manajemen sumber daya manusia: studi analitis terhadap pengelolaan sumber daya manusia ... · 2017....

34
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA: STUDI ANALITIS TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA GEREJA DI GKJW JEMAAT SIDOMULYO Oleh, Stefi Kristian Rumere NIM: 712011011 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi, guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

25 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA:

    STUDI ANALITIS TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

    GEREJA DI GKJW JEMAAT SIDOMULYO

    Oleh,

    Stefi Kristian Rumere

    NIM: 712011011

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi,

    guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

    (S.Si Teol)

    PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI

    FAKULTAS TEOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • 1

    MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

    “STUDI ANALITIS TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

    GEREJA DI GKJW JEMAAT SIDOMULYO”

    ABSTRAK

    Penelitian ini difokuskan pada analisis terhadap pengelolaan sumber daya manusia

    di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Sidomulyo, dengan tujuan untuk memahami

    bagaimana pengelolan terhadap sumber daya manusia di gereja dilakukan. Metode

    penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif.

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumenter, wawancara,

    dan observasi langsung di wilayah penelitian. Landasan teori yang digunakan dalam

    menganalisa data pada penelitian ini adalah teori manajemen SDM pada umumnya dan teori

    manajemen SDM di gereja pada khususnya. Mengingat bahwa warga gereja sebagai sumber

    daya merupakan asset penting dalam gereja, yang senantiasa mengalami dinamika dan

    perkembangan, maka penting bagi gereja untuk mendayagunakan setiap potensi yang

    dimiliki warga gereja untuk menggerakkan kegiatan pelayanan gereja. Pengelolaan SDM

    gereja berbasis peran serta warga memberi kesempatan yang luas bagi warga gereja

    berpartisipasi dalam kegiatan-kegaiatan pelayanan gereja, guna mengembangkan potensi

    dan mengaktualisasikan diri dalam pelayanan. Namun, upaya pengelolaan sumber daya

    manusia di GKJW Jemaat Sidomulyo masih sangat lemah karena berbagai faktor yang

    mempengaruhinya. Seperti; lemahnya kualitas pembinaan warga gereja baik secara individu

    maupun keluarga-keluarga dari sisi metode dan materinya, tidak tersedianya mekanisme dan

    data administrasi warga gereja yang valid, serta kurangnya perhatian terhadap aspek-aspek

    kebutuhan jasmaniah warga gereja.

    Kata Kunci: Manajemen Sumber Daya Manusia, GKJW Jemaat Sidomulyo, Warga Gereja,

    Pengelolaan SDM Gereja.

    1. PENDAHULUAN

    Gereja merupakan persekutuan orang-orang yang beriman kepada Kristus, yang

    tergabung dalam wadah institusi atau organisasi gereja.1 Sebagai persekutuan orang-orang

    yang percaya kepada Kristus, gereja hadir di dunia mengemban tugas dan panggilan (misi)

    yang diamanatkan oleh Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja.2 Gereja dipanggil menjadi rekan

    sekerja Tuhan Allah untuk turut serta melaksanakan karya-Nya di dunia, serta bertanggung

    jawab atas pemberlakuan kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera bagi masyarakat,

    1 Sutarno, Di dalam Dunia, tetapi Tidak dari Dunia, bagian “Kesaksian dan Pelayanan Gereja dalam

    Membina Serta Mengelola Sumber Daya Manusia yang Berkualitas”, (Jakarta; BPK Gunung Mulia–Satya

    Wacana Press, 2004) 33. 2Sutarno, Di dalam Dunia, tetapi Tidak dari Dunia, bagian “Misi Gereja di Tengah Situasi Sosial

    Politik Bangsa dan Negara Sekarang ini”, (Jakarta; BPK Gunung Mulia – Satya Wacana Press, 2004) 60.

  • 2

    bangsa dan Negara.3 Gereja menjawab tugas dan panggilannya tersebut dengan

    melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan di bidang Teologi, Persekutuan, Kesaksian, Cinta

    kasih, dan Penatalayanan.4 Agar dapat melaksanakan tugas panggilannya dengan

    bertanggung jawab dan menjalankan fungsinya dengan benar, maka gereja perlu dikelola dan

    di manajemen dengan baik.5

    Kegiatan manajemen telah lama dilakukan oleh gereja, lebih kurang ketika

    munculnya kecenderungan untuk lebih menekankan organisasi gereja di abad ke-3.6 Secara

    historis, kegiatan manajemen juga telah dilakukan umat Allah, baik dalam Perjanjian Lama

    maupun Perjanjian Baru untuk mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan.7 Alkitab banyak

    memberikan kesaksian mengenai kegiatan manajemen yang dilakukan oleh umat Allah.

    Secara khusus mengenai praktek manajemen dalam pembagian tugas pelayanan yang

    dilakukan oleh para Rasul untuk melayani janda-janda, dengan memilih dan mengutus

    pelayan-pelayan (Diakonos) khusus untuk melakukan tugas ini (Kisah Para Rasul 6:1-6).

    Istilah manajemen, secara etimologi berasal dari bahasa Inggris “management” dari

    kata kerja “to manage” yang berarti “to control”, di dalam bahasa Indonesia diartikan dengan

    mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola sesuatu dalam rangka mencapai tujuan

    tertentu.8 Secara epistemologi manajemen berarti suatu proses perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan penggunaan

    sumber daya manusia dan benda dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara

    efektif dan efisien, dan memiliki fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

    pengkoordinasian, dan pengendalian, yang didalamnya terdapat unsur-unsur manajemen yang

    meliputi man, money, material, mechines, methods, markets.9

    Manusia (man) sebagai salah satu unsur manajemen memainkan peran penting dalam

    pelaksanaan kegiatan manajemen, karena keberhasilan unsur-unsur lainnya bergantung pada

    ketersediaan dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang ada.10

    Dilihat dari

    pengertiannya, SDM dilingkungan organisasi terbagi dalam tiga sudut pandang: Pertama,

    3 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, (Malang; Majelis Agung GKJW, 1996), Pasal 4

    tentang Panggilan, BAB II, 5. 4 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, (Malang; Majelis Agung GKJW, 1996), Pasal 6

    tentang Kegiatan Pelayanan, BAB III, 5 5Andreas Untung Wiyana & Sukardi, Manajemen Gereja: Dasar Teoritis dan Implikasi Praktisnya,

    (Bandung; Bina Media Informasi, 2010), 46 6 Robby I. Chandra, Manajemen Gereja, dalam Jurnal Setia Edisi Januari Nomor 1, tahun 1996, 6.

    7 H. Ogirwalu, Manajemen Gereja, dalam Jurnal Setia Edisi Januari Nomor 1, tahun 1996,34

    8 Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi, 2001), 1.

    9 Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 2-5

    10 H. Handari Nawawi, Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, (Yogyakarta:

    Gadjah Mada university Press, 2001), 48.

  • 3

    SDM adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai asset organisasi yang dapat dihitung

    jumlahnya (kuantitatif). Kedua, SDM adalah potensi yang menjadi penggerak organisasi yang

    memiliki potensi yang berbeda-beda. Ketiga, Manusia sebagai sumber daya adalah mahluk

    ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai penggerak organisasi atau perusahaan yang berbeda

    dengan sumber daya yang lain.11

    Dengan demikian sumber daya manusia (SDM) secara

    ringkas dapat diartikan sebagai manusia atau pekerja yang berfungsi sebagai asset dalam

    organisasi yang memiliki potensi sebagai penggerak organisasi atau perusahaan.

    Di dalam konteks gereja, yang sebut sebagai SDM gereja adalah warga gereja yang

    secara administrative merupakan orang-orang yang nama dan identitasnya telah dicatat dalam

    buku induk sebagai anggota gereja.12

    Warga gereja sebagai sumber daya berbeda dengan

    sumber daya yang lainnya. Warga gereja adalah subjek yang berkehendak, yang oleh karena

    dorongan imannya dapat merancang, dan sekaligus mengevaluasi pelaksanaan serta hasilnya

    demi tujuan yang dikehendaki.13

    Warga gereja merupakan sumber daya gereja yang paling

    utama, karena warga gereja adalah pelaku pekerjaan pelayanan gereja yang mempengaruhi

    mutu lembaga atau institusi gereja.14

    Karena itu, tantangan yang segera harus dijawab gereja

    adalah bagaimana memanfaatkan secara memaksimalkan SDM gereja yakni warga gereja

    untuk dapat menunjang tercapainya tujuan gereja. Mengingat bahwa manusia diciptakan oleh

    Tuhan sebagai makhluk tertinggi diantara ciptaan yang lain, dengan tujuan agar manusia

    mampu mengelola semua sumber daya yang ada (Kej. 1:26).15

    Di dalam ilmu manajemen, studi yang memfokuskan kajian terhadap unsur-unsur

    SDM adalah manajemen sumber daya manusia (MSDM).16

    Marwansyah mendefinisikan

    MSDM sebagai pendayagunaan SDM di dalam organisasi melalui fungsi-fungsi perencanaan,

    rekrutmen dan seleksi, pengembangan, perencanaan, pemberian kompensasi, keselamatan

    dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial yang bertujuan untuk mengoptimalkan

    produktivitas dari semua pekerja dalam sebuah organisasi, serta sumber daya manusia yang

    professional yang memiliki karakteristik, kompetensi, dan kecerdasan.17

    Di gereja, istilah

    MSDM dikenal dengan berbagai istilah, antara lain: Pemberdayaan Warga Gereja (PWG),

    Pembinaan Warga Gereja, Pengelolaan SDM gereja, Pembangunan Jemaat, dll. Kesemuanya

    11

    H. Hadari Nawawi, Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif….., 37 12

    Andreas Untung Wiyana & Sukardi, Manajemen Gereja..., 70 13

    Andreas Untung Wiyana & Sukardi, Manajemen Gereja…,108 14

    J.L.Ch. Abineno, Jemaat: Ujud, Peraturan, Susunan, Pelayanan dan Pelayan pelayannya, (Jakarta:

    BPK Gunung Mulia, 1983), 132-135 15

    Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani…., 6 16

    Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia…, 3 17

    Marwansyah, Manajemen Sumber Daya Manusia- edisi kedua, (Bandung: Alfabeta, 2012), 4-5.

  • 4

    itu bertujuan untuk membantu warga gereja bertumbuh dalam iman sehingga mereka mampu

    mengekspresikan iman dalam kehidupan sehari-hari, serta memberi kesempatan dan

    kepercayaan untuk belajar dan turut serta mengambil bagian dalam pelayanan, sekaligus

    mengembangkan wawasan dan peningkatan kemampuan pelayanannya.18

    Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) menyadari dengan benar bahwa keberadaanya saat

    ini tidak terlepas dari peran serta jemaat-jemaat lokal di wilayah Jawa Timur yang

    mengikatkan diri dalam sebuah persekutuan gerejawi yang berbentuk “Patunggilan Kang

    Nyawiji”.19

    Pertumbuhan, perkembangan, dan penyebarannya tidak dapat dipisahkan dari

    peran serta warga baik individu maupun keluaraga-keluaraga Kristen yang menyebar hampir

    ke seluruh pelosok Jawa Timur yang menjadi cikal bakal jemaat-jemaat GKJW. Seperti sosok

    C.L Coolen dan Paulus Tosari yang merupakan awam dan tidak memiliki jabatan khusus

    gereja sangat berperan dalam menumbuh-kembangakan GKJW. Dengan dasar itulah GKJW

    mengakui bahwa peran serta warga gereja dalam pertumbuhan dan perkembangan pelayanan

    gereja sangat besar, sehingga GKJW menghayati dirinya sebagai Gereja Gerakan Warga.20

    Hal ini menunjukkan bahwa warga gereja memainkan peran penting dalam setiap lini

    kehidupan gereja. Oleh karena itu, gereja berupaya untuk mengelola warganya agar dengan

    setiap potensi dan kemampuannya dapat memberikan kontribusi bagi pelayanan gereja.

    Sebagai bagian dari Greja Kristen Jawi Wetan, GKJW Jemaat Sidomulyo yang berdiri

    sejak tahun 1927,21

    memahami bahwa warga gereja merupakan asset yang berharga sebagai

    penggerak kegiatan pelayanan di gereja. Namun kenyataanya, warga gereja yang diharapkan

    mampu menjadi penggerak kegitan pelayanan di gereja, terlihat kurang memiliki kemauan

    untuk berpartisipasi dalam kegiatan palayanan gereja. Demikian juga dengan lemahnya

    kemampuan warga jemaat yang terlibat dalam kegiatan pelayananan baik itu Penatua,

    Diaken, Komisi-komisi, Pokja, kepemimpinan dan manajemen, pelayanan firman, diakonia,

    dan kemampuan merancang program kegiatan, dan lain-lain.

    Hal ini berdampak pada kualitas kegiatan-kegiatan pelayanan sehingga tidak

    menjawab kebutuhan gereja dan masyarakat pada umumnya karena program-program

    kegiatan pelayanan yang dilaksanakan cenderung statis dan tidak menyesuaikan dengan

    perkembangan yang ada, serta kebiasaan dalam pembuatan program kegiatan pelayanan

    dengan mengulang program-program tahun sebelumnya yang sifatnya hanya copy paste tanpa

    18

    Andreas Untung Wiyana & Sukardi, Manajemen Gereja…., 71-73. 19

    Pokok-pokok Rencana Kegiatan Pembangunan GKJW, PPMA-GKJW, 1986 20

    Hutomo Surjo Widodo, Bergereja ala Keluaraga, (Malang: IPTh Balewiyata, 2014),49-62 21

    Badan Pekerja Harian Majelis Agung, Peringatan 50 Tahun Majelis Agung GKJW, (Malang, Majelis Agung GKJW, tanpa tahun), 264.

  • 5

    dilakukan evaluasi terhadap program tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka

    muncul pertanyaan-pertanyaan secara kritis mengenai apa faktor-faktor yang menyebabkan

    lemahnya kemampuan warga gereja dalam pelayanan? dan apa yang gereja lakukan selama

    ini dalam mengelola warganya? sehingga memiliki kemampuan dalam malaksanakan tugas

    dan panggilan pelayanannya.

    Kenyataan ini merupakan indikasi lemahnya pengelolaan sumber daya gereja di

    GKJW Jemaat Sidomulyo, khususnya dalam hal pengelolaan SDM gereja. Oleh karena itu,

    penelitian ini merupakan studi analitis terhadap manajemen atau pengelolaan SDM gereja di

    GKJW Jemaat Sidomulyo.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah: Bagaimana pengelolaan sumber daya manusia (SDM) gereja di GKJW Jemaat

    Sidomulyo?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa pengelolaan

    sumber daya manusia (SDM) gereja di GKJW Jemaat Sidomulyo.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a) Manfaat teoritis:

    Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam study organisasi

    dan manajemen gereja, khususnya dalam hal pengelolaan sumber daya

    manusia (SDM) gereja.

    b) Manfaat praktis:

    - Bagi Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW), penelitian ini bermanfaat untuk

    memberikan sumbangan pemikiran tentang pengelolaan sumber daya

    manusia (SDM) gereja di aras jemaat.

    - Secara khusus bagi GKJW Jemaat Sidomulyo, penelitian ini dapat

    dijadikan sebagai acuan dan referensi dalam pelaksanaan pengelolaan

    sumber daya manusia (SDM) gereja

    1.5 Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

    dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengeksplorasi

    dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan

    mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

  • 6

    diteliti.22

    Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,

    keadaan, gejala kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran

    suatu gejala dan gejala lain dalam suatu masyarakat.23

    1. Tehnik Pengumpula Data:

    a) Wawancara

    Metode wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan

    seseorang untuk tujuan tertentu mencoba mendapatkan keterangan atau

    pendirian secara lisan dari seorang rersponden, dengan bercakap-cakap

    berhadapan muka dengan orang tersebut.24

    Dalam hal ini responden atau

    informan yang dilibatkan meliputi Pendeta Jemaat, Penatua dan Diaken,

    Badan Pembantu (BP) Majelis Jemaat, Karyawan dan staf gereja, dan warga

    Jemaat GKJW Sidomulyo.

    b) Pengamatan atau observasi

    Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap

    suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku.25

    Pengamatan sebagai cara

    penelitian menuntut dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang menentukan

    jaminan bahwa hasil pengamatan memang sesuai dengan kenyataan yang

    menjadi sasaran perhatian. Oleh karena itu pengamatan akan dilakukan

    terhadap sasaran pengamatan yakni proses pengelolaan sumber daya manusia

    di GKJW Jemaat Sidomulyo. Proses pengamatan dilakukan dengan

    melakukan pengamatan terlibat (observasi partisipasi) yang mana peneliti

    secara langsung hadir di tempat dimana peneliti dapat melihat dan mengamati

    secara langsung sasaran pengamatan.26

    c) Dokumen

    Metode dokumenter menggunakan sumber data berupa catatan-catatan atau

    dokumen yang tersedia.27

    Data ini akan diambil dari catatan-catatan atau

    notulensi rapat-rapat dan persidangan Majelis Jemaat, serta dokumen

    Program-program Kerja Tahunan GKJW Jemaat Sidomulyo.

    22

    Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, ( Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2003), 20 23

    Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta; Gramedia, 1997), 29 24

    Koentjaraningrat, Metode Wawancara, dalam Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian

    Masyarakat, (Jakarta;Gramedia, 1997), 129 25

    Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial…, 52 26

    Harsja W. Bachtiar, Pegamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian, dalam Koentjaraningrat, Metode-

    Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta; Gramedia, 1997), 110-119. 27

    Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, ( Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2003), 53.

  • 7

    1.6 Sistemetika Penulisan

    Berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini, maka peneliti membagi tulisan ini

    menjadi beberapa bagian.

    Pada bagian pertama akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan

    metode penelitian yang akan digunakan untuk melihat permasalahan yang terjadi di GKJW

    Jemaat Sidomulyo mengenai pengelolaan sumber daya manusia (SDM) gereja. Bagian kedua

    akan membahas landasan teori sebagai dasar untuk menganalisa fenomena permasalahan

    yang terjadi. Teori yang akan digunakan adalah teori manajemen atau pengelolaan sumber

    daya manusia (SDM) gereja, khususnya mengenai pemberdayaan warga gereja dalam

    pekerjaan pelayanan gereja. Pada bagian ketiga akan disajikan gambaran umum GKJW

    Jemaat Sidomulyo dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) gereja. Bagian

    empat merupakan analisis pengelolaan sumber daya manusia (SDM) gereja yang diharapkan

    mampu memberi sumbang pemikiran bagi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) gereja.

    Bagian kelima merupakan bagian penutup dari tulisan ini, didalamnya akan disajikan

    simpulan serta saran-saran.

    2. LANDASAN TEORI

    Pada bagian ini membahas mengenai manajemen sumber daya manusia secara umum,

    dan kemudian berfokus pada manajemen sumber daya manusia dalam konteks organisasi

    gerejawi.

    2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Arti Luas

    Secara etimologis manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah penggabungan

    dari dua konsep yang memiliki pengertian yang berbeda, yaitu; manajemen dan sumber daya

    manusia.28 Karena itu, pertama-tama perlu untuk memahami terlebih dahulu pengertian dari

    konsep menajemen dan sumber daya manusia (SDM) tersebut. Kata manajemen, berasal dari

    bahasa Inggris “management” dari kata kerja “to manage” yang berarti “to control”, di

    dalam bahasa Indonesia diartikan dengan mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola

    sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.29 Secara epistemologi manajemen berarti

    suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan

    pengendalian kegiatan penggunaan sumber daya manusia dan benda dalam suatu organisasi

    agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dari pengertian tersebut,

    28

    Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan

    Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 10 29

    Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusisa, (Yogyakarta: Andi, 2001), 1

  • 8

    manajemen memiliki aspek-aspek perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

    pengkoordinasian, dan pengendalian, yang didalamnya terdapat unsur-unsur manajemen yang

    meliputi man, money, material, mechines, methods, markets.30

    Sedangkan, sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian dari sumber daya yang

    dimiliki oleh organisasi, di samping sumber daya non-manusia (sumber daya alam, modal,

    mesin, teknologi, material, dan lain-lain).31 Menurut H. Hadari Nawawi (2000:40), SDM

    dalam organisasi dapat dilihat dari tiga pengertian, yaitu: 1) SDM adalah manusia yang

    bekerja di lingkungan suatu organisasi meliputi personil, tenaga kerja, pegawai atau

    karyawan. 2) SDM adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam

    mewujudkan eksistensinya. 3) SDM adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi

    sebagai modal (non-material/non-financial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat

    diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi

    organisasi.32 Jadi, berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksudkan

    dengan SDM dalam organisasi adalah meliputi unsur manusia (personal) dan potensi-

    potensinya baik fisik dan non-fisik yang merupakan modal dasar bagi organisasi untuk dapat

    mencapai eksistensi dan tujuannya.

    Pengertian manajemen SDM telah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan

    berbagai definisi dan penekanan yang berbeda-beda. Nawawi (2000:5) mendefinisikan

    kegiatan manajemen SDM sebagai peningkatan pendayagunaan SDM dilingkungan suatu

    organisasi, agar berfungsi secara optimal dalam mencapai tujuan organisasi.33 Secara

    sederhana Gomes (2001:6) mendefinisikan manajemen SDM sebagai pengelolaan SDM yang

    meliputi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pegawasan atas

    pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan

    pemutusan hubungan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan

    organisasi, individu, dan masyarakat.34 Sependapat dengan Gomes, Ambar & Rosidah

    (2009:12) mengatakan bahwa manajemen SDM merupakan usaha untuk mengerahkan dan

    mengelola SDM di dalam organisasi agar mampu berfikir dan bertindak sebagaimana yang

    diinginkan organisasi.35

    30

    Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 2-5 31

    Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah…, 10 32

    H. Handari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan ketiga, (Yogyakarta: Gama Press,

    2000), 40 33

    H. Handari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia …., 5. 34

    Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia….., 6. 35

    Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan

    Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik…, 12.

  • 9

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, manajemen SDM merupakan sarana

    pengelolaan SDM yang meliputi peningkatan dan pendayagunaan SDM di dalam organisasi

    melalui kegiatan perencanaan, rekrutmen dan seleksi, pengembangan, pemeliharaan,

    pemberian balas jasa, agar berfungsi secara optimal dalam mencapai tujuan organisasi,

    termasuk juga di dalam organisasi gerejawi.

    2.2 Proses Manajemen Sumber Daya Manusia

    Kegiatan manajeman SDM dalam organisasi menurut Suparno (2015:7) dilaksanakan

    berdasarkan fungsi-fungsinya, yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional. Kegiatan

    dalam fungsi manajerial meliputi kegiatan perencanaan yaitu penetapan program pengelolaan

    SDM dan analisis pekerjaan, kegaitan pengorganisasian yaitu penyusunan suatu organisasi

    dengan membentuk struktur dan hubungan antara pekerja dan tugas-tugasnya, kegiatan

    pengarahan yaitu pemberian dorongan kepada pekerja agar mampu bekerja secara efektif dan

    efisien sesuai tujuan yang ditetapkan, dan kegiatan pengendalian yang merupakan fungsi

    pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan yang telah ditetapkan. Kemudian fungsi

    operasional yang meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan SDM, pengadaan, pengembangan,

    kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian hubungan

    kerja.36

    Selain itu, proses manajemen SDM di dalam organisasi juga dipengaruhi oleh

    bagaimana organisasi memandang SDM yang dimilikinya. Di dalam perkembangan teori

    manajemen manusia, model manajemen SDM merupakan pengembangan dari pendekatan

    terhadap teori manajemen manusia yaitu model traditional dan human relations.

    Mendasarkan pada pengertian kebutuhan manusia Abraham Maslow, model manajemen

    SDM menekankan pada kebutuhan psikologi dan keamanan anggota organisasi.37

    Gomes

    (2001:2) menekankan pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial

    yang perlu dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi

    organisasi dan pengembangan dirinya.38

    Hal ini yang membedakan model manajemen SDM

    dari dua model lainnya.

    Di dalam model tradisional, fokus penekankan pada konsep stabilitas, ketertiban serta

    kewenangan yang didasarkan pada kemampuan. Anggota organisasi hanya dituntut untuk

    mematuhi prosedur kerja yang telah ditetapkan dengan pengawasan yang sangat ketat. Hal ini

    36

    Suparno Eko Widodo, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2015), 7 37

    Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan

    Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik…, 30. 38

    Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia…, 2-3.

  • 10

    berdampak pada kreatifitas dan perkembangan anggota organisasi oleh karena aturan yang

    sangat mengikat dan membatasi karyawan. Di sisi lain model human relation menekankan

    fokus mengenai hubungan kerja yang lebih menghargai unsur kemanusiaan. Bila dalam

    model tradisional menekankan efisiensi dan efektifitas karyawan, maka dalam model human

    relation lebih menekankan aspek moralitas dalam organisasi.39

    Di dalam paradigma model manajemen SDM, faktor yang menyebabkan anggota

    organisasi menjadi tidak kreatif oleh karena adanya pembatasan terhadap pekerjaan, sehingga

    anggota organisasi tidak bisa mengakatualisasikan diri. Padahal, pada dasarnya dalam diri

    setiap anggota organisasi mempunyai keinginan untuk selalu maju. Apabila anggota

    organisasi diberikan kepercayaan dan kebebasan untuk mengaktualisasikan diri melalui

    pekerjaannya dan pelayanannya, maka mereka akan memberikan kemampuannya kepada

    organisasi secara maksimal. Hal ini berimplikasi pada kemandirian sumber daya manusia

    (SDM) di dalam organisasi yang ditunjukkan dengan perilaku anggota organisasi yang

    mampu melaksanakan kontrol terhadap dirinya sendiri (self-control), seperti menjalankan

    tugas dan pekerjaan dengan pengendalian yang dilakukan sendiri dan kemampuan

    merumuskan langkah sendiri.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam paradigma manajemen SDM, sebuah

    organisasi dapat menciptakan SDM yang berkualitas, loyal, dan berprestasi apabila SDM

    yang ada diberi ruang kebebasan dan kepercayaan untuk mengaktualisasikan diri, sehingga

    dengan kemampuan yang dimilikinya dapat memberikan manfaat bagi organisasi.

    Berdasarkan paradigma di atas, maka yang dibutuhkan oleh organisasi dalam hal ini manager

    atau pemimpin hanyalah kepercayaan dan garis besar tugas pekerjaan yang jelas kepada

    anggota organisasi sesuai dengan tujuan organisasi. Manajer atau pimpinan bukan lagi

    terlihat seperti mandor, melainkan sebagai fasilitator yang memfasilitasi SDM demi

    pengembangan diri dan pengembangan organisasi.40

    Secara garis besar selain mekanisme dan aktivitas diatas, ada banyak faktor yang

    perlu dipertimbangkan untuk dapat melaksanakan kegiatan MSDM dengan baik. Seperti

    konteks dan lingkungan organisasi yang mana perkembangan dan perubahan masyarakat dan

    lingkungannya berpengaruh terhadap manajemen SDM di dalam organisasi. Hal ini tidak

    hanya berlaku untuk organisasi-organisasi yang berorientasi pada profit, tetapi juga bagi

    organisasi non-profit seperti halnya di dalam organisasi gerejawi.

    39

    Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan

    Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik…, 28-29 40

    Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan

    Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik…, 29

  • 11

    2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Konteks Gerejawi

    Kegaiatan manajemen SDM dalam konteks gereja tidak terlepas dari bagaimana

    gereja memandang sumber daya manusianya. Avery Dulles (1990:34-43) memberikan

    gambaran tentang 5 model-model gereja, salah satunya model gereja sebagai wujud

    organisasi.41

    Menurut Romo Mangunwijaya (1999:18-19), gereja yang missioner terletak

    pada peran organisme gereja, yakni orang-orangnya (SDM), lebih dari sekedar fungsi struktur

    atau institusinya. Penekanan Gereja dari aspek organismenya bukan meniadakan institusinya,

    melainkan peran orang-orang beriman yang menyebar dimanapun, kapanpun secara

    manusiawi dan totalitas memberlakukan kehidupannya sebagai wujud cinta kepada Tuhan

    Allah dan sesamanya. Gereja yang berfungsi seperti itu disebut gereja Diaspora ditengah

    kehidupan yang mengglobal.42

    Pemahaman semacam itu menunjukkan bahwa faktor

    organisme gereja yakni “warga gereja” penting dalam pelaksanaan misi gereja.

    Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) menyadari dengan benar bahwa keberadaanya saat

    ini tidak terlepas dari peran serta jemaat-jemaat lokal di wilayah Jawa Timur yang

    mengikatkan diri dalam sebuah persekutuan gerejawi yang berbentuk “Patunggilan Kang

    Nyawiji”.43

    Pertumbuhan, perkembangan, dan penyebarannya tidak dapat dipisahkan dari

    peran serta warga baik individu maupun keluaraga-keluaraga Kristen yang menyebar hampir

    ke seluruh pelosok Jawa Timur yang menjadi cikal bakal jemaat-jemaat GKJW. Seperti sosok

    C.L Coolen dan Paulus Tosari yang merupakan awam dan tidak memiliki jabatan khusus

    gereja sangat berperan dalam menumbuh-kembangakan GKJW. Dengan dasar itulah GKJW

    mengakui bahwa peran serta warga gereja dalam pertumbuhan dan perkembangan pelayanan

    gereja sangat besar, sehingga GKJW menghayati dirinya sebagai Gereja Gerakan Warga.44

    Di

    sisi lain, GKJW menyadari bahwa warga gereja merupakan asset berupa daya yang

    dikaruniakan Tuhan untuk mendukung tercapainya tugas dan panggilannya, di samping dana

    dan sarana. Yang dipahami GKJW tentang “daya” adalah keseluruhan warga gereja dengan

    segala talenta dan bakat yang mencakup ketrampilan-ketrampilan, pengalaman-pengalaman,

    kemampuan berpikir, kesempatan-kesempatan, dan minat.45

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan SDM

    yang ada di gereja adalah “warga gereja”, yang secara administrative adalah orang-orang

    41

    Avery Dulles, Model-Model Gereja, (Flores: Nusa Indah, 1990), 33-43 42

    YB. Mangunwijaya, Gereja Diaspora, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 18-19 43

    Pokok-pokok Rencana Kegiatan Pembangunan GKJW, PPMA-GKJW, 1986 44

    Hutomo Surjo Widodo, Bergereja ala Keluaraga, (Malang: IPTh Balewiyata, 2014),49-62 45

    Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), Pasal 1

    bagian Memori Penjelasan Pranata tentang Kegiatan Pelayanan di BIdang Penatalayanan, BAB I, 299

  • 12

    yang nama dan identitasnya telah dicatat dalam buku induk sebagai anggota gereja.46

    Warga

    gereja merupakan sumber daya gereja yang paling utama dan penting, karena warga gereja

    adalah pelaku pekerjaan pelayanan gereja yang mempengaruhi mutu lembaga atau institusi

    gereja.47

    Karena itulah, maka warga gereja sebagai sumber daya perlu dikelola dan

    didayagunakan segala potensinya.

    Dalam prakteknya, manajemen SDM gereja memiliki istilah yang berbeda-beda.

    Untung dan Sukardi (2010:71-73 memaknai istilah manajeman SDM di gereja dengan istilah

    Pemberdayaan Warga Gereja (PWG) yang bertujuan untuk membantu warga gereja

    bertumbuh dalam iman sehingga mereka mampu mengekspresikan iman dalam kehidupan

    sehari-hari, serta memberi kesempatan dan kepercayaan untuk belajar dan turut serta

    mengambil bagian dalam pelayanan, sekaligus mengembangkan wawasan dan peningkatan

    kemampuan pelayanannya.48

    Di sisi lain, Sutarno (2004:35) memakai istilah pengelolaan

    SDM menjelaskan bahwa pengelolaan SDM gereja adalah upaya untuk memelihara,

    menumbuhkan dan meningkatkan potensi-potensi fisik, emosional, dan intelektual manusia,

    agar dapat menjalankan wewenang dan mandate kemanusiaanya dari Tuhan dengan sebaik-

    baiknya, serta membantu manusia agar dapat menjadi pelaku-pelaku yang setia dari tuntutan

    hukum kasih.49

    Untuk memudahkan memahami manajemen SDM dalam konteks gereja,

    maka dua istilah yang telah disebutkan di atas akan digunakan dalam tulisan ini, yakni

    pemberdayaan warga gereja dan atau pengelolaan SDM gereja.

    Menurut Sutarno (2004:35), sarana kegiatan pengelolaan SDM gereja pertama-tama

    dan utama adalah pendidikan baik formal maupun non formal.50

    Selanjutnya, peningkatan

    kualitas SDM gereja juga dipengaruhi bagaimana gereja meningkatkan kualitas kehidupan

    jasmani dan rohani manusia. Karena itu, dalam rangka pengelolaan SDM, gereja perlu

    memperhatikan konteks kehidupan warga gereja baik itu, pendidikan, maupun sosial-

    ekonominya.51

    Secara praktis pengelolaan SDM gereja membutuhkan dukungan administrasi berupa

    data base yang bermanfaat dalam proses perekrutan dan pembinaan yang diperlukan untuk

    membekali para pelayan dengan pemahaman dan ketrampilan yang diperlukan. Aktivitas

    46

    Andreas Untung Wiyana & Sukardi, Manajemen Gereja..., 70 47

    J.L.Ch. Abineno, Jemaat: Ujud, Peraturan, Susunan, Pelayanan dan Pelayan pelayannya, (Jakarta:

    BPK Gunung Mulia, 1983), 132-135 48

    Andreas Untung Wiyana & Sukardi, Manajemen Gereja…,71-73 49

    Sutarno, Di Dalam Dunia tapi Tidak dari Dunia: Pemikiran Teologis tentang Pergumulan Gereja

    dalam Masyarakat Indonesia yang Majemuk, (Jakarta :BPK Gunung Mulia & Satya Wacana University Press,

    2004), 35 50

    Sutarno, Di Dalam Dunia tapi Tidak dari Dunia…., 35 51

    Sutarno, Di Dalam Dunia tapi Tidak dari Dunia…., 39

  • 13

    PWG secara umum dapat dilakukan dengan memanfaatkan setiap kegiatan-kegiatan

    pelayanan, kegiatan ceramah, diskusi, kursus, pelatihan, dan lain sebagainya.52

    Keberhasilan

    PWG juga dipengaruhi oleh kemampuan gereja dalam mengembangkan strategi yang

    digunakan dalam pelaksanaan PWG, Yaitu: Strategi PWG Parokial yaitu PWG dengan cara

    membagi warga gereja ke dalam wilayah dan kelompok-kelompok pelayanan berdasarkan

    letak geografis atau tempat tinggal warga gereja. Strategi PWG Kategorial yaitu PWG

    dengan membagi warga gereja berdasarkan kategori-kategori tertentu, misalnya usia, bakat

    minat, dan profesi. Strategi PWG Fungsional yaitu PWG yang dilaksanakan dengan membagi

    pekerjaan pelayanan gereja ke dalam bidang-bidang pelayanan sesuai dengan fungsi masing-

    masing dalam rangka mencapai tujuan pelayanan.

    Dari berbagai uraian tentang pengelolaan SDM diatas baik di gereja maupun di dalam

    organisasi umum lainnya, dapat dilihat bahwa terdapat berbagai perbedaan dan persamaan.

    Perbedaan yang secara jelas terlihat antara lain; Orientasi perusahaan adalah keuntungan

    (profit) sementara di gereja berorientasi pada pelayanan, namun tidak dapat dipungkiri

    keduanya membutuhkan SDM untuk melaksanakan setiap tugas dan pekerjaan. Berikutnya,

    dalam konteks organisasi gerejawi sebagian besar SDM yang melakukan pekerjaan adalah

    tenaga sukarela dengan upah yang minim,53

    sementara sumber daya manusia dalam

    organisasi yang berorientasi pada profit, perusahaan bersedia memberi upah yang besar.

    Pada sisi lainnya, persamaan antara manajemen SDM umumnya dan di dalam

    organisasi gerejawi salah satunya terletak pada pandang yang sama terhadap sumber daya

    manusia, yaitu sebagai asset yang menjadi modal dasar tumpuan yang menggerakkan

    organisasi. GKJW sejak awal mengakui bahwa warga gereja sebagai sumber daya adalah

    subjek dan objek pelayanan.54

    Artinya, sebagai subjek warga gereja dituntut berperan aktif

    dan bertanggung jawab atas tugas pangilannya di dunia. Sebagai objek, warga gereja

    menyadari bahwa dirinya adalah sarana yang dipakai oleh Tuhan Allah untuk menjalankan

    karya Tuhan Allah di dunia.

    Menurut hemat penulis perbedaan-perbedaan yang ada bukan berarti menjadi

    penghalang bagi pengelolaan SDM baik di gereja maupun organisasi lainnya. Tetapi

    sebaliknya dari perbedaan-perbedaan yang ada dapat dimanfaatkan untuk menutupi

    kelemahan satu dan yang lainya dalam pengelolaan SDM. Sebagaimana tujuan dari kegiatan

    52

    Andreas Untung Wiyono & Sukardi, Manajemen Gereja…, 108 53

    Robby I. Candra, Manajemen Gereja, dalam Manajemen Gereja: Mencari Sosok Kontekstual, Jurnal

    Setia, Edisi Januari, 1996, 10 54

    Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996) Pasal 3,

    bagian Memori Penjelasan tentang Warga, BAB III, 29

  • 14

    manajemen SDM baik di gereja maupun di organisasi umum lainnya, yaitu untuk

    pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

    Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan-kegiatan manajemen SDM pada umumnya,

    juga dapat diintegrasikan dengan aktivitas pengelolaan SDM di dalam organisasi gerejawi

    berdasarkan konteksnya masing-masing.

    3. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN PENGELOLAAN

    SUMBER DAYA MANUSIA GEREJA

    Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang Greja Kristen Jawi Wetan

    (GKJW) Jemaat Sidomulyo dan proses pengelolaan sumber daya manusia gereja berserta

    permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh gereja. Secara umum, bagian ini akan

    membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung

    yang dilakukan oleh peneliti, sehingga dari hasil pembahasan ini diharapkan dapat

    menemukan konsep pengelolaan SDM gereja dengan berbagai macam persoalannya.

    3.1 Latar Belakang dan Sejarah GKJW Jemaat Sidomulyo

    3.1.1 Latar Belakang Sosial, Ekonomi, dan Budaya

    GKJW Jemaat Sidomulyo terletak Dusun Sidomulyo, Desa Sumberejo, Kecamatan

    Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dusun Sidomulyo dikenal oleh masyarakat sekitar

    dengan sebutan dusun Kristenan (dusun Kristen) karena hampir seluruh warga dusun

    Sidomulyo beragama Kristen Protestan. Seiring berjalan waktu, warga dusun Sidomulyo

    semakin beragam oleh karena kehadiran warga yang beragama lain yang berdomisili di dusun

    Sidomulyo. Akan tetapi, hubungan antar umat beragama di Sidomulyo terjalin dengan baik,

    hal ini ditandai dengan adanya toleransi antar umat dan juga sikap gotong royong dalam

    kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik oleh dusun maupun gereja.

    GKJW Jemaat Sidomulyo berada di wilayah pedesaan. Berada dalam konteks inilah

    maka GKJW Jemaat Sidomulyo termasuk dalam konteks jemaat desa yang memiliki karakter

    dan kebiasaan yang berbeda dengan jemaat-jemaat GKJW lainnya, utamanya jemaat-jemaat

    di kota dan jemaat yang besar lainnya. Contohnya kebiasaan dalam hal gotong royong dalam

    melakukan pekerjaan yang masih terus dipelihara oleh warga gereja, baik dalam pekerjaan di

    sawah maupun pekerjaan lainnya.

    Sebagian besar warga GKJW Jemaat Sidomulyo bekerja di sektor pertanian baik

    sebagai petani maupun buruh tani, sehingga pendapatan warga gereja hanya mengandalkan

    dari hasil panen. Tingkat perekonomian warga gereja tergolong pada tataran menengah ke

    bawah. Hal ini terlihat dari kemampuan warga jemaat untuk membiayai studi anak-anaknya

  • 15

    sebagian besar hanya sampai pada jenjang SMA. Selain bekerja di sektor pertanian, beberapa

    warga jemaat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI, POLRI, wirausaha, tukang

    bangungan, dll.

    3.1.2 Kegaitan pelayanan di GKJW Jemaat Sidomulyo

    Sampai saat ini, jumlah warga gereja berdasarkan data tahun 2010 adalah 184 KK.

    Didalamnya terdapat 415 warga dewasa, yang terdiri dari 204 warga laki-laki dan 211 warga

    perempuan.55 Data ini belum termasuk dengan jumlah warga anak, sebab saat ini gereja

    belum mempunyai data base warga yang valid. Sebagian besar warga gereja berdomisili di

    Dusun Sidomulyo, sedangkan sisanya berada di wilayah lain seperti di Kecamatan Ambulu,

    Wuluhan, dan Tempurejo. GKJW Jemaat Sidomulyo memiliki satu Pepanthan,56

    yakni

    Pepanthan Kotta Blater yang berada di wilayah PTPN XII Kotta Blater di Kecamatan

    Tempurejo dan dua Warga Marenca57

    yaitu warga marenca Ambulu dan Lojejer (Kecamatan

    Wuluhan). Dengan jumlah warga gereja yang dimiliki oleh GKJW Jemaat Sidomulyo sampai

    saat ini secara kuantitas menunjukkan bahwa GKJW Jemaat Sidomulyo tergolong jemaat

    yang besar dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula.

    Selain memiliki kuantitas sumber daya manusia yang ada, GKJW Jemaat Sidomulyo

    juga memiliki sumber daya lainnya berupa lahan pekarangan, sawah, gedung gereja, Balai

    Pertemuan, Pastori, Kantor Gereja, lapangan olahraga, dll. Berdasarkan informasi yang ada,

    lahan persawahan yang dimiliki oleh GKJW Jemaat Sidomulyo sampai saat ini adalah seluas

    12,8 ha. Sementara untuk lahan pekarangan seluas 2 ha, termasuk yang ditempati untuk

    pendirian gedung Gereja, Balai Pertemuan, Pastori, Kantor Gereja, dan lapangan olahraga.

    Selain itu, di Dusun Sidomulyo juga telah berdiri sekolah mulai dari tingkat Pendidikan Anak

    Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

    Gereja berperan besar dalam kehidupan warga gereja, meskipun tidak dipungkiri juga

    ada peran dari pemerintah dusun. Peran gereja hampir menyentuh seluruh aspek kahidupan

    warga jemaat, baik aspek sosial, ekonomi, pendidikan, dan spiritualnya. Bebagai badan

    pelayanan dibentuk untuk dapat melayani warga gereja, sekaligus juga untuk memenuhi tugas

    dan panggilan gereja. Adapun badan-badan pelayanan yang dimaksud antara lain ialah

    Kemajelisan, Komisi-komisi, Pokja-Pokja, dan kepanitiaan-kepanitiaan.

    55

    Data warga tahun 2010, Laporan Komisi Perencanaan, Penelitian dan pengembangan: Himpunan

    laporan dan informasi Sidang MD Besuki Barat 1/2011 di Jemaat Sidorejo, 15-17 April 2011. 56

    Pepanthan adalah sekelompok warga yang tinggal di suatu tempat, dengan jumlah warga dewasanya kurang dari 50 orang atau terdiri dari 10-40 keluarga (Pranata GKJW tentang persekutuan-persekutuan BAB III,

    Pasal 9, ayat 1a) 57

    Warga Marenca adalah sekelompok warga yang tinggal di suatu tempat, dengan jumlah warganya

    kurang dari 10 keluarga (Pranata GKJW tentang persekutuan-persekutuan BAB III, Pasal 9, ayat 1b)

  • 16

    Kegiatan-kegitan pelayanan di gereja dilaksanakan berdasarkan bidang-bidang

    pelayanan yang ada. Yakni: 1) Kegiatan pelayanan di bidang Teologia yang meliputi

    kegiatan-kegitan peribadatan dan katekisasi. 2) Kegiatan pelayanan di bidang Persekutuan

    meliputi kegiatan kegiatan pelayanan terhadap Anak dan Remaja, Pemuda, Wanita. 3)

    Pelayaan di bidang Cinta Kasih yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan melalui

    Kelompok Kerja (POKJA) Pangrukti layon (kematian), POKJA Lansia, POKJA Pertanian,

    POKJA Peternakan, dan POKJA Kesehatan. 4) Kegiatan pelayanan di Bidang Kesaksian. 5)

    Kegiatan pelayanan di bidang Penatalayaan dengan tugas menatalayani segala kebutuhan

    gereja berupa daya, dana, sarana. Kegiatan di bidang Penatalayanan juga meliputi

    pengelolaan terhadap seluruh asset yang dimiliki oleh gereja. 5) Kegiatan pelayanan Lintas

    Bidang meliputi kegiatan-kegiatan Kerukunan antar umat beragama, kegiatan-kegiatan

    perencanaan, penelitian dan pengembangan jemaat, dan juga kegiatan-kegiatan pengawasan

    perbendaharaan.

    3.1.3 Sejarah Berdirinya GKJW Jemaat Sidomulyo

    Munculnya persekutuan orang Kristen di dusun Sidomulyo, tidak terlepas dari

    perkembangan Kekristenan di Jawa Timur dan sekitarnya yang dianut oleh masyarakat

    pribumi. Bermula dari perjumpaan warga pribumi dengan Kekristenan yang dibawa oleh

    Coolen di Ngoro dan Yohanes Emde di Wiyung yang kemudian menyebar ke seluruh pelosok

    daerah di Jawa Timur. Penyebaran orang-orang Kristen ini dipengaruhi oleh karena semakin

    sempitnya lahan pertanian dan pemukian di daerah mereka tinggal sebelumnya, sehingga

    keluarga-keluarga Kristen ini berusaha menemukan lahan pertanian dan pemukiman yang

    baru. 58

    Pada tahun 1912, seorang Kristen bernama Yohanan yang berasal dari Mojowarno

    memboyong keluarganya ke Curahrejo, Gemuling yang termasuk wilayah Ambulu-Jember

    atas petunjuk Van Der Spiegel dari Java Comitee Bondowoso. Di sana dia bekerja sama

    dengan seorang Belanda di Ambulu bernama Tillman dan beberapa orang pekerjanya yang

    beragama Kristen, yakni: Sabulun, Raji, Dayat, dan Yulius mendirikan tempat kebaktian dan

    sekolah. Di Curahrejo, mereka mengajukan permohonan untuk membuka (babad) hutan

    Gedangan namun tidak diperbolehkan oleh Kerawat Desa Gemuling dengan alasan karena

    mereka adalah orang-orang Kristen. Kemudian mereka disuruh untuk membuka hutan

    Londholampesan yang dikenal warga sekitar sebagai hutan “keramat” dan dijuluki dengan

    istilah “jalma mara, jalma mati” (Manusia datang, manusia mati).

    58

    Handoyomano Sir, Benih Yang Tumbuh VII, (Malang: GKJW-Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 1975), h.78

  • 17

    Pada tahun 1918, orang-orang Kristen di Curahrejo kemudian memulai membuka

    hutan Londholampesan yang dipimpin oleh Yohanan. Di dalam rombongan itu terdapat juga

    beberapa orang Kristen lainnya, yaitu Yasito sekeluarga, Musnadi sekeluarga yang berasal

    dari Mladangan-Nganjuk. Di samping itu juga keluarga Abiasan dengan beberapa anggota

    keluarganya, yang berasal dari Kuthoarjo-Banyumas yang telah menetap di Sulakdoro-

    Wuluhan sejak tahun 1917. Komunitas Kristen yang baru tersebut semakin berkembang

    dengan kehadiran keluarga-keluarga Kristen baru dari berbagai wilayah Jawa Timur, seperti:

    Suwadi dari Mladangan-Nganjuk dan keluarga Driyan, Bisai, Jalius, Aki, Winangun yang

    berasal dari Aditoyo, serta keluarga Kromokariyo, Asah dari Bulusari, pada tahun 1920. Dan

    pada tahun inilah, hasil pembukaan hutan Londholampesan kemudian diberi nama

    SIDOMULYO. Sejak saat itu, pertambahan jumlah penduduk terus mengalir hingga tahun

    1929 dengan kedatangan keluarga-keluarga Kristen dari daerah lain, seperti keluarga

    Suratman, Surip, Narima, Yokimas, Mbok Cowek, dan lain-lain.

    Kehidupan jemaat mula-mula di Sidomulyo tidak lepas dari berbagai persoalan dan

    tantangan. Pada awal mencari tempat tinggal, mereka diperhadapkan dengan penolakan oleh

    warga sekitar di Curahrejo sehingga mereka harus membuka hutan yang dikenal angker

    (Londolampesan). Tantangan tidak hanya terbatas disitu saja, selama membuka lahan hutan

    tersebut mereka harus menghadapi ancaman dari binatang buas dan penyakit yang menyerang

    mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang meninggal dunia. Di samping itu, juga

    ancaman dari orang-orang yang tidak menyukai mereka dengan menebarkan teror agar orang-

    orang Kristen ini meninggalkan tanah yang baru dibuka tersebut. Namun, berkat keteguhan

    hati, semangat kebersamaan (patunggilan) dan motivasi dari para Pamulang59

    dan Pendeta

    yang melayani mereka, pada akhirnya semua persoalan dan tantangan dapat mereka lewati

    bersama.

    Sampai saat ini, sulit untuk mencari kapan berdirinya komunitas Kristen di

    Sidomulyo. Berdasarkan data dari buku Peringatan 50 tahun Majelis Agung GKJW, Jemaat

    Sidomulyo berdiri pada tahun 1927,60

    dan memiliki dua Pepanthan, yaitu, Pepanthan

    Kottablater yang berdiri pada tahun 1969 dan Pepanthan Curahnangka (hasil Pekabaran Injil

    Bpk.Subarjo). Penetapan ini, kemungkinan setelah adanya lembaga organisasi dalam

    komunitas Kristen di Sidomulyo pada saat mendapat pelayanan dari pendeta Java Comitee.

    Sesudah Majelis Agung GKJW terbentuk pada 31 Desember 1931, maka komunitas Kristen

    59

    Pamulang adalah seorang tokoh yang bertugas sebagai pemimpin jemaat setempat dan Pembina kerohanian jemaat.

    60 Badan Pekerja Harian Majelis Agung, Peringatan 50 Tahun Majelis Agung GKJW, (Malang, Majelis

    Agung GKJW, tanpa tahun), 264.

  • 18

    di Sidomulyo kemudian menjadi bagian dari GKJW, dengan sebutan GKJW Jemaat

    Sidomulyo. Dengan demikian jelas sekali bahwa GKJW Jemaat Sidomulyo tumbuh oleh

    karena peran yang besar dari warga gereja dan keluarga-keluarga Kristen yang berusaha

    untuk mendirikan komunitas Kristen dan menyebar-luaskan berita Injil. Oleh karena itulah

    maka GKJW Jemaat Sidomulyo juga dapat disebut sebagai gereja gerakan warga, dimana

    penyebaran kekristenan sebagian besar dilakukan oleh warga gereja dan keluarga-keluarga

    yang sudah menjadi Kristen.

    3.2 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Gereja

    Di GKJW Jemaat Sidomulyo, warga gereja dipahami sebagai asset yang berharga dan

    penting, karena seluruh aktivitas pelayanan di gereja bergantung sepenuhnya pada peran serta

    warga gereja didalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa warga gereja merupakan subjek

    (pelaku) kegiatan-kegitan pelayanan. Seberapapun gereja memiliki sumber daya alam, dana,

    dan sarana yang memadai, tanpa peran serta sumber daya manusia yang memadai maka

    segala sumber daya non manusia itu tidak berdaya guna apa-apa. Di sisi lain, warga gereja

    juga dipahami sebagai objek (sasaran) pelayanan. Oleh karena itu, penting bagi gereja untuk

    membina, mengembangkan, dan mendayagunakan potensi-potensi yang dimiliki warga gereja

    untuk memenuhi tugas dan panggilannya.

    Pengelolaan sumber daya manusia gereja dipahami sebagai upaya mempersiapkan

    warga gereja untuk melaksanakan tugas pelayanan gereja. Dalam pengertian ini, pengelolaan

    sumber daya manusia dimaknai sebagai sarana membina dan membekali warga gereja di

    dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Pandangan ini dikuatkan oleh pemahaman bahwa

    pengelolaan sumber daya manusia gereja adalah pembinaan warga gereja yang dilakukan

    dengan cara melibatkan warga gereja untuk berperan serta dalam setiap aktivitas pelayanan

    yang ada di gereja. Misalnya, dalam kegiatan-kegiatan kemajelisan, komisi-komisi, badan-

    badan pelayanan, kelompok kerja (POKJA), dan juga kepanitiaan-kepanitiaan.

    Secara umum pengelolaan sumber daya manusia di GKJW Jemaat Sidomulyo

    dilakukan dengan cara melibatkan warga gereja dalam setiap aktivitas pelayanan, seperti

    menjadi anggota Majelis Jemaat baik Penatua maupun Diaken, melibatkan warga gereja

    dalam badan-badan pelayanan baik itu komisi-komisi, Ketua Kelompok Kebaktian Rukun

    Warga (KRW), Pengurus Persekutuan, kepanitiaan, Pokja-pokja, dll.

    Kegiatan pengelolaan sumber daya manusia di gereja secara praktis dilakukan mulai

    dari usia anak-anak seperti Katekisasi, Ibadah Minggu Anak dari jenjang balita hingga

    remaja, Pembinaan Kerohanian, dan Penelaahan Alkitab (PA) bagi Remaja. Memasuki usia

    pemuda, pengelolaan sumber daya manusia dilakukan dengan menyelenggarakan pembinaan-

  • 19

    pembinaan yang meliputi: Ibadah pemuda, pembinaan kepemimpinan, Tranining of trainer,

    pembinaan kewirausahaan, pelatihan kepemimpinan baik diaras Jemaat, Majelis Daerah,

    maupun Sinode, serta melibatkan pemuda dalam kepanitiaan dan pelayanan di gereja seperti

    pelayanan music gereja maupun pemandu pujian.

    Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan, membina, dan

    membekali warga gereja disebut dengan istilah pengkaderan. Dengan melibatkan warga

    gereja dalam setiap aktivitas pelayanan, maka secara tidak langsung warga gereja dapat

    belajar dan mengenal berbagai bentuk pelayanan gereja. Dalam hal ini, metode pembinaan

    yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode pendampingan.61

    Artinya, setiap warga

    gereja dapat belajar dan mengembangkan kemampuan pelayanan dengan didampingi oleh

    warga gereja lainnya yang sudah berpengalaman (senior) dalam pelayanan. Oleh karena itu,

    dibutuhkan kemauan yang kuat dalam diri setiap warga gereja untuk belajar dan

    mengembangkan diri melalui peran sertanya dalam setiap aktivitas pelayanan.

    Di sisi lain, pembinaan warga gereja juga dilakukan dengan cara menggunakan media

    khotbah dan ceramah dalam ibadah-ibadah baik dalam Ibadah Minggu, Ibadah Keluarga

    (patuwen), dan juga Persekutuan Doa (pandunga), maupun pertemuan-pertemuan lainnya

    seperti salah satunya adalah pertemuan Keluarga Majelis. Pertemuan keluarga majelis

    dilakukan bertujuan untuk membekali dan membina majelis jemaat dan keluarganya untuk

    peran sertanya dalam kegaitan pelayanan di gereja. Hal ini dilakukan karena keluarga

    merupakan faktor pendukung utama dalam setiap pelayanan warga gereja, khususnya bagi

    majelis jemaat. Tanpa dukungan dari keluarga maka seseorang tidak dapat melakukan tugas

    pelayanannya dengan baik. Lebih lanjut dijelaskan mengenai perkunjungan maupun

    pendampingan pastoral atau yang sering dikenal dilingkup GKJW dengan istilah Patuwen,

    sangat penting sebagai sarana pembinaan warga gereja. Kesemuanya itu, bertujuan untuk

    memotivasi warga gereja agar bersedia berperan serta dalam kegiatan pelayanan yang ada

    sebagai bentuk perwujudan tugas dan panggilannya sebagai gereja.62

    Pada sisi lainnya, pengelolaan sumber daya manusia gereja juga dilakukan dengan

    memberikan akses pendidikan formal kepada warga gereja, karena dengan dasar pendidikan

    yang baik pada akhirnya gereja juga akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.63

    Akses yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan prasaran pendidikan. Sebagaimana telah

    dijelaskan pada bagian sebelumnya, di dusun Sidomulyo saat ini telah berdiri sekolah dari

    61

    Hasil wawancara dengan HW, di rumah subjek-Sidomulyo, 22 November 2015, pukul 19:30 WIB 62

    Hasil wawancara dengan Pdt.S, di rumah subjek-Sidomulyo, 26 November 2015, pukul 10:00 WIB 63

    Hasil wawancara dengan St, di rumah subjek-Sidomulyo, 28 November 2015, pukul 19:45 WIB

  • 20

    jenjang PAUD, SD, dan SMP. Hal ini dapat terwujud oleh karena kerjasama pemerintah dan

    warga dusun Sidomulyo yang notabenenya adalah warga gereja GKJW Jemaat Sidomulyo.

    Keterbukaan gereja dan warganya ini merupakan bentuk kepedulian gereja untuk

    memberikan sarana pendidikan bagi warga gereja dan masyarakat sekitarnya.

    Di dalam upaya peningkatan akses pendidikan formal bagi warganya, GKJW Jemaat

    Sidomulyo juga menyediakan beasiswa bagi anak-anak jemaat yang kurang mampu dan yang

    berprestasi. Seperti beasiswa bagi siswa-siswi SD, SMP, SMU, bahkan sampai pada jenjang

    Perguruan Tinggi. Akan tetapi gereja menyadari bahwa untuk memberikan beasiswa kepada

    anak-anak jemaat belum bisa maksimal karena berbenturan dengan dana. Menyikapi hal itu,

    program Peningkatan Ekonomi Warga Gereja (PEWG) terus diupayakan. Hal ini

    dilaksanakan dengan cara memberi akses warga gereja untuk menyewa sawah dan ladang

    yang dimiliki oleh gereja dengan harga yang sudah disubsidi. Oleh karena itu, sejak tahun

    2011 gereja menggalakkan program penyelamatan asset gereja berupa sawah dan ladang

    dengan maksud untuk menyediakan sarana PEWG. Selain itu, program PEWG juga

    dilakukan dengan melaksanakan kegiatan “Kambing Bergulir”, yaitu pemberian bibit

    kambing kepada warga yang kurang mampu untuk dipelihara dan hasilnya diharapakan dapat

    meningkatkan ekonomi warga gereja. Kegiatan pengelolaan sumber daya manusia dengan

    memberikan akses pendidikan formal ini termasuk dalam upaya gereja melakukan investasi

    sumber daya manusia ke depan

    Di dalam prakteknya, persoalan yang sering kali muncul dalam pengelolaan sumber

    daya manusia di gereja adalah mengenai kemauan warga gereja untuk berperan serta dalam

    kegitan-kegitan pelayanan. Meskipun secara kuantitas gereja memiliki banyak potensi

    sumber daya manusia yang memungkinkan untuk didayagunakan, namun banyak diantaranya

    yang enggan terlibat dalam pelayanan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi minat

    warga gereja tidak bersedia berperan serta dalam pelayanan, antara lain ialah:

    Pertama, paradigma warga gereja yang sering merasa tidak mampu melaksanakan

    tugas pelayanan. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena sebagian warga gereja yang merasa

    kurang dibekali dengan ketrampilan-ketrampilan pelayanan, sehingga pada saat pemilihan

    Penatua, Diaken, dan badan-badan pelayanan lainnya mereka cenderung untuk

    mengundurkan diri karena merasa tidak siap dan tidak mampu. Salah satu penyebabnya

    adalah karena metode pembinaan yang dilakukan tidak relevan dengan tuntutan jaman yang

    berubah dengan cepat ini. Contohnya, dalam hal pembinaan keluarga majelis jemaat. Materi

    dan metode yang digunakan dirasa sangat monoton dan tidak mampu membekali dan

    memotivasi keluarga majelis jemaat.

  • 21

    Kedua, tututan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga

    warga gereja merasa terbebani dengan tugas-tugas pelayanan. Hal ini juga dipengaruhi oleh

    tuntutan pekerjaan pelayanan yang ada yang sering tidak diimbangi dengan pemenuhan

    kebutuhan manusiawinya, mengingat bahwa tugas peleyanan di gereja dilakukan dengan

    sukarela tanpa mendapatkan upah. Hal ini berdampak pada keharmonisan kehidupan

    keluarga, seperti yang dialami salah satu anggota Majelis Jemaat GKJW Jemaat Sidomulyo

    dimana harus berpisah dengan keluarganya karena keluarga merasa kebutuhan ekonomi

    keluarga diabaikan. Permasalahan ini mempengaruhi kinerja seorang, sehingga pekerjaan

    pelayanan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.64

    .

    Ketiga, suasana atau lingkungan organisasi yang tidak kondusif sering membuat

    tenaga pelayanan merasa tidak nyaman. Suasanya kehidupan organisasi yang seharusnya bisa

    saling mendukung satu dengan yang lain, tetapi dalam prakteknya banyak terjadi

    pertentangan dan saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Di sisi lain, tuntutan bahwa

    seorang pelayan harus memiliki kehidupan spiritualitas yang baik secara pribadi maupun

    keluarganya menjadi beban tersendiri bagi warga gereja yang terlibat dalam pelayanan.

    Terlebih, banyak warga gereja yang sering menyinggung latar-belakang pelayan tersebut

    apabila mereka memiliki masa lalu yang kelam. Beberapa faktor inilah yang kemudian

    mempengaruhi minat warga gereja untuk terlibat dalam pelayanan di gereja.

    Persoalan lain dalam pengelolaan SDM gereja adalah mengenai sistem dan

    mekanisme pengelolaan sumber daya manusia. Sejauh ini, GKJW Jemaat Sidomulyo belum

    memiliki sistem yang baku dalam hal pengelolaan SDM, seperti sistem organisasi dan tata

    laksana gereja (ORTALA). Padahal, gereja seharusnya memiliki sistem organisasi dan tata

    laksana yang disesuaikan dengan konteks jemaat yang ada. Pengelolaan SDM yang dilakukan

    hanya mengacu pada buku Tata dan Pranata GKJW yang berlaku umum di seluruh wilayah

    pelayanan GKJW dan umumnya hanya sebagian kecil dari pelayan-pelayan gereja yang

    pernah membaca dan memahaminya. Selain itu, pada saat ini GKJW Jemaat Sidomulyo

    belum memiliki data base warga yang valid, sehingga gereja mengalami kesulitan untuk

    melihat jumlah warga gereja dan potensi-potensi yang memungkinkan untuk didayagunakan

    dan dikembangkan. Tanpa adanya data base yang jelas tentunya hal ini sangat mempengaruhi

    proses perekrutan dan pembinaan warga gereja.

    64

    Hasil wawancara dengan DS, di Sidomulyo, 27 November 2015, pukul 22:00 WIB

  • 22

    4. ANALISIS KRITIS TERHADAP PENGELOLAAN SUMBER DAYA

    MANUSIA DI GKJW JEMAAT SIDOMULYO

    Pengelolaan SDM di gereja memiliki corak tersendiri dibandingkan dengan model

    pengelolaan SDM yang terdapat pada lembaga atau institusi lainnya. Gereja sebagai lembaga

    sosial keagaman memainkan perannya dalam konteks untuk memenuhi tugas dan

    panggilannya sebagai rekan sekerja Tuhan Allah menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di

    dunia. Dalam pemahaman yang semacam itulah, maka pengelolaan SDM di gereja pertama-

    tama bukanlah berorientasi pada profit (keuntungan) melainkan pelayanan kepada Tuhan dan

    sesama. Hal ini yang kemudian mendorong gereja mengembangkan model pengelolaan SDM

    yang berbeda dengan model-medel pengelolaan SDM pada institusi-institusi lainnya. Oleh

    karena itu, pada bagian ini akan diuraikan mengenai alasan gereja mengelola SDM-nya dan

    proses pengelolaan SDM gereja beserta tantangan dan faktor pendukung pengelolaan SDM

    gereja.

    Dinamika perkembangan jaman yang serba cepat yang dialami masyarakat dunia saat

    ini, baik perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, seni, budaya, dan berbagai

    bentuk aktivitas pelayanan yang baru, tidak hanya merasuk dalam kehidupan gereja di kota-

    kota besar, tetapi juga merasuk dalam kehidupan gereja-gereja di wilayah pedesaan, seperti

    GKJW Jemaat Sidomulyo. GKJW Jemaat Sidomulyo menyadari bahwa dalam tantangan

    konteks semacam itu, apabila gereja tidak mampu menyesuaikan dan mengantisipasi

    perkembangan yang ada, maka gereja akan tertinggal dan tergilas dengan perkembangan

    yang ada. Meskipun gereja memiliki berbagai sarana yang memadai dan modern, akan tetapi

    tanpa ditopang dengan ketersediaan warga gereja yang loyal, berkualitas, dan bersedia

    berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan gereja maka semuanya tidak ada manfaatnya. Hal ini

    menunjukkan bahwa warga gereja sangat penting dalam kehidupan gereja.

    Nawawi (2000:40) dalam konteks organisasi umumnya mengatakan bahwa sumber

    daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal di dalam

    organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam

    mewujudkan eksistensi organisasi. Di dalam konteks organisasi gerejawi, warga gereja

    sebagai sumber daya gereja merupakan asset terpenting dan utama dalam pertumbuhan dan

    pembangunan gereja, tidak hanya dari sisi pembangunan fisik tetapi juga kualitas pelayanan

    gereja. Hal ini telah ditunjukkan dalam pengalaman GKJW Jemaat Sidomulyo sejak

    permualaan berdirinya komunitas Kristen di daerah hutan Londholampesan. Yang terlihat

    dari peran serta dan partisipasi warga dan keluarga-keluarga dalam mempersiapkan sarana

    berupa lahan pemukiman, yang dikemudian hari berdiri sebuah jemaat Kristus di sana. Hal

  • 23

    itu menunjukan peran serta warga GKJW Jemaat Sidomulyo sejak awalnya dalam kehidupan

    gereja untuk bertumbuh dan berkembang merupakan wujud kesadaran dirinya atas

    panggilannya sebagai gereja “gerakan warga”, oleh karena itu warga gereja senantiasa di

    motivasi dan di dukung untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan gereja. Di sisi lainya,

    peran serta warga gereja dalam sejarah GKJW Jemaat Sidomulyo merupakan perwujudan

    dari tugas misi yang diamanatkan Yesus Kristus untuk menyebarluaskan Injil ke seluruh

    pelosok negeri, khususnya di Jawa Timur.

    Pada sisi lain, warga gereja yang merupakan umat yang telah dipanggil oleh Tuhan

    Allah dari dunia ini, diutus untuk mengusahakan dan mengelola seluruh karya ciptaan-Nya

    (band. Kej 1:28). Karena itu, maka warga gereja dipersiapkan, dibina, dan ditingkatkan

    kemampuannya baik fisik dan intelektualnya agar dapat menjalankan mandate

    kemanusiaannya dari Tuhan Allah dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian yang menjadi

    alasan utama dalam pengelolaan SDM gereja antara lain ialah; 1) konteks perubahan zaman

    yang serba cepat, mendorong gereja untuk semakin serius dalam mengelola dan membina

    warganya, guna mengantisipasi setiap perkembangan yang ada. 2). Warga gereja sebagai

    aseet gereja, yang senantiasa harus dikelola dan dikembangkan agar dapat memberikan

    kontribusi bagi gereja dan pelayanannya, 3) mandate manusia sebagai umat Allah untuk

    mengelola dan memelihara dunia ini, sehingga gereja bertanggungjawab untuk menolong

    setiap warganya agar mampu mengelola dan memelihara dunia ciptaan Tuhan Allah.

    Alasan diatas menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan SDM di dalam gereja.

    Secara sederhana pengertian manajemen SDM dalam konteks organisasi pada umumnya

    adalah pengelolaan SDM dalam organisasi dengan tujuan untuk mendapatkan SDM yang

    loyal, berkualitas dan berprestasi, melalui kegitan perencanaan, rekrutmen, seleksi,

    pengembangan, pemeliharaan, dan pemberian balas jasa. Pengertian yang sama digunakan

    dalam konteks gereja yaitu pengelolaan SDM merupakan upaya untuk menumbuhkan,

    memelihara, dan mempersiapkan sumber daya manusia agar mampu menjalankan mandate

    dari Tuhan Allah di dunia ini. Dua pemahaman diatas terlihat memiliki perbedaan antara satu

    dengan yang lain, namun pada prinsipnya keduanya memiliki tujuan yang sama yakni untuk

    mendayagunakan SDM yang dimiliki untuk kepentingan organisasi dan SDM itu sendiri.

    Secara praktis, pengelolaan SDM gereja di GKJW Jemaat Sidomulyo dilakukan cara

    melibatkan warga gereja ke dalam setiap aktivitas pelayanan yang ada di gereja. Gereja

    menyadari bahwa sebagai gereja gerakan warga, peran serta warga gereja baik berupa

    kemampuan dan potensinya, pemikiran, maupun material sangat dibutuhkan oleh gereja.

    Oleh karena itu, warga gereja di dorong dan di motivasi untuk senantiasa berpartisipasi dalam

  • 24

    kegaitan pelayanan gereja. Selain itu, gereja memberikan kesempatan bagi setiap warga

    gereja untuk melibatkan diri dalam setiap kegiatan gereja, melalui berbagai media atau wadah

    yang disediakan oleh gereja seperti badan-badan pelayanan, komisi-komisi, POKJA, dan

    kepanitiaan-kepanitiaan.

    Konsep pengelolaan SDM gereja dengan melibatkan warga gereja ke dalam seluruh

    aktivitas pelayanan telah mencakup seluruh aktivitas manajemen SDM pada umumnya.

    Yakni perencanaan, perekrutan, pengembangan, pemberian balas jasa, dan pemberhentian.

    Melalui peran sertanya dalam setiap kegiatan pelayanan, setiap warga gereja diberikan

    kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri. Dalam hal ini, pengelolaan SDM gereja

    berimplikasi bagi kepentingan warga gereja secara pribadi maupun pencapaian tujuan-tujuan

    gereja. Dengan berpartisipasi dalam pelayanan gereja, warga gereja secara tidak langsung

    dapat mengaktulaisasikan kemampuan dan potensi yang dimilikikanya melalui setiap sarana

    yang dimiliki oleh gereja. Di sisi lain, dengan berpatisipasi dalam setiap kegiatan pelayanan

    warga gereja dapat mengembangkan kemampuannya melalui pembinaan-pembinaan yang

    dilakukan baik secara langsung seperti pembinaan keluarga majelis, pembinaan pamong

    (guru sekolah minggu), maupun pembinaan yang tidak langsung melalui diskusi, sharing,

    bimbingan, dan pengalaman menjalankan pekerjaan pelayanan bersama-sama dengan orang

    lain. Hal ini menunjukkan bahwa pada tataran konseptual pengelolaan SDM di GKJW Jemaat

    Sidomulyo sudah tertata dan terkonsep dengan baik. Akan tetapi, implemantasi dari konsep

    pengelolaan SDM gereja masih belum dapat berjalan dengan maksimal.

    Berdasarkan temuan dilapangan, faktor pertama yang menyebabkan lemahnya

    implementasi pengelolaan SDM di GKJW Jemaat Sidomulyo gereja tidak memiliki pedoman

    baku berupa mekanisme dan data administrasi (data base warga) dalam pengelolaan SDM

    gereja. Meskipun sebagian besar warga gereja hidup dalam satu wilayah yang memungkinkan

    satu dengan yang lain saling mengenal latar belakang masing-masing, dukungan data base

    sangat penting bagi pengelolaan SDM gereja. Tetapi pada kenyataanya sampai saat ini gereja

    belum memiliki data base warga yang valid. Tentunya hal ini mempegaruhi proses

    pengelolaan SDM gereja sehingga tidak maksimal.

    Faktor berikutnya yang mempengaruhi lemahnya pengelolaan SDM di GKJW Jemaat

    Sidomulyo adalah berkaitan dengan pemahaman tentang gereja “gerakan warga”. Konsep

    pengelolaan SDM di GKJW Jemaat Sidomulyo didasari oleh pemahaman gereja sebagai

    gerakan warga, dimana peran serta dan partisipasi warga gereja menjadi bagian integral

    dalam pelayanan gereja. Karena itu penting bagi setiap warga gereja memahami makna

    gereja gerakan warga teresebut. Pada kenyataanya sebagian besar warga gereja keliru

  • 25

    memahami makna “gerakan warga” yang mana mereka memahami bahwa gereja gerakan

    warga hanya di lihat dari sisi material, artinya partisipasi warga gereja di dalam kegiatan

    gereja hanya sebatas pada material saja, seperti menjadi donatur, persembahan, dan iuran-

    iuran lainnya.

    Apabila di lihat dari sejarah berdirinya GKJW Jemaat Sidomulyo, peran serta warga

    gereja dalam kegiatan-kegiatan gereja tidak hanya sekedar material, tetapi juga berupa tenaga

    dan pemikirannya. Sayangnya saat ini pemahaman makna mengenai gereja gerakan warga

    semakin kabur ditengah-tengah kehidupan jemaat, sehingga menimbulkan banyak perspektif

    yang berbeda-beda, yang menyebabkan warga gereja tidak memiliki kepedulian terhadap

    kehidupan gereja. Menurut hemat penulis, apabila pemahaman tentang gereja gerakan warga

    dipahami dengan benar oleh warga gereja, memungkinkan warga gerja semakin aktif dan

    peduli dengan kehidupan gereja. Dalam hal ini, gereja dapat memanfaatkan berbagai media

    dan sarana yang dimilikinya untuk memberikan pemahaman tentang isu seperti ini,

    khususnya bagi generasi penerus gereja pada khususnya dan seluruh warga gereja pada

    umumnya.

    Pertumbuhan dan perkembangan gereja banyak dipengaruhi oleh peran serta warga

    gereja didalamnya. Oleh karena itu, gereja berupaya mengelola dan mendayagunakan warga

    gerejanya untuk berpartisipasi dalam kegitan pelayanan gereja. Dalam prakteknya ditemukan

    berbagai kendala untuk menggerakkan dan mendayagunakan warga gereja agar berpartisipasi

    dalam kegiatan pelayanan gereja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain

    ialah: 1) ketakutan warga gereja karena merasa tidak memiliki kemampuan dan ketrampilan

    dalam pelayanan, 2) tuntutan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga

    sehingga menganggap bahwa aktivitas pelayanan di gereja merupakan baban, 3) suasana

    lingkungan organisasi yang tidak kondusif yang menyebabkan tenaga pelayanan merasa tidak

    nyaman.

    Menyikapi hal ini, gereja telah berupaya melakukan berbagai cara agar peran serta

    warga gereja semakin banyak dalam pelayanan. Utamanya mendorong setiap keluarga untuk

    berperan serta mendukung dan memotivasi anggota keluarganya untuk berpartisipasi dalam

    kegiatan pelayanan di gereja. Cara ini terlihat belum membuahkan hasil, bahkan warga gereja

    terkesan apatis dengan kegiatan-kegiatan pelayanan di gereja. Hal ini dipengaruhi oleh karena

    tuntutan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, yang beberapa tahun terakhir ini

    para petani cenderung mengalami kerugian akibat gagal panen dan harga jual hasil panen

    yang menurun. Sementara itu, harga sewa sawah gereja juga tidak dapat dijangkau oleh

    sebagian besar warga yang mengalami kerugian.

  • 26

    Dalam paradigma manajemen SDM, Gomez (2001:2-3) menekankan pentingnya

    unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial yang perlu dikembangkan sehingga

    memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan pengembangan dirinya. Gomes

    menekankan pada pemberian kekebasan dan kepercayaan bagi sumber daya manusia

    organisasi untuk mengaktualisasikan dirinya. Hal ini sebenarnya telah dilakukan oleh gereja,

    dengan memberikan kesempatan yang luas bagi warga gereja untuk terlibat dalam seluruh

    aktivitas pelayanan. Namun dalam prakteknya di GKJW Jemaat Sidomulyo, permasalahn

    yang segera harus dijawab oleh gereja adalah berkaitan dengan kebutuhan mendasar warga

    gereja, yakni kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi gereja untuk kembali melihat

    dan mengevaluasi setiap program-program yang telah dilakukan, khususnya berkaitan dengan

    program peningkatan ekonomi warga gereja, sehingga hambatan untuk berperan serta dalam

    pelayanan dapat teratasi.

    Dilihat dari segi sarana penunjang, GKJW Jemaat Sidomulyo memiliki sarana

    penunjang yang cukup besar untuk pengelolaan sumber daya manusianya, diantaranya adalah

    lahan pertanian berupa sawah dan ladang yang cukup luas, gedung, dan sarana penunjang

    lainnya. Demikianpun dengan metode-metode pembinaan warga gereja yang telah dilakukan

    selama ini, sebenarnya telah memiliki cukup kekuatan untuk dapat mengembangkan dan

    meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Seperti model pembinaan Patuwen atau

    yang lebih dikenal dengan istilah perkunjungan. Di dalam konteks GKJW Jemaat Sidomulyo,

    strategi ini sangat relevan untuk dilakukan, karena warga gereja sebagian besar berdomisili di

    satu wilayah. Di sisi lain, dengan media perkunjungan pembinaan terhadap warga gereja

    dapat dilakukan dengan lebih intens dan tidak terkesan formal, mengingat kecenderungan

    warga gereja di wilayah pedesaan enggan dengan kegiatan-kegiatan pembinaan yang bersifat

    formal.

    5. KESIMPULAN

    Gereja menyadari bahwa untuk mewujudkan tugas dan panggilannya di dunia ini,

    tidak bisa lepas dari pengelolaan yang baik terhadap warga gereja. Karena warga gereja

    sebagai sumber daya yang memiliki kemapuan, intelektualitas, dan potensi-potensi lainnya

    berguna untuk menggerakkan seluruh aktivitas pelayanan di gereja. Tanpa peran serta warga

    gereja dalam kegiatan pelayanan, maka gereja tidak mampu mewujudkan tugas dan

    panggilannya di dunia ini. Karena itu, gereja berupaya memotivasi dan memobilitasi warga

  • 27

    gerejanya untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

    gereja.

    Melalui penelitian ini ditemukan bahwa pengelolaan SDM di GKJW Jemaat

    Sidomulyo adalah pengelolaan SDM berbasis peran serta warga gereja, yang mana setiap

    warga gereja diberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan

    sebagai sarana untuk mengaktualisasikan dirinya dan mengembangkan potensi yang

    dikaruniakan oleh Tuhan kepadanya. Tetapi pada kenyataannya pengelolaan SDM di GKJW

    Jemaat Sidomulyo masih terlihat lemah karena berbagai faktor yang mempengaruhinya.

    Antara lain karena; 1) Lemahnya kualitas pembinaan warga gereja baik secara pribadi

    maupun keluarga-keluarga dari sisi metode dan materinya, sehingga warga gereja tidak

    terbekali dengan pemahaman-pemahaman yang tepat tentang tugas dan panggilannya sebagai

    gereja., 2) Tidak tersedianya mekanisme dan data administrasi warga gereja yang valid

    menyebabkan gereja kesulitan untuk melakukan pengembangan dan pembinaan warga

    gereja., 3) Kurangnya perhatian terhadap aspek-aspek kebutuhan jasmaniah warga gereja

    seperti sehingga perhatian warga gereja terfokus pada pemenuhan kebutuhan kesejahteraan

    hidupnya.

    Karena itu, berdasarkan analisis dan simpulan di atas maka peneliti memberikan saran

    bagi GKJW Jemaat Sidomulyo. Yakni disamping mendorong dan memotivasi warga gereja

    untuk terlibat dalam kegiatan-kegiaatn pelayanan, penting bagi gereja untuk mengembangkan

    dan meningkatkan program-program penunjang pengelolaan SDM. Seperti: a)

    Pengembangan program peningkatan ekonomi warga gereja dengan memanfaatkan dan

    mendayagunakan asset gereja berupa daya, dana, dan sarana untuk mendukung proses

    pengelolaan SDM. b) Meningkatkan kualitas pembinaan warga gereja baik metode maupun

    materi yang lebih kreatif, inovatif, dan kontekstual. c) Memaksimalkan kegiatan

    perkunjungan (Patuwen) melalui ibadah-ibadah maupun relasi antar pribadi yang dilakukan

    antar warga gereja, Majelis Jemaat, serta Pendeta untuk saling memotivasi dan menguatkan

    satu dengan dengan yang lain.

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia, 2011

    Abineno, J.L.Ch. Jemaat: Ujud, Peraturan, Susunan, Pelayanan dan Pelayan Pelayannya.

    Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.

    Badan Pekerja Harian Majelis Agung, Peringatan 50 Tahun Majelis Agung GKJW, Malang:

    MA GKJW, tanpa keterangan tahun.

    Candra, Robby I. Manajemen Gereja, dalam Manajemen Gereja: Mencari Sosok

    Kontekstual. Persetia, Jurnal Setia, Edisi Januari, 1996.

    Deevy, Edward. Creating The Resilient Organization: A Rapid Response Management

    Program. New Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, 1995.

    Dulles,S.J, Every. Model-Model Gereja. Flores: Nusa Indah, 1990.

    Gomes, Faustino Cardoso. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi, 2001.

    Himpunan Laporan dan Informasi Sidang MD Besuki Barat 1/2011 di GKJW Jemaat

    Sidorejo, 15-17 April 2011.

    Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta; Gramedia, 1997.

    Mangunwijaya, YB. Gereja Diaspora. Yogyakarta: Kanisius, 1999.

    Marwansyah. Manajemen Sumber Daya Manusia. edisi kedua, Bandung: Alfabeta, 2012.

    Majelis Agung GKJW. Tata dan Pranata GKJW. Malang; Majelis Agung GKJW, 1996.

    Messina, Sharon. “Human Resourses Management For Church Ministry”. Spring, Vol 41 No

    3, 2007.

    Nawawi, H. Handari. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif.

    Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001.

    Peladen Padinan Majelis Agung GKJW. Pokok-Pokok Rencana Kegiatan Pembanguan

    GKJW. Malang: PPMA-GKJW, 1986.

    Sulistiyani, Ambar Teguh & Rosidah. Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan

    Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

    Sutarno. Di dalam Dunia, tetapi Tidak dari Dunia. Jakarta; BPK Gunung Mulia – Satya

    Wacana Press, 2004.

    Sanapiah, Faisal. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2003.

    Sir, Handoyomano. Benih Yang Tumbuh VII. Malang: GKJW-Jakarta: Lembaga Penelitian

    Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 1975.

    Watson, Tony J. In Search of Management: Culture, Chaos & Control In Managerial Work.

    London and New York: Routledge, 1994.

  • 29

    Wiyono, Andreas Untung & Sukardi. Manajemen Gereja; Dasar Teologis dan Implikasi

    Praktisnya. Bandung; Bina Media Informasi, 2010.

    Widodo, Suparno Eko. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar, 2015.

    Wiryoputro, Sugiyanto. Dasar-dasar Manajemen Kristiani, Jakarta; BPK Gunung Mulia,

    2004.

    Widodo, Hutomo Surjo, Bergereja ala Keluarga, Malang: IPTh Balewiyata, 2014