latif rusdi fitk

Upload: faris-al-faraby

Post on 10-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERAN PENGAWAS MADRASAH DALAM

    MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN 5

    CILINCING JAKARTA UTARA

    Disusun Oleh :

    LATIF RUSDI

    103018227321

    PROGRAM STUDI MANJEMEN PENDIDIKAN

    JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010

  • DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

    UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 5 Januari 2009

    FITK No. Revisi: : 00 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    N a m a : Latif Rusdi

    Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 26 Maret 1985

    NIM : 103018227321

    Jurusan/Prodi : Kependidikan Islam/ Manajemen Pendidikan

    Judul Skripsi : Peran Pengawas Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu

    Pendidikan Di MAN 5 Cilincing.

    Dosen Pembimbing : Drs. Syafril, M.Pd

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

    dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

    Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

    Jakarta, 31 Agustus 2010

    Mahasiswa Ybs

    Latif Rusdi

    NIM. 103018227321

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 8

    C. Perumusan Masalah ........................................................................ 8

    D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................................... 8

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Mutu Pendidikan ..................................................................................... 10

    1. Pengertian Mutu Pendidikan ............................................................... 10

    2. Indikator Mutu Pendidikan ................................................................. 12

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan ......................... 13

    4. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan ........................................................ 14

    B. Kepengawasan Pendidikan ...................................................................... 16

    1. Pengertian Kepengawasan Pendidikan ............................................... 16

    2. Tujuan Kepengawasan Pendidikan ..................................................... 17

    3. Fungsi Kepengawasan Pendidikan...................................................... 19

    4. Prinsip Kepengawasan Pendidikan ..................................................... 22

    5. Teknik Kepengawasan Pendidikan ..................................................... 25

  • BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 35

    B. Populasi dan Sampel................................................................................ 35

    C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35

    D. Teknik Analisis Data ............................................................................... 36

    E. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen ......................................... 37

    1. Definisi Operasional ........................................................................... 37

    2. Kisi-kisi Instrumen .............................................................................. 38

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 41

    1. Sejarah Berdirinya MAN 5 Cilincing ................................................. 41

    2. Keadaan Sekolah ................................................................................. 41

    3. Gambaran Umum Responden ............................................................. 45

    B. Hasil Penelitian .............................................................................. 47

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 58

    B. Saran ........................................................................................................ 58

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 60

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Surat Pengajuan Proposal skripsi..63

    2. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi................................................64

    3. Surat Izin melakukan Riset/wawancara..............................................65

    4. Pedoman wawancara dan catatan hasil wawncara dengan ...........66

    Pengawas Sekolah MAN 5 Cilincing Jakarta Utara...........................67

    5. Surat Permohonan Pengisian Angket dan Angket Untuk Guru.......68

    6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.................................69

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat jauh dari yang

    diharapakan, hal ini terlihat dari rendahnya serapan dunia kerja terhadap

    lulusan dari lembaga pendidikan kita. Setiap tahun dunia pendidikan

    melahirkan lulusan yang secara kuantitatif sangat banyak, namun dalam

    hal kualitas mereka sangat jauh dari yang dibutuhkan. Problema seperti ini

    merupakan tanggung jawab bagi kita semua, bagaimana sebuah lembaga

    pendidikan dapat menyelenggarakan proses pendidikan dengan sebaik-

    baiknya, bagaimana menciptakan guru yang profesional, menciptakan

    pendidikan yang kompeten, mengaloaksikan dana yang memadai bagi

    dunia pendidikan, hingga mengoptimalkan kinerja para guru, kepala

    sekolah, dan pengawas, yang nantinya tentu semua akan menjadikan

    lembaga pendidikan benar-benar merupakan tempat yang tepat bagi

    seseorang untuk mengembangkan potensinya. Seperti apa yang

    diamanahkan oleh konstitusi kita, yang tetuang dalam Undang-Undang

    SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, ...serta didik dapat mengembangkan

    potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1

    1 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang

    Pendidikan (Direktotrat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 5.

  • 2

    Madrasah dalam dekade akhir abad 20 ini merupakan lembaga

    pendidikan bagi para orang tua untuk menjadi sarana penyelenggaraan

    pendidikan bagi anak-anaknya. Bahkan pada beberapa daerah tertentu

    jumlah madrasah meningkat tajam dari tahun ke tahun. Pertumbuhan suatu

    lembaga pendidikan tidaklah terjadi dengan sendirinya tetapi melalui

    proses yang panjang, demikian halnya dengan madrasah. Bila dilihat pada

    awal pertumbuhannya sebuah madrasah diprakarsai oleh individu atau

    lembaga swasta tertentu dan kemudian pada perkembangan selanjutnya

    dibina oleh pemerintah. Ini terlihat sejak diberlakukannya UU No. 02

    tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini telah

    diperbaharui dengan undang-undang No. 20 tahun 2003 beserta peraturan

    lainnya, maka penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan

    madrasah bernaung di bawah satu sistem pendidikan nasional.2

    Dengan SKB Tiga Menteri, Kementerian Agama melakukan usaha

    pemantapan struktur madrasah secara lebih menyeluruh. Sejumlah

    keputusan dikeluarkan untuk mengatur organisasi dan tata kerja madrasah

    pada semua tingkatan3. Posisi madrasah pada saat sekarang sejajar dengan

    sekolah umum dan tidak lagi dipandang sebelah mata oleh pemerintah,

    sehingga penyelenggaraan pendidikan madrasah sangat didukung penuh

    oleh pemerintah. Salah satu kegiatan yang paling penting,

    penyelenggaraan pendidikan baik di madrasah maupun di sekolah umum

    untuk meningkatkan dan menjaga mutu pendidikan sebagai suatu sistem

    yang terdiri dari input, proses, dan output. Hal ini berarti bahwa sebagus

    apapun input yang dimiliki oleh suatu sistem pendidikan, sarana,

    prasarana, dan dana yang berlimpah, akan tetapi jika tidak menghasilkan

    lulusan dengan tingkatan mutu yang diharapkan, disebut sistem

    pendidikan yang bermutu rendah.

    2 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi

    Pendidikan, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 1.

    3 Maksum, Madrasah Sejarah Dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

    1999), Cet. 1, h. 152.

  • 3

    Untuk mencapai mutu pendidikan yang maksimal, perlu

    diperhatikan, semua komponen yang ada di dalamnya, dan perlu upaya

    perbaikan-perbaikan atau pembaharuan perkembangannya. Salah satu

    keberhasilan pendidikan ditentukan oleh komponen pengawasan. Untuk

    itu pemerintah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan.

    Hal ini tertuang dalam Undang-undang RI No. 20 tentang SISDIKNAS

    bab X pasal 38 ayat 2:

    Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan

    dan komite sekolah atau madrasah di bawah koordinasi dan

    supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama

    Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk

    pendidikan menengah.4

    Ketentuan yang ada pada undang-undang SISDIKNAS

    menunjukkan bahwa supervisi dari pengawas akademik memiliki peranan

    penting untuk mencapai tujuan pendidikan, karena jika terjadi

    penyimpangan-penyimpangan para pendidik, pengawas akan meluruskan

    agar mereka melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian

    tujuan yang ditetapkan. Pengawas pendidikan diharapkan mengetahui

    dengan tepat masalah-masalah yang ada di sekolah sebab pengawas

    bertanggung jawab untuk mengontrol berhasil atau tidaknya pendidikan.

    Dapat diketahui bahwa tugas utama pengawas sekolah yaitu mewujudkan

    usaha perbaikan pendidikan terhadap komponen atau unsur-unsur itu

    sendiri.

    Menyerahkan sesuatu kepada yang profesional di bidangnya yaitu

    seorang pengawas pendidikan, diharapkan dapat mengetahui masalah-

    masalah yang ada di sekolah dan solusinya, karena pengawas bertanggung

    jawab dalam mengontrol, mengendalikan dan memberikan bantuan untuk

    keberhasilan pendidikan.

    4 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang

    Pendidikan (Direktotrat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 26-27.

  • 4

    Suatu sistem pendidikan yang berhasil dan berdaya-guna bila ia

    berakar mendalam pada nilai-nilai yang ada dalam pandangan hidup suatu

    bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni berlangsung

    begitu cepat dan tidak dapat lagi diikuti dengan kasat mata, sehingga

    menimbulkan berbagai permasalahan yang sangat rumit dan kompleks,

    serta memerlukan pemecahan secara proporsional.

    Proses seperti ini kinerja pengawas sekolah (supervisor) sebagai

    lembaga yang dapat menilai baik-buruknya sebuah lembaga harus

    ditingkatkan, agar tujuan pendidikan tercapai, terutama pembentukan insan

    kamil.

    Pendidikan agama pada dasarnya adalah inheren dengan

    pembentukan perilaku. Tidak ada pendidikan agama tanpa pembentukan

    perilaku dan pembentukan budi pekerti luhur.5

    Pendidikan berupa usaha sadar dirancang untuk mencapai tujuan

    yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia.

    Piet Sahertian mengtakan dalam bukunya Prinsip dan Teknik

    Supervisi Pendidikan:

    Kebudayaan kita saat ini sedang mengalami suatu perubahan dan percampuran antara faktor-faktor interen dan eksteren. Perubahan

    ini disebabkan oleh hasil budi manusia yang semakin maju. Hasil

    bahan-bahan budaya yang makin kompleks, sangat mempengaruhi

    sikap dan tindakan manusia. Sekolah sebagai satu pusat

    kebudayaan. Bertugas dan bertanggung jawab menyeleksi unsur-

    unsur negatif dari pengaruh kebudayaan modern dan mengambil

    sari pati, untuk pada masa kini. Lebih penting lagi setelah harus

    dilihat sebagai pusat pengembangan kebudayaan, yang

    mengembangkan kreativitas dan kemampuan nalar para siswa.

    Unsur-unsur kebudayaan yang berbeda-beda sangat mempengaruhi

    lapangan gerak pendidikan dan pengajaran. Sekolah bertugas

    mengkoordinir semua usaha dalam rangka mencapai tujuan

    pendidikan yang dicita-citakan. Disinilah letak perlunya supervisi

    pendidikan.6

    5 Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Asmissco,

    1996), h. 74.

    6 Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1981), h. 4.

  • 5

    Ibrahim Bafadal mengatakan bahwa seseorang akan bekerja secara

    profesional apabila seseorang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan

    motivasi. Artinya, seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional

    apabila ia hanya memenuhi salah satu di antara dua persyaratan.

    Ada bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-

    mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan

    inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan

    kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang

    tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk

    menemukan kesalahan. Kemudian berkembang supervisi yang bersifat

    ilmiah ialah7:

    1. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan

    kontinyu.

    2. Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi

    nyata, bukan tafsiran pribadi.

    3. Menggunakan alat (instrument) yang dapat memberi informasi

    sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap

    proses belajar-mengajar.

    Supervisi berfungsi membantu (assisting) memberi support

    (supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing).8 Dilihat dari

    fungsinya, tampak jelas peranan supervisi itu. Mengenai peranan supervisi

    dapat dikemukakan berbagai pendapat para ahli. Seorang supervisor dapat

    berperan sebagai: koordinator; mengkoordinir bawahannya, konsultan;

    sebagai penampung aspirasi bawahannya, pemimpin kelompok;

    diharapkan bisa memimpin bawahannya, evaluator; mengevaluasi semua

    kegiatan yang telah dilaksanakan.

    7 Piet A. Sahertian, Prinsip ..., h. 30.

    8 Piet A. Sahertian, Prinsip..., h. 31.

  • 6

    Kegiatan supervisi idealnya bukan sekedar untuk mengawasi dan

    menilai kemampuan guru, melainkan untuk mengembangkan

    kemampuannya. Hal ini biasa terjadi di sekolah-sekolah. Supervisi

    dilaksanakan hanya sekedarnya sebagai formalitas saja. Para supervisor

    hanya datang sesuai jadwal yang ditentukan dengan membawa instrumen

    pengukuran dan kemudian setelah dilaksanakan berarti tugasnya telah

    selesai.

    Jika demikian, maka peningkatan mutu dan profesionalitas guru

    menjadi lambat sehingga proses belajar mengajar dan hasil belajar yang

    diperoleh juga kurang maksimal.

    Ada lima kekuatan kepemimpinan yang merupakan hal-hal yang

    sangat mempengaruhi kegiatan persekolahan. Adapun lima kekuatan

    tersebut; (1) kekuatan teknikal, (2) kekuatan manusia, (3) kekuatan

    pendidikan, (4) kekuatan simbolik, dan (5) kekuatan budaya.9

    Tujuan kepemimpinan simbolik ialah efektivitas kepemimpinan

    seorang pemimpin terletak pada kemampuannya untuk memberi arti pada

    setiap kegiatan yang dilakukan tidak dengan jalan mengikuti tingkah laku

    orang lain melainkan dengan cara memberikan perasaan tentang

    pentingnya kegiatan yang mereka lakukan, terutama tentang bagaimana

    mereka menyatakan dan mengkomunikasikan kepentingan kegiatan

    tersebut.

    Sekolah yang dikelola secara cepat dan cermat akan mampu

    menerapkan pemecahan masalah-masalah kompleks dengan cara yang

    sederhana (solving complicated problems), atau dengan cara

    menyederhanakannya. Tanpa kemampuan kepala sekolah dan guru

    bertindak semacam itu, akan muncul pengelolaan sekolah yang dilakukan

    secara salah (school mismanagement), untuk selanjutnya tidak akan

    mampu melahirkan proses dan hasil-hasil yang terukur. Prakarsa

    9 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan,

    (Jakarta: Rajawali, 1990), Cet. 1, h. 197.

  • 7

    peningkatan mutu pendidikan untuk sebagian besar menempatkan

    transformasi pembelajaran sebagai intinya. Sedangkan upaya ke arah

    perbaikan mutu pembelajaran itu terus dilakukan, antara lain dengan

    mentransfer pengalaman di sektor proses fabrikasi ke dalam perilaku

    pengajaran dan pembelajaran.

    Kadar yang beragam, gerakan reformasi sekolah telah dilakukan

    pada sekolah mana pun, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

    maupun masyarakat. Abu Ahmadi Mengatakan:

    Bahwa pendidikan itu dimungkinkan adanya perbahan-perubahan, abik mengenai stabilitas atau riilnya, maupun fluiditas atau

    idealnya. Keadaan apa saja yang kurang baik harus kita rubah. Jadi

    fungsi pendidikan ialah mengkeseimbangkan antara stabilitas dan

    fluiditas. Biasanya system pendidikan itu dipengaruhi juga oleh

    perubahan penduduk dan perkembangan ekonomi dalam

    masyarakat. Penduduk mempengaruhi sistem pendidikan, tapi

    sistem pendidikan yang mempengaruhi perubahan penduduk.

    Makin banyak penduduk makin banyak gedung-gedung sekolah

    yang dibutuhkan untuk melayani anak-anak.10

    Kaitannya dengan prakarsa mutu, seperti telah diuraikan di atas,

    maka reformasi pendidikan menghubungkan unsur-unsur di luar institusi,

    seperti dimensi sosial, ekonomi, politik, dan kultural. Kretovics, Farber,

    dan Armaline (1991) mengemukakan bahwa upaya reformasi sekolah

    menyangkut aspek-aspek auditif, seperti perbaikan sistem ujian, pekerjaan

    rumah yang lebih banyak bagi para siswa, memberi kesempatan bagi siswa

    untuk belajar lebih lama di bangku pendidikan, waktu anak di sekolah

    lebih lama, dan internalisasi fakta-fakta kultural.

    Berdasarkan latar belakang dan deskripsi di atas maka penulis

    mengajukan penulisan karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul:

    Peran Pengawas Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di

    MAN 5 Cilincing Jakarta Utara.

    10 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1982) cet. Ke-4 h. 109-

    110

  • 8

    B. Identifikasi Masalah

    Beberapa masalah yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Kinerja pengawas pada sekolah bimbingannya.

    2. Peningkatan kualitas mutu pendidikan.

    3. Tingkat efektifitas pengawasan yang ada pada sekolah tersebut.

    C. Perumusan Masalah

    Untuk memudahkan alur pembahasan sekaligus mempermudah

    dalam memahami skripsi ini, perlu dikemukakan beberapa permasalahan

    serta ruang lingkup yang menjadi titik tolak penulisan, diantaranya adalah:

    1. Apa tugas-tugas pengawas dalam dalam kepengawasan Pendidikan di

    MAN 5 Cilincing?

    2. Bagaimana teknik yang digunakan pengawas dalam kepengawasan

    Pendidikan di MAN 5 Cilincing?

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Sebagaimana perumusan permasalahan diatas, penelitian ini

    dimaksudkan untuk:

    a. Mengetahui kinerja pengawas sekolah MAN 5 Cilincing.

    b. Mengetahui peranan pengawas sekolah untuk meningkatkan mutu

    pendidikan di MAN 5 Cilincing.

    2. Manfaat penelitian

    Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini ialah:

    a. Memberikan kontribusi kognitif bagi perkembangan wacana

    mengenai supervisi pendidikan sehingga diharapkan dapat

    meningkatkan kinerja pengawas sekolah pada umumnya demi

    terselenggaranya pendidikan yang lebih bermutu.

    b. Secara khusus diharapkan penelitian ini dapat memberikan catatan

    yang berharga bagi sekolah lain terhadap mutu pengawas sekolah

  • 9

    (supervisor), khususnya bagi perkembangan pendidikan di MAN 5

    Cilincing.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Mutu Pendidikan

    1. Pengertian Mutu Pendidikan

    Menurut kamus besar bahasa Indonesia Mutu adalah ukuran baik

    buruk suatu benda; kadar; atau derajat (kepandaian, kecerdasan dsb);

    kualitas.1 Secara substantif, istilah Mutu itu sendiri mengandung dua hal.

    Pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan

    keadaan benda sedang taraf menunjukkan kedudukan dalam suatu skala.2

    Uwes Sanusi Mengemukakan Pengertian mutu pendidikan yang

    diambil dari buku berjudul Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

    Sekolah (buku I konsep dan pelaksanaan) terbitan Departemen Pendidikan

    Nasional tahun 2001 disebutkan bahwa secara umum, mutu adalah

    Gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang

    menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang

    diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu

    mencakup input, proses, dan output pendidikan.3

    Konsep tentang mutu pendidikan dengan demikian juga diartikan

    secara berbeda beda, tergantung pada situasi, kondisi dan sudut pandang.

    1 Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Phoenix),

    cet. 1 h. 593 2 Sanusi Uwes, Manajemen Penegembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

    1999), Cet ke-1, h. 27 3 Maseko, Seminar Dan Musyawarah Nasional FOSSEI ke-VIII (Online), Jurnal Tersedia:

    http://zanikhan.multiply.com/journal/item/655, (26 Maret 2010)

  • 11

    Ada yang berpendapat bahwa mutu pendidikan ditandai dengan kesesuaian

    dengan kondisi dan kebutuhan, daya tarik pendidikan yang besar,

    efektivitas program, serta efisiensi dan produktivitas kegiatan.4

    Menurut Oemar Hamalik Pendidikan mutu berarti pelaksanaan

    pembelajaran yang bermutu, sedang mutu pendidikan berorientasi pada

    hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan

    oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan/media yang

    bermutu.5 Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk

    menyatakan esensi suatu benda atau hal berupa standar ideal yang ingin

    dicapai suatu proses.

    Dalam undang-undang Pendidikan Republik Indonesia No. 20

    tahun 2003 tentang Tentang Sistem Pendidikan Nasional:

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

    aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara.6

    Menurut Plato (seorang filosof Yunani), pendidikan adalah

    mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai pada keindahan dan

    kesempurnaan yang mungkin dicapai. Sedangkan menurut John Milton

    (seorang ahli didik dan ahli syair berkebangsaan Inggris) memberikan

    pengertian pendidikan bahwa pendidikan yang sempurna ialah mendidik

    anak-anak supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan khusus atau

    umum dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik waktu aman atau

    peperangan.7

    4 Yusuf Hadi,Kajian Elaborasi Indikator Mutu Proses Pendidikan (Online), Makalah

    Tersedia: http://yusufhadi.net/indikator-mutu-proses-pendidikan, (26 Maret 2010) 5 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 9,

    h. 32. 6 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang

    Pendidikan (Direktotrat Jenderal Pendidikan Islam, 2009). Cet. 9 h. 5 7 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hidakarya Agung,

    1978), Cet. 2. h. 5.

  • 12

    Demikian beberapa pengertian pendidikan menurut pandangan

    beberapa tokoh, yang pada dasarnya mereka menjelaskan bahwa

    pendidikan itu merupakan pemberian bimbingan atau bantuan kepada

    mereka yang memerlukan (anak didik) dalam pertumbuhan dan

    perkembangan jasmani dan rohani untuk menuju kesempurnaan,

    kesejahteraan dan kebahagiaan hidup masa kini dan masa yang akan

    datang

    Dari itu, maka mutu pendidikan dapat disimpulkan sebagai ukuran

    standar ideal yang ingin dicapai proses pendidikan melalui kegiatan

    bimbingan atau bantuan kepada anak didik untuk mencapai tujuan hidup

    yang diinginkan.

    1. Indikator Mutu Pendidikan

    Tinjauan mengenai indikator mutu pendidikan tidak terlepas dari

    pandangan yang mengatakan bahwa lembaga pendidikan merupakan suatu

    sistem dari sistem kemasyarakatan. Karena lembaga pendidikan merupakan

    suatu sistem maka akan diperoleh beberapa komponen sistem yang saling

    berinteraksi dalam suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Beberapa indikator yang dijadikan tolok ukur pendidikan yaitu:8

    a. Hasil akhir pendidikan (ultimate goal)

    b. Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang dipakai sebagai

    titik tolak pengukuan mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan.

    Misalnya tes tertulis dan praktek, daftar observasi, daftar cek, anekdot,

    skala rating dan skala sikap.

    c. Proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input seperti bahan

    ajar kognitif, efektif, psikomotorik.

    d. Instrument input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa)

    e. Raw input dan lingkungan.

    8 Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Kurikulum untuk Abad ke-21, (Jakarta: PT.

    Grasindo, 1994), h. 392.

  • 13

    Mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil akhir pendidikan (ultimate

    goal) yang menjadi ukuran biasanya tingkah laku para lulusan suatu

    lembaga pendidikan setelah mereka terjun ke masyarakat atau melanjutkan

    studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dilihat dari hasil langsung

    pendidikan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilannya, setelah mereka

    menyelesaikan suatu pendidikan. Dari proses pendidikan sangat menentukan

    hasul langsung maupun hasil akhir pendidikan. Sedangkan dilihat dari

    unsur-unsur instrumen input baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

    Oleh karena instrumen input merupakan syarat utama terjadinya proses

    pendidikan.

    Indikator mutu pendidikan dalam menyatakan bahwa suatu proses

    belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil berdasarkan ketentuan kurikulum

    yang disempurnakan yang saat ini di gunakan adalah:

    a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi

    tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

    b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional

    khusu (TIK) telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.

    3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh keterangan

    bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses belajar, antara lain:

    a. Latar belakang sosial-ekonomi yang meliputi orang tua, radio, televisi,

    kendaraan, kamar tidur dan segala milik yang diperkirakan

    mempengaruhi iklim pendidikan.

    b. Lingkungan belajar di rumah yang meliputi antara lain lama waktu

    belajar di rumah setiap harinya, lama waktu membaca di luar sekolah

    perharinya, jenis barang yang dibaca di rumah.

    c. Latar belakang kemampuan kognitif dan kemampuan kuantitatif.

    d. Sikap belajar terhadap pendidikan meliputi sikap terhadap guru, sikap

    terhadap bidang pelajaran dan terhadap pendidikan sekolah

    e. Tingkat partisipasi siswa dalam belajar.

  • 14

    f. Bentuk tes yang digunakan (frekuensi tes objektif, tes terurai dan

    campuran)

    g. Frekuensi tes (frekuensi tes setiap bulan)

    h. Cara guru berperan dalam proses belajar mengajar

    4. Prinsip-Prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan

    Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam peningkatan

    program mutu pendidian di antaranya yang di sebutkan oleh Nana Syaodih

    dkk sebagai berikut:9

    a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan professional

    dalam bidang pendidikan.

    b. Kesulitan yang dihadapi para professional pendidikan adalah

    ketidakmampuan mereka dalam menghadapi kegagalan sistem yang

    mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses

    baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

    c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.

    Norma dan kepercayaan lama harus diubah.

    d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu.

    e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada

    perubahan.

    f. Banyak professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki

    pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki

    pasar yang bersifat global.

    g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai

    secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian dan

    penyempurnaan.

    h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem

    pengukuran.

    9 Nana Syaodih sukmadinata, Ayi Novi Jamiat, Ahman, Pengendalian Mutu Pendidikan

    Sekolah Menengah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Cet. Ke-1 h. 9-11.

  • 15

    i. Masyarakat dan manjemen pendidikan harus menjauhkan diri dari

    kebiasaan menggunakan program singkat, peningkatan mutu dapat

    dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-

    program singkat.

    Mutu pendidikan akan meningkat bila ditunjang dari kualitas

    komponen-komponen pendidikan tersebut, mulai dari pimpinan yang

    berkualitas, sarana prasarananya sampai siswa-siswinya serta lingkungan

    masyarakatnya. Keseluruhan komponen tersebut harus mampu

    dipertanggung jawabkan, haruslah memiliki standar kualitas yang cukup

    baik.

    Pendidikan yang bermutu rendah merupakan pemborosan dari

    pembangunan. Tidak ada yang diharapkan darinya selain pengorbanan sia-

    sia. Investasi yang ditanamkan menjadi tidak berarti. Untuk itu perlu

    dilakukan usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan

    agar dana pembangunan yang ditananmkan terhindar dari pemborosan.

    U saha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang memerlukan

    titik berangkat dari pola pemikiran yang memandang sekolah sebagai suatu

    sistem. Sekolah terdiri dari berbagai komponen yang saling membutuhkan

    dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Apabila usaha peningkatan

    mutu pendidikan hanya menggarap satu atau sebagian komponen saja, maka

    tidak akan pernah membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu usaha

    mutu harus menggarap seluruh komponen sekolah, karena dengan setiap

    pendidikan yang bermutu tinggi dapat membawa setiap anak didik ke arah

    pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

  • 16

    B. Pengawas Sekolah

    1. Pengertian Kepengawasan Pendidikan

    Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super

    dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan.

    Jadi secara etimologis, Supervisi adalah penglihatan dari atas.

    Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu

    posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat.10

    Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa

    bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada

    umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada

    khususnya.11

    Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru

    dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana

    belajar mengajar yang lebih baik kita sebut Supervisor. Semua guru

    tetap pada statusnya sebagai guru, tetapi bila suatu saat ia berfungsi

    membantu guru memecahkan persoalan belajar dan mengajar dalam

    rangka mencapai tujuan pendidikan, maka pada saat itu ia berfungsi

    sebagai Supervisor.

    Dalam bukunya Dictionary of Education, Good Carter

    memberi pengertian bahwa supervisi adalah:

    Usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki

    pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan

    jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-

    tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode

    mengajar dan evaluasi pengajaran.12

    Menurut H. Burton dan Leo J. Bruckner, supervisi adalah

    suatu teknik yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki

    10

    Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar,

    (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 1. 11

    Khoirul Huda: Supervisi Pendidikan Dan Hukum adat (online), Makalah Tersedia:

    http://constitutionlaw.blogspot.com/, (23 Juni 2010). 12

    Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1981), Cet. 1, h.18.

  • 17

    secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

    dan perkembangan anak.13 Sedangkan menurut Kimball Wiles,

    mendefinisikan supervisi yaitu bantuan dalam perkembangan dari

    belajar mengajar yang baik.14

    Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas

    pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai

    sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.15

    Jadi, supervisi adalah sebagai suatu usaha layanan dan bantuan

    berupa bimbingan dari atasan (pengawas/kepala sekolah) kepada

    personil sekolah (guru-guru) dan petugas sekolah lainnya.

    Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai

    stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan

    pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain

    itu juga supervisi diharapkan mampu membawa dampak

    perkembangan yang baik bagi kemajuan proses pengajaran melalui

    peningkatan kurikulum yang ada disekolah sebagai salah satu sarana

    dalam meningkatkan mutu pendidikan.

    2. Tujuan Kepengawasan Pendidikan

    Dalam melakukan suatu pekerjaan orang yang terlibat

    dalam pekerjaan itu harus mengetahui dengan jelas apakah tujuan

    pekerjaan itu, yaitu apa yang hendak dicapai. Dibidang pendidikan

    dan pengajaran seorang pengawas pendidikan harus mempunyai

    pengetahuan yang cukup jelas tentang apakah tujuan supervisi itu.

    Tujuan umum supervisi pendidikan adalah memperbaiki

    situasi belajar mengajar, baik belajar para siswa, maupun situasi

    mengajar guru.16

    13

    Piet, Prinsip..., h. 20. 14

    Piet, Prinsip..., h. 21. 15

    Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosda

    Karya, 2000), h. 76.

  • 18

    Secara umum, tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan

    adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan situasi dan

    proses pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas.17

    Yushak Burhanuddin mengemukakan bahwa tujuan

    supervisi pendidikan adalah dalam rangka mengembangkan situasi

    belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan

    peningkatan profesi mengajar rinciannya sebagai berikut:18

    a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar.

    b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif

    disekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan

    yang telah ditetapkan.

    c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan

    memperoleh hasil optimal.

    d. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.

    e. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki

    kesalahan, kekurangan, dan kehilafan serta membantu

    memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga

    dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.

    Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan

    perkembangan proses belajar mengajar secara total.19 Dalam hal

    ini bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu

    mengajar guru, akan tetapi juga membina pertumbuhan profesi

    guru dalam arti luas termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang

    kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu pengetahuan dan

    16

    Imam Soepardi, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Universitas Jember Depdikbud

    Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,

    (Jakarta: 1988), h. 651. 17

    Depag RI, Peningkatan Supervisi Dan Evaluasi Pada Madrasah Ibtidaiyah (Direktorat

    Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dan Pendidikan Agama Islam Pada

    Sekolah Umum, 2005) cet. Ke-1 h. 10-11. 18

    Yushak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998)

    cet. Ke-1, h. 100. 19

    Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2007) cet ke-17 h. 77.

  • 19

    keterampilan guru, memberikan bimbingan dan pembinaan dalam

    pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode

    mengajar dan teknik evaluasi pengajaran.

    3. Fungsi Kepengawasan Pendidikan

    Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses

    kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu

    diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga

    seorang pengawas dalam merealisasikan program supervisinya

    memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan

    secara sistematis.

    Secara umum, tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan

    adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan situasi dan

    proses pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas. Secara

    rinci, tujuan pelaksanaan supervisi pendidikan ini adalah sebagai

    berikut:20

    a. Memberikan bantuan kepada guru dalam memodifikasi

    pola-pola pembelajaran yang kurang efektif.

    b. Meningkatkan kinerja guru pendidik dan tenaga

    kependidikan.

    c. Membantu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

    pengelolaan madrasah agar proses dan hasil belajar dapat

    tercapai dengan optimal

    d. Menciptakan kualitas pengalaman pembelajaran dengan

    mengefektifkan seluruh komponen pendidikan secara

    stimulant.

    e. Memberikan semangat, agar seluruh tenaga pengelola

    pendidikan di madrasah mampu melaksanakan tugas dan

    fungsinya secara efektif dan efesien.

    20

    Depag RI, Peningkatan Supervisi Dan Evaluasi Pada Madrasah Ibtidaiyah (Direktorat

    Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dan Pendidikan Agama Islam Pada

    Sekolah Umum, 2005), Cet. 1, h. 10.

  • 20

    f. Mengaitkan peran penghubung (linking role) yang amat

    vital, antara manajemen dan jenjang operasional sehingga

    supervise mampu mewakili dalam penyampaian kebijakan

    manajemen (pusat/kanwil) kepada aparat lapangan

    (pengelola madrasah) sesuai dengan petunjuk pelaksanaan

    (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang telah ditetapkan.

    g. Melaksanakan fungsi sebagai pengendali mutu pendidikan,

    sehingga kegiatan pembelajaran di madrasah dapat berjalan

    sesuai aturan dan mampu mencapai target maksimal yang

    diinginkan.

    Selain 7 (tujuh) fungsi pelaksanaan supervise pendidikan di

    atas, Sahertian (1981) juga merinci beberapa tujuan pelaksanaan

    supervisi pendidikan, yaitu sebagai berikut:21

    a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan

    pendidikan.

    b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar

    siswa.

    c. Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber

    pengalaman belajar.

    d. Membantu guru dalam menggunakan metode dan alat

    pembelajaran.

    e. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa.

    f. Mebantu guru dalam menilai kemajuan siswa dan hasil

    pekerjaan guru itu sendiri.

    g. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral

    kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan

    mereka.

    h. Membantu guru sehingga mereka merasa gembira dengan

    tugas yang diperolehnya.

    21

    Depag RI, Peningkatan, h.11.

  • 21

    i. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan

    penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara

    menggunakan sumber-sumber belajar di masyarakat dan

    seterusnya.

    j. Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan

    sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya (madrasah).

    Berdasarkan pada tujuan-tujuan tersebut, maka pelaksanaan

    supervisi pendidikan hendaknya dapat dipahami sebagai suatu

    proses yang dilakukan oleh supervisor (pengawas) dalam

    membimbing dan membantu guru di madrasah dalam upaya

    pencapaian proses pendidikan yang baik, berkualitas, bermakna,

    efektif, dan efesien.

    Sesuai dengan fungsinya, supervisi harus bisa

    mengkoordinasikan semua usaha-usaha yang ada dilingkungan

    sekolah. Ia bisa mencakup usaha setiap guru dalam

    mengaktualisasikan diri dan ikut memperbaiki kegiatan-kegiatan

    sekolah. Dengan demikian perlu dikoordinasikan secara terarah

    agar benar-benar mendukung kelancaran program secara

    keseluruhan. Usaha-usaha tersebut baik dibidang administrasi

    maupun edukatif, membutuhkan keterampilan pengawas untuk

    mengkoordinasikannya, agar terpadu dengan sasaran yang ingin

    dicapai.

    Oteng Sutisna mengemukakan beberapa fungsi supervisi :

    a. Sebagai penggerak perubahan

    b. Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran

    c. Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia

    d. Sebagai kepemimpinan kooperatif.22

    22

    Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,

    (Bandung: Angkasa 1993), Cet. 10, h. 277-284.

  • 22

    Supervisi sebagai penggerak perubahan ditujukan untuk

    menghasilkan perubahan manusia kearah yang dikehendaki,

    kemudian kegiatan supervisi harus disusun dalam suatu program

    yang merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan

    ditujukan kepada perbaikan pembelajaran.

    Terkait dengan itu, proses bimbingan dan pengendali maka

    supervisi pendidikan menghendaki agar proses pendidikan dapat

    berjalan lebih baik efektif dan optimal.

    Menurut Zakiah Darajat ada tiga fungsi supervisor

    (pengawas) yaitu fungsi kepemimpinan, fungsi pembinaan dan

    fungsi pengawasan.23

    Fungsi kepemimpinan pengawas sekolah bertindak sebagai

    pencipta hubungan yang harmonis dikalangan guru-guru,

    pendorong bagi kepribadian guru sebagai pelaksana kegiatan

    belajar, pelaksana dalam pengawasan, dan pelaksana dalam

    penempatan atau pemberian tugas dan tanggung jawab terhadap

    guru.

    Fungsi pembinaan berarti pengawas sekolah meningkatkan

    kemampuan profesi guru dalam bidang pengajaran, bimbingan dan

    penyuluhan dalam bidang pengelolaan kelas.

    Sedangkan fungsi pengawasan diartikan sebagai membina

    pengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin

    terlaksananya kegiatan sesuai dengan program kerja.

    Jadi dari beberapa pendapat diatas penulis dapat

    menyimpulkan bahwa inti dari fungsi supervisi pendidikan adalah

    ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan pembelajaran.

    4. Prinsip Kepengawasan Pendidikan

    23

    Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara 1996) cet. Ke-3, h.

    147.

  • 23

    Seorang Pengawas dalam melaksanakan supervisi

    hendaknya bertumpu pada prinsip supervisi sebagai berikut:

    a. Ilmiah (scientific) yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

    1) Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana dan

    kontinyu.

    2) Objektif artinya data yang didapat berdasarkan pada

    observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.

    3) Menggunakan alat/instrument yang dapat memberikan

    informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian

    terhadap proses belajar mengajar.

    b. Demokratis

    Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa

    kekeluargaan yang kuat, serta sanggup menerima pendapat

    orang lain.

    c. Kooperatif

    Seluruh staf sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan

    usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar

    yang lebih baik.

    d. Konstuktif dan kreatif

    Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif

    menciptakan suasana dimana orang merasa aman dan dapat

    mengembangkan potensi-potensinya.24

    Disamping prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan

    prinsip negatif.

    a. Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti:

    1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan

    kooperatif.

    2) Supervisi harus kreatif dan konstruktif.

    24

    Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,

    1981), h. 30-31.

  • 24

    3) Supervisi harus scientific dan efektif.

    4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-

    guru.

    5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan.

    6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru

    mengadakan Self Evolution.25

    b. Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut di ikuti:

    1) Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter.

    2) Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan guru-

    guru.

    3) Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan

    memeriksa, apakah peraturan dan instruksi yang telah

    diberikan dilaksanakan atau tidak.

    4) Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih

    tinggi daripara guru.

    5) Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak

    memperhatikan hal kecil dalam cara guru mengajar.

    6) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika

    mengalami kegagalan.26

    Bila prinsip-prinsip diatas diterima maka perlu diubah sikap

    pengwas sekolah yang hanya memaksa, menakut-nakuti dan

    melumpuhkan kreatifitas dari guru. Sikap korektif harus diganti

    dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan

    relasi dimana orang merasa aman dan tenang untuk

    mengembangkan kreatifitasnya.

    25

    Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,

    (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. 2, h. 42-43. 26

    Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik,

    (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993) , h. 75-76.

  • 25

    5. Teknik Kepengawasan Pendidikan

    Dalam usaha meningkatkan program sekolah, pengawas

    dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi

    pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara,

    dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai.

    Hendiyat Soetopo membagi teknik supervisi menjadi empat

    bagian yaitu: Teknik Kelompok, Teknik Perseorangan, Teknik

    langsung, dan Teknik Tidak Langsung.27

    Kemudian Baharuddin

    Harahap mengemukakan teknik supervisi meliputi: Teknik

    Individual dan Kelompok, Teknik Lisan dan Tulisan, Teknik

    langsung dan Teknik Tak Langsung.28

    Yang dimaksud dengan teknik perseorangan adalah

    supervisi yang dilakukan secara individual. Teknik perseorangan

    dipergunakan bila masalah khusus yang dihadapi oleh seorang guru

    tertentu meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Berikut ini

    teknik yang dapat digunakan:

    1) Orientasi bagi guru-guru baru

    2) Kunjungan kelas atau classroom observation.

    3) Individual converence, atau pertemuan individu antar

    supervisor dengan guru yang bersangkutan.

    4) Kunjungan rumah.

    5) Intervisitation, atau saling mengunjungi.29

    Sedangkan teknik kelompok adalah suatu cara pelaksanaan

    program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.

    27

    Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,

    (Jakarta : Bina Aksara, 1998), Cet ke-2, h. 44-45. 28

    Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan yang dilaksanakan oleh Guru, Kepala

    Sekolah, Penilik, Dan Pengawas Sekolah (Jakarta : PT Ciawi Jaya, 1983), h. 11. 29

    Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,

    (Jakarta: Bina Aksara, 1998), Cet. 2, h. 45.

  • 26

    Bentuk-bentuk teknik yang bersifat kelompok ini, diantaranya yang

    paling pokok adalah:30

    a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)

    b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)

    c. Mengadakan penataran-penataran (intservice-training).

    Adapun teknik kelompok diantaranya yang umum dikenal

    adalah:31

    a. Pertemuan orientasi bagi guru baru.

    b. Panitia penyelenggara

    c. Rapat guru

    d. Studi kelompok antar guru

    e. Dikusi sebagai proses kelompok

    f. Tukar menukar pengalaman (sharing of experience).

    g. Lokakarya (workshop)

    h. Diskusi Panel

    i. Seminar

    j. Simposium.

    Teknik langsung adalah teknik yang digunakan secara

    langsung seperti penyelenggaraan rapat guru, workshop, kunjungan

    kelas, mengadakan konferensi. Sedangkan teknik tidak langsung

    adalah teknik yang dilakukan secara tidak langsung misalnya

    melalui bulletin board, questioner.

    Teknik lisan adalah supervisi yang dilakukan secara tatap

    muka misalnya, pengawas mendiskusikan hasil observasi yang

    dilakukan, rapat dengan guru membicarakan hasil evaluasi belajar.

    Sedangkan teknik tulisan adalah supervisi yang dilakukan dengan

    menggunakan tulisan misalnya dalam kegiatan observasi untuk

    30

    Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 2007) cet ke-17, h. 122. 31

    Piet A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,

    1981), h. 84-117.

  • 27

    memperoleh data yang objektif tentang situasi belajar mengajar,

    supervisi menggunakan alat-alat observasi berbentuk chek-list atau

    daftar sejumlah pertanyaan (evaluatif chek-list) supervisor

    (Pengawas) Pendidikan

    Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

    Aparatur Negara nomor 118/1996 pada Bab X pasal 22 dan 23

    telah ditetapkan bahwa untuk dapat diangkat dalam jabatan

    pengawas sekolah, pegawai negeri sipil harus memenuhi angka

    kredit yang ditentukan pasal 22 dan pasal 23.32

    Beberapa ahli pendidikan juga memberikan definisi tentang

    pengawas pendidikan, antara lain :

    a. Baharuddin Harahap, supervisor/Pengawas ialah orang yang menjalankan fungsi supervisi, ia bertindak sebagai supervisor,

    walaupun jabatannya bukan supervisor. Fungsi supervisi itu

    tampak pada seseorang apabila ia memberi bantuan kepada

    orang lain atau kelompok mengenai bidang yang dikuasainya

    dan ia membuka kemungkinan bertukar pikiran.33

    b. Ary H. Gunawan, supervisor ialah orang yang melaksanakan

    pekerjaan supervisi.34

    c. Piet. A. Sahertian, supervisor adalah orang yang berfungsi

    memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-

    guru ke arah usaha mempertahankan suasana belajar dan

    mengajar yang lebih baik.35

    d. Soewadji Lazaruth, supervisor adalah setiap orang yang

    membantu atau menolong guru agar situasi belajar mengajar

    berkembang lebih efektif.36

    32 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi

    Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 64. 33

    Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala

    Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah, (PT. Ciawi Jaya, 1983), h. 6.

    34

    Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, h.

    193.

    35

    Piet. A. Sahertian, Prinsip Dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha

    Nasional, 1981), h. 17.

    36

    Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: PT

    Kanisius, 1994), Cet. 6, h. 35.

  • 28

    Dari defenisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan

    bahwa pengertian pengawas atau supervisor pendidikan adalah

    orang yang membantu sekolah, guru dan siswa agar dapat belajar

    dengan lebih baik.

    Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

    Aparatur Negara nomor 118/1996 pada Bab X pasal 22 dan 23

    telah ditetapkan bahwa untuk dapat diangkat dalam jabatan

    pengawas sekolah, seorang pegawai negeri sipil harus memenuhi

    angka kredit yang ditentukan (pasal 22). Sedangkan pasal 23 ayat

    (1) dan (2) dapat dijabarkan sebagai berikut:37

    a. Syarat Umum:

    1) Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan

    bidang pengawasan yang akan dilakukan;

    2) Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru

    sekurangkurangnya selama 6 (enam) tahun secara berturut-

    turut;

    3) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan

    dibidang pengawasan sekolah dan memperoleh surat tanda

    tamat pendidikan dan pelatihan (STTPL);

    4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar

    penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya

    bernilai baik dalam dua tahun terakhir;

    5) Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai

    batas usia pensiun jabatan pengawas sekolah.

    b. Syarat khusus :

    Bagi pengawas mata pelajaran rumpun mata pelajaran

    di Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah

    (MTs) atau Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan

    (SMA/SMK) atau Madrasah Aliyah (MA);

    37

    Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi Dam Supervisi

    Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 64-66.

  • 29

    1) Pendidikan serendah-rendahnya sarjana (S1) atau yang

    sederajat;

    2) Berkedudukan serendah-rendahnya guru dewasa;

    3) Memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran / rumpun

    mata pelajaran yang sesuai.

    Seorang pengawas (supervisor), harus melaksanakan tugas

    tanggung jawabnya hendaknya juga mempunyai persyaratan-

    persyaratan ideal. Dilihat dari segi kepribadiannya (personality)

    syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:38

    a. Ia harus mempunyai perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi,

    dapat menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya

    serta dapat bergaul dengan baik.

    b. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-

    sungguh semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang

    yang berhubungan dengannya.

    c. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik,

    mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.

    d. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat

    dipengaruhi oleh penyimpangan-penyimpangan manusia.

    e. Hendaknya ia cukup tegas dan objektif (tidak memihak),

    sehingga guru-guru yang lemah dalam stafnya tidak "hilang

    dalam bayangan" orang-orang yang kuat pribadinya.

    f. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah

    dapat memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi

    yang baik.

    g. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka

    terhadap seseorang untuk selama-lamanya hanya karena sesuatu

    kesalahan saja.

    38

    H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Cet. 1, h.

    183-184.

  • 30

    h. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh tanggung

    jawab.

    i. Ia harus cukup taktik, sehingga kritiknya tidak menyinggung

    perasaan orang.

    j. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya tidak akan

    menimbulkan depresi dan putus asa pada anggota-anggota

    stafnya.

    k. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah dihubungi sehingga

    guruguru dan siapa saja yang memerlukannya tidak akan ragu-

    ragu untuk menemuinya.

    l. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta teliti,

    sehingga merupakan contoh bagi anggota stafnya.

    m. Personal appearance terpelihara dengan baik, sehingga dapat

    menimbulkan respect dari orang lain.

    n. Terhadap murid-murid ia harus mempunyai perasaan cinta

    sedemikian rupa, sehingga ia secara wajar dan serius mempunyai

    perhatian terhadap mereka.

    Kompetensi pengawas sekolah/madrasah yang tersirat dan

    tersurat dalam Permendiknas No 12 tahun 2007, terdiri atas enam

    (6) dimensi kompetensi yang dikembangkan menjadi 3 kompetensi

    inti, yang terdiri dari:

    a. Kompetensi Kepribadian

    Kompetensi kepribadian pengawas sekolah/madrasah

    adalah kemampuan pengawas sekolah dalam menampilkan

    dirinya atau performance diri sebagai pribadi yang:

    1) Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokoknya.

    2) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah.

    3) Ingin tahu hal-hal baru tentang ilmu pengetahuan, teknologi

    dan Seni.

  • 31

    4) Memiliki motivasi kerja dan bisa memotivasi orang lain

    dalam bekerja.

    b. Kompetensi Sosial

    Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah

    kemampuan pengawas sekolah dalam membina hubungan

    dengan berbagai pihak serta aktif dalam kegiatan organisasi

    profesi pengawas.

    c. Kompetensi Supervisi Manajerial

    Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan

    pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial

    yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga

    kependidikan lain yang ada di sekolah dalam mempertinggi

    kualitas pengelolaan dan administasi sekolah.39

    Dapat disimpulkan bahwa seorang pengawas atau

    supervisor yang baik selain mempunyai persyaratan yang ideal dari

    segi kepribadiannya (personality), seperti berwibawa, jujur, tegas,

    konsekuen, ramah dan rendah hati juga harus mempunyai

    keterampilan-keterampilan yang mampu membantunya

    memperbaiki situasi belajar-mengajar agar lebih baik.

    Ngalim Purwanto mengemukakan macam-macam tugas

    supervisi pendidikan yang riel dan lebih terinci sebagai berikut:40

    a. Menghadiri rapat/pertemuan organisasi-organisasi profesional.

    b. Mendiskusikan tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-

    guru.

    c. Mengadakan rapat kelompok untuk membicarakan masalah-

    masalah umum (common problems).

    d. Melakukan classroom visitation atau class visit.

    39

    Blog Pengawas Sekolah, 36 Kompetensi Inti Yang Harus Dikuasai Pengawas Agar

    Menjadi Pengawas Sekolah Yang Profesional.(online), Artikel Tersedia:

    http://pengawas20.wordpress.com, (27 Mei 2010). 40

    Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosda

    Karya, 2000), h. 88-89.

  • 32

    e. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-

    guru tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.

    f. Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.

    g. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-

    murid.

    h. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan

    sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.

    i. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana

    melaksanakan suatu unit pengajaran.

    j. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru

    dalam program revisi kurikulum.

    k. Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu

    mereka bagaimana menggunakannya bagi perbaikan

    pengajaran.

    l. Menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-

    guru.

    m. Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat / pertemuan-

    pertemuan kelompok lokal.

    n. Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam

    menganalisis dan mengembangkan program kurikulum.

    o. Berwawancara dengan orang-orang tua murid tentang hal-hal

    yang mengenai pendidikan.

    p. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.

    q. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan

    pengajaran dalam ruang lingkup bidang tugasnya.

    r. Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu

    catatan kumulatif, dan sebagainya.

    s. Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk

    mengetahui bagaimana pandangan atau harapan-harapan

    mereka.

    t. Membimbing pelaksanaan program-program testing.

  • 33

    u. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi

    keperluan guru-guru.

    v. Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio-visual.

    w. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas

    (class visit) bagi para kepala sekolah.

    x. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-

    kegiatan sekolah / guru-guru dalam surat kabar-surat kabar.

    y. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-

    guru.

    z. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh

    guru yang ahli, supervisor sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka

    memperkenalkan metode baru dan alat-alat baru.

    Sedangkan Craig (1987) mengemukakan beberapa

    komponen tugas pengawas, sebagai berikut:41

    a Membuat perencanaan kerja.

    b Mengendalikan pekerjaan.

    c Memecahkan masalah.

    d Mengumpulkan dan memanfaatkan umpan balik (performance

    feedback).

    e Melatih dan membimbing.

    f Memotivasi.

    g Mengatur waktu.

    h Komunikasi lisan maupun tertulis.

    i Mengembangkan kemampuan diri.

    j Mewakili lembaga.

    k Menghandiri dan menyelenggarakan rapat-rapat.

    41

    Yusuf A. Hasan, Pedoman Pengawasan, (Jakarta: CV Mekar Jaya, 2002), h. 9.

  • 34

    Dapat disimpulkan bahwa tugas utama seorang pengawas

    pendidikan adalah menolong guru agar mampu melihat dan dapat

    memecahkan problema yang mereka hadapi.

  • 35

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan waktu penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MAN 5 Cilincing mulai bulan Desember

    2009 sampai bulan Maret 2010.

    B. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, apabila seseorang ingin

    meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

    penelitiannya merupakan penelitian populasi.1

    Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru di

    MAN 5 Marunda yang berjumlah 45 orang yang terdiri dari 19 orang

    perempuan dan 26 orang laki-laki.

    Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

    diteliti.2 Penelitian ini mengambil populasi kepada seluruh guru di MAN 5

    Marunda sebanyak 45 orang.

    C. Teknik Pemngumpulan Data

    Untuk mendapatkan data dan informasi ini penulis menggunakan

    beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

    1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 2002), cet. 12 h. 108. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 109.

  • 36

    1. Observasi; observasi yang dilakukan dengan mengamati keadaan sekolah,

    sarana dan prasarana serta data yang mendukung lainnya di MAN 5

    Cilincing.

    2. Angket; yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan

    disertai pilihan jawaban yang sudah disediakan. Bentuk angket yang

    digunakan adalah angket langsung yang bersifat tertutup dengan bentuk

    pilihan ganda, dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban

    yang telah tersedia. Yang menjadi responden adalah guru di MAN 5

    marunda berjumlah 45 orang.

    3. Wawancara; yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan Tanya

    jawab antar peneliti dengan pengawas pendidikan MAN 5 yang berkaitan

    dengan masalah yang dibahas dan diteliti.

    D. Teknik Analisis data

    Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

    menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data

    tersebut dapat dipahami bukan saja orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh

    orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini.

    Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan

    dengan tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui pelaksanaan tugas

    pengawas pendidikan sebagai supervisor dan perannya mengembangkan mutu

    pendidikan di MAN 5 Cilincing, maka data yang penulis peroleh dari angket

    yang disebarkan, diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai

    berikut

    1. Pengeditan

    Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah

    editing yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan

    penulisannya, dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap

    kelengkapan dan kebenarang pengisian dan kejelasan penulisannya.

    2. Pentabulasian

  • 37

    Tabulasi ini bertujuan mendapatkan frekuensi dalam tahap item

    yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu table yang mempunyai

    kolom pada setiap bagian angket sehingga terlihat jawaban responden

    yang satu dengan yang lain.

    3. Presentase

    Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat

    keberhasilan yang diperoleh pengawas pendidikan MAN 5 Cilincing

    dalam meningkatkan mutu pendidikan. Angka presentase ini diperoleh

    dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100%

    dengan rumus statistik presentase sebagai berikut:

    P = x 100

    N

    Keterangan: P = Presentase

    = Frekuensi jawaban responden

    N = Jumlah data responden

    Data yang di dapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu table

    yang didalam langsung dibuat frekuensi dan prosentase

    E. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen

    1. Definisi Operasional

    Pengawas dimaksudakan dalam penelitian ini adalah pengawas

    pendidikan dari departemen agama dalam menjalankan tugas-tugas

    kesupervisisan yaitu memberikan batuan dan bimbingan kepada guru-guru

    untuk meningkatkan profesinya.

    Peningkatan mutu pendidikan maksudnya ialah upaya dan inisiatif

    pengawas pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki guru

  • 38

    serta membimbingnya dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran

    yang berdampak positif terhadap lulusan siswa.

    2. Kisi-kisi Instrumen

    Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang

    bertujuan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan kepengawasan

    pendidikan yang dilakukan pengawas pendidikan dari Departemen Agama

    dalam peningkatan mutu pendidikan. Angket ini terdiri dari pertanyaan-

    pertanyaan yang memiliki empat pilihan alternatif jawaban yaitu selalu

    (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK) dan tidak pernah (TP).

    Responden hanya memilih satu dari empat alternatif jawaban

    tersebut sesuai dengan pendapat atau keadaan sebenarnya. Angket yang

    digunakan terdiri dari 20 butir soal yang disebarkan kepada 45 orang guru.

  • 39

    Tabel 3.1

    Kisi-kisi Kuesioner

    Variabel Dimensi Indikator No Item

    Supervisi oleh

    pengawas

    Perencanaan

    Pelaksanaan

    - Pengawas sekolah mengadakan rapat dengan bapak/ibu guru

    untuk kegiatan supervisi yang

    akan dilaksanakan

    - Pengawas memeriksa daftar hadir guru dan menanyakan

    alas an apabila bapak/ibu tidak

    hadir

    - Pengawas membuat jadwal pelaksanaan supervisi dalam

    tiap semester

    - Pengawas menginformasikan terlebih dahulu Sebelum

    berkunjung ke sekolah.

    - Pengawas memberikan bantuan kepada guru jika mengalami

    kesulitan dalam proses belajar

    mengajar

    - Pengawas memberikan pembinaan dan pengawasan

    dalam usaha peningkatan mutu

    pendidikan sekolah

    - Pengawas mengadakan kunjungan kelas (supervisi

    kelas) pada saat berlangsungnya

    proses belajar mengajar

    - Pengawas mendiskusikan metode-metode mengajar

    kepada guru

    - Pengawas menggunakan instrumen supervisi dalam

    melaksanakan tugas

    supervisinya

    - Pengawas memberikan bimbingan dan penilaian dalam

    penyusunan satuan

    pembelajaran (RPP)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

  • 40

    Variabel Dimensi Indikator No Item

    Peningkatan

    Mutu

    Sosialisasi

    Peningkatan

    - Pengawas senantiasa memberikan

    bimbingan/informasi baru

    kepada guru mengenai masalah

    mutu pendidikan

    - Pengawas memberikan pengetahuan dan keterampilan

    kepada guru

    - Pengawas menjalin hubungan yang baik dengan guru dalam

    melaksanakan program

    supervisi

    - Pengawas membantu guru agar dapat memberi informasi yang

    seluas-luasnya kepada

    masyarakat tentang kemajuan

    sekolah

    - Pengawas menciptakan hubungan yang harmonis

    dengan pihak sekolah

    - Pengawas memberikan kesempatan kepada guru untuk

    mempraktekkan gagasan baru

    bagi kegiatan belajar mengajar

    - Pengawas menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit

    pengajaran bagi keperluan

    guru-guru

    - Pengawas membantu mengembangkan dan

    memperbaiki teknik pengajaran,

    baik secara individual, maupun

    secara bersama bersama para

    guru

    - Pengawas mengorganisasi dan bekerja dengan guru dalam

    program revisi kurikulum

    - Pengawas memberikan motivasi pada guru untuk

    meningkatkan cara mengajar

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

  • 41

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian

    1. Sejarah Berdirinya MAN 5 Cilincing Jakarta Utara

    Madrasah yang menjadi objek penelitian ini adalah Madrasah

    Aliyah Negeri 5. Madrasah ini merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah

    Negeri di wilayah Jakarta Utara. MAN 5 Didirikan pada tahun 1991 sesuai

    dengan SK Menteri Agama nomor 137 tahun 1991 tentang pembukaan dan

    penegerian madrasah. Lokasinya terletak di Jalan Marunda Baru no. 30

    Cilincing Jakarta Utara. Madrasah ini bertype B dengan nomor statistik

    131.13.17.54.005. Bangunannya cukup megah, dengan warna hijau pada

    dindingnya dan terdiri dari 3 lantai. Luas bangunannya 2400 m dan

    berdiri di atas tanah negara yang luasnya 3000 m. Kepala Madrasahnya

    adalah Drs. Hasyim. Jumlah pengajar di madrasah ini ada 45 orang yang

    terdiri dari 31 guru PNS dan 14 guru honorer.

    2. Keadaan Sekolah

    a. Sarana dan Prasarana

    Tabel .4.1

    No Jenis Ruang Jumlah Luas

    (M2)

    Kondisi

    Baik Rusak

    1 Kepala Sekolah 1 37

    2 Rapat 1 19

  • 42

    3 Tata Usaha 1 56

    4 Guru 1 56

    5 OSIS / UKS 1 19

    6 BK / BP 1 19

    7 Koperasi 1 19

    8 Kelas 10 56

    2 37

    9 Laboratorium IPA 1. Peralatan 1 19

    2. Praktikum 1 56

    10 Laboratorium Komputer 1 56

    11 Laboratorium Bahasa 1 56

    12 Perpustakaan 1 56

    13 Ketrampilan - -

    14 Kesenian - -

    15 Lapangan Olah Raga 1 240

    16 Ibadah / AULA 1 56

    17 Kantin 1 30

    18 Eksul Pramuka 1 21

    19 Toilet / WC / Tempat Wudhu 3 75

    20 Gudang 3 28

    21 Rumah Penjaga Sekolah 3 28

    22 Pos Satpam 3 6

    23 Tempat Parkir 1 120

    Jumlah Ruang 14 168

    Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing

    Sarana dan prasarana di MAN 5 Cilincing termasuk yang sangat

    lengkap, hal ini sangat membantu para guru dan siswa untuk

    melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien sehingga cita-

    cita menjadikan pendidikan bermutu dapat terlaksana dengan baik.

  • 43

    b. Personil Sekolah Dilihat dari Tingkat Pendidikan

    Tabel 4.2

    Ijazah

    Tertinggi Kasek

    Guru Tata Usaha Pustakawan Jumlah

    PNS NON PNS PNS NON PNS PNS NON PNS

    S3 / S2 1 2 3

    S1 1 20 13 1 1 1 37

    D3 2 2

    SLTA 3 - 3

    SLTP 1 1

    Jumlah 1 21 17 4 2 1 0 46

    Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan para pengajar sangat baik,

    hal ini dilihat sudah banyaknya guru dari sarjana S1.

    c. Data Tenaga Kependidikan

    Tabel 4.3

    No Jabatan PNS Honorer Jumlah

    1 Kepala Tata Usaha 1 - 1

    2 Bendahara 1 - 1

    3 Karyawan 2 2 4

    4 Satpam - 3 3

    5 Kebersihan - 4 4

    6 Pustakawan 1 1

    Jumlah 5 9 14

    Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing

    Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah petugas administrasi dan

    karyawan sekolah sudah sesuai dengan porsinya.

  • 44

    d. Jenjang Kepangkatan Personil

    Tabel 4.4

    No Golongan Kasek Guru Tata Usaha Pustakawan Jumlah

    1 IV / b - - - - 0

    2 IV / a 1 11 - - 12

    3 III / d - 1 - - 1

    4 III / c - 2 - - 2

    5 III / b - 3 1 1 5

    6 III / a - 4 - - 4

    7 II / d - - - - 0

    8 II / c - - - - 0

    9 II / b - - 2 - 2

    10 II / a - - 1 - 1

    Jumlah 1 21 4 1 27

    Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing

    e. Kegiatan Extra Kulikuler

    Tabel 4.5

    No Jenis Ekstra Kurikuler Keterangan

    1 Pramuka Ada

    2 Paskibra Ada

    3 Palang Merah Remaja (PMR) Ada

    4 Karya Ilmiyah Remaja (KIR) Ada

    5 Kesenian / Marawis Ada

    6 English Club Ada

    7 Rohis Ada

    8 Computer Club Ada

    Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing

    Dari tabel diatas dapat dilahat bahwas ada banyak kegiatan

    extakulikuler yang dapat diikuti oleh siswa, hal ini sangat membantu

    sisiwa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka dalam

    berorganisasi maupun mengisi waktu mereka dengan kegitan yang positif.

  • 45

    f. Prestasi Akademik

    Tabel 4.6

    No Jenis Lomba Prestasi Tingkat

    1 MTQ Juara I SLTA Se-Jakarta Utara

    2 Azan Juara I SLTA Se-Jakarta Utara

    3 Cerdas Cermat Matematika Juara I SLTA Se-Jakarta Utara

    4 Karya Tulis Ilmiah Harapan I Se-DKI Jakarta DISORDA

    5 Karya Tulis Ilmiah Harapan I Se-DKI Jakarta DISORDA

    6 Cerdas Cermat Matematika Juara II Se-DKI Jakarta UIN

    7 Cerdas Cermat Matematika Juara II Se-DKI Jakarta UIN

    8 Cerdas Cermat Matematika Juara II Se-DKI Jakarta UIN

    9 Cerdas Cermat Matematika Juara I Se-DKI Jakarta UIN

    10 Cerdas Cermat Matematika Juara I Se-DKI Jakarta UIN

    Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa para siswa MAN 5 adalah para siswa

    yang sangat berprestasi di dalam dan luar sekolah.

    3. Gambaran Umum Responden

    Responden guru dalam penelitian ini berjumlah 20 orang guru dari

    45 guru secara keseluruhan yang mengajar pada tahun 2009-2010. Jumlah

    tersebut didapat oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Mereka

    merupakan para guru yang sampai saat ini masih aktif mengajar, karena

    banyak diantaranya yang sudah tidak aktif disebabkan mutasi, berhenti,

    dan lain sebagainya.

    Tabel 4.7

    Data Guru MAN Cilincing 5 Jakarta Utara

    No Nama Guru/Karyawan L/P N I P Pega-

    wai

    Pangkat Pendidikan Mata

    Gol. TMT Ijazah Th Pelajaran

    1 Drs.Akhmad Jalalul Hadi L 150 214 174 Depag IV/a 10/1/2000 SL. IAIN 79 BP/BK

    2 Drs. Achmad L 150 260 163 Depag IV/a 10/1/1998 SL.IAIN 90 Matematika

    3 Dra. Erdawati P 150 282 996 Depag III/d 4/1/2000 SL.STKIP 92 Biologi

    4 Drs. Hamami L 150 275 449 Depag III/d 4/1/1999 SL.IAIN 91 Matematika

    5 Drs. Muhammad L 150 229 714 Depag IV/a 4/1/2000 SL.IAIN 83 Bhs. Arab

  • 46

    6 Dra. Nina Sahrina P 150 246 267 Depag IV/a 10/1/1998 SL.IAIN 90 Sejarah Nas

    7 Dra. Andi Siti Laila P 150 256 486 Depag IV/a 10/1/1998 SL.IAIN 91 Ekonomi

    8 Dra. Zubaidah P 150 262 904 Depag IV/a 4/1/1999 SL.IAIN 91 Qurdis

    9 Drs. Supardji L 150 271 226 Depag IV/a 4/1/1999 SL.IKIP 88 Geografi

    10 Ria Hasfita. S.Pd P 150 275 157 Depag III/d 4/1/1999 SL.UNSY 94 Kimia

    11 Dra. Sri Mulyani P 150 282 662 Depag III/d 4/1/2000 SL.IAIN 93 Bhs. Inggris

    12 Drs. Abidin L 150 314 892 Depag III/b 4/1/2004 SL.IAIN 92 Fisika

    13 Rahmat. S.Pd L 150 320 383 Depag III/a 12/1/2002 SL.IKIP 94 Kimia

    14 Hartini. S.Pd P 150 320 198 Depag III/a 12/1/2002 SL.UMS 96 Biologi

    15 Mimi Rosmiyati. S.Pd P 150 319 916 Depag III/a 12/1/2002 SL.IKIP 94 Bhs. Ind.

    16 Drs. Lantini L 150 321 158 Depag III/a 12/1/2002 SL.UNHAS 91 Bhs. Inggris

    17 Nurul Hikmah. S.Ag P 150 319 673 Depag III/a 12/1/2002 SL.IAIN 01 Qurdis,Fiqh

    18 Seftia Fajri. S. Pd P 150 328 470 Depag III/a 12/1/2003 SL.IKIP 01 Sejarah Nas

    19 Deni Sutedi. S.Pd L 150 329 691 Depag III/a 12/1/2003 SL.IKIP 98 Sosiologi

    20 Abdul Choir. S.Pd L 150 324 632 Depag III/a 12/1/2003 SL.IKIP 97 Bhs. Arab

    21 Anhar, S.Si L 150 340 555 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 97 Fisika

    22 Sri Suripti. S.Pd P 150 340 513 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 00 Biologi

    23 Ratna Indartiy. S.Pd P 150 340 397 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 95 Geografi

    24 Supadi. S.Pd L 150 340 394 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 95 PPKn

    25 Dasuki. S.Pd L 150 340 516 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 99 Ekonomi

    26 Drs. Abd. Rahman L 150 340 597 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 94 Aqidah Akh.

    27 Nasrulloh, S.Ag L 150 340 596 Depag III/a 1/1/2005 SL.IKIP 03 Aqidah Akh.

    28 Drs. H. Machsus Machful L 150 209 957 Depag IV/a 4/1/1998 SL. IAIN 80 Qur'an Hadits

    29 Aftrisna Yesi, S. Pd P 150 293 283 Depag III/b Ekonomi

    30 Drs.H.Ahmad Fakaubun,MM L 150 204 249 Depag IV/a STIM 02 BK

    31 Dra. Hj. Andi Rosnani P 131 880 706 DPK IV/a 4/1/2000 SL.IKIP 88 PPKn

    32 H. Moh Nasa'i. BA L - Honor - - SL.IAIN 72 Fiqih

    33 Iwan Nurfalah. BA L - Honor - - SM.IKIP - Seni/TN/BK

    34 Rohimin. S.Ag L - Honor - - SL.IAIN 97 Bhs. Arab

    35 Amanah. S.Ag P - Honor - - SL.IAIN 98 Sosiologi

    36 Luqman. S.Ag L - Honor - - SL.UII 98 Bhs. Arab

    37 Ibtakha Padlan. SE L - Honor - - SL.UBH 97 Ekonomi

    38 Fahrudin Parluhutan, S.Pd.I L - Honor - - SL.UIN 03 TIK/B.Arab

    39 Peni Murniasih, S. Pd P - Honor - - SL. IKIP 01 B. Indo

    40 Wardah, S. Pd P - Honor - - SL.IAIN 93 Aqidah Akh

    41 Yeyet Sopiah, S. Pd P - Honor - - UHAMKA 98 Bhs. Ind.

    42 Asep Gunawan L - Honor - - ISKI 00 TIK

    43 Nurjaya, S. Pd L - Honor - - FKIP 07 Penjas

    44 Wahyu Tri Susanto, S. Pd L - Honor - - UMP 05 B. Inggris

    45 Nurmala, S. Pd P - Honor - - UIN 05 Matematika

    Sumber: Tata Usaha MAN 5 Cilincing

  • 47

    B. Hasil Penelitian

    Dalam penelitian ini, sebagaimana telah disampaikan pada bab-bab

    sebelumnya, fokus pada hubungan antara pengawas sekolah MAN 5 dengan

    para guru. Untuk mengetahui, sejauh mana kinerja pengawas terhadap

    peningkatan kinerja para guru, yang bermuara pada peningkatan mutu sekolah.

    Berdasarkan fokus penelitian, maka penulis membuat daftar

    pertanyaan yang diajukan kepada para responden, dengan perincian quisioner

    sebagaimana berikut:

    Tabel 4.8

    Rapat Dengan Guru Untuk Kegiatan Supervisi Yang Akan Dilaksanakan.

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 12 26.66

    2 SERING 15 33.33

    3 KADANG-KADANG 15 33.33

    4 TIDAK PERNAH 3 6.66

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 9 item 1 responden yang menjawab selalu 26.66 %, yang

    menjawab sering 33.33 %, yang menjawab kadang-kadang 33.33 %, dan

    yang menjawab tidak pernah 6.66 %. Dari data diatas penulis mengambil

    kesimpulan pengawas sering dan kadang-kadang mengadakan rapat

    dengan bapak ibu guru untuk kegiatan supervisi.

    Tabel 4.9

    Pemeriksaan Daftar Hadir Guru

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 13 28.88

    2 SERING 21 46.66

    3 KADANG-KADANG 8 17.77

    4 TIDAK PERNAH 3 6.66

    JUMLAH 45 100

  • 48

    Dari tabel 10 item 2 responden yang menjawab selalu 28.88 %,

    yang menjawab sering 46.66 %, yang menjawab kadang-kadang 17.77 %,

    dan yang menjawab tidak pernah 3 %. Dari data diatas penulis mengambil

    kesimpulan bahwa pengawas sering memeriksa daftar hadir guru dan

    menanyakan alas an apabila bapak/ibu guru tidak hadir ini, hal ini terlihat

    dari 46.66 % responden menjawab sering.

    Tabel 4.10

    Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Supervisi Dalam Tiap Semester

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 22 48.88

    2 SERING 13 28.88

    3 KADANG-KADANG 5 11.11

    4 TIDAK PERNAH 5 11.11

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 11 item 3 responden yang menjawab selalu 48.88 %,

    yang menjawab sering 28.88 %, yang menjawab kadang-kadang 11.11 %,

    dan yang menjawab tidak pernah 11.11 %. Dari data diatas penulis

    mengambil kesimpulan pengawas selalu membuat jadwal pelaksanaan

    supervisi dalam tiap semester. Ini terlihat dari presentase 48.00 %

    responden yang menjawab selalu.

    Tabel 4.11

    Informasi Sebelum Berkunjung Ke Sekolah

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 4 8.88

    2 SERING 7 15.55

    3 KADANG-KADANG 27 60

    4 TIDAK PERNAH 16 35.55

  • 49

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 12 item 4 responden yang menjawab selalu 8.88 %, yang

    menjawab sering 15.55 %, yang menjawab kadang-kadang 60 %, dan yang

    menjawab tidak pernah 35 %. Dari data diatas penulis mengambil

    kesimpulan bahwa pengawas kadang-kadang menginformasikan terlebih

    dahulu sebelum berkunjung ke sekolah. hal ini dapat dilihat dari jawaban

    responden yang mencapai 60 % yang menjawab kadang-kadang.

    Tabel 4.12

    Bantuan Kepada Guru Jika Mengalami Kesulitan Dalam Proses Belajar Mengajar

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 32 71.11

    2 SERING 8 17.77

    3 KADANG-KADANG 4 8.88

    4 TIDAK PERNAH 1 2.22

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 13 item 5, responden yang menjawab selalu sebanyak

    71.11 %, yang menjawab sering 17.77 %, yang menjawab kadang-kadang

    8.88 %, dan yang menjawab tidak pernah 2.22 %. Dari data diatas penulis

    mengambil kesimpulan bahwa pengawas selalu Memberikan Bantuan

    Kepada Guru Jika Mengalami Kesulitan Dalam Proses Belajar Mengajar.

    Tabel 4.13

    Pembinaan Dan Pengawasan Dalam Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 9 20

    2 SERING 25 55.55

    3 KADANG-KADANG 8 17.77

    4 TIDAK PERNAH 3 6.66

  • 50

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 14 item 6, responen yang menjawab selalu sebanyak 20

    %, yang menjawab sering 55.55 %, yang menjawab kadang-kadang 17.77

    %, dan yang menjawab tidak pernah 6.66 %. Dari data diatas penulis

    mengambil kesimpulan pengawas sering memberikan pembinaan dan

    pengawasan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

    Tabel 4.14

    Kunjungan Kelas Pada Saat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 13 28.88

    2 SERING 8 17.77

    3 KADANG-KADANG 18 40

    4 TIDAK PERNAH 6 13.33

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 15 item 7, responden yang menjawab selalu sebanyak

    28.88 %, yang menjawab sering 17.77 %, yang menjawab kadang-kadang

    40 %, dan yang menjawab tidak pernah 13.33 %. Dari data diatas penulis

    mengambil kesimpulan pengawas kadang-kadang mengadakan kunjungan

    kelas (supervisi kelas) pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.

    Tabel 4.15

    Diskusi Metode-Metode Mengajar Kepada Guru

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 14 31.11

    2 SERING 15 33.33

    3 KADANG-KADANG 12 26.66

    4 TIDAK PERNAH 4 8.88

  • 51

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 16 item 8, responden yang menjawab selalu 31.11 %,

    yang menjawab sering 33.33 %, yang menjawab kadang-kadang 26.66 %,

    dan yang menjawb tidak pernah 8.88 %. Dari data diatas penulis

    mengambil kesimpulan pengawas sering mendiskusikan metode-metode

    mengajar kepada guru.

    Tabel 4.16

    Penggunaan Instrumen Supervisi

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 29 64.44

    2 SERING 7 15.55

    3 KADANG-KADANG 6 13.33

    4 TIDAK PERNAH 3 6.66

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 17 item 9, responden yang menjawab selalu 64.44 %,

    yang menjawab sering 15.55 %, yang menjawab kadang-kadang 13.33 %,

    dan yang menjawab tidak pernah 6.66 %. Dari data diatas penulis

    mengambil kesimpulan pengawas selalu menggunakan instrument

    supervisi dalam melaksanakan tugas supervisinya.

    Tabel 4.17

    Bimbingan Dan Penilaian Dalam Penyusunan Satuan Pembelajaran (RPP)

    NO Jawaban Alternatif F %

    1 SELALU 7 15.55

    2 SERING 13 28.88

    3 KADANG-KADANG 16 35.55

    4 TIDAK PERNAH 9 20

  • 52

    JUMLAH 45 100

    Dari tabel 18 item 10, responden yang menjawab selalu sebnayak

    15.55 %,