung kepada Faktor-faktor yang

digunakan untuk menentukan saat terjadinya kematian, yaitu : 1. Livor mortis (lebam jenazah)

2. Rigor mortis (kaku jenazah)

3. Body temperature (suhu badan)

4. Degree of decomposition (derajat pembusukan)

5. Stomach Content (isi lambung)

6. Insect activity (aktivitas serangga)

7. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat kejadian)

1. Livor mortis (lebam jenazah) Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah

kematian akibat berhentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit

akan menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas

dari tekanan. Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam. Intensitas

lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam.

Lebam jenazah normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada

keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO) akan berwarna

merah cerah (cherry red).

Page 14: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

2. Rigor mortis (kaku jenazah)

Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP

digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi

relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan

cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap

(menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai

muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal

pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur

menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan

maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh,

volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat

terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan

sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.

Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah

adalah:

1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat

kematian dan menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal

saat mati karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.

2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena

panas sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya

pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan

dalam waktu yang lama.

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin

sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak

subkutan sampai otot.

3. Body temperature (suhu badan) Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari

badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi,

evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu

lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah,

badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih

cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan.

Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah

perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat

dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut.

Formula untuk suhu dalam o

Celcius

PMI = 37 o C-RT

o C +3

Page 15: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

Formula untuk suhu dalam o Fahrenheit

PMI = 98,6 o F-RT

o F

1,5

4. Degree of decomposition (derajat pembusukan)

Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena

autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa

warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding

perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan

lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses

pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata

melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih

mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan

kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi

maka pembusukan berlangsung lebih cepat.

5. Stomach Content (isi lambung)

Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat

kematian. Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik

untuk dicerna dan dikosongkan dari lambung. Misalnya sandwich akan

dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3

sampai 5 jam untuk dicerna.

6. Insect activity (aktivitas serangga) Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat

kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan

pada jenazah. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah.

Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus.

Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun

serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah

1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem.

Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada

12-18 hari.

7. Scene markers (tanda-tanda yang ditemukan pada sekitar tempat

kejadian)

Proses-Proses Spesifik Lainnya pada Jenazah Karena Kondisi Khusus

Mummifikasi Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan

terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu.

Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput

dan tidak membusuk.

Page 16: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

Adipocere Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan,

lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh

postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena

kerja lipase endogen dan enzim bakteri.

Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan

suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa

minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap

pembusukan.

8. Pemeriksaan korban kriminalitas

Untuk kasus kriminal maka cara penentuan sebab dan cara kematian

ditentukan dengan Pemeriksaan AUTOPSI .

Pemeriksaan korban kriminalitas dilakukan sesuai tahapan identifikasi forensik

pada korban umumnya. Setelah diduga indikasi sebab dan cara kematiannya,

maka dilakukan dengan tahapan pemeriksaan uji Laboratorium Forensik

dengan pengambilan Sampel sesuai yang dibutuhkan baik saat di TKP maupun

saat AUTOPSI.

Dengan kemajuan Sain di bidang ilmu kedokteran, maka pemeriksaan Sidik

jari (fingerprint) dan DNA merupakan alat yang bisa menjadi alat pembuktian

yang sangat valid dan dapat mengungkapan kasus sulit dan sudah lama belum

dapat diungkapkan….

9. Pengambilan Sampel

Pengambilan Sample untuk pemeriksaan laboratorium forensik ditujukan

untuk mengetahui PENYEBAB DAN CARA KEMATIANNYA baik untuk

kasus kematian wajar atau kematian tdk wajar termasuk kriminalitas.

Dari hasil pemeriksaan dan tahapan identifikasi forensik, maka dilakukan

pengambilan sample untuk memperkuat dugaan penyebab dan cara kematian

serta mekanisme kematian terhadap korban.

Hampir semua kasus kematian tidak wajar dilakukan pemeriksaan

laboratorium forensik sesuai aturan dan permohonan penyidik.

Adapaun Kasus2 Kriminalitas yang sering dilakukan pengambilan sample

untuk pemeriksaan laboratorium forensik nya meliputi :

1. Kasus Keracunan

Sample: darah,jaringan,organ

2. Kasus perkosaan

Sample :Cairan Semen.,Lendir vagina

3. Kasus KECELAKAAN LALU LINTAS karena pengaruh Alkohol atau

NARKOBA

Sample: Darah,Urin

4. Kasus Tenggelam

Sample: organ Paru-Paru atau organ lain

5.Kasus Pembunuhan

Page 17: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

Sample : hampir semua,termasuk bila akan dilakukan pemeriksaan

DNA untuk kasus kriminalitas yg sulit dibuktikan.

6. Dan lain sebagainya.

PENGAMBILAN SAMPEL DILAKUKAN DI TKP dan ATAU SAAT

AUTOPSI untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium Forensik.

JENIS SAMPEL :

a. SIDIK JARI

b. CAIRAN TUBUH :DARAH, AIR LIUR, CAIRAN

LAMBUNG,VAGINA,SPERMA,DLL

c. JARINGAN TUBUH :kuku,rambut, dsb

d. Sample bagian ORGAN TUBUH :

JANTUNG,OTAK,GINJAL,LIVER, PARU-PARU

Dari sample darah bisa dilakukan pemeriksaan DNA,Pemeriksaan Darah dan

Gol darah.

Bahan sample darah juga diperiksakan di laboratorium forensik untuk

mengetahui penyebab dan jenis racun dalam kasus keracunan, juga dapat

mengetahui penyebab kecelakaan lalu lintas karena pengaruh alkohol dan Obat

NARKOBA Lainnya.

Bahan/sample DNA diambil dari hampir seluruh tubuh terutama sample diatas.

Contoh PEMERIKSAAN LABORATORIUM FORENSIK:

1. Pemeriksaan Kasus Keracunan CO Sample: darah

a. Uji Alkali Dilusi/Resistensi Alkali Tujuan: mengetahui kadar CO dalam darah secara semikuantitatif.

Cara pemeriksaan:

• Ambil 2 tabung reaksi.

• Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam tabung pertama dan 1-2

tetes darah normal ke dalam tabung kedua (sebagai kontrol negatif).

• Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna

merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang

mengandung CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol

berwarna merah keruh.

• Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing

tabung kemudian dikocok.

Hasil. Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah

hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali. Sedangkan darah yang

mengandung COHb tidak berubah segera (tergantung konsentrasi

COHb) karena lebih resisten terhadap alkali. COHb dengan kadar

saturasi 20% akan memberi warna merah muda selama beberapa detik

Page 18: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit. Sebagai kontrol

jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga bersifat resisten

terhadap alkali.

b. Uji Formalin

Tujuan: mengetahui kadar COHb secara semikuantitatif

Cara pemeriksaan:

Ambil beberapa tetes darah yang akan diperiksa, masukkan dalam

tabung reaksi tambatikan beberapa tetes larutan formalin 40% sama

banyaknya

Hasil. Bila darah mengandung COHb 25% saturasi maka akan

terbentuk koagulat berwarna merah yang mengendap pada dasar tabung

reaksi. Semakin tinggi kadar COHb, semakin merah warna

koagulatnya. Sedangkan pada darah normal akan terbentuk koagulat

yang berwarna coklat.

2. Pemeriksaan Cairan Mani (Semen) Sample: CAIRAN MANI (Semen) dan Lendir Vagina

Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan: 1. Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani dalam

labia minor atau vagina yang diambil dari forniks posterior.

2. Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui

penentuan adanya cairan mani pada pakaian, seprai, kertas tissue,

dsb.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penentuan spermatozoa (mikroskopis)

a. Tanpa pewarnaan untuk melihat motilitas spematozoa yang

paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya

persetubuhan. Cara pemeriksaan:

• Letakkan satu tetes lendir vagina pada kaca obyek

• Lihat dengan pembesaran 500 kali dengan kondensor diturunkan

• Perhatikan pergerakan spermatozoa

Umumnya disepakati dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat

ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan

memperpanjang waktu ini menjadi 3-4 jam. Berdasarkan beberapa

penelitian, dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat

ditemukan 3 hari, kadang-kadang sampai 6 hari pascapersetubuhan.

Pada orang mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga 2 minggu

pasca persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.

Bila spermatozoa tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada

ejakulat karena kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal

ini terjadi, maka perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan

vagina.

Page 19: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

b. Dengan pewarnaan

Cara pemeriksaan:

• Buat sediaan apus

• Fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala

api

• Pulas dengan HE, biru metilen, atau hijau malakit.

Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah

pulasan dengan hijau malakit dengan prosedur sebagian berikut:

• Warnai dengan larutan hijau malakit 1% selama 10 – 15 menit

• Cuci dengan air mengalir

• Lakukan pulas ulang dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1

menit

• Cuci lagi dengan air

Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak

terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak

terwamai. Kepala spermatozoa tampak merah dan lehernya merah muda,

ekornya berwarna hijau.

2. Penentuan cairan mani (kimiawi)

a. Reaksi fosfatase asam merupakan tes penyaring adanya cairan mani

sehingga harus selalu dilakukan pada setiap sampel yang diduga cairan

mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain.

Dasar reaksi. Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang

dihasilkan oleh kelenjar prostat.

Prinsip. Enzim fosfatase asam menghidrolisis natrium alfa naftil fosfat.

Alfa naftil yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamin

menghasilkan zat warna azo yang berwarma biru ungu.

Reagen:

Larutan A:

• Brentamin Fast Blue B 1 g ( 1 )

• Natrium asetat trihidrat 20 g (2)

• Asam asetat glasial 10 ml (3)

• Akuades 100 ml (4)

(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga

dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan penyangga tersebut

Larutan B:

Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + Akuades 10 ml

89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring cepat ke dalam

botol yang berwarna gelap. Jika disimpan di lemari es, reagen ini dapat

bertahan bermingguminggu dan adanya endapan tidak akan mengganggu

reaksi.

Cara pemeriksaan:

Page 20: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

• Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih

dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit

• Kertas saring diangkat dan disemprot/diteteskan dengan reagen

• Tentukan waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna

ungu

• Tes ini tidak spesifik, hasil positif semu dapat terjadi pada feses, air

teh, kontrasepsi, sari buah, dan tumbuh-tumbuhan.

Hasil:

• Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna

serentak dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang

mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna secara

berangsur-angsur

• Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani.

Bila 30-65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan

elektroforesis. Waktu reaksi > 65 detik belum dapat menyatakan

sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena pernah ditemukan

waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif.

• Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan

waktu reaksi rata-rata 90-100 detik.

• Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan jamur, dapat mempercepat

waktu reaksi.

b. Reaksi Florence dilakukan dan memberi manfaat bila terdapat

azoospermia atau cara lain untuk menentukan semen tidak dapat

dilakukan Dasar. Menentukan adanya kolin.

Reagen (larutan lugol) yang dapat dibuat dari:

• Kalium yodida 1,5 g

• Yodium 2,5 g

• Akuades 30 ml

Cara pemeriksaan:

• Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades

• Ekstrak diletakkan pada kaca obyek, biarkan mengering

• Tutup dengan kaca penutup

• Reagen dialirkan dengan pipet di bawah kaca penutup

Hasil. Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat

berbentukjarum dengan ujung sering terbelah.

Tes ini tidak khas untuk cairan mani karena ekstrak jaringan berbagai

organ, putih telur, dan ekstrak serangga akan memberikan kristal serupa.

Sekret vagina kadang-kadang memberikan hasil positif. Sebaliknya, bila

cairan mani belum cukup berdegradasi, maka hasilnya mungkin negatif.

Page 21: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

c. Reaksi Berberio

Dasar reaksi. Menentukan adanya spermin dalam semen.

Reagen. Larutan asam pikrat jenuh.

Cara pemeriksaan. Sama seperti pada reaksi Florence.

Hasil positif. Adanya kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum

dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang tertetak

longitudinal.

Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.

Reaksi tersebut mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditentukan

spermatozoa.

3. Penentuan golongan darah ABO pada cairan mani

Penentuan golongan darah ABO pada semen golongan sekretor dilakukan

dengan cara absorpsi inhibisi. Hanya golongan sekretor saja yang dapat

ditentukan golongan darah dalam semen.

Pada individu yang termasuk golongan sekretor (85% dari populasi), substansi

golongan darah dapat dideteksi dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret

vagina, cairan mani, dan lain-lain. Substansi golongan darah dalam cairan

mani jauh lebih banyak dari pada air liur (2-100 kali).

Adanya substansi ‘asing’ menunjukkan di dalam vagina wanita tersebut

terdapat cairan mani.

4. Pemeriksaan bercak mani pada pakaian

a. Secara visual Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap daripada sekitarnya.

Bercak yang sudah agak tua berwarna kekuningan. Pada bahan

sutera/nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada

sekitarnya.

Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan

mengkilat dan translusen kemudian mengering. Dalam waktu kira-kira 1

bulan akan berwarna kuning sampai coklat.

Pada tekstil yang menyerap, bercak segar tidak berwarna atau bertepi

kelabu yang berangsur menguning sampai coklat dalam waktu 1 bulan.

Di bawah sinar ultraviolet, bercak semen menunjukan fluoresensi putih.

Bercak pada sutera buatan atau nilon mungkin tidak berfluoresensi.

Fluoresensi terlihat jelas pada bercak mani pada bahan yang terbuat dari

serabut katun. Bahan makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen

yang tersisa pada pakaian sering berfluorensensi juga.

Page 22: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

b. Secara taktil (perabaan) Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap,

bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang

teraba kasar.

c. Skrining awal (dengan Reagen fosfatase asam) Cara pemeriksaan:

• Sehelai kertas saring yang telah dibasahi akuades ditempelkan pada

bercak yang dicurigai selama 5-10 menit

• Keringkan lalu semprot/teteskan dengan reagen

• Bila terlihat bercak ungu, kertas saring diletakkan kembali pada

pakaian sesuai dengan letaknya semula untuk mengetahui letak

bercak pada kain

d. Uji pewarnaan Baecchi

Reagen:

• Asam fukhsin 1% 1 ml

• Biru Metilen 1% 1 ml

• Asam klorida 1% 40 ml

Cara pemeriksaan:

• Gunting bercak yang dicurigai sebesar 5 mm x 5 mm pada bagian

pusat bercak

• Pulas dengan reagen Baecchi selama 2-5 menit

• Cuci dalam HCl 1%

• Lakukan dehidrasi berturut-turut dalam alkohol 70%, 80%, dan 95-

100% (absolut)

• Jernihkan dalam xylol (2x)

• Keringkan di antara kertas saring

• Ambil 1-2 helai benang dengan jarum

• Letakkan pada gelas obyek dan uraikan sampai serabut-serabut

saling terpisah

• Tutup dengan kaca penutup dan balsem Kanada

• Periksa dengan mikroskop pembesaran 400x.

Hasil. Serabut pakaian tidak berwarna, spermatozoa dengan kepala

berwarna merah dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel

pada serabut benang.

III. Peran Kedokteran Forensik

Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti kecelakaan pesawat,

pencurian organ, bom bunuh diri, mutilasi dan pemerkosaan seakan tidak

pernah lepas dari cabang ilmu kedokteran forensik. Ilmu kedokteran yang satu

ini dikenal juga sebagai ilmu kedokteran kehakiman.

Tugas dari kedokteran forensik adalah membantu proses peradilan pihak

yang berperkara khususnya hakim untuk membuat jelas jalannya perkara dan

supaya hakim bisa memutuskan lebih tepat, adil dan benar. Saat ini dikenal ada

Page 23: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

dua mainstream ilmu kedokteran forensik yaitu patologi forensik

(pemeriksaan terhadap jenazah) dan forensik klinik (pemeriksaan orang

hidup).

Perbedaannya keduanya cukup jelas, di mana diagnosis untuk patologi

forensik berdasarkan morfologi organ yang dilihat secara langsung termasuk

mikroskopis. Sedangkan diagnosa untuk forensik klinik tidak hanya pada

morfologi fisik, tetapi juga mengacu pada data fisiologis, dan riwayat

penyakit.

Ahli forensik bekerja dengan cara membuat bukti-bukti medis atau medical

evidences itu menjadi berbicara. Jadi, jika ada jenazah/mayat atau suatu yang

luka dibuat seakan berbicara, apa yang menyebabkan, kenapa, siapa

pelakunya, bisa digambarkan dengan sangat gamblang.

IV. Ruang Lingkup Ilmu Forensik

Ilmu-ilmu yang menunjang ilmu forensik adalah ilmu kedokteran, farmasi, kimia,

biologi,fisika,dan psikologi. Sedangkan kriminalistik merupakan cabang dari ilmu forensik.

Cabang-cabangilmu forensik lainnya adalah: kedokteran forensik, toksikologi forensik,

odontologi forensik, psikiatri forensik, entomologi forensik, antrofologi forensik, balistik

forensik, fotografi forensik,dan serologi / biologi molekuler forensik. Biologi molekuler

forensik lebih dikenal dengan ”DNA- forensic”.

1. Kriminalistik merupakan penerapan atau pemanfaatan ilmu-ilmu alam pada

pengenalan,pengumpulan / pengambilan, identifikasi, individualisasi, dan evaluasi

dari bukti fisik,dengan menggunakan metode / teknik ilmu alam di dalam atau untuk

kepentingan hukumatau peradilan (Sampurna 2000). Pakar kriminalistik adalah

tentunya seorang ilmuwan forensik yang bertanggung jawab terhadap pengujian

(analisis) berbagai jenis bukti fisik, dia melakukan indentifikasi kuantifikasi dan

dokumentasi dari bukti-bukti fisik. Dari hasil analisisnya kemudian dievaluasi,

diinterpretasi dan dibuat sebagai laporan(keterangan ahli) dalam atau untuk

kepentingan hukum atau peradilan (Eckert 1980). Sebelum melakukan tugasnya,

seorang kriminalistik harus mendapatkan pelatihan atau pendidikan dalam

penyidikan tempat kejadian perkara yang dibekali dengan kemampuan dalam

pengenalan dan pengumpulan bukti-bukti fisik secara cepat. Di dalam perkara pidana,

kriminalistik sebagaimana dengan ilmu forensik lainnya, juga berkontribusi dalam

upaya pembuktian melalui prinsip dan cara ilmiah.

Kriminalistik memiliki berbagai spesilisasi, seperti analisis (pengujian) senjata api dan

bahan peledak, pengujian perkakas (”toolmark examination”), pemeriksaan

dokumen, pemeriksaan biologis (termasuk analisis serologi atau DNA), analisis

fisika, analisis kimia, analisis tanah,pemeriksaan sidik jari laten, analisis suara, analisis

bukti impresi dan identifikasi.

2. Kedokteran Forensik adalah penerapan atau pemanfaatan ilmu kedokteran

untuk kepentingan penegakan hukum dan pengadilan. Kedokteran forensik

mempelajari halikhwal manusia atau organ manusia dengan kaitannya peristiwa

kejahatan. Di Inggris kedokteran forensik pertama kali dikenal dengan

”Coroner”. Seorang coroner adalah seorang dokter yang bertugas melalukan

pemeriksaan jenasah, melakukan otopsi medikolegal apabila diperlukan, melakukan

Page 24: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

penyidikan dan penelitian semua kematian yangterjadi karena kekerasan, kemudian

melalukan penyidikan untuk menentukan sifat kematian tersebut. Di Amerika

Serikan juga dikenal dengan ”medical examinar”. Sistem ini tidak berbeda

jauh dengan sistem coroner di Inggris.

Dalam perkembangannya bidang kedokteran forensik tidak hanya berhadapan dengan

mayat (atau bedah mayat), tetapi juga berhubungan dengan orang hidup. Dalam hal

iniperan kedokteran forensik meliputi:

• melakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan menyenai sebab-sebab

kematian,apakah mati wajar atau tidak wajar, penyidikan ini juga bertujuan

untuk mencariperistiwa apa sebenarnya yang telah terjadi.

• identifikasi mayat,

• meneliti waktu kapan kematian itu berlansung ”time of death”

• penyidikan pada tidak kekerasan seperti kekerasan seksual, kekerasan terhadap

anak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga,

• pelayanan penelusuran keturunan,

• Di negara maju kedokteran forensik juga menspesialisasikan dirinya pada

bidang kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh obat-obatan ”driving under

drugs influence”.Bidang ini di Jerman dikenal dengan

”Verkehrsmedizin” Dalam prakteknya kedokteran forensik tidak dapat

dipisahkan dengan bidang ilmu yanglainnya seperti toksikologi forensik,

serologi / biologi molekuler forensik, odontologi forensik dan juga dengan

bidang ilmu lainnya

3. Toksikologi Forensik, Toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan

efek berbahaya zat kimia (racun) terhadap mekanisme biologi. Racun adalah senyawa

yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap organisme. Sifat racun dari

suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat zat tersebut,

kondisibioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan

bentuk efek yang ditimbulkan. Lebih khusus, toksikologi mempelajari sifat fisiko kimia

dari racun,efek psikologi yang ditimbulkannya pada organisme, metode analisis racun

baik kualitativ maupun kuantitativ dari materi biologik atau non biologik, serta

mempelajari tindakan-tidankan pencegahan bahaya keracunan. LOOMIS (1978)

berdasarkan aplikasinya toksikologi dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yakni:

toksikologi lingkungan, toksikologi ekonomi dan toksikologi forensik. Tosikologi

forensik menekunkan diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi untuk

kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalahanalisis racun baik

kualitatif maupun kuantitatif sebagai bukti dalam tindak criminal(forensik) di

pengadilan.Toksikologi forensik mencangkup terapan ilmu alam dalam analisis racun

sebagi buktidalam tindak kriminal. Toksikologi forensik merupakan gabungan antara

kimia analisisdan prinsip dasar toksikologi. Bidang kerja toksikologi forensik meliputi:

• analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian,

• analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau

napas,yang dapat mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya

kemampuanmengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, tindak kekerasan

dan kejahatan,penggunaan dooping),

Page 25: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

• analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika

danobat terlarang lainnya.

4. Odontologi Forensik, bidang ilmu ini berkembang berdasarkan pada

kenyataannyabahwa: gigi, perbaikan gigi (dental restoration), dental protese

(penggantian gigi yang rusak), struktur rongga rahang atas “sinus maxillaris”,

rahang, struktur tulang palatal (langit-langit keras di atas lidah), pola dari tulang

trabekula, pola penumpukan krak gigi,tengkuk, keriput pada bibir, bentuk anatomi dari

keseluruhan mulut dan penampilanmorfologi muka adalah stabil atau konstan pada

setiap individu. Berdasarkankharkteristik dari hal tersebut diatas dapat dijadikan sebagai

acuan dalam penelusuranidentitas seseorang (mayat tak dikenal). Sehingga bukit peta

gigi dari korban, tanda / bekas gigitan, atau sidik bibir dapat dijadikan sebagai bukti

dalam penyidikan tindak kejahatan.

5. Psikiatri forensik, seorang spikiater berperan sangat besar dalam bebagai pemecahan

masalah tindak kriminal. Psikogram dapat digunakan untuk mendiagnose prilaku,

kepribadian, dan masalah psikis sehingga dapat memberi gambaran sikap (profile) dari

pelaku dan dapat menjadi petunjuk bagi penyidik. Pada kasus pembunuhan mungkin

juga diperlukan otopsi spikologi yang dilakukan oleh spikiater, spikolog, dan pathology

forensik, dengan tujuan penelaahan ulang tingkah laku, kejadian seseorang

sebelummelakukan tindak kriminal atau sebelum melakukan bunuh diri. Masalah

spikologi (jiwa) dapat memberi berpengaruh atau dorongan bagi seseorang untuk

melakukan tindak kejahatan, atau perbuatan bunuh diri.

6. Entomologi forensik, Entomologi adalah ilmu tentang serangga. Ilmu ini

memperlajari jenis-jenis serangga yang hidup dalam fase waktu tertentu pada

suatu jenasah di tempat terbuka. Berdasarkan jenis-jenis serangga yang ada sekitar

mayat tersebut, seorang entomolog forensik dapat menduga sejak kapan mayat tersebut

telah berada di tempatkejadian perkara (TKP).

7. Antrofologi forensik, adalah ahli dalam meng-identifikasi sisa-sisa tulang, tengkorak,

danmumi. Dari penyidikannya dapat memberikan informasi tentang jenis kelamin,

ras,perkiraan umur, dan waktu kematian. Antrofologi forensik mungkin juga

dapatmendukung dalam penyidikan kasus orang hidup, seperti indentifiksi bentuk

tengkorak bayi pada kasus tertukarnya anak di rumah bersalin.

8. Balistik forensik, bidang ilmu ini sangat berperan dalam melakukan penyidikan kasus

tindak kriminal dengan senjata api dan bahan peledak. Seorang balistik forensic meneliti

senjata apa yang telah digunakan dalam kejahatan tersebut, berapa jarak dan dari arah

mana penembakan tersebut dilakukan, meneliti apakah senjata yang telah digunakan

dalam tindak kejahatan masih dapat beroperasi dengan baik, dan meneliti senjata mana

yang telah digunakan dalam tindak kriminal tersebut. Pengujian anak peluru yang

ditemukan di TKP dapat digunakan untuk merunut lebih spesifik jenis senjata api yang

telah digunakan dalam kejahatan tersebut. Pada bidang ini memerlukan peralatan khusus

termasuk miskroskop yang digunakan untuk membandingkan dua anak peluru dari

tubuh korban dan dari senjata api yang diduga digunakan dalam kejahatan tersebut,

untuk mengidentifikasi apakah memang senjata tersebut memang benar telah digunakan

Page 26: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

dalam kejahatan tersebut. Dalam hal ini diperlukan juga mengidentifikasi jenis

selongsong peluru yang tertinggal. Dalam penyidikan ini analisis kimia dan fisika

diperlukan untuk menyidikan dari senjata api tersebut, barang bukti yang tertinggal.

Misal analisis ditribusi logam-logam seperti Antimon (Sb) atau timbal (Pb) pada tangan

pelaku atau terduga, untuk mencari pelaku dari tindak kriminal tersebut. Atau analisis

ditribusi asap (jelaga) pada pakaian, untuk mengidentifikasi jarak tembak Kerjasama

bidang ini dengan kedokteran forensik sangat sering dilakukan, guna menganalisis efek

luka yang ditimbulkan pada korban dalam merekonstruksi suatu tindak kriminal dengan

senjata api.

9. Serologi dan Biologi molekuler forensik, Seiring dengan pesatnya perkembangan

bidangilmu biologi molekuler (imunologi dan genetik) belakangan ini, pemanfaatan

bidang ilmuini dalam proses peradilan meningkat dengan sangat pesat. Baik darah

maupun cairantubuh lainnya paling sering digunakan / diterima sebagai bukti fisik dalam

tindak kejahatan. Seperti pada kasus keracunan, dalam pembuktian dugaan tersebut,

seorang dokter kehakiman bekerjasama dengan toksikolog forensic untuk melakukan

penyidikan. Dalam hal ini barang bukti yang paling sahih adalah darah dan/atau cairan

tubuh lainnya.Toksikolog forensik akan melakukan analisis toksikologi terhadap sampel

biologitersebut, mencari senyawa racun yang diduga terlibat. Berdasarkan temuan dari

dokter kehakiman selama otopsi jenasah dan hasil analisisnya,toksikolog forensik akan

menginterpretasikan hasil temuannya dan membuat kesimpulanketerlibatan racun dalam

tindak kejahatan yang dituduhkan.Sejak awal perkembanganya pemanfaatan serologi /

biologi molekuler dalam bidang forensik lebih banyak untuk keperluan identifikasi

personal (perunutan identitas individu) baik pelaku atau korban. Sistem penggolongan

darah (sistem ABO) pertama kalidikembangkan untuk keperluan penyidikan (merunut

asal dan sumber bercak darah padatempat kejadian). Belakangan dengan pesatnya

perkembangan ilmu genetika (analisi DNA) telah membuktikan, bahwa setiap individu

memiliki kekhasan sidik DNA,sehingga kedepan sidik DNA dapat digunakan untuk

menggantikan peran sidik jari, pada kasus dimana sidik jari sudah tidak mungkin bisa

diperoleh. Dilain hal, analisa DNA sangat diperlukan pada penyidikan kasus

pembunuhan mutilasi (mayat terpotong potong), penelusuran paternitas (bapak biologis).

Analisa serologi/biologi molekuler dalam bidang forensik bertujuan untuk:

− Uji darah untuk menentukan sumbernya (darah manusia atau hewan,

atauwarna dari getah tumbuhan, darah pelaku atau korban, atau orang

yang tidak terlibat dalam tindak kejahatan tersebut)

− Uji cairan tubuh lainnya (seperti: air liur, semen vagina atau sperma,

rambut, potongan kulit) untuk menentukan sumbernya

(“origin”).

− Uji imonologi atau DNA individu untuk mencari identitas seseorang.

10. Farmasi Forensik, Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang

berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Farmasi adalah

seni dan ilmumeracik dan menyediaan obat-obatan, serta penyedian informasi yang

berhubungan dengan obat kepada masyarakat. Seperti disebutkan sebelumnya, forensik

dapat dimengerti dengan penerapan/aplikasi itu pada issu-issu legal, (berkaitan dengan

hukum). Penggabungan kedua pengertian tersebut, maka Forensik Farmasi dapat

diartikan sebagai penerapan ilmu farmasi pada issu-issu legal (hukum) (Anderson,

Page 27: Pengenalan Ilmu Kedokteran Forensik Dan Ilmu Pendukung Proses Investigasi-libre

2000). Farmasis forensik adalah seorang farmasis yang profesinya berhubungan

dengan proses peradilan, proses regulasi, atau pada lembaga penegakan hukum (criminal

justice system) (Anderson, 2000). Domain dari forensik farmasi adalah meliputi,

farmasi klinik, aspek asministrativ dari farmasi, dan ilmu farmaseutika dasar. Seorang

forensik farmasis adalah mereka yang memiliki spesialisasi berkaitan dengan

pengetahuian praktek kefarmasian. Keahlian praktis yang dimaksud adalah

farmakologi klinik, menegemen pengobatan, reaksi efek samping (reaksi berbahaya)

dari obat,review/evaluasi (assessment) terhadap pasien, patient counseling, patient

monitoring, sistem distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan lain-lainnya.

Seorang forensik farmasis harus sangat terlatih dan berpengalaman dalam mereview dan

menganalisa bukti-bukti dokumen kesehatan (seperti rekaman/catatan medis) kasus-

kasustersebut, serta menuangkan hasil analisanya sebagai suatu penjelasan terhadap

efek samping pengobatan, kesalahan pengobatan atau kasus lain yang

dikeluhkan(diperkarakan) oleh pasien, atau pihak lainya.

11. Bidang ilmu Forensik lainnya, selain bidang-bidang di atas masih banyak lagi bidang

ilmu forensik Pada prinsipnya setiap bidang ranah keilmuan mempunyai aplikasi pada

bidang dirensik, seperti bidang yang sangat trend sekarang ini yaitu kejahatan web, yang

dikenal syber crime, merupakan kajian bidang kumperter sain, jaringan, IT, dan bidang

lainnya seperti akuntan forensic.

V. DAFTAR PUSTAKA

1. Idries A,. 1997, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik , Binarupa Aksara , Jakarta

2. Anderson, P D., An Overview of Forensic Pharmacists Practice , Journal of Pharmacy

Practice 2000; 13; 1793.

3. Eckert, W.G., 1980, Introduction to Forensic sciences, The C.V. MosbyCompany, St.

Louis, Missori

4. Kansil, CST, 1991, Pengantar hukum kesehatan Indonesia, Penerbit RinekaCipta, Jakarta

5. Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar , Donatus, A. (terj.) IKIP Semarang Press,Semarang

6. Perdanakusuma, P., 1984, Bab-bab tentang kedokteran forensik , GhaliaIndonesia, Jakarta

7. Saferstein R., 1995, Criminalistics, an Introduction to Forensic Science , 5thEd.,

8. A Simon & Schuster Co., Englewood Cliffs, New Jersey Sampurna, B.,2000