pengembangan lembar kerja peserta didik...

13
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS GAYA BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM DIVERSITY LEARNERS Latif Pertiwi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pengembangan Lembar Kerja Peseta Didik yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar terbagi menjadi tiga macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar visual ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca dan menulis. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau praktik langsung, banyak bergerak. Untuk mencapai tujuan kompetensi dari kurikulum 2013, maka guru juga harus memperhatikan keberagaman siswa yang memiliki perbedaan kebutuhan, yang sangat memengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran. Dengan menggunakan studi pustaka dari beberapa sumber, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis gaya belajar ini lebih efektif . Kata Kunci: Lembar Kerja Peserta Didik, Gaya Belajar, Hasil Belajar DEVELOPMENT OF LEARNERS WORK SHEET BASED LEARNING TO ENHANCE LEARNING RESULTS IN DIVERSITY LEARNERS Abstract: This study aims to describe the development of Pilot School Worksheets in accordance with student learning styles. Learning styles are divided into three kinds: visual, auditorial, and kinaesthetic. Characteristics of learners who have a visual learning style is easy to gain knowledge of what he sees, likes to read and write. Characteristics of learners who have an auditorial learning style is easy to gain knowledge of what he hears. Characteristics of learners who have a kinesthetic learning style is a self-employed or direct practice, many moves. To achieve the competency objectives of the 2013 curriculum, teachers should also pay attention to the diversity of students who have different needs, which greatly affect the success of a lesson. By using literature study from several sources, it can be concluded that the use of LKPD based learning style is more effective. Keywords: Student Work Sheet, Learning Styles, Learning Outcomes PENDAHULUAN Manusia tumbuh dan berkembang ditentukan oleh apa yang dibawa sejak lahir dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Manusia sebagai individu, memiliki berbagai kesamaan dan sekaligus perbedaan- perbedaan antara satu dengan yang lain, bahkan perbedaannya lebih banyak daripada kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu nampak misalnya dalam hal emosional, minat bahkan perhatian. Perbedaan- perbedaan dan kesamaan yang ada pada individu tidaklah mudah ditelusuri secara detail karena individu-individu itu sangat kompleks. Oleh karena itulah, maka kita tidak mungkin menuntut bahkan memperlakukan hal yang sama kepada semua peserta didik. Maka dalam situasi perbelajaran, dalam situasi interaksi antara guru dan peserta didik perlu mempertimbangkan dan memperhatikan adanya perbedaan individu tersebut. (Ichsan, 2009 : 31). Keberagaman dari masing-masing peserta didik (diversity learners) dalam suatu kelas menjadikan sebuah miniatur mini keberagaman dalam masyarakat sekaligus fenomena nyata yang dapat ditemukan di semua sekolah dasar. Sebagian diantara mereka mudah menyerap materi, namun sebagian yang

Upload: vuongtuong

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS GAYA BELAJAR

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM DIVERSITY LEARNERS

Latif Pertiwi

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pengembangan Lembar Kerja

Peseta Didik yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar terbagi menjadi tiga

macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya

belajar visual ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka

membaca dan menulis. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial ialah

mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya. Karakteristik peserta didik

yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau praktik langsung,

banyak bergerak. Untuk mencapai tujuan kompetensi dari kurikulum 2013, maka guru juga

harus memperhatikan keberagaman siswa yang memiliki perbedaan kebutuhan, yang sangat

memengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran. Dengan menggunakan studi pustaka dari

beberapa sumber, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) berbasis gaya belajar ini lebih efektif .

Kata Kunci: Lembar Kerja Peserta Didik, Gaya Belajar, Hasil Belajar DEVELOPMENT OF LEARNERS WORK SHEET BASED LEARNING TO ENHANCE

LEARNING RESULTS IN DIVERSITY LEARNERS Abstract: This study aims to describe the development of Pilot School Worksheets in

accordance with student learning styles. Learning styles are divided into three kinds: visual,

auditorial, and kinaesthetic. Characteristics of learners who have a visual learning style is

easy to gain knowledge of what he sees, likes to read and write. Characteristics of learners

who have an auditorial learning style is easy to gain knowledge of what he hears.

Characteristics of learners who have a kinesthetic learning style is a self-employed or direct

practice, many moves. To achieve the competency objectives of the 2013 curriculum,

teachers should also pay attention to the diversity of students who have different needs,

which greatly affect the success of a lesson. By using literature study from several sources, it

can be concluded that the use of LKPD based learning style is more effective.

Keywords: Student Work Sheet, Learning Styles, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Manusia tumbuh dan berkembang

ditentukan oleh apa yang dibawa sejak

lahir dan dipengaruhi oleh pengalaman

yang diperoleh dari lingkungan. Manusia

sebagai individu, memiliki berbagai

kesamaan dan sekaligus perbedaan-

perbedaan antara satu dengan yang lain,

bahkan perbedaannya lebih banyak

daripada kesamaan. Perbedaan-perbedaan

itu nampak misalnya dalam hal emosional,

minat bahkan perhatian. Perbedaan-

perbedaan dan kesamaan yang ada pada

individu tidaklah mudah ditelusuri secara

detail karena individu-individu itu sangat

kompleks. Oleh karena itulah, maka kita

tidak mungkin menuntut bahkan

memperlakukan hal yang sama kepada

semua peserta didik. Maka dalam situasi

perbelajaran, dalam situasi interaksi antara

guru dan peserta didik perlu

mempertimbangkan dan memperhatikan

adanya perbedaan individu tersebut.

(Ichsan, 2009 : 31).

Keberagaman dari masing-masing

peserta didik (diversity learners) dalam

suatu kelas menjadikan sebuah miniatur

mini keberagaman dalam masyarakat

sekaligus fenomena nyata yang dapat

ditemukan di semua sekolah dasar.

Sebagian diantara mereka mudah

menyerap materi, namun sebagian yang

lain juga memerlukan waktu yang lebih

lama dalam memahami materi pelajaran.

Di dalam kelas tersebut, peserta didik-

peserta didik belajar menyikapi perbedaan

antara satu dengan yang lain.

(Pujaningsih, 2002 : 1).

Kebutuhan belajar dari setiap

peserta didik didik berbeda-beda. Gaya

belajar dan potensi belajar yang beragam

adalah contoh kasus lainnya yang

mengarah pada pencapaian hasil belajar

yang beragam, namun hal tersebut

seringkali dipungkiri seiring

ditemukannya banyak fakta pemberian

materi pelajaran yang sama untuk semua

peserta didik didik. Pada peserta didik

berbakat, mereka kurang mendapat materi

secara mendalam sementara bagi peserta

didik yang mempunyai hambatan belajar

akan mudah tertinggal. Situasi ini

menunjukkan keberagaman peserta didik

didik di dalam kelas menjadi tantangan

bagi profesionalisme guru dan secara

tidak langsung menjadi cerminan kualitas

pendidikan yang sampai saat ini

memerlukan dukungan dari berbagai

pihak. (Pujaningsih, 2002 : 3).

Guru sudah sewajarnya

memperhatikan cara-cara belajar peserta

didik di samping memperhatikan bahan

ajar dan kegiatan-kegiatan belajar. Untuk

mencapai tingkat pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal pada diri

peserta didik maka guru diharapkan

memperhatikan keadaan-keadaan individu

peserta didik, seperti minat, motivasi,

kemampuan, dan bahkan latar belakang

peserta didik. Di sisi lain guru juga

dituntut merancang bahan ajar dan situasi

pembelajaran yang memungkinkan setiap

individu berkembang secara lebih baik.

Jangan sampai bahan ajar dan situasi

belajar menakutkan peserta didik bahkan

mematikan minat peserta didik secara

perseorangan. (Ichsan, 2009 : 32). Saat ini

guru dituntutkan untuk mengajar lebih

kreatif dan tidak membosankan. Untuk

menciptakan hal tersebut, guru harus

pandai berinovasi dalam penggunaan

metode yang tepat dalam pembelajaran.

(Yanuarita WA & Ali Mustadi. 2014)

Di dalam proses pembelajaran

tentu akan dilakukan proses penilaian

pada peserta didik untuk mengetahui

seberapa besar pencapaian kompetensi

yang ditempuh. Saat melakukan penilaian

peserta didik terutama pada lembar kerja

peserta didik (LKPD) juga harus

memperhatikan kebutuhan peserta didik

yang beragam tentu tidak hanya proses

pembelajaran saja yang mengarah pada

tiga macam gaya belajar. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan hasil

belajar yang maksimal.

Peningkatan mutu pendidikan di

Indonesia sekarang ini sedang gencar

dilakukan oleh pemerintah. Usaha

tersebut tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UU Sisdiknas) Bab II, Pasal 3

yang menyebutkan dengan jelas mengenai

tujuan pendidikan nasional sebagai sarana

berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab

(Pasal 3 UU Sisdiknas).

Kesiapan guru sangat penting

karena dalam tujuan Kurikulum 2013,

diantaranya mendorong peserta didik

mampu lebih baik dalam melakukan

observasi, bertanya, bernalar, dan

mengkomunikasika- mempresentasikan,

apa yang mereka peroleh setelah

menerima materi pembelajaran.

(Muhammad Nur Wangid, dkk. 2014).

Pada Kurikulum 2013 menuntut

adanya perubahan dari LKPD menjadi

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

Perbedaan antara LKPD dengan LKPD

selain pada kata peserta didik dan peserta

didik adalah LKPD berisi muatan materi

yang singkat dengan soal yang lebih

interaktif dan kontekstual terhadap

peserta didik. (Luncana & Ali, 2015 : 73)

Namun masih banyak ditemukan

guru yang belum memperhatikan berbagai

kebutuhan gaya belajar setiap peserta

didik. Apalagi pemberian tugas kepada

peserta didik sesuai gaya belajar mereka.

Hasil pengamatan mengenai perangkat

pembelajaran yang digunakan oleh guru

sebenarnya sudah baik, tetapi akan lebih

baik lagi apabila guru menggunakan

perangkat pembelajaran yang memang

ditujukan untuk pembelajaran tematik-

integratif. (Luncana & Ali, 2015 : 72-73)

Dari permasalaan tersebut,

diperlukan adanya inovasi untuk

mendukung pembelajaran yang bermutu,

salah satunya yaitu dengan penerapan

lembar kerja peserta didik (LKPD)

berbasis gaya belajar peserta didik (visual,

audiotorial, dan kinestetik) untuk

memenuhi kebutuhan peserta didik yang

beragam dan meningkatkan hasil belajar.

KAJIAN PUSTAKA

Lembar Kerja Siswa atau Lembar

Kerja Peserta Didik

Menurut Diknas pedoman Umum

Pengembangan Bahan Ajar “Lembar

Kegiatan Peserta didik (LKPD) adalah

lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. Lembar

kegiatan berupa petunjuk atau langkah-

langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.

Tugas tersebut haruslah jelas kompetensi

dasar yang akan dicapai”. Menurut Trianto

(2010:111), Lembar kegiatan peserta didik

adalah panduan peserta didik yang

digunakan untuk melakukan kegiatan

penyelidikan atau pemecahan masalah..

Berdasarkan uraian diatas, dapat

disimpulkan Lembar Kerja Peserta didik

(LKPD) adalah lembaran-lembaran yang

diberikan ke peserta didik sebagai lembar

pengamatan, lembar penemuan, dan

lembar diskusi serta berisi tugas yang

dikerjakan oleh peserta didik berupa soal

maupun kegiatan yang akan dilakukan

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Lembar kerja atau lembar tugas

dimaksudkan untu memicu dan membantu

peserta didik melakukan kegiatan belajar

dalam rangka menguasai suatu

pemahaman, keterampilan, dan atau sikap

(Abdul Majid, 2013: 371).

Peran LKPD adalah sebagai alat

bantu guru dalam mengajar. Oleh karena

itu, LKPD tidak digunakan sebagai

pengganti guru dalam mengajar. LKPD

juga dapat berperan dalam memberikan

ruang belajar mandiri bagi peserta didik,

demikian disampaikan oleh Abdul Majid

(2006: 177). Di samping itu, LKPD

memiliki beberapa keunggulan yakni (1)

meningkatkan aktivitas belajar, (2)

mendorong peserta didik mampu bekerja

sendiri, dan (3) membimbing peserta didik

secara baik ke arah pengembangan konsep.

Struktur lembar kegiatan peserta didik

secara umum menurut Abdul Majid (2013:

374) terdiri dari judul LKPD, tujuan

kegiatan, alat dan bahan yang digunakan

dalam kegiatan, langkah kerja dan

sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang

dapat merangsang sisa dalam berfikir dan

memcahkan permasalahan yang dihadapi

ataupun pertanyaan-pertanyaan yang

bersifat membimbing. Theresia (2013:3)

menambahkan bahwa kerangka lembar

kerja peserta didik terdiri dari judul lembar

kegiatan peserta didik, mata pelajaran,

semester, tempat, petunjuk belajar,

kompetensi yang akan dicapai, indikator

yang akan dicapai oleh peserta didik,

informasi pendukung, tugas-tugas dan

langkah-langkah kerja serta penilaian.

Menurut Suyanto (2011) Lembar

Kerja Siswa (LKS) memiliki fungsi yang

diuraikan sebagai berikut :

1. Sebagai panduan peserta didik di

dalam melakukan kegiatan belajar,

seperti melakukan percobaan. LKS

berisi alat dan bahan serta prosedur

kerja. 2. Sebagai lembar pengamatan, di mana

LKS menyediakan dan memandu

peserta didik menuliskan data hasil

pengamatan. LKS berisi tabel yang

memungkinkan peserta didik

mencatat data hasil pengukuran atau

pengamatan. 3. Sebagai lembar diskusi, di mana

LKS berisi sejumlah pertanyaan

yang menuntun peserta didik

melakukan diskusi dalam rangka

konseptualisasi. Melalui diskusi

tersebut peserta didik dilatih

membaca dan memaknakan data

untuk memperoleh konsep-konsep

yang dipelajari. 4. Sebagai lembar penemuan

(discovery), di mana peserta didik

mengekspresikan temuannya berupa

hal-hal baru yang belum pernah ia

kenal sebelumnya.

5. Sebagai wahana untuk melatih

peserta didik berfikir lebih kritis

dalam kegiatan belajar mengajar. 6. Meningkatkan minat peserta didik

untuk belajar jika kegiatan belajar

yang dipandu melalui LKS lebih

sistematis, berwarna serta bergambar

serta menarik perhatian peserta

didik.

Gaya Belajar

Menurut Bobbi Deporter & Mike

Hernacki. 1999, secara umum gaya belajar

manusia dibedakan ke dalam tiga

kelompok besar, yaitu gaya belajar visual,

gaya belajar auditorial dan gaya belajar

kinestetik.

a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya

belajar dengan cara melihat,

mengamati, memandang, dan

sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini

terletak pada indera penglihatan. Bagi

orang yang memiliki gaya ini, mata

adalah alat yang paling peka untuk

menangkap setiap gejala atau stimulus

(rangsangan) belajar.

Orang dengan gaya belajar visual

senang mengikuti ilustrasi, membaca

instruksi, mengamati gambar-gambar,

meninjau kejadian secara langsung,

dan sebagainya.

b. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah

gaya belajar dengan cara mendengar.

Orang dengan gaya belajar ini, lebih

dominan dalam menggunakan indera

pendengaran untuk melakukan

aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia

mudah belajar, mudah menangkap

stimulus atau rangsangan apabila

melalui alat indera pendengaran

(telinga). Orang dengan gaya belajar

auditorial memiliki kekuatan pada

kemampuannya untuk mendengar.

Anak yang bertipe auditorial,

mudah mempelajari bahan-bahan yang

disajikan dalam bentuk suara

(ceramah), begitu guru menerangkan

ia cepat menangkap bahan pelajaran,

disamping itu kata dari teman

(diskusi) atau suara radio ia mudah

menangkapnya.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah

gaya belajar dengan cara bergerak,

bekerja, dan menyentuh. Maksudnya

ialah belajar dengan mengutamakan

indera perasa dan gerakan-gerakan

fisik. Orang dengan gaya belajar ini

lebih mudah menangkap pelajaran

apabila ia bergerak, meraba, atau

mengambil tindakan. Misalnya, ia

baru memahami makna halus apabila

indera perasanya telah merasakan

benda yang halus.

Individu yang bertipe ini, mudah

mempelajari bahan yang berupa

tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan

sulit mempelajari bahan yang berupa

suara atau penglihatan. Selain itu,

belajar secara kinestetik berhubungan

dengan praktik atau pengalaman

belajar secara langsung.

Hasil Belajar

Soedijarto mendifinisikan hasil belajar

sebagai tingkat penguasaan yang dicapai

oleh mahapeserta didik dalam mengikuti

proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pendidikan yang di tetapkan.

Hasil belajar menurut Sudjana adalah

“hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam

belajar”.

Menurut Muhibbin Syah secara global

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar peserta didik dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu “faktor internal

atau dari dalam diri peserta didik (jasmani

dan rohani), faktor eksternal atau dari luar

diri peserta didik (keluarga, sekolah, dan

masyarakat) dan faktor pendekatan belajar

(bagaimana aktivitas peserta didik dalam

belajar, segala cara atau strategi yang

digunakan peserta didik dalam menunjang

efektifitas dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu).”

Diversity Learners

Individu adalah sesuatu kesatuan

yang memiliki ciri khasnya masing-

masing, dan karena itu tidak ada individu

yang sama persis meskipun kembar, satu

dengan yang lainya berbeda. Ini dapat

dikatakan sebagai kepastian dan

kenyalaan, keragaman individu bukan

keseragaman. Seorang pendidik yang bam

pertama kali berada di muka kelas,

mungkin baru menyadari bahwa dari

sekian banyak peserta didik yang dihadapi

itu ternyata beragam dalam hal

karakteristik fisiknya, kecerdasan

(kecakapan), gaya dan cara belajar,

komunikasi, mengerjakan tugas, cara

menyelesaikan problem, kepribadian, pola

kepemimpinan keluarga, penyesuaian

sosial dan emosional dan lain sebagainya.

Bagi para pendidik, sangat penting

memahami berbagai keragaman yang

dimiliki oleh peserta didik tesebut. Antara

peserta didik satu dengan yang lainya

berbeda kecakapan, jasmani, sosial dan

emosinalnya. Ada peserta didik yang

tampak dapat bertindak secara cepat, tepat,

dan dengan mudah, lazimnya peserta didik

itu disebut cakap. Ada peserta didik yang

belajarnya lamban, kurang tepat, dan

bahkan mengalami kesukaran dalam

belajarnya. Ada peserta didik yang kecil

dan ada pula yang besar badannya, ada

yang mampu menjadi pemimpin kelompok

dan ada yang menyendiri, ada yang

mampu dengan cepat mendapati problem

dan ada yang kesulitan menghadapi

problem, dan masih banyak perbedaan

lainya, yang merupakan kelebihan dan atau

kekurangan. Ada dua faktor yang

menyebabkan adanya perbedaan

individual, yakni faktor warisan karena

kelahiranya dan faktor perkembangan dan

pengalamannya (lingkungan). Antara

kedua faktor tersebut terjadi konvergensi.

Mungkin pada satu individu faktor

keturunan lebih dominan, sedangkan

individu yang lain justru faktor lingkungan

lebih dominan. Perbedaan individual dapat

dikembalikan kepada interaksi antara

kedua faktor tersebut. (Oemar Hamalik.

2004.).

METODE

Studi Pustaka

Penulis menggunakan studi pustaka

dalam menyusun karya ini. Studi pustaka

merupakan langkah awal dalam metode

pengumpulan data. Studi pustaka

merupakan metode pengumpulan data

yang diarahkan kepada pencarian data dan

informasi melalui dokumen-dokumen,

baik dokumen tertulis, maupun dokumen

elektronik yang dapat mendukung dalam

proses penulisan.”Hasil penelitian juga

akan semakin kredibel apabila didukung

karya tulis akademik dan seni yang telah

ada.”(Sugiyono,2005:83). Maka dapat

dikatakan bahwa studi pustaka dapat

memengaruhi kredibilitas hasil penelitian

yang dilakukan

Penentuan Gagasan

Karya tulis ini mengangkat gagasan

dari permasalahan di sekolah bahwa setiap

peserta didik masih dianggap sama.

Padalah antara peserta didik yang satu

dengan peserta didik yang lain tentu

terdapat berbagai perbedaan. Terutama

pada saat mereka diberikan tugas oleh

guru, banyak peserta didik mendapat

lembar kerja yang sama, tidak sesuai gaya

belajar mereka.

Permasalahan tersebut dapat

dijawab dengan gagasan penerapan lembar

kerja peserta didik berbasis gaya belajar

(visual, audiotorial, dan kinestetik).

Dengan adanya lembar kerja peserta didik

berbasis gaya belajar ini diharapkan akan

memenuhi kebutuhan setiap peserta didik

yang beragam serta meningktkan hasil

belajar peserta didik.

Pengumpulan Data

Langkah yang selanjutnya dilakukan

oleh penulis setelah menentukan metode

pengumpulan data adalah menentukan

teknik pengumpulan data yang akan

dipakai.“Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data.”

(Sugiyono,2005:62). Teknik pengumpulan

data sangat diperlukan dalam suatu

penelitian karena hal tersebut digunakan

penulis untuk mendapatkan data yang akan

diolah sehingga bisa ditarik kesimpulan.

Terdapat bermacam teknik pengumpulan

data yang biasa dipakai dalam melakukan

penelitian

Data yang dikumpulkan berupa data

sekunder yang diperoleh dari kajian

pustaka berupa buku, artikel, internet, dan

jurnal.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data

dilakukan secara kualitatif dan kumulatif,

dengan penjabaran analisis deskriptif.

Reduksi data berati merangkum

memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

Penyajian data adalah sekumpulan

informasi yang tersusun dan akan

memberikan gambaran penelitian yang

meyeluruh. Penyajian data yang disusun

secara singkat, jelas, terperinci dan

menyeluruh akan memudahkan dalam

memahami gambaran terhadap aspek yang

diteliti baik secara keseluruan maupun

secara parsial. Penyajian data selanjutnya

disajikan dalam bentuk uraian atau laporan

sesuai dengan hasil penelitian yang

diperoleh.

Perumusan Solusi

Rumusan solusi diperoleh

berdasarkan hasil analisis data sehingga

dapat mengatasi permasalahan yang ada

secara efektif.

Penarikan Kesimpulan dan Saran

Tahap terakhir penulisan karya tulis

ialah berupa penarikan kesimpulan dari

pembahasan sehingga dapat menghasilkan

saran-saran yang diperlukan berkaitan

dengan permasalahan yang ada.

Kesimpulan merupakan upaya untuk

mencari arti, makna, penjelasan yang

dilakukan terhadap data yang telah

dianalisis dengan mencari hal-hal penting.

Kesimpulan ini disusun dalam bentuk

pernyataan singkat dan mudah dipahami

dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Dengan demikian secara umum proses

pengolahan data dimulai dengan

pencatatan data, semisal diperoleh dari

studi pustaka, kemudian ditulis,

dirangkum, direduksi dan disesuaikan

dengan fokus masalah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kondisi di Sekolah Hasil penelitian menunjukkan

bahwa gaya belajar visual, gaya belajar

auditorial, dan gaya belajar kinestetik

memiliki hubungan gaya belajar visual

sebesar 0,080; gaya belajar auditorial

sebesar 0,043; dan gaya belajar kinestetik

0,079. Artinya, semakin meningkat

penggunaan gaya belajar visual, gaya

belajar auditorial, dan gaya belajar

kinestetik maka semakin meningkat

prestasi belajar peserta didik. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa

pengaruh gaya belajar visual, gaya belajar

auditorial, dan gaya belajar kinestetik

terhadap prestasi belajar berada pada

kategori sangat kuat (Priyatno, 2008: 78).

Penelitian yang dilakukan oleh

Pujaningsih (2004) di kecamatan Depok

menunjukkan layanan untuk peserta didik

dengan masalah belajar selama ini telah

dilakukan oleh guru-guru namun belum

mengarah kepada kebutuhan mereka.

Layanan yang banyak ditemui adalah

pemberian les tambahan. Faktor

penghambat yang ditemui yaitu

keterbatasan waktu dalam PBM dan

pemahaman guru akan peserta didik

berkesulitan belajar yang belum

menyeluruh. Hasil dari pemberian les

belum dianggap memuaskan karena tidak

didasarkan pada hasil asesmen sehingga

kurang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik.

Latar belakang pendidikan yang

tidak memberi bekal tentang keberagaman

peserta didik didik menyebabkan hampir

semua guru reguler di sekolah dasar

menghadapi permasalahan dalam

menangani mereka. Disamping

pengetahuan yang terbatas, penerimaan

guru juga mempengaruhi perlakuan guru

keberagaman peserta didik didik. Hal

tersebut (penerimaan) juga masih jarang

dijumpai sehingga tidak heran bila

pandangan negatif masih banyak tertuju

pada peserta didik dengan kesulitan

belajar. Pujian yang jarang dilakukan,

harapan yang rendah, penolakan secara

aktif, sering ditujukan kepada peserta didik

dengan kesulitan belajar dibandingkan

dengan peserta didik tanpa kesulitan

belajar juga mengemukakan hal serupa

bahwa guru reguler merasakan banyak

beban ketika menghadapi peserta didik

dengan kesulitan belajar yang

membutuhkan waktu dan perhatian yang

lebih banyak daripada teman-teman yang

lain dan tidak menunjukkan hasil yang

sesuai harapan. Pengabaian terhadap

kebutuhan peserta didik dengan kesulitan

belajar sebagai bagian dari keberagaman di

kelas dapat berdampak buruk pada peserta

didik-peserta didik yang lain karena

mereka belajar untuk tidak perduli pada

teman yang ‘lemah’. Rasa empati yang

tidak berkembang pada peserta didik-

peserta didik tersebut dapat berlanjut

sampai mereka dewasa.

Tantangan atas pemenuhan

kebutuhan belajar mereka tidak hanya

terbatas pada pemenuhan proses belajar

mengajar di kelas, namun terkait dengan

penilaian atau pemberian tugas oleh guru

untuk mengetahui sejauh mana pencapaian

dari tujuan pembelajaran tersebut.

Perangkat pembelajaran terutama

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk

menunjang pembelajaran yang mana saat ini

menggunakan kurikulum 2013, yang masih

belum maksimal. Guru memang sudah

menggunakan buku peserta didik, namun

buku saja belum cukup untuk menunjang

pembelajaran saat ini yang menggunakan

Kurikulum 2013. Guru memang sudah baik

dalam pembelajaran, yakni sering mengajak

peserta didik belajar dari alam atau

lingkungan sekitar, namun diharapkan guru

menggunakan perangkat pembelajaran

pendamping buku yang mampu menunjang

pembelajaran secara maksimal. (Luncana &

Ali, 2015 :72)

Di dalam kegiatan belajar mengajar,

anak adalah subjek dan objek kegiatan

pengajaran. Inti proses pengajaran tidak lain

adalah kegiatan belajar anak didik dalam

mencapai satu tujuan pengajaran. Tujuan

pengajaran tentu saja akan dapat tercapai

jika anak didik berusaha secara aktif untuk

mencapainya. Djamarah (2004) menyatakan

bahwa pada hakikatnya belajar adalah

“perubahan” yang terjadi di dalam diri

seseorang setelah berakhirnya melakukan

aktivitas belajar. Walaupun pada

kenyataannya tidak semua perubahan

termasuk kategori belajar.

Untuk memperoleh suatu

pendidikan, seseorang harus menempuh

belajar di sekolah. Dengan belajar,

pengetahuan dan pengalaman akan

bertambah. Kepribadian yang di tumbuhkan

akan muncul pula karena tercipta

perubahan-perubahan sikap yang terjadi

akibat dari kegiatan belajar yang telah

dilakukan oleh individu tersebut. Belajar

adalah serangkaian jiwa dan raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor (Djamarah,2011:13).

Sedangkan hasil belajar merupakan hasil

penilaian dari proses belajar siswa atas

pencapaian suatu tujuan yang memuaskan

dari proses belajar (Djamarah,2011:175).

Nilai tersebut diperoleh setelah proses

belajar mengajar berlangsung selama satu

semester dan dicantumkan secara tertulis

dalam buku laporan nilai yang berisi hasil

penilaian dengan menggunakan angka yang

dilihat pada sisi kogntif dengan melihat

kemampuan siswa dalam penguasaan

pengetahuan pada materi pelajaran yang

telah diberikan oleh guru dan didukung oleh

nilai-nilai yang lain. Gaya belajar

merupakan salah satu dari faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa

yang tidak kalah pentingnya. Cara atau gaya

belajar yang berbedabeda mempunyai

pengaruh pada hasil belajar siswa. Gaya

belajar

merupakan suatu strategi yang dilakukan

oleh siswa dalam belajarnya untuk

mencapai tujuan yang diharapkan yaitu hasil

belajar yang baik. Tujuan pembelajaran

yang diinginkan tentu yang optimal, untuk

itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

oleh pendidik, salah satunya yang penting

adalah pendidik perlu mengetahui tipe gaya

atau gaya belajar siswanya, agar pendidik

dapat menyesuaikan metode apa yang akan

diterapkan pada saat mengajar sehingga

tujuan pengajaran yang telah dirumuskan

oleh pendidik dapat terwujud/tercapai.

Gaya belajar seseorang adalah

kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah

informasi”. Menurut Nasution (2003:55),“

gaya belajar atau Learning style adalah ia

cara bereaksi dan menggunakan

perangsang-perangsang yang diterimanya

dalam proses belajar”. Lebih lanjut

dikatakan gaya belajar adalah cara yang

konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam

menangkap stimulus atau informasi, cara

mengingat, berfikir dan memecahkan

persoalan. Dari beberapa pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa gaya belajar

merupakan suatu cara atau sikap yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang

sebagai pencari penerima, pelajaran yang

dibutuhkannya yang dialaminya sendiri

dengan mempergunakan alat inderanya.

Teori-teori di atas mengenai gaya

belajar visual, gaya belajar auditorial, dan

gaya belajar kinestetik yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa,

mendukung hasil penelitian ini, yaitu

variabel Gaya Belajar Visual (X1), Gaya

Belajar Auditorial (X2), dan Gaya Belajar

Kinestetik (X3) secara bersama-sama

berpengaruh secara positif dan (Y)

persentase sebesar 62,91%, sedangkan

sisanya 37,09% diprediksi dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini, misalnya faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal yang

meliputi kecerdasan, bakat, minat,

motivasi, belajar. Adapun faktor eksternal

meliputi lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan sosial (Suan,

2013: 27).

Lembar Kerja Peserta didik Berbasis Gaya

Belajar

Setiap anak atau peserta didik

memiliki cara belajar sendiri-sendiri yang

dipandang

efektif dalam belajar. Cara belajar atau

kesenangan belajar yang seringjugadisebut

gaya belajar (learning style) diartikan sebagai

karaktreristik dan preferensi atau pilihan

individu mengenai cara mengumpulkan

informasi, menafsirkan, mengorganisasi,

merespon, dan memikirkan informasi

tersebut.

Guru sebaiknya mengetahui tingkat

perkembangan mental siswa dan mengetahui

bagaimana pembelajaran yang harus

dilakukan agar sesuai dengan tahap-tahap

perkembangan tersebut, dengan harapan agar

siswa tidak merasa kesulitan dalam

menyerap apa yang disajikan oleh guru.

Selain tingkat perkembangan siswa, guru

juga harus memperhatikan beberapa

kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, baik itu

kecerdasan intelegensi, kecerdasan

emosional (Emotional Quotient), maupun

kecerdasan khusus yang dimiliki oleh setiap

siswa dalam proses pembelajaran.

Kecerdasan khusus yang dimaksud adalah

kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence).

Saat proses pembuatan lembar kerja

peserta didik, guru sudah harus mengetahui

gaya belajar masing-masing peserta didik.

Cara mengetahuinya yaitu dengan

melakukan assesmen pada awal semester.

Assesmen dapat dilakukan dengan guru

Bimbingan Konseling atau menggunakan

instrumen pengenalan gaya belajar yang

valid atau yang terdapat pada situs-situs

psikologi yang terpercaya.

Peserta didik juga mempunyai kecakapan atau kemampuan. Dalam versi

Gardner dikenal dengan kecakapan majemuk

(multiple intellegences). Delapan kecakapan

yang tercakup dalam kecakapan majemuk

adalah:

1) linguistic Intellegences (Word smart)

2) logical- mathmatical intellegence

(number /reasoning Smart)

3) Visual-Spatial Intellegence (picture

Smart)

4) Bodily- Kinestetic Intellegence (body

Smart)

5) Musical Intellegence (Music Smart)

6) Interpersonal intellegence (People

Smart)

7) Intrapersonal Intellegence (Self

Smart)

8) Naturalist Intellegence (Nature Smart)

(Armstong, Thomas. 2013).

Dengan memperhatikan dan

melibatkan kecerdasan yang dimiliki oleh

siswa, diharapkan dapat mendorong semua

potensi yang dimiliki oleh siswa. Siswa-

siswa di kelas kecerdasan majemuk yang

sama, belum tentu memiliki gaya belajar

yang sama juga.

Di dalam kelas tentu setiap peserta

didik mempunyai perbedaan kecakapan atau

kemampuan, ada yang memiliki dua atau

lebih kecapakan yang mereka miliki. Hal

tersebut tentu memengaruhi bagaimana cara

mereka belajar.

Terdapat beberapa penilaian yaitu

ada tes tulis, tes lisan, observasi, produk,

bermain peran, portofolio, karya wisata, dan

sebagainnya. Dari beberapa penilain tersebut

dapat diambil satu contoh yaitu portofolio.

Untuk menyusun portofolio peserta

didik yang memiliki gaya belajar visual

dalam

mencapai kompetensi tertentu, tugas-tugas

yang diberikan disesuaikan dengan gaya

belajarnya. Karakteristik peserta didik yang

memiliki gaya belajar visual ialah mudah

memperoleh pengetahuan terhadap apa yang

dilihatnya, suka membaca, teliti dan

menyukai metode demontrasi serta kurang

menyukai metode ceramah. Misalnya

melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan

dengan indera penglihatan, seperti membaca

buku, membaca tabel, dll. Bagi peserta didik

yang memiliki gaya belajar cenderung

menggunakan metode membaca dan

menulis. Pada metode membaca – menulis,

proses pembelajaran meliputi : (1) buku teks,

(2) buku kerja, (3) kapur-papan tulis, (4)

buletin, (5) laporan, (6) review teman, (7)

mencatat, (8) membuat jurnal. LKPD jenis

ini bersifat semi terbuka, berisi perintah

membaca, mendiskusikan persoalan, dan

mencari alternatif solusi yang dilaporkan

secara tertulis.

Bagi peserta didik yang memiliki

gaya belajar auditori, Karakteristik peserta

didik yang memiliki gaya belajar auditorial

ialah mudah memperoleh pengetahuan

terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis

tetapi mudah bercerita, senang bersuara

keras ketika sedang membaca, lebih

menyukai gurauan daripada membaca buku,

dan menyukai metode ceramah. Tugas yang

diberikan berupa tugas atau kegiatan yang

berhubungan dengan indera pendengaran,

misalnya melalui menyimak berita di televisi

atau radio. Peserta didik yang gaya

belajarnya auditorial cenderung

menggunakan metode mendengar dan

berbicara. Pada metode mendengar –

berbicara, proses pembelajaran mencakup:

(1) ceramah, (2) membaca, (3) bertanya, (4)

analisis film, (5) debat, (6) ide gagasan.

Model LKPD jenis ini berisi lebih

menekankan pada perintah dan hasil-hasil

resitasi. Maka, LKPD cenderung bersifat

tertutup, berisi perintah mendiskusikan

persoalan, mencari alternatif solusi, dan

presentasi di kelas.

Demikian juga, bagi peserta didik

yang memiliki gaya belajar kinestetik,

Karakteristik peserta didik yang memiliki

gaya belajar kinestetik ialah suka

mengerjakan sendiri atau praktik langsung,

banyak bergerak, ketika membaca suka

meggunakan jari sebagai penunjuk.

menyukai permainan yang menyibukkan.

dan ingin selalu melakukan sesuatu. Tugas

yang harus diselesaikan berhubungan dengan

kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas

motorik, misalnya melaporkan hasil

perjalanan/ rekreasi ke suatu tempat. Bagi

peserta didik yang memiliki gaya belajar

kinestetik, biasanya proses pembelajaran

dibantu dengan menggunakan metode

mengamati dan melakukan. Pada metode

mengamati dan melakukan, proses

pembelajaran mencakup : (1) demonstrasi,

(2) kerja lapangan, (3) kerja lab/hands on, (4)

proyek, (5) eksplorasi/ diskoveri, (6)

permainan. LKPD jenis ini bersifat lebih

terbuka, berisi alat dan bahan, panduan kerja,

serta tabel pengamatan dan pertanyaan

pengarah diskusi peserta didik.

Pemberian tugas tugas yang

disesuaikan dengan masing-masing gaya

belajar peserta didik diharapkan dapat

mengoptimalkan pencapaian kompetensinya.

Meskipun dalam mengimplementasikan

Kurikulum 2013, kegiatan guru dan peserta

didik, bahan ajar, serta sistem evaluasi telah

tersaji dengan lengkap dalam buku guru dan

buku peserta didik, namun guru masih

memiliki kesempatan untuk

mengembangkan proses pembelajaran

berikut evaluasinya berdasarkan pada

kreativitas guru karena sebagaimana

diungkapkan Mendikbud pada sosialisasi

Kurikulum 2013 bahwa buku guru dan buku

peserta didik yang telah disediakan

pemerintah merupakan panduan dasar atau

batas minimal pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan guru di lapangan. Evaluasi

melalui penilaian portofolio berbasis gaya

belajar peserta didik dapat dikembangkan

guru, disesuaikan dengan tujuan yang

terdapat dalam kurikulum.

Dengan adanya tiga gaya belajar

tersebut, guru dapat mengidentifikasi gaya

belajar peserta didiknya, schingga dapat

memberikan layanan kepada pesertadidiknya

sesuai dengan gaya belajar rnasing-masing

peserta didik. Dengan demikian masing-

masing peserta didik dapat belajar secara

optimal. Akan tetapi guru juga harus

memperhatikan beberapa layanan terhadap

peserta didik. Berikut terdapat tiga layanan

guru terhadap perbedaan setiap individu.

Bagi peserta didik yang lamban atau

belum mencapai batas ketuntasan yang

ditetapkan, jenis layanan berupa remedial.

Dalam melaksanakan kegiatan remedial,

maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatiakan akan dapat berjalan dengan

baik, antara lain;

a. Tingkal kesulitan peserta didik

(ringan, sedang dan berat)

b. Jumlah peserta didik dan tempat

remedial

c. Cara melaksanakan

d. Materi dan waktu

e. Metode dan media

Bagi peserta didik yang sedang, jenis

layanan berupa pengayaan. Program

pengayaan dapat dilakukan dengan cara,

antara lain;

a. Pemberian bacaan tambahan atau

berdiskusi

b. Pemberian tugas

c. Memberikan soal latihan

d. Membantu guru membimbing

temannya yang belum mencapai

ketuntasan

Bagi peserta didik yang cepat,

jenisnya berupa akselerasi/percepatan.

Program layanan akselerasi dilakukan secara

alami dan bukan dalam bentuk kelas

akselerasi.

Langkah Penyusunan Lembar Kerja

Peserta didik

Dalam penyusunan lembar kerja peserta

didik ada beberapa langkah yang harus

diperhatikan yaitu sesuai tujuan

pembelajaran, Indikator, media pembelajaran

dan perangkat pembelajaran lainnya untuk

mendukung kelancara dan keberhasilan dari

penerapan lembar kerja peserta didik

berbasis gaya belajar siswa. Hal ini berarti

guru harus menyiapkan perangkat

pembelajaran serta lembar kerja yang

berbeda-beda sesuai gaya belajar mereka.

Guru harus memnuhi kebutuhan siswa.

Banyak sekali yang harus disiapkan

guru, karena dalam menyiapkan lembar kerja

peserta didik berbasis gaya belajar, guru

harus menyiapkan kelengkapan mulai dari

gaya belajar yang visual berarti guru

menyiapkan lembar kerja berbentuk tulisan.

Siswa diberi tugas untuk mengamati dan

menulis. Untuk gaya belajar auditorial maka

siswa diberi tugas untuk mendengarkan,

maka guru menyiapkan lembar kerja berupa

wawancara. Untuk siswa dengan gaya

belajar kinestetik, maka siswa diberi tugas

untuk kunjung karya, karya wisata, atau

membuat sesuatu. Hal ini maka guru harus

ikut serta dan selalu mengamati dan

melindungi siswa secara lebih, karena hal ini

siswa cenderung akan pergi-pergi, bergerak

dan sebagainya.

Contoh penyusunan membuat lembar

kerja peserta didik, salah satunya yaitu

lembar kerja potofolio. Untuk menyusun

portofolio berbasis gaya belajar siswa dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut

dipaparkan langkah-langkah yang dapat

ditempuh. Langkah-langkah penyusunan

mengacu pada pedoman yang dikeluarkan

Depdiknas tahun 2004 dan Ahiri & Hafid

tahun 2011.

1) Menentukan fokus dan tujuan

portofolio, misalnya untuk mencapai

tujuan kurikulum dan target belajar.

2) Menyesuaikan isi portofolio dengan

tujuan pembelajaran. Menentukan

aspek isi yang dinilai, misalnya aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor;

untuk menilai pertumbuhan dan

kemajuan belajar siswa atau untuk

menilai hasil karya terbaik.

3) Menentukan bentuk, susunan, atau

organisasi portofolio (teknik

pengelolaan portofolio): jenis / aspek

data yang akan dievaluasi, isi /

indikator,proses,batas isi / waktu

penyusunan portofolio.

4) Melibatkan siswa dalam proses

penilaian.

5) Meningkatkanefisiensipemeriksanaa

nportofolio: menyiapkan rubrik

penilaian / penskoran.

6) Meningkatkan ketergeneralisasian

skor portofolio.

Keenam langkah penyusunan

portofolio di atas dilakukan secara

terstruktur, disesuaikan dengan tiga

macam gaya belajar siswa.

PENUTUP

Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa LKPD (Lembar Kerja

Peserta Didik) berbasis gaya belajar untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik

sangat penting dan layak digunakan

dalam pembelajaran. Banyak para ahli dan

akademisi yang setuju dengan penggunaan

lembar kerja peserta didik ini apabila

disesuaikan dengan kebutuhan setiap

peserta didik. Keragaman setiap siswa

itulah yang menjadi alasan utama, karena

pada daasarnya kebutuhan setiap peserta

didik berbeda-beda. Langkah-langkah

dalam pembuatan lembar kerja peserta

didik pun juga harus tepat, dimana

sebelumnya guru sudah melakukan

asessemen gaya belajar setiap siswa.

Untuk gaya belajar ada tiga macam

yaitu gaya belajar visual; yaitu gaya

belajar yang lebih banyak menggunakan

alat indera penglihatan sebagai alat untuk

memperoleh pengetahuan. Karakteristik

peserta didik yang memiliki gaya belajar

visual ialah mudah memperoleh

pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya,

suka membaca, teliti dan menyukai metode

demontrasi serta kurang menyukai metode

ceramah. Maka lembar kerjanya berupa

menulis dan membaca.

Kedua Gaya belajar auditorial;

yaitu gaya belajar yang lebih banyak

mengguakan indera pedengaran untuk

memperoleh pengetahuan. Karakteristik

peserta didik yang memiliki gaya belajar

auditorial ialah mudah memperoleh

pengetahuan terhadap apa yang

didengarnya, sulit menulis tetapi mudah

bercerita, senang bersuara keras ketika

sedang membaca, lebih menyukai gurauan

daripada membaca buku, dan menyukai

metode ceramah. Maka lembar kerjanya

berupa wawancara dan sejenisnya.

Ketiga gaya belajar kinestetik;

yaitu gaya belajar yang lebih menekankan

gerak atau praktik langsung atas apa yang

sedang dipelajari. Karakteristik peserta

didik yang memiliki gaya belajar

kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri

atau praktik langsung, banyak bergerak,

ketika membaca suka meggunakan jari

sebagai penunjuk. menyukai permainan

yang menyibukkan. dan ingin selalu

melakukan sesuatu. Maka lembar kerjanya

berupa karya wisata, menggambar atau

membuat sebuah karya.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Direktur Program Sarjana Universitas

Negeri Yogyakarta yang memberi

kesempatan untuk menempuh studi hingga

menyelesaikannya. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada Kaprodi

S1 Pendidikan Dasar yang banyak membantu

kelancaran penelitian hingga penulis dapat

menyelesaikannya dalam waktu yang relatif

singkat. Selain itu juga terimakasih kepada

perpustakaan PGSD Kampus 2 FIP UNY dan

teman-teman yang telah mendukung

kelancaran penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahiri, J dan Hafid, A. 2011. Evaluasi

Pembelajaran dalam Konteks

KTSP. Bandung: Humaniora.

Armstong, Thomas. 2013. Kecerdasan

Multipel di Dalam Kelas. Jakarta:

Indeks ASTUTI, Yanuarita Widi; MUSTADI, Ali.

Pengaruh Penggunaan Media Film

Animasi Terhadap Keterampilan

Menulis Karangan Narasi Siswa

Kelas V SD. Jurnal Prima Edukasia,

[S.l.], v. 2, n. 2, p. 250-262, july 2014.

ISSN 2460-9927. Available at:

<https://journal.uny.ac.id/index.php/jp

e/article/view/2723/2273>. Date

accessed: 23 oct. 2017.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v2i2

.2723.

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/

article/view/2723 Bobbi Deporter & Mike Hernacki. 1999.

Quantum Learning: Membiasakan

Belajar Nyaman dan

Menyenangkn. Bandung: PT

Mizan Pustaka

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola

Komunikasi Orang Tua dan Anak

dalam Keluarga. Jakarta : PT.

Reneka Cipta.

Dwi, Priyatno. 2008. Mandiri Belajar

SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

http://digilib.uin-

suka.ac.id/8622/1/ICHSAN%20PE

MBELAJARAN%20BERBASIS%

20PERBEDAAN%20INDIVIDUA

L.pdf

Ichsan. 2009. Pembelajaran Berbasis

Perbedaan Individual. Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga

Luncana, FS & Ali, M. 2015.

Pengembangan Lembar Kerja

Peserta Didik Tematik-Integratif

Berbasis Pendidikan Karakter

Pada Peserta Didik Sekolah Dasar.

https://journal.uny.ac.id/index.php/j

pka/article/view/8620

Majid, Abdul. 2013. Strategi

Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Muhibbin Syah. 2010. Psikologi

Pendidikan dengan pendekatan

baru.Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan

dalam Proses Belajar dan

Mengajar. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Pujaningsih.,dkk. 2002. Bimbingan ‘Smart

Plus’ untuk menangani

siswaberkesulitan belajar spesifik

di Kecamatan Berbah Sleman,

Laporan penelitian Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Jakarta: Dikti.

http://eprints.uny.ac.id/4228/1/PE

MENUHAN_KEBUTUHAN_SIS

WA_YANG_BERAGAM.pdf

Soedijarto, 1993. Menuju Pendidikan

nasional yang Relevan dan

Bermutu. Jakarta : Balai Pustaka

Suan, EB. 2013. Analisis faktor-faktor

yang Mempengaruhi Prestasi

Belajar Siswa SMP pada Panti

Asuhan di Kota Kupang pada

Semester Ganjil Tahun Ajaran

2012/2013”. Tesis. Program

Pascasarjana Undana

Sudjana, Nana, 2002. Penilaian Hasil

Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian

Kualitaif. Bandung : Alfa Beta.

Suyanto, S. 2011. Lembar Kerja Siswa.

Dalam acara pembekalan Guru

daerah terluar,tertinggal di

Akademi Angkatan Udara

Yogyakarta.

Theresia Widyantini. (2013). Penyusunan

Lembar Kerja Siswa Sebagai

Bahan Ajar. Yogyakarta: Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PPPPTK) Matematika.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran

Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

WANGID, Muhammad Nur et al.

Kesiapan Guru SD dalam

Pelaksanaan Pembelajaran

Tematik-Integratif pada Kurikulum

2013 di DIY. Jurnal Prima

Edukasia, [S.l.], v. 2, n. 2, p. 175-

182, july 2014. ISSN 2460-9927.

Available at:

<https://journal.uny.ac.id/index.php

/jpe/article/view/2717/2267>. Date

accessed: 23 oct. 2017.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v

2i2.2717.

https://journal.uny.ac.id/index.php/j

pe/article/view/2717