pengembangan komoditas/produk/ jenis … · bangunan; (e) pada sektor perdagangan, hotel, dan...

601
LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/ JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI PROVINSI BALI Bank Indonesia Denpasar Bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana Oleh: Prof.Dr.Ir. Made Antara, MS. Prof.Dr.Ir. I Ketut Satriawan, MT. Dr. I Putu Gede Sukaatmaja, SE., MP. Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM. Ida Ayu Mahatma Tuningrat, STP., MSi. DENPASAR-BALI Desember 2011

Upload: vudang

Post on 24-Jun-2018

304 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/ JENIS USAHA UNGGULAN UMKM

DI PROVINSI BALI

Bank Indonesia Denpasar

Bekerja sama

dengan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat Universitas Udayana

Oleh:

Prof.Dr.Ir. Made Antara, MS.

Prof.Dr.Ir. I Ketut Satriawan, MT.

Dr. I Putu Gede Sukaatmaja, SE., MP.

Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM.

Ida Ayu Mahatma Tuningrat, STP., MSi.

DENPASAR-BALI Desember 2011

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud i

KATA PENGANTAR

Bank Indonesia Denpasar bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana melakukan penelitian “Pengembangan

Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Provinsi Bali”. Tujuan penelitian adalah

(1) mengenal dan memahami profil daerah penelitian, profil UMKM, kebijakan pemerintan

terkait UMKM, dan peranan perbankan dalam pengembangan UMKM; (2) menggali

informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di

Provinsi Bali, kabupaten/kota dan kecamatan dalam rangka mendukung pembangunan

ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan

daya saing produk; (3) menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap

KPJU unggulan lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota; (4) menggali informasi tentang

KPJU potensial, yakni KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi

untuk menjadi unggul pada masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan

tertentu; (5) merumuskan rekomendasi berupa KPJU unggulan yang perlu/dapat

dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/kota dan peranan perbankan dalam pengembangan

KPJU unggulan.

Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan KPJU

unggulan di sembilan kabupaten/kota dan di Provinsi Bali. Di samping itu, juga sebagai

dasar pengambilan kebijakan investasi dan pembiayaan oleh lembaga keuangan.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah turut membantu terselenggaranya penelitian ini, antara lain sebagai berikut.

1. Semua pejabat dan staf Kantor Statistik Kabupaten/Kota se-Bali, pejabat dan staf Dinas-

Dinas Teknis (SKPD) di sembilan kabupaten/kota se-Bali, dan para narasumber lainnya

ketika Focus Group Discuussion (FGD) dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota se-Bali.

2. Anggota tim penelitian dan tenaga lapangan yang telah menyediakan waktu dan tenaga

untuk mengumpulkan data, mengolah dan menganalsis data, menulis laporan dan

mempresentasikan di hadapan stakeholder KPJU di Bali.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan nikmat-Nya

serta membimbing kita dalam rangka merealisasikan tujuan yang mulia ini. Akhir kata, kami

berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan rujukan bagi

pengembangan KPJU UMKM di Provinsi Bali.

Denpasar, Desember 2011

Bank Indonesia Denpasar

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud ii

ABSTRAK

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi penawaran (supply side). Salah satu kebijakan pemberdayaan UMKM dari sisi penawaran adalah penelitian, yang dimaksudkan menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mendorong pengembangan UMKM.

Tujuan penelitian adalah (1) menggali informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Bali, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan daya saing produk; (2) menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap KPJU unggulan lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota; (3) menggali informasi tentang KPJU potensial, yakni KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi untuk menjadi unggul pada masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu; (4) merumuskan rekomendasi berupa KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/ kota dan peranan perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan.

Metode analisis data yang digunakan, yaitu penentuan KPJU unggulan sektor di kecamatan dengan metode perbandingan eksponensial (MPE), penentuan KPJU unggulan sektor di kabupaten dengan metode Borda, analitycal hierarchy process (AHP), dan KPJU unggulan lintas sektor dengan metode Bayes, penentuan KPJU unggulan sektor di provinsi dengan metode Borda dan KPJU unggulan lintas sektor dengan metode Bayes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPJU unggulan sektor di Provinsi Bali, yaitu (a) pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, penangkapan ikan laut, dan kopi; (b) pada sektor penggalian, yaitu usaha galian C (pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas); (c) pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek & songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu; (d) pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan; (e) pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan vila; (f) pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), rent car (penyewaan kendaraan), bus carter, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, dan warnet; (g) pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, money changer, dan KUD; (h) pada sektor jasa-jasa lain, yaitu pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata dan travel biro, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (motor dan mobil),dan jasa fotokopi. KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali, yaitu hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, industri pengolahasn hasil perikanan, industri kerajinan perak, komoditas kopi, restoran/rumah makan, industri tenun endek & songket (ATBM), industri kerajinan kayu, padi sawah, dan cengkeh.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan, antara lain (1) KPJU Unggulan sektor dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi hendaknya terus dikembangkan dan dibina secara intensif oleh para pemangku kepentingan (pemerintah, BUMN, swasta, LSM, dll) dengan memberikan pelatihan teknis, manajemen usaha, kewirausahaan, dan akses modal sehingga tetap menjadi unggulan; (2) KPJU potensial di setiap kabupaten perlu dikembangkan melalui usaha ekstensifikasi dan intensifikasi sehingga meningkat menjadi KPJU unggulan; (3) pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif, penyederhanaan prosedur perijinan, murah, dan cepat termasuk melalui perizinan satu atap; (4) sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian Bali, baik dalam kontribusinya terhadap PDRB dan pendapatan petani maupun dalam penyerapan tenaga kerja hendaknya dipertahankan dengan cara mempertahankan atau melindungan areal lahan sawah dari laju alih fungsi lahan yang sangat cepat untuk tujuan bukan pertanian, seperti prasarana pariwisata, perumahan, perkantoran-perkantoran pemerintah, dan sebagainya. Rekomendasi ini sebagai penjabaran dari visi pemerintah provinsi menuju Bali Green.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional

memiliki peran penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data

yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian

Indonesia, khususnya data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM tahun 2008.

Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi

yang tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua,

potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada

sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan

dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,04%

dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam

pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total PDB.

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank

Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi

penawaran (supply side). Kebijakan demand side adalah kebijakan yang diarahkan

untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya

sehingga mampu dijangkau oleh perbankan (bankable). Kebijakan ini meliputi

penelitian, pelatihan, penyediaan informasi, dan kerja sama BI dengan lembaga

internasional dan pemerintah. Kebijakan supply side adalah kebijakan yang

difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk membantu bank dalam

menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan,

penguatan kelembagaan, dan penyediaan dana secara tidak langsung melalui

penerbitan SUP No.005 dan dana relending.

Salah satu kebijakan pemberdayaan UMKM dari sisi penawaran adalah

penelitian. Penelitian dimaksud adalah dalam rangka pemberian informasi yang

dapat digunakan untuk mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan

dapat diberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada

pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang

berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.

Salah satu bentuk perwujudan pemberdayaan UMKM, yaitu Bank Indonesia

sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS).

Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang

bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud iv

perkembangannya, sejak tahun 2006 penelitian BLS lebih diarahkan kepada

penelitian pengembangan potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi

kepada stakeholders mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial

untuk menjadi unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Penelitian ini akan tetap

difokuskan terhadap UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.

Tujuan penelitian, yaitu (1) mengenal dan memahami profil daerah penelitian,

profil UMKM, kebijakan pemerintan terkait UMKM, dan peranan perbankan dalam

pengembangan UMKM; (2) menggali informasi tentang KPJU unggulan yang perlu

mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Bali, kabupaten/kota, dan

kecamatan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan

lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan daya saing produk;

(3) menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap KPJU unggulan

lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota; (4) menggali informasi tentang KPJU

potensial, yakni KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi

untuk menjadi unggul pada masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau

kebijakan tertentu; (5) merumuskan rekomendasi berupa KPJU unggulan yang

perlu/dapat dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/ kota dan peranan perbankan

dalam pengembangan KPJU unggulan.

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut. (1)

Secara praktis, hasil penelitian ini sebagai bahan rekomendasi kepada pihak-pihak

yang berwenang, seperti Bank Indonesia, Bank Umum, dan Pemerintah Daerah

(Kabupaten atau Provinsi) dalam rangka memberdayakan UMKM di tiap-tiap

kabupaten melalui pengembangan KPJU unggulan ‘UMKM’. (2) Secara teoretis,

hasil penelitian ini sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, seperti

mahasiswa, akademika, dan investor, yang dapat membantu mereka mengenal lebih

jauh dan lebih dalam tentang komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan

‘UMKM’ pada tingkat kabupaten/kota di Provinsi Bali.

Daerah penelitian adalah di Provinsi Bali yang ditentukan secara sengaja

(purposive). Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer, yaitu data

dan informasi yang bersumber dari pihak pertama atau yang diperoleh secara

langsung dari narasumber/responden. Data sekunder, yaitu data berbentuk

dokumen/publikasi/laporan lainnya yang menunjang sumber data primer yang

bersumber dari pihak kedua atau instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud v

seperti BPS Provinsi Bali dan BPS kabupaten se Bali, Bappeda Provinsi Bali dan

kabupaten se Bali, Dinas-Dinas Teknis di Provinsi Bali dan kabupaten se-Bali.

Metode analisis data yang digunakan, yaitu penentuan KPJU unggulan sektor

di kecamatan dengan metode perbandingan eksponensial (MPE), penentuan KPJU

unggulan sektor di kabupaten dengan metode Borda, analitycal hierarchy process

(AHP), dan KPJU unggulan lintas sektor dengan metode Bayes, penentuan KPJU

unggulan sektor di provinsi dengan metode Borda dan KPJU unggulan lintas sektor

dengan metode Bayes.

Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut.

1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kota Denpasar

a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan di laut, tanaman hias, padi sawah, sapi, dan jagung manis.

b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu sablon pakaian, perlengkapan pakaian (mote, renda), produk makanan lain (jajanan basah uli, camilan dan sebagainya), pakain jadi (garment), dan pengolahan & pengawetan ikan.

c. Pada sektor konstruksi dan bangunan hanya satu jenis usaha, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.

d. Pada perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu eceran barang suvenir, hotel melati, mini market & toko kelontong, restoran dan rumah makan, serta perdagangan produk pertanian.

e. Pada sektor pengangkutan, yaitu rent car, angkutan darat barang (truk), bus trayek, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, dan bus pariwisata.

f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, money changer, KUD, KSP.

g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa binatu/laundry, rumah kost, pangkas rambut & salon kecantikan, penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan, jasa bengkel kendaraan, dan jasa fotokopi.

KPJU unggulan lintas sektor di Kota Denpasar, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, kontraktor konstruksi bangunan, penangkapan ikan di laut (nelayan tradisional), industri pakaian jadi (garment).

2. KPJU unggulan sektor di Kabupaten Badung

a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu ayam, penangkapan ikan laut, kelapa, babi, dan padi sawah.

b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu garment, kerajinan kayu, industri makanan/minuman, industri kerajinan dari logam, dan industri kerajinan besi & baja.

c. Pada sektor kontruksi dan bangunan, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud vi

d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, mini market & toko kelontong, perdagangan produk pertanian, dan kios barang kerajinan.

e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), taksi (koperasi), rent car, angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, dan bus trayek.

f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu money changer, BPR, LPD, KSP, dan KUD.

g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu travel biro/pramuwisata, instalatur listrik, penjahit pakaian, bengkel (sepeda motor dan mobil), dan jasa binatu/laundry.

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Badung, yaitu hotel melati, restoran/rumah makan, industri makanan & minuman, mini market dan toko kelontong, dan kerajinan/ukiran kayu.

3. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Gianyar

KPJU unggulan sektor di Kabupaten Gianyar a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu itik, jeruk, ayam, sapi, dan

durian. b. Pada sektor penggalian, yaitu usaha batu padas. c. Pada sektor industri pengolahan, yaitu produk makanan, penyosohan

beras (RMU), pengolahan dan pengawetan ikan, kerajinan perak, dan mosaik.

d. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu kontraktor konstruksi gedung/rumah.

e. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu perdagangan produk pertanian, toko barang kerajinan & lukisan, restoran & rumah makan, hotel melati, mini market & toko kelontong.

f. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu rent car, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, angkutan darat barang (truk), bus tidak bertrayek (pariwisata), dan jasa pengiriman barang/kargo.

g. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan money changer.

h. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu arung jeram, jasa kebugaran, wisata alam, jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut dan salon kecantikan.

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Gianyar, yaitu kerajinan perak, hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, mini market & toko kelontong, dan toko barang kerajinan & lukisan.

4. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Tabanan

KPJU unggulan sektor di Kabupaten Tabanan a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, kopi,

cengkeh. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri minuman ringan, industri

pengolahan kopi, penyosohan beras, industri kopra dan minyak goreng kelapa, dan industri kerajinan (gerabah, genteng, keramik, lukisan).

c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud vii

d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, perdagangan produk kerajinan.

e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan wisata danau, warnet, bus trayek, angkutan darat barang (truk), dan jasa pengiriman paket/surat.

f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, KSU.

g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata kebun raya Bedugul, wisata desa dan alam Jatiluwih, penjahitan sesuai dengan pesanan, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa perbengkelan (motor dan mobil).

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Tabanan, yaitu hotel melati, komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri pengolahan kopi.

5. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Bangli

KPJU unggulan sektor di Kabupaten Bangli a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu sapi, jeruk, ayam, kopi, dan

hutan bambu. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu kerajinan bambu, kerajinan kayu,

pengolahan kopi, industri pengolahan makanan, dan kerajinan dari logam (emas dan perak).

c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, hotel melati, perdagangan produk pertanian, mini market & toko kelontong, dan konter HP.

e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, bus trayek, angkutan danau, dan warnet.

f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KUD, KSU, dan money changer.

g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu bengkel (sepeda motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, tukang jahit pakaian, jasa binatu/laundry, dan pramuwisata.

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bangli, yaitu sapi, kerajinan kayu, jeruk, kerajinan bambu, dan kopi.

6. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Klungkung

KPJU unggulan sektor di Kabupaten Klungkung a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, sapi, cabai, rumput

laut, dan kacang tanah. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri tenun (ATMB), industri

kerajinan perak dan selongsong peluru, industri kerajinan uang kepeng (pis bolong), industri kerajinan lukisan wayang klasik, dan kerajinan perlengkapan upacara adat & agama Hindu.

c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, counter HP, restoran & rumah makan, dan mini market & toko barang kelontong.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud viii

e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor), warnet, angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat), dan ojek.

f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KSP, BPR, KUD, dan KSU.

g. Pada sektor jasa-jasa, yaitu diving dan snorkeling, fotokopi, wisata rafting (di Bakas), pangkas rambut dan salon kecantikan, dan wisata perdesaan (Nusa Penida dan Lembongan).

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Klungkung, yaitu BPR, kontraktor konstruksi bangunan, kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu, industri tenun (ATBM), dan industri kerajinan uang kepeng (pis bolong).

7. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Karangasem

KPJU unggulan sektor di Kabupaten Karangasem a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan laut, salak,

kelapa, jambu mete, dan kacang tanah. b. Pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu usaha galian C (pasir,

kerikil/koral, batu hitam). c. Pada sektor industri pengolahan, yaitu tenun endek & songket (ATBM),

industri batu tabas, anyaman ate, anyaman tikar pandan, dan pengolahan buah jambu mete (menjadi wine dan kacang mete).

d. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu hanya usaha kontraktor konstruksi bangunan.

e. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, perdagangan produk pertanian, counter HP, hotel melati, dan homestay.

f. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, warnet, bus trayek, dan angkutan penumpang perkotaan & perdesaan (bemo roda empat).

g. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.

h. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata spiritual (Pura Besakih), pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata, wisata alam Rrafting (Telaga Waja), dan agrowisata salak.

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Karangasem, yaitu industri tenun endek & songket (ATBM), industri batu tabas, galian C (pasir, kerikil/koral, batu), kontraktor konstruksi bangunan, dan industri kerajinan anyaman ate,

8. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Jembrana

KPJU unggulan sektor di Kabupaten Jembrana a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, pisang, sapi, kopi,

dan penagkapan ikan laut. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri

pengolahan hasil perikanan, industri pengalengan ikan, industri bata merah, dan industri penyosohan beras (RMU).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud ix

c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk-produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk kerajinan.

e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, warnet, bus trayek, jasa pengiriman paket surat, ojek.

f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.

g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata Taman Nasional Bali Barat, wisata agro Bunutan, jasa perbengkelan (motor dan mobil), jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut & salon kecantikan.

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Jembrana, yaitu industri pengolahan hasil perikanan, hotel melati, mini market dan toko kelontong, padi sawah, dan industri pengalengan ikan.

9. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Buleleng

KPJU unggulan sektor di Kabupaten Buleleng a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu kopi, anggur, cengkeh,

mangga, dan padi sawah. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengawetan ikan,

penyosohan beras (RMU), pengolahan gula merah (di Pedawa), produk camilan, dan pengolahan kopra.

c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, restoran/rumah makan, konter HP, dan artshop.

e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, bus trayek, jasa pengiriman barang/kargo, dan ojek.

f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KUD, KSP, KSU, dan BPR.

g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa perbengkelan (motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, warnet, jasa objek wisata, dan pramuwisata.

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Buleleng, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, cengkeh, kopi, kontraktor konstruksi bangunan.

10. KPJU unggulan sektor di Provinsi Bali

a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, penangkapan ikan laut, dan kopi.

b. Pada sektor penggalian, yaitu usaha galian C (pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas).

c. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek & songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu.

d. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud x

e. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan vila.

f. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), rent car (penyewaan kendaraan), bus carter, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, dan warnet.

g. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa pertusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, money changer, dan KUD.

h. Pada sektor jasa-jasa lain yaitu, pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata dan travel biro, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (motor dan mobil),dan jasa fotokopi.

11. KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali, yaitu hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, industri pengolahan hasil perikanan, industri kerajinan perak, komoditas kopi, restoran/rumah makan, industri tenun endek & songket (ATBM), industri kerajinan kayu, padi sawah, dan cengkeh.

Berdasarkan temuan KPJU unggulan UMKM lintas sektor, tampak bahwa ada

kontradiksi atau pilihan (trade-off) dalam pengembangan antara satu KPJU dengan

KPJU lain. Misal, pengembangan usaha hotel melati akan mengorbankan lahan

sawah produktif, yang berarti mengorbankan pengembangan usaha budi daya

komoditas padi. Sebaliknya, mempertahankan lahan sawah produktif untuk

mengembangkan usaha padi sawah akan menghambat pengembangan KPJU hotel

melati. Bertolak dari realitas tersebut, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai

berikut.

1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten maupun di

tingkat provinsi, hendaknya terus dibina secara intensif oleh semua pemangku

kepentingan (pemerintah, BUMN, swasta, LSM, dll) dengan memberikan

pelatihan teknis, manajemen usaha, kewirausahaan, dan pinjaman modal

sehingga tetap menjadi unggulan.

2. KPJU potensial di setiap kabupaten perlu dikembangkan melalui usaha

ekstensifikasi (perluasan areal atau perluasan usaha) dan intensifikasi, yaitu

peningkatan penggunaan masukan dalam satuan luas atau usaha yang tetap

sehingga potensi yang dimiliki menjadi berkembang, bahkan akan berkembang

menjadi KPJU unggulan.

3. Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif,

penyederhanaan prosedur perizinan usaha yang mudah, murah, dan cepat

termasuk melalui perizinan satu atap, dan keringanan pajak.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xi

4. Sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian Bali, baik dalam

kontribusinya terhadap PDRB dan pendapatan petani maupun dalam penyerapan

tenaga kerja, hendaknya dipertahankan dengan cara mempertahankan atau

melindungi areal lahan sawah dari laju alih fungsi lahan yang sangat cepat untuk

tujuan bukan pertanian, seperti prasarana pariwisata, perumahan, perkantoran

perkantoran pemerintah, dsb. Rekomendasi ini sebagai penjabaran dari visi

pemerintah provinsi menuju Bali Green.

5. Pariwisata sebagai leading sector perekonomian Bali hendaknya dipertahankan,

dan bahkan dikembangkan. Namun, dalam pengembangannya yang sering

mengorbankan sumber daya alam, seperti lahan sawah dan air irigasi untuk

kepentingan pertanian hendaknya diminimalisasi sehingga tidak merugikan sektor

pertanian.

6. Sektor industri pengolahan dan kerajinan rumah tangga yang sangat berperan

dalam perekonomian Bali, seperti sumber pendapatan perajin, pengecer, dan

eksportir, sumber devisa, dan penyerap tenagakerja, hendaknya dikembangkan

sehingga perannya semakin meningkat dalam perekonomian Bali.

7. Sektor jasa-jasa yang kontribusinya semakin besar dalam perekonomian Bali

perlu dikembangkan dan dibina sehingga perannya semakin meningkat

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i

ABSTRAK ………………………………………………………………………….. ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... xii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… xvi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………… xxii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1

1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 6

1.3 Kegunaan Penelitian …………………………………………….. 7

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………. 7

BAB II TINJAUAN TEORETIK DAN EMPIRIK ……………………………… 9

2.1 Komoditas Andalan dan Unggulan ……………………………. 9

2.2 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali.. 12

2.3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ……………………………. 14

2.4 Analytic Hierarchy Process ……………………………………... 23

2.5 Metode Perbandingan Eksponensial ………………………….. 26

2.6 Metode Borda ……………………………………………………. 27

2.7 Metode Bayes ……………………………………………………. 27

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………. 29

3.1 Daerah Penelitian ………………………………………………... 29

3.2 Jenis dan Sumber Data …………………………………………. 29

3.3 Tahapan Penelitian dan Metode Analisis Data ……………… 31

3.4. Prinsip Penilaian Kriteria ……………………………………… 35

3.5 Jenis dan Definisi Operasional Konsep dan Variabel ……….. 35

BAB IV PROFIL DAERAH PENELITIAN DAN UMKM DI PROVINSI BALI 38

4.1 Profil Daerah Penelitian ………………………………………… 38

4.2 Profil UMKM di Provinsi Bali ……………………………………. 52

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xiii

BAB V KEBIJAKAN PEMERINTAH (PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN) TERKAIT PENGEMBANGAN UMKM DAN PERANAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN UMKM …..

62

5.1 Kebijakan Pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten) Terkait Pengembangan UMKN …………………………………

62

5.2 Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM (Penyaluran Kredit oleh Perbankan kepada UMKM, Jumlah UMKM yang Memperoleh Kredit ……………………………

65

BAB VI KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DAN POTENSIAL UMKM DI PROVINSI BALI ……………………..

69

6.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode MPE) ………………………………

69

6.1.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kota Denpasar ………………………………………………...

69

6.1.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Badung…………………………………………………….

83

6.1.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Gianyar…………………………………………………….

101

6.1.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Tabanan …………………………………………………..

118

6.1.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Bangli ……………………………………………………..

154

6.1.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Klungkung ………………………………………………

165

6.1.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Karangasem ……………………………………………...

183

6.1.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan UMKM Potensial per Kecamatan di Kabupaten Jembrana …………………………………………………

218

6.1.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Buleleng …………………………………………………..

235

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xiv

6.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Borda) …………………………….……..

264

6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kota Denpasar …………….

264

6.2.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Badung ………….

274

6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Gianyar ……….

281

6.2.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Tabanan ……....

289

6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Bangli …………...

298

6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Klungkung ……..

305

6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Karangasem ….

315

6.2.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Jembrana …….

327

6.2.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Buleleng ……..

337

6.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode AHP) ……………………………………………………………….

348

6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kota Denpasar ……………………………...

348

6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Badung ………………………….

353

6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Gianyar ………..……………….

364

6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM dan Permasalahannya di Kabupaten Tabanan …………………………………………………..

373

6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Bangli …………..……………….

385

6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Klungkung ……………..……….

395

6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Karangasem ……………………

409

6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Jembrana ………………………..

418

6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Buleleng ………………………..

430

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xv

6.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Bayes) …………………..

435

6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Kota Denpasar…………….

435 6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Badung ………

438 6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Gianyar ……

441 6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM Lintas Sektoral di Kabupaten Tabanan...

445 6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Bangli ………

449 6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM di Kabupaten Klungkung …………………

451 6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Karangasem

461 6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Jembrana …

466 6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan

UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Buleleng .…

471 6.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di

Provinsi Bali ……………………………………………………...

474

6.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Bali ...…….

496

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN …………………... 543

7.1 Simpulan ………………………………………………………….. 543

7.2 Rekomendasi Kebijakan ………………………………………… 549

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 551

LAMPIRAN …………………………………………………………………………… 553

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali .............. 13

3.1 Alternatif Kriteria yang Digunakan untuk Proses Penetapan KPJU Unggulan Kabupaten/Kota ……………………………………..................

34

4.1.1 Profil Penduduk Berumur 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan di Provinsi Bali, 2007-2010 ………………………………………………………………………….

42

4.1.2 Distribusi Persentase PDRB Bali Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ……………..

46

4.2.1 Distribusi UKM Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha di Provinsi Bali, Juni 2011 …………………………………………………………………....

53

4.2.2 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Ketenagakerjaan, 2010. 54

4.2.3 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari aspek Sosial-Ekonomi, 2010 55

4.2.4 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Permodalan, 2010 ……. 57

4.2.5 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Kesulitan Utama yang Dihadapi, 2010 ……………………………………………………………...

58

4.2.6 Profil UKM di Provinsi Bali yang Pernah Mengikuti Bimbingan dan Menjalin Kemitraan, 2010 ………………………………………………....

59

4.2.7 Profil Jangkauan Pemasaran UKM di Provinsi, 2010 …………………. 60

4.2.8 Ada Tidaknya Rencana UKM Provinsi Bali ke Depan, 2010 …………. 61

6.1.1a

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Denpasar Timur ……………………………….....

71

6.1.1b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Denpasar Selatan ……………………………….

75

6.1.1c

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Denpasar Barat …………………………………...

78

6.1.1d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM Kecamatan Denpasar Utara ……………………………………..

82

6.1.2a

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Petang ………………………………………….....

85

6.1.2b

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Abiansemal …………………………………….....

88

6.1.2c

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Mengwi ………………………………………….....

91

6.1.2d

Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kuta Utara ………………………………………………....

94

6.1.2e

Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kuta ………………………………………………………....

97

6.1.2f

Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kuta Selatan ………………………………………………..

100

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xvii

Nomor Judul Tabel Halaman

6.1.3a

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Gianyar ……………………………………….....

102

6.1.3b

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Payangan …………………………………………

104

6.1.3c

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Ubud ……………………………………………….

106

6.1.3d

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Sukawati ………………………………………….

108

6.1.3e

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Blahbatuh ……………………………………….....

111

6.1.3f

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tampaksiring ……………………………………...

114

6.1.3g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tegallalang …………………………………….....

116

6.1.4a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg ………………………………………..

121

6.1.4b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM Di Kecamatan Kerambitan ………………………………………..

124

6.1.4c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tabanan …………………………………………..

127

6.1.4d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kediri …………………………………………….....

130

6.1.4e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Marga ………………………………………………

134

6.1.4f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Baturiti ……………………………………………...

138

6.1.4g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Penebel ……………………………………………

141

6.1.4h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Pupuan ………………………………………….....

145

6.1.4i Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg Barat …………………………………

148

6.1.4j Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg Timur ………………………………..

152

6.1.5a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kintamani ……………………………………….....

156

6.1.5b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Bangli ……………………………………………...

159

6.1.5c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Susut ………………………………………………

162

6.1.5d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tembuku ……………………………………….....

164

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xviii

Nomor Judul Tabel Halaman

6.1.6a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Klungkung …………………………………………

166

6.1.6b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Dawan ……………………………………………...

171

6.1.6c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Nusa Penida ……………………………………..

176

6.1.6d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Banjarangkan………….......................................

180

6.1.7a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kubu ………………………………………………..

184

6.1.7b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Abang ……………………………………………..

189

6.1.7c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Karangasem ……………………………………....

194

6.1.7d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM dI Kecamatan Sidemen …………………………………………..

197

6.1.7e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Manggis …………………………………………...

203

6.1.7f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Bebandem ……………………………………..…

207

6.1.7g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selat ……………………………………………....

210

6.1.7h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Rendang …………………………………………..

214

6.1.8a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Melaya ……………………………………………..

220

6.1.8b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Negara ……………………………………………..

223

6.1.8c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Jembrana ……………………………………….....

227

6.1.8d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Mendoyo ……………………………………….....

229

6.1.8e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Pekutatan …………………………………………

233

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xix

Nomor Judul Tabel Halaman

6.1.9a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Grokgak …………………………………………..

237

6.1.9b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Seririt ……………………………………………..

241

6.1.9c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Busungbiu ………………………………………..

244

6.1.9d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Banjar ……………………………………………..

247

6.1.9e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Sukasada …………………………………………

251

6.1.9f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Buleleng …………………………………………..

253

6.1.9g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Sawan …………………………………………….

257

6.1.9h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kubutambahan ………………………………….

260

6.1.9i Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tejakula ………………………………………….

263

6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kota Denpasar ………………………………………………………........

267

6.2.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Badung …………………………………………………….....

276

6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial di Kabupaten Gianyar ………………………………………………………

284

6.2.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Tabanan ……………………………………………………..

294

6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Bangli …………………………………………………………

303

6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Klungkung ………………………………………………..........

308

6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial

di Kabupaten Karangasem ………………………………………………..

318

6.2.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Jembrana ………………………………………………..........

332

6.2.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial di Kabupaten Buleleng ………………………………………………….........

340

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xx

Nomor Judul Tabel Halaman

6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kota Denpasar 349

6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Badung ……………………………………………………………………...

354

6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Gianyar ………………………………………………………………………

366

6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Tabanan ……………………………………………………………………..

374

6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Bangli ………………………………………………………………………...

386

6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Klungkung …………………………………………………………………...

398

6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Karangasem …………………………………………………………………

411

6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Jembrana ……………………………………………………………………

425

6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Buleleng ……………………………………………………………………..

433

6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kota Denpasar ………………………………………………………………

436

6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Badung …………………………………………………………

438

6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Gianyar …………………………………………………………

442

6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Tabanan ………………………………………………………..

445

6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bangli …………………………………………………………..

450

6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Klungkung ……………………………………………………...

451

6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Karangsem ……………………………………………………

462

6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Jembrana ………………………………………………………

466

6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Buleleng ………………………………………………………..

473

6.5.1

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Provinsi Bali …………………………………………………………………………...

477

6.6.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Bali ……………………………………………………..

496

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xxi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

1.1 Kerangka Analisis Kebutuhan Teknologi dan Profil UKM ke Depan ……… 23

6.1 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Hotel Melati ………………... 502

6.2 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan ………………………………................................................

506

6.3 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Pengolahan (Pengawetan) Hasil Perikanan………………............................................................

509

6.4 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Perak……………................. 513

6.5 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Kopi................... 519

6.6 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Restoran/Rumah Makan....... 523

6.7 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Tenun Endek & Songket ATBM………………….. .....................................................................

527

6.8 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Industri Kerajinan Kayu…………….. 532

6.9 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Padi Sawah......... 536

6.10 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Cengkeh............... 542

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1 Diagram Met od e Pem b ob ot an Penent uan KPJU Unggulan

m ulai d ar i Kecam at an sam p ai Provinsi

………………………………………………...

553

2 Hierarki Op erasion al Pem b ob ot an Kr it er ia d engan Met od e

AHP ………

554

3 Hierarki Operasional Pembobotan Sektor/Subsektor dengan AHP di Kabupaten/Kota ………………………………………………………………

555

4 Penentuan KPJU Unggulan UMKN ……………………………………….. 556

5 Pola Pikir Hierarki Analitik ....................................................................... 557

6 Pola Pikir Hierarki Operasional ............................................................... 558

7 Hierarki Operasional Pemilihan Alternatif Komoditas dengan AHP di Kabupaten/Kota ………………………………………………………………

559

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 22, Tahun 1999 yang

kemudian disempurnakan atau diganti menjadi UU Nomor 32, Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah sesungguhnya sudah lebih menjamin cita-cita penegakan

prinsip-prinsip demokrasi yang menjunjung tinggi pluralitas, transparansi,

akuntabilitas, dan berbasis pada kemampuan lokal. Hakikat otonomi daerah adalah

kesempatan seluas-luasnya bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya. Artinya, tidak hanya mengandalkan dana

perimbangan pusat dan daerah, tetapi juga menggali potensi sumber-sumber

pendapatan asli daerah dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan

keberlanjutan.

Pembangunan di Provinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik

berat pada sektor pertanian dalam arti luas untuk melanjutkan usaha-usaha

memantapkan swasembada pangan dan pengembangan sektor pariwisata dengan

karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu. Di samping itu, juga sektor

industri kecil dan kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor

pariwisata. Kebijakan prioritas tiga sektor ini dapat digolongkan ke dalam

pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran dan permintaan antara

satu sektor dengan sektor lainnya atau pengembangan sektor-sektor itu dapat

menciptakan permintaan mereka sendiri. Artinya, upaya mengembangkan sektor

pariwisata di Bali akan mampu menciptakan pasar bagi produk-produk pertanian dan

industri kecil/kerajinan. Di pihak lain, pengembangan pertanian dan industri kecil

dalam waktu bersamaan dapat menunjang pengembangan sektor pariwisata. Hal itu

terjadi karena hasil pembangunan kedua sektor ini berupa produk-produk pangan

dan nonpangan dapat menunjang keberlanjutan pariwisata.

Struktur perekonomian Bali mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan

dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Pilar-pilar ekonomi yang dibangun lewat

keunggulan industri pariwisata sebagai sektor pemimpin (leading sector) telah

membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi serta

pengembangan etos kerja masyarakat. Dimensi itu tergambar dari meluasnya

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 2

kesempatan kerja, tingginya peluang tingkat pendapatan masyarakat, luasnya

jaringan kerja yang meliputi batas-batas lokal sampai dengan tingkat nasional,

bahkan ke tingkat internasional. Dukungan industri pariwisata yang sangat besar itu

telah meyebabkan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung, seperti

perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa

memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi

Bali.

Semenjak terjadinya krisis ekonomi hingga beberapa tahun terakhir ini hampir

semua bank gencar menggarap sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Hal itu dilakukan karena telah diakui bersama bahwa sektor inilah yang paling tahan

terhadap badai krisis ekonomi yang memporakporandakan perekonomian nasional

dengan menelan “korban” berbagai kalangan, baik sektor perbankan, perdagangan,

maupun jasa. Beberapa bank dilikuidasi, perdagangan mandek, produksi industri

terhenti, PHK terjadi di mana-mana, banyak L/C Indonesia tidak dipercaya di luar

negeri, dan beberapa pejabat bertumbangan. Namun, justru sektor UMKM dapat

bertahan, bahkan mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini disebabkan,

antara lain oleh UMKM bergerak hampir di semua sektor ekonomi. Pertanian,

perdagangan eceran, industri rumah tangga, jasa-jasa, arisan RT, simpan pinjam

kelompok, dan sebagainya semua berjalan biasa. Populasinya juga bersifat massal

dan tersebar sehingga dapat menjadi penyedia barang dan jasa yang terjangkau

bagi konsumen bawah karena jaringan distribusinya luas. Kegiatan UMKM umumnya

hanya menggunakan teknologi sederhana, sehingga mudah menyesuaikan iklim dan

lingkungan di mana usahanya berada. Dari sisi pembiayaan, modal UMKM biasanya

relatif kecil sehingga penyaluran kredit UMKM dapat lebih merata, yang sekaligus

menjadi strategi dari penyebaran risiko kredit.

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional

memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari

berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam

perekonomian Indonesia, khususnya data dari Kementerian Negara Koperasi dan

UKM tahun 2008. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap

sektor ekonomi yang tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit

usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit

investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila

dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 3

menyerap 97,04% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM

dalam pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total PDB.

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank

Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi

penawaran (supply side). Kebijakan demand side adalah kebijakan yang diarahkan

untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya

sehingga mampu dijangkau oleh perbankan (bankable). Kebijakan ini meliputi

penelitian, pelatihan, penyediaan informasi, dan kerja sama BI dengan lembaga

internasional dan pemerintah. Kebijakan supply side adalah kebijakan yang

difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk membantu bank dalam

menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan,

penguatan kelembagaan, dan penyediaan dana secara tidak langsung melalui

penerbitan SUP No.005 dan dana relending.

Salah satu kebijakan pemberdayaan UMKM dari sisi penawaran adalah

penelitian. Penelitian dimaksud adalah dalam rangka pemberian informasi yang

dapat digunakan untuk mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan

dapat diberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada

pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang

berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.

Salah satu bentuk perwujudan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia sejak

lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS).Penelitian

ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara

pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangannya,

sejak tahun 2006 penelitian BLS lebih diarahkan kepada penelitian pengembangan

potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi kepada stakeholders mengenai

komoditas/produk/jJenis usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan

daerah yang dapat dikembangkan. Penelitian ini akan tetap difokuskan terhadap

UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.

Data dan informasi dalam Penelitian Pengembangan KPJU Unggulan UMKM

meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan pemerintah, baik

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi daerah dalam

rangka pengembangan UMKM. Sementara aspek mikro meliputi kondisi dan potensi

UMKM. Hasil penelitian tersebut akan didesiminasikan dalam website Sistem

Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 4

Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat

www.bi.go.id. Saat ini SI-PUK terdiri atas Sistem Informasi BLS (SIB) yang meliputi

31 provinsi, Sistem Informasi Agroindustri Berorientasi Ekspor (SIABE) yang meliputi

31 provinsi dan 16 komoditas agroindustri serta komoditi nonagroindustri, Sistem

Informasi Prosedur Memperoleh Kredit (SI-PMK), Sistem Informasi Pola

Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil (SI-LMUK) meliputi 112 komoditas, baik

pembiayaan secara konvensional maupun syariah, serta Sistem Penunjang

Keputusan Untuk Investasi (SPKUI) yang dapat digunakan untuk simulasi

perhitungan interaktif kelayakan suatu usaha.

Pada Penelitian Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM ini terdapat

perubahan yang cukup mendasar dalam penetapan Daftar Skala Prioritas. Semula

penetapan menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi, dan data primer

responden UMKM pada suatu KPJU di suatu kecamatan. Namun, dengan metode

tersebut hanya dapat diperoleh kelompok daftar KPJU Sangat Potensial (SP),

Potensial (P), dan Kurang Potensial (KP) tanpa dapat diperoleh informasi urutan

atau ranking KPJU di tiap-tiap kelompok. Dengan demikian, sangat sulit untuk

menentukan KPJU apa yang paling unggul atau terunggul pada tiap-tiap kelompok

karena KPJU dalam suatu kelompok dianggap sama, yakni SP, atau P, atau SP.

Dalam rangka mengeliminasi kelemahan tersebut, selanjutnya metode penetapan

KPJU unggulan daerah diubah menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

(AHP) yang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini

juga menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda, dan

Metode Bayes dalarn menetapkan KPJU unggulan kecamatan, kabupaten/kota, dan

provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang didukung oleh pendekatan matematika

sederhana, yang dapat digunakan untuk memecahkan perrnasalahan 'decision

making', seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004).

Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap kabupaten/kota di suatu provinsi

diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan

cocok untuk dikembangkan. Unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif, yakni

sebagai berikut.

a. Perspektif Product Lite Cycle (PLC)

KPJU disebut unggulan dengan melihat tahap kematangan KPJU. Apakah KPJU

dalam tahap mature karena saat ini unggul dibandingkan dengan KPJU yang lain

(meskipun kemungkinan besar akan mengalami decline setelah melewati fase

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 5

mature) atau saat ini tidak terlalu unggul, tetapi berpotensi besar unggul pada

masa depan (fase growth). Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pada

perspektif strategi pengembangan. Contoh untuk hotel, apakah pemilihan KPJU

Unggulan tersebut bertujuan untuk business development (mengembangkan

yang sudah ada/intensif) atau memperbanyak usaha yang bergerak dalam KPJU

(ekstensif).

b. Perspektif Tujuan

Dalam perspektif ini penentuan KPJU unggulan dengan mempertimbangkan

tindak lanjut atau tujuan atau target yang ingin dicapai, misalnya meyakinkan

investor untuk menanamkan uangnya di bisnis KPJU unggulan yang terpilih

dengan jaminan return yang cepat atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha

lemah, tetapi berpotensi unggul pada masa datang.

c. Perspektif Keberpihakan

Pemilihan KPJU unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan, misalnya

keberpihakan pada pengusaha lokal.

d. Perspektif Skenario Kebijakan

Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi ·saat ini (existing) KPJU

unggul dibandingkan dengan yang lain tanpa melihat ada kontradiksi dengan

skenario kebijakan pemerintah normatif. Contoh kasus: show room mobil bekas

dengan wacana skenario kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia

kendaraan.

Dengan melihat perspektif di atas, diharapkan program akan menjadi lebih

fokus. Dengan demikian, Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan

ekonomi melalui pengernbangan KPJU unggulan di suatu kabupaten/kota sebagai

upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah.Pada

akhirnya, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

Sesuai dengan hasil Lokakarya Nasional Pengembangan UKM pada tanggal

24 Agustus 2005 di Jakarta yang dihadiri oleh Pimpinan Bank Indonesia, Kepala

Kantor Perwakilan, dan pejabat Satuan Kerja terkait di Kantor Pusat, telah

disepakati bahwa mulai tahun 2006 pelaksanaan Penelitian Pengembangan KPJU

Unggulan UMKM diserahkan kepada Kantor Bank Indonesia (KBI) di tingkat

provinsi. Selanjutnya, penelitian dalam rangka pembaruan data dan informasi

penelitian tersebut menjadi tugas dan wewenang KBI provinsi. Hal ini merupakan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 6

upaya untuk mewujudkan Destination Statement peran KBI, yakni sebagai Advisor

Pemda dan penyedia data dan informasi di daerah.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha

Unggupan UMKM di Provinsi Bali adalah sebagai berikut.

(1) Mengenal dan memahami hal-hal berikut.

a. Profil daerah, meliputi kondisi geografis, demografi, perekonomian, dan

potensi sumberdaya.

b. Profil UMKM di wilayah/provinsi penelitian termasuk faktor pendorong dan

penghambat dalam pengembangan UMKM.

c. Kebijakan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah

(Daerah Tingkat I dan II) yang terkait dengan pengembangan UMKM.

d. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM.

(2) Menggali informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk

dikembangkan di suatu provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam rangka:

a. mendukung pembangunan ekonomi daerah;

b. penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta

c. peningkatan daya saing produk.

(3) Menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap KPJU unggulan

lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota. Misalnya, mengenai bahan baku,

tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga, dan

lokasi (kecamatan).

(4) Menggali informasi tentang KPJU potensial, yakni KPJU yang saat ini belum

menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi untuk menjadi unggul pada masa

datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu.

(5) Merumuskan rekomendasi berupa hal-hal di bawah ini.

a. KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/ kota,

dan peranan perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan.

b. Kebijakan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali yang dikaitkan pula

dengan kebijakan Pemerintah Pusat dalam rangka pengembanqan KPJU

unggulan UMKM.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 7

1.3 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

(1) Secara praktis, hasil penelitian ini sebagai bahan rekomendasi kepada pihak-

pihak yang berwenang, seperti Bank Indonesia, Bank Umum, dan Pemerintah

Daerah (Kabupaten atau Provinsi) dalam rangka memberdayakan UMKM di tiap-

tiap kabupaten melalui pengembangan KPJU unggulan ‘UMKM’

(2) Secara teoretis, hasil penelitian ini sebagai referensi bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, seperti mahasiswa, akademika, dan investor, yang dapat

membantu mereka mengenal lebih jauh dan lebih dalam tentang komoditas/

produk/jenis usaha (KPJU) unggulan ‘UMKM’ pada tingkat kabupaten/kota di

Provinsi Bali.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

(1) Penelitian pengembangan KPJU unggulan UMKM dilaksanakan untuk

mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada UMKM yang dikategorikan sebagai

unggulan daerah pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi.

(2) Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai hal-hal di bawah

ini.

a. Profil daerah untuk provinsi dan untuk tiap-tiap kabupaten/kota, antara lain

meliputi struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumber daya, dan

aspek lainnya yang terkait.

b. Profil UMKM di provinsi dan di tiap-tiap kabupaten/kota, termasuk potensi,

peluang, serta faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan

UMKM.

c. Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM

dan KPJU unggulan.

d. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya KPJU

unggulan UMKM di wilayah penelitian, antara lain berupa data kredit UMKM

sampai dengan tingkat kabupaten/kota.

e. Penetapan KPJU unggulan UMKM untuk tiap-tiap subsektor/sektor dan atau

lintas sektoral di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan

provinsi).

f. Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 8

KPJU di tiap-tiap kabupaten/kota.

g. PJU potensial yang dapat dikembangkan untuk rnenjadi KPJU unggulan

h. Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam

pengembangan KPJU unggulan UMKM.

(3) KPJU yang diidentifikasi adalah sampai dengan nama KPJU akhir.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 9

BAB II

TINJAUAN TEORETIK DAN EMPIRIK

2.1 Komoditas Andalan dan Unggulan

Tiap-tiap ahli, pakar, instansi, ataupun departemen merumuskan definisi yang

berbeda-beda menyangkut komoditas andalan dan unggulan. Hal ini pun diakui oleh

Menteri Perdagangan, Pangestu (2007) bahwa "komoditas unggulan" yang begitu

berbeda dengan pengertian banyak departemen teknis dan analis. Bahkan,

Pangestu mensinyalir “komoditas unggulan” dikaitkan-kaitkan dengan permainan

ekonomi politik oleh masyarakat awam, konon para birokrat, dan asosiasi dengan

strategi rent-seeking-nya.

Secara prinsip, tidak ada perbedaan antara komoditas andalan dan komoditas

unggulan. Namun, antara keduanya dapat diberi definisi sedikit berbeda. Komoditas

andalan adalah sejumlah komoditas yang telah dkembangkan di suatu wilayah

berdasarkan kesesuaian agroekologi (tanah dan iklim) serta menjadi sumber

pendapatan utama petani setempat. Sebaliknya, komoditas unggulan adalah

beberapa komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan/

dikembangkan pada suatu wilayah, mempunyai prospek pasar, mampu

meningkatkan pendapatan petani dan keluarga, mempunyai potensi sumber daya

lahan yang cukup luas, memiliki sifat-sifat genetik unggul dan karakteristik lainnya,

antara lain rasa, aroma, dan bentuk (Anonim, 1999; Anonim, 2000). Menurut

Papilaya (dalam Admin, 2006), dari sisi permintaan komoditas unggulan adalah

komoditas yang dapat menggerakkan permintaan pasar cukup tinggi baik terhadap

pasar domestik maupun pasar mancanegara. Sebaliknya, dari sisi penawaran,

komoditas unggulan adalah komoditas yang dapat menggerakkan penyediaan/

penawaran yang tinggi atas komoditas tersebut. Kriteria penentuan komoditas

unggulan itu sendiri adalah komoditas yang mempunyai prospek pasar, memiliki

sumber daya alam yang cukup, dan sifat-sifat unggul lainnya, seperti luas areal dan

kemudahan pengembangannya. Terkait dengan prospek pasar ekspor bagi

komoditas unggulan, beberapa waktu lalu pemerintah Maluku berkunjung ke luar

negeri untuk menjajaki peluang ekspor komoditas dari Maluku. Salah satu hasil

konkretnya, yaitu sekarang sudah ada UNIDO di Passo Ambon yang masih terus

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 10

mencari peluang pasar untuk komoditas sagu, minyak kayu putih, bamboo, dan

lainnya.

Untuk menyamakan persepsi mengenai komoditas unggulan khususnya

mengenai pengertian dan kriterianya diperlukan metode yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam menetapkan komoditas unggulan di setiap provinsi di KTI.

Pengertian umum komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu (1) sisi

permintaan (demand driven) dan (2) sisi penawaran (supply driven). Dari sisi

permintaan, komoditas unggulan dapat diartikan bahwa komoditas unggulan

merupakan sektor/komoditas yang dapat menggerakkan permintaan pasar yang

cukup tinggi, baik terhadap pasar domestik maupun mancanegara. Sebaliknya, dari

sisi penawaran, sektor/komoditas unggulan dapat diartikan sebagai sektor/komoditas

yang dapat menggerakkan penyediaan/penawaran yang tinggi atas sektor/komoditas

tersebut. Dengan demikian, sektor/komoditas unggulan adalah sektor/komoditas

yang mempunyai permintaan pasar tinggi dan mempunyai kemampuan untuk

menyediakannya dalam jumlah yang banyak.

Di sisi lain, komoditas unggulan dapat dikenal pula melalui klasifikasi

komoditas yang dikembangkan oleh daerah, yaitu (1) komoditas unggulan, (2)

komoditas andalan, dan (3) komoditas binaan/penunjang. Dalam hal ini yang

dimaksud dengan komoditas unggulan adalah komoditas yang paling

menguntungkan untuk dikembangkan. Penentuan komoditas unggulan ini dilakukan

dengan mempertimbangkan criteria (a) mempunyai prospek pasar, (b) sumber daya

alam yang cukup, serta (c) sifat-sifat unggul lainnya, seperti luas areal dan

kemudahan pengembangannya.

Berdasarkan berbagai pengertian dan konsepsi komoditas unggulan

sebagaimana diuraikan di atas, maka pengertian yang perlu disepakati untuk

penetapan komoditas unggulan di provinsi se-KTI adalah sebagai berikut.

1. Komoditas unggulan adalah komoditas yang diprioritaskan pengembangannya

oleh pemerintah daerah untuk mendukung tujuan pembangunan daerah;

2. Komoditas unggulan adalah komoditas yang mempunyai prospek pasar dan ada

permintaan pasarnya, yang cocok dibudidayakan oleh masyarakat setempat

karena kesesuaian sumber daya, budaya, dan teknologi.

Sehubungan dengan penentuan sektor/komoditas unggulan daerah-daerah

yang ada di KTI, maka Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur

Indonesia bersama Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 11

sejak 22 September sampai dengan 4 Oktober 2004 melakukan koordinasi dengan

15 provinsi di KTI. Penetapan sektor/komoditas unggulan ini dilakukan pada tingkat

provinsi dan diharapkan hasilnya dapat mewakili dan menjadi komitmen bersama

seluruh kabupaten/kota yang ada di bawahnya. Penyusunan dokumen

sektor/komoditas unggulan untuk setiap provinsi di Kawasan Timur Indonesia ini

dimaksudkan untuk mendapatkan suatu referensi bagi para pihak (stake holder)

dalam pembangunan KTI melalui pengembangan sektor/komoditas yang

diunggulkan oleh tiap-tiap provinsinya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

20, Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja.

Penentuan komoditas unggulan daerah merupakan salah satu faktor kunci

pengembangan ekonomi daerah. Tidak semua daerah sukses dalam

mengembangkan komoditas unggulan di daerahnya. Ada perbedaan antara metode

penentuan komoditas unggulan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/

kota dengan yang ditetapkan oleh perbankan. Penentuan komoditas unggulan oleh

Pemkab/Pemkot menggunakan beberapa kriteria, yaitu (i) produk khas (misalnya

salak pondoh, tempat wisata); (ii) jumlah usaha (gula aren, gerabah, kulit); (iii)

banyak menyerap tenaga kerja; dan (iv) bias terhadap instansi/dinas yang ada.

Berdasarkan empat kriteria tersebut, komoditas dikelompokkan menjadi tiga kategori,

yaitu prioritas tinggi (PT), prioritas sedang (PS), dan prioritas rendah (PR)

(Sugiyanto, 2007). Namun, Bank Indonesia menggunakan metode lain untuk

menentukan komoditas unggulan dalam survei potensi dasar (Baseline Survey),

yang ditinjau dari lima aspek, yaitu (i) aspek pasar dan pemasaran; (ii) aspek teknis

dan produksi; (iii) aspek sosial ekonomi dan lingkungan; (iv) aspek manajemen dan

legalitasi, dan (v) aspek keuangan.

Namun, perlu diingat bahwa suatu komoditas unggulan di suatu wilayah

belum tentu menjadi unggul secara terus-menerus. Karena perubahan-perubahan

permintaan, pendapatan masyarakat, selera, dan harga input-output, mungkin

komoditas yang pernah unggul di suatu wilayah dalam suatu tahun tertentu menjadi

tidak unggul lagi dan mungkin muncul komoditas primadona yang menjadi komoditas

unggulan baru. Oleh karena itu, komoditas unggulan akan berubah seiring dengan

adanya perubahan faktor-faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang tidak dikuasai oleh

petani atau pengusaha, seperti perubahan permintaan yang akan mempengaruhi

pasar dan keuntungan, dan harga-harga input-output yang mempengaruhi

pendapatan/ keuntungan yang diperoleh petani/pengusaha.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 12

2.2 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali

Berdasarkan definisi sebelumnya, diketahui bahwa komoditas unggulan

sesungguhnya adalah komoditas andalan yang memiliki potensi dikembangkan dan

prospek pasar yang cerah. Di samping itu, jika dikembangkan, dapat menjadi sumber

pendapatan bagi petani/pengusaha dan sekaligus menjadi penggerak perekonomian

wilayah. Namun, dalam memilih satu dari beberapa jenis komoditas andalan menjadi

komoditas unggulan, Anonim (1999) menggunakan beberapa kriteria, yaitu sebagai

berikut.

a. Nilai perdagangan dengan bobot 3. Dalam konsep agribisnis ada teori ”berawal

dari pasar dan berakhir juga pada pasar”. Komoditas tidak ada artinya bila tidak

mempunyai nilai pasar. Unsur-unsur dalam nilai perdagangan yang perlu

diperhatikan, antara lain nilai total perdagangan, daya serap pasar, daya saing

komoditas di kelompoknya, andil dalam perdagangan antarpulau dan ekspor.

Makin besar nilai perdagangan suatu komoditas akan mendapat skor makin

besar.

b. Produksi dengan bobot 2. Kita tidak bisa membandingkan jumlah produksi

komoditas A dengan komoditas B untuk menentukan komoditas unggulan. Oleh

karena itu, produksi ini bisa dibandingkan dengan pangsa produksi daerah lain

(nasional). Kadang-kadang berawal dari produksi, suatu komoditas mempunyai

nilai perdagangan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan berkaitan dengan

produksi, antara lain pengembangan telah sesuai dengan agroekosistem, jumlah

produksi, luas areal/populasi, dan daya produktivitas.

c. Keuntungan/pendapatan per hektare dengan bobot 4. Hilir suatu usaha tani

adalah kesejahteraan petani. Untuk itu, dalam pengembangan komoditas yang

perlu diperhatikan, antara lain biaya produksi per hektare, keuntungan per

hektare, B/C ratio, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.

d. Spesifik genetik unggul dengan bobot 1. Umumnya komoditas-komoditas unggul

mempunyai sifat genetik unggul yang tidak dipunyai oleh komoditas lainnya yang

sejenis. Di samping itu, juga unggul lokasi yang tidak ada di daerah lain walaupun

sebenarnya sifat-sifat ini telah terakomodasi dalam bentuk produksi komoditas

atau terakomodasi dalam sistem pasar (karena telah disenangi konsumen).

Keunggulan ini terwujud, antara lain dalam hal murah, kemudahan/kontinuitas,

kualitas, rasa, bau, bentuk, ketahanan, produktivitas, dan aroma.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 13

Berdasarkan kriteria dari berbagai unsur dengan bobot masing-masing, maka

Anonim (1999) merumuskan komoditas-komoditas unggulan di setiap kabupaten

seperti disajikan pada Tabel 1. Pada tabel yang sama tampak bahwa komoditias-

komoditas unggulan di setiap kabupaten umumnya adalah komoditas tradisional

yang telah diusahakan oleh masyarakat secara turun-temurun, sesuai dengan

agroekosistem setempat, teknik budi daya yang telah dikuasai, dan memiliki prospek

pasar. Namun, perlu diingat bahwa suatu komoditas unggulan di suatu wilayah

belum tentu menjadi unggul secara terus-menerus. Karena perubahan-perubahan

permintaan, pendapatan masyarakat, selera, dan harga input-output, mungkin

komoditas yang pernah unggul di suatu wilayah dalam suatu tahun tertentu menjadi

tidak unggul lagi dan mungkin muncul komoditas primadona yang menjadi komoditas

unggulan baru. Oleh karena itu, komoditas unggulan akan berubah seiring dengan

adanya perubahan faktor-faktor eksternal, yakni faktor-faktor yang tidak dikuasai oleh

petani atau pengusaha, seperti perubahan permintaan yang akan mempengaruhi

pasar dan keuntungan serta harga-harga input-output yang mempengaruhi

pendapatan/keuntungan yang diperoleh petani/pengusaha.

Komoditas unggulan seperti disajikan pada Tabel 2.1 adalah unggulan tahun

2009, mungkin saja sekarang tahun 2011 karena banyak sebab, mungkin tidak lagi

menjadi unggulan yang digantikan oleh komoditas lainnya. Oleh karena itu, suatu

komoditas tidak selamanya menjadi unggulan karena banyak sebab akhirnya

menjadi tidak unggul lagi. Misal, udang galah di Kabupaten Gianyar, tahun 2011

tidak menjadi komoditas unggulan lagi karena serangan penyakit dan pasar yang

kurang baik, sehingga pengusaha tidak lagi mengusahakan komoditas tersebut.

Tabel 2.1 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali

No Kabupaten/Kota Komoditas Unggulan

1 Karangasem Salak

2 Klungkung Sapi Bali

3 Bangli Kopi Arabika

4 Gianyar Udang Galah

5 Badung Babi

6 Tabanan Manggis

7 Buleleng Mangga

8 Jembrana Ikan Lemuru

9 Denpasar Ikan Tuna Sumber: Anonim (1999)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 14

2.3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Pembahasan tentang profil usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)

dibatasi hanya pada UKM yang tidak berbadan hukum. Jenis usaha ini sangat

relevan dengan pengembangan ekonomi kerakyatan yang terdesentralisasi, tetapi

tetap mampu bersaing, baik di pasar lokal maupun pasar internasional.

2.3.1 Jenis Usaha, Omzet, dan Pekerja

Jenis usaha yang termasuk ke dalam UMKM terdiri atas (1) pertambangan

rakyat dan penggalian; (2) industri kecil dan kerajinan rumah tangga; (3) listrik non-

PLN, (4) konstruksi; (5) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa

komunikasi; (6) angkutan dan komunikasi; (7) lembaga keuangan; serta (8) real

estate dan persewaan.

Secara keseluruhan jumlah usaha kecil dan menengah meningkat dari sekitar

1.411 juta buah tahun 1998 menjadi 1.452 juta buah tahun 1999 atau terjadi

peningkatan sekitar 2,92%. Keadaan ini mencerminkan bahwa sektor ekonomi ini

menjadi salah satu pilihan sebagai bidang usaha yang cukup menguntungkan dan

relatif tahan terhadap tekanan selama krisis ekonomi. Peningkatan jumlah usaha

terjadi pada jenis usaha (1) industri kecil dan kerajinan rumah tangga; (2)

perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa akomodasi; (3) angkutan dan

komunikasi, serta real estate dan persewaan. Sebaliknya, jenis usaha lainnya

mengalami penurunan terutama (1) pertambangan rakyat dan penggalian; (2) listrik

non-PLN; dan (3) lembaga keuangan.

Peningkatan jumlah UKM terjadi masing-masing di wilayah Jawa dan Bali

yakni sekitar 5.85% diikuti oleh wilayah Kalimantan dan Sulawesi masing-masing

meningkat sekitar 5,77% dan 2,32%. Sebaliknya, di wilayah lain jumlah UKM

menurun cukup tajam terutama di wilayah Maluku dan Irian Jaya, yakni sekitar

69.07% (BPS, 1998; BPS, 1999).

Sejalan dengan peningkatan jumlah UKM, secara keseluruhan jumlah pekerja

yang terserap pada jenis usaha ini juga meningkat sekitar 2,47% dalam periode yang

sama. Peningkatan penyerapan tenaga kerja yang cukup tajam terjadi pada industri

dan kerajinan rumah tangga, yakni 15,35%, begitu pula angkutan dan komunikasi.

Sebaliknya, penurunan jumlah pekerja yang cukup drastis terjadi pada usaha

konstruksi dan lembaga keuangan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 15

Peningkatan penyerapan tenaga kerja cukup tinggi terjadi di wilayah

Kalimantan, yaitu sekitar 10,32% pada periode 1998--1999. Sebaliknya, di wilayah

Jawa dan Bali serta Sulawesi terjadi peningkatan masing-masing 5,25% dan 3,28%

pada periode yang sama (BPS, 1998; BPS, 1999). Keadaan ini mencerminkan

bahwa selama krisis sektor ini berperan cukup besar dalam menyerap tenaga kerja

yang jumlahnya terus meningkat. Indikator ini menunjukkan bahwa UKM relatif lebih

stabil dalam menghadapi tekanan yang disebabkan oleh krisis ekonomi. Potensi ini

harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk membangun basis ekonomi

berkerakyatan yang kokoh.

Distribusi UKM antarwilayah mencerminkan bahwa jenis usaha ini masih

terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali, yaitu sekitar 9.586 juta atau 68,6% dari total

UKM dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 17,31 juta pada tahun 1998.

Bahkan, pada tahun 1999, jumlah UKM di wilayah ini meningkat menjadi sekitar

10,15 juta dengan tenaga kerja sekitar 18,232 juta. Namun, secara nasional rasio

antara pekerja dan usaha masih relatif kecil, yaitu hanya sekitar 1,85 pada tahun

1998 dan 1,84 pada 1999 (BPS, 1998; BPS, 1999). Ini mencerminkan skala usaha

secara rata-rata masih relatif kecil karena hanya mempekerjakan antara 1--2 tenaga

kerja. Namun, usaha kecil menengah ini telah terbukti yang paling survive selama

krisis ekonomi.

Masih tetap sejalan dengan perkembangan UKM dan penyerapan tenaga

kerja yang meningkat cukup berarti, besarnya omzet yang berputar pun secara

umum meningkat cukup tajam, yakni sekitar 14,33% dalam periode 1998--1999.

Kecuali di wilayah Maluku dan Irian Jaya, omzet dari UKM di wilayah lainnya

meningkat cukup signifikan. Peningkatan yang cukup tinggi terjadi di wilayah Jawa

dan Bali serta Kalimantan, yaitu masing-masing sekitar 17,83% dan 26,15% dalam

periode yang sama. Bila dilihat dari tiap-tiap jenis usaha, usaha konstruksi walaupun

jumlahnya berkurang, perputaran omzetnya meningkat sangat tajam, yaitu sekitar

112,02% (BPS, 1998; BPS, 1999).

2.3.2 Nilai Produksi Bruto dan Pendapatan

Nilai produksi bruto dari UKM secara nasional meningkat sekitar 14,33% pada

tahun 1999 dibandingkan dengan 1998. Pada periode yang sama, biaya antara pun

meningkat sekitar 13,63% dan yang cukup menggembirakan adalah pembayaran

upah dan gaji meningkat sekitar 26,71%. Ini mencerminkan bahwa sekalipun biaya

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 16

antara dan upah serta gaji meningkat cukup substansial, nilai produksi bruto masih

menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Kecuali wilayah Maluku dan Irian

Jaya, seluruh upah dan gaji di wilayah lain meningkat mulai dari sekitar 11,17% di

Sulawesi dan Kalimantan sampai pada yang tertinggi, yaitu dengan peningkatan

sebesar 40,29%.

Di sisi lain, jumlah tenaga kerja yang dibayar dan yang tidak dibayar juga

meningkat masing-masing sebesar 2,34% dan 2,51%. Secara agregat jumlah

pekerja meningkat sekitar 2,47%. Penurunan jumlah tenaga kerja yang

menggantungkan hidupnya pada usaha kecil menengah terjadi di wilayah Maluku

dan Irian Jaya (BPS, 1998; BPS, 1999). Keadaan ini diperkirakan terjadi sebagai

dampak kerusuhan yang terjadi di wilayah ini sampai sekarang belum terpecahkan

secara tuntas.

Berdasarkan sisi pendapatan, UKM dikelompokkan menjadi delapan kelas

pendapatan, yaitu dari paling rendah < Rp 9 juta sampai dengan yang tertinggi > Rp

500 juta per tahun (BPS, 1998; BPS, 1999). Seluruh kelas pendapatan dari UKM

mengalami peningkatan penerimaan pada tahun 1999 dibandingkan dengan 1998

kecuali kelas pendapatan > Rp 500 juta per tahun. UKM dengan kelas pendapatan

yang terakhir ini mengalami penurunan pendapatan yang cukup tajam, yaitu sekitar

53,76% dalam periode yang sama. Kondisi ini menunjukkan lagi bahwa kelompok

usaha kecil menengah relatif lebih kuat bertahan terhadap tekanan krisis ekonomi.

2.3.3 Permodalan

Modal usaha UKM terdiri atas empat sumber, yaitu (1) milik sendiri, (2)

sebagian dari pihak lain, (3) seluruhnya dari pihak lain, dan (4) sumber lainnya.

Secara agregat, kemampuan permodalan UKM sebagian besar mengandalkan

modal sendiri. Pada tahun 1998, misalnya, dari sekitar 14,10 juta UKM ternyata

sekitar 11,80 juta mengandalkan modal sendiri dan jumlah UKM ini kemudian

meningkat menjadi sekitar 11,88 juta dari sekitar 14,52 juta UKM pada tahun 1999

atau terjadi peningkatan 0,71%. Sebaliknya, jumlah UKM yang mengandalkan

sebagian modalnya dari pihak lain juga meningkat cukup tajam, yaitu sekitar 18,88%

dalam periode yang sama. Di sisi lain jumlah UKM yang sepenuhnya tergantung

pada sumber modal dari pihak lain dan lainnya juga meningkat dengan cukup berarti,

yaitu masing-masing 6,35% dan 9,82% (BPS, 1998; BPS, 1999).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 17

Kecuali di wilayah Sumatra, Maluku, dan Irian Jaya, jumlah UKM yang

mengandalkan modal sendiri dalam usahanya mengalami peningkatan yang cukup

signifikan, yaitu masing-masing 2,75% di wilayah Jawa dan Bali, Nusa Tenggara

3,56%, Kalimantan 3,89%, dan di wilayah Sulawesi sebesar 3,56% dalam periode

1998--1999. Jadi, jumlah UKM yang mendapat sumber permodalan, baik milik

sendiri, sebagian dari pihak lain, maupun seluruhnya dari pihak lain atupun dari

sumber lainnya menurun sangat tajam. Disamping itu, secara total jumlah UKM

dilihat dari aspek permodalan menurun sekitar 67,29% dalam periode yang sama.

Masih terkait dengan aspek permodalan, asal modal pinjaman UKM, antara

lain bank, koperasi, lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, keluarga/famili,

dan perorangan. Dilihat dari jumlah UKM yang ada, unit usaha yang memperoleh

pinjaman dari bank masih sedikit. Pada tahun 1998, misalnya, dari 14,10 juta UKM,

hanya 480.239 UKM yang mendapat pinjaman dari bank. Jumlah tersebut sedikit

meningkat pada tahun 1999, yakni 619.655 UKM dari jumlah 14,520 juta UKM pada

tahun 1999 atau meningkat sekitar 29,03% dibandingkan dengan 1998 (BPS, 1998;

BPS, 1999). Dalam hal ini, peranan bank, baik pemerintah maupun swasta, relatif

kecil dalam mendorong pengembangan usaha kecil menengah. Karena usaha skala

seperti ini cukup tangguh menghadapi krisis, maka tidak ada alasan bagi sektor

perbankan untuk tidak memberikan prioritas yang lebih besar pada UKM.

Namun, patut menjadi catatan bagi pengembangan UKM ke depan bahwa

jumlah UKM yang tidak memanfaatkan pinjaman masih sangat besar, baik pada

tahun 1998 maupun 1999, yaitu masing-masing sekitar 11,96 juta dan 12,056 juta.

Sebaliknya, jumlah UKM yang sudah memanfaatkan pinjaman dari berbagai sumber

masing-masing hanya sekitar 2,142 juta UKM pada tahun 1998 dan sekitar 2,464

juta pada 1999 walaupun telah terjadi peningkatan sekitar 15,01%.

Berdasarkan total 2,142 juta UKM yang pernah memanfaatkan pinjaman pada

tahun 1998, tampaknya sumber pinjaman dari keluarga, perorangan, dan sumber

lainnya lebih disukai dengan jumlah masing-masing 427.329 UKM, 654.151 UKM,

dan 579707 UKM, sedangkan UKM yang memanfaatkan dari sumber lainnya

termasuk bank masih rendah. Pada tahun 1999 jumlah UKM yang memanfaatkan

pinjaman dari bank cukup meningkat, yaitu sekitar 22,40% dibandingkan dengan

1998 (BPS, 1998; BPS, 1999). Namun, ketiga sumber utama permodalan UKM di

atas tetap menjadi andalan mereka.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 18

Secara umum jumlah UKM yang memanfaatkan berbagai sumber modal tetap

terbesar adalah di wilayah Jawa dan Bali, baik dari bank maupun dari sumber modal

lainnya termasuk keluarga dan perorangan. Sebaliknya, di wilayah lain jumlahnya

tidak banyak, bahkan di wilayah Maluku dan Irja rata-rata jumlah UKM yang

memanfaatkan modal pinjaman utama menurun cukup tajam.

Berbagai alasan yang dikemukakan oleh kelompok usaha kecil menengah

untuk tidak meminjam modal usaha dari bank, antara lain (1) tidak tahu prosedur, (2)

prosedur sulit, (3) tidak ada agunan, (4) suku bunga tinggi, (5) tidak berminat, dan (6)

proposal untuk memperoleh pinjaman ditolak. Kelompok UKM yang tidak meminjam

dari bank dengan alasan tidak berminat jumlahnya cukup besar, yaitu 1,031 juta

UKM pada tahun 1998 dan menurun tajam menjadi 627.406 UKM pada 1999.

Sungguh sulit untuk dijelaskan mengapa jumlah UKM yang tidak berminat untuk

mendapatkan pinjaman dari bank. Apakah ini terkait dengan alasan lainnya, seperti

tidak tahu prosedur, prosedur sulit, atau tidak punya agunan. Untuk menjawab

pertanyan tersebut diperlukan pengkajian lebih jauh dan terperinci. Hal ini sangat

penting karena ke depan sumber modal utama UKM diharapkan dari Bank. Karena

berbagai alasan tersebut di atas, Jumlah UKM yang belum mau memanfaatkan

modal pinjaman dari bank menjadi sangat besar, yaitu sekitar 3,756 juta UKM pada

tahun 1998, tetapi menurun tajam pada 1999, yaitu sekitar 1,844 juta UKM (BPS,

1998; BPS, 1999).

2.3.4 Dampak Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi yang mulai menimpa Indonesia pada Juli 1997 tampaknya

tidak berpengaruh pada perkembangan UKM. Jumlah UKM terus meningkat rata-rata

2,99% dalam periode 1998--1999. Sebagian pengelola UKM yang menyatakan

bahwa krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap kinerja usahanya atau krisis

tersebut dapat diatasi cukup besar, baik tahun 1998 maupun tahun 1999. Bahkan,

jumlah UKM pendatang baru yang beroperasi setelah Juli 1997 pun cukup besar,

yaitu sekitar 1,038 juta pada 1998 dan menjadi 1,757 juta tahun 1999 atau terjadi

peningkatan sebesar 69,23% walaupun jumlah UKM yang telah beroperasi sebelum

Juli 1997 sedikit menurun, yaitu sekitar 2,28% (BPS, 1998; BPS, 1999).

Distibusi UKM antarwilayah menunjukkan bahwa jumlah mereka rata-rata

meningkat, kecuali di wilayah Sumatra, Maluku, dan Irian Jaya. Peningkatan jumlah

UKM yang cukup besar setelah krisis terjadi di wilayah Jawa dan Bali, yaitu dari

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 19

sekitar 9,586 juta pada 1998 menjadi 10,146 juta UKM pada 1999 atau meningkat

sekitar 5,85%. Bahkan, UKM yang telah beroperasi sebelum Juli 1997 yang

menyatakan krisis ekonomi belum teratasi jumlahnya menurun tajam, yaitu dari

2,473 juta pada tahun 1998 menjadi sekitar 1,694 juta UKM. Penurunan jumlah UKM

ini mencerminkan bahwa sebagian dari mereka telah mampu mencari jalan keluar

untuk mengatasi krisis yang menimpanya. Jumlah UKM yang beroperasi setelah Juli

1997 di wilayah ini pun meningkat tajam, yaitu dari 612.410 pada tahun 1998

menjadi sekitar 1,054 juta UKM tahun 1999 atau terjadi peningkatan sekitar 72,04%.

Distribusi UKM di wilayah lain berdasarkan dampak krisis ekonomi cukup

beragam, tetapi jumlah mereka tidak telalu besar. Walaupun demikian, jumlah UKM

yang mengatakan bahwa dampak krisis ekonomi belum dapat diatasi jumlahnya

menurun di seluruh wilayah. Kondisi ini dapat mengindikasikan dua hal, yaitu (1)

sebagian dari mereka memang telah mampu mengatasi dampak krisis ekonomi atau

(2) sebagian dari mereka telah bangkrut. Untuk itu secara empiris kondisi ini perlu

dikaji lebih lanjut (BPS, 1998; BPS, 1999).

BPS juga melakukan kajian jangka pendek dengan menanyakan kinerja

usaha UKM antara 1--3 bulan sebelum dilakukan survei. Hal ini dilakukan untuk

menghindari bias bila data recalling dilakukan untuk waktu yang terlalu lama. Empat

pertanyaan diajukan kepada tiap-tiap UKM, yaitu lebih baik, sama saja, lebih buruk,

atau tidak dapat dibandingkan. Jumlah UKM yang menyatakan bahwa kondisi

mereka sama saja dengan kondisi 1--3 bulan yang lalu tampaknya paling besar,

yaitu antara 10,05 juta--10,66 juta UKM. Di sisi lain, jumlah UKM yang menyatakan

kondisi mereka lebih baik pun cukup besar, yaitu antara 2,052 juta--2,960 juta

dibandingkan dengan 1--3 bulan sebelumnya (BPS, 1998; BPS, 1999).

Distribusi UKM antarwilayah pun menunjukkan distribusi yang sama, yaitu

jumlah UKM yang menyatakan kondisi mereka relatif sama dengan 1--3 bulan

sebelumnya. Bahkan, jumlah UKM yang tidak dapat menbandingkan kondisi usaha

mereka dengan waktu satu bulan sebelumnya sangat kecil, yaitu hanya 49 UKM.

Kondisi ini mencerminkan bahwa hampir seluruh UKM mengerti dengan baik dampak

krisis ekonomi terhadap perkembangan usahanya. Dengan demikian, mereka dapat

menyusun rencana ke depan dengan lebih hati-hati. Di sini tampak jelas bahwa

kelompok usaha kecil menengah lebih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 20

2.3.5 Prospek Usaha

Untuk melihat prospek pengembangan tiap-tiap jenis UKM, BPS juga

melakukan analisis dengan pertanyaan tentang kondisi usaha mereka tiga bulan ke

depan. Sejalan dengan kondisi 1--3 bulan sebelumnya, sebagian besar UKM

menyatakan bahwa kondisi usaha mereka dalam 3 bulan ke depan akan sama saja.

Sekitar 67,19% menyatakan sama saja, lebik buruk 8,20%, dan sekitar 24,61%

menyatakan bahwa kondisi mereka akan lebih baik Dari sekitar 14,520 juta UKM

yang ada, sekitar 8,667 juta bergerak di bidang usaha perdagangan besar, eceran,

dan rumah makan dan sekitar 5,757 juta menyatakan bahwa kondisi mereka akan

sama saja dalam tiga bulan ke depan. Jenis usaha lainnya yang jumlahnya juga

cukup besar adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga, angkutan dan

komunikasi dan masing-masing sekitar 65,82% dan 72,33% memperkirakan bahwa

kondisi usaha mereka akan sama saja dalam tiga bulan ke depan (BPS, 1998; BPS,

1999).

Begitu pula distribusi UKM antarwilayah berdasarkan prospek usaha dalam

tiga bulan ke depan, yaitu sebagian besar mengatakan akan sama saja. Kondisi di

wilayah Jawa dan Bali, misalnya, dari sekitar 10,146 juta UKM yang ada, 66,91%

memperkirakan kondisi usaha mereka akan sama saja, 25,22% lebih baik, dan

hanya 7,87% lebih buruk dalam tiga bulan ke depan. Kecendrungan yang sama juga

terlihat di wilayah lainnya (BPS, 1998; BPS, 1999).

Dua indikator di atas jelas menunjukkan bahwa, baik antarwilayah maupun

antarjenis usaha, kondisi mereka akan sama saja dan lebih baik. Hanya sebagian

kecil kondisinya akan lebih buruk dalam tiga bulan ke depan. Secara empiris,

implikasi dari indikator tersebut adalah sektor usaha kecil menengah tidak perlu

diragukan lagi bahwa mereka adalah sektor ekonomi yang paling lentur menghadapi

tekanan krisis ekonomi. Oleh karena itu, kebijakan pemerinatah seharusnya lebih

memprioritaskan kelompok usaha ini. Mereka tidak memerlukan BLBI, tetapi

kontribusinya terhadap pemulihan ekonomi nasional ke depan dapat diandalkan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 21

2.3.6 Kebutuhan UKM terhadap Teknologi

Teknologi adalah cara melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan

manusia dengan bantuan alat dan kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa

secara kompetitif berdasarkan penerapan ilmu pengetahuan secara sistematis (Sahil

dan Salim, 1999). Manusia dengan kemampuan akal dan pikiran telah mampu

mendorong penciptaan berbagai macam teknologi yang dibutuhkan. Dalam

penerapannya, teknologi berkembang mengikuti aspek nilai tambah, efisien, praktis,

ekonomis, atau pertimbangan produktivitas terutama kalau hal ini dikaitkan dengan

kegiatan usaha produksi atau industri.

Mengapa partisipasi diperlukan dalam melakukan kegiatan pembangunan

termasuk dalam proses pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna? Berikut

adalah berbagai alasannya bahwa pendekatan partisipatif sesuai dengan program

pembangunan yang berbasis keunggulan sumber daya lokal dengan mengandalkan

teknologi yang bersifat spesifik lokasi (Cohen and Uphoff, 1977; Waddimba, 1979;

CIRDAP, 1984; Mishra et al., 1984; Oakley and Marsden, 1984).

1. Mengurangi biaya pembangunan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.

2. Meningkatkan manfaat yang diperoleh masyarakat yang berpartisipasi dalam

kegiatan pembangunan.

3. Seluruh komponen masyarakat dan pelaku ekonomi memperoleh manfaat.

4. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah sehingga

program akan menjadi lebih berlanjut dan masyarakat lebih percaya diri.

5. Memperoleh peluang dan penguasaan terhadap sumber daya.

6. Terdapat mobilisasi sumber daya lokal untuk pelaksanaan suatu program.

7. Pelaksanaan program akan lebih mudah dan lancar.

8. Partisipasi masyarakat akan menuju kepada pemberdayaan secara bertahap

untuk kelompok-kelompok yang secara sosial ekonomi kurang beruntung.

Proses penciptaan dan perakitan teknologi secara partisipatif dapat diartikan

sebagai kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi secara

partisipatif. Artinya, sejak identifikasi masalah sampai pada evaluasinya, proses

tersebut melibatkan pelaku ekonomi. Berikut ini disajikan prinsip-prinsip partisipatif

dalam proses penemuan suatu teknologi tepat guna (Bechstedt, 1997).

(1) Analisis kondisi dan pemanfaatan sumber daya perlu diberi prioritas tinggi.

(2) Perilaku, pandangan, dan dasar kelompok usaha mengambil keputusan perlu

dipelajari dan dipahami.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 22

(3) Pelaku dan pengguna teknologi perlu memainkan peran utama dalam

menentukan subjek penelitian serta dalam memilih dan menguji teknologi tepat

guna.

(4) Menjamin keberlanjutan teknologi secara jangka panjang.

(5) Mengaplikasikan sistem secara holistik dan interdisiplin.

(6) Menyikapi partisipatif sebagai proses pembelajaran yang berulang-ulang.

(7) Mengikutsertakan semua pelaku usaha kecil menengah sejak awal.

Dengan memperhatikan sisi permintaan dan potensi sumber daya serta profil

UKM sampai saat ini, maka dalam 20--25 tahun ke depan diperkirakan akan

berkembang tiga kelompok UKM yang sangat prospektif, yaitu (1) komunikasi, (2)

industri obat-obatan, dan (3) industri jasa. Kelompok usaha yang terakhir sangat

tepat ditangani oleh UKM karena berbagai alasan, yaitu (1) pengalaman selama ini

menunjukkan bahwa industri komunikasi sangat efisien bila dijalankan oleh usaha

skala kecil, bahkan tingkat rumah tangga dan (2) kecenderungan miniaturisasi yang

terus berkembang dalam kecenderungan teknologi global (Halim dkk., 2001). Di sisi

lain, kelompok usaha jasa lainnya, seperti akomodasi (home stay dan rumah makan)

dan transportasi wisata akan terus berkembang pesat sejalan dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Kelompok usaha di bidang obat-obatan akan terus dipicu

oleh meningkatnya kesadaran terhadap jenis obat yang ramah lingkungan di negara-

negara maju dan kebutuhan obat-obatan alternatif di dalam negeri. Hal ini didorong

oleh mahalnya obat-obatan kimia yang sebagian besar berbahan baku impor.

Berdasarkan kondisi, baik dalam negeri maupun global seperti inilah dapat

diperkirakan akan terjadi perubahan struktur ke depan yang akan didominasi oleh

tiga kelompok UKM di atas.

Kecederungan kebutuhan UKM terhadap teknologi ke depan tidak dapat

terlepas dari perubahan struktur UKM tersebut. Teknologi yang akan didesain, mulai

sekarang harus sudah mempersiapkan permintaan yang sangat substansial dari

industri komunikasi, obat-obatan, dan jasa, baik berskala kecil maupun menengah

untuk mendukung perkembangan UKM yang makin prospektif (Gambar 1.1).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 23

Indonesia Indonesia Sistem perdagangan bebas dalam era Globalisasi

Negara lain Negara lain Otonomi Daerah Kondisi 1970 Kondisi 1999 (Keunggulan kompetitif) Kondisi 2020

Gambar 1.1 Kerangka analisis kebutuhan teknologi dan proil UKM ke depan.

2.4 Analytic Hierarchy Process

Peralatan utama AHP (Analytic Hierarchy Process) adalah sebuah hierarki

fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Suatu masalah

kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya,

kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki. AHP cocok untuk menyelesaikan

masalah struktur hierarki dengan kriteria majemuk (Saaty, 2000).

Tiga prinsip dasar AHP, yaitu (1) penyusunan hierarki, menggambarkan dan

menguraikan secara hierarki persoalan yang akan diselesaiakan menjadi unsur-

unsur yang terpisah-pisah; (2) penetapan prioritas, pembedaan prioritas dan sintesis,

yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut kepentingan relatif; dan (3)

konsistensi logis, menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan

diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.

Beberapa keuntungan dalam pemecahan masalah menggunakan metode

AHP adalah kesatuan, memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti,

luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur; kompleksitas, memadukan

pendekatan deduktif dan pendekatan sistem dalam memecahkan persoalan

kompleks; saling ketergantungan, dapat menangani saling ketergantungan elemen-

elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier; penyusunan

hierarki, mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-

elemen sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang

serupa dalam setiap tingkat; pengukuran, memberi suatu skala untuk mengukur hal-

hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas; konsistensi, melacak

konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam

Struktur UKM

Periode 1

Struktur UKM

Periode 2

Struktur UKM

Periode 2 Struktur UKM

Periode 1

Kebutuhan Iptek

Profil UKM

basis utama

ekonomi

nasional

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 24

menetapkan prioritas; sintesis, menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang

kebaikan setiap alternatif; tawar-menawar, mempertimbangkan prioritas-prioritas

relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik

berdasarkan tujuan-tujuan mereka; penilaian dan konsensus, tidak memaksakan

consensus, tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian

yang berbeda-beda; pengulangan proses, memungkinkan orang memperhalus

definisi pada suatu persoalan dan memperbaiki pengertian melalui pengulangan.

Beberapa kelemahan AHP adalah urutan prioritas yang dihasilkan metode

AHP dapat dirancang oleh responden yang cerdas (mengerti cara kerja AHP)

sehingga sesuai dengan urutan prioritas yang dikehendaki; masuknya alternatif baru

dengan kriteria yang sama dapat mengubah struktur urutan prioritas alternatif

sebelumnya; dapat mengukur konsistensi rasio penilaian pakar, tetapi tidak bisa

mengukur konsensus atau kesepakatan; dan evaluasi lebih dominan dinyatakan

dalam nilai numerik daripada label.

Penyelesaian AHP dengan persamaan matematik

Marimin (2004) menyatakan bahwa ada tiga langkah untuk menentukan

besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan

kasus-kasus umum, seperti berikut:

Langkah 1 :

wi/wj = aij (i,j = 1, 2, …, n) ……………………………..…....... (1)

wi = bobot input dalam baris

wj = bobot input dalam kolom

Langkah 2 :

wi = aij wj (i,j = 1, 2, …, n) …………………………………….. (2)

untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk :

wan

1w j

n

1j

iji

(i,j = 1, 2, …, n) …………………………….. (3)

wi = rataan dari ai1w1, …, ainwn

Langkah 3 :

Bila perkiraan aij baik, akan cenderung untuk dekat dengan nisbah wi/wj. Jika n

juga berubah, maka n diubah menjadi maks sehingga diperoleh :

wa1

w j

n

1j

ijmaks

i

(i,j = 1, 2, …, n) ……………....……... (4)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 25

Pengolahan Horizontal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk

menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Tahapannya

menurut Saaty (2000) adalah sebagai berikut.

1 Perkalian baris (z) dengan rumus :

aZ ijn

n

1ji

…………………………..….…………………….. (5)

2 Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen

n

1i

ijn

n

1j

ijn

n

1j

i

a

a

eVP

………………………………………………….. (6)

eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-i

3 Perhitungan nilai eigen maksimum

VA = aij x VP dengan VA = (Vai) ……………….…………… (7)

VB = VA/VP dengan VB = (Vbi) …………………….……… (8)

n

1i

ijmaks an

1 VBi (untuk i = 1, 2, …, n) …………….……… (9)

VA = VB = Vektor antara

4 Perhitungan indeks konsistensi (CI) :

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan

berpengaruh pada kesahihan hasil, ditentukan dengan rumus :

1n

nCI

maks

……………………………………………………. (10)

Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu

diketahui consistensi rasio (CR) yang dianggap baik (CR0.1). Consistensi Rasio

dapat dihitung dengan rumus :

CR = CI/RI ……………………………………………………. (11)

Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge

Laboratory yang berupa tabel berikut :

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ------------------------------------------------------------------------------------------------- RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 26

Pengolahan Vertikal. Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas

setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan

sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran

utama, maka :

s

1t

)1q(xNPTt)1q,t(NPHpqNPpq ……….…………… (12)

untuk p = 1, 2, …, r

t = 1, 2, …, s

Keterangan :

NPpq = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap

sasaran utama.

NPHpq= Nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q.

NPTt = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke q-1.

2.5 Metode Perbandingan Eksponensial

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah metode untuk menentukan

urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Penggunaan MPE

mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis.

Hal itu terjadi karena nilai skor menjadi besar dengan adanya fungsi eksponensial

sehingga perbedaan nilai skor lebih nyata.

Tahapan dalam penggunaan MPE adalah menyusun alternatif, menentukan

kriteria, menentukan tingkat kepentingan kriteria, melakukan penilaian terhadap

alternatif untuk setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total alternatif, dan

menentukan prioritas alternatif. Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif

(Marimin, 2004) adalah :

m

1j

TKKj

i RKijTN …………………………………………… (13)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 27

Keterangan :

TNi = Total nilai alternatif ke-i

RKij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan

keputusan ke-i

TKKj = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj>0; bulat

n = Jumlah pilihan keputusan

m = Jumlah kriteria keputusan

2.6 Metode Borda

Metode Borda ditemukan oleh Jean-Charles de Borda pada abad ke-18.

Metode Borda digunakan untuk menganalisis keberagaman variabel yang diteliti.

Keistimewaan metode Borda adalah dapat mengatasi kesulitan pada metode lain di

mana orang-orang atau sesuatu yang tidak berada pada ranking pertama akan

secara otomatis dihapuskan. Contoh perhitungan metode Borda adalah sebagai

berikut.

1. Dari hasil kuesioner, hitung jumlah responden yang menyatakan ranking untuk

tiap jenis. Misalnya terdapat 4 responden yang menyatakan jenis A berada di

peringkat 2 dan 3 responden menyatakan jenis berada di peringkat 3, maka

tuliskan angka 4 pada kolom jenis A peringkat 2 dan angka 3 pada kolom jenis A

peringkat 3. Hal yang sama dilakukan untuk jenis yang lain.

2. Kalikan angka pada kolom peringkat dengan bobot di bawahnya, kemudian

tambahkan dengan hasil perkalian pada jenis yang sama, kemudian isikan

hasilnya pada kolom ranking. Misal untuk jenis A, (0 x 2) + (4 x 1) + (3 x 0) = 4.

3. Jumlahkan hasil ranking, yang dalam contoh ini berarti: 4 + 11 + 5 = 20.

4. Untuk mencari bobot tiap jenis, bagi ranking dengan jumlah ranking. Jenis A =

4/20 = 0.2 dan seterusnya.

5. Jenis dengan bobot tertinggi merupakan yang terpilih.

2.7 Metode Bayes

Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk melakukan

analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan

menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan keputusan yang optimal,

perlu dipertimbangkan berbagai kriteria.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 28

Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui upaya

penguantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan

suatu bilangan antara 0 dan 1 atau skala konversinya. Namun, sering kali hal ini

dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subjektif, yaitu bobot Bayes didasarkan

pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman, serta latar belakang pengambil

keputusan.

Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif

yang sering disederhanakan menjadi:

m

Total Nilai i =∑ Nilai ij (Krit j)

j=i

di mana:

Total Nilai i = total nilai akhir dari alternatif ke-i

Nilai ij = nilai dari alternatif ke-I pada kriteria ke-j

Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j

i = 1,2,3,….n; n = jumlah alternatif

J = 1,2,3,….m; m = jumlah kriteria

Nilai peluang didapatkan dari suatu informasi awal yang dapat bersifat, baik

subjektif maupun objektif. Nilai peluang ini dapat diperbaiki dengan adanya informasi

tambahan yang didapat dari sejumlah percobaan. Informasi awal tentang nilai

peluang ini disebut prior, sedangkan nilai peluang yang sedang diperbaiki dengan

informasi tambahan disebut peluang posterior.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah di Provinsi Bali yang ditentukan secara sengaja

(purposive), yang didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut.

(1) Provinsi Bali adalah salah satu dari 31 Provinsi di Indonesia yang menjadi kajian

KPJU unggulan UMKM oleh Bank Indonesia, yang otoritas pengelolaannya

didelegasikan kepada Kantor Bank Indonesia Cabang Denpasar. Daerah

penelitian di Provinsi Bali, yaitu sebagai berikut.

a. Seluruh atau sebagian kabupaten/kota di Provinsi Bali yang ditetapkan

dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam penelitian.

b. Penetapan kabupaten/kota sebagai daerah penelitian dilakukan dengan

mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis

(pantai/pesisir, daratan, dataran tinggi/pegunungan), jumlah unit usaha

UMKM, kontribusi dalam pembentukan PDRB provinsi serta kebijakan

Pemerintah Daerah Provinsi Bali.

(2) Penelitian yang mirip, hanya metode analisisnya lebih sederhana pernah

dilakukan tahun 2003 sehingga sesuai dengan perkembangan harga-harga input

dan output, kemungkinan datanya sudah kedaluwarsa. Dengan demikian, jenis

komoditas unggulannya juga sudah berubah.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Adapun jenis data kuantitatif atau yang berbentuk angka-angka adalah sebagai

berikut.

(1) Profil daerah untuk provinsi dan untuk tiap-tiap kabupaten/kota meliputi struktur

geografis, demografi, ekonomi, potensi sumber daya, dan aspek lainnya yang

terkait.

(2) Data kredit UMKM sampai dengan kabupaten/kota se-Bali dimaksudkan untuk

mengetahui peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya KPJU

unggulan UMKM di wilayah penelitian.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 30

(3) Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) UMKM di setiap kecamatan penelitian.

(4) KPJU UKMK unggulan di setiap kecamatan yang disaring dengan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan menggunakan pendapat individu atau

kelompok responden.

(5) Jumlah unit/rumah tangga yang terlibat, jangkauan pemasaran, sumbangan

terhadap perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan baku dari setiap KPJU di

setiap kecamatan.

(6) TK terdidik, bahan baku. modal, sarana produksi/usaha, teknologi, sosial budaya,

manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan TK, dan sumbangan

terhadap perekonomian dari setiap KPJU di setiap kabupaten sebagai kriteria

untuk analisis AHP.

Adapun jenis data kualitatif yang dikumpulkan, antara lain sebagai berikut.

(1) Potensi, peluang, faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan

UMKM di tiap-tiap kabupaten/kota untuk penyusunan Profil UMKM di Provinsi.

(2) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM dan

KPJU unggulan.

(3) Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan KPJU di tiap-tiap

kabupaten/kota.

3.2.2 Sumber data

(1) Sumber data primer, yaitu data dan informasi yang bersumber dari pihak pertama

atau yang diperoleh secara langsung dari narasumber/responden.

(2) Data sekunder, yaitu data berbentuk dokumen/publikasi/laporan lainnya yang

menunjang sumber data primer yang bersumber dari pihak kedua atau instansi

pemerintah yang terkait dengan penelitian, seperti BPS Provinsi Bali dan BPS

kabupaten se-Bali, Bappeda Provinsi Bali dan kabupaten se Bali, Dinas-Dinas

Teknis di Provinsi Bali dan kabupaten se-Bali.

3.3 Tahapan Penelitian dan Metode Analisis Data

Adapun tahapan kegiatan dan metode analisis data pada setiap wilayah,

mulai dari wilayah kecamatan, kabupaten dan provinsi secara ringkas dan sistematis

disajikan (lihat juga Lampiran 1--6) sebagai berikut.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 31

Wilayah Kecamatan

Metode analisis yang digunakan di wilayah kecamatan adalah Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE), dengan tahapan kegiatan, yaitu sebagai berikut.

(1) Membuat daftar komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) di setiap kecamatan yang

bersumber dari data sekunder/statistik.

(2) Membobot daftar KPJU di setiap kecamatan dengan MPE dengan kriteria di

bawah ini.

a. Jumlah unit usaha/rumah tangga

b. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi

narasumber).

c. Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan atau sarana

usaha (persepsi narasumber).

d. Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber).

(3) Penilaian setiap alternatif KPJU berdasarkan pendapat narasumber melalui

pertemuan atau kunjungan ke kecamatan, misal mantri tani, mantri statistik,

staf/seksi perekonomian (disesuaikan dengan kondisi kecamatan di tiap-tiap

daerah).

(4) Berdasarkan analisis MPE ditetapkan maksial lima KPJU unggulan dan lima

KPJU potensial untuk setiap sektor/subsektor ekonomi di tingkat kecamatan.

Wilayah Kabupaten/Kota

Metode yang digunakan di wilayah kabupaten/kota yang mencakup sembilan

kabupaten/kota adalah metode Borda, Analytical Hierarchy Process (AHP), metode

Bayes, dengan tahapan kegiatan, yaitu sebagai berikut.

(1) Hasil lima KPJU dari setiap kecamatan di suatu kabupaten/kota dengan metode

MPE, lalu dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota dengan metode Borda untuk

menetapkan urutan peringkat KPJU kabupaten/kota, yang ditetapkan maksimum

sepuluh KPJU untuk setiap sektor/subsektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

(2) Melakukan seleksi/penyaringan KPJU unggulan per sektor/subsektor di tingkat

kabupaten/kota dengan metode AHP, dengan kriteria komponen-komponen AHP,

yaitu:

a. TK terdidik/terampil,

b. bahan baku,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 32

c. modal,

d. sarana produksi/usaha,

e. teknologi,

f. sosial budaya (faktor endogen),

g. manajemen usaha,

h. ketersediaan pasar,

i. harga,

j. penyerapan TK,

k. sumbangan terhadap perekonomian wilayah.

(3) Berdasarkan AHP ditetapkan maksimum lima KPJU untuk setiap

sektor/subsektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota:

a. Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan pendapat

narasumber yang diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan

narasumber di tingkat kabupaten/kota. Misal pejabat dinas/instansi, asosiasi,

Kadin, Bappeda, perbankan, dan peneliti/dosen perguruan tinggi.

b. Melalui forum FGD, dimintakan pula pendapat dari para narasumber

mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka

pengembangan usaha KPJU unggulan yg telah terindentifikasi.

(4) Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/subsektor di tingkat

kabupaten/kota dengan metode AHP, lalu dilakukan pemilihan KPJU lintas

sektoral dengan metode Bayes sebagai berikut.

a. Metode Bayes adalah teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis

dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan

menghasilkan perolehan yang optimal. Namun, terlebih dahulu dilakukan

normalisasi terhadap alternatif KPJU per sektor/subsektor.

b. Berdasarkan perhitungan denqan metode Normalisasi ditetapkan maksimum

lima KPJU lintas sektoral di tingkat kabupaten/kota.

(5) Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bayes di tingkat kabupaten/kota,

akan diperoleh KPJU yg tidak termasuk dalam lima besar KPJU unggulan.

Selanjutnya, berdasarkan pendapat dan masukan dari para pakar serta

pertimbangan lainnya, dari KPJU-KPJU tersebut dipilih KPJU-KPJU yang

potensial/sangat potensial untuk menjadi KPJU unggulan di daerah penelitian.

Kemudian tiap-tiap KPJU potensial dimaksud diidentifikasi kekurangannya saat

ini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 33

Wilayah Provinsi Bali

Metode yang digunakan di wilayah provinsi adalah metode Borda. Tahapan

kegiatannya adalah sebagai berikut.

(1) Berdasarkan hasil pemilihan KPJU unggulan lintas sektoraI di tingkat

kabupaten/kota, dilakukan pemilihan sepuluh KPJU lintas sektoral tingkat provinsi

dengan metode Borda.

o Metode Borda adalah penentuan KPJU unggulan per sektor/subsektor dan

lintas sektor ekonomi di tingkat provinsi.

o Pada setiap KPJU unggulan per sektor/subsektor dari setiap

kabupaten/kota dilakukan penjumlahan nilai skor dari komoditas yang

muncul pada tiap-tiap kabupaten/kota dengan nilai ranking-nya sehingga

pada setiap sektor/subsektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU

berdasarkan urutan total nilai skornya.

(2) Sesuai dengan perhitungan metode Borda ditetapkan maksimum lima KPJU per

sektor/subsektor ekonomi.

Secara lebih terperinci alternatif kriteria yang digunakan untuk proses

penetapan KPJU unggulan kabupaten/kota disajikan pada Tabel 3.1.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 34

Tabel 3.1

Alternatif Kriteria yang Digunakan untuk Proses Penetapan KPJU Unggulan Kabupaten/Kota

No Kriteria Variabel yang dipertimbangkan

1

Tenaga Kerja Terampil (skilled)

Tingkat pendidikan

Pelatihan yang pernah diikuti

Pengalaman kerja

Jumlah lembaga/sekolah keterampilan/ pelatihan

2 Bahan Baku (manufacturing)

Ketersediaan/kemudahan bahan baku

Harga perolehan bahan baku

Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak)

Kesinambungan bahan baku

Mutu bahan baku

3 Modal

Kebutuhan investasi awal

Kebutuhan modal kerja

Aksesibilitas thd sumber pembiayaan

4 Sarana Produksi/Usaha

Ketersediaan/kemudahan memperoleh

Harga

5 Teknologi

Kebutuhan teknologi

Kemudahan (memperoleh teknologi)

6 Sosial Budaya (faktor endogen)

Ciri khas lokal

Penerimaan masyarakat

Turun temurun

7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk memanage

8 Ketersediaan Pasar

Jangkauan/wilayah pemasaran

Kemudahan mendistribusikan

9 Harga Stabilitas harga

10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK

11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah

Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan usaha ini (backward and forward linkages)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 35

3.4 Prinsip Penilaian Kriteria

Adapun prinsip kriteria dan rekomendasi kebijakan adalah sebagai berikut.

(1) Prinsip Penilaian Kriteria

Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi

saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip

kemudahan bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau

mengembangkan usaha pada KPJU.

(2) Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam

Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM. Setelah KPJU

unggulan daerah dan KPJU potensial diperoleh dari hasil penelitian, peneliti

memberikan rekomendasi atau saran-saran serta solusi dalam upaya

pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi kebijakan kepada

Pemerintah Daerah Provinsi Bali ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh

Pemda atau menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut dari

Pemda. Dengan demikian, fungsi KBI, baik sebagai advisor maupun penyedia

data dan informasi bagi Pemda dapat diimplementasikan dari hasil penelitian ini.

3.5 Jenis dan Definisi Operasional Konsep dan Variabel

Dalam usaha menghindari kesalahan interpretasi, maka di sini diberikan

definisi operasional beberapa konsep dan variabel yang dianggap penting, antara

lain sebagai berikut.

(1) UMKM sebagaimana disebutkan dalam UU No.20, Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu seperti di bawah ini.

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria:

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil usaha atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 36

atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria:

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar

lima· ratus ribu rupiah).

c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang per orang atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau

usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

yang memenuhi kriteria:

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

2) Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang

mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap

tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai

daya saing tinggi.

3) Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU lintas sektoral

yang tidak masuk lima besar di tingkat kabupaten/kota (setelah metode Bayes),

tetapi dari hasil diskusi dan pendapat para pakar berpotensi untuk menjadi KPJU

unggulan dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu. KPJU ini potensial

untuk diberdayakan karena telah lolos di tingkat kecamatan dengan memenuhi

kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap

perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan baku.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 37

KPJU yang dikaji adalah KPJU pada setiap sektor/subsektor ekonomi, yang

meliputi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan,

kehutanan), pertambangan dan penggalian, perindustrian, perdagangan dan

jasa-jasa sebagaimana kategori sembilan sektor ekonomi BPS.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 38

BAB IV

PROFIL DAERAH PENELITIAN DAN UMKM DI PROVINSI BALI

4.1 Profil Daerah Penelitian

Profil atau gambaran daerah penelitian di sini meliputi hal-hal yang dianggap

penting, yang mampu memberikan gambaran tentang daerah penelitian, yang dalam

hal ini adalah Provinsi Bali. Hal-hal tersebut, antara lain orbitasi, geografis, iklim dan

tanah, penduduk dan ketenagakerjaan, perekonomian makro, kontribusi sektor-

sektor ekonomi, kondisi sosial kemasyarakatan, dan program Bali Mandara.

4.1.1 Orbitasi

Provinsi Bali merupakan salah satu dari 33 provinsi di Indonesia yang memiliki

luas wilayah sebesar 5.636,66 km2 atau 0,29% dari luas wilayah Indonesia. Provinsi

Bali terdiri atas satu pulau utama, yaitu Pulau Bali dan beberapa pulau kecil lainnya,

seperti Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau

Serangan, dan Pulau Menjangan. Berdasarkan proyeksi penduduk dari BPS Provinsi

Bali, tahun 2009 penduduk Bali tercacat sebanyak 3.551.009 jiwa dengan tingkat

kepadatan penduduk mencapai 629,98 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk jika

dibandingkan dengan tahun 2008 mencapai 1,00%.

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi 8 kabupaten, 1 kKota, 57

kecamatan, 715 desa/kelurahan, 1.453 desa pekraman, dan 4.361 banjar pekraman.

Luas wilayah jika terbagi menurut kabupaten/kota, maka Kabupaten Buleleng

memiliki wilayah terluas, yaitu 1.365,88 km2, diikuti Kabupaten Jembrana 841,80

km2, Karangasem 839,54 km2, Tabanan 839,33 km2, Bangli 520,81 km2, Badung

418,52 km2, Gianyar 368,00 km2, Klungkung 315,00 km2, dan terkecil adalah Kota

Denpasar dengan luas wilayah 127,78 km2.

4.1.2 Geografis

Secara geografis Provinsi Bali terletak pada posisi 8o03’40” sampai dengan

8o50’48” Lintang Selatan dan 114o25’53” sampai dengan 115o42’40” Bujur Timur.

Daratan yang ada secara geologi tersusun dari batuan kuarter, kuarter bawah,

poliosin, dan miosin. Relief dan topografi Pulau Bali terbentuk dari bentangan di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 39

bagian tengah pulau yang memanjang dari barat ke timur. Rangkaian pegunungan

tersebut terdiri atas dua gunung berapi, yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur

dengan ketinggian masing-masing 3.140 m dan 1.717 m di atas permukaan laut. Di

samping itu, terdapat beberapa pegunungan yang tidak berapi, antara lain Gunung

Merbuk (1.386 m), Gunung Patas (1.414 m), dan Gunung Seraya (1.174 m).

Bentangan pegunungan ini secara geografis membagi wilayah Bali menjadi dua

bagian:

(1) Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai

(2) Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai

Provinsi Bali memiliki empat buah danau yang merupakan aset pariwisata,

yaitu Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, dan Danau Batur. Iklim Bali

merupakan iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim yang membentuk

dua musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan yang diselingi oleh musim

pancaroba.

4.1.3 Iklim dan Tanah

Rata-rata suhu Bali berkisar antara 28oC sampai dengan 30oC. Namun antar

tempat di Bali terdapat variasi sesuai dengan ketinggian yang ada. Bentangan

pegunungan membagi Pulau Bali menjadi dua bagian keadaan alam, yaitu bagian

utara Bali dan bagian selatan Bali. Bagian selatan Bali cenderung memiliki curah

hujan yang lebih besar dibandingkan dengan bagian utara. Kelembapan udara di Bali

berkisar antara 90% dan pada musim hujan mencapai 100%, sedangkan pada

musim kering mencapai 60%.

Jenis tanah di Bali sebagian besar didominasi oleh tanah regosol dan latasol.

Hanya sebagian kecil yang terdiri atas tanah alluvial, mediteran, dan tanah andosol.

Jenis tanahl sangat peka terhadap erosi. Jenis tanah ini tersebar di bagian barat

sampai Kalopaksa, Patemon, Ringdikit, dan Pempatan. Jenis tanah ini juga terdapat

di sekitar Gunung Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet, dan Gunung Seraya yang

secara keseluruhan meliputi 44,9% dari luas Pulau Bali.

Jenis tanah regosol yang juga peka terhadap erosi terdapat di bagian timur

Amlapura sampai dengan Culik. Jenis tanah ini juga terdapat di pantai Singaraja

sampai dengan Seririt, Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan, Buyan, dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 40

Beratan, di sekitar kelompok hutan Batukaru serta bagian kecil berada di pantai

selatan Desa Kusamba, Sanur, Benoa, dan Kuta. Jenis tanah ini mencapai 39,93%

dari luas Pulau Bali.

Jenis tanah andosol terdapat di sekitar Baturiti, Candi Kuning, Banyuatis,

Gobleg, Pupuan, dan sebagian kelompok hutan Gunung Batukaru. Jenis mediteran

yang kurang peka terhadap erosi terdapat di daerah Bukit Nusa Penida dan

kepulauannya, Bukit Kuta, dan Prapat Agung. Jenis tanah alluvial yang tidak peka

terhadap erosi terdapat di dataran Negara, Sumber Kelampok, Manggis, dan

Angantelu. Ketiga jenis tanah ini, yaitu andosol, mediteran, dan alluvial sekitar

15,49% dari luas Pulau Bali.

Bali didukung oleh kawasan hutan yang terletak di daerah pegunungan yang

membentang dari barat sampai ke timur Pulau Bali dengan luas kawasan hutan

mencapai 22,54% dari luas Pulau Bali. Kawasan ini sangat penting karena berfungsi

sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir, atau juga dapat digunakan

sebagai kawasan hidrologi. Untuk potensi air di samping air danau, kawasan ini

dialiri sungai yang bersumber dari hutan, tetapi aliran air lebih banyak mengarah ke

daerah selatan dibandingkan dengan ke daerah utara.

4.1.4 Penduduk dan Ketenagakerjaan

Sensus penduduk tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Bali

tahun 2009 sebanyak 3.471.952 jiwa, yang terdiri atas 1.739.526 jiwa pria dan

1.732.426 jiwa wanita dengan sex ratio sebesar 100%. Penduduk Bali lima tahun

sebelumnya, yaitu tahun 2005 sebanyak 3.247.772 jiwa, yang terdiri atas 1.623.426

jiwa pria dan 1.624.346 jiwa wanita dengan sex ratio 100%. Jadi, selama lima tahun

(2005--2009) penduduk Bali meningkat sebesar 224.180 jiwa, yang terdiri atas

peningkatan penduduk pria sebanyak 116.100 jiwa dan wanita sebanyak 108.080

jiwa. Dari sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, penduduk terpadat tahun 2009

adalah Kota Denpasar sebanyak 3.978 jiwa per km2, kemudian disusul oleh

Kabupaten Gianyar sebanyak 1.081 jiwa per km2, Kabupaten Badung sebanyak 928

jiwa per km2, dan Kabupaten Klungkung sebanyak 584 jiwa per km2. Penduduk

terjarang adalah Kabupaten Jembrana dengan kepadatan sebanyak 321 jiwa per

km2.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 41

Total penduduk Bali yang berumur 15 tahun ke atas selama empat tahun

terakhir (2007--2010) cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak

2.661.913 jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 2.748.117 jiwa atau selama empat

tahun meningkat sebanyak 115.156 jiwa atau setiap tahun meningkat sebanyak

28.789 jiwa. Total penduduk berumur 15 tahun ke atas terdiri atas angkatan kerja

dan bukan angkatan kerja, dengan proporsi pada tahun 2007, yaitu 77%: 23% dan

tahun 2010, yaitu 77%:23%. Jadi, proporsinya relatif tetap selama empat tahun

terakhir. Angkatan kerja di Provinsi Bali selama empat tahun terakhir (2007--1010)

berdasarkan Sakernas cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak

2.059.711 jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 2.116.972 jiwa atau selama empat

tahun terakhir meningkat sebanyak 59.203 jiwa atau setiap tahun meningkat

sebanyak 14.801 jiwa. Penduduk yang bukan angkatan kerja di Provinsi Bali selama

empat tahun terakhir (2007--2011) meningkat sedikit, yaitu pada tahun 2007

sebanyak 602.202 jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 631.145 jiwa atau selama

empat tahun meningkat sebanyak 28,943 jiwa atau setiap tahun menigkat sebanyak

7.236 jiwa (Tabel 4.1.1)(BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).

Angkatan kerja terdiri atas bekerja dan pengangguran pada tahun 2007

proporsinya, yaitu 96% : 4% dan pada tahun 2010 proporsinya relatif tidak berubah,

yaitu tetap 96% : 4%. Penduduk bekerja di Provinsi Bali selama empat tahun terakhir

(2007--2010) cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak 1.982.134 jiwa

dan pada tahun 2011 sebanyak 2.041.337 jiwa atau selama empat tahun menigkat

sebanyak 59.203 jiwa atau setiap tahun meningkat sebanyak 14.801 jiwa.

Pengangguran di Provinsi Bali selama empat tahun terakhir (2007--2010) cenderung

turun, yaitu pada tahun 2007 sebanyak 77.577 jiwa, sedangkan pada tahun 2010

sebanyak 75.635 jiwa atau selama empat tahun menurun sebanyak 1.942 jiwa atau

setiap tahun menurun sebanyak 4.855 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan

kerja di Provinsi Bali semakin berkembang terutama di sektor jasa pariwisata dan

sektor informal. Sektor jasa pariwisata kembali menggeliat pascabom Bali II tahun

2005, yang diiringi dengan perkembangan sektor informal untuk melayani para

pekerja di sekor pariwisata (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).

Penduduk bukan angkatan kerja yang terdiri atas (1) bersekolah, (2)

mengurus rumah tangga, dan (3) lainnya pada tahun 2007 proporsinya yaitu 31% :

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 42

52% : 17% dan pada tahun 2010 proporsinya menjadi 30% : 53% : 17% (tabel 2).

Jadi, selama empat tahun ada pergeseran sebesar 1% dari usia sekolah menjadi

mengurus rumah tangga. Artinya, pertumbuhan penduduk yang mengurus rumah

tangga lebih tinggi daripada penduduk usia sekolah sehingga akhirnya dalam

persentase terhadap total penduduk mengurus rumah tangga lebih besar 1%

daripada penduduk usia sekolah. Padahal, secara riil kedua jenis penduduk ini

selama empat tahun terakhir sama-sama mengalami peningkatan (BPS Provinsi Bali,

2011: Sakernas, 2007--2010).

Tabel 4.1.1

Profil Penduduk Berumur 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan di Provinsi Bali, 2007--2010

Jenis Kegiatan 2007 2008 2009 2010

Bekerja 1.982.134 2.029.730 2.057.118 2.041.337

Pengangguran 77.577 69.548 66.470 75.635

Angkatan Kerja 2.059.711 2.099.278 2.123.588 2.116.972

Sekolah 185.590 160.679 187.161 192.158

Mengurus Rumah Tangga 311.996 335.419 319.205 333.115

Lainnya 104.616 100.760 98.793 105.872

Bukan Angkatan Kerja 602.202 596.858 605.159 631.145

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 77,38 77,86 77,82 77,03

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,77 3.31 3,13 3,13

Total Penduduk Berumur 15 tahun ke atas 2.661.913 2.696.136 2.728.747 2.748.117

Total Penduduk Berumur 15 Tahun ke bawah 1.177.383

Total Penduduk Bali 3.922.500

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2011 (Sakernas, 2007--2010) Catatan: Data tercatat pada Agustus tahun ybs.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio antara angkatan kerja

dan total penduduk berumur 15 tahun ke atas, pada tahun 2007 sebesar 76,34% dan

pada tahun 2010 sebesar 77,03 atau selama empat tahun tidak mengalami

perubahan yang signifikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio

antara pengangguran dan angkatan kerja, pada tahun 2007 sebesar 3,77 dan pada

tahun 2010 sebesar 3,13 (Tabel 1). Jadi, selama empat tahun terakhir TPT menurun

sebesar 0,64%, yang disebabkan oleh penduduk menganggur yang menurun

walaupun angkatan kerja meningkat (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--

2010).

Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa selama empat tahun

terakhir (2007--2010) angkatan kerja, bukan angkatan kerja, dan penduduk bekerja

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 43

secara riil cenderung meningkat paralel dengan peningkatan total penduduk Bali dan

penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sedangkan pengangguran cenderung

menurun. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penduduk usia kerja ditampung oleh

perkembangan sektor jasa pariwisata dan sektor informal.

Penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan berdasarkan status pekerjaan

utama. Dari sebanyak 1.982.134 jiwa bekerja pada tahun 2007, sebanyak 639.778

jiwa (32,28%) berstatus ‘buruh/karyawan/pegawai’, sebanyak 412.294 jiwa (20,80%)

berstatus ‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’, sebanyak

365.246 jiwa (18,43%) berstatus ‘pekerja keluarga/tak dibayar’, sebanyak 354,175

jiwa (17,87%) berstatus ‘berusaha sendiri’, dan tersedikit 55.857 jiwa (2,82%)

berstatus ‘berusaha dibantu buruh tetap’. Dari sebanyak 2.041.337 jiwa bekerja

pada tahun 2010, sebanyak 639.322 jiwa (31,32%) berstatus

‘buruh/karyawan/pegawai’, sebanyak 434.947 jiwa (21,31%) berstatus ‘berusaha

dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’, sebanyak 421.004 jiwa (20,62%)

berstatus ‘pekerja keluarga/tak dibayar’, sebanyak 326.937 jiwa (16,02%) berstatus

‘berusaha sendiri’, dan tersedikit 37.543 jiwa (1,84%) berstatus ‘pekerja bebas di

pertanian’ (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).

Selama kurun waktu empat tahun terjadi pergeseran status pekerjaan yang

signifikan, yaitu penduduk bekerja berstatus ‘berusaha sendiri’ menurun dari 354.175

jiwa (17,87%) pada tahun 2007 menjadi 326.937 jiwa (16,02%) pada tahun 2010,

atau setiap tahun menurun sebanyak 6.810 jiwa. Penduduk bekerja berstatus

‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’ meningkat dari sebanyak

412.294 jiwa (20,80%) pada tahun 2007 menjadi 434.947 (21,31%) pada tahun

2010, atau setiap tahun meningkat sebanyak 5.663 jiwa. Penduduk bekerja berstatus

‘pekerja bebas di pertanian’ menurun dari 62.670 jiwa (3,16%) pada tahun 2007

menjadi 37.543 jiwa (1,84%) pada tahun 2010 atau setiap tahun menurun sebanyak

6.282 jiwa. Penduduk bekerja berstatus ‘pekerja bebas di nonpertanian’ meningkat

dari 92.114 jiwa (4,65%) pada tahun 2007 menjadi 126.693 jiwa (6,21%) atau setiap

tahun meningkat sebanyak 8.645 jiwa. Penduduk yang bekerja berstatus ‘pekerja

keluarga/tidak dibayar’ meningkat dari 365.246 jiwa (18,43%) pada tahun 2007

menjadi 421.004 jiwa (20,62%) pada tahun 2010 atau setiap tahun meningkat

sebanyak 13.940 jiwa.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 44

Secara umum proporsi penduduk bekerja berdasarkan status pekerjaan

utama mengalami pergeseran. Penurunan penduduk bekerja berstatus ‘berusaha

sendiri’, ‘berusaha dibantu buruh tetap’, ‘buruh/karyawan/pegawai’, dan ‘pekerja

bebas di pertanian’ diikuti oleh peningkatan penduduk bekerja berstatus ‘berusaha

dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar’, ‘pekerja bebas di nonpertanian’, dan

‘pekerja keluarga/ tidak dibayar’. Status pekerjaan yang bersifat mandiri semakin

menurun, sedangkan usaha-usaha yang bersifat menyerap tenaga kerja semakin

meningkat. Ini mengindikasikan bahwa usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM) di Provinsi Bali semakin berkembang yang membutuhkan tambahan tenaga

kerja dari orang luar keluarga.

Penduduk yang bekerja dapat pula dikelompokkan berdasarkan status

pekerjaan formal dan informal seperti disajikan pada Tabel 3. Penduduk di Provinsi

Bali yang bekerja berjumlah 1.982.134 jiwa pada tahun 2007. Sebanyak 695.635 jiwa

(35,10%) di antaranya bekerja di sektor formal dan sebanyak 1.254.204 jiwa

(65,61%) bekerja pada sektor informal. Pada tahun 2010 penduduk di Provinsi Bali

yang bekerja berjumlah 2.041.337 jiwa. Sebanyak 694.213 jiwa (34,01%) di

antaranya bekerja di sektor formal dan sebanyak 1.347.124 jiwa (65,99%) bekerja

pada sektor informal (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).

Perkembangan penduduk bekerja berdasarkan status formal dan informal,

selama empat tahun terakhir (2007--2010) secara riil, baik yang bekerja pada sektor

formal maupun sektor informal, mengalami peningkatan. Akan tetapi, secara

persentase penduduk yang bekerja pada sektor formal mengalami penurunan

sedikit, yang dikompensasi oleh peningkatan penduduk bekerja pada sektor informal.

Ini mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk yang masuk menjadi

angkatan kerja bekerja di sektor formal atau bekerja sendiri tanpa menggantungkan

mata pencahariannya pada jiwa atau lembaga lain. Di samping itu, sektor ini sering

mempekerjakan beberapa pekerja luar keluarga. Jadi, di Provinsi Bali semakin

berkembang sektor mikro dan kecil yang bersifat informal, yang mempekerjakan

orang lain yang berasal dari luar keluarga.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 45

4.1.5 Struktur dan Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian

Struktur perekonomian suatu region merupakan gambaran dari komposisi

seluruh kegiatan produksi barang dan jasa yang dilakukan di wilayah tersebut.

Adanya perubahan struktur produksi akan menyebabkan pergeseran struktur

ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Salah satu indikator yang sering digunakan

untuk mengamati perubahan struktur ekonomi suatu daerah adalah distribusi

persentase nilai tambah bruto sektoral, yang juga dapat digunakan untuk mengamati

keunggulan (potensi) daerah.

Struktur perekonomian Pemprov Bali mempunyai karakteristik yang unik

dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Pilar-pilar ekonomi yang

dibangun lewat keunggulan industri pariwisata sebagai sektor pemimpin (leading

sector) telah membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi

serta pengembangan etos kerja masyarakat. Dimensi itu tergambar dari meluasnya

kesempatan kerja, tingginya peluang tingkat pendapatan masyarakat, luasnya

jaringan kerja yang meliputi batas-batas lokal sampai dengan tingkat nasional,

bahkan ke tingkat internasional. Kontribusi sektor-sektor terhadap perekonomian

Provinsi Bali disajikan pada Tabel 4.1.2.

Berdasarkan Tabel 4.1.2 diketahui bahwa selama periode 2005--2009 struktur

perekonomian Provinsi Bali tidak banyak mengalami pergeseran. Komposisi produksi

barang dan jasa wilayah ini tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dukungan

industri pariwisata yang sangat besar telah menyebabkan kelompok sektor jasa-jasa

(tersier) memberikan share nilai tambah yang sangat dominan terhadap

pembentukan PDRB Provinsi Bali. Pada tahun 2005 kontribusi kelompok sektor ini

telah mencapai 64,48% dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi

65,58%. Sementara itu, sektor primer turun dari 20,95% pada tahun 2005 menjadi

18,85% pada tahun 2009. Hal ini sesuai dengan pola umum pembangunan yang

menyatakan bahwa dengan meningkatnya pendapatan per kapita di suatu region,

umumnya disertai dengan penurunan kontribusi sektor primer di region tersebut atau

ekonomi akan selalu bergeser ke arah sektor sekunder dan tersier.

Sektor pariwisata telah memberi pengaruh besar terhadap perekonomian

Provinsi Bali. Pesatnya perkembangan pariwisata di provinsi ini telah menyebabkan

sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan industri pariwisata,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 46

seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) memberi kontribusi yang

sangat besar terhadap pembentukan PDRB Bali. Berdasarkan Tabel 4.1.2 diketahui

bahwa selama periode 2005--2009 sektor pariwisata yang direpresentasikan oleh

sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberi share terhadap perekonomian Bali,

yaitu sebesar 29.37% tahun 2005 meningkat menjadi 30.00% tahun 2009.

Tabel 4.1.2 Distribusi Persentase PDRB Bali Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005--2009

No Lapangan Usaha Persentase PDRB Provinsi Bali atas Dasar

Harga Berlaku

2005 2006 2007 2008 2009

I Sektor Primer 20.95 20.65 20.07 19,01 18.86

1 Pertanian 20.29 19.96 19,41 18,33 18.21

2 Pertambangan dan Penggalian 0.66 0.69 0,66 0,68 0.65

II Sektor Sekunder 14.57 14.92 15,42 16,14 15.56

3 Industri Pengolahan 8.69 8.70 8,99 9,34 9.16

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.85 1.94 2,00 2,10 2.00

5 Bangunan/Konstruksi 4.03 4.28 4,43 4,70 4.40

III Sektor Tersier 64.48 64.43 64,51 64,59 65.58

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 29.37 28.88 28,98 28,96 30.00

7 Pengangkutan dan Komunikasi 11.85 11.86 12,33 12,62 13.76

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perush 7.07 7.46 7,34 7,62 7.11

9 Jasa-jasa lain 16.19 16.23 15,86 15,35 14.71

J u m l a h 100.00 100.00 100,00 100,00 100.00

Sumber: PDRB Provinsi Bali, 2004-2009 dan Data Bali Membangun 2009 PDRB 2009 = angka sementara

Selain sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor yang memberikan

kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, yaitu suatu sektor yang berbanding

terbalik dengan sektor PHR. Sektor pertanian adalah satu-satunya sektor yang

mampu bertahan pada saat krisis, tetapi dari tahun ke tahun memperlihatkan

kontribusi yang terus menurun. Pada tahun 2005 kontribusi sektor ini mencapai

20.95% terus menurun hingga pada tahun 2008 kontribusinya tinggal 18.8%.

Meskipun termasuk daerah agraris, penduduk Bali tidak hanya

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor yang juda dapat digunakan

sebagai mata pencaharian adalah sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan jasa.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 47

Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Bali (Angka Sementara) tercatat sebesar

5,33% atau lebih rendah daripada target pertumbuhan sebesar 5,74%. Tidak

tercapainya pertumbuhan ini disebabkan oleh faktor internal, seperti kenaikan harga

pangan serta faktor eksternal, yaitu masih dirasakannya imbas krisis global finansial.

Meskipun jumlah kunjungan wisatawan langsung tumbuh sebesar 13,90%, yaitu dari

1.992.238 orang pada tahun 2008 menjadi 2.269.217 orang pada tahun 2009.

Namun, dari sisi kualitas wisman justru mengalami penurunan. Kualitas wisman ini

ditunjukkan dengan lama tinggal yang semakin pendek dari 13,6 hari pada tahun

2008 menjadi 8,75 hari dan pengeluaran per hari dari 148 U$ per hari menjadi 134

US$ per hari. Struktur perekonomian Bali masih didominasi oleh sektor

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 30,00% diikuti oleh sektor pertanian

sebesar 18,21 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 14,72%.

4.1.6 Kondisi Sosial Kemasyarakatan

Kondisi sosial masyarakat Bali secara umum berjalan dengan cukup baik. Hal

ini terlihat dari kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat berjalan

dengan baik sebagaimana biasanya. Namun, pembangunan di bidang sosial

kemasyarakatan tetap harus ditingkatkan mengingat hal ini dapat dijadikan sebagai

bentuk investasi jangka panjang.

Keberhasilan penanganan masalah sosial dapat ditunjukkan dengan semakin

berkurangnya penyandang masalah kesejahteraan sosial, seperti anak terlantar,

penduduk lanjut usia yang terlantar, wanita tuna susila, penyalahgunaan narkoba

dan anak terlantar. Keberhasilan pembangunan ekonomi tahun 2009 ini berdampak

pula pada penurunan persentase penduduk miskin yang mencapai 5,13% lebih

rendah jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 6,17%. Keberhasilan

lain juga ditunjukkan dengan berkurangnya angka pengangguran terbuka dari 3,31%

tahun 2008 menjadi 3,13% pada tahun 2009 (Data Bali Membangun, 2009).

4.1.7 Bali Mandara

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan

peluang yang ada serta mempertimbangkan kearifan lokal yang hidup dalam

masyarakat Bali maka visi yang hendak dicapai dalam periode Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bali adalah ”Terwujudnya Bali

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 48

yang Maju, Aman, Damai, dan Sejahtera (MANDARA)”. Dengan memperhatikan

visi tersebut serta memperhatikan perubahan paradigma dan kondisi yang akan

dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Bali tetap eksis dalam

menghadapi gempuran pengaruh global sebagai akibat dari perkembangan

pariwisata di Bali (Data Bali Membangun, 2009: Umum).

Penjabaran makna dari Visi tersebut adalah seperti diuraikan dibawah ini

(Data Bali Membangun, 2009: Umum).

Bali maju adalah Bali yang dinamis, Bali yang terus bergerak menurut

dinamika pergerakan dan perkembangan dunia. Bali yang senatiasa bergerak dan

maju dengan tetap menjungjung kesucian dan keikhlasan demi tegaknya dharma.

Bali yang maju adalah Bali yang harus tetap “metaksu” yang senantiasa

meningkatkan kualitas dirinya sebagai daerah tujuan wisata yang andal, berkarisma,

dan religius. Bali yang maju adalah Bali yang modern menurut ukuran dan tuntutan

nilai-nilai universal yang tidak menyimpang dan atau bertentangan dengan nilai-nilai

agama Hindu (Bali) serta adat istiadat Bali. Ke-modern-annya dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup dan peradaban sebagai masyarakat yang berada di

perkampungan dunia yang terbuka.

Bali aman adalah Bali yang “dabdab” teratur sekala niskala. Bali yang

memiliki keseimbangan antara korelasi kebutuhan hubungan antarmanusia dengan

manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam lingkungannya, serta hubungan

manusia dengan Tuhan sejalan dengan konsep Tri Hita Karana. Bali yang aman

adalah Bali yang terhindar dari ancaman intervensi virus-virus ideologi yang

bertentangan dengan Tri Hita Karana, seperti terorisme, anarkisme, dan virus non

traditional threat lainnya yang mewarnai Zaman Kali.

Bali damai adalah Bali yang diselimuti atmosfer kesejukan lahir batin serta

selalu dalam kondisi “tis” dan kondusif. Bali damai adalah Bali yang menggambarkan

adanya komunitas masyarakat Bali, baik di perkotaan maupun pelosok pedesaan

yang kental dengan suasana “briyag-briyug, pakedek pakenyem”. Hal tersebut

sebagai indikator optimisme masyarakat dalam menatap masa depan yang

menjanjikan.

Bali sejahtera adalah Bali yang Sukerta Sekala Niskala, sebagai akumulasi

diperolehnya kemajuan, keamanan, dan kedamaian.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 49

Bali yang Maju, Aman, Damai, dan Sejahtera atau menuju Bali Mandara

akan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM),

peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, pengembangan

kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan. Di samping itu, mengembangkan

ekonomi kerakyatan, meningkatkan peran sektor pertanian, memantapkan

pengembangan koperasi dan lembaga ekonomi kerakyatan lainnya,

mengembangkan industri kecil dan industri menengah lainnya, serta memperkuat

lembaga tradisional kemasyarakatan. Kegiatan lain adalah mewujudkan

ketenteraman, kedamaian, dan kerukunan hidup bermasyarakat dalam

kemajemukan serta mengembangakan sistem keamanan yang berstandar

internasional.

Untuk menggiatkan pertumbuhan ekonomi Bali, PDRB per kapita diharapkan

meningkat menjadi Rp 24,48 juta dalam jangka waktu lima tahun, maka dorongan

terhadap pertumbuhan ekonomi juga diberikan dengan pengembangan sarana dan

prasarana publik yang memadai terutama di wilayah Bali Utara, Barat, dan Timur.

Selain itu, juga memperbaiki infrastruktur penunjang pariwisata, mensinergikan

pembangunan pertanian dengan sektor pariwisata, dan mewujudkan ekonomi

kerakyatan yang tangguh.

Hal-hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah isu-isu strategis yang

selama lima tahun sebelumnya belum dapat dituntaskan, seperti masalah

kemiskinan, pengangguran, pendidikan, kesehatan, tingkat kesejahteraan

masyarakat, ketimpangan pembangunan antardaerah, desa tertinggal, migrasi

penduduk, dan lemahnya sistem keamanan Bali.

Untuk dapat mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta

memperhatikan tantangan ke depan dengan mempertimbangkan peluang yang

dimiliki untuk menuju Bali Mandara, yaitu Bali yang Maju, Aman, Damai, dan

Sejahtera, maka rumusan Misi Provinsi Bali dalam pencapaian Visi Bali 2013

ditetapkan dalam tiga misi. Ketiga misi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 50

Pertama: Mewujudkan Bali yang Berbudaya, Metaksu, Dinamis, Maju dan Modern

Tujuan:

Meningkatkan mutu pendidikan, kesehatan, IPTEK, peran perempuan, kelestarian

budaya Bali, daya saing, kecerdasan masyarakat dalam berpolitik dan pemerintahan

yang bersih dan berwibawa

Sasaran:

1. Meningkatnya akses dan mutu pada layanan pendidikan serta terlaksananya

wajib belajar 12 tahun

2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

3. Meningkatnya IPTEK dan daya saing sumbe rdaya manusia.

4. Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dalam pendidikan

dan kesehatan.

5. Meningkatnya peran gender dalam pembangunan.

6. Meningkatnya kualitas tenaga kerja dan lembaga pendidikan ketenagakerjaan.

7. Terwujudnya pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam kehidupan

bermasyarakat.

8. Meningkatnya kecerdasan masyarakat dalam berpolitik.

9. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

10. Meningkatnya kinerja dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

11. Terwujudnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah oleh

masyarakat.

Kedua: Mewujudkan Bali yang Aman, Damai, Tertib, Harmonis, serta Bebas dari Berbagai Ancaman

Tujuan:

Mewujudkan pengaturan tata ruang, pelestarian lingkungan alam dan meningkatkan

fungsi kawasan lindung, pengendalian dan pengaturan pertumbuhan serta

persebaran penduduk, meningkatkan toleransi dan kerja sama antarumat beragama,

serta mewujudkan sistem keamanan yang berstandar internasional.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 51

Sasaran:

1. Terwujudnya pengaturan tata ruang.

2. Terpeliharanya sumber daya air dan terpenuhinya ketersediaan air baku.

3. Meningkatnya pemulihan dan fungsi kawasan hutan, perlindungan, konservasi

alam dan partisipasi masyarakat dalam pengelolan hutan serta pelestarian

panorama alam Bali.

4. Terkendalinya pertumbuhan, persebaran, dan administrasi kependudukan.

5. Meningkatnya kesadaran akan perbedaan, toleransi, dan kerja sama antar umat

beragama.

6. Terwujudnya sistem keamanan yang berstandar internasional.

7. Meningkatnya keharmonisan hubungan antarmasyarakat dan antar-kelembagaan

tradisional Bali.

Ketiga: Mewujudkan Bali yang Sejahtera dan Sukerta Lahir Batin

Tujuan:

Meningkatkan daya beli masyarakat melalui pembangunan ekonomi kerakyatan yang

tangguh, pengembangan industri kecil dan rumah tangga, serta industri pengolahan

hasil (pertanian, kelautan, dan perikanan), pembangunan bidang pertanian, kelautan,

perikanan, dan pariwisata yang saling mendukung, serta pengembangan prasarana

dan sarana publik.

Sasaran:

1. Terwujudnya ekonomi kerakyatan yang tangguh.

2. Berkembangnya industri kecil dan industri rumah tangga yang berdaya saing

tinggi.

3. Meningkatnya kemitraan pemasaran hasil industri kecil dan menengah.

4. Meningkatnya minat investasi dengan menyederhanakan kebijakan dan regulasi.

5. Meningkatnya peran sektor pertanian dalam perekonomian Bali.

6. Meningkatnya kerja sama pengembangan budi daya, pelatihan, dan pemanfaatan

teknologi pertanian.

7. Berkembangnya komoditas andalan, unggulan, dan rintisan serta meningkatnya

produktivitas dan produksi perikanan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 52

8. Meningkatnya pengelolaan sumber daya ikan serta ekosistem perairan, pesisir

dan daratan.

9. Meningkatnya lapangan kerja, ekspor, komsumsi ikan per kapita, dan

kesejahteraan masyarakat.

10. Meningkatnya kerja sama kemitraan pembangunan pertanian dengan sektor

pariwisata.

11. Berkembangnya kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan.

12. Meningkatnya prasarana dan sarana publik yang memadai, ketersediaan energi

dan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat.

13. Berkurangnya penduduk miskin dan penyandang masalah sosial.

4.2 Profil UMKM di Provinsi Bali

Uraian mengenai profil UKM di Provinsi Bali berikut hampir semuanya

bersumber dari publikasi BPS (Biro Pusat Statistik) tentang industri mikro dan kecil.

Publikasi ini merupakan hasil pelaksanaan Survei Industri Mikro dan Kecil yang

dilaksanakan pada Juli--Agustus 2010 dengan metode sampel. Sumber lainnya

diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi dan UKM

Provinsi Bali.

Profil yang dimaksud berikut mencakup jumlah usaha, klasifikasi lapangan

usaha, dan beberapa aspek yang berkaitan dengan UKM, seperti penyerapan

tenaga kerja, permodalan, kendala, prospek usaha, dan lain-lain.

4.2.1 Jumlah Usaha dan Klasifikasi Lapangan Usaha

Menurut Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, Juni 2011 tercatat 233.346

UKM di Provinsi Bali. Jumlah ini menurun 6.011 unit (2.51 persen) dibandingkan

dengan tahun 2010. Sebagian besar (72,5 persen) dari UKM ini tergolong usaha

informal, yaitu usaha yang tidak mempunyai izin dari pemerintah. Sebaliknya,

sisanya, yaitu 27,5 persen mempunyai izin dari pemerintah sehingga digolongkan

sebagai usaha formal. UKM ini tersebar di semua kabupaten/kota di Provinsi Bali,

tetapi proporsi terbesar (31,9 persen) berada di Kab Gianyar, kemudian disusul

berturut-turut di Kab Karangasem (16,0 persen), Bangli (13,2 persen), dan Jembrana

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 53

(11,8 persen). Di enam kabupaten/kota yang lainnya proporsinya bervariasi antara

3,8 persen (Buleleng) sampai dengan 7,2 persen.

Dilihat dari klasikasi usaha, proporsi terbesar merupakan usaha di bidang

perdagangan, kemudian disusul berturut-turut pada usaha industri kerajinan, industri

nonpertanian, dan aneka jasa (Tabel 4.2.1).

Tabel 4.2.1 Distribusi UKM Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha di Provinsi Bali, Juni 2011

NO.

KABUPATEN/ KOTA

Lapangan Usaha Jumlah Perdagangan Industri

pertanian

Industri non-

pertanian

Aneka jasa

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Buleleng

Jembrana

Tabanan

Badung

Denpasar

Gianyar

Bangli

Klungkung

Karangasem

5,8

10,4

10,1

13,7

7,6

16,2

23,4

1,0

11,9

1,9

12,7

2,0

2,0

1,2

42,8

3,0

8,5

25,8

3,9

5,0

0,0

1,9

2,2

71,7

4,2

4,5

6,5

3,4

27,6

7,2

4,6

9,8

12,3

18,0

1,8

15,2

3,8

11,8

7,2

7,2

4,8

31,9

13,2

4,1

16,0

Persen 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Bali (unit) 100.493 79.156 30.286 19.750 233.346

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali

4.2.2 Ketenagakerjaan

Uraian tentang ketenagakerjaan UKM berikut dilihat dari tiga aspek, yaitu

banyaknya tenaga kerja yang diserap, status pekerja, dan hari kerja per bulan.

Dari Tabel 4.2.2 terlihat tahun 2010 di Provinsi Bali tercatat 84.701 unit UKM

dengan jumlah pekerja 177.723 orang. Ini berarti bahwa rata-rata setiap UKM

menyerap pekerja sebanyak dua orang. Dari tabel yang sama tampak UKM yang

menyerap pekerja kurang dari lima orang mencapai 95,0 persen. Sebaliknya, UKM

yang menyerap pekerja antara 5--9 orang hanya 3,5 persen. Malahan yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 54

menyerap pekerja antara 10--14 orang dan 15--19 orang masing-masing kurang dari

1,0 persen.

Di sisi lain pekerja yang terserap oleh UKM 65,1 persen di antaranya

berstatus tak dibayar. Hanya 34,9 persen yang dibayar. Dari segi hari kerja lebih dari

80,0 persen pekerja bekerja antara 21--30 hari per bulan. Sebaliknya, sisanya hari

kerjanya per bulan 1--10 hari (3,1 persen) dan 11--20 hari (15,1 persen).

Gambaran di atas menunjukkan bahwa UKM di Provinsi Bali mayoritas

menyerap pekerja yang relatif sedikit, lebih banyak pekerjanya tidak dibayar dan

lebih banyak mempunyai hari kerja per bulan lebih dari 20 hari.

Tabel 4.2.2

Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Ketenagakerjaan, 2010

Aspek Ketenaakerjaan Klasifikasi Jumlah

Orang/Unit Persen

Kelompok tenaga kerja

(orang)

1

2--4

5--9

10--14

15--19

Jumlah

41.270

39.194

2.979

737

521

84.701

48,7

46,3

3,5

0,9

0,6

100,0

Status tenaga kerja

(orang)

Dibayar

Tak dibayar

Jumlah

61.999

115.724

177.723

34,9

65,1

100,0

Jumlah hari kerja/bulan 1--10

11--20

21--30

Jumlah

2.629

12.778

69.394

84.701

3,1

15,1

81,8

100,0

Sumber: BPS (2010)

4.2.3 Sosial Ekonomi

Aspek sosial ekonomi mencakup tiga hal, yaitu tingkat pendidikan pengusaha

UKM, umur, dan balas jasa pekerja. Tabel 4.2.3 menunjukkan hampir 57,0 persen

pengusaha UKM berpendidikan tamat SD ke bawah. Kemudian proporsinya semakin

menurun pada kelompok pendidikan yang semakin tinggi. Yang berpendidikan

sarjana hanya 1,7 persen.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 55

Dari segi umur proporsi terbesar (60,4 persen) berada pada keompok umur

25--44 tahun, kemudian disusul oleh kelompok umur 45--64 tahun (32,0 persen).

Kelompok yang lain masing-masing proporsinya relatif rendah, yaitu kurang dari 5,0

persen.

Tabel 4.2.3 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Sosial Ekonomi, 2010

Aspek Sosial Ekonomi Klasifikasi Jumlah

Unit Persen

Tingkat pendidikan yang ditamatkan pengusaha UKM

SD tak tamat

SD

SLTP

SLTA

Diploma I/II

Sarjana muda

Sarjana atau lebih tinggi

Jumlah

20.433

27.716

16.191

17.528

1.245

137

1.451

84.701

24,1

32,7

19,1

20,7

1,5

0,2

1,7

100,0

Kelompok umur

(tahun)

< 20

20 – 24

25 – 44

45 – 64

65+

Jumlah

553

2.374

51.146

27.065

3.563

84.701

0,6

2,8

60,4

32,0

4,2

100,0

Balas jasa per pekerja

(Rp.000/bulan)

< 100

100 – 149

150 – 199

200 – 249

250 – 299

300 – 449

500 – 999

1.000+

Jumlah

368

445

204

677

265

2.507

8.966

7.482

20.914

1,8

2,1

1,0

3,2

1,3

12,0

42,9

35,8

100,0

Sumber: BPS (2010).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 56

Dari tabel yang sama terlihat jumlah UKM yang membayar pekerjanya

sebanyak 20.914 unit atau sekitar 25,0 persen dari seluruh UKM. Dari jumlah UKM

tersebut yang membayar pekerja per bulan Rp 500.000,00 ke atas per pekerja

hampir mencapai 80,0 persen. Dari tabel yang sama 1,8 persen UKM membayar

pekerjanya per bulan kurang dari Rp 100.000,00/ orang.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa pengusaha UKM lebih banyak hanya

berpendidikan SD ke bawah, berumur antara 25--44 tahun, dan sebagian besar

membayar pekerjanya di atas Rp 500.000,00 per bulan.

4.2.4 Permodalan

Ada tiga hal yang diuraikan pada aspek permodalan. Pertama, sumber modal.

Kedua, asal pinjaman. Ketiga, apa alasan UKM tidak memanfaatkan pinjaman dari

bank. Hampir 70,0 persen UKM di Provinsi Bali modalnya sepenuhnya milik sendiri.

Sebaliknya, yang menyatakan sepenuhnya dari pihak lain sekitar 12,0 persen.

Sisanya, yaitu 18,8 persen sebagian modalnya berasal dari phak lain. UKM yang

modalnya sepenuhnya atau sebagian berasal dari pihak lain, hanya 29,4 persen

menyebutkan bersumber dari bank. Proporsi besar kedua yaitu 27,1 persen

merupakan pinjaman dari perorangan, sedangkan dari sumber lain menempati

proporsi besar ketiga (24,4 persen).

Di atas disebutkan bahwa UKM yang modalnya berasal dari luar (baik

sebagian maupun sepenuhnya) yang berasal dari bank hanya 29,4 persen. Ada

banyak alasan mengapa UKIM tidak memanfaatkan pinjaman dari bank. Alasan yang

paling banyak karena memang mereka tidak berminat. Alasan lain berkaitan dengan

teknis perbankan, tetapi yang paling banyak karena tidak mempunyai agunan (Tabel

4.2.4).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 57

Tabel 4.2.4 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Permodalan, 2010

Aspek

Permodalan

Klasifikasi Jumlah

Unit Persen

Sumber modal Sepenuhnya milik sendiri

Sebagian dari pihak lain

Sepenuhnya dari pihak lain

Jumlah

58.557

15.943

10.201

84.701

69,1

18,8

12,1

100,0

Asal pinjaman

utama

Bank

Koperasi

Lembaga keuangan bukan bank

Modal ventura

Perorangan

Keluarga

Lainnya

Jumlah

7.684

2.071

2.024

46

7.077

750

6.371

26.144

29,4

7,9

7,7

0,2

27,1

2,9

24,4

100,0

Alasan tidak

meminjam dari

bank

Tak tahu prosedur

Prosedur sulit

Tak ada agunan

Suku bunga tinggi

Usulan ditolak

Tidak berminat

Jumlah

4.073

3.534

17.845

7.926

744

42.316

76.438

5,3

4,6

23,3

10,4

1,0

55,4

100,0

Sumber: BPS (2010)

4.2.5 Kesulitan Utama UKM

Dari 84.704 UKM yang ada sekitar 20,0 persen (67.862 UKM) menyebutkan

mengalami kesulitan utama. Ini berarti bahwa 20,0 persen tidak mengalami kesulitan

utama. Proporsi terbesar UKM menyebutkan kesulitan utamanya adalah di bidang

permodalan. Kesulitan bahan baku dan pemasaran dinyatakan oleh 43,7 persen

UKM. Kesulitan bahan baku hampir 80,0 persen UKM mengatakan berkaitan dengan

kelangkaan dan harga yang mahal (Tabel 4.2.5).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 58

Tabel 4.2.5 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Kesulitan Utama yang Dihadapi, 2010

Kesulitan utama Klasifikasi Jumlah

Unit Persen

Jenis kesulitan utama Bahan baku

Pemasaran

Modal

BBM/energi

Trasportasi

Keterampilan

Upah buruh

Lainnya

Jumlah

15.292

14.388

26.678

1.679

498

1.278

548

7.501

67.862

22,5

21,2

39,3

2,5

0,7

1,9

0,8

11,0

100,0

Kesulitan utama bahan

baku

Langka

Mahal

Jauh

Lainnya

Jumlah

7.447

5.967

1.329

549

15.292

48,7

39,0

8,7

3,6

100,0

Sumber: BPS (2010)

4.2.6 Bimbingan dan Kemitraan

UKM merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pengembangan ekonomi daeran ataupun nasional. Sumbangannya dalam menyerap

pekerja relatif banyak, tetapi di sisi lain UKM umumnya merupakan usaha rumah

tangga yang sebagian besar masih bercampur dengan tempat tinggalnya.

Pembinaan masih terus harus dilakukan agar masalah yang dihadapi, seperti

permodalan, pemasaran, dan pengelolaan usaha segera dapat diatasi.

Tahun 2010 dari 84.704 UKM yang ada di Provinsi Bali hanya 10,0 persen

(8.437 UKM) yang pekerjanya pernah mengikuti bimbingan. Adapun jenis

bimbingannya meliputi manjerial, keterampilan teknik produksi, pemasaran dan

lainnya. Dari berbagai jenis bimbingan tersebut lebih dari 75,0 persen bimbingannya

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 59

berupa keterampilan produksi (Tabel 4.6). Dari tabel yang sama terlihat sebagian

besar bimbingan tersebut dilakukan oleh pemerintah dan swasta.

Tabel 4. 2.6 Profil UKM di Provinsi Bali yang Pernah Mengikuti Bimbingan dan Menjalin

Kemitraan, 2010

Aspek bimbingan Klasifikasi Jumlah

Unit Persen

Bentuk bimbingan Manajerial

Keterampilan teknik produksi

Pemasaran

Lainnya

Jumlah

776

6.444

984

233

8.437

9,2

76,4

11,7

2,8

100,0

Penyelenggara

bimbingan

Sendiri

Pemerintah

Swasta

LSM

Lainnya

Jumlah

737

4.354

2.364

139

843

8.437

8,7

51,6

28,0

1,6

10,0

100,0

Bentuk kemitraan Pinjaman uang/barang modal

Pengadaan bahan baku

Pemasaran

Bimbingan usaha

Lainnya

Jumlah

2.365

10.727

17.338

710

1.565

32.705

7,2

32,8

53,0

2,2

4,8

100,0

Sumber: BPS (2010).

Usaha lain yang dilakukan dalam upaya pengembangan UKM adalah

mendorong berbagai pihak untuk menjalin kemitraan dengan pihak UKM. Dari

seluruh UKM yang ada baru sekitar 39,0 persen yang sudah menjalin kemitraan

dengan pihak lain. Akan tetapi, jalinan kemitraan yang paling banyak (53,0 persen)

menjalin kemitraan dalam bidang pemasaran, kemudian diikuti dalam bentuk

pengadaan bahan baku (32,8 persen).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 60

4.2.7 Pemasaran

Sekitar 93,0 persen UKM di Bali wilayah pemasarannya di dalam negeri.

Sebaliknya, yang pemasarannya ke luar negeri hanya 5,5 persen. Sisanya, yaitu 1,2

persen wilayah pemasarannya dalam dan luar negeri. Khusus yang memasarkan

produk di dalam negeri, lebih dari 82,0 persen pasarnya hanya dalam satu

kabupaten/kota. Sebaliknya, yang memasarkan produk luar kabupaten/kota 15,2

persen. Hanya 2,7 persen UKM yang memasarkan produk ke luar provinsi (Tabel

4.2.7).

Tabel 4.2.7 Profil Jangkauan Pemasaran UKM di Provinsi, 2010.

Aspek pemasaran Klasifikasi Jumlah

Unit Persen

Wilayah pemasaran Dalam negeri

Luar negeri

Dalam dan luar negeri

Jumlah

79.022

4.626

1.053

84.701

93,3

5,5

1,2

100,0

Wlayah pemasaran dalam negeri

Dalam satu kabupaten/kota

Luar kabupaten/kota

Luar provinsi

Jumlah

75.891

14.093

2.472

92.456*)

82,1

15,2

2,7

100,0

Persentase produksi yang di ekspor

< 15

15--39

40--64

65--79

80 +

Jumlah

125

272

565

21

4.696

5.679

2,2

4,8

9,9

0,4

82,7

100,0

Sumber: BPS (2010) Catatan: *) Ada beberapa UKM yang jangkauan pemasarannya lebih dari satu wilayah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 61

Dari tabel yang sama terlihat bahwa UKM yang pemasarannya eskpor, sekitar

82,0 persen UKM jumlah ekspornya lebih dari 80 persen dari total produknya. Jadi,

UKM yang melayani pasar ekspor sebagian besar produknya memang ditujukan

pada pasar ekspor.

4.2.8 Rencana UKM ke Depan

Tabel 4.2.8 menunjukkan bahwa jumlah UKM yang mempunyai rencana ke

depan hanya 46,1 persen. Rencana ke depan yang diinginkan adalah memperluas

tempat usaha dan meningkatkan kualitas produksi. Jumlah UKM yang membuat

kedua rencana tersebut lebih dari 85,0 persen. Sebaliknya, UKM yang tidak

mempunyai rencana ke depan mengemukakan berbagai alasan. Alasan yang paling

banyak dikemukakan adalah kekurangan modal (52,2 oersen), kesulitan pemasaran

(16,0 persen), dan kurangnya keahlian (4,6 persen). Sisanya karena alasan lain. Ini

berarti bahwa masalah modal dan pemasaran merupakan alasan klasik

pengembangan UKM ke depan.

Tabel 4.2.8 Ada Tidaknya Rencana UKM Provinsi Bali ke Depan, 2010

Rencana ke

depan

Klasifikasi Jumlah

Unit Persen

Ada tidaknya

rencana

Ada

Tidak ada

Jumlah

39.046

45.655

84.701

46,1

53,9

100,0

Rencana yang

akan ditempuh

Memperluas tempat usaha

Membuka cabang

Meningkatkan kualitas produksi

Lainnya

Jumlah

15.068

3.738

18.676

1.564

39.046

38,6

9,6

47,8

4,0

100,0

Alasan utama tidak ada rencana

Kekurangan modal Kesulitan pemasaran Kurang keahlian Lainnya Jumlah

23.845 7.307 2.103

12.400 45.655

52,2 16,0 4,6

27,2 100,0

Sumber: BPS (2010)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 62

BAB V KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT PENGEMBANGAN UMKM DAN

PERANAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN UMKM

5.1 Kebijakan Pemerintah Terkait Pengembangan UMKM 5.1.1 Konsep dan Definisi Menurut UU No 20, Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

omzet penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00.

Usaha Kecil adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Kriteria

usaha kecil memiliki kekayaan bersih antara Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau omzet penjualan tahunan

berkisar antara Rp 300 juta sampai dengan Rp 2.500 juta.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dalkukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai, atau menjadi bagian,

baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Kriteria

usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp

10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau omzet penjualan

tahunan Rp 2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar.

Selama ini UMKM telah memberikan sumbangan yang relatif besar terhadap

perkembangan ekonomi nasional ataupun daerah. Tahun 2008 jumlah pelaku

UMKM mencapai 51,3 juta unit atau 99 persen dari seluruh pelaku ekonomi. Tenaga

kerja yang mampu diserap hampir mencapai 91 juta orang atau 97 persen dari

seluruh pekerja.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 63

5.1.2 Kebijakan UMKM di Tingkat Nasional Penentu kebijakan UMKM ditingkat nasional ditetapkan oleh Kementerian

Koperasi dan UKM. Sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya kementerian

ini merumuskan visinya “menjadi kementerian yang kredibel guna mewujudkan koperasi dan UMKM yang tangguh dan mandiri sebagai soko guru perekonomian nasional”. Visi tersebut dalam kaitan pengembangan UMKM

dijabarkan menjadi tiga misi, yaitu (1) menumbuhkan dan mengembangkan

kewirausahaan UMKM, (2) meningkatkan daya saing UMKM, dan (3)

mengembangkan pembiayaan dan penjaminan bagi UMKM.

Untuk mewujudkan misi tersebut Kementerian Koperasi dan UKM

menetapkan sasaran strategis sebagai berikut.

a. Peningkatan jumlah dan peran UMKM dalam perekonomian nasional

b. Peningkatan pemberdayaan UMKM

c. Peningkatan daya saing UMKM

d. Peningkatan pemasaran produk UMKM

e. Penyediaan akses pembiayaan dan penjaminan bagi UMKM

f. Perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada UMKM

g. Pengembangan wirausaha UMKM

5.1.3 Kebijakan UMKM di Provinsi Bali Di tingkat daerah khususnya Provinsi Bali kebijakan pengembangan UMKM

ditetapkan oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali. Sama halnya dengan lingkup

nasional, UMKM di Provinsi Bali diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

relatif besar terhadap perekonomian daerah melalui penciptaan kesempatan kerja,

peningkatan pendapatan, dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Untuk

mencapai tujuan ini Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali menetapkan visi

“Terwujudnya koperasi, usaha kecil dan menengah berperan sebagai pelaku utama dalam perekonomian daerah yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan menuju Bali Mandara”.

Untuk mewujudkan visi tersebut dan memberikan arah serta tujuan yang

ingin dicapai serta memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 64

dan untuk menumbuhkan partisipasi semua piahak, ditetapkan misi “Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang andal dengan mendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan, struktur permodalan yang sehat, dan mengembangkan kemitraan”.

Agar misi tersebut tercapai, dirumuskan tujuan dan sasaran yang kemudian

diikuti oleh penetapan strategi dan kebijakan untuk mencapainya. Tujuan dan

sasaran dari misi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tujuan: 1. Mewujudkan usaha ekonomi kerakyatan.

2. Mewujudkan kemitraan dalam dunia usaha.

Sasarannya adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan usaha ekonomi kerakyatan.

2. Meningkatkan kemitraan UKM dan koperasi dengan pengusaha besar,

BUMD, dan BUMN.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut khususnya yang berkaitan dengan

UMKM ditetapkan berbagai strategi dan kebijakan sebagai berikut.

Strategi: 1. Meningkatnya SDM pengusaha kecil melalui diklat dan nondiklat.

2. Mengembangkan kelembagaan dan usaha pengusaha kecil dan menengah.

3. Meningkatkan kemitraan usaha kecil dan menengah.

4. Meningkatkan dukungan perkuatan kepada kelompok perajin/unit usaha yang

baru tumbuh dan berkembang.

5. Meningkatkan pengelolaan keuangan nonbank.

6. Menyusun perencanaan pembangunan daerah.

Untuk mencapai strategi diatas ditetapkan berbagai kebijakan sebagai berikut.

1. Mengembangkan lingkungan usaha yang kondusif.

2. Peningkatan akses UMKM ke sumber daya produktif.

3. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM.

4. Peningkatan sinergi dan partisipasi masyarakat.

5. Pemberdayaan UMKM.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 65

6. Meningkatkan kualitas layanan penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan.

7. Meningkatkan sarana dan prasarana kerja aparatur pemerintah.

5.2 Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 5.2.1 Kontribusi UMKM Salah satu pelaku usaha yang memiliki eksistensi penting, tetapi kadang

dianggap “terlupakan” dalam percaturan kebijakan di negeri ini adalah usaha mikro,

kecil, dan menengah (UMKM). Padahal, kenyataannnya menunjukkan bahwa UMKM

berpotensi memiliki peran strategis dalam mempercepat pembangunan di daerah,

tidak saja dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan

peningkatan standar hidup masyarakat setempat, tetapi juga menjadi sebagai

perekat sekaligus menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Di samping itu, masih

dijumpai adanya kesenjangan sebagian pelaku UMKM yang belum bankable, maka

perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif perbankan dalam pengembangan

UMKM. Pengembangan UMKM berbasis kerakyatan sebagai sasaran utama

pembangunan perlu dilandasi komitmen positif, selain melakukan koordinasi yang

baik antara pebisnis dan stakeholder dengan mengaplikasikan strategi agresif

berbasis kemitraan. Langkah strategis yang segera perlu dilakukan adalah

pengembangan mutu sumber daya manusia berjiwa wirausaha, teknologi, dan

informasi terkini, akses pendanaan berbiaya rendah, dan pemasaran secara agresif.

Kemudian, diikuti dengan upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas secara

berkelanjutan sedemikian rupa sehingga mampu membangkitkan daya saing. Elsistensi UMKM di negeri ini terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun

2008 sebanyak 48,9 juta unit dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja.

Sepanjang 2005--2008 kumulatif pertumbuhan PDB migas UMKM masing-masing:

5,61%; 5,52%; 5,97%; dan 5,40%, sedangkan pertumbuhan tanpa migas masing-

masing 5,62%; 5,55%; 5,99%; dan 5,41%. Sementara itu, pertumbuhan PDB usaha

besar dengan migas masing-masing 3,77%; 4,42%; 5,32%; dan 5,60%, sedangkan

tanpa migas masing-masing 5,81%; 6,64%; 7,49%; dan 7,17%. Berdasarkan data

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 66

pertumbuhan PDB selama empat tahun itu, diketahui bahwa dengan migas laju

pertumbuhan UMKM lebih baik daripada laju pertumbuhan usaha besar walaupun

pertumbuhan PDB usaha besar cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Bila

dicermati dari laju pertumbuhan PDB tanpa migas, pertumbuhan PDB usaha besar

lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB UMKM. Ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan PDB migas yang umumnya dikelola oleh usaha besar mengalami

penurunan setiap tahunnya.

Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKM akan selalu melibatkan

peran pemerintah, Bank Indonesia, dan lembaga-lembaga lainnya yang peduli

UMKM. Terdapat banyak departemen dan kementerian yang memiliki program

terkait dengan pengembangan UMKM. Banyak BUMN yang memiliki program

“community development” untuk memberikan perhatian demikian besar kepada

UMKM. Namun, jika UMKM masih juga belum banyak berkembang dan dianggap

masih jauh dari harapan, maka diperlukan kebijakan yang lebih kondusif, koordinatif,

dan terintegrasi dalam membenahi sektor yang paling banyak menyangkut hajat

hidup orang banyak.

Sejalan dengan kondusifnya makro ekonomi dan perubahan paradigma

perbankan dalam memandang UMKM dalam beberapa tahun belakangan

menunjukkan bahwa telah terjadi adanya perubahan perilaku bisnis perbankan yang

lebih mengarah pada segmen UMKM. Kondisi ini sangat berbeda dengan era masa

lalu di mana orientasi penyaluran kredit perbankan terlalu memusatkan pada

korporasi yang dianggap lebih memberikan keuntungan besar secara ekonomis.

Sebaliknya, sektor UMKM kerap kali mengalami hambatan dalam memperoleh

akses dana dan sering dibiayai melalui program pemerintah yang cenderung bersifat

subsidi atau sumber dana relatif murah dari para donor.

5.2.2 Penyaluran Kredit Dalam perkembangannya, penyaluran kredit UMKM semakin lama semakin

meningkat sejalan dengan meningkatnya portofolio perbankan untuk pemberian

kredit UMKM. Perkembangan kredit UMKM yang bersumber dari kredit bank

menunjukkan baki debet pada akhir Juni 2007 telah mencapai Rp 462,12 triliun atau

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 67

52,5% kredit perbankan dengan komposisi usaha mikro sebesar Rp 186,52 triliun

atau 40,4%; usaha kecil sebesar Rp 131,95 triliun atau 28,6%; usaha menengah

sebesar Rp 143,69 triliun atau 31,1%. Secara keseluruhan, terdapat pertumbuhan

sebesar 18,4% bila dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun 2006, yaitu

Rp 427,99 triliun. Sementara net NPLs kredit UMKM 3,19% dan total kredit

perbankan sebesar 2,61%. Sementara itu, hingga Juni 2007 nett ekspansi kredit

perbankan yang disalurkan ke sektor UMKM sebesar Rp 34,2 triliun atau 48,1% dari

total business plan tahun 2007 telah mencapai lebih dari 19,1 juta rekening

dibandingkan pada Juni 2006 yang berjumlah 18,2 juta.

Berdasarkan jenis penggunaan kredit, persentase terbesar penggunaan kredit

UMKM adalah untuk kredit konsumsi, yaitu per Juni 2007 adalah sebesar 66,7%,

yang diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 22%, dan kredit investasi sebesar

11,3%. Besarnya persentase kredit konsumsi tersebut juga menunjukkan bahwa

penyaluran kredit UMKM ke sektor usaha yang produktif masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penyediaan kredit perbankan

untuk mendukung pengembangan UMKM sebenarnya sudah cukup besar karena

telah mencapai separoh dari alokasi total kredit perbankan. Strategi yang sebaiknya

diterapkan perbankan pada masa mendatang harus lebih ekspansif untuk menggali

potensi dan kemajuan sektor UMKM untuk menunjukkan keyakinan perbankan

bahwa pasar pembiayaan di sektor ini masih belum jenuh dan menjanjikan.

Sementara itu, jumlah kredit UMKM di Bali sampai dengan Februari 2011

senilai Rp 24 triliun, meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan periode yang

sama tahun 2010 dengan jumlah hanya Rp 18 triliun (Pengawas Bank Madya BI

Wilayah Denpasar, Armen, 18 April 2011). Lebih lanjut dijelaskan bahwa

peningkatan nilai kredit itu mencapai Rp 6 triliun dan diprediksi akan terus

berlangsung sampai dengan akhir tahun ini. Peningkatan jumlah tersebut

diperkirakan masih cukup jauh nilainya dari sembilan provinsi lainnya yang dijadikan

lokasi proyek pengembangan penyaluran kredit UMKM di Indonesia. Saat ini jumlah

kredit tertinggi di daerah DKI Jakarta dengan nilai mencapai Rp 196 triliun, disusul

oleh Jawa Barat Rp 146 triliun, sedangkan jumlah kredit UMKM secara nasional,

seluruhnya adalah Rp 974 triliun. Jumlah tersebut hampir 50 persen lebih dari total

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 68

kredit yang disalurkan oleh bank sebesar Rp 1.784 triliun. Jumlah kredit UMKM

sebesar Rp 974 triliun itu dengan perincian Rp 284 triliun untuk kredit usaha mikro,

Rp 407 triliun disalurkan pada kredit usaha kecil, dan Rp 282 triliun untuk usaha

menengah. Dana kredit yang disalurkan untuk usaha mikro berplafon maksimal Rp

50 juta, usaha menengah di antara Rp 50 juta – Rp 500 juta, sedangkan untuk

usaha menengah berplafon Rp 500 juta – Rp 5 miliar. Dari sisi suplai, Bank

Indonesia (BI) mengeluarkan berbagai kebijakan perbankan sehingga dapat

meningkatkan pemberian kredit kepada UMKM, tetapi tetap 'prudent'. Sebaliknya,

dari sisi permintaan, kebijakan BI lebih difokuskan pada penguatan lembaga

pendamping UMKM melalui peningkatan kapasitas usaha dalam bentuk pelatihan

dan kegiatan penelitian yang menunjang pemberian kredit kepada UMKM.

Keberadaan UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam

perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian

nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi

pascakrisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya

terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang

cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri sehingga sangat membantu upaya

mengurangi pengangguran. Apabila dicermati, penetrasi perbankan kepada sektor

UMKM tersebut bukan hanya sekadar mengikuti trend, melainkan suatu strategi

yang mendasari keputusan bisnis yang mengukuhkan UMKM sebagai salah satu

sektor yang prospektif sehingga layak untuk dibiayai secara menguntungkan.

Penyaluran kredit kepada UMKM selayaknya dilaksanakan untuk suatu bisnis

berbasis budaya lokal berdasarkan potensi spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 69

BAB VI KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN DAN POTENSIAL

UMKM DI PROVINSI BALI

6.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan per Kabupaten di Provinsi Bali 6.1.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kota Denpasar A. KPJU di Kecamatan Denpasar Timur

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Denpasar Timur terletak ke arah timur Kota

Denpasar. Denpasar Timur memiliki sebelas desa/kelurahan, memiliki luas wilayah

sebesar 22,31 km2, ketinggian 00--75 meter dari permukaan laut.

Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang

di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 726 hektare, sedangkan

tanah kering 1.503 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 1.218 hektare,

tegalan 144 hektare, hutan rakyat 15 hektare, perkebunan 14 hektare, lain-lain 112

hektare. Tanah lainnya 2 hektare, yaitu kolam 2 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Denpasar Timur 122.773 penduduk yang terdiri atas 62.136 laki-laki dan 60.637

perempuan. Dengan luas wilayah 22,31 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Denpasar Timur adalah 2.718 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Timur memiliki lima produk

unggulan, yaitu (1) padi sawah yang berlokasi di Penatih Dangin Puri, Kelurahan

Penatih, Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman Kertalangu; (2) sapi yang berlokasi di

Penatih Dangin Puri, Kelurahan Penatih, Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman

Kertalangu; (3) jagung manis yang berlokasi di Penatih, Kesiman Kertalangu; (4)

babi yang berlokasi di Penatih Dangin Puri, Kelurahan Penatih; (5) tanaman hias

yang berlokasi di Sumerta Kelod. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan

melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi

(726 ha)(Tabel 6.1.1a).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 70

Sektor industri pengolahan memiliki lima hasil/produk yang menjadi unggulan

di kecamatan tersebut, yaitu (1) RMU yang terletak di Penatih Dangin Puri, Penatih ;

(2) produk makanan aneka keripik yang terletak di Penatih; (3) pakaian jadi

(garment) yang terletak di Kesiman dan Kertalangu; (4) perlengkapan pakaian dari

tekstil (mote dan renda) yang terletak di Kesiman dan Kertalangu; (5) jajanan basah

yang terletak di Kesiman dan Penatih.

Sektor bangunan/konstruksi memiliki satu jenis usaha unggulan, yaitu

kontraktor konstruksi bangunan yang terdapat di hampir semua desa di Kecamatan

Denpasar Timur.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki lima jenis usaha unggulan,

yaitu (1) mini market dan toko kelontong yang terletak di hampir semua desa di

Kecamatan Denpasar Timur; (2) restoran dan rumah makan yang terletak di Penatih,

Kesiman, Kertalangu; (3) hotel melati yang terletak di Kertalangu; (4) konter HP yang

terletak di hampir semua desa di Kecamatan Denpasar Timur; (5) kios barang-

barang kerajinan yang terletak di Kertalangu, Sumerta Kelod.

Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima jenis usaha unggulan,

yaitu (1) angkutan darat barang (truk); (2) jasa pengiriman paket; (3) bus carter yang

terletak di Dangin Puri; (4) rent car yang terletak di Dangin Puri; dan (5) Ojek

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima jenis

usaha unggulan, yaitu (1) KSP yang terletak di hampir semua desa di Kecamatan

Denpasar Timur; (2) BPR yang terletak di Sumerta Kelod, Kelurahan Sumerta; (3)

LPD yang terletak di Sumerta Kaja, Kesiman, Sumerta; (4) money changer yang

terletak di Kesiman Dangin Puri; dan (5) KUD.

Sektor jasa – jasa lainnya memiliki lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa

perbengkelan (mobil dan motor); (2) rumah kost; (3) jasa binatu/laundry; (4) pangkas

rambut dan salon kecantikan; (5) penjahitan pakaian sesuai pesanan yang terletak

hampir di seluruh desa atau merata di Kecamatan Denpasar Timur.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 71

Tabel 6.1.1a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Denpasar Timur

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian

(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Jagung Manis (4) Babi (5) Tanaman Hias

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan

(1) Penggilingan Padi (RMU) (2) Produk makanan aneka

keripik (3) Pakaian jadi (garment) (4) Perlengkapan pakaian dari

tekstil (mote dan renda) (5) Jajanan basah

(1) Industri gamelan (2) Industri kerajinan

kayu

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Restoran dan rumah makan (3) Hotel melati (4) Konter HP (5) Kios barang – barang

kerajinan

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Bus carter (4) Rent car (5) Ojek

(1) Angkutan penumpang perkotaan

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) BPR (3) LPD (4) Money changer (5) KUD

-

9 Jasa-Jasa lain (1) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

(2) Rumah kost (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Penjahitan pakaian

(1) PAUD (2) Tempat penitipan

anak (TPA)

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 72

3. KPJU Potensial

Sektor industri pengolahan memiliki dua produk potensial, yaitu sebagai

berikut.

(1) Industri gamelan karena Denpasar memiliki budaya dan kekentalan adat Bali

yang tinggi sehingga potensi produk ini dapat dikembangkan. Lokasinya ada di

Kelurahan Penatih.

(2) Industri kerajinan kayu merupakan kerajinan kreatif (patung, lukisan, dll) karena

Denpasar merupakan tempat wisata. Di samping itu, bahan baku yang mudah

didapat sehingga potensi produk ini dapat dikembangkan. Lokasinya ada di

Kesiman dan Penatih.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat produk potensial

angkutan penumpang perkotaan karena kemacetan lalu lintas sehingga membuat

masyarakat mengambil alternatif tersebut.

Pada sektor jasa terdapat beberapa produk potensial di Kecamatan Denpasar

Timur, antara lain sebagai berikut.

(1) PAUD, saat ini masyarakat sedang ramai mencari sekolah pra-SD yang

bergengsi dan dianggap memiliki kualitas baik sebelum menerima pelajaran di

sekolah dasar.

(2) Tempat penitipan anak (TPA) karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaannya

dan menjadi trend saat ini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 73

B. Kecamatan Denpasar Selatan 1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Denpasar Selatan terletak ke arah selatan Kota

Denpasar. Kecamatan Denpasar Selatan memiliki sepuluh desa, memiliki luas

wilayah 49,99 km2, ketinggian 00--12 meter dari permukaan laut.

Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang

di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 929 hektare, sedangkan

tanah kering 4.064 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 2.597 hektare,

tegalan 183 hektare, hutan rakyat 53 hektare, hutan negara 538 hektare, perkebunan

21 hektare, lain-lain 672 hektare. Tanah lainnya 6 hektare yaitu tambak 5 hektare,

dan kolam 1 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Denpasar Selatan 186.330 penduduk yang terdiri dari 94.155 laki-laki dan 92.175

perempuan. Dengan luas wilayah 49,99 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Denpasar Selatan adalah 3.727 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan memiliki lima produk

unggulan, yaitu (1) sapi yang paling banyak ada di Desa Pedungan; (2) tanaman

hias ada di Sanur; (3) padi sawah terletak di Nusa Dua, Sanur Kauh, Sesetan,

Pedungan, Renon, Sidakarya; (4) penangkapan ikan di laut Sanur, Benoa,

Serangan; dan (5) jagung manis yang terletak di Sanur Kaja/Padang Galak (Tabel

6.1.1a).

Di sektor industri pengolahan terdapat lima hasil produk yang menjadi

unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) pakaian jadi (garment) terletak di Sesetan,

Pedungan, Pemogan, Sanur; (2) pengolahan dan pengawetan ikan yang terletak di

Pedungan dan Serangan; (3) pengolahan kopi bubuk hanya terletak di Pedungan; (4)

produk makanan aneka keripik banyak ada di Desa Pedungan; (5) industri kerajinan

kipas banyak terdapat di Sesetan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 74

Sektor bangunan/konstruksi memiliki satu jenis usaha unggulan, yaitu

kontraktor konstruksi bangunan yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar

Selatan.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis usaha unggulan,

yaitu (1) hotel Melati yang terletak di Sanur Kauh, Sanur Kaja, Sidakarya, dan

Ppedungan; (2) mini market dan toko kelontong yang letaknya merata di Kecamatan

Denpasar Selatan; (3) restoran dan rumah makan yang terletak di Sanur; (4) kios

barang-barang kerajinan yang terletak di Sanur; (5) Spa yang terletak di Sanur.

Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki lima jenis usaha unggulan,

yaitu (1) angkutan laut perahu motor yang terletak di Sanur dan Pedungan (Benoa) ;

(2) angkutan darat barang (truk) yang terletak di Pedungan; (3) jasa pengiriman

paket yang terletak di Sanur dan Sesetan; (4) rent car yang terletak di Sanur dan

Pedungan; dan (5) Ojek.

Di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdapat empat jenis

usaha unggulan, yaitu (1) KSP yang terletak di semua desa di Kecamatan Denpasar

Selatan; (2) LPD yang terletak di semua desa di Kecamatan Denpasar Selatan; (3)

BPR yang terletak di Sanur, Sesetan, Pedungan; (4) money changer yang terletak di

Sanur; dan (5) KUD yang terletak di Pedungan dan Serangan.

Sektor jasa–jasa lainnya terdapat lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa

perbengkelan (mobil dan motor); (2) rumah kost ; (3) jasa binatu/laundry; (4) pangkas

rambut dan salon kecantikan; dan (5) penjahitan pakaian sesuai pesanan yang

terletak di seluruh desa atau merata di Kecamatan Denpasar Selatan.

3. KPJU Potensial

Sektor industri pengolahan memiliki industri batik celup karena kreativitas

masyarakat yang sangat tinggi sehingga potensi produk ini dapat dikembangkan

terlebih lagi didukung dengan adanya garment sebagai KPJU unggulan di daerah ini.

Lokasi usaha batik celup ini berada di Pemogan.

Produk potensial di sektor jasa PAUD karena masyarakat menginginkan

anaknya mendapatkan pendidikan terbaik sebelum masuk sekolah dasar.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 75

Tabel 6.1.1b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Denpasar Selatan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian

(1) Sapi (2) Tanaman hias (3) Padi sawah (4) Penangkapan ikan di laut (5) Jagung manis

-

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan

(1) Pakaian jadi (garment) (2) Pengolahan & pengawetan

ikan (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Produk makanan aneka keripik (5) Industri kerajinan kipas

(1) Batik celup

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko barang

kelontong (3) Restoran dan rumah makan (4) Kios barang-barang kerajinan (5) Spa

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan laut perahu motor (2) Angkutan darat barang (truk) (3) Jasa pengiriman paket (4) Rent car (5) Ojek

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) LPD (3) BPR (4) Money changer (5) KUD

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

(2) Rumah kost (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Penjahitan pakaian

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 76

C. Kecamatan Denpasar Barat

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Denpasar Barat terletak ke arah barat Kota

Denpasar. Kecamatan Denpasar Barat memiliki sebelas desa/kelurahan, memiliki

luas wilayah 24,06 km2, ketinggian 00--75 meter dari permukaan laut.

Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang

di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 269 hektare, sedangkan

tanah kering 2.137 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 1.847 hektare,

lain-lain 290 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Denpasar Selatan 186.330 penduduk yang terdiri atas 94.155 laki-laki dan 92.175

perempuan. Dengan luas wilayah 49,99 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Denpasar Barat adalah 3.727 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Barat memiliki lima produk

unggulan, yaitu (1) sapi yang terletak di Padangsambian Kaja, Padangsambian,

Padangsambian Kelod, Pemecutan Kelod; (2) babi yang terletak di Pemecutan

Kelod, Padangsambian Kaja, Padangsambian Kelod, Padangsambian; (3) itik yang

terletak di Padangsambian Kaja, Pemecutan Kelod, dan sisanya merata di desa

lainnya; (4) ayam yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar Barat; (5) kambing

yang letaknya hanya di Padangsambian Kaja. Masyarakat di daerah ini memang

kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan

peternakan (1.847 ha)(Tabel 6.1.1c).

Di sektor industri pengolahan terdapat empat hasil produk yang menjadi

unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) pakaian jadi (garment) yang terletak di

Pemecutan Kelod, Pemecutan Kaja, Padangsambian, Padangsambian Kelod, Dauh

Puri Kauh, Dauh Puri Kelod; (2) produk makanan aneka keripik yang letaknya

merata; (3) jajan uli (untuk upacara) yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar

Barat; (4) sablon pakaian yang terletak di Padangsambian Kelod, Padangsambian,

Dauh Puri Kauh; (5) es krim dan sejenisnya yang letaknya di Dauh Puri Kangin.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 77

Sektor bangunan/konstruksi memiliki satu jenis usaha unggulan yaitu

kontraktor konstruksi bangunan yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar Barat.

Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis usaha

unggulan, yaitu (1) restoran dan rumah makan yang terletak di Dauh Puri Kauh,

Dauh Puri Kangin, dan merata di tempat lainnya; (2) hotel melati yang terletak di

Dauh Puri Kelod (paling banyak), Dauh Puri Kauh, Dauh Puri Kangin; (3) kios

barang-barang kerajinan yang terletak di Padangsambian Kelod; (4) mini market dan

toko kelontong yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar Barat; (5) Konter HP

yang terletak di Dauh Puri Kauh.

Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima jenis usaha unggulan,

yaitu (1) angkutan darat barang (truk) yang terletak di Padangsambian Kaja; (2) jasa

pengiriman paket yang terletak di Jalan Buluh Indah, Dauh Puri Kangin; (3) angkutan

darat pedesaan dan perkotaan untuk penumpang yang terletak di Padangsambian;

(4) angkutan tradisional dokar yang terletak di Pemecutan; (5) warnet yang terletak di

beberapa tempat di kecamatan ini.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memiliki lima jenis usaha

unggulan, yaitu (1) money changer yang terletak di Dauh Puri Kauh; (2) LPD yang

letaknya merata di tiap-tiap desa; (3) KSP yang letaknya di Padangsambian dan

merata di tiap-tiap desa; (4) BPR yang terletak di Padangsambian; (5) KUD yang

terletak di Padangsambian Kaja.

Di sektor jasa-jasa lain terdapat lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa

binatu/laundry; (2) rumah kost; (3) jasa perbengkelan (bengkel mobil/motor); (4)

pangkas rambut dan salon kecantikan; (5) Fotokopi yang letaknya merata di

Kecamatan Denpasar Barat.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 78

Tabel 6.1.1c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Denpasar Barat

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian

(1) Sapi (2) Babi (3) Itik (4) Ayam (5) Kambing

(1) Tanaman hias

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan

(1) Pakaian jadi (garment) (2) Produk makanan aneka keripik (3) Jajan uli (untuk upacara) (4) Sablon pakaian (5) Es krim dan sejenisnya

(1) Industri tenun (2) Industri sandal (3) Industri tahu dan

tempe

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran dan rumah makan (2) Hotel melati (3) Kios barang-barang kerajinan (4) Mini market dan toko kelontong (5) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (4) Angkutan tradisional dokar (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Money changer (2) LPD (3) KSP (4) BPR (5) KUD

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Rumah kost (3) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor) (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Fotokopi

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 79

3. KPJU Potensial

Di sektor pertanian dapat dikembangkan tanaman hias, seperti jepun jepang,

anthurium, dan lainnya (Tabel 6.1.1c).

Sektor industri pengolahan memiliki produk potensial, yaitu industri tenun,

industri sandal, industri tahu dan tempe.

1. Industri tenun karena pengembangan kreativitas yang sangat bagus dan

bahan baku yang mudah didapat.

2. Industri sandal karena industri sandal mulai berkembang.

3. Industri tahu dan tempe karena bahan baku yang mudah didapat dan

merupakan makanan tradisional yang memiliki kandungan protein yang tinggi.

Sektor jasa, produk potensial seperti PAUD di mana masyarakat

menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan terbaik sebelum masuk sekolah

dasar.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 80

D. Kecamatan Denpasar Utara

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Denpasar Utara terletak ke arah utara Kota

Denpasar. Kecamatan Denpasar Utara memiliki sebelas desa/kelurahan, memiliki

luas wilayah sebesar 31,42 km2, ketinggian 00--75 meter dari permukaan laut.

Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang

di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 769 hektare, sedangkan

tanah kering 2.371 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 2.192 hektare,

hutan rakyat 7 hektare, lain-lain 103 hektare. Tanah lainnya 2 hektare, yaitu kolam 2

hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Denpasar Selatan 152.967 penduduk yang terdiri atas 77.718 laki-laki dan 75.249

perempuan. Dengan luas wilayah 31,42 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Denpasar Utara adalah 4.868 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Utara memiliki lima produk

unggulan, yaitu (1) padi sawah yang terletak di Peguyangan Kangin, Peguyangan

Kaja, Kelurahan Peguyangan dan Ubung Kaja; (2) sapi terletak di Peguyangan Kaja,

Peguyangan Kangin, Ubung Kaja, Kelurahan Peguyangan; (3) babi terletak di

Peguyangan Kaja, Peguyangan Kangin, Ubung; (4) ayam yang terletak di

Peguyangan Kangin dan Peguyangan Kaja; (5) itik yang terletak di Tonja,

Peguyangan, Ubung, Ubung Kaja, Peguyangan Kaja, Peguyangan Kangin.

Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang

tersebut, misalnya kegiatan peternakan (1.847 ha)(Tabel 6.1.1d).

Di sektor industri pengolahan terdapat lima hasil produk yang menjadi

unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang terletak di

Kelurahan Peguyangan, Peguyangan Kaja, Peguyangan Kangin; (2) industri

pembuatan tahu yang terletak di Ubung; (3) industri pembuatan tempe yang terletak

di Ubung, Peguyangan Kangin, Tonja; (4) industri pembuatan jaja uli (untuk upacara)

terletak merata di Kecamatan Denpasar Utara; (5) produk makanan aneka keripik

yang terletak merata di Kecamatan Denpasar Utara.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 81

Sektor bangunan/konstruksi terdapat satu jenis usaha unggulan yaitu

kontraktor konstruksi bangunan yang letaknya merata di kecamatan denpasar utara.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran terdapat lima jenis usaha unggulan,

yaitu (1) restoran dan rumah makan yang terletak di Ubung, Ubung Kaja, Dauh Puri

Kaja; (2) mini market dan toko kelontong yang letaknya merata di Kecamatan

Denpasar Utara; (3) konter HP yang letaknya merata di Denpasar Utara;

(4) perdagangan produk pertanian yang terletak di Dangin Puri Kangin, Dangin Puri

Kaja; (5) hotel melati yang terletak di Dangin Puri Kaja (seperti di Jalan Nangka).

Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki empat jenis usaha unggulan,

yaitu (1) angkutan darat barang (truk) yang terletak di Ubung, Kreneng; (2) jasa

pengiriman paket yang terletak di Ubung, Buluh Indah; (3) angkutan darat pedesaan

dan perkotaan untuk penumpang yang terletak di Ubung; (4) Ojek yang banyak ada

di Ubung.

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima jenis

usaha unggulan, yaitu (1) LPD yang letaknya di setiap desa di Kecamatan Denpasar

Utara; (2) KSP yang letaknya di merata di Kecamatan Denpasar Utara; (3) BPR yang

terletak di Dangin Puri Kaja; (4) KUD yang terletak di Peguyangan; (5) money

changer ada di Dangin Puri Kaja.

Sektor jasa-jasa lain memiliki lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa

binatu/laundry; (2) rumah kost; (3) pangkas rambut dan salon kecantikan; (4)

penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan; (5) bengkel mobil/motor yang letaknya

merata di Kecamatan Denpasar Utara.

3. KPJU Potensial

Di sektor pertanian produk yang potensial adalah tanaman hias, seperti jepun

jepang, anthurium, anggrek, dll.(Tabel 6.1.1d).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 82

Tabel 6.1.1d. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Denpasar Utara

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian

(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Ayam (5) Itik

(1) Tanaman hias

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan

(1) Penggilingan padi (RMU) (2) Industri tahu (3) Industri tempe (4) Jajan uli (untuk upacara) (5) Produk makanan aneka

keripik

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran dan rumah makan (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Konter HP (4) Perdagangan produk

pertanian (5) Hotel melati

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (4) Ojek (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD (5) Money changer

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Rumah kost (3) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (4) Penjahitan pakaian (5) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 83

6.1.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Badung

A. KPJU di Kecamatan Petang

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Petang terletak di bagian utara Kabupaten

Badung. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, di sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Bangli, di sebelah utara dengan Kabupaten Buleleng,

dan selatan dengan Kecamatan Abiansemal. Status jalan yang menghubungkannya

dengan kecamatan atau kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten dan provinsi.

Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 25 km ke arah selatan.

Kecamatan Petang terletak pada ketinggian 275--2.075 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 13 mm (Juni) sampai dengan

467 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari

(Agustus) sampai 17 hari (Januari dan Februari).

Kecamatan Petang merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada di

Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 115,00 km2 atau 27,5 persen dari wilayah

Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (42,48 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan

untuk tegalan/kebun, proporsi besar kedua (31,24 persen) untuk perkebunan dan

masing-masing sekitar 10,0 persen berupa sawah dan hutan negara. Ini berarti

bahwa sekitar 83,0 persen dari wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Petang

26.269 orang atau 4,83 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung dengan

sex-ratio 102. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk

laki-laki. Dengan luas wilayah 115,0 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Petang adalah 228 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Pemanfaatan wilayah Kecamatan Petang sebagian besar untuk tegal/kebun,

sedangkan untuk sawah hanya sekitar 10,0 persen sehingga padi sawah bukan

menjadi KPJU unggulan. KPJU unggulan di sektor pertanian berturut-turut adalah

sapi, labu siam, ayam buras, pisang, dan ubi jalar (Tabel 6.1.2a).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 84

Sebagai daerah dengan orientasi pertanian, maka industri pengolahan juga

hanya terbatas pada industri kerajinan atau industri rumah tangga. KPJU unggulan di

sektor ini hanya tiga KPJU yaitu industri kerajinan dari kayu, industri

makanan/minuman, dan kerajinan dari logam.

Udara Kecamatan Petang relatif sejuk sehingga mempunyai potensi sebagai

daerah pariwisata. Di daerah ini potensi yang dapat dikembangkan adalah vila dan

restoran, sedangkan KPJU unggulannya adalah perdagangan produk pertanian. Di

samping itu, mini market dan toko kelontong, warung makan, dan konter HP.

Untuk memperlancar arus barang, penumpang, dan aktivitas perekonomian

maka KPJU unggulannya adalah angkutan barang dan penumpang serta beberapa

lembaga keuangan nonbank, seperti LPD, KSU, KSP, dan KUD. Lembaga keuangan

bank hanya BPR. KPJU jasa perorangan ada empat, yaitu penjahitan pakaian, jasa

perbengkelan (mobil dan motor), pangkas rambut & salon kecantikan, dan reparasi

TV.

3. KPJU Potensial

Kecamatan Petang mempunyai tiga KPJU potensial di sektor pertanian dan

dua KPJU potensial di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di sektor pertanian

adalah ubi kayu, kacang tanah, kubis, dan durian. Keempat komoditas ini potensial

karena wilayah ini udaranya sejuk dan sebagian besar merupakan tegal/kebun

(Tabel 6.1.2a).

Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang potensial adalah vila dan

restoran. Dengan udara yang sejuk dan hijau, hotel dan restoran potensial untuk

dikembangkan terutama pada daerah pinggiran sungai. Seperti diketahui bahwa di

sebelah timur kecamatan ini terdapat sebuah sungai besar memanjang ke arah

selatan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 85

Tabel 6.1.2a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Petang

No. Sektor KPJU Unggulan UMKM KPJU Potensial UMKM

1 Pertanian (1) Sapi (2) Labu siam (3) Ayam buras (4) Pisang (5) Ubi jalar

(1) Ubi kayu (2) Kacang tanah (3) Kubis (4) Durian

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan

(1) Industri kerajinan kayu (2) Industri

makanan/minuman (3) Industri kerajinan dari

logam

-

4 Listrik dan Air Minum

- -

5 Bangunan/ Konstruksi

- -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Perdagangan produk pertanian (pangan dan ternak)

(3) Warung makan (4) Konter HP

(1) Vila (2) Restoran & rumah

makan

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang pedesaan

(2) Angkutan barang (truk)

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSU (3) KSP (4) BPR (5) KUD

-

9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Jasa perbengkelan

(motor/mobil) (3) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (4) Reparasi TV

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 86

B. KPJU di Kecamatan Abiansemal

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Abiansemal terletak ke arah utara dari ibu kota

Kabupaten Badung Mangupura. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Mengwi, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar, di sebelah utara

dengan Kecamatan Petang, dan selatan dengan Kota Denpasar. Status jalan yang

menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten lain adalah jalan kabupaten

dan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 10 km ke arah selatan.

Kecamatan Abiansemal berada pada ketinggian 75--350 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 5,0 mm (Agustus) sampai

dengan 820,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1

hari (Juni) sampai dengan 22 hari (Januari).

Kecamatan Abiansemal merupakan salah satu dari enam kecamatan yang

ada di Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 69,01 km2 atau 16,55 persen dari

wilayah Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (42,78 persen) dari wilayahnya

dimanfaatkan untuk sawah, proporsi besar kedua (14,27 persen) untuk perkebunan

dan masing-masing sekitar 13,0 persen berupa tegalan/kebun dan hutan rakyat. Ini

berarti bahwa sekitar 70,0 persen luas wilayah Kecamatan Abiansemal dimanfaatkan

untuk tanah pertanian.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Abiansemal 87.979 orang atau 16,18 persen dari seluruh penduduk Kabupaten

Badung dengan sex-ratio 100. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk laki-laki dan

perempuan berimbang atau dengan kata lain dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 100 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 69,01 km2, ini berarti bahwa

tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Abiansemal adalah 1.275 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Struktur perekonomian Kecamatan Abiansemal juga masih berorientasi pada

sektor pertanian khususnya padi sawah kemudian baru tanaman di tegalan dan

kebun sehinga KPJU unggulan di sektor pertanian adalah komoditas tanaman

pangan (padi dan jagung) dan ternak (babi, sapi, dan ayam buras). KPJU unggulan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 87

di sektor industri hampir semua merupakan industri kecil/rumah tangga. KPJU

unggulannya adalah industri makanan, industri kerajinan dari kayu, industri kerajinan

dari logam, pengolahan kopi bubuk, dan industri kerajinan besi/baja.

Kecamatan Abiansemal bukan merupakan daerah pariwisata sehingga di

wilayah ini tidak ada KPJU unggulan yang berkaitan dengan pariwisata. KPJU

unggulan yang ada hanya subsektor perdagangan dalam bentuk mini market dan

toko kelontong, perdagangan hasil pertanian, warung makan, dan konter HP.

Untuk memperlancar arus barang dan orang tersedia KPJU unggulan berupa

angkutan penumpang pedesaan dan angkutan barang. Untuk memperlancar

kegiatan ekonomi tersedia KPJU unggulan keuangan nonbank, seperti KSP, KSU,

LPD, dan KUD, serta satu lembaga bank, yaitu BPR. KPJU unggulan di sektor jasa-

jasa hanya ada empat KPJU, yaitu reparasi TV dan radio, instalatur listrik, pangkas

rambut dan salon kecantikan, jasa kebugaran (pijat), dan jasa fotografi.

3. KPJU Potensial

Di sektor pertanian ada lima KPJU potensial, yaitu ubi jalar, kelapa, kopi,

nangka, dan pepaya. Pengembangan semua komoditas ini dapat dilakukan melalui

tanaman sela (Tabel 6.1.2b). Di sektor industri pengolahan yang potensial adalah

pengolahan kopra karena diwilayah ini banyak terdapat tanaman kelapa.

Potensi lainnya adalah PAUD. Pengembangan ini dimungkinkan seiring

dengan makin baiknya perekonomian masyarakat dan makin sadarnya mereka

tentang arti pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 88

Tabel 6.1.2b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Abiansemal

No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi (2) Babi (3) Sapi (4) Ayam buras (5) Jagung

(1) Ubu jalar (2) Kelapa (3) Kopi (4) Nangka (5) Pepaya

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri makanan (2) Industri kerajinan dari

kayu (3) Industri kerajinan dari

logam (4) Pengolahan kopi bubuk (5) Industri kerajinan besi

dan baja.

(1) Pengolahan kopra

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Warung makan (3) Perdagangan produk

pertanian (4) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang pedesaan

(2) Angkutan barang (truk)

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) LPD (3) KSU (4) BPR (5) KUD

9 Jasa-jasa lain (1) Reparasi TV dan radio (2) Instalatur listrik (3) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (4) Jasa kebugaran (pijat) (5) Jasa fotografi

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 89

C. KPJU di Kecamatan Mengwi

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Mengwi terletak ke arah utara ibu kota

Kabupaten Badung Mangupura. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Tabanan, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Abiansemal, di sebelah

utara dengan Kabupaten Buleleng, dan bagian selatan berbatasan dengan Kota

Denpasar. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau

kabupaten/kota lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota

kabupaten sekitar 10 km ke arah selatan.

Kecamatan Mengwi berada pada ketinggian 0--350 meter di atas permukaan

laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung

sepanjang tahun (kecuali bulan Juni) dengan variasi antara 1,0 mm (Agustus)

sampai dengan 268 mm (September). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi

antara 1 hari (Agustus) sampai dengan 21 hari (Januari).

Kecamatan Mengwi merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada di

Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 82,00 km2 atau 19,59 persen dari wilayah

Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (56,40 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan

untuk sawah, proporsi besar kedua (15,10 persen) untuk permukiman dan

pekarangan, serta proporsi besar ketiga (11,57 persen) berupa tegalan/kebun.

Dengan demikian, lebih dari 70,0 persen wilayah Kecamatan Mengwi dimanfaatkan

untuk tanah pertanian.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Mengwi

122.858 orang atau 22,60 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung dengan

sex-ratio 102. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102

penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 82,00 km2, ini berarti bahwa tingkat

kepadatan penduduk Kecamatan Mengwi adalah 1.498 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sekitar 56,0 persen dari luas wilayah Kec Mengwi dimanfaatkan untuk sawah

dan hampir 12,0 persen berupa tegal/kebun. Akibatnya KPJU unggulan di sektor

pertanian adalah komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) dan ternak (babi,

sapi, dan ayam buras). Di Sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU unggulan,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 90

yaitu industri makanan/minuman, kerajinan kayu, kerajinan dari logam, kerajinan besi

& baja, dan garment.

Di Kecamatan Mengwi terdapat sebuah daeran tujuan wisata, yaitu Pura

Taman Ayun, tetapi di wilayah ini tidak ada KPJU unggulan yang berhubungan

dengan daerah tujuan pariwisata. KPJU unggulannya hanya terbatas pada subsektor

perdagangan dalam bentuk mini market dan toko kelontong, warung makan,

perdagangan komoditas hasil pertanian dan konter HP.

Sama halnya dengan kecamatan yang lain untuk memperlancar arus barang

dan penumpang KPJU unggulannya berupa angkutan penumpang pedesaan dan

angkutan barang (truk). Untuk mengakses informasi tersedia warnet. Untuk

menggerakkan aktivitas perekonomian tersedia beberapa KPJU unggulan di sektor

keuangan, yaitu bank dan nonbank, seperti BPR, KSP, KSU, LPD, dan KUD. Di

sektor jasa-jasa juga tersedia lima KPJU unggulan mulai dari penjahit pakaian,

reparasi TV/radio, instalatir listrik, jasa perbengkelan (motor dan mobil) serta

pangkas rambut & salon kecantikan.

3. KPJU Potensial

Di sektor pertanian ada dua KPJU potensial, yaitu pisang dan ubi kayu. Kedua

komoditas ini potensial dikembangkan karena sebagian wilayahnya berupa

tegal/kebun. Pisang dan ubi kayu dikembangkan sebagai tanaman sela.

Komoditas lain yang potensial semuanya berkaitan dengan jasa, yaitu jasa

boga, PAUD, dan jasa kebugaran. Jasa-jasa ini potensial dikembangkan karena

banyak penduduknya bercirikan penduduk urban (Tabel 6.1.2c).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 91

Tabel 6.1.2c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Mengwi

No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi (2) Babi (3) Sapi (4) Ayam buras (5) Jagung

(1) Pisang (2) Ubi kayu

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri makanan/minuman

(2) Industri kerajinan kayu (3) Industri kerajinan dari

logam (4) Industri kerajinan besi

dan baja (5) Garment

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Warung makan (3) Perdagangan produk

pertanian (4) Konter HP

(1) Jasa boga

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang pedesaan

(2) Angkutan barang (truk) (3) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) LPD (3) KSU (4) KUD (5) BPR

9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Reparasi TV/radio (3) Instalatur listrik (4) Jasa perbengkelan

(motor/mobil) (5) Pangkas rambut dan

salon kecantikan

(1) PAUD (2) Jasa kebugaran

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 92

D. KPJU di Kecamatan Kuta Utara

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Kuta Utara terletak ke arah selatan ibu kota

Kabupaten Badung, yaitu Mangupura. Di sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Tabanan dan Kecamatan Mengwi, di sebelah timur berbatasan dengan

Kota Denpasar, di sebelah utara dengan Kecamatan Mengwi, dan sebelah selatan

dengan Kecamatan Kuta. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan

atau kabupaten/kota lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota

kabupaten sekitar 7 km ke arah utara.

Kecamatan Kuta Utara berada pada ketinggian 65 meter di atas permukaan

laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung

sepanjang tahun (kecuali bulan Juni) dengan variasi antara 4,0 mm (Juli) sampai

dengan 380 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari

(Agustus) sampai dengan 21 hari (Februari).

Kecamatan Kuta Utara merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada

di Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 35,38 km2 atau 8,09 persen dari wilayah

Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (42,82 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan

untuk sawah, proporsi besar kedua (32,05 persen) untuk permukiman & pekarangan

dan proporsi besar ketiga (hampir 14,0 persen) untuk pemanfaatan lainnya. Ini berati

bahwa sekitar 53,0 persen wilayah Kecamatan Kuta Utara merupakan daerah

pertanian dengan dominasi pertanian sawah.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kuta

Utara 103.775 orang atau 19,09 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung

dengan sex-ratio 106. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 106 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 35,38 km2, ini berarti bahwa

tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Kuta Utara adalah 2.933 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Walaupun proporsi terbesar dari wilayah Kecamatan Kuta Utara berupa lahan

sawah, struktur perekonomiannya merupakan campuran antara pertanian dengan

pariwisata. Di wilayah ini banyak sekali terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi

tempat permukiman dan berdirinya banyak vila sewaan. Wilayah ini dilalui oleh jalan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 93

yang menghubungkan Kota Denpasar dengan kawasan wisata Tanah Lot di

Kabupaten Tabanan. Hampir sepanjang jalan ini dipenuhi oleh mini market dan

pertokoan yang menjual barang yang berkaitan dengan pariwisata (barang kerajinan

dan kelengkapan hotel/vila) dan berbagai barang kebutuhan masyarakat setempat.

Kondisi seperti ini mengakibatkan KPJU unggulan Kecamatan Kuta Utara di samping

merupakan komoditas pertanian juga komoditas yang berkaitan langsung ataupun

tidak langsung dengan pariwisata.

KPJU unggulan di sektor pertanian adalah padi, bunga pacar air, budi daya

minapadi (ikan karper), tanaman hias, dan sapi. Di sektor industri pengolahan

terdapat empat KPJU unggulan, yaitu garment, industri makanan/minuman, industri

kerajinan dari kayu, dan penyosohan beras atau RMU (Tabel 6.1.2d).

Sebagai daerah yang terimbas pariwisata, maka KPJU unggulan di sektor

perdagangan, hotel, & restoran juga berkaitan erat dengan sektor ini. Adapun KPJU

unggulannya adalah vila, perdagangan produk pertanian, rumah makan dan

restoran, toko suvenir/mebel untuk hotel, dan mini market & toko kelontong.

Untuk memperlancar arus barang dan komuniukasi KPJU unggulannya

adalah angkutan barang (truk) dan warnet. Untuk lebih menggerakkan roda

perekonomian KPJU unggulan di sektor keuangan tersedia lembaga keuangan bank

dan nonbank, yaitu BPR dan berbagai jenis koperasi, antara lain KSP dan KSU.

Untuk KPJU di sektor jasa terdapat lima KPJU unggulan. Lima KPJU unggulan

tersebut adalah pejahitan pakaian, jasa perbengkelan (sepeda motor & mobil),

instalatur listrik, reparasi TV/Radio, dan pangkas rambut & salon kecantikan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 94

Tabel 6.1.2d Komoditas/Produk/Jenis Usaha(KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kuta Utara

No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi (2) Bunga pacar air (3) Budi daya minapadi (ikan

karper) (4) Tanaman hias (5) Sapi

(1) Babi (2) Jeruk (3) Pisang (4) Kedelai (5) Kangkung

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Garment (2) Industri makanan/minuman (3) Industri kerajinan dari kayu (4) Penyosohan beras (RMU)

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Vila (2) Perdagangan produk

pertanian (3) Restoran dan Rumah makan (4) Toko suvenir/mebel untuk

hotel (5) Mini market dan toko

kelontong

(1) Hotel melati (2) Home stay

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan barang (truk) (2) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KSU (4) KUD (5) BPR

9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Jasa perbengkelan

( motor & mobil) (3) Instalatur listrik (4) Reparasi TV/radio (5) Pangkas rambut dan salon

kecantikan

(1) Jasa binatu (2) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 95

3. KPJU Potensial

Sektor pertanian mempunyai lima KPJU unggulan, yaitu babi, jeruk, pisang,

kedelai dan kangkung. Semua komoditas ini potensial dikembangkan karena

sebagian besar wilayahnya masih merupakan tanah sawah dan tegal/kebun. Potensi

di bidang pariwisata adalah hotel melati dan home stay karena daerah ini relatif

dekat dengan kawasan wisata pantai Kuta. Di bidang jasa yang potensial adalah jasa

binatu dan PAUD. Jasa ini potensial karena makin berkembangnya daerah ini

sebagai tempat berdirinya vila dan tumbuhnya toko/kios yang menjual aneka barang

yang berkaitan dengan bidang pariwisata.

E. KPJU di Kecamatan Kuta

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Kuta terletak ke arah selatan ibu kota

Kabupaten Badung, yaitu Mangupura. Di sebelah baratnya adalah laut, yaitu Selat

Bali, di sebelah timur berbatasan dengan Kota Denpasar, di sebelah utara dengan

Kecamatan Kuta Utara, dan sebelah selatan dengan Kecamatan Kuta Selatan.

Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan atau kabupaten/kota lain

adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 12 km ke

arah utara.

Kecamatan Kuta berada pada ketinggian 27 meter di atas permukaan laut.

Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung sepanjang

tahun (kecuali bulan Agustus) dengan variasi antara 1,5 mm (Juni) sampai dengan

526,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3 hari (Juni)

sampai dengan 21 hari (Februari).

Kecamatan Kuta merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada di

Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 17,79 km2 atau 4,19 persen dari wilayah

Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (69,48 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan

untuk permukiman dan pekarangan. Untuk pemanfatan yang lain proporsinya

masing-masing kurang dari 7,0 persen, kecuali untuk pemanfaatan lain bukan

pertanian proporsinya lebih dari 15,0 persen. Pemanfaatan untuk permukiman dan

pekarangan termasuk juga untuk kios, hotel, dan restoran. Seperti diketahui bahwa

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 96

Kuta merupakan kawasan wisata pantai yang sangat terkenal sehingga di wilayah

ini tumbuh berbagai prasarana pariwisata seperti disebutkan di atas.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kuta

86.657 orang atau 15,94 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung dengan

sex-ratio 108. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 108

penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 17,79 km2, ini berarti bahwa tingkat

kepadatan penduduk Kecamatan Kuta adalah 4.871 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Kecamatan Kuta merupakan kecamatan yang hampir 70,0 persen wilayahnya

dimanfaatkan untuk permukiman & pekarangan, termasuk di dalamnya untuk

berbagai prasarana pariwisata, seperti hotel, restoran, kios cendera mata, super

market, dll. Sebaliknya, lahan sawah hanya 33 ha (2,0 persen dari luas wilayahnya).

Ini berarti bahwa peran sektor pertanian dalam menggerakkan perekonomian relatif

kecil. Lima KPJU unggulan di sektor pertanian adalah penangkapan ikan di laut,

mangga, pisang, sapi, dan padi sawah.

Di sektor industri pengolahan KPJU unggulannya adalah garment, industri dari

besi dan baja, industri makanan dan minuman, industri kerajinan kayu, dan industri

kerajinan dari logam. Dari berbagai industri ini hampir semuanya merupakan industri

kecil/rumah tangga, kecuali garment lebih banyak sebagai industri sedang (Tabel

6.1.2e).

Sebagai daerah pariwisata, perekonomian Kecamatan Kuta lebih banyak

digerakkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata sehingga yang

menjadi KPJU unggulan di sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah hotel

melati, mini market & toko kelontong, kios barang kerajinan/lukisan, restoran/rumah

makan, dan vila. Di sektor pengangkutan & komunikasi terdapat lima KPJU

unggulan. Salah satu di antaranya adalah shutle bus. Bus ini melayani angkutan

orang umumnya wisatawan dari sentral parkir (jalan Raya Kuta) menuju kawasan

pantai Kuta dan sebaliknya. Shutle bus dikembangkan untuk menghindari masuknya

bus wisatawan ke kawasan pantai Kuta. Bus wisatawan parkir di sentral parkir yang

disediakan dan wisatawan yang ingin menuju pantai Kuta dapat menggunakan shutle

bus tersebut.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 97

Tabel 6.1.2e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kuta

No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Penangkapan ikan di laut (2) Mangga (3) Pisang (4) Sapi (5) Padi sawah

-

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Garment (2) Industri dari besi dan baja (3) Industri makanan dan

minuman (4) Industri kerajinan kayu (5) Industri kerajinan dari logam

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Kios barang

kerajinan/lukisan (4) Restoran/rumah makan (5) Vila

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Taksi (koperasi) (3) Rent car (4) Angkutan penumpang

perkotaan/pedesaan (5) Shuttle Bus

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) LPD (3) BPR (4) Money Changer (5) KSU

9 Jasa-jasa lain (1) Travel biro/pramuwisata (2) Jasa binatu/laundry (3) Taman hiburan/rekreasi (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Rumah kost

(1) PAUD (2) Jasa kebugaran

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 98

Untuk memperlancar aktivitas perekonomian di sektor lembaga keuangan

terdapat lima KPJU unggulan, yaitu KSP, LPD, BPR, money changer, dan KSU. Di

sektor jasa-jasa juga terdapat lima KPJU unggulan yang langsung dan tidak

langsung berkaitan dengan bidang pariwisata, yaitu travel biro/pramuwisata, jasa

binatu & loundry, taman hiburan/rekreasi, pangkas rambut & salon kecantikan, serta

rumah kost.

3. KPJU Potensial

Perkembangan perekonomian Kecamatan Kuta yang pesat membuka peluang

kesempatan kerja yang relatif banyak sehingga menuntut penyediaan berbagai

fasilitas yang berhubungan dengan para pekerja dan anggota keluarganya. Fasilitas

ini adalah jasa kebugaran dan PAUD.

F. KPJU di Kecamatan Kuta Selatan

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Kuta Selatan terletak ke arah selatan ibu kota

Kabupaten Badung, yaitu Mangupura. Di sebelah barat, selatan, dan timur

berbatasan dengan laut, sedangkan di sebelah utara adalah Kecamatan Kuta. Status

jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan adalah jalan provinsi. Jarak ke

ibu kota kabupaten sekitar 20 km ke arah utara.

Kecamatan Kuta Selatan berada pada ketinggian 28 meter di atas permukaan

laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung

sepanjang tahun (kecuali Agustus) dengan variasi antara 1,5 mm (Juni) sampai

dengan 526,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3

hari (Juni) sampai dengan 21 hari (Februari).

Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu dari enam kecamatan yang

ada di Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 99,34 km2 atau 24,16 persen dari

wilayah Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (34,80 persen) dari wilayahnya

dimanfaatkan untuk permukiman dan pekarangan, kemudian disusul berturut-turut

untuk jalan, sungai & lainnya, dan tegal/kebun masing-masing sekitar 30,0 persen

dan 14,0 persen. Dengan demikian, pemanfaatan wilayah Kecamatan Kuta Selatan

untuk pertanian dan permukiman & pekarangan berimbang, yaitu masing-masing

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 99

sekitar 33,0 persen. Pemanfaatan untuk permukiman & pekarangan termasuk di

dalamnya untuk prasarana pariwisata, seperti hotel dan restoran.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kuta

Selatan 116.143 orang atau 21,36 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung

dengan sex-ratio 105. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 105 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 99,34 km2, ini berarti bahwa

tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Kuta Selatan adalah 1.169 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Proporsi terbesar (hampir 35,0 persen) wilayah Kecamatan Kuta Selatan

dimanfaatkan untuk permukiman & pekarangan, termasuk di dalamnya untuk

berbagai prasarana pariwisata, seperti hotel/vila, restoran, dan prasarana penunjang

lainnya. Proporsi yang hampir sama dimanfaatkan untuk sektor pertanian.

Komoditas pertanian yang dikembangkan adalah pertanian di tegal/perkebunan dan

perikanan sehingga KPJU unggulannya berupa pisang, sapi, kelapa, kelapa genjah,

rumput laut, dan penangkapan ikan di laut (Tabel 6.1.2f).

Di sektor industri hanya ada empat KPJU unggulan, yaitu air minum isi ulang,

garment, pengolahan ikan laut, dan industri kerajinan besi/baja. Di sektor

perdagangan, hotel, & restoran terdapat lima KPJU unggulan, yaitu vila, mini market

& toko kelontong, restoran & rumah makan, home stay, dan hotel melati.

Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat empat KPJU unggulan,

sedangkan sektor lembaga keuangan mempunyai lima KPJU unggulan. Sektor jasa

juga mempunyai lima KPJU unggulan, yaitu jasa perbengkelan, jasa binatu, rumah

kost, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa fotografi.

3. KPJU Potensial

Wilayah Kecamatan Kuta Selatan sebagian besar merupakan batu kapur

dengan lapisan tanah yang tipis sehingga yang potensial dikembangkan adalah

tanaman jati, mangga, albisia, ternak ayam dan babi. Perkembangan yang pesat di

bidang pariwisata berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya

sehingga yang potensial dikembangkan di sektor jasa, seperti jasa boga dan PAUD

(Tabel 6.1.2f).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 100

Tabel 6.1.2f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kuta Selatan

No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Pisang (2) Sapi (3) Kelapa (4) Rumput laut (5) Penangkapan ikan di laut

(1) Tanaman Jati (2) Mangga (3) Ayam buras (4) Albisia (5) Babi

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Garment (2) Air minum isi ulang (3) Pengolahan ikan laut (4) Industri kerajinan besi/baja.

=

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Vila (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Restoran dan rumah makan (4) Home stay (5) Hotel melati

(1) Jasa boga

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang pedesaan

(2) Angkutan barang (truk) (3) Rent car (4) Warnet

=

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KSU (4) Money changer (5) BPR

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil)

(2) Jasa binatu (3) Rumah kos (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Jasa fotografi

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 101

6.1.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Gianyar A. KPJU di Kecamatan Gianyar

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Gianyar merupakan kecamatan yang menjadi ibu kota Kabupaten

Gianyar, dengan luas wilayah 50,59 km2 atau 13,75% dari luas wilayah Kabupaten

Gianyar. Pemanfaatan lahan di antaranya untuk sawah 2.400,31 ha, tegal 963,91 ha,

dan pekarangan 1.228,82 ha. Di Kecamatan Gianyar terdapat dua belas desa dan

lima kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 74.523 dan

tingkat kepadatan 1.473 per km. PDRB per kapita mencapai Rp 10.283.157,69.

2. KPJU Unggulan

Pada sektor pertanian, buah durian menjadi komoditas unggulan di

Kecamatan Gianyar. Secara statistik memang produksi buah durian di Kecamatan

Gianyar produksinya mengalami lonjakan yang sangat signifikan dari 9,25 ton tahun

2008 menjadi 24,48 ton tahun 2009. Walaupun sesungguhnya ada produksi buah

pisang yang lebih tinggi, yaitu 51,884 ton tahun 2009, produksi ini mengalami

penurunan yang sangat tajam mulai tahun 2007 sebesar 84,062 ton. Selain itu, buah

durian juga menjadi buah yang sangat eksklusif bagi masyarakat secara umum. Hal

itu terjadi karena harganya relatif lebih mahal daripada buah lokal lainnya. Sentra

produksi durian di Kecamatan Gianyar ada di Desa Petak Kaja, Petak, dan Siangan.

Unggulan sektor pertanian lainnya adalah babi dan ayam. Kedua ternak ini

memang masih banyak diusahakan oleh rumah tangga atau usaha kecil-menengah

mengingat secara umum penduduk Bali yang beragama Hindu masih memerlukan

babi dan ayam untuk konsumsi sehari-hari atau kebutuhan upacara (Tabel 6.1.3a).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 102

Tabel 6.1.3a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Gianyar

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Durian (2) Babi (3) Ayam (4) Padi sawah (5) Penangkapan ikan laut

(1) Sapi (2) Ubi jalar (3) Kacang tanah

2 Pertambangan dan Penggalian

-

-

3 Industri pengolahan (1) Pengolahan dan pengawetan ikan dan produk ikan

(2) Industri garment (3) Industri ukiran kayu (4) Industri batu bata

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong (2) Perdagangan komoditi hasil

pertanian (3) Restoran dan rumah makan (4) Konter HP (5) Hotel melati

(1) Pasar ternak

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Bus charter (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (4) Angkutan darat barang (truk) (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Bank Perkreditan Rakyat (2) Koperasi Simpan Pinjam (3) Lembaga Perkreditan Desa (4) Koperasi Unit Desa

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu / laundry (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Pendidikan Anak Usia Dini (4) Jasa Perbengkelan Mobil dan

Motor

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Untuk sektor industri pengolahan, pengolahan dan pengawetan ikan, dan

produk ikan muncul sebagai unggulan. Hal ini muncul karena banyaknya produk ikan

beserta olahannya terutama di Desa Lebih dan sekitarnya. Desa Lebih dengan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 103

pantainya yang menjadi daya tarik wisata menyajikan berbagai produk olahan ikan.

Industri kerajinan stil Bali juga banyak muncul dan menjadi unggul karena pangsa

pasarnya yang baik dan masih menjadi trend bahan pembangunan bagi masyarakat

ekonomi menengah ke atas. Untuk industri pengolahan lainnya, pembuatan batu

bata tanah menjadi industri unggulan, yang ada di Desa Tulikup dan sekitarnya. Bata

produksi Desa Tulikup ini sangat terkenal karena kualitasnya dan baik digunakan

sebagai bahan tembok ornamen/style Bali.

3. KPJU Potensial

Komoditas sektor pertanian yang potensial dikembangkan adalah ubi jalar

dengan sentra produksi di Desa Abianbase dan kacang tanah dengan sentra

produksi di Desa Temesi, Petak, dan Lebih, serta beberapa desa lainnya di

Kecamatan Gianyar. Pasar/eceran khusus ternak merupakan salah satu usaha

perdagangan yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Gianyar, khususnya

di Pasar Hewan Semabaung.

B. KPJU di Kecamatan Payangan

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Payangan merupakan kecamatan terluas (20,62%) di Kabupaten

Gianyar, dengan luas wilayah 75,88 km2 dan jaraknya dengan pusat Kota Gianyar

adalah 20,25 km. Pemanfaatan lahan di antaranya untuk sawah 1.925 ha, tegal

3.428 ha, dan pekarangan 533 ha. Kecamatan Payangan terdiri atas sembilan desa,

dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 mencapai 35.913 dan kepadatan 473 per

km. PDRB per kapita mencapai Rp. 10.089.103,71.

2. KPJU Unggulan

Untuk sektor pertanian, jeruk dan pisang menjadi komoditas unggulan karena

memang produk kedua komoditas ini tertinggi di antara jenis tanaman buah yang ada

di Kecamatan Payangan. Untuk ternak nonunggas, sapi dan babi muncul sebagai

komoditas unggulan karena kedua ternak ini memang diusahakan di seluruh desa

dengan populasi yang relatif banyak. Populasi kedua jenis ternak ini selalu

meningkat dalam tiga tahun terakhir (Tabel 6.1.3b).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 104

Tabel 6.1.3b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Payangan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Jeruk (2) Sapi (3) Pisang (4) Babi (5) Ubi Jalar

(1) Kakao (2) Kopi (3) Cengkeh (4) Jagung (5) Ayam

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Kerajinan kayu (2) Kerajinan bambu (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Pengolahan kopi bubuk (5) Industri garment

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor Konstruksi Bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan komoditas pertanian

(2) Kios barang kerajinan dan lukisan

(3) Villa (4) Mini market dan toko

Kelontong (5) Restoran dan rumah

makan

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang

perdesaan

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Koperasi Simpan Pinjam (3) Bank Perkreditan Rakyat (4) KUD

-

9

Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Wisata Alam (3) Arung Jeram (4) Penjahitan pakaian (5) Jasa perbengkelan mobil

dan motor

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 105

3. KPJU Potensial

Tanaman perkebunan kakao, kopi, dan cengkeh muncul sebagai komoditas

potensial untuk dikembangkan di sektor pertanian di Kecamatan Payangan. Ketiga

komoditas tersebut terdapat hampir di seluruh desa di Kecamatan Payangan dan

sangat prospektif menjadi komoditas ekspor. Selain itu, jagung dan ayam juga

muncul sebagai komoditas potensial (Tabel 6.1.3b).

C. KPJU di Kecamatan Ubud

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Ubud dengan luas wilayah 42,38 km2 atau 11,52% dari luas

wilayah Kabupaten Gianyar, terdiri atas tujuh desa dan satu kelurahan. Pemanfaatan

lahan di antaranya untuk sawah 1.928 ha, tegal 1.090 ha, pekarangan 998 ha, dan

perkebunan 7 ha. Kecamatan Ubud berjarak 9,75 km dengan pusat Kota Gianyar.

Kecamatan Ubud merupakan salah satu kecamatan yang banyak dikunjungi

wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara, dengan PDRB per

kapita mencapai Rp. 17.968.717,79, yang merupakan PDRB tertinggi di antara

seluruh kecamatan di Kabupaten Gianyar. Jumlah penduduk Kecamatan Ubud pada

tahun 2009 mencapai 35.913 orang dengan kepadatan per km sebesar 473.

2. KPJU Unggulan

KPJU Unggulan yang muncul di Kecamatan Ubud sangat dominan adalah

yang terlihat pada komoditas/produk/usaha yang menunjang sektor pariwisata. Hal

itu terjadi karena Kecamatan Ubud merupakan salah satu destinasi wisata dunia

yang terkenal. Untuk sektor pertanian masih terdapat padi sawah yang muncul

sebagai komoditas unggulan karena di Kecamatan Ubud masih cukup banyak areal

persawahan dan sekaligus menjadi daya tarik wisata. Selain itu, komoditas jagung

dan ubi jalar muncul sebagai komoditas unggulan. Ternak itik dan sapi lebih banyak

diusahakan pada unit usaha rumah tangga (Tabel 6.1.3c).

Untuk industri pengolahan, unit usaha yang muncul sebagai unggulan adalah

mosaik, mebel kayu, lukisan, kerajinan patung kayu, dan usaha penggilingan padi

sebagai konsekuensi padi sawah menjadi unggulan komoditas pertanian.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 106

Tabel 6.1.3c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Ubud

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Itik (3) Jagung (4) Sapi (5) Ubi jalar

(1) Ayam (2) Kelapa (3) Kedelai (4) Pisang

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Mosaik (2) Mebel kayu (3) Kerajinan lukisan (4) Kerajinan patung kayu (5) Penyosohan beras (RMU)

(1) Industri garment

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Konraktor Konstruksi Bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Villa (3) Pondok wisata (4) Restoran dan rumah

makan (5) Kios barang kerajinan dan

lukisan

(1) Perdagangan komoditas pertanian

(2) Homestay

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Rent car (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan darat barang

(truk) (4) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Money Changer (2) Lembaga Perkreditan

Desa (3) Koperasi Simpan Pinjam (4) Bank Perkreditan Rakyat (5) Koperasi Serba Usaha

9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (3) Pendidikan Anak Usia

Dini (4) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 107

Sebagai daerah tujuan wisata, maka industri perdagangan, hotel, dan restoran

yang menjadi unggulan adalah hotel melati, vila, pondok wisata, restoran, dan kios

barang kerajinan dan lukisan.

3. KPJU Potensial

Komoditas sektor pertanian yang potensial dikembangkan adalah ayam,

kelapa, kedelai, dan pisang. Kelapa sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman

lainnya cukup potensial, demikian juga tanaman pisang yang ada pada beberapa

pekarangan di Kecamatan Ubud jika diakumulasi menjadi cukup potensial (Tabel

6.1.3c).

Untuk industri pengolahan, industri penjahitan pakaian sesuai dengan

pesanan sebagai usaha potensial yang perlu dikembangkan. Industri penjahitan

pakaian khususnya yang berkaitan dengan suvenir bagi wisatawan. Untuk sektor

perdagangan, hotel, dan rumah makan, warung makan, perdagangan komoditas

pertanian dan homestay menjadi usaha potensial untuk dikembangkan.

D. KPJU di Kecamatan Sukawati

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Sukawati merupakan kecamatan terluas ketiga di Kabupaten

Gianyar dengan luas wilayah 55,02 km2 atau 14,95% dari luas wilayah Kabupaten

Gianyar. Pemanfatan lahan di antaranya untuk sawah 2.771 ha, tegal 9.451 ha, dan

pekarangan 975 ha. Kecamatan Sukawati berlokasi 13,25 km dari pusat Kota

Gianyar dan terdiri atas dua belas desa dengan jumlah penduduk mencapai 80.515

orang pada tahun 2009. PDRB per kapita Kecamatan Sukawati mencapai Rp

9.245.798,44

2. KPJU Unggulan

Pada sektor pertanian, komoditas yang menjadi unggulan adalah sapi, padi

sawah, penangkapan ikan laut, babi, dan ayam. Komoditas sapi, babi, dan ayam

umumnya diusahakan pada skala usaha rumah tangga (Tabel 6.1.3d).

Untuk sektor galian, di Kecamatan Sukawati masih terdapat penggalian batu

padas, yang digunakan sebagai material kerajinan patung dan bangunan khususnya

untuk bangunan style tradisional Bali.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 108

Tabel 6.1.3d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Sukawati

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Sapi (2) Padi sawah (3) Penangkapan ikan di laut (4) Babi (5) Ayam

(1) Mangga (2) Kacang tanah (3) Kedelai (4) Jagung

2 Pertambangan dan Penggalian

(1) Batu Padas -

3 Industri pengolahan (1) Kerajinan perak (2) Lukisan (3) Industri ukiran kayu (4) Ukiran batu padas (5) Garment

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Barang kerajinan dan lukisan

(2) Restoran dan rumah makan

(3) Hotel melati (4) Vila (5) Warung makan

(1) Jasa boga

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(3) Bus tidak bertrayek (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Koperasi Simpan Pinjam (2) Lembaga Perkreditan Desa (3) Bank Perkreditan Rakyat (4) Koperasi Serba Usaha (5) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa binatu/laundry (3) Pramuwisata (4) Taman bertema dan

hiburan lain (5) Jasa kebugaran

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 109

Bidang industri pengolahan yang menjadi unggulan utamanya adalah

kerajinan perak, lukisan, kerajinan kayu, dan patung paras dan batu. Pusat kerajinan

perak di Kecamatan Sukawati adalah Desa Celuk dan kerajinan patung padas dan

batu di Desa Batubulan. Kerajinan kayu dan lukisan tersebar di beberapa desa di

wilayah Kecamatan Sukawati. Perkembangan industri kerajinan di Kecamatan

Sukawati juga didukung dengan adanya Pasar Seni di Sukawati dan Guwang serta

beberapa outlet seni sepanjang jalan di wilayah Kecamatan Sukawati.

Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kecamatan Sukawati

muncul unggulan perdagangan barang kerajinan dan lukisan, warung makan, hotel

melati, restoran, dan homestay. Untuk sektor komunikasi dan perhubungan adalah

angkutan darat barang, angkutan penumpang perdesaan, bus tidak bertrayek,

khususnya untuk kegiatan pariwisata, dan warnet.

3. KPJU Potensial

Komoditas sektor pertanian yang potensial dikembangkan di Kecamatan

Sukawati adalah mangga, kacang tanah, kedelai, jagung, dan budi daya air tawar.

Sebagai daerah tujuan wisata, pakaian jadi yang berfungsi sebagai suvenir, serta

fasilitas pariwisata, seperti vila dan jasa boga berpotensi untuk dikembangkan

(Tabel 6.1.3d).

E. KPJU di Kecamatan Blahbatuh

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Blahbatuh berjarak 6,5 km dari pusat kota Gianyar dan

merupakan kecamatan tersempit di Kabupaten Gianyar dengan luas wilayah 39,70

km2 atau 10,79% dari luas wilayah Kabupaten Gianyar. Pemanfaatan lahan di

antaranya adalah untuk sawah 2.215,38 ha, tegal 570,71 ha, dan pekarangan 802,66

ha. Kecamatan Blahbatuh terdiri atas sembilan desa dengan jumlah penduduk

mencapai 54.765 orang pada tahun 2009 dan PDRB per kapita mencapai Rp

8.351.389,42.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 110

2. KPJU Unggulan

Pada sektor pertanian, komoditas jagung, padi sawah, dan pepaya serta

ternak ayam dan babi menjadi komoditas unggulan. Sentra produksi jagung di

Kecamatan Blahbatuh masih diusahakan petani di Desa Pering dan Medahan. Untuk

padi sawah diproduksi di seluruh desa karena seluruh desa masih memiliki lahan

sawah. Namun, perkembangan terakhir menunjukkan derasnya alih fungsi lahan

untuk pembangunan perumahan (Tabel 5.1.3e).

Untuk sektor galian, di Kecamatan Blahbatuh masih terdapat penggalian batu

padas, yang digunakan sebagai material bangunan khususnya untuk bangunan style

tradisional Bali. Daerah sentra penggalian batu padas ada di Desa Saba (Bonbiyu).

Untuk sektor industri pengolahan, penggilingan padi, penjahitan pakaian, dan

pakaian jadi serta industri kerajinan kayu dan bambu muncul sebagai usaha

unggulan. Usaha penggilingan sebagai unggulan merupakan usaha ikutan karena

komoditas padi sawah menjadi unggulan. Usaha peningkatan nilai tambah secara

langsung pada sentra produksi akan memberikan manfaat langsung kepada

masyarakat wilayah tersebut menjadi lebih baik. Penjahitan pakaian dan pakaian jadi

merupakan usaha subkonfeksi untuk memenuhi berbagai pesanan yang dapat

dilaksanakan di unit-unit rumah tangga sebagai usaha tambahan. Usaha kerajinan

kayu di Kecamatan Blahbatuh dengan sentra di Desa Buruan dan Blahbatuh,

sedangkan kerajinan bambu sentra produksinya di Desa Bona dan Belega. Kerajinan

lontar yang pada awalnya sudah berkembang di Bona dan Belega dengan berbagai

produk topi, tas, dan ornamen lainnya, kini berkembang cukup pesat kerajinan lontar

untuk kebutuhan ornamen / hiasan perlengkapan, dan sarana upacara, seperti

penjor. Bahan baku lontar memiliki kelebihan karena keawetannya sehingga produk

turunannya menjadi lebih tahan lama sebelum dimanfaatkan oleh konsumen.

Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, unit usaha yang menonjol

adalah barang kerajinan dan lukisan, mini market dan toko kelontong, warung

makan, homestay, dan jasa boga. Keberadaan Mini market yang sangat berdekatan

juga dikhawatirkan mengganggu keberlangsungan pasar tradisional walaupun

keduanya mempunyai segmen pasar yang berbeda.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 111

Untuk bidang pengangkutan dan komunikasi, usaha angkutan penumpang

perdesaan, angkutan darat barang, jasa pengiriman paket, dan warnet menjadi

unggulan.

Tabel 6.1.3e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Blahbatuh

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Jagung

(2) Padi sawah (3) Pepaya (4) Ayam (5) Babi

(1) Kacang tanah

(2) Itik

2 Pertambangan dan Penggalian

(1) Batu padas -

3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri ukiran kayu (3) Industri kerajinan bambu (4) Garment (5) Kerajinan daun lontar

(1) Pengolahan kopi bubuk

4 Listrik dan Air Minum - - 5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi

bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Barang kerajinan dan lukisan

(2) Mini market dan Toko Kelontong

(3) Warung makan (4) Homestay (5) Jasa boga

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(2) Angkutan darat barang (3) Jasa pengiriman paket (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Koperasi Simpan Pinjam (2) Lembaga Perkreditan Desa (3) Bank Perkreditan Rakyat (4) Koperasi Serba Usaha (5) Koperasi Unit Desa

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu / laundry (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor) (4) Rumah kost

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 112

3. KPJU Potensial

Komoditas potensial sektor pertanian yang perlu dikembangkan di Kecamatan

Blahbatuh adalah budi daya ikan air tawar, kacang tanah, dan itik. Budi daya ikan air

tawar selain bertujuan untuk produksi juga dapat dikembangkan dengan kegiatan

memancing untuk olahraga dan hiburan, yang sering dilombakan. Budi daya kacang

tanah banyak diusahakan di Desa Bona dan Pering, sedangkan pemeliharaan itik

lebih dominan pada skala rumah tangga.

Industri pengolahan kopi juga potensial dikembangkan di Blahbatuh karena

sudah ada brand khusus. Namun, relatif terkendala karena bahan bakunya

didatangkan dari luar Blahbatuh (Tabel 6.1.3e).

F. KPJU di Kecamatan Tampaksiring

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Tampaksiring merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Gianyar dengan luas wilayah 42,63 km2 atau 11,58% dari luas wilayah Kabupaten

Gianyar. Pemanfaatan lahan di antaranya adalah untuk sawah 1.478 ha, tegal

1.667,84 ha, pekarangan 356,82 ha, dan lainnya 760,34 ha.

Kecamatan Tampaksiring berjarak 6,5 km dari pusat Kota Gianyar dan terdiri

atas delapan desa dengan PDRB per kapita tahun 2008 mencapai Rp

11.143.010,82. Jumlah penduduk Kecamatan Tampaksiring 47.943 orang dengan

tingkat kepadatan per km mencapai 1.125.

2. KPJU Unggulan

Komoditas unggulan sektor pertanian untuk Kecamatan Tampaksiring adalah

babi, ayam, itik, papaya, dan pisang. Secara umum, komoditas babi, ayam, dan itik

memang menjadi unggulan kecamatan. Namun, usaha produksi komoditas ini lebih

banyak pada skala rumah tangga, kecuali pengusahaan ayam ras (Tabel 6.1.3f).

Pada sektor industri pengolahan, industri tulang dan kayu yang terkait dengan

kreativitas dan kerajinan untuk menghasilkan produk seni muncul sebagai unggulan.

Selain itu, industri pakaian jadi (garment) juga muncul terutama pakaian jadi yang

digunakan sebagai suvenir bagi wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 113

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, muncul barang kerajinan dan

lukisan sebagai unggulan. Hal ini terjadi karena Kecamatan Tampaksiring juga

merupakan destinasi wisata. Konsekuensi berikutnya adalah keperluan terhadap

bahan hasil pertanian dan barang industri untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

Untuk sektor pengangkutan, muncul jasa pengiriman paket sebagai usaha

unggulan. Pengiriman paket yang banyak adalah untuk barang-barang kerajinan dan

suvenir. Untuk sektor keuangan, unit usaha koperasi simpan pinjam, lembaga

perkreditan desa, koperasi serba usaha, dan koperasi unit desa menjadi unggul

karena fleksibilitas persyaratan tiap-tiap unit usaha dalam pelayanannya.

Pada sektor jasa lain, usaha salon kecantikan dan pramuwisata muncul

sebagai unggulan. Usaha salon memang cukup banyak bermunculan sampai tingkat

desa. Hal ini dipicu dengan gaya hidup masyarakat yang sudah memikirkan

perawatan diri yang lebih baik. Untuk pramuwisata, kebutuhannya diperlukan karena

Bali menjadi daerah tujuan wisata utama.

3. KPJU Potensial

Komoditas nangka, durian, jeruk, dan rambutan muncul sebagai komoditas

potensial sektor pertanian di Kecamatan Tampaksiring. Kondisi agroklimat yang

menunjang produksi komoditas ini menjadi faktor pendukung untuk

pengembangannya lebih lanjut. Selanjutnya integrasi peternakan sapi dalam

perkebunan komoditas potensial tersebut akan menyempurnakan program

pengembangan wilayah (Tabel 6.1.3f).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 114

Tabel 6.1.3f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Tampaksiring

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Babi (2) Ayam (3) Itik (4) Pepaya (5) Pisang

(1) Nangka (2) Durian (3) Jeruk (4) Sapi (5) Rambutan

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri ukiran tulang (2) Garment (3) Industri ukiran kayu (4) Pengolahan kopi bubuk (5) Penyosohan beras (RMU)

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel,dan Restoran

(1) Kios barang kerajinan dan lukisan

(2) Perdagangan hasil pertanian

(3) Mini market dan toko kelontong

(4) Warung makan

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (3) Jasa pengiriman paket

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Koperasi Simpan Pinjam (2) Lembaga Perkreditan Desa (3) Koperasi Serba Usaha (4) Koperasi Unit Desa

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Pramuwisata

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 115

G. KPJU di Kecamatan Tegallalang

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Tegallalang berjarak 16,25 km dari pusat kota Gianyar dan

merupakan kecamatan terluas kedua di Kabupaten Gianyar dengan luas wilayah

61,80 km2 atau 16,79% dari luas wilayah Kabupaten Gianyar. Pemanfaatan lahan di

kecamatan ini, terdiri atas sawah 1.863 ha, tegal 2.627,8 ha, pekarangan 201,4 ha,

dan lainnya 1.587 ha. Penduduk Kecamatan Tegalallang pada tahun 2009

berjumlah 42.718 orang sehingga kepadatan per km menjadi 691. Kecamatan

Tegallalang teridiri atas tujuh desa dan PDRB per kapitanya mencapai Rp

9.980.401,81 pada tahun 2008.

2. KPJU Unggulan

Komoditas unggulan Kecamatan Tegallalang pada sektor pertanian adalah

padi sawah dan jagung, sedangkan untuk ternak muncul babi, ayam, dan itik. Lahan

sawah di kecamatan ini masih relatif luas (30% luas wilayah) sehingga produksi padi

sawah masih menonjol. Ketiga ternak unggulan tersebut secara kuantitas memang

banyak diproduksi masyarakat di Kecamatan Tegallalang. Karena pemanfaatan

ketiga ternak ini umumnya sangat banyak, khususnya di Provinsi Bali maka

pemasarannya menjadi sangat prospektif (Tabel 6.1.3g).

Sektor industri pengolahan unggulan yang muncul adalah kerajinan kayu,

garment, penggilingan padi, dan pengolahan kopi. Kecamatan Tegallalang banyak

menghasilkan barang-barang kerajian kayu, yang dipasarkan, baik secara langsung

maupun di pusat-pusat tujuan wisata, seperti Ubud dan Sukawati. Untuk industri

garment terkait penjahitan dan pakaian sesuai dengan pesanan serta perlengkapan

pakaian dari tekstil akan menjadi pekerjaan tambahan yang dapat dilakukan

masyarakat untuk meningkatkan penghasilannya. Industri pengolahan kopi juga

menjadi unggulan mengingat seluruh desa di Kecamatan Tegallalang juga terdapat

potensi perkebunan kopi robusta.

Unggulan sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kecamatan Tegallalang

adalah bar, jasa boga, kios eceran barang kerajinan dan lukisan, hotel melati, dan

homestay. Kecamatan Tegallalang juga merupakan wilayah yang mendapat

kunjungan wisatawan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 116

Tabel 6.1.3g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Tegalalang

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Jagung (3) Babi (4) Ayam (5) Itik

(1) Kelapa (2) Sawo (3) Nenas (4) Pepaya (5) Ubi kayu

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Kerajinan kayu (2) Garment (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Pengolahan kopi bubuk

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Bar (2) Jasa boga (3) Kios barang kerajinan (4) Hotel Melati (5) Homestay

(1) Restoran (2) Warung makan (3) Perdagangan hasil

pertanian

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(2) Jasa pengiriman paket (3) Bus charter (4) Angkutan barang (truk)

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Bank Perkreditan Rakyat (3) Koperasi Simpan Pinjam (4) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor) (4) Penjahitan pakaian

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 117

3. KPJU Potensial

Komoditas potensial untuk sektor pertanian di Kecamatan Tegallalang adalah

kelapa dalam, sawo, nenas, pepaya, dan ubi kayu. Komoditas ini memang sesuai

dengan agroklimat Kecamatan Tegallalang sehingga berpeluang untuk

dikembangkan agar produksi dan peningkatan nilai tambahnya menjadi optimal.

Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kecamatan Tegallalang, restoran,

warung makan, dan perdagangan hasil pertanian menjadi potensial (Tabel 6.1.3g).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 118

6.1.4. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Tabanan A. KPJU di Kecamatan Selemadeg

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Selemadeg terletak di bagian barat dari

Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg

Barat, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, di sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg Timur, dan di sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Pupuan (Sumber: www.tabanankab.go.id). Status jalan yang

menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten yang lain adalah jalan

kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten adalah 6 km ke arah timur.

Kecamatan Selemadeg terletak pada ketinggian 0--1.879 meter di atas

permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun, kecuali bulan Agustus dengan variasi antara 0 mm

sampai dengan 374 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara

1 hari (Juni) sampai dengan 12 hari (Februari).

Kecamatan Selemadeg merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang

ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini 52.05 km2 atau 6,20 persen dari

wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yaitu sekitar 36,41 persen

wilayahnya dimanfaatkan untuk sawah dengan sistem pengairan setengah teknis.

Proporsi besar kedua, yaitu 30,36 persen untuk perkebunan. Proporsi besar ketiga,

yaitu 12,14 persen berupa hutan negara.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Selemadeg adalah 20.856 orang atau 4,97 persen dari seluruh penduduk Kabupaten

Tabanan dengan sex-ratio 98,37. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 98,37 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 52,05 km2, ini berarti bahwa

tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan Selemadeg adalah 1.889 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan

Selemadeg memiliki lima produk unggulan, yakni padi sawah, kelapa, cengkeh, babi,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 119

dan sapi. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan kegiatan

usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Untuk

kecamatan ini tidak ada sumber galian C, baik yang dapat dikategorikan sebagai

unggulan maupun potensial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4a.

Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan

di kecamatan tersebut, yakni penyosohan beras (RMU), kopra dan minyak goreng,

pengolahan kopi bubuk, industri pengolahan kacang merah dan kapri, serta industri

pengolahan minyak dari daun cengkeh. Selanjutnya, pada sektor bangunan/

konstruksi, terdapat hanya satu KPJU unggulan di kecamatan tersebut, yakni

kontraktor konstruksi bangunan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) terdapat lima KPJU

unggulan, yakni mini market dan toko kelontong, konter HP, restoran dan rumah

makan, perdagangan hasil-hasil pertanian, dan homestay. Pada sektor

pengangkutan dan komunikasi terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni

angkutan penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), bus trayek, jasa

pengiriman paket, dan warnet.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU

yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni KUD, LPD, KSP, BPR, dan KSU.

Kemudian pada sektor Jasa-jasa lain, terdapat empat KPJU unggulan, yakni

kawasan wisata Soka, jasa kebugaran, jasa binatu, pangkas rambut dan salon

kecantikan, serta penjahitan pakaian

. 3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Selemadeg memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kedelai,

kopi, jagung, ayam, dan manggis. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang

berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi

daya di bidang kopi dengan kualitas terbaik. Usaha budi daya kedelai, jagung, dan

ayam sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena kecocokan lahan dan

iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan

secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Khusus budi daya manggis

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 120

sekarang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh pohon manggis

sudah relatif tua dan belum banyak yang diremajakan, padahal sudah diketahui

bahwa kulit manggis sangat bermanfaat sebagai produk herbal yang memiliki nilai

ekonomis tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk

kecamatan ini sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian

C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4a.

Di sektor industri pengolahan hanya terdapat dua KPJU yang menjadi

potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Selemadeg, yakni industri pengolahan

tempe dan tahu serta industri gula merah. Pada sektor sektor listrik, gas, dan air

bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi, sama sekali tidak terdapat KPJU

potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel,

dan restoran terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni vila.

Khusus, pada sektor pengangkutan dan komunikasi, demikian juga keuangan

persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain sama sekali tidak terdapat

KPJU potensial yang dapat dikembangkan di Kecamatan Selemadeg.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 121

Tabel 6.1.4a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Selemadeg

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Cengkeh (4) Babi (5) Sapi

(1) Kedelai (2) Kopi (3) Jagung (4) Ayam (5) Manggis

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Kopra dan minyak goreng (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Industri pengolahan kacang

merah dan kapri (5) Industri pengolahan minyak dari

daun cengkeh

(1) Pengolahan tempe dan tahu

(2) Industri gula merah

4 Listrik dan Air Minum -

-

5 Bangunan/Konstruksi -

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong (2) Konter HP (3) Restoran dan rumah makan (4) Perdagangan hasil-hasil

pertanian (5) Home stay

(1) Vila

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perdesaan

(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Bus trayek (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KUD (2) LPD (3) KSP (4) BPR (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Kawasan wisata Soka (2) Jasa kebugaran (3) Jasa binatu (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan

(5) Penjahitan pakaian

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 122

B. KPJU di Kecamatan Kerambitan

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Kerambitan terletak di bagian tengah Kabupaten

Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg Timur, di

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tabanan, di sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Penebel, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra

Indonesia.

Kecamatan Kerambitan terletak pada ketinggian 0--196 meter di atas

permukaan laut (dpl). Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah

hujan berlangsung selama 11 bulan dengan variasi antara 0 mm (Agustus) sampai

dengan 455 mm (Februari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 0 hari

(Agustus) sampai dengan 12 hari (Februari).

Kecamatan Kerambitan merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang

ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 42,39 km2 atau 5.05 persen

dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar wilayahnya, yakni sekitar 59,35

persen dimanfaatkan untuk pertanian padi sawah dengan pengairan setengah teknis.

Proporsi besar kedua, yaitu 19,49 persen untuk perkebunan. Proporsi besar ketiga

yaitu 18,02 persen berupa permukiman dan pekarangan.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Kerambitan adalah 39.221 orang atau 9,34 persen dari seluruh penduduk Kabupaten

Tabanan dengan sex-ratio 96,67. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 96,67 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 42.39 km2, ini berarti bahwa

tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan Kerambitan berjumlah 928 jiwa/km2

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan

Kerambitan memiliki lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, jagung, babi, kelapa,

dan sapi. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha

di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi mencapai seluas 726 ha.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk Kecamatan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 123

Kerambitan sama sekali tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C,

seperti tersaji pada Tabel 6.1.4b.

Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni industri pengolahan kacang merah dan kacang kapri,

penyosohan beras (RMU), industri garment, industri kopra dan minyak goreng, serta

industri jajan upacara agama Hindu. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi,

terdapat satu KPJU unggulan di kecamatan tersebut, yakni kontraktor konstruksi

bangunan saja.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni vila, restoran dan rumah makan, perdagangan hasil-hasil pertanian, konter HP,

serta mini market dan toko kelontong. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi

terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat barang (truk), jasa

pengiriman paket, angkutan penumpang perdesaan.

Pada sektor keuangan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-

jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni objek wisata puri, objek

wisata pantai, pramuwisata, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa

binatu/laundry.

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Kerambitan memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kopi,

cengkeh, kedelai, ayam, dan jamur. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang

berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi

daya di bidang kopi dan cengkeh dengan kualitas terbaik tetapi kurang telaten dalam

merawatnya. Usaha budi daya kedelai, ayam, dan jamur sesungguhnya sangat

potensial dikembangkan karena kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya

belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental sesuai

dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian

untuk kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan

galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4b.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 124

Tabel 6.1.4b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kerambitan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah

(2) Jagung

(3) Babi

(4) Kelapa

(5) Sapi

(1) Kopi (2) Cengkeh (3) Kedelai (4) Ayam (5) Jamur

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kacang merah dan kacang kapri

(2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri garment (4) Industri kopra dan minyak

goreng (5) Industri jajan upacara agama

Hindu

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Vila (2) Restoran dan rumah makan (3) Perdagangan hasil-hasil

pertanian (4) Konter HP (5) Mini market dan toko

kelontong

(1) Homestay

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang

perdesaan

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

-

9 Jasa-Jasa lain (1) Objek wisata puri

(2) Objek wisata pantai

(3) Pramuwisata

(4) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(5) Jasa binatu/laundry

(1) Penjahitan pakaian

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 125

Sektor industri pengolahan hanya memiliki satu KPJU yang menjadi potensi

untuk dikembangkan di Kecamatan Kerambitan, yakni industri hasil kerajinan. Pada

sektor listrik, gas, dan air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta

pengangkutan dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang

dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran

terdapat hanya satu KPJU potensial, yakni home stay. Khusus, pada sektor

pengangkutan dan komunikasi, demikian juga keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan, serta jasa-jasa lain, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang

dapat dikembangkan di kecamatan ini.

C. KPJU di Kecamatan Tabanan

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Tabanan terletak tepat di ibu kota Kabupaten

Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kerambitan, di sebelah

timur berbatasan dengan Kecamatan Kediri, di sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Penebel, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten/kota lain

adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten adalah 0 km.

Kecamatan Tabanan berada pada ketinggian 0--175 meter di atas permukaan

laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung

sepanjang tahun, kecuali bulan Juni dengan variasi antara 0 mm (Juni) sampai

dengan 682,0 mm (Februari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 0

hari (Juni, Agustus, Oktober, Desember) sampai dengan 16 hari (Januari).

Kecamatan Tabanan merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada

di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 51,40 km2 atau 6,12 persen dari

wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 37,55 persen dari wilayahnya

dimanfaatkan untuk pertanain padi sawah dengan pengairan setengah teknis.

Sebaliknya, untuk pemanfatan yang lain berupa permukiman yakni 28,77 persen

dan perkebunan, yakni 12,57 persen.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Tabanan

62.748 orang atau 14,94 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan dengan

sex-ratio 98,26. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 126

98,26 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 51,40 km2, ini berarti bahwa tingkat

kepadatan penduduk Kecamatan Tabanan adalah 1.229 jiwa/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Tabanan

memiliki lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, kelapa, babi, ayam, dan sapi.

Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang

tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara itu, pada

sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak

terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel

6.1.4c.

Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni industri wine, kopra, dan minyak goreng kelapa, penyosohan

beras (RMU), industri garment, dan industri jajan upacara agama Hindu. Selanjutnya

pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu KPJU unggulan di kecamatan ini,

yakni kontraktor konstruksi bangunan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-hasil pertanian, restoran

dan rumah makan, hotel melati, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan

komunikasi terdapat empat KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat

barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, jasa pengiriman

paket, dan warnet.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU

yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU.

Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan,

yakni jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, obyek wisata pantai

(Yeh Gangga), jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan penjahitan pakaian.

.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 127

Tabel 6.1.4c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Tabanan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Babi (4) Ayam (5) Sapi

(1) Kedelai (2) Kacang tanah (3) Jamur (4) Bunga pacar air

dan gumitir (5) Itik

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri wine (2) Kopra dan minyak goreng kelapa (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Industri garment (5) Industri jajan upacara agama

Hindu

(1) Industri kerajinan sablon

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong (2) Perdagangan hasil-hasil pertanian (3) Restoran dan rumah makan (4) Hotel melati (5) Konter HP

(1) Homestay (2) Vila

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang perkotaan

dan perdesaan (3) Jasa pengiriman paket (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

(1) Money changer

9 Jasa-Jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Objek wisata pantai (Yeh Gangga) (4) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor) (5) Penjahitan pakaian

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 128

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Tabanan

memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kedelai, kacang

tanah, jamur, bunga, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini memang banyak yang

melakukan usaha budi daya di bidang kedelai, kacang tanah, jamur, bunga, dan itik.

Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara

insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor

pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat

sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4c.

Sektor industri pengolahan hanya terdapat satu KPJU yang menjadi potensial

untuk dikembangkan di Kecamatan Kerambitan, yakni industri kerajinan sablon.

Pada sektor listrik, gas, dan air bersih demikian juga sektor bangunan/konstruksi,

serta pengangkutan dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial

yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan

restoran terdapat hanya dua KPJU potensial, yang dapat dikembangkan, yakni

homestay dan vila. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan yakni money changer.

Khusus, sektor jasa-jasa lain, memiliki hanya satu KPJU potensial, yakni PAUD.

D. KPJU di Kecamatan Kediri

1. Profil wilayah

Secara geografis, Kecamatan Kediri terletak di bagian timur dari Kabupaten

Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tabanan, di sebelah

selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, di sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Marga, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung.

Jarak ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten, sekitar 2 km ke arah utara yang

dihubungkan oleh jalan provinsi.

Kecamatan Kediri terletak pada ketinggian 0--123 meter di atas permukaan

laut (dpl). Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan tertinggi,

yakni 682 mm terjadi pada bulan Februari dan terendah pada bulan Juni, Oktober,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 129

November, dan Desember, yaitu 0 mm. Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi

antara 1 hari (September) sampai dengan 16 hari (Februari). Sebaliknya, pada bulan

Juni, Agustus, Oktober, November, dan Desember tidak pernah turun hujan.

Kecamatan Kediri merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di

Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 53,60 km2 atau 6,39 persen dari

wilayah Kabupaten Tabanan. Hampir 57,0 persen dari wilayah Kecamatan Kediri

dimanfaatkan untuk usaha tani padi sawah, sekitar 15,65 persen berupa tegal/kebun,

dan 15,39 berupa permukiman dan pekarangan. Pemanfaatan untuk sawah kurang

dari 0,5 persen.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kediri

67.511 orang atau 16,07 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan dengan

sex-ratio 101,55. Artinya, dari setiap 100 penduduk laki-laki terdapat 101,55

penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 53,60km2, ini berarti bahwa tingkat

kepadatatan penduduk Kecamatan Kediri adalah 1.265 jiwa/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Kediri

memiliki lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, babi, sapi, penangkapan hasil

perikanan di laut, dan kelapa. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan

melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi

(726 ha). Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk

kecamatan ini sama sekali tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C,

seperti tersaji pada Tabel 6.1.4d.

Sektor industri pengolahan memilliki lima KPJU yang menjadi unggulan di

Kecamatan ini, yakni industri gerabah, industri genteng, industri kerajinan lukisan,

kopra dan minyak goreng, serta penyosohan beras (RMU). Selanjutnya, pada sektor

bangunan/konstruksi, tidak terdapat satu pun KPJU unggulan di kecamatan ini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 130

Tabel 6.1.4d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kediri

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Babi (3) Sapi (4) Penangkapan ikan di laut (5) kelapa

(1) Cabai (2) Jagung (3) Kacang tanah (4) Mangga (5) Bawang merah

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri gerabah (2) Industri genteng (3) Industri kerajinan lukisan (4) Kopra dan minyak goreng (5) Penyosohan beras (RMU)

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Perdagangan hasil-hasil

pertanian (4) Perlengkapan pakaian dan

tekstil (mote dan renda) (5) Kios produk kerajinan

(1) Home stay (2) Vila (3) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Bus trayek (2) Bus carter (3) Jasa pengiriman paket (4) Angkutan darat barang (truk) (5) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan

(1) Warnet -

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata tanah Lot (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor)

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 131

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-hasil

pertanian, perlengkapan pakaian dan tekstil (mote dan renda), dan kios produk

kerajinan. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima KPJU yang

menjadi unggulan, yakni bus trayek, bus charter, jasa pengiriman paket, angkutan

darat barang (truk), serta angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan.

Pada sektor keuangan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSU, dan KSP. Kemudian, pada sektor jasa-

jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yakni objek wisata Tanah Lot,

pramuwisata, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, serta jasa

perbengkelan (mobil dan motor).

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Kediri memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni cabai, jagung,

kacang tanah, mangga, dan bawang merah. Masyarakat di kecamatan ini memang

banyak yang melakukan usaha budi daya cabai ketika harganya demikian tinggi.

Namun, kemudian mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat menurunnya

kembali harga ke tingkat normal. Sebaliknya, untuk usaha budi daya jagung, kacang

tanah, mangga, dan bawang merah sesungguhnya sangat potensial dikembangkan

karena kecocokan lahan dan iklim yang ditunjang tenaga kerja terampil. Namun,

sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental

sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor penggalian untuk

kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4d.

Sektor industri pengolahan pun tidak memiliki KPJU yang menjadi potensi

untuk dikembangkan di Kecamatan Kediri. Pada sektor listrik, gas, dan air bersih,

demikian juga sektor bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi, juga

sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya,

pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat hanya tiga KPJU potensial,

yakni home stay, vila, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi

terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni warnet. Khusus,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 132

sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain sama sekali

tidak memiliki KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.

Sementara itu, jasa-jasa lain hanya memiliki satu KPJU potensial yang dapat

dikembangkan, yakni PAUD.

E. KPJU di Kecamatan Marga

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Marga terletak ke arah utara ibu kota

Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Penebel, di

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, di sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Baturiti, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan

Kediri. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten lain

adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota Kabupaten Tabanan sekitar

10 km ke arah selatan.

Kecamatan Marga berada pada ketinggian 174--446 meter di atas permukaan

laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung

sepanjang tahun (kecuali Agustus) dengan variasi antara 1,0 mm (Agustus) sampai

dengan 268 mm (September). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 2

hari (Juni) sampai dengan 16 hari (Januari).

Kecamatan Marga merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di

Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 44,79 km2 atau 5,34 persen dari

wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 51,80 persen dari wilayahnya

dimanfaatkan untuk sawah, proporsi besar kedua, yakni 28,56 persen untuk

tegal/kebun, serta proporsi besar ketiga, yakni 10,38 persen berupa permukiman dan

pekarangan.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Marga

43.196 orang atau 10,28 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan dengan

sex-ratio 96,25. Ini berarti, bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat

96,25 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 44,79 km2, ini berarti bahwa tingkat

kepadatan penduduk Kecamatan Marga adalah 965 jiwa/km2.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 133

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor Pertanian di Kecamatan Marga

memiliki lima produk unggulan, yakni kelapa, cengkeh, kopi, sapi, dan padi sawah.

Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang

tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi yang mencapai 726 ha. Sementara itu,

pada sektor pertambangan dan penggalian di kecamatan ini sama sekali tidak

terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C. Sektor industri pengolahan

memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni industri kerajinan

kayu, industri kerajinan batu, industri alat-alat rumah tangga, industri kopra dan

minyak goreng, serta penyosohan beras (RMU). Selanjutnya pada sektor

bangunan/konstruksi tidak terdapat satu pun produk unggulan di Kecamatan Marga

yang dapat diunggulkan, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4e.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,

yakni mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-hasil pertanian, restoran

dan rumah makan, vila, dan kios produk kerajinan. Pada sektor pengangkutan dan

komunikasi terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yaitu jasa pengiriman

paket, angkutan penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), dan warnet.

Pada sektor keuangan terdapat lima produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor

jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yakni objek wisata (Alas

Kedaton), pramuwisata, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan,

dan jasa perbengkelan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 134

Tabel 6.1.4e

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Marga

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Kelapa (2) Cengkeh (3) Kopi (4) Sapi (5) Padi sawah

(1) Pisang (2) Vanili (3) Kakao (4) Babi (5) Ayam

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri kerajinan kayu (2) Industri kerajinan batu (3) Industri alat-alat rumah tangga (4) Industri kopra dan minyak

goreng (5) Penyosohan beras (RMU)

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong (2) Perdagangan hasil-hasil

pertanian (3) Restoran dan rumah makan (4) Vila (5) Kios produk kerajinan

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Jasa pengiriman paket (2) Angkutan penumpang

perdesaan (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata (Alas Kedaton) (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Jasa perbengkelan

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 135

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Marga memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni pisang, vanili,

kakao, babi, dan ayam. Masyarakat di kecamatan ini memang banyak yang

melakukan usaha budi daya vanili, kakao, dan pisang ketika harganya demikian

tinggi. Namun, kemudian mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah

terserang penyakit. Di pihak lain, usaha budi daya babi dan ayam sesungguhnya

sangat potensial dikembangkan karena kecocokan lahan dan iklim. Namun,

sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental

sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan

penggalian untuk Kecamatan Marga, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber

pertambangan dan galian C (Tabel 6.1.4e).

Pada sektor pertanian terdapat lima KPJU yang potensial dapat

dikembangkan, yakni: pisang, vanili, kakao, babi, dan ayam. Sebaliknya, pada

sektor industri pengolahan ternyata tidak terdapat satu pun KPJU yang menjadi

potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Marga. Pada sektor listrik, gas, dan air

bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan

Kkomunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.

Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor

pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta

jasa-jasa lain juga sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat

dikembangkan di kecamatan tersebut.

F. KPJU di Kecamatan Baturiti

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Baturiti terletak ke arah utara dari ibu kota

Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Penebel, di

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, di sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Buleleng, dan bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 136

Marga. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten/kota

lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota Kabupaten Tabanan

sekitar 10 km ke arah selatan.

Kecamatan Baturiti berada pada ketinggian 465--2.082 meter di atas

permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun (kecuali Juni) dengan variasi antara 6,0 mm (Agustus)

sampai dengan 356 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara

2 hari (Agustus) sampai dengan 26 hari (Januari).

Kecamatan Baturiti merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada

di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 99,17 km2 atau 11,82 persen dari

wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 39,08 persen dari wilayahnya

dimanfaatkan untuk tegal/kebun, proporsi besar kedua, yakni 26,71 persen berupa

hutan negara, dan sekitar 18,23 persen berupa lahan sawah.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Baturiti

adalah 50.195 orang atau 11,95 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan

dengan sex-ratio 101.67. Ini berarti, bahwa banyaknya penduduk laki-laki dan

perempuan berimbang atau dengan kata lain dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 101.67 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 99,17 km2, ini berarti bahwa

tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Baturiti adalah 506 jiwa/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Baturiti

memiliki lima KPJU unggulan, yakni strawberry, brokoli, kopi, cengkeh, dan padi

sawah. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di

bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara itu,

pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini ternyata sama sekali

tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel

6.1.4f.

Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni industri pengolahan kopi bubuk, industri penyulingan minyak

dari daun cengkeh, bumbu masak blender siap pakai, penyosohan beras (RMU), dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 137

produk makanan aneka keripik. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi tidak

terdapat satu pun produk unggulan di Kecamatan Baturiti.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,

yaitu perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias, hotel melati, pasar induk

hortikultura, restoran dan rumah makan, serta mini market dan toko kelontong. Pada

sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima produk yang menjadi unggulan,

yaitu angkutan penumpang perdesaan, jasa pengiriman paket, angkutan darat

barang (truk), angkutan danau boat, dan warnet.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, terdapat lima

produk yang menjadi unggulan di kecamatan tersebut, yaitu LPD, KUD, KSP, BPR,

dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi

unggulan, yakni wisata Danau Beratan, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan

salon kecantikan, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan penjahitan pakaian.

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Baturiti memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni budi daya

ikan gurami, kelinci, markisa, jagung, dan manggis. Masyarakat di kecamatan ini

sekarang sudah mulai banyak yang budi daya ikan air tawar karena permintaannya

demikian banyak. Sedangkan untuk usaha budi daya kelinci, markisa, jagung, dan

manggis sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena kecocokan lahan

dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan

secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Khusus budi daya manggis

sekarang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh pohon manggis

sudah relatif tua dan belum banyak yang diremajakan. Padahal, sudah diketahui

bahwa kulit buah manggis sangat bermanfaat sebagai produk herbal yang memiliki

nilai ekonomis tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian

untuk Kecamatan Baturiti sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan

dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4f

.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 138

Tabel 6.1.4f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Baturiti No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Strawberry (2) Brokoli (3) Kopi (4) Cengkeh (5) Padi sawah

(1) Budi daya ikan lele

(2) Kelinci (3) Markisa (4) Jagung (5) Manggis

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi bubuk

(2) Industri penyulingan minyak dari daun cengkeh

(3) Bumbu masak blender siap pakai

(4) Penyosohan beras (RMU) (5) Produk makanan aneka

keripik

(1) Industri pengolahan juice markisa

(2) Industri pengolahan juice terong belanda

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias

(2) Hotel melati (3) Pasar induk hortikultura (4) Restoran dan rumah makan (5) Mini market dan toko

kelontong

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perdesaan

(2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Angkutan danau boat (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) BPR (5) KSU

(1) Money Changer

9 Jasa-jasa lain (1) Wisata Danau Beratan (2) Jasa binatu/laundry (3) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (4) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor) (5) Penjahitan pakaian

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 139

Sektor industri pengolahan hanya memiliki dua KPJU yang menjadi potensi

untuk dikembangkan di Kecamatan Baturiti, yakni industri pengolahan juice markisa

dan industri pengolahan juice terong belanda. Pada sektor listrik, gas, dan air bersih,

demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan komunikasi,

sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya,

pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor pengangkutan

dan komunikasi serta jasa-jasa lainnya, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial

yang dapat dikembangkan di kecamatan ini. Hanya saja pada sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan terdapat satu KPJU yakni money changer. Hal ini

disebabkan banyak wisatawan asing yang memerlukan jasa money changer sebagai

tempat penukaran mata uang asing untuk berbelanja di objek wisata yang masih

alami dan ramah lingkungan.

G. KPJU di Kecamatan Penebel

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Penebel terletak ke arah utara ibu kota

Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg

Timur, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Marga, dan Kecamatan

Baturiti, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah

selatan berbatasan dengan Kecamatan Tabanan. Status jalan yang menghubungkan

dengan kecamatan atau kabupaten/kota lain adalah jalan kabupaten dan provinsi.

Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 20 km ke arah selatan.

Kecamatan Penebel berada pada keinggian 159--2.276 meter di atas

permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun (kecuali bulan Agustus) dengan variasi antara 59,0

mm (Juni) sampai dengan 592 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga

bervariasi antara 2 hari (Juni) sampai dengan 16 hari (Januari).

Kecamatan Penebel merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada

di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 141,98 km2 atau 16,92 persen

dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 33,69 persen dari

wilayahnya dimanfaatkan untuk tegal/kebun, proporsi besar kedua, yakni 30,73

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 140

persen untuk persawahan, serta proporsi besar ketiga yakni hampir 22,00 persen

berupa hutan negara.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Penebel

adalah 49.558 orang atau 11,80 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan

dengan sex-ratio 94,19. Ini berarti, bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 94,19 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 141,98 km2, ini berarti

tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Penebel adalah 349 jiwa/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kecamatan

Penebel memilikilima KPJU unggulan, yakni padi sawah, ayam, cengkeh, kopi, dan

manggis. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha

di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara

itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini ternyata sama

sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji

pada Tabel 6.1.4g.

Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang dapat menjadi unggulan

di Kecamatan ini, yakni penyosohan beras (RMU), industri pengolahan kopi bubuk,

industri penyulingan minyak dari daun cengkeh, produk makanan aneka keripik, dan

jajanan untuk upacara agama Hindu. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi

belum terdapat satu pun KPJU unggulan di kecamatan ini yang dapat diunggulkan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni perdagangan komoditi hasil pertanian, wisata alam Jati Luwih, vila,

perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias, serta mini market dan toko

kelontong. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga KPJU yang

menjadi unggulan, yakni jasa pengiriman paket, angkutan darat barang (truk), dan

angkutan penumpang perdesaan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 141

Tabel 6.1.4g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Penebel

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Ayam (3) Cengkeh (4) Kopi (5) Manggis

(1) Pisang (2) Itik (3) Budi daya ikan

lele (4) Durian (5) Sawo

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri pengolahan kopi

bubuk (3) Industri penyulingan minyak

dari daun cengkeh (4) Produk makanan aneka

keripik (5) Jajanan untuk upacara

agama Hindu

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan komoditas hasil pertanian

(2) Wisata alam Jati Luwih (3) Vila (4) Perdagangan eceran bunga

potong dan tanaman hias (5) Mini market dan toko

kelontong

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Jasa pengiriman paket (2) Angkutan darat barang (truk) (3) Angkutan penumpang

perdesaan

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata air panas (2) Objek wisata kupu-kupu (3) Pramuwisata (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 142

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU

yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU.

Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan,

yakni objek wisata air panas, objek wisata kupu-kupu, pramuwisata, pangkas rambut

dan salon kecantikan, serta jasa perbengkelan (mobil dan motor).

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten ditetahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Penebel memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni pisang, itik,

budi daya ikan nila, durian, dan sawo. Masyarakat di kecamatan ini memang banyak

yang melakukan usaha budi daya manggis dan budi daya ikan air tawar dengan

kualitas terbaik, namun kemudian mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat

pohon manggis yang sudah berusia tua dan budi daya ikan air tawar yang baru saja

dimulai karena kecocokan dengan iklim dan sumberdaya air yang memadai. Khusus

budi daya Manggis sekarang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh

pohon manggis sudah relatif tua dan belum banyak yang diremajakan. Padahal,

sudah diketahui bahwa kulit manggis sangat bermanfaat sebagai produk herbal yang

memiliki nilai ekonomis tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan

penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber

pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4g.

Sektor industri pengolahan serta sektor listrik, gas, dan air bersih; demkian

juga sektor bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi, ternyata

sama sekali tidak memiliki KPJU yang menjadi potensial untuk dikembangkan di

Kecamatan Penebel. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran

juga tidak terdapat KPJU potensial. Khusus, pada sektor keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan, serta jasa-jasa juga sama sekali tidak terdapat KPJU potensial

yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 143

H. KPJU di Kecamatan Pupuan

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Pupuan terletak di bagian barat dari Kabupaten

Tabanan. Di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg, di sebelah

barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana, di sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Buleleng, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan

Selemadeg Barat. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan atau

kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten mencapai

40 km ke arah selatan.

Kecamatan Pupuan terletak pada ketinggian 597-1.807 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 4 mm (Agustus) sampai dengan

470 mm (November). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari

(Agustus) sampai dengan 23 hari (Februari).

Kecamatan Pupuan merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada

di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini mencapai 179,02 km2 atau 21,33 persen

dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 68,14 persen dari

wilayahnya dimanfaatkan untuk perkebunan, proporsi besar kedua, yakni 14,12

persen berupa hutan negara, dan proporsi besar ketiga, yakni 8,08 persen

merupakan hutan rakyat.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Pupuan

mencapai 40.459 orang atau 9,63 persen dari seluruh penduduk Kabupaten

Tabanan dengan sex-ratio 100,14. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 100,14 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 179,02 km2, ini berarti

bahwa tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan Pupuan adalah 226 jiwa/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor Pertanian di Kecamatan Pupuan

memiliki lima KPJU unggulan, yakni kopi, kambing, cengkeh, padi sawah, sapi, dan

Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 144

tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara itu, pada

sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini ternyata sama sekali tidak

ada sumber-sumber pertambangan dan Galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4h.

Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini yakni industri pengolahan kopi bubuk, penyosohan beras (RMU),

industri penyulingan minyak dari daun cengkeh, produk makanan aneka keripik, dan

jajanan untuk upacara agama Hindu. Selanjutnya, pada sektor Bangunan/Konstruksi

terdapat satu KPJU unggulan di kecamatan ini, yakni kontraktor konstruksi

bangunan,

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni rumah makan, homestay, mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-

hasil pertanian, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat

empat KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat barang, bus trayek,

angkutan penumpang perdesaan, dan jasa pengiriman paket.

Pada sektor keuangan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni BPR, LPD, KUD, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa

terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yakni objek wisata pilgrim (olah

spiritual/jasa meditasi), pangkas rambut dan salon kecantikan, penjahitan pakaian,

dan jasa perbengkelan (mobil dan motor).

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Pupuan memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni durian,

jagung, ayam, itik, dan babi. Hal ini disebabkan oleh kecocokan topografi, lahan, dan

iklim. Namun, khusus untuk pohon durian sudah relatif tua dan belum banyak yang

diremajakan, padahal sudah diketahui bahwa buah durian sekarang ini memiliki nilai

ekonomi tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk

kecamatan ini ternyata sama sekali tidak terdapat galian C, seperti tersaji pada Tabel

6.1.4h.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 145

Tabel 6.1.4h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Pupuan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Kopi (2) Kambing (3) Cengkeh (4) Padi sawah (5) Sapi

(1) Durian (2) Jagung (3) Ayam (4) Itik (5) Babi

2 Pertambangan dan Penggalian

-

3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi bubuk (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri penyulingan minyak

dari daun cengkeh (4) Produk makanan aneka keripik (5) Jajanan untuk upacara agama

Hindu

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Rumah makan (2) Homestay (3) Mini market dan toko kelontong (4) Perdagangan hasil-hasil

pertanian (5) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (2) Bus trayek (3) Angkutan penumpang

perdesaan (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(1) BPR (2) LPD (3) KUD (4) KSP (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata pilgrim (olah spiritual/jasa meditasi)

(2) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(3) Penjahitan pakaian (4) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 146

Di sektor industri pengolahan belum ada satu pun yang menjadi KPJU

potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Pupuan. Pada sektor listrik, gas, dan

air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan

komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.

Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dar Restoran, demikian juga sektor

pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta

jasa-jasa lain, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan

di kecamatan ini.

I. KPJU di Kecamatan Selemadeg Barat

1. Profil wilayah

Secara geografis, Kecamatan Selemadeg Barat terletak di bagian barat dari

Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana, di

sebelah timur berbatasan dengan Sungai Kecamatan Selemadeg, di sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Pupuan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau

kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota

kabupaten sekitar 25 km ke arah timur.

Kecamatan Selemadeg Barat terletak pada ketinggian 0--716 meter di atas

permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 18 mm (Juni) sampai dengan

468 mm (Februari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari (Juni)

sampai dengan 17 hari (Februari).

Kecamatan Selemadeg Barat merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan

yang ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 120,15 km2 atau 14,21

persen dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 40,82 persen dari

wilayahnya dimanfaatkan untuk perkebunan, proporsi besar kedua, yakni 18,17

persen untuk tegalan, dan sekitar 15,48 persen berupa hutan negara.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Selemadeg Barat sebanyak 22.212 orang atau 5,29 persen dari seluruh penduduk

Kabupaten Tabanan dengan sex-ratio 98,94. Artinya, dari setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 98,94 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 120,15 km2, ini

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 147

berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Selemadeg Barat mencapai

185 jiwa/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan

Sulemadeg Barat memiliki lima produk unggulan, yakni cengkeh, kopi, padi sawah,

kelapa, dan babi. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan

kegiatan usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian di kecamatan ini, sama

sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji

pada Tabel 6.1.4h.

Sektor Industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di

Kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU),

pengolahan kopi bubuk, produk makanan kacang kapri, dan jajanan untuk upacara

agama Hindu. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi, tidak terdapat KPJU

unggulan di kecamatan ini.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni perdagangan hasil pertanian, homestay, restoran dan rumah makan, mini

market dan toko kelontong, serta vila. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi

terdapat dua KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat barang dan

angkutan penumpang perdesaan. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni

LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima

KPJU yang menjadi unggulan, yakni jasa binatu/laundry, surfing, wisata pantai,

pangkas rambut dan salon kecantikan, serta penjahitan pakaian.

Tabel 6.1.4i

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 148

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg Barat

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Cengkeh (2) Kopi (3) Padi sawah (4) Kelapa (5) Babi

(1) Kakao (2) Sapi (3) Vanili (4) Ayam (5) Itik

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Produk makanan kacang

kapri (5) Jajanan untuk upacara

agama Hindu

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

(1) Perdagangan hasil pertanian

(2) Homestay (3) Restoran dan rumah makan (4) Mini market dan toko

kelontong (5) Vila

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perdesaan

-

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

-

9 Jasa-Jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Surfing (3) Wisata pantai (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Penjahitan pakaian

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

3. KPJU Potensial

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 149

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Selemadeg Barat memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni

kakao, sapi, vanili, ayam, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang

berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi

daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka

mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Sebaliknya, untuk

usaha budi daya sapi, ayam, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan

karena kecocokan topografi, lahan, dan iklim di samping permintaan untuk itu sangat

tinggi. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan

secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor

pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama sekali tidak terdapat

sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4h.

Pada sektor industri pengolahan, demikian juga sektor listrik, gas, dan air

bersih; sektor bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi, sama

sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain sama sekali tidak terdapat KPJU potensial

yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.

J. KPJU di Kecamatan Selemadeg Timur

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Selemadeg Timur terletak ke arah barat dari ibu

kota Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Selemadeg di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kerambitan, di sebelah

utara berbatasan dengan Kecamatan Penebel, dan sebelah selatan berbatasan

dengan Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkannya dengan

kecamatan atau kabupaten lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu

kota kabupaten sekitar 10 km ke arah timur.

Kecamatan Selemadeg Timur berada pada ketinggian 0--526 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 6,0 mm (Agustus) sampai

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 150

dengan 475,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 2

hari (Juni) sampai dengan 18 hari (Januari).

Kecamatan Selemadeg Timur merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan

yang ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini mencapai 54,78 km2 atau 6,51

persen dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar wilayah ini, yakni 42,75

persen dimanfaatkan untuk sawah, proporsi besar kedua, yakni 34,08 persen untuk

perkebunan, dan masing-masing sekitar 15,28 persen berupa tegalan/kebun dan

hutan rakyat.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Selemadeg Timur sebanyak 11.959 orang atau 2,85 persen dari seluruh penduduk

Kabupaten Tabanan dengan sex-ratio 99,02. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk

laki-laki dan perempuan berimbang atau dengan kata lain setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 99,02 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 54,78 km2, ini

berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Selemadeg Timur adalah 218

jiwa /km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan

Selemadeg Timur memiliki lima KPJU unggulan, yaitu kopi, cengkeh, babi, kelapa,

dan padi sawah. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan

usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian di kecamatan ini, ternyata

sama sekali tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C secara

komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4j.

Sektor industri pengolahan memiliki tiga KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU), dan

pengolahan kopi bubuk. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi tidak terdapat

KPJU unggulan di kecamatan ini. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran

terdapat lima KPJU unggulan, yakni perdagangan hasil pertanian, mini market dan

toko kelontong, restoran dan rumah makan, vila, dan homestay. Pada sektor

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 151

pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga produk yang menjadi unggulan, yakni

angkutan penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), dan warnet.

Pada sektor keuangan terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni LPD, KSP, dan KUD. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain

terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni surfing, jasa binatu/laundry,

pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan

penjahitan pakaian.

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Selemadeg Timur terdapat lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni

kakao, vanili, sapi, ayam, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang

berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi

daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka

mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Sebaliknya untuk

usaha budi daya sapi, ayam, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan

karena kecocokan topografi dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara

intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama

sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial,

seperti tersaji pada Tabel 6.1.4j.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 152

Tabel 6.1.4j Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Selemadeg Timur

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Kopi (2) Cengkeh (3) Babi (4) Kelapa (5) Padi sawah

(1) Kakao (2) Vanili (3) Sapi (4) Ayam (5) Itik

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Pengolahan kopi bubuk

(4) Produk makanan kacang kapri

(5) Jajanan untuk upacara agama Hindu

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan hasil pertanian

(2) Mini market dan toko kelontong

(3) Restoran dan rumah makan

(4) Vila (5) Homestay

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perdesaan

(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KUD

9 Jasa-jasa lain (1) Surfing (2) Jasa binatu/laundry (3) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (4) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor) (5) Penjahitan pakaian

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 153

Sektor industri pengolahan tidak memiliki satu pun KPJU yang menjadi

potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Selemadeg Timur. Pada sektor listrik,

gas, dan air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan

dan komunikasi, juga sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat

dikembangkan. Kemudian, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran tidak

terdapat KPJU potensial. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, demikian juga

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain ternyata sama

sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 154

6.1.5. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Bangli A. KPJU di Kecamatan Kintamani

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Kintamani terletak di bagian utara Kabupaten

Bangli. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Badung, di sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, di sebelah utara dengan Kabupaten

Buleleng. Jarak ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten sekitar 27 km ke arah

selatan yang dihubungkan oleh jalan provinsi.

Kecamatan Kintamani terletak pada ketinggian 100--2.152 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

tertinggi, yaitu 1.180 mm terjadi bulan November dan terendah bulan Juli, yaitu 9

mm. Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari (Juli) sampai dengan

15 hari (Februari). Sebaliknya, pada Juni, Agustus, dan September tidak pernah

turun hujan.

Kecamatan Kintamani merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada

di Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 366 km2 atau 70,4 persen dari wilayah

Kabupaten Bangli. Hampir 48,0 persen dari wilayah Kecamatan Kintamani

dimanfaatkan untuk tegal/kebun, sekitar 25,0 persen berupa hutan negara, dan

10,86 persen untuk perkebunan. Pemanfaatan untuk sawah kurang dari 0,5 persen.

Ini berarti bahwa hampir 60,0 persen wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian (tegal

dan perkebunan). Akibatnya struktur perekonomian Kecamatan Kintamani masih

berorientasi pada sektor pertanian.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Kintamani 90.150 orang atau 41,8 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli

dengan sex-ratio 104. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104

penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 366,92 km2, ini berarti bahwa tingkat

kepadatan penduduk Kecamatan Kintamani adalah 246 orang/km2.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 155

2. KPJU Unggulan

Di sektor pertanian jeruk menjadi unggulan pertama di Kecamatan Kintamani.

Hal ini terjadi karena untuk wilayah Bali sentra penghasil jeruk terbanyak adalah

Kecamatan Kintamani. Tahun 2009 total produksi jeruk di Bali sekitar 161.000 ton.

Dari total produksi ini sebanyak 90,0 persen merupakan produksi dari Kecamatan

Kintamani. Kecamatan Kintamani sebagian besar wilayahnya berupa tegal/kebun

sehingga memungkinkan memperoleh makanan hijauan ternak yang relatif banyak.

Kondisi ini memungkinkan pemeliharaan ternak seperti sapi. Didukung oleh iklim

yang sejuk dan areal tegal/kebun yang relatif luas ternak ayam (petelur) juga menjadi

unggulan. Kopi di samping saat ini sudah menjadi produk unggulan kabupaten,

masih berpotensi diperluas dengan memanfaatkan tanah yang sebelumnya ditanami

jeruk. Bawang merah menjadi KPJU unggulan yang kelima.

Industri pengolahan yang menonjol di Kec Kintamani hanya pengolahan kopi.

Akan tetapi, ini hanya terbatas mengolah kopi gelondongan menjadi butiran yang

siap untuk diekspor. Sebagai kecamatan yang masih berorientasi pada pertanian,

maka unggulan di sektor perdagangan adalah perdagangan hasil pertanian, baik

berupa pangan maupun ternak. Hasil-hasil pertanian ini di samping untuk memenuhi

kebutuhan setempat juga dikirim ke luar kabupaten dan malahan seperti jeruk dan

sapi juga diantarpulaukan. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal unggulan di

subsektor perdagangan adalah Mini market dan toko kelontong.

Kintamani juga dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata, yaitu wisata

pemandangan gunung dan danau serta kaldera Baturnya. Sehubungan dengan itu,

yang juga menjadi unggulan adalah prasarana pariwisata, seperti hotel dan restoran

serta penyeberangan danau menuju objek wisata Desa Trunyan yang terkenal

dengan kuburannya. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, restoran/rumah

makan, hotel melati, jasa pramuwisata, dan money changer juga menjadi unggulan

Kecamatan Kintamani.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 156

Tabel 6.1.5a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Kintamani

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Jeruk (2) Sapi (3) Kopi (4) Ayam petelur (5) Bawang merah

(1) Kubis (2) Kambing (3) Ikan mujair di

Danau Batur

2 Pertambangan dan Penggalian

(1) Batu (2) Pasir

-

3 Industri pengolahan (1) Pengolahan kopi gelondong

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan produk pertanian (pangan dan ternak)

(2) Mini market dan toko kelontong

(3) Restoran dan rumah makan

(4) Hotel melati (5) Home stay

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(3) Angkutan penyeberangan di Danau Batur.

-

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(1) KUD (2) LPD (3) KSU (4) KSP (5) Money changer

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Keberadaan Gunung Batur sebagai salah satu gunung berapi mengakibatkan

di lerengnya banyak terdapat pasir dan batu yang banyak dimanfaatkan untuk

bangunan. Batu dan pasir ini tidak saja memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga

dipasok ke luar kabupaten.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 157

Untuk memperlancar aktivitas perekonomian setempat muncul unggulan di

bidang pembiayaan, yaitu KSP, KSU, LPD, dan KUD. Sebaliknya, KPJU unggulan di

sektor jasa hanya jasa pramuwisata dan perbengkelan (motor dan mobil).

3. KPJU Potensial

Di beberapa wilayah sejak beberapa tahun terakhir tanaman jeruk mulai diserang

hama penyakit . Tanah bekas tanaman jeruk ini dapat dialihkan untuk ditanami kopi

dan yang sudah banyak terjadi sekarang ditanami dengan kubis. Dengan demikian,

kubis merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan. Di samping itu,

kambing juga potensial karena tersedianya relatif banyak hijauan makanan ternak.

Di Bali terdapat empat danau. Salah satu di antaranya adalah Danau Batur

yang berada di Kecamatan Kintamani. Danau ini mempunyai potensi yang cukup

besar sebagai tempat pembudi dayaan ikan mujair. Sekarang sudah banyak rumah

makan di Kec Kintamani yang khusus menunya adalah ikan mujair. Tidak tertutup

kemungkinan ikan ini dapat dipasarkan ke luar kabupaten sehingga menjadi salah

satu potensi untuk dikembangkan.

B. KPJU di Kecamatan Bangli

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Bangli terletak di bagian tengah Kabupaten

Bangli. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Susut, di sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Tembuku, di sebelah utara dengan Kecamatan

Kintamani, dan di selatan berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Status jalan yang

menghubungkannya dengan kecamatan yang lain, yaitu Susut dan Tembuku adalah

jalan kabupaten, sedangkan dengan Kecamatan Kintamani dan Kabupaten Gianyar

dihubungkan oleh jalan provinsi.

Kecamatan Bangli terletak pada ketinggian 200--1.175 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung selama 12 bulan dengan variasi antara 16,5 mm (Juni) sampai dengan

469,5 mm (November). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3 hari

(Juni) sampai dengan 26 hari (November).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 158

Kecamatan Bangli merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada di

Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 56,3 km2 atau 10,8 persen dari wilayah

Kabupaten Bangli. Proporsi terbesar (36,38 persen) wilayahnya dimanfaatkan untuk

tegal/kebun. Proporsi besar kedua, yaitu 16,05 persen untuk perkebunan. Proporsi

besar ketiga, yaitu masing-masing sekitar 13,0 persen untuk sawah, hutan rakyat,

dan permukiman. Ini berarti bahwa sekitar 65,0 persen wilayahnya dimanfaatkan

untuk pertanian.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Bangli

48.199 orang atau 22,38 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli dengan

sex-ratio 102. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk

laki-laki. Dengan luas wilayah 56,3 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Bangli adalah 856 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Kecamatan Bangli kendatipun menjadi ibu kota kabupaten, struktur

perekonomiannya masih bercorak pertanian. Komoditas unggulannya adalah

komoditas pertanian tanaman pangan (padi sawah) dan ternak (sapi, babi, dan

ayam) serta hutan bambu. Saat ini luas areal hutan bambu lebih dari 5.000 ha

dengan produksi sekitar 921.000 batang per tahun. Bambu di samping dimanfaatkan

untuk kerajinan bambu dan gedek juga diperdagangkan ke luar kabupaten (Tabel

6.1.5b).

Sebagian industri unggulan Kec Bangli merupakan industri kerajinan yang

memanfaatkan bahan baku setempat, seperti kerajinan bambu dan kerajinan kayu.

Sebaliknya, industri yang lain, seperti garment memanfaatkan bahan baku dari luar.

Akan tetapi, untuk industri makanan dan minuman sebagain besar bahannya lokal.

Untuk kerajinan emas/perak masih potensial untuk dikembangkan. Hampir semua

industri yang ada di Kecamatan Bangli merupakan industri kecil.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 159

Tabel 6.1.5b Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Bangli

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Ayam (5) Hutan Bambu

(1) Ubi kayu (2) Ubi jalar (3) Pisang (4) Kopi

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Kerajinan bambu (2) Kerajinan kayu (3) Garment (4) Industri

makanan/minuman (5) Kerajinan logam

(perak/emas)

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi gedung

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Warung makan (2) Perdagangan produk

pertanian (3) Artshop (4) Mini market dan toko

kelontong (5) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat penumpang perkotaan dan pedesaan

(2) Bus trayek (3) Angkutan barang (truk) (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) Koperasi Pegawai

Negeri (KPN) (3) KSP (4) Koperasi Serba Usaha (5) BPR

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (3) Penjahitan pakaian (4) Jasa perbengkelan

(mobil dan motor)

PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 160

Di Kecamatan Bangli terdapat beberapa daerah tujuan wisata, tetapi sarana

pariwisata, seperti restoran, hotel, dan yang sejenisnya tidak tersedia. Dengan

demikian, yang menjadi unggulan pada sektor perdagangan, hotel & restoran hanya

subsektor perdagangan berupa warung makan, perdagangan produk pertanian

pangan, artshop, mini market, dan toko kelontong, serta konter HP.

Di sektor keuangan terdapat satu lembaga perbankan, yaitu BPR serta empat

lembaga nonbank (LPD, KSP, KPN, dan Koperasi Serba Usaha).

Untuk memperlancar arus barang dan angkutan penumpang, aktivitas

perekonomian, dan komunikasi terdapat empat KPJU unggulan di bidang

transportasi, yaitu angkutan barang, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, bus

bertrayek dan jasa warnet. Di sektor jasa ada empat KPJU unggulan, yaitu jasa

binatu, pangkas rambut dan salon kecantikan, penjahitan pakaian, dan jasa

perbengkelan (sepeda motor dan mobil).

3. KPJU potensial

KPJU potensial ada di sektor pertanian, yaitu ubi kayu, ubi jalar, pisang, dan

kopi. Pengembangannya hanya terbatas sebagai tanaman sela. KPJU potensial

lainnya hanya di sektor jasa PAUD. Penduduk Kec Bangli sebagian merupakan

penduduk urban sehingga lebih menyadari pentingnya arti pendidikan anak usia dini

(Tabel 6.1.5b).

C. KPJU di Kecamatan Susut

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Susut terletak di bagian barat Kabupaten Bangli.

Di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Gianyar, di sebelah

timur berbatasan dengan Kecamatan Bangli, dan di sebelah utara dengan

Kecamatan Kintamani. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan

atau kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten 6 km

ke arah timur.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 161

Kecamatan Susut terletak pada ketinggian 225 – 950 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun, kecuali bulan Juli dengan variasi antara 13 mm (Juni)

sampai dengan 574 mm (November). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi

antara 1 hari (Juni) sampai dengan 22 hari (November).

Kecamatan Susut merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada di

Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 49,3 km2 atau 9,47 persen dari wilayah

Kabupaten Bangli. Proporsi terbesar (30,78 persen) wilayahnya dimanfaatkan untuk

tegal/kebun. Proporsi besar kedua, yaitu 25,17 persen untuk sawah. Proporsi besar

ketiga, yaitu 22,55 persen untuk perkebunan. Ini berarti sekitar 80,0 persen wilayah

Kecamatan Susut dimanfaatkan untuk tanah pertanian.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Susut

43.268 orang atau 20,1 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli dengan

sex-ratio 101. Artinya,dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk

laki-laki. Dengan luas wilayah 49,3 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Susut adalah 878 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

KPJU unggulan di Kecamatan Susut tidak banyak berbeda dengan di

Kecamatan Bangli. Hal ini disebabkan oleh letak ketinggian di atas permukaan laut

dari dua kecamatan ini hampir sama. Perbedaannya di Kecamatan Susut KPJU

unggulan pada masing-masing sektor (kecuali pertanian, industri pengolahan, dan

keuangan) kurang dari lima, yaitu bervariasi antara 1--4 KPJU unggulan (Tabel

6.1.5c).

3. KPJU potensial

Di Kecamatan Susut KPJU yang potensial hanya terdapat di sektor pertanian.

Potensi ini hanya terbatas pada perluasan sebagai tanaman sela, kecuali itik yang

masih bisa dikembangkan karena areal sawahnya relatif luas (25,0 persen dari luas

kecamatan).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 162

Tabel 6.1.5c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Susut

No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Ayam (5) Kelapa

(1) Durian (2) Jeruk (3) Kopi (4) Itik (5) Jagung

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)

(2) Industri kerajinan kayu (3) Produk

makanan/minuman (4) Industri kerajinan bambu (5) Industri barang dari

logam

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Perdagangan produk pertanian

(3) Warung makan (4) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(2) Angkutan barang (truk)

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) KSU (3) LPD (4) KUD (5) BPR

-

9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Jasa binatu/laundry (3) Jasa perbengkelan

(motor dan mobil)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 163

D. KPJU di Kecamatan Tembuku

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Tembuku terletak di bagian timur Kabupaten

Bangli. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangli, di sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, di sebelah utara dengan Kecamatan

Kintamani, dan selatan dengan Kabupaten Klungkung. Status jalan yang

menghubungkannya dengan kecamatan atau kabupaten yang lain adalah jalan

kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten 6 km ke arah barat.

Kecamatan Tembuku terletak pada ketinggian 300--891 meter di atas

permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan

berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 21 mm (Juli) sampai dengan

830 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3 hari (Juni)

sampai dengan 28 hari (November).

Kecamatan Tembuku merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada

di Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 48,3 km2 atau 9,27 persen dari wilayah

Kabupaten Bangli. Proporsi terbesar (41,12 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan

untuk perkebunan, proporsi besar kedua (27,50 persen) untuk tegal/kebun dan

proporsi besar ketiga (16,72 persen) untuk sawah. Ini berarti bahwa sekitar 84,0

persen wilayahnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Tembuku 33.787 orang atau 15,7 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli

dengan sex-ratio 103. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103

penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 48,3 km2, ini berarti bahwa tingkat

kepadatan penduduk Kecamatan Tembuku adalah 700 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

KPJU unggulan Kecamatan Tembuku juga hampir sama dengan Kecamatan

Susut. Hal ini disebabkan oleh letak ketinggian di atas permukaan laut kedua

kecamatan ini relatif sama sehingga iklimnya juga tidak banyak berbeda. Hanya di

sektor pertanian dan keuangan terdapat lima KPJU unggulan. Sebaliknya, di sektor

yang lain masing-masing mempunyai satu sampai dengan empat KPJU unggulan

(Tabel 6.1.5d).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 164

3. KPJU potensial

KPJU potensial hanya ada di sektor pertanian, yaitu tanaman kakao.

Tanaman ini dapat diperluas dengan sistem tanaman tumpang sari (tanaman sela).

Tabel 6.1.5d

Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tembuku

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi (2) Babi (3) Ayam (4) Sapi (5) Cengkeh

(1) Kakao

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri pengolahan (1) Industri kerajinan kayu (2) Industri makanan/minuman (3) Industri barang dari logam (4) Industri alat upacara agama

Hindu

-

4 Listrik dan Air Minum - -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Perdagangan produk pertanian

(3) Warung makan (4) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(2) Angkutan darat barang (truk)

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) KPN (5) BPR

-

9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Jasa perbengkelan (motor

dan mobil)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 165

6.1.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Klungkung A. KPJU di Kecamatan Klungkung

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Klungkung merupakan kecamatan terkecil dari empat kecamatan

yang ada di Kabupaten Klungkung, dengan batas-batas di sebelah utara Kabupaten

Karangasem, sebelah timur Kecamatan Dawan, sebelah barat Kecamatan

Banjarangkan, dan sebelah selatan dengan Selat Badung, dengan luas 2.095 ha.

Secara tepat semua terletak di daerah daratan Pulau Bali.

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Klungkung menggunakan

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil perhitungannya disajikan

pada Tabel 6.1.6a.

Dari hasil perhitungan MPE diperoleh lima KPJU unggulan pada sektor

pertanian, yaitu (1) padi sawah, (2) sapi, (3) kacang tanah, (4) kelapa, dan (5) cabai.

Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka 2009, luas panen dan produksi padi

tahun 2009 adalah1.938 ha dan 12.692 ton GKP. Ternak sapi menjadi unggulan

karena populasi sapi tahun 2009 di Kecamatan Klungkung sebanyak 6.340 ekor.

KPJU kacang tanah luas panen dan produksi tahun 2009 masing-masing 470 ha dan

826 ton. Kelapa luas dan produksi masing-masing 377 ha dan 265 ton. Jadi, kelima

jenis KPJU ini benar-benar unggul, terutama ditinjau dari empat kriteria, yaitu

keterlibatan jumlah rumah tangga, ketersediaan bahan baku atau sarana produksi,

jangkauan pemasaran, dan kontribusi terhadap perekonomian daerah. KPJU

unggulan artinya KPJU ini telah berkembang dan perkembangannya hanya bisa

dipacu melalui usaha-usaha intensifikasi sehingga mampu ditingkatkan produksinya.

Di samping itu, produksi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar di

Kecamatan Klungkung, tetapi juga dapat memasok pasar di kecamatan lain, bahkan

di kabupaten lain di Provinsi Bali.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 166

Tabel 6.1.6a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Klungkung

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian

(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Kacang tanah (4) Kelapa (5) Cabai

(1) Kacang panjang (2) Jagung (3) Cengkeh (4) Babi (5) Albisia

2 Pertambangan dan Penggalian

-

-

3 Industri Pengolahan

(1) Industri uang kepeng (pis bolong) (2) Industri perak dan selongsong

peluru (3) Industri kerajinan tenun dan

songket (ATBM) (4) Industri gong (5) Industri kerajinan lukisan wayang

klasik

(1) Industri kacang kapri

(2) Kacang asin

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong (2) Hotel melati (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Perdagangan produk pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Jasa pengiriman paket (4) Warnet (5) Ojek

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) BPR (2) LPD (3) KSP (4) KUD (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil

(2) Pramuwisata (3) PAUD (4) Fotokopi (5) Binatu/Laundry

(1) Wisata sejarah Kertagosa

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 167

Pada sektor pertambangan dan penggalian di Kecamatan Klungkungan tidak

terdapat KPJU unggulan, karena galian C berupa galian pasir hasil letusan Gunung

Agung tahun 1963 sudah habis. Oleh karena itu, sehingga galian C di Klungkung

sudah ditutup dan aktivitas galuan C berpindah ke Kabupaten Karangasem.

KPJU unggulan UMKM pada sektor industri pengolahan, yaitu (1) industri

uang kepeng, (2) industri perak dan selongsong peluru, (3) industri kerajinan tenun

endek dan songket (ATBM), (4) industri gong, dan (5) industri kerajinan lukisan

wayang klasik. Industri uang kepeng (pis bolong) terdapat di Desa Kamasan,

industri perak terdapat di Desa Kamasan dan Gelgel, industri selongsong peluru

terdapat di Desa Kamasan, industri kerajinan tenun endek dan songket (ATBM)

terdapat di Desa Sampalan, dan tenun cagcag di Desa Gelgel. Industri

gong/gamelan terdapat di Desa Tihingan dan industri kerajinan lukisan wayang klasik

terdapat di Desa Kamasan. Kelima KPJU unggulan UMKM ini harus tetap

dipertahankan agar tetap mampu memberikan kontribusi, baik secara mikro bagi

rumah tangga maupun secara makro berupa PAD kepada Pemerintah Kabupaten

Klungkungdan.

KPJU unggulan di sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kecamatan

Klungkung, yaitu (1) Mini market dan toko kelontong, (2) hotel melati, (3) restoran

dan rumah makan, konter HP, dan perdagangan produk-produk pertanian. Kelima

KPJU berperan memindahkan produk dari satu lembaga ke lembaga lain

(konsumen) sehingga menuju ke arah keseimbangan pasar. Tanpa UMKM di sektor

ini, maka akan terjadi penumpukan barang dan kelebihan permintaan yang

mengakibatkan harga naik. Jadi, usaha ini sekaligus berfungsi sebagai stabilisator

persediaan barang dan fluktuasi harga barang, sehingga menguntungkan semua

pihak di pasar. Oleh kerana itu, kelima KPJU ini sebaiknya tetap dijaga dan dibina

agar tetap unggul.

KPJU unggulan sektor pengakutan dan komunikasi di Kecamatan Klungkung,

yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan/perdesaan. (2) angkutan darat barang

(truk), (3) jasa pengiriman paket/surat, (4) warnet, dan (5) ojek. Kelima KPJU

unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi di Kecamatan Klungkung ini

berperan penting dalam mendukung kelancaran aktivitas sektor lain. Oleh karena

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 168

KPJU-KPJU di sektior ini harus dipertahankan dan dibina sehinga tetap menjadi

KPJU unggulan.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memiliki arti strategis

dalam kelancaran aktivitas sektor lain karena sektor ini menyediakan likuiditas untuk

keperluan transaksi pembayaran. Lima KPJU unggulan pada sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu (1) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), (2)

Lembaga Perkreditan Desa (LPD), (3) Koperasi Simpan Pinjam (KSP), (4) Koperasi

Unit Desa (KUD), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). KSU Srinadi sangat maju dan

berkembang di Kabupaten Klungkung, bahkan beberapa kali menjadi koperasi

terbaik di tingkat provinsi dan nasional. Kelima KPJU unggulan ini berperan dalam

melancarkan transaksi bisnis dan memediasi lalu lintas likuiditas. Kelima KPJU pada

sektor ini harus tetap dipelihara dan dipertahankan agar tetap dapat memberikan

pelayanan yang prima kepada aktivitas pada sektor lain.

Lima KPJU unggulan sektor jasa-jasa lain di Kecamatan Klungkung, yaitu (1)

jasa perbengkelan (motor dan mobil), (2) pramuwisata, (3) PAUD, (4) fotokopi, dan

(5) binatu/laundry. Misal, pramuwisata (pemandu wisata) menjadi KPJU unggulan

karena Kabupaten Klungkung memiliki destinasi wisata Pulau Lembongan dan Pulau

Nusa Penida yang sedang berkembang, bahkan ke depan destinasi wisata ini akan

semakin banyak dikunjungi wisatawan dengan atraksi diving dan snorkeling serta

atraksi olahraga air lainnya. KPJU PAUD juga menjadi unggulan di Kecamatan

Klungkung karena Kota Klungkung yang penduduk cukup padat berada di

Kecamatan Klungkung. KPJU jasa binatu/laundry yang tumbuh bak jamur di musim

hujan menjadi unggulan di Kota Klungkung, yang melayani keperluan cuci-mencuci

masyarakat yang semakin sibuk.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial adalah KPJU yang memiliki potensi untuk dikembangkan

karena kendala tertentu sehingga tidak dapat berkembang. KPJU potensial pada

sektor pertanian di Kecamatan Klungkung ada lima jenis, yaitu (1) budi daya kacang

panjang, (2) budi daya jagung, (3) cengkeh, (4) babi, dan (5) budi daya tanaman

albisia (Tabel 6.1.6a). Luas panen dan produksi usaha budi daya kacang panjang

tahun 2009 masing-masing 124 ha dan 396,80 ton. Pemasaran produk usaha ini

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 169

tidak hanya di Kabupaten Klungkung, tetapi juga sampai ke pasar-pasar di Kota

Denpasar yang memiliki penduduk terpadat di Bali. Usaha budi daya jagung juga

termasuk potensial dengan luas panen dan produksi tahun 2009 masing-masing 64

ha dan 189 ton. Usaha budi daya tanaman albisia adalah komoditas sangat

prospektif sebagai bahan baku patung pop dan ukiran ringan lainnya.

Pengembangannya baru pada tahap rintisan di Kecamatan Klungkung, yang ditanam

di kebun-kebun masyarakat sebagai hutan kemasyarakatan. Masalah

pengembangan usaha ini adalah kendala teknis, manajemen, dan permodalan.

Masalah ini harus dipecahkan bersama, baik investor, pemerintah, maupun para

penggiat pemberdaya masyarakat, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat jika ingin

KPJU potensial ini kelak menjadi unggulan.

KPJU pada sektor industri pengolahan di Kecamatan Klungkung hanya dua

jenis, yaitu industri kacang kapri dan industri kacang asin. Kedua jenis usaha ini

dikembangkan oleh kelompok wanita tani binaan Dinas Pertanian dan Perkebunan

Kabupaten Klungkung. Masalah pengembangan kedua jenis industri ini adalah teknis

keterampilan pengolahan, manajemen termasuk jangkauan pemasaran, dan

keterbatasan modal usaha. Solusi dari masalah ini adalah memberikan bantuan

teknis keterampilan mengolah kacang, perbaikan manajemen kerja dan pengelolaan,

dan bantuan atau pinjaman modal sehingga para pengusaha mikro ini mampu

meningkatkan volume produksinya.

KPJU pada sektor jasa-jasa lain ada dua jenis, yaitu agrowisata Bukit Abah

Dawan dan wisata sejarah Kertagosa. Kedua jenis usaha ini potensial dikembangkan

menjadi unggulan melalui promosi sehingga wisatawan mancanegara dan wisatawan

nusantara ingin mengunjungi objek wisata tersebut.

B. KPJU di Kecamatan Dawan

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Dawan merupakan kecamatan yang terletak paling timur dari

empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung dengan batas-batas, sebelah

utara dan timur Kabupaten Karangasem, sebelah barat Kecamatan Klungkung, dan

sebelah selatan Samudra Hindia dengan luas 37,38 km². Menurut penggunaannya

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 170

luas wilayah Kecamatan Dawan terdiri atas 16,21% lahan sawah, 17,26% lahan

tegalan, 35,50% lahan perkebunan, 6,93% lahan pekarangan, 0,21% kuburan, dan

lainnya 23,89%.

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditi/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Dawan menggunakan

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil perhitungannya disajikan

pada Tabel 6.1.6b.

KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Dawan ada lima jenis,

yaitu (1) padi sawah, (2) kedelai, (3) sawo, (4) kelapa, dan (5) penangkapan ikan

laut. Berdasarkan data Klungkung Dalam Angka tahun 2009, luas panen padi sawah

adalah 879 ha dengan produksi 6.278 ton GKP. Luas panen kedelai adalah 864 ha

dengan produksi 1.514 ton. Tanaman sawo termasuk unggulan di kecamatan ini

dengan populasi 3.689 pohon dan produksi 761 ton, terbanyak terdapat di Desa

Dawan Klod. Tanaman kelapa dengan luas 858 ha dan produksi 997,50 ton, yang

menyebar di semua desa dalam wilayah Kecamatan Dawan. Usaha penangkapan

ikan laut berpusat di Desa Kusamba sebagai desa nelayan. Pada tahun 2009

mampu menghasilkan tangkapan ikan sebanyak 1.223 ton. Jumlah ini menurun

dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 1.767,824 ton. Jenis ikan yang

ditangkap umumnya adalah tongkol. Ikan itu ada yang dijual dalam bentuk segar dan

sebagian besar diolah atau diawetkan atau dipindang oleh pengusaha mikro

setempat. Pemasaran sampai ke Kota Denpasar dan kota-kota lainnya di Bali.

KPJU-KPJU unggulan ini hendaknya dipertahankan dan dibina karena perannya

demikian strategis jika dilihat dari empat kriteria unggulan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 171

Tabel 6.1.6b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Dawan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian

(1) Padi sawah (2) Kedelai (3) Sawo (4) Kelapa (5) Penangkapan ikan di laut

(1) Kakao (2) Pisang (3) Jagung (4) Babi (5) Cabai

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan

(1) Industri tenun endek dan songket (ATBM)

(2) Industri perlengkapan upacara adat dan agama Hindu

(3) Penyosohan beras (RMU) (4) Industri jajanan basah

(berbahan tepung beras) (5) Industri pengolahan ikan laut

(di Kusamba)

(1) Industri gula merah

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Konter HP (3) Perdagangan produk-produk

pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (3) Warnet (4) Angkutan penyeberangan

barang dan orang Klungkung-Nusa Penida (perahu motor)

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) BPR (2) LPD (3) KSP (4) KUD (5) KSU

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

(2) Binatu/laundry (3) Fotokopi (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan

(1) Agrowisata (Bukit Abah Dawan)

(2) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 172

KPJU unggulan di industri pengolahan di Kecamatan Dawan ada lima jenis,

yaitu (1) industri tenun endek dan songket (ATBM), (2) industri perlengkapan

upacara adat dan agama Hindu, (3) penyosohan beras atau penggilingan padi

(RMU), (4) industri jajanan basah (berbahan tepung beras), dan (5) pengolahan dan

pengawetan ikan laut. Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka tahun 2009,

semua jenis industri di Kecamatan Dawan tahun 2009 diklasifikasikan ke dalam

industri sedang sebanyak 10 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 280 orang,

industri kecil sebanyak 342 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 2.390 orang,

dan kerajinan rumah tangga sebanyak 1.199 unit yang menyerap tenaga kerja

sebanyak 3.631 orang. Jika dilacak penyebaran KPJU unggulan ini, industri tenun

endek dan songket (ATBM) menyebar di Desa Sampalan Tengah, Sampalan Klod,

Sulang, dan Paksebali. Industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama

Hindu terdapat di Desa Paksebali dan Satriya. Penyosohan beras atau penggilingan

padi (RMU) hampir menyebar di semua desa. Industri pengolahan atau pengawetan

(pemindangan) ikan laut terdapat di Desa Kusamba sebagai sentra nelayan dan

pusat pendaratan ikan laut dari perahu-perahu nelayan tradisional motor tempel.

KPJU unggulan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada tiga jenis,

yaitu (1) mini market dan toko kelontong, (2) konter HP, (3) perdagangan produk-

produk pertanian. Usaha mini market dan sejenisnya terdapat di Kota Kecamatan

Dawan, counter HP menyebar hampir di semua desa Kecamatan Dawan.

Sebaliknya, usaha perdagangan produk-produk pertanian terdapat di sentra-sentra

produksi pertanian, seperti Desa Kusamba yang memperdagangkan ikan pindang ke

pasar-pasar luar Kecamatan Dawan.

KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada empat jenis,

yaitu (1) angkutan darat barang (truk), (2) angkutan penumpang

perkotaan/perdesaan, (3) warnet, dan (4) angkutan penyeberangan barang dan

orang Klungkung-Nusa Penida. Usaha angkutan darat barang (truk) di Kecamatan

Dawan tahun 2009 sebanyak 45 unit, pick-up sebanyak 84 unit. Sebaliknya, usaha

angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat) sebanyak 187 unit.

Usaha angkutan penyeberangan barang dan orang Kusamba-Nusa Penida

sebanyak 9 unit, yang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007

sebanyak 35 unit. Penurunan ini juga disebabkan oleh semakin sepinya angkutan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 173

penumpang dan barang karena beralih ke angkutan kapal Ro-Ro Padang Bai-Nusa

Penida.

KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada

lima jenis, yaitu (1) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), (2) Lembaga Perkreditan Desa

(LPD), (3) Koperasi Simpan Pinjam (KSP), (4) Koperasi Unit Desa (KUD), dan (5)

Koperasi Serba Usaha (KSU). Usaha LPD menyebar di semua desa adat di bawah

wilayah Kecamatan Dawan. KUD hanya ada satu unit di ibu kota Kecamatan Dawan,

yaitu di Desa Dawan. Sebaliknya, KSP dan KSU yang banyak tumbuh dan

berkembang di luar regulasi Bank Indonesia menyebar di beberapa desa, seperti

Dawan dan Kusamba.

KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain hanya ada dua jenis, yaitu (1)

fotokopi, dan (2) binatu/laundry. KPJU fotokopi dan binatu/laundry menyebar

terdapat di ibu kota kecamatan, yaitu Desa Dawan.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial pada sektor pertanian, yaitu (1) budi daya kakao, (2) pisang, (3)

jagung, (4) babi dan (5) cabai. KPJU kakao dapat dikatakan relatif baru. Tahun

2009 luas areal 42,10 ha dan produksi baru mencapai 38,07 ton. KPJU kakao

menyebar di Desa Pesinggahan (1,80 ha), Dawan Klod (2,10 ha), Gunaksa (1,65

ha), Paksebali (2,80 ha), Dawan Kaler (7,20 ha), Pikat (6,80 ha), dan Besan (19,75

ha). KPJU pisang seluas 89.526 pohon dengan produksi mencapai 671 ton. Jagung

hanya seluas 23 ha dengan produksi 80 ton. Cabai mungkin di kecamatan lain

menjadi unggulan, tetapi di Kecamatan Dawan tergolong potensial dikembangkan

karena arealnya baru mencapai 8,0 ha dengan produksi 104,57 ton.

KPJU potensial pada sektor Industri pengolahan hanya satu jenis, yaitu

industri gula merah yang terdapat di Desa Dawan. KPJU potensial pada sektor

keuangan hanya satu jenis, yaitu asuransi karena masih banyak masyarakat di

kecamatan ini belum sadar pentingnya berasuransi sehingga jika KPJU ini digarap

secara sungguh-sungguh, akan memiliki potensi untuk berkembang.

KPJU potensial pada sektor jasa-jasa lain adalah agrowisata (Bukit Abah

Dawan) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Agrowisata di Bukit Abah Kecamatan

Dawan adalah kompleks pengembangan agro, seperti berbagai jenis tanaman

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 174

langka, cengkeh, sawo, dll. Sebaliknya, PAUD menjadi potensial karena banyak

anak-anak usia dini yang memerlukan pendidikan pada usia dini sebelum menginjak

ke sekolah taman kanak-kanak. Jadi, semua KPJU potensial masalahnya terletak

pada keterbatasan teknik keterampilan pelaku usahanya, rendahnya pengetahuan

pengelolaan sumber daya, dan keterbatasan permodalan dalam meningkatkan

volume usaha. Jika ingin KPJU potensial ini menjadi unggulan, maka masalah-

masalah yang dihadapi tersebut harus di atasi.

C. KPJU di Kecamatan Nusa Penida

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Nusa Penida terdiri atas tiga kepulauan, yaitu Pulau Nusa

Penida, Pulau Lembongan, dan Pulau Ceningan, terdiri atas 16 desa dinas, dengan

jumlah penduduk 46,749 Jiwa (8.543 KK). Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari

empat tempat, yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh +1

jam perjalanan, lewat Sanur dengan menumpang perahu jarak tempuh + 1,5 jam

perjalanan. Lewat Kusamba dengan menumpang jukung jerak tempuh +1,5 jam

perjalanan. Kalau lewat Padangbai dengan menumpang kapal boat, jarak

tempuh + 1 jam perjalanan.

Secara umum kondisi topografi Nusa Penida tergolong landai sampai

dengan berbukit. Desa-desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan

datar dengan kemiringan 0--3 % dari ketinggian lahan 0--268 m dpl. Semakin ke

selatan kemiringan lerengnya semakin bergelombang. Demikian juga Pulau

Lembongan bagian utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0- 3% dan di

bagian selatan kemiringannya 3--8 %. Sebaliknya, Pulau Ceningan mempunyai

kemiringan lereng bervariasi antara 8--15% dan 15--30% dengan kondisi tanah

bergelombang dan berbukit.

Mata pencaharian penduduk adalah pertanian dan sektor perikanan

merupakan mata pencaharian utama oleh 6,68% tersebar pada desa-desa pesisir

yaitu Suana, Batununggul, Kutampi Kaler, Ped, dan Desa Toyapakeh. Di Pulau

Lembongan 16,80% penduduk bergerak di bidang perikanan. Di Ceningan 12,88%

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 175

mengingat kondisi dan topografi daerah maka yang cocok dikembangkan adalah

sektor pertanian dan sektor pariwisata.

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Nusa Penida

menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil

perhitungannya disajikan pada Tabel 6.1.6c.

KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Nusa Penida, yaitu (1)

(1) sapi, (2) rumput laut, (3) penangkapan ikan lau, (4) jagung, dan (5) jambu mete.

Jagung dan jambu mete menjadi unggulan karena Nusa Penida hampir seluruhnya

lahan kering sehingga cocok ditanami jagung dan jambu mete. Luas panen jagung

dan produksi tahun 3009 masing-masing 4.086 ha dan 12.151 ton pipilan kering.

Luas areal dan produksi jambu mete tahun 2009 masing-masing 374 ha dan 28,630

ton biji kering. Rumput laut semakin menjadi primadona di Kecamatan Nusa Penida

karena rumput laut cocok ditanam dan diusahakan di sepanjang pantai utara Pulau

Nusa Penida dan Pulau Nusa Lembongan. Nusa Penida juga dikenal sebagai

gudang ternak sapi, dengan populasi tahun 2009 sebanyak 23.946 ekor. Setiap

bulan banyak sapi diantarpulaukan ke Bali, yang selanjutnya dipasarkan ke pasar

sapi Beringkit. Penangkapan ikan laut juga menjadi unggulan di Kecamatan Nusa

Penida karena Nusa Penida memiliki pantai cukup panjang, yang menjadi lokasi

permukiman nelayan. KPJU unggulan ini harus dipertahankan dan dikembangkan

secara intensif sehingga tetap menjadi KPJU unggulan.

KPJU pada sektor Industri pengolahan, yaitu (1) industri kerajinan tenun

endek (cepuk), (2) industri pengolahan laut, (3) industri pengolahan rumput laut, (4)

industri pengolahan buah dan biji mete, (5) industri batako. Berdasarkan data

Kecamatan Nusa Penida dalam Angka tahun 2009, semua jenis industri di

Kecamatan Nusa Penida tahun 2009 diklasifikasikan ke dalam industri kecil

sebanyak 50 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 667 orang dan industri

kerajinan rumah tangga sebanyak 718 unit dengan penyerapan tenaga kerja

sebanyak 718 orang. Industri kerajinan rumah tangga berupa tenun endek (tenun

cepuk) sangat terkenal, yang pemasarannya sampai ke luar Nusa Penida.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 176

Tabel 6.1.6c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Nusa Penida

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Sapi

(2) Rumput laut (3) Penangkapan ikan di laut (4) Jagung (5) Jambu mete

(1) Kacang merah (2) Jeruk (3) Pisang (4) Kelapa (5) Ubi kayu

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek (Cepuk)

(2) Pengolahan ikan laut (3) Pengolahan rumput laut (4) Pengolahan buah dan biji

mete (5) Industri batako

(1) Kerajinan padas putih (2) Industri minyak kelapa (3) Industri terali besi (4) Industri kerajinan

perak

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Vila (3) Restoran/rumah makan (4) Mini market dan toko

kelontong (5) Konter HP

(1) Air minum isi ulang (2) Perdagangan produk-

produk pertanian

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perdesaan (3) Angkutan laut

penyeberangan barang dan orang (perahu motor tempel)

(4) Ojek (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KUD (4) KSU (5) Money changer

-

9 Jasa-jasa lain (1) Wisata perdesaan (2) Diving dan snorkeling (3) Pramuwisata (4) Fotokopi (5) Binatu/laundry

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 177

Hasil tangkapan ikan laut nelayan di Nusa Penida sebagian besar diolah

menjadi pindang oleh para pengusaha mikro yang bergerak di bidang pemindangan

ikan. Selanjutnya dipasarkan ke Bali, terutama ke pasar Klungkung dan pasar

Badung. Rumput laut yang menjadi unggulan pada sektor pertanian diolah menjadi

makanan camilan (manisan). Jambu mete yang juga menjadi unggulan pada sektor

pertanian diolah menjadi kacang mete.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran KPJU yang menjadi unggulan

yaitu (1) hotel melati, (2) vila, (3) restoran/rumah makan, (4) mini market dan toko

kelontong, dan (5) konter HP. Hotel melati, vila, restoran/rumah makan terdapat di

destinasi wisata Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan, termasuk juga di Pulau

Nusa Penida. Mini market/toko kelontong dan counter HP terdapat di pusat-pusat

permukiman padat penduduk.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, terdapat lima KPJU yang menjadi

unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk), (2) angkutan penumpang

perdesaan, (3) angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor

tempel), (4) ojek, dan (5) warnet. KPJU-KPJU ini memegang peran penting dalam

melancarkan perpindahan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain, atau

dengan kata lain KPJU-KPJU pada sektor ini mempercepat perputaran roda

perekonomian di Nusa Penida.

Pada sektor jasa-jasa lain, lima KPJU yang menjadi unggulan, yaitu (1) wisata

perdesaan, (2) diving dan snorkeling, (3) pramuwisata, (4) fotokopi, dan (5)

binatu/laundry. KPJU jasa-jasa wisata perdesaan, diving dan snorkeling, dan

pramuwisata menjadi unggulan karena kecamatan ini merupakan sentra

pengembangan pariwisata pulau, dengan produk unggulannya adalah wisata alam

bawah laut dan watersport.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial pada sektor pertanian di Kecamatan Nusa Penida, yaitu budi

daya kacang merah, jeruk, pisang, kelapa, dan budi daya ubi kayu. Kelima KPJU ini

menjadi KPJU potensial karena masih memiliki potensi untuk dikembangkan, baik

melalui usaha perluasan areal yang memang masih tersedia areal (ekstensifikasi),

maupun melalui usaha peningkatan penggunaan sarana produksi per satuan luas

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 178

(intensifikasi). Jika kelima KPJU ini memperoleh sentuhan program pemberdayaan,

maka kelak akan menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor industri pengolahan, ada empat KPJU yang menjadi KPJU

potensial, yaitu kerajinan padas putih, industri minyak kelapa, industri terali besi, dan

kerajinan perak. KPJU-KPJU ini sudah ada, tetapi belum berkembang secara

maksimal. Ke depan KPJU tersebut akan dapat dikembangkan apabila kendala-

kendala yang dihadapi dapat di atasi, seperti keterbatasan teknik keterampilan,

jangkauan pemasaran, dan keterbatasan permodalan.

KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada dua jenis, yaitu

usaha air minum isi ulang, dan usaha perdagangan produk-produk pertanian. Seiring

dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat, maka minuman

yang sehat juga dipentingkan, seperti minum aqua botol atau aqua gallon. Di

samping itu, di Nusa Penida langka akan air minum yang bersih dan sehat, maka

usaha air minum isi ulang potensial dikembangkan. Banyak hasil bumi atau produk-

produk pertanian di Kecamatan Nusa Penida produksinya melebihi kebutuhan

masyarakat setempat sehingga harus diperdagangkan ke luas kecamatan, seperti ke

Bali atau ke Lombok. Peluang ini menjadi usaha potensial digarap oleh para pelaku

UMKM di Kecamatan Nusa Penida.

Di Nusa Penida dan Lembongan banyak anak-anak usia dini, yang mungkin

memerlukan pendidikan di usia dini, yang disebut dengan istilah Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD). Oleh karena itu, kedua KPJU di sektor jasa-jasa lain memiliki

potensi dikembangkan.

D. KPJU di Kecamatan Banjarangkan

1. Profil Kecamatan

Kecamatan Banjarangkan merupakan Kecamatan yang terletak paling barat

dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, dengan batas-batas,

sebelah utara Kabupaten Bangli, sebelah timur Kecamatan Klungkung, sebelah barat

Kabupaten Gianyar, dan sebelah selatan Selat Badung, dengan luas 45,73 km2.

Secara administrasi Kecamatan Banjarangkan terdiri atas 13 desa, 55 dusun,

26 desa adat. Dalam usaha untuk memajukan perekonomian di wilayah ini telah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 179

didukung dengan beberapa sarana, seperti pasar umum, koperasi, KUD, dan bank,

RPD yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian desa.

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditi/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Banjarangkan

menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil

perhitungannya disajikan pada Tabel 6.1.6d.

KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Banjarangkan ada lima

jenis, yaitu padi sawah, kelapa, sapi, kacang tanah, dan cabai. Padi sawah

menyebar di semua desa di kecamatan ini, dengan total luas panen dan produksi

tahun 2009, masing-masing 2.904 ha dan 17.853 ton GKP. Komoditas kacang tanah

yang cukup menonjol sebagai bahan baku industri kacang kapri, luas panen dan

produksi tahun 2008 masing-masing 1.196 ha dan 1.922 ton. Komoditas sapi

menyebar di semua desa dengan populasi tahun 2009 sebanyak 9.443 ekor. Kelapa

yang juga menjadi komoditas unggulan menyebar di semua desa dengan luas areal

715 ha dan produksi 9.132,40 kuintal. Kelima KPJU ini hendaknya dipertahankan,

bahkan dibina agar tetap menjadi unggulan.

Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan,

yaitu penyosohan beras/penggilingan padi (RMU), industri kacang kace, industri

kacang kapri, industri batok kelapa, dan industri batako. Penggilingan padi (RMU)

menjadi unggulan karena di kecamatan ini komoditas padi menjadi unggulan

sehingga harus ada industri pengolahnya menjadi beras. Industri kacang kapri juga

berkembang karena ketersediaan bahan baku berupa kacang tanah yang menjadi

unggulan pada sektor pertanian. Kelapa yang menjadi unggulan pada sektor

pertanian menghasilkan batok kelapa sehingga di kecamatan ini berkembang industri

kerajinan batok kelapa menjadi berbagai macam peralatan rumah tangga dan benda-

benda seni lainnya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 180

Tabel 6.1.6d Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

di Kecamatan Banjarangkan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Sapi (4) Kacang tanah (5) Cabai

(1) Kacang panjang (2) Pisang (3) Babi (4) Itik (5) Cengkeh

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)

(2) Industri kacang kace (3) Industri kacang kapri (4) Industri batok kelapa (5) Industri batako

(1) Industri terali besi (2) Industri tenun endek

dan songket (ATBM)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Konter HP (3) Perdagangan produk-

produk pertanian

(1) Vila (pantai Siyut, selatan Banjarangkan)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(3) Warnet (4) Ojek

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa binatu/laundry (3) Wisata alam rafting di

Bakas (4) Jasa perbengkelan

(mobil dan motor)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 181

KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, hanya ada tiga jenis

yaitu Mini market dan toko kelontong, konter HP, dan perdagangan produk-produk

pertanian. Mini market/toko kelontong dan konter HP hampir ada di setiap desa di

kecamatan ini. Sebaliknya, perdagangan produk-produk pertanian hanya dilakukan

oleh beberapa orang pengusaha dengan memperdagangkan produk-produk

pertanian yang dihasilkan di kecamatan ini dipasarkan ke Kota Semara Pura

Klungkung, bahkan diperdagangkan ke pasar-pasar di Kota Denpasar.

KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada empat jenis, yaitu

angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, warnet,

dan ojek. Angkutan darat barang (truk) di kecamatan ini tahun 2009 sebanyak 47 unit

dan angkutan penumpang perkotaan/perdesaan berupa bemo roda empat sebanyak

20 unit, belum termasuk pick-up sebanyak 56 unit. Usaha warnet telah menyebar di

beberapa desa di kecamatan ini. Usaha ojek biasanya mangkal di pertigaan atau

perempatan jalan utama Klungkung-Denpasar menuju ke jalan desa di kecamatan

ini. KPJU ini sangat berperan dalam transportasi barang dan orang dari dan ke

Kecamatan Banjarangka.

KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada

empat jenis, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Koperasi Unit Desa (KUD),

Koperasi SImpan Pinjam (KSP), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). LPD hampir

menyebar di semua desa adat sebagai lembaga keuangan desa adat. KUD ada satu

unit di Desa Banjarangkan sebagai unit usaha milik masyarakat tani yang usahanya

berkaitan dengan pertanian, seperti pembelian gabah petani dan menyalurkan pupuk

untuk petani. Sebaliknya, KSP dan KSU hanya ada di beberapa desa. KPJU ini

sangat berperan sebagai mediator dan fasilitator transaksi keuangan antara

masyarakat yang meminta uang dan menawarkan uang. Oleh karena itu, KPJU ini

hendaknya terus dibina agar tetap menjadi unggulan.

KPJU pada sektor jasa-Jasa lain, yaitu pangkas rambut dan salon kecantikan,

jasa binatu/laundry, wisata alam rafting di Bakas, dan jasa perbengkelan (motor dan

mobil). KPJU ini juga berperan penting dalam memberikan jasa pelayanan kepada

masyarakat yang berpikir semakin modern dan rekreatif seperti rafting. Oleh karena

itu, hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar tetap memberikan kontribusi pada

perekonomian Kecamatan Banjarangkan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 182

KPJU Potensial

Kecamatan Banjarangkan di Kabupaten Klungkung juga memiliki beberapa

KPJU potensial, terutama pada sektor pertanian, sektor industri kecil, dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (Tabel 6.1.6d).

KPJU potensial pada sektor pertanian, yaitu budi daya kacang panjang, budi

daya pisang, babi, itik, dan budi daya cengkeh. Kelima KPJU ini masih ada potensi

untuk dikembangkan karena masih tersedia lahan dan sumber daya lainnya, seperti

tenaga kerja keluarga.

KPJU potensial di industri pengolahan, yaitu industri terali besi dan industri

tenun endek dan songket (ATBM). Kedua KPJU pada sektor industri ini belum

berkembang secara optimal karena adanya kendala keterbatasan teknis

keterampilan, manajemen, dan modal usaha. Jika keterbatasan dapat di atasi, maka

kelima KPJU ini akan dapat berkembang secara optimal dan kemungkinan ke depan

akan dapat menjadi unggulan.

Kecamatan Banjarangkan juga memiliki wilayah pantai di bagian selatan, yang

langsung berbatasan dengan pantai Lebih di Kabupaten Gianyar yang dikenal

dengan pantai Kesiut. Di sepanjang pantai ini lahan-lahan persawahan milik

masyarakat dan tampaknya potensial dikembangkan vila-vila. Di sana baru ada satu

vila, yaitu vila Amda dan tampaknya vila akan semakin banyak.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 183

6.1.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Karangasem A. KPJU di Kecamatan Kubu

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Kubu yaitu 234,72 km2 atau 27,96% dari luas total

Kabupaten Karangasem yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 61.184 jiwa, yang

terdiri atas 30.626 jiwa (50,06%) laki-laki dan 30.558 jiwa (49,94%) perempuan. Dari

total 44.222 jiwa yang bekerja, sebanyak 13.466 jiwa bekerja di pertanian, sebanyak

13.570 jiwa bekerja di peternakan, 11.118 bekerja di perkebunan, 2.665 bekerja di

perindustrian/perdagangan, dan sebanyak 3.403 bekerja di perikanan (Website

Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dan potensial

dari banyak KPJU per sektor di Kecamatan Kubu menggunakan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU

unggulan seperti disajikan pada Tabel 6.1.6a.

KPJU unggulan di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem, yaitu jambu

mete, jagung, kacang tanah, sapi, dan penangkapan ikan laut. Kecamatan Kubu

merupakan wilayah lahan kering sehingga cocok tumbuh dan berkembang tanam-

tanaman untuk lahan kering, seperti jagung, kacang tanah, dan jambu mete. Luas

panen jagung dan produksi tahun 2009 masing-masing 6.870 ha dan 12.482,79 ton

pipilan kering. Jadi, komoditas jagung merupakan makanan pokok sebagian

penduduk di kecamatan ini. Komoditas kacang tanah yang diproduksi di kecamatan

ini adalah untuk bahan baku kacang rahayu yang sudah terkenal secara nasional.

Luas panen kacang tanah tahun 2009 adalah 1.219 ha dengan produksi 826,48 ton

biji kering. Kecamatan Kubu juga terkenal dengan perkebunan jambu mete dengan

areal tahun 2009 seluas 6.321,22 ha dan produksi 2.615,33 kg. Komoditas jambu

mete menyebar di sembilan desa dengan luas areal bervariasi antara 303,50 ha di

Desa Tulamben sampai dengan 1.027,57 ha di Desa Ban.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 184

Tabel 6.1.7a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Kubu

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Jambu mete (2) Jagung (3) Kacang tanah (4) Sapi (5) Penangkapan ikan laut

(1) Mangga (2) Gamelina (3) Kambing (4) Ayam (5) Budi daya kerang

mutiara.

2 Pertambangan dan Penggalian

Galian C (batu hitam, pasir, kerikil)

-

3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan

(2) Pengolahan jambu mete (wine, kacang mete)

(3) Industri arak (4) Industri batako (5) Industri terali besi

-

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Homestay/pension (3) Restoran/Rumah Makan (4) Mini market dan toko

kelontong (5) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan/perdesaan (3) Rent car (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KUD (2) Money changer (3) KSP (4) LPD (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Diving dan snorkeling (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor)

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 185

KPJU ungulan pada sektor penggalian di Kecamatan Kubu hanya satu jenis,

yaitu galian C (batu hitam, pasir, dana kerikil/koral). Kecamatan ini merupakan

sumber galian C, hasil limpahan pasir letusan Gunung Agung tahun 1963. Jumlah

usaha galian C di kecamatan ini tahun 2009 sebanyak 20 unit, yang menyerap

tenaga kerja sebanyak 149 orang. Jadi, dengan berpuluh-puluh truk, pasir diangkut

setiap hari dari kecamatan ini menuju kota-kota dan desa-desa yang memerlukan

pasir untuk pembangunan.

Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU, yaitu pengolahan &

pengawetan ikan laut, pengolahan jambu mete (wine, kacang mete), industri arak,

industri batako, dan industri terali besi. Adanya industri pengawetan dan pengolahan

ikan tongkol karena di sepanjang pantai utara kecamatan ini merupakan sentra

permukiman nelayan dan pendaratan penangkapan ikan laut. Industri yang semakin

menjadi primadona di kecamatan ini adalah pengolahan buah mete menjadi wine

dan biji mete menjadi kacang mete. Di sini sudah ada sebuah perusahaan yang

bermitra dengan petani setempat mengolah buah dan biji mete produksi petani.

KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati,

homestay/pension, restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan

konter HP. Tiga jenis KPJU pertama menjadi unggulan karena Kecamatan Kubu

memiliki destinasi wisata terkenal dengan diving dan snorkelingnya, yaitu pantai

Tulamben. Berdasarkan data Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, jumlah hotel di

Kecamatan Kubu sebanyak 11 buah, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 417

orang. Homestay (pension) sebanyak 8 buah, yang menyerap tenaga kerja

sebanyak 19 orang. Setiap hari banyak wisatawan yang berkunjung ke Tulamben,

sehingga otomatis juga di daerah ini tumbuh restoran/rumah makan, yang jumlahnya

tahun 2009 sebanyak 17 buah yang menyerap tenaga kerja sebanyak 129 orang.

Jika mini market dan toko kelontong diidentikkan dengan perdagangan eceran

seperti tercantum di Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, maka jumlah jenis

usaha ini di Kecamatan Kubu sebanyak 1.245 unit, yang tersebar di sembilan desa.

Seiring dengan semakin majunya teknologi informasi, di sini juga banyak muncul

usaha counter-counter HP yang melayani penjualan hp dan pulsa, tersebar di

sembilan desa di kecamatan ini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 186

KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada lima jenis, yaitu

angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, rent

car (pribadi), dan warnet. Keberadaan KPJU ini sangat strategis karena berperan

penting dalam mentransfer barang, orang, dan jasa dari satu tempat ke tempat lain

sehingga keberadaannya harus dipertahankan, bahkan dibina.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada lima jenis

KPJU, yaitu Koperasi Unit Desa (KUD), money changer, Kopeasi Simpan Pinjam

(KSP), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). KSP

sebanyak 5 unit dengan jumlah anggota 3.998 orang. LPD ada 26 unit yang

menyerap 78 orang tenaga kerja, tersebar di semua desa adat di wilayah Kecamatan

Kubu. Jadi, keberadaan KPJU pada sektor ini sangat penting sebagai lembaga

mediasi dan transaksi keuangan antara dua pihak, yakni pemasok uang dan peminta

uang untuk berbagai keperluan, seperti transaksi, spekulasi, dan jaga-jaga.

KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain, yaitu diving dan snorkeling,

pramuwisata, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa

perbengkelan (mobil dan motor). Diving dan snorkeling menjadi unggulan karena di

daerah ini ada atraksi wisata bawah laut yang terkenal dengan terumbu karang pada

kapal karam 'USAT Liberty'. Kapal tersebut merupakan peninggalan sejarah zaman

Perang Dunia II. Kecelakaan kapal (shipwreck) inilah yang membuat Tulamben

terkenal hingga di berbagai penjuru dunia. Posisinya juga tak jauh dari pantai dan

terletak di kedalaman 6--30 meter. Oleh karena itu, dengan snorkeling pun bisa

dilihat sebagian keajaiban shipwreck ini sekalipun hanya dari atas. Jarak terdekat

dengan permukaan hanya tiga meter membuat lokasi ini juga sangat diminati oleh

para wisatawan untuk snorkeling. Namun, juga tergantung dari cuaca dan

pertimbangan lainnya. Umumnya kondisi perairan di Tulamben sangat tenang dan

tidak berombak, sedangkan untuk penyelaman, arus bawah di lokasi ini pun sangat

tenang dan tak berarus.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial pada sektor pertanian di Kecamatan Kubu, yaitu mangga,

gamelina (jati belanda), kambing, ayam, dan budi daya kerang mutiara. Komoditas

mangga seluas 100,50 ha dengan produksi 5.616 ton. Gamelina (jati belanda)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 187

memiliki fungsi ganda sebagai penghijauan dan ekonomis. Gamelina ini sedang

dikembangkan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem.

Abalon telah dirintis oleh sebuah perusahaan. Jadi, kelima KPJU ini masih memiliki

potensi dikembangkan secara ekstensifikasi karena masih tersedia lahan dan pantai

yang cukup.

B. KPJU di Kecamatan Abang

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Abang, yaitu 134,05 km2 atau 15,97% dari luas total

Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 57.759 jiwa, yang

terdiri atas 29.146 jiwa (50,46%) laki-laki dan 28.613 jiwa (49,54%) perempuan. Dari

total 46.711 jiwa yang bekerja, sebanyak 23.810 jiwa bekerja di pertanian, 14.708

jiwa bekerja di peternakan, 4.336 bekerja di perkebunan, 2.700 bekerja di

perindustrian/perdagangan, dan 1.157 bekerja di perikanan sebagai nelayan

(Website Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor di Kecamatan Abang menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan

pada Tabel 6.1.6b.

KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Abang ada lima jenis,

yaitu jagung, kacang tanah, sapi, kelapa, dan penangkapan ikan laut. Luas tanam,

luas panen, dan produksi jagung tahun 2009 masing-masing 1.089 ha, 888 ha, dan

2,830,09 ton pipilan kering. Luas tanam, luas panen, dan produksi kacang tanah

tahun 2009, masing-masing 245 ha, 223 ha, dan 253,52 ton biji kering. Produk

kacang tanah kecamatan ini tergolong baik dan dipasarkan ke Kota Denpasar

sebagai bahan baku kacang rahayu yang sudah terkenal sampai tingkat nasional.

Sapi juga menjadi unggulan di kecamatan yang 90% wilayahnya adalah lahan

kering, dengan populasi tahun 2009 sebanyak 25.359 ekor, yang tersebar di 14

desa. Kecamatan Abang juga memiliki sentra penangkatan ikan dengan tempat

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 188

pelelangan ikan (TPI) di Desa Amed. KPJU-KPJU ini hendaknya dipertahankan,

bahkan dibina karena peranannya relatif penting bagi perekonomian di wilayah ini.

KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan, yaitu pengolahan &

pengawetan ikan laut, industri kerajinan perak, pengolahan minyak nilam, industri

arak, dan industri batu tabas (batu hitam). Berdasarkan data Kecamatan Kubu dalam

Angka tahun 2009, jumlah industri sedang sebanyak 5 unit dengan penyerapan

tenaga kerja sebanyak 143 orang dan termasuk industri kecil sebanyak 1.154 unit

dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.356 orang, Tumbuhnya industri

pengolahan dan pengawetan ikan laut karena kecamatan ini memiliki sentra

penangkapan ikan dan TPI di Amed sehingga tumbuh dan berkembang industri

ikutannya (industri hilir). Industri yang cukup menonjol adalah industri batu tabas,

yaitu pembuatan bahan untuk keperluan bangunan yang bersumber dari batu hitam

hasil letusan Gunung Agung tahun 1963. Produksi industri ini dipasarkan ke seluruh

Bali, terutama di mana ada proyek-proyek pembangunan. Industri arak adalah

penyulingan tuak menjadi minuman arak. Biasanya industri ini ilegal, karena produk

industri ini termasuk ke dalam minuman beralkohol tinggi sehingga dilarang menurut

undang-undang.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis KPJU

unggulan, yaitu homestay/penssion, mini market dan toko kelontong, restoran/rumah

makan, konter HP, dan perdagangan produk-produk pertanian. Homestay berjumlah

74 unit yang menyerap 643 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Datah (6 unit),

Desa Purwakerti (13 unit), dan Desa Bunutan (48 unit). Sebagai resort wisata yang

dikunjungi wisatawan mancanegara dan nusantara, otomatis banyak berkembang

restoran/rumah makan, yaitu tahun 2009 ada sebanyak 106 unit yang menyerap 433

orang tenaga kerja.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 189

Tabel 6.1.7b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Abang

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Jagung (2) Kacang tanah (3) Sapi (4) Kelapa (5) Penangkapan ikan laut

(1) Albisia (2) Jambu mete (3) Kakao (4) Mangga (5) Babi

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan laut

(2) Industri kerajinan perak (3) Pengolahan minyak nilam (4) Industri arak (5) Industri kerajinan batu tabas

(batu hitam)

(1) Industri garam

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Homestay/pension (2) Mini market dan toko kelontong (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Perdagangan produk- produk

pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan/perdesaan (3) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) LPD (3) KUD (4) BPR (5) KSP

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry

(2) Diving dan snorkling (pantai Amed)

(3) Pramuwisata

(4) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(5) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 190

KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada tiga jenis,

yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(bemo roda empat), dan warnet. Ketiga KPJU unggulan ini memiliki peranan penting

dalam menggerakkan perekonomian wilayah, terutama dalam pemindahan barang,

orang, jasa, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, ke depan

KPJU ini hendaknya memperoleh pembinaan agar tetap menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima jenis

KPJU, yaitu koperasi simpan pinjam (KSP), lembaga perkreditan desa (LPD),

koperasi unit desa (KUD), bank perkreditan rakyat (BPR), dan koperasi serba usaha

(KSP). KSP ada sebanyak 14 unit yang tersebar di 14 desa. KUD satu unit yang

berada di ibu kota kecamatan, yaitu Desa Abang dengan anggota sebanyak 3.579

orang, yang tersebar di 14 desa, LPD terdapat 15 unit yang menyerap 43 orang

tenaga kerja, tersebar di 11 desa, sedangkan BPR ada 2 unit yang menyerap 14

orang tenaga kerja, tersebar di Desa Tista (1 unit) dan di Desa Culik (1 unit). Jadi,

KPJU-KPJU ini berperan sebagai media transaksi keuangan antara pihak pemasok

uang dan peminta uang untuk berbagai keperluan, seperti transaksi, spekulasi, dan

jaga-jaga.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial pada sektor pertanian ada lima jenis, yaitu budi daya albisia,

budi daya jambu mete, budi daya kakao, budi daya mangga, dan usaha peternakan

babi. Kelima KPJU ini belum berkembang secara maksimal dan masih dapat

dikembangkan karena masih tersedia areal untuk mengembangkannya, baik sebagai

tanaman sela di antara pohon kelapa maupun dikembangkan secara monokultur.

Albisia semakin diminati masyarakat karena dalam waktu lima tahun kayu ini bisa

ditebang dan dijual dan pasarnya luas, yaitu untuk bahan patung di sentra-sentra

kerajinan ukiran dan industri patung pop.

KPJU potensial di industri pengolahan adalah industri garam, yang terdapat di

Desa Culik. Dengan sentuhan teknologi dan permodalan, industri ini akan dapat

berkembang dengan bagus karena garam dibutuhkan setiap hari untuk memasak.

Pada sektor jasa-jasa lain ada satu KPJU yang menjadi unggulan, yaitu pendidikan

anak usia dini (PAUD). KPJU ini menjadi potensial karena memiliki prospek

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 191

dikembangkan ke depan, terutama ditinjau dari banyaknya anak di kecamatan ini

yang perlu dipersiapkan melalui PAUD sebelum masuk ke sekolah taman kanak-

kanak. Apalagi adanya program PAUD dari Depdiknas, usaha PAUD ini semakin

tampak potensinya untuk dikembangkan.

C. KPJU di Kecamatan Karangasem

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Karangasem yaitu 94,23 km2 atau 11,22% dari luas

total Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 71.066 jiwa,

yang terdiri dari 35.418 (49,84%) jiwa laki-laki dan 35.648 (50,16%) jiwa perempuan.

Dari 21.599 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak 14.292 jiwa bekerja di pertanian,

559 jiwa bekerja di peternakan, 424 bekerja di perkebunan, 4.789 jiwa bekerja di

perindustrian/perdagangan, dan sebanyak 1.535 jiwa bekerja di perikanan (Website

Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor di Kecamatan Karangasem menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan

pada Tabel 6.1.6c.

Pada sektor pertanian di Kecamatan Karangasem yang berlokasi ibu kota

Kabupaten Karangasem, terdapat lima jenis KPJU unggulan, yaitu padi sawah,

jagung, penangkapan ikan laut, sapi, dan kacang tanah. Walaupun lahan sawah

sekitar 20% dari total lahan di kecamatan ini yang tersebar di 9 desa, kecuali Desa

Seraya dan Seraya Timur, padi sawah menjadi unggulan di kecamatan ini, dengan

luas tanam, luas panen, dan produksi tahun 2009 masing-masing 3.216 ha, 1.057

ha, dan 3.194,28 ton GKP. Luas tanam, luas panen, dan produksi jagung tahun 2009

masing-masing 2.026 ha, 1.057 ha, dan 3.194,29 ton pipilan kering. Kecamatan

Karangasem memiliki sentra penangkapan dan pendaratan ikan laut, yaitu di Desa

Seraya, yang pemasarannya sampai ke luar kecamatan, bahkan sampai ke luar

Kabupaten Karangasem. Produk kacang tanah cukup menonjol di kecamatan ini,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 192

dengan luas tanam, luas penen, dan produksi tahun 2009 masing-masing sebanyak

685 ha, 725 ha, dan 978,98 ton biji kering. Sapi yang tersebar di 11 desa, tahun

2009 populasinya mencapai 21.057 ekor. Jadi, KPJU-KPJU ini hendaknya dibina

terus, baik oleh pemerintah maupun pihak lain sehingga dapat tetap menjadi

unggulan Kecamatan Karangasem.

Berdasarkan data Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, total industri di

Kecamatan Karangasem sebanyak 2.280 unit yang menyerap 4.809 orang tenaga

kerja yang dapat dikelompokkan ke dalam industri besar satu unit yang menyerap

146 orang tenaga kerja, industri sedang sebanyak satu unit yang menyerap 2.278

orang tenaga kerja, dan industri kecil 1.975 unit dengan penyerapan 4.049 orang

tenaga kerja. Dari banyak jenis industri tersebut, maka lima jenis yang termasuk

KPJU unggulan, yaitu penyosohan beras/penggilingan padi (RMU), industri pakaian

jadi (garment), industri anyaman ate, industri anyaman tikar pandan, dan industri

kerajinan batu tabas (batu hitam). Kelima KPJU ini hendaknya dipertahankan dan

dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis KPJU

unggulan, yaitu Mini market dan toko kelontong, hotel melati, restoran/rumah

makan, konter HP, dan perdagangan produk-produk pertanian. Di kecamatan ini

banyak terdapat mini market/toko kelontong, yang menyebar sampai ke desa-desa di

wilayah kecamatan. Hotel melati ada 34 unit yang menyerap 251 orang tenaga kerja,

yang tersebar di Desa Bugbug (29 unit), Desa Subagan (4 unit), Karangasem (1

unit). Usaha ikutan dari pariwisata adalah usaha restoran/rumah makan ada 62 unit

yang menyerap 77 orang tenaga kerja. Counter telepon sellular hampir menyebar di

semua desa, sehingga menjadi jenis usaha unggulan di kecamatan ini. Di

Kecamatan Karangasem berlokasi Kota Amplapura sebagai ibu kota Kabupaten

Karangasem bermukim banyak penduduk dan memiliki banyak pasar sehingga ada

perdagangan produk-produk pertanian dari kecamatan lain di wilayah ini ke

Kecamatan Karangasem. Oleh karena itu, usaha perdagangan produk-produk

pertanian menjadi unggulan di kecamatan ini.

KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan

darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat),

bus trayek, warnet, dan jasa pengiriman paket/surat. KPJU-KPJU unggulan pada

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 193

sektor ini memiliki peranan penting dalam mempercepat perputaran roda

perekonomian, karena perannya dalam mempercepat perpindahan barang, orang,

dan informasi dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, keberadaannya

mutlak ada dan KPJU ini hendaknya terus dibina sehingga tetap menjadi unggulan.

KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di

Kecamatan Karangasem, yaitu bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi unit desa

(KUD), koperasi simpan pinjam (KSP), dan lembaga perkreditan desa (LPD), dan

koperasi serba usaha (KSU). Di Kecamatan Karangasem yang berlokasi ibu kota

Kabupaten Karangasem, yaitu Kota Karangasem (Amplapura), yang merupakan

pusat aktivitas penduduk dan ekonomi, berdasarkan data Karangasem Dalam Angka

Tahun 2009, terdapat BPR sebanyak 4 unit yang menyerap 99 orang tenaga kerja,

tersebar di Desa Subagan 2 unit yang menyerap 81 orang tenaga kerja, dan di Kota

Karangasem 2 unit yang menyerap 18 orang tenaga kerja. LPD menyebar di 8 desa

adat, tahun 2009 berjumlah 12 unit yang menyerap 60 orang tenaga kerja. KUD

terdapat 4 unit yang menyerap 8.592 orang tenaga kerja. KSP ada 73 unit, yang

menyerap 8.655 orang tenaga kerja. KPJU-KPJU pada sektor ini berperan sangat

penting dalam melayani transaksi keuangan antara pemasok uang dan peminta uang

untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu, keberadaannya harus dipertahankan,

bahkan dibina agar tetap memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa binatu/laundry, wisata

sejarah, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa perbengkelan (motor dan

mobil), dan jasa kebugaran (fitness). Jasa binatu/laundry masih dapat berkembang

untuk melayani masyarakat yang semakin sibuk, yang tidak sempat lagi mencuci

segala perlengkapannya secara mandiri. Wisata sejarah, terutama sejarah Puri

Karangasem dan Taman Ujung yang sudah terkenal menjadi unggulan karena setiap

wisman yang datang berkunjung ke Kecamatan Karangasem tidak pernah

melewatkan wisata sejarah ini. Masyarakat semakin memperhatikan penampilan diri,

terutama kaum wanita, maka bermunculan banyak pangkas rambut dan salon

kecantikan sebagai usaha unggulan. Walaupun telah menjadi unggulan, kelima

KPJU ini harus memperoleh pembinaan dari pemerintah sehingga kelima KPJU

tersebut tetap menjadi KPJU unggulan yang memberikan kontribusi terhadap

perekonomian di Kecamatan Karangasem.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 194

Tabel 6.1.7c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Karangasem

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Padi sawah

(2) Jagung

(3) Penangkapan ikan laut

(4) Sapi

(5) Kacang tanah

(1) Gamelina (jati belanda)

(2) Jambu mete (3) Mangga (4) Pisang (5) Ubi kayu

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri garment (3) Industri anyaman ate (4) Industri anyaman tikar pandan (5) Industri kerajinan batu tabas

(1) Penjahitan pakaian

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong (2) Hotel melati (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Perdagangan produk-produk

pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan/ perdesaan (3) Bus trayek (4) Warnet (5) Jasa pengiriman paket

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) BPR

(2) KUD

(3) KSP

(4) LPD

(5) KSU

(1) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry

(2) Wisata sejarah (Puri Karangasem dan Taman Ujung)

(3) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(4) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

(5) Jasa kebugaran (fitness)

(1) PAUD (2) Penjahitan

pakaian

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 195

3. KPJU Potensial

Kecamatan Karangasem di samping memiliki KPJU unggulan, juga memiliki

KPJU potensial, yang masih memiliki potensi atau kemampuan dikembangkan, baik

dengan usaha perluasan (ekstensifikasi) maupun dengan usaha intensifikasi

(peningkatan penggunaan sarana produksi dan teknologi (intensifikasi). Daftar KPJU

potensial disajikan pada tabel 6.1.7c.

Pada Tabel 6.1.7c tampak bahwa KPJU potensial pada sektor pertanian di

Kecamatan Karangasem, yaitu usaha budi daya tanaman gamelina (jati belanda),

usaha budi daya jambu mete, usaha budi daya mangga, budi daya pisang, dan budi

daya ubi kayu. Kelima KPJU ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi

dikembangkan, baik dengan usaha ekstensifikasi maupun intensifikasi. Usaha budi

daya gamelina (jati belanda) memiliki potensi besar untuk berkembangkan, karena

komoditas ini dalam bentuk kayu bisa dimanfaatkan untuk bahan perumahan. Di

samping itu, masyarakat semakin gencar menanamnya di lahan pekarangan dan

kebun miliknya sebagai hutan kemasyarakatan.

Pada sektor industri pengolahan, KPJU potensial adalah industri penjahitan

pakaian, yang memiliki potensi dikembangkan menjadi unggulan dengan pembinaan

teknis dan manajemen dari pemerintah.

Pada sektor keuangan, perusahaan, dan jasa keuangan, KPJU yang

potensial dikembangkan adalah money changer karena di kecamatan ini berlokasi

ibu kota Kabupaten Karangasem, yaitu Kota Amplapura, yang juga menjadi pusat

permukiman penduduk dan lintasan orang dan barang dari satu kecamatan ke

kecamatan lain. Oleh karena itu, usaha money changer memiliki potensi

dikembangkan.

Pada sektor jasa-jasa lain yang memiliki potensi besar untuk berkembang

adalah jasa pendidikan anak usia dini (PAUD). KPJU ini perlu dikembangkan untuk

mengantisipasi meningkatnya jumlah anak usia dini yang memerlukan pendidikan

khusus, sebelum menginjak ke pendidikan taman kanak-kanak.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 196

D. KPJU di Kecamatan Sidemen

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Sidemen, yaitu 35,15 km2 atau 4,19% dari luas total

Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 30.117 jiwa yang

terdiri atas 14.624 (48,56%) jiwa laki-laki dan 15.493 (51,44%) jiwa perempuan. Dari

total 15.114 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak 6.633 jiwa bekerja di pertanian,

1.775 jiwa bekerja di peternakan. 2.517 jiwa bekerja di perkebunan, sebanyak 4.171

jiwa bekerja di perindustrian/perdagangan, dan 18 jiwa bekerja di perikanan (Website

Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor di Kecamatan Sidemen menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan

pada Tabel 6.1.6d.

Pada sektor pertanian di Kecamatan Sidemen, terdapat lima KPJU unggulan,

yaitu padi sawah, cabai, jagung, sapi, dan kacang tanah. Padi sawah menjadi

unggulan karena 55% lahan di kecamatan ini merupakan lahan sawah dengan

sumber air berlimpah dan persawahan menyebar di 10 desa, yang didukung oleh 25

buah subak. Luas tanam, luas panen, dan produksi padi sawah tahun 2009 masing-

masing 1.414 ha, 1.647 ha, dan 12.040,63 ton GKP. Luas tanam, luas panen, dan

produksi jagung masing-masing 133 ha, 113 ha, dan 559,34 ton pipilan kering. Luas

tanam, luas panen, dan produksi kacang tanah tahun 2009 masing-masing 764 ha,

731 ha, dan 982,84 ton. Cabai menjadi unggulan dengan luas panen dan produksi

tahun 2009 masing-masing 1.807 ha dan 4.458 ton. Populasi sapi tahun 2009

mencapai 10.095 ekor, yang menyebar di 10 desa di kecamatan ini. KPJU-KPJU ini

hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 197

Tabel 6.1.7d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Sidemen

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Cabai (3) Jagung (4) Sapi (5) Kacang tanah

(1) Gamelina (jati belanda)

(2) Durian (3) Mangga (4) Bawang merah (5) Nangka

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek dan songket

(2) Industri arak bali (3) Penyosohan beras

(RMU)

-

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Homestay/penssion (2) Restoran/rumah makan (3) Mini market dan toko

kelontong (4) Konter HP (5) Perdagangan produk-

produk pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan/pedesaan

(3) Ojek (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Wisata alam rafting (2) Pramuwisata (3) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (4) Penjahitan pakaian (5) Jasa perbengkelan

(mobil dan motor)

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 198

Total industri di Kecamatan Sidemen tahun 2009 sebanyak 4.650 unit, yang

menyerap tenaga kerja sebanyak 4.755 orang. Jika semua jenis industri ini

diklasifikasi sesuai dengan klasifikasi BPS, maka termasuk industri sedang sebanyak

3 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 108 orang dan termasuk industri rumah

tangga sebanyak 4.647 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 4.647 orang.

Namun, dari banyak jenis industri pada sektor industri, tiga jenis industri yang

termasuk KPJU unggulan, yaitu industri tenun endek dan songket, industri arak bali,

dan penyosohan beras/penggilingan padi (RMU). Industri tenun songket dan arak

Bali ada di Desa Sidemen. RMU sebanyak 3 unit menyebar di Desa Sidemen (1

unit), Desa Sangkan Gunung (1 unit), dan Desa Talibeng (1 unit).

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terdapat lima KPJU unggulan,

yaitu homestay/penssion, restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong,

konter HP, dan perdagangan produk pertanian. Desa Sidemen sebagai ibu kota

Kecamatan Sidemen menjadi objek wisata alam sehingga terdapat

homestay/pension tempat menginap wisatawan, yaitu sebanyak 10 unit yang

menyerap tenaga kerja sebanyak 38 orang. Homestay/pension ini menyebar di Desa

Sidemen sebanyak 7 unit yang menyerap 26 orang tenaga kerja, dan di Desa

Sinduwati sebanyak 3 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 12 orang.

Restoran/rumah makan di kecamatan ini sebanyak 18 unit yang menyerap sebanyak

36 tenaga kerja, tersebar di 6 desa, yaitu Desa Tangkup (2 unit), Desa Talibeng (4

unit), Desa Telaga Tawang (5 unit), Desa Sidemen (3 unit), Desa Sinduwati (2 unit),

dan Desa Sangkan Gunung (2 unit).

Kecamatan Sidemen yang perekonomiannya berbasis pertanian, tentunya

produsen produk-produk pertanian, yang memungkinkan tumbuhnya usaha usaha

perdagangan produk-produk pertanian untuk diperdagangkan ke luar kecamatan ini,

baik ke Kota Amplapura maupun kota-kota lain di Bali. Misal, komoditas cabai yang

menjadi unggulan, ketika musim panen produk berlimpah dapat diperdagangkan ke

pasar-pasar di luar kecamatan atau luar kabupaten karena cabai dibutuhkan dalam

proses masak-memasak. Jadi, kelima KPJU unggulan pada sektor ini hendaknya

dipertahankan, bahkan dibina karena perannya di bidang ekonomi dan sosial

terutama dalam penyerapan tenaga kerja.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 199

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, ada empat KPJU yang menjadi

unggulan, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang

perkotaan/perdesaan (bemo roda empat), ojek, dan warnet. Keempat KPJU

unggulan ini memiliki peran penting dalam memperlancar arus transportasi barang,

orang, jasa, dan informasi dari dan ke Kecamatan Sidemen. Oleh karena itu,

hendaknya dipertahankan dan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.

KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada

empat jenis, yaitu lembaga perkreditasn desa (LPD), koperasi unit desa (KUD),

koperasi simpan pinjam (KSP), dan koperasi serba usaha (KSU). Berdasarkan data

Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, KUD ada dua unit yang tersebar masing-

masing satu unit di Desa Sidemen yang memiliki anggota 656 orang dan satu unit

di Desa Sangkan Gunung yang memiliki anggota 420 orang. LPD di kecamatan ini

ada 19 unit, yang menyerap tenaga kerja 57 orang, lokasinya menyebar di 10 desa,

di mana dalam satu desa terdapat LPD antara 1 unit sampai dengan 15 unit. Misal,

di di Desa Telaga Tawang hanya terdapat 1 unit LPD, tetapi di Desa Sangkan

Gunung terdapat 15 unit LPD. Jadi, jumlah LPD di sebuah desa dinas, tergantung

pada jumlah desa adat di desa dinas tersebut. KPJU-KPJU unggulan pada sektor ini

berperan sangat besar dalam melayani masyarakat melakukan transaksi keuangan.

Oleh karena itu, keberadaannya harus dipertahankan, bahkan dibina sehingga

semakin efisien dan prima dalam memberikan pelayanan.

KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata alam rafting,

pramuwisata, dan pangkas rambut dan salon kecantikan. Jasa-jasa pada sektor ini

diperlukan oleh masyarakat karena masyarakat semakin mengutamakan penampilan

dan rekreasi di tengah kehidupan modern yang semakin sibuk.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial artinya KPJU yang masih memiliki potensi untuk

dikembangkan, baik melalui usaha perluasan areal atau skala usaha (ekstensifikasi)

maupun usaha peningkatan penggunaan sarana produksi termasuk teknologi

(intensifikasi).

Lima KPJU pada sektor pertanian yang potensial dikembangkan di

Kecamatan Sidemen, yaitu usaha budi daya gamelina (jati belanda), usaha budi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 200

daya durian, usaha budi daya mangga, usaha budi daya bawang merah, dan usaha

budi daya nangka. Kelima KPJU ini masih dapat dikembangkan melalui

ekstensifikasi baik sebagai tanaman sela maupun sebagai tanaman monokultur

karena masih tersedia lahan kosong di kebun-kebun masyarakat.

Seiring dengan makin banyaknya anak usia dini dan semakin meningkatnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak mereka,

maka jasa pendidikan anak usia dini (PAUD) semakin potensial dikembangkan di

Kecamatan Sidemen.

E. KPJU di Kecamatan Manggis

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Manggis yaitu 69,83 km2 atau 8,32% dari luas total

Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 40.600 jiwa yang

terdiri atas 19.993 jiwa (49,24%) laki-laki dan 20.607 jiwa (50,75%) perempuan. Dari

total 20.409 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak 9.462 jiwa bekerja di pertanian,

2.075 jiwa bekerja di peternakan, 5.423 jiwa bekerja di perkebunan, 2.880 jiwa

bekerja di perindustrian/perdagangan, dan sebanyak 652 bekerja di perikanan

(Website Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor di Kecamatan Manggis menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan

pada Tabel 6.1.6e.

KPJU unggulan pada sektor pertanian, yaitu padi sawah, kelapa, sapi, babi,

dan ayam. Padi sawah menjadi komoditas unggulan didukung oleh keberadaan

subak sebanyak 74 unit dengan anggota 1.850 orang petani yang tersebar di 8 desa

dari 12 desa di Kecamatan Manggis. Luas tanam, luas panen, dan produksi padi

sawah pada tahun 2009 masing-masing 1.334 ha, 1.203 ha, dan 7.841,78 ton GKP.

Komoditas kelapa menjadi unggulan ditunjukkan oleh luas areal dan produksi

masing-masing 2.990,99 ha dan 2.949,345 ton. Populasi sapi dan babi tahun 2009

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 201

masing-masing 16.597 ekor dan 41.097 ekor, yang keduanya tersebar di 12 desa.

Ayam kampung menjadi unggulan ditunjukkan oleh populasi 103.250 ekor, tersebar

merata di 12 desa. Ayam ras populasinya mencapai 254.600 ekor, tersebar di 8

desa, yaitu Gegelang (7.000 ekor), Ulakan (47.000 ekor), Manggis (3.500 ekor),

Selumbung (8.500 ekor), Nyuh Tebel (69.000 ekor), Tenganan (4.000 ekor),

Sengkidu (8.100 ekor), dan Pesedahan (107.100). Pemasaran telurnya tidak hanya

di sekitar Bali, tetapi juga merambah sampai ke Lombok dan Sumbawa. PJU-KPJU

ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.

Total industri yang ada di Kecamatan Manggis tahun 2009 sebanyak 291 unit

yang menyerap 362 orang tenaga kerja. Jika semua jenis industri ini diklasifikasikan,

industri kecil sebanyak 2 unit yang menyerap 22 orang tenaga kerja, dan industri

kerajinan rumah tangga 289 unit yang menyerap 362 orang tenaga kerja. Namun,

dari banyak jenis industri ini, hanya lima jenis menjadi KPJU unggulan, yaitu

penyosohan beras atau penggilingan padi (RMU), industri anyaman ate, industri

tenun endek dansongket (ATBM), industri arak, dan industri batako. RMU sebanyak

3 unit yang tersebar di tiga desa, yaitu Gegelang, Manggis, dan Tenganan. Tenun

ATBM tersebar di Desa Tenganan dan Desa Manggis.

KPJU unggulan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada lima jenis,

yaitu hotel melati, homestay/pension, restoran/rumah makan, mini market dan toko

kelontong, dan konter HP. Kecamatan Manggis dengan pantai Buitan dan pantai

Candidasa menjadi resort wisata, yang menjadi destinasi wisata mancanegara dan

nusantara. Keunggulan ini didukung oleh keberadaan hotel sebanyak 5 unit yang

menyerap 528 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Padangbai sebanyak satu unit

yang menyerap 3 orang tenaga kerja, di Desa Manggis sebanyak 2 unit yang

menyerap 388 orang tenaga kerja, dan di Desa Sengkidu sebanyak 2 unit yang

menyerap 137 orang tenaga kerja. Homestay/pension menjadi unggulan ditunjukkan

oleh keberadaanya sebanyak 61 unit yang menyerap 316 orang tenaga kerja,

tersebar di Desa Padangbai 27 unit yang menyerap 105 orang tenaga kerja, di Desa

Manggis 9 unit yang menyerap 54 orang tenaga kerja, di Desa Nyuh Tebel sebanyak

15 unit yang menyerap 104 orang tenaga kerja, dan di Desa Sengkidu 10 unit yang

menyerap 50 orang tenaga kerja. KPJU restoran/rumah makan menjadi unggulan

karena keberadaannya cukup banyak, yaitu tahun 2009 sebanyak 32 unit yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 202

menyerap 146 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Padangbai (17 unit), di Desa

Ulakan (1 unit), di Desa Manggis (5 unit), di Desa Nyuh Tebel (2 unit), dan di Desa

Sengkidu (6 unit). Jika KPJU mini market dan toko kelontong dianggap identik

dengan perdagangan eceran, maka jumlah usaha ini di Kecamatan Manggis

sebanyak 2.002 unit, tersebar di 12 desa. KPJU counter telepon sellular juga

menyebar di 12 desa di Kecamatan Manggis. KPJU ini hendaknya dipertahankan,

bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada empat jenis KPJU unggulan,

yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(bemo roda empat), angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, dan

warnet. KPJU-KPJU unggulan ini berperan penting dalam mengangkut barang,

orang, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempercepat

perputaran roda perekenomian di Kecamatan Manggis.

KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada

lima jenis, yaitu lembaga perkreditan desa (LPD), bank perkreditan rakyat (BPR),

koperasi unit desa (KUD), money changer, dan koperasi serba usaha (KSU). LPD

terdapat sebanyak 14 unit, tersebar di 11 desa terkecuali Desa Antiga Klod, yang

menyerap 55 orang tenaga kerja. BPR di kecamatan ini ada sebanyak 4 buah, yang

menyerap 58 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Ulakan (1 buah), di Desa Manggis

(2 buah), dan di Desa Sengkidu (1 buah). KUD hanya terdapat satu unit dengan

anggota 3,238 orang yang berlokasi di Desa Ulakan. Sebaliknya, money changer

tidak ada catatan yang valid karena banyak dari usaha ini illegal, yang tersebar di

resort wisata Kecamatan Manggis.

Pada sektor jasa-jasa lain, terdapat empat KPJU yang menjadi unggulan di

Kecamatan Manggis, yaitu wisata alam desa (Tenganan Pegeringsingan), jasa

binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa pramuwisata, dan jasa

penjahitan pakaian. Jasa-jasa ini sebagian berkaitan dengan pariwisata karena

memang Kecamatam Manggis semakin menjadi resort wisata. Bahkan, di kecamatan

ini ada Desa Baliage, yaitu Desa Tenganan Pegeringsingan yang terkenal dengan

wisata alam desa yang masih asri dan atraksi wisata perang pandan (geret pandan),

yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dan nusantara ketika hari atraksi

berlangsung.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 203

Tabel 6.1.7e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Manggis

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Padi sawah

(2) Kelapa

(3) Sapi

(4) Babi

(5) Ayam

(1) Gamelina (jati belanda)

(2) Pisang

(3) Sawo

(4) Penangkapan ikan laut

(5) Kakao

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)

(2) Industri anyaman ate

(3) Industri tenun endek dan songket (ATBM)

(4) Industri arak

(5) Industri batako

(1) Industri terali besi

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Homestay/pension (3) Restoran/rumah makan (4) Mini market dan toko kelontong (5) Konter HP

(1) Artshop

(2) Perdagangan produk-produk pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan/perdesaan (3) Angkatan laut penyeberangan

Padang Bai-Nusa Penida (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) BPR (3) KUD (4) Money changer (5) KSP

-

9 Jasa-jasa lain (1) Wisata alam desa Tenganan pegringsingan (geret pandan)

(2) Jasa binatu/laundry

(3) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(4) Pramuwisata

(5) Penjahitan pakaian

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 204

3. KPJU Potensial

KPJU potensial pada sektor pertanian yaitu usaha budi daya gamelina, usaha

budi daya pisang, sawo, penangkapan ikan laut, dan kakao. Kelima KPJU potensial

ini masih ada peluang dikembangkan melalui perluasan areal, baik sebagai tanaman

sela di antara kebun kelapa maupun tanaman monokultur pengganti tanaman lain

yang sudah tidak produktif lagi.

KPJU potensial pada sektor industri pengolahan adalah industri terali besi.

KPJU ini masih ada peluang untuk berkembang sepanjang ada permintaan pasar

dan kendala yang dihadapi teratasi seperti kendala teknis, manajemen, dan

permodalan.

F. KPJU di Kecamatan Bebandem

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Bebandem yaitu 81,51 km2 atau 9,71% dari luas

total Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 43.085 jiwa,

yang terdiri atas 21.177 jiwa (49,15%) laki-laki dan 21.909 jiwa (50,85%) jiwa

perempuan. Dari total sebanyak 27.256 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak

11.704 bekerja di pertanian sebagai petani sawah, 2.473 bekerja di peternakan

sebagai peternak, 6.134 bekerja di perkebunan, 6.879 bekerja di

perindustrian/perdagangan, dan 66 bekerja di perikanan sebagai pembudi daya ikan

air tawar (Website Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor di Kecamatan Bebandem menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan

pada Tabel 6.1.6f.

Pada sektor pertanian di Kecamatan Bebandem teridentifikasi lima KPJU

unggulan, yaitu padi sawah, salak, kelapa, sapi, dan ayam. Padi sawah menyebar di

delapan desa, menjadi unggulan ditunjukkan oleh luas tanam, luas panen, dan

produksi tahun 2009 masing-masing 1.895 ha, 1.740 ha, dan 11.242,64 ton GKP.

Komoditas salak menjadi unggulan ditunjukkan oleh luas areal dan produksi tahun

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 205

2009 masing-masing 9.464,149 rumpun dan 19.426 ton. Komoditas kelapa dengan

luas areal dan produksi tahun 2009 masing-masing 2.376,00 ha dan 2.089,65 ton.

Populasi sapi tahun 2009 mencapai 14.557 ekor. Populasi ayam kampung sebanyak

85.765 ekor dan ayam ras mencapai 20.600 ekor. KPJU unggulan ini hendaknya

dipertahankan dan dikembangkan secara intensif sehingga tetap menjadi KPJU

unggulan di Kecamatan Bebandem.

KPJU unggulan pada sektor pertambangan dan penggalian di Kecamatan

Bebandem adalah galian C yang terdiri atas usaha penggalian batu cadas sebanyak

20 unit yang menyerap 80 orang tenaga kerja, usaha penggalian kerikil/koral

sebanyak 7 unit yang menyerap 23 orang tenaga kerja, usaha penggalian batu kali

sebanyak 25 unit yang menyerap 100 orang tenaga kerja, usaha penggalian

pasirsebanyak 141 unit yang menyerap 390 orang tenaga kerja. Produksi KPJU ini

dipasarkan ke luar Kecamatan Bebandem, seperti ke Denpasar yang membutuhkan

banyak bahan galian C untuk pembangunan perumahan dan infrastruktur fisik

lainnya. Namun, keunggulan KPJU ini ada batas waktunya, sampai habis tergali

bahan galian C tersebut. Sebagai contoh, sekitar puluhan tahun yang lalu, galian C

(pasir dan batu) menjadi unggulan Kabupaten Klungkung. Akan tetapi, kini unggulan

tersebut sudah hilang karena bahan galiannya habis sehingga penggalian galian C

sudah ditutup, yang kini hanya tinggal lagoon.

Total industri di Kecamatan Bebandem tahun 2009 adalah sebanyak 291 unit

yang menyerap 362 orang tenaga kerja, yang terdiri atas industri sedang sebanyak 1

unit yang menyerap 35 orang tenaga kerja, industri kecil sebanyak 1.267 unit yang

menyerap 2.422 orang tenaga kerja, dan industri rumah tangga 289 unit yang

menyerap 340 orang tenaga kerja. Namun, dari banyak jenis industri tersebut, lima

KPJU yang termasuk unggulan, yaitu penyosohan beras atau penggilingan padi

(RMU), pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol), industri anyamanaAte, industri

batu tabas, dan industri batako. RMU menjadi unggulan ditunjukkan oleh adanya

RMU KUD sebanyak 7 unit dan RMU non-KUD sebanyak 13 unit, yang tersebar di 6

desa. Produksi salak yang berlimpah ketika musim panen mengakibatkan harga

salak segar di tingkat petani jatuh sampai mencapai harga Rp 3.000,00 per kg.

Pengolahan salak segar menjadi wine, keripik dan dodol salak yang telah dipelopori

oleh LSM dan Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian merupakan salah satu

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 206

solusi untuk mengatasi jatuhnya harga salak segar. Industri ate adalah industri

kerajinan dengan bahan baku ate untuk pembuatan berbagai produk kerajinan,

seperti tempat tisu, tas, dan peralatan rumah tangga lainnya.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada lima jenis, yaitu

restoran/rumah makan, Mini market dan toko kelontong, perdagangan produk-produk

pertanian, dan konter HP. Restoran/rumah makan menjadi unggulan ditunjukkan

oleh keberadaan restoran di kecamatan ini tahun 2009 sebanyak 30 unit yang

menyerap 105 orang tenaga kerja tersebar di 8 desa. Jika mini market dan toko

kelontong diidentikkan dengan perdagangan eceran, maka jenis usaha ini ada

sebanyak 2.814 unit yang tersebar di 6 desa. Keempat jenis usaha ini hendaknya

dipertahankan, bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.

KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang menjadi unggulan

adalah angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan

perdesaan, dan warnet. Ketiga KPJU unggulan ini berperan penting dalam

memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu,

ketiga KPJU ini harus tetap dipertahankan, bahkan memperoleh perhatian

pembinaan dari pemerintah.

KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

sebanyak empat jenis, yaitu koperasi unit desa (KUD), lembaga perkreditan desa

(LPD), koperasi simpan pinjam (KSP), dan koperasi serba usaha (KSU). Usaha

KUD hanya ada satu unit yang berlokasi di ibu kota kecamatan, yaitu Desa

Bebandem dengan anggota sebanyak 10.400 orang, yang tersebar di 8 desa. LPD

ada sebanyak 14 unit yang menyerap 69 orang tenaga kerja, tersebar di 6 desa.

KPJU unggulan ini berperan penting dalam memediasi transaksi keuangan antara

pelaku-pelaku pasar uang. Oleh karena itu, KPJU unggulan tersebut harus

dipertahankan agar tetap menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor jasa-jasa lain ada lima KPJU, yaitu pangkas rambut dan salon

kecantikan, wisata Desa Budaya Budakeling, wisata agrosalak, jasa binatu/laundry,

dan pramuwisata. KPJU pada sektor ini harus dipertahankan karena masyarakat

semakin membutuhkan jasa-jasa yang diproduksikan oleh sektor ini, terutama untuk

menambah penampilan percaya diri, seperti jasa salon kecantikan dan jasa-jasa

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 207

yang bersifat rekreatif, seperti jasa pengantaran berwisata ke agrowisata salak atau

rekreasi ke Desa Wisata Budakeling.

Tabel 6.1.7f

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM dI Kecamatan Bebandem

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Salak (3) Kelapa (4) Sapi (5) Ayam

(1) Albisia (2) Kacang tanah (3) Durian (4) Budi daya ikan

di air tawar (5) Pisang

2 Pertambangan dan Penggalian

Galian C (batu hitam, pasir, kerikil/koral, batu kali)

-

3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)

(2) Pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol)

(3) Industri anyaman ate

(4) Industri batu tabas

(5) Industri batako

(1) Industri terali besi

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran/rumah Makan (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Perdagangan produk-produk

pertanian (4) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(3) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KUD

(2) LPD

(3) KSP

(4) KSU

-

9 Jasa-Jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Wisata Desa Budaya Budakeling

(3) Wisata agro salak (4) Jasa binatu/laundry (5) Pramuwisata

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 208

3. KPJU Potensial

KPJU potensial pada sektor pertanian ada lima jenis, yaitu usaha budi daya

albisia, usaha budi daya kacang tanah, durian, budi daya ikan di air tawar, dan budi

daya pisang. Kelima jenis KPJU ini memiliki potensi dikembangkan, baik melalui

usaha ekstensifikasi, yakni memperluas areal sebagai tanaman sela atau

monokultur, maupun melalui usaha intensifikasi yakni meningkatkan penggunaan

sarana produksi atau teknologi per satuan luas. Budi daya ikan air tawar memiliki

potensi dikembangkan karena beberapa desa di kecamatan ini tersedia sumber air

irigasi berlimpah, baik untuk pembudi dayaan di kolam maupun pembudi dayaan di

sawah. Ikan yang mulai dikembangkan oleh masyarfakat setempat adalah budi daya

ikan gurami, yang pemasarannya sangat prospektif, yaitu dibutuhkan oleh banyak

restoran di seputar daerah wisata.

KPJU potensial pada sektor industri hanya satu jenis, yaitu industri terali besi.

Usaha industri ini memiliki potensi dikembangkan, terutama intervensi teknologi,

manajemen, dan permodalan. KPJU pada sektor industri jasa-jasa lain hanya satu

jenis, yaitu pendidikan anak usia dini (PAUD karena semakin banyak anak-anak usia

dini di Kecamatan Bebandem memerlukan pendidikan usia dini sebagai persiapan ke

sekolah taman kanak-kanak.

G. KPJU di Kecamatan Selat

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Selat, yaitu 80,35 km2 atau 9,57% dari luas total

Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 34.760 jiwa, yang

terdiri atas 17.067 (49,10%) jiwa laki-laki dan 17.693 (50,90%) jiwa perempuan. Dari

total sebanyak 15.183 jiwa yang bekerja, sebanyak 10.279 bekerja di pertanian, 100

jiwa bekerja di peternakan, dan sebanyak 4.354 bekerja di

perindustrian/perdagangan (Website Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor di Kecamatan Selat menggunakan Metode Perbandingan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 209

Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria, menghasilkan KPJU seperti disajikan

pada Tabel 6.1.6g.

Pada sektor pertanian di Kecamatan Selat, terdapat lima KPJU yang menjadi

unggulan, yaitu padi sawah, salak, kelapa, sapi, dan kacang tanah. Padi sawah

menyebar di tujuh desa dari delapan desa di kecamatan ini. Unggulan padi sawah

ditunjukkan oleh luas tanam, luas panen, dan produksi tahun 2009 masing-masing

1.371 ha, 1.383 ha, dan 9.580,71 ton GKP. Kecamatan Selat merupakan sentra

pengembangan komoditas salak setelah Kecamatan Bebandem, luas areal dan

produksi tahun 2009 masing-masing 8.715,23 pohon dan 13,721 ton. Luas areal dan

produksi kelapa tahun 2009, masing-masing 805,00 ha dan 874,42 ton. Sapi menjadi

unggulan ditunjukkan oleh populasi sebanyak 7.150 ekor. Komoditas kacang tanah

dengan luas tanam, luas panen, dan produksi tahun 2009 masing-masing 653 ha,

652 ha, dan 758,90 ton. KPJU-KPJU unggulan ini sebaiknya terus dibina dan

dikembangkan secara intesif sehingga tetap menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor pertambangan dan penggalian yang menjadi usaha unggulan

adalah galian C yang terdiri atas kerikil/koral, batu kali, dan pasir. Usaha penggalian

kerikil/koral tahun 2009 sebanyak 20 unit yang menyerap 150 orang tenaga kerja,

tersebar di Desa Duda Utara, Desa Sebudi, dan Desa Amerta Bhuana. Usaha

penggalian batu kali sebanyak 20 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 150

orang, juga tersebar di desa yang sama seperti galian kerikil/koral. Usaha penggalian

pasir sebanyak 4 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 40 orang, hanya

terdapat di Desa Amerta Buana. Produksi galian C ini dipasarkan ke luar

kecamatan, yakni ke kota-kota kabupaten di Bali, yang sedang gencar

melaksanakan pembangunan fisik.

Total semua jenis industri yang ada di Kecamatan Selat tahun 2009 sebanyak

1.571 unit yang menyerap 2.827 orang tenaga kerja. Jika semua jenis industri ini

diklasifikasikan, termasuk industri sedang 14 unit yang menyerap 401 orang tenaga

kerja, dan industri kecil 1.557 unit yang menyerap 2.476 orang tenaga kerja. Dari

banyak jenis industri ini, maka lima jenis yang menjadi usaha unggulan, yaitu

penyosohan beras atau penggilingan padi (RMU), industri kerajinan patung asmat,

industri batu tabas, industri batako, dan industri terali besi.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 210

Tabel 6.1.7g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Selat

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Salak (4) Sapi (5) Kacang tanah

(1) Albisia (2) Kakao (3) Ayam (4) Durian (5) Pisang

2 Pertambangan dan Penggalian

Galian C (batu hitam, pasir, kerikil/koral)

-

3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)

(2) Industri kerajinan patung asmat

(3) Industri batu tabas (4) Industri batako (5) Industri terali besi

-

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran/rumah makan (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Konter HP (4) Perdagangan produk-

produk pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(3) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KUD (2) LPD (3) KSP (4) KSU

-

9 Jasa-Jasa lain (1) Wisata agro salak (2) Jasa rafting (di Telaga

Waja) (3) Pramuwisata (4) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (5) Jasa perbengkelan

(mobil dan motor)

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 211

RMU di kecamatan ini ada sebanyak tujuh unit, yang terdiri atas RMU KUD

sebanyak dua unit dan RMU non-KUD sebanyak lima unit. Adanya RMU ini karena di

kecamatan ini tersedia bahan baku padi untuk digiling menjadi beras. Kerajinan

patung pop asmat juga tumbuh pesat di kecamatan ini karena tersedia bahan baku

kayu albisia lebih dari cukup yang menjamin keberlanjutan industri ini. Industri batako

tumbuh dan berkembang karena tersedia bahan baku pasir lebih dari cukup. KPJU

ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina sehingga KPJU-KPJU ini tetap menjadi

unggulan dan memberikan keuntungan ekonomi bagi produsen dan konsumen.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terdapat empat jenis KPJU

yaitu restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong, konter HP, dan

perdagangan produk-produk pertanian. Kecamatan Selat di samping menjadi lokasi

rafting di Telaga Waja juga menjadi jalur wisata dari Besakih ke Karangasem dan

sebaliknya sehingga di beberapa desa yang berada di pinggir jalan berdiri dan

berkembang restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong dan counter

telepon sellular. Jumlah restoran/rumah makan di kecamatan ini adalah empat unit

yang menyerap 7 orang tenaga kerja. Warung makan terdapat sebanyak 139 unit

yang menyerap 164 orang tenaga kerja. Jika usaha swalayan mini (mini market) dan

toko kelontong diidentikkan dengan perdagangan eceran, maka di kecamatan ini

dijumpai sebanyak 50 unit, yang tersebar di tiga desa, yaitu Desa Selat (29 unit),

Desa Duda (20 unit), dan Desa Amerta Bhuana (1 unit).

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga KPJU unggulan,

yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(bemo roda empat), dan warnet. Ketiga KPJU ini perannya sangat strategis karena

dapat mempercepat perputaran roda perekonomian melalui percepatan perpindahan

barang, orang, jasa, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan

kemauan dan kemampuan masyarakat dan pelaku ekonomi.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada empat KPJU

unggulan, yaitu koperasi unit desa (KUD), lembaga perkreditan desa (LPD), koperasi

simpan pinjam (KSP), dan koperasi serba usaha (KSU). Berdasarkan data

Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, di Kecamatan Selat terdapat 1 unit KUD

dengan jumlah anggota sebanyak 5.468, tersebar di 8 kecamatan. LPD menjadi

unggulan terdapat sebanyak 24 unit, tersebar di 8 desa, yang menyerap 90 orang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 212

tenaga kerja. KSU ada sebanyak 5 unit, yang tersebar di Desa Selat, Desa Duda,

dan Desa Amerta Bhuana. KPJU-KPJU ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina

karena perannya sebagai mediator transaksi keuangan antara pemasok dan peminta

uang.

Pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU unggulan, yaitu wisata agro

salak, jasa rafting (di Telaga Waja), pramuwisata, pangkas rambut dan salon

kecantikan, serta jasa perbengkelan (mobil dan motor). Kelima KPJU ini memberikan

pelayanan jasa-jasa kepada konsumen yang membutuhkan produk jasanya, baik

jasa yang bersifat rekreatif seperti agrowisata salak dan jasa rafting di Tukad Telaga

Waja, maupun jasa yang bersifat menambah kepercayaan diri dalam penampilan,

seperti jasa pangkas rambut dan salon kecantikan.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial pada sektor pertanian di Kecamatan Selat ada lima jenis,

yaitu budi daya albisia, budi daya kakao, budi daya ayam (kampung dan ras), budi

daya durian, dan budi daya pisang. Kelima KPJU ini memiliki potensi dikembangkan,

baik melalui usaha ekstensifikasi sebagai tanaman sela atau tanaman monokultur,

maupun melalui usaha intensifikasi, yaitu peningkatan produksi per satuan luas

dengan meningkatkan penggunaan sarana produksi dan teknologi. Namun, kendala

pengembangannya harus di atasi, yaitu kendala teknis keterampilan, manajemen,

dan permodalan.

KPJU potensial pada sektor jasa-jasa lain adalah pendidikan anak usia dini

(PAUD) karena di Kecamatan Selat tampak banyak anak-anak usia dini yang

memerlukan pendidikan dini, sebagai persiapan ke pendidikan taman kanak-kanak.

H. KPJU di Kecamatan Rendang

1. Profil Kecamatan

Luas wilayah Kecamatan Rendang, yaitu 109,70 km2 atau 13,07% dari luas

total Kabupaten Kkarangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk Kecamatan Rendang

tahun 2009 sebanyak 30.748 jiwa, yang terdiri atas 15.509 jiwa (50,44%) laki-laki

dan 15.239 jiwa (49,56%) perempuan. Dari total 21.357 jiwa penduduk yang bekerja,

sebanyak 15. 844 jiwa bekerja di pertanian, 2.215 jiwa bekerja di peternakan, 721

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 213

jiwa bekerja di perkebunan, dan 2.577 jiwa bekerja di perindustrian/perdagangan

(Website Kabupaten Karangasem, 2011).

2. KPJU Unggulan

IdentifIkasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak

KPJU per sektor di Kecamatan Rendang menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan

pada Tabel 6.1.6h.

Pada sektor pertanian di Kecamatan Rendang, terdapat lima KPJU unggulan,

yaitu padi sawah, sapi, cabai, durian, dan ayam. Areal padi sawah terdapat di empat

desa dari enam desa di Kecamatan Rendang, yaitu Desa Pesaban, Desa Nongan,

Desa Rendang, dan Desa Menanga. Luas tanam, luas panen, dan produksi padi

sawah tahun 2009, masing-masing 1.487 ha, 1.467 ha, dan 9.580,71 ton GKP. Budi

daya padi sawah ditunjang oleh keberadaan 19 subak dengan jumlah anggota subak

sebanyak 2.204 orang. Populasi sapi tahun 2009 sebanyak 22.406 ekor. Kecamatan

Rendang juga terkenal sebagai sentra budi daya cabai dengan luas panen dan

produksi tahun 2009 masing-masing 471 ha dan 12.285 ton cabai basah. Produk

cabai dipasarkan ke luar kecamatan, seperti pasar-pasar kabupaten di Bali.

Kecamatan Rendang juga terkenal dengan buah duriannya, dengan luas panen dan

produksi tahun 2009 masing-masing 5.448 pohon dan 1.068 ton. Pemasaran durian

sampai ke luar kecamatan. Ayam juga menjadi unggulan kecamatan ini, dengan

populasi tahun 2009, yaitu ayam kampung sebanyak 80.624 ekor yang tersebar di

enam desa, dan ayam ras sebanyak 206.000 ekor yang tersebar di lima desa. KPJU-

KPJU ini sebaiknya dibina secara terus-menerus secara intensif sehingga tetap

mejadi KPJU unggulan.

Pada sektor pertambangan dan penggalian hanya ada satu KPJU unggulan,

yaitu galian C (pasir), dengan jumlah usaha tahun 2009 sebanyak 38 unit yang

menyerap 173 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Menanga sebanyak 38 unit yang

menyerap 162 orang tenaga kerja dan di Desa Besakih tiga unit yang menyerap 11

orang tenaga kerja. Pemasaran galian C ini ke luar kecamatan, terutama ke kota-

kota Kabupaten di Bali, seperti Denpasar yang sedang pesat melakukan

pembangunan fisik, baik oleh masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 214

Tabel 6.1.7h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Rendang

No Sektor KPJU Unggulan KPJU

Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Durian (4) Cabai (5) Ayam

(1) Manggis (2) Mangga (3) Rambutan (4) Alpokat (5) Albezia

2 Pertambangan dan Penggalian

Galian C (Pasir) -

3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri kerajinan patung asmat (3) Industri kerajinan batu tabas (4) Industri batako (5) Penjahitan pakaian

(1) Industri terali besi

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran/rumah makan (2) Mini market dan toko kelontong (3) Konter HP (4) Artshop (di Besakih) (5) Perdagangan produk-produk

pertanian

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan/perdesaan (3) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) BPR (2) LPD (3) KSP (4) KUD (5) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa rafting (2) Pramuwisata (3) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (4) Wisata spiritual (Pura Besakih) (5) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor)

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 215

KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan, yaitu industri penyosohan

beras atau penggilingan padi (RMU), industri kerajinan patung asmat, industri batu

tabas, industri batako, dan industri terali besi. Mengingat padi sawah menjadi

unggulan pada sektor pertanian, maka otomatis muncul industri hilirnya yaitu industri

penggilingan padi menjadi beras, ada sebanyak lima unit, yang terdiri atas RMU

KUD sebanyak tiga unit berada di Desa Nongan, dan RMU non-KUD sebanyak satu

unit yang juga berada di Desa Nongan. Jadi, di mana desa menjadi sentra

pengembangan komoditas padi sawah, maka di sana berkembang industri

penyosohan beras atau penggilingan padi (RMU). Industri kerajinan patung asmat

berlokasi di Desa Pempatan, yang tersedia banyak bahan baku kayu albisia.

Pemasaran produk unggulan ini adalah ke pasar-pasar seni di Bali, di samping juga

perajin di desa ini memenuhi pesanan luar negeri. Industri batu tabas juga ada di

kecamatan ini karena beberapa desa di kecamatan ini memendam batu hitam hasil

letusan Gunung Agung tahun 1963. Sekarang baru digali dijadikan batu tabas

sebagai bahan baku pembuatan tempat peribadatan agama Hindu, seperti untuk

sanggah dan candi bentar atau untuk bangunan lain.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yaitu restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong, konter HP, artshop,

dan perdagangan produk-produk pertanian. Di kecamatan ini relatif banyak

berkembang restoran/rumah makan karena merupakan jalur wisata menuju Pura

Besakih. Sampai tahun 2009 tercatat sebanyak 59 unit restoran/rumah makan yang

menyerap 163 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Pesaban (4 unit dan 12 tenaga

kerja), di Desa Nongan (4 unit dan 11 tenaga kerja), di Desa Rendang (8 unit dan 20

tenaga kerja), di Desa Menanga (10 unit dan 29 tenaga kerja), di Desa Besakih (25

unit dan 70 tenaga kerja), dan di Desa Pempatan sebanyak 8 unit yang menyerap 21

tenaga kerja. Warung (makan) ada sebanyak 227 unit yang menyerap 227 tenaga

kerja, tersebar di 8 desa. JIka swalayan mini (mini market) dan toko kelontong

diidentikkan dengan perdagangan eceran seperti klasifikasi BPS Kabupaten

Karangasem, maka terdapat sebanyak 2.546 unit, yang tersebar di 8 desa, dengan

jumlah antardesa bervariasi antara 1 unit sampai dengan 14 unit. Artshop yang

merupakan kelengkapan pariwisata sebagai tempat penjualan suvernir bagi

wisatawan, di kecamatan ini hanya terdapat di Besakih (DTW spiritual) sebanyak 37

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 216

unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 86 orang. Jadi, KPJU-KPJU pada sektor

ini berperan membangkitkan aktivitas ekonomi di kecamatan ini melalui perdagangan

barang dari produsen ke konsumen, baik konsumen wisatawan maupun bukan

wisatawan.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga KPJU unggulan,

yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan

(bemo roda empat), dan warnet. Ketiga KPJU ini memiliki arti strategis karena

berperan mempercepat pemindahan barang, orang, jasa, dan informasi dari satu

tempat ke tempat lain sehingga dapat dikatakan mempercepat perputaran roda

perekonomian suatu wilayah. Oleh kerena itu, KPJU-KPJU ini hendaknya

dipertahankan, bahkan dibina agar mampu melakukan proses produksi jasa secara

efisien sehingga tetap menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU

unggulan, yaitu bank perkreditan rakyat (BPR), lembaga perkreditan desa (LPD),

koperasi simpan pinjam (KSP), koperasi unit desa (KUD), dan koperasi serba usaha

(KSU). Di Kecamatan Rendang terdapat hanya satu unit BPR yang menyerap 4

orang tenaga kerja, LPD sebanyak 17 unit yang menyerap 73 orang tenaga kerja,

yang tersebar di 8 desa, KSP non-KUD sebanyak 9 unit yang menyerap 425 tenaga

kerja. KPJU-KPJU ini berperan penting sebagai mediator transaksi keuangan antara

pemasok uang dan peminta uang. Oleh karena itu, KPJU-KPJU ini hendaknya terus

dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.

Pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU unggulan, yaitu jasa rafting,

pramuwisata, pangkas rambut dan salon kecantikan, wisata spiritual (Pura Besakih),

dan jasa perbengkelan (mobil dan motor). KPJU-KPJU ini berperan dalam

penyediaan jasa-jasa yang bersifat rekreatif dan penampilan diri, yang semakin

dibutuhkan oleh masyarakat di tengah hidup yang semakin sibuk dan penuh

seremonial.

3. KPJU Potensial

Wilayah Kecamatan Rendang yang beriklim sejuk ditambah kondisi tanah

yang subur hasil erupsi abu Gunung Agung tahun 1963, cocok untuk tumbuh dan

berkembang berbagai macam tanaman dan ternak, termasuk belakangan ini yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 217

sedang dikembangkan oleh masyarakat adalah berbagai jenis buah-buahan. Dari

banyak jenis buah-buahan yang sedang dikembangkan, ada lima jenis komoditas

buah-buahan yang menjadi KPJU potensial, yaitu budi daya manggis, mangga,

rambutan, avokad, dan usaha budi daya kayu albisia. Berdasarkan data Karangasem

Dalam Angka Tahun 2009, luas panen dan produksi manggis masing-masing 479

pohon dan 12 ton. Luas panen dan produksi mangga masing-masing 750 pohon dan

7 ton. Luas panen dan produksi rambutan masing-masing 1.995 pohon dan 57 ton.

Luas panen dan produksi avokad, masing-masing 1.550 pohon dan 150 ton.

Sebaliknya, kayu albisia sedang pada tahap pengembangan, sebagai bahan baku

patung pop asmat. KPJU-KPJU potensial ini masih dapat dikembangkan secara

ekstensifikasi, baik sebagai tanaman sela di antara tanaman tahunan atau tanaman

buah lainnya maupun sebagai tanaman monokultur karena masih tersedia lahan-

lahan kosong di kebun-kebun milik petani.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 218

6.1.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Jembrana A. KPJU di Kecamatan Melaya

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Melaya terletak ke arah barat ibu kota

Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Selat Bali dan Samudra

Indonesia, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Negara, di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan dan

kabupaten adalah jalan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 20 km ke arah

timur.

Kecamatan Melaya berada pada ketinggian 28 meter di atas permukaan laut.

Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009, curah hujan berlangsung

sepanjang tahun dan banyak terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah

hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan.

Kecamatan Melaya merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di

Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 197,19 km² atau 23,42 persen

dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 64,51 persen dari

wilayahnya berupa hutan negara, kemudian disusul berturut-turut untuk perkebunan

dan tegalan sekitar 14,80 persen dan 6,60 persen, serta sawah dengan pengairan

setengah teknis mencapai 6,18 persen.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Melaya

mencapai 53.226 orang atau 19,72 persen dari seluruh penduduk Kabupaten

Jembrana dengan sex-ratio 101. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 197,19 km2, ini

berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Melaya adalah 270

orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa pada sektor pertanian di Kecamatan

Melaya terdapat lima KPJU unggulan, yakni cengkeh, sapi, penangkapan ikan di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 219

laut, kopi, dan kelapa. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan

kegiatan usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi sekitar 726 ha.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama

sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial,

seperti tersaji pada Tabel 6.1.8a.

Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan

di kecamatan ini, yakni kopra,i pengolahan hasil perikanan, pengolahan kopi bubuk,

industri batu bata, dan produk makanan aneka keripik. Kemudian pada sektor listrik,

gas, dan air bersih, tidak terdapat KPJU unggulan. Selanjutnya, pada sektor

bangunan/konstruksi, tidak terdapat satu pun KPJU unggulan di kecamatan ini. Pada

sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan, yakni

restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk

pertanian, kios barang kerajinan, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan

kKomunikasi terdapat dua KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat

barang (truk) dan angkutan penumpang perdesaan.

Pada sektor keuangan terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni LPD, KUD, dan KSP. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain

terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni jasa binatu/laundry, pangkas

rambut dan salon kecantikan, objek wisata Taman Nasional Bali Barat, pramuwisata,

dan jasa perbengkelan (mobil dan motor).

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Melaya

memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni padi sawah, kerbau,

babi, kakao, dan vanili. Masyarakat di daerah ini memang pernah melakukan usaha

budi daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, sejak

beberapa tahun terakhir usaha budi daya ini dikurangi sebagai akibat terserang

penyakit. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk

kecamatan ini, ternyata sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan

dan galian C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8a.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 220

Tabel 6.1.8a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Melaya

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Cengkeh (2) Sapi (3) Penangkapan ikan di laut (4) Kopi (5) Kelapa

(1) Padi sawah (2) Kerbau (3) Babi (4) Kakao (5) Vanili

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Kopra (2) Industri pengolahan hasil

perikanan (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Industri batu bata

(5) Produk makanan aneka keripik

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran dan rumah makan (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Perdagangan produk

pertanian (4) Kios barang kerajinan (5) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perdesaan

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) KSP

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Objek wisata Taman

Nasional Bali Barat (4) Pramuwisata (5) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor)

(1) Wisata agro

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 221

Pada sektor Industri pengolahan demikian juga sektor bangunan/konstruksi

tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan di Kecamatan Melaya.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor pengangkutan

dan komunikasi, serta sektor listrik, gas, dan air bersih juga sama sekali tidak

terdapat KPJU potensial. Selanjutnya, pada sektor keuangan juga tidak terdapat

KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini. Sebaliknya, sektor

jasa-jasa lain terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni wisata

agro.

B. KPJU di Kecamatan Negara

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Negara terletak di ibu kota Kabupaten

Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Melaya, sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Jembrana, di sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan kabupaten lain adalah

jalan provinsi dan jalan kabupaten.

Kecamatan Negara berada pada ketinggian 28 meter di atas permukaan laut

(dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung

sepanjang tahun dan terbanyak terjadi pada bulan September dengan rata-rata

curah hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan.

Kecamatan Negara merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di

Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 126,6 Km² atau 15,04 persen

dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar yakni 24,07 persen dari

wilayahnya dimanfaatkan untuk lahan perkebunan, kemudian disusul berturut-turut

untuk hutan negara yakni 22,32 persen, tegal/kebun mencapai 15,40 persen,

permukiman dan pekarangan mencapai 14,92 persen, serta sawah sekitar 14,35

persen.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Negara

mencapai 75.549 orang atau 28,00 persen dari seluruh penduduk Kabupaten

Jembrana dengan sex-ratio 100. Ini berarti, bahwa dari setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 126,50 km2, ini

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 222

berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Negara mencapai 597

orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Negara

memiliki lima PJU unggulan, yaitu padi sawah, penangkapan hasil perikanan di laut,

kerbau, sapi, dan kedelai. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan

melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi

mencapai 726 ha. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk

kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian

C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8b.

Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni industri penyosahan beras (RMU), pengolahan kopi bubuk,

industri ATBM (tenun cagcag), kopra dan minyak goreng, serta industri pembuatan

tempe dan tahu. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu KPJU

unggulan di kecamatan ini, yakni kontraktor konstruksi bangunan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil-hasil

pertanian, restoran dan rumah makan, serta konter HP. Pada sektor pengangkutan

dan komunikasi terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat

barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, jasa pengiriman

paket, bus trayek, dan warnet.

Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU

yang menjadi unggulan di kecamatan tersebut, yaitu LPD, KUD, BPR, KSP, dan

KSU. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi

unggulan, yakni pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa kebugaran, jasa

binatu/laundry, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan penjahitan pakaian.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 223

Tabel 6.1.8b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Negara

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah

(2) Penangkapan ikan di laut

(3) Kerbau

(4) Sapi

(5) Kedelai

(1) Jagung (2) Cengkeh (3) Ayam buras (4) Pisang (5) Budi daya udang

2 Pertambangan dan Penggalian

3 Industri Pengolahan (1) Industri penyosahan beras (RMU)

(2) Pengolahan kopi bubuk

(3) Industri ATBM (tenun cagcag)

(4) Kopra dan minyak goreng

(5) Industri pembuatan tempe dan tahu

(1) Industri pengolahan hasil perikanan

(2) Industri batu bata

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati

(2) Mini market dan toko kelontong

(3) Perdagangan produk hasil-hasil pertanian

(4) Restoran dan rumah makan

(5) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(3) Jasa pengiriman paket

(4) Bus trayek

(5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD

(2) KUD

(3) BPR

(4) KSP

(5) KSU

(1) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa kebugaran

(3) Jasa binatu/laundry

(4) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

(5) Penjahitan pakaian

(1) Ojek

(2) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 224

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Negara memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni jagung,

cengkeh, ayam buras, pisang, dan budi daya udang. Masyarakat di kecamatan ini

khususnya yang berdomisili di daerah pegunungan memang pernah juga melakukan

usaha budi daya cengkeh dengan kualitas terbaik, demikian juga pisang. Namun,

sejak beberapa tahun terakhir usaha budi daya ini dikurangi sebagai akibat terserang

penyakit. Khusus masyarakat pada pesisir pantai ada juga yang melakukan usaha

budi daya udang sebagai mata pencahariannya. Sementara itu, pada sektor

pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak terdapat galian C secara

komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8b.

Sektor industri pengolahan hanya memiliki dua KPJU yang menjadi potensi

untuk dikembangkan di Kecamatan Negara, yakni pengolahan kopi bubuk dan

industri batu bata. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi sama sekali tidak

terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan, demikian juga pada sektor

listrik, gas, dan air bersih. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sama sekali

tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor

perdagangan, hotel, dan restoran terdapat dua KPJU potensial yang dapat

dikembangkan, yakni vila dan home stay. Kemudian, pada sektor keuangan terdapat

satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini, yakni money

changer. Khusus pada sektor jasa-jasa lain, terdapat dua KPJU yang menjadi

potensial untuk dikembangkan, yakni Oojek dan PAUD.

C. KPJU di Kecamatan Jembrana

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Jembrana terletak sedikit ke arah selatan ibu

kota Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Negara,

di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mendoyo, di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan

kabupaten adalah jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 225

sekitar 2 km ke arah timur. Kecamatan Jembrana berada pada ketinggian 28 meter

di atas permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009,

curah hujan berlangsung sepanjang tahun dan banyak terjadi pada bulan September

dengan rata-rata curah hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan.

Kecamatan Jembrana merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di

Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 93,97 km2 atau 11,16 persen

dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 29,02 persen dari

wilayahnya berupa hutan negara, kemudian disusul berturut-turut untuk perkebunan,

yakni 26,33 persen, tegalan/kebun, yakni 17, 28 persen, serta untuk permukiman

dan pekarangan mencapai 16,71 persen.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Jembrana mencapai 51.508 orang atau 19,09 persen dari seluruh penduduk

Kabupaten Jembrana, dengan sex-ratio 98. Ini berarti bahwa dari setiap 100

penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 93,97

km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Jembrana mencapai

548 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan

Jembrana memiliki lima KPJU unggulan, yakni kelapa, padi sawah, mutiara, kedelai,

dan kerbau. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan kegiatan

usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi (726 ha). Sementara itu,

pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak

terdapat sumber galian C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8c.

Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan

di kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU),

pengolahan hasil perikanan, industri ATBM (tenun cagcag), dan Industri pembuatan

tempe dan tahu. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu KPJU

unggulan di kecamatan ini, yakni kontraktor konstruksi bangunan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yakni hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 226

pertanian, restoran dan rumah makan, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan

dan komunikasi terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat

barang (truk), bus trayek, angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan, jasa

pengiriman paket, dan warnet.

Pada sektor keuangan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-

jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yakni pangkas rambut dan

salon kecantikan, jasa kebugaran, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (mobil dan

motor), dan penjahitan pakaian.

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Jembrana memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kambing,

sapi, cengkeh, vanili, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang

berdomisili di daerah pegunungan, memang banyak yang melakukan usaha budi

daya di bidang cengkeh dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian

mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Usaha budi

daya kambing, sapi, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena

kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif.

Usaha itu hanya dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama

sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial,

seperti tersaji pada Tabel 6.1.8c.

Pada sektor industri pengolahan hanya terdapat satu KPJU yang menjadi

potensi untuk dikembangkan di Kecamatan Jembrana, yakni industri pembuatan

tempe dan tahu. Pada sektor listrik, gas, dan air bersih demikian juga sektor

bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat

KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan,

hotel, dan restoran tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 227

Tabel 6.1.8c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Jembrana

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Kelapa

(2) Padi sawah

(3) Budi daya mutiara

(4) Kedelai

(5) Kerbau

(1) Kambing

(2) Sapi

(3) Cengkeh

(4) Vanili

(5) Itik

2 Pertambangan dan Penggalian

-

3 Industri Pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri pengalengan ikan (4) Pengolahan hasil perikanan (5) Industri ATBM (tenun cagcag)

(1) Industri pembuatan tempe dan tahu

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/ Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Perdagangan produk hasil

pertanian (4) Restoran dan rumah makan (5) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Bus trayek (3) Angkutan penumpang perkotaan

dan pedesaan (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

9. Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa kebugaran (3) Jasa binatu/laundry (4) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor) (5) Penjahitan pakaian

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 228

D. KPJU di Kecamatan Mendoyo

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Mendoyo terletak ke arah timur ibu kota

Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jembrana, di

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pekutatan, di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan

kabupaten lain adalah jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota

kabupaten sekitar 20 km ke arah timur.

Kecamatan Mendoyo berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan

laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009, curah hujan berlangsung

sepanjang tahun dan banyak terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah

hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan

Kecamatan Mendoyo merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di

Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 294,49 km2 atau 34,98 persen

dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 63,14 persen dari

wilayahnya berupa hutan negara, kemudian lahan perkebunan sebesar 21,39

persen, serta sawah dengan pengairan setengah teknis sebesar 7,99 persen.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Mendoyo mencapai 61.971 orang atau 22,96 persen dari seluruh penduduk

Kabupaten Jembrana dengan sex-ratio 97. Ini berarti bahwa dari setiap 100

penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 294,49

km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Mendoyo mencapai

210 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Mendoyo

memiliki lima KPJU unggulan, yaitu padi sawah, kelapa, cengkeh, pisang, dan

kedelai. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan kegiatan

usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 229

terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial, seperti

tersaji pada Tabel 6.1.8d.

Tabel 6.1.8d

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM dI Kecamatan Mendoyo

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Cengkeh (4) Pisang (5) Kedelai

(1) Kakao (2) Vanili (3) Ayam (4) Itik (5) Kambing

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)

(2) Kopra dan minyak goreng

(3) Industri pembuatan tempe

(4) Industri pembuatan tahu

(5) Pengolahan kopi bubuk

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Perdagangan produk hasil-hasil

pertanian (4) Restoran dan rumah makan (5) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perdesaan

(2) Angkutan darat barang (truk)

(3) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD

(2) KSP

(3) KUD

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry

(2) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(3) Objek wisata Madewi

(4) Penjahitan pakaian

(5) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 230

Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu penyosohan beras (RMU), kopra dan minyak goreng,

industri pembuatan tempe, industri pembuatan tahu, dan pengolahan kopi bubuk.

Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi tidak terdapat KPJU unggulan di

kecamatan ini.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil-hasil

pertanian, restoran dan rumah makan, serta konter HP. Pada sektor pengangkutan

dan komunikasi terdapat tiga produk yang menjadi unggulan, yaitu angkutan

penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), dan warnet.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat tiga KPJU

yang menjadi unggulan di kecamatan tersebut, yaitu LPD, KSP, dan KUD.

Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan,

yakni jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, objek wisata

Madewi, penjahitan pakaian, serta jasa perbengkelan (mobil dan motor).

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Mendoyo memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kakao,

vanili, ayam, itik, dan kambing. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang

berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi

daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka

mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Usaha budi daya

ayam, itik, dan kambing sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena

kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif.

Usaha itu hanya dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak

terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial, seperti

tersaji pada Tabel 6.1.8d.

Pada sektor industri pengolahan, juga tidak terdapat satu pun KPJU yang

menjadi potensi untuk dikembangkan di Kecamatan Mendoyo. Pada sektor listrik,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 231

gas, dan air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan

dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat

dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran,

demikian juga pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tidak

terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini. Pada sektor

jasa-jasa lain, juga tidak terdapat KPJU yang menjadi potensial untuk dikembangkan.

E. KPJU di Kecamatan Pekutatan

1. Profil Kecamatan

Secara geografis, Kecamatan Pekutatan terletak ke arah timur ibu kota

Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mendoyo, di

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, di sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra

Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan kabupaten

lainnya adalah jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten

sekitar 30 km ke arah barat.

Kecamatan Pekutatan berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan

laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009, curah hujan

berlangsung sepanjang tahun dan terbanyak terjadi pada bulan September dengan

rata-rata curah hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan

Kecamatan Pekutatan merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di

Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 129,65 km2 atau 15,40 persen

dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 47,53 persen dari

wilayahnya berupa hutan negara, kemudian disusul berturut-turut untuk perkebunan,

dan tegal/kebun masing-masing sekitar 24,69 persen dan 18,200 persen.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Pekutatan mencapai 27.605 orang atau 10,23 persen dari seluruh penduduk

Kabupaten Jembrana dengan sex-ratio 100. Ini berarti bahwa dari setiap 100

penduduk perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 129, 6

km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pekutatan adalah 213

orang/km2.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 232

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan

Pekutatan memiliki lima KPJU unggulan, yaitu adPi sawah, kelapa, cengkeh, sapi,

dan kedelai. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan

usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak

terdapat sumber galian C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8e.

Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan

di kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU),

industri pengolahan hasil perikanan, industri pengolahan kopi bubuk, dan

pemindangan ikan laut. Pada sektor bangunan/konstruksi, tidak terdapat satu KPJU

unggulan di kecamatan tersebut.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,

yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil-hasil

pertanian, restoran dan rumah makan, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan

dan komunikasi terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan

penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), angkutan pengiriman paket,

dan warnet.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU

yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni LPD, BPR, KSU, KSP, dan KUD.

Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan,

yakni wisata pantai, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa perbengkelan (mobil

dan motor), penjahitan pakaian, dan ojek.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 233

Tabel 6.1.8e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Pekutatan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah

(2) Kelapa

(3) Cengkeh

(4) Sapi

(5) Kedelai

(1) Pisang (2) Kakao (3) Kopi (4) Ayam (5) Itik

2 Pertambangan dan Penggalian

3 Industri Pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri pengolahan hasil

perikanan (4) Industri pengolahan kopi

bubuk (5) Pemindangan ikan laut

-

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/ Konstruksi

- -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Perdagangan produk hasil-

hasil pertanian (4) Restoran dan rumah

makan (5) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang pedesaan

(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Angkutan pengiriman paket (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) BPR (3) KSU (4) KSP (5) KUD

-

9 Jasa-jasa lain (1) Wisata pantai (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor) (4) Penjahitan pakaian (5) Ojek

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 234

3. KPJU Potensial

Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada

responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan

Pekutatan memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni pisang,

kakao, kopi, ayam, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang

berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi

daya di bidang kakao dan kopi dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka

mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Usaha budi daya

pisang, ayam, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena

kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif.

Usaha itu hanya dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak

terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial, seperti

tersaji pada Tabel 6.1.8e.

Pada sektor industri pengolahan, tidak terdapat satu pun KPJU yang menjadi

potensi untuk dikembangkan di Kecamatan Pekutatan. Pada sektor listrik, gas, dan

air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan

komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.

Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran tidak terdapat satu pun

KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Kemudian, pada sektor keuangan dan

sektor jasa-jasa lain, juga sama sekali belum terdapat KPJU potensial yang dapat

dikembangkan di Kecamatan Pekutatan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 235

6.1.9. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Buleleng A. KPJU di Kecamatan Grokgak 1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Gerokgak terletak di bagian barat Kabupaten

Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Seririt, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Jembrana, di sebelah barat berbatasan dengan Selat Bali. Jarak ibu kota kecamatan

ke ibu kota kabupaten sekitar 35 km2 ke arah timur yang dihubungkan oleh jalan

provinsi.

Kecamatan Gerokgak memiliki pantai yang terpanjang, yaitu 76,89 km. Selain

itu, Kecamatan Gerokgak memiliki gunung yang terendah di Kabupaten Buleleng,

yakni Gunung Jae yang tingginya 222 meter, sedangkan gunung yang tertinggi di

Kecamatan Gerokgak, yaitu Gunung Merbuk tingginya 1.366 meter.

Kecamatan Gerokgak memiliki luas wilayah sebesar 356,57 km2. Menurut

data statistik 2009 di Kecamatan Gerokgak terdapat penggunaan luas lahan yang di

antaranya adalah tanah sawah dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan

pengairan setengah teknis 573 hektare, pengairan non-PU seluas 30 hektare, dan

sementara diusahakan adalah 80 hektare. Tanah kering di antaranya pekarangan

574 hektare, tegal/kebun 6.549 hektare, tambak 270 hektare, sedangkan tak

diusahakan 80 hektare. Tanah yang ditanami pohon hutan rakyat 83 hektare. Jadi,

total penggunaan luas lahan di kecamatan Gerokgak adalah tanah sawah 683

hektare dan tanah kering 7.556 hektare. Di samping itu, terdapat pula hutan negara

25.840 hektare, tanaman perkebunan 1.374 hektare, lain-lain 254 hektare, sehingga

jumlahnya 27.468 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Gerokgak 79.746 penduduk yang terdiri atas 40.441 laki-laki dan 39.305 perempuan

dengan luas wilayah 356,57 km2. Ini berarti bahwa tingkat kepadatatan penduduk

Kecamatan Gerokgak adalah 224 orang/km2.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 236

2. KPJU Unggulan UMKM

Sektor pertanian di Kecamatan Gerokgak memiliki lima produk unggulan, yaitu

(1) sapi, (2) jagung, (3) babi, (4) mangga, dan (5) ikan laut (Tabel 6.1.9a). Untuk

sapi, jagung, babi, dan mangga terdapat di seluruh desa di Kecamatan Gerokgak,

sedangkan ikan laut, kecuali Desa Tinga-Tinga dan Tukad Sumaga.

Pada sektor industri pengolahan terdapat produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut yaitu pengolahan & pengawetan ikan yang terdapat di Desa

Penyabangan dan industri pengolahan kopra di Desa Sangalangit.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,

yaitu (1) hotel melati banyak terdapat di Desa Pemuteran, (2) restoran/rumah makan

terdapat di Sumber Kima, Pemuteran, Pejarakan, (3) homestay terdapat di Desa

Sumber Kima, (4) vila terdapat di Pemuteran, Sumber Kim, dan (5) konter HP merata

seluruh desa.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat produk yang menjadi

unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk), (2) angkutan penumpang

perkotaan dan pedesaan terdapat di desa Sumber Kima, (3) ojek, dan (4)Warnet.

Pada sektor keuangan terdapat dua produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KSP terdapat di Sumber Kima, Gerokgak.

Pada sektor jasa lainnya terdapat usaha yang menjadi unggulan, yaitu

pangkas rambut dan salon kecantikan, penjahitan sesuai pesanan, jasa

perbengkelan, dan pramuwisata serta fotokopi.

3. KPJU Potensial

Salah satu produk potensial di daerah ini adalah anggur, jambu mete, kelapa

yang cukup didukung oleh agroklimat. Selain itu, juga ada tambak ikan/udang, dan

budi daya kerapu (Tabel 6.1.9a).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 237

Tabel 6.1.9a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Gerokgak

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Sapi (2) Jagung (3) Babi (4) Mangga (5) Ikan laut

(1) Anggur (2) Jambu mete (3) Kelapa (4) Tambak ikan/udang

(5) Budi daya kerapu

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan

(2) Pengolahan kopra

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Restoran/rumah makan (3) Homestay (4) Vila (5) Konter HP

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan.

(3) Ojek (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Penjahitan pakaian (3) Jasa perbengkelan mobil

dan motor (4) Pramuwisata (5) Fotokopi

1) Warnet

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 238

B. KPJU di Kecamatan Seririt

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Seririt terletak di bagian tengah Kabupaten

Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Banjar, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan

Busungbiu, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gerokgak. Jarak

ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten sekitar 21 km2 ke arah timur yang

dihubungkan oleh jalan provinsi.

Kecamatan Seririt tersebut memiliki pantai yang panjangnya 11,61 km.

Selain itu, Kecamatan Seririt tidak memiliki gunung yang bukan gunung berapi, tetapi

memiliki sungai besar dan kecil.

Kecamatan Seririt memiliki luas wilayah 111,78 km2. Menurut data statistik

2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah

dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis

1.518 hektare, pengairan non-PU 109 hektare, dan sementara diusahakan adalah 7

hektare. Pemanfaatan tanah kering, yaitu pekarangan 531 hektare, tegal/kebun

5.464 hektare, tambak 22 hektare, kolam/tebat 2 hektare, sementara tak diusahakan

7 hektare, ditanami pohon hutan rakyat 15 hektare. Jadi, total penggunaan luas

lahan di Kecamatan Seririt adalah tanah sawah 1.634 hektare dan tanah kering

6.041 hektare. Terdapat pula hutan negara 2.062 hektare, tanaman perkebunan

1.330 hektare, lain-lain 118 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 3.510 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Seririt

76.808 penduduk yang terdiri atas 37.991 laki-laki dan 38.817 perempuan. Dengan

luas wilayah 111,78 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatatan penduduk

Kecamatan Seririt adalah 687 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Produk unggulan di sektor pertanian di Kecamatan Seririt ada lima, yaitu (1)

padi sawah yang terdapat di Lokapaksa, Mayong, Ume Anyar, Banjar Asem,

Joanyar, Kalianget, Ringdikit, Rangdu, Pengastulan; (2) sapi yang terdapat di

Unggahan, Gunung Sari, Munduk Bestala, Bestala, Mayong, Rangdu, Ularan,

Ringdikit, Joanyar, Kalianget, Tangguwisia, Sulanyah, Bubunan, Seririt, Pengastulan,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 239

Patemon, Lokapaksa, Ume Anyar, Banjar Asem, Kalisada, Pangkung Paruk; (3)

anggur yang terletak di Kalianget, Lokapaksa, Kalisada, Banjar Asem, Ume Anyar;

(4) babi yang terletak di Unggahan, Gunung Sari, Munduk Bestala, Bestala, Mayong,

Rangdu, Ularan, Ringdikit, Joanyar, Kalianget, Tangguwisia, Sulanyah, Bubunan,

Seririt, Pengastulan, Patemon, Lokapaksa, Ume Anyar, Banjar Asem, Kalisada,

Pangkung Paruk; (5) durian yang terletak di Bestala dan Unggahan. Anggur buleleng

cukup terkenal dan daerah Seririt merupakan kawasan terbesar masyarakat

menanam anggur. Demikian juga buah durian yang dihasilkan dari Desa Bestala

yang cukup terkenal karena durian yang dihasilkan memiliki rasa yang manis dan

daging buah yang empuk (Tabel 6.1.9b).

Sektor industri pengolahan memiliki hasil produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang terletak di Banjar Asem

dan Ume Anyar; (2) rumah potong unggas dan bukan unggas yang terdapat di

Lokapaksa dan Ringdikit ; (3) air minum isi ulang yang terdapat di daerah perkotaan.

Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat produk unggulan,

yaitu (1) hotel melati yang terdapat di Seririt; (2) restoran dan rumah makan yang

terdapat di Seririt; (3) konter HP yang ada di tiap-tiap desa sudah merata; (4)

perdagangan produk pertanian yang terdapat di Seririt; (5) mini market dan toko

kelontong.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat produk yang menjadi

unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk); (2) angkutan penumpang perkotaan

pedesaan yang terletak di Desa Gunung Sari; (3) ojek cukup banyak di kota Seririt;

(4) warnet.

Pada sektor keuangan terdapat empat produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KSP, (3) KUD, (4) BPR yang terdapat di

Seririt.

Pada sektor jasa terdapat produk yang menjadi unggulan, di antaranya (1)

pangkas rambut dan salon kecantikan yang terletak di daerah perkotaan; (2) jasa

perbengkelan yang tersebar merata di Kecamatan Seririt; (3) penjahitan dan pakaian

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 240

sesuai dengan pesanan yang terdapat di daerah perkotaan; (4) fotokopi; (5)

pramuwisata

3. KPJU Potensial

Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu kelapa, kakao, cengkeh,

tanaman hias (anggrek), dan ayam. Sebenarnya agroklimat yang sangat mendukung

untuk tanaman ini di beberapa desa. Akan tetapi, masyarakat belum memanfaatkan

lahan dengan optimal dan peternakan ayam yang belum maksimal (Tabel 6.1.9b).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 241

Tabel 6.1.9b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Seririt

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Padi sawah

(2) Sapi (3) Anggur (4) Babi (5) Durian

(1) Kelapa (2) Kakao (3) Cengkeh (4) Ayam (5) Tanaman hias

(anggrek)

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)

(2) Rumah potong unggas (3) Air minum isi ulang

-

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Restoran/rumah makan (3) Konter HP (4) Perdagangan produk

pertanian (5) Mini market dan toko

kelontong

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan & pedesaan

(3) Ojek (4) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KUD (4) BPR

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut & salon kecantikan

(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor

(3) Penjahitan pakaian (4) Fotokopi (5) Pramuwisata

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 242

C. KPJU di Kecamatan Busungbiu

1. Profil Wilayah

Secara geografis Kecamatan Busungbiu terletak di bagian selatan dari

Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seririt dan

Kecamatan Banjar, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Seririt dan

Kabupaten Jembrana, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Banjar dan

Kabupaten Tabanan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Tabanan dan Kabupaten Jembrana. Kecamatan Busungbiu tersebut berbeda

dengan kecamatan lainnya, karena di Kecamatan Busungbiu tidak memiliki pantai

dan tidak memiliki gunung. Jarak ke ibu kota kabupaten adalah 30 km ke arah utara.

Kecamatan Busungbiu memiliki luas wilayah sebesar 111,78 km2. Menurut

data statistik 2009 di Kecamatan Busungbiu terdapat penggunaan luas lahan yang di

antaranya adalah tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 958 hektare, dan

tanah kering di antaranya pekarangan 320 hektare, tegal/kebun 5.706 hektare, hutan

negara 7.284 hektare, tanaman perkebunan 5.313 hektare, lain-lain 81 hektare

sehingga berjumlah 12.678 hektare . Jadi, total penggunaan luas lahan di

Kecamatan Busungbiu adalah tanah sawah 958 hektare dan tanah kering 6.026

hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Busungbiu 44.991 penduduk yang terdiri atas 22.392 laki-laki dan 22.599

perempuan. Dengan luas wilayah 196,62 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatatan

penduduk Kecamatan Busungbiu adalah 229 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) cengkeh yang

keberadaannya merata di tiap-tiap desa di Kecamatan Busungbiu, seperti Sepang

Kelod, Tista, Bongancina, dan yang lainnya; (2) kopi yang terdapat di Bongancina

dan Pucaksari; (3) padi sawah yang terdapat di semua desa di Kecamatan

Busungbiu, kecuali Desa Tista dan Bongancina; (4) kakao yang terdapat di Desa

Kekeran, Busungbiu, dan Tinggarsari; (5) pisang yang terdapat di Busungbiu.

Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang

tersebut, misalnya kegiatan berkebun (5.706 ha)(Tabel 6.1.9c).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 243

Sektor industri pengolahan memiliki dua hasil produk yang menjadi unggulan

kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang terdapat di Desa

Kanginan dan Desa Kauhan; (2) air minum (Toya Ning) yang terletak di Desa

Umejero.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat produk unggulan, yaitu

(1) restoran/rumah makan yang terletak di Busungbiu dan Kekeran; (2) konter HP

yang keberadaannya merata di semua desa di Kecamatan Busungbiu; (3) mini

market dan toko kelontong.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga produk angkutan

unggulan, yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan yang terletak di

Desa Busungbiu; (2) angkutan darat barang (truk); (3) ojek; (4) warnet.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat tiga jenis

usaha unggulan, yaitu (1) LPD, (2) KSP, (3) KUD.

Pada sektor jasa lainnya terdapat usaha unggulan, yaitu (1) pangkas rambut

dan salon kecantikan; (2) jasa binatu dan laundry; (4) fotokopi; (5) jasa perbengkelan

mobil dan motor.

3. KPJU Potensial

Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu durian yang memiliki

agroklimat yang cukup mendukung karena buah yang dihasilkan memiliki rasa yang

cukup manis. Akan tetapi, tidak banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan

mereka untuk menanam buah tersebut. Di samping itu, budi daya udang galah, budi

daya ikan hias, budi daya karper yang memiliki potensi sangat bagus untuk

dikembangkan (Tabel 6.1.9c).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 244

Tabel 6.1.9c Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Busungbiu

No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Cengkeh (2) Kopi (3) Padi sawah (4) Kakao (5) Pisang

(1) Durian (2) Budi daya udang

galah (3) Budi daya ikan hias (4) Budi daya karper

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)

(2) Air minum (Toya Ning)

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran / rumah makan

(2) Konter HP (3) Mini market dan toko

kelontong

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan

(2) Angkutan darat barang (truk)

(3) Ojek (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KUD

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa binatu dan laundry

(3) Fotokopi (4) Jasa perbengkelan

mobil dan motor (5) Penjahitan pakaian

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 245

D. KPJU di Kecamatan Banjar

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Banjar terletak dibagian timur Kabupaten

Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Buleleng dan Kecamatan Sukasada, di sebelah selatan dengan

Kecamatan Busungbiu dan Kabupaten Tabanan, dan barat berbatasan dengan

Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu. Kecamatan Banjar tersebut memiliki

pantai yang panjangnya 8,06 km dan memiliki danau, yaitu Danau Tamblingan 110

hektare. Selain itu, Kecamatan Banjar memiliki dua gunung yang bukan gunung

berapi yaitu Gunung Pucuk 1.603 m2 dan Gunung Lesung 1.860 m2. Jarak ke ibu

kota kabupaten 15 km ke arah timur.

Kecamatan Banjar memiliki luas wilayah 172,60 km2. Menurut data statistik

2009 terdapat penggunaan luas lahan yang diantaranya tanah sawah dan tanah

kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 266 hektare,

pengairan sederhana PU 145 hektare, pengairan non-PU 109 hektare, tadah hujan

121 hektare. Pemanfaatan tanah kering, yaitu pekarangan 448 hektare, tegal/kebun

4.295 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Banjar adalah tanah

sawah 662 hektare dan tanah kering 4.743 hektare. Di samping itu, terdapat pula

hutan negara 1.981 hektare, tanaman perkebunan 8.232 hektare, lain-lain 164

hektare. Luas lahan itu adalah 10.377 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Banjar

67.769 penduduk yang terdiri atas 33.528 laki-laki dan 34.241 perempuan. Dengan

luas wilayah 172,60 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan

Banjar adalah 393 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor Pertanian di Kecamatan Banjar memiliki lima produk unggulan, yaitu

(1) padi sawah yang terdapat di Desa Banyuatis, Gesing, Munduk, Gobleg,

Kayuputih, Tirtasari, Pedawa, Cempaga, Banjar Tegeha, Banjar, Dencarik, Temukus,

Kaliasem; (2) kopi yang terdapat di Banyuatis, Gesing, Munduk, Gobleg, Kayuputih,

Banyuseri, Pedawa, Tigawasa, Cempaga, Sidetapa; (3) anggur yang terdapat di

Desa Tampekan, Banjar Tegeha, Banjar, Dencarik, Temukus, Kaliasem; (4) kakao;

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 246

(5) cengkeh yang terdapat di Desa Banyuatis, Gesing, Munduk, Gobleg, Kayuputih,

Tirtasari, Banyuseri, Pedawa, Tigawasa, Cempaga, Sidetepa, Banjar. Masyarakat di

daerah ini banyak mananam anggur karena memiliki agroklimat yang sangat

mendukung sama seperti Seririt (Tabel 6.1.9d).

Sektor industri pengolahan memiliki tiga hasil produk yang menjadi unggulan

di kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang berada di Dencarik;

(2) pengolahan kopi bubuk yang terdapat di Desa Banjar dan Banyuatis; (3)

pengolahan gula merah Pedawa yang berada di Desa Pedawa itu sendiri; (4)

Pengolahan anggur di Banjar.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,

yaitu (1) restoran/rumah makan; (2) konter HP; (3) homestay; (4) vila yang berada di

Munduk; (5) mini market dan toko kelontong yang sudah tersebar.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat empat produk yang

menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan darat pedesaan untuk penumpang yang

terdapat di Desa Banjar; (2) angkutan darat barang (truk); (3) ojek; (4) rent car; dan

(5) warnet

Pada sektor keuangan terdapat tiga produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD yang keberadaannya merata di setiap desa; (2)

KSP yang terdapat di Banjar dan Sidetapa; (3) KUD yang terdapat di Dencarik.

Pada sektor jasa terdapat tiga produk yang menjadi unggulan, di antaranya

(1) pangkas rambut dan salon kecantikan; (2) jasa perbengkelan mobil dan motor;

(3) jasa binatu/laundry; (4) penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan; (5) fotokopi.

3. KPJU Potensial

Pada sektor pertanian terdapat produk potensial, yaitu ayam dan sapi karena

melihat tempat yang sangat mendukung, sehingga potensi produk ini dapat

dikembangkan. Di samping itu, juga ada budi daya kerapu, budi daya udang galah,

budi daya ikan hias(Tabel 6.1.9d).

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat produk potensial objek

wisata air panas karena keindahan pemandangan dan tempat yang sangat

mendukung seingga potensi produk ini dapat dikembangkan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 247

Tabel 6.1.9d Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Banjar

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kopi (3) Anggur (4) Kakao (5) Cengkeh

(1) Ayam (2) Sapi (3) Budi daya kerapu (4) Budi daya udang galah (5) Budi daya ikan hias

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU) (2) Pengolahan kopi bubuk (3) Pengolahan gula merah (4) Pengolahan anggur

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran/rumah makan (2) Konter HP (3) Homestay (4) Vila (5) Mini market dan toko

kelontong

(1) Objek wisata air panas

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan

(2) Angkutan darat barang (truk)

(3) Ojek (4) Rent car (5) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KUD

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor

(3) Jasa binatu/laundry (4) Penjahitan pakaian (5) Fotokopi

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 248

E. KPJU di Kecamatan Sukasada

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Sukasada terletak di bagian timur Kabupaten

Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Buleleng, di sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Sawan dan Kabupaten Badung, di sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, dan barat dengan Kecamatan Banjar.

Kecamatan Sukasada tidak memiliki pantai, tetapi memiliki gunung yang tertinggi di

Kabupaten Buleleng, yaitu Gunung Tapak 1.903 m, sedangkan gunung terendah di

Kecamatan Sukasada adalah Gunung Cenik 1.115 m. di samping itu, terdapat pula

Danau Buyan 360 hektare. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 4 km ke arah barat.

Kecamatan Sukasada memiliki luas wilayah sebesar 172,93 km2. Menurut

data statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah

dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis

1.943 hektare, pengairan non- PU sebesar 74 hektare, tadah hujan 192 hektare.

Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 516 hektare, tegal/kebun 4.543 hektare,

kolam/tebat 4 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Sukasada

adalah tanah sawah 2.209 hektare dan tanah kering 5.063 hektare. Di samping itu,

terdapat pula hutan negara 2.966 hektare, tanaman perkebunan 5.846 hektare, lain-

lain 1.191 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 10.003 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Sukasada 71.562 penduduk yang terdiri atas 35.585 laki-laki dan 35.977 perempuan.

Dengan luas wilayah 172,93 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk

Kecamatan Sukasada adalah 414 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) padi sawah yang

berada di Desa Sambangan, Gitgit, Ambengan, Pegadungan, Silangjana, Panji, Panji

Anom, Tegallinggah, Selat, Kayuputih; (2) sapi yang terdapat di Padangbulia, Panji,

Panji Anom, Selat, Pegayaman, Wanagiri; (3) cengkeh yang terdapat di Padangbulia,

Pegadungan, Gitgit, Silangjana, Ambengan, Panji, Panji Anom, Tegallinggah; (4)

strawberry yang hanya terdapat di Pancasari; (5) produk sayuran (tomat, kol, cabai,

kentang) yang terdapat di Pancasari. Wilayah Sukasada merupakan daerah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 249

pegunungan yang memiliki agroklimat sangat cocok untuk lahan pertanian tersebut

(Tabel 6.1.9e).

Sektor industri pengolahan memiliki satu hasil produk yang menjadi unggulan

di kecamatan tersebut, yaitu penggilingan padi (RMU) yang berada di Padangbulia,

Pagedungan, Ambengan, Sukasada.

Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan yang terdapat di

Padangbulia dan Ambengan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,

yaitu (1) restoran/rumah makan yang terdapat di Desa Gitgit, Pancasari, Sukasada;

(2) konter HP terdapat di Desa Kayuputih, Pancasari, Sukasada; (3) homestay

terdapat di Desa Kayuputih, Pancasari, Sukasada; (4) vila yang terdapat di Desa

Kayuputih, Pancasari, Sukasada; (5) mini market dan toko kelontong yang sudah

tersebar.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat dua produk yang menjadi

unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk) yang terdapat paling banyak di

Padangbulia dan Pancasari; (2) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan yang

keberadaannya hampir merata di desa Kecamatan Sukasada; (3) Ojek; (4) warnet di

Sukasada

Pada sektor keuangan terdapat tiga produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD yang keberadaannya hampir merata di semua

desa di Kecamatan Sukasada; (2) KSP terdapat di desa Padangbulia, Ambengan,

Sukasada, dan Panji; (3) KUD yang terdapat di Desa Panji dan Sukasada.

Pada sektor jasa terdapat produk yang menjadi unggulan, di antaranya (1)

pangkas rambut dan salon kecantikan yang keberadaannya hampir merata di semua

desa di Kecamatan Sukasada; (2) jasa perbengkelan yang keberadaannya hampir

merata di semua desa di Kecamatan Sukasada; (3) objek wisata yang terdapat di

Gitgt, yaitu air terjun dan Danau Buyan; (4) pramuwisata; (5) penjahitan pakaian

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 250

3. KPJU Potensial

Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu durian, rambutan, babi, dan

tanaman hias (anggrek). Sebenarnya agroklimat yang sangat mendukung untuk

tanaman ini di beberapa desa. Akan atetapi, masyarakat belum memanfaatkan lahan

dengan optimal. Di samping itu, juga peternakan babi belum maksimal. (Tabel

6.1.9e). Sektor industri pengolahan memiliki produk potensial, yaitu pengolahan sari

buah dan sayur.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 251

Tabel 6.1.9e Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Sukasada

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Cengkeh (4) Strawberry (5) Produk sayuran

(1) Durian (2) Rambutan (3) Babi (4) Tanaman hias

(anggrek)

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)

(1) Pengolahan sari buah dan sayuran

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran/rumah makan (2) Konter HP (3) Homestay (4) Vila (5) Mini market dan toko

kelontong

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan

(3) Ojek (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KUD

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor

(3) Objek wisata air terjun Gitgit

(4) Pramuwisata (5) Penjahitan pakaian

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 252

F. KPJU di Kecamatan Buleleng

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Buleleng terletak ke arah timur dari ibu kota

Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Sawan, di sebelah selatan dengan Kecamatan

Sukasada, dan barat berbatasan dengan Kecamatan Banjar. Kecamatan Buleleng

memiliki pantai yang panjangnya 16,52 km dan tidak memiliki gunung yang tidak

berapi seperti di kecamatan lainnya. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 1 km ke

arah barat.

Kecamatan Buleleng memiliki luas wilayah sebesar 46,94 km2. Menurut data

statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah dan

tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 1.753

hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu Ppekarangan 1.456 hektare, tegal/kebun

1.082 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di kecamatan Buleleng adalah

tanah sawah 1.753 hektare dan tanah kering 2.538 hektare. Di samping itu, terdapat

pula tanaman perkebunan 181 hektare, lain-lain 204 m2. Jumlah seluruhnya adalah

385 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Buleleng

120.239 penduduk yang terdiri atas 59.779 laki-laki dan 60.460 perempuan. Dengan

luas wilayah 46,94 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan

Buleleng 2.562 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) padi sawah banyak

terdapat di Banyuning, Penarukan, Baktiseraga; (2) sapi; (3) babi; (4) tembakau

banyak terdapat di Pemaron, Alasangker; (5) kacang tanah banyak terdapat di

Kalibukbuk, Penarukan, Jinengdalem, Petandakan, Alasangker, Poh Bergong,

Pemaron, Tukadmungga, dan Banyuasri (Tabel 6.1.9f).

Sektor industri pengolahan memiliki empat hasil produk yang menjadi

unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) terletak di

Banyuning; (2) perlengkapan pakaian adat dan agama Hindu banyak terdapat kota;

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 253

(3) minyak obat tradisional terdapat di Desa Paket Agung; dan (4) produk makanan

aneka keripik hampir merata di semua desa.

Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,

yaitu (1) hotel melati terletak di Kalibukbuk, Pemaron, Anturan; (2) mini market dan

toko kelontong; (3) konter HP terletak merata di setiap desa; (4) restoran/rumah

makan banyak terdapat di Kalibukbuk, Kaliuntu, Kampung Anyar; dan (5) artshop

banyak terdapat di Kalibukbuk.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima produk yang

menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk); (2) angkutan penumpang

perkotaan dan pedesaan; (3) ojek; (4) jasa pengiriman paket; (5) rent car.

Pada sektor keuangan terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)

KSP terletak di Kampung Anyar, Banjar Tegal, Banyuasri, Penarukan, Jinengdalem;

(2) LPD; (3) KUD, ada di Banyuning; (4) BPR terletak di Banyuasri; (5) money

changer banyak terdapat Lovina, Kaliuntu, Kaliasem, Liligundi.

Pada sektor jasa terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)

pangkas rambut dan salon kecantikan banyak terdapat di Kaliuntu; (2) pramuwisata;

(3) jasa binatu/laundry banyak terdapat di Baktiseraga, Kaliuntu; (4) jasa objek

wisata pantai Lovina; dan (5) jasa perbengkelan mobil dan motor.

3. KPJU Potensial

Sektor jasa memiliki produk potensial, yaitu Spa dan PAUD yang mulai

berkembang di daerah ini (Tabel 6.1.9f).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 254

Tabel 6.1.9f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Buleleng

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Tembakau (5) Kacang tanah

2 Pertambangan dan Penggalian

-

3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU) (2) Perlengkapan upacara adat dan

agama Hindu (3) Obat tradisional (4) Produk makanan aneka keripik

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

-

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Konter HP (4) Restoran/rumah makan (5) Artshop

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang perkotaan

dan perdesaan (3) Ojek (4) Jasa pengiriman paket (5) Rent car

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) KSP (2) LPD (3) KUD (4) BPR (5) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Objek wisata pantai Lovina (5) Jasa perbengkelan mobil dan

motor

(1) Spa (2) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 255

G. KPJU di Kecamatan Sawan

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Sawan terletak ke arah timur ibu kota

Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Kubutambahan, di sebelah selatan dengan

Kabupaten Tabanan, dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Sukasada

dan Kecamatan Buleleng. Kecamatan Sawan memiliki pantai yang panjangnya 6,92

km dan memiliki dua gunung yang bukan gunung berapi yaitu Gunung Lalang 1.497

m dan Gunung Tenggayang 1.119 m. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 5 km ke

arah barat.

Kecamatan Sawan memiliki luas wilayah sebesar 92,52 km2. Menurut data

statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah dan

tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 2.692

hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 591 hektare, tegal/kebun 1.247

hektare, tambak 10 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Sawan

adalah tanah sawah 2.692 hektare dan tanah kering 1.848 hektare. Di samping itu,

terdapat pula hutan negara 2.007 hektare, tanaman perkebunan 2.444 hektare, lain-

lain 261 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 4.712 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Sawan

66.828 penduduk yang terdiri atas 33.661 laki-laki dan 33.167 perempuan. Dengan

luas wilayah 92,52 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan

Sawan adalah 700 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor Pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) padi sawah terdapat

hampir setiap desa terutama Desa Bungkulan, (2) penangkapan ikan di laut, (3)

cengkeh terdapat di Lemukih, Sudaji, (4) rambutan hampir di semua desa, (5) kopi

ada di Lemukih, Galungan, Sudaji (Tabel 6.1.9g).

Sektor industri pengolahan memiliki hasil produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) pengolahan & pengawetan ikan ada di Bungkulan, (2)

penggilingan padi (RMU) terdapat di Desa Bungkulan, (3) industri kerajinan sabit,

dan (4) industri gong terdapat di Desa Sawan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 256

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,

yaitu (1) mini market dan toko kelontong; (2) konter HP; (3) vila yang terletak di

Bungkula; (4) artshop terdapat di Desa Giri Emas; (5) restoran dan rumah makan

terdapat di Desa Giri Emas.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima produk yang

menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan terdapat

di Penarukan, (2) angkutan darat barang (truk) ada di Bungkulan; (3) jasa pengiriman

paket ada di Desa Sawan (4) ojek, dan (5) warnet

Pada sektor keuangan terdapat dua produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD; dan (2) KSP ada di Bungkulan

Pada sektor jasa terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)

pangkas rambut dan salon kecantikan ada di Bungkulan, (2) jasa perbengkelan; (3)

penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan, (4) PAUD banyak terdapat di bungkulan

(5) fotokopi.

3. KPJU Potensial

Mangga, durian, dan bawang merah merupakan produk potensial yang sangat

bagus untuk dikembangkan. Sektor industri pengolahan memiliki produk potensial

seperti pengolahan kopi . Sektor keuangan memiliki dua produk potensial, yaitu

bank BPR dan KUD (Tabel 6.1.9g).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 257

Tabel 6.1.9g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Sawan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Penangkapan ikan di laut (3) Cengkeh (4) Rambutan (5) Kopi

(1) Mangga (2) Durian (3) Bawang merah

2 Pertambangan dan Penggalian

-

3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan

(2) Penggilingan padi (RMU) (3) Industri sabit (4) Industri kerajinan gong

(1) Pengolahan kopi

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi - -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Konter HP (3) Vila (4) Artshop (5) Restoran/rumah makan

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan

(2) Angkutan darat barang (truk)

(3) Jasa pengiriman paket (4) Ojek (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP

(1) KUD (2) BPR

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor

(3) Penjahitan pakaian (4) PAUD (5) Fotokopi

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 258

H. KPJU di Kecamatan Kubutambahan

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Kubutambahan terletak ke arah timur ibu kota

Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Tejakula dan Kabupaten Bangli, di sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli, dan sebelah barat

dengan Kecamatan Sawan. Kecamatan Kubutambahan memiliki pantai yang

panjangnya 9,82 km dan memiliki dua gunung yang bukan gunung berapi yaitu

Gunung Catur 1.864 m dan Gunung Mengandang 1.347 m. Jarak ke ibu kota

kabupaten sekitar 12 km ke arah barat.

Kecamatan Kubutambahan memiliki luas wilayah sebesar 118,24 km2.

Menurut data statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah

sawah dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah

teknis 530 hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 425 hektare,

tegal/kebun 5.656 hektare. Tanah yang ditanami pohon hutan rakyat 87 hektare.

Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Kubutambahan adalah tanah sawah

530 hektare dan tanah kering 6.168 hektare. Di samping itu, terdapat pula hutan

negara 911 hektare, tanaman perkebunan 3.418 hektare, lain-lain 797 hektare,

Jumlah seluruhnya adalah 5.126 hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan

Kubutambahan 60.248 penduduk yang terdiri atas 30.166 laki-laki dan 30.082

perempuan. Dengan luas wilayah 118,24 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduk Kecamatan Kubutambahan adalah 510 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) mangga tedapat di

semua desa kecuali Tajun; (2) sapi terdapat di Tajun, Mengening; (3) kopi terdapat

di Tajun, Mengening, (4) cengkeh terdapat di Tajun, Mengening, (5) kakao terdapat

di Tajun, Mengening. Masyarakat banyak berkebun karena agroklimat di

Kubutambahan hampir sama dengan Sawan (Tabel 6.1.9h).

Sektor industri pengolahan memiliki produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) pengolahan dan pengawetan ikan; (2) industri

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 259

pembuatan dodol buah-buahan terdapat di Desa Kubutambahan, Tamblang dan Bila,

(3) pengolahan kopra ada di Dusun Kaja Kangin, Tamlang.

Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan. Pada sektor

perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan, yaitu (1)

perdagangan produk pertanian terdapat di Desa Tajun; (2) restoran/rumah makan

terdapat di Desa Kubutambahan dan Tamblang; (3) mini market dan toko kelontong

terdapat di Desa Kubutambahan dan Tamblang; (4) konter HP berda hampir merata

di Kecamatan Kubutambahan, dan (5) homestay terdapat di Air Sanih. Pada sektor

pengangkutan dan komunikasi terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yaitu

(1) angkutan darat barang (truk); (2) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan;

(3) ojek; dan (4) warnet di Desa Kubutambahan

Pada sektor keuangan terdapat produk yang menjadi unggulan di kecamatan

tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KSP terdapat di Desa Kubutambahan ; (3) BPR terdapat

di Desa Kubutambahan; (4) KUD terdapat di Desa Kubutambahan.

Pada sektor jasa terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)

PAUD, (2) pangkas rambut dan salon kecantikan terdapat di Desa Kubutambahan

dan Tajun; (3) fotokopi terdapat di Desa Tamblang, Tajun, Kubutambahan, (4) objek

wisata Air Sanih; (5) penjahitan pakaian.

3. KPJU Potensial

Kelapa, budi daya rumput laut, budi daya udang galah cukup potensial di

daerah ini dan perlu dikembangkan. Di samping itu, lahan yang sangat mendukung

(Tabel 6.1.9h).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 260

Tabel 6.1.9h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Kubutambahan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Mangga (2) Sapi (3) Kopi (4) Cengkeh (5) Kakao

(1) Kelapa (2) Budi daya rumput

laut (3) Budi daya udang

galah (4) Jagung

2 Pertambangan dan Penggalian

-

3 Industri Pengolahan

(1) Pengolahan dan pengawetan ikan

(2) Industri pembuatan dodol buah-buahan

(3) Pengolahan kopra

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

-

5 Bangunan/Konstruksi

Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan produk pertanian

(2) Restoran/rumah makan (3) Mini market dan toko

kelontong (4) Konter HP (5) Homestay

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (3) Ojek (4) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD

9 Jasa-jasa lain (1) PAUD (2) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (3) Fotokopi (4) Objek wisata air sanih (5) Penjahitan pakaian

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 261

I. KPJU di Kecamatan Tejakula

1. Profil Kecamatan

Secara geografis Kecamatan Tejakula terletak ke arah timur ibu kota

Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, di sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Bangli, dan sebelah barat dengan Kecamatan Kubutambahan.

Kecamatan Tejakula tersebut memiliki pantai yang panjangnya 27,23 km dan tidak

memiliki gunung seperti halnya kecamatan lainnya. Jarak ke ibu kota kabupaten

sekitar 38 km ke arah barat.

Kecamatan Tejakula memiliki luas wilayah sebesar 97,68 km2. Menurut data

statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah dan

tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan sementara tak diusahakan 5

hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 616 hektare, tegal/kebun 4.097

hektare. Tanah ditanami pohon hutan rakyat 174 hektare. Jadi, total penggunaan

luas lahan di Kecamatan Tejakula adalah tanah sawah 5 hektare dan tanah kering

4.892 hektare. Di samping itu, terdapat pula hutan negara 1.630 hektare, tanaman

perkebunan 2.977 hektare, lain-lain 269 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 4.876

hektare.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Tejakula

65.956 penduduk yang terdiri atas 33.813 laki-laki dan 32.143 perempuan. Dengan

luas wilayah 97,68 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan

Tejakula adalah 675 orang/km2.

2. KPJU Unggulan

Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) sapi; (2) babi; (3)

rambutan; (4) ayam, dan (5) mangga. Sapi, babi, dan mangga dapat ditemukan

hampir di semua desa. Rambutan ada di semua desa, kecuali Sambirenteng dan

Tembok. (Tabel 6.1.9i).

Sektor industri pengolahan memiliki tiga hasil produk yang menjadi unggulan

di kecamatan tersebut, yaitu (1) produk makanan aneka keripik banyak terdapat di

Desa Tembok, Bondalem; (2) kerajinan tenun banyak terdapat di Pacung, (3) industri

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 262

gula merah banyak terdapat di Samirenteng, Tembok, dan Penuktukan; (4) industri

anyaman ingke terdapat di Samirenteng; (5) industri pengolahan dan pengawetan

ikan ada di Pacung.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat empat produk

unggulan, yaitu (1) mini market dan toko kelontong; (2) konter HP; (3) hotel melati

terdapat di Tejakula; (4) restoran/rumah makan terdapat Tejakula.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat empat produk yang

menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan, (2)

angkutan darat barang (truk), (3) ojek; (4) rent car ada di Samirenteng; dan (5)

warnet.

Pada sektor keuangan terdapat empat produk yang menjadi unggulan di

kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KUD, (3) KSP, (4) BPR. Pada sektor jasa

terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yaitu (1) jasa binatu/laundry, (2)

pramuwisata, (3) jasa perbengkelan, (4) fotokopi.

3. KPJU Potensial

Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu kopi, pisang, durian, ikan

laut. Sektor industri pengolahan, yaitu industri pengrajin perak, dan di sektor jasa lain

PAUD adalah produk yang potensial (Tabel 6.1.9i).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 263

Tabel 6.1.9i Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

dI Kecamatan Tejakula

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Sapi (2) Babi (3) Rambutan (4) Ayam (5) Mangga

(1) Kopi (2) Pisang (3) Durian (4) Ikan laut (5) Budi daya rumput

laut

2 Pertambangan dan Penggalian

-

3 Industri Pengolahan (1) Produk makanan aneka keripik

(2) Industri kerajinan Tenun (3) Industri gula Merah (4) Industri anyaman ingke (5) Industri pengolahan dan

pengawetan ikan

(1) Industri kerajinan perak

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/Konstruksi

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Konter HP (3) Hotel melati (4) Restoran/rumah makan

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pendesaan

(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Ojek (4) Rent car (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) BPR

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pramuwisata (3) Jasa perbengkelan mobil

dan motor (4) Fotokopi

(1) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 264

6.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Borda) 6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kota Denpasar 1. Profil Kota Denpasar

Kota Denpasar merupakan sebuah kota di Pulau Bali dan sekaligus menjadi

ibu kota Provinsi Bali, Indonesia. Pertumbuhan industri pariwisata di Pulau Bali

mendorong Kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis dan menempatkan kota ini

sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan tinggi di

Provinsi Bali. Pemerintah akan mempersiapkan tiga kota, yaitu Medan, Denpasar,

dan Makassar sebagai kota metropolitan baru. Tata ruang tiga kota itu masuk dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Kota Denpasar berada pada ketinggian 0--75 meter dari permukaan laut,

terletak pada posisi 8°35’31” sampai dengan 8°44’49” Lintang Selatan dan

115°00’23” sampai dengan 115°16’27” Bujur Timur. Sementara luas wilayah Kota

Denpasar 127,78 km² atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Dari penggunaan

tanahnya, 2.768 ha merupakan tanah sawah, 10.001 ha merupakan tanah kering,

dan sisanya seluas 9 ha adalah tanah lainnya. Tingkat curah hujan rata-rata sebesar

244 mm per bulan, dengan curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan

Desember. Sebaliknya, suhu udara rata-rata sekitar 29.8° C dengan rata-rata

terendah sekitar 24.3° C. Sungai Badung merupakan salah satu sungai yang

membelah Kota Denpasar. Sungai ini bermuara di Teluk Benoa.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Denpasar per tahun dalam rentang waktu

2000--2010 adalah sebesar 4 %, dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki

lebih banyak 4.57 % dibandingkan dengan jumlah penduduk wanitanya. Sekitar

68.4 % penduduknya memeluk agama Hindu, sedangkan agama Islam adalah

minoritas terbesar selain agama Kristen, Buddha, dan Khonghucu.

Perkembangan pariwisata dan daya tarik Pulau Bali, secara tidak langsung

telah mendorong kemajuan pembangunan di Kota Denpasar. Pada tahun 2000,

jumlah wisatawan mancanegara yang datang berkunjung mencapai 1.413.513

orang, dan menempatkan jumlah wisatawan terbanyak dari Jepang kemudian

disusul dari Australia, Taiwan, Eropa, Inggris, Amerika, Singapura, dan Malaysia.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 265

Kebijakan pengembangan pariwisata di Kota Denpasar menitikberatkan pada

pariwasata budaya berwawasan lingkungan. Sebagai salah satu sentra

pengembangan pariwisata, Kota Denpasar menjadi barometer bagi kemajuan

pariwisata di Bali. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai hotel berbintang

sebagai sarana menunjang aktivitas pariwisata tersebut. Pantai Sanur merupakan

salah satu kawasan wisata pantai yang ramai dikunjungi. Sementara Lapangan

Puputan merupakan kawasan ruang terbuka hijau di Kota Denpasar sekaligus

berfungsi sebagai paru-paru kota.

Pelabuhan Benoa merupakan pintu masuk ke Kota Denpasar melalui jalur

laut dan saat ini dikelola oleh PT Pelindo III. Pelabuhan ini berada sekitar 10 km dari

pusat kota, dan telah beroperasi sejak tahun 1924. Sarana transportasi darat di Kota

Denpasar terutama untuk angkutan kota saat ini sudah mulai tidak efektif dan

efisien. Artinya, sampai dengan tahun 2010 hanya 30% yang masih beroperasi,

seiring dengan berkurangnya minat masyarakat untuk mengunakan jasa angkutan

tersebut, yang diperkirakan hanya sekitar 3% dari total jumlah penduduknya.

Sementara pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi terus meningkat menjadi

11% per tahunnya dan tidak sebanding dengan pembangunan jalan baru. Dengan

demikian kemacetan di Kota Denpasar tidak dapat dihindari.

2. KPJU Unggulan

KPJU unggulan per sektior yang diidentiifikasi menggunakan Metode Borda

disajikan pada Tabel 6.2.1.

Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih bangsa

sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal

maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul lokal yang

dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Onggole (PO) dan sapi Madura,

sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole,

dan Brangus. Dalam sistem penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandang

antara lain tipe kandang tunggal (individual) dan tipe kandang ganda.

(1) Tipe tunggal, yang terdiri atas satu baris sapi dengan posisi kepala satu arah

yang cocok digunakan untuk menggemukkan sapi sebanyak 1--5 ekor.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 266

(2) Tipe ganda, yang terdiri atas dua baris sapi yang saling berhadapan atau

bertolak belakang. Di antara kedua barisan sapi dibatasi atau dibuat gang

selebar 1,5 meter sebagai jalan untuk memberi makanan/air minum dan

membersihkan kandang. Kandang tipe ini cocok untuk menggemukkan sapi

dengan jumlah besar (lebih dari 5 ekor).

Komoditas sapi menjadi unggulan di semua kecamatan di Denpasar yaitu

Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, Denpasar Barat, dan

Denpasar Utara.

Tanaman hias di Kota Denpasar saat ini sedang trend untuk dikembangkan,

mengingat permintaan konsumen yang semakin meningkat, baik dari selera,

kebutuhan kantor, hotel, maupun restoran sebagai penghias ruangan. Tanaman hias

banyak dikembangkan di wilayah Denpasar Timur dan Denpasar Selatan.

Komoditas tanaman hias terdapat di Denpasar Timur dan Denpasar Selatan.

Kawasan daerah Denpasar Utara, Timur, dan Selatan masih memiliki lahan

sawah yang cukup banyak dan agroklimat yang mendukung. Dengan demikian,

padi sawah di daerah ini dapat menjadi unggulan.

Jagung manis banyak dikembangkan di wilayah Denpasar Timur dan

Selatan. Khususnya Denpasar Selatan, jagung manis banyak ditanam dekat dengan

kawasan pariwisata, seperti di wilayah Renon. Jagung manis yang telah dipanen,

langsung dikemas dan dijual di pinggir jalan raya Renon, Sanur, dan sekitarnya.

Demikian juga usaha jagung bakar yang bahan dasarnya jagung manis semakin

digemari oleh konsumen.

Itik merupakan salah satu KPJU unggulan di Kota Denpasar. Komoditas itik

terdapat di Kecamatan Denpasar Utara dan Denpasar Barat. Klasifikasi

(penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu (1)

itik petelur, seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV

2000-INA; (2) itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga.

Model kandang ada tiga jenis, yaitu (a) kandang untuk anak itik (DOD) pada

masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu

menampung 50 ekor DOD; (b) kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model

kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16--100 ekor perkelompok; (c)

kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterai

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 267

(satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok)

dengan ukuran setiap meter persegi 4--5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk

30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).

Tabel 6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial

di Kota Denpasar

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Sapi (2) Tanaman hias (3) Padi sawah (4) Jagung manis (5) Itik (6) Ayam (7) Penangkapan ikan di laut (8) Babi (9) Kambing

-

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Pakaian jadi (garment) (2) Produk makanan aneka

keripik (3) Pengolahan & pengawetan

ikan (4) Es krim dan sejenisnya (5) Perlengkapan pakaian dari

tekstil (mote dan renda) (6) Pengolahan kopi bubuk (7) Jajanan basah (8) Jajan uli (untuk upacara) (9) Sablon pakaian (10) Penggilingan padi (RMU)

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/ Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

(1) Restoran dan rumah makan (2) Hotel melati (3) Mini market dan toko kelontong (4) Perdagangan produk pertanian (5) Konter HP (6) Kios barang-barang kerajinan (7) Spa

-

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 268

Tabel 6.2.1 lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan laut perahu motor (3) Jasa pengiriman paket (4) Angkutan penumpang perkotaan dan

pedesaan (5) Rent car (6) Angkutan tradisional dokar (7) Bus carter (8) Ojek (9) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) Money changer (3) KSP (4) BPR (5) KUD

-

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Rumah kost (3) Pangkas rambut dan salon kecantikan (4) Penjahitan pakaian (5) Fotokopi (6) Jasa perbengkelan mobil dan

motor

-

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan metode Borda

Ayam buras atau ayam kampung merupakan ternak unggas cukup banyak

dipelihara. Keberadaan ayam buras sebagai penghasil telur dan daging serta

pendapatan keluarga memiliki fungsi strategis dalam pemenuhan pangan dan gizi

masyarakat petani. Memelihara ayam buras sebenarnya tidak terlalu sulit sebab

tidak memerlukan teknologi rumit. Untuk mengembangbiakkan ayam buras hanya

dibutuhkan ketekunan dan kesungguhan dalam memelihara, yaitu dengan

penerapan pascausaha peternakan, yaitu pakan, pengendalian penyakit, tata

laksana, dan pengolahan/perkembangbiakan. Ayam buras memiliki peluang tinggi,

sangat mudah dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ayam

harus dikelola dengan prinsip usaha tani yang baik dan memberikan keuntungan

yang sangat memadai bagi petani ternak. Komoditas ayam di Denpasar terdapat di

Kecamatan Denpasar Utara dan Di Denpasar Barat.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 269

Penangkapan ikan laut terbesar di Denpasar ada di Benoa, Sanur,

Serangan, yang merupakan salah satu produk unggulan di Denpasar. Seperti yang

diketahui bahwa Bali memiliki potensi pengembangan budi daya perikanan laut

mencapai 1.551,7 hektaree. Namun, baru dimanfaatkan 418,5 hektaree atau sekitar

26,9 persen.

Babi banyak terdapat di Kecamatan Denpasar Utara, Timur, Barat, dan

Denpasar Utara.

Kambing terdapat di Kecamatan Denpasar Barat

Garment (pakaian jadi) buatan perajin Bali hingga kini masih merupakan

salah satu andalan ekspor nonmigas. Di samping itu, pakaian jadi buatan

masyarakat Bali yang dihiasi dengan bordiran, manik-manik mampu merambah

pasar utama ke Amerika Serikat.

Usaha garment (pakaian jadi) yang menjadi usaha unggulan terdapat di

Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.

Produk makanan aneka keripik yang dimaksud di sini adalah pembuatan

aneka kripik seperti misalnya keripik singkong, keripik keladi, dsb. merupakan salah

satu makanan ringan tradisional yang banyak digemari. Apalagi didukung dengan

berlimpahnya suplai bahan baku singkong di Bali membuat makanan ringan ini bisa

dengan mudah ditemukan di toko-toko sekitar. Usaha produk makanan aneka keripik

terdapat di semua kecamatan di Kota Denpasar.

Pengolahan dan pengawetan ikan di Denpasar sudah banyak dilakukan,

seperti ikan asin, terasi, dan lainnya. Hal ini sangat mendukung dengan dekatnya

bahan baku, seperti di Benoa. Usaha pengolahan ikan terdapat di Kkecamatan

Denpasar Selatan.

Pembuatan es krim dan sejenisnya banyak terdapat usaha ini mengingat

banyaknya kebutuhan upacara adat di Bali. Usaha ini ada di Kecamatan Denpasar

Barat.

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang

atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan

lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan/produk

tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian, dan berbagai jenis benda yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 270

terbuat dari serat. Dengan dihiasi dengan mote dan renda menjadi pakaian yang

menarik. Usaha ini banyak terdapat di Kecamatan Denpasar Timur.

Untuk usaha pengolahan kopi menjadi kopi bubuk terdapat di Kecamatan

Denpasar Selatan.

Jajanan basah memang terkenal sebagai salah satu menu jajanan

tradisional pasar. Kue basah ini telah merambah ke tempat lain, misalnya toko-toko

modern. Kue basah merupakan jajanan yang aman dikonsumsi karena terbebas dari

bahan pengawet dan pewarna buatan. Usaha jajanan basah hanya terdapat di

Kecamatan Denpasar Timur.

Jajan uli (untuk upacara). Usaha ini banyak dilakukan sehubungan dengan

kuatnya upacara adat di Bali. Salah satu pelengkap upacara adalah jajan uli. Usaha

ini banyak terdapat di Denpasar Barat, Utara, dan Timur.

Salah satu teknik cetak sablon yang sangat sederhana tanpa memerlukan

investasi yang tinggi. Teknik ini banyak diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan

manusia. Walaupun dalam realisasinya teknik cetak sablon hanya bagian dari

wirausaha perumahan (home industy), teknik ini masih sangat signifikan untuk terus

dapat dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan

teknologi dalam industri, teknik cetak sablon saat ini telah dikembangkan dengan

menggunakan komputer dalam hal pembentukan gambarnya pada screen. Cetak

sablon hanya terdapat di Kecamatan Denpasar Barat.

Penggilingan padi (RMU) ada di Kecamatan Denpasar Timur dan Selatan.

Restoran dan rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang

ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum.

Dalam SK tersebut juga ditegaskan bahwa setiap rumah makan harus memiliki

seseorang yang bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang sehari-hari

mengelola dan bertanggung jawab atas pengusahaan RM tersebut. Sebaliknya,

restoran adalah salah satu jenis usaha di bidang jasa pangan yang bertempat di

sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan

makanan dan minuman untuk umum. Pengusahaan restoran meliputi jasa

pelayanan makan dan minum kepada tamu restoran sebagai usaha pokok dan jasa

hiburan di dalam bangunan restoran sebagai usaha penunjang yang tidak

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 271

terpisahkan dari usaha pokok sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang

ditetapkan. Restoran dan rumah makan di Denpasar sangat banyak, mengingat

Denpasar merupakan kawasan wisata. Rumah makan terdapat di semua kecamatan

di Denpasar, yaitu Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan

Denpasar Barat.

Hotel melati merupakan suatu bangunan yang menyediakan kamar atau

ruang untuk menginap, makan dan minum, serta pelayanan lain untuk umum, seperti

kantor/tempat pertemuan/seminar. Hotel ini sudah mulai menjamur di denpasar.

Hotel melati terdapat di Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan

Denpasar Barat.

Sebuah mini market sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau

yang menjual segala macam barang dan makanan, tetapi tidak selengkap dan

sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, mini market

menerapkan sistem swalayan, yaitu pembeli mengambil sendiri barang yang

diutuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga

membantu agar pembeli tidak berutang. Mini market dan toko kelontong terdapat di

semua kecamatan yang ada di Denpasar, yaitu Kecamatan Denpasar Utara,

Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.

Perdagangan produk pertanian terdapat di Denpasar Utara. Usaha itu

menjual segala jenis bunga untuk keperluan upacara.

Seiring dengan tren semakin meningkatnya transaksi perbankan yang

memanfaatkan layanan teknologi seluler dan sudah menjadi kebutuhan

masyarakat terlebih para pelaku usaha hingga di pedesaan untuk melakukan

berbagai transaksi perbankan secara cepat, aman tanpa harus datang ke kantor

pelayanan, muncullah berbagai layanan tersebut salah satunya adalah layanan

konter seluler (konter HP). Konter HP terdapat hampir di semua wilayah di Kota

Denpasar.

Kios barang kerajinan menjual cendera mata. Cendera mata sama artinya

dengan souvenir, yaitu suatu benda kenangan atau tanda mata, tentunya benda

kenangan yang memberikan ingatan kembali kepada seseorang pada suatu

peristiwa atau suatu tempat. Suvenir itu sendiri merupakan hasil olah dari para

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 272

perajin tradisional/industri kecil. Kios ini terdapat di tiga kecamatan di Denpasar,

yaitu Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.

Spa tempat para tamu untuk melakukan relaksasi diri dengan suatu bentuk

treatment. Usaha ini banyak terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan.

Angkutan darat barang berupa truk banyak terdapat di wilayah Denpasar

Timur, Selatan, Barat, dan Utara

Angkutan laut perahu motor banyak terdapat di Denpasar Selatan.

Jasa pengiriman paket terdapat di Denpasar Timur, Selatan, dan Utara

Angkutan darat pedesaan dan perkotaan untuk penumpang (minibus)

terdapat di Kecamatan Denpasar Timur, Selatan dan Utara. Angkutan penumpang

perdesaan dan perkoataan untuk penumpang (mini bus) merupakan unggulan di

Kecamatan Denpasar Barat dan Utara.

Penyewaan mobil (rent car) sangat banyak di Denpasar, bahkan mobil

mewah sekalipun. Ini disebabkan oleh kebutuhan, baik masyarakat maupun

pariwisata menggunakan mobil dalam jangka waktu pendek untuk kebutuhan

tertentu seperti rekreasi. Penyewaan mobil terdapat di Kecamatan Denpasar Timur,

dan Denpasar Selatan.

Dokar merupakan alat transportasi tradisonal yang ditarik oleh kuda, tetapi

khusus digunakan untuk mengangkut penumpang. Dokar banyak juga ditemukan di

beberapa daerah di Indonesia. Nama lain dari dokar di beberapa daerah adalah

delman. Dokar hanya terdapat di Kecamatan Denpasar Barat.

Bus carter, terdapat di Kecamatan Denpasar Timur.

Warnet terdapat hampir di deluruh kecamatan di Kota Denpasar.

Ojek biasanya mengangkut penumpang dengan menggunakan sepeda motor

menjadi unggulan di Denpasar Utara.

LPD dibangun untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan

perekonomian dan pembangunan di desa adat (Desa Pekraman). Di samping itu,

juga sebagai sumber pendapatan desa, meningkatkan kinerja LPD melalui

pertumbuhan operasional, pelayanan prima, pemberdayaan organisasi dan SDM,

memberdayakan ekonomi masyarakat desa khususnya usaha mikro, kecil, dan

menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus meningkatkan pendapatan

masyarakat desa. LPD juga merupakan salah satu tempat yang sangat bermanfaat

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 273

bagi masyarakat desa untuk menyimpan (menabung) dan meminjam uang sehingga

memerlukan sistem yang diatur melalui komputer atau sering disebut sistem

berbasis komputer. LPD terdapat di semua kecamatan yang ada di Denpasar yaitu

Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.

Money changer. Terdapat di semua kecamatan kecuali Denpasar Utara.

KSP (Koperasi Simpan Pinjam) ada di semua kecamatan di Kota Denpasar.

BPR (Bank Perkreditan Rakyat) ada di semua kecamatan di Kota Denpasar.

KUD (Koperasi Unit Desa) menjadi unggulan di Denpasar Utara, Denpasar

Selatan, Denpasar Barat.

Jasa binatu/laundry, rumah kost, jasa perbengkelan mobil dan motor, fotokopi

terdapat hampir semua kecamatan di Kota Denpasar.

Jasa pemotongan rambut bertujuan untuk memberikan penampilan yang lebih

baik. Usaha ini mulai menjamur, karena kebutuhan masyarakat akan penampilan

mulai mengalami kemajuan, seperti trend pakaian, dan sebagainya. Usaha

pemotongan rambut terdapat di semua kecamatan di Denpasar, yaitu Denpasar

Utara, Denpasar Timur, Denpasar Barat, dan Denpasar Selatan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 274

6.2.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Badung

1. Profil Kabupaten Badung

Bentuk wilayah Kabupaten Badung menyerupai keris mulai dari ujung selatan

Pulau Bali memanjang ke arah utara hingga berbatasan dengan Kabupaten

Buleleng dan Bangli. Di sebelah timur sebagian berbatasan dengan Kabupaten

Gianyar dan sebagian lagi dengan laut, di sebelah barat sebagian berbatasan

dengan Kabupaten Tabanan dan sebagian lagi dengan laut.

Secara fisik di bagian tengah wilayah Kabupaten Badung merupakan dataran

rendah dengan dominasi pemanfaatan lahan untuk sawah. Di bagian utara

merupakan dataran tinggi dengan pemanfaatan lahannya sebagian besar untuk

tegal/kebun. Sebaliknya, di bagian selatan merupakan daerah perbukitan batu

karang dengan lapisan tanah yang relatif tipis. Akan tetapi, di daerah ini banyak

berdiri hotel berbintang dan vila serta berbagai fasilitas penunjang pariwisata yang

lain.

Luas wilayah Kabupaten Badung 418,52 km2 atau 7,43 persen dari luas

daratan Pulau Bali. Dari luas tersebut 28.299 ha (67,6 persen) merupakan lahan

pertanian dan 13.553 ha (32,4 persen) nonpertanian. Sebagian besar, yaitu lebih

dari 15.000 ha dari lahan pertanian dimanfaatkan untuk tegal/kebun/perkebunan.

Pemanfaatan untuk sawah hanya 10.260 ha. Sebaliknya, tanah nonpertanian lebih

dari separoh berupa permukiman dan halaman, termasuk di dalamnya untuk hotel,

vila, dan prasarana ekonomi lainnya.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk Kabupaten Badung

sebanyak 543.332 orang (14,0 persen dari penduduk Provinsi Bali) dengan sex-ratio

104. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk

laki-laki. Angka sex-ratio yang jauh di atas 100, mengindikasikan bahwa banyak

penduduk Kabupaten Badung merupakan migran. Dengan luas wilayah 418,52 km2

ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Badung mencapai 1.298

orang/km2.

Struktur perekonomian Kabupaten Badung didominasi oleh sektor tertier.

Tahun 2009 kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB berasal dari sektor

perdagangan, hotel & restoran (45,03 persen), kemudian disusul oleh sektor

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 275

pengangkutan dan komunikasi (26,34 persen). Sebaliknya, sektor pertanian

kontribusinya hanya 8,50 persen sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sektor

jasa, yaitu sebesar 8,37 persen (harga konstan 2000).

Tahun 2009 jumlah angkatan kerja di Kab Badung sebanyak 239.289 orang.

Dari jumlah tersebut sebanyak 231.628 orang berstatus bekerja. Ini berarti bahwa

jumlah yang menganggur 7.661 orang atau 3,20 persen dari angkatan kerja. Hampir

30,0 persen dari pekerja terserap pada sektor perdagangan, hotel & restoran.

Proporsi besar kedua (21,46 persen) di sektor pertanian dan ketiga (15,35 persen) di

sektor jasa-jasa.

2. KPJU Unggulan

Identifikasi KPJU unggulan di Kabupaten Badung menggunakan Metode

Borda terhadap daftar KPJU kabupaten menghasilkan KPJU unggulan per sektor

yang disajikan pada Tabel 6.2.2.

Tahun 2009 kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB relatif

kecil, yaitu hanya 8,50 persen, tetapi kemampuannya menyerap pekerja sekitar

21,0 persen. Sektor ini mempunyai sepuluh KPJU unggulan yang tersebar di semua

subsektor kecuali subsektor kehutanan. Subsektor pertanian tanaman pangan

mempunyai KPJU unggulan yang paling banyak, yaitu padi sawah, pisang, dan

jagung. Sebagai komoditas makanan pokok (kecuali rumput laut) prospeknya cukup

baik, tetapi di sisi lain tanamam ini terancam karena terjadi alih fungsi lahan

pertanian menjadi nonpertanian. Di subsektor peternakan terdapat KPJU unggulan,

seperti sapi, ayam buras, dan babi. Ketiga komoditas ini juga prospeknya cukup baik

karena pasarnya di samping untuk kebutuhan lokal Bali juga diantarpulaukan. Akan

tetapi, sering kali harganya berfluktuasi dan di sisi lain harga makanannya (ayam

buras dan babi) relatif mahal. Subsektor perikanan mempunyai dua KPJU unggulan,

yaitu ikan laut dan rumput laut. Ikan laut di samping untuk memenuhi kebutuhan

lokal juga banyak yang diekspor, seperti ikan tuna. Petani rumput laut potensial

teramcam karena adanya pembangunan hotel di tepi pantai. Subsektor perkebunan

hanya mempunyai satu KPJU unggulan, yaitu kelapa. Kelapa kurang prospektif

karena harganya relatif murah, tetapi pemasarannya relatif mudah. KPJU unggulan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 276

yang terakhir di sektor pertanian adalah tanaman hias. Tanaman ini cukup prospektif

karena sebagian besar segmen pasarnya adalah hotel (kebun atau garden hotel).

Tabel 6.2.2

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Badung

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Sapi (2) Padi sawah (3) Ayam buras (4) Babi (5) Pisang (6) Penangkapan ikan laut (7) Kelapa (8) Jagung (9) Tanaman hias/garden (10) Rumput laut

(1) Durian (2) Ubi kayu (3) Kubis (4) Ubi jalar (5) Nangka (6) Pepaya (7) Kopi (8) Pisang (9) Tanaman jati (10) Albesia

2 Penggalian -

3 Industri pengolahan (1) Industri kerajinan kayu (2) Industri makanan/minuman (3) Garment (4) Industri kerajinan logam (5) Industri kerajinan besi/baja (6) Pengolahan ikan laut (7) Penyosohan beras (RMU) (8) Industri kerajinan besi &

baja (9) Pengolahan kopi bubuk (10) Air minum isi ulang

(1) Pengolahan kopra

4 Listrik dan Air Minum

- -

5 Bangunan Kontraktor konstruksi gedung -

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Restoran/ rumah makan (3) Vila (4) Kios barang

kerajinan/lukisan (5) Mini market dan toko

kelontong (6) Perdagangan produk

pertanian (7) Home stay (8) Warung makan (9) Konter HP (10) Perdagangan tanaman hias

(1) Bahan makanan hasil pertanian

(2) Jasa boga

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 277

Tabel 6.2.2 lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

7 Pengangkutan dan

Komunikasi

(1) Angkutan barang (truk) (2) Taxi (koperasi) (3) Rent car (4) Angkutan penumpang

perkotaan/pedesaan (5) Shutle bus (6) Warnet

8 Keuangan (1) KSU (2) KSP (3) LPD (4) KUD (5) Money changer (6) BPR

9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil)

(2) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(3) Reparasi TV/radio (4) Instalatur listrik (5) Penjahitan pakaian (6) Jasa binatu/laundry (7) Travel biro/pramuwisata (8) Taman rekreasi/hiburan (9) Jasa fotografi (10) Jasa kebugaran (pijat)

(1) Rumah kos (2) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan metode Borda

Sektor industri pengolahan juga mempunyai sepuluh KPJU unggulan, yaitu

(1) industri kerajinan kayu, (2) Industri makanan/minuman, (3) garment, (4) kerajinan

logam, (5) kerajinan besi dan baja, (6) pengolahan ikan laut, (7) penyosohan beras

atau RMU, (8) kerajinan dari besi/baja, (9) kopi bubuk, dan (10) air minum isi ulang.

Sebagian besar industri pengolahan merupakan industri kecil dan kerajinan rumah

tangga. Hasil industri kerajinan kayu, logam, besi/baja, dan garment kebanyakan

segmen pasarnya adalah wisatawan atau untuk memenuhi pasar ekspor.

Sebaliknya, produk dari industri yang lain segmen pasarnya lokal dan antar-

kabupaten. Kebanyakan industri terutama yang tergolong sebagai industri kecil atau

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 278

kerajinan rumah tangga menghadapi permasalahan permodalan dan pemasaran

serta kelemahan dalam pengelolaan usaha.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran baik dari sisi pembentukan PDRB

maupun penyerapan pekerja perannya paling besar di antara semua sektor yang

ada. Tahun 2009 kontribusinya dalam pembentukan PDRB mencapai 45,03 persen,

sedangkan kemampuannya menyerap pekerja hampir mencapai 30,0 persen.

Sebagian besar dari sepuluh KPJU unggulan dari sektor ini berkaitan langsung

dengan bidang pariwisata, seperti hotel (dengan berbagai klasifikasi),

restoran/rumah makan, dan kios barang kerajinan/lukisan. Sisanya baru berkaitan

dengan perdagangan, yaitu sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk lokal. Permasalahan yang dihadapi oleh KPJU unggulan yang sejenis

adalah persaingan yang ketat di antara mereka karena dari sisi unit usaha

jumlahnya relatif banyak. Khusus untuk KPJU unggulan yang berkaitan dengan

pariwisata persaingan semakin ketat terutama pada bulan-bulan sepi wisatawan

(low session). Justru dalam setahun bulan sepi ini lebih banyak dibandingkan

dengan bulan ramai wisatawan (peak session).

Sektor pengangkutan kontribusinya dalam pembentukan PDRB sebesar

26,34 persen dan menyerap pekerja sebanyak 7,02 persen. Sektor ini terdiri atas

dua subsector, yaitu pengangkutan dan komunikasi. Dari dua subsektor ini yang

berperan besar dalam pembentukan PDRB adalah subsektor pengangkutan yaitu

angkutan udara yang angkanya hampir mencapai 20,85 persen. Sebaliknya,

kontribusi dari angkutan jalan raya hanya 1,18 persen. Ini berarti bahwa sisanya

sebesar 2,30 persen merupakan kontribusi dari subsektor komunikasi (Pos Giro &

Telekomunikasi dan Jasa Penunjang Komunikasi). Lima KPJU unggulan dari sektor

pengangkutan dan komunikasi seperti yang disajikan pada Tabel 6.2.2 semuanya

merupakan jasa angkutan jalan raya. Dari lima KPJU unggulan yang ada di sektor

pengangkutan dan komunikasi, yang prospeknya cukup baik adalah angkutan

barang, taxi, dan rent car seiring dengan makin berkembangnya perekonomian

dengan pariwisata sebagai leading sektornya. Sebaliknya, angkutan penumpang

prospeknya kurang baik karena bersaing ketat dengan mobil pribadi dan sepeda

motor. Shutle bus yang melayani angkutan wisatawan dari terminal sentral Kuta

menuju kawasan wisata pantai Kuta pp mengalami pasang surut berkaitan dengan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 279

terjadinya peak session dan low session. Warnet prospeknya juga kurang baik

karena harus bersaing ketat dengan BB (BlackBerry) yang juga dapat difungsikan

sebagai internet.

Kontribusi sektor keuangan dalam pembentukan PDRB relatif kecil, yaitu

hanya 2,72 persen. Sebaliknya, perannya dalam menyerap pekerja lebih besar, yaitu

3,90 persen. Sektor ini mempunyai enam KPJU unggulan, baik yang tergolong

sebagai bank maupun non bank. Semua KPJU ini prospeknya cukup baik seiring

dengan makin berkembangnya perekonomian Kabupaten Badung ataupun Bali

secara keseluruhan. Jumlah unit tiap-tiap KPJU ini relatif banyak sehingga di antara

mereka terjadi persaingan relatif ketat.

Sektor jasa-jasa kontribusinya terhadap PDRB 8,37 persen dan perannya

dalam menyerap pekerja 15,35 persen. Sektor ini terdiri atas dua subsector, yaitu

pemerintahan umum dan swasta. Subsektor pemerintahan umum berkontribusi

sebesar 4,55 persen dalam pembentukan PDRB. Sebaliknya, kontribusi subsektor

jasa swasta lebih kecil yaitu hanya 3,81 persen. Di sektor jasa ini terdapat sepuluh

KPJU unggulan, yang semuanya termasuk dalam subsektor jasa swasta. Kesepuluh

KPJU unggulan tersebut adalah (1) jasa perbengkelan (motor dan mobil), (2)

pangkas rambut & salon kecantikan, (3) reparasi tv/radio, (4) instalatur listrik, (5)

penjahitan pakaian, (6) jasa binatu/laundry, (7) travel biro/pramuwisata, (8) taman

rekreasi/hiburan, (9) jasa fotografi, dan (10) jasa kebugaran pijat. Sebagian besar

dari KPJU unggulan tersebut segmen pasarnya adalah penduduk lokal. Taman

rekreasi dan travel biro/pramuwisata serta jasa kebugaran pijat segmen pasarnya

adalah wisatawan dan penduduk lokal.

Prospek pasar semua jasa unggulan relatif baik asalkan perkembangan

wisatawan yang berkunjung ke Bali semakin meningkat. Seperti disebutkan

sebelumnya bahwa pariwisata bukan saja merupakan leading sector perekonomian

Provinsi Bali, melainkan juga bagi Kabupaten Badung. Permasalahan yang dihadapi

oleh semua KPJU tersebut adalah persaingan di antara KPJU yang sejenis.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial hanya terdapat di empat sector, yaitu pertanian, industri

pengolahan, perdagangan, hotel & restoran dan jasa-jasa. Sektor pertanian

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 280

mempunyai sepuluh KPJU potensial (Tabel 6.2.2). Semua KPJU potensial pada sub-

sektor tanaman pangan dan perkebunan potensi pengembangannya hanya sebagai

tanaman sela. Sebaliknya, tanaman jati dan albesia dapat dikembangkan di Kec

Kuta Selatan karena hampir semua wilayahnya terdiri atas bukit kapur dan iklim

yang kering serta lapisan tanahnya yang relatif tipis.

Di sektor industri hanya ada satu KPJU potensial, yaitu pengolahan kopra.

Potensinya relatif besar karena tanaman kelapa tersebar di semua kecamatan

dengan areal tanaman 2.798,7 ha dan produksinya 2.055,983 ton (2009). Tanaman

kelapa ini terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Abiansemal, Mengwi, dan Petang.

Di sektor perdagangan, hotel & restoran terdapat dua KPJU potensial, yaitu

perdagangan hasil pertanian dan jasa boga. Perdagangan hasil pertanian berkaitan

dengan struktur perekonomian Kab Badung bagian utara yang masih bercorak

agraris. Sebaliknya, jasa boga berkaitan dengan makin banyaknya pasangan suami

istri yang bekerja sehingga dalam kegiatan upacara pernikahan dan yang sejenisnya

orang-orang cenderung memanfaatkan jasa boga untuk menyediakan makanan dan

snack.

Sedangkan di sektor jasa terdapat dua KPJU potensial, yaitu rumah kost dan

PAUD. Tanah dan rumah di Kabupaten Badung relatif mahal sehingga tidak

terjangkau oleh banyak anggota masyarakat. Pilihan mereka adalah dengan

menyewa sehingga rumah sewa/rumah kost merupakan salah satu KPJU potensial.

PAUD juga potensial dikembangkan seiring dengan makin sadarnya masyarakat

akan pentingnya pendidikan anak usia dini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 281

6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Gianyar

1. Profil Kabupaten Gianyar

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali, yang

berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar di sebelah barat,

Kabupaten Bangli di sebelah utara, Kabupaten Bangli dan Klungkung di sebelah

timur, serta Selat Badung dan Samudra Indonesia di sebelah selatan. Bagian terluas

wilayah Kabupaten Gianyar (20,25%) terletak pada ketinggian 250--950 meter dari

permukaan laut.

Luas Kabupaten Gianyar 36.800 ha atau 6,53% dari luas Bali secara

keseluruhan. Pemanfaatan lahan sampai dengan tahun 2010 adalah untuk lahan

sawah 14.790 ha (40%) dan nonsawah 22.010 ha (60%). Untuk nonsawah,

sebagian besar adalah tanah kering (pekarangan rumah, tegal/kebun, dan lainnya)

21.839 ha, dan tanah lainnya berupa rawa-rawa, tambak, kolam/empang seluas 171

ha.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (SP-2010), penduduk

Kabupaten Gianyar tercatat sebanyak 469.777 jiwa dengan komposisi penduduk

laki-laki 237.493 jiwa dan perempuan 232.284 jiwa. Pertumbuhan penduduk SP-

2010 sebesar 1,79%. Pertumbuhan penduduk sebelumnya, yaitu pada Supas 2005

sebesar 1,38% dan tahun 1990--2000 sebesar 1,56%. Sex ratio penduduk Gianyar

hasil SP-2010 adalah 102.24. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki

sudah melebihi penduduk perempuan. Tingkat kepadatan penduduk Gianyar

sebesar 1.277 jiwa per km2. Namun, sebaran penduduk antardesa dan kecamatan

variasinya sangat tinggi. Tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Payangan, yaitu

hanya 542 jiwa per km2, sedangkan di Kecamatan Sukawati mencapai 2.007 jiwa

per km2.

Struktur perekonomian Kabupaten Gianyar dapat dilihat dari kontribusi setiap

sektor tehadap PDRB. Kontribusi tiap-tiap sektor pada tahun 2009 jika diurut dari

yang tertinggi adalah (1) perdagangan, hotel dan restoran 28,33%, (2) industri

19,01%, (3) jasa 18,14%, (4) pertanian (17,96%), (5) angkutan dan komunikasi

4,59%, (6) persewaan dan keuangan 5,41%, (7) bangunan 5,13% dan sektor

penggalian dan listrik & air minum berkontribusi masing-masing sekitar 1%. Pada

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 282

tahun 2009 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Gianyar mencapai Rp.

14.543.242,43.

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Gianyar tahun 2009 sebanyak 273.316

orang (79,38%). Distribusi penduduk yang bekerja menurut sektor adalah terbesar

pada sektor pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan 30,87%. Selanjutnya

diikuti sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan sekitar 26,24%, sektor jasa

kemasyarakatan 14,75%, sektor lainnya 14,20%, dan sektor industri pengolahan

mencapai 13,94%.

2. KPJU Unggulan

Berdasarkan Metode Borda, maka KPJU per sektor ekonomi yang muncul

menjadi unggulan dan potensial kabupaten adalah seperti Tabel 6.2.3.

KPJU unggulan sektor pertanian di Kabupaten Gianyar adalah padi sawah,

babi, jagung, sapi, ayam, itik, durian, jeruk, penangkapan ikan di laut, dan pepaya.

Komoditas padi sawah menjadi unggulan karena masih didukung dengan areal

sawah di Kabupaten Gianyar yang mencapai 14.798 ha (40% luas areal) dan

tersebar di seluruh kecamatan. Di antara luas areal tersebut, 14.468 ha (97,82%)

berpengairan setengah teknis, 253 ha (1,71%) berpengairan sederhana PU, dan

sisanya 69 ha berpengairan tradisional. Produksi padi pada tahun 2010 mencapai

185.388 ton dengan rata-rata produksi 62,06 kw/ha.

Komoditas jagung di Kabupaten Gianyar juga menjadi komoditas unggulan

sektor pertanian. Seluruh kecamatan di Gianyar, kecuali Kecamatan Gianyar

menghasilkan jagung. Sentra komoditas jagung ada di Kecamatan Sukawati,

Blahbatuh, dan Tegallalang. Jumlah produksi pada tahun 2010 mencapai 2.196,57

ton dengan rata-rata produksi 52,30 ku/ha. Komoditas hortikultura buah durian,

jeruk, dan pepaya tersebar di beberapa lokasi kecamatan. Sentra produksi durian

ada di Kecamatan Tegallalang, Tampaksiring, Ubud, Payangan, dan Gianyar. Sentra

produksi jeruk ada di Kecamatan Payangan dan Tegalalang, sedangkan sentra

produksi pepaya ada di Kecamatan Tegallalang, Ubud, dan Sukawati.

Untuk subsektor peternakan yang muncul sebagai komoditas unggulan sektor

pertanian di Kabupaten Gianyar adalah babi, sapi, ayam, dan itik. Secara umum

komoditas tersebut diusahakan pada skala rumah tangga, kecuali ayam yang masih

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 283

ada diusahakan pada skala industri kecil. Pada tahun 2010 di Kabupaten Gianyar,

jumlah ternak babi 130.674 ekor (populasi terbanyak di Kecamatan Payangan),

jumlah ternak sapi sebanyak 57.022 ekor (populasi terbanyak di Kecamatan

Payangan), jumlah ternak itik sebanyak 152.031 ekor (populasi terbanyak di

Kecamatan Gianyar. Ternak ayam terdiri atas ayam kampung dan ayam ras.

Populasi ternak ayam kampung terbanyak di Kecamatan Payangan (1.5 juta ekor)

dan ayam ras, khususnya ayam pedaging banyak diusahakan di Kecamatan Gianyar

(208.500 ekor) pada tahun 2010.

Produk unggulan sektor pertambangan dan penggalian yang muncul adalah

batu padas. Penggalian batu padas di Gianyar ada di Kecamatan Blahbatuh,

Sukawati, dan Ubud. Produk batu padas terutama banyak dimanfaatkan untuk

bahan material bangunan tradisional stil Bali.

Sektor industri pengolahan di Kabupaten Gianyar lebih dominan pada industri

kecil dan menengah untuk kerajinan. Industri kerajinan menjadi berkembang dengan

baik dan muncul menjadi unggulan karena Gianyar merupakan daerah tujuan

wisata. KPJU pada sektor industri pengolahan adalah penjahitan pakaian sesuai

dengan pesanan, kerajinan kayu, pakaian jadi (garment), kerajinan perak, mosaik,

penggilingan padi, pengolahan & pengawetan ikan dan produk ikan, produk

makanan, rumah potong daging, dan industri tulang.

Industri pakaian yang ada di Kabupaten Gianyar, terutama adalah industri

garment untuk memenuhi permintaan pasar wisatawan domestik atau mancanegara,

khususnya produk pakaian khas Bali sebagai suvenir. Untuk memenuhi target

pesanan, kebanyakan industri garment melaksanakan subkontrak dengan beberapa

mitra kerja (rumah tangga) dalam hal penjahitannya. Oleh karena itu, penjahitan

pakaian sesuai dengan pesanan menjadi unggulan. Kerajinan kayu, kerajinan perak,

mosaik, dan industri tulang adalah industri kerajinan yang juga mendukung sektor

pariwisata. Industri-industri tersebut utamanya menghasilkan produk suvenir untuk

wisatawan.

Penggilingan padi muncul sebagai industri pengolahan karena bahan baku

padi di Kabupaten Gianyar cukup tersedia (185.388 ton, tahun 2010). Padi menjadi

komoditas unggulan sektor pertanian sehingga bila padi diolah di wilayah produksi

(Gianyar), maka nilai tambahnya akan diperoleh oleh penduduk Gianyar.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 284

Tabel 6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial

di Kabupaten Gianyar

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Babi (3) Jagung (4) Sapi (5) Ayam (6) Itik (7) Durian (8) Jeruk (9) Penangkapan ikan di laut (10) Pepaya

(1) Kopi (2) Kakao (3) Pisang (4) Budi daya ikan air

tawar

2 Pertambangan dan Penggalian

(1) Batu (padas)

3 Industri Pengolahan

(1) Kerajinan kayu (2) Industri pakaian jadi (3) Kerajinan perak (4) Mosaik (5) Penggilingan padi (6) Pengolahan &

pengawetan ikan dan produk ikan

(7) Produk makanan (8) Industri kerajinan tulang (9) Kerajinan daun lontar

(1) Eceran bunga potong, tanaman hias

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 285

Tabel 6.2.3 lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

5 Bangunan/ Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Kios barang kerajinan dan lukisan

(2) Perdagangan produk pertanian

(3) Hotel melati (4) Restoran/rumah makan (5) Jasa boga (6) Homestay (7) Vila (8) Konter HP

(1) Pasar / perdagangan hewan piaraan dan ternak

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Jasa pengiriman barang (2) Angkutan darat barang

(truk) (3) Angkutan penumpang

perkotaan dan pedesaan (4) Bus tidak bertrayek (5) Warnet

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Koperasi Simpan Pinjam (3) Bank Perkrekditan Rakyat (4) Money changer (5) Koperasi Serba Usaha (6) Koperasi Unit Desa

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Jasa binatu/laundry (3) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (4) Wisata alam (5) Arung jeram (6) Jasa perbengkelan (7) Jasa kebugaran

(1) Rumah kost

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda

Gianyar sebagai destinasi wisata juga terkenal dengan wisata kulinernya

sehingga industri pengolahan dan pengawetan ikan dan produk ikan, produk

makanan, muncul menjadi industri unggulan. Beberapa produk makanan yang

terkenal di Gianyar adalah “babi guling”, “ayam atau bebek tutu”, dan berbagai

produk “jajan bali” yang banyak dijual di pasar tradisional, pasar senggol, atau

beberapa rumah makan dan restoran.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 286

KPJU unggulan di sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Gianyar

adalah kontraktor konstruksi bangunan. Jenis usaha kontraktor konstruksi gedung

atau bangunan kantor ada di Kecamatan Gianyar dan beberapa kecamatan lainnya,

terutama mengerjakan jenis pekerjaan pembangunan jalan raya, jembatan,

bangunan konstruksi beton, pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi, dsb.

Jenis usaha ini memiliki arti strategis karena melakukan aktivitas pembangunan

yang bersifat konstruksi yang dibutuhkan masyarakat umum.

KPJU unggulan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah kios barang

kerajinan dan lukisan, perdagangan produk pertanian, hotel melati, restoran/rumah

makan, jasa boga, homestay, vila, dan konter HP. KPJU unggulan pada sektor ini

sangat jelas terlihat adalah KPJU yang menjadi pendukung usaha pariwisata.

Secara umum, tiap-tiap lokasi kecamatan di Kabupaten Gianyar mempunyai daya

tarik wisata sehingga untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha pariwisata

tersebut perlu didukung oleh berbagai usaha terkait dengan pariwisata.

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, KPJU unggulannya adalah jasa

pengiriman barang, angkutan darat barang, angkutan penumpang perkotaan dan

pedesaan, bus tidak bertrayek, (pariwisata), dan warnet. Jasa pengiriman barang

yang dominan utamanya, yaitu jasa pengiriman paket barang-barang suvenir. Untuk

bus/mikro bus baik yang bertrayek maupun tidak bertrayek umumnya merupakan

jasa angkutan pariwisata. Angkutan darat barang juga menjadi unggulan utamanya

digunakan untuk mendistribusikan bahan hasil pertanian atau barang-barang

kerajinan ke wilayah pemasaran. Usaha warnet juga menjadi usaha unggulan yang

tumbuh di beberapa pusat kecamatan.

KPJU unggulan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di

Kabupaten Gianyar adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Koperasi Simpan

Pinjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), money changer, Koperasi Serba

Usaha (KSU), dan Koperasi Unit Desa (KUD). Jenis usaha perbankan di wilayah

perdesaan umumnya masyarakat memanfaatkan jasa LPD, KSP, dan BPR.

Pengecualian untuk desa wisata seperti di Kecamatan Ubud. Karena banyak

wisatawan mancanegara, maka pemanfaatan jasa perbankan umum (termasuk bank

devisa) dan money changer juga dominan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 287

Untuk sektor jasa-jasa lain, KPJU unggulannya adalah pramuwisata, jasa

binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, wisata alam dan arung jeram,

jasa perbengkelan, dan jasa kebugaran. Pramuwisata merupakan jenis usaha yang

menunjang usaha pariwisata dan menjadi unggulan karena Gianyar menjadi salah

satu kabupaten yang memiliki cukup banyak daya tarik wisata. Dengan semakin

padatnya aktivitas masyarakat sehingga tidak sempat untuk mencuci pakaian

sendiri, maka usaha jasa binatu/laundry menjadi berkembang dengan pesat. Saat ini

kehadiran usaha laundry masuk sampai ke pelosok desa. Demikian juga dengan

usaha pangkas rambut dan salon kecantikan menjadi sangat populer dengan

semakin banyaknya akativitas masyarakat maka untuk urusan mempercantik wajah

diserahkan ke usaha salon kecantikan. Dengan demikian, usaha ini semakin

prospektif dengan semakin banyaknya konsumen.

3. KPJU Potensial

Selain KPJU unggulan, untuk beberapa sektor dapat juga diidentifikasi

beberapa KPJU potensial. Untuk sektor pertanian, KPJU potensial di Kabupaten

Gianyar adalah kopi, kakao, pisang, dan budi daya ikan air tawar (Tabel 6.2.3).

Komoditas kopi yang dominan adalah kopi robusta dengan luas areal 303,55 ha,

sedangkan kopi arabika seluas 180,33 ha pada tahun 2010. Poduksi tanaman

perkebunan kopi pada tahun 2010 sudah mencapai 153,83 ton untuk kopi robusta

dan 76,56 ton untuk kopi arabika. Untuk tanaman perkebunan kakao, luas areal

pada tahun 2010 mencapai 387,92 ha dengan produksi 203 ton. Komoditas kopi dan

kakao mempunyai peluang untuk dikembangkan karena permintaan kedua

komoditas ini masih tinggi dan berpeluang untuk diekspor (Tabel 6.2.3).

Komoditas pisang di Provinsi Bali hampir diperlukan setiap hari. Selain untuk

kebutuhan konsumsi, pisang di Bali digunakan untuk sarana upacara. Saat ini

kebutuhan pisang di Bali tidak mampu dipenuhi dari produksi sendiri dan sudah

dipasok dari luar Bali, seperti Jawa, NTB, NTT, Kalimantan, dan Sulawesi.

Berdasarkan kondisi tersebut maka pisang mempunyai potensi sangat tinggi

diusahakan apalagi produksi pisang di Bali hanya dipasok dari kebun/pekarangan

yang tidak diusahakan secara intensif.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 288

Budi daya ikan air tawar di Bali dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan

ikan untuk pangan/konsumsi. Selain itu, saat ini berkembang hobi memancing pada

kolam-kolam ikan air tawar dan dilombakan. Dengan demikian, usaha budi daya ikan

air tawar akan menghasilkan pendapatan dari produksi ikan dan usaha/lomba

memancing.

KPJU potensial untuk sektor industri pengolahan di Kabupaten Gianyar

adalah eceran bunga potong dan tanaman hias. Eceran bunga potong dan tanaman

hias menjadi potensial untuk memenuhi kebutuhan hotel dan pertamanan.

Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, KPJU potensial di Kabupaten

Gianyar adalah perdagangan/pasar khusus hewan piaraan dan ternak. Jenis usaha

perdagangan /pasar khusus hewan piaraan dan ternak menjadi potensial karena

hobi beberapa masyarakat yang menyukai beberapa hewan piaraan dan ternak.

Selain itu, pasar hewan juga menjadi tempat usaha yang potensial untuk

melaksanakan transaksi jual beli ternak.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 289

6.2.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Tabanan

1. Profil Kabupaten Tabanan

Kabupaten Tabanan adalah salah satu kabupaten dari sembilan

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, yang terkenal dengan julukan “Kabupaten

Lumbung Beras”. Terletak di bagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan

memiliki luas wilayah 839,33 km² yang terdiri atas daerah pegunungan, dataran, dan

pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 1140--54’ 52”

bujur timur dan 80 14’ 30”--80 30’07” lintang selatan.

Topografi Kabupaten Tabanan terletak di antara ketinggian 0 – 2.276 m dpl,

dengan perincian pada ketinggian 0--500 m dpl merupakan wilayah datar dengan

kemiringan 2 – 15%. Sebaliknya, pada ketinggian 500--1.000 m dpl merupakan

wilayah datar sampai miring dengan kemiringan 15--40%. Daerah-daerah yang

mempunyai kemiringan 2--15% dan 15 --40% merupakan daerah yang cukup subur

tempat para petani melakukan kegiatan usaha pertanian untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan sebagian lagi dikomersialkan. Daerah-daerah yang mempunyai

ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut dan dengan kemiringan 40% ke

atas merupakan daerah berbukit- bukit dan terjal.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan,

seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen

(2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m); di

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh

Sungi, Tukad Yeh Ukun, dan Tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh

Samudra Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km; di sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let.

Wilayah Kabupaten Tabanan merupakan salah satu dari sembilan

kabupaten/kota dari luas wilayah mencapai 839,33 km2 atau 14,90% dari luas

Provinsi Bali, dan terletak pada ketinggian wilayah 0--2.276 m di atas permukaan

laut. Sebanyak 23.358 ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten

Tabanan merupakan lahan persawahan sehingga Kabupaten Tabanan dikenal

sebagai daerah agraris.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 290

Sebagaimana telah dimaklumi bersama, bahwa potensi unggulan

Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata

pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah

Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan

terdiri atas sepuluh kecamatan yang meliputi Kecamatan Tabanan, Kecamatan

Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg

Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan,

Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti. Secara administrasi, Kabupaten

Tabanan berdasarkan data tahun 2006 memiliki 123 desa dinas, 345 desa

pekraman, 784 banjar dinas, dan 365 subak, dengan jumlah penduduk pada tahun

2006 sebanyak 410.162 jiwa yang terdiri atas 203.394 jiwa penduduk laki-laki dan

206.768 jiwa penduduk perempuan. Terdapat 25 objek dan daya tarik wisata yang

terdiri atas objek wisata alam sebanyak 17 objek, objek wisata sejarah sebanyak 1

obyek, dan objek wisata budaya sebanyak 7 objek. Di samping itu, juga terdapat

akomodasi pariwisata hotel berbintang sebanyak 2 buah dengan kapasitas 225

kamar, hotel melati sebanyak 28 buah dengan kapasitas 381 kamar, dan pondok

wisata sebanyak 40 buah dengan kapasitas 244 kamar. Jumlah rumah makan dan

restoran sebanyak 45 buah dan bar sebanyak 2 buah.

Kabupaten Tabanan berada di daerah tropis dengan dua musim yang

berbeda antara musim kemarau dan musim penghujan dengan diselingi musim

pancaroba. Temperatur udara bervariasi dan ditentukan oleh ketinggian tempat,

rata-rata berkisar 27,60C. Keadaan pengairan dipengaruhi oleh bentuk pantai dan

curah hujan yang menjadi sumber penyimpanan air dan sumber pengairan di

samping danau yang luasnya 377 ha terletak di Kecamatan Baturiti.

Berdasarkan potensi dan kondisi masyarakat Kabupaten Tabanan, asumsi

makro ekonomi sebagai landasan kebijakan dalam penyusunan anggaran adalah

tingkat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tabanan. Tujuan yang ingin

diwujudkan adalah semakin tumbuh kembangnya industri pedesaan yang berbasis

pertanian sebagai media strategi untuk memacu perekonomian masyarakat desa

(petani) dengan meningkatkan nilai tambah petani melalui industri penanganan dan

pengolahan pascapanen diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 291

Penduduk merupakan aset pembangunan bila mereka dapat diberdayakan

secara optimal. Di samping itu, penduduk juga dapat menjadi beban pembangunan

apabila kualitas penduduk atau sumber daya manusianya rendah. Berdasarkan

hasil registrasi penduduk tahun 2010, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat

sebanyak 431.162 jiwa dengan laju pertumbuhan alaminya sebesar 0,15.

Berdasarkan jenis kelamin, dari 431.162 jiwa, 214.264 (49,69%) di antaranya

merupakan penduduk laki laki dan 216.898 (50,31%) merupakan penduduk

perempuan. Dilihat dari komposisi penduduknya, rasio jenis kelamin atau sex ratio

penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah sebesar 98,79. Artinya, dari

setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tabanan terdapat 99 penduduk laki

laki.

Luas wilayah Kabupaten Tabanan sebesar 839 km2, jumlah penduduk

sebanyak 431.162 jiwa, dan kepadatan penduduknya mencapai 513 jiwa per km2.

Apabila dilihat tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di

Kabupaten Tabanan tidak merata. Terdapat beberapa kecamatan yang tingkat

kepadatan penduduknya jauh di atas rata-rata, antara lain Kecamatan Kediri (1.399

jiwa per km2), Tabanan (1.235 jiwa per km2), Marga (970 jiwa per km2), Kerambitan

(930 jiwa per km2), dan Baturiti (515 jiwa per km2), sedangkan lainnya tingkat

kepadatan penduduknya di bawah 500 jiwa per km2.

2. KPJU Unggulan

Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang

mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga

kerja berdasarkan kondisi yang prospektif serta mempunyai daya saing tinggi. KPJU

unggulan dan potensial tersebar hanya ke dalam tujuh sektor perekonomian, kecuali

pertambangan dan penggalian serta listrik, gas, dan air bersih, seperti tersaji pada

Tabel 6.2.4.

Sekalipun demikian, belum tentu pada setiap sektor, baik di tingkat

kecamatan maupun kabupaten terdapat KPJU unggulan karena memang tidak ada

jenis KPJU di kecamatan atau kabupaten yang bersangkutan unggul dilihat dari

empat kriteria, yakni rumah tangga yang terlibat, ketersediaan bahan baku/sarana

produksi, jangkauan pemasaran, dan sumbangan terhadap perekonomian daerah.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 292

Sebaliknya, bisa terjadi dalam suatu sektor terdapat banyak KPJU unggulan dan

potensial dilihat dari empat kriteria yang dijadikan sebagai acuan.

Sepuluh KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Tabanan, yaitu

padi sawah, babi, kelapa, sapi, ayam, jagung, kopi, cengkeh, kakao, dan

penangkapan ikan di laut. Kesepuluh kpju ini tersebar di satu kecamatan atau lebih

di Kabupaten Tabanan. Misalnya, padi sawah tersebar di semua kecamatan, yang

luas arealnya bervariasi antarkecamatan. Namun, ada juga KPJU, seperti ayam

yang diusahakan secara komersial hanya terdapat di Kecamatan Penebel,

sedangkan di kecamatan lainnya memang mengusahakan budi daya ayam, tetapi

hanya dilakukan secara terbatas. Disebutkan sebagai unggulan karena dalam

pengusahaannya melibatkan banyak pengusaha, keterjangkauan pemasaran,

tersedianya bahan baku atau saprodi, dan memiliki kontribusi signifikan terhadap

perekonomian Kabupaten Tabanan, karena secara agregat pendapatan rumah

tangga para pengusaha ayam menjadi pendapatan regional Tabanan.

Kabupaten Tabanan tidak memiliki KPJU di sektor pertambangan dan

penggalian karena memang tidak memiliki sumber daya yang memadai. Kemudian,

industri pengolahan yang diartikan sebagai industri pengolahan bahan baku menjadi

barang setengah jadi atau barang jadi sehingga memiliki nilai tambah bagi

pengolahnya, bagi perekonomian daerah, bagi masyarakat, dan yang lebih penting

lagi dapat menyerap tenaga kerja sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah

keluarga miskin. Kesepuluh KPJU unggulan di sektor industri pengolahan, yakni

penyosohan beras (RMU), kopra dan minyak goreng, industri pengolahan kopi

bubuk, industri kerajinan batu, industri pengolahan kacang merah dan kapri, industri

garment, industri jajan upacara agama Hindu, industri gerabah, industri genteng, dan

industri makanan aneka keripik. KPJU-KPJU di sektor industri pengolahan ini harus

dipertahankan, dipelihara, dan dibina sehingga tetap menjadi unggul dan memiliki

daya saing.

Pada sektor bangunan/konstruksi di Kabupaten Tabanan, KPJU yang unggul

adalah hanya satu jenis, yakni kontraktor konstruksi bangunan dan KPJU ini pun

hanya terdapat di Kecamatan Tabanan. KPJU kontraktor konstruksi bangunan ini

bervariasi, mulai dari menangani pekerjaan jalan, jembatan, saluran irigasi, dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 293

konstruksi gedung, baik untuk kepentingan proyek pemerintah, swasta, maupun

kepentingan individu.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Tabanan,

terdapat sepuluh KPJU yang menjadi unggulan, yakni homestay, restoran dan

rumah makan, hotel melati, vila, mini market dan toko kelontong, kios produk

kerajinan, perdagangan produk pertanian, konter HP, perlengkapan pakaian dan

tekstil (mote dan renda), dan perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias.

Perdagangan produk-produk pertanian tersebar luas pada semua kecamatan di

Kabupaten Tabanan. Sementara itu, KPJU unggulan yang berkaitan dengan

pariwisata tersebar di semua kecamatan, terutama wisata pantai yang dimulai dari

Kecamatan Kediri sampai dengan Selemadeg Barat. Sebaliknya, di Kecamatan

Pupuan, Penebel, Marga, dan Baturiti juga terdapat destinasi wisata yang sudah

populer, masing-masing wisata pilgrim, wisata alam Jati Luwih, objek wisata Alas

Kedaton, objek wisata Danau Beratan, dan objek wisata Kebun Raya Bedugul.

KPJU unggulan sektor Pengangkutan dan komunikasi, yakni angkutan danau

boat, angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan,

jasa pengiriman paket, bus trayek, bus carter, warnet, dan ojek. Sementara itu,

KPJU unggulan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yakni LPD,

KUD, BPR, KSP, dan KSU. Pada sektor jasa-jasa lain terdapat sepuluh KPJU

unggulan, yakni objek wisata Danau Beratan, objek wisata Alas Kedaton, objek

wisata pantai, objek wisata air panas Angseri, objek wisata alam Jati Luwih, objek

wisata kupu-kupu, jJasa perbengkelan, pangkas rambut dan salon kecantikan,

penjahitan pakaian, dan jasa binatu/laundry. Ke depan KPJU unggulan ini harus

dipertahankan dan dikembangkan dalam pengertian dibina karena tidak hanya

mampu menyerap tenaga kerja banyak, tetapi juga memiliki kontribusi terhadap

perekonomian daerah.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 294

Tabel 6.2.4

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Tabanan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Babi (3) Kelapa (4) Sapi (5) Ayam (6) Jagung (7) Kopi (8) Cengkeh (9) Kakao (10) Penangkapan ikan di laut

(1) Pisang (2) Bunga pacar air (3) Durian (4) Sawo (5) Kelinci (6) Itik (7) Kambing (8) Manggis (9) Kakao (10) Vanili

2 Pertambangan dan Penggalian

-

-

3 Industri Pengolahan

(1) Penyosohan beras (RMU) (2) Kopra dan minyak goreng (3) Industri pengolahan kopi

bubuk (4) Industri kerajinan batu (5) Industri pengolahan kacang

merah dan kapri (6) Industri garment (7) Industri jajan upacara agama

Hindu (8) Industri gerabah (9) Industri genteng (10) Industri makanan aneka

keripik

(1) Industri gula merah (2) Industri pengolahan

juice markisa (3) Industri pengolahan

juice terong belanda (4) Industri pengolahan

tempe (5) Industri pengolahan

tahu

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan dan Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Homestay (2) Restoran dan rumah makan (3) Hotel melati (4) Vila (5) Mini market dan toko

kelontong (6) Kios produk kerajinan (7) Perdagangan produk

pertanian (8) Konter HP (9) Perlengkapan pakaian dan

tekstil (mote dan renda) (10) Perdagangan eceran bunga

potong dan tanaman hias

(1) Pasar induk hortikultura

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 295

Tabel 6.2.4 lanjutan

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan danau boat (2) Angkutan darat barang (truk) (3) Angkutan penumpang perkotaan

dan pedesaan (4) Jasa pengiriman paket (5) Bus trayek (6) Bus carter (7) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU

(1) Money changer

9 Jasa-jasa (1) Objek wisata dDanau Beratan (2) Objek wisata Alas Kedaton (3) Objek wisata pantai (4) Objek wisata air panas

Angseri (5) Objek wisata alam Jati Luwih (6) Objek wisata kupu-kupu (7) Jasa perbengkelan (mobil dan

motor) (8) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (9) Penjahitan pakaian (10) Jasa binatu/laundry

(1) Ojek (2) PAUD (3) Pramuwisata (4) Fotokopi

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda

KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten

Tabanan mampu menciptakan setidaknya delapan KPJU unggul, yaitu angkutan

danau boat untuk wisata di Danau Beratan, angkutan darat barang (truk), angkutan

penumpang perkotaan dan pedesaan, jasa pengiriman barang, bus trayek, bus

pariwisata, warnet, dan ojek. Kedelapan KPJU ini memiliki keunggulan tersediri

terutama dalam mendukung sektor pariwisata yang berpotensi meningkatkan

kesejahteraan masayarakat Tabanan. Oleh karena itu, KPJU-KPJU unggulan ini

harus dibina dan dipertahankan sehingga tetap berperan dalam mendukung aktivitas

sektor ekonomi lainnya.

KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di

Kabupaten Tabanan terdapat lima KPJU unggulan, yakni LPD, BPR, KSP, KSU, dan

KUD. Kelima KPJU unggulan di sektor ini memiliki peran strategis dalam hal

transaksi dan mediasi keuangan, baik berupa peminjaman, pembayaran, maupun

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 296

penyimpanan dana pihak ketiga. Kehadiran KPJU-KPJU unggulan di sektor ini

mampu mempercepat transaksi keuangan sehingga memperlancar pergerakan roda

perekonomian. Oleh karena itu, keberadaan KPJU-KPJU unggulan ini harus tetap

dipertahankan dan dibina.

Sektor jasa-jasa di Kabupaten Tabanan mampu menciptakan sedikitnya

sepuluh KPJU unggulan, yakni objek wisata Danau Beratan, objek wisata Alas

Kedaton, objek wisata pantai, objek wisata air panas Angseri, objek wisata alam Jati

Luwih, objek wisata kupu-kupu, jasa perbengkelan (mobil dan motor), pangkas

rambut dan salon kecantikan, penjahitan pakaian, dan jasa binatu/laundry. KPJU-

KPJU unggulan pada sektor ini, lebih didominasi oleh jasa pariwisata yang

merupakan salah satu lokomotif perekonomian selain padi sawah dan hortikultura.

3. KPJU Potensial

Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU yang tidak

masuk dalam lima KPJU unggulan kecamatan atau sepuluh KPJU unggulan di

tingkat kabupaten. Berdasarkan hasil diskusi dan pendapat para pakar setempat

diketahui bahwa KPJU dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu akan

menjadi potensial untuk dikembangkan karena telah lolos di tingkat kecamatan

dengan memenuhi kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran,

sumbangan terhadap perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan baku.

Berdasarkan “Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)” di tingkat

kecamatan dan setelah diskusi dengan para pejabat teknis di tingkat kecamatan dan

kabupaten, maka di sektor pertanian terdapat sepuluh KPJU potensial yang

ditemukan pada hampir semua kecamatan, yakni pisang, bunga pacar air, durian,

sawo, kelinci, itik, kambing, manggis, kakao, dan vanili, seperti tersaji pada Tabel

6.2.4. Khusus, strawbery, brokoli, bunga pacar air, dan kelinci lebih banyak

ditemukan di kecamatan Baturiti. Sebaliknya, pisang, manggis, dan sawo lebih

banyak ditemukan di Kecamatan Selemadeg Barat, Selemadeg, sampai di

Selemadeg Timur. Akan lebih memiliki nilai ekonomis jika semua produk yang

dihasilkan, dikelola hingga menjadi produk jadi atau minimal produk setengah jadi

sehingga dapat meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan. Industri-industri ini

masih berupa embrio dan jika memperoleh sentuhan atau pemberdayaan dari

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 297

tangan-tangan bijak, baik berupa pelatihan keterampilan, teknologi tepat guna,

bantuan permodalan, maupun promosi dalam memasarkan hasil produksi, maka

industri-industri ini berpotensi berkembang menjadi unggulan. Kakao dan vanili

sempat menjadi unggulan di Kabupaten Tabanan, tetapi karena pernah terkena

virus dan musim hujan berkepanjangan sehingga banyak petani yang

mengkonsentrasikan usaha hanya pada kopi dan cengkeh. Oleh karena itu,

pemerintah dan pemerhati tanaman kakao dan vanili segera perlu mencari solusi

untuk mengatasi penyakit yang pernah dialami.

KPJU potensial di sektor industri pengolahan ada lima jenis, yang terdapat di

hampir semua kecamatan, yakni industri gula merah, industri pengolahan juice

markisa, industri pengolahan juice terong belanda, industri pengolahan tempe, dan

industri pengolahan tahu. Khusus industri pengolahan minyak dari daun cengkeh

hanya terdapat pada daerah penghasil cengkeh di Tabanan. Pengolahan

hortikultura berupa markisa dan terong belanda lebih banyak ditemukan di

Kecamatan Baturiti.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat satu jenis KPJU

potensial, yang terdapat pada hampir semua kecamatan, yakni pasar induk

hortikultura tingkat kecamatan. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan di Kecamatan Kediri terdapat satu jenis KPJU potensial, yakni money

changer. Khusus jasa money changer lebih didominasi pada Kecamatan Kediri,

khususnya di Tanah Lot.

Pada sektor jasa-jasa lain, di Kabupaten Tabanan terdapat tiga jenis KPJU

potensial, yakni PAUD, pramuwisata, dan fotokopi. Ketiga KPJU ini

perkembangannya masih tahap awal atau rintisan dan belum berkembang bila

dibandingkan dengan KPJU unggulan lainnya. Namun, jika KPJU-KPJU ini

memperoleh sentuhan pemerintah atau swasta, maka ketiga KPJU potensial ini

memiliki peluang untuk menjadi unggulan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 298

6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Bangli

1. Profil Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli posisinya berada di tengah-tengah Provinsi Bali sehingga

satu-satunya kabupaten di Provinsi Bali yang tidak memiliki pantai/laut. Di sebelah

utaranya berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, di sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Klungkung, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Gianyar, dan di sebelah baratnya sebagian berbatasan dengan Kabupaten Badung

dan sebagian lagi dengan Kabupaten Buleleng. Secara fisik di bagian selatan

merupakan dataran rendah dengan dominasi tanaman padi sawah dan di bagian

utara merupakan pegunungan dengan dominasi tanaman pangan dan perkebunan,

seperti jeruk , sayur-sayuran, dan kopi.

Luas wilayah Kabupaten Bangli 520,81 km2 atau 9,25 persen dari luas

Provinsi Bali. Tata guna lahannya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lahan

pertanian 69,8 persen (36.370 ha) dan nonpertanian 30,2 persen (15.711 ha). Lahan

pertanian sebagian besar (30.327 ha) merupakan tegal/kebun/perkebunan dengan

tanaman, antara lain kopi, sayuran, dll. Pemanfaatan lahan pertanian untuk sawah

hanya 2.890 ha, dan ini tersebar di tiga kecamatan, yaitu Tembuku, Bangli, dan

Susut. Tanah nonpertanian lebih dari separohnya merupakan hutan negara dengan

konsentrasi di Kecamatan Kintamani.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bangli

215.353 orang ( 5,53 persen persen dari total penduduk Provinsi Bali) dengan sex

ratio 103, artinya dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 penduduk

laki-laki. Dengan luas wilayah 520,81 km2 ini berarti bahwa tingkat kepadatan

penduduknya 413 orang/km2.

Struktur perekonomian Kabupaten Bangli masih berorientasi pada sektor

primer (pertanian dalam arti luas). Tahun 2009 kontribusi sektor ini dalam

pembentukan PDRB adalah paling tinggi yaitu 36,4 persen, kemudian disusul

berturut-turut oleh sektor perdagangan, hotel & restoran dan jasa-jasa masing-

masing 25,1 persen dan 19,7 persen (menurut harga konstan 2000).

Tahun 2009 di Kab Bangli jumlah angkatan kerjanya sebanyak 140.025

orang. Dari jumlah ini yang berstatus bekerja sebanyak 138.040 orang. Ini berarti

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 299

bahwa angkatan kerja yang menganggur sebanyak 1.985 orang (1,42 persen dari

angkatan kerja). Hampir 59,0 persen dari angkatan kerja yang bekerja terserap pada

sektor pertanian (dalam arti luas), kemudian disusul di sektor industri pengolahan

(14,8 persen) dan perdagangan, hotel & restoran (10,3 persen). Sisanya terserap

pada enam sektor yang lain dengan variasi antara 0,29 persen sampai dengan 7,1

persen.

2. KPJU Unggulan

Penentuan KPJU unggulan didasarkan atas empat aspek, yaitu (1) jumlah

unit usaha/rumah tangga yang terlibat didalamnya relatif banyak, (2) jangkauan

pemasarannya relatif luas, (3) ketersediaan bahan baku/sarana produksi

(saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha cukup tersedia, dan (4) besarnya

kontribusi KPJU tersebut terhadap perekonomian daerah.

Dari seluruh sektor perekonomian yang ada, KPJU unggulan yang paling banyak

(sepuluh KPJU) hanya terdapat pada sektor pertanian. Hal ini sangat wajar karena

Kabupaten Bangli struktur perekonomiannya masih berorientasi pada sektor

pertanian. Tahun 2009 kontribusi sektor ini dalam pembentukan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) adalah paling besar, yaitu 36,4 persen. Dari sisi

penyerapan pekerja juga paling banyak, yaitu dari seluruh pekerja yang ada di

Kabupaten Bangli hampir 60,0 persen terserap pada sektor pertanian.

Sektor pertanian terdiri atas lima sub, yaitu (1) pertanian tanaman pangan, (2)

perkebunan, (3) peternakan, (4) kehutanan, dan (5) perikanan. Dari kelima sub-

sektor tersebut semuanya mempunyai KPJU unggulan, kecuali subsektor perikanan.

Pada subsektor pertanian tanaman pangan KPJU unggulannya adalah padi sawah,

jeruk, dan bawang merah. KPJU jeruk dan bawang merah hanya ada di Kecamatan

Kintamani, sedangkan padi sawah menyebar di semua kecamatan. Akan tetapi, di

Kecamatan Kintamani yang paling sedikit (produksi Kintamani hanya 3,7 persen dari

produksi kabupaten). Subsektor perkebunan mempunyai tiga KPJU unggulan, yaitu

kopi, cengkeh dan kelapa. Kopi terkonsentrasi di Kecamatan Kintamani dengan kopi

arabikanya, sedangkan cengkeh terdapat di Kecamatan Tembuku. Kelapa menyebar

di tiga kecamatan tidak termasuk Kecamatan Kintamani. Pada subsektor peternakan

KPJU unggulannya meliputi ayam, sapi, dan babi. Ketiga KPJU unggulan ini

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 300

menyebar di semua kecamatan, tetapi babi dan ayam terkonsentrasi di Kecamatan

Susut, sedangkan sapi paling banyak di Kecamatan Kintamani. Pada subsektor

kehutanan hanya ada satu KPJU unggulan, yaitu hutan bambu. Hutan bambu

menyebar di semua kecamatan tetapi terkonsentrasi di Kecamatan Bangli. Bambu di

samping menjadi bahan baku industri kerajinan bambu, juga dijual antarkabupaten

yang kemudian banyak dimanfaatkan dalam pembangunan perumahan atau

bangunan lainnya.

Kontribusi sektor industri pengolahan dalam pembentukan PDRB hanya 8,2

persen (2009), sedangkan perannya dalam menyerap pekerja 14,8 persen. Pada

sektor industri terdapat delapan KPJU unggulan, yaitu (1) kerajinan kayu, (2) industri

makanan dan minuman, (3) kerajinan dari logam, (4) kerajinan bambu, (5) kerajinan

alat upacara, (6) garment, (7) penyosohan beras, dan (8) pengolahan kopi

gelondongan menjadi butiran. Kebanyakan industri yang ada tergolong sebagai

industri kerajinan rumah tangga. Hampir semua dari industri tersebut tersebar di tiga

kecamatan tidak termasuk Kecamatan Kintamani. Di sisi lain semua industri tersebut

(kecuali industri dari logam) memanfaatkan bahan baku lokal, seperti bambu, kayu,

kopi gelondongan, dll. Saat ini hasil olahan kopi gelondongan berupa kopi butiran

sudah menembus pasar ekspor, yaitu Korea.

Kontribusi sektor perdagangan, hotel & restoran dalam pembentukan PDRB

Kabupaten Bangli menempati proporsi besar kedua setelah sektor pertanian, yaitu

sebanyak 25,1 persen. Akan tetapi, sektor ini hanya menyerap pekerja 10,3 persen

dari seluruh pekerja. Komoditas yang banyak diperdagangkan adalah hasil-hasil

pertanian. Seperti disebutkan di atas bahwa sektor pertanian di Kabupaten Bangli

mempunyai sepuluh KPJU unggulan yang tersebar di empat subsektor tidak

termasuk subsektor perikanan. Di samping itu, Kabupaten Bangli juga tidak terhindar

dari serbuan pasar modern dan konter HP. Memang pasar modern yang ada baru

terbatas pada mini market, tetapi bagaimanapun juga pasar ini tetap berpotensi

mengancam pasar tradisional atau pedagang eceran barang-barang kelontong.

Konter HP juga sudah merambah ke daerah pedesaan. Kedua hal di atas tidak

dapat lepas dari gaya hidup masyarakat yang ingin disebut sebagai masyarakat

modern.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 301

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka KPJU unggulan yang

berkaitan dengan pariwisata adalah hotel dan restoran/rumah makan. Akan tetapi,

banyak di antara restoran/rumah makan tersebut lokasinya rawan longsor dan

mengganggu view pemandangan alam ke arah gunung/kaldera/Danau Batur.

Sarana penunjang pariwisata lain yang juga termasuk sebagai KPJU unggulan

adalah hotel melati dan artshop/kios suvenir. Hampir semua sarana pariwisata ini

berlokasi di Kecamatan Kintamani. Akan tetapi, sarana pariwisata tersebut kurang

berkembang seiring dengan menurunnya citra pariwisata kawasan wisata

Penelokan.

Kontribusi sektor angkutan dan komunikasi dalam pembentukan PDRB

ataupun menyerap pekerja relatif kecil, yaitu masing-masing sekitar 2,0 persen.

Sektor ini mempunyai lima KPJU unggulan, yaitu (a) angkutan barang, (b) angkutan

penumpang, (c) bus bertrayek, (d) angkutan penyeberangan danau, dan (e) warnet.

Dari kelima KPJU ini yang cukup prospektif adalah angkutan barang. Angkutan ini

sangat penting salah satunya berkaitan dengan banyaknya KPJU unggulan di sektor

pertanian. Sebaliknya, KPJU unggulan angkutan penumpang dan bus bertrayek

harus bersaing ketat dengan mobil pribadi dan sepeda motor yang akhir-akhir ini

mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi. Hal ini salah satunya karena relatif

mudahnya orang-orang untuk memperoleh kredit kepemilikan baik untuk sepeda

motor maupun mobil. Angkutan danau berkaitan erat dengan menurunnya citra

pariwisata di daerah ini. Isu mengenai seringnya terjadi pemerasan terhadap

wisatawan yang menyeberang menuju kuburan Desa Trunyan menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan jenis angkutan ini kurang prospektif. Warnet juga kurang

prospektif karena harus bersaing ketat dengan HP/BB yang sekaligus juga dapat

berfungsi sebagai internet.

Sektor keuangan hanya berperan 3,5 persen dalam pembentukan PDRB,

sedangkan kemampuannya menyerap pekerja hanya sekitar 1,0 persen. Sektor ini

mempunyai enam KPJU unggulan, yaitu LPD, KSP, BPR, Koperasi Serba Usaha,

money changer, dan KUD. Semua KPJU unggulan ini kecuali money changer

tersebar di semua kecamatan. LPD sudah ada di semua desa, sedangkan KPJU

yang lain hanya ada di ibu kota kecamatan. LPD, KSP, dan Koperasi Serba Usaha

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 302

lebih diminati oleh masyarakat di pedesaan karena persyaratan dan prosedur

pepinjamamnya relatif mudah.

Sektor jasa terdiri atas dua subsektor, yaitu jasa pemerintahan umum dan

swasta. Termasuk dalam subsektor swasta adalah jasa sosial kemasyarakatan,

hiburan & rekreasi, dan perorangan & rumah tangga. Kontribusi sektor jasa dalam

pembentukan PDRB sebesar 19,7 persen dan menyerap pekerja 7,13 persen dari

seluruh pekerja yang ada di Kabupaten Bangli. Sektor ini mempunyai lima KPJU

unggulan, yaitu jasa perbengkelan (sepeda motor dan mobil), penjahitan pakaian,

pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa binatu, dan pramuwisata. Semua KPJU

unggulan ini tergolong sebagai jasa perorangan. Semua KPJU di atas, kecuali

pramuwisata prospeknya cukup baik karena berkaitan dengan kebutuhan

masyarakat banyak. Pramuwisata tidak dapat dilepaskan dari citra yang kurang baik

dari kawasan pariwisata Penelokan.

Perlu dicatat bahwa relatif tingginya kontribusi sektor jasa dalam

pembentukan PDRB dan menyerap pekerja tampaknya lebih banyak karena peran

dari subsektor pemerintahan umum dibandingkan dengan subsektor jasa swasta.

Subsektor jasa swasta seperti disebutkan sebelumnya meliputi jasa sosial

kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan. Dengan demikian,

diperkirakan kontribusi lima KPJU unggulan tersebut, baik dalam membentuk PDRB

maupun menyerap pekerja relatif kecil.

3. KPJU Potensial

KPJU potensial di Kabupaten Bangli hanya ada di sektor pertanian dan jasa-

jasa. Sektor pertanian mempunyai sembilan KPJU potensial. Hampir semua

subsektor yang termasuk dalam sektor pertanian mempunyai KPJU potensial.

Subsektor tanaman pangan mempunyai KPJU potensial yang paling banyak, yaitu

ubi kayu, kubis, pisang, ubi jalar, dan durian (Tabel 6.2.5). Akan tetapi,

pengembangan komoditas ini hanya dapat dilakukan sebagai tanaman sela. Di

subsektor perikanan hanya ada satu KPJU potensial, yaitu ikan danau (ikan mujair).

Pemda setempat sudah menjadikan ikan danau ini sebagai salah satu wisata

kuliner. Subsektor peternakan mempunyai dua KPJU potensial, yaitu kambing dan

itik. Kambing cukup potenasial karena tersedia banyak hijauan makanan ternak. Itik

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 303

dapat dikembangkan pada daerah-daerah yang mempunyai lahan sawah. Subsektor

perkebunan hanya mempunyai satu KPJU potensial, yaitu kakao dan

pengembangannya juga dalam bentuk tanaman sela.

KPJU potensial lainnya adalah di sektor jasa-jasa, yaitu PAUD. PAUD

potensial dikembangkan terutama di daerah perkotaan seiring dengan makin

sadarnya masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini.

Tabel 6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial

di Kabupaten Bangli

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Ayam (2) Sapi (3) Padi sawah (4) Babi (5) Jeruk (6) Kopi (7) Hutan bambu (8) Cengkeh (9) Bawang merah (10) Kelapa

(1) Ubi kayu (2) Kubis (3) Ubi jalar (4) Pisang (5) Ikan danau (mujair) (6) Kambing (7) Itik (8) Durian (9) Kakao

2 Penggalian - -

3 Industri pengolahan (1) Kerajinan kayu (2) Industri makanan/minuman (3) Kerajinan dari logam

(emas/perak) (4) Kerajinan bambu (5) Kerajinan alat upacara

agama Hindhu (6) Garment (7) Penyosohan beras (RMU) (8) Pengolahan kopi gelondong

4 Listrik dan Air Minum

- -

5 Bangunan Kontraktor konstruksi bangunan -

6 Perdagangan, Hotel,

dan Restoran

(1) Perdagangan produk pertanian

(2) Restoran/rumah makan (3) Hotel melati (4) Home stay (5) Artshop/kios suvenir (6) Mini market dan toko

kelontong (7) Warung makan (8) Konter HP

-

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 304

Tabel 6.2.5 lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

7 Pengangkutan dan

Komunikasi

(1) Angkutan barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan/pedesaan (3) Bus trayek (4) Angkutan penyeberangan

danau (5) Warnet

-

8 Keuangan (1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) Koperasi Serba Usaha (5) KUD (6) Money changer

9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan (sepeda motor dan mobil)

(2) Pejahitan pakaian (3) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (4) Jasa binatu/laundry (5) Pramuwisata

PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 305

6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Klungkung

1. Profil Kabupaten Klungkung

Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang paling kecil dari sembilan

kabupaten/kota di Provinsi Bali, terletak di antara 115° 27'--37'' 8° 49' 00'' LS

dengan batas-batas, di sebelah utara Kabupaten Bangli, sebelah timur Kabupaten

Karangasem, sebelah barat Kabupaten Gianyar, dan sebelah selatan Samudra

Indonesia, dengan luas wilayah 315 km². Kabupaten Klungkung merupakan dataran

pantai, dengan panjang pantai sekitar 90 km, yang tersebar di Kabupaten Klungkung

daratan sepanjang 20 km dan di Pulau Nusa Penida sepanjang 70 km (Klungkung

dalan Angka, 2009).

Sepertiga wilayah Kabupaten Klungkung (112,16 km²) terletak di daratan

Pulau Bali dan dua pertiganya (202,84 km ²) merupakan kepulauan, yaitu Nusa

Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan. Menurut penggunaan lahan,

Kabupaten Klungkung terdiri atas lahan sawah 4.013 hektaree, lahan kering 9.631

hektaree, hutan negara 202 hektaree, perkebunan 10.060 hektaree dan lain-lain

7.594 hektaree. Bukit yang ada di Kabupaten Klungkung bernama Bukit Mundi yang

terletak di Kecamatan Nusa Penida.

Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombang bahkan sebagian

besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus. Hanya sebagian kecil

merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan tanah di atas 40% (terjal) adalah

seluas 16,47 km2 atau 5,32% dari Kabupaten Klungkung. Bukit dan gunung tertinggi

bernama Gunung Mundi yang terletak di Kecamatan Nusa Penida.

Sumber air adalah mata air dan sungai hanya terdapat di wilayah daratan

Kabupaten Klungkung yang mengalir sepanjang tahun. Sebaliknya, di Kecamatan

Nusa Penida sama sekali tidak ada sungai. Sumber air di Kecamatan Nusa Penida

adalah mata air dan air hujan yang ditampung dalam cubang oleh penduduk

setempat.

Kabupaten Klungkung termasuk beriklim tropis. Bulan-bulan basah dan bulan-

bulan kering antara Kecamatan Nusa Penida dan Kabupaten Klungkung daratan

sangat berbeda. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan

iklim, keadaan topografi, dan perputaran pertemuan arus udara. Oleh karena itu,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 306

jumlah curah hujan beragam. Pencatatan curah hujan dilakukan di tiap-tiap

kecamatan. Di Kecamatan Nusa Penida dan tiga tempat pengamatan yaitu,

Sampalan, Prapat, dan Klumpu. Di Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan

Klungkung, dan Kecamatan Dawan masing-masing satu tempat pengamatan. Pada

tahun 2008, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 1.469 mm dan

terendah terjadi pada bulan Juni, yaitu 72 mm. Jika dilihat per kecamatan, curah

hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Klungkung sebesar 2.185 mm, Banjarangkan

1.988 mm, Nusa Penida 1.562,67 mm, dan Dawan 1.477 mm (Klungkung dalam

Angka, 2008 hal.5).

Penduduk merupakan salah satu sumber daya pembangunan karena

penduduk itu sendiri berperan penting dalam proses pembangunan. Berdasarkan

hasil registrasi, jumlah penduduk Kabupaten Klungkung tahun 2008 adalah 176.822

jiwa, yang tersebar, yaitu 73,17% berada di daratan Klungkung (Banjarangkan,

Dawan, dan Klungkung), sedangkan 26,83% berada di Kepulauan Nusa Penida

(Nisa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan). Jumlah penduduk di tiap-tiap

kecamatan, yaitu Nusa Penida 47.448 jiwa, Banjarangkan 39.037 jiwa, Klungkung

54.111 jiwa, dan Dawan 36.226 jiwa. Dengan demikian, terdapat ketimpangan

kepadatan penduduk per kilometer persegi, yaitu di Kecamatan Nusa Penida 234

jiwa, Kecamatan Banjarangkan 854 jiwa, Kecamatan Klungkung 1.863 jiwa, dan

Kecamatan Dawan 969 jiwa.

Jumlah kepala keluarga tiap tahun bertambah dan pada tahun 2008

berjumlah 45.312 KK dengan rata-rata anggota keluarga rumah tangga empat orang

per KK. Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah perbandingan penduduk laki-laki dan

perempuan. Pada tahun 2008 sex ratio sebesar 97%. Jika dilihat sex ratio per

kecamatan, sex ratio tertinggi terdapat di Banjarangkan dan terendah di Kecamatan

Nusa Penida sebesar 95%.

Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

Mereka terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Perbandingan

penduduk yang tergolong angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja dikenal

dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK di Kabupaten KLungkung

tahun 2008 sebesar 80,89%. Berdasarkan lapangan pekerjaan, dari 103.567 orang

yang bekerja, 52,04% bekerja di sektor pertanian, 18,39% bekerja di sektor

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 307

perdagangan, hotel, dan rumah makan, dan di sektor lainnya yang masing-masing

tidak lebih dari 10% (Klungkung Dalam Angka, 2009).

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung tahun

2007 atas dasar harga berlaku sebesar 1.837.631,14 miliar rupiah atau meningkat

sebanyak 194,24 miliar rupiah dibandingkan dengan tahun 2006. PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2007 sebesar 1.255.343 miliar rupiah atau meningkat sebesar

59,06 miliar dibandingkan dengan tahun 2006 (Klungkung Dalam Angka, 2009).

PDRB per kapita Kabupaten Klungkung atas dasar harga berlaku terus meningkat,

yaitu tahun 2000 mencapai Rp 5.212.671,72 dan pada tahun 2007 mencapai Rp

11.050.495,75.

2. KPJU Unggulan

Komoditas/produk/jenis/usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang

mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap

tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya. Di samping itu, juga

mempunyai daya saing tinggi. KPJU unggulan dan potensial tersebar ke dalam

sembilan sektor perekonomian, tetapi belum tentu pada setiap sektor di suatu

kecamatan atau kabupaten terdapat KPJU unggulan. Hal itu terjadi karena

memang tidak ada jenis KPJU di kecamatan atau kabupaten tersebut yang unggul

dilihat dari empat kriteria, yaitu rumah tangga yang terlibat, ketersediaan bahan

baku/sarana produksi, jangkauan pemasaran, dan sumbangan terhadap

perekonomian daerah. Mungkin juga dalam suatu sektor terdapat banyak KPJU

unggulan dan potensial dilihat dari empat kriteria sebelumnya.

Sepuluh KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Klungkung,

yaitu padi sawah, sapi, kelapa, penangkapan ikan laut, jagung, cabai, rumput laut,

jambu mete, kacang tanah, dan kedelai. Kesepuluh KPJU ini tersebar di satu

kecamatan atau lebih di Kabupaten Klungkung. Misal, padi tersebar di tiga

kecamatan, yaitu Klungkung, Dawan, dan Banjarangkan, yang luas arealnya

bervariasi antarkecamatan. Namun, ada juga KPJU seperti rumput laut hanya

terdapat di Kecamatan Nusa Penida, tetapi sudah menjadi unggulan kecamatan

dan kabupaten (Tabel 6.2.6).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 308

Tabel 6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial

di Kabupaten Klungkung

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Kelapa (4) Penangkapan Ikan laut (5) Jagung (6) Cabai (7) Rumput laut (8) Jambu mete (9) Kacang tanah (10) Kedelai

(1) Kakao (2) Sawo (3) Kacang panjang (4) Cengkeh (5) Babi (6) Albesia (7) Pisang (8) Kacang merah (9) Jeruk

2 Pertambangan dan Penggalian

-

-

3 Industri Pengolahan

(1) Industri tenun endek dan songket (ATBM)

(2) Penyosohan beras (RMU)

(3) Industri pengolahan ikan laut (pemindangan)

(4) Industri uang kepeng (pis bolong)

(5) Industri perak dan selongsong peluru

(6) Industri gong (7) Industri lukisan wayang

klasik (8) Industri perlengkapan

upacara adat dan agama Hindu

(9) Industri jajanan basah (berbahan baku beras)

(10) Industri batako

(1) Industri kacang kace

(2) Industri kacang kapri

(3) Industri kacang asin

(4) Industri gula merah (5) Industri pengolahan

rumput laut (6) Industri pengolahan

buah dan biji mete

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan dan Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 309

Tabel 6.2.6. lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

6 Perdagangan, Hotel, dan restoran

(1) Mini market dan toko kelontong

(2) Konter HP (3) Perdagangan produk-

produk pertanian (4) Restoran/rumah makan (5) Hotel melati (6) Vlla

(1) Air minum isi ulang (di Nusa Penida)

(2) Vila (pantai Siyut, selatan Banjarangkan)

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan

(3) Warnet (4) Angkutan laut

penyeberangan barang dan orang (perahu motor)

(5) Jasa pengiriman barang (6) Ojek

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD (5) KSU

-

9 Jasa-jasa (1) Binatu/laundry (2) Diving dan snorkeling (3) Wisata perdesaan (di

Lembongan dan Nusa Penida)

(4) Pramuwisata (5) Fotokopi (6) Pangkas rambut dan

salon kecantikan (7) Wisata alam rafting di

Bakas (8) Jasa perbengkelan

(motor dan mobil)

(1) Agrowisata (di Bukit Abah Dawan

(2) Wisata sejarah Kertagosa

(3) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 310

Di Kabupaten Klungkung tidak terdapat KPJU unggulan pada sektor

pertambangan dan penggalian karena penggalian pasir di sekitar Kecamatan

Klungkung sudah lama ditutup oleh pemerintah. Hal ini disebabkan oleh galian C

(pasir) yang digali sudah habis sehingga yang masih tersisa adalah lubang-lubang

menganga berisi air yang disebut lagoon. Para kontraktor penggalian C dan truk-

truk pengangkut pasir mengalihkan aktivitasnya ke Kabupaten Karangasem, di

sebelah Timur Kabupaten Klungkung, yang masih memiliki cadangan bahan galian

C berupa batu, pasir, dan kerikil, bahkan dijadikan KPJU unggulan oleh

Pemerintah Kabupaten Karangasem.

Industri pengolahan di sini diartikan sebagai industri yang mengolah bahan

baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga menghasilkan nilai

tambah bagi pengolahnya, bagi perekonomian daerah, bagi masyarakat dan

menyerap tenaga kerja. Sepuluh KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan,

yaitu industri kerajinan tenun endek dan songket (ATBM), penyosohan beras/

penggilingan padi, industri pengolahan ikan laut, industri uang kepeng (pis bolong),

industri kerajinan perak dan selongsong peluru, industri kerajinan gong, industri

kerajinan lukisan wayang klasik, industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan

agama Hindu, industry jajanan basah (berbahan baku beras), dan industri batako.

(Tabel 6.2.6). Namun dari 10 KPJU unggulan ini yang sangat terkenal adalah

industri kerajinan tenun endek dan songket (ATBM) yang terdapat di Kecamatan

Dawan dan di Kecamatan Nusa Penida dikenal dengan sebutan tenun cepuk.

Kabupaten Klungkung terkenal sebagai daerah seni, maka KPJU unggulan

yang sangat terkenal adalah yang berkaitan dengan seni dan budaya, seperti

industri uang kepeng di Kota Klungkung dan industri kerajinan perlengkapan

upacara adat dan agama Hindu di Desa Paksebali. Sebaliknya, industri kerajinan

lukisan wayang klasik, industri perak dan selongsong peluru terdapat di Kecamatan

Klungkung. Industri kerajinan gong/gamelan terdapat di Desa Tihingan. KPJU

industri pengolahan ini harus dipertahankan dan dibina sehingga tetap menjadi

unggulan dan memiliki daya saing. Misalnya, ukiran perak dan selongsong peluru

memang tidak ada duanya di Bali, apalagi di Indonesia. Oleh karena itu, industri ini

harus dibina terus dengan menyediakan bahan baku perak dan selongsong peluru

untuk diukir menjadi produk bernilai seni tinggi.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 311

Pada sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Klungkung, KPJU

yang unggul hanya satu jenis, yaitu kontraktor konstruksi bangunan, dan KPJU ini

pun hanya terdapat di Kecamatan Klungkung yang mewilayahi Kota Klungkung.

KPJU kontraktor konstruksi bangunan ini bervariasi, mulai dari menangani pekerjaan

jalan, jembatan, saluran irigasi, dan konstruksi gedung, baik untuk kepentingan

proyek pemerintah maupun kepentingan swasta.

KPJU unggulan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten

Klungkung, yaitu mini market dan toko kelontong, konter HP, perdagangan produk

pertanian, restoran/rumah makan, hotel melati, dan vila. Usaha mini market dan toko

kelontong (swalayan mini), konter HP, dan perdagangan produk pertanian hampir

menyebar di semua kecamatan. Sebaliknya, KPJU unggulan yang berkaitan dengan

pariwisata tersebar di destinasi wisata Kecamatan Nusa Penida, yang terdiri atas

destinasi wisata Pulau Lembongan, Ceningan, dan Pulau Nusa Penida. Ke depan

KPJU unggulan ini harus dipertahankan dan dikembangkan dalam pengertian dibina.

Hal itu penting karena tidak hanya mampu menyerap banyak tenaga kerja, tetapi

juga memiliki kontribusi terhadap perekonomian daerah. Misal, perkembangan

pariwisata yang pesat di Pulau Lembongan tidak hanya meninigkatkan kemakmuran

bagi masyarakat setempat, pekerja, dan pramuwisata, tetapi juga menjadi sumber

PAD pemerintah Kabupaten Klungkung.

Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Klungkung mampu

menciptakan setidaknya enam KPJU unggulan, yaitu angkutan darat barang (truk),

angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, warnet, angkutan laut penyeberangan

barang dan orang (perahu motor), jasa pengiriman paket/surat, dan ojek. Keenam

KPJU ini memiliki keunggulan tersediri karena tanpa KPJU-KPJU ini perputaran roda

perekonomian akan macet. Perpindahan barang dan orang serta transmisi informasi

harus melalui KPJU-KPJU unggulan pada sektor ini. Oleh karena itu, KPJU-KPJU

unggulan ini harus dibina dan dipertahankan sehingga tetap berperan dalam

mendukung aktivitas sektor ekonomi lainnya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 312

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kabupaten Klungkung

menciptakan lima KPJU unggulan, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Koperasi

Simpan Pinjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Koperasi Unit Desa (KUD),

dan Koperasi Serba Usaha (KSU). Kelima KPJU unggulan pada sektor ini memiliki

peranan penting dalam hal transaksi dan mediasi keuangan, baik berupa

peminjaman, pembayaran, maupun penyimpanan dana pihak ketiga. Kehadiran

KPJU-KPJU unggulan pada sektor ini mampu mempercepat transaksi keuangan

sehingga memperlancar pergerakan roda perekonomian. Oleh karena itu,

keberadaan KPJU-KPJU unggulan ini harus tetap dipertahankan dan dibina.

Sektor jasa-jasa lain di Kabupaten Klunkung mampu menciptakan sedikitnya

delapan KPJU unggulan, yaitu binatu/laundry, diving dan snorkeling, wisata

perdesaan (di Lembongan dan Nusa Penida), pramuwisata, fotokopi, pangkas

rambut dan salon kecantikan, wisata alam rafting (di Bakas), dan jasa

perbengkelan (motor dan mobil). KPJU-KPJU unggulan di sektor ini sifatnya

menyediakan jasa pelayanan kepada pelaku ekonomi pada sektor lain sehingga

dapat membantu kelancaran aktivitas pada sektor lain dalam mencapai tujuan

aktivitasnya. Misal, binatu/laundry menyediakan jasa dalam hal membersihkan

(mencuci) pakaian sehingga tujuan pelaku ekonomi sektor lain untuk mencapai

kerapian menampilan akan tercapai. Contoh lain, KPJU diving dan snorkeling yang

terdapat di Kecamatan Nusa Penida menyediakan jasa paket wisata diving dan

snorkeling sehingga tujuun wisatawan untuk mengetahui kondisi alam bawah laut

Nusa Penida akan tercapai. Oleh karena itu, keberadaan KPJU-KPJU unggulan

pada sektor ini harus dipertahankan. Hal itu penting karena tidak hanya bermanfaat

bagi pelaku usaha di KPJU tersebut, tetapi juga secara tidak langsung memiliki

kontribusi terhadap perekonomian regional klungkung.

3. KPJU Potensial

Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU yang tidak

masuk dalam lima KPJU unggulan kecamatan atau sepuluh KPJU unggulan di

tingkat kabupaten, tetapi berdasarkan hasil diskusi dan pendapat para pakar

setempat berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya perlakuan

atau kebijakan tertentu atau intervensi pihak luar (eksternal). KPJU ini potensial

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 313

untuk diberdayakan karena telah lolos di tingkat kecamatan dengan memenuhi

kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap

perekonomian local, dan ketersediaan bahan baku.

Berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE) di kecamatan dan

diskusi dengan para pejabat teknis di kecamatan dan kabupaten, maka pada sektor

pertanian di Kabupaten Klungkung terdapat sembilan KPJU potensial, yaitu kakao,

sawo, kacang panjang, cengkeh, babi, albesia, kacang merah, dan jeruk. Ke-9

KPJU potensial ini tersebar di empat kecamatan. Kakao terdapat di Kecamatan

Dawan, kacang panjang terdapat di Kecamatan Klungkung, sawo di Kecamatan

Dawan, dan Albesia di Kecamatan Klungkung (Tabel 6.2.6).

KPJU potensial pada sektor industri pengolahan di Kabupaten Klungkung ada

enam jenis yaitu, industri kacang kace, industri kacang kapri, industri kacang asin,

industri gula merah, industri pengolahan rumput laut, dan industri pengolahan buah

dan biji mete. Industri-industri ini masih berupa embrio. Jika memperoleh sentuhan

atau pemberdayaan dari tangan-tangan bijak, baik berupa pelatihan keterampilan

maupun pinjaman dan bantuan permodalan, dan promosi pemasaran, maka KPJU-

KPJU di sektor industri pengolahan memiliki potensi berkembang menjadi unggulan.

Misal, Kecamatan Nusa Penida memiliki KPJU unggulan rumput laut, maka di Nusa

Penida atau setidaknya di Kabupaten Klungkung terdapat potensi untuk mengolah

rumpur laut menjadi produk-produk olahan, seperti produk-produk kecantikan,

makanan, dsb. Potensi industri kacang kace, kacang asin, dan kacang kapri yang

baru mulai dirintis oleh sebuah kelompok wanita tani berpotensi dikembangkan

menjadi unggulan jika memperoleh perhatian dari pemerintah atau LSM, baik berupa

pelatihan keterampilan maupun pinjaman modal usaha untuk meningkatkan volume

usaha.

KPJU potensial pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada tiga jenis,

yaitu perdagangan produk-produk pertanian (di semua kecamatan), air minum isi

ulang di Kecamatan Nusa Penida dan Kecamatan Klungkung yang memiliki

penduduk terbanyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya, dan vila (pantai

Siyut, Kecamatan Banjarangkan). Ketiga jenis KPJU potensial ini memiliki potensi

untuk dikembangkan melalui campur tangan pihak luar, baik pemerintah, investor,

maupun pelaku ekonomi lainnya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 314

KPJU potensial di sektor jasa-jasa lain di Kabupaten Klungkung sebanyak

tiga jenis, yaitu agrowisata (di Bukit Abah, Kecamatan Dawan), wisata sejarah

Kertagosa di Kota Semarapura, pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kecamatan

Klungkung. Namun, jika KPJU-KPJU ini memperoleh sentuhan pemerintah atau

swasta, maka kelima KPJU potensial ini memiliki peluang untuk menjadi unggulan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 315

6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Karangasem

1. Profil Kabupaten Karangasem

Kabupaten Karangasem berada di belahan timur Pulau Bali, yang secara

administratif merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota di wilayah Provinsi

Bali. Kabupaten Karangasem berbatasan dengan wilayah-wilayah, yaitu sebelah

utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Selat

Lombok, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, dan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Buleleng

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Karangasem adalah 839,54 km2

yang terbagi dalam delapan kecamatan, dengan luas masing-masing kecamatan,

yaitu (1) Kecamatan Rendang seluas 109,70 km2 (13,07%), Kecamatan Sidemen

seluas 35,15 km2 (4,19%), (3) Kecamatan Manggis seluas 69,83 km2 (8,32%), (4)

Kecamatan Karangasem seluas 94,23 km2 (11,22%), (5) Kecamatan Abang seluas

134,05 km2 (15,97), (6) Kecamatan Bebandem seluas 81,51 km2 (9,71%), (7)

Kecamatan Selat seluas 80,35 km2 (9,57%), dan (8) Kecamatan Kubu seluas

234,72 km2 (27,96%).

Secara geografis Kabupaten Karangasem terletak pada posisi 8°00'00"--

8°41'37,8" Lintang Selatan dan 115°35'9,8"--115°54'8,9" Bujur Timur. Kabupaten

Karangasem mempunyai curah hujan sedang, dengan tingkat kesuburan tanah yang

sedang dan hampir sebagian tanah di daerah ini ditutupi oleh pasir/material hasil

letusan Gunung Agung. Kabupaten Karangasem mempunyai iklim tropis yang

sangat dipengaruhi oleh angin musim dan memiliki dua musim, yaitu musim

kemarau dan musim hujan. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Karangasem

didominasi oleh tanah regosol dan tanah latosol. Khususnya di daerah dataran tinggi

sebagian besar terbentuk dari tanah jenis andosol.

Jumlah penduduk Kabupaten Karangasem tahun 2009 adalah 432.791 jiwa

terdiri atas 216.401 jiwa laki-laki dan 216 390 jiwa perempuan dengan sex ratio

sebesar 100. Jumlah rumah tangga adalah 114.986 KK untuk keadaan akhir tahun

2009. Dengan luas wilayah 839.54 km2 dan penduduk 432.791 jiwa, maka

kepadatan penduduk per km2 adalah sebesar 516 jiwa.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 316

Kabupaten Karangasem terdiri atas 8 kecamatan, 3 kelurahan, 68 desa, 52

lingkungan, dan 500 dusun. Untuk menjalankan roda pemerintahan di tiap-tiap

tingkat wilayah dikepalai oleh seorang camat untuk tingkat kecamatan, lurah/kepala

desa untuk tingkat kelurahan/desa, kepala lingkungan untuk tingkat lingkungan, dan

kepala dusun untuk tingkat dusun.

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan tiap-

tiap sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa di wilayah tersebut.

Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor

menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan produksi dari

masing-masing sektor. Dengan mengetahui peranan tiap-tiap sektor, maka dapat

diketahui potensi tiap-tiap sektor ekonomi di Kabupaten Karangasem.

Adapun peranan tiap-tiap sektor dapat dilihat dari distribusi persentase

PRDB. Berdasarkan PRDB atas dasar harga berlaku, sektor pertanian masih

memegang peranan penting di Kabupaten Karangasem, pada tahun 2009 besarnya

35,35% terhadap total PRDB, kemudian disusul oleh sektor jasa sebesar 20,67%,

dan urutan ketiga yang besarnya 17,92% ditempati oleh sektor perdagangan, hotel,

dan restoran. Sektor lain yang peranannya cukup besar adalah sektor industri

pengolahan 7,65%, bangunan 3,69%, pengangkutan dan komunikasi 9,36%, sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 3,42%, dan sektor lainnya di bawah

2,00%.

2. KPJU Unggulan Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang

memenuhi empat kriteria, yaitu (1) jumlah unit usaha/rumah tangga relatif banyak,

(2) pasar dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi

narasumber) relatif luas, (3) ketersediaan bahan baku/sarana produksi

(saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha (persepsi narasumber) cukup tersedia,

dan (4) kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber)

cukup besar. Berdasarkan metode Borda, yang menggabungkan KPJU unggulan

kecamatan menjadi unggulan kabupaten, maka diperoleh sepuluh atau kurang KPJU

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 317

di setiap sektor perekonomian, yang tergantung pada adanya daftar KPJU di setiap

sektor, yang hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 6.2.7.

Sepuluh KPJU ungulan pada sektor pertanian di Kabupaten Karangasem,

yaitu padi sawah, sapi, kacang tanah, kelapa, salak, penangkapan ikan laut, jagung,

ayam, jambu mete, dan cabai. Padi sawah hampir menyebar di semua kecamatan,

kecuali di Kecamatan Kubu, dengan luas panen dan produksi (GKP) bervariasi

antarkecamatan tahun 2009, yaitu di Kecamatan Karangasem 1.057 ha dan

3.194,29 ton, di Kecamatan Manggis 1.203 ha dan 7.841,76 ton, di Kecamatan

Abang 1.011 ha dan 5.819,03 ton, di Kecamatan Bebandem 1.740 ha dan 11.242,54

ton, di Kecamatan Selat 1.383 ha dan 9.580,71 ton, di Kecamatan Sidemen 1.647

ha dan 12.040,63 ton, dan di Kecamatan Rendang dengan luas panen 1.487 ha dan

produksi 9.580,71 ton GKP.

KPJU kacang tanah menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem karena

kacang tanah dari daerah ini sebagai bahan baku industri kacang rahayu yang

sudah terkenal di seluruh nusantara. Penanaman komoditas kacang tanah

menyebar di semua kecamatan di Kabupaten Karangasem, dengan luas panen dan

produksi bervariasi tahun 2009, yaitu Bebandem 784 ha dan 892,74 ton, Abang 223

ha dan 253,52 ton, Manggis 121 ha dan 136,90 ton, Rendang 598 ha dan 66,19 ton,

Sidemen 731 ha dan 962,64 ton, Kubu 71 ha dan 882,67 ha, Selat 652 ha dan

758,90 ton, dan Karangasem 725 ha dan 978,98 ton.

Komoditas salak di Kabupaten Karangasem memang menjadi unggulan,

tetapi hanya ditanam di beberapa kecamatan dengan jumlah pohon dan produksi

bervariasi antarkecamatan tahun 2009, yaitu di Kecamatan Karangsem 26.693

pohon dan 74 ton, di Kecamatan Selat 8.715.232 pohon dan13.721 ton, di

Kecamatan Sidemen 42.761 pohon dan 82 ton, di Kecamatan Rendang 387.609

pohon dan 544 ton, di Kecamatan Manggis 84.118 pohon dan 73 ton, di Kecamatan

Abang 40.501 pohon dan 15 ton, dan di Kecamatan Bebandem terbanyak, yaitu

9.484.149 pohon dan produksi 19.426 ton.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 318

Tabel 6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial

di Kabupaten Karangasem

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian

(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Kacang tanah (4) Kelapa (5) Salak (6) Penangkapan ikan laut (7) Jagung (8) Ayam (9) Jambu Mete (10) Cabai

(1) Albesia (2) Gamelina (jati

belanda) (3) Mangga (4) Durian (5) Kakao (6) Budi daya kerang

mutiara (7) Budi daya ikan

gurami

2 Pertambangan dan Penggalian

Galian C (pasir, batu hitam, kerikil/koral)

-

3 Industri Pengolahan

(1) Penyosohan beras (RMU)

(2) Industri batu tabas (batu hitam)

(3) Industri arak (4) Industri tenun endek dan

songket (ATBM) (5) Industri pengolahan ikan

laut (6) Industri anyaman ate (7) Industri pengolahan

jambu mete (wine, kecang mete)

(8) Industri anyaman tikar (berbahan baku pandan)

(9) Industri batako (10) Industri terali besi

(1) Industri pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol)

(2) Industri kerajinan perak

(3) Industri pengolahan minyak nilam

(4) Industri garam

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan dan Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 319

Tabel 6.2.7 lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan produk-produk pertanian

(2) Vila (3) Konter HP (4) Restoran/rumah makan (5) Mini market dan toko

kelontong (6) Hotel melati (7) Homestay

1) Artshop

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan dan perdesaan (3) Warnet (4) Bus trayek (5) Angkutan laut

penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida (perahu motor)

(6) Ojek

-

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) Money changer (5) KUD (6) KSU

-

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Jasa binatu/laundry (3) Pramuwisata (4) Diving dan snorkeling (5) Agrowisata salak (6) Wisata alam rafting di

Telaga Waja (7) Wisata sejarah Puri

Karangasem dan Taman Ujung

(8) Wisata alam desa Tenganan Pegringsingan

(9) Desa budaya Buda Keling (10) Wisata spiritual Pura

Besakih

(1) PAUD (2) Penjahitan

pakaian

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 320

KPJU penangkapan ikan laut menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem

karena kabupaten ini memiliki bentangan pantai relatif panjang, yaitu mulai dari

perbatasan dengan Kabupaten Klungkung di dekat Goa Lawah sampai perbatasan

dengan Kabupaten Buleleng di Desa Tianyar Kecamatan Kubu. Sentra-sentra

nelayan di Kabupaten Karangasem adalah di Desa Manggis Kecamatan Manggis,

Desa Seraya Kecamatan Karangasem, Desa Amed Kecamatan Abang, dan

Tulamben di Kecamatan Kubu.

KPJU jambu mete juga menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem karena

sebagian besar wilayahnya adalah lahan kering sangat cocok tumbuh jambu mete,

tetapi hanya menyebar di beberapa kecamatan. Luas tanam dan produksi tahun

2009 bervariasi antarkecamatan, yaitu Kecamatan Abang 2,0 ha dan 0,1 ton,

Kecamatan Manggis 60,0 ha dan 2,61 ton, Kecamatan Karangasem 512,0 ha dan

27,298 ton, dan di Kecamatan Kubu terluas 6.321,22 dan produksi 2.615,33 ton.

Produksi dari usaha jambu mete sebagai bahan baku untuk industri pengolahan

buah dan biji mete menjadi wine dan kacang mete.

KPJU unggulan pada sektor pertanian ini sebaiknya tetap dipertahankan dan

dibina agar tetap menjadi unggul. Pengembangan terbatas pada usaha intensifikasi

dengan meningkatkan input atau bahan baku per satuan luas atau unit usaha, tanpa

memperluas areal karena memang tidak lagi tersedia areal untuk perluasan.

KPJU unggulan pada sektor pertambangan dan penggalian hanya KPJU

galian C (pasir, batu hitan, dan kerikil/koral). KPJU ini di Kabupaten Karangasem

menjadi primadona karena sangat memenuhi empat kriteria sebagai KPJU

unggulan, yaitu galian C yang tersebar di beberapa kecamatan melibatkan banyak

rumah tangga, baik sebagai pekerja maupun pengusaha, pemasarannya jelas

karena pembangunan terus berlangsung yang memerlukan pasir dan jangkauan

pemasaranya hampir seluruh Bali, bahan baku, yakni pasir tersedia untuk digali lebih

dari memadai, serta memiliki kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten

Karangasem, baik sumber pendapatan pemilik lahan galian, sumber pendapatan

buruh dan angkutan truk, maupun sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Karangaasem. Jika pusat galian C dilacak per kecamatan berdasarkan Kecamatan

Dalam Angka, maka di Kecamatan Rendang terdapat 38 jumlah galian yang

melibatkan 173 tenaga kerja, di Kecamatan Selat terdapat 4 galian yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 321

mempekerjakan 40 tenaga kerja, di Kecamatan Bebandem terdapat 141 galian

yang mempekerjakan 390 tenaga kerja, dan di Kecamatan Kubu terdapat 20 galian

yang mempekerjakan 149 tenaga kerja. Usaha penggalian galian C hendaknya

dibina secara intensif sehingga semakin besar kontribusinya terhadap perekonomian

makro Kabupaten Karangasem.

Jenis industri pengolahan yang terdapat di Kabupaten Karangsem menurut

Badan Pusat Statistik (BPS) Karangasem diklasifikasikan ke dalam industri kecil dan

lebih spesifik lagi di klasifikasikan ke dalam industri rumah tangga, yang tersebar

hampir di semua kecamatan. Berdasarkan Kecamatan dalam Angka tahun 2009 yang

diterbitkan oleh BPS Karangasem, di Kecamatan Kubu terdapat 2.348 unit yang

mempekerjakan 4.336 tenaga kerja, di Kecamatan Karangasem sebanyak 2.280 unit

yang mempekerjakan 4.809 tenaga kerja, di Kecamatan Manggis terdapat 291 unit

yang mempekerjakan 362 tenaga kerja, di Kecamatan Abang terdapat 672 unit yang

mempekerjakan 1.484 tenaga kerja, di Kecamatan Bebandem terdapat 291 unit yang

mempekerjakan 362 tenaga kerja, di Kecamatan Selat terdapat 1.571 unit yang

mempekerjakan 2.877 tenaga kerja, di Kecamatan Sidemen terdapat 4.650 unit yang

mempekerjakan 4.755 tenaga kerja, dan di Kecamatan Rendang terdapat 28 unit

yang mempekerjakan 36 tenaga kerja.

Dari banyak unit industri pengolahan di Kabupaten Karangasem, sepuluh

industri pengolahan yang menjadi KPJU unggulan, yaitu penyosohan

beras/penggilingan padi (RMU), industri batu tabas (bahan baku batu hitam), industri

arak, industri tenun endek dan songket (ATBM), industri pengolahan ikan laut, industri

anyaman ate, industri pengolahan jambu mete (wine, kecang mete), industri anyaman

tikar (berbahan baku pandan), industri batako, dan industri terali besi. KPJU-KPJU

unggulan pada sektor industri pengolahan harus dipertahankan, bahkan dibina agar

menjadi lebih efisien dan produktif, baik oleh instansi teknis maupun pihak perbankan

sehingga perannya semakin menonjol dalam perekonomian rumah tangga,

perekonomian daerah dan penyerapan tenaga kerja di perdesaan.

KPJU unggulan di sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Karangasem

hanya usaha kontraktor konstruksi bangunan. Usaha ini adanya hanya di

Kecamatan Karangasem atau ibu kota Kabupaten Karangasem karena tender

pekerjaan lebih banyak dilakukan di Kota Karangasem walau lokasi kegiatan atau

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 322

proyeknya mungkin saja di luar kota atau tersebar di kecamatan. Usaha ini

mengerjakan jenis pekerjaan pembangunan jalan raya, jembatan, bangunan

konstruksi beton, pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi, dsb. Usaha ini

memiliki arti strategis karena hanya usaha inilah yang melakukan aktivitas

pembangunan yang bersifat konstruksi. Oleh karena itu, keberadaan usaha ini tetap

dipertahankan, tetapi harus dibina agar mutu produk berupa gedung atau bangunan

yang bersifat konstruksi terjamin.

KPJU di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu perdagangan produk-

produk pertanian, vila, konter HP, restoran/rumah makan, mini market dan toko

klontong, hotel melati, dan homestay. Usaha hotel melati, vila, dan homestay

menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem karena kabupaten ini memiliki

destinasi wisata yang sudah terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan, yaitu

destinasi wisata Candidasa di Kecamatan Manggis, sepanjang pantai Tulamben di

Kecamatan Kubu, pantai Amed dan sekitarnya di Kecamatan Abang, serta di sekitar

Taman Ujung dan Desa Seraya di Kecamatan Karangasem. Lagi pula di lokasi itu

telah banyak berdiri hotel melati, vila, homestay, dan restoran/rumah makan. KPJU

ini juga memiliki arti penting bagi Kabupaten Karangasem karena mampu menyerap

tenaga kerja, sumber PAD dari PHR, dan sumber devisa bagi Indonesia. Jika dilihat

peran pariwisata melalui pengeluaran wisatawan, KPJU ini mampu menciptakan

dampak pengganda (multiplier impact) dan dampak menyebar (spread impact) yang

mampu meningkatkan permintaan output sektor-sektor perekonomian lainnya,

mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mampu menciptakan

kesempatan kerja.

KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Karangasem,

yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan,

warnet, bus trayek, angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida (perahu

motor), dan ojek. Di Kabupaten Karangasem, jelasnya di Padang Bai berlokasi

usaha angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, mengangkut barang

dan orang dari Bali daratan ke Pulau Nusa Penida. Apalagi pada hari-hari raya umat

Hindu tertentu, seperti piodalan di Pura Dalem Ped dan Tirta Yatra Umat Hindu di

Bali ke pura-pura di Nusa Penida angkutan laut penyeberangan ini sangat sibuk dan

laris. Oleh karena itu, usaha ini termasuk salah satu dari sepuluh unggulan KPJU di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 323

Kabupaten Karangasem. Di Kabupaten Karangasem juga ada usaha bus trayek

Amplapura-Denpasar, yang mengangkut barang dan orang dari dan ke Kabupaten

Karangasem. Jadi, semua KPJU unggulan ini berperan penting dalam melancarkan

perpindahan barang, orang, dan jasa dari satu tempat ke tempat lain, baik masih di

sekitar Kabupaten Karangasem, antarkabupaten, bahkan antarprovinsi. Oleh karena

itu, KPJU-KPJU ini keberadaannya harus dipertahankan, bahkan dibina agar dalam

operasionalisasinya menjadi lebih efisien dalam penggunaan bahan baku berupa

bahan bakar.

KPJU pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kabupaten

Karangasem sebanyak enam jenis, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD),

Koperasi Simpan Painjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Money changer,

Koperasi Unit Desa (KUD), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). KPJU ini perannya

sebagai mediator transaksi keuangan antara penyedia uang dan peminta uang

sehingga dapat dikatakan berperan vital dalam melancarkan perputaran roda

perekonomian. Oleh karena itu, peran KPJU ini hendaknya dipertahankan dan dibina

sehingga semakin efisien dalam memberikan pelayanan transaksi keuangan kepada

penyedia dan peminta uang.

KPJU pada sektor jasa-jasa lain sebanyak sepuluh jenis, yaitu pangkas

rambut dan salon kecantikan, jasa binatu/laundry, pramuwisata, diving dan

snorkeling, agrowisata salak, wisata alam rafting (di Sungai Telaga Waja), wisata

sejarah Puri Karangasem dan Taman Ujung, wisata alam Desa Tenganan

Pegeringsingan, wisata Desa Budaya Buda Keling, dan wisata spiritual Pura

Besakih. Sebagian besar KPJU ini terakit dengan pariwisata karena memang

Kabupaten Karangasem memiliki destinasi wisata yang sangat atraktif, baik

destinasi wisata agro, seperti agrowisata salak di Desa Sibetan, pramuwisata, yaitu

memandu wisatawan berkunjung ke objek-objek wisata di Karangasem, penyediaan

jasa berwisata alam rafting di sungai Telaga Waja, jasa pengantaran wisatawan

mengunjungi objek wisata sejarah di Puri Karangasem, jasa pengantaran wisatawan

melihat objek wisata spiritual Pura Besakih, maupun jasa pengantaran wisatawan

mengunjungi alam Desa Tenganan Pegeringsingan yang masih alami dan asri.

KPJU pada sektor ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar semakin

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 324

banyak wisatawan bersedia membeli produk atau paket-paket jasa kepariwisataan

pada sektor ini.

3. KPJU Potensial

Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang belum

menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi menjadi unggulan jika memperoleh

sentuhan pemberdayaan, baik berupa bantuan teknologi, manajemen dan

permodalan, maupun bantuan peningkatan keterampilan bagi para pelakunya. KPJU

potensial di setiap kabupaten, termasuk Kabupaten Karangasem diperoleh dari

penjumlahan KPJU potensial di seluruh kecamatan. Jika jumlahnya lebih dari

sepuluh unit, maka di-ranking dengan Metode Borda. Namun, jika jumlahnya kurang

dari sepuluh KPJU, maka seluruhnya dijadikan KPJU potensial kabupaten, yang

hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 6.2.7.

KPJU potensial pada sektor pertanian sebanyak tujuh jenis, yaitu budi daya

albesia, gamelina (jati belanda), mangga, durian, kakao, budi daya kerang mutiara,

dan budi daya ikan gurami. Usaha budi daya albesia yang potensial dikembangkan

menjadi unggulan menyebar di Kecamatan Abang, Bebandem, Selat, dan Rendang.

Usaha budi daya gamelina juga berpotensi dikembangkan menyebar di Kecamatan

Manggis, Sidemen, Karangasem, dan Kecamatan Kubu. Kedua KPJU ini umumnya

diusahakan di kebun-kebun milik masyarakat sebagai hutan kemasyarakatan. Kedua

usaha budi daya tanaman albesia dan gamelina ini cepat tumbuh dan dalam jangka

waktu lima tahun sudah dapat ditebang untuk dijual kayunya. Permintaan kayu

albisia sebagai bahan baku patung pop laku cukup tinggi, baik oleh perajin lokal

Karangasem terutama sentra-sentra kerajinan patung pop asmat, seperti di Desa

Pempatan maupun oleh perajin patung pop di Kabupaten Gianyar. Produk usaha

budi daya gamelina, belakangan ini banyak dipakai sebagai bahan bangunan rumah.

Usaha budi daya mangga potensial dikembangkan, menyebar di Kecamatan Kubu,

Abang, Karangasem, dan Sidemen. Potensi mangga masih cukup besar karena

masih banyak tersedia lahan di sekitar rumah dan kebun penduduk yang belum

dimanfaatkan. Usaha budi daya abaloon (kerang mutiara) terdapat di Kecamatan

Kubu sebanyak satu unit. Usaha ini sepertinya baru tahap rintisan, kelak mungkin

akan menjadi unggulan jika diusahakan secara ekstensif dan intensif. Usaha budi

daya ikan gurami hanya terdapat di Kecamatan Bebandem karena daerah ini

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 325

terdapat sumber air tawar yang melimpah. Ikan gurami diusahakan di kolam

pembesaran. Usaha ini pun memiliki potensi menjadi unggulan jika memperoleh

sentuhan pemberdayaan dari pihak luar dan permintaan terhadap ikan gurami

sangat tinggi untuk restoran atau kafe di daerah pariwisata seperti Denpasar dan

Badung. Masalah pengembangan KPJU potensial pada sektor pertanian ini adalah

permodalan, manajemen, dan teknis keterampilan bagi para tenaga kerja dan

pengelolanya. Solusi dari masalah ini ada memberdayakan KPJU-KPJU potensial

ini melalui bantuan teknis dan manajemen serta peminjaman modal, sehingga

mereka dapat meningkan volume usaha dan produksi, akhirnya pada saatnya KPJU-

KPJU ini menjadi unggul jika ditinjau dari empat kriteria unggulan. Pemberdayaan

dapat dilakukan, baik oleh pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

maupun investor.

KPJU potensial pada sektor industri pengolahan ada empat jenis, yaitu

industri pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol), industri kerajinan perak,

industri pengolahan minyak nilam, dan industri garam. Pengolahan buah salak

memiliki potensi dikembangkan menjadi produk-produk olahan seperti wine, keripik,

dan dodol salak. Di Desa Sibetan sudah ada beberapa kelompok tani dan kelompok

wanita tani yang merintis usaha ini, tetapi belum berkembang secara maksimal,

bahkan nyaris bangkrut karena menemukan banyak masalah. Wine yang diproduksi

mengandung alkohol relatif tinggi, dodol dan keripik salak belum diminati oleh

konsumen Bali. Jika pengembangan industri salak berhasil, tidak hanya

meningkatkan nilai tambah komoditas salak, tetapi juga dapat menstabilkan harga

salak segar di sentra produksi salak yang sangat fluktuatif dari musim ke musim.

Industri garam hanya ada di Kecamatan Abang, memiliki potensi untuk

dikembangkan menjadi unggulan. Jadi, masalah pengembangan KPJU pada sektor

ini adalah masalah teknis keterampilan, manajemen, dan permodalan. Oleh karena

itu, solusi dari masalah ini adalah memberdayakan KPJU-KPJU pada sektor ini

melalui injeksi skill, manajemen, dan bantuan atau peminjaman modal usaha.

KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada satu jenis, yaitu

artshop. Usaha perdagangan produk-produk industri kerajinan dalam sebuah

artshop memiliki potensi berkembang. KPJU ini berlokasi di daerah-daerah tujuan

wisata, seperti Besakih, Tulamben, Amed, dan Candidasa. Masalahnya adanya

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 326

kendala teknis, manajemen, dan permodalan dari para pengusahanya atau calon

pengusahanya. Jika masalah ini bisa dipecahkan, maka KPJU potensial ini akan

menjadi KPJU unggulan.

KPJU pada sektor jasa-jasa lain ada dua jenis, yaitu Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) dan penjahitan pakaian. Usaha jasa PAUD berpotensi di beberapa

kecamatan, karena banyak anak-anak yang memerlukan pendidikan dini sebelum

memasuki sekolah taman kanak-kanak. Apalagi Kemendiknas memiliki program

khusus menyangkut PAUD, sehingga ke depan usaha jasa ini potensial

dikembangkan. Sebaliknya, usaha penjahitan pakaian juga memiliki potensi

berkembang di setiap kecamatan. Jika KPJU ini memperoleh perhatian dan

pembinaan dari pemerintah, maka ke depan kedua KPJU ini akan menjadi KPJU

unggulan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 327

6.2.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Jembrana

1. Profil Kabupaten Jembrana

Kabupaten Jembrana merupakan sebuah kabupaten kecil karena sebagian

besar wilayahnya berupa pegunungan yang membentang dari barat sampai ke timur

dengan luas 841,80 km2 atau 14,93 persen dari luas wilayah Bali. Dibanding

dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Bali, Kabupaten Jembrana mempunyai posisi

strategis dilihat secara geografis. Posisi tersebut dikatakan sebagai pintu gerbang

Bali bagian barat yang merupakan kunci filtrasi budaya dan arus migran.

Secara astronomis, Kabupaten Jembrana terletak pada posisi 8°09’30”--

8°28’02” Lintang Selatan dan 114°25’53”--114°56’38” Bujur Timur, dengan

Kabupaten Buleleng sebagai batas utara, Samudra Indonesia di sebelah selatan,

Selat Bali di sebelah barat, dan Kabupaten Tabanan di sebelah timur. Layaknya

daerah tropis lainnya, Kabupaten Jembrana mengalami dua musim, yakni musim

hujan dan musim kemarau. Bulan Desember, Januari, dan Februari (DJF) secara

umum megalami hujan lebat, sedangkan bulan Juni, Juli, dan September (JJS)

mengalami kekeringan sepanjang bulan. Namun, selama tahun 2010 hujan

cenderung lebih sering terjadi di Jembrana, yaitu terjadi sebanyak 231 hari hujan,

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya 156 hari.

Sebagai bagian dari Pulau Bali bagian barat dan selatan yang berbatasan

dengan laut, maka secara otomatis banyak desa yang berbatasan langsung dengan

lautan. Dari 51 desa/kelurahan yang ada, 23 di antaranya merupakan

desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut atau biasa disebut sebagai

desa/kelurahan pesisir. Sementara untuk desa bukan pesisir yang berjumlah

sebanyak 28 desa, sebagian besar (21 desa/kelurahan) merupakan desa/kelurahan

yang terletak di daerah dataran. Lokasi tersebut tentu sangat mendukung

pembangunan daerah bersangkutan dari sisi akses sehingga berdampak positif, baik

pada kegiatan ekonomi maupun sosial warga setempat.

Berdasarkan relief dan topografinya, di bagian utara dataran Jembrana

terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Bentangan

pegunungan ini secara geografis merupakan pembatas antara Jembrana dengan

Kabupaten Buleleng di bagian utaranya. Dengan keadaan jumlah gunung sebanyak

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 328

17 buah dengan ketinggian antara 263 meter sampai dengan yang tertinggi, yaitu

Gunung Merbuk dengan ketinggian 1.386 meter di atas permukaan laut yang

mempunyai potensi sumber air, sangat berguna bagi kehidupan penduduk.

Berdasarkan 17 gunung tersebut, terbentuk 37 buah sungai dengan panjang antara

3.400 meter sampai dengan 24.600 meter.

Potensi yang ada ini betul-betul dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk

mengembangkan sektor pertanian berbasis pengairan. Berdasarkan potensi sumber

air sungai, dapat dibangun penampungan air massal sejak tahun 1973 sampai

dengan tahun 2009 sebanyak 18 bendungan dengan kapasitas antara 0.37 m3 per

detik hingga 1.92 m3 per detik. Bendungan-bendungan tersebut dapat mengairi

sawah sekitar 6.000 ha lebih yang tersebar di seluruh kecamatan, terbagi menjadi

sekitar 83 subak. Seandainya luas lahan sawah yang hanya 8,21 persen dari

seluruh wilayah Jembrana ini tidak dikelola dengan baik, tentunya hal ini dapat

menjadi keadaan yang buruk bagi perekonomian penduduk Jembrana yang

sebagian besar mata pencahariannya dari sektor petanian.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 diketahui bahwa komposisi

penduduk Jembrana didominasi oleh penduduk dewasa dengan kisaran usia antara

25 sampai dengan 45 tahun. Di sisi lain, penduduk usia muda (0--4 tahun)

cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Hal ini menjadi suatu

indikasi bahwa pemerintah daerah sudah berhasil menekan pertumbuhan penduduk

secara alamiah. Sementara dominasi penduduk dewasa, juga disebabkan oleh

besarnya migrasi masuk ke Jembrana, yaitu sebagian besar yang datang ke

Jembrana adalah penduduk dewasa dengan tujuan mencari pekerjaan. Hal ini dapat

diindikasikan dengan menjamurnya bangunan rumah kost yang penuh oleh

penduduk pendatang.

Pada tahun 2010, penduduk Jembrana telah mencapai 261.638 jiwa sehingga

rata-rata kepadatan penduduk di Jembrana berkisar 311 orang per kilometer

persegi. Angka yang tergolong cukup padat walaupun Jembrana bukan daerah

konsentrasi industri pariwisata. Pada tahun 2010 ini angka pertumbuhan cenderung

meningkat menjadi 1,22% dari 0.86% pada tahun sebelumnya. Berdasarkan

pengamatan lapangan diketahui bahwa kontribusi kenaikan ini disebabkan oleh

penduduk pendatang.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 329

Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Jembrana relatif berimbang. Hal

ini ditunjukkan dari data sex ratio yang mendekati 100. Namun, secara umum

perempuan masih lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini dapat dijelaskan bahwa

penduduk laki-laki di Jembrana biasanya bekerja dan kuliah di kabupaten lain,

seperti di Badung dan Denpasar. Berdasarkan struktur umur, penduduk usia

produktif (15--64 tahun) menunjukkan adanya kecenderungan yang menurun.

Secara mikro regional (lingkup kabupaten), hal ini mengindikasikan adanya kenaikan

rasio ketergantungan yang secara kasar dapat menggambarkan belum adanya

perbaikan kondisi perekonomian masyarakat.

Berdasarkan hasil SP 2010, diketahui bahwa penduduk Jembrana mencapai

261.638 jiwa, yakni terdiri atas 130.062 laki-laki dan 131.576 perempuan.

Berdasarkan jumlah tersebut, diketahui bahwa sebagian besar terkonsentrasi di dua

kecamatan, yaitu Kecamatan Negara dan Mendoyo masing-masing 29,74%, dan

21,49%. Sementara di kecamatan lainnya hanya berkisar antara 9 hingga 19

persen. Kecamatan Negara mempunyai jumlah penduduk lebih tinggi, kepadatan

lebih tinggi, laju pertumbuhan dan sex ratio tertinggi dibandingkan dengan empat

kecamatan lainnya. Hal itu terjadi karena sebagai kecamatan urban yang padat

ekonomi sehingga daerah ini menjadi tujuan kaum migran dari kecamatan lainnya

atau bahkan dari luar kabupaten. Pada sisi lain, Kecamatan Mendoyo dan

Pekutatan merupakan dua kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk

terendah. Potensi ekonomi yang terdiri atas sektor pertanian tampaknya kurang

begitu menarik bagi kaum migrant. Hal itu membuat kedua kecamatan tersebut

memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif rendah.

Berdasarkan jumlah rumah tangga hasil SP 2010 tercatat sebanyak 72.710

rumah tangga di Kabupaten Jembrana. Dengan kata lain, secara rata-rata satu

rumah tangga dihuni atau terdiri atas tiga sampai empat jiwa penduduk. Di setiap

kecamatan, rata-rata anggota rumah tangganya cukup merata. Terdapat tiga

kecamatan yang memliki rata-rata anggota rumah tangga di atas angka Kabupaten

Jembrana, yakni Kecamatan Melaya, Kecamatan Negara, dan Kecamatan

Pekutatan. Sebaliknya, sisanya memiliki rata-rata anggota rumah tangga di bawah

angka kabupaten.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 330

Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang aktif di pasar kerja mengalami

kecenderungan berfluktuasi. Pada tahun 2008 angka TPAK Kabupaten Jembrana

mencapai 74,74 persen, lalu menurun menjadi 72,32 persen pada tahun selanjutnya,

kemudian kembali naik menjadi 73,33 persen pada tahun 2010. Namun, tumbuhnya

ekonomi Jembrana secara konsisten tampaknya mampu membuka lapangan kerja

yang cukup memadai. Ini terbukti dengan penyerapan angkatan kerja yang terus

meningkat, yakni dari 95,89 persen pada tahun 2008 menjadi 97,77 persen pada

tahun 2009, kemudian menjadi 97,46 persen pada tahun 2010.

Jika diklasifikasikan berdasarkan tiga sektor utama, yaitu primer (P), sekunder (S),

dan tersier (T), sebagian besar pekerja di Bali menggantungkan hidupnya pada

sektor tersier. Perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)

membuat sektor tersier menjadi leading sector di Jembrana, yang diikuti oleh sektor

angkutan dan jasa-jasa yang disertai oleh tingginya penyerapan tenaga kerja pada

sektor bersangkutan.

Dari sisi pendapatan pekerja, kenaikan penyerapan tenaga kerja rupanya

disertai oleh kenaikan pendapatan pekerja. Hal ini tercermin dari meningkatnya upah

minimum regional (UMR) selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2008 UMR baru

mencapai Rp 8,83 juta per tahun, lalu meningkat menjadi Rp 9,75 juta per tahun

(10,42 persen); pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi Rp 10,50 juta per

tahun (meningkat 7,69 persen). Peningkatan tersebut kisarannya sama dengan laju

inflasi yang mencapai 8,10 persen pada tahun 2010. Kendati tidak ada jaminan

bahwa semua perusahaan telah menerapkan UMR, setidaknya hal ini secara kasar

dapat menunjukkan akan adanya peningkatan kesejahteraan pekerja, yaitu

penghasilannya masih tidak terpaut jauh dibandingkan dengan peningkatan harga

barang/jasa yang dikonsumsi (inflasi).

Meskipun pertumbuhan ekonomi Jembrana telah mampu menciptakan

lapangan pekerjaan baru, jika dilihat dari segi kualitas, maka tampaknya masih

cukup memprihatinkan. Dari sisi status pekerjaan, lapangan kerja yang tercipta

sebagian besar merupakan sektor informal, bahkan cenderung meningkat pada

setiap tahunnya. Demikian pula, jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran

terbuka (TPT), di mana laju pertumbuhan ekonomi (LPE) belum mempunyai

pengaruh signifikan terhadap penekanan pengangguran.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 331

2. KPJU Unggulan

Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang

mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga

kerja berdasarkan kondisi yang prospektif, serta mempunyai daya saing tinggi. KPJU

unggulan tersebar hanya ke dalam tujuh sektor perekonomian, kecuali sektor

pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Sekalipun

demikian, belum tentu setiap sektor, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten

terdapat KPJU unggulan dan potensial karena memang tidak ada jenis KPJU di

kecamatan atau kabupaten yang bersangkutan unggul dilihat dari empat kriteria,

yakni rumah tangga yang terlibat, ketersediaan bahan baku/sarana produksi,

jangkauan pemasaran, dan sumbangan terhadap perekonomian daerah. Sebaliknya,

bisa terjadi dalam suatu sektor terdapat banyak KPJU unggulan dan potensial dilihat

dari empat kriteria yang dijadikan sebagai acuan.

Sepuluh KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Jembrana, yakni

kelapa, padi sawah, kedelai, cengkeh, kopi, sapi, penangkapan ikan di laut, pisang,

kopi, dan kerbau (Tabel 6.2.9). Kesepuluh KPJU ini tersebar di satu kecamatan atau

lebih di Kabupaten Tabanan. Misalnya, padi sawah tersebar di semua kecamatan,

yang luas arealnya bervariasi antarkecamatan. Namun, ada juga KPJU seperti

penangkapan ikan di laut hanya diusahakan secara semi komersial oleh masyarakat

di sepanjang pantai Jembrana, terutama didominasi oleh masyarakat Kecamatan

Negara. Penangkapan ikan di laut disebutkan sebagai unggulan karena dalam

pengusahaannya melibatkan banyak masyarakat dan didukung oleh keterjangkauan

pasar yang cerah, tersedianya sarana produksi, dan memiliki kontribusi signifikan

terhadap perekonomian Kabupaten Jembrana. Hal itu terjadi karena secara agregat

pendapatan rumah tangga-rumah tangga para nelayan semi komersial menjadi

pendapatan regional Jembrana.

Kabupaten Jembrana tidak memiliki KPJU unggulan dan potensial di sektor

pertambangan dan penggalian karena memang tidak memiliki sumber daya yang

memadai. Sebenarnya ada potensi sumber daya pertambangan khususnya pasir

dan batu, tetapi karena alasan pelestarian lingkungan sehingga urung dieksplorasi.

Dengan demikian, sektor pertambangan dan penggalian tidak dapat dijadikan

sebagai unggulan oleh Kabupaten Jembrana.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 332

Sepuluh KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan di Kabupaten

Jembrana, yakni kopra dan minyak goreng kelapa, penyosohan beras (rmu), industri

atbm (tenun cagcag), industri makanan aneka keripik, industri pengolahan kopi

bubuk, industri pengalengan ikan, industri batu bata, industri pengolahan hasil

perikanan, industri pembuatan tempe, dan industri pembuatan tahu.

Tabel 6.2.8

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Jembrana

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1 Pertanian (1) Kelapa (2) Padi sawah (3) Kedelai (4) Cengkeh (5) Kopi (6) Sapi (7) Penangkapan ikan di laut (8) Pisang (9) Kopi (10) Kerbau

(1) Kambing (2) Jagung (3) Kakao (4) Vanili (5) Ayam buras (6) Itik (7) Budaya udang

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng kelapa

(2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri ATBM (tenun

cagcag) (4) Industri makanan aneka

keripik (5) Industri pengolahan kopi

bubuk (6) Industri pengalengan ikan (7) Industri batu bata (8) Industri pengolahan hasil

perikanan (9) Industri pembuatan tempe (10) Industri pembuatan tahu

(1) Pemindangan ikan laut

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/ Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan

-

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 333

Tabel 6.2.8 lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 6 Perdagangan, Hotel,

dan Restoran (1) Hotel melati (2) Mini market dan toko

kelontong (3) Perdagangan produk

pertanian (4) Kios produk kerajinan (5) Restoran (6) Rumah makan (7) Homestay (8) Vila (9) Konter HP (10) Perlengkapan pakaian

dari tekstil (mote dan renda)

-

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang

perkotaan dan pedesaan (4) Bus trayek (5) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU

(1) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata Pura Rambut Siwi

(2) Objek wisata Taman Nasional Bali Barat

(3) Objek wisata agro Bunutan (4) Objek wisata bendungan

Palasari (5) Objek Wisata Pantai Madewi (6) Pangkas rambut dan salon

kecantikan (7) Jasa binatu/laundry (8) Pramuwisata (9) Jasa perbengkelan (mobil

dan motor) (10) Ojek

(1) Fotokopi (2) Penjahitan

pakaian (3) PAUD

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda

Industri pengolahan di sini diartikan sebagai industri yang mengolah bahan

baku menjadi barang setengah jadi (work in process) atau barang jadi (finish goods)

sehingga memiliki nilai tambah bagi pengolahnya, bagi perekonomian daerah, bagi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 334

masyarakat, dan yang lebih penting lagi dapat menyerap tenaga kerja sehingga

diharapkan dapat mengurangi jumlah keluarga miskin. Sembilan KPJU unggulan

pada sektor industri pengolahan, yakni kopra dan minyak goreng kelapa, penjahitan

pakaian sesuai pesanan, penyosohan beras (RMU), industri ATBM (tenun cagcag),

industri pengolahan hasil perikanan, industri pengolahan kopi, industri pengalengan

ikan, industri batu bata, dan industri genteng. KPJU-KPJU di sektor industri

pengolahan ini harus dipertahankan, dipelihara, dan dibina sehingga tetap menjadi

unggul dan memiliki daya saing. Khusus bagi industri batu bata dan genteng,

diupayakan dibuatkan Peraturan Daerah (Perda) agar tidak mengeksplorasi tanah

yang ada sekarang ini secara berlebihan dengan cara membeli tanah sebagai bahan

baku dari perbukitan di Banyuwangi.

Pada sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Jembrana, KPJU yang

unggul hanya satu jenis yakni kontraktor konstruksi bangunan. KPJU ini pun hanya

terdapat di Kecamatan Negara dan Jembrana. KPJU kontraktor konstruksi

bangunan ini bervariasi, mulai dari menangani pekerjaan jalan, jembatan, saluran

irigasi, dan konstruksi gedung, baik untuk kepentingan proyek pemerintah maupun

kepentingan swasta.

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Jembrana

dijumpai sebanyak sepuluh jenis KPJU, yakni hotel melati, mini market dan toko

kelontong, perdagangan produk pertanian, kios produk kerajinan, restoran, rumah

makan, homestay, vila, konter HP (telepon seluler), dan perlengkapan pakaian dari

tekstil (mote dan renda). Khusus bagi mini market dan toko kelontong, konter HP,

dan perdagangan produk-produk pertanian tersebar luas pada semua kecamatan di

Kabupaten Jembrana. Sementara itu, KPJU unggulan yang berkaitan dengan

pariwisata tersebar di semua kecamatan, terutama wisata pantai yang dimulai dari

Kecamatan Pekutatan sampai dengan Melaya. Ke depan KPJU unggulan ini harus

dipertahankan dan dikembangkan dalam pengertian dibina, karena tidak hanya

mampu menyerap tenaga kerja banyak, teapi juga memiliki kontribusi terhadap

perekonomian daerah.

Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Jembrana mampu

menciptakan setidaknya lima KPJU unggulan, yakni angkutan darat barang (truk),

jasa pengiriman paket, angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan, bus trayek,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 335

dan warnet. Kelima KPJU ini memiliki keunggulan tersediri, terutama dalam

mendukung sektor pariwisata yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Jembrana. Oleh karena itu, serangkaian KPJU unggulan ini harus dibina

dan dipertahankan sehingga tetap berperan dalam mendukung aktivitas sektor

ekonomi lainnya.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kabupaten

Jembrana terdapat lima KPJU unggulan, yakni LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.

Kelima KPJU unggulan di sektor ini memiliki peranan strategis dalam hal transaksi

dan mediasi keuangan, baik berupa peminjaman, pembayaran, maupun

penyimpanan dana pihak ketiga. Kehadiran serangkaian KPJU unggulan di sektor

ini, mampu mempercepat transaksi keuangan sehingga memperlancar pergerakan

roda perekonomian. Oleh karena itu, keberadaan serangkaian KPJU unggulan ini

harus tetap dipertahankan dan dibina.

Pada sektor jasa-jasa di Kabupaten Jembrana terdapat sepuluh KPJU

unggulan yakni, objek wisata pura Rambut Siwi, objek wisata Taman Nasional Bali

Barat, objek wisata agro Bunutan, objek wisata bendungan Palasari, objek wisata

Pantai Madewi, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa binatu/laundry,

pramuwisata, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan ojek. Serangkaian KPJU

unggulan di sektor ini lebih didominasi oleh sektor pertanian dan jasa pariwisata

yang merupakan salah satu lokomotif perekonomian Jembrana.

3. KPJU Potensial

Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU yang tidak

masuk dalam lima KPJU Unggulan kecamatan atau sepuluh KPJU unggulan di

tingkat kabupaten, tetapi berdasarkan hasil diskusi dan pendapat para pakar

setempat berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya perlakuan

atau kebijakan tertentu. KPJU ini potensial untuk diberdayakan karena telah lolos di

tingkat kecamatan dengan memenuhi kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan

pemasaran, sumbangan terhadap perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan

baku, maka KPJU potensial disajikan pada Tabel 6.2.8.

Berdasarkan “Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)” di tingkat

kecamatan dan setelah diskusi dengan para pejabat teknis di kecamatan dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 336

kabupaten, maka pada sektor pertanian terdapat tujuh KPJU potensial yang

ditemukan pada hampir semua kecamatan, yakni kambing, jagung, kakao, vanili,

ayam buras, itik, dan budi daya udang. Produk itu akan lebih memiliki nilai ekonomis

jika dikelola hingga menjadi produk jadi atau minimal menjadi produk setengah jadi

sehingga dapat meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan.

Pada sektor industri pengolahan, hanya terdapat satu KPJU potensial, yakni

pemindangan ikan laut. Jika memperoleh sentuhan atau pemberdayaan dari tangan-

tangan bijak, baik berupa pelatihan keterampilan, teknologi tepat guna, bantuan

permodalan, maupun promosi pemasaran, maka industri ini berpotensi berkembang

menjadi unggulan. Industri penyulingan minyak cengkeh berpotensi dikembangkan

pada semua kecamatan penghasil cengkeh di Jembrana.

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat satu jenis

KPJU potensial yang terdapat di Kecamatan Jembrana, yakni money changer. Pada

sektor jasa-jasa lain di Kabupaten Jembrana sebanyak empat jenis KPJU potensial,

yakni ojek, PAUD, pramuwisata, dan fotokopi. KPJU-KPJU ini masih tahap awal

perkembangan atau rintisan dan belum berkembang bila dibandingkan dengan

KPJU unggulan lainnya. Namun, jika serangkaian KPJU ini memperoleh sentuhan

pemerintah atau swasta, maka KPJU potensial ini memiliki peluang untuk menjadi

unggulan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 337

6.2.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM

di Kabupaten Buleleng

1. Profil Kabupaten Buleleng

Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara Pulau Bali memanjang dari barat

ke timur. Secara geografis, Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 08o03 40

08o23 00 Lintang Selatan 115o25'55'' 115o27 28 Bujur Timur. Kabupaten Buleleng

berbatasan dengan Kabupaten Jembrana di bagian barat, Laut Jawa/Bali di bagian

utara, Kabupaten Karangasem dibagian timur, dan empat kabupaten, yaitu

Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, dan Bangli di bagian selatan. Secara

keseluruhan luas wilayah Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektare atau 24,25%

dari luas Provinsi Bali. Sampai dengan tahun 2008 Kabupaten Buleleng masih tetap

terbagi dalam 9 kecamatan dengan 129 desa definitif, 19 kelurahan. Pada tahun

2008, terjadi peningkatan jumlah dusun dan lingkungan menjadi 550 dusun dan 58

lingkungan.

2. KPJU Unggulan

Identifikasi KPJU unggulan di Kabupaten Buleleng menggunakan metode

Borda berdasarkan daftar KPJU kabupaten, yang hasilnya disajikan pada Tabel

6.2.9. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten

Buleleng. Produk pertanian paling utama, yaitu padi sawah dengan jumlah produksi

pada tahun 2010 sebanyak 134.325 ton dengan luas panen seluas 22.173 ha,

sehingga produktivitasnya adalah 60,58 ku/ha. Produktivitas padi terbesar dihasilkan

di Kecamatan Sawan, yaitu sebanyak 62,89 ku/ha, sedangkan produktivitas padi

terkecil dihasilkan di Kecamatan Gerokgak sebesar 53,95 ku/ha. Padi sawah

terdapat di Kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan.

Di Buleleng, sapi merupakan produk unggulan. Bangsa sapi yang digunakan

untuk penggemukan biasanya bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi

atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan.

Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali,

peranakan Onggole (PO), dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul

impor adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole, dan Brangus. Dalam sistem

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 338

penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandang, antara lain tipe kandang

tunggal (individual) dan tipe kandang ganda. (1) Tipe tungga terdiri atas satu baris

sapi dengan posisi kepala satu arah yang cocok digunakan untuk menggemukan

sapi sebanyak 1--5 ekor. (2) Tipe ganda terdiri atas dua baris sapi yang saling

berhadapan atau bertolak belakang. Di antara kedua barisan sapi dibatasi atau

dibuat gang selebar 1,5 meter sebagai jalan untuk memberikan makanan/air minum

dan membersihkan kandang. Kandang tipe ini cocok untuk menggemukkan sapi

dengan jumlah besar (lebih dari 5 ekor). Komoditas sapi dominan terdapat di

Gerokgak, Sukasada, Seririt, Kubutambahan, Tejakula.

Kendati mangga di Buleleng dikenal mampu menembus pasar ekspor,

ternyata upaya itu masih mengalami permasalahan serius. Kendala itu karena

mangga Buleleng yang akan diekspor belum dilengkapi dokumen pest list (daftar

hama/penyakit). Padahal, tiap negara tujuan ekspor mengharuskan dokumen ini.

Ironisnya, pemerintah daerah belum menempuh upaya melengkapi syarat tersebut.

Lebih jauh diungkapkan, selama ini mangga Buleleng memang sudah mampu

menembus pasar ekspor. Akan tetapi, ekspor itu dilakukan oleh pengusaha di

Probolinggo, Jawa Timur (Jatim). Bahkan, pemerintah setempat memfasilitasi

pengusaha untuk melengkapi dokumen pest list. Atas kondisi ini, nama mangga

Buleleng tak lagi dikenal karena sudah diklaim sebagai mangga yang dihasilkan di

Probolinggo. “Dapat dikatakan kalah cepat sehingga ekspor mangga justru dilakukan

pengusaha di Jatim, bahkan komoditas ini tak lagi memiliki nama mangga Buleleng.

Namun, dikenal dengan mangga Probolinggo. Akan tetapi, di Buleleng mangga tetap

menjadi unggulan selain agroklimat mendukung, masyarakat banyak sekali

menanam mangga karena rasa yang manis. Komoditas mangga dominan terdapat di

Gerokgak, Tejakula, Kubutambahan.

Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat

memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup

puluhan, bahkan sampai ratusan tahun. Tingginya dapat mencapai 20--30 meter dan

cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang tumbuhan cengkeh tersebut pada

umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah.

Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun

cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 339

panggkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2--3 cm dan

panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5--12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan

muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek dan bertandan. Pada saat

masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi

kuning kehijau-hijauan, dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.

Sebalikknya, bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa

pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah

pada umur 4--7 tahun. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup

air dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam,

baik di daerah daratan rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian

900 meter di atas permukaan laut. Hal ini membuat cengkeh sangat baik tumbuh di

Kabupaten Buleleng dan banyak petani yang berhasil bertani. Komoditas cengkeh

dominan terdapat di Kecamatan Banjar, Sukasada, Sawan, Tejakula,

Kubutambahan, Busungbiu.

Teknik budi daya ternak babi merupakan salah satu peluang bisnis bagi

petani sesuai dengan potensi dan sumber daya yang tersedia karena komoditas

babi dapat dipelihara oleh sebagian besar rumah tangga petani untuk dijual sebagai

sumber uang tunai. Di Buleleng populasi ternak cukup banyak. Bagi masyarakat

Bali, ternak babi sangat penting artinya dalam keterkaitannya dengan adat istiadat

atau dapat dikatakan bahwa ternak babi sudah dipelihara sejak turun-temurun.

Masalahnya makanannya masih tergantung dari sisa-sisa dapur dan ubi-ubian,

dikandangkan, tetapi kadang-kadang dilepas dengan sistem perkandangan

tradisionial. Usaha pemeliharaan ternak babi bagi petani seolah-olah sudah menjadi

keharusan. Hal ini disebabkan oleh selain memanfaatkan sisa dapur untuk sumber

pakan babi juga untuk memenuhi tuntutan kebutuhan adat dalam budaya lokal.

Komoditas babi yang dominan terdapat di Seririt, Buleleng, Tejakula.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 340

Tabel 6.2.9

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial di Kabupaten Buleleng

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

1

Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Mangga (4) Cengkeh (5) Babi (6) Kopi (7) Anggur (8) Ikan laut (9) Kakao (10) Strawbery

2 Pertambangan dan Penggalian

- -

3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)

(2) Pengolahan dan pengawetan ikan

(3) Pengolahan gula merah (4) Industri anyaman ingke (5) Industri kerajinan tenun (6) Rumah potong unggas (7) Air minum isi ulang (8) Produk makanan aneka

keripik (9) Pengolahan kopi bubuk (10) Industri pengolahan

dodol buah-buahan

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

- -

5 Bangunan/ Konstruksi

Kontraktor konstruksi bangunan

-

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 341

Tabel 6.2.9 lanjutan

No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Restoran /rumah makan (3) Konter HP (4) Homestay (5) Vila (6) Mini market dan toko

klontong (7) Perdagangan produk

pertanian (8) Artshop

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk)

(2) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan

(3) Jasa pengiriman paket (4) Ojek (5) Rent car (6) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) KUD (4) BPR (5) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(2) Penjahitan pakaian (3) Jasa perbengkelan

mobil dan motor (4) Fotokopi (5) Pramuwisata (6) Jasa binatu/laundry (7) PAUD (8) Objek wisata air terjun

Gitgit (9) Objek wisata pantai

Lovina (10) Objek wisata Air Sanih

Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 342

Kopi Banyuatis konon dipopulerkan oleh Ketut Englan pada tahun 1976.

Pabrik Kopi Banyuatis ini terletak di Pemaron tepatnya di Jalan Singaraja-Seririt Bali.

Bahan dasarnya didatangkan dari Desa Banyuatis dan Pupuan Bali. Bentangan

alam dihiasi tanaman kopi begitu menyejukkan hati. Kopi Banyuatis bisa didapatkan

di kedai-kedai hanya dengan selembar uang ribuan untuk satu sajian gelas panas.

Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan

robusta.[Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan

berenergi pertama kali ditemukan oleh bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3000

tahun (1000 SM) yang lalu.Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi

salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai

kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400

ribu ton kopi per tahun. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga

dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan

berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Di beberapa tempat di Buleleng juga

mulai dikembangkan kopi luwak, seperti di Sawan, Sukasada yang tentunya

merupakan produk unggulan dari Buleleng. Komoditas kopi dominan terdapat di

Busungbiu, Banjar, Sawan, Kubutambahan.

Anggur Buleleng sudah terkenal sejak lama. Anggur (Vitis vinivera)

merupakan komoditas andalan/unggulan Kabupaten Buleleng. Buah anggur sangat

digemari oleh masyarakat terutama di Bali. Selain warnanya yang menarik hitam

pekat juga memiliki rasa yang cukup manis bila panen dilakukan tepat waktu. Buah

anggur di Bali sering sebagai sarana upacara keagamaan di samping buah-buahan

lainnya. Tanaman anggur di Buleleng telah dikenal sejak tahun 1934. Anggur

berkembang di Desa Pengastulan Kecamatan Seririt. Varietas anggur yang ditanam

saat itu adalah Gross Colman, Isabella, Brillant, dan Alphonso Lavalle. Namun, yang

beradaptasi baik adalah Alphonso Lavalle sehingga dikembangkan sampai ke

kecamatan lain, seperti Banjar dan Gerokgak. Komoditas anggur dominan terdapat

di Kecamatan Seririt, Banjar.

Kabupaten Buleleng mempunyai panjang pantai 157,05 km, dengan luas laut

3.196.8 km² dengan perkiraan produksi lestari 12.538 ton/tahun. Pemanfaatan

potensi masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan memanfaatkan sumber

perikanan pantai, lepas pantai, dan laut bebas. Jenis-jenis ikan yang ditangkap dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 343

menjadi komoditas andalan daerah buleleng antara lain lemuru 1.093,9. ton ( 10,9

%), cakalang ton 1.846,3 (15,22%), ikan tongkol 1.855,1 ton (15,68%), teri 467,9

(5,76%), ikan lemadang 272,1 (2,62%), ekor layang 867,5 (9,30%), ikan terbang

1.162,5,9 (8,99%), ikan tuna 1.052,8 (9,84%), dan ikan-ikan demersal yang masih

sedikit pengelolaannya. Ikan menjadi unggulan di Sawan dan Gerokgak.

Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang

berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang

dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk

pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam

pembudi dayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m. Akan tetapi, dengan tajuk

menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari

batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm),

tunggal, tetapi tampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik

tunas. Bunga kakao tumbuh dari batang. Penyerbukan bunga dilakukan oleh

serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan

beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari. Bunga siap

diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari. Kakao secara umum merupakan

tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri. Walaupun

demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan

menghasilkan jenis komoditas dengan nilai jual yang lebih tinggi. Di Buleleng, kakao

sangat sesuai dengan agroklimatnya sehingga merupakan tanaman atau produk

unggulan. Komoditas kakao dominan terdapat di kecamatan Busungbiu, Banjar,

Kubutambahan.

Strawberry merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama

kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman strawberry, yaitu Fragaria

chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa, dan Asia. Selanjutnya

spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan dengan spesies

lainnya. Jenis strawberry ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Prospek

agribisnis strawberry di Buleleng khususnya di daerah Pancasari yang merupakan

daerah yang memiliki agroklimat yang sangat sesuai dengan tumbuhnya strawberry.

Strawberry dijadikan sebagai lambang cinta oleh masyarakat Yunani kuno karena

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 344

warna, rasa, dan manfaat buah ini. Tanaman yang tergolong sebagai tanaman buah

herba ini pertama kali ditemukan di negara Chili, Amerika. Salah satu spesiesnya

yang terkenal adalah Fragaria Chilioensis L yang menyebar ke berbagai belahan

dunia seperti Amerika, Eropa, dan Asia. Munculnya bunga strawberry adalah tanda

tanaman strawberry akan menghasilkan buah. Jika tanaman strawberry mulai

berbunga, maka musim strawberry berbuah dimulai. bunga strawberry berbentuk

kecil, ukuran diameternya sekitar 1 cm dengan bagian tengah berwarna kuning dan

bagian pinggirnya berwarna putih. Bagian warna kuning inilah yang pada kemudian

hari akan berubah menjadi bakal buah. Dalam satu minggu, bisa panen tiga sampai

dengan empat kali. Dari satu hektare kebun strawberry, paling banyak menghasilkan

300 kg pada setiap kali panen. Harga buahnya di pasar lokal relatif stabil. Bahkan

akhir-akhir ini karena pasokan dari petani kurang, apalagi ditambah datangnya

musim hujan harga borongan meningkat cukup tinggi. Untuk kualitas super harga

borongan mencapai Rp 30.000,00--Rp 40.000,00/kg, sedangkan kualitas A--B

antara Rp 25.000,00--Rp 30.000,00. Harga kualitas C paling tinggi hanya Rp

10.000,00. Komoditas strawberry dominan terdapat di Kecamatan Sukasada.

Mengingat Buleleng penghasil padi sawah, tentunya penggilingan padi

merupakan usaha yang cukup penting khususnya di Kabupaten Buleleng. Usaha

penggilingan padi (RMU) dominan terdapat di Kecamatan Busungbiu, Banjar,

Sukasada, Sawan, Tejakula.

Di Buleleng merupakan penghasil ikan yang cukup banyak sehingga muncul

usaha-usaha pengolahan dan pengawetan ikan, seperti ikan asin, terasi, dan

sebagainya. Industri pengolahan gula merah ini sudah sangat terkenal karena tidak

menggunakan bahan campuran sehingga konsumen merasakan keaslian gula

merah Pedawa. Usaha pengolahan ikan dominan terdapat di Kecamatan Gerograk,

Sawan, Kubutambahan.

Industri gula merah di Desa Pedawa sangat terkenal dengan kualitasnya yang

bagus. Sampai sekarang konsumen masih menyukai produk tersebut. Industri gula

merah terdapat juga di Kecamatan Tejakula.

Industri anyaman ingke dan industri tenun terdapat di Kecamatan Tejakula.

Rumah potong unggas adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan

dengan desain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong unggas. Di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 345

beberapa tempat, rumah potong hewan sudah ada di Buleleng. Usaha rumah

unggas dominan terdapat di Kecamatan Seririt.

Seiring dengan perkembangannya ini, maka diperlukan sarana dan prasarana

penunjang yang mendukung, seperti sistem penyediaan air bersih yang dapat

memenuhi kebutuhan penduduk. Oleh karena itu, sistem penyediaan air bersih yang

ada saat ini perlu untuk dikembangkan. Usaha pelayanan air minum isi ulang

dominan di Seririt, Busungbiu.

Industri pengolahan makanan aneka keripik, seperti keripik ubi, keladi, dan

sejenisnya banyak terdapat di Buleleng, Tejakula.

Industri pengolahan kopi menjadi kopi bubuk terdapat di Kecamatan Banjar

sedangkan industri pengolahan buah-buahan menjadi dodol ada di Kecamatan

Kubutambahan.

Kontraktor kontruksi bangunan dominan terdapat di Kecamatan Seririt,

Sukasada, Buleleng, Kubutambahan, Tejakula.

Hotel merupakan suatu bangunan yang menyediakan kamar atau ruang untuk

menginap, makan dan minum, serta pelayanan lain untuk umum, seperti

kantor/tempat pertemuan/seminar. Hotel melati di Buleleng cukup banyak. Hal itu

disebabkan oleh selain merupakan kawasan wisata juga turis banyak yang datang

ke Buleleng seperti Lovina dan Munduk. Hotel melati dominan terdapat di

Kecamatan Gerograk, Seririt, Buleleng.

Restoran/rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang

lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum. Dalam SK

tersebut juga ditegaskan bahwa setiap rumah makan harus memiliki seseorang yang

bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang sehari-hari mengelola dan

bertanggung jawab atas pengusahaan RM tersebut. Di Buleleng cukup banyak

bermunculan warung makan khususnya di Singaraja. Restoran/rumah makan

dominan terdapat di Kecamatan Gerograk, Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada,

Buleleng, Sawan, Kubutambahan, Tejakula.

Konter HP cukup menjamur di Kabupaten Buleleng banyak terdapat di

Kecamatan Gerokgak, Seririt, Buleleng, Busungbiu, Sukasada, Tejakula.

Homestay dan vila banyak terdapat di Gerokgak, Sukasada.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 346

Mini market sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau yang menjual

segala macam barang dan makanan, tetapi tidak selengkap dan sebesar sebuah

supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, mini market menerapkan sistem

swalayan, yaitu pembeli mengambil sendiri barang yang dibutuhkan dari rak-rak

dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak

berutang. Mini market dan toko kelontong dominan terdapat di Kecamatan

Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, Tejakula.

Segala macam bahan makanan hasil peternakan dan perikanan yang diolah

dan dapat dikonsumsi oleh manusia serta tidak membahayakan bagi tubuh manusia,

seperti ikan asin, terasi, daging olahan seperti urutan (semacam sosis dari daging

babi). Segala macam bahan makanan dan minuman hasil pertanian yang diolah dan

dapat dikonsumsi oleh manusia, serta tidak membahayakan bagi tubuh manusia,

seperti jus buah. Perdagangan produk pertanian dominan terdapat di Kecamatan

Sawan, Kubutambahan, Tejakula.

Artshop dominan terdapat di Kecamatan Buleleng,

Angkutan darat barang merupakan rangkaian kegiatan (peristiwa)

pemindahan barang atau penumpang dari satu tempat pemuatan ke tempat tujuan

sebagai tempat penurunan pembongkaran barang muatan. Angkutan darat

perkotaan dan pedesaan untuk penumpang adalah alat pemindahan manusia,

hewan, atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia dan atau mesin untuk memudahkan

manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Angkutan darat barang (truk)

dominan terdapat di Kecamatan Gerograk, Seririt, Busungbiu, Sukasada, Buleleng,

Sawan, Kubutambahan, Tejakula.

Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan hampir ada di setiap

kecamatan.

Jasa pengiriman paket ada di Buleleng, Tejakula

Suatu perusahaan ekspedisi yang memfokuskan layanannya sebagai

perusahaan jasa pengiriman barang dan dokumen melalui transportasi udara, laut,

dan darat dengan tujuan domestik dan internasional. Di samping itu, juga

berkomitmen untuk mengedepankan standar pelayanan sesuai dengan standar

internasional untuk sebuah perusahaan kurir dan kargo guna memberikan kepuasan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 347

kepada customer. Jasa pengiriman barang dominan terdapat di Kecamatan

Buleleng, Sawan.

Ojek dominan terdapat di Kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar, Buleleng,

Sawan, Kubutambahan, Tejakula.

Rent car juga merupakan unggulan seperti di Banjar, Buleleng demikian juga

warnet ada di beberapa kecamatan.

LPD ini dibangun untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan

perekonomian dan pembangunan di desa adat (desa pekraman). Di samping itu,

juga sebagai sumber pendapatan desa, meningkatkan kinerja LPD melalui

pertumbuhan operasional, pelayanan prima, pemberdayaan organisasi dan SDM,

memberdayakan ekonomi masyarakat desa khususnya usaha mikro, kecil dan

menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus meningkatkan pendapatan

masyarakat desa. Selain itu, merupakan salah satu tempat yang sangat bermanfaat

bagi masyarakat desa untuk menyimpan (menabung) dan meminjam uang sehingga

memerlukan sistem yang diatur melalui komputer atau sering disebut sistem

berbasis komputer. LPD dominan terdapat di Kecamatan Gerograk, Busungbiu,

Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, Tejakula.

KSP terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada,

Sawan, Kubutambahan, Tejakula. KUD terdapat di Kecamatan Seririt, Busungbiu,

Banjar, Sukasada, Buleleng, Kubutambahan, Tejakula. BPR terdapat di Kecamatan

Buleleng, Kubutambahan, Tejakula. Money changer ada di Kecamatan Buleleng.

Pangkas rambut dan salon kecantikan ada di Kecamatan Gerokgak, Seririt,

Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan.

Penjahitan pakaian ada di beberapa kecamatan.

Jasa perbengkelan terdapat di Kecamatan Banjar, Sukasada, Buleleng,

Sawan, Tejakula.

Fotokopi terdapat di Kecamatan Kubutambahan.

Pramuwisata ada di Kecamatan Buleleng, Tejakula.

Jasa binatu/laundry terdapat di Kecamatan Buleleng.

PAUD berlokasi di Kecamatan Sawan, Kubutambahan.

Objek wisata air terjun Gitgit, Lovina dan wisata Air Sanih di Kubutambahan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 348

6.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode AHP)

6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kota Denpasar

Lima KPJU unggulan per sektor di Kota Denpasar yang diurut menggunakan

Metode Analytical Hyerarchy Process (AHP) disajikan pada Tabel 6.3.1.

Pertanian dalam arti luas

Penangkapan ikan laut ada di Benoa. Hal itu merupakan salah satu produk

unggulan di Denpasar. Seperti yang diketahui bahwa Bali memiliki potensi

pengembangan budi daya perikanan laut mencapai 1.551,7 hektare tetapi baru

dimanfaatkan 418,5 hektare atau sekitar 26,9 persen. Demikian pula dengan budi daya

ikan di kolam 1.700,4 hektare, tetapi baru digarap 33,1 persen atau seluas 564,5

hektare. Potensi yang belum tergarap dengan baik tersebut akan digarap secara

bertahap dengan harapan mampu meningkatkan produksi bidang perikanan sekaligus

memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat setempat termasuk wisatawan dalam

menikmati liburan di Bali.

Tanaman hias di Kota Denpasar saat ini sedang trend untuk dikembangkan,

mengingat permintaan konsumen yang semakin meningkat, baik dari selera maupun

kebutuhan kantor, hotel, maupun restoran sebagai penghias ruangan. Misalnya,

anggrek, anthurium, jepun jepang dsb. sedang dikembangkan di wilayah Denpasar

Timur dan Denpasar Selatan. Anggrek yang dikembangkan terfokus pada anggrek

potong.

Kawasan daerah Denpasar Utara, Timur, dan Selatan masih memiliki lahan

sawah yang cukup banyak dan agroklimat yang mendukung sehingga padi sawah di

daerah ini dapat menjadi unggulan. Kawasan daerah Denpasar Utara, masih memiliki

lahan sawah yang cukup banyak dan agroklimat yang mendukung sehingga padi sawah

di daerah ini dapat menjadi unggulan.

Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali,

peranakan Onggole (PO) dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor

adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole dan Brangus. Dalam sistem penggemukan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 349

sapi dikenal beberapa bentuk kandang, antara lain tipe kandang tunggal (individual)

dan tipe kandang ganda. Untuk komoditas sapi, menjadi unggulan di semua kecamatan

di Denpasar, yaitu Denpasar Timur, Denpasar Selatan, Denpasar Barat, dan Denpasar

Utara

Tabel 6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kota Denpasar

No Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian (1) Penangkapan ikan di laut

(2) Tanaman hias

(3) Padi sawah

(4) Sapi

(5) Jagung manis

2 Penggalian dan Pertambangan -

3 Industri pengolahan (1) Sablon pakaian

(2) Perlengkapan pakaian (mote,renda)

(3) Produk makanan aneka keripik

(4) Pakaian jadi (garment)

(5) Pengolahan & pengawetan ikan

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/Knstruksi Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Kios barang kerajinan

(2) Hotel melati

(3) Mini market dan toko kelontong

(4) Restoran dan rumah makan

(5) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Rent car

(2) Angkutan darat barang (truk)

(3) Angkutan penumpang perkotaan & pedesaan

(4) Bus carter

(5) Ojek

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD

(2) BPR

(3) Money changer

(4) KUD

(5) KSP

9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry

(2) Rumah kost

(3) Pangkas rambut dan salon kecantikan

(4) Penjahitan pakaian

(5) Fotokopi Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode

Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 350

Jagung manis banyak dikembangkan di wilayah Denpasar Selatan dan di

Denpasar Timur. Khususnya Denpasar Selatan, jagung manis banyak ditanam di dekat

dengan kawasan pariwisata, seperti misalnya di wilayah Renon. Jagung manis yang

telah dipanen, langsung dikemas dan di jual di pinggir jalan raya Renon, Sanur, dan

sekitarnya. Demikian juga untuk usaha jagung bakar yang bahan dasarnya jagung

manis semakin digemari oleh konsumen.

Industri Pengolahan

Salah satu teknik cetak yang sangat sederhana tanpa memerlukan investasi

yang tinggi. Teknik ini banyak diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan manusia.

Walaupun dalam realisasinya teknik cetak sablon hanya bagian dari wirausaha

perumahan (home industy), teknik ini masih sangat signifikan untuk terus dapat

dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan teknologi

dalam industri, teknik cetak sablon saat ini telah dikembangkan dengan menggunakan

komputer dalam hal pembentukan gambarnya pada screen. Sablon pakaian menjadi

unggulan di Kota Denpasar.

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau

kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya.

Dari pengertian tekstil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil

meliputi produk serat, benang, kain, pakaian, dan berbagai jenis benda yang terbuat

dari serat. Dengan demikian, perlengkapan pakaian seperti mote dan renda sangat

mendukung.

Produk makanan aneka keripik. Keripik singkong merupakan salah satu

makanan ringan tradisional yang banyak digemari. Apalagi didukung dengan

berlimpahnya suplai bahan baku singkong di Indonesia membuat makanan ringan ini

bisa dengan mudah ditemukan di toko-toko sekitar.

Kota Denpasar sebagai salah satu sentra produsen garment (pakaian jadi) di

Provinsi Bali hingga kini menjadi andalan ekspor nonmigas. Garment (pakaian jadi)

buatan buatan Kota Denpasar dihiasi dengan bordiran, manik-manik mampu merambah

pasar utama ke Amerika Serikat.

Pengolahan dan pengawetan ikan juga termasuk unggulan di Denpasar

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 351

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Kios barang kerajinan menjual hasil perajin. Suvenir itu sendiri merupakan hasil

olah dari para perajin tradisional/industri kecil.

Hotel melati cukup banyak di Denpasar mengingat wisatawan yang sangat

banyak datang ke Bali. Adanya hotel ini tentu mendukung sekali.

Sebuah mini market sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau yang

menjual segala macam barang dan makanan. Berbeda dengan toko kelontong,

minimarket menerapkan sistem swalayan, yaitu pembeli mengambil sendiri barang

yang dibutuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga

membantu agar pembeli tidak berutang.

Restoran dan rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang

lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum. Banyaknya

hotel di Denpasar membuat usaha ini semakin berkembang dengan baik.

Pengangkutan dan Komunikasi

Penyewaan mobil sangat banyak di Denpasar, bahkan mobil mewah sekalipun.

Ini disebabkan oleh kebutuhan, baik masyarakat maupun pariwisata menggunakan

mobil dalam jangka waktu pendek untuk kebutuhan tertentu seperti rekreasi.

Angkutan darat barang berupa truk banyak terdapat di wilayah Denpasar

Timur, Selatan,Barat, dan Utara

Angkutan penumpang perdesaan dan perkoataan untuk penumpang (mini bus)

merupakan unggulan di Kecamatan Denpasar Barat dan Utara.

Bus carter terdapat di Kecamatan Denpasar Timur.

Ojek cukup banyak ditemukan di Kota Denpasar.

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

LPD menjadi unggulan karena dimiliki setiap desa adat.

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam

bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Money changer merupakan unggulan karena ada di semua kecamatan di Kota

Denpasar kecuali Kecamatan Denpasar Utara.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 352

KUD (Koperasi Unit Desa) menjadi unggulan di Denpasar Utara, Denpasar

Selatan, Denpasar Barat.

KSP (Koperasi Simpan Pinjam) ada di semua Kecamatan di Kota Denpasar

Jasa-jasa Lain

Jasa binatu/laundry, rumah kost, penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan,

dan fotokopi ada hampir di semua kecamatan di Kota Denpasar.

Jasa pemotongan rambut untuk memberikan penampilan yang lebih baik. Usaha

ini mulai menjamur, karena kebutuhan masyarakat akan penampilan mulai mengalami

kemajuan, seperti trend pakaian dan sebagainya. Usaha pemotongan rambut terdapat

di semua kecamatan di Denpasar, yaitu Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar

Barat, dan Denpasar Selatan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 353

6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Badung Pertanian dalam arti luas

Jenis ayam yang diternakkan di Kabupaten Badung adalah ayam buras, ras

petelur, dan pedaging. Tahun 2009 tercatat ternak ayam sebanyak 1.286.535 ekor atau

sekitar 10,0 persen dari populasi ayam yang ada di Provinsi Bali. Dari jumlah ini sekitar

60,0 persen merupakan ayam ras petelur dan pedaging. Sisanya, yaitu 40,0 persen

ayam buras. Ternak ayam ini menyebar di semua kecamatan, tetapi yang paling

banyak di Kecamatan Mengwi dan paling sedikit di Kecamatan Kuta.

Dalam kurun waktu 2005--2009 ternak ayam buras dan ras petelur berfluktuasi

dengan kecendrungan menurun. Sebaliknya ayam ras pedaging meningkat rata-rata

6,6 persen per tahun. Ternak ayam ini ke depan cukup prospektif karena di samping

untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal juga dipasok ke hotel dan restoran. Makin

berkembangnya jumlah penduduk dan makin meningkatnya kunjungan wisatawan ke

Bali dipastikan permintaan terhadap daging dan telur ayam juga meningkat.

Permasalahan yang dihadapi peternak, antara lain kadang-kadang ada daging

dan telur yang masuk dari luar Bali sehingga mengakibatkan harga turun. Padahal, d

isisi lain harga pakan ternak cenderung naik.

Kabupaten Badung mempunyai pantai sepanjang 64 km sehingga penangkapan

ikan di laut merupakan salah satu unggulan. Akan tetapi, produksi ikan basah selama

periode 2005--2009 menurun dari 3.844,20 ton basah (2005) menjadi 2.547,85 ton

basah (2009). Penurunan produksi ini terjadi seiring dengan makin sedikitnya orang

yang bekerja sebagai nelayan penuh. Akan tetapi, di sisi lain jumlah nelayan sambilan

dalam periode yang sama bertambah. Tahun 2009 nelayan penuh tercatat sebanyak

864 nelayan, sedangkan nelayan sambilan 1.455 orang.

Ke depan diperkirakan penangkapan ikan di laut kurang prospektif. Hal itu terjadi

karena makin banyak pinggir pantai yang beralih fungsi menjadi lokasi hotel dan

prasarana/sarana lain yang berkaitan dengan pariwisata.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 354

Tabel 6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Badung

No Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian (1) Ayam (2) Penangkapan ikan laut (3) Kelapa (4) Babi (5) Padi sawah

2 Penggalian dan Pertambangan -

3 Industri Pengolahan (1) Garment (2) Kerajinan kayu (3) Industri makanan/minuman (4) Industri kerajinan dari logam (5) Industri kerajinan besi & baja

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Restoran dan rumah makan (2) Mini market dan toko kelontong (3) Hotel melati (4) Kios barang kerajinan (5) Vila

7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan barang (truk) (2) Taxi (koperasi) (3) Rent car (4) Angkutan penumpang

perkotaan/pedesaan (5) Shutle bus

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Money changer (2) BPR (3) LPD (4) KSP (5) KSU

9 Jasa-jasa lain (1) Travel biro/pramuwisata (2) Instalatur listrik (3) Penjahitan pakaian (4) Bengkel (sepeda motor dan mobil) (5) Taman hiburan/rekreasi.

Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 355

Jenis tanaman kelapa yang diusahakan di Kabupaten Badung adalah kelapa

dalam dan kelapa genjah. Kelapa dalam tersebar di semua kecamatan, tetapi kelapa

genjah hanya di empat kecamatan tidak termasuk Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan.

Tahun 2009 total produksi kedua jenis kelapa ini 2.055,983 ton (95,7 persen kelapa

dalam dan 4,3 perse kelapa genjah). Total produksi kelapa Kabupaten Badung tahun

2009 hanya sekitar 3,0 persen dari seluruh produksi Provinsi Bali.

Periode 2005--2009 produksi kelapa dalam menurun rata-rata 3,8 persen,

sedangkan kelapa genjah relatif stagnan pada produksi sekitar 88 ton. Tanaman ini

kurang prospektif karena perluasannya hampir tidak memungkinkan lagi. Malahan, di

sisi lain banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman dan berbagai

fasilitas sosial ekonomi. Penambahan tanaman hanya dimungkinkan dengan pola

tanaman sela.

Ternak babi yang ada di Kabupaten Badung ada tiga jenis, yaitu landrace,

saddle back, dan babi lokal. Dari ketiga jenis ini yang banyak diternakkan adalah

landrace (89,5 persen), kemudian disusul oleh jenis saddle back (8,9 persen), dan babi

lokal (1,5 persen). Tahun 2009 populasi babi di Kabupaten Badung 105.315 ekor.

Jumlah ini sekitar 11,0 persen dari total populasi babi di Provinsi Bali. Ternak babi

tersebar di semua kecamatan, tetapi hampir 88,0 persen terkonsentrasi di tiga

kecamatan yaitu Petang, Mengwi, dan Abiansemal. Selama periode 2005--2009

populasi babi di Kabupaten ini tumbuh rata-rata lebih dari 10,0 persen per tahun.

Prospek ternak babi cukup baik karena di samping memenuhi kebutuhan daging

penduduk, juga untuk memenuhi kebutuhan upacara bagi umat Hindu.

Luas lahan sawah di Kabupaten Badung 10.295 ha atau 12,6 persen dari luas

sawah di Prov Bali. Lahan sawah ini tersebar di semua kecamatan, kecuali Kecamatan

Kuta Selatan. Hampir 45,0 persen dari areal sawah tersebut berada di Kecamatan

Mengwi, kemudian disusul berturut-turut di Kecamatan Abiansemal dan Kuta Utara.

Tahun 2009 luas areal panen padi sawah di Kabupaten Badung 18.790 ha dengan

total produksi 126.575 ton (14,4 persen dari total produksi Bali). Periode 2005--2009

produksi padi sawah di Kabupaten Badung menurun dari 129.277 ton menjadi 126.575

ton atau turun rata-rata 0,5 persen per tahun.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 356

Padi sawah tampaknya kurang prospektif karena biaya produksi khususnya

sarana produksi relatif mahal. Akan tetapi, di sisi lain harga beras relatif stabil karena

ada campur tangan dari pihak pemerintah. Tambahan lagi dari tahun ke tahun lahan

sawah semakin menyusut karena terjadi alih fungsi menjadi nonpertanian. Padahal,

beras merupakan salah satu komoditas yang strategis.

Industri pengolahan

Industri tekstil atau garment di Kabupaten Badung dapat diklasifikasikan menjadi

tiga kelompok yaitu Industri sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga . Tahun 2009 di

Kabupaten Badung tercatat industri garment sebanyak 249 unit dengan jumlah tenaga

kerja sebanyak 2.809 orang. Sebanyak 69,0 persen dari industri garment di Kabupaten

Badung tergolong indudstri kecil, 17,7 persen industri kerajinan rumah tangga, dan

sisanya yaitu 13,3 persen termasuk industri sedang. Industri ini tersebar di empat

kecamatan, yaitu Kuta Utara, Kuta, Mengwi, dan Kuta Selatan.

Prospek industri garment cukup baik seiring dengan makin bertambahnya jumlah

penduduk dan kunjungan wisatawan ke Bali. Periode 2000--2010 penduduk Kabupaten

Badung meningkat rata-rata 4,63 persen per tahun, sedangkan kunjungan wisatawan

asing terus meningkat dan mulai tahun 2008 sudah di atas dua juta orang. Jumlah ini

belum termasuk wisatawan domestik.

Industri kerajinan kayu yang ada di Kabupaten Badung mencakup industri

sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Tahun 2009 tercatat 794 unit industri

kerajinan kayu dengan jumlah pekerja 2.786 orang. Lebih dari separoh industri ini

tergolong sebagai industri kecil dengan rata-rata pekerja empat orang per unit. Proporsi

besar kedua, yaitu sekitar 46,0 persen adalah industri rumah tangga dengan rata-rata

pekerja dua orang per unit. Sisanya tergolong sebagai industri sedang dengan rata-rata

pekerja 28 orang per unit. Industri ini tersebar di lima kecamatan tidak termasuk

Kecamatan Kuta Selatan dan terkonsentrasi di Kecamatan Mengwi serta Abiansemal.

Produk dari industri kerajinan kayu, antara lain patung kayu, ukiran kayu, hiasan

rumah dari kayu (panil), rumah kayu, dulang ukir, meubel, dan sanggah. Pemasarannya

ada yang ditujukan untuk pasar lokal, wisatawan, dan ekspor.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 357

Prospek industri kerajinan kayu ini cukup baik dengan makin meningkatnya

pendapatan masyarakat dan kunjungan wisatawan ke Bali. Makin meningkatnya

pendapatan masyarakat mengindikasikan potensi pasar barang-barang kelengkapan

upacara semakin meningkat.

Kabupaten Badung mempunyai empat kelompok industri makanan/minuman,

yaitu industri besar, sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Tahun 2009 tercatat

1.045 unit usaha industri makanan/minuman dengan pekerja sebanyak 4.285 orang.

Dari empat kelompok industri ini yang paling banyak adalah industri rumah tangga (52,2

persen), kemudian disusul industri kecil (46,0 persen), dan industri sedang serta besar

masing-masing 1,5 persen dan 0,2 persen. Industri besar yang dimaksud adalah pabrik

minuman soft drink merk Coca Cola dan air mineral merk AQUA. Produk industri

makanan dan minuman, antara lain roti, kue kering, jajan basah, minuman ringan, air

mineral, dan lain-lain. Pasarnya bersifat lokal dan antarkabupaten.

Secara umum prospek pemasarannya cukup baik karena hampir semua

komoditas tersebut merupakan barang kebutuhan pokok. Prospek baik ini didukung

oleh jumlah penduduk yang semakin banyak dan semakin meningkatnya pendapatan

per kapita penduduk. Periode 2000--2010 pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung

lebih dari 4,0 persen per tahun dan Kabupaten Badung merupakan kabupaten terkaya

kedua di Indonesia setelah Kutai Kertanegara.

Di Kabupaten Badung terdapat satu industri kerajinan logam perak kategori

besar dengan jumlah pekerja sebanyak 642 orang yang berlokasi di Kecamatan

Abiansemal. Seluruh produknya ditujukan untuk pasar ekspor. Industri yang lainnya ada

yang tergolong sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Tahun 2009 jumlah industri

kerajinan logam di Kabupaten Badung sebanyak 90 unit dengan total pekerja 911

orang. Separoh lebih (53,3 persen) dari industri ini tergolong industri kerajinan rumah

tangga, kemudian baru industri kecil (45,7 persen). Sisanya industri sedang dan besar

masing-masing satu unit. Industri ini hanya tersebar pada empat kecamatan tidak

termasuk Kecamatan Kuta Utara dan Kuta Selatan dengan konsentrasi di dua

kecamatan, yaitu Abiansemal dan Petang. Jenis produknya selain berupa perhiasan

perak, juga perhiasan emas. Pemasaran produknya di samping untuk ekspor juga

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 358

melayani pasar lokal. Prospek produk ini cukup baik. Akan tetapi, sering terkendala oleh

harga bahan baku yang relatif mahal.

Tahun 2009 di Kabupaten Badung tercatat 105 unit industri kerajinan besi &

baja. Sekitar 99,0 persen dari industri tergolong sebagai industri kecil dan kerajinan

rumah tangga. Hanya satu unit merupakan industri sedang. Jumlah pekerja yang

terserap sebanyak 268 orang. Industri ini tersebar di lima kecamatan tidak termasuk

Kecamatan Kuta Utara. Jenis produknya berkaitan dengan perhiasan atau kelengkapan

rumah tangga, seperti bingkai foto, vas bunga, tempat tisu, tempat sendok, lampu

taman, dan lain-lain. Pemasarannya ditujukan untuk melayani hotel, restoran, ekspor,

dan konsumen lokal. Melihat pasar yang dilayani produk ini prospeknya cukup baik.

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Restoran dan rumah makan di Kabupaten Badung juga meningkat. Tahun 2005

tercatat restoran dan rumah makan sebanyak 425 buah dengan tempat duduk 32.310

buah. Tahun 2009 meningkat menjadi 635 buah dengan tempat duduk sebanyak

42.558 buah. Jumlah tempat duduk ini sekitar 52,0 persen dari seluruh tempat duduk

restoran dan rumah makan yang ada di Bali. Lokasi restoran dan rumah makan ini juga

terkonsentrasi di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan. Segmen pasar restoran dan

rumah makan ini bukan hanya terbatas pada wisatawan asing dan domestik, melainkan

juga penduduk lokal. Dengan demikian, prospek prasarana ini cukup bagus seiring

dengan makin banyaknya kunjungan wisatawan dan meningkatnya jumlah serta

pendapatan penduduk lokal.

Di Kabupaten Badung tercatat mini market sebanyak 133 unit dan ribuan toko

kelontong yang tersebar di semua kecamatan. Pasar modern khususnya mini market

sebenarnya mempunyai prospek yang baik seiring dengan berubahnya gaya hidup

masyarakat dalam berbelanja yang lebih banyak memilih pasar modern dibandingkan

dengan pasar tradisional. Ke depan tanpa ada pembatasan berdirinya pasar modern

oleh pemerintah berpotensi menimbulkan masalah sosial.

Periode 2005--2009 jumlah hotel melati di Kabupaten Badung meningkat dari

337 buah (8.368 kamar) menjadi 455 buah (11.463 kamar). Jumlah kamar hotel melati

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 359

tahun 2009 ini hampir 40,0 persen dari seluruh kamar hotel hotel melati yang ada di

Provinsi Bali. Selama tiga tahun terakhir tingkat hunian tempat tidur hotel melati ini

meningkat dari 46,47 persen menjadi 55,53 persen. Tingkat hunian tempat tidur

tertinggi (69,43 persen) terjadi pada bulan Oktober, Juni (64,54 persen) dan Juli (60,78

persen). Bulan-bulan yang lain bervariasi antara 46,44--58,98 persen. Mengacu pada

tingkat hunian tempat tidur tersebut di atas tampaknya hotel melati ini kurang prospektif,

kecuali kunjungan wisatawan (khususnya domestik) meningkat drastis. Umumnya

segmen pasar hotel melati ini adalah wisatawan domestik.

Kios barang kerajinan tersebar hampir di semua objek wisata yang dimiliki oleh

Kabupaten Badung. Belakangan ini ada indikasi terjadi persaingan yang relatif ketat

antarmereka. Di samping itu, makin banyaknya berdiri pasar modern yang khusus

menjual berbagai suvenir dan beragam baju kaos dengan sebutan oleh-oleh Bali.

Pengangkutan dan Komunikasi

Mobil angkutan barang wajib uji di Kabupaten Badung diklasifikasikan menjadi

lima jenis, yaitu pick up, truck ringan, truck sedang, truck berat, dan tangki. Tahun 2009

kelima jenis angkutan barang ini berjumlah 9.857 unit. Sekitar 71,0 persen dari

angkutan barang ini tergolong jenis pick up, proporsi besar kedua, yaitu 13,9 persen

jenis truck berat, dan 9,6 persen truck ringan. Sisanya adalah truck berat dan truck

tangki.

Prospek mobil angkutan barang ini relatif baik seiring dengan makin

berkembangnya aktivitas perekonomian. Indikasi terjadinya persaingan sudah mulai

kelihatan karena jumlah mobil jenis ini semakin banyak. Banyaknya lembaga

pembiayaan yang bersedia memberikan kredit dengan persyaratan yang relatif ringan

memungkinkan orang dapat membeli mobil jenis ini dengan relatif mudah.

Taxi (koperasi) kebanyakan melayani angkutan penumpang dari bandara Ngurah

Rai tanpa menggunakan argometer. Tarif ditentukan berdasarkan daerah tujuan

penumpang.

Rent car adalah angkutan penumpang yang lebih banyak melayani wisatawan

asing ataupun domestik. Jenis mobil rent car sangat beragam mulai dari mobil keluarga

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 360

seperti jenis mini station, station, sampai dengan mobil mewah seperti Alphard dan

yang sejenisnya. Sewanya biasanya ditentukan harian. Di Kabupaten Badung base

camp dari rent car terkonsentrasi di Kecamatan Kuta dan daerah sekitarnya.

Persaingan di antara mereka relatif ketat terutama pada musim sepi wisatawan. Akan

tetapi, pada musim ramai (peak season) wisatawan, beberapa usaha rent car

kekurangan mobil.

Angkutan penumpang yang tersedia di Kabupaten Badung adalah jenis mikrolet.

Tahun 2009 jumlahnya hanya 98 buah. Prospek mikrolet sebagai angkutan penumpang

kurang baik karena bersaing dengan sepeda motor dan mobil pribadi. Adanya

kemudahan dalam memperoleh kredit sepeda motor dan mobil mengakibatkan

masyarakat cenderung membeli kedua moda angkutan ini untuk memperlancar

transportasi mereka.

Shutle bus yang dimaksud di sini bukan bus yang melayani angkutan

penumpang antarkabupaten atau antarprovinsi, melainkan bus angkutan wisatawan

dari Sentral Parkir Kuta – Pantai Kuta PP. Angkutan bus ini diperlukan untuk

menghindari terjadinya kemacetan di sepanjang jalan kawasan wisata Kuta termasuk

pantainya. Dengan tersedianya angkutan bus ini, maka bus-bus besar yang

mengangkut wisatawan (umumnya wisatawan domestik) harus parkir di sentral parkir.

Prospek angkutan ini cukup baik karena ada tendensi wisatawan domestik yang datang

ke Bali semakin meningkat dan pantai Kuta menjadi salah satu objek yang sangat

digemari.

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Hampir semua prasarana/sarana pariwisata, seperti hotel, restoran, dan

penunjang lainnya terkonsentrasi di Kabupaten Badung. Sebagai daerah pariwisata di

mana wisatawan asingnya cukup menonjol, keberadaan money changer (jasa

penukaran mata uang asing) sangat penting. Keberadaan money changer di Kabupaten

Badung terkonsentrasi di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan.

Selama periode 2005--2009 jumlah money changer di Kecamatan Kuta menurun

dari 328 unit menjadi 325 unit. Keadaan yang sama juga terjadi di Kecamatan Kuta

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 361

Selatan, yaitu jumlahnya menurun dari 46 unit menjadi 41 unit. Kendatipun jumlah

money changer menurun, ke depan tampaknya cukup prospektif seiring dengan makin

meningkatnya kunjungan wisatawan asing ke Bali. Tahun 2009 kunjungan wisatawan

asing ke Bali hampir mencapai 2,3 juta orang. Padahal tahun 2005 baru mencapai

1.386.448 orang. Ini berarti dalam kurun waktu 2005--2009 terjadi peningkatan rata-rata

13,1 persen per tahun.

Tahun 2005 jumlah BPR di Kabupaten Badung tercatat sebanyak 58 unit dan

tahun 2009 bertambah menjadi 59 unit. BPR sama seperti bank umum juga

menyalurkan kredit modal kerja, kredit investasi, dan konsumsi. Dalam kurun waktu

2005--2009 ketiga jenis kredit yang disalurkan BPR semakin bertambah. BPR

tampaknya cukup prospektif. Penggerak utama dari perekonomian Kabupaten Badung

adalah sektor pariwisata. Makin banyaknya kunjungan wisatawan ke Bali akan lebih

meningkatkan aktivitas perekonomian. Ini berarti diperlukan dana yang lebih besar.

Dalam hal ini BPR dapat mengambil peran bersaing dengan bank-bank umum.

Tahun 2009 di Kabupaten Badung tercatat LPD sebanyak 119 buah. LPD ini

tersebar hampir di semua desa yang ada di Kabupaten Badung. Lebih dari 80,0 persen

LPD ini ada di tiga kecamatan yaitu Mengwi, Abiansemal, dan Petang. Dari segi

operasional LPD lebih fokus melayani masyarakat di mana LPD tersebut berada.

Kemudahan dalam syarat peminjaman merupakan salah satu faktor LPD mendapat

tempat di masyarakat. Oleh karena itu, ke depan LPD cukup prospektif. Akan tetapi,

perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas para pengelolanya. Lembaga keuangan

nonbank lain yang juga lebih banyak melayani masyarakat kelas bawah adalah KSP

dan KSU.

Jasa-jasa lain

Travel biro yang beroperasi di Kabupaten Badung diklasifikasikan menjadi tiga

jenis, yaitu (a) biro perjalan wisata, (b) cabang biro perjalanan wisata, dan (3) agen

perjalanan wisata. Tahun 2009 di Kabupaten Badung tercatat 275 travel biro atau 45,6

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 362

persen dari seluruh travel biro yang ada di Provinsi Bali. Ketiga klasifikasi travel biro

tersebut tersebar di tiga lokasi, yaitu kawasan Nusa Dua, Kuta Selatan, dan Kuta.

Prospek travel biro cukup baik karena jumlah wisatawan yang datang ke

Kabupaten Badung semakin meningkat. Di samping itu, travel biro juga melayani

penduduk lokal yang melakukan wisata, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Taman hiburan yang tersedia hampir semua berlokasi di kawasan pariwisata.

Taman ini ada beberapa jenis antara lain arung jeram, parasailing, dan bungee

jumping. Segmen pasar dari taman hiburan ini adalah wisatawan asing ataupun

domestik. Mengingat trend perkembangan wisatawan yang berkunjung ke Bali semakin

meningkat, maka jasa taman hiburan ini cukup prospektif.

Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan wisatawan asing

yang berkunjung ke Bali pembangunan perumahan dan berbagai fasilitas penunjang

pariwisata juga semakin banyak. Ini berarti bahwa permintaan untuk pemasangan

instalasi listrik juga meningkat. Tahun 2007 tercatat jasa pemasangan instalatur listrik di

Kabupaten Badung sebanyak 175 perusahaan. Tahun 2009 meningkat menjadi 212

perusahaan. Jasa ini tersebar di semua kecamatan, tetapi yang paling banyak berlokasi

di Kecamatan Mengwi (34,0 persen), kemudian di Kecamatan Kuta, dan Kuta Selatan

masing-masing 19,3 persen dan 13,0 persen. Paling sedikit berlokasi di Kecamatan

Petang.

Tahun 2009 tercatat jasa penjahit pakaian di Kabupaten Badung sebanyak 645

unit. Dua tahun sebelumnya jumlahnya hanya 607 unit atau bertambah sebanyak 38

unit. Jasa penjahitan ini tersebar di lima kecamatan tidak termasuk Kecamatan Petang.

Sekitar 75,0 persen di antaranya berada di Kecamatan Mengwi dan Kuta Utara. Jasa

ini di samping melayani perorangan juga menerima order untuk menjahit pakaian (kaos-

kaos) yang pemasarannya ditujukan untuk wisatawan. Jasa penjahit ini bersaing ketat

dengan pakaian jadi dengan berbagai mode yang banyak dijua, baik di pasar tradisional

maupun pasar modern. Akan tetapi, dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan

meningkatnya kunjungan wisatawan jasa penjahitan ini cukup prospektif.

Dalam kurun waktu 2007--2009 bengkel sepeda motor meningkat dari 408 unit

menjadi 452 unit atau tumbuh rata-rata 5,2 persen per tahun. Bengkel sepeda motor

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 363

menyebar di lima kecamatan tidak termasuk Kecamatan Abiansemal dengan

konsentrasi di Kecamatan Mengwi dan Kuta Utara. Sebaliknya, bengkel mobil dalam

kurun waktu yang sama meningkat dari 153 unit menjadi 171 unit atau tumbuh rata-rata

5,7 persen. Bengkel ini juga tersebar di lima kecamatan tidak termasuk Kecamatan

Abiansemal. Paling banyak bengkel berlokasi di Kecamatan Mengwi.

Ke depan prospek kedua bengkel ini cukup baik seiring dengan makin

banyaknya kendaraan bermotor di Kabupaten Badung. Tahun 2005 di Kabupaten

Badung tercatat kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor) sebanyak 231.594 unit.

Tahun 2009 bertambah menjadi 313.850 unit. Ini berarti bahwa dalam kurun waktu

tersebut kendaraan bermotor tumbuh rata-rata 7,0 persen.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 364

6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten

Gianyar

Berdasarkan sepuluh KPJU unggulan per sektor di Kabupaten Gianyar yang di-

ranking menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka diperoleh

lima KPJU unggulan seperti disajikan pada Tabel 6.3.3.

Pertanian dalam arti luas

KPJU unggulan untuk sektor pertanian di Kabupaten Gianyar adalah itik, jeruk,

ayam, sapi, dan durian.

Itik. Berdasarkan data statistik Gianyar Dalam Angka tahun 2011, jumlah

populasi itik di Kabupaten Gianyar tahun 2010 sebanyak 152.031 ekor. Jumlah ini

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 149.288 ekor. Populasi

itik di Kabupaten Gianyar berfluktuasi dalam lima tahun terakhir dan mengalami puncak

tahun 2007 sebanyak 207.563 ekor. Tiga kecamatan tempat usaha ternak itik adalah

Kecamatan Gianyar, Ubud, dan Tampaksiring.

Usaha ternak itik di Kabupaten Gianyar umumnya dalam skala rumah tangga,

yang digembalakan di sawah dan sangat jarang dijumpai usaha peternakan itik seperti

usaha ternak ayam ras pedaging. Dalam upaya meningkatkan produksi maka

pembinaan terhadap peternak akan menemukan kendala karena para peternak belum

terdata dengan baik dan tidak membentuk kelompok seperti gapoktan unit usaha

lainnya di sektor pertanian. Pengembangan ternak unggas itik juga dihantui dengan

penyakit flu burung. Namun, dengan adanya penyakit tersebut maka ada kebijakan

pembatasan masuknya unggas dari luar Bali. Hal ini justru memberikan keuntungan

bagi peternak Bali untuk meningkatkan usahanya karena pesaing menjadi berkurang.

Perkembangan wisata kuliner yang memanfaatkan bahan baku itik seperti “Bebek

Tutu”, “Bebek Crispy” memberikan peluang yang baik untuk pengusahaan ternak itik.

Jeruk. Tanaman jeruk di Kabupaten Gianyar pernah mengalami puncaknya

tahun 2007--2008, dengan produksi mencapai 18.048 kuintal. Sentra produksi jeruk ada

di Kecamatan Tegallalang, Payangan, dan Tampaksiring. Permasalahan dalam

pengembangan komoditas jeruk adalah belum ditemukannya varietas jeruk yang tahan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 365

terhadap penyakit CVPD. Selain itu, impor buah secara umum termasuk jeruk dan

perilaku konsumen yang belum loyal terhadap buah lokal menjadi kendala dalam

pengembangannya.

Ayam. Populasi ayam di Kabupaten Gianyar terdiri atas ayam kampung dan

ayam ras (petelur dan pedaging). Ayam kampung diusahakan secara sambilan hampir

di setiap rumah tangga di perdesaan, sedangkan ayam ras terutama pedaging dikelola

secara intensif. Pada tahun 2010, jumlah populasi ayam kampung mencapai 1,5 juta

ekor, jumlah ini meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan populasi tahun

2006, yaitu sebanyak 500 ribu ekor. Untuk ayam ras, populasinya pada tahun 2010

sebanyak 30.500 ekor untuk ayam petelur dan 597.500 ekor untuk ayam pedaging.

Populasi ayam kampung terbanyak ada di Kecamatan Payangan, untuk ayam petelur di

Kecamatan Payangan dan Ubud, dan untuk ayam pedaging di Kecamatan Gianyar.

Permasalahan dalam pengembangan usaha ternak ayam kampung adalah pada

jiwa wirausaha peternak yang masih kurang karena usaha ini lebih dominan sebagai

usaha sambilan. Sebaliknya, untuk usaha ternak ayam ras, umumnya mereka kurang

permodalan, pengetahuan tentang sanitasi dan hygiene perawatan, serta upaya

pemasaran yang masih dimonopoli oleh kelompok pemodal.

Sapi. Populasi sapi di Kabupaten Gianyar selama lima tahun terakhir (2006--

2010) relatif konstan, yaitu sebanyak 56.279 ekor tahun 2006 meningkat menjadi

57.022 ekor tahun 2010. Populasi sapi di Kabupaten Gianyar terbanyak berada di

Kecamatan Payangan, diikuti Kecamatan Tegallalang dan Gianyar.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sapi bali di Kabupaten

Gianyar umumnya adalah semakin menurunnya daya dukung lahan dan hijauan pakan

ternak akibat alih fungsi lahan. Di samping itu, pemasaran terutama anjloknya harga

sapi di tingkat peternak karena adanya kebijakan kuota antarpulau setiap tahun dan

kebijakan impor sapi oleh pemerintah pusat ketika hari-hari raya besar. Permasalahan

lainnya adalah belum beroperasinya rumah potong hewan (RPH) Temesi secara

optimal. Hal itu juga menjadi kendala dalam pemasaran sapi.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 366

Tabel 6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Gianyar

No Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian (1) Itik (2) Jeruk (3) Ayam (4) Sapi (5) Durian

2 Penggalian dan Pertambangan

(1) Batu Padas

3 Industri Pengolahan (1) Produk makanan (2) Penyosohan beras (3) Pengolahan dan pengawetan ikan (4) Kerajinan perak (5) Mosaik

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Perdagangan produk pertanian (2) Toko barang kerajinan dan lukisan (3) Restoran/rumah makan (4) Hotel melati (5) Mini market dan toko kelontong

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Rent car (2) Angkutan penumpang perkotaan dan

pedesaan (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Bus tidak trayek (pariwisata) (5) Jasa pengiriman barang/kargo

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Bank Perkreditan Rakyat (3) Koperasi Simpan Pinjam (4) Koperasi Unit Desa (5) Money changer

9 Jasa-jasa lain (1) Arung jeram (2) Jasa kebugaran (3) Wisata alam (4) Jasa binatu/loundry (5) Pangkas rambut/salon kecantikan

Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 367

Durian. Secara statistik memang produksi buah durian di Kecamatan Gianyar

mengalami lonjakan yang sangat signifikan dari 9,25 ton tahun 2008 menjadi 24,48 ton

tahun 2009. Selain itu, buah durian juga menjadi buah yang sangat eksklusif bagi

masyarakat secara umum. Hal itu terjadi karena harganya relatif lebih mahal daripada

buah lokal lainnya. Sentra produksi durian di Kabupaten Gianyar di antaranya adalah

Kecamatan Gianyar (Desa Petak Kaja, Petak, dan Siangan), Tampaksiring,

Tegallalang, Ubud, dan Payangan. Kondisi agroklimat yang menunjang produksi

komoditas ini menjadi faktor pendukung untuk pengembangannya lebih lanjut. Kendala

pengembangannya adalah keanekaragaman kualitas buah yang sangat tinggi sehingga

belum dapat tercipta brand khusus untuk komoditas durian di Gianyar.

Penggalian dan Pertambangan

Batu padas. Kontribusi sektor penggalian utamanya galian C sangat kecil

terhadap perekonomian Gianyar, yaitu hanya 0,56% tahun 2008. Usaha galian C tahun

2009 sebanyak 143 usaha. Jenis penggalian yang banyak diusahakan adalah batu

padas 128 usaha (89,51%). Penggalian batu padas di Gianyar masih ada di Kecamatan

Sukawati, Blahbatuh, dan Ubud. Produk batu padas terutama banyak dimanfaatkan

untuk bahan material bangunan tradisional stil Bali. Penggalian batu padas tidak bisa

dieksploitasi besar-besaran karena sangat tergantung pada kondisi lahan batu padas.

Kondisi lahan semakin hari akan semakin sempit sehingga produksi batu batas akan

menurun karena merupakan bahan yang tidak bisa diperbarui. Di samping itu, perlu

diantisipasi dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penggalian.

Industri Pengolahan

Produk makanan. Kabupaten Gianyar selain sebagai daerah tujuan wisata juga

dikenal beberapa produk makanannya, seperti “babi guling”, “ayam atau bebek tutu”,

dan berbagai “jajan Bali”. Produk makanan tersebut dapat dijumpai di rumah makan,

restoran, pasar tradisional, dan pasar senggol. Jenis usaha ini menyerap cukup banyak

tenaga kerja sehingga dapat menggerakkan perekonomian wilayah.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 368

Penggilingan padi. Industri penggilingan atau penyosohan padi merupakan

pendukung sektor pertanian dalam proses produksi beras dan keberadaannya sangat

diperlukan. Padi termasuk komoditas unggulan sektor pertanian sehingga apabila padi

dapat diolah di wilayah produksi, maka nilai tambahnya akan diperoleh masyarakat

wilayah tersebut. Jumlah industri penggilingan padi sampai tahun 2010 di Kabupaten

Gianyar sebanyak 221 unit, di antaranya terdapat 103 unit yang telah memiliki izin dan

118 unit tanpa izin. Jumlah unit penggilingan padi terbanyak ada di Kecamatan

Payangan, diikuti oleh Kecamatan Blahbatuh dan Gianyar.

Dalam upaya pengembangan industri ini diperlukan adanya perencanaan yang

baik mengenai jumlah unit penggilingan pada setiap lokasi/kecamatan sesuai dengan

sebaran luasnya lahan sawah dan tingkat keaktifan para pengusaha dalam upaya

mencari bahan baku padi. Dengan demikina, tidak terjadi persaingan yang tidak sehat

di antara pelaku usaha, yang berakibat saling mematikan usaha.

Pengolahan dan pengawetan ikan. Produksi perikanan laut tahun 2010

Kabupaten Gianyar mencapai 438,80 ton. Usaha pengawetan ikan berupa pindang

menjadi usaha yang banyak diusahakan dalam upaya proses pengolahan pasca-

penangkapan produksi ikan. Produksi pindang tahun 2010 mengalami penurunan

menjadi 145,5 ton karena hasil produksi perikanan laut mengalami penurunan sampai

19,13%.

Kerajinan perak dan mosaik. Sentra industri kerajinan perak di Kabupaten

Gianyar adalah di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, sedangkan mosaik banyak

diusahakan di Kecamatan Tegallalang dan Ubud. Industri kerajinan perak merupakan

industri rumah tangga yang sudah diusahakan sejak lama dan secara turun-temurun.

Kendala pengembangan kerajinan perak adalah dalam pengadaan bahan baku. Oleh

karena itu, sangat diperlukan kelembagaan dari pelaku kerajinan untuk memperkuat

posisi tawar terhadap pemasok bahan baku perak.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 369

Perdagangan, hotel, dan restoran

Perdagangan komoditas pertanian. Kabupaten Gianyar terkenal sebagai

daerah tujuan wisata dan merupakan wilayah agraris. Berbagai komoditas pertanian

dihasilkan sehingga diperlukan berbagai fasilitas untuk mendistribusikan/

memperdagangkan komoditas tersebut. Eceran dan pasar komoditi hasil pertanian

banyak dijumpai terutama pada pasar-pasar tradisional yang masih eksis

keberadaannya di Kabupaten Gianyar. Pengembangan pasar tradisional ke depan

mengalami kendala karena gencarnya perkembangan swalayan atau mini market

sampai ke desa-desa. Namun, beberapa swalayan juga telah menjual beberapa

komoditas hasil pertanian sehingga ikut membantu memperdagangkan komoditas

pertanian walaupun dalam jumlah terbatas dan kualitas terpilih.

Toko barang kerajinan dan lukisan. Sebagai daerah tujuan wisata, maka

Kabupaten Gianyar memerlukan fasilitas pendukung berupa tempat untuk menjual

barang kerajinan dan lukisan. Beberapa barang kerajinan dan lukisan tersebut dijual

secara eceran di kaki lima dan sebagian juga menempati tempat khusus, seperti

artshop dan toko. Jumlah artshop dan kios barang kerajinan yang telah mempunyai

Tanda Daftar Perusahaan di Kabupaten Gianyar adalah 431 dan tersebar di tujuh

wilayah kecamatan. Berdasarkan jenisnya, perusahaan tersebut berupa PT (76),

koperasi (4), CV (47), dan perorangan (304). Distribusi artshop dan kios barang

kerajinan terbanyak terdapat di Kecamatan Ubud, kemudian diikuti Sukawati dan

Gianyar. Kendala pengembangan artshop dan kios barang kerajinan ini pada umumnya

adalah karena perang tarif dan komisi bagi pengantar tamu/ konsumen.

Hotel melati. Jumlah hotel nonbintang (termasuk hotel melati) di Kabupaten

Gianyar sebanyak 378. Dari seluruh akomodasi hotel/penginapan tersebut, kapasitas

kamarnya 3.315 buah dan 4.607 buah tempat tidur. Sebagian besar akomodasi

tersebut berlokasi di Kecamatan Ubud. Rata-rata tingkat hunian kamar hotel non-

bintang selama tahun 2009 adalah 24,71, dengan tingkat hunian tertinggi 33,24. Hal ini

mengindikasikan bahwa masih banyak terdapat kamar kosong, baik pada musim sepi

maupun puncak untuk hotel nonbintang.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 370

Mini market dan toko kelontong. Pengaruh globalisasi dalam kehidupan

modern saat ini, mengakibatkan jaringan pasar swalayan masuk sampai ke perdesaan.

Mini market dan toko kelontong dapat dijumpai di desa-desa dengan jarak yang sangat

berdekatan. Dari sisi konsumen lebih banyak menguntungkan karena lebih banyak

pilihan. Namun, dari sisi persaingan antarmini market dan toko kelontong akan

meningkatkan persaingan. Selain itu, keberadaan mini market juga mengancam

keberadaan pasar-pasar tradisional. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengawasan

dan penerbitan izin operasional usaha-usaha tersebut agar terjadi persaingan yang

sehat dan akhirnya dapat meningkatkan perekonomian wilayah secara menyeluruh.

Pengangkutan dan komunikasi

Rent car. Angkutan publik di Kabupaten Gianyar dan Bali secara umum relatif

jelek karena jalurnya terbatas, waktu operasi yang tidak sepanjang waktu, dan biaya

yang relatif mahal. Oleh karena itu, usaha penyewaan kendaraan menjadi sangat

prospektif diusahakan dengan konsumen utama para wisatawan. Hal ini juga ditunjang

oleh hampir sebagian besar wilayah Gianyar menjadi daerah tujuan wisata yang sangat

menarik. Dalam pengembangan usaha ini diperlukan regulasi yang jelas sehingga tidak

ada rent car gelap tanpa izin. Apabila semua usaha terdata dengan baik, maka akan

lebih mudah memantau perkembangannya dan akan tercipta kompetisi yang sehat.

Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan. Jumlah angkutan

penumpang tahun 2010 di Kabupaten Gianyar untuk perdesaan sebanyak 79 unit dan

untuk perkotaan 97 unit. Perkembangan jumlah angkutan perdesaan dan perkotaan

berkecendrungan menurun. Angkutan penumpang yang ada saat ini umumnya relatif

lebih mahal dan sangat tidak tepat waktu sehingga kebanyakan masyarakat memilih

menggunakan angkutan pribadi. Dengan kondisi kemacetan saat ini dan rencana

pengurangan subsidi bahan bakar maka perbaikan transportasi publik menjadi suatu

alternatif yang perlu diperbaiki sehingga peluang pengembangan angkutan penumpang

menjadi usaha unggulan sangat terbuka.

Angkutan darat barang. Jumlah angkutan mobil barang di Kabupaten Gianyar

sampai dengan tahun 2010 berjumlah 4.326 unit. Perkembangan jumlah angkutan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 371

mobil barang selama lima tahun terakhir sedikit berfluktuasi. Pengembangan jumlah

angkutan barang akan sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah. Laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gianyar tahun 2009 adalah 5,93%, meningkat 0,03

poin dari tahun sebelumnya.

Bus tidak bertrayek (pariwisata). Bus tidak bertrayek yang ada umumnya untuk

angkutan pariwisata. Jumlah angkutan wisata di Kabupaten Gianyar sampai dengan

tahun 2010 adalah 252 unit. Jumlah angkutan ini dapat dikembangkan sesuai dengan

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

Jasa pengiriman barang/ kargo. Usaha jasa pengiriman barang / kargo

menjadi unggulan di Kabupaten Gianyar ditunjang oleh keberadaan Gianyar sebagai

daerah tujuan wisata. Banyak wisatawan yang membeli suvenir dan harus dikirim

melalui jasa pengiriman barang karena jumlah dan bobotnya yang tidak mungkin

dibawa secara langsung.

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

Lembaga Perkreditan Desa. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali

merupakan lembaga keuangan yang dimiliki desa adat dan keberadaannya hampir di

seluruh desa di Bali. Jumlah LPD di Kabupaten Gianyar pada tahun 2010 sebanyak 269

unit. Lembaga keuangan mikro ini sangat membantu masyarakat pedesaan.

Koperasi Unit Desa. Koperasi Unit Desa (KUD) umumnya bergerak untuk

sektor pertanian secara luas dan industri / kerajinan. KUD di Kabupaten Gianyar pada

tahun 2010 berjumlah 12 buah (semuanya sudah mandiri) dengan jumlah anggota

mencapai 24.960 orang, dan total aset 230.221 jutaan rupiah.

Secara keseluruhan koperasi yang ada di Kabupaten Gianyar sampai dengan

akhir tahun 2010 sebanyak 1.010 buah. Menurut usahanya dibedakan menjadi usaha

di bidang pertanian 17, usaha industri/kerajinan 24, serba usaha 711, koperasi pasar 2

buah, dan fungsional ada 57 buah. Jumlah anggota koperasi seluruhnya 190.964

orang.

Jasa-jasa Lain

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 372

Arung jeram merupakan jenis wisata petualangan menjadi daya tarik wisata

unggulan selain wisata budaya dan wisata alam di Kabupaten Gianyar. Jasa binatu saat

ini hampir tumbuh di setiap desa, sebagai akibat perubahan gaya hidup, kesibukan

personal, dan aspek kepraktisan. Usaha jasa pangkas rambut dan salon kecantikan

juga berkembang sampai ke desa-desa karena pemahaman masyarakat akan

kebersihan, kesehatan, dan gaya hidup yang semakin modern. Usaha kebugaran

menjadi unggul karena kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin baik, terutama

untuk masyarakat perkotaan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 373

6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten

Tabanan

Pertanian dalam arti luas

Pada sektor pertanian di Kabupaten Tabanan terdapat lima KPJU unggulan,

yakni padi sawah, ayam, sapi, kopi, dan cengkeh, seperti disajikan pada Tabel 6.3.4.

Kabupaten Tabanan merupakan daerah pertanian terluas, bahkan sampai mendapat

julukan sebagai daerah lumbung beras di Bali. Berdasarkan data statistik Tabanan

Dalam Angka Tahun 2010, luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di

Kabupaten Tabanan tahun 2009 masing-masing 40.469 ha, 242.049 ton, dan 59,82

kwt/ha. Produksi padi tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 105 ton

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan

produktivitas sebesar 2,91 kwt/ha.

Permasalahan dalam pengembangan padi sawah di Kabupaten Tabanan

adalah permasalahan klasik, seperti Kabupaten lainnya di Bali, yakni semakin

menyusutnya lahan sawah dan semakin menurunnya minat generasi muda untuk

berusaha tani padi sawah. Di samping itu, alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan

lainnya menjadi semakin dilematis. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan kegiatan

ekonomi yang pesat di beberapa wilayah memerlukan jumlah lahan nonpertanian dalam

jumlah relatif semakin banyak. Namun, pada saat bersamaan, pertambahan jumlah

penduduk juga memerlukan supply bahan pangan semakin besar, yang berarti

semestinya dengan asumsi produktivitas tetap maka lahan pertanian yang diperlukan

semakin meluas pula. Sementara ini, telah diketahui bahwa total luas lahan yang ada

berjumlah tetap, bahkan cenderung berkurang. Sebagai akibatnya, telah terjadi

persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan yang berakibat pada meningkatnya

nilai lahan (land rent), maka penggunaan lahan untuk pertanian akan selalu dikalahkan

oleh peruntukan lain, seperti industri dan perumahan. Solusi dari permasalahan ini

adalah pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang perlindungan lahan pertanian,

tetapi kenyataan di lapang masih saja terjadi peralihan fungsi lahan sebagai akibat

terdesaknya oleh sektor lainnya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 374

Tabel 6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Tabanan

No Sektor KPJU Unggulan 1 Pertanian (1) Padi sawah

(2) Ayam (3) Sapi (4) Kopi (5) Cengkeh

2 Penggalian -

3 Industri pengolahan (1) Industri makanan aneka keripik (2) Industri pengolahan kopi bubuk (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Kopra dan minyak goreng (5) Industri kerajinan genteng

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/Konstruksi

(1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Homestay (2) Perdagangan produk-produk pertanian (3) Mini market dan toko kelontong (4) Kios produk kerajinan (5) Hotel melati

7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan wisata danau (2) Bus carter (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet

8 Keuangan (1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU

9 Jasa-jasa (1) Objek wisata kebun raya Bedugul (2) Objek wisata alam Jatiluwih (3) Objek wisata pantai (4) Pangkas rambut dan salon kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)

Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

Pada sisi internal sektor pertanian, berbagai karakteristik dari usaha tani sendiri

belum sepenuhnya mendukung ke arah pelaksanaan pelestarian lahan pertanian yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 375

ada. Sempitnya rata-rata luas lahan yang diusahakan petani karena proses fragmentasi

yang disebabkan sistem waris “pecah-bagi” menjadikan semakin memarjinalkan

kegiatan usaha tani. Di samping itu, semakin sempitnya lahan berakibat pada tidak

tercukupinya hasil kegiatan usaha tani padi sawah untuk menutupi kebutuhan hidup

sehari-hari, apalagi mencukupi mendorong penerapan teknologi baru untuk

peningkatan produktivitas. Oleh karena itu, yang kemudian terjadi bukannya

memodernisasi (penerapan teknologi yang up to date) melainkan penjualan lahan

pertanian untuk penggunaan lainnya (alih fungsi lahan pertanian). Hal lain yang

memperparah adalah dengan adanya desentralisasi maka daerah berlomba-lomba

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan kurang memperhatikan aspek daya

dukung, yang semata mata hanya mementingkan agar pendapatan asli daerah semakin

lebih besar. Pengutamaan daerah pengembangan sarana dan prasarana fisik, juga

berakibat pada penggunaan lahan sawah secara langsung atau peningkatan nilai lahan

karena penawaran dengan harga yang semakin meningkat. Dengan semakin rumitnya

permasalahan terjadinya alih fungsi lahan pertanian, maka solusi yang diusulkan

sebagai upaya pemecahan masalah tersebut adalah harus dilakukan secara

komprehensif dan simultan dengan melibatkan para pihak berkepentingan secara

partisipatif dan tidak diselesaikan secara parsial sebagaimana pendekatan yang

dilakukan selama ini.

Ayam merupakan salah satu KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan. Populasi

ayam di Kabupaten Tabanan selama lima tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak

3.690.030 ekor pada tahun 2005 dan kemudian meningkat menjadi 3.694.532 ekor

pada tahun 2006. Berdasarkan total populasi ayam di Kabupaten Tabanan pada tahun

2008 sebesar 49,14%, dominan berada di Kecamatan Penebel. Kecamatan Penebel

dijadikan sebagai sentra pengembangan ayam buras, baik ayam potong maupun ayam

petelur. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ayam buras di Kecamatan

Penebel dan beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten Tabanan secara umum adalah

semakin menurunnya daya dukung lahan yang cocok untuk itu, yakni berada pada areal

sawah dan tidak berdekatan dengan permukiman, pemasaran mengalami anjlok di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 376

tingkat peternak, hanya pada musim tertentu dan ketika menjelang perayaan hari raya

besar maka prospek pemasarannya akan meningkat kembali.

Usaha budi daya ayam buras petelur dan ayam potong sebagai upaya

memanfaatkan peluang yang ada, yakni kecocokan iklim, ketinggian tempat yang

pantas di atas permukaan laut, dan ketersediaan tenaga trampil yang memadai.

Permasalahan budi daya ayam pada umumnya masih menjadi alasan klasik, yakni

ketika limbah ayam tidak terkelola dengan baik maka akan berdampak pada polusi

lingkungan. Namun, jika dikelola dengan baik maka usaha budi daya ayam ini tetap

menjadi unggulan di Kabupaten Tabanan.

Sapi adalah salah satu KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan. Populasi sapi di

Kabupaten Tabanan selama lima tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak 58.710

ekor pada tahun 2005, kemudian meningkat menjadi 68.157 ekor pada tahun 2009,

atau meningkat sebanyak 9.447 ekor selama lima tahun atau meningkat sebanyak

2.362 ekor per tahun. Berdasarkan total populasi sapi di Kabupaten Tabanan pada

tahun 2009, sebesar 24,96 % berada di Kecamatan Baturiti, 17,50 % berada di

Kecamatan Penebel, dan sisanya pada hampir semua kecamatan yang ada di

Kabupaten Tabanan. Bahkan, sapi Bali di Tabanan telah dikembangkan dengan

memanfaatkan tinja dan urine sapi sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik

dan telah dijadikan sumber biogas pada hampir semua kecamatan di Tabanan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sapi Bali di Kabupaten Tabanan

sesungguhnya masalah klasik, yakni semakin menurunnya daya dukung lahan untuk

budi daya secara komersial dan keterbatasan hijauan pakan ternak terutama pada

musim kemarau, pemasaran terutama anjloknya harga sapi di tingkat peternak karena

adanya kebijakan kuota antarpulau sapi setiap tahun, dan kebijakan impor sapi oleh

pemerintah pusat ketika hari-hari raya/besar.

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tabanan, yang

tersebar di delapan kecamatan, kecuali Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri

dari sepuluh kecamatan yang ada. Produksi kopi di Kabupaten Tabanan selama lima

tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak 5681,90 ton pada tahun 2005, kemudian

sempat menurun menjadi 4443,91 ton pada tahun 2009 karena sempat terserang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 377

penyakit. Meski budi daya kopi masih menjadi primadona dan unggulan di Kabupaten

Tabanan, permasalahan utama yang dihadapi para petani adalah produktivitas masih

saja tergolong rendah, yakni sekitar 600 kilogram biji kopi kering per hektaree dari

standar 800 kilogram per hektaree. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas

adalah budi daya yang dikelola oleh masyarakat masih tergolong tradisional sederhana.

Selain itu, masyarakat malas merawat dengan telaten karena harga kopi turun.

Penurunannya tercatat sekitar 18 persen dari Rp 20.000,00 menjadi Rp 16.500,00 per

kilogram sejak akhir tahun 2008 dan harga ini belum menutup biaya produksinya. Luas

areal perkebunan kopi di Bali mencapai total 32.000 hektaree dengan total produksi

tercatat sekitar 19.200 ton. Oleh karena itu, budi daya kopi di Tabanan masih tergolong

unggul, tetapi yang perlu mendapat perhatian serius adalah memperbaiki produktivitas

di samping upaya meningkatkan kesadaran petani melalui penyuluhan-penyuluhan.

Penyuluhan dilakukan guna mengingatkan pentingnya pemeliharaan tanaman kopi

melalui pemangkasan daun, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Namun, ia

menyadari keterbatasan jumlah petugas penyuluh menjadikan sebagai kendala dalam

upaya meningkatkan produktivitas tanaman.

Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal sebagai tanaman rempah

yang digunakan sebagai obat tradisional atau sebagai bahan baku pada rokok kretek.

Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai

bahan baku industri farmasi ataupun industri makanan. Produksi cengkeh mempunyai

peranan yang cukup besar dalam menunjang upaya peningkatan pendapatan negara.

Hal itu terjadi karena sampai saat ini cukai rokok merupakan salah satu sumber

pendapatan negara terbesar dibandingkan dengan sumber-sumber pendapatan

lainnya. Di samping itu, penyerapan tenaga kerja dalam usaha budi daya cengkeh

tergolong cukup tinggi. Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi

memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang

berpengaruh terhadap tanaman cengkeh, antara lain adalah iklim, tinggi tempat, dan

jenis tanah. Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah gembur, solum tanah

tebal (minimal 1,5 meter), serta kedalaman air tanah lebih dari tiga meter dari

permukaan tanah, jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 378

dan andosol. Keasaman tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5 - 6,5. Apabila pH

tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan tanaman cengkeh akan

terganggu kerena penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi terhambat.

Iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan. Iklim yang sangat kering

dapat menyebabkan tanaman cengkeh mati, terutama tanaman muda. Begitu pula bila

iklim sangat basah dapat menyebabkan kematian, terutama pada tanaman dewasa

karena akarnya tergenang air. Besarnya curah hujan optimal untuk perkembangan

tanaman cengkeh berkisar 1.500--2.500 mm/tahun atau 2.500--3.500 mm/tahun serta

bulan kering kurang dari dua bulan, suhu udara antara 25--34ºC, kelembaban (RH) 80--

90%, serta tidak ada angin kencang sepanjang tahun. Tanaman cengkeh dapat

ditanam dan masih berproduksi pada ketinggian 0--900 di atas permukaan laut (dpl).

Namun, semakin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah, tetapi pertumbuhan

tanaman makin subur. Tempat yang optimal bagi pertumbuhan bunga tanaman

cengkeh berkisar antara 200--600 meter di atas permukaan laut (dpl). Untuk

mengurangi risiko kegagalan dan biaya tinggi dalam budi daya cengkeh, maka

dianjurkan tanaman cengkeh hanya dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai

dan sesuai saja. Tanaman cengkeh yang berada di luar kriteria tersebut dianjurkan

untuk diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan. Tanaman

cengkeh mempunyai dua masa kritis dalam siklus hidupnya, yaitu masa sebelum

tanaman mencapai umur tiga tahun dan setelah berumur delapan tahun, terutama pada

awal dan sesudah panen pertama. Keadaan pertumbuhan tanaman tersebut sangat

dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan cara budi daya. Tanaman cengkeh

dimasukkan pada kategori tanaman manja dalam arti memerlukan lingkungan yang

khusus dan pemeliharaan yang intensif.

Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas cengkeh di Kabupaten

Tabanan pada tahun 2009, berturut-turut 3.198,33 ha, 509,34 ton, dan 159,25 ku/ha,

sedangkan tahun 2008 masing-masing 8.253,30 ha, 233,12 ton, dan 28,25 ku/ha.

Areal dan produksi cengkeh menyebar di delapan dari sepuluh kecamatan, tetapi areal

terluas dan produksi tertinggi tahun 2009 adalah Kecamatan Selemadeg Barat, masing-

masing 1.059,00 ha, dan 287,90 ton.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 379

Permasalahan yang berkaitan dengan turunnya produktivitas tanaman cengkeh

di Kabupaten Tabanan secara umum adalah gabungan antara umur tanaman yang

sudah tua dengan kurang seriusnya dalam pemeliharaan. Kedua faktor tersebut secara

langsung mengakibatkan tanaman menjadi rusak. Salah satu parameter untuk

menentukan tingkat produktivitas tanaman cengkeh adalah dengan memperhatikan

besarnya penutupan tajuk yang berhubungan dengan banyaknya ranting atau cabang

yang hilang. Pembungaan tanaman cengkeh bersifat terminal (bunga hanya keluar

pada ujung ranting), maka penutupan tajuk erat kaitannya dengan jumlah bunga yang

akan dihasilkan. Saat ini sebagian besar tanaman cengkeh yang ada di sentra produksi

telah berumur lebih dari 20 tahun.

Industri pengolahan

Selanjutnya, berdasarkan AHP Analysis diketahui bahwa untuk sektor industri

pengolahan yang menjadi KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan adalah industri

makanan aneka keripik, industri pengolahan kopi bubuk, penyosohan beras (RMU),

kopra dan minyak goreng, dan industri kerajinan genteng. Kemudian, untuk sektor

bangunan/konstruksi yang menjadi KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan adalah

kontraktor konstruksi bangunan.

Keberadaan industri pengolahan di Kabupaten Tabanan terbagi dalam dua

bidang, yaitu formal dan informal. Berdasarkan data BPS tahun 2009 diketahui bahwa

pada bidang formal, terdapat 5.321 industri pengolahan dengan menyerap tenaga kerja

sebanyak 24.000 orang. Sebaliknya, pada bidang informal terdapat 5.458 unit usaha

dengan menyerap tenaga kerja hingga 35.195 orang.

Perdagangan, hotel, dan restoran

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang menjadi KPJU unggulan di

Kabupaten Tabanan adalah homestay, perdagangan produk-produk pertanian, mini

market dan toko klontong, kios produk kerajinan, dan hotel melati. Selain itu, pada

sektor pengangka wisata danau, bus carter, angkutan darat barang (truk), jasa

pengiriman paket, dan warnet. Sesungguhnya, Kabupaten Tabanan seperti halnya Bali

pada umumnya tidak memiliki jaringan rel kereta api, tetapi memiliki jaringan jalan yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 380

tergolong sangat baik, khususnya ke daerah-daerah tujuan wisata. Sebagian besar

penduduk memiliki dan memilih menggunakan kendaraan pribadi karena moda

transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi, itu pun adanya di

Denpasar dan Badung. Jenis kendaraan umum di Tabanan yang masih menjadi

unggulan, antara lain angkutan wisata danau pada Danau Beratan yang demikian

populer, demikian juga bus carter yang melayani pariwisata dan aktivitas lainnya.

Selain itu, angkutan darat barang dan jasa pengiriman paket sangat diperlukan dalam

menopang pembangunan fisik. Sebaliknya, kendaraan angkutan umum perkotaan dan

perdesaan, sudah mulai ditinggalkan masyarakat.

Berdasarkan data BPS Tabanan 2010, pada tahun 2009 terdapat potensi sektor

perdagangan pasar tradisional, yakni Pasar Tabanan, Pasar Dauh Pala, Pasar Kediri,

Pasar Pupuan, Pasar Surabrata, Pasar Bajera, Pasar Megati, Pasar Gadungan, Pasar

Senganan, Pasar Kerambitan, Pasar Marga, Pasar Baturiti, Pasar Penebel, Pasar

Candi Kuning (Pasar Khusus), Pasar Sayur Induk Baturiti (Pasar Khusus), Pasar Kediri,

Pasar Tanah Lot (Pasar Khusus), dan Pasar Ulun Danu (Pasar Khusus). Kemudian,

yang tergolong pasar desa tercatat sebanyak 22 buah tersebar di seluruh kecamatan

se-Kabupaten Tabanan, bahkan pada tahun 2009 sudah terdapat pasar modern

sebanyak 11 buah,

Berdasarkan data BPS Tabanan 2010 diketahui bahwa pada bidang

perdagangan luar negeri tercatat potensi ekspor Kabupaten Tabanan sebanyak 14

eksportir. Para eksportir dimaksud terdiri atas kerajinan besi sebanyak 4 eksportir,

keramik sebanyak 1 eksportir, furniture/meuble sebanyak 4 eksportir, pakaian jadi

sebanyak 1 eksportir, rumah kayu sistem knock down sebanyak 1 eksportir, vanili

sebanyak 1 eksportir, kakao sebanyak 1 eksportir, produk hasil perikanan

laut sebanyak 1 eksportir.

Permasalahannya adalah kemampuan SDM mengakses pasar masih rendah,

jumlah SDM pengelola berkualifikasi pendidikan tertentu belum memadai, gedung

perkantoran belum memadai, sarana mobilitas masih kurang, permodalan terbatas, dan

sarana penunjang kantor (komputer/laptop ) masih terbatas. Dengan pembinaan–

pembinaan yang intensif diharapkan eksportir yang ada akan bertambah karena ada

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 381

motivasi yang besar untuk itu. Jumlah importir sebanyak 9 importir. Nilai ekspor

Kabupaten Tabanan posisi Juni 2010 sebesar Rp 43 miliar atau 9,83 % dari nilai

eEkspor Bali. Oleh karena itu, pemerintah setempat perlu mengadakan pendidikan dan

latihan pengembangan SDM, memperluas akses pasar, pameran-pameran di dalam

dan luar negeri, kontak bisnis dengan rekan-rekan bisnis di dalam dan luar negeri,

gerakan koperasi, inovasi dan kapasitas usaha ditingkatkan, seminar, temu usaha,

meningkatkan jumlah anggota dan mengefektifkan peran serta anggota sebagai sumber

permodalan, seperti simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela, menjalin

kemitraan pemasaran antarperusahaan dan dengan perbankan/lembaga keuangan

lainnya.

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang menjadi KPJU

unggulan di Kabupaten Tabanan adalah LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU. Sampai saat

ini potensi koperasi yang ada di Kabupaten, yakni KSP/KSU/KUD sebanyak 459 buah,

jumlah anggota sebanyak 68.168 orang, dan jumlah tenaga kerja sebanyak

2.176 orang. Sementara itu, dari 346 desa pakraman yang ada di Kabupaten Tabanan,

301 desa pakraman di antaranya telah memiliki LPD, masih ada 45 desa pakraman

yang potensial bagi tumbuhnya LPD baru. Adapun klasifikasi kredit LPD, sehat

sebanyak 218 LPD, cukup sehat sebanyak 19 LPD, kurang sehat sebanyak 8 LPD, dan

tidak sehat sebanyak 56 LPD. Total aset per 30 Juni 2010 sebesar Rp

390.557.430.000,00. Laba per Desember 2009 sebesar Rp 13.631.899.000,00 dan

kontribusi ke desa pakraman sebesar Rp 2.276.379.800,00

Keberadaan KPJU LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU sangat terkait dengan

mendukung sektor pariwisata dan pertanian sebagai lokomotif perekonomian

Kabupaten Tabanan. Keberadaan lembaga ini akan lebih eksis jika didukung dengan

pembentukan lembaga penjaminan tingkat lokal. Namun, dalam kenyataannya masih

ada saja keterbatasan, terutama dalam hal sumber daya manusia profesional berjiwa

wirausaha yang didukung integritas tinggi. Permasalahan lainnya adalah permodalan

yang masih terbatas sehingga mengalami kesulitan dalam penyaluran kredit kepada

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 382

masyarakat. Di samping itu, masih rendahnya peran serta masyarakat desa pakraman

untuk menjadikan LPD dan koperasi sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan dana.

Oleh karena itu, pemerintah setempat perlu segera mengadakan pelatihan pengurus

dan pengawas internal LPD dan koperasi se-Kabupaten Tabanan, termasuk

memberikan pembinaan teknis secara langsung ke lokasi LPD dan koperasi.

Pemerintah Kabupaten Tabanan perlu membuat kebijakan dan program yang

didukung oleh alokasi dana secara proporsional sesuai dengan nilai skor-terbobot

KPJU bersangkutan. Di samping itu, pemerintah setempat perlu segera menuangkan

KPJU unggulan dalam bentuk ketentuan hukum, seperti Peraturan Daerah atau Surat

Keputusan Kepala Daerah sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua

SKPD, demikian juga bagi para pemangku kepentingan terkait. Pengembangan KPJU

dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kelompok UMKM baru, terutama bagi

pelaku usaha berpendidikan sarjana yang baru lulus sehingga tidak menjadi beban

negara, tetapi justru menjadi ujung tombak pembangunan bangsa. Dengan menambah

sedikit bekal berupa pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, serta didukung akses

kredit permodalan berdasarkan skim dana bergulir berbiaya rendah maka diharapkan

dapat menurunkan angka pengangguran, sekaligus mengentaskan kemiskinan.

Jasa-jasa lain

Berdasarkan data BPS Tabanan 2010 diketahui bahwa pada bidang jasa-jasa

tercatat lima KPJU unggulan yang seluruhnya merupakan bagian dari industri

pariwisata, yakni objek wisata kebun raya Bedugul, objek wisata alam Jatiluwih, objek

wisata pantai, pangkas rambut dan salon kecantikan, serta jasa perbengkelan (mobil

dan motor). Sesuai dengan kondisi alamnya, Tabanan mengedepankan wisata alam

dan pertanian sebagai potensi unggulannya di bidang pariwisata. Kawasan Tanah Lot,

Penebel, Marga, Jati Luwih, Pupuan, Antosari, dan Bedugul adalah tempat-tempat yang

senantiasa dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang

rindu pada keindahan alam.

Air panas Penatahan merupakan salah satu objek wisata unggulan, terletak di

desa Penatahan, Kecamatan Penebel tepatnya berada di tepi sungai Yeh Ho sekitar 13

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 383

km dari Kota Tabanan ke utara atau 34 km dari Denpasar dengan panorama alam yang

indah dan di kiri kanannya dilatarbelakangi oleh sawah yang berterasering. Air panas

Penatahan oleh masyarakat lebih dikenal dengan nama Yeh Panes. Berdasarkan hasil

penelitian dari laboratorium Departemen Kesehatan, air panas ini sangat baik untuk

mandi karena mengandung belerang dan mineral lainnya yang sangat baik untuk

menyembuhkan penyakit kulit.

Alas Kedaton yang dilengkapi dengan Pura Alas kedaton yang dihuni kera dan

kalong merupakan salah satu objek wisata yang sedang digemari. Objek wisata ini

terletak di Desa, Kecamatan Marga sekitar empat km dari kota Tabanan. Pura Alas

Kedaton mempunyai dua keunikan yang sangat menarik. Pertama, memiliki empat pintu

masuk ke dalam pura, yaitu dari barat yang merupakan pintu masuk utama yang

lainnya dari utara, timur, dan dari selatan yang semuanya menuju ke halaman tengah.

Keunikan yang kedua adalah halaman dalam yang merupakan tempat yang tersuci

justru letaknya lebih rendah daripada halaman tengah dan luar. Tempat suci ini

dikelilingi oleh hutan yang dihuni oleh sekelompok kera yang dianggap keramat. Di

samping itu, terdapat sekelompok kalong yang hidup bergantungan di dahan-dahan

pohon kayu yang besar dan sewaktu-waktu beterbangan. Hal itu merupakan suatu

atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan, baik bagi wisatawan nusantara maupun

mancanegara.

Daerah Bedugul merupakan suatu kawasan pariwisata yang terletak pada

ketinggian sekitar 1.240 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah ini sangat sejuk dengan

temperatur rata-rata 180C pada malam hari dan 240C pada siang hari. Suatu rute

perjalanan yang sangat menyenangkan dari Denpasar menuju ke Alas Kedaton,

Bedugul, dan Tanah Lot. Bedugul adalah daerah pegunungan yang dingin. Di Bedugul

terdapat sebuah danau, yakni Danau Beratan dan Pura Ulun Danu. Pada daerah ini

dapat dinikmati pemandangan alam yang indah serta tempat rekreasi air danau. Objek

wisata Alas Kedaton dengan ratusan ekor kera dan kelelawar di hutan yang

mengelilingi Pura Alas Kedaton dibangun sekitar abad XV Masehi. Setelah itu,

meneruskan perjalanan ke Tanah Lot yang sudah tidak asing lagi bagi wisatawan

mancanegara sambil menikmati sun set. Di Tanah Lot terdapat sebuah pura di tengah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 384

laut dan bila matahari menjelang tenggelam di ujung barat, maka terciptalah suatu

pemandangan yang sangat indah.

Puri Anyar dan Puri Gede di Kerambitan merupakan puri kuno yang artistik dan

sangat banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Puri Anyar dengan Puri Night-nya

dan Puri Gede dengan Malam Budayanya menyajikan beberapa atraksi yang menarik,

antara lain joged bumbung dan tektekan. Bersama penari joged, para tamu diajak

menari bersama mengikuti irama joged. Sebaliknya, pada tarian tektekan dapat

disaksikan beberapa penari yang sedang kemasukan roh halus menancapkan kerisnya

ke tubuh penari lainnya, bahkan keris sampai bengkok, tetapi tidak dapat menembus

tubuh lawannya.

Permasalahan dalam pengembangan sektor pariwisata di Tabanan adalah

masih tergolong mahalnya biaya promosi ke luar negeri dan terbatasnya kemampuan

pemerintah dalam melengkapi sarana dan prasarana memadai dalam memfasilitasi

promosi komoditas ekspor. Di samping itu, masih terbatasnya tour leader berbasis

budaya kerajaan yang profesional. Kurangnya pemahaman dunia usaha pariwisata

tentang budaya Bali dengan beragam karakeristiknya sehingga pemanfaatan peluang

pasar belum optimal. Oleh karena itu, pemerintah setempat ikut berpartisipasi

meningkatkan anggaran untuk biaya promosi, terutama ke negara-negara penghasil

utama wisatawan berkualitas. Di samping itu juga, pemerintah provinsi mengadakan

semacam trade centre berskala internasional sebagai tempat pameran untuk dapat

meningkatkan daya saing pariwisata Kabupaten Tabanan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 385

6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten

Bangli

Pertanian dalam arti luas

Kabupaten Bangli mempunyai beberapa jenis ternak, yaitu sapi, babi, kambing,

kerbau, dan kuda. Akan tetapi, dari berbagai jenis ini yang paling menonjol populasinya

adalah sapi, yaitu hampir mencapai 58,0 persen (2009: 95.818 ekor) dari seluruh ternak

sapi yang ada di Provinsi Bali. Ternak ini tersebar di,seluruh kecamatan, tetapi yang

paling banyak ( 56,9 persen) berada di Kecamatan Kintamani. Selama periode 2005--

2009 ternak sapi di Kabupaten Bangli tumbuh rata-rata 4,12 persen per tahun. Sapi ini

di samping memenuhi kebutuhan lokal juga diantarpulaukan terutama ke Pulau Jawa

sehingga ke depan sangat prospektif. Salah satu hambatan dalam pengembangan

ternak sapi adalah harganya yang fluktuatif sehingga sering merugikan para peternak

yang umumnya merupakan peternak kecil. Kebanyakan ternak sapi dipelihara sebagai

pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani tanah sawah

atau tegalan/kebun.

Tanaman jeruk (jeruk siam) berkembang di Kabupaten Bangli sejak lebih dari 20

tahun yang lalu menyusul terserangnya penyakit tanaman jeruk di Kabupaten Buleleng.

Tahun 2009 produksi jeruk di Kabupaten Bangli mencapai 146.502 ton (90,7 persen

dari total produksi Prov Bali).Tanaman jeruk di Kabupaten Bangli terkonsentrasi di Kec

Kintamani dengan produksi 144.972 ton (hampir 99,0 persen dari total produksi

Kabupaten Bangli). Sebelum tahun 2008 produksi jeruk di Kabupaten ini masih di

bawah 75.000 ton per tahun. Akan tetapi, mulai tahun 2008 produksinya meningkat

lebih dari 100.000 ton dan tahun 2009 mencapai 145.502 ton. Pemasarannya lebih

banyak diantarpulaukan, yaitu beberapa kota di Pulau Jawa. Hanya sebagian kecil

yang dipasarkan antarkabupaten lingkup Provinsi Bali. Sejak beberapa tahun terakhir

tanaman jeruk sudah mulai diserang hama penyakit dan di sisi lain harga jualnya lebih

banyak ditentukan pengepul serta sering berfluktuasi. Biaya pemeliharaan relatif tinggi

sehingga banyak petani yang tidak bisa optimal melakukan pemeliharaan karena

keterbatasan modal kerja. Rusaknya beberapa jalan desa juga memberatkan petani

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 386

karena membengkaknya biaya angkut sehingga berimplikasi pada menurunnya

pendapatan mereka.

Tabel 6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Bangli

No Sektor KPJU Unggulan 1 Pertanian (1) Sapi

(2) Jeruk (3) Ayam (4) Kopi (5) Hutan bambu

2 Penggalian - 3 Industri pengolahan (1) Kerajinan bambu

(2) Kerajinan kayu (3) Pengolahan kopi gelondongan (4) Industri pengolahan makanan/minuman (5) Kerajinan dari logam (emas dan perak).

4 Listrik dan Air Minum - 5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan 6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran (1) Restoran/rumah makan (2) Hotel melati (3) Perdagangan produk pertanian (4) Mini market dan toko kelontong (5) Konter HP

7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan barang (truk) (2) Angkutan penumpang

perkotaan/pedesaan (3) Bus trayek (4) Angkutan penyeberangan danau (5) Warnet

8 Keuangan (1) LPD (2) BPR (3) KUD (4) Koperasi Serba Usaha (5) KSP

9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil) (2) Pangkas rambut dan salon kecantikan (3) Penjahitan pakaian (4) Jasa binatu/loundry (5) Jasa pramuwisata

Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 387

Tahun 2009 populasi ayam di Kabupaten Bangli tercatat sebanyak 2.311.383

ekor (19,9 persen dari populasi ayam di Bali). Sekitar 54,2 persen dari populasi ayam di

Kabupaten Bangli adalah ayam ras pedaging, kemudian disusul oleh ayam ras petelur

(28,8 persen), dan sisanya ayam buras. Ketiga jenis ayam ini tersebar di semua

kecamatan yang ada, tetapi 41,0 persen berada di Kec Susut.

Selama periode 2005--2009, pola perkembangan ketiga jenis ayam tersebut

sama, yaitu berfluktuatif dengan kecendrungan menurun, kecuali ayam broiler cendrung

naik. Akan tetapi, kenaikannya relatif sedikit.

Pemeliharaan ayam memerlukan modal yang relatif besar, tetapi di sisi lain

harganya, baik daging maupun telurnya sangat fluktuatif. Hal ini sangat menyulitkan

peternak kecil untuk berkembang. Pemasarannya (daging atau telurnya) lebih banyak

untuk memenuhi kebutuhan lokal (antarkabupaten), sisanya baru diantarpulaukan.

Kabupaten Bangli merupakan produsen terbesar kopi di antara sembilan

Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Jenis kopi yang ditanam ada dua jenis, yaitu

kopi arabika dan robusta. Tahun 2009 kedua jenis kopi tersebut produksinya mencapai

1.971,19 ton (arabika: 1.827,46 ton dan robusta: 143,73 ton) atau 13,2 persen dari total

produksi Provinsi Bali. Tanaman kopi tersebar di semua kecamatan, tetapi hampir 84,0

persen merupakan produksi Kecamatan Kintamani.

Selama periode 2005--2009, perkembangan produksinya sangat fluktuatif

dengan kecenderungan menurun. Dari semua areal tanaman kopi seluas 4.329 ha,

yang sudah berbuah (produktif) sebanyak 81,0 persen, sisanya tanaman muda dan tua

masing-masing 16,9 persen dan 1,6 persen.

Kecamatan Kintamani sangat terkenal dengan kopi arabikanya, tetapi tidak dapat

memenuhi permintaan pasar dalam negeri ataupun mancanegara. Saat ini pengolahan

yang paling banyak dilakukan baru terbatas dari kopi gelondong menjadi butiran.

Sebaliknya, yang mengolah menjadi kopi bubuk sangat terbatas. Ekspor yang dilakukan

masih dalam bentuk butiran karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal di

samping kontinuitas produksi.

Kabupaten Bangli mempunyai hutan seluas 9.341,28 ha atau 7,15 persen dari

total luas hutan di Provinsi Bali. Salah satu jenis tanaman hutan yang mempunyai nilai

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 388

ekonomi tinggi adalah hutan bambu. Saat ini Kabupaten Bangli mempunyai hutan

bambu seluas 5.226 ha dengan produksi 920.688 batang per tahun. Luas areal hutan

bambu ke depan diperkirakan akan bertambah karena mudah dikembangkan dan areal

masih tersedia terutama di pinggir sungai sehingga sekaligus berfungsi sebagai

pencegah longsor.

Batang bambu di samping dimanfaatkan untuk berbagai jenis kerajinan juga

sebagai bahan penunjang untuk membuat pelat boton gedung bertingkat.

Pemasarannya dapat lokal atau antarkabupaten.

Industri pengolahan

Di Kabupaten Bangli terdapat 4.945 unit usaha kerajinan bambu. Ke depan

kerajinan ini sangat prospektif dilihat dari aspek ketersediaan bahan baku yaitu berupa

batang bambu. Seperti diketahui bahwa Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya

kabupaten di Bali yang mempunyai hutan bambu relatif luas. Tahun 2010 jumlah

tenaga kerja yang terserap pada industri ini sebanyak 9.265 orang atau setiap unit

usaha mampu menyerap pekerja rata-rata sekitar dua orang. Kerajinan bambu tersebar

di dua kecamatan, yaitu Bangli dan Susut. Jenis produksinya antara lain vas bunga,

kap lampu, tas, dan aneka anyaman lainnya. Melihat jenis produknya maka segmen

pasarnya kebanyakan bukan untuk pasar local, tetapi untuk hiasan sarana pariwisata,

seperti hotel dan atau restoran serta cindra mata. Melihat segmen pasarnya, industri ini

prospeknya relatif baik asal perajin mempunyai kreativitas yang tinggi sehingga mampu

menghasilkan produk sesuai dengan perubahan selera konsumennya. Bahan baku

tersedia relatif banyak dan segmen pasarnya jelas serta mempunyai kreativitas yang

tinggi menjadikan prospek industri kreatif ini cukup baik.

Kerajinan kayu tercatat sebanyak 2.797 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja

5.589 orang. Ini berarti bahwa setiap unit usaha mampu menyerap pekerja sekitar dua

orang. Lokasi kerajinan ini menyebar di semua kecamatan yang ada, kecuali

Kecamatan Bangli. Jenis produknya, antara lain dulang (tempat sesajen), patung ikan

dolpin, berbagai topeng, pop art, kotak, dan lainnya. Melihat jenis produknya sebagian

besar dari produk kerajinan ini ditujukan untuk wisatawan. Hanya sebagian kecil untuk

pasar lokal. Permasalahan yang dihadapi adalah kekurangan bahan baku kayu,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 389

sedangkan dari sisi pemasaran sangat prospektif. Tidak jarang karena keterbatasan

bahan baku kayu, akhirnya tidak dapat memenuhi permintaan pasar ekspor.

Pengolahan kopi yang dimaksud di sini adalah mengolah kopi gelondongan

menjadi kopi butiran. Cara ini dilakukan oleh semua petani kopi. Kopi butiran ini

ditujukan untuk pasar ekspor terutama untuk kopi jenis Arabika. Pasar ekspor kopi

butiran terutama untuk jenis kopi Arabika sangat prospektif, malahan saat ini tidak

mampu memenuhi permintaan pasar karena terbatasnya produksi. Di sisi lain ada

beberapa kendala, seperti kualitas SDM yang perlu ditingkatkan terutama pengolahan

pascapanen, kurangnya informasi pasar, dll. Jenis industri lain yang ada di Kabupaten

Bangli, antara lain kopi bubuk, kacang asin, jus & selai, berbagai kue kering, tape, dan

jajan basah. Khusus untuk kopi bubuk tercatat sebanyak 78 unit usaha dengan jumlah

pekerja sebanyak 561 orang atau setiap satu unit usaha mampu menyerap pekerja

sekitar tujuh orang. Pasar produk ini adalah lingkup Bali. Kendalanya banyak pesaing

bukan hanya pesaing lokal, melainkan juga dari luar Bali.

Kerajinan dari logam relatif banyak, produknya antara lain berupa perhiasan

emas/perak, keris, hiasan berbahan besi dan kuningan. Tiga produk yang disebutkan

terakhir lebih banyak sebagai suvenir sehingga segmen pasarnya adalah wisatawan.

Sebaliknya, perhiasan emas/perak lebih banyak untuk pasar lokal dan nasional.

Khusus untuk kerajinan emas/perak tercatat sebanyak 538 unit usaha dengan pekerja

2.120 orang atau tiap unit usaha menyerap pekerja rata-rata empat orang. Prospek

pasarnya relatif baik, tetapi kendalanya harga bahan baku relatif mahal dan banyak

pesaing dari luar Kabupaten.

Perdagangan, hotel, dan restoran

Tahun 2009 di Kabupaten Bangli terdapat 43 restoran dan rumah makan dengan

jumlah tempat duduk sebanyak 3.811 kursi. Jumlah tempat duduk ini sekitar 4,6 persen

dari seluruh tempat duduk restoran dan rumah makan yang ada di Provinsi Bali.

Selama periode 2005—2009, baik jumlah restoran maupun tempat duduk di Kabupaten

Bangli menurun. Jumlah restoran dan rumah makan menurun rata-rata 10,0 persen per

tahun, sedangkan jumlah tempat duduknya menurun rata-rata 12,6 persen. Hampir

semua restoran dan rumah makan ini berada di wilayah Kecamatan Kintamani. Ke

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 390

depan restoran dan rumah makan ini prospeknya relatif baik karena data lima tahun

terakhir kunjungan wisatawan asing dan domestik semakin banyak. Tahun 2005 jumlah

kunjungan wisatawan (asing dan domestik) hanya 316.063 orang, sedangkan tahun

2009 meningkat menjadi 483.381 orang (tumbuh rata-rata 11,2 persen per tahun).

Kendala pengembangan kawasan wisata penelokan sebagai salah satu tujuan wisata

adalah kurang tertatanya lingkungan dan kurang ramahnya penduduk setempat.

Gangguan sering datang dari pedagang acung yang cenderung memaksa wisatawan

untuk membeli barang dagangannya.

Kondisi hotel melati juga hampir sama dengan hotel dan restoran. Kendatipun

dari segi unit jumlahnya bertambah, dari segi kamar jumlahnya menurun dari 255 kamar

(2005) menjadi 205 kamar (2009). Hotel melati ini tersebar di tiga kecamatan dari

empat kecamatan yang ada. Akan tetapi, sebagian besar hotel tersebut berlokasi di

Kecamatan Kintamani. Ke depan hotel di kawasan wisata Penelokan tampaknya kurang

prospektif karena di samping udaranya sangat dingin, kawasan ini relatif dekat dan

mudah dijangkau. Dengan demikian, wisatawan yang datang tidak perlu menginap

kalau hanya ingin menikmati pemandangan Gunung Batur dan sekitarnya.

Wisatawan umumnya hanya sampai di kawasan Penelokan (jalur jalan raya utama),

karena dari jalur ini sudah bisa dilihat secara jelas pemandangan danau, gunung, dan

kaldera Gunung Batur sebagai satu kesatuan. Jarak kawasan Penelokan ke pinggir

Danau Batur sekitar 6 km menurun. Jalan yang dilalui penuh dengan belokan yang

tajam.

Perekonomian Kabupaten Bangli masih berorientasi pada sektor pertanian. Di

samping lima KPJU unggulan di Sektor Peratnian seperti yang disebutkan diatas juga

ada beberapa komoditas pertanian lain, seperti padi, sayur-sayuran, ubi jalar, ubi kayu,

kelapa, cokelat, babi, kambing, dan buah-buahan. Semua komoditas ini

diperdagangkan, baik lokal maupun antarkabupaten. Sebagai komoditas kebutuhan

pokok, sudah tentu prospeknya cukup baik. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya

penduduk lahan pertanian terancam beralih menjadi permukiman dan berbagai fasilitas

sosial ekonomi, seperti pasar, sekolah dll.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 391

Mini market dan toko kelontong. Kedua sarana ekonomi cukup banyak berdiri

di Kabupaten Bangli. Mini market tumbuh sejak beberapa tahun terakhir ini dan paling

tidak di setiap kecamatan terdapat satu mini market. Toko kelontong yang menjual

berbagai kebutuhan masyarakat sudah ada jauh sebelum mini market dan

terkonsentrasi di ibu kota kecamatan.

Sejak beberapa tahun terakhir konter HP tumbuh bukan hanya di perkotaan,

melainkan sampai kepelosok desa. Pertumbuhan konter HP seiring dengan makin

banyaknya penggunaan HP oleh penduduk tidak hanya terbatas untuk memudahkan

dan memperlancar komunikasi, tetapi sebagai salah satu bentuk gaya hidup modern.

Konter HP akan semakin prospektif sejalan dengan makin meningkatnya penduduk dan

daya beli mereka.

Pengangkutan dan komunikasi

Tahun 2009 di Kabupaten Bangli tercatat sarana angkutan barang sebanyak

2.330 unit mobil. Dari jumlah ini yang tergolong sebagai angkutan umum hanya 14,3

persen dan 85,7 persen bukan umum. Ke depan sarana angkutan barang ini akan

semakin prospektif seiring dengan makin berkembangnya perekonomian dan semakin

banyaknya jumlah penduduk. Untuk memperlancar arus barang diperlukan sarana

angkutan yang semakin banyak.

Kabupaten Bangli dilalui oleh jalan provinsi yang mengubungkannya dengan tiga

Kabupaten yang lain, yaitu Gianyar dan Klungkung ke arah selatan serta Buleleng ke

arah utara. Ke arah timur dan barat masing-masing menuju Kecamatan Susut dan

Tembuku dihubungkan oleh jalan Kabupaten. Untuk melayani angkutan penumpang

dari ibu kota Kabupaten dengan daerah sekitarnya, tahun 2009 di Kabupaten Bangli

tercatat 162 unit angkutan penumpang. Prospek angkutan penumpang sebagai

angkutan jarak pendek tidak berkembang karena bersaing ketat dengan sepeda motor

dan mobil pribadi. Saat ini dengan persyaratan kredit yang sangat ringan seseorang

dengan mudah dapat memiliki sepeda motor atau mobil pribadi.

Jumlah 162 unit angkutan penumpang yang disebutkan di atas di dalamnya

termasuk angkutan bus bertrayek. Bus bertrayek ini jumlahnya hanya sekitar 10 unit

yang melayani angkutan penumpang dari ibu kota kabupaten menunju Kota Denpasar

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 392

dan Singaraja. Prospek angkutan ini juga kurang menggembirakan karena bersaing

ketat dengan mobil pribadi dan sepeda motor. Saat ini tersedia lembaga pembiayaan

untuk membeli mobil dengan persyaratan yang tidak terlalu ketat. Dengan makin

meningkatnya pendapatan masyarakat potensi untuk memiliki mobil pribadi semakin

besar.

Tahun 2009 di Kabupaten Bangli tercatat 81 boat angkutan danau. Angkutan ini

melayani penyeberangan danau menuju Desa Trunyan yang sangat terkenal dengan

wisata kuburannya yang unik. Angkutan ini kurang prospektif karena citranya menurun

dan di sisi lain sudah dibukanya jalan darat yang menyusuri tebing menuju Desa

Trunyan. Prospek angkutan ini dapat ditingkatkan jika para pengelolanya bisa

memberikan pelayanan yang baik khususnya kepada wisatawan yang akan

mengunjungi kuburan unik yang ada di Desa Trunyan. Untuk menuju kuburan ini baik

dari Desa Trunyan maupun dari arah lain tidak bisa dilakukan melalui jalan darat, tetapi

harus menyeberangi Danau Batur.

Warnet kendatipun merupakan unggulan, prospeknya kurang baik karena harus

bersaing ketat dengan HP/BB yang sekaligus juga dapat difungsikan sebagai internet.

BB dapat digunakan setiap saat karena dapat dibawa ke mana-mana dan dapat

berfungsi sebagai HP.

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

BPR tersebar di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli, kecuali

Kecamatan Tembuku. BPR bersaing dengan bank umum pemerintah termasuk Bank

BPD. Memang keberadaan bank umum ini hanya sampai di ibu kota kecamatan.

KUD kendatipun dari segi jumlah hanya lima unit dan tersebar di semua

kecamatan, mempunyai anggota relatif banyak. Tahun 2009 setiap unit KUD rata-rata

mempunyai 5.753 orang anggota.

LPD hampir di semua desa (desa adat) sudah tersedia. Malahan di beberapa

desa (desa dinas) mempunyai lebih dari satu LPD. LPD ini prospeknya relatif baik

karena sangat dekat dengan masyarakat dan prosedur peminjamannya sangat mudah.

Kelemahannya adalah menyangkut kualitas SDM pengelolanya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 393

Koperasi Serba Usaha selama periode 2005--2009 mengalami peningkatan

hampir tiga kali lipat dari 23 unit menjadi 72 unit dengan jumlah anggota hampir

mencapai 5.000 orang. Koperasi ini tersebar di semua kecamatan yang ada di

Kabupaten Bangli dengan variasi antara 11--27 unit usaha. Jumlah terbanyak terdapat

di Kecamatan Bangli, sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Tembuku. Ke depan

koperasi ini prospeknya cukup baik karena sifat usahanya memungkinkan dapat

memenuhi sebagian besar kebutuhan para anggotanya. Permasalahannya menyangkut

mutu SDM yang relatif rendah.

KSP juga tersebar di semua kecamatan, tetapi selama periode 2005--2009

jumlahnya menyusut dari 33 unit menjadi 20 unit. Menyusutnya ini mungkin disebabkan

oleh adanya persaingan dengan LPD, BPR, dan bank umum di samping pengelolaan

yang kurang baik.

Sebagai salah satu daerah tujuan wisatawan (khususnya kawasan wisata

Penelokan), di samping sudah tersedia sarana seperti restoran dan hotel juga ada

money changer. Money changer prospeknya relatif baik karena selama lima tahun

terakhir kunjungan wisatawan ke daerah ini semakin meningkat rata-rata 11,0 persen.

Tahun 2009 tercatat jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 483.381 orang

(asing 386.705 orang dan domestik 96.676 orang). Pada tahun yang sama wisatawan

asing yang berkunjung ke Bali hampir mencapai 2,4 juta orang. Ini berarti bahwa

wisatawan asing yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan baru sekitar 16,0

persen. Ke depan prospek money changer diperkirakan akan semakin berkembang jika

daerah wisata ini mampu meningkatkan citranya yang selama ini kurang baik. Salah

satu di antaranya karena perilaku pedagang acung sering memaksa wisatawan

membeli barang dagangannya. Hal ini menjadi alasan banyak travel biro (biro

perjalanan) tidak menjadikan daerah ini sebagai salah satu tujuan kunjungan

wisatawan.

Jasa-jasa lain

Bengkel tersebar di semua kecamatan, tetapi yang paling banyak terdapat di

Kecamatan Bangli, kemudian disusul Kecamatan Susut, Tembuku, dan Kintamani.

Tahun 2009 tercatat jumlah bengkel di Kabupaten Bangli sebanyak 109 unit. Dari

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 394

jumlah ini sebagian besar merupakan bengkel sepeda motor. Ke depan bengkel ini

prospeknya relatif baik mengingat dari waktu ke waktu, baik sepeda motor maupun

mobil terus bertambah. Dalam kurun waktu 2005--2009 kendaraan bermotor di

Kabupaten Bangli meningkat rata-rata 5,6 persen. Tahun 2009 tercatat jumlah

kendaraan bermotor di Kabupaten ini sebanyak 39.881 unit (mobil 4.803 unit dan

sepeda motor 35.078 unit).

Sama halnya dengan bengkel, jasa pangkas rambut dan salon kecantikan juga

tersebar di semua kecamatan dengan konsentrasi di Kecamatan Bangli. Jasa ini dari

tahun ke tahun semakin banyak, yaitu lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhannya 6,7

persen. Tahun 2009 tercatat sebanyak 70 unit usaha. Antara pangkas rambut dan salon

kecantikan jumlahnya hampir berimbang. Jasa ini khususnya salon kecantikan cukup

prospektif seiring dengan makin banyaknya jumlah penduduk, meningkatnya

pendapatan masyarakat, dan makin berkembangnya kehidupan modern.

Penjahit pakaian relatif banyak terdapat di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan

Bangli, Susut, dan Tembuku. Tahun 2009 di tiga kecamatan ini tercatat sebanyak 749

penjahit. Selama lima tahun terakhir perkembangnan jumlah penjahit relatif lambat,

yaitu tumbuh rata-rata 1,1 persen. Penjahit ini bersaing cukup ketat dengan pakaian

jadi dengan berbagai model yang dijual di pasar. Akan tetapi, dengan makin

bertambahnya penduduk usaha jasa penjahit pakaian ini tampaknya masih cukup

prospektif.

Jasa binatu atau loundry sejak beberapa tahun terakhir ini berkembang cukup

pesat terutama di daerah urban. Perkembangan loundry ini seiring dengan makin

banyaknya pasangan suami istri yang bekerja sehingga kesempatan mereka untuk

mengerjakan urusan rumah tangga (cuci-mencuci) menjadi terbatas. Jasa loundry

menjadi pilihan karena praktis dan relatif murah dibandingkan dengan dikerjakan

sendiri.

Jasa pramuwisata berkaitan dengan adanya kawasan wisata Penelokan.

Wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata ini ada di antaranya yang melakukan

wisata naik gunung (Gunung Batur) atau mengunjungi kuburan unik yang ada di Desa

Trunyan. Banyak di antara mereka memerlukan jasa pemandu.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 395

6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten

Klungkung

Berdasarkan sepuluh KPJU unggulan per sektor di Kabupaten Klungkung yang

di-rangking menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka diperoleh

lima KPJU unggulan seperti disajikan pada Tabel 6.3.6. Namun, perlu diingat bahwa

AHP hanya suatu metode yang proses perhitungannya bertumpu pada judgment dan

persepsi expert terhadap tingkat kepentingan kriteria, sama sekali bukan kuantitatif

murni sehingga hasilnya pun bersifat relatif.

Pertanian dalam arti luas

Pada sektor pertanian di Kabupaten Klungkung terdapat lima KPJU yang

menjadi unggulan, yaitu budi daya padi sawah, budi daya sapi, budi daya cabai, budi

daya rumput laut, dan budi daya kacang tanah (Tabel 6.3.6). Berdasarkan data statistik

Klungkung Dalam Angka Tahun 2009, luas panen, produksi, dan produktivitas padi

sawah di Kabupaten Klungkung tahun 2008 masing-masing 5.878 ha, 36.294 ton, dan

54,18 ku/ha. Produksi padi tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 758 ton

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan

luas panen sebesar 223 ha dan peningkatan produktivitas sebesar 1,24 ku/ha. Padi

sawan menyebar di semua kecamatan, terkecuali Kecamatan Nusa Penida.

Permasalahan dalam pengembangan padi sawah di Kabupaten Klungkung

adalah permasalahan klasik seperti Kabupaten lainnya di Bali, yaitu semakin

menyusutnya lahan sawah karena alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian dan

semakin menurunnya minat generasi muda untuk bertani padi sawah. Dalam beberapa

hal alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lainnya bersifat dilematis. Pertambahan

penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang pesat di beberapa wilayah

memerlukan jumlah lahan nonpertanian yang mencukupi. Namun, pertambahan jumlah

penduduk juga memerlukan supply bahan pangan yang lebih besar, yang berarti lahan

pertanian juga lebih luas, sementara total luas lahan yang ada berjumlah tetap. Sebagai

akibatnya telah terjadi persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan yang berakibat

pada meningkatnya nilai lahan (land rent). Dengan demikian, penggunaan lahan untuk

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 396

pertanian akan selalu dikalahkan oleh peruntukan lain, seperti industri dan perumahan.

Solusi dari permasalahan ini adalah pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang

perlindungan lahan pertanian. Akan tetapi,di sisi internal sektor pertanian terdapat

berbagai karakteristik usaha tani sendiri yang belum sepenuhnya mendukung ke arah

pelaksanaan pelestarian lahan pertanian yang ada.

Sempitnya rata-rata luas lahan yang diusahakan petani karena proses

fragmentasi sistem pewarisan makin memarjinalkan kegiatan usaha tani. Sempitnya

lahan berakibat pada tidak tercukupinya hasil kegiatan usaha pertanian untuk menutupi

kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi mencukupi mendorong penerapan

teknologi baru untuk peningkatan produktivitas. Yang terjadi kemudian bukan

modernisasi (penerapan teknologi yang up to date), tetapi penjualan lahan pertanian

untuk penggunaan lainnya (alih fungsi lahan pertanian). Hal lain yang memperparah

adalah dengan adanya desentralisasi, maka daerah berlomba-lomba untuk

meningkatkan pertumbuhan untuk pendapatan asli daerah (PAD) yang lebih besar.

Namun, yang terjadi kemudian adalah daerah mengutamakan pengembangan sarana

dan prasarana fisik, yang berakibat pada penggunaan lahan sawah secara langsung

atau peningkatan nilai lahan karena penawaran yang lebih baik. Dengan rumitnya

persoalan alih fungsi lahan pertanian itu, maka upaya pemecahannya tidak mungkin

dilakukan secara parsial sebagaimana pendekatan yang dilakukan selama ini. Jadi,

diperlukan pendekatan yang menyeluruh dengan melibatkan semua pihak terkait

secara aktif.

Sapi merupakan salah KPJU unggulan di Kabupaten Klungkung. Populasi sapi

di Kabupaten Klungkung selama lima tahun terakhir (2004--2008) adalah sebanyak

41.822 ekor tahun 2004 meningkat menjadi 44.372 ekor tahun 2008 atau meningkat

sebanyak 2.550 ekor selama lima tahun atau meningkat sebanyak 510 ekor per tahun.

Dari total populasi sapi di Kabupaten Klungkung tahun 2008, sebesar 51% terdapat di

Kecamatan Nusa Penida. Menurut Syahruddin Said dari Pusat Penelitian Bioteknologi,

LIPI, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung Bali dijadikan lokasi

pengembangan sapi bali karena sapi bali yang di Nusa Penida bebas dari penyakit-

penyakit antraks, jembrana, mulut dan kuku, serta MCS. Untuk itu, Nusa Penida akan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 397

dijadikan Pusat Konservasi Sapi Bali agar kemurnian sapi bali tetap terjaga.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sapi bali di Nusa Penida

khususnya dan Kabupaten Klungkung umumnya adalah semakin menurunnya daya

dukung lahan dan hijauan pakan ternak, di bidang pemasaran berupa anjloknya harga

sapi di tingkat peternak karena adanya kebijakan kuota antarpulau sapi setiap tahun

oleh Provinsi Bali, dan kebijakan impor sapi oleh pemerintah pusat ketika hari-hari raya/

besar.

Cabai merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Klungkung, yang

tersebar di empat kecamatan. Tidak ada data yang valid tentang luas panen dan

produksi cabai di Kabupaten Klungkung. Namun, Kabupaten Klungkung terkenal

sebagai produsen cabai terbesar di Bali, yang memasok kebutuhan cabai seluruh Bali.

Permasalahan usaha komoditas cabai adalah mutu benih. Jadi dalam rangka budi daya

cabai, benih cabai unggul dan bermutu sangat dibutuhkan. Sampai kini ketersediaan

benih cabai yang tepat mutu, tepat jumlah, tepat varietas, tepat waktu, dan tepat harga

(terjangkau oleh masyarakat pengguna benih) masih belum mencukupi. Sebagian benih

cabai yang tersedia di pasaran berasal dari produksi dalam negeri, sedangkan

sebagian lagi berasal dari impor.

Sentra produksi rumput laut di Kabupaten Klungkung adalah Kecamatan Nusa

Penida dengan volume produksi pada tahun 2006 mencapai 106.188,4 ton (65%) dari

volume produksi rumput laut di Provinsi Bali, yaitu 164.887 ton. Produksi rumput laut

tahun 2008 sebesar 101.210,2 ton, meningkat sebesar 19,83% dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Rumput laut merupakan komoditas ekspor andalan Kabupaten

Klungkung (Klungkung Dalam Angka, 2009). Daerah pesisir pantai Nusa Penida

penghasil rumput laut, yaitu Desa Suana, Desa Batununggul, Desa Kutampi Kaler,

Desa Ped, Desa Kampung Toyapakeh, Desa Lembongan, dan Desa Jungut Batu.

Jenis rumput laut yang dikembangkan adalah "Eucheuma Cotoni" dan "Eucheuma

Spionosum" termasuk spesies langka. sehingga diminati oleh para konsumen, baik

dalam negeri maupun di luar negeri.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 398

Tabel 6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Klungkung

No. Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Cabai (4) Rumput laut (5) Kacang tanah

2 Penggalian dan Pertambangan -

3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek dan songket (ATMB)

(2) Industri kerajinan perak dan selongsong peluru

(3) Industri uang kepeng (pis bolong) (4) Industri kerajinan wayang klasik (5) Industri kerajinan perlengkapan upacara

adat dan agama Hindu

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Perdagangan produk pertanian (3) Konter HP (4) Restoran/rumah makan (5) Mini market dan toko barang kelontong

7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor)

(2) Warnet (3) Angkutan darat barang(truk) (4) Angkutan penumpang perkotaan dan

perdesaan (bemo roda empat) (5) Ojek (Nusa Penida dan Lembongan)

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD (5) KSU

9 Jasa-jasa lain (1) Diving dan snorkeling (2) Fotokopi (3) Wisata rafting (di Bakas) (4) Pangkas rambut dan salon kecantikan (5) Wisata perdesaaan (di Lembongan dan

Nusa Penida) Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode

Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 399

Permasalahan pengembangan rumput laut di Nusa Penida, Kabupaten

Klungkung, antara lain bibit, hama penyakit, pascapanen, pemasaran, permodalan,

sumber daya manusia, tata ruang, dan keamanan. Bibit yang dipakai dan

dikembangkan oleh masyarakat sampai dengan saat ini masih didapat dari hasil

pengembangan secara vegetatif, yaitu dengan cara menyisihkan thalus hasil budi daya

milik sendiri. Keterampilan untuk menyeleksi thalus yang baik untuk bibit tentu sangat

beragam dan sebagian besar dari masyarakat, yang masih memiliki pengetahuan dan

keterampilan terbatas sehingga produksi tidak optimal.

Hama dan penyakit pada kegiatan pembudi dayaan rumput laut masih banyak

dihadapi masyarakat pembudi daya. Hama yang biasa menyerang bibit rumput laut

adalah ikan baronang, penyu, bulu babi, dan tumbuhan pengganggu lainnya. Penyakit

yang biasa muncul pada rumput laut adalah ice-ice. Penyakit ini banyak disebabkan

oleh kondisi ekstrem perairan, seperti faktor rendahnya salinitas akibat sering turun

hujan, suhu air yang terlalu panas (lebih dari 31 ºC) biasanya suhu permukaan atau

terlalu dingin (kurang dari 26 ºC) . Pencegahannya adalah dengan penentuan lokasi,

musim tanam, teknologi yang tepat, dan pengontrolan yang rutin. Solusi jangka panjang

adalah penanaman bibit unggul baru.

Pasca panen merupakan rangkaian kegiatan agribisnis rumput laut yang sangat

menentukan dalam menghasilkan kualitas rumput laut. Kualitas yang memenuhi

persyaratan ekspor dan pabrikan dalam negeri adalah untuk jenis Eucheuma spp.,

kadar air 31--35%, kotoran dan garam tidak lebih dari 5%, dan rendemen tidak kurang

dari 25%. Sebaliknya, untuk jenis Gracilaria spp., kadar air 18--22%, kotoran dan

garam tidak lebih dari 2%, dan rendemen 14--20%. Masalahnya adalah panen masih

muda atau belum waktunya dan penanganan pascapanen kurang baik. Petani tidak

melakukan penjemuran rumput laut hingga kadar air yang ditetapkan. Di beberapa

daerah kadar air yang dibeli di petani bisa mencapai di atas 40% sehingga kadar garam

pun akan lebih tinggi daripada 5%. Hal ini akan menyebabkan rumput laut rusak pada

saat penyimpanan dan transportasi.

Faktor kualitas, transparansi pihak pabrikan, pedagang pengumpul,

kelembagaan pembinaan/pendamping sangat mempengaruhi aspek pemasaran

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 400

rumput laut di Nusa Penida dan daerah pengembangan lainnya. Banyak terjadi kasus

suatu daerah kelebihan produksi, tetapi hanya dibeli oleh satu pembeli, sehingga harga

ditentukan sepihak oleh pembeli (monopsoni). Hal itu terjadi pada wilayah yang over

produksi, tetapi tidak ada pembeli yang masuk.

Belum berpihaknya perbankan terhadap usaha pembudi dayaan rumput laut di

Nus Penida membawa dampak yang sangat memberatkan pengembangan usaha

pembudi dayaan rumput laut. Masyarakat pengusaha rumput laut umumnya

masyarakat yang mempunyai kemampuan akses yang sangat terbatas terhadap

perbankan sehingga dibutuhkan deregulasi kebijakan dalam pemberdayaan

masyarakat. Sejak diundangkan UU No 22, Tahun 2000 tentang otonomi daerah,

banyak terjadi penguasaan kepemilikan daerah terhadap wilayah perairan laut yang

berada di wilayahnya. Daerah mempunyai otoritas yang kuat untuk mengatur wilayah

perairannya. Permasalahan muncul karena daerah belum mengatur pemanfaatan atau

tata ruang wilayah perairan pantainya sehingga terjadi tumpang tindih antara berbagai

kegiatan di suatu wilayah yang sama. Keadaan seperti ini menyebabkan penanam

modal yang akan berinvestasi menjadi tidak aman dalam jangka waktu yang lama.

Faktor keamanan yang menyangkut kelangsungan usaha budi daya rumput laut

ditempuh melalui pola pengamanan terpadu, yaitu masyarakat setempat diikutsertakan

dalam segmen-segmen usaha, seperti pembibitan, pemeliharaan atau kegiatan lain

yang mendukung usaha tersebut. Dengan demikian, masyarakat sekitar kawasan

usaha budi daya rumput laut merasa ikut menikmati hasilnya dan menjaga

kelangsungan pembudi dayaan rumput laut di wilayahnya.

Kacang tanah merupakan salah satu KPJU unggulan di Kabupaten Klungkung.

Luas panen, produksi dan produktivitas komoditas kacang tanah di Kabupaten

Klungkung tahun 2008 berturut-turut 3.162 ha, 4.908 ton, dan 15,52 ku/ha, sedangkan

tahun 2009 masing-masing 3.296 ha, 5.199 ton, dan 15,77 ku/ha. Areal dan produksi

kacang tanah menyebar di empat kecamatan, tetapi areal terluas dan produksi tertinggi

tahun 2009 adalah di Kecamatan Nusa Penida masing-masing 1.630 ha, dan 2.496 ton

serta produktivitas 15.33 ku/ha. Sebelum penelitian ini dilakukan, kacang

tanah memang telah dijadikan komoditas palawija unggulan yang memiliki nilai

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 401

ekonomi tinggi untuk dikembangkan petani di Kabupaten Klungkung. Dengan produksi

sebesar itu, Klungkung mampu memberikan kontribusi terhadap produksi kacang

tanah Bali sebesar 30, tetapi masih di bawah Kabupaten Karangasem sebesar 40%,

dan 30% lainnya kontribusi Kabupaten lain di Bali. Masalah yang mucul dalam

pengembangan komoditas kacang tanah, yaitu penggunaan bibit bersertifikasi

sangat rendah, penggunaan varietas kerinci secara terus-menerusyang menyebabkan

potensi hasil secara genetik menurun, penggunaan pupuk belum berimbang,

sistem pasar belum memberi nilai tambah, permodalan lemah sehingga agribisnis

kacang tanah lambat berkembang.

Industri pengolahan

Di sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU unggulan hasil peng-ranking-

an menggunakan AHP, yaitu industri kerajinan tenun endek dan songket (ATMB),

kerajinan perak dan selongsong peluru, industri uang kepeng (pis bolong), industri

kerajinan wayang klasik, dan industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama

Hindu (Tabel 6.3.6).

Aktivitas membuat barang-barang kerajinan terdapat dan tersebar di seluruh

Kabupaten di Bali. Salah satu di antaranya adalah Kabupaten Klungkung yang konon

merupakan daerah pusat kerajaan dari seluruh kerajaan yang ada di Bali. Di samping

itu, di kabarkan sebagai tempat mengungsinya para Brahmana Hindu, seniman, dan

perajin Majapahit ke Bali, ketika Kerajaan Majapahit ditundukkan oleh Kerajaan Demak

Islam pada tahun 1515 (Ten Kate, 2004:080). Para seniman, perajin, Brahmana Hindu

Jawa inilah gerangan membawa keemasan kerajaan Gelgel pada abad ke-17, dengan

kemegahan istana yang dihias luar biasa. Bukti faktual yang masih utuh dapat dilihat

sampai saat ini adalah “kertagosa” berupa sebuah puri kerajaan yang penuh dihiasi

dengan karya-karya seniman dan perajin. Oleh sebab itu, daerah Klungkung dikatakan

sebagai pusat seniman, perajin, serta berkembangnya kesenian pertama di Bali.

Industri kerajinan tenun ikat (tenun endek dan songket) tidak lagi merupakan

barang langka dan sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Klungkung. Hal itu

terjadi karena kerajinan ini merupakan warisan para nenek moyang yang telah ada

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 402

sejak zaman neolithicum. Aktivitas menenun ini masih tetap eksis dilakoni dan

merupakan mata pencaharian pokok bagi sebagian masyarakat di Kabupaten

Klungkung. Jenis tenun yang dikembangkan adalah “tenun ikat warna alami” yang

terdapat di Desa Tegak dan “tenun songket di Desa Gelgel”. Kain tenun tradisional

yang berkembang di kedua desa tersebut, ada dua macam, yaitu kain tenun ikat

tradisional (endek) yang proses pembuatannya dengan menggunakan alat ATBM (alat

tenun bukan mesin) dan kain tenun songket dengan proses menenun secara tradisional

(alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain tenun songket dengan pewarna

alami khas Kabupaten Klungkung memang merupakan bagian dari seni keindahan

tenun ikat yang sudah terkenal sejak lama. Kain endek juga merupakan salah satu kain

Bali yang kini amat populer di Indonesia. Kain ini ditenun dengan teknik ikat, suatu

teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh Indonesia. Di samping berfungsi

sebagai kain upacara keagamaan, kini kain endek mulai populer sebagai bahan kemeja

nasional. Kain songket juga amat populer dalam masyarakat Bali. Songket merupakan

istilah teknik untuk menambahkan suatu pola pada suatu bahan dengan mengisi

benang tambahan. Benang tersebut dapat dimasukkan ke seluruh bidang atau hanya

menutupi bagian-bagian tertentu dari suatu kain. Pekerjaan menenun di dua lokasi,

yaitu di Banjar Tengah Desa Tegak dan Desa Gelgel Klungkung ini telah dilakukan

secara turun-temurun dari nenek, ibu, sampai pada anak dan cucunya. Perajin ini lebih

berperanan terhadap pelestarian dan kelangsungan nilai budaya tradisional, lebih

bersifat konservatif terhadap nilai warisan leluhur.

Seni kerajinan logam secara garis besar di daerah Klungkung terdiri atas

kerajinan pande besi, kerajinan kuningan, serta kerajinan emas dan perak. Kerajinan

pande besi lebih banyak memproduksi produk perlengkapan peralatan rumah tangga.

Namun, ada juga beberapa pande besi di daerah Kusamba Kecamatan Dawan

Klungkung yang khusus memproduksi keris. Sementara untuk kerajinan kuningan,

emas, dan perak lebih banyak berkembang di daerah Kamasan dan Desa Budaga.

Macam dan jenis produk yang dihasilkan beraneka ragam. Khususnya di lingkungan

Banjar Pande Desa Kamasan, perajin lebih banyak memproduksi produk kerajinan

perak berupa peralatan upacara keagamaan, seperti bokor, sangku, wanci, payung

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 403

pagut, dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan seni kerajinan emas dan perak, di

Desa Kamasan juga berkembang kerajinan kuningan. Munculnya diawali dengan

perjalanan almarhum I Made Sekar dari Banjar Pande Kaler, yang memperkaya lingkup

kreativitasnya dalam mengerjakan kerajinan tatah kuningan dengan media

”selongsong peluru”. Selongsong peluru adalah selongsong atau tabung dari bahan

kuningan merupakan bekas kulit peluru yang tertinggal pada bagian pangkalnya.

Aktitivitas membuat kerajinan dengan bahan logam/logam kuningan tidak hanya digeluti

oleh masyarakat Desa Kamasan, tetapi juga ditekuni oleh masyarakat Desa Budaga.

Desa Budaga merupakan salah satu desa sentra seni kerajinan, yang telah

mengembangkan seni kerajinan logam kuningan secara turun-temurun. Hampir

sebagian besar masyarakat di desa ini bermata pencaharian sebagai perajin untuk

memenuhi kebutuhan perekonominya. Beraneka bentuk produk telah dihasilkan baik

produk untuk sarana upacara agama maupun bentuk produk yang berfungsi sebagai

hiasan. Awal perkembangan kerajinan logam kuningan ini membuat peralatan untuk

sarana upacara keagamaan, seperti genta, tempat bija (tempat beras suci), tempat tirta

(air suci), dan bermacam senjata nawasanga sebagai perlengkapan upacara yang

disesuaikan dengan tempatnya dalam pengider buana, dan digunakan di pura atau

pemerajan. Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya pariwisata di Bali,

perajin di Desa Budaga sangat kreatif dalam mengembangkan bentuk-bentuk produk

baru yang lebih inovatif. Sekarang ini di Desa Budaga berkembang bentuk produk

berupa bola mimpi (redam ball). Bola mimpi dimaksud adalah produk yang bentuknya

menyerupai bola berbunyi nyaring terdengar dari gesekan butir-butir pelor timah yang

ada di dalamnya. Produk ini dibuat di samping berfungsi sebagai hiasan juga dibuat

sebagai aksesoris, seperti anting-anting, leontin, gelang, dan gantungan kunci.

Industri uang kepeng (pis bolong) berkembang di Desa Kamasan.

Penggunaan pis bolong sebagai material seni kerajinan merupakan salah satu upaya

konservasi dan pengembangan budaya Bali serta mengantisipasi pis bolong asli (pis

bolong dari Cina), yang keberadaannya semakin langka. Khususnya di Bali, pis bolong

sangat diperlukan oleh masyarakat Hindu untuk kepentingan upacara yadnya karena

hampir di setiap upakara menggunakan pis bolong yang menurut keyakinan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 404

masyarakat Hindu mengandung signifikansi simbolis. Hal tersebut menyulut perajin di

Desa Kamasan mencetak uang kepeng/pis bolong baru dalam upaya mengantisipasi

kelangkaan bahan baku. Ide dan inisiatif ini dilakukan oleh UD. Kamasan di Desa

Kamasan Klungkung. Kerajinan pis bolong yang diproduksi modelnya tidak jauh

berbeda dengan pis bolong yang pada umumnya beredar selama ini. Akan tetapi,

perbedaannya pis bolong yang diproduksi memiliki ciri khas tersendiri dengan

menggunakan motif huruf Bali. Banyak macam dan jenis produk yang telah diproduksi

dengan memanfaatkan pis bolong sebagai materialnya. Sekarang ini telah menjadi

bidang profesi yang banyak diminati oleh sebagian penduduk Kamasan karena bidang

ini sangat menjanjikan dalam memenuhi tuntutan perekonomian. Saat ini jangkauan

pasar industri kerajinan pis bolong tidak hanya pasar lokal, tetapi juga telah meluas ke

berbagai kota di Indonesia dan memasuki pasar internasional. Dengan berbagai

bentuk, motif, gaya, dan lain-lainnya yang mendominasi produk-produk baru, bentuk-

bentuk nontradisional. Karya seni kerajinan pis bolong lebih menekankan estetis

sehingga mampu memacu pertumbuhan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat

pendukungnya. Aktivitas yang dilakukan perajin untuk menghasilkan suatu produk juga

tidak semata-mata atas dasar kepentingan ekonomi atau praktis, intensitas dan

kesungguhan untuk membuat suatu produk bukan sekadar instingtif, melainkan juga

melibatkan ranah rasa, kepekaan rasa, intelektual, dan emosionalitas. Artinya, secara

intelektual mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk

menghasilkan suatu produk yang dikehendaki. Pelibatan dimensi-dimensi semacam itu

telah terbukti dalam berbagai produk yang dihasilkan terutama produk seni kerajinan pis

bolong. Walaupun pada tahap awal aktivitas bidang ini berskala kecil dengan jumlah

yang terbatas, sekarang ini telah menjadi bidang profesi yang banyak diminati oleh

sebagian penduduk Kamasan karena bidang ini sangat menjanjikan dalam memenuhi

tuntutan perekonomian.

Melukis tradisional wayang klasik khas Kamasan mulai efektif sejak zaman

pemerintahan Dalem Waturenggong hingga kini dan pada era komodifikasi sekarang ini

dikenal sebagai industri kerajinan wayang klasik. Kilas balik melukis tradisional wayang

klasik, konon raja menaruh perhatian dan memberikan pengayoman terhadap

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 405

perkembangan kesenian, seperti seni tari, lukis, kerajinan, dan sebagainya. Khususnya

seni lukis tradisional wayang Kamasan diabadikan untuk kepentingan agama, yaitu

menghias pura seperti hiasan parba, kober, umbul-umbul, ider-ider, dan lainnya. Tema-

tema yang dilukiskan lebih dominan berhubungan dengan mitologi, hikayat dewa-dewa,

dan dongeng atau cerita rakyat. Diduga tidak jauh berbeda dengan tema-tema relief

wayang yang terdapat pada peninggalan candi-candi yang ada di Jawa Timur,

khususnya Candi Penataran dan Candi Surawana bentuk wayangnya merupakan

prototipe wayang Bali (Tista, 1986: 146). Sejalan dengan perkembangan pengetahuan

para seniman dan disertai dengan meroketnya perkembangan industri pariwisata

berpengaruh terhadap pengembangan seni lukis wayang tradisional Kamasan. Dalam

memenuhi kebutuhan pasar seni lukis wayang tradisional klasik khas Kamasan ini,

diterapkan pada benda-benda suvenir/cendera mata sebagai hiasan dalam upaya

meningkatkan daya tarik dan daya jual tanpa meninggalkan seni budaya setempat.

Teknik penerapan lukisan wayang tradisonal Kamasan pada barang-barang

suvenir/cendera mata tidak jauh berbeda dengan teknik melukis di atas kain atau

kanvas, yaitu pertama membuat sket dengan pensil, kemudian diwarnai dengan teknik

sigar/gradasi, berikutnya dikontur (nyawi), terakhir finishing dengan bahan pelapis clear

glos khususnya pada barang suvenir berbahan dasar dari kayu dan bambu. Bahan

pewarna yang digunakan adalah warna buatan pabrik, yaitu warna acrelyk, astoro, dan

aga. Berbeda dengan bahan pewarna untuk melukis di atas kanvas yang menggiurkan

warna alam dari batu pere, kincu, tulang, dan ancur (bahan perear) atau lem mote.

Industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu. Industri

kerajinan jenis ini, antara lain pembuatan pajeng/payung, ider-ider, kain perada, dan

kelengkapan lainnya. Sentra industri adalah di Desa Paksebali dan Desa Satriya dan

menjadi unggulan Kabupaten Klungkung. Industri kerajinan ini tampaknya akan tetap

menjadi KPJU unggulan karena produk-produk industri ini terus akan diperlukan

sepanjang aktivitas upacara adat dan agama Hindu tetap eksis di Bali. Namun, industri

ini perlu memperoleh pembinaan dan bantuan teknis lainnya agar kualitas produksi

semakin meningkat dan semakin beraneka ragam.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 406

Bangunan dan konstruksi

Di sektor bangunan dan konstruksi, hanya satu daftar KPJU unggulan, yaitu

kontraktor konstruksi bangunan. KPJU ini sangat berperan dalam pelaksanaan

pembangunan fisik, baik bangunan milik pemerintah maupun swasta. Jenis

pekerjaannya juga beragam, mulai dari bangunan konstruksi sederhana sampai dengan

bangunan konstruksi beton bertulang.

Perdagangan, hotel, dan restoran

Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada lima KPJU unggulan yang di-

ranking menggunakan metode AHP, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian,

konter HP, restoran/rumah makan, mini market, dan toko kelontong (Tabel 6.3.6). KPJU

hotel melati menjadi unggulan di Kabupaten Klungkung karena Kabupaten Klungkung

merupakan destinasi wisata dan yang terkenal adalah destinasi wisata Pulau

Lembongan dan Pulau Nusa Penida. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali,

di Kabupaten Klungkung terdapat dua hotel bintang (1 buah bintang 2 dan 1 buah hotel

bintang 3) dan 40 buah hotel nonbintang (hotel melati), yang tediri atas jumlah kamar di

bawah 10 kamar sebanyak 19 buah dan jumlah kamar antara 10--24 kamar sebanyak

21 buah.

Pengangkutan dan komunikasi

Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima KPJU yang termasuk

unggulan yang di-ranking dengan metode AHP, yaitu angkutan laut penyeberangan

barang dan orang (perahu motor), warnet, angkutan darat barang (truk), angkutan

penumpang perkotaan dan perdesaan (bemo roda empat), dan ojek/jasa penyewaan

sepeda motor (di Nusa Penida dan Lembongan)(Tabel 6.3.6). Dari kelima KPJU

unggulan ini, satu KPJU yang sangat menonjol dan berperan penting di Kabupaten

Klungkung adalah KPJU angkutan laut penyeberangan barang dan orang ke dan dari

Pulau Nusa Penida dan Pulau Lembongan. Penyeberangan laut ini menggunakan

perahu mesin motor tempel yang mengangkut barang dan orang. Namun, sejak

penyeberangan ke dan dari Nusa Penida sekarang ini menggunakan kapal Ro-Ro dari

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 407

Padangbai, penyeberangan menggunakan motor tempel dari Desa Kusamba sedikit

menurun. Namun, saat ini pemerintah Kabupaten Klungkung sedang membangun

dermaga penyeberangan di Desa Gunaksa untuk memindahkan penyeberangan kapal

Ro-Ro dari Padangbai ke Nusa Penida.

Keuangan, persewaan, dan jasa Perusahaan

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, terdapat lima KPJU

unggulan, yaitu lembaga perkreditan desa (LPD), koperasi simpan pinjam (KSP), bank

perkreditan rakyat (BPR), koperasi unit desa (KUD), dan koperasi serba usaha

(KSU)(Tabel 6.3.6).

Koperasi serba usaha (KSU) atau koperasi umum merupakan soko guru

perekonomian masyarakat dan jenis koperasi ini dapat dibedakan antara koperasi

primer dan koperasi sekunder/pusat. Pada tahun 2008 jumlah koperasi primer

mencapai 106 buah dengan anggota 33.348 orang. Di Kabupaten Klungkung ada

tujuh buah KUD dengan jenis pelayanan yang diberikan, antara lain sarana pertanian,

kredit, dan jasa penyosohan gabah. Penyosohan gabah yang dimiliki sebanyak 28

buah. Sumber permodalan koperasi adalah simpanan pokok anggota, simpanan wajib,

dan simpanan sukarela. Satu koperasi yang sangat maju, bahkan telah memperoleh

juara nasional adalah koperasi Sri Nadi. Masalah umum di KPJU simpan pinjam,

koperasi, dan KUD adalah masih belum memadainya keterampilan SDM, terutama

dalam memberikan pelayanan sehingga ke depan harus diberikan pelatihan di bidang

manajemen dan pelayanan prima.

Jasa-jasa lain

Di sektor jasa-jasa lain, terdapat lima KPJU unggulan, yaitu jasa diving dan

snorkeling, jasa fotokopi, jasa wisata rafting (di Bakas), jasa pangkas rambut dan salon

kecantikan, dan wisata perdesaaan (di Lembongan dan Nusa Penida) (Tabel 6.3.6).

Destinasi wisata Pulau Lembongan dan Pulau Nusa Penida di Kabupaten Klungkung

memiliki atraksi wisata unggulan, yaitu wisata bahari, terutama diving dan snorkeling

dan watersport. Setiap hari beberapa kapal dari pelabuhan Benoa membawa banyak

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 408

wisatawan mancanegara ke perairan Pulau Lembongan dan Nusa Penida untuk

melakukan diving dan snorkeling. Jasa ini dijual oleh beberapa travel biro di Kota

Denpasar, seperti Bounty Cruise, Bali Holiday Ultimate, Island Explorer Cruises, Bali

Reef Cruise, Bali Hai Beach Club Cruise, Sail Sensation Cruise, dll. Semua biro

perjalanan pelayaran ini menjual jasa-jasa pengantaran dan pemanduan melakukan

diving dan snorkeling di sekitar perairan Pulau Lembongan dan Pulau Nusa Penida.

KPJU ini hendaknya dibina dan dipertahankan karena berperanan menonjol dalam

berbagai aspek perekonomian Klungkung dan Bali. Permasalahan kelima KPJU ini

adalah masih terbatasnya keterampilan para penjual jasa ini sehingga ke depan

diperlukan pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan profesionalisme SDM di

KPJU ini.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 409

6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten

Karangasem

Berdasarkan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) terhadap sepuluh

KPJU unggulan di Kabupaten Klungkung, maka diperoleh lima KPJU unggulan seperti

disajikan pada Tabel 6.3.7.

Pertanian dalam arti luas

Di sektor pertanian, terdapat lima KPJU unggulan, yaitu penangkapan ikan laut,

budi daya salak, budi daya kelapa, budi daya jambu mete, dan budi daya kacang tanah

(Tabel 6.3.6). Kabupaten Karangasem merupakan sentra pengembangan salak di Bali,

selain Kabupaten lainnya, seperti Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng.

Penyebaran budi daya salak di Kabupaten Karangasem, yaitu Kecamatan Bebandem,

Kecamatan Selat, Kecamatan Rendang, dan Kecamatan Abang. Namun, yang terluas

adalah di Kecamatan Bebandem dengan salak khas Desa Sibetan. Permintaan

terhadap buah salak yang datang dari pasar lokal dan pasar nasional akan sangat

dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain adalah (a) dengan semakin meningkatnya

jumlah penduduk yang berminat pada buah salak sebagai dampak keberhasilan

program penyuluhan dan program peningkatan gizi masyarakat yang dilaksanakan oleh

pemerintah, (b) tingkat harga salak di pasar eceran, (c) tingkat harga buah-buahan

lainnya, dan (d) tingkat pendapatan konsumen buah salak atau kekuatan daya beli

masyarakat pada umumnya. Buah salak dapat dipanen hampir pada sepanjang tahun

menyebabkan buah ini dapat hadir pula di pasar lokal dan pasar nasional relatif

sepanjang tahun pula. Dengan demikian, buah salak yang merupakan salah satu buah

di Indonesia yang dapat meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat hanya karena

adanya kesinambungan ketersediannya di pasar eceran. Permintaan dari pasar lokal

dan nasional juga akan datang dari sektor industri olah lanjut yang akan menggunakan

buah salak ini sebagai bahan bakunya. Penyediaan jenis makanan yang

mengggunakan buah salak segar sebagai bahan bakunya akan menambah

kemungkinan semakin besarnya permintaan buah salak secara segar untuk juice salak,

salak kaleng, dan manisan buah salak. Sekali pun demikian, buah salak yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 410

dimasukkan dalam pola kemitraan ini akan lebih banyak dipasarkan untuk konsumsi

buah salak segar. Namun, masalah komoditas salak adalah masalah harga rendah

ketika musim panen raya dan kendala teknis budi daya. Tanaman salak walaupun

termasuk tanaman yang tidak mengandung risiko tinggi, tetap diperlukan pemeliharaan

dan perawatan yang intensif agar kualitas buah yang dihasilkan baik. Pada beberapa

kondisi, sering dijumpai petani yang menanamkan salak tanamannya baik, tetapi tidak

dapat berbuah. Selain itu, tanaman salak ini tidak memerlukan banyak air, tetapi juga

tidak boleh kekurangan air. Kondisi kritis masa tanaman salak ini akan berlangsung dari

penanaman pertama (tahun ke-0) sampai pada tahun ke-2 kurun waktu proyek. Hal ini

disebabkan oleh kondisi tanaman yang masih rentan terhadap kondisi "stres", baik

pada musim penghujan maupun kemarau.

Pertambangan dan penggalain

Di sektor pertambangan dan penggalian berupa KPJU galian C (pasir,

kerikil/koral, batu hitam) menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem menyebar di

Kecamatan Kubu, Bebandem, dan Selat. Di samping menyerap banyak tenaga kerja

lokal, galian C juga menjadi unggulan perolehan pendapatan asli daerah (PAD)

setempat. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah kebocoran dari penyetoran

pemasukan galian itu sehingga pengawasannya dilakukan sangat ketat agar tetap

mampu menjadi unggulan PAD Karangasem. Salah satu pengawasan yang menonjol

melalui gebrakan sistem "self assesment" atau laporan pajak sendiri. Di samping itu,

pihak Pemkab mengimbangi sistem pengawasan ketat itu melalui portal, paguyuban,

serta sidak langsung ke lapangan. Tingginya kebocoran galian C sebelumnya akibat

permainan pengangkutan galian di pangkalan. Namun, dengan ditingkatkannya

legalisasi tonase truk dari lima menjadi tujuh meter kubik, kini pelanggaran relatif sepi

menyusul pemberlakuan sistem karcis yang diawasi melalui tiga pintu. Menurut info

Kadispenda Karangasem, pencapaian PAD dari galian C dihitung sampai tanggal 15

Agustus 2011 baru mencapai Rp 71,8 miliar atau 60,21 persen dari target penerimaan

PAD sebesar Rp 119,2 miliar.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 411

Tabel 6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Karangasem

No. Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian

(1) Penangkapan ikan laut (2) Salak (3) Kelapa (4) Jambu mete (5) Kacang tanah

2 Pertambangan dan Penggalian Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam) .

3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek & songket (ATBM)

(2) Industri batu tabas (berbahan baku batu hitam)

(3) Industri anyaman ate (4) Industri anyaman tikar pandan (5) Industri pengolahan buah jambu mete

(wine, kacang mete)

4 Listrik, Gas dan Air Bersih -

5 Bangunan dan Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan restoran

(1) Restoran/rumah makan (2) Perdagangan produk pertanian (3) Konter HP (4) Hotel melati (5) Homestay

7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan laut penyeberangan Padang

Bai – Nusa Penida (perahu motor) (3) Warnet (4) Bus trayek (5) Angkutan penumpang perkotaan dan

perdesaan (bemo roda empat)

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU

9 Jasa-jasa lain (1) Wisata spiritual (Besakih) (2) Pangkas rambut dan salon kecantikan (3) Pramuwisata (guide) (4) Wisata Alam rafting (Telaga Waja) (5) Agrowisata salak

Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 412

Industri pengolahan

DI sektor industri pengolahan, lima KPJU menjadi unggulan, yaitu industri

kerajinan tenun endek dan songket (ATBM), industri batu tabas, industri anyaman ate,

industri anyaman tikar pandan, dan industri pengolahan buah jambu mete (wine,

kacang mete)(Tabel 6.3.7).

Sentra pengembangan jambu mete di Kabupaten Karangasem adalah

Kecamatan Kubu, Kecamatan Abang, Kecamatan Karangasem, dan Kecamatan

Manggis. Mete yang diproduksi di Kabupaten ini adalah mete organik. Komoditas jambu

mete produksi Kabupaten Karangasem berhasil menembus pasaran negara-negara

Eropa, yang volumenya setiap tahun meningkat rata-rata 15 persen. Pada 2007

sebanyak 60 ton, meningkat menjadi 100 ton pada 2008, dan bertambah lagi menjadi

140 ton pada 2009. Dalam tahun 2010 ini diharapkan mampu mengekspor 200 ton biji

jambu mete. Jambu mete yang didatangkan secara khusus dari Bali itu dimanfaatkan

sebagai bahan baku, baik membuat makanan ringan maupun campuran berbagai jenis

bumbu seperti untuk jenis makanan sele atau keju krim. Sementara makanan dari

bahan baku kulit mete merupakan produk baru yang cukup digemari masyarakat Eropa.

Kecamatan Kubu yang kondisinya kritis merupakan lokasi paling cocok untuk

pengembangan jambu mete karena memiliki kondisi normal kering selama empat

sampai dengan lima bulan. Kondisi itu menjadikan tanaman mete bisa berbunga bagus

dan gelondongannya berkembang dengan baik. Saat ini PT PMA telah menjalin kerja

sama dengan kelompok tani dalam wadah subak abian. Dari kerja sama tersebut

diharapkan mampu meningkatkan mutu produksi jambu mete sesuai dengan kriteria

internasional mete organik 100 persen. Ketua Kelompok Tani Jambu Mete Buana

Kusuma Kubu menyambut baik terobosan yang dilakukan, dengan harapan produksi

jambu mete Bali timur mampu bersaing di pasar global. Kelompok Tani Subak Abian

merintis penanaman komoditas mete dan menerapkan proses pupuk organik sejak

1993, dengan 97 anggota. Seluruh anggota kelompok bersepakat melakukan penjualan

produksi mete secara bersama dengan perusahaan PT PMA yang berpusat di

Tangerang, tetapi memiliki pabrik pengolahan di Karanganyar Kubu. Tekad melakukan

pola organik secara total sejak 2006 menyusul program konversi selama dua tahun dari

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 413

IMO Swiss yang melakukan evaluasi menyeluruh dan baru tahun 2007 berhasil

melaksanakan secara penuh. PT PMA yang melakukan pembinaan intensif melakukan

sertifikasi kembali pada Subak Abian Buana Kusuma, Tunas Mekar, Giri Celagi, dan

Pule Sari, yang seluruhnya dinyatakan lolos memiliki produksi mete organik yang bisa

dibeli PT PMA.

Kerajinan anyaman ate. Lokasi sentra anyaman ate, yaitu Kecamatan

Karangasem, Manggis, Bebandem, Abang dengan jumlah unit usaha 4.454 unit dan

tenaga kerja yang diserap sebanyak 5.710 orang. Investasi yang telah dilakukan adalah

Rp 985.656.510,00. Kapasitas produksi adalah 205.750 buah/tahun dengan nilai

produksi Rp 9.175.641.000.00 (Website Pemkab Karangasem).

Industri tenun ikat (ATBM)/cagcag (endek dan songket). Sentra produksi adalah

Kecamatan Sidemen, Bebandem, Abang, Manggis, Selat, Karangasem. Jumlah unit

usaha sebanyak 2.746 unit dan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.012 orang. Nilai

investasi adalah Rp 621.536.000,00 dan kapasitas produksi sebesar 132.408 m/tahun

dengan nilai produksi Rp 8.538.524.000,00 (Website Pemkab Karangasem).

Dalam bidang industri kecil, Kabupaten Karangasem memiliki unggulan untuk

dikembangkan. Hal ini didukung oleh ketersediaan bahan baku untuk industri kecil

serta adanya ketersediaan tenaga kerja yang sangat murah. Hasil kerajinan yang

selama ini ditekuni oleh sebagian masyarakat Kabupaten Karangasem sangat

mendukung terbentuknya industri kecil dalam bidang kerajinan.

Perdagangan, hotel, dan restoran

Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, lima KPJU menjadi unggulan, yaitu

restoran/rumah makan, perdagangan produk pertanian, counter HP, hotel melati, dan

homestay (Tabel 6.3.7). Destinasi wisata yang menarik di Kabupaten Karangasem

adalah Gunung Agung, Candidasa, Tulamben, dan Taman Ujung. Ada begitu banyak

kegiatan yang dapat dilakukan, seperti, diving and snorkeling (Tulamben), arung jeram,

trekking, dll. Akomodasi yang ada di Kabupaten Karangasem mulai dari sebuah

bungalow kecil, hotel melati, sampai dengan hotel berbintang, seperti Emerald di

Tulamben. Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam perekonominan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 414

Kabupaten Karangasem adalah sebesar Rp 430.896,94 juta (17,78%) tahun 2006,

sebesar Rp 475.359,84 juta (17,42%) tahun 2007, dan sebesar Rp 552.398,45 juta

(17,33%) tahun 2008 menurut harga berlaku.

Pengangkutan dan komunikasi

Di sektor pengangkutan dan komunikasi lima KPJU menjadi unggulan, yaitu

angkutan darat barang (truk), angkutan laut penyeberangan Padangbai-Nusa Penida

(perahu motor), warnet, bus trayek, dan angkutan penumpang perkotaan dan

pedesaan (bemo roda empat). Angkutan penyeberangan Padangbai-Nusa Penida

(perahu motor tempel atau motor boat) adalah urat tadi perekonomian Nusa Penida.

Bahan-bahan kebutuhan, seperti bahan pangan, sandang, bahan papan, dan barang

pabrikan yang ada di Bali diangkut menggunakan perahu motor atau motor boat melalui

pintu penyeberangan ini. Oleh karena itu, jika terjadi gangguan cuaca, misal gelombang

laut tinggi di Selat Bali, maka pihak administratur Pelabuhan Padangbai akan

menghentikan penyeberangan.

Keuangan, persewaaan, dan jasa perusahaan

Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan lima KPJU menjadi

unggulan, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR),

Koperasi SImpan Pinjam (KSP), Koperasi Unit Desa (KUD), dan Koperasi Serba

Usaha (KSU)(Tabel 6.3.7). LPD merupakan salah satu unggulan di sektor ini.

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah lembaga keuangan yang unik dengan

dua karakteristik, yaitu sebagai lembaga yang dimiliki dan diatur oleh desa adat (desa

adat, desa pakraman), yaitu sepenuhnya terintegrasi ke dalam budaya Bali, tidak

seperti lembaga keuangan yang lain. LPD di Bali adalah lembaga yang didirikan oleh

desa adat dan berfungsi sebagai wadah kekayaan desa adat yang melaksanakan

fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan di Bali. Tujuan didirikannya LPD

di Bali adalah membantu masyarakat di daerah provinsi Bali dalam mengembangkan

kegiatan ekonominya dan membantu masyarakat pedesaan khususnya bagi

masyarakat ekonomi lemah; memberantas ijon, rentenir, dan lain-lain usaha sejenis

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 415

yang kurang sehat; memajukan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat di

pedesaan, dan menyelenggarakan aktivitas perkreditan di pedesaan. LPD di Bali

bernaung di bawah desa adat setempat, sebagai pengawas dan dibantu oleh seorang

ketua, sekretaris, dan bendahara yang dapat dilengkapi dengan sejumlah kepala seksi

dan karyawan sesuai dengan kebutuhan LPD setempat.

Performa LPD di Bali secara keseluruhan selalu mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Secara kelembagaan sampai dengan Juni 2007 telah tercatat sebanyak

1.347 LPD dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.631 orang pegawai. Jumlah ini

dapat mengindikasikan bahwa penyebaran LPD telah sangat luas. Dengan

membandingkan jumlah LPD dengan jumlah desa adat yang sebesar 1.610 desa di

seluruh Bali, maka rasionya adalah 83,67%. Angka ini juga dapat mewakili besar

cakupan LPD di Bali (Bali Post, 2 Mei 2006).

Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali selaku pengawas dan pembina LPD di

Bali melaporkan perkembangan usaha LPD dalam satu tahun terakhir dapat dijelaskan

sebagai berikut. Rata-rata pertumbuhan aset tahunan adalah sebesar 24,55%, rata-rata

pertumbuhan dana dalam bentuk tabungan dan deposito sebesar 25,11% per tahun,

dan pinjaman sebesar 23,84%. Secara nominal total aset LPD sebesar Rp 2,196 triliun.

Sampai dengan Juni 2007, dana masyarakat yang terhimpun dalam LPD adalah

sebesar Rp 1,686 triliun dengan jumlah nasabah sebanyak 1.142.000 orang. Dana

dalam bentuk tabungan sebesar Rp 859 miliar dan deposito sebesar Rp 827 miliar.

Pada posisi Juni 2007, jumlah pinjaman dengan kualitas lancar sebesar 86,60%,

kurang lancar 7,82%, diragukan sebesar 3,61%, dan klasifikasi macet sebesar 1,98%.

Indikator yang menunjukkan membaiknya kinerja LPD di Bali dapat dilihat melalui

jumlah kredit macet yang hanya sekitar 1,98%. Angka ini jauh lebih kecil daripada

ketentuan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa kredit macet berada di bawah 5%.

Dilihat dari Capital Adequation Ratio (CAR) LPD memiliki nilai rata-rata 25%. Angka ini

juga menunjukkan kinerja yang baik karena nilainya jauh lebih besar daripada nilai CAR

yang ditetapkan BI minimal 8%. Secara umum perkembangan keuangan LPD yang

cenderung meningkat tentu saja akan memberikan harapan bagi semua pihak terkait,

baik pemilik maupun masyarakat di sekitarnya. Keberhasilan LPD tidak hanya diukur

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 416

dari kinerja keuangan semata, tetapi juga sangat ditentukan oleh kinerja nonkeuangan

yang mendorong tercapainya kinerja keuangan. Kaplan dan Norton (1996)

mengemukakan bahwa ukuran finansial tidak cukup untuk menuntun dan mengevaluasi

perjalanan LPD melalui lingkungan yang kompetitif. Ukuran tersebut adalah lagging

indicator yang tidak akan mampu menangkap nilai yang telah diciptakan atau

dihancurkan oleh berbagai tindakan manajer dalam periode akuntansi terakhir.

Seperti diberitakan oleh harian Bisnis Bali, di Karangasem terdapat 199 LPD

yang sebagian besar dari jumlah LPD tersebut telah menjalani fungsi dan perannya

sesuai dengan komitmen awal untuk menjadi lokomotif ekonomi berbasis kerakyatan di

pedesaan. LPD di Karangasem mengelola aset per September 2011 Rp 273 miliar

dengan sumber dari dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan dan deposito Rp

250 miliar. Masalah ke depan yang dihadapi oleh LPD adalah masih lemahnya

manajemen terutama pengawasan dan rendahnya profesionalisme pengelola dan

karyawan. Pentingnya peningkatan profesionalisme dan kecerdasan SDM LPD

merupakan suatu antisipasi bagi kehidupan LPD ke depan yang penuh tantangan dan

persaingan pada era globalisasi. Dalam hubungan ini, Badan Kerja sama (BKS) LPD

Karangasem mencatat lima besar LPD, yakni LPD Sibetan, LPD Duda, LPD Rendang,

LPD Sorga, dan LPD Bugbug. Keberhasilan LPD di Karangasem merupakan

keberhasilan masyarakat pakraman Bali merevitalisasi dari dalam diri sendiri kearifan

tradisi, adat, dan budaya Bali terutama dalam ranah ekonomi, baik di zaman global

maupun zaman modern.

Jasa-jasa lain

DI sektor jasa-jasa lain, lima KPJU yang menjadi unggulan, yaitu jasa wisata

spiritual (Besakih), pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata (guide), wisata

alam rafting (Telaga Waja), dan agrowisata salak.

Wisata spiritual (Pura Besakih) merupakan pusat kegiatan upacara agama bagi

umat Hindu. Pura Agung Besakih adalah sari Padma Bhuwana atau pusat dunia yang

dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih

merupakan pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya. Di samping itu, juga

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 417

merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan

dengan tempat wisata lainnya. Pura Besakih menjadi terkenal karena kompleks candi

yang didirikan di sana sehingga dikenal sebagai Pura Utama di Bali. Pura

Besakih adalah sebuah kompleks pura yang terletak lereng Gunung Agung, yaitu

gunung tertinggi di Bali, tepatnya di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten

Karangasem, Bali. Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih tidak sekadar menjadi

tempat ibadah terbesar di Pulau Bali, tetapi memiliki keterkaitan latar belakang dengan

makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di Pulau Bali yang dipercaya sebagai

arwah serta alam para Dewata, sehingga tepatlah kalau di lereng barat daya Gunung

Agung dibuat bangunan suci Pura Besakih yang bermakna filosofis. Makna filosofis

yang terkandung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur

kebudayaan yang meliputi sistem pengetahuan, peralatan hidup dan teknologi,

organisasi sosial kemasyarakatan, mata pencaharian hidup, sistem bahasa, religi dan

upacara, dan kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya

ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul, baik

pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan

melalui tahap mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 418

6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten

Jembrana

Berdasarkan daftar KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan

menggunakan metode AHP, maka dapat diidentifikasi lima KPJU per sektor seperti

disajikan pada Tabel 6.3.8. Pada sektor pertanian di Kabupaten Jembrana terdapat

lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, pisang, sapi, kopi, dan penangkapan ikan laut.

Sementara itu, pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU unggulan, yakni

industri pengolahan kopi, industri pengolahan hasil perikanan, industri pengalengan

ikan, industri bata merah, dan industri penyosohan beras (RMU). Pada sektor

bangunan/konstruksi, terdapat satu KPJU unggulan, yakni kontraktor konstruksi

bangunan. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terdapat lima KPJU

unggulan, yakni vila dan homestay, perdagangan produk pertanian, mini market dan

toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk kerajinan. Selanjutnya, pada

sektor pengangkutan dan komunikasi, terdapat lima KPJU unggulan, yakni angkutan

penumpang perkotaan dan perdesaan, warnet, bus trayek, jasa pengiriman

paket/surat/wesel, dan ojek. Sementara itu, pada sektor keuangan terdapat lima KPJU

unggulan yakni LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU. Terakhir, pada jasa-jasa terdapat lima

KPJU unggulan, yakni Wisata Taman Nasional Bali Barat, Wisata Agro Bunutan, jasa

perbengkelan, jasa binatu, dan pangkas rambut dan salon kecantikan.

Pertanian dalam arti luas

Pertanian merupakan andalan Jembrana dengan pertanian tanaman pangan

sebagai yang utama. Kabupaten Jembrana merupakan salah satu daerah pertanian

produktif sekalipun luas lahan yang dimiliki sangat terbatas di Bali. Berdasarkan data

statistik Jembrana Dalam Angka Tahun 2010, produktivitas tanaman bahan makanan

khususnya padi masih relatif rendah. Pada tahun 2009 produktivitas padi mencapai

57,50 kuintal per hektare. Kemudian untuk tahun 2010 produktivitas kembali menurun

menjadi 53,04 kuintal per hektare. Untungnya pada tahun 2010 ini luas panen masih

lebih tinggi daripada tahun sebelumnya sehingga produksinya mengalami sedikit

penurunan, yakni 0,21 persen. Namun, penurunan produksi padi berakibat pada

menurunnya pendapatan petani itu sendiri. Ditinjau dari daerah penghasil gabah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 419

menurut kecamatan, maka Kecamatan Mendoyo merupakan penghasil gabah terbesar

di Jembrana, yakni berkisar 44,14 persen dan Kecamatan Negara menempati urutan

ke-dua sebesar 21,55 persen, sedangkan kecamatan lain tidak lebih dari 16 persen

saja. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, komoditas padi dan palawija pada tahun

2010 mengalami penurunan. Untuk komoditas padi, penurunan diakibatkan serangan

penyakit virus tungro dan serangan hama wereng yang hampir merata di seluruh

kecamatan. Sebaliknya, untuk palawija penurunan diakibatkan oleh musim hujan yang

terlalu panjang sehingga mengakibatkan kurang baiknya struktur tanah sebagai media

tanam palawija. Selain ada penurunan pada produksi padi, tanaman palawija pun pada

tahun 2010 mengalami penurunan produksi, di antaranya adalah jagung, kedelai,

kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Kelima jenis tanaman ini menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jagung dari 1.906 ton pada tahun 2009 turun

menjadi 959 ton pada tahun 2010, kedelai dari 2.950 ton menjadi 1.061 ton, kacang

tanah dari 97 ton menjadi 57 ton, demikian pula ubi kayu dan ubi jalar ada penurunan

yang signifikan.

Alih fungsi lahan sawah tahun 2008 di Kabupaten Jembrana mengalami

pengurangan. Pada tahun 2009 mengalami keadaan sebaliknya, yakni peningkatan,

yaitu lahan yang dulunya merupakan lahan perkebunan diubah oleh petani menjadi

lahan sawah. Jumlah lahan sawah pada tahun 2008, yaitu 6.477 ha, sedangkan tahun

2009 meningkat menjadi seluas 6.820 ha, terjadi kenaikan luas tanam dengan luas 343

ha atau sekitar 5,29%. Suatu indikasi bahwa usaha tani padi sawah di Kabupaten

Jembrana masih menjanjikan.

Permasalahan yang dihadapi sektor pertanian adalah dengan tingkat konsumsi

per kapita seperti sekarang ini, yaitu 135 kg per kapita per tahun diprediksi pada tahun

2035 dibutuhkan sekitar 50 juta ton beras. Artinya, dibutuhkan sawah dengan

produktivitas rata-rata 5 ton/ha GKG seluas 11 juta ha. Kendala peningkatan produksi

adalah kesulitan penambahan areal sawah, demikian juga suplai air semakin

berkurang. Usaha-usaha melalui penelitian dan manajemen untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas penggunaan air menjadi sangat krusial pada masa mendatang

karena terjadi kompetisi antara sektor pertanian dan sektor nonpertanian. Sistem

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 420

pertanian di Kabupaten Jembrana tampaknya semakin gurem sehingga perlu ada

reorganisasi pertanian agar petani dapat bekerja pada skala yang lebih ekonomis. Sulit

meningkatkan produktivitas dari 4.6 ton/ha GKG. Kalau dibandingkan dengan negara

lain, produktivitas petani Indonesia sudah cukup tinggi. Hambatan dari luar pertanian

adalah adanya global warming, seperti kebanjiran, kekeringan, ledakan hama, dan

penyakit.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengurangi konsumsi beras per

kapita sehingga pada tahun 2035 konsumsi dapat ditekan 60% atau 2% per tahun.

Harus ada keberanian pemerintah membiarkan harga beras relatif tinggi dibandingkan

dengan harga pokok lain sesuai dengan harga pasar. Dengan kata lain, pengurangan

konsumsi beras harus diiringi dengan diversifikasi ke produk nonberas, demikian juga

perlu ada usaha-usaha untuk mengurangi pertambahan penduduk secara lebih serius

sampai mendekati zero growth. Hal ini berarti bahwa diperlukan kreasi dan inovasi

pengolahan dan penyajian produk pangan nonberas agar lebih bergizi, lebih bergengsi,

dan lebih murah. Dengan demikian, usaha-usaha untuk mengurangi pertambahan

penduduk harus lebih digiatkan sampai mendekati zero growth. Dengan dua

pendekatan ini tekanan terhadap peningkatan produktivitas dan perluasan areal panen

menjadi berkurang.

Budi daya pisang sangat cocok di Kabupaten Jembrana pada dataran rendah

sampai dengan pegunungan setinggi 2.000 m di atas permukaan laut, sebagai tanaman

buah, sumber vitamin, mineral, dan karbohidrat. Budi daya pisang di Jembrana lebih

banyak diusahakan dalam skala rumah tangga dan skala kebun dengan cara

tradisional. Pisang sangat cocok ditanam pada iklim tropis basah, lembap, dan panas.

Sesungguhnya pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis dengan kecepatan

angin tidak terlalu tinggi dan curah hujan di antara 1.520--3.800 mm/tahun dengan dua

bulan kering.

Hal yang sering menjadi permasalahan dalam budi daya pisang yang utama

adalah kurang intensifnya usaha budi daya dalam upaya meningkatkan produksi

berdasarkan kualitas, kuantitas, dan kelestarian (Aspek K-3). Kemudian, masalah

hama dan penyakit tanaman pisang. Hama terdiri atas ulat daun (Erienota thrax.) dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 421

uret kumbang (Cosmopolites sordidus) yang menyerang kelopak daun dan batang.

Demikian juga, Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis) yang menyerang

akar dan ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema) yang menyerang bunga dan buah.

Di samping itu, pisang juga rentan terserang penyakit darah yang disebabkan oleh

bakteri Xanthomonas celebensis. Penyebab lainnya adalah jamur Fusarium oxysporum

yang menyerang daun, juga jamur Cercospora musae yang menyerang daun dengan

gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Selain itu, ada juga bakteri Bacillus sp.

yang menyerang akar, juga virus dengan perantara kutu daun Pentalonia Nigronervosa

yang menyerang pucuk daun.

Budi daya sapi bali di Jembrana dilakukan pada sebagian besar daerah

potensial sebagai kawasan peternakan di Kabupaten Jembrana, yakni berkisar 37.373

km2 atau sekitar 44,94% dari luas wilayah Kabupaten Jembrana, yang meliputi antara

lain daerah persawahan, perkebunan, dan tegalan. Berbagai pepohonan, seperti waru,

bunut, nangka, rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, dan rumput lapangan dapat

tumbuh subur sebagai pakan ternak. Sesungguhnya sangat mudah untuk mendapatkan

hijauan pakan ternak sapi yang ada di Kabupaten Jembrana, antara lain pepohonan

seperti waru, bunut, kayu santen, nangka, sengon. Demikian juga semak seperti gamal,

daun ketela pohon, ketela rambat, kecipir, batang pisang, dan daun kacang-kacangan.

Di samping itu, juga rumput seperti rumput gajah, rumput raja, dan rumput lapangan. Di

antara berbagai ternak yang ada pada saat ini, ternak sapi bali masih menjadi unggulan

bagi Kabupaten Jembrana. Pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Jembrana lebih

banyak mengarah ke tujuan pembibitan. Mulai tahun 2000 dengan adanya kegiatan

pola penyertaan dari pemerintah daerah, para peternak sudah mengarah ke tujuan

penggemukan (paronisasi).

Permasalahan yang dihadapi pada usaha budi daya ternak sapi adalah penyakit

antraks dan jembrana yang merupakan penyakit vital pada sapi. Penyakit itu biasa

ditemukan pada sapi bali ditandai dengan berbagai gejala, seperti depresi, anoreksia,

demam, perdarahan ekstensif di bawah kulit, dan kebengkakan kelenjar limfe, terutama

limfoglandula prefemoralis dan preskapularis serta adanya diare berdarah. Di samping

itu, ditemukan juga pada banyak kasus penyakit yang disertai perdarahan kulit

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 422

sehingga penyakit ini juga disebut sebagai penyakit keringat darah. Sampai saat ini

belum diketahui adanya kemoterapetika yang dapat membunuh virus jembrana. Hal itu

terjadi karena biasanya infeksi ikutan oleh kuman selalu terjadi. Pengobatan ditujukan

terhadap infeksi sekunder tersebut dengan menggunakan antibiotika berspektrum luas.

Selain itu, pemberian robonsia dan cairan elektrolit peru dipertimbangkan. Untuk

pengendalian saat ini, digunakan vaksin jembrana, yang dipersiapkan dari plasma

hewan yang diinfeksi secara buatan.

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Jembrana, yang

tersebar di lima kecamatan. Produksi kopi di Kabupaten Jembrana selama periode

tahun 2006 adalah sebanyak 264 ton, kemudian naik menjadi 1.605 ton pada tahun

2008, dan kemudian turun lagi menjadi 279,00 ton pada tahun 2009. Meskipun budi

daya kopi masih menjadi primadona dan unggulan di Kabupaten Jembrana, namun

permasalahan utama yang dihadapi para petani adalah masalah klasik, yakni

produktivitas masih saja tergolong rendah, yakni sekitar 600 kilogram biji kopi kering

per hektare dari standar 800 kilogram per hektare. Salah satu penyebab rendahnya

produktivitas adalah pengelolaan budi daya yang dikelola oleh masyarakat masih

tergolong tradisional. Selain itu, masyarakat malas merawat dengan telaten karena

harga kopi turun. Oleh karena itu, budi daya kopi di Jembrana masih tergolong unggul.

Namun, yang perlu mendapat perhatian serius adalah memperbaiki produktivitas di

samping juga upaya meningkatkan kesadaran petani melalui penyuluhan-penyuluhan.

Penyuluhan dilakukan guna mengingatkan pentingnya pemeliharaan tanaman kopi

melalui pemangkasan daun, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Namun,

disadari bahwa keterbatasan jumlah petugas penyuluh menjadikan sebagai kendala

dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman.

Penangkapan ikan di laut. Untuk mengoptimalkan potensi penangkapan ikan

di perairan Indonesia, maka perlu diketahui informasi berkaitan dengan infrastruktur,

sarana dan prasarana yang menunjang, serta informasi pendukung lainnya untuk tiap-

tiap Kabupaten yang mempunyai potensi pengembangan komoditas ikan di Provinsi

Bali. Sarana dan prasarana yang perlu diinformasikan di antaranya adalah keberadaan

pelabuhan-pelabuhan pendaratan ikan. Di Provinsi Bali setidaknya terdapat tiga belas

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 423

pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang tersebar di kabupaten-kabupaten di Bali, yakni

Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten

Bangli, dan Kota Denpasar. Selama ini yang menjadi pusat dari penangkapan ikan di

Bali adalah Kabupaten Jembrana dengan tiga PPI, yakni PPI Yeh Sumbul, PPI Air

Kuning, dan PPI Pengambengan.

Sumber daya perikanan Kabupaten Jembrana terdiri atas potensi perikanan laut

dan darat. Sumber daya perikanan laut terdiri atas potensi lestari sumber daya

perikanan tangkap sebesar 56.947 ton/th dengan garis pantai 80,45 km dan luas

wilayah laut diperkirakan sebesar 595,97 km2 memiliki potensi budi daya laut sebesar

1.000 ha. Sebaliknya, perikanan darat di perairan umum mempunyai potensi 117 ton/th

dengan pemanfaatan 5 ton dan budi daya air payau seluas 1.129,22 ha.

Karena Kabupaten Jembrana selama ini menjadi pusat penghasil ikan tangkap di

Provinsi Bali, maka pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan untuk menjadikan

pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Pengambengan sebagai sentra pelabuhan perikanan

di Provinsi Bali. Untuk mewujudkan rencana tersebut pemerintah daerah terus

melakukan pembangunan dan perbaikan prasarana pendukung, seperti fasilitas pokok,

fungsional, dan fasilitas penunjang. Pembangunan ini juga dilakukan untuk mewujudkan

PPI Pengambengan menjadi Pelabuhan Perikanan Kelas C.

Hasil penangkapan ikan pada perairan Selat Bali di wilayah Kabupaten

Jembrana yang utama adalah ikan lemuru. Namun, belakangan ini jumlah tangkapan

sangat fluktuatif bahkan cenderung mulai menurun. Dengan demikian, pemerintah

setempat perlu segera menyusun Perda untuk mengatasi permasalahan tersebut,

antara lain pengurangan jumlah kapal‐kapal ikan yang beroperasi di Selat Bali,

pengalihan tempat operasi penangkapan ikan menuju perairan laut lepas pantai dan

samudra, serta mencari alternatif mata pencaharian nonmelaut. Oleh karena itu,

pengembangan perikanan tangkap diupayakan dengan memodernisasi usaha

penangkapan ikan dari perikanan tangkap tradisional oneday fishing yang

terkonsentrasi di perairan pantai/Selat Bali menuju perikanan tangkap di perairan lepas

pantai dan samudra. Di samping itu, juga membina para nelayan melakukan program

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 424

perikanan budi daya, serta diarahkan agar pembudi daya ikan dapat memperoleh benih

ikan bermutu dengan harga terjangkau. Peningkatan produksi komoditas perikanan

budi daya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas benih yang ditebarkan, kualitas

lingkungan pemeliharaan, tingkat teknologi yang diterapkan, serta pemasarannya.

Benih merupakan sarana produksi yang utama dan merupakan salah satu faktor yang

penting dalam mencapai keberhasilan budi daya ikan. Oleh karena itu, benih harus

tersedia dalam jumlah cukup dengan kualitas baik. Selain itu, ketersediaan benih harus

murah dan tepat waktu. Untuk penyediaan kebutuhan benih ikan air tawar diupayakan

melalui balai benih ikan (BBI) Tegak Gede dan unit pembenihan rakyat (UPR) yang

ada. balai benih ikan (BBI) Tegak Gede berlokasi di Desa Yeh Embang Kangin,

Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, terletak 76 km dari Denpasar. Luas total

lahan BBI Tegak Gede adalah 2,81 ha dengan luas permukaan air 1,5 ha serta

ketinggian tempat 25 m dpl. Sumber airnya berasal dari saluran irigasi. Pengembangan

usaha dan peningkatan produksi perikanan dapat dilaksanakan melalui demplot

intensifikasi usaha budi daya ikan lele. Demplot intensifikasi budi daya ikan lele

sebanyak enam unit dilaksanakan di Desa Ekasari oleh kelompok pembudi daya ikan

Pusaka Tirta Wahana Wiri yang merupakan daerah pengembangan budi daya ikan

terintegrasi. Demplot budi daya ikan lele ini dilaksanakan dengan sistem kolam terpal

yang merupakan teknologi budi daya ikan di lahan sulit air.

Sekalipun demikian, masih juga ada permasalahan yang dihadapi dalam hal

penangkapan ikan di laut, khususnya pengawasan dan pengendalian sumberdaya alam

terkait dengan kegiatan penangkapan ikan di laut, yaitu menyangkut perizinan dan

penangkapan ikan secara tidak wajar.

Industri pengolahan

Keberadaan industri pengolahan besar di Kabupaten Jembrana walaupun

diyakini memiliki manajemen pengelolaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan

industri kecil dan industri rumah tangga, keberadaan industri besar dan sedang tetap

tidak terlepas dari berbagai permasalahan, baik akibat faktor eksternal maupun internal.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 425

Hal ini tampak jelas jika melihat fluktuasi jumlah perusahaan industri besar dan sedang,

demikian juga jumlah tenaga kerja yang mampu diserap.

Tabel 6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Jembrana

No Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Pisang (3) Sapi (4) Kopi (5) Penagkapan ikan laut

2 Penggalian -

3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi (2) Industri pengolahan hasil perikanan (3) Industri pengalengan ikan (4) Industri bata merah (5) Industri penyosohan beras (RMU)

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran (1) Vila dan homestay (2) Perdagangan produk pertanian (3) Mini market dan toko kelontong (4) Hotel melati (5) Perdagangan produk kerajinan

7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan (2) Warnet (3) Bus trayek (4) Jasa pengiriman paket/surat/wesel (5) Ojek

8 Keuangan (1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU

9 Jasa-jasa (1) Wisata Taman Nasional Bali Barat (2) Wisata Agro Bunutan (3) Jasa perbengkelan (4) Jasa binatu (5) Pangkas rambut dan salon kecantikan

Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 426

Permasalahan yang dihadapi dalam tiga tahun terakhir adalah penambahan

jumlah perusahaan industri besar dari hanya lima unit bertambah lagi dua unit pada

tahun 2010. Namun, jumlah tenaga kerja yang mampu diserap justru menurun, yaitu

dari 2.690 tenaga kerja berkurang menjadi 1.619 tenaga kerja. Demikian juga yang

terjadi pada jumlah perusahaan dan tenaga kerja pada industri sedang justru ada

penurunan. Dari 29 perusahaan pada tahun 2009 turun drastis menjadi 16 perusahaan

pada tahun 2010, dari 696 tenaga kerja pada tahun 2009 menjadi hanya 630 orang

tenaga kerja.

Fenomena ini lebih banyak dipengaruhi oleh jenis perusahaan industri besar dan

sedang yang termasuk industri makanan. Dari industri besar dan sedang yang ada, 52

persen di antaranya industri makanan dan minuman. Misalnya, industri ikan sarden dan

industri tepung ikan yang semuanya bergantung pada bahan baku hasil perikanan.

Sepanjang tahun 2010 hasil perikanan tangkap jauh menurun akibat cuaca buruk. Hal

itu menyebabkan bahan baku industri pengalengan ikan dan tepung ikan ini juga

menurun yang berakibat pula pada pengurangan tenaga kerja. Kendatipun jumlah

tenaga kerja perusahaan mengalami penurunan, total nilai tambah yang bisa dihasilkan

tercatat mengalami peningkatan sebesar 14,56 persen, yakni dari Rp 244,70 miliar

menjadi Rp 280,34 miliar. Di samping produktivitas tenaga kerjanya meningkat, bahan

baku ikan pun terbantu oleh pembelian antardaerah, yakni dari Jawa dan Sumatra,

bahkan ada juga mengimpor dari India.

Berdasarkan data BPS Jembrana khususnya perdagangan, hotel, dan restoran

pada tahun 2009 diketahui bahwa perekonomian Kabupaten Jembrana selain didukung

oleh sektor pertanian, ternyata juga didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Kabupaten yang berbatasan dengan Samudra Hindia dan didukung oleh luas

pantai 999 mil dan panjang pantai 76 kilometer ini membentang dari Gilimanuk sampai

dengan Desa Pengeragoan. Produksi perikanan di Kabupaten ini adalah yang terbesar

di Pulau Bali. Komoditas perikanan laut mengandalkan pada produksi ikan lemuru.

Produksi perikanan laut Jembrana tentunya tidak hanya lemuru, tetapi masih banyak

lagi, seperti tongkol, layang, kuwe, kerapu, kakap, dan ikan laut lainnya. Potensi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 427

perikanan laut memicu munculnya industri pengolahan ikan dan industri pendukung

seperti pabrik es.

Pemasaran komoditas hasil industri pengolahan ikan tidak hanya untuk tujuan

pasar dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri. Pasar luar negeri dimaksud, antara

lain Srilangka, Amerika, Eropa, Hongkong, dan Malaysia. Di luar sektor di atas,

Jembrana juga tidak meninggalkan perannya sebagai daerah wisata di Pulau Bali.

Meskipun belum bisa mengandalkan pariwisata sebagai denyut perekonomian, industri

kerajinan rakyat sebagai pendukung pariwisata telah cukup berkembang. Fasilitas-

fasilitas pendukung pariwisata di sekitar Pelabuhan Gilimanuk seperti toko-toko suvenir

khas Bali sudah tersedia. Diharapkan fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh

wisatawan yang belum sempat membeli suvenir ketika berwisata pada objek wisata

utama di Bali.

Konstruksi serta transportasi dan komunikasi

Sementara itu, pada sektor bangunan/konstruksi hanya terdapat satu KPJU

yakni kontraktor konstruksi bangunan. Pada sektor transportasi dan komunikasi

terdapat lima KPJU unggulan, yakni angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan,

warnet, bus trayek, jasa pengiriman paket/surat/wesel, dan ojek. Kabupaten Jembrana

seperti halnya Bali pada umumnya tidak memiliki jaringan rel kereta api, tetapi memiliki

jaringan jalan yang tergolong sangat baik, khususnya ke daerah-daerah tujuan wisata.

Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya

karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, termasuk taksi pun belum

tersedia. Jenis kendaraan umum di Jembrana yang masih menjadi unggulan antara lain

jasa pengiriman paket/surat/wesel, demikian juga bus trayek yang melayani hubungan

antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi. Selain itu, angkutan darat barang sangat

diperlukan dalam menopang pembangunan fisik.

PHR dan sektor keuangan

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang menjadi KPJU

unggulan di Kabupaten Jembrana adalah vila dan homestay, perdagangan produk

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 428

pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk

kerajinan. Pada sektor keuangan yang menjadi KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana

adalah LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU. Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada

tahun 2008 adalah 269.647 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 134.220 orang dan

perempuan sebanyak 135.427 orang. Dari jumlah tersebut, mata pencaharian terbesar

adalah petani 32,23%, disusul pedagang 22,84%, industri pengolahan 18,13%, jasa

11,92%, bangunan 8,22%, transportasi/komunikasi 4,09%, lembaga keuangan 1,38%,

pertambangan 0,58%, dan lainnya 0,17%. Besarnya jumlah penduduk dengan profesi

pertanian, juga tercermin dalam besaran distribusi sektor pertanian terhadap PDRB.

Pada tahun 2006 sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dengan nilai

27,45%, diikuti perdagangan hotel dan restoran 24,28%, dan jasa-jasa 13,15%. Kondisi

inilah yang menjadikan keberadaan sektor keuangan di Kabupaten Jembrana demikian

strategis.

Jasa-jasa lain

Terakhir, yang menjadi unggulan pada sektor jasa-jasa adalah Wisata Taman

Nasional Bali Barat, Wisata Agro Bunutan, jasa perbengkelan, jasa binatu, serta

pangkas rambut dan salon kecantikan. Selain sektor di atas, Kabupaten Jembrana juga

tidak meninggalkan perannya sebagai daerah tujuan wisata, demikian juga industri

kerajinan rakyat sebagai pendukung pariwisata telah cukup berkembang meskipun

belum bisa mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif utama perekonomian. Adapun

yang menjadi objek wisata favorit di Jembrana adalah Bunut Bolong, Pantai

Pengeragoan, Pantai Madewi, Pura Rambut Siwi, Delod Berawah, Pantai Perancak,

Pantai Baluk Rening, Pantai Candikusuma, Bendungan Palasari, Sangkar Agung,

Gilimanuk, Museum Manusia Purba, dan Taman Nasional Bali Barat. Letaknya yang

ada di ujung barat Pulau Bali menjadikan kabupaten ini sebagai pintu gerbang Bali

bagian barat. Pelabuhan Gilimanuk sebagai pelabuhan penyeberangan dari Pulau

Jawa, lengkap dengan fasilitas pendukung pariwisata di sekitar Pelabuhan Gilimanuk,

seperti toko-toko produk hortikultura dan toko-toko suvenir khas Bali.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 429

Pemerintah Kabupaten Jembrana perlu membuat kebijakan dan program yang

didukung oleh alokasi dana secara proporsional sesuai dengan nilai skor-terbobot

KPJU bersangkutan. Di samping itu, pemerintah setempat perlu segera menuangkan

KPJU unggulan dalam bentuk ketentuan hukum, seperti Peraturan Daerah (Perda) atau

Surat Keputusan (Skep) Kepala Daerah sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan

bagi semua SKPD, demikian juga bagi para pemangku kepentingan terkait.

Pengembangan KPJU dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kelompok UMKM

baru, termasuk pelaku usaha berpendidikan sarjana yang baru lulus sehingga tidak

menjadi beban negara, tetapi justru menjadi ujung tombak pembangunan bangsa.

Dengan menambah sedikit bekal berupa pendidikan dan pelatihan kewirausahaan serta

didukung akses kredit permodalan berdasarkan skim dana bergulir berbiaya rendah

maka diharapkan dapat menurunkan angka pengangguran, sekaligus mengentaskan

kemiskinan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 430

6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Buleleng

Komoditas/produk/jenis usaha unggulan UMKM di Kabupaten Buleleng yang

teridentifikasi berdasarkan KPJU Kabupaten Buleleng menggunakan metode AHP

disajikan pada Tabel 6.3.9.

Pertanian dalam arti luas

Kopi Banyuatis konon dipopulerkan oleh Ketut Englan pada tahun 1976. Pabrik

kopi Banyuatis ini terletak di Pemaron tepatnya di Jalan Singaraja—Seririt, Bali. Bahan

dasarnya didatangkan dari Desa Banyuatis dan Pupuan Bali. Bentangan alam dihiasi

tanaman kopi begitu menyejukkan hati. Kopi Banyuatis bisa didapatkan di kedai-kedai

hanya dengan selembar uang ribuan untuk satu sajian gelas panas. Secara umum

terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah

mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama

kali ditemukan oleh bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3.000 tahun (1.000 SM) yang

lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman

paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia

sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahun. Di samping

rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit

kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Di

beberapa tempat di Buleleng juga mulai dikembangkan kopi luwak, seperti di Sawan,

Sukasada yang tentunya merupakan produk unggulan dari Buleleng.

Anggur Buleleng sudah terkenal sejak lama. Anggur (Vitis Vinivera) merupakan

komoditas andalan/unggulan Kabupaten Buleleng. Buah anggur sangat digemari oleh

masyarakat terutama di Bali. Selain warnanya yang menarik hitam pekat juga memiliki

rasa yang cukup manis bila panen dilakukan tepat waktu. Buah anggur di Bali sering

digunakan sebagai sarana upacara keagamaan di samping buah-buahan lainnya.

Tanaman anggur di Buleleng telah dikenal sejak tahun 1934. Anggur berkembang di

Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt. Varietas anggur yang ditanam saat itu adalah

Gross Colman, Isabella, Brillant, dan Alphonso Lavalle. Namun, yang beradaptasi baik

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 431

adalah Alphonso Lavalle sehingga dikembangkan sampai ke kecamatan lain, seperti

Banjar dan Gerokgak.

Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat

memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup

puluhan, bahkan sampai ratusan tahun. Tingginya dapat mencapai 20--30 meter dan

cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang tumbuhan cengkeh tersebut pada

umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah . Mahkota

atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh

berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya

menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2--3 cm dan panjang daun tanpa

tangkai berkisar 7,5--12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung

ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga

cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan

dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sebaliknya, bunga cengkeh

kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak

atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4--7 tahun. Tumbuhan

cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari

langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam, baik di daerah daratan rendah dekat

pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Hal

ini membuat cengkeh sangat baik tumbuh di Kabupaten Buleleng dan banyak petani

yang berhasil bertani.

Kendati mangga di Buleleng dikenal mampu menembus pasar ekspor, ternyata

upaya itu masih mengalami permasalahan serius. Kendala itu karena mangga Buleleng

yang akan diekspor belum dilengkapi dokumen pest list (daftar hama/penyakit).

Padahal, tiap negara tujuan ekspor mengharuskan dokumen ini. Ironisnya, pemerintah

daerah belum menempuh upaya melengkapi syarat tersebut. Lebih jauh diungkapkan

bahwa selama ini mangga Buleleng memang sudah mampu menembus pasar ekspor.

Akan tetapi, ekspor itu dilakukan oleh pengusaha di Probolinggo, Jawa Timur (Jatim).

Bahkan, pemerintah setempat memfasilitasi pengusaha untuk melengkapi dokumen

pest list . Atas kondisi ini, nama mangga Buleleng tak lagi dikenal karena sudah diklaim

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 432

sebagai mangga yang dihasilkan di Probolinggo. “dapat dikatakan kalah cepat sehingga

ekspor mangga justru dilakukan pengusaha di Jatim, dan bahkan komoditas ini tak lagi

memiliki nama mangga Buleleng, tetapi dikenal dengan mangga Probolinggo. Akan

tetapi, di Buleleng mangga tetap menjadi unggulan selain agroklimat mendukung,

masyarakat banyak sekali menanam mangga karena rasa yang manis.

Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Buleleng.

Produk pertanian paling utama, yaitu padi sawah dengan jumlah produksi pada tahun

2010 sebanyak 134.325 ton dengan luas panen seluas 22.173 ha sehingga

produktivitasnya adalah 60,58 ku/ha. Produktivitas padi terbesar dihasilkan di

Kecamatan Sawan, yaitu sebanyak 62,89 ku/ha, sedangkan produktivitas padi terkecil

dihasilkan di Kecamatan Gerokgak sebesar 53,95 ku/ha.

Industri pengolahan

Buleleng merupakan penghasil ikan yang cukup banyak sehingga muncul usaha-

usaha pengolahan dan pengawetan ikan, seperti ikan asin, terasi, dan sebagainya.

Penggilingan padi (RMU) juga merupakan unggulan mengingat padi sawah

merupakan produk pertanian unggulan di Buleleng.

Pengolahan gula merah juga merupakan unggulan karena produk ini terkenal

memiliki kualitas yang baik dan memiliki pasar yang cukup luas, seperti gula merah

Pedawa

Produk makanan aneka keripik sangat banyak ditemukan di toko-toko kelontong

ataupun warung dan industri pengolahan dodol buah-buahan ada di Kubutambahan.

Pengolahan kopra ada di Kubutambahan dan Gerokgak

Perdagangan, hotel, dan restoran

Dari hasil pengolahan AHP, diketahui bahwa produk unggulan di sektor ini

adalah hotel melati, mini market dan toko kelontong, restoran dan rumah makan, konter

HP dan artshop.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 433

Tabel 6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Buleleng

No Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian (1) Kopi (2) Anggur (3) Cengkeh (4) Mangga (5) Padi sawah

2 Penggalian/Konstruksi -

3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan dan pengawetan ikan (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Pengolahan gula merah (4) Produk makanan aneka kripik (5) Industri pengolahan dodol buah-buahan

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Artshop

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang perdesaan (3) Ojek (4) Rent car (5) Warnet

8 Keuangan (1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) Money changer (5) BPR

9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan mobil dan motor (2) Pangkas rambut dan salon kecantikan (3) Penjahitan pakaian (4) Pramuwisata (5) PAUD

Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 434

Pengangkutan dan komunikasi

Angkutan darat barang (truk) menjadi produk unggulan, angkutan penumpang

pedesaan, ojek, rent car, dan warnet.

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

LPD dibangun untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan perekonomian

dan pembangunan di desa adat (desa pekraman) serta sebagai sumber pendapatan

desa. Peningkatan kinerja LPD dilakukan melalui pertumbuhan operasional, pelayanan

prima, pemberdayaan organisasi dan SDM, memberdayakan ekonomi masyarakat desa

khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah agar menjadi tangguh dan mandiri,

sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Selain itu, merupakan salah

satu tempat yang sangat bermanfaat bagi masyarakat desa untuk menyimpan

(menabung) dan meminjam uang sehingga memerlukan sistem yang diatur melalui

komputer atau sering disebut sistem berbasis komputer. LPD di Kabupaten Buleleng

cukup maju dan berkembang dengan baik.

KUD merupakan koperasi yang cukup berkembang di Buleleng, demikian juga

halnya KSP, money changer, dan BPR

Jasa-jasa lain

Hasil pengolahan dengan metode AHP, menunjukkan bahwa yang menjadi

unggulan adalah jasa perbengkelan mobil dan motor, pangkas rambut dan salon

kecantikan, penjahitan pakaian, pramuwisata, dan PAUD.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 435

6.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Bayes)

6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor dan Permasalahannya di Kota Denpasar

Identifikasi KPJU lintas sektor di Kota Denpasar dengan menggunakan metode

Bayes diperoleh hasil, yaitu KPJU hotel melati, mini market, dan toko kelontong,

kontraktor konstruksi bangunan, penangkatan ikan laut, dan pakaian jadi

(garment)(Tabel 6.4.1).

Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan bahwa

hotel melati merupakan produk unggulan (sektor perdagangan, hotel melati, dan

restoran) dengan bobot tertinggi. Hotel melati di kawasan Denpasar sangat banyak dan

beragam. Hotel melati ini sangat mendukung mengingat Denpasar merupakan kawasan

pariwisata. Seperti diketahui bahwa di Denpasar terdapat kawasan wisata yang cukup

terkenal, seperti pantai Sanur. Hal ini tentu sangat mendukung pertumbuhan sarana

dan prasarananya, seperti yaitu hotel melati yang merupakan tempat menginap bagi

para turis domestik maupun mancanegara.

Permasalahan yang dimunculkan adalah dengan banyaknya hotel melati yang

ada di Denpasar maka tempat-tempat penginapan yang tidak berbintang, seperti

losmen menjadi kurang diminati sehingga mengalami penurunan. Selain itu, akan

muncul juga persaingan dengan hotel berbintang terutama pada saat kedatangan turis

sedikit /sepi (low season).

Produk unggulan berikutny (kedua) adalah mini market dan toko kelontong.

Masalah toko kelontong dan mini market adalah terjadinya kelebihan mini market. Di

Denpasar cukup banyak terdapat mini market. Masyarakat di Denpasar khususnya

kalangan pendapatan menengah ke atas cenderung membeli kebutuhan sehari-hari di

mini market dibandingkan dengan pasar tradisional. Mungkin selain kelengkapan jenis

barang juga kenyamanan berbelanja (ada AC). Pendirian mini market seharusnya

direncanakan dengan baik (seperti pengaturan jarak, pengaturan jam buka) sehingga

tidak terjadi benturan dengan pasar tradisional.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 436

Tabel 6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kota Denpasar

No KPJU Lintas Sektor

1 Hotel melati

2 Mini market dan toko kelontong

3 Kontraktor konstruksi bangunan

4 Penangkapan ikan di laut (nelayan tradisional)

5 Pakaian jadi (garment)

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor (AHP) di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes

Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan kontraktor

konstruksi bangunan merupakan produk unggulan (sektor bangunan/konstruksi).

Kontraktor merupakan orang yang membangun bangunan yang digunakan sebagai

tempat aktivitas manusia berdasarkan perjanjian kontrak yang telah disetujui.

Masalahnya di Kota Denpasar adalah adanya kelebihan kontraktor. Saat ini di

Denpasar sangat banyak terdapat kontraktor kontruksi bangunan. Hal ini bisa dilihat

dari banyaknya pembangunan yang dilakukan dan sampai saat ini tak kunjung henti,

baik itu pembangunan gedung, hotel melati dan vila, maupun lainnya.

Dari hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes,diketahui bahwa

penangkapan ikan di laut merupakan produk unggulan (sektor pertanian) dengan bobot

tertinggi keempat. Penangkapan ikan laut ada di Benoa. Usaha itu merupakan salah

satu produk unggulan di Denpasar. Seperti yang diketahui bahwa Bali memiliki potensi

pengembangan budi daya perikanan laut mencapai 1.551,7 hektare, tetapi baru

dimanfaatkan 418,5 hektare atau sekitar 26,9 persen.

Permasalahannya adalah penangkapan ikan di laut khususnya berada di daerah

pelabuhan Benoa. Potensi ikan yang cukup beragam bisa diperoleh dari laut dalam

jumlah yang cukup besar. Penangkapan ikan menggunakan kapal laut yang khusus

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 437

untuk itu berakibat pada berkurangnya biota laut yang ada di laut Benoa. Hal itu terjadi

karena karena seringnya dilakukan penangkapan ikan dalam jumlah besar.

Pakaian jadi dari hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes,

diketahui merupakan produk unggulan (sektor industri pengolahan) tertinggi kelima.

Garment (pakaian jadi) buatan perajin Bali hingga kini masih merupakan salah satu

andalan ekspor nonmigas. Pakaian jadi buatan masyarakat Bali yang dihiasi dengan

bordiran, manik-manik mampu merambah pasar utama ke Amerika Serikat.

Permasalahan garment adalah di Kota Denpasar sangat banyak terdapat garment

karena pangsa pasar modern yang cukup tinggi dan bahan baku serta tenaga kerja

mudah diperoleh. Dampak dari kelebihan industri garment adalah banyaknya limbah

yang dapat mencemari sungai, pengairan sawah, dan lain-lain.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 438

6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di

Kabupaten Badung

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Badung adalah (1) hotel melati, (2)

restoran dan ruman makan, (3) industri makanan dan minuman, (4) mini market dan

toko kelontong, (5) serta industri kerajinan/ukiran kayu (Tabel 6.4.2). Dari lima KPJU

unggulan tersebut dua di antaranya berkaitan langsung dengan bidang pariwisata,

sedangkan tiga yang lainnya berhubungan dengan wisatawan dan penduduk lokal. Dua

KPJU yang disebut pertama adalah hotel melati dan industri kerajinan kayu, sedangkan

tiga yang lain adalah restoran & rumah makan, industri makanan/minuman, dan mini

market & toko kelontong.

Tabel 6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Badung

Nomor KPJU Lintas Sektor

1 Hotel melati

2 Restoran dan ruman makan

3 Industri makanan dan minuman

4 Mini market dan toko kelontong

5 Industri kKerajinan/ukiran kayu

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes

Konsumen restoran dan rumah makan bukan hanya wisatawan, melainkan juga

penduduk lokal sehingga jumlah pengunjungnya dari bulan ke bulan relatif stabil.

Dalam kurun waktu 2005--2009 jumlah tempat duduknya meningkat dari 32.310 buah

menjadi 42.558 buah (meningkat rata-rata 7,1 persen per tahun). Restoran dan rumah

makan menjadi salah satu unggulan karena tahun 2009, misalnya, dari seluruh tempat

duduk restoran yang ada di Provinsi Bali sekitar 52,0 persen berlokasi di Kabupaten

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 439

Badung. Di samping itu, dari seluruh wisatawan yang berkunjung ke Bali semuanya

pasti mampir atau menginap di Kabupaten Badung.

Hotel melati disewa oleh wisatawan asing dan domestik. Ada kecenderungan

penyewa hotel melati ini lebih banyak wisatawan domestik. Tahun 2009 dari seluruh

kamar hotel melati yang ada di Prov Bali hampir 40,0 persen berlokasi di Kab Badung.

Selama kurun waktu 2005--2009 hotel melati di Kabupaten Badung bertambah dari 337

unit (8.368 kamar) menjadi 455 unit (11.463 kamar). Tingkat hunian kamar hotel melati

di Kabupaten Badung dalam tiga tahun terakhir (2007--2009) memang meningkat

tetapi tidak sampai menyentuh angka 50,0 persen. Kisarannya antara 37,00 s.d. 48,91

persen. Tingkat hunian di atas 50,0 persen hanya terjadi pada bulan Juni, Agustus,

Oktober, November, dan Desember dengan puncaknya pada bulan Juni (62,49 persen).

Bulan-bulan yang lain tingkat huniannya bervariasi antara 41,68 persen sampai dengan

49,17 persen. Melihat perkembangan jumlah kamar dan tingkat hunian kamar seperti

diuraikan di atas, maka prospek hotel melati di Kabupaten Badung kurang bagus. Pada

bulan-bulan sepi (low session) hotel melati harus bersaing dengan hotel berbintang.

Industri makanan/minuman kebanyakan merupakan industri rumah tangga dan

kecil. Hampir semua dari produk industri ini pemasarannya lokal (antarkabupaten di

Provinsi Bali). Karena produknya merupakan jenis makanan/minuman, maka seiring

dengan makin bertambahnya jumlah penduduk Bali dan membaiknya perekonomian

maka produk-produk di atas mempunyai prospek yang cukup baik. Memang di antara

produk yang sejenis saling bersaing, tetapi di sisi lain bahan baku relatif mudah

diperoleh walaupun ada beberapa di antaranya, seperti tepung terigu masih dipasok

dari luar.

Sejak beberapa tahun terakhir ini salah satu pasar modern yang berkembang

pesat di Kabupaten Badung adalah mini market. Sebaliknya, toko kelontong sudah ada

sejak dahulu. Mini market dan toko kelontong tersebar di seluruh kecamatan dan di

antara mereka saling bersaing. Perubahan gaya hidup masyarakat dalam memilih

tempat berbelanja mendorong tumbuhnya mini market. Masalah yang muncul bukan

pada pasar modern, melainkan pada pesaingnya, yaitu pasar tradisonal. Perubahan

gaya hidup masyarakat yang lebih memilih pasar modern sebagai tempat berbelanja

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 440

menjadikan pasar tradisonal semakin terjepit. Permasalahan yang dihadapi oleh pasar

modern adalah persaingan yang semakin ketat di antara mereka. Banyak pasar modern

terutama mini market dengan nama yang berbeda, tetapi lokasinya berdekatan. Jika

keberadaan pasar modern ini terutama mini market tidak dibatasi oleh pemerintah, akan

dapat memunculkan terjadinya konflik horizontal di masyarakat.

Dalam kurun waktu 2007--2009 industri kerajinan kayu di Kabupaten Badung

bertambah dari 318 unit (893 tenaga kerja) menjadi 339 unit (1.046 tenaga kerja).

Industri ini tersebar di semua kecamatan, kecuali Kecamatan Kuta Selatan dengan

konsentrasi di Kecamatan Abiansemal dan Petang. Jenis produknya sangat beragam,

yaitu mulai dari patung kayu, panil, mebel dll. Kebanyakan segmen pasarnya adalah

wisatawan atau pasar ekspor. Prospeknya cukup baik seiring dengan makin

berkembangnya kunjungan wisatawan ke Bali. Akan tetapi, masalah yang sering

muncul adalah kesulitan memperoleh bahan baku kayu. Kayu didatangkan dari luar

Pulau Bali.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 441

6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di

Kabupaten Gianyar

Berdasarkan hasil perhitungan metode Bayes, diketahui bahwa lima KPJU

unggulan lintas sektor yang diperoleh di Kabupaten Gianyar adalah kerajinan perak,

hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, mini market dan toko kelontong, serta

toko barang kerajinan dan lukisan (Tabel 6.4.3).

Kerajinan perak. Sentra kerajinan perak Kabupaten Gianyar adalah di Desa

Celuk, Kecamatan Sukawati. Desa Celuk berada dalam jaringan desa-desa perajin,

yaitu Desa Batubulan, Desa Batuan, dan Desa Mas. Selain kerajinan perak, Desa

Celuk juga terkenal dengan kerajinan emas. Hasil kerajinan peraknya memiliki kualitas

tinggi dan mampu memproduksi dalam kuantitas yang besar. Keterampilan dan seni

mengerjakan kerajinan perak hampir dikuasai semua keluarga dan penduduk Desa

Celuk yang diperoleh secara turun-temurun. Inovasi dan kreasi desain terkait dengan

kerajinan perak di Desa Celuk telah memasuki pasar lokal, nasional, dan internasional.

Beragam jenis kreasi dan variasi perhiasan, baik sebagai cendera mata maupun

komoditas ekspor diproduksi di desa ini, seperti cincin, gelang, kalung, anting-anting,

giwang, bros dan berbagai jenis perhiasan lainnya. Selain itu, juga diproduksi peralatan

makan. Beberapa d iantaranya adalah sendok, garpu, piring, bokor (yang kadang-

kadang dipakai untuk tempat banten ketika sembahyang), cangkir, gelas, dan

semacamnya.

Pembuatan kerajinan perak secara umum ada dua proses pembuatan, yaitu

secara tradisional dan secara modern atau penggabungan keduanya. Semua proses itu

dilakukan, baik sebagian maupun seluruhnya di toko yang menjual kerajinan. Warga

Desa Celuk yang semula menjadikan perajin perak sebagai pekerjaan sambilan,

kemudian beralih menjadikannya sebagai pekerjaan utama. Awalnya pertanian

merupakan sumber pendapatan utama. Namun, saat ini hampir seluruh warga Celuk

hidup dari kerajinan perak dan emas.

Produksi kerajinan tradisional umumnya lebih mengandalkan kemampuan

inovasi dan kreativitas perajin. Apabila karya cipta tersebut diproduksi secara

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 442

massal/pabrikasi, maka nilai seninya yang spesifik akan berkurang. Karya cipta perajin

tradisional jarang dipatenkan sehingga rentan untuk ditiru. Selain itu, umumnya bahan

baku perak menjadi susah diperoleh secara perorangan sehingga usaha kelompok

dalam upaya pengadaan bahan baku menjadi sangat penting.

Tabel 6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Gianyar

Nomor KPJU Lintas Sektor

1 Kerajinan perak

2 Hotel melati

3 Kontraktor konstruksi bangunan

4 Mini market dan toko kelontong

5 Toko barang kerajinan & lukisan

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes

Hotel melati. Jumlah hotel melati (termasuk nonbintang lainnya) di Kabupaten

Gianyar relatif sedikit jika dibandingkan dengan di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar. Hotel nonbintang di Kabupaten Gianyar pada tahun 2009 berjumlah 378

buah, sedangkan hotel berbintang hanya 11 buah. Dari seluruh akomodasi

hotel/penginapan tersebut, kapasitas kamarnya 3.315 buah dan tempat tidur 4.607

buah. Sebagian besar (87,3%) akomodasi hotel melati (dan nonbintang) berlokasi di

Kecamatan Ubud.

Tingkat hunian kamar hotel berbintang di Pulau Bali selama Juli 2011 rata-rata

mencapai 71,74 persen, naik 1,27 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya

yang tercatat 70,47 persen. Tingkat okupansi yang cukup signifikan itu erat kaitannya

dengan semakin banyaknya, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan

nusantara yang berlibur ke Pulau Dewata. Sementara hotel berbintang di wilayah

Kabupaten Gianyar tingkat huniannya sebesar 66,17 persen juga meningkat dari bulan

sebelumnya yang hanya 57,11 persen.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 443

Sebagai perbandingan, rata-rata tingkat hunian kamar hotel berbintang di

Kabupaten Gianyar selama tahun 2009 adalah 57,09 persen, sedangkan untuk hotel

nonbintang hanya 24,71 persen. Tingkat hunian tertinggi pada hotel berbintang 75,01,

sedangkan pada hotel non-bintang 33,24. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak

terdapat kamar kosong, baik pada musim sepi maupun puncak, baik pada hotel bintang

maupun nonbintang. Oleh karena itu, dalam pengembangan hotel, tingkat hunian dan

pendistribusiannya harus menjadi pertimbangan serius sehingga pembangunan

berikutnya tidak mubazir dan memberikan dampak negatif terhadap hotel yang sudah

dibangun. Perkembangan akomodasi nonbintang yang cukup pesat dan dengan harga

yang relatif murah dapat menjadi ancaman bagi hotel berbintang walaupun secara

umum sesungguhnya tiap-tiap jenis/tingkat akomodasi mempunyai segmen pasar

tersendiri.

Kontraktor konstruksi bangunan. Peningkatan perekonomian wilayah dan

seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat maka pembangunan fisik juga

semakin meningkat. Peningkatan pembangunan menjadi peluang bagi para kontraktor

konstruksi bangunan. Banyaknya para kontraktor akan meningkatkan persaingan

sehingga kualitas hasil, ketepatan waktu pengerjaan, dan harga menjadi faktor penting

yang harus diperhatikan untuk mendapatkan tender pekerjaan. Selain itu, kualifikasi

dan keterampilan tenaga kerja yang dimiliki para kontraktor harus menjadi perhatian

dalam upaya meningkatkan usaha.

Mini market dan toko kelontong. Perubahan gaya hidup masyarakat seiring

dengan peningkatan pendapatannya menyebabkan perubahan dalam mendapatkan

barang-barang kebutuhannya. Sebelumnya masyarakat desa mendapatkan barang-

barang kebutuhannya di pasar-pasar tradisional. Namun saat ini, di wilayah desa-desa

sudah masuk mini market yang menyediakan berbagai jenis barang dengan suasana

lingkungan yang bersih dan nyaman. Perubahan orientasi masyarakat tersebut

menjadikan mini market sebagai usaha unggulan dan perkembangannya sangat pesat

sampai ke tingkat desa-desa. Keberadaan mini market ini apabila tidak direncanakan

dengan baik, maka sangat berpotensi menjadi ancaman bagi usaha sejenis, terutama

pasar-pasar tradisional.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 444

Toko barang kerajinan dan lukisan. Gianyar merupakan salah satu daerah

tujuan wisata terkenal di Bali. Kepariwisataan diharapkan menjadi sektor andalan yang

mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, mengatrol sektor lain yang terkait, membuka

lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Sebagai daerah tujuan

wisata, maka Kabupaten Gianyar memerlukan fasilitas pendukung berupa tempat untuk

menjual barang kerajinan dan lukisan. Beberapa barang kerajinan dan lukisan tersebut

dijual secara eceran di kaki lima dan sebagian juga menempati tempat khusus, seperti

artshop dan toko. Jumlah artshop dan kios barang kerajinan yang telah mempunyai

tanda daftar perusahaan di Kabupaten Gianyar adalah 431 dan tersebar di tujuh

wilayah kecamatan. Berdasarkan jenisnya, perusahaan tersebut berupa PT (76),

koperasi (4), CV (47) dan perorangan (304). Distribusi artshop dan kios barang

kerajinan terbanyak di Kecamatan Ubud, kemudian diikuti Sukawati dan Gianyar.

Kendala pengembangan artshop dan kios barang kerajinan ini pada umumnya adalah

karena perang tarif dan komisi bagi pengantar tamu/konsumen.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 445

6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan

Permasalahannya di Kabupeten Tabanan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes diketahui

bahwa KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Tabanan meliputi Hotel melati,

komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri pengolahan kopi, seperti tersaji pada

Tabel 6.4.4. Dari lima KPJU unggulan yang dimiliki Kabupaten Tabanan, satu di

antaranya berkaitan langsung dengan bidang pariwisata, yakni hotel melati yang

semakin diminati wisatawan Nusantara. Sebaliknya, empat yang lainnya berhubungan

dengan sektor pertanian, yakni komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri

pengolahan kopi bubuk yang merupakan bagian dari teknologi pertanian pascapanen

yang masih dilakukan secara tradisional.

Tabel 6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Tabanan

No KPJU Lintas Sektor

1 Hotel melati

2 Kopi

3 Padi sawah

4 Ayam

5 Industri pengolahan kopi bubuk

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes

Hotel melati dan pondok wisata

Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan industri hotel melati

dan pondok wisata di Kabupaten Tabanan telah tumbuh demikian pesat. Untuk

diketahui bahwa perkembangan tersebut bukan saja hotel melati, melainkan juga hotel

berbintang. Segmen pasar utama Hotel melati, ternyata tidak hanya terbatas pada

wisatawan domestik, tetapi juga mencakup wisatawan asing. Pada tahun 2010 di

Kabupaten Tabanan tersebar berbagai klasifikasi hotel melati. Masalah yang dihadapi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 446

industri perhotelan melati dan pondok wisata di Kabupaten Tabanan adalah masalah

klasik, yakni penurunan kunjungan wisatawan pada bulan sepi (low session) dengan

rata-rata tingkat hunian kamarnya relatif rendah. Untuk meningkatkan pangsa pasar

pada bulan-bulan sepi, tidak jarang pihak hotel melati harus cermat menetapkan tarif

kamar, bahkan ada yang menyasar pada wisatawan pensiun (pension tourist) dari

negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang yang belum dikelola

dengan baik saat ini.

Komoditas kopi

Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan usaha tani budi

daya kopi di Kabupaten Tabanan dengan bobot urutan kedua tertinggi telah

berkembang demikian pesat. Kopi merupakan komoditas unggulan dan andalan ekspor

Kabupaten Tabanan, yang secara nyata telah dirasakan manfaatnya dalam

peningkatan kesejahteraan petani. Komoditas kopi unggulan Kabupaten Tabanan

meliputi kopi robusta dan kopi luwak yang dikembangkan di Kecamatan Pupuan. Kopi

itu memiliki cita rasa spesifik dan mempunyai prospek yang cukup cerah. Kebijakan

revitalisasi pertanian dalam arti luas pada dasarnya mengupayakan agar profit centre

berada pada petani. Menghadapi era globalisasi, kualitas hasil produksi kopi

merupakan syarat utama dalam berkompetisi guna merebut pangsa pasar, baik pada

tingkat nasional maupun internasional. Salah satu upaya yang dicanangkan untuk

meningkatkan daya saing komoditas kopi di pasar ekspor ditempuh melalui peningkatan

kualitas melalui kemitraan.

Pembangunan perkebunan kopi pada masa mendatang harus lebih banyak

berorientasi pada pengolahan berbasis kualitas, pemasaran, dan memantapkan

pengembangan agroindustri pedesaan secara terintegrasi karena di sinilah nilai

tambah dan daya saing tersebut bersumber. Perlu terus dibina secara intensif dan

diusahakan untuk diorbitkan dengan melakukan ekspo ke luar negeri guna mencarikan

segmen pasar baru. Di samping itu, kopi luwak yang dihasilkan saat ini selain

dikonsumsi di dalam negeri, bahkan lebih banyak dibeli oleh pembeli dari Taiwan dan

Jepang. Disarankan pula agar kopi robusta di seluruh kecamatan yang ada di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 447

Kabupaten Tabanan dicarikan sertifikasi geografis (indikasi geografis) seperti halnya

kopi arabika Kintamani.

Padi sawah

Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan usaha tani budi

daya padi sawah di Kabupaten Tabanan dengan bobot urutan ketiga tertinggi.

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sentral produksi tanaman pangan di

Provinsi Bali. Sektor pertanian di Kabupaten Tabanan terus saja menjadi sorotan

karena terjadinya pergeseran penggunaan lahan. Bahkan, beberapa tahun terakhir ini,

alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan nonpertanian mengalami peningkatan.

Secara umum, penggunaan lahan dibedakan atas penggunaan lahan pertanian dan

bukan pertanian. Potensi penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis tanah, sumber daya

mineral, vegetasi, topografi, iklim, dan lokasi. Sekalipun demikian, berdasarkan data

statistik Tabanan Dalam Angka Tahun 2010, diketahui bahwa pada tahun 2009 luas

panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tabanan masing-masing

40.469 ha, 242.049 ton, dan 59,82 ku/ha. Produksi padi tahun 2009 mengalami

peningkatan sebesar 105 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini

disebabkan oleh peningkatan produktivitas sebesar 2,91 ku/ha. Masalah dalam budi

daya padi sawah ini adalah masih seringnya terserang hama tikus yang belum bisa

diatasi secara tuntas di samping saluran irigasi teknis dan setengah teknis yang masih

sedang diperbaiki sehingga menyebabkan sawah kekurangan air pada musim kemarau.

Ayam

Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan usaha ternak ayam

di Kabupaten Tabanan dengan bobot urutan keempat tertinggi. Ayam merupakan salah

satu KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan. Populasi ayam di Kabupaten Tabanan

selama lima tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak 3.690.030 ekor pada tahun

2005 dan kemudian meningkat menjadi 3.694.532 ekor pada tahun 2006. Berdasarkan

total populasi ayam di Kabupaten Tabanan pada tahun 2008 sebesar 49,14%, dominan

berada di Kecamatan Penebel. Kecamatan Penebel dijadikan sebagai sentra

pengembangan ayam buras, baik ayam potong maupun ayam petelur. Usaha budi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 448

daya ayam buras petelur dan ayam potong sebagai upaya memanfaatkan peluang yang

ada, yakni kecocokan iklim, ketinggian tempat di atas permukaan laut yang cocok, dan

ketersediaan tenaga terampil yang memadai.

Industri pengolahan kopi bubuk

Berdasarkan metode Bayes diketahui bahwa industri pengolahan kopi bubuk

merupakan urutan kelima tertinggi. Kabupaten Tabanan sebagai sentra pertaniannya

Bali memiliki produk unggulan terutama kopi. Kecamatan Pupuan sebagai sentra kopi

robusta dan Selemadeg Raya (Kecamatan Selemadeg Barat, Selemadeg, dan

Selemadeg Timur) sebagai sentra kakao. Untuk menyukseskan pengolahan tersebut,

berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tabanan, diketahui

bahwa Kabupaten Tabanan memiliki 37 unit UUP (unit usaha produktif ), 28 unit di

wilayah kakao dan 9 unit di wilayah kopi. Dari jumlah UUP tersebut, 8 unit telah

berbadan hukum berupa koperasi usaha perkebunan (KUP).

Khusus pengolahan kopi yang telah berjalan mampu menghasilkan produk

primer dan sekunder. Kopi robusta mampu menghasilkan produk kopi bubuk olah

basah dari hasil petik merah dan kopi luwak melalui proses olah basah dari hasil petik

merah. Kopi luwak Tabanan memiliki spesifikasi cita rasa tersendiri bagi penggemarnya

dan akhir-akhir ini banyak diburu masyarakat. Agroindustri pengolahan kopi fermentasi

sudah digarap simultan melalui percontohan yang dilakukan pemerintah Kabupaten

Tabanan, baik bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, maupun APBD Kabupaten.

Namun, peralatan yang tersedia masih belum lengkap. Begitu pula pemasaran hasil,

sudah dilakukan kemitraan secara terbatas dengan Bumi Tangerang Mesindotama, PT

Tanah Mas Selebes, dan Indocafco Lampung. Oleh karena itu, pemerintah setempat

perlu segera mensinergikan program dan kegiatan pusat dan daerah terkait dengan

perkebunan kopi di Tabanan. Upaya ini untuk mencapai upaya profit center tetap

berada di pihak petani. Sementara ini, promosi kopi sudah dilakukan pemerintah pusat

melalui pameran hasil pertanian, bahkan Tabanan diminta untuk ikut bersama-sama

pemerintah pusat dalam pameran kopi Spesialty pada berbagai even.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 449

6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan

Permasalahannya di Kabupaten Bangli

KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bangli adalah sapi, kerajinan kayu,

jeruk, kerajinan bambu, dan kopi seperti disajikan pada Tabel 6.4.5. Lima KPJU

unggulan yang dimiliki Kabupaten Bangli tiga di antaranya merupakan komoditas dari

sektor pertanian, yaitu ternak sapi, jeruk, dan kopi. Ketiga KPJU unggulan ini

terkonsentrasi di Kecamatan Kintamani. Pemasarannya di samping untuk memenuhi

pasar lokal juga dijual ke luar Bali (antarpulau). Pemasaran sapi dari Kabupaten

Bangli dalam lingkup Bali bersaing ketat dengan sapi dari kabupaten lain. Sebaliknya,

pemasaran antar pulau di samping bersaing dengan sapi dari pulau lainnya di

Indonesia (NTT, NTB dan Pulau Jawa) juga dengan sapi impor. Persaingan ini

mengakibatkan sering kali terjadi gejolak harga yang pada akhirnya merugikan

peternak. Masalah lain yang dihadapi oleh peternak adalah kurangnya hijauan

makanan ternak yang tersedia terutama pada musim kemarau. Pada musim ini banyak

peternak cenderung menjual sapinya sehingga mengakibatkan harganya turun.

Saat ini Kabupaten Bangli merupakan penghasil jeruk terbesar di Provinsi Bali.

Pemasaran komoditas ini di samping untuk memenuhi pasar lokal (antarkabupaten)

lebih banyak dikirim ke beberapa kota besar di Pulau Jawa, seperti Surabaya,

Semarang, Jakarta, Bandung dll. Pasar jeruk Kabupaten Bangli di Pulau Jawa bersaing

dengan jeruk sejenis produksi Jawa Timur dan Sumatra. Jika jeruk di tiga wilayah ini

panennya bersamaan maka harga jeruk akan turun drastis. Pemasaran jeruk di Bali

juga bersaing dengan jeruk dari Jawa Timur (Lamongan dan Lumajang) dan jeruk

impor. Masalah lain yang dihadapi petani adalah kurangnya modal kerja karena biaya

pemeliharaannya relatif besar. Jika penggunaan pupuk dan obat-obatan dikurangi, akan

berakibat menurunnya produksi.

Kabupaten Bangli merupakan produsen kopi jenis arabika terbesar di Bali.

Pemasaran kopi (baik jenis arabika maupun robusta) dalam bentuk butiran sangat

mudah. Banyak pengepul yang datang langsung ke petani. Masalahnya SDM petani

umumnya relatif rendah sehingga penanganan pascapanen kurang baik, akibatnya

mutu kopi butiran relatif rendah. Demikian juga petani sering kali tidak tahu mengenai

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 450

informasi pasar. Pasar kopi butiran di samping memenuhi permintaan untuk pasar kopi

bubuk yang ada di Bali, juga ditujukan untuk memenuhi pasar ekspor.

KPJU unggulan di sektor industri pengolahan adalah kerajinan kayu dan

kerajinan bambu. Kedua kerajinan ini memanfaatkan bahan baku lokal. Jenis produk

kerajinan kayu antara, lain patung, kotak, dan kelengkapan upacara bagi umat Hindu,

seperti dulang, ingka, dsb. Segmen pasar dari komoditas ini, seperti patung adalah

wisatawan. Sebaliknya, kelengkapan alat upacara segmennya adalah penduduk lokal.

Masalah yang dihadapi oleh perajin adalah kelangkaan bahan baku. Pasokan kayu

lokal terbatas sehingga harganya relatif mahal.

Produk dari kerajinan bambu adalah berbagai aksesoris, seperti hiasan lampu,

tas, vas bunga dllnya. Hampir semua produknya ditujukan untuk kelengkapan hotel dan

restoran. Bahan baku tidak menjadi masalah karena Kab Bangli merupakan satu-

satunya kabupaten yang mempunyai hutan bambu terluas di Provinsi Bali. Masalah

yang dihadapi oleh perajin adalah kurangnya informasi pasar sehingga harga lebih

banyak ditentukan oleh pedagang pengumpul.

Tabel 6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Bangli

No KPJU Lintas Sektor

1 Sapi

2 Kerajinan kayu

3 Jeruk

4 Kerajinan bambu

5 Kopi

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 451

6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di

Kabupaten Klungkung

Merujuk pada beberapa pengertian lintas sektor, seperti lintas sektor pelayanan

kesehatan, lintas sektor kebijakan, lintas sektor program, dan lintas sektor kegiatan,

maka pengertian KPJU lintas sektor dalam penelitian ini, yaitu KPJU yang diusahakan

mulai dari sektor pertanian, diolah di sektor industri, di perdagangan di sektor

perdagangan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan daya saing suatu KPJU harus

melibatkan sektor-sektor yang terkait dengan KPJU tersebut. Misalnya, untuk

meningkatkan daya saing KPJU kopi di Bali, maka mulai dari sektor pertanian harus

membudidayakan kopi dengan baik termasuk panen petik merah dan pascapanen yang

baik, kemudian diolah di sektor industri dengan baik agar serbuk menjadi baik, dan

diperdagangkan dalam sistem perdagangan persaingan yang jelas.

Berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor, dengan menggunakan metode

Bayes, maka di Kabupaten Klungkung teridentifikasi lima KPJU unggulan lintas sektor,

yaitu bank perkreditan rakyat (BPR), kontraktor konstruksi bangunan, kerajinan

perlengkapan upacara adat dan agama Hindu, industri tenun (ATBM), dan industri uang

kepeng (Tabel 6.4.6).

Tabel 6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Klungkung

Nomor KPJU Lintas Sektor

1 BPR

2 Kontraktor konstruksi bangunan

3 Inudustri perlengkapan upacara adat dan agama Hindu

4 Industri tenun endek dan songket (ATBM)

5 Industri uang kepeng (pis bolong)

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 452

Usaha BPR

Usaha BPR merupakan salah satu KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten

Klungkung. Fungsi BPR adalah penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Tujuan

BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR adalah melayani kebutuhan

petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena

sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum. Di samping itu, untuk lebih

mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha,

pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang

(rentenir dan pengijon).

Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan

tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan

pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah (1) menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; (2) memberikan kredit; (3) menyediakan

pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah; dan (4) menempatkan dananya dalam

bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau

tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada

BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.

Dari Website Bank Indonesia dapat diketahui bahwa di Kabupaten Klungkung

terdapat sembilan buah Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang semuanya berlokasi atau

beralamat di Kota Semarapura Klungkung. Namun, dari sembilan buah BPR tersebut,

lima buah berstatus kantor pusat dan empat buah berstatus kantor cabang, artinya

cabang dari BPR mungkin berpusat di ibu kota provinsi atau di Jakarta. Jika ditelisik

lebih jauh, kesembilan BPR tersebut, yaitu (1) PT BPR Kapal Basak Pursada (KC

Semarapura)(Jl. Flamboyan No. 28, Semarapura), (2) PT BPR Tridarma Putri (Jl.

Diponegoro No. 25, 0366-21203, 23578, (3) Tata Anjung Sari (KC Semarapura)(Jl.

Puputan I No. 11), (4) PT BPR Artha Rengganis (Jl. Takmung No. 7, 0366-22103,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 453

21859), (5) PT BPR Sinar Puteramas (Jl. Raya Batutabih No. 36, 0366-21121, (6) PT

BPR Balaguna Prasta (Jl. Raya Batutabih No. 99, 0366-22139), (7) PT BPR Sari Jaya

Sedana (d/h Acuta Jaya)(Jl. Raya Sampalan No. 88 X, Ds. Sampalan Tengah, 0366-

21886), (8) PT BPR Dewata Candradana (KC Klungkung)(Jl. Nakula No. 14, 0366-

22781, 22782), (9) PT BPR Nusamba Manggis (KC)(Jl. Untung Surapti, Kelurahan

Semarapura Tengah).

Bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kredit bank (baca BPR)

merupakan madu yang berarti manfaat dan memberi nilai tambah bagi pengembangan

usahanya. Dengan meminjam dana BPR usaha nasabah semakin meningkat, omzet

bertambah, dan keuntungan melimpah. Itu artinya kredit yang diberikan bank dapat

menjadi madu bagi nasabah. Sebaliknya, kredit bisa menjadi racun karena setelah

meminjam dana BPR usahanya menjadi tersendat, angsuran meningkat, bahkan bisa

jadi usahanya sekarat. Racun yang menimpa nasabah dapat berimbas meracuni bank

karena dengan tersendatnya usaha biasanya akan berakibat pada terhambatnya

angsuran. Meskipun pada beberapa kasus ada nasabah yang usahanya bangkrut,

angsurannya tetap lancar yang bisa digambarkan sebagai racunnya nasabah, tetapi

madunya bank. Hal itu terjadi karena mungkin nasabah memiliki itikad dan karakter

yang baik. Akan tetapi, hal ini tentu tidak diinginkan, baik oleh nasabah maupun bank.

Bagi BPR sendiri, kredit bagaikan madu di tangan kanan atau racun di tangan

kiri karena kredit menjadi tumpuan pendapatan operasional dari bunga yang dibayar

oleh nasabah. Rata-rata 80% pendapatan BPR bersumber dari pendapatan bunga

kredit yang disalurkan. Jika angsuran nasabah lancar dalam membayar bunga dan

pokok sebagaimana yang telah diperjanjikan, maka kredit tersebut bisa dikatakan

menjadi madu bagi bank. Akan tetapi, jika angsuran nasabah bermasalah atau bahkan

macet, maka kredit tersebut menjadi racun karena bank harus menyediakan PPAPWD

yang cukup untuk menutup kerugian bank akibat kredit macet. Selain itu, akibat kredit

bermasalah juga berdampak pada tertundanya pendapatan bunga, sedangkan biaya

terus bertambah. Lebih berbahaya lagi jika kredit bermasalah sudah seperti racun yang

menjalar ke seluruh organ tubuh sehingga berdampak pada timbulnya kematian/

kebangkrutan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 454

Bagaimana kredit bisa menjadi madu bagi nasabah yang sekaligus madu bagi

bank, para analis kredit tentu sudah paham betul dengan analisis pendekatan yang

digunakan. Akan tetapi, bagaimana madu dapat mengalir secara terus-

menerus (sustainable) yang dapat menghidupi nasabah sekaligus menghidupi bank.

Hal ini yang perlu dipikirkan. Mengembangkan UMKM untuk menjadi nasabah yang

menghasilkan madu secara terus-menerus bukanlah program kagetan atau program

serentak yang seketika itu juga dapat dipetik hasilnya. Untuk membangun loyalitas

UMKM yang sekarang menjadi primadona dan sasaran perbankan perlu kesabaran dan

komitmen yang kuat. Betapapun canggihnya produk bank umum dan betapapun

murahnya bunga bank umum, UMKM yang sudah loyal menjadi nasabah BPR tidak

mudah tergoyahkan oleh tawaran-tawaran menggiurkan itu. Hal itu terjadi karena

pendekatan sistem analisis yang digunakan BPR menggunakan pendekatan sosial

budaya (socio cultural approach) yang dinilai lebih tepat bagi UMKM. Bank umum

memang mempunyai keunggulan teknologi, sumber dana yang melimpah, networking

secara nasional, lalu lintas pembayaran melalui cek dan bilyet giro, dan sebagainya.

Akan tetapi, BPR juga mempunyai keunggulan hubungan personal yang kuat dengan

nasabahnya. BPR mampu memberikan pelayanan yang prima karena pelayanan yang

dilakukan BPR adalah face to face, bahkan heart to heart. BPR juga mampu

menyesuaikan kondisi, adat istiadat, budaya, dan perikehidupan masyarakat sekitarnya.

BPR dapat memberi lebih dari yang diharapkan nasabah karena umumnya UMKM tidak

sekadar membutuhkan modal, tetapi juga bimbingan, petunjuk, konsultan, teman

diskusi yang tidak semuanya dapat dilayani oleh bank umum. BPR umumnya bersedia

berbagi pengalaman dalam suasana keakraban dengan memberi sentuhan hangat

kawan sejati. Hal ini berbeda dengan pelayanan bank umum pada UMKM yang dinilai

terlalu kaku dan prosedural.

Sebagai bukti BPR di Kabupaten Klungkung berperan dalam perekonomian

regional Klungkung, yaitu ada headline berita pada BisnisBali.com (11 September

2011) bahwa ‘BPR di Kabupaten Klungkung siap biaya sektor peternakan’. Dijelaskan

bahwa bank-bank perkreditan rakyat (BPR) di Kabupaten Klungkung siap membantu

warga dari sisi permodalan untuk bergerak di sektor peternakan, baik ayam ras maupun

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 455

ayam petelur jenis arab. BPR ingin bangkit menggerakkan masyarakat untuk maju

sebagai pelaku usaha kecil mikro di sektor pertanian dalam arti luas. Dikatakan oleh

sekretaris DPD Perbarindo Bali Timur khususnya di Kabupaten Klungkung (I D.G.M.

Dharmawijaya, S.E., CRBD) bahwa dukungan ini dilakukan agar warga Klungkung tidak

menjadi penonton belaka. Dikatakan juga bahwa BPR Sari Jaya Sedana boleh

dijadikan salah satu BPR pelopor untuk membiayai sektor pertanian khususnya di

sektor peternakan jenis ayam arab petelur. Selain itu, BPR ini siap memodali

peternakan sapi dan pengembangan jamur tiram. Salah seorang peternak ayam arab I

Ketut Darmawan, S.Pt. yang juga salah seorang PNS di Dinas Peternakan Klungkung

ketika dihubungi mengatakan bahwa iklim sangat mendukung pemeliharaan ayam arab

petelur di Klungkung.

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam

bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dalam melaksanakan

usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-

hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai

dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki delapan ciri positif sebagai pendukung dan

tiga ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).

Usaha BPR menjadi unggulan lintas sektor tampaknya disebabkan oleh KPJU ini

perannya sangat penting pada semua sektor perekonomian, yaitu mulai dari sektor

pertanian sampai dengan sektor jasa-jasa lain sangat memerlukan kehadiran PJU ini,

baik sebagai mediasi transaksi keuangan maupun sebagai lender uang kepada pelaku-

pelaku usaha di sektor-sektor perekonomian. Jadi, semua pelaku usaha di sektor-sektor

perekonomian memerlukan permodalan dari KPJU BPR, baik modal pada awal

pembuatan usaha baru maupun modal untuk pengembangan atau perluasan usaha.

Permasalahan yang muncul dalam usaha BPR adalah mismanagement atau

salah kelola sehingga menyebabkan BPR rugi atau bangkrut. Banyak bukti

menunjukkan bahwa BPR-BPR yang bangkrut disebabkan oleh salah kelola oleh

manajernya atau oleh pemegang saham pengendali yang terlalu banyak intervensi

dalam operasionalisasi BPR.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 456

Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan

Usaha kontraktor konstruksi bangunan menjadi unggulan lintas sektor di

Kabupaten Klungkung tampaknya karena peranan KPJU ini sebagai penyedia

infrastruktur fisik yang dibutuhkan oleh beberapa sektor. Misalnya, sektor pertanian

memerlukan infrastruktur irigasi dan bendungan. Sektor industri pengolahan

memerlukan infrastruktur bangunan fisik untuk gedung pabrik pengolahan, sektor

perdagangan, Hotel melati dan restoran memerlukan KPJU ini membangun hotel

melati, dsb.

Berdasarkan pengakuan rekanan yang tidak lain adalah pimpinan kontraktor

konstruksi bangunan, di Kabupaten Klungkung tidak hanya bangunan pribadi yang tidak

memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), tetapi juga bangunan untuk usaha, seperti

pembangunan mini market, yang tidak ditindak tegas oleh petugas Pemkab Klungkung

melalui tim yustisinya.

Industri Perlengkapan Upacara Adat dan Agama Hindu

Usaha kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu menjadi

unggulan lintas sektor tampaknya disebabkan oleh KPJU ini menggunakan output

KPJU sektor pertanian sebagai bahan baku. Output KPJU ini berupa barang-barang

perlengkapan upacara adat dan agama Hindu yang dipasarkan di sektor perdagangan,

hotel, dan restoran. Misalnya, output sektor pertanian berupa bambu, kapas (kain dan

benang), kayu, dll. Sebagai bahan baku pembuatan kerajinan perlengkapan upacara

adat dan agama Hindu, kemudian hasilnya dipasarkan oleh pelaku-pelaku usaha di

sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Usaha kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu erat kaitannya

dengan kerajinan membuat kain prada, dengan sentra kerajinannya di Desa Paksebali,

Kecamatan Dawan dan Desa Satriya, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.

Turunan dari kerajinan kain prada adalah produk perlengkapan upacara adat dan

agama Hindu, berupa ider-ider, payung (tedung), langse, wastra, kampuh, ulon, dan

yang lainnya. Namun, produk yang paling dominan dibuat berupa ider-ider dan payung

(tedung untuk perlengkapan sarana upacara). Melihat produk kerajinan tersebut di atas,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 457

tampak proses pengerjaannya terutama pada kain prada sangat sederhana dan melalui

beberapa tahapan dengan sistem kerja borongan.

Tahap-tahap kerja yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, membuat

pola atau motif dengan cara disoder untuk memudahkan pemasangan warna prada

karena bahan dasar yang digunakan adalah kain bludru. Jika kain dasarnya tidak

menggunakan kain bludru, motif atau pola disket dengan pensil. Kedua, pemasangan

warna prada dengan cara dipoleskan memakai alat kuas pada permukaan pola/motif.

Pemasangan prada ini dapat dilakukan oleh kaum wanita dan laki-laki. Bahan prada

yang digunakan adalah warna prada cair. Penerapan teknik pengerjaan lebih

menonjolkan keterampilan tangan. Hal itu sangat berbeda dengan proses pengerjaan

tedung (payung) tampak lebih rumit dengan teknik konvensional. Di samping itu, hanya

sebagian pekerjaan menggunakan alat mesin, seperti menjahit, membuat tangkai

payung dengan mesin bubut.

Teknik pembuatan payung diawali dengan membuat tangkai payung dengan

menggunakan bahan kayu albesia. Hal itu dikerjakan oleh kaum laki-laki. Dilanjutkan

dengan membuat kerangka payung dengan menggunakan kayu, bambu, dan benang

sebagai pengikat. Apabila kerangka payung telah selesai dikerjakan, langkah

berikutnya adalah merakit kain satin, katun, atau bludru pada kerangka payung.

Pemakaian tiap-tiap jenis kain tersebut tergantung kepada pesanan, tentunya dengan

harga dan kualitas yang berbeda-beda. Perakitan kain pada kerangka payung juga

dilakukan dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit. Pekerjaan ini harus dilakukan

dengan hati-hati agar jarum tidak patah karena tersentuh bambu. Proses selanjutnya

adalah pembuatan rumbai-rumbai payung dengan cara merajutkan benang wool.

Warna benang disesuaikan dengan warna kain yang digunakan agar diperoleh

keserasian dan keharmonisan warna payung. Langkah terakhir adalah penerapan

ornamen pada payung dengan cara penempelan atau pengolesan prada.

Industri Tenun Endek dan Songket (ATBM)

Usaha tenun endek dan songket (ATBM) di Kabupaten Klungkung menjadi KPJU

unggulan lintas sektor karena KPJU ini dalam aktivitas terkait erat dengan sektor-sektor

lain, terkait erat dengan sektor di hulu (keterkaitan ke belakang), yaitu sektor industri

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 458

pemintalan benang sebagai bahan baku. Di samping itu, juga terkait erat dengan sektor

di hilir (keterkaitan ke depan), yaitu sektor industri pakaian jadi dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Oleh karena itu, logis apabila KPJU ini menjadi

unggulan lintas sektor.

Kain tenun tradisional yang berkembang di lokasi tersebut, ada dua macam,

yaitu kain tenun ikat tradisional (endek) yang proses pembuatannya dengan

menggunakan alat ATBM (alat tenun bukan mesin) dan kain tenun songket dengan

proses menenun secara tradisional (alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain

tenun songket dengan pewarna alami khas kabupaten Klungkung memang merupakan

bagian dari seni keindahan tenun ikat yang sudah terkenal sejak lama. Kain endek juga

merupakan salah satu kain Bali yang kini amat populer di Indonesia. Kain ini ditenun

dengan teknik ikat, yaitu suatu teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh

Indonesia. Di samping berfungsi sebagai kain upacara keagamaan, kini kain endek

mulai populer sebagai bahan kemeja nasional. Kain songket juga amat populer dalam

masyarakat Bali. Songket merupakan istilah teknik untuk menambahkan suatu pola

pada suatu bahan dengan mengisi benang tambahan. Benang tersebut dapat

dimasukkan ke seluruh bidang atau hanya menutupi bagian-bagian tertentu dari suatu

kain. Pekerjaan menenun terdapat di dua lokasi, yaitu di Banjar Tengah Desa Tegak

dan Desa Gelgel Klungkung ini telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek, ibu,

sampai pada anak dan cucunya. Perajin ini lebih berperanan terhadap pelestarian dan

kelangsungan nilai budaya tradisional, lebih bersifat konservatif terhadap nilai warisan

leluhur. Di Kecamatan Nusa Penida dikenal kain tenun cepuk dan dikenal secara

meluas di pasaran, baik ekspor maupun di berbagai daerah di Indonesia.

Permasalahan yang dihadapi dalam kerajinan tenun ikat adalah semakin langka

penenun, kebanyakan penenun sudah tua-tua dan tidak ada yang melanjutkan

keterampilan orang tuanya. Sehubungan dengan itu, seorang pengusaha tenun ikat di

Klungkung, Wayan Widyantara, pemilik merek kain tenun Sri Widhi memberdayakan

penenun pemula yang dilatih sendiri dan saat ini, 30% dari 70 penenun yang bekerja

kepadanya adalah penenun muda. Bagi Wayan, selain menjadi sumber ekonomi,

melalui usaha menenun inilah ia mengabdi pada desanya, termasuk ketika ia merekrut

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 459

ibu-ibu yang masih tetangga sendiri untuk bekerja padanya. Dalam memberikan

pelatihan, Wayan sengaja menyewa para penenun senior yang sudah ahli untuk

menjadi pelatih atau trainer. Mereka pun mendapatkan honor yang sepadan dengan

ilmu yang dibagikan. Dalam pelatihan itu, ada beberapa teknik menenun yang

diajarkan, mulai dari proses pemintalan benang, pengoperasian alat tenun bukan

mesin, pengenalan bentuk pola, hingga belajar menyisipkan benang perak, benang

emas, benang tembaga, atau benang berwarna lainnya. Untuk belajar menenun

setidaknya butuh waktu minimal tiga bulan. Kalau sudah dinyatakan lulus, penenun

muda ini baru bisa membuat satu atau dua lembar kain tenun jenis ikat per hari.

Berbeda dengan penenun senior yang bisa memproduksi empat lembar kain tenun ikat.

Industri Uang Kepeng (Pis Bolong)

Industri uang kepeng (pis bolong) merupakan salah satu KPJU unggulan lintas

sektor di Kabupaten Klungkung. Menyimak kata ”pis bolong” terasa aneh bagi

kebanyakan orang karena ”pis bolong” adalah sebutan lain dari uang kepeng Cina.

Dalam bahasa Bali pis berarti ”uang” dan ”bolong” adalah lubang, maksudnya uang

kepeng yang memiliki lobang segi empat. Uang kepeng ini merupakan pengaruh

kebudayaan Cina, yang menjadi penanda hubungan Cina dengan Bali pada zaman

kekuasaan dinasti Ming dan dinasti Tang. Dalam kebudayaan Hindu uang kepeng Cina

ini digunakan sebagai sarana upacara keagamaan, seperti arca yang merupakan

pengejawantahan dewa Khayangan, wakul, pelengkap sesaji yang disebut sarin

canang, dekorasi, dan sebagainya.

Bermacam bentuk dekorasi dan arca sarana upacara keagamaan tersebut

mengilhami inspirasi beberapa perajin di Banjar Pande, Desa Kamasan, Kabupaten

Klungkung mengembangkan seni kerajinan pis bolong. Seni kerajinan pis bolong atau

uang kepeng adalah seni kerajinan yang menggunakan material uang kepeng sebagai

bahan dasarnya. Penggunaan pis bolong sebagai material seni kerajinan merupakan

salah satu upaya konservasi dan pengembangan budaya Bali serta mengantisipasi pis

bolong asli (pis bolong dari Cina), yang keberadaannya semakin langka. Khususnya di

Bali, pis bolong sangat diperlukan oleh masyarakat Hindu untuk kepentingan upacara

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 460

yadnya karena hampir di setiap upakara digunakan pis bolong yang menurut keyakinan

masyarakat Hindu mengandung arti simbolis.

Menurut tokoh agamawan/sulinggih, Ida Pedanda Sidemen, pada masa

kedatangan Majapahit di Bali beredar pis bolong asli dari Cina, yang digunakan sebagai

alat pembayaran yang sah (uang kartal) dan digunakan untuk sarana upakara dalam

pemujaan oleh umat Hindu. Ketika Belanda mulai menguasai Bali yang ditandai dengan

jatuhnya kerajaan Buleleng pis bolong tidak diberlakukan lagi sebagai uang kartal,

tetapi pis bolong tidak ditarik dari peredarannya karena masyarakat Hindu masih

menggunakan sebagai sarana upakara. Perkembangan berikutnya, pis bolong

digunakan untuk material seni kerajinan, bahkan setelah tahun 1970-an ketika

meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali serta diperhatikannya sektor

kerajinan oleh pemerintah, penggunaan pis bolong sebagai material seni kerajinan

semakin meningkat.

Usaha uang kepeng (pis bolong) menjadi KPJU lintas sektor tampaknya

disebabkan oleh input dan output KPJU ini berasal dari sektor lain. Input yang diimpor

dari luar Bali berupa campuran tembaga dan kuningan berasal dari sektor penggalian,

kemudian diolah di sektor industri pengolahan, dan output diperdagangkan oleh sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, bahkan output ini untuk kelengkapan aktivitas di

sektor jasa-jasa lain.

Permasalahannya adalah seiring dengan semakin meningkatnya usaha

kerajinan pis bolong, maka semakin banyak jumlah keteng pis bolong yang diperlukan

sehingga keberadaan pis bolong menjadi semakin berkurang. Akibatnya, para perajin

mengalami kesulitan dalam mencari dan menyediakan material pis bolong asli. Solusi

dari masalah ini adalah para seniman dan perajin mengganti pis bolong asli (China)

dengan pis bolong tiruan yang dibuat dan dicetak oleh UD Kamasan di Desa Kamasan

Klungkung. Jika pada pis bolong asli (China) digunakan huruf China, pada pis bolong

tiruan digunakan huruf Bali.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 461

6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di

Kabupaten Karangasem

Berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor, dengan menggunakan metode

Bayes, maka di Kabupaten Karangasem dapat diidentifikasi lima KPJU lintas sektor,

yaitu tenun endek songket, industri batu tabas, galian C (pasir, kerikil/koral, batu),

kontraktor konstruksi bangunan, dan anyaman ate (Tabel 6.4.7).

Industri Tenun Endek dan Songket

Industri tenun endek dan songket menjadi KPJU uggulan lintas sektor di

Kabupaten Karangasem tampaknya karena KPJU ini memiliki keterkaitan erat dengan

sektor lainnya, seperti sektor pertanian, sektor industri benang, sektor perdagangan,

hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa lainnya. Misalnya, untuk membuat tenun

endek dan songket diperlukan bahan baku dari sektor industri peralatan berupa bahan-

bahan peralatan tenun alat tenun bukan mesin (ATBM) dan benang dari industri

pemintalan benang, kemudian ditenun pada sektor industri ini, selanjutnya produknya

berupa kain endek atau songket dipasarkan di sektor perdagangan, hote, dan restoran

oleh pelaku-pelaku usaha pada sektor ini, kemudian kain diolah menjadi pakaian di

industri garment atau jahitan sesuai dengan pesanan di sektor jasa-jasa lain. Jadi,

demikian panjang perjalanan sebuah produk KPJU yang melintasi beberapa sektor

untuk sampai menjadi sebuah produk siap pakai, seperti pakaian endek atau sebuah

kain songket.

Popularitas Kabupaten Karangasem sebagai salah satu kabupaten sentra

kerajinan tenun endek dan songket di Bali sampai menarik kunjungan istri-istri delegasi

negera ASEAN dan sejumlah menteri perempuan RI ke Karangasem, tepatnya

mengunjungi pusat pembuatan kain tenun ikat endek dan songket Bali Arta Nadi, di

Dusun Lantang Katik, Desa Tabola, Perbekelan Telaga Tawang, Sidemen,

Karangasem, Rabu 16 Desember 2011. Bahkan, rombongan sempat membeli

beberapa kain endek dan songket yang sudah jadi dan melihat lebih dekat proses

pembuatan kain tenun ikat itu oleh puluhan penenun dari warga setempat. Produk

tenun endek dan songket di desa ini memiliki keunggulan tersendiri, baik dari segi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 462

pewarnaan benang yang menggunakan bahan dari alam, kualitas kain, maupun motif

yang dihasilkan. Di desa Telaga Tawang, selain pusat tenun ikat Bali Arta Nadi, warga

lainnya juga melakukan kegiatan menenun di rumah masing-masing. Hasil kerajinan

mereka banyak dipasarkan hanya di sekitar desa dengan harga murah. Padahal

membuat sebidang kain endek dan songket membutuhkan waktu lama.

Permasalahan yang muncul adalah dalam hal pemasaran produk tenun endek

dan ongket produksi warga setempat. Solusinya ada kerja sama antara pusat tenun ikat

Bali Arta Nadi yang merupakan binaan dari Garuda Indonesia dan Cita Tenun

Indonesia, untuk memfasilitasi hasil kerajinan warga lainnya sehingga harganya bisa

terdongkrak dan kesejahteraan warga setempat meningkat. Mengingat harga sebidang

kain jadi bisa menembus harga belasan juta rupiah, maka usaha itu sangat potensial

untuk meningkatkan kesejahteraan warga setempat yang sehari-hari bekerja sebagai

petani.

Tabel 6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Karangsem

Nomor KPJU Lintas Sektor

1 Industri tenun endek & songket (ATBM)

2 Industri batu tabas (berbahan baku batu hitam)

3 Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam)

4 Kontraktor konstruksi bangunan

5 Industri kerajinan anyaman ate

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes

Industri Batu Tabas

Industri batu tabas menjadi KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten

Karangasem, karena proses produk KPJU ini harus melalui beberapa sektor. Contoh

dalam kenyataan di Kabupaten Karangasem, bahan baku berupa galian batu hitam

berasal dari sektor pertambangan dan penggalian (KPJU penggalian berupa galian C),

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 463

kemudian bahan baku tersebut diolah menjadi batu tabas (batu sebagai bahan baku

membuat perlengkapan sanggah dan rumah), dan produk batu tabas ini dipasarkan di

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, selanjutnya batu tabas ini kembali sebagai

bahan baku dalam proses pembangunan di sektor bangunan dan konstruksi. Jadi,

prosesnya cukup panjang sehingga logis KPJU ini menjadi unggulan lintas sektor di

Kabupaten Karangasem.

Peristiwa mengejutkan pada 17 Maret 1963, gunung tertinggi di Bali, Gunung

Agung meletus menyemburkan lava panas, lahar, disertai hujan pasir, abu, dan debu.

Beberapa puluh tahun kemudian membawa berkah bagi ‘perajin batu tabas di

Kabupaten Karangasem’. Bencana ini menelan korban nyawa yang tidak sedikit dan

menyisakan kesedihan yang mendalam. Kalau Tuhan sudah berkehendak, apa pun

akan bisa terjadi, tetapi kita semua percaya bahwa kita mempercayai.

Produsen batu tabas yang berbahan baku batu hitam hasil penggalian dari

erupsi Gunung Agung tahun 1963 satu-satunya di Bali adalah Kabupaten Karangasem,

yaitu di Kecamatan Selat, yang mempunyai luas wilayah 80,35 km2 atau 9,57 % dari

luas kabupaten Karangasem. Kecamatan Selat dengan jumlah penduduk 39,772 jiwa

memiliki potensi jenis kerajinan batu tabas dan yang lainnya, tetapi hanya kerajinan

batu tabas yang masih eksis. Secara kuantitas kerajinan batu tabas ini hampir dijumpai

di sepanjang jalan desa tersebut, bahkan sampai ke kabupaten lainnya. Secara

kronologis, dapat dikatakan bahwa kerajinan batu tabas bersumber dari Desa Selat.

Produksi kerajinan batu tabas ini meliputi berbagai macam jenis pelinggih, candi, dan

bangunan lainnya.

Jenis kerajinan batu tabas dilihat dari seni ornamentiknya sangat minim. Menurut

seorang perajin batu tabas yang sempat dimintai keterangan, sedikitnya penerapan

ornamen pada batu tabas karena kerasnya bahan. Sebenarnya usaha tersebut telah

dilakukan, tetapi masih terbatas pada bidang/ruang yang datar dan memerlukan cukup

waktu dalam penyelesaiannya. Untuk pembuatan jenis patung (tiga dimensi) pun

dicoba, tetapi sampai saat ini hasilnya belum sedetail seperti ukir batu padas.

Kerajinan batu tabas menjadi KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali karena

usaha kerajinan ini terkait erat dengan sektor lain, baik kaitan ke belakang sebagai

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 464

sumber bahan baku (input), yaitu sektor penggalian/pertambangan, atau sektor industri

peralatan dan mesin-mesin, maupun kaitan ke depan, yaitu pemanfaatan output usaha

kerajinan sebagai input oleh sektor lain, seperti sektor bangunan/konstruksi atau sektor

perdagangan yang memperdagangkannya ke seluruh pelosok Bali. Jadi, masuk akal

jika industri kerajinan batu tabas menjadi KPJU unggulan lintas sektor Bali.

Permasalahan pada industri ini adalah semakin langkanya bahan baku berupa

batu hitam, yang harus digali dari lahan-lahan masyarakat bekas lava letusan Gunung

Agung, yang digali cukup dalam. Permasalahan lain adalah minimnya ornamentik pada

bahan-bahan yang dihasilkan karena kerasnya batu hitam yang harus ditabas dengan

peralatan mesin-mesin gerinda.

Usaha Galian C

Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam) adalah KPJU unggulan lintas sektor di

Kabupaten Karangasem. Jika produk KPJU lainnya dalam prosesnya melintasi

beberapa sektor perekonomian, maka output KPJU galian C dibutuhkan oleh semua

sektor sebagai bahan baku bangunan atau infrastruktur penunjang di sektor tersebut.

Misalnya, output KPJU galian C berupa pasir atau koral/kerikil atau batu dibutuhkan

oleh sektor pertanian untuk pembangunan saluan irigasi atau bendungan, sektor

bangunan dan konstruksi untuk pembangunan gedung, sektor perdagangan, hotel,dan

restoran untuk pembangunan hotel melati. Jadi, masuk akal KPJU galian C menjadi

unggulan lintas sektor, karena banyak KPJU pada sektor-sektor perekonomian

membutuhkan output KPJU galian C.

Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan

Kontraktor konstruksi bangunan adalah KPJU unggulan lintas sektor di

Kabupaten Karangasem karena output KPJU ini berupa bangunan konstruksi

dibutuhkan oleh beberapa sektor, seperti bangunan irigasi atau bendungan dibutuhkan

oleh sektor pertanian, bangunan atau konstruksi hotel melati dibutuhkan oleh sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, bangunan atau konstruksi gedung dibutuhkan oleh

sektor industri untuk lokasi usaha atau pabrik. Jadi, peranan output sektor ini sangat

penting bagi pengembangan lebih lanjut sektor-sektor lainnya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 465

Industri Kerajinan Anyaman Ate

Industri kerajinan anyaman ate adalah KPJU unggulan lintas sektor di

Kabupaten Karangasem. Kerajinan Ate menjadi unggulan lintas sektor karena output

KPJU ini dalam prosesnya melintasi beberapa sektor, mulai dari bahan baku berupa ate

berasal dari sektor pertanian (subsektor kehutanan), diproses pada sektor industri

pengolahan, dan selanjutnya dipasarkan pada sektor perdagangan.

Kerajinan ate adalah satu jenis industri kreatif yang hanya terdapat di Kabupaten

Karangasem. Kerajinan ate mayoritas dikerjakan oleh ibu-ibu di perdesaan, bahkan

sampai di pelosok pegunungan di ujung timur Karangasem. Proses pengerjaan dapat

dikatakan cukup rumit sehingga membutuhkan waktu dan kesabaran. Produk kerajinan

ate dikerjakan dengan handmade dan tidak dikerjakan di pabrik, tetapi dikerjakan dari

rumah atau dari gubuk mereka. Desa Seraya merupakan desa yang paling sedikit curah

hujannya atau terkering di Kecamatan Karangasem. Desa itu mempunyai potensi

produksi kerajinan anyaman ate yang sangat menawan dan menjanjikan kalau dilihat

dari sisi finansial. Produk kerajinan ate yang dipasarkan di Desa Tenganan hampir

sebagian besar hasil produksi masyarakat Desa Seraya. Dilihat secara visual antara

jenis kerajinan anyaman dengan bahan dasar ate yang diproduksi di Desa Seraya

dengan di Desa Tenganan hanya tidak ada perbedaan. Desa Seraya yang berstatus

paling kering di Kabupaten Karangasem ini mulai bergeliat dengan memberdayakan

berbagai potensi, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Kegigihan

masyarakat yang didukung oleh berbagai instansi terkait menjadikan Desa Seraya

sebagai pusat anyaman ate yang sangat berkualitas. Pemberdayaan potensi sumber

daya manusia dengan berbagai pelatihan yang disertai motivasi tinggi mampu

meningkatkan, baik kualitas maupun kuantitas berbagai jenis produk anyaman yang

terbuat dari bahan baku ate. Secara kualitas jenis kerajinan anyaman ate yang ada di

Desa Seraya telah memenuhi standardisasi sesuai dengan yang ditetapkan/diharapkan.

Sampai saat ini perajin anyaman ate yang tergabung dalam koperasi Ista Group, yaitu

koperasi yang bergerak di bidang serba usaha telah memiliki tungku pengering untuk

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 466

6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan

Permasalahannya di Kabupaten Jembrana

Identifikasi KPJU lintas sektor di Kabupaten Jembrana dengan menggunakan

metode Bayes menunjukkan hasil bahwa KPJU industri pengolahan hasil perikanan,

hotel melati, mini market dan toko kelontong, padi sawah, dan industri pengalengan

ikan tergolong ke dalam KPJU lintas sektor, seperti tersaji pada Tabel 6.4.8. Dari lima

KPJU unggulan yang dimiliki Kabupaten Jembrana, dua di antaranya berkaitan

langsung dengan bidang pariwisata, yakni hotel melati serta minimarket dan toko

kelontong. Tiga lainnya berhubungan dengan sektor pertanian dalam arti luas, yakni

industri pengolahan hasil perikanan, padi sawah, dan industri pengalengan ikan.

Tabel 6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Jembrana

No KPJU Lintas Sektor

1 Industri pengolahan hasil perikanan

2 Hotel melati

3 Mini market dan toko kelontong

4 Padi sawah

5 Industri pengalengan ikan

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes

Pengolahan Hasil Perikanan

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, diketahui

bahwa industri pengolahan hasil perikanan merupakan KPJU unggulan di Kabupaten

Jembrana dengan skor tertinggi. Upaya pemerintah Kabupaten Jembrana dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) tetap bertitik tolak pada sektor pertanian

dalam arti luas. Meskipun demikian, sesungguhnya sektor perikanan memiliki peluang

cukup besar dalam menyumbangkan PAD bagi Jembrana. Hal ini disebabkan oleh

potensi kekayaan alam berupa ikan laut di kawasan Bali Barat cukup besar. Belum lagi,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 467

sebagian besar perusahaan pengalengan ikan, tepung ikan, dan pemindangan ikan

berada di Kabupaten Jembrana.

Sekalipun demikian, pemanfaatan potensi yang satu ini belum optimal. Padahal,

potensi sektor perikanan di Kabupaten Jembrana dinilai melebihi daerah lainnya di Bali.

Hal ini disebabkan oleh beberapa sumber yang mestinya bisa dijadikan sumber

pendapatan, tetapi belum bisa dilakukan secara optimal. Selain itu, sejumlah sarana

yang mestinya disediakan pemerintah setempat terkait dengan sektor ini, seperti tempat

pelelangan ikan, tempat penyandaran perahu ikan, serta sejumlah sarana penunjang

lainnya belum tersedia sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan. Sesungguhnya,

dari penyediaan sarana itu dipastikan pemerintah setempat bisa menarik retribusi yang

sekaligus menjadi sumber PAD Jembrana.

Permasalahannya adalah peran sumber daya manusia (SDM)-nya yang

kebanyakan masih menggunakan sistem tradisional dalam penangkapan ikan dan

sistem pemasaran yang masih dilakukan secara tradisional. Sehubungan dengan itu,

perlu diberikan pelatihan secara lebih profesional sehingga mampu meningkatkan

penghasilan tangkapan ikan, sekaligus mampu memasarkan hasil tangkapan ikan

secara lebih profesional. Demikian pula masalah peralatan yang digunakan oleh para

nelayan masih sangat tradisional sehingga hasil tangkapannya masih jauh dari

harapan. Oleh karena itu, pemerintah setempat sudah sepantasnya berupaya

meningkatkan taraf hidup nelayan melalui kerja sama dengan pihak luar, termasuk

membuat kapal ikan dengan fasilitas data satelit remote sensing (data fishing ground,

arus, dan cuaca). Kapal ikan ini dapat dipakai berlayar dalam jangkauan yang lebih

luas, yakni melebihi dua belas mil. Dengan fasilitas ini, para nelayan akan dapat

mengetahui letak atau posisi ikan. Selama ini nelayan yang menggunakan cara

tradisional masih memakai perkiraan manual dalam menangkap ikan sehingga tidak

jarang nelayan hanya membawa hasil tangkapan cukup sedikit, terutama pada saat

musim sulit. Di samping itu, kapal ikan bagi nelayan juga akan dilengkapi dengan alat

navigasi, penangkapan, alat keselamatan, dan komunikasi, serta pos pemberdayaan

nelayan (PPN) dalam rangka pengendalian keselamatan kapal, pencegahan perusakan

lingkungan, serta peningkatan produktivitas nelayan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 468

Hotel Melati

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka hotel

melati merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan skor teratas kedua.

Meskipun belum bisa mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif utama

perekonomian, Kabupaten Jembrana kini sudah meningkatkan perannya sebagai

daerah tujuan wisata, demikian juga industri kerajinan rakyat sebagai pendukung

pariwisata telah cukup berkembang di Pulau Bali. Letaknya yang ada di ujung barat

Pulau Bali menjadikan kabupaten ini sebagai pintu gerbang Bali bagian barat.

Pelabuhan Gilimanuk sebagai pelabuhan penyeberangan dari Pulau Jawa lengkap

dengan fasilitas pendukung pariwisata di sekitar Pelabuhan Gilimanuk, seperti

pedagang eceran produk pertanian dan toko-toko suvenir khas Bali. Adapun yang

menjadi objek wisata favorit di Jembrana adalah Bunut Bolong, Pantai Pengeragoan,

Pantai Madewi, Pura Rambut Siwi, Delod Berawah, Pantai Perancak, Pantai Baluk

Rening, Pantai Candikusuma, Bendungan Palasari, Sangkar Agung, Gilimanuk,

Museum Manusia Purba, dan Taman Nasional Bali Barat. Di samping itu, ada Twin

Tower kota Negara sebagai pusat penjualan oleh–oleh dan rumah makan tradisional

Indonesia khas Jembrana. Kondisi ini memunculkan pertumbuhan ekonomi baru dari

sektor pariwisata, khususnya hotel melati.

Pada saat penelitian, terdapat banyak hotel melati dan penginapan lainnya di

Kabupaten Jembrana. Hotel melati Jimbarwana merupakan salah satu dari sekian hotel

melati yang ada di Kabupaten Jembrana. Hal yang diutamakan hotel melati Jimbarwana

adalah memberikan service demi kepuasan pelanggan. Hotel melati Jimbarwana

terletak di pusat Kota Negara yang letaknya sangat strategis karena berada tepat di

pinggir jalan raya Denpasar – Gilimanuk, tepatnya di Jl. Udayana No. 2, Negara sekitar

1,5 km di sebelah barat taman Kota Jembrana.

Mini Market dan Toko Kelontong

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka mini

market dan toko kelontong merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan

skor urutan ketiga. Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah ruas jalan protokol di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 469

Jembrana, tidak lagi sulit untuk menemukan berdirinya minimarket dan toko kelontong,

khususnya yang dikelola secara individu. Melihat perkembangan yang mulai maraknya

mini market jejaring, banyak pihak mengkhawatirkan keberadaan pasar tradisional,

serta pelaku usaha kecil dan menengah, seperti para pemilik toko kelontong, menjadi

tersaingi. Upaya memodernkan pasar tradisional pun dilaksanakan. Salah satu di

antaranya adalah dengan melakukan revitalisasi melalui pendidikan dan pelatihan bagi

para pelaku UMKM di Kabupaten Jembrana. Arus migran yang begitu besar tidak bisa

dimungkiri berdampak luas pada perkembangan sektor mini market dan toko kelontong

sebagai salah satu fenomena yang dialami sebuah kabupaten yang terus berkembang.

Penataan barang dengan kualitas unggul yang didukung pelayanan berkualitas, juga

menjadi sangat strategis karena tidak dimiliki mini market berjejaring, demi

kelangsungan hidup mini market dan toko kelontong tradisional, yang menjadi salah

satu sentra perekonomian di Kabupoaten Jembrana.

Padi Sawah

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka padi

sawah merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan skor urutan

keempat. Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budi daya terpenting dalam

peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budi daya, padi juga

digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang

biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk

ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500

SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung

dan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas

penduduk dunia.

Industri Pengalengan Ikan

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, diketahui

bahwa industri pengalengan ikan merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana

dengan skor urutan kelima. Ekspor ikan dalam kaleng Bali selama sebelas bulan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 470

periode Januari--November 2010 mencapai 8.488,8 ton senilai US$ 20,08 juta,

meningkat 5,38% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

mencapai US$ 19,06 juta. Namun, dari segi volume berkurang 2,49% karena tahun

sebelumnya mengapalkan 8.705,9 ton ikan dalam kaleng yang menembus pasaran

Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa itu sebagian besar hasil industri pabrik

pengalengan ikan Pengambengan, Kabupaten Jembrana, daerah ujung Barat Pulau

Bali. Ikan dalam kaleng yang siap hidang itu merupakan salah satu dari dua belas

jenis komoditas hasil perikanan dan kelautan yang berhasil menembus pasaran ekspor.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 471

6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan Permasalahannya di Kabupaten Buleleng

Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes menunjukkan bahwa

hotel melati merupakan produk unggulan (sektor perdagangan, hotel, dan restoran)

dengan bobot tertinggi pertama. Hotel melati di kawasan Buleleng sangat banyak dan

beragam, meliputi, baik hotel berbintang maupun hotel melati ini sangat mendukung

mengingat Buleleng merupakan kawasan pariwisata. Masalahnya adalah adanya

kelebihan hotel melati di Buleleng. Seperti kita ketahui bahwa di Buleleng terdapat

kawasan wisata yang cukup terkenal, seperti pantai Lovina, air terjun Gitgit, Danau

Buyan. Hal ini tentu sangat mendukung dengan pertumbuhan sarana dan prasarananya

seperti, yaitu hotel melati yang merupakan tempat menginap bagi para turis, baik

domestik maupun dari berbagai mancanegara. Dampaknya dengan banyaknya hotel

melati yang ada di Buleleng maka tempat-tempat penginapan yang tidak berbintang

seperti losmen menjadi kurang diminati.

Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan bahwa

restoran/rumah makan merupakan produk unggulan (sektor perdagangan, hotel, dan

restoran) dengan bobot tertinggi kedua. Di Buleleng sangat banyak terdapat restoran

atau rumah makan yang berada dekat hotel melati, dekat objek wisata. Beragam jenis

makanan bisa diperoleh di Buleleng. Dampak dari banyaknya restoran adalah

terjadinya kompetitor antara restoran yang satu dengan lainnya.

Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan bahwa

cengkeh merupakan produk unggulan (sektor pertanian) dengan bobot tertinggi urutan

ketiga. Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat

memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup

puluhan, bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20--30 meter dan

cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang tumbuhan cengkeh tersebut pada

umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota

atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh

berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya

menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2--3 cm dan panjang daun tanpa

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 472

tangkai berkisar 7,5- -12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung

ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga

cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan,

dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh

kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak

atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4--7 tahun. Tumbuhan

cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari

langsung. Tanaman cengkeh banyak ditanam di daerah Munduk, Sukasada, Seririt,

Busung Biu, Banjar. Dari tahun ke tahun harga cengkeh berfluktuasi. Namun, tidak

sampai membuat petani rugi besar sekalipun fluktuasi terjadi cukup tajam. Banyak

petani tergiur untuk mengganti tanaman cengkeh dengan yang lain (yang sedang

trend).

Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka kopi merupakan

produk unggulan (sektor pertanian) dengan bobot urutan keempat. Secara umum,

terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta.[Sejarah

mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama

kali ditemukan oleh bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3.000 tahun (1.000 SM) yang

lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman

paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia

sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahun. Di samping

rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit

kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Kopi

Banyuatis Buleleng sudah cukup terkenal di seluruh Bali dengan keunikan rasanya,

demikian juga kopi luwak yang kini sedang dikembangkan di beberapa daerah di

Buleleng. Para turis pun telah mengenal kopi luwak Buleleng dan berani membeli

dengan harga yang cukup mahal. Banyak petani berhasil menanam kopi di Kabupaten

Buleleng. Terjadinya harga yang berfluktuasi dapat mengakibatkan kerugian pada

petani.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 473

Tabel 6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor

di Kabupaten Buleleng

No KPJU Lintas Sektor

1 Hotel melati

2 Restoran/rumah Makan

3 Cengkeh

4 Kopi

5 Kontraktor konstruksi bangunan

Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per Sektor (AHP) di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes

Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka kontraktor

konstruksi bangunan merupakan produk unggulan (sektor bangunan/konstruksi)

dengan bobot urutan kelima. Kontraktor merupakan orang yang membangun bangunan

yang digunakan sebagai tempat aktivitas manusia berdasarkan perjanjian kontrak yang

telah disetujui. Di Buleleng saat ini sangat banyak terdapat kontraktor kontruksi

bangunan. Hal ini biasa dilihat dari banyaknya pembangunan yang dilakukan dan

sampai saat ini tak kunjung henti. Baik pembangunan gedung, hotel melati, vila,

maupun lainnya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 474

6.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Borda)

1. Profil Provinsi Bali

Provinsi Bali memiliki wilayah seluas 5.636,66 km2 atau 0,29% dari total

Kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terdiri atas satu pulau utama, yaitu Pulau Bali yang

merupakan pulau terbesar dan beberapa pulau kecil, sepeti Pulau Nusa Penida, Pulau

Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.

Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2006 jumlah penduduk Bali tercatat sebanyak

3.431.585 jiwa.

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten, satu kota,

55 kecamatan, 701 desa/kelurahan, 1.430 desa pekraman, 3.945 banjar/adat. Luas

wilayah per kabupaten/kota terdiri atas luas kabupaten Buleleng 1.365,88 km2,

Jembrana 841,80 km2, Tabanan 839,33 km2, Badung 418,52 km2, Denpasar 127,78

km2, Gianyar 368,00 km2, Klungkung 315,00 km2, Bangli 520,81 km2, dan Karangasem

839,54 km2.

Berdasarkan Data Bali Membangun tahun 2009, dapat diketahui bahwa total

ekonomi Bali tahun 2009 mencapai Rp 57,58 triliun atau meningkat sebesar 15,34%

jika dibandingkan dengan tahun 2008, yaitu capaian total ekonomi sebesar Rp 49,92

triliun. Ekonomi Bali masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel & restoran

sebesar 30%; disusul sektor pertanian (18,21%); dan kemudian sektor jasa-jasa

sebesar 14,72%. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Bali tahun 2009 mencapai 5,33%

lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 5,97%. Untuk

pertumbuhan menurut sektor, maka sektor perdagangan, hotel & restoran merupakan

sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 6,50%, sedangkan sektor

bangunan merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah, yaitu sebesar 0,91%.

PDRB per kapita Bali tahun 2009 mencapai Rp 16,21 juta atau meningkat

14,20% jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp 14,20 juta. Ekonomi Bali

dilihat dari sisi penggunaan maka kotribusi ekspor tahun 2009 mencapai 89,25%,

ekspor (80,01%), dan konsumsi rumah tangga sebesar 52,52%. Kontribusi investasi

yang terwakili dengan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada tahun 2009

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 475

sebesar 23,32% lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai

21,79%. Sementara itu, untuk konsumsi pemerintah kontribusinya mencapai 11,01%

pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2008 mencapai 10,32%. Bila dilihat

perbandingan antarkabupaten/kota se-Bali, maka pertumbuhan ekonomi tertinggi pada

tahun 2008 dicapai oleh Kabupaten Badung sebesar 6,91% disusul Kota Denpasar

sebesar 6,83%. PDRB per kapita Kabupaten Badung merupakan PDRB per kapita

tertinggi pada tahun 2008 sebesar Rp 25,18 juta, sedangkan untuk Kabupaten

Karangasem sebesar Rp 8,2 juta merupakan yang terendah.

Total anggaran pembangunan Bali tahun 2009 mencapai Rp 8,44 triliun atau

meningkat sebesar 13,92% jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai Rp

7,41 triliun. Bila dilihat dari sumber dananya, maka anggaran pembangunan Bali

berasal dari APBN yang mencapi Rp 5,11 triliun disusul APBD kabupaten/kota sebesar

Rp 2,70 triliun dan terakhir APBD Provinsi sebesar Rp 0,64 triliun. Anggaran Provinsi

Bali tahun 2009 yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK) mencapai Rp 4,14 triliun atau meningkat sebesar 3,97% jika

dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai Rp 3,98 triliun.

Perhitungan APBD Provinsi Bali bila diperbandingkan antara anggaran induk

dengan anggaran perubahan, maka anggaran pendapatan mengalami penambahan

sebesar Rp 251,57 miliar yang diikuti dengan penurunan defisit anggaran menjadi –Rp

115,73 miliar serta sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp 94,05 miliar.

Pada tahun 2009, belanja tidak langsung Provinsi Bali mencapai Rp 1,37 triliun atau

68,82% dari total APBD Provinsi Bali yang mencapai Rp 2,01 triliun. Bila

diperbandingkan dengan tahun 2008, maka belanja tidak langsung APBD Provinsi Bali

2009 mengalami penurunan secara persentase.

Kabupaten Badung memiliki pendapatan tertinggi untuk kabupaten/kota se-Bali,

sedangkan Kabupaten Bangli merupakan kabupaten dengan pendapatan terendah.

Pada tahun 2009, pendapatan Kabupaten Badung mencapai Rp 1,311 triliun,

sedangkan untuk Kabupaten Bangli sebesar Rp 0,398 triliun. Bila dilihat dari defisit

anggaran, maka defisit terbesar terjadi di Kabupaten Badung, yaitu sebesar Rp 356,33

miliar, sedangkan defisit terendah terjadi di Kabupaten Tabanan sebesar Rp 56,96

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 476

miliar. Kontribusi PAD tahun 2009 terhadap pendapatan Bali mencapai 58,84%

meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 58,34%.

2. KPJU Unggulan di Provinsi Bali

Berdasarkan sepuluh KPJU unggulan kabupaten, dengan menggunakan metode

Borda, maka teridentifikasi lima KPJU unggulan per sektor di Provinsi Bali, seperti

disajikan pada Tabel 6.5.1.

Pertanian dalam arti luas

Pada sektor pertanian terdapat lima KPJU unggulan, yaitu padi, ayam, sapi,

penangkapan ikan di laut, dan kopi. Padi sawah merupakan salah satu komoditas

penting di Bali karena banyak sumber pendapatan penduduk pada padi sawah,

menyerap banyak tenaga kerja, dan sumber makanan utama penduduk Bali.

Berdasarkan Data Bali Membangun 2009, luas sawah baku pengairan yang ditangani

PU pada tahun 2009 mencapai 90.915 ha meningkat jika dibandingkan dengan tahun

2008 yang mencapai 81.076 ha. Penggunaan sawah di Provinsi Bali tahun 2009 yang

digunakan sekali setahun sebanyak 13,749 ha meningkat jika dibandingkan tahun

2008, yaitu seluas 11.193 ha. Sementara untuk sawah yang ditanami dua kali setahun,

pada tahun 2009 mencapai 51.453 ha menurun jika dibandingkan dengan tahun 2008

yang mencapai 59.944. Luas tanam padi sawah dan padi ladang pada tahun 2009

mencapai 151.764 ha dengan perincian 150.961 ha luas tanam padi sawah dan 803 ha

padi ladang. Namun, luas tanam ini jika dibandingkan dengan tahun 2008 justru

mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2008 luas tanam padi sawah dan padi ladang

mencapai 158.726 ha. Usaha tani padi di Bali ditunjang oleh adanya kelembagaan

subak (organisasi pengairan) sampai dengan tahun 2009 sebanyak 1.549 buah dengan

luas areal mencapai 86.911,47 ha. Bila dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah subak

dan luas areal sawah mengalami penurunan. Luas panen, produksi, dan produktivitas

padi sawah dan padi ladang tahun 2005 masing-masing 141.577 ha, 785.481 ton, dan

55,48 ku/ha, tahun 2009 mengalami peningkatan masing-masing 150.283 ha, 878.764

ton, dan 58,47 ku/ha. Namun, dari sembilan kabupaten/kota, Kabupaten Tabanan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 477

memiliki luas panen dan produksi tertinggi masing-masing 40.529 ha dan 227.270 ton

GKP.

Tabel 6.5.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM

di Provinsi Bali

No Sektor KPJU Unggulan

1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Ayam (3) Sapi (4) Penangkapan ikan di laut (5) Kopi

2 Pertambangan dan Penggalian

Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam, dan batu padas)

3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi bubuk (2) Industri penyosohan beras (RMU) (3) Industri tenun endek & songket (ATBM) (4) Industri makanan/minuman (5) Industri kerajinan kayu

4 Listrik dan Air Minum -

5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

(1) Hotel melati (2) Perdagangan produk pertanian (3) Restoran/rumah makan (4) Mini market dan toko kelontong (5) Vila

7 Pengangkutan dan Komunikasi

(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Penyewaan kendaraan (rent a car) (3) Bus carter (4) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan (5) Warnet

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(1) LPD (2) BPR (3) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) (4) Money changer (5) KUD

9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Jasa perbengkelan (motor dan mobil) (5) Fotokopi

Catatan: Penentuan lima KPJU unggulan per sektor di provinsi berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor seluruh kabupaten (AHP) dengan menggunakan Metode Borda

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 478

Masalah utama dalam usaha padi sawah di Bali adalah semakin menyusutnya

lahan sawah yang dikonversi untuk peruntukan bukan pertanian, seperti perumahan,

infrastruktur jalan, infrastruktur pariwisata. Setiap tahun Bali kehilangan lahan sawah

hingga ribuan hektare. Misalnya, di Kabupaten Badung dari 10.121 hektare sawah,

tahun 2005 telah dikonversi 188 hektare dan tahun 2008 dikonversi lagi 18 hektare.

Belum lagi di kabupaten/kota lainnya, seperti Kota Denpasar yang perkembangan

pembangunan fisiknya sangat pesat.

Dampak makro konversi lahan yang dinilai paling serius adalah hilangnya lahan

produktif sehingga menurunkan produksi padi secara nasional, yang pada akhirnya

menambah permasalahan swasembada pangan. Konversi lahan sawah ke penggunaan

bukan pertanian cenderung mengabaikan aspek tata ruang, ekonomi, lingkungan, nilai

oportunitas sawah yang sangat tinggi, investasi pengembangan infrastuktur, dan

struktur sosial kelembagaan kelompok tani sebagai andalan sistem produksi beras

nasional. Dampak mikro konversi lahan adalah bagi petani yang mempunyai

kemampuan ekonomi tinggi dan pemilikan lahan luas, konversi lahan sawah cenderung

berdampak positif, yaitu pemilikan sawah dan sumber pendapatan akan meningkat

setelah konversi. Mereka melakukan ekspansi pembelian lahan dan mendesak

eksistensi petani gurem. Pola konversi lahan untuk kepentingan industri, sarana dan

prasarana, dan permukiman cenderung bersifat massal sehingga peran birokrasi

sangat dominan dalam penentuan harga, cara tawar-menawar, dan waktu pembayaran.

Dalam kondisi ini, petani berada dalam posisi yang lemah dan proses konversi

cenderung merugikan petani. Jadi, usaha padi sawah di Bali berada di persimpangan

jalan, seperti kata pepatah “hidup segan, mati pun tak mau”. Hal ini perlu perhatian

serius dari pemerintah dengan membuat master plant serta moratorium konversi lahan

untuk keberlangsungan pertanian di Bali.

Ayam (petelur dan pedaging) menjadi salah satu KPJU unggulan di Provinsi

Bali. KPJU ini menjadi unggulan karena produk KPJU ini tidak hanya mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat Bali akan telur dan daging, tetapi juga mampu memasok

provinsi lain, seperti Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Sumbawa, dan Nusa

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 479

Tenggara Timur. Setiap hari bertruk-truk telur dari Bali diantarpulaukan melalui lintas

darat ke NTB dan NTT. Seperti diinformasikan oleh Bisnis Bali online 27 Desember

2011, memasuki perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) aktivitas pengeluaran telur

ayam ras dari Bali meningkat ke pasar di Indonesia Timur seperti Lombok. Memang

saat-saat tertentu, ada pemasukan telur ayam dari luar Bali ke Bali, tetapi pengiriman

jauh lebih besar daripada pemasukan. Data pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Propinsi Bali mengungkapkan, bahwa pemasukan telur ayam ras ke Bali

November 2011 hanya mencapai 3.133.800 butir, sedangkan pengeluaran dari Bali ke

luar Bali mencapai 13.010.000 butir. Dari Januari--November 2011 telur yang

dimasukkan dari luar ke Bali mencapai 30.322.100 butir, sedangkan pengeluaran telur

ayam ras Januari--November 2011 mencapai 87.111.840 butir. Dipaparkan juga bahwa

pada Desember 2011, KPPT memprediksi pengeluaran telur ayam ras juga lebih tinggi

daripada pemasukan telur ayam ras ke Bali . Izin yang dikeluarkan KPPT lebih banyak

izin pengeluaran telur ayam ras daripada izin pemasukan. Sentra produksi ayam (telur

dan daging) adalah Kabupaten Tabanan terutama di Kecamatan Penebel, Kabupaten

Bangli terutama di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Badung terutama Kecamatan

Abiansemal, dan Kabupaten Karangasem terutama di Kecamatan Manggis.

Masalah dalam budi daya ayam (petelur dan pedaging) adalah penyakit flu

burung yang sempat merebak di Bali. Seperti diberitakan oleh Kompas.com, Jumat, 30

Desember 2011, Paguyuban Peternak Ayam Bali resah dengan munculnya kembali

wabah flu burung yang kali ini di Pulau Jawa. Mereka khawatir pengalaman imbas flu

burung di Bali pada tahun 2007--2008 permintaan ayam turun drastis. Oleh karena itu,

peternak meminta pemerintah daerah terus memperketat lalu lintas unggas ke Pulau

Dewata. Hingga Rabu (16/3/2011), Peraturan Gubernur Bali Nomor 44 Tahun 2005

mengenai larangan masuk unggas khususnya dari Jawa masih berlaku. Ketua

Paguyuban Peternak Ayam Bali (PPAB) mengakui pengalaman beberapa tahun lalu di

Pulau Dewata yang menyebabkan kematian positif karena flu burung memukul

peternak. Peternak Bali yang tergabung dalam PPAB berjumlah 50 peternak. Mereka

memproduksi rata-rata 120.000 ekor ayam broiler setiap hari. Kepala Dinas Peternakan

Provinsi Bali mengakui masih seringnya sejumlah ayam potong lolos di pintu masuk.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 480

Lolosnya ayam-ayam tersebut karena kelihaian pemasok yang menutup sedemikian

rupa kontainernya selain faktor kelalaian petugas. Namun, Kadis Peternakan Bali

menjelaskan bahwa pihaknya sudah bekerja sama dengan Balai Karantina I Denpasar

melakukan pengawasan lalu lintas unggas. Pihaknya juga memaksimalkan pemberian

biosekuriti kepada peternak unggas di Bali. Sementara Kepala Balai Karantina

Pertanian Kelas I Denpasar menegaskan bahwa pihaknya terus mengupayakan

pengawasan lalu lintas unggas dan produknya secara optimal.

Sapi merupakan salah satu KPJU unggulan di Bali karena memang sejak dulu

sapi adalah unggulan Bali. Dilihat dari keragaan sapi potong, sapi Bali memiliki potensi

ekonomi tinggi dengan berbagai keunggulan dibandingkan dengan sapi potong daerah

lain, yaitu tingkat fertilitas tinggi 80--80,2%, persentase karkas mencapai 56--60% dan

kenaikan bobot harian tertinggi (0,35 kg/hari). Peternakan sapi di Bali bersifat

peternakan rakyat, tetapi tujuan utamanya adalah memperoleh pendapatan. Hanya

dalam teknis pemeliharaannya, sebagian besar bersifat tradisional walaupun ada

sebagian kecil bersifat semi tradisional. Alasan utama peternak rakyat memelihara sapi

adalah untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dengan memanfaatkan hijauan atau

limbah pertanian lainnya yang merupakan hasil sampingan dari sawah, kebun dan atau

tegalan, meningkatkan kesejahteraan keluarga. Populasi sapi Bali (jantan, betina dan

pedet) selama 2004--2009 cenderung meningkat, berturut-turut 576.586 ekor, 590.949

ekor, 613.241 ekor, 633.789 ekor, 668.065 ekor, dan 675.419 ekor (Bappeda, 2010).

Namun, berdasarkan fenomena empirik, tampak bahwa kebutuhan daging sapi di Bali

belum mampu dipenuhi oleh pasokan daging sapi lokal atau dengan kata lain ada

kesenjangan antara permintaan dan penawaran. Permintaan daging sapi setiap tahun

akan terus meningkat karena dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu pertambahan

jumlah penduduk, kebutuhan bahan baku industri pengalengan, peningkatan

pendapatan masyarakat, bangkitnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi untuk

menjaga kesehatan tubuh, dan perdagangan antarpulau. Sebaliknya, pertambahan

populasi sapi tidak banyak mengalami peningkatan, bahkan setiap tahun sekitar 50

ribuan diantarpulaukan untuk memasok kebutuhan daging DKI Jakarta, belum lagi sapi

bibit yang diantar pulaukan ke provinsi lain. Potensi kesenjangan antara permintaan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 481

dan penawaran daging, ternyata tidak menambah gairah peternak untuk meningkatkan

populasi ternaknya, tetapi sebaliknya peternak banyak yang frustrasi karena harga sapi

cenderung mengalami stagnasi, bahkan tidak jarang turun. Peternak banyak mengeluh

ketika membeli bibit per kg mahal, sedangkan ketika menjual harganya murah.

Penangkapan ikan laut menjadi KPJU unggulan di Provinsi Bali karena Bali

merupakan wilayah pulau yang dikelilingi oleh laut sehingga di Bali banyak terdapat

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Di Provinsi Bali setidaknya terdapat tiga belas PPI

yang tersebar di kabupaten-kabupaten di Bali, yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten

Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem,

Kabupaten Klungkung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, dan Kota Denpasar.

Selama ini yang menjadi pusat dari penangkapan ikan di Bali adalah Kabupaten

Jembrana dengan tiga PPI, yaitu PPI Yeh Sumbul, PPI Air Kuning, dan PPI

Pengambengan. Namun, PPI di Kota Denpasar, yaitu Pelabuhan Benoa (Denpasar

Selatan) banyak terdapat perusahaan penangkapan ikan, terutama perusahaan yang

menangkap ikan tuna untuk tujuan ekspor ke Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.

Sebaliknya hasil tangkapan beberapa perusahaan perikanan yang bermarkas di

Kabupaten Jembrana, untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pengalengan ikan

setempat, dengan jenis ikan yang ditangkap adalah lemuru. Produk ikan kalengan ini

juga diperdagangkan ke provinsi lain dan ada juga yang diekspor ke negara-negara

Timur-Tengah.

Kopi adalah salah satu KPJU unggulan di Provinsi Bali karena sejak dulu

komoditas kopi menjadi unggulan Bali. Produksi kopi Provinsi Bali sebagian besar

diekspor ke mancanegara dan sebagian kecil untuk memenuhi kebutuhan konsumen

lokal. Sentra produksi kopi di Bali adalah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Buleleng, dan Kaupaten Bangli. Saat ini produksi kopi arabika Kabupaten

Bangli, khususnya dari Kecamatan Kintamani telah tersertifikasi menjadi kopi organic

sehingga laku keras di pasar luar negeri.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 482

Pertambangan dan Penggalian

Pada sektor penggalian hanya terdapat satu KPJU unggulan, yaitu galian C

(pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas). Dari banyak jenis usaha penggalian menurut

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia yang dipublikasikan oleh BPS Pusat tahun

2010, hanya usaha galiac C yang ada di Bali. Produk galian C ini sangat penting

peranannya sebagai bahan baku pembangunan fisik di Bali. Galian C berupa pasir yang

berpusat di Kabupaten Karangasem, memasok semua kebutuhan pasir di seluruh Bali,

bahkan mengirim sampai ke luar Bali, seperti Sumbawa oleh sebuah perusahaan

ekspedisi yang berkantor di Kubu Karangasem. Sepertinya tanpa kehadiran galuan C

dari Kabupaten Karangasem, pembangunan fisik di Bali akan macet total. Oleh karena

itu, logis kalau usaha menjadi KPJU unggulan Bali. Hasil samping dari penyaringan

produk galian C pasir adalah kerikil/koral, yang setiap harinya diangkut dari Kabupaten

Karangasem ke pusat-pusat pembangunan fisik di Bali sebagai campuran membuat

beton. Dalam penggalian pasir, juga diperoleh galian batu hitam atau batu kali, sebagai

bahan baku membuat batu tabas, yang digunakan sebagai bahan pembuatan sanggah

dan perumahan. Sebaliknya, galian batu padas lebih banyak digali di Kabupaten

Gianyar, terutama di pinggir sungai, sebagai bahan untuk membuat ornamen ukiran di

rumah-rumah khas Bali.

Keunggulan galian C berupa pasir ini ada batas waktunya. Setelah habis semua

tanah digali dan kandungan pasir habis, seperti yang telah terjadi di Kabupaten

Klungkung, maka usaha galian C di Bali mungkin tidak menjadi unggulan lagi. Dalam

Berita Karangasem Online, Bupati Karangasem I Wayan Geredeg mengakui bahwa

selama ini Karangasem dikenal sebagai satu-satunya daerah pemasok galian tambang

pasir dan batu, tetapi dalam pengelolaannya tetap memprioritaskan rambu hukum

mengenai Perda Tata Ruang serta ancaman kerawanan lingkungan hidup. Pernyataan

ini dikeluarkan berkaitan dengan kondisi dua lokasi galian C paling padat aktivitasnya,

yakni Kecamatan Selat dan Rendang. Saat bertemu warga Rendang belum lama ini,

Bupati Geredeg menyatakan bahwa sedang melakukan langkah koordinasi membuat

kajian terhadap layak tidaknya lokasi tersebut menjadi ladang penambangan karena

kondisi kedua lokasi tersebut sudah cukup parah mengalami kerusakan lingkungan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 483

Dikatakan oleh bupati bahwa di satu sisi Karangasem tidak ingin melakukan eksploitasi

penambangan galian C secara besar-besaran karena mengetahui dampaknya yang

buruk bagi lingkungan. Akan tetapi, di sisi lain jika begitu saja dihentikan akan

mengancam penghidupan masyarakat setempat yang sumber pendapatannya

tergantung pada ekplorasi galian C. Kondisinya menjadi dilematis. Untuk itu, ditempuh

langkah kebijakan berhati-hati dalam pengelolaannya dengan batasan-batasan yang

ketat, sesuai dengan Perda Prop Bali No. 11, Tahun 2000 tentang Rencana Tata

Wilayah ( RTRW) Kab Karangasem dan Perda No. 8, Tahun 1998 tentang Pengaturan

Perizinan, Pengawasan, dan Pengendalian Usaha Pertambangan Galian Golongan C.

Dalam rangka penanganan galian C Pemkab Karangasem telah memiliki Tim Pembina

Penambang Galian C beranggotakan unsur Bagian Hukum, Dispenda, Pol. PP, DLHKP,

Hutbun, Polres, Bappeda, BPN, PU, dan UPT. Jika menemukan masalah di lapangan

tim, menekankan pada aspek pembinaan jika izinnya sudah tidak berlaku diberikan

tenggang satu bulan untuk mengurusnya kembali. Jika tidak dipatuhi, maka izinnya

dinyatakan tidak berlaku lagi.

Industri Pengolahan

Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU unggulan di Provinsi Bali,

yaitu industri pengolahan kopi, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek

dan songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu.

Jumlah industri kecil dan menengah (IKM) di Provinsi Bali tahun 2009 mencapai

985 buah dengan total unit usaha mencapai 73.383 serta jumlah tenaga kerja yang

terserap mencapai 226.420 orang. Jumlah sentra IKM terbanyak berada di Kabupaten

Karangasem, yaitu mencapai 239 buah dengan unit usaha 13.658 serta tenaga kerja

yang terserap mencapai 28.182 orang (Data Bali Membangun, 2009). Pada sumber

yang sama juga diinformasikan bahwa jumlah UKM yang menerima sertifikat (ISO, Hak

Paten, Merk, Safety Food) sebanyak 72 usaha. Kabupaten Gianyar merupakan

kabupaten dengan UKM penerima sertifikat terbanyak, yaitu 19 usaha diikuti Kabupaten

Klungkung sebanyak 13 usaha.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 484

Salah satu industri pengolahan unggulan Bali adalah industri pengolahan kopi

(kopi biji menjadi kopi bubuk). Industri pengolahan kopi pada umumnya menggunakan

bahan baku biji kopi arabika dan robusta dengan komposisi perbandingan tertentu. Kopi

arabika digunakan sebagai sumber citra rasa, sedangkan kopi robusta digunakan

sebagai campuran untuk memperkuat body. Kopi arabika memiliki citra rasa yang lebih

baik, tetapi memiliki body yang lebih lemah dibandingkan dengan kopi robusta. Selain

biji kopi, industri pengolahan kopi juga membutuhkan bahan tambahan, seperti gula,

jagung, dan lain-lain serta bahan penolong, seperti bahan kemasan (packing), palet,

kerat, dan lain-lain.

Struktur industri pengolahan kopi nasional belum seimbang, hanya 20% kopi

diolah menjadi kopi olahan (kopi bubuk, kopi instan, kopi mix), sedangkan 80% dalam

bentuk kopi biji kering (coffee beans) yang diekspor. Industri pengolahan kopi masih

kurang berkembang disebabkan oleh faktor teknis, social, dan ekonomi. Penerapan

teknologi pengolahan hasil kopi baru diterapkan oleh sebagian kecil perusahaan

industri pengolah kopi. Ha ini disebabkan oleh keterbatasan informasi, modal, teknologi,

dan manajemen usaha. Produk industri olahan tersebut sangat berpotensi dalam

memberikan nilai tambah yang tinggi.

Pada era globalisasi perdagangan dewasa ini, kondisi persaingan semakin ketat,

yaitu tiap-tiap negara saling membuka pasarnya. Pengembangan produk diversifikasi

kopi olahan, seperti roasted coffee, instant coffee, coffee mix, decaffeinated coffee,

soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee mempunyai arti penting karena dapat

menjadi komoditas unggulan yang mempunyai daya saing tinggi di pasar internasional.

Indonesia sebagai negara tropis di samping berpeluang untuk pengembangan produk

diversifikasi kopi olahan tersebut, juga berpotensi untuk pengembangan produk industri

pengolahan kopi specialties dengan rasa khas, seperti Lintong Coffee, Lampung

Coffee, Java Coffee, Kintamani Coffee, Toradja Coffee.

Walaupun Indonesia mempunyai peluang besar untuk pengembangan industri

pengolahan kopi dan mempunyai prospek besar di pasar domestik dan internasional,

permasalahan juga sangat kompleks. Hal itu terjadi karena begitu banyak faktor yang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 485

mempengaruhinya, baik internal maupun eksternal. Di samping itu, juga faktor perilaku

konsumen, fluktuasi harga, dan perdagangan kopi dunia.

Konsumsi kopi dunia dari tahun 2001 s.d. 2008 mengalami kenaikan rata-rata

sekitar 2%. Konsumsi kopi dunia tahun 2008 diperkirakan sebesar 7.680,0 ribu ton,

terdiri atas kopi arabika sebesar 4.909,0 ribu ton dan kopi robusta sebesar 2.771,0 ribu

ton. Kenaikan konsumsi kopi dunia disebabkan oleh konsumsi kopi di negara-negara

produsen kopi tumbuh sangat cepat meskipun di negara-negara konsumen juga

mengalami kenaikan. Pertumbuhan konsumsi kopi yang terjadi di negara-negara

produsen seiring dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara produsen tersebut

yang kebanyakan adalah negara berkembang, termasuk Indonesia dan Brazil. Menurut

Konsultan International Coffee Organization (ICO), yaitu P & A Marketing International,

diperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi global dalam periode 2005--2015

meningkat 35,5%.

Meningkatnya nilai konsumsi kopi dunia menjadi pendorong bagi industri

pengolahan kopi untuk meningkatkan produksinya. Konsumsi kopi Indonesia

mengalami kenaikan rata-rata sekitar 3% setiap tahun, lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan konsumsi kopi dunia yang rata-rata sekitar 2%. Hal tersebut

menjadi peluang bagi industri pengolahan kopi. Namun, semakin mahalnya harga input

produksi pertanian, seperti pupuk, pestisida, tenaga kerja menyebabkan produksi kopi

semakin sulit meningkat bahkan bisa jadi produksi kopi menjadi turun. Sebaliknya,

untuk meningkatkan produksi, industri pengolahan kopi memerlukan pasokan bahan

baku yang lebih banyak. Dampak krisis keuangan dunia diperkirakan tidak akan

berpengaruh terhadap konsumsi kopi mengingat kecilnya bagian pengeluaran rumah

tangga untuk minum kopi. Selama pasokan kopi tetap terjamin dengan harga yang

masih masuk akal, maka kemungkinan pengembangan industri pengolahan kopi akan

tetap menarik dan pengaruh krisis finansial global tidaklah signifikan.

Untuk mengurangi ketatnya persaingan di pasar global, Indonesia bisa

meningkatkan industri pengolahan kopi di dalam negeri. Hingga saat ini, sekitar 75%

produksi biji kopi Indonesia dipasarkan ke luar negeri dan hanya 25% yang diolah

industri dalam negeri menjadi kopi bubuk dan kopi instan. Hal ini disebabkan oleh

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 486

industri pengolahan kopi dalam negeri masih sedikit, yaitu baru mencapai 80

perusahaan yang sebagian besar berupa industri skala kecil. Padahal, konsumsi kopi

penduduk Indonesia saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup baik.

Kompetitor produk kopi Indonesia adalah produk kopi pegunungan di Amerika

Latin terutama Brazilia. Sementara Vietnam hanya memproduksi kopi robusta. Kopi

arabika Indonesia sudah dikenal di pasar global, seperti Toraja, Gayo, Jawa, dan Bali

sebagai coffee gourmeta (kopi konsumsi eksklusif). Permintaan biji kopi di pasaran

dunia cukup tinggi, yaitu 5,5 juta ton, tetapi hampir 70 persen kopi yang diminta adalah

dari jenis arabika. Peningkatan daya saing produk usaha tani yang berbasiskan

agribisnis dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep kluster industri. Kluster

industri merupakan konsep baru dalam meningkatkan daya saing industri.

Pengembangan industri pengolahan kopi dengan pendekatan manajemen sistem

kluster akan sangat tergantung pada efektivitas hubungan antara pemerintah, dunia

usaha, dan petani produsen (public-private partnership) serta keterkaitannya. Untuk

mengefektifkan kerja sama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya kelembagaan

yang mendorong komunikasi secara rutin dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan

daya saing, perlu dilakukan langkah-langkah terpadu dari para pelaku bisnis kopi.

Peningkatan nilai tambah mulai dari hulu ke hilir merupakan satu kesatuan mutlak yang

diperlukan untuk meningkatkan pemasaran sehingga diperlukan suatu konsep yang

menggabungkan keseluruhan rangkaian kegiatan produksi hingga pascapanen. Konsep

yang sedang dikembangkan adalah kluster karena pendekatan ini bersifat terintegrasi

dan mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan

antarpelaku dalam hubungan hulu-hilir. Di samping itu, mendorong peningkatan

keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian tiap-tiap anggota kluster. Pendekatan

klaster industri merupakan salah satu alternatif yang sesuai bagi pengertian unggulan

daerah. Dengan demikian, yang dimaksud unggulan daerah dalam konteks ini

sebenarnya merupakan kluster industri di daerah yang berpotensi atau terbukti memiliki

keunggulan daya saing.

Dalam kegiatan kluster kopi arabika Kintamani telah dilakukan oleh Bank

Indonesia (BI) sebagai inisiator dan fasilitator dalam pengembangan budi daya Kopi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 487

Kluster Arabika Kintamani, Bangli. Menurut Gentur Wibisono, Analis Madya Unit Kerja

Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM Bidang Ekonomi dan Moneter BI Denpasar,

tujuan pembentukan kluster ini dalam suatu MoU atau kesepakatan bersama adalah

untuk peningkatan mutu dan produktivitas Kluster Kopi Arabika di Kabupaten Bangli.

Hal itu dapat dicapai melalui percepatan peningkatan mutu kopi biji untuk mendukung

program peningkatan kopi spesial yang berorientasi pasar ekspor. Di samping itu,

pengembangan industri hilir kopi dan industri komoditas lain yang terkait di Kabupaten

Bangli.

Dalam kaitan dengan industri pengolahan kopi di Bali, ada beberapa tempat

pengolahan kopi, antara lain sebagai berikut.

(1) Perusahaan kopi Kupu Kupu Bola Dunia, merupakan perusahaan kopi terbesar di

Bali. Pabriknya terletak di daerah Sesetan Denpasar. Pabrik itu bisa dikunjungi oleh

umum, tetapi hanya pabrik pengolahan dan semua peralatannya modern. Kopi yang

diproduksi robusta dan arabika. Di sana juga dijual single bean coffee yang

harganya sudah pasti lebih mahal daripada Arabika. Kopi yang diproduksi berasal

tidak hanya dari Bali, tetapi juga dari daerah lain, seperti Sumatra.

Di sini bisa dilihat secara detail proses pengolahan kopi, baik dengan dry system

maupun wet system.

(2) Perusahaan kopi Banyuatis cukup terkenal di Bali. Beberapa orang mengatakan

bahwa rasanya enak. Hal ini mungkin disebabkan oleh prosesnya yang masih

campuran antara modern dan tradisional dengan kayu bakar. Pengolahan terletak

di Jalan Raya Seririt, Singaraja. Proses pengolahan masih campuran antara alat

modern dan kayu bakar (kayunya dari kayu kopi). Hasil gilingan dicampur kemudian

dipak secara sederhana. Kopi yang dihasilkan masih satu macam saja, yaitu

robusta.

(3) Beberapa home industry penghasil kopi terletak di daerah Munduk dan Pupuan.

Pengolahan masih sangat sederhana, yaitu dengan kayu bakar. Pemasaran juga

masih untuk lokal saja. Untuk di daerah ini bisa dilihat langsung mulai pemetikan,

penjemuran, dan pengolahannya. Kopi yang dihasilkan masih robusta saja karena di

daerah ini agak sulit dicari kopi arabika yang ketinggiannya kurang. Untuk daerah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 488

Munduk, agak sulit dicari industri pengolahan karena tempatnya kebanyakan masuk

ke pelosok desa (bisa ditanya ke warga setempat). Sebaliknya, untuk di daerah

Pupuan bisa dilihat di sepanjang jalan Pupuan--Singaraja (banyak pelangnya di

sepanjang jalan). Sebetulnya masih banyak daerah di Bali yang menanam kopi,

seperti Tabanan, Kintamani, dll. Akan tetapi, kebanyakan hanya menanam dan

mengeringkan tanpa ada pengolahan karena rata - rata hasilnya dijual ke pedagang

pengumpul desa atau kecamatan, yang kemudian pedagang ini mengirimkannya ke

eksportir.

Permasalahan yang dihadapi industri pengolahan kopi, antara lain sebagai

berikut. (1) Bahan baku, yaitu (a) komposisi jenis tanaman kopi di Indonesia tidak

seimbang, produksi kopi robusta (93%) jauh lebih besar daripada kopi arabika (7%),

sedangkan permintaan pasar dunia menyukai kopi arabika dan (b) kurangnya

pengetahuan penanganan pascapanen (cara tradisional) sehingga mutu biji kopi

sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi rendah. (2) Produksi, yaitu (a)

terbatasnya fasilitas produksi biji kopi (mesin/peralatan pengering, pengupas, dan

sortasi), utamanya di tingkat usaha industri skala kecil dan menengah; (b) terbatasnya

penguasaan teknologi proses pada tahap roasting; (c) penerapan GMP, HACCP, dan

ISO rendah sehingga mutu produk rendah dan tidak konsisten; dan (d) kurang adanya

kemampuan melakukan inovasi dan diversifikasi produk sesuai dengan permintaan

pasar, baik domestik maupun internasional. (3) Pemasaran, yaitu (a) tingginya tarif bea

masuk bahan penolong (kemasan 15 persen, gula 40 persen); (b) rendahnya R & D

inovasi dan diversifikasi produk kopi olahan sesuai dengan permintaan pasar domestik

dan internasional; (c) terbatasnya akses pasar internasional, selama ini ekspor produk

kopi olahan sebagian besar hanya ditujukan ke pasar tradisional, seperti Uni Eropa,

Jepang, dan USA; dan (d) adanya pemberlakuan diskriminasi tarif bea masuk di

kawasan Uni Eropa terhadap komoditas kopi Indonesia (3,4 persen), sementara negara

lain 0 persen. (4) Infrastruktur, yaitu (a) kurangnya dukungan infrastruktur di tingkat

usaha budi daya tanaman kopi (jalan, alat angkut) dan industri pengolahan kopi (listrik,

energi) dan (b) belum optimalnya kegiatan forum komunikasi dan koordinasi antar-

stakeholders, utamanya yang mengarah ke pembentukan kerja sama kemitraan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 489

Industri pengolahan lain yang menjadi unggulan Bali adalah industri kerajinan

endek dan songket. Industri kerajinan endek dan songket khas Bali sudah sangat

terkenal sampai ke tingkat nasional dan mancanegara. Industri kerajinan tenun endek di

Bali menyebar hampir di semua Kabupaten di Bali sehingga masuk menjadi KPJU

unggulan Provinsi Bali. Misalnya, di Kota Denpasar, pesona endek, bordir, dan songket

Denpasar merupakan salah satu produk unggulan berbasis budaya. Endek Denpasar

dengan desain yang spesial, yaitu salah satu di antaranya adalah memodifikasi dengan

memadukan bordir di bagian ujung dan inilah keindahan endek Denpasar. Dekranasda

Kota Denpasar berusaha terus menerus untuk melestarikan warisan budaya sehingga

endek, border, dan songket dapat menjadi ikon kerajinan tekstil untuk generasi

mendatang. Pelestarian terhadap warisan tenun ini dilakukan melalui pembinaan

terhadap perajin dan promosi di berbagai media termasuk internet. Di penghujung

tahun selalu dilaksanakan kegiatan fashion show, exhibishion and trade produk

kerajinan tenun ikat endek, border, dan songket.

Bangunan dan Konstruksi

Pada sektor bangunan dan konstruksi hanya terdapat satu KPJU unggulan,

yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan. Sektor konstruksi memiliki peranan yang

besar dalam perekonomian suatu negara karena kontribusinya terhadap penyediaan

lapangan pekerjaan, permintaan berbagai barang dan jasa untuk menunjang

perkembangan sektor ini. Sektor tersebut peka terhadap pergerakan aktivitas dunia

usaha secara umum, yaitu pergerakan sektor konstruksi cenderung mendahului

pergerakan ekonomi secara umum. Sektor konstruksi menempati posisi strategis dalam

penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data BPS, jumlah karyawan tetap yang diserap

pada tahun 1998 mencapai 192 ribu orang, sedangkan tahun 2002 menyerap 228 ribu

orang, atau rata-rata naik 7,1% per tahun. Di samping tenaga kerja tetap, juga tidak

kalah penting adalah penyerapan tenaga kerja harian lepas, seperti tukang batu, tukang

kayu, tukang gali, tukang cat, dan sebagainya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 490

Permasalahan pada sektor konstruksi adalah usaha jasa ini sangat rentan

terhadap fluktuasi perekonomian nasional dan regional. Jika perekonomian regional

atau nasional sedang booming dan daya beli masyarakat meningkat, maka banyak

masyarakat dan pengusaha meminta jasa konstruksi bangunan. Sebagai contoh, krisis

ekonomi nasional tahun 1997/1998 telah menyebabkan sektor ini terpuruk. Ketika itu

banyak proyek yang dihentikan pengerjaannya, diundurkan atau ditunda. Perusahaan-

perusahaan real estate menghentikan pembangunan perumahan baru karena saat itu

bunga bank meroket hingga 70%. Pada periode krisis tersebut banyak bank yang tidak

mau membiayai, baik sektor perumahan maupun konstruksi. Meskipun perekonomian

sudah mulai bangkit sejak 2000, sektor konstruksi masih belum sepenuhnya pulih,

sejalan dengan pemulihan ekonomi secara umum yang masih sangat lambat.

Sekitar 25--30% dari nilai produksi jasa konstruksi adalah untuk konstruksi

bangunan terutama untuk pembangunan gedung komersial dan pembangunan

perumahan. Data dari Badan Pusat Statistik yang mencakup pembangunan yang

dilakukan oleh kontraktor-kontraktor ukuran menengah besar memperlihatkan bahwa

nilai konstruksi yang praktis tidak banyak berubah dalam tiga tahun terakhir ini. Secara

nasional nilai konstruksi yang paling besar berasal dari proyek konstruksi gedung-

gedung komersial baru diikuti oleh pembangunan perumahan.

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU yang

menjadi unggulan, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, restoran/rumah

makan, mini market dan toko kelontong, dan vila. Perdagangan jasa berupa

penyewaan hotel di Bali sangat dominan karena Bali merupakan destinasi wisata dunia

sehingga banyak wisatawan mancanegara yang mengunjungi Bali membutuhkan hotel

yang representatif. Di Bali terdapat banyak hotel melati dan pondok wisata yang

tersebar di seluruh kabupaten di Bali, tetapi yang terpadat adalah di tiga kabupaten,

yaitu Gianyar, Badung, dan Denpasar. Berdasarkan Data Bali Membangun Tahun

2009, diketahui bahwa jumlah hotel melati (nonbintang dan akomodasi lainnya) pada

tahun 2009 sebanyak 1.515 buah, sebanyak 221 buah ada di Kota Denpasar, 361 buah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 491

ada di Kabupaten Badung, 386 buah ada di Kabupaten Gianyar, sedangkan selebihnya

menyebar di kabupaten lain di Bali. Jumlah restoran di Provinsi Bali tahun 2009

mencapai 1.693 buah meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai

1.655 buah.

Pengangkutan dan Komunikasi

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, terdapat lima KPJU yang menjadi

unggulan, yaitu angkutan darat barang (truk), penyewaan kendaraan (rent car), bus

tidak bertrayek (bus pariwisata), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, dan

warnet (Tabel 6.5.1).

Salah satu KPJU unggulan di sektor pengangkutan dan komunikasi adalah

usaha angkutan darat barang (truk), baik yang bertonase sedang untuk angkutan

lokal Bali maupun tonase besar untuk angkutan barang antarprovinsi. Misalnya,

angkutan barang dari Jakarta atau kota-kota lain di Jawa ke Bali dan sebaliknya untuk

mengangkut berbagai produk yang dibutuhkan oleh masyarakat di kedua tempat.

Salah satu sektor jasa yang memiliki faktor penting dalam perekonomian adalah

sektor jasa angkutan truk, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekonomi

dunia. Kondisi geografis negara yang meliputi, baik dataran pulau maupun kepulauan,

menuntut moda transportasi yang andal serta ekonomis, jasa angkutan truklah yang

mengambil peranan. Menurut opini pakar, sektor jasa angkutan truk merupakan bagian

dari jasa angkutan (transportasi) secara luas yang didefinisikan sebagai kesatuan yang

terdiri atas elemen-elemen prasarana fisik (jaringan, terminal, pelabuhan), sarana

angkutan, dan sistem operasi yang mendukung kelancaran perpindahan objek fisik

(manusia dan atau barang) dari suatu tempat asal ke tempat tujuan yang terpisahkan

secara geografis.

Sektor angkutan di Indonesia merupakan sektor yang sangat penting dan terus

mengalami perkembangan. Antara 2004 dan 2006, kontribusi sektor transportasi dan

perhubungan mencapai angka rata-rata sebesar 6% dari Produk Domestik Bruto (PDB)

Indonesia. Pertumbuhan sektor ini juga melebihi tingkat pertumbuhan sektor-sektor

yang lain. Rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan selama tiga tahun antara 2004 dan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 492

2006 sebesar 13% merupakan angka yang melebihi dua kali lipat tingkat pertumbuhan

sektor nonmigas sebesar 6%. Angkutan jalan, yang merupakan bagian dari sektor

perhubungan mengalami perkembangan yang stabil walaupun tingkat pertumbuhannya

lebih kecil daripada pertumbuhan sektor perhubungan laut dan udara (LPEM UI bekerja

sama dengan Asia Foundation).

Sektor truk angkutan barang di Indonesia memiliki beberapa kendala. Industri

truk angkutan barang tampaknya memiliki tingkat persaingan yang ketat mengingat

besarnya jumlah perusahaan angkutan barang swasta. Tidak ada banyak hambatan

untuk memasuki sektor ini dan terdapat banyak penyedia jasa. Tidak ada peraturan

untuk memasuki sektor angkutan barang atau untuk melewati rute-rute tertentu.

Wilayah operasional truk (dan kendaraan pengangkut barang lainnya) tidak dibatasi

oleh wilayah yuridis tertentu. Karena ketatnya persaingan, perusahaan angkutan barang

memiliki margin keuntungan yang tipis. Tarif pasaran saat ini dilaporkan sekitar 30% di

bawah tarif yang ditentukan Organda, Organisasi Angkutan Darat Indonesia (LPEM UI

bekerja sama dengan Asia Foundation).

Hasil survei LPEM UI bekerja sama dengan Asia Foundation menunjukkan

bahwa walaupun sektor angkutan truk barang cukup terbuka di Indonesia, kerangka

peraturan angkutan jalan masih menimbulkan biaya-biaya yang tidak perlu, sedangkan

di negara-negara lain pengaturan jauh lebih sederhana. Karakteristik kunci dari kondisi

regulasi dan perundang-undangan di Indonesia adalah adanya perbedaan antara

praktik yang terjadi di tingkat pusat dan daerah. Pemerintah daerah pada khususnya

sering mengeluarkan perizinan dan memungut retribusi yang merupakan hambatan

besar dalam penyediaan jasa angkutan barang di seluruh Indonesia.

Jumlah kendaraan angkutan penumpang umum, angkutan perkotaan, antarkota

dalam provinsi (AKDP), dan antarkota antarprovinsi (AKAP), serta angkutan sewa dan

pariwisata di Provinsi Bali tahun 2009 sebanyak 10.243 unuit, yang terdiri atas AKDP

sebanyak 605 unit, mikrobus (AKDP) Izuzu sebanyak 989 unit, bus (AKDP) sebanyak

330 unit, angkutan AKAP sebanyak 525 unit, sewa sebanyak 4.379 unit, bus pariwisata

sebanyak 960 unit, dan taksi sebanyak 2.455 unit. Jadi, peranan angkutan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 493

penyeberangan dan angkutan darat sangat penting dalam mempercepat perputaran

roda perekonomian di suatu region, baik region Bali, NTB, maupun Jawa Timur.

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Pada sektor keuangan, terdapat lima KPJU unggulan, yaitu lembaga

perkreditan desa (LPD), bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi simpan pinjam (KSP),

money changer, dan KUD (Tabel 6.5.1). Salah satu KPJU di sektor keuangan adalah

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang bernaung di bawah desa adat (desa

pakraman). Jumlah desa adat di Bali sampai dengan tahun 2009 sebanyak 1.453 buah

dan jumlah LPD sebanyak 1.381 buah (95% dari total desa adat) dengan jumlah

anggota/pegawai sebanyak 7.139 orang. LPD telah menjadi model pengelolaan

keuangan mikro di Indonesia, yang sering menjadi objek studi banding aparat

pemerintah daerah lain di Indonesia. Pada tahun 2009 laba LPD Bali mencapai Rp

188,33 miliar meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai Rp

151,13 miliar. Sementara itu, LPD yang berkategori sehat pada tahun 2009 mencapai

1.012 buah atau 73,39% dari total LPD di Bali yang mencapai 1.379 buah. Sebaliknya,

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 142 buah dengan 213 kantor cabang yang

menyebar di sembilan kabupaten/kota di Bali.

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali diharapkan bisa menjadi pusat

informasi usaha yang strategis sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pedesaan. Melihat pentingnya peran itu, keberadaan LPD perlu dibina dan

dilestarikan serta ditingkatkan kinerjanya. Perkembangan perekonomian, baik pada

tingkat regional maupun nasional, bahkan global menuntut kinerja LPD semakin

kompetitif pada masa mendatang. Kenyataan tersebut hanya bisa dijawab dengan

adanya sinergi antara pengurus LPD, karyawan, Badan Pengawas, masyarakat, dan

pemerintah.

Desa pakraman sebagai benteng masyarakat dalam pelestarian budaya Bali

menghadapi perkembangan zaman, sedangkan LPD menjadi penggerak roda

perekonomian desa. Keduanya memiliki peran strategis bagi masyarakat pedesaan dan

bisa saling memperkuat kelembagaan satu sama lainnya. Untuk itu, diperlukan media

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 494

komunikasi dan melakukan penyaringan terhadap pengaruh yang datang dari luar adat.

Sebaliknya, bagi LPD, media komunikasi itu bermanfaat untuk pengembangan lembaga

keuangan desa tersebut dalam merespons perkembangan perekonomian skala mikro

dan makro.

Perkembangan kepariwisataan Bali yang semakin pesat diikuti oleh semakin

banyak pedagang valuta asing (PVA)/money changer yang beroperasi. Hal ini

mengakibatkan terjadinya persaingan di antara PVA yang ada, baik PVA bank maupun

PVA bukan bank, yang menimbulkan adanya PVA yang beroperasi tidak berizin

sehingga merusak citra pariwisata Bali. Bahkan, dikhawatirkan ada PVA yang

melakukan praktik money laundering. Berdasarkan informasi vivanews.com (2011),

diketahui bahwa jumlah anggota APVA sebanyak 121 unit dan 60 unit di antaranya ada

di Sanur. Untuk membedakan antara pedagang valas yang legal dan ilegal, pihaknya

telah memberikan stiker khusus yang hanya diberikan pada anggota. Permasalahan

pada usaha money changer adalah banyaknya money changer liar (illegal), artinya

money changer yang beroperasi tanpa izin operasi. Berdasarkan informasi Bali

Post.com (18 Mei 2010), diketahui bahwa jumlah money changer ilegal di Kabupaten

Badung cukup banyak, yaitu berjumlah sekitar 59 buah. Dalam praktiknya money

changer illegal ini beroperasi di kawasan-kawasan pariwisata. Mereka bermain kucing-

kucingan dengan petugas penertiban, bahkan diduga mereka memiliki sindikat khusus.

Menyikapi hal ini, ketua Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) mengharapkan

Pemerintah Kabupaten Badung untuk melakukan penertiban. Hal itu penting karena

banyak wisatawan yang komplain dan merasa dirugikan lantaran aksi curang yang

dilakukan money changer illegal tersebut, yang pada akhirnya menurunkan citra

pariwisata Bali.

Jasa-Jasa lain

Pada sektor jasa-jasa lain, terdapat lima KPJU ungulan, yaitu pangkas rambut

dan salon kecantikan, pramuwisata, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan motor dan

mobil, dan jasa fotokopi (Tabel 6.5.1). Salah satu dari lima KPJU unggulan di sektor

jasa-jasa lain di Provinsi Bali adalah laundry. Sampai saat ini belum terdata jumlah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 495

usaha laundry di Bali, karena setiap hari pertambahannya cukup banyak, yang tersebar

di daerah perkotaan, bahkan sekarang sampai ke kecamatan-kecamatan di Bali.

Masyarakat Bali tampaknya cenderung mencuci pakaian di jasa laundry, mungkin

dianggap lebih praktis di tengah kesibukan keseharian mereka. Bahkan, sekarang ada

jasa laundry kiloan, artinya tarif laundry tergantung berat ringan pakaian, bukan

didasarkan atas jumlah potong pakaian. Sebuah contoh, jenis jasa pelayanan “Familia

Laundry” yang berpusat di Batam menawarkan berbagai jenis pelayanan melalui

internet, antara lain (1) jasa laundry kilo (perorangan/keluarga), (2) jasa laundry

bulanan (perorangan/keluarga), (3) jasa pencucian karpet dan bed cover, (4) jasa

laundry seragam untuk perusahaan, (5) jasa laundry untuk karyawan perusahaan, (6)

jasa laundry dry cleaning untuk jas, kebaya, dll; dan (7) jasa laundry hotel/SPA. Jadi,

demikian beragamnya jasa laundry yang disediakan oleh usaha-usaha laundry, bahkan

ada laundry yang antar-jemput. Permasalahan usaha ini adalah usaha ini baru muncul

bak jamur di musim hujan. Oleh karena itu, dalam operasinya sering tidak

memperhatikan pembuangan limbah air cucian yang aman bagi lingkungan. Di samping

itu, belum ada regulasi dari pemerintah, baik menyangkut keberadaannya maupun

pelayanannya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 496

6.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan Permasalahannya di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Bayes)

Pengertian lintas sektor mengacu pada lintas program, yaitu bekerja sama antara

beberapa instansi/lembaga yang terkait untuk menyukseskan pelaksanaan suatu

program. Demikian halnya KPJU lintas sektor adalah terdapat beberapa sektor yang

berbeda, tetapi memiliki keterkaitan dengan KPJU tersebut.

Berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor di Provinsi Bali, dengan

menggunakan metode Bayes, maka teridentifikasi sepuluh KPJU unggulan UMKM

lintas sector, yaitu (1) hotel melati, (2) kontraktor konstruksi bangunan, (3) industri

pengolahan hasil perikanan, (4) industri kerajinan perak, (5) komoditas kopi, (6)

restoran/rumah makan, (7) industri tenun endek & songket (ATBM), (8) industri

kerajinan kayu, (9) padi sawah, dan (10) komoditas cengkeh (Tabel 6.6.1) masing-

masing akan dibahas seperti berikut.

Tabel 6.6.1

Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Bali

Nomor KPJU Unggulan Lintas Sektor

1 Hotel melati

2 Kontraktor konstruksi bangunan

3 Industri pengolahan dan pengawetan ikan laut

4 Industri kerajinan perak

5 Kopi

6 Restoran dan rumah makan

7 Industri tenun endek & songket (ATBM)

8 Industri kerajinan kayu

9 Padi sawah

10 Cengkeh

Catatan: Penentuan sepuluh KPJU unggulan UMKM lintas sektor di Provinsi Bali didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di Provinsi Bali (Borda) dengan menggunakan Metode Bayes

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 497

(1) Usaha Hotel Melati

Bali merupakan salah satu tempat wisata yang cukup tenar di seluruh dunia.

Pulau Bali sendiri kaya akan pemandangan indah, kesucian gunung berapi, hutan

tropis, persawahan yang berpetak-petak dan tentu saja pesona keindahan pantainya

yang ada hampir di semua pesisir Pulau Bali. Bali selalu diramaikan dengan berbagai

aktivitas wisata pada siang hari, antara lain aktivitas olahraga air, bermain golf, trecking,

atau hiking sampai dengan kegiatan wisata jalan-jalan mengunjungi objek-objek

wisata yang ada di seluruh pelosok Pulau Bali. Kemudian, setelah matahari

terbenam Bali berubah menjadi pulau ultramodern, yaitu kerlap-kerlip lampu bar,

diskotik, dan nightspot lainnya memecah kesunyian malam di pulau ini. Pulau Bali juga

selalu dipuja karena keunikan budayanya khususnya karya seni dan arsitektur Bali yang

begitu indah. Misalnya, keberadaan ribuan pura sebagai tempat suci umat Hindu di Bali

dengan bentuk bangunan dan ukiran yang cukup mempesona. Hal inilah yang

menjadikan Bali terkenal dengan sebutan Pulau Seribu Pura.

Bali telah menjadi destinasi utama bagi calon wisatawan yang akan

melakukan liburan. Sebagai salah satu tempat wisata favorit, maka Bali telah

melengkapi diri dengan berbagai sarana dan prasarana wisata yang dapat membantu

para wisatawan dalam memenuhi segala keperluan mereka selama liburan di Bali.

Salah satu keperluan yang paling vital bagi para wisatawan adalah kebutuhan akan

sarana akomodasi yang nyaman dan memadai.

Sarana akomodasi di Bali telah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan

Jepang. Saat itu bentuk akomodasi di Bali masih bersifat sederhana dan diperuntukkan,

baik untuk keluarga para bangsawan Belanda atau Jepang serta para seniman maupun

wartawan. Setelah Indonesia merdeka hotel-hotel di Bali telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat seiring dengan naiknya tingkat kunjungan

wisatawan ke Bali. Semua sarana akomodasi di Bali dibenahi dan digolongkan ke

dalam tingkatan-tingkatan sesuai dengan fasilitas dan pelayanan yang dimiliki oleh tiap-

tiap hotel. Dimulailah pengategorian kelas hotel menjadi beberapa jenis, seperti

losmen, penginapan, bungalow, cottage, resort, vila, dan hotel. Hotel masih bisa dibagi

lagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu hotel melati, hotel bintang satu, hotel bintang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 498

dua, hotel bintang tiga sampai dengan hotel bintang lima, bahkan sekarang ini ada

beberapa hotel dengan predikat hotel bintang lima plus atau five stars diamond hotel.

Bali merupakan tempat liburan yang paling cocok untuk wisatawan. Di Bali

tersedia berbagai pilihan hotel murah, vila, penginapan murah, dan

sarana akomodasi lainnya yang dapat dipilih oleh wisatawan sesuai dengan anggaran

dan keinginan wisatawan, yaitu mulai dari hotel berbintang yang berkelas internasional,

hotel melati, vila, cottage, resort sampai dengan losmen dengan tarif sewa yang

cukup murah. Untuk membantu wisatawan dalam memperoleh informasi hotel murah di

Bali, di internet tersedia beragam informasi mengenai hotel murah di seluruh

kawasan wisata di Bali, seperti hotel murah di Kuta, hotel murah di Sanur, dan hotel

murah di Nusa Dua, hotel murah di Ubud.

Usaha hotel melati merupakan salah satu jenis usaha akomodasi di Bali yang

termasuk akomodasi bertarif murah karena dibangun dengan investasi relatif lebih

rendah daripada investasi hotel berbintang dan fasilitas kamar yang sederhana. Hotel

melati banyak dibangun di daerah pariwisata di Bali, seperti Kota Denpasar, kawasan

wisata Kuta dan sekitarnya, dan kawasan wisata lainnya di Bali. Semua itu untuk

menyediakan penginapan bagi wisatawan yang berkantong tipis, tetapi tetap

memperoleh kenikmatan dan kenyamanan dalam bermalam di Bali. Usaha hotel melati

di Bali sangat menjanjikan dan menguntungkan. Dengan keunggulannya berupa tarif

kamar lebih murah dibandingkan dengan tarif hotel bintang, maka hotel melati di

daerah-daerah wisata di Bali selalu dicari oleh tamu-tamu domestik dan mancanegara

yang anggaran wisatanya pas-pasan.

Hotel melati adalah hotel murah yang tidak memenuhi kriteria yang dimiliki oleh

hotel bintang satu sampai dengan lima di seluruh dunia, yang menjadi alternatif pilihan

akomodasi di Bali, tetapi menawarkan kamar yang berkualitas. Harga yang sangat

kompetitif berkisar antara Rp 50.000,00--Rp 350.000,00 per malam membuat liburan

lebih murah dan akan menghemat anggaran wisatawan. Hotel melati memiliki peringkat

1 sampai dengan 3, tetapi perbedaan di antaranya sulit ditentukan. Hotel melati kelas 1

umumnya tidak memiliki pendingin ruangan (AC) dan jasa pelayanan tamu. Hotel melati

kelas 2 memiliki beberapa fasilitas, tetapi mempunyai beberapa kekurangan (Anda

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 499

mungkin mendapatkan pendingin ruangan). Hotel melati kelas 3 memiliki sebagian

besar layanan yang Anda harapkan seperti hotel bintang satu sampai dengan dua.

Secara umum, hotel melati lebih murah dan sedikit kurang lengkap dibandingkan

dengan hotel berbintang, tetapi tidak selalu. Semua pilihan hotel murah tersebut

tersebar hampir di setiap kawasan wisata di Bali, seperti Kuta, Legian, Seminyak,

Jimbaran, Nusa Dua, Sanur, Ubud, Candi Dasa, Lovina, Denpasar, serta tempat wisata

lainnya.

Berdasarkan Data Bali Membangun tahun 2009, diketahui bahwa total hotel

melati dan akomodasi lainnya di Bali tahun 2009 sebanyak 1.838 buah. Distribusi hotel

melati menyebar hampir di seluruh kabupaten di Bali, tetapi terkonsentrasi pada tiga

kabupaten, yaitu Kota Denpasar sebanyak 227 buah, Kabupaten Badung sebanyak 353

buah, Kabupaten Gianyar sebanyak 592 buah, sedangkan sisanya menyebar di enam

kabupaten lain di Bali. Jadi, distribusi hotel melati dan akomodasi lainnya relatif

menyebar di seluruh kabupaten di Bali. Hal itu terjadi karena dalam pendiriannya

memerlukan investasi relatif rendah dibandingkan dengan pembangunan hotel bintang.

Dengan demikian, mayoritas investornya atau pemiliknya adalah penduduk lokal di

kabupaten yang bersangkutan.

Di website dapat dilihat penawaran hotel-hotel melati dengan tarifnya yang

murah. Misalnya, sebuah iklan hotel murah, Janur Garden adalah salah satu hotel

melati terbaik di Sanur, Bali. Janur Garden menawarkan pilihan akomodasi kamar

berkualitas dengan berbagai fasilitas dan keuntungan bagi keluarga dan kelompok.

Harga yang sangat murah hanya Rp 250.000,00 per malam. Hal ini membuat liburan

lebih mudah dan akan menghemat anggaran wisatawan. Janur Garden, sebuah hotel

yang selalu memberikan kenyamanan dengan kehangatan khas Bali, memberi

kenikmatan dengan berbagai fasilitas, dan kenyamanan saat berada di Bali dengan

Janur Garden.

Iklan lain lagi berbunyi “Tri Sakti, Surganya Cottages Murah bagi Para

Backpacker di Legian”. Hotel ini berada di salah satu pusat pariwisata Bali, yaitu

Legian. Hal itu membuat Tri Sakti Cottages benar-benar memiliki lokasi yang strategis.

Cottages ini menawarkan harga yang sangat murah hanya Rp 285.000,00 per malam.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 500

Dengan demikian Tri Sakti merupakan surga cottages murah bagi para backpacker di

Legian Bali. Dengan kelebihan yang ditawarkan, maka Tri Sakti sangat tepat ditujukan

bagi mereka yang ingin menghemat biaya penginapan selama berada di Bali.

Ada iklan lain lagi “Hotel Murah di Bali, pesan sekarang yuk............................

Booking hotel murah di Bali bersama kami, dapatkan harga akomodasi spesial

dalam daftar hotel di Bali yang kami sediakan. Tersedia banyak pilihan

layanan akomodasi murah, seperti hotel, penginapan, resort, cottage, losmen,

dan vila dalam daftar hotel murah kami. Semua pilihan hotel murah tersebut tersebar

hampir di setiap kawasan wisata di Bali, seperti Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran,

Nusa Dua, Sanur, Ubud, Candi Dasa, Lovina, Denpasar, serta tempat wisata lainnya”.

Iklan ini menyiratkan penawaran hotel melati dan sejenisnya yang bertarif murah, yang

terjangkau oleh para wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Bali.

Usaha hotel melati menjadi KPJU unggulan di Provinsi Bali karena usaha hotel

melati dalam aktivitasnya terkait langsung dan tidak langsung dengan sektor lain,

seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian, sektor pertambangan

dan penggalian, sektor bangunan/konstruksi, sektor industri pengolahan, sektor

keuangan, dan sektor jasa-jasa lain. Misalnya, ketika akan membangun hotel melati,

memerlukan jasa dari sektor bangunan/konstruksi. Ketika hotel melati telah terbangun,

memerlukan peralatan dari sektor pengangkutan dan komunikasi, dan ketika hotel

melati telah beroperasi untuk memenuhi kebutuhan tamu akan bahan pangan

diperlukan produk-produk dari sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, dan

ketika hotel melati menerima tamu, tamu membutuhkan jasa hiburan yang berasal dari

sektor jasa-jasa lain. Jadi, masuk akal apabila hotel melati di Bali menjadi KPJU lintas

sektor karena aktivitasnya terkait atau melintasi sektor-sektor lain dalam perekonomian.

Jika pengertian lintas sektor ini disamakan dengan kaitan ke depan (forward

linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage), maka kaitan ke belakang usaha

hotel melati adalah pemanfaatan output sektor lain sebagai input usaha hotel melati.

Misalnya, pemanfaatan output sektor pengangkutan/komunikasi berupa telepon,

kendaraan angkutan untuk kelancaran operasional hotel melati. Demikian pula

pemanfaatan output sektor pertanian berupa bahan pangan sebagai input di

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 501

dapur/restoran hotel melati. Sebaliknya, kaitan ke depan adalah pemanfaatan output

hotel melati berupa jasa penyewaan kamar oleh sektor lain, seperti penyewaan kamar

untuk wisatawan atau penyewaan ruang konvensi atau pertemuan untuk

penyelengaraan konvensi atau seminar atau pertemuan/rapat. Jadi, hotel melati yang

banyak terdapat di Bali memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-

sektor lain dalam perekonomian Bali.

Permasalahan KPJU hotel melati di daerah pariwisata Bali adalah tidak

meratanya distribusi hotel melati di Bali. Hotel melati dan akomodasi lainnya hanya

terkonsentrasi pada tiga kabupaten/kota, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan

Kabupaten Gianyar sehingga terjadi kelebihan kamar. Akibatnya, tingkat hunian hotel

melati pada low season di bawah 30% dan terjadi perang tarif antara pengusaha hotel

melati. Solusinya adalah moratorium pembangunan hotel melati di tiga kabupaten/kota

tersebut dan mengalihkan investasi hotel melati ke kabupaten lain di luar Badung,

Denpasar, dan Gianyar.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 502

Gambar 6.1

KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Hotel Melati

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 503

(2) Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan

Bila Anda adalah seorang lulusan teknik arsitektur atau teknik sipil dan hingga

detik ini belum mendapatkan pekerjaan, maka tak usah bingung. Bila kesempatan kerja

itu belum kunjung hadir, mengapa tak mencoba menciptakan peluang kerja bagi diri

sendiri? Bagaimana caranya? Dengan membuka jasa kontraktor bangunan. Ya,

mengapa tidak? Jasa kontraktor bangunan adalah pihak yang siap membantu pihak lain

dalam hal pembangunan rumah atau bangunan jenis lainnya.

Kontraktor bangunan adalah pihak yang bertanggung jawab sepenuhnya atas

bangunan yang sedang diciptakannya. Prospek pada masa depan jasa kontraktor

bangunan ternyata memiliki prospek yang cerah di masa depan. Pergeseran fungsi

bangunan yang bukan hanya sebagai tempat “penampung” manusia dengan beragam

aktivitasnya, melainkan juga sebagai tempat yang memiliki nilai estetika telah membuat

seseorang atau kelompok berpikir keras sebelum berencana untuk membangun

sesuatu. Kesibukan yang tinggi dan padat juga membuat perseorangan atau kelompok

tidak sempat merancang bangunan yang diinginkan. Pengetahuan yang minim tentang

jenis-jenis bahan bangunan juga membuat mereka mengalami kendala bila ingin

menangani semua pekerjaan bangunan sendiri tanpa bantuan pihak ketiga. Itulah

mengapa prospek seorang jasa kontraktor bangunan sangat bagus pada masa depan.

Seorang kontraktor bangunan mampu merealisasikan bangunan yang diinginkan

oleh klien. Bagaimana memulainya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

seorang lulusan teknik arsitektur atau teknik sipil bisa membuka peluang usaha dengan

membuka jasa kontraktor bangunan. Perlu juga diketahui bahwa seorang lulusan

arsitektur memiliki kelebihan khusus bila ia membuka usaha jasa kontraktor bangunan,

di antaranya mereka mengetahui tentang apa saja yang dibutuhkan di dalam rumah

beserta tata letaknya seperti apa. Di samping itu, mereka juga memiliki pengetahuan

tentang penataan cahaya, sirkulasi udara, serta masalah lain yang juga penting.

Seorang lulusan arsitektur yang ingin membuka jasa kontraktor bangunan juga

harus memiliki pengetahuan di bidang yang lainnya, misalnya di bidang rencana waktu

kerja, rencana anggaran biaya, dan jenis tanaman yang sesuai dengan bentuk rumah.

Untuk itu, sebaiknya seorang lulusan arsitektur yang ingin membuka usaha jasa

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 504

kontraktor bangunan tak bekerja sendiri, tetapi bekerja sama dengan beberapa teman

atau kolega yang sudah dikenal baik. Setelah kerja sama terbentuk, barulah dibuat

promosi tentang jasa kontraktor yang mereka miliki. Masalah tempat atau kantor, untuk

awal-awal bisa dilakukan di rumah atau bila memungkinkan ruko. Tempat atau kantor

usaha bisa dikatakan tak terlalu menjadi masalah. Masalah promosi erat kaitannya

dalam pencarian klien. Para sarjana muda yang bergabung dalam tim kontraktor

bangunan tersebut bisa juga bekerja sama dengan dosen yang sudah memiliki banyak

proyek. Siapa tahu dosen tersebut bisa mengantarkan mereka kepada klien-klien

potensial. Segala sesuatu dimulai dari yang kecil dan seharusnya dimulai saat ini juga.

Seorang lulusan arsitektur pun bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dengan cara-

cara seperti yang sudah disampaikan sebelumnya.

Ada sebuah pertanyaan yang bernada canda, ‘bisnis apa yang dibutuhkan pada

era pembangunan’? Sudah tentu salah satunya adalah kontraktor bangunan. Tengok

kota di China yang ekonominya sedang tumbuh pesat ditandai oleh pembangunan

gedung, perumahan, tempat rekreasi, stadion, monumen, dan lain-lain. Semuanya

membutuhkan kontraktor bangunan yang andal untuk melakukan pembangunan sesuai

dengan desain arsitektur dan kekuatan struktur. Bagaimana dengan kontraktor

bangunan di Indonesia? Dilihat dari jumlah, paling banyak adalah kontraktor sipil

bangunan, mengapa? Dilihat dari permintaan memang bergantung pada kondisi

ekonomi negara kita. Pada saat krisis yang masih tampak ada pembangunan hanya

rumah-rumah mewah, bangunan tinggi, seperti apartemen, kantor banyak terhenti di

tengah jalan. Pembangun real estate untuk menengah ke bawah banyak yang tertunda

karena daya beli konsumen melemah. Bisnis ini mulai dari kepercayaan pelanggan

terhadap hasil pekerjaan sehingga membutuhkan proven track record untuk menaikkan

pamornya, maka banyak yang berangkat dari subkontraktor kemudian menjadi

kontraktor utama.

Bisnis kontraktor bangunan memang harus dipertajam dalam beberapa kelas

dan spesialiasi, yaitu (1) kontraktor rumah tinggal mewah yang tiap rumah nilai

pembangunannya di atas Rp 5 miliar; (2) kontraktor rumah tinggal menengah antara Rp

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 505

1--5 miliar per rumahnya; (3) kontraktor ruko-ruko di perumahan atau kawasan bisnis;

dan (4) kontraktor bangunan komersial, seperti hotel, apartemen, mal, perkantoran.

Tiap-tiap segmen mempunyai kunci sukses yang pada umumnya terdiri atas

QCDSS (quality, cost, delivery, safety & service). Tiap-tiap parameter menjadi kunci

dalam melayani pelanggan tentunya didukung dengan SDM kompeten, manajemen

proyek, manajemen mutu, dan infrastruktur mewujudkan QCDSS

KPJU kontraktor konstruksi bangunan berperan penting dalam pengadaan

infrastruktur fisik, yang sangat diperlukan sebagai tempat atau lokasi operasionalisasi

suatu aktivitas ekonomi. Tanpa kehadiran usaha jasa ini sangatlah tidak mungkin ada

ruang-ruang perkantoran dan ruang kerja tempat beroperasinya suatu aktivitas

ekonomi. Usaha jasa kontraktor konstruksi bangunan ini sebagai KPJU unggulan lintas

sektor karena aktivitas usaha kontraktor memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang

dengan sektor lain sehingga logis apabila usaha kontraktor menjadi lintas sektor.

Misalnya, aktivitas usaha jasa kontraktor konstruksi bangunan ini ketika membangun

sebuah konstruksi gedung membutuhkan input semen, kayu, besi baja yang merupakan

output sektor lain, seperti sektor industri, sektor penggalian, sektor pertanian, sektor

pengangkutan dan komunikasi. Demikian pula output sektor ini, yaitu gedung

dibutuhkan oleh sektor lain, seperti sektor hotel melati, perumahan, dsb. Jadi, dapatlah

dikatakan bahwa KPJU kontraktor konstruksi bangunan terkait erat dengan sektor lain

atau aktivitasnya melintasi sektor-sektor ekonomi lain.

Permasalahan yang sering dijumpai pada KPJU ini adalah rendahnya kualitas

bangunan karena penggunaan material tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Hal ini

berakar pada sub-sub kontrak sampai beberapa kali sehingga biaya menjadi rendah.

Masalah lain adalah manajemen proyek sering yang me-mark-up nilai kontrak sehingga

nilai bangunan menjadi mahal. Masalah yang disebutkan terakhir sering dijumpai pada

proyek-proyek pemerintah yang pendanaannya bersumber dari APBN.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 506

Gambar 6.2 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 507

(3) Usaha Pengolahan (Pengawetan) Hasil Perikanan

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat, selain

sebagai komoditas ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan

dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati

menyebabkan pembusukan sehingga dengan sifat ikan yang mudah rusak maka perlu

adanya pengolahan lebih lanjut untuk mempertahankan daya simpan ikan. Salah satu

cara mudah untuk mempertahankan daya simpan ikan adalah dengan pengolahan yang

lazim disebut pemindangan. Pemindangan merupakan salah satu olahan tradisional

ikan yang sangat populer di Bali khususnya dan Indonesia umumnya.

Industri pengolahan hasil perikanan atau dikenal dengan istilah pemindangan

ikan adalah aktivitas pengawetan ikan tongkol dan sejenisnya menjadi ikan pindang,

yang lebih tahan lama dibandingkan dengan ikan segar. Pemindangan ikan di Bali

menyebar hampir di semua kabupaten yang memiliki pantai dan pasti juga memiliki

sentra pendaratan ikan, kecuali Kabupaten Bangli yang tidak memiliki pantai.

Pemindangan ikan adalah hasil olahan ikan dengan cara kombinasi

perebusan/pemasakan dan penggaraman. Pindang mempunyai penampakan, cita

rasa, tekstur, dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai dengan jenis ikan, kadar

garam, dan lama perebusan. Jenis-jenis ikan yang umum diolah dengan cara

pemindangan adalah cakalang, tongkol, kembung, bandeng, cucut, bawal, layang,

tanjan, tawes, gurami, dan lain-lain. Jenis ikan lain adalah pelagis, seperti layang, selar,

japu, tembang, lemuru, kembung, tuna, dan lain-lain. Selain itu, juga jenis ikan seperti

cucut dan petek di beberapa tempat.

Ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan pindang sebaiknya ikan yang

masih segar. Ikan pindang yang dihasilkan dari ikan yang kurang segar mempunyai

penampakan jelek (karena daging hancur selama perebusan) dan rasa yang terlalu asin

(karena penetrasi garam akan berlangsung lebih cepat).

Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai aktivitas air yang

relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri pembentuk

lendir dan kapang. Pemanasan yang diberikan pada umumnya tidak terlalu mampu

membasmi semua mikroorganisme. Selama penyebaran dan penjualan, pindang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 508

sangat mudah mengalami kontaminasi mikroorganisme. Kerusakan pindang yang

disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan pembentukan lendir,

pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi hancur. Daya awet ikan pindang

tidak terlalu lama.

Pindang naya hanya tahan kira-kira 3--4 hari, sedangkan pindang paso hanya

tahan kira-kira 6--7 hari setelah tutup wadah dibuka. Karena rasanya yang tidak asin,

pindang mempunyai kedudukan yang sangat strategis terutama dalam memenuhi

kebutuhan protein hewani bagi sebagian penduduk Indonesia di samping dapat

menunjang peningkatan penghasilan nelayan tradisional. Di Indonesia, produsen

terbesar pindang ikan (68,43 persen) adalah di Jawa; 15,34 persen di Sumatera; 12,25

persen di Bali dan Nusa Tenggara; 3,39 persen di Sulawesi, dan 0,04 persen di

Kalimantan. Beberapa contoh pindang yang cukup terkenal adalah pindang

Pekalongan, pindang Kudus, pindang Juwana, pindang Tuban, dan pindang Muncar.

Ikan pindang mungkin bukan sesuatu yang istimewa. Namun, merupakan salah

satu alternatif sumber gizi masyarakat yang digemari. Selain bergizi harganya pun

terjangkau. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa banyak orang berminat berjualan ikan

pindang sebagai sumber pendapatan. Ikan pindang yang mudah diperoleh di pasar-

pasar adalah menyimpan protein tinggi. Selain itu, terdapat pelbagai unsur mineral dan

vitamin A. Unsur lainnya adalah asam lemak omega-3, yang sangat bermanfaat untuk

menangkal pelbagai penyakit degeneratif.

Dibandingkan dengan pengolahan ikan asin, pemindangan mempunyai

beberapa keuntungan, yaitu (1) cara pengolahannya sederhana dan tidak memerlukan

alat yang mahal; (2) hasilnya berupa produk matang yang dapat langsung dimakan

tanpa perlu dimasak terlebih dahulu; (3) rasanya cocok dengan selera masyarakat

Indonesia pada umumnya; dan (4) dapat dimakan dalam jumlah yang relatif banyak

sehingga sumbangan proteinnya cukup besar bagi perbaikan gizi masyarakat.

Pemindangan ikan di Bali menjadi salah satu KPJU unggulan lintas sektor

karena industri pemindangan ikan memiliki keterkaitan erat dengan sektor lainnya atau

aktivitasnya melintasi sektor lain. Keterkaitan ke belakang dengan sektor pertanian

dalam arti luas (perikanan laut) sebagai sumber bahan baku industri. Sebaliknya,

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 509

keterkaitan ke depan dengan sektor perdagangan, yang memperdagangkan output

usaha industri pemindangan. Jadi, logis apabila industri pemindangan menjadi KPJ U

unggulan lintas sektor.

Permasalahan dalam pemindangan ikan adalah fluktuasi ketersediaan bahan

baku karena faktor cuaca yang juga diikuti oleh fluktuasi harga ikan segar. Sebaliknya,

pindang ikan merupakan ikan hasil proses khas Indonesia yang berpeluang diekspor

guna mencari nilai tambah dengan memanfaatkan bahan baku, antara lain tongkol,

cakalang, bandeng, tenggiri, dan lainnya. Solusinya adalah perlu dibentuk asosiasi

guna mengatasi kendala produksi.

Gambar 6.3 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Pengolahan (Pengawetan) Hasil Perikanan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 510

(4) Industri Perak

Bali merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang mendunia. Banyak

wisatawan, baik mancanegara maupun domestik, yang tertarik dan pada akhirnya

datang ke Bali untuk berlibur ataupun juga mencari peluang bisnis. Tidak dapat

dimungkiri bahwa Bali memang merupakan suatu daya tarik yang sangat kuat bagi

sebagian orang. Warisan kebudayaan yang merakyat membuat Bali memiliki keunikan

tersendiri yang menjadikan Bali lebih terkenal dibandingkan dengan Indonesia.

Beberapa warisan budaya yang dimiliki Bali masih melekat kuat pada citra Bali sebagai

paradise island.

Salah satu warisan budaya Bali yang masih dilestarikan adalah kerajinan perak

Bali. Kerajinan perak Bali memiliki keunikan tersendiri yang sangat khas, yang

membedakan kerajinan perak Bali dengan kerajinan perak lainnya. Keunikan dan

keunggulan yang khas tersebut membuat perak Bali memiliki daya jual yang tingg.

Selain itu, motif juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar perak Bali. Meskipun

zaman terus berkembang, tekstur, motif, dan ukiran perak Bali tetap memiliki keunikan

yang menjadi jati dirinya. Tidak heran apabila penggemar perak Bali tidak hanya di Bali,

tetapi juga di seluruh nusantara, bahkan mancanegara. Hal itu terjadi karena perak Bali

menjadi salah satu komoditas ekspor yang diminati orang asing.

Jenis-jenis kerajinan perak Bali yang terkenal ialah perhiasan perak, misalnya

anting-anting perak, cincin perak, gelang perak, gelang kaki perak, kalung perak, liontin

perak, bros perak, dan gantungan HP perak. Ada juga yang berupa bentuk lain sesuai

dengan keinginan, misalnya patung perak, piring perak, cawan perak, dan sebagainya.

Namun, yang menjadi komoditas utama ialah perhiasan perak. Siapa lagi

pengagumnya kalau bukan kaum wanita mulai dari remaja putri hingga ibu-ibu.

Perhiasan perak digunakan sebagai pelengkap dan pemanis dalam berbusana.

Pemilihan pelengkap dan pemanis tersebut kepada perak, terutama perhiasan perak

Bali, membuat perhiasan perak Bali berkembang sedemikian rupa menjadi favorit

utama kaum wanita.

Perhiasan perak Bali yang ditawarkan merupakan perhiasan atau aksesoris

perak asli dengan 92,5% perak murni + 7,5% tembaga, yang berasal dari ide orisinal

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 511

pembuat perak Bali di Desa Celuk, Sukawati, Gianyar. Desa Celuk merupakan salah

satu desa kebanggaan Pulau Bali sebab Desa Celuk merupakan desa penghasil perak

terbaik yang terkenal hingga ke mancanegara. Banyak produk perak yang diekspor

berasal dari Desa Celuk. Perajin bekerja dengan sepenuh hati untuk dapat memberikan

yang terbaik bagi pelanggan perak Bali. Mereka mendesain aksesoris dengan

kreativitas tinggi, rumit, dan mendetail, yang menyebabkan aksesoris perak Bali yang

ditawarkan berbeda dengan di tempat lain. Di samping itu, kualitas perak Bali yang

dimiliki adalah kualitas ekspor. Perak Bali dipadukan dengan beberapa batu permata

asli, koral, kulit kerang, tulang, kayu, tiram, mutiara, dan lainnya. Desainnya cantik,

modis, elegan, dan unik tetapi tidak ketinggalan zaman, yang gampang

dipadupadankan dengan aksesoris lainnya.

Perhiasan perak Bali juga dibatasi pembuatannya, dengan kata lain, limited

edition. Hal ini dilakukan agar aksesoris atau perhiasan perak memiliki keunikan

tersendiri dan para pelanggan setia dimanjakan dengan keeksklusifannya. Perajin

membuatnya dalam skala kecil, tetapi bisa memuaskan pelanggan setianya.

Diharapkan untuk ke depannya, perajin terus berinovasi mengikuti perkembangan

zaman, tetapi tidak melupakan jati diri dari perak Bali itu sendiri.

Kerajinan perak di Bali menjadi KPJU unggulan karena proses produksi

kerajinan perak terkait dengan sektor lain, baik keterkaitan ke belakang dalam hal

kebutuhan bahan baku perak murni dan tembaga yang dihasilkan oleh sektor

pertambangan/penggalian, maupun keterkaitan ke depan dalam hal produksi industri ini

diperdagangkan oleh sektor perdagangan atau untuk berbagai aksesoris oleh ibu-ibu

atau remaja-remaja putri.

Permasalahan kerajinan perak saat ini adalah keterbatasan pasar karena

kelebihan pasokan. Masalah lain yang dirasakan oleh perajin perak adalah berlakunya

Undang-Undang No 42, Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang

dinilai sangat merugikan perajin yang menggunakan bahan baku perak di Bali.

Para perajin dikenai dua jenis pajak, yang terdiri atas pajak untuk bahan baku dan pajak

hasil kerajinan yang sudah siap dipasarkan. Solusinya pemerintah sebaiknya merevisi

undang-undang tersebut sehingga mendukung perkembangan kerajinan perak

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 512

khususnya di Bali dan umumnya di Indonesia. Masalah lain adalah kelengahan para

perajin perak Bali, sampai-sampai hasil kreasinya dipatenkan oleh orang luar negeri.

Ada informasi bahwa kerajinan perak di Bali yang sudah menjadi ciri khas dan ikon

pariwisata Bali ternyata dipatenkan oleh WNA Amerika. Disebutkan bahwa di situ ada

800 jenis kerajinan perak yang sudah dipatenkan. Hal ini diketahui karena ada salah

satu perajin perak yang dituntut dua tahun penjara karena dianggap menjiplak.

Kerajinan perak yang motifnya sudah turun-temurun dari nenek moyang diakui begitu

saja oleh orang asing. Ini harus menjadi pelajaran bagi para perajin perak dan

pemerintah dalam melindungi hasil ciptaan warganya.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 513

Gambar 6.4

KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Perak

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 514

(5) Usaha Komoditas Kopi

Dari informasi di internet diketahui ternyata dalam tiga tahun terakhir, harga kopi

robusta dan arabika di pasar global mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada

transaksi Juli 2011, harga kopi robusta tercatat US$2.590 per ton, sangat jauh

dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya US$1.650 per ton.

Demikian pula harga kopi arabika, pada transaksi Juli 2011 mencapai US$5.896 per

ton, suatu lonjakan tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya

US$3.170 per ton. Dengan kinerja ekspor kopi robusta sebanyak 400 ribu ton saja,

maka devisa yang dapat diraih Indonesia bisa mencapai US$103,6 juta.

Para petinggi International Coffee Organization (ICO) memprediksi bahwa harga

kopi akan terus meningkat karena pasokan kopi ke pasar global dari negara-negara

produsen utama bisa menurun akibat cuaca yang kurang bersahabat, sementara

konsumsi kopi dunia diproyeksikan terus bertambah. Kondisi ini merupakan peluang

dan prospek yang baik bagi Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir kopi

keempat terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolumbia. Indonesia memiliki

perkebunan kopi yang luas, yaitu sekitar 1,3 juta hektare, termasuk lahan kopi terluas

kedua di dunia setelah Brazil.

Produktivitas perkebunan kopi di Indonesia masih rendah, yaitu baru mencapai

sekitar 600 kg biji kering/ha/tahun, padahal produktivitas perkebunan kopi di Brazil telah

mencapai 1.000 kg biji kering/ha/tahun, Colombia 1.220 kg biji kering/ha/tahun, bahkan

Vietnam mampu mencapai 1.540 kg biji kering/ha/tahun. Hal ini disebabkan oleh 96%

perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang umumnya belum

menggunakan bibit kopi unggul, teknik budi daya yang benar, serta terlambat

melakukan peremajaan tanaman. Selain itu, kopi Indonesia sulit bersaing di pasar

internasional. Hal itu terjadi karena sekitar 92 persen varietas kopi yang dihasilkan

berjenis robusta, sedangkan 70 persen konsumsi dunia berupa kopi jenis arabika.

Sementara untuk meningkatkan produksi kopi arabika juga sulit karena kopi jenis ini

hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi dengan kisaran 2.000

kaki atau sekitar 1.000 meter dari permukaan laut. Lahan dataran tinggi di Indonesia

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 515

umumnya merupakan lahan kehutanan yang tidak bisa dialihfungsikan menjadi lahan

perkebunan.

Dalam upaya meningkatkan daya saing di pasar global, pemerintah Indonesia

berusaha meningkatkan produksi dan mutu kopi. Peningkatan produksi dilakukan

melalui peremajaan tanaman, perluasan areal tanam, serta aplikasi teknologi baik di

level on-farm maupun off-farm. Hingga tahun 2014, Indonesia memproyeksikan

penambahan areal perkebunan kopi seluas 60.000 hektare. Kondisi ini membuka

peluang usaha pembibitan kopi karena setiap hektare kebun membutuhkan sedikitnya

1.600 bibit pohon. Peningkatan produksi juga harus diikuti peningkatan industri

pengolahannya agar produk kopi memperoleh nilai tambah (added value).

Indonesia terkenal sebagai negara produsen kopi spesialti berkualitas tinggi dan

harga di pasar global sangat mahal, seperti Gayo Coffee, Mandheling Coffee, Lintong

Coffee, Java Coffee, Bali Kintamani Coffee, Flores Bajawa Coffee, Toraja Coffee,

Lampung Coffee, dan kopi luwak yang merupakan kopi termahal di dunia. Kopi-kopi

spesialti ini bisa terus dikembangkan karena permintaannya di pasar dunia sangat

tinggi. Selain secara tradisional kopi ini mampu menembus pasar Eropa dan Amerika

Serikat, belakangan terbuka pasar baru ke China dengan sasaran konsumen penikmat

kopi sekitar 350 juta orang.

Bali dikenal sebagai daerah produsen kopi sejak penjajahan Belanda.

Perkebunan kopi di Bali tersebar di Kabupaten Jembrana, Badung, Gianyar, Bangli,

Karangasem, dan Buleleng. Daerah terluas pengembangan dan produksi tertinggi kopi

arabika adalah Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani adalah wilayah yang terkenal untuk

perkebunan kopi di Bali. Perkebunan kopi di Kintamani kebanyakan merupakan

perkebunan campuran dengan tanaman jeruk sehingga di Kintamani dikenal kopi

dengan aroma jeruk. Kopi masih diolah secara tradisional dan petani memiliki

organisasi yang kuat dalam produksi dan pemasaran. Selain itu, pihak PTPN XII juga

menerima kopi dari petani. Kebanyakan kopi di Kintamani adalah jenis arabika yang

dihasilkan dari perkebunan rakyat. Kopi di Bali memiliki masa panen sekitar bulan Mei--

Agustus setiap tahun.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 516

Perolehan sertifikat organik bagi kopi asal Bali pada tahun 2008 menyadarkan

Dinas Perkebunan Provinsi Bali bahwa potensi kopi asal Bali masih baik. Oleh karena

itu, sejak itu Pemprov Bali mencoba untuk mengembalikan kejayaan kopi masa lalu

serta mengajak masyarakat menjaga alam agar terhindar dari bencana. Apalagi,

bencana tanah longsor dan banjir mulai sering terjadi di provinsi ini.

Topografi sekitar daerah resapan di Pulau Dewata memang berbatu, terjal, dan

berlereng-lereng. Bahkan, kemiringan tanahnya hampir 45 derajat. Ketika kopi dibabat

dan digantikan oleh sayuran semusim yang membutuhkan lahan gembur dan bersih

dari serasah, maka tanah pun tak lagi mampu menyimpan air. Perubahan vegetasi dari

kopi ke tanaman hortikultura menyebabkan sejumlah wilayah Bali rawan erosi dan

tanah longsor. Tanaman kopi yang memiliki bentuk mirip kanopi menjadikan air hujan

tidak langsung jatuh ke permukaan tanah dengan keras. Ini mampu menjaga kesuburan

tanah agar tidak mudah tergerus. Selain itu, tanaman kopi juga mampu mengikat air.

Sehubungan dengan itu, keberadaan tanaman kopi di daerah-daerah resapan air

sangat penting. Ketika tanaman diganti sayuran, air hujan langsung mengalir di

permukaan ke lereng-lereng dengan membawa serta tanah lapisan atas. Inilah yang

menyebabkan longsor hingga banjir tak terduga. Oleh karena itu, Dinas Perkebunan

Provinsi Bali terus berupaya menggalakkan penanaman kopi kembali. Tahun 2010,

Pemprov Bali menganggarkan Rp 2, 4 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah untuk penanaman kopi. Hasilnya, tahun 2010 tercatat areal pertanaman kopi

baru 2.611 hektare, baik robusta maupun arabika. Tahun 2011 ini, ditargetkan 1.020

hektare areal tanaman baru dan akan begitu setiap tahun sedikitnya 1.000 hektare per

tahun. Masyarakat pun ikut menanam secara swadaya dengan bibit tanaman kopi gratis

dari pemerintah. Apalagi, harga kopi saat ini juga terus meningkat dan cenderung stabil.

Kerja sama pemerintah-petani ini mudah-mudahan memberi hasil maksimal karena

dapat menyelamatkan lingkungan sekaligus mendongkrak perekonomian (kompas.com)

Dari data statistik perkebunan Bali, diketahui bahwa luas areal perkebunan kopi

arabika di Bali pada tahun 2010 adalah 9.453 hektare. Hal itu meningkat dibandingkan

dengan tahun 2009 yang luasnya 8.281 hektare, 2008 seluas 8.205 hektare, 2007

seluas 7.888 hektare dan 2006 7.511 hektare. Sementara produksi kopi arabika Bali

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 517

pada tahun 2010 mencapai 3.485,279 ton, naik dibandingkan dengan tahun 2009

sebanyak 3.475,590 ton. Luas areal perkebunan kopi robusta di Bali pada tahun 2010

tercatat seluas 23.630 hektare. Luas itu berkurang dibandingkan dengan tahun 2009

sebesar 23.853 hektare. Sementara produksi kopi robusta Bali pada tahun 2010

sebesar 11.109,906 ton, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar

11.428,984 ton.

Ekspor kopi Bali tercatat mengalami penurunan drastis. Berdasarkan informasi

Kadisperindag Bali, diketahui bahwa hingga pertengahan tahun 2011, total ekspor kopi

Bali hanya mencapai 400 ton. Padahal, rata-rata pada tahun sebelumnya dapat

mencapai 9.000 ton per tahun. Penurunan ekspor terjadi akibat perubahan iklim yang

berdampak pada penurunan produksi. Selain itu, faktor cuaca juga mempengaruhi

pengiriman ekspor kopi Bali. Hal itu terjadi karena ekspor kopi dilakukan dengan kapal

laut bukan dengan kapal udara sehingga ditunda. Artinya, ekspor kopi melalui laut yang

sedang mengalami gelombang pasang ada penundaan beberapa ekspor kopi Bali. Kopi

Bali banyak diekspor ke Jepang, Australia, Amerika, dan negara-negara Eropa. Setiap

tahun, rata-rata produksi kopi Bali mencapai 13.000 ton.

Dinas Perkebunan Provinsi Bali melalui website-nya menginformasikan bahwa

tahun 2011 Dinas Perkebunan Provinsi Bali mengembangkan kopi arabika kopyol di

beberapa kabupaten di Bali, yaitu Bangli, Karangasem, Gianyar, Badung, Buleleng, dan

Tabanan sebanyak 1.632.000 bibit atau setara 1.020 ha. Pengembangan kopi tersebut

untuk pengutuhan wilayah sentra resapan air, peningkatan produksi, peningkatan

pendapatan di lokasi pengembangan. Di samping adanya wilayah peresapan itu juga

untuk menyukseskan program Bali clean and green. Pengembangan di Tabanan, Desa

Ujung, Kecatamatan Pupuan ditanam bibit kopi sebanyak 80.000 pohon dengan luas

areal 50 ha. Di Karangasem, di daerah Kubu serta Munti Gunung ditanam bibit kopi

sebanyak 480.000 pohon dengan luas 300 ha. Gianyar, Kecamatan Payangan, Desa

Kertha dengan luas 100 ha ditanam bibit kopi sebanyak 160.000 pohon, sedangkan di

Kabupaten Buleleng, Kecamatan Sawan dan Kecamatan Banjar, sebanyak 150 ha,

ditanami bibit kopi sebanyak 240.000 pohon. Selain itu, di Kabupaten Bangli,

Kecamatan Kintamani ditanam bibit kopi arabika sebanyak 480.000 pohon dengan luas

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 518

areal seluas 300 ha, di Kabupaten Badung, khususnya di Kecamatan Petang, Desa

Belok Sidan dan Plaga ditanam bibit kopi sebanyak 192.000 pohon, dengan luas areal

120 ha.

Komoditas kopi menjadi salah satu KPJU unggulan lintas sektor di Bali karena

dalam proses produksi komoditas kopi terkait erat dengan sektor-sektor lain. Kaitan ke

belakang, yaitu proses produksi komoditas kopi menggunakan output sektor lain,

misalnya sektor industri hulu (mesin-mesin pertanian, pupuk, peralatan pertanian)

sebagai input atau masukan. Sebaliknya, kaitan ke depan, yaitu pemanfaatan output

sektor ini berupa kopi biji oleh sektor industri pengolahan menjadi kopi bubuk. Bahkan,

kaitan lainnya adalah dengan sektor perdagangan, yang memperdagangkan komoditas

kopi biji ke luar negeri (ekspor). Jadi, logis apabila kopi menjadi KPJU unggulan lintas

sektor di Bali.

Permasalahan komoditas kopi, antara lain (1) gangguan cuaca yang banyak

hujan akan menggagalkan produksi kopi, seperti terjadi pada tahun 2010; (2) rantai

pemasaran kopi yang masih panjang, yaitu mulai dari petani sampai dengan eksportir

sehingga menurunkan harga yang diterima petani; (3) fluktuasi harga kopi internasional

akan mempengaruhi harga kopi di tingkat petani; (4) sistem informasi pasar yang

asimetris, yaitu kenaikan harga internasional yang tidak ditransmisikan kepada petani

oleh eksportir dan pedagang perantara.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 519

Gambar 6.5 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Kopi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 520

(6) Usaha Restoran/Rumah Makan

Usaha restoran dan/rumah makan merupakan salah satu usaha yang tertua

sehingga usaha ini banyak dijumpai di berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke

dengan segala kekhasannya. Sebaliknya, yang membedakan usaha tersebut antara

daerah yang satu dengan daerah yang lain adalah jumlah dan skala usaha, yang

sangat tergantung dari perkembangan ekonomi daerah setempat. Jakarta sebagai

pusat pemerintahan dan sekaligus sebagai pusat bisnis Indonesia tentunya sangat

berbeda dengan Aceh atau Papua, baik jumlahnya maupun skala usahanya.

Jawa Barat dan beberapa wilayahnya yang berdampingan dengan Jakarta sudah

barang tentu berbeda dengan Jawa Tengah atau Jawa Timur, apalagi dibandingkan

dengan beberapa daerah luar Jawa. Demikian pula dengan Bali yang merupakan

daerah tujuan wisata mancanegara, tentunya memiliki karakteristik yang sangat

berbeda dengan wilayah lainnya, bahkan dengan Jakarta sekalipun. Bali meskipun

memiliki luas wilayah yang relatif kecil, memiliki potensi yang sangat besar sebagai

tujuan wisata dunia sehingga di wilayah ini banyak dijumpai hotel dan restoran bertaraf

internasional.

Sementara itu, kawasan lainnya di luar Jawa dan Bali yang memiliki potensi

cukup besar sebagai pusat pengembangan usaha rumah makan dan restoran adalah

Sumatra Utara dan Riau. Sumatra Utara dan Medan sebagai salah satu pintu gerbang

masuk ke wilayah Indonesia telah berkembang sebagai salah satu wilayah yang

memiliki potensi sebagai pertumbuhan usaha restoran dan rumah makan. Riau dengan

Batam sebagai daerah tujuan wisata dan sekaligus sebagai sentra bisnis yang

berdekatan dengan Singapura memiliki potensi cukup besar di kawasan Sumatra.

Usaha atau bisnis rumah makan dan restoran adalah bisnis yang dianggap oleh

sebagian orang sebagai bisnis yang paling mudah untuk dijalankan dengan alasan

bahwa setiap orang perlu makan. Namun, realitas yang sering terjadi menunjukkan

bahwa bisnis rumah makan adalah salah satu bisnis yang paling mudah untuk dibuka

dan paling mudah untuk bangkrut. Keuntungan yang besar menggiurkan banyak orang

untuk menggeluti bisnis ini. Padahal, bisnis restoran ataupun rumah makan ini

memerlukan pengetahuan manajemen yang baik dalam menjalankannya. Pengetahuan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 521

tentang pelayanan sempurna, standar control, baik dalam hal menu, keuangan,

maupun strategi pemasaran wajib dimiliki. Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi

tersebut mengakibatkan ketidakmampuan si pebisnis rumah makan untuk menjaga

kontinuitas bisnis rumah makan yang dijalankan.

Bisnis restoran dan rumah makan tidak hanya sekadar cara memasak makanan

enak dan menjualnya kepada pelanggan. Untuk mempertahankan jalannya bisnis

restoran dan rumah makan banyak faktor yang harus diperhatikan. Mulai dari faktor

rasa makanan, proses, dan resep yang standar adalah hal terpenting yang harus selalu

dijaga dan dikontrol kualitasnya. Faktor lain yang juga mendukung majunya usaha ini

adalah citra restoran yang menjadi ciri khas yang membedakan dengan restoran yang

lain. Memperhatikan selera dan penanganan keluhan yang baik juga berpengaruh pada

kepuasan dan loyalitas pelanggan. Kegiatan promosi, pendanaan, masalah karyawan,

serta harga yang kompetitif merupakan faktor lain yang harus diperhatikan agar bisnis

restoran dan rumah makan dapat terus berkembang dari waktu ke waktu. Usaha

restoran dan rumah makan memerlukan modal yang besarnya bervariasi, tempat

strategis, kemampuan bidang masakan, pemasaran, dan kemampuan bidang service.

Persaingan usaha restoran dan rumah makan di Bali kian ketat, tidak hanya

digeluti oleh pebisnis lokal, tetapi juga oleh pebisnis luar Bali.

Meskipun dihadapkan pada kondisi tersebut, sejumlah pebisnis kuliner di Bali masih

optimis. Itu juga berlaku bagi pemain baru yang akan terjun di bisnis kuliner. Bisnis

restoran dan rumah makan hingga saat ini masih memiliki prospek cukup bagus,

bahkan dalam kondisi persaingan yang cukup ketat sekalipun. Sukses usaha di bidang

pelayanan makanan dan minuman tidak hanya ditentukan oleh jumlah pengunjung,

tetapi juga oleh kemampuan meningkatkan pertumbuhan pelanggan. Itu sebabnya,

menjaga kualitas sajian menjadi suatu hal yang sangat penting, khususnya terhadap

masalah konsistensi rasa, kontrol mutu, dan pelayanannya. Becermin dari hal itu,

pelaku usaha di bidang ini atau pemain baru harus paham tentang bisnis restoran dan

rumah makan. Berdasarkan Data Bali Membangun, jumlah restoran di Provinsi Bali

tahun 2009 mencapai 1.693 buah meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008

yang mencapai 1.655 buah.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 522

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis restoran dan rumah

makan. Secara umum faktor yang paling menonjol dalam bisnis tersebut adalah rasa

(taste). Beberapa faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan

keberhasilan usaha yang harus diperhatikan para pelaku yang bergerak di bidang ini

adalah potensi pasar. Rasa sajian yang konsisten atau jadi ciri khas yang ditonjolkan,

akan membuat konsumen tertarik, bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi

pelanggan tetap. Terkait dengan potensi pasar, Bali menjadi daerah yang cukup

potensial bagi pengembangan usaha restoran dan rumah makan. Pertimbangannya,

Bali sudah menjadi tujuan wisata dunia yang menarik. Itu membuat potensi pasar untuk

bisnis kuliner di Bali tidak hanya tertuju pada masyarakat lokal, tetapi juga untuk

kalangan wisawatan asing yang berkunjung ke Bali.

Usaha restoran dan rumah makan menjadi salah satu KPJU unggulan lintas

sektor karena usaha ini dalam operasionalisasinya memiliki keterkaitan atau melintasi

sektor lain, yaitu kaitan ke belakang dengan sektor pertanian sebagai sumber bahan

baku. Sebaliknya, kaitan ke depan dengan sektor lain, yaitu sektor-sektor yang

memperdagangkan produk restoran kepada sektor lain atau konsumen. Jadi, jelas

masuk akal bila usaha restoran dan rumah makan menjadi usaha lintas sektor.

Meskipun usaha restoran dan rumah makan ini menjadi bisnis yang menjanjikan,

di bisnis ini juga bukan tanpa masalah dan risiko. Permasalahan yang paling sering

muncul adalah menyangkut harga bahan baku di pasaran yang sering kali mengalami

fluktuasi. Cuaca yang tidak menentu membuat harga beberapa komoditas, seperti

sayur dan ikan menjadi naik tajam. Bagi bisnis restoran dan rumah makan, kondisi

tersebut tentunya menjadi kendala karena biaya bahan baku menjadi mahal,

sedangkan harga jual sajian menu tidak bisa serta merta ikut naik dan pendapatan pun

dipastikan berkurang dari kondisi normal. Menyikapi kondisi itu, biasanya pengelola

restoran tidak menyetok bahan baku dalam waktu lama. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kesegaran sajian. Masalah lain adalah ketatnya persaingan antara

restoran/rumah makan dan sering di awal-awal pembukaan belum ada pembeli dan

calon pelanggan. Jika hal seperti disebutkan terakhir terjadi dalam jangka waktu

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 523

mingguan apalagi bulanan, maka usaha KPJU jenis ini akan mati atau bangkrut

sebelum berkembang.

Gambar 6.6

KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Restoran/Rumah Makan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 524

(7) Industri Tenun Endek dan Songket (ATBM)

Seni kerajinan tenun ikat endek dan songket tidak lagi merupakan barang langka

dan sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Bali. Hal itu terjadi karena kerajinan ini

merupakan warisan para nenek moyang yang telah ada sejak zaman neolithicum.

Aktivitas menenun masih tetap eksis dilakoni wanita Bali dan merupakan mata

pencaharian pokok bagi sebagian masyarakat di beberapa kabupaten di Bali, yaitu

Jembrana, Denpasar, Badung, Klungkung, Gianyar, dan Karangasem.

Kain tenun tradisional di Bali umumnya dan di Kabupaten Klungkung khususnya

ada dua macam, yaitu kain tenun ikat tradisional (endek) yang proses pembuatannya

dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) dan kain tenun songket dengan

proses menenun secara tradisional (alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain

tenun songket dengan pewarna alami khas Kabupaten Klungkung memang merupakan

bagian dari seni keindahan tenun ikat yang sudah terkenal sejak lama. Kain endek juga

merupakan salah satu kain Bali yang kini amat populer di Indonesia. Kain ini ditenun

dengan teknik ikat, suatu teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh Indonesia. Di

samping berfungsi sebagai kain upacara keagamaan, kini kain endek mulai populer

sebagai bahan kemeja nasional. Kain songket juga amat populer dalam masyarakat

Bali. Songket merupakan istilah teknik untuk menambahkan suatu pola pada suatu

bahan dengan mengisi benang tambahan, yang dimasukkan ke seluruh bidang atau

hanya menutupi bagian-bagian tertentu dari suatu kain.

Endek (pakan ikat) adalah metode dari kain tenun yang diproduksi di Bali.

Produksi tekstil ini melibatkan proses tenun dan pencelupan. Ada dua set benang, satu

set tetap di tempat dan set lainnya adalah berulir melalui set pertama. Benang-benang

pakan adalah benang yang berjalan bolak-balik selama proses menenun. Itu juga

merupakan benang pakan yang dicelup untuk membuat desain. Endek kurang populer

di kalangan wisatawan, tetapi sangat penting bagi orang Bali. Sutra juga digunakan

dalam produksi tekstil ini, seperti katun atau benang sintetis. Endek adalah kain

serbaguna untuk orang Bali karena dapat dipakai baik untuk penggunaan sehari-hari

maupun tujuan upacara. Endek dapat ditemukan di pasar tradisional di Bali, seperti

pasar tradisional Kumbasari, yang terletak di Jl. Gajah Mada, Denpasar; pasar

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 525

tradisional Sukawati yang terletak di Jl. Raya Sukawati, Kabupaten Gianyar sekitar 11

km timur Denpasar; dan pasar tradisional Semarapura, terletak di pusat Semarapura,

Kabupaten Klungkung.

Songket adalah kain yang sering dipakai oleh artis dan penari, suatu kain tenun

lain dengan penambahan benang emas dan perak. Perbedaan antara kain prada dan

songket, pada songket menggunakan lebih banyak emas dan perak dalam produksi,

sedangkan kain prada adalah kain berwarna yang di atasnya digambar sesuai dengan

tema dan motif dengan cairan prada. Kain songket awalnya hanya digunakan oleh

orang tua dan kalangan bangsawan. Namun, sekarang sudah mulai memasyarakat

sehingga hampir sebagian besar masyarakat Bali mengenakannnya, baik untuk

upacara adat berskala besar, seperti pesta pernikahan, sembahyang pada acara-acara

keagamaan, maupun pernikahan. Sering kali harga songket lebih dari satu juta rupiah

(US$ 110). Kain songket memiliki berbagai motif termasuk tokoh wayang tradisional

Bali, burung, kupu-kupu, bunga, dan daun. Proses tenun dilakukan di belakang-tali alat

tenun. Namun, songket tidak dapat dicuci dengan mesin cuci atau menambahkan

deterjen, untuk pola sensitif dan warna. Oleh karena itu, ketika memakai kain ini harus

sangat berhati-hati. Bagi wisatawan atau siapa pun yang ingin memiliki foto dalam

pakaian tradisional Bali yang mewah ini dapat menyewa di beberapa studio foto atau

salon kecantikan sekitar Kuta, Nusa Dua, atau Ubud.

Endek yang merupakan jenis kain tenun dengan teknik menggunakan alat tenun

bukan mesin (ATBM) banyak pula yang memasuki pasar ekspor untuk bahan baku

pakaian yang rancangannya dipadukan dengan kain berkualitas dan warna yang

disesuaikan dengan konsumennya. Pengusaha pakaian dan hasil kerajinan Bali yang

mengaku pernah melakukan pameran aneka kerajinan kain songket di Jepang

beberapa waktu lalu mengatakan bahwa kain tenun buatan perajin di Bali mendapat

sambutan positif. Bahkan, konsumen di Jepang membeli kain itu untuk perhiasan dan

dekorasi dinding kamar tamu. Begitu pula dengan masyarakat Amerika Serikat. Mereka

juga menyukai aneka ragam kain tenun Bali sehingga ekspor kain tenun Bali meningkat

terus.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 526

Bank Indonesia (BI) Denpasar mencatat bahwa kain tenun buatan tangan-tangan

terampil wanita di Bali, seperti kain songket, tenun sutra, tenun ikat, dan tenun

Pegringsingan telah menyumbangkan devisa senilai 14,6 juta dolar AS selama Januari-

-Juni 2011. Perolehan devisa dari hasil ekspor aneka hasil tenunan karya masyarakat

tersebut meningkat dari rata-rata dua juta dolar AS per bulan selama 2010 menjadi 2,4

juta dolar AS per bulan selama periode 2011. Kain tenun asli Bali semakin dilirik

wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan wisata ke Bali. Ada yang membeli

langsung ke perajin dan ada pula yang memesan dalam jumlah banyak sehingga

perolehan devisa meningkat setiap bulannya. Perdagangan ekspor kain tenunan Bali

memang berfluktuasi setiap bulan, seperti selama Februari baru mencapai 2,1 juta dolar

AS, naik menjadi 2,9 juta dolar AS pada Maret 2011. Kemudian berkurang menjadi

hanya 2,5 juta dolar AS pada bulan berikutnya dan bertambah lagi bernilai 2,8 juta dolar

AS selama Mei, sedangkan pada Juli hanya sebesar 2,1 juta dolar AS.

Permasalahannya adalah industri kerajinan tenun ikat dan songket di Bali tak

mampu bersaing dengan industri garment. Harga produk tenun, apalagi tenun songket

sangat mahal karena pengerjaan yang konvensional, yang membutuhkan waktu lama,

satu lembar kain bisa ditenun 1--2 minggu. Penerapan teknologi kartu pada ATBM

memberikan dampak yang luar biasa. Bayangkan saja, satu lembar kain songket

sepanjang 1,1--2,25 meter biasanya dikerjakan dalam 1--2 minggu, tetapi dengan

ATBM program kartu, kain dikerjakan hanya dalam waktu 2--3 hari. Ongkos produksi

untuk kain songket bisa mencapai jutaan rupiah. Jika kain songket atau tenun ikat

dikerjakan 14 hari per lembar dan ongkos per hari Rp 50.000,00 total ongkos yang

diperlukan mencapai Rp 700.000,00. Ditambah biaya bahan baku dan cost produksi

lainnya, maka harga jual bisa mencapai di atas Rp 2,5 juta. Jika dikerjakan dengan

ATBM program kartu, biaya produksinya jauh lebih murah sehingga harga jualnya

berkisar Rp 900.000,00 hingga Rp 1,5 juta.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 527

Gambar 6.7 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Tenun Endek & Songket ATBM

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 528

(8) Industri Kerajinan Kayu

Kerajinan asal katanya ‘rajin’, artinya suka dan giat bekerja, selalu berusaha,

getol, sedangkan ‘kerajinan’ adalah hal (sifat) rajin, kegetolan. Contoh barang-

barang kerajinan, yaitu barang-barang hasil pekerjaan tangan. Jadi, yang

dimaksud dengan ‘kerajinan ukir’ adalah barang-barang ukiran atau hiasan yang

dihasilkan oleh seseorang yang dalam perwujudannya memerlukan ketekunan,

keterampilan, dan perasaan seni dengan cara ditoreh/dipahat di atas kayu, batu, logam,

gading, dsb. Sebaliknya, yang dimaksud dengan ‘kerajinan ukir kayu’ adalah jenis

kerajinan yang menggunakan teknik ukir pada bahan kayu, sedangkan ‘teknik ukir’

adalah teknik pembuatan hiasan yang menggunakan alat berupa tatah/pahat ukir.

Seni ukir merupakan gubahan dari bentuk-bentuk visual yang dalam pengolahannya

mempunyai sifat kruwikan (Jawa) dengan susunan yang harmonis sehingga memiliki

nilai estetis. Seni ukir diwujudkan melalui bahan kayu, logam, gading, batu, dan bahan-

bahan lain yang memungkinkan untuk dikerjakan. Adapun bentuk-bentuk gubahan

tersebut merupakan stilisasi dari bentuk alam yang meliputi tumbuh-

tumbuhan, binatang, awan, air, manusia, dsb.

Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung

(kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar

yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir yang

merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain. Bangsa

Indonesia mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (neolitikum), yakni sekitar

tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membuat

ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat, atau bahan lain yang ditemukannya. Motif

dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif

geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan dengan bahan tanah liat, batu,

kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan. Pada zaman yang lebih dikenal

sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM, bahan untuk

membuat ukiran telah mengalami perkembangan, yaitu menggunakan bahan

perunggu, emas, perak, dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya adalah

menggunakan teknologi cor. Motif-motif yang digunakan pada masa zaman perunggu

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 529

adalah motif meander, tumpal, pilin berganda, topeng, binatang, dan manusia. Motif

meander ditemukan pada nekara perunggu dari Gunung Merapi dekat Bima. Motif

tumpal ditemukan pada sebuah buyung perunggu dari Kerinci Sumatra

Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara (moko) dari Alor, NTT. Motif pilin berganda

ditemukan pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana perunggu dari

Kerinci, Sumatra. Motif topeng ditemukan pada leher kendi

dari Sumba, Nusa Tenggara dan pada kapak perunggu dari Danau Sentani, Irian

Jaya. Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi kekuatan

magis yang dapat menangkis kejahatan. Motif binatang dan manusia ditemukan

pada nekara dari Sangean. Setelah agama Hindu, Budha, Islam masuk

ke Indonesia, seni ukir mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam

bentuk desain produks, dan motif. Ukiran banyak ditemukan pada badan-badan

candi dan prasasti-prasasti yang dibuat orang pada masa itu untuk memperingati

para raja-raja. Bentuk ukiran juga ditemukan pada senjata-senjata, seperti keris dan

tombak, batu nisan, mesjid, keraton, alat-alat musik, termasuk gamelan, dan

wayang. Motif ukiran, selain menggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi tentang

kisah para dewa, mitos kepahlawanan, dll. Bukti-bukti sejarah peninggalan ukiran

pada periode tersebut dapat dilihat pada relief candi Penataran di Blitar, candi

Prambanan dan Mendut di Jawa Tengah. Saat sekarang ukir kayu dan logam

mengalami perkembangan pesat dan fungsinya pun sudah bergeser dari hal-hal yang

berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat penghias . Pada ukiran kayu

meliputi motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara, Madura,

Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif yang berasal dari luar

Jawa.

Usaha kerajinan kayu bagi masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di

daerah pariwisata umumnya merupakan usaha yang telah lama ditekuni dan

merupakan usaha turun-temurun dari generasi sebelumnya. Sentra kerajinan kayu di

daerah kunjungan wisata yang menonjol antara lain Bali, Jawa Tengah, Sumatra Utara,

Sulawesi Selatan, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara. Barang-barang kerajinan kayu

tersebut diminati oleh wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia, malahan ada

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 530

beberapa produk mainan yang sudah diekspor ke mancanegara meskipun secara

volume dan nilai ekspor belum dapat bersaing dengan volume dan nilai ekspor

komoditas andalan lain, baik di sektor migas maupun nonmigas.

Barang kerajinan Bali termasuk kerajinan kayu menjadi daya tarik masyarakat

Indonesia dan dunia. Kerajinan Bali termasuk kerajinan kayu menjadi andalan Bali yang

sangat dicari dan digemari karena kerajinan tangan Bali ini begitu unik dan menjadi ciri

khas yang dapat dijadikan oleh-oleh atau suvenir oleh para wisatawan yang berkunjung

ke Bali. Kerajinan tangan Bali sangat khas karena begitu kental seni dan budaya

Balinya, yang bernilai seni tinggi serta bercita rasa tinggi. Dengan demikian, menjadi

produk kerajinan tangan yang selalu dicari wisatawan domestik dan mancanegara.

Industri kerajinan kayu kini tidak hanya terdapat di Kabupaten Gianyar, tetapi

sudah menyebar ke kabupaten-kabupaten lain di Bali, seperti Kota Denpasar,

Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Badung. Misalnya, Mangku

Antara kelahiran tahun 1952, mengembangkan usaha kerajinan stil Bali di kampung

kelahirannya di Banjar Kebayansari, Tangeb, Abianbase, Mengwi, Badung. Usahanya

itu mampu mengangkat kehidupan warga Tangeb, terbukti jumlah karyawannya kini

mencapai 60 orang. Mangku Antara telah mempekerjakan orang dewasa dan siswa

Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Ukir Tangeb ikut menjadi tenaga freelance. Usaha

yang telah dirintis dan dikembangkan sejak tahun 1990 itu mendapat penghargaan

Upakarti bidang Kepeloporan/Pelestarian dari Pemerintah RI tahun 2009, yang

diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Desember 2009 di

Istana Negara. Ini menjadi sebuah kebanggaan tak hanya baginya, tetapi juga warga

Desa Tangeb dan Bali. Kerajinan Mangku Antara beragam, mulai dari sanggah, pintu,

katil, ram, tere, pelangkiran, jineng, gebyok stil Bali, dan ukiran mebel. Di tengah resesi

ekonomi global, usaha yang dijalankan Pak Mangku tetap berkembang. Ini terjadi

lantaran sebagian besar konsumennya adalah pasar lokal. Selain melayani pembuatan

rumah stil Bali, Pak Mangku juga menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah terkait

pembuatan inventaris sekolah, seperti bangku, meja, atau lemari buku. Menurut

Mangku Antara, membuat rumah stil Bali agak susah. Pengerjaannya memerlukan

waktu satu tahun. Semua pekerjaan dikerjakan di lokasi untuk memudahkan proses

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 531

pengukuran. Mangku Antara tak sendiri, ia memerlukan mitra kerja dalam penggarapan

sebuah rumah, bermitra dengan tukang ukir batu dan tukang bangunan. Selain 60

karyawannya, Mangku Antara juga menjalin kerja sama dengan 10 perajin binaan.

Anggota per kelompok 5 hingga 10 orang. Meskipun sukses mendulang prestasi di

bidang usaha ukir Bali, sejatinya Mangku Antara bukanlah seorang perajin, tetapi Ia

adalah mantan seorang pendidik. Setelah pensiun, ada keinginan mengembangkan ukir

di Desa Tangeb dengan memanfaatkan lulusan sekolah Teknik Ukir Tangeb yang

sangat banyak, sebagai wadah untuk menampung skil mereka.

Permasalahan yang dihadapi oleh Mangku Antara dan perajin lainnya di Bali

adalah keterbatasan bahan baku. Selama ini perajin Bali lebih banyak menggunakan

kayu yang berasal dari luar Bali, seperti Jawa Timur, Flores, Sumba, dan Kalimantan.

Permasalahan lain kuantitas, kualitas, kinerja, dan profesionalisme perajin belum

maksimal dan bagaimana meningkatkan ekspor yang ada. Adapun

permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan peningkatan

sumber daya alam dan sumber daya manusia serta peningkatan penggunaan

teknologi modern. Sementara untuk meningkatkan ekspor yang telah berjalan,

bisa digunakan jaringan internet. Diharapkan dari solusi tersebut, maka para perajin

akan mendapat keuntungan dan pemerintah dapat meningkatkan devisa negara.

Industri kerajinan kayu menjadi KPJU lintas sektor tampaknya karena KPJU ini

memiliki keterkaitan erat dengan sektor lain, baik keterkaitan ke belakang dengan

sektor di hulu sebagai pemasok bahan baku yaitu sektor pertanian dalam arti luas

(khususnya subsektor kehutanan), maupun keterkaitan ke depan dengan sektor di hilir,

yaitu pengguna produk KPJU ini, yaitu sektor perdagangan, bangunan, sektor rumah

tangga, serta pemerintah. Jadi, berkembangnya KPJU ini dapat meningkatkan

permintaan bahan baku dan meningkatkan produk sehingga mendorong perkembangan

sektor lain yang di hulu dan di hilir. Oleh karena itu, KPJU ini harus tetap dibina agar

tetap menjadi KPJU unggulan di Bali. Produk industri kerajinan kayu Bali saat ini, tidak

hanya memasok pasar lokal Bali, tetapi juga sudah mulai merambah pasar luar Bali dan

luar negeri. Banyak wisatawan asing memesan industri kerajinan kayu dari Bali, baik

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 532

dalam bentuk rumah knock down maupun bagian-bagian dari rumah yang dipasang

untuk melengkapi rumahnya di luar negeri.

Gambar 6.8 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Industri Kerajinan Kayu

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 533

(9) Usaha Komoditas Padi Sawah

Padi sawah merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Bali. Hal itu

terjadi karena komoditas ini memiliki peran strategis, yaitu sumber pangan penduduk

Bali dan kadang penduduk luar Bali ketika panen surplus, sumber pendapatan sebagian

besar masyarakat Bali sebagai petani padi sawah, dan penyedia lapangan kerja dari

aktivitas produksinya yang banyak menyerap tenaga kerja. Demikian pentingnya arti

dan peran komoditas padi di Bali sehingga logis apabila komoditas ini menjadi salah

satu KPJU unggulan Provinsi Bali. Jika ditinjau dari aspek lintas sektor, komoditas padi

memiliki kaitan erat ke belakang dengan industri hulu yang menyediakan input untuk

proses produksi padi seperti industri pupuk, industri mesin-mesin pertanian, industri

obat-obatan. Di samping itu, memiliki keterkaitan erat ke depan dengan industri yang

menggunakan output KPJU padi sebagai bahan baku atau input seperti industri

makanan dan perdagangan.

Saat ini luas lahan sawah di Provinsi Bali tercatat 81.908 ha (14,4 %) yang

dominan ditanami padi sawah. Dari data statistik penggunaan lahan diketahui bahwa

sejak tahun 1997 sampai dengan 2001 alih fungsi lahan sawah di Bali dalam setahun

rata-rata 758,5 ha (0,89 %). Tahun 2002 sampai dengan 2006 alih fungsi lahan setahun

tercatat rata-rata 641 ha (0,76 %) dan tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 lahan

sawah justru meningkat rata-rata 371 ha (0,45 %) dalam setahun karena peralihan dari

lahan holtikultura ke sawah (terjadi di Kabupaten Jembrana, Buleleng dan

Karangasem).

Luas panen padi (sawah dan ladang) pada tahun 2009 mencapai 150 283 ha

meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 143 999 ha.

Peningkatan luas panen ini diikuti dengan peningkatan produksi dari 840 465 ton tahun

2008 menjadi 878.464 ton tahun 2009. Menurut Bali dalam Angka 2011, luas panen

padi (sawah dan ladang) tahun 2010 mencapai 152.190 ha dan produksi sebanyak

869.160 ton. Ini berarti bahwa produktivitas mencapai 57.11 kuintal per hektare.

Kebutuhan bahan pangan pokok berupa beras makin meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk. Permasalahan selanjutnya adalah pemilikan lahan

yang makin sempit. Artinya, areal produktif untuk usaha tani di Bali makin berkurang

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 534

karena beralih fungsi akibat berkembangnya sektor pariwisata, jalan, permukiman, dan

industri yang menggunakan lahan subur. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus

meningkat diperlukan pengelolaan lahan secara intensif dan efisien. Varietas unggul

padi merupakan salah satu komponen utama teknologi yang berperan sangat dominan

dalam meningkatkan produktivitas dan produksi beras dalam negeri.

Padi termasuk tanaman yang mempunyai spektrum ekologi yang relatif luas dan

dibudidayakan di berbagai tipe agroekosistem (termasuk sosial budaya). Setiap tipe

agroekosistem mempunyai masalah dan kendala yang berbeda, seperti keracunan

kimia, kekeringan, suhu rendah, serta rawan hama dan penyakit tertentu. Untuk

mendukung kegiatan pembangunan pertanian di Bali, terutama pengkajian teknologi

pertanian, telah dilakukan pengelompokan wilayah berdasarkan kondisi biofisik

lingkungan yang hampir sama, yaitu keragaan tanaman dan hewan tidak berbeda

nyata. Pewilayahan ini disebut agroekologi. Berdasarkan pengelompokan agroekologi

dapat ditentukan kawasan tertentu yang memenuhi syarat atau sesuai untuk

pengembangan suatu komoditas pertanian. Pengelompokan wilayah selanjutnya

diorganisasikan ke dalam suatu peta Agro-Ecological Zone (AEZ). Berdasarkan peta

AEZ, Bali dapat dibedakan menjadi lima zone, satu di antaranya zone IV dengan tipe

pemanfaatan lahan pertanian untuk usaha tani lahan basah dan lahan kering.

Permasalahan utama pada usaha padi sawah di Bali adalah laju alih fungsi lahan

sawah menjadi lahan nonsawah, seperti untuk prasarana pariwisata, bangunan

pemerintah, perumahan, dsb. Upaya-upaya mengendalikan laju alih fungsi lahan,

khususnya lahan sawah adalah kegiatan prioritas yang sejak dulu dan untuk waktu-

waktu yang akan datang terus diintensifkan pelaksanaannya. Hal ini dilakukan karena

sawah di Bali di samping berfungsi sebagai faktor produksi untuk menghasilkan

padi/beras juga merupakan wilayah subak, yaitu organisasi petani warisan leluhur yang

harus terjaga keutuhannya dalam pelestarian adat dan budaya Bali.

Usaha budi daya padi sawah di Bali yang merupakan KPJU unggulan erat

kaitannya dengan program ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah

pusat. Program ketahanan pangan sebagaimana amanat UU RI No 7, Tahun 1996

tentang Pangan, di Provinsi Bali dikoordinasikan oleh Dewan Ketahanan Pangan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 535

Provinsi yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh bidang Ketahanan Pangan pada

Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali. Saat

ini juga telah dibentuk Tim Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pangan dan

Gizi (RAD-PG) Provinsi Bali (amanat Inpres No. 3, Tahun 2010 tentang RAD-PG).

Dari sisi regulasi yang mengacu pada UU RI No 26, Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang dan UU RI No. 41, Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (PLP2B), di Provinsi Bali telah ditetapkan PERDA No. 16, Tahun

2009 tentang RTRW Provinsi Bali tahun 2009--2029. Dalam PERDA No. 16, Tahun

2009 dimaksud antara lain telah ditetapkan bahwa lahan pertanian pangan

berkelanjutan di Provinsi Bali ditetapkan sekurang-kurangnya 90% sejak tahun 2009

sampai dengan 2029, artinya dalam jangka waktu 20 tahun ke depan alih fungsi lahan

pertanian hanya ditolerir sebesar-besarnya 10%. Terkait dengan penyediaan pangan

pokok khususnya beras di Provinsi Bal yang bersumber dari usaha padi sawah dapat

diinformasikan hal-hal sebagai berikut.

a. Dengan menggunakan angka konsumsi beras per kapita per tahun masyarakat Bali

116 kg (hasil SUSENAS tahun 2005). Sampai dengan saat ini Bali masih surplus

beras rata-rata dalam setahun >80.000 ton, di mana rata-rata produksi beras di Bali

dalam setahun adalah > 530.000 ton dan kebutuhannya < 450.000 ton.

b. Dalam menjaga stabilitas harga beras, dilaksanakan beberapa program, yaitu

menyediakan dana talangan pembelian gabah petani agar harga gabah petani tidak

jatuh pada saat panen raya (melindungi petani selaku produsen) yang dibiayai oleh

dana APBD Provinsi, sedangkan untuk mengatasi naiknya harga beras pada saat

tidak musim panen maka Drive BULOG akan menyalurkan raskin dan atau

melaksanakan operasi pasar (OP).

Dalam mempermudah aksesibilitas pangan bagi penduduk, di samping ditempuh

melalui upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan secara merata

di seluruh wilayah, juga dilaksanakan program pengembangan diversifikasi menu, yaitu

menyediakan pangan sumber karbohidrat nonberas lainnya, seperti palawija serta

penyediaan pangan lain (pangan hewani, sayur, buah-buahan, dan lain-lain) yang

mencukupi sebagaimana ketentuan dalam sistem Pola Pangan Harapan (PPH).

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 536

Gambar 6.9 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Padi Sawah

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 537

(10) Usaha Komoditas Cengkeh

Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn.Eugenia aromaticum), dalam bahasa

Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon

Myrtaceae. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan

Madagaskar. Selain itu, juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.

Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara. Pohon cengkeh merupakan

tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10--20 m, mempunyai daun

berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya

berwarna hijau dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen

jika sudah mencapai panjang 1,5--2 cm.

Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh

maupun sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia, sedangkan di

Indonesia cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan

sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan

sebagai aroma terapi dan untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang

ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk

mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50--100 gram

daun cengkeh kering per tanaman.

Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial.

Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk

menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol

digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan

dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral; "chōji"

berarti cengkeh; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat

permukaan pedang mereka.

Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan

setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya mengunyah cengkeh agar harum

napasnya. Cengkeh, pala, dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkeh

menjadi bahan tukar-menukar oleh bangsa Arab pada abad pertengahan. Pada akhir

abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar-menukar di Laut India. Bersama

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 538

itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan

Spanyol. Selain itu, juga dibuat perjanjian dengan SultanTernate. Orang Portugis

membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari Kepulauan Maluku ke Eropa.

Pada saat itu harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas.

Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-

17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudidayakan pohon Cengkeh di

Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkeh dibudidayakan di Guyana, Brasilia, dan

Zanzibar. Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkeh sama dengan harga

emas karena tingginya biaya impor. Hal itu terjadi karena cengkeh di sana dijadikan

salah satu bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga sekitarnya yang

mengkonsumsi tanaman cengkeh tersebut. Sampai sekarang cengkeh menjadi salah

satu bahan yang diekspor ke luar negeri.

Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang pada awalnya merupakan

komoditas ekspor berubah posisi menjadi komoditas yang harus diimpor karena

pesatnya perkembangan indutri rokok kretek. Industri rokok kretek sendiri berkembang

sejak akhir abad ke-19. Tingginya kebutuhan devisa untuk memenuhi kebutuhan impor

cengkeh mengakibatkan ditetapkannya program swasembada cengkeh pada tahun

1970, antara lain melalui perluasan areal.

Hasil pelaksanaan program swasembada cengkeh adalah terjadinya

perkembangan luas areal yang sangat mencolok dari 82.387 ha tahun 1970 menjadi

724.986 ha tahun 1990. Swasembada dinyatakan tercapai pada tahun 1991, bahkan

terlampaui, tetapi bersamaan dengan itu terjadi penurunan harga. Untuk membantu

petani mengatasi hal tersebut pemerintah campur tangan dengan (1) mengatur tata

niaga melalui pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC), (2)

mendiversifikasi hasil, dan (3) mengkonversi sebagian areal. Namun, upaya-upaya ini

tidak berhasil yang diindikasikan oleh harga tetap tidak membaik sehingga petani

menelantarkan pertanamannya.

Sejak tahun 1996 produksi cengkeh Indonesia mengalami penurunan drastis

akibat ketidakpastian harga. Dampak dari harga jual yang tidak menentu menyebabkan

keengganan petani untuk memelihara tanamannya sehingga pertanaman menjadi

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 539

rentan terhadap serangan hama dan penyakit, seperti bakteri pembuluh kayu cengkeh

(BPKC), cacar daun cengkeh (CDC), gugur daun cengkeh (GDC), dan penggerek

batang cengkeh. Pada tahun 1995 produksi cengkeh nasional mencapai 90.007 ton

turun menjadi 52.903 ton pada saat panen kecil tahun 1999 dan hanya mencapai

79.009 pada saat panen besar tahun 2002. Di pihak lain kebutuhan cengkeh untuk

rokok kretek naik menjadi rata-rata 92.133 ton/tahun. Terjadinya kekurangan pasokan

tersebut merupakan tantangan bagi petani dan pengusaha untuk dapat memenuhinya.

Keseimbangan pasokan terhadap permintaan dapat dilakukan melalui intensifikasi,

rehabilitasi, dan peremajaan tanaman didukung dengan harga beli yang layak oleh

pabrik rokok.

Prioritas Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2004--2009 adalah

“Revitalisasi Pertanian” yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan

meletakkan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi nasional. Salah satu

tujuan revitalisasi pertanian adalah meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian

secara berkelanjutan dan meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian.

Berkaitan dengan itu, sudah selayaknya revitalisasi tersebut juga dilakukan dalam

agrobisnis cengkeh. Ini penting, mengingat sumbangannya yang besar terhadap

pendapatan negara dan penyedia lapangan kerja. Di pihak lain, pasokan cengkeh

sebagai bahan baku rokok kretek semakin mengkhawatirkan. Revitalisasi dalam

agrobisnis cengkeh di suatu daerah dapat diarahkan pada (1) pengamanan penyediaan

cengkeh untuk industri rokok dan (2) pengamanan pendapatan petani sebagai

produsen cengkeh.

Cengkeh merupakan salah satu bahan baku utama rokok kretek yang mencakup

80% produksi rokok nasional. Di samping pengaruh negatif rokok terhadap kesehatan,

peranan rokok kretek dalam perekonomian nasional sangat nyata, antara lain

menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok.

Tenaga kerja yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok

kretek, yaitu di sektor pertanian, industri rokok, dan perdagangan serta sektor informal

sekitar 6 juta tenaga kerja.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 540

Tanaman cengkeh di Bali menyebar di seluruh kabupaten, kecuali Kota

Denpasar. Luas tanaman cengkeh di Bali tahun 2009 adalah 15.776 ha, yang terdiri

atas tanaman belum menghasilkan (tanaman muda) seluas 297 ha, tanaman

menghasilkan (produktif) seluas 14.821 ha, dan tanaman rusak atau tua seluas 659 ha.

Produksi cengkeh tahun 2008 mencapai 3.768,4 ton, meningkat menjadi 4.442,5 ton

pada tahun 2009. Namun, produksi cengkeh di Bali tahun 2011 gagal total karena

gangguan cuaca berupa musim hujan terlampau panjang yang hampir satu tahun pada

tahun 2010. Komoditas cengkeh menjadi sumber pendapatan sebanyak 55.641 petani

dan 879.235 pekerja ketika musim panen cengkeh.

Berdasarkan kesepakatan antara Dinas Perkebunan Provinsi Bali dengan

Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, produksi cengkeh di Bali

sekarang ini sudah dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga

areal tanaman tidak direkomendasikan untuk ditambah lagi. Dikatakan oleh Kadis

Perkebunan, “Kita tidak merekomendasikan untuk menambah tanaman cengkeh.

Pasalnya, memang dilihat dari produksi nasional sudah mencukupi jumlah kebutuhan

yang ada.” Lebih lanjut dikatakan bahwa produksi cengkeh skala nasional ini, bahkan

dapat dikatakan sudah di atas dari jumlah kebutuhan nasional. Untuk menjaga agar

harga cengkeh tidak jatuh, maka sudah ada kesepakatan secara nasional dan ini sudah

diatur oleh Direktorat Jenderal Perkebunan untuk tidak melakukan penambahan areal

tanam dari yang sudah ada sekarang ini. Becermin dari kondisi tersebut, tanaman

cengkeh hanya difokuskan pada melakukan pemeliharaan terhadap tanaman yang

sudah ada dan mengganti tanaman cengkeh yang berusia tua, yang sudah tidak bisa

berproduksi lagi.

Cengkeh merupakan salah satu KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali

karena komoditas ini tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga

mampu mengirim ke luar Bali, yaitu ke Pulau Jawa, terutama ke pabrik-pabrik rokok di

Jawa Tengah dan Jawa Timur, bahkan ada yang diekspor ke luar negeri. Jika ditinjau

dari keterkaitan antarsektor, diketahui bahwa komoditas cengkeh memiliki keterkaitan

erat ke belakang dengan sektor industri pengolahan, yaitu industri pupuk yang

menyediakan input untuk budi daya cengkeh. Sebaliknya, keterkaitan erat ke depan

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 541

dengan industri rokok kretek dan industri obat-obatan berupa pemanfaatan produk

cengkeh untuk bahan baku industri-industri tersebut. Jadi, logis apabila komoditas

cengkeh menjadi KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali.

Membudidayakan komoditas cengkeh dihadapkan dengan beberapa

permasalahan, yaitu (1) masa awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu setelah

umur 5--7 tahun, (2) ketidakpastian harga dan fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang

dikenal dengan siklus 2--4 tahun, produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu diikuti

dengan penurunan produksi 1--2 tahun berikutnya, (3) cuaca yang buruk berupa hujan

yang berkepanjangan atau melebihi enam bulan akan mengganggu pertumbuhan calon

bunga, dan akhirnya akan mengganggu produksi bunga cengkeh. Hal ini dialami oleh

petani cengkeh di Bali, yang mengalami gagal panen total tahun 2011 karena hujan

berkepanjangan pada tahun 2010.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 542

Gambar 6.10

KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Cengkeh

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 543

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1 Simpulan A. KPJU Unggulan Sektor dan Lintas Sektor di Sembilan Kabupaten/Kota 1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kota Denpasar

• KPJU unggulan sektor di Kota Denpasar (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan di laut,

tanaman hias, padi sawah, sapi, dan jagung manis. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu sablon pakaian, perlengkapan pakaian

(mote, renda), produk makanan lain (jajanan basah uli, camilan dsb), pakaian jadi (garment), dan pengolahan & pengawetan ikan.

(c) Pada sektor konstruksi dan bangunan hanya satu jenis usaha, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.

(d) Pada perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu eceran barang suvenir, hotel melati, mini market & toko kelontong, restoran dan rumah makan, serta perdagangan produk pertanian.

(e) Pada sektor pengangkutan, yaitu rent car, angkutan darat barang (truk), bus trayek, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, dan bus pariwisata.

(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, money changer, KUD, KSP.

(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa binatu/laundry, rumah kost, pangkas rambut & salon kecantikan, penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan, jasa bengkel kendaraan, dan jasa fotokopi.

• KPJU unggulan lintas sektor di Kota Denpasar, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, kontraktor konstruksi bangunan, penangkapan ikan di laut (nelayan tradisional), dan industri pakaian jadi (garment).

2. KPJU unggulan sektor di Kabupaten Badung (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu ayam, penangkapan ikan laut,

kelapa, babi, dan padi sawah. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu garment, kerajinan kayu, industri

makanan/minuman, industri kerajinan dari logam, dan industri kerajinan besi & baja.

(c) Pada sektor kontruksi dan bangunan, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, mini market & toko kelontong, perdagangan produk pertanian, dan kios barang kerajinan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 544

(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), taxi (koperasi), rent car, angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, dan bus trayek.

(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu money changer, BPR, LPD, KSP, dan KUD.

(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu travel biro/pramuwisata, instalatur listrik, penjahit pakaian, bengkel (sepeda motor dan mobil), dan jasa binatu/laundry.

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Badung, yaitu hotel melati, restoran/rumah makan, industri makanan & minuman, mini market dan toko kelontong, dan kerajinan/ukiran kayu.

3. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Gianyar • KPJU unggulan sektor di Kabupaten Gianyar

(a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu itik, jeruk, ayam, sapi, dan durian.

(b) Pada sektor penggalian, yaitu usaha batu padas. (c) Pada sektor industri pengolahan, yaitu produk makanan, penyosohan beras

(RMU), pengolahan dan pengawetan ikan, kerajinan perak, dan mosaik. (d) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu kontraktor konstruksi gedung/rumah. (e) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu perdagangan produk

pertanian, toko barang kerajinan & lukisan, restoran & rumah makan, hotel melati, mini market & toko kelontong.

(f) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu rent car, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, angkutan darat barang (truk), bus tidak bertrayek (pariwisata), dan jasa pengiriman barang/cargo.

(g) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan money changer.

(h) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu arung jeram, jasa kebugaran, wisata alam, jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut dan salon kecantikan.

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Gianyar, yaitu kerajinan perak, hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, mini market & toko kelontong, dan toko barang kerajinan & lukisan.

4. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Tabanan • KPJU unggulan sektor di Kabupaten Tabanan

(a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, kopi, cengkeh.

(b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri minuman ringan, industri pengolahan kopi, penyosohan beras, industri kopra dan minyak goreng kelapa, dan industri kerajinan (gerabah, genteng, keramik, lukisan).

(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 545

(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, perdagangan produk kerajinan.

(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan wisata danau, warnet, bus trayek, angkutan darat barang (truk), dan jasa pengiriman paket/surat.

(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, KSU.

(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata kebun raya Bedugul, wisata desa dan alam Jatiluwih, penjahitan sesuai dengan pesanan, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa perbengkelan (motor dan mobil).

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Tabanan, yaitu hotel melati, komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri pengolahan kopi.

5. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Bangli

• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Bangli (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu sapi, jeruk, ayam, kopi, dan

hutan bambu. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu kerajinan bambu, kerajinan kayu,

pengolahan kopi, industri pengolahan makanan, dan kerajinan dari logam (emas dan perak).

(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, hotel melati, perdagangan produk pertanian, mini market & toko kelontong, dan konter HP.

(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, bus trayek, angkutan danau, dan warnet.

(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KUD, KSU, dan money changer.

(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu bengkel (sepeda motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, tukang jahit pakaian, jasa binatu/laundry, dan pramuwisata.

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bangli, yaitu sapi, kerajinan kayu, jeruk, kerajinan bambu, dan kopi.

6. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Klungkung

• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Klungkung (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, sapi, cabai, rumput

laut, dan kacang tanah. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri tenun (ATMB), industri

kerajinan perak dan selongsong peluru, industri kerajinan uang kepeng (pis

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 546

bolong), industri kerajinan lukisan wayang klasik, dan kerajinan perlengkapan upacara adat & agama Hindu.

(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, counter HP, restoran & rumah makan, dan mini market & toko barang kelontong.

(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor), warnet, angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat), dan ojek.

(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KSP, BPR, KUD, dan KSU.

(g) Pada sektor jasa-jasa, yaitu diving dan snorkeling, fotokopi, wisata rafting (di Bakas), pangkas rambut dan salon kecantikan, dan wisata perdesaan (Nusa Penida dan Lembongan).

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Klungkung, yaitu BPR, kontraktor konstruksi bangunan, kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu, industri tenun (ATBM), dan industri kerajinan uang kepeng (pis bolong).

7. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Karangasem

• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Karangasem (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan laut, salak,

kelapa, jambu mete, dan kacang tanah. (b) Pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu usaha galian C (pasir,

kerikil/koral, batu hitam). (c) Pada sektor industri pengolahan, yaitu tenun endek & songket (ATBM),

industri batu tabas, anyaman ate, anyaman tikar pandan, dan pengolahan buah jambu mete (menjadi wine dan kacang mete).

(d) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu hanya usaha kontraktor konstruksi bangunan.

(e) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, perdagangan produk pertanian, counter HP, hotel melati, dan homestay.

(f) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, warnet, bus trayek, dan angkutan penumpang perkotaan & perdesaan (bemo roda empat).

(g) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.

(h) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata spiritual (Pura Besakih), pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata, wisata alam rafting (Telaga Waja), dan agrowisata salak.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 547

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Karangasem, yaitu industri tenun endek & songket (ATBM), industri batu tabas, galian C (pasir, kerikil/koral, batu), kontraktor konstruksi bangunan, dan industri kerajinan anyaman ate,

8. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Jembrana

• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Jembrana (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, pisang, sapi, kopi,

dan penagkapan ikan laut. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri

pengolahan hasil perikanan, industri pengalengan ikan, industri bata merah, dan industri penyosohan beras (RMU).

(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk-produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk kerajinan.

(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, warnet, bus trayek, jasa pengiriman paket surat, ojek.

(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yaitu, LPD, BPR, KSP, KUD dan KSU.

(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata Taman Nasional Bali Barat, wisata agro Bunutan, jasa perbengkelan (motor dan mobil), jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut & salon kecantikan.

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Jembrana, yaitu industri pengolahasn hasil perikanan, hotel melati, mini market dan toko kelontong, padi sawah, dan industri pengalengan ikan.

9. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Buleleng

• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Buleleng (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu kopi, anggur, cengkeh, mangga,

dan padi sawah. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengawetan ikan,

penyosohan beras (RMU), pengolahan gula merah (di Pedawa), produk camilan, dan pengolahan kopra.

(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.

(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, restoran/rumah makan, konter HP, dan artshop.

(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, bus trayek, jasa pengiriman barang/cargo, dan ojek.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 548

(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KUD, KSP, KSU dan BPR.

(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa perbengkelan (motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, warnet, jasa objek wisata, dan pramuwisata.

• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Buleleng, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, cengkeh, kopi, kontraktor konstruksi bangunan.

B. KPJU unggulan Sektor dan Lintas Sektor di Provinsi Bali 10. KPJU unggulan sektor di Provinsi Bali

(a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, penangkapan ikan laut, dan kopi.

(b) Pada sektor penggalian, yaitu usaha galian C (pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas).

(c) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi bubuk, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek & songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu.

(d) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan. (e) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan

produk pertanian, restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan vila.

(f) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), rent car (penyewaan kendaraan), bus carter, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, dan warnet.

(g) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa pertusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, money changer, dan KUD.

(h) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata dan travel biro, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (motor dan mobil), dan jasa fotokopi.

11. KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali yaitu, hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, industri pengolahan hasil perikanan, industri kerajinan perak, komoditas kopi, restoran/rumah makan, industri tenun endek & songket (ATBM), industri kerajinan kayu, padi sawah, dan cengkeh.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 549

7.2 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan temuan KPJU unggulan UMKM lintas sektor, tampak bahwa ada

kontradiksi atau pilihan (trade-off) dalam pengembangan antara satu KPJU dengan

KPJU lain. Misalnya, pengembangan usaha hotel melati akan mengorbankan lahan

sawah produktif, yang berarti mengorbankan pengembangan usaha budi daya

komoditas padi. Sebaliknya, mempertahankan lahan sawah produktif untuk

mengembangkan usaha padi sawah akan menghambat pengembangan KPJU hotel

melati. Bertolak dari realitas tersebut, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai

berikut.

1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat

provinsi hendaknya terus dibina secara intensif oleh semua pemangku kepentingan

(pemerintah, BUMN, swasta, LSM, dll) dengan memberikan pelatihan teknis,

manajemen usaha, kewirausahaan, dan pinjaman modal sehingga tetap menjadi

unggulan.

2. KPJU potensial di setiap kabupaten perlu dikembangkan melalui usaha

ekstensifikasi (perluasan areal atau perluasan usaha) dan intensifikasi, yaitu

peningkatan penggunaan masukan dalam satuan luas atau usaha yang tetap.

Dengan demikian, potensi yang dimiliki menjadi berkembang, bahkan akan

berkembang menjadi KPJU unggulan.

3. Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif, penyederhanaan

prosedur perizinan usaha yang mudah, murah, dan cepat termasuk melalui

perizinan satu atap dan keringanan pajak.

4. Sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian Bali, baik dalam

kontribusinya terhadap PDRB dan pendapatan petani maupun dalam penyerapan

tenaga kerja hendaknya dipertahankan dengan cara mempertahankan atau

melindungan areal lahan sawah dari laju alih fungsi lahan yang sangat cepat untuk

tujuan bukan pertanian, seperti prasarana pariwisata, perumahan, perkantoran

pemerintah, dsb. Rekomendasi ini sebagai penjabaran dari visi pemerintah provinsi

menuju Bali Green.

Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 550

5. Pariwisata sebagai leading sector perekonomian Bali hendaknya dipertahankan,

bahkan dikembangkan. Namun, dalam pengembangannya yang sering

mengorbankan sumber daya alam, seperti lahan sawah dan air irigasi untuk

kepentingan pertanian hendaknya diminimalisasi sehingga tidak merugikan sektor

pertanian.

6. Sektor industri pengolahan dan kerajinan rumah tangga yang sangat berperan

dalam perekonomian Bali, seperti sumber pendapatan perajin, pengecer, dan

eksportir, sumber devisa, dan penyerap tenaga kerja hendaknya dikembangkan

sehingga perannya semakin meningkat dalam perekonomian Bali.

7. Sektor jasa-jasa yang kontribusinya semakin besar dalam perekonomian Bali perlu

dikembangkan dan dibina sehingga perannya semakin meningkat.

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 551

DAFTAR PUSTAKA Admin. 2006. Maluku Bisa Memiliki Brand Komoditi Pertanian Unggulan. Dalam

Website: Komoditi Unggulan. Anonim. 1999. Informasi Sumber daya Sarana dan Prasarana Sentra Agribisnis

(Komoditi Salak, Jeruk, Sapi, Babi, Ikan Tuna, Mas/Karper). Bagian Proyek Pengembangan Sumber daya Sarana dan Prasarana Pertanian Bali-TA. 1998/1999. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Provinsi Bali.

Anonim. 2000. Penyusunan Master Plan dan Action Plan Kawasan Andalan dan Kawasan Sentra Produksi Provinsi Bali. Kerja sama Bappeda Provinsi Bali dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.

Bechstedt, H.D. 1997. Training Manual on Participatory Rural Appraisal.GTZ. BPS, 1998. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum, Indonesia. Survei

Usaha Terintegrasi. Jakarta : BPS. BPS, 1999. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum, Indonesia. Survei

Usaha Terintegrasi. Jakarta : BPS. BPS Provinsi Bali. 2011. Sakernas 2007--2010. Denpasar : Badan Pusat Statistik

Provinsi Bali. CIRDAP. 1984. People’s Participation in Rural Development: An Overview of South

and South East Asian Experiences. Center on Integrated Rural Development for Asia and the Pacific. Bangladesh:Comilla.

Cohen, J. M. and N. T. Uphoff. 1977. Rural Development Participation: Concepts and Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. Rural Development Monograph No. 2. Rural Development Committee, Center for International Studies, Cornell University. New York:Ithaca.

Bank Indonesia Denpasar. 2011. Kerangka Acuan Kerja Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM 2011.

Marimin. 2004.Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Marimin dan N. Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press.

Oakley, P. and D. Marsden. 1984. Approaches to Participation in Rural Development. Published on Behalf of the ACC Task Force on Rural Development.

Omar, H; A. Kuswono; I. Brahmantio; T. Fizzanty; and L.E. Mustika. 2001. Teknologi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia: Kondisi Saat Ini dan Kebutuhan Mendatang. ITB: Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri.

Saaty, T. 1991. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 552

Sahil, M.R. dan T. Salim. 1999. Strategi Pemilihan Teknologi untuk Pengembangan UKM (Bahan Diskusi). Materi Pelatihan Alih Teknologi di Daerah Pedesaan. LIPI :Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna.

Sugiyanto, C. 2007. Strategi Penyusunan Komoditi Uggulan Daerah. Dalam Website google.com: Komoditi Unggulan.

Waddimba, J. 1979. Some Participatory Aspects of Programmes to Involve the Poor in Development. Geneva: United Nations Institute for Social Development.

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 553

Lam p iran 1 Diagram Met od e Pem b ob ot an Penent uan KPJU Unggulan m ulai d ar i Kecam at an sam p ai d engan Provinsi

FGD dengan Pejabat di tingkat

Propinsi

P R O P I N S I

Pembobotan:1. Tujuan

2. kriteria untuk MPE3. Kriteria untuk AHP

Kriteria untuk MPE:1. Jml unit usaha/RT2. Jangkauan/kondisi

permasaran3. Ketersediaan bhn

baku/sarana produksi/sarana usaha

4. Kontribusi thd perekonomian daerah

Kriteria untuk AHP:TK terampil, bahan

baku, modal, sarana produksi/usaha,

teknologi, sosbud, manajemen usaha, ketersediaan pasar,

harga, penyerapan TK & sumbangan thd

perekonomian daerah

Tujuan:1. Pertumbuhan

ekonomi2. Penciptaan lapangan kerja3. Peningkatan

daya saing

P E M B O B O T A N

Sektor/sub sektor:Tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan, industri, perdagangan, pariwisata, angkutan,

jasa-jasa

Lampiran 1Lampiran 1

Berlaku sama untuk:1. semua sektor/sub

sektor2. Kecamatan 3. Kabupaten

KABUPATEN/KOTA

Pembobotan:Sektor/Sub sektor

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 554

Lam ap iran 2 Hierarki Op erasional Pem b ob ot an Kr it er ia d engan Met od e AHP

KOMODITI UNGGULAN

PERTUMBUHAN EKONOMIPENCIPTAAN LAPANGAN KERJA PENINGKATAN DAYA SAING

PRODUK

TK TERDIDIK

BAHAN BAKU MODAL

SARANA PRODUKSI/

USAHATEKNOLOGI SOSIAL

BUDAYAMANAJEMEN

USAHAKETERSEDIAAN

PASAR HARGA PENYERAPAN TK

SUMB. THD PEREKONOMIAN

HIRARKI – OPERASIONALPEMBOBOTAN KRITERIA DENGAN AHP

DI PROVINSI

Lampiran 2

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 555

Lampiran 3 Hirarki Operasional Pembobotan Sektor/Sub Sektor dengan AHP di Kabupaten/Kota

KOMODITI UNGGULAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK

Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Industri Perdagangan Pariwisata Angkutan Jasa-Jasa

HIRARKI – OPERASIONALPEMBOBOTAN SEKTOR/SUB SEKTOR DENGAN AHP

DI KABUPATEN/KOTAMADYA

Lampiran 3

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 556

Lampiran 4 Penentuan KPJU Unggulan UMKN

K E C A M A T A N

Berdasarkan daftar Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) seluruh Kecamatan pada

suatu Kabupaten/Kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber, dilakukan

pemilihan KPJU Kecamatan dengan Metode Perbandingan Eksponensial melalui

pertemuan atau kunjungan ke Kecamatan langsung

Nara sumber, a.l:1. Mantri Statistik

2. Mantri Tani3. Kasi Perekonomian

Hasil:5 KPJU di tiap sektor/

sub sektor

K A B U P A T E N/K O T A

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kecamatan, dilakukan pemilihan KPJU Kabupaten/Kota dengan metode Borda

Hasil:10 KPJU di tiap sektor/

sub sektor

K A B U P A T E N/K O T A

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU

di tiap sektor/sub sektor dengan metode AHP melalui FGD

Nara sumber, a.l:1. Pejabat dinas/

instansi2. Asosiasi

3. Kadin4. Bappeda

5. Perbankan6. Peneliti/dosen PT

Hasil:5 KPJU di tiap sektor/

sub sektor

K A B U P A T E N/K O T A

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU

lintas sektoral dengan metode Bayes namun terlebih dahulu dilakukan normalisasi

Hasil:5 KPJU lintas sektoral

PENENTUAN KPJU UNGGULAN UMKM

Kriteria untuk MPE:1. Jml unit usaha/RT2. Jangkauan/kondisi

permasaran3. Ketersediaan bhn baku/

sarana produksi/sarana usaha

4. Kontribusi thd perekonomian daerah

Kriteria untuk AHP:TK terampil, bahan baku, modal, sarana produksi/

usaha, teknologi, sosbud, manajemen usaha,

ketersediaan pasar, harga, penyerapan TK & sumbangan thd

perekonomian daerah

Lampiran 4Lampiran 4

P R O P I N S I

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU

lintas sektoral dengan metode Borda

Hasil:10 KPJU lintas sektoral

P R O P I N S I

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU

di tiap sektor/sub sektor dengan metode Borda

Hasil:5 KPJU di tiap sektor/sub

sektor

Sebelumnyadilakukan konfirmasi thd 5 KPJU di tiap sektor/sub sektor

yang telah diperoleh

KPJU FinalLintas

Sektoral

Nilai Inflasi Tingkat Provinsi

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 557

Lampiran 5 Pola Pikir Hierarki Analitic

Sumbangan terhadap

Perekonomian

MENCARI KOMODITI UNGGULAN

Pertumbuhan Ekonomi

Skilled Tenaga Kerja

Bahan Baku

Modal Sarana

Produksi/ Usaha

1. Tingkat Pendidikan 2. Pelatihan 3. Pengalaman kerja

1. Ketersediaan bahan baku 2. Harga perolehan bahan baku 3. Retensi/parishability bahan baku 4. Kesinambungan bahan baku 5 Mutu

1. Kebutuhan investasi awal 2. Kebutuhan modal kerja 3. Aksesibilitas thd sumber

bi 1. Ketersediaan Sarana Produksi 2. Harga 3 Kemudahan

Teknologi Sosial Budaya

Manajeman Usaha

1. Ketersediaan 2. Kemudahan

(memperoleh teknologi) 1. Ciri khas lokal 2. Religion/Budaya 3 Turun temurun

1. Kemudahan untuk memanage

Ketersediaan Pasar

Harga Penyerapan

Tenaga Kerja

1. Kemudahan Menjual 2. Kemudahan Mendistribusikan

(lokasi) Stabilitas Harga

Penyerapan Tenaga Kerja

1. Backward & Forward Linkages 2. Jumlah jenis usaha yg

terpengaruh krn keberadaan usaha ini

Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk

Tan. Pangan

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

Industri

Perdagangan

Pariwisata

Angkutan

Jasa-Jasa

ALTERNATIF KEBIJAKAN

LEVEL 1 FOKUS

LEVEL 2 TUJUAN

LEVEL 3 KRITERIA

LEVEL 4 ALT. KOMODITI

LEVEL 5 ALT. KEBIJAKAN

HIERARKI – POLA PIKIR

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 558

Lampiran 6 Pola Pikir Hierarki Operasional

MENCARI KOMODITI UNGGULAN

Pertumbuhan Ekonomi

Skilled Tenaga Kerja

Bahan Baku

Modal Sarana

Produksi/ Usaha

Teknologi Sosial Budaya

Manajeman Usaha

Ketersediaan Pasar

Harga Penyerapan

Tenaga Kerja Sumbangan

terhadap Perekonomian

Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk

Tan. Pangan

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

Industri

Perdagangan

Pariwisata

Angkutan

Jasa-Jasa

HIERARKI – OPERASIONAL

LEVEL 1 FOKUS

LEVEL 2 TUJUAN

LEVEL 3 KRITERIA

LEVEL 4 ALT.KOMODITI

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 559

Lampiran 7

Hirarki Operasional Pemilihan Alternatif Komoditas dengan AHP di Kabupaten/Kota

KOMODITI UNGGULAN

TK TERDIDIK

BAHAN BAKU MODAL

SARANA PRODUKSI/

USAHATEKNOLOGI SOSIAL

BUDAYAMANAJEMEN

USAHAKETERSEDIAAN

PASAR HARGA PENYERAPAN TK

SUMB. THD PEREKONOMIAN

Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Industri Perdagangan Pariwisata Angkutan Jasa-Jasa

Alternatif Komoditas di Setiap Sektor/Sub Sektor

HIRARKI – OPERASIONALPEMILIHAN ALTERNATIF KOMODITAS DENGAN AHP

DI KABUPATEN/KOTAMADYA

Lampiran 7

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 560

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 553

KUESIONER PEMBOBOTAN TUJUAN DAN KRITERIA DI TINGKAT PROVINSI

Contoh Pengisian 1. Penentuan Bobot Tujuan Penetapan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan

Tujuan penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan adalah dalam rangka untuk: a. Pertumbuhan Ekonomi/Wilayah b. Penciptaan Tenaga Kerja c. Peningkatan Daya Saing Produk

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing Tujuan dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel Saaty)

Nilai Skor Keterangan 1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting 3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding

tujuan yang lainnya. 5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya)

dibanding tujuan yang lainnya 7 Tujuan yang satu sangat penting dibanding tujuan yang lainnya 9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya dibanding tujuan yang

lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas

Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Pentin

g

Diisi jika TUJUAN di Kolom Kiri

lebih pentingdibanding TUJUAN di

Kolom Kanan

Diisi jika TUJUAN di Kolom Kanan

lebih penting dibanding TUJUAN di Kolom Kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertumbuhan Ekonomi

Penciptaan Lapangan Kerja

Pertumbuhan Ekonomi √

Peningkatan Daya Saing Produk

Penciptaan Lapangan Kerja

Peningkatan Daya Saing Produk

Jika Pertumbuhan Ekonomi sama penting dengan Peningkatan Daya Saing Produk

Jika Pertumbuhan Ekonomi lebih penting dibandingkan dengan Penciptaan Lapangan Kerja

Jika Peningkatan Daya Saing Produksangat penting dibandingkan dengan Penciptaan Lapangan Kerja

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 554

2. Penentuan Bobot Tujuan Penetapan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan

Tujuan penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan adalah dalam rangka untuk: a. Pertumbuhan Ekonomi/Wilayah b. Penciptaan Tenaga Kerja c. Peningkatan Daya Saing Produk

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing Tujuan dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel 1)

Nilai Skor Keterangan 1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting 3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding

tujuan yang lainnya. 5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya)

dibanding tujuan yang lainnya 7 Tujuan yang satu sangat penting dibanding tujuan yang lainnya 9 Tujuan yang satuekstrim pentingnya dibanding tujuan yang

lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas

Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing Tujuan pada tabel berikut (Tabel 2).

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Pentin

g

Diisi jika TUJUAN di Kolom Kiri

lebih pentingdibanding TUJUAN di

Kolom Kanan

Diisi jika TUJUAN di Kolom Kanan

lebih penting dibanding TUJUAN di Kolom Kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertumbuhan Ekonomi

Penciptaan Lapangan Kerja

Pertumbuhan Ekonomi

Peningkatan Daya Saing Produk

Penciptaan Lapangan Kerja

Peningkatan Daya Saing Produk

3. Penentuan Bobot Kriteria untuk penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan di tingkat Kabupaten

Kriteria yang digunakan untuk penentuan komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) unggulan Kabupaten adalah :

1. Tenaga Kerja Terampil yang dibutuhkan (Skilled); 2. Bahan Baku;

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 555

3. Modal; 4. Sarana Produksi/Usaha; 5. Teknologi; 6. Sosial Budaya; 7. Kemudahan memanage usaha; 8. Ketersediaan Pasar; 9. Harga; 10. Penyerapan Tenaga Kerja; 11. Sumbangan terhadap perekonomian.

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing Kriteria untuk setiap Tujuan dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel Saaty)

Nilai Skor Keterangan 1 Kriteria yang satu dengan yang lainnya sama penting 3 Kriteria yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding

Kriteria lainnya. 5 Kriteria yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya)

dibanding Kriteria lainnya 7 Kriteria yang satu sangat penting dibanding Kriteria lainnya 9 Kriteria yang satuekstrim pentingnya dibanding Kriteria lainnya

2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 556

3.1.. Bapak/Ibu diminta memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM, Dalam rangka pencapaian tujuan Pertumbuhan Ekonomi

Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KRITERIA di Kolom Kiri

lebih pentingdibanding KRITERIA di

Kolom Kanan

Diisi jika KRITERIA di Kolom Kanan

lebih penting dibanding KRITERIA di Kolom Kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9

Tenaga Kerja Terampil Bahan Baku

Tenaga Kerja Terampil Sarana Produksi

Tenaga Kerja Terampil Sosial Budaya

Tenaga Kerja Terampil Ketersediaan

Pasar

Tenaga Kerja Terampil Penyerapan T.K

Bahan Baku Modal

Bahan Baku Teknologi

Modal Manajemen. Usaha

Modal Harga

Modal Sumbangan thd Perekonomian

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 557

3.2.. Bapak/Ibu diminta memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM, Dalam rangka pencapaian tujuan Penciptaan Lapangan Kerja

Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KRITERIA di Kolom Kiri

lebih pentingdibanding KRITERIA di

Kolom Kanan

Diisi jika KRITERIA di Kolom Kanan

lebih penting dibanding KRITERIA di Kolom Kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9

Tenaga Kerja Terampil Bahan Baku

Tenaga Kerja Terampil Sarana Produksi

Tenaga Kerja Terampil Sosial Budaya

Tenaga Kerja Terampil Ketersediaan

Pasar

Tenaga Kerja Terampil Penyerapan T.K

Bahan Baku Modal

Bahan Baku Teknologi

Modal Manajemen. Usaha

Modal Harga

Modal Sumbangan thd Perekonomian

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 558

3.3.. Bapak/Ibu diminta memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM, Dalam rangka pencapaian tujuan Peningkatan Daya Saing Produk

Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KRITERIA di Kolom Kiri

lebih pentingdibanding KRITERIA di

Kolom Kanan

Diisi jika KRITERIA di Kolom Kanan

lebih penting dibanding KRITERIA di Kolom Kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9

Tenaga Kerja Terampil Bahan Baku

Tenaga Kerja Terampil Sarana Produksi

Tenaga Kerja Terampil Sosial Budaya

Tenaga Kerja Terampil Ketersediaan

Pasar

Tenaga Kerja Terampil Penyerapan T.K

Bahan Baku Modal

Bahan Baku Teknologi

Modal Manajemen. Usaha

Modal Harga

Modal Sumbangan thd Perekonomian

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 559

4. Penentuan Bobot Sektor/Subsektor Tingkat Kabupaten/Kota

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing TUJUAN dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel Saaty)

Nilai Skor Keterangan 1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting

3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding tujuan yang lainnya.

5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya) dibanding tujuan yang lainnya

7 Tujuan yang satu sangat pentingdibanding tujuan yang lainnya

9 Tujuan yang satuekstrim pentingnyadibanding tujuan yang lainnya

2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas

Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing Sektor/Subsektor pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Matrik isian tingkat kepentingan antar sektor/subsektor berdasarkan Tujuan Pertumbuhan Ekonomi

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika Sektor di kolom sebelahkiri lebih

pentingdibanding Sektor di kolom sebelah kanan

Diisi jika Sektor di kolom sebelah kanan lebih

penting dibanding Sektor di kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanaman Pangan Perkebunan

Tanaman Pangan Perikanan

Tanaman Pangan Perindustrian

Tanaman Pangan Pariwisata

Tanaman Pangan Jasa-Jasa

Perkebunan Peternakan

Perkebunan Pertambangan

Peternakan Perdagangan

Peternakan Angkutan

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 560

Tabel 4.2. Matrik isian tingkat kepentingan antar sektor/subsektor berdasarkan Tujuan Penciptaan

Lapangan Kerja

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika Sektor di kolom sebelahkiri lebih

pentingdibanding Sektor di kolom sebelah kanan

Diisi jika Sektor di kolom sebelah kanan lebih

penting dibanding Sektor di kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanaman Pangan Perkebunan

Tanaman Pangan Perikanan

Tanaman Pangan Perindustrian

Tanaman Pangan Pariwisata

Tanaman Pangan Jasa-Jasa

Perkebunan Peternakan

Perkebunan Pertambangan

Peternakan Perdagangan

Peternakan Angkutan

Tabel 4.3. Matrik isian tingkat kepentingan antar sektor/subsektor berdasarkan Tujuan Peningkatan Daya Saing Produk

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika Sektor di kolom sebelahkiri lebih

pentingdibanding Sektor di kolom sebelah kanan

Diisi jika Sektor di kolom sebelah kanan lebih

penting dibanding Sektor di kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanaman Pangan Perkebunan

Tanaman Pangan Perikanan

Tanaman Pangan Perindustrian

Tanaman Pangan Pariwisata

Tanaman Pangan Jasa-Jasa

Perkebunan Peternakan

Perkebunan Pertambangan

Peternakan Perdagangan

Peternakan Angkutan

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 561

5. Matrik Tingkat Kepentingan Antar KPJu Tingkat Kabupaten/Kota

Penentuan komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) unggulan per sektor/subsektordi tingkat Kabupaten/Kotadilakukan berdasarkan Kriteria ::

1) Tenaga Kerja Terampil yang dibutuhkan (Skilled), dengan mempertimbangkan : (a) Tingkat Pendidikan (b) Pelatihan (c) Pengalaman Kerja (d) Jumlah Lembaga Pelatihan

2) Bahan Baku, dengan mempertimbangkan :

(a) Ketersediaan bahan baku (b) Harga perolehan bahan baku (c) Retensi/parishability bahan baku (d) Kesinambungan bahan baku (e) Mutu bahan baku (f) Kemudahan dalam memperoleh bahan baku (g) Aspek Lingkungan

3) Modal, dengan mempertimbangkan :

(a) Kebutuhan investasi awal (b) Kebutuhan modal kerja (c) Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan

4) Sarana Produksi/Usaha, dengan mempertimbangkan :

(a) Ketersediaan sarana produk (b) Harga (c) Kemudahan dalam memperoleh

5) Teknologi, dengan mempertimbangkan :

(a) Ketersediaan (b) Kemudahan (memperoleh teknologi) (c) Dampak Lingkungan

6) Sosial Budaya, dengan mempertimbangkan :

(a) Ciri khas lokal (b) Religion/Budaya (c) Turun temurun

7) Kemudahan memanage usaha 8) Ketersediaan Pasar, dengan mempertimbangkan :

(a) Kemudahan menjual (b) Kemudahan mendistribusikan (lokasi)

9) Harga, dengan mempertimbangkan :

(a) Stabilitas harga (b) Nilai tambah

10) Penyerapan Tenaga Kerja 11) Sumbangan terhadap perekonomian, dengan mempertimbangkan :

(a) Backward & Forward Lingkages

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 562

(b) Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan usaha ini

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 563

Pemilihan Kriteria diatas berdasarkan kondisi saat ini maupun prospeknya di masa akan datang.Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar KPJu untuk masing-masing KRITERIA dengan skor penilaian seperti pada Tabel Saaty. Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu). Sektor/Subsektor : PERTANIAN / TANAMAN PANGAN Tabel 5.1. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria

Tenaga Kerja Terampil

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung

Kedelai Kacang

Tanah

Padi Sawah Kacang

Tanah Ubi Kayu Kedelai

Tabel 5.2. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria

Bahan Baku

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 564

Tabel 5.3. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria

Modal

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Tabel 5.4. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Sarana Produksi/Usaha

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Tabel 5.5. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria

Teknologi

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 565

Tabel 5.6. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria

Sosial Budaya

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Tabel 5.7. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria

Manajemen Usaha

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Tabel 5.8. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Ketersediaan Pasar

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 566

Tabel 5.9. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria

Harga

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Tabel 5.10. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Penyerapan Tenaga Kerja

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Tabel 5.11. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Sumbangan Terhadap Perekonomian

Kolom Kiri

Diisi Bila

Sama Penting

Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting

dibanding kolom sebelah kanan

Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih

penting dibanding kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 567

Dengan menggunakan format sub bab (5), maka dilakukan penyusunan matrik berdasarkan sektor/subsektor yang terdapat dalam wilayah kabupaten/kota tertentu, yaitu : Adapun alternatif sektor-sektor yang ada adalah :

1. Sektor/Subsektor : Pertanian / TANAMAN PANGAN 2. Sektor/Subsektor : Pertanian / TANAMAN SAYURAN 3. Sektor/Subsektor : Pertanian / TANAMAN BUAH-BUAHAN 4. Sektor/Subsektor : Pertanian / PERKEBUNAN 5. Sektor/Subsektor : Pertanian / PETERNAKAN 6. Sektor/Subsektor : Pertanian / PERIKANAN 7. Sektor/Subsektor : Pertanian / KEHUTANAN (Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu) 8. Sektor : PERTAMBANGAN / PENGGALIAN 9. Sektor : PERINDUSTRIAN 10. Sektor : PERDAGANGAN 11. Sektor : JASA-JASA 12. Sektor : ANGKUTAN 13. Sektor : PARIWISATA

Untuk setiap sektor/subsektor akan disusun masing-masing sebanyak 11 tabel sesuai dengan jumlah kriteria yang ada, dengan nama komoditi yang berbeda-beda sesuai dengan hasil analisis MPE di tingkat kabupaten/kota.

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 568

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Analytic Hierrarchy Process (AHP) adalah sebuat alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan ‘decision making’ pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas. Dalam penyusunan tersebut, AHP mempertimbangkan semua faktor baik yang tangible maupun intangible. AHP dikembangkan oleh Robert L. Saaty, dan telah dipergunakan secara luas untuk memecahkan berbagai problem mulai dari evaluasi kinerja karyawan, sampai pemilihan atau keputusan di bidang pertahanan atau militer. Pendekatan AHP diawali dengan menyusun permasalahan secara hierrachy ‘berjenjang’ mulai dari primary objective ‘tujuan utama’, tingkatan kedua tujuan (tujuan antara), sampai kepada berbagai alternatif atau pilihan tindakan. Semakin banyak hal yang ingin dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dapat mengakibatkan semakin panjangnya jenjang tujuan. Setelah permasalahan selesai disusun dalam struktur berjenjang, masing-masing elemen, atau alternative harus diperbandingkan berpasangan (pairwise comparison) secara bergantian. Dalam hal ini, perbandingang berpasangan dilakukan untuk setiap jenjang, dan untuk setiap alternatif pada setiap jenjang. Hasil perbandingan ini kemudian diperhitungkan dengan pendekatan matriks dan sebagai hasilnya adalah bobot yang menunjukkan skala prioritas dari masing-masing elemen atau alternative. Contoh Penggunaan AHP Misalkan kita sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah mobil baru. Permasalahannya adalah merek apa yang akan kita beli, faktor apa saja yang akan kita pertimbangkan dalam pembelian mobil tersebut, dan bagaimana kita memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengambilan keputusan pembelian mobil. Untuk permasalahan pembelian mobil ini, kita akan mempergunakan pendekatan AHP. Langkah pertama: kita susun permasalahan tersebut dalam bentuk struktur hierarrchy atau

berjenjang sebagai berikut: Faktor yang dipertimbangkan: Alternative: Langkah Kedua: Kita melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) faktor

mana yang lebih kita sukai atau kita prioritaskan, secara bertahap misal

Tujuan Utama: Membeli Mobil

Harga Beli Harga jual kebali Bahan bakar

Kijang Kuda Panther Taruna

Kijang Kuda Panther Taruna

Kijang Kuda Panther Taruna

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 569

harga beli dengan harga jual, harga beli dengan prestise, dan harga jual dengan prestise. Misalkan hasilnya adalah sebagai berikut:

Harga beli Harga Jual Prestise Harga Beli 1 : 1 1 : 2 3 : 1 Harga Jual 2 : 1 1 : 1 4 : 1 Prestise 1 : 3 1 : 4 1 : 1

Disini terlihat bahwa hasil perbandingan berpasangan tersebut (dalam desimal) membentuk sebuah matrik 3 x 3, sbb:

1,00 0,50 3,00 2,00 1,00 4,00 0,33 0,25 1,00

Langkah Ketiga: Matriks pariwise comparison di atas kita kuadratkan, dan kita akan

mendapatkan hasil sebagai berikut

3,00 1,75 8,00 5,33 3,00 14,00 1,17 0,67 3,00

Langkah Keempat: Menghitung eigenvector dari Matriks pariwise comparison. Perlu dicatat

disini bahwa nilai dalam eigenvector merupakan bobot prioritas dari masing-masing faktor. Untuk mendapatkan eigenvector ini, pertama kita tambahkan nilai-nilai pada baris, dan kemudian kita normalkan dengan membagi hasil pertambahan tersebut dengan nilai penjumlahan vertikal. Hasilnya adalah sebagai berikut:

3,00 + 1,75 + 8,00 = 12,75 = 0,32 5,33 + 3,00 +14,00 = 22,33 = 0,56 1,17 + 0,67 + 3,00 = 4,83 = 0,12

= 39,92 = 1,00

Langkah Kelima: Mengulang kembali proses diatas, mulai dari mengkuadratkan matriks (yang

sudah dikuadratkan), dan menghitung kembali eigenvector. Iterasi ini dilakukan berulang sampai nilai eigenvector tidak lagi berubah. Misal dalam hal ini, setelah dilakukan berulang kali, didapatkan eigenfaktor yang sama, yaitu 0,32, 0,56, dan 0,12. Ini berarti bahwa bobot masing-masing faktor adalah sbb:

Harga beli = 0,32 Harga Jual kembali = 0,56

Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM

Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 570

Prestise = 0,12 Dengan kata lain, dalam kita memutuskan mobil, faktor yang akan lebih dipertimbangkan adalah faktor harga jual kembali dengan bobot 0,56.

Langkah Keenam: Melakukan perbandingan berpasangan untuk masing-masing alternatif mobil pada setiap faktor yang dipertimbangkan. Misal kita membandingkan kijang dengan kuda dalam hal harga beli. Perlu dicatat disini bahwa harga beli, nilainya tangible, tersedia di dealer-dealer, sehingga mempermudah kita untuk melakukan perbandingan. Hasil perbandingan berpasangan masing-masing alternatif mobil pada faktor harga beli ini kemudian membentuk sebuah matriks dan kita cari eigenfaktornya. Demikian hal ini kita lakukan berulang untuk faktor harga jual kembali dan faktor prestise, yang pada akhirnya kita mendapatkan eigenvector untuk masing-masing alternatif pada setiap faktor sebagai berikut:

Harga Beli Harga Jual kembali Prestise Kijang 0.12 0.38 0.30 Kuda 0.25 0.29 0.24 Panther 0.05 0.07 0.21 Taruna 0.58 0.26 0.25

Langkah ketujuh: Dengan didapatkannya bobot pada semua faktor dan pada semua alternatif,

maka kita akhirnya dapat memilih mobil mana yang sesungguhnya paling kita inginkan. Untuk itu kita tinggak mengalikan matriks bobot alternatif dengan matriks bobot faktor dengan hasil sbb:

0.12 0.38 0.30 0,32 0.31 0.25 0.29 0.24 0,56 0.27 0.05 0.07 0.21 0,12 0.09 0.58 0.26 0.25 0.33

Dari perkalian ini, kita mendapatkan bobot prioritas yang sudah final untuk

masing-masing mobil sebagai berikut: Kijang = 0,31 Kuda = 0,27 Panther = 0,09 Taruna = 0,33

Atau dengan kata lain, prioritas pilihan kita adalah Taruna, baru kemudian Kijang, Kuda dan terakhir adalah Panther.

x =