kajian kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber ... · dalam pengelolaan sumber daya alam...

52
Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau Untuk Menunjang Pelestarian Taman Nasional Sebangau Abdul Hadjranul Fatah Abdul Mun’im Arifin PALANGKA RAYA 2014

Upload: vandung

Post on 16-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

Kajian Kearifan Lokal Masyarakat

Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau

Wilayah Kabupaten Pulang Pisau Untuk Menunjang Pelestarian Taman Nasional Sebangau

Abdul Hadjranul Fatah

Abdul Mun’im

Arifin

PALANGKA RAYA 2014

Page 2: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

KATA PENGANTAR

Kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang telah tumbuh dan

berkembang di masyarakat secara turun temurun pada masyarakat yang

mendiami suatu kawasan. Hal serupa juga terdapat pada masyarakat Dayak

yang mendiami daerah aliran sungai Sabangau. Dua pemukiman penting di

daerah aliran sungai Sabangau adalah kawasan Bantanan dan Kereng

Bangkirai. Masyarakat yang mendiami kawasan Bantanan merupakan

pengguna utama anak sungai Sabangau di dalam kawasan Taman Nasional

Sebangau yang masuk wilayah Kabupaten Pulang Pisau mulai sungai

Rasau, sungai Bangah, Sungai Paduran alam hingga sungai Sampang.

Masyarakat Kereng Bangkirai adalah pengguna anak sungai Sabangau

dalam wilayah Kabupaten Pulang Pisau, yakni sungai Rasau dan sungai

Bangah. Sedangkan masyarakat pengguna sungai Sebangau Kecil dan

sungai Kaki berdomisili di wilayah kecamatan Katingan Kuala Kabupaten

Katingan.

Hingga sekarang masyarakat yang berdomisili di kawasan tersebut

masih komitmen menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan

sumber daya alam. Penerapan nilai-nilai kearifan lokal telah terbukti dapat

melestarikan sumber daya alam pada kedua sungai tersebut secara turun

temurun. Hal ini dapat menjadi modal utama dalam upaya melestarikan

sumber daya alam di wilayah kedua sungai tersebut yang sekarang telah

ditetapkan sebagai kawasan konservasi dalam Taman Nasional Sebangau.

Modal dasar ini dapat bersinergi dengan konsep pengelolaan kolaborasi

dalam Taman Nasional yang merupakan terobosan baru Departemen

Kehutanan. Pengelolaan kolaboratif diharapkan dapat menunjang

terselenggaranya asas lestari dan asas manfaat dalam pola hubungan

antara Taman Nasional Sebangau dengan masyarakat yang tinggal di

sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau.

Page 3: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

Laporan hasil studi ini memuat hasil kajian yang difokuskan pada

nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam di

wilayah sungai Rasau, sungai Bangah, sungai Paduran alam, sungai

Sampang, sungai Sebangau Kecil dan sungai Kaki.

Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi modal awal dalam

merumuskan dan mengembangkan kearifan lokal yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menunjang

pelestarian Taman Nasional Sebangau. Semoga kajian ini memberikan

manfaat bagi berbagai pihak yang peduli dengan pelestarian Taman

Nasional Sebangau yang berbasis asas lestari dan asas manfaat.

Tim peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada Program Manager Yayasan WWF Indonesia

Kalimantan Tengah, Ibu Rosenda Chandra Kasih, yang telah membiayai

penelitian ini. Ucapan terima kasih secara khusus juga disampaikan kepada

seluruh staf Yayasan WWF Indonesia Kalimantan Tengah, terutama Bapak

Didiek Surjanto, Dadang Riansyah, dan Suwanto yang telah meluangkan

waktu dan memberikan arahan bagi Tim Peneliti untuk suksesnya

penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Badan

Pengelola Taman Nasional Sebangau yang memfasilitasi sehingga kegiatan

penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.

Secara khusus tim peneliti menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada seluruh responden yang telah bersedia menjadi nara

sumber dalam penelitian ini, yakni Damang Adat Kecamatan Sebangau

Bapak Basel A. Bangkan, Damang Adat Kecamatan Sebangau Kuala

Bapak Ijen I Piter, Ketua Formas Sebangau, Bapak Sabran Usin, S.H,

Ketua Formas Sebangau Kuala Bapak Idarwan, para tetua sungai dan

segenap responden yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Palangka Raya, Februari 2014

Page 4: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................. 1

B. Tujuan........................................................................................................................... 5

C. Output Penelitian.......................................................................................................... 6

BAB II PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................................ 9

B. Responden.................................................................................................................... 9

C. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................... 12

BAB III PROFIL SUNGAI

A. Sungai Rasau................................................................................................................ 15

1. Sejarah Nama & Pengelolaan Sungai Rasau........................................................... 15

2. Potensi Sumber Daya Alam (SDA).......................................................................... 15

a. Potensi SDA Kehutanan........................................................................ ........... 15

b. Potensi Sumber Daya Perikanan........................................................................ 16

B. Sungai Bangah......................................................................................................... 17

1. Sejarah Nama dan Pengelolaan Sungai Bangah................................................ 17

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 18

a. Potensi Sumber Daya Kehutanan............................................................... 18

b. Potensi Sumber Daya Perikanan............................................................... 18

C. Sungai Panduran Alam................................................................................................ 19

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai Panduran Alam....................................... 19

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 20

a. Potensi Sumber Daya Kehutanan............................................................... 20

b. Potensi Sumber Daya Perikanan............................................... ........... 21

c. Sumber Daya Perikanan............................................................................. 21

D. Sungai Sampang.......................................................................................................... 23

1. Sejarah Pengelolaan & Nama Sungai Sampang................................................... 23

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 24

a. Potensi Sumber Daya Kehutanan............................................................... 24

b. Potensi Sumber Daya Perikanan................................................................ 25

E. Sungai Kaki........................................................................................................ 26

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai Kaki......................................................... 26

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 26

a. Potensi Sumber Daya Kehutanan............................................................... 26

b. Potensi Sumber Daya Perikanan............................................................... 27

F. Sungai Sebangau Kecil............................................................................................... 28

1. Sejarah Pengelolaan dan Nama Sungai Kecil........................................................ 28

Page 5: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

2. Potensi Sumber Daya Alam................................................................................... 29

a. Potensi Sumber Daya Kehutanan............................................................... 29

b. Potensi Sumber Daya Perikanan................................................................ 29

BAB IV KEARIFAN LOKAL

A. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA)..................................... 30

1. Adat mengelola Sungai................................................................................ 30

2. Adat Mengelola Tatah..................................................................................... 30

3. Adat mengelola Hutan.................................................................................... 32

4. Adat mengelola Hasil Hutan Bukan Kayu................................................ ........... 32

1). Adat Mengelola Pantung............................................................... 32

2). Adat Mengelola Gemor................................................................. 34

3). Adat Mengelola Damar................................................................. 34

4). Adat Mengelola Rotan.................................................................. 35

5. Adat mengelola Buah-buahan Hutan........................................................ ........... 36

6. Adat mengelola Tumbuhan Obat-obatan.................................................. ........... 36

7. Adat mengelola Binatang Buruan................................................................... 37

8. Adat mengelola Perikanan......................................................................... .......... 37

B. Keterlaksanaan kearifanlokal dalam pengelolaan SDA............................................ 38

a. Pengelolaan Sungai.............................................................................. ........... 38

b. Pengelolaan Tatah dan Danau............................................................. .......... 39

c. Pengelolaan Hutan.................................................................................... ........... 40

d. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu............................................................ 40

e. Potensi Sumber Daya Perikanan............................................................................ 40

C.. Faktor Pendukung Implementasi Kearifan Lokal.................................................... 41

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................................................... 42

B. REKOMENDASI......................................................................................................... 43

LAMPIRAN............................................................................................................ ........... 45

Page 6: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan era pemanfaatannya, kawasan hutan Sebangau yang terletak

diantara dua sungai besar yakni sungai Sebangau dan sungai Katingan dengan

status sebagai hutan produksi dan hutan produksi terbatas telah mengalami 3 fase,

yakni: (1) fase pra legal logging dan illegal logging, (2) fase legal logging dan

illegal logging, dan (3) fase penetapan sebagai taman nasional. Pada fase pertama,

kearifan lokal dipegang teguh dan ditegakkan dalam kehidupan masyarakat.

Masyarakat menerapkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam di

dalam kawasan hutan berdasarkan azas lestari dan manfaat. Azas lestari berarti

kawasan hutan dijaga kelestariannya agar memberi manfaat secara turun temurun

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan azas manfaat menjadi motif

dan landasan utama pentingnya pelestarian kawasan hutan. Bila kawasan hutan

tidak lestari maka masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari kawasan hutan

sehingga kehidupan mereka terancam. Atas dasar ini maka komunitas masyarakat

secara bersama-sama menjaga kelestarian hutan dengan menerapkan norma yang

disepakati bersama.

Pada fase kedua, pemerintah memberikan hak pengelolaan hutan kepada

sejumlah perusahaan untuk mengeksploitasi hutan. Kayu ditebang untuk

memenuhi kebutuhan pembangunan bahkan diekspor untuk mendapatkan

keuntungan secara ekonomi. Perilaku perusahaan mengekploitasi hutan tersebut

sepenuhnya melanggar kearifan lokal yang telah diwariskan turun temurun.

Namun masyarakat tidak kuasa menghentikan apalagi menghukum pelanggaran

tersebut karena perilaku menyimpang tersebut mendapat legalitas dari negara.

Keuntungan ekonomi yang diperoleh dari eksploitasi hutan relatif besar sehingga

masyarakat mitra perusahaan dalam mengeksploitasi hutan tampil sebagai lapisan

masyarakat kaya baru di masyarakat. Status sosial masyarakat kaya baru tersebut

menjadi sumber inspirasi untuk meningkatkan kemapanan secara ekonomi dan

Page 7: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

2

mendapatkan status sosial di masyarakat. Hal ini menimbulkan dampak lanjutan,

yakni pelaku eksploitasi hutan meluas tidak hanya perusahaan yang diberikan

kewenangan oleh negara, tetapi juga dilakukan masyarakat tanpa adanya

kewenangan dari negara. Cara-cara eksploitasi hutan yang diterapkan oleh

pemegang kuasa pengelolaan hutan kemudian ditiru masyarakat sehingga

terjadilah kegiatan eksploitasi hutan yang dikategorikan ilegal logging. Akibat

eksploitasi hutan, masyarakat lokal yang selama ini memelihara kawasan hutan

menjadi kehilangan mata pencaharian. Akibatnya mereka tidak sabar hanya

dengan menjadi penonton sehingga akhirnya terlibat secara bersama-sama.

Akhirnya terjadilah kegiatan eksploitasi hutan secara legallogging dan

illegallogging. Eksploitasi hutan yang tidak bijaksana tersebut telah menimbulkan

kerusakan hutan dimana-mana sehingga menimbulkan kekhawatiran banyak

pihak.

Fase ketiga adalah fase penetapan sebagai taman nasional. Penetapan

ini didasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. SK.423/Menhut-

II/2004 tertanggal 19 Oktober 2004 yang menetapkan Kawasan Taman Nasional

Sebangau sebagai Taman Nasional ke 50 di tanah air. Secara geografis Taman

Nasional Sebangau terletak pada 1°54’ – 3°08’ LS dan 113°20’ – 114°03’ BT dan

secara ekologis termasuk dalam DAS Katingan dan DAS Sebangau. Secara

administratif kawasan Taman Nasional Sebangau terletak di 3 (tiga) wilayah

Kabupaten/Kota, yaitu Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten

Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.

Penetapan tersebut merupakan bentuk kesadaran kolektif tentang

pentingnya mengembalikan fungsi hutan di dalam kawasan taman nasional.

Kesadaran tersebut mendorong lahirnya upaya untuk melestarikan dan

merehabilitasi kawasan hutan. Sejumlah kajian telah dilakukan berbagai pihak

sejak penetapan kawasan hutan sebagai taman nasional. Ada kajian tentang

potensi keanekaragaman hayati. Kajian ini menyentak nurani dan membangkitkan

rasa ta’jub akan kekayaan keanekaragaman hayati yang tersimpan dalam kawasan

Taman Nasional Sebangau. Olehkarena itu perlu adanya kebanggaan bersama

tentang kekayaan tersebut, dan kebanggaan itu akan abadi jika kawasan Taman

Page 8: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

3

Nasional Sebangau terjaga kelestariannya. Ada pula kajian dari aspek sosial

ekonomi untuk mengetahui sejauhmana upaya-upaya yang dilakukan dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat sekitar dan meningkatkan taraf kesejahteraan

mereka. Diantara kesimpulan penting hasil kajian tersebut adalah kondisi hutan di

dalam kawasan taman nasional telah meningkat dan lebih baik dibandingkan pada

era eksploitasi hutan secara legal logging maupun ilegal logging. Kondisi ini

harus terus ditingkatkan agar kawasan Taman Nasional Sebangau dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya umat

manusia yang mendiami bumi ini.

Meskipun kawasan hutan Sebangau telah ditetapkan sebagai taman

nasional, faktor ancaman kelestariannya bukan berarti tidak ada lagi. Tingkat

ancaman tersebut sangat dipengaruhi oleh kesadaran berbagai pihak yang secara

langsung ataupun tidak langsung berhubungan dengan kawasan Taman Nasional

Sebangau. Dalam rangka meningkatkan kesadaran tersebut, ada sejumlah faktor

utama yang harus diperhatikan. Pertama, faktor keterlibatan masyarakat sekitar

kawasan dalam pengelolaan dan pelestarian hutan. Pepatah mengatakan bahwa

tetangga adalah pagar. Kalau hubungan dengan tetangga baik maka kita akan

merasa aman dari ancaman pihak luar. Dari tetangga yang baik kita akan

mendapatkan banyak manfaat. Tetangga selalu ada dimanapun juga kita berada.

Keberadaannya tidak mungkin diabaikan apalagi ditiadakan sehingga tidak

mungkin hidup tanpa tetangga. Masyarakat sekitar kawasan adalah tetangga bagi

Taman Nasional Sebangau. Mereka telah memanfaatkan kawasan hutan secara

turun temurun. Merekapun menyadari bahwa kawasan hutan bukanlah hak milik

mereka. Mereka hanya mempunyai hak mengelola yang diakui oleh hukum adat.

Eksistensi hukum adat tersebut juga diakui dalam hukum positif yang berlaku di

negeri ini. Dalam konteks ini diperlukan rambu-rambu yang perlu disepakati

bersama dalam rangka melibatkan masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian

hutan di dalam kawasan taman nasional.

Faktor kedua, pelestarian kawasan Taman Nasional Sebangau dan

peningkatan kapasitasnya untuk memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

Kebaikan tetangga sangat ditentukan oleh manfaat apa yang mereka dapatkan

Page 9: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

4

dari keberadaan kita. Masyarakat yang selama ini memanfaatkan kawasan hutan

di dalam kawasan taman nasional sebagai sumber mata pencaharian merasa

penetapan tersebut merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup mereka. Oleh

karena itu harus ada upaya untuk meyakinkan masyarakat dan pemerintah

kabupaten/kota bahwa penetapan Taman Nasional Sebangau akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar dan memberi kontribusi pada kegiatan

pembangunan di tingkat kabupaten/kota. Pada faktor ini, berbagai upaya dalam

rangka pelestarian hutan dan peningkatan kapasitas kawasan Taman Nasional

Sebangau perlu dirumuskan dan dituangkan dalam rencana jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang. Rencana tersebut selanjutnya disosialisasikan

kepada masyarakat sekitar dan pemerintah kabupaten/kota khususnya pada lokasi

kawasan taman nasional. Sosialisasi tersebut diharapkan melahirkan kemitraan

dan kepastian hukum tentang pelaksanaan program, sumber pembiayaan program

maupun mekanisme pemantauannya.

Faktor ketiga adalah penegakan hukum jika terjadi pelanggaran. Pada

faktor ini perlu diidentifikasi sumber dan pelaku pelanggaran, jaringan yang

terkait sumber dan pelaku, lokasi dan waktu yang berpotensi terjadinya

pelanggaran, langkah pembinaan dan penindakan, pembinaan staf agar konsisten

dengan tugas dan wewenangnya, serta dukungan finansial dalam mendukung

tugas penegakan hukum.

Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada upaya mengeksplorasi

nilai, norma, dan kaidah yang berpotensi untuk digunakan dalam rangka

mendukung faktor pertama, yakni pelibatan masyarakat sekitar dalam pengelolaan

dan pelestarian hutan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau. Obyek yang

dieksplorasi adalah kearifan lokal masyarakat dalam mengelola sumber daya

alam. Pada wilayah administrasi kabupaten Pulang Pisau, kajian dilakukan di

sungai Rasau, sungai Bangah, sungai Paduran Alam, dan sungai Sampang.

Keempat sungai ini masuk dalam wilayah kecamatan Sebangau Kuala kabupaten

Pulang Pisau.

Page 10: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

5

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan profil anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai Bangah,

Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai Sebangau

Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk wilayah

administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

2. Mendeskripsikan sejarah kearifan lokal masyarakat dalam mengelola sumber

daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai

Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai

Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk

wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

3. Mendeskripsikan kearifan lokal masyarakat dalam mengelola sumber daya

alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai Bangah,

Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai Sebangau

Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk wilayah

administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

4. Mendeskripsikan pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal

yang berlaku dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak sungai

Sebangau (sungai Rasau, sungai Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai

Sampang, sungai Kaki dan sungai Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman

Nasional Sebangau yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Pulang

Pisau.

5. Mendeskripsikan respon masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang

berlaku dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak sungai

Sebangau (sungai Rasau, sungai Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai

Sampang, sungai Kaki dan sungai Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman

Nasional Sebangau yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Pulang

Pisau.

6. Mendeskripsikan kesiapan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam di

daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai Bangah, Sungai

Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai Sebangau Kecil) di

Page 11: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

6

dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk wilayah administrasi

Kabupaten Pulang Pisau.

7. Mendeskripsikan penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam mengelola sumber

daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai

Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai

Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk

wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

8. Mendeskripsikan faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam

penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam di

daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai Bangah, Sungai

Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai Sebangau Kecil) di

dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk wilayah administrasi

Kabupaten Pulang Pisau.

C. Output penelitian

Output penelitian ini adalah:

1. Deskripsi kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam

yang dianut masyarakat di daerah aliran anak sungai Sebangau

Mendeskripsikan sejarah kearifan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber

daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai

Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai

Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk

wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

2. Deskripsi sejarah kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber daya

alam yang dianut masyarakat di daerah aliran anak sungai Sebangau

Mendeskripsikan sejarah kearifan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber

daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau, sungai

Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan sungai

Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang masuk

wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

Page 12: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

7

3. Deskripsi pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang

berlaku dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak sungai

Sebangau Mendeskripsikan sejarah kearifan masyarakat lokal dalam

pengelolaan sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai

Rasau, sungai Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki

dan sungai Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau

yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

4. Deskripsi respon masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku

dalam mengelola sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau

Mendeskripsikan sejarah kearifan masyarakat lokal dalam pengelolaan

sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau,

sungai Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan

sungai Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang

masuk wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

5. Deskripsi kesiapan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam di daerah

aliran anak sungai Sebangau Mendeskripsikan sejarah kearifan masyarakat

lokal dalam pengelolaan sumber daya alam di daerah aliran anak sungai

Sebangau (sungai Rasau, sungai Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai

Sampang, sungai Kaki dan sungai Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman

Nasional Sebangau yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Pulang

Pisau berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal.

6. Deskripsi keterlaksanaan nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku dalam

mengelola sumber daya alamdidaerah aliran anak sungai Sebangau

Mendeskripsikan sejarah kearifan masyarakat lokal dalam pengelolaan

sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau (sungai Rasau,

sungai Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan

sungai Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang

masuk wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

Page 13: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

8

7. Deskripsi faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dalam penerapan

nilai-nilai kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alamdidaerah aliran

anak sungai Sebangau Mendeskripsikan sejarah kearifan masyarakat lokal

dalam pengelolaan sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau

(sungai Rasau, sungai Bangah, Sungai Paduran Alam, sungai Sampang,

sungai Kaki dan sungai Sebangau Kecil) di dalam kawasan Taman Nasional

Sebangau yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau.

Page 14: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

9

BAB II

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi penelitian ini adalah 6 (enam) anak sungai Sebangau yang masuk

dalam wilayah kawasan Taman Nasional Sebangau, yakni sungai Rasau, sungai

Bangah, sungai Paduran Alam, sungai Sampang, sungai Kaki dan Sungai

Sebangau Kecil. Secara administrasi sungai-sungai tersebut masuk dalam wilayah

Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Penelitian dilaksanakan

dari bulan Oktober 2013 sampai dengan-Desember 2013.

B. Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 35 (tiga puluh lima) orang

terdiri atas dua kategori, yakni 11 (sebelas) responden kategori pertama dan 24

(dua puluh empat) responden kategori kedua. Kategori pertama adalah responden

yang menjadi nara sumber tentang kearifan lokal. Responden kategori ini terdiri

dari tetua sungai, Damang Adat, dan tokoh masyarakat. Adapun karakteristik

responden kategori pertama adalah:

Tabel 2.1 Karakteristik Responden S. Rasau & S. Bangah Kategori Pertama

Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

K1R1 62 thn Damang Adat Dayak 62 thn SMA

K1R2 48 thn Ketua Formas Dayak 48 tahun Sarjana

K1R3 56 thn Tetua S. Rasau Dayak 56 tahun SR

K1R4 51 thn Tetua S. Bangah Dayak 51 tahun SR

Tabel 2.2 Karakteristik Responden S. Kaki & S. Sebagau Kecil Kategori Pertama

Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

K1R5 43 thn Sekdes Sei

Kaki

Dayak 35 tahun SMP

K1R6 51 thn Kades

Sebangau Jaya

Dayak 51 tahun SMA

Page 15: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

10

Tabel 2.3 Karakteristik Responden S. Paduran Alam & S. Sampang Kategori

Pertama

Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

K1R7 66 thn Damang Adat Dayak 66 tahun SMA

K1R8 41 thn Ketua Formas Dayak 17 tahun SMA

K1R9 51 thn Tetua Sungai

Paduran Alam

Dayak 20 tahun SMP

K1R10 58 thn Dayak 25 tahun SMP

K1R11 31 thn Ketua RT 05

Sudimampir

S. Sampang

Banjar 19 tahun SMP

Responden kategori kedua adalah masyarakat yang memanfaatkan sumber

daya alam di kawasan sungai Rasau, sungai Bangah, Sungai Paduran Alam dan

sungai Sampang. Mereka mendapatkan manfaat dari keberadaan sungai Rasau,

sungai Bangah, Sungai Paduran Alam dan sungai Sampang. Sumber daya alam

yang dimanfaatkan dapat berupa sumber daya alam yang ada di dalam sungai,

seperti ikan dan sejenisnya maupun sumber daya alam yang ada di daratan dalam

kawasan hutan. Responden kategori ini berjumlah 16 orang. Adapun karakteristik

responden kategori kedua adalah sebagai berikut.

Tabel 2.4 Karakteristik Responden Sungai Rasau kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama

Domisili

Pendidikan

1. K2R1 32 tahun Nelayan Dayak 32 tahun SMP

2. K2R2 35 tahun Nelayan Dayak 35 tahun SMP

3. K2R3 37 tahun Nelayan Dayak 37 tahun SMP

Tabel 2.5 Karakteristik Responden Sungai Bangah kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama

Domisili

Pendidikan

1. K2R4 40 thn Nelayan Dayak 40 tahun SMP

2. K2R5 38 thn Nelayan Dayak 38 tahun SMA

3. K2R6 21 thn Nelayan Dayak 21 tahun SMP

4. K2R7 40 thn Nelayan Dayak 40 tahun SD

Page 16: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

11

Tabel 2.6 Karakteristik Responden S. Paduran Alam kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama

Domisili

Pendidikan

1. K2R8 63 thn Nelayan Dayak 51 tahun SR

2. K2R9 42 thn Nelayan Banjar 22 tahun SMP

3. K2R10 62 thn Nelayan Dayak 40 tahun SR

4. K2R11 59 thn Nelayan Dayak 46 tahun SR

5. K2R12 37 thn Pencari

Burung

Banjar 20 tahun SMP

Tabel 2.7 Karakteristik Responden Sungai Sampang kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

1. K2R13 72 thn Nelayan Banjar 42 tahun SR

2. K2R14 39 thn Nelayan Banjar 19 tahun SMP

3. K2R15 23 thn Nelayan Jawa 15 tahun SMP

4. K2R16 35 thn Nelayan Jawa 21 tahun SMP

Tabel 2.8 Karakteristik Responden Sungai Kaki kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

1. K2R17 30 thn Nelayan Banjar 30 tahun SMP

2. K2R18 36 thn Nelayan Banjar 19 tahun SMP

3. K2R19 35 thn Nelayan Banjar 15 tahun SMP

4. K2R20 32 thn Nelayan Jawa 12 tahun SMP

Tabel 2.9 Karakteristik Responden Sungai Sebangau Kecil kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

1. K2R21 41 thn Nelayan Banjar 41 tahun SD

2. K2R22 49 thn Nelayan Banjar 49 tahun SR

3. K2R23 23 thn Nelayan Jawa 23 tahun SMP

4. K2R24 35 thn Nelayan Jawa 17 tahun SMP

Page 17: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

12

C. Teknik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari kearifan lokal

pengelolaan sumber daya alam, pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat

tentang kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Adapun teknik

pengumpulan data disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.8 Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data

No Jenis data Sumber data Teknik pengumpulan

1. Nilai kearifan lokal Damang Adat

Tetua sungai

Tokoh masyarakat

Wawancara

2. Pengetahuan kearifan

lokal

Pengguna sungai Wawancara dan angket

3. Respon terhadap

kearifan lokal

Pengguna sungai Wawancara dan angket

4. Kesiapan melaksanakan Pengguna sungai Wawancara dan angket

Page 18: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

13

BAB III

PROFIL SUNGAI

Salah satu sungai yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Sebangau

adalah daerah aliran sungai (DAS) Sebangau. Secara administrasi sebagian DAS

Sebangau masuk dalam wilayah kota Palangka Raya dan kabupaten Pulang Pisau.

Nama Sebangau awal mulanya dari sebutan “sei bangau” karena dahulu

disepanjang aliran sungai ini banyak dihuni burung Bangau. Kemudian sebutan

sei bangau berubah menjadi sabangau disebabkan masyarakat pendatang yang

bekerja di sungai Sebangau berasal dari suku Banjar khususnya dari Nagara yang

agak sulit mengucapkan kata “sei”. Jika orang Nagara diminta mengucapkan kata

“sei bangau” selalu yang terucap “sebangau” atau kadang-kadang terucap

“sabangau”. Dahulu ukuran burung bangau yang ada di kawasan sungai ini

bervariasi, ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil. Burung

Bangau yang berukuran besar dinamai Sabaru. Nama ini selanjutnya diabadikan

menjadi nama salah satu kawasan yang sekarang dikenal sebagai wilayah

kelurahan Sabaru kecamatan Sebangau kota Palangka Raya. (Nara sumber : K1R2

dan K1R9).

Sungai Sebangau membujur dari Kota Palangka Raya, melintasi

Kabupaten Pulang Pisau, dan bermuara di Laut Jawa (Teluk Sebangau). Sungai

Sebangau terletak di wilayah administrasi Kecamatan Sebangau Kota Palangka

Raya dan Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Bila menyusuri

aliran sungai Sebangau dari Kereng Bengkirai menuju muara di laut Jawa (muara

sebangau) diperlukan waktu selama ± 12 jam perjalanan menggunakan

alkon/klotok sejenis perahu motor berukuran kecil. Sungai Sebangau memiliki

banyak anak sungai. Diantara anak sungai Sebangau adalah sungai Rasau, sungai

Ules, sungai Rasau, sungai Timba, sungai Karanen, sungai Piring, sungai

Mangkok, sungai Selowati, sungai Pakuyah, sungai Uyah, sungai Bandera, sungai

Bangah, sungai Paduran Alam dan sungai Sampang. Secara administratif, mulai

dari sungai Rasau sampai dengan sungai Sampang masuk dalam wilayah

administrasi kabupaten Pulang Pisau.

Page 19: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

14

Berkaitan dengan sungai, secara umum ada beberapa istilah yang sering

digunakan masyarakat nelayan. Istilah tersebut mencerminkan bagian-bagian

sungai, (nara sumber : K1R2, K1R7, K1R8 dan K1R9), misalnya:

Bagian Pinggir sungai disebut Saran Batang Danum yakni pinggiran kiri

atau kanan sungai yang banyak ditumbuhi pepohonan, biasa juga disebut

ayap atau sempadan.

Bagian Tengah sungai disebut Bentuk Batang Danum

Bagian Dasar Sungai disebut Palempang

Bagian Sungai Yang Terdalam disebut Labeho (Labehu), beberapa

nelayan mengatakan bahwa labehu adalah bagian yang penting dari sungai

karena merupakan tempat perlindungan/bertahan dan penyelamatan ikan

jenis tertentu pada saat datangnya musim kemarau.

Teluk (Luwuk) yaitu bagian sungai yang menjorok ke arah daratan

Tanjung (Bereng) yaitu bagian daratan yang menjorok ke arah sungai.

Anak Sungai Utama (Sungei), misalnya sungai Rasau, Paduran Alam,

rasau, bangah, paduran alam atau sungai Sampang.

Cucu Sungai Utama disebut Saka yaitu Sungai yang lebih kecil yang

terbentuk secara alami

Tatah yaitu sungai buatan atau kanal yang dibuat untuk menghubungkan

suatu tempat dengan tempat lainnya. Tatah biasanya dibuat untuk jalur

tranportasi /angkutan hasil bumi dari suatu tempat ke tempat lain

Parit adalah tatah dalam ukuran kecil.

Ruak adalah cekungan tanah yang terbentuk secara alami sehingga

membentuk kolam atau sumur kecil, pada musim kemarau menjadi tempat

ikan berkumpul.

Talaga yaitu danau di tengah hutan atau di bantaran sungai yang terbentuk

secara alami, pada musim kemarau menjadi tempat ikan berkumpul.

Page 20: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

15

A. Sungai Rasau

1. Sejarah Nama & Pengelolaan Sungai Rasau

Sungai Rasau merupakan salah satu anak sungai Sebangau yang masuk

dalam kawasan Taman Nasional Sebangau. Penamaan rasau sebagai nama sungai

dikarenakan pohon Rasau mendominasi (banyak tumbuh) di sepanjang aliran

sampai muara sungai. Sungai Rasau memiliki panjang ± 18 Km dan lebar antara ±

3,5 – 4,5 meter. Sungai ini dikelola secara turun-temurun sejak Kakek pak Cakun

memanfaatkan sungai tersebut. Pak Cakun, pengelola sungai Rasau saat ini

menerima hak pengelolaan sungai dari ayahnya. Sungai ini juga dimanfaatkan

oleh masyarakat sekitar khususnya yang berdomisili di kelurahan Kereng

Bangkirai Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya sebagai sumber mata

pencaharian. Dahulu masyarakat memungut/mengambil kulit gemor, menyadap

getah pantung (jelutung) dan mencari ikan. Pada masa maraknya “illegal

logging”, pak Cakun membuat beberapa tatah yang digunakan untuk

mengeluarkan kayu, dan hasil hutan bukan kayu lainnya seperti getah pantung

(jelutung), dammar dan kulit gemor.

2. Potensi Sumber Daya Alam

a) Potensi SDA Kehutanan

Potensi sumber daya kehutanan terdiri atas hasil hutan berupa kayu dan

hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan berupa kayu merupakan pohon-pohon kecil

sisa illegal logging. Jenis kayu hasil hutan sekitar sungai Rasau antara lain

Keruing, Kapurnaga, Terantang, Meranti, Ramin, dan Kayu Rasak.

Dahulu sumber ekonomi masyarakat yang menjadi andalan adalah mencari

rotan, mengumpulkan getah pantung, getah nyatu, mencari dammar dan

mengumpulkan kulit gemor. Hasil hutan bukan kayu tersebut biasanya dijual pada

pengumpul. Umumnya pengumpul getah pantung (jelutung) sekaligus juga

pengumpul rotan, getah nyatu, dammar dan kulit gemor. Saat penelitian ini

dilakukan hasil hutan bukan kayu, misalnya getah pantung (jelutung), rotan,

damar dan kulit gemor relatif tidak terkelola.

Page 21: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

16

b) Potensi Sumber Daya Perikanan

Sungai Rasau banyak menyimpan potensi sumber daya alam baik sumber

daya kehutanan maupun sumber daya perikanan. Saat ini sumber daya alam yang

dimanfaatkan di sungai Rasau adalah sumber daya perikanan. Salah satu sumber

ekonomi masyarakat yang penting adalah kegiatan menangkap ikan di sungai dan

danau-danau kecil di sungai Rasau dalam kawasan TNS yang dekat dengan

tempat tinggal mereka Masyarakat Kereng Bangkirai mencari ikan di sungai

Rasau untuk pemenuhan ekonomi keluarga, sebagian dikonsumsi dan sebagian

dijual dalam bentyuk ikan segar atau setelah diasinkan Masyarakat yang mencari

dan mengolah hasil tangkapan ikan di sungai Rasau sudah terlebih dahulu

mendapat izin dari pengelola sungai (keluarga pak Cakun).

.. Pada kurun waktu lima tahun terakhir banyak masyarakat luar yang

memasuki wilayah sungai Rasau tanpa izin. Mereka mencari ikan dengan cara-

cara yang dilarang yakni menangkap ikan dengan cara menyetrum atau

menggunakan racun (potas). Untuk memantau/ mengurangi masuknya pencari

ikan illegal, keluarga pak Cakun mendirikan pondok di dekat muara sungai Rasau

dan juga mendirikan semacam pos tepat dimuara sungai Rasau sehingga terkesan

muara Rasau sempit. (gambar 3.1).

Gambar 3.1. Muara sungai Rasau

Jenis ikan yang banyak ditangkap di sungai Rasau adalah haruan (gabus),

mihau, karandang, kakapar, tatabun, patung, bapuyuk, tahuman, ikan tapah, la’is,

dan baung. Kebanyakan ikan yang ditangkap tersebut dikonsumsi langsung oleh

keluarga, atau sebagian dijual dalam bentuk segar atau diasinkan.

Page 22: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

17

Hasil tangkapan ikan keluarga pak Cakun sebelum dijual kepengumpul,

ditampung dikeramba atau jaring apung didepan pondokan pak Cakun (gambar

3.2). Biasanya pembeli datang langsung mengambil kepondokan pak Cakun,

namun bila hasil tangkapan melimpah keluarga pak Cakun berinisiatif membawa

ikan-ikan hasil tangkapan langsung ke Kereng Bangkirai menemui pengumpul.

Gambar 3.2 Penampungan ikan hasil tangkapan keluarga pak Cakun

Alat tangkap ikan yang biasa digunakan oleh nelayan sungai Rasau

Sebangau merupakan alat tangkap tradisional. Alat tangkap yang dimaksud

adalah: rengge, buwu (bubu), tampirai, rawai, dan kalang. Rengge biasa dipasang

di pinggir sungai dan jenis ikan yang dapat ditangkap dengan menggunakan alat

tangkap rengge adalah tempahas, kerandang, tabakang, patung, tatawon, kuhing,

dan mihau. Buwu atau bubu biasanya dipasang pada alur air masuk ke daratan, di

antara tetumbuhan rawa yang terdapat di kiri-kanan sungai, parit atau saka, saat

air perlahan-lahan naik. Ikan yang biasa diperoleh dengan menggunakan alat

tangkap buwu adalah kapar, pentet, mihau, patung dan pantik.

B. Sungai Bangah

1. Sejarah nama dan pengelolaan sungai Bangah

Sungai Bangah merupakan salah satu anak sungai Sebangau yang masuk

dalam kawasan Taman Nasional Sebangau. Sungai Bangah; diberi nama demikian

karena muara sungai sangat lebar (bangah) yang menyerupai danau. Menurut

Page 23: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

18

penuturan Zainuddin, pengelola sungai Bangah sekarang ini, sungai Bangah sudah

dikelola oleh keluarga secara turun temurun sejak tahun 1960-an sejak kakeknya

memanfaatkan sungai tersebut. Zainudin mendapatkan hak pengelolaan sungai

Bangah dari ayahnnya, yakni Pak Rusli. Zainudin merupakan anak tertua dari tiga

bersaudara. Meskipun Zainudin merupakan pewaris hak kelola sungai Bangah, ia

melibatkan saudara dan keluarganya dari pihak ibu dan bapaknya dalam

pemanfaatan sungai Bangah. Sungai Bangah dengan panjang ± 40 Km dan lebar

± 3 - 4 meter menyimpan banyak potensi sumber daya alam, baik sumber daya

kehutanan maupun sumber daya perikanan.

2. Potensi Sumber Daya Alam

a. Potensi Sumber Daya Kehutanan

Potensi sumber daya alam kehutanan yang terdapat di sungai Bangah

terdiri atas hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan

berupa kayu misalnya meranti, kapurnaga, trantang, ramin, galam, blangiran, dan

kayu jinjit.

Hasil hutan bukan kayu, misalnya getah pantung (jelutung), rotan, damar

dan kulit gemor. Komoditas hasil hutan bukan kayu menjadi andalan sumber

ekonomi masyarakat pada waktu itu. Disamping itu juga terdapat sejumlah hewan

seperti berang-berang, rusa, planduk, dan babi hutan.

b. Potensi Sumber Daya Perikanan

Jenis ikan yang banyak ditangkap di sungai Bangah adalah karandang,

tahuman, ikan tapah, lais, kakapar, patung, bapuyuk, haruan (gabus), mihau,

baung dan saluang. Kebanyakan ikan yang ditangkap tersebut dikonsumsi

langsung oleh keluarga, atau sebagian dijual dalam bentuk segar atau telah

diasinkan.

Alat tangkap ikan yang dipergunakan oleh nelayan sungai Bangah

merupakan alat tangkap tradisional yang digerakan dengan tenaga manusia.

Diantara alat tangkap yang dimaksud adalah: rengge, buwu (bubu), tampirai,

rawai, dan kalang. Rengge biasa dipasang di pinggir sungai dan jenis ikan yang

Page 24: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

19

tertangkap dengan menggunakan alat tangkap rengge adalah tempahas,

kerandang, tabakang, patung, tatawon, kuhing, dan mihau. Buwu atau bubu

biasanya dipasang pada alur air masuk ke daratan, di antara tetumbuhan rawa

yang terdapat di kiri-kanan sungai, parit atau saka pada saat air perlahan-lahan

naik. Ikan yang biasa diperoleh dengan menggunakan alat tangkap buwu adalah

kapar, pentet, mihau, pantik, dan patung.

Gambar 3.3 Pondok nelayan di muara sungai Bangah

C. Sungai Paduran Alam

1. Sejarah Nama & Pengelolaan Sungai Paduran Alam

Sungai Paduran Alam merupakan salah satu anak sungai Sebangau. Sungai

Paduran Alam, diberi nama demikian karena dahulu ada seorang lelaki yang

bekerja di sungai tersebut. Lelaki tersebut memiliki seorang anak yang bernama

Duran sehingga biasa dipanggil Pak Duran yang selanjutnya sebutan tersebut

menjadi Paduran. Masyarakat Bantanan kemudian memberi nama sungai ini

dengan nama sungai Paduran. Pada saat masuknya transmigrasi yang ditempatkan

di dekat desa Bantanan, pemerintah membuat dua kanal ukuran besar dan

bentuknya mirip dengan sungai paduran menyebabkan nama sungai Paduran

berganti nama. Untuk membedakannya dengan kanal buatan, maka masyarakat

menambahkan kata “Alam” pada sungai paduran karena terbentuk secara alamiah.

Page 25: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

20

Sungai Paduran Alam yang memiliki panjang ± 60 Km dan lebar ± 7 - 10

meter ini dikelola secara turun temurun oleh keluarga ayah Pak Iter Doyan (Kakek

K1R9) sebelum tahun 1958. Pada tahun 1958 pengelolaan tersebut dikukuhkan

oleh Kawedanan Bahaur saat Pak Iter Doyan memegang hak kelola sungai

Paduran Alam. Pak Iter Doyan mewariskan hak kelola tersebut kepada anak

tertuanya yang bernama Salman Iter. Pak Salman Iter selanjutnya mewariskan hak

kelola sungai paduran Alam kepada Adik tertuanya yang bernama Surianto Iter.

Pemilik atau pengelola sungai atau tatah berhak mengatur serta mengawasi

semua orang yang melakukan kegiatannya di sungai atau tatah yang dikelolanya.

Apabila ada kegiatan komersil yang dilakukan di hulu atau sekitar sungai atau

tatah misalnya mencari gemor, jelutung atau panting, dimana kegiatan masuk dan

keluarnya alat angkutan/barang melintasi sungai atau tatah (saka) yang dikelola

keluarga/perorangan, maka pemilik sungai atau tatah berhak memungut semacam

uang pungutan atau fee sungai/tatah.

2. Potensi Sumber Daya Alam

a) Potensi Sumber Daya Kehutanan

Potensi sumber daya kehutanan yang terdapat di sungai Paduran Alam

terdiri atas hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Jenis hasil hutan

kayu antara lain galam, meranti, kapurnaga, mahang, pantung, papung, ramin,

kayu malam-malam (kabali), terantang, lentang dan jinjit. Hasil hutan bukan kayu

dipungut disekitar sungai paduran alam diantaranya : rotan, damar, getah pantung

(jelutung), dahanen, purun dan kulit gemor.

Gambar 3.4. Hutan galam dipinggir sungai Paduran Alam

Page 26: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

21

Disamping itu juga terdapat potensi tumbuhan obat dan buah-buahan

hutan. Tumbuhan obat yang biasa digunakan masyarakat untuk pertolongan

pertama ketika luka karena parang atau benda tajam lain adalah karamunting air.

Buah-buahan hutan yang sering dimanfaatkan adalah rambutan hutan. Sedang

binatang buruan yang dijadikan sasaran berburu adalah binatang-binatang

pengganggu (hama) yakni babi hutan dan berang-berang. Pada musim kemarau

masyarakat berburu rusa dan kancil.

b) Potensi sumber daya sungai

Profil sumber daya sungai Paduran Alam dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Tampak pada Gambar 3.5 bahwa sungai Paduran memiliki banyak anak sungai,

danau, dan tatah. Beberapa sungai kecil yang merupakan anak sungai Paduran

Alam adalah: sungai Lajang, sungai Muara Paduran, sungai Kabali, sungai Pa’

Dadan, sungai Gita, sungai Kambasira, sungai Lewang, sungai Teluk Banana,

sungai Balai Ahad, sungai Bajang, sungai Parantian, sungai Arifin, dan sungai

Parupuk. Beberapa tatah diantaranya: tatah simpang kanan, tatah simpang kiri dan

tatah danau Karanci. Beberapa danau diantaranya, D. Karanci, D. Surono, D.

Bajawau, dan D. Rintis. Disamping itu pada gambar 3.5 juga terdapat peta

lokasi/tempat kerja rotan dan pantung (jelutung).

c) Potensi Sumber Daya Perikanan

Jenis ikan yang ditangkap di sungai Paduran Alam tidak berbeda dengan

jenis ikan yang ada di anak sungai Sebangau lainnya seperti: kakapar, tauman,

tapah, tatawon, mihau, lele, dan saluang. Alat tangkap ikan yang dipergunakan

oleh nelayan sungai Paduran Alam juga tidak berbeda yakni alat tangkap

tradisional yang dibuat sendiri atau beli dari nelayan lain. Bubu misalnya terbuat

dari bahan bambo, kemudian diikat/dianyam dengan rotan. Sedangkan tampirai

terbuat dari kawat kecil bentuknya menyerupai kotak atau silinder/ tabung.

Page 27: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

22

Gambar 3.5. Peta Kasar Sungai Paduran Alam

(Sumber: Koleksi Tetua Sungai Paduran)

Page 28: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

23

Berdasarkan sifat pengoperasiaanya, alat tangkap ikan dibedakan menjadi

pasif dan aktif. Beberapa contoh alat tangkap pasif adalah rengge, bubu (buwu)

dan panggilar. Alat tangkap rengge, biasanya dipasang dipinggir-pinggir

sungai, dan jenis ikan yang biasa diperoleh adalah tempahas, kerandang,

tabakang, patung, tatawon, kuhing, dan mihau. Alat tangkap bubu (buwu) dan

panggilar biasanya dipasang pada alur-alur air masuk ke daratan, di antara

tetumbuhan rawa yang terdapat dikiri kanan sungai. Sedangkan contoh alat

tangkap yang digerakkan secara aktif adalah lukah (jala).

Teknik-teknik penangkapan ikan yang dikembangkan nelayan paduran

alam selalu mempertimbangkan beberapa hal berikut:

Pergerakan air atau ritme turun-naiknya permukaan air,

Arah gerak arus air, dimana arah ikan berenang biasanya mengikuti arah

gerak arus air.

Keadaan sungai yang berparit dan berawa (kondisi alam)

Suhu air pada saat menjelang kemarau, suhu di daerah ayap akan naik

yang menyebabkan ikan bermigrasi ke sungai yang relative airnya banyak

karena suhunya agak dingin.

Pola migrasi ikan secara periodik dari sungai ke rawa (saat banjir) atau

sebaliknya.

D. Sungai Sampang

1. Sejarah Pengelolaan & Nama Sungai

Sungai Sampang tidak dikelola oleh keluarga seperti sungai Rasau,

Bangah dan Paduran Alam. Sungai ini dikelola masyarakat secara bersama-sama.

Sumber daya alam sungai Sampang telah digunakan oleh nenek moyang

masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai sampang sejak tahun 1970-an.

Sungai ini diberikan nama sampang karena muaranya menyimpang dari sungai

induk, yakni sungai Sebangau. Sungai sampang menyimpan berbagai potensi

sumbar daya alam, baik sumber daya perikanan maupun sumber daya kehutanan.

Page 29: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

24

2. Potensi Sumber Daya Alam

a. Potensi sumber daya kehutanan

Potensi sumber daya alam kehutanan sungai Sampang terdiri atas hasil

hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Jenis-jenis kayu hasil hutan antara

lain meranti, kapurnaga, galam, ramin, terantang, punak dan jinjit. Sedangkan

jenis sumber daya hasil hutan bukan kayu adalah rotan, getah pantung (jelutung),

dahanen, getah ketiau, purun dan kulit gemor.

Gambar 3.6. Hutan galam dipinggir sungai Sampang

Tumbuhan obat yang biasa digunakan masyarakat untuk pertolongan

pertama ketika luka karena parang atau benda tajam lainnya adalah karamunting

air. Buah-buahan hutan yang sering dimanfaatkan adalah rambutan hutan dan

manggis hutan. Sedang binatang buruan yang dijadikan sasaran berburu adalah

binatang-binatang pengganggu (hama) yakni babi hutan dan berang-berang. Jenis

hewan lainnya adalah rusa dan kancil.

Gambar 3.7 Tumbuhan Karamunting Air

Page 30: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

25

b. Potensi Sumber Daya Perikanan

Jenis ikan yang banyak ditangkap nelayan sungai sampang adalah kakapar,

tapah, krandang, tauman, haruan (ikan gabus), biawan, lele, mihau, lais dan

baung. Alat tangkap ikan yang dipergunakan oleh nelayan sungai Sampang

merupakan alat tangkap tradisional yang tidak berbeda dengan nelayan sungai

sebagau dan anak sungainya.

Kebanyakan nelayan sungai sampang menggunakan alat tangkap hasil

“buatan sendiri”. Teknik pembuatan alat tangkap dan teknik penangkapan ikan,

mereka kembangkan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari orang tua

(leluhur) atau diperoleh dari sesama nelayan berdasarkan pengalaman pribadi

(gambar 3.8). Teknik pemasangan alat tangkap ikan diwarisi dari leluhur, dimana

pada musim kemarau (peralihan dari kering-ke musim banjir) dan sebaliknya pada

musim hujan (banjir) alat tangkap menghadap ke hulu sungai. Hasil tangkapan

nelayan Kebanyakan ikan yang ditangkap nelayan sampan sebagian dikonsumsi

langsung oleh keluarga, atau sebagian dijual dalam bentuk segar atau diasinkan.

Gambar 3.8. Nelayan sungai sampang sedang merakit alat tangkap bubu

Page 31: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

26

E. Sungai Kaki

1. Sejarah Pengelolaan & Nama Sungai

Sungai ini dikelola bersama masyarakat Desa Sei Kaki secara bergotong

royong membersihkan sungai. Masyarakat sungai kaki tidak tahu persis tahun

berapa dan siapa tokoh masyarakat yang pertama kali memanfaatkan sumber daya

alam yang terdapat di sungai Kaki dan sekitarnya.

Sungai kaki, diberi nama demikian karena hulu sungai ini berada dibukit

Kaki membujur dari utara ke selatan dan bermuara di laut Jawa. Panjang Sungai

Kaki 25 Km dengan lebar antara 4-5 meter. Muara sungai kaki banyak tumbuh

pohon nipah (gambar 3. 10). Sungai ini menyimpan berbagai potensi sumbar

daya alam, baik sumber daya perikanan maupun sumber daya kehutanan.

Gambar 3.10 Pohon nipah dikiri-kanan sungai Kaki

2. Potensi Sumber Daya Alam

a. Potensi sumber daya kehutanan

Potensi sumber daya kehutanan sungai kaki terdiri atas hasil hutan berupa

kayu dan hasil hutan bukan kayu. Jenis kayu hasil hutan antara lain meranti,

kapurnaga, galam, ramin, terantang, punak dan jinjit. Sedangkan jenis sumber

daya hasil hutan bukan kayu adalah rotan, getah pantung (jelutung), damar, getah

Page 32: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

27

ketiau, purun dan kulit gemor. Beberapa tumbuhan obat yang biasa digunakan

masyarakat untuk pertolongan pertama adalah : kulit batang jambu mete (untuk

sakit perut), pucuk Karamunting (untuk luka dan kudis), dan pucuk daun lenggang

& serunai (untuk penyakit kulit). Saat ini masyarakat sudah banyak yang

menggunakan obat yang dijual diwarung bila sakit.

Buah-buahan hutan yang sering dimanfaatkan adalah rambutan hutan dan

manggis hutan. Sedang binatang buruan yang dijadikan sasaran berburu adalah

binatang-binatang pengganggu (hama) yakni babi hutan dan berang-berang. Jenis

hewan lainnya adalah rusa dan kancil.

Gambar 3.10 Rusa hasil tangkapan warga

b. Potensi Sumber Daya Perikanan

Pada musim air surut (kemarau), tinggi rendahnya permukaan air sungai

bergantung pada pasang surut air laut. Jenis ikan yang banyak ditangkap nelayan

sungai Kaki adalah udang, kakapar, tapah, krandang, tauman, haruan (ikan gabus),

lele, lais dan baung. Alat tangkap ikan yang dipergunakan oleh nelayan sungai

Kaki merupakan alat tangkap tradisional yang tidak berbeda dengan nelayan anak

sungai sebagau lainnya.

Nelayan sungai Kaki pada umumnya menggunakan alat tangkap “buatan

sendiri”. Teknik pembuatan alat tangkap dan teknik penangkapan ikan

dikembangkan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari orang tua (leluhur)

atau diperoleh dari sesama nelayan berdasarkan pengalaman pribadi.

Page 33: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

28

Gambar 3.11 Ikan hasil tangkapan nelayan sungai Kaki

F. Sungai Sebangau Kecil

1. Sejarah Pengelolaan & Nama Sungai

Sungai ini dikelola bersama masyarakat Desa Sebangau Jaya secara turun

temurun. Pembersihan sungai secara berkala dilakukan bersama (gotong royong)

oleh masyarakat desa Sebangau Jaya. Masyarakat sungai Sebangau Jaya tidak

tahu persis tahun berapa dan siapa tokoh masyarakat yang pertama kali

memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di sungai Sebangau Kecil dan

sekitarnya.

Sungai kaki, diberi nama demikian karena aliran sungai membujur dari

utara ke selatan menyerupai/ mirip dengan aliran Sungai Sebangau hanya saja

ukurannya lebih kecil yang juga bermuara di laut jawa (teluk sebangau). Panjang

sungai Sebangau Kecil 36 Km dengan lebar antara 5-6 meter. Sungai ini

menyimpan banyak potensi sumbar daya alam, baik sumber daya perikanan

maupun sumber daya kehutanan. Sungai Sebangau Kecil memiliki 4 anak sungai

yakni S. Mati, S. Tigong, S. Simpang Kelaban & S.Danau Tiga dan 3 danau

yakni D. Bundar, D. Ringging & D. Tigah.

Page 34: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

29

2. Potensi Sumber Daya Alam

a. Potensi sumber daya kehutanan

Potensi sumber daya kehutanan sungai Sebagau Kecil terdiri atas hasil

hutan berupa kayu dan hasil hutan bukan kayu. Jenis kayu hasil hutan antara lain

kayu galam, meranti, kapurnaga, ramin, terantang, punak dan jinjit. Sedangkan

jenis sumber daya hasil hutan bukan kayu adalah rotan, getah pantung (jelutung),

damar, getah nyatu, getah ketiau, dan kulit gemor.

Tumbuhan obat yang biasa digunakan masyarakat untuk pertolongan

pertama adalah : kulit batang jambu mete (untuk sakit perut), dan pucuk

Karamunting (untuk luka tersayat). Buah-buahan hutan yang sering dimanfaatkan

adalah rambutan hutan dan manggis hutan. Sedang binatang buruan yang

dijadikan sasaran berburu adalah binatang pengganggu (hama) yakni babi hutan,

kadang-kadang masyarakat berburu Rusa.

b. Potensi Sumber Daya Perikanan

Musim kemarau (air surut), tinggi rendahnya permukaan air sungai

bergantung pada pasang surut air laut. Beberapa jenis ikan yang banyak ditangkap

nelayan sungai Sebangau Kecil pada musim kemarau diantaranya udang, kepiting

(dimuara sungai) kakapar, tapah, krandang, tauman, haruan (ikan gabus), lele, lais

dan baung (pada Labehu sungai). Alat tangkap ikan yang dipergunakan oleh

nelayan sungai Sebagau Kecil merupakan alat tangkap tradisional yang aktif

digerakkan (gambar 3.12). Alat tangkap lainnya tidak berbeda dengan nelayan

sungai Rasau, Bangah, Paduran Alam ataupun yang digunakan nelayan sungan

Sampang.

Gambar 3.12 Alat tangkap ikan yang gerakkan secara aktif

Page 35: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

30

BAB IV

KEARIFAN LOKAL

A. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA)

Kearifan lokal yang dideskripsikan pada tulisan ini merupakan kearifan

lokal yang informasinya diperoleh dari responden kategori-1 yakni K1R1, K1R2,

K1R3, K1R4, K1R5, K1R6, K1R7, K1R8 dan K1R9 yang sejak dahulu

diterapkan pada sungai dan sumber daya alam lainnya misalnya pengelolaan

sungai, tatah; pengelolaan hutan; pengeloaan hasil hutan bukan kayu yakni

pantung (jelutung), gemor, dammar, rotan, buah-buahan hutan, tumbuhan obat;

pengelolaan bidang perikanan; dan pengelolaan binatang/hewan untuk berburu.

1 Adat mengelola Sungai

Aturan-aturan dalam mengelola sungai:

(a) Masyarakat berhak menggunakan sungai/anak sungai untuk berbagai

keperluan dan memungut sumber daya alam yang ada di sepanjang aliran

sungai dan sekitar

(b) Pengelola sungai berkewajiban menjaga kebersihan sungai, saka dan

berhak mengatur serta mengawasi semua orang yang melakukan

kegiatannya di sungai, saka tersebut

(c) Anak sungai atau saka yang dikelola oleh seseorang atau sekelompok

masyarakat adat, hak pengelolaannya diakui dan dilindungi oleh hukum

adat Dayak,

2 Adat mengelola tatah/danau

Mengelola tatah atau danau hampir sama dengan mengelola sungai yakni:

(a) Tatah merupakan sungai kecil atau berupa kanal yang dibuat untuk

menghubungkan suatu tempat (biasanya dibuat untuk jalur tranportasi

angkutan hasil bumi).

(b) Pembuatan tatah atau kanal harus mendapat persetujuan dari warga

masyarakat adat melalui musyawarah dan diketahui oleh Tetua Kampung.

(c) Pemilik tatah berhak memungut jasa pengelolaan dari setiap orang yang

memanfaatkan tatah sebagai sarana transportasi atau tempat berusaha.

Page 36: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

31

(d) Pengelola sungai tempat bermuara tatah berhak atas bagian jasa hak

pengelolaan tatah.

(e) Hak pengelolaan tatah tidak boleh dipindahtangankan atau

diperjualbelikan kepada warga pendatang yang tidak mempunyai

hubungan kekerabatan dengan masyarakat adat setempat.

(f) Tatah yang bermuara pada sungai besar, jika ditinggalkan oleh pemiliknya

selama tiga tahun berturut-turut, maka hak pengelolaan atau

pemanfaatannya menjadi hak bersama masyarakat adat setempat.

(g) Tatah yang bermuara pada sungai atau anak sungai jika ditinggalkan oleh

pemiliknya selama satu tahun berturut-turut, maka hak pengelolaan atas

tatah tersebut sepenuhnya jatuh kepada pengelola sungai induknya.

(h) Hak pengelolaan tatah (kanal) hanya terbatas mengelola dan

memanfaatkan tatah (kanal) saja selama yang pemiliknya melakukan

kegiatan usaha di tatah tersebut, sedangkan tanah atau hutan di sekitarnya

bukan haknya.

Pengelolaan tatah di sungai paduran alam, di atur sbb :

(1) Setiap anggota keluarga/masyarakat atau pertalian keluarga karena

perkawinan diberi kesempatan untuk membuat parit/tatah disepanjang

aliran sungai untuk tujuan tertentu (tidak merusak) dengan terlebih dahulu

minta izin pada pengelola sungai dan diberitahukan pada tetua kampung

atau damang setempat.

(2) Masyarakat yang telah membuat tatah/parit diberi kewenangan/hak

mengelola dan dapat diwariskan

(3) Parit yang tidak dikelola setahun, maka pihak lain dapat memanfaatkan

tatah tersebut dengan terlebih dahulu minta izin pada pemilik/pembuat

atau kelurga pengelola tatah parit sebelumnya dan memberitahukan pada

tetua kampung atau damang setempat.

(4) Bagi seseorang atau kelompok orang yang membuat tatah/kanal tanpa

pemberitahuan/izin pada pengelola sungai/tetua kampung dikenakan

sanksi:

i. Membayar denda adat kepada lembaga adat untuk pemeriksaan lapangan

tatah (kanal).

ii. Menanggung biaya menutup tatah (kanal) tersebut, jika tatah (kanal)

tersebut mengancam kelestarian lingkungan.

iii. Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya.

iv. Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat sesuai dengan tingkat

ancaman terhadap kelestarian lingkungan.

Page 37: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

32

3 Adat mengelola hutan

Dalam hal mengelolaan hutan, ada beberapa aturan diantaranya:

(a) Hutan harus dipelihara dan dijaga kelestariannya karena merupakan tempat

bagi masyarakat menggantungkan hidupnya seperti sumber mata

pencaharian, sumber sayuran, buah dan obat-obatan, dan tempat

tersedianya berbagai jenis hewan, termasuk bintang buruan.

(b) Kawasan hutan tempat tumbuhnya pohon yang bernilai ekonomi tidak

boleh dibuka untuk berladang

(c) Larangan membuka kawasan hutan yang masuk kategori tajahan, kaleka,

pahawen

(d) Pohon yang akan digunakan untuk keperluan tertentu (misalnya untuk

membuat perahu) terlebih dahulu diberi tanda dan membersihkan pohon

tersebut. Pohon ini tidak boleh diganggu/ditebang tanpa seijin pemberi

tanda.

(e) Setiap laki-laki dewasa atau sudah berumah tangga berhak menebang

pohon untuk mendirikan sebuah rumah sekali dalam seumur hidup, dan

membuka lahan untuk berladang, bercocok tanam atau berkebun serta

untuk membuat perahu. Pembukaan lahan harus mendapat persetujuan dari

Tetua Kampung. Sebelum membuka lahan, lebih dahulu dilakukan

pemacangan patok pada tiap sudut lahan. Kawasan yang telah dibuka

tersebut tidak boleh digarap oleh orang lain dalam kurun waktu satu kali

musim berladang (satu tahun), kecuali ada persetujuan dari orang yang

memasang tanda/patok.

4 Adat mengelola Hasil Hutan Bukan Kayu

Mengelola Pantung (jelutung)

(a) Masyarakat yang telah dewasa berhak memanfaatkan/mengambil berbagai

sumber daya alam yang ada, termasuk memungut getah pantung (jelutung)

di kawasan hutan yang dimanfaatkan bersama,

(b) Masyarakat (penemu lokasi) berhak membuat rintisan jalur jalan pantung

antara delapan sampai dengan sepuluh jalur pantug yang diketahui orang

banyak dan mendapat persetujuan dari Pemangku Adat setempat atau

Page 38: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

33

Tetua Kampung, dimana masing-masing jalur berisi/ terdapat 60 sampai

120 pohon pantung (Jelutung)

(c) Masyarakat atau pengelola jalur pantung hanya berhak

mengambil/memungut getah pantung (jelutung) saja, tapi bukan pemilik

kawasan hutan dan tanahnya.

(d) Jalur jalan Pantung yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya selama tiga

bulan berturut-turut, maka anggota masyarakat lainnya dapat memungut

getah pantung/jelutung pada jalur tersebut dengan waktu paling lama tiga

bulan setelah mendapat persetujuan dari pemilik jalur, dimana pemilik

jalur berhak mendapatkan jasa dari pengguna jalur. Setelah tiga bulan,

jalur pantung yang diambil alih tersebut harus dikembalikan kepada

pemiliknya.

(e) Jalur jalan pantung yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya selama enam

bulan berturut-turut, maka anggota masyarakat lainnya dapat/berhak

mengambil getah pantung pada jalur tersebut untuk waktu enam bulan,

dan tidak wajib memberikan fee/jasa kepada pemilik jalur, dan setelah

mencapai waktu enam bulan. Jalur jalan pantung tersebut harus

dikembalikan kepada pemiliknya.

(f) Jalur jalan pantung yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya selama dua

belas bulan (satu tahun) berturut-turut, maka ia tidak berhak lagi terhadap

jalur jalan pantung tersebut.

(g) Jalur jalan pantung tidak boleh dipindah tangankan atau diperjualbelikan

kepada warga pendatang yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan

dengan masyarakat adat setempat.

(h) Bila ada pengrusakan jalur pantung sehingga para pekerja/penyadap getah

pantung tidak bisa lagi mengambil getah ataupun potensi sumber daya

alam lain yang ada di kawasan jalur pantung yang rusak, maka pelaku

kerusakan jalur tersebut dikenakan sanksi berupa:

I. Membayar denda untuk mengganti kerugian kepada pemilik jalur jalan

pantung sesuai jumlah jalur yang dirusak

II. Membayar denda untuk mengganti kerugian kepada pemilk jalan

pantung, sesuai jumlah pohon pantung yang dirusak.

III. Membayar denda untuk memulihkan/memperbaiki (merehabilitasi)

kawasan yang mengalami kerusakan.

IV. Menanggung biaya pesta adat untuk memulihkan keseimbangan dan

harmonisasi antar sesama warga masyarakat setempat dalam rangka

rekonsiliasi.

V. Besarnya denda adat ditetapkan oleh mantri adat berdasarkan sisa usia

produktif pohon pantung dan tingkat kerusakan hutan di kawasan

tersebut.

Page 39: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

34

Mengelola Gemor

Beberapa aturan memungut gemor

(a) Gemor merupakan tumbuhan liar yang terdapat pada suatu kawasan,

merupakan hak bersama warga masyarakat adat setempat

(b) Masyarakat bebas mencari gemor di kawasan hutan

(c) Jika seseorang telah menemukan gemor maka ia wajib memberi tanda

lalu melaporkannya pada tetua kampung.

(d) Gemor yang telah diberi tanda oleh seseorang maka orang lain tidak

boleh mengambilnya.

(e) Masyarakat hanya memiliki hak memungut saja, bukan memiliki tanah

(kawasannya).

(f) Cara mengambil gemor adalah dengan cara ditebang, pohon sisa (hasil

tebangan) tetap diberi tanda sebagai hak pengelolaan

(dirawat/dibersihkan sekelilingnya) untuk dipanen lagi pada 3-4 tahun

berikutnya.

Mengelola Purun

(a) Purun yang tumbuh secara alami di kawasan hutan dalam wilayah

komunitas masyarakat adat biasanya digunakan untuk berbagai

keperluan masyarakat setempat, misalnya untuk keperluan membuat

tikar, tas dan berbagai barang kerajinan lainnya.

(b) Kawasan tumbuhnya purun merupakan hak bersama masyarakat,

dimana pemanfaatannya untuk segenap warga masyarakat adat.

(c) Hak pengelolaan kawasan tumbuhan purun hanya sebatas

mengambil/memungut purunnya saja bukan kawasan padang purun

(tanahnya).

(d) Jika ada pihak lain (masyarakat luar) yang ingin memungut purun

untuk kegiatan ekonomi membayar fee kepada pengelola sebanyak 5%

dari nilai jual taksiran purun yang diambil. Dalam kenyataannya,

pengelola sungai hanya mengambil fee sesuai kerelaan penerima

manfaat purun.

Mengelola Damar

Beberapa aturan memungut damar

(a) Damar (hasil hutan buka kayu) yang terdapat pada suatu kawasan

hutan, merupakan hak bersama warga masyarakat adat setempat.

Page 40: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

35

(b) Masyarakat hanya memiliki hak memungut saja, bukan pemilik tanah

(kawasannya).

(c) Umumnya masyarakat mencari dammar secara berkelompok (2-6

orang) hasilnya dibagi rata pada setiap anggota

(d) Tatkala seseorang/kelompok orang sedang memungut dammar, ada

orang/kelompok lain yang datang belakangan maka orang/kelompok

yang baru datang tersebut mempunyai hak yang sama memungut

dengan lebih dahulu meminta izin kepada penemu sebelumnya.

Mengelola Rotan

(a) Rotan yang tumbuh secara alami di kawasan hutan dalam wilayah

komunitas masyarakat adat biasanya digunakan untuk berbagai

keperluan hidup masyarakat setempat, misalnya untuk keperluan

membangun rumah/pondok, membuat alat perlengkapan berladang,

alat penangkap ikan alat penangkap biantang liar (berburu) dan

sebagainya.

(b) Kawasan tumbuhnya rotan alam merupakan hak bersama masyarakat,

dimana pemanfaatannya untuk segenap warga masyarakat adat karena

mereka mempunyai hak yang sama.

(c) Hak pengelolaan kawasan tumbuhan rotan alam hanya sebatas

mengambil/memungut rotannya saja bukan kawasan hutan dan

tanahnya,

(d) Jika ada pihak lain yang akan membuka lahan pada hutan tempat

tumbuhnya rotan alam, maka yang bersangkutan harus memberi

kompensasi (ganti rugi) kepada warga masyarakat setempat yang

kehilangan tempat usahanya.

(e) Bila ada pihak/seseorang yang melakukan pengrusakan rotan alami

sehingga masyarakat tidak dapat lagi mengambil/memungut rotan di

area tersebut, maka pihak yang melakukan pengrusakan dikenakan

sanksi berupa:

i. Membayar denda melalui lembaga adat untuk menanam kembali

rotan yang dirusak.

ii. Menanggung biaya pesta adat untuk rekonsiliasi masyarakat

setempat

iii. Denda adat ditentukan melalui rapat Mantri Adat sesuai dengan

tingkat kerusakan area tersebut.

Page 41: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

36

5 Adat Mengelola Buah-buahan hutan

(a) Buah-buahan yang tumbuh di hutan merupakan hak bersama warga

masyarakat adat setempat

(b) Masyarakat memiliki kewajiban yang sama dalam memelihara dan

memanfaatkan buah-buahan yang tumbuh di hutan.

(c) Pohon buah hutan yang telah diberi tanda oleh warga lainnya tatkala buah

itu belum masak, orang lain tidak boleh mengambil buah tersebut ketika

matang,

(d) Pemanfaatan buah-buahan hutan yang telah diberi tanda harus seizin atau

bersama-sama dengan pemberi tanda dalam memanfaatkannya.

(e) Kepemilikan terhadap buah-buahan yang tumbuh secara alami di hutan

hanyalah hak memungut buah, bukan tanahnya.

(f) Jika seseorang merusak/menghilangkan tanda larangan mengambil buah,

maka perusak tersebut dikenakan sanksi berupa:

i. Membayar denda adat pengrusakan tanda larangan kepada

pemilik/pemberi tanda.

ii. Membayar denda memetik buah yang diberi tanda larangan kepada

pemilik/pemberi tanda larangan

iii. Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya kepada pemilik/pemberi tanda larangan.

iv. Denda adat ditetapkan melalui rapat Mantri Adat sesuai dengan jumlah

pohon buah dan nilai jual buah yang dipetik tersebut.

6 Adat Mengelola Tumbuhan obat

(a) Berbagai jenis tumbuh-tumbuhan alami di kawasan hutan yang dapat

diramu menjadi obat-obatan tradisonal merupakan hak bersama

masyarakat

(b) Pengelolaan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan alami di kawasan hutan

untuk obat-obatan tradisonal menjadi hak dan kewajiban bersama

masyarakat.

(c) Hak atas tumbuhan alami yang dapat diramu menjadi obat-obatan

tradisional hanya sebatas memanfaatkan, bukan tanahnya.

(d) Bila seseorang merusak hutan yang banyak terdapat tumbuhan yang dapat

diramu menjadi obat-obatan sehingga fungsinya terganggu dikenakan

sanksi berupa:

i. Membayar denda adat kepada masyarakat melalui lembaga adat untuk

merehabilitasi/ menanam kembali tumbuhan obat-obatan di area hutan

tersebut.

ii. Denda adat ditentukan melalui rapat mantri adat sesuai dengan tingkat

kerusakan area hutan tersebut.

Page 42: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

37

7 Adat Mengelola Binatang buruan

Beberapa aturan berburu binatang:

(a) Berburu merupakan hak bersama warga masyarakat,

(b) Kawasan hutan merupakan lokasi tempat berburu, mengintai, memasang

jerat atau perangkap binatang

(c) Kawasan hutan tempat berburu dipelihara/dijaga secara bersama oleh

masyarakat, tidak boleh dirusak apalagi dialihfungsikan,

(d) Berburu binatang seperti babi hutan, rusa atau kijang dapat dilakukan

dengan bantuan anjing pelacak dan senjata tombak atau sumpit

(e) Berburu terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging,

tidak boleh berlebihan,

(f) Setiap pemburu hanya boleh membunuh satu ekor saja agar dapat memberi

kesempatan kepada warga lainnya untuk memperoleh hak yang sama dan

mempertahankan populasi hewan buruan agar tidak punah.

(g) Kawasan hutan tempat berburu merupakan hutan yang dikelola dan

dipelihara bersama oleh masyarakat hanya sebatas hak adat berburu bukan

pemilik kawasannya.

8 Adat Mengelola Perikanan

Beberapa aturan mengelola/mencari ikan:

(a) Alat yang digunakan dalam menangkap ikan adalah peralatan tradisional

seperti bubu (buwu), rengge, tampirai, rawai dan lain-lain alat tangkap

ikan tradisional

(b) Setiap penangkapan ikan pada sebuah sungai/saha/tatah harus seizin

pengelola sunga/tatah

(c) Penangkapan ikan dengan cara menyetrum, menggunakan tuba ataupun

bahan beracun lainnya dilarang karena dapat menyebabkan kematikan

ikan secara masal

(d) Seseorang memasuki sungai tanpa izin pengelola sungai/anak sungai untuk

tujuan menangkap ikan atau mencari hasil hutan di sekitar sungai

dikenakan sanksi berupa:

i. Membayar denda kepada pengelola sungai atau tatah (parit)

ii. Membayar denda jasa pengelolaan sungai, saka kepada pemegang hak

kelola sungai/saka.

iii. Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya.

iv. Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat sesuai nilai hasil

usaha yang diperoleh .

Page 43: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

38

(e) Seseorang yang menuba/menyetrum sungai/anak sungai/danau sehingga

menyebabkan kematian ikan secara masal dikenakan sanksi. Demikian

pula halnya bagi seseorang yang melakukan suatu aktivitas yang

mengancam keselamatan manusia. Kepada pelaku dikenakan sanksi

berupa:

i. Membayar denda adat kepada pengelola sungai, anak sungai, saka, baruh,

danau, untuk melaksanakan upacara ritual, sebesar 15 – 30 kati

garantung.

ii. Membayar denda adat ganti rugi kepada pengelola sungai, saka, baruh,

danau karena hilangnya mata pencaharian pada kuru waktu tertentu

dari sungai, saka, baruh, danau tersebut.

iii. Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya.

iv. Pelanggar tidak boleh melakukan kegiatan atau berusaha di sungai, saka,

baruh, danau tersebut selama satu musim atau satu tahun.

v. Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat sesuai dengan tingkat

kerusakan yang terjadi.

(f) Seseorang yang melakukan pengrusakan terhadap alat tangkap ikan milik

orang lain sehingga alat tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya

dikenakan sanksi berupa:

i. Membayar denda kepada pemilik alat tangkap ikan

ii. Memperbaiki/Mengganti alat tangkap ikan kepada pemiliknya sesuai

dengan jenis dan jumlah alat yang rusak atau dibuang.

iii. Menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan tidak mengulangi

perbuatannya.

iv. Denda adat ditetapkan melalui rapat mantri adat sesuai jenis dan jumlah

alat tangkap yang dirusak

B. Keterlaksanaan kearifan lokal dalam pengelolaan SDA

Dari enam sungai yang dikaji dalam wilayah administrasi kabupaten

Pulang Pisau, masyarakat disemua wilayah sungai masih berkomitmen

melaksanakan kearifan lokal, baik sungai yang dikelola keluarga secara turun

temurun maupun dikelola masyarakat secara gotong royong. Masyarakat

memandang sungai dan hutan disekitar sungai sebagai rumah tempat bekerja

mencari nafkah. Hal ini menyebabkan semua sungai relatif terawat. Aspek-aspek

kearifan lokal yang masih terlaksana di wilayah sungai-sungai tersebut,

dipaparkan sebagai berikut:

Page 44: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

39

a. Pengelolaan Sungai

Pengelolaan sungai Rasau, Bangah, dan Paduran Alam secara turun

temurun masih dipegang teguh oleh keluarga Pak Cakun (Rasau), pak Rusli

(Bangah) dan Pak Surianto (Paduran Alam) juga sungai Sampang, sungai Kaki

dan sungai Sebagau Kecil yang dibersihkan masyarakat secara turun temurun.

Pengelolaan sungai oleh pihak keluarga maupun dikelola bersama oleh

masyarakat menunjukkan tanggung jawabnya dalam pemeliharaan terhadap

sungai baik yang dilakukan atas kesadaran sendiri maupun secara bergotong

royong. Menjaganya dari orang yang akan menyetrum ikan atau menggunakan

racun dalam kegiatan-kegiatan lain yang membahayakan kelestarian sungai dan

biota sungai lainnya. Komitmen masyarakat dalam keikutsertaannya mengelola

sungai menyebabkan tidak ada masyarakat luar yang menangkap ikan dengan cara

menyetrum, meracun, ataupun melakukan pelanggaran lainnya seperti

mengangkat alat tangkap ikan milik orang lain.

Kebiasaan masyarakat yang mencari ikan di sungai Rasau, Bangah dan

Paduran Alam yang selalu minta izin pada keluarga pengelola sebelum memasuki

wilayah sungai merupakan salah satu contoh kearifan lokal masyarakat yang

saling menghormati dan saling menghargai. Masyarakat yang mencari ikan di

wilayah sungai yang dikelola keluarga untuk kebutuhan keluarga (bukan skala

ekonomi) tidak dikenakan fee sungai oleh pihak keluarga pengelola. Masyarakat

yang melakukan rekreasi, seperti memancing ataupun menikmati panorama

sungai tidak perlu meminta izin kepada pengelola sungai. Walaupun demikian

masyarakat yang masuk tersebut harus memegang teguh kearifan lokal yang

berlaku disetiap wilayah sungai yang dimasukinya.

b. Pengelolaan tatah dan danau

Tatah dan danau yang terkelola baik khususnya dipaduran alam, tidak

dipungut fee sungai karena mereka telah ikut menjaga dan membersihkan bagian-

bagian sungai khusus (seperti tatah) diwilayah masing-masing. Pengelola tatah

tetap menjaga komitmen ikut serta memelihara sungai dari gangguan dan

Page 45: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

40

ancaman dari pihak (masyarakat luar) yang ingin menangkap ikan dengan cara-

cara yang dilarang.

c. Adat mengelola Hutan

Hutan pengelola sungai. Masyarakat pengguna sungai juga komitmen

dengan kearifan lokal yang telah dianut secara turun temurun, termasuk

menghargai kearifan lokal yang diterapkan oleh pengelola kepada setiap

pengguna yang yang terdapat disekitar sungai Rasau, Bangah, Paduran Alam

tetap terpelihara kelestariannya. Hal ini menunjukkan bahwa pengelola

sungai-sungai tersebut melaksanakan kearifan lokal yang berkaitan dengan

kewenangannya sebagai memasuki sungai karena jalur sungai

terawasi/terpantau dengan baik oleh pengelola sungai.

Hutan disekitar sungai sampang relative terpelihara juga. Masyarakat

yang mendirikan pondok/menguasai wilayah tertentu disungai sampang tetap

komitmen tentang pemeliharan sungai secara gotong royong dan menjaga

sungai sampang. Ancaman kelestarian datang dari masyarakat luar yang

melakukan eksploitasi hasil hutan berupa kayu dan sumber daya alam lainnya

seperti burung cucak ijo.

d. Adat mengelola hasil hutan bukan kayu

Hasil hutan bukan kayu yang hingga saat ini digunakan sebagai sumber

mata pencaharian di wilayah sungai Paduran Alam adalah getah pantung, purun

dan kulit gemor. Sumber daya alam lainnya, seperti rotan dan damar sudah tidak

dimanfaatkan masyarakat selama lima tahun terakhir. Adapun praktek kearifan

lokal masih terlaksana adalah berkaitan dengan pengelolaan pantung, purun dan

gemor.

e. Mengelola sumber daya perikanan

Hingga saat ini masyarakat nelayan penerima manfaat di wilayah sungai

Rasau, Bangah, dan Paduran Alam sangat memegang teguh kearifan lokal dalam

pengelolaan sumber daya perikanan. Para nelayan (penerima manfaat) sungai

selalu menggunakan alat tangkap sederhana yang lazim digunakan. Mereka juga

Page 46: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

41

tidak mengambil hasil tangkapan pengguna lainnya ataupun memasang alat

tangkap di dekat alat tangkap orang lain. Mereka merasa puas dengan hasil yang

diperoleh dari alat tangkap tradisional sehingga tidak tergoda untuk menangkap

ikan dengan racun ataupun menyetrum listrik.

Adapun rekapitulasi pengetahuan, respon dan kesiapan masyarakat

menerapkan kearifan lokal disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Persentase pengetahuan, respon & kesiapan masyarakat melaksanakan

nilai-nilai kearifan lokal

No. Aspek pengelolaan Pengetahuan Sikap Perilaku

Tahu % Setuju % Siap %

1 Sungai/ tatah/ danau 17 70.8 19 79.2 22 91.7

2 Hasil Hutan bukan Kayu 15 62.5 21 87.5 21 87.5

3 Sumber Daya Perikanan 24 100.0 24 100.0 24 100.0

4 Hutan 15 62.5 19 79.2 16 66.7

5 Kebakaran hutan 16 66.7 15 62.5 15 62.5

Jumlah 72.5 81.7 81.7

C. Faktor Pendukung Implementasi Kearifan Lokal

Beberapa factor yang mendukung keterlaksanaan kearifan local yakni:

Ada kelompok masyarakat yang telah mengelola sungai dalam kawasan

TNS secara turun temurun yakni pengelolaan sungai Rasau, Bangah dan

sungai Paduran Alam

Kebiasaan/aturan yang sudah diberlakukan secara turun temurun dalam

kehidupan masyarakat

Damang adat Kecamatan Sebangau Kuala yang melaksanakan aturan adat

& siap bermitra dengan lembaga pemerintah maupun pihak terkait lainnya

Page 47: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

42

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Masyarakat di daerah aliran anak sungai Sebangau wilayah administrasi

Kabupaten Pulang Pisau telah memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan

sumber daya alam yang berkaitan dengan pengelolaan sungai dan perikanan,

pengelolaan hutan, dan pengelolaan hasil hutan bukan kayu, seperti gemor,

pantung, dan purun.

2. Pengetahuan masyarakat daerah aliran anak sungai Sebangau wilayah

administrasi Kabupaten Pulang Pisau tentang nilai-nilai kearifan lokal dalam

mengelola sumber daya alam dalam kawasan Taman Nasional Sebangau

tergolong tinggi

3. Respon masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku dalam

mengelola sumber daya alam dalam kawasan Taman Nasional Sebangau

wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau tergolong tinggi

4. Kesiapan masyarakat di daerah aliran anak sungai Sebangau dalam mengelola

sumber daya alam dalam kawasan Taman Nasional Sebangau wilayah

administrasi Kabupaten Pulang Pisau berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal

tergolong tinggi

5 Faktor pendukung dalam penerapan nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan

sumber daya alam di daerah aliran anak sungai Sebangau dalam kawasan

Taman Nasional Sebangau wilayah administrasi Kabupaten Pulang Pisau

adalah (a) Ada kelompok masyarakat yang telah mengelola sungai dalam

kawasan TNS secara turun temurun (Rasau, Bangah & Paduran Alam, (b)

Kebiasaan/aturan yang sudah diberlakukan secara turun temurun (3) Damang

adat Sebangau Kuala yang melaksanakan & siap bermitra dengan lembaga

pemerintah, dan (d) Ada Formas (Forum Masyarakat) disetiap kecamatan

yang bertetangga langsung dengan TNS

Page 48: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

43

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil kajian dalam penelitian ini, direkomendasikan hal-hal

berikut:

1. Nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam di daerah aliran anak

sungai Sebangau wilayah Kabupaten Pulang Pisau, yakni sungai Rasau,

Bangah, Paduran alam dan sungai Sampang perlu dikaji lebih mendalam dan

dikembangkan agar dapat menjadi acuan dalam penerapan di lapangan untuk

memperkuat hukum positif. Kajian dan pengembangan tersebut melibatkan

Lembaga Kedamangan Kecamatan Sabangau Kuala, tokoh masyarakat dan

forum perwakilan masyarakat Kecamatan Sabangau Kuala agar terbangun

komitmen dalam menerapkan nilai-nilai kearifan lokal untuk menunjang

kelestarian kawasan Taman Nasional Sebangau. Produk kajian dan

pengembangan selanjutnya dikukuhkan sebagai salah satu acuan pengelolaan

sumber daya alam di dalam kawasan TNS wilayah administrasi Kabupaten

Pulang Pisau melalui pola kolaboratif. Penerapan kearifan lokal pengelolaan

sumber daya alam di dahului dengan penetapan tata batas yang dilanjutkan

dengan pematokan tapal batas sertta penetapan zona pemanfaatan yang

menjadi rambu-rambu dalam pola kolaboratif sehingga keterlibatan

masyarakat senantiasa berorientasi pada azas lestari dan azas manfaat secara

timbal balik.

2. Pengelola TNS perlu bekerja sama dengan Lembaga Kedamangan Kecamatan

Sabangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau, tokoh dan forum perwakilan

masyarakat serta lembaga terkait lainnya dalam melakukan sosialisasi tentang

nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat di daerah aliran anak sungai Sebangau dalam

kawasan Taman Nasional Sebangau

Page 49: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

44

3. Dalam rangka meningkatkan dan memelihara respon masyarakat terhadap

nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam dalam kawasan Taman

Nasional Sebangau perlu adanya inventarisasi tentang anggota masyarakat

yang melakukan praktek baik (best practice) dalam mengelola hasil hutan

bukan kayu. Diantara indikator yang dapat digunakan dalam inventarisasi

tersebut adalah kepedulian pada lingkungan, komitmen dalam menerapkan

kearifan lokal, dan jumlah masyarakat binaan, serta penghasilan masyarakat

binaan.

4. Perlu adanya dokumentasi, publikasi dan apresiasi tentang praktek baik

penerapan nilai-nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam yang

dilakukan masyarakat di daerah aliran anak sungai Sebangau dalam kawasan

Taman Nasional Sebangau.

5. Dalam rangka mengantisipasi kendala yang dihadapi dalam penerapan nilai-

nilai kearifan lokal pengelolaan sumber daya alam di daerah aliran anak

sungai Sebangau dalam kawasan Taman Nasional Sebangau wilayah

administrasi Kabupaten Pulang Pisau perlu dilakukan langka antisipatif.

Kendala yang datang dari luar antara lain dapat diantisipasi dengan

identifikasi mendalam sumber kendala, penguatan kemitraan dengan

masyarakat lokal, serta pembinaan dan penegakan hukum. Kendala yang

datang dari dalam dapat diantisipasi dengan peningkatan kapasitas masyarakat

lokal dalam melakukan diversifikasi mata pencaharian, peningkatan kapasitas

kawasan TNS sebagai penyangga sumber mata pencaharian dari sumber daya

alam bukan kayu, menanamkan rasa bangga sebagai masyarakat yang hidup di

sekitar kawasan TNS dengan memberikan penghargaan atas jasa mereka

dalam menyangga berlangsungnya kehidupan di muka bumi.

Page 50: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

45

LAMPIRAN

Tabel L2.1 Karakteristik Responden S. Rasau & S. Bangah Kategori Pertama

Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

Basel A.

Bangkan

(K1R1)

62 thn Damang Adat Dayak 62 thn

(09-01-1952)

SMA

Sabran

K1R2)

48 thn Ketua Formas Dayak 48 tahun

(04-03-1966)

Sarjana

Cakun

(K1R3)

56 thn Tetua S. Rasau Dayak 56 tahun SR

Rusli

(K1R4)

51 thn Tetua S. Bangah Dayak 51 tahun SR

Tabel L2.2 Karakteristik Responden S. Kaki & S. Sebagau Kecil Kategori

Pertama

Nama Umur Status Suku Lama

Domisili

Pendidikan

Asnawi

(K1R5)

43 thn Sekdes Sei

Kaki

Dayak 35 tahun SMP

H.Masrani

(K1R6)

51 thn Kades

Sebangau

Jaya

Dayak 51 tahun SMA

Tabel L2.3 Karakteristik Responden S. Paduran Alam & S. Sampang Kategori

Pertama

Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

Ijen I. Piter

(K1R7)

66 thn Damang Adat Dayak 66 tahun SMA

Idarwan

(K1R8)

41 thn Ketua Formas Dayak 17 tahun SMA

Salman Iter

(K1R9)

51 thn

Tetua Sungai

Paduran Alam

Dayak 20 tahun SMP

Surianto

Iter

(K1R10)

58 thn Dayak 25 tahun SMP

Edy

(K1R11)

31 thn Ketua RT 05

Sudimampir

S. Sampang

Banjar 19 tahun SMP

Page 51: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

46

Tabel L2.4 Karakteristik Responden Sungai Rasau kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama

Domisili

Pendidikan

1. Arbaen

(K2R1)

32 tahun Nelayan Dayak 32 tahun SMP

2. Budi Ependi

(K2R2)

35 tahun Nelayan Dayak 35 tahun SMP

3. Resno

(K2R3)

37 tahun Nelayan Dayak 37 tahun SMP

Tabel L2.5 Karakteristik Responden Sungai Bangah kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama

Domisili

Pendidikan

1. Gani

(K2R4)

40 thn Nelayan Dayak 40 tahun SMP

2. Adiyansyah

(K2R5)

38 thn Nelayan Dayak 38 tahun SMA

3. Zaenuddin

(K2R6)

21 thn Nelayan Dayak 21 tahun SMP

4. Jumri

(K2R7)

40 thn Nelayan Dayak 40 tahun SD

Tabel L2.6 Karakteristik Responden S. Paduran Alam kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama

Domisili

Pendidikan

1. Agau H. Enen

(K2R8)

63 thn Nelayan Dayak 51 tahun SR

2. Imes Binga

(K2R9)

42 thn Nelayan Banjar 22 tahun SMP

3. Tamrin

(K2R10)

62 thn Nelayan Dayak 40 tahun SR

4. Moris Rangga

(K2R11)

59 thn Nelayan Dayak 46 tahun SR

5. Darwin

(K2R12)

37 thn Pencari

Burung

Banjar 20 tahun SMP

Page 52: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber ... · Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau Wilayah Kabupaten Pulang Pisau ... Potensi

47

Tabel L2.7 Karakteristik Responden Sungai Sampang kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

1. Alim

(K2R13)

72 thn Nelayan Banjar 42 tahun SR

2. Arbain

(K2R14)

39 thn Nelayan Banjar 19 tahun SMP

3. Mujiyanto

(K2R15)

23 thn Nelayan Jawa 15 tahun SMP

4. Juana

(K2R16)

35 thn Nelayan Jawa 21 tahun SMP

Tabel L2.8 Karakteristik Responden Sungai Kaki kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

1. Firman

(K2R17)

30 thn Nelayan Banjar 30 tahun SMP

2. Nanang

(K2R18)

36 thn Nelayan Banjar 19 tahun SMP

3. Iri

(K2R19)

35 thn Nelayan Banjar 15 tahun SMP

4. Dedi

(K2R20)

32 thn Nelayan Jawa 12 tahun SMP

Tabel L2.9 Karakteristik Responden Sungai Sebangau Kecil kategori kedua:

No. Nama Umur Status Suku Lama Domisili Pendidikan

1. Saripani

(K2R21)

41 thn Nelayan Banjar 41 tahun SD

2. Ahmad

(K2R22)

49 thn Nelayan Banjar 49 tahun SR

3. Isna

(K2R23)

23 thn Nelayan Jawa 23 tahun SMP

4. Deden

(K2R24)

35 thn Nelayan Jawa 17 tahun SMP