pengembangan sumber daya lokal untuk

20

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK
Page 2: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PERTANIAN PETERNAKAN TERPADU

Purworejo, 12 Maret 2016

PROGRAM

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

i

ISBN 978–602–60782

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PERTANIAN PETERNAKAN TERPADU

Purworejo, 12 Maret 2016

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

60782–0–9

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

Page 3: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH PURWOREJO

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK MEWUJUDKAN

KEMANDIRIAN PANGAN

TIM PENYUNTING :

Ir. Zulfanita, MP.

Dyah Panuntun Utami, S.P., M.Sc.

Roisu Eny Mudawarach

Istiko Agus Wicaksono, S.P., M.Sc.

Isna Windani, S.P., M.Sc.

Faruq Iskandar, S.Pt., M.Si.

DESAIN LAYOUT :

Ir. Didik Widiyantono, M.Agr.

Hanung Dhidik A. S.Pt., M

Riwawidiastuti, S.Pt., M.Si.

DESAIN SAMPUL :

Uswatun Hasanah, S.P., M.Sc.

Jeki Mediantari W.W. S.Pt., M.Eng., M.Si

Hak Cipta @2016, Fakultas Pertanian

Cetakan Pertama Juli 2016

Universitas Muhammadiyah Purworejo

Jl. K. H. Ahmad Dahlan, No. 3 Purworejo 54111

Telp/Fax. : (0275) 320494

e-mail : [email protected]

ISBN : 978–602–60782–0–9

Isi dapat disitasi dengan menyeb

ii

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH PURWOREJO

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK MEWUJUDKAN

Dyah Panuntun Utami, S.P., M.Sc.

ch, S.Pt., M.Sc.

Istiko Agus Wicaksono, S.P., M.Sc.

Isna Windani, S.P., M.Sc.

Faruq Iskandar, S.Pt., M.Si.

Ir. Didik Widiyantono, M.Agr.

Hanung Dhidik A. S.Pt., M.Si.

Riwawidiastuti, S.Pt., M.Si.

Uswatun Hasanah, S.P., M.Sc.

Jeki Mediantari W.W. S.Pt., M.Eng., M.Si

Hak Cipta @2016, Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Purworejo

3 Purworejo 54111

: (0275) 320494

[email protected]

Isi dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK MEWUJUDKAN

Page 4: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala

berkahNya sehingga Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu dapat terlaksana

sesuai dengan rencana. Tujuan kegiatan seminar ini adalah menginventaris sumber daya

lokal; menghasilkan pemikiran dan karya ilmiah; pengembangan IPTEKS, penelitian dan

pengaplikasian hasil penelitian terkait dengan konsep, strategi dan solusi permasalahan

kemandirian pangan; menjalin komunikasi dengan pihak yang terkait dengan kemandirian

pangan yaitu akademisi, peneliti dan pemangku kebijakan.

Kemandirian Pangan merupakan persoalan strategis di Indonesia, sehingga harus

dilakukan pengembangan sistem produksi pangan yang berbasis sumber daya,

kelembagaan dan budaya lokal. Sasaran yang ingin dicapai adalah tergalinya potensi

pangan lokal dalam meningkatkan ketersedian untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi

pangan yang bermutu, beragam dan terjangkau di tingkat rumah tangga.

Indonesia kaya keanekaragaman plasma nutfah tanaman dan ternak, potensi tersebut

belum dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik.

Permasalahan off-farm, baik hulu (sub-sistem pengadaan input faktor) maupun hilir (sub-

sistem pengolahan dan pemasaran), sub-sistem budidaya (on-farm) serta sub- sistem

penunjang sangat komplek. Teknologi dan industri pengolahan pangan skala rumah tangga

dan kecil, diarahkan untuk memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan nilai tambah

bahan pangan lokal melalui pemanfaatan, penguasaan dan penerapan teknologi budidaya,

pengolahan pangan serta mendorong kelembagaan pelayanan dan lembaga swadaya

masyarakat untuk mewujudkan industri pengolahan bahan pangan berskala rumah tangga

yang kokoh dan mandiri (dari hulu hingga hilir).

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, maka seluruh sektor harus berperan

secara aktif dan berkoordinasi secara rapi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi,

Pemerintah Kabupaten/Kota, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Pemerintah Desa dan

masyarakat untuk meningkatkan strategi demi mewujudkan Kemandirian Pangan Nasional.

Purworejo, Maret 2016

Panitia

Page 5: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

TIM PENYUNTING ................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

Sub Tema A

Teknologi Budidaya Pertanian Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal

1. Estimasi Output Sapi Pesisir di Kabupaten Banyuasin, Provinsi

Sumatera Selatan .................................................................................... 1 – 12

Aulia Evi Susanti

2. Analisis Keuntungan dan Risiko Usahatani Sayuran Hidroponik ............ 13 – 26

Ekaria, Sutawi dan Istis Baroh

3. Pengaruh Tingkat Penerapan Panca Usahatani Terhadap Tingkat

Produktivitas dan Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Metro

Kibang ................................................................................................... 27 – 38

Fachira Chairunnisa, Irwan Effendi dan Rio Tedi Prayitno

4. Financial Feasibility of Kerupuk Jari Processing Business in Pasir

Utama Village Rambah Hilir District Rokan Hulu Regency ................... 39 – 50

Ikhsan Gunawan

5. Abortus dan Perubahan Anatomi Uterus Pada Kelinci Bunting Yang

DiberiInfusa Daun Bambu (Bambusa vulgaris) ...................................... 51 – 62

Joko Daryatmo dan Budi Purwo Widiarso

6. Analisis Tingkat Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Kegiatan Budidaya

Laut di Selat Fair Kota Tualpropinsi Maluku ......................................... 63 – 72

Muhammad Izhar Difinubun, Johannes Hutabarat dan Agus Hartoko

7. Peat Media Response to the Growth of Stem Stekpennisetum

Purpureum ............................................................................................. 73 – 78

Sarjana Parman

8. Tingkat Serangan Penyakit Blas Terhadap Padi Varietas Inpari 7 pada

Unit Perbenihan dengan Pendekatan Teknologi PTT di Kutai

Kartanegara ............................................................................................ 79 – 86

Wawan Banu P. dan Muryani P

Page 6: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

v

9. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Bawang Merah (Alliumcepa Ascalonicum L) Varietas Pancasona di

Kabupaten Paser .................................................................................... 87 – 93

Wawan Banu P. dan Nurbani

10. Jenis dan Dominansi Gulma yang Berpotensi sebagai Hijauan Pakan

Ternak pada Lahan Pertanaman Pala ..................................................... 94 – 103

Ariance Yeane Kastanja

11. Pemanfaatan Hijauan Pakan Ternak di Lahan Rawa Lebak sebagai

Bahan Baku Pembuatan Silase (Studi Kasus : Kebun Percobaan

Kayuagung Oki Sumatera Selatan) ......................................................... 104 – 110

Masito dan Sidiq Hanapi

12. Potensi Pakan di Rawa Lebak untuk Mendukung Budidaya Itik Pegagan

: Studi Kasus di Desa Kota Daro II ......................................................... 111 – 116

Aulia Evi Susanti, Agung Prabowo dan Sidiq Hanapi

13. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Wanita Tani Pembuat Atap

Rumbia di Kabupaten Konawe .............................................................. 117 – 124

Leni Saleh dan Ulyasniati

14. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Antosianin Beras Merah

Varietas Lokal Banyumas pada Budidaya Organik dan Anorganik ......... 125 – 135

Oetami Dwi Hajoeningtijas dan Hamami Alfasani Dewanto

15. Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan Organik dan Jumlah Barisan

Penanaman pada Guludan terhadap Produktivitas Umbi Ubijalar .......... 136 – 145

Suharno

16. Pengaruh Berat Badan dan Pemberian Pakan Berbeda terhadap Kualitas

Telur Ayam Ras Periode Awal Bertelur ................................................. 146 – 154

Syamsul Mardi, Wempie Pakiding dan Nahariah

17. Permasalahan Usaha Ternak Kerbau di Kabupaten Magelang............... 155 – 161

Nuryanto dan Sumaryanto

18. Efisiensi Produksi Padi di Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul 162 – 168

Pinjung Nawang Sari. Hani Perwitasari dan Amanda Deby

19. Percepatan Berahi pada Sapi Bali Dara melalui Pemberian Konsentrat

dengan Level Protein yang Berbeda ....................................................... 169 – 176

Trianta tahir, Herry Sonjaya dan Asmuddin Natsir

Sub Tema B

Teknologi Pengolahan Produk Pertanian Peternakan

20. Uji Sensitivitas Tester Kit of Borax pada Bakso Daging Sapi ................ 177 – 189

Bambang Kuntoro

Page 7: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

vi

21. Potensi Beras Merah Inpari 24 Gabusan sebagai Pangan Fungsional

untuk Kesehatan: Kajian Pustaka ........................................................... 190 – 196

Muhammad Fajri

22. Sifat Fisik dan Daya Terima Cookies Ubi Jalar Kuning yang

Disubstitusi Tepung Tempe .................................................................... 197 – 204

Rusdin Rauf, Arina Sabila Rohmani dan Pramudya Kurnia

23. Aktivitas Antibakteri Minyak Daging Buah Pala terhadap Pertumbuhan

Vibrio parahaemolyticu sdan Salmonella typhimurium .......................... 205 – 215

Sophia Grace Sipahelut

24. Uji Kesukaan Konsumen terhadap Donat Labu Kuning Substitusi

Tepung Terigu dengan Tepung Mocaf Hingga 75% ............................... 216 - 223

Sri Lestari dan Syahrizal Muttakin

25. Sabi-Back : Kemasan Cerdas dengan Berbahan Dasarnanopartikel

Perak Termodifikasi sebagai Pendeteksi Kebusukan pada Daging ......... 224 – 232

Tri Mayasari, Emas Agus Prastyo Wibowo dan Nuni Widiarti

Sub Tema C

Pemasaran dan Konsumsi Produk Pertanian Peternakan

26. Efisiensi Saluran Pemasaran Gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan

Wawotobi Kabupaten Konawe ............................................................... 233 – 243

Milawati Saranani

27. Preferensi Konsumen terhadap Konsumsi Keripik Keladi sebagai

Makanan Ringan Khas Pontianak ........................................................... 244 – 253

Shenny Oktoriana, Eva Dolorosa, Imelda dan Anita Suharyani

Sub Tema D

Aspek Penunjang (Kelembagaan, Perkreditan, Pendidikan, Sosial, Budaya, Ekonomi

dan Peran Media Massa)

28. Strategi Merealisasikan Badan Usaha Milik Petani ................................. 254 – 269

Sri Wahyuni, Cut R. Adawiyah dan Syahyuti

29. Respon Petani terhadap Pelayanan Kupra sebagai Pengganti Kur di BRI

Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah ........................................... 270 – 280

Aprilia Rahmawati, Sumaryo Gitosaputro dan Begem Viantimala

30. Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Pengembangan

Tanaman Obat Keluarga di Lingkar Kampus Universitas Nusa Bangsa

Bogor ..................................................................................................... 281 – 297

Dyah Budibruri Wibaningwati dan Heri Susanto

Page 8: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

vii

31. Dampak Program Pengembangan Kawasan Sapi Potong Terhadap

Kinerja dan Pendapatan Anggota Kelompok Tani di Kabupaten

Lampung Utara ...................................................................................... 298 – 314

Endah Kurniasari, Dewangga Nikmatullah dan Rio Tedi Prayitno

32. Kajian Sosial Ekonomi dan Ketahanan Pangan Rumahtangga Tani di

Propinsi Riau ......................................................................................... 315 – 326

Fahmi Wiryamarta Kifli, Jangkung H Mulyo dan Sugiyarto

33. Karakteristik Agropreneurship Peternak Kemitraan Pola Inti Plasma di

Kawasan Sentra Peternakan Ayam Ras Pedaging Kabupaten Klaten ...... 327 – 335

K. M. Z. Basriwijaya, V. D. Yunianto B.I dan D. Mardiningsih

34. Analisis Peluang Pengembangan Cengkeh Zangsibar di Sulawesi Utara . 336 – 349

Nelson H. Kario dan Rahmi Hayati Putri

35. Potensi Sumberdaya Pedesaan Mendukung Pembangunan Pertanian di

Gugusan Wilayah Pantai Selatan Lintas Batas Indonesia – Timor Leste

(Studi Kasus Desa Alas Selatan, Kecamatan Kobalima Kabupaten

Belu, NTT) ............................................................................................ 350 – 358

Nelson H. Kario dan Rahmi Hayati Putri

36. Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Jagung di Kecamatan Ketapang

Kabupaten Lampung Selatan .................................................................. 359 – 370

Puji Permata Utami, Sumaryo Gito Saputro, Dewangga Nikmatullah

37. Potensi Kabupaten Bone Sebagai Sentra Produksi Ternak Ruminansia

di Sulawesi Selatan ................................................................................ 371 – 377

Risman Sudarmaji, Muh. Saudi Mashoer dan, Jasmal A.Syamsu

38. Analisis Kelayakan Ekologi Budidaya Tambak Udang dalam Rangka

Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Purworejo .................... 378 – 389

Sri Suryani

39. Analisis Pendapatan Usahatani Cabe Melalui Penerapan Pengendalian

Hama Terpadu di Kabupaten Konawe ................................................... 390 – 402

Suharjo

40. Pola Penguatan Kelembagaan Koperasi “Nira Satria” dalam

Pemberdayaan Pengrajin Gula Kristal di Perdesaan ................................ 403 – 412

Sulistyani Budiningsih dan Tri Septin M

41. Budaya Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap Konservasi Cendana .... 313 – 421

Rubangi Al Hasan, S. Agung Sri Raharjo dan Abdul Rohman

42. Preferensi Konsumen Lempok Durian di Kota Pontianak ....................... 422 – 429

Anita Suharyani, Eva Dolorosa, Imelda dan Shenny Oktoriana

Page 9: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

viii

43. Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat melalui Program

Pengembangan Kecamatan terhadap Pengentasan Kemiskinan di

Kabupaten Konawe ................................................................................ 430 – 437

Tauwi

44. Analisis Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengembangan

Kelompok Tani Perempuan dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Sekitar Rumah di Kabupaten Kediri (Studi Kasus pada Kelompok Tani

Perempuan Desa Nambakan, Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri .. 438 – 461

Tatang Suryadi dan Ratna Dewi Mulyaningtiyas

Page 10: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[233]

EFISIENSI SALURAN PEMASARAN GABAH DI KELURAHAN

KASUPUTE KECAMATAN WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE

Milawati Saranani1

1)Dosen Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lakidende

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the grain marketing channels in the Village District of Wawotobi Kasupute and knowing margins, profitability and efficiency of grain marketing in the Village District of Wawotobi Kasupute.The population in this study were all farmers who cultivate rice crops a total of 120 households, rice farmers sampling is done by simple random sampling while sampling the merchant using the Snowball method. The number of samples of rice farmers determined using Slovin formula (Rianse, 2008) of 55 respondents. The results showed that there is one type of grain marketing marketing channels ie Producers (Farmers Rice) to Gatherer Traders Village to Consumer (Rice Milling), has a marketing fee of Rp 222.51 / Kg, the marketing advantage of Rp 53.56 / Kg, and have a marketing margin of USD 276.07 / Kg. and grain marketing efficiency reached 92%. This means that the percentage of part prices received by farmers and low marketing costs which occur at grain marketing agencies in the Village District of Wawotobi Kasupute Konawe. Keywords: Efficiency, Grain Marketing, Channel Marketing

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi dan mengetahui margin, keuntungan dan efektifitas pelaku pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman padi sawah sebanyak 120 KK, penentuan sampel petani padi sawah dilakukan secara Simple Random Sampling

sedangkanpenentuan sampel pedagang menggunakan metode Snowball. Jumlah sampel petani padi sawah ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Rianse, 2008) yaitu 55 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran gabah terdapat satu jenis saluran pemasaran yaitu Produsen (Petani Padi) ke Pedagang Pengumpul Desa ke Konsumen (Penggilingan Padi), memiliki biaya pemasaran sebesar Rp 222,51/ Kg, keuntungan pemasaran sebesar Rp 53,56/ Kg, dan memiliki marjin pemasaran sebesar Rp 276,07/ Kg. dan Efisiensi pemasaran gabah mencapai 92 %. Artinya besarnya persentase bagian harga yang diterima petani dan rendahnya biaya pemasaran yang terjadi pada lembaga pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Kata Kunci : Efisiensi, Pemasaran Gabah , Saluran Pemasaran

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk menciptakan pertanian yang

tangguh dengan tujuan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan

ekspor non migas maupun bahan baku industri sehingga diharapkan mampu meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja serta mendukung

pembangunan daerah.Keberhasilan pembangunan pertanian dalam masa mendatang akan

sangat tergantung pada pembangunan peningkatan sumber daya petani dan lingkungannya.

Sektor pertanian merupakan penyedia pangan masyarakat.Oleh karena itu

percepatan pembangunan pertanian berperan penting dalam penyediaan pangan yang cukup

Page 11: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[234]

dan terjangkau oleh masyarakat. Walaupun dalam sumbangannya terhadap PDB mengalami

penurunan, namun sektor pertanian masih akan tetap memegang peran yang sangat penting

dalam perekonomian secara keseluruhan, karena mempunyai keterkaitan yang luas dengan

sektor ekonomi lainnya. Sampai dengan saat ini sektor pertanian tetap menyerap tenaga

kerja terbesar dan menjadi penopang perekonomian di pedesaan, bahkan pada saat krisis

ekonomi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian mengalami sedikit peningkatan.

Kabupaten Konawe merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi komoditi

pertanian untuk dikembangkan, khususnya tanaman padi sawah yang tumbuh subur di

seluruh wilayah Konawe khususnya di Kecamatan Wawotobi sebagai wilayah sentral

produksi padi sawah. Potensi dan kekayaan alam tersebut bila dimanfaatkan dengan benar

dan sungguh akan menciptakan keuntungan ekonomi yang akan berdampak pada

pendapatan daerah, petani, perusahaan dan masyarakat dalam rangka menciptakan lapangan

kerja, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran.

Pemanfaatan potensi merupakan suatu strategi pembangunan yang tepat, untuk

menjawab tantangan dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan pertanian di sektor

tanaman pangan, khususnya budidaya padi sawah, dalam rangka menciptakan produk yang

bernilai ekonomis tinggi.Dalam rangka menciptakan produk yang bernilai ekonomis maka

keseimbangan antara industri dan tanaman pangan baik dari segi pendapatan usahatani,

maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran produk dalam rangka

mensukseskan otonomi daerah sangat dibutuhkan.

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe ( 2013) , luas areal

tanaman pangan padi sawah pada tahun 2012 seluas 42.156 Ha dengan produksi padi

sawah 178.038 Ton. Bila dilihat dari aspek harga, padi sawah saat ini lebih tinggi harganya

dibandingkan produk tanaman pangan lainnya, namun demikian petani belum puas dengan

harga yang mereka terima sekarang.Karena mereka menganggap harga petani terima belum

wajar dan masih memiliki kesenjangan harga dengan harga jual yang diterima pedagang

pengumpul. Pemasaran gabah pada tahun 2013 melibatkan pedagang pengumpul desa,

Petani menjual gabah kepada pengumpul desa seharga Rp 3.000 per kilogram.

Pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh dan mencari data informasi

tentang jalur pemasaran gabah mulai dari petani, lembaga pemasaran (saluran pemasaran)

dan yang terlibat mulai dari produsen sampai ke konsumen yang ada di Kabupaten

Konawe. Dari sisi petani akan melihat tingkat produksi dan harga jual untuk mengetahui

pendapatan usahataninya, pada lembaga pemasaran (saluran) yang terlibat akan dihitung

besarnya keuntungan dan marjin pemasarannya. Dengan menghitung dan mengetahui

informasi dari agribisnis maka dapat memanfaatkan kekayaan alam dan sumberdaya lokal

yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan bagi petani, industri, pekerja dan

Page 12: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[235]

pemerintah daerah diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan

menciptakan lapangan kerja.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani bahwa harga gabah di Kelurahan

Kasupute Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe lebih dominan dikendalikan

pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Para pedagang ini memiliki kekuatan besar

dalam penentuan harga dan perolehan keuntungan. Jika petani menjual kepada pedagang

pengumpul lain, maka harga yang diterima biasanya lebih rendah dari pada pedagang

terdahulu. Hal ini disebabkan adanya sistem informasi harga sering tidak sampai ke tangan

petani pada saat yang tepat.Oleh karena itu dalampenelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan

Wawotobi.

2. Untuk mengetahui margin, keuntungan dan efektifitas saluran pemasaran gabah di

Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai bulan November

2014 di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Penentuan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah

tersebut salah satu daerah sentra produksi padi sawah yang potensial di Kabupaten

Konawe.

Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman

padi sawah sebanyak 120 KK, penentuan sampel petani padi sawah dilakukan secara

Simple Random Sampling sedangkanpenentuan sampel pedagang menggunakan metode

Snowball. Jumlah sampel petani padi sawah ditentukan dengan menggunakan rumus

Slovin (Rianse, 2008) yaitu :

N 120

n = ------------- n = ----------------------- = 55 1 + N(e)2 1 + 120 (0,10)2 Keterangan :

n = Sampel, N = Populasi, e = Galat penduga (10%).

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer adalah

data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden dan informasi

(pedagang Desa dan Kecamatan) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).

Page 13: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[236]

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor dan instansi terkait dengan

penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara (1) wawancara, yaitu mengadakan

wawancara langsung dengan obyek penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi

yang diperlukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih

dahulu, (2) pencatatan yaitu mencatat data yang sudah tersedia di ini. kantor-kantor atau

instansi terkait dengan penelitian.

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identitas responden, yang meliputi : umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan

pengalaman dalam berusahatani padi sawah.

2. Karakteristik pemasaran gabah yang meliputi : lembaga pemasaran, harga penjualan

dan pembelian lembaga pemasaran, biaya penjualan dan pembelian lembaga

pemasaran, harga jual petani, harga eceran, dan perubahan harga ditingkat petani atau

konsumen.

Teknik Analisa Data

Berdasarkan tujuan penelitian maka dilakukan analisa sebagai berikut :

1. Untuk melihat saluran pemasaran dan peran masing-masing lembagapemasaran,

dianalisa secara deskriptif.

2. Margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kec.

Wawotobi dianalisa sebagai berikut :

a. Analisis margin pemasaran :

M = He - Hp (FaridaNurland, 1986)

Keterangan :

M = Margin pemasaran ( Rp/Kg )

He = Harga ditingkat pedagang (Rp/Kg)

Hp = Harga beli ditingkat petani (Rp/K

b. Keuntungan Pelaku Pemasaran dapat dihitung dengan rumus :

M = B + ππππ atau ππππ = M – B (FaridaNurland, 1986)

Keterangan :

ππππ = Besarnya keuntungan (Rp/Kg)

B = Biaya pemasaran (Rp/Kg)

M = Marjin pemasaran (Rp/Kg)

c. Analisis efisiensi dan efektifitas pemasaran

M

EP = 1- [[[[ -------- ]]]]X 100 % (FaridaNurland, 1986 ) HE

Page 14: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[237]

Keterangan :

EP = Persentase yang diterima petani dari harga yang dibayarkanoleh konsumen akhir.

M = Margin

HE = Harga ditingkat pedagang

- Jika EP < 50% maka pemasaran kakao tidak efisien

- Jika EP > 50% maka pemasaran kakao efisien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

1. Petani Padi Sawah

a. Umur Petani

Faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan fisik dalam bekerja dan berfikir

adalah umur seseorang, selain itu umur juga dapat mempengaruhi tingkat keterampilan

dalam mengelola usahataninya. Kemampuan yang lebih besar terdapat pada umur muda

karena pada umur tersebut biasanya yang lebih berani mengambil resiko, sehingga lebih

dinamis dibanding dengan umur tua yang cenderung bersikap berhati-hati dalam

mengambil keputusan.

Tabel 1. Keadaan umur petani padi sawah di Kelurahan Kasupute.

No Tingkat Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 2

22 – 54 (Produktif) > 54 (Tidak Produktif)

46 9

83,64 16,36

Jumlah 55 100 Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa petani padi sawah di wilayah penelitian

cukup memberikan harapan karena sebagian besar atau 83,64% petani responden berada

pada kisaran umur yang produktif yang diharapkan dapat lebih mampu melihat

perkembangan pasar dari komoditi padi sawah (gabah) yang diusahakan sehingga dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal.

b. Tingkat Pendidikan Petani

Faktor lain yang juga mendasari dalam menerapkan suatu teknologi adalah tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku petani dalam menyerap

informasi terutama yang berkaitan dengan usahataninya. Pendidikan yang tinggi dengan

umur yang relatif masih muda akan menyebabkan petani lebih dinamis, berfikir lebih baik

dan diharapkan dapat lebih mudah menerima dan menerapkan inovasi baru.

Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh petani responden

pernah mengalami jenjang pendidikan formal dengan persentase tertinggi ada pada

pendidikan SLTA yaitu 49,09 %. Tingkat pendidikan yang dimiliki petani diharapkan

mampu mengolah dan memanfaatkan informasi dan sumberdaya yang dimiliki dalam

Page 15: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[238]

meningkatkan usahataninya, dapat berpikir dengan baik sehingga berani mengambil

keputusan dalam menentukan kegiatan pemasaran yang lebih efisien terutama tentang

pemilihan saluran pemasaran yang menguntung sebab banyak ditemukan ditingkat petani

bahwa pemilihan saluran yang menguntung bukan menjadi prioritas petani tetapi

bagaimana produk cepat menghasilkan uang.

Tabel 2. Keadaan tingkat pendidikan petani padi sawah di Kelurahan Kasupute

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 2 3 4

SD SLTP SLTA S1

14 12 27 2

25,45 21,82 49,09 3,64

Jumlah 55 100

Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

c. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan sumber daya manusia yang dapat

dimanfaatkan sebagai tenaga kerja yang potencial. Selain itu dapat pula berperan sebagai

tenaga kerja yang potensial dan sebagai mitra diskusi untuk mempertimbangkan dan

menyikapi suatu teknologi baru. Petani sebagai kepala keluarga senantiasa berupaya untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya, karena itu semakin besar tanggungan keluarga akan

semakin kuat pula usahanya dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hal ini yang

senantiasa mendorong petani untuk meningkatkan produksi padi sawahnya semaksimal

mungkin. Menurut Soeharjo dan Patong (1984) bahwa yang termasuk tanggungan keluarga

kecil yaitu berkisar 1 – 4 orang sedangkan tanggungan kelurga > 5 orang termasuk keluarga

besar.

Tabel 3. Keadaan jumlah tanggungan keluarga petani padi sawah di Kelurahan Kasupute

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 2

1- 4 orang (Kecil) > 5orang (Besar)

37 18

67,27 32,73

Jumlah 55 100 Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki

tanggungan keluarga yang relatif kecil (1- 4 orang) yaitu sekitar 67,27 % yang

memungkinkan untuk senantiasa berusaha meningkatkan pendapatannya dan kegiatan

pemasaran dapat didukung oleh tenaga kerja keluarga yang dimilikinya.

d. Pengalaman Berusahatani Padi sawah

Pengalaman berusahatani memiliki peranan yang sangat penting bagi seseorang

petani dalam menerapkan teknologi baru. Pengalaman merupakan guru yang paling bijak

yang memiliki arti penting bagi petani, karena pengalaman, baik yang dialami sendiri,

Page 16: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[239]

dilihat dan didengar dari sesama petani, petugas maupun media massa dapat dijadikan

pedoman atau petunjuk untuk memiliki alternatif yang lebih baik dan mengelola usahatani.

Tabel 4. Keadaan pengalaman berusahatani petani padi sawah di Kelurahan Kasupute

No Lama berusahatani (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 2 3

< 5 (kurang pengalaman) 5-10 (cukup pengalaman) > 10 (sangat pengalaman)

1 40 14

1,82 72,73 25,45

Jumlah 55 100 Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 72,73 % petani memiliki

cukup pengalaman dalam berusahatani padi sawah sehingga dengan pengalaman tersebut

diharapkan dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan usahatani padi sawah dan

kegiatan pemasaran gabah yang lebih efisien dengan saluran pemasaran yang tepat.

2. Pedagang Pengumpul Desa

a. Umur

Umur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berdagang terutama

berkaitan dengan fisik dan fikir. Pada umumnya yang sehat dan beumur muda akan lebih

agresif dalam melaksanakan kegiatan perdagangan. Umur pedagang yang menjadi

responden dalam penelitian ini dapat dilihat Tabel 5.

Tabel 5. Keadaan umur pedagang pengumpul desa di Kelurahan Kasupute.

No Tingkat Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2

15 - 54 > 54

2 0

100 0

Jumlah 2 100

Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa pedagang yang menjadi

responden dalam penelitian ini memiliki umurproduktif dan ini merupakan modal yang

cukup mendukung dalam pengembangan usahanya.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku pedagang dalam menyerap

informasi terutama yang berkaitan dengan usahanya. Pendidikan yang tinggi dengan umur

yang relatif masih muda akan menyebabkan pedagang akan dinamis, berfikir lebih baik dan

diharapkan dapat lebih mudah menerima dan menerapkan inovasi baru.

Tabel.6 Keadaan pendidikan pedagang pengumpul desa di Kelurahan Kasupute.

No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3

SD SLTP SLTA

0 1 1

0 50 50

Jumlah 2 100

Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Page 17: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[240]

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang pengeumpul desa

cukup baik yaitu 50 persen mempunyai pendidikan SLTP dan 50 % mempunyai pendidikan

SLTA. Kondisi ini merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pedagang pengumpul desa

sehingga pendidikan yang cukup dapat berdampak pada peningkatan kegiatan pemasaran.

c. Jumlah Tanggungan keluarga

Tanggungan keluarga pedagang pengumpul desa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Keadaan jumlah tanggungan keluarga pedagang pengumpul desa di Kelurahan Kasupute

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 2

1- 4 orang (kecil) > 5orang (besar)

1 1

50 50

Jumlah 2 100 Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata responden pedagang memiliki

tanggungan keluarga kecil yaitu 50 % dan keluarga besar 50 %, kondisi ini dapat

memberikan motivasi untuk bekerja lebih giat dan berusaha memenuhi kebutuhan

keluarganya dengan mengembangkan usahanya kearah yang lebih maju.

d. Pengalaman Pemasaran padi sawah

Pengalaman pemasaranmerupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya.

Tabel 8. Keadaan pengalaman pemasaran pedagang pengumpul desa di Kelurahan Kasupute.

No Lama berusaha (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 2

> 5 (kurang) 5 – 10 (cukup)

1 1

50 50

Jumlah 10 100 Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pedagang yang menjadi

responden dalam penelitian ini memiliki pengalaman berusaha yang cukup yaitu 1 orang

(50 %) dan yang kurang pengalaman 1 orang (50 %). Hal ini menunjukkan bahwa

pedagang yang melakukan kegiatan pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute sudak cukup

berpengalam sehinga ini dapat menajdi modal sosial yang dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan usahanya agar lebih maju.

B. Analisis Pemasaran

1. Saluran Pemasaran

Pada penelitian pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi

Kabupaten Konawe didapatkan bahwa dalam melakukan pemasaran gabah hanya terdapat

satu saluran pemasaran. Saluran pemasaran tersebut secara lengkap dapat dilihat pada

bagan di bawah ini :

Page 18: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[241]

Gambar 1.Saluran pemasaran gabah dalam wilayah pembelian di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi tahun 2014

Saluran pemasaran gabah hanya satu saluran pemasaran dengan melibatkan satu

lembaga pemasaran yaitu PedagangPengumpul Desa. Petani tidak memasarkan gabah

secara langsung kepada konsumen (penggilingan padi), hal ini disebabkan besarnya biaya

yang harus dikeluarkan petani jika harus menjual langsung kepada konsumen (penggilingan

padi) karena lokasi penggilingan cukup jauh.

2. Marjin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran

Marjin adalah selisih antara harga penjualan dan harga pembelian yang terjadi

selama proses pemasaran. Margin dan keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran yang

menyalurkan biji padi (gabah) di Kelurahan Kasupute dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Marjin, Biaya, dan Keuntungan Pemasaran Gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe

No. Lembaga Pemasaran

Harga Beli (Rp Kg-1)

Harga Jual (Rp Kg-1)

Marjin (Rp Kg-1)

Biaya (Rp Kg-1)

Keuntungan (Rp Kg-1)

1 Pedagang Pengumpul Desa

3.000

3.276,07

276,07

222,51

53,56

Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan data Tabel 9 menunjukkan bahwa perbedaan harga antara harga jual

pedagang pengumpul desa pada tingkat konsumen dalam hal ini adalah Pemilik

Penggilingan Padi dengan harga beli yang dilakukan pedagang pengumpul desa pada

tingkat produsen dalam hal ini petani padi sawah cukup besar yaitu Rp 276,07 setiap kg

gabah. Berdasarkan penjelasan pedagang bahwa harga jual ketingkat konsumen ditentukan

berdasarkan besarnya biaya pemasaran dan keuntungan yang dinginkan oleh pedagang itu

sendiri, hal ini berbeda dengan penentuan harga ditingkat konsumen pada komoditas

lainnnya. Hal lain yang menarik dari kegiatan pemasaran gabah khususnya yang terjadi di

Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi adalah biaya pemasaran ditanggung bersama

antara pedagang pengumpul desa dengan konsumen (Pemilik Penggilingan Padi) yaitu

untuk biaya pemasaran tenaga kerja ditanggung oleh pedagang pengumpul desa sedang

biaya lainnya seperti angkutan, pengemasan, penyimpanan, bongkar muat, dan retribusi

ditanggung oleh konsumen (pemilik penggilingan padi).

PETANI

PEDAGANGPE

NGUMPULDES

KONSUMEN

(PENGGILINGAN

Page 19: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[242]

3. Efisiensi Pemasaran Gabah

Efisiensi pemasaran dapat diukur dengan menghitung bagian harga yang diterima

petani responden dengan ketentuan bahwa jika bagian harga yang diterima petani

responden lebih dari 50 % dikatakan pemasaran efisien.Adapun efisiensi pemasaran gabah

di Kelurahan Kasupute dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10.Efisiensi pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute No Harga yang diterima

Produsen (Rp Kg-1) Margin Pemasaran (Rp Kg-1)

Harga yang dibayarkan Pedagang (Rp Kg-1)

Bagian harga yang diterima Petani (Efisiensi Pemasaran) (%)

1 3.000 276,07 3.276,07 92

Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Dari tabel 10 memperlihatkan bahwa efisiensi yang diperoleh oleh lembaga

pemasaran pedagang pengumpul desa sebesar 92 %. Angka 92 % ini besarnya persentase

bagian harga yang diterima petani dan rendahnya biaya pemasaran yang terjadi pada

lembaga pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi Kabupaten

Konawe.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute

Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemasaran gabah terdapat satu jenis saluran pemasaran yaitu Produsen (Petani Padi) ke

Pedagang Pengumpul Desa ke Konsumen (Penggilingan Padi), memiliki biaya

pemasaran sebesar Rp 222,51/ Kg.

2. Keuntungan pemasaran gabah sebesar Rp 53,56/ Kg, dan memiliki marjin pemasaran

sebesar Rp 276,07/ Kg.

3. Efisiensi pemasaran gabah mencapai 92 %. Artinya besarnya persentase bagian harga

yang diterima petani dan rendahnya biaya pemasaran yang terjadi pada lembaga

pemasaran gabah di Kelurahan Kasupute Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe.

Saran

Pada kegiatan pemasaran gabah, petani hanya dapat menerima harga yang ditawarkan oleh

para pedagang dengan harga yang berbeda-beda.Untuk mendapatkan harga yang lebih

tinggi seharusnya petani lebih aktif dalam mencari informasi harga di pasar.

Page 20: PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL UNTUK

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu ISBN 978-602-60782-0-9

[243]

DAFTAR PUSTAKA

Agustono. 1998. Marjin Pemasaran. FP UNS. Surakarta

Ahmad, T. 1999. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Marketed Supply Gabah di Kabupaten Magelang dan Kabupaten

Klaten (Skripsi). Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

BPS Kab Konawe. 2013. Konawe Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe, Unaaha

Kotler, P 2003. Dasar-Dasar Pemasaran (Jilid 1).Prenhalindo.Jakarta. Nurland, F. 1986. Pemasaran Produk Pertanian. LEPHAS Unhas, Ujung Pandang. Pujantoro, L. F. 2005. Desain Modifikasi Tempat Penyimpanan Gabah secara Curahdi

Bekasi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Rahman, 2008.Analisis Saluran dan Margin Pemasaran Padi sawah di Desa Timbuseng

Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa. STTP Gowa.Jurnal Agrisistem, Desember 2008, Vol. 4 No. 2 ISSN 1858-4330

Rianse, Usman, 2008. Agroforestri, Sousi Sosial dan ekonomi Pengelolaan Sumber daya

Hutan, Penerbit Alfabeta, Bandung. Saefuddin, A.M., 1983. Tataniaga Hasil Pertanian. Universitas Indonesia Press, Jakarta. \ Soeharjo dan Dahlan Patong. 1984. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Lephas.Unhas.

Ujung Pandang. Swastha, B. 2007.Saluran Pemasaran, Konsep dan Strategi Analisa Kuantitatif. Jurusan

Agribisnis, Faperta Unhas, Makassar